ekspresi sitokin
TRANSCRIPT
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 1/78
EKSPRESI SITOKIN IFN-Ý, IL-2, IL-12 DAN IL-10 SEBAGAI RESPONS IMUN
TERHADAP INFEKSI HPV DENGAN DISPLASIA SERVIKS, STADIUM AWAL
SERTA STADIUM LANJUT KANKER SERVIKS.
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang Masalah
Kanker serviks menempati urutan kedua setelah keganasan pada payudara
didunia. Berdasarkan statistik yang dikeluarkan WHO, diperkirakan sebanyak
250.000 kasus meninggal setiap tahun dan ditemukan 500.000 kasus baru pada
waktu yang sama. (Dikutip dari Faridi R, 2011(1)
Di Indonesia, kanker serviks merupakan jenis keganasan pada alat kandungan
yang paling banyak ditemukan pada wanita dan menempati urutan pertama
sampai saat ini. (HOGI,2011(2) Pada dasarnya kanker serviks dapat dicegah atau
dihindari.( Faridi R,2011(1).
Telah diketahui bahwa penyakit ini 99,7 % disebabkan oleh virus HPV resiko
tinggi (HR-HPV). Tipe virus yang terbanyak adalah HPV tipe 16 dan 18 yaitu
sebesar kurang lebih 70 %. (Munoz N, 2006(3). Infeksi HR-HPV dapat dideteksi
pada 13,5 bulan setelah infeksi HPV. Pada lesi pra-kanker sepeti : ASCUS, NIS I,IIdan III (CIN I,II,III) terjadi dalam 14 bulan sampai 4 tahun setelah DNA HR-HPV
ditemukan pada sel. Infeksi HR-HPV dapat terdeteksi pada sekitar 80 % dari NIS II
dan sekitar 90 % pada NIS III serta kurang lebih 98 % pada kanker invasif. (Bosch
FX, et.al.2006 (4). Virus ini menginfeksi serviks melalui daerah metaplasia dalam
zona transformasi serviks. Serviks dilapisi oleh dua epithel berbeda yang
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 2/78
berhubungan dengan fungsi nya. Pertama, endoserviks yang ditutupi oleh
epithel kolumnar yang bersekresi dan bagian kedua adalah ektoserviks yang
dilindungi oleh epithel skuamosa. Kedua daerah ini terhubung melalui zona
transformasi. Infeksi HPV sering dikategorikan : produktif atau proliferatif.
Infeksi produktif artinya menghasilkan formasi yang utuh, partikel virus yang
infeksius. Proliferatif atau non produksi infeksi di kharakterisasi oleh integrasi
virus. Target sel untuk infeksi HPV adalah sel basal epithel anogenital, umumnya
terjadi pada SSK (sambungan skuamo kolumnar) di zona transformasi . (
Schiffman M,et.al. 2007(5)
Infeksi virus HPV pada serviks memproduksi koilositotik atapia. Pada inti
sel ditemukan area berbatas dalam sel akibat protein virus membentuk
gambaran ‘hollow cell’. Pada endoserviks perubahan ini tidak terlalu nampak .Pada perkembangan lebih lanjut, terjadi perubahan yang disebut dysplasia atau
CIN ( cervical intraepithelial neoplasia). Selanjutnya dysplasia juga mempunyai arti
sebagai ’maturasi abnormal’ dan terbagi menurut gradasinya. Dysplasia dapat
berkembang menjadi kanker serviks invasive. Dysplasia ditandai oleh sel imatur,
disorganisasi seluler, inti abnormal, dan peningkatan aktivitas mitosis. Terbagi
dalam 3 gradasi yaitu : CIN I (LGSIL), CIN II dan CIN III( HGSIL).(Culp TD,et.al.
2004(6)
Banyak infeksi virus HPV pada serviks ( dengan sel abnormal atau tidak )
menghilang atau disupresi oleh ‘cell-mediated immunity’ setelah satu sampai 2
tahun setelah terpapar. Sekitar 80-85 % displasia ringan (LGSIL) dapat menghilang
setelah 5 tahun tanpa diobati . Aktivasi sistim immune memegang peran penting
pada proses regresi ini. Regresi spontan pada LGSIL sebesar 40 % setelah 2-3
tahun , pada HGSIL sekitar 20 % kembali ke gradasi LGSIL. Gradasi HGSIL
berkembang menjadi kanker serviks sebesar kurang lebih 66 % setelah 2-3
tahun. (Wang PH,et.al. 2006(7).
Ekspresi gen HPV yang produktif berikatan kuat dengan epithel yang
berdiferensiasi dan secara normal hanya terjadi pada sel yang aktif . Mulainya
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 3/78
dari lapisan basal selanjutnya kelapisan intermediate atau suprabasal. Sel-sel ini
kehilangan kapasitas untuk replikasi selanjutnya. Infeksi pada sel basal biasanya
secara morfologi normal, dan ekspresi gen HPV biasanya pada level yang rendah.
Pada daerah suprabasal , terjadi ekspresi gen HPV yang baru dan lebih lanjut
diferensiasi yang diinduksi oleh seluruh gen virus termasuk sintesa DNA dan
transkripsi protein kapsid virus.(Munoz N,et.al. 2006(3)
Virion yang intak dan normal hanya pada permukaan superfisial sel
epithel. Infeksi ini dikenal sebagai ‘low grade’ dan sangat kecil progresivitasnya
menjadi kanker. Pada tingkat lesi ‘high grade’ dapat disimpulkan terjadi gangguan
diferensiasi epithel dan transkripsi gen virus. Tidak terkontrolnya ekspresi pE6 dan
pE7 dalam lapisan basal merupakan prasyarat untuk berkembang ke fenotip
keganasan. Infeksi HPV pada tingkat perkembangan seperti ‘displasia’ dapatterjadi regresi spontan tanpa pengobatan.(Schiffman M,et.al.2007(5)
Berdasarkan penelitian Aziz MF et.al., 2003 (8) pada beberapa rumah sakit
di Indonesia , penyebab terbanyak kanker serviks adalah tipe HR-HPV 16 (44 %) ,
HPV 18 (39 %) , HPV 52 ( 14 % ) . Sisanya terdeteksi sebagai infeksi HPV yang
multiple atau lebih dari satu. Pada infeksi HR-HPV tidak selalu disertai terjadinya
transfer onkoprotein E6 dan E7 ke dalam lapisan epithel serviks sehingga tidak
ditemukan perubahan dalam sel tersebut. Masuknya onkoprotein E6 dan E7sendiri kedalam inti sel host adalah merupakan faktor penting untuk terjadinya
perubahan kearah kanker. Adanya protein E6 dan E7 dapat diketahui dengan
memeriksa ekspresi pE6/E7 mRNA.(Bosch FX,et.al.2006(4)
Penelitian Cuschieri KS et.al.,2004(9) menyatakan bahwa pada displasia
sedang sampai berat (CIN II dan CIN III) , dijumpai kasus yang disertai ekspresi
DNA HR-HPV (persisten) sebanyak 43 %, tapi yang disertai dengan ekspresi E6/E7
m RNA sebanyak 55 %. Hasil ini menunjukkan bahwa 12 % infeksi persisten HPV
mengalami remisi akan tetapi ekspresi E6/E7 mRNA tetap ada. Pada kelompok
LGSIL atau ASCUS ( Atypical Squamous Cells of Undetermined Significance )
terdapat ekspresi DNA HR-HPV lebih tinggi dari ekpresi protein E6/E7 mRNA. Hasil
ini memperlihatkan bahwa infeksi persisten dari HR-HPV masih memungkinkan
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 4/78
terjadinya regresi atau remisi spontan. Pada LGSIL masih dalam tahap infeksi dan
sedikit yang mengekspresi E6/E7 mRNA. (Molden T, et al. 2006(10)
Pada penelitian Molden T et al.2006 (10) juga dalam pengamatan selama
2 tahun, resiko terjadinya CIN 2 yang terekspresi DNA HR-HPV hanya sebesar5,7 kali. Tapi pada kelompok yang terekspresi protein E6/E7 menjadi sebesar 68,9
kali. Pada tingkat displasia berat atau kanker serviks invasif, di dapatkan ekspresi
DNA HR-HPV sama dengan ekspresi protein E6/E7 mRNA. Hasil ini
memperlihatkan bahwa tidak semua infeksi HR-HPV akan menyebabkan
terekspresinya protein E6/E7. Keberadaan protein E6/E7 mRNA akan
menyebabkan terjadinya karsinogenesis kanker serviks. Tidak semua infeksi HR-
HPV akan diikuti dengan proses karsinogenesis kanker serviks.(Castellsague
X,et.al.2008(11)
Penyakit kanker serviks akibat virus ini dapat digolongkan sebagai penyakit
akibat hubungan seksual. Ada beberapa faktor resiko yang berperan memberi
kontribusi pada infeksi HPV pada serviks dan akhirnya berkembang menjadi
kanker serviks. Perilaku hubungan seksual yang tidak sehat dan menyimpang
adalah merupakan faktor penting terjangkitnya (terinfeksi) virus HPV
ini.(Rodriquez C,et.al. 2009(12)
Faktor predisposisi lainnya adalah hubungan seksual pertama kali pada
usia muda, pasangan/suami beresiko tinggi, multi partner , infeksi bacterial yang
kronis pada serviks ,dll . Infeksi virus HPV tidak pernah ditemukan pada
perempuan virgin . Resiko mengalami infeksi HPV ini meningkat 10 kali pada
setiap penambahan pasangan seksual. Pasangan pria juga sebagai rantai infeksi.
Resiko mendapat kanker serviks pada perempuan yang berpasangan dengan pria
terinfeksi virus HPV adalah 5 kali lebih tinggi dari yang tidak. Infeksi virus HPV
umumnya melalui hubungan seksual. Walaupun sangat sedikit dapat pula terjadi
secara non-seksual. (Castellsaque X, et.al., 2008(11).
Diakui bahwa cukup banyak ‘cofactor’ yang mempengaruhinya. Seperti
kebiasaan merokok, pengguna pil kontraseptif yang lama dan multiparitas. Pada
perempuan perokok , resikonya akan meningkat sesuai peningkatan jumlah
batang rokok tapi tidak berhubungan dengan lamanya merokok. Mekanisme ini
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 5/78
sangat berhubungan dengan metabolit tembakau . Metabolit tembakau ini dapat
ditemukan pada mukosa serviks. Pada faktor multiparitas hubungannya tidak
jelas. Diduga dengan proses persalinan yang berulang maka kecederaan pada
serviks makin sering dan luka yang terjadi memudahkan virus HPV masuk dalam
sel. (Bosch FX,et.al.2006(4). Adanya metabolit tembakau dapat mengakibatkan
penekanan pada fungsi immun ( immunosupresi) secara langsung serta
menurunkan intake antioksidan secara tidak langsung. Demikian pula
penggunaan lama dari kontrasepsi oral akan meningkatkan resiko. Hal ini
berhubungan tidak langsung dengan tingginya kadar estrogen yang dapat
menekan fungsi immun. Pada faktor multiparitas hubungannya tidak jelas.
Diduga dengan proses persalinan yang berulang maka kecederaan pada serviks
makin sering dan luka yang terjadi memudahkan virus HPV masuk dalam sel.
(Castellsaque X,et.al., 2003(13)
Masuknya virus HPV kedalam sel serviks akan menimbulkan reaksi tubuh
berupa penolakan terhadap terjadinya infeksi. Reaksi yang terjadi adalah respons
terhadap masuknya virus sebagai antigen. Sehingga terjadi respons imun dan
inflamasi. Aktivasi respons imun berupa reaksi pertahanan awal (innate) dan
lanjutan (adaptif). Telah diketahui virus hanya dapat berkembang biak
intraseluler karena virus memerlukan DNA sel host untuk replikasi. Akibatnya
virus dapat merusak sel dan menyebabkan infeksi kronik dan menyebar ke sel
yang lain. Untuk membatasi penyebaran dan mencegah reinfeksi virus, sistim
immune harus mampu menghambat masuknya virion kedalam sel dan juga
memusnahkan sel yang terinfeksi. Respons immune terhadap virion adalah
respons imun humoral dengan cara netralisasi dan respons imun seluler yang
paling penting untuk melawan virus. Peran respons imun ini terutama oleh sel T-
sitotoksik, sel NK, ADCC ( antibody dependent cell mediated cytotoxicity ), dan
interaksi dengan MHC kelas I. Beberapa sel imun memproduksi sitokin atau
kemokin. Sitokin dapat berperan sebagai antiviral dan antiproliferative. Sitokin
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 6/78
mempunyai peranan penting dalam memodulasi respons imun. Protein yang
termasuk sitokin/kemokin antara lain : IL-2, IL-3, IL-4, IL-6, IL-10, IL-12, IL-15 serta
‘TGF –β ( Transforming growth factor- β ) , Interferon dan TNF ( Tumor necroting
factor).(Darshan MS,et.al. 2004(14)
Beberapa sitokin yang memediasi respons imun terhadap virus HPV dan sel
kanker serviks antara lain : IFN-Ý, TGF-β, IL-2, IL-12 dan IL-10. (Darshan MS,et.al.
2004(14)
Peran antibody dalam menetralisasi virus terutama efektif untuk virus yang bebas
atau dalam sirkulasi. Proses menetralisasi dapat terjadi melalui beberapa cara
antara lain : menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat padapermukaan sel, sehingga virus tidak dapat masuk menembus membrane sel.
Antibodi dapat juga menghancurkan virus dengan aktivsi komplemen melalui jalur
klasik atau menyebabkan agregasi virus sehingga mudah difagositosis dan
dihancurkan. Walaupun tidak cukup mampu menetralkan virus secara langsung
antibody dapat berfungsi dalam reaksi ADDC. Pada infeksi sel secara langsung di
tempat masuknya virus (port d’entry), virus tidak sempat beredar dalam sirkulasi
dan tidak sempat menimbulkan respons primer. Sehingga antibody yang dibentuk
seringkali terlambat untuk mengatasi infeksi. Pada keadaan ini responsimunologik seluler mempunyai peran yang penting dan lebih menonjol. Sel T
sitotoksik mampu mendeteksi virus melalui reseptor antigen virus sekalipun
struktur virus telah berubah.(Faridi R, et.al.2011(1)
Peran sistim immune pada kejadian kanker berdasarkan pada beberapa hal
antara lain :
-Ditemukan adanya tumor tertentu yang dapat sembuh secara spontan atau
mengalami regresi spontan.
-Pada pemeriksaan otopsi , insidens keganasan tertentu kira-kira 40 kali lebih
tinggi dari manifestasi klinik.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 7/78
-Pada penderita dengan defisiensi immune atau yang mendapat pengobatan
immunosupresi , peluang mendapat kanker menjadi lebih besar. Misalnya
insidensi sarcoma Kaposi pada HIV/AIDS.
Sistim immune yang berperan adalah sistim immune alami (innate) dan selT spesifik (adaptif). Reaksi timbul terhadap antigen baru atau yang diubah pada
permukaan sel tumor. Sehingga berperan menahan atau menekan
perkembangan dan pertumbuhan progresif tumor. Mekanisme immune yang
merespons sel tumor pada dasarnya sama dengan mekanisme melawan
sel/benda asing lainnya. Pemahaman dasar adalah konsep dimana secara kimiawi
sel tumor memiliki antigen pada sel permukaan yang berbeda baik secarakuantitatif maupun kualitatif dibanding sel host normal. Protein, lemak dan
karbohidrat dapat tersimpan sebagai material ’tumor terkait antigen’ (TAA).
Beberapa TAA dapat dikenali oleh host untuk mengadakan resistensi tumor
spesifik dalam menekan pertumbuhannya. Tumor yang tumbuh spontan sulit
dikenal atau direspons oleh sistim immune dibanding tumor yang di inisiasi oleh
virus atau bahan kimiawi. Respons pada antigenitas tumor dan pada immunitas
tumor spesifik sama dengan yang terjadi pada reaksi penolakan allograf yang
melibatkan sistim antigen transplantasi. Antigen tumbuh dalam beberapa tumor
dan spesifik untuk setiap tumor atau kelompok tumor. Antigen ini disebut TATA (
Tumor associated transplantation antigen) atau TAA ( tumor associated antigen).
Keduanya adalah antigen permukaan sel dan membangkitkan respons immune
spesifik. Antigen ini ada dibawah pengaruh genetik dan dapat diturunkan pada sel
turunannya. Host memiliki mekanisme respons immune spesifik dan non spesifik.
Pada penolakan tumor, respons immune diarahkan terhadap pemeliharaan
homeostasis. Homeostasis dapat diubah kearah pembentukan tumor atau kearah
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 8/78
yang menguntungkan host. Hambatan terjadi oleh karena sel kanker/tumor tidak
merespons lagi regulasi yang mengatur pengendalian sel secara normal. Sel
tumor membentuk bermacam-macam produk khusus. Beberapa produknya
merupakan antigen tipe transplantasi ( TATA). Produk lain yang menggambarkan
ekspresi virus adalah berupa enzim, kolagenase tipe IV, serta beberapa faktor
yang dapat menghindari mekanisme pertahanan host. Mekanisme pertahanan
yang dimaksud adalah seperti kemotaksis, fagositosis, fungsi makrofag, fungsi
limfosit dan mediator untuk ekspresi immunitas seluler.(Faridi R,et.al. 2011(1)
Pada perkembangan penyakit, dari tahapan CIN II akan mengalami regresi
spontan sebanyak 43 %, selanjutnya berada pada tingkat infeksi persisten
sebanyak 35 %. Jumlah kasus yang mengalami progresivitas dalam
perkembangannya menjadi CIN III, adalah sebanyak 22 % saja. Selanjutnya pada
tingkat CIN III yang mengalami regresi spontan sebanyak 32 % sedang yang
masuk dalam fase infeksi persisten sebanyak 56 %. Pada perkembangan
selanjutnya kasus yang berkembang menjadi kanker serviks hanya sebanyak 12 %
saja. (Gupta D, 2010(15). Peneliti lain (Palmer KE,et.al,2009(16) mengatakan
bahwa , kondisi seperti ini terjadi oleh karena peran respons imun yang menekan
bahkan mengeliminasi pertumbuhan dan perkembangan sel tumor/kanker
tersebut. Progresivitas perkembangan kearah kanker serviks yang hanya dibawah
15 % itu berkembang dari tingkat HGSIL ( CIN II-III) selanjutnya menjadi kanker
serviks.( Burd EM,2003(17). Selain ‘tumor suppressor gene’, peran ‘Cell-mediated
immune responses ‘ dari host sangat penting menekan atau mengeliminasi
progresivitas infeksi sampai terjadi perubahan kearah kanker serviks dan bahkan
membunuh sel-sel immortal tersebut. Oleh pengaruh ‘cell-mediated immune
responses’pada rangkaian ujung N dari peptide E6 dan E7 menyebabkan regresi
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 9/78
dari CIN atau menghilangnya infeksi virus HPV. Sebaliknya adanya gangguan atau
halangan pada respons immune seluler sebabkan perkembangan kearah kanker
serviks. (Nicol AF, et.al. 2005(18). Salah satu protein yang berperan memodulasi
respons imun adalah sitokin. Sitokin diproduksi oleh sel limfosit T (helper).
Limfosit T-helper (Th) berdasarkan produksinya dibagi dalam 2 sub set sel yaitu :
sel Th1 dan Th2. Sel Th1 memproduksi sitokin tipe 1 a.l. : IL-2, IL-12, IL-15 dan
IFN-Ý. Sitokin ini berperan sebagai ‘tumor suppressor’. Sel Th2 memproduksi tipe
2 sitokin a.l. : IL-4, IL-5, IL-6, IL-10 dan IL-13. Ekspresi serta peningkatan sitokin
dari sel Th2 sangat berhubungan dengan progresivitas tumor menjadi invasive
atau sebagai ‘tumor promoting’. (Sondel PM,et.al. 2001(19).
Berdasarkan beberapa pembahasan diatas, maka penulis sangat tertarik
untuk meneliti ekspresi dari beberapa sitokin sebagai mediator respons imun
pada tingkat dysplasia serviks oleh karena infeksi virus HPV resiko tinggi serta
tahapan perkembangannya yaitu stadium awal kanker seviks dan stadium lanjut
keganasan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa besarkah kadar atau ekspresi masing-masing sitokin IFN-Ý, IL-2, IL-12
serta IL-10 dalam darah perifer pada tingkat dysplasia serviks, stadium awal dan
stadium lanjut kanker serviks ?.
2. Apakah ada perbedaan kadar atau ekspresi dari masing-masing sitokin IFN-Ý,
IL-2, IL-12 serta IL-10 dari darah perifer pada tingkat dysplasia, stadium awal dan
stadium lanjut kanker serviks ?.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 10/78
3. Manakah dari sitokin IFN-Ý, IL-2, IL-12 dan IL-10 yang kadarnya atau
ekspresinya cenderung meningkat ataupun menurun pada setiap perubahan
perkembangan penyakit dari dysplasia, stadium awal dan stadium akhir kanker
serviks. ?.
4. Apakah ekspresi atau kadar sitokin IFN-Ý, IL-2 serta IL-12 akan menurun
bahkan menghilang sesuai dengan peningkatan penyakit menjadi lebih berat,
sebaliknya ekspresi IL-10 akan meningkat sesuai dengan perkembangan penyakit
menjadi lebih berat.?
5. Bagaimanakah persentasi rasio dari masing-masing sitokin yang cenderung
menurun dibandingkan dengan sitokin yang cenderung meningkat sesuai dengan
perkembangan penyakit menjadi lebih berat yaitu mulai pada tingkat dysplasia,
stadium awal sampai pada stadium lanjut kanker serviks.?.
Pertanyaan Penelitian
1. Apakah kadar atau ekspresi masing-masing sitokin IFN-Ý, IL-2, IL-12 dan IL-
10 dalam darah perifer akan berubah meningkat atau menurun sesuai
dengan tingkat perkembangan penyakit kanker seviks dari ringan menjadi
berat yaitu mempunyai hubungan selaras atau hubungan terbalik. ?.
2. Apakah perubahan kadar atau ekspresi sitokin IFN-Ý, IL-2,, IL-12 serta IL-10
didalam darah perifer sebagai gambaran dari respons imun terhadap
perubahan dan perkembangan dari penyakit kanker serviks karena infeksi
HPV resiko tinggi mulai dari tingkat dysplasia, stadium awal dan stadium
lanjut.?
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 11/78
3. Apakah ada hubungan antara perubahan kadar atau ekspresi dari masing-
masing sitokin IFN-Ý, IL-2, IL-12 serta IL-10 dalam darah perifer dengan
stadium klinis penyakit kanker serviks mulai dari dysplasia, stadium awal
serta stadium lanjut ?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui ekspresi atau kadar sitokin antara lain : IFN-γ, IL-2, IL-12dan IL-10 dari darah perifer sebagai respons imun infeksi HR-HPV pada dysplasia
serviks, stadium awal serta stadium lanjut kanker serviks.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengukur kadar atau ekspresi masing-masing sitokin IFN-γ, IL-2, IL-
12 dan IL-10 dari darah perifer pada kelompok displasia serviks, kelompok
stadium awal serta kelompok stadium lanjut kanker serviks.
2. Untuk mengukur dan melihat perubahan kadar atau ekspresi dari masing-
masing sitokin IFN-γ, IL-2, IL-12 dan IL-10 melalui darah perifer sesuai
perkembangan penyakit kanker serviks mulai dari kelompok displasia
serviks, kelompok stadium awal seterusnya kelompok stadium lanjut.
3. Untuk mengukur dan melihat besarnya peningkatan atau penurunan kadar
atau ekspresi dari masing-masing sitokin IFN-γ, IL-2, IL-12 dan IL-10
melalui darah perifer sesuai perkembangan penyakit kanker serviks mulai
dari kelompok displasia serviks, kelompok stadium awal seterusnya
kelompok stadium lanjut.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 12/78
4. Untuk membandingkan kadar setiap sitokin yang mengalami penurunan
dengan kadar setiap sitokin yang mengalami peningkatan sesuai
perkembangan penyakit kanker serviks mulai dari kelompok displasia
serviks, kelompok stadium awal seterusnya kelompok stadium lanjut.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan pada penelitian ini dapat membuktikan bahwa ekspresi sitokin
produksi sel T helper 1 yang terpapar dalam darah perifer seperti IFN-γ, IL-2 dan
IL-12 dengan kadar yang tendensi menurun sesuai perkembangan penyakit
kearah gradasi lebih berat, sebaliknya produk sel T helper 2 yaitu IL-10 juga dari
darah perifer memperlihatkan keadaan yang sebaliknya maka hasil penelitian ini
sangat bermanfaat untuk :
1. Secara Klinis
Pada kepentingan dunia kedokteran , memberi pemahaman bahwaperkembangan infeksi HR-HPV yang hanya sebesar kurang lebih 12 % saja
menunjukkan progresivitas perubahan dari kondisi dysplasia serviks dan
berlanjut menjadi kanker serviks invasive ini menunjukkan ekspresi atau
kadar sitokin imunostimulator seperti IFN-γ, IL-2 dan IL-12 yang tendensi
menurun sesuai peningkatan stadium penyakit. Pada sisi yang lain sitokin
imunosupresor seperti IL-10 akan meningkat kadarnya sesuaiperkembangan penyakitnya menjadi berat.
2. Pada kepentingan ilmiah
Secara umum dapat menjadi referensi yang penting didalam
pengembangan pemahaman aspek molekuler khususnya dibidang
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 13/78
imunologi khususnya respons imun dengan peran sitokinnya terhadap
perkembangan penyakit , mulai dari tingkat pra-kanker sampai menjadi
kanker invasive. Dimana ekspresi sitokin IFN-γ, Il-2 dan IL-12 dapat mewakili
peran respons imun yang positif pada tingkat dysplasia, stadium awal serta
stadium lanjut kanker serviks. Sebaliknya sitokin IL-10 mewakili respons
imun yang negative pada setiap tingkat yang berbeda tersebut.
3. Bagi kepentingan penulis
Penulis mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang kanker serviks.
Khususnya menelaah secara ekploratif bidang immunology secara seluler
atau molekuler yang berhubungan dengan infeksi virus HR-HPV dan
mekanisme respons imun serta kegagalan yang terjadi pada infeksi virus
tersebut sehingga terjadi perkembangan penyakit kea rah kanker serviks
invasive. Selain menambah wawasan bagi peneliti, dapat pula merangsang
untuk melakukan penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari materi
dan bukti yang didapatkan.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 14/78
BAB II
Tinjauan Pustaka
Kanker Serviks
Epidemiologi
Didunia kanker serviks menempati urutan kedua pada perempuan setelah
keganasan payudara. Berdasarkan statistik yang dikeluarkan WHO, diperkirakan
sebanyak 250.000 kasus meninggal setiap tahun dan ditemukan kurang lebih
500.000 kasus baru. Di negara berkembang , penyakit ini masih menduduki
peringkat pertama dari seluruh kanker pada perempuan . Pada dasarnya kanker
ini sebenarnya dapat dihindari.(Faridi R,et.al. 2011(1)
Penyakit akibat virus ini dapat digolongkan sebagai penyakit akibat
hubungan seksual. Perilaku hubungan seksual yang tidak sehat dan menyimpang
adalah merupakan faktor penting terjangkitnya virus HPV ini.(Rodriquez C,et.al.
2009(12) Faktor predisposisi antara lain hubungan seksual pertama kali pada usia
muda, pasangan/suami beresiko tinggi, multi partner dll . Infeksi tidak pernahditemukan pada perempuan virgin . Resiko mengalam infeksi HPV ini meningkat
10 kali pada setiap penambahan pasangan seksual. Pasangan pria juga sebagai
rantai infeksi. Resiko mendapat kanker serviks pada perempuan yang
berpasangan dengan pria terinfeksi virus HPV adalah 5 kali lebih tinggi dari yang
tidak. Infeksi virus HPV ini umumnya melalui hubungan seksual. Walaupun sangat
sedikit dapat pula terjadi secara non-seksual. (Castellsague X,et.al. 2008(11).
Telah dilaporkan seorang bayi menderita infeksi HPV yang mempunyai ibumenderita HPV. Bayi tersebut menderita papilloma larynx pada usia 3 bulan dan
menderita infeksi HPV pada penis pada usia 6 bulan. Infeksi pada masa kehamilan
juga dapat terjadi. Hal ini dapat dibuktikan adanya DNA HPV pada selaput
ketuban dan tali pusat janin dengan ibu yang terinfesi HPV. (Castellsague X,
et.al.,2008(11)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 15/78
Diakui bahwa cukup banyak ‘cofactor’ yang mempengaruhinya. Seperti
kebiasaan merokok, pengguna pil kontraseptif yang lama dan multiparitas. Pada
perempuan perokok , resikonya akan meningkat sesuai peningkatan jumlah
batang rokok tapi tidak berhubungan dengan lamanya merokok. Mekanisme ini
sangat berhubungan dengan metabolit tembakau . Metabolit tembakau ini dapat
ditemukan pada mukosa serviks. Pada faktor multiparitas hubungannya tidak
jelas. Diduga dengan proses persalinan yang berulang maka kecederaan pada
serviks makin sering dan luka yang terjadi memudahkan virus HPV masuk dalam
sel. (Bosch FX,et.al. 2006(4).
Adanya metabolit tembakau dapat mengakibatkan penekanan pada fungsi
immun ( immunosupresi) secara langsung serta menurunkan intake antioksidan
secara tidak langsung. Demikian pula penggunaan lama dari kontrasepsi oral akanmeningkatkan resiko. Hal ini berhubungan tidak langsung dengan tingginya kadar
estrogen yang dapat menekan fungsi immun. Pada faktor multiparitas
hubungannya tidak jelas. Diduga dengan proses persalinan yang berulang maka
kecederaan pada serviks makin sering dan luka yang terjadi memudahkan virus
HPV masuk dalam sel. (Castellsague X,et.al.2003(13)
Etiologi
Telah diketahui bahwa penyakit ini 99,7 % disebabkan oleh virus HPV resiko
tinggi (HR-HPV). Tipe virus yang terbanyak adalah HPV tipe 16 dan 18 yaitu
sebesar kurang lebih 70 %. (Munoz N,et.al.,2006(3). Infeksi HR-HPV dapat
dideteksi pada 13,5 bulan setelah infeksi HPV. Pada lesi pra-kanker ASCUS, NIS I,II
dan III (CIN I,II,III) terjadi pada 14 bulan-4 tahun setelah DNA HR-HPV
ditemukan.Infeksi HR-HPV ditemukan sekitar 80 % pada NIS II dan sekitar 90 %
pada NIS III serta kurang lebih 98 % pada kanker invasif. (Bosch FX,et.al.2006(4).
Virus ini menginfeksi serviks melalui daerah metaplasia dalam zona transformasi
serviks. Serviks dilapisi oleh dua epithel berbeda yang berhubungan dengan
fungsi nya. Pertama, endoserviks yang ditutupi oleh epithel kolumnar yang
bersekresi dan bagian kedua adalah ektoserviks yang dilindungi oleh epithel
skuamosa. Kedua daerah ini terhubung melalui zona transformasi. Infeksi HPV
sering dikategorikan : produktif atau proliferatif. Infeksi produktif artinya
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 16/78
menghasilkan formasi yang utuh, partikel virus yang infeksius. Proliferatif atau
non produksi infeksi di kharakterisasi oleh integrasi virus. Target sel untuk
infeksi HPV adalah sel basal epithel anogenital, umumnya terjadi pada SSK
(sambungan skuamo kolumnar) di zona transformasi . (Schiffman M, et.al.2007(5)
Ekspresi gen HPV yang produktif berikatan kuat dengan epithel yang
berdiferensiasi dan secara normal hanya terjadi pada sel yang aktif . Mulainya
dari lapisan basal selanjutnya kelapisan intermediate atau suprabasal. Sel-sel ini
kehilangan kapasitas untuk replikasi selanjutnya. Infeksi pada sel basal biasanya
secara morfologi normal, dan ekspresi gen HPV biasanya pada level yang rendah.
Pada daerah suprabasal , terjadi ekspresi gen HPV yang baru dan lebih lanjut
diferensiasi yang diinduksi oleh seluruh gen virus termasuk sintesa DNA dan
transkripsi protein kapsid virus.(Munoz N,et.al. 2006(3)
Virion yang intak dan normal hanya pada permukaan superfisial sel
epithel. Infeksi ini dikenal sebagai ‘low grade’ dan sangat kecil progresif ke
kanker. Pada tingkat lesi ‘high grade’ disimpulkan terganggunya diferensiasi
epithel dan transkripsi gen virus. Tidak terkontrolnya ekspresi pE6 dan pE7 dalam
lapisan basal merupakan prasyarat untuk berkembang ke fenotip keganasan. Pada
beberapa keadaan infeksi HPV seperti ‘displasia’ terjadi regresi spontan tanpa
pengobatan.(Schiffman M,et.al. 2007(5)
Penelitian Aziz MF,et.al. , 2003 (8) pada beberapa rumah sakit di
Indonesia , penyebab kanker serviks adalah tipe HR-HPV 16 (44 %) , HPV 18 (39
%) , HPV 52 ( 14 % ) . Sisanya terdeteksi infeksi HPV multipel. Infeksi HR-HPV
tidak selalu disertai terjadinya transfer onkoprotein E6 dan E7 ke dalam lapisan
epithel serviks. Protein E6 dan E7 sendiri adalah faktor penting untuk terjadinya
kanker. Adanya protein E6 dan E7 dapat diketahui dengan memeriksa ekspresi
pE6/E7 mRNA.(Bosch FX,et.al. 2006 ( 4)
Penelitian Cuschieri KS,et.al,2004(9) menyatakan bahwa pada displasia
sedang sampai berat , dijumpai kasus yang disertai ekspresi DNA HR-HPV
(persisten) sebanyak 43 %, tapi yang disertai dengan ekspresi E6/E7 m RNA
sebanyak 55 %. Hasil ini menunjukkan bahwa 12 % infeksi persisten HPV
mengalami remisi akan tetapi ekspresi E6/E7 mRNA tetap ada. Pada kelompok
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 17/78
LGSIL atau ASCUS ( Atypical Squamous Cells of Undetermined Significance )
terdapat ekspresi DNA HR-HPV lebih tinggi dari ekpresi protein E6/E7 mRNA. Hasil
ini memperlihatkan bahwa infeksi persisten dari HR-HPV masih memungkinkan
terjadinya regresi atau remisi spontan. Pada LGSIL masih dalam tahap infeksi dan
sedikit yang mengekspresi E6/E7 mRNA. (Molden T,et.al. 2006, (10)
Pada penelitian Molden T et.al..2006 (10) juga, dalam pengamatan
selama 2 tahun resiko terjadinya CIN 2 yang terekspresi DNA HR-HPV hanya
sebesar 5,7 kali. Tapi pada kelompok yang terekspresi protein E6/E7 menjadi
sebesar 68,9 kali. Pada tingkat displasia berat atau kanker serviks invasif, di
dapatkan ekspresi DNA HR-HPV sama dengan ekspresi protein E6/E7 mRNA. Hasil
ini memperlihatkan bahwa tidak semua infeksi HR-HPV akan menyebabkan
terekspresi protein E6/E7. Keberadaan protein E6/E7 mRNA akan menyebabkanterjadinya karsinogenesis kanker serviks. Tidak semua infeksi HR-HPV akan diikuti
dengan proses karsinogenesis kanker serviks.(Castellsague X ,et.al., 2008(11)
Patogenesis kanker serviks
Kanker adalah suatu pengaruh dari dalam atau luar tubuh menyebabkan
pembelahan sel tidak dapat di kontrol sehingga membentuk jaringan tumor.
Mekanisme pembelahan secara normal terdiri dari 4 fase yaitu : G1, S, G2, dan M.
Ada juga fase istirahat G0. Pada fase ‘S’ terjadi replikasi DNA. Pada fase ‘M’ terjadi
pembelahan sel atau mitosis. Fase G (gap) berada sebelum fase S , G1 dan
sebelum fase M , G2. Pada siklus sel p53 dan pRb sebagai TSG (tumor supressor
genes) berperan sangat penting dimana p53 berpengaruh pada transisi G1-S dan
juga transisi G2-M. Peran pRb sendiri berpengaruh pada G1-S. Terjadinya mutasi
yang menyebabkan inaktivasi fungsi p53 dan pRb menyebabkan proliferasi sel
yang dapat terkontrol lagi. ( Murakami MS, et.al. 2001, )(20)
Sel basal terutama sel stem terus membelah , bermigrasi mengisi selbagian atas , berdiferensiasi dan mensintesa keratin. Virus yang masuk melalui
daerah mikro aberasi/luka pada jaringan permukaan epithel menginfeksi sel
basal. (Culp TD, 2004). Protein virus akan mengambil alih perkembangan siklus
sel dan mengikuti diferensiasi sel. Di duga virus masuk sel melalui ‘reseptor α6-
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 18/78
integrin ‘ dan ‘heparan sulfat’ serta ‘laminin 5’ kemudian masuknya virion di
dalam sel melalui ‘klathrin’ atau ‘kaveola’.(Lanioz V,et.al. 2008(21)
Proses masuknya virion kedalam inti sel belum jelas di ketahui. Diduga
ujung N (amino) L2 terpotong didalam kompartemen endosome melalui proteaseseluler, ‘furin’ dan selanjutnya melepaskan kompleks genom L2 kedalam sitosol.
Genom L2 kemudian translokasi kedalam nukleus. Setelah berada dalam inti maka
kaskade ekspresi gen virus terus terjadi dan memproses ‘copy’ DNA virus dalam
jumlah tertentu pada setiap sel yang terinfeksi. Genom virus bermigrasi kedalam
inti dalam bentuk episome dan terjadi aktivasi ‘early promoter’ HPV. Sintesis virus
DNA terjadi dalam sel yang terinfeksi dengan ‘copy’ episome sekitar 50-100
genom setiap sel. Setelah sel basal membelah, episome HPV mengalami replikasi
dan di distribusikan didalam sel ’daughter’(2 anak sel). Virus akan mengikutiperjalanan sel dengan melakukan diferensiasi dan tetap aktif. (Doorbar
J,et.al.2004(22).
Saat sel host yang mengandung HPV berdiferensiasi , ‘late promoter’
teraktivasi dan membentuk produk ‘late genes’ ,terbentuk kapsid dan virion baru.
Replikasi HPV tergantung dari proses sel host dan sintesa DNA virus tetap
berlangsung di seluruh strata atas epidermis.
Reaksi Imunologik
Virus HPV yang masuk menginfeksi sel serviks akan menimbulkan reaksi
sistim immun. Reaksi immun terhadap virus HPV tergantung pada beberapa
faktor yang berperan. Reaksi yang ditemukan antara lain : menurunnya sel
Langerhans, adanya ‘keratinosit HLA-DR’ dan ICAM 1 ( Intracellular Molecular
adhesive 1 ) serta LFA-1 ( lymphocyte function associated antigen 1 ).(Martin
MP,et.al.2005(23)
Pengamatan dan penelitian tentang sel mediated immune respons
terhadap infeksi HPV masih sulit. Pertama karena siklus hidup dan transkripsi gen
HPV tergantung pada stadium diferensiasi keratinosit, adanya perbedaan
pengamatan pada target antigen, juga infeksi HPV hanya terletak pada epithel
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 19/78
skuamosa. Manifestasi infeksi secara sistemik belum jelas sehingga penelitian
reaksi immun dari infeksi HPV melalui darah masih cukup sulit.
Innate immunity pada infeksi virus HPV
Secara alami garis pertahanan awal melawan benda asing pathogen adalah
ketahanan nonspesifik yang disebut innate immunity. Pertahanan awal ini
dilakukan antara lain oleh kulit, permukaan mukosa, respons non epithel
termasuk sitokin, neutrofil dan makrofag. Garis pertahanan kedua adalah
ketahanan yang didapat (aquired immunity) dan spesifik untuk beberapa benda
pathogen dan terdiri dari imunitas humoral yang dimediasi oleh antibody yang
berikatan dengan antigen untuk dipromosikan difagosit atau lisis lewatcomplement serta CMI ( cell mediated immunity). Pada infeksi virus HPV, respons
ini tidak terlalu baik karena HPV adalah imunogen buruk disebabkan strukturnya
dan karakter fisiologiknya. (Frazer I,et.al.2007(24) Protein virus HPV juga
terekspresi sangat rendah pada epithel bagian basal, sehingga tidak dapat diakses
oleh sistim imun host.Infeksi HPV hanya terbatas pada sel kulit dan tidak
menginduksi kematian sel yang merupakan pemicu utama respons innate dan
adaptif immune. Juga ekspresi antigen HPV sangat terbatas serta DNA virus HPV
tanpa perantara RNA yang memudahkan respona innate imun. Beberapa hal
diatas yang menyebabkan deteksi dan respons imun sangat lambat dan lemah.
Respons antibody terhadap antigen HPV ( seperti E1, E2 ,E6 dan L2) pada infeksi
akut atau persisten serta pada kanker serviks sangat minimal atau bahkan tidak
ada. (Stanley M,et.al. 2008(25 ) Respons dari CMI terhadap virus HPV sangat
penting dalam control infeksi HPV. Peran CD4+ T-helper dalam respons immune
tampak pada pencegahan infeksi HPV yang persisten. Juga CD4+ T-helper sangat
berhubungan dengan terjadinya regresi pada infeksi HPV. Stimulasi sel T oleh
protein E2 yang ditandai dengan level yang tinggi dari IFN-Ý konsisten dengan
fenotip T helper ( Th1) serta sangat berhubungan dengan regresinya infeksi HPV. (
Dillon S,et.al.2007(26). Selular dan humoral immunity sebagai innate immune
mempunyai peran yang terbatas dalam merespons infeksi HPV. Konsentrasi
antibody relative kurang sensitive dengan sinyal yang rendah. Infeksi virus HPV
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 20/78
tidak mengalami viremia pada kondisi alami. Setelah infeksi alami/pertama sistim
imun serta antibody sangat rendah sehingga tidak mampu memproteksinya.
Sistim imun ini meningkat pada keadaan infeksi yang persisten atau telah
menyebabkan perubahan kearah tingkatan penyakit. Partikel virus bebas yang
dilepaskan pada permukaan sel epithel mempunyai akses yang kurang ke saluran
vaskuler dan limfatik untuk limfnode dimana respons imun diinisiasi. Integrasi
DNA HPV kedalam kromosome host , menyebabkan kromosome tidak stabil
meningkatkan resistensi terhadap kedua sistim ketahanan imun yaitu innate dan
adaptif sebagai antiviral. Integrasi HPV DNA kedalam kromosome host dikenal
dan terjadi dalam proporsi yang tinggi pada kanker serviks. Respons sel T juga
sangat rendah atau menghilang pada CIN III dan kanker serviks invasive.(Stanley
MA,et.al 2009(27).
Adaptive Immunity pada infeksi virus HPV
Pada saat infeksi primer virus HPV, sistim imun secara umum berfungsi
dalam bentuk innate dan adaptif imun respons.Kedua respons imun ini bekerja
bersama sama untuk mengenal dan melawan antigen/benda asing. Pada awalnya
innate imun respons yang aktif, dan selanjutnya adaptif imun yaitu meliputi
humoral dan ‘cell mediated immune responses’ (CMI) yang melawan material
pathogen/antigen yang sama.( Frazer I,et.al. 2007(24). Respons innate imunsecara prinsip bekerja pada inflamasi lokal yang diaktivasi oleh kematian sel lokal
dan injury pada tempat infeksi. Respons innate ini meliputi pengerahan sel
fagosit seperti neutrofil, sel dendritik dan makrofag serta pelepasan ‘soluble
mediators’ seperti sitokin dan complement. Sel dendritik dalam fungsinya adalah
sebagai jembatan dari respons imun innate dan adaptif. Sel ini menangkap dan
memproses microbial antigen, jadi berfungsi sebagai ‘antigen presenting cells’
(APC) dan bermigrasi mencapai organ limfoid sekunder dan berinteraksi dengan
sel T helper yang adalah bagian dari CMI ( cell mediated immune responses).(Stanley MA, et.al.2009(27). Limfosit T helper terregulasi dalam dua bentuk yang
berbeda dari sistim immune adaptif. Pertama dapat dipersiapkan /berdiferensiasi
sebagai ‘sitotoksik T limfosit’ bagian dari efektor sel T yang dapat bermigrasi
ketempat infeksi dan membunuh sel yang terinfeksi /pathogen. Salah satu fraksi
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 21/78
limfosit T helper dan sitotoksik T limfosit menjadi ‘memory T cell’ yang
membentuk pool memory sel T. Sel limfosit T juga mengaktifkan jalur humoral
dari sistim immune, untuk menghasilkan antibody spesifik pathogen. Selanjutnya
respons immune dibutuhkan untuk bahan pathogen yang berbeda beda, dengan
respons antibody yang kuat untuk proteksi yang kokoh melawan banyak penyakit
virus (Schwarz TF,et.al.2008(28). Aktivasi limfosit T helper menginduksi
diferensiasi limfosit B menjadi ‘sel plasma’ dan mensekresi antibody spesifik
pathogen yang dapat berikatan dengan pathogen ekstraselular dan ditandai
untuk dirusak/dibunuh oleh sel fagosit. Antibody dapat juga berikatan dengan
protein kapsid virus dan mencegah masuknya virus kedalam sel host. Meskipun
virus HPV dapat menekan respons innate immune dan sistim immune, akan tetapi
infeksi primer/awal dapat menghilang kira-kira 90 %. Secara tepat rangkaian
sistim immune dalam mengikuti infaksi HPV pada serviks belum dipahami secara
jelas. Akan tetapi jelas bahwa pada awalnya innate immunity dan selanjutnya CMI
dan humoral immunity memegang peran penting dalam respons immune infeksi
HPV pada traktus genitalia. ( Schwarz TF,et.al.2008(28).
Gambar. 1. Gambaran respons immune innate dan adaptif. Peranan sel dendritik
mengaktivasi respons innate immune dan migrasi ke jaringan limfoid lokal sebagai
APC. ( dikutip dari Schwarz TF,et.al. 2008(28).
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 22/78
Sel Dendritik (DC)
Infeksi HPV secara normal adalah intraepithelial. Pada dasarnya serangan
HPV ini akan dapat dideteksi oleh APC pada epithel skuamous yang disebut sel
Langerhans (LC) yang dikenal juga sebagai ‘intraepithelial dendritic cells’. Kapsid
virus yang masuk dalam sel biasanya mengaktifkan signal untuk sel DC , akan
tetapi sel LC ini kurang merespons kapsid L1 HPV. Sekitar 8 bulan setelah infeksi
HPV, jumlah yang rendah dari neutralizing antibody untuk kapsid protein L1
ditemukan dalam serum individu yang terinfeksi. (Nicol AF,et.al.2005(18). Spesifik
IgG dan IgA ditemukan secara lokal dimukosa serviks walaupun dalam kadar yang
rendah. HPV yang menginfeksi sel keratinosit akan mengaktifkan produksi
interferon tipe 1 yang berkemampuan sebagai antivirus dan juga berperan dalam
sistim imun innate. Interferon tipe 1 (IFN α dan IFN β) mempunyai kemampuan
sebagai antivirus, antiproliferative, antiangiogenik dan sebagai immunostimulator
yang berperan sebagai perantara antara innate dan adaptif immune, sekaligus
juga mengaktifkan sel DC imatur. Efektor T limfosit sebagai CMI pertama tama
secara langsung melawan protein E2 dan E6 HPV yang direfleksikan oleh infiltrasi
spesifik sel T helper, sitotoksik T limfosit, makrofag, dan produksi local dari sitokin
proinflamasi.(Stanley M,et.al.2008(25) Akan tetapi sebagaimana virus DNA padaumumnya, virus HPV juga dapat menginhibisi sintesa interferon, juga signal
reseptor.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 23/78
Gambar. 2. Skema sederhana respons imun pada infeksi HPV. ( dikutip dariStanley M,et.al.2008(25)
Onkoprotein E6 dan E7 dapat juga menekan regulasi interferon, merubah
ekspresi respons gen interferon, dan juga gen regulator siklus sel. Bila virus HPV
hanya diam didalam lapisan sel basal, dan tidak ada replikasi virus maka HPV
dapat terhindar dari sistim imun host. Perubahan epithel serviks secara patologik
diklasifikasikan sebagai CIN ( I,II dan III) yang selalu berhubungan dengan replikasi
virus seta ‘shedding’ virus . Ditemukan bahwa menurunnya jumlah LC ( selLangerhans ) di epithel berhubungan dengan peningkatan ‘severity’ dari neoplasia
. Terganggunya kuantitas dan kualitas sel Langerhans (LC) memberi potensi
perubahan respons immune terhadap HPV dan hubungannya dengan kanker
serviks. Perkembangan lesi CIN sampai ke kanker serviks berhubungan dengan
konversi genom virus dari episomal kearah bentuk integrated dan inaktivasi p53
dan pRb serta respons immune. Respons CMI dan antibody mediated neutralizing
sangat penting mengontrol dan mengurangi infeksi HPV yang akan berkembang
kearah neoplasia. Regresi lesi infeksi juga diperankan oleh CD4+ (T-helper) danCD8+ (sitotoksik sel T) yang menyebabkan regresi spontan.
Respons sel ‘T helper’ terhadap infeksi menunjukkan hasil yang berbeda-
beda. Disatu sisi menunjukkan bahwa seT dapat menghilangkan infeksi virus. Sel T
CD8 , MHC kelas I CTL, dapat mengenal dan menghancurkan sel host yang
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 24/78
terinfeksi virus atau sel tumor yang disebabkan oleh virus. Sel basal yang
terinfeksi akan memperlihatkan antigen virus tapi sistim immun adaptif tidak
mampu dirangsang sehingga toleransi perifer dapat terjadi. (Martin MP,et.al.
2005(23).
Pada lesi tampak penyimpangan perkembangan sementara reaksi immun
lokal atau sistemik dari respons antibodi ‘Th1’ ke respons ‘Th2’ yang didominasi
oleh sitokin IL-6 dan IL-10. Penyimpangan ini terjadi karena infeksi terjadi
bersamaan waktu dengan respons innate dan adaptif immun yang berhubungan
dengan produksi antibodi. (Schwarz TF,et.al.2008(28)
Analisa pada SIL ( squamous intraepithelial lesion) dan sediaan kanker
serviks menunjukkan aktivitas CTL di lesinya. Sel CTL juga dapat menurunkan
ekspresi pE6 dan E7. Pada infeksi persisten HPV 16 (E6 dan E7) didapatkan CTL
yang kurang, sehingga disimpulkan CTL sangat penting untuk menghilangkan
infeksi HPV 16.
Peran sitokin antiviral dan antiproliferatif.
Pada siklus infeksi , pada dasarnya ikut serta dengan keratinosit.
Keikutsertaannya sejak awal mulai dari sel basal primitif dalam epithel dan
berlangsung terus sampai berakhirnya diferensiasi sel skuamosa. Sel epithelmerupakan pertahanan mekanis awal . ( Stanley M,et.al.2008(25 )
Keratinosit mensekresikan sitokin dalam jumlah yang sedikit, termasuk
sitokin pro-inflamasi, ‘growth factors’serta kemokin yang dapat meningkat akibat
berbagai rangsangan. Sitokin mempunyai peranan penting dalam memodulasi
respons immun. Termasuk sitokin/kemokin antara lain : IL-2, IL-3, IL-4, IL-6, IL-10
dan IL-12 serta ‘transforming growth factor β’ (TGF-β ) , TNF ( tumor necroting
factor), IFN- α dan IFN-β (interferon) yang di produksi oleh sel epithel dapat
menghambat proliferasi keratinosit yang terinfeksi dengan HPV. Termasuk juga
menghambat gen HPV E6 dan E7. Gen/protein E6 berperan menghancurkan p53
melalui ‘ubiquitin mediated proteolysis’, sedang pE7 berinteraksi dengan pRb
yang berperan meregulasi siklus sel. Transforming growth factor –β (TGF-β )
mampu menghambat sel immortal HPV 16 dengan menekan gen c-myc. Virus
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 25/78
HPV 11 memperlihatkan overekspresi TGF-β dan ‘down regulate ‘ bcl-2, c-myc, c-
jun dan c-Ha-ras serta mengkode ekspresi gen NFkB. Sitokin TNF mempunyai
pengaruh antiproliferasi pada sel keratinosit yang terinfeksi HPV 16. Tetapi tidak
berpengaruh pada sel keratinosit immortal yang terinfeksi HPV 18. Seperti halnya
TGF-β, TNF juga mampu menekan ekspresi pE6 dan E7 pada sel keratinosit
immortal HPV 16. (Chang DC,et.al. 2005(29)
Interferon termasuk IFN-α, IFN-β serta IFN-γ yang di produksi sel T
menunjukkan antiproliferatif terhadap sel keratinosit immortal yang terinfeksi
HPV 16. Interferon-α (IFN-α ) juga dapat menghambat ekspresi protein E7 HPV
16, tetapi tidak berpengaruh pada ekspresi E6. Dapat juga menghambat ekspresi
pE6 dan E7 dari HPV 18.(Burd EM, 2003(17)
Interferon-β (IFN-β) dapat menurunkan transkripsi gen E6 dan E7 HPV 16 pada
keratinosit HPK-1A tapi tidak demikian dengan IFN-α dan IFN-γ.
Interferon-γ (IFN-γ ) menghambat transkripsi gen E6 dan E7 HPV 16, HPV 18 dan
HPV 33 yang disertai hambatan pertumbuhan keratinosit immortal, namun IFN-α
tidak demikian. Interferon-γ juga dapat menghambat proliferasi pertumbuhan
HPV 16 dengan konsentrasi 10-100 kali lebih tinggi dari normal. (Stanley M
2008,et.al.(25)
Sel tumor diduga tidak terpengaruh oleh efek sitokin antiproliferasi pada
sel immortal ,juga sitokin proinflamasi tidak berpengaruh pada sel yang immortal.
Setelah transformasi maligna/keganasan, terjadi resistensi terhadap pengaruh
IFN. Sel yang terinfeksi HPV dapat lepas dari pengaruh sitokin proinflamasi.(Chen
J, Guoying Ni, 2011(30)
Peningkatan tumorigenesis menurunkan ekspresi TNF. Pelepasan reseptor
TNF solubel tipe 1 meningkat pada sel tumorigenik. Pengukuran reseptor TNF
solubel tipe 1 dan 2 meningkat dalam serum terinfeksi, sehingga disimpulkan
bahwa reseptor solubel TNF memfasilitasi pertumbuhan lesi. Protein E7 mampu
menghambat ekspresi INF-α, melalui penghambatan pada translokasi p48 yang
merupakan komponen ikatan DNA-IFN-α. Dari beberapa hal diatas, dapat
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 26/78
disimpulkan bahwa sel tumor mempunyai kemampuan untuk menghindari dan
menghambat ekspresi sitokin proinflamasi.
Mekanisme HPV Menghindar dari Respons Imun
Infeksi virus HPV yang progresif berkembang dari tingkat dysplasia serviks
menjadi kanker serviks invasive hanya berkisar kurang lebih 12 %saja. Setelah
virus masuk melalui lesi kecil pada daerah SSK dan mencapai sel target yaitu sel
basal, makrofag sebagai pertahanan awal akan memfagosit virus HPV agar dapat
membunuhnya. Akan tetapi virus HPV tidak mati bahkan virus mempunyai
kesempatan melakukan replikasi dalam makrofag. Telah diketahui bahwa untuk
replikasi maka , virus HPV harus memerlukan DNA , protein dan energy dari host.Virus mempunyai beberapa sifat dalam proses infeksi antara lain (Martin MP
et.al.2005(23) :
1. Dapat menginfeksi sel/jaringan tanpa menimbulkan respons inflamasi
2. Dapat berkembang biak dalam sel host tanpa merusaknya.
3. Dapat mengganggu fungsi khusus sel terinfeksi tanpa merusak secara
nyata.
4.
Merusak sel atau mengganggu perkembangan sel host.
Pada infeksi yang persisten, HPV berupaya lolos dari sistim imun sehingga dapat
bertahan bahkan menyebabkan perubahan seluler seviks kearah dysplasia
selanjutnya menjadi kanker. Beberapa faktor yang sangat menunjang virus HPV
lolos dari sistim imun antara lain (Kanodia S, et.al.2007(31) :
-1. Virus HPV bersifat ‘non-lytic’ dan tidak menampakkan signal pro-inflamasi,
hingga tidak mengaktifkan sel DC ( sel dendritik) sehingga tidak menginduksi
migrasi sel ini pada daerah lokal infeksi. Infeksi HPV yang non- lytic sebabkanterbatasnya produksi antigen sehingga meminimalkan reaksi sistim imun adaptif.
Ekspresi protein E sangat rendah. Kesemuanya memberi sinyal pro-inflamasi yang
buruk sehingga mengurangi respons imun host.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 27/78
-2. Virus HPV dapat mengurangi kode genetik yang berlebihan untuk kontrol
produk gennya. Melalui kontrol mekanisme transkripsi dan translasi dan
mencegah ekspresi gen L pada lapisan basal epithel, dapat menghindarkan
deteksi respons imun.
-3. Sel T sangat penting mengontrol infeksi HPV dan menginduksi tumor. Supresi
imun atau defisiensi imun memberi peluang HPV menginduksi tumor/kanker.
Virus HPV mengganggu pengenalan antigen untuk membentuk ‘peptida-MHC
complex’. Protein peptide E6 dan E7 tidak diekspresikan oleh HPV + sel tumor
sehingga lolos dari ‘cytotocxic T cell’ (CTL).
-4. Mengganggu fungsi interferon. Interferon-γ diekskresi oleh sel imun untuk
meregresi infeksi HPV. Peran antiviral dan respons imun dan control sel tumbuh
diekspresikan oleh IFN dan ISG ( IFN-stimulated gene) serta sitokin yang berikatan
dengan ISRE (IFN-stimulated response element). Protein E7 HPV dapat
menghambat ISRE. Juga IFN tidak dapat menginhibisi transkripsi dari E6/E7 RNA.
Protein E7 menekan IRF-1 (IFN-regulatory factor-1), protein E6 menghambat
fungsi IRF-3.
-5. Protein E6/E7 menghambat produksi mediator imun. Menghambat kemokin
MCP-1( monosit chemo attractant protein-1) yang menarik monosit, memory sel
T dan NK sel. Menekan produksi IL-8 dan IL-18 yang berperan sebagai ‘chemo
attractant’ untuk neutrofil, basofil dan sel T.
-6. Mengalihkan profil sitokin, dengan cara meningkatkan level dari IL-10 yang
menekan respons imun melawan infeksi HPV. Perubahan profil sitokin mengarah
pada kondisi immunosupresi dan menyebabkan HPV menginduksi terjadinya
kanker serviks.
-7. Mengatur molekul adhesive pada APC (LC). Molekul adhesive pada LC antara
lain : E-cadherin, ICAM-I, VCAM-I, LFA-3. Protein HPV dapat menekan ekspresi
molekul adhesi tersebut. Protein E6 dapat menekan ekspresi E-cadherin dalam sel
keratinosit dan secara tidak langsung membatasi presentasi antigen virus untuk
sel LC.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 28/78
-8. Mengatur signal intraseluler. Protein HPV menginhibisi LC dengan menekan
aktifnya PI3-K ( phosphoinositide 3 -kinase) dan menekan MAPK (mitogen-
activated protein kinase).
-9. Menginhibisi migrasi APC. Melalui penekanan pada ekspresi MIP-3 alpha (macrophage inflammatory protein-3 alpha) yang dihasilkan oleh sel epidermal
yang mengalami inflamasi.
-10.Mencegah Apoptosis sel yang terinfeksi.
Peran HR-HPV Sebagai Karsinogen Pada Kanker Serviks
Infeksi virus HPV pada serviks memproduksi koilositotik atapia. Padaperkembangan lebih lanjut, terjadi perubahan yang disebut dysplasia atau CIN (
cervical intraepithelial neoplasia). Selanjutnya dysplasia juga mempunyai arti
sebagai ’maturasi abnormal’ dan terbagi menurut gradasinya. Dysplasia dapat
berkembang menjadi kanker serviks invasive. Dysplasia ditandai oleh adanya sel
imatur, disorganisasi seluler, inti abnormal, dan peningkatan aktivitas mitosis.
Displasia terbagi dalam 3 gradasi yaitu : CIN I atau LGSIL dan CIN II serta CIN III
atau HGSIL.(Bosch FX,et.al.2002(32)
Banyak infeksi virus HPV pada serviks ( dengan sel abnormal atau tidak )
menghilang atau disupresi oleh ‘cell-mediated immunity’ setelah satu sampai 2
tahun setelah terpapar. Sekitar 80-85 % displasia ringan (LGSIL) dapat menghilang
setelah 5 tahun tanpa diobati . Aktivasi sistim immune memegang peran penting
pada proses regresi ini. Regresi spontan pada LGSIL sebesar 40 % setelah 2-3
tahun , pada HGSIL sekitar 20 % kembali ke gradasi LGSIL. Gradasi HGSIL
berkembang menjadi kanker serviks sebesar kurang lebih 66 % setelah 2-3
tahun. (Dinesh Gupta, 2010(15).
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 29/78
Gambar 9. Mekanisme karsinogenesis virus HPV menginfeksi sel normal dan
berkembang menjadi sel dysplasia low grade ( LGSIL) dan high grade (HGSIL)
selanjutnya kanker serviks. (dikutip dari Bosch FX,Lorincz A,Munoz N,Meijer
CJLM,Shah KV. The causal relation between human papllomavirus and cervical
cancer.(2002 (32)
Human Papilloma Virus yang menginfeksi sel basal epithel serviks akan
mengsintesa protein untuk pembentukan partikel virus baru. Sel epithel yangterinfeksi akan mengaktifkan mekanisme pertahanan seluler untuk memperbaiki
rangkaian DNA sebelum membelah lebih lanjut. Proses ini terjadi sementara
dalam fase siklus sel. Ini diatur oleh protein kaskade antara p53 dan pRb. Pada sel
yang mengandung lokasi virus DNA akan masuk dalam proses kontrol untuk
diperbaiki kerusakannya atau dieliminasi oleh p53 dan pRb. Sehingga sel yang
terinfeksi masuk dalam program kematian sel atau ‘apoptosis’, untuk mencegah
perkembangan sel yang terinfeksi. (Longworth MS,et.al.2004(33).
Virus HR-HPV mempunyai protein untuk menghambat sistim pertahanan
seluler tersebut. Gen transformasi virus E6 dan E7 menghambat kontrol sel
untuk proliferasi sejak terekspresi dalam jaringan. Onkoprotein E6 akan berikatan
dengan p53 menghambat kontrol tumbuh dan diferensiasi sel , sebagian
menstimulasi p21 dan p 16 sehingga siklus sel berlanjut ke fase ‘S’. (Bosch
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 30/78
FX,et.al.2002(32) Demikian juga yang berlaku pada pRb oleh pE7. Selain tidak
mampu mengeliminasi virus DNA juga kehilangan fungsi melakukan perbaikan
DNA rusak. Pada waktu yang sama juga hilang atau berkurangnya ekspresi
molekul kelas I ‘complex histocompatibility’, dimana kehilangan pengenalan
terhadap presentasi antigen permukaan. Perubahan yang disebabkan oleh HPV
ini dapat menerangkan mengapa sel kanker lepas dari kontrol sistim immun
seluler. (Burd EM, 2003(17)
Virus HPV tidak mempunyai reseptor spesifik tapi mempunyai permukaan
molekul dengan fungsi vital yang menyebabkan tidak dapat mencegah target
infeksi. Infeksi virus dengan jumlah yang banyak menjadikan sistim immun tidak
dapat mengeliminasi seluruhnya.Sehingga peluang transformasi neoplastik makin
besar. Walaupun demikian infeksi dengan jumlah virus sedikit tapi persisten tetapmemberi peluang terjadinya tumor.(Howley PM,et.al.2001(34) Secara umum
virus DNA terintegrasi dan terfragmentasi dalam genom sel host . Bagian virus
DNA yang terbelah pada daerah E2 menghilangkan kapasitas area pengaturan
untuk ekspresi genetik virus. (Rodriquez C,et.al. 2009(12)
Beberapa karakteristik yang menyokong peran HR-HPV menginduksi sel
host menjadi kanker serviks antara lain : (Bosch FX,et.al.2002(32)
-Selalu ditemukan adanya HPV DNA dalam sel neoplastik pada biopsi jaringantumor.
-Adanya ekspresi onkogen virus, pE6 dan Pe7 dalam material tumor.
-Adanya material transformasi dari pE6 dan pE7
- Dibutuhkannya ekspresi pE6 dan pE7 untuk mempertahankan kelangsungan
fenotip keganasan sel kanker serviks.
- Adanya interaksi onkogen virus dengan protein yang mengontrol pertumbuhan
sel host.
- Pada penelitian epidemiologik infeksi HR-HPV adalah faktor utama untuk
perkembangan kanker serviks.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 31/78
Bentuk perubahan transkripsi pada lesi terjadi peningkatan sesuai derajat
beratnya. Seluruh ORFs (E1-E7) terekspresi pada awal lesi, tapi ekspresi ORF E4
dan E5 tidak ditemukan pada kanker invasif. Protein E6 dan E7 mempunyai
kemampuan transformasi. Kedua protein ini selalu intak dan tetap terekspresi
pada sel kanker serviks, sel yang telah ditransformasi oleh HPV. Keduanya
terekam pada level yang tinggi pada lesi derajat tinggi (HGSIL) dibanding pada
LGSIL. Pada lapisan sel , DNA HPV terintegrasi pada DNA sel host.(Burd EM,
2003(17)
Pengaruh onkogen virus HPV pada kejadian kanker serviks
Virus DNA membawa onkogen yang terletak dalam genomnya dan dapat
mentransformasi sel host yang terinfeksi. Virus DNA menggunakan
onkoproteinnya sebagai komponen kunci merusak control/regulasi sel tumbuh
secara normal. Pertumbuhan sel secara normal sebagian besar diatur oleh 2
protein selular yaitu protein supresor tumor ‘p53’ dan ‘pRb’. Onkoprotein E6 akan
mengikat p53 dan onkoprotein E7 akan mengikat pRb. Ikatan pE7 dengan pRb
dalam bentuk fosforilasi akan mengurai pRb-E2F sehingga pE2F menjadi bebas..
Protein E2F adalah protein factor transkripsi pada fase ‘S’ dari siklus sel.
Sehingga memicu transkripsi gen masuk dalam fase ‘S’ siklus sel tanpa melalui
proses normal. Protein E2F yang bebas akan merangsang siklus sel berlangsungterus melalui mekanisme aktivasi proto-onkogen ‘c-myc’ dan ‘N-myc’. Akibatnya
siklus sel berlanjut tanpa control. (Faridi R,et.al.2011(1) Pada proses regulasi
siklus sel di fase G0 dan G1, TSG pRb juga diikat oleh pE7 sehingga pE2F bebas
maka mekanisme aktivasi terjadi juga. Produk gen HPV E7 berikatan dengan
bentuk fosforilasi pRb. Produk gen E7 dapat berinteraktif dengan protein seluler
seperti ‘cyclin E’ dan menstimulasi sintesa DNA dan proliferasi sel. Peningkatan
integrasi dan produksi protein E6 dan E7 dalam progresivitas perubahan sel
menjadi kanker bergantung pada integrasi TSG ( tumor suppressor gen ) : ‘hTERT’(human telomerase reverse transcriptase), p53 dan pRb protein. Protein ‘hTERT’
adalah sub unit katalis dari ‘telomerase’ yang berperan pada sintesa akhir
‘telomer’ rangkaian kromosome pada saat replikasi DNA.(Ferber
MJ,et.al.2003(35) Telomerase adalah gen yang mempengaruhi batas umur suatu
sel. Semakin panjang atau perpanjangan telomerase akan meningkatkan umur
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 32/78
sel.(Wang PH,et.al.2006(7). Tidak sama dengan kanker lainnya , p53 pada kanker
serviks biasanya dalam bentuk ‘wild type’ dan tidak dalam keadaan mutasi.
Produk gen HPV E6 berikatan dengan p53 sebagai target untuk mempercepat
degradasi melalui ‘cellular ubiquitin ligase’. Interaksi p E6 dengan p53 tidak secara
langsung, tetapi dimediasi oleh protein seluler yang disebut ‘E6 associated
protein’ ( E6AP). Protein E6AP ini adalah ‘ubiquitin protein ligase’. Degradasi ini
efeknya sama dengan inaktivasi karena mutasi. Akibatnya aktivitas normal dari
p53 sebabkan ‘arrest’ G1, apoptosis dan repair DNA terhambat.
Kemampuan protein E6 dan E7 secara bersama-sama dan efektif
menyebabkan sel keratinosit immortal. Keadaan ini merupakan kharakteristik dari
HPV high risk dan tidak pada low risk. Protein HPV E6 low risk tidak berikatan
dengan p53. Produk gen HPV E7 berikatan dengan bentuk fosforilasi pRb. Ikatanini memutuskan ikatan kompleks pRb dengan ‘factor cellular transcription’ E2F-1,
sebabkan E2F-1 bebas. Sehingga memicu transkripsi gen masuk dalam fase ‘S’
siklus sel tanpa melalui proses normal. Produk gen E7 dapat berinteraktif dengan
protein seluler seperti ‘cyclin E’ dan menstimulasi sintesa DNA dan proliferasi sel.
(Burd EM, 2003(17)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 33/78
Gambar 3. Pengaruh protein E6 dalam proses siklus sel serta inaktivasi p53
yang menginduksi sel terinfeksi HPV menjadi immortal. ( dikutip dari Burd
EM.Human Papillomavirus and Cervical Cancer,2003)(17)
Onkogen yang bersifat mutagen dan masuk dalam sel target sebabkanmutasi proto-onkogen . Onkogen akan menginduksi sel mutan baru untuk
bertumbuh menjadi kanker. Onkogen virus HPV adalah onkoprotein E6 dan E7.
Onkoprotein E6 dan E7 diekspresikan sebagai poliprotein. Panjang asam amino
pE6 : 151 dan pE7 : 98 as. amino. Protein E6 terletak dimatriks nucleus dan
membrane nonnuclear. Protein E6 mempunyai 2 daerah ikatan dengan ‘zink’.
Dapat mengikat lebih dari 12 macam protein. Ekspresi E6 dapat sebabkan sel
immortal. Protein E6 mengikat p53 sebagai TSG( tumor suppressor gen) hingga
regulasi siklus sel, ‘arrest’ maupun ‘apoptosis’ terhambat. Pada kerusakan DNAoleh sebab eksogen termasuk virus, p53 teraktivasi dan sebabkan sel arrest atau
masuk program apoptosis. Bila p53 diikat oleh pE6, fungsi ini gagal dan terjadi
peningkatan proliferasi sel. Protein E6 juga meningkatkan ‘telomerase’ melalui
ikatan kompleks dengan Myc/mac protein dan Sp-1 yang akan mengikat enzyme
‘htert’ (human reverse transcriptase) sebabkan aktivitas telomerase hingga sel
terus berproliferasi dan immortal.(Wang PH,et.al.2006(7) Protein E7 terdapat
terutama di nucleus, dapat berikatan dengan family pRb. Fungsi protein pRb
adalah mengatur siklus sel. Protein Rb terikat dengan factor transkripsi ‘E2F-DP’ .
Protein pRb terdiri dari protein : p 107, p 120 dan p 130. Protein Rb yang tidak
difosforilasi dalam kompleks dengan factor transkripsi E2F-DP dan mengakibatkan
represi transkripsi. Protein Rb bila berikatan dengan pE7 akan melepaskan E2F-
DP dan sebabkan replikasi sel basal/suprabasal. Protein E2F yang bebas akan
merangsang siklus sel melalui aktivasi proto-onkogen c-myc dan N-myc dan
mengakibatkan siklus sel berlangsung tanpa control. Protein E7 dapat mengikat
cyclin A dan E serta juga berikatan dengan p 21 dan p 27 sehingga meningkatkan
proliferasi sel. Protein p 21 dan p 27 adalah ‘cdk inhibitor (cdk 1 )’. Ikatan dengan
pE7 akan mengaktifkan ‘cdk’. Ikatan pE7 dengan ‘HDACs’ ( hystone d-acetylases)
sebabkan sel immortal . Kombinasi mekanisme tersebut diatas mendorong
transformasi keganasan sel (serviks). Kegagalan control siklus sel awal
perkembangan ke arah kanker. Kanker berkembang dari beberapa mutasi yang
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 34/78
bebas. Virus DNA dapat menyebabkan mutasi dan transformasi sel yang
terinfeksi. Virus mampu mengintegrasikan informasi genetiknya kedalam DNA sel
host. Akibat integrasi tersebut sebabkan produksi berubah dan disebut protein
transformasi. Integrasi DNA virus dan DNA host akan menyebabkan mutasi sel
dan ini merupakan awal proses transformasi sel. (Raybould R,et.al.2011(36).
Gambar 4. Patogenesis dari onkogenik HPV. Gen HPV E6 dan E7 mengkode
protein multifungsi dan berikatan dengan p53 seluler dan protein pRb , merusak
fungsi keduanya dan merubah jalur pengaturan siklus sel menuju ke transformasi
seluler. (dikutip dari Burd EM. Human Papillomavirus and Cervical
Cancer,2003)(17).
Pada sel yang berubah, DNA HPV terintegrasi kedalam satu atau lebih
kromosome. Pada proses integrasi, pE2 tidak berfungsi sehingga merangsang
aktivitas pE6 dan pE7. Target gen untuk beberapa mutasi terbagi dalam 2kategori. Pertama,peluang mutasi gen akan meningkat bila sel terakumulasi
mutasi selanjutnya. Perubahan akan meningkat bila lesi gene terakumulasi dan
memberi kontribusi pada perubahan neoplastik. Kedua, secara langsung gen
dipengaruhi oleh kontrol tumbuh dan sifat seluler. (Raybould R,et.al.2011(36)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 35/78
Perubahan fungsi p53, kerusakan DNA , stimulasi growth factor, regulasi negative
atau mutasi dari TSG dll. Fosforilasi pRb berhubungan dengan kehilangan fungsi
supresi gen. Cyclin A dan E, p34-cdc2 dapat memfosforilasi Rb. Stimulasi
proliferasi oleh CSF 1 (colony stimulating factor 1) menginduksi G1-cyclin dalam
makrofag. Transforming growth factor β (TGF –β ) adalah inhibitor tumbuh.
Ekspresi TGF –β menurun oleh c-myc (proto-onkogen). TGF β mencegah fosforilasi
pRb hingga terjadi status supresi. (Martin MP,et.al.2005(23)
Apoptosis
Apoptosis adalah mekanisme penghancuran sel sendiri yang diprogram
secara aktif untuk pengaturan keseimbangan siklus sel. Program ini diatur oleh
sel sendiri dan lingkungannya untuk proliferasi dan kematian sel. Bila proliferasi
berlebihan atau tanpa halangan akan mengarahkan pada fenotip neoplastik. Sel
apoptotic akan difagosit. Perubahan sel pada apoptosis : 1.shrinkel sel
(penyusutan). 2. Kondensasi dan marginalisasi serta fragmentasi kromatin, 3.
Retensi struktur organel sitoplasma. Induksi apoptosis mulai dari interaksi
reseptor permukaan sel dan ligannya. Beberapa aktivasi apoptosis, fibroblast
dengan TNF (tumor necrosis factor), hepatocyte oleh TGF-β 1 (transforming
growth factor-β1), monosit oleh IL-4 dan neutrofil oleh IL-6. Dalam immune sistim
control limfosit T dan B adalah utama dalam mekanisme apoptosis. (SondelPM,et.al.2001(19) Sitotoksik lmfosit T melawan benda asing termasuk virus dan
mikroba. Target sel apoptosis dinduksi secara cepat, fragmentasi DNA terjadi
beberapa menit setelah CTL berikatan dengan sel target. Sel CTL menginduksi
apoptosis melalui : 1. Sekresi aktif molekul, ‘perforin’ dan granzymes’.2. Berikatan
dengan reseptor target sel,Fas (APO-1) yang bereaksi silang dengan monoclonal
antibody yang menginduksi apoptosis dengan antigen pada permukan sel.
Tyrosine fosforilasi , generasi dari inositol fosfat,yi : protein kinase C (PKC), AMP-
dependent protein kinase (PKA) dan ‘ceramide’ juga Ca2+ ionophore sebagaimessenger kedua untuk apoptosis. Salah satu gene yang berperan adalah p53.
(Gregory CD,et.al.1996(37)
Virus HPV menghalangi apoptosis dengan menghambat fungsi p53. Peran
virus onkogenik menekan apoptosis sangat berhubungan dengan perkembangan
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 36/78
penyakit neoplastik. Jumlah sel tidak hanya oleh pembelahan sel, tapi
berhubungan dengan keseimbangan produksi dan kematian sel. Perkembangan
neoplastik berhubungan dengan peningkatan promosi proliferasi sel dan
hambatan pada kematian sel. Hambatan pada proses kematian sel ada 2 hal yaitu
: 1. Supresi gen untuk hambat apoptosis dan 2. Aktivasi gen untuk promosi
penghambatan apoptosis. Jadi inhibisi apoptosis memberi kontribusi ke
onkogenesis melalui beberapa mekanisme seperti gen kematian dan
regulatornya, tumor suppressor gene, ‘apoptosis antidotes’ seperti ‘bcl-2’.
Hambatan peran p53 untuk mengontrol kerusakan DNA meliputi repair DNA atau
apoptosis member kontribusi kuat untuk tumorigenesis. Onkogenik bcl-2
mempromosi proliferasi dan menyebabkan survival sel menjadi lebih panjang.
Kombinasi bcl-2 dan c-myc meningkatkan perkembangan tumor. Protein produksi
dari proto-onkogen c-myc adalah Myc, yang mempunyai 2 fungsi yaitu proliferasi
atau mengarahkan apoptosis. Protein Myc dengan bcl-2 mengekspresikan ke
onkogenik.(Howley PM,et.al.2001(34)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 37/78
Gambar 6. Jalur ke neoplasia dari ‘low ke high grade malignancy’ berdasarkan
perubahan keseimbangan antara proliferasi dan apoptosis. (dikutip dari Gregory
CD,et.al.. Apoptosis : A Role in Neoplasia )(37)
Jadi proses inhibisi apoptosis dapat member kontribusi pada onkogenesis melalui
banyak mekanisme termasuk kematian sel dan regulatornya, gen tumor supresor,
dan’anti dotum apoptosis’ seperti ‘bcl-2’. Sebagai pemahaman bahwa banyak
respons pengobatan sangat tergantung pada efek control dari proses apoptosis
yang mempunyai kharakteristik pengaturan jumlah sel. Penyokong fungsi gen
untuk kematian sel dan gen tumor supresor dalam pathogenesis dari tumor
sangat penting. Seperti peran p53 gen dalam memprogram apoptosis pada
kerusakan DNA atau memberi kesempatan perbaikan DNA sebagai fungsi control
pada fase siklus sel.. Kegagalan control ini akan memberi kontribusi signifikan
pada proses tumorigenesis. Potensi gabungan ‘bcl-2/c-myc’ mengarahkan pada
perkembangan tumor. Protein hasil/produk dari proto-onkogen ‘c-myc’ yaitu
‘Myc’, adalah sebagai activator transkripsi saat DNA berikatan dengan propertinya
akan meningkat setelah heterodimer dengan pasangan nuklearnya, ‘Max’.
Beberapa fungsi Myc antara lain dapat juga mempengaruhi proliferasi atau
apoptosis.Apabila ada sinyal survival sel yang efektif maka Myc akanmengekspresikan proliferasi. Adanya ‘bcl-2’ melakukan deregulasi ‘c-myc’
sehingga menunjukkan perubahan potensi onkogenik.(Gregory CD,et.al.1996(37)
Respons immune terhadap sel kanker serviks
Peran sistim immune pada kejadian kanker berdasarkan pada : -Beberapa
tumor tertentu dapat sembuh secara spontan/mengalami regresi spontan. -Pada
pemeriksaan otopsi , insidens keganasan tertentu kira-kira 40 kali lebih tinggi dari
kejadian kilinik. -Pada penderita dengan defisiensi immune atau yang mendapatpengobatan immunosupresi , kejadian keganasan sangat meningkat. Misalnya
insidensi sarcoma Kaposi pada HIV/AIDS. (Nicol AF,et.al.2005(18).
Sistim immune yang berperan adalah sistim immune alami dan sel T
spesifik. Reaksi timbul terhadap antigen baru atau yang diubah pada ermukaan
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 38/78
sel tumor. Sehingga berperan pada ketahanan perkembangan dan pertumbuhan
progresif tumor. Mekanisme immune yang merespons sel tumor pada dasarnya
sama dengan mekanisme melawan sel/benda asing lainnya. Pemahaman dasar
adalah konsep dimana secara kimiawi sel tumor memiliki antigen pada sel
permukaan yang berbeda baik secara kuantitatif maupun kualitatif disbanding sel
host normal. Protein, lemak dan karbohidrat dapan tersimpan sebagai material
’tumor terkait antigen’ (TAA). Beberapa TAA dapat dikenali oleh host untuk
resistensi tumor spesifik dalam menekan pertumbuhan tumor. Tumor yang yang
tumbuh spontan sulit dikenal atau direspons oleh sistim immune dibanding tumor
yang di inisiasi oleh virus atau bahan kimiawi.(Martin MP,et.al.2005(23). Respons
pada antigenitas tumor dan pada immunitas tumor spesifik sangat serupa dengan
yang terjadi pada reaksi penolakan allograf yang melibatkan sistim antigen
transplantasi. Antigen tumbuh dalam beberapa tumor dan spesifik untuk setiap
tumor atau kelompok tumor. Antigen ini disebut TATA ( Tumor associated
transplantation antigen) atau TAA ( tumor associated antigen). Keduanya adalah
antigen permukaan sel dan membangkitkan respons immune spesifik. Antigen ini
ada dibawah pengaruh genetic dan dapat diturunkan pada sel turunannya. Host
memiliki mekanisme respons immune spesifik dan non spesifik. Pada penolakan
tumor, respons immune diarahkan terhadap pemeliharaan homeostasis.
Homeostasis dapat diubah kearah pembentukan tumor atau kearah yangmenguntungkan host. Hambatan yang terjadi karena sel kanker/tumor tidak
merespons lagi regulasi yang mengatur pengendalian sel secara normal. Sel
tumor membentuk bermacam-macam produk khusus. Beberapa produknya
merupakan antigen tipe transplantasi ( TATA). Produk yang lain menggambarkan
ekspresi virus. Produk lain berupa enzim, kolagenase tipe IV, juga factor lain yang
dapat menghindari mekanisme pertahanan host seperti kemotaksis, fagositosis,
fungsi makrofag, fungsi limfosit dan mediator untuk ekspresi immunitas
seluler.(Sondel PM,et.al.2001(19)
Imunitas seluler spesifik pada sel kanker serviks
Sel tumor dapat dimatikan oleh sel limfosit spesifik. Sel limfosit T-sitotoksik
reaktif terhadap antigen sel permukaan. Sel T immune tumor spesifik mengenal
‘antigen terkait tumor’ (TAA) dalam kaitan dengan antigen kompleks
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 39/78
histokompatibilitas mayor (MHC). Immunitas tumor juga ditunjukkan terhadap
antigen terkait membrane atau antigen yang dilarutkan oleh transformsi limfosit
atau oleh pelepasan mediator seperti MIF atau LIF dari limfosit yang tersensitisasi.
Faktor lain seperti RNA imun dan interferon merespons antigen tumor. Respons
sel T bergantung pada interleukin. Gangguan pada makrofag untuk memproduksi
IL-1 , kerjasama subset sel T berkurang, produksi IL-2 yang menurun akan
mengurangi respons immune terhadap sel tumor.
Imunitas humoral terhadap sel kanker serviks
Imunitas humoral adalah antibody spesifik untuk antigen tumor.
Antibodi spesifik terhadap antigen tumor membunuh sel sasaran (tumor)
melalui 2 cara : (Sondel PM,et.al.2001(19)
-1. Bergantung komplemen. Antibodi IgG atau antibody IgM mengikat sisi
antigenic pada sel sasaran dan mengaktifkan reaksi berantai komplemen.
Komplemen-komplemen terminal C8 dan C9 menyebabkan lysis dengan jalur
klasik.
-2. Tidak bergantung pada komplemen. Dikenal sebagai reaksi sitotoksik seluler
tergantung antibody. Bila antibody IgG spesifik tumor mengikat sel sasaran
membrane , ada perubahan pada sisi Fc dari rantai berat. Berbagai macam sel
efektor dengan reseptor untuk bagian Fc IgG kemudian dapat mengikat pada sel
tumor yang diselubungi antibody dan menyebabkan lysis. Sel efektor utama
adalah ‘makrofag’ dan ‘sel NK’, yang merupakan limfosit granuler besar .
Ada juga imunitas alami yang berperan untuk menekan pertumbuhan sel
tumor . Imunitas alami ini tidak bergantung pada pemaparan awal sel tumor.
Sistim imun alami merupakan bagian multifaset. Termasuk sistim ini al : makrofag,
sel NK, sel-sel efektor sitotoksik lainnya, granulosit, dan antibody alami.Komponen-komponen sistim immun ini membentuk garis pertahanan pertama
melawan sel tumor dan bahan/benda asing lain seperti mikroba. Monosit dan
makrofag mempunyai reaksi sitotoksik secara spontan terhadap berbagai macam
sel tumor.Reaksi terhadap sel tumor tidak bergantung pada pengenalan TAA
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 40/78
(antigen terkait tumor) tetapi bergantung pada beberapa struktur permukaan
yang diekspresikan oleh sel tumor.(Sondel PM,et.al. 2001(19)
Perkembangan kanker serviks
Displasia Serviks
Perkembangan kanker serviks mulai dari tingkat pra-kanker atau dysplasia
serviks. Lesi pra-kanker ini dikenal sebagai CIN (Cervical Intraepithelial Neoplasia )
atau NIS (Neoplasia Intraepithel serviks). Lesi ini merupakan awal dari perubahan
menuju kanker serviks. Lesi ini ditandai dengan adanya perubahan displastik
epithel serviks. Secara klasik berkembang mulai dari NIS I ( CIN I) kemudian NIS II
(CIN II) selanjutnya NIS III (CIN III) dan terakhir kanker serviks invasif. Skrining
untuk pemeriksaan lesi pra-kanker ini secara sederhana adalah pemeriksaan Pap
smear. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar 3 tahun setelah seorang wanita
melakukan hubungan seksual. (Massad LS,et.al.2009(38)
Konsep regresi spontan ataupun lesi yang persistent menyatakan bahwa
tidak semua lesi pra-kanker akan berkembang menjadi lesi yang invasif.
Mekanisme terjadinya regresi belum jelas. Diduga adanya aktivasi dari ‘TLR 7’ (
Toll-like receptor) dan ‘TLR 8’ yang mempromosi inflamasi lokal dan menginduksi
regresi yang berhubungan dengan HPV. ( Frazer I,et.al.2006(39)
Untuk memudahkan penilaian sitologi klasifikasi Bethesda
memperkenalkan dua kategori untuk lesi pra-kanker yaitu LGSIL ( Low Grade
Squamous Intraepithelial Lesion) dan HGSIL (High Grade Squamous Intraepithelial
Lesion ). Lesi LGSIL setara dengan NIS I, sedangkan HGSIL setara dengan NIS II dan
NIS III. Dikategorikan derajat rendah karena NIS I hanya kira-kira 12 % yang
berkembang menjadi derajat lebih berat.Selanjutnya pada NIS II dan III, resikomenjadi kanker serviks lebih besar.( Randall ME,et.al.2005(40)
Terdapat hubungan yang kuat antara derajat NIS dan infeksi HPV. Pada
NIS I atau LGSIL infeksi HPV yang dijumpai adalah tipe 6 atau 11. Karenanya tidak
menyebabkan progresivitas kederajat yang lebih tinggi. Pada HGSIL terdapat
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 41/78
hubungan yang kuat dengan infeksi HPV tipe 16 atau 18 yang mengandung
onkoprotein. Karenanya infeksi infeksi tipe 16 atau 18 ini dapat langsung
menyebabkan lesi NIS II tanpa melalui derajat NIS I. Progresifnya lesi derajat tinggi
(NIS 2 atau 3 ) menjadi kanker invasif biasanya berhubungan dengan adanya
konversi genom virus dari bentuk episomal menjadi bentuk integrasi bersamaan
dengan kehilangan atau inaktivasi pE2, seta tidak ada ekspresi dari pE6 dan E7. (
Mahdavi A,et.al.2005(41)
Kecepatan tumbuh kanker ini tidak sama dari satu kasus dengan lainnya.
Semakin dini penyakit ini dikenal dan diobati hasilnya akan lebih optimal. Faktor
prognosis tidak berhubungan dengan tipe HPV. Tumor dengan HPV 18
mempunyai hubungan dengan tingginya rekurensi. Infeksi dengan beberapa tipe
HPV (multipel) sangat berhubungan dengan kegagalan pengobatan. Tumordengan HPV 18 yang dilakukan pengobatan dengan operasi mempunyai tingkat
rekurensi yang tinggi. ( Schiffman M,et.al.2007(5)
Kanker serviks Invasif
Tanda dini kanker serviks tidak spesifik yaitu berupa pengeluaran sekret
vagina berlebihan, berbau, dapat disertai bercak perdarahan. Tanda yang lebih
klasik adalah bercak/perdarahan pasca sanggama. Pada perkembangan lanjut,
perdarahan makin banyak dan berbau.Terjadi juga reaksi peradangan nonspesifik.
Berdasarkan pengelolaannya kanker serviks dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu :
stadium awal dan stadium lanjut. Termasuk kelompok stadium awal adalah
tingkatan penyakit yang masih dapat dilakukan operasi secara optimal atau
radikal yaitu meliputi stadium I- IIa (operable) . Stadium lanjut adalah termasuk
stadium IIb- IV (non operable). Pada tingkat stadium lanjut, tumor telah
menyebar ke ligamentum latum sampai kedinding pelvis. Dapat ditemukan
gejala nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Juga dapat melibatkan ureter
atau nervus di pelvis. Keluhan lain dapat berupa nyeri berkemih, hematuria,
perdarahan dari rektum. Penyebaran ke kelenjar getah bening daerah pelvis
dapat menyebabkan edema tungkai bawah. Dapat terjadi uremia bila terjadi
penyumbatan kedua ureter. ( Randall ME,et.al.2005(40)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 42/78
Histopatologi
Kanker serviks terbanyak berjenis karsinoma sel suamosa yaitu kurang lebih 85-90
%. Sisanya adalah jenis adenokarsinoma /adenoskuamosa (10-15 %). Jenis
histologi adenokarsinoma dianggap mempunyai prognosis lebih buruk dariskuamosa. Demikian juga kelompok yang berdiferensiasi buruk mempunyai
prognosis yang lebih buruk dibanding lainnya.( Randall ME,et.al.2005(40 )
Jenis histopatologi yang dapat ditemukan :
Karsinoma sel suamosa :
-Dengan keratinisasi
-Tanpa keratinisasi
-Verukosa
Adenokarsinomatipe endoserviks
Adenokarsinoma endometrioid
Adenokarsinoma sel jernih
Karsinoma adenoskuamosa
Karsinoma kistik adenoid
Karsinoma sel kecil
Derajat diferensiasi :
-G1 : diferensiasi baik
-G2 : diferensiasi sedang
-G3 : diferensiasi buruk.
Tumor Marker
Tumor marker yang sering digunakan pada kanker serviks jenis skuamosa
adalah ‘SCC’ ( Serum Skuamous Cell Carcinoma Antigen ). Peningkatan kadar SCC
sesuai dengan stadium penyakit. Pada stadium I hanya sebesar 30-40 % saja yang
meningkat. Pada stadium II meningkat 60-70 % sedangkan untuk stadium III atau
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 43/78
IV meningkat 80-90 %. Kadar SCC juga berkorelasi dengan bentuk tumor primer.
Korelasi lebih baik pada bentuk eksofitik dari pada yang ulseratif atau infiltratif.
Juga berkorelasi dengan diferensiasi sel yang sedang dan buruk. Pada kasus
stadium Ib dengan kadar SCC rendah mempunyai survival lebih baik (96 % )
dibanding kasus dengan stadium sama yang kadar SCC lebih tinggi ( 70 %). Kadar
SCC tidak dapat dipakai sebagai patokan adanya tumor residif secara klinik karena
ada keterlambatan peningkatan selama 6-7 bulan. Batas ambang nilai normal
kadar SCC adalah sebesar 1,5 ng/cc, tapi ada juga penelitilain mengambil patokan
2,5-3,5 ng/cc. ( Chan YM,et.al.2002(42)
Stadium Penyakit
Stadium kanker serviks ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinik yang
terbaik dibawah pengaruh anestesi umum. Penentuan stadium ini harus
mempunyai hubungan kondisi klinis dan didukung oleh bukti-bukti klinis. Bukti
klinis lainnya adalah foto thoraks, pemeriksaan sitoskopi dan rektoskopi.
Penggunaan alat bantu diagnostik canggih seperti CT-scan, MRI, PET-scan belum
dapat dijadikan standard. Temuan dengan CT-scan, MRI, atau PET-scan tidak
mengubah stadium, tetapi dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk
rencana pengobatan. Adanya invasi sel tumor kedalam pembuluh darah ataulymph tidak mempengaruhi stadium.
Stadium Klinik Kanker Serviks berdasar FIGO 2000. (Randall ME,et.al.2005(40)
Stadium 0 -Karsinoma insitu, karsinoma intraepithelial.
Stadium I -Karsinoma terbatas di serviks
Stadium Ia -Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara
mikroskop. Kedalaman lesi tidak lebih 5 mm dan lebarnya tidak lebih 7 mm.
Stadium Ia1 -Invasi ke stroma tidak lebih dalam dari 3 mm dan lebar tidak
lebih dari 7 mm.
Stadium Ia2 -kedalaman invasi >3-5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.
Stadium Ib -Lesi terbatas di serviks, secara mikroskopik lebih dari stadium
Ia.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 44/78
Stadium Ib1 -Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm
Stadium Ib2 -Besar lesi secara klinis > 4 cm.
Stadium II -melibatkan vagina tidak sampai 1/3 bawah, ke parametrium
belum sampai
dinding panggul.
Stadium Iia -Melibatkan 2/3 atas dari vagina, belum ke parametrium.
Stadium Iib -Infiltrasi ke parametrium, belum sampai dinding panggul.
Stadium III -Telah melibatkan 1/3 bawah vagina, juga mencapai dinding
panggul.
Dapat ditemukan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal.
Stadium IIIa -melibatkan 1/3 bawah vagina, ke parametrium belum capai
dinding panggul. Stadium IIIb -Mencapai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau
gangguan fungsi
ginjal.
Stadium IV -Perluasan sampai ke luar organ reproduktif
Stadium IVa -Meluas sampai mukosa kandung kemih dan atau mukosa
rektum.
Stadium IVb –Metastase jauh atau telah keluar rongga panggul.
Diagnosis
Kanker serviks harus di diagnosis dengan pemeriksaan histopatologi sebagai
standar baku yaitu dengan pemeriksaan jaringan tumor yang di biopsi.
Pemeriksaan sitologi serviks dengan Pap smear untuk mencurigai adanya lesi yang
tidak kasat mata . Lesi yang tidak kasat mata dapat di periksa dengan bantuan
pemeriksaan kolpokopi. Hasil pemeriksaan sitologi /smear tidak dapat digunakansebagai dasar penetapan diagnosis. Biopsi yang baik lokasi pada daerah jaringan
yang masih sehat, bukan pada daerah nekrotis. Pemeriksaan tambahan seperti
pemeriksaan radiologi, sistoskopi dan rektoskopi dapat membantu untuk
penetapan stadium klinik. ( Randall ME,et.al.2005(40)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 45/78
Human Papillomavirus (HPV)
Human papillomavirus adalah virus DNA famili papillomaviridae. Virion
HPV tidak mempunyai ‘envelope’, berdiameter 55 nm, mempunyai kapsid
ikosahedral.( 8). Genom HPV berbentuk sirkuler dan panjangnya 7900 bp.
Mempunyai 8 ORFs yaitu 6 gen ‘early’ (E) dan 2 gen ‘late’ (L).
Berdasarkan onkogenitas maka HPV dibagi 2 yaitu : (De Villiers EM,et.al.
2004(43)
-1. Kelompok ‘low risk’ ( resiko rendah) dan 2. kelompok ‘high risk’ ( resiko
tinggi).
Human Papilloma Virus Resiko Rendah
Papillomavirus tipe resiko rendah antara lain : tipe 6, 11, 42, 43, 44, 54, 61, 70,
72 dan 81. Papillomavirus resiko rendah cenderung menyebabkan tumor jinak
antara lain menyebabkan condyloma acuminata pada serviks, vagina , vulva dan
anus. Penyebab terbanyak kelainan ini adalah tipe 6 dan 11. Diperkirakan sekitar
90 % condyloma ini disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. ( Castellsague X,et.al.
2008(11). Papilloma larynx juga pada anak disebabkan oleh tipe 6 dan 11. Wartsatau kutil umum dapat mengenai tangan, siku, lutut disebabkan oleh tipe ‘low
risk’ ini.
Human Papilloma Virus Resiko Tinggi ( HR-HPV ).
Papillomavirus resiko tinggi berhubungan dengan kejadian kanker serviks.
Infeksi dapat terjadi dengan satu atau lebih virus HR-HPV .(Bosch FX,et.al.2006(4)
. Secara klinis perubahan yang ditemukan adalah berupa tahapan prakanker
(prekusor kanker) dan kanker serviks. Kanker serviks berkembang mulai daridaerah transformasi yang terinfeksi HR-HPV. Ada kira-kira 15 jenis onkogenik
HPV yang telah diketahui yaitu : tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59,
68, 73 dan 82. ( Rodriquez C,et.al.2009(12) Semuanya dapat menyebabkan
kanker serviks invasif. Papilloma virus resiko tinggi ini dikenal juga sebagai
onkogenik HPV DNA. Telah dibuktikan bahwa perubahan intraepithelial
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 46/78
neoplasia terjadi karena inisiasi dari infeksi HPV onkogenik. Human papilloma
virus genom diturunkan konsisten. Pada sel kanker memperlihatkan peningkatan
ekspresi gen tranfomasi virus (protein) E6 dan E7. Protein E6 dan E7 dari
onkogenik HPV mencegah peran ‘TSG’ tumor suppressor gen (protein) host
sepeti p53 dan p RB yang berfungsi mengatur pertumbuhan sel normal. Integrasi
rangkaian gen HPV dalam genom host menyebabkan perubahan pertumbuhan
sel normal menjadi invasif. Sistim kontrol sel target diganggu oleh E6 dan E7.
Faktor yang dapat meningkatkan transformasi keganasan antara lain :
merokok yang lama, penggunaan ‘oral contraceptive’ yang panjang, adanya
infeksi STD lain seperti ‘chlamydia trachomatis’ , ‘trichomonas vaginalis’. Infeksi
virus HPV pertama kali pada sel basal dari epithel skuamosa. Perkembangan
kearah kanker serviks melalui 4 step yaitu : transmisi HPV, viral yang persisten,perubahan progresif ‘clone’ sel yang terinfeksi menjadi pre-kanker dan terakhir
invasif.
Genom HPV
Human papilloma virus berukuran kecil, non-enveloped, berdiameter
sekitar 55 nm . Genom HPV berbentuk sirkuler terdiri dari ‘double stranded
DNA ( ds DNA) ‘ dan adalah ‘histone associated circular DNA’ dengan panjang
kira-kira 7900 bp (base pair) serta berkapsid. Informasi genetiknya hanya pada
satu rantai. Genom HPV hanya mengkode 8 gen ( 8 ORFs), yaitu 6 gen pada
‘Early gen’ (ER) dan 2 gen pada ‘Late gen’ (LR) . Genom HPV terdiri dari 3 segmen
yaitu 10 % terdapat dalam ‘ long control region’ ( URR) yang berfungsi untuk
regulasi ekspresi gen. Gen ‘early’ dikodekan 50 % serta gen ‘late’ dikodekan 40 %.
( Burd EM, 2003(17).
Gen tersebut dikodekan dalam satu untaian DNA. Genom HPV terbagi 3
bagian yaitu : (Castellsague X,et.al.2008(11).
- Early Region (ER) , berisi gen yang mengkode protein non-struktur. ‘ER’
mengkode protein untuk bentuk virus atau proses replikasi virus dan bersifat
onkogen . Genom secara fungsi diorganisasi oleh ER. Secara normal ER berfungsi
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 47/78
untuk transkripsi dan regulasi gen virus. Terbentuk dalam beberapa protein gen
seperti : E1, E2,. E4, E5, E6 dan E7.
- Late Region (LR) , berisi gen yang mengkode protein pembentukan kapsid
virus. Mengkode struktur protein. Terbentuk dalam dua protein gen yaitu L1 danL2.
-Upstream Regulatory Region (URR) atau Long Control Region (LCR).Berukuran 400-1000 bp mengandung ‘p97 core promoter’ yang berfungsimengontrol replikasi DNA. Sekuens pengaturan transkripsi dan promosi satu ataulebih kontrol ekspresi dari onkoprotein E6 dan E7. Bagian ini mengaturpembentukan dan transkripsi ‘ER’. Protein E1 dan E2 berperan pada replikasivirus. Protein E2 juga berperan pada transkripsi virus. Protein E4 berperan padasiklus pertumbuhan dan pematangan virus.
Protein HPV
Early ProteinProtein E1 dan E2 yang pertama diekspresikan, diperkirakan 20-100 buah
kopi per sel basal. Protein ini membentuk kompeks dengan polimerase sertaprotein lain untuk replikasi virus. Protein polipeptida E1 berukuran 68 kDa ,diekspresikan dalam jumlah sedikit. Protein E1 berikatan dengan ATPase ,aktivitas helikase dan mengikat sekuens dalam LCR untuk merangsang replikasiDNA. Gen E1mempunyai daerah pengikat DNA, E2 dan daerah untuk katalitik.Protein E1 juga mengikat ‘polimerase-α DNA’ yang membantu replikasi virus.Gen E2 mengekspresikan lebih dari satu protein dengan panjang asam amino 370-430.
Protein E2 berukuran 50 kDa dan mengandung aktivasi transkripsi daerahikatan dengan DNA. Ujung karboksil E2 daerah untuk ikatan dengan DNA danberinteraksi dengan E1. Ujung amino mengandung daerah transaktivasi. E2meregulasi transkripsi dan replikasi karena dapat bertindak sebagai aktivator ataurepresor transkripsi. Protein yang dikode oleh gen E1 memfasilitasi ikatanprotein E2 pada regio promoter. Pada kasus keganasan rasio E1/E2 berubah jikavirus terintegrasi di kromosom sel host dan hilangnya supresi transkripsi E6 danE7. Protein E2 juga berperan penting sebagai supresor ekspresi gen E6 dan E7.Protein E2 menekan transkripsi melalui ikatan E2 dengan URR(LCR).
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 48/78
Protein E4 diekspresikan saat replikasi virus dan terlibat dalam maturasidan pelepasan partikel HPV. Protein ini juga membantu atau memberi kontribusidalam regulasi kontrol siklus sel host. Protein E4 berikatan dengan protein E1membentuk E1-E4. Ikatan protein ini terjadi karena translasi dan transkripsi E4
yang berfusi dengan 5 asam amino E1 sehingga menghasilkan protein fusi E1-E4.Protein E1E4 ini di ekspresikan mendahului ekspresi L1 di lapisan atas epithelsehingga diperkirakan E1E4 ini mengamplifikasi genom virus.
Gen/protein E5 mengkode polipeptida dengan asam amino 44-48.Fungsinya belum jelas. Protein E5 diperkirakan membantu transformasi selulerdan replikasi virus. Protein E5 dikodekan sebagai protein yang didapatkan padaaparatus Golgi, retikulum endoplasmik serta dalam jumlah yang kecil di temukandi plasma membran. Protein E5 diduga juga berperan dalam meningkatkanrespons proliferasi dengan merangsang EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor)
( Kim MK,et.al.2010(44).Protein E5 juga bersifat onkogen, dapat mentransformasi sel keratinosit
host, dan memberi kontribusi terjadinya kanker.(Faridi R,et.al.2011(1) Daripenelitian Kim MK.et.al.2010 (44 ) juga, ditemukan kontribusi pE5 HPV 16 baiksecara tunggal maupun bersama dengan pE6 dan E7 terjadinya kanker serviks ,terutama pada stadium awal keganasan. Pada lesi LGSIL ( low grade lesiintraepithel) ditemukan 80 %, pada HGSIL (high grade lesi intraepitel) sebesar 90% dan sekitar 60 % pada kanker serviks. Jadi lebih terekspresi pada tingkat awalkeganasan.
Onkoprotein E6 dan E7Onkoprotein E6 dan E7 diekspresikan sebagai poliprotein dengan panjang
asam amino : pE6 adalah 151 dan pE7 sepanjang 98 asam amino. Protein E6terletak di matriks nukleus dan membran non nuklear , yang bersama-samadengan pE7 dapat menyebabkan imortalisasi sel keratinosit host. Disebutonkoprotein E6 dan E7 oleh karena berperan penting dalam transformasikeganasan sel serviks.Peran onkoprotein E6
Protein E6 diperkirakan terdiri dari 150 asam amino dan mengandung 2daerah ikatan dengan zink. Protein E6 dapat mengikat lebih dari 12 protein dan didistribusikan pada nukleus dan sitoplasma. Ekspresi E6 sendiri dapatmenyebabkan transformasi sel epithel immortal namun transformasi lebih efisiendibutuhkan ekspresi kedua protein E6 dan E7. Protein E6 mampu mengikat p53yaitu protein termasuk TSG (tumor supressor gen) yang meregulasi siklus sel baik
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 49/78
pada G1/S maupun G2/M. Pada saat terjadi kerusakan DNA maka p53 teraktivasidan meningkatkan ekspresi p21, menyebabkan sel istirahat(arrest) atau diprogram kematian sel atau ‘apoptosis’. Program apoptosis ini merupakan carapertahan sel untuk mencegah penularan virus pada sel disekitarnya. Virus HR-HPV
dapat menghalangi induksi apoptosis ini. ( Raybould,et.al. 2011(36).Protein E6 membentuk ikatan kompleks dengan regulator p53 sellulerubiquitin ligase /E6AP yang meningkatkan degradasi p53. Protein E6 jugamenurunkan aktivitas p53 melalui co-activator p53 yaitu CBP/p300. Penekananfungsi p53 ini menghilangkan kontrol siklus sel, arrest dan apoptosis. Sehinggaterjadi peningkatan proliferasi sel.( Raybould,et.al.2011(36). Fungsi lain proteinE6 adalah mengaktivasi telomerase pada sel yang terinfeksi HPV. Pada keadaannormal replikasi DNA akan memperpendek telomere, namun bila ada pE6 telomerakan tetap di perpanjang melalui aktivitas katalitik sub unit telomerase ‘hTERT’
(human reverse transcriptase). Protein E6 akan membentuk ikatan kompleksdengan Myc/Mac protein dan Sp-1 yang akan mengikat enzim ‘hTERT’ di regiopromoter dan menyebabkan peningkatan aktivitas telomerase sel host. Sel akanterus berproliferasi atau immortalisasi.
Peran onkoprotein E7Protein E7 adalah onkoprotein kedua yang berperan penting dalam
patogenesis sel kaker. Protein E7 baik dari HPV highrisk maupun low riskmempunyai ukuran sekitar 100 asam amino dan terdapat terutama di nukleus.
Protein E7 berbeda dengan E6 yang tidak hanya menyebabkan lesi displasia ‘lowgrade’ tetapi juga ‘high grade’. Protein E7 mampu berikatan dengan famili pRb.Ikatan pRb dengan pE7 pada ‘high risk’ lebih kuat afinitasnya dibanding dengan‘low risk’. Hal ini disebabkan oleh perbedaan susunan asam amino pada area CR2yang memediasi ikatan terhadap pRb. Protein famili Rb berfungsi untukmencegah perkembangan siklus sel yang berlebihan, sampai sel siap untukmembelah diri dengan baik. Protein Rb yang tidak berfungsi akan menyebabkanproliferasi sel. Protein Rb terikat dengan faktor transkripsi ‘E2F-DP’. Protein Rbterdiri dari 3 protein Rb : p107, p 120 dan p 130. Protein Rb di ekspresikan
sepanjang siklus sel, p 107 di sintesa terutama selama fase ‘S’. Protein 130 disintesa terutama saat G0. Protein Rb yang tidak di fosforilasi membentukkompleks dengan faktor transkripsi E2F-DP yang terikat dengan gen promoteruntuk proses fase ‘S’ dan mengakibatkan represi transkripsi. Protein Rb yangberikatan dengan pE7 melepaskan ikatannya dengan E2F-DP dan menyebabkanreplikasi pada sel suprabasal. Ikatan pRb dengan pE7 disertai dengan ekspresi
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 50/78
‘cyclin D dan E’ serta ‘cyclin-dependent kinase’ (cdk). Protein E7 mengikat ‘cyclinA dan E’ secara tidak langsung melalui p 107. Protein E7 selain berikatan denganpRb, dapat juga berikatan dengan p 27 dan p 21 sehingga meningkatkanproliferasi sel. Protein p 21 dan p 27 adalah ‘cdk inhibitor (cdk-1)’. Maka bila
berikatan dengan pE7 dapat menghambat ‘ cdk1’ sehingga meningkatkan aktivitas‘cdk’. Kelompok ketiga yang ndapat berikatan dengan pE7 adalah ‘histone d-acetylases (HDACs). Protein E7 dapat mengikat HDACs yang juga diikat oleh pRbsehingga secara tidak langsung terjadi immortal sel. Protein E7 yang terikatdengan HDACs dapat menyebabkan de-asetilasi faktor transkripsi E2F sehinggamenyebabkan re-lokasi faktor tersebut di luar nukleus. Kombinasi mekanismetersebut di atas mendorong transformasi keganasan sel serviks. (Faridi R,et.al.2011(1).
Protein ‘Late genes’ Kedua ‘late genes’ L1 yang dikodekan sebagai protein kapsid mayor dan
L2 yang dikodekan sebagai protein kapsid minor adalah merupakan strukturprotein virion. Sekitar 95 % rangkaian ‘late genes’ di bentuk oleh pL1, sisanyaolehy pL2. Kedua protein di ekspresikan pada akhir siklus hidup virus pada selsuprabasal saat akhir diferensiasi. Monomer pL1 sebanyak 360 di susun menjadi72 struktur pentamer yang disebut kapsomer(‘72 pentameric capsomeres’).Selama penyusunan virion, protein kapsid pertama kali di sintesa dalamsitoplasma selanjutnya dibawa ke nukleus. Kapsomer pL1 dibentuk di sitoplasma
kemudian di translokasi melalui poros nukleus melalui perantara reseptor nuklear‘Kap-α2-β1’. Protein L2 secara terpisah di translokasikan ke nukleus melaluipengaruh ‘NLS’ (nuclear localisation signal). Kemungkinan juga pL2 membentukkompleks dengan protein ‘chaperone Hsc 70’ dan Psp 40 yang di perlukan dalamproses translokasi ke nukleus. (Darshan MS,et.al.2004 (14). Protein L2 dapatmengikat DNA dan area lokalisasi ND10 sehingga dapat mengikat DNA virus yangbaru replikasi serta menarik pL1 untuk memicu pembentukan virus baru.
Gugus (LR) protein yaitu L1 dan L2 menyusun rangka virion dan sangatberperan dalam memediasi infektivitas virus. Struktur protein yang memediasi
masuknya virus ke dalam sel adalah produksi dari ‘late gene’ transkrip. (PalmerKE, 2009, 4). Untuk keberhasilan virus HPV agar tetap hidup, harus berikatandengan reseptor permukaan dari sel target.’ Heparan sulfat proteoglikan’ padapermukaan sel , reseptor ‘α6-integrin’ serta ‘laminin 5’ dikatakan sebagai tempatikatan primer untuk L1 dan L2 dari beberapa grup HR-HPV yang berevolusi. ( CulpTD,et.al.2004(6)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 51/78
Papillomavirus tipe ‘high risk’ memulai sebagian besar transkripsinyamelalui 2 promoter utama. Pertama, ‘early promoter’ menginisiasi ‘upstream’dari E6 ORFs dan mengsintesa protein yang penting pada siklus sel virus. Earlypromoter untuk HPV 16 adalah p97, HPV 31 adalah p99 dan HPV 18 yaitu p105.
Kedua, ‘late promoter’ yang tergantung dari diferensiasi sel sehingga teraktivasisaat virus tumbuh pada stratifikasi atau diferensiasi sel host. Siklus sel virussangat terkait dengan diferensiasi keratinosit.
Integrasi HPV
Virus HPV mempunyai sifat karsinogen. Bila pada keadaan infeksi virus ini
mempunyai kemampuan mengintegrasikan informasi genetiknya ke dalam DNA
sel host. Akibat integrasi tersebut menyebabkan perubahan yang diproduksi, danproduk ini disebut sebagai protein transformasi. Virus ini dapat melakukan
integrasi pada tempat khusus ataupun terjadi pada tempat yang tidak spesifik.
Integrasi DNA virus dengan DNA host akan menyebabkan perubahan atau mutasi
sel host. Infeksi HPV pada umumnya berlangsung lambat seperti pada umumnya
infeksi virus. Infeksi HR-HPV yang persisten di serviks akan berkembang menjadi
kanker. Dua protein HPV non struktur , E6 dan E7 secara substansi merubah
replikasi dan diferensiasi sel epithel sehingga berhubungan dengan kejadian
kanker serviks. (Raybould R,et.al. 2011(36).
Integrasi DNA virus dengan genom sel host (tubuh) merupakan awal dari
proses yang mengarah ke transformasi sel. Pada kanker DNA HPV terintegrasi
kedalam satu atau lebih kromosome sel host. Ini terjadi dengan kehilangan atau
kerusakan satu atau lebih gen HPV. Pada umumnya adalah gen E2. Integrasi
DNA virus dimulai dengan E1 dan E2. Pada saat integrasi genom HPV akan
terpecah dan fragmen yang berisi E2, E4, dan E5 ORFs menghilang . Protein E5
dikodekan pada sedikit protein dan sering ditemukan pada aparatus Golgi dandalam bentuk kompleks dengan reseptor membran dari host. Ekspresi pE5 sering
hilang pada saat integrasi virus.
Penelitian Kim MK,et.al.2010(44) menemukan bahwa pE5 ini juga
berperan dalam kejadian kanker serviks. Mekanisme dalam proses onkogen ini
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 52/78
tidak dimengerti , tapi diduga berperan mengaktivasi EGFR ( Epidermal Growth
Factor Receptor). Seluruh bagian yang mengandung E6 dan E7 ORFs akan
terintegrasi dengan genom host dan tinggal dalam sel host. Integrasi ini
menyebabkan instabilitas genetik host.
Integrasi DNA terjadi didalam ‘DSBs’ ( double strand breaks). Area DSBs ini
terjadi pada bagian DNA dimana proses reparasinya gagal. Daerah DNA instabil
ini dikenal juga sebagai CFSs ( chromosome fragile sites) yang terdistribusi dalam
genom. Daerah integrasi di DNA yaitu CFSs mudah rusak dan selalu ditemukan
peningkatan ekspresi E6 dan E7. (Raybould R,et.al.2011(36). Integrasi akan
menyebabkan E2 tidak berfungsi (hilang) sehingga menyebabkan rangsangan
terhadap E6 dan E7. Keduanya akan menghambat kerja dari p53 dan Rb.
Gambar perbandingan ekspresi gen HPV untuk low grade dan high grade lesi
servikal yang terintegrasi.
CFS : chromosome fragil site.
Gambar 5. Skematik perbandingan dari status fisikal dan ekspresi gen HPV pada
lesi derajat rendah dan tinggi.( Dikutip dari Raybould R, Fiander A et.al. Human
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 53/78
papillomavirus integration and its role in cervical malignant progression, 2011
)(36)
Protein E5, E6 dan E7 adalah protein onkogen. Proses karsinogenesis pada sel
serviks disebabkan oleh peran protein onkogen E6 dan E7. Onkoprotein E6 akan
mengikat p53 sehingga perannya sebagai TSG kehilangan fungsi. Onkoprotein E7
akan mengikat TSG Rb sehingga mengurai ikatan TSG pRb dengan faktor
transkripsi E2F. Ikatan ini akan menyebabkan E2F bebas. E2F merupakan faktor
transkripsi pada fase ‘S’ dari siklus sel. Protein E2F yang bebas ini akan
merangsang siklus sel melalui mekanisme aktivasi proto-onkogen c-myc dan N-myc . Akibatnya siklus sel berlangsung tanpa kontrol.
Pada proses regulasi siklus sel di fase G0 dan G1, TSG pRb juga berikatan
dengan E2F sehingga protein ini tidak aktif. Kalau pRb diikat oleh pE7 maka E2F
akan bebas maka mekanisme aktivasi akan terjadi pula. Ekspresi protein E5,
mempertinggi potensi onkogenik. Ekspresi protein E6 dan E7 pada sel sangat
berperan pada transformasi dan proses keganasan. Telah banyak bukti peran
protein E6dan E7 dalam proses karsinogenesis. Peningkatan integrasi HR-HPVserta produksi protein E6 dan E7 dalam progresivitas perubahan menjadi kanker
bergantung interaksi dengan gen tumor supresor (TSG) : ‘ hTERT’(human
telomerase reverse transcriptase) , p53 dan RB (retino-blastoma) protein. Protein
‘hTERT’ adalah subunit katalis dari ‘telomerase’ yang berperan pada sintesa
akhir ‘telomer’ rangkaian kromosome pada saat replikasi DNA. (Ferber MJ,et.al.
2003(35)
Telomerase adalah merupakan gen yang mempengaruhi batas umur suatu
sel. Semakin panjang telomerase atau perpanjangan telomerase akan
memperpanjang umur sel. Pada penelitian ekspresi ‘telomerase reverse
transcriptase’ , ternyata kanker serviks yang mengekspresi telomerase
mempunyai angka kejadian residif dalam 5 tahun sebesar 29 %. Tapi yang tidak
mengekspresi telomerase kejadian residifnya 0 %. (Wang Ph, Ko,et al.2006(7)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 54/78
Protein p53 adalah faktor transkripsi regulasi sel host untuk berhentinya
siklus sel, apoptosis, perbaikan DNA dan metabolisme sel. Sebagai TSG protein
p53 bekerja pada fase G1, yaitu menghentikan siklus sel pada fase ‘G1’ dengan
tujuan memberi kesempatan pada sel untuk memperbaiki kerusakan yang timbul
selanjutnya baru masuk pada fase ‘S’. Kemampuan p53 menghentikan siklus sel
dengan cara menekan/hambat fungsi ‘cdk-cyclin’. Kompleks ‘cdk-cyclin’
merangsang siklus sel masuk ke fase selanjutnya . Sehingga masuk fase ‘S’ tanpa
perbaikan. Aktivitas p53 akan dihambat oleh protein E6 karena p53 terikat
dengan protein E6 . Akibatnya pula ikatan cyclin-cdk tidak terganggu sehingga
ikatan ini akan aktif merangsang sel host terus berproliferasi tanpa mekanisme
kontrol. Sel yang tidak normal ini terus membelah dan berkembang tanpa
kontrol. Karena proses apoptosis tidak berjalan semestinya. Sekaligus protein E6
ini juga menginisiasi degradasi p53. Pada kehidupan virus HPV secara normal
tidak masuk dalam lapisan permukaan epidermis maka protein E5, E6 dan E7
tidak berperan sebagai karsinogenik. Genom virus terreplikasi bersamaan dengan
episome pada infeksi baik tipe jinak ataupun prakanker/kanker.
Beberapa Metode Deteksi Integrasi HR-HPV pada Genom Host : (Raybould
R,et.al. 2011(36)
- APOT (Amplification of Papilloma virus Oncogen Transcripts) : mendeteksitranskrip dari HPV yang terintegrasi. Dapat memperoleh rangkaian dari
sambungan DNA host dan virus.
-RS-PCR (Restriction Site Polymerase Chain Reactin) : mendeteksi integrasi HPV
DNA tanpa memperhatikan status transkripsinya.
-Southern blot dan DIPS ( Detection of Integrated Papilloma virus Sequences) :
sama dengan RS-PCR, yaitu mendeteksi integrasi DNA HPV tanpa memperhatikan
status transkripsinya. Dapat memperoleh rangkaian dari sambungan DNA hostdan virus.
-Southern Blot : dapat di andalkan untuk membedakan episomal dari DNA HPV
yang terintegrasi.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 55/78
-RT-PCR ( Real Time PCR ) : menggunakan konsentrasi yang sedikit dari DNA dan
tenaga kerja minimal.
Deteksi Virus HPV
Pemeriksaan untuk mendeteksi tipe HPV adalah hal yang penting apakah
termasuk dalam kelompok resiko rendah atau tinggi. Telah diketahui bahwa
penyebab kanker serviks adalahkelompok resiko tinggi. Berbagai macam cara
deteksi HPV a.l.: (Villa LL,et.al. 2006(45)
-Hybrid Capture/HC II : dari sampel dengan metode sinyal amplifikasi.
-Polymerase Chan Reaction ( PCR): dengan metode target amplifikasi.
Melalui metode ini dapat dideteksi kelompok resiko rendah seperti : HPV
tipe 6, 11, 42, 43, dan 44. Serta HPV resiko tinggi seperti : 16, 18, 31, 33, 35, 39,45, 51, 52, 56 dan 58. Pemeriksaan HC hanya dapat menentukan apakah virus ini
tergolong tipe resiko rendah atau tinggi. Tetapi pada pengembangan teknik HC
yaitu ‘HC II’ ( Digene, Gaithsburg, MD, USA) telah dapat mentukan 13 tipe resiko
tinggi a.l. n: 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59 dan 68. Terdapat
kesesuaian hasil yang baik antara HC2 dan teknik PCR.
SITOKIN DAN FUNGSINYA
Sitokin merupakan protein yang disekresi oleh sel dari imunitas innate dan
adaptif yang menjadi perantara bagi berbagai fungsi dari sel ini untuk respons
imun. Pada fase aktivasi dari respon imun adaptif, sitokin merangsang
pertumbuhan dan diferensiasi dari limfosit, dan pada fase efektor dari imunitas
innate dan adaptif, mereka mengaktivasi sel efektor yang berbeda untukmengeliminasi mikroba dan antigen lain. Sitokin juga merangsang perkembangan
dari sel hematopoetik. (Sondel PM,et.al. 2001(19)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 56/78
Istilah generik sitokin merupakan nama yang dipilih untuk kelas mediator
ini. Karena banyak sitokin yang dibuat oleh leukosit (misalnya makrofag atau sel T)
dan bekerja pada leukosit lain, mereka juga disebut ‘interleukin’ . Penomoran pada
interleukin (IL) (misalnya IL-1, IL-2, dan seterusnya) adalah untuk
mempertahankan nomenklatur standar. (Sondel PM,et.al.2001(19)
Sifat umum Sitokin
Sitokin merupakan polipeptida yang dihasilkan sebagai respon terhadap mikroba
dan antigen lain yang menjadi perantara dan mengatur reaksi imun dan inflamasi
. Meskipun sitokin secara struktur berbeda, tetapi memiliki beberapa sifat yang
sama.
Sekresi sitokin berlangsung secara singkat. Sintesa dimulai sebagai hasil
dari aktivasi selular. Aktivasi transkripsional ini bersifat sementara, dan
messenger RNA yang mengkode sebagian besar sitokin bersifat tidak stabil,
sehingga sintesis sitokin juga bersifat sementara.
Kerja sitokin bersifat pleiotropisme. Pleiotropisme adalah kemampuan
untuk bekerja pada jenis sel yang berbeda. Sifat ini memampukan sitokin
untuk memediasi berbagai efek biologis. Beberapa sitokin bekerja bersama
karena memiliki efek fungsional yang sama. Sitokin bekerja didekat tempat
produksi (parakrine), atau untuk sendiri ( autokrin). Sitokin merangsang
perubahan dari isotipe antibodi pada sel B, diferensiasi dari sel T helper
menjadi subset TH1 dan TH2, dan aktivasi dari mekanisme fagosit.
Fungsi dalam sistim imun :
1. Mediator dan regulator dari imunitas innate.
2. Mediator dan regulator dari imunitas adaptif.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 57/78
Terutama oleh limfosit T sebagai respon untuk pengenalan spesifik dari
antigen asing.
3. Stimulator dari hematopoesis.
Reseptor dan Sinyal Sitokin
Seluruh reseptor sitokin terdiri dari satu atau lebih protein transmembran
yang bagian ekstraselularnya bertanggung jawab untuk ikatan sitokin dan bagian
sitoplasmiknya untuk jalur pemberian sinyal intraselular.(Abbas AK,et.al.
2010(46)
Reseptor tipe I, disebut juga reseptor hemopoietin, mengandung satu atau
lebih salinan dari domain dengan dua pasangan yang diawetkan dari residu
sistein dan sebuah WSXWS, dimana X merupakan asam amino. .
Reseptor tipe II, seperti reseptor tipe I dengan sifat dari dua domain
ektraselular dengan sistein yang diawetkan, namun reseptor tipe II tidak
mengandung bentuk WSWS. .
Reseptor superfamili Ig. Mengandung domain imunoglobulin (Ig)
ektraselular dan oleh karena itu dikelompokkan sebagai anggota dari
superfamili Ig.
Reseptor TNF , reseptor dengan domain ekstraselular yang kaya akan
sistein yang telah diawetkan. Pada ikatan ligand, reseptor ini mengaktivasi
protein intraselular yang berfungsi menginduksi apoptosis atau
merangsang ekspresi gen, atau keduanya.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 58/78
Tujuh reseptor α-helikal transmembran. Disebut juga reseptor serpentin,
karena domain transmembran mereka tampak seperti ular yang bergerak
maju mundur sepanjang membran.
Reseptor sitokin juga dapat dikelompokkan berdasarkan jalur transduksi sinyal
yang mereka aktivasi . Pengelompokan tersebut akan berhubungan dengan
homolog struktural dalam daerah sitoplasmik dari rantai sinyal dari reseptor.
Komponen penting dari respon imun innate awal terhadap virus dan bakteri
merupakan sekresi dari sitokin, yang memediasi berbagai fungsi efektor dari
imunitas innate .Ada satu sitokin yaitu IFN-γ, yang memainkan peranan penting
baik pada imunitas innate maupun adaptif.( Abbas AK,et.al. 2010(46 )
Sitokin pada kanker serviks
Sitokin merupakan protein yang disekresi oleh sel-sel yang berperan pada
innate dan adaptif immune yang menjadi perantara dari berbagai fungsi sel
immune ini. Sitokin adalah molekul yang berperan dalam mekanisme kritis
komunikasi antar sel untuk sistim immune. Pada fase aktivasi dari respons imun
adaptif, sitokin merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel limfosit.
Selanjutnya pada fase efektor dari respons immune innate dan adaptif, protein ini
mengaktivasi sel efektor yang berbeda untuk mengeliminasi mikroba,virus dan
antigen. Pada sekresi sitokin , ekspresi reseptor dari sel untuk sitokin dapat
sebagai aktivasi (up-regulation) atau inhibisi (down-regulation) untuk efektifitas
fungsinya. Sekaligus untuk meningkatkan aktivitas sitotoksik. Sitokin sangat
berperan dalam imunitas anti tumor. Sitokin terdiri dari polipeptida dengan berat
molekul rendah ( kurang dari 80 kDa) yang mempunyai afinitas kuat dengan
reseptor permukaan sel . Sitokin dalam fungsinya dapat berperan sebagai
autokrin, parakrin atau juxtakrin. Selain untuk modulasi respons immune juga
berperan dalam regulasi proliferasi sel, diferensiasi dan kematian sel. Dapat
diproduksi oleh lebih dari satu tipe sel dan mempunyai aktivitas biologik yang
overlapping. Termasuk sitokin/kemokin antara lain : IL-1, IL-2, IL-3, IL-4, IL-5, IL-6,
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 59/78
IL-8, IL-10, IL-12, IL-15 serta ‘TGF –β ( Transforming growth factor- β ) , Interferon
dan TNF ( Tumor necroting factor).(Sondel PM,et.al.2001(19)
Selanjutnya akan dijelaskan beberapa sitokin yang berperan pada infeksi
HPV serta perkembangan infeksinya kearah dysplasia dan kanker serviks . Sitokintersebut antara lain : TGF-β, Interferon-Ý, IL-2, IL-12 serta IL-10.
Transforming growth factor beta
Transforming growth factor beta (TGF-β ) adalah bagian dari grup family
yang secara struktur berhubungan dengan sitokin dengan berbagai respons
biologi dari macam-macam tipe sel. Ada 5 tipe yang berbeda dari bentuk TGF-β
yaitu TGF-β1 sampai TGF-β 5. Sitokin ini diproduksi oleh sel T yang distimulasi
oleh antigen, mononuclear fagosit yang aktif dan tipe sel lain. Transforminggrowth factor beta pertama ditemukan sebagai penyebab transformasi normal sel
pada tikus dengan efektivitas menghambat pertumbuhan banyak tipe sel.
Prinsipnya TGF-β menghambat proliferasi sel dan mengaktivasi limfosit dan
leukosit lain. Transforming growth factor beta tidak saja menghambat
pertumbuhan epithel normal, endothel, neuronal, limfoid dan hemapoietik sel
tapi juga neoplastik sel dari jaringan ini. Selanjutnya TGF-β menginduksi program
kematian sel dari beberapa sel kanker.(Guzman V,et.al. 2008(47) Transforming
growth factor-β mampu menghambat juga sel immortal yang terinfeksi HPV
melalui penekanan pada gen c-myc. Berbeda dengan TNF yang tidak mampu
menekan sel immortal akibat infeksi virus HPV. Telah dikatakan juga over
ekspresi dari TGF-β banyak ditemukan pada berbagai jenis kanker termasuk pada
paru-paru, kolon, payudara, uterus dan gaster. Karenanya TGF-β disebut juga
sebagai ‘tumor suppressor gene’. Protein ini banyak terdapat pada jenis sel
kanker termasuk kanker serviks. Sitokin ini mempunyai potensi sebagai anti
proliferasi sel. Tiga tipe TGF-β homolog peptide yaitu β1, β2 dan β3 juga turut
mengatur respons immune. Sitokin ini dapat juga menginduksi apoptosis sel
ektoserviks immortal , growth arrest pada fase G1 dan juga bermacam molekul
adhesive seperti fibronektin, laminin, collagen dan integrin. Dalam
perkembangannya sel kanker perlu menghindari TGF- β yang menginduksi inhibisi
pertumbuhannya pada tingkat reseptor atau pasca reseptor. (Sondel PM,et.al.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 60/78
2001(19) Transforming growth factor-β juga menstimulasi produksi antibody IgA
dengan menginduksi sel B untuk imunitas mukosal. Akan tetapi disisi lain TGF-β
dapat juga menginhibisi respons imun dan inflamasi. Dapat juga mengontrol sel T
dan sel dendritik, yaitu menekan perkembangan dari Th1 dan Th2 ( sub set
efektor CD 4+ sel T).
Ada tiga reseptor dari TGF-β yang dikenal dengan : tipe I, tipe II dan III.
Reseptor tipe III atau ‘betaglycan’ dari TGF-β memperlihatkan fungsi biologik
yang berbeda dengan reseptor tipe I dan II. Reseptor tipe I dan II mempunyai
respons yang sama untuk fungsi biologik dari TGF-β, dimana reseptor tipe III
mempersiapkan dan membawa konsentrasi ligand pada permukaan sel sebelum
berikatan dengan reseptor fungsional. Struktur dari reseptor tipe II termasuk
dalam ‘cysteine-rich extraselluler domain’ dan ‘cytoplasmic serine/threoninekinase domain’. Reseptor tipe II menerima kedua aktivitas kinase dan bergabung
dengan reseptor tipe I untuk sinyal inhibisi pertumbuhan. Transforming growth
factor beta juga menginhibisi sintesa DNA dalam sel, dan reseptor tipe I berperan
besar memediasi sinyal inhibisi pertumbuhan yang dilakukan protein ‘pRb’ yang
terfosforilasi oleh ‘cdc 2’hingga terjadi status supresi.(Martin MP,et.al.2005(23).
Penurunan ekspresi reseptor tipe I sangat berhubungan dengan invasive tumor.
Interferon
Interferon (IFN) adalah kelompok family sitokin merupakan sekresi protein
yang diinduksi sebagai respons dari stimulus ekstraseluler spesifik. Umumnya
diproduksi untuk merespons infeksi virus. Beraksi sebagai bentuk parakrin atau
autokrin dalam molekul intraseluler dalam rangkaian imunitas innate, surveillance
imun, dan homeostasis dari populasi sel darah perifer. Seluruh sitokin mempunyai
afinitas yang tinggi pada masing-masing reseptor permukaan selnya. Peran IFNsebagai anti virus cukup besar. Dampak anti virus dari IFN terjadi melalui : 1.
Peningkatan ekspresi MHC kelas I. 2. Aktivasi sel NK dan makrofag,3.
Menghambat replikasi virus. Kadang-kadang juga IFN menghambat penetrasi
virus kedalam sel maupun ‘budding’ virus dari sel yang terinfeksi. Interferon
menginhibisi replikasi virus, mengaktifkan sistim imun dan aktivitas supresor
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 61/78
tumor. Jadi sebagai supresor pertumbuhan tumor. Interferon sebagai pengatur
respons biologik anti tumor, diferensiasi sel, imunoregulator dan juga sebagai anti
parasit. Sub klas interferon terbagi dalam IFN α, IFN β dan IFN Ý. Interferon β dan
Ý tampil sebagai kopi tunggal. Interferon Ý berlokasi pada kromosom 12. Ekspresi
dari IFN Ý sangat berhubungan dengan aktivasi sel T. Interferon diregulasi oleh
faktor transkripsi yang spesifik.(Sondel PM,et.al.2001(19)
Interferon gamma
Interferon Ý (IFN-Ý) menghambat transkripsi gen E6 dan E7 serta
menghambat pertumbuhan sel keratinosit immortal. Juga menghambat
proliferasi pertumbuhan HPV. Interferon-Ý diproduksi oleh sel T yang teraktivasi
dan ‘natural killer’ (NK) sel yang merubah respons imun seluler dengan
meningkatkan ‘cytotoxicity’ sel T dan aktivitas NK sel.(Tartour E,et.al.1998 (48).
Ekspresi IFN-Ý hanya oleh limfosit T dan ‘natural killer’ sel (NK sel). Interferon ini
menginhibisi pertumbuhan virus, berpartisipasi dalam mekanisme pertahanan
immune, presentasi antigen serta supresi tumor. Dalam sistim immune ,IFN-Ý
bersama-sama dengan IL-12 menstimulasi perkembangan T-helper 1.Interleukin-12 sendiri mengatur produksi T helper-1 dan ‘cell mediated
immunity’. Interferon-Ý menginduksi juga apoptosis melalui JAK 1 (Janus Tyrosine
Kinases 1) dan STAT 1 (Signal-inducing Activator of Transcription 1) serta ekspresi
dari ICE. Inhibisi dari aktivitas ICE menghalangi IFN-Ý menginduksi kematian
sel.(Sondel PM,et.al.2001(19) Pada dysplasia (CIN III) dan kanker serviks
didapatkan IFN-Ý menurun, demikian juga dengan kadar IL-12, bila dibandingkan
dengan CIN I. (Scott ME,et.al.2009(49) Interferon-Ý yang disekresi oleh sel T h1
adalah contributor utama dalam respons imun seluler melawan infeksi HPV.Produksi IFN-Ý yang menurun sangat berhubungan dengan infeksi persisten HPV
serta perkembangannya kearah dysplasia serviks. (Bais AG,et.al.2005(50).
Interferon-Ý juga menurun pada lesi yang progresif atau invasive/kanker serviks.
(Guzman V, et.al.2008(47)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 62/78
Interleukin-2
Interleukin-2 (IL-2) adalah sitokin sentral dalam respons immune.
Interleukin ini adalah glikoprotein 15,5 kDa pada umumnya disekresi sel T ( CD
4+ T lymphosytes) setelah diaktivasi oleh antigen atau mitogen. Produksi IL-2transient, dengan puncak sekresi terjadi 8-12 jam setelah aktivasi. Protein ini
merupakan ‘autokrin’ dan atau ‘parakrin’ IL-2. Stimulasi untuk sel T dalam
konteks respons immune, untuk ekspansi klonal dari antigen spesifik sel efektor.
Interleukin-2 juga disebut sebagai faktor tumbuh ( growth factors) dari sel T.
Karenanya mempunyai peran besar dalam meregulasi respons sel T dalam
kegiatannya. Interleukin-2 disekresi oleh CD 4+ T sel kedalam bentukan synapse
diantara sel T dan sel APC. Interleukin-2 ini juga menstimulasi beberapa tipe sel
antara lain , NK sel, B sel, monosit dan makrofag. Interleukin-2 menstimulasiproliferasi NK sel , meningkatkan aktivitas sitolitik dan sekresi dan aktivitas IFN-Ý.
Juga IL-2 untuk prolifersi B sel serta sekresi immunoglobulin. Pada stimulasi IL-2
monosit dan makrofag adalah menginduksi aktivitas sitotoksik, termasuk ‘ADCC’
( antibody-dependent cellular citotoxicity ) juga untuk proliferasi dan diferensiasi
sel ini. Untuk respons semua ini harus melewati 2 atau 3 reseptor trans-
membran glikoprotein yang berbeda. Ketiga reseptor ini adalah IL-2 Rα, IL-2 Rβ
dan IL-2 RÝ. Respons pada gabungan ketiga reseptor (αβÝ) mempunyai afinitas
yang tinggi. Kompleks heterotrimerik ini adalah ekspresi untuk aktivitas Sel T.
Reseptor dengan afinitas rendah yaitu hanya satu reseptor IL-2 Rα (monomer ).
Afinitas tengah yaitu 2 reseptor ( IL-2 Rβ dan Ý) dan ini predominan untuk NK sel.
Interleukin-2 yang dilepaskan oleh sel T (Th) ini meningkatkan aktivitas dan
proliferasi NK sel dan merusak target sel tumor. (Sondel PM,et.al. 2001(19) Sel T
helper menghasilkan antara lain : ‘IL-2’ dan ‘IFN-Ý.
Interleukin 12
Interleukin -12 (IL-12) adalah salah satu sitokin yang sebagian besar
diproduksi oleh limfosit sel Th1, juga oleh sel APC atau sel dendritik yang aktif dan
NK sel/makrofag. Interleukin-12 dibentuk antara lain sebagai respons terhadap
infeksi virus termasuk HPV. Interleukin-12 diproduksi oleh APC ketika sel ini
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 63/78
menghadirkan antigen virus pada sel T dan menginduksi fase efektor dari ‘cell
mediated immune responses’. (Bais AG, Eijkemans,et.al.2007(51). Sitokin ini
berperan penting dalam ‘feed back’ sistim, yaitu mendorong perkembangan sel T
‘helper tipe 0’/naïve sel Th’ menjadi ‘helper tipe 1’atau diferensiasi sel Th1.
Sitokin ini berpotensi sebagai aktivator dalam immunitas seluler, meningkatkan
aktivitas sitotoksik. Membantu sintesa dan produksi IFN-Ý oleh sel T dan NK sel.
Interleukin-12 juga menstimulasi respons imun adaptif dan mengarahkannya
pada sel Th1 dimana merupakan mediator dari imun seluler dan merupakan
respons yang paling efektif menghancurkan mikroba.( Scott W, Levy
D,et.al.2004(52). Sitokin ini merupakan mediator penting sebagai penghubung
antar imunitas innate dan adaptif, yang diproduksi pada awal reaksi imunitas
innate terhadap mikroba dan menstimulasi respons imun adaptif. Sitokin ini juga
berperan meningkatkan aktivitas sitolitik oleh NK sel. Pembunuhan sel-sel yang
terinfeksi virus yang dimediasi oleh NK sel mengeliminasi lokasi infeksi. Juga
mempunyai kemampuan sebagai anti tumor dan aktivitas anti metastatik
melawan tumor. (Abbas AK,et.al.2010(46). Sitokin ini mempunyai peran dalam
merangsang sekresi IFN-Ý dan juga menginduksi respons imun innate dan adaptif
melawan mikroba intraseluler.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 64/78
Gambar. 4. Aktivitas biologik dari IL-12. Interleukin-12 diproduksi oleh makrofag
dan sel dendritik sebagai respons terhadap mikroba atau signal sel T seperti ligand
CD40 yang mengikat CD40. Interleukin-12 berperan pada sel T dan NK sel
merangsang produksi IFN-Ý dan aktivitas sitotoksik untuk mengeradikasi mikroba
intraseluler. ( dikutip dari Abbas AK et.al. 2010)(46)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 65/78
Interleukin 10
Interleukin 10 (IL-10) sebagai sitokin tipe 2 sangat berhubungan dengan
peningkatan pertumbuhan tumor. Sitokin ini sebagian besar diproduksi oleh
limfosit T dan monosit ( makrofag). Interleukin-10 yang diproduksi oleh makrofagyang aktif fan sel T, juga mempunyai peran menekan fungsi makrofag . Karenanya
IL-10 ini adalah juga sebagai ‘negative feedback regulator’. Interleukin-10 juga
diproduksi oleh beberapa tipe sel non-limpoid seperti sel keratinosit. Interleukin
10 menekan ekspresi MHC ( major histocompatibility complex ) kelas I, mencegah
presentasi antigen tumor kepada (CD 8+) CTLs.(Sharma A,et.al.(53) Didapatkan
bahwa peningkatan high grade CIN sangat berhubungan dengan ekspresi IL-10.
Juga didapatkan penurunan ekspresi IFN-Ý yang berhubungan dengan lesi
servikal. Interleukin-10 juga menghambat produksi IFN-Ý. Sitokin ini dapatberfungsi menekan produksi IL-12 oleh makrofag dan sel dendritik aktif. Karena
IL-12 merupakan stimulus kritikal dari sekresi IFN-Ý, maka dengan
penekanan(downregulated) pada IL-12 akan mengakibatkan produksi IFN-Ý
menurun. (Sharma A,et.al.(53) Sitokin ini juga menekan sitokin tipe 1 dan
menyokong pertumbuhan kearah kanker serviks. (Nicol AF,et.al.2005(18).
Interleukin-10 menghambat ekspresi ‘costimulators’ dan molekul MHC tipe II
pada makrofag dan sel dendritik. Karena peran ini IL-10 menghambat aktivasi sel
T dan mengakhiri respons CMI. Peranan IL-10 meliputi kontrol pada reaksi dari
innate dan adaptif atau CMI respons. Adanya peran penghambatan oleh IL-10
dalam sistim imun, memberi kesempatan virus untuk mampu melawan respons
imun. Menurunnya respons imun tipe 1 yang spesifik untuk HPV menginduksi
kanker serviks invasive.
Pada penelitian dari Bais AG,Lindemans et.al.2005(50) menyatakan bahwa
IFN-Ý rendah secara signifikan pada CIN III dan kanker serviks sedang konsentrasi
IL-10 meningkat dalam plasma dari CIN III dan kanker serviks. Sebaliknyakonsentrasi IL-12, IL-2, IL-4 serta TNF α tidak ada perbedaan . Sitokin IL-10
meningkat sebanding dengan peningkatan derajat dysplasia sampai CIN III.
Interleukin-10 adalah sitokin imunosupresif yang potensial.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 66/78
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.Kerangka Teori
___________________________________________________________________
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sel
normal
LGSIL
LGSIL HGSIL
Kanker Serviks
Virus HR-
HPVViral Persisten
(infections)
Neoplastic
Progression
Vi HR-HPV
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 67/78
B.Kerangka Konsep
Normal cell LGSIL HGSILCervical Cancer :
-Early
-Late
HR-HPVViral Persisten
Progressive
Neoplastic (15 %)
Regression of
Infection (85 %)
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 68/78
BAB IV
METODE PENELITIAN
IV. 1. Desain Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah, metode observasional
dengan pendekatan cross sectional .
IV. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit pendidikan di Makassar, Manado,
Jakarta dan Bandung. Pengambilan dan penyimpanan sampel darah perifer di
lakukan di Laboratorium Prodia Makassar, Manado, Jakarta dan Bandung.
Selanjutnya disimpan dalam media sebagai inkubator dengan pendinginan -20
derajat C .Pengkuran dan penghitungan dilakukan di Laboratorium Prodia Jakarta.
Pengiriman sampel ke Laboratorium Prodia Jakarta dengan menggunakan ‘dry
ice’.
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2013 dengan
pengumpulan sampel sampai jumlahnya terpenuhi.
IV.3. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua kasus yang didiagnosis dysplasia serviks (
CIN II dan III) serta stadium awal ( I – IIa ) dan stadium lanjut ( IIb – IV) kanker
serviks. Populasi kasus diambil dari departemen Obstetri dan Ginekologi, divisi
Onkologi RS Pendidikan di Makassar, Manado, Jakarta dan Bandung. Bila
kelompok dysplasia dianggap sebagai control maka besaran sampel untuk masing-masing kelompok digunakan rumus :
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 69/78
λ2 N.P.Q
d2 (N-1) + λ P.Q
Jumlah sampel yang ditentukan pada masing-masing kelompok sesuai
perhitungan statistik adalah sebesar 23 kasus , dibulatkan 25 kasus. Hasil ini
sesuai dengan λ2 dengan dk = 1 , P = Q = 0,5 d = 0,05, S = jumlah sampel pada
masing-masing kelompok.
Kriteria Inklusi
1. Kasus dysplasia serviks (HGSIL) yang didiagnosis secara sito/ histopatologis.
2. Kasus kanker serviks stadium awal ( I –IIa) yang belum diberikan pengobatan
dengan sitostatika atau radiasi.
3. Kasus kanker serviks stadium lanjut ( IIb-IV) yang belum diberikan
pengobatan dengan sitostatika dan atau radiasi.
4. Tidak ada penyakit infeksi lain , kecuali dysplasia atau kanker serviks.
5. Diagnosis kanker serviks berdasar pada pemeriksaan klinis dan
histopatologis.6. Kasus / ibu yang bersedia ikut dalam penelitian.
Kriteria Eksklusi
1. Sudah pernah diberi pengobatan.
2. Penyakit yang telah residif.
3. Sudah pernah menjalani operasi karena penyakit ini..
4.
Terdapat infeksi lain.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 70/78
Proposal Penelitian
EKSPRESI SITOKIN IFN-γ, IL-2, IL-12 DAN IL-10 SEBAGAI RESPONS IMUN
TERHADAP INFEKSI HR-HPV DENGAN DISPLASIA SERVIKS, STADIUM AWAL
SERTA STADIUM LANJUT KANKER SERVIKS
The Expression of Cytokine IFN-γ,IL-2,IL-12 and IL-10 as a Immune Responses
To HR-HPV Infections with Cervical Dysplasia, Early stage and Late Stage Cervical Cancer
Oleh
Max Rarung
P020037079
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNVERSITAS HASANNUDIN MAKASSAR
2013
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 71/78
Pengesahan Usulan Penelitiian
Ekspresi sitokin IFN-γ, IL-2, IL-12 dan IL-10 sebagai Respons Imun
Terhadap Infeksi HR-HPV dengan Displasia Serviks, Stadium Awal serta stadium Lanjut Kanker serviks.
The Expression of Cytokine IFN- γ, IL-2, IL-12 and IL-10 As a Immune Responses
To HR-HPV Infections with Cervical Dysplasia, Early Stage and Late stage of Cancer Cervical.
Diajukan oleh
Max R Rarung
Nomor Pokok :
Menyetujui :
Prof. dr. Syarifuddin Wahid ,Ph.D.,SpPA (K) Prof. Dr. dr. Syahrul Rauf, SpOG (K)
Promotor Co-Promotor
Ketua Program Studi
Ilmu Kedokteran
Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, MSc
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 72/78
KEPUSTAKAAN
1. Faridi R, Zahra A, Khan K, Idrees M. Oncogenic potential of HumanPapillomavirus (HPV) and its relation with cervical cancer. Virology Journal 2011;8( 269) :1-8.
2. Andrijono dkk. Buletin Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI),Jakarta ,2011
3. Munoz N, Castellsague X, Gonzalez AB, Gissmann L. HPV in the etiology of
human cancer. Vaccine, 2006 ;24 :1-10.
4.Bosch FX, You Lin Qiao, Castellsague X. The epidemiology of human
papillomavirus infection and its assosiation with cervical cancer. International
Journal of Gynecology and Obstetrics,2006, 94 : S8-S21.
5.Schiffman M, Castle PE, Jeronimo J, Rodriquez AC, Wacholder S. HumanPapillomavirus and Cervical Cancer. The Lancet 2007; 370 : 890-907.
6.Culp TD, Christensen ND.Kinetics of in vitro adsorption and entry of
papillomavirus virions. Virology 2004 ; 319 : 152-161.
7. Wang PH, Ko JL. Implication of human telomerase reverse transcriptase in
cervical carcinogenesis and cancer recurence. Intl J Gynecol Cancer.2006; 16 :
1873-9.
8.Aziz MF, Schellekens MC, Dikman A , et.al. Prevalence of single and multiple
HPV type in Cervical Carcinoma in Jakarta,Indonesia. International Meeting of the
ESGO 13th,Belgium, 2003.
9. Cuschieri KS, Whitley MJ, Cubie HA. Human papillomavirus type specific DNA
and RNA persistence Implications for cervical disease progression and monitoring.
J Med Virol, 2004 ; 73 : 65 -70.
10.Molden T, Kraus I, KarlsenF, Skomedal H, Hagmar H . Human papillomavirusE6/E7 mRNA expressionin women younger than 30 years of age. Gynecol
Oncol,2006 ; 100 : 95-100.
11.Castellsague Xavier. Natural history and epidemilogy of HPV infection and
cervical cancer.Gynecologic Oncology 2008;110: S4-S7.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 73/78
12.Rodriquez-Cerdeira C, Alcantara R, Guerra-Tapia A, Escalas J, Alba A. Human
Papillomavirus (HPV) and Genital Cancer. The Open Dermatology
Journal,2009;3:117-128.
13.Castellsague X, Munoz N. Cofactor in human papillomavirus carcinogenesis –role of parity, oral contraseptives and tobacco smoking. J Nat Cancer Inst
Monograph 2003 ; 31 : 20-8.
14.Darshan MS. The L2 minor capsid protein of human papillomavirus type 16
interact with a network of nuclear import receptors. J Virol 2004 ; 78 : 12179-
12188.
15.Dinesh Gupta .Screening For Cervical Precancer Disease. From Epidemiological
Research To The Clinical Practice. New Delhi ,India, 2010.
16.Palmer KE,Jenson AB, Kouokam JC, Lasnik AB, Shin Je Ghim. Recombinant
vaccines for prevention of human papillomavirus infection and cervical cancer.
Experimental and Molecular Pathology 2009;86:224-233.
17.Burd EM. Human Papillomavirus and Cervical Cancer. Cinical MicrobiologyReviews. 2003;16:1-17.
18.Nicol AF, Fernandes ATG, Bonecini-Almeida M da G. Immune response in
cervical dysplasia induced by human papillomavirus : the influence of humanimmunodeficiency virus-1 co-infection. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro,
2005, vol. 100(1) : 1-12.
19.Sondel PM, Rakhmilevich AL,De Jong DLO, Hank JA. Cellular Immunity andCytokines. In: Mendelsohn J, Howley PM, Israel MA, Liotta LA. The MolecularBasis of Cancer.2nd Edition,WB Saunders Company,Philadelphia, 2001.
20.Murakami MS, Vande Woude GF. Regulation of the Cell Cycle. In : MendelsohnJ, Howley PM, Israel MA, Liotta LA. The Molecular Basis of Cancer.2 nd Edition,WBSaunders Company,Philadelphia, 2001.
21.Lanioz V, Holthusen KA, Meneses PI. Bovine Papillomavirus type 1 : from
clathrin to caveolin.J Virol , 2008 ; 82 : 6288-6298.
22.Doorbar J. The Papillomaviruses Life Cycle. Clinical Virology 2004 ; 32 : 16-24.
23.Martin MP, Carrington M. Immunogenetics of viral infections. Current Opinionin Immunology, 2005;17:510-516.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 74/78
24.Frazer I. God’s Gift to Women : The Human Papillomavirus Vaccine. Immunity
2006; 25: 179-184.
25.Stanley M. Immunobiology of HPV and HPV vaccines. Gynecologic Oncology
2008;109:S15-S21.
26.Dillon S, Sasagawa T, Crawford A, Prestidge J, Inder MK, et.al. Resolution of
cervical dysplasia is associated with T-cell proliferative responses to human
papillomavirus type 16 E2. Journal of General Virology,2007;88: 803-813.
27.Stanley MA. Immune responses to human papilloma viruses. Indian J Med Res,
2009 ; 130 : 266-276.
28.Schwarz TF, Leo O. Immune response to human papillomavirus after
prophylactic vaccination with AS04-adjuvanted HPV 16/18 vaccine : Improving
upon nature. Gynecologic Oncology 2008;110: S1-S10.
29.Chang DC, Sabatini PJ, Divgi CR, Livingston PO, Houghton AN. Immunotherapy
of Gynecologic Malignancies. In : Hoskins WJ, Young RC, Markman M, Perez CA,
Randall M. Ed. Principles And Practice Of Gynecologic Oncology. Fourth Edition.
Lippincott Williams & Wilkins ,Philadelphia, 2005.
30.Chen J,Guoying Ni, Xiao Song Liu.Papillomavirus like particle-based therapeutic
vaccine against human papillomavirus infection related diseases : Immunological
problems and future directions. Cellular Immunology,2011;269:5-9.
31.Kanodia S, Fahey LM, Kast WM. Mechanism Used by Human Papillomaviruses
to Escape the Host Immune Response. Current Cancer Drug Targets,2007;7:79-89.
32.Bosch FX, Lorincz A, Munoz N, Meijer CJLM, Shah KV. The causal relationbetween human papillomavirus and cervical cancer. J Clin Pathol 2002 ; 55 : 244-265
33.Longworth MS, Laimins LA. Pathogenesis of Human Papillomaviruses in
Differentiating Epithelia. Micr Mol Biol Rev. 2004; 68(2) : 362-372.
34.Howley PM. Viral Carcinogenesis. In : Mendelsohn J, Howley PM, Israel MA,Liotta LA. The Molecular Basis of Cancer.2nd Edition,WB SaundersCompany,Philadelphia, 2001.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 75/78
35.Ferber MJ, Montoya DP, Yu C, Aderca I, McGee A. et.al. Integrations of thehepatitis B virus (HBV) and human papillomavirus (HPV) into the humantelomerase reverse transcriptase (hTERT) gene in liver and cervical cancers.Oncogen 2003 ; 22 : 3813-3820.
36. Raybould R, Fiander A, Hibbitts S. Human Papillomavirus Integration and its
Role in Cervical Malignant Progression. The Open Clinical Cancer Journal,2011;5:1-7.
37. Gregory CD. Apoptosis : A Role In Neoplasia. In : Pusztai L, Lewis CE, Yap E. CellProliferation in Cancer. Oxford University Press, Oxford, 1996.
38.Massad LS, Einstein M, Myers E, Wheeler CM, Wentzensen N, Solomon D. The
impact of human papillomavirus vaccination on cervical cancer prevention efforts.
Gynecologic Oncology, 2009; 114 : 360-364.
39.Frazer I. God’s Gift to Women : The Human Papillomavirus Vaccine. Immunity
2006; 25: 179-184.
40.Randall ME, Michael H, Ver Morken J, Stechman F. Diseases Sites Uterine
Cervix. In : Hoskins WJ, Young RC, Markman M, Perez CA, Randall M. Ed. Principles
And Practice Of Gynecologic Oncology. Fourth Edition. Lippincott Williams &
Wilkins ,Philadelphia, 2005.
41.Mahdavi A, Monk BJ. Vaccines Against Human Papillomavirus and Cervical
Cancer. Promises and Challenges. The Oncologist 2005 ; 10 : 528-538.
42.Chan YM, Ng TY, Ngan HYS, Wong LC. Monitoring of serum Squamous Cell
Carcinoma Antigen Level in Invasif Cervical Cancer : Is it Cost Effective ?. Gynecol
Oncol,2002 ; 84 : 7-11.
43.De Villiers EM, Fauquent C, Broker TR, Bernard HU, Zur Hauzen H. Classification
of papillomaviruses. Virology 2004 ; 324 : 17-27.
44.Kim MK, Kim HS, Kim SH, Jung Min Oh, Jae Yong Han.et.al. Human
papillomavirus type 16 E5 oncoprotein as a new target for cervical cancertreatment. Biochemical Pharmacology, 2010 ; 80 : 1930-1935.
45.Villa LL, Denny L. Methods for detection of HPV infection and its clinical utility.
Int J Gynecol Obstet,2006; 94(supl 1 ) : S71-80.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 76/78
46.Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. Ed.6th
Saunders Elsevier Inc. Philadelphia, 2010.
47. Guzman V, Yambartsev A, Goncalves-Primo A, Morgun A. New approachreveals CD 28 and IFN-Ý gene interaction in the susceptibility to cervical cancer.
Hum Mol Genet. 2008;17(12): 1838-1848.48.Tartour E, Gey A, Sastre-Garau X, Surin IL, Mosseri V, Fridman WH. PrognosticValue of Intratumoral Interferon Gamma Messenger RNA Expression in InvasiveCervical Carcinomas. Journal of the National Cancer Institute,1998;90(4):287-94.
49.Scott ME, Yifei M, Kuzmich L, Moscicki AB. Diminished IFN-Ý and IL-10 and
elevated Foxp3 mRNA expression in the cervix are associated with CIN II or III. Int
J Cancer,2009;124 : 1379-1383.
50.Bais AG, Beckmann I, Lindemans J, Ewing PC, Meijer CJLM, Snijders PJF,
Helmerhorst TJM. A shift to peripheral Th2-type cytokine pattern during the
carcinogenesis of cervical cancer becomes manifest in CIN III lesions. J Clin Pathol
2005; 58: 1096-1100.
51.Bais AG, Beckmann I, Ewing PC, Eijkemans MJC, Meijer CJLM. Et.al. CytokineRelease in HR-HPV(+) Women without and with Cervical Dysplasia (CIN II and CINIII) or Carcinoma, Compared with HR-HPV(-) Controls. Mediators of Inflammation,Hindawi Publishing Corporation,Volume 2007.
52.Scott W, Levy D, Frederickson HL, Falkson CI, Wang Y, Weller E.et.al. A phase II
trial of IL-12 in patient with advanced cervical cancer : clinical and immunologiccorrelates. ECOG study. Gynecologic Oncology, 2004;92 : 957-964.
53. Sharma A, Rajappa M,Saxena A, Sharma M. Cytokine profile in Indian womenwith cervical intraepithelial neoplasia and cancer cervix. Int J Gynecol Cancer2007,17 : 879-885.
8/10/2019 EKSPRESI SITOKIN
http://slidepdf.com/reader/full/ekspresi-sitokin 78/78
Kepustakaan ( Respons Imun pada dysplasia dan kanker serviks)
1.Kung Liahng Wang. Human Papillomavirus and Vaccination in Cervical Cancer.Taiwan Obstet Gynecol
2007;46(4):352-362.
2. Munagala R, Nagarajan B. Alteration in cytokine levels in cervical carcinoma patients through
radiation therapy. Current Science, vol.94,no.10,2008.
3.Koshiol J, Kovacic MB. Cytokines and Markers of Immune Response to HPV Infection. In : Kanwar J Ed.
Recent Advances in Immunology to Target Cancer, Inflamation and Infections. In Tech Europe, 2012.
4.Zheng ZM, Baker CC. Papillomavirus genome structure , expression and post transcriptional regulation.
Front Biosc 2006; 11 : 2286-2302.
5.Kung Liahng Wang. Human Papillomavirus and Vaccination in Cervical Cancer. Taiwan J Obstet Gynecol
2007; 46: 352-362.