efisiensi pola distribusi mangga lokal di pasar induk...

154
EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK KRAMAT JATI Skripsi Muchamad Noval Abdillah 11140920000067 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1441 H

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK

KRAMAT JATI

Skripsi

Muchamad Noval Abdillah

11140920000067

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1441 H

Page 2: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK

KRAMAT JATI

Muchamad Noval Abdillah

11140920000067

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1441

Page 3: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK

KRAMAT JATI

Disusun Oleh:

Muchamad Noval Abdillah

11140920000067

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pertanian pada

program studi agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1441 H

Page 4: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi
Page 5: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi
Page 6: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi :

Nama : Muchamad Noval Abdillah

Tempat / Tgl Lahir : Malang, 30 Maret 1996

Jenis Kelamin : Pria

Alamat Sekarang : JL. HM. Sabar Rt 003/01 Rambutan, Ciracas,

Jakarta Timur, Indonesia

HP : 081249495545

Alamat Email : [email protected]

II. Riwayat Pendidikan :

- Tamatan SD Negeri 01 Rambutan Tahun 2008 BerIjazah

- Tamatan MTs’ Plus Bahrul Ulum Jombang Tahun 2011 BerIjazah

- Tamatan MAN Tambak beras Jombang Tahun 2014 BerIjazah

- S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Agribisnis sekarang

III. Pengalaman Organisasi :

1. Pengurus Pondok Pesantren Al-Muhajirin III bis. Pendidikan 2012

2. Anggota akomodasi HUMAPON 2013

3. Ketua Umum Himpunan Santri Karisidenan Malang Raya- Banyuwangi

“FAJAR TIMUR” 2013

4. Anggota Dept. Pendidikan dan Penelitian Dewan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Sains dan Teknologi 2015

5. Kepala Bidang Pengembangan dan Sumber Daya Manusia HMJ Agribisnis

2016

6. Wakil Ketua pelaksana Diskusi Nasional Mahasiswa Pertanian dan Reuni

Akbar Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia 2016

7. Ketua Pelaksana Aplikasi Study HMJ Agribisnis 2016

8. Wakil Ketua Umum Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia 2016-

2018

Page 7: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

9. Kepala Dept. Konservasi Lingkungan Dewan Eksekutif Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

10. Anggota Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi

Pertanian Indonesia 2015-2017

11. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam 2016-2019

12. Dan kepanitiaan-kepanitiaan dalam kampus lainnya.

Page 8: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

RINGKASAN

Muchamad Noval Abdillah, Efisiensi Pola Distribusi Mangga Lokal di Pasar

Induk Krmat Jati: Dengan bimbingan Akhmad Riyadi Wastra dan Puspi Eko

Wiranthi.

Mangga adalah salah satu buah dengan produksi terbesar di Indonesia. Keterkaitan

antara produsen dan konsumen tidak terlepas dari kegiatan distribusi. Peran

distribusi barang dalam arti kata cukup, tepat waktu dan terjangkau. Variasi harga

yang berbanding jauh, dari harga beli di petani sampai harga jual di pasar besar.

Harga bersih dari produk akan semakin menurun dengan semakin jauhnya jarak

antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi pengolahan,

pengemasan, dan pengangkutan pembagian wilayah produksi ini tidak terlalu kaku

dan bersifat dinamis. Usaha yang mengarah kepada peningkatan efisiensi sehingga

sistem distribusi yang ada mampu melakukan pembagian yang adil atas marjin

kepada semua pelaku ekonomi. Pasar induk Kramat Jati merupakan pasar grosir

dengan pasokan mangga terbanyak dibanding pesaingnya.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pola distribusi buah mangga dari

produsen ke Pasar Induk Kramat Jati (2) Menganalisis efisiensi saluran pada pola

distribusi buah mangga di Pasar Induk Kramat Jati. Pola distribusi, lembaga

pemasaran yang terkait diuraikan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif

kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi saluran pada pola distribusi dengan

pendekatan analisis margin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan

terhadap biaya.

Hasil penelitian ini diperoleh Sistem distribusi mangga lokal di Pasar Induk Kramat

Jati terdiri dari dari 7 buah saluran distribusi yaitu: saluran distribusi 1 : Petani -

Pengumpul - Pemasok - Pasar Induk; saluran distribusi 2 : Petani – Petani pasca

panen – Pasar Induk; saluran distribusi 3 : Petani – Tengkulak – Pasar Induk;

saluran distribusi 4 : Petani – Petani Pasca Panen – Tengkulak – Pasar Induk;

saluran distribusi 5 : Petani – Pengumpul – Pasar Induk; saluran distribusi 6 : Petani

– Pengumpul – Tengkulak – Pasar Induk; saluran distribusi 7 : Petani- Pasar Induk.

Pasar Induk menjadikan intensitas distribusi tergolong ke dalam distribusi eksklusif

tetapi dalam penerapannya intensitas distribusi yang terjadi menjadi distribusi

selektif. Distribusi hasil produksi mangga memiliki tiga alternatif saluran distribusi.

Petani bisa menjual kepada tengkulak, pedagang pengumpul, supplier atau

langsung kepada pedagang besar. Pola distribusi yang terbentuk adalah point to

point dan hub and spoke.

Berdasarkan perhitungan efisiensi saluran distribusi mangga lokal di Pasar induk

Kramat Jati, saluran distribusi yang memiliki nilai margin terendah adalah saluran

7 untuk seluruh jenis mangga harum manis, Mandagi, apel, golek dan gedong.

Berdasarkan Farmer’s Share, saluran distribusi 7 merupakan saluran tataniaga yang

paling menguntungkan petani dengan nilai 90%. Rasio keuntungan terhadap biaya

distribusi, hampir seluruh jenis mangga pada setiap saluran memiliki nilai > 1

artinya hampir seluruh saluran distribusi mangga lokal efisien. Rasio keuntungan

terhadap biaya paling besar terdapat pada saluran 7 pada setiap jenis mangga

kecuali mangga manalagi. Berdasarkan hasil analisa diatas, maka saluran yang

Page 9: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

paling efisien adalah saluran distribusi 7 yang melibatkan petani dan pedagang

besar Pasar Induk Kramat Jati.

Kata Kunci: Pola, Saluran, Distribusi, Mangga, Pasar Induk Kramat Jati

Page 10: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efisiensi

Pola Dsitribusi Mangga Lokal di Pasar Induk Kramat Jati”. Penulisan skripsi

ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program

Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyelesaian skripsi ini penulis memperoleh bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi.

2. Ibunda Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku ketua Program Studi Agribisnis dan

pembimbing akademik yang telah membimbing penulis untuk menimba ilmu

pengetahuan.

3. Ibunda Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM Sekretaris Program Studi Agribisnis

yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini.

4. Kedua dosen pembimbing, Ayahanda Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra,

S.IP.,M.M dan ibunda Puspi Eko Wiranthi, S.E., M.Si., M.Sc yang telah

mencurahkan tenaga, waktu, energi, pikirannya, serta memberikan ilmunya

secara tulus dan penuh kesabaran demi terselesainya skripsi ini.

5. Ayahanda Dr. Iwan Aminuddin M.Si dan Ayunda Dewi Rohma Wati, SP,.

M.Si yang selalu menjadi teman curhat dan penyuntik motivasi untuk penulis

sehingga skripsi ini dapat selesai.

6. Para dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu kepada

penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

Page 11: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

v

7. Ibunda (Almh) Hj. Yayuk. Maisaroh yang selalu memberi semangat kepada

penulis untuk bisa melanjutkan studi, yang selalu mengingatkan tentang petuah

hidup dan memberi kebanggaan kepada penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Dan Ayahanda H. Nurul Falah yang memberi semangat dan masukan

sehingga skripsi ini dapat selesai.

8. Ayunda Khirzah Nurmala S.Psi, Ayunda Khoiriyyah SP., Ayunda Widya

Aprilia Torvillah S.Pd adinda Dita Milih Anggraini, dan adinda Putri Atika

Juliyanti tim terhebat yang penulis miliki, partner pendukung terbaik, terima

kasih atas doa dan bantuan yang sudah membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini.

9. M. Ario Nugroho, Ahmad Jazilil Mustopa, Nur Ikhsan Ramdhani Yusuf, Egi

Gilang, Mohammad Fajar, Mualim Muslim, Wulan Cahyaningsih, M. Nur

Aziz, Rizkita Agung Aditya, Hilman Kurniawan serta Oktaria Dwita Permata

terimakasih atas dukungan dan doa kalian, telah menjadi partner dalam proses

penulis. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Nya dan semoga kita semua

sukses di masa depan. Aamiin

10. Tomy Lutvan AMT, S.Hum, Taufiq Atho’urahman, S.Hum, M. Nabil Rosyad,

Aris Sunandar, Chairul Anam, Izzul Islam, dan Gufron. teman bertahan hidup,

teman seperjuangan penulis dan semua perjuangan selama dikampus, dan yang

selalu siap sedia membantu dan menampung penulis dalam proses

menyelesaikan skripsi, terima kasih dan semangat untuk hidup yang lebih baik.

11. Para pejuang skripsi, keluarga besar AGRIBISNIS 2014 yang telah membantu

penulis selama perkuliahan. Terima kasih untuk semua cerita yang telah dibagi

dan sejarah-sejarah yang sudah dibentuk bersama.

12. Senior-senior Agribisnis angkatan 2009-2013 dan junior-junior dari angkatan

2015-2017 atas doa dan dukungannya.

13. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan tanpa mengurangi

rasa hormat. Terima kasih banyak.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang dapat membangun serta informasi yang berguna

Page 12: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

vi

sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 18 Mei 2020

Muchamad Noval Abdillah

NIM. 11140920000067

Page 13: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9

2.1. Manajemen Saluran Distribusi .................................................... 9

2.2. Pemasaran dan Pola Distribusi Hasil Pertanian ........................ 13

2.3. Intensitas Distribusi atau Banyaknya Perantara ........................ 17

2.4. Efisiensi Distribusi .................................................................... 18

2.5. Margin Tataniaga/Pemasaran .................................................... 23

2.6. Penelitian Terdahulu ................................................................. 26

2.7. Kerangka Penelitian .................................................................. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33

3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 33

3. 2. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 33

3. 3. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 34

3. 4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 35

3.4.1. Analisis Pola Distribusi .................................................... 35

3.4.2. Analisis Efisiensi Saluran Distribusi ................................ 36

3.4.3. Definisi Operasional ....................................................... 36

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN ........................................... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 55

Page 14: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

viii

5.1 Analisis Pola Distribusi Mangga Lokal dari Produsen ke Pasar

Induk Kramat Induk Jati................................................................... 55

5.2 Efisiensi Saluran Pola Distribusi Buah Mangga Lokal di Pasar

Induk Kramat Jati. .............................................................................. 72

5.2.1 Analisis Margin Tataniaga .............................................. 72

5.2.2 Analisis Farmer’s Share ................................................. 92

5.2.3 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya ................... 94

5.2.4 Efisiensi Tataniaga .......................................................... 95

BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 97

6.1 Kesimpulan ............................................................................... 97

6.2 Saran .......................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99

LAMPIRAN .................................................................................................. 102

Page 15: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data 5 Buah-Buahan Terbesar Indonesia Tahun 2017 dan 2018.............. 2

Tabel 2. Volume Pasokan Buah Mangga Bulan Agustus 2018 .............................. 3

Tabel 3. Harga Mangga Lokal di Tingkat Petani Dan Pasar Induk Kramat Jati ..... 4

Tabel 4. Rataan Biaya distribusi Pasar Induk Kramat Jati pada Agustus 2018 ...... 6

Tabel 5. Fungsi dan Manfaat Distribusi ................................................................ 10

Tabel 6. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 26

Tabel 7. Definisi Operasional ............................................................................... 37

Tabel 8. Bangunan Tempat Usaha di Pasar Induk Kramat Jati Tahun 2013 ........ 40

Tabel 9. Margin Tataniaga Mangga Lokal ............................................................ 74

Tabel 10. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 1 ................................................ 74

Tabel 11. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 2 ................................................ 77

Tabel 12. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 3 ................................................ 79

Tabel 13. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 4 ................................................ 82

Tabel 14. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 5 ................................................ 85

Tabel 15. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 6 ................................................ 87

Tabel 16. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 1 ................................................ 90

Tabel 17. Farmer’s Share Mangga Lokal ............................................................. 92

Tabel 18. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Tataniaga Mangga Lokal…………94

Page 16: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Volume Produksi Buah Mangga ........................................................... 2

Gambar 2. Saluran Pemasaran Secara Umum....................................................... 14

Gambar 3. Model Distribusi .................................................................................. 15

Gambar 4. Interaksi dinamis antara pesanan penjualan dan efesiensi distribusi .. 21

Gambar 5. Kerangka Penelitian ............................................................................ 32

Gambar 6. Pola Distribusi Mangga Lokal ........................................................... 35

Gambar 7. Peta distribusi manggal lokal .............................................................. 44

Gambar 8. Saluran UD. Pur Bersaudara ............................................................... 44

Gambar 9. Saluran UD. Wilujeung ....................................................................... 45

Gambar 10. Saluran UD. Nurmala ........................................................................ 45

Gambar 11. Hasil Pemetikan Mangga .................................................................. 50

Gambar 12. Proses Penimbangan Mangga ........................................................... 51

Gambar 13. Adaptasi Suhu Mangga ..................................................................... 51

Gambar 14. Sortasi Mangga .................................................................................. 52

Gambar 15. Pengemasan Mangga dengan Peti Kayu ........................................... 52

Gambar 16. Pengemasan Mangga dengan Kardus Karton.................................... 53

Gambar 17. Peta Distribusi Mangga Lokal ........................................................... 59

Gambar 18. Saluran Distribusi Mangga Lokal ..................................................... 62

Gambar 19. Saluran Distribusi I ........................................................................... 62

Gambar 20. Saluran Distribusi II .......................................................................... 63

Gambar 21. Saluran Distribusi III ......................................................................... 64

Gambar 22. Saluran Distribusi IV ......................................................................... 64

Gambar 23. Saluran Distribusi V .......................................................................... 65

Gambar 24. Saluran Distribusi VI ......................................................................... 65

Gambar 25. Saluran Distribusi VII ....................................................................... 66

Page 17: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian I ..................................................................... 103

Lampiran 2. Kuisioner Penelitian 2 .................................................................... 106

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian 3 .................................................................... 109

Lampiran 4. Biaya Tataniaga Mangga Lokal ..................................................... 112

Lampiran 5. Margin Tataniaga Mangga Lokal ................................................... 120

Lampiran 6. R/C Ratio Mangga Lokal ................................................................ 129

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 137

Page 18: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mangga adalah komoditas buah yang cukup potensial dan mempunyai

pangsa pasar ekspor yang cukup menjanjikan. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik pada 2018 produksi mangga lokal pada rentang tahun 2016 sampai

2018 selalu meningkat. Pada tahun 2016 produksi mangga mencapai 1.814.550

ton, pada tahun 2017 produksi mangga mencapai angka 2.203.793 ton dan pada

tahun 2018 mencapai angka 2.624.791 ton meningkat sebesar 19,10% dari

tahun 2017 (BPS, 2018). Mangga merupakan satu genus tumbuhan yang terdiri

dari pada 35 spesies pokok buah tropika dalam Famili Anacardiaceae. Mangga

merupakan tanaman tahunan dan salah satu komoditas buah-buahan yang ada

di Indonesia. Mangga merupakan komoditas yang banyak mengandung sumber

vitamin dan mineral. Selain itu, mangga juga memiliki nilai ekonomi yang

cukup tinggi (Erwanto, 2010).

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Holtikultura, Kementerian

Pertanian, menyebutkan bahwa komoditi mangga menempati peringkat unggul

dalam ekspor Indonesia Tahun 2016 sebesar 433 ton dengan nilai US$ 568.964,

Tahun 2017 meningkat tajam mencapai 719.393 ton dengan nilai US$ 944.406

dan 841.893 ton dengan nilai US$ 1.049.817 pada 2018 (Lakin, 2018).

Berdasarkan Data BPS (2018) menunjukkan bahwa dari produksi 5 buah-

buahan nasional, mangga menempati urutan kedua dalam pertumbuhan

(19,10%) setelah durian (lihat tabel 1).

Page 19: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

2

Tabel 2. Data 5 Buah-Buahan Terbesar Indonesia Tahun 2017 dan 2018

No. Jenis

Tanaman

Produksi (ton) Pertumbuhan

2017 2018 (Ton) (%)

1. Pisang 7 162 685 7 264 383 -101 698 1,42

2. Mangga 2 203 793 2 624 791 420 998 19,10

3. Jeruk siam 2 165 192 2 408 043 242 851 11,22

4. Nanas 1 795 986 1 805 506 9 520 0,53

5. Durian 795 211 1 142 102 346 891 43,62

Sumber : BPS, 2018

Tiga provinsi penghasil mangga terbesar di Pulau Jawa adalah Provinsi

Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, dengan kawasan sentra produksinya

adalah Kabupaten Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka, Pemalang,

Pekalongan, Jepara, Pasuruan, Madiun, Situbondo, dan Probolinggo.

Kontribusi produksi mangga di Jawa Timur adalah 36,14 persen setara dengan

655.692 ton dari total produksi nasional. Provinsi Jawa Tengah merupakan

provinsi dengan kontribusi terbesar kedua sebesar 18,44 persen atau 334.596

ton, diikuti provinsi Jawa Barat dengan kontribusi sebesar 14,33 persen atau

260.107 ton.

Gambar 1. Volume Produksi Buah Mangga

Sumber : BPS (2017)

Jawa timur ;

36.14%

Jawa Tengah ;

18.44%

Jawa Barat;

14.33%

Nusa Tenggara

Barat; 6.01%

Nusa Tenggara

Timur ; 4.90%

Sulawesi

Selatan; 4.74% Lainnya; 4.74%

Page 20: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

3

Pusat Perdagangan mangga di Indonesia tidak berpusat kepada satu atau

dua lokasi. Data observasi awal yang didapatkan melalui data yang terdapat di

Pengelola Pasar Induk Kramat Jati diketahui bahwa pasokan mangga untuk

dalam negeri berpusat ke Jakarta, Tangerang dan Bandung. Pasokan terbesar

berpusat di Pasar Induk Kramat Jati sebesar 80-130 ton per hari sedangkan di

Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang mencapai 70-80 ton per hari. Pasar grosir

lain seperti Cibitung dan Cikopo mendapat pasokan buah mangga dari pasar-

pasar induk yang berada di Jakarta, Tangerang dan Bandung.

Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 182 tahun 2005 menyatakan bahwa

semua jenis komoditi yang masuk ke Jakarta dan sekitarnya harus melalui

Pasar Induk Kramat Jati. Letak Pasar induk yang berada di DKI Jakarta juga

mempermudahkan pengawasan pemerintah terhadap pasokan dan harga

mangga. Hal ini dapat diasumsikan bahwa Pasar Induk Kramat Jati merupakan

barometer pasokan serta harga buah nasional. Pasar Induk Kramat Jati sebagai

pusat grosir sayur dan buah-buahan menerima pasokan buah dan sayur

khususnya mangga seperti yang dijelaskan dalam tabel 2.

Tabel 3. Volume Pasokan Buah Mangga Bulan Agustus 2018

No. Penerima

Pasokan

Volume

Penjualan/

hari/ton

Volume

Pasokan/

Hari/Ton

Volume

Penjualan/

hari/peti

Volume

Pasokan/

Hari/peti

1. UD. Pur

Bersaudara

12 ton 20 ton 370 peti 555 peti

2. UD. Wilujeung 19 ton 29 ton 463 peti 780 peti

3. UD. Nurmala 21 ton 24 ton 555 peti 648 peti

4. UD. Margono 18 ton 30 ton 518 peti 833 peti

5. UD. Putra Bali 14 ton 27 ton 370 peti 740 peti

Sumber : Pasar Induk Kramat Jati (diolah), 2018

Berdasarkan data volume pasokan buah mangga bulan Agustus 2018 (tabel

2) diketahui bahwa pasokan buah mangga yang masuk setiap harinya 130 ton.

Besaran volume pasokan tersebut menunjukkan melimpahnya pasokan buah

mangga lokal di Pasar Induk Kramat Jati, sedangkan total penjualan pada

Page 21: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

4

tempat usaha tersebut sebesar 84 ton per hari. Perbedaan volume pasokan dan

penjualan yang terjadi dikarenakan kualitas barang yang tidak sesuai dengan

kebutuhan konsumen.

Hasil observasi awal yang dilakukan penulis, hal ini dikarenakan banyaknya

mata rantai saluran distribusi dari tingkat petani hingga pasar induk Kramat Jati

menyebabkan besarnya perbedaan harga produk yang diterima oleh petani dan

harga konsumen pasar besar. Petani cenderung menjual buah mangga kepada

lembaga selanjutnya dikarenakan tidak memiliki konsumen di Pasar Induk

Kramat Jati. Semakin banyak lembaga yang terlibat, maka semakin besar biaya

yang dikeluarkan. Berikut data mengenai perbedaan harga di tingkat petani dan

di tingkat Pasar Induk Kramat Jati.

Tabel 4. Harga Mangga Lokal di Tingkat Petani Dan Pasar Induk Kramat

Jati

No. Penerima Pasokan Jenis

mangga

Harga

Ditingkat

petani

Di Pasar

Induk

Kramat Jati

1. UD. Pur Bersaudara Harum

Manis

26.000 43.000

Manalagi 15.000 22.000

Cengkir 17.000 24.000

Apel 12.000 18.000

Gedong 25.000 40.000

2. UD. Wilujeung Harum

Manis

24.000 41.000

Manalagi 13.000 20.000

Cengkir 15.000 21.000

Apel 10.000 15.000

Gedong 23.000 38.000

3. UD. Nurmala Harum

Manis

22.500 42.000

Manalagi 12.500 21.500

Cengkir 16.000 23.000

Apel 11.000 15.000

Gedong 20.000 38.000

4. UD. Margono Harum

Manis

23.000 42.000

Manalagi 13.000 22.000

Page 22: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

5

Cengkir 15.500 23.000

Apel 10.000 15.000

Gedong 22.000 38.000

5. UD. Putra Bali Harum

Manis

27.000 43.000

Manalagi 14.000 21.000

Cengkir 16.000 23.000

Apel 12.000 15.000

Gedong 22.000 37.000

Sumber: Pasar Induk Kramat Jati, 2018

Tabel di atas menjelaskan bahwa terdapat selisih harga yang sangat berbeda

di tingkat petani dan pasar besar, selain dari lembaga pemasaran yang terlibat,

pengaruh biaya distribusi, sewa kios dan biaya lain yang mempengaruhi

perbedaan harga yang berkali lipat dari harga di tingkat petani. Biaya sewa kios

dari setiap unit dagang di Pasar Induk Kramat Jati tidak sama, hal ini

dikarenakan kepemilikan kios di Pasar Induk Kramat Jati bukan atas nama

kepemilikan PD. Pasar Jaya tetapi dimiliki oleh per seorangan saat lelang pasca

renovasi besar Pasar pada Tahun 2013. Biaya lain yang meliputi biaya pasca

panen, biaya operasional, biaya dari setiap lembaga pemasaran.

Biaya distribusi yang dikeluarkan oleh setiap unit dagang berbeda-beda. Hal

ini dikarenakan variasi pemasok yang berasal dari daerah yang beragam, serta

saluran beragam dari setiap unit dagang. Berikut data total pengeluaran biaya

distribusi, jika diasumsikan per satu kendaraan (truk colt Diesel) yang

bermuatan 7 sampai dengan 8 ton dengan perincian 185 peti kayu dan 10 karton

dus.

Page 23: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

6

Tabel 5. Rataan Biaya distribusi Pasar Induk Kramat Jati pada Agustus 2018

No. Nama UD Asal Pasokan Jarak

(KM)

Harga (Rp ) Rataan Biaya

Distribusi (7

ton) Peti

(40kg)

Karton

dus

(10kg)

1. UD. Pur Bersaudara Pemalang 295 8. 881 5.500 1.697.985

Gresik 636 20. 484 6.500 3.854.540

Jepara 422 20. 000 6.000 3.760.000

Ponorogo 536 20. 000 6.500 3.765.000

Pekalongan 314 55. 238 6.500 10.284.030

Total biaya 23.361.555

2. UD. Wilujeung Pemalang 295 8. 881 5.500 1.697.985

Brebes 248 61. 349 6.500 11.414.565

Gresik 636 20. 484 6.500 3.854.540

Jepara 422 20. 000 6.000 3.760.000

Sumbawa 1.186 37. 097 6.500 6.927.945

Bima 1.318 41. 936 6.500 7.823.160

Pasuruan 684 20. 000 5.000 3.755.000

Ponorogo 536 20. 000 6.500 3.765.000

Total Biaya 42.998.195

3. UD. Nurmala Magetan 517 13. 622 6.500 2.585.070

Pemalang 295 8. 881 5.500 1.697.985

Purbalingga 303 62. 143 5.000 11.546.455

Brebes 248 61. 349 6.500 11.414.565

Pekalongan 314 55. 238 6.500 10.284.030

Tuban 575 20. 000 5.500 3.755.000

Jepara 422 20. 000 6.000 3.760.000

Ponorogo 536 20. 000 6.500 3.765.000

Gresik 636 20. 484 6.500 3.854.540

Total Biaya 52.662.645

4. UD. Margono Purbalingga 303 62. 143 5.000 11.546.455

Lamongan 610 27. 500 6.500 5.152.500

Gresik 636 20. 484 6.500 3.854.540

Jepara 422 20. 000 6.000 3.760.000

Ponorogo 536 20. 000 6.500 3.765.000

Total Biaya 28.078.495

5. UD. Putra Bali Brebes 248 61. 349 6.500 11.414.565

Jepara 422 20. 000 6.000 3.760.000

Sumbawa 1.186 37. 097 6.500 6.927.945

Bima 1.318 41. 936 6.500 7.823.160

Pasuruan 684 20. 000 5.000 3.755.000

Ngawi 509 14. 362 5.450 2.711.655

Ponorogo 536 20. 000 6.500 3.765.000

Total Biaya 40.157.325

Sumber: Pasar Induk Kramat Jati Diolah (2018)

Berdasarkan data diketahui bahwa UD. Nurmala mengeluarkan biaya

distribusi terbesar karena mendapat pasokan produk berkapasitas besar dengan

Page 24: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

7

biaya distribusi yang besar. Biaya distribusi terbesar berasal dari wilayah

Purbalingga yaitu sebesar 11.496.455/185 peti dan 10 dus dengan wilayah

jangkauan dari Jakarta sejauh 391 KM. Sedangkan biaya distribusi termurah

terdapat dari daerah pasokan Pemalang yaitu sebesar 1.642.985/185 peti dan 10 dus

dengan jarak 295 KM. Hal ini bertolak belakang dengan informasi yang terdapat

dalam literatur, untuk mencapai efisiensi saluran distribusi indikator yang dilihat

adalah ketepatan waktu. Ketepatan waktu akan sesuai apabila jarak dan kecepatan

dari kendaraan penyalur sesuai (Siahaya, 2015). Sebagai asumsi penulis penetapan

harga per Kg/Km yang beragam dikarenakan saluran distribusi dari setiap wilayah

yang berbeda, semakin jauh asal saluran distribusi semakin mahal harga

distribusinya.

Dengan kata lain efisiensi di bidang sistem distribusi masih sangat rendah.

Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha yang mengarah kepada peningkatan efisiensi

sehingga sistem distribusi yang ada mampu melakukan pembagian yang adil atas

marjin kepada semua pelaku ekonomi yang secara integral tidak dapat dipisahkan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas penulis melakukan penelitian dengan judul:

EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK

KRAMAT JATI

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rangkuman rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana pola distribusi buah mangga lokal dari produsen sampai ke

Pasar Induk Kramat Jati?

2. Bagaimana efisiensi saluran distribusi yang diukur dari margin pemasaran

pada pola saluran distribusi buah manga lokal di Pasar Induk Kramat Jati?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

Page 25: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

8

1. Untuk mengetahui pola distribusi buah mangga dari produsen ke Pasar

Induk Kramat Jati.

2. Untuk menganalisis efisiensi saluran pada pola distribusi buah mangga di

Pasar Induk Kramat Jati.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang

berkepentingan seperti:

1. Bagi penulis, meningkatkan pengetahuan mengenai pola distribusi buah

mangga di Pasar Induk Kramat Jati.

2. Bagi lembaga pendidikan, memberikan sumbangsih keilmuan dalam rangka

tercapainya sistem distribusi buah mangga yang baik dan efektif.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan dalam

terwujudnya pola distribusi buah mangga yang efektif.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dalam lingkup pola distribusi buah mangga dilihat

dari pola saluran pasokan. Dalam hasil analisis tersebut dapat diidentifikasi

bagaimana efisiensi saluran distribusi buah mangga yang terjadi yang kemudian

dapat memberikan gambaran secara umum mengenai saluran distribusi buah

mangga di Jabodetabek. Penelitian hanya melakukan efisiensi distribusi untuk

pengiriman dari 8 Unit dagang terbesar yang ada di Pasar Induk Kramat Jati, baik

yang dikirimkan melalui jalur darat maupun jalur laut. Pola distribusi yang diteliti

dibatasi pada pelaku yang memasarkan komoditas mangga lokal dalam bentuk

mentah (tidak diolah). Supply point yang dibatasi adalah area kirim yang

memperoleh produk dari Pasar Induk Kramat Jati.

Page 26: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Saluran Distribusi

Konsep tentang saluran pemasaran di sini berorientasi pada keputusan,

artinya fungsi saluran tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya beberapa

strategi. Strategi itu sendiri merupakan suatu rencana umum atau menyeluruh,

sebagai petunjuk untuk mengambil keputusan dalam kegiatan saluran. Dalam

hal ini, strategi mempunyai hubungan yang erat dengan manajemen saluran baik

secara fisik maupun non fisik (Dharmaesta, 2014).

Kegiatan distribusi produk memberikan empat manfaat kepada

konsumen, yaitu:

1. Manfaat Waktu yaitu produk hasil pertanian belum siap konsumsi langsung,

sehingga memerlukan waktu untuk mencapai kematangan atau kesiapan

konsumsi yang maksimal. Proses pasca panen baik dari sortasi sampai

penambahan senyawa kimia untuk membantu kematangan maksimal.

Proses pasca panen ini terdapat manfaat waktu.

2. Manfaat Tempat yaitu produk berasal dari daerah produksi yang jauhnya

puluhan atau ratusan km dari tempat konsumen. Produk sampai ke tangan

konsumen karena adanya kegiatan distribusi yang memberikan manfaat

waktu.

3. Manfaat Bentuk yaitu produk yang merupakan olahan atau sentuhan pasca

panen memberikan manfaat bentuk. Perlakuan pasca panen ini dilakukan

untuk lebih mudah diolah atau dikonsumsi kembali. Proses ini terdapat

manfaat bentuk.

4. Manfaat Kepemilikan yaitu konsumen membeli produk dari pengecer

seperti warung dan swalayan, produk yang dibeli oleh konsumen telah

menjadikan konsumen memiliki produk tersebut.

Proses transaksi terjadinya perpindahan kepemilikan produk adalah salah

satu kegiatan distribusi yang memberikan manfaat perpindahan

Page 27: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

10

kepemilikan produk. Proses distribusi yang dilakukan oleh lembaga

memiliki beberapa fungsi. Ke empat manfaat distribusi tersebut diciptakan

oleh sembilan fungsi distribusi (Tabel 4).

Tabel 6. Fungsi dan Manfaat Distribusi

Fungsi Manfaat

1. Fungsi Pertukaran

a. Pembelian

b. Penjualan

a. Manfaat Kepemilikan

b. Manfaat Kepemilikan

2. Fungsi Fisik

a. Penyimpanan

b. Transportasi

c. Pengolahan

a. Manfaat Waktu

b. Manfaat Tempat

c. Manfaat Bentuk (Penciptaan nilai)

3. Fungsi Fasilitasi

a. Grading dan Standarisasi

b. Pembiayaan

c. Penerima Resiko

d. Informasi Pasar

a. Manfaat Bentuk (Penciptaan nilai)

b. Manfaat waktu/tempat/bentuk/pemilikan

c. Manfaat waktu/tempat/pemilikan

d. Manfaat waktu/tempat/bentuk/pemilikan

Sumber : Sumarwan (2015)

Manajemen Saluran merupakan pengadministrasian saluran-saluran

yang ada untuk menjamin kerja sama para anggota saluran dalam mencapai

tujuan distribusi perusahaan. Dari definisi tersebut dapat dilihat adanya tiga

unsur pokok, yaitu : Saluran yang ada dari setiap proses distribusi ,Jaminan

kerja sama anggota saluran, dan Tujuan distribusi. Struktur saluran distribusi

dipengaruhi oleh faktor (a) Response time (b) Product variety (c) Product

availability (d) Costumer experience, dan (e) Time to Market (Siahaya, 2015).

Hal ini berarti struktur saluran yang sudah dirancang semua anggota

saluran telah ditentukan. Keputusan rancangan saluran dianggap terpsah dengan

keputusan manajemen saluran. Dengan kata lain, manajemen saluran ini

berkaitan pelaksanaan saluran yang sudah dirancang sebelumnya. Setiap

anggota saluran tidak secara otomatis melakukan kerja sama meskipun sama-

sama anggota saluran. Oleh karena itu, tindakan administratif dimaksudkan

untuk menjamin adanya kerja sama antar mereka. Upaya pengadministrasian

yang kurang maksimal mengindikasikan manajemen saluran tidak dilakukan.

Tujuan distribusi yang dimaksudkan dalam definisi merupakan pernyataan yang

menjelaskan bahwa distribusi sebagai komponen bauran pemasaran diharapkan

Page 28: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

11

dapat berperan mencapai tujuan pemasaran secara keseluruhan (Dharmesta,

2014). Menurut Kotler (2001) saluran distribusi adalah serangkaian organisasi

yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang

atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran distribusi pada

dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan

konsumen.

Perantara tersebut dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu;

pedagang perantara dan agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek

pemilikan serta proses negosiasi dalam pemindahan produk yang disalurkan

tersebut. Pengertian dari dua golongan perantara tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Pedagang Perantara

Pada dasarnya, pedagang perantara bertanggung jawab terhadap

pemilikan semua barang yang dipasarkannya atau dengan kata lain pedagang

mempunyai hak atas kepemilikan barang. Ada dua kelompok yang termasuk

dalam pedagang perantara, yaitu; pedagang besar dan pengecer. Hal ini tidak

menutup kemungkinan pedagang perantara memproduksi barang juga

memperdagangkan dari produk yang dihasilkan.

2. Agen Perantara

Agen perantara mempunyai hak milik semua barang yang mereka

tangani. Mereka dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:

a) Agen penunjang terdiri dari: Agen pembelian dan penjualan, Agen

Pengangkutan dan Agen Penyimpanan,

b) Agen Pelengkap terdiri dari: Agen yang membantu dalam bidang

financial, agen yang membantu dalam bidang keputusan, agen yang

memberikan informasi, dan agen khusus.

Menurut Kotler (2001) agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat

berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran

harus mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu:

Page 29: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

12

1. Penelitian yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk

perencanaan dan melancarkan pertukaran.

2. Promosi yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang persuasif

mengenai penawaran.

3. Kontak yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan pembeli.

4. Penyelaras yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan

permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian dan

pengemasan.

5. Negosiasi yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir

mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga

pemindahan pemilikan atau penguasaan bias dilaksanakan.

6. Distribusi fisik yaitu penyediaan sarana transformasi dan penyimpanan

barang.

7. Pembiayaan yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk

menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut.

8. Pengambilan risiko yaitu melakukan perkiraan mengenai risiko sehubungan

dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut.

Semua tugas di atas mempunyai tiga persamaan yaitu menggunakan

sumber daya yang langka, dilaksanakan dengan menggunakan keahlian yang

khusus, dan bisa dialihkan di antara penyalur. Apabila perusahaan/produsen

menjalankan seluruh tugas di atas, maka biaya akan membengkak dan akibatnya

harga akan menjadi lebih tinggi. Hal ini yang menyebabkan sebuah saluran

distribusi tidak efisien dalam besaran harga yang dihasilkan.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih

saluran distribusi, faktor tersebut antara lain: (1) Jenis barang yang dipasarkan,

(2) Produsennya. (3) Penyalur yang bersedia ikut mengambil bagian, dan (4)

Pasar sasaran. Distribusi fisik merupakan aspek penting kedua dalam rangka

menjadikan suatu produk tersedia bagi konsumen dalam jumlah, waktu, dan

tempat yang tepat (Kotler, 2001). Dalam hubungan itu, Dewan Manajemen

Distribusi Fisik Nasional Amerika Serikat mendefinisikan distribusi fisik

adalah suatu rangkaian aktivitas yang luas mengenai pemindahan barang jadi

Page 30: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

13

secara efisien dari akhir batas produksi kepada konsumen, termasuk

pemindahan bahan mentah dari pembekal ke awal batas produksi. Manajemen

distribusi fisik hanyalah satu di antara istilah deskriptif yang digunakan untuk

menggambarkan suatu pengendalian atas pemindahan barang seperti

didefinisikan di muka. Hal ini sering pula diistilahkan sebagai manajemen

logistik atau logistik pemasaran. Dengan demikian, konsep yang digunakan

dalam pebahasan ini sama.

2.2. Pemasaran dan Pola Distribusi Hasil Pertanian

Pasar atau Market, adalah sekumpulan pembeli dan penjual yang

melakukan transaksi sebuah produk atau kelompok produk tertentu (pasar

perumahan atau bahan makanan). Pemasaran yaitu suatu proses sosial yang di

dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan

produk yang bernilai dengan pihak lain.

Sistem pemasaran dapat dipahami oleh dua sistem umum yang di

generalisasikan yaitu struktur aliran pertukaran ekonomi modern dan sistem

pemasaran sederhana, Pemasaran pada intinya adalah kegiatan pertukaran

antara sekumpulan penjual dan sekumpulan pembeli. Penjual memberikan

barang dan jasa serta melalui aktivitas komunikasi, sedangkan pembeli

memberikan uang dan informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen.

Kepuasan adalah harapan sama dengan kenyataan. Pada umumnya harapan

pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang diterimanya

apabila dia membeli atau mengonsumsi suatu produk baik barang maupun jasa,

sedangkan kinerja atau hasil yang dirasakan merupakan persepsi pelanggan

yang diterima setelah mengonsumsi produk yang dia beli (Fajar, 2008).

Dalam penelitiannya Fajar (2008) menjelaskan bahwa harga adalah

jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk

memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang

menyertainya. Berdasarkan definisi tersebut harga merupakan jumlah uang

yang diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa, seperti

Page 31: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

14

yang dikemukakan oleh E. Jerome MC. Carthy terjemahan Gunawan H. dalam

Fajar (2008) harga adalah apa yang dibebankan untuk sesuatu. Setiap transaksi

dagang dapat dianggap sebagai suatu pertukaran uang, uang adalah harga untuk

sesuatu.

Menurut Fajar (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi saluran

pemilihan saluran pemasaran meliputi: (1) Ciri-ciri konsumen yang meliputi

pola pembelian, jumlah konsumen atau langganan, penyebaran secara geografis

dan metode penjualan yang berbeda-beda, (2) Ciri-ciri produk yaitu cepat dan

tidak rusak, produk yang tidak terstandarisasi, nilainya tinggi, tidak tahan lama,

memerlukan jasa-jasa instalasi dan pelayanan, (3) Sifat perantara adalah

kekuatan maupun kelemahan perantara dan kemampuan untuk melakukan

fungsi-fungsi promosi, negosiasi, penyimpangan dan lain-lain, (4) Sifat pesaing

yaitu melihat perantara yang dipergunakan oleh pesaing, (5) Sifat produsen

yang diukur berdasarkan beberapa hal yaitu kekutangan finansial, ukuran

produsen, kemampuan dan kejujuran produsen, dan (6) Sifat lingkungan yaitu

kondisi perekonomian dan legalitas (perlindungan-perlindungan hukum).

Gambar 2. Saluran Pemasaran Secara Umum

Sumber: Fajar (2008)

Saluran tingkat satu (One level channel) adalah saluran yang menggunakan

perantara. Dalam pasar konsumsi, perantara ini adalah pengecer sedangkan dalam

pasar industrial perantara tersebut adalah agen penjualan atau pialang. Pada saluran

dua tingkat (Two level channel) mencakup dua perantara. Dalam pasar konsumsi

mereka ini adalah grosir dan pengecer, sedangkan dalam pasar industrial perantara

Produsen

Produsen

Produsen

Grosir

Pengecer Grosir Konsumen

Konsumen

Konsumen 1

2

3

Agen Pengecer Grosir Konsumen Produsen 4

Page 32: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

15

tersebut adalah distributor dan dealer industrial. Pada saluran tiga tingkat (Three

level channel) didapati tiga perantara. Dalam hal ini, selain grosir dan pengecer

ditemui pedagang pemborong atau jobber. Pemborong tersebut membeli barang

dari pedagang grosir dan menjualnya ke pedagang pengecer, yang pada umumnya

tidak dapat dilayani oleh pedagang grosir (Fajar, 2008).

Model sistem distribusi merupakan abstraksi dari sistem yang sebenarnya,

dalam gambaran yang lebih sederhana serta memiliki tingkat persentase yang

bersifat menyeluruh. Seperangkat unsur yang terdiri dari manusia, alat konsep dan

prosedur yang dihimpun untuk maksud dan tujuan bersama. Siahaya (2015)

menggambarkan model distribusi sebagai berikut:

Gambar 3. Model Distribusi

Sumber: Siahaya (2015)

Dari gambar diatas terdapat lima model distribusi yaitu:

A. Point to Point (Drop Shipping)

Point-to-Point

B

(A)

A

Corridor

(C)

B

A

Fixed Routing

B

(B)

A

Flexible Routing

(D)

B

A

Hub-and-Spoke

B

(E)

A

Transshipment mode

Route mode Route

Network mode Alternative

Unserviced mode

Page 33: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

16

Pada model distribusi produk ini, peran distributor dan retailer digantikan

oleh sarana virtual seperti internet, sehingga transaksi dan pengiriman

dilaksanakan secara langsung. Produsen menggunakan cara ini untuk menekan

biaya distribusi dan tidak perlu ada persediaan barang sehingga mengurangi

biaya persediaan.

B. Corridor (pengiriman melalui transit)

Model distribusi ini melibatkan adanya fasilitas transit yang dikelola oleh

distributor atau retailer. Pengelolaan fasilitas ini mempermudah berbagai

macam permintaan konsumen akan kelengkapan fasilitas distribusi. Beberapa

produk jadi memerlukan perakitan atas komponen yang berasal dari beberapa

produsen.

C. Hub and Spoke (Distributor melalui distributor)

Model distribusi produk dimana produsen menunjuk distributor untuk

menyerahkan produk ke konsumen. Distributor melakukan kegiatan komersial

atas dasar hak yang diperoleh dari produsen. Distributor melakukan fungsi

penerimaan, penyimpanan, sampai dengan fungsi distribusi produk sampai ke

konsumen akan menjadi lebih cepat.

D. Distribusi melalui desentralisasi (Fixed Routing)

Model distribusi produk menempatkan distributor secara terpisah di

setiap daerah distribusi secara terpisah disetiap daerah distribusi sesuai

segmentasi pasar dengan tujuan untuk mendekatkan produk ke konsumen untuk

meningkatkan layanan kepada konsumen dan menghindari kehabisan

persediaan.

E. Pengambilan Langsung (Flexible Routing)

Model distribusi dimana konsumen mengambil barang secara langsung

ke produsen atau suatu tempat yang ditentukan. Penyerahan barang

dilaksanakan sistem cross docking yaitu truck to truck tanpa melalui gudang

(Siahaya, 2015).

Menurut Syafi’i (2001) dalam Sutrisno (2009) pelaku atau lembaga

perantara yang ikut terlibat dalam proses distribusi komoditas pertanian dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: (1) tengkulak adalah pembelian hasil pertanian

Page 34: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

17

pada waktu panen dilakukan oleh perseorangan dengan tidak terorganisir, aktif

mendatangi petani produsen untuk membeli hasil pertanian dengan harga

tertentu, (2) pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian

dari petani dan tengkulak, baik secara individual maupun secara langsung, (3)

pedagang besar adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dalam jumlah

besar dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani, dan (4) pedagang

pengecer adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani atau

tengkulak dan pedagang pengumpul kemudian dijual kepada konsumen akhir

(rumah tangga). Pengecer biasanya berupa toko-toko kecil atau pedagang kecil

di pasar.

2.3. Intensitas Distribusi atau Banyaknya Perantara

Intensitas distribusi terdiri dari:

1. Distribusi Intensif (Intensive Distribution), yaitu cara penyaluran dengan

menggunakan sebanyak mungkin poutlet (toko-toko), dan biasanya

dilaksanakan oleh produsen yang menghasilkan barang-barang convenience

seperti: rokok, korek api, teh, kopi, dan lain-lain. Barang ini harus

mempunyai guna tempat (place utility).

2. Distribusi Selektif (Selective Distribution), yaitu cara penyaluran dengan

menggunakan lebih dari satu perantara untuk suatu daerah penjualan dan

lebih selektif. Biasanya berlaku untuk penyaluran barang-barang yang

memerlukan pelayanan khusus (Speciality Goods). Pemilihan terhadap

penyalur dapat dilakukan dengan pertimbangan: (a) Pertimbangan modal

yang dimiliki oleh para penyalur, (b) Letak toko yang strategis, (c) Cukup

atau tidaknya jumlah karyawannya, (d) Pengalaman penyalur dalam

memasarkan barang tersebut, misal alat fhotografi dan lain-lain.

3. Distribusi Eksklusif (Exclusive Distribution), yaitu cara penyaluran

dengan menggunakan satu outlet saja atau dalam jumlah tertentu.

Maksudnya agar perantara tidak saling bersaing.

Dalam bidang pertanian tata niaga merupakan keragaan aktivitas bisnis

yang mengarahkan aliran barang dari petani kepada konsumen. Pemasaran

Page 35: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

18

produk pertanian terdapat unsur pokok kegiatan pemasaran yakni produk, harga

dan distribusi yang dimana satu sama lain saling berkaitan. Sehingga untuk

menciptakan pemasaran yang baik serta memberikan kepuasan terhadap

konsumen, maka unsur tadi perlu dirancang sebaik mungkin terutama dengan

memperhatikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen (Rahayu,

2009).

Dalam distribusi memiliki pelaku dan alur yang berbeda dari setiap pola

distribusinya, menurut Rahayu (2009) terdapat 5 alur distribusi, yaitu:

1. Pengecer (Retailer) adalah usaha bisnis yang menjual barang-barang ke

konsumen rumah tanggauntuk digunakan secara nonbisnis. Istilah lain

pengecer adalah dealer, penyalur.

2. Perantara pedagang besar (Wholesaler) adalah suatu perusahaan yang

pertama-tama usaha dalam bidang perdagangan besar. Sedangkan agen dan

makelar merupakan pedagang besar juga akan tetapi tidak mengoper hak

milik atas barang-barang yang mereka perdagangkan. Disisi lain grosir

adalah meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa

kepada mereka yang membeli untuk dijual kembali atau untuk dibisniskan,

sehingga grosir sama dengan pedagang besar.

3. Makelar dan agen adalah tidak memiliki barang dan mereka hanya

menjalankan beberapa fungsi, yaitu memudahkan pembelian dan

penjualan.

4. Cabang pengecer serta produsen yaitu menjual dengan partai besar yang

lebih banyak dilakukan oleh para penjual atau pembeli sendiri ketimbang

melalui para grosir bebas.

5. Grosir Serba Aneka yaitu jenis khusus yang terdapat dalam beberapa

sektor pertanian.

2.4. Efisiensi Distribusi

Manajemen perlu mencari penghematan distribusi dalam pengendalian

persediaan, lokasi gudang dan cara transportasi. Ukuran-ukuran dalam efesiensi

diantaranya :

Page 36: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

19

1. Biaya logistik sebagai presentase penjualan

2. Presentase pesanan yang diisi dengan tepat

3. Presentase pengiriman tepat waktu

4. Jumlah kesalahan penagihan

Manajemen berupaya keras mengurangi persediaan sambil pada saat

yang sama mempercepat siklus pesanan atas pengiriman. Salah satu adalah

bahwa efisiensi distribusi menurun jika perusahaan tersebut mengalami

peningkatan penjualan yang besar. Manajemen menanggapi dengan

meningkatkan intensif tenaga penjualan untuk memperoleh lebih banyak

pesanan. Tenaga penjualan tersebut berhasil, tetapi sekali lagi perusahaan

tersebut gagal memenuhi tanggal pengiriman. Manajemen perlu

mengidentifikasi kemacetan yang sesungguhnya dan berinvestasi lebih banyak

dalam kemampuan produksi dan distribusi (Kotler, 2001).

Salah satu pengaruh dalam efisiensi saluran distribusi adalah biaya

distribusi sangatlah berperan penting dalam saluran distribusi. Biaya distribusi

merupakan biaya-biaya yang timbul dari kegiatan distribusi, yaitu kegiatan

menyalurkan barang jadi dari produsen ke tangan konsumen sasaran dalam

jumlah dan jenis yang dibutuhkan, pada waktu yang diperlukan, dan pada

tempat yang tepat. Menurut Foster (2001) dalam Permatasari (2011) adapun

unsur biaya saluran distribusi adalah sebagai berikut :

1. Biaya Gudang yaitu termasuk biaya depot dan gudang, seperti

biaya sewa, biaya listrik, biaya air dan biaya pemeliharaan.

2. Biaya Transportasi yaitu biaya pengiriman barang dari produsen

ke konsumen atau ke pembeli pertama.

3. Biaya Pemuatan yaitu biaya bongkar muat yang dikeluarkan

untuk memuat barang-barang ke tempat penyimpanan sementara atau

untuk membayar jasa upah tenaga kerja ketika mengangkut barang-

barang ke tempat penyimpanan.

4. Korting Dagang yaitu korting yang diberikan kepada grosir dan

pengecer atas penyimpanan stok produksi, pengadaan tempat dan

penanganan distribusi dari grosir sampai ke pengecer.

Page 37: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

20

5. Biaya Inventaris yaitu mencakup nilai semua bunga dari stok

yang disimpan di gudang pusat di pabrik dan depot cabang, sebelum

dijual ke distributor tunggal, stok atau pengecer.

6. Biaya Asuransi yaitu biaya premi yang dibayar untuk jaminan

keamanan produk tersebut selama penyimpanan dan pengiriman.

Asuransi ini meliputi perlindungan kebakaran dan kecelakaan lain.

7. Biaya Finansial Yaitu seluruh bunga dari anggaran yang

digunakan untuk membiayai semua hal di atas.

8. Biaya distribusi/ muatan adalah jumlah yang harus dibayar oleh

pengirim berdasarkan berat (actual weight) atau volume (volume

weight) suatu muatan dikalikan dengan tarif yang berlaku.

Perhitungan volume adalah panjang x lebar x tinggi dibagi 6000.

Apabila hasil perhitungan berat lebih besar dari volume, maka yang

dipakai sebagai dasar perhitungan penetapan biaya transportasi adalah

berat, demikian sebaliknya (Siahaya, 2015).

Page 38: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

21

Manajemen

Menaikan

Insentif

Penjualan

Penurunan Lonjakan

Penjualan Penjualan

Keterlam-

batan

Pengi-

riman

kemampuan persepsi

produksi dan kebutuhan untuk

distribusi yang memperbaiki

tidak memadai waktu pengiriman

Tidak ada

atau sudah

terlambat tindakan

yang diambil untuk

menambah kemampuan

Gambar 4. Interaksi dinamis antara pesanan penjualan dan efesiensi distribusi

Sumber: Kotler, (2001)

Untuk membangun sistem saluran yang efisien memerlukan beberapa tahapan

sebagai berikut:

1. Analisis kebutuhan konsumen

Mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan kemudian menentukan

segmen konsumen berdasarkan kebutuhannya. Ada lima hal yang dibutuhkan

konsumen dari lima hal tersebut harus merupakan output dari jasa yang

dihasilkan saluran distribusi, yaitu:

a. Jumlah produk yang dibeli

b. Waktu tunggu dan pengiriman barang

Page 39: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

22

c. Kenyamanan ruang

d. Keragaman produk

e. Dukungan layanan

2. Mengidentifikasi saluran distribusi

Memahami bagaimana produk sejenis atau produk pesaing dipasarkan

melalui saluran distribusi sehingga positioning saluran distribusi dari produk

pesaing dapat diketahui. Perusahaan harus menentukan tiga hal yaitu:

a. Menentukan jenis saluran distribusi yang akan digunakan dan yang

tersedia

b. Menentukan jumlah saluran distribusi yang akan digunakan.

Perusahaan dapat menerapkan salah satu dari ketiga strategi berikut:

a. Distribusi eksklusif

b. Distribusi selektif

c. Distribusi intensif

d. Menetapkan tanggung jawab dan hak saluran pemasaran.

3. Mengidentifikasi saluran distribusi alternatif utama

Perusahaan dapat memilih dari berbagai saluran untuk menjangkau

konsumennya dari tenaga penjualan sampai agen, distributor, penyebar, surat

langsung, telemarketing, dan internet. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

kelemahan dan kekuatan dari saluran distribusi yang ada sehingga dapat

menentukan strategi yang akan ditetapkan. Masalah menjadi lebih kompleks

dengan adanya kenyataan bahwa sekarang sebagian besar perusahaan

menggunakan buram saluran. Alasannya adalah setiap saluran menjangkau

segmen pembeli yang berbeda dan menghantarkan produk yang tepat dengan

biaya semurah mungkin.

4. Mengevaluasi saluran distribusi alternatif utama

Mengevaluasi terhadap saluran distribusi utama sehingga dapat diketahui

kekuatan dan kelemahan dari saluran tersebut agar dapat dilakukan perbaikan

segera terhadap kelemahan yang ada. Indikator keberhasilan distribusi

didasarkan pada: 1) Fleksibilitas, kemampuan untuk memenuhi perubahan

kebutuhan pelanggan, menyangkut jumlah (kuantitas), kualitas (spesifikasi) dan

Page 40: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

23

waktu penyerahan (delivery time), 2) Ketepatan waktu untuk memenuhi

permintaan barang dari pelanggan, 3) Ketersediaan produk saat dibutuhkan

pelanggan, 4) Kecepatan dan akurasi informasi, 5) Tanggap terhadap perbaikan,

kerusakan dan klaim atas barang yang rusak.

2.5. Margin Tataniaga/Pemasaran

Margin tataniaga adalah perbedaan harga yang didapat konsumen dengan

harga yang diterima produsen, yang terdiri dari biaya dan keuntungan tataniaga.

Margin tataniaga pada umumnya dianalisis pada komoditi yang sama, jumlah

yang sama dan pada pasar persaingan sempurna (Asmarantaka, 2001). Nilai

margin tataniaga merupakan perkalian dari perbedaan harga yang diterima

produsen dan harga yang dibayar oleh konsumen dengan jumlah produk yang

di pasarkan. Besar nilai margin tataniaga ini dinyatakan dalam:

Mi = (Pr - Pf ) x Qr,f.

Pr = permintaan ditingkat konsumen akhir

Pf = permintaan di tingkat petani

Qr,f = jumlah produk di tingkat petani dan konsumen akhir

Besaran margin tataniaga yang sering digunakan kriteria untuk penilaian

apakah pasar tersebut sudah efisien atau belum. Biaya tataniaga mencakup

jumlah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang

berhubungan dengan penjualan hasil produksi dan jumlah biaya yang

dikeluarkan oleh lembaga tataniaga. Semakin banyak lembaga tataniaga yang

terlibat dalam proses tataniaga, maka semakin besar perbedaan harga produk

tersebut di tingkat produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mi = Psi - Pbi

Dimana:

Mi = Margin tataniaga pada lembaga tataniaga tingkat ke-i

Psi = harga penjualan lembaga tataniaga tingkat ke-i

Pbi = harga pembelian lembaga tataniaga tingkat ke-i

Page 41: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

24

Margin tataniaga terdiri dari dua komponen, yaitu: biaya tataniaga dan

keuntungan tataniaga. Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk

penyampaian komoditas mulai dari petani sampai ke konsumen akhir.

Sedangkan keuntungan tataniaga adalah perbedaan antara harga yang

dibayarkan konsumen dengan biaya yang dikeluarkan (Asmarantaka, 2001).

Mi = Ci + π

Dimana:

Mi = Margin Tataniaga

Ci = Biaya lembaga tataniaga tingkat ke-I

π = Keuntungan lembaga tataniaga tingkat ke-I

Besarnya margin tataniaga pada suatu saluran tataniaga dapat dinyatakan

sebagai penjumlahan dari margin pada lembaga tataniaga yang terlibat. Saluran

tataniaga yang tidak efisien akan memberikan marjin dan biaya tataniaga yang

lebih besar. Biaya tataniaga ini biasanya dibebankan kepada petani melalui

harga beli, sehingga harga yang diterima petani lebih rendah. Biaya tataniaga

yang tinggi menyebabkan besarnya perbedaan harga ditingkat petani dengan

harga yang dibayarkan oleh konsumen sehingga akan menurunkan nilai

Farmer’s Share. Sebaliknya pada saluran tataniaga yang efektif dan efisien,

marjin dan biaya tataniaga menjadi lebih rendah sehingga perbedaan harga

petani dengan konsumen lebih kecil dan nilai farmer’s share akan meningkat.

Besarnya rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi tataniaga. Semakin menyebarnya rasio keuntungan dan biaya, maka

dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien ( Rachma, 2008).

Kegiatan tataniaga dikatakan efisien apabila biaya tataniaga dapat

ditekan sehingga keuntungan dapat ditingkatkan, persentase perbedaan harga

yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi. Tersedianya

fasilitas fisik pemasaran dan adanya kompetisi pasar yang sehat. Efisiensi

pemasaran dapat diukur melalui efisiensi harga berupa persentase harga yang

diterima oleh petani (Farmer’s Share) terhadap harga kepada konsumen.

Page 42: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

25

Farmer’s Share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran yang

berarti tinggi marjin pemasaran akan mengakibatkan kecilnya persentase bagian

yang diterima petani (Khoiriyyah, 2018).

Page 43: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

26

2.6. Penelitian Terdahulu

Beberapa judul penelitian yang sejenis dengan penelitian ini di antaranya dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 7. Penelitian Terdahulu

No. Judul

(nama, tahun)

Alat Analisis Hasil Penelitian

1. Efisiensi

Jaringan

Distribusi

Rantai Pasok

Daging Sapi Di

Kota Bogor

(Nadya

Megawati

Rachman,

2016)

Analisis

Deskriptif,

Metode Value

Stram Mapping

(VSM), Efesiensi

Pemasaran

(Margin

Pemasaran),

Analisis Nilai

Tambah, Analisis

Pilihan Saluran

Pemasaran

Daging sapi.

Berdasarkan hasil pemetaan jaringan distribusi dengan menggunakan Value

Stream Mapping terdapat 9 alternatif saluran pemasaran daging sapi di Kota

Bogor. Nilai tambah terbesar diperoleh dari hasil pemotongan sapi hidup

menjadi karkas yang didapatkan oleh PBDS I. Biaya transaksi dalam proses

pasokan jaringan distribusi hanya berkisar 3-5% biaya yang mendominasi

adalah biaya dalam membeli pasokan daging sapi yang mencapai 60%. Saluran

yang memiliki nilai efisiensi pemasaran tertinggi (0.80%) dan biaya transaksi

terendah (IDR 694/Kg) adalah saluran 7 yaitu (Feedloter – PBDS I- Konsumen).

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik biner, faktor yang berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pemilihan saluran pemasaran adalah pengalaman

berdagang, volume pasokan dan biaya transaksi.

2. Analisis

Efesiensi

Saluran

Distribusi Pada

Perusahaan

Abon KL

Noeria

Surakarta

(Agung

Analisis

Deskriptif,

Analisis

Efensiensi

(Margin

Pemasaran, B/C

Ratio).

Berdasarkan hasil kualitatif, Perusahaan Abon KL menggunakan saluran

distribusi langsung dan saluran distribusi tidak langsung. Adanya peningkatan

yang sama antara biaya distribusi dan penjualan, baik dari saluran distribusi

langsung maupun saluran distribusi tidak langsung kedua hal tersebut

mengalami kenaikan atau peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Dari

hasil perhitungan dengan menggunakan analisis efesiensi biaya distribusi dapat

disimpulkan bahwa saluran distribusi langsung lebih efisien dibanding saluran

distribusi tidak langsung. Hal ini dapat dilihat dari presentase biaya distribusi

Page 44: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

27

Juwanto,

2012)

langsung lebih kecil atau rendah dibandingkan dengan biaya distribusi tidak

langsung.

3. Pola Distribusi

Hasil

Tangkapan

Jaring Rampus

Di Pangkalan

Pendaratan

Ikan

Binuangeun,

Kabupaten

Lebak, Banten.

(Wahyu

Furqan, 2017)

Analisis Pola

Saluran

Pemasaran

(Analisis

Deskriptif),

Analisis Pola

Hubungan Patron

Klient (Analisis

Deskriptif),

Analisis Margin

Pemasaran,

Analisis Efisiensi

Pemasaran (B/C

Ratio, Ratio

keuntungan

terhadap biaya),

Pada distribusi dari nelayan – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – dan

konsumen terlihat pada ikan layur dan ikan bentong. Distribusi dari nelayan -–

TPI – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen terlihat pada ikan

layur bentong, udang jerbung konsumsi dan tongkol. Distribusi pemasaran ikan

dari nelayan – TPI – bakul kecil – pedagang pengecer – pengolah ikan asin –

konsumen terlihat pada layur dan layang. Distribusi udang jerbung ekspor

melibatkan pelaku pemasaran dari nelayan – pedagang pengumpul dan

eksportir. Distribusi ikan dari nelayan – pedagang pengumpul – konsumen

terlihat pada ikan tongkol.

Sumber modal nelayan bersumber dari pihak ketiga yaitu langgan. Langgan

membuat kesepakatan dengan dalam peminjaman modal sehingga bagi hasil

tangkapan yang didapatkan rendah. Nelayan jaring rampus Binuangeun ada juga

yang memodali pelengkapan melaut sendiri tanpa terikat langgan.

Nilai Efisiensi pemasaran yang didapatkan yaitu layur (2,20%), bentong

(5,51%) udang jerbung konsumsi (6,95%) udang jerbung ekspor (2,69%),

tongkol (6,35%) dan layang (6,95%). Pemasaran layur dan udang jerbung

ekspor di Binuangeun memiliki nilai Eps (Efisiensi Pemasaran Hasil

Tangkapan) yang efisien dan sebaliknya untuk pemasaran ikan layang, ikan

tongkol, ikan bentong dan udang jerbung konsumsi memiliki nilai Eps yang

tidak efisien.

4. Pola Distribusi

dan Margin

Pemasaran

Bawang Merah

Di Kota Pare

Pare

Analisis

Deskriptif,

Analisis Margin

Pemasaran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu Bawang

merah yang diperdagangkan di Kota Parepare berasal dari Kab. Enrekang dan

Kab. Bantaeng. Pola distribusi bawang merah yang berasal dari Kab. Enrekang

terdiri atas 3 pola distribusi pemasaran sedangkan bawang merah yang berasal

dari Kab. Bantaeng terdiri atas 2 pola distribusi pemasaran. Sedangkan margin

pemasaran bawang merah pada saluran distribusi pemasaran di Kota Parepare

Page 45: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

28

(Resky

Maysari, 2017)

adalah berbeda-beda pada setiap lembaga pemasaran. Pada distribusi pemasaran

bawang merah yang berasal dari kab. Enrekang margin pemasaran tertinggi

pada pola distribusi pemasaran pedagang besar ke pedagang pengecer dan

konsumen yaitu sebesar Rp 6.250 dan terendah pada pola distribusi pemasaran

pedagang besar ke pedagang antar pulau sebesar Rp 3.000 sedangkan pada

distribusi pemasaran bawang merah yang berasal dari Kab. Bantaeng mergin

pemasaran pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen yaitu sebesar Rp

7.438 dan terendah pada pola distribusi pemasaran pedagang besar dan

konsumen sebesar Rp 7.000.

5. Analisis

Sistem

Distribusi

Pupuk

Bersubsidi PT.

Pupuk Kujang

Cikampek.

(Rizky Alifia

Windari, 2016)

Analisis

Deskriptif,

Linear

Programming,

Analisis Margin

Pemasaran,

Model

Transportasi,

Analisis

Sensitivitas.

Pupuk merupakan input produksi yang mampu mengoptimalkan hasil produksi

pertanian. Penggunaan pupuk menjadi kebutuhan utama bagi petani, sehingga

perlu ditunjang oleh sistem distribusi yang dijalankan produsen. Tujuan

penelitian ini adalah menganalisis sistem distribusi pupuk bersubsidi dan

menganalisis efisiensi distribusi pupuk bersubsidi di tingkat distributor ke

pengecer. Hasil analisis sistem distribusi menunjukkan mekanisme distribusi

yang dijalankan sesuai dengan SOP penyaluran pupuk bersubsidi. Jumlah

penyaluran pupuk di Karawang sesuai dengan jumlah kebutuhan sehingga tidak

menyebabkan peningkatan harga di atas HET. Namun, dalam beberapa kondisi

pengecer menjual di atas HET karena pembelian eceran, pengantaran pupuk ke

petani dan pembelian kredit di luar ketentuan pemerintah. Berdasarkan analisis

efisiensi distribusi diperoleh nilai optimal cost sebesar Rp 1 693 506 000,

sedangkan biaya total berdasarkan pola distribusi sebesar Rp 1 745 020 000 dan

selisih nilai optimal hanya sebesar tiga persen. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa penyaluran di tingkat distributor ke kios pengecer tidak menyebabkan

terjadinya kekurangan jumlah pupuk dan peningkatan harga di atas HET.

Adapun peningkatan harga terjadi di tingkat pengecer.

Page 46: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

29

6. Analisis

Efisiensi

Saluran

Distribusi Dan

Risiko Pelaku

Usaha Pada

Rantai Pasok

Ikan Cakalang

Asap Di

Kelurahan

Girian Atas

Kota Bitung

Provinsi

Sulawesi Utara

(Maghelhais

Takalamingan,

Florence V.,

Longdong,

Alvon Jusuf,

Jurnal

Universitas

Sam

Ratulangi,

Manado, 2017)

Metode kualitatif

dan Metode

Kuantitatif

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aliran produk, aliran keuangan

dan aliran informasi pada rantai pasok ikan cakalang asap, menganalisis tingkat

efisiensi saluran distribusi pada rantai pasok ikan cakalang asap, dan

mengidentifikasi risiko yang dihadapi pada setiap pelaku usaha pada rantai

pasok ikan cakalang asap di Kelurahan Girian Atas, Kota Bitung, Provinsi

Sulawesi Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Sampel sebanyak 12 orang responden diambil dengan metode purposive

sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berdasarkan

kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data yang telah dikumpulkan

dianalisis dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif sederhana untuk

menghitung efisiensi saluran distribusi dan risiko yang dihadapi oleh pelaku

usaha. Rantai pasok ikan cakalang asap di Kelurahan Girian Atas Kota Bitung

terdiri dari 5 (lima) pelaku usaha, yaitu

pedagang ikan cakalang segar, pengolah ikan cakalang asap, pedagang besar

ikan cakalang asap, pedagang pengecer ikan cakalang asap dan rumah makan

sebagai konsumen. Ada dua saluran distribusi yang terbentuk pada rantai pasok

ikan cakalang asap. Secara umum kedua saluran distribusi telah masuk kategori

efisien karena rasio rata-rata biaya transaksi terhadap rata-rata nilai produk

kurang dari 50%. Secara total ada 18 risiko yang terjadi dari 5 (lima) para pelaku

rantai pasok. Fluktuasi harga menjadi risiko yang paling banyak terjadi pada

seluruh pelaku rantai rantai pasok ikan cakalang asap di Kelurahan Girian Atas

Kota Bitung.

7. Analisis Pola

Distribusi

Petani Jagung

(Studi Petani

Metode

pendekatan

kualitatif

Dusun Ngali Desa Labuhan Kuris Kecamatan Lape merupakan salah satu

pemasok jagung untuk Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya dan memiliki

pengembangan berbagai macam komoditi pertanian didukung peluang pasar

yang cukup luas sehingga sangat cocok untuk pengembangan usaha pertanian.

Page 47: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

30

Jagung di

Dusun Ngali

Desa Labuhan

Kuris

Kecamatan

Lape

Kabupaten

Sumbawa

Tahun 2016).

(Elly Karmeli,

Aditya

Saputra. Jurnal

Ekonomi

bisnis Vol 14

No 2, Agustus

2017).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola distribusi jagung dan untuk

mengetahui pola distribusi alternatif dalam pendistribusian jagung. Metode

analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode

pengumpulan data, reduksi data, triangulasi, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pola distribusi yang

dilakukan petani menyebabkan tingkat harga yang diterima oleh petani pada

umumnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan harga yang diterima oleh

pedagang. Saran yang dapat diberikan oleh petani memperpendek pola

distribusi, meningkatkan nilai tambah produk dan meningkatkan posisi tawar

(bargaining position) petani dan bagi pemerintah senantiasa memandu,

mendampingi petani dalam mendapat informasi pasar secara akurat, yang bisa

dijadikan pegangan petani dalam tawar-menawar, serta peningkatan

transparansi pasar dapat bertindak sebagai pemicu berfungsinya suatu pasar,

membaiknya persaingan dan meningkatnya adaptasi untuk memenuhi

kebutuhan penawaran dan opportuniti pasar.

Page 48: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

31

2.7. Kerangka Penelitian

Perencanaan produksi akan sia-sia jika distribusi yang diterapkan suatu

perusahaan tidak tepat dan efektif. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah

yang serius dalam pendistribusian produk maupun biaya distribusi yang

dikeluarkan perusahaan. Pasar Induk Kramat Jati merupakan pasar yang

memenuhi permintaan pelanggan berdasarkan pesanan pelanggan Pasar ini

tidak memberikan batasan minimum dalam jumlah jenis dan kuantitas

pemesanan. Kondisi yang terjadi dari cakupan jarak yang panjang ternyata

harga lebih mahal dibandingkan dengan cakupan jarak yang dekat.

Buah-buahan merupakan produk yang tidak tahan lama sehingga

distribusi buah ke pelanggan merupakan hal krusial untuk dikaji. Sistem

distribusi yang digunakan oleh Pasar Induk Kramat Jati adalah distribusi

langsung. Hal ini disebabkan sistem distribusi langsung merupakan sistem

distribusi yang paling pendek dan sederhana. Melalui distribusi langsung, maka

diharapkan buah yang dikirim ke pelanggan masih segar dan tepat waktu. Hal

ini yang membuat pelaku usaha harus memilih dan menggunakan sistem

distribusi yang tepat dan efektif dalam alokasi distribusi aktual agar biaya

distribusi yang dikeluarkan efisien.

Marjin pemasaran merupakan model yang digunakan untuk memecahkan

permasalahan efisiensi biaya distribusi produk dari sumber ke beberapa tujuan.

Permodelan ini mencari cara yang efisien untuk mengirimkan barang dari

sumber ke beberapa tujuan. Masalah distribusi suatu produk tunggal dari

sumber dengan penawaran terbatas menuju ke beberapa tujuan dengan

permintaan tertentu pada biaya distribusi efisien. Dalam pembuatan model

marjin pemasaran ini, input yang digunakan berupa biaya distribusi, jumlah

penawaran, dan jumlah permintaan, serta output yang diperoleh berupa efisiensi

biaya distribusi dan alokasi distribusi yang efisien.

Dengan sistem distribusi yang tepat dan efektif, Pelaku usaha dapat

melakukan alokasi distribusi efisien dan mengefisienkan biaya distribusi. Selain

itu dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan dalam

penggunaan produknya sehingga keuntungan mengalami peningkatan.

Page 49: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

32

Gambar 5. Kerangka Penelitian

Masalah distribusi

1. Penetapan harga kg/km

2. Panjangnya saluran

distribusi

Pasar Induk Kramat Jati

Pola Distribusi

Saluran Distribusi

Efisiensi Pola Distribusi

dan

Efisiensi Saluran Distribusi

Kuantitatif:

Margin

pemasaran, Farmer share,

Rasio

keuntungan

terhadap biaya

Kualitatif:

Analisis

deskriptif

Page 50: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 -Februari 2019 di

DKI Jakarta dimana pengambilan data terpusat di Pasar Induk Kramat Jati,

sebagai Pasar Grosir terbesar di Jabodetabek yang memasarkan buah-buahan

dan sayur-sayuran. Pasar Induk Kramat Jati beralamat di Jl. Raya Bogor KM.28,

Kramat Jati, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

sengaja dengan pertimbangan bahwa Pasar Induk Kramat Jati merupakan pusat

grosir produk mangga harum manis secara besar.

3. 2. Jenis dan Sumber Data

Pemilihan buah mangga karena volume produksi termasuk dalam 6 besar

di Indonesia menurut data statistik tanaman sayuran dan buah-buahan selama

2015-2016 (BPS,2017). Konsumsi dari buah tersebut juga cukup tinggi menurut

data konsumsi per kapita buah-buahan badan pusat statistik 2017. Data Primer

yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan informan

pedagang mangga lokal dan mata rantai yang terlibat dalam distribusi mangga

lokal.

Data Sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan

harga mangga harum manis di Pasar Induk Kramat Jati Periode 2015-2017 yang

diperoleh dari Pedagang di Pasar Induk Kramat Jati. Data Penjualan Pedagang

buah mangga di Pasar Induk Kramat Jati. Pedagang yang dijadikan infoman

adalah pedagang yang selama 2015-2017 menerima hasil distribusi selama 1

tahun penuh. Berdasarkan hasil survei dengan pegawai PD. Pasar Jaya dan

pedagang Pasar Induk Kramat Jati, pedagang yang sesuai kriteria tersebut

sebanyak 8 pedagang.

Jenis dan sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini

antara lain :

Page 51: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

34

1. Data harga jual pasar. Data berasal dari buku penjualan pedagang yang

memenuhi kriteria. Data ini berupa data penjualan mangga lokal di Pasar

Induk Kramat Jati dan data biaya distribusi yang ditanggung oleh

pedagang pada tahun 2015-2017.

2. Data harga beli pasar. Data berasal dari buku nota pelaporan pedagang

yang memenuhi kriteria. Data ini berupa data pembelian dari asal

pasokan dan biaya penunjang lain yang dibayarkan kepada pemasok pada

tahun 2015-2017.

3. 3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode survei. Aspek yang diteliti adalah

efisiensi pola distribusi mangga lokal yang diterapkan di Pasar Induk Kramat

Jati. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh dari observasi atau pengamatan secara langsung dan wawancara

dengan pihak-pihak yang terlibat, meliputi pegawai PD. Pasar Jaya, Pelaku

distribusi dan penerima distribusi, sedangkan data sekunder diperoleh dari

studi literatur, laporan arsip, penelitian terdahulu dan dokumen dinas dan

lembaga terkait data kemudian dianalisis baik secara kuantitatif maupun secara

kualitatif.

Dalam mencari informasi, penelitian ini menggunakan informan yang

berasal dari berbagai elemen, yaitu pedagang di pasar induk, pemasok,

pedagang yang tidak memiliki kios, pedagang kecil dan konsumen. Untuk

menentukan informan didasarkan pada kreteria yang telah ditentukan yaitu

agen besar yang memiliki kios dan kiriman per harinya mencapai minimal 20

ton. Penelitian ini menggunakan populasi informan sebanyak 8 pedagang.

Jumlah ini merupakan nilai rataan 10 % data informan sesuai kreteria dari

penulis (Wirantha, 2006 dalam Furqan, 2017) jenis komoditi yang dipilih

adalah mangga lokal, karena komoditas ini menjadi favorit dan mendapat

penjualan terbesar yang ada di Pasar induk Kramat Jati.

Page 52: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

35

3. 4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif yaitu analisa untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui

data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Langkah dalam analisis data

dimulai dari kata yang terkumpul baik dari data sekunder maupun primer

kemudian dianalisis secara kualitatif, melalui reduksi data yang dilakukan

sejak di lapangan, penyajian data dengan matriks dan penarikan kesimpulan.

3.4.1. Analisis Pola Distribusi

Analisis pola distribusi pada penelitian ini merupakan analisis deskriptif

yaitu dengan mendeskripsikan saluran distribusi yang terjadi pada usaha

penjualan buah mangga harum manis. Metode analisis ini menggunakan metode

analisis deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk

menggambarkan alur distribusi buah mangga harum manis serta pembahasan

pengolahan data dilakukan dengan analisis secara deskriptif. Analisis ini juga

bertujuan mengetahui alur distribusi yang terlibat pada pola distribusi buah

mangga mulai dari pengadaan input produk hingga pemasaran buah mangga

serta kendala yang terjadi didalamnya.

Gambar 6. Pola Distribusi Mangga Lokal

Sumber : Pasar induk Kramat Jati (diolah ), 2018

Page 53: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

36

Pada gambar 5 terdapat aliran produk mulai dari produsen hingga

konsumen, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Petani-Pengepul-Tengkulak-

Pasar Induk-Konsumen, 2) Petani-Pengepul-Tengkulak-Pasar Induk-Pasar

Besar-Konsumen, 3) Petani-Pengepul-Tengkulak-Pasar Induk- Pengecer-Kios

Kecil-Konsumen, 4) Petani-Pengepul-Tengkulak-Pasar Induk-RM, RS Dan

Hotel-Konsumen, 5) Petani-Tengkulak-Pasar Induk-Konsumen, 6) Petani-

Tengkulak-Pasar Induk-Pasar Besar-Konsumen, 7) Petani-Tengkulak-Pasar

Induk- Pengecer-Kios Kecil-Konsumen, 8) Petani-Tengkulak-Pasar Induk-RM,

RS Dan Hotel-Konsumen, 9) Petani- Supermarket-Konsumen.

3.4.2. Analisis Efisiensi Saluran Distribusi

Efisiensi saluran distribusi pemasaran buah mangga di Pasar Induk

Kramat Jati dilakukan dengan analisis margin pemasaran pada masing- masing

saluran distribusi pemasaran yang diperoleh dihitung dengan mengacu pada

(asmarantaka, 2012). Rumus yang dapat dipergunakan untuk efisiensi yang

berkaitan dengan sebaran margin, adalah :

MT = Pr-Pf = Ci+𝜋 lembaga = ∑Mi (Pji-Pbi)

F’s = (Pr/Pf) x 100%

Profit/Biaya = 𝜋/𝑐

Keterangan :

MT : Marjin total (%)

Mi : Marjin di tingkat pasar ke-i (%)

Pr : Harga di tingkat Konsumen akhir (Rp )

Pf : Harga di tingkat petani (Rp )

𝜋 lembaga : Profit lembaga pemasaran akibat adanya sistem pemasaran

C : biaya dari adanya fungsi pemasaran (%)

Pji : Harga penjualan di tingkat ke-i (Rp )

Pbi : Harga pembelian di tingkat ke-i (Rp )

3.4.3. Definisi Operasional

Menurut Kotler (2001), definisi operasional adalah suat definisi yang

memberikan penjelasan atas suat variabel dalam bentuk yang dapat diukur.

Page 54: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

37

Definisi operasional memberikan informasi yang diperlukan untuk mengukur

variabel yang akan diteliti. Penelitian ini mencakup lima variabel, yaitu pola

distribusi, efisiensi saluran distribusi, efisiensi, harga jual dan harga beli.

Variabel dan definisi operasional dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 8. Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Parameter

Pola Distribusi Aliran barang dari produsen

ke konsumen atau semua

usaha yang mencakup

kegiatan arus barang dan jasa

sampai ditangan konsumen

Informan dapat memberikan

informasi kegiatan usaha

mulai dari kebun hingga

sampai ke konsumen

Efisiensi Saluran

Distribusi

Perbedaan harga yang terjadi

dari tingkat produsen (harga

jual) hingga tingkat

konsumen (harga beli)

dengan biaya yang berbeda.

Informan dapat memberikan

informasi rincian biaya input

maupun output terhadap

selisih harga di tingkat alur

distribusi.

Efisiensi Penggunaan faktor-faktor

seefisien mungkin

Informan dapat memberi

informasi mengenai faktor

apa saja dalam distribusi

Harga Jual Harga yang ditentukan saat

menjual Produk

Informan dapat memberi

informasi mengenai harga

jual serta kendala yang ada

dalam penjualan

Harga Beli Harga yang ditentukan saat

pembelian produk dari

pemasok

Informan dapat memberi

informasi mengenai harga

beli serta kendala yang ada

dalam pembelian.

Page 55: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

38

BAB IV

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Perkembangan pembangunan kota Jakarta dan pertumbuhan jumlah

penduduk yang semakin bertambah selain mengakibatkan meningkatnya konsumsi

masyarakat terhadap barang dagangan kebutuhan rumah tangga, juga berpengaruh

terhadap pelaksanaan pengelolaan area pasar di wilayah Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, maka diperlukan peraturan pengurusan perpasaran di dalam

wilayah DKI Jakarta, hal ini perlu dilakukan guna mengantisipasi pesatnya

pembangunan kota Jakarta baik sebagai Ibukota Negara maupun sebagai pusat

perdagangan yang semakin meningkat pula. Pemenuhan tuntutan kebutuhan

konsumsi masyarakat tersebut dan dalam rangka menyelaraskan pengelolaan pasar

dan fasilitas penunjangnya serta untuk meningkatkan pembinaan pedagang

ekonomi lemah perlu di lakukan peningkatan pengurusan pasar guna menunjang

sarana pengembangan perekonomian Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan

Daerah. Salah satu pasar yang berada di wilayah DKI Jakarta adalah pasar induk

Kramat Jati.

Pasar induk Kramat Jati merupakan pusat distribusi yang menampung hasil

produksi petani dalam jumlah partai besar yang dibeli oleh pedagang tingkat grosir.

Komoditi pertanian tersebut kemudian dilelang atau dijual kepada para pedagang

tingkat eceran untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran yang

tersebar di pelbagai tempat mendekati lokasi para konsumen. Pasar induk

menempati area yang besar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung

seperti pergudangan, tempat pelelangan, pusat informasi pasar, perkantoran,

bongkar muat dan parkir yang luas. Pengelolaan pasar induk induk Kramat Jati

diawasi oleh PD Pasar Jaya, PD Pasar Jaya merupakan Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya Provinsi Khusus Ibukota Jakarta. Area pasar induk Kramat Jati

merupakan area yang dimiliki dan dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

berupa pasar dan beserta fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang di Pasar induk

Kramat Jati terdiri dari prasarana dan sarana yang langsung atau tidak langsung

mendukung kegiatan pasar induk Kramat Jati yang berada di area pasar.

Page 56: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

39

Pasar Induk Kramat Jati merupakan fasilitas pusat perdagangan grosir buah-

buahan, sayur-mayur, dan umbi-umbian di DKI Jakarta yang bersifat menyeluruh

dengan fasilitas pelengkapnya. Secara hierarki, Pasar Induk Kramat Jati merupakan

153 pasar yang dikelola oleh PD Pasar Jaya. Tugas pokok pasar induk ini adalah

mengatur dan menyelenggarakan pengurusan fasilitas untuk kelancaran arus bahan

makanan sayur dan buah serta menyediakan fasilitas perdagangan dan pemasaran

yang diperlukan bagi penyelenggaraan perdagangan besar sayur dan buah. Pasar

induk yang beralamatkan di Jalan Raya Bogor Km. 22, Jakarta Timur ini berfungsi

untuk menyediakan dan mengatur fasilitas perdagangan atau pemasaran,

menyediakan fasilitas umum, mengatur kegiatan angkutan dan bongkar muat, dan

pencatatan harga serta tonase.

Lokasi umum pasar induk kramat jati beralamat dijalan Raya Bogor KM 22

Jakarta Timur. Pasar induk kramat jati diremajakan pada tanggal 1 Maret 2003

sampai dengan 31 Desember 2008 dengan investasi pembangunan kurang lebih Rp

284.789.945.516. Pasar Induk Kramat Jati menghasilkan sampah sebanyak kurang

lebih 250 M3 (200 Ton) per hari, Pasar induk kramat jati secara keseluruhan seluas

areal 14,7 Hektar dengan rincian sebagai berikut :

1. Luas bangunan 83.605 M2.

2. Luas area parkir 14.737 M2 dengan daya tampung kendaraan

sebagai berikut :

a. Truk : 238 kendaraan

b. Mobil : 637 kendaraan

c. Motor : 600 kendaraan

Pasar Induk Kramat Jati didirikan tahun 1973, kemudian

mengalami proses peremajaan dari tahun 2003 hingga akhir 2008,

bekerjasama dengan pihak ke-III (PT Tritunggal Sentra Sejahtera) dengan

sistem sharing. Share pasar induk sebesar 40 persen berwujud tanah dan

pedagang sedangkan share PT Tritunggal Sentra Sejahtera sebesar 60

persen berupa biaya pembangunan dan izin bangunan. Pembagian

keuntungan sebesar sharenya. Kawasan berareal seluas 14.7 hektar ini

memiliki 4 508 tempat usaha yang terdiri dari kios, konter, los, dan unit

Page 57: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

40

toko (Tabel 8).

Tabel 9. Bangunan Tempat Usaha di Pasar Induk Kramat Jati Tahun 2013

Bangunan Jumlah tempat usaha Banyak pedagang (orang)

Grosir (A1, A2, A3) 2 188 932

Kantor pengelola 435 246

Kantor agro outlet 29 29

Subgrosir sayur (C1) 1 426 498

Subgrosir buah (C2) 350 180

Unit toko (Uniko) 80 34

Total 4 508 1 919

Sumber : Dinas Pasar Induk Kramat Jati (2018)

Pedagang yang memiliki SHPTU (Sertifikat Hak Pemakaian

Tempat Usaha) sesuai SK Direksi PD Pasar Jaya No. 47/2006 tgl 1 Maret

2006 dapat mempergunakan los selama 20 tahun. Setelah masa pembelian

selesai, pedagang dapat memperpanjang hak guna los untuk 10 tahun

berikutnya. Bila terjadi force majeur maka pedagang akan dikenakan biaya.

Setiap hari, pedagang dikenakan biaya pengelolaan pasar (BPP) yang

besarannya berdasarkan ukuran los. Biaya yang dikenakan meliputi biaya

kebersihan, keamanan, dan retribusi bagi PD Pasar Induk. Untuk biaya

listrik, telepon, air, merupakan biaya yang dibayarkan sendiri oleh

pedagang ke instansi terkait. Biaya parkir Rp 5 000 per jam untuk truk

sedangkan mobil bak terbuka Rp 2 500 per jam. Setiap pedagang yang

melakukan bongkar muat akan dikenakan biaya kupon sebesar Rp 75 000

per lima ton muatan.

Dalam satu hari, pasokan buah yang masuk ke Pasar Induk Kramat

Jati berkisar antara 650 hingga 1 200 ton. Dari total buah yang masuk,

sebanyak 97 persen didistribusikan lagi ke pedagang dan 2 persen untuk

kebutuhan restoran. Buah yang didistribusikan ke pedagang sebanyak 65

persen digunakan untuk memenuhi kebutuhan Jakarta, 30 persennya

didistribusikan ke Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Botabek), dan 3 persen

ke luar Jabotabek.

Page 58: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

41

Jenis kepemilikan tempat usaha diatur oleh Manager PD Pasar

Induk Kramat Jati. Surat izin pemakaian tempat usaha merupakan izin

tertulis yang diajukan oleh pedagang buah lalu ditindak lanjuti oleh Direksi

PD Pasar Jaya melalui Manager PD Pasar Induk Kramat Jati sesuai dengan

SK Direksi PD Pasar Jaya terdiri dari dua, yaitu sertifikat hak pemakaian

tempat usaha (SHPTU) dan surat izin pemakaian tempat usaha (SIPTU).

Perincian tempat usaha berdasarkan SHPTU dan SIPTU adalah sebagai

berikut :

1. SHPTU (sertifikat hak pemakaian tempat usaha) sesuai dengan

surat kuasa Direksi PD Pasar Jaya no. 47 tahun 2006 tanggal 1

Maret 2006. Masa hak pakai selama 20 tahun.

a. Sudah memiliki sebanyak 2.757 TU

b. Belum memiliki sebanyak 961 TU.

c. Belum wajib sebanyak 710 TU.

2. SIPTU (surat izin pemakaian tempat usaha) sesuai dengan surat

kuasa Direksi PD Pasar Jaya no. 450 tahun 2003 tanggal 17

Desember 2003. Masa hak pakai selama 1 tahun diperpanjang.

a. Sudah memiliki sebanyak 1.935 TU.

b. Belum memiliki sebanyak 1.783 TU.

c. Belum wajib sebanyak 710 TU.

PD Pasar Induk Kramat Jati merupakan salah satu perusahaan daerah

yang aktivitasnya diawasi oleh PD Pasar Jaya. PD Pasar Induk Kramat jati

sebagai sebuah perusahaan daerah mempunyai struktur organisasi

kepengurusan pasar induk kramat jati dan komposisi pengawai. Komposisi

pegawai area 20 pasar induk kramat jati berjumlah 53 orang, dengan

komposisi data pegawai sebagai berikut :

1. Manager Area berjumlah 1 orang.

2. Asisten Manager Bidang Hukum dan Perencanaan berjumlah 1

orang.

3. Asisten Manager Bidang Administrasi berjumlah 1 orang.

Page 59: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

42

4. Asisten Manager Bidang Operasi berjumlah 1 orang.

5. Penanggung jawab blok berjumlah 9 orang.

6. Staf Asmen Hukum dan Perencanaan berjumlah 1 orang.

7. Staf Asmen Administrasi berjumlah 15 orang.

8. Staf Asmen operasi berjumlah 4 orang.

9. Juru pungut berjumlah 20 orang.

Struktur organisasi yang sederhana akan memudahkan dalam

pembagian tugas dan wewenang serta pengawasan intern kepada tiap

bagian pekerjaan. Pembagian tugas kinerja dilakukan secara berjenjang

dari pimpinan ke tiap bagian pengelolaan pasar yang dilanjutkan kepada

masing-masing bidang yang dibawahinya. Berdasarkan komposisi

pengawai PD Pasar Induk Kramat jati, pengelolaan dan kebijakan pasar

diatur oleh seorang manager yang sekaligus pimpinan di wilayah PD Pasar

Induk Kramat Jati yang membawahi asisten manager bidang hukum dan

perencanaan, asisten manager bidang administrasi dan asisten manager

bidan operasi. Asisten manager bidang hukum dan perencanaan

membawahi staf asisten manager (ASMEN) hukum dan perencanaan.

Asisten manager bidang administrasi membawahi staf asisten manager

administrasi. Asisten manager bidang operasi membawahi staf asisten

manager operasi. Staf asisten manager operasi membawahi penanggung

jawab blok dan juru pungut.

Lembaga pendukung operasional pasar induk kramat jati antara lain

sebagai berikut :

1. Badan Pekerja Bongkar Muat (BAPENGKAR) mengurus

masalah bongkar dan muat barang.

2. Koperasi Angkutan Barang dan Industri (KABAPIN)

mengurus distribusi barang dari pasar induk kramat jati ke

pasar eceran.

3. Koperasi Pedagang Pasar (KOPPAS) mengurus koperasi

pedagang termasuk penyediaan komoditi masyarakat

pedagang.

Page 60: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

43

4. CV Garda Transmoes Mandiri sebagai pengelola kebersihan

pasar.

5. PT Kelola Jasa Amanusa sebagai pengelola keamanan dan

ketertiban.

6. PT. Fajar Laksana sebagai pengelola parkir.

7. Bank BRI dan Bank DKI sebagai pengelola keuangan karcis

atas hasil bumi dan pengelola pembayaran Listrik dan air.

Pasokan buah-buahan berasal berbagai daerah, antara lain sebagai berikut :

1. Pisang dipasok dari Sukabumi, Lampung dan Serang.

2. Nanas dipasok dari Palembang, Tangerang dan Subang.

3. Pepaya dipasok dari Sukabumi, Bogor, Lampung dan Malang.

4. Alpukat dipasok dari Garut, Malang, Tasikmalaya, Padang,

Lampung dan Probolinggo.

5. Apel dipasok dari Malang dan Impor.

6. Semangka dipasok dari Banyuwangi, Lampung, Kediri dan Cirebon.

7. Salak dipasok dari Bali, Tasikmalaya, Magelang dan Jogya.

8. Kedondong dipasok dari Padang, Madura dan Lampung.

9. Mangga dipasok dari Indramayu, Probolinggo, Bali, Nusa

Tenggara Barat, Kediri dan Jepara.

10. Anggur dipasok dari Bali, Malang dan Impor.

11. Jeruk dipasok dari Bali, Jember, Banyuwangi dan Padang

12. Markisa dipasok dari Medan dan Padang.

13. Melon dipasok dari Malang, Kediri, Banyuwangi, Ngawi dan

Ponorogo.

14. Manggis dipasok dari Padang, Subang dan Tasikmalaya.

15. Dukuh dipasok dari Palembang, Jambi, Purbalingga dan Lampung.

16. Durian dipasok dari Lampung, Palembang, Bali, Ngawi dan Impor.

Page 61: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

44

Pasokan tersebut didistribusikan ke berbagai wilayah antara lain sebagai berikut :

1. Daerah khusus Ibukota Jakarta sebanyak 70 persen.

2. Daerah Bogor, Tangerang, dan Bekasi sebanyak 25 persen.

3. Restoran dan rumah sakit sebanyak 2 persen.

4. Lain-lainnya sebanyak 3 persen.

Secara Umum pasokan buah secara keseluruhan dilakukan dengan

observasi awal penulis. Dengan hasil observasi tersebut penulis membuat

peta distribusi dan pasokan mangga lokal di Pasar induk Kramat Jati.

Berikut peta distribusi mangga di Pasar Induk Kramat Jati berdasarkan

observasi awal penulis.

Gambar 7. Peta distribusi manggal lokal

Sumber : Pasar Induk Kramat Jati (diolah), 2018

Hasil Observasi awal penulis, menemukan beberapa fakta saluran distribusi yang

beragam di antaranya.

1) Saluran UD. Pur Bersaudara

Gambar 8. Saluran UD. Pur Bersaudara

Sumber : Pasar Induk Kramat Jati (diolah), 2018

Produse

n Konsumen Pengecer

Pasar

Induk

Page 62: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

45

2) Saluran UD. Wilujeung

Gambar 9. Saluran UD. Wilujeung

Sumber : Pasar Induk Kramat Jati (diolah), 2018

3) Saluran UD. Nurmala

Gambar 10. Saluran UD. Nurmala

Sumber : Pasar Induk Kramat Jati (diolah), 2018

Dari ketiga saluran di atas diketahui bahwa perbedaan saluran menyebabkan

harga komoditas mangga berbeda dari setiap salurannya, sehingga konsumen

mendapatkan ketimpangan harga yang cukup signifikan. Peran dari sistem

distribusi di Indonesia adalah penciptaan harga yang stabil melalui usaha

pemenuhan akan kebutuhan secara cukup di seluruh wilayah Nusantara. Namun

demikian merupakan satu kenyataan untuk kasus di Pasar Induk Kramat Jati bahwa

sistem distribusi merupakan bagian yang sangat lemah dalam mata rantai

perekonomian nasional.

Sedangkan sistem distribusi barang di dalam Pasar Induk Kramat Jati terdiri

dari beberapa tahapan. Tahapan tersebut dibagi menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu :

1) Tahap I : tahapan ini merupakan tahapan awal yaitu barang masuk. Pada

tahapan ini supir truk-truk pengangkut barang masuk ke Pasar Induk

Kramat Jati melapor dan mengambil Surat Tanda Bongkar (STB)

mengenai jenis barang dan nama pedagang yang dituju di pos

Bapengkar (Badan Pengelola Pekerja Bongkar Muat).

2) Tahap II : setelah mengambil STB, supir truk menuju ke los pedagang

yang dituju untuk menurunkan barang. Pada tahap ini sebelum

menurunkan barang supir truk harus melapor ke mandor yang berjaga

pada los tersebut dan menyerahkan STB. Kemudian mandor

mengerahkan 1 grup yang terdiri dari 8 pekerja (kuli Bapengkar) untuk

menurunkan barang dan mengantarkan barang ke pedagang yang dituju.

Produse

n Pengumpul Konsume

n Pengecer

Pasar

Induk

Produsen Pengumpul Konsumen Pengecer Petani

Pascapanen

Pasar

Induk

Page 63: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

46

Sebelum diantarkan ke pedagang yang dituju, barang yang diturunkan

ditimbang terlebih dahulu yang kemudian dicatat oleh mandor atau juru

tulis yang membantu mandor untuk dilaporkan ke manajemen dan untuk

menentukan biaya bongkar muat.

3) Tahap III : setelah barang diantarkan ke pedagang besar atau yang biasa

disebut dengan Bandar yang memesan barang tersebut oleh kuli

Bapengkar, tahapan selanjutnya adalah mensortir barang. Pada tahapan

ini barang-barang yang masuk disortir terlebih dahulu oleh para pekerja

bandar sebelum dijual ke pedagang menengah atau yang biasa disebut

centeng dan pedagang eceran. Sortir barang dilakukan berdasarkan

kualitas barang agar tidak tercampur antara barang dengan kualitas yang

baik dengan barang dengan kualitas kurang baik.

4) Tahap IV : tahapan selanjutnya adalah menjual barang yang masuk ke

pedagang kecil dan pedagang eceran di Pasar Induk Kramat Jati.

Tahapan ini hanya dilakukan oleh pedagang-pedagang sayuran. Setelah

barang disortir oleh bandar, para centeng dan pedagang eceran

mengambil/membeli barang ke bandar untuk dijual dalam jumlah yang

lebih kecil. Tahapan ini tidak dilalui oleh pedagang buah-buahan,

barang yang sudah masuk langsung dijual ke pembeli (pedagang dari

pasar lain).

5) Tahap V : tahap ini merupakan tahap akhir pendistribusian barang di

dalam Pasar Induk Kramat Jati. Tahap ini merupakan tahap penjualan

barang ke pembeli yang biasanya adalah pedagang dari pasar-pasar

lokal di Jabodetabek. Proses penjualan dilakukan dengan 2 (dua) cara.

Yang pertama, penjualan dilakukan secara langsung yaitu pembeli

datang kemudian membeli dan mengangkutnya. Dan yang kedua,

penjualan dilakukan secara tidak langsung yaitu pemesanan melalui

telepon. Penjualan dengan cara ini dilakukan dengan sistem

kepercayaan, biasanya pembeli-pembeli yang sudah berlangganan

bertahun-tahun.

Page 64: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

47

Pemasaran mangga lokal pada penelitian ini tidak dianalisis dari petani tetapi

dari pedagang. Di Pasar Induk Kramat Jati, lembaga pemasaran yang terlibat adalah

pedagang besar. Pedagang besar mendapat pasokan mangga dari pedagang

pemasok. Pedagang besar kemudian menjual mangga ke pedagang pengecer. Dari

tingkat pedagang pengecer, buah dijual ke konsumen. Di Pasar Induk Kramat Jati,

Mangga dijual di Pasar Induk Kramat Jati bila pasokan buah ada. Tidak setiap saat

pula pedagang besar berjualan, tergantung adanya pasokan dari pedagang pemasok

dan bagaimana kondisi pasar, apakah permintaan tinggi dan stok yang tersedia

masih banyak atau tidak. Di Pasar Induk Kramat Jati tidak ada perhimpunan khusus

pedagang besar mangga yang bersifat formal tetapi mereka berjual durian di satu

tempat yang sama, yaitu di subgrosir buah C2. Pedagang besar berjualan berdekatan

dalam beberapa los.

Pihak yang terlibat dalam sistem pemasaran durian di Pasar Induk Kramat Jati

adalah pedagang besar, dan pedagang pengecer. Dalam kegiatannya, pihak- pihak

tersebut menjalankan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar proses

penyampaian barang. Fungsi-fungsi tersebut dapat dikelompokkan menjadi fungsi

pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi Pertukaran (Exchange

Function) adalah kegiatan memindahkan kepemilikan produk dan penyaluran

barang dari produsen sampai konsumen. Perubahan hak milik produk terjadi setelah

ada kesempatan harga sehingga terjadi proses pembelian dan penjualan. Pembelian

terjadi karena adanya penawaran barang dan aktivitas pembayaran sedangkan

penjualan merupakan kegiatan yang lebih kompleks, tidak hanya menerima

kesepakatan harga. Pada aktivitas ini dilakukan penataan produk dan didukung

promosi agar mendapatkan pembeli yang banyak pada tingkat harga yang

menguntungkan.

Fungsi Fisik (Physical Function) adalah tindakan yang berhubungan langsung

dengan penanganan, perpindahan, atau proses mengubah produk yang akan

memberikan nilai tambah. Fungsi ini meliputi penyimpanan, pengangkutan, dan

pengolahan. Penyimpanan merupakan usaha mempertahankan ketersediaan produk

pada jangka waktu tertentu. Fungsi ini tidak selalu dilakukan oleh pedagang besar

di Pasar Induk Kramat Jati. Bila seluruh pasokan mangga habis dalam satu hari

Page 65: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

48

maka pedagang tidak melakukan fungsi penyimpanan. Fungsi penyimpanan

dilakukan pedagang besar maksimal satu hari karena mangga akan habis terjual

keesokan harinya, apalagi bila belum ada pasokan dari daerah lain yang masuk.

Kegiatan pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang pada daerah tertentu

yang membutuhkan produk. Fungsi ini meliputi pemilihan saluran pengangkutan

dan kegiatan bongkar muat. Pedagang besar memanfaatkan jasa penyewaan truk

ataupun mobil colt untuk mengambil mangga dari pemasok (pedagang pengumpul

ataupun petani). Pedagang pemasok yang menyediakan truk atau mobil colt dan

pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati yang membayar biaya transportasinya.

Bila sedang musim mangga, pedagang menyewa satu hingga dua truk, sedangkan

saat normal pedagang menyewa satu truk, dan ketika pasokan sedikit, hanya satu

truk atau mobil colt yang disewa. Biaya transportasi yang dikenakan termasuk biaya

bahan bakar dan penyeberangan menggunakan kapal feri. Pedagang menyatakan

infrastruktur di Pulau Sumatra cukup baik, tidak semua sopir menghadapi pungutan

liar, dan pada umumnya waktu yang diperlukan untuk mengirim barang antara satu

sampai dua hari. Untuk bongkar muat, pedagang mengandalkan tenaga kerja yang

dimiliki ataupun buruh bongkar muat yang tersedia di Pasar Induk Kramat Jati.

Bongkar muat dilakukan saat memuat barang di pemasok, membongkar barang di

Pasar Induk Kramat Jati, dan juga memuat mangga yang dibeli pedagang pengecer.

Fungsi Fasilitas (Facilitating Function) adalah tindakan-tindakan untuk

memperlancar kegiatan pertukaran dan fungsi fisik sehingga barang sampai ke

tangan konsumen. Fungsi ini sebagai penggerak dalam kegiatan pemasaran

meliputi standardisasi, permodalan, penanggulangan risiko, dan intelijen pasar.

Standardisasi adalah penentuan mutu suatu produk dengan berbagai ukuran warna,

bentuk, kadar air, kematangan, rasa, dan kriteria lainnya. Kegiatan ini tidak

dilakukan pedagang besar karena ketika mangga masuk Pasar Induk Kramat Jati,

pedagang pengecer yang melakukan pemilihan buah. Buah dari pedagang pemasok

sudah mengalami penyortiran tetapi belum ada grading pada buah sehingga kualitas

buah yang masuk Pasar Induk Kramat Jati beragam ukuran dan tingkat kematangan.

Mangga terkadang habis terjual ketika buah masih dalam truk karena sudah dipilih

pedagang pengecer yang datang. Bila ada buah yang tidak sesuai, buah di tata di

Page 66: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

49

lapak sehingga truk atau mobil pengangkut tidak terparkir terlalu lama di Pasar

Induk.

Permodalan akan memberi bantuan dana untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran. Untuk membeli mangga tentu dibutuhkan modal awal yang besar

karena harga per buah besar serta angkutan yang dibutuhkan membutuhkan dana

besar. Sebesar Rp 20.000.000 dibutuhkan untuk membayar lunas seluruh biaya

pemasaran dan pembelian mangga. Tidak ada bantuan dana yang terlihat dalam

wujud fisik tetapi dalam bentuk kepercayaan. Pedagang besar di Pasar Induk

Kramat Jati menerima mangga dari pedagang pemasok tanpa memberi uang muka.

Ketika mangga datang, pedagang tidak langsung membayar pembelian mangga.

Hal ini dapat terjadi karena adanya kepercayaan dari pemasok ke pedagang. Hal ini

juga terjadi pada pedagang pengecer. Barang dibeli dengan sistem pembayaran

konsinyasi (pembelian barang dibayar setelah barang habis terjual). Pedagang

mangga lokal tidak memanfaatkan pinjaman dana dari lembaga pemberi pinjaman.

Penanggulangan risiko adalah kegiatan mengatasi kerugian dari pemasaran

produk. Risiko yang dihadapi adalah risiko fisik dan risiko pasar. Bagi pedagang

besar, risiko yang dihadapi antara lain buah yang rusak atau membusuk karena

mengalami perjalanan jauh. Pedagang besar ataupun pengecer menanggung risiko

bila buah tidak habis terjual merupakan risiko yang dihadapi pedagang. Untuk

mengatasi buah yang membusuk, biasanya pedagang meminta pemasok buah agar

buah dipanen sebelum buah masak. Untuk mengatasi buah yang rusak, peti buah

mangga ditata rapi agar tidak ada rongga tersisa antar peti mangga supaya gesekan

tidak sering terjadi. Pungutan liar sulit dihindari pedagang, pedagang biasanya

merelakan buah yang diminta. Bagi pedagang besar, buah yang tidak habis terjual

biasanya dijual murah atau bila buah rusak, buah dibuang.

Intelijen pasar akan mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan

data yang akan memperlancar kegiatan pemasaran. Dinas pasar belum berperan

besar dalam kegiatan pemasaran semua buah. Tidak ada data yang terkait pasokan

ataupun pergerakan harga buah dikarenakan buah lokal di Indonesia merupakan

buah musiman, pedagang yang berjualan mangga pun musimnya sehingga sulit

mendapat data yang valid. Akan tetapi, informasi harga di Pasar Induk Kramat Jati

Page 67: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

50

sempurna walaupun tanpa peran Dinas Pasar Induk Kramat Jati. Harga pasar

mangga dapat diketahui dengan mudah bagi pedagang besar.

Pengemasan dalam proses jual beli mangga sangat berpengaruh dalam menjaga

kualitas. Karena penggunaan kalsium karbida atau karbit sebuah senyawa kimia

yang digunakan untuk mempercepat pematangan buah. Berikut pengemasan buah

mangga :

1) Pemetikan

Proses pemetikan ini dilakukan oleh petani secara manual satu per

satu, hal ini dikarenakan pemetikan mangga disesuaikan dengan umur

mangga yang sudah siap panen, umur ideal pemetikan mangga dengan

tingkat ketuaan 85%-100% yaitu berumur 110-120 hari semenjak bunga

mekar. Dalam satu pohon mangga tidak serentak buah dapat dipanen,

karena mekarnya bunga yang berbeda-beda sehingga diperlukan ketelitian

dalam proses pemilihan saat memetik buah mangga, setelah dipetik

mangga disimpan di wadah keranjang untuk menuju perlakuan

selanjutnya. Berikut ini merupakan gambar hasil pemetikan mangga

(Gambar 11).

Gambar 11. Hasil Pemetikan Mangga

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019

2) Penimbangan

Setelah melewati proses pemetikan, mangga hasil panen ditimbang

untuk mengetahui berat mangga. Sehingga petani pengumpul atau

tengkulak dapat mengetahui besaran uang yang dikeluarkan untuk

membayar buah mangga yang akan dijual ke saluran selanjutnya. Berikut

Page 68: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

51

gambar proses penimbangan dari lahan menuju gudang saluran

selanjutnya (Gambar 12).

Gambar 12. Proses Penimbangan Mangga

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019

3) Adaptasi Suhu dan Sortasi

Setelah proses penimbangan, petani pasca panen atau tengkulak

memberi perlakuan berupa adaptasi suhu dengan cara mengumpulan buah

mangga dalam gudang, sehingga mangga dapat mencapai tingkat

kematangan yang sempurna. Proses sortasi dilakukan saat pemindahan

mangga dari keranjang ke gudang, proses sortasi ini untuk memisahkan

mangga sesuai dengan ukuran, tingkat umur ketuaan dan berat mangga.

Mangga yang beratnya 700 gram dapat masuk ke Grade A dan seterusnya.

Berikut gambar Adaptasi suhu dan sortasi mangga (Gambar 13 dan 14).

Gambar 13. Adaptasi Suhu Mangga

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019

Page 69: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

52

Gambar 14. Sortasi Mangga

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019

4) Pengemasan

Setelah adaptasi suhu dan sortasi selama 1 malam, mangga akan di

kemas sesuai dengan grade nya. Untuk Grade A akan masuk ke kemasan

karton, sedangkan Grade B dan selanjutnya akan masuk ke kemasan peti

kayu (Gambar 15 dan 16).

Gambar 15. Pengemasan Mangga dengan Peti Kayu

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019

Page 70: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

53

Gambar 16. Pengemasan Mangga dengan Kardus Karton

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019

Setelah menyelesaikan Tahap pengemasan maka mangga disimpan dalam

gudang selama 2-3 hari pengiriman mangga ke saluran selanjutnya menunggu

permintaan dari pedagang besar untuk menyesuaikan tingkat kematangan. Kegiatan

pembelian dan penjualan dilakukan setiap saat oleh pedagang pengecer. Pembelian

buah dari pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati dan buah dijual kembali ke

konsumen. Pedagang pengecer melakukan fungsi penjualan lebih dari pedagang

besar karena melakukan promosi penjualan lewat penataan produk di lapak. Untuk

mempermudah kegiatan jual beli mangga di tingkat konsumen, pedagang pengecer

berjualan di lokasi padat penduduk seperti kawasan Jabotabek. Kebanyakan mereka

berjualan di pinggir jalan dan dekat dengan pasar. Harga jual mangga juga beragam,

tergantung seberapa besar harga beli, biaya pemasaran, ukuran, serta kualitas buah.

Bila kualitas buah bagus maka harga jual buah akan tinggi. Penentuan harga juga

dipengaruhi besar kecilnya buah.

Pedagang pengecer melakukan fungsi penyimpanan lebih sering karena

tidak selalu mangga habis ketika dijual di lapak atau pinggir jalan. Ketika musim

buah mangga, banyak pedagang pengecer yang menjual dagangannya dan tersebar

di berbagai daerah sehingga konsumen memiliki banyak pilihan untuk membeli.

Buah yang disimpan di suhu ruang hanya mampu bertahan tiga hari setelah buah

matang. Pedag

ang pengecer juga melakukan fungsi pengangkutan. Ada pedagang yang

menggunakan gerobak untuk membawa mangga ke tempat jualnya, ada yang

menyewa angkot, menggunakan jasa angkutan taksi atau ojek roda dua, dan ada

Page 71: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

54

pula yang membawa kendaraan seperti mobil bak terbuka atau truk motor. Bongkar

muat biasanya dibantu tenaga kerja pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati atau

buruh angkut di pasar induk.

Pedagang pengecer melakukan fungsi standardisasi berdasarkan keinginan

konsumen di tempat mereka berjualan. Pedagang pengecer biasanya membeli buah

berukuran kecil, sedang, dan besar agar mampu memenuhi keinginan konsumen.

Tidak semua buah dibeli dalam keadaan matang, ada juga yang belum matang agar

daya simpannya lebih lama. Pedagang pengecer tidak melakukan kegiatan

pembiayaan. Pedagang pengecer menjual langsung mangga kepada konsumen dan

dibayar tunai sehingga pedagang pengecer dapat membayar mangga yang dibelinya

dari pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati.

Penanggulangan risiko adalah kegiatan mengatasi kerugian dari pemasaran

produk. Risiko yang dihadapi adalah risiko fisik dan risiko pasar. Bagi pedagang

pengecer, risiko yang dihadapi antara lain buah yang membusuk karena tidak laku

terjual. Tidak selalu buah mangga yang dijual habis cepat dalam satu hari. Pedagang

pengecer biasanya menghadapi pungutan liar dalam wujud buah mangga atau uang

yang ditagih penjaga pasar. Mangga yang tidak habis akan dijual murah atau di beli

oleh produsen jus buah atau selai buah. Pedagang pengecer juga berperan sebagai

intelijen pasar bagi usahanya sendiri untuk melihat bagaimana keinginan konsumen

dan harga pasar.

Page 72: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

55

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Pola Distribusi Mangga Lokal dari Produsen ke Pasar Induk

Kramat Induk Jati.

Pembangunan pertanian melalui konsep sistem agribisnis merupakan

pandangan bahwa semua aktivitas dalam sub-sistem agribisnis saling

mempengaruhi. Apabila terdapat masalah/hambatan pada salah satu sub-sistem,

maka akan mempengaruhi keseluruhan sistem dalam agribisnis harus

membangun atau mengembangkan seluruh sub-sistem yang ada. Sub-sistem

pemasaran merupakan kegiatan yang melaksanakan dan memperlancar

pemasaran komoditas pertanian baik segar maupun olahan, seperti kebijakan

perdagangan, distribusi, promosi, intelijen pasar dan struktur pasar

(Asmarantaka, 2012).

Struktur jaringan distribusi mangga pada umumnya memiliki beberapa

karakteristik yang sama. Pola aliran dalam jaringan distribusi rantai pasokan

mangga menunjukkan ada tiga aliran yang ada dalam pola tersebut yaitu berupa

aliran produk, aliran keuangan dan aliran informasi. Aliran produk mengalir

dari hulu hingga hilir yaitu petani hingga konsumen akhir. Aliran keuangan

mengalir dari hilir ke hulu yaitu konsumen akhir ke petani. Aliran informasi

mengalir pada mata rantai secara timbal balik (Rachman, 2016).

Berikut identifikasi lembaga pemasaran yang terdapat di Pasar Induk

Kramat Jati:

1) Petani adalah pengusaha yang bergerak di bidang produksi mangga, yang

melakukan kegiatan bercocok tanam dari mulai awal hingga proses

pemanenan dilakukan. Pada penelitian ini unit dagang yang menggunakan

saluran langsung dari petani adalah unit dagang Nurmala dan Margono

yang asal pasokannya dari Tuban, Majalengka dan Jombang. Wilayah

pasokan lain dari semua unit dagang masih menggunakan jasa dari

pengumpul, petani pasca panen, tengkulak, pemasok, dan tengkulak.

Page 73: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

56

2) Petani pasca panen adalah pengusaha yang bergerak pada tahap

penanganan hasil produksi segera setelah pemanenan. Penanganan pasca

panen mencakup pembersihan, penyortiran, penyimpanan, dan

pengemasan. Pemakaian jasa petani pasca panen ini dilakukan oleh petani

yang memiliki pengetahuan minim mengenai pembersihan, penyortiran,

penyimpanan dan pengemasan. Unit dagang yang menggunakan jasa petani

pasca panen adalah pedagang yang menerapkan sistem pembayaran

komisi, unit dagang tersebut Nurmala, Sido Mulyo, Anggit, Putra Bali.

3) Pengumpul sebagai penyedia jasa pengumpulan dari setiap petani yang

memiliki hasil panen <7 ton. Penggunaan ukuran 7 ton sebagai batas dalam

satu pengiriman dikarenakan muatan satu kendaraan yang biasa digunakan

dalam pengiriman, kendaraan yang biasa digunakan adalah truck colt diesel

double. Pengumpul hanya melakukan jasa penyortiran dan pengemasan.

Unit dagang yang menggunakan jasa pengumpul adalah unit dagang yang

menerapkan sistem pembayaran nota, unit dagang tersebut Bangkit, Pur

Bersaudara, Sumber Barokah, Margono.

4) Tengkulak sebagai pembeli, pendistribusi sekaligus pedagang hasil

pertanian dengan cara datang ke daerah penghasil untuk mengumpulkan

mangga. Hasil produksi tersebut di jual dengan harga tinggi, tengkulak juga

bertindak sebagai penyalur, tidak menyediakan jasa lain. Unit dagang yang

menggunakan jasa tengkulak, adalah Sido Mulyo, Nurmala, Pur

Bersaudara, dan Margono.

5) Supplier/Pemasok sebagai penyalur yang menyalurkan produk ke Pasar

besar, Hotel, Rumah Sakit, Rumah Makan dan Super Market. Berbeda

dengan tengkulak, pemasok menjual hasil panen dari pedagang pengumpul

dengan harga yang normal, keuntungan yang dimiliki oleh pemasok akan

dibagi rata dengan pengumpul. Pemasok juga bisa langsung menjual ke

pasar internasional menyesuaikan dengan permintaan dari konsumennya.

6) Pasar induk Kramat Jati merupakan satu-satunya pasar induk yang khusus

menjual buah dan sayuran di DKI Jakarta. Pasar Induk Kramat Jati

merupakan pasar dengan skala pelayanan regional, artinya dapat melayani

Page 74: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

57

kebutuhan buah dan sayuran ke seluruh wilayah DKI Jakarta dan

sekitarnya. jika dilihat dari latar belakang pendirian pasar induk, pasar ini

merupakan food station (terminal buah dan sayuran) untuk wilayah DKI

Jakarta, pasar ini merupakan pusat dari buah dan sayuran. Artinya seluruh

buah dan sayuran yang masuk ke DKI Jakarta harus melalui Pasar Induk

Kramat Jati, akan tetapi seiring perkembangan kota, fungsi ini mulai

berkurang, karena pasar ini bukan lagi satu-satunya pusat yang

menyediakan buah dan sayuran. Banyak pemasok-pemasok dari luar

wilayah Jakarta yang langsung mengirim buah dan sayuran ke pasar-pasar

di seluruh DKI Jakarta dan sekitarnya tanpa melaui Pasar Induk Kramat

Jati terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya transportasi

yang akan mempengaruhi harga barang.

7) Pedagang pengecer adalah pedagang yang sehari-harinya berjualan di pasar

tradisional dan kios yang terdapat di luar pasar resmi. Sebagai usaha

mempermudah konsumen dalam membeli produk dalam jumlah sedikit.

Pedagang pengecer umumnya melakukan fungsi fisik seperti pengemasan

dalam jumlah tertentu dengan menggunakan kemasan plastik, kemasan

Parcel, kemasan styrofoam atau plastik busa. Pedagang pengecer tidak

secara keseluruhan melakukan fungsi pengupasan atau siap saji terhadap

komoditas mangga, hanya terbatas beberapa saja. Hal ini dikarenakan

minat dari konsumen yang tidak seluruhnya membutuhkan produk mangga

dalam bentuk kupas.

8) Supermarket, Hotel, Rumah Sakit, dan Rumah Makan sebagai konsumen

dari pasar induk tersebut. Kebutuhan buah dalam jumlah besar

menyebabkan supermarket, hotel, rumah sakit dan rumah makan memasok

produk dari pasar induk. Kemajuan teknologi informasi menyebabkan

beberapa konsumen langsung membeli produk di petani sehingga tidak

menggunakan fungsi pasar induk. Pelaku dari pemutusan saluran

pemasaran ini adalah supermarket dan hotel.

9) Konsumen akhir dalam penelitian ini adalah pedagang pengecer,

supermarket, hotel, rumah sakit, rumah makan, pedagang juice, pedagang

Page 75: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

58

makanan olahan, dan pedagang buah di wilayah luar Jawa. Pedagang

pengecer sebagai konsumen berasal dari daerah Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Garut, Cirebon,. Supermarket

yang memasok mangga dari Pasar Induk meliputi, Lotte Mart, Carefoor,

Lulu Hypermart, Super Indo, Total Buah, dan All Fresh. Hotel, Pedagang

makanan olahan, pedagang juice dan Rumah Sakit yang memasok mangga

berasal dari sekitar Jakarta. Rumah Makan yang memasok mangga dari

pasar induk berasal dari sekitar Jabodetabek, rumah makan yang memasok

mangga biasa difungsikan sebagai makanan pencuci mulut dan olahan

sambal untuk mangga (cengkir). Pedagang yang berasal dari luar Jawa

meliputi Palembang, Padang, Pekanbaru, Lampung, Medan, dan

Banjarmasin.

Mangga yang dipasarkan di Pasar Induk Kramat Jati berasal dari daerah

sentra produksi mangga Indonesia yaitu Indramayu, Majalengka, Ponorogo,

Pemalang, Pekalongan, Jepara, Karawang, Pasuruan, Probolinggo, Bali,

Sumbawa, Bima, Jombang, Situbondo, Kediri, Madiun, Tuban, Banyuwangi

dan Subang. Mangga dari setiap daerah memiliki pola distribusi yang berbeda-

beda dan melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Perbedaan ini terjadi

karena proses penerapan sistem pemasaran dari setiap pemasok unit dagang

menggunakan cara yang beragam, sehingga menimbulkan berbagai pola

distribusi pemasaran mangga.

Peta distribusi dari berbagai daerah ternyata memiliki peta yang berbeda-

beda hal ini menyebabkan panjangnya aliran saluran distribusi juga berbeda.

Berdasarkan informasi yang didapatkan diketahui bahwa hubungan dan relasi

sebagai penyebab utama berbedanya saluran distribusi yang terjadi. Karena

tidak semua pedagang mendapat relasi langsung kepada petani, beberapa

pedagang besar hanya memiliki relasi tengkulak atau petani pasca panen, hal

ini menyebabkan kesepakatan dagang juga berbeda-beda ada yang

menggunakan sistem nota/ kontan, juga menggunakan sistem komisi/hutang.

Berikut gambaran umum peta pasokan dan konsumen.

Page 76: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

59

Gambar 17. Peta Distribusi Mangga Lokal

Sumber : Data Primer (diolah), 2019

Pada gambar 18 diketahui bahwa daerah pasokan terdapat di daerah

Majalengka, Subang, Karawang, Indramayu, Pemalang, Pekalongan, Jepara,

Pasuruan, Jombang, Ponorogo, Banyuwangi, Probolinggo, Kediri, Madiun,

Situbondo, Tuban, Bali, Sumbawa dan Bima dari keseluruhan wilayah tersebut

adalah wilayah pemasok mangga ke pedagang besar yang berada di Pasar

Induk Kramat Jati. Sedangkan konsumen dari pedagang besar ke pedagang

kecil atau konsumen langsung terdapat pada wilayah Medan, Pekanbaru,

Padang, Palembang, Lampung, Tanggerang, Bogor, Bekasi, Depok, Sukabumi,

Garut, Bandung, Cirebon.

Untuk pasokan dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali pengiriman

menggunakan jalur laut dan darat. Penggunaan jalur laut hanya sampai

Surabaya setelah sampai Surabaya pengiriman langsung mengarah ke Jakarta.

Untuk Wilayah Jawa Tengah, pengangkutan harus melewati jembatan timbang

yang ada di Semarang, menurut informan hal ini bertujuan untuk pemusatan

lajur pengiriman muatan berat agar melewati Jalur Pantura (Pantai Laut Utara).

Untuk wilayah Jawa Timur pengangkutan harus melewati jembatan Timbang

yang ada di Surabaya, sama hal nya dengan wilayah Jawa Tengah pemusatan

ini bertujuan untuk kendaraan bermuatan berat agar melewati Jalur Pantura.

Page 77: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

60

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa daerah pasokan mangga yang

menjadi ikon dari jenis mangga seperti, Probolinggo, Majalengka dan

Indramayu tidak menjadi pemasok utama. Hal ini dikarenakan produk yang

berasal dari daerah tersebut sudah menembus pasar ekspor, mangga yang

kualitasnya tidak masuk ke pasar ekspor baru akan dijual ke Pasar besar di

beberapa wilayah seperti Jakarta, Semarang, Surabaya dan beberapa wilayah

lain.

Mangga harum manis yang berasal dari Probolinggo memiliki rasa yang

manis legit serta harum posisinya dapat digantikan oleh mangga yang berasal

dari Ponorogo dan Pasuruan. Karena hasil panen setiap tahun tidak pasti

menembus kualitas ekspor, mangga harum manis Probolinggo yang tidak

memenuhi syarat akan digantikan oleh mangga dari Pasuruan, karena kualitas

yang sama. Saling melengkapi dari dua daerah ini menjadi sebuah duet maut

dalam memenuhi pasar internasional.

Varietas mangga cengkir yang paling diminati adalah dari daerah

Indramayu. Pemenuhan permintaan dari mangga cengkir meningkat sehingga

beberapa wilayah lain mulai membudidayakan dan mampu bersaing dengan

mangga cengkir Indramayu. Pemalang dan Pekalongan adalah salah satu

pesaing dari mangga cengkir Indramayu, dengan kualitas yang berbeda.

Mangga cengkir Indramayu memiliki daging buah yang berwarna putih

kekuningan dengan rasa legit segar dapat disaingi oleh mangga Pemalang yang

memiliki daging buah oranye kemerahan dengan kualitas rasa yang sama,

sehingga kualitas ini menjadi salah satu ciri khas dan keunggulan dari setiap

mangga lokal.

Mangga gendong gincu yang paling diminati berasal dari daerah

Majalengka. Majalengka penghasil terbaik dari varietas gendong gincu, belum

ada yang mampu menandingi kualitas dari gendong gincu Majalengka,

beberapa wilayah mulai membudi dayakan mangga gendong gincu akan tetapi

belum mampu menandingi. Bali, Purbalingga dan Pemalang mulai

membudidayakan varietas ini, tapi belum bisa menembus pasar internasional.

Page 78: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

61

Mangga gendong gincu dapat masuk pasaran lokal karena mangga gendong

gincu dari Majalengka pasokan Noya terbatas untuk dalam negeri.

Mangga lokal dari daerah ikon dapat beredar di pasaran lokal karena petani

yang memiliki hubungan baik dengan pedagang besar atau tengkulak, sehingga

tidak menutup kemungkinan mangga lokal kualitasnya selalu buruk. Mangga

lokal yang beredar di pasaran dalam negeri kebanyakan mangga yang

kualitasnya d bawah kualitas internasional hal ini dikarenakan kemampuan

konsumen yang tidak bisa mengikuti pasaran internasional. Petani akan lebih

memilih menjual ke luar negeri, daripada menjual di dalam negeri dengan

harga yang lebih murah.

Manajemen berupaya keras mengurangi persediaan sambil pada saat yang

sama mempercepat siklus pesanan atas pengiriman. Salah satu adalah bahwa

efisiensi distribusi menurun jika perusahaan tersebut mengalami peningkatan

penjualan yang besar. Manajemen menanggapi dengan meningkatkan intensif

tenaga penjualan untuk memperoleh lebih banyak pesanan. Tenaga penjualan

tersebut berhasil, tetapi sekali lagi perusahaan tersebut gagal memenuhi

tanggal pengiriman. Manajemen perlu mengidentifikasi kemacetan yang

sesungguhnya dan berinvestasi lebih banyak dalam kemampuan produksi dan

distribusi (Kotler, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi bahwa

rantai pemasaran atau pola distribusi pemasaran mangga di Pasar Induk Kramat

Jati melibatkan pengumpul, pemasok, petani pasca panen dan tengkulak

sebagai jalur awal setelah petani. Dari pengumpul, pemasok, petani pasca

panen dan tengkulak tersebut, kemudian pasokan mangga sebagian besar dijual

melalui pedagang besar di Jakarta dan beberapa ke daerah asal pasokan produk

tersebut dalam hal ini pedagang besar bertindak sebagai pemasok bagi

pedagang pengecer, kemudian antar sesama pedagang pengecer juga terjadi

distribusi mangga dengan pola kerja sama.

Pada Umumnya para petani menjual mangga ke pedagang desa atau

pengumpul tanpa melalui sistem grading. Para petani pasca panen melakukan

penyortiran dan penilaian di tempat pengumpulan barang, dan sebagian

Page 79: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

62

mangga dijual ke agen eksportir, serta sisanya dijual ke pasar tradisional dan

pedagang besar. Menurut para pelanggan, pedagang besar melakukan

penambahan nilai pasar melalui penyortiran, penilaian serta pengemasan yang

baik. Beberapa mangga dijual ke para agen pasar swalayan atau langsung ke

pasar swalayan, serta sisanya dijual ke pasar tradisional. Para agen pasar

swalayan tidak hanya menjual ke pasar swalayan, tetapi juga ke eksportir.

Berdasarkan hasil penelitian, mangga yang beredar di Pasar Induk Kramat

Jati berasal dari sentra produksi mangga di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Nusa Tenggara dan Bali. Masing-masing mangga memiliki pola

distribusi yang berbeda-beda dan melibatkan beberapa lembaga pemasaran.

Jaringan distribusi mangga yang terdapat di Pasar Induk Kramat Jati umumnya

mengikuti pola seperti yang di tunjukan dalam aliran saluran distribusi yang

disajikan dalam gambar 18.

Gambar 18. Saluran Distribusi Mangga Lokal

Sumber : Data Primer (diolah), 2019

Selanjutnya deskripsi masing-masing saluran dijelaskan sebagai berikut.

1) Saluran Distribusi I

Pada saluran ini petani menjual mangga hasil produksinya kepada

pengumpul, lalu pengumpul memberikan perlakuan fisik berupa pemberian

Tengkulak

(4)

Tengkulak

Petani

(1)

Pasar

Induk (6)

Petani Pasca Panen

(2)

Pengumpul (3)

Pengumpul (3)

Petani Pasca

Panen (2)

Pemasok (5)

Pengumpul (3)

Tengkulak

(4)

Tengkulak

(4)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Page 80: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

63

senyawa karbida (karbit) agar mangga lokal yang dipanen belum matang

segera menuju matang. Dan memberikan pengemasan berupa peti kayu,

yang lolos dalam grade high class akan dikemas dengan menggunakan dus

karton. Hal ini menyesuaikan permintaan dari konsumen dengan bentuk

pengemasan sedemikian rupa. Pedagang pengumpul ini akan melakukan

penjualan mangga siap jual dalam bentuk grosir kepada pemasok. Pemasok

akan mengirimkan mangga siap jual grosirnya kepada pedagang besar di

Pasar kota-kota besar, pemasok juga akan menjual mangga siap jualnya

kepada swalayan, hotel dan ritel lainnya. Saluran I dapat dilihat pada

gambar 19.

Gambar 19. Saluran Distribusi I

Sumber : Data Primer (diolah), 2019

2) Saluran Distribusi II

Mangga lokal hasil produksi petani akan dikumpulkan di tempat

pengemasan oleh petani pasca panen, berbeda dengan pedagang pengumpul

yang membeli, petani pasca panen ini akan mengemas dan mengumpulkan

mangga lokal hasil panen. Dengan perlakuan yang sama dengan perlakuan

pedagang pengumpul, mulai pengemasan menggunakan peti kayu untuk

mangga yang berkualitas standar dan tidak matang di pohon. Mangga lokal

yang dikemas dengan bubuhan karbit dengan dosis menyesuaikan dengan

cuaca. Apabila tidak menyesuaikan dengan cuaca dan terjadi kelalaian

dalam pengiriman maka produk akan rusak. Petani pasca panen akan

menjual hasil produksi kepada pasar-pasar besar. Petani akan memberikan

gambaran harga jual mangga produksinya, sehingga tergambar modal untuk

pemasaran mangga. Jasa petani pasca panen ini menggunakan sistem

pembayaran komisi, petani juga akan menerima upah hasil penjualan

mangga setelah satu kali masa pengiriman akan selesai dijual. Saluran II

dapat dilihat pada gambar 20.

Petani Pedagang

Pengumpul Pemasok Pasar Induk

Page 81: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

64

Gambar 20. Saluran Distribusi II

Sumber : Data Primer (diolah), 2019

3) Saluran Distribusi III

Pada Saluran III ini, petani mangga akan menjual hasil panennya

kepada tengkulak. Hal ini dilakukan karena petani tidak memiliki relasi

dengan pedagang pengumpul, petani pasca panen, pedagang besar ataupun

ritel lainnya. Alasan lain petani menjual mangga hasil produksinya kepada

tengkulak karena kedekatan emosional yang ada, sehingga akan merusak

hubungan antara petani dengan tengkulak jika dalam saluran distribusi ini

tidak dilibatkan. Tengkulak membeli mangga lokal dari petani dan

menjualnya dengan harga yang tinggi kepada pedagang besar dengan sistem

pembayaran nota. Sehingga jika terjadi kerusakan pada proses distribusi dan

jual beli akan dibebankan kepada pedagang besar atau lembaga lain setelah

tengkulak. Saluran III dapat dilihat pada gambar 21.

Gambar 21. Saluran Distribusi III Sumber : Data Primer (diolah), 2019

4) Saluran Distribusi IV

Pada saluran IV ini, petani yang bekerja sama dengan petani pasca

panen akan melakukan pengemasan dan persiapan pengiriman ke pedagang

besar. Petani dan petani pasca panen mengirimkan produk mangga lokal

kepada tengkulak dengan sistem pembayaran komisi. Sehingga keuntungan

keseluruhan akan didapatkan di akhir masa penjualan selesai. Alasan yang

sama menggunakan jasa lembaga ini, dikarenakan relasi yang dimiliki

petani/ petani pasca panen serta kedekatan emosional yang dimiliki oleh

pelaku saluran distribusi. Saluran distribusi IV dapat dilihat pada gambar

22.

Petani Petani Pasca

Panen Pasar Induk

Petani Pasar Induk Tengkulak

Page 82: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

65

Gambar 22. Saluran Distribusi IV

Sumber : Data Primer (diolah), 2019

5) Saluran Distribusi V

Pada Saluran V, petani menjual produk mangga hasil panen kepada

pedagang pengumpul. Seperti pada saluran sebelumnya, pedagang

pengumpul melakukan kegiatan pengemasan pada peti kemas dan kardus

karton. Pengemasan ini dilakukan oleh pedagang pengumpul lalu

menjualnya kepada pedagang pasar induk di kota-kota besar. Kegiatan ini

dilakukan oleh pedagang pengumpul dalam rangka memutus kinerja

tengkulak yang memberi harga terlalu mahal kepada pedagang besar.

Keluhan ini akhirnya yang menyebabkan adanya saluran ini. Perlakuan

pengemasan oleh petani masih dikeluhkan oleh pedagang besar karena

petani tidak dapat melakukan pengemasan yang sesuai dengan yang

diinginkan oleh konsumen. Saluran distribusi V dapat dilihat pada gambar

23.

Gambar 23. Saluran Distribusi V Sumber : Data Primer (diolah), 2019

6) Saluran Distribusi VI

Pada Saluran VI ini, petani menjual produk kepada pedagang

pengumpul karena tidak memiliki relasi untuk menjual dalam jumlah

besar/grosir. Sehingga pedagang pengumpul akan menjual produk hasil

belinya dari petani kepada tengkulak, dengan berjalannya waktu pedagang

pengumpul sudah memiliki relasi untuk menjual kepada pedagang pasar

besar karena merasa berhutang jasa kepada tengkulak dan memiliki

hubungan emosional yang berlebih sehingga pedagang pengumpul masih

Petani Pasar Induk Petani Pasca

Panen

Tengkula

k

Petani Pedagang

Pengumpul Pasar Induk

Page 83: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

66

saja tetap menjual produk mangga lokalnya kepada tengkulak. Saluran

distribusi VI dapat dilihat pada gambar 24.

Gambar 24. Saluran Distribusi VI Sumber : Data Primer (diolah), 2019

7) Saluran Distribusi VII

Pada Saluran VII petani menjual produk langsung kepada pedagang

pasar besar yang berada di Indonesia. Hal ini dapat terjadi dikarenakan

permodalan dalam pengerjaan proses produksi ditanggung oleh pedagang

pasar besar sehingga dapat terjadi saluran yang langsung. Saluran ini adalah

saluran yang masih sangat sedikit dilakukan, karena luas lahan petani tidak

mencukupi untuk volume penjualan yang besar sehingga masih ada

kontribusi dari pedagang pengumpul, petani pasca panen, tengkulak atau

pemasok untuk proses penjualan mangga lokal. Saluran distribusi VII dapat

dilihat pada gambar 25.

Gambar 25. Saluran Distribusi VII

Sumber : Data Primer (diolah), 2019

Hal ini menjelaskan bahwa dalam distribusi hasil produksi mangga,

memiliki empat alternatif saluran distribusi. Petani bisa menjual kepada

tengkulak, pedagang pengumpul, petani pasca panen atau langsung kepada

pedagang besar di pasar Induk Kramat Jati. Petani memiliki kebebasan menjual

kepada lembaga selanjutnya tanpa ada regulasi tetap, dan alasan memilih

lembaga selanjutnya karena relasi yang dimiliki oleh petani tersebut. Pengaruh

besar dalam penetapan pemilihan lembaga selanjutnya yaitu hubungan

emosional dari petani kepada lembaga yang dipilihnya. Dari 8 Unit Dagang

yang dijadikan sampel penelitian diketahui bahwa 6 dari 8 unit dagang

menggunakan jasa tengkulak dan petani pengumpul.

Tengkula

k

Pedagang

Pengumpul Petani Pasar Induk

Petani Pasar Induk

Page 84: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

67

Keadaan ini dikarenakan tidak memungkinkan seorang petani yang dapat

memproduksi hasil pertanian sebanyak 1 sampai dengan 2 ton untuk langsung

dijual ke pasar besar. Batas pengiriman ideal ke Pasar Besar yang ada di Jakarta

dan sekitarnya adalah 7 ton, batas ini dipilih dengan menyesuaikan muatan

angkutan yang terbatas 7-8 ton. Alasan lain adalah Kebanyakan petani tidak

menguasai teknik pengemasan yang sesuai dengan keinginan dari konsumen

selanjutnya. Pengemasan dalam proses jual beli mangga sangat berpengaruh

dalam menjaga kualitas. Karena penggunaan kalsium karbida atau karbit

sebuah senyawa kimia yang digunakan untuk mempercepat pematangan buah

menentukan daya tahan dari produk mangga tersebut, sehingga petani yang

tidak memiliki keahlian dalam teknik pengemasan akan menggunakan jasa

lembaga lain.

Transportasi melibatkan gerakan fisik atau arus barang. Sistem

transportasi adalah link fisik yang menghubungkan pelanggan, pemasok

bahan baku, tanaman, gudang dan anggota saluran. Ini adalah titik tetap

dalam rantai pasokan logistik. Modus dasar transportasi air, kereta api,

kapal motor, udara dan pipa. Air menjadi modus paling lambat dengan rel,

pembawa motor, dan udara berikut dalam urutan kecepatan pengiriman

(Siahaya, 2015).

Pemilihan moda transportasi yang tepat memiliki beberapa langkah.

Pertama perusahaan memilih mode transportasi. Pengirim harus

membandingkan layanan yang diinginkan dengan tingkat atau biaya

layanan. Layanan biasanya berarti waktu transit atau waktu yang berlalu

dari saat pengirim membuat barang yang tersedia untuk pengiriman sampai

carrier memberikan kepada penerima barang. Pickup dan pengiriman,

terminal penanganan dan gerakan antara asal dan rekening tujuan untuk

waktu yang terlibat dalam pengangkutan barang. Perusahaan harus

seimbang antara kebutuhan untuk kecepatan dengan biaya yang melekat

dalam model transportasi. Ini termasuk tarif yang dikenakan untuk layanan,

persyaratan berat minimum, fasilitas bongkar muat, kemasan, kemungkinan

kerusakan dalam perjalanan, dan jasa-jasa khusus yang mungkin diinginkan

Page 85: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

68

atau diperlukan. Jika pengiriman hari berikutnya sangat penting, pengirim

akan memanfaatkan pembawa angkutan udara tetapi akan membayar harga

premium untuk layanan cepat tersebut. Jika waktu bukan unsur sangat kritis,

pengirim dapat memilih untuk menggunakan kereta api atau pembawa

motor, atau bahkan mungkin memanfaatkan pembawa air jika waktu adalah

tidak penting (Siahaya, 2015).

Model transportasi air adalah yang paling mahal dan digunakan

untuk produk jenis komoditas seperti gandum, dan batubara bijih. Beberapa

perusahaan bahkan menggunakan lebih dari satu model transportasi, disebut

intermoda transportasi, untuk memindahkan barang-barang mereka. Setelah

modus dipilih, pengirim harus memutuskan klasifikasi hukum atau jenis

pembawa mereka ingin memanfaatkan: umum, diatur, kontrak, dibebaskan

atau swasta. Operator umum melayani masyarakat umum dengan harga

yang wajar dan tanpa diskriminasi. Mereka tidak bisa menolak untuk

membawa komoditas tertentu atau menolak untuk melayani titik tertentu

dengan lingkup operasi carrier. Angkutan umum bertanggung jawab atas

semua barang hilang, rusak, atau tertunda, tindakan musuh publik, tindakan

otoritas publik, tindakan pengirim, atau beberapa cacat dalam barang itu

sendiri (Siagian, 2005).

Kinerja perspektif pelanggan dapat diukur dari pesanan yang

diterima pada waktunya, pesanan yang diterima lengkap, pesanan yang

diterima kerusakan bebas, pesanan diisi secara akurat, dan perintah ditagih

akurat. Ada dua macam sistem pengiriman yang digunakan yaitu dengan

menggunakan sistem mandiri adalah pengiriman dengan kendaraan yang

dimiliki oleh pengumpul atau tengkulak. Sistem selanjutnya menggunakan

sistem ekspedisi atau perusahaan khusus pengiriman, penggunaan sistem ini

memudahkan penyalur dalam alur distribusi karena harga distribusi

diseragamkan. Jarak tempuh yang sudah ditentukan oleh perusahaan

sehingga perkiraan waktu untuk sampai dapat diperkirakan dengan akurat.

Dampak negatif dari menggunakan sistem ini adalah penanggungan risiko

Page 86: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

69

kerusakan dijalan, dan kerusakan lainnya dibebankan kepada pemilik

produk.

Sistem pengiriman yang dipakai oleh lembaga berbeda-beda dari

setiap pelakunya. Dalam penelitian ini terdapat tiga macam sistem

pengiriman yang dipakai yaitu ekspedisi, carteran/sewa dan individu.

Ekspedisi adalah sistem pengiriman dengan menggunakan jasa dari

perusahaan tertentu, sehingga dapat mempermudah lembaga dalam

mengirimkan produknya ke tujuan selanjutnya. Permasalahan yang timbul

adalah ketika cuaca tidak menentu dan kecerobohan dalam pengiriman,

kerusakan tidak ditanggung oleh pedagang yang terdapat di Pasar Induk

Kramat Jati.

Menurut Siahaya (2015), penanggungan risiko kerusakan harusnya

terdapat di perusahaan transportasi yang digunakan. Ketimpangan

penerapan teori dan fakta menyebabkan kerugian pada pemilik produk.

Perusahaan transportasi membebas fungsi karena dianggap risiko kerusakan

disebabkan oleh packing dan kejadian tidak terduga di perjalanan.

Pengiriman yang dicampur dengan komoditas lain juga menyebabkan

kerusakan pada produk mangga. Muatan satu truck yang mampu membawa

7-8 ton, membuat perusahaan pengirim melakukan pencampuran dalam satu

muatan agar tidak mengalami kerugian dalam satu kali perjalanan.

Carteran/sewa adalah sistem pengiriman yang biasa dilakukan oleh

beberapa lembaga yang berhati-hati dalam proses pengiriman untuk

menanggulangi kerusakan pada proses tersebut. Sistem ini dipilih sebagai

pengaplikasian dari teori yang disebutkan oleh Asmarantaka (2012)

meningkatkan efisiensi atau keuntungan dapat dilakukan dengan tiga

kondisi yaitu; (a) menurunkan biaya, tanpa menurunkan kepuasan

konsumen, (b) meningkatnya kepuasan konsumen tanpa meningkatkan

biaya, (c) meningkatkan kepuasan konsumen dengan adanya peningkatan

biaya, tetapi tambahan nilai output (kepuasan konsumen) lebih besar

daripada tambahan nilai input (biaya tambahan pemasaran). Dengan

Page 87: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

70

melakukan pengiriman sendiri dengan sistem sewa kendaraan maka

lembaga telah melakukan point (c) untuk meningkatkan efisiensi.

Individu/pengiriman mandiri adalah sistem pengiriman yang biasa

dilakukan oleh lembaga dengan asumsi menjaga kualitas produk selama

masa pengiriman dan menekan biaya pengiriman. Dalam penelitian ini

sistem pengiriman individu mengeluarkan biaya transportasi yang besar,

dibandingkan dengan pengiriman dengan ekspedisi ataupun sewa. Hal ini

disebabkan, pengeluaran dari supir dan biaya lain sepanjang perjalanan

dibebankan ke biaya pengiriman, sehingga biaya pengiriman meningkat.

Pengiriman jenis ini tidak sesuai dengan teori yang disampaikan

Asmarantaka (2012).

Penetapan harga dalam pengiriman ditentukan oleh sistem

pengiriman yang digunakan. Pengiriman dengan sistem ekspedisi akan

mencapai angka yang sama yaitu Rp 500/kg. Hal ini dikarenakan lembaga

pengiriman tidak terbebani oleh pengemasan dalam kendaraan. Biaya

tersebut sudah termasuk tol dan jembatan timbang. Pengiriman dengan

sistem pengiriman carter atau sewa kendaraan akan lebih mahal Rp 750/kg.

Hal ini dikarenakan adanya biaya sewa kendaraan yang dibebankan kepada

biaya distribusi dari setiap kilogram produk yang dikirim. Pengiriman

dengan sistem individu besaran biaya yang dikeluarkan Rp 625/kg.

Penentuan biaya ini dilandasi oleh biaya pengirim di sepanjang perjalanan

dan biaya pengemasan dalam kendaraan.

Menurut Tjiptono (2014), dalam konteks pemasaran jasa, selama ini

banyak terjadi kekeliruan fundamental dalam praktek penetapan harga jasa

dikarenakan para pemasar jasa mengabaikan konsumen sukar

membandingkan harga, karena mereka tidak mudah memilih biaya jasa.

Berbeda dengan produk fisik yang memiliki komponen harga, karena

mereka tidak mudah menilai biaya jasa. Peraturan Gubernur DKI Jakarta

No. 182 tahun 2005 yang menyatakan bahwa semua jenis komoditi yang

masuk ke Jakarta dan sekitarnya harus melalui Pasar Induk Kramat Jati

menjadikan intensitas distribusi tergolong ke dalam Distribusi Eksklusif

Page 88: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

71

akan tetapi dalam penerapannya intensitas distribusi yang terjadi di Pasar

Induk Kramat Jati menjadi distribusi selektif. Hal ini dikarenakan hadirnya

Pasar Induk baru yang membuat lahirnya persaingan di antara perantara

yang terlibat di dalam distribusi. Dari hasil peneltian menurut informan,

pedagang besar yang terdapat di beberapa Pasar Besar seperti Pasar Induk

Cibitung, Cikopo, dan Tanah Tinggi kembali berdagang di Pasar Induk

Kramat Jati karena daya jual konsumen terhitung stabil dibandingkan Pasar

Induk lainnya. Penyebab lain adalah revitalisasi dan penyegaran dari Pasar

tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang mengenai pola distribusi mangga

di Pasar Induk Kramat Jati, menjelaskan bahwa dalam distribusi hasil

produksi mangga, memiliki tiga alternatif saluran distribusi. Petani bisa

menjual kepada tengkulak, pedagang pengumpul, supplier atau langsung

kepada pedagang besar di pasar Induk Kramat Jati. Petani memiliki

kebebasan menjual kepada lembaga selanjutnya tanpa ada regulasi tetap,

dan alasan memilih lembaga selanjutnya karena relasi yang dimiliki oleh

petani tersebut. Pengaruh besar dalam penetapan pemilihan lembaga

selanjutnya yaitu hubungan emosional dari petani kepada lembaga yang

dipilihnya. Dari 8 Unit Dagang yang dijadikan sampel penelitian diketahui

bahwa 6 dari 8 unit dagang menggunakan jasa tengkulak dan petani

pengumpul. Keadaan ini dikarenakan tidak memungkinkan seorang petani

yang dapat memproduksi hasil pertanian sebanyak 1 sampai dengan 2 ton

untuk langsung dijual ke pasar besar. Kebanyakan petani tidak menguasai

teknik pengemasan yang sesuai dengan keinginan dari konsumen

selanjutnya.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola distribusi mangga di

Pasar Induk Kramat Jati, menjelaskan bahwa saluran I sampai saluran VI

menggunakan pola distribusi hub and spoke atau distributor melalui

distributor. Produsen menunjuk distributor untuk menyerahkan produk ke

konsumen. Distributor yang dimaksud adalah lembaga dalam saluran

seperti tengkulak, petani pasca panen pemasok, pengumpul. Distributor

Page 89: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

72

melakukan kegiatan komersial atas dasar hak yang di peroleh dari produsen.

Distributor melakukan fungsi penerimaan, penyimpanan, sampai fungsi

distribusi produk sampai ke konsumen. Konsumen yang dimaksudkan

adalah Pasar Induk Kramat Jati. Saluran VII menggunakan pola point to

point karena langsung mengirimkan buah mangga langsung kepada Pasar

Induk Kramat Jati, produsen menggunakan cara ini untuk menekan biaya

distribusi dan tidak perlu ada persediaan barang sehingga mengurangi biaya

persediaan.

5.2 Efisiensi Saluran Pola Distribusi Buah Mangga Lokal di Pasar Induk

Kramat Jati.

Margin pemasaran merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

mengetahui saluran distribusi pemasaran mana yang lebih efisien. Perhitungan

margin pemasaran merupakan penjumlahan dari hasil margin biaya pemasaran

dan margin keuntungan masing-masing pelaku pemasaran yang terlibat dalam

presentase. Saluran distribusi akan efisien jika margin pemasarannya bernilai

rendah/kecil.

5.2.1 Analisis Margin Tataniaga

Nilai efisiensi pemasaran didapat dari nisbah antara total nilai produk dalam

pemasaran. Apabila biaya pemasaran dapat ditekan, keuntungan pemasaran

dapat lebih tinggi. Semakin kecil nilai efisiensi pemasaran, maka semakin bagus

atau efisien saluran pemasarannya. Nilai efisiensi pemasaran ini berbeda-beda

antar jenis mangga tergantung sistem penjualan dan pelaku pemasaran yang

terlibat. Nilai efisiensi pemasaran juga tergantung dari biaya yang dikeluarkan

antar pelaku pemasaran.

Salah satu indikator untuk menentukan efisiensi operasional pemasaran

adalah margin tataniaga. Margin tataniaga merupakan selisih antara harga

petani dengan harga yang dibayarkan konsumen. Margin tataniaga merupakan

hasil perhitungan keseluruhan termasuk biaya tataniaga yang dikeluarkan

maupun keuntungan yang diperoleh satu lembaga tataniaga saat

Page 90: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

73

berlangsungnya proses penyaluran produk dari satu lembaga ke lembaga

tataniaga lainnya. Adapun margin tataniaga mangga lokal di Pasar Induk

Kramat Jati disajikan pada tabel 9.

Page 91: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

74

Tabel 10. Margin Tataniaga Mangga Lokal

No. Saluran

Margin Tataniaga

Harum

manis Manalagi Cengkir Apel Golek Gedong

1 Saluran 1 12.000 8.500 - 6.500 - -

2 Saluran 2 15.000 8.500 10.500 - - -

3 Saluran 3 15.000 9.000 - 6.000 - 25.000

4 Saluran 4 15.000 9.500 10.000 - 10.000 -

5 Saluran 5 15.000 10.000 9.000 - -

6 Saluran 6 15.500 9.000 10.000 - 9.000 -

7 Saluran 7 1.200 1.050 - 900 950 2.500

Sumber: Data Primer (diolah), 2019

Margin tataniaga per saluran distribusi dijelaskan sebagai berikut.

1) Saluran Tataniaga 1

Saluran tataniaga 1 merupakan saluran tataniaga tingkat 1 yang dalam

salurannya melibatkan petani, pedagang pengumpul, pemasok dan

pedagang besar pasar induk kramat jati. Terdapat tiga jenis mangga yang

menjadi objek tataniaga saluran ini, diantaranya mangga harum manis,

manalagi dan apel. Berikut ini penghitungan margin per lembaga pemasaran

yang terlibat dalam saluran 1.

Tabel 11. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 1

Sumber: Data Primer (diolah), 2019

a. Petani ke Pedagang Pengumpul

Pada saluran 1, petani mendistribusikan mangga ke pedagang

pengumpul. Margin antara petani dan pedagang pengumpul untuk

mangga harum manis adalah Rp 1.800,- per kilogram. Kemudian,

No. Lembaga Pemasaran

Saluran I (Rp/Kg)

Harum

Manis Manalagi Apel

1 Petani - - -

2 Pedagang Pengumpul 1.800 2.000 2.000

3 Pemasok 7.200 4.500 4.000

4 Pasar Induk 3.000 2.000 500

Page 92: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

75

mangga manalagi dan mangga apel marginnya adalah Rp 2.000,- per

kilogram.

b. Pedagang Pengumpul ke Pemasok

Pedagang pengumpul mendistribusikan mangga ke pemasok dengan

margin untuk mangga harum manis adalah Rp 7.200,- per kilogram,

mangga manalagi Rp 4.500,- per kilogram, dan Rp 4.000,- per

kilogram.

c. Pemasok ke Pasar Induk

Pada saluran 1, pemasok mendistribukan mangga ke pasar induk.

Margin antara pemasok ke pasar induk untuk mangga harum manis

adalah Rp 3.000,- per kilogram. Kemudian mangga manalagi dan

mangga apel masing-masing memiliki margin sebesar Rp 2000,- dan

Rp500,- per kilogram.

Kemudian dilakukan penghitungan margin per saluran. Berikut ini

perhitungan biaya tataniaga, keuntungan dan margin tataniaga pada saluran

1.

a. Harum manis

Mangga harum manis dibeli pedagang pengumpul dari petani dengan harga

Rp 6.000,- per kilogram. Kemudian mangga tersebut dijual ke pemasok

dengan harga Rp 7.800,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebebsar

Rp 1.075,8,-. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul adalah Rp

724,2,- dan marginnya adalah Rp 1.800,-. Mangga harum manis di

pemasok dijual kembali ke pedagang besar pasar induk dengan harga Rp

15.000,- dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 4.223,17,-.

Keuntungan yang diperoleh pemasok adalah Rp 2976,83,- dan marginnya

sebesar Rp 7.200,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan adalah biaya tenaga

kerja, pengemasan dan bongkar muat. Kemudian pedagang besar Pasar

Induk Kramat Jati menjual mangga harum manis ke konsumen dengan

harga Rp 18.000,- dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 44,8,-.

Keuntungan yang diperoleh pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati adalah

Page 93: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

76

sebesar Rp 2.955,2,-. Maka margin total dalam tataniaga mangga harum

manis pada saluran 1 adalah Rp 12.000,-.

b. Apel

Mangga apel dibeli pedagang pengumpul dari petani dengan harga Rp

3.500,- per kilogram. Kemudian mangga tersebut dijual ke pemasok

dengan harga Rp 5.500,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebebsar

Rp 1.075,8,-. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul adalah Rp

924,2,- dan marginnya adalah Rp 2.000,-. Mangga harum manis di

pemasok dijual kembali ke pedagang besar pasar induk dengan harga Rp

10.000,- dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 2.973,17,-.

Keuntungan yang diperoleh pemasok adalah Rp 1.526,83,- dan marginnya

sebesar Rp 4.500,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan adalah biaya tenaga

kerja, pengemasan dan bongkar muat. Kemudian pedagang besar Pasar

Induk Kramat Jati menjual mangga harum manis ke konsumen dengan

harga Rp 12.000,- dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 44,8,-.

Keuntungan yang diperoleh pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati adalah

sebesar Rp 1.955,2,-. Maka margin total dalam tataniaga mangga apel pada

saluran 1 adalah Rp 8.500,-.

c. Manalagi

Mangga manalagi dibeli pedagang pengumpul dari petani dengan harga Rp

3.000,- per kilogram. Kemudian mangga tersebut dijual ke pemasok

dengan harga Rp 5.000,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp

1.075,8,-. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul adalah Rp

924,2,- dan marginnya adalah Rp 2.000,-. Mangga harum manis di

pemasok dijual kembali ke pedagang besar pasar induk dengan harga Rp

9.000,- dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 2.223,17,-.

Keuntungan yang diperoleh pemasok adalah Rp 1.776,83,- dan marginnya

sebesar Rp 4.000,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan adalah biaya tenaga

kerja, pengemasan dan bongkar muat. Kemudian pedagang besar Pasar

Induk Kramat Jati menjual mangga harum manis ke konsumen dengan

harga Rp 9.500,- dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 44,8,-.

Page 94: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

77

Keuntungan yang diperoleh pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati adalah

sebesar Rp 455,2,-. Maka margin total dalam tataniaga mangga manalagi

pada saluran 3 adalah Rp 6.500,-.

2) Saluran Tataniaga 2

Saluran tataniaga 2 adalah saluran tataniaga tingkat satu yang melalui

petani pasca panen sebelum sampai ke pedangan besar Pasar Induk Kramat

Jati. Saluran tataniaga 2 memiliki tiga jenis mangga antara lain, mangga

harum manis, mangga cengkir dan mangga golek. Berikut ini penghitungan

margin per lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran 2.

Tabel 12. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 2

Sumber: Data Primer (diolah), 2019

a. Petani ke Petani Pasca Panen

Pada saluran 2, petani mendistribusikan mangga ke petani pasca panen.

Margin antara petani dan petani pasca panen untuk mangga jenis harum

manis adalah Rp 9.000,- per kilogram. Kemudian, mangga manalagi dan

mangga cengkir masing-masing memiliki margin Rp 7.500,- per

kilogram.

b. Petani Pasca Panen ke Pasar Induk

Petani pasca panen setelah melakukan pengemasan kemudiaan

mendistribusikan mangga ke pasar induk. Margin antara petani pasca

panen dan pasar induk untuk mangga harum manis adalah Rp 7.200,-

per kilogram. Sedangkan, mangga manalagi memiliki margin sebesar

Rp 4.500,- per kilogram dan mangga cengkir memiliki margin sebesar

Rp 4.000,- per kilogram.

No. Lembaga Pemasaran Saluran II (Rp/Kg)

Harum

Manis Manalagi Cengkir

1 Petani - - -

2 Petani Pasca Panen 9.000 7.500 7.500

3 Pasar Induk 7.200 4.500 4.000

Page 95: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

78

Kemudian dilakukan penghitungan margin per saluran. Berikut

perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan yang

didapatkan pada saluran 2 di setiap jenis mangga.

a. Harum Manis

Petani pasca panen membeli mangga harum manis dengan harga Rp

6.000 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 4.513,3,

kemudian menjualnya ke pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati seharga

Rp 15.000. Keuntungan yang didapatkan petani pasca panen sebesar Rp

4.486,70 ,- dan marginnya sebesar Rp 9.000,-. Pedagang besar Pasar Induk

Kramat Jati menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp 48,25,-, biaya

tersebut adalah untuk biaya penyimpanan, biaya tenaga kerja, biaya

operasional pemasaran dan beberapa biaya informal lainnya seperti biaya

retribusi pasar. Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati menjual mangga

harum manis ke konsumen dengan harga Rp 21.000 dan keuntungan yang

didapatkan sebesar Rp 5.951,75 per kilogram mangga harum manis. Maka

margin total saluran tataniaga 2 mangga jenis harum manis adalah Rp

15.000,-

b. Manalagi

Petani pasca panen membeli mangga harum manis dari petani

dengan harga Rp 3.500 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 3.363,3,-, biaya tataniaga ini dikeluarkan dintaranya untuk

biaya tenaga kerja, biaya pengangkutan dan biaya pengemasan. Kemudian

menjualnya ke pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati seharga Rp 11.000.

Keuntungan yang didapatkan petani pasca panen sebesar Rp 4.236,7,- dan

marginnya sebesar Rp 7.500,-. Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp 48,25,-. Pedagang besar Pasar

Induk Kramat Jati menjual mangga harum manis ke konsumen dengan

harga Rp 21.000 dan keuntungan yang didapatkan sebesar Rp 951,75 per

kilogram mangga jenis manalagi. Maka margin total saluran tataniaga 2

mangga jenis manalagi adalah Rp 8.500,-

c. Cengkir

Page 96: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

79

Pada mangga jenis cengkir petani pasca panen membeli mangga

cengkir dari petani dengan harga Rp 4.500 per kilogram, dan mengeluarkan

biaya tataniaga sebesar Rp 2.263,3. Kemudian mangga tersebut dijual ke

pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati seharga Rp 12.000. Keuntungan

yang didapatkan petani pasca panen sebesar Rp 5.236,7,- dan marginnya

sebesar Rp 7.500,-. Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati menggunakan

biaya tataniaga sebesar Rp 48,25,-. Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

menjual mangga harum manis ke konsumen dengan harga Rp 15.000 dan

keuntungan yang didapatkan sebesar Rp 2.951,75 per kilogram mangga

jenis manalagi. Maka margin total saluran tataniaga 2 mangga jenis cengkir

adalah Rp 10.500,-

3) Saluran Tataniaga 3

Saluran tataniaga 3 juga merupakan saluran tataniaga tingkat 1, pada

saluran ini petani menjual mangga ke tengkulak lalu tengkulak akan

menjual lagi ke pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati. Berikut ini

penghitungan margin per lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran 3.

Tabel 13. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 3

Sumber: Data Primer (diolah), 2019

a. Petani ke Tengkulak

Pada saluran 3, petani mendistribusikan mangga ke tengkulak. Margin

antara petani dan tengkulak untuk mangga harum manis adalah Rp

12.900,- per kilogram. Sedangkan, mangga manalagi memiliki margin

sebesar Rp 7.750,- per kilogram. Untuk jenis mangga apel dan gedong

memiliki margin masing-masing Rp 5.100,- dan Rp 22.200,- per

kilogram.

b. Tengkulak ke Pasar Induk

No. Lembaga

Pemasaran

Saluran III (Rp/Kg)

Harum

Manis Manalagi Apel Gedong

1 Petani - - -

2 Tengkulak 12.900 7.750 5.100 22.200

3 Pasar Induk 2.100 1.250 900 2.800

Page 97: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

80

Selanjutnya tengkulak mendistribusikan mangga setelah melakukan

pengemasan. Margin antara tengkulak dan pasar induk untuk mangga

harum manis dan manalagi masing-masing adalah Rp 2.100,- dan Rp

1.250,- per kilogram. Sedangkan untuk manggan apel dan gedong

memiliki margin masing-masing Rp 900,- dan Rp 2.800,- per kilogram.

Kemudian dilakukan penghitungan margin per saluran. Berikut ini

perhitungan biaya tataniaga, keuntungan dan margin tataniaga pada saluran

3.

a. Harum Manis

Mangga jenis harum manis pada saluran ini dibeli dari petani oleh

tengkulak dengan harga Rp 6.000,- per kilogram dengan mengeluarkan

biaya tataniaga Rp 4.815,31,-. Kemudian tengkulak menjual mangga

tersebut ke pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati dengan harga Rp

18.900,- Keuntungan yang diperoleh tengkulak adalah Rp 8.084,69,- dan

marginnya sebesar Rp 12.900,-. Selanjutnya pedagang besar Pasar Induk

Kramat Jati akan menjual mangga cengkir tersebut ke konsumennya dengan

harga Rp 21.000,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp

172,78,-. Keuntungan yang dipeoleh pedagang besar Pasar Induk Kramat

Jati adalah Rp 1.927,22,- dan margin sebesar Rp 2.100,-. Maka total margin

dalam saluran tataniaga 3 adalah Rp 15.000,-.

b. Manalagi

Mangga jenis manalagi didapatkan tengkulak dari petani dengan

harga Rp 3.500,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp

3.565,31,-, kemudian mangga tersebut dijual kembali ke pedagang besar di

pasar induk kramat jati dengan harga Rp 11.250,-. Keuntungan yang

diperoleh tengkulak adalah Rp 4.814,69,- dan margin sebesar Rp 7.750,-.

Pedagang pasar induk kemudian melakukan aktivitas jual beli dengan

konsumen dan menjual magga manalagi seharga Rp 12.500,- per kilogram

dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 172,78,-. Keuntungan

yang diperoleh pedagang besar pasar induk adalah sebesar Rp 1.077,22,-.

Page 98: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

81

Maka margin total mangga manalagi dalam saluran tataniaga 3 adalah

sebesar Rp 9.000,-.

c. Apel

Tengkulak membeli mangga apel ke petani dengan harga Rp 3.000,-

per kilogram dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 2.815,31,-.

Kemudian mangga tersebut dijual kepada pedagang besar pasar induk

kramat jati dengan harga Rp 8.100,-. Keuntungan yang diperoleh tengkulak

adalah sebesar Rp 2.284,69,- dengan margin Rp 5.100,-. Selanjutnya

pedagang besar pasar induk melakukan penjualan dengan harga Rp 8.100,-

dan biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar adalah Rp

172,78,- serta keuntungan yang diperoleh adalah sebear Rp 727,22. Maka

margin total penjualan mangga apel pada slauran tataniaga 3 adalah Rp

6.000,-.

d. Gedong

Mangga gedong dibeli tengkulak dari petani dengan harga Rp

3.000,- per kilogram dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp

2.565,31,-. Selanjutnya mangga dijual ke pedagang besar pasar induk

kramat jati dengan harga Rp 25.200,-. Keuntungan yang diperoleh

tengkulak adalah Rp 19.534,69,- dan marginnya adalah Rp 22.200,-.

Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati menjual mangga gedong dengan

harga Rp 18.000,- dengan biaya tataniaga Rp 172,78,-. Sehingga,

keuntungan yang diterima oleh pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

adalah Rp 2.627,22. Maka margin total dalam kegiatan penjualan mangga

gedong adalah Rp 25.000,-

4) Saluran Tataniaga 4

Saluran tataniaga 4 merupakan saluran tataniaga tingkat 2 yaitu

saluuran tataniaga yang melalui petani sebagai produsen utama kemudian

pedagang pengumpul, kemudian tengkulak dan didistribusikan ke beberapa

pedagang besar pasar induk kramat jati. Berikut ini penghitungan margin

per lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran 4.

Page 99: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

82

Tabel 14. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 4

Sumber: Data Primer (diolah), 2019

a. Petani ke Petani Pasca Panen

Pada saluran 4, petani mendistribusikan mangga ke petani pasca panen

dengan margin pada mangga harum manis Rp 11.000,- per kilogram.

Sedangkan untuk mangga jenis manalagi memilik margin Rp 6.500,-

perkilogram. Untuk mangga cengkir dan mangga golek memiliki

margin masing-masing Rp 7.000,- dan Rp 6.500,- per kilogram.

b. Petani Pasca Panen ke Tengkulak

Sealnjutnya petani pasca panen setelah melakukan penyimpanan,

mendistribusikan mangga ke tengkulak. Mangga haurm manis dan

mangga manalagi memiliki margin sebesar Rp 1.850,- dan Rp 1.700,-

per kilogram. Sedangkan untuk mangga cengkir dan golek memiliki

margin sebesar Rp 1.700,- dan Rp 2.150,- per kilogram.

c. Tengkulak ke Pasar Induk

Tengkulak melakukan pengemasan pada mangga sebelum

didistribusikan ke pasar induk. Margin antara tengkulak dan pasar induk

untuk mangga harum manis adalah Rp 2.150,- per kilogram.

Sedagngkan untuk mangga manalagi dan mangga cengkir memiliki

marginmasing-masing Rp 1.300,- per kilogram. Untuk mangga golek

memiliki margin sebesar Rp1.350,- per kilogram.

Kemudian dilakukan penghitungan margin per saluran. Berikut ini

merupakan penghitungan biaya tataniaga, margin tataniagadan keuntungan

pada saluran tataniaga 4.

a. Harum manis

No. Lembaga Pemasaran

Saluran IV (Rp/Kg)

Harum

Manis Manalagi Cengkir Golek

1 Petani - - -

2 Petani Pasca Panen 11.000 6.500 7.000 6.500

3 Tengkulak 1.850 1.700 1.700 2.150

4 Pasar Induk 2.150 1.300 1.300 1.350

Page 100: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

83

Mangga harum manis didapatkan petani pasca panen dari petani

dengan harga Rp 6.500,- dengan biaya tataniaga Rp 4.344,8 dan kemudian

dijual ke tengkulak dengan harga Rp 17.500,- per kilogram. Keuntungan

yang diperoleh petani pasca panen adalah sebesar Rp 6.655,2,- dan

marginnya sebesar Rp 11.000,-. Tengkulak kemudian melakukan

penyortiran, dan penyimpanan sehingga mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 1.565,31,- dan menjual kepada pedagang besar pasar induk

kramat jati dengan harga Rp 19.350,-. Keuntungan yang diperoleh

tengkulak adalah sebesar Rp 284,69,- dan marginnya sebesar Rp 1.850,.

Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati kemudian menjual kepada

konsumen dengan harga Rp 21.500,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 178,39,-. Keuntungan yang diperoleh pedagang besar Pasar

Induk Kramat Jati adalah Rp 1.971,61,-. Maka margin total pada penjualan

mangga harum manis pada saluran tataniaga 4 adalah Rp 15.000,-.

b. Manalagi

Mangga manalagi didapatkan petani pasca panen dari petani dengan

harga Rp 3.500,- dengan biaya tataniaga Rp 3.094,8 dan kemudian dijual ke

tengkulak dengan harga Rp 10.000,- per kilogram. Keuntungan yang

diperoleh petani pasca panen adalah sebesar Rp 3.405,2,- dan marginnya

sebesar Rp 6.500,-. Tengkulak kemudian melakukan penyortiran, dan

penyimpanan sehingga mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 1.565,31,-

dan menjual kepada pedagang besar pasar induk kramat jati dengan harga

Rp 11.700,-. Keuntungan yang diperoleh tengkulak adalah sebesar Rp

134,69 dan marginnya sebesar Rp 1.700,-. Pedagang besar Pasar Induk

Kramat Jati kemudian menjual kepada konsumen dengan harga Rp 13.000,-

dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 178,39,-. Keuntungan

yang diperoleh pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati adalah Rp

1.121,61,-. Maka margin total pada penjualan mangga manalagi pada

saluran tataniaga 4 adalah Rp 9.500,-.

c. Golek

Page 101: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

84

Mangga golek didapatkan petani pasca panen dari petani dengan

harga Rp 3.500,- dengan biaya tataniaga Rp 3.094,8 dan kemudian dijual ke

tengkulak dengan harga Rp 10.000,- per kilogram. Keuntungan yang

diperoleh petani pasca panen adalah sebesar Rp 3.405,2,- dan marginnya

sebesar Rp 6.500,-. Tengkulak kemudian melakukan penyortiran, dan

penyimpanan sehingga mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 1.565,31,-

dan menjual kepada pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati dengan harga

Rp 12.150,-. Keuntungan yang diperoleh tengkulak adalah sebesar Rp

584,69,- dan marginnya sebesar Rp 2.250,-. Pedagang besar pasar induk

kramat jati kemudian menjual kepada konsumen dengan harga Rp 13.500,-

dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 178,39,-. Keuntungan

yang diperoleh pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati adalah Rp

2.071,61,-. Maka margin total pada penjualan mangga cengkir pada saluran

tataniaga 4 adalah Rp 10.000,-.

d. Cengkir

Mangga cengkir didapatkan petani pasca panen dari petani dengan

harga Rp 3.000,- dengan biaya tataniaga Rp 2.094,8 dan kemudian dijual ke

tengkulak dengan harga Rp 10.000,- per kilogram. Keuntungan yang

diperoleh petani pasca panen adalah sebesar Rp 4.905,2,- dan marginnya

sebesar Rp 7.000,-. Tengkulak kemudian mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 1.565,31,- dan menjual kepada pedagang besar pasar induk

kramat jati dengan harga Rp 11.700,-. Keuntungan yang diperoleh

tengkulak adalah sebesar Rp 134,69,- dan marginnya sebesar Rp 1.700,-.

Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati kemudian menjual kepada

konsumen dengan harga Rp 13.000,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 178,39,-. Keuntungan yang diperoleh pedagang besar Pasar

Induk Kramat Jati adalah Rp 1.171,61,-. Maka margin total pada penjualan

mangga cengkir pada saluran tataniaga 4 adalah Rp 10.000,-.

5) Saluran Tataniaga 5

Page 102: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

85

Saluran tataniaga 5 melibatkan tiga lembaga pemasaran diantaranya adalah

petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar pasar induk kramat

jati.mangga pada saluran tataniaga 5 adalah mangga harum manis, manalagi

dan cengkir. Berikut ini penghitungan margin per lembaga pemasaran yang

terlibat dalam saluran 5.

Tabel 15. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 5

Sumber: Data Primer (diolah), 2019

a. Petani ke Pedagang Pengumpul

Pada saluran 5, petani mendistribusikan mangga ke pedagang

pengumpul. Margin antara petani dan pedagang pengumpul untk

mangga manalagi adalah Rp 12.000,- perkilogram. Sedangkan mangga

manalagi dan mangga cengkir memiliki margin sebesar Rp 8.000,- dan

Rp 7.000,- per kilogram.

b. Pedagang Pengumpul ke Pasar Induk

Pedagang pengumpul mendistribusikan mangga ke pasar induk setelah

melakukan pengemasan. Margin antara pedagang pengumpul dan pasar

induk untuk mangga harum manis adalah Rp 3.000,- per kilogram.

Sedangkan untuk mangga manalagi dan mangga cengkir memiliki

margin sebesar Rp 2.000,- per kilogram.

Kemudian dilakukan penghitungan margin per saluran. Berikut

perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan yang

didapatkan tiap lembaga di setiap jenis mangga.

a. Harum manis

No. Lembaga Pemasaran

Saluran V (Rp/Kg)

Harum

Manis Manalagi Cengkir

1 Petani - - -

2 Pedagang Pengumpul 12.000 8.000 7.000

3 Pasar Induk 3.000 2.000 2.000

Page 103: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

86

Mangga harum manis didapatkan pedagang pengumpul dari petani

dengan harga Rp 6.000,- dengan biaya tataniaga Rp 4.513,30,- dan menjual

kepada pedagang besar pasar induk kramat jati dengan harga Rp 18.000,-.

Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul adalah sebesar Rp

7.486,70,- dan marginnya sebesar Rp 12.000,-. Pedagang besar pasar induk

kramat jati kemudian menjual kepada konsumen dengan harga Rp 21.000,-

dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 174,46,-. Keuntungan

yang diperoleh pedagang besar pasar induk kramat jati adalah Rp 2.825,54,-

. Maka margin total pada penjualan mangga harum manis pada saluran

tataniaga 4 adalah Rp 15.000,-.

b. Manalagi

Mangga manalagi didapatkan pedagang pengumpul dari petani dengan

harga Rp 3.000,- dengan biaya tataniaga Rp 3.263,30,- dan menjual kepada

pedagang besar pasar induk kramat jati dengan harga Rp 11.000,-.

Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul adalah sebesar Rp

4.736,70,- dan marginnya sebesar Rp 8.000,-. Pedagang besar pasar induk

kramat jati kemudian menjual kepada konsumen dengan harga Rp 13.000,-

dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 174,46,-. Keuntungan

yang diperoleh pedagang besar pasar induk kramat jati adalah Rp 1.825,54,-

. Maka margin total pada penjualan mangga harum manis pada saluran

tataniaga 4 adalah Rp 10.000,-.

c. Cengkir

Mangga cengkir didapatkan pedagang pengumpul dari petani dengan

harga Rp 3.000,- dengan biaya tataniaga Rp 2.263,30,- dan menjual kepada

pedagang besar pasar induk kramat jati dengan harga Rp 10.000,-.

Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul adalah sebesar Rp

4.736,70,- dan marginnya sebesar Rp 7.000,-. Pedagang besar pasar induk

kramat jati kemudian menjual kepada konsumen dengan harga Rp 12.000,-

dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 174,46,-. Keuntungan

yang diperoleh pedagang besar pasar induk kramat jati adalah Rp 1.825,54,-

Page 104: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

87

. Maka margin total pada penjualan mangga harum manis pada saluran

tataniaga 4 adalah Rp 9.000,-.

6) Saluran tataniaga 6

Saluran tataniaga 6 merupakan saluran tataniaga tingkat dua yang

melibatkan petani, pedagang pengumpul, tengkulak dan pedagang besar

pasar induk kramat jati. Berikut ini penghitungan margin per lembaga

pemasaran yang terlibat dalam saluran 6.

Tabel 16. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 6

No. Lembaga Pemasaran

Saluran VI

Harum

Manis Manalagi Cengkir Golek

1 Petani - - -

2 Pedagang Pengumpul 1.500 1.500 1.800 1.500

3 Tengkulak 11.850 6.300 6.900 6.300

4 Pasar Induk 2.150 1.200 1.300 1.200

Sumber: Data Primer (diolah), 2019

a. Petani ke Pedagang Pengumpul

Pada saluran 6, petani mendistribusikan mangga ke pedagang

pengumpul dengan margin pada mangga harum manis Rp 1.500,- per

kilogram. Sedangkan untuk mangga jenis manalagi memilik margin Rp

1.500,- perkilogram. Untuk mangga cengkir dan mangga golek

memiliki margin masing-masing Rp 1.800,- dan Rp 1.500,- per

kilogram.

d. Pedagang Pengumpul ke Tengkulak

Sealnjutnya pedagang pengumpul setelah melakukan penyimpanan,

mendistribusikan mangga ke tengkulak. Mangga haurm manis dan

mangga manalagi memiliki margin sebesar Rp 11.850,- dan Rp 6.300,-

per kilogram. Sedangkan untuk mangga cengkir dan golek memiliki

margin sebesar Rp 6.900,- dan Rp 6.300,- per kilogram.

e. Tengkulak ke Pasar Induk

Tengkulak melakukan pengemasan pada mangga sebelum

didistribusikan ke pasar induk. Margin antara tengkulak dan pasar induk

Page 105: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

88

untuk mangga harum manis adalah Rp 2.150,- per kilogram.

Sedagngkan untuk mangga manalagi dan mangga cengkir memiliki

marginmasing-masing Rp 1.200,- dan Rp 1.300,- per kilogram. Untuk

mangga golek memiliki margin sebesar Rp 1.200,- per kilogram.

Kemudian dilakukan penghitungan margin per saluran. Berikut ini

perhitungan biaya tataniaga, keuntungan dan margin tataniaga pada saluran

tataniaga 6.

a. Harum manis

Mangga harum manis didapatkan pedagang pengumpul dari petani

dengan harga Rp 6.000,- dengan biaya tataniaga Rp 1.175,8,- dan kemudian

dijual ke tengkulak dengan harga Rp 4.500,- per kilogram. Keuntungan

yang diperoleh pedagang pengumpul adalah sebesar Rp 324,2,- dan

marginnya sebesar Rp 1.500,-. Tengkulak kemudian melakukan penyortiran

dan penyimpanan sehingga mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp

4.815,31,- dan menjual kepada pedagang besar pasar induk kramat jati

dengan harga Rp 19.350,-. Keuntungan yang diperoleh tengkulak adalah

sebesar Rp 7.034,69,- dan marginnya sebesar Rp 11.850,-. Pedagang besar

pasar induk kramat jati kemudian menjual kepada konsumen dengan harga

Rp 21.500,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 211,6,-.

Keuntungan yang diperoleh pedagang besar pasar induk kramat jati adalah

Rp 1.938,4,-. Maka margin total pada penjualan mangga harum manis pada

saluran tataniaga 4 adalah Rp 15.500,-.

b. Apel

Mangga apel didapatkan pedagang pengumpul dari petani dengan harga

Rp 3.000,- dengan biaya tataniaga Rp 1.175,8,- dan kemudian dijual ke

tengkulak dengan harga Rp 4.500,- per kilogram. Keuntungan yang

diperoleh pedagang pengumpul adalah sebesar Rp 324,2,- dan marginnya

sebesar Rp 1.500,-. Tengkulak kemudian melakukan penyortiran,

pengemasan dan penyimpanan sehingga mengeluarkan biaya tataniaga

Page 106: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

89

sebesar Rp 3.565,31,- dan menjual kepada pedagang besar pasar induk

kramat jati dengan harga Rp 10.800,-. Keuntungan yang diperoleh

tengkulak adalah sebesar Rp 2.734,69,- dan marginnya sebesar Rp 1.200,-.

Pedagang besar pasar induk kramat jati kemudian menjual kepada

konsumen dengan harga Rp 12.000,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 211,6,-. Keuntungan yang diperoleh pedagang besar pasar induk

kramat jati adalah Rp 988,4,-. Maka margin total pada penjualan mangga

apel pada saluran tataniaga 4 adalah Rp 9.000,-.

c. Cengkir

Mangga cengkir didapatkan pedagang pengumpul dari petani dengan

harga Rp 3.000,- dengan biaya tataniaga Rp 1.175,8,- dan kemudian dijual

ke tengkulak dengan harga Rp 4.800,- per kilogram. Keuntungan yang

diperoleh pedagang pengumpul adalah sebesar Rp 624,2,- dan marginnya

sebesar Rp 1.800,-. Tengkulak kemudian melakukan penyortiran,

pengemasan dan penyimpanan sehingga mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 2.815,31,- dan menjual kepada pedagang besar pasar induk

kramat jati dengan harga Rp 11.700,-. Keuntungan yang diperoleh

tengkulak adalah sebesar Rp 4.084,69,- dan marginnya sebesar Rp 6.900,-.

Pedagang besar pasar induk kramat jati kemudian menjual kepada

konsumen dengan harga Rp 12.000,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 211,6,-. Keuntungan yang diperoleh pedagang besar pasar induk

kramat jati adalah Rp 1.088,4,-. Maka margin total pada penjualan mangga

cengkir pada saluran tataniaga 4 adalah Rp 10.000,-.

d. Golek

Mangga cengkir didapatkan pedagang pengumpul dari petani dengan

harga Rp 3.000,- dengan biaya tataniaga Rp 1.175,8,- dan kemudian dijual

ke tengkulak dengan harga Rp 4.500,- per kilogram. Keuntungan yang

diperoleh pedagang pengumpul adalah sebesar Rp 324,2,- dan marginnya

sebesar Rp 1.500,-. Tengkulak kemudian melakukan penyortiran,

pengemasan dan penyimpanan sehingga mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 2.565,31,- dan menjual kepada pedagang besar pasar induk

Page 107: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

90

kramat jati dengan harga Rp 10.800,-. Keuntungan yang diperoleh

tengkulak adalah sebesar Rp 3.734,69,- dan marginnya sebesar Rp 6.300,-.

Pedagang besar pasar induk kramat jati kemudian menjual kepada

konsumen dengan harga Rp 12.000,- dengan mengeluarkan biaya tataniaga

sebesar Rp 211,6,-. Keuntungan yang diperoleh pedagang besar pasar induk

kramat jati adalah Rp 988,4,-. Maka margin total pada penjualan mangga

harum manis pada saluran tataniaga 4 adalah Rp 9.000,-.

7) Saluran Tataniaga 7

Saluran tataniaga 7 metupakan saluran terpendek dalam tataniaga

mangga. Saluran ini memungkinkan mangga dari petani lansgung menuju

pedagang besar pasar induk kramat jati. Berikut ini penghitungan margin

per lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran 7.

Tabel 17. Margin Lembaga Pemasaran Saluran 7

Sumber: Data Primer (diolah, 2019)

a. Petani ke Pasar Induk

Pada saluran 7, petani mendistribusikan langsung mangga ke pasar

induk. Margin antara petani dan pasar induk untuk mangga manalagi

adalah Rp 2.200,- per kilogram. Sedangkan mangga manalagi dan

mangga apel memiliki margin sebesar Rp 1.050,- dan Rp 900,- per

kilogram. Untuk mangga golek dan mangga gedong memiliki margin

sebesar Rp 950,- dan Rp 2.500,- per kilogram.

Kemudian dilakukan penghitungan margin per saluran. Berikut ini

perhitungan biaya tataniaga, keuntungan dan margin tataniaga.

a. Harum manis

Mangga harum manis dibeli lansgung oleh pedagang besar pasar induk

kramat jati dari petani degan harga Rp 20.800,- per kilogram. Kemudian

dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 173,64,- pedagang besar

No. Lembaga

Pemasaran

Saluran VII

Harum

Manis Manalagi Apel Golek Gedong

1 Petani - - -

2 Pasar Induk 2.200 1.050 900 950 2.500

Page 108: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

91

pasar induk menjual kepada konsumen dengan harga Rp 22.000,-.

Kemudian pedagang besar memperoleh keuntunga sebedar Rp 1.026,37,-.

Maka margin total pada tataniaga mangga harum manis saluran tataniaga

adalah Rp 1.200,-.

b. Manalagi

Mangga manalagi didapatkan lansgung oleh pedagang besar pasar induk

kramat jati dari petani degan harga Rp 9.450,- per kilogram. Kemudian

dengan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 173,64,- pedagang besar

pasar induk menjual kepada konsumen dengan harga Rp 10.500,-.

Kemudian pedagang besar memperoleh keuntunga sebedar Rp 876,37,-.

Maka margin total pada tataniaga mangga manalagi saluran tataniaga

adalah Rp 1.050,-.

c. Apel

Mangga apel dibeli lansgung oleh pedagang besar pasar induk kramat

jati dari petani degan harga Rp 8.100,- per kilogram. Kemudian dengan

mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 173,64,- pedagang besar pasar

induk menjual kepada konsumen dengan harga Rp 9.000,-. Kemudian

pedagang besar memperoleh keuntunga sebedar Rp 726,37,-. Maka margin

total pada tataniaga mangga madu anggur saluran tataniaga adalah Rp 900,-

d. Golek

Mangga golek dibeli lansgung oleh pedagang besar pasar induk kramat

jati dari petani degan harga Rp 8.550,- per kilogram. Kemudian dengan

mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 173,64,- pedagang besar pasar

induk menjual kepada konsumen dengan harga Rp 9.500,-. Kemudian

pedagang besar memperoleh keuntunga sebedar Rp 776,36,-. Maka margin

total pada tataniaga mangga harum manis saluran tataniaga adalah Rp 950,-

.

e. Gedong

Mangga gedong dibeli lansgung oleh pedagang besar pasar induk kramat

jati dari petani degan harga Rp 22.500,- per kilogram. Kemudian dengan

mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 173,64,- pedagang besar pasar

Page 109: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

92

induk menjual kepada konsumen dengan harga Rp 25.000,-. Kemudian

pedagang besar memperoleh keuntunga sebedar Rp 2.326,37,-. Maka

margin total pada tataniaga mangga harum manis saluran tataniaga adalah

Rp 2.500,-.

Berdasarkan penghitungan efisiensi saluran pemasaran mangga di

Pasar Induk Kramat Jati saluran yang efisien adalah saluran VII, karena

memiliki nilai margin paling rendah dibandingkan dengan saluran lainnya.

Selanjutnya pada jenis mangga harum manis saluran pemasaran yang efisien

adalah saluran VII. Jenis mangga manalagi saluran pemasaran yang efisien

adalah saluran VII. Jenis mangga cengkir saluran pemasaran yang efisien

adalah saluran II dan V. Jenis mangga apel saluran pemasaran yang efisien

adalah saluran VII. Jenis mangga madu anggur saluran pemasaran yang

efisien adalah saluran VII. Jenis mangga golek saluran pemasaran yang

efisien adalah saluran VII. Jenis mangga gedong saluran pemasaran yang

efisien adalah saluran III.

5.2.2 Analisis Farmer’s Share

Farmer’s Share merupakan salah satu indikator lain untuk menentukan

efisiensi operasional tataniaga. Farmer’s Share merupakan bagian harga yang

diterima petani terhadap harga yang dibayarkan konsumen. Hasil perhitungan

farmer’s share mangga lokal ditunjukkan pada Tabel 17.

Tabel 18. Farmer’s Share Mangga Lokal

No Saluran Tataniaga Harga ditingkat

Petani (Rp/Kg)

Harga ditingkat

Konsumen

(Rp/Kg)

Farmer's

Share (%)

1 Saluran I

Harum Manis 6.000 18.000 33,33

Manalagi 3.500 12.000 29,17

Apel 3.000 9.500 31,58

2 Saluran II

Harum Manis 6.000 21.000 28,57

Manalagi 3.500 12.000 29,17

Cengkir 4.500 15.000 30,00

3 Saluran III

Harum Manis 6.000 21.000 28,57

Manalagi 3.500 12.500 28,00

Page 110: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

93

Apel 3.000 9.000 33,33

Gedong 3.000 28.000 10,71

4 Saluran IV

Harum Manis 6.500 21.500 30,23

Manalagi 3.500 13.000 26,92

Cengkir 3.000 13.000 23,08

Golek 3.500 13.500 25,93

5 Saluran V

Harum Manis 6.000 21.000 28,57

Manalagi 3.000 13.000 23,08

Cengkir 3.000 12.000 25,00

6 Saluran VI

Harum Manis 6.000 21.500 27,91

Manalagi 3.000 12.000 25,00

Cengkir 3.000 13.000 23,08

Golek 3.000 12.000 25,00

7 Saluran VII

Harum Manis 19.800 22.000 90,00

Manalagi 9.450 10.500 90,00

Apel 8.100 9.000 90,00

Golek 8.550 9.500 90,00

Gedong 22.500 25.000 90,00

Sumber: Data Primer (diolah), 2019

Berdasarkan tabel 17, dapat diketahui bahwa farmer’s share terbesar

yang diterima petani pada saluran tataniaga I adalah mangga harum manis yaitu

sebesar 33,33% artinya petani menerima 33,33% dari harga yang dibayarkan

konsumen akhir. Sedangkan pada saluran tataniaga II farmer’s share terbesar

yang diterima petani yaitu 30% untuk mangga cengkir. Pada saluran tataniaga

III, farmer’s share yang diterima petani terbesar yaitu 33,33% pada jenis

mangga apel. Pada saluran tataniaga IV, farmer’s share terbesar yang diterima

petani adalah sebesar 30,23% pada jenis mangga harum manis. Selanjutnya

pada saluran tataniaga V, farmer’s share terbesar petani diperoleh dari mangga

jenis harum manis yaitu sebesar 28,57%. Pada saluran tataniaga VI, farmer’s

share terbesar yang diperoleh petani yaitu 27,91% pada mangga harum manis.

Kemudian, pada saluran tataniaga VII, petani memperoleh farmer’s share

sebesar 90% pada lima jenis mangga diantaranya adalah harum manis,

manalagi, apel, cengkir, gedong dan golek.

Page 111: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

94

Besaran farmer’s share yang diterima petani diperngaruhi juga oleh

panjang pendeknya saluran tataniaga. Semakin panjang saluran tataniaga maka

farmer’s share yang diperoleh petani semakin kecil. Sehingga dari penjelasan

diatas dapat dilihat bahwa saluran tataniaga VII memiliki farmer’s share

tertinggi. Maka, saluran tataniaga VII merupakan saluran yang paling

menguntungkan bagi petani.

5.2.3 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Terdapat beberapa indikator untuk menentukan efisiensi operasional

tataniaga salah satu diantaranya adalah menghitung rasio keuntungan terhadap

biaya tataniaga yang dikeluarkan dalam suatu saluran tataniaga. Rasio

keuntungan terhadap biaya tataniaga. Keuntungan (R) merupakan selisih antara

margin tataniaga dengan biaya tataniaga yang dikeluarkan selama kegiatan

tataniaga. Sedangkan biaya tataniaga (C) merupakan seluruh jenis biaya yang

dikeluarkan selama kegiatan tataniaga berlangsung dari keseluruhan lembaga

yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Berikut ini merupakan besaran rasio

keuntungan terhadap biaya tataniaga yang disajikan dalam tabel 18.

Tabel 19. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Tataniaga Mangga Lokal

No Saluran

Tataniaga

R/C Ratio

Harum

Manis Manalagi Apel Cengkir Golek Gedong

1 Saluran I 2.42 1,14 0,86

2 Saluran II 2,90 1,90 3,79

3 Saluran III 2,60 1,73 1,35 6,82

4 Saluran IV 2,07 1,26 1,73 1,34

5 Saluran V 2,82 2,06 2,70

6 Saluran VI 2,02 1,05 1,55 1,47

7 Saluran

VII 4,86 1,79 2,04 1,53 7,26

Sumber: Data Primer (diolah), 2019

Perhitungan R/C rasio pada setiap jenis mangga di masing-masing saluran

memiliki nilai yang beraga, untuk mengetahui tingkat efisiensi pada setiap

jenis mangga di setiap saluran hasil perhitungan R/C rasio harus memenuhi

Page 112: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

95

syarat yaitu, apabila R/C > 1 maka tataniaga dapat dikatakan efisien.

Sebaliknya jika R/C < 1 maka tataniaga yang dilakukan tidak efisien.

Berdasarkan tabel 18, rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran VII

merupakan saluran dengan rasio terbesar kecuali pada jenis mangga manalagi.

Pada mangga jenis manalagi rasio terbesar ditunjukkan oleh saluran V yaitu

sebesar 2,06. Artinya, setiap satu rupiah biaya tataniaga yang dikeluarkan akan

menghasilkan 2,06 rupiah keuntungan. Saluran VII memiliki nilai rasio yang

tinggi karena hanya terdiri dari petani dan pedagang besar Pasar Induk Kramat

Jati. Sehingga keuntungan yang diperoleh baik oleh petani maupun pedagang

besar Pasar Induk Kramat Jati relatif besar dibandingkan dengan saluran lain.

Sedangkan rasio keutungan paling rendah terdapat pada saluran VI, kecuali

pada jenis mangga golek yang masih berada diantara saluran IV dan VII.

Saluran VI memiliki rasio yang rendah diantaranya karena saluran tataniaga

yang cukup panjang. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran VI adalah

petani, pedagang pengumpul, tengkulak dan pedagang besar Pasar Induk

Kramat Jati.

Pada hasil perhitungan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga, hampir

seluruh jenis mangga pada masing-masing saluran efisien. Namun, terdapat

jenis mangga pada saluran I yang memiliki nilai rasio R/C < 1 yaitu pada

mangga jenis apel. Hal ini terjadi karena saluran I melalui beberapa lembaga

tataniaga diantaranya petani, pedagang pengumpul, pemasok dan pedagang

besar Pasar Induk Kramat Jati. Panjangnya saluran ini menyebabkan lembaga

yang terlibat di dalamnya tidak mendapatkan keuntungan yang besar.

5.2.4 Efisiensi Tataniaga

Analisis efisiensi tataniaga mencakup diantaranya analisis margin

tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga.

Berdasarkan identifikasi saluran tataniaga mangga lokal di Pasar Induk Kramat

Jati, saluran tataniaga yang memiliki margun terendah adalah saluran tataniaga

VII pada setiap jenis mangga yang terdapat pada saluran tersebut diantaranya

mangga harum manis, manalagi, apel, golek dan gedong.

Page 113: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

96

Pada identifikasi efisiensi menggunakan farmer’s share, saluran tataniaga

VII merupakan saluran tataniaga yang paling menguntungkan bagi petani, nilai

farmer’s share pada saluran tataniaga VII adalah 90%. Selanjutnya pada

analisis rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga, hampir seluruh jenis

mangga pada masing-masing saluran memiliki nilai R/C > 1. Artinya, hampir

seluruh saluran tataniaga mangga lokal di Pasar Induk Kramat Jati efsien. Rasio

keuntungan terhadap biaya tataniaga paling besar terdapat pada saluran VII

pada setiap jenis mangga kecuali pada jenis mangga manalagi. Berdasarkan

hasil analisa diatas, maka saluran yang paling efisien adalah saluran tataniaga

VII yang melibatkan petani dan pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati.

Page 114: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

97

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pola distribusi

mangga lokal di Pasar Induk Kramat Jati maka diperoleh kesimpulan :

1. Pola distribusi mangga di Pasar Induk Kramat Jati, menjelaskan bahwa

dalam distribusi hasil produksi mangga memiliki tiga alternatif saluran

distribusi. Petani bisa menjual kepada tengkulak, pedagang pengumpul,

supplier atau langsung kepada pedagang besar di pasar Induk Kramat Jati.

Petani memiliki kebebasan menjual kepada lembaga selanjutnya tanpa ada

regulasi tetap, dan alasan memilih lembaga selanjutnya karena relasi yang

dimiliki oleh petani tersebut. Pengaruh besar dalam penetapan pemilihan

lembaga selanjutnya yaitu hubungan emosional dari petani kepada lembaga

yang dipilihnya. Dari 8 Unit Dagang yang dijadikan sampel penelitian

diketahui bahwa 6 dari 8 unit dagang menggunakan jasa tengkulak dan

petani pengumpul. Keadaan ini dikarenakan tidak memungkinkan seorang

petani yang dapat memproduksi hasil pertanian sebanyak 1 sampai dengan

2 ton untuk langsung dijual ke pasar besar. Kebanyakan petani tidak

menguasai teknik pengemasan yang sesuai dengan keinginan dari

konsumen selanjutnya.

2. Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga mangga lokal di Pasar Induk

Kramat Jati, saluran tataniaga yang memiliki margun terendah adalah

saluran tataniaga VII pada setiap jenis mangga yang terdapat pada saluran

tersebut diantaranya mangga harum manis, manalagi, apel, golek dan

gedong. Pada identifikasi menggunakan farmer’s share, saluran tataniaga

VII merupakan saluran tataniaga yang paling menguntungkan bagi petani,

nilai farmer’s share pada saluran tataniaga VII adalah 90%. Selanjutnya

pada analisis rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga, hampir seluruh

jenis mangga pada masing-masing saluran memiliki nilai R/C > 1. Artinya,

Page 115: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

98

hampir seluruh saluran tataniaga mangga lokal di Pasar Induk Kramat Jati

efsien. Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga paling besar terdapat

pada saluran VII pada setiap jenis mangga kecuali pada jenis mangga

manalagi. Berdasarkan hasil analisa diatas, maka saluran yang paling efisien

adalah saluran tataniaga VII yang melibatkan petani dan pedagang besar

Pasar Induk Kramat Jati.

6.2 Saran

1. Berdasarkan pola pendistribusian yang sudah ada di Pasar Induk Kramat

Jati, agar mangga lokal menjadi tuan rumah dapat terwujud apabila

dibangun Supply Chain Management (SCM) yang tangguh. SCM

merupakan strategi bisnis yang mengintegrasikan secara vertikal fungsi dari

saluran produsen dan pedagang besar dalam Supply Chain (SC) untuk

meningkatkan efisiensi dan prestasi keseluruhan anggota SC agar dapat

memenuhi tuntutan konsumen sehingga menjadi satu kesatuan kegiatan

bisnis yang kompetitif.

2. Petani lebih berani melakukan distribusi langsung kepada pedagang besar

dalam upaya peningkatan efisiensi distribusi.

3. Keterlibatan pemerintah dan dinas terkait untuk memantau harga mangga

lokal yang fluktuatif dan memberikan solusi dalam menstabilkan harga

mangga.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi pola

distribusi mangga lokal dari petani sampai konsumen akhir untuk dapat

mengetahui secara keseluruhan efisiensi mangga lokal.

5. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi pola

distribusi dari setiap wilayah ikon mangga lokal di Indonesia.

Page 116: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

99

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Tanaman Buah-Buahan dan Sayuran

Tahunan 2016. Jakarta : BPS-Statistics Indonesia.

Badan Pusat Statistik. (2018). Kota Madya Jakarta Timur dalam Angka 2018.

Jakarta : BPS-Statistics Indonesia

Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Tanaman Buah-Buahan dan Sayuran

Tahunan 2018. Jakarta : BPS-Statistics Indonesia.

Dharmaesta, B.S, 2014. Strategi Distribusi. Depok (ID): Universitas

Gunadarma.

Laksana, F. (2008). Manajemen pemasaran pendekatan praktis. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Furqan, W. (2017). Pola Distribusi Hasil Tangkapan Jaring Rampus Di

Pangkalan Pendaratan Ikan Binuangeun, Kabupaten Lebak, Banten

[Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas

Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Juwanto, A. (2012). Analisis Efisiensi Saluran Distribusi Pada Perusahaan Abon

KL Noeria Surakarta.

Karmeli, E., Saputra, A. (2017). Analisis Pola Distribusi Petani Jagung (Studi

Petani Jagung di Dusun Ngali Desa Labuhan Kuris Kecamatan Lape

Kabupaten Sumbawa Tahun 2016). Junal Ekonomi dan Bisnis 14(2),

Agustus 2017.

Kementerian Pertanian. (2017). Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan.

Jakarta: Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikulutura. (2018). Laporan

Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura TA. 2017. Jakarta: Kementerian

Pertanian.

Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikulutura. (2019). Laporan

Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura TA. 2018. Jakarta: Kementerian

Pertanian.

Page 117: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

100

Khoiriyyah. (2018). Analisis Efisiensi Tataniaga Daging Sapi Di DKI Jakarta

(Studi Kasus: PD. Dharma Jaya) [Skripsi].

Kotler, P. (2001). Manajemen Pemasaran. Edisi Kelima. Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Maulidah, S. (2016). Analisis Efisiensi Distribusi pada Penjualan Produk Olahan

Buah dan Sayuran dengan Metode Data Envelopment Analysis

(DEA). Agriekonomika, 5(2), 188-197.

Mayasari, R., Sjamsir, Z., & Nurhapsa, N. (2017). Pola Distribusi dan Margin

Pemasaran Bawang Merah di Kota Parepare. Jurnal Galung Tropika, 6(3),

206-212.

Mulyati, E., & Alif, A. I. (2013). Perencanaan Tarif Ideal Pengiriman Barang

Berdasarkan Metode Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK).

Nurchayati, N., & Hikmah, H. (2014). Distribusi Buah Lokal Dan Buah Import

(Studi Kasus Pada Pedagang Buah Di Kota Semarang). Serat Acitya, 3(1),

17.

Permatasari, I. Analisis Biaya Saluran Distribusi Terhadap Volume Penjualan

Harian Sumut Pos (Studi Kasus Pada PT. SUMUT POS Medan).

Prawirosentono, S. (2005). Riset Operasi dan Ekonofisika. PT. Bumi Aksara,

Jakarta. Soemartojo, (1997).

RACHMA, M. (2008). Efisiensi tataniaga cabai merah (studi kasus Desa

Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa

Barat [skripsi]. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rachman, Nadya Megawati. (2016). Efisiensi Jaringan Distribusi Rantai Pasok

Daging Sapi Di Kota Bogor [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor.

Sholeh. (2005). Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta: Rineka Cipta.

Siagian, Y. M. (2005). Aplikasi supply chain management dalam dunia

bisnis. Jakarta: Grasindo.

Page 118: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

101

Siahaya, W. (2013). Sukses Supply Chain Management Akses Demand Chain

Management. Media, Jakarta.

Siswanto. 2006, Operations Research. Jakarta: Erlangga.

Sumarwan, U. (2015). Pemasaran Strategik: Perspektif perilaku konsumen dan

Marketing plan.

Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Soeprihanto, J., & Sunarni, M. (1993). Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi

Perusahaan).

Syaifuddin, D. T. (2011). Riset Operasi (Aplikasi Quantitative Analysis for

Management). Malang: Penerbit CV Citra Malang.

Taha, H. A. (1996). Riset Operasi. Edisi Kelima, Jilid Satu, Jakarta Barat:

Binarupa aksara.

Takalamingan, M., Longdong, F. V., & Jusuf, A. (2017). Analisis Efisiensi

Saluran Distribusi dan Risiko Pelaku USAha pada Rantai Pasok Ikan

Cakalang Asap di Kelurahan Girian Atas Kota Bitung Provinsi Sulawesi

Utara. AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, 5(9).

Wijaya, A. (2013). Pengantar Riset Operasi (Edisi 3). Jakarta: Penerbit Mitra

Wacana Media.

Windari, Risky Alifia. 2016. Analisis Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi PT

Pupuk Kujang, Cikampek. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Depkop.go.id. ( 2016). Kekayaan Buah Tropis Nusantara Dari Indonesia Untuk

Dunia. Diakses pada selasa, 11 september 2018. Dari

http://www.depkop.go.id/content/read/fruit-indonesia-2016-kekayaan-

buah-tropis-nusantara-dari-indonesia-untuk-dunia/

Page 119: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

102

LAMPIRAN

Page 120: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

103

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian I

UNTUK PETANI

KUISIONER PENELITIAN

PENGANTAR

Kepada Informan yang terhormat, Saya Muchamad Noval Abdillah, Mahasiswa S1

Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis, Fakultas Sains dan

Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang

mengadakan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir dengan judul:

Efisiensi Pola Distribusi Mangga lokal di Pasar induk Kramat Djati. Pada kuisioner

ini akan dianalisis pengaruh biaya distribusi terhadap efisiensi saluran distribusi.

Informasi yang didapatkan dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan

untuk keperluan akademik dan untuk memberikan rekomendasi kepada berbagai

pihak terkait dalam jaringan distribusi mangga lokal.

1. Nama petani : …………………………………………………

2. Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan

3. Umur : …………. tahun

4. Alamat: …………………………………………………

5. Nomor telepon : …………………………………………………

6. mangga apa saja yang di produksi :

…………………………………………………

7. Pengalaman bertani mangga : …………. tahun

8. Status sebagai petani :

a) Pemilik penggarap b) penyewa (bagi hasil)

9. Luas lahan : …………. Ha

10. Jumlah produksi/panen : …………. Kg …………. Ton

11. Banyaknya panen dalam setahun : …………. kali/tahun

12. Lamanya waktu panen : …………………………………………………

13. Jika harga pasar turun, apakah anda tetap melakukan kegiatan panen :

15. Hasil panen selanjutnya : Dijual langsung / Disimpan / ……………….....

16. Apakah sebelum dijual dilakukan penyortiran : Ya / Tidak

17. Jika ya, sisa hasil sortiran yang tidak terpilih digunakan untuk apa :

Page 121: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

104

18. Apakah anda melakukan kegiatan penjualan

Lembaga

pemasaran

Harga Jual (Rp/Kg

)

Jumlah Penjualan

(Kg)

Sistem

Pembayaran

19. Tata Cara Penjualan

No. Uraian No. Uraian

1. Cara Penjualan : 4. Cara Penentuan Harga

(….) Bebas (….) Ditentukan pedagang

(….) Kontrak (….) Ditentukan konsumen

2. Cara Pembayaran : (….) Ditentukan pemerintah

(….) Tunai/nota(putus) (….) Tawar-menawar

(….) Dibayar di muka 5. Cara Perolehan Informasi

Harga

(….) Dibayar sebagian (….) Sesama pedagang

(….) Hutang/komisi (….) Media massa

3. Cara Penyerahan barang : (….) Kelompok tani

(….) Di tempat pembeli (….) Lainnya

(….) Di tempat penjual

20. Apakah anda menjual jenis komoditi lainnya : Ya / Tidak, sebutkan ………….

21. Biaya yang dikeluarkan saat pemasaran

a) Biaya tenaga kerja : Rp ………………

b) Biaya pengangkutan : Rp ………………

c) Biaya pengemasan : Rp ………………

d) Biaya penyimpanan : Rp ………………

e) Biaya penyusutan : Rp ………………

Page 122: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

105

f) Biaya bongkar muat : Rp ………………

g) Biaya penyortiran : Rp ………………

h) Retribusi : Rp ………………

22. Apakah anda menanggung biaya risiko dari kegiatan penjualan .....................

23. Apakah terdapat kesulitan dalam distribusi mangga : Ya / Tidak, sebutkan

…………………………

24. Dari mana sumber modal diperoleh :

a) Modal sendiri, Besar modal yang dibutuhkan :

b) Pinjaman dari :

25. Harga mangga dari setiap jenis :

Page 123: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

106

Lampiran 2. Kuisioner Penelitian 2

UNTUK PENGUMPUL, TENGKULAK, PASCA PANEN, PEMASOK

KUISIONER PENELITIAN

PENGANTAR

Kepada Informan yang terhormat, Saya Muchamad Noval Abdillah, Mahasiswa S1

Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis, Fakultas Sains dan

Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang

mengadakan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir dengan judul:

Efisiensi Pola Distribusi Mangga lokal di Pasar induk Kramat Djati. Pada kuisioner

ini akan dianalisis pengaruh biaya distribusi terhadap efisiensi saluran distribusi.

Informasi yang didapatkan dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan

untuk keperluan akademik dan untuk memberikan rekomendasi kepada berbagai

pihak terkait dalam jaringan distribusi mangga lokal.

1. Nama informan : …………………………………………………

2. Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan

3. Umur : …………. tahun

4. Alamat : …………………………………………………

5. Nomor telepon : …………………………………………………

6. Jenis Mangga : …………………………………………………

7. Status sebagai lembaga :

a) Pedagang pengumpul b) Petani Pasca Panen c) Pemasok d)Tengkulak

8. Kegiatan apa saja yang anda lakukan

a) Pembelian d) Pengemasan g) Bongkar muat

b) Penjualan e) Penyimpanan h) Penyortiran

c) Pengangkutan f) Grading i) Penanggung risiko

9. Apakah anda melakukan kegiatan penyimpanan :

10. Apakah anda melakukan kegiatan pembelian :

Nama lembaga Harga Beli

(Rp/Kg)

Jumlah Pembelian

(Kg)

Sistem

Pembayaran

Page 124: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

107

11. Tata cara pembelian

a) Cara pembelian : c) Cara penentuan harga

:

e) Cara memperoleh

informasi harga

( ) Bebas ( ) Ditentukan petani ( ) Sesama Lembaga

( ) Borongan ( ) Ditentukan pedagang ( ) Media massa

( ) Bertahap ( ) Ditentukan

pemerintah

( ) Kelompok tani

( ) Kontrak ( ) Tawar-menawar ( ) Lainnya

( ) Tebas

b) Cara pembayaran d) Cara penyerahan : f) Alasan memilih pada

sumber :

( ) Tunai ( ) Di tempat pembeli ( ) Harga lebih murah

( ) Dibayar di muka ( ) Di tempat penjual ( ) Barang lebih bagus

( ) Dibayar sebagian ( ) Lokasi mudah

dijangkau

( ) Hutang ( ) Langganan

12. Berapa jumlah petani yang menjadi langganan anda saat ini : ………….

Orang

Page 125: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

108

13. Apakah anda melakukan kegiatan penjualan

Lembaga

pemasaran

Harga Jual

(Rp/Kg)

Jumlah

Penjualan

(Kg)

Sistem

Pembayaran

Pasar yang

dituju

14. Apakah anda menjual jenis komoditi lainnya : Ya / Tidak, sebutkan ………….

15. Apakah anda mempunyai tempat khusus untuk menjual (toko/kios) : Ya /

Tidak, sebutkan ………….

16. Apakah anda menanggung biaya risiko dari kegiatan penjualan : Ya / Tidak,

sebutkan

17. Biaya yang dikeluarkan saat pemasaran :

a) Biaya tenaga kerja : Rp ………………

b) Biaya pengangkutan : Rp ………………

c) Biaya pengemasan : Rp ………………

d) Biaya penyimpanan : Rp ………………

e) Biaya penyusutan : Rp ………………

f) Biaya bongkar muat : Rp ………………

g) Biaya penyortiran : Rp ………………

h) Retribusi : Rp ………………

18. Dari mana sumber modal diperoleh :

a) Modal sendiri, Besar modal yang dibutuhkan : ………………

b) Pinjaman, Besar pinjaman : …………….

19. Jumlah tenaga kerja : ……………… orang

20. Upah tenaga kerja : ……………… HOK

21. Apakah anda dapat bebas keluar masuk pasar : …………………………

22. Harga Mangga setiap Jenis :

Page 126: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

109

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian 3

UNTUK PEDAGANG UD

KUISIONER PENELITIAN

PENGANTAR

Kepada Informan yang terhormat, Saya Muchamad Noval Abdillah, Mahasiswa S1

Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis, Fakultas Sains dan Tenologi.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang mengadakan

penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir dengan judul: Efesiensi Pola

Distribusi Mangga lokal di Pasar induk Kramat Djati. Pada kuisioner ini akan

dianalisis pengaruh biaya distribusi terhadap efisiensi saluran distribusi. Informasi

yang didapatkan dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk

keperluan akademik dan untuk memberikan rekomendasi kepada berbagai pihak

terkait dalam jaringan distribusi mangga lokal.

Identitas Informan :

No. Kuisioner:

Nama Informan :

No. Hp :

Alamat Unit Dagang :

A. Informasi umum

1. Berapa Usia anda? A. 20-40 B. 40-60 C. 60-80

2. Berapa lama Unit Dagang anda berdiri? A. 1-10 tahun B. 10-20 tahun C. 20-

40 tahun

3. Dalam satu bulan, Berapa banyak anda memasok mangga lokal?

A. 7-28 ton B. 28-56 ton C. 56-70 ton

B. Jaringan Distribusi Mangga Lokal

1. Darimana saja asal pasokan mangga anda?

.

.

.

.

Page 127: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

110

.

.

2. Berapa pasokan per hari dalam satu musim?

A. 7-14 ton B. 14-28 ton C. 28-35 ton

3. Berapa Harga beli mangga dari petani/pemasok? (Rp/Kg)

4. Jenis mangga lokal apa saja yang anda jual?

A. arumanis

B. manalagi

C. apel

D. cengkir

E. Gedong gincu

F. Madu

G. Madu anggur

H. golek

5. Berapa volume mangga lokal yang dijual?

A. 1-10 ton B. 10-20 ton C. 20-30 ton

6. Berapa harga jual mangga dari pedagang ke konsumen? (Rp/kg)

7. daya simpan mangga lokal

a. siap jual

b. 1 hari penyimpanan

c. >2 hari masa penyimpanan

d. <2 hari masa penyimpanan

8. Apa sistem pembayaran yang digunakan

a. Putus (nota)

b. komisi

C. Biaya Transaksi

1. Biaya dari Pemasok ke Pasar Induk

a. Harga beli mangga

b. Transportasi

c. Biaya informal (biaya kuli, bongkar muat)

d. Biaya penunjang distribusi (tol, jembatan angkut)

Page 128: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

111

e. Biaya tenaga kerja

f. Biaya packing dan pengolahan

g. Biaya lain

2. Biaya retribusi jasa usaha

a. biaya sewa lapak

b. biaya kontribusi PD. Pasar Jaya

c. biaya kebersihan

d. komisi dagang

e. biaya lain

3. Biaya dari Lapak ke saluran Pemasaran selanjutnya

a. biaya angkut ke alat transportasi

b. biaya supir/ transportasi

Notes:

1. Mengapa menerima pasokan dari daerah tersebut?

2. Apakah ada batasan untuk kuantitas pasokan? Ya, mengapa?

3. Bagaimana penentuan harga mangga? Apakah ada ketentuan tertentu?

4. Apakah ada penentuan jenis mangga yang dijual? Mengapa?

5. Bagaimana daya jual mangga?

6. Apa sistem distribusi yang digunakan? Mengapa?

7. Mengapa menggunakan sistem pembayaran tersebut?

8. Berasal dari manakah konsumen anda?

9. Kapan mangga lokal mulai dijual dalam satu musim?

Page 129: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

112

Lampiran 4. Biaya Tataniaga Mangga Lokal

Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran I Saluran II

Harum Manis Manalagi Apel Harum Manis Manalagi Cengkir

1. Petani

Biaya Tenaga Kerja 55 55 55 54,15 54,15 54,15

Biaya Pengangkutan 250,00 250,00 250,00 266,67 266,67 266,67

Biaya Produksi 500,00 500,00 500,00 500,00 500,00 500,00

Biaya Pengemasan - - - - - -

Subtotal 805,00 805,00 805,00 820,82 820,82 820,82

2. Pedagang Pengumpul

Biaya Tenaga Kerja 13,30 13,30 13,30

Biaya Penyimpanan 500,00 500,00 500,00

Biaya Pengangkutan 562,50 562,50 562,50

Biaya Pengemasan - - -

Subtotal 1.075,80 1.075,80 1.075,80 - - -

3. Pemasok

Biaya Tenaga Kerja 10,67 10,67 10,67

Biaya Pengangkutan 462,50 462,50 462,50

Biaya Penyimpanan 3.750,00 2.500,00 1.750,00

Subtotal 4.223,17 2.973,17 2.223,17

4. Petani Pasca Panen

Biaya Tenaga Kerja 13,30 13,30 13,30

Biaya Pengangkutan 750,00 750,00 750,00

Biaya Pengemasan 3.750,00 2.500,00 1.500,00

Subtotal 4.513,30 3.263,30 2.263,30

Page 130: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

113

5. Tengkulak

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Pengangkutan

Biaya Gudang

Biaya Pengemasan

Subtotal

6. Pasar Induk

Biaya Tenaga Kerja 2,30 2,30 2,30 2,00 2,00 2,00

Biaya Lain-Lain

Biya Informal 17,5 17,5 17,5 27,5 27,5 27,5

Biaya Penunjang Distribusi 25 25 25 18,75 18,75 18,75

Subtotal 44,80 44,80 44,80 48,25 48,25 48,25

Page 131: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

114

Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran III Saluran IV

Harum

Manis Manalagi Apel Gedong

Harum

Manis Manalagi Cengkir Golek

1. Petani

Biaya Tenaga Kerja 54,15 54,15 54,15 54,15

Biaya Pengangkutan 243,75 243,75 243,75 243,75 266,67 266,67 266,67 266,67

Biaya Produksi 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00

Biaya Pengemasan - - - - - - - -

Subtotal 843,75 843,75 843,75 843,75 920,82 920,82 920,82 920,82

2. Pedagang

Pengumpul

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Penyimpanan

Biaya Pengangkutan

Biaya Pengemasan

Subtotal - - - - - - - -

3. Pemasok

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Pengangkutan

Biaya Penyimpanan

Subtotal

4. Petani Pasca Panen

Biaya Tenaga Kerja 13,30 13,30 13,30 13,30

Biaya Pengangkutan 581,50 581,50 581,50 581,50

Biaya Pengemasan 3.750,00 2.500,00 1.500,00 2.500,00

Subtotal - - - - 4.344,80 3.094,80 2.094,80 3.094,80

Page 132: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

115

5. Tengkulak

Biaya Tenaga Kerja 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00

Biaya Pengangkutan 1.040,31 1.040,31 1.040,31 1.040,31 1.040,31 1.040,31 1.040,31 1.040,31

Biaya Gudang - - - - 500,00 500,00 500,00 500,00

Biaya Pengemasan 3.750,00 2.500,00 1.750,00 1.500,00 - - - -

Subtotal 4.815,31 3.565,31 2.815,31 2.565,31 1.565,31 1.565,31 1.565,31 1.565,31

6. Pasar Induk

Biaya Tenaga Kerja 2,30 2,30 2,30 2,30 28,57 28,57 28,57 28,57

Biaya Lain-Lain 60,48 60,48 60,48 60,48 59,65 59,65 59,65 59,65

Biya Informal 60 60 60 60 18,75 18,75 18,75 18,75

Biaya Penunjang

Distribusi 50 50 50 50 71,42 71,42 71,42 71,42

Subtotal 172,78 172,78 172,78 172,78 178,39 178,39 178,39 178,39

Page 133: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

116

Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran V Saluran VI

Harum

Manis Manalagi Cengkir

Harum

Manis Manalagi Cengkir Golek

1. Petani

Biaya Tenaga Kerja 55,00 55,00 55,00 55,00 55,00 55,00 55,00

Biaya Pengangkutan 250,00 250,00 250,00 250,00 250,00 250,00 250,00

Biaya Produksi 500,00 500,00 500,00 600,00 600,00 600,00 600,00

Biaya Pengemasan - - - - - - -

Subtotal 805,00 805,00 805,00 905,00 905,00 905,00 905,00

2. Pedagang Pengumpul

Biaya Tenaga Kerja 13,30 13,30 13,30 13,30 13,30 13,30 13,30

Biaya Penyimpanan - - - 600,00 600,00 600,00 600,00

Biaya Pengangkutan 750,00 750,00 750,00 562,50 562,50 562,50 562,50

Biaya Pengemasan 3.750,00 2.500,00 1.500,00 - - - -

Subtotal 4.513,30 3.263,30 2.263,30 1.175,80 1.175,80 1.175,80 1.175,80

3. Pemasok

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Pengangkutan

Biaya Penyimpanan

Subtotal

4. Petani Pasca Panen

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Pengangkutan

Biaya Pengemasan

Subtotal

5. Tengkulak

Page 134: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

117

Biaya Tenaga Kerja 25,00 25,00 25,00 25,00

Biaya Pengangkutan 1.040,31 1.040,31 1.040,31 1.040,31

Biaya Gudang - - - -

Biaya Pengemasan 3.750,00 2.500,00 1.500,00 2.500,00

Subtotal - - - 4.815,31 3.565,31 2.565,31 3.565,31

6. Pasar Induk

Biaya Tenaga Kerja 6,34 6,34 6,34 3,80 3,80 3,80 3,80

Biaya Lain-Lain 50,62 50,62 50,62 57,80 57,80 57,80 57,80

Biya Informal 30 30 30 100 100 100 100

Biaya Penunjang

Distribusi 87,5 87,5 87,5 50 50 50 50

Subtotal 174,46 174,46 174,46 211,60 211,60 211,60 211,60

Page 135: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

118

Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran VII

Harum Manis Manalagi Apel Golek Gedong

1. Petani

Biaya Tenaga Kerja 20,58 20,58 20,58 20,58 20,58

Biaya Pengangkutan 562,50 562,50 562,50 562,50 562,50

Biaya Produksi 500,00 500,00 500,00 500,00 500,00

Biaya Pengemasan 2.500,00 2.500,00 1.700,00 2.500,00 1.500,00

Subtotal 3.583,08 3.583,08 2.783,08 3.583,08 2.583,08

2. Pedagang Pengumpul

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Penyimpanan

Biaya Pengangkutan

Biaya Pengemasan

Subtotal

3. Pemasok

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Pengangkutan

Biaya Penyimpanan

Subtotal

4. Petani Pasca Panen

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Pengangkutan

Biaya Pengemasan

Subtotal

Page 136: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

119

5. Tengkulak

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Pengangkutan

Biaya Gudang

Biaya Pengemasan

Subtotal

6. Pasar Induk

Biaya Tenaga Kerja 3,09 3,09 3,09 3,09 3,09

Biaya Lain-Lain 48,05 48,05 48,05 48,05 48,05

Biya Informal 60 60 60 60 60

Biaya Penunjang Distribusi 62,5 62,5 62,5 62,5 62,5

Subtotal 173,64 173,64 173,64 173,64 173,64

Page 137: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

120

Lampiran 5. Margin Tataniaga Mangga Lokal Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran I Saluran II

Harum Manis Manalagi Apel Harum Manis Manalagi Cengkir

1. Petani

Biaya Tataniaga 805,00 805,00 805,00 820,82 820,82 820,82

Harga Jual 6.000,00 3.500,00 3.000,00 6.000,00 3.500,00 4.500,00

2. Pedagang Pengumpul

Harga Beli 6.000,00 3.500,00 3.000,00

Biaya Tataniaga 1.075,80 1.075,80 1.075,80

Keuntungan 724,20 924,20 924,20 - - -

Margin Tataniaga 1.800,00 2.000,00 2.000,00

Harga Jual 7.800,00 5.500,00 5.000,00

3. Pemasok

Harga Beli 7.800,00 5.500,00 5.000,00

Biaya Tataniaga 4.223,17 2.973,17 2.223,17

Keuntungan 2.976,83 1.526,83 1.776,83

Margin Tataniaga 7.200,00 4.500,00 4.000,00

Harga Jual 15.000,00 10.000,00 9.000,00

4. Petani Pasca Panen

Harga Beli 6.000,00 3.500,00 4.500,00

Biaya Tataniaga 4.513,30 3.263,30 2.263,30

Keuntungan 4.486,70 4.236,70 5.236,70

Margin Tataniaga 9.000,00 7.500,00 7.500,00

Harga Jual 15.000,00 11.000,00 12.000,00

Page 138: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

121

5. Tengkulak

Harga Beli

Biaya Tataniaga

Keuntungan

Margin Tataniaga

Harga Jual

6. Pasar Induk

Harga Beli 15.000,00 10.000,00 9.000,00 15.000,00 11.000,00 12.000,00

Biaya Tataniaga 44,80 44,80 44,80 48,25 48,25 48,25

Keuntungan 2.955,20 1.955,20 455,20 5.951,75 951,75 2.951,75

Margin Tataniaga 3.000,00 2.000,00 500,00 6.000,00 1.000,00 3.000,00

Harga Jual 18.000,00 12.000,00 9.500,00 21.000,00 12.000,00 15.000,00

Total

Biaya Tataniaga 6.149 4.899 4.149 5.382 4.132 3.132

Keuntungan 6.656 4.406 3.156 10.438 5.188 8.188

Margin Tataniaga 12.000 8.500 6.500 15.000 8.500 10.500

Page 139: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

122

Lembaga

Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran III Saluran IV

Harum

Manis Manalagi Apel Gedong

Harum

Manis Manalagi Cengkir Golek

1. Petani

Biaya

Tataniaga 843,75 843,75 843,75 843,75 920,82 920,82 920,82 920,82

Harga Jual 6.000,00 3.500,00 3.000,00 3.000,00 6.500,00 3.500,00 3.000,00 3.500,00

2. Pedagang

Pengumpul

Harga Beli

Biaya

Tataniaga

Keuntungan - - - - - - - -

Margin

Tataniaga

Harga Jual

3. Pemasok

Harga Beli

Biaya

Tataniaga

Keuntungan

Margin

Tataniaga

Harga Jual

4. Petani

Pasca Panen

Page 140: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

123

Harga Beli 6.500,00 3.500,00 3.000,00 3.500,00

Biaya

Tataniaga 4.344,80 3.094,80 2.094,80 3.094,80

Keuntungan - - - - 6.655,20 3.405,20 4.905,20 3.405,20

Margin

Tataniaga 11.000,00 6.500,00 7.000,00 6.500,00

Harga Jual 17.500,00 10.000,00 10.000,00

10.000,00

5. Tengkulak

Harga Beli 6.000,00 3.500,00 3.000,00 3.000,00 17.500,00 10.000,00 10.000,00

10.000,00

Biaya

Tataniaga 4.815,31 3.565,31 2.815,31 2.565,31 1.565,31 1.565,31 1.565,31 1.565,31

Keuntungan 8.084,69 4.184,69 2.284,69 19.634,69 284,69 134,69 134,69 584,69

Margin

Tataniaga 12.900,00 7.750,00 5.100,00 22.200,00 1.850,00 1.700,00 1.700,00 2.150,00

Harga Jual 18.900,00 11.250,00 8.100,00 25.200,00 19.350,00 11.700,00 11.700,00

12.150,00

6. Pasar

Induk

Harga Beli 18.900,00 11.250,00 8.100,00 25.200,00 19.350,00 11.700,00 11.700,00

12.150,00

Biaya

Tataniaga 172,78 172,78 172,78 172,78 178,39 178,39 178,39 178,39

Keuntungan 1.927,22 1.077,22 727,22 2.627,22 1.971,61 1.121,61 1.121,61 1.171,61

Margin

Tataniaga 2.100,00 1.250,00 900,00 2.800,00 2.150,00 1.300,00 1.300,00 1.350,00

Page 141: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

124

Harga Jual 21.000,00 12.500,00 9.000,00 28.000,00 21.500,00 13.000,00 13.000,00

13.500,00

Total

Biaya

Tataniaga 5.832 4.582 3.832 3.582 7.009 5.759 4.759 5.759

Keuntungan 10.012 5.262 3.012 22.262 8.912 4.662 6.162 5.162

Margin

Tataniaga 15.000 9.000 6.000 25.000 15.000 9.500 10.000 10.000

Page 142: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

125

Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran V Saluran VI

Harum Manis Manalagi Cengkir Harum Manis Manalagi Cengkir Golek

1. Petani

biaya tataniaga 805,00 805,00 805,00 905,00 905,00 905,00 905,00

harga jual 6.000,00 3.000,00 3.000,00 6.000,00 3.000,00 3.000,00 3.000,00

2. Pedagang

Pengumpul

harga beli 6.000,00 3.000,00 3.000,00 6.000,00 3.000,00 3.000,00 3.000,00

biaya tataniaga 4.513,30 3.263,30 2.263,30 1.175,80 1.175,80 1.175,80 1.175,80

keuntungan 7.486,70 4.736,70 4.736,70 324,20 324,20 624,20 324,20

margin tataniaga 12.000,00 8.000,00 7.000,00 1.500,00 1.500,00 1.800,00 1.500,00

harga jual 18.000,00 11.000,00 10.000,00 7.500,00 4.500,00 4.800,00 4.500,00

3. Pemasok

harga beli

biaya tataniaga

keuntungan

margin tataniaga

harga jual

4. Petani Pasca Panen

harga beli

biaya tataniaga

keuntungan

margin tataniaga

Page 143: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

126

harga jual

5. Tengkulak

harga beli - - - 7.500,00 4.500,00 4.800,00 4.500,00

biaya tataniaga - - - 4.815,31 3.565,31 2.815,31 2.565,31

keuntungan - - - 7.034,69 2.734,69 4.084,69 3.734,69

margin tataniaga - - - 11.850,00 6.300,00 6.900,00 6.300,00

harga jual - - - 19.350,00 10.800,00 11.700,00 10.800,00

6. Pasar Induk

harga beli 18.000,00 11.000,00 10.000,00 19.350,00 10.800,00 11.700,00 10.800,00

biaya tataniaga 174,46 174,46 174,46 211,60 211,60 211,60 211,60

keuntungan 2.825,54 1.825,54 1.825,54 1.938,40 988,40 1.088,40 988,40

margin tataniaga 3.000,00 2.000,00 2.000,00 2.150,00 1.200,00 1.300,00 1.200,00

harga jual 21.000,00 13.000,00 12.000,00 21.500,00 12.000,00 13.000,00 12.000,00

Total

Biaya Tataniaga 5.493 4.243 3.243 7.930 5.730 5.080 4.730

Keuntungan 10.312 6.562 6.562 9.297 4.047 5.797 5.047

Margin Tataniaga 15.000 10.000 9.000 15.500 9.000 10.000 9.000

Page 144: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

127

Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran VII

Harum Manis Manalagi Apel Golek Gedong

1. Petani

biaya tataniaga 3.583,08 3.583,80 2.783,08 3.583,80 2.853,08

harga jual 19.800,00 9.450,00 8.100,00 8.550,00 22.500,00

2. Pedagang Pengumpul

harga beli

biaya tataniaga

keuntungan

margin tataniaga

harga jual

3. Pemasok

harga beli

biaya tataniaga

keuntungan

margin tataniaga

harga jual

4. Petani Pasca Panen

harga beli

biaya tataniaga

keuntungan

margin tataniaga

harga jual

5. Tengkulak

harga beli

biaya tataniaga

Page 145: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

128

keuntungan

margin tataniaga

harga jual

6. Pasar Induk

harga beli 19.800,00 9.450,00 8.100,00 8.550,00 22.500,00

biaya tataniaga 173,64 173,64 173,64 173,64 173,64

keuntungan 2.026,37 876,37 726,37 776,37 2.326,37

margin tataniaga 2.200,00 1.050,00 900,00 950,00 2.500,00

harga jual 22.000,00 10.500,00 9.000,00 9.500,00 25.000,00

Total

Biaya Tataniaga 174 174 174 174 174

Keuntungan 2.026 876 726 776 2.326

Margin Tataniaga 2.200 1.050 900 950 2.500

Page 146: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

129

Lampiran 6. R/C Ratio Mangga Lokal

Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran I Saluran II

Harum

Manis Manalagi Apel

Harum

Manis Manalagi Cengkir

1. Petani

R 5.195,00 2.695,00 2.195,00 5.179,18 2.679,18 3.679,18

C 805,00 805,00 805,00 820,82 820,82 820,82

R/C Rasio 6,45 3,35 2,73 6,31 3,26 4,48

2. Pedagang Pengumpul

R 6.724,20 924,20 924,20 - - -

C 1.075,80 1.075,80 1.075,80

R/C Rasio 6,25 0,86 0,86

3. Pemasok

R 2.976,83 1.526,83 1.776,83

C 4.223,17 2.973,17 2.223,17

R/C Rasio 0,70 0,51 0,80

4. Petani Pasca Panen

R 4.486,70 4.236,70 5.236,70

C 4.513,30 3.263,30 2.263,30

R/C Rasio 0,99 1,30 2,31

5. Tengkulak

R

C

R/C Rasio

6. Pasar Induk

R 2.955,20 1.955,20 455,20 5.951,75 951,75 2.951,75

Page 147: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

130

C 44,80 44,80 44,80 48,25 48,25 48,25

R/C Rasio 65,96 43,64 10,16 123,35 19,73 61,18

Total

R 14.874,40 5.574,40 3.574,40 15.617,63 7.867,63 11.867,63

C 6.148,77 4.898,77 4.148,77 5.382,37 4.132,37 3.132,37

R/C Rasio 2,42 1,14 0,86 2,90 1,90 3,79

Page 148: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

131

Lembaga

Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran III Saluran IV

Harum

Manis Manalagi Apel Gedong

Harum

Manis Manalagi Cengkir Golek

1. Petani

R 5156,25 2656,25 2156,25 2156,25 5579,18 2579,18 2079,18 2579,18

C 843,75 843,75 843,75 843,75 920,82 920,82 920,82 920,82

R/C Rasio 6,11 3,15 2,56 2,56 6,06 2,80 2,26 2,80

2. Pedagang

Pengumpul

R

C

R/C Rasio

3. Pemasok

R

C

R/C Rasio

4. Petani Pasca

Panen

R 6655,20 3405,20 4905,20 3405,20

C 4344,80 3094,80 2094,80 3094,80

R/C Rasio 1,53 1,10 2,34 1,10

5. Tengkulak

R 8084,69 4184,69 2284,69 19634,69 284,69 134,69 134,69 584,69

C 4815,31 3565,31 2815,31 2565,31 1565,31 1565,31 1565,31 1565,31

R/C Rasio 1,68 1,17 0,81 7,65 0,18 0,09 0,09 0,37

6. Pasar Induk

Page 149: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

132

R 1927,22 1077,22 727,22 2627,22 1971,61 1121,61 1121,61 1171,61

C 172,78 172,78 172,78 172,78 178,39 178,39 178,39 178,39

R/C Rasio 11,15 6,23 4,21 15,21 11,05 6,29 6,29 6,57

Total

R 15168,16 7918,16 5168,16 24418,16 14490,68 7240,68 8240,68 7740,68

C 5831,84 4581,84 3831,84 3581,84 7009,32 5759,32 4759,32 5759,32

R/C Rasio 2,60 1,73 1,35 6,82 2,07 1,26 1,73 1,34

Page 150: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

133

Lembaga

Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran V Saluran VI

Harum Manis Manalagi Cengkir Harum Manis Manalagi Cengkir Golek

1. Petani

R 5.195,00 2.195,00 2.195,00 5.095,00 2.095,00 2.095,00 2.095,00

C 805,00 805,00 805,00 905,00 905,00 905,00 905,00

R/C Rasio 6,45 2,73 2,73 5,63 2,31 2,31 2,31

2. Pedagang

Pengumpul

R 7.486,70 4.736,70 4.736,70 324,20 324,20 624,20 324,20

C 4.513,30 3.263,30 2.263,30 1.175,80 1.175,80 1.175,80 1.175,80

R/C Rasio 1,66 1,45 2,09 0,28 0,28 0,53 0,28

3. Pemasok

R

C

R/C Rasio

4. Petani Pasca

Panen

R

C

R/C Rasio

5. Tengkulak

R 7.034,69 2.734,69 4.084,69 3.734,69

C 4.815,31 3.565,31 2.815,31 2.565,31

R/C Rasio 1,46 0,77 1,45 1,46

6. Pasar Induk

R 2.825,54 1.825,54 1.825,54 1.938,40 988,40 1.088,40 988,40

C 174,46 174,46 174,46 211,60 211,60 211,60 211,60

Page 151: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

134

R/C Rasio 16,20 10,46 10,46 9,16 4,67 5,14 4,67

Total

R 15.507,24 8.757,24 8.757,24 14.392,29 6.142,29 7.892,29 7.142,29

C 5.492,76 4.242,76 3.242,76 7.107,71 5.857,71 5.107,71 4.857,71

R/C Rasio 2,82 2,06 2,70 2,02 1,05 1,55 1,47

Page 152: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

135

Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran (Rp/Kg)

Saluran VII

Harum Manis Manalagi Apel Golek Gedong

1. Petani

R 16.216,92 5.866,20 5.316,92 4.966,20 19.646,92

C 3.583,08 3.583,80 2.783,08 3.583,80 2.853,08

R/C Rasio 4,53 1,64 1,91 1,39 6,89

2. Pedagang Pengumpul

R

C

R/C Rasio

3. Pemasok

R

C

R/C Rasio

4. Petani Pasca Panen

R

C

R/C Rasio

5. Tengkulak

Page 153: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

136

R

C

R/C Rasio

6. Pasar Induk

R 2.026,37 876,37 726,37 776,37 2.326,37

C 173,64 173,64 173,64 173,64 173,64

R/C Rasio 11,67 5,05 4,18 4,47 13,40

Total

R 18.243,29 6.742,57 6.043,29 5.742,57 21.973,29

C 3.756,72 3.757,44 2.956,72 3.757,44 3.026,72

R/C Rasio 4,86 1,79 2,04 1,53 7,26

Page 154: EFISIENSI POLA DISTRIBUSI MANGGA LOKAL DI PASAR INDUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52961/1/MUCH… · antara produsen dan konsumen. Berkembangnya teknologi

137

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian