effect on company characteristics...
TRANSCRIPT
1
EFFECT ON COMPANY CHARACTERISTICS
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURES IN
CORPORATE ANNUAL REPORT OF CONSUMPTION
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Lisna Untari
Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010
Gunadarma University
http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: Corporate, Stock, Exchange
ABSTRACT
Social impact of companies depending on the type or operating characteristics. Companies
operating characteristics that generate high social impact will demand the fulfillment of social
responsibility is higher. Implementation of social responsibility will be communicated to the
public one of them through social disclosures in annual reports.
The aim of this research is to determine how the image of disclosures of social responsibility
and how the influence of corporate characteristics on disclosure of corporate social
responsibility, consumer goods listed in the Stock Exchange from 2006 to 2008 period. The
data used are secunder data like annual reports 2006-2008 and ICMD 2007-2009, from
consumer goods companies the sample of 18 companies over three years is 2006-2008 with a
total of 54 samples.
From this research we can conclude that the description of disclosures of social responsibility
is still low, amounting to 0.5554 or 55.54%. Simultaneously, the four independent variables
(Ln Size, ROA, LEV and AGE) significantly influenced by the Sig .000 while partially only
three independent variables that significantly affect the disclosure of corporate social
responsibility, namely consumer goods Ln Size, ROA and AGE. While LEV did not have a
significant.
2
PENDAHULUAN
Saat ini perusahaan tidak hanya dituntut mencari keuntungan/laba semata tetapi juga
harus memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat. Dari segi ekonomi, memang
perusahaan diharapkan mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya. Tetapi di aspek
sosial, maka perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat
yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responcibility (CSR) dapat
digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan
interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Bentuk tanggung
jawab diantaranya adalah dengan melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak
mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial di atur oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1
(Revisi 1998) paragraf 9, yang meyatakan bahwa: “Perusahaan dapat pula menyajikan
laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah
(value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan penting”. Dasar hukum CSR juga tertuang
dalam No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 UU RI Ayat 1 mengenai
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu: “Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan”.
Perusahaan manufaktur dalam hal ini industri barang konsumsi (consumer goods)
termasuk industri yang produk akhirnya banyak berhubungan langsung dengan konsumen.
Masalah limbah dan proses industri, baik limbah cair maupun udara, menjadi masalah
lingkungan utama industri ini. Menurut Leimona dan Fauzi (2008) dengan berkembangnya
isu perubahan iklim yang dikaitkan dengan degradasi hutan, industri consumer goods dapat
pula secara langsung terseret dalam masalah ini. Selain itu perusahaan manufaktur khususnya
industri barang konsumsi adalah perusahaan yang menjual produk kepada konsumen
sehingga isu keselamatan dan keamanan produk menjadi penting untuk diungkapkan kepada
masyarakat.
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab
sosial di Indonesia memunculkan hasil yang beragam dan menarik untuk dikaji lebih dalam.
Sembiring (2005) menunjukkan hasil bahwa variabel profitabilitas dan leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Anggraini (2006) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage dan size perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi sosial. Sementara variabel prosentase kepemilikan manajemen dan
tipe industri terbukti mempunyai hubungan positif signifikan. Temuan ini sejalan dengan
hasil yang diperoleh Hackston dan Milne (1996) dalam Anggraini (2006) yang tidak berhasil
menemukan hubungan profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Rosmasita
(2007) juga menemukan bahwa financial leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan namun kepemilikan
manajemen menunjukkan secara statistik mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab
sosial dalam laporan keuangan tahunan. Sitepu (2009) menemukan hubungan yang signifikan
antara leverage dan ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan informasi sosial
3
perusahaan namun tidak berhasil membuktikan pengaruh size perusahaan dan leverage
terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah yang telah diungkapkan sebelumnya maka peneliti
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran tentang praktik pengungkapan tanggung jawab sosial
yang dilaksanakan oleh perusahaan barang konsumsi di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas,
tingkat leverage, dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan penelitian diatas, tujuan penulisan skripsi ini adalah:
1. Mengetahui gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang
dilaksanakan oleh perusahaan barang konsumsi di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (size perusahaan, tingkat leverage,
profitabilitas dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian CSR
Corporate Social Responsibility dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tanggung
jawab sosial perusahaan. Pada intinya, diartikan sebagai upaya perusahaan untuk
meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan dalam kegiatan usaha
dan juga pada cara perusahaan berinteraksi dengan stakeholder yang dilakukan secara
sukarela. Selain itu, CSR diartikan pula sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan
perusahaan, keluarga karyawan dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan.
2.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi
yang dibutuhkan untuk pengoperasian optimal pasar modal secara efisien (Hendriksen,
1996). Dalam interpretasi yang lebih luas, pengungkapan terkait dengan informasi baik
yang terdapat dalam laporan keuangan maupun komunikasi tambahan (supplementary
communication) yang terdiri dari catatan kaki, informasi tentang kejadian setelah
tanggal laporan, analisis manajemen atas operasi perusahaan di masa datang, prakiraan
keuangan operasi, serta informasi lainnya [(Wolk dan Tearney dalam Widiastuti, 2000)
dalam Sitepu, 2009]. Menurut Rosmasita (2007) Tanggung jawab adalah suatu
kewajiban perusahaan yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa baik bagi
masyarakat maupun juga dalam mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara
fisik maupun memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana
mereka berada.
Menurut Gray et. al dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan yang secara
signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin
diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan
ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama
pengungkapan CSR dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial
4
yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan
CSRsahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan
organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam
pemahaman tentang pengungkapan CSR dan sekaligus merupakan sumber kritik yang
utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengungkapan CSR diukur dengan proksi CSRDI Pengukuran CSRDI mengacu
pada penelitian Haniffa, dkk (2005) dalam Nurkhim (2002), yang menggunakan content
analysis dalam mengukur variety dari CSRDI. Pendekatan ini pada dasarnya
menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrument penelitian
diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor
dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap
perusahaan. Rumus perhitungan CSRDI adalah
∑X ij CSRDij = x 100%
nj
Ket: CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j,
nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78
ΣXij : dummy variable : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak
diungkapkan. Dengan demikian, 0 ≤ CSRDIj ≤ 1.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian toritis dan tinjauan penelitian terdahulu maka penelitian ini
dilakukan untuk memberi gambaran tentang praktik pengungkapan tanggung jawab
sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan barang konsumsi di Indonesia dan
mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, tingkat
leverage dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan
pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat.
Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada
perusahaan kecil (Sri Sulastini, 2007). Hal ini karena perusahaan besar akan
menghadapi risiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Ukuran
perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan besaran total asset
perusahaan (Taufan, 2009).
Secara teoritis, menurut Heinze (1976) dalam Hakston & Milne (1996) terdapat
hubungan positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan
tanggung jawab sosial. Donovan dan Gibson (2000) dalam Sembiring (2005)
menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan
antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa
ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang
sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah,
mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja
perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap
berinvestasi di perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan Return On
Assets (ROA) (Sulastini, 2007).
Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk
melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang
rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan besar
perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan
5
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan
(Anggraeni, 2006). Dalam penelitian ini digunakan Leverage Ratio (LEV).
Menurut Amalia (2005), perusahaan yang sudah lama berdiri menunjukan bahwa
perusahaan tersebut mampu bersaing dengan perusahaan lain dibidangnya. Hal ini juga
akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Menurut Sugeng dalam
Amalia (2005), perusahaan yang berumur lebih tua mungkin lebih mengerti informasi-
informasi apa saja yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan tahunan sehingga
perusahaan hanya akan mengungkapkan informasi-informasi yang akan memberikan
pengaruh yang positif terhadap perusahaan. Dengan demikian perusahaan tidak perlu
mengungkapkan semua informasi yang dimilikinya. Dalam penelitian ini digunakan
jumlah umur perusahaan sejak berdiri hingga akan innitial public offering (IPO)
(Marpaung, 2009).
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.1
dibawah ini :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.4 Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
1. Ukuran Perusahaan (Size)
Menurut Miswanto dan Husnan (1999), ukuran perusahaan dapat diukur
menggunakan total assets, penjualan atau ekuitas. Jika jumlah aset, penjualan atau
ekuitas tersebut besar, maka logaritma terhadap jumlah tersebut digunakan untuk tujuan
penelitian. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, jumlah tenaga kerja,
log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya
terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah
(medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini
didasarkan kepada total asset perusahaan (Sri Sulastini, 2007).
Cowen et al (1987) mengungkapkan bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan
aktivitas yang lebih banyak, menyebabkan dampak yang lebih besar terhadap
lingkungan, memiliki lebih banyak pemegang saham yang mungkin berkepentingan
dengan program sosial perusahaan, dan laporan keuangannya menyediakan alat yang
efisien dalam mengkomunikasikan informasi sosial perusahaan. Dalam penelitian
Fitriani (2001) terdapat tiga alternatif yang digunakan untuk menghitung size
perusahaan, yaitu total aset, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar. Fitriani (2001)
Size perusahaan (X1)
Profitabilitas (X2)
Leverage (X3)
Umur Perusahaan (X4)
Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
(CSRD)
(Y)
Ha1
Ha2
Ha3
Ha4
Ha5
6
menunjukkan bahwa variabel size mempunyai positif terhadap kelengkapan
pengungkapan. Jadi semakin besar size perusahaan maka akan semakin tinggi
pengungkapannya. Dalam penelitian ini size perusahaan didasarkan pada total aktiva,
karena berdasarkan penelitian Fitriani (2001) total aktiva lebih menunjukkan size
perusahaan dibandingkan kapitalisasi pasar (Market Capitalization).
Ha1 : Size perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
2. Profitabilitas
Heinze (1976) dalam Sulistiani (2007), menyatakan bahwa profitabilitas merupakan
faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan
informasi sosial [Bowman & Haire (1976) dan Preston (1978) dalam Hackston & Milne
(1996)]. Hackston & Milne (1996) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial.
Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA).
ROA adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk
mengukur tingkat pengembalian investasi total. Rasio ini merupakan rasio yang
terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Return on asset
merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Ha2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
3. Tingkat Leverage
Tingkat leverage adalah untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
menyelesaikan semua kewajibannya kepada pihak lain. Perusahaan yang mempunyai
proporsi utang lebih banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya
keagenan yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage
tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya
[Suripto dalam Amalia (2005)]. Semakin tinggi tingkat leverage (rasio hutang/aset)
semakin besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan
akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik
(1989), supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-
biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial). Menurut
Belkaoui dan Karpik (1989) keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial akan
mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang menurunkan pendapatan.
Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak
menjadi sorotan dari para debtholders.
Ha3 : Leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
4. Umur Perusahaan
Umur perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan
dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Umur perusahaan dapat
menunjukkan kemampuan dalam mengatasi kesulitan dan hambatan yang dapat
mengancam kehidupan perusahaan, serta menunjukkan kemampuan perusahaan
mengambil kesempatan dalam lingkungannya untuk mengembangkan usaha. Di
7
samping itu, umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dalam keunggulan
berkompetisi. Dengan demikian makin lama perusahaan berdiri kian menunjukkan
eksistensinya dalam lingkungannya dan makin bisa meningkatkan kepercayaan
investor.
Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas
pengungkapan sukarela. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa perusahaan yang
berumur lebih tua mungkin lebih mengerti informasi-informasi apa saja yang sebaiknya
diungkapkan dalam laporan tahunan. Sehingga perusahaan hanya akan mengungkapkan
informasi-informasi yang akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perusahaan
(Marpaung, 2009). Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih
mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan. Penelitian
yang dilakukan Susanto (1992) dalam Amalia (2005) menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara umur perusahaan dengan pengungkapan sosial perusahaan.
Namun tidak sejalan dengan Marwata (2001), Amalia (2005) dan Marpaung (2009).
Ha4 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan barang konsumsi yang
tercatat (Go Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti yang tercatat dalam
Indonesia Capital Market Directory 2007-2009. Perusahaan barang konsumsi yang
tercatat di BEI digunakan sebagai objek karena perusahaan tersebut mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan.
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode judgement sampling, yaitu salah satu bentuk purposive sampling dengan
mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan
penelitian.
Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah:
1. Perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif
diperdagangkan selama periode 2006-2008.
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2006-2008
serta menyerahkan laporan tahunannya tersebut kepada BAPEPAM dan telah
mempublikasikannya berturut-turut.
3. Informasi pengungkapan sosial diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan
yang bersangkutan selama periode 2006-2008.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam
suatu skala numerik. Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder berupa
laporan tahunan yang didapat melalui Pojok BEI Universitas Indonesia guna
mendapatkan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007-2009 dan
laporan tahunan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2006-2008.
3.3 Variabel Data
1. Variabel Dependen
Menurut Sarwono (2006:38), Variabel dependen (dependent variable) merupakan
variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel yang diteliti
dalam penelitian ini adalah pengungkapan informasi lingkungan dan sosial dalam
8
laporan tahunan perusahaan yang bersangkutan. Pengukuran variabel ini dengan
mengukur pengungkapan sosial laporan tahunan yang dilakukan dengan pengamatan
mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan
ataupun pada sustainability report, apabila item informasi tidak ada maka diberi skor 0,
dan jika item informasi yang ditentukan ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1.
Metode ini sering dinamakan Checklist data.
Checklist dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan yang mencakup tujuh kategori, yaitu; lingkungan, energi, kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan
umum. Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston dan Milne
dalam Sembiring (2005). Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item
pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan
dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia, maka penyesuaian
kemudian dilakukan. Dua belas item dihapuskan karena kurang sesuai untuk diterapkan
dengan kondisi di Indonesia sehingga secara total tersisa 78 item pengungkapan. Tujuh
puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing
sektor industri sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor
berbeda-beda.
2. Variabel Independen
Menurut Sarwono (2006:38), Variabel Independen adalah variabel yang
memberikan respon/reaksi jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel yang
digunakan adalah karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan menjelaskan
variasi luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan
diproksikan dalam ukuran perusahaan (Size), profitabilitas, tingkat leverage dan umur
perusahaan.
1. Ukuran (size) Perusahaan.
Indikator Size = Logaritma Natural (Total Aktiva)
2. Profitabilitas.
Indikator ROA yaitu perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva
perusahaan.
3. Tingkat Leverage.
Indikator rasio leverage yaitu perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
4. Umur Perusahaan.
Indikator Umur Perusahaan = Tahun ke-n – (tahun first issue di BEI)
3.4 Teknik Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS 17.0 dengan
menggunakan alat statistik deskriptif dan regresi linier berganda dengan satu variabel
tidak bebas (Y) dan empat variabel bebas (X1, X2, X3 danX4,).
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Melakukan perhitungan terhadap rasio-rasio variabel yang dianalisis, yaitu :
ukuran perusahaan, profitabilitas, tingkat leverage, umur perusahaan dan
menghitung besarnya indeks kelengkapan pengungkapan.
2. Analisis Deskriptif merupakan suatu metode dalam menganalisis data kuantitatif,
sehingga diperoleh gambaran yang teratur mengenai suatu kegiatan.
3. Uji Asumsi Klasik, terdapat empat asumsi yaitu : Uji normalitas dengan
menggunakan uji PP-Plot dan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), Uji
Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji autokorelasi.
9
4. Analisis Regresi Berganda dihasilkan dengan cara memasukkan input data variabel
ke fungsi regresi. Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Persamaan regresi berganda dapat dinyatakan sebagai berikut :
CSRD = β0+ β
1 Ln SIZE + β
2 ROA + β
3 LEV + β
4 AGE + e
CSRD = Indeks Pengungkapan tanggung jawab sosial
Ln SIZE = Ln Total Aktiva
ROA = Return on Asset β0 = Intercept
LEV = Tingkat Leverage β1
… β 4 = Koefisien regresi
AGE = Umur Perusahaan e = Error
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi gambaran pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
Gambaran tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan barang
konsumsi adalah seperti yang terlihat dalam lampiran 3. Dari tabel tersebut terlihat
bahwa jumlah pengungkapan paling banyak dilakukan oleh PT Unilever Indonesia Tbk
yaitu sebanyak 62 pengungkapan atau 79% dari total pengungkapan, sedangkan yang
paling sedikit adalah 30 pengungkapan atau 38% dari total pengungkapan adalah PT
Delta Djakarta Tbk. Dari hasil uji descriptive statistics diketahui bahwa rata-rata
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur hanyalah sebesar 0,5554
atau 55,54% saja dari total pengungkapan. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia
dapat dikatakan menengah karena rata-rata pengungkapan kurang lebih hanya 50% dari
total pengungkapan yang semestinya diungkapkan perusahaan.
4.2 Uji Kualitas Data
1. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel yang diuji mempunyai
distribusi normal atau tidak. Asumsi ini diuji dengan menggunakan normal probability
plot of standardized residual yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Jika distribusi data normal maka garis menggambarkan data sesungguhnya
akan mengikuti garis diagonalnya (Imam Ghazali, 2005). Hasil pengujian ini dapat
dilihat bahwa titik titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran
data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Uji data statistik dengan
model Kolmogorov-Smirnov juga dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah
terdistribusi secara normal atau tidak. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka
distribusi data adalah normal. Dari pengolahan dengan SPSS 17,0 diperoleh sig 0,650 >
0,05 maka distribusi data adalah normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan
linear diantara variabel-variabel independen dalam model regresi. Salah satu cara untuk
10
mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada suatu model adalah dengan melihat
nilai yang dipakai untuk menandai adanya faktor multikolinearitas. Nilai yang dipakai
adalah nilai tolerance > 0,10 atau VIF < 10. Jika nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF <
10 maka dapat diartikan bahwa tidak ada multikolinearitas pada model regresi. Dari
pengolahan dengan SPSS 17,0 diperoleh nilai tolerance > 0,10 atau VIF < 10 maka
tidak terjadi multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan ada periode t – 1
(sebelumnya). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model
regresi adalah dengan melakukan uji Durbin Watson (DW). Dari pengolahan dengan
SPSS 17,0 diperoleh nilai DW 1,747. Menurut Makridakis, dkk (1995) dalam Sujianto
(2009:80) bila uji Durbin Watson 1,65<DW<2,35 artinya tidak terjadi gejala
autokorelasi dalam model regresi ini.
4. Uji Heterokedastiditas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dari diagram
scatterplot yang diperoleh setelah data diolah melalui SPSS 17, 0 dapat diketahui
bahwa titik data menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi
tersebut sehingga dan dapat digunakan dalam pengujian regresi linier berganda.
4.3 Pengujian Hipotesis
1. Analisis Regresi Berganda
Pada awalnya metode Enter digunakan dalam pemilihan variabel regresi linier
namun setelah dilakukan pengujian data menggunakan SPSS 17,0 diketahui satu
variabel independen yaitu Leverage, ditemukan tidak berpengaruh dan tidak signifikan
terhadap pengungkapan CSR sehingga harus dikeluarkan (removed) dari persamaan
regresi linier berganda. Oleh karena itu dilakukan pengujian ulang dengan
menggunakan metode Backward. Menurut Santosa dan Ashari (2005 : 164), Metode
Backward adalah metode yang menggunakan pendekatan penyeleksian dari variabel
dalam satu blok kemudian variabel diseleksi dengan menggunakan kriteria tertentu.
Metode ini menggunakan pendekatan tahap demi tahap dalam memilih variabel dalam
regresi.
Tabel 4.1 Analisis Regresi Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .214 .112 1.915 .061
Ln SIZE .058 .018 .387 3.284 .002
ROA .005 .002 .531 3.485 .001
LEV .034 .047 .082 .731 .468
AGE -.006 .003 -.342 -2.349 .023
11
a. Dependent Variable: CSRD
Berdasarkan tabel 4.2, model pertama menunjukkan bahwa nilai sig variabel LEV
sebesar 0,468 > 0,05 maka harus dikeluarkan dari persamaan regresi karena tidak
memiliki pengaruh yang signifikan dengan pengungkapan CSR. Maka persamaan
regresi linier berganda yang dapat disusun berdasarkan model kedua adalah:
Dari persamaan di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Nilai konstanta (β0) di atas sebesar 0,219, hal ini menunjukkan bahwa jika tanpa
variabel SIZE, ROA dan AGE, nilai CSRD tetap dapat mengungkapkan CSR
meskipun tidak dipengaruhi oleh Ln SIZE, ROA dan AGE sebesar 0,219.
b. Koefisien regresi (β1) Ln Size sebesar 0,059, hal ini berarti setiap penambahan
(karena tanda positif) Rp. 1,- maka akan menambah pula tindakan pengungkapan
CSR sebesar Rp. 59.000.
c. Koefisien regresi (β2) ROA sebesar 0,005, hal ini menyatakan bahwa setiap
penambahan (karena tanda positif) 1% variabel profitabilitas, maka akan menambah
pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,005.
d. Koefisien regresi (β4) AGE sebesar – 0,006, hal ini berarti jika ukuran umur
perusahaan mengalami penambahan (karena tanda negatif) sebesar 1 tahun maka
mengurangi tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,006.
2. Pengujian Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (R2 )
Koefisien Determinasi (Goodness of fit), yang dinotasikan dengan R2
merupakan
suatu ukuran yang penting dalam regresi. Determinasi (R2)
mencerminkan kemampuan
variabel dependen. Tujuan analisis ini adalah untuk menghitung besarnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2
menunjukkan seberapa besar
proporsi dari total variasi variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel
2 (Constant) .219 .111 1.981 .053
Ln SIZE .059 .018 .393 3.364 .001
ROA .005 .002 .514 3.429 .001
AGE -.006 .002 -.324 -2.270 .028
CSRD = 0,219 + 0,059 Ln SIZE + 0,005 ROA – 0,006 AGE
12
penjelasnya. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin besar proporsi dari total variasi
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Pada tabel 4.3, model pertama (keempat variabel independen meliputi Ln Size,
profitabilitas, tingkat leverage dan umur perusahaan) memiliki nilai Adjusted R2
sebesar 0,362 atau 36,2%. Namun pada model kedua setelah variabel leverage
dihilangkan nilai Adjusted R2 menunjukkan peningkatan sebesar 0,004 menjadi sebesar
0,368 atau 36,8%.
Hal ini berarti 36,8% pengungkapan CSR dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga
variabel independen size perusahaan (Ln total aset), profitabilitas (ROA) dan umur
perusahaan (AGE) sedangkan 63,2% sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain
diluar model.
2. Uji parsial (uji t)
Uji t ini dilakukan ketentuan:
Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka Hipotesis ditolak (koefisien regresi tidakn
signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Berdasarkan tabel 4.1, berikut ini adalah pengujian hipotesis menggunakan uji
koefisien regresi secara parsial:
a. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Ln SIZE)
Ukuran perusahaan (Ln SIZE) memiliki nilai β1 = 0,58 dan nilai sig = 0,001
yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 (0,001 < 0,05). Berdasarkan nilai tersebut
dapat disimpulkan bahwa Ho1 ditolak atau ukuran perusahaan memiliki pengaruh
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa semakin banyak jumlah aset perusahaan,
maka semakin luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan barang
konsumsi. Hasil penelitian ini mendukung mendukung hasil penelitian sebelumnya
berkaitan dengan pengaruh size perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial seperti yang ditemukan oleh Sembiring (2005), Dessy (2005) dan Sulastini
(2007) yang menyatakan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih
rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber
dana yang cukup besar dalam laporan tahunan.
Hasil penelitian ini juga berhasil mendukung pendapat Cowen et.al (1987)
dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin
akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat
perusahaan dalam laporan tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan
informasi tentang tanggung jawab sosial keuangan perusahaan.
b. Pengaruh Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas (ROA) memiliki nilai β2 = 0,05 dan nilai sig = 0,001 yang berarti
lebih kecil dari α = 0,05 (0,001 < 0,05). Berdasarkan nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa Ho2 ditolak atau profitabilitas memiliki pengaruh signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penemuan ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat
profitabilitas tinggi akan mengungkapkan informasi CSR yang telah dilakukan. Hal
ini dikarenakan persepsi atau anggapan bahwa aktivitas CSR bukanlah aktivitas
13
yang merugikan dan tidak bermanfaat bagi keberlangsungan perusahaan. Melainkan
aktivitas CSR merupakan langkah strategis jangka panjang yang akan memberikan
efek positif bagi perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Bowman dan Haire (1976) dan Preston
(1978) dalam Hackston dan Milne (1996), Fitriani (2001) dan Sitepu (2009) yang
menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial. Hasil ini juga mendukung pendapat Heinze (1976)
mengenai pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan informasi sosial, yang
mengatakan bahwa dengan semakin tingginya tingkat profitabilitas perusahaan
maka jumlah informasi sosial yang diungkapkan juga akan semakin besar.
Penelitian ini menghasilkan temuan berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sembiring (2005), Anggraini (2006), Rosmasita (2007) dan Sulastini (2007)
dan Marpaung (2009). Mereka menemukan hasil yang sama, bahwa profitabilitas
tidak terbukti mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial
perusahaan. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan proksi yang digunakan.
Sembiring (2005) menggunakan rasio gross profit margin, Anggraini (2006),
Rosmasita (2007) dan Marpaung (2009) menggunakan rasio net profit margin,
Amalia (2005) dan Sulastini (2007) menggunakan return on asset.
c. Pengaruh Leverage (LEV)
Leverage (LEV) memiliki nilai β3 = 0,034 dan nilai sig = 0,468 yang berarti
lebih besar dari α = 0,05 (0,468 > 0,05). Berdasarkan nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa Ho3 diterima atau leverage tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya tingkat leverage perusahaan tidak
mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil ini
sejalan dengan Sembiring (2005), Amalia (2005), Anggraeni (2006), Hardhina
(2007) dan Sitepu (2009) yang tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan
antara tingkat leverage perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Leverage tidak memiliki pengaruh dengan tanggung jawab sosial dapat diartikan
bahwa suatu perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi (hutang) maka
perusahaan akan berusaha untuk mengurangi biaya-biaya yang dianggap kurang
penting, salah satunya adalah biaya yang berkaitan dengan pengungkapan tanggung
jawab sosialnya kepada masyarakat. Hal ini dilakukan karena perusahaan memiliki
kewajiban kepada pihak kreditur untuk melunasi semua kewajiban perusahaannya
terlebih dahulu. Schipper (1981) dalam Marwata (2001) dan Meek, et al (1995)
dalam Fitriani (2001) berpendapat bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang
tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa
semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami
pelanggraran terhadap kontrak hutang maka manajer akan berusaha untuk
melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan [Belkaoui
& Karpik (1989) dalam Anggraeni (2006)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi
maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan
tanggung jawab sosial.
d. Pengaruh Umur Perusahaan (AGE)
Umur Perusahaan (AGE) memiliki nilai β4 = (0,006) dan nilai sig = 0,028 yang
berarti lebih besar dari α = 0,05 (0,028 < 0,05). Berdasarkan nilai tersebut dapat
14
disimpulkan bahwa Ho4 ditolak atau umur perusahaan memiliki pengaruh
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Nilai β4 negatif, hal ini menandakan adanya arah hubungan berbanding terbalik
atau tidak searah antara besarnya umur perusahaan dengan jumlah pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Penjelasan atas fenomena ini adalah bahwa
perusahaan yang berumur lebih tua tidak harus melakukan pengungkapan sosial
yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang terbilang masih berumur
muda. Perusahaan yang berumur lebih tua lebih mengerti informasi-informasi apa
saja yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan tahunan. Sehingga perusahaan
hanya akan mengungkapkan informasi-informasi yang akan memberikan pengaruh
yang positif terhadap perusahaan. Dengan demikian perusahaan tidak perlu
mengungkapkan semua informasi yang dimilikinya. Dalam penelitian ini
perusahaan tertua adalah MLBI (26 tahun) dengan rata-rata pengungkapan CSR
sebesar 0,54. sedangkan perusahaan termuda adalah INAF (6 tahun) sebesar 0,54
dan KAEF (6 tahun) sebesar 0,64.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Marpaung (2009) yang tidak
menemukan adanya hubungan negatif dan signifikan antara umur perusahaan
dengan luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan Marwata
(2001) dan Amalia (2005) hanya menemukan pengaruh negatif namun tidak
memiliki pengaruh yang signifikan. Dimana menurut Marwata (2001) umur
perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas pengungkapan
sosial perusahaan. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur
lebih tua memiliki pengalaman lebih banyak dalam mempublikasikan laporan
keuangan tahunannya.
3. Uji simultan (uji F)
Signifikansi model regresi secara simultan diuji dengan melihat nilai
signifikansi (sig) dimana jika nilai sig dibawah 0,05 maka variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F-statistik digunakan untuk
membuktikan hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara size perusahaan,
profitabilitas, tingkat leverage dan umur perusahaan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
Adapun hipotesa untuk uji F adalah sebagai berikut:
Ha5 : Karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, tingkat leverage
dan umur perusahaan) berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Dari tabel 4.4 model kedua diketahui bahwa dari hasil uji F diperoleh tingkat
signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari α 0.05 (0.000 < 0.05) maka Ha5 diterima
atau dapat diartikan bahwa secara serentak (bersama-sama) variabel independen
(size perusahaan, profitabilitas, tingkat leverage dan umur perusahaan) berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
15
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-
2008 telah membuat laporan tahunan namun hanya 18 perusahaan yang
mengungkapkan CSR di dalam laporannya. Praktik pengungkapan tanggung jawab
sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan barang konsumsi di Indonesia bisa dikatakan
cukup atau masih dalam kategori menengah karena rata-rata pengungkapan hanya
sebesar 55,54% dari seluruh total pengungkapan. Dari gambaran praktik pengungkapan
CSR dari tahun 2006-2008 diketahui bahwa pengungkapan CSR tertinggi adalah PT
Unilever dan terendah adalah PT Pionerindo.
2. Karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, leverage, dan umur
perusahaan) secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia. Secara parsial
pengaruh masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut:
a. Secara parsial size perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial persahaan barang konsumsi.
b. Secara parsial profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan barang konsumsi.
c. Secara parsial tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan barang konsumsi.
d. Secara parsial umur perusahaaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan barang konsumsi.
5.2 Saran
1. Analisis regresi dalam penelitian ini menghasilkan Adjusted R Square (R2) yang
cukup rendah walaupun model regresinya secara statistik signifikan dalam
menjelaskan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen,
dengan demikian penelitian selanjutnya dapat menambahkan atau menggunakan
variabel lain untuk menjelaskan jumlah pengungkapan tanggung jawab sosial oleh
perusahaan.
2. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan
item-item pengungkapan tanggung jawab sosial hendaknya senantiasa diperbaharui
sesuai dengan kondisi masyarakat serta peraturan yang berlaku.
3. Bagi manajemen perusahaan diharapkan lebih terbuka dalam mengungkapkan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial dalam laporan
tahunannya.
4. Bagi perusahaan supaya lebih memperhatikan lingkungan sosialnya, mengingat
antara perusahaan dan masyarakat saling memiliki kepentingan. Perilaku
perusahaan yang mengabaikan pertanggungjawaban sosialnya akan merugikan
perusahaan itu sendiri.
16
DAFTAR PUSTAKA
AB. Susanto. 2003, “Mengembangkan Corporate Social Responsibility di Indonesia”, Jurnal
Reformasi Ekonomi, Vol. 4, No. 1.
Agus Eko Sujianto. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16. Penerbit PT Prestasi
Pustakaraya. Jakarta.
Ahmad Nurkhin. 2002. Corporate Governance dan Profitabilitas, Pengaruhnya terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta).
Andre Christian Sitepu dan Hasan Sakti Siregar. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta. FE USU. Medan.
Anggita Zoraya Marpaung. 2009. Analisa factor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan
sosial (social disclosure) dalam laporan keuangan tahunan. FE USU Medan.
Belkaoui. A, and Karpik. P.G 1989. “Determinants of the Corporate Decision to Disclose
Social Information”. Accounting, Auditing and Accountability Jounal. Vol. 1, No.1.
Beria Leimona dan Aunul Fauzi. 2008. CSR dan Pelestarian Lingkungan. Penerbit Indonesia
Business Links. Jakarta.
Donovan, Gary and Kathy Gibson, (2000). Environmental Disclosure in the Corporate
Annual Report: A Longitudinal Australian Study. Paper for Presentation in the 6th
Interdisciplinary Environmental Association Conference, Montreal, Canada.
Eddy Sembiring. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan tanggung Jawab Sosial
: Study Empiris Pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, Simposium
Nasional Akuntansi VIII, Solo.
Dessy Amalia. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela
(Voluntary Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan yang Tercatat di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Pemerintah Vol. 1, No. 2, November 2005.
Fitriani, 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan
Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung.
Gray, R., Javad, M., Power, David M., and Sinclair C. Donald., (2001). Social And
Environmental Disclosure, And Corporate Characteristic: A Research Note And
Extensio., Journal of Business Finance and Accounting, Vol 28 No. 3, pp 327-356.
Hardhina Rosmasita. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social
Disclosure) dalam Laporan Keuangan tahunan PerusahaanManufaktur di Bursa Efek
Jakarta. FE UII Yogyakarta.
Hackston, David and Markus J. Milne, 1996. Some Determinants of Social and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and
Accountability Journal, Vol. 9 No. 1, p. 77-100.
Hendriksen, Eldon S, 1996. Teori Akuntansi, Penerbit AK Group, Yogyakarta.
Henny Murtanto. 2001, Analisis Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan”, Media Riset
Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol.1, No. 2, pp. 21-48.
Ibrahim Taufan. 2009. Pengaruh Karakteritik Perusahaan terhadap Corporate Sosial
Responsibility. Skripsi FE Universitas Gunadarma. Depok.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Progam SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Ismail Solihin. 2009. Corporate Sosial Responsibility from Charity to Suistainability.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
17
Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan
Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi IV. Bandung.
Muhammad Muslim Utomo. 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan
Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan High Profile dan
Low Profile). Yayasan Mitra Mandiri.
Miswanto dan Suad Husnan. 1999. The effect of operating leverage, cyclicality, and firm size
on business risk, Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. I, No.1.
Purbayu Budi Santosa dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.
Edisi 1. Yogyakarta: ANDI.
Reni Retno Anggraini. 2006, Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta),
Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus.
Singgih Santoso. 2006. Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Sri Sulastini. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Social Disclosure
Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Public. Skripsi FE UNNES Semarang.
Publikasi Lain :
Indonesia Capital Market Directory 2006. Pojok BEI FEUI. Depok
Indonesia Capital Market Directory 2007. Pojok BEI FEUI. Depok
Indonesia Capital Market Directory 2008. Pojok BEI FEUI. Depok
Websites :
www.bapepam.co.id
www.csrindonesia.com
www.google.com
www.idx.co.id