ekstraksi kafein dari daun teh
DESCRIPTION
kafein daun tehTRANSCRIPT
VI-1
I.PENDAHULUAN
1.1 Tujuan percobaan.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan kafein dari daun teh
dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut air dan kloroform serta menentukan
kadar kafein dari daun teh.
1.2 Latar Belakang
Kafein merupakan salah satu senyawa yang tyerkandung dalam teh atau
kopi. Kafein dapat menyebabkan efek tenang bagi peminumnya, namun
konsumsi berlebih dati kafein dapat menyebabkan gelisah, insomnia, dan
thremor.
Kafein merupakan bahan aktif dalam pembuatan teh dan kopi yang
mempunyai nilai jual yang tinggi dalam dunia dagang.Kafein itu sendiri adalah
alkaloid yang mengandung nitrogen dan memliki property basa amina organik.
Kafein tersebut dapat kita peroleh dari daun teh dengan menggunakan metode
ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang mempunyai titik didih lebih rendah
dari kafein tersebut. Secara umum kandungan kafein dalam teh adalah sebesar
2-5%.
II.DASAR TEORI
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut
juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular.
Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat
makro ataupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih
kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur,
seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut
dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini
dapat digunakan untuk kegunaan preparative, pemurnian, memperkaya, pemisahan
serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 1990).
VI-2
Mengambil suatu zat terlarut dari dalam air oleh suatu pelarut yang tak dapat
campur (dengan) air disebut ekstraksi pelarut (Svehla,1997).
Untuk memahami prinsip-prinsip dasar ekstraksi, harus terlebih dahulu
dibahas berbagai istilah yang digunakan untuk menyatakan keefektifan pemisahan.
Untuk suatu zat terlarut A yang didistribusikan antara dua fase tak-tercampurkan a
dan b, hukum distribusi (atau partisi) Nernst menyatakan bahwa, asal keadaan
molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperatur adalah konstan :
di mana KD adalah sebuah tetapan, yang dikenal sebagai koefisien distribusi
(atau koefisien partisi). Hukum ini seperti dinyatakan di atas, secara termodinamis
tidaklah benar-benar tepat, (misalnya, tak diperhitungkan aktivitas dari berbagai
spesi itu, dan karenanya diharapkan hanya akan berlaku dalam larutan encer di
mana angka banding aktivitas itu mendekati satu), tetapi merupakan suatu
pendekatan yang berguna. Hukum ini dalam bentuknya yang sederhana, tak
berlaku bila spesi yang didistribusikan itu, mengalami disosiasi atau asosiasi dalam
salah satu fase tersebut. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, kita terutama
memperhatikan fraksi zat terlarut total dalam fase yang satu atau yang lainnya, tak
peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, asosiasi, atau interaksinya dengan spesi-
spesi lain yang terlarut. Untuk memudahkan diperkenalkan istilah angka banding
distribusi D (atau koefisien ekstraksi E)
D = (CA)a/(CA)b
(Bassett, 1994).
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasifikasi
adalah mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau
sistem ion berasosiasi. Akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang
lebih ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka
proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi
berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat
diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat. Golongan ekstraksi berikutnya dikenal
VI-3
sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke faase organik.
Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan
ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spsesies netral yang tidak
bermuatan diekstraksi ke fase organik (Khopkar, 1990).
Umumnya garam logam yang sederhana cenderung lebih dapat larut dalam
pelarut yang sangat polar seperti air daripada dalam pelarut organik yang tetapan
dielektriknya jauh lebih rendah. Banyak ion disolvasikan oleh air, dan energi
solvasi itu disumbangkan untuk merusak kisi kristal garam. Lagi pula dibutuhkan
kerja yang lebih kecil untuk memisahkan ion-ion yang muatannya berlawanan
dalam pelarut yang dielektrik tinggi. Kemudian biasanya diperlukan terbentuknya
suatu spesies yang tak bermuatan jika suatu ion ahrus diekstrak dari dalam air ke
dalam suatu pelarut organik.
Sebaliknya kadang-kadang suatu spesies tak bermuatan yang dapat diekstrak
ke dalam suatu pelarut organik diperoleh lewat asosiasi ion-ion yang muatannya
berlawanan. Agaknya jika komponennya tetap bersama-sama spesies itu akan
disebut suatu molekul; jika komponen itu cukup dipisahkan oleh air sehingga tak
dapat dideteksi sebagai suatu kesatuan, maka entitas itu akan disebut suatu
pasangan ion jika memang muncul demikian dalam suatu pelarut tak polar
(Underwood, 1986).
Kafeinberfungsi sebagai stimulan dan banyak digunakan dalam kesehatan
karena berfungsi merangsang dan memberi rasa segar terhadap tubuh. Kadar kafein
dalam teh lebih besar daripada dalam kopi. Adapun kadar kafein teh kira-kira 2-4
%, sedangkan dalam kopi hanya sekitar 0,5 %. Terlalu banyak mengonsumsi
kafein menyebabkan gelisah, sensitif dan insomnia. Kafein berbentuk hablur yang
rasanya pahit dengan warna putih mengkilat. Titik cairnya sekitar 236 oC.Kafein
hampir tidak berbau. Kafain banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan contohnya:
teh, kopi, pohon kola, daun munie dan pohon cokelat. Selain itu, kafein dapat
dibuat dengan sintesis kimia.
VI-4
Kafein merupakan alkaloid dengan nama kimia 1,3,7-trimetil xanthina.
Gambar 1. Struktur 1,3,7-trimetil xanthina (Kafein)
(Petrucci, 1987).
III.METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : beaker gelas,
pipet, gelas arloji, pengaduk, sudip, hot plate, neraca analitik, kertas saring,
corong, separator funnel (corong pisah), dan gelas ukur 100 ml.
Percobaan ini menggunakan bahan-bahan sebagai berikut : daun teh
kering yang sudah dihaluskan, akuades, CaCO3, dan kloroform.
Gambar 6.1 separator funnel (corong pisah)
CH3
CH3
N
NN
C
C
C
C
CH
O
O
CH3 N
C
VI-5
3.2 Prosedur kerja.
1. Daun teh kering yang telah dihaluskan ditimbang 7,5 gram dan dimasukkan
ke beker gelas serta ditambahkan 75 ml air dan 5 gram CaCO3, dan
dipanaskan.
2. Kemudian disaring dengan kertas saring.
3. Dipisahkan filtrat dengan padatannya.
4. Dipanaskan filtrat sampai volumenya sisa 1/3.
5. Didinginkan hingga suhu kamar.
6. Sisa filtratnya dimasukan dalam corong pisah dan ditambahkan 15 ml
kloroform serta dikocok sempurna hingga terbentuk dua lapisan.
7. Dipisahkan larutan bawah dan atas pada corong pisah dalam beker gelas.
8. Larutan atas yang ada di corong pisah ditambahkan 5 ml kloroform dan
dikocok.
9. Dimasukan lapisan bawah ke gelas beker yang sama.
10.Dievaporasikan (diuapkan) hingga kering.
11. Ditimbang crude kafein.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan
No. Langkah kerja Hasil
1.
2.
3.
4.
Menimbang daun teh kering yang telah
dihaluskan dan menambahkan akuades.
Menimbang dan memasukan CaCO3 ke
larutan teh. Memanaskan hingga
mendidih.
Menyaring larutan dengan kertas saring.
Memisahkan lapisan atas dan lapisan
bawah.
Memanaskan lapisan bawah dalam
m daun teh = 7,5 gram
V akuades = 75 ml
m CaCO3 = 5 gram
larutan warna coklat
VI-6
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
beker gelas hingga 1/3 volumenya dan
mendinginkannya.
Memasukan sisa filtrat dalam corong
pisah dan menambahkan 15 ml
kloroform dan mengocoknya.
Memisahkan larutan bawah dan larutan
atas.
Menambahkan kloroform pada lapisan
atas dicorong pisah dan mengocoknya.
Memasukan lapisan bawah ke beker
gelas yang sama.
Mengevaporasikan (menguapkan)
Menimbang masa beker kosong
Menimbang crude kafein
larutan lebih pekat
V kloroform = 5 ml
hingga larutan mejadi
kering.
m beker kosong = 138,38
gram
m crude kafein + beker
gelas = 138,57 gram
4.2 Pembahasan
Ekstraksi merupakan isolasi zat terlarut dari suatu larutan yang
dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak saling larut. Penggunaan
pelarut air dalam percobaan ini dimaksudkan untuk mengencerkan sampel teh
yang sudah ditambahkan CaCO3 yang tidak larut dalam air untuk
menghasilkan suatu filtrat. Fungsi dari penambahan CaCO3 ini adalah untuk
mengikat bahan-bahan yang terdapat dalam sampel teh seperti kafein. Dalam
hal ini CaCO3 masuk ke dalam serat-serat daun teh dan mendesak kafein untuk
keluar.
VI-7
Larutan yang terbentuk lalu dipanaskan dan sebelum mendidih
terbentuk endapan putih didasar beker gelas yang merupakan CaCO3, dibagian
tengah larutan berwarna cokelat tua, dan bagian atas terdapat bubuk teh yang
mengapung. Hal ini terjadi dikarenakan perbedaan berat molekul pada
masing-masing komponen campuran, dimana berat molekul CaCO3 lebih
besar daripada berat molekul air dan serbuk teh. Ketika mendidih semua
endapan naik ke atas. Ini dikarenakan adanya tekanan uap yang timbul saat
campuran dipanaskan (panas memberikan gaya ke atas). Campuran kemudian
disaring dan filtrat dipisahkan dari padatannya dengan menggunakan kertas
saring. Penyaringan dilakukan pada saat larutan tidak terlalu panas lagi untuk
mempermudah larutan tersaring. Sebab jika larutan disaring pada saat larutan
sangat panas dikhawatirkan dapat merusak kertas saring. Sedangkan jika
larutan terlalu dingin pada saat disaring dikhawatirkan campuran akan
mengendap kembali ke bawah jika temperatur atau suhunya turun (dingin).
Setelah itu dipisahkan dalam corong pisah dan filtrat ditambahkan
kloroform. Kafein merupakan suhu alkaloid yang bersifat non polar sehingga
kurang/sukar larut dalam air. Penambahan kloroform dilakukan karena kafein
dan kloroform (CHCl3) mudah bercampur dan mudah dipisahkan dari larutan
teh. Selain itu kloroform memiliki titik didih rendah yang mempercepat proses
penyaringan (pemekatan) dengan mengevaporasikan (menguapkan) sampai
kering.
Ekstraksi kafein pada percobaan ini menggunakan prinsip gravimetri
sehingga pada saat penimbangan perlu dihindari kontak langsung dengan
tangan untuk mengurango konsekuensi penimbangan massa. Namun pada
percobaan ini praktikan melakukan kesalahan seperti menyentuh beker gelas
yang sudah dipijarkan langsung dengan tangan tanpa bantuan gegep. Volume
filtrat hasil penyaringan sedikit berkurang karena praktikan kurang hati-hati
pada saat menyaringnya.
VI-8
Pada akhir percobaan diperoleh endapan kafein berwarna putih (agak
menghablur). Dari hasil perhitungan diketahui bahwa kadar kafein (crude
kafein) sebesar 3,8% dengan massa endapan 0,19 gram.
V.PENUTUP
5.1Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Ekstraksi dengan pelarut air dimaksudkan untuk mengencerkan teh dan
CaCO3 yang sukar larut dalam air untuk menghasilkan suatu filtrat.
2. Ekstraksi dengan menggunakan CHCl3 (kloroform) dan air karena
kafein dan klorofrom sama-sama non polar sehingga dapat bercampur dan
mudah dipisahkan.
3. Kadar kafein yang didapat adalah sebesar 3,8%. Massa endapan yang
didapat adalah 0,19 gram.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah;
1. Dalam proses penyaringan larutan, praktikan harus lebih hati-hati agar
semua dapat tersaring filtratnya.
2. Hendaknya praktikan menggunakan desikator atau eksikator untuk
mendinginkan filtrat hingga suhu kamar.
VI-9
DAFTAR PUSTAKA
Besset, J dkk, 1994, Buku Ajar Vogel : Kimia analisis Kuantitatif Anorganik
Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Day, R.A danUnderwood, A. L, 1986, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.
Khopkar, 1990, Dasar-dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Petrucci, R. H., 1987, Kimia Dasar Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Svehla, G,. 1979, Analisis Organik Kuantitatif Makro dan Semi Makro, PT.
Kalmam Media Pustaka, Yakarta.
VI-10
LAMPIRAN
Perhitungan
Diketahui : m crude kafein + beker gelas = 138,57 gram
m beker gelas = 138,38 gram
m daun teh awal = 7,5 gram
Ditanya : % crude kafein =….?
Jawab : m crude rata-rata = m crude beker gelas – m beker gelas
= 138,57 gram – 138,38 gram
= 0,19 gram
% kadar kafein dalam teh =
=
= 3,8 %
Jadi, kadar kafein dalam sampel teh adalah 3,8 %