eksistensi masjid darussalam sebagai wadah interaksi

129
i EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DI KOMPLEKS PERUMAHAN GRIYA DARUSSALAM RESORT DESA PALLANTIKANG KEC. PATTALLASSANG KAB. GOWA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar SYAHRUL ARISANDI 105 19 11043 16 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H / 2020 M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

i

EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM

SEBAGAI WADAH INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT

DI KOMPLEKS PERUMAHAN GRIYA DARUSSALAM RESORT

DESA PALLANTIKANG KEC. PATTALLASSANG KAB. GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

SYAHRUL ARISANDI

105 19 11043 16

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1441 H / 2020 M

Page 2: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

ii

Page 3: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

iii

Page 4: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Syahrul Arisandi

NIM :105191104316

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas :Agama Islam

Kelas : B

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi ini.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka

bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

09 Rabiul Awal 1442 H

Makassar,

26 Oktober 2020 M

Yang Membuat Pernyataan

Syahrul Arisandi

105191104316

Page 5: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

v

ABSTRAK

SYAHRUL ARISANDI. 105191104316. Eksistensi Masjid Darussalam

Sebagai Wadah Interaksi Sosial Masyarakat di Kompleks Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa. Dibimbing

oleh K.H.M Alwi Uddin dan bapak Samsuriadi.

Masjid merupakan tempat yang sangat penting bagi umat Islam, sebab

masjid berfungsi sebagai pusat kegiatan umat Islam. Masjid pada masa

Rasulullah memiliki beberapa fungsi seperti tempat ibadah, pengembangan

masyarakat, pusat dakwah dan kegiatan sosial. Akan tetapi seiring berjalannya

waktu fungsi masjid mulai berubah. Pada masa sekarang banyak masjid yang

hanya berfungsi sebagai tempat shalat jamaah saja. masyarakat pada umumnya

menganggap masjid hanya digunakan sebagai tempat ibadah ritual saja.

Kenyataan tersebut berbeda pada masyarakat perumahan Griya Darussalam yang

menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat, sebagai wadah untuk

berinteraksi social. masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah ritual saja tetapi

juga sebagai pusat kegiatan masyarakat seperti pendidikan, pelatihan, dan social.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui eksistensi Masjid Darussalam,

proses interaksi social masyarakat dan sejauh mana eksistensi masjid Darussalam

sebagai wadah interaksi sosial masyarakat Perumahan Griya Darussalam. Peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif analisis deskriptif. Metode pengumpulan data

yang digunakan yaitu Riset lapangan, yakni dengan melakukan observasi,

wawancara, dan dokumenasi. Teknik analisis data yang digunakan berupa reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Jumlah informan dalam

penelitian ini sebanyak 10 orang, diantaranya takmir masjid, developer

perumahan, tokoh masyarakat/tokoh agama, jama’ah masjid atau masyarakat

dalam kompleks Perumahan Griya Darussalam.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu eksistensi Masjid Darussalam

sebagai wadah interaksi sosial masyarakat Perumahan Griya Darussalam, sejauh

ini sangat dirasakan keberadaannya oleh masyarakat sebagai pivotal center,

sebagai pusat kegiatan masyarakat, sebagai wadah interaksi sosial, masjid sebagai

titik temu interaksi masyarakat tanpa memperdulikan simbol-simbol material dan

strata sosial masyarakat, hampir semua proses interaksi sosial masyarakat

dilakukan dan dimulai dari masjid. Sejalan dengan hal itu proses interaksi sosial

masyarakat Perumahan Griya Darussalam berjalan sangat baik dengan berbagai

bentuk interaksi sosial masyarakat dalam kegiatan-kegiatan bersama seperti bakti

sosial, Pengajian umum, perayaan hari besar islam, silaturahmi antar jamaah,

musyawarah, shalat berjamaah, olahraga bersama, pelatihan-pelatihan, dan

kegiatan lainnya.

Kata Kunci: Eksistensi Masjid, dan Interaksi Sosial Masyarakat.

Page 6: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

vi

KATA PENGANTAR

حيم ن ٱلره حم ٱلره بسم ٱلله

ن ست عينه ده و ن حم مد لله ن إنه الح الن ا، م من س ي ئ ات أ عم ن عوذ بالله من شرور أ نفسن ا و ن ست غفره و و

د أ نه أ شه د أ نه لا إل ه إلاه الله و ن يضلل ف لا ه ادي ل ه. أ شه م دا ع بده مح ي هده الله ف لا مضله ل ه و مه

سوله. ر و

Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT.

Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini dan seluruh isi alam

semesta yang telah memberikan kenikmatan kepada kita, baik itu secara jasmani

maupun rohani. Berkat rahmat dan petunjuk-Nya pula, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurah kepada

sosok pemimpin Islam yang telah membawa sinar kecemerlangan dalam Islam

yaitu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam beserta keluarga dan sahabat-

sahabatnya yang telah membimbing umat kearah jalan yang benar.

Tentunya penulis tidak terlepas dari dukungan dan sumbangan pemikiran

dari segenap pihak yang penulis rasakan selama ini atas jasa-jasanya yang

diberikan secara tulus ikhlas, baik material maupun spiritual dalam usaha mencari

kesempurnaan dan manfaat dari penulisan skripsi ini, tak lupa penulis ungkapkan

rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada.

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Zainuddin dan Ibunda Halija serta

keluarga, yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, dorongan

semangat dan motivasinya, setiap waktu bersujud dan berdoa demi

kelancaran penulisan skripsi ini hingga tercapainya cita-cita penulis.

Page 7: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

vii

2. Kepada Istri tercinta Hasni Hikma Selawati, yang selalu memberikan

semangat, motivasinya, serta setiap waktu berdo’a demi kelancaran

penuisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga

terselesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si Ketua Prodi Pendidikan Agama

Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Bapak Dr. H.M Alwi Uddin, M.Ag dan bapak Drs. Samsuriadi, MA.

pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing

serta memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak/Ibu dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.

8. Kepada Takmir Masjid Darussalam Perumahan Griya Darussalam Desa

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa selama penulis mengadakan

penelitian serta Pihak Developer, jamaah dan warga Perumahan yang telah

bersedia menjadi Informan dan memberikan data selama proses penelitian.

9. Teman-teman seangkatan, teman PPL, KKP-Plus dan yang kepada teman-

teman kelas B tahun 2016-2020 Prodi Pendidikan Agama Islam,

Page 8: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

viii

10. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang

namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak

yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan

berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Aamiin.

Makassar, 19 Safar 1441 H

06 Oktober 2020 M

Syahrul Arisandi

NIM: 105191104916

Page 9: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. ii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................. iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Eksistensi Masjid .................................................................................. 8

1. Pengertian Eksistensi Masjid ............................................................ 8

2. Masjid dalam al-Qur’an .................................................................... 10

3. Sejarah Masjid ................................................................................... 16

4. Fungsi dan Peran Masjid ................................................................... 21

5. Klasifikasi Masjid ............................................................................. 25

B. Interaksi Sosial ...................................................................................... 27

1 Defenisi Interaksi Sosial ................................................................... 27

Page 10: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

x

2 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial...... .............................................. 29

3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ........................ 32

4 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial ........................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .................................................................................. 44

1. Jenis Penelitian.......................................... ........................................ 44

2. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 45

B. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................. 48

C. Fokus Penelitian .................................................................................... 48

D. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................. 48

1. Eksistensi Masjid .............................................................................. 48

2. Interaksi Sosial .................................................................................. 50

E. Sumber Data ......................................................................................... 51

F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 53

G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 53

H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 56

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 59

1. Sejarah Singkat Masjid Darussalam ................................................. 59

2. Data Penduduk ................................................................................. 60

3. Letak Geografis Masjid Darussalam ................................................ 64

4. Struktur Organisasi Masjid Darussalam ........................................... 65

5. Program Kerja Masjid Darussalam .................................................. 69

Page 11: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

xi

6. Sarana Prasarana Masjid Darussalam .............................................. 73

B. Eksistensi Masjid Darussalam Perumahan Griya Darussalam

Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa..................... 75

C. Interaksi Sosial Masyarakat Perumahan Griya Darussalam Resort

Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa ................................ 78

D. Eksistensi Masjid Darussalam Sebagai Wadah Interaksi Sosial

Masyarakat di Kompleks Perumahan Griya Darussalam Resort

Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa ................................ 83

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 88

B. Saran ..................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 91

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 93

LAMPIRAN ....................................................................................................... 94

Page 12: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 01 Potensi SDM di Perumahan Griya Darussalam Resort

Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab.Gowa ......................... 60

Tabel 02 Jumlah Penduduk berdasarkan tingkatan Pendidikan

Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang

Kec. Pattallassang Kab.Gowa ....................................................... 61

Tabel 03 Jumlah Jenis Pekerjaan masyarakat di Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang

Kab.Gowa ...................................................................................... 62

Tabel 04 Susunan Pengurus Masjid Darussalam ......................................... 64

Tabel 05 Program Kerja Masjid Darussalam ............................................... 68

Tabel 06 Sarana dan Prasarana Masjid Darussalam ..................................... 72

Page 13: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan peradaban umat Islam pada periode awal tidak lepas dari

peran masjid sebagai suatu tempat (bangunan) yang fungsi utamanya sebagai

tempat shalat, bersujud menyembah Allah SWT. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam Q.S Al-Jin / 72 :18 bahwa :

Terjemahnya :

Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka

janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping

(menyembah) Allah.1

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa fungsi utama masjid sebagai

tempat beribadah dalam rangka menyembah Allah Swt.

Selain itu disamping sebagai tempat beribadah umat Islam dalam arti

khusus (mahdhah), masjid juga merupakan tempat beribadah secara luas ghairu

mahdhah) selama dilakukan dalam batas-batas syari'ah dengan harapan masjid

menjadi pilar spiritual dan sosial yang menyangga kehidupan duniawi umat.

Berbicara tentang masjid tentunya tidak terlepas dari konsep

normativitas akan masjid dan historisitas faktual yang dilaksanakan Nabi

Muhammad SAW. pada masa hidupnya, menunjukkan bahwa apa yang

dilakukan Nabi Muhammad SAW terhadap masjid, ternyata tidak sebatas pada

1 Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2010), h. 573

Page 14: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

2

pemaknaan sajada yang formal dan sederhana sebagaimana yang lazim

dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat muslim saat ini, yakni sebagai

tempat shalat dan melaksanakan aktivitas-aktivitas rutin untuk menumbuh

kembangkan keshalehan individual. Tetapi lebih dari itu, masjid dijadikan oleh

Nabi Muhammad SAW sebagai lembaga penumbuhkembangan keshalehan

sosial dalam rangka menciptakan masyarakat religion menurut tuntunan ajaran

Islam. Pada masa itu, masjid sepenuhnya berperan sebagai lembaga rekayasa

sosial yang sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.2

Namun seiring berkembangnya zaman menyebabkan terjadinya

penurunan fungsi dan peran masjid. Masjid sudah tidak lagi dijadikan sebagai

sentral kegiatan umat Islam. Fungsi dan peran masjid diambil alih oleh

lembaga khusus yang menangani fungsi-fungsi tertentu, seperti lembaga

pendidikan, kantor pemerintahan, rumah sakit dan lain-lain. sehingga masjid

hanya dijadikan sebagai tempat keagamaan saja sampai sekarang, dimana

telah terjadi perubahan dan pergeseran fungsi dan peran masjid, masjid

dibangun sangat megah namun, peran dan fungsinya tidak berjalan secara

maksimal sebagaimana di zaman Rasulullah dan sahabat.

Padahal bermula dari pelaksanaan shalat berjamaah, penunaian zakat, dan

keegiatan-kegiatan lainnya, maka disitulah benih pembentukan komunitas Islam

yang kuat terbentuk. Dan salah satu hikmah dari berjamaah memang untuk

menghubungkan antar pribadi muslim dengan lainnya sehingga tertanam rasa

2 M Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW (Jakarta: Lentera Hati, 2011), h.

154

Page 15: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

3

keterikatan yang kuat berdasarkan prinsip tauhid, bukan atas nama simbol

golongan atau lainnya.

Dengan demikian maka berarti pula bahwa Masjid menjadi basis

pembentukan umatan wahidah dalam konteks tauhid (Islam). Konsep fungsi

Masjid yang demikian telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam membentuk

masyarakat muslim Madinah.

Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi

antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Manusia tidak dapat hidup

sendiri tanpa bantuan dari manusia lain. Maka dari itu, perlu adanya interaksi

yang harmonis antar sesama manusia, dengan demikian terbentuknya sekelompok

dari sekian banyak jumlah manusia yang disebut masyarakat.

Menurut Soekanto Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial

yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara

kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan

kelompok manusia.3

Dalam berinteraksi jika kontak dan komunikasi sudah terpenuhi dan

berjalan dengan baik, maka terbentuklah interaksi sosial yang baik pula, dengan

kata lain sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat, interaksi tersebut akan

berlangsung secara baik, begitu pula sebaliknya, manakala interaksi sosial yang

dilakukan tidak sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat, maka interaksi

yang terjadi berlangsung dengan kurang baik.4

Masuknya sebuah komunitas baru di suatu lingkungan memberikan

dampak dalam kehidupan masyarakat baik secara sosial maupun kultural.

3 Soerjono soekanto sosiologi suatu pengantar (Cet. 45 : Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2017), h. 55 4 Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: PT.Raja Raja Grafindo, 1982), h. 101

Page 16: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

4

Sebagaimana masyarakat perumahan merupakan masyarakat yang majemuk.

Kebanyakan dari warga perumahan merupakan pindahan yang bukan warga

asli daerah setempat sehingga warga perumahan mempunyai banyak keragaman

baik kelas sosial, cara interaksi sosial bahkan stratifikasi sosial.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa masyarakat perumahan merupakan

masyarakat dengan kondisi lingkungan yang sangat plural dengan latar belakang

masyarakat perumahan yang berbeda-beda baik itu terkait asal daerah, ras, bahasa,

agama, pekerjaan dan lain-lain. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap interaksi

yang terjadi antara masyarakat, bahkan mungkin sangat jarang berinteraksi antara

satu dengan yang lain karna kesibukan aktivitas kerja masing-masing .

Fonemena tersebut menyebabkan pandangan sebagian orang terhadap

masyarakat perumahan yang katanya cenderung individualis, salah satunya

dikarenakan tuntutan aktifitas kerja setiap hari membuatnya jarang bertatatp

muka, berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Akan tetapi sesuatu yang

berbeda justru ditunjukkan oleh masyarakat perumahan Griya Darussalam resort

yaitu ditengah-tengah kesibukan masing-masing mereka masih tetap berinteraksi

satu sama lain terutama ketika berada di masjid. hal tersebut menunjukkan bahwa

fungsi masjid selain sebagai tempat shalat juga sebagai wadah bagi masyarakat

untuk berinteraksi.

Suatu harapan baru, di tengah-tengah kondisi masyarakat perumahan

yang sangat plural, untuk membangun masyarakat yang ideal dengan berbasis

masjid. Dan itu berarti merupakan tantangan ulang untuk masjid menunjukkan

eksistensinya dalam fungsi sosial kemasyarakatannya.

Page 17: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

5

Maka dari pemaparan di atas, peneliti merasa penting untuk melakukan

riset pada eksistensi masjid sebagai wadah interaksi sosial bagi masyarakat

sehingga kehadirannya dapat memberikan manfaat sosial secara signifikan

kepada masyarakat.

Sebagai latar belakang masalah maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh

mengenai eksistensi masjid sebagai wadah interaksi sosial masyarakat, maka

penelitian ini berjudul “Eksistensi Masjid Darussalam Sebagai Wadah

Interaksi Sosial Masyarakat Di Kompleks Perumahan Griya Darussalam

Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana eksistensi masjid Darussalam di kompleks Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab Gowa ?

2. Bagaimana interaksi sosial masyarakat kompleks Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab Gowa ?

3. Bagaimana eksistensi masjid Darussalam sebagai wadah interaksi sosial

bagi masyarakat kompleks Perumahan Griya Darussalam Resort Desa

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak

dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui eksistensi masjid Darussalam di kompleks Perumahan

Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab

Gowa

Page 18: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

6

2. Untuk mengetahui interaksi sosial masyarakat kompleks Perumahan

Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab

Gowa

3. Untuk mengetahui eksistensi masjid Darussalam sebagai wadah interaksi

sosial masyarakat kompleks Perumahan Griya Darussalam Resort Desa

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab Gowa

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Manfaat secara teoritis

a. Bagi Peneliti, untuk mengembangkan wawasan akademik yang

diharapkan berguna dalam membangun budaya berfikir ilmiah.

b. Bagi Fakultas Agama Islam, sebagai bahan informasi dan sumber

bacaan bagi mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

c. Bagi masyarakat, lebih termotivasi untuk menjadikan masjid sebagai

wadah untuk berinteraksi

d. Bagi takmir masjid, sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan

peran dan fungsi masjid lebih khusus sebagai wadah untuk

berinteraksi sosial

e. Menambah wawasan dan menjadi kajian teoritis mendalam agar

dapat dijadikan sebagai acuan ilmiah terkait eksistensi masjid

sebagai wadah interaksi sosial bagi masyarakat.

Page 19: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

7

2. Manfaat secara praktis

a. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti agar dapat

mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan

di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 20: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Masjid

1. Pengertian Eksistensi Masjid

Eksistensi berasal dari bahasa Inggris yaitu excitence; dari bahasa

latin existere yang berarti muncu, ada, timbul, memilih keberadaan aktual.

Dari kata ex berarti keluar dan sistere yang berarti muncul atau timbul.

Beberapa pengertian secara terminologi, yaitu pertama, apa yang ada, kedua,

apa yang memiliki aktualitas (ada), dan ketiga adalah segala sesuatu (apa

saja) yang di dalam menekankan bahwa sesuatu itu ada.5

Secara istilah menurut Abidin Zaenal eksistensi adalah suatu proses

yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal

kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari,

melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan

terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan

atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam

mengaktualisasikan potensi-potensinya6.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah

keberadaan sesuatu yang bersifat dinamis, dimana sesuatu tersebut bisa saja

mengalami perkembangan ataupun kemunduran tergantung pada kemampuan

mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.

Kata masjid berasal dari bahasa arab, yaitu kata “sajada, yasjudu,

sajdan” berarti membungkuk dengan khidmat, sujud, dan berlutut. Untuk

5 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 183

6 Abidin Zaenal, Analisis Eksistensial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.16

Page 21: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

9

menunjukkan suatu tempat, maka kata “sajada” diubah bentuknya menjadi

“masjidan” berarti tempat menyembah Allah SWT.7

Dengan demikian, secara etimologi arti masjid adalah menunjuk

kepada suatu tempat (bangunan) yang fungsi utamanya adalah sebagai tempat

shalat bersujud menyembah Allah SWT.

Sedangkan Secara istilah (terminologi) banyak ahli yang berpendapat

tentang pengertian masjid antara lain :

Menurut Fachrudin Hs Masjid ialah rumah peribadatan kaum

muslimin. Di situ mereka mengerjakan shalat jama’ah dan shalat

Jum’at, zikir, menyebut dan mengingat Allah serta memohonkan do’a

kepada-Nya. Di situ mereka membaca, belajar dan mengajarkan kitab

suci Al-Qur’an. Setiap waktu mereka melaksanakan shalat jama’ah

(sembahyang berkaum-kaum) dan setiap hari Jum’at mengadakan

shalat Jum’at dengan jama’ah yang lebih ramai. 8

Dalam masjid kaum muslimin mendengarkan pengajian dan

pengetahuan yang berguna bagi kehidupan mereka sehari-hari, berkenaan

dengan kehidupan dan pencaharian rezeki atau hubungan dengan masyarakat

Pengunjung masjid bertemu muka setiap saat, sehingga dapat kenal-mengenal

dari dekat, mengetahui keadaan masing-masing serta berbicara langsung

dari hati ke hati dalam berbagai persoalan. Peristiwa yang terjadi pada diri

jama’ah masjid, suka dan duka, dapat diketahui dengan cepat dan bisa

dilakukan dengan tindakan segera secara bersama.

Sedangkan menurut Natsir masjid adalah tempat shalat berjama’ah,

dan pusat pembinaan jama’ah. Masjid juga merupakan lembaga risala

7 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir (Yogyakarta : PP. Al-

Munawwir Krapyak, 1984), h.460

8 Fachrudin Hs, Eksiklopedia Al-Qur’an, Jilid II (Cet. I : Jakarta: Rineka Cipta,1992), h.

78

Page 22: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

10

tempat mencetak umat yang beriman, beribadah menghubungkan jiwa

dengan Sang Khaliq, umat yang beramal shaleh dalam kehidupan

masyarakat yang berwatak dan berakhlak teguh.9

Kemudian lebih dipertegas oleh Moh. E Ayub, menurutnya masjid

merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat berjamaah,

dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi dikalangan

kaum muslimin.10

Dengan demikian dari tinjauan terhadap berbagai pengertian masjid

di atas, dapat disimpulkan bahwa masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah

dalam arti sempit, akan tetapi pengertian masjid mencakup berbagai aspek

ketaatan dalam kehidupan umat Islam.

2. Masjid dalam Al-Qur’an

Dalam al-Qur’an, masjid sebagaimana dalam pengertian di atas,

diungkapkan dalam dua sebutan.

Pertama, “masjid” sebagai suatu sebutan yang langsung menunjuk

kepada pengertian tempat peribadatan umat Islam yang sepadan dengan

sebutan tempat-tempat peribadatan agama-agama lainnya sebagai mana

dalam Q.S. Al-Hajj / 22 : 40)

Terjemahnya :

9 M. Natsir. Fiqhud dakwah (Semarang: YKPI-Ramadhani, 1981), h. 87

10 Mohammad, E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, 1996), h..1-2

Page 23: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

11

(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halamannya tanpa

alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan Kami

hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan)

sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah

dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat

orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut

nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang

menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat

lagi Maha perkasa.11

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa masjid merupakan tempat

untuk memuliakan Allah dengan banyak menyebut nama Allah (berdzikir),

shalat dan aktivitas ketaatan lainnya.

Kedua, “bayt” yang juga menunjukkan kepada dua pengertian, (a)

tempat tinggal sebagaimana rumah untuk manusia atau sarang untuk

binatang

dan (b) “bayt Allah”. Kata “masjid”, disebut dalam al-Qur’an

sebanyak 28 kali, 22 kali diantaranya dalam bentuk tunggal dan 6 kali

dalam bentuk jamak. Dari sejumlah penyebutan itu, 15 kali diantaranya

membicarakan tentang “Masjid al-Haram”, baik yang berkaitan dengan

kesejarahannya, maupun motivasi pembangunan, posisi dan fungsi yang

dimilikinya serta etika (adab) memasuki dan menggunakannya. Banyaknya

penyebutan, tentang masjid al-Haram dalam al-Qur’an tentang masjid,

mengindikasikan adanya norma standar masjid yang seharusnya merujuk

kepada norma-norma yang berlaku di masjid al-Haram. Dalam kaitannya

dengan ibadah shalat yang dijalankan oleh seluruh umat Islam kapan

dan dimanapun, maka yang menjadi arah shalatnya (qiblat) adalah sama,

11 Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2010) h. 337

Page 24: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

12

yakni masjid al-haram atau Ka’bah (QS. al-Baqarah /2 :144,149-150).

Itulah sebabnya, seluruh bangunan masjid harus selalu mengarah ke masjid

al-Haram, sesuatu yang sangat berbeda manakala dibandingkan dengan

bangunan-bangunan peribadatan agama lain.

Dalam fungsinya sebagai kiblat, masjid al-Haram menempati posisi

yang sangat suci dan istimewa. Di dalam dan disekitar masjid al-Haram,

umat Islam harus menjaga keamanan dan kekhusuan ibadah sedemikian rupa,

sehingga orang-orang yang membenci Islam tidak dapat masuk dan

bahkan tidak boleh mendekatinya sebagaimana dalam Q.S. Taubah / 9 : 18:

Terjemahnya :

Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-

orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap

mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada

siapapun) selain kepada Allah, Maka mudah-mudahan mereka

Termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.12

Maksud dari ayat di atas adalah Allah menyatakan bahwa orang-

orang yang memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman,

sebagaimana sebagaimana dijelaskan dalam ayat di atas (Q.S. Taubah / 9 :

18).

12 Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2010) h. 189

Page 25: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

13

Dalam firman-Nya (Q.S. Taubah/9 : 18) … . “Dan mendirikan

shalat,” yakni, yang merupakan ibadah badaniyah yang paling agung,

(Q.S. Taubah/9 : 18) …“Dan mengeluarkan zakat,” yakni, yang merupakan

amal perbuatan yang paling utama diantara amal perbuatan yang bermanfaat

bagi makhluk lain. Dan firmanNya (Q.S. Taubah / 9 : 18) ….“Dan tidak

takut selain kepada Allah” yakni yang tidak merasa takut kecuali kepada

Allah saja dan tidak ada sesuatu yang lain yang ia takuti.

Masjid merupakan suatu bangunan yang memiliki batas-batas tertentu

yang didirikan untuk tujuan beribadah kepada Allah seperti shalat, dzikir,

membaca al-Qur’an dan ibadah lainnya. Dan lebih spesifik lagi yang

dimaksud masjid di sini adalah tempat didirikannya shalat berjama’ah,

baik ditegakkan di dalamnya shalat jum’at maupun tidak, sebagaimana

Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Jin / 72 : 18 :

Terjemahnya :

Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka

janganlah kamu menyembah apapun di dalamnya selain (menyembah)

Allah.13

Kemudian dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :

13 Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2010) h. 573

Page 26: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

14

Terjemahnya :

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-

halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan

berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak sepatutnya masuk

ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah).

mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa

yang berat. (Q.S Al-Baqarah / 2 : 114)14

Dari kedua ayat di atas dijelaskan bahwa masjid merupakan sebuah

tempat yang disediakan untuk menyembah Allah SWT yakni mengerjakan

shalat lima waktu. Hal tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW.

Tentang tempat untuk menyembah Allah SWT, beliau bersabda :

ا حد ضي ا لله ع نه ضه اله ،صلى الله عليه وسلم بي ع ن انه ،ىث ع ا ءيش ة ر ر ه ق ال في م ا ت في ن ا : ذي م ل ع

ىلله الي هود و انه ا ر ذواقبور أ نبي ا اته ،ص س ا جد .ئ خ هم م

ل ولا ذ ا ل ت ق زواق بره : و أ ن ،لك لأ بر س جداي أ خش ى أ ن يته غ ير ذ م )رواه لبخرى، مسلم(.خ

Artinya :

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, dia berkata : Rasulullah shallallahu

‘alaih wasallam bersabda dalam sakit yang menyebabkan ia

meninggal : Semoga Allah mengutuk kaum Yahudi dan Nashara yang

14 Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2010), h. 18

Page 27: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

15

menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai masjid. (HR. Bukhari,

Muslim)15

‘Aisyah Radhiyallahu’anha, berkata : andaikan tidak karena itu,

niscaya mereka menampakkan kubur Nabi SAW. Hanya saja aku

khawatir kalau dijadikan sebagai masjid.

Dalam Hadits yang lain Nabi Muhammad SAW, bersabda :

ي ا لأ ف ع ض و د ج س م ي ا أ ا لله لل و س ا ر : ي ت ل : ق ا ل ق ،ه ن ا لله ع ي ض ر ر ذ ي ب أ ث ي د ح

ا لأ د ج س م : )) ا ل ال ؟ ق ي أ مه ث ت ل : ق ال (( ق ا م ر ح د ج س م : )) ا ل ا ل ق ؟ ل و أ ض ر

،د ع ب ة لا ا لصه ك ت ك ر د أ ا م ن ي أ مه ث ،ة ن س ن و ع ب ر : )) أ ال ا؟ ق م ه ن ي ب ا ن ك م : ك ت ل ى (( ق ص ق

)رواه لبخرى، مسلم( .(( ه ي ف ل ض ف ا ل نه ا ف ،له ص ف

Artinya :

Diriwayatkan dari Abu Dzar r.a. berkata : Ya Rasulullah, Masjid

manakah yang pertama di bumi ini? Beliau menjawab, Masjidil

Haram (Makkah). Kemudian masjid apa sesudahnya? Beliau

menjawab, Masjidil Al-Aqsha (Palestina, Baitul Maqdis). Saya

bertanya lagi, Berapa lamakah jangka waktu pembuatan antara kedua

masjid itu? Beliau menjawab, Empat puluh tahun, dan dimana saja

kamu mendapatkan waktu shalat, maka shalatlah, maka keutamaan

pahala ada di situ. (Bukhari, Muslim).16

Kedua hadits di atas menjelaskan bahwa secara umum masjid adalah

semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid. Setiap muslim

boleh melakukan shalat di wilayah manapun terkecuali di atas kuburan di

tempat-tempat najis dan tempat yang menurut syariat Islam tidak sesuai

untuk dijadikan tempat shalat.

Dalam Hadits yang lain diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah

shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:

15 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Mutiara hadits shahih Bukhari Muslim Al-Lu’lu Wal

Marjan (Surabaya : PT Bina Ilmu, 2005), h. 173

16 Ibid, h. 168

Page 28: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

16

سو ل ا لله ا بر بن ع بد ا لله، ق ال ر ديث ج ن أ صلى الله عليه وسلمح د م مسا ل م يعط هنه أ ح : )) أ عطيت خ

سير ة ش هر، و عب م و را، لأ نبي اء ق بلي: نصر ت با لر ط ه سجدا و جعل ت لي ا لأ رض م

........ ل ك ته الصهلا ة ف ليص تي أ در جل من أ مه ا ر )رواه لبخرى، مسلم( ف أ ي م

Artinya :

Dari Jabir bin Abdillah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Aku

telah diberi lima hal yang tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelumku

: 1. Aku dimenangkan dengan perasaan takut yang menimpa musuhku

dengan jarak sebulan perjalanan, 2. Bumi ini dijadikan untukku

sebagai masjid dan suci, maka di mana saja umatku menjumpai waktu

shalat maka shalatlah….” (HR.Bukhari, Muslim)17

Dari beberapa hadits di atas jelaslah bahwa masjid secara umum

adalah semua bagian di bumi yang dijadikan tempat sujud dan keadaannya

bersih serta digunakan hanya untuk menyembah Allah SWT. Namun terdapat

tempat-tempat yang dilarang untuk dijadikan tempat sujud atau masjid antara

lain ; tempat buang hajat dan kuburan, hal ini jelas dilarang oleh Rasulullah

SAW.

3. Sejarah Masjid

a. Masjid Pada Masa Rasulullah

Dalam sejarahnya masjid merupakan lembaga pertama yang

dibangun oleh Rasulullah SAW pada periode Madinah. Masjid semenjak

zaman Nabi telah memiliki fungsi ganda, sebagai tempat ibadah dan

tempat kegiatan sosial kemasyarakatan.18 Berarti makna masjid dari awal

memang tidak hanya sebagai tempat ibadah dalam arti sempit, akan tetapi

juga mencakup permasalahan sosial kemasyarakatan.

17 Ibid

18 Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2013), h. 90

Page 29: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

17

Berdasarkan catatan sejarah islam masjid pertama yang didirikan

Rasulullah SAW dan sahabatnya adalah Masjid At-Taqwa di Quba yang

terletak 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi berhijrah dari kota Makkah.

Pada saat itu masjid di samping sebagai tempat shalat, digunakan pula

sebagai tempat untuk mendiskusikan dan mengkaji permasalahan dakwah

islamiah, masalah politik, pendidikan, agama, kebudayaan hingga sosial

kemasyarakatan.19

Dalam membangun masjid itu Nabi Muhammad juga turut

bekerja dengan tangannya sendiri untuk memotivasi kaum muslimin

dari kalangan muhajirin dan Anshar untuk lebih bersemangat

membangun masjid20. Selesai masjid itu dibangun, barulah disekitarnya

dibangun pula tempat tinggal Rasul.

Selain itu, di sisi bagian masjid, Rasul juga menyediakan tempat

tinggal bagi para musafir dan muallaf yang tidak mempunyai tempat

tinggal, yang dinamakan “Shuffa” (bagian masjid yang beratap). Suatu

ketika ada segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan

menyatakan masuk Islam, dalam keadaan miskin dan serba kekurangan,

sampai-sampai ada diantara mereka yang tidak punya tempat tinggal.

Bagi mereka ini oleh Muhammad disediakan tempat di selesar masjid,

yaitu “Shuffa” sebagai tempat tinggal mereka.21

19 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana Media Group, 2012), h. 193

20 Samsul Nazar Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana Media Group, 2013), h.116

21 Abudin Nata, op. cit.,

Page 30: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

18

Di masjid inilah, Nabi mempersatukan hubungan kaum Muhajirin

dan kaum Anshar serta meningkatkan Ukhuwah antar umat beragama

di kota Yastrib. Beliau adalah orang yang sangat mencintai perdamaian,

tidak ingin adanya peperangan, kalau bukan karena sangat terpaksa

untuk membela kebebasan, agama, dan kepercayaan, beliau tidak akan

menempuh jalan perang. Beliau juga sering berdiskusi dengan para

sahabatnya di dalam masjid tentang kecintaannya pada perdamaian.

Pada masa perkembangan Islam di Madinah, kegiatan umat

muslim terpusat di masjid. Seperti yang telah dipaparkan, bahwa masjid

menjadi sarana tempat berdiskusi, bertukar pikiran, menyampaikan

wahyu, serta pengkajian Aqidah. Selain itu semua kegiatan pemerintahan

Islam juga dilakukan di Masjid. Rasulullah SAW menjadikan masjid

sebagai tempat gedung parlemen tempat mengatur segala urusan

pemerintahan. Para sahabat dari berbagai kabilah berkumpul dalam satu

majlis yang bertempat di masjid nabawi untuk berdiskusi, bertukar

pikiran atau hanya untuk berkumpul bersama Rasulullah SAE.

Kemudian dari segi ekonomi masjid pada awal perkembangan

Islam juga digunakan sebagai Baitul Mal yang mendistribusikan harta

zakat, sedekah, dan rampasan perang kepada fakir miskin dan

kepentingan Islam. Golongan lemah pada waktu itu sangat terbantu

dengan adanya baitul mal.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Pada masa

Rasulullah SAW. masjid memiliki peran yang sangat strategis dalam

Page 31: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

19

kehidupan umat islam, baik sewaktu beliau berada di Makkah maupun

setelah beliau hijrah ke Madinah.

b. Masjid Pada Masa Sahabat (al-Khulafa’ al-Rasyidun)

Sejarah perkembangan masjid erat kaitannya dengan perluasan

wilayah kekuasaan Islam dan pembangunan kota-kota baru. Sejarah

mencatat bahwa pada masa permulaan perkembangan Islam ke berbagai

negeri, bila ummat Islam menguasai sutu daerah atau wilayah baru,

baik melalui peperangan atau jalan damai, maka salah satu sarana

untuk kepentingan umum yang dibuat pertama kali adalah masjid.

Masjid menjadi ciri khas dari suatu negeri atau kota Islam, di

samping merupakan lambang dan cermin kecintaan ummat Islam

kepada Tuhannya.

Pada masa shahabat, perubahan dan perkembangan masjid

itu, lebih terlihat pada perubahan atau perkembangan wujud fisiknya

saja (bentuk, corak dan jumlahnya) saja. Perubahan atau perkembangan

itu terjadi, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan jumlah

penganut Islam yang terus membesar dan meluas, melampaui jazirah

Arab.

Sementara itu, dari segi peran dan fungsinya, masjid pada masa

shahabat relatif tidak mengalami perubahan atau pergeseran, masih tetap

seperti pada masa Rasulullah SAW. Secara garis besarnya, masjid masih

tetap memiliki dua fungsi. Pertama fungsi keagamaan, sebagai pusat

atau tempat peribadatan seperti shalat, dzikir, do`a dan i’tikaf. Kedua

Page 32: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

20

fungsi sosial, sebagai pusat pembinaan, pendidikan, pengajaran ummat

Islam. Termasuk ke dalam fungsi yang kedua ini, masjid pada masa

shahabat, juga digunakan sebagai pusat administrasi pemerintahan,

tempat konsultasi dan komunikasi masalah-masalah keummatan, tempat

santunan sosial, markas perrtahanan dan keamanan, tempat pengobatan

korban perang, tempat perdamaian dan penyeleseaian persengketaan,

tempat permusyawaratan kenegaraan, tempat penerimaan tamu negara.

c. Masjid Pada Masa Sekarang

Pada penjelasan di atas telah disebutkan bahwa masjid merupakan

bangunan yang sengaja didirikan umat muslim untuk melaksanakan

shalat berjamaah dan berbagai keperluan lain yang terkait dengan

kemaslahatan umat muslim. Akan tetapi, bila mencermati perkembangan

dewasa ini, fungsinya yang kedua ini cenderung mulai berkurang, hal ini

lantaran masjid sering hanya dipahami semata-mata untuk sujud

sebagaimana dilakukan dalam shalat. Selain itu hal ini disebabkan karna

adanya sebahagian fungsi masjid yang telah diambil oleh lembaga-

lembaga tertentu, seperti pendidikan, pengadilan, pemerintahan dan lain-

lain. Padahal dibalik itu, Masjid memiliki peran yang signifikan dalam

mengembangkan dan membangun kapabilitas intelektual umat, kegiatan

sosial kemasyarakatan, meningkatkan perekonomian umat, dan menjadi

ruang diskusi untuk mencari solusi permasalahan umat terkini.

Akan tetapi, fungsi strategis di atas belakangan ini ternyata

sudah banyak mengalami pergeseran. Bahkan, ada kecenderungan

Page 33: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

21

umum bahwa masjid lebih difungsikan dari aspek sakralnya saja, yakni

ritual seremonial. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru kurang

mendapat prioritas. Padahal, masjid merupakan tempat yang cukup

strategis untuk menjadi titik pijak penggerak kemajuan umat Islam dan

titik temu dan perbedaan simbol-simbol material dan strata sosial yang

sering melekat pada kehidupan masyarakat.

Dari pembahasan di atas mengenai sejarah masjid dapat

disimpulkan bahwa sejak zaman Nabi dan sahabat masjid telah menjadi

pusat aktivitas ummat islam, terutama dalam pelaksanaan ibadah shalat,

dzikir, maupun aktivitas sosial kemasyarakatan.

4. Fungsi dan Peran Masjid

Istilah masjid merupakan istilah yang diperkenalkan langsung oleh al-

Qur’an. Di dalam al-Qur’an disebutkan istilah masjid sebanyak dua puluh

delapan kali. Menurut Moh. Roqib, dari dua puluh delapan ayat tersebut, ada

empat fungsi masjid, yaitu : pertama, fungsi teologis, yaitu fungsi yang

menunjukkan tempat melakukan segala aktivitas ketaatan kepada Allah.

Kedua, fungsi peribadatan, yaitu fungsi untuk membangun nilai takwa.

Ketiga, fungsi etik, moral dan sosial, keempat, fungsi keilmuan dan

pendidikan.22

22 Muh Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid (Yogyakarta : Grafindo Litera Media,

2005), h. 76

Page 34: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

22

Sedangkan Menurut Qurais Shihab, masjid bukan hanya berfungsi

sebagai tempat meletakkan dahi atau shalat, tetapi tempat melakukan aktivitas

yang mengandung makna kepatuhan kepada Allah Swt.23

Sejalan dengan praktik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Beliau

memanfaatkan masjid tidak sekedar tempat sujud / shalat saja, tetapi masjid

juga dijadikan pusat kegiatan dan pembinaan ummat. Ada dua aspek utama

pembinaan umat yang dilaksankan oleh Rasulullah SAW. Pertama,

pembinaan aspek ritual keagamaan seperti pelaksanaan ibadah shalat, dzikir,

membaca al-Qur’an dan lain-lain. Kedua, fungsi kemasyarakatan seperti

menjalin hubungan silaturrahim, berdiskusi, pengembangan perekonomian,

pendidikan, strategi perang, dan lain sebagainya.24

Dari pengembangan kedua aspek itu, dapat dipahami bahwa masjid

merupakan pusat peradaban islam. Dari masjid, lahirlah gagasan-gagasan

yang cemerlang, baik bagi pengembangan individu, keluarga dan pembinaan

kehidupan sosial masyarakat, terutama dalam kerangka pembinaan ummat.

Selain itu mengenai fungsi masjid, tentu rujukannya memang tidak

terlepas pada sumber otoritas ajaran yakni al-Qur’an dan amal rasul, yang

menunjukan bagaimana sesungguhnya pola penggunaan masjid itu. Dari

sumber pertama, yang diungkapkan dalam Q.S An-Nuur / 24 : 36-37

bahwa:

23 M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.5 (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h.717 24 Taufik al-wa’I, Dakwah Ila Allah (Mesir : Daral-Yakin, 1995), h.379

Page 35: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

23

Terjemahnya :

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan

untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu

pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan

dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)

mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut

kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi

goncang.25

Dari kutipan ayat di atas, secara tegas dinyatakan bahwa Masjid

merupakan tempat untuk memuliakan nama Allah dengan berdzikir, shalat,

serta menunaikan zakat. Kegiatan ini lebih merujuk kepada suatu konsep

kegiatan ibadah secara vertical (mahdloh). Namun jika mengingat bahwa

Masjid merupakan rumah Allah, dan pemiliknya adalah Allah terlepas dari

bentuk dan pendiriannya, maka sesungguhnya segenap aktivitas manusia

yang pada prinsipnya adalah ibadah dimulai dari Masjid, dan juga bermuara

kepada Masjid, serta akhirnya juga kembalinye ke Masjid. Prinsip ini

merupakan hakikat dari bahwa sesungguhnya manusia adalah hamba-Nya.

Adapun dari amal rasul kita mendapatkan bahwa di masanya, Masjid

selain sebagai tempat untuk menunaikan ibadah mahdoh seperti diungkapkan

ayat di atas, juga merupakan pusat kegiatan umat pada umumnya, baik itu

menyangkut ibadah formal maupun muamalah (horizontal).

25 Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2010) h. 354-355

Page 36: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

24

Harun Nasution menjelaskan bahwa di masa awal perjalanan sejarah

Islam, Masjid oleh Nabi Muhammad SAW. dan umat Islam digunakan untuk

melakukan ibadah shalat, tempat tinggal ahl al shuffah, juga tempat tinggal

Nabi Muhammad SAW. dan keluarga. Dan seiring perkembangan umat

Islam, maka fungsi Masjid di Madinah bertambah sebagai tempat Nabi

Muhammad mengatur strategi dalam ketatanegaraan dan pemerintahan,

menyampaikan pidato-pidato, juga memutuskan perkara peradilan.26

Sementara itu Quraish Shihab merinci fungsi-fungsi Masjid di masa

Nabi Muhammad sebagai berikut:

a. Tempat ibadah (shalat, zikir).

b. Tempat konsultasi dan komunikasi persoalan ekonomi, sosial

dan budaya

c. Tempat melangsungkan kegiatan pendidikan umat.

d. Tempat melakukan santunan terhadap fakir miskin (sosial).

e. Tempat latihan militer serta mempersiapkan perlengkapannya.

f. Tempat pengobatan korban peperangan.

g. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.

h. Aula dan tempat menerima tamu.

i. Tempat menawan tahanan, dan

j. Pusat penerangan dan pembelaan agama.27

26 Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 2000), h. 248 27 Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur’ān : Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan

Umat, (Bandung : Mizan, 1998), h. 462

Page 37: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

25

Dari seluruh penjelasan tentang fungsi dan peran masjid di atas,

ada satu hal yang sama, Yakni fungsi masjid sebagai tempat untuk untuk

melaksanakan segala aktivitas ketaatan kepada Allah, salah satunya yaitu

shalat secara berjama’ah. Dimana dalam shalat berjama’ah tersebut pasti

terjadi interaksi sosial antar jama’ah.

5. Klasifikasi Masjid

Berdasarkan hubungan keberadaan Masjid dengan lingkungannya

menurut Fachrurozy masjid dapat dikategorikan ke dalam beberapa level.

Diantaranya ialah, Masjid di pedesaan, Masjid kampus, Masjid di pusat kota,

Masjid di perkantoran, Masjid di tempat perbelanjaan dan Masjid wisata.

Keragaman level Masjid ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat muslim

sendiri yang kian dinamis.

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing klasifikasi masjid

sesuai dengan lingkungan social tempat masjid berada

a. Masjid Jami’

Masjid jami’ atau Masjid di pedesaan mencerminkan kehidupan

masyarakat pedesaan yang homogen. Secara harfiah, jami’ artinya

berkumpul, maka dari makna ini merujuk kepada keadaan masyarakat

desa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan

keagamaan. Masjid jami’ ini, selain bercirikan dari karakter masyarakat

yang demikian, juga dilihat dari kepengurusannya yang belum baik, serta

pendanaan yang relatif tidak stabil.

b. Masjid Wisata

Page 38: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

26

Masjid wisata adalah Masjid yang dengan sengaja dibangun di

daerah wisata. Ciri umum Masjid dengan konsep ini ialah kondisi jamaah

yang heterogen dan tidak terukur, namun dari aspek pembiayaan kegiatan

relatif stabil dan mudah diperoleh, kemudian dari kepengurusan Masjid

relatif stabil dan teratur karena tentu dikelola dengan baik.

c. Masjid Instansi

Masjid instansi adalah Masjid yang berada di lokasi perkantoran,

ide awal pembangunan Masjid model ini ialah untuk memfasilitasi para

karyawan dalam melaksanakan ibadah formal. Ciri lainnya adalah dari

aspek kepengurusan relatif stabil, namun masih diwarnai perilaku

birokrasi. Dari aspek pendanaan relatif mudah diperoleh.

d. Masjid Pusat Kota

Masjid di pusat kota (kaum) merupakan masjid utama dalam

penyangga aspek-aspek spiritual dan sosial masyarakat yang ada di

sekitarnya. Konsep Masjid kaum ini, jika melihat pada perjalanan sejarah

Islam lokal, juga merupakan symbol pemerintahan dan keberagamaan.

Masjid model ini biasanya dibangun berdekatan dengan pusat

pemerintahan, contoh kongkritnya ialah Masjid besar atau Masjid raya.

e. Masjid Kampus

Sebagaimana halnya Masjid instansi, demikian pula dengan Masjid

kampus. Didirikan untuk memfasilitasi kepentingan para siswa/mahasiswa

muslim dalam melaksanakan kegiatan ibadah formalnya.

Page 39: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

27

Sementara itu dalam pespektif pemerintah, Masjid distraifikasikan

menjadi lima level. Pertama Masjid nasional dalam hal ini di Indonesia

adalah istiqlal Jakarta. Untuk tingkat propinsi disebut dengan Masjid

Raya, tingkat kabupaten disebut denga Masjid Agung, tingkat kecamatan

disebut dengan Masjid Besar dan tingkat desa disebut dengan Masjid Jami.28

Dari seluruh klasifikasi masjid di atas, dapat disimpulkan bahwa

dengan keberadaan masjid sesuai lingkungan masyarakat menunjukkan

urgensi dari sebuh masjid dalam kehidupan ummat islam terutama untuk

meningkatkan spiritual.

B. Tinjauan Interaksi Sosial

1. Defenisi Interaksi Sosial

Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi)

dan inter (antara). Jadi, interaksi adalah tindakan yang dilakukan di antara

dua orang atau lebih atau tindakan yang berbalas-balasan.29

Sedangkan kata sosial berasal dari bahasa latin socius berarti teman,

kawan, sahabat. Jadi sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang cara

berteman, berkawan dan bersahabat dalam masyarakat.30

Dengan demikian, secara etimologi arti interaksi sosial adalah

menunjuk kepada suatu ilmu yang mempelajari tentang cara untuk

28 Bachrun Rifa’i dan Moch. Fachrurozy, Manajemen Mesjid (Bandung: Benang

Merah Press, 2005), h. 29 Bernard Raho, Sosiologi Sebuah Pengantar (Maumere Ledaro, 2004), h. 33

30 Susanto dan masri sareb putri 60 management games (Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama 2010), h. 461

Page 40: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

28

berhubungan dalam masyarakat berupa tindakan antara individu maupun

anttar kelompok.

Sedangkan Secara istilah (terminologi) banyak ahli yang berpendapat

tentang pengertian Interaksi Sosial antara lain :

Menurut Soekanto Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan

sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-

perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara

perorangan dengan kelompok manusia.31

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat

dinamakan proses sosial) karna interaksi sosial merupakan syarat utama

terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya

merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.

Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu, mereka

saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan saling

berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi

sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tidak saling berbicara atau

tidak saling menukar tanda, interaksi sosial tetap terjadi, karna masing-

masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-

perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang yang bersangkutan.32

Sedangkan menurut Walgito interaksi sosial adalah hubungan antara

individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi

individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang

saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu

31 Soerjono soekanto sosiologi suatu pengantar (Cet. 45 : Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2017), h. 55

32 Ibid

Page 41: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

29

dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan

kelompok.33

Gerungan secara lebih mendalam menyatakan interaksi sosial adalah

proses individu satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis

kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang

lain. Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara aloplastis

dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah yang

dipengaruhi oleh dirinya yang pertama.34

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis, saling

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku yang berlangsung

antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok

dengan kelompok.

2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak

memenuhi dua syarat, yaitu :

a. Kontak Sosial

Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum (yang

artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi secara

harfiah berarti bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru

terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, namun sebagai gejala sosial itu

tidak perlu berarti hubungan badaniah, karna orang dapat mengadakan

hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya,

berbicara dengan pihak lain tersebut. Apalagi dengan perkembangan

33 Walgito psikologi sosial suatu pengantar (yogyakarta : Andi Offset, 2007), h. 65

34 Gerungan Psikologi Sosial (Cet. 3: Bandung : PT Refika Aditama, 2010), h. 62

Page 42: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

30

teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan melalui satu

dengan lainnya melalui handpone dengan segala kecanggihannya, radio

dan seterusnya.

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antara

orang perorangan, antara orang perorangan dengan kelompok manusia

atau sebaliknya, dan antara suatu kelompok manusia dengan kelompok

manusia lainnya.

Perlu dicatat bahwa terjadinya suatu kontak tidaklah semata-

mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan

tersebut. Kontak sosial juga dapat bersifat positif atau negatif, kontak

yang bersifat positif akan melahirkan kerja sama, sedangkan kontak yang

bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama

sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Kontak sosial dapat pula

bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang

mengadakan hubungan langsung bertemu dan bertatap muka sedangkan

kontak sekunder melalui perantara apakah perantara itu berupa alat atau

manusia.

b. Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengiriman berita dari seseorang

kepada orang lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat

komunikasi dalam berbagai bentuk, misalnya percakapan antara dua

Page 43: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

31

orang, pidato dari ketua kepada anggota rapat, berita dari TV, radio dan

lain-lain.35

Komunikasi merupakan penyampaian pesan dari seseorang

kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun dengan

alat bantu agar orang lain memberikan tanggapan atau tindakan tertentu.

Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran

pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak badan atau

sikap), perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap

perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-

perasaan suatu kelompok manusia atau orang-perseorangan dapat

diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu

kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan

dilakukannya.

Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam

penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya,

dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan, sikap bersahabat, atau

bahkan sikap sinis, mengejek dan ingin menunjukkan kemenangan.

Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang

perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia. Pada intinya

35 Sarlito Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Cet. 9: Depok : PT Raja Grafindo

Persada, 2018), h. 185

Page 44: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

32

komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak

lain sehingga terjadi pengertian bersama.

Jadi terjadinya interaksi sosial dapat disimpulkan bahwa harus

ada kontak sosial dan komunikasi, jika salah satu syarat tidak dipenuhi

maka tidak dapat dikatakan interaksi sosial karena interaksi sosial

merupakan kontak sosial yang terjadi dimana antara individu saling

mengerti maksud atau perasaan masing-masing.

Kontak sosial dan komunikasi merupakan sesuatu yang sangat

penting dalam terwujudnya interaksi sosial. Sebab tanpa kontak dan

komunikasi maka seseorang atau kelompok tertentu akan merasa terasing

dalam suatu masyarakat. Kehidupan yang terasing ditandai dengan

ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak

lain. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa

seseorang dan akan berdampak pada cara berbicara atau berperilaku

layaknya manusia pada umumnya.36

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Keberlangsungan interaksi sosial ini, sekalipun dalam bentuknya yang

sangat sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya

dapat kita beda-bedakan beberapa faktor yang mendasarinya baik secara

tunggal maupun bergabung, yaitu :

a. Faktor Imitasi

36 Soerjono soekanto, op .cit, h. 58-62

Page 45: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

33

Gabriel Tarde beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial

sebenarnya berdasarkan faktor imitasi saja. Walaupun pendapat ini

ternyata berat sebelah, peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak

kecil. Misalnya bagaimana seorang anak belajar berbicara. Mula-mula ia

mengimitasi dirinya sendiri kemudian ia mengimitasi kata-kata orang

lain. Ia mengartikan kata-kata juga karena mendengarnya dan

mengimitasi penggunaannya dari orang lain.

Lebih jauh, tidak hanya berbicara yang merupakan alat

komunikasi terpenting, tetapi juga cara-cara lainnya untuk menyatakan

dirinya dipelajarinya melalui proses imitasi. Misalnya, tingkah laku

tertentu, cara memberikan hormat, cara menyatakan terima kasih, cara-

cara memberikan isyarat tanpa bicara, dan lain-lain.

Peranan imitasi dalam interaksi sosial juga mempunyai segi-segi

yang negatif. Yaitu, apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah

atau secara moral dan yuridis harus ditolak. Apabila contoh demikian

diimitasi orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya

kesalahan kolektif yang meliputi jumlah serba besar.

Selain itu, adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat

menimbulkan kebiasaaa di mana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik,

seperti yang berlangsung juga pada faktor sugesti. Dengan kata lain,

adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-

gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia yang

mendangkalkan kehidupannya.

Page 46: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

34

Imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi

sosial seperti yang diuraikan oleh Gabriel tarde, melainkan merupakan

suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa

dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah

laku di antara orang banyak.

b. Faktor Sugesti

Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi

sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang

yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya; sedangkan pada sugesti,

seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu

diterima oleh orang lain di luarnya.

Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu

proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau

pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih

dahulu.

c. Fakor Identifikasi

Identifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud.

Istilah identifikasi timbul dalam uraian Freud mengenai cara-cara seorang

anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya. Dalam garis

besarnya, anak itu belajar menyadari bahwa dalam kehidupan terdapat

norma-norma dan peraturan-peraturan yang sebaiknya dipenuhi dan ia

pun mempelajarinya yaitu dengan dua cara utama.

Pertama ia mempelajarinya karena didikan orangtuanya yang

Page 47: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

35

menghargai tingkah laku wajar yang memenuhi cita-cita tertentu dan

menghukum tingkah laku yang melanggar norma-normanya. Lambat laun

anak itu memperoleh pengetahuan mengenai apa yang disebut perbuatan

yang baik dan apa yang disebut perbuatan yang tidak baik melalui

didikan dari orangtuanya.

Akan tetapi , kesadaran anak terhadap norma-norma itu juga dapat

diperolehnya secara identifikasi dengan orang tuanya, biasanya anak laki-

laki kepada ayahnya dan anak perempuan kepada ibunya. Identifikasi

berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi

sama seperti ayahnya atau ibunya. Identifikasi dalam psikologi berarti

dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan seorang lain.

Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak dan tidak hanya

merupakan kecenderungan untuk menjadi seperti seseorang secara

lahiriah saja, tetapi justru secara batin. Artinya, anak itu secara tidak

sadar mengambil alih sikap-sikap orangtua yang diidentifikasinya

yang dapat ia pahami norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah

lakunya sejauh kemampuan yang ada pada anak itu.

Sebenarnya, manusia ketika ia masih kekurangan akan norma-

norma, sikap-sikap, cita-cita, atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam

bermacam-macam situasi dalam kehidupannya, akan melakukan

identifikasi kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan

kehidupan tempat ia masih kekurangan pegangan. Demikianlah, manusia

itu terus-menerus melengkapi sistem norma dan cita-citanya itu, terutama

Page 48: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

36

dalam suatu masyarakat yang berubah-ubah dan yang situasi-situasi

kehidupannya serba ragam.

d. Faktor Simpati

Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang

terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi

berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Akan

tetapi, berbeda dengan identifikasi, timbulnya simpati itu merupakan

proses yang sadar bagi manusia yang merasa simpati terhadap orang

lain. Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan antara

dua orang atau lebih.

Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan.

Akan tetapi, dalam hal simpati yang timbal-balik itu, akan dihasilkan

suatu hubungan kerja sama di mana seseorang ingin lebih mengerti orang

lain sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa berpikir dan

bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu. Sedangkan dalam

hal identifikasi terdapat suatu hubungan di mana yang satu menghormati

dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena

yang lain itu dianggapnya sebagai ideal. Jadi, pada simpati, dorongan

utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain,

sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti

jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya

sebagai ideal. Hubungan simpati menghendaki hubungan kerja sama

antara dua atau lebih orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya

Page 49: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

37

menghendaki bahwa yang satu ingin menjadi seperti yang lain dalam

sifat-sifat yang dikaguminya. Simpati bermaksud kerja sama, identifikasi

bermaksud belajar.37

4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan bentuk utama dari proses sosial

yang memberi pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan

bersama. Pada dasarnya Bentuk-bentuk interaksi sosial terbagi dalam dua

proses, yaitu :

a. Proses-proses yang Asosiatif

1) Kerja sama (Cooperation)

Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama

merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain

menganggap bahwa kerja sama merupakan proses utama. Golongan

terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan

sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa

segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan kepada

kerja sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha

bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk

mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada

semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap

demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan

37 Gerungan, op. cit, h. 62-75

Page 50: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

38

keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Bentuk kerja sama

tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai

suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut

di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua.

Betapa pentingnya kerja sama, digambarkan Charles H.

Cooley sebagai berikut :

“kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka

mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang

bersamaan mempunyi cukup pengetahuan dan pengendalian

terhadap diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.”

Dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu masyarakat,

kebudayaan itulah yang mengarahkan dan mendorong terjadinya

kerja sama.

2) Akomodasi (Accomodation)

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk

menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu

proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti

adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara

orang-peorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya

dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di

dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada

usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu

usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

Page 51: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

39

Akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh

para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-

hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi

(adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk

menunjuk pada suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup

menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian

tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang perorangan

atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling

bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi

ketegangan-ketegangan.

Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk

menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan,

sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi

dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Yaitu :

a) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan

atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan

paham.

b) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara

waktu.

c) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara

kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai

akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan.

Page 52: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

40

d) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial

yang terpisah.

3) Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia

ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaa-

perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-

kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk

mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental

dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan

bersama. Apabila orang-orang melakukan asimilasi ke dalam suatu

kelompok manusia atau masyarakat, maka dia tidak lagi

membedakan dirinya dengan kelompok tersebut melainkan

mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta

tujuan kelompok.

Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan

pengembangan sikap-sikap yang sama, walau kadangkala bersifat

emosional, dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling

sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan.

Proses asimilasi timbul bila ada: Kelompok-kelompok manusia yang

berbeda kebudayaannya, Orang perorangan sebagai warga kelompok

tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang

lama, Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia

tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

Page 53: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

41

Dengan demikian asimilasi menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat

istiadat serta interaksi sosial.

b. Proses Disosiatif

Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes,

persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap

masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan

dan system social masyarakat bersangkutan.

Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang

atau sekelompok manusia, untuk mencapai tujuan tertentu. Proses-proses

disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:

1) Persaingan (competition)

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu

proses sosial suatu proses social, dimana individu atau kelompok-

kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui

bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi

pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok

manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan

mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan

ancaman atau kekerasan. Kontravensi (contravention)

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk

proses social yang berada antara persaingan dan pertentangan atau

pertikaian.

Page 54: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

42

Kontraversi merupakan sikap mental yang tersembunyi

terhadap orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan

tertentu.berikut beberapa kontravensi yang sebenarnya terletak di

antara kontravensi dan pertentangan atau pertikaian, yang dimasukkn

ke dalam kategori kontravensi, yaitu : Kontravensi antar masyarakat,

Antagonism keagamaan, Kontravensi intelektual, Oposisis moral

Kontravensi, apabila dibandingkan dengan persaingan dan

pertentangan bersifat agak tertutup atau rahasia.

2) Pertentangan atau pertikaian (conflict)

Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social di

mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan

jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan

didasarkan pada kesadaran adanya perbedaan-perbedaan dengan

pihak lain yang menjadi lawan dan berusaha untuk

menghancurkannya. Peyebab terjadinya pertentangan, yaitu :

a) Perbedaan individu-individu

b) Perbedaan kebudayaan

c) Perbedaan kepentingan

d) Perbedaan sosial

Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan,

nilai atau kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-

pola hubungan social di dalam srtuktur social tertentu, maka

pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif. Adapun Bentuk-

bentuk pertentangan antara lain :

Page 55: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

43

a) Pertentengan pribadi

b) Pertentangan rasial

c) Pertentangan antara kelas-kelas social, umumnya

disebabkan oleh karena adanya perbedaan-perbedaan

kepentingan.

Akibat dari bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :

a) Bertambahnya solidaritas “in-group” atau malah sebaliknya

yaitu terjadi goyah dan retaknya persatuan kelompok

b) Perubahan kepribadian

c) Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu38

38 Soerjono soekanto, op. cit, h. 64-96

Page 56: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif.

Adapun Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa gambar, kalimat, dan kata-kata dari orang-orang yang

dapat diamati.39

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif,

dimana pada penelitian tersebut berusaha memberikan gambaran atau uraian

yang bersifat deskriptif atau penggambaran temuan lapangan yang

naturalistik atau apa adanya sesuai kondisi lapangan serta mencari makna dari

semua data yang tersedia.40

Moleong mengatakan bahwa penelitian kualitatif bertolak dari

paradigma alamiah yakni realitas empiris yang terjadi dalam suatu

konteks sosio kultural, saling terkait satu sama lain, sehingga

fenomena sosial harus diungkap secara holistik.41

Sedangkan Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah,

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel

sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik

pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

39Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2018), h. 29

40 Ibid,

41 Moleong dalam U Maman Kh dkk, Metodologi Penelitian Agama ; Teori dan Praktek

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)

Page 57: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

45

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif dipilih agar hasil

penelitian tidak bertolak dari teori saja, melainkan dari fakta

sebagaimana adanya di lapangan sehingga menjamin keaslian sumber

data.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang Eksistensi Masjid Darussalam Sebagai Wadah

Interaksi Sosial di Masjid Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec.

Pattallassang Kab. Gowa ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif. Dimana untuk mengetahui kondisi yang objektif dan

mendalam tentang fokus penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan kualitatif.

Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan Biklen yang menyatakan

bahwa: penelitian kualitatif lebih berkonsentrasi pada proses daripada dengan

hasil atau produk.42 Proses dalam hal ini merupakan kegiatan-kegiatan

penelitian dengan fokus pada Eksistensi Masjid Darussalam Sebagai Wadah

Interaksi Sosial Masyarakat di Kompleks Perumahan Griya Darussalam

Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa.

Melalui pendekatan kualitatif peneliti berusaha mengamati orang

dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan subjek penelitian, melihat

fenomena di lingkungan penelitian, dan berusaha memahami dan memberi

42 Emzir, metode penelitian kualitatif, analisis data (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

2016), h. 3

Page 58: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

46

makna dari apa yang di lihat atau di dengarnya serta berusaha mamahami

bahasa dan tafsiran mereka tentang program tertentu.43

Metode kualitatif digunakan berdasarkan pertimbangan apabila

terdapat realitas ganda lebih memudahkan penelitian dan dengan metode ini

penajamanan pengaruh dan pola nilai lebih peka disesuaikannya. Sehingga

objek penelitian dapat dinilai secara empiric melalui pemahaman intelektual

dan argumentasi logis untuk memunculkan konsepsi yang realistis. Berbeda

dengan penelitian kuantitatif yang bekerja berdasarkan pada perhitungan

presentasi, rata-rata dan perhitungan statistic lainnya.

Penelitian kualitatif sering juga disebut sebagai metode etnografik,

metode fenomenologis, studi kasus, grounded research dan naratif. 44 Karena

metode penelitian kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan teori

berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari lapangan (grounded theory),

bukan dari hasil pengujian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif yang

didasarkan pada paradigma positivistik, maka teori yang dihasilkan

penelitian kualitatif menjadi bersifat generating theory. Oleh karena itu,

ketepatan interpretasinya sangat bergantung pada ketajaman analisis,

objektivitas, sistematik dan sitemik.

Pendekatan penelitian kualitatif disebut juga pendekatan naturalistik

karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau alamiah, apa adanya,

dan tidak dimanipulasi di mana dalam penelitian ini peneliti merupakan

43 Jejen Mustafa, Tips Menulis Karya Ilmiah (Jakarta : Kencana, 2016), h.54

44 Asep Kurniawan, op. cit., h. 30-35

Page 59: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

47

instrumen utama yang mengumpulkan data secara langsung pada

sumbernya.45

Sesuai dengan hakekat pendekatan penelitian kualitatif, peneliti ingin

memperoleh pemahaman tentang Eksistensi Masjid Darussalam Sebagai

Wadah Interaksi Sosial Masyarakat Di Kompleks Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa. Aspek-

aspek yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah yang berhubungan dengan

eksistensi masjid Darussalam di Kompleks Perumahan Griya Darussalam,

interaksi sosial masyarakat kompleks perumahan Griya Darussalam, dan

eksistensi masjid Darussalam sebagai wadah interaksi sosial masyarakat pada

perumahan tersebut.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam, menyeluruh atau

holistik, dan lebih mengutamakan makna (verstehen) dan memandang hasil

penelitian sebagai spekulatif terhadap eksistensi masjid sebagai wadah

interaksi sosial, sebagaimana disinggung di atas dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Karena hakekat fenomena

menurut penelitian kualitatif adalah sifat keseluruhan (gestalt), maka

pendekatan ini mencoba mengungkapkan kenyataan lapangan secara alamiah

(dalam hal ini, eksistensi masjid sebagai wadah interaksi sosial masyarakat),

sehingga diharapkan permasalahan penelitian dapat dipahami secara

menyeluruh dan mendalam. Mengingat interpretasi data dalam penelitian ini

45 Ibid, h. 28

Page 60: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

48

harus disusun secara menyeluruh dan sistematis, maka data yang dikumpulkan

dari lapangan adalah data yang bersifat deskriptif.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Masjid Darussalam Kompleks Perumahan

Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa.

Alasan yang melatar belakangi peneliti memilih lokasi ini karena peneliti adalah

salah satu marketing pada Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang

Kec. Pattallassang Kab. Gowa, sehingga akan lebih memudahkan akses dalam

melakukan penelitian. Selain itu peneliti juga secara tidak langsung terlibat dalam

proses interaksi dengan masayarakat pada perumahan tersebut dan sedikit

memahami kondisi sosial serta adat kebiasaan di lingkungan tersebut.

Menurut Supranto obyek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat

berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti. Kemudian dipertegas

(Anto Dayan), obyek penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk

mendapatkan data secara lebih terarah. Adapun Obyek penelitian dalam tulisan ini

meliputi: (1) Eksistensi masjid (2) Interaksi sosial masyarakat.

C. Fokus Penelitian

1. Eksistensi masjid

2. Interaksi sosial masyarakat

D. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Eksistensi Masjid

Menurut Abidin Zaenal eksistensi adalah suatu proses yang dinamis,

suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi

itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau

mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan

Page 61: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

49

lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya

kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan

potensi-potensinya46.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah

keberadaan sesuatu yang bersifat dinamis, dimana sesuatu tersebut bisa saja

mengalami perkembangan ataupun kemunduran tergantung pada kemampuan

mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.

Menurut Fahruddin HS Masjid ialah rumah peribadatan kaum

muslimin. Di situ mereka mengerjakan shalat jama’ah dan shalat

Jum’at, zikir, menyebut dan mengingat Allah serta memohonkan

do’a kepada-Nya. Di situ mereka membaca, belajar dan mengajarkan

kitab suci Al-Qur’an. Setiap waktu mereka melaksanakan shalat

jama’ah (sembahyang berkaum-kaum) dan setiap hari Jum’at

mengadakan shalat Jum’at dengan jama’ah yang lebih ramai. 47

Dalam masjid kaum muslimin mendengarkan pengajian dan

pengetahuan berguna bagi kehidupan mereka sehari-hari, berkenaan dengan

kehidupan dan pencaharian rezeki atau hubungan dengan masyarakat.

Pengunjung masjid bertemu muka setiap saat, sehingga dapat kenal-mengenal

dari dekat, mengetahui keadaan masing-masing serta berbicara langsung

dari hati ke hati dalam berbagai persoalan. Peristiwa yang terjadi pada diri

anggota jama’ah mesjid, suka dan duka, dapat diketahui dengan cepat dan

bisa dilakukan dengan tindakan segera secara bersama.

Dengan demikian dari tinjauan terhadap pengertian masjid di atas,

dapat disimpulkan bahwa masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah dalam

46 Abidin Zaenal, Analisis Eksistensial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),

h.16

47 Fachrudin Hs, Eksiklopedia Al-Qur’an, Jilid II (Cet. I : Jakarta: Rineka Cipta,1992), h.

78

Page 62: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

50

arti sempit, akan tetapi pengertian masjid mencakup berbagai aspek

kehidupan umat Islam.

2. Interaksi sosial

Menurut Soekanto Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan

sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-

perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara

perorangan dengan kelompok manusia. 48

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat

dinamakan proses sosial) karna interaksi sosial merupakan syarat utama

terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya

merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.

Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu, mereka

saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan saling

berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi

sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tidak saling berbicara atau

tidak saling menukar tanda, interaksi sosial tetap terjadi, karna masing-

masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-

perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang yang bersangkutan.49

Gerungan secara lebih mendalam menyatakan interaksi sosial adalah

proses individu satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis

kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang

lain. Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara aloplastis

dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah yang

dipengaruhi oleh dirinya yang pertama.50

48 Soerjono soekanto sosiologi suatu pengantar (Cet. 45 : Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2017), h. 55

49 Ibid

50 Gerungan Psikologi Sosial (Cet. 3: Bandung : PT Refika Aditama, 2010), h. 62

Page 63: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

51

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku yang berlangsung

antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok

dengan kelompok.

E. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini yakni data primer dan data sekunder.

Teknik penentuan informan pada penelitian ini, yakni informan dipilih dengan

cara purposive sampling. Margono mengemukakan bahwa pemilihan sekelompok

subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri–ciri tertentu yang

dipandang berkaitan dengan fokus penelitian yang sudah diketahui sebelumnya.51

Informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam penelititian kualitatif

berturut-turut menjadi data primer dan sekunder penelitian. Data primer yaitu

data empirik yang hanya bisa diperoleh dari sumber pertama atau asli atau data

yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri dan belum pernah dikumpulkan

sebelumnya dalam periode waktu dan cara tertentu.52 Data primer yang

dikumpulkan tersebut mencakup persepsi dan pemahaman person serta deskripsi

lainnya yang berkaitan dengan fokus penelitian.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari sumber

pertama, tetapi peneliti mendapatkannya dari sumber kedua atau melalui

perantara, baik itu melalui internet, penelusuran dokumen maupun publikasi

51 Margono dalam Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Cet. I;

Makassar, Alauddin University Press t.th), h. 178.

52 Asep Kurniawan, op. cit., h. 227

Page 64: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

52

informasi.53 Sumber data sekunder (sources of secondary data) termasuk buku,

majalah dan publikasi pemerintah serta berkas-berkas atau dokumen terkait fokus

penelitian. Data sekunder dipilih untuk memperkuat analisis data yang diperoleh

di lapangan atau data primer.

Sesuai dengan bentuk-bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian ini,

maka sumber-sumber data penelitian ini meliputi manusia (informan), peristiwa,

tempat atau lokasi dan dokumen. Manusia dalam penelitian kualitatif merupakan

sumber data yang berstatus sebagai responden dan informan mengenai fenomena

atau masalah sesuai fokus penelitian, peristiwa merupakan informasi yang

menunjukkan kondisi yang berhubungan langsung dengan eksistensi masjid

Darussalam sebagai wadah interaksi sosial masyarakat perumahan Griya

Darussalam Resort, tempat atau lokasi penelitian yang bisa menjadi sumber data

dalam hal ini masjid Darussalam di kompleks perumahan Griya Darussalam

Resort, sedangkan dokumen sebagai sumber data yang melengkapi sumber data

sebelumnya.54

Sesuai dengan fokus masalah penelitian ini, unit-unit analisisnya adalah: (1)

eksistensi masjid sebagai wadah interaksi sosial dan, (2) proses interaksi sosial

masyarakat ketika berada di masjid dan diluar masjid.

Sumber data utama untuk unit-unit analisis tersebut adalah Jama’ah masjid,

developer Perumahan, RT/RW setempat, tokoh agama, takmir masjid, dokumen

53 Ibid

54 Ibid., h. 229-230

Page 65: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

53

tentang kebijakan-kebijakan terkait masjid dan perumahan, serta sumber lainnya

yang relevan dengan fokus penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data secara sistematis dalam mencari pemecahan masalah

penelitian atau mencapai tujuan penelitian.55

Instrumen atau alat dalam pengumpulan data disesuaikan dengan jenis

penelitian yang dipilih, dengan merujuk pada metodologi penelitian. Oleh karna

itu alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yakni buku, pulpen dan pensil

sebagai alat untuk mencatat informasi yang diperoleh pada saat observasi, alat

perekam sebagai alat untuk merekam informasi dari informan yang diperoleh pada

saat wawancara, dan kamera sebagai alat untuk mengumpulkan dokumentasi pada

saat penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen

utama (key instrument) dalam pengumpulan data. Karena itu, peneliti memiliki

peranan yang fleksibel dan adaptif. Artinya, peneliti dapat menggunakan seluruh

alat indera yang dimilikinya untuk memahami fenomena sesuai dengan fokus

penelitian.56 Sehubungan dengan hal itu, maka dalam penelitian ini peneliti

sendiri terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai

55 Ibid., h. 112

56 Bogdan, R. C. dan Biklen S. K, Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke

Teori dan Metode Alih Bahasa oleh Munandir ( Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk

Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Depdikbud, 1990), h.28

Page 66: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

54

dengan fokus penelitian, yakni eksistensi masjid sebagai wadah interaksi sosial

masyarakat perumahan Griya Darussalam Resort.

Karena perananya sebagai instrumen utama dalam pengumpulan informasi

atau data, maka informasi atau data penelitian yang terkumpul tersebut diharapkan

dapat dipahami secara utuh, termasuk makna interaksi antar manusia, dan peneliti

juga diharapkan dapat menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dari ucapan

atau perbuatan responden penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah perhatian yang terfokus terhadap gejala, atau sesuatu

dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya

dan menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya.57 Adapun jenis-jenis

observasi yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif, antara lain

observasi partisipan dan observas non-partisipan.

Observasi partisipan berarti observasi yang dilakukan dimana peneliti

berperan atau terlibat langsung dalam aktivitas kehidupan masyarakat,

sedangkan dalam observasi non partisipan, berarti dalam pengumpulan

data peneliti hanya sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala atau

kejadian dalam masyarakat.58 Adapun dalam penelitian ini peneliti

menggunakan secara dominan bentuk observasi pastisipan dan non-partisipan.

2. Wawancara

57 Emzir, op. cit., h. 37

58 Ibid, h. 39

Page 67: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

55

Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara dua

orang dalam situasi saling berhadapan, di mana salah seorang yaitu

pewawancara meminta informasi atau ungkapan kepada informan terkait

topik penelitian yaitu eksistensi masjid sebagai wadah interaksi sosial

masyarakat.59

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak terstruktur. Sesuai dengan bentuk wawancara ini, peneliti

tidak terikat secara ketat pada pedoman wawancara yang sistematis dan

lengkap, melainkan hanya garis besar permasalahan yang akan ditanyakan

berhubungan dengan fenomena dan fokus penelitian.60 Tipe wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara luas dan mendalam

atau indepth interview.61

Untuk memudahkan ingatan terhadap data atau informasi, maka

peneliti menggunakan catatan-catatan lapangan. Dalam penggunaan catatan

lapangan, peneliti mengaplikasikan perspektif emic, yaitu mementingkan atau

mengutamakan pandangan responden dan interpresentasinya. Wawancara

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah yang diharapkan dapat memberi

keuntungan dimana responden yang diwawancarai bisa merekonstruksi dan

menafsirkan ide-idenya. Dalam pelaksanaannya, penelitian menggunakan alat

bantu berupa catatan-catatan lapangan. Tujuannya adalah untuk memudahkan

59 Ibid, h. 50

60 Asep Kurniawan, op. cit., h. 171

61 Ibid, h. 172

Page 68: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

56

mengingat data yang dikumpulkan, baik yang bersifat verbal maupun

nonverbal. Selain itu, penggunaan alat bantu tersebut sangat penting untuk

mengimbangi keterbatasan daya ingat peneliti mengenai informasi yang

diperoleh.

3. Dokumentasi

Selain menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk

pengumpulan data atau informasi sesuai fokus penelitian, peneliti juga

menggunakan dokumentasi.

Dokumentasi berarti pengumpulan data historis berupa catatan yang

ditulis, monumen, foto, disc, CD, hardisk, dan sebagainya.62 adapun

dokumen-dokumen yang dikaji peneliti dalam penelitian ini adalah yang

berhubungan dengan eksistensi masjid sebagai wadah interaksi sosial

masyarakat atau dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan fokus

penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencari

dan menemukan serta menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan lapangan

(field notes), dan dokumen-dokumen lainnya yang telah dikumpulkan peneliti.

Dengan cara ini, diharapkan peneliti dapat meningkatkan pemahamannya tentang

62 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, komunikasi, ekonomi, kebijakan publik dan ilmu

sosial lainnya (Jakarta : Kencana, 2017), h. 124

Page 69: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

57

data yang terkumpul dan memungkinkannya menyajikan data tersebut secara

sistematis guna menginterpretasikan dan menarik kesimpulan.63

Proses analisis data diharapkan mampu mendeskripsikan dan mengeksplanasi

peristiwa berdasarkan data atau informasi yang terkumpul, maka harus dilakukan

kegiatan-kegiatan yang identik dan sekaligus sebagai pengganti pengukuran dan

pengolahan data yang lazim dilakukan dalam tradisi penelitian kuantitatif. Sesuai

dengan fokus penelitian ini, maka analisis data difokuskan pada eksistensi masjid

Darussalam sebagai wadah interaksi sosial masyarakat perumahan Griya

Darussalam Resort. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Untuk memudahkan pemahaman terhadap data penelitian yang sudah

terkumpul, maka terlebih dahulu dilakukan reduksi data. Reduksi data ini

dilakukan dengan cara pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi dan

pentrasmofasian data,64 sesuai dengan aspek-aspek permasalahan penelitian:

keadaan aktual eksistensi masjid sebagai wadah interaksi social, proses

interaksi sosial masyarakat ketika berada di masjid dan diluar masjid, dan

sejauh mana masjid dijadikan sebagai wadah interaksi sosial masyarakat.

Dengan cara ini peneliti dapat dengan mudah menentukan unit-unit analisis

data penelitian. Lebih jauh lagi.

2. Display Data

63 Bogdan, R. C. dan Biklen S. K, op. cit., h. 153

64 Emzir, op. cit., h. 129

Page 70: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

58

Data yang telah direduksi kemudian disajikan atau ditampilkan

(display) dalam bentuk deskripsi sesuai dengan aspek-aspek penelitian.

Penyajian data ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti mendeskripsikan

data yang ada dan menarik kesimpulan.65 Sesuai dengan aspek-aspek penelitian

ini, maka data atau informasi yang diperoleh dari lapangan disajikan secara

berturut-turut mengenai keadaan aktual eksistensi Masjid sebagai wadah

interaksi sosial, interaksi sosial masyarakat khususnya ketika berada di masjid,

dan sejauh mana masjid dijadikan sebagai wadah interaksi sosial masyarakat.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah data yang terkumpul direduksi dan disajikan, maka langkah

yang terakhir adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Sesuai dengan

hakekat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan secara

bertahap. Pertama, menarik kesimpulan sementara atau tentatif, namun seiring

dengan bertambahnya data maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara

mempelajari kembali data yang telah ada. Kemudian, verifikasi data juga

dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada

keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan meminta pertimbangan dari

informan lain, atau dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari

sumber tertentu dengan sumber-sumber lain. Akhirnya peneliti menarik

kesimpulan akhir untuk mengungkapkan temuan-temuan penelitian ini.

65 Asep Kurniawan, op. cit., h. 241

Page 71: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang Masjid Darussalam

1. Sejarah singkat Masjid Darussalam

Perumahan Griya Darussalam Resort mulai dirintis pembangunannya

oleh Developer Butta Gowa Grup sejak tahun 2016 akhir, dan di tahun 2017

sudah ada beberapa bangunan rumah, sekaligus di tahun yang sama sudah

dihuni oleh beberapa warga, perumahan Griya Darussalam Resort terus

berkembang dalam pembangunannya sampai sekarang memiliki 650 unit

rumah dan dihuni oleh 150 Kepala Keluarga.

Masjid Darussalam sendiri merupakan masjid yang terletak di dalam

Kompleks Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec.

Pattallassang Kab. Gowa. pembangunan masjid Darussalam terealisasi setelah

melalui berbagai proses, sebagaimana dikemukakan oleh bapak Muhammad

Ilyas Syarif selaku Developer Perumahan Griya Darussalam Resort Desa

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa, bahwa :

“Rencana pembangunan Masjid Darussalam pada awalnya cukup

besar dengan kisaran masyarakat perumahan ribuan jiwa dengan luas

perumahan sampai sekarang kurang lebih 12 HA dan jumlah rumah

650an unit sampai saat ini. Pola pembangunan masjid pada awalnya

adalah pola swadaya kami sebagai developer memilki beberapa rekan-

rekan di luar makassar dan luar negeri, kami membangun komunikasi

dengan mereka dan pada akhirnya baru bisa terealisasi pada tahun

2019 meskipun tidak sesuai dengan harapan kami awalnya yaitu

masjid 2 lantai akan tetapi yang terealisasi hanya 1 lantai, meskipun

begitu lahan yang disiapkan developer untuk pembangunan masjid

memang cukup besar yaitu ukuran 30X 30 M2 sehingga masih bisa

digunakan untuk penambahan teras dan kebutuhan jamaah lainnya.

Page 72: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

60

Bahkan sebelum masjid darussalam berdiri karna sudah ada beberapa

warga yang tinggal maka kebutuhan untuk shalat berjamaah/beribadah

menjadi sangat penting. Maka di tahun 2018 para warga bersama

developer berinisiatif untuk membuat musholla sementara di salah

satu rumah warga yang belum ditempati. Di Musholla sementara ini

para warga melaksanakan ibadah selama kurang lebih 1 tahun bahkan

sempat dipakai untuk shalat tarwih di bulan Ramadhan. Selain itu

developer juga bersama tim lapangan sempat membuat musholla

sementara untuk para pekerja perumahan yang berada di lokasi

pengembangan perumahan.66

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembangunan masjid Darussalam melalui banyak dinamika dalam proses

rencana dan pembangunanannya, akan tetapi tentunya semua itu dapat

dilewati dengan kerja sama dan kemauan yang besar antara developer dan

warga perumahan itu sendiri untuk memiliki masjid sebagai tempat beribadah

permanen dan sebagai pusat kegiatan masyarakat perumahan Griya

Darussalam.

2. Data Penduduk

a. Keadaaan Penduduk

Jumlah penduduk terakhir pada bulan desember 2020 di

Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec.

Pattallassang Kab. Gowa sebanyak 573 jiwa. Dengan jumlah laki-laki

271 orang, dan jumlah perempuan 302 orang, jumlah kepala keluarga

154 kk.

Untuk mengetahui potensi sumber daya manusia berdasarkan

jumlah penduduk di Perumahan Griya Darussalam Resort Desa

66 Muhammad Ilyas Syarif, Developer Perumahan, wawancara, 10 Juli 2020

Page 73: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

61

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa, yaitu dapat dilihat pada tabel

berikut ini :67

Tabel 01. Potensi SDM di Perumahan Griya Darussalam Resort

Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab.Gowa.

Jumlah Penduduk laki-laki 271

Jumlah Penduduk Perempuan 302

Jumlah Total 573

Jumlah Kepala Keluarga 154

Sumber:data pengurus kompleks GDR 2020

b. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan pada warga

Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec.

Pattallassang Kab. Gowa sebanyak 227 orang. Tingkat pendidikan

bervariasi dari Sekolah Dasar (SD) jumlahnya 43 orang, dari Sekolah

Menengah Pertama (SMP) jumlahnya 25 orang, dari Sekolah Mengenah

Atas/Kejuruan (SMA/K) jumlahnya 112 orang, dari Diploma III (D3)

jumlahnya 13 orang, Sarjana tingkat Strata I (S1) 29 orang, dan dari

Sarjana tingkat Strata II (S2) jumlahnya 5 orang.

Untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan tingkatan

pendidikan pada warga Perumahan Griya Darussalam Resort Desa

67 data pengurus kompleks Griya Darussalam 2020, 16 Januari 2020

Page 74: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

62

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa, dapat dilihat pada table

berikut :

Tabel 02. Jumlah Penduduk berdasarkan tingkatan Pendidikan

Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec.

Pattallassang Kab.Gowa.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

1. Sekolah Dasar (SD) 43

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 25

3. Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) 112

4. Diploma III (D 3) 13

5. Sarjana Tingkat Strata I (S1) 29

6. Sarjana Tingkat Strata II (S2) 5

Jumlah 227

Sumber:data pengurus kompleks GDR 2020

c. Mata Pencaharian

Untuk mendukung tercapainya kesejahteraan keluarga, harus

didukung oleh mata pencarian keluarga yang baik dan tangguh, dalam

artian bahwa penghasilan keluarga dapat menjamin kesejahteraan

keluarga itu sendiri. Maka pencarian masyarakat di Perumahan Griya

Darussalam sebagian besar, Karyawan swasta, wiraswasta, PNS, TNI,

POLRI, dan lain-lain sebagainya.

Page 75: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

63

Adapun data tentang pekerjaan masyarakat Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa,

Sebagai Berikut:

Tabel 03. Jumlah Jenis Pekerjaan masyarakat di Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab.Gowa.

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 25

2, TNI 7

3. POLISI 3

4. Karyawan Swasta 49

5. Honorer 14

6. Wiraswasta 9

7. Ibu Rumah Tangga 57

Jumlah 164

Sumber:data pengurus kompleks GDR 2020

d. Potensi Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang menandai akan sangat mendukung

pencapaian target dan prasarana dalam meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat. Sarana dan prasarana di Perumahan Griya Darussalam yang

dimaksud adalah jalan, listrik, tempat sampah, air bersih, pendidikan dan

jasa. Sedangkan sarana dan prasarana untuk kegiatan keagamaan

masyarakat terdapat 1 unit Masjid.

Page 76: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

64

3. Letak Geografis Masjid Darussalam

Masjid Darussalam terletak di dalam Kompleks Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa.

a. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Pattallassang Kec.

Pattallassang

b. Di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Belapunranga kec.

Parangloe

c. Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Timbuseng Kec.

Pattallassang

d. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Panaikang Kec.

Pattallassang.

Menurut keterangan dari Pak Muhammad Ilyas Syarif, bahwa :

salah satu kelebihan masjid darussalam yaitu terletak pada posisinya

yang sangat strategis karna berada di center point atau berada di

tengah-tengah lokasi perumahan. Tidak seperti masjid perumahan

pada umumnya bahwa masjid berada di lokasi yang kurang strategis

bahkan cenderung kurang di prioritaskan oleh pihak developer. Masjid

darussalam berada di tengah-tengah lingkaran dikelilingi dengan blok

Rumah warga dan jalan di sekitar masjid (depan, samping dan

belakang) yang sangat lebar yaitu 12 M. Jalan ini sengaja dirancang

dengan tujuan jalan tersebut dapat digunakan sebagai fasilitas umum

atau tempat untuk kegiatan yang mendatangkan banyak orang, seperti

pelaksanaan hari raya, hari besar islam dan kegiatan sosial warga

perumahan lainnya.68

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

pembangunan masjid menjadi sangat penting dan sangat diprioritaskan oleh

pihak developer, terbukti dengan penempatan masjid berada di center point

68 Muhammad Ilyas Syarif, Developer Perumahan, wawancara, 10 Juli 2020

Page 77: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

65

atau berada di tengah-tengah perumahan dengan harapan kehadiran masjid

bisa menjadi pusat kegiatan masyarakat perumahan Griya Darussalam, selain

itu kesungguhan tersebut terlihat dalam rancangan pembangunan perumahan

yang menjadikan lokasi rencana pembangunan masjid sebagai titik/patokan

awal untuk membuat master plan perumahan.

4. Struktur Organisasi Masjid Darusssalam

Berikut Susunan Pengurus Masjid Darussalam Periode 2020-2022

Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang

Kab. Gowa69 :

Tabel 04. Susunan Pengurus Masjid Darussalam.

NO. JABATAN NAMA

1.

PELINDUNG

1. Camat Pattallassang

2. Kepala Desa Pallantikang

2. Dewan Penasehat

1. Rusdi Rahim, SE

2. Mayor (purn) TNI Baharuddin S.

3. H. Muhammad Ilyas Syarif

4. Fajar Sidiq

5. H. Shalahuddin AR, Lc.

6. H. Taufan Abdul Salam

7. H. Rahman Rahim

8. Abdul Haris

69 Arsip Sekretariat Masjid Darussalam, 13 September 2020

Page 78: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

66

3. Pengurus Inti

Ketua Umum Misbahuddin, S.Ag.,M.Pd

Sekretaris Umum H. Andi Muntahar, S.Pd.,M.Pd

Bendahara Umum Agus Edy Saputra, ST.,MC-ENV

Bendahara I Muzakkir

4. Bidang-Bidang

Bidang Pembangunan

(Ketua)

Mansyur Mamu, S.Pd, CH

Wakil Ketua Djoko Pratomo

Anggota

1. Aswin Haris

2. Anwar

3. Suwandy Jamaluddin

4. Muh. Nasir

5. Abd. Munawir

6. H. Ibrahim

7. Andi Surya

8. Rustam Dg Palallo

9. Eko Saputra

10. Khaerul

11. Andi Syaib Rafidhi M. Nur

12. Usman

13. Nawi

Page 79: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

67

14. Taufik

15. Maskur

16. Arfatwa

5. Bidang Sarana dan

Prasarana (Ketua)

Syarif Rahman

Wakil Ketua Oky Catur Wijaya Putra

Anggota

1. Musi

2. Ishak

3. Muhammad Abid

4. Masri

5. H. Jalil

6. Setia Budi

7. Junandar

8. Darwin

9. Boby Dg Gassing

10. Rahmat

11. Nuryadi, S.1.Pust.

12. Rustan Junaid

13. Ardy

14. Darwis

15. Ahmad Maulana

16. Jamaluddin

Page 80: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

68

17. Syaiful

6. Bidang Ibadah dan

Keagamaan (Ketua)

Nasruddin

Wakil Ketua Abdul Kafi Alhusni

Anggota

1. Ahmad Sulaiman

2. Jamroni, SE

3. Idi Amin

4. Muhammad Irsyad, Lc.

5. Ahmad Ridha Lithaq

7. Bidang Keamanan dan

Ketertiban (Ketua)

Serka TNI Junarman

Wakil Ketua Kopda TNI Pirman

Anggota

1. Pratu TNI Arbadi

2. Pratu TNI Laode Masruri

3. Pelda (Purn) TNI Sukimin

4. Dg Mile

5. Dg Tata

6. Supriadi

7. Awaluddin

8. Sonny

9. Dg Nginro

8. Bidang Dakwah dan Riswan

Page 81: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

69

Pendidikan (Ketua)

Wakil Ketua Sumarlin, S.Pd.I

Anggota

1.Abdul Rahim Dg Lau

2. Hasbunallah, S.Pd

3. Nasrullah

4. M. Chairul Anshar, SE.,MM

5. Mursalim

6. Ishalauddin, S.Pd.I.,SH

7. Saharuddin, S.Sos

8. Sudirman, SH

9. Kordinator Majelis Taklim Ella Nurlaelia, S.Sos

10. Kordinator Remaja Masjid Firman

Sumber:Arsip Sekretariat Masjid Darussalam, 2020

5. Program Kerja Masjid Darussasalam

Berikut Program Kerja Pengurus Masjid Darussalam Periode 2020-

2022 Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec.

Pattallassang Kab. Gowa70 :

Tabel 05. Program Kerja Masjid Darussalam.

No. Program Kerja

A. Bidang Ibadah dan Keagamaan

1. Menyusun forum imam Shalat yang menangani imam utama dan imam

70 Arsip Sekretariat Masjid Darussalam, 13 September 2020

Page 82: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

70

rawatib.

2.

Menyelenggarakan kegiatan zakat fitrah meliputi: mengumpulkan dan

mendistribusikan ke umat

3.

Menyelenggarakan pengajian memperingati hari-hari besar umat

Islam, seperti: Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Tahun Baru Muharram dan

Nuzulul Qur’an.

4. Menyelenggarakan kegiatan sholat Idul Fitri, sholat Idul Adha

5. Membentuk Panitia Amalia Ramadhan

6.

Menghimpun dana idul qurban bersama sejak dini, agar idul qurban

berjalan maksimal baik dari segi kuantitas hewan qurban dan

pemerataan pembagian qurban

7.

Menyelenggarakan pengajian rutin (Taklim) setiap bulan dan kegiatan

ibadah serta keagamaan lainnya seperti : pelatihan mengurus jenazah,

Pengajian Kitab al-Qur’an dan hadits-hadits.serta fiqih dan lainnya

B. Bidang Dakwah dan Pendidikan

1.

Menyusun jadwal khatib jum’at, jadwal penceramah bulan Ramadhan,

sholat Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya.

2.

Menjalin komunikasi yang baik dengan umat, pemerintah serta pihak-

pihak terkait dengan masjid..

3.

Menyelenggarakan kegiatan sosial, misalnya: Menyantuni fakir

miskin, yatim piatu, donor darah dan lain-lain.

4.

Membuat kegiatan khusus yang bertujuan untuk peningkatan

perekonomian umat, misalnya: pelatihan kewirausahaan dan

Page 83: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

71

sejenisnya.

5. Menginventarisir Al Qur’an, buku-buku agama, peralatan sholat.

C. Bidang Sarana dan Prasarana

1. Melakukan inventarisasi asset Masjid

2.

Pengadaan / Pembenahan sound sistem / wireless (di dalam dan luar

Masjid)

3. Pengadaan AC

4.

Pengadaan Alat Kebersihan (termasuk ruangan, pengharum karpet dan

lain-lain)

5. Pengadaan Barang Habis Pakai (Baterai, Balon, Lampu Charger dll)

6. Pengadaan lemari inventaris Masjid

7. Pengadaan Suterah

8. Pengadaan Keranda dan tempat mandi Jenasah

9. Pengadaan Mobil Ambulance Masjid

D. Bidang Pembangunan

1.

Mempersiapkan pengembangan/pembagunan Masjid, renovasi dan

atau sarananya untuk merespons kebutuhan jamaah masjid GDR

(Jangka pendek, menengah dan jangka panjang)

2.

membuat Pagar bambu (Jangka Pendek) di sekeliling teras Masjid

GDR (untuk menghalangi anjing dan hewan lainnya)

3. Pembangunan kanopi di sebelah kanan dan kiri Masjid GDR

4. Pembangunan Ruang Sekretariat Pengurus Masjid, ruang Sekretariat

Page 84: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

72

Majelis Taklim, TKA/TPA, Rumah Imam dan Gudang Inventaris

barang

5. Pengadaan Sumur bor

E. Bidang Keamanan dan Ketertiban

1.

Menyelenggarakan pengamanan masjid baik secara fisik maupun

spiritual dari golongan/Organisasi yang terlarang di indonesia.antara

lain Faham Komunis, Aliran Syi'ah, Ahmadiyah dan lain sebagainya.

2.

Menjaga Keamanan dan ketertiban masjid setiap waktu seperti pada

saat pelaksanaan sholat Jum’at dan kegiatan hari-hari besar umat

islam.

3. Menjaga asset-asset masjid

F. Kordinator Majelis Taklim

1.

Kegiatan keagamaan dan hari besar Islam bekerjasama dengan

pengurus masjid GDR

2.

Pengajian rutin bulanan dengan materi al. Aqidah, Ibadah dan

Muamalah

3. Membuat kurikulum dakwah

4. Kursus belajar mengaji ibu-ibu

5. Pelatihan Daurah Junais / penyelenggaraan pengurusan jenazah

6. Parenting / Pendidikan ibu dan anak

7. Shalawatan dan seni budaya

8. Pelatihan shalat khusu’ / shalat ala rasulullah

9. Bersilaturrahim dengan warga perumahan Griya Darussalam

Page 85: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

73

10. Rihlah tarbawiah/tafakkur alam/ kunjungan yang mengedukasi

11. Bakti sosial ke panti asuhan

12. Jum’at berkah

G. Kordinator Remaja Masjid

1.

Membuat kegiatan positif remaja misalnya: Pelatihan organisasi,

pelatihan jadi khotib, pelatihan muadzin, bilal ramadhan dan sholat

jumat

2.

Membuat kegiatan berbasis kreatifitas, misalnya: pelatihan usaha,

kreatifitas dll

3.

Menjadi panitia pelaksana kegiatan-kegiatan hari besar, misalnya:

Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Tahun Baru Muharram dan Nuzulul

Quraan, sholat Idul Fitri, sholat Idul Adha dan kegiatan lainya.

Sumber : Arsip Sekretariat Masjid Darussalam, 2020

6. Sarana dan Prasarana Masjid Darussalam

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti,

adapun sarana dan prasarana Masjid Darussalam, antara lain71 :

Tabel 06. Sarana dan Prasarana Masjid Darussalam

No. Nama Barang Kondisi Barang

1. Sound Sistem Baik

2. Mimbar Baik

3. Kipas Angin Baik

71 Observasi Sarana dan prasarana masjid Darussalam, Observasi, 07 Juli 2020

Page 86: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

74

4. Karpet Baik

5. Lemari Baik

6. Tempat Wdhu dan WC Baik

7. Canopy Teras Baik

8. Pagar Masjid Baik

9. Menara Masjid Baik

Sebahagian besar sarana dan prasarana masjid Darussalam merupakan

hasil dari swadaya dan kerja bakti masyarakat perumahan. Sebagaimana

dikemukakan oleh pak Baharuddin selaku takmir masjid Darussalam, bahwa :

Untuk sementara sarana dan prasarana yang ada di masjid Darussalam

untuk bagian dalam terdapat, sound sistem, karpet, mimbar, lemari

tempat mukenah, buku dan Al-Qur’an, dibahagian luar ada

penambahan kanopy untuk teras dan menara masjid yang merupakan

hasil swadaya dan kerja bakti masyarakat Perumahan Griya

Darussalam dan juga ada tempat wudhu serta WC.72

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa,

kepedulian dan kebersamaan masyarakat perumahan terhadap pengembangan

masjid Darussalam sangat besar terbukti dengan penambahan salah satu

sarana penunjang yaitu canopy untuk teras dan menara masjid yang

merupakan murni inisiatif dan sumbangan dari masyarakat perumahan serta

pengerjaannya juga dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat

perumahan.

72 Baharuddin S, Takmir Masjid, Wawancara, 09 Juli 2020

Page 87: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

75

B. Eksistensi Masjid Darussalam di Perumahan Griya Darussalam Resort Desa

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa

Dalam pembahasan terdahulu yang telah dikemukakan pada BAB II dan

BAB III baik yang bersifat teori maupun data yang telah dihimpun melalui

pengumpulan data secara observasi, wawancara dan dokumentasi, maka dalam

BAB IV ini penulis akan menganalisis data yang bersifat kualitatif.

Dikarenakan penulis melakukan penelitan berdasarkan masalah yang ada

di lapangan, maka analisa yang penulis lihat adalah hal-hal yang berkaitan dengan

Eksistensi Masjid Darussalam Sebagai Wadah Interaksi Sosial Masyarakat

Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab.

Gowa.

Berdasarkan pambahasan pada bab sebelumnya bahwa eksistensi

merupakan keberadaan sesuatu yang bersifat dinamis, dimana sesuatu tersebut

bisa saja mengalami perkembangan ataupun kemunduran tergantung pada

kemampuan mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya. Adapun masjid

merupakan tempat ibadah kaum muslim, dimana tempat ibadah yang dimaksud

bukan hanya dalam arti sempit, akan tetapi pengertian masjid mencakup berbagai

aspek ketaatan dalam kehidupan umat Islam.

Eksistensi masjid tentunya terlihat ketika masjid lebih dinamis dalam

mengembangkan potensi awal yang dimilikinya yaitu sebagai tempat beribadah,

akan tetapi lebih dari itu masjid mampu mengembangkan potensinya dengan

menjadi pusat kegiatan masyarakat salah satunya sebagai wadah interaksi sosial

masyarakat.

Page 88: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

76

Sebagaimana dikemukakan oleh Pak Agus Edi Saputra selaku masyarakat

atau jamaah masjid Darussalam, bahwa :

Masjid Darussalam sebagai pivotal center atau pusat kegiatan masyarakat

perumahan baik itu terkait kegiatan keagamaan, Sosial dan kegiatan

lainnya yang mencakup kemaslahatan masyarakat Perumahan. seperti

kegiatan rapat warga perumahan membahas keamanan, ataupun membahas

tentang permasalahan sosial yang sedang berkembang dalam perumahan

Griya Darussalam.73

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masjid

telah menunjukkan eksistensinya dengan menjadi pivotal center atau pusat

kegiatan bagi masyarakat perumahan Griya Darussalam baik itu kegiatan

keagamaan, pendidikan, pelatihan, sosial dan kegiatan lainnya. Adapun masjid

bukan hanya menjadi tempat beribadah akan tetapi masjid juga telah menjadi

pusat kegiatan masyarakat perumahan Griya Darussalam. Hal tersebut

menunjukkan kedinamisan masjid dengan pengembangan potensi awal yang

dimilikinya yaitu hanya sebagai tempat kegiatan keagamaan.

Adapun yang dimaksud masjid mengembangkan potensi yang dimilikinya

dalam artian pengurus masjid secara khusus dan masyarakat secara umum mampu

bersama-sama mengembangkan fungsi awal masjid yang hanya sebagai tempat

ibadah ritual dalam pemaknaan yang sempit menjadi tempat ibadah dalam arti

yang lebih luas yaitu mencakup semua bentuk ibadah kepada Allah SWT.

Masjid merupakan tempat yang cukup strategis untuk menjadi titik temu

interaksi masyarakat dalam perbedaan simbol-simbol material dan strata sosial

yang sering melekat pada kehidupan masyarakat khususnya masyarakat

73 Agus Edi Saputra, Jama’ah Masjid Darussalam, wawancara, 10 Juli 2020

Page 89: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

77

perumahan. Sebagaimana dikemukakan oleh pak Riswan selaku salah satu tokoh

masyarakat atau tokoh agama, bahwa :

Masjid sebagai sarana awal untuk saling mengenal sehingga terjalin

keakraban antar masyarakat, yang awalnya hanya bertemu di masjid ketika

shalat berjamaah setelah itu saling mengenal muka dan nama serta

berlanjut pada kunjungan atau silaturahmi ke rumah-rumah warga.74

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masjid

sebagai titik temu interaksi sosial masyarakat tanpa memperdulikan simbol-

simbol material dan status sosial yang melekat pada kehidupan masyarakat

perumahan, karna adanya masjid sebagai titik temu interaksi masyarakat dan

interaksi tersebut berlangsung setiap hari bahkan berlanjut dalam bentuk

silaturahmi antar masyarakat perumahan yang kemudian menghasilkan ide-ide

baru untuk kemaslahatan bersama masyarakat perumahan.

Tentu saja hal tersebut sejalan dengan konsep normativitas akan masjid

dan historisitas faktual yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW. pada masa

hidupnya, menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

terhadap masjid, ternyata tidak sebatas pada pemaknaan masjid secara sempit

dan sederhana sebagaimana yang lazim dipahami dan dilaksanakan oleh

masyarakat muslim saat ini, yakni sebagai tempat shalat dan melaksanakan

aktivitas-aktivitas rutin untuk menumbuh kembangkan keshalehan individual.

Tetapi lebih dari itu, masjid dijadikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai

lembaga penumbuh kembangan keshalehan sosial dalam rangka menciptakan

masyarakat yang shaleh secara individu maupun secara sosial.

74 Muhammad Riswan, Tokoh Masyarakat, wawancara, 09 Juli 2020

Page 90: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

78

C. Interaksi Sosial Masyarakat Perumahan Griya Darussalam Resort Desa

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa

Berdasarkan pambahasan pada bab sebelumnya bahwa Interaksi sosial

adalah hubungan timbal balik yang dinamis, saling mempengaruhi, mengubah,

atau memperbaiki perilaku yang berlangsung antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu, mereka saling

menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan saling berkelahi.

Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

Walaupun orang-orang yang bertemu muka tidak saling berbicara atau tidak

saling menukar tanda, interaksi sosial tetap terjadi, karna masing-masing sadar

akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan

maupun syaraf orang yang bersangkutan.

Jika kontak dan komunikasi sudah terpenuhi dan berjalan dengan baik,

maka terbentuklah interaksi sosial yang baik pula, interaksi sosial yang baik

berbentuk interaksi asosiatif. Interaksi asosiatif merupakan interaksi yang

mengarah pada persatuan, dalam prosesnya antar individu atau kelompok satu

dengan lainnya harus saling mengerti dan saling menyadari bahwa mereka

mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama hingga tercapailah

tujuan bersama.

Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi sosial dengan adanya

kontak sosial dan komunikasi, jika salah satu syarat tidak dipenuhi maka tidak

dapat dikatakan interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan kontak sosial

Page 91: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

79

yang terjadi dimana antara individu saling mengerti maksud atau perasaan

masing-masing. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa

kerja sama (cooperation), akomodasi (accomodation), Asimilasi (asimilation),

persaingan (competition), dan juga pertentangan atau pertikaian (conflict).

Masyarakat perumahan merupakan masyarakat yang sangat plural dengan

latar belakang daerah, bahasa, adat dan budaya yang sangat beragam. Hal ini

tentunya berimbas pada kurangnya waktu untuk berinteraksi sosial antar

masyarakat ditambah lagi dengan kesibukan kerja masing-masing warga

perumahan semakin membuat waktu untuk berinteraksi antar masyarakat hampir

tidak ada. Akan tetapi hal berbeda terlihat di perumahan Griya Darussalam,

berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, terlihat bagaimana interaksi

sosial antar masyarakat Perumahan Griya Darussalam berlangsung sangat baik

dimana masyarakat sering melaksanakan kegiatan bersama baik itu dilaksanakan

di masjid maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini sebagaimana dikemukakan

oleh pak Agus Edi Saputra, bahwa :

Alhamdulillah interaksi sosial antar masyarakat perumahan Griya

Darussalam berlangsung sangat baik seperti shalat berjamaah di masjid

kemudian setelah shalat berjamaah tanpa direncanakan berlanjut dengan

diskusi antar jamaah terkait silaturahmi antar masyarakat serta

permasalahan-permasalahan di kompleks perumahan, pengajian di masjid

secara umum dan di rumah-rumah warga khusus ibu-ibu majelis ta’lim,

selain itu masyarakat sering melakukan kerja bakti di sekitar masjid dan di

sekitar rumah warga, serta kegiatan olahraga masyarakat sangat aktif

setiap sore hari.75

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi

sosial masyarakat di perumahan Griya Darussalam berlangsung sangat baik

75 Agus Edi Saputra, Jama’ah Masjid Darussalam, wawancara, 10 Juli 2020

Page 92: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

80

dengan berbagai bentuk interaksi berupa kerja sama maka tentunya semakin

membangun kebersamaan dan keakraban antar masyarakat. Meskipun yang kita

ketahui bahwa umumnya kehidupan di perumahan cenderung bersifat individualis,

namun tidak bagi para warga di Kompleks Perumahan Griya Darussalam ini.

Kerjasama masih terjalin dengan baik, Sebagai salah satu bentuk interaksi sosial

kerjasama tentunya tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan sosial, kerjasama

tentu saja menjadikan pencapaian tujuan bersama lebih mudah. Pekerjaan ataupun

sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama akan terasa lebih ringan.

Selain itu untuk ibu-ibu majelis ta’lim juga melakukan kegiatan interaksi

sosial khusus ibu-ibu, sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Ella Nurlaeli atau lebih

akrab dipanggil Ummi Ela, bahwa :

Alhamdulillah interaksi sosial antar ibu-ibu berjalan baik dengan kegiatan

ibu-ibu majelis taklim di kompleks perumahan, seperti kegiatan rutin

belajar mengaji bersama atau tadarrusan, pengajian dari rumah ke rumah

sekaligus mendata ibu-ibu yang siap bergabung dalam majelis ta’lim,

ifthor Ramadhan, dan Bakti sosial ke pesantren atau panti asuhan, semoga

dengan kegiatan-kegiatan ini ibu-ibu dalam kompleks bisa saling

mengenal dan memiliki hubungan emosional.76

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi

sosial masyarakat di perumahan Griya Darussalam tidak hanya terjadi di masjid

akan tetapi juga terjadi di lingkungan masyarakat khususnya di rumah-rumah

warga dalam kegiatan ibu-ibu majelis ta’lim.

Meskipun demikian tidak bisa dipungkiri bahwa dalam dalam hidup

berdampingan sesama pendatang di suatu perumahan, disamping interaksi sosial

yang baik antar masyarakat tentu saja ada juga pertentangan atau pertikaian

76 Ella Nurlaelia, Jama’ah Masjid Darussalam, wawancara, 15 Juli 2020

Page 93: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

81

(conflict) dalam masyarakat, terlebih lagi masyarakat perumahan dengan latar

belakang daerah, budaya dan bahasa yang berbeda tentunya semakin

memungkinkan terjadinya pertentangan atau pertikaian, sebagaimana dikatakan

oleh Pak Ardi, bahwa :

Kita tau sendiri bagaimana masyarakat perumahan dengan latar belakang

daerah, bahasa, budaya tentu tidak bisa dihindari yang namanya

pertentangan atau pertikaian dalam masyarakat, sempat terjadi konflik

kecil akan tetapi Alhamdulillah dapat terselesaikan dengan baik karna

koordinasi yang baik antar kordinator blok masing-masing dengan kepala

Kompleks dan hebatnya lagi permaslahan tersebut didiskusikan dan

diselesaikan di masjid.77

Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa, dalam

kehidupan masyarakat terutama masyarakat perumahan yang sangat plural tentu

saja tidak bisa dihindari yang namanya konflik, akan tetapi itu tergantung

bagaimana kemudian masyarakat setempat dapat mengelola konflik tersebut

menjadi sebuah pelajaran dan menjadi alasan untuk terus mempererat silaturahmi,

kordinasi, dan bekerjasama hingga dapat menumbuhkan hubungan emosional

antar masyarakat. Meskipun begitu alhamdulillah konflik tersebut bisa

diselesaikan dengan kordinasi yang baik, dan lebih hebatnya lagi masjid dijadikan

tempat untuk memusyawarahkan dan menyelesaikan konflik tersebut.

Berdasarkan teori tentang bentuk-bentuk interaksi sosial di atas dan hasil

wawancara serta hasil observasi peneliti terhadap masyarakat perumahan Griya

Darussalam maka dapat disimpulkan bahwa, interaksi sosial masyarakat

perumahan Griya Darussalam berjalan dengan baik, meskipun sempat terjadi

konflik kecil akan tetapi alhamdulillah dapat diselesaikan dengan baik dan cepat

77 Ardi, Jama’ah Masjid Darussalam, wawancara, 13 Juli 2020

Page 94: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

82

oleh masyarakat, justru konflik tersebut memberikan pelajaran betapa pentingnya

interaksi sosial atau silaturahmi yang baik antar masyarakat, dengan berbagai

bentuk interaksi sosial yang sering terjadi pada masyarakat perumahan griya

darusssalam yaitu berupa kerja sama (cooperation), akomodasi

(accomodation), Asimilasi (asimilation), dan pertentangan atau pertikaian

(conflict).

kerjasama antar masyarakat Kompleks Perumahan Griya Darussalam

menunjukkan bahwa interaksi sosial masyarakat perumahan, khususnya dalam

agenda kegiatan bersama telah menjalin kerjasama yang baik, dengan harapan

dapat menciptakan suatu bentuk kehidupan yang rukun antar masyarakat

perumahan. Meskipun yang diketahui bahwa kehidupan di perumahan pada

umumnya cenderung bersifat individualis, namun tidak bagi masyarakat di

Kompleks Perumahan Griya Darussalam. Kerjasama masih terjalin dengan baik,

kemudian masyarakat juga berusaha untuk ikut berpartisipasi aktif dalam setiap

kegiatan yang ada meskipun tidak keseluruhan masyarakat perumahan.

Selain itu proses akomodasi dan asimilasi masyarakat perumahan Griya

Darussalam sebagai proses sosial taraf lanjut, tentu tercipta mengikuti proses

sosial dalam bentuk kerjasama atau kegiatan bersama masyarakat perumahan, hal

tersebut dapat terlihat ketika masyarakat perumahan mampu menyesuaikan diri

dalam masyarakat perumahan yang sangat plural, di dalamnya juga terdapat

toleransi terkait perbedaan-perbedaan setiap individu, seperti dalam pelaksanaan

ibadah di masjid tidak berpatokan pada satu paham organisasi keagamaan saja,

begitupun dalam pengajian umum rutin dan dalam hal khutbah jum’at

Page 95: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

83

penceramah/da’i yang diundang berasal dari latar belakang organisasi keagamaan

yang berbeda-beda, baik itu dari Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Wahda

Islamiyah, Salafi dan lain-lain, tentu selama itu masih dalam koridor Ahlu Sunna

Waljama’ah.

Meskipun dalam kehidupan masyarakat perumahan Griya Darussalam

sempat terjadi konflik kecil, akan tetapi hal tersebut dapat diselesaikan secara

kekeluargaan melalui koordinasi yang baik antar kordinator blok dengan kepala

kompleks, konflik sebagai salah satu bentuk proses interaksi sosial, justru dengan

konflik tersebut semakin menyadarkan masyarakat perumahan akan pentingnya

proses interaksi sosial yang positif berupa kerjasama, akomodasi dan asimilasi,

tentu saja perbedaan secara individu tidak menjadikan mereka untuk konflik,

dengan itu mereka sadar bahwa justru perbedaan tersebutlah yang menjadi alasan

mengapa mereka perlu bekerjasama, sehingga tercipta proses sosial dalam taraf

yang lebih lanjut berupa akomodasi, toleransi dan asimilasi demi tercapainya

tujuan bersama masyarakat perumahan Griya Darussalam.

D. Eksistensi Masjid Darussalam Sebagai Wadah Interaksi Sosial Masyarakat

Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang

Kab. Gowa

Sebagaimana pembahasan sebelumnya bahwa eksistensi masjid

merupakan keberadaan masjid yang bersifat dinamis, dimana masjid bisa saja

mengalami perkembangan ataupun kemunduran tergantung pada kemampuan

mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya. Adapun masjid merupakan

tempat ibadah kaum muslim, dimana tempat ibadah yang dimaksud bukan hanya

Page 96: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

84

dalam arti sempit, akan tetapi pengertian masjid mencakup berbagai aspek

ketaatan dalam kehidupan umat Islam.

Eksistensi masjid tentunya terlihat ketika masjid lebih dinamis dalam

mengembangkan potensi awal yang dimilikinya yaitu sebagai tempat beribadah

ritual, akan tetapi lebih dari itu masjid mampu mengembangkan potensinya

dengan menjadi pusat kegiatan masyarakat salah satunya sebagai wadah interaksi

sosial bagi masyarakat Perumahan.

Eksistensi masjid darussalam terbangun dalam fikiran masyarakat/jamaah

bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi lebih dari itu sebagai pivotal center atau

pusat kegiatan masyarakat, terkhusus sebagai wadah interaksi sosial bagi

masyarakat perumahan. Hal itu terbukti dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

di masjid bukan hanya terkait ibadah ritual semata, akan tetapi ibadah sosial juga

dilakukan didalamnya, seperti penyaluran zakat, kerja bakti, kegiatan-kegiatan

pelatihan, bakti social, Musyawarah antar masyarakat, silaturahmi antar

masyarakat dalam bentuk kegiatan formal maupun nonformal.

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang dinamis, saling

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku yang berlangsung antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan

kelompok. Ketika dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu, mereka

saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan saling berkelahi.

Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

Walaupun orang-orang yang bertemu muka tidak saling berbicara atau tidak

saling menukar tanda, interaksi sosial tetap terjadi, karna masing-masing sadar

Page 97: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

85

akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan,

perilaku maupun syaraf orang yang bersangkutan.

Adapun interaksi sosial yang sering terjadi pada masyarakat perumahan

Griya Darussalam seperti, shalat berjamaah 5 kali dalam sehari, kemudian

biasanya dilanjutkan dengan diskusi ataupun bicara lepas setelah shalat Maghrib,

pegajian rutin, kerja bakti di masjid atau di lingkungan masyarakat, silaturahmi ke

rumah-rumah jamaah, kegiatan olahraga bersama dalam kompleks, perayaan hari

besar islam di masjid, dan kegiatan pengajian majelis taklim ibu-ibu, serta

kegiatan belajar mengaji bagi anak-anak warga dalam kompleks perumahan.

interaksi sosial antar masyarakat perumahan Griya Darussalam yang berlangsung

setiap hari serta berlangsung lama diharapkan akan memberikan pengaruh positif

pada perilaku antar masyarakat sebelum mereka saling berinteraksi.

Dari semua aktivitas interaksi sosial antar masyarakat perumahan Griya

Darussalam tidak bisa dipungkiri bahwa masjid sebagai pivotal center, sebagai

titik temu interaksi sosial masyarakat, sebagai tempat awal masyarakat saling

mengenal muka, saling mengenal nama, kemudian berlanjut dengan saling

menyapa, dan akhirnya bisa bersilaturahmi yang kemudian dengan silaturahmi

inilah melahirkan keakraban dan ide untuk melakukan interaksi antar masyarakat

dalam bentuk kegiatan-kegiatan bersama demi satu tujuan yang sama yaitu

kehidupan yang harmonis, aman dan damai antar masyarakat Perumahan Griya

Darussalam.

Ketika dibandingkan sebelum adanya masjid, masyarakat cenderung

individualis, jarang berinteraksi, terlanjur nyaman dengan kehidupan masing-

Page 98: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

86

masing, disibukkan dengan aktivitas kerja masing-masing, tetapi alhamdulillah

setelah adanya masjid masyarakat bisa saling mengenal nama, muka dan akhirnya

terjalin dalam bentuk interaksi sosial antar masyarakat perumahan.

Berdasarkan pembahasan hasil wawancara dan observasi di atas maka

dapat disimpulkan bahwa eksistensi masjid Darussalam sebagai wadah interaksi

sosial masyarakat Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec.

Pattallassang Ka. Gowa sangat dirasakan keberadaannya oleh masyarakat

perumahan sebagai wadah interaksi sosial, sejalan dengan hal itu masjid telah

menjadi pivotal center, pusat kegiatan masyarakat terkhusus sebagai wadah

interaksi sosial, masjid sebagai titik temu interaksi sosial masyarakat, sehingga

hampir semua proses interaksi sosial masyarakat dengan berbagai bentuk

sebagaimana telah dijelaskan di atas dilakukan dan dimulai dari masjid.

Harapan dengan dijadikannya masjid sebagai wadah interaksi sosial secara

tidak langsung masyarakat lebih memakmurkan masjid dan orang yang

memakmurkan masjid Insha Allah adalah orang yang beriman, dalam artian bukan

hanya beriman secara individual akan tetapi juga beriman secara sosial, sehingga

dengan itu interaksi sosial masyarakat ke depannya dapat berlangsung dengan

lebih baik sebagaimana karakter orang beriman dalam berinteraksi dengan

tetangga sesuai yang diajarkan dalam islam. Selain itu harapan dengan

dijadikannya masjid sebagai wadah interaksi sosial yang mungkin bermula dari

pelaksanaan shalat berjamaah, penunaian zakat, dan kegiatan-kegiatan lainnya,

maka disitulah benih pembentukan komunitas Islam yang kuat terbentuk. Dan

salah satu hikmah dari berjamaah memang untuk menghubungkan antar pribadi

Page 99: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

87

muslim dengan lainnya sehingga tertanam rasa keterikatan yang kuat

berdasarkan prinsip tauhid, bukan atas nama simbol golongan, kelas sosial atau

hal lainnya.

Dengan demikian maka berarti pula bahwa Masjid menjadi basis

pembentukan umatan wahidah dalam konteks tauhid (Islam). Konsep fungsi

Masjid yang demikian telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam membentuk

masyarakat muslim Madinah.

Page 100: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

88

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti terkait dengan Eksistensi

Masjid Sebagai Wadah Interaksi Sosial Masyarakat Perumahan Griya Darussalam

Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa. Dari pembahasan bab

sebelumnya atas tiga poin rumusan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Eksistensi Masjid Darussalam Perumahan Griya Darussalam Desa

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa terbangun dalam fikiran jamaah

dan telah dirasakan oleh jamaah sebagai pivotal center, sebagai pusat kegiatan

masyarakat perumahan, khususnya sebagai wadah interaksi sosial

masyarakat, selain itu masjid juga sebagai titik temu interaksi sosial

masyarakat tanpa memperdulikan simbol-simbol material dan strata sosial

masyarakat.

2. Interaksi Sosial Masyarakat Perumahan Griya Darussalam Resort Desa

Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa berjalan sangat baik dengan

berbagai bentuk interaksi sosial masyarakat dalam kegiatan-kegiatan bersama

dalam kompleks perumahan berupa kerja bakti, Pengajian umum di masjid

dan di rumah-rumah warga khusus ibu-ibu, perayaan hari besar islam,

silaturahmi antar jamaah masjid, diskusi dan musyawarah, bakti sosial, shalat

berjamaah, olahraga bersama, pelatihan-pelatihan di masjid, dan lain-lain.

3. Eksistensi Masjid Darussalam Sebagai Wadah Interaksi Sosial Masyarakat

Perumahan Griya Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang

Page 101: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

89

Kab. Gowa sangat dirasakan keberadaannya oleh masyarakat perumahan.

Sejalan dengan hal itu masjid telah menjadi pivotal center, pusat kegiatan

masyarakat terkhusus sebagai wadah interaksi sosial, masjid sebagai titik

temu interaksi sosial masyarakat, sehingga hampir semua proses interaksi

sosial masyarakat dengan berbagai bentuk sebagaimana telah dijelaskan

dilakukan dan dimulai dari masjid.

Harapan dengan dijadikannya masjid sebagai wadah interaksi sosial secara

tidak langsung masyarakat lebih memakmurkan masjid dan orang yang

memakmurkan masjid Insha Allah adalah orang yang beriman, dalam artian

bukan hanya beriman secara individual akan tetapi juga beriman secara sosial

sehingga dengan itu interaksi sosial masyarakat ke depannya dapat

berlangsung lebih baik sebagaimana karakter orang beriman dalam

berinteraksi dengan tetangga sesuai yang diajarkan dalam islam.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang telah peneliti lakukan,

maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada Pemerintah, saran pada penelitian ini adalah sebaiknya pemerintah

membuat program-program kerja yang khusus memakmurkan masjid, dengan

itu masyarakat lebih termotivasi untuk lebih memakmurkan masjid salah

satunya dengan cara menjadikan masjid sebagai wadah interaksi sosial, pusat

informasi, pusat kegiatan masyarakat, sehingga terbangun masyarakat yang

religius dalam menciptakan kehidupan yang harmonis, aman dan damai.

Page 102: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

90

2. Kepada Developer Perumahan, hendaknya sebagai developer perumahan agar

bisa lebih memaksimalkan perannya dalam memberikan motivasi berupa

dukungan moril dan materi untuk takmir masjid dalam melaksanakan

program-program kerja dalam pengembangan masjid, baik itu pengembangan

dalam bentuk fisik maupun pengembangan spiritual keagamaan.

3. Kepada Takmir Masjid, hendaknya takmir masjid lebih memaksimalkan

program-program kegiatan sosial masjid, sehingga masjid tidak cenderung

hanya digunakan sebagai tempat untuk shalat berjamaah saja, tetapi juga

digunakan untuk pelaksanaan kegiatan sosial yang lainya, seperti pengajian

Umum, kegiatan pelatihan-pelatihan untuk jamaah, bakti sosial dan kegiatan

sosial lainya. Dengan manajemen yang baik, inovasi dan motivasi yang

dilakukan secara istiqomah, maka tujuan masjid yang sebenarnya akan

tercapai yaitu terciptanya masyarakat yang beriman secara individu juga

beriman secara sosial.

4. Kepada Masyarakat, hendaknya masyarakat sebagai jamaah masjid turut serta

aktif membantu takmir masjid dalam melaksanakan program-program di

masjid, baik program pembangunan, ibadah, dakwah, pendidikan, sosial dan

program lainnya.

Page 103: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

91

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

Al-wa’I Taufik. 1995. Dakwah Ila Allah. Mesir : Daral-Yakin.

Bachrun Rifa’i dan Moch. Fachrurozy. 2005. Manajemen Mesjid. Bandung:

Benang Merah Press.

Bagus Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Baqi Abdul Fu’ad Muhammad. 2005. Mutiara hadits shahih Bukhari Muslim Al-

Lu’lu Wal Marjan. Surabaya: PT Bina Ilmu.

Bernard Raho. 2004. Sosiologi Sebuah Pengantar. Maumere: Ledaro.

Bogdan, R. C. dan Biklen S. K. 1990. Riset Kualitatif untuk Pendidikan:

Pengantar ke Teori dan Metode. Alih Bahasa oleh Munandir. Jakarta:

Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas

Instruksional, Depdikbud.

Bungin Burhan. 2017. Penelitian Kualitatif, komunikasi, ekonomi, kebijakan

publik dan ilmu sosial lainnya. Jakarta : Kencana.

Emzir. 2016. metode penelitian kualitatif, analisis data. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Fachrudin Hs. 1992. Eksiklopedia Al-Qur’an. Jilid II (Cet. I). Jakarta: Rineka

Cipta.

Gerungan. 2010. Psikologi Sosial. Cet. 3. Bandung : PT Refika Aditama

Ghoffar M.Abdul dkk. 2004. Terjemahan Ibnu Katsir . Bogor: Pustaka Imam

Asy-Syafi’i.

Harahap Syafri Sofyan. Manajemen Masjid. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf

.

Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma

Examedia Arkanleema, 2010), h. 573

Kurniawan Asep. 2018. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Mohammad, E. Ayub. 1996. Manajemen Masjid. Jakarta: Gema Insani.

Margono dalam Sitti Mania.t.th. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial.

Cet. I. Makassar, Alauddin University Press.

Munawwir Warson Ahmad. 1984. Kamus Al-Munawwir. Yogyakarta : PP.

Al-Munawwir Krapyak.

Page 104: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

92

Moleong dalam U Maman Kh dkk. 2006. Metodologi Penelitian Agama ; Teori

dan Praktek. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mustafa Jejen. 2016. Tips Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Kencana, 2016),

Nata Abudin. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Media Group.

Nazar Samsul. 2013. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Media Group.

Nasution Harun. 2000. Islam Rasional. Bandung: Mizan.

Natsir.M.1981. Fiqhud dakwah. Semarang: YKPI-Ramadhani.

Roqib Muh. 2002. Menggugat Fungsi Edukasi Masjid. Yogyakarta : Grafindo

Litera Media.

Shihab Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Vol.5. Jakarta : Lentera Hati.

Sarwono Sarlito. 2018. Pengantar Psikologi Umum. Cet. 9. Depok : PT Raja

Grafindo Persada.

Shihab Quraish. 2011. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW. Jakarta: Lentera

Hati.

Soekanto Soerjono. 2017. sosiologi suatu pengantar. (Cet. 45 ). Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Soekanto Soerjono. 1982. Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT.Raja Raja Grafindo.

Susanto dan masri sareb putri. 2010. 60 management games. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Suwito dan Fauzan. 2013. Sejarah Sosial Pendidikan Islam Jakarta : Kencana

Media Group.

Adab Dan Keutamaan Menuju Dan Di Masjid. Terj. Muhlisin Ibnu

Abdurrahim. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2003)

Walgito. 2007. psikologi sosial suatu pengantar. yogyakarta : Andi Offset.

Zaenal Abidin. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 105: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

93

RIWAYAT HIDUP

Syahrul Arisandi, Lahir di Pa’baeng-baeng, tanggal 22, bulan

September, tahun 1996 Masehi. Merupakan anak ke ketiga dari

Enam bersaudara, buah hati dari bapak Zainuddin dan Ibu Halija.

Mulai memasuki jenjang pendidikan formal pada tahun 2002 dan

tamat pada tahun 2009 di SD Inpres Timbuseng. Kemudian pada tahun 2009

penulis kembali melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bontomarannu dan

tamat pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2013 penulis melanjutkan

pendidikannya di SMK Negeri 5 Gowa dan lulus pada tahun 2016. Kemudian

penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar,

Jurusan Penddikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam pada tahun 2016.

Page 106: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

94

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 107: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

95

DAFTAR NAMA INFORMAN WAWANCARA

1. NAMA : Muhammad Ilyas Syarif

USIA : 40 Tahun

PEKERJAAN : Wirausaha

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

WAWANCARA : Jum’at 10 Juli 2020, Pukul : 14 : 37

2. NAMA : Mayor (Purn) TNI Baharuddin S

USIA : 59 Tahun

PEKERJAAN : Purnawirawan TNI AD

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

WAWANCARA : Kamis 09 Juli 2020, Pukul : 12 : 55

3. NAMA : Mappisara Tahuddin

USIA : 42 Tahun

PEKERJAAN : Wiraswasta

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

WAWANCARA : Kamis 09 Juli 2020, Pukul : 12 : 35

4. NAMA : Rustam Dg Palallo

USIA : 34 Tahun

PEKERJAAN : Marketing

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

WAWANCARA : Kamis 09 Juli 2020, Pukul : 16 : 27

5. NAMA : Muhammad Nasruddin

USIA : 29 Tahun

PEKERJAAN : Wirausaha

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

Page 108: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

96

WAWANCARA : Kamis 09 Juli 2020, Pukul : 17 : 06

6. NAMA : Muhammad Riswan, S.TH.I

USIA : 28 Tahun

PEKERJAAN : Karyawan Tetap

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

WAWANCARA : Kamis 09 Juli 2020, Pukul : 17 : 41

7. NAMA : Agus Edy Saputra, ST., MC-ENV

USIA : 37 Tahun

PEKERJAAN : PNS

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

WAWANCARA : Jum’at 10 Juli 2020, Pukul 13 : 00

8. NAMA : Ardi

USIA : 24 Tahun

PEKERJAAN : Wiraswasta

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

WAWANCARA : Senin 13 Juli 2020, Pukul : 20 : 30

9. NAMA : Ella Nurlaelia, S.Sos

USIA : 50 Tahun

PEKERJAAN : Ibu Rumah Tangga

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

WAWANCARA : Rabu 15 Juli 2020, Pukul : 17 : 30

10. NAMA : Usman

USIA : 35 Tahun

PEKERJAAN : Wirausaha

ALAMAT : Kompleks Perumahan Griya Darussalam

Page 109: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

97

WAWANCARA : Jum’at 17 Juli 2020, Pukul : 16 : 30

Page 110: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

98

PEDOMAN WAWANCARA

1. Developer Perumahan:

1. Bagaimana sejarah didirikannya masjid Darussalam ?

2. Bagaimana letak geografis masjid darussalam ?

3. Bagaimana menurut bapak/ibu mengenai Masjid Darussalam sebagai

wadah interaksi sosial bagi masyarakat Kompleks Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa ?

4. Menurut bapak/ibu bagaimana interaksi sosial antar masyarakat bisa

terjadi lewat masjid ?

5. Menurut bapak/ibu kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di masjid

untuk terjadinya interaksi sosial antara masyarakat ?

6. Menurut bapak/ibu apakah eksistensi masjid darussalam sebagai wadah

interaksi sosial masyarakat telah dirasakan keberadaannya ?

2. Takmir Masjid :

1. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki Masjid Darussalam ?

2. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menjadikan Masjid

sebagai wadah interaksi sosial masyarakat Kompleks Perumahan Griya

Darussalam Resort Desa Pallantikang Kec. Pattallassang Kab. Gowa ?

3. Menurut bapak/ibu kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di masjid

untuk terjadinya interaksi sosial antara masyarakat ?

4. Menurut bapak/ibu bagaimana bentuk interaksi sosial masyarakat ketika

berada di masjid dan ketika di luar masjid/lingkungan masyarakat ?

5. Bagaimana pengaruh interaksi sosial jamaah di masjid terhadap

interaksi sosial di lingkungan masyarakat Perumahan Griya Darussalam

Resort ?

6. Menurut bapak/ibu apakah eksistensi masjid darussalam sebagai wadah

interaksi sosial masyarakat telah dirasakan keberadaannya ?

7. Apakah bapak sendiri sebagai takmir masjid telah merasakan dampak

masjid darussalam sebagai wadah interaksi sosial ?

Page 111: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

99

3. RT/RW/ Tokoh agama/ Tokoh Masyarakat

1. Bagaimana interaksi sosial masyarakat sebelum adanya masjid

darussalam di Kompleks Perumahan Griya Darussalam Resort ?

2. Bagaimana interaksi sosial masyarakat setelah adanya masjid

darussalam di Kompleks Perumahan Griya Darussalam Resort ?

3. Bagaimana pengaruh interaksi sosial jamaah di masjid terhadap

interaksi sosial di lingkungan masyarakat Perumahan Griya Darussalam

Resort ?

4. Menurut bapak/ibu apakah eksistensi masjid darussalam sebagai wadah

interaksi sosial masyarakat telah dirasakan keberadaannya ?

4. Jamaah Masjid:

1. Menurut bapak/ibu apakah masjid darussalam telah difungsikan

menjadi wadah interaksi sosial bagi masyarakat ?

2. Menurut bapak/ibu bagaimana bentuk interaksi sosial masyarakat ketika

berada di masjid dan ketika di luar masjid/lingkungan masyarakat ?

3. Menurut bapak/ibu kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di masjid

untuk terjadinya interaksi sosial antara masyarakat ?

4. Menurut bapak/ibu apakah masyarakat sebagai takmir masjid telah

merasakan keberadaan masjid darussalam sebagai wadah interaksi

sosial ?

5. Menurut bapak/ibu apakah eksistensi masjid darussalam sebagai wadah

interaksi sosial masyarakat telah dirasakan keberadaannya ?

Page 112: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

100

DOKUMENTASI PENELITIAN

Tampak Depan Masjid Darussalam

Tampak Belakang Masjid Darussalam

Page 113: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

101

Tampak Samping Masjid Darussalam

Tampak Samping Masjid Darussalam

Page 114: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

102

Wawancara dengan Informan

Page 115: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

103

Wawancara dengan Informan

Page 116: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

104

Pengajian Umum di Masjid Darussalam

Page 117: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

105

Kegiatan Olahraga Dalam Kompleks Perumahan

Page 118: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

106

Kerja Bakti di Masjid

Page 119: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

107

Kerja Bakti di sekitar rumah warga kompleks

Page 120: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

108

Kegiatan Edukasi Janaiz dan persiapan Penyaluran Zakat

Page 121: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

109

Kegiatan TK/TPA Masjid Darussalam

Page 122: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

110

Silaturahmi Antar Warga

Page 123: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

111

Shalat Berjamaah dan cerita-cerita lepas setelahnya

Page 124: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

112

Kegiatan Ibu-Ibu Majelis Ta’lim

Page 125: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

113

Kegiatan Ibu-Ibu Majelis Ta’lim

Page 126: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

114

Hasil Tes Plagiasi Perpustakaan Pusat UNISMUH Makassar

Page 127: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

115

Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal da Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Provinsi Sulawesi Selatan

Page 128: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

116

Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kab. Gowa

Page 129: EKSISTENSI MASJID DARUSSALAM SEBAGAI WADAH INTERAKSI

117