efektivitas terapi fisik pada penyakit de quervain

Upload: mifta-fatia

Post on 30-Oct-2015

125 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Efektivitas Terapi Fisik Pada Penyakit De QuervainBakir Katana*, Amila Jaganjac, Samir Bojii, Amra Maak-Hadiomerovi, Muris Pecar, Eldad Kalji, Mirsad Mufti

Faculty Kedokteran, Universitas Sarajevo, Bolnika 25, 71000 SarajevoAbstrak

Pendahuluan: Penyakit De Quervain merupakan kekakuan tenosynovitis yang biasa menyerang pembungkus tendon muskulus abductor policis longus dan ekstensor policis brevis. Akibat lokasinya yang superfisial, mudah mengalami cedera pada tendon maupun pembungkusnya.

Metode: Penelitian ini melibatkan 50 pasien dengan penyakit De Quervain yang dilaporkan CBR Praxis di Sarajevo. Dengan analisis retrospektif data yang didapat dari 01.01.2001 hingga 31.12.2011. Dilakukan penilaian status fungsional sebelum memulai pemberian terapi menggunakan skor 0 hingga 6. Pada fase kronik dilakukan penilaian terapi fisik, setelahnya dilakukan penilaian menggunakan skor keberhasilan terapi (0-5). Kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu pasien yang terdiagnosis penyakit De Quervain, dan kriteria ekslusif yaitu subjek yang tidak mendapat penanganan.Hasil: Pada Praxis CBR dengan penyakit De Quervain yang berjumlah 50 pasien diterapi selama periode yang telah ditentukan tersebut, yang terdiri dari 34 orang wanita dan 16 orang laki-laki. 38% pasien dengan skor 4, sedangkan 56% pasien di akhir pemberian terapi mencapai skor 5.

Kesimpulan: Terapi fisik dan prosedur kinesioterapi berperan besar memperbaiki keadaan pasien De Quervain.

Pendahuluan

Penyakit De Quervain adalah stenosis tenosynovitis pada pembungkus tendon musculus abductor policis longus dan ekstensor policis brevis. Setelah kedua tendon ini berpisah di daerah dorsal lengan bawah, melewati bagian lateral osteofibrosis radii, melintang ke permukaan paling luar dari prosisus styloid dan menyatu di bagian basis ibu jari. Tendon ini juga melintas di radiocarpal tunnel yang dimana hanya tersusun dari tulang dan ligamentum anulare dorsal. Pada saluran tendon ini terbungkus lapisan synovial. Karena berada di daerah superfisial, tendon dan pembungkusnya ini akan mudah mengalami kerusakan atau cedera. Penyakit ini biasa dialami oleh wanita berusia lebih dari 40 tahun dan seseorang yang berprofesi menggunakan tangan dan jarinya secara intensif dalam keseharian kerjanya (seperti pinais, juru ketik, penjahit,dsb). Perubahan patologi yang terjadi antara lain lapisan pembungkus fibrosanya mengalami penebalan. Perubahan yang terjadi tersebut dapat sangat progresif, dua hingga tiga kali lipat lebih tebal dari normalnya. Pada kasus yang berat, akan terbentuk cincin kartilaginosa sepanjang 3-4 cm, sehingga mendesak tendon. Masalah klinis muncul bertahap dengan intensitas nyeri yang bervariasi. De Quervain ini terlokalisasi di bagian atas prosesus styloid radius dan di bagian basisnya, menjalar dari bagian dorsal ibu jari dan sisi radial lengan bawah. Beberapa pasien mengeluh mengalami dropping of hand. Secara radiografi, kebanyakan tidak terdapat perbedaan penampakan, namun terkadang tampak bintik reaksi periosteal. Penyakit ini sulit untuk dibedakan dengan peradangan styloid (styloiditis) pada prosesus radialis. Dalam beberapa bulan, penyakit ini akan mengalami perbaikan secara bertahap, spontan, namun pada beberapa kasus setidaknya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Terdapat pemeriksaan klasik dalam mendiagnosis penyakit ini, yaitu tes Finkelstein yaitu dengan : genggam ibu jari dengan menggunakan jari lainnya, kemudian ditekukkan tangan tersebut ke sisi berlawanan. Pada pasien dengan penyakit De Quervain, akan mengalami nyeri yang hebat pada kedua tendon tersebut dan dikatakan tes positif. Penanganan dimulai dengan penggunaan ortosa pada pergelangan tangan dan ibu jari. Hal ini demi mencegah tangan untuk bergerak yang dapat menyebabkan munculnya nyeri, untuk mengistirahatkan tendon, dan memberikan waktu penyembuhan pada tendon tersebut. Efek terapi diperoleh dengan pemberian antirematik nonsteroid dan infiltrasi kortikosteroid secara local. Segera setelah fase akut dilewati, lakukan terapi fisik. Digunakan ultrasound, light therapy, galvanisasi, arus diadinamik dan interferensial serta iontoforesis. Jika tidak didapat perbaikan setelah dilakukan terapi konservatif, dapat dipertimbangkan untuk melakukan pembedahan. Tujuannya adalah untuk memilah tingkat keberhasilan dari terapi fisik pada penyakit De Quervain dan memilah struktur yang terkena, okupasi dan usia pasien yang terpapar enthesopati pada ekstremitas atasnya.Metode Penelitian

Pasien

Pada penelitian ini, digunakan pasien yang dilaporkan oleh ambulans CBR Praxis dengan keluhan nyeri di daerah prosesus styloid dan terdiagnosis penyakit De Quervain, pada periode 01.01.2001 hingga 31.12.2011. Dengan menggunakan data yang diperoleh dari klinik masyarakat (CBR) Praxis di Kota Sarajevo, dalam periode waktu seperti yang kami paparkan sebelumnya, nyeri yang disebabkan penyakit De Quervain sebanyak 50 pasien. Untuk memilah profesi yang sering mengalami penyakit De Quervain, kami memasukkan beberapa jenis profesi seperti: dokter, dokter hewan, guru, teknisi, pengacara, ahli ekonomi, pekerja adiministrasi, pekerja laboratorium, perajin, petani, ibu rumah tangga, siswa, mahasiswa, pensiunan, dan lainnya. Kriteria inklusi yang terdiagnosis penyakit De Quervain yaitu segala usia dan segala jenis kelamin. Kriteria ekslusinya yaitu tidak mendapat penanganan, seperti halnya tidak dilakukan follow up pada pasien. Penelitian dilakukan secara deskriptif dan berupa analitik. Untuk pengumpulan menggunakan metode retrospektif. Penegakan diagnosis berdasarkan: perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, dan temuan pada pemeriksaan radiografi.

Prosedur terapi Pada saat fase akut dilakukan program rehabilitasi: saat serangan dilakukan penanganan nyeri, dengan melakukan imobilisasi selama 7 hari, cryotherapy untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan yang dilakukan selama 10 hari dengan durasi 205 menit. Disesuaikan dengan subjektivitas pasien, analgesic TENS untuk mengurangi nyeri, selama 7-10 hari dengan durasi pemberian 20 menit., dan penggunaan kortikosteroid secara local yang memiliki durasi kerja panjang. Pada fase kronik, diberikan terapi ultrasound, arus diadinamik, terapi magnetic, pemijatan manual, dan kinesio-therapy.Penilaian status fungsional responden Penilaian terhadap status fungsional responden dilakukan pada awal dan akhir terapi, berdasarkan metodologi dan grade: Tingkat 0 nol- tidak dapat menggunakan tangannya

Tingkat 1 - sulit untuk memfungsikan tangannya, memerlukan bantuan tangan kedua.

Tingkat 2 sulit untuk memfungsikan tangannya, memerlukan bantuan alat.

Tingkat 3 mampu mengegrakkan tangan tanpa bantuan, namun sangat nyeri.

Tingkat 4 status fungsional masih baik dengan keluhan minimal.

Tingkat 5 status fungsional masih rapi. Tingkat 6 membutuhkan penanganan lebih lanjut (untuk penegakan diagnostic atau dengan operatif).Evaluasi terapi Outcome dari penanganan yang dilakukan adalah untuk menilai keberhasilan terapi. Keberhasilan terapi dinilai berdasarkan keadaan klinis setelah mendapat pengobatan, penilaian objektif berdasarkan:

Tingkat nol tidak ada perbaikan (outcome terapi tidak ada),

Tingkat - perbaikan minimal,

Tingkat - perbaikan fungsi yang memuaskan namun memiliki gejala sisa (sensoris atau motoric),

Tingkat - Peningkatan yang baik dan pemulihan fungsional yang memuaskan dengan gejala sisa yang minimal,

Tingkat - Pemulihan yang baik tanpa hasil dengan cedera dan sakit,

Tingkat - Berhenti pengobatan

Tingkat - Diperlukan perawatan medis lebih lanjut (diagnostik atau operatif)

Analisis Statistik

Dari metode statistik deskriptif, yang paling sering digunakan adalah persentase representasi.

Hasil

Penelitian dilakukan di lembaga medis,PRAXIS, Pusat Kedokteran fisik dan rehabilitasi Sarajevo. Jumlah pasien yang didiagnosis dengan penyakit De Quervain adalah 50 pasien.

Menurut informasi yang kami terima, dan dilihat pada Tabel 1, Dapat dikatakan dengan tepat bahwa banyak dari orang yang terkena penyakit Quervains dikaitkan dengan aktvitas kerja dan penuaan. Sebagian besar pasien dengan masalah ini, di penelitian ini, 30 responden berada diantara usia 45 hingga 64 tahun. Wolf JM, Sturdivant, RX,Owen BD,dalam studi mereka,Insiden dari De Quervain tenosynovitis pada pemuda, populasi yang aktif telah membuktikan bahwa usia 40 tahun adalah faktor resiko yang signifikan dalam perkembangan penyakit De Quervain dan pada responden wanita secara signifikan lebih sering(9),yang sesuai dengan penelitian kami. Pada tabel 2 susunan responden berdasar jenis kelamin, kita dapat melihat jumlah responden wanita adalah 34 atau 68%, sedangkan jumlah responden adalah 16, yang merupakan 23 % dari total jumlah responden yang terlibat dalam penelitian. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah penyakit De Quervain lebih jelas pada responden perempuan. Karen Walker-Bone dan lainnya, pada penelitian mereka, Prevalensi dan dampak gangguan muskuloskeletal ekstremitas atas pada populasi.ditemukan bahwa dari total sampel 6038 pasien yang mengalami gangguan musculoskeletal ekstremitas atas pada penyakit De Quervain diketahui 0,5 % responden laki-laki dan 1,3 % responden wanita(10), yang sesuai dengan penelitian kami yang menunjukkan perbedaan yang signifikan pada prevalensi penyakit De Quervain antara kedua jenis kelamin.

Dari tabel 3 dan 4 dan dapat dilihat dengan jelas profesi yang paling sering terjadi penyakit De Quervain (52 % pekerja administratif dan 18% pekerja buruh). Orang dengan masalah ini sebagian besar berurusan dengan pekerjaan yang memerlukan gerakan ekstremitas atas yang berulang. Masalah ini juga mempengaruhi orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bekerja dengan komputer yang menimbulkan rasa nyeri karena penggunaan yang berulang dari gerakan yang stereotip, dan gammbaran yang paling sering pada pensiunan. Shiro T, Martin P, Lorraine C. Pada penelitian mereka, prevalensi dan faktor resiko dan tendinitis dan berhubungan dengan gangguan ekstremitas atas distal diantara pekerja USA : Perbandingan untuk Carpal tunnel sindrom, ditemukan bahwa 588000 responden, 28% mengeluhkan berbagai ketidaknyamanan pada tangan yang disebut tenosynovitis, De Quervain, synovitis dll, dan tenaga medis yang terkait bahwa masalah dengan kegiatan professional yang dilakukan oleh responden. Hal ini dinyatakan dalam penelitian ini bahwa masalah dengan tangan yang berhubungan dengan gerakan ulnar dan deviasi radial, fleksi dan ekstensi tangan, apa yang sesuai dengan pergerakan tangan dan penjahit (11). Penelitian kami menunjukkan bahwa penyakit De Quervain biasanya mempengaruhi pekerja kantoran dan buruh. Tabel 5 menunjukkan status fungsional responden sebelum dan setelah pengobatan, yang jelas menunjukkan perbedaan signifikan dalam mendukung kondisi fungsional pasien. Secara khusus, sebelum terapi 19 responden tingkat 3, 28 responden tingkat 4, setelah terapi 21 responden tingkat 4, dan 26 responden tingkat 5. Setelah terapi dapat disimpulkan bahwa prosedur terapi fisik memberikan hasil yang baik dari table dibawah ini. Peningkatan yang baik dengan pemulihan fungsional yang memuaskan ditunjukkan pada 38 % responden, sedangkan 56% responden menunjukkan pemulihan fungsional yang memuaskan tanpa gejala sisa setelah pengobatan. Yang memerlukan pengobatan yang lebih lanjut diindikasikan 6% responden.

Kesimpulan.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapana terapi fisik sangat efektif untuk pasien dengan penyakit De Quervain. Pengerja yang paling sering mengalaami adalah pekerja kantor karena pekerjaan mereka secara langsung terkait dengan posisi yang tidak memadai dan aktifitas tangan yang tidak sesuai. Mengamati susunan respondensi berdasar jenis kelamin, dapat kita simpulkan bahwa penyakit De Quervain lebih sering terjadi pada populasi perempuan. Berdasarkan usia responden, dapat disimpulkan Penyakit De Quervain paling sering pada usia antar 45-64 tahun, dan dari masalah ini paling sering dialami pada populasi yang aktif bekerja. 4