efisiensi pembiayaan proyek

9
EFISIENSI PEMBIAYAAN PROYEK METODA SWAKELOLA Wiratna Tri Nugraha Abstrak Kegiatan pelaksanaan proyek sangat ditentukan oleh faktor pembiayaan yang diterapkannya. Pada umumnya proyek yang dikategorikan baik apabila menggunakan biaya yang relatif rendah dan memenuhi spesifikasi teknis seperti yang telah direncanakan. Pembiayaan proyek juga tergantung dari jenis kontrak yang dipakai. Penentuan jenis kontrak dalam pelaksanakan proyek sangat tergantung pada keinginan atau kemampuan pemilik proyek. Dewasa ini sering dijumpai pelaksanaan proyek dengan menggunakan sistem swakelola. Secara umum sistem swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri sehingga diharapkan bisa menghasilkan biaya pelaksanaan proyek yang sebenarnya dengan kualitas menurut spesifikasi teknis yang ditentukan. Kesulitan dalam menentukan biaya proyek yang efisien dalam sistem swakelola dapat berasal dari penetapan harga satuan pekerjaan yang terlalu tinggi atau adanya perbaikan akibat kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga diperlukan koordinasi yang lebih ketat dibandingkan dengan metode lainnya. Secara keseluruhan, pembiayaan dengan sistem swakelola lebih rendah daripada sistem pelaksanaan proyek lainnya. Kata kunci: pelaksanaan, pembiayaan, swakelola, kontrak, efisiensi I. PENDAHULUAN Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan sesuatu bangunan infrastruktur yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil, arsitektur, mekanikal, elektrikal, landscape dan sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut meliputi aspek kepentingan masyarakat yang sangat luas, antara lain perumahan, perkantoran, pabrik, jembatan, jalan raya, bendungan, saluran irigasi, pelabuhan, bandar udara dan lain sejenisnya. Upaya pembangunan tersebut bukanlah hanya ditekankan pada pelaksanaan pembangunan fisiknya saja, akan tetapi mencakup arti sistem pembangunan secara utuh dan lengkap. Dimulai sejak dikemukakan oleh pemilik, kemudian ditindak lanjuti dengan proses perencanaan, pelaksanaan sehingga bangunan benar-benar dapat berdiri dan berfungsi sesuai dengan tujuan fungsionalnya. Pada umumnya di dalam mencapai tujuan tersebut JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 1-47

Upload: dvi-setiawan

Post on 05-Jan-2016

34 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

share

TRANSCRIPT

Page 1: Efisiensi Pembiayaan Proyek

EFISIENSI PEMBIAYAAN PROYEK METODA SWAKELOLA

Wiratna Tri Nugraha

Abstrak

Kegiatan pelaksanaan proyek sangat ditentukan oleh faktor pembiayaan yang diterapkannya. Pada umumnya proyek yang dikategorikan baik apabila menggunakan biaya yang relatif rendah dan memenuhi spesifikasi teknis seperti yang telah direncanakan. Pembiayaan proyek juga tergantung dari jenis kontrak yang dipakai. Penentuan jenis kontrak dalam pelaksanakan proyek sangat tergantung pada keinginan atau kemampuan pemilik proyek. Dewasa ini sering dijumpai pelaksanaan proyek dengan menggunakan sistem swakelola. Secara umum sistem swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri sehingga diharapkan bisa menghasilkan biaya pelaksanaan proyek yang sebenarnya dengan kualitas menurut spesifikasi teknis yang ditentukan. Kesulitan dalam menentukan biaya proyek yang efisien dalam sistem swakelola dapat berasal dari penetapan harga satuan pekerjaan yang terlalu tinggi atau adanya perbaikan akibat kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga diperlukan koordinasi yang lebih ketat dibandingkan dengan metode lainnya. Secara keseluruhan, pembiayaan dengan sistem swakelola lebih rendah daripada sistem pelaksanaan proyek lainnya.Kata kunci: pelaksanaan, pembiayaan, swakelola, kontrak, efisiensi

I. PENDAHULUAN

Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan sesuatu bangunan infrastruktur yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil, arsitektur, mekanikal, elektrikal, landscape dan sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut meliputi aspek kepentingan masyarakat yang sangat luas, antara lain perumahan, perkantoran, pabrik, jembatan, jalan raya, bendungan, saluran irigasi, pelabuhan, bandar udara dan lain sejenisnya. Upaya pembangunan tersebut bukanlah hanya ditekankan pada pelaksanaan pembangunan fisiknya saja, akan tetapi mencakup arti sistem pembangunan secara utuh dan lengkap. Dimulai sejak dikemukakan oleh pemilik, kemudian ditindak lanjuti dengan proses perencanaan, pelaksanaan sehingga bangunan benar-benar dapat berdiri dan berfungsi sesuai dengan tujuan

fungsionalnya. Pada umumnya di dalam mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan-batasan yaitu jumlah anggaran/biaya, jadual waktu pelaksanaan dan kualitas yang harus dipenuhi.

Pekerjaan konstruksi memberikan tantangan yang bersifat khusus, karena setiap konstruksi bangunan selalu direncanakan atau dilaksanakan dengan menggunakan rekayasa tertentu yang khusus diperuntukkan bagi bangunan tersebut. Selain masalah-masalah teknis faktor lain seperti cuaca, ekonomi, waktu dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap metoda pelaksanaan, sehingga penerapan manajemen termasuk tata cara pelaksanaan proyek konstruksi tidak akan pernah berulang, dalam arti dapat diterapkan dari satu proyek ke proyek lainnya. Dengan demikian setiap unsur yang terlibat di dalam pekerjaan konstruksi harus siap untuk berhadapan dengan kendala yang bersifat

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 1-47

Page 2: Efisiensi Pembiayaan Proyek

baru. Unsur-unsur yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah:

1. Man (sumber daya manusia).2. Money (pembiayaan).3. Material (bahan-bahan, material).4. Method (metoda pelaksanaan pekerjaan).5. Machine (peralatan).

Dalam penelitian ini, unsur yang diambil sebagai objek penelitian adalah unsur money (pembiayaan). Hal ini dikarenakan dalam tahap pelaksanaan proyek secara keseluruhan tidak dapat terlepas dari unsur/faktor pembiayaan. Secara umum, proyek yang dikategorikan baik apabila dapat menggunakan biaya yang relatif rendah dan sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan. Pembiayaan proyek juga tergantung dari jenis kontrak yang dipakai.

Menurut Iman Suharto (1995) dan Istimawan Dipohusodo (1996), jenis-jenis kontrak yang biasa dipakai dalam proyek adalah:

1. Kontrak harga tetap (Lump sum atau Fixed priced), yang terdiri dari:a. Harga tetap dengan eskalasi.b. Harga tetap dengan perangsang.c. Unit price.

2. Kontrak harga tidak tetap (Cost plus), yang terdiri dari:a. Harga tidak tetap dengan upah tetap.b. Harga tidak tetap dengan suatu batasan maksimum.c. Harga tidak tetap dengan resiko ditanggung bersama.d. Harga tidak tetap dengan upah berubah-ubah.

Biasanya penentuan jenis kontrak dalam pelaksanakan proyek sangat tergantung pada keinginan atau kemampuan pemilik proyek. Selain jenis-jenis kontrak yang sering digunakan pada pelaksanaan proyek konstruksi, dewasa ini sering dijumpai pelaksanaan proyek dengan menggunakan

sistem swakelola. Menurut Muhammad Abduh, swakelola (owner provided) yaitu:

1. Dilakukan jika lingkup pekerjaan sesuai dengan keahlian, pengalaman dan sumber daya yang dimiliki owner.

2. Bisa dilakukan baik untuk perancangan maupun pelaksanaan.

3. Owner dapat menambahkan sumber daya pada bagian perancangan.

4. Owner dapat pula berlaku sebagai general contractor.

Berdasarkan Perpres RI No. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Bab V Swakelola, Ketentuan Umum Swakelola, Pasal 26 disebutkan:

Ayat 1, Swakelola merupakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

Ayat 3, Prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan

Ayat 4, Pengadaan melalui Swakelola dapat dilakukan oleh:

a. K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran;b.Instansi Pemerintah lain Pelaksana

Swakelola; dan/atauc.Kelompok Masyarakat Pelaksana

Swakelola.

Sehingga secara umum sistem swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri sehingga diharapkan bisa menghasilkan biaya pelaksanaan proyek yang efisien, dengan tahapan proses perencanaan maupun pelaksanaan konstruksi swakelola sama dengan sistem kontrak.

Secara garis besar unsur-unsur pengelola proyek konstruksi sistem swakelola sama

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 2-47

Page 3: Efisiensi Pembiayaan Proyek

dengan sistem lainnya, yaitu: Pemilik proyek (Owner), Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Perbedaannya pada sistem swakelola semua personil yang terlibat dalam pelaksanaan proyek diangkat oleh pemilik dan segala macam kegiatan atau urusan yang menyangkut dengan pembiayaan harus mendapat persetujuan dari swakelola logistik.

Kelebihan sistem swakelola antara lain:

1. Tidak menyertakan faktor keuntungan dalam nilai proyeknya, hal ini dikarenakan semua kegiatan dikerjakan dan dibiayai sendiri oleh pemilik.

2. Lebih mudah dalam proses administrasinya, karena tidak menggunakan sistem lelang dan sistem pembayarannya bukan dengan termin.

3. Nilai pajak yang dibayarkan relatif sedikit.4. Ketepatan dalam setiap pembayarannya,

hal ini disebabkan semua pembiayaan dilakukan langsung oleh pemiliknya sehingga jika terjadi keterlambatan akibat masalah pembiayaan akan merugikan pemiliknya sendiri.

5. Memperoleh harga pembelian yang lebih murah karena dilakukan langsung ke produsennya atau sub kontraktor, karena dapat negosiasi langsung sehingga bisa memperoleh harga yang lebih rendah.

6. Sisa barang, material maupun peralatan menjadi milik sendiri.

7. Waktu pelaksanaan proyek lebih fleksibel, mulai pelaksanaan proyek dapat disesuaikan dengan kepentingan pemilik.

8. Jika terjadi keterlambatan tidak dikenakan denda, karena pemilik juga ikut langsung memonitor jalannya pekerjaan, sehingga bisa mengetahui dengan jelas permasalahan yang menyebabkan terjadinya keterlambatan tersebut.

II. PERUMUSAN MASALAH

Dokumen pelaksanaan proyek untuk sistem swakelola secara umum sama dengan sistem lainnya yaitu: Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar konstruksi bangunannya, Rencana Anggaran Biaya (RAB), Penjelasan pekerjaan (Aanwijzing). Jumlah biaya dalam Rencana Anggaran Biaya proyek sistem swakelola diperoleh berdasarkan perhitungan biaya yang dilakukan oleh Perencana, Swakelola Pelaksana Pekerjaan dan Swakelola Manajemen Konstruksi. Apabila terdapat perbedaan jumlahnya maka ketiga Swakelola tersebut dengan Pemilik duduk bersama membahas perbedaan biaya tersebut, sehingga pada akhirnya didapat rencana anggaran biaya yang dietujui bersama.

Masalah utama dalam sistem swakelola adalah mengetahui berapa biaya sebenarnya yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi. Hal ini dikarenakan adanya kesulitan untuk menentukan biaya proyek swakelola konstruksi yang sebenarnya dalam perhitungan rencana anggaran biaya. Kesulitan ini bisa terjadi akibat digunakannya harga satuan pelaksanaan pekerjaan yang terlalu tinggi. Hasil perhitungan volume pekerjaan dapat diperoleh lebih akurat, yang berasal dari hasil perhitungan volume pekerjaan dari perencana, pelaksana maupun manajemen konstruksi. Sedangkan untuk harga satuan kemungkinan besar dapat berbeda, karena biasanya pihak swakelola pelaksana ingin dikategorikan baik dalam pembiayaan pelaksanaan proyek walaupun terjadi adanya perbaikan atau bongkar pasang pekerjaan yang disebabkan oleh kesalahan sewaktu pelaksanaan pekerjaan. Masalah ini kemungkinan terjadi jika pemilik proyek hanya berpatokan pada besaran biaya yang telah dikeluarkan sebagai faktor utama dalam mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi.

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 3-47

Page 4: Efisiensi Pembiayaan Proyek

Untuk mengurangi kesalahan yang terjadi pada pelaksanaan pekerjaan maka diperlukan koordinasi yang lebih ketat antara masing-masing swakelola yang terlibat. Koordinasi yang lebih ketat ini sangat diperlukan karena:

1. Kedudukan masing-masing swakelola sama posisinya/sejajar dalam struktur organisasi proyek swakelola, sebab pengangkatan sebagai personil swakelola berdasarkan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh pemilik proyek.

2. Personil dalam masing-masing swakelola mungkin saja baru kenal pada saat itu juga.

3. Dimungkinkan adanya personil swakelola yang masih belum mempunyai kemampuan yang memadai untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.

III. METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data primer atau sekunder dari bebagai pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan proyek konstruksi dengan sistem swakelola.

Secara umum, proses timbulnya proyek konstruksi sistem swakelola dapat digambarkan sebagai berikut:

Rancangan penelitian dilakukan pada tiap-tiap tahapan seperti dalam metode penelitian dengan menitik beratkan pada pembiayaan yang diperlukan untuk tahapan-tahapan tersebut. Pada sistem swakelola semua pembiayaan yang mencakup berbagai sumber daya dilakukan oleh pemilik, sehingga dalam pelaksanaan

proyek konstruksinya dapat simultan atau overlap antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya. Rincian kegiatan dalam masing-masing tahapan sebagai berikut:

1. Tahap I (Proses Perencanaan)a. Pemilik mengutarakan keinginannya

kepada Swakelola Perencana.

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 4-47

Keinginan Pemilik

Proses Perencanaan

Proses Perhitungan Biaya Proyek

Proses Pelaksanaan Proyek

Realisasi Biaya Pelaksanaan Proyek

Evaluasi Biaya ProyekTahap V

Tahap IV

Tahap III

Tahap II

Tahap I

Page 5: Efisiensi Pembiayaan Proyek

b. Swakelola Perencana membuat desain gambar atau maket sesuai dengan keinginan pemilik.

c. Swakelola Manajemen Konstruksi memberikan masukan atau koreksi terhadap desain Swakelola Perencana.

d. Swakelola Perencana memberikan penjelasan pelaksanaan pekerjaan (Aanwijzing).

2. Tahap II (Proses Penentuan Biaya Proyek)a. Masing-masing Swakelola Perencana,

Swakelola Pelaksana dan Swakelola Manajemen Konstruksi menghitung volume dan biaya pekerjaan proyek

b. Swakelola Perencana, Swakelola Pelaksana dan Swakelola Manajemen Konstruksi menyampaikan hasil perhitungan biaya proyek kepada Pemilik.

c. Jika terdapat perbedaan hasilnya, maka ketiga Swakelola tersebut duduk bersama membahas perbedaan hasil perhitungan tersebut.

d. Hasil akhir perhitungan bersama tersebut disampaikan kepada Pemilik untuk digunakan sebagai dasar penetapan Rencana Anggaran Biaya.

3. Tahap III (Proses Pelaksanaan Proyek Swakelola)a. Berdasarkan Rencana Anggaran

Biaya tersebut, masing-masing swakelola pelaksana (Swakelola Sipil, Swakelola Arsitektur dan Swakelola Mekanikal Elektrikal) membuat break down tiap-tiap kegiatan proyek untuk menghitung kebutuhan material maupun alat-alat yang diperlukan dan selanjutnya disampaikan kepada Swakelola Logistik.

b. Swakelola Logistik berkewajiban mendatangkan material maupun alat-alat yang disampaikan Swakelola Pelaksana.

c. Swakelola Pelaksana membuat shop drawing yang diajukan kepada Swakelola Manajemen Konstruksi

untuk mendapat persetujuan sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan.

d. Swakelola Pelaksana harus mengajukan sampel atau uji material sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan.

e. Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Swakelola Pelaksana harus mengajukan permohonan ijin pelaksanaan pekerjaan kepada Swakelola Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan. Dalam memberikan ijin pelaksanaan pekerjaan tersebut, Swakelola Manajemen Konstruksi harus memperhatikan: kondisi lapangan eksisting maupun keterkaitan pekerjaan tersebut dengan pekerjaan swakelola lainnya.

f. Apabila terjadi: perubahan desain, kekurang jelasan desain, ketidak sesuaian desain antar Swakelola Pelaksana, maka Swakelola Manajemen Konstruksi harus menanyakan permasalahan tersebut kepada Swakelola Perencana untuk mendapatkan solusinya.

4. Tahap IV (Realisasi Biaya Pelaksanaan Proyek)a. Diperhitungkan biaya pelaksanaan

proyek yang dikeluarkan selama pelaksanaan proyek untuk masing-masing swakelola.

b. Perhitungan biaya juga termasuk: gaji personil swakelola, asuransi, biaya rapat, biaya konsumsi, biaya survey ke produsen/sub kontraktor, biaya operasional, tunjangan hari raya, biaya pemakaian alat-alat tulis dan penggandaannya maupun biaya tambah kurang akibat adanya perubahan desain.

5. Tahap V (Evaluasi Biaya Proyek)Keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama pelaksanaan proyek swakelola

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 5-47

Page 6: Efisiensi Pembiayaan Proyek

tersebut selanjutnya dibandingkan dengan:

a. Rencana Anggaran Biaya proyek swakelola.

b. Rencana Anggaran Biaya jika pelaksanaan proyek tersebut dikontrakkan/ diborongkan.

Hasil yang diharapkan adalah untuk dapat mengetahui efisiensi biaya proyek jika dikerjakan dengan metoda swakelola.

DAFTAR PUSTAKA

Suharto, Iman, 1995, Manajemen Proyek, Dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga.

Istimawan, Dipohusodo, 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Gramedia.

Abduh, Muhammad, Modul 2, Sistem Pelaksanaan Proyek, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB

Perpres No. 54 tahun 2010, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 6-47