analisis tingkat efisiensi bank umum syariah sebelum …

119
ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH SPIN OFF Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) AHMAD NIZAR NIM 109046100201 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM (MUAMALAT) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

Upload: others

Post on 12-Jan-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH

SEBELUM DAN SESUDAH SPIN OFF

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

AHMAD NIZAR

NIM 109046100201

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM (MUAMALAT)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …
Page 3: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …
Page 4: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Desember 2015

Ahmad Nizar

109046100201

Page 5: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

iv

ABSTRAK

Ahmad Nizar, NIM 109046100201. Analisis Tingkat Efisiensi Bank

Umum Syariah Sebelum dan Setelah Spin Off. Konsentrasi Perbankan Syariah,

Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2015.

Skripsi ini membahas tentang pengukuran efisiensi bank umum syariah

sebelum dan setelah spin off. Sempel dalam penelitian ini adalah BJB Syariah,

BRI Syariah dan BNI Syariah. Periode waktu pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tiga tahun sebelum spin off (masih berbentuk UUS) dan tiga

tahun setelah spin off (setelah berbentuk BUS).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data

Envelopment Analysis (DEA), dengan menggunakan asumsi Constant Return to

Scale (CRS). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPK, biaya

operasional, biaya tenaga kerja sebagai variabel input serta pembiayaan dan

pendapatan operasional sebagai variabel output.

Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan

tingkat efisiensi bank umum syariah antara sebelum dan setelah spin off.

Penelitian ini juga memberikan analisis potential improvement, dengan melihat

nilai to gain sebagai sarana atau alternatif yang dapat digunakan supaya

perbankan dapat beroperasi dengan efisien.

Kata Kunci : Spin Off, Efisiensi, DEA, CRS, Potential Improvement

Page 6: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta

salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW semoga kelak

kita termasuk kedalam umat yang mendapat syafaat dari beliau di hari akhirat

kelak.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi

Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku dekan Fakultas Syariah

dan Hukum yang saya hormati.

2. Bapak A.M. Hasan Ali, MA selaku ketua Program Studi Muamalat

yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada seluruh

mahasiswa prodi muamalat.

3. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran, yang telah memberikan

banyak ilmu, serta menjadi figur yang sangat memotivasi dalam

penyusunan skripi ini.

Page 7: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

vi

4. Kedua orang tua alm. Bpk Drs. H. Abdus Syukur dan Hj. Ibu Siti

Manfaah, S.Ag yang telah sangat memberikan dukungan dan

motivasi, serta kesabaranya menunggu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan kasih sayang kepada

kalian.

5. Bapak Abdurrauf, MA. Selaku sekertaris prodi, yang selalu berrsedia

untuk direpotkan, serta ibu Oke di bagian akademik yang tanpa lelah

mengurus berkas-berrkas mahasiswa.

6. Anggit Wicaksono dan Farhan Rabbani, yang telah mengarahkan,

mengajarkan, serta bersedia memabagi ilmunya, sehingga skripsi ini

dapat berjalan lancar.

7. Kawan-kawan yang telah menjadi tempat untuk menyegarkan

pikiran, Ardiansyah, Heri, Mas Ari, Aji, Diki, dan kawan-kawan

lainnya.

8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis menjalankan perkuliahan

dan penyusunan skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Akhir kata, penulis mendoakan agar Allah SWT membalas segala

dukungan dan kebaikan kalian yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Page 8: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 11

E. Review Studi Terdahulu ....................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 14

BAB II PERBANKAN SYARIAH di INDONESIA

A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah .................................................................. 16

2. Regulasi Perbankan Syariah ............................................................ 20

3. Produk-produk Bank Syariah ........................................................... 29

B. Pemisahan (Spin Off) ............................................................................ 31

Page 9: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

viii

C. Efisiensi ................................................................................................ 36

D. Kerangka Kinerja Perbankan Syariah ................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian ................................................................................... 43

B. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 48

C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 48

D. Metode Analisis

1. Metode Data Envelopment Analysis (DEA) ..................................... 50

2. Input dan Output ............................................................................... 58

BAB IV HASIL ANALISIS DATA

A. Kriteria Penilaian Efisiensi ................................................................... 63

B. Hasil Perhitungan Dengan Metode DEA

1. Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan ............................................ 64

2. Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan

a. Hasil Efisiensi Perbankan Sebelum Spin Off (UUS) ................... 68

b. Hasil Efisiensi Perbankan Setelah Spin Off (BUS) ...................... 72

3. Efisiensi Rata-Rata Perbankan Sebelum dan Setelah Spin Off ........ 76

C. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Input ........... 80

D. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi output ......... 85

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................... 90

B. Saran ..................................................................................................... 92

Page 10: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

ix

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 95

LAMPIRAN ................................................................................................... 98

Page 11: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar BUS dan UUS ................................................................. 4

Tabel 1.2 Perkembangan BUS dan UUS .................................................... 7

Tabel 3.1 Daftar Objek Penelitian .............................................................. 43

Tabel 3.2 Persamaan DEA ......................................................................... 51

Tabel 3.3 Model DEA CRS ........................................................................ 54

Tabel 3.4 Model DEA VRS ........................................................................ 55

Tabel 3.5 Input dan Output ......................................................................... 59

Tabel 4.1 Kriteria dan Nilai Efisiensi ......................................................... 63

Tabel 4.2 Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan ..................................... 64

Tabel 4.3 Efisiensi Rata-Rata Sebelum dan Setelah Spin Off .................... 75

Tabel 4.4 Nilai To Gain Pada Bank Setelah Spin Off Orientasi Input ....... 80

Tabel 4.5 Nilai To Gain Pada Bank Setelah Spin Off Orientasi Output ..... 85

Page 12: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Kinerja Perbankan Syariah .......................................... 41

Gambar 4.1 Grafik Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan ........................... 66

Gambar 4.2 Grafik Hasil Efisiensi Sebelum Spin Off ..................................... 69

Gambar 4.3 Grafik Hasil Efisiensi setelah Spin Off ........................................ 72

Gambar 4.4 Grafik Efisiensi Rata-Rata Bank Sebelum dan Setelah melakukan

Spin Off ........................................................................................ 76

Gambar 4.5 Grafik Nilai To Gain Bank Setelah melakukan Spin Off Orientasi

Input ............................................................................................. 81

Gambar 4.6 Diagram Nilai To Gain Bank Setelah melakukan Spin Off

Orientasi Input ............................................................................. 83

Gambar 4.7 Grafik Nilai To Gain Bank Setelah melakukan Spin Off Orientasi

Output .......................................................................................... 86

Gambar 4.8 Diagram Nilai To Gain Bank Setelah melakukan Spin Off

Orientasi Output ......................................................................... 88

Page 13: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Dalam rangka peningkatan akses masyarakat terhadap perbankan syariah

pada awalnya Bank Indonesia mengeluarkan PBI No. 8/3/PBI/2006 Pasal 38

ayat 2, dimana isi peraturan ini membolehkan kantor cabang BUK yang telah

memiliki UUS dapat melayani transaksi syariah (Office Channelling). Tetapi, sejak

diberlakukannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka

persoalan pengembangan perbankan syariah diatur melalui mekanisme baru, yaitu

dengan mekanisme akuisisi dan konversi bank konvensional menjadi bank umum

syariah. Dalam penerapannya ada tiga pendekatan, yaitu: Pertama, Bank Umum

Konvensional (BUK) yang telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS)

mengakuisisi bank yang relative kecil kemudian mengkonversinya menjadi syariah

dan melepaskan serta menggabungkan UUS-nya dengan bank yang baru

dikonversi tersebut. Kedua, BUK yang belum memiliki UUS, mengakuisisi bank

yang relative kecil dan mengkonversinya menjadi syariah. Ketiga, BUK

Page 14: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

2

melakukan pemisahan (spin-off) UUS dan dijadikan Bank Umum Syariah (BUS)

tersendiri.1

Pada perkembangan saat ini UUS merupakan pilihan bagi banyak bank

konvensional yang ingin menikmati buah perkembangan perbankan syariah.

Banyak keuntungan yang diperoleh dalam pendirian UUS dari pada harus

mendirikan BUS baru, diantaranya adalah biaya yang lebih rendah dan proses yang

relative cepat. UUS juga dapat memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang

dimilki oleh bank induk, baik tekhnologi, jaringan maupun SDM. Tetapi

kelemahan UUS sebagai lembaga keuangan syariah adalah dimana kebijakan bank

induk masih melekat kuat dalam UUS, sehingga untuk akselerasi pertumbuhan

dan market share dalam layanan syariah masih sangat minim.

Mencermati fenomena spin-off, ketua umum Asosiasi Bank Syariah

Seluruh Indonesia (Absindo) Achmad Riawan Amin, berpendapat bahwa spin-

off perbankan syariah dari UUS menjadi BUS seakan-akan dipaksakan sehingga

yang terjadi banyak manajemen bank syariah baru sulit mengembangkan diri.

Beliau memandang seharusnya spin-off dilakukan ketika nasabah suatu bank

sudah dengan perbandingan 50:50, dengan demikian dilakukannya spin-off

merupakan alternatif UUS bisa mandiri. Tetapi yang terjadi di Indonesia tidak

1 Abdul Ghofur Anshori, Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi dan Konversi: Pendekatan

Hukum Positif dan Hukum Islam (Yogyakarta: UII Press, 2010), hlm. 1.

Page 15: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

3

demikian, spin-off dilakukan hanya berdasarkan informasi dari Bank Indonesia

bahwa potensi industri perbankan sangat cerah.

Selain beberapa praktisi perbankan yang kontra dengan gagasan spin-off,

ada pula praktisi perbankan yang pro dengan gagasan tersebut. Para praktisi yang

mendukung gagasan spin-off berpendapat bahwa spin-off merupakan salah satu

upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja

perusahaan. Dengan memisahkan UUS yang dimiliki oleh suatu BUK, diharapkan

BUK yang dimaksud serta BUS baru yang terbentuk dari hasil spin-off tersebut

dapat semakin fokus beroperasi, lebih cepat dan fleksibel dalam pengambilan

keputusan-keputusan bisnis, serta kebijakan untuk perbaikan perusahaan dapat

dilakukan lebih tepat guna. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam

pelaksanaan spin-off UUS menjadi BUS, yakni timing, sizing, dan pricing.

Maksudnya adalah jika waktu sudah tepat (timing), aset atau pangsa pasar sudah

besar (sizing), serta ongkosnya murah dan lebih menguntungkan (pricing), tidak

ada pilihan kecuali memisahkan UUS dari bank induknya.

Dari 36 lembaga keuangan syariah berupa bank, baru ada 11 lembaga

keuangan syariah yang berbentuk BUS dan sisanya masih berupa UUS. 10 BUS

yang ada merupakan hasil dari proses mekanisme pembentukan BUS diatas.

Page 16: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

4

Tabel 1.1

Daftar Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Juni 2014

Bank Umum Syariah

1. PT Bank Muamalat Indonesia

2. PT Bank Syariah Mandiri

3. PT Bank Syariah Mega

4. PT Bank BRI Syariah

5. PT Bank Syariah Bukopin

6. PT Bank Panin Syariah

7. PT Bank Victoria Syariah

8. PT Bank BCA Syariah

9. PT Bank Jabar dan Banten Syariah

10. PT Bank BNI Syariah

11. PT Bank Maybank Indonesia Syariah

Unit Usaha Syariah

1. PT Bank Danamon 14. BPD Aceh

2. PT Bank Permata 15. BPD Jambi

3. PT Bank International Indonesia 16. BPD Sulawesi Selatan

4. PT Bank DKI 17. BPD Kalimantan Barat

5. PT Bank Tabungan Negara 18. BPD Kalimantan Selatan

6. PT Bank TPN 19. BPD Sumatra Selatan

7. PT Bank Sinarmas 20. BPD Sumatra utara

8. PT CIMB Niaga 21. BPD Sumatra Barat

9. OCBC NISP 22. BPD Riau

10. The Hongkon & Shanghai Bank 23. BPD NTB

Page 17: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

5

11. IFI 24. BPD Jawa Tengah

12. BPD Daerah Istimewa Yogya 25. BPD Jawa Timur

13. BPD Kalimantan Timur

Semakin banyaknya jumlah bank syariah yang beroperasi khusus dalam

bentuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di

Indonesia dengan berbagai bentuk produk dan layanan yang diberikan

membuat persaingan antar bank syariah yang semakin ketat, secara langsung

ataupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap pencapaian profitabilitas

bank syariah. Sebagai lembaga bisnis (Business entity), perbankan (termasuk

perbankan syariah) dituntut untuk meningkatkan kinerja (performance) usahanya.

Salah satu cara untuk mengukur kinerja usaha perbankan syariah ialah melalui

tingkat efisiensi. Dengan kata lain, tingkat efisiensi dapat memberikan

gambaran mengenai kinerja usaha perbankan syariah. Perbankan yang efisien

berarti kinerjanya juga baik, demikian pula sebaliknya, perbankan yang tidak

efisien kinerjanya juga tidak baik. Perbankan yang efisien dapat memberikan

keyakianan kepada para investor, bahwa dana yang diinvestasikan di perbankan

tersebut akan memberikan hasil atau keuntungan. Sedangkan bagi para nasabah,

perbankan yang efisien dapat memberikan keuntungan karena biaya transaksi di

perbankan tersebut lebih murah dibandingkan perbankan yang lain (yang tidak

efisien). Bagi pemerintah, bank yang efisien akan memberikan keuntungan

Page 18: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

6

berupa pajak perusahaan. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan khususnya

pemerintah, otoritas moneter serta manajemen bank harus memberikan perhatian

terhadap masalah efisiensi perbankan tersebut.2

Efisiensi mengacu pada hubungan antara keluaran (output) dan masukan

(input), sehingga efisiensi dapat diartikan sebagai rasio antara output dengan input.

Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) Apabila dengan input yang

sama dapat menghasilkan output yang lebih besar; (2) Dengan input yang kecil

dapat menghasilkan output yang sama; dan (3) Dengan input yang lebih besar dapat

menghasilkan output yang lebih besar lagi.3 Indikator efisiensi dapat dilihat

dengan memperhatikan besarnya rasio beban operasional terhadap pendapatan

operasional (BOPO) dan rasio non performing financing (NPF). Selain itu

efisiensi juga dapat dilihat dengan memperhatikan pertumbuhan tingkat

indikator kinerja bank seperti jumlah simpanan, pembiayaan, dan total aktiva.

Secara umum, ada dua pendekatan untuk mengukur tingkat efisiensi

perbankan yaitu pendekatan nisbah keuangan (financial ratio) dan pendekatan

operating research (OR). Pendekatan nisbah keuangan biasanya merujuk pada

kinerja keuangan, antara lain return on aset (ROA), return on equity (ROE),

capital asset ratio (CAR), operating efficiency ratio (OER) atau cost to

2 H. Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek (Jawa Barat:Gramata Publishing, 2014), h.

64 3 Muhammad Ghafur, Potret Perbankan Syariah di Indonesia Terkini: Kajian Kritis Perkembangan

Perbankan Syariah (Yogyakarta: Biruni Press, 2007)

Page 19: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

7

income ratio (CIR). Sedangkan pendekatan OR, pengukuran efisiensi dihitung

dengan menggunakan: (1) teknik parametrik seperti Stochastik Frontier

Approach (SFA), Distribution Free Approach (DFA) dan Recusive Thick

Frontier Approach (RTFA). (2) teknik non-parametrik seperti Data

Envelopment Analysis (DEA) dan Free Disposable Hull (DFH) analysis.4

Tabel 1.2

Perkembangan Kinerja BUS dan UUS

Indikator Kinerja Periode

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Simpanan (triliun) 28,0 36.8 52,2 76,0 115,4 147,5 183,5

Biaya Operasional (triliun) 1,7 2,6 3,1 4,4 6,6 8,7 14,0

Biaya Operasional Lain (triliun) 0,31 0,49 1,4 0,96 1,1 1,6 1,9

Pembiayaan (triliun) 27,9 38,1 46,8 68,1 102,6 147,5 184,1

Total Aktiva (triliun) 36,5 49,5 66,1 97,5 145,4 195,0 242,2

NPF (%) 4,05 1,42 4,01 3,02 2,52 2,22 2,62

BOPO (%) 76,54 81,75 84,39 80,54 78,41 74,97 78,21

Sumber : Statistik Perbankan Syariah 23 september 2014 (data diolah)

4 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek (Jawa Barat:Gramata Publishing,

2014), h. 69

Page 20: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

8

Dari table 1.2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada indikator

kinerja keuangan BUS dan UUS diantaranya adalah simpanan meningkat dari

28,0 triliun pada periode 2007 menjadi 183,5 triliun pada periode 2013.

Begitu juga dengan pembiayaan meningkat dari 27,9 triliun pada periode

2007 menjadi 184,1 triliun pada periode 2013, serta total aktiva meningkat

dari 36,5 triliun pada periode 2007 menjadi 242,2 triliun pada periode 2013.

Akan tetapi hal tersebut diikuti dengan rasio NPF dan BOPO yang fluktuatif

selama periode 2007 sampai 2013. Berfluktuasinya rasio BOPO pada periode

2007-2013 menunjukkan bahwa BUS dan UUS mengalami inkonsistensi dalam

hal efisiensi pada kegiatan operasionalnya, maka diperlukkan penelitian kebih

lanjut.

Beberapa penelitian tentang efisiensi perbankan syariah telah dilakukan

sebelumnya antara lain oleh Dwi Fazriyatunnisa (2010), penelitian ini meneliti

tentang tingkat efisiensi BUS pada periode 2007-2009. Hasil penelitian ini

mengungkapkan bahwa pada periode 2007-2009 rata-rata tingkat efisiensi BUS

adalah 100 persen. Namun, hasil penelitian tersebut berbeda dengan yang

dilakukan oleh Uma Uctavia (2013). Penelitian ini meneliti tentang tingkat efisiensi

BUS dan UUS pada periode 2007-2011. Hasil penelitian tersebut

mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat

efisiensi BUS dan tingkat esisiensi UUS di Indonesia pada periode 2007-2011.

Dengan rata-rata tingkat efisiensi 93,09 persen untuk BUS dan 97,31 persen

Page 21: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

9

untuk UUS. Oleh karena research gap pada beberapa penelitian terdahulu dan

belum adanya penelitian yang terfokus pada efisiensi BUS sebelum dan

sesudah spin-off maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi

perbankan syariah.

Berdasarkan uraian latarbelakang tersebut maka judul yang diambil dalam

penelitian ini yaitu “Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah Sebelum dan

Sesudah Spin-Off”

B. Identifikasi Masalah

1. Perkembangan perbankan syariah yang inkonsistensi dalam hal efisiensi

pada kegiatan operasionalnya. (kenaikan yang cukup signifikan dilihat dari

sisi simpanan, total aktiva, dan pembiayaan tetapi diikuti oleh rasio NPF dan

rasio BOPO yang berfluktuatif)

2. Permasalahan yang terkait dengan restrukturisasi perbankan syariah, yang

tercantum pada UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

3. Serta research gap yang terjadi pada penelitian sebelumnya tentang efisiensi

perbankan syariah.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak melebar maka penulis perlu membatasi masalah

pada penelitian.

Page 22: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

10

1. Penelitian ini terfokus pada BUS yang terbentuk dari proses mekanisme spin

off yang terdaftar pada Bank Indonesia, yaitu BJB Syariah, BRI Syariah, dan

BNI Syariah.

2. Bahasan penelitian hanya seputar tingkat efisiensi BUS sebelum dan sesudah

melakukan spin-of .

3. Untuk mendapatkan hasil yang valid, maka penulis akan menggunakan periode

yang paling dekat saat sebelum melakukan spin off dan setelah melakukan spin off,

yaitu 3 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah BUS melakukan spin-off. Untuk

BJB Syariah (periode sebelum spin off yaitu per juni 2006 - maret 2009 dan periode

setelah spin of yaitu per juni 2010 – maret 2013), Untuk BRI Syariah ( periode

sebelum spin off yaitu per desember 2005 – september 2008 dan periode setelah

spin off yaitu per desember 2008 – september 2011), dan untuk BNI Syariah (

periode sebelum spin off yaitu per juni 2006 – maret 2009 dan periode setelah spin

off yaitu per juni 2010 – maret 2013).

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka pokok masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan kinerja Bank Syariah dilihat dari sisi efisiensi antara sebelum

dan setelah spin off?

2. Berapakah tingkat efisiensi rata-rata perbankan syariah di Indonesia yang berdiri

dari hasil spin off dengan menggunakan pendekatan non parametrik?

Page 23: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

11

3. Bagaimana upaya minimalisasi biaya input dan maksimalisasi output yang harus

dilakukan perbankan syariah supaya efisien di awal periode setelah spin off ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah melihat judul yang diangkat dan latar belakang masalah yang ada

serta perumusan masalah yang ingin didapatkan, maka penelitian ini bertujuan,

antara lain:

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan bukti empiris tentang perbandingan tingkat efisiensi bank umum

syariah sebelum dan sesudah melakukan spin-off secara individu.

2. Mendapatkan bukti empiris tentang perbandingan tingkat efisiensi bank umum

syariah sebelum dan sesudah melakukan spin-off secara kelompok.

Hasil penelitian perbandingan tingkat efisiensi bank umum syariah

sebelum dan sesudah melakukan spin-off diharapkan dapat memberikan

manfaat dan kontribusi bagi beberapa pihak yang berkepentingan, antara lain:

Manfaat dari penelitian adalah:

1. Bagi Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Pemerintah, yaitumemberikan

informasi tentang kinerja (tingkat efisiensi) bank syariah di Indonesia.

Page 24: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

12

2. Bagi akademisi dan pembaca, memberikan pengetahuan tentang masalah perbankan

khususnya efisiensi dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

yang akan membahas tentang masalah perbankan.

3. Bagi peneliti dan penelitian selanjutnya, dengan penelitian ini diharapkan dapat

menjadi wahana pengetahuan dan pengalaman mengenai perbankan syariah,

serta menjadi bahan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

E. Review Studi Terdahulu

Penelitian tentang efisiensi perbankan sudah banyak dilakukan dalam

penelitian ekonomi. Penelitian tentang efisiensi perbankan ini dilakukan dengan

metodologi yang berbeda-beda, baik secara parametrik maupun nonparametrik.

Salah satu metode yang banyak digunakan di berbagai Negara untuk mengukur

tingkat efisiensi adalah metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).

DEA merupakan teknik pengukuran efisiensi non parametrik yang baik, yang

digunakan secara ekstensif di lebih dari 400 penelitian tentang efisiensi dalam ilmu

manajemen selama sepuluh tahun terakhir.5 Berikut adalah penelitian terkait dengan

DEA dan Spin Off.

5 Mohd. Azmi Omar, Abdul Rahim Abdul Rahman, Rosylin Mohd. Yusof, M. Shabri Abd.

Majid, dan Mohd. Eskandar Shah Mohd. Rasid, Efficiency Of Commercial Banks In Malaysia

(2006)

Page 25: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

13

NO JudulPenelitian Metode Hasil Penelitian Perbedaan

1. Efisiensi Teknis

Perbankan

Indonesia Pada

Bank Yang Merger

– Akuisis Dan Spin

Off. Oleh Anggit

Wicaksono tahun

2014.

Metode DEA

dengan

pendekatan

intermediasi.

Input: DPK,

beban tenaga

kerja, dan aset

tetap.

Output:

Penyaluran

dana, dan

pendapatan

operasional.

Perbankan yang

terbentuk dari hasil

spin off memiliki

hasil efisiensi yang

lebih tinggi.

Penulis

tidak

membandi

ng

kan

dengan

bank yang

terbentuk

dari hasil

merger-

akuisisi.

2. Perbandingan

Kinerja Keuangan

Bank Syariah

Sebelum Dan

Sesudah Spin Off.

Oleh Ima Akmala

Muharamah tahun

2013.

Metode uji dua

sampel

berpasangan

dengan rasio

BOPO, FDR,

dan ROA.

Dilihat dari rasio

FDR membuktikan

adanya perbedaan

kinerja keuangan,

tetapi dilihat dari

rasio BOPO dan

ROA tidak adanya

perbedaan kinerja

keuangan.

Penulis

mengguna

kan

metode

DEA

bukan uji

dua

sampel

berpasang

an.

3. Analisis

Perbandingan

Tingkat Kesehatan

Bank BNI Syariah

Sebelum dan

Sesudah Menjadi

Bank Umum

Syariah. Oleh Siti

Muayanah tahun

2012.

Dengan

perhitungan

rasio

Rentabilitas dan

rasio Likuiditas.

Tidak ada

perbedaan tingkat

kesehatan Bank

BNI Syariah antara

sebelum dan

sesudah menjadi

BUS.

Penulis

mengguna

kan

metode

DEA

bukan

rasio

Rentabilit

as dan

rasio

Likuiditas

Page 26: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

14

4. Tingkat Efisiensi

Bank Umum

Syariah (BUS)

menggunakan

Metode DEA. Oleh

Shafitranata tahun

2011.

Metode DEA

dengan

pendekatan

produksi.

Input: biaya

operasional,

biaya tenaga

kerja dan jasa

bank. Output:

total simpanan

dan deposito.

Dua dari tiga bank

yang ada pada

sampel telah

mencapai efisiensi

rata-rata 100%,

tetapi satu bank

syariah hanya

mencapai efisiensi

rata-rata 90,48%.

Penulis

membandi

ngkan

tingkat

efisien

BUS

sebelum

dan

sesudah

spin off.

5. Analisis Efisiensi

dan Skala Ekonomi

Pada Industri

Perbankan Syariah

di Indonesia tahun

1999-2004. Oleh

Priyonggo Suseno

tahun 2008.

Metode DEA

dengan cost

efficiency.

Input: biaya

bagi hasil, biaya

lainnya dan

aset. Outpu:

pendapatan

bunga dan

pendapatan

lainnya.

.

Dari 10 bank yang

diteliti tingkat

inefisiensi rata-rata

mencapai hanya

sekitar 7%. Serta

tidak ada

perbadaan yang

signifikan antara

tingkat efisiensi

BUS dengan BUK

yang memiliki unit

usaha syariah.

Penulis

tidak

mengukur

skala

ekonomi

pada

industri

perbankan

syariah.

F. Sistemat

ika Penulisan

Bab I berisi tentang latar belakang kenapa penulis mengangkat judul

penelitian ini , permasalahan apa saja yang diangkat dalam penelitian, tujuan dan

manfaat dari penelitian ini dilakukan, serta melihat bagaimana hasil dari penelitian-

Page 27: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

15

penelitian terdahulu. Bab II menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian

yang diambil oleh penulis. Bab III menerangkan tentang bagaimana pengolahan

data pada penelitian serta mejelaskan tentang metode analisis yang dipakai dalam

penelitian. Bab IV berisi hasil analisa yang dilakukan penulis dari objek dalam

penelitian. Dan bab V berisi tentang kesimpulan dan saran penulis akan hasil analisa

dalam penelitian.

Page 28: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

16

BAB II

Perbankan Syariah di Indonesia

A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank berasal dari kata banco dalam bahasa Italia yang berarti

bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani

kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi

dan popular menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena

produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Pengertian bank syariah atau yang dalam istilah internasionalnya disebut

dengan Islamic Banking adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum

Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau

pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai

dengan syariah. Perbedaan yang mencolok antara bank konvensional dengan

bank syariah adalah pada landasan operasinya, dimana bank syariah tidak

berlandaskan bunga melainkan berlandaskan bagi hasil, ditambah dengan

jual-beli dan sewa. Selain menghindari bunga, bank syariah secara aktif turut

Page 29: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

17

berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang

berorientasi pada kesejahteraan sosial (Rivai, 2007).1

Dalam undang-undang No.21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Bank

Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.2 Secara umum, bank syariah adalah

lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan

uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang yang

dilakukan dengan akad yang sesuai syariah Islam.3 Definisi bank syariah

lainnya adalah lembaga keuangan yang sistem operasi dan produk-produk

yang dikeluarkannya berlandaskan al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad

SAW.

Antonio dan Perwataatmadja,4 memberikan dua definisi terhadap

bank syariah, yaitu bank yang beroperasi sesuai perinsip-perinsip Islam dan

bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan al-

Qur’an dan Hadits. Mereka menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bank

yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam adalah bank

yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam

1Veitzhal Rivai, dkk, 2007, Bank and Financial Institution Management, Conventional and Sharia

System, Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

3 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuanga,. 2004, h. 18.

4 Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam

(Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1997), h. 1.

Page 30: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

18

khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Sedangkan

yang dimaksud dengan bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada

ketentuan-ketentuan al-Qur’an dan Hadits adalah bank yang tata cara

beroperasinya mengikuti perintah dan larangan yang tercantum dalam al-

Qur’an an Hadits.

Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang menerapkan

nilai-nilai syariah, dimana termasuk di dalamnya ialah larangan penerapan

unsur riba, seperti dijelaskan dalam ayat Al Qur’an sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan

sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka

ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu

Page 31: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

19

bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak

menganiaya dan tidak (pula) dianiaya..” ( Q.S Al Baqarah : 278-279).

Secara umum, tujuan berdirinya bank syariah adalah dapat

memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui

pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah.

Adapun secara khusus tujuan pengembangan bank syariah,

diantaranya5 :

1. Kebutuhan Jasa Perbankan bagi Masyarakat yang Tidak Dapat Menerima

Konsep Bunga

Dengan diterapkannya system perbankan syariah yang

berdampingan dengan system perbankan konvensional, mobilisasi dana

masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas, terutama dari segmen

masyarakat yang selama ini belum dapat tersentuh oleh system

perbankan konvensional.

2. Peluang Pembiayaan bagi Pengembangan Usaha Berdasarkan Prinsip

Kemitraan

Dalam prinsip ini, konsep yang diterapkan adalah hubungan antar

investor yang harmonis (mutual investor relationship). Adapun dalam

5 Muhammad Syafi’I Antonio. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h,

226.

Page 32: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

20

system konvensional, konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur

dan kreditur yang antagonis (debitor to creditor relationship).

3. Kebutuhan akan Produk dan Jasa Perbankan Unggulan

Sistem perbankan syariah memiliki beberapa keunggulan

komperatif berupa penghapusan pembebanan bunga yang

berkesinambungan (perpetual interest effect), membatasi kegiatan

spekulasi yang tidak produktif, dan pembiayaan yang ditujukan pada

usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral (halal).

2. Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

Gagasan Pendirian bank syariah di Indonesia telah ada sejak

pertengahan tahun 1970an. Hal ini dibahasa pada acara seminar internasional

hubungan Indonesia-Timur Tengah pada tahun 1974 dan pada tahun 1976

dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh lembaga Studi Ilmu-

ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhenika Tunggal Ika. Namun

ada beberapa alasan yang menghambat terealisasinya ide ini.6

1. Operasi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur

oleh perundang-undangan dan karena itu tidak sejalan dengan UU pokok

perbankan yang berlaku yakni UU No.14 Tahun 1967

6 M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan

Filsafat, 1999), h. 405.

Page 33: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

21

2. Konsep bank syariah dari segi politis berkonotasi ideologis karena bagian

dari atau berkaitan dengan konsep negara Islam dan karena itu tidak

dikehendaki pemerintah.

3. Masih dipertanyakan siapa yang bersedia menaruh modal dalam ventura

semacam itu, sementara pendirian bank baru dari Timur Tengah masih

dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin membuka

kantornya di Indonesia.

Pembahasan mengenai bank syariah sempat meredam dan muncul

kembali pada tahun 1988, para ulama saat itu berusaha untuk mendirikan

bank bebas bunga, tetapi tidak ada perangkat hukum yang dapat dirujuk,

kecuali bahwa perbankan dapat saja menerapkan bunga sebesar 0%. Setelah

adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan

perbankan di Cisarua, Bogor pada tanggal 19-22 Agustus 1990 yang

kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional (MUNAS)

IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya,

Jakarta, 22-25 Agustus 1990 dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan

bank syariah di Indonesia. Pada tahun 1992, berdirilah Bank Muamalat

Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia yang merupakan hasil

kerja tim perbankan MUI tersebut.

Page 34: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

22

Berikut ini adalah regulasi perbankan syariah di Indonesia pasca

berdirinya bank syariah pertama di Indonesia, yaitu Bank Muamalat

Indonesia:

1. Periode Undang-Undang No.7 Tahun 1992

Dalam UU No.7 Tahun 1992 disebutkan, bahwa salah satu usaha

bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat adalah menyediakan

pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil. Hal ini secara

tegas disebutkan dalam PP NO.7 Tahun 1992, yang berbunyi:

a. Bank Umum atau Bank perkreditan Rakyat yang kegiatan usahanya

semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan

melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil.

b. Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang kegiatan usahanya

tidak berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan melakukan

kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil.

Dalam menjalankan perannya, bank Islam berlandaskan pada

UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan dan PP No.72 Tahun 1992

tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil, yang kemudian lebih lanjut

dijelaskan dalam Surat Edaran Bank Indonesia yang pada pokoknya

menetapkan hal-hal antara lain:

Page 35: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

23

a. Bahwa bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah Bank Umum dan

Bank Perkreitan Rakyat yang dilakukan usaha semata-mata

berdasarkan prinsip bagi hasil.

b. Prinsip bagi hasil yang dimaksudkan adalah prinsip bagi hasil yang

berdasarkan syariat Islam.

c. Bank beradasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan

Pengawas Syariat (DPS).

d. Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang kegiatan usahanya

semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan

melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil.

Sebaliknya Bank Umum atau Bank perkreditan Rakyat yang

melakukan usaha tidak dengan prinsip bagi hasil tidak

diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi

hasil.

Akan tetapi, peraturan itu justru menjadi pembatas bagi

perkembangan bank syariah karena jalur pertumbuhan jaringan kantor

bank syariah hanya melalui perluasan kantor bank syariah yang telah ada

atau pembukaan bank baru yang relatif besar investasinya. Situasi

demikian membuat Bank Muamalat Indonesia (BMI) menjadi pemain

tunggal di pasar dengan sejumlah problem terutama berkaitan dengan

Page 36: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

24

masalah pengelolaan likuiditas dan mitra kerjasama. Sementara itu oleh

karena kebutuhan masyarakat terhadap perbankan syariah telah

dirasakan meningkat pada saat itu, maka untuk mengakomodir

kebutuhan tersebut sejumlah investor telah mendirikan BPR yang

beroperasi dengan prinsip syariah. Hingga tahun 1998 telah berdiri 76

BPRS di berbagai kota di Indonesia.7

Berdasarkan sejumlah masalah yang ada maka UU No. 7 Tahun

1992 tentang perbankan diubah ke dalam UU No. 10 Tahun 1998,

sehingga landasan hukum syariah menjadi lebih jelas dan kuat baik dari

segi kelembagaannya maupun landasan operasional syariahnya. Dengan

demikian pengembangan bank syariah merupakan bagian dari agenda

kerja Bank Indonesia karena UU tersebut mengakui keberadaan bank

konvensional dan bank syariah secara berdampingan atau dikenal dengan

dual banking system. Berdasarkan UU tersebut bank umum maupun BPR

dapat beroperasi berdasarkan prinsip syariah dan bank umum

konvensional melalui suatu mekanisme perizinan tertentu dari Bank

Indonesia dapat melakukan kegiatan usaha perbankan syariah dengan

membuka kantor cabang syariah.

2. Periode Undang-Undang Tahun 1998

7 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah di Indonesia, (UIN Pres, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, juli 2009), h. 95

Page 37: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

25

Dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 merupakan perubahan

atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Pada undang-undang ini

terdapat beberapa perubahan yang memberikan peluang yang lebih besar

bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Dalam UU, tersebut

beberapa hal yang berkaitan dengan perbankan syariah dijelaskan dalam

BAB I pasal 1, di antaranya sebagai berikut:8

a. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan pelayanan dalam lalu lintas pembiayaan.

b. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dipersamaakan dengan itu berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak yang ibiayai untuk mengembalikan uang atua tagihan tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.

c. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berasarkan hukum Islam

antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau

pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan

sesuai dengan syariah. Di antara prinsip-prinsip bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

8 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah:Teori dan Praktek, (Jawa Barat: Gramata Publishing,

2014), h. 23.

Page 38: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

26

(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal

berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan

adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa

dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Isi dari undang-undang ini selain berupa penegasan terhadap

eksistensi perbankan Islam di Indonesia adalah menyangkut

kelembagaan dan operasional bank Islam. Sebagai pelaksanaan dari

undang-undang ini, kemudian diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah

ketentuan pelaksanaan dalam bentuk surat keputusan atau SK direksi

Bank Indonesia yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat dan

kesempatan yang luas bagi pengembangan perbankan syariah di

Indonesia. Yaitu dikeluarkannya PBI No.7/PBI/2005 tanggal 25

september 2005 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah dan untuk BPRS diatur oleh PBI

No.6/17/PBI/2004 tanggal 1 juli 2004 tentang bank perkreditan rakyat

berdasarkan prinsip syariah.

Pemberlakuan undang-undang No.10 Tahun 1998 ini dapat

dikatakan momemen pengembangan perbankan di Indonesia, karna

undang-undang tersebut membuka kesempatan untuk pengembangan

jaringan perbankan syariah, antara lain melalui izin pembukaan Kantor

Page 39: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

27

Cabang Syariah (KCS) oleh bank konvensional. Dengan kata lain bank

konvensional dapat melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah. Pada periode ini juga telah diatur mengenai ketentuan kliring

instrument moneter dan pasar uang antar bank. Demikian pula untuk

mengatur tentang pengelolaan likuiditas bank Islam, Bank Indonesia

telah mengeluarkan peraturan mengenai Sertifikat Wadiah Bank

Indonesia (SWBI) dan ketentuan tentang fasilitas pembiayaan jangka

pendek bagi bank syariah. Selain itu, agar profitabilitas pengelolaan dana

bank-bank Islam dapat ditingkatkan Bank Indonesia telah melakukan

koordinasi dengan instansi pemerintah yang terkait, yaitu Departement

Keuangan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan Nonbank, Direktorat

jendral Asuransi, Bapepam dan sebagainya.

3. Periode Undang-Undang No.21 Tahun 2008

Pada tahun 2008 telah lahirnya UU No.21 Tahun 2008 tentang

perbankan syariah. Undang-undang yang disahkan pada tanggal 16 Juli

2008 ini adalah bukti telah meningkatnya perhatian pemerintah terhadap

pertumbuhan dan perkembangan bank syariah di Indonesia. Hal ini dapat

dilihat dari ketentuan-ketentuan yang tertera dalam UU No.21 Tahun

2008. Berikut ini adalah beberapa ketentuan tersebut:

Page 40: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

28

a. Istilah bank perkreditan rakyat yang diubah menjadi bank pembiayaan

rakyat syariah.

b. Penetapan Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai pihak terafiliasi

seperti halnya akuntan public, konsultan, dan penilai.

c. Definisi pembiayaan yang berubah secara signifikan dibandingkan

definisi yang ada dalam UU sebelumnya tentang perbankan (UU No.

10 Tahun 1998). Dalam definisi terbaru, pembiayaan dapat berupa

transaksi jual beli, transaksi bagi hasil, transaksi sewa menyewa,

transaksi simpan pinjam, dan transaksi sewa menyewa jasa

(multijasa).9

d. Jika terjadinya penggabungan atau peleburan bank syariah dengan

bank lain, bank hasil penggabungan atau peleburan tersebut wajib

menjadu bank syariah.

e. Pemisahan wajib bagi UUS yang dimiliki bank konvensional ketika

asetnya telah mencapai paling sedikit 50% dari total aset bank

induknya atau 15 tahun sejak berlakunya undang-undang ini.

9 Bank Indonesia, Ikhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, h. 1

Page 41: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

29

3. Produk-Produk Bank Syariah

Dalam menjalankan kegiatan usahanya perbankan syariah menerapkan

akad-akad yang sesuai dengan prinsip syariah, antara lain:

1. Produk Penghimpunan Dana

a. Produk Penghimpunan Dana dengan Akad Wadiah

Giro iB, Tabungan iB, dan Tabungan Haji iB. Produk

penghimpunan dana ini disesuaikan dengan prinsip akad wadiah, yaitu

akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang

atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk

menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang.

b. Produk Penghimpunan Dana dengan Akad Mudharabah

Tabungan Emas iB, Tabungan iB, Tabungan Umrah iB, dan

Deposito iB. Produk penghimpunan dana ini disesuaikan dengan prinsip

akad mudharabah, yaitu akad kerjasama antara pihak pertama sebagai

pemilik dana dan pihak keddua yang bertindak sebagai pengelola dana

dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang

dituangkan dalam akad.

2. Produk Penyaluran Dana

Page 42: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

30

a. Produk Penyaluran Dana dengan Akad Ijarah

Pembiayaan iB, Pembiayaan Multijasa iB, Pembiayaan

Menengah dan Korporasi iB, Pembiayaan Mikro dan Kecil iB, dan

Pembiayaan Modal kerja iB. Produk penyaluran dana ini disesuaikan

dengan prinsip akad ijarah, yaitu akad penyediaan dana dalam rangka

memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa

berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan barang itu sendiri.

b. Produk Pembiayaan Dana dengan Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik

Pembiayaan iB, dan Pembiayaan Channeling iB. Produk

penyaluran dana ini disesuaikan dengan prinsip akad ijarah muntahiya

bittamlik, yaitu akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak

guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa

dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.

c. Produk Pembiayaan Dana dengan Akad Murabahah

Pembiyaan iB, Pembiayaan Menengah dan Korporasi iB,

Pembiayaan Mikro dan Kecil iB, Pembiayaan Modal Kerja iB,

Pembiayaan Channeling iB, Pembiayaan Pemilikan Kendaraan iB, dan

Pembiayaan Rumah iB. Produk penyaluran dana ini disesuaikan dengan

Page 43: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

31

prinsip akad murabahah, yaitu akad pembiayaan suatu barang dengan

menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya

dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.

3. Produk Jasa

a. Produk Jasa dengan Akad Qard dan Ijarah

Jasa Deposit Box Emas iB, dan Gadai iB. Produk jasa ini telah

disesuaikan dengan prinsip akad Qard dan Ijarah, yaitu akad pinjaman

dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib

mengambalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah

disepakati.

b. Produk Jasa dengan Akad Sharf

Jasa Penukaran Uang iB, produk jasa ini telah disesuaikan

dengan prinsip akad sharf.

c. Produk Jasa dengan Akad Qard, Rahn dan Ijarah

Gadai Emas iB, produk jasa ini disesuaikan dengan prinsip akad

qard, rahn, dan ijarah.

B. Pemisahan (Spin Off) Unit Usaha Syariah (UUS)

1. Regulasi Pemisahan (Spin Off) UUS

Page 44: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

32

Yang dimaksud dengan spin off adalah apabila unit kegiatan tersebut

kemudian dipisahkan dari sebuah perseroan dan berdiri sebagai suatu

perseroan baru yang terpisah. Dengan demikian perseroan tersebut akan

mempunyai direksi sendiri dan independen dalam mengambil keputusan,

serta kepemilikan perseroan baru tersebut berada di tangan para pemegang

saham. Pemisahan ini dimaksudkan agar unit tersebut dapat mengambil

keputusan dengan lebih cepat, lebih efisien dan ada yang secara khusus

bertanggung jawab.

Sebenarnya praktek spin off telah cukup lama dikenal sebagai satu

bagian konstruksi yang banyak digunakan dalam merestrukturisasi hukum,

akan tetapi hal ini baru dilegislasikan setelah diatur dalam UU No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas. Sedangkan dalam perbankan syariah

sendiri, peraturan pemisahan (spin off) UUS menjadi Bank Umum Syariah

dituangkan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun

2008, disebutkan pada Pasal 68 ayat (1) Dalam hal Bank Umum

Konvensional memeliki UUS yang nilai asetnya telah mencapai paling sedikit

50% (lima puluh persen) dari total nilai aser bank induknya atau 15 (lima

belas) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini, maka Bank Umum

Konvensional dimaksud wajib melakukan Pemisahaan UUS tersebut menjadi

Bank Umum Syariah.10

Sedangkan peraturan pelaksanaan mengenai

10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008.

Page 45: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

33

pemisahaan (spin off) unit usaha syariah (UUS) diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah, dalam Surat

Edaran Bank Indonesia No.11/28/DPbS tanggal 5 oktober 2009. Dimana

pemisahaan (spin off) UUS dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu

pemisahan (spin off) UUS dengan cara pendirian BUS baru atau pemisahan

(spin off) UUS dengan cara pengalihan hak dan kewajiban kepada BUS yang

sudah ada.11

2. Tujuan Pemisahan (Spin Off) UUS

Tujuan dikeluarkannya peraturan ini adalah agar perkembangan

perbankan syariah dapat terfokus kepada bank syariah, yakni bank umum

syariah (BUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) sehingga

kedepannya tidak ada lagi unit usaha syariah (UUS). Dengan difokuskannya

perkembangan perbankan syariah kedalam bank syariah baik dari segi

kelembagaan maupun peraturan-peratuan mengenai perbankan syariah,

diharapkan dapat meningkatkan SHARE perbankan syariah itu sendiri, untuk

menjamin terpenuhinya prinsip-prinsip syariah, prinsip kesehatan bank bagi

bank syariah, dan juga diharapkan dapat memobilisasi dana dari negara lain

yang mensyaratkan pengaturan terhadap bank syariah diatur dalam undang-

undang tersendiri.

11

Surat Edaran Bank Indonesia No.11/28/DPbS.

Page 46: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

34

Apabila hanya melihat tujuannya, terlihat bahwa spin off yang diatur

dalam UU Perbankan Syariah sebenarnya lebih ditujukan untuk

mengakomodasi kepentingan pengembangan syariah, dalam hal ini melalui

pemisahan UUS dari bank konvensional menjadi bank syariah. Namun

apabila kita lihat lagi, sebenarnya pengertian spin off dalam UU Perbankan

Syariah tersebut memberikan fleksibilitas yang lebih luas kepada perbankan

untuk melakukan penguatan restruktur usahanya. Dalam penguatan struktur

usahanya, mekanisme spin off dapat dimanfaatkan oleh bank sebagai sarana

untuk lebih mempertajam segmentasi pasar, khususnya melalui penguatan lini

bisnis yang lebih fokus dan spesialis.

3. Pro dan Kontra Pemisahan (Spin Off)

Mencermati fenomena spin off, ketua umum Asosiasi Bank Syariah

Seluruh Indonesia (Absindo) Achmad Riawan Amin, berpendapat bahwa spin

off perbankan syariah dari UUS menjadi BUS seakan-akan dipaksakan

sehingga yang terjadi banyak manajemen bank syariah baru sulit

mengembangkan diri. Beliau memandang seharusnya spin off dilakukan

ketika nasabah suatu bank sudah dengan perbandingan 50:50, dengan

demikian dilakukannya spin off merupakan alternatif UUS bisa mandiri.

Tetapi yang terjadi tidak demikian, spin off dilakukan hanya karena

berdasarkan informasi dari Bank Indonesia bahwa potensi industri perbankan

sangat cerah.

Page 47: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

35

Sementara pengamat ekonomi syariah, Aviliani menegaskan sejak

awal tak setuju dengan kebijakan spin off UUS menjadi BUS, ketika modal

yang dimiliki oleh bank syariah tersebut masih kecil. Beliau menyarankan

bahwa spin off dilakukan ketika bank syariah tersebut memiliki modal yang

sangat besar. BUS baru hasil spin off sangat sulit mengembangkan diri karena

modalnya sangat kecil, apalagi mereka dituntu oleh pihak pemegang saham

yang harus profit dan efisien.

Selain beberapa praktisi perbankan yang kontra dengan gagasan spin

off ada pula praktisi perbankan yang pro dengan gagasan tersebut diantaranya

Heriyakto S. Hartomo dan Subarjo Joyosumarto. Para praktisi perbankan

yang mendukung gagasan tersebut berpendapat bahwa dengan adanya spin off

dapat lebih mengembangkan perbankan syaraiah di Indonesia. Selain dapat

mengatur dan mengelola keuangan UUS setelah di spin off secara

independen, spin off juga dimaksudkan menghilangkan keragu-raguan

pengelola dana unit syariah dengan bank induknya yakni bank konvensional.

Pengamat ekonomi syariah, Khotibul Umam berpendapat bahwa demi

menjaga ketaatan bank dalam menjaga prinsip syariah maka pemisahan (spin

off) unit usaha syariah perlu dilakukan, sejatinya alasan melakukan

pemisahan ini adalah untuk lebih memurnikan operasional perbankan syariah.

Selain itu spin off merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.

Page 48: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

36

Anggota DPR dari Komisi XI DPR, Harry Azhar Azis, mengkritik

aturan permodalan dalam PBI tersebut. Menurut dia, modal BUS sebesar Rp

1 triliun terlalu gampang untuk dipenuhi sebuah bank. Menurut dia, modal

BUS hendaknya tidak jauh berbeda dengan BUK. Dia menambahkan,

pengetatan modal Bank Umum Syariah dilakukan guna bankir tidak

sembarangan dalam mendirikan sebuah bank syariah.12

Sementara mengenai jangka waktu 15 tahun penyesuaian Unit Usaha

Syariah menjadi Bank Umum Syariah, menurut Harry sudah tepat. Bisa saja

untuk membuat fundamental perbankan syariah atau Unit Usaha Syariah itu

mapan dulu, paparnya.

Hanya, sambungnya, apabila Bank Indonesia membuat persyaratan

yang ringan, justru prinsip kehati-hatian perbankan menjadi diragukan. Jadi

kalau targetnya untuk mengejar chair perbankan syariah jadi 5 persen

misalnya dengan menurunkan tingkat prudensial perbankan, Saya kira itu

memang jadi pertanyaan. Sisi prudencility-nya musti dijaga. Pertaruhan itu,

apalagi dalam situasi seperti ini, tuturnya.

C. Efisiensi

Efisiensi adalah suatu parameter kinerja dimana suatu perusahaan

dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki atau dalam pandangan

12 www.hukumonline.com, Bank Wajib Pisahkan Unit Usaha Syariah Pada Tahun 2023, diakses tgl

26/06/2015

Page 49: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

37

matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio output (keluaran) dan

atau input (masukan) atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input

yang digunakan. Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila : 13

a. Menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila

dibandingkan dengan jurnlah unit input yang digunakan oleh

perusahaan lain dengan menghasilkan jumlah output yang sama

b. Menggunakan jumlah unit input yang sama, dapat menghasilkan

jumlah output yang lebih besar. Sama halnya dengan bentuk

perusahaan, efisiensi dalam perbankan juga merupakan suatu tolak

ukur dalam mengukur kinerja bank dimana efisiensi merupakan

jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran

kinerja seperti tingkat efisiensi alokasi, teknis maupun total

efisiensi. Jadi unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai

produk marginal (marginal value product) sama dengan biaya

marginal (marginal cost).

Ditinjau dari Teori Ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu

efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi.14

Efisiensi ekonomi mempunyai sudut

13 Haryum Muharam, dan Rizki Pusvitasari, Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di

Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, vol.II, no.3 (2005),

hal. 85.

14 Muhammad Ghafur. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini. Yogyakarta: Biruni Press,

2007, h.120.

Page 50: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

38

pandang makro yang mempunyai jangkauan lebih luas dibandingkan dengan

teknik yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknik cenderung

terbatas pada hubungan teknis dan operasionl proses konversi input menjadi

output. Sehingga usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya

memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan

pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal.

Konsep pengukuran efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel.

Farrel M.J (1957:259) mengemukakan bahwa konsep pengukuran efisiensi

ada dua, yaitu efisiensi teknis (technical efficiency/TE) dan efisiensi alokatif

(allocative efficiency/AE). Efisiensi teknis menggambarkan kemampuan

untuk memproduksi output semaksimal mungkin dari input yang ada.

Sedangkan efisiensi alokatif menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

mengoptimalkan penggunaan input dengan memasukan perhitungan biaya.

Efisiensi perbankan juga dapat dibagi menjadi efisiensi keuntungan

(Profit efficiency), efisiensi biaya (cost efficiency), dan efisiensi

pendapatan/keuntungan (revenue efficiency).15

Efisiensi perbankan biasanya

banyak didasarkan kepada biaya. Hal ini disebabkan karena tingkat

keuntungan (profit) atau pendapatan lebih tidak menentu (vulnearable)

dibandingkan tingkat biaya.

15 H. Rahmat hidayat. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek, Bekasi: Gramata Publishing,

2014, h. 67.

Page 51: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

39

Secara umum, ada dua pendekatan untuk pengukuran tingkat efisiensi

perbankan yaitu pendekatan nisbah keuangan (financial ratio) dan

pendekatan operating reaserch (OR).16

Pendekatan nisbah keuangan

biasanya merujuk pada kinerja keuangan, antara lain return on asset

(ROA), return on equity (ROE), capital asset ratio (CAR), operating

efficiency ratio (OER) atau cost to income ratio (CIR). Sedangkan pada OR,

pengukuran efisiensi dihitung dengan menggunakan analisis frontier.

Untuk analisis frontier ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu

pendekatan parametrik dan non-parametrik. Pendekatan parametrik

melakukan pengukuran dengan menggunakan ekonometrik yang stokastik

dan berusaha menghilangkan gangguan dari pengaruh ketidak efisienan.

Metode parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Thick

Frontier Approach (TFA), dan Distribution Free Approach (DFA).

Pendekatan non parametrik dengan program linear (Non Parametric Linear

Programing Approach) melakukan pengukuran non parametrik dengan

pendekatan yang tidak stokastik dan cenderung mengkombinasikan gangguan

dan ketidakefisienan. Metode non parametrik meliputi Free Disposal Hull

(FDH), dan Data Envelopment Analysis (DEA).

16 Ibid. h. 69.

Page 52: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

40

Untuk menentukan variabel-variabel yang digunakan dalam

melakukan pengukuran efisiensi perbankan terdapat tiga pendekatan utama

yang bisa digunakan. Pendekatan tersebut terdiri dari:17

a. Pendekatan Produksi : Pendekatan produksi menjelaskan bahwa

aktivitas perbankan adalah pelayanan terhadap deposan dan

kreditor menggunakan seluruh faktor produksi, seperti pegawai

dan modal tenaga kerja. Untuk mencapai tujuannya, yaitu

memproduksi output yang diinginkan. Pendekatan ini

deperkenalakan oleh bentson (1965) , bell dan Murphy (1968),

bank sebagai pemilik deposit akun dari deposan dan memberikan

dana kepada kreditor.

b. Pendekatan Intermediasi : Pendekatan intermediasi menjelaskan

tentang aktivitas perbankan sebagai agen intermediasi yang

mentransformasikan penyaluran dana dari deposan (pihak yang

kelebihan dana) kepada kreditor (pihak yang kekurangan dana).

Dengan kata lain, dana pihak ketiga yang cenderung likuid,

berjangka pendek, dengan resiko rendah yang ditransformasikan

menjadi pembiayaan yang lebih beresiko, tidak likuid dan

berjangka pamjang. Oleh karena itu pendekatan ini

17

Ascarya, Diana Yumanita, dan Guruh S. Rohimah, Efficiency Analysis of Conventional

and Islamic Banks in Indonesia Using Data Envelopment Analysist (2007), hal. 10

Page 53: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

41

mendefinisikan input sebagai financial capital dan output sebagai

volume pembiayaan atau investment outstanding.

c. Pendekatan Modern : Pendekatan modern mencoba untuk

mengembangkan dua pendekatan yaitu manajemen resiko kegiatan

usaha, system informasi dan pemecahan masalah kedalam teori

klasik perusahaan. Pendekatan ini memperkenalkan perbedaan

antara manajer bank dan pemilik bank dalam prilakunya

memaksimalkan keuntungan. Pendekatan ini diperkenalkan oleh

hughes dan mester (1994) yang dilakukan pada bank yang ingin

lebih besar dan ingin mengembangkan ukurannya.

D. Kerangka Kinerja Perbankan Syariah

Berdasarkan data dan teori yang dihimpun untuk penelitian Perbankan

Syariah di Indonesia, kerangka pemikiran penelitian dimulai dari pencarian

perbankan syariah yang terbentuk dari hasil spin off unit usaha syariah, serta

pengumpulan data objek penelitian yang diambil dari laporan keuangan

publikasi Bank Indonesia (BI). Penetapan variabel input dan output dengan

pendekatan intermediasi, kemudian data-data tersebut diproses menggunaka

software DEA sehingga dapat diketahui seberapa besar nilai DEA yang

mencerminkan efisiensi. Secara visual dapat disampaikan oleh gambar bagan

kerangka efisiensi sebagai berikut.

Page 54: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

42

Gambar 2.1

Kerangka Kinerja Perbankan Syariah

Bank Syariah

Pengelompokan Bank Syariah

Ketika Berbentuk UUS Setelah Menjadi BUS

Laporan Keuangan Bank

Syariah

Variabel input Variabel output

DPK

Pembiayaan/

Penyaluran Dana

Analisis Score Efisiensi Berdasarkan

Metode DEA (Pendekatan Intermediasi)

Score Efisiensi

Biaya

Operasional

Biaya Tenaga Kerja

Pendapatan

Operasional

Page 55: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Dalam sub-bab pembatasan masalah telah disinggung objek-objek yang

terkait dalam penelitian ini, yaitu Bank Umum Syariah yang berdiri dari hasil

proses spin off. Adapun bank-bank yang dimaksud adalah sebagaimana yang

tercantum dalam table 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1

Nama dan Kode Bank

Kode Bank Nama Bank

1 PT. Bank Jabar dan Banten Syariah

2 PT. Bank BRI Syariah

3 PT. Bank BNI Syariah

Sumber : Bank Indonesia, 2014.

Page 56: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

44

Profil Singkat Objek Penelitian

1. PT. Bank Jabar dan Banten Syariah

Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit

Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.

pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan

jasa perbankan syariah pada saat itu.

Setelah 10 (sepuluh) tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah,

manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.

berpandangan bahwa untuk mempercepat pertumbuhan usaha syariah serta

mendukung program Bank Indonesia yang menghendaki peningkatan SHARE

perbankan syariah, maka dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT

Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk

menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.

Sebagai tindak lanjut keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT

Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. maka pada tanggal 15

Januari 2010 didirikan PT Bank BJB Syariah berdasarkan Akta Pendirian

Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi dan telah mendapat

pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor

AHU.04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010.

Page 57: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

45

Pada saat pendirian PT Bank BJB Syariah memiliki modal disetor

sebesar Rp.500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah), kepemilikan saham PT

Bank BJB Syariah dimiliki oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan

Banten Tbk. dan PT Global Banten DEVELOPMENT, dengan komposisi PT

Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. sebesar

Rp.495.000.000.000 (empat ratus Sembilan puluh lima milyar rupiah) dan PT

Banten Global DEVELOPMENT sebesar Rp.5.000.000.000 (lima milyar

rupiah).

Pada tanggal 6 Mei 2010 PT Bank BJB Syariah memulai usahanya,

setelah diperoleh Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor 12/629/DPbS

tertanggal 30 April 2010, dengan terlebih dahulu dilaksanakan cut off dari

Divisi/Unit Usaha Syariah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan

Banten Tbk. yang menjadi cikal bakal PT Bank BJB Syariah.

2. PT Bank BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT Bank Rakyat Indonesia terhadap Bank Jasa

Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari bank Indonesia

pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka

pada tanggal 17 November 2008 PT Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi.

Kemudian PT Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula

Page 58: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

46

beroperasi secara konvensional kemudian menjadi kegiatan perbankan

berdasarkan prinsip syariah Islam.

Aktivitas PT Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19

Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank

Rakyat Indonesia, untuk melebur kedalam PT Bank BRI Syariah (proses spin

off) yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2009. Penandatangan dilakukan oleh

Bapak Sofyan Basir selaku Dirut PT Bank Rakyat Indonesia dan Bapak Ventje

Rahardjo selaku Dirut PT Bank BRI Syariah.

Lima tahun lebih PT Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah

bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah

dengan jangkauan termudah. Melayani nasabah dengan pelayanan prima

(service excellence). Saat ini PT Bank BRI Syariah termasuk salah satu bank

syariah terbesar di Indonesia.

3. PT Bank BNI Syariah

Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem

perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,

transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap

sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang

No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha

Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang,

Page 59: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

47

Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang

menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor

Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional

perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.

Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf

Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga

telah memenuhi aturan syariah.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor

12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha

kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun

2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin

off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan

beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi

waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek

regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008

tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008

tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap

pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap

keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat. Juni 2014

Page 60: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

48

jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang

Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keungan

triwulan bank syariah yang menjadi objek penelitian. Data diperoleh dari

berbagai sumber, yaitu Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia (BI),

Statistik Perbankan Bank Indonesia (BI), Laporan Keungan Publikasi Otoritas

Jasa Keuangan (OJK), dan Laporan Keuangan Bank Syariah bersangkutan.

C. Populasi dan Sample

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh Bank Umum Syariah yang

ada di Indonesia yang masih beroperasi sampai tahun 2014 dan terdaftar di Bank

Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non probabilitas atau

secara tidak acak, elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang

sama untuk terpilih menjadi sampel. Adapun teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan cara pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling) dengan

metode pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgement sampling)

yakni pengambilan sampel yang didasarkan pada penilaian terhadap beberapa

Page 61: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

49

karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian.

Mudrajad Kuncoro (2003), dalam Ida Kusmargiani1.

Kriteria – kriteria yang harus dipenuhi pada sampel bank yang spin off

adalah sebagai berikut :

a. Bank hasil spin off yang masih oprasional sampai tahun 2014.

b. Tersedianya data laporan keuangan pada bank yang melakukan spin off

dengan periode yang paling dekat sebelum dan setelah spin off.

c. Data keuangan yang digunakan pada bank yang spin off menggunakan interval

waktu 3 (tiga) tahun pada saat sebelum spin off dan 3 (tiga) tahun setelah spin

off, secara triwulan.

D. Metode Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Data

Envelopment Analysis (DEA), yang basisnya pemrograman linier (Linier

Programming). Setelah mendapatkan skor efisiensi dari masing-masing

perbankan syariah, kemudian dilihat perbedaan efisiensi perbankan sebelum dan

setelah melakukan spin off. Secara teknis perhitungan dibantu dengan paket-

paket software, untuk menghitung skor efisiensi DEA.

1 Ida Savitri Kusmargiani, Analisis Efisiensi Operasional Dan Efisiensi Profitabilitas Pada

Bank Yang Merger Dan Akusisi Di Indonesia (2006), hal. 64

Page 62: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

50

1. Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA) adalah suatu teknik pemrograman

matematika (mathematical program-ming) untuk mengukur tingkat efisiensi

dari Unit Pengambil Keputusan (UPK) atau Decision Making Unit (DMU)

relative terhadap UPK yang sejenis ketika semua unit-unit ini berada pada

atau di bawah “kurva” efisiensi frontiernya.2

Teknik atau metode DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes,

Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978. Data Envelopment Analysis, sesuai

dengan namanya merupakan metode yang mengamplopkan data observasi

untuk membentuk frontier yang nantinya digunakan untuk mengevaluasi

kinerja dari objek penelitian.

Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weights) atau timbangan

untuk setiap input dan output DMU. Bobot tersebut memiliki sifat tidak

bernilai negative dan bersifat universal, artinya setiap DMU dalam sampel

harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi

rasionya (total weighted output/total weighted input) dan rasio tersebut tidak

boleh lebih dari satu (total weighted output/total weighted input ≤ 1).

2 H. Rahmat hidayat. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek, Bekasi: Gramata Publishing,

2014, h. 72..

Page 63: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

51

Cara pengukuran yang digunakan dalam DEA adalah dengan

membandingkan antara output yang dihasilkan dengan input yang ada, yang

digambarkan sebagai berikut :

Dalam kenyataannya, baik input maupun output bisa terdapat lebih

dari satu input dan output dalam suatu decision making unit (DMU). Dalam

membandingkan output dan input, digunakan bobot untuk masing-masing

input dan output yang ada, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut : 3

Pada tahun 1957, farell memperkenalkan ide efisiensi menggunakan

unit produksi, dengan menggunakan konsep input oriented. Ini merupakan

model pemrograman linear, yang berasumsi tidak ada kesalahan secara acak,

dan digunakan untuk mengukur efisensi teknis. Efisiensi teknis merupakan

pengukran efektifitas yang memberikan serangkaian input untuk

menghasilkan output. DMU hanya merupakan efisiensi teknis yang

menggunakan level minimum dari input untuk menghasilkan maksimum

3 James T Shanon. Productivity, Cost, and Technical Efficiency Evaluation of Southeastern

U.S. Logging Contractors.(1998).h.13

Technical Efficiency =

Page 64: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

52

output atau ini dapat digunakan untuk meredam tingkat input ketika diberikan

jumlah output yang sama. Persamaan matematis yang digunakan :

Tabel 3.2 Persamaan DEA

Dari persamaan diatas dapat didefinisikan kedalam beberapa notasi.

Dengan asumsi bahwa sigma i adalah input dan sigma r adalah output untuk

setiap perusahaan, atau seringkali disebut dengan Decision Making Unit

dalam literatur DEA. Untuk DMU ke-I diwakili secara berturut-turut oleh

vektor x1 dan y1. Dalam hal, x adalah matrik input i x n, dan Y adalah matriks

output r x n, maka representasi tersebut merupakan cara merumuskan data

dalam bentuk matriks dari semua n UKE.

Tujuan dari DEA adalah membentuk sebuah frontier non-parametric

envelopment terhadap suatu data dari titik pengamatan yang berada di bawah

frontier. Cara terbaik untuk memperkenalkan DEA adalah melalui bentuk

Maksimal h =

batasan

j = 1,…..,n (untuk keseluruhan j)

Ur , vi

Keterangan :

h : efisiensi teknis perbankan

yrj : merupakan jumlah output r yang

diproduksi oleh bank s.

xij : jumlah input i yang digunakan oleh

bank s

ur : merupakan bobot output r yang di

hasilkan oleh bank s

vi : bobot input i yang diberikan oleh

bank s, dan r dihitung dari 1 ke m

serta i dihitung dari 1 ke n.

Page 65: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

53

rasio. Untuk setiap UKE, kita akan mendapatkan ukuran rasio dari semua

output terhadap inputnya, seperti uryr / vixi, dimana u mrupakan vektor r yl

dari output tertimbang (weight output) dan v adalah vektor i xl dari input

tertimbang (weight input).

Untuk penimbang yang optimal harus dispesifikasikan kedalam

problema matematis (the mathematical programming problem). dalam hal ini,

termasuk juga menemukan nilai untuk u dan v, sebagai sebuah pengukuran

efisiensi h yang maksimal. Dengan tujuan untuk kendala bahwa semua

ukuran efisiensi haruslah kurang atau sama dengan satu, salah satu masalah

dengan formulasi atau rumusan rasio ini adalah bahwa ia memiliki sejumlah

solusi yang tidak terbatas (infinite). Untuk menghindari hal ini, maka kita

dapat menentukan kendala yang akan menspesifikasikan dan memudahkan

dalam proses selanjutnya menggunkan teknik komputasi. dimana

menunjukkan jumlah bank dalam sampel. Pertidaksamaan pertama

menunjukkan adanya efisiensi rasio untuk perusahaan lain tidak lebih dari 1,

sementara pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio akan

bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien apabila memiliki

angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0

menunjukkan efisiensi bank semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat

menentukan pembobotnya masing-masing dan menjamin bahwa pembobot

yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik.

Page 66: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

54

Dalam model DEA terdapat dua pendekatan optimasi atau asumsi

yang biasa digunakan, yaitu constant return scale (CRS) dan Variable return

to scale (VRS).

a. Constan Return to Scale (CRS)

Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan

asumsi constan return to scale yang membawa implikasi pada bentuk

efficient set yang linier. Model constant return to scale dikembangkan

oleh Climes, Cooper dan Rhodes (model CCR), model ini

mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output

adalah sama (constant return to scale). Artinya jika ada tambahan

input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga.

Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap

perusahaan atau unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala

yang optimal. Untuk itu fungsi objektif dan fungsi kendala pada DEA

model constant return to scale dapat digambarkan pada persamaan

berikut ini:

Page 67: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

55

Tabel 3.3 Model DEA CRS

b. Variable Return to Scale

Model ini dikembangkan oleh BCC (Banker, Charnes Cooper)

pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR.

Model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi

pada skala yang optimal, asumsi dari model ini adalah rasio antara

penambahan input dan output tidak sama (Variable return to scale).

Artinya, penambahan input x kali tidak akan menyebabkan output naik

sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Untuk itu

fungsi objektif dan fungsi kendala pada DEA model Variable return to

scale dapat digambarkan pada persamaan berikut ini :

Keterangan :

yrj = jumlah output r yang diproduksi

oleh

DMU j

xij = jumlah input i yang digunakan oleh

DMU j

ur = bobot yang diberikan kepada output

r, (r=1,...,t dan t adalah jumlah

output)

vi = bobot yang diberikan kepada input

i,

(i=1,..., m dan m adalah jumlah

input)

n = jumlah DMU,

j0 = DMU yang diberi penilaian

Page 68: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

56

Tabel 3.4 Model DEA VRS

Rumus pendekatan DEA diatas memiliki fungsi tujuan untuk

memaksimalkan nilai efisiensi dari masing-masing DMU dengan

meminimalisir input dan menggunakan dengan faktor kendalanya

bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada nilai efisien DMU yang

lebih besar dari 100%, penjumlahan setiap output akan sama dengan 1

dan semua variabel keputusan tidak sama dengan 0. DEA menghitung

rasio perbandingan output terhadap input untuk setiap unit, dengan

skor dinyatakan sebagai 0-1 atau 0 sampai 100 persen. Sebuah unit

kesehatan dengan skor kurang dari 100% akan tidak efisien bila

dibandingkan dengan unit lain.

Keterangan :

yrj = jumlah output r yang diproduksi oleh

DMU j,

xij = jumlah input i yang digunakan oleh

DMU j,

ur = bobot yang diberikan kepada output r,

(r = 1 ,..., t dan t adalah jumlah output),

vi = bobot yang diberikan kepada input i, (i

= 1,..., m dan m adalah jumlah input),

n = jumlah DMU,

j0 = DMU yang diberi penilaian

Page 69: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

57

Pada penelitian ini asumsi yang digunakan adalah constant

return to scale (CRS). Asumsi ini digunakan karena penelitian ini

mencoba untuk melihat apa saja sumber ketidakefisiensian, berapa

besar persentase ketidak efisiensian dan berapa persentase To Gain

yang harus ditingkatkan supaya perbankan dalam penelitian ini dapat

beroperasi dengan efisien. Untuk itu penelitian ini memberikan dua

alternatif orientasi pengukuran yaitu keadaan dimana perbankan harus

memaksimalkan outputnya (output oriented) dan ketika perbankan

harus meminimimalisir penggunaan input (input oriented). Maka kedua

alternatif inilah yang akan digunakan perbankan sebagai gambaran dan

langkah apa yang harus dilakukan perbankan supaya dapat beroperasi

dengan efisien.

Untuk menggunakan kedua orientasi pengukuran ini, maka

asumsi yang digunakan harus constant return to scale (CRS) agar tidak

memberikan hasil yang bias dalam pengukuran efisiensi. Hal ini

dikarenakan ketika melakukan pengukuran menggunakan orientasi

input maupun orientasi output maka akan menghasilkan nilai efisiensi

yang sama ketika menggunakan asumsi constant return to scale. Hal ini

terjadi dikarenakan DMU beroperasi pada frontier yang sama jika

menggunakan asumsi CRS. Berbeda hasilnya jika DMU menggunakan

asumsi variable return to scale (VRS) hal ini akan mengakibatkan

Page 70: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

58

DMU memberikan hasil efisiensi yang berbeda antara pengukuran

menggunakan orientasi input dan pengukuran menggunakan orientasi

output. Sehingga sulit diambil kesimpulan serta solusi yang harus

dilakukan perbankan supaya dapat beroperasi dengan efisien

menggunakan dua alternatif orientasi pengukuran.

2. Input dan Output

Untuk mengukur tingkat efisiensi lembaga keuangan baik

menggunakan pendekatan parametrik atau non-parametrik perlu

ditentukan atau didefinisikan variable input dan output.4 Menurut Hadad

et. al (2003), ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk

menentukan atau mendefinisikan variable input-output dari suatu

lembaga keuangan, yaitu:

1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pendekatan produksi menganggap lembaga keuangan sebagai

produsen dari rekening tabungan (deposit account) dan

kredit/pinjaman (loans). Pendekatan produksi mendefinisikan output

sebagai jumlah dari berbagai rekening tersebut atau berbagai transaksi

yang terkait. Sedangkan input dihitung dari jumlah tenaga kerja,

pengeluaran modal pada aktiva tetap dan material lainnya.

4 H. Rahmat hidayat. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek, Bekasi: Gramata Publishing, 2014, h. 74

Page 71: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

59

2. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)

Pendekatan intermediasi menganggap lembaga keuangan

sebagai prantara (intermediary), dimana lembaga keuangan ini

mengubah atau mentransfer berbagai aset keuangan dari unit yang

kelebihan dana ke unit yang kekurangan dana. Yang termasuk dalam

input dalam pendekatan ini adalah biaya tenaga kerja dan modal

serta pembayaran bunga (margin) pada deposito, adapun output

diukur melalui kredit/pinjaman (loans) atau pembiayaan (financing)

dan investasi keuangan.

3. Pendekatan Aset (Asset Approach)

Pendekatan aset menganggap lembaga keuangan sebagai

pencipta kredit/pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini, efisiensi

diukur berdasarkan kemampuan perbankan menanamkan dana dalam

bentuk kredit/pinjaman/pembiayaan, surat-surat berharga dan aset

lainnya sebagai output. Sedangkan input diukur dari biaya tenaga

kerja, biaya dana (cost of found) dan biaya kapital fisik.

Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

intermediasi, dimana pendekatan ini dianggap sesuai dengan fungsi

perbankan yang sebenarnya yaitu sebagai lembaga penyaluran dana dari

pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana serta

Page 72: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

60

penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakan perbankan sudah efisien

apabila dilihat dari sisi intermediasinya. Dilihat dari hal inilah maka dapat

ditentukan variabel input dan output apa saja yang akan digunakan dalam

penelitian. Dan berikut adalah table 3.5 yang menunjukkan variabel yang

input-output dalam penelitian ini:

Tabel 3.5

Input dan Output

Variabel Output

Ada dua variabel output yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu total pembiayaan (O1) dan pendapatan lain bank (O2).

Pendekatan Variabel Input Variabel Output

Intermediasi

DPK (I1) Pembiayaan (O1)

Biaya Operasional (I2) Pendapatan Operasional (O2)

Biaya Tenaga Kerja (I3)

Page 73: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

61

a. Pembiayaan atau Penyaluran Dana

Pembiayaan (O1) menurut PBI No 15/16/PBI/2013 adalah aktiva

bank dalam bentuk pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah,

piutang, dan ijarah.

b. Pendapatan Operasional

Pengertian pendapatan menurut PSAK No.223 (IAI 2002,

paragraph 6), pendapatan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi

yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama satu periode bila arus

masuk itu mengakibatkan kenaikan, yang tidak berasal dari kontribusi

peranan modal. Sedangkan yang dimaksud pendapatan operasiional yaitu

pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan utama, rutin, dan

berkesinambungan oleh perusahaan.

Variabel Input

Ada 3 variabel input yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

DPK (I1), biaya operasional (I2), dan biaya tenaga kerja (I3).

a. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga bank yang selanjutnya disebut DPK adalah

kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah dan

valuta asing

Page 74: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

62

b. Biaya Operasional

Adalah biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh barang,

melakukan pemasaran dan melakukan penjualan serta biaya-biaya untuk

operasional perusahaan lain jika perusahaan tersebut manufaktur. Jika

perusahaannya adalah perusahaan dagang maka biaya operasionalnya

adalah biaya untuk memperoleh barang dagangan, pemasaran dan

kegiatan penjualan serta biaya-biaya lain operasional perusahaan.

c. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja atau disebut juga beban personalia adalah biaya

yang dikeluarkan untuk membiayai penggunaan tenaga kerja (manusia)

dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja dapat berupa biaya gaji, provisi

maupun fee yang diberikan perusahaan kepada karyawan.

Page 75: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

63

BAB IV

Hasil Analisis Data

A. Kriteria Penilaian Efisiensi

Untuk menentukan atau memastikan tingkat atau tahap efisiensi perbankan

syariah dibuat ukuran atau kriteria efisiensi, yaitu efisiensi tinggi, efisiensi sedang,

efisiensi rendah dan tidak efisien, dan nilai (skor) yang termasuk efisiensi tinggi,

efisiensi sedang, efisiensi rendah dan tidak efisien. Ukuran efisiensi dan nilai ukuran

efisensi tersebut tampak dalam tabel di bawah ini.1

Tabel 4.1 Kriteria dan Nilai Efisiensi

Kriteria Efisiensi Nilai

Tinggi 81 - 100

Sedang 60 - 80

Rendah 40 - 59

Tidak Efisien 0 - 40

1 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah:Teori dan Praktek, (Jawa Barat: Gramata Publishing, 2014), h.

124

Page 76: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

64

B. Hasil Perhitungan Efisiensi

1. Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan

Berikut ini adalah tabel skor efisiensi dari kelompok perbankan sebelum

spin off dan kelompok perbankan setelah melakukan spin off secara keseluruhan.

Tabel 4.2 Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan

Triwulan Nama Bank

UUS BJB UUS BRI UUS BNI BJB Sy BRI Sy BNI Sy

1 100 69.05 62.73 79.1 100 100

2 100 100 66.46 71.9 100 91.54

3 93.76 87.87 67.47 75.11 99.92 95.8

4 90.64 81.84 65.9 76.87 89.82 100

5 90.21 78.34 68.88 74.48 66.92 94.99

6 97.23 95.38 69.69 81.82 67.4 97.44

7 94.98 57.12 71.44 84.88 70.74 100

8 88.12 65.02 72.64 72.82 69 71.8

9 90.85 59.77 78.52 77.47 67.69 80.04

10 90.2 68.44 82.81 85.8 62.47 81.13

11 88.87 58.62 91.58 94.12 64.14 76.78

12 100 82.01 92.2 88.35 65.84 67.85

Rata-rata 93.74 75.29 74.2 80.23 76.99 88.11

Page 77: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

65

Dari table diatas maka dapat dirinci secara keseluruhan skor rata-rata

tingkat efisiensi perbankan pada periode 3 tahun terrakhir sebelum spin off dan

periode 3 tahun setelah spin off, yaitu sebagai berikut :

1. Unit Usaha Syariah BJB dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 93.74%

2. Unit Usaha Syariah BRI dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 75.29%

3. Unit Usaha Syariah BNI dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 74.2%

4. BJB Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 80.23%

5. BRI Syariah dengan skor efisiensi rata-rata 76.99%

6. BNI Syariah dengan skor efisiensi rata-rata 88.11%

Dari skor diatas dapat diketahui bahwa skor efisien tertinggi pada

kelompok UUS diraih oleh UUS BJB dengan skor efisiensi 93.73% dan skor

efisiensi terendah diaraih oleh UUS BNI dengan skor efisiensi 74.68%.

Sedangkan untuk kelompok BUS skor efisiensi tertinggi diraih oleh BNI Syariah

dengan skor efisiensi 88.10% dan skor efisiensi terendah diraih oleh BRI Syariah

dengan skor efisiensi 76.98%. Dari skor diatas dapat diketahui perbandingan skor

efisiensi perbankan pada saat sebelum dan setelah spin off. BJB Syariah sebelum

spin off dengan skor efisiensi sebesar 93.73% dan setelah spin off skor efisiensi

sebesar 80.22%, sedangkan BRI Syariah sebelum spin off dengan skor efisiensi

Page 78: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

66

sebesar 75.27% dan setelah spin off skor efisiensi sebesar 76.98%, dan BNI

Syariah sebelum spin off dengan skor efisiensi 74.68% dan setelah spin off skor

efisiensi sebesa 88.10%.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perubahan efisiensi kedua

kelompok perbankan serta perbandingan antara setiap triwulannya maka dapat

dilihat melalui grafik yang menggambarkan skor efisien dalam 12 triwulan secara

keseluruhan, yang digambarkan pada grafik dibawah ini.

Gambar 4.1 Grafik Hasil Efisiensi Keseluruhan

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa skor efisiensi perbankan tiap

triwulannya cenderung fluktuatif baik ketika masih berbentuk UUS maupun

Page 79: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

67

ketika sudah berbentuk BUS. Meskipun setelah spin off BNI Syariah memiliki

skor efisiensi rata-rata paling tinggi, namun BJB Syariah dan BRI Syariah

memiliki trend efisiensi yang lebih cenderung stabil.

Adapun perbankan yang dikatagorikan efisiensi penuh adalah perbankan

yang memiliki skor efisiensi sebesar 100% dan skor dibawah itu dianggap

inefisiensi. Bank yang memiliki skor efisiensi 100% adalah bank yang mampu

beroperasi dengan tepat, dimana ia dapat menggunakan sumber dayanya dengan

tepat untuk menghasilkan output.

Berikut ini adalah perbankan yang beroperasi dengan efisien dalam

penelitian ini. BJB Syariah sebelum spin off beroperasi dengan efisien 3 kali

selama periode penelitian, yaitu pada triwulan 1, 2 dan triwulan 12, sedangkan

setelah spin off selama periode penelitian BJB Syariah belum mampu beroperasi

dengan efisien. BRI Syariah sebelum spin off beroperasi dengan efisien 1 kali

selama periode penelitian, yaitu pada triwulan 2, sedengkan setelah spin off BRI

Syariah mampu beroperasi dengan efisien 2 kali selama periode penelitian, yaitu

pada triwulan 1 dan 2. Sedangkan BNI Syariah sebelum spin off belum mampu

beroperasi dengan efisien selama periode penelitian, sedangkan setelah spin off

BNI Syariah mampu beroperasi dengan efisien 3 kali selama periode penelitian,

yaitu pada triwulan 1, 4 dan 7.

Page 80: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

68

Dari hasil diatas Bank yang mengalami efisiensi penuh paling banyak

sebelum spin off adalah BJB Syariah yaitu selama 3 triwluan, dan BRI Syariah 1

triwulan, sedangkan BNI Syariah tidak pernah mencapai efisiensi sekalipun.

Sedangkan setelah spin off Bank yang mengalami efisiensi penuh adalah BNI

Syariah yaitu selama 3 triwulan, dan BRI Syariah dengan 2 triwulan, sedangkan

BJB Syariah belum mampu beroperasi dengan efisien setelah spin off.

Setelah melihat hasil efisensi keseluruhan diatas, maka dapat diketahui

bahwa, tidak ada perbedaan efisiensi yang signifikan ketika perbankan masih

berbentuk UUS maupun setelah berbentuk BUS. Yang artinya, perbankan setelah

memisahkan diri dari bank induk (spin off) belum dapat memanfaatkan sumber

daya yang ada (input) untuk menghasilkan output yang optimal.

Setelah mengetahui skor efisiensi perbankan secara keseluruhan.

Selanjutnya adalah merinci berapakah skor efisiensi perbankan sebelum dan

setelah melakukan spin off. Untuk itu maka akan ditunjukan pada grafik berikut

ini.

2. Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan

a. Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan Sebelum Spin Off

Page 81: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

69

Berikut ini adalah grafik yang menampilkan skor efisiensi perbankan

sebelum spin off, yaitu UUS BJB, UUS BRI dan UUS BNI.

Tabel 4.3 Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan Sebelum Spin Off

Triwulan Nama Bank

UUS BJB UUS BRI UUS BNI

1 100 69.05 62.73

2 100 100 66.46

3 93.76 87.87 67.47

4 90.64 81.84 65.9

5 90.21 78.34 68.88

6 97.23 95.38 69.69

7 94.98 57.12 71.44

8 88.12 65.02 72.64

9 90.85 59.77 78.52

10 90.2 68.44 82.81

11 88.87 58.62 91.58

12 100 82.01 92.2

Rata-rata 93.74 75.29 74.2

Berikut ini adalah grafik yang menampilkan skor efisiensi perbankan

sebelum spin off, yaitu UUS BJB, UUS BRI dan UUS BNI.

Page 82: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

70

Gambar 4.2 grafik hasil efisiensi bank sebelum spin off

Keterangan : perhitungan lap. Keuangan UUS BJB pada 2006-2009, UUS BRI 2005-2008, UUS BNI 2006-

2009.

Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata urutan skor efisiensi

terbaik pada kelompok perbankan sebelum spin off dirinci sebagai berikut :

1. UUS BJB dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 93.74%

2. UUS BRI dengan skor rata-rata efisiensi sebesar 75.29%

3. UUS BNI dengan skor rata-rata efisiensi sebesar 74.2%

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa skor rata-rata efisiensi tertinggi

pada kelompok ini diraih oleh UUS BJB dengan skor sebesar 93.74% dan skor

rata-rata efisiensi terendah diraih oleh UUS BNI dengan skor 74.2%. Pada

Page 83: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

71

kelompok ini pergerakan skor efisiensi masing-masing perbankan cenderung

menunjukan trend yang fluktuatif. Tetapi UUS BNI yang cenderung memiliki

skor efisiensi paling rendah memiliki trend pergerakan yang relatif stabil

dibandingkan dengan bank lainnya.

Pada kelompok perbankan sebelum spin off terlihat hal yang menarik

pada UUS BNI, dimana selama periode penelitian UUS BNI yang memiliki DPK

cukup tinggi tetapi belum pernah mengalami efisiensi penuh. Hal ini disebabkan

karena UUS BNI hanya dapat mengefisiensikan penggunaan DPK nya sebesar

74.19%, biaya operasional sebesar 70.08%, biaya tenaga kerja sebesar 72.61%

serta kemampuan memaksimalkan output pembiayaan dan pendapatan

operasional masing-masing sebesar 54.96% dan 73.98%.

Sedangkan UUS BJB yang memiliki DPK relatif kecil mampu mencapai

tingkat efisiensi yang paling tinggi diantara kelompok bank lainnya, selama

periode penelitian bank ini mampu mencapai efisiensi penuh selama tiga

triwulan. UUS BJB mampu mengefisiensikan DPK nya sebesar 93.73%, biaya

operasional sebesar 91.17%, biaya tenaga kerja sebesar 92.44% serta kemampuan

memaksimalkan output pembiayaan dan pendapatan operasionalnya masing-

masing sebesar 78.69% dan 93.73%.

Page 84: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

72

Pada UUS BRI, Bank ini memeliki trend efisiensi yang cenderung lebih

fluktuatif dibandingkan dengan kedua bank lainnya. Bank ini dapat

mengefisiensikan DPK nya sebesar 75.28%, biaya operasional sebesar 67.73%,

biaya tenaga kerja sebesar 74.58% serta kemampuan memaksimalkan output

pembiayaan dan pendapatan operasional masing-masing sebesar 71.65% dan

72.18%.

Setelah melihat efisiensi dari masing-masing bank pada saat sebelum spin

off. Selanjutnya adalah mengetahui skor rata-rata efisiensi dari keseluruhan

perbankan saat sebelum spin off. Dari keseluruhan perbankan saat sebelum spin

off atau saat masih berbentuk UUS didapat skor efisiensi rata-rata sebesar

81.07%.

b. Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan Setelah Spin Off

Berikut ini adalah grafik yang menampilkan skor efisiensi perbankan

setelah spin off, yaitu BJB Syariah, BRI Syariah dan BNI Syariah.

Tabel 4.4 Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan Setelah Spin Off

Triwulan Nama Bank

BJB Sy BRI Sy BNI Sy

1 79.1 100 100

Page 85: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

73

2 71.9 100 91.54

3 75.11 99.92 95.8

4 76.87 89.82 100

5 74.48 66.92 94.99

6 81.82 67.4 97.44

7 84.88 70.74 100

8 72.82 69 71.8

9 77.47 67.69 80.04

10 85.8 62.47 81.13

11 94.12 64.14 76.78

12 88.35 65.84 67.85

Rata-rata 80.23 76.99 88.11

Berikut ini adalah grafik yang menampilkan skor efisiensi perbankan

setelah spin off, yaitu BJB Syariah, BRI Syariah dan BNI Syariah.

Gambar 4.3 grafik hasil efisiensi bank setelah spin off

Keterangan : perhitungan lap. Keuangan BJB Sy 2010-2013, BRI Sy 2008-2011, BNI Sy 2010-2013

Page 86: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

74

Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata urutan skor efisiensi

terbaik pada kelompok bank setelah spin off dapat dirinci sebagai berikut :

1. BNI Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 88.11%.

2. BJB Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 80.23%.

3. BRI Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 76.99%

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa skor efisiensi rata-rata tertinggi

diraih oleh BNI Syariah dengan skor efisiensi sebesar 88.11%, dan skor efisiensi

terendah diraih oleh BRI Syariah dengan skor rata-rata efisiensi sebesar 76.99%.

Dari hasil efisiensi tiap triwulan pada perbankan setelah spin off, dapat dilihat

bahwa BJB Syariah memiliki trend yang lebih stabil dibandingkan dengan bank

lainnya. Sedangkan BRI Syariah meskipun mencapai skor efisiensi rata-rata

tertinggi tetapi justru memiliki trend yang lebih berfluktuatif dibandingkan

dengan bank yang lainnya.

Dari ketiga bank dalam peneletian yang melakukan restrukturisasi dengan

melakukan spin off, yaitu BJB Syariah, BRI Syariah dan BNI Syariah, 2 bank

diantaranya yaitu BNI Syariah dan BRI Syariah mampu bekerja lebih efisien

dibandingkan saat sebelum spin off, sedangkan tingkat efisiensi BJB Syariah

justru menurun setelah melakukan spin off.

Page 87: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

75

Pada BNI Syariah, dimana bank ini tidak pernah mencapai efisiensi penuh

saat sebelum spin off, tetapi setelah melakukan spin off bank ini mampu

beroperasi pada efisiensi penuh dalam tiga triwulan, yaitu triwulan 1, 4 dan 8.

Setelah melakukan spin off bank ini dapat mengefisiensikan DPK nya sebesar

88.11%, biaya operasional sebesar 88.11%, biaya tenaga kerja sebesar 85.18%

serta kemampuan memaksimalkan output pembiayaan dan pendapatan

operasional masing-masing sebesar 84.55% dan 88.11%.

Pada BRI Syariah, bank ini mengalami efisiensi penuh selama satu

triwulan pada saat sebelum spin off, dan mampu mencapai efisiensi penuh selama

dua triwulan setelah melakukan spin off, yaitu pada triwulan 1 dan 2. Bank ini

pun mengalami kenaikan tingkat efisiensi setelah melakukan spin off. Setelah

melakukan spin off bank ini dapat mengefisiensikan DPK sebesar 76.98%, biaya

operasional sebesar 76.98%, biaya tenaga kerja sebesar 70.88% serta kemampuan

memaksimalkan output pembiayaan dan pendapatan oprasional masing-masing

sebesar 75.16% dan 76.98%.

Pada BJB Syariah, bank ini mengalami efisiensi penuh selama tiga

triwulan ketika masih berbentuk UUS, akan tetapi setelah berbentuk BUS, bank

ini tidak pernah mengalami efisiensi penuh dan juga mengalami penurunan skor

tingkat efisiensi rata-rata. Setelah melakukan spin off menjadi BUS bank ini

hanya dapat mengefisiensikan DPK sebesar 80.22%, biaya operasional sebesar

Page 88: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

76

80.22% biaya tenaga kerja sebesar 70.47% serta kemampuan memaksimalkan

output pembiayaan dan pendapatan oprasional masing-masiing sebesar 78.95%

dan 77.35%.

Setelah melihat skor efisiensi dari masing-masing bank setelah berbentuk

BUS atau setelah spin off. Selanjutnya adalah mengetahui skor rata-rata efisiensi

dari keseluruhan perbankan setelah berbentuk BUS. Dari keseluruhan perbankan

pada kelompok ini skor efisiensi rata-rata sebesar 81.78%.

3. Hasil Efisiensi Rata-rata Bank Sebelum dan Setelah Spin Off

Untuk melihat perbandingan dari skor efisiensi rata-rata setiap

triwulannya dari keseluruhan perbankan sebelum dan setelah spin off, maka akan

dijelaskan kedalam sebuah table dan digambarkan kedalam grafik. Hal ini untuk

melihat bagaimana perbandingan skor efisiensi rata-rata dari keseluruhan

perbankan tiap triwulannya antara kedua kelompok perbankan. Untuk lebih jelas

mengetahui perbandingan skor efisiensi dari kedua kelompok perbankan berikut

ini adalah table yang menampilkan skor efisiensi dari kedua kelompok perbankan

tersebut.

Page 89: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

77

Tabel 4.3 Efisiensi Rata-rata Bank Sebelum dan Setelah Spin Off

Triwulan Bank Sebelum dan Setelah Spin Off

UUS BUS

1 77.26 93.03

2 88.82 87.81

3 83.03 90.28

4 79.46 88.9

5 79.14 78.8

6 87.43 82.22

7 74.51 85.21

8 75.26 71.21

9 76.38 75.07

10 80.48 76.47

11 79.69 78.34

12 91.4 74.01

Rata-rata 81.07 81.78

Untuk mengetahui pergerakan rata-rata efisiensi kedua kelompok

perbankan maka akan digambarkan pada grafik dibawah ini.

Gambar 4.4 grafik Efisiensi Rata-rata Bank Sebelum dan Setelah Spin Off

Page 90: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

78

Dari grafik perbandingan dua kelompok perbankan dapat diketahui bahwa

perbankan setelah berbentuk BUS memiliki pergerakkan efisiensi rata-rata

dengan trend yang lebih stabil jika dibandingkan dengan saat masih berbentuk

UUS. Pada kelompok perbankan stelah spin off mengalami rata-rata efisiensi

tertinggi pada triwulan pertama sebesar 93.03% dan triwulan ketiga sebesar

90.28%, efisiensi rata-rata terendah terjadi pada triwulan kedelapan sebesar

71.21%. Pada kelompok perbankan sebelum spin off terlihat cenderung memiliki

trend pergerakan efisiensi rata-rata yang lebih fluktuatif. Skor rata-rata tertinggi

pada kelompok perbankan ini diraih pada triwulan terakhir sebesar 91.4% dan

triwulan kedua sebesar 88.82%, sedangkan efisiensi rata-rata terendah terjadi

pada triwulan ketujuh sebesar 74.51%.

Setelah melihat grafik dari pergerakan efisiensi rata-rata dari kedua

kelompok perbankan, untuk mengetahui kelompok perbankan manakah yang

beroperasi lebih efisien diantara keduanya, maka dibuat rata-rata dari keseluruhan

triwulan untuk melihat hasil efisiensi keseluruhannya. Hasil efisiensi keseluruhan

dari perbankan sebelum spin off atau saat masih berbentuk UUS adalah sebesar

81.07%, dengan rata-rata efisiensi penggunaan DPK sebesar 81.06%, biaya

oprasional 76.32%, biaya tenaga kerja 79.87%, serta kemampuan

memaksimalkan pembiayaan sebesar 68.43% dan pendapatan operasional sebesar

79.96%. Hasil efisiensi perbankan setelah spin off atau setelah berbentuk BUS

Page 91: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

79

adalah sebesar 81.78%, dengan rata-rata efisiensi penggunaan DPK sebesar

81.77%, biaya oprasional 81.77%, biaya tenaga kerja 75.5%, serta kemampuan

memaksimalkan pembiayaan sebesar 79.55% dan pendapatan operasional sebesar

82.24%.

Dari kedua hasil efisiensi keseluruhan ini diketahui bahwa kedua

kelompok perbankan ini memiliki kecenderungan yang sama yaitu mereka

memiliki efisiensi yang tinggi dari jumlah DPK, dikarenakan jumlah DPK yang

akan digunakan dalam penyaluran dana sudah ditentukan batasannya oleh Bank

Indonesia, apabila penggunaan DPK tidak sesuai ketentuan Bank Indonesai maka

perbankan yang bersangkutan akan mendapat tambahan dari perhitungan jumlah

GWM (giro wajib minimum) yang harus disetorkan kepada Bank Indonesia.

Untuk itu perbankan pastinya akan menghindari uangnya untuk masuk kedalam

sektor-sektor yang kurang produktif.

Saat masih berbentuk UUS mereka hanya mampu memaksimalkan

pembiayaan sebesar 68.43%. Kemampuan memaksimalkan pembiayaan meraka

naik menjadi 79.55% setelah menjadi BUS, akan tetapi kebutuhan SDM yang

besar tidak diikuti dengan kenaikan efisiensi dari penggunaan SDM itu sendiri.

Tingkat efisiensi penggunaan SDM lebih tinggi saat masih berbentuk UUS

dibandingkan ketika sudah menjadi BUS. Untuk itu, seperti yang telah dijelaskan

oleh Wilson Arafat (2006), diperlukan pengukuran efisiensi pada kantor cabang

Page 92: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

80

perbankan agar dapat diketahui maslah apa yang terjadi terkait inefisiensi dan

tindakan apa yang harus dilakukan supaya perbankan efisien.

Berikutnya, suatu unit akan dikatakan efisien adalah, ketika suatu unit

dapat beroperasi secara tepat. Secara matematis dapat dijelaskan ketika rasio

input ideal akan menghasilkan output yang ideal, dan rasio ideal itulah yang

dikatakan sebagai efisiensi. Untuk itu maka harus dilihat berapakah potential

improvement yang harus dilakukan suatu perbankan untuk mencapai hasil yang

efisien saat mereka baru melakukan spin off (pemisahan). Dalam penelitian ini

potential improvement tersebut dilihat dari nilai to gain yang harus dicapai

perbankan. Nilai to gain adalah presentase yang harus dicapai perbankan supaya

input dan outputnya dapat menghasilkan rasio yang efisien.

Dalam penelitian ini nilai to gain dilihat dari dua orientasi pengukuran.

Orientasi tersebut terdiri dari pengukuran berorientasi input dan pengukuran

berorientasi output. Berikut ini dapat disjelaskan bagai mana potential

improvement tersebut menggunakan pengukuran berorientasi input dan

pengukuran berorientasi output.

C. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Input

Page 93: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

81

Analisis ini adalah melihat berpakah nilai input yang harus dikurangi setiap

DMU untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, agar dapat beroperasi dengan

efisien. Dalam hal ini adalah melihat seberapa besar biaya (input) yang dapat

diminimalisir oleh perbankan diawal-awal periode setelah mereka memisahkan diri,

supaya mereka dapat beroperasi dengan efisien. Untuk lebih jelasnya analisis ini

akan dijelaskan dalam table dan digambarkan kedalam grafik serta diagram.

Berikut adalah tabel yang menggambarkan nilai to gain pada masing-masing

input yang dapat diminimalisir, serta rata-rata input yang hrus diminimalisir dan

masing-masing output yang harus dimaksimalkan, srta rata-rata output yang harus

dimaksimalkan supaya perbankan diawal periode setelah spin off dapat beroperasi

dengan efisien.

Tabel 4.4 Nilai To Gain Pada Bank Setelah Spin Off Orientasi Input

Triwulan DPK Biaya

Operasional

Biaya Tenaga Kerja

rata-rata

input

Pembiayaan

Pendapatan

Operasional

rata-rata

output

1 6.97 6.97 22.7 12.21 0 12.94 6.47

2 12.2 12.2 13.74 12.71 4.57 0 2.28

3 9.74 9.74 18.97 12.81 4.57 0 2.28

4 11.1 11.1 25.54 15.91 0 1.64 0.82

5 21.2 21.2 23.74 22.05 0.14 0 0.07

6 17.8 17.8 22.47 19.36 0 0 0

7 14.8 14.8 16.97 15.52 0.5 0 0.25

Page 94: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

82

8 28.8 28.8 40 32.53 0 0 0

9 24.94 24.94 24.94 24.94 10.8 0 5.4

10 23.54 23.54 25.64 24.24 0 0 0

11 21.67 21.67 23.27 22.2 9.14 0 4.57

12 26 26 35.97 29.32 0 0 0

Rata-rata 17.62 17.62 24.49 20.32 2.47 1.21 1.84

Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai togain input yang dapat di

minimalisir dan nilai to gain output yang dapat dimaksimalkan, maka akan

digambarkan pada grafik berikut.

Gambar 4.5 grafik nilai to gain bank setelah spin off orientasi input

Page 95: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

83

Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat dari sisi penggunaan DPK, pada

triwulan 8 kelompok perbankan ini paling boros dalam penggunaan DPK. Tercata

dalam nilai to gain sebesar 28.8% hal ini menandakan bahwa pada triwulan 8

seharusnya perbankan dapat meminimalisir penggunaan DPK sebesar 28.8% supaya

dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan DPK paling baik terlihat pada triwulan

1 dimana perbankan hanya harus mengurangi biaya input sebesar 6.97% supaya

beroperasi dengan efisien.

Dari sisi biaya operasional, dapat dilihat bahwa penggunaan biaya oprasional

paling boros terjadi pada triwulan 8. Tercatat dalam nilai to gain perbabankan ini

harus meminimalisir penggunaan biaya oprasional sebesar 28.8% supaya dapat

beroperasi dengan efisien. Penggunaan biaya oprasional paling baik terlihat pada

triwulan 1 dimana perbankan hanya harus mengurangi biaya oprasional sebesar

6.97% supaya beroperasi dengan efisien.

Dari sisi penggunanan biaya tenaga kerja, terlihat bahwa penggunaan biaya

tenaga kerja paling boros terjadi pada triwulan 8. Dimana tercatat dalam nilai to

gain perbankan harus meminimalisir pengunaan biaya tenaga kerja sebesar 40%

supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan biayaa tenaga kerja

paling baik terlihat pada triwulan 1, dimana tercatat dalam nilai to gain sebesar

12.21%. Artinya kelompok perbankan ini hanya harus meminimalisir penggunaan

biayaa tenaga kerja sebesar 12.21% supaya dapat beroperasi dengan efisien.

Page 96: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

84

Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing input dan output tiap

triwulan. Selanjutnya adalah melihat berapakah rata-rata dari masing-masing input

yang harus diminimalisir dan berapakah output yang harus dimaksimalkan pada

kelompok perbanak setelah spin off supaya dapat beroperasi dengan efisien. Untuk

itu maka akan dijelaskan pada diagram berikut.

Gambar 4.6 diagram nilai to gain bank setelah spin off orientasi input

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok

perbankan setelah spin off harus meminimalisir DPK sebesar 28%, biaya

operasional sebesar 28% dan biaya tenaga kerja sebesar 38% serta memaksimalkan

Page 97: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

85

pembiayaan sebesar 4% dan pendapatan operasional sebesar 2%. Atau jika dibuat

rata-rata maka kelompok perbankan ini harus meminimalisir biaya input sebesar

20.32% dan memaksimalkan output sebesar 1.84% supaya dapat beroperasi dengan

efisien.

D. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Output

Analisis ini melihat berapakah nilai output yang dapat dimaksimalkan DMU

dengan sejumlah input terntu, agar dapat beroperasi dengan efisien. Dalam hal ini

adalah melihat seberapa besar hasil/keluaran (output) yang dapat dimaksimalkan

oleh perbankan setelah spin off agar dapat beroperasi dengan efisien. Untuk lebih

jelasnya analisis ini akan dijelaskan dalam table dan gambar kedalam gerafik serta

diagram.

Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan nilai to gain pada masing-

masing output dan rata-rata output yang dapat dimaksimalkan, serta nilai to gain

pada masing-masing input dan rata-rata input yang harus diminimalisir, supaya

perbankan dapat beroperasi dengan efisien.

Page 98: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

86

Tabel 4.5 Nilai To Gain Pada Bank Setelah Spin Off Orientasi Output

Triwulan DPK Biaya

Operasional

Biaya Tenaga Kerja

rata-rata

input

Pembiayaan

Pendapatan

Operasional

rata-rata

output

1 0 0 19.9 6.63 6.97 0 3.48

2 0 0 1.7 0.57 16.37 12.2 14.28

3 0 0 9.23 3.08 16.47 9.73 13.1

4 0 0 17.7 5.9 11.1 12.37 11.73

5 0 0 3.77 1.26 21.33 21.2 21.26

6 0 0 6.9 2.3 17.8 17.8 17.8

7 0 0 2.57 0.86 15.23 14.8 15.01

8 0 0 15.5 5.17 28.8 28.8 28.8

9 0 0 0 0 32.23 24.93 28.58

10 0 0 3.33 1.11 23.53 23.53 23.53

11 0 0 2.1 0.7 29.53 21.67 25.6

12 0 0 12.7 4.23 26 26 26

Rata-rata 0 0 7.95 2.65 20.45 17.75 19.1

Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai to gain output yang dapat

dimaksimalkan dan nilai to gain input yang harus diminimalisir, maka akan

digambarkan pada grafik berikut.

Page 99: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

87

Gambar 4.7 grafik nilai to gain bank setelah spin off orientasi output

Setelah melihat table dan grafik diatas maka dapat diketahui, jika dilihat dari

sisi pembiayaan. Hasil dari penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan

pembiayaan terlihat paling buruk pada triwulan 9, dimana tercata pada nilai to gain

sebesar 32.23%, yang artinya perbankan harus memaksimalkan pembiayaannya

sebesar 32.23% supaya dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan input untuk

menghasilkan penyaluran dana paling baik terlihat ketika perbankan beroperasi pada

triwulan 1, dimana tercatat pada nilai to gain sebesar 6.97%, yang artinya perbankan

hanya harus memaksimalkan pembiayaannya sebesar 6.97%, supaya perbankan

dapat beroperasi dengan efisien.

Page 100: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

88

Dilihat dari sisi pendapatan operasional, hasil penggunaan sejumlah input

untuk menghasilkan pendapatan operasional terlihat paling buruk ketika perbankan

beroperasi pada triwulan 8, dimana tercatat pada nilai to gain perbankan harus

memaksimalkan pendapatan operasionalnya sebesar 28.8% supaya perbankan dapat

beroperasi dengan efisien. Penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan

pendapatan operasional paling baik, tercatat ketika perbankan beroperasi pada

triwulan 1, dimana tercatat pada nilai to gain sebesar 0%, yang artinya perbankan

telah beroperasi dengan efisien dalam penggunaan sejumlah input untuk

menghasilkan pendapatan operasional.

Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing output dan input tiap

triwulan, selanjutnya adalah melihat berapakah rata-rata dari masing-masing output

yang harus dimaksimalkan dan berapakah rata-rata input yang harus diminimalisir

pada kelompok perbankan ini supaya dapat beroperasi dengan efisien. Untuk itu

maka akan dijelaskan pada diagram berikut ini.

Page 101: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

89

Gambar 4.8 diagram nilai to gain bank setelah spin off orientasi output

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok

perbankan setelah spin off harus memaksimalkan pembiayaan sebesar 44% dan

pendapatan operasional sebesar 39%, serta harus meminimalisir rata-rata biaya

tenaga kerja sebesar 17%, dimana dalam hal ini rata-rata DPK dan biaya operasional

sudah efisien. Atau jika dibuatkan rata-rata maka kelompok perbankan ini harus

memaksimalkan output sebesar 19.1% dan meminimalisir input sebesar 2.65%

supaya dapat beroperasi dengan efisien.

Page 102: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada penelitian ini, dapat

disimpulkan beberapa hasil yaitu:

1. Dari hasil pengukuran efisiensi perbankan, dapat dirincikan hasil efisiensi

keseluruhan perbankan sebagai berikut :

No Nama Bank Skor Efisiensi

1 UUS BJB 93.74%

2 UUS BRI 75.29%

3 UUS BNI 74.20%

4 BJB Syariah 80.23%

5 BRI Syariah 76.99%

6 BNI Syariah 88.11%

Setelah melihat hasil efisiensi keseluruhan diatas, maka dapat diketahui

bahwa, perbankan sebelum dan sesudah spin off mengalami perubahan dalam

skor efisiensi, dimana skor efisiensi dari BRI Syariah dan BNI Syariah

meningkat setelah spin off, sedangkan BJB Syariah mengalami penurunan

skor efisiensi.

Page 103: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

91

2. Dari hasil pengukuran efisiensi perbankan, dapat dirincikan hasil efisiensi

rata-rata perbankan sebagai berikut :

Triwulan Bank Sebelum dan Setelah Spin Off

UUS BUS

1 77.26 93.03

2 88.82 87.81

3 83.03 90.28

4 79.46 88.9

5 79.14 78.8

6 87.43 82.22

7 74.51 85.21

8 75.26 71.21

9 76.38 75.07

10 80.48 76.47

11 79.69 78.34

12 91.4 74.01

Rata-rata 81.07 81.78

Dari hasil pengukuran efisiensi perbankan syariah, dapat diketahui bahwa

tidak ada perbedaan efisiensi yang signifikan antara BUS sebelum dan setelah

melakukan spin off.

3. Dari hasil analisis potential improvement perbankan setelah spin off, maka

dapat diketahui inefisiensi rata-rata pada perbankan setelah spin off, jika

dilihat dari orientasi input maka inefisiensi penggunaan DPK sebesar 28%,

biaya operasional sebesar 28%, dan biaya tenaga kerja sebesar 38%. Jika

Page 104: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

92

dilihat dari orientasi output maka inefisiensi pembiayaan sebesar 44%, dan

pendapatan operasional sebesar 39%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran

yang dapat penulis berikan terhadap beberapa pihak terkait, diantaranya:

1. Bagi manajemen bank

Diharapkan dari hasil penelitian ini supaya manajemen perbankan

yang akan melakukan Spin Off supaya memperhatikan kinerjanya agar dapat

beroperasi dengan efisien, yaitu agar dengan input tertentu perbankan dapat

memaksimalkan pembiayaan dan pendapatan operasional, serta

meminimalisir jumlah NPF. Karena jika dilihat dari perhitungan nilai To Gain

dalam orientasi output tingkat inefisiensi pada penyaluran dana atau

pembiayaan cukup tinggi sebesar 44%. Serta berdasarkan gambaran dari

perhitungan nilai To Gain maslah inefisien paling tinggi terjadi pada masalah

penggunaan biaya tenaga kerja, untuk itu bagi UUS yang nantinya akan

melakukan Spin Off diharapkan dapat memaksimalkan penggunaan biaya

tenaga kerja, sehingga perbankan dapat beroperasi dengan efisien.

Selain hal tersebut penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran kepada perbankan dalam memilih alternatif antara orientasi input

Page 105: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

93

atau orientasi output sesuai dengan tujuan dan pencapaian yang ingin

dilakukan oleh perbankan yang bersangkutan. Sehingga perbankan tidak

hanya mengejar efisiensi saja, namun juga dapat menghargai hak-hak

pekerjanya.

2. Bagi masyarakat / nasabah bank

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran

dan menjadi rujukan bagi masyarakat apabila ingin menjadi nasabah di bank

tertentu dan apabila ingin mempercayakan uangnya untuk di investasikan di

bank tertentu.

3. Bagi penelitian-penelitian berikutnya

Bagi peneliti berikutnya penulis menyarankan supaya

memperhatikan penggunaan variabel input-output serta menambahkan akun

aset tetap sebagai variabel input karena secara teknis variabel ini dianggap

sebagai sumber daya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan perbankan untuk

menghasilkan suatu hasil atau output, serta dalam pemilihan variabel juga

harus memperhatikan nilai-nilai dari perbankan Islam salah satu variabelnya

dalah aset tetap bukan total aset.

Apabila ingin melakukan perbandingan pengukuran efisiensi antara

perbankan syariah sebelum dan setelah Spin Off, supaya memperhatikan

Page 106: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

94

pertimbangan lain dalam melakukan pengukuran, seperti penggunaan akun

serta periode pengukuran. Sehingga dapat kita ketahui secara menyeluruh

bagaimana kinerja efisiensi antara perbankan syaraiah sebelum dan setelah

melakukan Spin Off, dan dapat diketahui bagaimana kenyataan yang terjadi.

Page 107: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

95

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad Riawan. Menata Perbankan Syariah di Indonesia. UIN Pres, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, juli 2009.

Anshori, Abdul Ghofur, Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi dan Konversi:

Pendekatan Hukum Positif dan Hukum Islam. Yogyakarta: UII Press, 2010.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema

Insani Press, 2007.

Ascarya, dkk. Efficiency Analysis of Conventional and Islamic Banks in Indonesia

Using Data Envelopment Analysist , 2007.

Bank Indonesia, Ikhtisar Undang-Undang Nomer 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah, h. 1

Ghafur, Muhammad, Potret Perbankan Syariah di Indonesia Terkini: Kajian Kritis

Perkembangan Perbankan Syariah. Yogyakarta: Biruni Press. 2007.

Hidayat, Rahmat. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori Dan Praktek. Jawa Barat:

Gratama Publishing, 2014.

Huda, Nurul dan Heykal, Mohamad. Lembaga Keuangan Islam:Tinjauan Teoritis

dan Praktis , Jakarta: Kencana, 2010.

Page 108: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

96

Karim, Adiwarman. A. Bank Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Kusmargiani, Ida Savitri. Analisis Efisiensi Operasional Dan Efisiensi

Profitabilitas Pada Bank Yang Merger Dan Akusisi Di Indonesia, 2006.

Muharam, Haryum dan Rizki Pusvitasari. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank

Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Islam, 2005.

Perwataatmadja, Karnaen dan Muhammad Syafi’I Antonio. Apa dan Bagaimana

Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1997.

Rahardjo , Muhammad Dawam. Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi. Jakarta:

Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999.

Rivai, Veitzhal, dkk. Bank and Financial Institution Management, Conventional

and Sharia System. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 2007.

Shafitranata, Tingkat Efisiensi Bank Umun Syariah (BUS) menggunakan Metode

Data Analysis Envelopment (DEA), Skripsi Program Studi Muammalat UIN

syarifhidayatullah Jakarta. 2011.

Shanon , James T. Productivity, Cost, and Technical Efficiency Evaluation of

Southeastern U.S. Logging Contractors, 1998.

Surat Edaran Bank Indonesia No.11/28/DPbS.

Page 109: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

97

Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta:

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan

Syariah.

Internet

www.bi.go.id

www.hukumonline.com

Page 110: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

98

LAMPIRAN

Tabel Input-Output Laporan Keuangan (dalam jutaan rupiah)

Periode UUS BJB

DPK BiayaTenaker BiayaOpr Pembiayaan PendOpr

juni 2006 67,892 4,305 10,952 252,843 24,007

september 2006 78,762 7,678 18,837 268,570 37,226

desember 2006 141,805 11,219 25,670 264,833 51,883

maret 2007 123,474 2,733 6,592 273,141 14,964

juni 2007 115,220 5,899 15,735 299,848 30,142

september 2007 125,457 9,015 23,446 327,469 46,734

desember 2007 179,883 12,490 32,260 324,946 64,010

maret 2008 141,369 3,319 8,446 335,773 18,136

juni 2008 184,726 6,855 22,429 525,023 35,969

september 2008 217,191 12,089 31,116 561,438 61,368

desember 2008 258,514 19,156 42,451 593,532 82,470

maret 2009 225,458 4,064 10,340 605,929 26,419

Periode UUS BRI

DPK BiayaTenaker BiayaOpr Pembiayaan PendOpr

desember 2005 250,770 53,936 20,008 636,228 70,842

maret 2006 212,789 19,791 7,617 704,819 24,046

juni 2006 249,056 43,981 15,753 814,544 53,029

september 2006 301,165 65,485 22,513 957,290 87,402

desember 2006 360,816 105,952 38,455 1,053,213 140,708

maret 2007 380,645 31,986 10,612 1,101,545 40,619

juni 2007 679,547 64,642 26,358 1,123,072 84,980

september 2007 659,722 93,333 38,036 1,142,673 134,822

desember 2007 750,243 105,952 47,967 1,134,147 140,708

maret 2008 751,141 39,248 11,764 1,136,126 53,065

juni 2008 657,278 85,808 32,663 1,169,200 108,712

september 2008 507,543 151,591 47,467 1,223,739 190,982

Page 111: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

99

Periode UUS BNI

DPK BiayaTenaker BiayaOpr Pembiayaan PendOpr

juni 2006 943,327 52,988 19,474 980,839 77,411

september 2006 982,510 72,875 30,504 1,067,821 116,337

desember 2006 1,124,363 99,826 47,136 1,132,559 159,230

maret 2007 1,243,140 25,587 11,746 1,204,106 47,144

juni 2007 1,372,784 51,026 24,317 1,416,325 94,791

september 2007 1,493,763 80,844 42,642 1,599,950 144,377

bNiuus-des07 1,799,247 113,747 56,943 1,800,996 202,936

maret 2008 2,015,270 33,578 14,296 2,046,680 65,412

juni 2008 2,622,925 74,721 27,870 2,688,422 151,377

september 2008 2,562,614 127,561 47,932 3,104,437 256,168

desember 2008 4,211,984 200,371 62,030 3,132,553 376,892

maret 2009 3,029,252 47,836 18,086 3,214,640 128,530

Periode BJB Syariah

DPK BiayaTenaker BiayaOpr Pembiayaan PendOpr

juni 2010 829,498 17,103 17,103 1,031,933 22,448

september 2010 1,063,613 21,077 39,536 1,419,780 77,053

desember 2010 1,321,758 34,987 66,193 1,618,185 129,006

maret 2011 1,149,232 18,075 30,194 1,609,946 58,464

juni 2011 1,394,144 32,703 57,838 1,563,659 116,102

september 2011 1,702,659 44,022 85,132 1,642,899 182,607

desember 2011 2,218,533 64,417 120,453 1,769,445 265,039

maret 2012 1,980,995 21,313 36,681 1,804,135 78,923

juni 2012 2,253,249 42,843 75,542 2,065,539 163,328

september 2012 2,365,563 60,033 110,283 2,450,093 251,192

desember 2012 3,362,073 78,073 147,563 2,960,606 370,923

maret 2013 3,580,309 23,585 43,517 3,072,345 124,125

Page 112: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

100

Periode BRI Syariah

DPK BiayaTenaker BiayaOpr Pembiayaan PendOpr

desember 2008 42,217 116,101 68,022 1,077,116 217,897

maret 2009 595,622 22,438 15,010 986,893 62,201

juni 2009 721,645 55,119 35,419 1,322,411 132,520

september 2009 1,529,565 109,899 62,072 1,838,200 241,628

desember 2009 2,151,086 179,054 90,176 2,635,647 284,942

maret 2010 3,015,398 70,001 35,691 3,293,083 128,730

juni 2010 3,674,356 165,407 78,678 4,273,156 307,061

september 2010 4,861,164 286,213 136,042 4,996,432 498,096

desember 2010 5,762,952 455,838 189,999 5,555,929 734,301

maret 2011 5,960,427 136,383 61,620 5,774,681 236,340

juni 2011 6,577,958 289,164 143,301 6,109,186 490,779

september 2011 8,370,114 461,616 238,325 7,963,197 777,453

Periode BNI Syariah

DPK BiayaTenaker BiayaOpr Pembiayaan PendOpr

juni 2010 4,253,227 7,188 4,429 3,134,532 42,294

september 2010 4,902,567 72,847 38,107 3,252,704 223,241

desember 2010 5,131,610 169,559 77,280 3,558,484 447,913

maret 2011 5,041,153 64,478 29,046 3,858,179 225,773

juni 2011 5,319,279 163,568 81,229 4,493,001 436,744

september 2011 5,965,281 278,318 132,654 5,138,244 713,868

desember 2011 6,756,261 393,655 183,764 5,310,291 1,009,550

maret 2012 6,921,122 116,141 60,586 5,452,525 257,455

juni 2012 7,247,944 256,879 132,449 5,866,783 565,328

september 2012 8,165,205 400,633 190,724 6,590,292 849,420

desember 2012 8,980,035 673,953 317,073 7,631,994 1,259,539

maret 2013 10,683,235 184,528 95,371 8,477,888 377,954

Page 113: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

101

Hasil Efisiensi Keseluruhan

Triwulan Nama Bank

UUS BJB UUS BRI UUS BNI BJB Sy BRI Sy BNI Sy

1 100 69.05 62.73 79.1 100 100

2 100 100 66.46 71.9 100 91.54

3 93.76 87.87 67.47 75.11 99.92 95.8

4 90.64 81.84 65.9 76.87 89.82 100

5 90.21 78.34 68.88 74.48 66.92 94.99

6 97.23 95.38 69.69 81.82 67.4 97.44

7 94.98 57.12 71.44 84.88 70.74 100

8 88.12 65.02 72.64 72.82 69 71.8

9 90.85 59.77 78.52 77.47 67.69 80.04

10 90.2 68.44 82.81 85.8 62.47 81.13

11 88.87 58.62 91.58 94.12 64.14 76.78

12 100 82.01 92.2 88.35 65.84 67.85

Rata-rata 93.74 75.29 74.2 80.23 76.99 88.11

Nilai Achive Bank sebelum Spin Off

Triwulan DPK

BJB UUS BRI UUS BNI UUS rata-rata

1 100 69 62.7 77.23

2 100 100 66.5 88.83

3 93.8 87.9 67.5 83.07

4 90.6 81.8 65.9 79.43

5 90.2 78.3 68.9 79.13

6 97.2 95.4 69.7 87.43

7 95 57.1 71.4 74.5

8 88.1 65 72.6 75.23

9 90.8 59.8 78.5 76.37

10 90.2 68.4 82.8 80.47

11 88.9 58.6 91.6 79.7

12 100 82 92.2 91.4

rata-rata 93.73 75.27 74.19 81.06

Page 114: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

102

Triwulan Biaya Operasional

BJB UUS BRI UUS BNI UUS rata-rata

1 100 62.9 58.7 73.87

2 100 100 66.5 88.83

3 93.8 80.1 67.5 80.47

4 90.6 67.9 65.9 74.8

5 86 66.5 68.9 73.8

6 94 81.7 69.7 81.8

7 92.7 57.1 71.4 73.73

8 88.1 65 72.6 75.23

9 70.7 59.8 71.4 67.3

10 89.2 51.7 79.2 73.37

11 88.9 56.8 71.2 72.3

12 100 63.2 78 80.4

rata-rata 91.17 67.72 70.08 76.32

Triwulan Biaya Tenaga Kerja

BJB UUS BRI UUS BNI UUS rata-rata

1 100 69 62.7 77.23

2 100 100 66.5 88.83

3 89.1 87.9 61 79.33

4 90.6 81.8 58.6 77

5 90.2 78.3 68.9 79.13

6 97.2 95.4 69.7 87.43

7 95 57.1 69.2 73.77

8 88.1 63.7 69.6 73.8

9 90.8 52.7 78.5 74

10 90.2 68.4 82.8 80.47

11 78.1 58.6 91.6 76.1

12 100 82 92.2 91.4

rata-rata 92.44 74.57 72.61 79.87

Page 115: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

103

Triwulan Pembiayaan

BJB UUS BRI UUS BNI UUS rata-rata

1 100 69 37.8 68.93

2 100 100 52.9 84.3

3 48 87.9 60.8 65.57

4 90.6 81.8 65.9 79.43

5 75.5 78.3 68.9 74.23

6 71.6 95.4 69.7 78.9

7 49.2 57.1 71.4 59.23

8 84.5 54.8 72.6 70.63

9 90.8 48 67.1 68.63

10 72.9 65.3 44.8 61

11 61.2 52.2 34.3 49.23

12 100 70 13.3 61.1

rat-rata 78.69 71.65 54.96 68.43

Triwulan Pendapatan Operasional

BJB UUS BRI UUS BNI UUS rata-rata

1 100 69 62.7 77.23

2 100 100 66.5 88.83

3 93.8 60.5 67.5 73.93

4 90.6 74.6 65.9 77.03

5 90.2 78.3 68.9 79.13

6 97.2 92.9 69.7 86.6

7 95 57.1 71.4 74.5

8 88.1 65 70.1 74.4

9 90.8 59.8 78.5 76.37

10 90.2 68.4 82.8 80.47

11 88.9 58.6 91.6 79.7

12 100 82 92.2 91.4

rat-rata 93.73 72.18 73.98 79.97

Page 116: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

104

Nilai Achive Bank Setelah Spin Off

Triwulan DPK

BJB Sy BRI Sy BNI Sy rata-rata

1 79.1 100 100 93.03

2 71.9 100 91.5 87.8

3 75.1 99.9 95.8 90.27

4 76.9 89.8 100 88.9

5 74.5 66.9 95 78.8

6 81.8 67.4 97.4 82.2

7 84.9 70.7 100 85.2

8 72.8 69 71.8 71.2

9 77.5 67.7 80 75.07

10 85.8 62.5 81.1 76.47

11 94.1 64.1 76.8 78.33

12 88.3 65.8 67.9 74

rata-rata 80.22 76.98 88.11 81.77

Triwulan

Biaya Operasional

BJB Sy BRI Sy BNI Sy rata-rata

1 79.1 100 100 93.03

2 71.9 100 91.5 87.8

3 75.1 99.9 95.8 90.27

4 76.9 89.8 100 88.9

5 74.5 66.9 95 78.8

6 81.8 67.4 97.4 82.2

7 84.9 70.7 100 85.2

8 72.8 69 71.8 71.2

9 77.5 67.7 80 75.07

10 85.8 62.5 81.1 76.47

11 94.1 64.1 76.8 78.33

12 88.3 65.8 67.9 74

rata-rata 80.22 76.98 88.11 81.77

Page 117: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

105

Triwulan

Biaya Tenaga Kerja

BJB Sy BRI Sy BNI Sy rata-rata

1 31.9 100 100 77.3

2 71.9 100 86.9 86.27

3 75.1 72.2 95.8 81.03

4 51.3 72.1 100 74.467

5 74.5 59.3 95 76.27

6 81.8 53.4 97.4 77.53

7 78.4 70.7 100 83.03

8 52.4 69 58.6 60

9 77.5 67.7 80 75.07

10 85.8 56.2 81.1 74.37

11 94.1 64.1 72 76.73

12 70.9 65.8 55.4 64.03

rata-rata 70.47 70.87 85.18 75.51

Triwulan Pembiayaan

BJB Sy BRI Sy BNI Sy rata-rata

1 79.1 100 100 93.03

2 71.9 100 79 83.63

3 75.1 99.9 75.6 83.53

4 76.9 89.8 100 88.9

5 74.5 66.9 94.6 78.67

6 81.8 67.4 97.4 82.2

7 83.6 70.7 100 84.77

8 72.8 69 71.8 71.2

9 77.5 45.8 80 67.77

10 85.8 62.5 81.1 76.47

11 80.1 64.1 67.2 70.47

12 88.3 65.8 67.9 74

rat-rata 78.95 75.16 84.55 79.56

Page 118: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

106

Triwulan Pendapatan Operasional

BJB Sy BRI Sy BNI Sy rata-rata

1 48.4 100 100 100

2 71.9 100 91.5 87.8

3 75.1 99.9 95.8 90.27

4 73.1 89.8 100 87.63

5 74.5 66.9 95 78.8

6 81.8 67.4 97.4 82.2

7 84.9 70.7 100 85.2

8 72.8 69 71.8 71.2

9 77.5 67.7 80 75.07

10 85.8 62.5 81.1 76.47

11 94.1 64.1 76.8 78.33

12 88.3 65.8 67.9 74

rat-rata 77.35 76.98 88.11 82.25

Tabel Nilai To Gain Pada Bank Setelah Spin Off Orientasi input

Triwulan DPK Biaya Operasional

Biaya Tenaga Kerja

rata-rata input

Pembiayaan Pendapatan Operasional

rata-rata output

1 6.97 6.97 22.7 12.21 0 12.94 6.47

2 12.2 12.2 13.74 12.71 4.57 0 2.28

3 9.74 9.74 18.97 12.81 4.57 0 2.28

4 11.1 11.1 25.54 15.91 0 1.64 0.82

5 21.2 21.2 23.74 22.05 0.14 0 0.07

6 17.8 17.8 22.47 19.36 0 0 0

7 14.8 14.8 16.97 15.52 0.5 0 0.25

8 28.8 28.8 40 32.53 0 0 0

9 24,94 24,95 24.94 24.94 10.8 0 5.4

10 23.54 23.54 25.64 24.24 0 0 0

11 21.67 21.67 23.27 22.2 9.14 0 4.57

12 26 26 35.97 29.32 0 0 0

Rata-rata 17.62 17.62 24.49 20.32 2.47 1.21 1.84

Page 119: ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH SEBELUM …

107

Nilai To Gain Pada Bank Setelah Spin Off Orientasi output

Triwulan DPK Biaya

Operasional

Biaya Tenaga Kerja

rata-rata input

Pembiayaan Pendapatan Operasional

rata-rata output

1 0 0 19.9 6.63 6.97 0 3.48

2 0 0 1.7 0.57 16.37 12.2 14.28

3 0 0 9.23 3.08 16.47 9.73 13.1

4 0 0 17.7 5.9 11.1 12.37 11.73

5 0 0 3.77 1.26 21.33 21.2 21.26

6 0 0 6.9 2.3 17.8 17.8 17.8

7 0 0 2.57 0.86 15.23 14.8 15.01

8 0 0 15.5 5.17 28.8 28.8 28.8

9 0 0 0 0 32.23 24.93 28.58

10 0 0 3.33 1.11 23.53 23.53 23.53

11 0 0 2.1 0.7 29.53 21.67 25.6

12 0 0 12.7 4.23 26 26 26

Rata-rata 0 0 7.95 2.65 20.45 17.75 19.1