ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka...

26

Upload: ngolien

Post on 20-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

Volume V | Nomor 7 | Edisi Jul i 2015 | www.ekon.go. id

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia

injauan konomi & euanganT E K

Page 2: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

PEMBINA:

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

PENGARAH:

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan

KOORDINATOR:

Bobby Hamzar Rafinus

EDITOR:

Edi Prio Pambudi

Puji Gunawan

Ratih Purbasari Kania

ANALIS:

Puji Gunawan, Benito Rio Avianto. Sri Purwanti,

Susiyanti, Trias Melia, Desi Maola Ayu Saputri

KONTRIBUTOR:

Universitas Brawijaya, INDEF

03 EDITORIAL

EKONOMI DOMESTIK

04 PERCEPATAN REALISASI BELANJA

PEMERINTAH: SEBUAH KENISCAYAAN

06 APA KABAR DANA DESA

TPI – TPID

08 WELCOME, EL NINO

LAPORAN UTAMA

11 KESIAPAN INDONESIA MEMASUKI

LIBERALISASI SEKTOR JASA ASEAN

14 KOORDINASI KEBIJAKAN DALAM

RANGKA MENYONGSONG

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

15 SERTIFIKASI TENAGA KERJA

PROFESIONAL ASEAN

INVESTASI

20 SAMPAI MANA WORKING GROUP

INDONESIA – SINGAPURA?

EKONOMI INTERNASIONAL

23 PENGENDALIAN INFLASI FILIPINA

DAFTAR ISI

02

Page 3: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

EDITORIAL

Berdasarkan Undang-Undang Dasar, salah satu

alasan penyelenggaraan Pemerintahanan adalah

melindungi segenap bangsa Indonesia dan

memajukan kesejahteraan umum, selama ini,

berbagai cara telah ditempuh dalam rangka

mensejahterakan rakyat, baik dari segi kesehatan,

ketahanan pangan, pertahanan dan keamanan

negara, hingga pencerdasan warganya melalui

jalur pendidikan. Dari sisi perekonomian, salah

satu cara yang dilakukan oleh Pemerintah selama

ini adalah dengan memberikan insentif berupa

subsidi yang ditujukan baik untuk mengurangi

beban masyarakat dalam mengonsumsi barang

kebutuhan hidupnya, maupun untuk mengurangi

biaya produksi dari produsen.

Perubahan kebijakan subsidi merupakan salah

satu perubahan paling mendasar dan paling

mencolok dalam Pemerintahan Presiden Joko

Widodo. Di awal masa Pemerintahan, terdapat

urgensi dilakukannya peningkatan efisiensi dan

kualitas belanja negara melalui penyesuaian harga

BBM bersubsidi pada bulan November tahun

2014 dan penerapan subsidi tetap untuk minyak

solar serta penghapusan subsidi untuk premium mulai awal tahun 2015. Kebijakan fiskal tersebut bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang lebih produktif, dan meminimalkan kerentanan fiskal yang disebabkan oleh fluktuasi harga minyak mentah dan nilai tukar.

Kebijakan untuk menata ulang subsidi yang mencapai 211,3 Triliun per tahun dan mengalokasikannya ke pengeluaran yang lebih produktif dan mendukung pembangunan Infrastruktur Kebijakan tersebut tentunya sangat jauh dari kata popular. Bertambahnya beban masyarakat secara umum lewat kenaikan harga menjadi hilir dari seluruh dampak yang ditimbulkan. Namun, terlepas dari dampak tersebut terdapat hal menarik dari data yang dikeluarkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2013.

Data tersebut menunjukkan bahwa -- dari 20% masyarakat miskin, hanya 7% yang menikmati subsidi bahan bakar minyak dan dari 20% dari masyakat mampu, yang menikmati subsidi telah mencapai 51%. Data dan fakta ini sebenarnya dapat dijadikan gambaran bahwa ternyata kebijakan yang selama ini ditempuh adalah tidak tepat sasaran. Subsidi energi perlu dirancang ulang agar lebih tepat sasaran dengan mengubah obyek subsidi dari harga ke individu (masyarakat miskin), misalnya dengan pemberian dana kompensasi, pemberian Rastera).

Kebijakan realokasi belanja subsidi tentunya pasti menimbulkan tekanan kepada Inflasi. Penghapusan

subsidi bisa digambarkan sebagai pil pahit yang memang harus dikonsumsi untuk mengatasi ‘tumor’

yang menghambat daya tahan perekonomian indonesia. Pemerintah dan DPR telah sepakat dan

menyakini bahwa ‘rasa pahit’ pencabutan subisidi akan bersifat sementara dan pada akhirnya kita akan

memiliki perekonomian dengan daya tahan yang lebih besar di kemudian hari.

EDITORIAL

03

REFORMASI KEBIJAKAN SUBSIDI

Page 4: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Realiasi Belanja APBN –P 2015 harus menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di tengah menurunnya konsumsi masyarakat,

Investasi dan perdagangan Internasional di Indonesia

oleh Puji Gunawan

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai

indikator keberhasilan pembangunan suatu

negara. Dalam kegiatan ekonomi yang

sebenarnya, pertumbuhan ekonomi (g)

merupakan terjadinya perkembangan ekonomi

secara fisik, seperti pertambahan jumlah

produksi barang, infrastruktur, UMKM dan

sebagainya. Badan Pusat Statistik merilis

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

triwulan I hanya mencapai 4,67%, di bawah

capaian triwulan II 2014 (5,03%) dan triwulan I

2015 (4,72%).

Salah satu pendekatan untuk menghitung nilai

g adalah menggunakan pertumbuhan

Pendapatan Domestik Bruto (PDB). PDB

merupakan fungsi linier dari konsumsi,

investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor

bersih. Kondisi ekonomi nasional maupun

global yang tidak menguntungkan saat ini

dapat menghambat upaya pemerintah untuk

menjaga pertumbuhan ekonomi. Berikut

adalah gambaran bagaimana kondisi dan

pengaruh keempat komponen tersebut pada

pertumbuhan ekonomi Indonesia

Harga komoditas pangan dan minyak dunia

yang sedang dalam trend menurun

menyebabkan kontribusi pertumbuhan yang

berasal dari ekspor bersih menurun karena

mayoritas barang ekspor Indonesia adalah

komoditas. Melemahnya Rupiah belum terbukti

dapat menaikkan kinerja ekspor domestik

dikarenakan pengaruh penurunan harga

internasional komoditas andalan pada

penurunan kinerja ekspor masih lebih kuat.

Dari sisi konsumsi masyarakat, saat ini

mengalami perlambatan di tengah kenaikan

harga barang dan jasa di pasar yang dipicu oleh

faktor internal dan eksternal. Faktor yang

bersifat internal berupa penghapusan bertahap

subsidi energi dalam APBN-P, distribusi barang

dan kondisi Infrastruktur konektivitas,

sedangkan faktor eksternal mencakup

pelemahan nilai tukar rupiah, pengaruh el nino

pada produktivitas pangan)

Dari sisi Investasi, sampai dengan triwulan1

2015 terdapat trend penurunan jumlah realisasi

aktivitas Investasi langsung luar negeri.

Penurunan aktivitas ini sejalan dengan turunnya

aliran modal masuk dengan adanya Foreign

Direct Investment (FDI) tersebut.

Komponen InflasiJuli

2015 (%)

Tingkat

InflasiTahun

kalender 2015

(%)

Umum 0,93 1,90

Inti 0,34 2,34

Administered

Price 1,67 0,17

Volatile Food 2,13 2,47 Sumber: Bank Indonesia

Tabel II. Inflasidan asal Inflasi per Juli 2015

EKONOMI

DOMESTIK

PERCEPATAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH:

SEBUAH KENISCAYAAN

04

Page 5: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Dari sisi realisasi pengeluaran Pemerintah,

terdapat kondisi yang berbeda jika

dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.

Walaupun terdapat kenaikan realisasi

pengeluaran jika dibandingkan dengan Semester

I tahun 2015, pengeluaran pemerintah belum

berhasil mengeliminir dampak pelemahan

kondisi kontributor pertumbuhan yang lain yang

terjadi sepanjang tahun 2015 . Hal ini tercermin

dari masih rendahnya pertumbuhan ekonomi

Indonesia dibandingkan tahun lalu.

Faktor utama yang menjadi penghambat

percepatan realisasi belanja Pemerintah di tahun

2015 adalah perubahan nomenklatur pada

sejumlah kementerian. Sampai dengan 31 Juli

2015, realisasi belanja K/L baru mencapai Rp

261,0 triliun (atau 32,8% dari APBN-P 2015)

sedangkan realisasi belanja non K/L mencapai

Rp.227,6 triliun atau 43,3% dari APBN-P 2015.

Dari gambaran tersebut, hal percepatan realisasi

anggaran Pemerintah strategis untuk

dilakukan..percepatan lebih dipengaruhi oleh

kondisi internal yang relatif bisa dikendalikan

oleh Pemerintah. Misalnya, perubahan

nomenklatur kementerian yang telah selesai

diyakini akan berdampak besar pada realisasi

belanja secara keseluruhan.

Percepatan diharapkan akan terjadi dengan

telah dikeluarkannya beberapa ketentuan

perundang-undangan, seperti Peraturan

Presiden No 75/2014 tentang Percepatan

Penyediaan Infrastruktur Prioritas (sebagai cikal

bakal pembentukan Komite Percepatan

Penyediaan Infrastruktur Prioritas), Peraturan

Presiden no 38/2015 terkait PPP, Peraturan

Presiden no 30/2015 tentang Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum, , Peraturan Pemerintah

terkait Penyertaan Modal Negara tahun 2015,

Peraturan dalam rangka penugasan khusus

kepada BUMN dalam rangka Pembangunan

Infrastruktur, dan peraturan perundangan

lainnya yang bersifat sektoral

Selain itu, Pemerintah Pusat perlu mendorong

percepatan realisasi anggaran Pemerintah

Daerahuntuk mempengaruhi kegiatan ekonomi

masyarakat dan Industri setempat.

Grafik III. realisasi FDI danaliran modal masuk per QI 2015

Sumber: BKPMdan, Bank Indonesi

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

Q1 2012Q2 2012Q3 2012Q4 2012Q1 2013Q2 2013Q3 2013Q4 2013Q1 2014Q2 2014Q3 2014Q4 2014Q1 2015

Juta $

FDI BKPM FDI BI

05

Page 6: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Apa Kabar,

Dana

Desa oleh Susiyanti foto: anlam.ac.id

Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengamanatkan adanya alokasi dana bagi

desa-desa di seluruh Indonesia. Dana desapun menjadi program pertama kali yang di luncurkan di

Indonesia dan menjadi bagian dari salah satu tujuan negara untuk membangun desa-desa di seluruh

Indonesia. Lantas sudah sejauh mana realisasinya ?

Secara demografi, sebagian besar penduduk Indonesia memang tinggal di daerah pedesaan. Sehingga

menggerakkan perekonomian desa, membuka lapangan kerja di desa dan mempercepat pembangunan

wilayah perdesaan diharapkan bisa menjadi solusi dan memiliki dampak yang luas dalam pembangunan

Indonesia secara menyeluruh.

Alokasi Dana Desa pada dasarnya merupakan dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima

oleh Kabupaten/Kota. Pada prinsipnya, dana desa sendiri harus digunakan untuk pelaksanaan

kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa yang diatur dan diurus oleh

desa.

Dana desa menjadi salah satu cara bagi negara untuk mencapai tujuan negara yakni membangun desa

sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan dan mensejahterakan

masyarakat desa. Prioritas dana desa adalah untuk membiayai belanja pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat sebagaimana yang tertuang dalam prioritas belanja desa yang disepakati dalam musyawarah

desa. Dana desa juga digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Dana desa yang diluncurkan ke seluruh kabupaten dan kota seluruh Indonesia, tertuang dalam Peraturan

Menteri (Permen) Desa nomor 5 tahun 2015 terkait prioritas penggunaan dana desa tahun 2015. Dan itu

merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa. Kemudian tertuang kembali

kedalam Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang Dana desa yang Bersusumber dari APBN.

Setidaknya ada 74 ribu desa yang tersebar di seluruh Indonesia.

EKONOMI

DOMESTIK

?

06

Page 7: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Dalam dokumen APBN 2015 yang telah disepakati, pagu Dana Desa sebesar Rp9,06 triliun, yang

tercantum di dalam postur alokasi Transfer ke Daerah; Rp630,9 triliun bersama dengan komponen Dana

Perimbangan (DBH, DAU, DAK) sebesar Rp509,5 triliun, Dana Otonomi Khusus (Papua, Papua Barat dan

NAD) Rp16,5 triliun, Dana Keistimewaan DIY Rp547 miliar serta Dana Transfer Lainnya Rp104,4 triliun.

Dalam pasal 2 PP No. 60 Tahun 2014, disebutkan bahwa Dana Desa dikelola secara tertib, taat kepada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat.

Berdasarkan hasil perhitungan pemerintah, Pulau Jawa dan Sumatera memperoleh alokasi terbesar Rp3,6

triliun dan Rp1,86 triliun. Menyusul kemudian Provinsi Papua Rp1,37 triliun, Sulawesi Rp878,6 miliar,

Kalimantan Rp852,7 miliar, kemudian Bali, NTT, NTB sebesar Rp500,3 miliar. Di Pulau Jawa sendiri, Provinsi

Jawa Timur mendapatkan alokasi terbesar yaitu Rp1,16 triliun dengan jumlah kabupaten/kota sebanyak

30. Dengan mempertimbangkan jumlah daerah, maka Provinsi Papua memperoleh alokasi terbesar Rp1,17

triliun untuk 29 kabupaten/kota

Hingga akhir Juli 2015, Mentri DPDTT Marwan Jafar menyatakan penyaluran dana desa tahap pertama

telah selesai. Sebagai tahap awal setidaknya 8.28 trilyun dana desa telah disalurkan. Meski tahap

pertama cukup sukses, namun masih ada beberapa kendala dalam proses penyaluran tahap awal. Namun

lebih pada persoalan internal di kabupaten maupun di kota, seperti peraturan Bupati, Walikota yang

menjadi syarat transferan dana desa.

Berdasarkan portal resmi kementrian desa, sejumlah daerah yang sempat mengalami keterlambatan

dalam tranfer dana desa di antaranya adalah Kab. Kepahiang (Bengkulu), Kab. Majalengka (Jawa Barat),

Kota Batu (Jawa Timur), Kab. Konawe Kepulauan (Sulawesi Tenggara), Kab. Merauke, Kab. Paniai, Kab.

Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab. Supiori, Kab. Mamberamo Raya, Kab. Mamberamo Puncak, Kab.

Puncak (Papua), Kab. Teluk Bintuni (Papua Barat). Alasan keterlambatan adalah karena belum

menyerahkan Peraturan Bupati/Walikota yang menjadi syarat transferan dana desa.

Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menyatakan bahwa salah satu hambatan

dalam penyaluran dana desa adalah terkait kemampuan desa dalam menyusun anggaran pendapatan dan

belanja (APB) desa. Desa-desa yang terlambat menerima kiriman dana desa adalah desa-desa yang

terlambat dalam menyerahkan APB. Desa-desa tersebut kurang memahami cara menyusun APB.

Kemenkeu berusaha mempercepat penyaluran dana desa dari rekening kas umum negara (RKUN) ke

rekening kas umum desa (RKUD). Tidak hanya itu, pihaknya juga telah menggelar workshop di banyak

Kabupaten dan Kota terkait cara menghitung pembagian dana desa per desa dan memberikan template

Perbup dan Perwali.

Dari sisi Kementrian Desa sendiri, mereka juga telah membentuk Tim Pengendali yang bertanggung jawab

dalam melaksanakan kordinasi kebijakan dan pengendalian pengelolaan Dana Desa, termasuk

penyalurannya kepada desa-desa sesuai ketentuan yang berlaku. Menteri Marwan juga menghimbau para

Kepala Desa agar jangan hanya pasif menunggu saja tapi bersikap menjemput bola dengan proaktif

mendatangi dan menanyakan soal dana desa langsung kepada Bupati/Walikotanya masing-masing.

Mengenai penggunaan dana desa, telah diatur dalam Permendesa Nomor 5 tahun 2015 tentang

Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015. Diantaranya diprioritaskan untuk membangun

atau memperbaiki infrastruktur desa yang sifatnya vital dan mendesak, seperti jalan desa, jalan usaha tani,

embung desa, sarana irigasi tersier, saluran budidaya perikanan dan sarana prasarana produksi di desa.

Referensi: Kementerian Desa, PDT, danTransmigrasi

07

Page 8: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Oleh Yayu Andini

El Nino merupakan sebuah gejala alam yang

muncul akibat meningkatnya suhu permukaan

laut di samudra Pasifik. Kondisi tersebut

mengakibatkan terjadinya penyimpangan iklim

di wilayah sekitar equator. Karena posisi

Indonesia berada pada jalur equator tentunya

membuat Indonesia tidak bisa terhindar dari El

Nino. Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh

El Nino di Indonesia adalah berkurangnya curah

hujan sehingga menyebabkan kekeringan yang

berujung pada terganggunya kestabilan pangan

Indonesia khususnya padi.

El Nino yang terjadi pada agustus hingga

desember 2015, diperkirakan oleh BMKG berada

pada intensitas moderat hingga lemah. Hal

tersebut diindikasikan oleh beberapa hal.

Pertama curah hujan yang terjadi pada Juli 2015

lebih sedikit dibandingkan Juli 2014 dan terjadi

hampir di seluruh wilayah Indonesia; Kedua

mayoritas wilayah di Indonesia menunjukan

intensitas curah hujan di bawah Normal; Ketiga

beberapa wilayah di Indonesia telah mengalami

hari tanpa hujan yang berkepanjangan. Hal ini

terjadi di sebagian pulau Jawa, Sulsel, Bali, NTB

dan NTT.; dan Keempat kemarau yang sedang

berlangsung ini diperkirakan masih terjadi

hingga akhir Oktober 2015.

Selain berdampak pada instabilitas pangan, El

Nino juga berdampak pada penurunan produksi

komoditas yang rentan pada cuaca kering

seperti padi, gandum, jagung, kedelai ,kacang

tanah dan umbi umbian. Menilik sejarah, El Nino

Tpi - tpid

08

Foto: www.citizendaily.net Foto: phys.org

Page 9: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

dengan intensitas yang kuat pernah terjadi di

Indonesia pada tahun 1997/1998. Hal ini

mengakibatkan penurunan jumlah produksi padi

dari 49,4 juta ton GKG pada tahun 1997 menjadi

49,2 Juta ton GKG pada tahun 1998. Hal itu juga

yang menyebabkan Indonesia harus menaikan

impor beras dari yang semula 204 ribu ton pada

tahun 1997 menjadi 5,96 Juta ton pada tahun

1998.

Mengacu pada data prediksi BMKG dan

pengalaman El Nino sebelumnya, Pemerintah

memprediksi kenaikan beberapa bahan pangan.

Harga gabah diperkirakan akan meningkat

antara 3-7%, harga beras meningkat antara 5-

9%, harga jagung meningkat antara 2-6% dan

harga kedelai meningkat antara 4-11%.

Dari pemaparan tersebut, dampak El Nino yang

akan terjadi pada tahun ini perlu diperhatikan

dengan seksama. Sesuai dengan arahan BMKG,

El Nino pada tahun ini diprediksi berada pada

intensitas moderat hingga kuat, maka perlu

adanya suatu koordinasi dari setiap stakeholder

untuk meminimalisir dampak dari El Nino.

Menyoroti hal tersebut Menteri Koordinator

Perekonomian Sofyan Djalil pada akhir bulan juli

lalu mengadakan rapat dengan beberapa

Kementerian, terkait pembuatan antisipasi El

Nino. Hal tersebut telah diajukan dalam rapat

terbatas bersama Presiden RI. Hasil dari

pembahasan El Nino tersebut terlihat dari

respon Presiden Joko Widodo yang telah

memerintahkan sejumlah Menteri untuk

waspada dalam mengantisipasi dampak El Nino.

Pemerintah melalui Dirjen Anggaran

Kementerian Keuangan, menyatakan setidaknya

Rp3,5 triliun telah di siapkan untuk

menghandapi El Nino. Anggaran tersebut

digunakan untuk membiayai stok bahan pangan

jika terjadi kekurangan. Selain itu, dalam APBN-P

2015 juga telah disiapkan anggaran sebesar

Rp150 miliar untuk digunakan sebagai asuransi

pertanian. Dimana alokasi ini dirancang untuk

mengantisipasi setidaknya satu juta lahan

pangan yang terkena dampak El Nino

Gambar 1 Fenomena El Nino

Sumber: Pusat Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim BMKG, 2015

KONDISI NORMAL

(Des – Feb)

KONDISI EL NINO

(Des – Feb)

Uap Air

09

Page 10: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

L A P O R A N U T A M A

Kesiapan indonesia memasuki liberalisasi sektor jasa asean

Koordinasi kebijakan dalam rangka menyongsong masyarakat ekonomi asean

Sertifikasi tenaga kerja profesional asean

Page 11: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

foto: www.dynamicscafe.com

KESIAPAN INDONESA

MEMASUKI LIBERALISASI SEKTOR JASA ASEAN

(ASEAN FRAMEWORK ON SERVICES)

Sektor jasa mempunyai peran semakin terhadap perekonomian nasional baik dari sisi nilai maupun

pertumbuhannya, untuk itu pembenahan dan penguatan sektor ini perlu dilakukan dalam rangka

memasuki MEA 2015

Oleh: Benito Rio Avianto

Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN

Manufacture,

24%

Trade, 15%

Agriculture 14%

Service,

11%

Mining, 10%

Others, 26%

Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDB

2014

Pertumbuhan Beberapa Sektor Penting terhadap

Perekonomian Indonesia

LAPORAN

UTAMA

11

Page 12: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

(MEA) akan dideklarasikan pada akhir tahun 2015 dan berlaku efektif pada 1 Januari 2016. MEA bukanlah

sebuah event, tetapi proses pembentukannya sudah berjalan sejak ditandatanganinya Cetak Biru

Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC Blueprint) pada penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

ASEAN ke-13 bulan pada November 2007 di Singapura. Salah satu pilar MEA adalah pasar tunggal dan

basis produksi, yang salah satu elemennya adalah arus bebas jasa (free flow of services). Indonesia

tentunya perlu memanfaatkan momentum liberalisasi ASEAN tersebut dengan menghasilkan produk jasa

yang berkualitas dan kompetitif serta berdaya saing.

Berbicara mengenai liberalisasi sektor jasa, berarti berbicara soal kompetisi langsung, antara jasa,

perusahaan jasa dan tenaga kerja Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN. Artinya, apabila

Indonesia tidak dapat mengambil manfaat dari perdagangan jasa tersebut, maka negara lain yang lebih

siaplah yang akan mendapatkan keuntungan dari Indonesia. Kesepakatan liberalisasi sektor jasa ASEAN

sudah disepakati dan Indonesia harus berbenah diri guna memanfaatkan peluang tersebut meningkatkan

kesiapan dalam berkompetisi. Pada bidang ketenagakerjaan, kendati Indonesia memiliki usia tenaga kerja

produktif yang sangat besar, ancaman masuknya tenaga kerja asing (TKA) terampil tidak dapat diabaikan.

Sangat disayangkan

bahwa Indonesia

hinggat saat ini belum

memiliki regulasi yang

memadai guna

memberi perlindungan

bagi tenaga kerja lokal

dalam hal

perdagangan jasa.

Regulasi yang ada di

antaranya UU

No.13/2003 tentang

Ketenagakerjaan dan

Permenakertrans

No.34/Men/IX/2006

tentang Ketentuan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing kepada pengusaha yang mempekerjakan

Tenaga Kerja Asing pada Jabatan Direksi dan Komisaris. Kedua aturan tersebut bersifat kontra produktif

dengan semangat liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS) yang masih membatasi mobilitas tenaga kerja

terampil. Regulasi tersebut diperlukan agar tenaga kerja dalam negeri tidak tergerus oleh kehadiran TKA

khususnya yang memiliki standar kompetensi lebih tinggi.

AFAS (ASEAN Framework Agreement on Services) adalah persetujuan dan kerjasama dalam rangka liberalisasi

perdagangan bidang jasa dalam forum ASEAN. Perjanjian antar negara ASEAN ini pada prinsipnya

mencerminkan keinginan agar sesama anggota ASEAN melakukan liberalisasi perdagangan jasa antar negara

ASEAN secara lebih luas dan lebih mendalam dibandingkan dengan liberalisasi yang ditempuh dalam rangka GATS/

WTO (General Agreement on Trade in Services/ World Trade Organization). Kesepakatan AFAS ini ditandangani oleh

12

Page 13: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Menteri Ekonomi ASEAN pada bulan Desember 1995 di Bangkok, Thailand. Terdapat 12 (dua belas) kategori

besar yang tercakup dalam sektor jasa ASEAN. Ke-12 sektor itu, sealur dengan cakupan dalam WTO,

adalah (1) jasa bisnis, (2) jasa komunikasi, (3) jasa teknik konstruksi dan teknik terkait, (4) jasa distribusi, (5)

jasa pendidikan, (6) jasa lingkungan hidup, (7) jasa keuangan, (8) jasa yang terkait dengan kesehatan dan

sosial, (9) pariwisata dan jasa yang terkait dengan perjalanan, (10) jasa rekreasi, kebudayaan, dan olahraga,

(11) jasa angkutan, dan (12) jasa lainnya yang tak tercantum di sektor lainnya.

Berdasarkan roadmap liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS), perundingan AFAS telah memasuki putaran

terakhir (Paket ke-10) dimana terdapat 128 sub-sektor yang telah disepakati untuk diliberalisasi dengan

ketentuan tingkat penyertaan modal asing (foreign equity participation/FEP) mencapai 70% dan hambatan

domestik (national treatment) maksimal 1 (satu). Indonesia sendiri telah berupaya memenuhi komitmen

tersebut yaitu dengan melakukan Rapat Koordinasi tingkat Eselon I pada Juni 2015 yang dipimpin oleh

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional, Kemenko Perekonomian. Namun mengingat

banyaknya sub-sektor dan tingginya FEP pada AFAS 10, hingga saat ini proses tersebut belum selesai.

Pemenuhan komitmen liberalisasi sektor jasa ASEAN sebenarnya adalah upaya untuk meningkatkan

kualitas produk jasa Indonesia sesuai dengan standar ASEAN. Dengan demikian, komitmen ini sekaligus

sebagai cara untuk membenahi regulasi, overview kurikulum, perbaikan sistem dan koordinasi yang lebih

kuat pada sektor ini. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 7%, dalam rangka mengejar target

menjadi nomor tujuh kekuatan ekonomi terbesar dunia, tentunya tidak lepas dari peran sektor jasa

sebagai pendorong mesin pertumbuhan ekonomi. Untuk itu partisipasi Indonesia dalam perdagangan

jasa ASEAN merupakan hal yang mutlak.

13

Page 14: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

oleh Benito Rio Avianto

MEA bukanlah sebuah event yang berlaku sejak 31 Desember 2015, tetapi merupakan proses panjang

sejak tahun 2008 saat Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN ditandatangani oleh Kepala Negara ASEAN.

Pemerintah Indonesia sejak tahun 2008, sejalan dengan kesepakatan MEA, telah menyiapkan berbagai

kebijakan dalam menyongsong berlakunya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Koordinasi

kebijakan yang telah dilaksanakan antara lain:

1. Policy Paper berjudul Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA berisi gambaran kesiapan daya

saing, termasuk peluang dan tantangan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 dan berisi

langkah-langkah strategis untuk mengambil manfaat MEA. Penyusunan policy paper ini

dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian untuk Presiden RI dan diterbitkan pada bulan

Desember 2012 dan utamanya menitik beratkan pada perdagangan barang, jasa dan investasi

2. Keppres No. 23/2012 tentang Sekretariat Nasional ASEAN. Sesuai dengan Pasal 3 Piagam

ASEAN, maka pada tiap negara anggota ASEAN diperintahkan untuk mendirikan Sekretariat

Nasional ASEAN yang berfungsi mengkoordinasikan tiga pilar yaitu pilar politik-keamanan, pilar

ekonomi dan pilar sosial-budaya. Kementerian Luar Negeri, dalam hal ini merupakan Koordinator

Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia.

3. Instruksi Presiden (Inpres) No. 11 tahun 2011 tentang Tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak

Biru Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast Asian Nations Tahun 2011. Inpres ini

merupakan perintah Presiden kepada Kementerian/Lembaga (K/L) terkait untuk melaksanakan

rencana aksi strategis yang tertera dalam Cetak Biru Masyakat Ekonomi ASEAN. Inpres ini juga

dilengkapi matriks program kerja dari masing-masing Kementerian/Lembaga disertai keluaran

dan target penyelesaian.

4. Inpres No. 6/2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional Dalam Menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN; Inpres ini bertujuan mendorong K/L dan Pemerintah Daerah agar meningkat

daya saingnya dalam menghadapi MEA.

5. Keppres No. 37/2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi

ASEAN merupakan Keppres yang membentuk komite terdiri atas unsur pemerintah, akademisi,

asosiasi, pengusaha, kalangan profesional untuk melaksanan komitmen-komitmen kerjasama

ekonomi ASEAN.

LAPORAN

UTAMA

KOORDINASI KEBIJAKAN

DALAM RANGKA MENYONGSONG

14

Page 15: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

ebagai bagian integral dari MEA, yang dicanangkan tercapai pada akhir tahun 2015, liberalisasi

sektor jasa akan mengakibatkan mobilitas tenaga kerja terampil intra-ASEAN menjadi tidak

terhambat. Hal ini sejalan dengan Pilar Pasar Tunggal dan Basis Produksi dimana di dalamnya

terdapat aliran bebas jasa.

Prinsip, Mekanisme, dan Capaian

Secara konseptual, ada dua prinsip terminologi dari perpindahan tenaga kerja terampil ini.

Pertama, istilah itu sealur dengan prinsip Movement of Natural Persons (MNP) dalam Organisasi

Perdagangan Dunia (WTO). Menurut Chia Siow Yue (2011), yang berhak melakukan mobilitas adalah

individu terampil dan para profesional untuk kurun waktu tertentu, baik sebagai individu yang

mempekerjakan dirinya sendiri maupun sebagai pekerja dari suatu perusahaan asing. Karena itu, yang

termasuk dalam MNP adalah pengunjung bisnis, investor, dan pedagang yang melaksanakan kegiatan

investasi dan perdagangan, pindahan tenaga kerja antarperusahaan (pekerja di perusahaan multinasional),

dan kalangan profesional seperti dokter, perawat, pengacara, akuntan, insinyur teknik, dan pekerja

profesional teknologi informasi.

Kedua, walaupun memiliki hak melakukan mobilitas, perpindahan ini tidak berarti mengacu pada prinsip

absolute mobility atau totally free. Menurut Marry Grace L Riguer (2010), istilah yang lebih tepat adalah

mobilitas yang terkelola atau facilitated entry.

Dalam hal ini, terdiri dari 12 kategori besar yang tercakup dalam sektor jasa ASEAN. Ke-12 sektor tersebut,

sealur dengan cakupan dalam WTO, adalah (1) jasa bisnis, (2) jasa komunikasi, (3) jasa teknik konstruksi

dan teknik terkait, (4) jasa distribusi, (5) jasa pendidikan, (6) jasa lingkungan hidup, (7) jasa keuangan, (8)

jasa yang terkait dengan kesehatan dan sosial, (9) pariwisata dan jasa yang terkait dengan perjalanan, (10)

jasa rekreasi, kebudayaan, dan olahraga, (11) jasa angkutan, dan (12) jasa lainnya yang tak tercantum di

sektor lainnya. Dirinci lebih jauh, 12 kategori sektor ini dapat lagi terurai menjadi sekitar 160 klasifikasi

S

LAPORAN

UTAMA

oleh Benito Rio Avianto

15

Page 16: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Identifikasi yang dilakukan menunjukkan pula mekanisme untuk perpindahan tenaga kerja terampil bebas

dalam sektor jasa ini tak dapat dilakukan seketika. Pertama-tama dibutuhkan penciptaan Mutual

Recognition Arrangement (MRA). Di bawah payung mekanisme MRA, negara tujuan atau negara

penerima mengakui kualifikasi profesional dan muatan latihan yang diperoleh dari negara pengirim atau

negara asal tenaga kerja terampil. Hal ini menandakan, negara asal memiliki otoritas untuk mengesahkan

kualifikasi dan pelatihan dengan cara memberikan diploma atau sertifikat. Namun, harus pula dicatat

bahwa pengakuan yang diberikan melalui MRA tidak otomatis. Ada proses dan konsensus untuk

penentuan standar dan syarat lain yang diterapkan, baik di negara penerima maupun di negara asal.

Dengan kata lain, MRA tak langsung memberikan hak melaksanakan suatu profesi. Pengakuan tidak

memberikan jaminan bahwa akan ada akses pasar.

Meski tak langsung memberikan jaminan akses pasar, MRA merupakan langkah awal penting

mempromosikan perpindahan tenaga kerja terampil itu. Sejauh yang dicermati, capaian ASEAN dalam

kaitan dengan MRA ini cukup baik. Setidaknya saat ini ASEAN telah menyepakati delapan MRA, antara lain

mencakup profesi seperti jasa teknik, arsitek, jasa keperawatan, praktisi medis-dokter, praktisi dokter gigi,

jasa akuntan, hingga profesi penyigian. Upaya lanjutan terus dilakukan untuk menciptakan puluhan MRA

lainnya.

Tantangan

Tentu saja liberalisasi sektor jasa ini dapat dilihat sebagai ancaman. Kompetisi di pasar tenaga kerja pasti

semakin meningkat. Namun, karena telah menyatakan komitmennya mewujudkan MEA pada 2015, tidak

ada lagi kemungkinan bagi Indonesia untuk mundur. Oleh karena itu, istilah yang lebih tepat barangkali

bukanlah ancaman, melainkan tantangan. Identifikasi yang dilakukan menunjukkan ada empat tantangan

utama.

Pertama, mengaitkan agenda mobilitas pekerja terampil dengan tidak terampil. Sebenarnya mobilitas

tenaga kerja Indonesia di intra-ASEAN sangat tinggi, tetapi untuk yang tak berMEAhlian. Indonesia adalah

pengekspor tenaga kerja tidak terampil terbesar di antara negara ASEAN. Namun, gagasan MEA hingga

kini belum (tidak) mengakomodasi kepentingan pekerja tidak berketerampilan khusus itu. Barangkali

dalam dua tahun yang masih tersisa, pengaitan dua agenda ini cukup strategis untuk melindungi pekerja

tidak terampil Indonesia di beberapa negara anggota ASEAN.

Kedua, isu tentang inflow dan outflow pekerja terampil tidak merupakan isu besar di Indonesia. Isu inflow

tidak signifikan karena ekonomi nasional Indonesia masih didominasi, bersandar, dan digerakkan oleh

sektor pertanian dan pertambangan. Isu outflow juga tidak terlalu penting karena sedikitnya jumlah

angkatan kerja profesional dan keterbatasan dalam penggunaan bahasa Inggris.

Indonesia sangat berbeda dengan Singapura dan Filipina. Perdebatan brain drain versus brain gain dalam

lalu lintas tenaga kerja terampil ini tidak tampak di Indonesia. Yang mengemuka di Indonesia adalah

maraknya protes buruh pabrik. Akibatnya, tidak tampak kebijakan yang jelas dari pemerintah bagaimana

mengembangkan daya saing dari pekerja terampil Indonesia. Fokus dan agenda prioritas kebijakan

pemerintah masih terserap untuk menangani keresahan buruh pabrik dan bukan pada peningkatan daya

saing pekerja terampil.

Ketiga, menyiasati regulasi-regulasi domestik di setiap negara ASEAN. Hal ini disebabkan watak MRA itu

sendiri yang tak bersifat otomatis. MRA masih harus disertai adanya kebutuhan harmonisasi kebijakan

16

Page 17: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

antarnegara anggota ASEAN. Namun, harmonisasi kebijakan tidaklah mudah karena menyangkut isu

politik domestik dan perubahan regulasi. Karena itu, asas reciprocity dalam agenda liberalisasi perlu tetap

dipegang kuat. Tujuannya agar tenaga kerja terampil Indonesia dapat juga dengan mudah diberi akses

bekerja di negara anggota ASEAN lain.

Keempat, kualitas pekerja terampil Indonesia. Menurut laporan Bank Dunia, terdapat kesenjangan besar

dalam kualitas pekerja terampil Indonesia. Disebutkan bahwa kesenjangan terbesar adalah penggunaan

bahasa inggris (44%), keterampilan penggunaan komputer (36%), keterampilan perilaku (30%),

keterampilan berpikir kritis (33%), dan keterampilan dasar (13%).

Komposisi angkatan kerja di Indonesia juga sangat timpang. Hanya sekitar 7% yang mengecap

pendidikan tinggi. Terlebih lagi dari sekitar 550 universitas yang ada di Indonesia (90% adalah swasta),

hanya beberapa universitas seperti UI, ITB, dan UGM yang memiliki permintaan pasar tenaga kerja yang

baik. Hubungan antara universitas dan industri juga disebutkan sangat lemah. Oleh karena itu,

tantangannya adalah bagaimana memperkecil kesenjangan ini.

Dalam kaitan ini, menarik pula menggarisbawahi laporan Center for International Trade Studies Thailand

(2012). Kajian terhadap enam profesi yang telah memiliki MRA di ASEAN menunjukkan bahwa terdapat

tiga kategori negara anggota untuk kualitas tenaga kerja terampil, yaitu sangat kompetitif, menengah,

dan kurang kompetitif. Singapura selalu menempati urutan paling kompetitif.

Keunggulan Singapura tampaknya sangat terkait dengan reputasi dan prestasi lembaga pendidikan tinggi

di negeri itu dan lembaga pelatihannya. Dari tiga kategori ini, potensi daya saing Indonesia untuk kategori

kompetitif ada di profesi dokter gigi dan akuntan. Namun, dalam profesi ini pun, kompetitor Indonesia

juga cukup banyak. Untuk dokter gigi, misalnya, Indonesia harus bersaing dengan Thailand, Malaysia,

Singapura, dan Myanmar. Untuk akuntan, Indonesia harus bersaing dengan Singapura, Malaysia, dan

Thailand.

Untuk profesi praktisi medis (dokter), Indonesia berada pada pengelompokan menengah dan harus

bersaing dengan Filipina dan Vietnam. Situasi yang sama juga dihadapi profesi perawat. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan dalam penggunaan bahasa Inggris dan dikelompokkan sejajar dengan

Thailand.

Terkait dengan profesi dokter dan perawat, laporan OECD menyebutkan bahwa kebutuhan dokter dan

perawat di Indonesia masih sangat besar. Rasio antara jumlah dokter dan perawat di Indonesia masih jauh

tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Rasio dokter dengan jumlah penduduk berada pada angka

0,3 untuk setiap 1.000 penduduk. Jauh tertinggal dibandingkan dengan rasio Singapura (1,7), Malaysia

(1,2), dan Filipina (1,1). Demikian juga untuk perawat, rasionya adalah 2,0, sementara Singapura (5,2),

Malaysia (2,4), dan Filipina (4,3).

Peluang?

Komposisi angkatan kerja di Indonesia sangat timpang. Walau Indonesia penyumbang angkatan kerja

terbesar di ASEAN (hampir sekitar 50% dari angkatan kerja usia 25-54 tahun), hanya sekitar 7% yang

mengecap pendidikan tinggi.

Apa yang harus dilakukan? Pengembangan tenaga kerja terampil tak semudah membalik tangan. Kualitas

yang baik dan kompetitif di pasar tenaga kerja adalah buah kerja keras dan investasi jangka panjang luar

biasa yang membutuhkan konsistensi kebijakan. Sepanjang ketiga hal ini tak dapat dilakukan, liberalisasi

17

Page 18: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

sektor jasa tak akan memberikan manfaat banyak bagi tenaga kerja terampil Indonesia. Negeri ini akan

lebih banyak menerima tenaga terampil dari negara anggota ASEAN dibandingkan sebaliknya.

Ada dua langkah praktis yang mungkin dapat dilakukan untuk mengurangi masalah ini. Pertama,

memperkuat kerja sama pendidikan dengan negara ASEAN yang lebih maju pendidikan tingginya,

terutama Singapura. Mekanisme untuk ini sebenarnya telah ada melalui ASEAN University Network.

Dengan menggunakan jaringan ini, kegiatan pertukaran pelajar dan pengajar antara lembaga pendidikan

tinggi/universitas di Indonesia dan Singapura dapat diintensifkan.

Kedua, membuat aturan domestik yang memberikan prioritas bagi tenaga kerja terampil Indonesia untuk

profesi yang telah dan akan diliberalkan. Misalnya, dengan menetapkan persentase tertentu dari besaran

tenaga kerja terampil asing dalam suatu unit bisnis usaha yang dikategorikan sebagai jasa. Tujuannya

agar kita tidak sekadar wilayah pasar saja. Oleh karena itu, identifikasi yang sangat rinci dan mendalam

tentang daya saing tenaga kerja terampil Indonesia sangatlah penting.

Regulasi restriktif seperti ini masih dimungkinkan karena, seperti yang telah disebutkan, MRA tak berlaku

otomatis. Dengan kata lain, Indonesia sebaiknya hanya meliberalkan profesi jasa di mana ia memiliki daya

saing yang sangat baik.

No MRA Tempat/Tanggal

Penandatanganan Status

1 MRA on Engineering Services Malaysia / 9 Des 2005 Sudah ada MRA dan pengakuan Sertifikasi

ASEAN

2 MRA on Nursing Services Filipina / 8 Des 2006 Sudah ada MRA, namun masih dalam

proses pengakuan Sertifikasi

3 MRA on Architectural Services Singapura / 19 Nov 2007 Sudah ada MRA dan pengakuan Sertifikasi

ASEAN

4 Framework Arrangement for

Mutual Recognition on Surveying

Qualification

Singapura / 19 Nov 2007 Masih dalam bentuk Framework dan

sedang dalam proses menuju MRA

5 MRA on Tourism Professional Vietnam / 9 Jan 2009 Sudah ada MRA, namun masih dalam

proses pengakuan Sertifikasi

6 MRA on Medical Practitioners Thailand / 26 Feb 2009 Sudah ada MRA, namun masih dalam

proses pengakuan Sertifikasi

7 MRA on Dental Practitioners Thailand / 26 Feb 2009 Sudah ada MRA, namun masih dalam

proses pengakuan Sertifikasi

8 MRA on Accountancy Myanmar / 25 Agust 2014 Dalam pembahasan Road Map

18

Page 19: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Member States Engineering

(ACPEs)

Architecture

(AAs)

Brunei Darussalam 2 1

Cambodia - -

Indonesia 478 (38%) 73 (28%)

Lao PDR - 5

Malaysia 207 35

Myanmar 101 12

Philippines 77 49

Singapore 229 67

Thailand 24 6

Viet Nam 134 7

Total 1.252 255

19

Page 20: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Membahas hubungan bilateral antara Singapura-Indonesia tak lain merupakan sebuah sejarah panjang

kerjasama dua negara bertetangga. Bahkan jauh sebelum keduanya memperoleh kemerdekaannya

masing-masing. Meski diwarnai pasang surut, namun komitmen kerjasama terus berlangsung dalam

berbagai bidang. Salah satunya melalui working group atau kelompok yang sudah disepakati dalam

beberapa tahun terakhir ini.

Tahun 2015 ini menjadi tahun ke lima bagi kesepakatan kedua negara untuk menjalin working group

setelah dirintis pertama kali pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 2010 lalu.

Dari tahun ke tahun, kerjasama yang menyangkut enam bidang ini terus berlanjut seiring dengan

pergantian kepemimpinan di Indonesia. Presiden Joko Widodo dalam kunjungan ke Singapura beberapa

waktu lalupun mempertegas komitmen yang serupa.

Work group menurut Stephen P. Robbins dalam Essentials of Organization Behavior adalah kelompok

yang para anggotanya saling berinteraksi terutama untuk saling berbagi informasi untuk membuat

keputusan guna membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya masing-masing. Dalam konteks

working group antara Indonesia dan Singapura, kedua negara ini telah menyepakati kelompok kerjasama

yang difokuskan pada enam bidang yakni investasi, perhubungan udara, pariwisata, ketenagakerjaan,

agribisnis, dan kerja sama di kawasan pertumbuhan Batam, Bintan, Karimun serta kawasan ekonomi

lainnya.

Mitra dagang dan Investasi terbesar

Tak dipungkiri, dalam beberapa tahun terakhir, Singapura merupakan salah satu dari lima besar investor

dan mitra dagang terbesar di Indonesia. Singapura dengan kemampuan pengetahuan dan teknologi yang

tinggi, jaringan ekonomi serta sumber daya keuangan yang besar telah tumbuh menjadi negara dengan

kekuatan ekonomi yang besar. Di satu sisi, Indonesia dengan sumber daya alam dan sumber daya

manusia yang melimpah membuat hubungan kerjasama antar kedua negara ini saling melengkapi satu

dengan lainnya.

INVESTASI

MANA

WORKING GROUP

INDONESIA – SINGAPURA?

oleh Susiyanti

20

Page 21: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Dari data yang diperoleh, realisasi nilai investasi Singapura di Indonesia terus meningkat dari tahun ke

tahun. Bahkan sejak 2010 hingga 2012 Singapura menduduki peringkat pertama untuk negara yang

realiasi investasinya paling besar di Indonesia. Pada 2010 realisasi investasi Singapura di Indonesia

mencapai US$5,01 miliar atau 30,9 % dari total nilai investasi yang masuk ke Indonesia. Sementara tahun

2014, nilai investasi singapura mencapai US$5,8 miliar. Begitupun di sektor perdagangan, pada 2012 nilai

perdagangan mencapai US$43,2 miliar. Sementara data Kementerian Luar Negeri menunjukkan bahwa

perdagangan bilateral mencapai US$ 41,99 miliar pada 2014.

Enam bidang

Working Group yang disepakati oleh kedua negara setidaknya mencakup enam bidang-bidang yang

cukup strategis. Terlebih dalam rangka menyambut era pasar bebas di Asia Tenggara di mana Singapura

dan Indonesia termasuk di dalamnya.

Keenam jenis working group yang telah disepakati antara lain WG di bidang Investasi. Sebagaimana

disebuat di atas, Singapura secara konsisten merupakan salah satu negara investor terbesar di Indonesia.

Sejumlah daerah yang menjadi tujuan investasi Singapura antara lain adalah Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Timur, Banten dan Sumatra Selatan. Adapun tujuan utama investasi Singapura di Indonesia yakni di

bidang transportasi, agrofood dan perkebunan, pertambangan serta industri makanan dan kimia-farmasi.

Hingga saat ini setidaknya telah diadakan kerjasama information sharing dan joint promotion ke

perusahaan-perusahaan Singapura terkait proyek-proyek infrastruktur MP3EI dan fasilitasi kemungkinan

bermitra dengan perusahaan-perusahaan Indonesia. Data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

realisasi investasi baru di kawasan Batam dengan nilai US$126,7 juta. Selain itu, kerjasama dalam bentuk

kolaborasi investasi asing dan korporasi dalam negeri juga meningkat seperti masuknya produk-produk

makanan dari Singapura ke retailer lokal.

Sementara dalam kerjasama pengembangan kawasan Batam-Bintan-Karimum (BK) dan Kawasan Ekonomi

Khusus telah melahirkan sejumlah kesepakatan program-program atau kegiatan diantaranya adalah Joint

Investment Promotion untuk mempromosikan BBK ke negara-negara Asia Timur, program Capacity

Development untuk meningkatkan pelayanan investasi di BBK, serta Joint Expert Study on Competitiveness

of Batam-Bintan-Karimun untuk melakukan benchmarking terhadap kawasan sejenis di Asia dalam rangka

meningkatkan daya saing kawasan BBK.

Kerjasama lainnya adalah dalam hal perhubungan udara. Hasil dari kerjasama ini adalah kerja sama dalam

meningkatkan kapasitas hak angkut bagi maskapai penerbangan kedua negara. Yakni bagaimana menata

bidang ini menjadi lebih efisien, murah, sehingga barang-barang pergerakan domestik jauh lebih efisien.

Hasilnya, konvektivitas penerbangan, amandemen yang dilakukan Indonesia-Singapura, Air Service

Agreement telah berhasil memberikan dampak positif pada peningkatan lalu lintas udara diantara kedua

negara.

Di bidang pariwisata, working group berkerjasama untuk mengembangkan pariwisata di kedua negara ini.

Kerjasama ini akan membuka daerah-daerah wisata potensial di Indonesia terutama di kawasan Timur.

Realisasi dalam kerjasama di bidang pariwisata ini salah satunya adalah kerjasama di bidang wisata kapal

persiar (cruise tourism). Yakni dilakukannya famtrip dan cruise workshop di Indonesia hasil kerjasama dua

negara. Kedua negara juga telah bersepakat kerjasama promosi tempat-tempat tujuan wisata di Indonesia

21

Page 22: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

yang merupakan sinergi dari dua working group yaitu pariwisata dan Air connectivity dengan signifikannya

peningkatan lalu lintas kedua negara.

Di bidang ketenagakerjaan, telah dihasilkan sejumlah kesepakatan kerjasama dalam bentuk Tripartile

Workshop on Manpower Management guna menemukan solusi atas masalah outsourcing dan minimum

wage yang seringkali menjadi kendala dalam hubungan industrial antara pemerintah, pengusaha, dan

pekerja (tripartit). Indonesia dan Singapura juga sepakat melakukan kerjasama dalam meningkatkan

kompetensi caregiver dan perawat/nurse dari Indonesia sehingga dapat memenuhi standar untuk dapat

bekerja di Singapura.

Sementara di sektor agribisnis, Indonesia dan Singapura telah melaksanakan program capacity building

untuk petani dan produsen pertanian di Indonesia untuk meningkatkan ekpor produk pertanian dari

Indonesia ke Singapura. Termasuk juga Business Matching antara produsen di Indonesia dengan supplier

dari Singapura serta kegiatan In-Store Marketing di Singapura.

Menyambut kerjasamana yang terus meningkat, Indonesia jelas tidak tinggal diam. Dalam sebuah

kunjungannya beberapa waktu lalu ke Singapura sebagaimana di kutip dari kantor berita Antara, Presiden

Joko Widodo menekankan bahwa Indonesia sedang dalam proses reformasi fundamental untuk

memperkokoh perekonomian nasional. Saat ini Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk

menciptakan iklim investasi kondusif melalui perbaikan regulasi, penyederhaan perijinan investasi dan

jaminan stabilitas keamanan dan politik.

Secara teknik berbagai persiapan lain juga dilakukan. Misalnya saja terkait dengan working group di

bidang agribisnis dimana pemerintah mulai menata dan memperbaiki rantai pasok sayur dan buah

melalui sejumlah upaya. Salah satunya adalah dengan menggerakan Kementerian Pertanian yang

mendorong pengembangan agribisnis sayur dan buah oleh perusahaan Negara dalam bidang pertanian

dan perkebunan.

22

Page 23: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Perkembangan Terbaru

Di tengah perlambatan ekonomi global,

sektor ekonomi di Filipina dapat tumbuh

sebesar 7,2% di tahun 2013. Salah satu

pendorong pertumbuhan ekonomi Filipina

adalah besarnya konsumsi rumah tangga

serta remmitance atau uang dari tenaga kerja

Filipina di luar negeri yang tumbuh hingga

5,6% per tahunnya. Pada tahun 2013, Filipina

terkena serangan topan Yolanda yang

menyebabkan arus distribusi bahan makanan

tersendat dan mengakibatkan harga bahan makanan meningkat. Namun, bencana tersebut ternyata tidak

menyebabkan inflasi di Filipina meningkat tajam. Salah satu hal penting yang dilakukan Pemerintah

adalah melakukan pembangunan paska bencana secara cepat dan masif dalam program Reconstruction

Assistance on Yolanda (RAY). Program ini berhasil mengatasi mahalnya bahan makanan dan kenaikan

bahan konstruksi.

Terdapat kesamaan antara Indonesia dan Filipina dalam hal penyebab inflasi. Pertama letak geografis

yang terpisah oleh laut menyebabkan biaya transportasi menjadi pendorong inflasi utama. Pada akhirnya

berdampak juga terhadap salah satu faktor pendorong inflasi yaitu volatile food. Kedua, sebagai negara

yang rawan bencana, Filipina dipandang lebih siap dibandingkan Indonesia, baik dari segi

penanggulangan maupun program paska bencana. Hal ini berpengaruh secara signifikan terhadap

dampak bencana alam terhadap kenaikan harga-harga barang umum. Ketiga, Filipina dan Indonesia

sama-sama menerapkan inflation targetting walaupun pada akhirnya Filipina lebih berhasil dalam

mengendalikan inflasi.

EKONOMI

INTERNASIONAL

Pengendalian

Inflasi

Filipina

oleh Bhima Yudhistira Adhinegara

23

Page 24: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Gambar 1. Realisasi Inflasi Filipina dan India

Sumber: World Bank, 2014

Tantangan

Filipina menghadapi tantangan penanggulangan inflasi yang sedikit berbeda dari Indonesia, jumlah uang

domestik yang beredar berperan signifikan terhadap kenaikan inflasi. Penyebab utama dari kenaikan uang

domestik ini terdiri dari dua hal, pertama, rekonstruksi paska bencana topan dan rencana Pemerintah

untuk melipatgandakan anggaran infrastruktur. Oleh karena itu jika dibandingkan dengan Indonesia,

instrumen pengendali inflasi di Filipina melalui suku bunga dirasakan lebih berpengaruh. Namun perlu

dicatat bahwa inflasi dari supply side tidak dapat ditangani dengan pendekatan moneter belaka. Misalnya

kenaikan harga pangan karena el nino perlu diatasi dengan menaikkan pasokan di dalam negeri melalui

Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.

.

0

2

4

6

8

10

12

14

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Filipina India

24

Foto: blogs.wsj.com

Page 25: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 7 EDISI JUlI 2015

Pelajaran

Keberhasilan Filipina dalam mengendalikan inflasi tahunan terletak pada kebijakan inflation targetting.

Bank Sentral Filipina bekerjasama dengan Kementerian terkait terutama dibidang bahan pangan dan

transportasi untuk mengendalikan harga. Inflation targetting dapat berhasil apabila koordinasi antar

lembaga dapat berjalan. Sebagai bukti, koordinasi yang baik dalam penentuan target inflasi serta upaya

merendam hyperinflation terlihat dari Gambar 3. dan 4 dimana program inflation targetting Filipina lebih

berhasil daripada Malaysia.

Gambar 3. Inflation Targetting dan Realisasi Inflasi Filipina

Gambar 4. Realisasi Inflasi Malaysia tanpa Inflation Targetting

Sumber: Filardo, dan Genberg, 2014

25

Page 26: ekon.go.id · bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal bagi program-program yang ... membuka lapangan kerja di desa dan ... Paniai, Kab. Sarmi, Kab. Tolikara, Kab. Waropen, Kab

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

REDAKSI TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4

Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2 – 4 Jakarta, 10710

Telp. 021-3521843, Fax. 021-3521836

Email: [email protected]

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat diunduh pada website

www.ekon.go.id