eklamsia
DESCRIPTION
eklamsiaTRANSCRIPT
![Page 1: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
EKLAMSIA
Oleh:
Agung Darmawan
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2011
![Page 2: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia.
Insidens eklampsia di negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700,
karena itu kejadian kejang ini harus dihindarkan. Dalam suatu studi
multisenter, multinasional untuk membandingkan berbagai cara pengobatan,
telah dibuktikan bahwa Magnesium sulfat merupakan obat yang paling efektif
untuk mengatasi kejang pada eklampsia dibandingkan dengan obat lain
misalnya diazepam. Untuk itu direkomendasikan menjadi obat terpilih dalam
pengobatan eklampsia.
B. Tujuan
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien ekslampsia.
b. Mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada pasien
ekslampsia.
c. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan ekslampsia.
![Page 3: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/3.jpg)
TINJAUAN TEORI
1) Definisi
Eklampsia adalah kejang akibat pre-eklamsi, tindakan yang mungkin
dilakukan adalah menyelamatkan ibu dan bayinya, biasanya bayi yang lahir
dengan kasus ini akan lahir dengan berat badan rendah/kurang gizi.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan /nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita tadi
menunjukkan gejala-gejala pre-eklamsia. (kejang-kejang timbul bukan akibat
kelainan neurologik).
2) Etiologi
penyebab secara pasti belum diketahui, tetapi banyak teori yang
menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini, antara lain:
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering
ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang
merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat
diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin
dianggap bukan benda asing,. dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem
imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan terjadilah
adaptasi.Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi
imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
3. Teori Iskhemia Regio Utero Placenta
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero
placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi,
menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan
peningkatan produksi renin angiotensin dan aldosteron.Renin angiotensin
menimbulkan vasokonstriksi general, termasuk oedem pada arteriol.
Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang meningkatkan
sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan
![Page 4: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/4.jpg)
mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan permeabilitas pada membran
glumerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.
4. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas.
Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang
sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai
dengan adanya satu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan
timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga elektron yang tidak
berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain dengan menimbulkan
kerusakan sel.Pada eklamsia sumber radikal bebas yang utama adalah
placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal
bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada
membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel Pada eklamsia kadar lemak
lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan produksi radikal bebas menjadi
tidak terkendali karena kadar anti oksidan juga menurun.
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi
pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan
menghindari pengaruh vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan
kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau
proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase
lemak asam jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat
adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh darah.Kerusakan
endotel ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu berupa “
glumerulus endotheliosis “. Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang
sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.
6. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari
asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi
regio utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan
radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan ishkemi regio utero
placenta yang terjadi menurunkan pembentukan derivat prostaglandin
(tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan trombosit meningkatkan
pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 : 1 dengan prostasiklin yang
![Page 5: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/5.jpg)
menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi kerusakan pembuluh darah
karena gangguan sirkulasi.
3) Tanda dan gejala
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-
kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
(pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke
kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalm, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah
dapat tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat,
mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.
Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2
menit kejang klonikberhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti
mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang
antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita teteap dalam
keadaan koma.
4) Patofisiologi
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga berhubungan
dengan berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra
mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan
miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak kembar
atau hidraminion.
Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang
bila memasuki sirkulasi menimbulkan ginjal, keadaan yang belakangan ini
mengakibatkan peningkatan produksi rennin, angiostensin dan aldosteron. Rennin
angiostensin menimbulkan vasokontriksi generalisata dan semakin memperburuk
![Page 6: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/6.jpg)
iskemia uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan retensi air dan elektrolit dan
udema generalisator termasuk udema intima pada arterior.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran
darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena
adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
.
5) Komplikasi
1. Lidah tergigit
2. Terjadi perlukaan dan fraktur
3. Gangguan pernafasan
4. Perdarahan otak
5. Solusio plasenta
6. Merangsang persalina
6) Pemeriksaan penunjang
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak
e. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
![Page 7: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/7.jpg)
7) Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan eklampsia adalah :
g. Data subyektif :
a. Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau >
35 tahun
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya
h. Data Obyektif :
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian
SM ( jika refleks + )
8) Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d kejang-kejang berulang
2. Resiko tinggi terjadi Asidosis respirasi b/d Kejang – kejang berulang
3. Resiko tinggi terjadi oliguri sampai anuri b/d hipovolaemi karena oedema
meningkat
4. Resiko tinggi terjadi gangguan vasospasme pembuluh darah b/d hipotensi
mendadak karena usaha penurunan tensi.
![Page 8: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/8.jpg)
11) Perencanaan
No. Diagnosa Keperawatan
PerencanaanTujuan Rencana Tindakan Rasional
1. Resiko tinggi
terjadinya cedera
b/d kejang-kejang
berulang
Setelah dilakukan
tindakan Perawatan
resiko tinggi terjadinya
cedera tidak terjadi
dengan kriteria : tidak
terjadi fraktur, pasien
tidak jatuh, lidah tidak
tergigit
1. Fiksasi tidak terlalu kencang
2. Pemasangan sudip lidah
1. Memberikan ruang gerak waktu kejang
2. Menghalangi supaya lidah tidak tergigit
2. Resiko tinggi terjadi
Asidosis respirasi
b/d Kejang – kejang
Setelah dilakukan
tindakan Perawatan
dan Medis resiko
1. Berikan Oksigen 2-6 liter/
menit1. Memberikan ruang gerak bagi paru
u/mengembang
![Page 9: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/9.jpg)
berulang Asidosis respirasi tidak
terjadi.
2. Observasi R/R dan Nadi 2. Membantu suplai oksigen sel jaringan
tubuh
3. Resiko tinggi terjadi
oliguri sampai anuri
b/d hipovolaemi
karena oedema
meningkat
Setelah dilakuakn
tidakan perawatan
Resiko oliguri sampai
anuri tidak terjadi
Kriteria hasil: Urine >
30 cc/jam
1. Memperbaiki diuresi dengan
pemberian glukose 5%-10 %
1. Sehingga terjadi pengenceran
haemokonsentrasi
4 Resiko tinggi terjadi
gangguan
vasospasme
pembuluh darah b/d
hipotensi mendadak
karena usaha
penurunan tensi.
Setelah dilakukan
tindakan perawatan
dan Medis resiko
suplai zat-zat yang
dibutuhkan sel tubuh
menurun tidak terjadi.
Kriteria : -Tensi tidak
boleh turun lebih dari
20 % dalam 1 jam
(maksimal dari
200/120 mmHg
menjadi 160/95 mmHg
1. Observasi tekanan darah
2. Observasi nadi pasien setiap 1
jam
1. Supaya terjadi penurunan tensi secara
berangsur-angsur sehingga suplai cukup
sampai kejaringan dan organ-organ
penting
2. Supaya terjadi penurunan tensi secara
berangsur-angsur sehingga suplai cukup
sampai kejaringan dan organ-organ
penting.
![Page 10: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/10.jpg)
dalam 1 jam).
-Tekanan darah tidak
boleh kurang dari
140/90 mmHg.
![Page 11: eklamsia](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072114/563db95a550346aa9a9c8275/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
http://askep-free.blogspot.com/2009/08/askep-eklamsia-post-partum.html