effect on company characteristics...

17
1 EFFECT ON COMPANY CHARACTERISTICS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURES IN CORPORATE ANNUAL REPORT OF CONSUMPTION LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE Lisna Untari Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Corporate, Stock, Exchange ABSTRACT Social impact of companies depending on the type or operating characteristics. Companies operating characteristics that generate high social impact will demand the fulfillment of social responsibility is higher. Implementation of social responsibility will be communicated to the public one of them through social disclosures in annual reports. The aim of this research is to determine how the image of disclosures of social responsibility and how the influence of corporate characteristics on disclosure of corporate social responsibility, consumer goods listed in the Stock Exchange from 2006 to 2008 period. The data used are secunder data like annual reports 2006-2008 and ICMD 2007-2009, from consumer goods companies the sample of 18 companies over three years is 2006-2008 with a total of 54 samples. From this research we can conclude that the description of disclosures of social responsibility is still low, amounting to 0.5554 or 55.54%. Simultaneously, the four independent variables (Ln Size, ROA, LEV and AGE) significantly influenced by the Sig .000 while partially only three independent variables that significantly affect the disclosure of corporate social responsibility, namely consumer goods Ln Size, ROA and AGE. While LEV did not have a significant.

Upload: phungthuan

Post on 20-Mar-2018

233 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1

EFFECT ON COMPANY CHARACTERISTICS

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURES IN

CORPORATE ANNUAL REPORT OF CONSUMPTION

LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

Lisna Untari

Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010

Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id

Keywords: Corporate, Stock, Exchange

ABSTRACT

Social impact of companies depending on the type or operating characteristics. Companies

operating characteristics that generate high social impact will demand the fulfillment of social

responsibility is higher. Implementation of social responsibility will be communicated to the

public one of them through social disclosures in annual reports.

The aim of this research is to determine how the image of disclosures of social responsibility

and how the influence of corporate characteristics on disclosure of corporate social

responsibility, consumer goods listed in the Stock Exchange from 2006 to 2008 period. The

data used are secunder data like annual reports 2006-2008 and ICMD 2007-2009, from

consumer goods companies the sample of 18 companies over three years is 2006-2008 with a

total of 54 samples.

From this research we can conclude that the description of disclosures of social responsibility

is still low, amounting to 0.5554 or 55.54%. Simultaneously, the four independent variables

(Ln Size, ROA, LEV and AGE) significantly influenced by the Sig .000 while partially only

three independent variables that significantly affect the disclosure of corporate social

responsibility, namely consumer goods Ln Size, ROA and AGE. While LEV did not have a

significant.

2

PENDAHULUAN

Saat ini perusahaan tidak hanya dituntut mencari keuntungan/laba semata tetapi juga

harus memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat. Dari segi ekonomi, memang

perusahaan diharapkan mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya. Tetapi di aspek

sosial, maka perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat

yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responcibility (CSR) dapat

digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan

interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Bentuk tanggung

jawab diantaranya adalah dengan melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak

mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas

masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya

masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial di atur oleh Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1

(Revisi 1998) paragraf 9, yang meyatakan bahwa: “Perusahaan dapat pula menyajikan

laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah

(value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup

memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok

pengguna laporan yang memegang peranan penting”. Dasar hukum CSR juga tertuang

dalam No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 UU RI Ayat 1 mengenai

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu: “Perseroan yang menjalankan kegiatan

usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

tanggung jawab sosial dan lingkungan”.

Perusahaan manufaktur dalam hal ini industri barang konsumsi (consumer goods)

termasuk industri yang produk akhirnya banyak berhubungan langsung dengan konsumen.

Masalah limbah dan proses industri, baik limbah cair maupun udara, menjadi masalah

lingkungan utama industri ini. Menurut Leimona dan Fauzi (2008) dengan berkembangnya

isu perubahan iklim yang dikaitkan dengan degradasi hutan, industri consumer goods dapat

pula secara langsung terseret dalam masalah ini. Selain itu perusahaan manufaktur khususnya

industri barang konsumsi adalah perusahaan yang menjual produk kepada konsumen

sehingga isu keselamatan dan keamanan produk menjadi penting untuk diungkapkan kepada

masyarakat.

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab

sosial di Indonesia memunculkan hasil yang beragam dan menarik untuk dikaji lebih dalam.

Sembiring (2005) menunjukkan hasil bahwa variabel profitabilitas dan leverage tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Anggraini (2006) dalam penelitiannya

menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage dan size perusahaan tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan informasi sosial. Sementara variabel prosentase kepemilikan manajemen dan

tipe industri terbukti mempunyai hubungan positif signifikan. Temuan ini sejalan dengan

hasil yang diperoleh Hackston dan Milne (1996) dalam Anggraini (2006) yang tidak berhasil

menemukan hubungan profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Rosmasita

(2007) juga menemukan bahwa financial leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan namun kepemilikan

manajemen menunjukkan secara statistik mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab

sosial dalam laporan keuangan tahunan. Sitepu (2009) menemukan hubungan yang signifikan

antara leverage dan ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan informasi sosial

3

perusahaan namun tidak berhasil membuktikan pengaruh size perusahaan dan leverage

terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah yang telah diungkapkan sebelumnya maka peneliti

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran tentang praktik pengungkapan tanggung jawab sosial

yang dilaksanakan oleh perusahaan barang konsumsi di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas,

tingkat leverage, dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan penelitian diatas, tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang

dilaksanakan oleh perusahaan barang konsumsi di Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (size perusahaan, tingkat leverage,

profitabilitas dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian CSR

Corporate Social Responsibility dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tanggung

jawab sosial perusahaan. Pada intinya, diartikan sebagai upaya perusahaan untuk

meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan dalam kegiatan usaha

dan juga pada cara perusahaan berinteraksi dengan stakeholder yang dilakukan secara

sukarela. Selain itu, CSR diartikan pula sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi

dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan

perusahaan, keluarga karyawan dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka

meningkatkan kualitas kehidupan.

2.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi

yang dibutuhkan untuk pengoperasian optimal pasar modal secara efisien (Hendriksen,

1996). Dalam interpretasi yang lebih luas, pengungkapan terkait dengan informasi baik

yang terdapat dalam laporan keuangan maupun komunikasi tambahan (supplementary

communication) yang terdiri dari catatan kaki, informasi tentang kejadian setelah

tanggal laporan, analisis manajemen atas operasi perusahaan di masa datang, prakiraan

keuangan operasi, serta informasi lainnya [(Wolk dan Tearney dalam Widiastuti, 2000)

dalam Sitepu, 2009]. Menurut Rosmasita (2007) Tanggung jawab adalah suatu

kewajiban perusahaan yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa baik bagi

masyarakat maupun juga dalam mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara

fisik maupun memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana

mereka berada.

Menurut Gray et. al dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan yang secara

signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin

diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan

ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama

pengungkapan CSR dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial

4

yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan

CSRsahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan

organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam

pemahaman tentang pengungkapan CSR dan sekaligus merupakan sumber kritik yang

utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Pengungkapan CSR diukur dengan proksi CSRDI Pengukuran CSRDI mengacu

pada penelitian Haniffa, dkk (2005) dalam Nurkhim (2002), yang menggunakan content

analysis dalam mengukur variety dari CSRDI. Pendekatan ini pada dasarnya

menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrument penelitian

diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor

dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap

perusahaan. Rumus perhitungan CSRDI adalah

∑X ij CSRDij = x 100%

nj

Ket: CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j,

nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78

ΣXij : dummy variable : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak

diungkapkan. Dengan demikian, 0 ≤ CSRDIj ≤ 1.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian toritis dan tinjauan penelitian terdahulu maka penelitian ini

dilakukan untuk memberi gambaran tentang praktik pengungkapan tanggung jawab

sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan barang konsumsi di Indonesia dan

mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, tingkat

leverage dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan

pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat.

Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada

perusahaan kecil (Sri Sulastini, 2007). Hal ini karena perusahaan besar akan

menghadapi risiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Ukuran

perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan besaran total asset

perusahaan (Taufan, 2009).

Secara teoritis, menurut Heinze (1976) dalam Hakston & Milne (1996) terdapat

hubungan positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan

tanggung jawab sosial. Donovan dan Gibson (2000) dalam Sembiring (2005)

menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan

antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa

ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)

menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang

sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah,

mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja

perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap

berinvestasi di perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan Return On

Assets (ROA) (Sulastini, 2007).

Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk

melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang

rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan besar

perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan

5

berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan

(Anggraeni, 2006). Dalam penelitian ini digunakan Leverage Ratio (LEV).

Menurut Amalia (2005), perusahaan yang sudah lama berdiri menunjukan bahwa

perusahaan tersebut mampu bersaing dengan perusahaan lain dibidangnya. Hal ini juga

akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Menurut Sugeng dalam

Amalia (2005), perusahaan yang berumur lebih tua mungkin lebih mengerti informasi-

informasi apa saja yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan tahunan sehingga

perusahaan hanya akan mengungkapkan informasi-informasi yang akan memberikan

pengaruh yang positif terhadap perusahaan. Dengan demikian perusahaan tidak perlu

mengungkapkan semua informasi yang dimilikinya. Dalam penelitian ini digunakan

jumlah umur perusahaan sejak berdiri hingga akan innitial public offering (IPO)

(Marpaung, 2009).

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.1

dibawah ini :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.4 Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

1. Ukuran Perusahaan (Size)

Menurut Miswanto dan Husnan (1999), ukuran perusahaan dapat diukur

menggunakan total assets, penjualan atau ekuitas. Jika jumlah aset, penjualan atau

ekuitas tersebut besar, maka logaritma terhadap jumlah tersebut digunakan untuk tujuan

penelitian. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar

kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, jumlah tenaga kerja,

log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya

terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah

(medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini

didasarkan kepada total asset perusahaan (Sri Sulastini, 2007).

Cowen et al (1987) mengungkapkan bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan

aktivitas yang lebih banyak, menyebabkan dampak yang lebih besar terhadap

lingkungan, memiliki lebih banyak pemegang saham yang mungkin berkepentingan

dengan program sosial perusahaan, dan laporan keuangannya menyediakan alat yang

efisien dalam mengkomunikasikan informasi sosial perusahaan. Dalam penelitian

Fitriani (2001) terdapat tiga alternatif yang digunakan untuk menghitung size

perusahaan, yaitu total aset, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar. Fitriani (2001)

Size perusahaan (X1)

Profitabilitas (X2)

Leverage (X3)

Umur Perusahaan (X4)

Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan

(CSRD)

(Y)

Ha1

Ha2

Ha3

Ha4

Ha5

6

menunjukkan bahwa variabel size mempunyai positif terhadap kelengkapan

pengungkapan. Jadi semakin besar size perusahaan maka akan semakin tinggi

pengungkapannya. Dalam penelitian ini size perusahaan didasarkan pada total aktiva,

karena berdasarkan penelitian Fitriani (2001) total aktiva lebih menunjukkan size

perusahaan dibandingkan kapitalisasi pasar (Market Capitalization).

Ha1 : Size perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

2. Profitabilitas

Heinze (1976) dalam Sulistiani (2007), menyatakan bahwa profitabilitas merupakan

faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk

mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga

semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan

informasi sosial [Bowman & Haire (1976) dan Preston (1978) dalam Hackston & Milne

(1996)]. Hackston & Milne (1996) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan

antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial.

Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA).

ROA adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk

mengukur tingkat pengembalian investasi total. Rasio ini merupakan rasio yang

terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Return on asset

merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Ha2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

3. Tingkat Leverage

Tingkat leverage adalah untuk melihat kemampuan perusahaan dalam

menyelesaikan semua kewajibannya kepada pihak lain. Perusahaan yang mempunyai

proporsi utang lebih banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya

keagenan yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage

tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya

[Suripto dalam Amalia (2005)]. Semakin tinggi tingkat leverage (rasio hutang/aset)

semakin besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan

akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik

(1989), supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-

biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial). Menurut

Belkaoui dan Karpik (1989) keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial akan

mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang menurunkan pendapatan.

Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang

tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak

menjadi sorotan dari para debtholders.

Ha3 : Leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan.

4. Umur Perusahaan

Umur perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan

dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Umur perusahaan dapat

menunjukkan kemampuan dalam mengatasi kesulitan dan hambatan yang dapat

mengancam kehidupan perusahaan, serta menunjukkan kemampuan perusahaan

mengambil kesempatan dalam lingkungannya untuk mengembangkan usaha. Di

7

samping itu, umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dalam keunggulan

berkompetisi. Dengan demikian makin lama perusahaan berdiri kian menunjukkan

eksistensinya dalam lingkungannya dan makin bisa meningkatkan kepercayaan

investor.

Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas

pengungkapan sukarela. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa perusahaan yang

berumur lebih tua mungkin lebih mengerti informasi-informasi apa saja yang sebaiknya

diungkapkan dalam laporan tahunan. Sehingga perusahaan hanya akan mengungkapkan

informasi-informasi yang akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perusahaan

(Marpaung, 2009). Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih

mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan. Penelitian

yang dilakukan Susanto (1992) dalam Amalia (2005) menunjukkan adanya pengaruh

yang signifikan antara umur perusahaan dengan pengungkapan sosial perusahaan.

Namun tidak sejalan dengan Marwata (2001), Amalia (2005) dan Marpaung (2009).

Ha4 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan.

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan barang konsumsi yang

tercatat (Go Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti yang tercatat dalam

Indonesia Capital Market Directory 2007-2009. Perusahaan barang konsumsi yang

tercatat di BEI digunakan sebagai objek karena perusahaan tersebut mempunyai

kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan.

Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode judgement sampling, yaitu salah satu bentuk purposive sampling dengan

mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan

penelitian.

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah:

1. Perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif

diperdagangkan selama periode 2006-2008.

2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2006-2008

serta menyerahkan laporan tahunannya tersebut kepada BAPEPAM dan telah

mempublikasikannya berturut-turut.

3. Informasi pengungkapan sosial diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan

yang bersangkutan selama periode 2006-2008.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam

suatu skala numerik. Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder berupa

laporan tahunan yang didapat melalui Pojok BEI Universitas Indonesia guna

mendapatkan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007-2009 dan

laporan tahunan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2006-2008.

3.3 Variabel Data

1. Variabel Dependen

Menurut Sarwono (2006:38), Variabel dependen (dependent variable) merupakan

variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel yang diteliti

dalam penelitian ini adalah pengungkapan informasi lingkungan dan sosial dalam

8

laporan tahunan perusahaan yang bersangkutan. Pengukuran variabel ini dengan

mengukur pengungkapan sosial laporan tahunan yang dilakukan dengan pengamatan

mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan

ataupun pada sustainability report, apabila item informasi tidak ada maka diberi skor 0,

dan jika item informasi yang ditentukan ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1.

Metode ini sering dinamakan Checklist data.

Checklist dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan yang mencakup tujuh kategori, yaitu; lingkungan, energi, kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan

umum. Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston dan Milne

dalam Sembiring (2005). Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item

pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan

dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia, maka penyesuaian

kemudian dilakukan. Dua belas item dihapuskan karena kurang sesuai untuk diterapkan

dengan kondisi di Indonesia sehingga secara total tersisa 78 item pengungkapan. Tujuh

puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing

sektor industri sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor

berbeda-beda.

2. Variabel Independen

Menurut Sarwono (2006:38), Variabel Independen adalah variabel yang

memberikan respon/reaksi jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel yang

digunakan adalah karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan menjelaskan

variasi luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan

diproksikan dalam ukuran perusahaan (Size), profitabilitas, tingkat leverage dan umur

perusahaan.

1. Ukuran (size) Perusahaan.

Indikator Size = Logaritma Natural (Total Aktiva)

2. Profitabilitas.

Indikator ROA yaitu perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva

perusahaan.

3. Tingkat Leverage.

Indikator rasio leverage yaitu perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.

4. Umur Perusahaan.

Indikator Umur Perusahaan = Tahun ke-n – (tahun first issue di BEI)

3.4 Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS 17.0 dengan

menggunakan alat statistik deskriptif dan regresi linier berganda dengan satu variabel

tidak bebas (Y) dan empat variabel bebas (X1, X2, X3 danX4,).

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Melakukan perhitungan terhadap rasio-rasio variabel yang dianalisis, yaitu :

ukuran perusahaan, profitabilitas, tingkat leverage, umur perusahaan dan

menghitung besarnya indeks kelengkapan pengungkapan.

2. Analisis Deskriptif merupakan suatu metode dalam menganalisis data kuantitatif,

sehingga diperoleh gambaran yang teratur mengenai suatu kegiatan.

3. Uji Asumsi Klasik, terdapat empat asumsi yaitu : Uji normalitas dengan

menggunakan uji PP-Plot dan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), Uji

Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji autokorelasi.

9

4. Analisis Regresi Berganda dihasilkan dengan cara memasukkan input data variabel

ke fungsi regresi. Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahui

pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat.

Persamaan regresi berganda dapat dinyatakan sebagai berikut :

CSRD = β0+ β

1 Ln SIZE + β

2 ROA + β

3 LEV + β

4 AGE + e

CSRD = Indeks Pengungkapan tanggung jawab sosial

Ln SIZE = Ln Total Aktiva

ROA = Return on Asset β0 = Intercept

LEV = Tingkat Leverage β1

… β 4 = Koefisien regresi

AGE = Umur Perusahaan e = Error

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi gambaran pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

Gambaran tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan barang

konsumsi adalah seperti yang terlihat dalam lampiran 3. Dari tabel tersebut terlihat

bahwa jumlah pengungkapan paling banyak dilakukan oleh PT Unilever Indonesia Tbk

yaitu sebanyak 62 pengungkapan atau 79% dari total pengungkapan, sedangkan yang

paling sedikit adalah 30 pengungkapan atau 38% dari total pengungkapan adalah PT

Delta Djakarta Tbk. Dari hasil uji descriptive statistics diketahui bahwa rata-rata

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur hanyalah sebesar 0,5554

atau 55,54% saja dari total pengungkapan. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa

tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia

dapat dikatakan menengah karena rata-rata pengungkapan kurang lebih hanya 50% dari

total pengungkapan yang semestinya diungkapkan perusahaan.

4.2 Uji Kualitas Data

1. Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel yang diuji mempunyai

distribusi normal atau tidak. Asumsi ini diuji dengan menggunakan normal probability

plot of standardized residual yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi

normal. Jika distribusi data normal maka garis menggambarkan data sesungguhnya

akan mengikuti garis diagonalnya (Imam Ghazali, 2005). Hasil pengujian ini dapat

dilihat bahwa titik titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya

mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran

data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Uji data statistik dengan

model Kolmogorov-Smirnov juga dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah

terdistribusi secara normal atau tidak. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka

distribusi data adalah normal. Dari pengolahan dengan SPSS 17,0 diperoleh sig 0,650 >

0,05 maka distribusi data adalah normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan

linear diantara variabel-variabel independen dalam model regresi. Salah satu cara untuk

10

mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada suatu model adalah dengan melihat

nilai yang dipakai untuk menandai adanya faktor multikolinearitas. Nilai yang dipakai

adalah nilai tolerance > 0,10 atau VIF < 10. Jika nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF <

10 maka dapat diartikan bahwa tidak ada multikolinearitas pada model regresi. Dari

pengolahan dengan SPSS 17,0 diperoleh nilai tolerance > 0,10 atau VIF < 10 maka

tidak terjadi multikolinearitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan ada periode t – 1

(sebelumnya). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model

regresi adalah dengan melakukan uji Durbin Watson (DW). Dari pengolahan dengan

SPSS 17,0 diperoleh nilai DW 1,747. Menurut Makridakis, dkk (1995) dalam Sujianto

(2009:80) bila uji Durbin Watson 1,65<DW<2,35 artinya tidak terjadi gejala

autokorelasi dalam model regresi ini.

4. Uji Heterokedastiditas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dari diagram

scatterplot yang diperoleh setelah data diolah melalui SPSS 17, 0 dapat diketahui

bahwa titik data menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0

pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi

tersebut sehingga dan dapat digunakan dalam pengujian regresi linier berganda.

4.3 Pengujian Hipotesis

1. Analisis Regresi Berganda

Pada awalnya metode Enter digunakan dalam pemilihan variabel regresi linier

namun setelah dilakukan pengujian data menggunakan SPSS 17,0 diketahui satu

variabel independen yaitu Leverage, ditemukan tidak berpengaruh dan tidak signifikan

terhadap pengungkapan CSR sehingga harus dikeluarkan (removed) dari persamaan

regresi linier berganda. Oleh karena itu dilakukan pengujian ulang dengan

menggunakan metode Backward. Menurut Santosa dan Ashari (2005 : 164), Metode

Backward adalah metode yang menggunakan pendekatan penyeleksian dari variabel

dalam satu blok kemudian variabel diseleksi dengan menggunakan kriteria tertentu.

Metode ini menggunakan pendekatan tahap demi tahap dalam memilih variabel dalam

regresi.

Tabel 4.1 Analisis Regresi Berganda

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .214 .112 1.915 .061

Ln SIZE .058 .018 .387 3.284 .002

ROA .005 .002 .531 3.485 .001

LEV .034 .047 .082 .731 .468

AGE -.006 .003 -.342 -2.349 .023

11

a. Dependent Variable: CSRD

Berdasarkan tabel 4.2, model pertama menunjukkan bahwa nilai sig variabel LEV

sebesar 0,468 > 0,05 maka harus dikeluarkan dari persamaan regresi karena tidak

memiliki pengaruh yang signifikan dengan pengungkapan CSR. Maka persamaan

regresi linier berganda yang dapat disusun berdasarkan model kedua adalah:

Dari persamaan di atas dapat dianalisis sebagai berikut:

a. Nilai konstanta (β0) di atas sebesar 0,219, hal ini menunjukkan bahwa jika tanpa

variabel SIZE, ROA dan AGE, nilai CSRD tetap dapat mengungkapkan CSR

meskipun tidak dipengaruhi oleh Ln SIZE, ROA dan AGE sebesar 0,219.

b. Koefisien regresi (β1) Ln Size sebesar 0,059, hal ini berarti setiap penambahan

(karena tanda positif) Rp. 1,- maka akan menambah pula tindakan pengungkapan

CSR sebesar Rp. 59.000.

c. Koefisien regresi (β2) ROA sebesar 0,005, hal ini menyatakan bahwa setiap

penambahan (karena tanda positif) 1% variabel profitabilitas, maka akan menambah

pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,005.

d. Koefisien regresi (β4) AGE sebesar – 0,006, hal ini berarti jika ukuran umur

perusahaan mengalami penambahan (karena tanda negatif) sebesar 1 tahun maka

mengurangi tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,006.

2. Pengujian Hipotesis

1. Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien Determinasi (Goodness of fit), yang dinotasikan dengan R2

merupakan

suatu ukuran yang penting dalam regresi. Determinasi (R2)

mencerminkan kemampuan

variabel dependen. Tujuan analisis ini adalah untuk menghitung besarnya pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2

menunjukkan seberapa besar

proporsi dari total variasi variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel

2 (Constant) .219 .111 1.981 .053

Ln SIZE .059 .018 .393 3.364 .001

ROA .005 .002 .514 3.429 .001

AGE -.006 .002 -.324 -2.270 .028

CSRD = 0,219 + 0,059 Ln SIZE + 0,005 ROA – 0,006 AGE

12

penjelasnya. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin besar proporsi dari total variasi

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen.

Pada tabel 4.3, model pertama (keempat variabel independen meliputi Ln Size,

profitabilitas, tingkat leverage dan umur perusahaan) memiliki nilai Adjusted R2

sebesar 0,362 atau 36,2%. Namun pada model kedua setelah variabel leverage

dihilangkan nilai Adjusted R2 menunjukkan peningkatan sebesar 0,004 menjadi sebesar

0,368 atau 36,8%.

Hal ini berarti 36,8% pengungkapan CSR dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga

variabel independen size perusahaan (Ln total aset), profitabilitas (ROA) dan umur

perusahaan (AGE) sedangkan 63,2% sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain

diluar model.

2. Uji parsial (uji t)

Uji t ini dilakukan ketentuan:

Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka Hipotesis ditolak (koefisien regresi tidakn

signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Hipotesis diterima (koefisien regresi

signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Berdasarkan tabel 4.1, berikut ini adalah pengujian hipotesis menggunakan uji

koefisien regresi secara parsial:

a. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Ln SIZE)

Ukuran perusahaan (Ln SIZE) memiliki nilai β1 = 0,58 dan nilai sig = 0,001

yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 (0,001 < 0,05). Berdasarkan nilai tersebut

dapat disimpulkan bahwa Ho1 ditolak atau ukuran perusahaan memiliki pengaruh

signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa semakin banyak jumlah aset perusahaan,

maka semakin luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan barang

konsumsi. Hasil penelitian ini mendukung mendukung hasil penelitian sebelumnya

berkaitan dengan pengaruh size perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial seperti yang ditemukan oleh Sembiring (2005), Dessy (2005) dan Sulastini

(2007) yang menyatakan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih

rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber

dana yang cukup besar dalam laporan tahunan.

Hasil penelitian ini juga berhasil mendukung pendapat Cowen et.al (1987)

dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin

akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat

perusahaan dalam laporan tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan

informasi tentang tanggung jawab sosial keuangan perusahaan.

b. Pengaruh Profitabilitas (ROA)

Profitabilitas (ROA) memiliki nilai β2 = 0,05 dan nilai sig = 0,001 yang berarti

lebih kecil dari α = 0,05 (0,001 < 0,05). Berdasarkan nilai tersebut dapat

disimpulkan bahwa Ho2 ditolak atau profitabilitas memiliki pengaruh signifikan

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Penemuan ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat

profitabilitas tinggi akan mengungkapkan informasi CSR yang telah dilakukan. Hal

ini dikarenakan persepsi atau anggapan bahwa aktivitas CSR bukanlah aktivitas

13

yang merugikan dan tidak bermanfaat bagi keberlangsungan perusahaan. Melainkan

aktivitas CSR merupakan langkah strategis jangka panjang yang akan memberikan

efek positif bagi perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Bowman dan Haire (1976) dan Preston

(1978) dalam Hackston dan Milne (1996), Fitriani (2001) dan Sitepu (2009) yang

menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar

pengungkapan informasi sosial. Hasil ini juga mendukung pendapat Heinze (1976)

mengenai pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan informasi sosial, yang

mengatakan bahwa dengan semakin tingginya tingkat profitabilitas perusahaan

maka jumlah informasi sosial yang diungkapkan juga akan semakin besar.

Penelitian ini menghasilkan temuan berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sembiring (2005), Anggraini (2006), Rosmasita (2007) dan Sulastini (2007)

dan Marpaung (2009). Mereka menemukan hasil yang sama, bahwa profitabilitas

tidak terbukti mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial

perusahaan. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan proksi yang digunakan.

Sembiring (2005) menggunakan rasio gross profit margin, Anggraini (2006),

Rosmasita (2007) dan Marpaung (2009) menggunakan rasio net profit margin,

Amalia (2005) dan Sulastini (2007) menggunakan return on asset.

c. Pengaruh Leverage (LEV)

Leverage (LEV) memiliki nilai β3 = 0,034 dan nilai sig = 0,468 yang berarti

lebih besar dari α = 0,05 (0,468 > 0,05). Berdasarkan nilai tersebut dapat

disimpulkan bahwa Ho3 diterima atau leverage tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya tingkat leverage perusahaan tidak

mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil ini

sejalan dengan Sembiring (2005), Amalia (2005), Anggraeni (2006), Hardhina

(2007) dan Sitepu (2009) yang tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan

antara tingkat leverage perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Leverage tidak memiliki pengaruh dengan tanggung jawab sosial dapat diartikan

bahwa suatu perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi (hutang) maka

perusahaan akan berusaha untuk mengurangi biaya-biaya yang dianggap kurang

penting, salah satunya adalah biaya yang berkaitan dengan pengungkapan tanggung

jawab sosialnya kepada masyarakat. Hal ini dilakukan karena perusahaan memiliki

kewajiban kepada pihak kreditur untuk melunasi semua kewajiban perusahaannya

terlebih dahulu. Schipper (1981) dalam Marwata (2001) dan Meek, et al (1995)

dalam Fitriani (2001) berpendapat bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang

tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada

perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa

semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami

pelanggraran terhadap kontrak hutang maka manajer akan berusaha untuk

melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan [Belkaoui

& Karpik (1989) dalam Anggraeni (2006)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi

maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan

tanggung jawab sosial.

d. Pengaruh Umur Perusahaan (AGE)

Umur Perusahaan (AGE) memiliki nilai β4 = (0,006) dan nilai sig = 0,028 yang

berarti lebih besar dari α = 0,05 (0,028 < 0,05). Berdasarkan nilai tersebut dapat

14

disimpulkan bahwa Ho4 ditolak atau umur perusahaan memiliki pengaruh

signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Nilai β4 negatif, hal ini menandakan adanya arah hubungan berbanding terbalik

atau tidak searah antara besarnya umur perusahaan dengan jumlah pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan. Penjelasan atas fenomena ini adalah bahwa

perusahaan yang berumur lebih tua tidak harus melakukan pengungkapan sosial

yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang terbilang masih berumur

muda. Perusahaan yang berumur lebih tua lebih mengerti informasi-informasi apa

saja yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan tahunan. Sehingga perusahaan

hanya akan mengungkapkan informasi-informasi yang akan memberikan pengaruh

yang positif terhadap perusahaan. Dengan demikian perusahaan tidak perlu

mengungkapkan semua informasi yang dimilikinya. Dalam penelitian ini

perusahaan tertua adalah MLBI (26 tahun) dengan rata-rata pengungkapan CSR

sebesar 0,54. sedangkan perusahaan termuda adalah INAF (6 tahun) sebesar 0,54

dan KAEF (6 tahun) sebesar 0,64.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Marpaung (2009) yang tidak

menemukan adanya hubungan negatif dan signifikan antara umur perusahaan

dengan luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan Marwata

(2001) dan Amalia (2005) hanya menemukan pengaruh negatif namun tidak

memiliki pengaruh yang signifikan. Dimana menurut Marwata (2001) umur

perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas pengungkapan

sosial perusahaan. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur

lebih tua memiliki pengalaman lebih banyak dalam mempublikasikan laporan

keuangan tahunannya.

3. Uji simultan (uji F)

Signifikansi model regresi secara simultan diuji dengan melihat nilai

signifikansi (sig) dimana jika nilai sig dibawah 0,05 maka variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F-statistik digunakan untuk

membuktikan hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara size perusahaan,

profitabilitas, tingkat leverage dan umur perusahaan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

Adapun hipotesa untuk uji F adalah sebagai berikut:

Ha5 : Karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, tingkat leverage

dan umur perusahaan) berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan.

Dari tabel 4.4 model kedua diketahui bahwa dari hasil uji F diperoleh tingkat

signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari α 0.05 (0.000 < 0.05) maka Ha5 diterima

atau dapat diartikan bahwa secara serentak (bersama-sama) variabel independen

(size perusahaan, profitabilitas, tingkat leverage dan umur perusahaan) berpengaruh

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

15

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Sebagian besar perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-

2008 telah membuat laporan tahunan namun hanya 18 perusahaan yang

mengungkapkan CSR di dalam laporannya. Praktik pengungkapan tanggung jawab

sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan barang konsumsi di Indonesia bisa dikatakan

cukup atau masih dalam kategori menengah karena rata-rata pengungkapan hanya

sebesar 55,54% dari seluruh total pengungkapan. Dari gambaran praktik pengungkapan

CSR dari tahun 2006-2008 diketahui bahwa pengungkapan CSR tertinggi adalah PT

Unilever dan terendah adalah PT Pionerindo.

2. Karakteristik perusahaan (size perusahaan, profitabilitas, leverage, dan umur

perusahaan) secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia. Secara parsial

pengaruh masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut:

a. Secara parsial size perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial persahaan barang konsumsi.

b. Secara parsial profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan barang konsumsi.

c. Secara parsial tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan barang konsumsi.

d. Secara parsial umur perusahaaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan barang konsumsi.

5.2 Saran

1. Analisis regresi dalam penelitian ini menghasilkan Adjusted R Square (R2) yang

cukup rendah walaupun model regresinya secara statistik signifikan dalam

menjelaskan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen,

dengan demikian penelitian selanjutnya dapat menambahkan atau menggunakan

variabel lain untuk menjelaskan jumlah pengungkapan tanggung jawab sosial oleh

perusahaan.

2. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan

item-item pengungkapan tanggung jawab sosial hendaknya senantiasa diperbaharui

sesuai dengan kondisi masyarakat serta peraturan yang berlaku.

3. Bagi manajemen perusahaan diharapkan lebih terbuka dalam mengungkapkan

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial dalam laporan

tahunannya.

4. Bagi perusahaan supaya lebih memperhatikan lingkungan sosialnya, mengingat

antara perusahaan dan masyarakat saling memiliki kepentingan. Perilaku

perusahaan yang mengabaikan pertanggungjawaban sosialnya akan merugikan

perusahaan itu sendiri.

16

DAFTAR PUSTAKA

AB. Susanto. 2003, “Mengembangkan Corporate Social Responsibility di Indonesia”, Jurnal

Reformasi Ekonomi, Vol. 4, No. 1.

Agus Eko Sujianto. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16. Penerbit PT Prestasi

Pustakaraya. Jakarta.

Ahmad Nurkhin. 2002. Corporate Governance dan Profitabilitas, Pengaruhnya terhadap

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan

yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta).

Andre Christian Sitepu dan Hasan Sakti Siregar. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta. FE USU. Medan.

Anggita Zoraya Marpaung. 2009. Analisa factor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan

sosial (social disclosure) dalam laporan keuangan tahunan. FE USU Medan.

Belkaoui. A, and Karpik. P.G 1989. “Determinants of the Corporate Decision to Disclose

Social Information”. Accounting, Auditing and Accountability Jounal. Vol. 1, No.1.

Beria Leimona dan Aunul Fauzi. 2008. CSR dan Pelestarian Lingkungan. Penerbit Indonesia

Business Links. Jakarta.

Donovan, Gary and Kathy Gibson, (2000). Environmental Disclosure in the Corporate

Annual Report: A Longitudinal Australian Study. Paper for Presentation in the 6th

Interdisciplinary Environmental Association Conference, Montreal, Canada.

Eddy Sembiring. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan tanggung Jawab Sosial

: Study Empiris Pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, Simposium

Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Dessy Amalia. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela

(Voluntary Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan yang Tercatat di Bursa

Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Pemerintah Vol. 1, No. 2, November 2005.

Fitriani, 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan

Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung.

Gray, R., Javad, M., Power, David M., and Sinclair C. Donald., (2001). Social And

Environmental Disclosure, And Corporate Characteristic: A Research Note And

Extensio., Journal of Business Finance and Accounting, Vol 28 No. 3, pp 327-356.

Hardhina Rosmasita. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social

Disclosure) dalam Laporan Keuangan tahunan PerusahaanManufaktur di Bursa Efek

Jakarta. FE UII Yogyakarta.

Hackston, David and Markus J. Milne, 1996. Some Determinants of Social and

Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and

Accountability Journal, Vol. 9 No. 1, p. 77-100.

Hendriksen, Eldon S, 1996. Teori Akuntansi, Penerbit AK Group, Yogyakarta.

Henny Murtanto. 2001, Analisis Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan”, Media Riset

Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol.1, No. 2, pp. 21-48.

Ibrahim Taufan. 2009. Pengaruh Karakteritik Perusahaan terhadap Corporate Sosial

Responsibility. Skripsi FE Universitas Gunadarma. Depok.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba

Empat.

Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Progam SPSS. Semarang: Badan

Penerbit UNDIP.

Ismail Solihin. 2009. Corporate Sosial Responsibility from Charity to Suistainability.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

17

Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan

Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium

Nasional Akuntansi IV. Bandung.

Muhammad Muslim Utomo. 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan

Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan High Profile dan

Low Profile). Yayasan Mitra Mandiri.

Miswanto dan Suad Husnan. 1999. The effect of operating leverage, cyclicality, and firm size

on business risk, Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. I, No.1.

Purbayu Budi Santosa dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.

Edisi 1. Yogyakarta: ANDI.

Reni Retno Anggraini. 2006, Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan

(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta),

Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus.

Singgih Santoso. 2006. Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Sri Sulastini. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Social Disclosure

Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Public. Skripsi FE UNNES Semarang.

Publikasi Lain :

Indonesia Capital Market Directory 2006. Pojok BEI FEUI. Depok

Indonesia Capital Market Directory 2007. Pojok BEI FEUI. Depok

Indonesia Capital Market Directory 2008. Pojok BEI FEUI. Depok

Websites :

www.bapepam.co.id

www.csrindonesia.com

www.google.com

www.idx.co.id