efisiensi unit usaha syariah dengan metode...
TRANSCRIPT
EFISIENSI UNIT USAHA SYARIAH DENGAN METODE DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE 2011-2016
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
ELGI NURFALAHI
NIM 1113046000067
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
1438 H/2017 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama : Elgi Nurfalahi
Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 30 Juni 1992
Ayah : Ahmad Gojali
Ibu : Siti Imot
Telepon : 0896-9337-2444
Email : [email protected]
Alamat : Jalan Jendral Ahmad Yani No. 32, RT/RW :
002/002, Kampung Lebakpicung, Kelurahan Cijoro
Lebak, Kecamatan Rangkasbirung, Kabupaten
Lebak, Provinsi Banten.
II. Pendidikan Formal
1999 – 2005 : SD Negeri Multatuli Rangkasbitung.
2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Rangkasbitung.
2008 – 2012 : SMA Swasta Pon-Pes Al-Hidayah.
2013 – 2017 : Program Sarjana S1 Ekonomi Syariah FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah di
Indonesia selama periode 2011 sampai dengan 2016 menggunakan alat analisis
DEA Frontier dan Microsoft Excel 2010. Sampel pada penelitian ini dipilih
menurut kriteria total aset yang paling tertinggi dan Unit Usaha Syariah yang
mewakili sesuai kepemilikannya. Sampel Penelitian tersebut adalah unit usaha
syariah bank konvensional milik negara yaitu, UUS bank BTN, unit usaha syariah
bank konvensional milik swasta yaitu UUS bank Maybank dan unit usaha syariah
bank konvensional milik BPD yaitu UUS bank DKI. Penelitian ini menggunakan
pendekatan intermediasi dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dengan asumsi Variable Return to Scale
(VRS). Variabel input yang digunakan pada penelitian ini Dana Pihak Ketiga,
Total Aset, dan Biaya Tenaga Kerja. Sedangkan, outputnya peneliti menggunakan
variabel pembiayaan dan Pendapatan Bagi Hasil. Pada periode penelitian ini,
ketiga UUS yang di teliti pernah mengalami ketidakefisienan di beberapa tahun
periode penelitiannya. Pertama, UUS bank BTN mengalami inefisien pada tahun
2011. Kedua, UUS bank DKI juga mengalami inefisien pada tahun 2013. Lalu
yang ketiga, UUS bank Maybank mengalami tingkat inefisien di tahun 2014 dan
tahun 2016. Adapun secara keseluruhan penyebab ketidakefisienan tertinggi Unit
Usaha Syariah di Indonesia disebabkan oleh faktor Biaya Tenaga Kerja.
Kata Kunci: Data Envelopment Analysis (DEA), Variable Return to Scale
(VRS).
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
juga sahabat-sahabatnya.
Atas kehendak dan rahmat Allah SWT penulus dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Efisiensi Unit Usaha Syariah Dengan Metode Data
Envelopment Analysis Periode 2011-2016” ditujukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak Ahmad Gojali dan Ibu Siti Imot,
kiyai Mama Mas‟ud, Kiyai Utob Tobroni, Kiyai Izuddien, Almh. Wahaji
Enjum, Wahaji Mahmudin, Haji Encep, Teh Rinrin, Om Wasmo, Tante Nina,
dan serta kakak dan adik tercinta, A Elgi Ridho, A Elga, Jaji, Eman, Asep dan
Adhwa. yang selalu mendo‟akan dan mendukung dalam kondisi apapun baik
moril maupun materil serta telah menjadi motivasi bagi penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini.
2. Keluarga besar penulis tercinta yang terus mendukung penulis dalam
menyelesaikan studi ini.
3. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si.,
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
4. Bapak Yoghi Citra Pratama. M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A selaku Tim Task
Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yuke Rahmawati, S. Ag., M.A., selaku dosen pembimbing penulis yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis selama
proses penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Drs. H. Hamid Farihi, MA., selaku penasehat akademik penulis yang telah
membimbing selama perkuliahan.
8. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini
dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan Fakultas Syariah
dan Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh Pejabat dan Staff kemahasiswaan yang Telah mengurusi pencairan
beasiswa BIDIKMISI, ibu Amel, Mas Adrian dan yang lain yang telah membantu
dalam pencairan beasiswa demi kelancaran kuliah penulis selama delapan
semester.
10. Teman-teman penerima beasiswa BIDIKMISI yang selalu menjaga dan saling
memberi motivasi belajar dalam segala aspek kehidupan untuk meraih impian.
11. Teman-teman Mahasantri Ma‟had Ali yang terdiri dari mahasiswa penerima
beasiswa BIDIKMISI, BLU dan maupun mahasiswa Reguler yang telah
menemani penulis selama empat semester dalam suka maupun duka di asrama
Ma‟had Ali.
iii
12. Sahabat – sahabat tercinta Dadan Hidayatullah, Bahaudin Adnan, Luthfi
Wahyudi, Ali Jaya, Hasanuddin, Nizar dan Ahmad Fadhil yang selalu menemani
baik suka maupun duka selama kuliah, selalu memberikan motivasi, dan
memberikan suasana kekeluargaan bagi penulis. Semoga silaturahim kita tetap
terjaga sampai seterusnya.
13. Teman-teman Muamalat B terimakasih atas waktu dan kebersamaannya yang
telah kita mulai sejak awal perkuliahan.
14. Teman-teman Muamalat 2013 dan Keluarga Besar Muamalat terimakasih untuk
segala pengalaman yang telah dilalui bersama, kerjasama dan ilmu yang telah
diberikan. Semga semua yang sudah dilakukan dapat bermanfaat saat ini dan
seterusnya.
15. Kepada Erna Putri Lestari Wakil Koordinator kelimuan LiSEnSI 2016
terimakasih untuk diskusi dan memberikan semangat, motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini
16. Teman-teman Keilmuan Squad LiSEnSI 2016 Naya, Erna, Idil, Sela, dan Ilham
terimakasih untuk motivasi, cerita, diskusi, canda tawa dan nasihat untuk terus
selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
17. Teman-teman seperjuangan di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Lingkar
Studi Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016/2017 dan terutama
keluarga Keilmuan. MPL LiSEnSI 2015/2016. KBL (1 dan 2) UIN Syarif
Hidayatullah Jakartta terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu dan nasihat untuk
selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
18. Teman-teman KKN KELAPA EMAS Muhammad Firman, Opin, Dhitta, Miya,
Eka, Shilma, Iqbal, Anum, Annisa dan Novi terimaksih atas kerjasama dan saling
iv
pengertiannya dalam menjalankan kegiatan KKN dan buku laporan KKN serta
pengalaman berharga penuh dengan cerita yang belum didapatkan sebelumnya.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan
mengurangi rasa terimakasih atas do‟a dan dukungannya. Semoga semua
kebaikan yang diberikan Allah SWT dibalas dengan berlipat ganda.
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi amal ibadah bagi
penulis. Rasa Syukur penulis panjatkan kepada Allah yang selalu memberikan
nikmat dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selalu
mendapatkan lindungan dan ridho di setiap langkah kita. Amin.
Jakarta, 30 Oktober 2017
Elgi Nurfalahi
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ......................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Kerangka Konseptual ................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Studi Terdahulu ............................................................................................ 8
B. Definisi Unit Usaha Syariah ....................................................................... 12
C. Operasional Unit Usaha Syariah ................................................................ 13
D. Legalitas Unit Usaha Syariah ..................................................................... 21
E. Persyaratan Spin Off dan Konversi UUS ................................................... 24
F. Efisiensi ...................................................................................................... 25
G. Teori Efisiensi ............................................................................................ 27
H. Konsep Efisiensi Menurut Pandangan islam .............................................. 28
I. Pengukuran efisiensi .................................................................................. 29
vi
J. Teknik Pengukuran Efisiensi ..................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 36
B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 36
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 36
D. Teknik Analisis Data .................................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian ............................................................................... 42
B. Analisis DEA Pada Variabel Input dan Output .......................................... 46
C. Pembahasan ................................................................................................ 48
D. Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 62
B. Saran ........................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
LAMPIRAN .......................................................................................................... 69
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor dan Total Aset Unit Usaha Syariah di
Indonesia Periode 2014 – 2016 ........................................................... 1
Tabel 4.1 Profil UUS Bank BTN ...................................................................... 43
Tabel 4.2 Profil UUS Bank BII/Maybank ........................................................ 44
Tabel 4.3 Profil UUS Bank DKI ....................................................................... 45
Tabel 4.4 Ringkasan Statistik 3 Unit Usaha Syariah di Indonesia Tahun 2011 -
2016 (dalam jutaan rupiah) ............................................................... 49
Tabel 4.5 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Unit Usaha Syariah (%) ...................... 50
Tabel 4.6 Target Efisiensi UUS Bank BTN Tahun 2011 ................................ 51
Tabel 4.7 Target Efisiensi UUS Bank DKI Tahun 2013 .................................. 54
Tabel 4.8 Target Efisiensi UUS Bank Maybank Tahun 2014 .......................... 56
Tabel 4.9 Target efisiensi UUS Bank Maybank tahun 2016 ............................ 58
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Konseptual ........................................................... 6
Gambar 2.1 Skema Al-Wadiah Yad Al-Amanah ............................................... 14
Gambar 2.2 Skema Al-Wadiah Yad Ad-Dhamanah .......................................... 15
Gambar 2.3 Skema Al-Musyarakah .................................................................. 16
Gambar 2.4 Skema Al-Mudharabah .................................................................. 16
Gambar 2.5 Skema Al-Murabahah .................................................................... 18
Gambar 2.6 Skema Bai As-Salam ..................................................................... 18
Gambar 2.7 Skema Bai Al- istishna .................................................................. 19
Gambar 2.8 Skema Al-Ijarah ............................................................................ 20
Gambar 4.1 Sheet Data ..................................................................................... 46
Gambar 4.2 Sheet Efficiency ............................................................................ 47
Gambar 4.3 Sheet Target................................................................................... 48
Gambar 4.4 Total Potential Improvement Unit Usaha Syariah ........................ 59
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Pergerakan Rata-rata Asumsi VRS UUS Bank BTN ...................... 51
Grafik 4.2 Pergerakan Rata-rata Asumsi VRS UUS Bank DKI ....................... 53
Grafik 4.3 Pergerakan Rata-rata Asumsi VRS UUS Bank Maybank ............... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan perbankan sangatlah penting pada suatu negara, kehadiran
lembaga keuangan yang berbentuk perbankan dipercaya mampu menjaga
keseimbangan perekonomian dan dapat mensejahterakan suatu negara.1
Permasalahan ketimpangan antara yang miskin dengan yang kaya
menyebabkan timbulnya kebutuhan akan lembaga intermediasi keuangan
dengan tujuan melancarkan laju peredaran uang di masyarakat. Lembaga
keuangan perbankan di Indonesia diketahui ada dua jenis yaitu perbankan yang
mendoktrin sistem perbankan dari barat (bank konvensional) dan bank yang
sesuai dengan prinsip syariat Islam (bank syariah).2 Dewasa ini Perkembangan
perbankan syariah meningkat cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin
meningkatnya pendirian lembaga keuangan yang berlebel “Syariah” seperti,
Bank Umum Syariah (BUS), Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS),
maupun bank bank Umum konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah
(UUS) yang merambah hampir di seluruh Indonesia.3
Unit Usaha Syariah merupakan perwujudan dari perkembangan keuangan
syariah di Indonesia, dimana pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Bank Umum Konvensional mulai dibolehkan untuk membuka Unit Usaha
Syariah atau keleluasaan terhadap bank konvensional untuk untuk dapat
menjalankan bisnis di sektor keuangan syariah dual banking sistem.4 Ada
banyak unit usaha syariah di Indonesia, berikut adalah jenis unit usaha syariah
berdasarkan jenis kepemilikannya; pertama unit usaha syariah milik
pemerintah pusat yaitu Bank Tabungan Negara, kedua unit usaha syariah milik
swasta; Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia, Bank CIMB, Bank
1 Kasmir, Pemasaran Bank (Jakarta : Prenada Media, 2004) h. 7.
2 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta : Prenada Media, 2002) h. 23.
3 Ahmad Adi Purawan, “Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia dan dampaknya
terhadap pertumbuhan dan Perkembangan Bank Syariah “Jurnal Studi Ekonomi-keuangan
Islam”, share Vol. 3. No.1 (September 2007): h. 118. 4 Adrian Sutedi. Perbankan Syairah “Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum” (Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2009) h. 27.
2
Permata dan Bank OCBC NISP, dan ketiga unit usaha syariah milik
pemerintah daerah; BPD DKI, BPD Jawa Tengah, BPD Daerah Istimewa
Yogyakarta, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara, BPD Jambi, BPD
Sumatera Barat, BPD Riau dan Kepulauan Riau, BPD Sumatera Selatan dan
Bangka Belitung, BPD Kalimantan Selatan, BPD Kalimantan Barat, BPD
Kalimantan Timur, BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat dan BPD Nusa
Tenggara Barat.5
Adapun perkembangan jaringan kantor dan total aset unit usaha syariah di
Indonesia dari tahun 2014 sampai tahun 2016 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Perkembangan Jaringan Kantor dan Total Aset Unit Usaha Syariah di
Indonesia Periode 2014 - 2016
Jaringan Kantor UUS 2014 2015 2016
KPO/KC HOO/BO 138 138 149
KCP/UPS SBO/SSU 140 129 135
KK CO 42 44 48
Total Asset
*miliar rupiah 67,383 82,839 102,320
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, OJK 2011 sampai 2016
Keterangan:
- KPO/ KC = Kantor Pusat Operasional/ Kantor Cabang
- KK/ CO = Kantor Kas/ Cash Office
- HOO/ BO = Head Operation Office/ Branch Offfice
- SBO /SSU = Syaria Service Unit/Sub Branch Unit
Tabel 1.1 menjelaskan bahwa pada tahun 2014 dan 2015 terdapat dua puluh
dua unit usaha syariah yang berdiri, sampai pada tahun 2016 tepat di bulan
September keberadaan unit usaha syariah berkurang menjadi dua puluh satu
unit karena telah adanya Spin Off yang dilakukan oleh BPD Aceh Syariah
5 http://www.ojk.go.id/id/Default.aspx diakses pada 30 mei 2017,
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-
syariah/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Maret-2017.aspx
3
menjadi bank umum syariah. Walaupun unit usaha syariah jumlahnya
berkurang, namun disisi total aset unit usaha syariah secara keseluruhan
menunjukkan peningkatan signifikan di tiga tahun terakhirnya. 6
Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah dalam
pasal 61 ayat 1 mewajibkan seluruh bank syariah yang berbentuk unit usaha
syariah (UUS) untuk menjadi bank umum syariah (BUS) apabila share
assetnya mencapai minimal 50 persen dari aset bank induknya atau paling
lambat 15 tahun setelah terbitnya undang-undang terhitung mulai 2008, yakni
batas akhir pada 2023. Sampai saat ini terdapat 22 bank syariah yang masih
berbentuk unit usaha syariah. Hal yang perlu kita pertimbangkan apabila pada
jangka waktu 6 tahun yang tersisa tidak dipergunakan dengan baik,
dikhawatirkan proses spin off 22 UUS ini malah mengguncangkan stabilitas
keuangan nasional akibat dari pelaksanaan spin off ini dilaksanakan dalam
jangka waktu hampir berdekatan menjelang batas akhir peralihan oleh banyak
UUS.7 Disamping itu, menurut penelitian terdahulu yang dilakukan pada
periode tahun 2012 sampai dengan 2016 dengan objek penelitian empat bank
umum syariah terbesar di Indonesia dan empat bank umum syariah di Pakistan.
Setelah di teliti menggunakan motode DEA penelitian tersebut menghasilkan
kesimpulan bahwa pada periode 2012 sampai dengan periode 2016 bank umum
syariah di Indonesia tidak satupun yang mencapai tingkat efisien yang
optimum. Oleh karena itu, berkaca pada hasil penelitian diatas, yang
menggambarkan bahwa bank umum syariah di Indonesia belum mencapai
efisiensi optimum. Maka, perlu dilakukan penelitian di sektor Unit Usaha
Syariah untuk mengetahui seberapa besarkah gambaran kesiapan yang dimiliki
22 unit usaha syariah untuk melakukan spin off di sisa 6 (enam) tahun terakhir,
maka peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian tentang
6 www.ojk.go.id diakses pada 31 mei 2017 pkl 13.30 wib
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-
syariah/Documents/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Maret-
2017/SPS%20Maret%202017.pdf 7 FoSSei.org “Meneropong Masa Depan Perbankan Syariah Indonesia” Diakses pada
2 juni 2017 pkl 08.35 wib https://fossei.org/2017/03/06/meneropong-masa-depan-perbankan-
syariah-indonesia/
4
“Efisiensi Unit Usaha Syariah Dengan Metode Data Envelopment Analysis
(DEA) Periode 2011-2016”
B. Identifikasi Masalah
Efisiensi merupakan parameter yang sangat penting dalam menilai dan
mengukur kinerja sebuah perusahaan, pada perbankan, efisiensi merupakan
gambaran hasil kinerja dari serangkaian sistem yang berlaku pada bank.
Efisiensi tersebut sangat berkaitan dengan banyak faktor baik dengan internal
bank maupun eksternal bank. Berikut identifikasi masalah yang menyebabkan
pentingnya penelitian ini dilakukan, yaitu;
1. Banyaknya jumlah populasi muslim di Indonesia yang tidak tercerminkan
pada Rendahnya pangsa pasar perbankan syariah Indonesia di tahun 2016.
2. Pentingnya peran lembaga keuangan syariah dalam meningkatkan standar
hidup masyarakat Indonesia sehubungan dengan di galakkannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).
3. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di
Indonesia.
4. Restrukturisasi perbankan syariah yang tercantum pada UU No. 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah.
5. Kurangnya SDM di bidang perbankan syariah yang membuat mainset
masyarakat memandang sebelah mata bank syariah.
6. Tantangan lembaga keuangan syariah indonesia untuk menjadi Role Model
keuangan syariah di dunia.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini bernilai lebih menarik dan bermanfaat maka, dari
paparan di atas pada penelitian ini pembatasan permasalahannya adalah
sebagai berikut:
1. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan nonparametric Data
Envelopment Analysis (DEA).
2. Jangka waktu penelitian periode 2011 sampai periode 2016.
5
3. Sampel Objek penelitiannya adalah Unit Usaha Syariah yang dipilih
berdasarkan kepemilikannya yaitu, bank milik Negara, Unit Usaha Syariah
bank milik Swasta dan Unit Usaha Syariah bank milik Pemerintah daerah.
4. Bank yang diukur tingkat efisiensinya adalah bank yang memiliki total aset
tertinggi diantara kepemilikannya di tahun 2016.
5. Bank yang akan di teliti adalah UUS bank BTN, UUS bank DKI dan UUS
bank Maybank.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini akan mencoba
menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah dengan metode Data
Envelopment Analysis (DEA) ?
2. Faktor manakah yang menyebabkan terjadinya ketidanefisiensian Unit
Usaha Syariah ?
3. Variable manakah yang paling berpengaruh terhadap efisien unit usaha
syariah ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah maka, tujuan penelitian ini adalah :
a. mengukur tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah berdasarkan katagori
kepemilikannya dengan menggunakan metode DEA.
b. Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan Unit Usaha Syariah inefisiensi
agar dapat mencapai tingkat efisiensi 100%.
c. Menjelaskan faktor penyebab terjadinya efisiensi dan inefisiensi pada
Unit Usaha Syariah.
2. Manfaat Penelitian
Pertama, adapun manfaat dari penelitian kali ini, peneliti menjadikan
penelitian ini sebagai tolak ukur akan kemampuan dalam menerapkan ilmu
yang telah di dapatkan selama dibangku kuliah. Kedua, bagi pihak bank atau
instansi yang terkait dengan penelitian saat ini, penelitian ini dapat
memberikan informasi tentang tingkat efisiensi bank. Ketiga, bagi
6
Akademisi penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan penelitian yang
akan dilakukan/sebagai media pembelajaran dimasa yang akan datang.
E. Kerangka Konseptual
Kerangka pemikiran yang dibangun dalam penelitian ini yaitu, untuk
mengukur tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah di Indonesia berdasarkan jenis
kepemilikannya, yaitu UUS Bank BTN, UUS Bank DKI dan UUS Bank
Maybank pada periode 2011 sampai dengan 2016. Adapun metode pengukuran
tingkat efisiensi dengan metode Data envelopment Analysis DEA yaitu dengan
pendekatan intermediasi. Variabel input pada penelitian ini adalah Dana Pihak
Ketiga, Total Aset dan Biaya Tenaga kerja, dan variable outputnya adalah
Pembiayaan dan pendapatan bagi hasil.
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual
7
F. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dibagi menjadi lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang; latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka konseptual, sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini berisikan studi terdahulu, definisi unit usaha syariah,
operasional unit usaha syariah, legalitas unit usaha syariah, teori
efisiensi, konsep pengukuran efisiensi, teknik pengukuran efisiensi.
BAB III METODE PENELTIAN
Bab ini menjelaskan ruang lingkup penelitian, teknik pengumpulan
data, jenis dan sumber data, teknik analisa data
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang pembahasan hasil dari data yang telah
diolah secara mendalam dengan menggunakan alat analisis,
sehingga akan didapat hasil penelitian yang baik dan kemudian
akan merujuk pada simpulan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan
analisis olahan data dan saran yang tepat untuk menjadi solusi bagi
para pihak terkait dan yang berkepentingan dengan tema yang di
teliti.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Studi Terdahulu
Berbagai penelitian untuk mengukur tingkat efisiensi pada perbankan
telah banyak dilakukan, berikut beberapa penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini.
Erna Putri Lestari (2017) meneliti tentang perbandingan efisiensi bank
umum syariah di Indonesia dan Pakistan periode 2012 sampai 2016
menggunakan metode Data Envelopment Analysis berdasarkan asumsi
CRS,VRS, dan juga Scale Efficiency. Sampel yang digunakan berjumlah 4 Bank
Umum Syariah di Indonesia dan 4 Bank Umum Syariah di Pakistan. Hasil dari
pendekatan CRS kebanyakan bank yang dianalisis bersifat inefisien, adapun
menurut pendekatan VRS hasil menunjukkan sebaliknya yaitu jumlah bank
yang mengalami efisien lebih banyak, pada kuartal 2014 bank syariah di
Indonesia mengalami tingkat efisiensi terendah (berdasarkan asumsi CRS), lalu
jumlah bank yang mencapai tingkat efisiensi optimum terjadi pada kuarta
keempat tahun 2012 dan kuarta pertama tahun 2016. Adapun pada
penelitiannya di dapat bahwa tingkat efisiensi bank umum syariah di Indonesia
maupun di Pakistan bersifat Fluktuatif, dimana BUS di kedua Negara tidak ada
satupun yang mencapai tingkat efisiensi yang optimum. Adapun secara rata-
rata bank umum syariah Indonesia yang paling mendekati level optimum
adalah Bank Muamalat baik berdasarkan asumsi CRS, VRS dan Scale
Efficiency yaitu di titik 99% sedangkan, paling terendah adalah bank BNI
Syariah yang hanya mendapatkan nilai rata-rata dibawah 99%. Selanjutnya
Pada bank umum syariah Pakistan yang mendapatkan nilai mendekati efisiensi
optimum adalah Al-Baraka dan yang mendapatkan nilai efisiensi terendah
adalah bank Islami Pakistan Limited. Berdasarkan model penentu efisiensi
pada penelitian ini disimpulkan semua variabel baik dari aset tetap, beban
tenaga kerja, dana pihak ketiga, pembiayaan, pendapatan lainnya maupun
investasi finansial secara signifikan berpengaruh terhadap nilai efisiensi.
Adapun yang memiliki pengaruh besar terhadap nilai efisiensi bank umum
9
syariah di Indonesia dan Pakistan adalah dana pihak ketiga dan disusul oleh
pembiayaan.8 Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
ini adalah objek dan waktu penelitian, serta metode yang digunakan. Pada
penelitian ini peneliti mencari nilai efisiensi yang terjadi pada Unit Usaha
Syariah dengan Asumsi VRS, sedangkan pada penelitian terdahulu objek
penelitian adalah Bank Umum Syariah dengan mencari nilai efisiensinya
menggunakan Asumsi VRS, CRS dan uji beda. Adapun laporan keuangan bank
yang dijadikan objek penelitian adalah kuartal sedangkan yang ini
menggunakan laporan keuangan tahunan.
Ika Yulita (2015) melakukan penelitian tentang perbandingan tingkat
efisiensi perbankan syariah antara Malaysia dan Indonesia menggunakan
metode Data Envelopment Analysis dengan asumsi VRS (Variable Return to
Scale). Adapun objek penelitiannya menggunakan 19 bank syariah yang
tersebar di Indonesia dan Malaysia pada periode 2011 sampai dengan 2014.
Pada penelitian ini mendaptkan hasil bahwa Bank Syariah Mandiri dan Bank
Jawa Barat Syariah merupakan bank syariah yang menduduki rating stabil
selama periode penelitian. Adapun bank syairah yang paling efisien pada
periode 2011 sampai dengan 2014 adalah Bank Muamalat Indonesia dengan
rata-rata efisiensinya hanya sebesar 90,67%. Perbankan syariah di Malaysia
pada periode 2011 sampai dengan 2014 yaitu Asian Finance Bank Berhard
mencapai tingkat efisiensi terendah dengan rata-rata efisiensi sebesar 84,56%.
Sedangkan bank yang mencapai tingkat efisien tertinggi adalah Alliance
Islamic Bank Berhand dengan rata-rata efisiensi sebesar 99,60%. Di dapat
bahwa ada beberapa variabel yang bersifat inefisiensi dan efisiensi bagi
perkembangan bank syariah adapun variabel pendapatan operasional adalah
variabel yang paling kecil kontribusinya dalam menyebabkan inefisiensi bank
syairah di Indonesia dan Malaysia, sedangkan variable yang paling
berkontribusi dalam menyebabkan inefisiensi pada bank syairah di Indonesia
8 Erna, Putri Lestari. 2017. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia dan Pakistan dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)”.
Jakarta : Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
10
adalah variable total pembiayaan dan di Malaysia adalah variable asset tetap.9
Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
objek penelitian dan periode penelitian. Pada penelitian terdahulu objek yang
di teliti adalah Bank Umum Syariah yang berada di Indonesia dan Malaysia
dengan periode yang berbeda sedangkan pada penelitian ini objek
penelitiannya adalah Unit Usaha Syariah pada Periode 2011 sampai dengan
2016.
Gesang Nurul Sofia (2016) meneliti tentang faktor penentu tingkat
efisiensi perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2012 sampai 2014 dengan
metode pendekatan menggunakan Two Stage data Envelopment Analysis.
Penentuan data yang dipilih menggunakan dengan cara purposive sampling
atau dengan kriteria tertentu dari 118 bank konvensional di Indonesia. Adapun
tahapan metode yang dilakukan adalah pertama peneliti menganalisis
pengukuran efisiensi bank menggunakan metode non-parametrik data
Envelopment Analysis (DEA) dan analisis pengaruh variable independen
terhadap variabel dependen menggunakan regresi model tobit. Di dapat hasil
analisis DEA bahwa beberapa bank yang tingkat efisiensinya mencapai 100%
selama periode penelitian. Sedangkan perbankan lain ada yang mengalami
inefisiensi selama periode penelitian da nada juga yang hanya mengalami
efisiensi pada tahun tertentu saja. Hasil analisis tobit menunjukkan bahwa
variabel yang signifikan (<0,05) adalah variabel profitabilitas (ROA) dan
ukuran bank (SIZE), sedangkan variable resiko kredit (NPL), pertumbuhan
ekonomi (GDP), dan jumlah cabang bank tidak signifikan (>0,05). Berarti
variabel profitabilitas dan ukuran bank berpengaruh terhadap tingkat efisiensi
perbankan di Indonesia.10
Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu peneliti mengukur
efisiensi bank menggunakan dua metode yaitu metode Non-parametric DEA
9 Ika, Yulita. 2015. “Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Antara Malaysia
dan Indonesia” Jakarta : Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 10
Gesang, Nurul Sofia. 2016. “Analisis Faktor Penentu Tingkat Efisiensi Perbankan di
Indonesia pada tahun 2012-2014 Dengan Menggunakan Pendekatan Two Stage Data
Envelopment Analysis” Surabaya : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.
11
dan regresi model tobit sedangkan pada peneltian ini penelitian hanya
menggunakan satu metode penelitian yaitu metode non-parametric Data
Analysis Envelopment.
Norlina Kadri, Rossazana Ab-rahim dan Dyg Siti zahrah (2016) meneliti
tentang kinerja efisiensi bank syariah di 14 negara di dunia, metode alat ukur
yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis selama periode 2004
sampai 2011. Diantara 14 negara yang diteliti bank-bank islam di Yordania,
Malaysia, Bahrain dan Tunisia memiliki skor efisiensi tertinggi skala rata dari
tahun penelitian. Adapun Negara dengan bank-bank syariahnya mendapatkan
skala skor terendah adalah Arab dengan skala skor sebesar 0,2878. Skor
efisiensi tertinggi pada tahun 2011 sebesar 0,6469 yang dipegang oleh
Yordania. Temuan empiris menunjukkan bahwa selama masa penelitian, teknik
murni efisiensi melebihi efisiensi skala di sector perbankan islam global yang
menyiratkan bahwa bank islam telah efisiensi dalam memanfaatkan sumber
daya merekan sepenuhnya. Temuan empiris itu tampak menunjukkan bahwa
bank syariah global telah menunjukkan secara teknik teknis murni yang tinggi
efisiensi. Selama periode penelitian ditemukan bahwa efisiensi teknis murni
memiliki pengaruh lebih besa dalam menentukan total inefisiensi teknis di
sektor perbankan islam global. Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu objek penelitian yang di
teliti adalah bank syairah yang berada di 14 negara dengan periode 2004
sampai dengan 2011. Sedangkan, pada penelitian ini objek yang di teliti adalah
Unit Usaha Syariah yang berada di Indonesia.
Zahra Rosa Amalia (2014) meneliti tentang perbandingan tingkat
efisiensi bank umum konvensional dengan bank umum syariah, metode yang
digunakan adalah Data Envelopment Analysis dengan pendekatan
intermediasi, asumsi Constant Return to Scale dan Variable Return to Scale.
Objek penelitiannya adalah empat bank perwakilan masing-masing bank umum
konvensional dan bank umum syariah di periode 2009 sampai dengan 2012. Di
dapat bahwa rata-rata efisiensi BUK dan BUS dengan pendekatan VRS lebih
tinggi ketimbang menggunakan pendekatan CRS. Di dapat bahwa pada periode
12
2009-2012 rata-rata efisiensi BUK lebih tinggi dibanding nilai efisiensi BUS
dengan jumlah nilai efisiensi rata-rata BUK (CRS) sebesar 81,87%, dan nilai
efisiensi rata-rata BUK (VRS) sebesar 91%, sedangkan nilai rata-rata efisiensi
BUS asumsi VRS dan CRS sebesar 79,47% dan 87,57%.11
Adapun perbedaan
antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada penelitian
terdahulu objek penelitian yang diteliti adalah Bank Umum Syariah dan Bank
Umum Konvensional selama 2009 sampai 2012, dengan asumsi VRS dan
Asumsi CRS. Sedangkan, pada penelitian ini objek penelitian adalah Unit
Usaha Syariah dengan periode penelitian 2011 sampai 2016.
B. Definisi Unit Usaha Syariah
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada
Pasal 1 disebutkan bahwa pengertian perbankan syariah adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Adapun bank syariah sendiri memiliki pengertian yaitu
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat berdasarkan prinsip
syariah.12
Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah
atau unit syariah, sedangkan Bank Umum Syariah Adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Baik UUS dan BUS
dapat berusaha sebagai bank devisa atau non devisa. Perbedaan antara BUS
dan UUS terletak pada bentuk badan usaha, BUS setingkat dengan bank umum
konvensional sedangkan UUS berada didalam badan usaha bank umum
konvensional, tepatnya berada satu tingkat dibawah direksi bank umum
11
Zahra. Rosa Amalia. 2013 “Perbandingan Tingkat Efisiensi Bank Umum
Konvensional (BUK) Dengan Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis” 12
Muhammad. Bank Syariah “Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia”.
(Ygyakarta: Graha Ilmu, 2005) h. 78.
13
konvensional yang bersangkutan. Perbedaaan badan usaha ini membuat BUS
dan UUS mempunyai wewenang yang berbeda dalam penentuan arah
kebijakan bank. Dalam BUS penentu kebijakan ditentukan sendiri oleh bank
syariah yang bersangkutan, sedangkan pada UUS kebijakan ditentukan oleh
bank konvensional dimana UUS bernaung. 13
C. Operasional Unit Usaha Syariah
Fungsi utama bank adalah mempertemukan dua pihak atau lebih yaitu
antara pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang kelebihan dana. Core
bisnis perbankan menjadi financial intermediary antara surplus unit dengan
deficit unit. Artinya, pihak surplus unit mempercayakan sepenuhnya kepada
bank untuk mengelola dananya termasuk menyalurkannya kepada pihak deficit
unit.14
1. Produk dan Jasa Bank Syariah
Dengan demikian Unit Usaha Syariah selaku lembaga keuangan bank
islam yang berperan sebagai pihak pengelola dana memiliki operasional
sama layaknya seperti bank umum syariah yaitu:15
a. Penghimpunan Dana (Funding)
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang dapat diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadi’ah dan
Mudharabah.
b. Penyaluran Dana (Financing)
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk
penyaluran dana terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: pembiayaan dengan prinsip
jual beli ditujukan untuk memiliki barang, pembiayaan dengan prinsip
sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa, pembiayaan dengan prinsip bagi
13
Ibid., hlm. 32
14
, Ibid., hlm. 2
15
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2014) h. 97.
14
hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus, pembiayaan dengan akad
pelengkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan
menggunakan tiga prinsip di atas.
c. Jasa Perbankan
Selain menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari
(penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dengan
pihak yang kelebihan dana (surplus unit), bank syariah dapat pula
melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
imbalan berupa sewa atau keuntungan.
2. Prinsip-prinsip Bank Syariah
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang tata cara beroperasinya
didasarkan pada tata cara bermuamalat secara islami, yakni mengacu kepada
Al-Quran dan Hadits.16
a. Titipan/Simpanan
Dalam tradisi fiqh Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal
dengan prinsip al-wadiah. Al-Wadiah dapat diartikan titipan murni dari
satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus
dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Pada
prakteknya al-wadiah memiliki dua karakteristik yang diterapkan oleh
perbankan syariah, yaitu:
1) Al-Wadiah Yad Al-Amanah
Gambar 2.1
Skema Al-Wadiah Yad Al-Amanah
16 Euis Amalia, dkk. Konsep dan Mekanisme Bank Syariah (Ciputat : Fakultas
Syariah dan Hukum, 2014) h.
15
Pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaakan uang
atau barang yang di titipkan, tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai
kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada
penitip sebagai biaya penitipan. Produk ini biasa dikenal di perbankan
syariah adalah Safe deposit box.
2) Al-Wadiah Yad dhamanah
Gambar 2.2
Skema Al-Wadiah Yad Ad-Dhamanah
Bank Syariah sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan al-
wadiah. Pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna
dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk
bonus. Di perbankan syariah al-wadiah yad dhamanah digunakan dengan
tujuan giro dan tabungan berjangka.
b. Bagi Hasil/Profit Sharing
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-
mudharabah, al-muzaraah, dan al-musaqah. Adapun penerapanya dalam
sistem perbankan adalah tabungan berjangka, deposito special
pembiayaan modal kerja, investasi khusus, pembiayaan proyek, modal
ventura dan pembiayaan proyek pertanian. Dalam prakteknya sebagai
berikut:
16
1) Al-Musyarakah
Gambar 2.3
Skema Al-Musyarakah
Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan bersama.
2) Al-Mudharabah
Gambar 2.4
Skema Al-Mudharabah
Bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
(Shahid al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(Mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini
menegaskan paduan kontribusi 100% modal kas dari Shahid al-maal dan
keahlian dari mudharib.
17
3) Muzara’ah
Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengelolaan pertanian antara pemilik
lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian
kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan
bagian tertentu (persentase) dari hasil panen. Al-muzara’ah sering di
identikkan dengan Mukhabarah. Diantara keduanya terdapat perbedaan
sebagai berikut.
Muzara’ah : benih dari pemilik lahan
Mukhabarah : benih dari penggarap
4) Al-Musaqah
Al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari Muzara’ah di mana
si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan
pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu
dari hasil panen.
c. Jual Beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer property). Tingkat keuntungan
bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang di
jual.
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan
waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:
1) Bai Al-Murabahah
Bai Al-Murabahah adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang di sepakati penjual dan pembeli.
18
Gambar 2.5
Skema Al-Murabahah
2) Bai As-Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang di perjualbelikan
belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara
pembayaran dilakukan tunai dengan ketentuan kuantitas, kualitas, harga,
dan waktu ditentukan secara pasti, bank sebagai pembeli sementara
nasabah sebagai penjual.
Gambar 2.6
Skema Bai As-Salam
19
Transaksi bai’ al-istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain
untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah
disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak
bersepakat atas harga serta system pembayaran: apakah pembayaran
dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu
waktu pada masa yang akan datang.17
Gambar 2.7
Skema Bai Al- istishna
d. Sewa
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.18
17
. Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: dari Teori dan Praktik (Jakarta :
Gema Insani, 2001) h. 113 18
Ibid hlm. 117
20
Gambar 2.8
Skema Al-Ijarah
e. Jasa
Jasa perbankan adalah pelayanan bank terhadap nasabah dengan tidak
menggunakan modal tunai. Untuk pelayanan ini bank menerima
imbalan, jasa-jasa itu berupa:19
1) Pengiriman uang (Transfer)
2) Pencairan cek (Inkaso)
3) Penukaran uang asing (Valas)
4) Letter of credit
5) Letter of guarantee
Akad yang digunakan sebagai dasar dalam jasa perbankan:
Akad Produk
Wakalah (Perwakilan) Transfer, inkaso, Debit card, L/C
Kafalah (Penjaminan) Bank Guarantee, L/C, Charge Card
Hawalah (Pengalihan Piutang) Bill Discounting, Anjak Piutang,
Post dated Check
Sharf (Pertukaran mata uang) Jual Beli Valuta Asing
19
Euis Amalia, dkk. Konsep dan Mekanisme Bank Syariah (Ciputat : Fakultas
Syariah dan Hukum, 2014) h. 18.
21
D. Legalitas Unit Usaha Syariah
Menurut PBI No. 4/1/PBI/2002 jo. PBI No. 8/3/PBI/2006, pembukaan
kantor cabang syariah pada bank umum konvensional dapat dilakukan dengan
tiga cara, yaitu membuka kantor cabang baru, mengubah atau konversi kantor
cabang konvensional yang ada, dan meningkatkan status dan mengubah kantor
cabang pembantu konvensional menjadi cabang syariah penuh. Pemberian
perijinan pembukaan kantor cabang syariah dilakukan dalam dua tahap yaitu
persetujuan prinsip dan ijin pembukaan kantor cabang syariah.20
Bank Umum Konvensional yang membuka kantor cabang syariah wajib
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1. Membentuk Unit Usaha Syariah (UUS), yaitu satuan kerja setingkat yang
berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor caban syariah. Unit
tersebut berada di kantor pusat bank dan dipimpin oleh seorang direksi atau
pejabat satu tingkat di bawah direksi.
2. Memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yaitu badan independen yang
ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada bank. Tugas utama
DPS adalah untuk mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang
dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah di fatwakan oleh DSN.
3. Bank yang telah membuka Unit Usaha Syariah, dapat membuka kantor
cabang syariah dengan ijin dari Dewan Gubernur Bank Indonesia, dengan
cara:
a. Membuka kantor cabang syariah yang baru;
b. Mengubah kegiatan usaha kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional menjadi kantor cabang syariah;
c. Meningkatkan status kantor dibawah kantor cabang yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor cabang syariah;
d. Mengubah kegiatan usaha kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional yang sebelumnya telah membuka Unit Syariah
menjadi Kantor Cabang Syariah; dan atau
20
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah di Indonesia ( Jakarta: Prenada Media Grup, 2005) h.60.
22
e. Meningkatkan status kantor cabang pembantu yang melakukan kegiatan
usaha secara konvensional yang sebelumnya telah membuka Unit
Syariah menjadi Kantor Cabang Syariah.
4. Bank yang membuka Kantor Cabang Syariah wajib menyediakan modal
kerja sekurang-kurangnya sebesar:
a. Rp. 2 Miliar (dua miliar rupiah) untuk setiap kantor cabang syariah yang
berkedudukan di wilayah Jabotabek; atau
b. Rp 1 Miliar (satu miliar rupiah) untuk setiap Kantor Cabang Syariah
yang berkedudukan di luar wilayah Jabotabek.
5. Kantor bank yang telah mendapat ijin pembukaan Kantor Cabang Syariah
wajib mencantumkan kata “Kantor Cabang Syariah” pada setiap penulisan
nama kantornya dan dilarang untuk mengubah kegiatan Kantor Cabang
Syariah menjadi kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2017 tentang
transparansi dan publikasi laporan bank umum syariah dan unit usaha
syariah.21
1. Bagian laporan keuangan publikasi triwulanan untuk Unit Usaha Syariah.
Pedoman Umum;
a. Laporan keuangan pada Laporan Publikasi Triwulanan disajikan secara
individu yang disusun untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September,
dan Desember.
b. Laporan keuangan pada Laporan Publikasi Triwulanan disajikan dalam
bentuk perbandingan sesuai standar akuntansi keuangan.
c. Apabila terdapat perlakuan akuntansi yang baru berlaku dalam posisi
laporan, penyajian posisi pembanding mengacu pada standar akuntansi
keuangan mengenai kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi,
dan kesalahan.
21
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/surat-edaran-
ojk/Documents/SAL%20SEOJK%20Transparansi%20dan%20Publikasi%20Laporan%20
BUS%20UUS.pdf. Diakses pada tanggal 24 oktober 2017 pukul 20.22 wib.
23
d. Laporan Publikasi Triwulanan ditandatangani oleh Direktur yang
membawahkan UUS dan 1 (satu) orang anggota Dewan Pengawas
Syariah.
e. Laporan Publikasi Triwulanan diumumkan pada surat kabar harian
berbahasa Indonesia yang memiliki peredaran luas dan pada Situs Web
Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS, dan disampaikan oleh
UUS kepada Otorotas Jasa Keuangan secara online melalui sistem
pelaporan Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal penyampaian laporan
melalui sistem pelaporan Otoritas Jasa Keuangan belum dapat
dilakukan, lapoan disampakan melalui sistem LKPBU.
Ruang Lingkup Laporan Publikasi Triwulanan
Laporan Publikasi Triwulanan mencakup:
1. Laporan keuangan, meliputi:
a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
b. Laporan laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif lain; dan
c. Laporan Komitmen dan Kontinjensi.
2. Rasio keuangan, paling sedikit mencakup:
a. Total aset UUS terhadap total aset Bank Umum Konvensional yang
memiliki UUS; dan
b. ROA
3. Laporan distribusi bagi hasil.
Khusus untuk posisi Juni dan Desember, selain laporan sebagaimana
dimaksud pada angka 1) sampai dengan angka 3), ditambah dengan:
1. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat;
2. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan; dan
3. Laporan Perubahan Dana Investasi terikat, apabila ada.
UUS dalam menyusun Laporan Publikasi Triwulanan mengacu pada
Pedoman Penyusunan Laporan Publikasi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah – Laporan Publikasi Triwulanan Unit Usaha Syariah yang
24
merupakan lampiran dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini.
2. Bagian laporan keuangan publikasi triwulanan untuk Unit Usaha Syariah.
UUS menyajikan informasi kegiatan UUS pada Laporan Tahunan Bank
Umum Konvensional yang memiliki UUS paling sedikit meliputi:
a. Strategi dan kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen dalam
pengembanan UUS;
b. Laporan manajemen yang memuat informasi mengenai oengelolaan
UUS;
c. Perkembangan usaha UUS, yaitu penyaluran dana beserta komposisinya,
laba bersih, ROA, Non Performing Financing (NPF), Financing to
Deposit Ratio (FDR), sumber dana beserta komposisinya, jumlah aset,
dan informasi lainnya yang relevan;
d. Jenis produk dan jasa yang ditawarkan;
e. Tanggung jawab sosial perusahaan; dan
f. Realisasi tingkat bagi hasil/ imbalan dan metode penghasilan distribusi
bagi hasil.
E. Persyaratan Spin Off dan konversi UUS
Adapun Unit Usaha Syariah yang ingin melakukan konversi ataupun spin
off diatur oleh PBI No.15/14/PBI/2013 tentang Perubahan atas Peraturan bank
Indonesia nomor 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah. Adapun
persyaratannya sebagai berikut;22
1. Konversi
a. Anggaran dasar awal
b. Rancangan anggaran dasar
c. Misi dan Visi perubahan kegiatan usaha
d. Risalah RUPS
e. Daftar calon pemegang saham, pengurus dan DPS beserta dokumen
f. Persyaratan pengalaman kerja bagi anggota direksi
22
http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/pbi_151413.pdf
diakses pada 15 januari 2018 pkl. 23.30 wib.
25
g. Surat pernyataan terkait penambahan modal disetor
h. Rencana susunan organisasi beserta nama calon minimal pejabat
eksekutif
i. Studi kelayakan dan rencana bisnis
j. Laporan keuangan
k. Rencana korporasi
l. Pedoman manajemen risiko
m. Sistem dan prosedur kerja
n. Rencana penyelesaian hak dan kewajiban
o. Bukti kesiapan operasional
p. Daftar jaringan kantor yang akan dijadikan kantor bank
2. Spin Off dengan bank baru
Memiliki persyaratan yang sama dengan pembentukan BUS baru dengan
tambahan dokumen.
a. Ijin Prinsip
(1) neraca proforma BUS
(2) Surat pernyataan PSP untuk meningkatkan modal menjadi Rp. 1T
(3) Rancangan pemisahan UUS sari bank induk
b. Ijin Usaha
(1) Neraca intern UUS bulan Terakhir
3. Spin Off pengalihan hak dan kewajiban
a. Laporan Proforma BUS
b. Langkah langkah yang ditempuh dalam rangka penyelesaian hak dan
kewajiban
c. Rancangan pemisahan UUS dari bank induk.
F. Efisiensi
Pengertian Efisiensi
Kegiatan-kegiatan dalam berorganisasi, orientasi pemikirannya dan
pelaksanaannya selalu dikaitkan dengan efisiensi, yaitu bagaimana agar
kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya itu dapat berhasil baik tanpa
26
terjadi pemborosan.23
Menurut Wirapati efisiensi adalah usaha mencapai
prestasi yang sebesar-besarnya dengan menggunakan kemungkinan-
kemungkinan yang tersedia seperti material, mesin dan manusia dalam tempo
sependek-pendeknya, di dalam keadaan yang nyata tanpa menggangu
keseimbangan antara faktor-faktor tujuan, alat, tenaga dan waktu.24
Efisiensi
menurut Ghiselli dan Brown adalah the term efficiency has a very definition. It
is expressed as the ratio of output to input. Istilah efisiensi yang dimaksud
Ghiselli dan Brown menunjukkan adanya perbandingan antara keluaran
(output) dan masukan (input).25
Efisiensi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai
perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masuk) atau jumlah
keluaran yang dihasilkan dari suatu input yang digunakan.26
Efisiensi adalah
nisbah atau rasio antara output dan input. Suatu perusahaan termasuk industri
perbankan dapat dikatakan efisien jika mampu menghasilkan output lebih
banyak dibandingkan input yang dikeluarkan atau menghasilkan output yang
sama dengan input yang dikeluarkan lebih sedikit.27
Shone Rinald menyatakan
bahwa efisiensi merupakan perbandingan output dan input berhubungan
dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input yang berarti. Jika
rasio output input tersebut bernilai besar maka efisiensi dikatakan semakin
tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input yang
terbaik dalam memproduksi output.28
23 Ibnu Syamsi. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h.2.
24 Ibnu Syamsi. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja.h. 4
25 Ibnu Syamsi. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja.h. 7
26 Muharram Harum & Pusvitasari Rizki. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam. (2007). h. 85 27
Rahmat Hidayat. Kajian Efisiensi Perbankan Syairah Di Indonesia. Media Riset
bisnis & Manajemen. Vol. 11 (April. 2001) h.3. 28
Afif Amirillah. Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia. Journal of Economics
and Policy Vol. 7, No. 2. hlm. 141.
27
G. Teori Efisiensi
Ditinjau dari teori Ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu efisiensi
teknis dan efisiensi ekonomi.29
Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang
makro yang mempunya jangkauan lebih luas dibandingkan dengan teknik yang
bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada
hubungan teknik dan operasional proses konversi input menjadi output.
Sehingga usaha untuk meningkatkan efisiensi teknik hanya memerlukan
kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi
sumber daya yang optimal. Efisiensi perbankan juga dapat dibagi menjadi
efisiensi keuntungan (Profit efficiency), efisiensi biaya (cost efficiency) dan
efisiensi pendapatan/keuntungan (revenue efficiency).30
Untuk menentukan variabel variabel yang digunakan dalam melakukan
pengukuran efisiensi perbankan terdapat tiga pendekatan utama yang bisa
digunakan. Pendekatan tersebut terdiri dari:31
1. Pendekatan Produksi : pendekatan ini menjelaskan bahwa aktivitas
perbankan adalah pelayanan terhadap deposan dan kreditor menggunakan
seluruh faktor produksi, seperti pegawai dan modal tenaga kerja. Untuk
mencapai tujuannya, yaitu memproduksi output yang diinginkan. Bank
sebagai pemilik deposan akun dari deposan dan memberikan dana kepada
kreditor.
2. Pendekatan Intermediasi : menjelaskan tentang aktivitas perbankan
sebagai agen intermediasi yang mentransformasikan penyaluran dana
dari deposan (pihak yang kelebihan dana) kepada kreditor (pihak yang
kekurangan dana). Dengan kata lain, dana pihak ketiga yang cenderung
liquid, berjangka pendek, dengan resiko rendah yang ditransformasikan
menjadi pembiayaan yang lebih beresiko, tidak liquid dan berjangka
panjang. Oleh karena itu pendekatan ini mendefinisiskan input sebagai
29
Muhammad Ghofur. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini. (Yogyakarta:
Biruni Press, 2007) h.120. 30
H Rahmat Hidayat. Efisiensi Perbankan Syariah: teori dan praktek, (Bekasi;
Gramata Publishing, 2014) h. 67. 31
Nizar Ahmad. Analisis Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Sebelum dan
Sesudah Spin Off. (2015) h. 40.
28
financial capital dan output sebagai volume pembiayaan atau investment
outstanding.
3. Pendekatan Modern : pendekatan modern mencoba untuk
mengembangkan dua pendekatan yaitu manajemen resiko kegiatan
usaha, sistem informasi dan pemecahan masalah ke dalam teori klasik
perusahaan. Pendekatan ini memperkenalkan perbedaan antara
manajemen bank dan pemilik bank dalam prilakunya memaksimalkan
keuntungan.
H. Konsep Efisiensi Menurut Pandangan Islam
Dari sudut pandang ekonomi Islam, konsep efisiensi sejalan dengan
prinsip syariah yang bertujuan untuk mencapai dan menjaga Maqashid Syariah
yaitu terpeliharanya al-ma.32
Konsep efisiensi pada dasarnya adalah
menghindari segala bentuk pemborosan sebagaimana terkandung dalam surat
Al-Israa‟ ayat 26-27:
رتبذيزاٱلسبيلٱبهوٱلمسكيهوۥحقهٱلقزبى ذاوءات ريهإن٦٢ولتبذ كاوواٱلمبذ
ن طيه إخو هوكانٱلشي ٦٢كفوراۦلزبهٱلشيط
Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros
pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S. Al-Israa : 26-27).
Makna kata boros pada ayat di atas berasal dari kata tabdzir yang merupakan
kata kerja (fi‟il) dari kata sifat (isim) mubadzir yang oleh Imam Syafi‟i
diartikan sebagai membelanjakan harta tidak pada jalannya. Lebih lanjut
dijelaskan oleh Mujahid bahwa walaupun seluruh harta dihabiskan untuk jalan
yang benar, maka tidak dikategorikan sebagai mubadzir. Sebaliknya, walaupun
32
Ditta Sari Feicyllia & Suprayogi. Membandingkan Efisiensi Pembiayaan Bank
Umum Syariah dab Bank Umum Konvensional Di Indonesia dengan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA). JESTT Vol. 2. hlm. 673-688.
29
hanya segantang padi tapi digunakan untuk hal yang tidak benar maka hal itu
disebut dengan mubadzir.33
Berdasarkan konsep di atas, maka konsep efisiensi pada bank syariah merujuk
pada keharusan manajemen bank untuk bisa mengelola pengeluaran untuk pos-
pos penggerak biaya dengan cara yang tepat guna dan benar, hemat, layak, dan
wajar.34
I. Konsep Pengukuran Efisiensi
Kegiatan ekonomi di bidang entitas keuangan harus dikelola secara sehat
untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi dengan pengorbanan seminimal
mungkin. Agama Islam mengajarkan agar manusia hidup efisien atau tidak
berlebih-lebihan tetapi haruslah seimbang. Efisiensi dalam hal ini bukan berarti
dengan menekan biaya serendah mungkin untuk menghasilkan output
maksimal, sehingga melegalkan segala cara dan tindakan dalam pencapaian
tersebut.35
Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila menggunakan input yang
lebih sedikit dari jumlah input pada umumnya dapat menghasilkan output yang
lebih banyak atau dapat menghasilkan minimal sama besarnya, atau apabila
perusahaan menggunakan input yang sama besar namun dapat menghasilkan
output yang lebih besar dari biasanya.36
Dengan demikian, ada tiga faktor yang
menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input yang sama dapat
menghasilkan output yang lebih besar, (2) dengan input yang lebih kecil dapat
menghasilkan output yang sama, (3) dengan input yang lebih besar dapat
menghasilkan jumlah output dengan presentase yang lebih.
berdasarkan sudut pandang perusahaan, dikenal tiga macam efisiensi, yaitu:
33
Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz XV. (Jakarta: 2007) hlm. 48. 34
Ditta Sari Feicyllia & Suprayogi. Membandingkan Efisiensi Pembiayaan Bank
Umum Syariah dab Bank Umum Konvensional Di Indonesia dengan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA). hlm. 678. 35
Ahmad Fauzi. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia: Apakah
Efisiensi dalam Profitabilitas operasional?, Forum Riset Keuangan Syariah 2014, (Oktober
2014) h. 215. 36
Ulfi Kartika, Financial Ratio to Distinguish Banks, Islamic Business Units and
Conventional Bank in Indonesia, (Jakarta Pusat: Kementrian Agama Republik Indonesia,
2012), h.159.
30
1. Technical efficiency
Dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mencapai level
output yang optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu.
Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah
output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan
kata lain, suatu proses produksi dikatakan efisien secara teknis apabila
output dari suatu barang tidak dapat lagi ditingkatkan tanpa mengurangi
output dari barang lain.
2. Allocative efficiency
Dapat merefleksikan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan
penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologinya.
Terminologi efisiensi pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif
untuk menghormati ekonom italia Vilfredo Pareto mengatakan bahwa
input produksi digunakan secara efisien apabila input tersebut tidak
mungkin lagi digunakan untuk meningkatkan suatu usaha tanpa
menyebabkan setidak-tidaknya keadaan suatu usaha yang lain menjadi
lebih buruk. Dengan kata lain, apabila input dialokasikan untuk
memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau tidak diinginkan
konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak digunakan secara efisien.
3. Economic Eficiency
Yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal dan efisiensi alokatif. Efisiensi
ekonomi secara implisit merupakan konsep least cost production. Untuk
tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya dikatakan efisien
secara ekonomi jika perusahaan tersebut menggunakan biaya dimana
biaya per unit output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain,
untuk tingkat output tertentu, suatu proses produksi dikatakan efisien
secara ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat digunakan untuk
memproduksi tingkat output tersebut pada biaya per unit yang paling
kecil.
31
Secara sederhana, pengukuran efisiensi biasa dirumuskan dengan:
Akan tetapi, formula terssebut tidaklah memadai mengingat fakta
yang ada saat ini banyak sekali output dan input yang berhubungan
dengan sumber daya, aktivitas dan faktor lingkungan yang berbeda.
Sehingga ukuran efisiensi relatif yang digunakan adalah:
Hasil nilai efisinesi akan menunjukkan skala 0-1 (nol hingga satu),
dimana jika hasil efisiensi menunjukkan “0” maka unit bisnis yang diuji
sangat tidak efisien. Sedangkan nilai “1” menunjukkan bahwa unit bisnis
tersebut adalah sangat efisien. Nilai-nilai efisiensi tersebut adalah relative
tidak absolut dan nilai yang dihasilkan adalah dengan membandingkan
antara setiap unit-unit bisnis pada kumpulan data yang akan dianalisis.
J. Teknik Pengukuran Efisiensi
1. Konsep Efisiensi
Konsep efisiensi merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh
Debreu dan Koopmans, di dalam jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. II no.
1 mengemukakan bahwa efisiensi perusahaan atau bank terdiri dari dua
komponen, yaitu:37
37
Zaenal Abidin, dan Endri, Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah:
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. II,
No. 1, 21-29 h. 22.
32
a. Efisiensi Teknis
Efisiensi ini mencerminkan kemampuan untuk memproduksi output
semaksimal mungkin dari input yang ada. Efisien secara teknis bukan
berarti efisien dalam hal efisiensi harga atau alokatif.
b. Efisiensi Alokatif/Harga
Allocative efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menggunakan input dalam proporsi yang optimal yang juga memasukkan
perhitungan biaya. Decision Making Unit (DMU) dianggap efisien
alokatif, jika DMU menghasilkan outputnya dengan biaya seminimal
mungkin dengan menggunakan minimal input.
c. Efisiensi Ekonomis
Kedua komponen efisiensi teknis dan alokatif kemudian dikombinasikan
untuk menghasilkan ukuran efisiensi total atau efisiensi ekonomis
(economic efficiency).
2. Konsep Efisiensi Perbankan
Secara umum, ada dua pendekatan untuk mengukur tingkat efisiensi
perbankan yaitu pendekatan nisbah keuangan (financial ratio) dan
pendekatan operating research yaitu sebagai berikut:38
a. Pendekatan Nisbah Keuangan (Financial Ratio)
Pendekatan ini mengukur tingkat efisiensi dengan merujuk pada kinerja
keungan, seperti: pengukuran Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), dan Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO).
Secara lebih rinci, ROA merupakan nisbah antara pendapatan dengan
aset. Teknik ini untuk mengukur tingkat pendapatan bank dalam
kaitannya dengan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
bank. Semakin tinggi nilai ROA, maka bank terebut semakin efisien.
ROE merupakan nisbah antara pendapatan dengan modal para pemegang
saham. Teknik ini mengukur tingkat efisiensi bank dalam kaitannya
38
Rahmat Hidayat, “Efisiensi Perbankan Syariah: teori dan Praktik (Bekasi:
Gramata Publishing, 2014) hlm. 69-73.
33
memperoleh keuntungan dari setiap unit modal para pemegang saham.
Semakin tinggi nilai ROE, berarti bank tersebut semakin efisien.
Kemudian, BOPO merupakan nisbah antara biaya operasi dengan
pendapatan operasi. Teknik ini untuk mengukur tingkat efisiensi bank
dengan cara mengukur jumlah pendapatan (income) dibandingkan
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan bank. Semakin tinggi tingkat
BOPO bermakna bank tersebut semakin efisien.39
b. Pendekatan Operating Research
Pendekatan ini didasarkan pada frontier atau batasan. Pendekatan ini
semakin popular diterapkan untuk mengukur tingkat efisiensi, karena
frontier didasarkan pada perilaku institusi, dalam hal ini bagaimana pihak
institusi memaksimalkan input ataupun dengan meminimalkan output.
Oleh karenanya, deviasi dari frontier dapat diinterpretasikan sebagai
ukuran dari efisiensi, yang merupakan standar kondisi optimal yang
mungkin dicapai.40
Dalam perkembangannya, pendekatan frontier ini lebih diutamakan,
karena hasil pengukurannya lebih objektif, bisa didapatkan dari ukuran-
ukuran numerik ukuran kinerja relatif, yang bisa memasukkan banyak
faktor, seperti: faktor biaya (input), keuntungan (input), dan faktor-faktor
lainnya untuk menghitung efisiensi relatif dibandingkan dengan kinerja
terbaik institusi pada industri sejenis.41
Dari pendekatan frontier inilah kemudian pengukuran efisiensi
terbagi kepada dua macam pendekatan pengukuran, yaitu:42
1) Parametrik terdiri dari Stochastic Frontier Approach (SFA), Thick
Frontier Approach (TFA), Distribution Free Approach (DFA).
2) Non-Parametrik terdiri dari Data Envelopment Analysis (DEA),
Free Disposal Hull (FDH).
39
Ibid hlm. 69-70 40
Ahmad Fauzi “Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia: Apakah
Efisiensi dalam Profitabilitas Operasional”. Forum Riset Keuangan Syariah: 2014 h. 126. 41
Ibid hlm. 126. 42
Ibid hlm. 127
34
DEA adalah analisa non-parametrik yang merupakan pengembangan
dari matematika linear programming untuk mengukur tingkat efisiensi dari
Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) relatif terhadap (UKE) yang sejenis ketika
semua unit-unit ini berada pada atau di bawah “kurva” efisiensi frontiernya.
Teknik DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes
, berdasarkan penyelidikan. Teknik ini sangat populer sebagai alat
manajemen (management tool), serta paling banyak dipergunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi. DEA juga merupakan sebuah teknik yang
unggul dalam mengukur tingkat efisiensi teknik secara total (overall). Sejak
pertengahan tahun 1980-an, teknik non parametrik DEA telah banyak
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi industri perbankan dan secara
luas diaplikasikan dalam menilai kinerja usaha, sekolah, rumah sakit,
perbankan dan perencanaan produksi.43
Metode DEA menghitung efisiensi teknis untuk seluruh unit. Skor
efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat efisiensi
dari unit-unit lainnya di dalam sampel. Setiap unit dalam sampel dianggap
memiliki tingkat efisiensi yang tidak negatif, dan nilainya antara 0 dan 1
dengan ketentuan satu menunjukkan efisiensi yang sempurna. Selanjutnya,
unit-unit yang memiliki nilai satu ini digunakan dalam membuat envelope
untuk frontier efisiensi, sedangkan unit lainnya yang ada di dalam envelope
menunjukkan tingkat inefisiensi.44
DEA memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, keunggulan
DEA adalah dapat menangani pengukuran efisiensi secara relatif beberapa
UKE sejenis dengan menggunakan banyak input dan output, DEA tidak
perlu mencari asumsi bentuk fungsi hubungan antara variabel input dan
output dari UKE sejenis yang akan diukur efisiensinya, UKE-UKE
dibandingkan secara langsung dengan sesamanya, faktor input dan output
43
Rahmat Hidayat. “Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik (Bekasi: Media
Riset Bisnis dan Manajemen: 2014) h. 72-73 44
Zainal Abidin, dan Endri, “Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah:
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan: 2009.,
Vol. II, No. 1, 21-29
35
dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda tanpa perlu melakukan
perubahan satuan dari kedua variabel tersebut. Adapun kelemahan yang
dimiliki oleh DEA yaitu DEA hanya menunjukkan perbandingan baik buruk
apa yang telah dilakukan sebuah UKE dibandingkan dengan sekumpuan
UKE sejenis (relatif), DEA merupakan teknik non parametrik sehingga sulit
dilakukan uji hipotesis statistik, DEA merupakan sebuah exctreme point
technique kesalahan-kesalahan pengukuran dapat mengakibatkan masalah
yang signifikan.45
45
Harum Muharam, & Rizki Pusvitasari, “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam: 2007. H. 93-94.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dengan melakukan
pengolahan variabel input dan output yang digunakan dalam penelitian. Data
kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan bentuknya, data
kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan teknik
perhitungan statistik.46
Jenis penelitian ini menggunakan teknik analisis yang
menggunakan metode nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk
analisis nilai efisiensi UUS (Unit Usaha Syariah) Bank Konvensional di
Indonesia yang memiliki data laporan keuangan tahun 2011 sampai dengan
2016.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode studi pustaka, yaitu pengumpulan data melalui
pengkajian buku-buku literatur, jurnal-jurnal ilmiah, dan website resmi
lembaga pengkajian keuangan syariah untuk memperoleh landasan teori yang
komprehensif dan memperoleh data dari laporan publikasi bagi bank yang
menjadi objek penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Pooling
(Data Panel). Data panel adalah gabungan antara data time series dan data
cross section, dimana data time series merupakan data yang pengamatannya
dilakukan dari waktu ke waktu (satu objek dengan banyak waktu), dan data
cross section adalah data yang pengamatannya dilakukan pada satu waktu
dengan banyak objek.47
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk
46
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta : Prenadamedia Group,
2013) h. 23. 47
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan statistika dengan Eviews,
(Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2011, edisi 3) h. 91.
37
yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah
dalam bentuk publikasi dan terdokumentasi.48
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang menghimpun informasi
dan data melalui metode studi pustaka, eksplorasi literatur-literatur, jurnal-
jurnal ilmiah yang terakreditas, website resmi lembaga pengkajian keuangan
syariah untuk memperoleh landasan teori yang komprehensif, dan laporan
keuangan yang dipublikasikan di website bank sentral dan website resmi bank
syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di
website Otoritas Jasa Keuangan, website resmi Unit Usaha Syariah yang
menjadi sampel dalam penelitian ini selama periode pengamatan 2011-2016.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah dalam penelitian ini menggunakan analisis
data kuantitatif dengan melakukan pengolahan variabel input dan output yang
digunakan dalam penelitian. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan
menggunakan teknik perhitungan statistik.49
Alat pengukuran analisis yang digunakan sudah teruji dan banyak digunakan
oleh peneliti dalam pengukuran efisiensi yaitu menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan Software DEAFrontier dan Microsoft
Excel 2010.
1. Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA adalah teknik pemrograman linier untuk meneliti kinerja unit
pembuat keputusan (Decision Making Unit/DMU) atau suatu bank dalam
suatu industri beroperasi dalam hubungannya dengan bank lain dalam
sampel. Teknik ini membuat kumpulan batas (frontier set) perbankan yang
efisien dan membandingkannya dengan perbankan lain yang tidak efisien.
48
Handryadi Suryani, Metode Riset Kuantitatif “Teori dan Aplikasi Pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam” (Jakarta : Prenadamedia Group, 2015 ) h. 171. 49
Syofian Siregar, Metode Penelitian h. 23.
38
Hal ini dilakukan untuk membat skor (nilai) efisiensi. Selanjutnya, skor
efisiensi bank dibatasi antara 0 dan 1, yang mana bank yang paling efisien
mempunyai skor 1 dan bank yang paling tidak efisien dengan skor 1 tidak
perlu menghasilkan output maksimum daripada input yang ada. Bank
tersebut cukup menghasilkan “best practice level of output” di antara bank
lain dalam sampel. Pendekatan yang biasa digunakan dalam pengukuran
efisiensi adalah penggunaan rasio output atas input, seperti persamaan
(3.1).50
Dalam pendekatan DEA, pemrograman linier digunakan untuk
memaksimalkan nisbah antara input dan output. Demikian pula untuk
DMU‟s industri perbankan syariah. Untuk DMU‟s dalam industri perbankan
syariah (yang menjadi objek penelitian), seluruh sampel input dan output
masing-masing dinotasikan oleh „n‟ dan „m‟, yang mana n adalah input, m
adalah output, lalu efisiensi masing-masing bank dihitung melalui
persamaan berikut ini:51
s = ∑
∑
untuk i = 1,.., m dan j = 1,...., n.
(3.2)
Keterangan:
yis : jumlah output ke-i yang dihasilkan oleh bank ke-s
xjs : jumlah input ke-j yang dihasilkan oleh bank ke-s
ui : pemberat (weight) output
vj : pemberat (weight) input
Nisbah efisiensi (es) dalam persamaan (3.2) kemudian
dimaksimumkan untuk memilih pemberat optimum dengan:
50
Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah “Teori dan Praktek” (Bekasi :
Gramata Publishing, 2014 ) h. 99. 51
Ibid., 99
Efisiensi = Output
Input
39
∑
∑
Subject to ≤ 1, untuk r = 1,..,n dan ui dan vj ≥ 0
(3.3)
Ketidaksamaan persamaan (3.2) menjamin nisbah efisiensi menjadi
sekurang-kurangnya persamaan (3.1) dan ketidaksamaan persamaan (3.3)
menjamin bahwa pemberatnya positif. Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978)
menyatakan bahwa bagian pemograman linier ini dapat diubah menjadi
pemograman linier biasa (ordinasry linier program) sebagai berikut: (3.4)
∑
∑ ∑
∑
= 1 dan ui dan uj ≥ 0
Dengan cara yang sama pemograman linier dapat diubah menjadi dwi
masalah:
∑
∑
dan 0 ≤ εs ≤ 1
dengan εs adalah total nilai (skor) efisiensi teknik daripada bank ke-s,
yang mana nilai 1 menandakan titik batas. Persamaan pemograman linier
persamaan (4) dan (5) mengasumsikan constant return to scale (CRS).
Batas (garis) efisiensi dapat dilihat sebagai sempadan OC seperti yang
ditujukan dalam Gambar 3.1. oleh sebab itu, bank yang berada di batas
(garis) tersebut ialah efisien. Bank ke-s beralokasi di sisi kanan daripada
Maximuze
Subject to
≤ 0, r = 1,..,n;
(3.4)
= 1 dan ui dan uj ≥ 0
Maximuze
Subject to (3.5)
40
batas atau bank yang tidak efisien digambarkan sebagai titik point S dalam
Gambar 3.1. keseluruhan efisiensi teknik (εs) kemudian dihitung dengan
nisbah dari AQ/AS. Dengan demikian bank ke-s harus dikurangi (1- εs) dari
input untuk mencapai efisiensi di titik Q.52
Sumber: Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah “Teori dan Praktek” 53
Jika masalah pada pemograman linier (4) dan (5) dapat diselesaikan
dengan menambah hambatan (restriction) dari 1 ke n sama dengan 1,
maka ada dua pengukuran efisiensi yaitu variable returns to scale (VRS)
yang dapat ditunjukkan oleh Gambar 3.1 sebagai VV‟; dan pure technical
effeciency (PTE) yang ditunjukkan oleh ARAS = ps bagi bank ke-s pada titik
S. Ini berarti bahwa scale effeciency dihitung oleh Õs = s/ps. Kemudian,
pecahan daripada pengurangan keluaran (output lost) yang disebabkan scale
effeciency dapat diukur sebagai (1- Õs).54
Scale effeciency sama dengan 1 apabila dan hanya jika teknologi
menunjukkan CRS atau titik B dalam Gambar 3.1. meskipun demikian,
scale effeciency dapat terjadi disebabkan oleh adanya kenaikan
(increasing/irs) atau penurunan (decreasing/drs) return to scale. Untuk
memperoleh kedua hasil tersebut, penyelesaian daripada persamaan
pemograman linier (4) dan (5) harus dibatasi dengan penjumlahan dari 1
ke n kurang dari atau sama dengan 1 (≤ 1) dalam hal mana penyelesaian
gambar (pictorical solution) dapat ditunjukkan sebagai OBV‟. Pengukuran
efisiensi dengan menggunakan metodologi ini bagi bank ke-s pada titik S
52
Ibid., 99-100. 53
Ibid., 101. 54
Ibid., 101.
41
adalah = (AQ/AS) yang juga sama dengan s. Oleh karena itu decreasing
diperoleh dengan Õs = dan increasing terjadi apabila Õs ≠ dengan
demikian efisiensi terjadi apabila Õs = = s = 1.55
Pada DEA, organisasi atau objek yang diteliti disebut DMU (Decision
Making Unit). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weighted) atau
timbangan untuk setiap input dan output DMU. Secara umum DMU
dianggap sebagai entitas yang bertanggungjawab untuk mengubah input
menjadi output dan kinerjanya harus dievaluasi. Dalam aplikasi manajerial,
DMU dapat mencakup bank, department store dan supermarket, dan
diperluas ke pabrik mobil, rumah sakit, sekolah, perpustakaan umum dan
sebagainya. Dalam mengamankan perbandingan relatif, sekelompok DMU
digunakan untuk mengevaluasi satu sama lain dengan masing-masing DMU
yang memiliki tingkat kebebasan manajerial tertentu dalam pengambilan
keputusan.56
Misalkan ada n DMU: DMU1, DMU2, ..., dan DMUke-n. Beberapa item
input dan output yang umum untuk masing-masing j = l, ..., n, DMU dipilih
sebagai berikut:57
a. Data numerik tersedia untuk setiap input dan output, dengan data
diasumsikan positif untuk semua DMU.
b. Item (input, output dan pilihan DMU) harus mencerminkan kepentingan
analis atau manajer dalam komponen yang akan masuk ke dalam evaluasi
efisiensi relatif DMU.
c. Pada prinsipnya, jumlah input yang lebih kecil lebih baik dan jumlah
output yang lebih besar lebih disukai sehingga nilai efisiensi harus
mencerminkan prinsip-prinsip ini.
d. Unit pengukuran input dan output yang berbeda tidak perlu kongruen.
Beberapa mungkin melibatkan jumlah orang, atau area lantai, uang yang
dikeluarkan, dan lain-lain.
55
Ibid., 102. 56
Cooper dkk, Data Envelopment Analysis (New York : Springer, 2007) h. 22. 57
Ibid., h. 22.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
Berikut Profil Unit Usaha Syariah yang menjadi objek penelitian ini, dan
dapat dilihat sebagai berikut:
1. Unit Usaha Syariah Bank BTN
Unit Usaha Syariah bank BTN mulai beroperasi pada tanggal 14
Februari 2005, melalui pembukaan Kantor Cabang Syariah pertama di
Jakarta, Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank BTN (Persero) Tbk ini yang
menjalankan bisnis dengan prinsip Syariah. Sampai dengan Desember 2009
telah dibuka 20 Kantor Cabang, 1 Kantor Cabang Pembantu Syariah,
dengan 119 Kantor Layanan Syariah. Tujuan dari pendirian UUS bank BTN
adalah untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan produk dan layanan
perbankan sesuai prinsip Syariah dan memberikan manfaat yang setara,
seimbang dalam pemenuhan kepentingan nasabah dan bank.
Sebagai bagian dari bank BTN yang merupakan bank BUMN UUS
bank BTN menjalankan fungsi intermediasi dengan menghimpun dana
masyarakat melalui produk-produk Giro, Tabungan, dan Deposito dan
menyalurkan kembali ke sektor riil melalui berbagai produk pembiayaan
KPR, Multiguna, Investasi dan Modal Kerja. Sesuai dengan Motonya:
“Maju dan Sejahtera Bersama” maka UUS bank BTN mengutamakan
prinsip keadilan dan kesetaraan dalam penerapan imbal hasil antara nasabah
dan bank.
KPR BTN iB adalah produk pembiayaan UUS bank BTN yang
ditujukan bagi perorangan, untuk pembelian rumah, ruko, apartemen, baik
baru ataupun lama. Akad yyang digunakan adalah akad Murabahah (jual
beli), dimana nasabah bebas memiliki lokasi objek KPR sesuai dengan
kebutuhan dan pertimbangan nasabah sendiri dari aspek lokasi maupun
harga. Keuntungan dan manfaat dari KPR BTN iB antara Lain: Angsuran
tetap sampai pembiayaan lunas, maksimal pembiayaan sampai dengan 80%,
43
jangka waktu sampai dengan 15 tahun, bebas menentukan lokasi, margin
bersaing mulai 8,07% persyaratan mudah dan fleksibel, tidak ada pinalti
untuk pelunasan dipercepat dan tidak ada biaya provisi selain KPR BTN iB,
produk UUS bank BTN yang mendukung pembiayaan untuk rumah adalah:
KPR Indensya BTN iB untuk kebutuhan renovasi ataupun pembangunan
rumah anda.58
Tabel 4.1
Profil UUS Bank BTN
Nama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Unit Usaha Shariah Banking (Unit Usaha Syariah)
Alamat Jl. Gajah Mada No. 1 Jakarta 10130
Telepon (021) 6336789
Faksmili (021) 6336719
Contact Center 1500 286
Email Contact Center [email protected]
Jenis Usaha Perbankan Syariah
Jumlah Kantor 22 kantor Cabang Syariah, 21Kantor
Cabang Pembantu Syariah, 7 Kantor Kas
Syariah, 240Kantor layanan Syariah
2. Unit Usaha Syariah Bank Maybank
PT Bank Maybank Indonesia Tbk merupakan salah satu bank
konvensional yang telah mengusung Unit Usaha berbasis Syariah. PT Bank
Maybank Indonesia Tbk sebelumnya bernama PT Bank Internasional
Indonesia (BII) yang didirikan pada 15 Mei 1959, mendapatkan ijin sebagai
bank devisa pada tahun 1988 dan mencatatkan sahamnya sebagai
perusahaan terbuka di bursa efek Jakarta dan Surabaya pada 1989. PT
Maybank Indonesia adalah salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia
58
http://www.btn.co.id/ContentPage/Berita/Profile-BTN-Syariah diakses pada
tanggal 19 oktober 2017 pukul 10.00 Wi b.
44
yang merupakan bagian dari grup Malayan Banking Berhad (Maybank),
salah satu grup penyedia layanan keuangan terbesar di ASEAN.
Per 31 Desember 2016 Maybank Indonesia telah memiliki 428 cabang
termasuk cabang syariah dan kantor fungsional mikro yang tersebar di
Indonesia serta dua cabang luar negeri (Mauritius dan Mumbai, India), 19
mobil kas keliling dan 1633 ATM termasuk CDM (Cash Deposit Machine)
yang terkoneksi lebih dari 20000 ATM tergabung dalam jaringan ATM
PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO, CIRRUS dan terhubung dengan 3500
ATM Maybank di Singapura dan Malaysia melalui jaringan MEPS.
Maybank Indonesia menyediakan serangkaian produk dan jasa
komprehensif bagi nasabah individu maupun korporasi melalui layanan
Community Financial Service (Perbankan Ritel dan Perbankan Bisnis) dan
perbankan Global, serta pembiayaan otomotif melalui entitas anak yaitu
WOW Finance untuk kendaraan roda dua dan Maybank Finance untuk
kendaraan roda empat.59
Tabel 4.2
Profil UUS Bank BII/Maybank
Nama PT Bank Maybank Indonesia Tbk
Unit Usaha Shariah Banking (Unit Usaha Syariah)
Alamat
Gedung Sentral Senayan 3. J. Asia Afrika
No 8 Tantai 21 Gelora Bung Karno. Jakarta
Pusat 10270
Telepon +62 21 29228888
Faksmili +62 21 29228883
Tanggal Berdiri 20 Mei 2003
Tanggal Beroperasi 20 Mei 2003
Jenis Usaha Perbankan Syariah
Jumlah Kantor 1 kantor Pusat, 1Kantor Cabang Syariah,
423* layanan Syariah
59
https://www.maybank.co.id/syariah/about-syariah/Pages/profil-syariah.aspx
diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 12.21 Wib.
45
3. Bank DKI Syariah
Berdasarkan Surat Izin Bank Indonesia No. 6/371/DPbS tanggal 8
Maret 2004 telah resmi Unit Usaha Syariah (UUS) dari PT. Bank DKI.
Dilakukan peresmian operasional Usaha Bank DKI Syariah pada bulan
Maret tahun 2004 dengan jumlah modal awal sebesar 2 Miliar rupiah.
Ditahun 2007 modal Unit Usaha Syariah Bank DKI Meningkat Menjadi
sebesar 100 Miliar. Lalu pada tahun 2010 laba UUS bank DKI telah
mencapai 638,31 Miliar rupiah, dan di tahun yang sama bank UUS bank
DKI memiliki jaringan kantor sebanyak 49 Unit.
Unit Usaha Syariah Bank DKI bertekad untuk dapat memberikan
pelayanan kepada nasabah sebaik-baiknya berdasarkan prinsip syariah,
sehingga Unit Usaha Syariah bank DKI dijadikan mitra bagi pengguna jasa
perbankan yang mayoritas berbisnis berdasarkan prinsip syariah. Sebagai
salah satu bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah, UUUS bank
DKI senantiasa berkomitmen untuk meningkatkan kinerja dan layanan
perbankan yang sesuai dengan ketentuan syariah kepada masyarakat,
sehingga masyarakat semakin dekat dan mudah untuk bertransaksi dengan
Unit Usaha Syariah bank DKI.60
Tabel 4.3
Profil UUS Bank DKI
Nama PT Bank DKI
Unit Usaha Shariah Banking (Unit Usaha Syariah)
Alamat Gedung Prasada Sasana Karya Jl.
Suryopranoto No. 8 Jakarta Pusat 13130
Telepon +62 21 806 55555
Faksmili +62 21 806 55500
Call Center 1500 315
Tanggal Beroperasi 16 Maret 2004
Jenis Usaha Perbankan Syariah
Jumlah Kantor Jaringan Kantor 49 Unit
60
http://bankdkisyariah.co.id/index.php/bank-dki-syariah/profileperusahaan diakses
pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 13.08 Wib.
46
B. Analisis DEA Pada Variabel Input dan Output
Berikut ini merupakan langkah-langkah penelitian efisiensi Unit Usaha
Syariah dengan metode Data Envelopment Analysis di Indonesia periode 2011-
2016, adapun variabel input yang diambil untuk penelitian adalah dana pihak
ketiga, total aset dan biaya tenaga kerja, sedangkan disisi outputnya peneliti
mengambil variabel pembiayaan dan pendapatan bagi hasil. Data dapat dilihat
pada gambar 4.1 Sebagai berikut:
Gambar 4.1
Sheet Data
Selanjutnya setelah data tersimpan pada microsoft excel seperti gambar 4.1,
data dapat diolah menggunakan aplikasi DEA Frontier, dimana pada penelitian
ini peneliti menggunakan asumsi Variable Return To Scale (VRS). Selanjutnya
setelah data diolah maka, hasil yang di dapat seperti gambar 4.2.
47
Gambar 4.2
Sheet Efficiency
Gambar 4.2 merupakan salah satu dari hasil olahan menggunakan DEA
Frontier, terdapat dua Sheet yang dihasilkan setelah data diolah, yang pertama
adalah Sheet Efficiency, sheet ini menggambarkan tingkat efisiensi data yang
diolah oleh peneliti. Terdapat bahwa pada bagian input oriented VRS Efficiency
menunjukkan tingkat efisiensi unit yang di teliti, dengan asumsi nilai 1
menunjukkan unit tersebut telah mencapai nilai efisien. Kedua, adalah sheet
Target,bagian ini menjelaskan besaran yang seharusnya di capai oleh unit yang
di teliti, seperti yang terlihat pada gambar 4.2, jika dibandingkan dengan data
yang berada pada gambar 4.3, unit dinyatakan tidak efisien jika terjadi selisih
nilai antara actual yang telah didapat dengan target yang dihasilkan dari olahan
data menggunakan DEA Frontier. Adapun gambar 4.3 merupakan tampilan
dari hasil olah data menggunakan DEA Frotier:
48
Gambar 4.3
Sheet Target
C. Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Sebelum dilakukan perhitungan tingkat efisiensi, terlebih dahulu
ditentukan variabel input dan output dari ke-tiga unit usah syariah yang
menjadi objek penelitian adapun objek dari penelitian ini adalah pertama,
UUS Bank BTN kedua, UUS Bank DKI dan terakhir UUS Bank Maybank.
Dalam pendekatan DEA, variabel input terdiri dari Dana Pihak Ketiga, Total
Aset dan Biaya Tenaga Kerja. Variabel output terdiri dari Pembiayaan dan
Pendapatan Bagi Hasil. Adapun untuk data-data yang akan diolah dapat
dilihat pada lampiran 1. Berikut merupakan ringkasan statistik keuangan
Unit Usaha Syariah di Indonesia yang mencakup variabel input dan output
dalam objek penelitian ini:
49
Tabel 4.4
Ringkasan Statistik 3 Unit Usaha Syariah di Indonesia Tahun 2011 -
2016 (dalam jutaan rupiah)
Keterangan Mean Maximum Minimum Standar
Deviasi
Dana Pihak Ketiga 3867789.94 15030249 404081 4143332.848
Total Aset 5058715.94 18125394 548887 4929440.125
Biaya Tenaga Kerja 40771.6667 97896 9622 25750.80299
Pembiayaan 4181436.67 14224421 347441 3989841.406
Pendapatan Bagi Hasil 238825 626955 38009 169223.0506
Sumber: DEA frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan Tabel 4.4, terdapat perbedaan hasil statistik antara UUS
yang menjadi objek penelitian. Hal ini terlihat dengan besarnya nilai standar
deviasi untuk masing-masing variabel tersebut. Nilai standar deviasi yang
besar tersebut menggambarkan heteroginitas Unit Usaha Syariah yang
menjadi objek penelitian baik dari aspek dana pihak ketiga, total aset, biaya
tenaga kerja, pembiayaan, dan pendapatan bagi hasil.
Kemudian, melihat data variabel input berikut, jumlah dana pihak
ketiga dari 3 Unit Usaha Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata
mencapai Rp 3,86 triliun dengan jumlah maksimum mencapai Rp 15.03
triliun dan tingkat terendah mencapai Rp 404 miliar. Jumlah total aset dari 3
Unit Usaha Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai Rp
5,05 triliun dengan jumlah maksimum mencapai Rp 18 triliun dan tingkat
terendah mencapai Rp 548 miliar. Jumlah biaya tenaga kerja 3 Unit Unit
Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai Rp 40 miliar
dengan jumlah maksimum mencapai Rp 97 miliar dan tingkat terendah
mencapai Rp 9 miliar.
Kemudian juga diketahui bahwa variabel output berikut, jumlah
pembiayaan dari 3 Unit Usaha Syariah yang menjadi objek penelitian ini
rata-rata mencapai Rp 4,18 triliun dengan jumlah maksimum mencapai Rp
14,22 triliun dan tingkat terendah mencapai Rp 347 miliar. Jumlah
pendapatan bagi hasil dari 3 Unit Usaha Syariah yang menjadi objek
50
penelitian ini rata-rata mencapai Rp 238 miliar dengan jumlah maksimum
mencapai Rp 626 miliar dan tingkat terendah mencapai Rp 38 miliar.
2. Asumsi VRS
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return to Scale) Unit Usaha Syariah:
Tabel 4.5
Nilai Efisiensi Asumsi VRS Unit Usaha Syariah (%)
PERIODE UUS bank BTN UUS bank DKI UUS bank BII
2011 0.98771 1.00000 1.00000
2012 1.00000 1.00000 1.00000
2013 1.00000 0.99379 1.00000
2014 1.00000 1.00000 0.89534
2015 1.00000 1.00000 1.00000
2016 1.00000 1.00000 0.86582
TOTAL 5.98771 5.99379 5.76116
RATA-RATA 0.99795 0.99896 0.96019
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.5, nilai efisiensi Unit Usaha Syariah yang menjadi
objek penelitian ini memiliki perbedaan di setiap tahunnya. Namun, secara
garis besar nilai efisiensi ketiga bank mengalami fluktuatif turun naik pada
periode penelitian yaitu, kurun waktu 2011 sampai dengan 2016. Berikut
penjelasan efisiensi Unit Usaha Syariah:
a. Unit Usaha Syariah Bank BTN
Nilai efisiensi Unit Usaha Syariah bank BTN pada tahun 2011
selama periode penelitian hampir mencapai nilai efisiensi optimum,
dengan pencapaian nilai sebesar 0,987. Kemudian, pada tahun
selanjutnya UUS bank BTN mencapai nilai efisiensi maksimum.
Selanjutnya, pada tahun 2012 nilai efisiensi maksimum kembali dicapai
oleh UUS bank BTN. Begitupun di tahun-tahun selanjutnya, pencapaian
nilai efisiensi optimum UUS bank BTN didapatkan sampai dengan tahun
2016. Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Unit Usaha Syariah bank
BTN selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.1.
Berdasarkan grafik, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi UUS
51
bank BTN mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2011 UUS
bank BTN hanya mendapat nilai efisiensi kurang dari 1, namun di tahun
2012 konsistensi pencapaian nilai efisiensi optimum terus di dapat, nilai
efisiensi optimum tersebut didapatkan UUS bank BTN sampai dengan
akhir periode penelitian yaitu sampai tahun 2016.
Grafik 4.1
Pergerakan rata-rata Asumsi VRS
UUS Bank BTN
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Unit Usaha Syariah
Bank BTN dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai nilai
efisiensi optimum:
Tabel 4.6
Target Efisiensi UUS Bank BTN Tahun 2011
Efficiency Variabel Actual Target To Gain Achieved
Unit
Usaha
Syariah
Bank
BTN
Tahun
2011
Dana Pihak
Ketiga 3,816,599 3,769,705 1.23% 98.77%
Total Aset 5,056,158 4,994,033 1.23% 98.77%
Biaya Tenaga
Kerja 35,196 34,764 1.23% 98.77%
Pembiayaan 4,086,417 4,086,417 0.00% 100.00%
Pendapatan
Bagi Hasil 249,784 249,784 0.00% 100.00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.6, Unit Usaha Syariah Bank BTN pada tahun
2011 mengalami inefisiensi yaitu dengan nilai efisien sebesar 98.77%.
Variabel input pada tahun ini mengalami inefisiensi seluruhnya. Disisi
0.988
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
0.9800.9820.9840.9860.9880.9900.9920.9940.9960.9981.0001.002
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Unit Usaha Syariah Bank BTN
Periode 2011-2016
52
lain, variabel outputnya UUS bank BTN pada tahun 2011 mendapatkan
nilai efisien seluruhnya. Dana Pihak Ketiga tingkat efisiensinya hanya
mencapai 98.77% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 1.32%.
implementasi anggaran UUS bank BTN untuk DPK capaiannya cukup
tinggi yaitu, Rp 3,816,599 juta. Hal ini mengindikasikan DPK yang
dihimpun oleh UUS bank BTN melebihi target dan tidak disertai dengan
penyaluran kepada nasabah pihak ketiga secara maksimum sehingga,
tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum, implementasi DPK yang
dihimpun mencapai Rp 3,816,599 juta, sedangkan target yang disarankan
agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar Rp 3,769,705 juta.
Adapun pencapaian nilai efisiensi pada variabel total aset hampir
sampai kepada nilai efisiensi optimum, yaitu dengan capaian nilai
sebesar 98.77%. hal ini terjadi karena implememtasi total aset yang di
dapat mencapai Rp 5,056,158 juta, padahal target yang telah
direncanakan sebesar Rp 4,994,033 juta. Implentasi yang melebihi target
menyebabkan nilai eifisiensi total aset menjadi rendah, maka untuk
mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkannya sebesar 1.23%. bisa dikatakan bahwa implementasi
Total aset pada tahun 2011 mengalami pemborosan, padahal hanya
dengan Rp 4,994,033 juta saja, variabel total aset sudah dapat mencapai
nilai efisiensi yang optimum.
Nilai biaya tenaga kerja tingkat efisiensinya mencapai 98.77%,
dengan implementasi BTK sebesar Rp 35,196 juta. Pencapaian tersebut
menunjukkan bahwa UUS bank BTN pada tahun 2011 telah
mengeluarkan uang lebih dari target yang telah disepakati. dan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkannya sebesar 1.23%. Implementasi anggaran untuk BTK
cukup tinggi mencapai Rp 35,196 juta. Hal ini mengindikasikan telah
terjadi pemborosan dalam BTK, padahal hanya dengan Rp 34,764 juta
saja, variabel BTK sudah dapat mencapai efisiensi optimum.
53
Adapun untuk variabel output yaitu pembiayaan dan pendapatan
bagi hasil pada UUS bank BTN di tahun 2011 telah mencapai nilai
efisiensi optimum seluruhnya.
b. Unit Usaha Syariah Bank DKI
Pada tahun 2011 dan tahun 2012 efisiensi UUS bank DKI
mencapai nilai maksimum. Selanjutnya, pada tahun 2013 penurunan nilai
efisiensi terjadi, di tahun tersebut efisiensi UUS bank DKI hanya
mencapai nilai 99.37%. Terjadi penurunan efisiensi dari tahun
sebelumnya sebesar 0.63%. selanjutnya, tingkat efisiensi kembali ke titik
efisiensi optimal di tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 dan tahun
2016.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi UUS bank DKI selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.2. Berdasarkan grafik
4.2 terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi UUS bank DKI
Mengalami goncangan namun kembali ke titik efisiensi optimal. Pada
tahun 2011 dan tahun 2012 nilai efisiensinya selalu di titik optimum,
namun, pada tahun 2013 menurun. Lalu, di tahun 2014 sampai dengan
tahun 2016 Unit Usaha Syairah bank DKI kembali mencapai nilai
efisiensi optimum.
Grafik 4.2
Pergerakan Rata-rata Efisiensi Tahunan Asumsi VRS
UUS Bank DKI
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
1.000 1.000
0.994
1.000 1.000 1.000
0.990
0.992
0.994
0.996
0.998
1.000
1.002
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Unit Usaha Syariah Bank DKI
Periode 2011-2016
54
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen UUS bank DKI
dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai nilai efisiensi
optimum:
Tabel 4.7
Target Efisiensi UUS Bank DKI Tahun 2013
Efficiency Variabel Actual Target To Gain Achieved
Unit
Usaha
Syariah
Bank
DKI
Tahun
2013
Dana Pihak
Ketiga 2,037,543 1,462,398 28.23% 71.77%
Total Aset 2,258,307 2,244,278 0.62% 99.38%
Biaya Tenaga
Kerja 26,492 26,327 0.62% 99.38%
Pembiayaan 2,110,402 2,110,402 0.00% 100.00%
Pendapatan
Bagi Hasil 141,148 141,148 0.00% 100.00%
Sumber: DEA Forntier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.7, Unit Usaha Syariah Bank DKI pada tahun
2013 mengalami inefisiensi yaitu sebesar 99.38%, turun tingkat
efisiensinya sebesar 0.62% dibandingkan dengan tahun tahun
sebelumnya pada periode penelitian ini. Semua variabel input mengalami
inefisiensi. sedangkan disisi variabel outputnya pendapatan bagi hasil dan
variabel pembiayaan telah mencapai nilai efisiensi yang optimum. Dana
Pihak Ketiga tingkat efisiensinya hanya mencapai 71.77% dan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum perlu dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkannya sebesar 28.23%. Implementasi anggaran DPK cukup
tinggi yaitu mencapai Rp 2,03 triliun. Hal ini mengindikasikan DPK
yang dihimpun oleh UUS bank DKI melebihi target dan tidak disertai
dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga, tidak bisa
mencapai efisiensi secara optimum, implementasi DPK yang dihimpun
mencapai Rp2,03 triliun, angka ini melebihi target yangtelah disarankan,
padahal agar mencapai tingkat efisiensi optimum UUS bank DKI cukup
menghimpun dana pihak ketiga sebesar Rp1,46 triliun saja.
Adapun pencapaian nilai efisiensi pada variabel total aset UUS
bank DKI telah mencapai 99.38% lebih tinggi dari pencapaian nilai
55
efisiensi dana pihak ketiga. Maka, untuk mencapai nilai efisiensi
optimum total aset, yang yang perlu dilakukan perbaikan adalah dengan
cara menurunkannya sebesar 0.62%. total aset yang dimiliki UUS bank
DKI mencapai Rp 2,25 triliun. Pada kasus ini, Total aset mengalami
pemborosan. Padahal, hanya dengan Rp 2,24 triliun saja, variabel total
aset sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang optimum.
Begitu pula Biaya Tenaga Kerja, tingkat efisiensinya mencapai
99.38%, nilai ini hampir mendekati nilai efisiensi optimum pada dana
pihak ketiga. Untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan
perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 0.62%. Implementasi
anggaran untuk biaya tenaga kerja cukup tinggi yaitu mencapai Rp 26,4
miliar. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam hal biaya
tenaga kerja, padahal hanya dengan Rp 26,3 miliar saja, variabel biaya
tenaga kerja sudah dapat mencapai efisiensi optimum.
c. Unit Usaha Syariah Bank Maybank
Berdasarkan tabel 4.5, diperiode tahun 2011 sampai tahun 2013
UUS bank Maybank nilai efisiensi mencapai maksimum. Namun, pada
tahun 2014, nilai efisiensi UUS bank Maybank turun hanya mencapai
89.53%, terjadi penurunan nilai efisiensi dari tahun sebelumnya sebesar
10.47%. Selanjutnya, pada tahun 2015 tingkat efisiensi UUS bank
Maybank kembali ke titik efisiensi optimum. Namun, penurunan nilai
efisiensi kembali terjadi ditahun selanjutnya yaitu, tahun 2016. Unit
Usaha Syariah bank Maybank nilai efisiensinya kembali mengalami
penurunan sebesar 13.42%, dengan nilai efisiensi hanya mencapai
86.58%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Unit Usaha Syariah bank
Maybank selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.3.
berdasarkan grafik 4.3 terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi UUS
bank Maybank Mengalami fluktuatif turun dan naik. Pada tahun 2011
sampai tahun 2013 nilai efisiensinya selalu di titik efisiensi optimum,
kemudian pada tahun 2014 nilainya menurun, hingga di tahun 2015
56
kembali mencapai nilai efisiensi optimum. Namun, pada tahun 2016 nilai
efisiensi Unit Usaha Syairah bank Maybank menurun kembali.
Grafik 4.3
Pergerakan Rata-rata Efisiensi Tahunan Asumsi VRS UUS
BII/Maybank
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Unit Usaha
Syariah bank Maybank dalam mengambil sebuah keputusan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum:
Tabel 4.8
Target Efisiensi UUS Bank Maybank Tahun 2014
Efficiency Variabel Actual Target To Gain Achieved
Unit
Usaha
Syariah
Bank
Maybank
Tahun
2014
Dana Pihak
Ketiga 1,043,046 933,884 10.47% 89.53%
Total Aset 2,449,541 2,193,180 10.47% 89.53%
Biaya Tenaga
Kerja 29,316 23,024 21.46% 78.54%
Pembiayaan 1,736,690 1,736,690 0.00% 100.00%
Pendapatan
Bagi Hasil 140,806 140,806 0.00% 100.00%
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, Unit Usaha Syariah Bank Maybank
pada tahun 2014 mengalami inefisiensi yaitu sebesar 89.53%,
dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya pada periode penelitian
ini. Semua variabel input mengalami inefisiensi. Dana Pihak Ketiga
tingkat efisiensinya hanya mencapai 89.53% dan untuk mencapai nilai
1.000 1.000 1.000
0.895
1.000
0.866
0.750
0.800
0.850
0.900
0.950
1.000
1.050
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Unit Usaha Syariah Bank BII
Periode 2011-2016
57
efisiensi optimum perlu dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkannya sebesar 10.47%. implementasi anggaran untuk DPK
cukup tinggi yaitu, mencapai Rp 976618 juta. Hal ini mengindikasikan
DPK yang dihimpun oleh Bank Internasional Indonesia Syariah melebihi
target dan tidak disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga
sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum, implementasi
DPK yang di himpun mencapai Rp 1 triliun, sedangkan target yang
disarankan agar mencapai efisiensi optimum hanyalah sebesar Rp 869
miliar.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel total aset mencapai
89.53% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan
perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 10.47%. Total aset yang
dimiliki UUS bank Maybank mencapai Rp 2,29 triliun. Total aset ini
mengalami pemborosan, padahal hanya dengan Rp 2,04 miliar saja,
variabel total aset sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang optimum.
Begitu pula Biaya Tenaga Kerja atau BTK tingkat efisiensinya
hanya mencapai 78.54% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum,
perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 21.46%.
Implementasi anggaran untuk biaya tenaga kerja cukup tinggi yaitu
mencapai angka Rp 26 miliar. Hal ini mengindikasikan telah terjadi
pemborosan dalam hal biaya tenaga kerja, padahal hanya dengan Rp 23
miliar saja, variabel biaya tenaga kerja sudah dapat mencapai efisiensi
optimum.
58
Tabel 4.9
Target efisiensi UUS Bank Maybank tahun 2016
Efficiency Variabel Actual Target To Gain Achieved
Unit
Usaha
Syariah
Bank
Maybank
Tahun
2014
Dana Pihak
Ketiga 714,716 618,817 13.42% 86.58%
Total Aset 1,344,720 1,164,288 13.42% 86.58%
Biaya Tenaga
Kerja 33,790 16,127 52.27% 47.73%
Pembiayaan 962,919 962,919 0.00% 100.00%
Pendapatan
Bagi Hasil 76,921 76,921 0.00% 100.00%
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.9, Unit Usaha Syariah Bank Maybank pada
tahun 2016 mengalami inefisiensi yaitu sebesar 86.58% dibandingkan
dengan tahun tahun sebelumnya pada periode penelitian ini. Semua
variabel input mengalami inefisiensi, dan semua variabel output telah
mencapai nilai efisiensi optimum. Dana Pihak Ketiga tingkat efisiensinya
hanya mencapai 86.58% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum
perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 13.42%
implementasi anggaran untuk dana pihak ketiga cukup tinggi yaitu
sebesar Rp 714 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa dana pihak ketiga
yang dihimpun oleh UUS bank Maybank melebihi target dan tidak
disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga. Sehingga, tidak
bisa mencapai efisiensi secara optimum, implementasi dana pihak ketiga
yang dihimpun mencapai Rp 714 miliar, sedangkan target yang
disarankan agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar Rp 618
miliar.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel total aset nilainya sama
dengan dana pihak ketiga yaitu, hanya mencapai 86.58%. Dalam
mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkannya sebesar 13.42% . Total aset yang dimiliki UUS bank
Maybank telah mencapai Rp 1,34 triliun. Jumlah nilai total aset sebesar
ini mengalami pemborosan, karena hanya dengan nilai Rp 1,16 miliar
59
saja, variabel total aset sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang
optimum.
Begitu pula pada variabel biaya tenaga kerja. Tingkat efisiensinya
hanya mencapai 47.73% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum,
perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 52.27%.
Implementasi anggaran untuk biaya tenaga kerja sebesar ini cukup tinggi
yaitu mencapai Rp 33 miliar. Hal ini mengindikasikan telah terjadi
pemborosan dalam biaya tenaga kerja, padahal hanya dengan Rp 16 miliar
saja, variabel biaya tenaga kerja sudah dapat mencapai efisiensi
optimum.
3. Total Potential Improvement UUS di Indonesia
Hasil perhitungan DEA juga memperlihatkan potential improvement
yang dapat dilakukan oleh unit usaha unit usaha syariah yang belum
beroperasi secara efisien. Berdasarkan pendekatan intermediasi yang
berorientasi input, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas Unit Usaha
Syariah di negara Indonesia harus mengurangi jumlah total inputnya,
sekaligus meningkatkan outputnya untuk menghasilkan output yang ideal
oleh DMU pada tahun-tahun tersebut.Berikut ini penyebab inefisiensi pada
UUS yang akan dijadikan perbandingan.
Gambar 4.4
Total Potential Improvement Unit Usaha Syariah
Sumber: Data diolah dari Target Input Oriented DEA Frontier
34%
17%
49%
0% 0%
Potential Improvement Unit Usaha Syariah periode
2011-2016
Dana Pihak Ketiga
Total Aset
Biaya Tenaga Kerja
Pembiayaan
Pendapatan Bagi Hasil
60
Berdasarkan grafik 4.4, total potential improvment (variabel yang
perlu mendapatkan perbaikan) secara keseluruhan terdapat pada variable
input saja. Variabel input meliputi Dana Pihak Ketiga, Total Aset, dan
Beban Tenaga Kerja. Dari 5 variabel yang di pilih, didapatkan bahwa
variabel yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar adalah Biaya Tenaga
Kerja sebesar .
Membengkaknya Beban Tenaga Kerja diakibatkan adanya agresifitas
ekspansif Unit Usaha Syariah. Ketika ekspansi, tentu membuka kantor
cabang baru dan akhirnya terjadi peningkatan jumlah SDM. Ketika jumlah
SDM meningkat, tentunya cost pun ikut meningkat. Belum lagi, cost of
training dan pendidikan bagi SDM menjadi ikut membengkak, karena
minimnya jumlah SDM Syariah dari sisi supply namun demand dari industri
syariah yang meningkat (ekspansifitas). Manajemen unit usaha syariah perlu
adanya terobosan baru, misalnya untuk menghemat Beban Tenaga Kerja
namun tetap efektif. Dari sisi regulator (BI & OJK), bisa ikut andil dalam
inefisiensi yang terjadi pada Beban Tenaga Kerja ini dengan cara membuat
kebijakan aturan tentang SDM lebih komprehensif misalnya dengan batasan
minimun Beban Tenaga Kerja yang harus dikeluarkan oleh Bank Syariah
Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha Syariah. Selain itu, untuk
mengatasi kelangkaan SDM Syariah, baik regulator, praktisi, dan akademisi
duduk bersama membahas link and match lulusan perguruan tinggi. Ketika
SDM mencapai efisien dan efektif, bukan hal yang tidak mungkin target
efisiensi Beban Tenaga Kerja yang masih kurang sebesar 49% bisa tercapai.
D. Interpretasi Hasil Penelitian
Data Envelopment Analysis (DEA) dapat mengidentifikasi UUS yang
mengalami inefisiensi dan dapat memberikan acuan pada UUS tersebut agar
lebih efisien. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA) pada tahun 2011 UUS bank DKI dan Maybank mencapai nilai
efisien sedangkan UUS bank BTN mengalami inefisien, nilai efisiensi UUS
bank BTN hanya mencapai 0,98771. Hal ini disebabkan variabel dana pihak
ketiga, total aset dan biaya tenaga kerja tidak mencapai nilai yang ditargetkan.
61
Adapun selisih ketiga variabel tersebut yaitu dana pihak ketiga 1,23%, total
aset 1,23%, dan biaya tenaga kerja 1,23%. Berbeda dengan pembiayaan dan
pendapatan bagi hasil, kedua variabel output ini telah mencapai nilai yang
optimum. Pada tahun 2012 berdasarkan hasil analisis UUS bank BTN, UUS
bank DKI dan UUS bank Maybank ketiganya mencapai nilai 1 (satu) atau
efisiensi seluruhnya. Pada tahun 2013 nilai inefisien dialami UUS bank DKI
saat itu, tingkat nilai efisiensinya hanya mencapai 0,99379. Hal ini di alami
karena variabel input pada UUS bank DKI yang tidak mencapai target. Faktor
terbesar terjadinya inefisien pada UUS bank DKI adalah besarnya selisih pada
variabel dana pihak ketiga dengan nilai selisis 28,23%, sedangkan total aset
0,62% dan biaya tenaga kerja 0,67%. Berbeda dengan tahun 2014, hasil
analisis DEA mengidentifikasi inefisien tengah di alami oleh UUS bank
Maybank, pencapaian nilainya sebesar 0,89534. Terjadinya inefisien
disebabkan dana pihak ketiga, total aset dan biaya tenaga kerja yang tidak
mencapai target. Selisih nilai pencapaian Ketiga variabel yaitu, dana pihak
ketiga 10,47%, total aset 10,47% dan biaya tenaga kerja sebesar 21,46%. Pada
tahun 2015 berdasarkan hasil analisis UUS bank BTN, UUS bank DKI dan
UUS bank Maybank ketiganya mencapai nilai 1 (satu) atau efisiensi
seluruhnya. Pada tahun terakhir periode penelitian, di tahun 2016 berdasarkan
hasil analisis DEA, nilai efisiensi UUS bank Maybank mencapai 0,86582.
Sedangkan UUS bank DKI dan UUS bank BTN mencapai nilai 1 (satu). Nilai
ini mengidentifikasikan bahwa UUS bank DKI dan BTN efisien dan inefisien
bagi UUS bank Maybank. Adapun variabel yang menyebabkan terjadinya
inefisien pada UUS bank Maybank yaitu dengan selisih nilai pada dana pihak
ketiga 13,42%, total aset 13,42% dan biaya tenaga kerja 52,27%.
Hasil identifikasi analisis Data Envelopment Analysis pada Unit Usaha
Syariah di Indonesia pada periode 2011-2016 diperoleh bahwa terjadinya
inefisien pada penelitian ini diakibatkan variabel input yang kurang memenuhi
target. Tapi, Di sisi variabel ouput di dapat bahwa dalam keadaan efisien
maupun inefisien pembiayaan maupun pendapatan bagi hasil selalu mencapai
target.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab IV, maka
peneliti menemukan beberapa kesimpulan pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Berdasarkan Asumsi VRS, selama periode 2011-2016 diperoleh nilai
efisiensi UUS dengan total nilai sebesar 0,98570. pertama, Tingkat efisiensi
unit usaha syariah bank umum konvensional milik negara yang di wakili
oleh UUS bank BTN sebesar 0,99795, kedua nilai efisiensi unit usaha
syariah bank umum konvensional milik swasta yang di wakili oleh UUS
bank Maybank sebesar 0,96019. Ketiga, nilai efisiensi unit usaha syariah
bank umum konvensional milik pemerintah daerah yang di wakili UUS
bank DKI sebesar 0,99896. Artinya UUS di Indonesia pada periode
penelitian belum mencapai nilai efisien optimum.
2. Berdasarkan model penentu efisiensi, disimpulkan bahwa semua variabel
input yang berupa dana pihak ketiga, total aset, biaya tenaga kerja, dan
variabel output yang berupa Pembiayaan, dan Pendapatan bagi hasil secara
signifikan berpengaruh terhadap nilai Efisiensi. Adapun faktor yang
menyebabkan terjadinya inefisien unit usaha syariah di indonesia adalah
dana pihak ketiga, total aset dan biaya tenaga kerja.
3. Didapatkan bahwa dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan dua dari
lima variabel input maupun output yang telah ditentukan yaitu, dana pihak
ketiga, total aset, biaya tenaga kerja, pembiayaan maupun pendapatan bagi
hasil ada dua variabel yang merupakan variabel paling efisien pada
penelitian, kedua variabel tersebut adalah pembiayaan dan pendapatan bagi
hasil.
63
B. Saran
1. Bagi Menejemen Unit Usaha Syariah
Adapun yang dapat dijadikan sebagai saran bagi manajemen unit
usaha syariah agar dapat meningkatkan nilai efisiensi adalah sebagai
berikut:
a) Perlu adanya strategi marketing dan inovasi produk yang kompetitif baik
dari produk penghimpunan dana maupun dari produk penyaluran dana
agar bisa bersaing dengan bank konvensional atau lembaga keuangan
lainnya..
b) Beban personalia yang menjadi penyebab utama dalam inefisiensi Unit
Usaha Syariah Bank umum konvensional, hal ini perlu adanya strategi
dalam manajemen SDM, seperti menerapkan AO Multispesialisasi.
Selain itu, perlu melakukan penghematan, dari transformasi ke digital,
core banking, dan sebagainya.
c) Peningkatan teknologi pun juga menjadi perhatian penting bagi bank
syariah, karena penggunaan teknologi menjadi hal yang dimanfaatkan
beberapa bank untuk meningkatkan pendapatan operasional lainnya.
Khususnya yang berasal dari fee based income perlu mendapat perhatian
yang harus dilakukan terkait dengan input output ratio. Pada umumnya
peningkatan fee based income selalu berkaitan dengan penggunaan
teknologi yang mampu meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya.
Jadi, sebenarnya peluang peningkatan fee based income hanya akan lebih
banyak dimanfaatkan oleh sejumlah bank yang secara teknologi sudah
maju. Adapun cara lain yang dapat digunakan dengan melakukan joint
atau sharing operation. Dalam bidang ATM penggunaan fasilitas VSAT
dan disaster recovery center dapat dilakukan secara bersama-sama.
2. Bagi Akademisi/Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi keuangan unit
usaha syariah di Indonesia bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya.
Hasil Adapun bagi peneliti selanjutnya sebaiknya objek pada penelitian ini
64
tidak hanya menggunakan tiga Unit Usaha Syariah Bank Umum
konvensional saja, bisa juga ditambah menjadi seluruh Unit usaha Syariah
yang ada di Indonesia. Begitu pula dengan periode penelitian juga dapat
diperbaharui agar hasil yang diperoleh dapat menjelaskan berbagai
fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, alat
analisisnya bisa menggunakan metode analisis yang bersifat parametrik
misalnya metode Stochatic Frontier Analysis (SFA). Dengan metode
analisis ini, peneliti dapat menganalisis efisiensi bank syariah dengan
menggunakan pendekatan efisiensi biaya, sehingga diperoleh tingkat
efisiensi berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh bank. Adapun untuk two
stage-nya, bisa menggunakan metode analisis Regresi Tobit, yaitu untuk
melihat faktor-faktor lingkungan (eksternal) apa saja yang mempengaruhi
nilai efisiensi, sehingga bisa didapatkan hasil penelitian yang lebih
komprehensif mengenai efisiensi bank syariah.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal dan Endri. 2009. Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan
Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Akuntansi
dan Keuangan. Vol. II, No. 1, 21-29
Amalia, Euis dkk. Konsep dan Mekanisme Bank Syariah. Ciputat : Fakultas
Syariah dan Hukum.
Afif Amirillah. Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia. Journal of Economics
and Policy Vol. 7, No. 2.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2001 Bank Syariah: dari Teori dan Praktik. Jakarta
: Gema Insani.
Amalia, Zahra, Rosa. 2013 “Perbandingan Tingkat Efisiensi Bank Umum
Konvensional (BUK) Dengan Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan
Metode Data Envelopment Analysis.
Cooper, dkk 2007. Data Envelopment Analysis New York : Springer.
Dewi, Gemala. 2005. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah di Indonesia. Jakarta : Prenada Media Grup.
Fauzi, Ahmad. 2014. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia:
Apakah Efisiensi dalam Profitabilitas Operasional. Forum Riset Keuangan
Syariah: h. 126.
Ghofur, Muhammad. 2007. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini.
Yogyakarta : Biruni Press.
66
Harum, Muharram & Rizki, Pusvitasari. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam. (2007).
Hidayat, H Rahmat. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah: teori dan praktek. Bekasi
: Gramata Publishing.
Hidayat, H Rahmat. 2001, Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia.
Median Riset dan Manajemen Vol. 11.
Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz XV. (Jakarta: 2007)
https://fossei.org/2017/03/06/meneropong-masa-depan-perbankan-syariah-
indonesia/ FoSSei.org “Meneropong Masa Depan Perbankan Syariah
Indonesia” Diakses pada 2 juni 2017 pkl 08.35 Wib.
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/surat-edaran-
ojk/Documents/SAL%20SEOJK%20Transparansi%20dan%20Publikasi%2
0Laporan%20BUS%20UUS.pdf. Diakses pada tanggal 24 oktober 2017
pukul 20.22 Wib.
http://www.btn.co.id/ContentPage/Berita/Profile-BTN-Syariah diakses pada
tanggal 19 oktober 2017 pukul 10.00 Wi b.
https://www.maybank.co.id/syariah/about-syariah/Pages/profil-syariah.aspx
diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 12.21 Wib.
http://bankdkisyariah.co.id/index.php/bank-dki-syariah/profileperusahaan diakses
pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 13.08 Wib.
http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/pbi_151413.pdf diakses
pada 15 januari 2018 pkl. 23.30 wib.
67
Karim, Adiwarman. 2014, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Kasmir, 2004 Pemasaran Bank. Jakarta : Prenada Media.
Kasmir, 2002 Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Prenada Media.
Lestari, Erna, Putri. 2017. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia dan Pakistan dengan Menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA). Jakarta : Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah.
Muhammad. 2005. Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di
Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muharam, Harum & Rizki Pusvitasari. 2007 “Analisis Perbandingan Efisiensi
Bank Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam:. H. 93-94.
Nizar Ahmad. 2015 Analisis Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Sebelum dan
Sesudah Spin Off. h. 40.
Purawan, Ahmad Adi. 2007. Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia dan
dampaknya terhadap pertumbuhan dan Perkembangan Bank Syariah
“Jurnal Studi Ekonomi-keuangan Islam. Share Vol. 3. No.1 h. 118.
Sari Ditta Feicyllia & Suprayogi. Membandingkan Efisiensi Pembiayaan Bank
Umum Syariah dab Bank Umum Konvensional Di Indonesia dengan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA). JESTT Vol. 2.
Sutedi, Adrian. 2009. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum.
Jakarta : Ghalia Indonesia.
68
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Prenadamedia
Group.
Suryani, Handryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif “Teori dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam.Jakarta : Prenadamedia
Group.
Sofia, Gesang, Nurul. 2016. Analisis Faktor Penentu Tingkat Efisiensi Perbankan
di Indonesia pada tahun 2012-2014 Dengan Menggunakan Pendekatan Two
Stage Data Envelopment Analysis. Surabaya : Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Surabaya.
Syamsi.Ibnu Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)
Ulfi, Kartika. 2012. Financial Ratio to Distinguish Banks, Islamic Business Units
and Conventional Bank in Indonesia. Jakarta Pusat : Kementrian Agama
Republik Indonesia. h.159.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan statistika dengan
Eviews. Yogyakarta : UPP STIM YKP. edisi 3 h. 91.
www.ojk.go.id diakses pada 31 mei 2017 pkl 13.30 Wib.
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-
syariah/Documents/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Maret-
2017/SPS%20Maret%202017.pdf.
Yulita, Ika. 2015. Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Antara
Malaysia dan Indonesia. Jakarta : Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
69
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Laporan Keuangan untuk Penelitian Efisiensi Analisis DEA dengan
komponen input dan output faktor Unit Usaha Syariah periode tahun 2011 sampai
dengan 2016.
Keterangan:
DPK : Dana Pihak Ketiga
TA : Total Aset
BTK : Biaya Tenaga Kerja
PM : Pembiayaan
P basil : Pendapatan Bagi hasil
Lampiran 2
BANK_PERIODE DPK TA BTK PM P basil
UUS BTN 2011 3816599 5056158 35196 4086417 249784
UUS BTN 2012 5756452 7664400 53787 5808257 391282
UUS BTN 2013 6592577 9571060 71384 7951366 440338
UUS BTN 2014 8747457 11144718 71813 9433360 447300
UUS BTN 2015 11104536 13268941 85820 11223646 495608
UUS BTN 2016 15030249 18125394 97896 14224421 626955
UUS DKI 2011 988334 1110300 15625 997350 84659
UUS DKI 2012 1077921 1515700 18099 1306852 135650
UUS DKI 2013 2037543 2258307 26492 2110402 141148
UUS DKI 2014 4121265 3384929 31159 2989471 240328
UUS DKI 2015 2145592 3463095 40844 3423603 169670
UUS DKI 2016 3517315 4012358 46937 3820823 215665
UUS Maybank 2011 404081 548887 9622 347441 38009
UUS Maybank 2012 606295 2094969 10727 1854419 84895
UUS Maybank 2013 977259 2299971 26430 1435903 184766
UUS Maybank 2014 1043046 2449541 29316 1736690 140806
UUS Maybank 2015 938982 1743439 28953 1552520 135066
UUS Maybank 2016 714716 1344720 33790 962919 76921
70
Data target pencapaian yang semestinya dicapai Unit Usaha Syariah selama
periode penelitian.
Hasil olah data dengan aplikasi DEA Frontier.
BTK
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name DPK TA BTK PM P basil
1 UUS BTN 2011 3769704.61628 4994033.20947 34763.54830 4086417.00000 249784.00000
2 UUS BTN 2012 5756452.00000 7664400.00000 53787.00000 5808257.00000 391282.00000
3 UUS BTN 2013 6592577.00000 9571060.00000 71384.00000 7951366.00000 440338.00000
4 UUS BTN 2014 8747457.00000 11144718.00000 71813.00000 9433360.00000 447300.00000
5 UUS BTN 2015 11104536.00000 13268941.00000 85820.00000 11223646.00000 495608.00000
6 UUS BTN 2016 15030249.00000 18125394.00000 97896.00000 14224421.00000 626955.00000
7 UUS DKI 2011 988334.00000 1110300.00000 15625.00000 997350.00000 84659.00000
8 UUS DKI 2012 1077921.00000 1515700.00000 18099.00000 1306852.00000 135650.00000
9 UUS DKI 2013 1462398.41017 2244277.58862 26327.42221 2110402.00000 141148.00000
10 UUS DKI 2014 4121265.00000 3384929.00000 31159.00000 2989471.00000 240328.00000
11 UUS DKI 2015 2145592.00000 3463095.00000 40844.00000 3423603.00000 169670.00000
12 UUS DKI 2016 3517315.00000 4012358.00000 46937.00000 3820823.00000 215665.00000
13 UUS BII 2011 404081.00000 548887.00000 9622.00000 347441.00000 38009.00000
14 UUS BII 2012 606295.00000 2094969.00000 10727.00000 1854419.00000 84895.00000
15 UUS BII 2013 977259.00000 2299971.00000 26430.00000 1435903.00000 184766.00000
16 UUS BII 2014 933884.12995 2193179.84592 23024.43553 1736690.00000 140806.00000
17 UUS BII 2015 938982.00000 1743439.00000 28953.00000 1552520.00000 135066.00000
18 UUS BII 2016 618816.61454 1164287.74213 16127.24066 962919.00000 76921.00000