ekonomi pembangunaneprints.unpam.ac.id/8600/2/pie06330_modul ekonomi... · kebijakan pembangunan...

171
Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi Ekonomi Pembangunan i EKONOMI PEMBANGUNAN Penyusun : Sulfi Purnamasari, S.Sos, M.M. Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang Gd. A, Ruang 211 Universitas Pamulang Tangerang Selatan - Banten

Upload: others

Post on 30-Sep-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan i

EKONOMI PEMBANGUNAN

Penyusun :

Sulfi Purnamasari, S.Sos, M.M.

Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang

Gd. A, Ruang 211 Universitas Pamulang

Tangerang Selatan - Banten

Page 2: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan ii

EKONOMI PEMBANGUNAN

Penulis :

Sulfi Purnamasari, S.Sos, M.M.

ISBN : 978-602-5867-37-8

Editor :

Syafaatul Hidayati, S.Pd., M.Pd.

Edi Mulyanto, S.E., M.Si

Penyunting:

Putut Said Permana, S.Pd., M.Pd.

Desain Sampul dan Tata Letak:

Ubaid Al Faruq, M.Pd.

Penerbit:

Unpam Press

Redaksi:

Jl. Surya Kencana No. 1

R. 212, Gd. A Universitas

Pamulang Pamulang | Tangerang

Selatan | Banten Tlp/Fax: 021. 741

2566 – 7470 9855

Ext: 1073

Email: [email protected]

Cetakan pertama, 25 Maret 2019

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun

tanpa izin penerbit.

Page 3: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan iii

LEMBAR IDENTITAS ARSIP

Data Publikasi Unpam Press

I Pusat Kajian Pembelajaran & E-learning Universitas Pamulang

Gedung A. R.211 Kampus 1 Universitas Pamulang

Jalan Surya Kencana No.1, Pamulang Barat, Tangerang Selatan, Banten.

Website : www.unpam.ac.id I email : [email protected]

Ekonomi Pembangunan / Sulfi Purnamasari, S.Sos, M.M. -1sted.

ISBN 978-602-5867-37-8

I.Ekonomi Pembangunan II.Sulfi Purnamasari

M029-25032019-1

Ketua Unpam Press : Sewaka

Koordinator Editorial : Aeng Muhidin, Ali Madinsyah

Koordinator Bidang Hak Cipta : Susanto

Koordinator Produksi : Pranoto

Koordinator Publikasi dan Dokumentasi : Ubaid AL Faruq

Desain Cover : Ubaid Al Faruq

Cetakan pertama, 25 Maret 2019

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menggandakan dan memperbanyak

sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin

penerbit.

Page 4: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan iv

MODUL MATA KULIAH

EKONOMI PEMBANGUNAN

IDENTITAS MATA KULIAH

Program Studi : S1 Pendidikan Ekonomi

Mata Kuliah/Kode : Ekonomi Pembangunan / PIE06330

Sks : 2

Prasyarat : --

Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini membahas tentang pertumbuhan

ekonomi, pembangunan ekonomi, kebjakan-

kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-

hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah

teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi,

tahap-tahap pertumbuhan ekonomi, teori-teori

hambatan pembangunan, kebijakan-kebijakan

pembangunan, pembangunan ekonomi di Indonesia,

dan sumber-sumber pembiayaan pembangunan.

Capaian Pembelajaran : Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa

mampu mengkaji dan menganalisa setiap aspek

yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dan

aplikasinya dalam pembangunan ekonomi di

Indonesia.

Penyusun : Sulfi Purnamasari, S.Sos, M.M.

Ketua Program Studi Ketua Team Teaching

Pendidikan Ekonomi

Saiful Anwar, S.E., S.Pd., M.Pd. Sulfi Purnamasari, S.Sos, M.M.

NIDN. 0426048503 NIDN. 0420097507

Page 5: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, atas

berkat rahmat dan hidayahnya penulisan modul bahan ajar mata kuliah ekonomi

pembangunan ini dapat diselesaikan. Kemudian tidak lupa terima kasih penulis

sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan

modul bahan ajar ini, terutama kepada bapak Saiful Anwar, S.E., S.Pd., M.Pd

selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan

dukungan penuh kepada penulis, serta rekan-rekan dosen Universitas Pamulang

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan bahan ajar ini masih jauh dari

sempurna dan masih banyak kekurangan di sana sini. Untuk itu penulis membuka

diri terhadap kritik dan saran untuk perbaikan sehingga dapat menghasilkan karya

tulis yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Semoga modul bahan ajar mata kuliah ekonomi pembangunan ini dapat

bermanfaat untuk penulis khususnya, dan semua pihak yang menggunakan modul

bahan ajar ini untuk kegiatan perkuliahan.

Tangerang Selatan, 25 Maret 2019

Penulis

Page 6: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan vi

DAFTAR ISI

COVER DALAM ............................................................................... i

LEMBAR IDENTITAS PENERBITAN ............................................... ii

LEMBAR IDENTITAS ARSIP ........................................................... iii

MODUL MATA KULIAH KEMAMPUAN DASAR MENGAJAR ........ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................ v

DAFTAR ISI ...................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... x

PERTEMUAN I PERHATIAN DAN KEBUTUHAN TERHADAP EKONOMI

PEMBANGUNAN………………………………………………………………… 1

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 1

B. Uraian Materi ............................................................................ 1

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 10

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 10

PERTEMUAN II INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN 11

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 11

B. Uraian Materi ............................................................................ 11

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 19

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 20

PERTEMUAN III TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI 21

E. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 21

F. Uraian Materi ............................................................................ 21

A. Latihan/Tugas ........................................................................... 34

G. Daftar Pustaka .......................................................................... 34

PERTEMUAN IV PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMERATAAN

PEMBANGUNAN………………………………………………………………… 35

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 35

B. Uraian Materi ............................................................................ 35

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 43

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 44

Page 7: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan vii

PERTEMUAN V PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI……... 45

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 45

B. Uraian Materi ............................................................................ 45

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 53

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 54

PERTEMUAN VI TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI………….. 55

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 56

B. Uraian Materi ............................................................................ 56

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 65

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 65

PERTEMUAN VII TEORI-TEORI HAMBATAN PEMBANGUNAN………… 66

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 66

B. Uraian Materi ............................................................................ 66

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 77

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 78

PERTEMUAN VIII KEPENDUDUKAN DAN TENAGA KERJA…………… 79

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 79

B. Uraian Materi ............................................................................ 79

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 88

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 88

PERTEMUANIX KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMBANGUNAN…………… 89

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 89

B. Uraian Materi ............................................................................ 89

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 100

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 100

PERTEMUAN X PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA…………… 101

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 101

B. Uraian Materi ............................................................................ 101

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 111

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 111

Page 8: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan viii

PERTEMUAN XI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH………………….. 112

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 112

B. Uraian Materi ............................................................................ 112

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 121

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 121

PERTEMUAN XII PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN INDUSTRI……… 122

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 122

B. Uraian Materi ............................................................................ 122

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 131

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 132

PERTEMUAN XIII PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN EKONOMI………… 133

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 133

B. Uraian Materi ............................................................................ 133

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 142

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 142

PERTEMUAN XIV UTANG LUAR NEGERI………………………………… 143

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................... 143

B. Uraian Materi ............................................................................ 143

C. Latihan/Tugas ........................................................................... 153

D. Daftar Pustaka .......................................................................... 153

Page 9: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan ix

DAFTAR TABEL

Tabel 6.1. Masa Lepas Landas……………………………………………………….58

Tabel 6.2. Gerakan Ke Arah Kedewasaan…………………………………….…….60

Tabel 8.1. Komposisi Penduduk Indonesia Tahun 2004……………………….….81

Tabel 11.1. Paradigma Pembangungan Ekonomi Daerah………………………...116

Tabel 14.1. Rasio Utang Luar Negeri…………………………………………...……148

Page 10: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang S1 Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 7.1. Lingkaran Perangkap Kemiskinan…………………………………...71

Gambar 7.2. Doktrin vent for surplus dan doktrin productivity…………………74

Gambar 14.1. Pertumbuhan Utang Luar Negeri Indonesia……………………….149

Gambar 14.2 .Pertumbuhan Utang Luar Negeri Swasta……………………….…149

Gambar 14.3. Pertumbuhan Utang Luar Negeri Pemerintah dan Bank Sentral..150

Page 11: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 1

PERTEMUAN I

PERHATIAN DAN KEBUTUHAN TERHADAP EKONOMI

PEMBANGUNAN

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji latar belakang pentingnya mempelajari ekonomi pembangunan.

2. Mengkaji dan menganalisa karakteristik yang ditemui pada negara sedang

berkembang.

3. Mengkaji cakupan bahasan ekonomi pembangunan.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Pembangunan sudah menjadi pokok bahasan yang menarik tidak hanya di

kalangan para ekonom namun juga kalangan lain seperti pengusaha, politisi dan

teknokrat. Untuk itu bicara mengenai pembangunan sudah menjadi keniscayaan

dan bukan merupakan hal yang asing lagi.

Perhatian akan pembangunan ekonomi diyakini oleh para ahli dimulai

setelah perang dunia kedua, dimana Amerika Serikat memulai program bantuan

luar negerinya (Marshall Plan). Pembangunan ekonomi pada akhirnya harus

menjadi perhatian yang serius dan menjadi kebutuhan yang mendesak terutama

bagi negara-negara berkembang yang meraih kemerdekaan pasca perang dunia

kedua. Inilah yang melatarbelakangi lahirnya ekonomi pembangunan. Ada tiga

pilar utama dibalik munculnya teori pembangunan yaitu pertumbuhan ekonomi,

bantuan luar negeri, dan perencanaan (Kuncoro, 1997).

Setelah masa perang dunia kedua para pemerhati dalam aspek ilmu

pengetahuan, tidak terkecuali mereka yang menduduki jabatan pemerintahan,

dan berbagai lembaga internasional terus melakukan analisa mendalam

terhadap aspek-aspek pembangunan ekonomi yang tidak ditemukan di masa

sebelum perang dunia kedua.

Terdapat beberapa faktor penyebab kurangnya perhatian terhadap

masalah pembangunan ekonomi sebelum perang dunia kedua, diantaranya :

a. Penjajahan masih berlangsung secara meluas.

Negara berkembang yang ada sekarang ini masih mengalami masa

penjajahan hingga pertengahan abad ke-20. Seperti diketahui para penjajah

tidak memikirkan secara sungguh-sungguh mengenai pembangunan di

negara jajahan mereka. Pembangunan biasanya hanya ditujukan untuk

Page 12: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 2

kepentingan keuntungan negaranya sendiri tanpa memperhatikan

kesejahteraan hidup masyarakat di negara jajahan. Pembangunan yang

dilakukan di negara jajahan memiliki tiga tujuan, yaitu :

1) Eksploitasi terhadap kekayaan negara jajahan.

2) Untuk persediaan bahan baku bagi produksi di negara yang melakukan

penjajahan.

3) Mencari wilayah yang dapat dijadikan tempat untuk memasarkan barang-

barang produksi dari negara yang melakukan penjajahan.

b. Kurangnya perhatian dari masyarakat yang terjajah.

Faktor selanjutnya mengenai minimnya perhatian terhadap masalah

pembangunan adalah kurangnya perhatian dari para pemimpin masyarakat

terjajah terhadap persoalan-persoalan pembangunan ekonomi, karena

tersibukkan oleh perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan dan

melepaskan diri dari penjajahan. Oleh sebab itu isu-isu mengenai

pembangunan ekonomi menjadi hal yang dikesampingkan, karena sebagian

besar pemikiran dan usaha tercurah untuk secepat mungkin melepaskan diri

dari belenggu penjajahan.

c. Kurangnya perhatian dari kalangan cendekiawan.

Faktor lain yang menjadi penyebab terbatasnya perhatian terhadap

pembangunan ekonomi adalah disebabkan oleh kurang populernya

pembahasan mengenai pembangunan ekonomi di kalangan para

cendekiawan seperti ahli ekonomi, ahli sosial, dan ahli bidang lainnya,

disamping masih terbatasnya penelitian dan analisis mengenai masalah

pembangunan ekonomi. Di bidang ekonomi pada masa itu ahli-ahli ekonomi

Barat yang sudah popular lebih memusatkan perhatian terhadap analisis

depresi ekonomi dan penganggguran yang berkembang pada saat itu. Pada

masa sebelum perang dunia kedua. Depresi ekonomi dan pengangguran

menjadi masalah dunia yang paling utama.

Hingga pertengahan tahun 1930-an belum muncul pemikiran yang jelas

di kalangan cendekiawan Barat yang dapat menjadi tolok ukur menyusun

kebijakan yang dapat mengatasi masalah ekonomi yang sangat serius

dihadapi oleh negara-negara maju pada saat itu. Kondisi tersebut mendorong

para ahli ekonomi untuk lebih memusatkan perhatian menganalisis masalah

depresi ekonomi dan pengangguran dan menmberikan alternatif kebijakan

yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut.

Seorang ahli bidang ekonomi yang bernama John Maynard Keynes

sekitar tahun 1936 menerbitkan sebuah karya yang dikenal dengan The

General Theory of Employment, Interest, and Money. Buku tersebut berisi

tentang sebab utama timbulnya pengangguran serta alternatif langkah-

langkah yang dapat diambil oleh pemerintah sebagai solusi dari

permasalahan tersebut, sebagai jawaban terhadap permasalahan ekonomi

yang sedang terjadi. Buku tersebut yang kemudian menjadi pijakan dalam

perkembangan bidang studi ekonomi yang dikenal sebagai teori ekonomi

mikro dan teori ekonomi makro.

Page 13: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 3

Pembangunan ekonomi yang dijumpai di kebanyakan negara

berkembang sebagai contoh Indonesia, terkendala dalam hal pembentukan

modal, meskipun negara-negara tersebut memiliki potensi sumber daya

manusia dan sumber daya alam yang cukup melimpah. Maka jalan pintas

melalui bantuan luar negeri dan investasi asing menjadi pilihan yang tidak

dapat dielakkan. Pembangunan ekonomi yang terus dilaksanakan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi kebijakan yang ditempuh oleh

negara-negara berkembang, dengan harapan pembangunan di bidang

ekonomi tersebut dapat mendorong kehidupan masyarakat di sektor lain

seperti pendidikan dan kesehatan yang pada akhirnya dapat mempercepat

tujuan pembangunan nasional.

Dewasa ini ilmuwan dari berbagai displin ilmu memberikan tinjauan yang

lebih mendalam terhadap aspek-aspek pembangunan ekonomi terutama pada

negara yang belum maju dari sisi pembangunan ekonominya. Perhatian

tersebut didorong oleh berbagai faktor, diantaranya :

1) Keinginan negara-negara berkembang untuk mengejar

ketertinggalan mereka.

Negara-negara berkembang mengalami ketertinggalan terutama di

bidang ekonomi, diantaranya Indonesia, Myanmar, Pakistan, dan negara-

negara di Afrika. Negara-negara tesebut memiliki jumlah penduduk miskin

yang terbanyak dan masalah jumlah penduduk yang sulit diatasi. Untuk itu

pembangunan ekonomi menjadi kebutuhan yang sangat mendesak dalam

rangka mengatasi masalah pengangguran dan meningkatkan

kesejahteraan penduduk.

2) Keinginan negara-negara maju untuk membantu negara-negara

berkembang.

Negara-negara maju pada umumnya memberikan bantuan kepada

negara-negara yang masih berkembang dalam rangka mendukung proses

pembangunan ekonomi negara-negara tersebut, antara lain didorong oleh

rasa perikemanusiaan untuk mengejar ketertinggalan negara-negara

berkembang dalam hal kesejahteraan. Hal tersebut juga dilatarbelakangi

kepentingan mendapatkan dukungan politik contohnya negara Amerika

Serikat yang kerap memberikan perhatian kepada negara-negara

berkembang.

3) Upaya mendukung pembangunan ekonomi dalam rangka mencegah

timbulnya paham komunisme.

Setelah masa perang dunia kedua terjadi transformasi dalam

perpolitikan dunia. Ideologi komunisme bermunculan dan mengakibatkan

munculnya negara-negara berpaham komunis. Negara berpaham komunis

yang lahir pada tahun 1917 adalah Rusia. Di Eropa, Jerman Timur menjadi

negara Komunis setelah berpisah dari Jerman Barat. Begitu pula sebagian

negara Eropa Timur yang lain yaitu Bulgaria, Cekoslovakia,

Hongaria,Rumania, dan Polandia turut didukung oleh pemerintahan

Page 14: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 4

komunis. Negara Asia juga dikuasai oleh pemerintahan komunis seperti

Cina, Vietnam, dan Korea Utara. Perubahan ini dikenal dengan ”Perang

Dingin” atau Cold War. Namun sejak akhir tahun 1980-an dan sekitar awal

tahun1990, beberapa negara-negara tersebut sudah meninggalkan paham

yang dianutnya dalam menjalankan sistem ekonomi dan pemerintahan

seperti yang dianut oleh negara-negara lainnya. Demikian pula Jerman

Timur kemudian menyatukan diri dengan Jerman Barat.

Setelah selesainya perang dunia kedua, “perseteruan” tersebut

memunculkan babak baru dalam keterkaitan antara negara-negara maju

dan masih berkembang . Dalam usaha menghambat munculnya paham

komunisme, negara maju dalam hal ini Amerika Serikat mencari cara untuk

membantu proses pembangunan ekonomi agar dapat bergerak cepat.

Usaha tersebut diantaranya memberikan bantuan dana untuk

mengembalikan kondisi perekonomian di Jepang dan beberapa negara

yang terdapat di Eropa Barat. Usaha lain dalam membendung komunisme

di Asia adalah dengan memberikan bantuan dalam membangun Thailand,

Korea, dan Taiwan. Amerika Serikat turut pula memberikan sokongan

kepada negara-negara seperti India, Indonesia, Ghana, dan Mesir yang

tidak berpihak untuk membendung paham komunis pada tahun 1950

hingga 1970-an.

4) Usaha untuk meningkatkan hubungan ekonomi.

Bantuan dari negara-negara maju kepada negara berkembang juga

ditujukan untuk mempererat hubungan antar kedua negara. Sebagai

contoh posisi istimewa yang dimiliki Inggris di negara bekas jajahannya,

begitu pula halnya dengan Perancis. Kedua negara tersebut mendapat

posisi dan hak istimewa di negara-negara bekas jajahannya. Untuk itu

mereka masih dapat memasarkan hasil-hasil industri di negara-negara

tersebut. Perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri sejak masa

penjajahan pun masih dapat beroperasi. Namun persaingan perdagangan

global yang terus mengalami perubahan mulai dekade 1980-an dari

negara-negara seperti Korea, Jepang, Taiwan, Hongkong, serta Cina

berimbas mengurangi hubungan istimewa tersebut.

Di Indonesia, pembangunan nasional dimulai sejak tahun 1969 yang

dikenal dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) Pertama

yang dilanjutkan sampai dengan Repelita VI. Sebelum masa Repelita

tersebut Indonesia sudah melaksanakan perencanaan dan pembangunan

namun terkendala oleh situasi politik dan pemerintahan yang belum stabil.

Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai teori-teori dan

konsep-konsep sebagai kerangka berpikir dan alat analisa dalam

memahami pentingnya pembangunan ekonomi dalam menunjang

pembangunan nasional, dimana hal tersebut dapat dipelajari dalam ilmu

ekonomi pembangunan.

Page 15: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 5

2. Kebutuhan terhadap Ekonomi Pembangunan

Berhasil tidaknya suatu proses pembangunan ekonomi ditentukan oleh

sistem ekonomi yang digunakan oleh suatu negara seperti sistem ekonomi

kapitalis atau sosilalis. Disamping itu ada hal lain yang yang turut mempengaruhi

yaitu pembangunan ekonomi. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan

pentingnya pembangunan ekonomi suatu negara diantaranya :

a. Banyak negara yang mengalami perkembangan di dalam pendapatan

nasionalnya tetapi pendapatan nasional tersebut berimbang dengan

pertambahan penduduk.

b. Perbedaan tingkat hidup yang semakin terlihat antara satu negara dengan

negara lain.

c. Terdapat 67 persen dari total penduduk dunia yang hanya menikmati kurang

17 persen dari pendapatan nasional.

d. Kesadaran dari negara-negara berkembang untuk terus meningkatkan

pendapatan nasional mereka dimana usaha-usaha tersebut menimbullkan

berbagai masalah politik, ekonomi, dan kondisi sosial.

e. Kehidupan yang lebih layak adalah tujuan utama pembangunan yang

dilakukan di suatu negara, terlepas dari indikator yang dapat dijadikan tolok

ukur dalam menentukan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

Melihat faktor-faktor di atas, maka dapat disimpulkan pembangunan yang

dilakukan di negara-negara sedang berkembang pada dasarnya sangat

dibutuhkan untuk mencapai tingkat kemakmuran dari kondisi keterbelakangan

dibandingkan negara-negara maju. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan

ekonomi menjadi suatu keharusan dan harus mendapat perhatian yang lebih

khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Untuk itu ilmu ekonomi

pembangunan harus dipelajari secara mendalam sehingga dapat menemukan

solusi-solusi dan kebjakan-kebijakan yang dapat mengatasi persoalan

pembangunan ekonomi.

3. Karakteristik yang Ditemui pada Negara Sedang Berkembang

Ditinjau dari kesejahteraan masyarakatnya, negara-negara dikategorikan

dalam negara-negara yang masih berkembang dan negara-negara yang sudah

maju. Negara-negara berkembang dikenal juga dengan sebutan dunia ketiga,

negara selatan, atau less-developed countries.

Amerika Serikat, Eropa, Australia, New Zealand, dan jepang masuk dalam

kelompok negara maju (negara dunia pertama), sedangkan negara-negara di

Eropa Timur jugaa masuk dalam kelompok negara maju (negara dunia kedua).

Negara sedang berkembang terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, dimana

pendapatan perkapita rata-rata penduduknya kurang dari US $ 500 menurut

World Development Report.

Karakteristik umum negara sedang berkembang mencakup beberapa hal

menurut (Todaro, 1997) yaitu :

a. Memiliki pola kehidupan yang relative rendah.

b. Produktivitas yang dihasilkan masih sangat minim.

Page 16: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 6

c. Laju pertumbuhan penduduk dengan beban kehidupan yang cukup serius.

d. Jumlah pengangguran yang cukup tinggi dengan pertambahan jumlah yang

terus menerus, baik yang nyata maupun yang semu.

e. Sektor produk primer dan pertanian menjadi sumber utama yang menjadi

andalan.

f. Kekuasaan, ketergantungan, dan vulnerability dalam hubungan-hubungan

internasional.

Negara sedang berkembang pada umumnya dijumpai di Afrika, Asia, dan

Amerika Latin dengan suku bangsa, agama, etnik, kepercayaan, kepadatan

penduduk, dan kekayaan alam yang berbeda-beda. Dari berbagai perbedaan

tersebut terdapat persamaan karakteristik dari negara-negara berkembang,

diantaranya :

a. Taraf kemakmuran yang belum mapan.

Banyak hal yang dapat menjadi tolok ukur makmur atau tidaknya suatu

masyarakat diantaranya ada tidaknya aliran listrik di kawasan tersebut,

ketersediaan air bersih, keadaan rumah yang dihuni, keadaan infrastruktur

yang tersedia, dan pendapatan yang diperoleh.

Terkait tolok ukur yang telah disebutkan, penghasilan masyarakat

merupakan faktor yang sangat penting. Oleh karena itu pendapatan perkapita

dapat dijadikan tolok ukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu negara.

Negara berkembang yang meliputi 41 persen dari total penduduk dunia

memiliki pendapatan perkapita yang rendah yaitu US$430. Pendapatan

perkapita tersebut hanya 1,6 persen jika dibandingkan pendapatan perkapita

negara yang tergolong tinggi.

Sebagai imbas dari rendahnya pendapatan perkapita negara-negara

sedang berkembang, maka timbul masalah di negara-negara tersebut seperti

rendahnya taraf pendidikan, meluasnya kemiskinan, dan masalah kesehatan

atau gizi buruk.

b. Rendahnya produktivitas kerja.

Produktivitas mengandung pengertian berapa banyak produksi yang

mampu diciptakan oleh satu orang tenaga kerja setiap tahunnya. Banyaknya

produksi pekerja di negara yang masih berkembang sangat rendah jika

dibandingkan dengan banyaknya produksi yang dihasilkan di negara yang

sudah mengalami kemajuan. Sedikitnya produksi yang dapat dihasilkan

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Mayoritas penduduk di negara berkembang bekerja pada sektor pertanian

dengan penggunaan teknologi dan kegiatan pertanian yang masih

tergolong tradisional, Produktivitas yang dihasilkan dengan keadaan

tersebut masih sangat rendah dan mengakibatkan pengangguran

terselubung karena dominasi tenaga kerja pada sektor pertanian. Hal ini

akan mengakibatkan rendahnya jumlah rata-rata yang dapat dihasilkan

oleh tenaga kerja (produktivitas).

2) Kegiatan industri rumahan sebagian besar masih tergolong usaha kecil

dengan menggunakan peralatan yang masih seadanya dan produksi yang

Page 17: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 7

dihasilkan jumlahnya sangat terbatas.Hal ini juga menghasilkan

produktivitas yang rendah.

3) Di samping sektor pertanian, sektor jasa pun masih menghadapi masalah

pengangguran terselubung yang menurunkan tingkat produktivitas.

4) Banyak faktor yang turut berperan dalam rendahnya produktivitas seperti

pendidikan, ekonomi, dan kesehatan yang belum menunjang untuk

meningkatkan produktivitas yang ada.

c. Tingginya tingkat pertambahan penduduk

Setelah masa perang dunia kedua, kondisi kesehatan masyarakat pada

umumnya mengalami kemajuan, tidak terkecuali negara-negara yang belum

maju. Tingkat kelahiran yang tidak mengalami perubahan sementara tingkat

kematian yang terus berkurang menyebabkan laju pertambahan penduduk

tidak dapat dibendung terutama di negara-negara berkembang. Efek dari hal

tersebut antara lain :

1) Jumlah anggota keluarga yang ditanggung semakin bertambah, sementara

pendapatan yang rendah tidak mencukupi untuk menanggung beban yang

ada. Hal ini mengakibatkan keluarga dengan jumlah tanggungan yang

cukup banyak menghadapi masalah kemiskinan.

2) Beban yang ditanggung oleh keluarga dengan pendapatan rendah dan

jumlah anggota keluarga banyak berdampak tidak adanya dana yang dapat

disisihkan untuk pendidikan anak-anak mereka. Hal tersebut

mengakibatkan anak-anak mereka tidak dapat mengenyam pendidikan

yang layak dan taraf pendidikan yang didapat relatif rendah.

3) Pertambahan tenaga kerja yang cukup tinggi tidak diimbangi dengan

ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Akibatnya, negara-negara

dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi mengalami

masalah pengangguran yang cukup serius. Negara-negara tersebut

termasuk negara kita, Cina, dan India.

4. Cakupan Bahasan Ekonomi Pembangunan

Pertumbuhan (growth) dan pembangunan (development) memiliki

pengertian yang berbeda. Hal ini sudah di sadari oleh negara berkembang sejak

era tahun 1960-an. Pembangunan ekonomi memiliki cakupan yang lebih luas

dan menyeluruh tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi, dimana

pertumbuhan ekonomi biasanya ditunjukkan oleh produksi nasional secara

keseluruhan, baik barang maupun jasa.

Setelah masa perang dunia kedua, negara berkembang sudah memulai

pembangunan ekonominya, meskipun mengalami banyak ketidakberhasilan,

terutama dalam menghadapi berbagai masalah seperti tidak meratanya

pendapatan dan angka kemiskinan yang masih sangat tinggi. Berangkat dari

ketidakberhasilan yang dialami tersebut, para ahli berusaha lebih mendalami

berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan kehidupan umat manusia

di dunia.

Page 18: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 8

Myrdal (Kuncoro,1997) memberikan definisi pembangunan yang

merupakan pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Dari pengertian

tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa pembangunan bukan hanya

melibatkan aspek ekonomi, namun aspek-aspek lain dari seluruh sistem sosial.

Fokus perhatian pembangunan ekonomi melibatkan seluruh aspek yang terkait

dan menjadi bahan analisis para ahli ekonomi.

Saat ini ekonomi pembangunan menjadi salah satu cabang ilmu yang

penting dan menarik untuk dibahas, terutama terkait permasalahan yang

dijumpai dalam proses pembangunan yang terjadi di negara dunia ketiga. Ilmu

ekonomi memiliki dimensi yang luas, dan ekonomi pembangunan bukan

merupakan cabang ilmu baru dalam ilmu ekonomi. Para ahli ekonomi klasik telah

membahas berbagai aspek pembangunan dalam berbagai tulisan mereka. Jadi,

ekonomi pembangunan bukanlah ilmu ekonomi yang baru saat ini dianalisis oleh

para ahli. Analisis-analisis yang muncul pada saat ini merupakan bentuk

perhatian para ahli ilmu ekonomi terhadap perkembangan pembangunan

ekonomi di negara-negara terutama negara berkembang, dan sebagai kelanjutan

dari analisis-analisis terdahulu yang pernah diutarakan oleh para ekonom.

Ilmu ekonomi pembangunan membahas berbagai pandangan dan

pendapat ahli ekonomi mengenai berbagai unsur yang saling mempengaruhi

terkait dengan pembangunan yang berlangsung di negara berkembang,

termasuk berbagai permasalahan yang dhadapi. Pola analisis yang seragam

seperti yang ditemui dalam analisis makro ekonomi, belum dapat kita jumpai

pada analisis ekonomi pembangunan. Kondisi tersebut dikarenakan ekonomi

pembangunan memiliki cakupan bahasan yang lebih luas dibandingkan cabang

ilmu ekonomi lainnya.

Aspek-aspek yang ekonomi pembangunan yang menjadi bahan analiasa

(Arsyad, 1999) diantaranya :

a. Permasalahan ekonomi dan pertumbuhannya.

b. Permasalahan pembentukan modal

c. Permasalahan pengerahan tabungan

d. Permasalahan bantuan luar negeri

Dari semua aspek yang disebutkan diatas belum ditemukan titik temu dari

para ekonom mengenai aspek yang memiliki peran paling dominan dalam

pembangunan ekonomi dan mekanisme yang terjadi dalam proses pembagunan

ekonomi tersebut. Hal ini disebabkan tidak adanya teori-teori pembangunan

yang dapat menciptakan suatu kerangka dasar yang berlaku umum dalam

memberikan gambaran mengenai proses pembangunan ekonomi (Arsyad, 1999).

Ekonomi pembangunan dapat dibagi menjadi dua kelompok bahasan

menurut Arsyad (1999), yaitu :

a. Kelompok pertama bersifat deskriptif dan analitis yang bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang berbagai sifat perekonomian dan masyarakat

di negara sedang berkembang, serta implikasi sifat-sifatnya guna menyiapkan

program untuk membangun ekonomi di kawasan tersebut.

b. Kelompok kedua bersifat memberikan berbagai pilihan kebijakan

pembangunan yang dapat dilaksanakan dalam upaya mempercepat proses

pembangunan ekonomi di negara sedang berkembang.

Page 19: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 9

Dari dua macam pengelompokan tersebut, pada akhirnya analisis ekonomi

pembangunan dapat didefinisikan sebagai “suatu cabang ilmu ekonomi yang

bertujuan untuk menganalisis masalah yang dihadapi oleh negara-negara

berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah itu

supaya negara-negara tersebut dapat membangun ekonominya lebih cepat lagi

(Sadono Sukirno, 1990).

Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ekonomi

pembangunan merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari

mengenai pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang, usaha-usaha

serta hambatan yang dihadapi, dan kebijakan-kebijakan yang diambil yang

kesemuanya bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam rangka

mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Pertumbuhan ekonomi dapat

dilihat dari kenaikan pendapatan perkapita masyarakat dalam jangka panjang.

Dari pengertian tersebut maka dapat dlilihat bahwa di dalam pembangunan

ekonomi terdapat tiga hal yang penting diantaranya :

a. Perubahan secara terus menerus merupakan sesuatu hal yang lumrah dan

harus terjadi dalam suatu proses pembangunan ekonomi.

b. Tujuan pembangunan ekonomi adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

dimana pendapatan perkapita menjadi tolok ukurnya

c. Kenaikan pendapatan perkapita tersebut diharapkan berlangsung dalam

jangka panjang.

Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan (Todaro,

1997). Pendapat para ekononom yang menganalisa masalah-masalah

pembangunan di negara berkembang tersebut yang disebut dengan ekonomi

pembangunan.

Ekonomi pembangunan belum memiliki pola analisis seragam yang

disepakati oleh para ekonom seperti pola analisis yang terdapat dalam ekonomi

mikro dan makro. Belum adanya keseragaman mengenai pola analisis

pembangunan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :

a. Kompleksitas, cakupan masalah yang luas, dan banyaknya faktor yang

mempengaruhi ekonomi pembangunan antara lain masalah kemiskinan,

pertumbuhan ekomi, pembentukan modal, pengerahan tabungan, dan hutang

luar negeri. Kompleksitas tersebut menyebabkan sulitnya mencari pola

analisis yang seragam.

b. Belum ada teori-teori pembangunan yang dapat menjadi pijakan dan kerangka

dasar untuk menggambarkan pola pembangunan ekonomi.

Pemikiran-pemikiran awal yang muncul mengenai pembangunan

cenderung pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan kenaikan

pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran,

distribusi pendapatan yang tidak merata, dan kemiskinan yang banyak dijumpai

di negara-negara berkembang dapat terselesaikan. Hal tersebut dapat terlihat

dari pemikiran-pemikiran yang dicetuskan oleh Leibenstein, W.W. Rostow,

Harrod-Domar, Nurkse, Arthur Lewis, dan Rosenstein Rodan.

Pemikiran selanjutnya mengenai pembangunan tidak hanya semata-mata

menaikkan tingkat pendapatan perkapita, namun juga memperhatikan aspek-

aspek kualitatif dari proses pembangunan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

Page 20: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 10

bahwa kualitas menjadi suatu hal yang harus menjadi fokus perhatian dalam

pembangunan, tidak sekedar menjadikan GNP sebagai prioritas dalam tujuan

pembangunan. (Kuncoro, 2003).

Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di negara berkembang dimana tersedia banyak

barang-barang pemuas kebutuhan, sehingga masyarakat dapat menikmati

kehidupan yang menyenangkan. Dari kehidupan yang menyenangkan tersebut

diharapkan timbul rasa perikemanusiaan dan membantu sesama. Kemudian

pada akhirnya pembangunan ekonomi juga diharapkan dapat mengikis jurang

perbedaan antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Analisislah yang melatarbelakangi pentingnya mempelajari ekonomi

pembangunan ?

2. Jelaskan karakteristik umum negara-negara sedang berkembang dan menurut

pendapat anda bagaimana prospek ke depan bila dilihat dari kondisi ekonomi

dunia saat ini ?

3. Jelaskan pengertian ilmu ekonomi pembangunan dan aspek-aspek yang

dianalisis di dalamnya ?

D. Referensi

Hasan, Muhammad, Muhammad Azis. (2018). Pembangunan Ekonomi dan

Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan ke-1. Jakarta: Nur Lina.

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan

Kebijakan. Cetakan ke-3. Yogyakarta: APP AMP YPKN.

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Page 21: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 11

PERTEMUAN II

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji indikator ekonomi dalam keberhasilan pembangunan dan mengukur

indikator-indikator tersebut.

2. Mengkaji indikator non ekonomi dalam keberhasilan pembangunan dan

mengukur indikator-indikator tersebut.

3. Mengkaji dan mengukur indikator-indikator lainnya dalam keberhasilan

pembangunan.

4. Mengkaji dan menganalisa hakikat keberhasilan pembangunan.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Indikator-indikator diperlukan sebagai tolok ukur dalam menilai tingkat

keberhasilan pembangunan suatu bangsa atau masyarakat. Indikator tersebut

harus disesuaikan dengan pengertian yang tersirat dalam definisi dan konsep

pembangunan yang dilaksanakan. Pembangunan nasional suatu bangsa pada

hakikatnya meliputi seluruh aspek dalam kehidupan baik ekonomi, budaya,

sosial, maupun politik. Oleh karena itu dibutuhkan indikator-indikator yang dapat

merepresentasikan semua aspek dan dimensi dari pembangunan tersebut.

Namun, pada kenyataannya indikator-indikator tersebut belum tersedia.

Ada dua macam indikator (Kuncoro, 2006) yaitu indikator ekonomi dan

indikator non ekonomi. Indikator ekonomi meliputi Gross National Product (GNP)

perkapita dengan laju pertumbuhan ekonomi dan Gross Domestic Product (GDP)

perkapita dengan Purchasing Power Parity (PPP). Indikator non ekonomi terdiri

atas Physical Quality Life Index (PQLI) dan Human Development Index (HDI).

Di lain pihak, (Arsyad, 1999) mengistilahkan kedua indikator tersebut

dengan indikator moneter dan indikator non moneter. Bila ditelaah dari kedua

pendapat tersebut intinya sama, dimana dari kedua indikator masing-masing

menunjukkan tingkat pertumbuhan dan pemerataan.

2. Indikator Ekonomi

a. Produk Nasional Bruto

Keberhasilan suatu pembangunan apabila dilihat dari sudut pandang

ekonomi dapat diketahui dengan mengukur peningkatan pendapatan nasional

atau pendapatan nasional perkapita. Pendapatan nasional perkapita dan

produk nasional bruto (GNP) sudah dikenal sebagai indikator pembangunan.

Pendapatan nasional adalah konsep yang meliputi konsep-konsep

Produk Domestik Bruto (GDP), Produk Nasional Bruto (GNP), dan

Pendapatan Nasional Bruto (GNI), dan lain sebagainya. Konsep-konsep

tersebut seperti GDP, GNP, dan GNI memiliki pengertian tersendiri yang

dapat digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi suatu masyarakat, yaitu

Page 22: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 12

dengan menghitung seberapa besar output atau pendapatan yang dihasilkan

suatu masyarakat apabila dihitung dalam periode tertentu.

Berdasarkan komponen-komponen yang ada, dalam konsep

pendapatan nasional digunakan juga konsep-konsep yang lain dimana

memiliki keterkaitan sebagai berikut :

Produk Domestik Bruto atas dasar harga pasar, minus penyusutan.

Adapun ketiga tujuannya adalah :

1) Memperbesar pengaruh dan kekuasaan negara tersebut ke negara lain

dan cenderung melakukan aksi militer (invasi) ke wilayah lainnya.

2) Mengupayakan pemerataan tingkat pendapatan dan kemakmuran di

semua lapisan masyarakat, dimana pengenaan pajak diberlakukan dengan

mekanisme progresif. Dengan mekanisme tersebut pengenaan pajak

kepada seseorang bergantung dari tingkat pendapatannya. Semakin tinggi

pendapatan, maka pajak yang dikenakan akan semakin besar.

3) Menaikkan tingkat konsumsi masyarakat mulai dari kebutuhan pokok

seperti makanan, pakaian, dan perumahan sampai dengan kebutuhan

yang lebih tinggi seperti barang-barang mewah dan konsumsi tahan lama.

Produk Domestik Neto atas dasar harga pasar, minus pajak tidak

langsung neto, akan sama dengan :

1) Produk Domestik Neto atas dasar biaya faktor, ditambah pendapatan neto

yang mengalir dari luar negeri, akan sama dengan

2) Pendapatan Nasional, minus pajak pendapatan perusahaan, keuntungan

yang tidak dibagikan, dan iuran kesejahteraan sosial; plus transfer yang

diterima oleh rumah tangga, bunga neto atas hutang pemerintah, akan

sama dengan

3) Pendapatan yang siap dibelanjakan.

Pada hakekatnya perhitungan pendapatan nasional dapat dilaksanakan

dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan pendapatan (penerimaan),

pendekatan pengeluaran, dan pendekatan produksi.

Pendapatan nasional adalah hasil penjumlahan seluruh penerimaan

masyarakat dalam suatu negara pada periode tertentu menurut pendekatan

pendapatan. Hasil dari penjumlahan tersebut dikenal dengan pendapatan

nasional dalam pengertian konsep National Income (NI). Pendapatan tersebut

adalah imbalan atas pemilikan item-item yang ikut serta dalam berjalannya

produksi. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional bila ditinjau dari

konsep National Income (NI) adalah hasil penjumlahan dari :

1) Sewa yang merupakan imbalan untuk pemilik faktor produksi maupun

faktor-faktor lain yang telah disewakan

2) Upah dan gaji yang sebagai imbalan tenaga kerja

3) Bunga sebagai imbalan pemilik modal

4) Laba sebagai imbalan bagi pengusaha (entrepreneur)

Berdasarkan komponen-komponen di atas, NI dapat diformulasikan

melalui rumus :

NI = r + w + i + p

Page 23: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 13

r = rent atau sewa

w = wage atau upah

i = interest atau bunga

p = profit atau laba

Pendapatan nasional melalui pendekatan pengeluaran adalah jumlah

pengeluaran secara keseluruhan dalam suatu masyarakat dengan komponen-

komponen pengeluaran yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi (I),

pengeluaran pemerintah (G), dan selisih antara ekspor (X) dengan impor (M).

Pengeluaran rumah tangga adalah semua barang dan jasa yang dibeli

oleh rumah tangga dalam kurun waktu satu tahun, kecuali pembelian rumah

dimasukkan ke dalam investasi (I).

Pengeluaran sektor perusahaan meliputi belanja barang modal yang

tidak dimaksudkan untuk investasi. Sebagian besar investasi dilakukan oleh

perusahaan dibandingkan rumah tangga. Investasi bruto adalah investasi total

dalam suatu perekonomian, sedangkan investasi neto adalah investasi bruto

minus penyusutan

Pengeluaran pemerintah (G) mencakup total belanja barang dan jasa

yang dilakukan oleh pemerintah dalam satu tahun. Pengeluaran pemerintah

berupa bantuan untuk korban bencana alam adalah pengeluara kepada

masyarakat yang tidak terdapat balas jasa langsung sehingga tidak

dimasukkan dalam komponen G.

Sementara hubungan ekonomi dengan negara lain mengakibatkan

adanya aktivitas ekspor (X) dan impor (M). Ekspor neto adalah pengeluaran

yang terjadi karena hubungan ekonomi dengan negara lain dimana ekspor

neto didapat dengan eskpor minus impor (X-M).

Melalui seluruh komponen-komponen pengeluaran di atas, maka

perhitungan National Income (NI) dapat diformulasikan sebagai berikut :

Konsep pendapatan nasional kita adalah GDP dan GNP, dimana GDP

mengukur aktivitas dalam suatu wilayah negara, sementara GNP mengukur

aktivitas seluruh warga negara di dalam suatu bangsa. Oleh sebab itu untuk

perhitungan GNP harus diperhitungkan selisih antara aktivitas ekonomi warga

negara asing di suatu negara dengan aktivitas warga negara tersebut di

negara lain. Selisih aktivitas tersebut merupakan selisih penerimaan faktor

produksi yang di dapat dari negara lain dikurangi dengan pengeluaran untuk

faktor produksi yang dibayarkan untuk faktor produksi warga negara asing.

Selisih aktvitas ekonomi tersebut dinamakan Net Factor Payment (F).

Sehingga GDP dan GNP dapat diformulasikan sebagai berikut :

NI = C + I + G + (X-M)

GDP = C + I + G +( X-M)

GNP = C + I + G +( X-M) + F

Page 24: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 14

GDP dan GNP tersebut dihitung melalui pendekatan pengeluaran yang

disebut dengan Gross Domestic Expenditure (GDE) dan Gross National

Expenditure (GNE).

Penghitungan pendapatan nasional melalui pendekatan produksi

dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai produksi akhir di suatu negara

dalam satu periode tertentu.

Melalui pendekatan produksi ini sektor perekonomian dibagi menjadi 11

sektor, yaitu :

1) Tenaga listrik, gas, dan air minum

2) Industri pengolahan

3) Perdagangan, hotel, dan restoran

4) Pertanian, kehutanan, dan perikanan

5) Bangunan

6) Pengangkutan dan komunikasi

7) Sewa rumah

8) Perbankan dan lembaga keuangan lainnya

9) Sektor pemerintah

10) Pertambangan dan penggalian

11) Jasa-jasa lainnya

GNP perkapita menunjukkan output rata-rata yang dihasilkan oleh

penduduk dalam suatu perekonomian. GNP perkapita diihitung dari total GNP

dibagi jumlah penduduk. Menaikkan GNP perkapita merupakan salah satu

tujuan pembangunan ekonomi. Kenaikan GNP perkapita sangat penting,

karena peningkatan GNP saja yang kemudian turut dibarengi oleh kenaikan

jumlah penduduk berarti perekonomian tidak mengalami peningkatan secara

riil. Oleh sebag itu, untuk mengindikasikan perekonomian mengalami

peningkatan secara riil dilihat dari kenaikan GNP perkapita. Sehingga suatu

negara yang sedang terus membangun, selain berusaha untuk meningkatkan

jumlah GNP juga harus terus berupaya menekan pertumbuhan penduduk,

sehingga kesejahteraan yang menjadi tujuan utama pembangunan dapat

ditingkatkan.

Tolok ukur berjalannya pembangunan menggunakan GDP dan GNP

perkapita sebagai alat ukurnya disebabkan beberapa pertimbangan, yaitu :

1) Peningkatan GNP menjadi sasaran utama yang harus dicapai dalam

pembangunan, sehingga GNP menjadi indikator dari seluruh kegiatan

perekonomian.

2) Cara perhitungannya sudah dikenal dan berkembang luas sehingga mudah

dipahami meskipun kompleks.

3) Perhitungan GNP sudah digunakan oleh negara-negara anggota PBB dan

tercantum dalam data statistik PBB.

Meskipun sudah banyak digunakan, namun penggunaan GNP sebagai

indikator keberhasilan pembangunan masih dirasakan belum sempurna dan

menimbulkan banyak kritik. Hal tersebut disebabkan beberapa kelemahan

yang muncul dalam penggunaan GDP sebagai indikator keberhasilan

pembangunan, diantaranya :

1) GNP tidak mengukur distribusi pendapatan.

Page 25: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 15

2) GNP tidak menghitung dan memberikan informasi mengenai jumlah

pengangguran.

3) GNP tidak mengukur aspek non ekonomi.

4) GNP tidak mengukur ongkos sosial akibat dibangunnya pabrik-pabrik yang

menimbulkan polusi dan kerusakan lingkungan.

5) Untuk negara dengan data statistiknya masih belum sempurna dan

perekonomiannya inkonsisten, penghitungan GNP menjadi tidak akurat.

6) GNP kurang tepat jika digunakan sebagai alat pembanding antar negara.

Dari kelemahan-kelemahan yang ada, para ahli berusaha untuk

menyempurnakan konsep GNP sebagai alat ukur dan memberikan beberapa

alternatif konsep yang lain sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan.

Beberapa alternatif konsep yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

pemerataan dan distribusi pendapatan diantaranya :

1) Net Economic Welfare (NEW)

2) Physical Quality of Life Index (PQLI)

b. Net Economic Welfare

Pemikiran tentang tolok ukur kesejahteraan diperkenalkan oleh James

Tobin dan William Nordhaus pada tahun 1972. Keduanya memperkenalkan

konsep Net Economic Welfare (Arsyad, 1999) dengan melakukan

penyempurnaan nilai-nilai GNP dengan harapan memperoleh indikator yang

lebih baik.

Net Economic Welfare (NEW) merupakan konsep yang berusaha

menampilkan tolok ukur ekonomi yang lebih baik dengan melakukan koreksi

dan penyempurnaan komponen-komponen yang ada dalam konsep GNP.

Ada beberapa komponen baru yang dinilai positif sebagai komponen nilai

tambah dan beberapa komponen yang dinilai negatif sebagai komponen

pengurang.

Komponen baru sebagai nilai tambah diantaranya :

1) Nilai tertentu dari kenikmatan yang didapat dari waktu luang.

2) Nilai tambah yang dihasilkan dati aktivitas yang tidak melalui pasar seperti

mencuci sendiri dan memperbaiki pagar rumah.

3) Nilai tambah dari aktivitas sektor informasi.

Komponen baru sebagai pengurang diantaranya :

1) “Nilai kerusakan” yang timbul dari kasus-kasus kerusakan lingkungan yang

pada dasarnya dapat menurunkan kesejahteraan.

3. Indikator Non Ekonomi

a. Physical Quality of Life Index (PQLI)

Indeks Kualitas Hidup atau Physical Quality of Life Index (PQLI) adalah

angka yang menjadi penjumlahan keseluruhan komponen tolok ukur yaitu

kesehatan, gizi, dan pendidikan.

Kesehatan, gizi, dan pendidikan adalah hal yang mutlak untuk

mendapatkan mutu hidup yang lebih baik. Hal tersebut dapat diukur dengan

melihat data jumlah bayi yang mengalami kematian (infant mortality), harapan

Page 26: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 16

hidup pada saat usia satu tahun (life expectation at age one) dan tingkat

melek huruf (literacy) dari orang dewasa (kategori 15 tahun ke atas).

Jumlah bayi yang mengalami kematian dan harapan hidup pada usia

satu tahun dapat digunakan sebagai indikator yang menunjukkan dampak dari

kesehatan masyarakat, peningkatan gizi, peningkatan pendapatan, dan

peningkatan kualitas lingkungan. Disamping hal tersebut juga dapat

mencerminkan interaksi dari beberapa aspek sosial. Angka kematian bayi

(tidak secara mutlak) misalnya dapat dipicu dari ketersediaan air bersih,

kondisi kesehatan lingkungan dan kondisi kesejahteraan ibunya. Sedangkan

harapan hidup pada umur satu tahun (tidak secara mutlak) mencerminkan

tingkat gizi dan kualitas lingkungan. Tingkat melek huruf dapat digunakan

untuk mengukur tingkat keterampilan dan kesejahteraan yang berpengaruh

terhadap keberhasilan pembangunan.

Tingkat kematian bayi dihitung dari kematian bayi perseribu kelahiran

hidup. Kondisi terbaik dicerminkan angka kematian bayi adalah tujuh

perseribu, sedangkan kondisi terburuk dicerminkan oleh angka kematian bayi

dua ratus dua puluh sembilan perseribu. Angka terbaik yang dicerminkan dari

perkiraan harapan hidup setelah usia satu tahun adalah tujuh puluh tujuh

tahun, sedangkan yang terburuk adalah tiga puluh delapan tahun. Sasaran

yang harus dicapai dari tingkat melek huruf adalah seratus persen.

PQLI atau disebut juga Indeks Kualitas Hidup (IKH) dnilai dengan

menggunakan skala nilai 1 hingga 100, dimana nilai 1 menunjukkan kondisi

yang sangat buruk dan nilai 100 menunjukkan kondisi sangat baik. Cara

penghitungannya pun cukup sederhana. Setelah masing-masing indikator

menghasilkan skala nilai, maka indeks komposit dihitung dari rata-rata

penilaian ketiga indikator tersebut. Hal ini menunjukkan PQLI atau IMH yang

diperoleh memiliki nilai yang berkisar dari 1 sampai dengan seratus.

b. Human Development Index (HDI)

Pada tahun 1990 United National Development Program (UNDP) telah

membuat laporan Laporan Perkembangan Sumber Daya Manusia. Dalam

laporan tersebut ada hal yang menarik yaitu penyusunan dan perbaikan

Human Development Index (HDI). Sama dengan PQLI, HDI juga berusaha

untuk meranking negara-negara dengan menggunakan nilai 0 sebagai angka

terendah dari pembangunan manusia, kemudian angka tertinggi dari tingkat

pembangunan manusia yang ditunjukkan dengan angka 1 , ditinjau dari tiga

tolok ukur, yaitu :

1) Kemungkinan harapan kehidupan yang merupakan tolok ukur panjangnya

umur seseorang.

2) Banyaknya orang dewasa yang dapat membaca diberi nilai dua pertiga dan

lamanya bersekolah diberi nilai sepertiga merupakan pengukuran dari

tingkat pengetahuan negara tersebut.

3) Pendapatan perkapita sebenarnya sesuai dengan daya beli dan mata uang

yang dipakai oleh masing-masing negara merupakan pengukuran dari

penghasilan suatu negara.

Page 27: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 17

Ditinjau dari ketiga tolok ukur di atas dan dengan menerapkan formula

yang kompleks terhadap 160 negara, maka untuk perankingan HDI dibagi ke

dalam 3 kategori sebagai berikut :

1) Indeks HDI antara 0,0 sampai 0,50 masuk ke dalam kelompok negara

dengan kualitas pembangunan manusia yang tergolong rendah.

2) Indeks HDI antara 0,51 sampai 0,78 masuk ke dalam kelompok negara

dengan kualitas pembangunan manusia yang tergolong menengah.

3) Indeks HDI antara 0,80 sampai 1,00 masuk ke dalam kelompok negara

dengan kualitas pembangunan manusia yang tergolong tinggi.

4. Beberapa Indikator Tingkat Pembangunan Lainnya

a. Garis Kemiskinan (Poverty Line)

Garis kemiskinan adalah tingkat pendapatan yang menunjukkan batas

minimal untuk kelangsungan hidup manusia, dalam hal ini manusia hidup

pada tingkat kemelaratan. Garis kemiskinan ditinjau dari pendapatan akan

menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

1) Pendapatan yang diterima tidak mencukupi untuk membeli makanan dalam

rangka memenuhi kebutuhan fisik sehari-hari, apalagi untuk memenuhi

kebutuhan gizi yang layak.

2) Pendapatan tersebut juga dinilai tidak cukup untuk membeli bahkan

menyewa tempat untuk berteduh yang minimal, apalagi tempat berteduh

yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.

3) Pendapatan tersebut juga tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan,

baik untuk orang tua, anak-anak dan keturunan selanjutnya terancam

dalam kehidupan yang melarat.

Garis kemiskinan atau batas kemelaratan tersebut banyak dipengaruhi

oleh tingkat pendapatan rata-rata perkapita penduduk dan ruang lingkup

sosial budaya masyarakat. Karena lingkup sosial budaya yang berbeda antara

satu negara dengan negara yang lain, maka agak sulit untuk menetapkan

garis kemiskinan yang dapat berlaku universal dan dapat diterapkan di semua

bangsa atau negara.

Walaupun demikian, para ahli menyadari hal tersebut dan merasa perlu

untuk bekerja dengan dua macam garis kemiskinan yang digunakan bagi

keperluan perencanaan, yaitu sejumlah 50 dollar Amerika untuk desa-desa,

kemudian untuk kota-kota garis kemiskinannya sebesar 75 dollar Amerika

yang dinyatakan dalam harga di tahun 1973. Masalah kemiskinan absolut

dapat dilihat dari seberapa besar jumlah penduduk yang berada di bawah

garis kemiskinan tersebut.

b. Kebutuhan Dasar Minimum

Sayogyo telah menetapkan garis kemiskinan berdasarkan atas

kebutuhan dasar minimum yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Page 28: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 18

1) Untuk kawasan pedesaan, rumah tangga dengan pengeluaran setara 320

kg nilai beras yang ditukar dengan sejumlah uang masuk dalam kategori

miskin.

2) Untuk kawasan perkotaan masuk kategori miskin bila pengeluaran rumah

tangga di bawah 480 kg nilai tukar beras per orang dalam satu tahun, lebih

miskin lagi bila di bawah 380 kg nilai tukar beras per orang dalam satu

tahun, dan paling miskin bila di bawah 270 kg nilai tukar beras per orang

dalam satu tahun.

3) Golongan masyarakat dengan pengeluaran rumah tangga berkisar 240-320

kg nilai tukar beras di pedesaan dan 360-480 kg nilai tukar beras di

perkotaan masuk dalam kategori berada di ambang kecukupan pangan.

c. Kriteria Bank Dunia (The Low 40%)

Ditinjau dari perbedaan jumlah pendapatan atau tingkat kesenjangan

pendapatan dalam suatu masyarakat atau negara, maka penduduk di dalam

suatu negara dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Kelompok penduduk dengan penghasilan tinggi yang berjumlah dua puluh

persen dari keseluruhan penduduk.

2) Empat puluh persen dari keseluruhan penduduk adalah kategori penduduk

yang memiliki penghasilan menengah.

3) Empat puluh persen dari keseluruhan penduduk adalah kategori penduduk

yang memiliki penghasilan rendah.

5. Hakikat Keberhasilan Pembangunan

Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara berkembang dan

mengalami berbagai kegagalan menjadi pelajaran tersendiri mengenai hakikat

keberhasilan pebangunan sesungguhnya. Negara-negara berkembang

khususnya terkungkung dengan paradigma pembangunan sebagai pertumbuhan

ekonomi, sehingga mereka hanya terpaku pada usaha-usaha untuk menaikkan

pertumbuhan ekonominya.

Keberhasilan pembangunan bukan hanya diukur dari kenaikan pendapatan

perkapita penduduknya, namun lebih dari itu aspek kualitatif harus dijadikan tolok

ukur dari pencapaian keberhasilan pembangunan di suatu negara. Tujuan

pembangunan tidak hanya tujuan ekonomi, namun juga mengandung tujuan-

tujuan sosial yang mulia seperti pengentasan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan

pokok, pemerataan pendapatan, dan perluasan kesempatan kerja.

Suatu keadaan yang ironis bila pembangunan tidak dapat dirasakan oleh

seluruh lapisan masyarakat bahkan lebih jauh lagi pembangunan terkadang

mengakibatkan kesengsaraan di dalam masyarakat. Pelaksanaan pembangunan

di negara berkembang pada prakteknya tidak sesederhana teori yang dibuat oleh

para ahli, oleh karena permasalahan yang begitu kompleks di negara-negara

berkembang. Suatu teori bisa diaplikasikan di suatu negara, namun belum tentu

teori yang sama bisa digunakan di negara lainnya.

Pendekatan pembangunan yang bersifat kuantitatif seperti pertumbuhan

ekonomi ternyata memiliki dampak negatif dan menyesatkan. Pemerintah hanya

berusaha melakukan pembangunan dari segi kuantitatif dengan mengejar

Page 29: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 19

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita namun di sisi lain mengabaikan

hakikat dan makna sesungguhnya dari pembangunan itu sendiri. Pembangunan

dari sisi kuantitatif memang lebih mudah dilakukan dan sudah disediakan

indikator untuk mengukurnya. Namun, pendekatan kualitatif tidak dapat diabaikan

begitu saja mengingat dampaknya terhadap kehidupan sosial masyarakat di

negara tersebut.

Di masa mendatang pembangunan ekonomi akan mengalami pergeseran

nilai yang semula hanya terfokus pada pendekatan kuantitatif , maka masa

mendatang pendekatan kualitatif juga harus diperhatikan. Pergeseran nilai

tersebut bukan sesuatu yang istimewa di dalam ilmu sosial, karena pada

hakekatnya kehidupan sosial akan bergeser dari masa ke masa dan mengalami

perubahan yang terus menerus. Perubahan tersebut adalah sesuatu yang tidak

dapat dihindari dan harus terjadi. Tinggal bagaimana negara-negara khususnya

negara berkembang menanggapi pergeseran nilai tersebut.

Di Indonesia, ketimpangan pembangunan dapat dilihat dan menjadi

fenomena sosial masyarakat kita dewasa ini. Meskipun pembangunan ekonomi

terus berjalan dan mengalami peningkatan seperti adanya kenaikan

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, namun pencapaian tersebut

belum dinikmati oleh sebagian penduduk di wilayah Indonesia, terutama mereka

yang tinggal di Indonesia bagian Timur. Angka kemiskinan dan kesenjangan

pendapatan menjadi masalah utama perekonomian di Indonesia, hal tersebut

dipicu oleh tidak meratanya pembangunan dan kesempatan kerja sehingga

sampai saat ini masalah kemiskinan masih belum dapat ditanggulangi.

Oleh karena itu negara-negara berkembang khususnya Indonesia harus

lebih memperhatikan pendekatan kualitatif sebagai indikator keberhasilan

pembangunan disamping pendekatan kuantitatif. Dengan memperhatikan aspek-

aspek sosial budaya diharapkan pembangunan yang dilaksanakan dapat

dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga kesenjangan kemakmuran

yang ada selama ini dapat dikurangi.

Tujuan yang mulia dari pembangunan yaitu masyarakat yang sejahtera

dalam semua aspek memang bukan suatu hal yang mudah untuk dicapai.

Dengan tekad yang kuat dari seluruh lapisan masyarakat dan keseriusan

pemerintah membangun perekonomian dengan memperhatikan aspek-aspek

sosial, kemakmuran yang merata dapat terwujud di Indonesia.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Sebutkan dua macam indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur

keberhasilan pembangunan dan jelaskan bagaimana cara mengukurnya.

2. Sebutkan dua macam indikator non ekonomi yang dapat digunakan untuk

mengukur keberhasilan pembangunan dan jelaskan bagaimana cara

mengukurnya.

3. Sebutkan indikator-indikator keberhasilan pembangunan lainnya yang anda

ketahui dan jelaskan bagaimana cara mengukurnya.

4. Keberhasilan pembangunan di negara berkembang khususnya Indonesia belum

dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Menurut anda apa yang dimaksud

Page 30: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 20

dengan hakikat keberhasilan pembangunan dan bagaimana hubungannya

dengan pemerataan pembangunan di Indonesia.

D. Referensi

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Page 31: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 21

PERTEMUAN III

TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN

EKONOMI

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji teori-teori pertumbuhan ekonomi linier dan membandingkan teori-teori

tersebut.

2. Mengkaji teori-teori perubahan struktural dan membandingkan teori-teori

tersebut.

3. Mengkaji teori dependensia dalam pembangunan.

4. Mengkaji teori neo klasik penentang revolusi.

5. Mengkaji teori Schumpeter.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Suatu teori diperlukan untuk memberikan penjelasan secara sederhana

mengenai gambaran situasi yang sesungguhnya. Berkaitan dengan hal tersebut,

maka teori ekonomi pembangunan dibuat oleh para ahli dalam rangka

menjelaskan mengenai variabel-variabel apa yang terkait dan turut berkontribusi

terhadap kenaikan output perkapita dalam jangka panjang di suatu masyarakat

atau negara dan bagaimana variabel-variabel tersebut saling mempengaruhi

antara satu dengan yang lain dalam suatu proses pembangunan. Jadi, teori

ekonomi pembangunan berusaha untuk mengungkapkan secara logis dan

sistematis mengenai variabel-variabel yang terkait dengan pembangunan

tersebut bekerja dan bagaimana proses pembangunan itu sendiri dapat terjadi.

Banyak teori-teori mengenai ekonomi pembangunan sehingga sulit untuk

dikelompokkan, oleh karena perbedaan periode lahirnya teori-teori tersebut serta

gagasan-gagasan yang ingin disampaikan oleh penggagasnya. Namun

pengelompokan sejatinya menjadi suatu keharusan untuk memudahkan kita

mempelajari dan menganalisa ide-ide dan gagasan-gagasan yang ada dari

peengelompokan tersebut. Maka, Todaro (Kuncoro, 2000) berusaha

mengkasifikasikan teori-teori yang ada melalui 4 macam pendekatan.

Berikut ini beberapa teori ekonomi pembangunan yang pernah ada dan

mempengaruhi pemikiran-pemikiran dalam pengambilan kebijakan dan

penyusunan strategi pembangunan khususnya di negara-negara berkembang.

2. Teori Ekonomi Linier

a. Teori Pertumbuhan Adam Smith

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap

pertumbuhan yang berurutan dimulai dari masa perburuan, masa beternak,

masa bercocok tanam, masa perdagangan, dan terakhir adalah tahap

Page 32: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 22

perindustrian. Berdasarkan teori ini pertumbuhan masyarakat dimulai dari

masyarakat tradisional menuju tahap masyarakat modern yang kapitalis.

Lewat analisa tersebut Adam Smith beranggapan bahwa tenaga kerja adalah

salah satu unsur yang berperan dalam suatu kegiatan menghasilkan barang

atau produksi. Pembagian kerja secara khusus menjadi bahasan pokok dalam

analisa tersebut dalam rangka meningkatkan output yang dihasilkan oleh

masing-masing pekerja. Teori ini yang kemudian dikenal sebagai spesialisasi

kerja menurut Adam Smith. Spesialisasi tersebut melibatkan faktor-faktor lain

yang ikut berperan dalam pencapaian target yaitu peningkatan ketrampilan

kerja dan penemuan alat-alat produksi yang dapat mengurangi pemborosan

energi para pekerja.. Pengkhususan tugas yang dilakukan tersebut dapat

terlaksana pada fase dimana sistem perekonomian yang dilakukan adalah

sistem kapitalis dan modern. Hasil yang didapat akan terlihat signifikan dan

terjadi secara serentak, dimana terdapat sinergi satu sama lain menurut Adam

Smith. Penambahan hasil yang terlihat pada satu bagian akan mendorong

terjadinya peningkatan investasi, meningkatkan spesialisasi, ditemukannya

teknologi yang lebih modern, dan ekspansi wilayah penjualan.

Proses pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan dimana pada akhirnya

terkendala oleh sumber daya alam yang ada dan terbatas. Pada akhirnya

proses pertumbuhan itu sendiri akan mengalami perlambatan pada saat

sumber daya alam tidak lagi tersedia untuk suatu aktivitas ekonomi yang

harus terus berjalan sementara sumber daya yang ada sudah menipis bahkan

lama kelamaan habis.

Tahap-tahap pembangunan tersebut terjadi dengan asumsi awal bahwa

situasi pasar dimana tahapan tersebut berlangsung adalah pasar dimana

didalamnya berlangsung persaingan secara alami yang dikenal dengan pasar

persaingan sempurna. Adapun karakteristik pasar tersebut adalah :

1) Di dalamnya banyak pembeli serta penjual yang bertransaksi.

2) Barang yang ditawarkan jenisnya sama.

3) Masing-masing baik pembeli ataupun penjual tidak memiliki itikad buruk

atau kerjasama yang merugikan.

4) Setiap unsur yang ada di dalam pasar tersebut memiliki bergerak secara

cepat.

5) Situasi pasar dan segala seluk beluk mengenai kondisi pasar diketahui

secara rinci baik oleh pembeli maupun penjual.

b. Teori Pembangunan Karl Marx

Proses perubahan perkembangan masyarakat dikemukakan oleh Karl

Marx pada karyanya yang masyhur yaitu Das Kapital. Dalam buku tersebut

disebutkan tiga tahap perubahan di dalam masyarakat yang dimulai dengan

tahap feodalisme yang masih sangat tradisional, kemudian berubah menjadi

kapitalisme, dan pada ahirnya adalah yang dikenal sebagai sosialisme.

Perubahan yang berlangsung secara berangsur-angsur di dalam masyarakat

tersebut akan berjalan seiring dengan pembangunan dan kemajuan yang

dihasilkan.

Page 33: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 23

Pada masa tradisional situasi masyarakat masih sangat memprihatinkan

dengan berjalannya sistem feodal. Pada tahap ini kalangan bangsawan

sebagai pemilik tanah-tanah rakyat menduduki posisi tawar menguntungkan

dibandingkan pelaku ekonomi lainnya. Sama halnya dengan tahap

feodalisme, pada tahap kapitalisme ada pihak yang memiliki posisi tawar yang

menguntungkan yaitu para pengusaha dibangingkan pelaku ekonomi lainnya

terutama buruh. Karl Marx memiliki pandangan bahwa buruh hanya sebagai

masukan (input) dalam proses produksi sehingga berada pada situasi yang

kurang menguntungkan terutama di hadapan majikan yang berpaham

kapitalis. Akibatnya buruh hanya dimanfaatkan tenaganya dan menjadi korban

eksploitasi besar-besaran para majikan. Pemupukan modal akhirnya menjadi

kata kunci untuk meningkatkan pendapatan pada waktu selanjutnya.

Bersamaan dengan penggunaan alat-alat produksi modern terjadi, para

pelaku usaha berpikir untuk menginvestasikan modal yang diperolehnya

dengan membeli mesin-mesin yang bersifat padat capital dengan tujuan

memaksimalkan keuntungan. Pemakaian mesin pada proses produksi

mengakibatkan tenaga manusia tidak dibutuhkan lagi sehingga

mengakibatkan pengangguran. Kondisi ini mendorong para pekerja dalam hal

ini buruh mengadakan gerakan untuk keluar dari situasi yang sangat tidak

menguntungkan tersebut. Pada tahap ini akhirnya melahirkan sistem sosial

selanjutnya yang disebut sistem masyarakat sosialis. Revolusi yang terjadi

melahirkan perubahan signifikan pada setiap lini kehidupan masyarakat, yang

paling mendasar adalah mengenai aturan dalam hal kepemilikan sumber daya

dan cara-cara yang digunakan daam produksi itu sendiri. Pemupukan

investasi yang diberlakukan pada masyarakat sosialis beralih ke pemerataan

kesempatan pemilikan sumber daya. Masyarakat yang semula bersifat

individualistis dan materalistis beralih ke sistem tatanan masyarakat sosialis.

Teori pembangunan yang digagas oleh Karl Marx memiliki argumen

dengan asumsi bahwa pada dasarnya masyarakat dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

1) Kelompok orang yang memiliki tanah dan tidak memiliki tanah

2) Kelompok orang yang memiliki modal dan tidak memiliki moda

Asumsi Karl Marx tersebut didasarkan perbedaan kelas dan konflik yang

terjadi di masyarakat, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antar

kelompok kelas di masyarakat.

Kritik yang ditujukan kepada Karl Marx adalah mengenai asumsi adanya

nilai lebih dalam suatu perekonomian, dimana diharuskannya suatu sistem

bermasyarakat yang baru secara cepat menjadi masyarakat sosialis dengan

meninggalkan sistem yang lama. Pendapatnya ini justru memberikan

sumbangan terhadap kelanggengan kehidupan perekonomian kapitalis.

c. Teori Tahap-tahap Pertumbuhan Rostow

Rostow memperkenalkan teori-teori tahap pertumbuhan pada

pertengahan tahun lima puluhan dan tercantum dalam bukunya yang

diluncurkan tahun 1960. Karya Rostow tersebut dikenal dengan judul The

Stages of Economic Growth : a non-communist manifesto.

Page 34: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 24

Rostow berpendapat bahwa setiap negara akan melalui tahap-tahap

berikut sesuai dengan proses pembagunan ekonomi yang sedang

berlangsung, yaitu :

1) Masyarakat tradisional

Masyarakat tradisional digambarkan Rostow sebagai masyarakat

yang masih melakukan produksi dengan cara-cara yang tergolong sangat

terbelakang , baik dalam penggunaan alat maupun proses produksi yang

dikerjakannya. Struktur masyarakat masih sangat sulit untuk berkembang

karena terbatasnya faktor-faktor pendukung pendukung produksi seperti

pengetahuan yang masih sangat minim dan sikap masyarakat yang

ditunjukkan. Mengenai sikap masyarakat tersebut dapat dipahami bahwa

pada masyarakat tradisional cara berpikir sebagian besar masyarakat

masih dipengaruhi oleh hal-hal mistis dan tidak masuk diakal yang

merupakan warisan budaya leluhur mereka.

Ciri-ciri masyarakat tradional menurut Rostow adalah sebagai berikut:

a) Hampir seluruh masyarakat mengandalkan pertanian sebagai sumber

penghasilannya. Dalam kegiatan pertanian yang berlangsung tersebut

hasil produksi yang dihasilkan masih sangat rendah , baik secara

keseluruhan maupun hasil produksi masing-masing individunya.

b) Cara pandang masyarakat dalam menilai seseorang masih sangat

dipengaruhi oleh hubungan darah dan status sosial masyarakat tersebut

yang berlangsung secara turun temurun. Rasa kesukuan masih sangat

kental di dalam masyarakat, sehingga kemungkinan untuk

meningkatkan penghidupan sangat kecil sekali terutama dalam bidang

pertanian.

c) Kalangan bangsawan yang menguasai kepemilikan tanah di daerah-

daerah sangat mempengaruhi setiap aturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah pusat. Bidang politik masih terdapat sentralisasi.

2) Prasyarat lepas landas

Fase ini sangat menentukan perkembangan ekonomi hingga ke fase

berikutnya, karena pada fase ini masyarakat harus menyiapkan diri sendiri

atau dibantu oleh pihak luar untuk meraih suatu titik yang nantinya akan

menjadi penopang untuk bergerak terus secara berkesinambungan.

Setelah melewati fase ini maka kegiatan pembangunan ekonomi serta

pertumbuhan yang diharapkan akan lebih mudah untuk dilakukan secara

serta merta.

Pada tahap ini terdapat dua model tahapan yaitu :

a) Masyarakat tradisional yang sudah berlangsung secara turun temurun

harus dirubah secara paksa. Hal ini dicapai oleh negara-negara di

Afrika, Timur Tengah, Asia Timur, dan Eropa.

b) Mencapai fase ini tanpa merubah struktur masyarakat yang sudah

berlangsung lama yang oleh Rostow disebut sebagai born free. Negara-

Page 35: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 25

negara tersebut adalah Selandia Baru, Australia, Kanada, dan Amerika

Serikat.

Tahap prasyarat lepas landas adalah tahap peralihan menuju tahap

lepas landas. Untuk ini sektor pertanian sangat diperlukan dalam tahap ini

untuk :

a) Menjamin tersedianya bahan pangan bagi pertambahan penduduk.

b) Dengan makin maraknya industri di perkotaan maka harus tersedia

bahan baku yang cukup untuk menjamin stok makanan bagi penduduk

yang tinggal di kota.

c) Industrialisasi harus ditunjang oleh sektor pertanian yang mapan.

d) Ekspansi wilayah penjualan barang-barang industri.

e) Pengenaan pajak terhadap sektor pertanian, sehingga pertanian ikut

serta menjadi sumber penerimaan negara yang digunakan untuk

pembiayaan oleh pemerintah.

f) Simpanan pemerintah harus tercipta untuk mendorong kegiatan sektor

industri.

3) Tahap lepas landas

Fase ini berlangsung dengan perubahan yang terjadi pada sektor

investasi yang mengalami peningkatan dan perubahan-perubahan lainnya.

Dengan bertambahnya investasi dapat mendorong perluasan kesempatan

sektor usaha dan industri yang pada akhirnya menambah pendapatan

nasional. Dengan bertambahnya penerimaan negara yang melebihi laju

pertumbuhan penduduk, akan meningkatkan pendapatan masyarakat

perkapita. Adapun ciri-ciri tahap lepas landas adalah sebagai berikut :

a) Investasi yang semula kurang dari 5% meningkat menjadi 10% dari total

produk nasional neto dan disalurkan pada sektor yang semestinya.

b) Sektor industri berkembang dengan sangat pesat pada satu atau

beberapa sektor.

c) Segera tercapainya satu kerangka politik, sosial, dan institusional yang

diperlukan untuk menciptakan :

(1) Pertumbuhan dan perluasan di berbagai sektor modern.

(2) Potensi eksternalitas ekonomi yang diakibatkan oleh tahap lepas

landas sehingga diharapkan pertumbuhan akan terus menerus

berlangsung.

4) Gerak menuju kematangan

Fase ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadopsi dan

mengimplementasikan teknologi-teknologi modern yang ada pada

kebanyak sumber daya yang ada dan tersedia. Pada fase ini industri

permulaan sudah berhasil dilampaui dengan baik.

Pada fase ini pertumbuhan ekonomi bergerak terus meskipun dengan

laju pertumbuhan yang berubah-ubah, kadang naik kadang turun

Page 36: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 26

(fluktuatif). Pada tahap gerak menuju kematangan ini perekonomian

tumbuh dengan teratur dan terjadi perluasan pemakaian teknologi yang

sudah moderb secara menyeluruh dalam setiap sektor perekonomian.

Tahap ini juga ditandai dengan tumbuhnya industri-industri baru

mengakibatkan tertinggalnya industri –industri yang sudah lama. Keadaan

ini memungkinkan kenaikan output yang lebih tinggi dari pertambahan

penduduk, karena pemakaian mesin-mesin baru yang lebih modern.

Barang-barang yang sebelumnya diimpor, pada tahap ini sudah dapat

diproduksi di dalam negeri sendiri.

5) Tahap konsumsi masa tinggi

Kehidupan konsumsi masyarakat pada fase ini mengalami perubahan

disebabkan naiknya pendapatan perkapita sebagian besar masyarakat,

sehingga masyarakat tidak hanya dapat membeli kebutuhan pokok seperti

pakaian makanan, dan perumahan namun lebih dari itu semua. Pada

sistem ketenagakerjaan juga terjadi perubahan mendasar, baik dari

perbandingan masyarakat kota dari total penduduk, maupun perbandingan

jumlah penduduk yang bekerja pada sektor-sektor industri maupun kantor-

kantor mengalami peningkatan karena tersedianya lapangan pekerjaan

yang cukup banyak.

Pada tahap ini Rostow menyebutkan adanya persaingan di dalam

masyarakat dalam mendapatkan sumber daya-sumber daya yang ada

serta dukungan politik. Persaingan tersebut terjadi dengan tiga macam

tujuan sebagai berikut :

a) Adanya tujuan memperlebar pengaruh dan wilayah kekuasaan ke

negara lain sehingga cenderung untuk melakukan penaklukan.

b) Sistem pajak progresif dimana semakin besar pendapatan seseorang

maka akan semakin besar pajak yang dikenakan diharapkan dapat

menciptakan lebih meratanya pendapatan di dalam masyarakat, dan

pada akhirnya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

c) Merubah tingkat konsumsi masyarakat dari semula hanya

mengkonsumsi barang kebutuhan utama menjadi konsumsi barang

mewah dan tahan lama.

Simon Kuznets mengajukan kritik terhadap teori Rostow dengan

pertanyaan : Bagaimana mungkin suatu desain sederhana dapat menjadi

rangkuman deskriptif atau klasifikasi analitik dari suatu perubahan historis

yang beragam dan bervariasi?. Kuznets juga mengemukakan kemiripan

dan perbedaan antara teori Rostow dengan teori Marx. Teori Rostow pada

intinya menjadi alternatif dari teori Karl Marx, dimana Rostow menawarkan

Communism Manifesto. Jadi, pada intinya terdapat kesamaan antara teori

Rostow dengan Marx. Pertama adalah kedua teori tersebut sama-sama

menggambarkan terjadinya evolusi sosial khususnya di sektor ekonomi,

dan yang kedua Marx dan Rostow berusaha mengeksplorasi

permasalahan-permasalahan pembangunan yang terjadi serta dampaknya

terhadap kehidupan sosial. Ketiga, masing-masing menyadari bahwa

perubahan sistem ekonomi merupakan sesuatu yang wajar terjadi

Page 37: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 27

mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi pada sektor lain seperti

sosial, budaya, dan politik.

Perbedaan antara teori Rostow dan Marx dapat digambarkan sebagai

berikut:

a) Marx memandang manusia dari sudut yang kompleks dengan berbagai

dimensi kebutuhan tidak hanya melaui sudut pandang ekonomi tapi juga

sudut pandang budaya, sedangkan Rostow memiliki cara pandang yang

lebih sempit terhadap manusia sebagai homo economicus.

b) Marx mendasarkan teorinya pada konflik yang terjadi di masyarakat

seperti pertentangan antar kelas di masyarakat dan eksploitasi yang

terjadi antar satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Sedangkan

Rostow memiliki cara pandang terhadap interaksi kelas dalam

masyarakat dalam sistem kapitalis.

c) Marx berpijak pada asumsi terhadap kepemilikan sumber daya di

masyarakat dalam keputusan yang diambil, sedangkan Rostow

beranggapan bahwa perubahan ekonomi adalah suatu hal yang lumrah

terjadi apabila ada kepentingan di luar aspek ekonomi yang berlangsung

dalam kehidupan masyarakat.

3. Teori Perubahan Struktural

a. Teori Dualisme Sosial Boeke

Boeke memperkenalkan istilah dualisme sosial dengan asumsi bukan

suatu hal yang mustahil di tengah kehidupan masyarakat berlaku dua macam

sistem yang amat berlainan. Keduanya saling berdampingan walaupun tidak

dapat mempengaruhi satu sama lain. Tatanan sosial masyarakat yang lebih

maju terdapat di negara-negara Barat dan terus berlangsung sebagai imbas

dari perdagangan luar negeri dan sistem penjajahan yang berlangsung

selama berabad-abad. Sistem sosial ini mengakibatkan perubahan cara

berpikir segolongan masyarakat yang lebih maju mengikuti negara-negara lain

yang sudah lebih dulu maju. Sementara di sebagian masyarakat yang lain

tidak mengalami perubahan mendasar dibandingkan keadaan pada masa

sebelumnya. Hal inilah yang mendasari lahirnya teori dualisme sosial di

negara-negara berkembang sebagai akibat pertentangan yang terjadi di

masyarakat dalam penerimaan sistem sosial dari pihak asing atau penjajah

yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan sistem sosial pribumi yang

berkembang di masyarakat selama bertahun-tahun.

Dalam situasi yang demikian diperlukan kesabaran menunggu terjadinya

suatu evolusi pada saat dimana masyarakat siap menerima perubahan cara-

cara produksi yang lebih modern. Perubahan ini tidak dapat dipaksakan

karena kesiapan yang berbeda antar satu kelompok masyarakat dengan

kelompok masyarakat yang lain dalam hal penerimaan perubahan sosial.

Page 38: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 28

b. Teori Dualisme Ekonomi Arthur Lewis

Teori mengenai dualisme ekonomi pertamakali diperkenalkan oleh

Arthur Lewis lewat sebuah artikel yang berjudul “Pembangunan Ekonomi

dalam Penawaran Tenaga Kerja yang Tidak Terbatas’ yang dimuat dalam

majalah Inggris The Manchester School pada bulan mei 1954. Teori ini pada

intinya membahas mengenai pembangunan yang terjadi pada daerah

pedesaan dan perkotaan serta proses urbanisasi yang terjadi diantara kedua

tempat tersebut. Kemudian dibahas pula mengenai pola investasi yang ada

pada sektor modern termasuk di dalamnya mengenai mekanisme

pengupahan, yang kemudian sangat berpengaruh terhadap arus urbanisasi

yang terjadi.

Dalam kajiannya Lewis mengasumsikan tentang struktur perekonomian

di dalam suatu negara yang dikelompokkan sebagai berikut :

1) Perekonomian tradisional, dimana diasumsikan di daerah pedesaan

dimana berlaku sistem perekonomian tradisional produktivitas yang

dihasilkan sangat rendah dengan jumlah tenaga kerja yang berlebih

(surplus). Surplus tenaga kerja yang terjadi terkait dengan sistem

perekonomian yg masih tradisional yang ditandai dengan kehidupan

masyarakat yang berada pada tingkat sangat rendah sebagai akibat tingkat

perekonomian yang juga masih sangat rendah. Pada kondisi ini juga

penambahan tenaga kerja pada akhirnya malah dapat berakibat turunnya

produktivitas secara keseluruhan.

2) Perekonomian modern, dimana sistem perekonomian ini berada di daerah

perkotaan, dengan sektor industri yang memegang peran penting dalam

kegiatan perekonomian. Perekonomian modern ditandai dengan

produktivitas yang tinggi sebagai hasil faktor-faktor produksi ada tidak

terkecuali para pekerja yang kemudian menjadi sumber akumulasi modal.

Nilai produk marjinal terutama dari sektor tenaga kerja bernilai positif.

Artinya, masih tersedia kesempatan kerja bagi tenaga kerja untuk

meningkatkan produksi dan mencapai tingkat maksimal yang masih

mungkin dicapai. Hal ini membuka kesempatan bagi penduduk pedesaan

melakukan urbanisasi untuk mengisi lapangan pekerjaan yang masih

tersedia di perkotaan sebagai tambahan input tenaga kerja.

Teori Lewis ini dikembangkan dengan melakukan pengkajian lebih

mendalam terhadap permasalahan tersebut dengan berdasarkan anggapan-

anggapan di bawah ini :

1) Menutup diri terhadap kegiatan perdagangan dengan negara lain dan

investasi asing.

2) Faktor produksi yang dapat diatur adalah para pekerja.

3) Kemajuan teknologi yang digunakan baik sektor pertanian maupun industri.

4) Dalam sektor modern berlaku fungsi produksi om = f (K,L), dimana K dan L

saling mensubstitusi.

5) Tabungan dan investasi hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki

kemampuan.

Page 39: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 29

6) Pada sektor pertanian terdapat pengangguran semu, yaitu para pekerja

mendapat upah subsistem dan tidak memiliki tabungan.

Asumsi-asumsi tersebut menterjemahkan teori dualisme

ekonomi Arthur Lewis bahwa sebagai imbas pengangguran semu yang

berada di sektor pertanian, sektor industri memiliki kemungkinan untuk

berubah dengan sangat cepat menuju peningkatan yang akan melewati

jumlah peningkatan penduduk, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dari

pengangguran semu di sektor pertanian, sehingga perekonomian akan

kembali pada titik awal.

Pada titik ini, perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor

industri akan mengurangi output di sektor pertanian. Penurunan output di

sektor pertanian akan mengakibatkan kenaikan harga di sektor tersebut

dengan meningkatkan upah buruh untuk menjamin kestabilan daya beli.

Kenaikan harga tersebut menurunkan keuntungan di sektor industri dan

memperlambat laju pertumbuhan sektor tersebut.

Keadaan tersebut akan berlanjut pada satu titik dimana akan terjadi

kompetisi dalam memperebutkan tenaga kerja antara sektor industri dan

pertanian sehingga memaksa sektor pertanian untuk dikelola secara komersil

sama halnya dengan sektor industri. Bila ini terjadi, maka negara tersebut

sudah mengalami perubahan dari ekonomi agraris menuju negara industri

yang matang karena semua mengacu pada sisi komersil.

c. Teori Pola Pembangunan Hollis Chenery

Menurut Hollis Chenery dalam teorinya terjadi perubahan dalam struktur

ekonomi pada negara-negara sedang berkembang, dimana sebelumnya

mengedepankan sektor pertanian yang masih sederhana atau tradisional

beralih ke sektor industri. Hasil penelitian Chenery menunjukkan bahawa

perubahan tatanan sistem produksi akan berjalan seiring dengan adanya

kenaikan pendapatan perkapita masyarakat, yaitu suatu negara yang

sebelumnya lebih mengutamakan pertanian sebagai sektor pokok dalam

menunjang kegiatan perekonomian, mulai berubah dengan menjadikan sektor

industri sebagai sektor andalan perekonomian.

Berdasarkan peralihan struktural yang dialami dan tingkatan perkapita

penduduknya, Chenery mengelompokkan negara-negara sebagai berikut :

1) Negara dengan pendapatan perkapita kurang dari US $ 600 adalah negara

yang baru melakukan pembangunan atau negara sedang berkembang.

2) Negara yang memasuk fase transisi pengembangan adalah negara dengan

pendapatan perkapita US $ 600 hingga US $ 3000.

Penelitian dilakukan pada tahun 1976 dan didasarkan pada harga-

harga pada saat itu. Seiring perubahan waktu maka akan terjadi perubahan

nilai pendapatan perkapita yang menjadi acuan pengelompokan tersebut.

Peningkatan sektor industri di suatu negara akan berjalan seiring

peningkatan pendapatan perkapita, dan erat hubungannya dengan akumulasi

modal dan peningkatan sumber daya manusia. Perubahan struktural akan

sampai pada satu titik dimana terjadi penurunan konsumsi pada bahan

makanan bila ditinjau dari permintaan domestik.

Page 40: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 30

Permintaan terhadap pangan yang menurun akan beralih ke

peniningkatan permintaan sektor diluar pangan, selanjutnya produk nasional

bruto yang di dalamnya termasuk investasi dan anggaran pengeluaran

pemerintah akan mengalami peningkatan. Perubahan juga terjadi pada sektor

perdagangan dimana terjadi kenaikan impor. Selama perubahan berlangsung

akan terjadi peningkatan ekspor sektor industri dan penurunan impor sektor

yang sama.

Transformasi struktural juga memiliki dampak negatif dengan

meningkatnya arus urbanisasi yang justru dapat menghambat proses

pemerataan hasil pembangunan. Oleh karena itu perubahan struktural harus

diikuti dengan penurunan laju penduduk, pemerataan kesempatan belajar,

dan meminimalkan dualisme antara perkotaan dengan pedesaan. Bila hal itu

dapat dipenuhi akan terjadi peningkatan pendapatan yang diikuti dengan

pendapatan pemerataan di seluruh wilayah.

Negara-negara dengan populasi penduduk yang tinggi akan lebih

berorientasi untuk menggenjot sektor-sektor industri yang masuk dalam

kategori pengganti barang-barang impor, sedangkan negara-negara dengan

populasi penduduk yang tergolong rendah akan lebih fokus pada industri yang

dapat meningkatkan jumlah ekspor. Teori perubahan struktural menjelaskan

bahwa percepatan dan pola transormasi struktural yang terjadi pada suatu

negara dipengaruihi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berkaitan

satu dengan yang lainnya (Kuncoro, 2003).

d. Teori Akumulasi Modal Harrod-Domar

Teori-Harrod Domar dikembangkan oleh Roy F. Harrod dari Oxford

University dan Every Domar dari Massachusetts Institute of Technology . Baik

Harrod maupun Domar mengungkapkan teorinya masing-masing pada kurun

waktu yang berbeda, akan tetapi inti pemikiran keduanya sama maka dikenal

dengan teori Harrod-Domar.

Teori Harrod-Domar pada intinya menyempurnakan teori Keynes yang

membahas tentang kegiatan perekonomian dan tenaga kerja dalam lingkup

nasional yang sifatnya bukan jangka panjang. Hal inilah yang mendorong

Harrod-Domar untuk mencari suatu formula yang dibutuhkan suatu negara

agar perekonomiannya dapat tumbuh tidak hanya dalam jangka pendek saja

atau yang dikenal dengan perekonomian yang tumbuh dan berkembang

dengan mantap (Steady Growth).

Teori Harrod-Domar menekankan bahwa investasi dapat mempengaruhi

baik terhadap permintaan maupun penawaran agregat melalui penambahan

pendapatan dan kapasitas produksi. Pendapatan riil dan output akan tetap

mengalami kenaikan dengan tetap mempertahankan investasi neto. Di sisi

lain, tingkat equilibrium pada pekerjaan penuh harus dipertahankan, maka

baik pendapatan nyata maupun output harus mengalami laju peningkatan

yang sama pada saat kapasitas produksi meningkat. Bila hal tersebut tidak

dapat dipenuhi maka akan timbul kelebihan kapasitas yang akan berpengaruh

buruk terhadap perekonomian. Jadi, apabila perkembangan ekonomi ingin

Page 41: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 31

dipertahankan dalam jangka panjang, maka investasi harus terus diperbesar,

agar pertumbuhan pendapatan dapat terus menjamin penggunaaan kapasitas

produksi secara penuh atas stok modal ang sedang tumbuh. Tingkat

pertumbuhan pendapatan yang tepat seperti ini dikenal dengan tingkat

pertumbuhan terjamin (warranted rate of growth).

4. Teori Dependensia

Ketertinggalan ekonomi yang dialami oleh negara-negara sedang

berkembang dijelaskan melalui teori ini. Pada dasarnya teori ketergantungan ini

bersandar pada asumsi dengan membagi perekonomian dunia ke dalam dua

kelompok yaitu perekonomian negara-negara maju dan perekonomian negara-

negara sedang berkembang.

Andre Gunder Frank (Kuncoro, 2000) membagi kelompok negara menjadi

dua yaitu negara-negara metropolis maju (developed metropolitan countries)

untuk negara maju, dan negara satelit yang terbelakang (satellite

underdeveloped countries) untuk negara sedang berkembang. Sedangkan Samir

Amin (2000) membagi kelompok negara menjadi dua yaitu negara-negara pusat

(core/central) dan kelompok negara miskin pinggiran (perphery). Menurut Samir

Amin pusat dari perekonomian dunia sangat dipengaruhi oleh negara-negara

pusat, sedangkan negara-negara miskin pinggiran berada di sekitar negara-

negara pusat tersebut.

Menurut Andre Gunder Frank (Kuncoro, 2000) hubungan antara negara

metropolis dengan satelit ini menyentuh keseluruhan sektor di negara-negara

miskin, dan keterbelakangan sektor tradisional ini justru diakibatkan adanya

kontak dengan sistem kapitalis dunia yang masuk ke negara miskin melalui

sektor modern. Sektor modern yang ada di negara miskin merupakan kaki

tangan sistem kapitalis dunia yang telah melakukan eksploitasi terhadap daerah

dan sektor yang saat ini menjadi terbelakang. Investasi asing yang berasal dari

negara maju dimanfaatkan oleh negara tersebut untuk mengeruk sebagian besar

potensi ekonomi dari negara miskin. Investor asing hanya memberikan bagi hasil

yang rendah kepada negara tempat investasi (host country) dibandingkan

keuntungan yang nantinya disalurkan lagi ke negara asal (home country).

Untuk menjelaskan pola hubungan yang terjadi antara negara maju dan

miskin, maka hipotesis yang dikemukakan oleh Andre G.F adalah :

1) Negara maju yang dikenal dengan metropolis akan mengalami perkembangan

yang sangat pesat, sedangkan negara miskin atau satelit tetap mengalami

keterbelakangan yang akan terus berlangsung.

2) Negara miskin harus melepaskan diri dari ketergantungan terhadap negara

maju sebagai syarat mencapai pertumbuhan ekonomi yang sewajarnya dan

memiliki kemandirian dalam sektor industri.

3) Sistem kapitalis internasional yang berkembang pada masa lampau dan

menganut sistem feodal yang dipraktekkan oleh negara-negara maju

menyisakan situasi ketertinggalan bagi negara-negara miskin yang pada

kenyataannya merupakan penghasil bahan mentah yang menjadi incaran

kaum kapitalis pada masa lalu.

Page 42: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 32

Dos Santos dalam Kuncoro (2000) mengklasifikan ketergantungan ke

dalam 3 jenis, yaitu :

1) Ketergantungan kolonial (colonial dependence), yaitu ketergantungan dengan

bentuk perdagangan luar negeri zaman penjajahan yang bersifat monopoli,

yang diikuti dengan monopoli sumber daya lainnya oleh penjajah.

2) Ketergantungan industri keuangan (industrial-financial dependence) yaitu

ketergantungan dengan dominasi modal besar di negara-negara penjajah

melalui investasi produksi bahan mentah primer untuk tujuan konsumsi di

negara penjajah.

3) Ketergantungan teknologi industri (technological-industrial dependence) yaitu

ketergantungan yang terjadi setelah PD II sebagai akibat operasi perusahaan-

perusahaan multinasional berinvestasi di negara-negara sedang berkembang.

Dari klasifikasi tersebut Dos Santos dalam Kuncoro (2000) memberikan

argumentasi yang lebih luas bahwa proses ketergantungan negara miskin bukan

hanya dari faktor eksternal semata namun juga dari faktor internal negara

tersebut. Ketergantungan tersebut masih terus berlangsung sejak era penjajahan

hingga era kemerdekaan. Sebelum melepaskan diri dari ketergantungan

eksternal, maka negara-negara miskin harus lebih memprioritaskan dalam

menyelesaikan masalah ketergantungan internal dalam kegiatan ekonomi dalam

negerinya.

5. Teori Neo-Klasik Penentang Revolusi

Lahirnya teori neo-klasik sebagai sanggahan terhadap teori dependensia

yang menggunakan pendekatan bersifat revolusioner sebagai salah satu

pemecahan eksploitasi yang terjadi di negara miskin. Teori neo-klasik yang

menentang pendekatan revolusioner disebut sebagai teori penawaran (supply

side theory).

Berdasarkan teori tersebut adanya ketertinggalan yang dialamu oleh

negara-negara miskin atau periferi bukan semata-mata disebabkan oleh adanya

eksploitasi dari negara pusat, tapi lebih disebabkan oleh permasalahan internal

dalam kegiatan perekonomian negara yang berlangsung akibat terlalu besarnya

keterlibatan pemerintah dalam kegiatan perekonomian, korupsi yang mewabah,

rendahnya tingkat investasi, hingga ketidakmampuan dalam mengelola sumber

daya.

Para ahli ekonomi yang menganut paham ini diantaranya Jadish Bagwaty,

Krueger, Ballasa, Deepak Lal dan yang lainnya. Mereka mengatakan bahwa

keterlibatan pemerintah yang terlalu mendalam akan memperlambat laju

pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Untuk itu mereka menyarankan negara

sedang berkembang agar menuju sistem perekonomian pasar bebas.

Intinya, keberhasilan pembangunan didukung oleh sistem perekonomian

yang mengedepankan kebebasan yang dikenal dengan laissez faire. Sehingga

pasar akan bekerja sendiri tanpa adanya campur tangan yang terlalu jauh dari

pemerintah sehingga dapat mempercepat perekonomian dan menjamin alokasi

sumber daya alam secara efisien.

Page 43: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 33

Namun, kenyataannya teori ini gagal dilaksanakan di negara-negara

berkembang. Negara berkembang justru menjalankan pasar monopoli dan

oligopoli. Di sisi lain teori perdagangan bebas dan pasar persaingan sempurna ini

berkembang pesat di negara-negara maju. Perbedaan struktur masyarakat dan

kelembagaan di negara berkembang menjadi penyebab gagalnya pelaksanaan

teori pembangunan tersebut di negara berkembang.

6. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter diungkapkan pertama kali dalam bahasa Jerman pada

tahun 1931, kemudian dalam bahasa Inggris pada tahun 1934 dengan judul The

Theory of Economic Development. Kemudian dalam buku Business Cycle pada

tahun 1939 berisi tentang proses pembangunan dan faktor utama yang

menentukan pembangunan.

Inti teori yang dikemukakan oleh Schumpeter adalah bahwa sistem

ekonomi kapitalis merupakan sistem yang paling ideal untuk diterapkan dalam

usaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Walaupun pada akhirnya

sistem kapitalis juga tidak mampu untuk terus bertahan dan mengalami

kemacetan sesuai teori yang dikemukakan oleh ekonom klasik.

Perkembangan ekonomi menurut Schumpeter dapat berlangsung dengan

satu cara yang disebut dengan proses inovasi, dimana seseorang yang

melakukannya disebut innovator yang biasanya adalah pelaku usaha atau

entrepreneur. Entrepreneur disamping mampu menaikkan standar hidup

masyarakat juga dapat memenangkan persaingan dalam merebut kekuasaan

monopoli.

Schumpeter juga mengemukakan perbedaan istilah antara pembangunan

ekonomi dan pertumbuhan ekonomi, walaupun keduanya adalah output yang

ada di masyarakat. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output sebagai

hasil yang didapat dari bertambahnya faktor-faktor produksi yang tidak diiringi

oleh adanya perubahan kemajuan dalam teknologi yang digunakan. Sementara

pembangunan ekonomi menghasilkan kenaikan output sebagai usaha inovasi

yang diterapkan oleh para entrepreneur.

Inovasi memiliki pengertian yang luas tidak hanya dari segi penemuan

teknologi yang lebih baru dan modern, namun juga penemuan produk-produk

yang inovatif, dan segmen pasar yang berbeda dari sebelumnya. Inovasi

berpengaruh dalam 3 hal yaitu :

a. Memperkenalkan ekonomi baru.

b. Dengan adanya inovasi maka keuntungan yang didapat akan meningkat

berupa keuntungan yang bersifat monopoli sekaligus menambah jumlah

modal.

c. Inovasi juga akan memunculkan plagiasi atau imitasi dari pelaku usaha yang

lain.

Ada 5 macam kegiatan yang masuk kategori inovasi menurut Schumpeter,

yaitu :

a. Diluncurkannya produk atau barang dengan jenis yang baru maupun kualitas

baru yang belum dikenal luas oleh konsumen.

Page 44: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 34

b. Ditemukannya metode atau cara produksi yang belum dikenal sebelumnya.

c. Ditemukannya segmen pasar yang baru bagi produsen untuk memasarkan

barang produksinya kepada konsumen.

d. Ditemukannya bahan baku produksi yang baru dan inovatif.

e. Adanya restrukturisasi dalam organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Jelaskan persamaan dan perbedaan teori-teori pertumbuhan ekonomi linier yang

dikemukakan oleh Adam Smith, Karl Marx, dan Rostow?

2. Jelaskan teori perubahan struktural yang dikemukakan oleh Boeke, Arthur Lewis,

dan Chenery?

3. Sebutkan tokoh-tokoh teori dependensia dalam pembangunan dan bagaimana

pendapat mereka mengenai perekonomian dalam suatu negara?

4. Jelaskan bagaimana munculnya teori neo-klasik penentang dependensia dan

apa yang menjadi kunci keberhasilan teori ini?

5. Apa yang anda ketahui tentang teori pembangunan menurut Schumpeter?

D. Referensi

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan

Kebijakan. Cetakan ke-3. Yogyakarta: APP AMP YPKN

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Page 45: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 35

PERTEMUAN IV

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMERATAAN

PEMBANGUNAN

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji sifat pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Mengkaji faktor penyebab ketimpangan pendapatan dan kemiskinan di

masyarakat.

3. Mengkaji tentang investasi dan tabungan sebagai faktor penggerak pertumbuhan

ekonomi.

4. Mengkaji tentang pengembangan sumber daya manusia sebagai faktor

penggerak pertumbuhan ekonomi.

5. Mengkaji tentang distribusi pendapatan dalam pembangunan ekonomi serta

membandingkan antara distribusi pendapatan relatif dan distribusi pendapatan

mutlak.

6. Menganalisa strategi/kebijakan dalam rangka pemerataan pembangunan.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Pendapatan nasional merupakan tolok ukur untuk mengetahui tingkat

pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Peningkatan pendapatan nasional tentu

akan berbeda dari tahun ke tahun. Dari pertumbuhan ekonomi tersebut dapat

diketahui sejauh mana pencapaian negara tersebut dari kegiatan ekonomi yang

sudah dilakukannya dalam jangka pendek dan strategi-strategi yang akan

disusun untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Beberapa negara di Asia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup

pesat pada era tahun 1970-an hingga tahun 1990-an yang ditandai dengan

tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut. Karena

pencapaiannya negara-negara tersebut dikategorikan sebagai High-Performing

Asian Economies atau HPAEs (Negara-negara di Asia dengan pencapaian

ekonomi tertinggi). Negara-negara tersebut juga memiliki karakteristik khusus

yang berbeda dibandingkan negara-negara berkembang yang lain, antara lain :

a. Output dan produktivitas pertanian meningkat sangat cepat.

b. Tingginya pertumbuhan ekspor manufaktur.

c. Pertumbuhan penduduk turun relatif cepat dan signifikan.

d. Tingginya pertumbuhan penyediaan barang-barang modal yang didorong oleh

tabungan dalam negeri.

e. Tingginya tingkat inisiatif penduduk dan sumber daya manusia.

f. Tingginya tingkat produktivitas dari segala sektor.

Page 46: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 36

Prestasi yang dicapai oleh negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi

tertinggi di Asia tersebut tidak hanya dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi

yang tinggi, namun juga mereka sukses mengalokasikan sumber daya yang ada

dan pemerataan distribusi pendapatan dari pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

Namun, di sisi lain pemerataan distribusi pendapatan belum dapat dicapai oleh

banyak negara berkembang dewasa ini. Untuk itu menjadi hal yang penting

apabila kita membicarakan pertumbuhan ekonomi di suatu negara tidak lepas

dari keberhasilan pemerataan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

pencapaian kesejahteraan masyarakat.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Para ahli beranggapan bahwa pertumbuhan pendapatan riil dapat dijadikan

tolok ukur dalam pencapaian kinerja perekonomian di suatu negara. Oleh karena

itu penting untuk diketahui lebih jauh tentang sifat-sifat pertumbuhan ekonomi itu

sendiri.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu

negara diantaranya adalah akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan

kemajuan teknologi. Berikut ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut.

a. Akumulasi Modal

Akumulasi modal adalah hasil dari bagian pendapatan saat ini yang

ditabung untuk kemudian diinvestasikan sehingga diharapkan dapat

memperbesat output di masa yang akan datang. Investasi ini digolongkan ke

dalam investasi sektor produktif (directly productive activities), yaitu berupa

pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan, dan barang-barang baru yang akan

meningkatkan stok modal (capital stock). Investasi jenis lainnya adalah

investasi yang disebut dengan infrastruktur sosial dan ekonomi (social

overhead capital), yaitu berupa listrik, jalan raya, air, sanitasi, dan komunikasi

yang digunakan untuk mendukung jalannya kegiatan perekonomian.

Selain itu juga terdapat investasi tidak langsung seperti pembangunan

fasilitas-fasilitas irigasi yang bertujuan memperbaiki kualitas lahan pertanian

dengan peningkatan produktivitas lahan pertanian perhektar. Investasi lainnya

adalah investasi sumber daya manusa (human investment), yang pada

dasarnya bertujuan memperbaiki kualitas sumber daya manusia sebagai

faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksi. Investasi sumber daya

manusia adalah pengadaan sarana-sarana yang dapat meningkatkan kualitas

sumber daya manusia itu sendiri seperti sekolah-sekolah baik formal maupun

non-formal, sekolah kejuruan, dan program-program pelatihan.

Investasi-investasi tersebut kesemuanya menyebabkan terjadinya

akumulasi modal. Akumulasi modal dapat melahirkan sumber daya yang baru

atau meningkatkan kualitas sumber daya yang sudah ada, namun dari semua

itu terdapat trade-off antara konsumsi sekarang dan konsumsi yang akan

datang. Artinya, Hasilnya masih terlihat sedikit dalam jangka pendek namun

akan meningkat dalam jangka panjang.

Page 47: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 37

b. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan hal- yang berhubungan dengan kenaikan

jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional dianggap sebagai faktor

yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Kenaikan jumlah

penduduk akan menambah jumlah angkatan kerja yang merupakan faktor

produksi tenaga kerja dan dengan bertambahnya penduduk berarti

memperluas pasar domestik. Dengan bertambahnya penawaran tenaga kerja

akibat kenaikan jumlah penduduk, diperlukan ketersediaan lapangan

pekerjaan yang dapat menampung jumlah angkatan kerja tersebut. Hal inilah

yang menjadi persoalan di negara-negara berkembang. Jumlah angkatan

kerja yang menjadi faktor produksi positif justru dapat berdampak negatif bila

sistem ekonomi yang ada tidak mampu menyerap penambahan tenaga kerja

tersebut secara produktif. Untuk itu negara-negara berkembang harus

memperbaiki ketersediaan faktor-faktor yang dapat mendukung ketersediaan

lapangan kerja seperti meningkatkan keahlian manajerial dan administratif

serta menentukan tingkat dan jenis akumulasi modal yang dibutuhkan.

Dengan demikian pertumbuhan penduduk yang berarti peningkatan

angkatan kerja harus diimbangi dengan perubahan dan perbaikan manajerial,

administratif, dan pengelolaan akumulasi modal secara bijaksana.

c. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi merupakan faktor penting untuk keberhasilan

pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi adalah cara-cara baru atau

inovasi-inovasi dalam penggunaan alat-alat yang mendukung produksi, atau

perbaikan dalam cara-cara lama yang digunakan seperti cara membangun

rumah, membuat pakaian, dan menanam padi. Ketiga macam kriteria

kemajuan teknologi yaitu netral, hemat tenaga kerja (labor saving), dan hemat

modal (capital saving).

d. Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Modern

Simon Kuznets penerima hadiah nobel bidang ekonomi pada tahun

1971, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah

“peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-barang

ekonomi bagi penduduknya ; pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh

kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian teknologi yang

dibutuhkannya”. Dari definisi tersebut maka karakteristik pertumbuhan

ekonomi modern mencakup hal-hal berikut:

1) Untuk mencapai kenaikan output dan pertumbuhan ekonomi yang

diharapkan maka suatu negara harus bisa menjamin ketersediaan barang-

barang ekonomi bagi penduduknya yang merupakan tanda kematangan

ekonomi negara tersebut.

2) Kemajuan teknologi menjadi faktor penting dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi dengan melakukan pemilihan teknologi-teknologi

yang dibutuhkan.

Page 48: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 38

3) Penyesuaian kelembagaan, ideologi, dan sikap harus dilakukan untuk

melengkapi input dan potensi yang ada untuk mencapai output yang

diharapkan.

Dalam analisisnya, Kuznets memisahkan enam karakteristik yang terjadi

dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara maju, yaitu :

1) Dua variabel ekonomi agregatif

a) Tingginya tingkat pertumbuhan output perkapita dan penduduk.

b) Tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara

keseluruhan, terutama produktivitas tenaga kerja.

2) Dua variabel transformasi struktural

a) Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.

b) Tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi.

3) Dua kecenderungan mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi

internasional

a) Kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk

menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar dan bahan baku.

b) Pertumbuhan ekonomi ini hanya terbatas pada sepertiga populasi dunia.

3. Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan

Negara-negara yang masuk dalam kategori negara dengan pertumbuhan

tertinggi di Asia mampu menurunkan tingkat ketimpangan pendapatan dan

kemiskinan dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapainya. Fenomena seperti

ini menarik karena bertentangan dengan hipotesis yang dikemukakan oleh

Kuznets (1955) dan hipotesis U. Menurut kedua hipotesis tersebut, pada awal

pembangunan akan ditandai dengan adanya pertumbuhan yang tinggi dengan

disertai tingkat ketimpangan pendapatan yang tinggi pula. Kondisi tersebut akan

berlangsung sampai pada satu titik krisis tertentu, dimana tingkat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi akan diikuti pula oleh semakin menurunnya tingkat

ketimpangan pendapatan. Jadi, hipotesis yang diajukan oleh Kuznets dan

hipotesis U tidak terbukti pada negara-negara yang dikategorikan sebagai

negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia, terbukti dengan

kemampuan negara-negara tersebut untuk menurunkan tingkat ketimpangan

pendapatan dan kemiskinannya.

a. Kemiskinan

Secara ilmiah masalah kemiskinan telah banyak dianalisis oleh para

ilmuwan sosial dari berbagai latar belakang disiplin ilmu dengan

menggunakan berbagai ukuran dan konsep untuk menandai berbagai aspek

dari permasalahan tersebut. Para sosiolog maupun ekonom telah banyak

menulis tentang masalah kemiskinan, tetapi istilah seperti standar hidup,

pendapatan, dan distribusi pendapatan lebih sering digunakan dalam ilmu

Page 49: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 39

ekonomi, sedangkan istilah kelas, stratifikasi dan marginilitas lebih sering

digunakan oleh para sosiolog (Hardiman & Midgley, 1982).

Konsep tingkat hidup menjadi perhatian mereka yang memperhatikan

masalah-masalah kebijakan sosial dalam pengertian luas, yang tidak hanya

memperhatikan tingkat pendapatan tetapi lebih luas lagi mengenai masalah

perumahan, pendidikan, kesehatan, dan kondisi-kondisi sosial lainnya yang

ada di masyarakat. Namun hingga kini belum ditemukan definisi yang pasti

dan dapat diterima oleh semua pihak mengenai konsep-konsep tersebut. Ini

menunjukkan kompleksitas dari konsep kemiskinan tersebut, baik definisi

maupun pemecahan masalah kemiskinan itu sendiri. Menurut para ahli

diantaranya Andre Bayo Ala (1981), dikatakan bahwa kemiskinan bersifat

multidimensional, artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam,

maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Jika ditinjau dari kebijakan

umum, kemiskinan meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Aspek primer berupa miskin akan asset, organisasi sosial politik,

pengetahuan, dan ketrampilan.

2) Aspek sekunder berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber

keuangan, dan informasi.

Dimensi-dimensi tersebut kemudian termanifestasikan dalam bentuk

kekurangan gizi, kekurangan air bersih, tingkat gizi yang buruk, kesehatan

yang buruk, dan tingkat pendidikan yang rendah. Dimensi-dimensi tersebut

juga saling berkaitan satu sama lain baik secara langsung maupun tidak

langsung. Artinya, kemajuan atau kemunduran dari salah satu aspek akan

berakibat kemajuan atau kemunduran aspek lainnya.

Aspek lain dari kemiskinan mengandung pengertian bahwa yang miskin

adalah manusianya, baik secara individu maupun kolektif. Misalnya

kemiskinan kemiskinan pedesaan mengandung arti bahwa yang mengalami

kemiskinan adalah penduduk pedesaan tersebut, bukan pedesaan itu sendiri.

b. Ukuran Kemiskinan

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan

kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengandung pengertian bahwa

pendapatan seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum

seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan.

Sedangkan kemiskinan relatif mengandung pengertian bahwa pendapatan

seseorang dapat memenuhi kebutuhan minimum tetapi masih dikategorikan

miskin bila dibandingkan dengan kehidupan masyarakat dimana orang

tersebut tinggal.

4. Tingkat Investasi dan Tabungan

Investasi merupakan salah satu penggerak pertumbuhan

ekonomi. Pada sistem perekonomian tertutup, sumber dana investasi didapat

dari tabungan domestik, sedangkan sistem perekonomian terbuka sumber dana

investasi dapat diperoleh melalui pinjaman luar negeri.

Tingkat investasi di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi

di Asia meningkat lebih cepat dari negara-negara berkembang lainnya dalam

Page 50: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 40

kurun waktu tahun 1965 sampai dengan 1990. Pada tahun 1967 negara-negara

tersebut memiliki tingkat tabungan lebih rendah dibandingkan negara-negara di

Amerika Latin, namun keadaan ini berbalik pada tahun 1990-an dimana tingkat

tabungan negara-negara tersebut lebih tinggi 20% jika dibandingkan dengan

negara-negara di Amerika Latin.Tingkat investasi di negara-negara tersebut pada

tahun 1967-an sebanding dengan negara-negara di Amerika Latin, namun pada

tahun 1990-an mengalami peningkatan bahkan dua kali lipat dibandingkan

negara-negara di Amerika Latin.

Sedangkan untuk investasi swasta di negara-negara tersebut pada tahun

1970 hingga 1974 mengalami peningkatan dari 15% menjadi 22%, kemudian

tahun 1977 hingga tahun 1984 mengalami penurunan hingga 18%. Namun

persentase tersebut masih lebih tinggi 7% dibandingkan negara berpenghasilan

rendah dan menengah lainnya. Penurunan ini disebabkan resesi dunia, dan

keadaan tersebut mulai membaik pada tahun 1988. Kondisi ini menyebabkan

tingkat investasi di negara-negara berkembang lainnya mengalami penurunan

dibandingkan dengan negara-negara tersebut yang tetap stabil pada tingkat

investasi 11%.

Tingkat investasi pemerintah di negara-negara berkembang pada tahun

1970-an berkisar antara 7% hingga 10%. Keadaan ini mengalami perubahan

ketika beberapa negara berkembang melakukan kebijakan fiskal yang bersifat

kontraktif sehingga berakibat pada turunnya tingkat investasi pemerintah,

sehingga tingkat investasi pemerintah di negara-negara dengan pertumbuhan

ekonomi tertinggi di Asia justru mengalami peningkatan pada tahun1979 hingga

1982. Peningkatan investasi tersebut mengakibatkan tingkat investasi

pemerintah pada tahun tersebut lebih tinggi 4% dibandingkan tahun1970-an.

5. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pertumbuhan ekonomi di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi

tertinggi di kawasan Asia (HPAEs) akan berdampak terhadap dunia pendidikan.

Transformasi dan pertumbuhan yang cukup pesat akan terjadi di bidang

pendidikan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini terlihat dari

kemampuan kognitif yang dimiliki oleh lulusan sekolah menengah dari negara-

negara HPAEs sudah setara dengan lulusan sekolah menengah dari negara-

negara maju.

Dari data yang ada, semakin tinggi pendapatan perkapita suatu negara

maka kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar dan menengah di

negara tersebut akan semakin besar. Kondisi ini terlihat di negara-negara

HPAEs, dimana jumlah anak yang mengenyam pendidikan dasar dan menengah

lebih tinggi dibandingkan kenaikan pendapatan perkapita negara tersebut.

Keberhasilan perekonomian di suatu negara dicapai dari produktivitas kerja

penduduknya. Investasi dan sumber daya manusia merupakan faktor pendukung

tingginya produktivitas yang dicapai. Efisiensi dalam proses produksi juga sangat

berpengaruh terhadap produktivitas agar produksi yang dihasilkan dapat

maksimal. Dengan produktivitas yang maksimal maka keberhasilan

Page 51: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 41

perekonomian dapat dicapai,hal ini terbukti di negara-negara yang masuk

kategori HPAEs.

6. Distribusi Pendapatan dalam Pembangunan Ekonomi

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa untuk mengukur tingkat

kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka digunakan data pendapatan

perkapita negara tersebut. Namun penggunaan data pendapatan perkapita

tersebut memiliki kelemahan karena tidak mampu memberikan gambaran

tentang perubahan mengenai distribusi pendapatan maupun perkembangan

dalam kesempatan kerja. Padahal, hal tersebut penting untuk mengetahui

keberhasilan pemerataan pembangunan yang teah dicapai oleh suatu negara

khususnya negara-negara berkembang.

Para ahli ekonomi dan ilmu sosial lainnya sejak tahun 1970 telah

menunjukkan rasa ketidakpuasan mereka terhadap corak pembangunan yang

dilaksanakan oleh banyak negara berkembang hingga saat ini. Hal ini

disebabkan karena pembangunan yang sudah dilakukan di banyak negara

berkembang belum menunjukkan corak distribusi pendapatan seperti yang

diharapkan, walaupun pembangunan ekonomi yang dilakukan di negara-negara

tersebut sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan dibandingkan hasil

yang dicapai sebelum Perang Dunia II.

Oleh karena itu, untuk melengkapi data tentang pendapatan perkapita yang

memiliki kelemahan dalam menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang

sudah dicapai, maka distribusi pendapatan menjadi hal yang penting untuk

dibahas terutama dalam proses pembangunan ekonomi di negara berkembang.

Badan Riset dari Bank Dunia dan Institute of Development Studies dari

Universitas Sussex telah mengadakan usaha bersama untuk melakukan

berbagai analisis mengenai distribusi pendapatan dalam pembangunan ekonomi

di negara-negara berkembang (Chenery, 1974). Diantaranya adalah analisis

Ahluwalia, yang memberikan gambaran mengenai keadaan distribusi

pendapatan di beberapa negara dan pengaruh pembangunan ekonomi terhadap

distribusi pendapatan.

Dari hasil analisis terhadap distribusi pendapatan di beberapa negara,

menunjukkan gambaran mengenai distribusi pendapatan relatif maupun distribusi

pendapatan mutlak. Distribusi pendapatan relatif adalah perbandingan antara

jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan penerima pendapatan

sesuai dengan besarnya pendapatan yang diterima. Sedangkan distribusi

pendapatan mutlak adalah persentase jumlah penduduk yang pendapatannnya

mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu atau kurang dari jumlah tersebut.

Distribusi pendapatan relatif di beberapa negara digambarkan Ahluwalia

dengan mengelompokkan para penerima pendapatan ke dalam 3 kelompok,

yaitu :

a. 40% penduduk berpendapatan paling rendah.

b. 40% penduduk berpendapatan menengah.

c. 20% penduduk berpendapatan paling tinggi.

Dari hasil penelitiannya di negara maju kelompok 40% penduduk

berpendapatan paling rendah menerima kurang lebih 16% dari keseluruhan

Page 52: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 42

pendapatan masyarakat, di negara komunis sebesar 25%, sedangkan di negara

berkembang hanya menerima sekitar 12,5% dari keseluruhan pendapatan

masyarakat. Dari data tersebut dapat disimpulkan distribusi pendapatan yang

paling merata dapat dijumpai di negara komunis, sedangkan distribusi

pendapatan yang paling tidak merata dapat dijumpai di negara berkembang.

Pada kenyataannya distribusi pendapatan di beberapa negara berkembang

tidaklah seburuk seperti yang digambarkan data tersebut. Negara berkembang

sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu negara yang distribusi

pendapatannya tidak merata dan negara yang distribusi pendapatannya lebih

merata. Penelitian Ahluwalia menunjukkan segolongan negara berkembang, 40%

penduduk yang berpendapatan paling rendah menerima 18% dari keseluruhan

pendapatan masyarakat, dan sebaliknya di segolongan negara lainnya

menunjukkan 40% penduduk yang berpendapatan paling rendah hanya

menerima 9% dari keseluruhan pendapatan masyarakat. Jadi, terdapat beberapa

negara berkembang yang distribusi pendapatannya lebih baik dibandingkan rata-

rata distribusi pendapatan di negara maju. Di sisi lain, beberapa negara

berkembang memiliki masalah ketidakmerataan pendapatan yang sangat serius.

Artinya di dalam kelompok negara-negara berkembang masalah distribusi

pendapatan ini didapatkan ketimpangan antara segolongan negara berkembang

dengan segolongan negara berkembang lainnya.

Kemudian Ahluwalia juga menganalisis mengenai keadaaan distribusi

pendapatan mutlak di berbagai negara berkembang dengan melihat jumlah

penduduk yang menerima pendapatan di bawah garis kemiskinan (poverty line).

Pendapatan yang dipakai sebagai ukuran dalam penelitiannya adalah US $ 50

dan US $ 75 yang dijadikan garis kemiskinan. Berdasarkan data pendapatan

perkapita pada tahun 1969, keadaan distribusi pendapatan mutlak di negara

berkembang adalah sebagai berikut :

a. Di Amerika Latin 10,8% penduduk memiliki pendapatan di bawah US $ 50 dan

17,4% di bawah US $ 75.

b. Di Asia 36,7% penduduk memiliki pendapatan di bawah US $ 50 dan 57,2% di

bawah US $ 75.

c. Di Afrika 30,9% penduduk memiliki pendapatan di bawah US $ 50 dan 48,2%

di bawah US $ 75.

Di negara-negara Asia dan Afrika proporsi jumlah penduduk yang berada

di bawah garis kemiskinan lebih besar dibandingkan negara-negara di Amerika

Latin karena negara-negara di Asia dan Afrika relatif lebih miskin dibandingkan

negara-negara di Amerika Latin. Namun hasil penelitian tersebut tidak

menggambarkan keadaan perekonomian negara-negara dengan pencapaian

pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia (HPAEs) terutama setelah tahun 1990-an.

Negara-negara HPAEs tersebut mencapai pertumbuhan ekonomi yang melebihi

negara-negara di Amerika Latin, artinya negara-negara di Asia Timur tersebut

tidak dapat dikatakan lebih miskin dibandingkan negara-negara di Amerika Latin.

Secara umum dapat digambarkan bahwa semakin tinggi pendapatan

perkapita suatu masyarakat maka makin kecil proporsi jumlah penduduk yang

berada di bawah garis kemiskinan. Namun hal ini tidal berlaku mutlak, karena

besarnya persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan

Page 53: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 43

dipengaruhi pula oleh corak distribusi pendapatan. Semakin tidak merata

distribusi pendapatan, maka persentase penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan akan semakin besar pula.

6. Strategi/Kebijakan Pemerataan Pembangunan

Hipotesis U terbalik dikemukakan oleh Siom Kuznets, yang menekankan

adanya trade off antara perubahan dan pemerataan, dimana pemerataan

pembangunan tidak dapat berjalan seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

Namun, secara empiris di negara-negara Asia Timur dari data yang ada

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan

dapat berjalan pada saat yang bersamaan. Dari kenyataan yang ada di negara-

negara Asia Timur tersebut, maka dapat diambil pelajaran kiat-kiat atau strategi

yang dapat diterapkan untuk menghindar dari hipotesis U tersebut.

Munawar Ismail (1995) yang mengacu pada hasil studi Cheng-Chung Lai

(1991), mengenai strategi pembangunan yang diterapkan oleh Taiwan pada

masa awal pembangunannya, menyebutkan setidaknya ada empat hal yang

harus dilakukan untuk menghindari kondisi yang disebutkan dalam hipotesis U

terbalik, yaitu :

a. Adanya transfer surplus (modal dan tenaga kerja) dari sektor pertanian ke

sektor industri yang berjalan dengan baik.

b. Industrialisasi yang bersifat padat karya dan berorientasi ekspor.

c. Lokasi industri yang tidak mendorong urbanisasi karena berlokasi tidak jauh

dari pedesaan.

d. Adanya land reform, yang menghilangkan elit kekuasaan di daerah pedesaan

dan mengurangi konsentrasi kekayaan serta mendorong tuan tanah untuk

menanam modalnya di sektor industri yang berkembang.

Masuyama dalam Kuncoro (2000) menyebutkan bahwa ada 3 ciri utama

industri di Asia Timur yang menopang kesuksesan mereka, yaitu :

a. Adanya liberalisasi ekonomi yang kuat sehingga mempengaruhi

pembangunan industri.

b. Penerapan berbagai kebijakan untuk memperbaiki struktur industrinya,

termasuk kebijakan transfer teknologi dan litbang, pembangunan industri

strategik, dan kebijakan yang ditujukan untuk membentuk kelompok industri

(industrial clusters).

c. Penerapan strategi jaringan regional (regional networking), yaitu jaringan

regional di Asia Timur secara keseluruhan maupun dengan negara

tetangganya.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Jelaskan sifat pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Jelaskan faktor penyebab terjadinya ketimpangan pendapatan dan kemiskinan di

masyarakat.

3. Jelaskan peran tabungan/investasi sebagai faktor penggerak pertumbuhan

ekonomi.

4. Jelaskan peran pengembangan sumber daya manusia sebagai faktor penggerak

pertumbuhan ekonomi.

Page 54: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 44

5. Untuk mengetahui tingkat pemerataan pembangunan maka dibuat analisa untuk

mengetahui distribusi pendapatan relatif dan distribusi pendapatan mutlak.

Jelaskan mengenai kedua hal tersebut.

6. Ada beberapa strategi/kebijakan yang dapat diambil untuk menghindari hipotesis

U mengenai pemerataan pembangunan. Bagaimana pendapat anda mengenai

kebijakan-kebijakan tersebut.

D. Referensi

Chenery. (1960). Redistribution with Growth. London: Oxford University Press.

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan

Kebijakan. Cetakan ke-3. Yogyakarta: APP AMP YPKN.

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Page 55: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 45

PERTEMUAN V

PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji pentingnya konsep pendidikan dalam pembangunan ekonomi.

2. Mengkaji peran pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

3. Mengkaji peran pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. Mengkaji dan menganalisa peran pendidikan dalam pembangunan ekonomi di

Indonesia,

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Seperti yang sudah kita pelajari sebelumya bahwa sumber daya manusia

merupakan salah satu faktor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Sumber

daya manusia merupakan sesuatu yang sangat bernilai dalam proses

pembangunan ekonomi. Dalam konteks pendidikan, pembangunan sektor

pendidikan menjadi sebuah prasyarat mutlak untuk pembangunan sektor-sektor

lainnya.

Konsep investasi sumber daya manusia (human capital investment) yang

dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth) sudah mulai

dipikirkan sejak masa Adam Smith pada tahun 1776, Heinrich Von Thunen pada

tahun 1875, dan para ilmuwan klasik lainnya sebelum abad ke 19. Mereka

menekankan pentingnya investasi ketrampilan manusia.

Pengembangan sumber daya manusia pada saat ini sudah diakui

sebagai unsur utama untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan

kesejahteraan dengan efektivitas dalam penggunaannya. Pembangunan

yang terus dilakukan dengan berbagai upaya yang terus dilakukan

merupakan pelaksanaan dari hasil investasi sumber daya manusia.

Pendidikan mempengaruhi pembangunan ekonomi melalui

peningkatan kapabilitas, kreativitas dan produktivitas masyarakat. Dengan

meningkatnya produktivitas dan kreativitas tersebut, penduduk dapat

menyerap dan mengelola sumberdaya yang penting bagi pertumbuhan

ekonomi (Brata, 2004).

2. Pendidikan Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

Pembangunan manusia yang dilakukan lewat sektor pendidikan akan

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara lewat peningkatan

Page 56: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 46

kualitas sumber daya manusia. Konsep kualitas sumber daya manusia yang di

dalam ilmu ekonomi dinamakan mutu modal manusia adalah komoditi yang

dapat dihasilkan dan diakumulasi, serta biaya untuk menghasilkan suatu mutu

modal manusia baru dapat memberikan hasilnya pada masa yang akan datang.

Jadi, pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang hasilnya tidak dapat

dinikmati seketika namun sangat berpengaruh dan dapat dinikmati pada masa

yang akan datang.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat diraih dengan

memberikan perhatian penuh terhadap dua sektor yang penting yaitu pendidikan

dan kesehatan. Pendidikan dalam arti luas baik pendidikan formal maupun non

formal akan berdampak terhadap pembangunan dalam skala mikro maupun

makro. Pada skala mikro, pendidikan berpengaruh terhadap upah dan

pendapatan yang diterima oleh seseorang. Apabila upah mencerminkan

produktivitas, maka semakin banyak orang yang memperoleh pendidikan tinggi

dan keahlian-keahlian lainnya, maka semakin tinggi produktivitas yang dihasilkan

masyarakat dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan nasional secara

keseluruhan.

Analisis tingkat pendidikan dan upah telah lama dilakukan oleh para

ekonom, seperti Mincer (1958) dan Becker (1964) yang melihat pengaruh

sekolah dan beberapa variabel lainnya terhadap upah yang diterima pekerja. Di

sisi lain, pendidikan juga memiliki pengaruh tidak langsung terhadap peningkatan

kualitas modal manusia. Heckman dan Klenow (1997) menyebutkan bahwa

orang tua, terutama ibu yang memiliki tingkat pendidikan relatif tinggi (tertier

education) memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat kesehatan anak-

anaknya, dan anak-anak yang lebih sehat memiliki peluang produktif lebih besar

daripada anak-anak yang kurang sehat dalam menyelesaikan pendidikannya.

Di samping pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap

produktivitas, pendidikan juga mempengaruhi kualitas modal manusia melalui

kemampuan daya serap terhadap perkembangan metode atau teknologi. Analisis

di Srilanka menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan keterampilan pekerja

serta pengusaha berhubungan secara positif terhadap rata-rata perubahan

metode dan teknik-teknik yang lebih efektif dan efisien dalam menjalankan

perusahaan (Ramirez, et al., 1998; Ranis, 2004). Di sektor pertanian

menunjukkan pengaruh positif tingkat pendidikan petani terhadap adopsi

teknologi input-input modern, seperti pupuk dan peralatan mekanis, sehingga

meningkatkan hasil pertanian. Studi di Thailand menyebutkan, petani yang

bersekolah lebih lama akan mengadopsi metode bertani lebih baik untuk

meningkatkan produktivitas pertanian. Begitu juga di Nepal, petani yang memiliki

pendidikan lebih lama memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan produksi

beras (Ramirez, et al., 1998). Sebagai tambahan, sebagaimana yang dilaporkan

oleh Jamison dan Lau (1982) di Korea Selatan, pendidikan berpengaruh

terhadap pemanfaatan teknologi pertanian dimana para petani dengan

Page 57: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 47

pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan dalam memilih teknologi yang

lebih baik daripada para petani yang berpendidikan lebih rendah.

3. Pendidikan Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Dalam perspektif yang lebih makro, pendidikan dikaitkan langsung dengan

pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ekonom,

seperti Schultz, Komarov, Bouman, Harbison dan Myer pada akhir tahun 1950-an

menunjukkan bahwa tingginya rata-rata pendidikan penduduk berkorelasi dengan

pertumbuhan ekonomi suatu negara (Danim, 2004). Hal yang sama juga

ditunjukkan oleh Uzawa (1965) dan Lucas (1988) bahwa pertumbuhan ekonomi

dalam jangka panjang hanya mungkin terjadi jika modal manusia (human

capital), yang diukur dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan, terus ditambah

atau ditingkatkan (Temple, 1999).

Dalam pembangunan, human capital telah menjadi motor penggerak

pertumbuhan ekonomi di beberapa negara karena beberapa alasan yaitu :

a. Investasi human capital meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang

mendorong output dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi.

b. Peningkatan produktivitas tenaga kerja juga meningkatkan produktivitas

faktor-faktor produksi lainnya.

Hal ini mengacu pada dampak internal dan eksternal Human Capital

(Lucas, 1988).

Analisis lain mengenai pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan

ekonomi dari Romer (1991) dan Barro (1991). Penelitian tentang pertumbuhan

ekonomi yang dilakukan Barro melihat pengaruh langsung tingkat pendidikan dan

sejumlah variabel lain terhadap laju pertumbuhan PDB per kapita. Studi Romer

mengenai stok pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang

menunjukkan, bahwa pendidikan adalah satu cara dimana individu meningkatkan

modal manusianya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan stok

modal manusianya semakin tinggi. Romer menganalisis pengaruh modal

manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dalam perspektif peningkatan

kemampuan suatu negara untuk mengadopsi serta meningkatkan kemampuan

inovasi teknologi dan ilmu pengetahuan (Krueger, 2001). Pandangan ini sejalan

dengan Dowrick (2003) bahwa ilmu pengetahuan merupakan dasar dari

kemajuan ekonomi, karena semua aktivitas ekonomi berdasarkan

pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi dalam jangka panjang.

Perhatian terhadap pendidikan sebagai salah satu faktor yang memberikan

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi telah dimulai sejak Tahun 1960-an.

Pemanfaatan secara efektif modal fisik sudah barang tentu mensyaratkan

Page 58: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 48

adanya keterampilan dan pengetahuan. Sehingga modal manusia dan modal

fisik memiliki peranan yang sama penting dalam menjelaskan pertumbuhan

ekonomi. Hal itu telah dinyatakan oleh Pyo (1995) dan Lim (1996), bahwa laju

pertumbuhan ekonomi yang cepat di Korea Selatan dan Jepang sebagai dampak

dari peningkatan melek huruf pada awal pembangunan ekonomi.

Berkaitan dengan modal manusia, Graham dan Richardson (1997) juga

telah mengemukakan adanya konsensus dalam teori ekonomi bahwa modal

manusia merupakan faktor yang esensial dalam pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan sebagai sarana peningkatan modal manusia memiliki peranan dalam

meningkatkan mobilitas tenaga kerja produktif.

Apabila pendidikan menjadi salah satu faktor penentu laju pertumbuhan

ekonomi, maka pengeluaran pemerintah untuk pendidikan juga memegang

peranan penting. Temuan empiris menunjukkan bahwa investasi dalam modal

manusia, khususnya pendidikan memiliki dampak terhadap pertumbuhan

ekonomi. Belanja Pemerintah untuk pendidikan memiliki dampak yang kuat dan

positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan

ekonomi suatu negara. Pada akhirnya, Lim (1996) menunjukkan peranan

pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi lewat 6 cara, yaitu:

a. Pendidikan secara umum meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui

keterampilan dan pengetahuan.

b. Pendidikan juga meningkatkan mobilitas spesifikasi tenaga kerja sehingga

mendorong pembagian kerja secara efisien.

c. Pendidikan memungkinkan informasi baru serta berbagai input dan proses-

proses baru yang belum dikenal dapat diserap dengan lebih cepat dan efektif.

d. Pendidikan meningkatkan keterampilan manajerial yang membuat alokasi

sumberdaya lebih efisien.

e. Pendidikan juga dapat menghapuskan berbagai hambatan yang sifatnya

institusional.

f. Pendidikan mendukung jiwa kewirausahaan dengan mempromosikan sikap

yang bertanggung jawab, kemampuan organisasional, berani mengambil

resiko serta mampu menciptakan konsep perencanaan yang berorientasi

jangka panjang.

Pendidikan juga memiliki peran secara tidak langsung terhadap

pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pemahaman masyarakat terhadap

kesehatan. Melalui media pendidikan masyarakat akan mengetahui informasi

Page 59: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 49

yang dibutuhkan untuk menambah pengetahuan kesehatan. Dengan

pengetahuan kesehatan yang didapatkan maka taraf kesehatan masyarakat

akan meningkat melalui perbaikan gizi dan pengetahuan cara hidup yang sehat.

Banyak temuan telah dihasilkan yang menunjukkan hubungan positif antara

tingkat pendidikan orang tua dengan pemenuhan gizi pada anak-anak. Hal ini

ditunjukkan misalnya dengan membandingkan antara tingkat melek huruf para

ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik dengan yang buruk, dimana hasil yang

ada menunjukkan tingkat melek huruf yang rendah lebih sering terjadi pada para

ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang buruk terhadap anak-anaknya.

4. Peran Pendidikan dalam Pembangunan Ekonomi

Penganut The New Growth Theory beranggapan bahwa kecepatan

perkembangan teknologi dapat tercermin pada akumulasi modal manusia yang

diukur dengan pendidikan, keterampilan, dan pengalaman yang diperoleh selama

manusia itu bekerja (Ogawa dalam Moertiningsih, 1995). Dari asumsi tersebut

kita dapat melihat bahwa kecepatan perkembangan teknologi sejalan dengan

peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tercermin dalam peningkatan

pendidikan, ketrampilan, pengalaman yang diperolehnya. Hasil penelitian yang

ada menunjukkan bahwa negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang

pesat yang ditandai dengan tingginya kualitas sumber daya manusia yang

tercermin dari rasio pendidikan terhadap pendapatan nasional. Para ahli juga

mengatakan bahwa tingkat pendidikan rata-rata tenga kerja merupakan indikator

utama dalam peningkatan perekonomian di suatu negara.

Amich Alhumami (2000) menegaskan bahwa pendidikan dapat memberi

kontribusi pada pertumbuhan ekonomi itu berdasarkan asumsi, bahwa

pendidikan akan melahirkan tenaga kerja yang produktif, karena memiliki

kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai. Tenaga kerja yang

terdidik dengan pengetahuan yang memadai akan menjadi faktor produksi yang

mampu mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas produksi, sehingga

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Jadi, pendidikan sendiri

memiliki nilai ekonomi dengan sumbangsihnya melahirkan sumber daya manusia

yang kompeten di bidangnya. Di sisi lain pendidikan juga akan melahirkan sosok

yang memiliki wawasan luas dan berpandangan jauh ke depan, dimana hal

tersebut akan berpengaruh terhadap cara berpikir dalam menghadapi tantangan

dan harapan di masa yang akan datang.

Mengupas hubungan antara pendidikan dan pembangunan ekonomi tidak

lepas dari keterkaitan antara tatanan sistem pendidikan dengan karakter ekonomi

dan sosial masyarakat (Todaro, 1994). Bila kondisi struktur sosial masyarakat

tidak merata maka hal tersebut akan tercermin dari masyarakat yang dapat

menikmati pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Artinya, struktur sosial

masyarakat seperti tidak meratanya kesejahteraan masyarakat akan tercermin

dari jumlah penduduk yang dapat menempuh jalur pendidikan sampai jenjang

yang tertinggi. Artinya kesejahteraan masyarakat akan berpengaruh terhadap

tingkat pendidikan rata-rata masyarakat tersebut. Pada saat yang sama

pendidikan juga akan berpengaruh dan membawa perubahan masyarakat

Page 60: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 50

menuju kemajuan di masa yang akan datang. Jadi, terdapat hubungan dua arah

antara pendidikan dengan pembangunan ekonomi.

Mengenai hubungan dua arah antara pendidikan dan pembangunan

ekonomi ditegaskan oleh Hayami (2001) melalui analisa keterkaitan antara

pendidikan dan pembangunan ekonomi yang diproxy dengan variabel tingkat

partisipasi sekolah untuk pendidikan dan variabel GNP per kapita untuk

pembangunan ekonomi. Observasi meliputi sejumlah negara baik negara maju

maupun negara berkembang. Korelasi positif dengan nilai yang cukup tinggi

yakni 0,84 menunjukkan terjadinya hubungan dua arah antara pendidikan dan

pembangunan ekonomi. Artinya, semakin tinggi angka pendidikan di suatu

negara maka GNP perkapita akan semakin tinggi. Semakin tinggi GNP perkapita

suatu negara maka angka pendidikan akan semakin tinggi.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan betapa pentingya peran pendidikan

dalam melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan akan memberikan

kontribusi terhadap pembangunan ekonomi suatu negara. Perhatian terhadap

dunia pendidikan menjadi sangat penting, tidak hanya dalam hal sarana dan

prasarana untuk menunjang kegiatan pendidikan, namun lebih dari itu

bagaimana menciptakan pendidikan yang akan melahirkan manusia-manusia

yang tidak hanya pintar akan tetapi juga memiliki jiwa serta kepribadian yang

penuh dengan nilai-nilai sosial.

Dari beberapa pelitian dan fenomena yang ada maka dapat disimpulkan

bahwa pendidikan memiliki beberapa peran penting baik secara langsung

maupun tidak langsung terhadap pembangunan ekonomi, diantaranya :

a. Pendidikan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dikenal

dengan mutu modal manusia.

b. Pendidikan akan meningkatkan produktivitas dan kreativitas seseorang.

c. Pendidikan akan melahirkan tengaga kerja yang memiliki kompetensi,

keahlian, dan ketrampilan yang memadai.

d. Pendidikan akan membentuk cara berpikir yang jauh ke depan, berwawasan

luas, dan mampu menghadapi tantangan di masa depan.

e. Pendidikan akan membentuk kepribadian yang sarat dengan nilai-nilai sosial

sehingga peka terhadap perubahan yang ada di masyarakat.

f. Pendidikan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi suatu

negara melalui korelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

5. Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia

Pada tahun 1991 perekonomian Indonesia mengalami transformasi yang

menempatkan Indonesia menjadi negara semi industri karena pangsa sektor

industri manufaktur sekitar 20% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto)

dibanding tahun 1980 yang hanya sekitar 9,4%. Sementara kontribusi sektor

pertanian semakin menurun, pada tahun 1980 pangsa sektor pertanian sekitar

25,8% dan menjadi 19,4% pada tahun 1990. Meskipun perekonomian sempat

mengalami resesi pada tahun 1998 dan berada dalam tahap pemulihan sampai

saat ini, namun struktur ini tidak berubah dalam arti sektor industri tetap

mendominasi PDB Indonesia.

Page 61: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 51

Pergeseran struktur ekonomi yang semula didominasi oleh sektor pertanian

kemudian beralih ke sektor industri, idealnya diikuti dengan peningkatan skill

dalam penggunaan teknologi serta perubahan struktur tenaga kerja.

Namun, kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Transformasi

ekonomi yang terjadi tidak diikuti oleh peningkatan skill tenaga kerja dan

perubahan struktur tenaga kerja. Sektor pertanian masih mendominasi

penyerapan tenaga kerja pada tahun 1991 sebesar 53,92%, sedangkan tenaga

kerja sektor industri hanya sekitar 10,4%.

Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan transformasi ekonomi yang terjadi.

Artinya, perubahan struktur ekonomi yang beralih ke sektor industri tersebut tidak

disebabkan oleh kesiapan negara dan masyarakat dalam menyongsong

perubahan menuju era industri, namun lebih kepada Penanaman Modal Asing

(PMA) yang datang ke Indonesia dengan membawa seperangkat tenaga ahi,

modal, keahlian, dan manajemennya.

Keadaan tersebut masih terus berlanjut sampai 10 tahun berikutnya dan

tidak ada perubahan yang signifikan. Pada tahun 2001, struktur tenaga kerja

masih didominasi oleh sektor pertanian dengan proporsi tenaga kerja sebesar

43,76%, sedangkan sektor industri hanya 13,3%. Kondisi seperti ini masih

berlangsung hingga saat sekarang.

Melimpahnya jumlah tenaga kerja di bidang pertanian menimbulkan

permasalahan tersendiri bagi negara. Kompleksitas permasalahan yang timbul

adalah produktivitas sektor pertanian yang terus menurun, degradasi lahan

pertanian, kemiskinan pedesaan yang terus meningkat, kerawanan pangan,

kriminalitas, dan lajunya urbanisasi.

Realitas seperti ini menjadi kurang diperhatikan oleh para pembuat

kebijakan dalam hal ini pemerintah, karena komunikasi yang buruk antara tenaga

kerja dominan dalam hal ini pada sektor pertanian dengan para pembuat

kebijakan, sehingga masalah yang ada tidak cepat tertanggulangi. Hal tersebut

tertutupi dengan kinerja makro ekonomi yang menurut beberapa pihak

menunjukkan peningkatan.

Laju pertumbuhan ekonomi pada Pembangunan Jangka Panjang I rata-rata

7% per tahun, pertumbuhan pendapatan per kapita selama periode 1985-1996

rata-rata mengalami kenaikan 5,4% per tahun. Pada tahun 1988 pendapatan per

kapita Indonesia hanya $ 500 dan kemudian tahun 1995 meningkat menjadi $

980. Kondisi tersebut memungkinkan investor asing menaruh kepercayaan

dengan menanamkan modalnya di Indonesia. Kenaikan pertumbuhan ekonomi

membuat kita terlena dengan situasi perekonomian yang sesungguhnya terjadi.

Kondisi sesunggguhnya terlihat pada waktu Indonesia mengalami resesi

tahun 1998 dimana pertumbuhan ekonomi menjadi negatif. Sampai dengan saat

ini kondisi perekonomian ini masih dikatakan kurang menggembirakan dengan

pertumbuhan ekonomi rata-rata 5% pertahun dengan pendapatan perkapita

tahun 2016 senilai $ 3605 dan hutang luar negeri yang terus meningkat.

Kompeksitas permasalahan perekonomian tersebut menjadi pekerjaan rumah

yang harus diselesaikan.

Page 62: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 52

Untuk mengetahui akar permasalahan tersebut maka dapat dikaji dengan

teori Thurow (1999) yang mengungkapkan piramida kekayaan yang terdiri dari

enam fondasi, yaitu :

a. Fondasi dasar dari kemakmuran suatu bangsa adalah social organization.

Aspek ini sangat mendasar karena terkait dengan kemampuan pemerintah

mengorganisasi ketersedian fasilitas publik seperti membangun dan

memperbaiki infrastruktur, pengembangan sistem pendidikan, pelayanan

kesehatan, pembangunan demokratisasi, akses terhadap lembaga partai, dan

fasilitas publik lainnya.

b. Fondasi kedua adalah entrepreneurship, bahwa setiap individu dapat

mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu yang baru. Kreativitas ini hanya

bisa timbul dalam kondisi keberadaan social organization mendukung.

c. Fondasi ketiga adalah creating knowledge, yang diyakini bahwa ilmu

pengetahuan akan menghasilkan terobosan dasar dalam pengembangan

teknologi yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi.

d. Fondasi keempat adalah skills, bahwasanya penduduk yang memiliki

keahlian sangat dibutuhkan untuk menemukan pengetahuan baru, proses,

dan produk baru.

e. Fondasi kelima adalah tools, bahwa kemajuan ekonomi dan kekayaan adalah

fungsi dari investasi human made capital.

f. Fondasi terakhir adalah natural and environmental resources, bahwa

pertumbuhan ekonomi bukan musuh untuk pihak-pihak yang peduli

lingkungan.

Mengacu pada pemikiran Thurow tersebut, dapat mengurai permasalahan

ekonomi yang terjadi di negara kita. Kemajuan ekonomi didapatkan dengan

menguatkan enam fondasi yaitu social organization, entrepreneurship, creating

knowledge, skills, tools, dan natural and environmental resources. Keenam

fondasi tersebut sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Organisasi

sosial diantaranya bisa terwujud dengan pembangunan fasilitas pendidikan yang

memadai. Kewirausahaan juga bisa dikembangkan melalui pendidikan baik

formal maupun non-formal. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan juga

merupakan tugas utama dunia pendidikan. Artinya, jika dunia pendidikan

diberikan perhatian khusus maka fondasi yang kuat akan tercipta dalam

mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Ace Suryadi (1999), pembangunan pendidikan adalah faktor

terpenting dalam peningkatan kualitas SDM. Sistem pendidikan perlu diarahkan

pada perwujudan sistem yang mampu menyesuaikan diri bahkan mungkin

mendorong proses perubahan yang terarah untuk menghadapi tantangan

lingkungan yang berat dan terus berubah. Selanjutnya Ace (1999) memaparkan

dari dimensi ekonomi dan iptek, sistem pendidikan harus mampu meningkatkan

kemampuan belajar warga negara dengan menguasai jenis-jenis keterampilan

dan keahlian yang sesuai dengan iptek yang terus berkembang. Dari dimensi

sosial-budaya, sistem pendidikan mampu menanamkan sikap dan perilaku yang

rasional di dalam suatu sistem budaya Indonesia yang kondusif, khususnya

dalam mengembangkan nilai-nilai kesehatan, produktivitas, kemandirian, serta

etos kerja. Dari dimensi hankamnas, sistem pendidikan harus mampu

Page 63: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 53

menanamkan sikap, wawasan, dan perilaku bela negara baik secara fisik

maupun non-fisik.

Pendidikan pada intinya harus menjadi sarana pembelajaran yang dapat

meningkatkan kompetensi, keahlian, dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam

menghadapi era teknologi modern dengan tidak mengabaikan nilai-nilai moral.

Hal tersebut dapat terwujud dengan pengembangan sarana pendidikan yang

mampu mendukung terselenggaranya pendidikan seperti yang diharapkan.

Kegiatan belajar mengajar yang selama ini lebih terfokus pada guru

(teacher centered) harus diarahkan untuk lebih mengarah pada siswa (student

centered). Transformasi harus diupayakan terhadap pola pendidikan yang

berjalan selama ini. Dengan pola pendidikan yang mengarah kepada siswa akan

mengembangkan pola pikir dan meningkatkan kreativitas siswa dalam menyerap

ilmu yang didapatnya, sehingga pola pikir dan kreativitas yang terbentuk dapat

berjalan seiring dengan kemajuan teknologi. Kita tidak dapat menghindar dari

perubahan, karena perubahan akan terus berlangsung sepanjang masa. Yang

diperlukan adalah kesiapan dalam menghadapi perubahan, dengan menciptakan

lulusan sekolah yang memiliki pola pikir kreatif dan inovatif, mempersiapkan

generasi muda yang berakhlak sehingga dapat menggunakan ilmu dan

kemampuan yang dimiliki untuk hal-hal yang menuju kebaikan dan kemaslahatan

hidup di masyarakat.

Persepsi masyarakat terhadap dunia pendidikan yang selama ini hanya

dianggap sebagai formalitas dalam mencari ijazah harus dirubah. Pendidikan

bukan hanya sekedar sarana untuk mendapatkan nilai ekonomi, namun lebih dari

itu untuk menciptakan nilai ekonomi. Sekolah bukan hanya sarana mencari ijazah

untuk mendapatkan pekerjaan, namun sekolah pada hakikatnya bertujuan

membentuk manusia-manusia yang memiliki kepribadian dan jiwa wirausaha.

Kurangnya lapangan pekerjaan yang selama ini menjadi masalah dalam dunia

ekonomi sehingga mengakibatkan banyaknya pengangguran dapat ditanggulangi

dengan membuka lapangan pekerjaan dengan berbekal ilmu yang dimilikinya.

Kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan membuat para lulusan sekolah

formal kurang memiliki kesempatan untuk mengisi lapangan pekerjaan. Untuk itu

jiwa kewirausahaan perlu dikembangkan di dunia pendidikan.

Merubah pola pikir dalam masyarakat menjadi tanggung jawab tenaga

pendidik dengan mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada siswanya dan

memberikan contoh yang nyata dalam keseharian. Tenaga pendidik harus

menjadi role model bukan hanya dengan kemampuan kognitif yang dimilikinya,

namun harus memberikan contoh nilai-nilai yang baik di masyarakat.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Jelaskan tentang konsep pendidikan dalam pembangunan ekonomi.

2. Sebutkan dan jelaskan peran pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber

daya manusia.

3. Sebutkan dan jelaskan peran pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

4. Jelaskan analisa anda sejauh mana peran pendidikan dalam pembangunan

ekonomi di Indonesia.

Page 64: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 54

D. Referensi

Hasan Muhammad, Muhammad Azis. (2018). Pembangunan Ekonomi dan

Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan ke-1. Jakarta: Nur Lina.

Hayami Yujiro. (2001). Development Economics. Second Edition. Oxford

University Press.

Kompas, Kamis 27 Januari 2000, Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi.

Suryadi Ace. (1999). Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan: Isu, Teori, dan

Aplikasi. Jakarta : Balai Pustaka.

Thurow Lester C. (1999). Building Wealth The New Rules For Individuals,

Companies, And Nation In A Knowledge-Based Economy. Harper Collins

Publishers.

Page 65: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 55

PERTEMUAN VI

TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :

1. Mengkaji landasan pemikiran Rostow mengenai teori tahap-tahap pertumbuhan

ekonomi.

2. Mengkaji pokok-pokok teori Rostow mengenai tahap-tahap pertumbuhan

ekonomi.

3. Menganalisa kritik-kritik yang ditujukan kepada Rostow mengenai teori tahap-

tahap pertumbuhan ekonomi.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Dari sekian banyak teori-teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

yang dikemukakan oleh para ahli, teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang

dicetuskan oleh Rostow (1956) menuai paling banyak perhatian dan komentar.

Rostow pertamakali menulis dalam artikel Economic Journal yang kemudian

dikembangkan dalam sebuah buku The Stages of Economic Growth. Proses

pembangunan ekonomi menurut Rostow dapat dikelompokkan ke dalam lima

tahap dan masing-masing negara dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari

lima tahap pembangunan ekonomi tersebut. Seperti yang sudah dikemukakan

dalam materi sebelumnya, kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut adalah

masyarakat tradisional, prasyarat untuk lepas landas, lepas landas, gerakan ke

arah kedewasaaan, dan masa konsumsi tinggi. Untuk melengkapi teori tersebut,

Rostow menerbitkan sebuah buku yang berjudul Politics and The Stages of

Economic Growth.

Teori Rostow mengenai tahap-tahap pertumbuhan ekonomi memiliki

lingkup yang lebih luas berbeda dengan teori Kuznets dan Chenery yang sudah

kita ketahui. Kendatipun analisisnya lebih bersifat umum jika dibandingkan

dengan Kuznets dan Chenery, dimana tidak secara terperinci menganalisis corak

perubahan yang terjadi pada suatu sektor dalam pembangunan. Analisisnya

mengarah pada faktor utama yang memicu pertumbuhan ekonomi dan ciri-ciri

perubahan dalam setiap tahap pembangunan dalam masyarakat. Hal tersebut

berdasarkan keyakinannya bahwa pertumbuhan ekonomi dapat terjadi akibat

perubahan yang fundamental bukan hanya dalam corak kegiatan ekonomi,

namun juga kehidupan politik dan hubungan sosial yang terjadi di masyarakat.

Page 66: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 56

Rostow beranggapan bahwa pembangunan ekonomi bukan hanya

perubahan dalam struktur ekonomi, namun pembangunan ekonomi adalah

proses yang menyebabkan :

a. Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada

mulanya mengarah ke dalam menjadi berorientasi ke luar.

b. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga,

yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi membatasi jumlah keluarga.

c. Perubahan dalam kegiatan penanaman modal masyarakat dari melakukan

penanaman modal yang tidak produktif seperti membeli rumah, emas dan

sebagainya, menjadi penanaman modal yang produktif.

d. Perubahan sikap masyarakat dalam menentukan kedudukan seseorang

dalam masyarakat, dari semula melihat suku bangsa atau keluarganya,

menjadi kesanggupan seseorang untuk melakukan pekerjaan.

e. Perubahan pandangan masyarakat yang semula berkeyakinan bahwa

kehidupan manusia ditentukan oleh alam sekitarnya, menjadi berkeyakinan

bahwa manusia harus memanipulasi keadaan alam sekitarnya untuk

menciptakan kemajuan.

Perubahan-perubahan tersebut dan perubahan lain dalam hal sosial,

politik, dan kebudayaan menurut Rostow yang selalu mengikuti tingkat

perkembangan kegiatan ekonomi suatu masyarakat.

2. Teori Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi

a. Masyarakat tradisional

Masyarakat tradisional adalah tahap pertama dalam teori pertumbuhan

ekonomi yang dikemukakan oleh Rostow, adalah tahap dimana perekonomian

masih belum berkembang dan suatu negara sedang mempersiapkan

masyarakatnya untuk memulai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

Menurut Rostow masyarakat tradisional adalah masyarakat yang

strukturnya berkembang di dalam fungsi produksi yang terbatas, yang

didasarkan pada teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat seperti

sebelum masa Newton. Masyarakat sebelum masa Newton adalah suatu

masyarakat yang masih menggunakan cara-cara berproduksi yang relatif

primitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-

nilai yang dicetuskan oleh cara pemikiran yang tidak rasional, tetapi oleh

kebiasaan yang telah berlaku secara turun temurun.

Di dalam suatu masyarakat tradisional menurut Rostow, tingkat produksi

perkapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih sangat terbatas, oleh

karena itu sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan

sektor pertanian. Struktur masyarakat bersifat hierarkis, dimana kedudukan

seseorang di dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan kedudukan

ayahnya, kakeknya, dan nenek moyangnya. Jadi hubungan kekeluargaan

Page 67: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 57

sangat menentukan kedudukan seseorang di dalam masyarakat, sehingga

sulit untuk melakukan mobilitas secara vertikal.

Dalam kegiatan politik, Rostow menggambarkan walaupun kadang-

kadang terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, namun pusat dari kegiatan

politik terdapat di daerah-daerah, di tangan tuan-tuan tanah yang berkuasa.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat sangat dipengaruhi oleh

pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.

b. Prasyarat untuk lepas landas

Rostow menggambarkan tahap prasyarat untuk lepas landas sebagai

masa transisi dimana masyarakat telah mempersiapkan dirinya atau

dipersiapkan dari luar, untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai

kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth). Menurut Rostow

tahap ini dan selanjutnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara

otomatis. Tahap prasyarat untuk lepas landas ini dibedakan oleh Rostow

menjadi dua, yaitu :

1) Tahap prasyarat lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa,

Asia, Timur Tengah dan Afrika; yang dilakukan dengan merombak

masyarakat tradisional yang sudah lama ada.

2) Tahap prasyarat lepas landas born free yang dicapai oleh negara-negara

Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru; yang dapat

mencapai prasyarat lepas landas tanpa harus merombak sistem

masyarakat yang tradisional karena masyarakat negara-negara tersebut

terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh

suatu masyarakat untuk tahap prasyarat lepas landas.

Dalam tahap transisi menuju tahap lepas landas, Rostow

mengemukakan pokok-pokok pemikiran untuk mencapai keberhasilan menuju

tahap lepas landas, yaitu :

1) Kenaikan dalam tingkat penanaman modal yang akan menciptakan

pembangunan ekonomi yang lebih cepat dari sebelumnya bukan semata-

mata bergantung pada kenaikan dalam tingkat tabungan, tetapi juga

kepada perubahan radikal dalam sikap masyarakat terhadap ilmu

pengetahuan, dalam keperluan untuk merubah teknik produksi, dalam

sikap pengambilan resiko, dan dalam sikap terhadap kondisi-kondisi

maupun cara-cara bekerja.

2) Kenaikan tingkat penanaman modal hanya mungkin tercipta apabila terjadi

perubahan dalam struktur kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi

hanya dimungkinkan oleh adanya kenaikan produktivitas di sektor

pertanian dan perkembangan di sektor pertambangan. Kenaikan

produktivitas sektor pertanian dan pertambangan merupakan syarat mutlak

yang harus dipenuhi untuk melepaskan masyarakat dari belenggu

ketradisionalan dan keterbelakangannya.

3) Untuk mencapai tahap lepas landas kemajuan pertanian diperlukan dalam

rangka menjamin persediaan bahan makanan bagi penduduk kota yang

Page 68: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 58

bertambah dengan cepat akibat industrialisasi. Kenaikan sektor pertanian

akan memperluas pasar bagi sektor industri. Kenaikan pendapatan petani

akan memperluas pasar industri barang-barang konsumsi, kenaikan

produktivitas sektor pertanian akan memperluas pasar untuk industri-

industri penghasil input pertanian modern seperti mesin pertanian dan

pupuk kimia. Akhirnya, sumbangan sektor pertanian terhadap sektor

pembangunan adalah untuk menciptakan tabungan yang dapat digunakan

oleh sektor lain terutama sektor industri, sehingga mempertinggi tingkat

penanaman modal di sektor-sektor lain tersebut.

4) Dalam masa transisi mencapai tahap lepas landas dan dalam tahap lepas

landas itu sendiri, bagian yang cukup besar dari penanaman modal adalah

untuk membangun infrastruktur, dalam hal ini pemerintah memegang

peranan penting dalam menjamin tercapainya tahap prasyarat untuk

mencapai lepas landas.

5) Perubahan dalam kepemimpinan yang mampu melibatkan diri dalam usaha

mewujudkan suatu masyarakat industri, dimana pemimpin harus

mempunyai sifat nasionalisme reaktif (reactive nasionalism), yaitu bereksi

secara positif terhadap tekanan-tekanan yang datang dari negara-negara

yang lebih maju.

c. Tahap lepas landas

Tahap lepas landas adalah tahap berlangsungnya perubahan yang

drastis di dalam masyarakat, seperti revolusi politik, kemajuan yang pesat

dalam inovasi atau berupa terbukanya pasar-pasar baru, dan peningkatan

penanaman modal. Dengan demikian pendapatan perkapita penduduk

meningkat.

Menurut perkiraan Rostow masa lepas landas di beberapa negara

adalah seperti tabel di bawah ini :

Tabel 6.1. Masa Lepas Landas

Negara

Masa Lepas Landas

Inggris 1783-1802

Perancis 1830-1860

Belgia 1833-1860

Amerika Serikat 1843-1860

Jerman 1850-1873

Swedia 1868-1890

Jepang 1878-1900

Rusia 1890-1914

Kanada 1896-1914

Argentina 1935-

Page 69: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 59

Negara

Masa Lepas Landas

Turki 1937-

India 1952-

Cina Komunis 1952-

Dari data tersebut terlihat bahwa negara-negara Barat kebanyakan

mencapai tahap lepas landas pada abad ke-19 kecuali Inggris yang sudah

mencapai lepas landas pada akhir abad sebelumnya. Masa lepas landas

negara-negara tersebut berkisar antara 20-30 tahun.

Rostow mengemukakan ciri-ciri suatu negara sudah mencapai tahap

lepas landas yaitu :

1) Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari lebih

kurang 5% menjadi 10% dari Produk Nasional Neto.

2) Terjadinya peningkatan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat

laju perkembangan yang tinggi.

3) Adanya suatu platform politik, sosial dan institusional baru yang akan

menjamin berlangsungnya segala tuntutan perluasan di sektor modern, dan

potensi ekonomi ekstern (external economies) yang ditimbulkan oleh

kegiatan lepas landas, sehingga pertumbuhan dapat terus menerus

berjalan.

Rostow juga mempersyaratkan kenaikan tingkat penanaman modal

untuk mencapai lepas landas karena hanya dengan cara tersebut

perekonomian dapat berkembang lebih maju daripada tingkat pertumbuhan

penduduk. Suatu perubahan penting dalam masa lepas landas yang

memungkinkan kenaikan tingkat penanaman modal adalah melalui kenaikan

jumlah dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds), dan kenaikan ini

berasal dari dua sumber. Sumber pertama adalah perubahan dalam aliran

pendapatan termasuk perubahan dalam distribusi pendapatan dan aliran

modal. Sumber kedua adalah penanaman kembali keuntungan-keuntungan

yang diperoleh dari sektor-sektor yang sudah mengalami perkembangan yang

pesat.

Perubahan penting lainnya adalah timbulnya golongan pengusaha yang

bersedia melakukan inovasi dan penanaman modal di sektor industri maupun

pertanian. Kenaikan produktivitas pertanian merupakan perubahan yang

harus ada sebelum atau pada masa lepas landas.Oleh sebab itu, golongan

pertanian yang bersedia melakukan kegiatan pertanian yang lebih modern

merupakan prasyarat bagi terciptanya tahap lepas landas.

Rostow juga membedakan kegiatan perekonomian dalam tahap lepas

landas ke dalam tiga sektor pertumbuhan yaitu :

1) Pertumbuhan primer, yatu sektor atau kegiatan ekonomi yang menciptakan

pertumbuhan yang pesat dan menciptakan kekuatan ekspansi ke beberapa

sektor lain dalam perekonomian.

2) Pertumbuhan supplementer, yaitu sektor yang berkembang dengan cepat

sebagai akibat langsung dari perkembangan di sektor pertumbuhan primer.

Page 70: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 60

3) Pertumbuhan terkait, yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang berkembang

seirama dengan kenaikan pendapatan, penduduk, dan produksi sektor

industri.

Di dalam kegiatan perekonomian suatu negara pertumbuhan selalu

digerakkan oleh perekembangan sejumlah kecil kegiatan ekonomi yang

digolongkan sebagai sektor pertumbuhan primer atau sektor pemimpin

(leading sector). Sektor pemimpin ini akan berbeda antar satu negara dengan

negara lainnya.Untuk menciptakan suatu pembangunan ekonomi, menurut

Rostow suatu negara tidak perlu mencontoh negara lain yang lebih dulu maju

dalam hal sektor pemimpin, namun harus tetap memperhatikan faktor-faktor

berikut :

1) Harus terdapat kemungkinan memperluas pasar untuk segala macam

barang yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi yang berpotensi

untuk berkembang dengan cepat.

2) Dalam sektor ini harus dikembangkan teknik produksi yang leboh modern

dan kapasitas produksi harus dapat diperluas.

3) Dalam masyarakat harus tercipta tabungan, dan para pengusaha harus

menanamkan kembali keuntungannya untuk membiayai sektor-sektor

pemimpin.

4) Perkembangan dan transformasi teknis sektor pemimpin haruslah

menciptakan permintaan akan perluasan kapasitas dan modernisasi

sektor-sektor lain.

d. Gerakan ke arah kedewasaan

Gerakan ke arah kedewasaan menurut Rostow adalah tahap dimana

masyarakat sudah efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian

besar faktor produksi dan kekayaan alamnya.

Dalam tahap ini sektor-sektor ekonomi berkembang lebih cepat, sektor-

sektor pelopor baru akan muncul untuk menggantikan pelopor yang lama yang

akanan mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpin pada tahap ini

ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat tahap lepas

landas yang berlaku, dan juga oleh bentuk kebijakan pemerintah.

Berikut ini perkiraan gerakan ke arah kedewasaan :

Tabel 6.2. Gerakan ke arah kedewasaan

Negara Tahap gerakan

ke arah kedewasaan

Inggris 1850

Amerika Serikat 1900

Jerman 1910

Perancis 1910

Swedia 1930

Jepang 1940

Rusia 1950

Kanada 1950

Page 71: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 61

Dalam menganalisis ciri-ciri tahap gerakan ke arah kedewasaan.

Rostow menekankan penelaahannya kepada corak perubahan sektor

pemimpin atau sektor industri pelopor di berbagai negara yang sekarang

sudah menjadi negara maju dan hasilnya menunjukkan bahwa di tiap-tiap

negara tersebut jenis-jenis sektor pemimpin pada tahap sesudah lepas landas

berbeda dengan yang ada pada tahap lepas landas. Di inggris misalnya,

industri kecil yang telah menjadi sektor pemimpin pada masa lepas landas

kemudian digantikan oleh industri batubara, besi, dan perlatan teknik berat.

Kemudan Rostow mengemukakan ciri-ciri yang bersifat non-ekonomi

pada masyarakat yang telah mencapai tahap gerakan ke arah kedewasaan

dan yang hampir memasukinya, diantaranya :

1) Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor

industri bertambah penting, sedang sektor pertanian menurun. Kemahiran

dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.

2) Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan

manajer professional kian bertambah penting dan menggantikan

kedudukan pengusaha yang merangkap jadi pemilik.

3) Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang

diciptakan oleh inddsutrialisasi, dan kritik-kritik terhadapnya mulai timbul.

e. Tahap konsumsi tinggi

Tahap terakhir dalam tahap-tahap pertumbuhan menurut Rostow adalah

tahap konsumsi tinggi. Tahap ini adalah tahap dimana perhatian masyarakat

lebih kepada masalah-masalah konsumsi dan kesejahteraan, dan bukan lagi

kepada masalah produksi.

Dalam tahap ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat yang saling

bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia dan dukungan

politik, yaitu :

1) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara ke luar negeri, dan

kecenderungan ini umumnya berwujud penaklukan negara-negara lain.

2) Menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata bagi

penduduk dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan

yang lebih merata.

3) Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi keperluan

utama yang sederhana seperti makanan, pakaian, dan perumahan menjadi

konsumsi barang-barang tahan lama dan mewah.

3. Kritik terhadap Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Rostow

a. Kritik Kuznets terhadap teori Rostow

Menurut Kuznets, teori Rostow hanya memiliki sebagian kecil saja dari

sifat-sifat yang harus dipenuhi agar suatu teori tahap-tahap pertumbuhan

ada manfaatnya. Adapun sifat-sifat tersebut adalah :

1) Setiap tahap harus merupakan tahap yang mempunyai cirri-ciri yang

secara empiris dapat diselidiki kebenarannya.

Page 72: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 62

2) Ciri-ciri suatu tahap harus memiliki perbedaan yang cukup nyata dengan

tahap lainnya.

3) Harus dijelaskan hubungan analitis dengan tahap sebelumnya, yaitu

bentuk-bentuk proses yang akan berlaku untuk mengakhiri suatu tahap

tertentu dan menyebabkan terciptanya tahap selanjutnya.

4) Hubungan analitis dengan tahap selanjutnya juga harus dijelaskan.

5) Ruang lingkup (universe) dimana teori tersebut berlaku harus dengan

tegas pula dinyatakan.

Kemudian Kuznets juga beranggapan perbedaan diantara berbagai

tahap dalam teori Rostow sangat kabur. Tahap prasyarat untuk mencapai

lepas landas dan tahap lepas landas sangat sukar untuk dibedakan karena

ada beberapa ciri yang dinyatakan terdapat dalam tahap lepas landas sudah

berlaku pada tahap sebelumnya. Misalnya, Rostow menyatakan bahwa

perkembangan prasarana akan berlaku pada tahap sebelumnya.

Perkembangan dan kenaikan produktivitas sektor pertanian dan

perkembangan perkembangan prasarana akan berlaku pada tahap prasyarat

untuk lepas landas. Hal ini sangat mungkin terjadi bila tingkat penanaman

modal meningkat dengan cepat. Hal ini berarti kenaikan penanaman modal

yang cepat, yang dinyatakan oleh Rostow sebagai salah satu ciri penting

pada tahap lepas landas sudah harus berlaku pada tahap sebelumnya.

Kemudian sebagai salah satu ciri tahap lepas landas adalah tingkat

penanaman modal mengalami kenaikan yang pesat, sedangkan pada tahap

sesudahnya tidak dinyatakan lagi dengan tegas apakah hal tersebut masih

tetap berlaku atau tidak. Menurut Kuznets, adanya perbedaan yang tidak

begitu nyata antara ciri-ciri tahap lepas landas dengan tahap sebelum dan

sesudahnya menyebabkan manfaat untuk membahas hubungan analitis

antara tahap-tahap tersebut sangat terbatas sekali.

Kritik selanjutnya dari Kuznets adalah kegagalan Rostow dalam

menyatakan ruang lingkup dimana teori tersebut berlaku, yaitu pada

masyarakat yang seperti apa teori tersebut berlaku.

Kuznets juga mengajukan kritik mengenai terbatasnya ciri-ciri dari teori

Rostow tersebut yang dapat diselidiki kebenarannya secara empiris. Salah

satu ciri yang dapat diuji secara empiris dalam tahap lepas landas hanya

kenaikan tingkat penanaman modal dari 5% menjadi 10%. Hal tersebut

menurut Kuznets bertentangan dengan kenyataan yang terdapat di

beberapa negara Barat pada saat mereka mencapai tahap lepas landas

tidak menunjukkan kenaikan hingga dua kali lipat seperti yang dinyatakan

Rostow. Hal tersebut ditunjukkan oleh keadaan sebagai berikut :

1) Di Inggris antara tahun 1770-1800 tingkat penanaman modal tetap

mencapai 6,5%, sedangkan menurut Rostow pada masa yang hampir

bersamaan yaitu tahun 1780-1802 merupakan masa dimana negara

tersebut mencapai tahap lepas landas.

2) Pada tahun 1850-an tingkat penanaman modal di Jerman adalah 8,5%

dan meningkat menjadi 13,5% pada tahun 1870-an dan 16,5% pada

tahun 1901-1913. Rostow menyatakan jerman mencapai tahap lepas

Page 73: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 63

landas pada tahun 1850-1873. Data ini menunjukkan bahwa pada

permulaan tahap lepas landas di Jerman tingkat penanaman modal lebih

tinggi daripada yang dinyatakan oleh Rostow, dan sepanjang tahap

tersebut tingkat penanaman modal mengalami peningkatan hanya

sebesar 60%. Tingkat penanaman modal menjadi dua kali lipat setelah

melewati enam dasawarsa.

3) Rostow menyatakan Swedia mencapai tahap lepas landas pada tahun

1868-1890. Di negara ini tingkat penanaman modal adalah sebesar 6%

pada tahun 1861-1870, meningkat menjadi 8% pada tahun 1901-1910,

selanjutnya menjadi 13% pada tahun 1941-1950. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat penanaman modal berkembang secara perlahan pada

tahap lepas landas dan baru akan mencapai dua kali lipat setelah

melewati delapan dasawarsa.

4) Menurut Rostow tahap lepas landas dari proses pembangunan di Jepang

dicapai pada tahun 1878-1900 dimana tingkat penanaman modal hanya

sekitar 6%-7%, dan tingkat penanaman modal baru bergerak cepat

setelah masa Perang Dunia II yaitu sekitar 10%-11%. Artinya setelah

melewati empat dasawarsa tingkat penanaman modal dapat mencapai

dua kali lipat.

Dari data-data tingkat penanaman modal di berbagai negara tersebut

di atas, Kuznets mengajukan kritik sebagai berikut :

1) Tingkat penanaman modal pada permulaan tahap lepas landas di

beberapa negara yang dinyatakan oleh Rostow adalah lebih tinggi

daripada yang disinyalir Rostow dalam teorinya yaitu 5%.

2) Dalam tahap lepas landas tingkat penanaman modal tidak berkembang

menjadi dua kali lipat seperti teori yang dikemukakan Rostow.

3) Rasio modal produksi tidak tetap sebesar 5%, tetapi berbeda-beda di tiap-

tiap negara, dan di suatu negara berbeda-beda pula antara satu masa

dengan masa lainnya.

4) Seperti halnya dengan tingkat penanaman modal yang pada umumnya

mengalami kenaikan yang lambat pada tahap lepas landas, pendapatan

nasional juga mengalami perkembangan yang lambat dalam tahap

tersebut.

Dari beberapa fakta yang menunjukkan perbedaan dimana negara-

negara tersebut dianggap oleh Rostow mencapai tahap lepas landas sesuai

dengan cirri-ciri yang diungkapkannya, menyebabkan Kuznets meragukan

pentingnya membedakan antara tahap lepas landas dengan tahap sebelum

dan sesudahnya. Keberatan Kuznets tersebut diperkuat oleh tiga macam

pertimbangan menurut pendapatnya, yaitu :

1) Pertama, tidak mungkin membedakan antara masa dimana suatu negara

mempersiapkan dirinya mencapai pembangunan yang pesat dengan

masa dimana pembangunan pesat itu mulai berlaku. Apabila suatu

negara telah mempersiapkan diri untuk memulai pembangunan yang lebih

maju, maka pada saat yang sama pembangunan yang pesat sudah mulai

terjadi. Artinya menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi yang pesat tidak

Page 74: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 64

terjad pada tahap awal lepas landas, tetapi sudah berlangsung pada

tahap sebelumnya.

2) Kedua, disamping mempunyai banyak persamaan, proses pembangunan

ekonomi di berbagai negara mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Dua faktor

penting yang menjadi penyebabnya adalah terdapatnya perbedaan

keadaan masyarakat di berbagai negara pada taraf permulaan proses

pembangunan dan perbedaan mengenai masa dimulainya proses

pembangunan tersebut. Oleh sebab itu dalam mengemukakan teori

tahap-tahap pertumbuhan harus ditunjukkan mengenai ciri-ciri persamaan

namun juga perbedaannya, dimana hal tersebut tidak dikemukakan

Rostow dalam teori tahap-tahap pertumbuhannya.

3) Ketiga, dalam tahap berikutnya setelah tahap lepas landas dikatakan oleh

Rostow bahwa pembangunan akan bersifat self-sustained, dimana proses

tersebut dengan sendirinya akan menciptakan kekuatan-kekuatan yang

mendorong pembangunan lebih lanjut. Hal ini dianggap Kuznets sebagai

sifat umum dari proses pembangunan, yaitu proses yang selalu bersifat

self-sustained pada setiap tingkat proses tersebut. Akan tetapi di samping

itu, pada setiap tingkat pembangunan terdapat pula kekuatan yang akan

menciptakan self-limiting effects, dan laju pembangunan ditentukan oleh

faktor-faktor yang menciptakan masing-masing kekuatan tersebut, Jadi,

menurut Kuznets proses pembangunan merupakan proses adu kekuatan

diantara faktor-faktor pendorong dan penghambat pembangunan, bukan

suatu proses yang secara otomatis menciptakan peningkatan taraf

kegiatan ekonomi dari masa ke masa.

b. Kritik Cairncross terhadap teori Rostow

Teori Rostow menuai banyak kritik karena kelemahan-kelemahan yang

terdapat dalam teori tahap-tahap pertumbuhan tersebut dimana memiliki

kekuatan analisis (analytical power) yang sangat lemah. Kemudian para ahli

juga menyangsikan apakah teori tersebut dapat menjadi pijakan terhadap

proses pembangunan yang berlangsung di negara berkembang, oleh karena

proses pembangunan yang berlangsung di negara berkembang akan sangat

berbeda dengan yang terjadi di negara maju. Kritik terhadap hal tersebut

muncul dari Cairncross, dimana terdapat perbedaan antara negara maju

dengan negara berkembang dalam hal :

1) Negara berkembang merupakan late-comers dalam memulai dan

menciptakan pembangunan ekonomi. Negara berkembang pada masa ini

lebih sulit memperoleh pasaran di luar negeri dibandingkan dengan

negara yang telah terlebih dahulu mencapai tahap lepas landas.

2) Terdapat banyak perbedaan diantara kondisi negara maju pada tahap

mencapai tahap lepas landas dengan kondisi di negara berkembang pada

saat ini. Di negara berkembang institusi ekonomi kapitalis baru bangkit

setelah dilakukannya usaha untuk mempercepat proses pembangunan,

sektor pertanian subsistem sangat penting peranannya dalam

perekonomian, perdagangan antar wilayah dalam satu negara masih

Page 75: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 65

sangat terbatas, dan urbanisasi jauh lebih laju dibandingkan dengan

kemampuan sektor industri menciptakan kesempatan baru.

Walaupun banyak kelemahan yang ditemukan dalam teori Rostow dan

perbedaan kondisi perekonomian antara negara maju dengan negara

berkembang, namun tidak dapat dipungkiri bahwa teori Rostow memberikan

sumbangsih untuk memberikan pijakan kepada negara-negara khususnya

negara berkembang untuk menyusun kebijakan guna mencapai

pertumbuhan ekonomi menuju tahap yang diinginkan dan mewujudkan

kesejahteraan masyarakat secara merata.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Jelaskan latar belakang pemikiran lahirnya teori tahap-tahap pertumbuhan

ekonomi yang dikemukakan oleh Rostow.

2. Jelaskan 5 (lima) tahap pertumbuhan ekonomi Rostow dan ciri-ciri dimana suatu

negara sudah mencapai tahap tersebut.

3. Jelaskan kritik yang ditujukan kepada Rostow dan kelemahan-kelemahan teori

tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut Kuznets dan Cairncross, dan

bagaimana pendapat anda mengenai kritik-kritik tersebut.

D. Referensi

Rostow, W.W. (1956). The-Take-off Into Self-suntained Growth. Economic Journal.

Rostow, W.W. (1956). The Stages of Economic Growth : A Non-Communist

Manifesto. London: Cambridge University Press.

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Page 76: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 66

PERTEMUAN VII

TEORI-TEORI HAMBATAN PEMBANGUNAN

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji faktor-faktor penghambat pembangunan dari dalam negeri.

2. Mengkaji faktor-faktor penghambat pembangunan dari luar negeri.

3. Menganalisa dan membandingkan antara faktor-faktor penghambat tersebut.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Ketika negara maju sudah memasuki tahap lepas landas dan peningkatan

taraf hidup pada abad ke 19, banyak negara-negara berkembang yang tertinggal

secara perekonomian dengan taraf hidup yang sangat rendah hingga akhir

Perang Dunia II. Kemudian setelah berakhirnya Perang Dunia II negara-negara

berkembang sudah mengerahkan usaha dan tenaga yang dimiliki untuk

mengejar ketertinggalan mereka. Namun seperti kenyataan yang kita lihat usaha

tersebut belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Para ahli mencoba

menganalisis sebab-sebab negara berkembang mengalami banyak kendala

dalam proses pembangunan yang sedang mereka lakukan. Analisis-analisis

tersebut kita kenal dengan teori-teori penghambat pembangunan (theories of

underdevelopment), yang mencoba mengurai hambatan-hambatan yang timbul

dalam proses pembangunan di negara-negara berkembang

Dari sekian banyak teori yang menerangkan hambatan-hambatan yang

muncul dalam proses pembangunan di negara berkembang, dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor-faktor penghambat pembangunan dari

dalam negeri dan faktor-faktor penghambat pembangunan dari dalam negeri.

Faktor penghambat pembangunan dari dalam negeri terdapat dalam

analisis berikut :

a. Analisis mengenai pengaruh perkembangan penduduk terhadap beberapa

aspek dalam pembangunan ekonomi.

b. Efek dualisme sosial dan teknologi terhadap mekanisme pasar dan

penggunaan tenaga kerja.

c. Lingkaran perangkap kemiskinan (the vicious circle of poverty).

Faktor penghambat pembangunan dari luar negeri terdapat dalam analisis

berikut :

a. Struktur ekspor yang berupa bahan mentah dan efeknya kepada

kemungkinan mewujudkan pembangunan.

b. Proses sebab akibat kumulatif (the circular cumulative causation) dan efeknya

kepada daerah yang lebih miskin.

2. Faktor Penghambat Dalam Negeri

a. Penduduk

Page 77: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 67

Penduduk bisa memberikan dampak positif maupun dampak negatif

dalam proses pembangunan di suatu negara. Dengan kata lain pertambahan

penduduk bisa menjadi faktor pendorong maupun faktor penghambat dari

pembangunan.

Pertambahan penduduk dapat dikatakan sebagai faktor pendorong

pembangunan, karena :

Pertambahan jumlah penduduk berarti penambahan jumlah tenaga kerja dari

masa ke masa.

1) Pertambahan jumlah penduduk dengan pemberian bekal pendidikan

kepada mereka sebelum menjadi tenaga kerja akan menambah jumlah

tenaga kerja yang memiliki skill, kompetensi, dan jiwa entrepreneur.

Kelompok tenaga kerja tersebut akan muncul ketika tingkat pembangunan

bertambah tinggi. Maka, ketika tingkat pembangunan semakin

menunjukkan peningkatan pertambahan jumlah penduduk akan

memberikan kontribusi yang besar terhadap jalannya pembangunan

ekonomi.

2) Pertambahan jumlah penduduk berarti juga perluasan pasar, karena

perluasan pasar barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting yaitu

pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Artinya pertambahan

penduduk akan berdampak terhadap perluasan pasar barang dan jasa, dan

menjadi pendorong sektor produksi untuk meningkatkan produksinya.

3) Pertambahan penduduk juga menjadi faktor pendorong pengembangan

teknologi, seperti terlihat pada sektor pertaninan. Di beberapa negara maju

sejak beberapa abad yang lalu pertambahan jumlah penduduk mendorong

perbaikan teknologi pertanian. Perkembangan jumlah penduduk yang

diikuti perbaikan jaringan pengangkutan dan peningkatan pendapatan akan

memperluas pasar untuk hasil-hasil pertanian. Pasar yang bertambah luas

akan mendorong produktivitas sektor pertanian dan hal tersebut dapat

dicapai dengan meningkatkan teknologi bercocok tanam.

Pertambahan penduduk juga dapat memberikan dampak negatif

terhadap pembangunan, yaitu :

1) Pertambahan penduduk yang diikuti oleh rendahnya produktivitas sektor

produksi akan berdampak buruk terhadap pembangunan ditandai dengan

bertambahnya pengangguran. Dengan keadaan ini maka kenaikan jumlah

penduduk tidak akan diikuti oleh kenaikan produksi secara signifikan.

2) Tingginya jumlah penduduk dengan produktivitas yang rendah akan

menyebabkan perkembangan produksi pertanian yang rendah pula.

3) Pertambahan penduduk yang tidak produktif akan menurunkan pendapatan

perkapita, dan ketika pertambahan jumlah penduduk sampai pada angka

yang sangat berlebihan, akan memberikan implikasi terhadap tingkat

tabungan, corak penanaman modal, corak pembagian pendapatan, corak

migrasi penduduk, kemampuan mengekspor, dan beberapa hal lain yang

berpengaruh terhadap proses pembangunan itu sendiri.

Page 78: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 68

Di negara berkembang, pertambahan jumlah penduduk lebih

memberikan dampak negatif dan menjadi penghambat pembangunan

ekonomi. Ciri-ciri perkembangan penduduk di negara berkembang seperti

angka pengangguran yang tinggi, tingkat pendapatan perkapita yang rendah,

kekurangan tenaga terdidik dan entrepreneur, serta terbatasnya dana untuk

penanaman modal merupakan ciri-ciri penting negara berkembang dimana

pertambahan penduduk lebih kepada faktor yang menghambat pembangunan

ekonomi.

Selanjutnya, analisis mengenai pengaruh tidak langsung pertambahan

penduduk terhadap kesejahteraan masyarakat juga dilakukan oleh para ahli.

Berbagai analisis tersebut untuk menunjukkan pengaruh yang timbul dari

pertambahan jumlah penduduk terhadap :

1) Kemampuan masyarakat untuk menabung.

2) Corak penanaman modal yang akan dilakukan,

3) Pemerataan pendapatan.

4) Strategi pemilihan teknologi yang dilakukan.

5) Keperluan untuk mempercepat kenaikan produksi makanan.

6) Perkembangan perdagangan luar negeri.

b. Pertambahan penduduk dan tingkat tabungan

Kesimpulan dari teori Nelson adalah bahwa suatu masyarakat dapat

melepaskan diri dari level the low level equilibrium trap dengan memperbesar

tingkat penanaman modalnya sehingga menimbulkan pertambahan

pendapatan nasional yang melebihi jumlah penduduk. Tingkat penanaman

modal dapat tercipta melalui tabungan. Sayangnya, pertambahan jumlah

penduduk justru menimbulkan hal yang sebaliknya, sehingga sulit sekali untuk

melepaskan diri dari the low level equilibrium trap tersebut.

c. Pertambahan penduduk dan penanaman modal

Para ahli mengatakan bahwa negara berkembang berada pada posisi

yang kurang menguntungkan akibat pertambahan penduduk yang sangat

pesat dan berpengaruh terhadap corak penanaman modal dan struktur

penanaman modal. Proporsi modal pemerintah akan berfokus kepada sektor

pendidikan karena pertambahan jumlah penduduk artinya bertambahnya anak

usia sekolah, kemudian sektor perumahan untuk menyediakan perumahan

bagi penduduk usia dewasa. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya

proporsi modal pemerintah untuk kegiatan-kegiatan produktif lainnya.

d. Pertambahan penduduk dan pemerataan pendapatan

Hambatan yang dialami oleh negara berkembang akibat pertambahan

penduduk adalah sulitnya mewujudkan cita-cita pembangunan yaitu

pemerataan pendapatan. Pertambahan penduduk yang tinggi akan

memperlebar jurang antara golongan di masyarakat.

e. Pertambahan penduduk dan pemilihan teknologi

Page 79: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 69

Dampak lain yang ditimbulkan oleh pertambahan penduduk adalah

dalam pemilihan teknologi yang tepat guna untuk pembangunan. Teknologi

akan berpengaruh terhadap tingkat produksi dan mendorong pertumbuhan

ekonomi. Penggunaan teknologi tinggi bersifat padat modal, artinya

membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan penggunaan teknologi

yang lebih rendah.

Pilihan yang sulit bagi negara berkembang apakah memaksimalkan

penggunaan teknologi atau memaksimalkan penyediaan lapanga kerja,

karena keduanya tidak dapat sejalan dengan kondisi penduduk yang padat.

Kebanyakan para ahli menyarankan jalan tengah dengan penggunaan

teknologi menengah (intermediate technology), yaitu teknologi yang mampu

meningkatkan produksi sekaligus menyediakan lapangan kerja.

f. Pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan

Pertambahan jumlah penduduk juga akan meningkatkan kebutuhan

pangan, artinya meningkatkan produksi bahan makanan. Banyak kalangan

menyangsikan kesanggupan negara berkembang untuk menyediakan

tambahan produksi bahan makanan, karena sampai saat ini banyak negara

berkembang yang belum mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka

sendiri, akibatnya masih harus mengimpor bahan makanan yang mereka

butuhkan. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan

sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan.

g. Perkembangan penduduk dan neraca pembayaran

Selanjutnya masalah pertambahan penduduk juga berimbas pada

kegiatan ekspor, impor, dan neraca pembayaran negara berkembang.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari pertambahan jumlah penduduk adalah

mengurangi jumlah ekspor dan menambah jumlah impor. Hal tersebut dapat

terjadi karena tanah yang sebelumnya digunakan untuk memproduksi bahan-

bahan makanan akan digunakan untuk lahan pertanian penyediaan bahan-

bahan makanan penduduk. Kemudian apabila negara tersebut tidak mampu

untuk menyediakan bahan makanan bagi penduduknya, maka langkah yang

diambil adalah mengimpor bahan makanan. Akibatnya, karena jumlah impor

lebih banyak dari ekspor maka negara mengalami defisit neraca pembayaran.

Hal inilah yang dialami banyak negara berkembang seperti negara kita.

h. Dualisme

Salah satu ciri negara berkembang adalah perekonomiannya yang

bersifat dualistis. Artinya kegiatan ekonomi yang dilakukan dibedakan ke

dalam dua golongan yaitu kegiatan ekonomi modern dan kegiatan ekonomi

tradisional. Kondisi tersebut kurang menguntungkan bagi perekonomian

negara berkembang untuk meningkatkan kegiatan perekonomiannya,

terutama negara-negara yang masih menjalankan kegiatan ekonomi

tradisional. Dualisme yang ada di negara berkembang terutama sosial dan

teknologi menimbulkan mekanisme pasar tidak berjalan sebagaimana

mestinya, sehingga sumber daya yang ada tidak dapat digunakan secara

Page 80: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 70

efisien. Penggunaan teknologi yang modern pun akan menimbulkan masalah

terhadap pengembangan kesempatan kerja di sektor modern, sehingga

menambah rumit masalah pengangguran, dan menambah jurang tingkat

pendapatan antara sektor ekonomi modern dan tradisional.

Berbagai hambatan yang muncul dari dualisme perekonomian negara

berkembang adalah akibat sulitnya merubah kehidupan perekonomian

tradisional menuju modernisasi. Sebagian besar negara berkembang yang

relatif miskin masih menggunakan teknik-teknik yang sederhana dalam

kegiatan perekeonomian mereka sehingga produktivitas yang dihasilkan pun

relatif rendah. Nilai-nilai yang berkembang di masyarakat selama bertahun-

tahun membatasi kemungkinan perbaikan teknologi produksi maupun

organisasi yang pada akhirnya menghambat efisiensi.

i. Lingkaran Perangkap Kemiskinan

Masalah lingkaran perangkap kemiskinan ini dikemukakan oleh ahli

ekonomi yang bernama Nurske yang mempelopori penilaian atas masalah

pembentukan modal di negara-negara berkembang. Adapun pengertian dari

lingkaran perangkap kemiskinan atau disingkat dengan lingkaran kemiskinan

atau The Vicious Circle, adalah “suatu rangkaian kekuatan-kekuatan yang

saling mempengaruhi satu sama lain secara sedimikian rupa sehingga

menimbulkan keadaan dimana sesuatu negara akan tetap miskin dan akan

mengalami banyak kesulitasn untuk mencapai tingkat pembangunan yang

lebih tinggi”.

Pada hakekatnya Nurske berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja

disebabkan oleh ketiadaan pembangunan pada masa lalu tetapi juga

menimbulkan hambatan kepada pembangunan di masa yang akan datang.

Sehubungan dengan hal itu Nurske mengatakan: “sesuatu negara adalah

miskin karena ia merupakan negara miskin” atau istilahnya “a country is poor

because it is poor”. Menurutnya penyebab utama adanya lingkaran perangkap

kemiskinan ini adalah adanya hambatan dalam mencipatakan tingkat

penanaman modal di negara berkembang. Di lain pihak tingkat penanaman

modal tergantung pada tingkat pembentukan modal. Oleh karena itu Nurske

berpendapat, bahwa ada tiga penyebab terjadinya lingkaran perangkap

kemiskinan ini yaitu:

1) Dari segi penawaran modal, bahwa tingkat produktivitas masyarakat yang

rendah mengakibatkan tingkat pendapatan menjadi rendah, dengan

demikian kemampuan untuk menciptakan tabungan menjadi rendah pula.

Hal ini akan menyebabkan tingkat pembentukan modal menjadi rendah dan

berarti negara berkembang kekurangan akan modal.

2) Dari segi permintaan modal, kekurangan modal mengakibatkan tingkat

produktivitas masyarakat menjadi rendah. Di negara berkembang ada

corak yang berbeda sehubungan dengan tingkat penanaman modal yang

rendah ini, yaitu bahwa tingkat pembentukan modal yang rendah ini

disebabkan karena luas pasar yang sempit. Pasar untuk berbagai jenis

barang terbatas adanya. Penduduk yang besar tanpa diikuti dengan

adanya daya beli mengakibatkan produksi tidak terserap olah pasar.

Page 81: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 71

Rendahnya daya beli ini disebabkan tingkat pendapatan masyarakat yang

rendah yang hal ini disebabkan oleh tingkat produktivitas yang rendah pula.

Sehingga pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh

kekurangan perangsang untuk menanam modal.

3) International demonstration effect, selain dari itu Nurske juga menyatakan,

bahwa peningkatan pembentukan modal bukan saja dibatasi oleh lingkaran

perangkap kemiskinan saja, tetapi juga oleh adanya international

demonstration effect ini adalah: “kecenderungan untuk mencontoh corak

konsumsi di kalangan masyarakat yang lebih maju”. Akibat hubungan

internasionalnya dengan negara maju memungkinkan masyarakat di

negara berkembang untuk dapat meniru konsumsinya. Pola konsumsi ini

dapat ditiru dengan adanya impor yang semakin besar. Sudah barang tentu

barang impor ini mutunya jauh lebih baik dibandingkan dengan barang

dalam negeri. Oleh karena itu dengan semakin meningkatnya impor ini

dapat mengakibatkan pengeluaran menjadi bertambah dan sebaliknya

kemampuan untuk menabung menjadi berkurang. Selanjutnya dengan

semakin rendahnya tingkat tabungan mengakibatkan tingkat pembentukan

modal menjadi rendah.

Lingkaran perangkap kemiskinan yang lain dikemukakan oleh Meier dan

Baldwin yang mengemukakan adanya hubungan saling mempengaruhi antara

keadaan masyarakat yang masih terbelakang dan tradisional dengan

kekayaan alam yang masih belum dikembangkan. Hubungan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 7.1. Lingkaran perangkap kemiskinan

Pada umumnya negara sedang berkembang merupakan negara yang

kaya akan sumberdaya alam. Namun, kekayaan ini belum sepenuhnya

diusahakan atau dikembangkan, karena berbagai kendala, seperti kekurangan

Page 82: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 72

modal, kekurangan tenaga-tenaga ahli, tingkat pendidikan masyarakat yang

masih rendah, dam terbatasnya mobilitas dari sumber-sumber daya.

Karena kekayaan alam yang dimiliki belum sepenuhnya dikembangkan,

mengakibatkan tingkat pembangunan di negara sedang berkembang

terhambat. Oleh karena itu masyarakat di negara sedang berkembang harus

berusaha lebih keras untuk mengatasi hambatan tersebut. Salah satu cara

untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan meningkatkan

kemampuannya untuk mempertinggi tingkat pengetahuan dan keahlian

penduduknya.

Dari penjelaskan tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, pada

hakekatnya lingkaran perangkap kemiskinan disebabkan oleh

ketidakmampuan untuk menggerakkan tabungan yang ada; kurangnya

perangsang untuk melakukan penanaman modal; taraf pendidikan,

pengetahuan; dan kemahiran masyarakat yang masih rendah. Ketiga faktor

tersebut menjadi penghambat terciptanya pembentukan modal dan

perkembangan ekonomi yang pesat di negara sedang berkembang.

3. Faktor Penghambat Luar Negeri

a. Perdagangan Luar Negeri

Bentuk hubungan ekonomi antara satu negara dengan negara lain

adalah melalui ekspor dan impor. Perdagangan tersebut terjadi di dunia

internasional antara satu negara berkembang dengan negara berkembang

lainnya atau antara satu negara berkembang dengan negara maju. Sejarah

hubungan ekonomi yang terjadi antara negara-negara maju dengan negara

berkembang menunjukkan bahwa keuntungan potensial yang mungkin

diperoleh negara berkembang lebih besar dari keuntungan yang sudah

diperoleh dari hubungan ekonomi tersebut.

Keuntungan yang mungkin diperoleh oleh suatu negara dari

perdagangan internasional sudah lama dianalisis oleh ahli ekonomi klasik. Bila

keuntungan tersebut benar-benar diperoleh , maka perdagangan internasional

tersebut akan menjadi faktor pendorong pembangunan ekonomi yang

dilakukan oleh negara-negara berkembang. Namun kenyataan yang sudah

terjadi, perdagangan internasional justru lebih sering menguntungkan negara-

negara maju dibandingkan mendorong pembangunan ekonomi negara

berkembang.

Perkembangan sektor ekspor di negara-negara berkembang sampai

dengan saat ini belum menggembirakan dan mendorong kegiatan

perekonomian negara tersebut. Sampai sebelum Perangn Dunia II beberapa

negara sedang berkembang mengalami perkembangan ekspor yang pesat

sekali, tetapi sektor tersebut gagal untuk mendorong perkembangan sektor-

sektor lainnya (Sukirno, 2006).

1) Peranan ekspor dalam pembangunan menurut Ricardo

Para ahli ekonomi klasik menganalisa mengenai peranan ekspor

dalam pembangunan ekonomi. Ahli ekonomi klasik tersebut antara lain,

Ricardo, Smith dan Mill, telah menunjukkan bahwa perdagangan luar

Page 83: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 73

negeri dapat memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan

dapat mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. Keuntungan-

keuntungan dari perdagangan menurut kaum klasik terutama yang

dikemukakan oleh Ricardo, menunjukkan bahwa apabila suatu negara

sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, perdagangan luar negeri

memungkinkannya untuk mencapai tingkat kesempatan konsumsi yang

tinggi dibandingkan tidak melakukan perdagangan luar negeri.

Smith dan Mill juga mengemukakan dua keuntungan lainnya dari

hubungan ekonomi dan perdagangan luar negeri, yaitu memungkinkannya

suatu negara memperluas pasar dan hasil-hasil produksinya dan

menggunakan teknologi yang dikembangkan di luar negeri, yang jauh lebih

baik dibandingkan teknologi yang ada di dalam negeri.

2) Peranan ekspor menurut Smith dan Mill

Adam Smith salah satu ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa

perdagangan luar negeri dapat memberikan dua keuntungan utama, yaitu

perluasan pasar dan kemungkinan diperkenalkannya teknologi baru. Pada

hakekatnya Adam Smith berpendapat, bahwa pertama, dengan adanya

perdagangan luar negeri, suatu negara dapat menaikkan produksi barang-

barang yang sudah tidak dapat dijual lagi di dalam negeri akan tetapi masih

dapat dijual ke luar negeri. Selanjutnya, dengan adanya ekspor tersebut

negara dapat mengimpor barang-barang luar negeri bukan saja akan

memperbesar tingkat produksi, tetapi juga akan menambah jumlah barang

yang dapat dikonsumsi oleh penduduknya. Keuntungan yang kedua,

bahwa perluasan pasar yang terjadi akan mendorong sektor produktif untuk

menggunakan teknik produksi yang lebih tinggi produktivitasnya.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk melaksanakan hal ini

adalah dengan mengimpor teknologi yang lebih tinggi dari luar negeri.

Pandangan senada juga dikemukakan oleh John Stuart Mill, secara lebih

jelas. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan perdagangan

internasional akan menciptakan dorongan untuk melakukan perbaikan-

perbaikan dalam teknologi yang digunakan dalam proses produksi.

Perdagangan internasional akan mempertinggi tingkat spesialisasi,

mempertinggi efisiensi pengunaan mesin yang ada, dan akan mendorong

usaha-usaha untuk memperbaiki efisiensi proses produksi dengan

mengadakan inovasi atau pembaharuan-pembaharuan di segala bidang.

Keuntungan lain yang dijelaskan oleh Mill adalah adanya kesempatan

bagi negara suatu untuk menggunakan teknik produksi yang lebih baik,

yang dapat diperoleh dari negara-negara yang lebih maju; mengimpor

modal dari negara-negara lain dan dengan demikian dapat meningkatkan

produksi di atas yang mungkin dicapai apabila pembentukan modal hanya

dibiayai oleh modal yang dikerahkan di dalam negeri; dan

mengembangkan ide-ide baru yang akan dapat menghancurkan pengaruh

kebiasan-kebiasan lama, menciptakan keinginan-keinginan baru,

mengembangkan cita-cita baru dan memperluas pandangan ke depan.

Page 84: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 74

Selanjutnya, Ricardo menjelaskan tentang keuntungan yang

diperoleh dari perdagangan internasional, yaitu masing-masing negara

mengadakan spesialisasi, dengan cara memperbesar produksi barang-

barang yang mempunyai keuntungan komparatif di pasaran internasional,

yang oleh Myint dinamakan sebagai doktrin comparative cost. Sedangkan

analisa Smith, tentang timbulnya perluasan pasar akibat perdagangan

internasional dinamakan sebagai doktrin vent for surplus. Myint,

menamakan uraian Mill, tentang timbulnya kemungkinan meningkatnya

produktivitas sebagai akibat perdagangan internasional sebagai doktrin

productivity. Dari ketiga macam doktrin tersebut yaitu doktrin comparative

cost, doktrin vent for surplus, dan doktrin productivity dapat dijelaskan

dengan gambar berikut:

Sumber: Sukirno, 2006 Gambar 7.2. Doktrin vent for surplus dan doktrin productivity

Dalam Gambar 7.2. (doktrin vent for surplus) kurva PQ

menggambarkan kurva batas produksi. Sebelum perdagangan dilakukan,

tingkat produksi ditentukan oleh titik A, yang berarti bahwa, sumber daya

yang terdapat dalam negara itu belum sepenuhnya digunakan. Hal ini

terjadi karena permintaan terhadap barang-barang yang dapat dihasilkan di

dalam negeri, yaitu barang pertanian dan barang industri, adalah lebih

sedikit daripada kemampuan masyarakat untuk dapat menghasilkan

barang tersebut. Oleh karena itu dengan perdagangan internasional akan

menciptakan permintaan terhadap salah satu atau kedua-duanya barang

tersebut. Naiknya permintaan akan meningkatkan produksi dan pada

akhirnya penggunaan sumberdaya secara maksimal. Peningkatan produksi

ini sangat tergantung pada jenis barang yang diminta dan dapat diekspor.

Apabila yang diminta adalah produk barang pertanian, maka tingkat

produksi yang dapat dilakukan adalah pada sekitar titik A dan B.

Page 85: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 75

Sebaliknya apablia yang diminta adalah produk barang industri, maka

tingkat produksi yang dapat dilakukan adalah pada sekitar titik A dan C.

Akan tetapi apabila permintaan pada kedua barang tersebut, yaitu

pertanian dan industri, maka tingkat produksi yang dapat dilakukan adalah

pada sekitar segitiga ABC, misal satu titik antara A dan D. Dengan

demikian tingkat produksi akan sangat ditentukan oleh permintaan pasar

internasional.

Dalam gambar 7.2. (doktrin productivity), kurva PQ merupakan kurva

batas produksi sebelum perdagangan internasional dimulai. Selanjutnya,

misal bahwa sumber-sumber daya alam belum sepenuhnya digunakan,

dengan demikian tingkat produksi ditentukan oleh titik yang terletak di

bawah kurva PQ, misalnya saja titik M. Apabila produksi dalam negeri

mendapat pasaran yang luas di luar negeri, tetapi produktivitas tidak

mengalami perubahan, produksi maksimum hanyalah terbatas sampai titik-

titik yang terletak antara N1 dan N2, misalnya titik R. Tetapi

berdasarkan doktrin productivity, perdagangan internasional akan

menimbulkan kenaikan dalam tingkat produktivitas, maka sebagai

akibatnya, apabila ada perdagangan luar negeri, kurva batas produksi akan

berpindah ke atas. Misal saja sekarang telah mencapai P1Q1, dengan

kenaikan tingkat produktivitas tersebut tingkat produksi dapat mencapai

seperti yang ditunjukkan oleh titik-titik S1 atau S2 atau titik-titik lainnya pada

kurva P1Q1.

Sebagian besar negara berkembang saat ini adalah negara jajahan

yang sistem perekonomiannya mewarisi sistem penjajahan yaitu sistem

perekonomian kolonial. Begitu pula dalam perdagangan internasionalnya,

masih dikuasai oleh struktur ekspor kolonial. Adapun yang dimaksud

dengan struktur ekspor kolonial adalah struktur ekspor suatu negara yang

memiliki tiga ciri pokok, yaitu:

a) Sebagian besar dari barang-barang yang diekspor merupakan hasil

produksi primer atau pertanian, seperti pertambangan, kehutanan dan

perikanan dan masih berupa bahan mentah atau belum diolah.

b) Hasil produksi pertanian yang dieskpor tersebut jenisnya sangat

terbatas.

c) Pada awalnya sektor ekspor tersebut dikembangkan oleh pengusaha-

pengusaha yang berasal dari negara penjajah.

Menurut para ahli ekonomi seperti, Myrdal, Myint, Prebisch, Singer,

dan Meier, ciri-ciri sektor ekspor yang ada di negara berkembang tersebut

tidak dapat memberikan sumbangan yang memuaskan kepada usaha

untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Negara kaya atau negara

industri dengan ekspor hasil industrinya justru seringkali banyak menikmati

keuntungan dibandingkan negara sedang berkembang dengan ekspor hasil

pertaniannya. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila perdagangan

internasional belum dapat memberikan manfaat banyak bagi negara

sedang berkembang.

Page 86: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 76

Prebisch dan Singer, berpendapat bahwa faktor-faktor yang berasal

dari luar negeri merupakan faktor yang terutama menyebabkan sektor

ekspor kurang berhasil dalam memegang peranan sebagai penggerak

pembangunan di negara sedang berkembang. Menurut mereka dalam

jangka panjang syarat-syarat perdagangan atau term of trade negara-

negara sedang berkembang akan semakin memburuk. Keadaan ini

menyebabkan keuntungan dari perdagangan internasional akan dinikmati

oleh negara-negara maju.

b. Proses Sebab Akibat Kumulatif

Teori sebab akibat kumulatif ini dikemukakan oleh Myrdal, yaitu suatu

teori tentang sebab-sebab bertambah memburuknya perbedaan dalam tingkat

pembangunan di berbagai daerah dalam suatu negara. Di samping itu teori

sebab akibat kumulatif juga bisa digunakan untuk menjelaskan tentang sebab-

sebab terjadinya jurang perbedaan pembangunan antara negara-negara

miskin dengan negara-negara kaya yang bertambah lebar.

Menurut teori klasik dalam jangka panjang mekanisme pasar akan

menciptakan pembangunan yang seimbang diantara berbagai daerah dan

negara. Myrdal tidak sependapat dengan pandangan ini dan berkeyakinan

bahwa dalam proses pembangunan terdapat faktor-faktor yang akan

memperburuk perbedaan tingkat pembangunan diantara berbagai daerah

dalam suatu negara. Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari berlakunya suatu

proses sebagai akibat kumulatif (circular cumulative causation).

Menurut Myrdal ada dua akibat yang ditimbulkan sehubungan dengan

pembangunan yang dilakukan negara maju yaitu backwash effects dan

spread effects.

Backwash effect, diartikan sebagai akibat yang yang kurang

menguntungkan, dimana pembangunan di daerah–daerah yang lebih maju

dapat menciptakan keadaan yang menimbulkan hambatan yang lebih besar

kepada daerah yang lebih terbelakang untuk berkembang. Faktor-faktor yang

menyebabkan backwash effects diantaranya :

1) Corak perpindahan penduduk dari daerah miskin ke daerah yang lebih

maju. Pada umumnya penduduk berpindah atau melakukan urbanisasi ke

kota-kota besar atau daerah yang lebih maju. Penduduk yang melakukan

urbanisasi merupakan penduduk yang potensial, yaitu tenaga kerja yang

masih muda dan produktif dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan penduduk yang tidak melakukan urbanisasi.

Akibatnya di pedesaan akan mengalami kekurangan tenaga kerja

potensial. Kondisi ini akan semakin mempersulit desa atau daerah miskin

untuk berkembang.

2) Corak pengaliran modal. Modal pada umumnya lebih menguntungkan

ditanamkan di kota atau daerah maju, sebab di kota banyak faktor

pendukung seperti lembaga perbankan yang memungkinkan kemudahan

bertransaksi. Oleh karena itu modal lebih banyak dan lebih mudah

diperoleh di kota atau daerah maju. Sebaliknya, di desa atau daerah miskin

Page 87: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 77

modal sangat sedikit dan sulit diperoleh. Kondisi ini mengakibatkan

permintaan akan modal di desa atau daerah miskin sangat rendah. Jadi

ada dua penyebab timbulnya backwash effect yang disebabkan oleh

modal, yaitu: kurangnya permintaan modal di desa atau daerah miskin dan

modal lebih menguntungkan ditanamkan di kota atau di daerah yang lebih

maju.

3) Pola perdagangan. Kegiatan perdagangan banyak dikukasai oleh industri-

industri di kota atau daerah yang lebih maju. Hal ini menyebabkan daerah

miskin mengalami kesulitan untuk mengembangkan pasar untuk hasil-hasil

industrinya dan memperlambat perkembangan di desa atau daerah miskin.

4) Kondisi transportasi. Transportasi di daerah yang lebih maju atau

perkotaan jauh lebih baik, sehingga kegiatan produksi dan perdagangan

dapat dilaksanakan dengan lebih efisien di daerah tersebut.

Sebaliknya, dorongan spread effects, menurut Myrdal terjadi dalam

bentuk meningkatnya permintaan dari daerah kaya akan produksi daerah

miskin, seperti hasil pertanian, hasil kerajinan, home industry dan produksi

makanan yang merupakan hasil utama mereka.

Menurut Myrdal, dari kedua efek di atas, maka efek yang paling kuat

adalah backwash effects, artinya bahwa pembangunan di daerah kaya lebih

banyak menghambat daerah miskin untuk dapat berkembang atau dengan

kata lain akibat pembangunan di daerah kaya, daerah miskin akan semakin

miskin. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya jurang yang lebar antara

yang kaya dengan yang miskin. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan di

suatu negara karena akan berakibat timbulnya masalah sosial.

Namun, demikian kondisi ini akan membaik pada satu titik dimana

daerah kaya sudah menjadi sangat berkembang, sehingga akan timbul

disekonomis ekstern (external diseconomies) terhadap berbagai perusahaan

dan industri, yang terutama ditimbulkan oleh kongesti-kongesti yang terjadi di

daerah yang lebih maju. Hal ini akan menciptakan kegiatan ekonomi di

daerah-daerah lain yang belum berkembang, sebab di daerah yang maju

sudah terjadi kejenuhan atau juga mahalnya ongkos produksi. Dalam keadaan

seperti itu akan terjadi pengurangan perpindahan tenaga kerja, dengan

demikian perpindahan penduduk atau urbanisasi dapat dicegah. Mereka tidak

perlu pergi mencari pekerjaan di daerah yang maju, sebab di daerahnya

sendiri sudah banyak tersedia sektor industri.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penghambat pembangunan dari dalam

negeri.

2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penghambat pembangunan dari luar negeri.

3. Menurut anda dari faktor-faktor penghambat pembangunan tersebut apa saja

yang merupakan faktor utama penghambat pembangunan?

Page 88: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 78

D. Referensi

Hasan, Muhammad, Muhammad Azis. (2018). Pembangunan Ekonomi dan

Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan ke-1. Jakarta: Nur Lina.

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Page 89: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 79

PERTEMUAN VIII

KEPENDUDUKAN DAN TENAGA KERJA

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji mengenai tingkat pertumbuhan penduduk dan dampaknya terhadap

pembangunan ekonomi.

2. Mengkaji tentang struktur umur penduduk baik di negara maju maupun negara

berkembang, dan permasalahan kependudukan yang dihadapi oleh negara

berkembang.

3. Mengkaji dan menganalisa hubungan antara migrasi dengan model

pembangunan ekonomi.

4. Mengkaji masalah pengangguran dan keterkaitannya dengan aspek-aspek lain

dalam pembangunan ekonomi.

5. Mengkaji mengenai program-program pembangunan ketenagakerjaan di

Indonesia.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa tujuan pembangunan ekonomi di

negara-negara berkembang adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakatnya. Peningkatan taraf hidup dapat diukur dengan kenaikan

pendapatan perkapita, yang merupakan keseluruhan output riil yang dihasilkan

oleh suatu negara dalam satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk. Artinya,

peningkatan taraf hidup tidak dapat dicapai apabila pertambahan jumlah

penduduk lebih cepat dibandingkan kenaikan output total yang dihasilkan oleh

suatu negara. Dengan tidak dapat dicapainya peningkatan taraf hidup

masyarakat maka pembangunan ekonomi tidak dapat dikatakan berhasil.

Dalam proses pembangunan ekonomi yang berlangsung di suatu negara,

kenaikan pendapatan atau output riil akan kejar mengejar dengan pertambahan

jumlah penduduk. Hal ini menjadi persoalan penting yang harus dianalisa dalam

proses pembangunan ekonomi, karena pertambahan jumlah penduduk berkaitan

dengan ketersediaan bahan makanan yang harus dipenuhi oleh suatu negara

untuk menjamin kualitas hidup suatu masyarakat. Di lain pihak, pertumbuhan

ekonomi juga akan berdampak terhadap laju pertumbuhan penduduk.

Masalah yang dihadapi oleh negara berkembang adalah tingginya laju

pertumbuhan penduduk, yang dapat menjadi faktor penghambat dalam

pembangunan ekonomi yang sedang berlangsung, Pertumbuhan jumlah

penduduk yang cukup tinggi mengharuskan ketersediaan lapangan kerja yang

cukup luas, sementara negara-negara berkembang mengalami kesulitan dalam

hal penyediaan lapangan kerja karena belum berkembangnya sektor-sektor

industri yang dapat menampung tenaga kerja.

Page 90: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 80

Dari uraian tersebut, maka pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dapat

memicu timbulnya beragam masalah di masyarakat seperti struktur umur,

bertambahnya jumlah pengangguran, urbanisasi, dan lain sebagainya.

2. Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Irawan dan Suparmoko (1992) mengatakan bahwa penduduk memiliki dua

peranan dalam pembangunan ekonomi di suatu negara, yaitu dari segi

penawaran dan segi permintaan. Dari segi permintaan penduduk bertindak

sebagai produsen, dan dari segi penawaran penduduk bertindak sebagai

konsumen. Oleh sebab itu pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat tidak

selalu menjadi faktor penghambat bagi pembangunan ekonomi. Hal tersebut

dapat terjadi, jika penduduk tersebut memiliki kapasitas yang tinggi untuk

menghasilkan dan menyerap hasil produksinya. Jadi, pertumbuhan penduduk

akan berdampak positif bagi pembangunan ekonomi, jika penduduk tersebut

merupakan sumber daya yang berkualitas dan handal.

Kenyataan yang terjadi di negara-negara maju memperlihatkan bahwa

kenaikan jumlah penduduk dapat meningkatkan pendapatan riil perkapita suatu

negara. Hal tersebut dapat terjadi, karena pertumbuhan penduduk diikuti dengan

meningkatnya jumlah tabungan yang nantinya akan menambah jumlah investasi

dan akumulasi modal. Dengan demikian, pertambahan jumlah penduduk, berarti

bertambahnya potensi untuk menghasilkan dan juga menambah permintaan. Hal

ini sejalan dengan teori A.Hansen (Irawan dan Suparmoko, 1992) mengenai

stagnasi keluar (secular stagnation), yang mengatakan bahwa bertambahnya

jumlah penduduk justru akan menciptakan/memperbesar permintaan agregatif,

terutama investasi.

Para ilmuwan pengikut Keynes melihat bahwa pertambahan jumlah

penduduk bukan hanya sekedar bertambahnya penduduk, namun lebih dari itu

pertambahan penduduk berarti juga terdapat kenaikan daya beli (purchasing

power). Mereka juga beranggapan bahwa adanya kemajuan dan bertambahnya

produktvitas tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja, akan sejalan dengan

kenaikan jumlah penduduk.

Kenyataan yang terlihat di negara-negara sedang berkembang justru

bertentangan dengan pendapat-pendapat tersebut, bahwa pertambahan jumlah

penduduk di negara berkembang lebih sebagai faktor penghambat jalannya

pembangunan ekonomi. Kaum klasik seperti Adam Smith, Ricardo, dan Robert

Malthus (Irawan dan Suparmoko, 1992) mengatakan bahwa selalu akan saling

berkejaran antara pertumbuhan output dengan pertumbuhan penduduk, yang

pada akhirnya akan dimenangkan oleh pertumbuhan penduduk. Dalam hal ini

penduduk berfungsi juga sebagai tenaga kerja, maka akan terdapat kesulitan

dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan. Bila negara dapat menyediakan

lapangan kerja yang mencukupi jumlah penduduk produktif, maka akan

menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Namun sebaliknya,

ketidakmampuan untuk menyediakan lapangan pekerjaan akan menambah

jumlah pengangguran dan menurunkan kualitas hidup suatu bangsa.

Page 91: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 81

3. Struktur Umur dan Penyebaran Penduduk

Negara-negara berkembang menghadapi permasalahan yang lebih rumit

dalam hal struktur umur penduduknya dibandingkan kondisi sebelum Perang

Dunia II. Hal tersebut dapat terjadi, karena pertambahan jumlah penduduk yang

sangat pesat di negara-negara berkembang tidak dapat diimbangi dengan

kemampuan untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk

menjamin kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di negara-negara

berkembang akan menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk yang belum

dewasa dan juga anggota keluarga.

Pada umumnya di negara maju, komposisi penduduk yang berumur di

bawah 15 tahun sekitar 20-30% dari keseluruhan jumlah penduduk, sedangkan

di negara-negara berkembang jumlahnya sekitar 40-45% dari keseluruhan

jumlah penduduk. Sedangkan penduduk yang tergolong produktif, yaitu

penduduk yang berumur 15-64 tahun, di negara-negara maju menurut World

Bank, kelompok umur tersebut jumlahnya sekitar 67% dari keseluruhan

penduduk. Di negara-negara berkembang yaitu negara-negara dengan

pendapatan rendah dan menengah, penduduk dengan usia produktif jumlahnya

sekitar 64% dan 54%.

Di Indonesia permasalahan yang timbul dalam masalah kependudukan

berkaitan dengan tiga hal, yaitu laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi,

penyebaran penduduk antar daerah yang kurang seimbang, dan kualitas

kehidupan penduduk yang masih tergolong rendah dan harus ditingkatkan.

Berikut ini komposisi penduduk Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik :

Tabel 8.1. Komposisi Penduduk Indonesia Tahun 2004

Umur

(Tahun)

Jumlah

Penduduk Persentase

0-14

69.948.526 33.86

15-64

120.690.207 61.97

>65

8.116.075 4.17

Jumlah 194.754.808 100.00

4. Migrasi dan Pembangunan

a. Migrasi

Pembangunan yang bertambah pesat yang dilaksanakan oleh negara-

negara berkembang akan menyebabkan berpindahnya penduduk dari

pedesaan ke kota-kota besar. Perpindahan penduduk yang disebut dengan

migrasi internal ini, lumrah terjadi pada negara-negara yang sedang

membangun dan suatu proses yang memang harus terjadi. Kondisi ini

diharapkan menjadi hal mendorong pembangunan ekonomi, karena

Page 92: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 82

perpindahan penduduk berarti juga perpindahan tenaga kerja dari pedesaan

ke kota-kota, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi

sektor-sektor industri di perkotaan.

Migrasi internal tersebut juga diharapkan dapat menyeimbangkan

struktur pedesaan dan perkotaan, ditinjau dari sisi permintaan dan sisi

penawaran. Bertambahnya jumlah penawaran tenaga kerja di perkotaan, akan

menurunkan jumlah tenaga kerja di pedesaan.

Ditinjau dari sisi permintaan, penawaran tenaga kerja yang bertambah di

perkotaan mengharuskan penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup,

namun penyediaan lapangan kerja di perkotaan relatif lebih sulit, karena

keharusan untuk penyediaan kebutuhan sumber daya komplementer yang

dibutuhkan oleh sektor industri. Selain itu tekanah upah tenaga kerja dan

tunjangan-tunjangan lainnya, juga tidak tersedianya alat-alat teknologi

produksi yang dapat mengimbangi kenaikan produktivitas dan output, menjadi

permasalahan baru di perkotaan.

b. Model Pembangunan menurut Lewis

Arthur Lewis pada tahun 1955 mengembangkan model pembangunan

pertama yang secara implisit menunjukkan proses migrasi dari desa ke kota

(Arsyad, 1999), yang kemudian diperbaharui oleh John C. Fai dan Gustav

Ranis pada tahun 1964.

Model pembangunan dua sektor yang dikemukakan Lewis dapat

diterima dan menjadi teori umum (general theory) dalam proses

pembangunan yang dilaksanakan oleh negara-negara berkembang yang

mempunyai surplus tenaga kerja selama tahun 1950-an.

Lewis membagi perekonomian ke dalam dua sektor, yaitu :

1) Sektor tradisional yang subsistem, yang ditandai oleh produktivitas tenaga

kerja yang sangat rendah atau bahkan nol.

2) Sektor modern (industri perkotaan) dimana tenaga kerja dan sektor

subsistem berpindah secara perlahan ke industri modern. Titik berat model

ini adalah proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan tenaga kerja

di perkotaan, yang menyebabkan pertumbuhan output sektor modern.

Kesempatan kedua sektor tersebut (perpindahan tenaga kerja dan

pertumbuhan kesempatan kerja) bergantung pada tingkat modal industri

(investasi) di sektor modern tersebut.

Lewis berasumsi bahwa tingkat upah di perkotaan bisa lebih tinggi 30%

dari tingkat pendapatan rata-rata, sehingga dapat mempengaruhi para tenaga

kerja dari pedesaan untuk berpindah ke perkotaan. Namun pada tingkat upah

yang konstan, maka tingkat penawaran tenaga kerja di pedesaan dianggap

elastis sempurna.

c. Proses Migrasi dan Karakteristik Para Migran

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah

lainnya. Perpindahan penduduk adalah keputusan yang diambil oleh masing-

masing individu dengan karakteristik ekonomi, sosial, dan demografi yang

berbeda-beda. Perbedaan karakteristik tersebut bukan hanya nampak jika kita

Page 93: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 83

membandingkan antara satu negara dengan negara lainnya, namun juga

antar wilayah di dalam suatu negara. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik ekonomis maupun non ekonomis. Penelitian yang dilakukan

cenderung hanya menganalisa faktor sosial budaya dan psikologis, namun

tidak memperhatikan pentingnya faktor-faktor ekonomi.

Karaktersitik migran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Karakteristik demografis. Para migran di negara-negara berkembang

umumnya berusia 15-24 tahun. Proporsi wanita cenderung meningkat

karena luasnya kesempatan untuk bersekolah. Di Amerika Latin, migran

dari desa ke kota didominasi oleh kaum wanita.

2) Karakteristik pendidikan. Terdapat korelasi positif antara kesempatan

memperoleh pendidikan dengan migrasi. Dengan migrasi maka

kesempatan memperoleh pendidikan akan semakin tinggi karena

tersedianya sarana pendidikan yang memadai di perkotaan. Demikian juga

halnya dengan keinginan untuk migrasi biasanya didorong untuk

mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka keinginan untuk bermigrasi semakin besar,

demikian pula sebaliknya semakin rendah pendidikan seseorang, maka

keinginan bermigrasi semaki rendah.

3) Karakteristik ekonomi. Banyaknya migrasi dari desa ke kota cenderung

didominasi oleeh mereka yang secara ekonomi sangat kekurangan.

Motivasi untuk melakukan migrasi ke kota didorong untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi yang sangat sulit, sehingga keberadaan mereka di

kota hanya untuk sementara waktu dan jangka pendek.

d. Teori Migrasi Todaro

Todaro dalam teorinya mengatakan bahwa migrasi berkembang karena

adanya perbedaan-perbedaan antara pendapatan yang diharapkan dengan

yang terjadi di pedesaan dan di perkotaan. Pada intinya teori ini beranggapan

bahwa angkatan kerja produktif maupun potensial akan membandingkan

pendapatan yang akan mereka terima di perkotaan dengan pendapatan rata-

rata di pedesaan. Bila pendapatan yang mereka harapkan ternyata lebih

besar di perkotaan, maka mereka akan mengambil keputusan migrasi.

Dengan demikian, teori migrasi yang dikemukakan oleh Todaro memiliki

empat karakteristik, yaitu :

1) Migrasi didorong oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomis yang rasional,

berhubungan dengan manfaat yang akan diterima dibandingkan dengan

biaya yang harus dikeluarkan , baik secara finansial maupun psikologis.

2) Keputusan migrasi juga disebabkan oleh pertimbangan perbedaan upah

yang ada antara pedesaan dan perkotaan.

3) Migrasi didorong untuk keinginan memperoleh pekerjaan di perkotaan yang

nantinya akan mengakibatkan hubungan terbalik dengan tingkat

pengangguran yang ada di perkotaan.

4) Kemungkinan tingkat migrasi dapat melebihi tingkat pertumbuhan kerja

yang tersedia di perkotaan. Hal demikian kan menyebabkan meningkatnya

jumlah pengangguran di perkotaan, yang disebabkan oleh

Page 94: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 84

ketidakseimbangan antara peningkatan jumlah tenaga kerja dengan

ketersediaan lapangan kerja yang dibutuhkan.

e. Formulasi Matematis Teori Migrasi Harris-Todaro

Teori migrasi Harris-Todaro penting untuk dipelajari untuk mengetahui

dorongan ekonomis yang timbul dalam mengambil keputusan melakukan

migrasi. Formulasi matermatis yang disusun oleh Harris-Todaro ini berasumsi

bahwa keputusan migrasi sangat dipengaruhi oleh perbandingan matematis

antara tingkat upah di pedesaan dengan yang ada di perkotaan. Secara

matematis, formula teori Harris Todaro dapat dilihat dalam rumus berikut :

Mt = jumlah migran dari desa ke kota pada periode t

F = fungsi respon

Wu = tingkat upah perkotaan

Wr = tingkat upah pedesaan

Karena kemungkinan tidak tersedianya lapangan pekerjaan di perkotaan

dan adanya kemungkinan untuk tidak mendapatkan pekerjaan, dan adanya

pengangguran yang terdapat di perkotaan, maka teori tersebut merumuskan

tingkat upah perkotaan yang diharapkan (expexted urban wage) dengan

tingkat upah di pedesaan. Tingkat upah di perkotaan merupakan tingkat upah

aktual dikalikan dengan probabilitas untuk mendapatkan pekerjaan, dengan

menggunakan rumus berikut :

Wu*= tingkat upah perkotaan yang diharapkan, dan

p = probabilitas mendapatkan pekerjaan

Untuk menentukan p adalah :

Eu = tingkat pekerjaan (employment) di perkotaan

Uu = tingkat pengangguran di perkotaan

Pada formula di atas, semua angkatan kerja di perkotaan dianggap

mempunyai kesempatan mendapatkan pekerjaan yang tersedia, sehingga Wu

merupakan tingkat upah perkotaan dikalikan dengan tingkat pengangguran

perkotaan. Jadi, migrasi setiap saat akan bergantung pada tiga faktor yaitu

Mt = f (Wu-Wr)

Wu* = p Wu

Wu* = p Wu

Page 95: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 85

perbedaan tingkat upah perkotaan dengan pedesaan, tingkat pengangguran

di perkotaan, dan respo dari migrant potensial. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Mt = migrasi pada periode t, dan

h = tingkat respon migran potensial

Dengan demikian, dalam kondisi Wu>Wr, maka dapat diprediksi bahwa

migrasi dari pedesaan ke perkotaan akan terus berlangsung. Proses ini akan

berhenti ketika Wu=Wr, atau, jika kemungkinan Wr>Wu, yang mana akan

merubah arus migrasi dari perkotaan menuju pedesaan.

5. Pengangguran dan Pembangunan Ekonomi

a. Kriteria Pengangguran

Pengelompokan atau kriteria pengangguran, menurut Edgar O Edwards

(1974), harus memperhatikan dimensi-dimensi berikut :

1) Waktu, dimana banyak para pekerja yang ingin bekerja lebih lama,

misalnya jam kerjanya per hari, per minggu, atau per bulan.

2) Intensitas pekerjaan, yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan.

3) Produktivitas, kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh

kurangnya sumber daya-sumber daya komplementer untuk melakukan

pekerjaan.

Meskipun dimensi-dimensi tersebut dapat menggambarkan efektivitas

pekerjaan seseorang, namun faktor-faktor lain seperti motivasi dan hambatan-

hambatan budaya tetap harus diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut

Edwards membagi pengangguran ke dalam lima bentuk pengangguran, yaitu :

1) Pengangguran sukarela, baik sukarela (tidak mau bekerja karena

mengharapkan pekerjaan yang lebih baik, maupun karena terpaksa (mau

bekerja akan tetapi tidak mendapatkan pekerjaan).

2) Setengah menganggur (underemployment), yaitu mereka yang bekerja

lamanya kurang dari yang mereka kerjakan (hari, minggu, atau musiman).

3) Tampak bekerja tetapi tidak bekerja penuh, yaitu mereka yang tidak

digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur,

antara lain :

a) Pengangguran tak kentara (disguised unemployment), misalnya

seseorang bekerja sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenarnya

tidak memrlulan waktu sehari penuh.

b) Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment), yaitu orang yang

bekerja tidak sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikannya.

c) Pensiun lebih awal, yaitu mereka yang pensiun sebelum mencapai

batas usia pendiun. Di beberapa negara, usia pensiun dimudakan, untuk

Mt = h (pWu – Wr)

Page 96: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 86

menciptakan peluang bagi yang muda-muda untuk menduduki jabatan

di atasnya.

d) Tenaga kerja yang lemah (impaired), yaitu mereka yang bekerja full

time, akan tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau

penyakitan.

e) Tenaga kerja yang tidak produktif, yaitu mereka yang mampu bekerja

secara produktif, tetapi karena kurang sumber daya penolong yang

memadai maka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.

b. Hubungan antara Pengangguran, Kemiskinan, dan Distribusi

Pendapatan

Banyaknya pengangguran, kemiskinan yang makin meningkkat, serta

tidak meratanya distribusi pendapatan, memiliki hubungan yang erat satu

sama lain. Sebagian besar masyarakat yang tidak bekerja atau bekerja paruh

waktu adalah mereka yang tergolong masyarakat miskin. Sedangkan mereka

yang bekerja di sekotr-sektor swasta dan pemerintahan adalah golongan

masyarakat menengah ke atas. Namun anggapan yang timbul bahwa orang

yang tidak bekerja adalah miskin dan mereka yang bekerja seharian penuh

adalah orang kaya tidak selamanya benar. Karena ada beberapa masyarakat

yang tinggal di perkotaan menolak untuk bekerja bila tidak sesuai dengan latar

belakang pendidikan dan status sosial, karena mereka masih memiliki sumber

lain untuk membiayai kehidupannya, seperti orang tua, kerabat, dan lain

sebagainya. Di lain pihak, ada kelompok masyarakat yang sudah bekerja

penuh seharian, namun pendapatannya tidak mencukupi untuk kebutuhan

sehari-hari atau tergolong miskin.

Dari fenomena yang terjadi di masyarakat, kita dapat melihat bahwa

untuk mengatasi masalah pengangguran dan tidak meratanya distribusi

pendapatan, adalah dengan menyediakan lapangan kerja dan pendapatan

yang memadai untuk kelompok masyarakat yang tergolong kategori miskin.

Pekerjaan saja tanpa pendapatan yang memadai tidak mampu menyelesaikan

masalah kemiskinan yang mereka hadapi. Di lain pihak, distribusi pendapatan

yang hanya terpusat pada kelompok masyarakat tertentu akan memperlebar

jurang ketidakadilan dalam distribusi pendapatan. Oleh karena itu, perluasan

kesempatan kerja terutama bagi mereka yang tergolong miskin sangat penting

dilaksanakan dalam strategi pembangunan sebagai upaya pengentasan

kemiskinan.

6. Pembangunan Ketenagakerjaan di Indonesia

Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi di Indonesia adalah masalah

ketenagakerjaan. Keadaan tersebut lebih memburuk lagi setelah Indonesia

mengalami krisis multi dimensi yang berakibat kemerosotan dalam banyak lini

kehidupan berbangsa baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Permasalahan

ketenagakerjaan yang sudah sama-sama kita ketahui adalah tingginya jumlah

pengangguran dan setengah pengangguran sebagai imbas banyaknya bidang

usaha yang mengalami keterpurukan setelah krisis politik dan ekonomi di negara

kita. Di samping itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas

Page 97: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 87

para tenaga kerja juga menjadi persoalan dalam hal ketenagakerjaan.

Perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri juga

menjadi wacana yang harus dicarikan jalan keluarnya.

Dengan kondisi ketenagakerjaan tersebut, maka pembangunan

ketenagakerjaan bertujuan untuk menyediakan lapangan kerja dan lapangan

usaha, sehingga setiap angkatan kerja memperoleh pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan. Hal tersebut sesuai dengan amanat UUD 1945

pasal 27 ayat (2) dan menjadi ciri khas sistem ekonomi kerakyatan. Kemudian

dalam GBHN 1999-2004 termaktub bahwa pembangunan ketenagakerjaan

diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja,

peningkatan pengupahan, penjaminan kesejahteraan, perlindungan

ketenagakerjaan, dan kebebasan berserikat. Selain itu juga pentingnya

peningkatan kuantitas dan kualitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri

dengan memperhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaan tenaga kerja

yang dikelola secara terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja.

Berdasarkan arah kebijakan yang telah digariskan oleh GBHN 1999-2004,

maka program-prgram bidang pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada :

a. Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja

Program ini ditujukan untuk mengurangi jumlah pengangguran dan

setengah pengangguran melalui peningkatan jam kerja di berbagai bidang

usaha, dan meningkatnya penerimaan devisa dari pengiriman tenaga kerja

Indonesia. Adapun yang menjadi sasaran adalah perluasan kesempatan kerja

dalam berbagai bidang usaha dan menciptakan tenaga kerja mandiri, serta

tersedianya sistem informasi dan perencanaan-perencanaan tenaga kerja,

melalui :

1) Peningkatan pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna,

pengembangan kewirausahaan,serta ketrampilan pendukung lainnya.

2) Inventarisasi dan pengkajian potensi kesempatan kerja, serta karakteristik

pencari kerja(termasuk informasi pasar kerja).

3) Pembangunan pemukiman transmigrasi baru serta pembinaannya untuk

meningkatkan kesempatan kerja di bidang pertanian.

4) Penyempurnaan mekanisme pengiriman, pembinaan, bimbingan, dan

seleksi yang lebih ketat, serta perlindungan hukum yang memadai bagi

tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.

b. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Program ini bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan kegiatan

pelatihan kerja dan aspek-aspek yang mempengaruhi peningkatan

produktivitas tenaga kerja. Adapun yang menjadi sasaran program ini adalah

tersedianya tenaga kerja yang berkualitas, produktif, dan berdaya saing tinggi

baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri, melalui :

1) Pengembangan standarisasi dan spesifikasi kompetensi.

Page 98: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 88

2) Peningkatan relevansi, kualitas, dan efisiensi pelatihan kerja melaui

pembinaan dan pemberdayaan lembaga pelatihan kerja.

3) Pemasyarakatan nilai dan budaya produktif, pengembangan sistem dan

metode peningkatan produktivitas, serta pengembangan kader dan tenaga

ahli produktivitas.

c. Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja

Program ini bertujuan untuk mewujudkan ketenangan bekerja dan

berusaha, dan terciptanya hubungan yang serasi antara pekerja dan

pengusaha, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan

keluarganya. Sedangkan yang menjadi sasaran dari program ini adalah

peningkatan peran kelembagaan tenaga kerja di perusahaan, perbaikan

kondisi kerja, serta jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, melalui :

1) Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja.

2) Peningkatan pengawasan norma kerja, keselamatan, dan kesehatan kerja,

serta jaminan sosial kerja.

3) Peningkatan perlindungan, pengawasan, dan penegakan hukum terhadap

peraturan yang berlaku.

4) Peningkatan pembinaan syarat-syarat kerja dan penegakan terhadap

pelaksanaan peraturan ketenagakerjaan.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Jelaskan dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh pertumbuhan

penduduk terhadap pembangunan ekonomi suatu negara.

2. Jelaskan perbedaan struktur umur penduduk di negara-negara maju dan negara-

negara berkembang, dan permasalahan yang timbul di negara-negara

berkembang sehubungan dengan struktur umur tersebut.

3. Jelaskan hubungan antara migrasi yang terjadi di negara-negara berkembang

dengan model pembangunan yang dikembangkan oleh Lewis.

4. Jelaskan masalah yang muncul akibat pengangguran dan kaitannya dengan

dengan aspek-aspek lain dalam pembangunan ekonomi seperti kemiskinan dan

distribusi pendapatan.

5. Jelaskan program-program pemerintah dalam pembangunan ketenagakerjaan di

Indonesia.

D. Referensi

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Irawan dan Suparmoko, M. (1992). Ekonomi Pembangunan. Edisi ke-5. : BPFE.

Arsyad, Lincolin. (1999). Ekonomi Pembangunan. Edisi ke-4. Yogyakarta: STIE-

YKPN.

Page 99: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 89

PERTEMUAN IX

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji pandangan pokok analisis mikroekonomi dan makroekonomi dan

perbedaan antara kedua analisis tersebut.

2. Mengkaji dan menganalisa kebijakan moneter di negara berkembang dan

kelemahan-kelemahannya.

3. Mengkaji dan menganalisa kebijakan fiskal di negara berkembang dan

kelemahan-kelemahannya.

4. Mengkaji dan menganalisa kebijakan pembangunan menurut ekonomi Islam dan

membandingkannya dengan kebijakan konvensional.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Seperti yang sudah dipelajari pada materi sebelumnya, bahwa corak

pembangunan di negara-negara berkembang sangat berbeda dengan negara-

negara maju. Begitu pula dengan permasalahan yang dihadapi dalam proses

pembangunan itu sendiri. Di negara-negara berkembang, dampak pengangguran

terhadap pembangunan ekonomi sangat serius, ditambah lagi dengan laju

pertumbuhan penduduk yang tidak dapat ditanggulangi. Berbagai macam

permasalahan yang timbul membuat percepatan pembangunan di negara-negara

berkembang harus segera dilakukan, agar masalah pengangguran dapat

ditanggulangi, pendapatan perkapita dapat segera ditingkatkan, dan masalah

kependudukan dapat segera diatasi.

Percepatan pembangunan yang harus segera dilakukan di negara-negara

berkembang terkendala dengan keterbatasan potensi untuk melaksanakan

pembangunan itu sendiri. Hambatan-hambatan yang muncul dengan

keterbatasan teknologi, sumber daya manusia yang tidak berkualitas, dan

keterbatasan modal yang tersedia menjadi penghalang utama negara-negara

berkembang untuk mempercepat proses pembangunannya.

Sebaliknya di negara-negara maju memiliki corak yang sangat berbeda

dalam pembangunan ekonomi mereka. Tingkat pertumbuhan penduduk yang

rendah, teknologi yang relatif maju, dan ketersediaan modal yang cukup

memungkinkan negra-negara tersebut untuk mencapai tingkat pertumbuhan

yang tinggi dan kesejahteraan bagi penduduknya. Percepatan pembangunan

tidak lagi menjadi keperluan mendesak bagi negara-negara maju tersebut.

Melihat kenyataan tersebut, yang menjadi pertanyaan apakah teori-teori

ekonomi konvensional yang banyak digunakan oleh negara-negara maju untuk

menganalisis masalah kebijakan ekonomi, dapat digunakan di negara-negara

berkembang dengan corak ekonomi yang sangat berbeda. Untuk itu kita harus

Page 100: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 90

menelaah lebih jauh kebijakan-kebijakan tersebut dan membandingkannya

dengan kebijakan ekonomi Islam yang berlaku sepanjang masa.

2. Analisis mikroekonomi dan makroekonomi

a. Analisis mikroekonomi

Buku Adam Smith yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes

of the Wealth of Nations, yang diterbitkan pada tahun 1776, menjadi titik awal

perkembangan ilmu ekonomi dalam rangka menganalisis corak kegiatan

ekonomi di masyarakat. Teori-teori mengenai perilaku masyarakat dalam

berbagai aspek kegiatan ekonomi tersebut selanjutnya dikenal dengan teori

mikroekonomi.

Teori mikroekonomi pada dasarnya menganalisis mengenai unsur-unsur

terkecil dalam kegiatan perekonomian seperti kegiatan penjual dan pmebeli di

dalam pasar, cara seorang pengusaha untuk menentukan tingkat produksi,

proses penentuan tingkat upah, dan lain sebagainya. Teori mikroekonomi

dapat dibedakan menjadi tiga yaitu teori harga, teori produksi, dan teori

distribusi. Dalam analisis ini yang akan dibahas adalah cara-cara pendapatan

masing-masing faktor produksi ditentukan dalam setiap kegiatan

perekonomian. Asumsi yang digunakan adalah yang pertama, sebagai

pembeli, masyarakat akan berusaha membeli sebanyak-banyaknya barang

dengan sejumlah uang tertentu, dan yang kedua sebaga pemilik faktor

produksi mereka akan berusaha mendapatkan keuntungan yang paling

maksimal dari tenaga dan keahlian yang mereka tawarkan, sehingga dapat

mencapai efisiensi yang paling optimal.

Pola dalam analisis mikroekonomi adalah setiap pelaku dalam kegiatan

ekonomi mengetahui kondisi pasar dan memiliki mobilitas yang tinggi

sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi

di pasar. Dengan kondisi yang demikian, maka penjual, pembeli, dan pelaku-

pelaku ekonomi lainnya akan melakukan efisiensi untuk mencapai keuntungan

yang paling maksimal. Hal tersebut dapat terwujud dengan kebebasan yang

diberikan kepada masyarakat untuk berusaha menurut kehendak masing-

masing. Menurut para ahli ekonomi yang mengeluarkan teori-teori

mikroekonomi, apabila pemerintah tidak ikut campur dalam kegiatan

perekonomian dan perekonomian berjalan sesuai dengan mekanisme pasar,

maka perekonomian dapat berkembang secara optimal yang pada akhirnya

mencapai tingkat kesempatan kerja penuh dan laju pembangunan yang

maksimal.

Pendapat ahli mikroekonomi mulai banyak diragukan sejak depresi yang

terjadi di Amerika Serikat pada permulaan tahun 1930-an, dimana banyak

pengangguran dan kemerosotan perekonomian. Maka muncullah teori

ekonomi yang berusaha mencerminkan keadaan di masyarakat yang

sesungguhnya. Maka dimulailah masa perkembangan analisis ekonomi yang

saat ini dikenal dengan teori makroekonomi.

Analisis mikroekonomi dan makroekonomi memiliki perbedaan dalam

ruang lingkup analisis dan peran pemerintah dalam kegiatan perekonomian.

Page 101: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 91

b. Analisis makroekonomi

Menurut analisis makroekonomi, mekanisme pasar tidak dapat

menciptakan efisiensi yang tinggi dalam kegiatan perekonomian, sehingga

diperlukan campur tangan pemerintah untuk menjamin kesempatan kerja

penuh dan menciptakan kestabilan ekonomi. Kebijakan-kebijakan yang

diambil pemerintah adalah kebijakan fiskal dan moneter untuk menstabilkan

keadaan ekonomi dan mengurangi tingkat pengangguran. Makroekonomi

memiliki lingkup analisis yang lebih menyeluruh dalam melihat kegiatan

perekeonomian.

Depresi yang terjadi pada tahun 1930-an memunculkan keraguan

terhadap pandangan teori mikroekonomi bahwa apabila ada produksi maka

dengan sendirinya akan tercipta permintaan. Kekurangan permintaan

masyarakat yang menyebabkan merosotnya perekonomian memunculkan

pandangan baru bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengeluaran masyarakat dalam perekonomian. Hal inilah yang kemudian

dianalisis dalam teori makroekonomi.

Pandangan pokok dalam teori makroekonomi adalah tingkat kegiatan

ekonomi dalam suatu waktu tertentu tergantung kepada pengeluaran berbagai

golongan masyarakat pada waktu tersebut. Tingkat produksi sangat

ditentukan oleh pengeluaran masyarakat, dan pengusaha hanya sebagai

penyedia barang dan jasa yang dibutuhkan, sesuai dengan permintaan

masyarakat. Reaksi para pengusaha tersebut akan menentukan tingkat

pendapatan nasional dari waktu ke waktu dan memperluas kesempatan kerja.

Permintaan yang terus menerus meningkat akan menciptakan tingkat

pembelanjaan yang tinggi, dan melebihi kemampuan perekonomian untuk

memproduksi barang dan jasa. Kondisi demikian yang memicu kenaikan

harga-harga barang atau inflasi.

Berdasarkan sifatnya pengeluaran seluruh masyarakat dibagi menjadi

lima golongan yaitu pengeluaran seluruh rumah tangga, penanaman modal

oleh para pengusaha, pengeluaran pemerintah, ekspor, dan impor. Semakin

tinggi pengeluaran rumah tangga akan meningkatkan pendapatan nasional,

sebaliknya semakin tinggi impor maka pendapatan nasional akan berkurang.

Ketiga bentuk pengeluaran yang lain juga sangat menentukan besarnya

pendapatan nasional. Dari ketiga jenis pengeluaran, penanaman modal

perusahaan merupakan pengeluaran yang perubahannya sangat besar dari

waktu ke waktu.

Pada umumnya, seluruh pengeluaran dalam perekonomian tersebut

tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mendapatkan kesempatan

kerja penuh tanpa adanya campur tangan pemerintah. Ketika jumlah

pengeluaran masyarakat melebihi batas akan menimbulkan inflasi, sebaliknya

kekurangan dalam pengeluaran akan menimbulkan deflasi, resesi, dan

pengangguran.

Fungsi pemerintah dalam melakukan campur tangan dalam kegiatan

perekonomian adalah mengatasi kedua hal tersebut, yaitu menciptakan

kesempatan kerja penuh tanpa menimbulkan inflasi. Dua macam kebijakan

Page 102: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 92

yang digunakan pemerintah untuk tujuan tersebut adalah kebijakan fiskal dan

moneter. Untuk itu pemerintah harus berupaya dalam :

1) Menyesuaikan tingkat pengeluaran sehingga keseluruhan pengeluaran

dalam perekonomian dapat mencapai atau mendekati tingkat pendapatan

nasional pada kesempatan kerja penuh.

2) Mempengaruhi tingkat pengeluaran masyarakat agar sesuai pada tingkat

yang menjamin terciptanya kesempatan kerja penuh.

Dalam kondisi perekonomian dimana banyak pengangguran,

pemerintah harus berusaha menaikkan pengeluaran di dalam perekonomian

dengan menaikkan pengeluarannya sendiri, mendorong kenaikan

pengeluaran golongan masyarakat yang lain, meningkatkan ekspor, dan

mengurangi impor. Dalam masa inflasi, usaha sebaliknyalah yang harus

dilakukan.

Analisis makroekonomi harus digunakan secara lebih hati-hati dalam

negara berkembang, oleh karena kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam

analisis makroekonomi tersebut. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam

analisis makroekonomi diantaranya :

1) Analisis makroekonomi lebih menekankan pada masalah perekonomian

yang dihadapi dalam jangka pendek, sedangkan negara-negara

berkembang lebih memerlukan analisis dalam masalah pembangunan,

dimana analisis-analisis yang dibutuhkan adalah analisis jangka panjang.

2) Analisis makroekonomi tidak menganalisis aspek-aspek non-ekonomi

seperti pengaruh keadaan sosial, struktur sosial, kondisi, politik, dan lain

sebagainya.

3) Analisis makroekonomi tidak menganalisis faktor luar negeri dalam

permodalan. Kenyataan yang terjadi di negara berkembang justru

sebaliknya, faktor luar negeri lebih mendominasi dalam permodalan dan

mendukung kegiatan perekonomian.

Beberapa sifat analisis makroekonomi yang bersifat jangka pendek

diantaranya :

1) Teori makroekonomi berasumsi pada keadaan-keadaan dimana kapasitas

alat-alat produksi tetap, jumlah tenaga kerja tidak berubah, tidak terdapat

kemajuan dan perbaikan terhadap teknologi yang digunakan. Keadaan

tersebut dapat terjadi dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang

pertambahan jumlah penduduk akan menyebabkan kenaikan jumlah

tenaga kerja, penanaman modal oleh para pengusaha akan menyebabkan

kapasitas barang modal bertambah tinggi, sedangkan teknologi juga akan

mengalami perbaikan dengan invensi dan inovasi yang dilakukan terus

menerus.

2) Dalam teori makroekonomi terdapat satu tingkat pendapatan nasional

tertentu yang merupakan tingkat pendapatan nasional yang dapat dicapai.

Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam jangka panjang

maka tingkat produksi akan terus mengalami peningkatan, yang artinya

Page 103: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 93

akan terjadi perubahan dan kenaikan dalam tingkat pendapatan nasional

melebihi tingkat pendapatan maksimal yang diasumsikan.

3) Analisis makroekonomi tidak menganalisa faktor luar negeri dalam

permodalan. Kenyataan yang terjadi di negara berkembang justru

sebaliknya, faktor luar negeri lebih mendominasi dalam permodalan dan

mendukung kegiatan perekonomian.

Kelemahan lain yang ditemui dalam analisis makroekonomi adalah tidak

disinggungnya aspek-aspek non-ekonomi dalam analisis yang dilakukan,

padahal aspek-aspek non-ekonomi mempengaruhi kegiatan perekonomian

secara keseluruhan.

Teori makroekonomi berasumsi bahwa kegiatan perekomian yang

berlangsung sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat ekonomi

dan lebih menekankan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang

dimiliki untuk mencapai keuntungan maksimal.

Dalam hal ini analisis makroekonomi banyak dipengaruhi oleh

pandangan ahli-ahli ekonomi klasik bahwa setiap anggota masyarakat baik

produsen, konsumen, pengusaha, ataupun pemilik modal akan berusaha

untuk mencapai keuntungan , pendapatan, dan kepuasan yang sebesar-

besarnya.

Analisis makroekonomi beranggapan bahwa struktur sosial dalam

masyarakat akan mengikuti tujuan anggota masyarakat untuk mencapai hal-

hal yang diinginkan. Asumsi-asumsi tersebut tidak sejalan dengan kondisi

yang ditemui di negara-negara berkembang. Kebanyakan negara berkembang

masih dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang tradisional dimana kegiatan

masyarakat seringkali menyimpang dari gambaran teori ekonomi

konvensional. Hal ini yang menyebabkan teori-teori tersebut tidak tepat

digunakan dalam usaha mempercepat perekonomian di negara-negara

berkembang.

Dalam analisis ekonomi faktor terpenting untuk menentukan tingkat

kegiatan ekonomi adalah penanaman modal oleh para pengusaha,

sedangkan sektor luar negeri tidak dianggap penting seperti halnya

penanaman modal. Kenyataan yang terdapat di banyak negara berkembang,

justru sektor luar negeri yang lebih banyak memegang peranan dalam

kegiatan perekenonomian dibandingkan penanaman modal itu sendiri.

Bila ditinjau dari sudut ekspor, dapat dilihat faktor-faktor berikut :

1) Persentase ekspor dari seluruh pendapatan nasional cenderung lebih tinggi

dari pada penanaman modal.

2) Kebanyakan negara berkembang mengekspor bahan mentah, dimana dua

atau tiga jenis bahan itu merupakan bagian terbesar dari ekspor.

Dengan kondisi tersebut, maka di negara-negara berkembang,

penerimaan pendapatan ekspor mengalami perubahan yang lebih besar jika

dibandingkan dengan negara maju.

Page 104: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 94

Ditinjau dari sudut impor, negara berkembang sangat bergantung

kepada negara-negara maju dalam melaksanakan pembangunan dan

industrialisasi. Sebagian barang modal untuk kegiatan pembangunan dan

industrialisasi diimpor dari negara maju. Oleh karena itu proses berjalannya

pembangunan sangat ditentukan oleh banyaknya devisa yang tersedia untuk

pembelian barang-barang impor dan bahan mentah.

Dengan demikian, baik ditinjau dari sudut ekspor maupun impor,

keduanya sangat mempengaruhi turun naiknya kegiatan perekonomian dari

waktu ke waktu. Fluktuasi yang disebabkan oleh kegiatan ekspor dan impor

tersebut cenderung lebih besar pengaruhnya dibandingkan perubahan-

perubahan dalam hal penanaman modal oleh pengusaha.

3. Kebijakan Moneter di Negara Berkembang

Kurang sempurnanya analisis makroekonomi dalam menggambarkan

corak ekonomi yang sebenarnya di negara berkembang, menyebabkan teori

makroekonomi tersebut memiliki kemampuan yang terbatas untuk dijadikan

landasan pengambilan kebijakan-kebijakan dalam menyelesaikan masalah

perekonomian di negara berkembang.

Salah satu analisis makroekonomi adalah pemahaman bahwa

perekonomian merupakan suatu kegiatan dalam masyarakat yang menjalankan

kegiatan tukar menukar secara efisien. Semuanya dianggap sudah berjalan

sebagaimana mestinya bila dilihat dari kegiatan masyarakat dalam memproduksi

barang untuk dijual ke pasar, tukar menukar yang dilakukan dengan uang atau

perantaraan bank, maupun kegiatan pasar uang dan pasar modal.

Dalam keadaan yang demikian tingkat pengeluaran masyarakat dapat

diatur dengan mempengaruhi penawaran uang dalam masyarakat. Kebijakan

yang diambil oleh pemerintah untuk mempengaruhi penawaran uang dalam

masyarakat tersebut dikenal dengan kebijakan moneter. Dalam kebijakan

moneter terdapat beberapa macam kebijakan, yaitu :

a. Mengubah tingkat cadangan minimal bank-bank komersil.

b. Mengubah suku bunga dari pinjaman Bank Sentral kepada bank-bank

komersil.

c. Mengadakan operasi pasar terbuka.

d. Menentukan prioritas dari jenis-jenis pinjaman yang dapat diberikan oleh

bank-bank komersil kepada para nasabah mereka (selective credit control).

Kebijakan-kebijakan tersebut diambil oleh pemerintah dalam rangka

mempengaruhi pengeluaran dalam masyarakat ke arah yang dikehendaki. Ketika

tingkat pengangguran tinggi dan terjadi resesi, pemerintah harus berusaha

menaikkan tingkat pengeluaran masyarakat dengan cara mempertinggi

penawaran uang dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut kebijakan

moneter yang dapat diambil adalah dengan mengurangi tingkat cadangan

minimum, menurunkan suku bunga, dan membeli surat-surat berharga dari

masyarakat. Sebaliknya dalam masa inflasi, kebijakan yang diambil adalah

kebalikan dari kebijakan dalam masa deflasi.

Page 105: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 95

Di negara-negara berkembang, kebijakan moneter yang diambil tersebut

mempunyai kemampuan yang sangat terbatas dalam mencapai tujuan

mempengaruhi pengeluaran masyarakat ke arah yang dikehendaki. Hal tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

a. Bank-bank komersil pada umumnya memiliki cadangan yang berlebihan. Oleh

sebab itu perubahan dalam tingkat cadangan minimum tidak akan

mempengaruhi kegiatan bank tersebut untuk meminjamkan dananya kepada

para pengusaha dan masyarakat.

b. Cadangan yang berlebihan yang dimiliki oleh bank komersil menyebabkan

bank-bank komersil jarang sekali meminjam kepada bank sentral. Dengan

demikian, perubahan suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral tidak

akan memiliki banyak pengaruh terhadap kegiatan-kegiatan bank komersil.

c. Pasar uang dan pasar modal di negara-negara berkembang belum sempurna

keadaannya. Hal ini menyebabkan operasi pasar terbuka tidak dapat berjalan

efektif. Kepemilikan surat-surat berharga di masyarakat masih sangat sedikit

untuk dapat diperjualbelikan.

d. Sistem perbankan di negara-negara berkembang masih jauh dari sempurna,

sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang menggunakan jasa

perbankan. Dengan demikian, kebijakan moneter tidak akan terlalu besar

pengaruhnya terhadap kegiatan perekonomian yang berlangsung. Penawaran

uang di negara berkembang biasanya hanya terdiri atas uang kertas dan

logam, sedangkan jumlah uang bank (bank money) sebagai komponen lain

dari penawaran uang masih belum sebanyak seperti di negara-negara maju.

Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan dan perekonomian masih

belum sepenuhnya menggunakan jasa perbankan, hanya dengan

menggunakan sistem barter atau pembayaran tunai. Dengan kondisi seperti

ini kebijakan moneter yang masih tradisional tidak akan terasa pengaruhnya

dalam kegiatan perekonomian.

Pertambahan jumlah penduduk yang menyebabkan peningkatan kegiatan

perekonomian harus diimbangi dengan penambahan penawaran uang tunai di

masyarakat. Salah satu usaha pemerintah adalah dengan mengurangi

pengeluaran uang tunai di masyarakat dengan mencoba menarik uang tersebut

agar disimpan di bank.

Tugas kebijakan moneter di negara berkembang jauh lebih rumit jika

dibandingkan dengan negara maju, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Tugas untuk menstabilkan penawaran uang yang cukup untuk kegiatan

pembangunan. Kebutuhan modal untuk pembangunan sering menyebabkan

pemerintah meminjam secara berlebihan kepada bank sentral karena

terbatasnya pendapatan pemerintah. Jika hal tersebut dilakukan, maka

pertambahan uang tunai dapat meningkat cepat yang akibatnya dapat

menimbulkan kenaikan harga barang dan inflasi.

b. Kegiatan ekspor dan impor sangat rentan untuk menimbulkan inflasi di

negara-negara berkembang, karena fluktuasi harga bahan mentah. Naik

turunnya pendapatan ekspor sangat berpengaruh terhadap kestabilan

Page 106: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 96

perekonomian. Untuk itu bank sentral bertanggung jawab dalam mengawasi

perkembangan valuta asing dan kegiatan ekspor impor.

Jadi, kebijakan moneter mengemban tugas untuk mempercepat proses

pembangunan yang sedang dilakukan dengan mengembangkan fungsi badan-

badan keuangan untuk membantu jalannya kegiatan perekonomian. Dalam hal

ini kebijakan moneter adalah menjadi tanggung jawab bank sentral.

4. Kebijakan Fiskal di Negara Berkembang

Kebijakan makroekonomi yang selanjutnya adalah kebijakan fiskal.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengatur

pengeluaran dan pendapatannya yang bertujuan mengusahakan tersedianya

kesempatan kerja tanpa menimbulkan inflasi. Kebijakan tersebut diambil agar

keseluruhan pengeluaran masyarakat dapat digunakan untuk mencapai tingkat

produksi yang paling maksimum pada kesempatan kerja penuh.

Untuk mewujudkan tujuan pemerintah tersebut, maka kebijakan fiskal yang

diambil adalah sebagai berikut :

a. Menaikkan pajak pendapatan rumah tangga, dengan harapan agar

pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi masyarakat akan berkurang

atau mengurangi tingkat konsumsi masyarakat dengan membayar pajak.

b. Mengurangi pengeluaran pemerintah sehingga pendapatan dapat lebih besar

dari pengeluaran. Dengan menurunkan tingkat pengeluaran pemerintah, maka

akan menurunkan tingkat pengeluaran keseluruhan dan mengurangi tekanan

inflasi. Langkah yang sebaliknya diambil apabila terjadi deflasi dan banyaknya

pengangguran.

Teori tersebut pada prakteknya tidak akan sama bila dijalankan di negara

maju atau negara berkembang. Di negara berkembang, masalah pengangguran

tidak bisa serta merta diatasi dengan menaikkan pengeluaran pemerintah dan

menurunkan tingkat pajak. Hal itu disebabkan karena sumber daya manusia di

negara berkembang jumlahnya sangat berlebih dibandingkan dengan faktor-

faktor produksi lainnya seperti modal dan teknologi yang terbatas. Dalam kondisi

tersebut, menaikkan pengeluaran pemerintah tidak dapat meningkatkan kegiatan

perekonomina, tetapi justru akan menimbulkan kenaikan harga dan inflasi.

Demikian pula halnya dalam mengatasi masalah inflasi di negara maju,

tidak dapat serta merta dilaksanakan di negara berkembang. Inflasi yang terjadi

di negara maju lebih disebabkan terciptanya kesempatan kerja penuh,

sedangkan inflasi di negara berkembang terjadi pada saat jumlah pengangguran

sangat tinggi. Pendapatan pemerintah dari sektor pajak di negara berkembang

jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara maju, yang diperoleh dari pajak

tidak langsung bukan pajak pendapatan. Oleh sebab itu, perubahan dalam

struktur perpajakan yang dilaksanakan di negara-negara berkembang tidak akan

terlalu memberikan pengaruh terhadap pengeluaran masyarakat.

Dengan demikian, langkah yang diambil untuk mengatasi inflasi dengan

menurunkan pengeluaran pemerintah dan menaikkan tarif pajak, tidak tepat bila

Page 107: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 97

dilaksanakan di negara berkembang. Hal tersebut justru akan memperburuk

masalah pengangguran dan memperlambat proses pembentukan modal untuk

kelangsungan pembangunan. Pada kondisi dimana penerimaan pajak

pemerintah sebagian besar adalah melalui pajak tidak langsung, maka kenaikan

tarif pajak justru akan berakibat pada kenaikan harga-harga barang dan

menambah lajunya inflasi.

Keadaan yang berbeda antara negara berkembang dengan negara maju di

dalam penerapan kebijakan fiskal, maka kebijakan yang diambil oleh negara

berkembang berbeda dalam hal :

a. Negara-negara berkembang lebih berhati-hati dalam menerapkan kebijakan

fiskal dibandingkan dengan negara maju, yaitu dengan menyeimbangkan

pengeluaran pemerintah dan menghindari pengeluaran yang berlebihan.

b. Kebijakan fiskal digunakan untuk mempengaruhi corak penggunaan sumber

daya, yaitu dengan pemilihan pengeluaran pemerintah pada sektor yang

dapat menggalakkan penanaman modal, dan kenaikan pajak dengan tujuan

membatasi usaha di sektor tertentu

Kebijakan fiskal yang lainnya adalah dengan memberikan perangsang

fiskal (fiscal incentives) pada bidang usaha tertentu di daerah-daerah tertentu.

Perangsang fiskal tersebut diberikan kepada perusahaan-perusahaan dengan

memberikan pinjaman modal yang bersyarat ringan, pembebasan pembayaran

pajak sementara, mempercepat depresiasi barang-barang modal, dan

membebaskan pajak impor terhadap bahan-bahan mentah yang digunakan. Hal

tersebut bertujuan untuk efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan

merangsang pembentukan modal.

5. Kebijakan Pembangunan Menurut Ekonomi Islam

Pembangunan ekonomi merupakan hal yang penting dilihat dari ekonomi

Islam. Namun lebih dari itu, pembangunan ekonomi bukan hanya sekedar

pembangunan sektor-sektor yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat,

akan tetapi pembangunan umat manusia secara keseluruhan. Khurshid Ahmed

(1979), mengemukakan empat prinsip yang menjadi landasan filosofis

pembangunan Islami, yaitu :

a. Tawhîd, yang meletakkan dasar-dasar hubungan antara Allâh dengan

manusia dan manusia dengan sesamanya.

b. Rubûbiyah, yang menyatakan dasar-dasar hukum Allâh untuk selanjutnya

mengatur model pembangunan yang bernafaskan Islâm.

c. Khalîfah, yang menjelaskan status dan peran manusia sebagai wakil Allâh di

muka bumi. Pertanggung jawaban ini menyangkut manusia sebagai muslim

maupun sebagai anggota dari umat manusia. Dari konsep ini lahir pengertian

tentang perwalian, moral, politik, ekonomi, serta prinsip-prinsip organisasi

soial lainnya.

Page 108: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 98

d. Tazkiyah, misi utama utusan Allâh adalah menyucikan manusia dalam

hubungannya dengan Allâh, sesamanya, alam lingkungan, masyarakat dan

negara.

Asas tawhîd, khalîfah dan tazkiyah pada akhirnya menuju ke perwujudan

pembangunan yang berkelanjutan. Asas tawhîd mencegah konsentrasi kekuatan

ekonomi. asas khalîfah mencegah kerusakan lingkungan dan perlindungan

terhadap kelestarian sumber daya, dan asas tazkiyah mencegah kepincangan

sosial dan mewujudkan pemerataan yang bermuara pada keadilan. Kesemuanya

itu akan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Dari keempat asas tersebut, Umer Chapra (1993) mengemukakan

kebijakan pembangunan yang dapat dilaksanakan, yaitu :

a. Menghidupkan faktor kemanusiaan, yaitu dengan mewujudkan keadilan sosio-

ekonomi. Kebijakan-kebijakan harus berorientasi kepada direalisasikannya

keadilan sosio-ekonomi. Konsentrasi kekayaan harus dikurangi sedemikian

rupa hingga kebutuhan pokok dari setiap individu senantiasa terpenuhi. Setiap

individu harus melakukan transformasi moral agar tindakannya senantiasa

mengedepankan kepentingan sosial, dengan bantuan lembaga-lembaga yang

efektif dan media massa untuk melakukan perubahan sosial dan mereduksi

nilai-nilai yang tidak Islâmi. Meskipun keadilan sosio-ekonomi, kesadaran

moral dan iklim sosial sangat diperlukan untuk memotivasi nilai-nilai

kemanusiaan, namun hal ini tidak cukup untuk menciptakan pemerataan dan

efisiensi. Oleh karena itu, diperlukan adanya usaha yang mengarah kepada

peningkatan sumber daya manusia. Hal ini dapat ditempuh lewat pendidikan

dan latihan yang memadai bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu perlu

juga adanya penciptaan kemudahan akses terhadap keuangan bagi kaum

lemah dan pengusaha-pengusaha berskala besar, sehingga pemusatan

kekayaan tidak lagi menjadi masalah yang menghambat pemerataan.

b. Mengurangi konsentrasi kekayaan, yaitu dengan :

1) Mengadakan reformasi pertanahan dan pembangunan pedesaan.

Kebijakan pemerintah berperan aktif dalam hal ini selama tidak

bertentangan dengan syari`at. Untuk mereformasi pertanahan (land reform)

perlu adanya batasan-batasan kepemilikan yang jelas dan aturan-aturan

penyewaan untuk menciptakan demokrasi dan egalitarian yang diidam-

idamkan Islâm.

2) Upaya penghapusan kelemahan-kelemahan yang diderita oleh sektor

pertanian. Menyediakan pembiayaan yang memadai, bukan saja pada

pertanian, tetapi juga industri-industri kecil yang ada di pedesaan

merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki tingkat ekonomi

pedesaan.

3) Kepemilikan yang lebih merata dan kontrol dalam perusahaan sangat

diperlukan untuk mengurangi konsentrasi kekayaan dan kekuasaan

Page 109: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 99

terhadap kepemilikan saham yang hanya dikuasai oleh segelintir orang.

Hal ini berakibat pada pemenuhan kepentingan diri sendiri.

4) Restrukturisasi sistem keuangan berbasis bunga ke dalam sistem

keuangan yang lebih manusiawi dan sesuai dengan nilai-nilai Islâm. Sistem

bunga, bagaimanapun juga merupakan sumber konsentrasi kekayaan dan

kekuasaan sebagaimana yang terjadi dalam dunia kapitalis.

c. Melakukan restrukturisasi ekonomi. Relokasi sumber-sumber daya yang

diperlukan untuk pembangunan yang merata tidak akan berjalan tanpa

adanya suatu penataan kembali semua aspek ekonomi, yang meliputi

konsumsi swasta, keuangan pemerintah, formasi kapital dan produksi.

d. Melakukan restrukturisasi keuangan .Tujuan untuk mencapai pengembangan

pedesaan dan perkotaan dalam memecahkan problema utama perekonomian,

seperti pengangguran dan konsentrasi kekayaan akan menjadi mimpi yang

indah kecuali ada persiapan-persiapan pengembangan dan pembiayaannya.

Invetasi dan tabungan yang dikelola oleh lembaga-lembaga keuangan harus

memberikan prioritas pada pengembangan tersebut. Untuk mengarahkan

sistem finansial, harus ada nilai-nilai yang mendasarinya yang mempunyai

orientasi kesejahteraan seluruh umat manusia. Islâm, dalam hal ini telah

menyediakan sistem yang dimaksud. Oleh karena itu perombakan sistem

finansial sesuai dengan nilail-nilai Islâm mutlak diperlukan. Bank-bank

konvensional sebagai pengelola dana masyarakat, harus diarahkan dengan

prinsip-prinsip yang lebih manusiawi, ia harus melepaskan sistem bunga yang

terbukti tidak mampu menciptakan pemerataan, tapi hanya menghadiahkan

pemenang-pemenang bagi segelintir orang. Selain menghapus bunga dalam

keuangan, bank-bank harus mempunyai orientasi pembiayaan kepada usaha

kecil dan menengah (UKM) bukan pada industrti-industri besar. UKM

bagaimanapun, mempunyai potensi yang cukup besar untuk menciptakan

lapangan pekerjaan. Selain itu, dengan membiayai UKM ini akan dapat

mengurangi ketidakmerataan, konsentrasi kekayaan, dan konsentrasi

kekuasaan.

e. Perencanaan kebijakan strategis. Perencanaan ini harus menetapkan

perubahan struktur yang diperlukan dalam ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi tanpa menciptakan ketidakseimbangan antara mikro ekonomi dan

makro ekonomi. Rencana ini juga harus menunjukkan institusi-institusi yang

perlu didirikan atau direformasi untuk mengurangi adanya kesenjangan

pendapatan dan kekayaan yang ada, serta mewujudkan suatu pemilikan

perusahaan dan aset perolehan pendapatan yang mempunyai sumber yang

besar. Selain itu, perlu dilakukan reformasi sistem perbankan sesuai dengan

ajaran Islâm, yang akan menuntut perhatian khusus perencanaan, karena

besarnya sumbangan yang diberikannya untuk menjadikan alokasi sumber

daya secara efisien dan adil. Juga tidak kalah pentingnya adalah reformasi

secara sungguh-sungguh dalam sistem pendidikan untuk melahirkan tenaga-

tenaga yang terampil dan produktif.

Page 110: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 100

C. Tugas/Latihan/Soal

1. Jelaskan pokok pemikiran analisis mikroekonomi dan makroekonomi dan dimana

letak perbedaan kedua analisis tersebut.

2. Jelaskan kebijakan moneter yang diambil pada waktu terjadinya inflasi dan

deflasi dan kelemahannya jika diterapkan di negara berkembang.

3. Jelaskan kebijakan fiskal yang diambil pada waktu inflasi dan deflasi dan

kelemahannya jika diterapkan di negara berkembang.

4. Jelaskan landasan pemikiran ekonomi Islam dalam pembangunan ekonomi dan

kebijakan-kebijakan apa yang dapat dipilih. Bandingkan kebijakan-kebijakan

tersebut dengan kebijakan konvensional.

D. Referensi

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Ahmed, Khurshid. (1979) ed. Islamic Perspectives. Leicester: Islamic Foundation.

Chapra, M. Umer. (1993). Islam and Economic Development. Islamabad: The

International Institute of Islamic Thought.

Page 111: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 101

PERTEMUAN X

PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :

1. Mengkaji berbagai masalah dan kebijakan pembangunan di Indonesia dalam

beberapa periode pemerintahan.

2. Mengkaji dan menganalisa titik berat pembangunan dari setiap Repelita dan

hubungannya dengan konsep tinggal landas.

3. Mengkaji berbagai masalah dan kebijakan pembangunan pasca krisis ekonomi.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Proses pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan di negara

berkembang seyogyanya membutuhkan perhatian dari berbagai pihak, karena

banyaknya masalah yang ditemui dalam pelaksanaan pembangunan maupun

keputusan untuk mengambil kebijakan-kebijakan menghadapi masalah-masalah

tersebut. Sumber daya alam yang tersedia, faktor modal, kualitas sumber daya

manusia, serta kondisi geografis menjadi merupakan persoalan yang harus

dihadapi dalam proses pembangunan.

Bangsa Indonesia yang mengawali pembangunan pasca kemerdekaan

yang diperolehnya sampai dengan saat ini, banyak menemui masalah-masalah

dalam mencapai tujuan pembangunan yaitu masyarakat adil dan sejahtera. Pada

awal-awal kemerdekaan dengan sistem liberalism yang berlaku membawa

negara kita pada kondisi politik yang sangat tidak menguntungkan untuk memulai

pembangunan. Kondisi politik yang tidak stabil dan carut marut membuat

Indonesia belum dapat bangkit.

Begitupun sistem parlementer yang diberlakukan pada tahun 1951-1959

membuat pemerintah tidak dapat melaksanakan program-program

pembangunan, karena kekuasaan parlementer yang sering menjatuhkan

pemerintah. Kegiatan perekonomian ditandai dengan kenaikan harga-harga,

ketidakstabilan keuangan pemerintah, dan lain-lain.

Masa pemerintahan Orde Baru mengawali perubahan dalam program-

program pembangunan. Dengan situasi politik yang mulai stabil dimulailah

program Repelita I sampai dengan Repelita VI, serta konsep tinggal landas.

Kondisi perekonomian yang mulai stabil diguncang dengan krisis politik sekaligus

krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Situasi krisis terus berlanjut dengan

krisis ekonomi dan krisis sosial berupa kesenjangan pendapatan yang sampai

saat ini belum dapat diatasi.

2. Masalah dan Kebijakan Pembangunan

Masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam

pembangunan ekonomi yang dilaksanakannya berbeda-beda dari waktu ke

Page 112: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 102

waktu. Begitu pula dengan kebijakan-kebijakan yang diambil untuk mengatasi

masalah-masalah tersebut.

a. Periode 1945-1950

Masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada masa

awal kemerdekaan adalah masalah perekonomian warisan colonial yang

kemudian diperburuk dengan situasi politik yang sangat tidak mendukung.

Masalah-masalah pokok perekonomian yang dihadapi pada periode ini

adalah:

1) Struktur perekonomian yang tidak seimbang, dimana sektor pertanian satu-

satunya yang memegang peranan dan belum berkembang, yang

mempengaruhi gejolak harga di pasaran dunia.

2) Sebagian besar penduduk Indonesia menempati Pulau Jawa, di luar Pulau

Jawa jumlah penduduk relatif kurang.

3) Rendahnya daya beli masyarakat.

Kebijakan yang diambil dalam menghadapi masalah-masalah tersebut

adalah dengan menambah tenaga yang produktif dan industrialisasi dengan

basis pertanian, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Kebijakan tersebut dikenal dengan Rencana Hatta 1947.

Selanjutnya diikuti dengan Rencana Kasimo (1948-1950), dan rencana

Kesejahteraan Istimewa (1950-1951). Rencana-rencana tersebut tidak dapat

direalisasikan karena situasi politik yang tidak stabil.

b. Periode 1951-1955

Masalah pokok yang dihadapi pada periode ini merupakan kelanjutan

masalah dari periode sebelumnya, yaitu :

1) Inflasi yang tidak terkendali.

2) Tidak terarahnya surplus perdagangan.

3) Kebijakan keuangan tidak berpihak pada investasi.

4) Pergantian kabinet yang sering kali sehingga menghambat program

pembangunan.

Menghadapi situasi yang semakin memburuk, maka dibuat Rencana

Urgensi Perekonomian oleh Sumitro Djojohadikusumo. Rencana tersebut

merumuskan kebijakan yang dapat diambil dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, yaitu :

1) Mendorong berkembangnya industri-industri kecil.

2) Menggalakkan koperasi dan usaha kecil dan menengah.

3) Mendukung kegiatan industri berat.

Page 113: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 103

4) Pemerintah memperkuat perannya dalam perekonomian.

c. Periode 1956-1960

Pada periode ini masalah yang dihadapi semakin bertambah, yang

merupakan akumulasi dari masalah-masalah periode sebelumnya dan belum

dapat tertangani. Masalah-masalah tersebut antara lain :

1) Biaya hidup yang tinggi khususnya di masyarakat pedesaan, karena

produksi pertanian yang menurun dan naiknya inflasi.

2) Hambatan-hambatan dalam industri sebagai imbas kebijakan impor dalam

mengimbangi naiknya ekspor dan harga komoditi ekspor Indonesia.

3) Defisit APBN.

4) Kemunduran produks barang-barang kebutuhan pokok.

Kebijakan yang diambil adalah dengan menyusun Rencana

Pembangunan Lima Tahun Pertama dalam kurun waktu 1956-1960, yang

disusun oleh Biro Perancang Negara di bawah Kabinet Djuanda. Proyek-

proyek dan kebijakan-kebijakan yang disusun tidak dapat dijalankan dengan

baik karena terkendala dana tambahan karena inflasi yang terus terjadi.

Sebagian proyek tidak dapat dijalankan karena situasi politik dan keamanan

yang tidak mendukung.

d. Periode 1961-1965

Pada periode ini keadaan perekonomian semakin memburuk dan

masalah yang dihadapi semakin kompleks. Masalah-masalah yang dihadapi

pada periode ini adalah :

1) Inflasi semakin meningkat dan berbagai dampak yang ditimbulkannya

semakin memperburuk perekonomian.

2) Pemberontakan yang terjadi pada tahun 1957 di Sumatera dan Sulawesi

menyebabkan anggaran pemerintahan d bidang pertahanan dan

keamanan meningkat.

3) Nilai dasar tukar (terms of trade) Indonesia memburuk.

4) Menurunnya produksi barang-barang ekspor.

5) Kenaikan impor beras yang mengakibatkan kenaikan penggunaan devisa.

Menghadapi situasi yang demikian rumit, Prof. Muhammad Yamin

sebagai ketua Dewan Perancang Nasional menyusun Rencana

Pembangunan Nasional Semesta Berencana untuk kurun waktu 1961-1969.

Rencana pembangunan tersebut memuat tiga program pokok, yaitu :

1) Mencukupi kebutuhan pokok rakyat terutama sandang dan pangan.

2) Meningkatkan kewibawaan pemerintah.

3) Melanjutkan perlawanan terhadap kapitalisme dan imperialisme, dan

mengambil kembali Irian Barat ke pangkuan Indonesia.

Page 114: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 104

Sistem ekonomi terpimpin pada masa ini dengan Manifesto Politik

membawa Indonesia ke arah etatisme dalam kehidupan perekonomian. Inflasi

mencapai puncaknya menjadi 650% pada periode 1965-1966.

e. Periode 1966-1968

Pada periode ini diupayakan untuk memperbaiki keadaan perekonomian

akibat inflasi yang mencapai 650% pada tahun sebelumnya. Program

pembangunan dibagi menjadi program jangka pendek yang meliputi program

stabiisasi dan rehabilitasi, serta program jangka panjang yang meliputi

program pembangunan pertanian, perdagangan, dan industri.

Untuk mengupayakan stabilisasi dan rehabilitasi, maka dibuat program-

program, yaitu :

1) Pengendalian inflasi.

2) Pencukupan kebutuhan pangan.

3) Rehabilitasi prasarana ekonomi.

4) Peningkatan kegiatan ekspor.

5) Pencukupan kebutuhan sandang.

Untuk program jangka panjang adalah program pembangunan dengan

skala prioritas sebagai berikut :

1) Program pembangunan sektor pertanian.

2) Pembangunan sektor prasarana.

3) Pembangunan sektor industri, pertambangan, dan minyak.

f. Periode 1969-1970 dan 1973-1974

Dalam periode ini permasalahan pokok yang dihadapi adalah :

1) Perekonomian semakin terbuka sehingga pengaruh gejolak perekonomian

internasional semakin terasa.

2) Industrialisasi kurang berkembang akibat daya beli masyarakat yang

rendah.

3) Kesenjangan pendapatan semakin terasa baik antar golongan maupun

antar daerah.

4) Krisis moneter yang terjadi di dunia berpengaruh buruk terhadap

perekonomian.

5) Kurangnya pengawasan dalam proses pembangunan.

Pemerintah akhirnya menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun

(Repelita I) dalam kurun waktu 1969-1970 dan 1973-1974. Repelita I

dituangkan dalam Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966. Ketetapan MPRS

tersebut menjadi GBHN yang pertama.

Strategi yang ditetapkan pada Repelita I dititikberatkan untuk upaya

menstabilkan keadaan ekonomi dan politik dengan menitikberatkan pada

sektor pertanian dan sektor industri yang menunjang sektor pertanian. Sektor

pertanian menjadi leading sector pada Repelita I yang diharapkan dapat

Page 115: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 105

mendorong sektor-sektor lain dalam pembangunan perekonomian di

Indonesia. Dengan sistem perekonomian terbuka, pemerintah membuka diri

terhadap modal asing dalam pembiayaan pembangunan guna mempercepat

laju pertumbuhan ekonomi. Investasi tersebut diarahkan untuk industri

pengganti impor.

g. Periode 1974-1975 dan 1978-1979

Pada Repelita sebelumnya pembangunan lebih diarahkan untuk

percepatan pertumbuhan ekonomi, maka dalam Repelita II lebih

dititikberatkan untuk program pemerataan pembangunan. Tujuan tersebut

dibuat dengan pertimbangan keadaan yang dilihat pada negara-negara lain

bahwa tujuan pembangunan pada hakikatnya bukan sekedar menaikkan

pertumbuhan ekonomi, akan tetapi kesejahteraan rakyat yang lebih merata.

Untuk itu dibuat program yang dikenal dengan Trilogi Pembangunan, yaitu :

1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada

terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

3) Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Permasalahan yang timbul dalam Repelita II adalah kelanjutan masalah

dalam Repelita I yang masih belum dapat diselesaikan, seperti kurangnya

lapangan kerja dan kesempatan usaha, kesejahteraan yang belum merata,

masalah kesehatan dan perumahan. Setelah pada Repelita I mencapai tingkat

pertumbuhan ekonomi 6-7% pertahun, masalah-masalah tersebut semakin

meluas.

h. Periode 1979-1980 dan 1983-1984

Dalam Repelita III pertumbuhan ekonomi mencapai 7,2%, lebih rendah

dari target yang ditetapkan yaitu 7,5% pertahun. Kesenjangan antar daerah

semakin terasa akibat tidak adanya kesempatan kerja dan kesempatan usaha

bagi golongan ekonomi lemah. Untuk itu pemerataan pembangunan menjadi

prioritas yang mencerminkan rasa keadilan. Kebijakan pemerataan pada

Repelita III dikenal dengan delapan jalur pemerataan, yaitu :

1) Pemerataan kebutuhan pokok rakyat, terutama pangan, sandang, dan

perumahan.

2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan

kesehatan.

3) Pemerataan pembagian pendapatan.

4) Pemerataan perluasan kesempatan kerja.

5) Pemerataan usaha, terutama bagi golongan ekonomi lemah.

6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi, khususnya bagi generasi muda

dan kaum wanita.

7) Pemerataan pembangunan antar daerah.

8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

Page 116: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 106

Permasalahan perekonomian dunia juga belum selesai pada periode ini,

dimana pada akhir periode harga minyak bumi semakin menurun yang

mengakibatkan neraca pembayaran Indonesia semakin terpuruk. Untuk

mengatasi hal tersebut dan meningkatkan daya saing produk Indonesia, maka

diambil kebijakan devaluasi rupiah terhadap US$ sebesar 27,6% pada 30

maret 1983.

i. Periode 1984-1985 dan 1988-1989

Pada Repelita IV masalah perekonomian masih berlanjut, dimana harga

minyak bumi turun drastis sehingga penerimaan negara menurun. Situasi

perekonomian dunia yang tidak menentu berakibat buruk terhadap

perekonomian dalam negeri, dimana ekspor terhambat dengan adanya

proteksi dari negara-negara maju terutama Amerika Serikat.

Pada akhir Repelita IV, utang luar negeri semakin terbebani dengan

depresiasi mata uang Dollar Amerika terhadap Yen dan Mark Jerman.

Keadaan yang menggembirakan adalah naiknya harga minyak bumi yaitu US$

15 perbarel, sedangkan ekspor non-migas telah dapat melampaui ekspor

berkat deregulasi yang dilaksanakan secara intensif. Indonesia pada tahun

1984 sudah tidak lagi mengimpor beras, sehingga devisa yang ada dapat

digunakan untuk kegiatan pembangunan.

Kebijakan yang dituangkan dalam GBHN 1983 tidak jauh berbeda

dengan GBHN pada tahun 1978, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil

masih melanjutkan Repelita sebelumnya. Usaha-usaha deregulasi dan

debirokratisasi dalam aspek moneter, perdagangan, dan fiskal dengan tujuan

untuk meningkatkan efisiensi pada mekanisme pasar.

j. Periode 1989-1990 dan 1993-1994

Akumulasi permasalah dalam periode-periode sebelumnya dengan

kebijaka-kebijakan yang telah diambil, maka pada Repelita V ada masalah-

masalah yang masih berlangsung dan pencapaian-pencapaian yang diraih.

Keberhasilan yang dicapai pada periode ini adalah :

1) Perubahan struktur ekonomi, dimana peran sektor pertanian menurun

dengan meningkatnya peran sektor industri.

2) Indonesia masuk dalam kelompok negara berpenghasilan menengah pada

tahun 1985 dengan meningkatnya pendapatan perkapita.

3) Terus meningkatnya pendapatan nasional.

4) Swasembada beras sejak tahun 1984.

Permasalahan yang masih dihadapi dalam periode ini adalah:

1) Menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi.

2) Masalah utang luar negeri dan investasi asing.

3) Masalah kependudukan dan angkatan kerja.

4) Masalah pembangunan daerah, energi, dan lingkungan.

Page 117: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 107

5) Memburuknya nilai tukar dasar (terms of trade) barang-barang ekspor.

Kebijakan deregulasi dan debirokratisasi masih terus dilanjutkan pada

periode ini untuk mengatasi ekonomi biaya tinggi akibat kebijakan periode-

periode sebelumnya.

Repelita V berpedoman pada GBHN 1988 dengan kebijakan Trilogi

Pembangunan, dengan arah kebijakan sebagai kelanjutan Repelita IV menuju

perbaikan taraf hidup dan kecerdasan rakyat untuk mewujudkan masyarakat

adil dan sejahtera.

k. Periode 1994-1995 dan 1998-1999

Repelita VI menjadi awal tahap tinggal landas Pembangunan Jangka

Panjang II (PJP II). Pembangunan Jangka Panjang I menghasilkan kemajuan

dalam segenap aspek kehidupan bangsa dan sebagai landasan memasuki

tahap PJP II dan proses tinggal landas.

Pada akhir Repelita sebelumnya telah berhasil meletakkan landasan

yang cukup dalam ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan untuk

memulai proses tinggal landas.

Pencapaian bidang ekonomi dengan struktur ekonomi yang seimbang

dan kuat antara industri dan pertanian. Sektor industri lebih ditingkatkan

seiring peningkatan diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi

pertanian serta pengembangan agrobisnis dan agroindustri.

Tujuan pembangunan pada Repelita VI adalah :

1) Menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat

Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia

untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan

merata.

2) Meletakkan landasan pembangunan yang mantap untuk tahap

pembangunan berikutnya.

Sasaran pembangunan adalah tumbuhnya sikap kemandirian dalam diri

manusia dan masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran serta, efisiensi,

dan produktivitas rakyat dalam rangka meningkatkan taraf hidup, kecerdasan,

dan kesejahteraan lahir batin.

Prioritas pembangunan pada Repelita VI adalah pembangunan-

pembangunan di sektor ekonomi dengan keterkaitan antara industri dan

pertanian serta bidang pembangunan lainnya dan peningkatan kualitas

sumber daya manusia, dengan pengembangan :

1) Penataan industri nasional yang mengarah pada penguatan dan

pendalaman struktur industri yang didukung oleh :

a) Kemampuan teknologi yang makin meningkat.

b) Peningkatan ketangguhan pertanian.

c) Pemantapan sistem dan kelembagaan koperasi.

d) Penyempurnaan pola pangan, jasa, dan sistem distribusi.

Page 118: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 108

e) Pemanfaatan secara optimal dan tepat guna faktor produksi dan sumber

daya ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai prasyarat

terbentuknya masyarakat industri yang menjamin peningkatan keadilan,

kemakmuran, dan pemerataan pendapatan serta kesejahteraan rakyat,

sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

2) Pembangunan sumber daya manusia agar semakin meningkat kualitasnya,

sehingga dapat mendukung pembangunan ekonomi melalui peningkatan

produktivitas dengan pendidikan nasional yang makin merata dan bermutu,

disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian yang

dibutuhkan berbagai bidang pembangunan, serta pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang makin mantap.

3. Kebijakan Pembangunan dan Konsep Tinggal Landas

Titik berat pembangunan dari Repelita I sampai dengan Repelita VI sejalan

dengan teori Rostow, dimana dapat digambarkan sebagai berikut :

Repelita I :Titik berat pembangunan pada sektor pertanian dan industri

yang mendukung sektor pertanian.

Repelita II :Titik berat pembangunan pada sektor pertanian dan peningkatan

industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

Repelita III :Titik berat pembangunan pada sektor pertanian menuju

swasembada pangan dan peningkatan industri yang mengolah

bahan baku menjadi bahan jadi.

Repelita IV :Titik berat pada sektor pertanian dengan usaha-usaha menuju

swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang

menghasilkan mesin-mesin sendiri, baik industri berat maupun

ringan yang akan dikembangkan dalam Repelita-repelita

selanjutnya.

Repelita V :Titik berat tetap pada sektor pertanian untuk lebih meningkatkan

swasembada pangan dan produksi pertanian lainnya dengan

meningkatkan sektor industri yang menghasilkan untuk ekspor,

industri padat karya, industri pengolahan hasil pertanian, dan

industri-industri yang menghasilkan mesin-mesin industri.

Repelita VI :Titik berat pada bidang ekonomi dengan keterkaitan antara industri

dengan pertanian, serta bidang pembangunan lainnya yang

merupakan penggerak utama PJP II, seiring dengan peningkatan

kualitas sumber daya manusia.

Page 119: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 109

Dari struktur pembangunan mulai dari Repelita I sampai dengan

Repelita VI, terlihat bahwa tahap-tahap pertumbuhan sejalan dengan apa yang

dikemukakan Rostow dalam teorinya. Penguatan sektor pertanian pada masa

awal pembangunan, yang dilanjutkan dengan sektor industri untuk mendorong

sektor pertanian telah dijalankan Repelita demi Repelita.

Namun yang perlu dicatat bahwa sampai dengan saat ini aspek

teknologi termasuk pertanian , negara kita masih tergolong tertinggal dengan

negara-negara maju. Kemudian infrastruktur yang mendukung pertumbuhan

sektor-sektor lain misalnya industri baru sekarang ini terlihat perkembangannya.

Jadi, infrastruktur belum disiapkan dengan baik ketika menuju tahap tinggal

landas.

Bagaimanapun pembangunan ekonomi adalah proses yang terus

menerus dan selalu mengalami perubahan. Permasalahan teknologi yang belum

modern dan rendahnya kualitas sumber daya manusia masih menjadi

permasalahan utama pemerintah dalam menjankan pembangunan. Sekali lagi,

sektor pendidikan menjadi sangat penting diperhatikan untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahan tersebut. Dengan pendidikan yang merata dan berkualitas

di seluruh pelosok Indonesia, diharapkan akan terlahir generasi-generasi

berikutnya yang lebih berkualitas yang kemudian dapat membangun negara ini

dengan teknologi yang modern untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan.

4. Pembangunan Pasca Krisis Ekonomi

a. Periode 1999-2004

Setelah perubahan fundamental dalam politik tahun 1998 yang diikuti

dengan krisis ekonomi, maka negara kita masuk dalam masa reformasi

dengan berakhirnya masa pemerintahan Orde Baru. Sistem ekonomi yang

semula menganut sentralisasi (terpusat), dirubah menjadi desentralisasi.

Perubahan fundamental dalam politik pada masa awal reformasi, dimana

banyaknya partai dalam pemilu yang menghasilkan presiden yang tidak

didukung mayoritas suara di parlemen, membuat presiden Abdurrahman

Wahid pada masa itu dijatukan oleh MPR yang kemudian digantikan oleh

Wakil Presiden. Kondisi politik yang belum stabil membuat kepercayaan asing

sangat rendah untuk berinvestasi di Indonesia. Neraca perdagangan yang

selalu defisit, ditambah lagi dengan terus melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika.

Melihat fakta kondisi Indonesia sebelum krisis dimana pembangunan

tidak merata yang kemudian diikuti dengan gejolak ekonomi dan politik, maka

pembangunan ekonomi pada masa awal reformasi dijalankan dijalankan

dengan kebijakan-kebijakan berikut :

1) Membangun ekonomi dengan sistem ekonomi kerakyatan untuk mencapai

kesejahteraan rakyat yang meningkat, merata, dan berkeadilan.

2) Mengembangkan ekonomi melalui otonomi daerah dan peran serta

masyarakat secara nyata dan konsisten.

Page 120: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 110

3) Menempatkan prinsip-prinsip efisiensi yang didukung peningkatan

kemampuan sumber daya manusia dan teknologi untuk memperkuat

landasan pembangunan berkelanjutan dan daya saing nasional yang tinggi.

4) Berorientasi pada perkembangan globalisasi ekonomi internasional dengan

tetap mengutamakan kepentingan ekonomi nasional.

5) Mengelola kondisi makro ekonomi dengan secara hati-hati, disiplin, dan

bertanggung jawab dalam rangka menghadapi ketidakpastian yang

meningkat akibat proses globalisasi.

6) Menyusun kebijakan ekonomi secara transparan dan bertanggung jawab,

baik dalam pengelolaan politik, pemerintah, maupun masyarakat.

7) Membangun sistem sumber daya alam, lingkungan hidup, dan sistem

sosial kemasyarakatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang

berkesinambungan.

b. Periode 2004-2009

Pada periode ini terjadi perubahan fundamental dalam perpolitikan,

dimana, peran MPR dipersempit dengan tidak lagi melakukan penyusunan

GBHN. Presiden bertugas membuat program kerja yang harus dilaksanakan

dengan baik dan dipertanggungjawabkan kepada publik. Karena sistem

pemilihan langsung dalam pemilihan presiden, maka kinerja presiden pada

masa kepemimpinan akan sangat menentukan terpilihnya kembali pada

periode selanjutnya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat Kabinet Indonesia

Bersatu dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang diarahkan

untuk :

1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kesejahteraan rakyat, dan

ketahanan budaya.

2) Meningkatkan pembangunan ekonomi dan membangun landasan

pembangunan berkelanjutan dalam rangka pengurangan pengangguran

dan kemiskinan.

3) Mendorong pembangunan daerah.

4) Mendorong supremasi hukum.

5) Memantapkan kehidupan politik serta memperkokoh persatuan dan

kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dari lima prioritas pembangunan di atas, ditujukan untuk mewujudkan

kondisi perekonomian yang didukung oleh sektor riil yang berdaya saing,

berdaya tahan, dan berkeadilan. Untuk sasaran tersebut, maka kebijakan

yang diambil adalah :

1) Meletakkan landasan perekonomian yang mengacu pada kepentingan

nasional yang mendorong mekanisme pasar dengan peran pemerintah

yang optimal dalam mewujudkan persaingan yang sehat.

2) Mengembangkan perekonomian yang berdaya saing tinggi dan berdaya

tahan melalui percepatan kebangkitan sektor riil dengan penggerak sektor

industri dan mewujudkan ketahanan pangan yang tangguh.

Page 121: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 111

3) Menjaga stabiitas moneter dan meningkatkan ketahanan sektor keuangan

yang mampu mengenali dan mencegah terjadinya krisis, serta mampu

mengendalikan dampak krisis yang terjadi.

4) Meningkatkan pemerataan pembangunan dan kesempatan berusaha yang

dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat, terutama bagi penduduk

yang kurang mampu, serta meletakkan landasan bagi terbentuknya sistem

jaminan sosial yang dapat menjamin peningkatan kesejahteraan

masyarakat sebagai tujuan akhir pembangunan.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Jelaskan beberapa permasalahan yang terjadi serta kebijakan pembangunan

yang pernah diambil dalam beberapa periode pemerintahan di Indonesia.

2. Jelaskan titik berat pembangunan yang dijalankan dari Repelita I sampai dengan

Repelita VI menuju tahap tinggal landas, dan bagaimana analisa anda mengenai

konsep tinggal landas tersebut.

3. Jelaskan permasalahan yang terjadi serta kebijakan pembangunan yang diambil

pasca krisis ekonomi.

D. Referensi

Hasan, Muhammad, Muhammad Azis. (2018). Pembangunan Ekonomi dan

Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan ke-1. Jakarta: Nur Lina.

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Page 122: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 112

PERTEMUAN XI

PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji definisi daerah dan pembangunan ekonomi daerah.

2. Mengkaji berbagai permasalahan pembangunan ekonomi daerah.

3. Mengkaji paradigma baru dalam pembangunan ekonomi daerah dan

membandingkannya dengan paradigma yang lama

4. Mengkaji berbagai strategi pembangunan ekonomi daerah.

5. Mengkaji daya saing ekonomi daerah dan faktor-faktor yang menentukannya.

6. Mengkaji dan menganalisa peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi

daerah.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 yang

kemudian diubah menjai Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, mengenai

otonomi daerah, maka pembangunan ekonomi mengalami perubahan dari

semula menganut sentralisasi menjadi desentralisasi. Dengan sistem

desentralisasi, daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan membangun

daerahnya masing-masing, termasuk pembangunan ekonominya. Daerah yang

dimaksud disini memiliki pengertian yang beraneka ragam bila dilihat dari

berbagai aspek seperti hukum, pemerintahan, keamanan, dan sebagainya.

Namun pengertian daerah bila ditinjau dari aspek ekonomi adalah :

a) Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana terdapat kegiatan ekonomi dan

di dalam pelosok-pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama.

Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapita,

sosial budaya, geografis, dan sebagainya. Daerah dengan ciri-ciri tersebut

dinamakan daerah homogen.

b) Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang apabila daerah tersebut

dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam

pengertian ini disebut daerah modal.

c) Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu

administrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan

sebagainya. Daerah disini didasarkan pada pembagian administratif suatu

negara. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah administrasi.

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses pengelolaan sumber

daya-sumber daya yang ada di daerah, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat

Page 123: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 113

daerah, dimana pemerintah dan sektor swasta bekerjasama dalam menyediakan

lapangan kerja untuk berjalannya kegiatan perekonomian di suatu daerah.

Setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda bila ditinjau dari

sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya alam maupun sumber daya

manusia. Demikian pula dengan struktur sosial yang memiliki kekhasan masing-

masing, membuat setiap daerah memiliki permasalahan yang berbeda dan

pengambilan kebijakan yang berbeda dalam pembangunan ekonominya.

Pembangunan daerah meliputi penyediaan lapangan-lapangan kerja,

pembangunan industri-industri baru, dan perbaikan kualitas tenaga kerja untuk

menghasilkan produk dan jasa bagi kebutuhan daerah.

Tujuan terpenting dalam pembangunan ekonomi daerah adalah

meningkatkan peluang kerja untuk masyarakat sehingga dapat membangun

perekonomian daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut maka potensi yang ada

harus dapat digunakan dengan seefisien mungkin, dan yang terpenting adalah

partisipasi aktif seluruh masyarakat yang didukung oleh pemerintah daerah.

3. Permasalahan dalam Pembangunan Ekonomi Daerah

a. Ketimpangan Pembangunan Sektor Industri

Ritme pembangunan sektor industri antara satu daerah dengan daerah

yang lain cenderung berbeda. Daerah dimana pembangunan sektor industri

berjalan pesat adalah daerah dimana ritme sektor industrinya relatif cepat,

sehingga menghasilkan pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi yang

tinggi. Sebaliknya, daerah tertentu dengan ritme sektor industrinya lamban,

akan menghambat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Hal inilah yang

membuat ketimpangan pembangunan sektor industri antara satu daerah

dengan daerah lainnya.

Industri manufaktur adalah satu industri yang menyumbang

pertambahan PDB, dimana sektor industri ini sangat potensial untuk

dikembangkan. Industri tersebut sangat berkembang di pulau Jawa dan

menaikkan pendapatan sekaligus pertumbuhan ekonomi daerah-daerah di

pulau Jawa. Sementara, di luar pulau Jawa, perkembangan sektor industri

tergolong lambat sehingga tidak menghasilkan sesuatu yang berarti untuk

menaikkan taraf hidup masyarakatnya.

Dengan demikian, ketimpangan antar daerah menjadi sangat terasa.

Daerah-daerah yang berada di luar pulau Jawa sebenarnya memiliki potensi

yang besar dalam mengembangkan industri manufaktur, karena tersedianya

bahan baku yang cukup untuk mengembangkan industri tersebut, dan letak

geografis yang cukup strategis karena berdekatan dengan negara tetangga

sebagai potensi pasar yang lain selain domestik.

Page 124: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 114

b. Investasi yang Kurang Merata

Menurut Harrod-Domar terdapat korelasi positif antara tingkat investasi

dengan laju pertumbuhan ekonomi, sehingga kurangnya investasi akan

menghambat laju pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Investasi yang

rendah berarti produktivitas daerah tersebut juga rendah karena keterbatasan

dana untuk pembangunan, seperti misalnya industri manufaktur.

Daerah-daerah di pulau Jawa, sekali lagi menjadi wilayah dengan

PMDN tertinggi yaitu hampir 66%, Sumatera 16,1%, dan selebihnya untuk

wilayah di luar pulau Jawa dan Sumatera. Sedangkan untuk investasi PMA

sebagian besar dinikmati oleh pulau Jawa yaitu 76%, dan Sumatera 12,4%.

Untuk daerah-daerah lain di luar Jawa dan Sumatera investasi hanya sekitar

kurang dari 5%. Sehingga informasi-informasi teknologi, manajemen, dan lain-

lain yang dibawa oleh pihak asing ke Indonesia bersamaan dengan

investasinya, hanya dirasakan oleh dunia usaha yang berada di pulau Jawa

(sumber data BPS diolah).

Investasi di daerah mengalami keterlambatan disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya adalah :

a) Kelanjutan permasalahan pada masa Orde Baru yang masih menganut

sentralisasi sehingga daerah-daerah tertentu masih belum siap dengan

sistem desentralisasi yang saat ini berlaku.

b) Kebijakan-kebijakan dan birokrasi-birokrasi yang cenderung menghambat

investasi itu sendiri.

c) Keterbatasan infrastruktur terutama daerah-daerah yang secara geografis

sulit untuk dijangkau.

d) Sumber daya manusia yang masih rendah dan belum siap untuk

membangun daerahnya.

c. Rendahnya Mobilitas Faktor Produksi

Mobilitas faktor produksi dalam hal ini tenaga kerja dan kapasitas antar

daerah sangat dipengaruhi oleh perbedaan tingkat pendapatan antar daerah.

Daerah dengan laju pertumbuhan ekonomi yang lamban akan mempengaruhi

mobilitas antar daerah, karena mekanisme pasar input dan output yang ada

akan menentukan mobilitas faktor produksi.

Menurut A. Lewis, jika perpindahan faktor produksi antar daerah tidak

ada hambatan, maka pada akhirnya pembangunan ekonomi antar daerah

yang optimal akan tercapai dan semua daerah akan menjadi lebih baik. Jadi,

mobilitas faktor produksi akan menyebabkan meratanya potensi antar daerah

sehingga tiap-tiap daerah dapat melakukan pembangunan. Hal tersebut yang

tidak terjadi di daerah-daerah di Indonesia karena faktor produksi yang

potensial hanya terpusat di Jawa.

Page 125: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 115

d. Perbedaan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam yang dimiliki daerah-daerah di Indonesia sebagai

modal awal pembangunan sangat besar dan potensial. Bila ditinjau dari

pemikiran klasik, dengan kondisi tersebut seharusnya kemajuan tiap-tiap

daerah akan tercapai, dengan asumsi bahwa daerah dengan sumber daya

alam yang kaya akan lebih maju dan makmur dibandingkan dengan daerah

yang miskin akan sumber daya alam.

Pemikiran tersebut tidak selamanya benar, karena sumber daya alam

hanya merupakan modal awal, selanjutnya harus dikembangkan dengan

teknologi yang baik dan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan

mengelola sumber daya alam tersebut,

Teknologi dan sumber daya manusia yang berkualitas pada akhirnya

akan mengabaikan sumber daya alam yang tersedia, seperti yang kita lihat di

negara-negara maju yang miskin sumber daya alam seperti Korea Selatan,

Jepang, dan Singapura.

e. Perbedaan Demografis

Permasalahan selanjutnya yang menyebabkan ketimpangan

pembangunan ekonomi antar daerah di Indonesia adalah kondisi geografis

yang berbeda-beda antar daerah. Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap

pendidikan, kesehatan, pertumbuhan jumlah penduduk dan aspek-aspek

sosial lainnya. Hal tersebut mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dari

sisi permintaan dan penawaran.

Dari sisi permintaan, dengan jumlah penduduk yang besar akan

meningkatkan permintaan pasar, yang berarti mendorong kegiatan

perekonomian. Penduduk yang banyak dengan pendidikan yang tinggi,

kesehatan yang baik, dan memiliki kompetensi yang tinggi akan mendorong

penawaran dan meningkatkan produktivitas. Artinya, jumlah penduduk yang

besar harus diimbangi dengan peningkatan dan pengelolaan sumber daya

manusia yang baik. Jika tidak,jumlah penduduk yang besar justru akan

menambah beban pemerintah daerah.

f. Kurang Lancarnya Perdagangan Antar Daerah

Ketimpangan ekonomi regional juga disebabkan oleh kurang lancarnya

perdagangan antar daerah. Tidak lancarnya perdagangan antar daerah lebih

disebabkan oleh terbatasnya komunikasi dan transportasi. Pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat terhambat karena tidak lancarnya

arus barang dan jasa di daerah tersebut, jika ditinjau dari sisi permintaan dan

penawaran.

Dari sisi permintaan, akibat tidak tersedianya barang dan jasa yang

dibutuhkan, maka kegiatan ekonomi komplementer dari barang dan jasa

tersebut akan mengalami penurunan, sehingga kegiatan perekonomian akan

menurun. Bila dilihat dari sisi penawaran, dengan terbatasnya barang dan

jasa sebagai faktor produksi yang dibutuhkan, akan menghambat kegiatan

Page 126: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 116

perekonomian dan perekonomian daerah tidak dapat mengalami

perkembangan.

4. Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Daerah

Proses pembangunan ekonomi daerah pada saat ini menjadi bahasan

yang sangat kompleks, dimana teori-teori yang ada belum mampu

menyelesaikan dan menganalisa kegiatan-kegiatan perekonomian dalam tingkat

regional. Untuk itu harus dibuat suatu rumusan baru yang merupakan sintesa

dari konsep-konsep yang pernah ada. Pendekatan tersebut diperlukan sebagai

kerangka pikir dalam merumuskan kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana

yang akan dibuat dalam konteks pembangunan ekonomi daerah.

Adapun konsep pembangunan daerah yang sudah lama menjadi kerangka

berpikir adalah :

a. Untuk membuka kesempatan kerja yang seluas-luasnya, maka semakin

banyak perusahaan berarti peluang kerja akan semakin besar.

b. Pengembangan sektor ekonomi menjadi hal yang mendasar dalam

pembangunan.

c. Pengalokasian aset berdasarkan pada penilaian keunggulan komparatif aset-

aset fisik.

d. Sumber daya pengetahuan didasarkan pada ketersediaan angkatan kerja.

Sedangkan paradigma baru dalam pembangunan ekonomi daerah lebih

melihat kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk menyediakan lapangan kerja

yang sesuai dengan kondisi penduduk daerah tersebut. Basis pembangunan

tidak lagi melihat sektor tapi pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru,

dan pengalokasian aset-aset didasarkan pada keunggulan kompetitif yang

berbasis kualitas lingkungan. Sumber daya pengetahuan merupakan pembangkit

pertumbuhan ekonomi daerah.

Mengenai pendekatan-pendekatan tersebut dapat dilhat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 11.1. Paradigma Pembangunan Ekonomi Daerah

KOMPONEN KONSEP LAMA

KONSEP BARU

Kesempatan Semakin banyak

perusahaan=

Perusahaan harus

mengembangkan pekerjaan yang

sesuai dengan kondisi penduduk

kerja

semakin banyak peluang

kerja

Basis

Pengembangan sektor

ekonomi

Pengembangan lembaga-

lembaga ekonomi baru

pembangunan

Aset-aset lokasi Keunggulan komparatif

didasarkan pada aset fisik Keunggulan kompetitif didasarkan

pada aset lingkunga

Sumber daya Ketersediaan angkatan kerja

Pengetahuan sebagai pembangkit

pengetahuan

ekonomi

Page 127: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 117

5. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Secara garis besar strategi pembangunan ekonomi daerah menurut

Arsyad (1999) dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :

a. Strategi Pengembangan Fisik

Pengembangan program perbaikan kondisi fisk/lokalitas daerah yang

ditujukan untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan yang

dilakukan oleh pemerintah daerah akan berpengaruh positif terhadap

pembangunan dunia usaha di daerah. Secara garis besar tujuan strategi

pembangunan fisik adalah untuk menciptakan indentitas daerah/kota,

memperbaiki pesona (amenity base) atau kualitas hidup masyarakat, dan

memperbaiki daya tarik pusat kota (civic center) dalam upaya memperbaiki

dunia usaha daerah. Untuk mencapai tujuan pembangunan fisik tersebut

diperlukan faktor-faktor pendukung, diantaranya :

1) Pembuatan bank tanah (land banking), dengan tujuan agar memiliki data

mengenai tanah yang kurang optimal penggunaannya, tanah yang belum

dikembangkan, tanah yang salah penggunaannya, dan sebagainya.

2) Pengendalian perencanaan pembangunan, dengan tujuan untuk

memperbaiki iklim investasi di daerah dan memperbaiki citra

pemerintahan daerah.

3) Penataan kota (townscaping), dengan tujuan untuk memperbaiki sarana

jalan, penataan pusat-pusat pertokoan dan penetapan standar fisik suatu

bangunan.

4) Pengaturan tata ruang (zoning) dengan baik untuk merangsang

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah.

5) Penyediaan perumahan dan pemukiman yang baik akan berpengaruh

positif terhadap dunia usaha, disamping menciptakan lapangan kerja.

6) Penyediaan infrastruktur seperti sarana air bersih, listrik, sarana parkir,

taman, tempat olahraga, dan sebagainya.

b. Strategi Pengembangan Dunia Usaha

Pengembangan dunia usaha menjadi komponen penentu dalam

pembangunan ekonomi daerah, karena inovasi, kreativitas, dan sesuatu yang

baru di dalam dunia usaha akan mendorong kegiatan perekonomian di daerah

yang kondusif. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan faktor-faktor

pendukung, yaitu :

1) Penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha dengan memberikan

kebijakan-kebijakan yang memberikan kemudahan dalam pengembangan

sektor usaha dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan.

2) Pemberian informasi yang transparan dan menyeluruh mengenai rencana

pembangunan ekonomi daerah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

perizinan dan kemudahan bagi dunia usaha untuk berhubungan dengan

birokrasi.

Page 128: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 118

3) Mendirikan pusat konsultasi yang memberikan bimbingan dan masukan

kepada usaha kecil untuk mendorong penyerapan tenaga kerja melalui

usaha kecil tersebut dan meningkatkan kewirausahaan.

4) Menjalin kerjasama antar pelaku bisnis untuk meningkatkan daya saing

terhadap produk impr dengan membuat sistem pemasaran bersama untuk

menghindari skala produksi yang tidak ekonomis.

5) Mendirikan lembaga penelitian dan pengembangan yang berfungsi

melakukan kajian mengani pengembangan produk baru, teknologi baru,

dan pencarian pasar produksi yang baru.

c. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan komponen terpenting dalam

pembangunan ekonomi, oleh karena itu pengembangan sumber daya

manusia menjadi hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas

sumber manusia dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain :

1) Memberikan pelatihan dengan menggunakan sistem customized training,

yaitu sistem pelatihan yang dirancang secara khusus untuk memenuhi

kebutuhan dan harapan para pemberi kerja.

2) Pendirian bank keahlian (skillbanks), yaitu bank informasi yang berisi data

tentang orang yang belum mempunyai pekerjaan di daerah dilengkapi

dengan keahlian dan latar belakang yang dimilikinya.

3) Penciptaan kondisi yang mendukung perkembangan lembaga-lembaga

pendidikan dan ketrampilan yang ada di daerah.

4) Pengembangan lembaga pelatihan khusus bagi penyandang cacat.

d. Strategi Pengembangan Masyarakat

Strategi pengembangan masyarakat adalah program yang bertujuan

untuk memberdayakan suatu kelompok masyarakat tertentu yang ada pada

suatu daerah. Program-program seperti ini berjalan dengan baik di beberapa

daerah di Indonesia akhir-akhir ini, karena ketidakmampuan kebijakan

ekonomi umum menyentuh golongan masyarakat tertentu.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk

pemberdayaan masyarakat tersebut, maka memberikan manfaat sosial yang

cukup terasa seperti pembuatan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi

kebutuhan hidup sekaligus memperoleh keuntungan dari usaha tersebut.

Proyek padat karya juga merupakan salah satu usaha pemerintah untuk

mengatasi pengangguran.

Page 129: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 119

e. Daya Saing Ekonomi Daerah

Dengan diberlakukannya sistem desentralisasi, maka setiap daerah

memiliki kewenangan sekaligus tanggung jawab untuk melaksanakan

pembangunan ekonominya masing-masing. Setiap daerah memiliki persoalan

yang berbeda-beda dalam rangka membangun perekonomian yang memiliki

daya saing dan efisien. Untuk itu kebijakan yang diambil oleh pemerintah

daerah tidak hanya sekedar pembangunan ekonomi daerah semata-mata,

namun lebih dari itu dapat membuat program-program yang memungkinkan

berjalannya pembangunan yang dapat menciptakan rasa keadilan

masyarakat, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama

membangun daerah, dan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945.

Pembangunan dengan sistem desentralisasi tersebut merupakan

pemenuhan aspirasi masyarakat seperti yang tertuang dalam UU Nomor 22

tahun 1999 yang diubah menjadi UU Nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi

daerah, dan UU Nomor 25 tahun 1999 yang diubah menjadi UU Nomor 33

tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Pemerintah kabupaten/kota diberikan kewenangan yang luas dalam

menentukan arah pembangunan ekonomi, sehingga partisipasi masyarakat

terbuka lebar untuk sebuah sistem yang demokratis. Karena peluang yang

terbuka lebar bagi seluruh lapisan masyarakat, maka birokrasi yang

digunakan harus berorientasi kepada pengembangan dunia usaha untuk

memaksimalkan potensi ekonomi yang ada.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk

mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, untuk itu peran birokrasi

dalam sistem pemerintahan sangat diperlukan agar jalur birokrasi dapat dibuat

seefektif dan seefisien mungkin, untuk membawa suatu daerah memiliki daya

saing yang tinggi dengan daerah lainnya.

Suatu masyarakat hanya dapat bertahan pada era globalisasi dimana

tingkat persaingan begitu tinggi, apabila memiliki daya saing yang tinggi. Daya

saing yang tinggi dengan persaingan yang sehat, berarti juga meningkatkan

potensi untuk aliansi, karena potensi aliansi pada dasarnya adalah merupakan

kemampuan daerah atau pesaing lain menjadi aliansi kekuatan bersama

(Halwani, 2002).

Daya saing internasional negara-negara di dunia yang dihitung dengan

indeks daya saing atas dasar sembilan karakteristik struktural ekonomi

diterbitkan oleh Global Competitive Report 2000, World Competitiveness

Report dan Institute for Management Development (IMD). Kesembilan

karakteristik struktural ekonomi tersebut adalah :

1) Keterbukaan terhadap perdagangan dan keuangan internasional.

2) Peran kebijakan fiskal dan regulasi pemerintah.

3) Birokrasi yang efisien.

4) Pembangunan pasar finansial.

Page 130: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 120

5) Kualitas infrastruktur.

6) Kualitas teknologi.

7) Kualitas manajemen bisnis.

8) Fleksibilitas pasar tenaga kerja dan pengembangan sumber daya manusia.

9) Kualitas kelembagaan hukum dan politik.

Faktor yang menentukan pembangunan suatu daerah terletak pada

empat karakteristik di atas yaitu kebijakan pemerintah, kualitas dan

pengembangan, serta birokrasi yang efisien. Kualitas kelembagaan dan

kemampuan nasional tidak hanya ditentukan oleh prestasi pada tingkat pusat

saja, namun prestasi masing-masing daerah turut menentukan kualitas

kelembagaan dan kemampuan nasional. Artinya, daya saing ekonomi daerah

tidak dapat dilihat dalam ukuran nasional yang berupa daya saing ekonomi

antar daerah, tetapi harus bersaing dalam ukuran internasional (Halwani,

2002).

Dengan demikian sentra-sentra ekonomi yang ada di daerah harus

memakai standar internasional agar mampu bersaing dengan negara-negara

lain. Oleh karena itu pemerintah daerah harus memiliki konsep yang jelas

mengenai arah pembangunan ekonomi daerah dengan didukung oleh seluruh

aparatur pemerintah dan masyarakat, kebijakan yang berorientasi

pembangunan, peningkatan kualitas sumber daya manusia,dan

pemberdayaan seluruh potensi perekonomian daerah untuk memiliki daya

saing yang tinggi pada era globalisasi seperti saat ini.

6. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi Daerah

a. Entrepreneur

Pemerintah daerah bertindak sebagai entrepreneur, artinya pemerintah

daerah bertanggung jawab menjalankan usaha bisnis di daerahnya. Dalam

menjalankan bisnis tersebut pemerintah daerah memiliki Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) atau dapat bermitra dengan pihak swasta, namun

pengawasan dan pengendalian tetap ada di tangan pemerintah daerah. Untuk

itu pemerintah daerah juga harus dapat memelihara aset-aset yang dimilikinya

dengan efisien dan bertanggung jawab sehingga dapat memberikan

keuntungan yang dapat digunakan untuk jalannya pembangunan di berbagai

sektor.

b. Koordinator

Selain sebagai entrepreneur, pemerintah daerah juga bertindaksebagai

koordinator dalam pembangunan ekonomi daerah, yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah dengan menetapkan

kebijakan-kebijakan yang berpihak pada rakyat berdasarkan data-data kondisi

perekonomian di daerah tersebut.

Pemerintah juga dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga, tokoh

masyarakat, dan pelaku usaha dalam membuat rencana-rencana dan strategi

Page 131: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 121

yang akan dijalankan dalam pembangunan di daerah. Pendekatan dengan

pihak-pihak tersebut dapat memperlancar keberlangsungan perekonomian

daerah dan memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh lapisan

masyarakat.

c. Fasilitator

Pemerintah daerah juga bertindak sebagai fasilitator, yang bertugas

mempercepat pembangunan melalui perbaikan perilaku masyarakat di

daerahnya. Hal tersebut sangat penting untuk mempercepat proses

pembangunan, prosedur perencanaan, dan pengaturan penetapan tata ruang

daerah (zoning) yang lebih baik.

d. Stimulator

Peran pemerintah daerah sebagai stimulator berarti pemerintah daerah

bertanggung jawab untuk merangsang dunia usaha, baik yang sudah ada

ataupun akan memasuki daerah tersebut. Untuk itu pemerintah daerah harus

mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengarah pada pertambahan dunia

usaha seperti pembangunan kawasan industri, mengadakan pameran-

pameran UKM, mendorong berdirinya UKM, dan memberikan brosur-brosur

untuk UKM.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Jelaskan mengenai definisi daerah dan pembangunan ekonomi daerah.

2. Sebutkan masalah-masalah yang ditemui dalam pembangunan ekonomi daerah

dan jelaskan mengenai penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut.

3. Jelaskan paradigma baru dalam beberapa komponen pembangunan ekonomi

daerah dan bandingkan dengan paradigma lama.

4. Sebutkan 4 (empat) strategi pembangunan daerah dan jelaskan masing-masing

strategi tersebut.

5. Jelaskan tentang daya saing ekonomi daerah dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

6. Jelaskan peran pemerintah daerah dalam pembangunan daerah dan menurut

anda sejauh mana pemerintah daerah di Indonesia menjalankan peran-peran

tersebut.

D. Referensi

Arsyad, Lincolin. (1999). Ekonomi Pembangunan. Edisi ke-4. Yogyakarta: STIE –

YKPN.

Halwani, R. Hendra. (2002). Ekonomi Internasional dan Globalisasi

Ekonomi.CetakanPertama.Indonesia:Ghalia.

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Page 132: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 122

PERTEMUAN XII

PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN INDUSTRI

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji peranan sektor pertanian dalam perekonomian.

2. Mengkaji kebijakan sektor pertanian dan pangan di Indonesia sejak masa Orde

Baru

3. Mengkaji pentingnya swasembada pangan dalam mendukung pembangunan.

4. Mengkaji modernisasi pertanian dengan sistem panca usaha tani.

5. Mengkaji jenis-jenis tanaman industri dan pola pngembangan tanaman industri

tersebut.

6. Mengkaji sejarah perkembangan industrialisasi di Indonesia.

7. Mengkaji dan menganalisa permasalahan-permasalahan industri di Indonesia.

8. Mengkaji pendekatan-pendekatan yang dapat dgunakan dalam menentukan

kebijakan industrialisasi.

9. Mengkaji peranan sektor industri dalam pembangunan.

B. Uraian Materi

1. Pembangunan Pertanian

a. Pendahuluan

Pembangunan pada sektor pertanian menjadi suatu keharusan bagi

negara-negara yang sedang berkembang, dimana memiliki jumlah penduduk

yang besar dan letak wilayah yang sangat luas. Indonesia adalah negara

dengan jumlah penduduk yang besar dan tersebar di berbagai propinsi,

dimana beras menjadi makanan pokok penduduk dan sebagian besar

penduduk bekerja pada sektor pertanian. Kebijakan sektor ini sudah dimulai

dari masa awal kemerdekaan berupa plan Mengatur Ekonomi yang diketuai

oleh Muhammad Hatta, sampai dengan era reformasi dengan Program

Pembangunan Nasional nya.

Seperti pada Rencana Kasimo yang menjadi prioritas pada saat itu

adalah penyediaan pangan, dimana swasembada pangan menjadi tujuan

utama yang hendak dicapai. Untuk mecapai swasembada pangan tersebut

bisa dengan program intensifikasi dengan penggunaan bibit unggul pertanian,

maupun ekstensifikasi yaitu dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur yang

terdapat di luar pulau Jawa.

Pembangunan pertanian yang terus berlangsung dari waktu ke waktu

sejak awal kemerdekaan sampai dengan saat ini, belum menunjukkan hasil

yang sesuai dengan harapan bangsa Indonesia. Hal tersebut dikarenakan

berbagai persoalan yang dihadapi oleh negara kita seperti situasi politik dan

keamanan yang mengalami pasang surut, ditambah kemampuan yang

Page 133: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 123

terbatas dari aspek sumber daya manusia yang ahli dalam bidang pertanian.

Ditambah lagi kurangnya minat para investor untuk ikut serta dalam

pembangunan pertanian.

Untuk itu perlu dikaji lebih dalam mengenai peran sektor pertanian

dalam perekonomian, kebijakan-kebijakan, serta konsep swasembada pangan

dan pentingnya modernisasi pada sektor pertanian.

b. Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian

Sebagian besar rakyat di negara-negara berkembang menjadikan

pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena mereka bertempat

tinggal di pedesaan, dimana pertanian menjadi satu-satunya sumber

penghidupan. Oleh karena itu dengan memperhatikan sektor pertanian, maka

menjadi usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan para

petani, yang berarti meningkatkan kesejahteraan sebagian besar rakyat

terutama di Indonesia.

Jika sektor pertanian sudah dapat dikembangkan sesuai dengan cita-

cita seluruh rakyat, maka kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dapat

terwujud. Usaha pemerintah tersebut diantaranya dengan menyediakan bibit-

bibit unggul yang dapat meningkatkan produksi pangan dan membeli hasil

produk dari para petani dengan harga yang tinggi. Harga yang tinggi bagi para

petani berarti meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan taraf

hidup, yang berarti juga taraf hidup nasional secara keseluruhan.

Dalam era globalisasi seperti saat ini, kemajuan teknologi menjadi suatu

hal yang tidak dapat diabaikan, begitu pula dalam sektor pertanian. Kemajuan

teknologi seperti penggunaan mesin modern untuk pertanian lebih banyak

digunakan oleh para petani kaya yang mempunyai perkebunan yang luas,

sedangkan para petani yang miskin tetap menggunakan sistem tradisional

yang berarti secara ekonomi belum dapat meningkatkan kesejahteraan

mereka.

Sebagian besar negara berkembang mengandalkan sektor pertanian

untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Para petani di pedesaan bekerja

tidak sekedar memenuhi kebutuhan mereka sendiri, namun juga kebutuhan

penduduk di perkotaan. Jika permintaan pasar penduduk perkotaan

bertambah, artinya produktivitas petani pun harus lebih ditingkatkan.

Di samping itu, sektor pertanian juga berperan dalam menyediakan input

berupa tenaga kerja yang diperlukan bagi sektor-sektor industri dan yang

lainnya. Sekitar 70% populasi sektor pertanian di pedesaan merupakan

sumber utama kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang terus meningkat di

perkotaan (Arsyad, 1999).

Sektor pertanian juga menjadi sumber utama untuk pertumbuhan

ekonomi modern. Untuk menggerakkan ekonomi modern aspek tabungan

menjadi sangat penting. Di negara-negara miskin, proporsi pendapatan

pertanian terhadap GNP mencapai 50%. Terlihat bahwa setengah dari produk

nasional disumbang oleh sektor lain di luar pertanian terutama industri dan

Page 134: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 124

perdagangan (barang dan jasa), dimana sektor-sektor tersebut memberikan

kontribusi terhadap jumlah tabungan yang nantinya akan digunakan untuk

investasi.

Di sisi lain, sektor pertanian berperan untuk menyediakan cadangan

devisa yang merupakan faktor produksi yang terpisah. Karena di negara-

negara sedang berkembang, sangat sedikit sekali yang menjadikan industri

manufaktur dan jasa-jasa sebagai penyumbang devisa pada awal

pertumbuhan ekonominya. Jadi, jika suatu negara kaya akan sumber mineral

yang dapat diolah, maka sektor pertanian harus menjadi kunci dalam

menyumbang devisa untuk mengimpor barang-barang modal yang belum

dapat diproduksi di dalam negeri dalam rangka mengembangkan sektor

lainnya.

Dengan demikian, petani di pedesaan sebenarnya dapat menjadi pasar

potensial bagi output sektor modern. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar

produk sektor modern hanya dibeli oleh penduduk perkotaan yang memiliki

penghasilan relatif besar. Sementara petani di pedesaan yang miskin sangat

sedikit sekali membeli hasil industri modern. Sebagian besar pendapatan

nasional yang terpusat di perkotaan menjadi penyebab kurang meratanya

kesejahteraan penduduk yang mengakibatkan daya beli yang juga tidak

merata.

Melihat kondisi tersebut, terlihat bahwa daya beli masyarakat di

pedesaan sangat rendah, bahkan untuk kebutuhan sandang yang diproduksi

perkotaan pun mereka tidak mempunyai kemampuan untuk membelinya. Jika

pemerataan pendapatan antara pedesaan dan perkotaan dapat diwujudkan,

maka pedesaan dapat menjadi sumber utama permintaan produk-produk

industri perkotaan yang jumlahnya besar. Dengan permintaan yang

bertambah, maka sektor industri perkotaan akan mengalami pertumbuhan

sejalan dengan bertambahnya permintaan, tanpa harus mencari pangsa pasar

luar negeri untuk memasarkan produknya.

Dari uraian tersebut, maka peranan sektor pertanian dalam

perekonomian adalah sebagai berikut :

1) Sektor pertanian merupakan sektor andalan untuk memenuhi kebutuhan

pangan penduduk, baik di pedesaan maupun perkotaan.

2) Sektor pertanian menjadi penyedia input tenaga kerja bagi sektor industri

dan modern lainnya di perkotaan.

3) Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar pendapatan nasional.

4) Sektor pertanian menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi modern,

karena merupakan sumber cadangan devisa bagi impor barang-barang

modal.

5) Para petani di pedesaan merupakan pasar yang potensial bagi produk-

produk industri di perkotaan.

c. Kebijakan Sektor Pertanian dan Pangan

Kebijakan pada sektor pertanian di masa awal Orde Baru yang

dituangkan dalam Repelita I, menekankan pada produksi dan konsumsi beras.

Page 135: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 125

Pada saat itu kebijakan beras identik dengan kebijakan pangan. Alat-alat

kebijakan masih sama dengan yang digunakan sebelumnya, perbedaannya

terletak pada perencanaan yang lebih baik, keahlian yang lebih berkembang,

dan konsistensi dalam pelaksanaan alat-alat kebijakan tersebut.

Indonesia mengalami pertumbuhan perekonomian yang tergolong pesat

pada tahun 1970-an, yang kemudian dihadapkan pada pilihan sulit dalam hal

kebijakan pangan, akibat konsekuensi keberhasilan kebijakan beras dan

pembangunan ekonomi. Akhirnya, pada Repelita III kebijakan swasembada

beras digantikan dengan kebijakan yang lebih luas yaitu swasembada di

bidang pangan.

Pada akhir tahun1976 Indonesia mencapai kenaikan produksi pangan,

terutama penghasilan perhektar dan pemasarannya. Harapan-harapan baru

mulai muncul dengan penggunaan teknologi bibit unggul dan pupuk, sehingga

swasembada beras dapat terealisasi pada tahun 1984. Setelah tercapai

swasembada beras laju pertumbuhan produksi semakin berkurang, maka

kemudian tujuan swasembada beras tersebut digantikan dengan

swasembada pangan dengan daerah luar pulau Jawa sebagai target

utamanya. Perubahan strategi ini memerlukan perubahan-perubahan sasaran

dalam bidang penelitian pangan, pola konsumsi, dan sistem pemasaran.

d. Swasembada Pangan dalam Pertanian

Sektor pertanian menjadi prioritas utama pada Pembangunan Jangka

Panjang I, dimana pertumbuhannnya mencapai 3,6% pertahun. Prestasi

paling menonjol adalah swasembada beras pada tahun 1984.

Sektor pertanian juga menjadi penyumbang Produk Doestik Bruto

dominan sampai dengan tahun 1990, kemudian digantikan oleh sektor industri

pengolahan. Keadaan tersebut sangat memperihatinkan, mengingat besarnya

proporsi tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian. Pada tahun 1992

seperdua lebih tenaga kerja yang ada diserap oleh sektor pertanian,

kemudian mengalami penurunan pada tahun 1999 dimana hanya hampir

seperdua dari jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor pertanian.

Lebih memprihatinkan adalah melihat kondisi sumber daya manusia yang

bekerja di sektor pertanian, dimana kualitas mereka relatif rendah dengan

produktivitas yang rendah pula, sehingga pendapatan yang diterimanyapun

sangat kecil.

Pada tahun 1999 jumlah tenaga kerja yang diserap sektor pertanian

turun 10,6% dibandingkan tahun 1992. Pada tahun 1992 jumlah tenaga kerja

pada sektor pertanian sekitar 53,60% dari keseluruhan tenaga kerja,

sedangkan tahun 1999 mengalami penurunan menjadi 38,4 juta tenaga kerja

atau 43,2% dari total tenaga kerja di Indonesia. Jika dibandingkan dengan

negara maju PDB pada sektor pertanian sangat jauh berbeda. Di negara kita,

sumbangan sektor pertanian terhadap PDB yang berlaku sekitar 19,5%,

artinya setiap 1% tenaga kerja hanya menyumbang sekitar 0,36% PDB.

Sedangkan di negara maju, sektor pertanian yang hanya mampu

menyerap 2% tenaga kerja mampu menyumbang 3% dari PDB. Hal ini

Page 136: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 126

menunjukkan bahwa di negara maju, setiap 1% tenaga kerja dapat

menyumbang 1,5% dari PDB, dimana jumlah tersebut berarti dua kali lipat dari

produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Swasembada pangan juga

mendorong pertumbuhan industri di luar sektor pertanian, di luar

sumbangannya terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja, dimana sektor

pertanian mampu menyediakan bahan baku industri dan bahan mentah.

Dengan tercapainya swasembada pangan, kesejahteraan petani

cenderung meningkat, diikuti dengan peningkatan kebutuhan terhadap

barang-barang kebutuhan rumah tangga yang lainnya dan alat-alat yang

diperlukan untuk industri pertanian. Swasembada pangan juga dapat

menahan goncangan krisis ekonomi dunia. Di suatu negara dimana

kebutuhan pangan dapat terpenuhi dengan baik, maka kualitas masyarakat

akan meningkat sehingga dapat menjamin stabilitas nasional.

e. Modernisasi Pertanian dengan Sistem Panca Usaha Tani

Kebijakan pangan yang sudah dilaksanakan pada saat Orde Lama

sekitar tahun 1952 dinamakan Program Kesejahteraan Nasional, yang

dilakukan dengan pendekatan penyuluhan dan percontohan. Indonesia dapat

mencapai swasembada beras sebelum tahun 1956, dimana penyuluhan yang

dilakukan adalah cara yang digunakan oleh pemerintah Belanda, dinamakan

oleh-oleh dengan menyebarluaskan cara bertani yang baik. Kemudian

disempurnakan dengan program bimbingan masyarakat, yang dimulai secara

resmi pertama kalinya pada tahun 1967-1968, pada saat pemerintah

melaksanakan intensifikasi terhadap 1 juta ha sawah dengan sistem panca

usaha.

Program yang dimulai pada tahun 1963 dengan mengadakan

penyuluhan peningkatan produksi padi di Kerawang dengan 100 ha sawah,

yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian UI (sekarang IPB)

memulai Program Bimas tersebut. Program ini sebagai kerangka organisasi

program intensifikasi produksi padi yang dilakukan secara intensif selama

jangka waktu 10 tahun pertama masa Orde Baru. Akhirnya tahun 1964,

program Bimas tersebut lebih diperluas lagi dan dikenal dengan Panca Usaha

Tani, yang berisi lima cara atau usaha menuju usaha tani yang lebih baik.

Kelima cara tersebut adalah :

1) Penggunaan dan pengendalian air yang lebih baik (perbaikan irigasi).

2) Penggunaan bibit pilihan (bibit unggul).

3) Penggunaan pupuk dan pestisida yang seimbang.

4) Teknologi cara bercocok tanam yang baik.

5) Koperasi yang kuat.

Dari panca usaha tani di atas, penggunaan bibit unggul sangat penting

untuk menghasilkan produk yang berkualitas, dimana pada tahun 1967-1968

ditemukan bibit unggul PB8 yang kemudian menjadi symbol pengenalan

sistem Bimas. Dengan penggunaan bibit unggul tersebut, negara-negara di

Asia Tenggara mampu menaikkan produksi sekitar 50% dengan sistem irigasi

Page 137: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 127

yang baik dan penggunaan pestisida yang seimbang. Penemuan tersebut

menjadi awal revolusi hijau di Indonesia.

Penemuan-penemuan di bidang pertanian di masa lalu tetap menjadi

landasan kebijakan-kebijakan pada masa Orde Baru, dengan pengembangan

dan penyempurnaan yang terus dilakukan.

f. Pembangunan Tanaman Industri

Tanaman industri menjadi penyumbang utama dalam menghasilkan

devisa yang didapat dari sektor pertanian. Hasil-hasil perkebunan menjadi

komoditas utama ekspor Indonesia. Hasil-hasil perkebunan tersebut

diantaranya teh, kopi, tembakau, kelapa sawit, dan karet, dan lain sebagainya,

dimana karet, kopi, kakao, dan cengkeh merupakan penghasil devisa utama.

Pengembangan tanaman industri dilakukan dengan empat pola yaitu :

1) Pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR).

2) Pola Unit Pelaksanaan Pengembangan (UPP).

3) Pola Swadaya.

4) Pola Perusahaan Perkebunan Besar.

Pola PIR dimaksudkan untuk mewujudkan keterpaduan usaha antara

perkebunan rakyat sebagai plasma dan perkebunan besar sebagai inti, dalam

suatu sistem peengelolaan yang menangani seluruh krangkaian kegiatan

agribisnis. Pelaksanaannya dilakukan dengan memanfaatkan perkebunan

besar untuk mengembangkan perkebunan rakyat pada areal bukan baru.

Pola UPP adalah pola pengembangan dengan pendekatan

terkonsentrasi pada lokasi tertentu, yang menangani keseluruhan rangkaian

proses agribisnis. Pelaksanaan pola UPP ini ditempuh melalui pengembangan

perkebunan rakyat oleh suatu unit organisasi proyek yang beroperasi di lokasi

perkebunan yang sudah ada.

Pola swadaya ditujukan untuk mengembangkan swadaya masyarakat

petani perkebun yang sudah ada di luar wilayah kerja PIR dan UPP.

Pola perkebunan besar diarahkan untuk meningkatkan peranan

pengusaha besar, berupa BUMN/BUMD, perusahaan swasta nasional

maupun swasta asing.

2. Pembangunan Industri

a. Pendahuluan

Istilah industri dalam ekonomi dapat diartikan sebagai proses

pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.

Proses pengolahan dimaksud dapat dilakukan secara manual, elektronik,

ataupun menggunakan mesin. Industri dapat diartikan pula sebagai himpunan

usaha-usaha yang sejenis yang diikuti oleh kata dibelakangnya untuk

menerangkan jenis usaha dimaksud. Misalnya industri obat-obatan, industri

pengolahan kayu, industri tekstil, dan sebagainya.

Page 138: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 128

Teknologi di dalam industrialisasi adalah suatu nilai tambah yang dapat

meningkatkan produktivitas dan efisiensi melalui perbaikan cara berproduksi.

Industri yang berjalan dengan penggunaan teknologi yang baik akan

meningkatkan keuntungan, yang berarti memungkinkan investasi baru dan

penyerapan tenaga kerja. Bila proses ini dapat berjalan, maka berpengaruh

terhadap kenaikan GDP dan GNP, yang artinya pertumbuhan ekonomi sesuai

dengan harapan.

Di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dimana

perekonomiannya masih agraris, harus diupayakan transformasi menuju

industrialisasi yang dapat mendukung sektor pertanian. Sektor industri

merupakan sektor yang menentukan suatu negara untuk menuju sistem

perekonomian modern. Indonesia diharapkan dapat menuju kea rah tersebut

dengan mengupayakan perkembangan di bidang agroindustri.

Perkembangan sektor industri harus sejalan dengan sektor-sektor

lainnya terutama sektor pertanian, khususnya di negara-negara sedang

berkembang. Sektor pertanian yang maju akan mendukung sektor industri

dengan penambahan cadangan devisa penyediaan bahan baku industri,

disamping sebagai pasar potensial pemasaran produk-produk industri.

Dengan demikian kebijakan pemerintah dalam meningkatkan sektor

industri harus mendukung berjalannya sektor-sektor lain terutama sektor

pertanian.

b. Sejarah Industri di Indonesia

Pada tahun 1920 industri modern di Indonesia masih tergolong sedikit

dan dimiliki oleh orang asing. Industri kecil pada saat itu adalah industri rumah

tangga seperti penggilingan padi, pembuatan gula merah, rokok kretek,

kerajinan tekstil, dan sebagainya.

Perusahaan modern yang besar pada masa itu hanya dua yaitu pabrik

rokok milik British American Tobacco (BAT) dan perakitan kendaraan

bermotor General Motor Car Assembly. Depresi ekonomi dunia yang juga

dialami Indonesia pada tahun 1930-an mengakibatkan menurunnya

penerimaan ekspor, semula 1.448 gulden menjadi 505 gulden pada tahun

1929. Hal tersebut mengakibatkan pengangguran.

Kemudian pemerintah Belanda mengubah pola kebijakan ekonomi dari

sektor perkebunan ke sektor industri, dengan memberikan kemudahan-

kemudahan dalam pemberian izin dan fasilitas bagi berdirinya industri baru.

Menurut data sensus industri pada tahun 1939, industri yang pada saat itu

mempekerjakan sekitar 173 ribu orang semuanya milik orang asing. Industri

tersebut adalah industri pengolahan makanan, tekstil, dan barang-barang

logam. Saat itu sumber dan struktur investasi belum terkoordinasi dengan

baik, pada tahun 1937 investasi di Indonesia sekitar US$ 2.264 juta. Dari

jumlah tersebut Belanda memiliki sekitar 63% dari investasi, Inggris 14%, Cina

11%, dan Amerika 7%.

Pada saat Perang Dunia II kondisi industri di Indonesia membaik,

namun keadaan berubah setelah pendudukan jepang. Hal tersebut

Page 139: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 129

diakibatkan larangan impor bahan mentah, diangkutnya barang-barang capital

ke Jepang, dan sistem romusha yang diberlakukan oleh jepang. Dengan

keadaan tersebut investasi asing menjadi nihil.

Setelah masa kemerdekaan, Indonesia mulai mencoba untuk

menawarkan investasi meskipun masih belum serius. Pada tahun 1951

pemerintah mengeluarkan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian) yang

bertujuan menumbuhkan dan mendorong industri-industri kecil pribumi, dan

memberlakukan pembatasan-pembatasan untuk industri besar atau modern

yang banyak dimiliki oleh orang Eropa dan Cina.

Kebijakan tersebut menyebabkan investasi asing berkurang, namun

industri pribumi mulai berkembang walaupun sedikit. Dengan situasi tersebut,

pemerintah membuat kebijakan yang menitikberatkan pengembangan industri-

industri yang dijalankan dan dimiliki oleh pemerintah. Sesudah tahun 1957

sektor industri mengalami stagnasi, sampai dengan tahun 1960-an belum juga

mengalami perkembangan. Kondisi politik turut memperparah keadaan,

disamping kurangnya tenaga kerja yang ahli dan modal. Saat itu Indonesia

benar-benar mengalami masa sulit dengan inflasi yang begitu besar dan PDB

yang terus menurun. Sektor industri berjumlah kurang dari 10% dengan

pengangguran yang makin meningkat. Sektor industri pada saat itu didominasi

oleh industri-industri berat seperti Pabrik Baja Cilegon dan Pabrik Super-

Fosfat di Cilacap.

Keadaan tersebut diwariskan kepada pemerintahan Orde Baru yang

kemudian mengubah pola kebijakan semula ekonomi tertutup, mulai

membuka diri terhadap investor asing untuk menanamkan modalnya di

Indonesia. Dengan diberlakukannya Undang-undang penanaman modal (PMA

tahun 1967 dan PMDN tahun 1968) mulai membangkitkan sektor industri.

Tahun 1978 sektor industri menyumbang 10% terhadap PDB. Keadaan

tersebut terus berlangsung selama PJP I, sampai krisis ekonomi yang mulai

melanda tahun 1997.

Akibat krisis ekonomi, hampir semua jenis industri di Indonesia

mengalami kemunduran bahkan kebangkrutan. Termasuk perusahaan-

perusahaan perkebunan juga mengalami hal yang sama, kecuali perkebunan

kelapa sawit, teh, dan tembakau. Luas tanaman dan produksi karet pada

tahun 1999 menurun 1,13% dan 8,03%.

3. Permasalahan Industrialisasi di Indonesia

Indonesia negara sedang berkembang terbesar ketiga setelah India dan

Cina bila dilihat dari jumlah penduduk. Namun pada sektor industri Indonesia

masih harus berjuang untuk mencapai kemajuan. Salah satu indikator kemajuan

industri adalah sumbangan sektor tersebut terhadap GDP, dimana sektor industri

Indonesia memberikan sumbangan relatif kecil terhadap GDP. Dalam hal ini

Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara utama di Asia. Indikator

lain terhadap kemajuan industri adalah nilai tambah yang dihasilkan sektor

tersebut dan nilai tambah perkapita.

Page 140: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 130

Ditinjau dari segi ukuran sektor industri di Indonesia masih tergolong kecil,

bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara seperti Hongkong, Singapura,

dan Taiwan. Dilihat dari perkapita nilai tambah sektor industri Indonesia termasuk

yang paling rendah di Asia. Indikator lain yang dapat diukur adlah produksi listrik

perkapita dan persentase produksi listrik yang digunakan oleh sektor industri. Di

Indonesia dengan produksi listrik perkapita rendah, hanya sebagian kecil saja

yang digunakan oleh dunia industri.

Keadaan industrialisasi di Indonesia selama tahun 1950-an dan 1960-an

sangat tidak menggembirakan akibat situasi politik yang tidak menguntungkan.

Kebijakan sektor industri pada awal tahun 1960-an juga tidak mendorong sektor

industri karena lebih mencerminkan etatisme. Permasalahan lain tidak

berkembangnya sektor industri adalah kelangkaan modal dan tenaga kerja yang

ahli di bidangnya.

Indonesia baru mengalami perkembangan di sektor industri setelah PJP I

terlihat dari pertambahan jumlah unit usaha, sumbangan devisa dan kontribusi

PDB, serta tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sampai terjadinya

krisis ekonomi pada tahun 1998.

4. Kebijakan Industrialisasi

Pemerintah Orde Baru mulai mendobrak kebjakan di sektor industri dengan

tiga aspek kebijakan ekonomi yang menumbuhkan iklim lebih baik bagi

perkembangan sektor industri. Tiga aspek kebijakan ekonomi tersebut adalah :

a. Dirombaknya sistem devisa, sehingga transaksi luar negeri menjadi lebih

bebas dan sederhana.

b. Dikuranginya fasilitas-fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan

negara, dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor

swasta bersama-sama dengan sektor modern.

c. Diberlakukannya Undang-undang Penanaman Modal Asing.

Dengan diberlakukannya kebijakan tersebut pada tahun 1970 industri-

industri utama sektor modern mengalami peningkatan yang cukup pesat. Sektor

industri mengalami peningkatan terhadap GDP dari semula 9% menjadi 12%

pada tahun 1977, yang dibarengi menurunnya sumbangan sektor pertanian

terhadap GDP.

Kebijakan industrialisasi dalam pelaksanaannya dilandasi oleh empat

komponen (Dumairy, 1996) yaitu :

a. Keunggulan komparatif

Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan komparatif akan

mengembangkan sub sektor atau jenis-jenis industri yang memiliki

keunggulan komparatif.

b. Keterkaitan industri

Negara-negara yang menggunakan keterkaitan industri akan

lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang industri

Page 141: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 131

yang paling luas mengait pengembangan bidang-bidang atau

sektor-sektor ekonomi lain.

c. Penciptaan kesempatan kerja

Dengan landasan penciptaan kesempatan kerja, negara-negara

yang menganut teori ini akan memprioritaskan pada

pengembangan industri-industri yang paling banyak menyerap

tenaga kerja. Jenis indsutri yang dimajukan biasanya adalah

industri padat karya dan usaha kecil.

d. Loncatan teknologi

Negara-negara yang menganut teori ini sangat percaya bahwa industri-

industri yang menggunakan teknologi tinggi akan memberikan nilai tambah

yang sangat besar, diiringi dengan kemajuan bagi teknologi sektor industri

dan sektor-sektor lainnya.

5. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan

Peran sektor industri dalam pembangunan adalah sebagai nilai tambah

bagi faktor-faktor produksi. Peranan sektor industri dalam pembangunan

dilakukan dengan dua pendekatan yaitu strategi industri substitusi impor dan

strategi industri promosi ekspor.

Strategi industri substitusi impor adalah strategi industrialisasi yang

mengutamakan berbagai jenis industri yang menghasilkan barang-barang

substitusi barang-barang impor produk sejenis. Sedangkan strategi industri

promosi ekspor adalah strategi inddustrialisasi yang mengutamakan

pengembangan berbagai jenis industri yang menghasilkan produk-produk untuk

diekspor.

Sektor industri merupakan sektor utama di Indonesia setelah sektor

pertanian. Sektor ini dapat menjadi leading sector sejak tahun 1991 mengungguli

sektor pertanian dalam menyumbang PDB. Pada tahun 1999 sektor industri

menyumbang 25,8% dari pembentukan PDB, sementara sektor pertanian hanya

sekitar 19,4%, dan sektor non migas 23,3%.

Di Indonesia sektor industri dibagi ke dalam empat kelompok yaitu industri

besar, industri menengah, industri kecil, dan industri rumah tangga.

Pengelompokan tersebut dengan melihat jumlah tenaga kerja yang terlibat, tanpa

memperhatikan teknologi yang digunakan.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Jelaskan peranan sektor pertanian dalam perekonomian.

2. Sebutkan dan jelaskan kebijakan sektor pertanian dan pangan di Indonesia sejak

masa Orde Baru.

3. Jelaskan pentingnya swasembada pangan dalam mendukung pembangunan.

4. Jelaskan modernisasi pertanian dengan program panca usaha tani.

5. Sebutkan jenis-jenis tanaman industri yang merupakan pendukung utama sektor

pertanian dan jelaskan 4 (empat) pola pengembangan tanaman industri tersebut.

Page 142: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 132

6. Jelaskan secara singkat sejarah sektor industri di Indonesia sejak masa

penjajahan Belanda sampai dengan masa krisis ekonomi.

7. Jelaskan permasalahan industri yang pernah ada di Indonesia dan menurut anda

bagaimana permasalahan tersebut dapat terjadi.

8. Sebutkan dan jelaskan 4 (empat) pendekatan yang dapat digunakan oleh suatu

negara dalam menentukan kebijakan industrialisasi.

9. Jelaskan peranan sektor industri dalam pembangunan di Indonesia.

D. Referensi

Hasan, Muhammad, Muhammad Azis. (2018). Pembangunan Ekonomi dan

Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan ke-1. Jakarta: Nur Lina.

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung:

Alfabeta.

Page 143: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 133

PERTEMUAN XIII

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN EKONOMI

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji dan menganalisa peranan kecukupan modal sebagai aspek penting

dalam pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang

2. Mengkaji sumber-sumber pembiayaan pembangunan baik dari dalam negeri

maupun luar negeri.

3. Mengkaji struktur pembiayaan pembangunan di Indonesia.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi di suatu negara

adalah tersedianya kecukupan modal. Modal memegang peranan untuk

memastikan berjalannya suatu proses pembangunan dari segi pembiayaan.

Setiap negara memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam hal penyediaan

modal.

Di negara-negara berkembang, penanaman modal menjadi suatu

permasalahan tersendiri karena tingkat kemakmuran masyarakat yang masih

relatif rendah. Sebagai implikasi dari rendahnya kesejahteraan masyarakat,

maka kemampuan masyarakat untuk menabung sangat kurang, begitu pula

dengan kemampuan membayar pajak. Untuk itu diperlukan berbagai upaya dari

negara-negara berkembang untuk memperoleh dana yang mencukupi untuk

berjalannya kegiatan pembangunan.

Dengan berjalannya waktu banyak negara-negara berkembang merubah

pandangan mereka terhadap pembangunan itu sendiri, dimana modal bukanlah

satu-satunya faktor yang menentukan pembangunan. Faktor lain yang tidak

kalah penting diantaranya tenaga kerja yang terampil dan ahli di bidangnya,

ketersediaan dan kemampuan dalam menggunakan teknologi, situasi politik yang

stabil, struktur pemerintahan yang mendukung, dan dukungan masyarakat.

Kesemuanya tidak dapat diabaikan untuk menciptakan pembangunan ekonomi.

Namun dari semua faktor-faktor tersebut, peranan modal sebagai faktor

yang berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya harus diyakini. Untuk

mewujudkan tenaga ahli yang terampil, teknologi yang modern, dan sistem

pemerintahan yang baik, maka faktor modal dapat menjadi sebab terwujudnya

faktor-faktor yang lain.

Modal yang digunakan untuk pembangunan ekonomi dibedakan menjadi

modal yang diperoleh dari dalam negeri dan modal yang diperoleh dari luar

negeri. Pengerahan modal dalam negeri diperoleh dari tabungan sukarela

masyarakat, tabungan pemerintah, dan tabungan paksa. Sedangkan pengerahan

Page 144: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 134

modal dari luar negeri diperoleh dari bantuan luar negeri, pinjaman luar negeri,

dan penanaman modal asing.

Kebanyakan negara berkembang mengalami kesulitan dalam pengerahan

modal dalam negeri, oleh karena itu negara berkembang banyak mengandalkan

pengerahan modah luar negeri. Modal yang berasal dari luar negeri bersumber

dari pemerintah negara asing, badan-badan internasional, dan pihak swasta.

Selain dapat mencegah inflasi dan mencapai tingkat pertumbuhan tertentu,

pengerahan modal luar negeri mendatangkan manfaat bagi negara berkembang

berupa transfer teknologi dari negara lain, dan tenaga ahli yang kompeten untuk

mendukung berjalannya pembangunan.

Selain manfaat yang didapatkan dari pengerahan modal luar negeri,

penggunaan modal asing akan menimbulkan masalah tersendiri bagi negara-

negara berkembang , yaitu ketidakmampuan membayar kembali pinjaman atau

debt-servicing problem. Banyak negara berkembang mengalami masalah

membayar pokok utang sekaligus bunga dari pinjaman luar negeri tersebut.

2. Sumber-sumber Pembiayaan Pembangunan

a. Tabungan Sukarela Masyarakat

Untuk mempercepat lajunya pembangunan harus tersedia modal yang

cukup. Salah satu upaya pengerahan modal yang bersumber dari dalam

negeri adalah dengan menaikkan tingkat tabungan masyarakat. Tabungan

sukarela masyarakat adalah bagian dari pendapatan masyarakat yang tidak

digunakan untuk kegiatan konsumsi dan dapat menambah jumlah tabungan.

Bagian dari pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk

kegiatan konsumsi biasanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain seperti

disimpan di rumah dan tidak digunakan, disimpan di lembaga-lembaga

perbankan, dipinjamkan kepada anggota keluarga atau pihak lain, atau

digunakan untuk usaha produktif maupun tidak produktif. Keputusan

masyarakat dalam menggunakan bagian pendapatan yang tidak digunakan

untuk konsumsi tersebut akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi

secara keseluruhan.

Dana masyarakat baik yang disimpan secara tunai maupun di lembaga-

lembaga keuangan baru akan memberikan sumbangan terhadap

pembangunan ekonomi apabila digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang

produktif. Misalnya anggota masyarakat meminjamkan uang kepada

kerabatnya, maka dana yang dipinjamkan tersebut akan memberikan

pengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi bila si peminjam dapat

menggunakannya untuk usaha-usaha produktif berupa barang dan jasa yang

dapat dinikmati oleh masyarakat. Demikian pula dengan lembaga perbankan

yang menerima dan mengelola tabungan masyarakat, harus dapat

menyalurkan dananya secara selektif baik kepada individu maupun

pengusaha yang ingin melakukan usaha yang produktif.

Tingkat tabungan sukarela masyarakat di suatu negara sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan perkapita . Pendapat perkapita memiliki

Page 145: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 135

korelasi positif terhadap tingkat tabungan sukarela masyarakat, dimana

semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita akan menaikkan tingkat

tabungan sukarela masyarakat, demikian pula sebaliknya. Namun dari data di

beberapa negara dengan tingkat pendapatan yang sama, ternyata tingkat

tabungan masyarakatnya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan

perkapita bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan tingkat tabungan

masyarakat.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat tabungan masyarakat

adalah distribusi pendapatan masyarakat, besarnya keuntungan sektor

perusahaan, dan perkembangan institusi keuangan. Ketiga faktor tersebut

juga mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat.

Di negara-negara berkembang dimana distribusi pendapatannya tidak

merata, pendapatan perkapita sangat dipengaruhi oleh segolongan

masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi. Oleh karena itu, tingkat

tabungan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pendapatan yang diperoleh

golongan minoritas tersebut. Semakin besar pendapatan golongan tersebut,

maka tingkat tabungan masyarakat akan mengalami kenaikan. Sektor

perusahaan juga berpengaruh terhadap tingkat tabungan masyarakat ,

dimana semakin besar surplus yang diperoleh sektor usaha maka makin

besar jumlah yang dapat ditabung. Semakin baik perkembangan institusi

keuangan di suatu negara, maka minat masyarakat untuk menabung akan

semakin tinggi, yang berarti akan meningkatkan tabungan masyarakat.

Dari uraian tersebut, dapat terlihat bahwa tingkat tabungan sukarela

masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

1) Tingkat pendapatan perkapita masyarakat.

2) Corak distribusi pendapatan di suatu negara.

3) Tingkat surplus sektor usaha modern.

4) Perkembangan institusi keuangan.

Tabungan sukarela masyarakat juga akan dipengaruhi oleh individu-

individu di masyarakat, yaitu dilihat dari kemampuan menabung (ability to

save) dan keinginan menabung (willingness to save). Kemampuan menabung

adalah potensi yang ada di masyarakat untuk mengerahkan tabungan dalam

negeri. Kemampuan menabung dapat dilihat dari faktor-faktor yang sudah

disebutkan seperti tingkat pendapatan perkapita, corak distribusi pendapatan,

tingkat surplus sektor usaha, dan perkembangan institusi keuangan.

Sedangkan keinginan menabung adalah kemauan yang ada pada diri

individu-individu di masyarakat untuk menabung dari bagian pendapatannya,

yang benar-benar diwujudkan dalam bentuk tabungan masyarakat.

Jadi, kemampuan untuk menabung tidak selalu sejalan dengan

keinginan untuk menabung. Apabila terjadi keinginan untuk menabung lebih

rendah dari kemampuan untuk menabung, harus ditempuh kebijakan dan

upaya-upaya yang dapat mengerahkan dana masyarakat untuk direalisasikan

dalam bentuk tabungan masyarakat.

Page 146: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 136

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menaikkan tingkat tabungan

masyarakat diantaranya :

1) Mengoptimalkan peranan pasar modal dan pengumpul dana lain.

Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat tabungan msyarakat di

negara-negara berkembang masih rendah adalah kurang optimalnya

peranan lembaga-lembaga keuangan untuk mngerahkan dana yang ada di

masyarakat agar ditabung. Sebagian masyarakat lebuh memilih

menggunakan pendapatannya untuk hal-hal yang tidak produktif dan

konsumsi barang-barang mewah.

Salah satu lembaga keuangan yang masih belum optimal memainkan

peranannya adalah pasar modal. Pasar modal seyogyanya dapat menjadi

alternatif bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana untuk membeli

saham-saham perusahaan yang potensial. Pembelian saham merupakan

bentuk partisipasi masyarakat dalam mengerakkan sektor usaha, dan

menjanjikan keuntungan bagi masyarakat dalam jangka panjang bila

menanamkan saham di perusahaan yang memiliki kinerja baik.

Keberadaan pasar modal di negara-negara berkembang belum dapat

berfungsi dengan baik karena terbatasnya perusahaan-perusahaan yang

bergerak di sektor modern untuk menjual saham-sahamnya melalui pasar

modal. Penjualan saham hanya terbatas pada kelompok masyarakat

tertentu yang memiliki relasi dengan pemilik perusahaan, sehingga

masyarakat tidak dapat berpartisipasi menanamkan modalnya. Untuk itu

diperlukan upaya menggerakkan pasar modal agar dapat meningkatkan

penawaran saham kepada masyarakat luas.

2) Meningkatkan peranan bank komersial.

Di negara-negara berkembang fungsi pasar modal dan pengumpul

dana yang lain masih belum optimal, oleh karena itu bank komersial lebih

memainkan peran dalam rangka mengumpulkan dana masyarakat. Bank

komersial mengumpulkan dan dari masyarakat , baik individu-individu

maupun perusahaan yang memiliki kelebihan dana. Kemudian dana yang

dikumpulkan tersebut dapat dipinjamkan kepada anggota masyarakat yang

ingin memulai usaha, atau diinvestasikan kembali melalui saham-saham

perusahaan.

Sebagai institusi keuangan yang paling berperan dalam

pengumpulan dana masyarakat, maka peranan bank komersial harus terus

ditingkatkan. Fungsi utama bank komersial sebagai penyedia modal kerja

bagi industri-industri harus lebih ditingkatkan, terutama industri modern.

Untuk itu bank komersial diharapkan dapat menyalurkan dana dalam

bentuk penanaman modal jangka panjang, dimana sektor-sektor industri

yang menjadi prioritas ditentukan oleh pemerintah.

Page 147: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 137

3) Menjaga stabilitas perekonomian.

Salah satu upaya untuk menaikkan minat masyarakat untuk

menabung adalah dengan menjaga stabilitas perekonomian. Stabilitas

perekonomian akan membuat masyarakat menaruh kepercayaan kepada

lembaga-lembaga keuangan, karena dengan stabilnya perekonomian

berarti uang masyarakat yang diinvestasikan dalam bentuk tabungan atau

saham dapat dimanfaatkan oleh sektor-sektor usaha dengan baik,

sehingga keuntungan yang nantinya diperoleh sesuai dengan harapan

masyarakat.

Pada saat kondisi perekonomian tidak stabil,minat masyarakat untuk

menabung akan turun, karena pada saat yang sama terjadi kenaikan

harga-harga barang investasi seperti tanah, rumah, perhiasan, dan

sebagainya. Pada kondisi demikian, masyarakat lebih berminat membeli

barang-barang tersebut yang nilainya diperkirakan mengalami kenaikan

dalam jangka waktu panjang. Dengan demikian, menjaga stabilitas

perekonomian sangat penting dalam upaya meningkatkan minat

masyarakat untuk menabung.

4) Pengawasan konsumsi barang-barang mewah.

Kebijakan yang dapat diambil untuk menaikkan tingkat tabungan

masyarakat adalah dengan melakukan pengawasan terhadap konsumsi

barang-barang mewah (conspicuous consumption). Di negara-negara

berkembang, segolongan kecil masyarakat memiliki kekayaan yang

diharapkan dapat menaikkan tabungan masyarakat. Gaya hidup yang

berkembang di golongan masyarakat tersebut biasanya mengikuti gaya

hidup di negara-negara maju, salah satunya dengan membeli barang-

barang mewah. Untuk itu pemerintah harus berupaya mendorong minat

golongan masyarakat tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam

pembangunan, dan mengurangi konsumsi barang-barang yang tidak

produktif.

b. Tabungan Pemerintah

Tabungan pemerintah adalah selisih antara pendapatan pemerintah

dari sumber-sumber penerimaan yang ada dengan pengeluaran rutin

pemerintah. Di Indonesia sumber utama pemerintah adalah dari sektor

perpajakan. Tabungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk membiayai

investasi. Kesenjangan yang terjadi antara investasi dengan jumlah tabungan

yang ada memaksa pemerintah untuk mendapatkan modal dari pihak asing.

Di Indonesia, pemerintah pusat pada awalnya masih dapat membiayai

investasi pembangunan dari tabungan yang ada, namun setelah peristiwa

krisis yang terjadi pada tahun 1997, pemerintah selalu mengalami defisit untuk

membiayai investasinya. Dari kondisi defisit yang dialami pada saat setelah

Page 148: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 138

krisis, memaksa pemerintah untuk melakukan kebijakan privatisasi BUMN,

bahkan sebagian BUMN yang ada diswastakan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam mengatasi

defisit adalah dengan melakukan penghematan dalam berbagai sektor yang

menjadi pengeluaran rutin. Diantaranya adalah dengan mengurangi subsidi

kepada perusahaan-perusahaan milik pemerintah sendiri, bahkan perusahaan

yang vital seperti perusahaan listrik, air minum, dan kereta api. Di samping itu,

pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya kurang penting dikurangi seperti

pembangunan perkantoran mewah dan sektor pertahanan.

Kebijakan penghematan pengeluaran pemerintah tersebut harus

dihentikan pada satu titik tertentu, karena jika tidak malah dapat menghambat

lajunya pembangunan itu sendiri. Pada dasarnya, kebijakan penghematan

tidak terlalu efektif dalam meningkatkan tabungan pemerintah.

c. Bantuan Luar Negeri

Pengerahan modal dari luar negeri menjadi suplemen terhadap

kekurangan modal yang dialami oleh kebanyakan negara berkembang, salah

satunya adalah bantuan luar negeri. Aliran modal dari luar negeri dapat

dikatakan sebagai bantuan luar negeri apabila memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1) Aliran modal yang berasal dari luar negeri tersebut tidak memiliki motif

untuk mencari keuntungan.

2) Aliran modal tersebut diberikan kepada negara peminjam dengan syarat

yang lebih ringan dibandingkan yang berlaku di pasar internasional.

Dari kedua ciri tersebut, maka aliran modal yang berasal dari luar negeri

bisa dalam bentuk bantuan luar negeri yang merupakan pemberian (grant),

dan dapat pula berupa pinjaman (loan) yang diberikan oleh pemerintah

negara-negara maju atau badan-badan internasional yang dibentuk untuk

tujuan tersebut diantaranya Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan

sebagainya.

Pinjaman yang diberikan oleh negara-negara maju dan badan-badan

internasional tidak sepenuhnya merupakan bantuan kepada negara penerima,

karena negara penerima masih memiliki kewajiban untuk membayar pinjaman

tersebut berikut bunganya. Besar kecilnya unsur bantuan dari pinjaman

tersebut dapat dilihat dari tenggang waktu (grace period) dimana cicilan

pembayaran kembali pinjaman tidak perlu dilakukan, jangka waktu

pembayaran kembali (maturity period), dan tingkat bunga dari pinjaman yang

diberikan.

Unsur bantuan yang tergolong tinggi disebut dengan pinjaman bersyarat

ringan (soft loan), yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Semakin lama tenggang waktu pembayaran, unsur bantuan semakin

terasa.

2) Semakin panjang jangka waktu pembayaran, unsur bantuan semakin

terasa.

Page 149: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 139

3) Semakin kecil tingkat bunga.

Negara-negara donor akan memberikan perlakuan yang berbeda

kepada negara-negara penerima bantuan, dengan syarat-syarat berbeda

yang diberikan kepada satu negara dengan negara lainnya. Semakin miskin

kondisi suatu negara, syarat-syarat yang diberikan akan semakin mudah.

Syarat-syarat tersebut diberikan oleh negara-negara donor dengan

melihat kondisi ekonomi dan politik seperti :

1) Pendapatan perkapita dari negara penerima bantuan.

2) Tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

3) Tingkat perdagangan luar negeri dari negara penerima bantuan.

4) Hubungan politik yang terjalin antara negara donor dengan negara

penerima bantuan.

5) Jenis bantuan yang akan diberikan dan motif negara pemberi bantuan.

Motif dari negara-negara donor untuk memberikan bantuan kepada

negara-negara berkembang didorong oleh barbagai faktor diantaranya

membantu negara penerima untuk mempercepat pembangunan ekonominya,

mempererat hubungan antar kedua negara, dan untuk membendung ideologi

yang tidak sesuai dengan negara pemberi bantuan.

Bantuan luar negeri membantu negara-negara berkembang untuk

mengatasi masalah kekurangan modal dari negara berkembang yang

diakibatkan rendahnya tabungan dan kurangnya mata uang asing. Untuk itu

bantuan luar negeri dapat digunakan untuk membiayai penanaman modal dan

membiayai impor yang dibutuhkan oleh negara berkembang.

Bantuan luar negeri selain mempercepat pembangunan ekonomi, dapat

menimbulkan masalah yang saat ini dialami oleh negara-negara berkembang.

Permasalahan yang timbul adalah kewajiban membayar kembali utang-utang

di masa lalu, terutama menciptakan tabungan dalam mata uang asing yang

dapat digunakan untuk mencicil pinjaman.

Untuk mengatasi masalah tersebut, negara-negara berkembang harus

memastikan hal-hal berikut :

1) Proyek-proyek yang dibiayai oleh bantuan luar negeri harus berjalan

dengan baik dan sukses.

2) Perekonomian harus mengalami peningkatan yang berarti peningkatan

jumlah tabungan untuk membayar kembali cicilan pinjaman.

3) Jumlah ekspor harus lebih besar dari impor sehingga ada kelebihan mata

uang asing yang dapat digunakan untuk membayar cicilan pinjaman.

d. Pinjaman Luar Negeri

Kekurangan modal yang dialai oleh negara-negara berkembang tidak

hanya dihadapi oleh pihak pemerintah namun juga pihak swasta. Pihak

swasta dapat lebih mengembangkan usahanya bila mendapat tambahan

Page 150: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 140

modal dan menggunakannya pada usaha-usaha yang produktif. Jalan keluar

yang diambil pemerintah negara-negara berkembang dalam mengatasi

kekurangan modal, baik pemerintah maupun swasta adalah dengan

melakukan pinjaman luar negeri.

Pinjaman luar negeri memainkan peran yang sama dengan bantuan luar

negeri, yaitu mengisi kekurangan modal di sektor pemerintah maupun swasta.

Pinjaman tersebut tidak dapat digolongkan sebagai bantuan karena syarat-

syarat yang diberikan sesuai dengan yang berlaku di pasar internasional.

Jika modal yang diberikan berupa pinjaman, maka bunga yang harus

dibayar sama dengan tingkat bunga di pasar internasional. Demikian pula jika

modal yang diberikan berupa penanaman modal, maka keuntungan yang

didapat akan dikirim ke negara pemberi modal sesuai dengan tingkat

keuntungan penanaman modal asing di negara maju. Artinya, negara-negara

maju tersebut memberikan pinjaman bukan karena ingin membantu, tetapi

untuk memperoleh keuntungan sehingga tidak dapat digolongkan sebagai

bantuan luar negeri.

e. Penanaman Modal Asing

Salah satu kebijakan yang diambil oleh negara-negara berkembang

adalah membiarkan perusahaan-perusahaan asing yang ada di dalam negeri

untuk menjalankan usahanya. Pertimbangan yang dambil adalah kesulitan

untuk menyediakan tenaga ahli, rendahnya penguasaan teknik dan jiwa

kepemimpinan, sehingga perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat

berkembang baik jika diambil alih oleh pemerintah. Pengambilalihan

perusahaan asing juga dapat menurunkan kepercayaan investor di negara-

negara tersebut.

Usaha-usaha untuk menarik modal asing ke dalam negeri didasari oleh

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1) Kesadaran negara-negara berkembang bahwa aliran dana dari luar negeri

yang berupa bantuan luar negeri dan pinjaman luar negeri masih belum

cukup untuk membiayai pembangunan.

2) Penanaman modal asing bukan hanya membawa dana yang dibutuhkan

untuk membiayai pembangunan, akan tetapi juga membawa seperangkat

unsur yang dibutuhkan untuk berjalannya pembangunan seperti tenaga

ahli, manajemen, entrepreneur, keahlian teknik, dan pengetahuan yang

dibutuhkan.

3) Penanaman modal asing dalam jangka panjang dapat melatih tenaga kerja

domestik agar memiliki keahlian yang dibutuhkan, selain itu transfer

teknologi juga dibutuhkan bagi negara-negara berkembang untuk

mempercepat proses alih teknologi.

4) Penanaman modal asing dapat menanggulangi masalah pengangguran

dengan memberikan kesempatan kerja yang luas kepada masyarakat.

Page 151: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 141

5) Dengan teknologi tinggi yang digunakan dapat menciptakan efisiensi dan

meningkatkan produktivitas, sehingga gaji yang diterima dapat lebih tinggi

dibandingkan perusahaan-perusahaan nasional.

6) Masyarakat dapat menikmati harga yang lebih murah, karena efektivitas

dalam proses produksi menyebabkan harga jual relatif lebih murah.

Selain manfaat-manfaat yang dirasakan dengan kehadiran penanaman

modal asing di dalam negeri, penanaman modal asing juga dapat

menimbulkan beberapa hal yang tidak menguntungkan bagi pembangunan

ekonomi, diantaranya :

1) Dalam jangka panjang penanaman modal asing dapat menaikkan tingkat

konsumsi karena tersedianya barang-barang konsumsi dalam jumlah yang

cukup dan mengurangi minat masyarakat untuk menabung.

2) Penanaman modal asing menjadi penghalang bagi perusahaan-

perusahaan nasional yang sejenis untuk berkembang.

3) Penanaman modal asing dapat memperburuk masalah kekurangan mata

uang asing apabila hasil usaha tidak digunakan untuk kegiatan ekspor atau

sebagai substitusi barang-barang impor, dan usaha tersebut dijalankan

dengan mengimpor bahan mentah dari luar negeri untuk kemudian

keuntungan yang diperoleh dikirim ke perusahaan induk di luar negeri.

4) Pemerintah harus menyediakan anggaran untuk membangun fasilitas yang

dibutuhkan dalam rangka penaman modal asing seperti perbaikan

prasarana, selain itu untuk menarik modal asing pemerintah juga

memberikan keringanan fiskal berupa pembebasan bea impor atas alat-alat

modal yang digunakan.

3. Struktur Pembiayaan Pembangunan

Pada awal pembangunan yang dimulai pada tahun 1970-an, Indonesia

masih mengandalkan pengerahan dana dari luar negeri. Aliran dana dari luar

negeri menjadi menjadi suplemen dalam menutup defisit anggaran

pembangunan dan defisit neraca pembayaran.

Jika dilihat dari struktur pembiayaan pembangunan di Indonesia dari mulai

Pelita I sampai dengan Pelita IV peranan modal dari luar negeri mencapai lebih

dari 50%. Meskipun modal dari luar negeri terus mengalami penurunan, sampai

akhir tahun 1990-an jumlahnya masih melebihi 35%.

Peranan aliran dana dari luar negeri terhadap laju pertumbuhan ekonomi di

Indonesia memang tidak dapat dipungkiri, karena dana tersebut dapat digunakan

untuk menutup defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan. Selain itu

pengerahan modal dari luar negeri juga untuk menutupi pengerahan modal dari

dalam negeri yang tidak mencukupi dalam pembiayaan pembangunan.

Pada awal pembangunan tahun1970-an masalah pinjaman luar negeri

belum dirasakan, namun pada dasawarsa 1980-an, pembayaran pokok pinjaman

harus dibayar karena sudah masuk jatuh tempo. Akibatnya, sejak tahun fiskal

1987/1988 cicilan utang tersebut bunganya menjadi lebih besar dari pinjaman

Page 152: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 142

baru. Ditambah lagi permasalahan pelarian modal dari Indonesia ke luar negeri

yang secara akumulatif dari tahun 1970 hingga tahun1987 diperkirakan

mencapai US$ 11 Milyar atau kira-kira sepertiga dari utang luar negeri Indonesia

pada periode akhir tahun 1987 (Mahyudin, 1989).

Indonesia memang tidak dapat melepaskan diri dari himpitan masalah

pinjaman luar negeri di masa lalu, meskipun kondisinya masih relatif lebih ringan

dibandingkan negara-negara di Amerika Latin dan Afrika. Debt service ratio

(DSR) atau rasio pembayaran bunga dan cicilan utang berkisar antara 25,4%

hingga 40,7% pada periode 1985 hingga 1989.

Jumlah utang yang mengalami peningkatan hingga tahun 1990 lebih

disebabkan oleh kebutuhan untuk mendapatkan pinjaman baru dan perubahan

nilai tukar dolar AS terhadap Yen dan Mark Jerman. Kenaikan perbandingan

bunga dan cicilan utang juga disebabkan oleh banyaknya utang yang jatuh

tempo, anjloknya harga minyak bumi dan komoditi primer lainnya, serta currency

realignment (Djojohadikusumo, 1990).

Dengan demikian, pengerahan modal dari luar negeri dalam bentuk

pinjaman luar negeri mendominasi struktur pembiayaan pembangunan di

Indonesia sejak awal pembangunan Orde Baru hingga saat ini.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Ketersediaan modal merupakan aspek penting dalam pembangunan ekonomi.

Menurut anda sejauh mana kemampuan negara-negara berkembang untuk

menyediakan modal bagi terlaksananya pembangunan dan peranan modal

tersebut bagi keberhasilan pembangunan.

2. Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber pembiayaan pembangunan baik yang

berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

3. Jelaskan struktur pembiayaan pembangunan di Indonesia sejak awal Orde Baru

hingga saat ini.

D. Referensi

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Page 153: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 143

PERTEMUAN XIV

UTANG LUAR NEGERI

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengkaji pentingnya ketersediaan modal bagi pelaksanaan pembangunan.

2. Mengkaji kebutuhan negara berkembang terhadap utang luar negeri sebagai

modal pembangunan.

3. Mengkaji landasan teoritis yang melatarbelakangi kebijakan utang luar negeri.

4. Mengkaji pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia.

5. Mengkaji rasio utang luar negeri terhadap PDB dari awal masa Orde Baru.

6. Mengkaji dan menganalisa implikasi jangka panjang utang luar negeri dan

upaya-upaya untuk menanggulanginya.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Pembangunan ekonomi menjadi suatu keharusan bagi suatu negara dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Untuk

melaksanakan pembangunan ekonomi harus diperhatikan ketersediaan faktor-

faktor yang mendukung proses pembangunan ekonomi tersebut seperti

ketersediaan modal, sumber daya alam, dan sumber daya manusia.

Di negara-negara berkembang, ketersediaan modal menjadi masalah

utama dalam pembangunan karena sumber-sumber modal yang berasal dari

dalam negeri seperti tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah tidak dapat

diandalkan untuk berjalannya roda pembangunan. Demikian pula partisipasi

pihak swasta masih sangat rendah sekali untuk ikut serta mempercepat proses

pembangunan. Sementara pembangunan harus segera dilakukan guna mengejar

ketertinggalan dari negara-negara maju.

Pemerintah pada akhirnya harus mengambil peranan dalam mempercepat

pembangunan ekonomi dengan mengundang pengerahan modal dari luar negeri

berupa pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing. Keputusan

pemerintah dalam mendatangkan modal dari luar negeri tersebut pada dasarnya

memiliki konsekuensi bagi negara-negara berkembang baik dari segi ekonomi,

politik, maupun sosial. Konsekuensi tersebut pada akhirnya akan berdampak

terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

2. Kebutuhan Negara Berkembang terhadap Utang Luar Negeri

Beberapa negara berkembang memiliki ketersediaan sumber daya yang

berbeda-beda sebagai modal pembangunan, baik sumber daya alam maupun

Page 154: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 144

sumber daya manusia. Pada umumnya kualitas sumber daya manusia di negara-

negara berkembang masih sangat rendah, begitu pula dengan sumber daya

alam yang harus dikelola dengan teknologi dan keahlian yang masih sangat

terbatas. Untuk menggerakkan itu semua maka diperlukan modal yang dapat

digunakan untuk meningkatkan sektor-sektor yang mendukung berjalannya

pembangunan dan melaksanakan pembangunan itu sendiri.

Karena ketidaktersediaan modal yang dimiliki maka pemerintah

mendatangkan modal dari luar negeri dalam bentuk bantuan luar negeri,

pinjaman luar negeri, dan penanaman modal asing. Modal asing ini dapat

diberikan baik kepada pemerintah maupun kepada pihak swasta.

Banyak pemerintah di negara-negara berkembang berusaha untuk

mendatangkan modal asing untuk mempercepat proses pembangunan, namun

tidak semua negara mendapatkan modal tersebut, atau mendapatkan modal

yang tidak sesuai dengan jumlah yang diinginkan atau dibutuhkan. Ada beberapa

faktor yang menyebabkan hal tersebut diantaranya :

a. Ketersediaan dana yang berasal dari negara-negara donor, yang pada

umumnya merupakan negara-negara industri maju.

b. Kemampuan negara berkembang dalam membuat perencanaan

pembangunan, merubah struktur perekonomian, dan meningkatkan kapasitas

pendayagunaan sumber daya, serta mengalokasikan kegiatan perekonomian

pada sektor-sektor yang potensial.

c. Tersedianya sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat

digunakan untuk menjalankan pembangunan.

d. Kemampuan negara penerima modal untuk membayar kembali pinjamannya

pada saat jatuh tempo.

e. Keinginan yang kuat dari negara-negara penerima modal untuk melakukan

pembangunan dengan melibatkan seluruh aspek dan mengerahkan seluruh

potensi yang dimilikinya agar dapat menggunakan dana tersebut secara

efektif dan memberikan hasil yang berarti bagi pembangunan.

f. Stabilitas politik dan keamanan negara-negara berkembang menjadi

pertimbangan negara donor untuk memberikan pinjaman atau menanamkan

modalnya di suatu negara.

Dalam era globalisasi seperti saat ini arus modal asing sangat bebas keluar

masuk suatu negara, karena semakin terbukanya sistem perekonomian. Negara-

negara berkembang berupaya untuk mendatangkan modal asing dengan

menyediakan fasilitas-fasilitas yang memudahkan masuknya aliran dana asing.

Dana yang berasal dari luar negeri baik berupa bantuan luar negeri,

pinjaman ringan, maupun pinjaman keras menjadi salah satu sumber

penerimaan negara yang nantinya digunakan untuk membiayai pengeluaran

pemerintah, membiayai proyek pembangunan pemerintah, dan investasi

pemerintah di sektor publik.

Di negara-negara berkembang pemerintah masih memegang peranan

yang dominan dalam kegiatan pembangunan, dan dengan keputusan pemerintah

untuk membiayai pembangunan dengan dana yang bersumber dari luar negeri,

Page 155: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 145

utang luar negeri menjadi kebutuhan sekaligus permasalahan utama di negara-

negara berkembang termasuk Indonesia.

3. Landasan Teoritis Utang Luar Negeri

Keberadaan utang luar negeri hampir tidak bisa dilepaskan dari proses

pembangunan negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia akibat

kesenjangan tabungan (gap saving) yaitu lebih kecilnya nilai tabungan

dibandingkan dengan nilai investasi.

Perubahan orientasi politik dari orde lama yang lebih mengedepankan

politik sebagai upaya stabilitas nasional yang kemudian beralih ke masa orde

baru yang mulai berorientasi kepada pembangunan ekonomi membuat

pemerintah mengambil strategi kebijakan dengan membuka utang luar negeri.

Secara teoritis utang luar negeri digunakan untuk menutupi kekurangan

dana pembangunan nasional yang apabila digunakan secara bijaksana dan

terarah hasil pembangunan tersebut dapat digunakan untuk membayar cicilan

utang. Utang luar negeri pada akhirnya menjadi persoalan yang sangat serius

ketika jumlahnya sudah sangat besar dan memberatkan anggaran negara.

Beban utang luar negeri yang harus dibayarkan oleh pemerintah menyebabkan

pengeluaran pemerintah untuk memenuhi subsidi dan kebutuhan pokok rakyat

menjadi berkurang.

Utang luar negeri yang semula dimaksudkan untuk mempercepat proses

pembangunan pada akhirnya justru menjadi beban pembangunan itu sendiri.

Peranan utang luar negeri di suatu negara berbeda-beda, dilihat dari strategi

pembangunan ekonomi yang menjadi landasan pembangunan suatu negara.

Utang luar negeri tidak hanya melibatkan aspek ekonomi, namun juga

menyangkut situasi sosial dan politik suatu negara. Landasan teoritis yang

digunakan oleh suatu negara dalam memandang peranan utang luar negeri

adalah sebagai berikut :

a. Model pertumbuhan ekonomi linier

Peranan utang luar negeri dalam pembangunan dapat dijelaskan dari

doktrin pembangunan yang melalui beberapa tahapan sebagaimana model

pertumbuhan ekonomi linier Rostow dan model pertumbuhan ekonomi Harrod-

Domar. Doktrin pembangunan ekonomi Rostow menyatakan bahwa proses

pembangunan ekonomi suatu negara melalui tahapan dari perekonomian

yang sederhana kemudian menjadi negara yang maju dimulai dari tahap

masyarakat tradisional, prakondisi tinggal landas, tahap tinggal landas (take

off), masa kematangan (maturity) dan era konsumsi massal.

Prasyarat penting untuk berjalannya proses pembangunan menuju

suatu tahap pembangunan berikutnya adalah perlunya mobilisasi tabungan

domestik dan luar negeri untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Perekonomian Indonesia dirancang untuk tumbuh dan berkembang pada

awalnya sebagaimana dikemukakan dalam teori Rostow yaitu melalui tahapan

Page 156: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 146

pembangunan lima tahunan (Repelita) dan pembangunan jangka panjang

(PJP).

b. Teori pembangunan ketergantungan (dependency)

Teori ini menjelaskan bahwa keterbelakangan negara-negara

berkembang disebabkan karena adanya tekanan dan eksploitasi dari negara-

negara maju. Bantuan luar negeri dan utang luar negeri merupakan sarana

bagi negara maju untuk menguasai negara berkembang.

Kondisi ini juga dirasakan negara Indonesia dengan jumlah utang yang

membengkak sehingga kedaulatan ekonomi menjadi berkurang karena harus

mengikuti agenda ekonomi yang disodorkan oleh negara-negara donor

sebagai prasyarat untuk mendapatkan kucuran utang luar negeri baru.baru.

c. Motif negara donor

Pemberian bantuan dari negara donor ke negara peminjam seringkali

juga bukan semata-mata alasan ekonomi tetapi karena alasan lainnya

misalnya untuk menangkal masuknya ideologi politik tertentu atau untuk

membangun kawasan pertahanan di suatu kawasan tertentu. Pada masa

perang dingin antara blok NATO dan pakta Warsawa terjadi perang pengaruh

melalui pemberian pinjaman ke negara-negara sekutu. Negara-negara maju

memanfaatkan kebutuhan negara berkembang terhadap permodalan untuk

memuluskan motif-motif tertentu yang menguntungkan mereka.

4. Utang Luar Negeri dan Pertumbuhan Ekonomi

Utang luar negeri dapat menjadi pendorong maupun penghambat

pertumbuhan ekonomi. Jika utang luar negeri digunakan pada sektor-sektor yang

tepat dan investasi yang menguntungkan maka dapat membuka kesempatan

kerja yang akhirnya menaikkan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jika utang

luar negeri tersebut tidak digunakan secara efektif dan efisien karena kurangnya

pengawasan dan pertanggungjawaban, maka utang luar negeri justru dapat

menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Pada tahun 2007 ULN Indonesia sebesar US$ 84.067 juta dan produk

domestik bruto sebesar Rp 1.964.327,3 miliar .ULN dan produk domestik bruto

terus mengalami peningkatan pada tahun 2008, dimana utang luar luar negeri

sebesar US$ 89.599 juta dan produk domestik bruto Rp 2.082.456,1 miliar .

Kemudian pada tahun 2012 ULN mencapai US$ 252.364 juta dan produk

domestik bruto mencapai Rp 2.618.938,4 miliar, sehingga lebih tinggi dari tahun

sebelumnya.

Utang luar negeri terus mengalami kenaikan karena ketidakmampuan

pemerintah dalam membiayai perekonomian, sedangkan kenaikan produk

domestik bruto disebabkan kenaikan konsumsi masyarakat, kemudian

pertumbuhan investasi baik sektor pemerintah maupun swasta.

Page 157: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 147

Rachmadi (2013) menyatakan bahwa utang luar negeri Indonesia mampu

mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor-sektor ekonomi yang

menyerap utang luar negeri cukup tinggi terbukti menunjukkan pertumbuhan

PDB yang terus meningkat. Atmadja (2000) menyatakan dalam jangka pendek,

utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup

defisit anggaran pendapatan dan belanja negara akibat pembiayaan pengeluaran

rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar, tetapi dalam jangka

panjang, ternyata utang luar negeri pemerintah tersebut dapat menyebabkan

melemahnya nilai tukar rupiah (inflasi).

Jadi, utang luar negeri dalam jangka pendek dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi jika dilihat dari indikator kenaikan PDB, namun dalam

jangka panjang dapat menimbulkan berbagai masalah perekonomian salah

satunya adalah makin melemahnya nilai tukar rupiah yang pada akhirnya dapat

berdampak buruk terhadap perekonomian.

5. Rasio Utang Luar Negeri

Indonesia mencatatkan penurunan rasio utang sejak era pemerintahan

beberapa presiden. Dimulai dari masa pemerintahan Presiden Soeharto, BJ

Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY), dan terakhir pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).

Berdasarkan data yang dikompilasi dari Kementerian Keuangan

(Kemenkeu), perkembangan utang dan rasio utang pemerintah pusat dari masa

ke masa mencapai puncaknya pada tahun 1998, ketika krisis moneter

menghantam Indonesia., Presiden ke-2 Soeharto yang lengser di Mei 1998

meninggalkan utang Rp 551,4 triliun atau ekuivalen US$ 68,7 miliar. Saat itu,

rasio utang mencapai 57,7 persen terhadap PDB.

Pada masa pemerintahan selanjutnya era presiden Habibie (1998-1999),

total outstanding utang Indonesia pada periode 1999 mencapai Rp 938,8 triliun

atau setara dengan US$ 132,2 miliar, rasio utang terhadap PDB meningkat

menjadi 85,4 persen.

Berikutnya pemerintahan dipimpin oleh Gus Dur (1999-2001). Nilai utang

pemerintah membumbung tinggi di periode 2000 menjadi Rp 1.232,8 triliun,

namun dalam denominasi dolar AS, jumlahnya turun menjadi US$ 129,3 miliar.

Ketika itu, rasio utang makin parah menjadi 88,7 persen.

Kemudian pada 2001, rasio utang turun menjadi 77,2 persen. Hanya saja,

nilai outstanding utang naik tipis menjadi Rp 1.271,4 triliun atau US$ 122,3 miliar.

Gus Dur mundur dari kursi kepresidenan pada 2001 dan digantikan

Megawati Soekarnoputri (2001-2004). Pada era pemerintahan Presiden

Megawati, rasio utang terhadap PDB mengalami penurunan. Pada tahun 2002

ULN mencapai Rp 1.223,7 triliun atau US$ 136,9 miliar, rasio utang 67,2

persen. Pada tahun 2003 ULN mencapai Rp 1.230,6 triliun atau US$ 145,4

miliar, sementara rasio utang 61,1 persen. Kemudian tahun 2004, ULN

adalah Rp 1.298 triliun atau US$ 139,7 miliar, sementara rasio utang menjadi

56,5 persen.

Page 158: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 148

Berikutnya adalah masa pemerintahan presiden Susilo Bambang

Yudhoyono, yang memerintah selama dua periode, periode I (2004-2009) dan

periode II (2009-2014).Di masa pemerintahan SBY, rasio utang dan nilai utang

Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 14.1. Rasio Utang Luar Negeri

TAHUN TOTAL ULN TOTAL ULN

RASIO (DLM TRILYUN RP) (DLM MILYAR USD)

2005 1311,7

133,4

47,3

2006 1302,2

144,4

39,0

2007 1389,4

147,5

35,2

2008 1636,7

149,5

33,0

2009 1590,7

169,2

28,3

2010 1681,7

187,0

24,5

2011 1809,0

199,5

23,1

2012 1977,7

204,5

23,0

2013 2375,5

194,9

24,9

2014 2608,8

209,7

24,7

Presiden saat ini adalah Joko Widodo yang merupakan presiden Republik

Indonesia ke- 7 (2014-2019) menggantikan SBY. Di akhir 2015, utang

pemerintah pusat naik menjadi Rp 3.165,2 triliun atau US$ 229,44 miliar. Rasio

utang terhadap PDB meningkat menjadi 27,4 persen.

Total outstanding utang pemerintah sepanjang 2016 terus mengalami

kenaikan menjadi Rp 3.466,9 triliun atau setara dengan US$ 258,04 miliar. Rasio

utang pada akhir 2016 adalah 27,5 persen dari PDB.

Jika dilihat perkembangan utang dari era orde baru sampai saat ini,

meskipun secara nilai utang naik, akan tetapi rasio utang pemerintah Indonesia

terhadap PDB masih jauh dari batas maksimal yang ditetapkan dalam Undang-

undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara sebesar 60

persen terhadap PDB. Namun demikian, sekali lagi utang luar negeri akan

menambah beban pembangunan jika digunakan untuk hal-hal yang tidak

produktif.

6. Implikasi Jangka Panjang Utang Luar Negeri

Pada awal era pemerintahan Joko Widodo menjadi Presiden Indonesia

sekitar 2,5 tahun silam, warisan total utang sudah mencapai Rp 2.700 triliun.

Hingga Juni 2017 utang luar negeri terus bertambah hingga Rp 3.700 triliun. Dari

angka tersebut terlihat kenaikan ULN sampai Rp 1.000 triliun di era

pemerintahan Jokowi.

Menurut beberapa ahli ekonomi rasio ULN Indonesia masih tergolong

normal jika dilihat dari rasio ULN terhadap PDB yang masih berada di angka 27,9

persen, lebih rendah dibandingkan negara-negara berkembang lain.

Page 159: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 149

Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri (SULNI) saja, utang luar negeri

Indonesia dikelompokkan berdasarkan tiga kelompok peminjam, yaitu

pemerintah, bank sentral, dan swasta. Pada akhir 2016, jumlah total utang luar

negeri Indonesia mencapai angka $ 317,08 miliar, mengalami kenaikan sebesar

2,04 persen dari tahun sebelumnya dimana total utang luar negeri berjumlah $

310,73 miliar.

Gambar 14.1.Pertumbuhan Utang Luar Negeri Indonesia

Dari keseluruhan total utang luar negeri, proporsi utang swasta lebih besar

dibandingkan utang pemerintah dan bank sentral. Pada tahun 2004, utang luar

negeri swasta tercatat berjumlah $ 57,98 miliar atau 41,04 persen dari total utang

luar negeri. Nilainya terus meningkat hingga $ 158,8 miliar pada 2016 atau setara

dengan 50,08 persen terhadap total utang.

Berikut ini grafik yang menunjukkan pertumbuhan utang sektor swasta di

Indonesia :

Gambar 14.2. Pertumbuhan Utang Luar Negeri Swasta

Page 160: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 150

Dari periode 2004 hingga 2016, pertumbuhan utang swasta tertinggi terjadi

di 2011 yaitu sebesar 27,38 persen. Peningkatan tersebut terlihat dengan

bertambahnya total utang dari sebelumnya $ 83,79 miliar di 2010 menjadi

$106,73 miliar di 2011. Penyebab tingginya pertumbuhan utang luar negeri

swasta tersebut salah satunya disebabkan oleh berlakunya sanksi denda kepada

perusahaan yang tidak melaporkan kewajiban utang luar negeri yang berlaku

efektif pada Juli 2011. Sedangkan, pada 2016, utang luar negeri swasta

mengalami pertumbuhan negatif sebesar 5,54 persen dibandingkan tahun

sebelumnya.

Proporsi utang luar negeri pemerintah terhadap total utang sejak 2012

hingga saat ini memperlihatkan tren yang menurun dibandingkan swasta. Begitu

pula dengan utang luar negeri bank sentral yang juga memperlihatkan tren

proporsi yang menurun. Pada 2012, proporsi utang pemerintah dan Bank Sentral

masing-masing sebesar 46,04 persen dan 3,94 persen terhadap total utang luar

negeri. Proporsinya menurun menjadi 48,84 persen untuk pemerintah dan 1,07

persen untuk bank sentral pada 2016.

Gambar 14.3. Pertumbuhan Utang Luar Negeri Pemerintah dan Bank Sentral

Meskipun proporsinya menurun, tapi utang luar negeri pemerintah tumbuh

positif. Pada periode 2004 hingga 2016, utang luar negeri pemerintah tumbuh

paling tinggi pada 2010, sebesar 17,62 persen dari $ 90,85 miliar di 2009

menjadi $ 106,86 miliar di 2010. Pada periode 2014 hingga 2016, per tahunnya,

rata-rata pertumbuhan utang luar negeri pemerintah sebesar 10,67 persen. Pada

2014, nilai utang luar negeri pemerintah tercatat sebesar $ 123,81 miliar dan

meningkat menjadi $ 154,88 miliar pada 2016.

Di sisi lain, nilai utang luar negeri bank sentral menunjukkan tren yang

menurun. Pada 2004, nilai utang luar negeri Bank Sentral sebesar $ 12,64 miliar

dan menurun menjadi $ 3,41 miliar pada 2016. Dengan kata lain, utang luar

negeri bank sentral mengalami pertumbuhan negatif (CAGR) 10,35 persen pada

periode yang sama. Berdasarkan sektor ekonomi, sejak 2004 hingga 2016,

Page 161: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 151

proporsi terbesar utang luar negeri Indonesia berada pada sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan.

Pertumbuhan utang luar negeri Indonesia terus mengalami peningkatan

secara signifikan setiap tahunnya. Peningkatan inipun dibuktikan dengan adanya

kenaikan jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun 2016-2017 yang

meningkat sebanyak 10 persen, dari $ 158.283 menjadi $ 352,25 (Rp 4.684,88

triliun). Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

pada akhir Mei 2018 masih di bawah angka 60 persen, yaitu 34 persen. Dari

rasio utang terhadap PDB tersebut, maka para ahli ekonomi berpendapat bahwa

utang luar negeri Indonesia masih dalam batas aman, namun Indonesia harus

tetap waspada.

Situasi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil hingga saat ini

menyebabkan Indonesia tidak dapat melepaskan ketergantungan dari bantuan

pihak asing dalam menjalankan perekonomiannya. Dengan adanya campur

tangan pihak asing tersebut membuat Indonesia tidak mampu menghindar dari

gejolak ekonomi global.

Alternatif yang dipilih oleh pemerintah untuk menambah utang luar negeri

adalah akibat defisit anggaran yang terjadi dimana penerimaan negara lebih

rendah dari pengeluaran negara. Untuk menutupi hal tersebut dan membiayai

pengeluaran maka Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari utang luar negeri.

Pembangunan yang terus dilakukan pemerintah membuat utang luar negeri

pemerintah masih harus bertambah setiap tahunnya, utang luar negeri Indonesia

pada akhir Januari 2018 tercatat sebesar $ 357,5 miliar , dimana proporsi utang

pemerintah dan bank sentral yakni sebesar $ 183,4 miliar dolar AS. Di lain pihak,

ketidakmampuan pemerintah dari segi anggaran untuk melakukan

pembangunan, mengakibatkan harus campur tangannya pihak swasta dalam

menjalankan perekonomian. Pihak swasta juga mengalami kendala dalam

permodalan sehingga harus menambah total utang luar negeri Indonesia, dimana

utang swasta mencapai $ 174,2 miliar pada akhir Januari 2018.

Pada dasarnya pinjaman luar negeri yang dilakukan oleh pihak swasta

merupakan akibat dari tingginya keinginan pihak swasta untuk melakukan

investasi, yang tidak diimbangi dengan besaran modal karena kurangnya

sumber-sumber pengerahan modal dari dalam negeri seperti tabungan

masyarakat yang rendah dan tidak efektifnya fungsi pasar modal. Keadaan

tersebut membuat pihak swasta mengadakan pendanaan dari luar negeri baik

berupa investasi langsung beserta pinjaman komersial ataupun investasi

portofolio seperti sekuritas bilyat efek. Sedangkan utang luar negeri yang

dilakukan oleh bank sentral atau Bank Indonesia lebih terencana digunakan

sebagai penunjang neraca pembayaran dan devisa.

Utang luar negeri Indonesia merupakan sumber pendanaan utama

pembangunan di Indonesia sejak masa Orde Baru. Sebagai negara yang baru

mulai membangun, pemerintah Orde Baru pada saat itu membuka diri terhadap

masuknya arus modal asing ke dalam negeri. Pembangunan yang masih terus

berjalan hingga saat ini pada dasarnya masih mengandalkan utang luar negeri

dan investasi asing.

Page 162: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 152

Sekalipun utang luar negeri telah memberikan kontribusi yang tidak sedikit

untuk menutupi defisit anggaran pada APBN, tetapi yang menjadi permasalahan

utamanya ialah dalam melakukan pelunasan angsuran utang beserta bunganya

yang terlalu tinggi, sementara pendapatan masyarakat tidak mengalami

peningkatan yang signifikan.

Di samping itu tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang terus

mengalami penurunan setiap tahunnya, membuat kondisi perekonomian

Indonesia harus diwaspadai. Utang luar negeri Indonesia pada saat ini dapat

dikategorikan melampaui batas yang wajar, hal tersebut dapat dilihat dari

tingginya bunga dan cicilan utang yang harus dibayar oleh pemerintah.

Dalam jangka pendek, utang luar negeri terbukti dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dilihat dari kenaikan GDP setiap tahunnya. Namun yang

menjadi permasalahan adalah kenaikan GDP tersebut tidak diiringi dengan

menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. Hal ini menunjukkan bahwa

pembangunan yang selama ini berlangsung, tidak mampu memperkecil jurang

pendapatan di masyarakat. Seperti yang sudah diketahui kesenjangan

pendapatan di Indonesia hingga saat ini masih belum menunjukkan adanya

perubahan ke arah yang diinginkan.

Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat berdampak buruk bagi

kehidupan perekonomian di Indonesia. Salah satunya yaitu terjadinya gejolak

yang disebabkan oleh kepentingan politik negara donor yang berimplikasi pada

arah kebijakan politik dan fiksal Indonesia.

Beberapa tahun ke depan Indonesia masih mengandalkan penerimaan

pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang diharapkan dapat

membantu pemerintah dalam melakukan pembayaran cicilan utang. Namun,

rasio penerimaan pajak terhadap PDB menurun dari tahun 2015 sebesar 10,76

persen, menjadi 10,36 persen pada tahun 2016. Penerimaan pajak tidak

mencapai target sesuai yang diharapkan, dengan kondisi ini seharusnya

pemerintah tidak serta merta mengandalkan pajak, apalagi dengan menaikkan

tarif pajak yang berarti menambah beban rakyat.

Ditambah lagi dengan penerimaan negara yang terus berkurang untuk

membayar cicilan utang, maka subsidi terhadap kebutuhan pokok rakyat semakin

dikurangi, yang akhirnya menambah beban hidup rakyat kecil.

Melihat kondisi tersebut, sebaiknya pemerintah dapat mengambil langkah-

langkah kebijakan yang tidak menyengsarakan rakyat, namun memberi solusi

terhadap perekonomian secara keseluruhan, sehingga tujuan utama

pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Utang luar negeri seharusnya dihentikan untuk mengurangi ketergantungan

kepada pihak asing, dengan melakukan upaya-upaya peningkatan kehidupan

perekonomian dan pembangunan dengan cara :

a. Pemerintah dapat mengambilalih pengelolaan zakat dan menyalurkannya

kepada masyarakat yang membutuhkan. Di Indonesia dimana masyarakatnya

mayoritas beragama Islam , zakat dpat menjadi solusi untuk pemerataan

distribusi pendapatan dan mengurangi kemiskinan.

Page 163: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 153

b. Sumber penerimaan dalam negeri harus ditingkatkan, dengan memberikan

kesadaran kepada masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri,

sehingga dapat mengurangi impor dan meningkatkan ekspor.

c. Subsidi kepada masyarakat terutama untuk kebutuhan vital harus terpenuhi

seperti listrik, air, dan sebagainya.

d. Mendorong pengerahan modal dalam negeri dengan mensosialisasikan

program pembangunan kepada pihak-pihak swasta dan individu, sehingga

seluruh masyarakat dapat berperan aktif dalam kegiatan pembangunan.

C. Soal/Latihan/Tugas

1. Jelaskan pentingnya ketersediaan modal bagi pelaksanaan pembangunan

khususnya di negara-negara berkembang.

2. Jelaskan sejauh mana kebutuhan negara berkembang terhadap utang luar

negeri sebagai modal pembangunan.

3. Sebutkan dan jelaskan landasan-landasan teoritis yang melatarbelakangi

kebijakan utang luar negeri suatu negara.

4. Bagaimana pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia dan jelaskan beserta contoh.

5. Jelaskan perkembangan rasio utang luar negeri Indonesia terhadap PDB sejak

masa Orde Baru hingga pemerintahan saat ini.

6. Jelaskan implikasi jangka panjang yang timbul dari kebijakan utang luar negeri

Indonesia dan menurut anda upaya-upaya apa yang dapat diambil pemerintah

untuk menaggulanginya.

D. Referensi

Organisasi Mahasiswa UIN Wali Songo Semarang. (2018). Implikasi Utang Luar

Negeri Indonesia bagi Pertumbuhan Ekonomi. (diakses pada 11 November

2018). Tersedia pada http://www.forshei.org/2018/11/implikasi-utang-luar-

negeri- indonesia.html

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Tirto.id-Ekonomi. (2017). Membedah Utang Luar Negeri Indonesia. (diakses pada

27 Juli 2017). Tersedia pada https://tirto.id/membedah-utang-luar-negeri-

indonesia-ctvo.

Page 164: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 154

GLOSARIUM

Akumulasi modal adalah proses penambahan persediaan modal dalam upaya

meningkatkan total output

Angka kematian adalah jumlah kematian selama satu tahun untuk 1000 penduduk

Depresi ekonomi adalah resesi ekonomi yang berlangsung lama

Dualisme ekonomi adalah dua sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan sama

kuat

Evolusi adalah proses perubahan secara berangsur-angsur

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke

tempat lain

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan

perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan

pendapatan bagi penduduk suatu negara

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara

Pengangguran semu adalah angkatan kerja yang bekerja namun tidak produktif

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara

secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu

Produktivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya

diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan

menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat

Transformasi struktural adalah perubahan peran pangsa relatif sektor primer yang

mengalami penurunan dan meningkatnya peran sektor industri dalam ekonomi

Page 165: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 155

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Khurshid. (1979) ed. Islamic Perspectives. Leicester: Islamic

Foundation.

Arsyad, Lincolin. (1999). Ekonomi Pembangunan. Edisi ke-4. Yogyakarta:

STIE-YKPN.

Chapra, M. Umer. (1993). Islam and Economic Development. Islamabad:

The International Institute of Islamic Thought.

Chenery. (1960). Redistribution with Growth. London: Oxford University Press.

Halwani, R. Hendra. (2002). Ekonomi Internasional dan Globalisasi

Ekonomi.CetakanPertama.Indonesia:Ghalia.

Hasan, Muhammad, Muhammad Azis. (2018). Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan ke-1. Jakarta: Nur Lina.

Hayami Yujiro. (2001). Development Economics. Second Edition. Oxford

University Press.

Irawan dan Suparmoko, M. (1992). Ekonomi Pembangunan. Edisi ke-5. :

BPFE.

Kompas, Kamis 27 Januari 2000, Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi.

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan.

Cetakan ke-3. Yogyakarta: APP AMP YPKN.

Organisasi Mahasiswa UIN Wali Songo Semarang. (2018). Implikasi Utang

Luar Negeri Indonesia bagi Pertumbuhan Ekonomi. (diakses pada 11 November

2018). Tersedia pada

http://www.forshei.org/2018/11/implikasi-utang-luar-negeri-

indonesia.html

Rostow, W.W. (1956). The Stages of Economic Growth : A Non-Communist

Page 166: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan Page 156

Manifesto. London: Cambridge University Press.

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan

Dasar Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Suryadi Ace. (1999). Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan: Isu,

Teori, dan Aplikasi. Jakarta : Balai Pustaka.

Thurow Lester C. (1999). Building Wealth The New Rules For Individuals,

Companies, And Nation In A Knowledge-Based Economy. Harper

Collins Publishers.

Tirto.id-Ekonomi. (2017). Membedah Utang Luar Negeri Indonesia. (diakses

pada 27 Juli 2017). Tersedia pada https://tirto.id/membedah-utang-

luar-negeri-indonesia-ctvo.

Page 167: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Program Studi : S1 Pendidikan Ekonomi SKS : 2

Mata Kuliah/Kode : Ekonomi Pembangunan/PIE06330 Prasyarat : --

Semester

Deskripsi Mata Kuliah

: 6

: Mata kuliah ini membahas tentang pertumbuhan

ekonomi, pembangunan ekonomi, kebjakan-

kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-

hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas

adalah teori pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi, tahap-tahap pertumbuhan ekonomi,

teori-teori hambatan pembangunan, kebijakan-

kebijakan pembangunan, pembangunan ekonomi

di Indonesia, dan sumber-sumber pembiayaan

pembangunan.

Kurikulum

Capaian Pembelajaran

: KBK

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini,

mahasiswa mampu mengkaji dan

menganalisa setiap aspek yang

berkaitan dengan pembangunan

ekonomi dan aplikasinya dalam

pembangunan ekonomi di Indonesia.

Penyusun : 1. Sulfi Purnamasari, S.Sos, M.M.

PERTEMUAN

KE-

KEMAMPUAN AKHIR

YANG DIHARAPKAN

BAHAN KAJIAN

(MATERI AJAR)

METODE

PEMBELAJARAN

PENGALAMAN

BELAJAR

MAHASISWA

KRITERIA

PENILAIAN BOBOT NILAI

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1

Mampu mengkaji pentingnya ekonomu pembangunan, karakteristik negara berkembang, dan cakupan bahasan ekonomi pembangunan.

Perhatian dan

Kebutuhan terhadap Ekonomi Pembangunan

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 1

Kelengkapan Jawaban

5%

2

Mampu mengkaji indikator ekonomi,non-ekonomi, dan indikator-indikator lainnya dalam

Indikator Keberhasilan Pembangunan

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 2

Kelengkapan

Jawaban

5%

Page 168: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

keberhasilan pembangunan, serta mengkaji dan menganalisa hakikat keberhasilan pembangunan.

3 Mampu mengkaji dan membandingan berbagai teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 3

Kelengkapan Jawaban

6%

4

Mampu mengkaji pertumbuhan ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan mampu menentukan strategi kebijakan yang diambil dalam rangka pemerataan pembangunan.

Pertumbuhan Ekonomi

dan Pemerataan Pembangunan

Pertmuan Tatap

Muka, Diskusi dan Tanya Jawab

Tugas 4

Kelengkapan

Jawaban

6%

5

Mampu mengkaji pentingnya konsep pendidikan dalam pembangunan ekonomi dan mampu menganalisa berbagai peran pendidikan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

Pendidikan dan

Pembangunan Ekonomi

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 5

Kelengkapan

Jawaban

7%

6

Mampu mengkaji teori Rostow tentang tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dan mampu menganalisa kritik-kritik terhadap teori tersebut.

Tahap-tahap

Pertumbuhan Ekonomi

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 6

Kelengkapan Jawaban

7%

7

Mampu mengkaji hambatan-hambatan pembangunan baik dari dalam negeri maupun luar negeri dan mampu

Teori-teori Hambatan

Pembangunan

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 7

Kelengkapan Jawaban

7%

Page 169: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

menganalisa dan membandingkan faktor-faktor penghambat tersebut.

UTS

8

Mampu mengkaji berbagai masalah kependudukan serta dampaknya terhadap pembangunan ekonomi dan mampu menganalisa program-program ketenagakerjaan di Indonesia.

Kependudukan dan

Tenaga Kerja

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 8

Kelengkapan Jawaban

7%

9

Mampu mengkaji, menganalisa, dan membandingkan berbagai kebijakan pembangunan ekonomi.

Kebijakan-kebijakan

Pembangunan

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 9

Kelengkapan

Jawaban

8%

10

Mampu mengkaji dan menganalisa berbagai masalah dan kebijakan pembangunan ekonomi di Indonesia dalam beberapa periode.

Pembangunan Ekonomi

di Indonesia

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 10

Kelengkapan

Jawaban

8%

11

Mampu mengkaji dan menganalisa berbagai permasalahan, faktor-faktor, serta strategi pembangunan ekonomi daerah, dan peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi daerah.

Pembangunan Ekonomi

Daerah

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 11

Kelengkapan

Jawaban

8%

Page 170: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

12

Mampu mengkaji dan menganalisa berbagai aspek dan permasalahan dalam pembangunan pertanian dan industri, serta mampu menganalisa peranan sektor pertanian dan industri dalam pembangunan di Indonesia.

Pembangunan Pertanian dan Industri

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 12

Kelengkapan Jawaban

8%

13

Mampu mengkaji dan menganalisa sumber-sumber dan struktur pembiayaan pembangunan di Indonesia.

Pembiayaan Pembangunan di

Indonesia

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 13

Kelengkapan Jawaban

9%

14

Mampu mengkaji latar belakang kebijakan utang luar negeri dan menganalisa implikasi jangka panjang utang luar negeri serta upaya-upaya menanggulanginya.

Utang Luar Negeri

Pertemuan Tatap Muka, Diskusi dan

Tanya Jawab

Tugas 14

Kelengkapan

Jawaban

9%

UAS

Referensi : Hasan, Muhammad, Muhammad Azis. (2018). Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan ke-1. Jakarta: Nur Lina. Kuncoro, Mudrajad. (2003). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan.

Cetakan ke-3. Yogyakarta: APP AMP YPKN.

Rostow, W.W. (1956). The Stages of Economic Growth : A Non-Communist

Page 171: EKONOMI PEMBANGUNANeprints.unpam.ac.id/8600/2/PIE06330_MODUL EKONOMI... · kebijakan pembangunan ekonomi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Materi yang dibahas adalah teori pertumbuhan

Manifesto. London: Cambridge University Press.

Sukirno, Sadono. (2017). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana. Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta.

Tangerang Selatan, 25 Maret 2019

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Ketua Team Teaching Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan

Saiful Anwar, S.E., S.Pd., M.Pd. Sulfi Purnamasari, S.Sos, M.M. NIDN. 0426048503 NIDN. 0420097507