ekosistem danau

15
EKOSISTEM DANAU Almira Islamei Pratiwi 12/331713/PN/12797 Teknologi Hasil Perikanan INTISARI Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan darat. Danau banyak memiliki manfaat bagi manusia, misalnya untuk beraktivitas sehari-hari yaitu untuk konsumsi air minum serta untuk kebutuhan lainnya. Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari karakteristik ekosistem danau dan faktor-faktor pembatasnya , mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur (parameter) fisik, kimia, biologi suatu perairan lentik, mempelajari hubungan beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi biota perairan khususnya plankton, serta mempelajari kualitas suatu perairan lentik berdasarkan indeks diversitas biota perairan. Praktikum ini diawali dengan membagi 7 stasiun. Setelah itu, ambil cuplikan plankton pada masing-masing stasiun, mengambil data titik permukaan, selanjutnya mengambil tolokukur lingkungan seperti suhu air, suhu udara, kecerahan, warna, DO, CO 2 bebas, BOD, alkalinitas, pH, kesadahan, TSS dan BO serta parameter biologi seperti kepadatan plankton antar stasiun dan indeks diversitas plankton. Terakhir, membandingkan indeks diversitas plankton antar stasiun. Jumlah densitas plankton yang didapatkan pada setiap stasiun adalah 0,3559 ind/m 2 ; 0,8698 ind/m 2 ; 0,3476 ind/m 2 ; 0,796 ind/m 2 ; 1,0922 ind/m 2 ; 0,7808 ind/m 2 ; dan 0,1118 ind/m 2 . Sedangkan diversitas plankton yang didapat pada masing-masing stasiun berturut-turut adalah 38 ind/L ; 17 ind/L ; 23 ind/L ; 52 ind/L ; 30 ind/L ; 95 ind/L ; dan 14 ind/L. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa stasiun 5 memiliki densitas plankton paling tinggi yakni sebanyak 1,0922 ind/m 2 dan stasiun 6 memiliki diversitas plankton tertinggi yakni 95 ind/L. Kata kunci : Danau, Densitas, Diversitas, Parameter, Plankton.

Upload: nhlh

Post on 22-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: EKOSISTEM DANAU

EKOSISTEM DANAUAlmira Islamei Pratiwi12/331713/PN/12797

Teknologi Hasil Perikanan

INTISARIDanau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan darat. Danau banyak memiliki manfaat bagi manusia, misalnya untuk beraktivitas sehari-hari yaitu untuk konsumsi air minum serta untuk kebutuhan lainnya. Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari karakteristik ekosistem danau dan faktor-faktor pembatasnya , mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur (parameter) fisik, kimia, biologi suatu perairan lentik, mempelajari hubungan beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi biota perairan khususnya plankton, serta mempelajari kualitas suatu perairan lentik berdasarkan indeks diversitas biota perairan. Praktikum ini diawali dengan membagi 7 stasiun. Setelah itu, ambil cuplikan plankton pada masing-masing stasiun, mengambil data titik permukaan, selanjutnya mengambil tolokukur lingkungan seperti suhu air, suhu udara, kecerahan, warna, DO, CO2

bebas, BOD, alkalinitas, pH, kesadahan, TSS dan BO serta parameter biologi seperti kepadatan plankton antar stasiun dan indeks diversitas plankton. Terakhir, membandingkan indeks diversitas plankton antar stasiun. Jumlah densitas plankton yang didapatkan pada setiap stasiun adalah 0,3559 ind/m2 ; 0,8698 ind/m2 ; 0,3476 ind/m2 ; 0,796 ind/m2 ; 1,0922 ind/m2 ; 0,7808 ind/m2 ; dan 0,1118 ind/m2. Sedangkan diversitas plankton yang didapat pada masing-masing stasiun berturut-turut adalah 38 ind/L ; 17 ind/L ; 23 ind/L ; 52 ind/L ; 30 ind/L ; 95 ind/L ; dan 14 ind/L. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa stasiun 5 memiliki densitas plankton paling tinggi yakni sebanyak 1,0922 ind/m2 dan stasiun 6 memiliki diversitas plankton tertinggi yakni 95 ind/L.Kata kunci : Danau, Densitas, Diversitas, Parameter, Plankton.

Page 2: EKOSISTEM DANAU

PENDAHULUANDanau adalah lembah dari aliran sungai sehingga danau mudah mengalami

pendangkalan karena tanah pada aliran sungai yang mengendap di danau. Perbedaan sungai dan danau hanya merupakan soal tingkatan karena hampir semua sungai airnya mengalir ke danau, sehingga sifat biota perairan danau mirip dengan perairan sungai. Perbedaan yang terlihat pada danau dan sungai adalah ada tidaknya arus. Danau merupakan perairan yang tenang. Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumah tangga dan industri lain). Di dalam suatu ekosistem danau terdapat komponen biotik maupun abiotik. Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi diantara komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangan baik secara alami atau karena aktifitas dan tindakan manusia. Praktikum ini dilaksanakan di Danau Tambak Boyo untuk mempelajari karakteristik ekosistem lentik, mempelajari cara-cara pengambilan parameter fisik, kimia, dan biologi, mempelajari korelasi tolokukur lingkungan dengan biota perairan.

Kesuburan danau ditentukan oleh aktifitas organisme dan mikroorganisme di lingkungan perairan itu sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh danau yang tidak terjadi aliran bahan makanan serta unsur hara (Nikolsky, 1963). Keberadaan plankton dalam perairan dapat digunakan sebagai ukuran produktivitas dari suatu perairan (Nybakken, 1992). Alkalinitas merupakan petunjuk kebebasan suatu perairan, terutama mengenai kandungan ion karbonat dan gikarbonat. Suatu perairan dapat dijumpai penurunan pH secara drastis. Kondisi tersebut dapat dicegah apabila suatu perairan mempunyai sistem buffer yang memadai, jika suatu perairan mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat maka pH airnya akan sedikit diatas netral dan dapat mencegah terjadinya penurunan pH yang sangat cepat (Arianto, 1992). Kualitas air secara umum menunjukkan mutu dan kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Effendi, 2003). Kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan yang terkandung dalam air dan kaitannya untuk menunjang kehidupan ekosistem yang ada di dalamnya (Anwar, 1993).

Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari karakteristik ekosistem danau dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur (parameter) fisik, kimia, biologi suatu perairan lentik, mempelajari hubungan beberapa data tolokukur lingkungan dengan populasi biota perairan khususnya plankton serta mempelajari kualitas suatu perairan lentik berdasarkan indeks diversitas biota perairan.

METODOLOGIPraktikum dilaksanakan di Embung Tambak Boyo pada hari Sabtu, 20 April 2013

pukul 07.00 WIB sampai selesai. Pada praktikum ini dilakukan beberapa prinsip kerja dimulai dari membagi menjadi 7 stasiun. Setelah itu, ambil cuplikan plankton pada masing-masing stasiun dan ambil data titik permukaan serta dilakukan pengukuran tolokukur lingkungan seperti suhu udara, suhu air, kecerahan, warna air, DO, CO2 bebas, BOD5, alkalinitas, pH, kesadahan, TSS, dan BO. Serta parameter biologi seperti kepadatan plankton dan indeks diversitas plankton. Terakhir, dilakukan perbandingan indeks diversitas plankton antar stasiun. Pada pengukuran kandungan kepadatan tersuspensi total (TSS) dengan metode gravimetric menggunakan kertas saring dengan perhitungan 1000/Y x (B-A) mg/l. Sedangkan pada pengukuran BOD5 menggunakan 2 botol oksigen. Botol kedua disimpan guna diukur kandungan O2 terlarutnya setelah diinkubasi selama 5 hari dengan perhitungan 1000/volume sampel x (B-A) x 0,1 mg/l (Keterangan: A ml = hasil analisis kandungan O2 terlarut segera; B ml = hasil analisis kandungan O2 terlarut 5 hari). Pada kandungan DO digunakan metode Winkler, digunakan rumus = 1000/50 x Y x 0,1 mg/l. Pengukuran kandungan CO2 bebas dengan metode alkalimetri dengan rumus 1000/50 x C x 1 mg/l. Pengukuran alkalinitas dengan metode Alkalimetri dengan rumus 1000/50 x C x 1 mg/l = (X) dan 1000/50 x D x 1

Page 3: EKOSISTEM DANAU

mg/l = (Y) dengan alkalinitas total = (X) + (Y) mg/l. Untuk pengukuran kepadatan plankton dan indeks diversitasnya dilakukan dengan pengamatan mikroskopik dengan Sedgwick Rafter Counting Cell (SR) bervolume 1 ml. Sedangkan indeks diversitas plankton dihitung

dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener H=-Σ¿N 2log

¿N dan

D= a ×volume botol atau plankton

volumeSR ÷ volume sampel air

indvL

Pada praktikum ini digunakan berbagai macam alat dan bahan seperti secchidisc, termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, ember plastik, jaring plankton, kertas label, pH meter, mikroskop, botol cuka, botol aqua, Sedgwick Rafter Counting Cell (SR), plastik, handcounter, dan bahan-bahannya seperti: larutan buffer, H2SO4

pekat, 1/80 N Na2S2O3, indikator amilum, indikator PP, formalin 4%, MnSO4, reagen oksigen, 1/44 N NaOH, 1/50 H2SO4, indikator MO, 1/40 Na2S2O3, Broomcresol Green, 1/80 HCl, KMnO4 0,01N, asam oksalat 0,1N, H2SO4 6N, buffer kesadahan, indikator EBT dan EDTA.

PEMBAHASANKondisi dan keadaan danau dapat dianalisis berdasarkan dari data parameter yang

diperoleh. Parameter ini mencakup parameter fisik, kimia, biologi. Mengenai parameter fisik yang meliputi suhu air, suhu lingkungan, kecerahan dan warna air pada danau. Praktikum dilaksanakan di Embung Tambak Boyo, Condong Catur, Yogyakarta. Keadaan umum yang terdapat pada danau didominasi oleh semak-semak dan rerumputan di pinggir danau. Kondisi sekitar ekosistem ditemukan sedikit sampah plastik bekas makanan karena danau ini dibuka untuk umum dan siapa saja boleh masuk, selain itu terdapat beberapa sampah organik seperti dedaunan, ranting, dan sampah organik lain yang terbawa oleh aliran sungai yang bermuara di danau tersebut. Warna air yang terdapat pada danau adalah coklat keruh. Pada saat dilakukan praktikum, cuaca di danau cerah dan cukup panas, karena praktikum dilaksanakan pada pagi hari menjelang siang.

Berikut adalah tabel hasil pengamatan parameter fisik, kimia, dan biologi ekosistem danau.

ParameterStasiun

1 2 3 4 5 6 7Fisika              Suhu Air (°C) 27.25 28 25 26 27.5 27 27Suhu Udara (°C) 29 34 27 29 29 30 27Kecerahan (cm) 14 117 56 73.25 66 69 70TSS (ppm) 0.4526 0.267 0.308 0.067 0.673 0.24 0.0027                              Kimia              DO (ppm) 5 5.58 3.2 5.5 4.78 2.8 9.5CO2 (ppm) 8.4 18.7 9 15 8.3 11 6.3

Page 4: EKOSISTEM DANAU

Alkalinitas (ppm) 85 96 97 20 74 63 47.6pH 7 7 7 7.1 7 7 7BO (ppm) 4.80 7.21 8.40 7.27 9.50 2.40 18.3454BOD5 (ppm) 0.97 0.75 0.865 0.35 0.7 0.731 1.15               Biologi              Densitas Plankton 0.3559 0.8698 0.3476 0.796 1.0922 0.7808 0.1118Diversitas Plankton 38 17 23 52 30 95 14

Tabel 1. Hasil Pengamatan Parameter Fisik, Kimia, dan Biologi.

Berdasarkan hasil penelitian kondisi suhu air di stasiun 3 adalah 25o C, sedangkan suhu udaranya adalah 27o C hal ini masih berada pada kisaran suhu normal. Suhu udara lebih tinggi dari suhu air karena pada saat pengamatan cuaca sedang panas yang mengakibatkan suhu udara lebih tinggi. Suhu air yang rendah berkaitan dengan kandungan oksigen terlarutnya, karena semakin tinggi suhu suatu perairan maka kadar oksigen terlarutnya rendah, begitu pula sebaliknya, semakin rendah suatu perairan maka kadar oksigen terlarutnya semakin tinggi. Berdasarkan data diperoleh nilai DO 3,2 ppm.

Kecerahan di stasiun 3 nilainya adalah 56. Nilai ini tergolong standar. Nilai kecerahan akan sangat berpengaruh pada organisme perairan. Faktor yang menyebabkan nilai kecerahan adalah adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi (TSS). Dan jika nilai TSS tinggi maka nilai kandungan BO (bahan organik) juga tinggi. Jadi nilai TSS dan BO menjadi faktor utama penyebab rendahnya nilai kecerahan air. Selanjutnya mengenai warna air didapatkan warna coklat keruh. Warna air juga disebabkan karena adanya pengaruh yang ditimbulkan bahan organik dan anorganik sehingga air berkaitan dengan kecerahan (Moss, 2010).

Parameter selanjutnya yang diperoleh adalah parameter kimia yang meliputi nilai DO, CO2, alkalinitas, TSS, BO, dan pH. Berdasarkan data, nilai DO atau kadar oksigen terlarut adalah 3,2 ppm. Nilai ini bergantung pada tinggi rendahnya suhu yang sebelumnya sudah dijelaskan, yaitu semakin tinggi suhu maka kandungan DO akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Nilai DO juga berbanding terbalik dengan CO2 dan BO. Kadar CO2 bernilai 9 ppm. Kadar CO2 di perairan masih dapat dikontrol oleh organisme perairan, jika kadar O2

masih dapat terpenuhi. Intinya, kehidupan organisme seperti plankton akan stabil jika kandungan O2 normal dan kadar CO2 tidak terlalu besar (Purba, 1994). Selanjutnya adalah nilai alkalinitas yakni sebesar 97 ppm. Semakin sedikit alkalinitas maka jumlah nutrien yang ada dalam danau lebih banyak. Nilai alkalinitas dipengaruhi oleh korelasi antara konsentrasi ionik dengan alkalinitas. Selanjutnya nilai TSS dan BO, nilai TSS dan BO saling berhubungan karena keduanya sama-sama mempengaruhi nilai kecerahan dan warna air suatu perairan. BO sendiri terbagi dua, yakni BOD0 dan BOD5. Perbedaannya adalah BOD0

merupakan kandungan oksigen yang terlarut segera, sedangkan BOD5 adalah kandungan terlarut yang sampel airnya diinkubasi terlebih dahulu selama 5 hari sebelum dilakukan analisis. Nilai TSS pada stasiun 3 adalah sebesar 0,308 ppm dan nilai BO adalah 8,40 ppm.

Parameter terakhir yang diperoleh adalah parameter biologi, meliputi nilai densitas dan diversitas plankton yakni sebesar 0,3476 dan 23. Kehidupan organisme perairan ini dapat dipengaruhi oleh parameter fisik dan kimia. Jika nilai fisik dan kimia normal maka kehidupan organisme perairan akan stabil. Sebaliknya jika nilai parameter fisik dan kimia tidak normal maka kehidupan organisme perairan juga tidak akan stabil, bahkan menyebabkan kematian.

Page 5: EKOSISTEM DANAU

Kualitas air di stasiun 3 tergolong kurang baik. Ini disebabkan karena rendahnya kadar oksigen terlarut dan tingginya nilai CO2 dan BO yang tinggi. Sehingga pencemaran yang terjadi tergolong tinggi intensitasnya.

Dari praktikum diperoleh data dan grafik hubungan parameter vs stasiun. Berikut adalah grafik hubungan antara suhu air, suhu udara, DO, dan CO2 bebas.

1 2 3 4 5 6 723

24

25

26

27

28

29

Suhu Air vs Stasiun

Series1

Stasiun

Suhu

Air

(°C)

1 2 3 4 5 6 726

27.5

29

30.5

32

33.5

35

Suhu Udara vs Stasiun

Series1

Stasiun

Suhu

Uda

ra (°

C)

Page 6: EKOSISTEM DANAU

Grafik 1. Hubungan Antara Suhu dengan DO dan CO2.

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa suhu air dan suhu udara tertinggi terdapat pada stasiun 2 yakni 28o C dan 34o C. Dan untuk kandungan DO tertinggi terdapat pada stasiun 7 yakni 9,5 ppm. Untuk kadar CO2 tertinggi terdapat pada stasiun 2 yakni sebesar 18,7 ppm. Suhu air yang terdapat pada suatu perairan berkaitan dengan kandungan oksigen terlarutnya. Karena semakin tinggi suatu suhu perairan maka kadar oksigen terlarutnya rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah suatu suhu perairan maka kadar oksigen terlarutnya semakin tinggi (Effendi, 2003). Hal ini terbukti karena kandungan DO pada stasiun 2 cukup rendah walaupun bukan yang paling rendah yakni sebesar 5,58 ppm. Nilai DO berbanding terbalik dengan CO2. Kadar CO2 di perairan masih dapat dikontrol oleh organisme perairan, jika kadar DO masih dapat terpenuhi. Intinya kehidupan organisme seperti plankton akan stabil jika kandungan DO normal yakni dibawah 10 ppm dan CO2

bebas tidak terlalu besar (Widiastuti, 1983). Hal ini sudah sesuai, karena DO pada stasiun 7 sebesar 9,5 ppm dengan CO2 sebesar 6,3 ppm, berbanding terbalik.

1 2 3 4 5 6 70

2

4

6

8

10

DO vs Stasiun

Series1

Stasiun

DO (p

pm)

1 2 3 4 5 6 70

20

40

60

80

100

120

Alkalinitas vs Stasiun

Series1

Stasiun

Alka

linita

s (pp

m)

1 2 3 4 5 6 70

5

10

15

20

CO2 vs Stasiun

Series1

Stasiun

CO2

(ppm

)

1 2 3 4 5 6 76.946.966.98

77.027.047.067.087.1

7.12

pH vs Stasiun

Series1

Stasiun

pH1 2 3 4 5 6 7

0

5

10

15

20

CO2 vs Stasiun

Series1

Stasiun

CO2

(ppm

)

Page 7: EKOSISTEM DANAU

Grafik 2. Hubungan Antara Alkalinitas, pH, dan CO2 bebas.

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa kadar alkalinitas tertinggi terdapat pada stasiun 3 dan yang terendah pada stasiun 4. Dan kadar pH di setiap stasiun adalah 7. pH netral adalah 7, pH asam adalah 0—7 dan pH basa 7—14 (Purba, 1994). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pH masing-masing stasiun adalah netral.

Selanjutnya untuk alkalinitas, tingginya alkalinitas selalu diikuti oleh tingginya nilai pH yang menyebabkan turunnya kadar CO2. Menurut Pratiwi (2004), besarnya alkalinitas menunjukkan kuantitas air untuk menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas yang rendah menyebabkan nutrien bebas di air dan menyakibatkan banyaknya organisme yang hidup.

Grafik 3. Hubungan Antara BOD5, BO, dan DO.

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa kadar BOD5 tetinggi terdapat pada stasiun 7 yakni sebesar 1,15 ppm dan terendah pada stasiun 4 yakni sebesar 0,35 ppm. Sedangkan untuk kadar BO tertinggi terdapat pada stasiun 7 yakni sebesar 18,3454 ppm dan terendah pada stasiun 6 yakni sebesar 2,40 ppm. Kadar BO yang rendah menunjukkan bahwa intensitas pencemaran juga masih tergolong rendah.

Tingginya nilai BO dan BOD5 menandakan bahwa kondisi perairan di Embung Tambak Boyo ini tergolong tercemar namun dengan intensitas pencemaran yang tergolong rendah. Menurut Sastrodinata (1980), bahan-bahan organik tersebut mengendap di dalam

1 2 3 4 5 6 70

0.20.40.60.81

1.21.4

BOD5 vs Stasiun

Series1

Stasiun

BOD5

(ppm

)

1 2 3 4 5 6 70

2

4

6

8

10

DO vs Stasiun

Series1

Stasiun

DO (p

pm)

1 2 3 4 5 6 70.00

4.00

8.00

12.00

16.00

20.00

BO vs Stasiun

Series1

Stasiun

BO (p

pm)

Page 8: EKOSISTEM DANAU

tanah perairan danau karena danau merupakan perairan menggenang, sehingga bahan-bahan pencemar tersebut tidak dapat berpindah atau mengalir seperti halnya pada perairan mengalir (sungai).

Begitu pula dengan kadar DO juga dapat dijadikan ukuran untuk menentukan derajat kualitas air. Kadar DO pada perairan alami biasanya kurang dari 10 ppm. Penurunan DO dalam air merupakan indikasi kuat adanya pencemaran, terutama pencemaran bahan organik (Fardiaz, 1992).

Grafik 4. Hubungan Antara DO, CO2 bebas, dan Alkalinitas.

Pada grafik tersebut dapat diketahui bahwa kadar DO tertinggi terdapat pada stasiun 3 yakni sebesar 9,5 ppm. Kadar CO2 bebas tertinggi terdapat pada stasiun 2 yakni sebesar 18,7 ppm. Dan kadar alkalinitas tertinggi terdapat pada stasiun 3 yakni sebesar 97 ppm.

Nilai DO berpengaruh pada kandungan CO2 bebas dan nilai CO2 bebas berpengaruh pada alkalinitas. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, nilai DO berbanding terbalik dengan CO2. Tingginya nilai DO pada stasiun 7 disebabkan oleh rendahnya kandungan CO2

bebasnya. Sedangkan untuk alkalinitas sendiri, tingginya alkalinitas menyebabkan turunnya kadar CO2. Rendahnya kadar CO2 bebas pada stasiun 3 disebabkan oleh tingginya alkalinitas pada stasiun tersebut.

1 2 3 4 5 6 70

2

4

6

8

10

DO vs Stasiun

Series1

Stasiun

DO (p

pm)

1 2 3 4 5 6 70

5

10

15

20

CO2 vs Stasiun

Series1

StasiunCO

2 (p

pm)

1 2 3 4 5 6 70

20

40

60

80

100

120

Alkalinitas vs Stasiun

Series1

Stasiun

Alka

linita

s (pp

m)

Page 9: EKOSISTEM DANAU

Menurut Pratiwi (2004), besarnya alkalinitas menunjukka kuantitas air untuk menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas yang rendah menyebabkan nutrien bebas di air dan mengakibatkan banyaknya organisme yang hidup.

Grafik 5. Hubungan Antara Kecerahan, TSS, dan DO.Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa kecerahan pada stasiun 2 tertinggi yakni 17

cm dan kadar TSS tertinggi terdapat pada stasiun 5 yakni sebesar 0,673 ppm.Menurut Moss (2010), faktor yang menyebabkan nilai kecerahan adalah adanya bahan

organik dan anorganik yang tersuspensi (TSS) dan jika nilai TSS tinggi maka nilai kandungan BO juga tinggi. Tingginya nilai BO biasanya diikuti dengan penurunan nilai DO. Jadi nilai TSS merupakan faktor penyebab tinggi rendahnya kecerahan air.

Disamping sebagai faktor penentu kecerahan air, nilai TSS dan DO juga dapat digunakan untuk menentukan derajat kualitas air. Penurunan kadar DO dan kenaikan nilai TSS merupakan indikasi kuat adanya pencemaran di danau tersebut.

1 2 3 4 5 6 70

20406080

100120140

Kecerahan vs Stasiun

Series1

Stasiun

Kece

raha

n(cm

)

1 2 3 4 5 6 70

2

4

6

8

10

DO vs Stasiun

Series1

Stasiun

DO (p

pm)

1 2 3 4 5 6 70

0.20.40.60.81

1.2

Densitas Plankton vs Stasiun

Series1

Stasiun

Dens

itas P

lank

ton

1 2 3 4 5 6 70

20406080

100

Diversitas Plankton vs Stasiun

Series1

Stasiun

Dive

rsita

s Pla

nkto

n

1 2 3 4 5 6 70

0.10.20.30.40.50.60.70.8

TSS vs Stasiun

Series1

Stasiun

TSS

(ppm

)

Page 10: EKOSISTEM DANAU

Grafik 6. Densitas Plankton dan Diversitas Plankton.

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa densitas plankton masing-masing stasiun adalah 0,3559 ; 0,8698 ; 0,3476 ; 0,796 ; 1,0922 ; 0,7808 ; dan 0,1118. Sedangkan untuk diversitas plankton masing-masing stasiun terturut-turut adalah sebesar 38 ; 17 ; 23 ; 52 ; 30 ; 95 ; dan 14.

Kehidupan organisme perairan ini dapat dipengaruhi oleh parameter yang lain juga seperti parameter fisika dan kimia. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya jika nilai parameter fisik yang meliputi suhu air, suhu udara, kecerahan, dan TSS serta parameter kimia yang meliputi DO, CO2, alkalinitas, pH, BO, dan BOD5 normal maka kehidupan organisme perairan akan stabil. Sebaliknya jika nilai parameter fisik dan kimia tidak normal maka kehidupan organisme perairan juga tidak akan stabil, bahkan menyebabkan kematian (Polunin, 1997).

Secara garis besar, kondisi perairan di Embung Tambak Boyo tergolong sudah tercemar namun dengan intensitas pencemaran yang masih tergolong rendah. Selain itu perairan di Embung Tambak Boyo ini tergolong mengalami penurunan kesuburan. Ini dapat dilihat dari nilai BO, baik BOD0 maupun BOD5. Bahan-bahan organik tersebut mengendap di dalam tanah perairan danau karena danau merupakan perairan yang menggenang, sehingga bahan-bahan pencemar tersebut tidak dapat berpindah atau mengalir seperti halnya pada perairan mengalr misalnya sungai. Ini semua disebabkan karena kurangnya pengelolaan dan pemeliharaan terhadapa perairan dan lingkungan di Embung Tambak Boyo ini. Disamping dilihat dari nilai BO, juga dilihat dari nilai DO yang tidak terlalu tinggi.

Berdasarkan tingginya kadar DO maka stasiun yang paling baik adalah stasiun 7 karena memiliki kadar DO yang paling tinggi yakni sebesar 9,5 ppm, diantara semua stasiun.

KESIMPULANKarakteristik perairan tergenang ada pada kondisi daerah yang tertutup dan

menggenang. Parameter yang didapat seperti parameter fisik, kimia, dan biologi saling berhubungan dan berdampak langsung pada kuaitas perairan. Kepadatan populasi plankton juga dapat dijadikan indikator kualitas suatu perairan. Semakin tinggi kepadatannya maka, kualitas air semakin baik. Namun sebaliknya, jika kepadatan populasi plankton rendah maka kualitas perairan semakin buruk. Pada pengukuran kandungan kepadatan tersuspensi total (TSS) dengan metode gravimetric menggunakan kertas. Sedangkan pada pengukuran BOD5

menggunakan 2 botol oksigen. Botol kedua disimpan guna diukur kandungan O2 terlarutnya setelah diinkubasi selama 5 hari. Pada kandungan DO digunakan metode Winkler. Pengukuran kandungan CO2 bebas dengan metode alkalimetri. Untuk pengukuran kepadatan plankton dan indeks diversitasnya dilakukan dengan pengamatan mikroskopik dengan Sedgwick Rafter Counting Cell (SR) bervolume 1 ml. Sedangkan indeks diversitas plankton

dihitung dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener H=-Σ¿N 2log

¿N dan

D= a ×volume botol atau plankton

volumeSR ÷ volume sampel air

indvL

SARANPemeliharaan dan pengelolaan perairn di Embung Tambak Boyo harus lebih

diperhatikan. Jika tidak, maka dapat merusak ekosistem perairan tersebut. Terlebih dengan adanya aktifitas manusia yang menghasilkan limbah rumaha tangga yang dapat memperburuk keadaan perairan, yang padti akan menimbulkan dampak bagi kehidupan organisme perairan di dalamnya.

Page 11: EKOSISTEM DANAU

DAFTAR PUSTAKA.Anwar, P. 1993. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Institut Teknologi Bandung. BandungArianto. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. YogyakartaEffendi, H. 1992. Telaah Kualitas Air bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.

Kanisius. YogyakartaFardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. YogyakartaMoss, B.R. 2010. Ecology of Fresh Water. Rary J Gippel. New YorkNikolsky, G.V. 1963. Ecology of Fishes. Academic Press. LondonNybakken, James. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia. JakartaPolunin, N. 1997. Teori Ekosistem dan Penerapannya. Universitas Gadjah Mada Press. YogyakartaPratiwi, N. d.k.k.2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai. Institut Pertanian Bogor. BogorPurba, M. 1994. Kimia SMA. Gramedia. JakartaSastrodinata. 1980. Irigasi. Sumur Bandung. BandungWidiastuti, E. 1983. Kualitas Air Kali Talung Rintingan dan Kemelimpahan Makrobentos.

Thesis IPB. Bogor