ekskresi

5
2.2 Proses Ekskresi Zat-zat Sisa Metabolisme a. Paru-paru Selain sebagai organ pernapasan, paru-paru juga memiliki peranan dalam sistem ekskresi. Sisa hasil metabolisme paru-paru berupa karbon dioksida dan air dalam bentuk uap air. Sisa metabolisme dari jaringan diangkut oleh darah menuju ke paru-paru untuk dibuang. Proses pembuangan diawali dengan berdifusinya karbon dioksida dari sel-sel ke dalam darah, melalui cairan jaringan dan akhirnya masuk ke dalam alveolus. Dari alveolus, karbon dioksida akan dikeluarkan melalui udara yang dihembuskan pada saat ekspirasi. b. Hati Selain berperan dalam proses pencernaan, hati juga berperan dalam sistem ekskresi. Fungsi hati dalam sistem ekskresi adalah menghasilkan empedu secara terus-menerus yang ditampung dalam kantung empedu. Hati juga berfungsi sebagai tempat perombakan atau penghancuran sel-sel darah merah yang telah tua. Hemoglobin yang terdapat pada sel darah merah dirombak menjadi bilirubin (zat warna empedu). Bilirubin dikeluarkan bersama dengan cairan empedu ke usus. Di dalam usus, bilirubin mengalami pemecahan menjadi sterkobilin dan urobilin. Sterkobilin memberi warna pada feses, sedangkan urobilin memberi warna pada urin. Bila terjadi penyumbatan pada saluran empedu, maka cairan empedu akan masuk ke sistem peredaran darah.

Upload: zahra

Post on 12-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sistem eskresi pada manusia

TRANSCRIPT

Page 1: ekskresi

2.2 Proses Ekskresi Zat-zat Sisa Metabolisme

a. Paru-paru

Selain sebagai organ pernapasan, paru-paru juga memiliki peranan dalam sistem

ekskresi. Sisa hasil metabolisme paru-paru berupa karbon dioksida dan air dalam

bentuk uap air. Sisa metabolisme dari jaringan diangkut oleh darah menuju ke paru-

paru untuk dibuang. Proses pembuangan diawali dengan berdifusinya karbon dioksida

dari sel-sel ke dalam darah, melalui cairan jaringan dan akhirnya masuk ke dalam

alveolus. Dari alveolus, karbon dioksida akan dikeluarkan melalui udara yang

dihembuskan pada saat ekspirasi.

b. Hati

Selain berperan dalam proses pencernaan, hati juga berperan dalam sistem

ekskresi. Fungsi hati dalam sistem ekskresi adalah menghasilkan empedu secara

terus-menerus yang ditampung dalam kantung empedu. Hati juga berfungsi sebagai

tempat perombakan atau penghancuran sel-sel darah merah yang telah tua.

Hemoglobin yang terdapat pada sel darah merah dirombak menjadi bilirubin (zat

warna empedu). Bilirubin dikeluarkan bersama dengan cairan empedu ke usus. Di

dalam usus, bilirubin mengalami pemecahan menjadi sterkobilin dan urobilin.

Sterkobilin memberi warna pada feses, sedangkan urobilin memberi warna pada urin.

Bila terjadi penyumbatan pada saluran empedu, maka cairan empedu akan masuk

ke sistem peredaran darah. Akibatnya, cairan darah menjadi lebih kuning.

Penyumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh batu empedu dan endapan kolesterol.

Di samping itu, bila hati tidak mampu menyaring bilirubin dari darah (fungsi hati

terganggu) maka bilirubin yang berwarna kekuningan akan menumpuk pada jaringan-

jaringan lain dan menyebabkan warna kuning pada kulit dan mata.

c. Kulit

Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karena mengandung kelenjar keringat

(glandula sudorifera) yang mengeluarkan keringat. Keringat mengandung sisa-sisa

metabolisme yaitu air, larutan garam, dan sedikit urea. Kelenjar keringat akan

menyerap air, larutan garam, dan urea dari kapiler darah yang letaknya berdekatan.

Selanjutnya zat-zat yang terlarut itu dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori

sebagai keringat.

Page 2: ekskresi

Keringat yang keluar dari tubuh akan menyerap panas tubuh, sehingga suhu tubuh

akan tetap. Pengeluaran keringat berhubungan dengan suhu lingkungan yang tinggi

dan aktivitas tubuh yang meningkat. Bila suhu udara panas, kelenjar keringat akan

bekerja giat sehingga pengeluaran keringat menjadi lebih banyak, begitu juga

sebaliknya. Pengueluaran keringat yang berlebihan mengakibatkan hilangnya garam-

garam mineral dari tubuh. Akibatnya, dapat menimbulkan kekejangan otot dan

pingsan.

d. Ginjal

Di dalam ginjal terjadi proses pembentukan urin, melalui serangkaian proses filtasi

(penyaringan) zat-zat sisa yang beracun, reabsorpsi (penyerapan kembali), dan

augmentasi (pengeluaran zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan tidak mungkin

disimpan lagi).

Filtrasi (penyaringan)

Filtrasi merupakan perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula

Bowman dengan menembus membrane filtrasi. Membrane filtasi terdiri dari 3 lapisan,

yaitu sek endothelium glomerulus, membran basiler, dan epitel kapsula Bowman.

Darah yang terdapat dalam glomerulus mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat

yang akan disaring. Dalam glomerulus, sel-se darah, trombosit, dan sebagian besar

protein plasma disaring dan diikat agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil penyaringan

tersebut berupa urin primer (filtrate glomerulus). Urin primer mengandung zat

yang hamper sama dengan cairan yang menembus kapiler menuju ke ruang antar sel.

Page 3: ekskresi

Reabsorpsi (penyerapan kembali)

Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dari tubulus renalis menuju ke

pembuluh darah yang mengelilinginya, yaitu kapiler peritubuler. Sel-sel tubulus

renalis secara selektif mereabsorpsi zat-zat yang terdapat dalam urine primer.

Reabsorpsi tergantung kebutuhan dari zat-zat yang terdapat dalam urin primer. Zat-zat

makanan seluruhnya direabsorpsi, sedangkan reabsorpsi garam organic bervariasi

tergantung dari kadar zat tersebut dalam plasma. Setelah reabsorpsi, kadar urea

menjadi lebih tinggi dan zat-zat yang dibutuhakan tidak ditemukan lagi. Urin yang

dihasilkan setelah proses reabsorpsi disebut urin sekunder (filtrate tubulus).

Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh

ke dalam tubulus kontortus distal. Peristiwa ini disebut juga sekresi tubular. Sel-sel

tubulus mengeluarkan zat-zat tertentu yang mengandung ion hydrogen dan ion kalium

kemudian menyatu dengan urin sekunder. Penambahan ion hydrogen sangat penting

Page 4: ekskresi

karena membantu menjaga kesetimbangan pH dalam darah. Jika pH dalam darah

mulai turun, sekresi ion hydrogen akan meningkat sampai berada pada keadaan pH

normal (7,3-7,4) dan urin yang dihasilkan memiliki pH dengan kisaran 4,5-8,5. Urin

yang terbentuk akan disimpan sementara di kantung kemih untuk selanjutnya dibuang

melalui uretra.