ekonomi kreatif (prosiding)

27
PENGARUH EKONOMI KREATIF TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Sebuah Tinjauan) Oleh : Darwin Damanik, SE, MSE (Dosen Tetap FE USI Pematangsiatar) A. Pendahuluan Pada saat ini perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis telah mengalami pergeseran paradigma, yaitu dari ekonomi berbasis sumber daya ke paradigma ekonomi berbasis pengetahuan atau kreativitas. Akibat perubahan paradigma ini telah membuat struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring pertumbuhan ekonomi, dari era pertanian ke era industri dan informasi. Era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan pada ide dan stock of 103

Upload: darwin-damanik

Post on 01-Dec-2014

2.148 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

Prosiding Kewirausahaan FE USI 2011

TRANSCRIPT

Page 1: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

PENGARUH EKONOMI KREATIF TERHADAPPEREKONOMIAN INDONESIA

(Sebuah Tinjauan)

Oleh : Darwin Damanik, SE, MSE

(Dosen Tetap FE USI Pematangsiatar)

A. Pendahuluan

Pada saat ini perkembangan kehidupan dunia ekonomi

dan bisnis telah mengalami pergeseran paradigma, yaitu dari

ekonomi berbasis sumber daya ke paradigma ekonomi

berbasis pengetahuan atau kreativitas. Akibat perubahan

paradigma ini telah membuat struktur perekonomian dunia

mengalami transformasi dengan cepat seiring pertumbuhan

ekonomi, dari era pertanian ke era industri dan informasi.

Era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi

dan kreativitas dengan mengandalkan pada ide dan stock of

knowledge dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi

utama dalam kegiatan ekonomi yang lebih dikenal dengan

Ekonomi Kreatif.

Menurut ekonom, Paul Romer (1993) ide adalah

barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek

yang ditekankan di kebanyakan model-model ekonomi. Di

dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide

besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecilah

103

Page 2: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

yang membuat ekonomi tetap tumbuh. Romer juga

berpendapat bahwa suatu negara miskin karena

masyarakatnya tidak mempunyai akses pada ide yang

digunakan dalam perindustrian nasional untuk menghasilkan

nilai ekonomi.

Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam

dan keragaman budaya, harusnya lebih menyadari potensi

ekonomi yang berasal dari gagasan kreatif masyarakat.

Masyarakat Indonesia telah menyatukan diri dengan budaya

dan alam sehingga melahirkan pelbagai produk yang unik dan

kreatif yang dapat menopang perekonomian Indonesia.

Ekonomi kreatif mulai marak dibicarakan di

Indonesia, kira-kira 2006, karena pemerintah mencatat

pertumbuhan ekonomi kreatif 2006 cukup tinggi, bahkan

melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan

ekonomi kreatif di atas rata-rata nasional pada 2006 mencapai

7,3%, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

hanya 5,6%. Selama 2002-2006, industri kreatif menyerap

sekitar 5,9 juta pekerja dan menyumbang Rp 81,5 triliun atau

9,13% terhadap total ekspor nasional.

Bagi Indonesia, pengembangan ekonomi kreatif bisa

dikatakan baru memasuki babak baru, ditandai dengan

dimasukkannya kegiatan produktif itu dalam Kementerian

hasil “reshuffle” Kabinet Indonesia Bersatu II pada Oktober

104

Page 3: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

2011 yakni Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Artinya pemerintah Indonesia sudah makin fokus untuk

menggarap ekonomi kreatifitas yang sudah dimulai sejak

2006 lalu.

Dengan adanya kementerian Ekonomi Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif ini menjadikan Indonesia menjadi negara

pertama di dunia yang memiliki kementerian menangani

ekonomi kreatif berbasis sumber daya manusia.

B. Ekonomi Kreatif : Definisi dan Alasan Perlu

Dikembangkan

Banyak yang menyatakan ekonomi kreatif adalah

ekonomi gelombang keempat, yang berorientasi pada

kreativitas, budaya, serta warisan budaya, dan lingkungan.

Pembagian gelombang itu sebenarnya kelanjutan dari teori

Alvin Toffler, yang membagi peradaban ke dalam tiga

gelombang, yaitu gelombang pertama adalah abad pertanian,

gelombang kedua abad industri, dan gelombang ketiga abad

informasi, serta gelombang keempat yang dinamakan dengan

ekonomi kreatif.

UNESCO (2003), mengeluarkan rilis resmi mengenai

definisi industri kreatif ini sebagai suatu kegiatan yang

menciptakan pengetahuan, produk, dan jasa yang orisinal,

berupa hasil karya sendiri

105

Page 4: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

Departemen Perdagangan Republik Indonesia

(2008) merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya

pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui

kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing

dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.

Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP

(2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan

bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif,

pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.

Industri kreatif sebenarnya sudah ada sejak era

pertanian, atau ekonomi gelombang pertama, tetapi pada masa

itu tingkat kebutuhan manusia dan tingkat interaksi sosial

belum mencapai kondisi seperti era saat ini, sehingga pada era

sebelum ekonomi kreatif, industri ini belum menjadi pusat

perhatian atau fokus pengembangan industri yang diyakini

dapat berkontribusi secara positif terhadap perekenomian

suatu bangsa.

Ekonomi kreatif sangat potensial dan penting untuk

dikembangkan di Indonesia. Dr. Mari Elka Pangestu dalam

Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015

menyebutkan beberapa alasan mengapa industri kreatif perlu

dikembangkan di Indonesia, antara lain :

1. Memberikan kontibusi ekonomi yang signifikan

2. Menciptakan iklimbisnis yang positif

106

Page 5: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

3. Membangun citra dan identitas bangsa

4. Berbasis kepada sumber daya yang terbarukan

5. Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan

keunggulan kompetitif suatu bangsa

6. Memberikan dampak sosial yang positif

Salah satu alasan dari pengembangan industri kreatif

adalah adanya dampak positif yang akan berpengaruh pada

kehidupan sosial, iklim bisnis, peningkatan ekonomi, dan juga

berdampak para citra suatu kawasan tersebut

C. Perkembangan Ekonomi Kreatif di Dunia

Ekonomi kreatif telah dikembangkan di berbagai

negara dan menampilkan hasil positif yang signifikan, antara

lain berupa penyerapan tenaga kerja, penambahan pendapatan

daerah, hingga pencitraan wilayah di tingkat internasional.

Perkembangan kontribusi industri kreatif terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) dibeberapa negara

menunjukkan perkembangan yang positif. Selama periode

studi tahun 1997-2000 di beberapa negara, diperoleh beberapa

fakta sebagai berikut:

1. Kontribusi industri kreatif di Inggris 8,2% dengan laju

pertumbuhan dua kali lipat pertumbuhan ekonomi

nasional, sedangkan pertumbuhan ekspor industri

kreatif di Inggris mencapai 11% dan menyumbang

107

Page 6: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

4,3% ekspor Inggris (UK Trade and Investment

Service, Oktober 2007)

2. Kontribusi industri kreatif di Amerika Serikat sebesar

11,12% (WIPO)

3. Kontribusi industri kreatif di Singapura tahun 2000

adalah 3% dari GDP ditargetkan mencapai 6-7% di

tahun 2012 (Intelectual Property Office Singapore).

Publikasi dari United Nation tahun 2003 menunjukkan

bahwa 50% dari belanja masyarakat di Negara-negara G7

berasal dari produk industri kreatif sedangkan belanja

masyarakat sekitar 2/3 kontribusi GDP, sehingga dapat

diperkirakan potensi pasar industri kreatif di Negara-negara

G7 sebesar 50% x 2/3 GDP. Hal ini menjadi penting

mengingat Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Kanada, Italia,

dan Jepang merupakan Negara-negara daerah tujuan ekspor

dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Pada Januari 2000 perkiraan nilai ekonomi kreatif di

dunia adalah sebesar 2,24 triliun dolar Amerika dan tumbuh

sekitar 5% per tahunnya. Jika diproyeksikan hingga tahun

2020 dengan tingkat pertumbuhan yang sama, yaitu 5% maka

nila pasar ekonomi kreatif ini akan mencapai US$ 6,1 triliun.

Jika angka-angka ini diperbandingkan dengan laporan Bank

Dunia tahun 1999, dimana GNP dunia mencapai sebesar US$

108

Page 7: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

30,2 triliun, maka ekonomi kreatif ini berkontribusi sekitar

7,3% terhadap ekonomi global (Howkins, 2001)

Di Korea Selatan, sejak tahun 2005 sumbangan

industri kreatif melebihi industri manufaktur. Demikian

halnya di Singapura dan Amerika Serikat, sumbangan industri

kreatif mencapai 5% terhadap PDB. Khusus untuk Amerika

Serikat, saat itu tercatat sebanyak 40 juta penduduknya

bekerja di sektor industri kreatif.

Berkembangnya industri kreatif khususnya di Amerika

Serikat dan Inggris berdampak besar terhadap ekonomi di

negara-negara lain khususnya Negara-negara Asia.

D. Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Di Indonesia, ekonomi kreatif mulai diakui memiliki

peran yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi dan

pengembangan bisnis. Hanya saja belum banyak tersentuh

oleh campur tangan pemerintah. Hal ini dikarenakan

pemerintah belum menjadikannya sebagai sumber pendapatan

negara yang penting. Pemerintah masih fokus pada sektor

manufaktur, fiskal, dan agrobisnis.

Dalam tiga tahun terakhir ini istilah ekonomi kreatif

dan/atau industri kreatif mulai marak dibicarakan. Utamanya

sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut

109

Page 8: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

pentingnya pengembangan ekonomi kreatif bagi masa depan

ekonomi Indonesia.

Berdasarkan arahan langsung dari Presiden pada tahun

2006, Departemen yang terkait dengan kegiatan ekonomi

kreatif langsung menindak lanjuti hal tersebut, dengan

membentuk tim khusus yang diberi nama Indonesia Design

Power yang bertujuan untuk mengembangkan industri kreatif

di Indonesia. Pemerintah melalui Departemen Perdagangan

(Depdag), Departemen Perindustrian (Deperin) dan

Kementerian Koperasi dan UKM (UMKM) terus melakukan

studi sebagai landasan pengembangan industri kreatif.

Mengingat besarnya kontribusi potensi industri kreatif

terhadap perekonomian, maka pemerintah terus mengadakan

even (kegiatan) untuk merangsang pertumbuhan industri

kreatif seperti : (1) Peluncuran Studi Pemetaan Kontribusi

Industri Kreatif Indonesia 2007 pada ajang Trade Expo

Indonesia bulan Oktober 2007, (2) Pencanangan Tahun

Indonesia Kreatif tahun 2009, (3) Pekan Produk Kreatif 2009,

dan (4) Pameran Ekonomi Kreatif.

Secara garis besar di Indonesia perkembangan

ekonomi kreatif tampak dalam industri kreatif. Dimana

Departemen Perdagangan Republik Indonesia membaginya ke

dalam 14 subsektor, meliputi (1) Fesyen, (2) Periklanan, (3)

Kerajinan, (4) Riset dan Pengembangan, (5) Musik, (6)

110

Page 9: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

Arsitektur, (7) Penerbitan dan Percetakan, (8) Layanan

Komputer dan Piranti Lunak, (9) Televisi dan Radio, (10)

Permainan Interaktif, (11) Seni Pertunjukan, (12) Desain, (13)

Pasar Barang Seni dan Antik, (14) Film, Video, dan Fotografi.

Di Indonesia, perkembangan sektor ekonomi kreatif

baru berkembang pesat di beberapa kota besar. Melalui

inisiatif komunitas anak muda di beberapa kota semisal

Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, berbagai benih yang

memicu pertumbuhan ekonomi kreatif di tingkat lokal telah

mampu melahirkan karya film, animasi, fesyen, musik,

software, game komputer, kerajinan, dan lain-lain. Beberapa

di antara pelaku ekonomi kreatif ini malah telah mendapatkan

kesempatan untuk menampilkan karya mereka di ajang

internasional dan diterima dengan tangan terbuka.

E. Kontribusi Ekonomi Kreatif Terhadap Perekonomian

Indonesia

1. Produk Domestik Bruto

Industri kreatif ini telah mampu memberikan sumbangan

kepada PDB nasional secara signifikan yaitu dengan rata-

rata kontribusi periode 2002-2006 sebesar 104,637 triliun

rupiah atau dengan rata-rata persentase kontribusi periode

2002-2006 sebesar 6,28% yaitu di atas kontribusi sektor

111

Page 10: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

(1) pengangkutan dan komunikasi; (2) Bangunan; dan (3)

Listrik, gas, dan air bersih.

Pada tahun 2006 kontribusi PDB industri kreatif

mengalami penurunan yang disebabkan oleh melesunya

bisnis di subsektor industri kerajinan, desain, fesyen, dan

Film, video & fotografi yang merupakan bagian dari

industri kreatif. Pada tahun 2006, kontribusi PDB industri

kreatif berdasarkan harga konstan 2000 adalah sebesar

104,787 triliun rupiah yaitu 5,67% dari total PDB

Nasional. Jika dihitung dengan nilai nominal senilai 189,4

triliun rupiah.

Persentase kontribusi PDB subsektor industri kreatif

(subsektor industri kreatif) terhadap sektor industri kreatif

pada tahun 2006, didominasi oleh subsektor (1) Fesyen

(43,71% ≈ 45,8 triliun rupiah); (2) Kerajinan (25,51%

≈ 26,7 triliun rupiah); dan (3) Periklanan (7,93% ≈ 8,3

triliun rupiah), dimana rata-rata kontribusi PDB

subsektor industri kreatif terhadap sektor industri kreatif

pada tahun 2006 adalah sebesar 7,14%.

Berdasarkan rata-rata pertumbuhan PDB tahunan periode

2002-2006, maka subsektor industri kreatif yang memiliki

rata-rata pertumbuhan diatas rata-rata pertumbuhan

ekonomi nasional (5,24%) adalah : (1) Musik (18,06%);

(2) Penerbitan dan Percetakan (12,59%); (3)

112

Page 11: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

Periklanan (11,35%); (4) Arsitektur (10,86%); (5)

Layanan Komputer dan Piranti Lunak (10,60%); (6)

Televisi dan Radio (8,51%); (7) Permainan Interaktif

(8,24%); (8) Pasar barang seni (7,65%); (9) Seni

pertunjukan (7,65%).

Sedangkan pada tahun 2006, subsektor industri kreatif

yang tetap memiliki pertumbuhan PDB diatas rata-rata

pertumbuhan PDB Nasional adalah subsektor: (1)

Arsitektur (11,98%); (2) Pasar Barang Seni (8,27%);

(3) Permainan Interaktif (7,59%); (4) Musik (6,78%);

(5) Layanan Komputer dan Piranti Lunak (7,54%).

2. Kesempatan Kerja (Employment)

Rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri

kreatif periode 2002-2006 relatif besar, yaitu mencapai 5,4

juta pekerja atau sebesar 5,79% dari total seluruh tenaga

kerja di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2006, industri

kreatif menyerap sebanyak 4,9 juta pekerja dan

merupakan sektor ke-5 yang menyerap tenaga kerja

terbanyak setelah: Pertanian, peternakan, kehutanan dan

perikanan (40,14 juta pekerja); Perdagangan, hotel, dan

restoran (15,97 juta pekerja); Jasa kemasyarakatan (11,15

juta pekerja); Industri pengolahan (10,55 juta pekerja).

Subsektor industri kreatif yang berkontribusi terhadap

penyerapan tenaga kerja di atas rata-rata adalah subsektor

113

Page 12: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

Fesyen dan Kerajinan. Pada tahun 2006, jumlah tenaga

yang dapat diserap adalah: Fesyen mencapai 2,6 juta

pekerja dan Kerajinan mencapai 1,5 juta pekerja.

Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor industri

kreatif terus menurun sejak tahun 2005-2006. Pada tahun

2006 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor industri

kreatif ini adalah sebesar -8,116% , hal ini disebabkan

oleh penurunan penyerapan tenaga kerja di subsektor

industri Kerajinan (-8,72%); Desain (-30,85%); Fesyen (-

7,21%); dan Film, Video dan Fotografi (-6,31).

Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri

kreatif terbesar terjadi di tahun 2004 yaitu sebesar

15,656%. Hal ini disebabkan pertumbuhan penyerapan

tenaga kerja pada subsektor industri Musik (41,86%);

Televisi & Radio (14,52%); Seni Pertunjukan (12,34%);

Fesyen (18,78%); Desain (54,55%); Kerajinan (6,83%);

dan Film, Video, dan Fotografi (5,54%).

Walaupun secara sektoral persentase pertumbuhan

penyerapan tenaga kerja sektor industri kreatif terus

menurun, tetapi jika ditinjau lebih detail, maka pada tahun

2006, terdapat 5 subsektor industri kreatif yang memiliki

persentase pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di atas

rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga kerja nasional

dan subsektor industri kreatif, yaitu (1) Arsitektur

114

Page 13: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

(36,83%); (2) Layanan Komputer dan Piranti Lunak (31,

40%); (3) Permainan Interaktif (30,75%); (4) Riset dan

Pengembangan (28,89%); dan Periklanan (26,2%).

3. Ekspor

Dalam hal ekspor, sektor industri kreatif merupakan

kontributor terbesar ke-4 dengan nilai ekspor tahun 2006

sebesar 81,3 triliun rupiah setelah ekspor komoditi : (1)

Fuel & Lubricants (245,98 triliun rupiah); (2) Machine

& Transportation Equipment (127,36 triliun rupiah);

dan (3) Misc Manufacturing & Articles (103 triliun

rupiah).

Nilai ekspor sektor industri kreatif ini banyak disumbang

oleh subsektor industri Fesyen dengan rata-rata nilai

ekspor periode 2002-2006 sebesar Rp 43,921 triliun

(62,81%) dan subsektor industri Kerajinan sebesar Rp.

24,180 triliun (35%). Masih banyak subsektor industri

kreatif yang tidak tercatat melakukan ekspor, disebabkan

karena sebagian besar subsektor industri kreatif ini

bergerak dibidang jasa yang kemungkinan besar data

ekspor ini belum dapat tercatat dengan baik oleh lembaga

ekspor Indonesia.

Pertumbuhan ekspor tahunan (2002-2006) sektor industri

kreatif berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekspor

nasional. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekspor industri

115

Page 14: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

kreatif hanyalah sebesar 4,67% jauh lebih rendah dari

pertumbuhan ekspor nasional yang mencapai 12,64%.

Walaupun demikian tidak semua subsektor industri kreatif

memiliki pertumbuhan ekspor dibawah rata-rata

pertumbuhan ekspor nasional, yaitu : (1) Arsitektur

(100,54%); (2) Film, video dan Fotografi (66,96%); (3)

Periklanan (37,49%); (4) Permainan Interaktif (24,06%);

(5) Pasar Barang Seni (22,035); dan Desain (14,19%).

F. Penutup

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia sudah

mengalami peningkatan yang signifikan bagi

perekonomian nasional khususnya kontribusi terhadap

produk domestik bruto, ekspor nasional, dan

kesempatan kerja.

2. Bagi pemerintah daerah, ekonomi kreatif merupakan

sebuah peluang besar untuk memberdayakan

perekonomian daerah yang mendukung pembangunan

berkesinambungan dan berkelanjutan daerah maka itu

pemerintah daerah perlu melakukan sosialisasi dan

mendukung perkembangan ekonomi kreatif di

daerahnya masing-masing.

116

Page 15: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

3. Pencapaian positif di perekonomian juga sangat

diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif

juga dibeberapa aspek kehidupan, tidak hanya ditinjau

dari sudut pandang ekonomi semata, tetapi juga

ditinjau dari aspek yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.

Howkins, John. 2005. The Creativity Economy, How People Make Money from Ideas. Penguin Books.

Moelyono, Mauled. 2010. Menggerakan Ekonomi Kreatif Antara Tuntutan dan Kebutuhan. Rajawali Press.

www.wikipedia.com

www.bps.go.id

117

Page 16: Ekonomi Kreatif (Prosiding)

118