ekonomi menuju pemilu yang amburadul (lagi) filekurangnya harmonisasi pusat dan daerah. ......

1
Menuju Pemilu yang Amburadul (Lagi) Tanpa malu-malu, parpol di DPR berupaya menjadi penyelenggara pemilu agar bisa mempertahankan kekuasaan. Fokus Politik & HAM, hlm 22-23 HALAMAN 17 SENIN, 8 NOVEMBER 2010 Ekonomi Disharmoni Pusat-Daerah Perburuk Peringkat RI kan pemerintah pusat terasa sangat ideal, semisal tentang usaha debottle-necking, pem- bebasan lahan, dan pemba- ngunan infrastruktur. Namun, kebijakan umum ini tidak bisa diimplementasikan di daerah. Banyak peraturan daerah yang justru bertentangan dengan ke- bijakan yang digagas pusat. “Janji-janji pemerintah pusat memang selalu baik-baik, tapi pelaksanaannya di lapangan belum baik dan bahkan masih selalu dipersulit,” ujar Sofjan saat dihubungi, kemarin. Sebelumnya, survei doing business terbaru dari Internatio- nal Finance Corporation me- nempatkan peringkat Indo- nesia turun dari 115 pada ta- hun sebelumnya menjadi 121. Penurunan itu antara lain pada aspek akses terhadap kredit D UNIA usaha meng- akui kemudahan berusaha belum memadai, sehingga peringkat Indonesia dalam sur- vei Doing Business 2011 malah memburuk. Hal ini disebabkan kurangnya harmonisasi pusat dan daerah. Menurut Ketua Umum Aso- siasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, wa- jar saja jika peringkat doing busi- ness Indonesia turun. Sebab, pe- merintah belum menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumahnya, terutama dalam menyinergikan kebijakan pemerintah pusat de- ngan daerah. Sofjan mencontohkan, pro- gram-program yang dicanang- (lihat grak). Sofjan menambahkan, sin- kronisasi kebijakan juga belum terjadi di sektor perbankan. Hal ini terlihat di persoalan suku bunga pinjaman. Hingga kini, bank masih enggan menurun- kan suku bunga pinjamannya. Padahal, di negara lain, seperti Jepang dan AS, suku bunga pinjaman sangat rendah. “Kebijakan bank sentral kita juga tidak efektif tekan bank turunkan bunga kreditnya. Padahal kalau di Singapura, pemerintah dan bank sentral bisa bikin kebijakan yang efek- tif membuat bank-bank ambil spread maksimal cuma 4%,” ujar Sofjan. Hal senada juga diungkap pengusaha sekaligus anggota Komite Ekonomi Nasional Chris Kanter. Menurutnya, pe- ringkat Indonesia turun karena kompleksitas proses perizinan usaha terasa bertambah saat ini. Para pelaku usaha belum merasakan adanya perbaikan signikan yang telah dilakukan pemerintah terkait kemudahan berusaha. “Yang terjadi saat ini, instansi pusat dan daerah masih suka oper-operan ketika melayani perizinan usaha. Kita jadi ma- sih simpang siur, terbang dari sini ke sana,” ujar Chris. Optimalkan investasi Sementara itu, untuk meng- genjot pembangunan infra- struktur yang juga merupa- kan aspek dalam kemudahan berusaha, Pusat Investasi Pe- merintah (PIP) mengupayakan fasilitas pembiayaan. Untuk investasi di daerah, PIP beren- cana menggandeng bank pem- bangunan daerah (BPD) untuk melakukan ekspansi. “Dengan melalui PIP, BPD bisa mendapatkan jaminan. Sehingga, PIP akan melakukan investasi di setiap daerah ter- sebut. Artinya tetap saja, dana BPD untuk daerahnya sendiri, tapi ada jaminan jelas yang didapatkan BPD,” ungkap Ke- pala PIP Soritaon Siregar. Menurutnya, saat ini dana BPD masih belum dioptimal- kan untuk investasi. Sepanjang 2010, dana pihak ketiga BPD mencapai Rp194,37 triliun, de- ngan kredit hanya Rp138,02 tri- liun. Artinya ada dana mandek sebesar Rp56,34 triliun. “Selama ini, dana tersebut banyak untuk membeli SBI dan surat berharga. Untuk itu akan kami optimalkan investasi infrastruktur,” tegasnya. Hingga kini, PIP telah meng- investasikan hingga Rp1,88 triliun. Untuk ke depannya, total rencana investasi akan mencapai Rp6,7 triliun. Inves- tasi ini diarahkan untuk in- vestasi pemerintah daerah se- besar Rp2,34 triliun, nonpemda Rp3,43 triliun, dan kemitraan pemerintah dan swasta sebesar Rp1 triliun. (ST/E-6) anindityo@ mediaindonesia.com EKONOMIKA Pertumbuhan Ekonomi Turun Kualitas tumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2010 turun, dari 6,2% pada triwulan II men- jadi 5,82% (year on year/yoy). Dari data tersebut, pertum- buhan sektor tradable yang terdiri dari manufaktur, per- tambangan, dan pertanian hanya mencapai 2,1%. Adapun sektor nontradable mencatat per- tumbuhan hingga 8,1%. Sektor nontradable terdiri dari listrik, gas dan air, perdagangan, ho- tel dan restoran, transportasi, telekomunikasi, konstruksi, keuangan, serta jasa. Sementara itu, saat mengo- mentari soal lambatnya per- tumbuhan ekonomi di triwulan III 2010, Faisal mengatakan belanja pemerintah yang ren- dah menjadi salah satu penye- bab menurunnya pergerakan ekonomi nasional. “Komponen pertumbuhan itu ada beberapa. Yang justru kurang adalah konsumsi (be- lanja) pemerintah yang masih di kisaran 3%,” ujarnya. Pemerintah seharusnya mem- perhatikan serapan belanja, baik di pusat maupun daerah. Belanja pemerintah yang nor- mal untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi ha- rusnya melampaui satu digit. (Sha/Jaz/E-3) PERTUMBUHAN ekonomi nasional pada triwulan III 2010 tidak hanya melambat, tapi juga mengalami penurunan kualitas. Hal itu dikatakan ekonom UI Faisal Basri saat dihubungi, kemarin. Menurutnya, pertum- buhan ekonomi Indonesia pada triwulan itu menurun dari se- belumnya karena kesenjangan antara pertumbuhan sektor tradable dan nontradable kian melebar. Sektor tradable meru- pakan sektor yang mampu me- nyerap banyak tenaga kerja. “Pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) triwulan III makin tidak berkualitas. Kian jomplang antara sektor tradable dan sektor nontradable,” papar Faisal, kemarin. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat per- Pelaku usaha belum merasakan perba- ikan signifikan yang telah dilakukan pe- merintah terkait kemudahan berusaha. Faisal Basri Ekonom UI Laba Bersih Trikomsel Naik 72,8% AKHIR triwulan III 2010, PT Trikomsel Oke Tbk membukukan kenaikan laba bersih 72,8%(yoy) dari Rp90,81 miliar menjadi Rp156,95 miliar. Sementara itu, EBITDA perseroan naik 37,8% dari Rp210,62 miliar menjadi Rp290,14 miliar. Pertumbuhan ki- nerja disebabkan meningkatnya margin kotor dari 10,2% menjadi 14%. Kontribusi terbesar atas peningkatan margin berasal dari penjualan telepon seluler. “Meningkatnya margin disebabkan kebijakan perseroan yang fokus kepada pembelian dan penjualan jenis produk dengan protabilitas tinggi,” kata Direktur Trikomsel Juliana Samudro dalam siaran persnya, kemarin. (RO/E-4) Anindityo Wicaksono MI/SUSANTO MI/SUSANTO BANTUAN FASILITAS PENDIDIKAN: Presiden Direktur CIMB Sun Life Vivien Kusumowardhani (ketiga dari kiri) berfoto bersama Kepala SDN Karet Tengsin 16, Roiyah (ketiga dari kanan) dan siswa/siswi seusai menyerahkan bantuan berupa fasilitas pendidikan kepada SDN Karet Tengsin 16, Jakarta Pusat, akhir pekan lalu. Bantuan ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial CIMB Sun Life. DOK CIMB SUN LIFE

Upload: lydan

Post on 01-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ekonomi Menuju Pemilu yang Amburadul (Lagi) filekurangnya harmonisasi pusat dan daerah. ... kebijakan pemerintah pusat de-ngan daerah. ... mentari soal lambatnya per-

Menuju Pemilu yang Amburadul (Lagi) Tanpa malu-malu, parpol di DPR berupaya

menjadi penyelenggara pemilu agar bisa mempertahankan kekuasaan.Fokus Politik & HAM, hlm 22-23

HALAMAN 17SENIN, 8 NOVEMBER 2010

Ekonomi

Disharmoni Pusat-DaerahPerburuk Peringkat RI

kan pemerintah pusat terasa sa ngat ideal, semisal tentang usaha debottle-necking, pem-bebasan lahan, dan pemba-ngunan infrastruktur. Namun, kebijakan umum ini tidak bisa diimplementasikan di daerah. Banyak peraturan daerah yang justru bertentangan dengan ke-bijakan yang digagas pusat.

“Janji-janji pemerintah pusat memang selalu baik-baik, tapi pelaksanaannya di lapangan belum baik dan bahkan masih selalu dipersulit,” ujar Sofjan saat dihubungi, kemarin.

Sebelumnya, survei doing business terbaru dari Internatio-nal Finance Corporation me-nempatkan peringkat Indo-nesia turun dari 115 pada ta-hun sebelumnya menjadi 121. Penu runan itu antara lain pada as pek akses terhadap kredit

DUNIA usaha meng-akui kemudahan berusaha belum memadai, sehingga

peringkat Indonesia dalam sur-vei Doing Business 2011 malah memburuk. Hal ini disebabkan kurangnya harmonisasi pusat dan daerah.

Menurut Ketua Umum Aso-siasi Pengusaha Indonesia (Apin do) Sofjan Wanandi, wa-jar saja jika peringkat doing busi-ness Indonesia turun. Sebab, pe-merintah belum menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumahnya, terutama dalam menyinergikan kebijakan pemerintah pusat de-ngan daerah.

Sofjan mencontohkan, pro-gram-program yang dicanang-

(lihat grafi k).Sofjan menambahkan, sin-

kronisasi kebijakan juga belum terjadi di sektor perbankan. Hal ini terlihat di persoalan suku bunga pinjaman. Hingga kini, bank masih enggan menurun-kan suku bunga pinjamannya. Padahal, di negara lain, seperti Jepang dan AS, suku bunga pinjaman sangat rendah.

“Kebijakan bank sentral kita juga tidak efektif tekan bank turunkan bunga kreditnya. Pa dahal kalau di Singapura, pemerintah dan bank sentral bisa bikin kebijakan yang efek-tif membuat bank-bank ambil spread maksimal cuma 4%,” ujar Sofjan.

Hal senada juga diungkap pengusaha sekaligus anggota Komite Ekonomi Nasional Chris Kanter. Menurutnya, pe-ringkat Indonesia turun karena kompleksitas proses perizinan usaha terasa bertambah saat ini. Para pelaku usaha belum merasakan adanya perbaikan

signifi kan yang telah dilakukan pemerintah terkait kemudahan berusaha.

“Yang terjadi saat ini, instansi pusat dan daerah masih suka oper-operan ketika melayani perizinan usaha. Kita jadi ma-sih simpang siur, terbang dari sini ke sana,” ujar Chris.

Optimalkan investasiSementara itu, untuk meng-

genjot pembangunan infra-struktur yang juga merupa-kan aspek dalam kemudah an berusaha, Pusat Investasi Pe-merin tah (PIP) mengupayakan fasilitas pembiayaan. Untuk investasi di daerah, PIP beren-cana menggandeng bank pem-bangunan daerah (BPD) untuk melakukan ekspansi.

“Dengan melalui PIP, BPD bisa mendapatkan jaminan. Sehingga, PIP akan melakukan investasi di setiap daerah ter-sebut. Artinya tetap saja, dana BPD untuk daerahnya sendiri, tapi ada jaminan jelas yang

didapatkan BPD,” ungkap Ke-pala PIP Soritaon Siregar.

Menurutnya, saat ini dana BPD masih belum dioptimal-kan untuk investasi. Sepanjang 2010, dana pihak ketiga BPD mencapai Rp194,37 triliun, de-ngan kredit hanya Rp138,02 tri-liun. Artinya ada dana mandek sebesar Rp56,34 triliun.

“Selama ini, dana tersebut banyak untuk membeli SBI dan surat berharga. Untuk itu akan kami optimalkan investasi infrastruktur,” tegasnya.

Hingga kini, PIP telah meng-investasikan hingga Rp1,88 triliun. Untuk ke depannya, total rencana investasi akan mencapai Rp6,7 triliun. Inves-tasi ini diarahkan untuk in-vestasi pemerintah daerah se-besar Rp2,34 triliun, nonpemda Rp3,43 triliun, dan kemitraan pemerintah dan swasta sebesar Rp1 triliun. (ST/E-6)

[email protected]

EKONOMIKA

Pertumbuhan Ekonomi Turun Kualitas

tumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2010 turun, dari 6,2% pada triwulan II men-jadi 5,82% (year on year/yoy).

Dari data tersebut, pertum-buhan sektor tradable yang terdiri dari manufaktur, per-tambangan, dan pertanian hanya mencapai 2,1%. Adapun sektor nontradable mencatat per-tumbuhan hingga 8,1%. Sektor nontradable terdiri dari listrik, gas dan air, perdagangan, ho-tel dan restoran, transportasi, telekomunikasi, konstruksi, keuangan, serta jasa.

Sementara itu, saat mengo-mentari soal lambatnya per-tumbuhan ekonomi di triwulan III 2010, Faisal mengatakan belanja pemerintah yang ren-dah menjadi salah satu penye-bab menurunnya pergerakan ekonomi nasional.

“Komponen pertumbuhan itu ada beberapa. Yang justru kurang adalah konsumsi (be-lanja) pemerintah yang masih di kisaran 3%,” ujarnya.

Pemerintah seharusnya mem-perhatikan serapan belanja, baik di pusat maupun daerah.Belanja pemerintah yang nor-mal untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi ha-rusnya melampaui satu digit. (Sha/Jaz/E-3)

PERTUMBUHAN ekonomi nasional pada triwulan III 2010 tidak hanya melambat, tapi juga mengalami penurunan kualitas.

Hal itu dikatakan ekonom UI Faisal Basri saat dihubungi, kemarin. Menurutnya, pertum-buhan ekonomi Indonesia pada triwulan itu menurun dari se-belumnya karena kesenjangan antara pertumbuhan sektor tradable dan nontradable kian melebar. Sektor tradable meru-pakan sektor yang mampu me-nyerap banyak tenaga kerja.

“Pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) triwulan III makin tidak berkualitas. Kian jomplang antara sektor tradable dan sektor nontradable,” papar Faisal, kemarin.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat per-

Pelaku usaha belum merasakan perba-ikan signifikan yang telah dilakukan pe-merintah terkait kemudahan berusaha.

Faisal BasriEkonom UI

Laba Bersih Trikomsel Naik 72,8%

AKHIR triwulan III 2010, PT Trikomsel Oke Tbk membukukan kenaikan laba bersih 72,8%(yoy) dari Rp90,81 miliar menjadi Rp156,95 miliar. Sementara itu, EBITDA perseroan naik 37,8% dari Rp210,62 miliar menjadi Rp290,14 miliar. Pertumbuhan ki-nerja disebabkan meningkatnya margin kotor dari 10,2% menjadi 14%. Kontribusi terbesar atas peningkatan margin berasal dari penjualan telepon seluler.

“Meningkatnya margin disebabkan kebijakan perseroan yang fokus kepada pembelian dan penjualan jenis produk dengan profi tabilitas tinggi,” kata Direktur Trikomsel Juliana Samudro dalam siaran persnya, kemarin. (RO/E-4) Anindityo Wicaksono

MI/SUSANTO

MI/SUSANTO

BANTUAN FASILITAS PENDIDIKAN: Presiden Direktur CIMB Sun Life Vivien Kusumowardhani (ketiga dari kiri) berfoto bersama Kepala SDN Karet Tengsin 16, Roiyah (ketiga dari kanan) dan siswa/siswi seusai menyerahkan bantuan berupa fasilitas pendidikan kepada SDN Karet Tengsin 16, Jakarta Pusat, akhir pekan lalu. Bantuan ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial CIMB Sun Life.

DOK CIMB SUN LIFE