efektivitas program beasiswa dalam … · swasta dan lsm memiliki strategi pemberian beasiswa yang...

103
EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI MAHASISWA MARDIYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: vuongdang

Post on 09-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI MAHASISWA

MARDIYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan
Page 3: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Efektivitas Program

Beasiswa dalam Meningkatkan Prestasi Mahasiswa adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Mardiyanti

NIM I351090051

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

Page 4: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan
Page 5: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

RINGKASAN

MARDIYANTI. Efektivitas Program Beasiswa dalam Meningkatkan Prestasi

Mahasiswa. Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH dan PRABOWO

TJITROPRANOTO

Beasiswa dalam sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia memiliki

peran yang strategis. Khususnya pada upaya pemenuhan hak pendidikan bagi

seluruh warga negara. Hingga kini beasiswa masih menjadi program unggulan

dalam upaya pemerataan pendidikan. Hal tersebut terlihat pada banyaknya

beasiswa bermunculan, baik yang berasal dari pemerintah, swasta, maupun

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Program beasiswa yang berasal dari

swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan

pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

bantuan biaya, tetapi juga memberikan pembinaan.

Penelitian Utomo dan Sudji (2010) pada penerima beasiswa Program

Pengembangan Akademik di Universitas Negeri Yogyakarta menemukan bahwa

beasiswa yang diberikan tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Antoni

(2012) pada penelitian terhadap penerima Bidik Misi di Institut Pertanian Bogor

menemukan bahwa proporsi penyaluran Bidik Misi kepada mahasiswa yang

berprestasi (58.4%) hampir sama dengan proporsi penyaluran Bidik Misi kepada

mahasiswa yang tidak berprestasi (41.6%). Hasil penelitian Utomo dan Sudji

(2010) serta Antoni (2012) menggambarkan bahwa beasiswa dan bantuan

pendidikan tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan karakteristik individu

penerima beasiswa; (2) menganalisis efektivitas program beasiswa, (3) mengukur

faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program beasiswa. Penelitian

dilakukan pada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos daerah Bogor dan

Jakarta sebagai responden. Pemilihan Beastudi Etos sebagai tempat penelitian

berdasar pada alasan bahwa Beastudi Etos telah sepuluh tahun memberikan

beasiswa dengan pembinaan dan pendampingan kepada mahasiswa penerima

beasiswa. Responden penelitian ini berjumlah 41 orang. Penelitian dilakukan pada

bulan November-Desember 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik individu responden

adalah : (1) berusia antara 18 – 22 tahun; (2) mayoritas anak sulung; (3) berasal

dari sembilan provinsi di Indonesia; (4) berkuliah di Institut Pertanian Bogor dan

Universitas Indonesia; (5) berkuliah di 29 program studi dengan mayoritas

berkuliah pada program studi bidang ilmu sosial; (6) memiliki motivasi yang

tinggi untuk kuliah; (6) memiliki interaksi yang baik dengan lingkungan

akademik, lingkungan kemahasiswaan, dan lingkungan asrama.

Karakteristik keluarga responden adalah : (1) jumlah anggota keluarga rata-

rata enam orang; (2) tingkat pendidikan ayah rata-rata adalah SMA; (3) tingkat

pendidikan ibu rata-rata adalah SMP; (3) jenis pekerjaan ayah sebagian besar

adalah wiraswasta (berpenghasilan tidak tetap tetapi tidak tergantung kepada

orang lain); (4) pekerjaan ibu mayoritas adalah ibu rumah tangga; (5) pendapatan

Page 6: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

keluarga rata-rata Rp 1.474.000,00; (5) pengeluaran terbesar untuk makan; dan (6)

memiliki kemampuan pemenuhan kebutuhan primer yang tinggi.

Efektivitas program beasiswa memperlihatkan bahwa : (1) responden

memiliki tingkat kepastian penyelesaian studi yang baik, (2) prestasi akademik

responden berada pada kategori baik. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

efektivitas program beasiswa adalah : (1) motivasi untuk kuliah; (2) lingkungan

asrama; dan (3) jumlah anggota keluarga. Efektivitas program beasiswa bisa

ditingkatkan dengan cara : (1) memperhatikan ketepatan sasaran penerima

beasiswa dengan tidak hanya mempertimbangkan kemiskinan keluarga tetapi

perlu melihat motivasi penerima beasiswa untuk kuliah; (2) pengelolaan beasiswa

perlu melakukan pendampingan intensif kepada penerima beasiswa.

Pendampingan pada kasus penelitian ini lebih efektif dibanding dengan

pembinaan karena pendampingan lebih bersifat partisipatif dibandingkan dengan

pembinaan yang bersifat top down.

Kata kunci : Efektivitas program beasiswa, prestasi mahasiswa

Page 7: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

SUMMARY

MARDIYANTI. Effectiveness of Scholarship Program to Improve Student

Achievement. Supervised by NINUK PURNANINGSIH and PRABOWO

TJITROPRANOTO

Scholarship in the history of education in Indonesia has a strategic role.

Particularly in the effort to fullfil the right of education for all citizens. Until now,

the scholarship is still the flagship program in educational equity efforts. This is

evident in the number of scholarships, whether from government, private, and

Non Governmental Organization (NGO). Scholarship program that come from the

private sector and NGOs have different strategi from government. The scholarship

program of the private sector and NGO’s not only provide financial assistante, but

also provide guidance.

Utomo and Sudji (2010) found that Program Pengembangan Akademik

(PPA) scholarships at Universitas Negeri Yogyakarta has not effect to student

achievement. Antoni (2012) in a research to Bidik Misi recipients in Bogor

Agricultural University found that the proportion of the distribution Bidik Misi

Program to excellent student (58.4%) is almost equal to the proportion of the

distribution Bidik Misi Program to students who do not perform (41.6%). Both of

Utomo and Sudji’s result (2010) dan Antoni result (2012) show that scholarships

and education assistance has no effect on student achievement.

The purposes of this study are: (1) descript the individual characteristic of

grantee; (2) analyze the effectiveness of the scholarship program; (3) measure the

factors that influence the effectiveness of the scholarship program. The study was

conducted on grantees Beastudi Etos Bogor and Jakarta as respondents. Selection

Beastudi Etos due the fact that Beastudi Etos has been ten years provided

scholarships with guidance and mentoring to grantees. Respondents of this study

amounted to 41 people. The study was conducted in November-December 2013.

The results showed that the individual characteristic of respondents are: (1)

aged between 18-22 years, (2) a majority of the eldest son, (3) derived from nine

provinces in Indonesia, (4) study at Bogor Agricultural University and the

University of Indonesia; (5 ) enrolled in 29 courses with the majority enrolled in

social science courses, (6) highly motivated to go to college, (6) have a good

interaction with the academic environment, student environment, and the halls of

residence.

Family characteristic of the respondents are: (1) the amount of the average

family of six persons, (2) the average of father's level education is senior high

school, (3) the average of mother's education level is junior high school, (3) the

type of work most of the fathers are self-employed (income is not fixed but is

independent of the others), (4) the majority of the work mothers are housewives;

(5) the average of family income Rp 1,474,000.00; (5) largest expenditures for

eating; (6) has the ability to fullfil the primary needs.

Effectiveness of the scholarship program in term of results show that: (1)

respondents have a degree of certainty either the completion of the study, (2)

academic performance of the respondents were in the good category. Factors that

influence the effectiveness of the scholarship program are: (1) the motivation for

Page 8: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

the study, (2) boarding environment, and (3) the number of family members. The

effectiveness of the scholarship program could be improved by: (1) an accurate

portrayal of target recipients by not only considering the poverty of the family but

need to see the motivation for college, (2) management of scholarships need to do

intensive support to scholarship recipients. Mentoring in the case of this study is

more effective than guidance because mentoring is more participatory than the

top-down guidance.

Key words : effectiveness of scholarship program, student achievement

Page 9: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 10: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan
Page 11: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI MAHASISWA

MARDIYANTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 12: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Basita Ginting Sugihen, M.Sc

Page 13: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan
Page 14: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan
Page 15: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala karunia-

Nya sehingga penyusunan tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis ini berjudul

efektivitas program beasiswa dalam meningkatkan prestasi mahasiswa. Penelitian

dilaksanakan terhadap mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos daerah Bogor,

dan Jakarta pada bulan November sampai dengan Desember 2013.

Terimakasih penulis ucapkan kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si dan Bapak Dr. Prabowo Tjitropranoto,

M.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan motivasi dan mencurahkan

banyak waktu dan perhatian kepada penulis untuk penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Prof. Sumardjo selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan

Pembangunan, dan Dr. Siti Amanah, M.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

3. Dr. Basita Ginting Sugihen, M.Sc selaku penguji luar komisi dan Dr. Ana

Fatchiya, M.Si selaku penguji dari Program Studi Ilmu Penyuluhan

Pembangunan.

4. Bapak Dr. Pudji Mulyono, dan Ibu Irma Febrianis yang telah membantu

penulis untuk mempublikasikan hasil penelitian di Jurnal Penyuluhan

5. Mahasiswa penerima Beastudi Etos daerah Bogor dan Jakarta yang telah

menjadi responden penelitian ini.

6. Penghargaan juga penulis sampakan kepada pengelola beasiswa Beastudi

Etos, dan segenap Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa yang telah banyak

membantu penulis selama penyusunan tesis ini.

7. Ibu Desiar (bagian administrasi prodi Ilmu Penyuluhan Pembangunan),

segenap bagian administrasi di Fakultas Ekologi Manusia, dan Sekolah

Pascasarjana IPB atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

8. Penghargaan dan terimakasih juga penulis haturkan kepada Ahmad Sumarta

(suami), anak-anak, serta segenap keluarga atas doa dan dukungan yang tidak

pernah henti.

9. Segenap pengurus dan rekan kerja di Koperasi Insan Sejahtera atas

kesempatan cuti yang diberikan.

Semoga tesis ini memberikan kemanfaatan bagi banyak pihak.

Bogor, Februari 2014

Mardiyanti

Page 16: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan
Page 17: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

1 PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

4

Tujuan

4

2 TELAAH PUSTAKA

5

Pemberdayaan

5

Efektivitas Program Beasiswa

7

Proses Belajar

11

Perkembangan Remaja

15

Prestasi Belajar

17

3 KERANGKA PEMIKIRAN

19

Kerangka Pemikiran

19

Hipotesis

20

4 METODE PENELITIAN

21

Desain Penelitian

21

Lokasi dan Waktu Penelitian

21

Populasi dan Sampel

21

Jenis Data

22

Definisi Oprasional

22

Matrik Pengembangan Instrumen

23

Uji Instrumen

27

Analisis Data

28

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

30

Deskripsi Program Beastudi Etos Bogor dan Jakarta

30

Bentuk-Bentuk Beasiswa yang Diberikan oleh Beasiswa

Beastudi Etos

33

Karakteristik Individu Mahasiswa Penerima Beasiswa

39

Karakteristik Keluarga Mahasiswa Penerima Beasiswa

Beastudi Etos

42

Motivasi Untuk Kuliah

47

Pengelolaan Program Beasiswa

48

Karakteristik Sosial Responden

54

Analisis Efektivitas Program Beasiswa

57

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Efektivitas

Beasiswa

60

Page 18: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

DAFTAR ISI (Lanjutan)

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepastian

Penyelesaian Studi

60

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Prestasi Akademik

Responden

66

6 SIMPULAN DAN SARAN

72

Simpulan

72

Saran

72

DAFTAR PUSTAKA

73

LAMPIRAN

78

Page 19: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

DAFTAR TABEL

Halaman

1

Contoh beasiswa dan jenis bantuan yang diberikan

8

2

Sub peubah, indikator, dan pengukuran, peubah karakteristik

individu

24

3

Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah pengelolaan

beasiswa

25

4

Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah karakteristik

sosial

26

5

Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah efektivitas

program beasiswa

27

6

Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

28

7 Pendidikan dan profesi utama koordinator dan pendamping

Beastudi Etos Bogor dan Jakarta

33

8

Jumlah dan persentase responden menurut umur

39

9

Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin

40

10

Jumlah dan persentase responden menurut program studi

40

11

Jumlah dan persentase responden menurut provinsi asal

41

12

Jumlah dan persentase responden menurut urutan kelahiran

42

13

Jumlah dan persentase responden menurut besar keluarga

42

14

Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan

orang tua

43

15

Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan ayah

44

16

Jumlah dan persentase responden menurut pekerjaan ibu

44

17

Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pendapatan

keluarga

45

18

Jumlah dan persentase responden menurut jenis pengeluaran

keluarga

46

19 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kemampuan

pemenuhan kebutuhan primer keluarga

46

20

Jumlah dan persentase responden menurut motivasi untuk

kuliah

47

21

Jumlah dan persentase responden menurut tingkat motivasi

47

22

Jumlah dan persentase responden menurut sumber motivasi

48

23

Jumlah dan persentase responden menurut kemudahan

persyaratan beasiswa

49

24

Jumlah dan persentase responden menurut jenis bantuan

beasiswa

50

25

Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pengeluaran

untuk biaya hidup per bulan

50

26 Jumlah dan persentase responden menurut keteraturan

penerimaan beasiswa

51

Page 20: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

27

Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kompetensi

pendamping

53

28

Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan

akademik

54

29

Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan

kemahasiswaaan

55

30

Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan asrama

56

31

Jumlah dan persentase responden menurut efektivitas program

beasiswa

57

32

Jumlah dan persentase responden menurut performa kuliah

59

33

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepastian

penyelesaian studi

60

34

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik

66

35

Jumlah dan persentase responden menurut manfaat pemberian

dana beasiswa

68

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Pandangan teori belajar sosial tentang interaksi

11

2

Model ego ideal bagi pendidikan remaja

13

3

Kerangka pemikiran penelitian

20

4

Rumus korelasi Product Moment

27

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil uji regresi untuk peubah terikat kepastian penyelesaian

studi

79

2 Hasil uji regresi untuk peubah terikat prestasi

akademik

81

Page 21: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beasiswa dalam sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia memiliki

peran yang strategis. Khususnya pada upaya pemenuhan hak pendidikan bagi

seluruh warga negara. Pada masa orde baru, beasiswa telah mulai diberikan.

Pemerintah melalui Undang-Undang No 2 Tahun 1989 mengeluarkan kebijakan-

kebijakan sebagai upaya memberikan kesempatan pendidikan seluas-luasnya

kepada masyarakat. Kebijakan tersebut adalah: (1) membebaskan pembayaran

uang sekolah di tingkat Sekolah Dasar, (2) pemberian bantuan kepada siswa yang

miskin namun berprestasi cemerlang. Pemberian beasiswa sebagai strategi

pemerataan pendidikan sudah mulai muncul pada saat itu.

Hingga kini beasiswa masih menjadi program pilihan dalam upaya

pemerataan pendidikan. Hal tersebut terlihat pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara tahun 2013 (Departemen Keuangan 2013). Salah satu alokasi

anggaran di bidang pendidikan adalah untuk menyediakan beasiswa terhadap

sekitar 9.4 juta siswa/mahasiswa miskin. Hariyanto (2004) menyatakan bahwa

tujuan utama beasiswa adalah membantu ketersediaan biaya pendidikan bagi

penerima beasiswa.

Bank Dunia (2006) dalam ikhtisar laporan tentang kemiskinan di Indonesia

menyebutkan bahwa salah satu masalah dan kendala utama pendidikan di

Indonesia adalah keterjangkauan. Uang sekolah dan biaya lain-lain yang harus

dibayarkan menjadi hambatan bagi masyarakat miskin untuk mengakses

pendidikan. Tindakan khusus yang direkomendasikan oleh Bank Dunia adalah

melaksanakan program beasiswa yang terarah atau bantuan langsung tunai untuk

meningkatkan angka bersekolah.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2011) memberikan pembedaan

antara bantuan biaya pendidikan dan beasiswa. Bantuan biaya pendidikan adalah

dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua/walinya

tidak mampu membiayai pendidikan. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan

yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi. Contoh program

pemerintah yang termasuk bantuan biaya pendidikan adalah Bantuan Belajar

Mahasiswa (BBM), dan program Bidik Misi. Contoh beasiswa adalah beasiswa

Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). Beasiswa PPA diberikan kepada

mahasiswa strata satu dari semua prodi dengan Indeks Prestasi minimal 3.0.

Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) merupakan bantuan yang diberikan

kepada mahasiswa strata satu semua program studi dengan Indeks Prestasi

minimal 2.75 dari keluarga tidak mampu. Besar bantuan BBM adalah Rp

350.000,00 per bulan selama satu tahun, dan setelahnya bisa diperpanjang

kembali. Program Bidik Misi diperuntukkan bagi peserta didik berprestasi 30

persen terbaik di sekolah yang orang tuanya tidak mampu membiayai

pendidikannya. Harga satuan bantuan Bidik Misi adalah Rp 6.000.000,00 per

mahasiswa per semester.

Page 22: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

2

Meningkatnya gagasan tentang modal sosial dan masyarakat madani

membuat tidak hanya pemerintah yang berperan aktif memberikan beasiswa.

Lembaga pemberi beasiswa yang dibiayai oleh organisasi non pemerintah banyak

bermunculan. Gagasan modal sosial adalah bahwa seseorang dapat melakukan

investasi secara sosial yang kemudian dapat dilihat sebagai perekat masyarakat.

Gagasan masyarakat madani ditandai dengan berdirinya badan-badan non

pemerintah untuk menolong memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, keluarga

dan masyarakat (Ife dan Tesoriero 2006).

Badan-badan non pemerintah yang memberikan beasiswa antara lain

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan perusahaan swasta. LSM yang

memberikan beasiswa antara lain Dompet Dhuafa (Beastudi Etos, dan beasiswa

Aktivis), serta Yayasan Karya Salemba Empat. Perusahaan swasta yang

memberikan beasiswa antara lain PT. Djarum. Persamaan dalam pemberian

beasiswa Beastudi Etos, beasiswa regular Yayasan Karya Salemba Empat, dan

Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) yaitu adanya pelatihan softskill

(pembinaan) bagi penerima beasiswa selain pemberian bantuan dana.

Pemberian beasiswa bertujuan memberikan kesempatan pada mahasiswa

yang memiliki keterbatasan ekonomi agar bisa mendapatkan pendidikan, maka

beasiswa pada hakikatnya merupakan suatu upaya pemberdayaan di bidang

pendidikan. Hal tersebut berdasarkan pada tujuan pemberdayaan yaitu

meningkatkan keberdayaan dari kelompok yang kurang beruntung (the

disadvantaged) (Ife dan Toseriero 2006).

Pemerintah dan lembaga non pemerintah memiliki tujuan yang sama dalam

pemberikan beasiswa, namun ada perbedaan strategi pengelolaan beasiswa.

Pemerintah cenderung memberikan beasiswa hanya dalam bentuk bantuan dana.

Hal tersebut bisa dipahami karena pemerintah sesuai amanat Undang-Undang

Dasar 1945 pasal 30 (1), pemerintah perlu memberikan hak pendidikan kepada

seluruh warga negara. LSM/swasta memandang perlunya pembinaan bagi

penerima beasiswa untuk mengembangkan kemampuan softskill agar selaras

dengan kemampuan akademis.

Paradigma pemberdayaan memandang bahwa program-program

pembangunan seharusnya mampu meningkatkan keberdayaan masyarakat sasaran.

Keberdayaan masyarakat sasaran dibentuk dengan menjadikan masyarakat

sasaran sebagai aktor utama yang aktif membangun dan mengembangkan potensi

dirinya. Beasiswa sebagai program pemberdayaan seharusnya juga mampu

meningkatkan keberdayaan penerima beasiswa.

Hasil penelitian terhadap 230 mahasiswa angkatan 2006 – 2009 Fakultas

Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang dilakukan oleh Utomo dan Sudji

(2010) menunjukkan bahwa secara umum beasiswa belum mampu meningkatkan

prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa. Penelitian yang dilakukan

kepada mahasiswa penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) ini

juga menemukan bahwa kontribusi pemberian beasiswa belum dimanfaatkan

secara optimal untuk menunjang kegiatan akademik.

Antoni (2012) yang melakukan penelitian terhadap mahasiswa penerima

program Bidik Misi di Institut Pertanian Bogor. Antoni (2012) menemukan

bahwa proporsi penyaluran beasiswa Bidik Misi kepada mahasiswa yang

berprestasi sebesar 58.4 persen. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan

proporsi pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang tidak berprestasi yaitu

Page 23: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

3

sebesar 41.6 persen. Kondisi ini diduga karena dalam proses seleksi penerimaan

beasiswa Bidik Misi, faktor penghasilan orang tua merupakan syarat yang lebih

diutamakan dibandingkan faktor kepemilikan prestasi.

Hasil penelitian Utomo dan Sudji (2010) serta Antoni (2012)

menggambarkan bahwa baik beasiswa maupun bantuan biaya pendidikan yang

diberikan tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Kedua hasil penelitian

tersebut menimbulkan pertanyaan besar tentang alasan yang mendasari beasiswa

tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa.

Bandura (1977) menyatakan hasil belajar dipengaruhi oleh interaksi timbal

balik yang berkelanjutan antara personal, perilaku, dan lingkungan. Interaksi

individu dengan lingkungan sosial tempat belajar sangat menentukan hasil belajar

yang akan dicapai. Mahasiswa penerima beasiswa merupakan individu yang

memiliki karakteristik pribadi. Pada proses menuntut ilmu di perguruan tinggi,

mahasiswa penerima beasiswa berinteraksi dengan lingkungan sosial di kampus.

Lingkungan sosial tersebut antara lain dosen, tenaga kependidikan, sistem

pendidikan di kampus, teman kuliah, organisasi kemahasiswaan, maupun

kegiatan-kegiatan pengembangan keilmuan yang diselenggarakan di kampus.

Sejalan dengan proses menuntut ilmu, beasiswa diberikan sebagai stimulus agar

penerima beasiswa mampu berprestasi.

Kelompok masyarakat miskin menjadi salah satu kelompok yang perlu

ditingkatkan kekuaasannya (power) (Ife 1995). Kondisi kemiskinan keluarga

menjadi salah satu yang dipersyaratkan pada proses seleksi beasiswa. Lippit et al

(1958) menambahkan perlunya mempertimbangkan motivasi masyarakat sasaran

untuk melakukan perubahan berencana. Jenis motivasi yang paling kuat

mendorong perubahan menurut Lippit (1958) adalah kebutuhan internal atau

sering disebut sebagai dorongan alamiah yang berhubungan dengan

perkembangan biologis maupun psikologis manusia. Karakteristik individu

penerima beasiswa yang digunakan sebagai peubah bebas pada penelitian ini

adalah kondisi keluarga dan motivasi untuk kuliah.

Proses pemberdayaan mulai dijalankan oleh lembaga pemberi beasiswa.

Beasiswa yang menjadi lokasi penelitian ini adalah beasiswa Beastudi Etos.

Beasiswa Beastudi Etos merupakan beasiswa yang dikelola oleh LSM Dompet

Dhuafa. Alasan utama pemilihan beasiswa Beastudi Etos pada penelitian ini

adalah karena beasiswa Beastudi Etos sejak berdiri tahun 2003 telah menjalankan

program pembinaan dan pendampingan terhadap penerima beasiswa. Pembinaan

dijalankan melalui pembinaan rutin pekanan, sedangkan pendampingan dijalankan

di asrama yang diberikan oleh beasiswa Beastudi Etos kepada penerima beasiswa.

Peran dukungan kelembagaan pemberi beasiswa menjadi faktor penting

penentu efektivitas program. Dukungan kelembagaan beasiswa bisa dilihat dari

segi ketersediaan dana, dan sistem pengelolaan. Ketersediaan dana menjadi

jaminan ketercukupan beasiswa. Sistem pengelolaan khususnya yang berkaitan

dengan pembinaan dan pendampingan menggambarkan proses yang menentukan

tingkat efektivitas program beasiswa.

Ketika beasiswa memberikan bantuan biaya maupun pembinaan dan

pendampingan, hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa penerima beasiswa

tidak hidup di ruang kaca. Penerima beasiswa juga berinteraksi dengan

lingkungan selain beasiswa. Lingkungan yang menjadi tempat interaksi

mahasiswa penerima beasiswa adalah : (1) lingkungan akademik; (2) lingkungan

Page 24: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

4

kemahasiswaan; dan (3) lingkungan asrama. Lingkungan menjadi faktor eksternal

penerima beasiswa yang menurut Winkel (1996) dapat mempengaruhi prestasi

mahasiswa.

Efektivitas program beasiswa menjadi tema yang ingin dikaji pada

penelitian ini. Kajian tentang efektivitas program akan dilakukan dengan

melakukan analisis pada tiga hal yaitu : (1) ketepatan sasaran program beasiswa;

(2) pengelolaan program beasiswa yang efektif; (3) kemampuan penerima

beasiswa sebagai hasil dari proses yang dilaksanakan. Pengukuran efektivitas

program beasiswa pada penelitian ini mengacu pada Boyle (1981). Efektivitas

program pembangunan (developmental) diukur dari : (1) kualitas solusi atas

permasalahan yang dihadapi, dan (2) tingkat kemampuan individu, kelompok atau

masyarakat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik individu penerima beasiswa?

2. Bagaimana efektivitas program beasiswa?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektivitas program beasiswa dalam

meningkatkan prestasi mahasiswa?

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan karakteristik individu penerima beasiswa.

2. Menganalisis tingkat efektivitas program beasiswa.

3. Mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program beasiswa

dalam meningkatkan prestasi mahasiswa penerima beasiswa.

Page 25: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

5

TELAAH PUSTAKA

Pemberdayaan

Suharto (2005) mengemukakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka

memiliki kekuasaaan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya

sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas

mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,

bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang

memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh

barang dan jasa yang mereka perlukan; (c) berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Menurut Dahl (Prijono dan Pranarka 1996), menyatakan pemberdayaan

sebagai kemampuan pelaku untuk mempengaruhi pelaku ke-2 untuk melakukan

sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan oleh pelaku ke-2. Pemberdayaan

menurut Dahl berorientasi pada pemberdayaan individu. Konsep tersebut banyak

mendapatkan kritik. Freire (Prijono dan Pranarka 1996) menyatakan bahwa

pemberdayaan perlu dipikirkan dalam konteks sosial.

Hulme dan Thurner (Prijoko dan Pranarka 1996) berpendapat bahwa

pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang

memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan

pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional. Oleh

karena itu pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif.

Sasaran pemberdayaan bisa berupa individu maupun kolektif. Ife (1995)

menyatakan bahwa kelompok lemah yang perlu mendapat pemberdayaan adalah

mereka yang masuk dalam kelompok di bawah ini :

(1) Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender, maupun

etnis. Contoh yang masuk pada kategori lemah secara struktural adalah

kelompok miskin.

(2) Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja,

penyandang cacat, gay, lesbian, dan masyarakat terasing.

(3) Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah

pribadi dan/atau keluarga.

Sennet dan Cabb (Suharto 2005) dan Conway (Suharto 2005) menyatakan

bahwa ketidakberdayaan disebabkan beberapa faktor antara lain: ketiadaan

jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan akses

terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan,

dan adanya ketegangan fisik maupun emosional. Seligman dan Larner (Suharto

2005) meyakini bahwa ketidakberdayaan yang dialami oleh sekelompok

masyarakat merupakan proses internalisasi yang dihasilkan dari interaksi mereka

dengan masyarakat. Mereka menganggap diri mereka lemah dan tidak berdaya,

karena masyarakat menganggapnya demikian.

Menurut Ife (1995) pemberdayaan dapat dijalankan melalui tiga jalur

yaitu : (1) pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan; (2) pemberdayaan

Page 26: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

6

dengan jalan melakukan aksi sosial dan politis; (3) pemberdayaan melalui

pendidikan dan peningkatan kesadaran. Pemberdayaan melalui kebijakan dan

perencanaan dilakukan dengan cara mengembangkan atau mengubah struktur dan

kelembagaan yang memungkinkan kelompok lemah untuk mengakses

sumberdaya atau pelayanan, sehingga membuka kesempatan kepada kelompok

lemah untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Pemberdayaan melalui aksi sosial dan politis dijalankan dengan cara

membentuk kekuasaan yang efektif untuk memperjuangkan kelompok lemah.

Pemberdayaan melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran menekankan pada

perlunya proses edukasi sehingga kelompok lemah mampu meningkatkan

kekuasaannya. Peningkatan kesadaran dalam hal ini dimaksudkan untuk

membantu kelompok lemah untuk memahami masyarakat dan tekanan-tekanan

dalam struktur masyarakat, memberikan kosakata dan kemampuan untuk bekerja

lebih efektif di masa yang akan datang.

Rappaport (Lord dan Hutchison 1993) menjabarkan ada tiga tingkatan

pemberdayaan. Pertama, pemberdayaan pada tingkat individu. Pemberdayaan

pada tingkat individu yaitu kemampuan untuk meningkatkan kontrol pribadi

dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi pada komunitas yang

diikuti. Kedua adalah pemberdayaan di tingkat kelompok kecil. Pemberdayaan

pada tingkat ini ditandai dengan adanya saling berbagi pengalaman, analisis

bersama, dan adanya pengaruh kelompok dalam menjalankan usaha bersama.

Ketiga, pemberdayaan di tingkat masyarakat yang ditandai dengan penggunaan

sumber daya dan strategi untuk mengatur sumber daya tersebut.

Program beasiswa merupakan suatu bentuk upaya pemberdayaan. Ciri

beasiswa sebagai pemberdayaan adalah : (1) sasaran program beasiswa adalah

kelompok lemah yaitu mahasiswa dari keluarga miskin; (2) program beasiswa

bertujuan meningkatkan kekuasaan (power) dengan cara memberikan bantuan

baik biaya, fasilitas, dan pembinaan kepada sasaran program beasiswa selama

kuliah ke pendidikan tinggi; (3) ada proses pembinaan dan pendampingan yang

diberikan dalam program beasiswa. Program beasiswa menjalankan

pemberdayaan di tingkat individu karena fokus pada peningkatan kemampuan

individu mahasiswa penerima beasiswa untuk menjalani kehidupan sehari-hari

dan berpartisipasi pada komunitas yang diikuti mahasiswa. Jalur pemberdayaan

program beasiswa adalah melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran

mahasiswa. Upaya peningkatan kesadaran mahasiswa penerima beasiswa

dilakukan melalui pembinaan dan pendampingan. Sasaran, tujuan, dan proses

beasiswa mencirikan adanya proses pemberdayaan.

Hasil yang diharapkan dari pemberdayaan adalah masyarakat sasaran

memiliki kemampuan menyelesaikan masalahnya sendiri. Program beasiswa

memberikan bantuan kepada penerima beasiswa agar dapat kuliah. Kualitas hasil

kuliah dilihat dari capaian indeks prestasi akademik yang menggambarkan

penilaian kemampuan mahasiswa dalam penguasaan aspek kognitif dan

keterampilan materi kuliah.

Mahasiswa penerima beasiswa selain perlu mendapatkan nilai indeks

prestasi yang baika juga perlu mempersiapkan biaya-biaya untuk menjalani

perkuliahan. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya pendidikan (SPP, biaya

praktikum, dan biaya untuk mengerjakan tugas kuliah), dan biaya hidup selama

kuliah (makan, sewa tempat tinggal, transportasi, komunikasi, dan pemenuhan

Page 27: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

7

kebutuhan lain. Mahasiswa yang menerima bantuan beasiswa penuh tidak akan

mendapatkan masalah terkait ketersediaan biaya-biaya karena seluruh kebutuhan

biaya telah dipenuhi oleh program beasiswa. Kondisi yang berbeda terjadi pada

mahasiswa yang menerima beasiswa tidak penuh. Mahasiswa penerima beasiswa

tidak penuh perlu berusaha untuk memenuhi kekurangan biaya yang terjadi.

Kualitas hasil belajar melalui capaian prestasi akademik, dan kemampuan

memenuhi biaya selama kuliah merupakan dua hal yang menjadi indikator hasil

pemberdayaan sekaligus menjadi indikator efektivitas program beasiswa dalam

penelitian ini.

Efektivitas Program Beasiswa

Beasiswa adalah tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa

sebagai bantuan biaya belajar. Bentuk bantuan yang diberikan inipun bisa

bermacam-macam, sehingga secara umum beasiswa dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

(1) Beasiswa Pendidikan, dapat berupa beasiswa penuh atau hanya sebagian

dari biaya pendidikan yang meliputi biaya SPP, alat tulis, fotokopi, dan

buku.

(2) Beasiswa biaya hidup, bantuan untuk kehidupan sehari-hari.

(3) Beasiswa perjalanan, adalah bantuan biaya untuk melakukan perjalanan,

misalkan perjalanan ke luar negeri.

(4) Beasiswa pelatihan, merupakan bantuan biaya yang diberikan untuk

pelatihan atau berupa pelatihan itu sendiri.

(5) Beasiswa penelitian, beasiswa yang digunakan untuk melakukan

riset/penelitian.

(6) Beasiswa magang, merupakan sarana untuk melatih keterampilan

siswa/mahasiswa dalam mempraktikkan ilmu yang didapat di

sekolah/kuliah.

(7) Beasiswa kerja, beasiswa yang diberikan kepada siswa/mahasiswa untuk

bekerja secara paruh waktu.

(8) Beasiswa pertukaran pelajar, biasa dilakukan antar negara yang bersahabat

(Hariyanto 2004).

Beberapa beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa tingkat strata satu

tidak memberikan bantuan secara penuh. Beberapa contoh beasiswa yang tidak

memberikan bantuan penuh adalah : beasiswa Pengembangan Prestasi Akademik

(PPA) dari pemerintah, beasiswa regular dari Yayasan Karya Salemba Empat,

Beasiswa Djarum, dan Beastudi Etos.

Page 28: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

8

Tabel 1 Contoh beasiswa dan jenis bantuan yang diberikan

Deskripsi

kegiatan

Beasiswa

PPA

Beswan

Djarum

Beasiswa

Karya Salemba

Empat

Beastudi Etos

Sumber dana Pemerintah Swasta LSM LSM

Besar Bantuan

Biaya per

Bulan

Rp

350.000,00

Rp

750.000,00

Rp 600.000,00 Rp

500.000,00

Lama

Beasiswa

Satu tahun

dan bisa

diperpanjang

Satu tahun Satu tahun dan

dapat

diperpanjang

Tiga tahun

Adanya

pembinaan

Tidak ada Ada Ada Ada

Tujuan

pembinaan

Tidak ada Penerima

beasiswa

menjadi

manusia

Indonesia

yang disiplin,

mandiri dan

berwawasan

masa depan

sebagai calon

pemimpin

bangsa

Mendorong

dan turut

mempersiapkan

penerima

beasiswa

menjadi

lulusan yang

memiliki

integritas,

berwawasan

kebangsaan,

cinta kepada

tanah air, nusa

dan bangsa

Membentuk

generasi

unggul

dan mandiri

Adanya agen

perubahan

(pendamping)

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada

a Beasiswa PPA adalah beasiswa Pengembangan Prestasi Akademik

Beasiswa Djarum memberikan beasiswa sebesar Rp 750.000,00 per bulan

selama satu tahun. Beasiswa Beastudi Etos memberikan bantuan biaya sebesar Rp

500.000 per bulan selama tiga tahun. Beasiswa PPA memberikan bantuan biaya

Rp 350.000 per bulan selama satu tahun dan setelahnya dapat diperpanjang

kembali. Sedangkan beasiswa Karya Salemba Empat memberikan bantuan biaya

sebesar Rp 600.000,00 per bulan selama satu tahun dan beasiswa dapat

diperpanjang.

Kelemahan beasiswa tidak penuh jika dibandingkan dengan beasiswa penuh

adalah rasa tenang pada penerima beasiswa. Beasiswa penuh akan memberikan

rasa tenang yang lebih besar karena ada keterjaminan biaya sampai dengan lulus.

Lembaga pemberi beasiswa seperti Beswan Djarum, Yayasan Karya Salemba

Empat dan Beastudi Etos meskipun tidak memberikan bantuan biaya penuh, tetapi

memberikan pelatihan-pelatihan kepada penerima beasiswanya. Pelatihan-

pelatihan yang diberikan kepada penerima beasiswa baik Beswan Djarum,

Page 29: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

9

beasiswa Karya Salemba Empat maupun Beastudi Etos disebut sebagai

pembinaan.

Tujuan pembinaan beasiswa Beswan Djarum adalah agar kelak penerima

beasiswa Beswan Jarum bisa menjadi manusia Indonesia yang disiplin, mandiri

dan berwawasan masa depan sebagai calon pemimpin bangsa. Sedangkan

pembinaan beasiswa Karya Salemba Empat bertujuan untuk mendorong dan turut

mempersiapkan penerima beasiswa menjadi lulusan yang memiliki integritas,

berwawasan kebangsaan, cinta kepada tanah air, nusa, dan bangsa. Tujuan

pembinaan Beastudi Etos bertujuan agar mahasiswa penerima beasiswa Beastudi

Etos menjadi generasi yang unggul dan mandiri.

Metode pembinaan yang dilakukan antara beasiswa Beswan Djarum dan

beasiswa Karya Salemba Empat hampir serupa yaitu melalui kegiatan pelatihan,

seminar, workshop. Pembinaan beasiswa Beastudi Etos menggunakan metode

yang hampir serupa dengan beasiswa Beswan Djarum dan beasiswa Karya

Salemba Empat. Perbedaan yang dimiliki oleh beasiswa Beastudi Etos adalah

adanya pendampingan di asrama. Pendampingan asrama dilakukan dengan

dibimbing oleh pendamping Beastudi Etos.

Pembinaan maupun pemdampingan pada hakekatnya sejalan dengan

paradigma pemberdayaan yaitu melibatkan penerima beasiswa untuk menjalankan

proses belajar dengan tujuan untuk merubah perilaku. Perubahan perilaku yang

diharapkan menjadi hasil proses belajar meliputi perubahan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan. Perbedaan antara pembinaan dan pendampingan adalah pada

pendekatan proses belajar. Pembinaan cenderung menggunakan pendekatan top

down. Penerima beasiswa hadir sebagai peserta pembinaan yang mendapatkan

materi dari narasumber. Pendampingan menggunakan pendekatan bottom up atau

disebut pendekatan partisipasi dengan cara penerima beasiswa merumuskan

bersama pendamping tentang program-program yang akan dijalankan di asrama.

FAO (Mikkelsen 2011) , partisipasi mengandung arti :

(1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut dalam pengambilan keputusan

(2) Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan unttuk menanggapi

proyek-proyek pembangunan

(3) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif yang mengandung arti bahwa

orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk melakukan hal itu

(4) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan

para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, dan monitoring agar

supaya memperoleh informasi mengenai konteks local dan dampak-dampak

social

(5) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukannya sendiri

(6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan, dan lingkungan mereka.

Ciri utama partisipasi adalah masyarakat menjadi aktor utama yang aktif

menentukan proses belajar yang akan dilakukannya. Proses belajar dirancang

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga bisa memberikan solusi atas

permasalahan hidup yang dihadapi.

Page 30: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

10

Proses belajar pada mahasiswa penerima beasiswa dilakukan melalui

pembinaan atau dengan pendidikan non formal. Pendidikan non formal

menekankan pada upaya menunjukkan arah perubahan, merangsang terjadinya

perubahan, dan mengembangkan perubahan yang diharapkan berdasarkan potensi

warga belajar. Pendidikan non formal pada pelaksanaanya perlu memperhatian

hal-hal sebagai berikut: (1) dilandasi oleh suasana demokratis, (2) komunikasi dan

interaksi yang akrab baik antar warga belajar maupun warga belajar dengan agen

perubahan.

Hasil yang didapat dari proses belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan

perilaku jangka pendek dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan, sikap

mental dan keterampilan. Peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

masyarakat sasaran tersebut kemudian diharapkan mampu meningkatkan

kemandirian pada masyarakat sasaran.

Perubahan perilaku yang diharapkan muncul pada penerima beasiswa

berbeda-beda, tergantung pada tujuan pembinaan yang dilakukan lembaga

pemberi beasiswa. Prijono dan Pranarka (1996) mengemukakan bahwa

pemberdayaan memandang perubahan perilaku yang terjadi diharapkan relevan

untuk memenuhi kebutuhan sasaran pemberdayaan. Kebutuhan mahasiswa

penerima beasiswa adalah dapat lulus dengan prestasi akademik yang baik. Syarat

kelulusan tidak hanya ditentukan oleh nilai akademik, tetapi juga kemampuan

menyediakan dana pendidikan. Beasiswa yang diterima tidak memberikan

bantuan penuh, maka penerima beasiswa juga membutuhkan sumber pendapatan

selain beasiswa.

Rogers (2003) menyatakan bahwa efektivitas adalah tingkat kemampuan

suatu program mencapai tujuannya. Boyle (1981) telah menjabarkan beberapa

standar efektivitas berdasarkan jenis program. Efektivitas program pembangunan

(developmental) diukur dari : (1) kualitas solusi atas permasalahan yang dihadapi;

dan (2) tingkat kemampuan individu, kelompok atau masyarakat mengembangkan

kemampuan penyelesaian masalah. Efektivitas program yang bersifat institusional

diukur dari: (1) kompetensi yang dimiliki; dan (2) penilaian konsumen atau pihak

yang memanfaatkan lembaga tersebut. Efektivitas program yang bersifat

informatif diukur dari: (1) keterjangkauan program; dan (2) berapa banyak

informasi tersebar.

Beasiswa merupakan suatu program yang bertujuan memberikan bantuan

biaya bagi siswa/mahasiswa miskin agar dapat menikmati pendidikan. Oleh

karena itu pengukuran efektivitas program beasiswa pada penelitian ini akan

mengacu pada efektivitas program pembangunan. Efektivitas program beasiswa

pada penelitian ini dilihat dua indikator hal yaitu : (1) kepastian penyelesaian studi

yang berhubungan dengan kemampun mahasiswa penerima beasiswa

mengembangkan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan biaya-biaya selama kuliah,

(2) prestasi akademik sebagai indikator kualitas hasil perkuliahan.

Page 31: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

11

Proses Belajar

Belajar adalah rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka merubah

perilakunya melalui pengalaman belajar. Setiap individu memiliki pengalaman

belajar yang didapat dari interaksi keseharian. Pengalaman belajar dimaknai

sebagai interaksi seseorang dengan materi belajar sehingga memiliki kesempatan

untuk bereaksi. Pengalaman belajar seseorang tidak selalu identik dengan isi

ajaran. Seorang individu dipenuhi oleh pengalaman belajar yang didapatkannya

dari interaksi sehari-hari.

Rogers (1969) menyampaikan ada 10 prinsip belajar yaitu (1) setiap

manusia memiliki potensi untuk belajar; (2) belajar menjadi bermakna jika selaras

dengan tujuan yang ingin dicapai warga belajar; (3) belajar melibatkan adanya

perubahan dalam diri individu; (4) belajar akan lebih mudah jika disesuaikan

dengan kondisi diri warga belajar; (5) kenyamanan belajar akan menentukan

keberlanjutan proses belajar; (6) belajar dengan praktek langsung akan

memberikan hasil yang lebih signifikan; (7) belajar pada hakikatnya adalah

memfasilitasi respon dari warga belajar; (8) belajar yang berdasarkan inisiatif

warga belajar akan lebih efekti;, (9) evaluasi hasil belajar dilakukan secara

mandiri, kreatif, dan berdasar pada kondisi warga belajar; dan (10) manfaat

terbesar belajar adalah keberlanjutan dari perubahan perilaku seseorang.

Hubungan antara individu dengan pengalaman belajar yang didapatkannya dari

kehidupan sangat erat, sehingga proses belajar tidak bisa mengabaikan peran

lingkungan belajar untuk mendukung capaian hasil belajar.

Salah satu teori belajar yang melihat belajar sebagai proses yang tidak bisa

dilepaskan dari keterkaitan antara subjek belajar dan lingkungan adalah Teori

Belajar Sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Teori belajar sosial

melihat fungsi psikologis sebagai interaksi timbal balik yang berkelanjutan antara

personal, perilaku, dan lingkungan. Bandura (1977) menyatakan bahwa faktor

pribadi, perilaku, dan lingkungan beroperasi pada hubungan yang saling

mempengaruhi.

P

B E

Gambar 1 Pandangan Teori Belajar Sosial tentang Interaksi

Implikasi dari teori ini adalah memandang perubahan perilaku dalam proses

belajar tidak hanya terjadi dengan menunjukkan respon dan pengalaman terhadap

efek respon tersebut. Perubahan perilaku terjadi sebagai sesuatu hal yang

kompleks yaitu: (1) belajar pada fenomena yang merupakan hasil pengalaman

pribadi; (2) belajar dengan mengamati pengalaman perilaku orang lain dan

konsekuensi yang ditimbulkan kepada orang tersebut.

Page 32: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

12

Kemampuan belajar dengan pengamatan akan memungkinkan seseorang

untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak, menghubungkan pola

perilaku tanpa perlu mencoba benar dan salah yang membosankan. Bahkan

beberapa perilaku yang komplek bisa dihasilkan hanya melalui peniruan. Salah

satu sumbangan teori belajar sosial terhadap pendidikan adalah perlunya

penyusunan dorongan lingkungan, memberikan dukungan kognitif secara umum,

dan menghasilkan konsekuensi dari setiap tindakan sehingga setiap orang

memiliki kemampuan untuk melatih beberapa ukuran kontrol dari perilaku

mereka.

Bandura (Yusuf 2001) mengungkapkan bahwa proses kognitif yang

mengantarkan perubah perilaku dipengaruhi oleh pengalaman yang mengarahkan

untuk menuntaskan keterampilan. Mekanisme sosial yang memfasilitasi harapan-

harapan pribadi remaja dipengaruhi oleh empat sumber, yaitu :

(1) Pengembangan keterampilan yang kondusif bagi perubahan tingkah laku,

yaitu remaja diberi kesempatan berperilaku, mengobservasi orang lain yang

menampilkan perilaku yang layak secara berhasil, atau diberikan

pengalaman instruksi/mengajar sendiri.

(2) Pengalaman yang beragam, yang mana remaja mendapat kesempatan untuk

memandang model-model simbolis yang memberikan sumber informasi

penting yang dapat meningkatkan harapan-harapan dirinya.

(3) Persuasi verbal, seperti sugesti, dan teguran.

(4) Penciptaan situasi yang dapat mengurangi dorongan emosional yang

mempunyai nilai-nilai informatis bagi kompetensi pribadi.

Pengamatan terhadap model, akan memberikan dampak berupa:

(1) Pola-pola respon baru, ketika dia berfungsi sebagai pengamat.

(2) Memperkuat atau memperlemah respon-respon yang tidak diharapkan.

(3) Mengamati tingkah laku orang lain dapat mendorong remaja untuk

melakukan kegiatan yang sama.

Sumbangan teori belajar sosial terhadap pendidikan adalah menyatakan

perlunya penyusunan dorongan lingkungan dalam pendidikan. Ketika lingkungan

disusun untuk memberikan dorongan positif, maka akan memberikan hasil belajar

yang positif. Sebaliknya jika lingkungan tidak memberikan dorongan positif,

maka akan memberikan hasil belajar yang negatif pula.

Senada dengan Bandura yang menyatakan perlunya model simbolis yang

memungkinkan terjadinya belajar dengan peniruan, Boyd (tahun tidak diketahui)

memaparkan lebih rinci tentang metode belajar yang bisa dikembangkan bagi

warga belajar pada usia remaja. Boyd (tahun tidak diketahui) menyebutnya

sebagai model ego – ideal. Model ego-ideal adalah metode belajar dengan terlebih

dulu memaparkan profil yang ingin dicapai dari suatu proses belajar. Profil

tersebut memiliki standar performa yang diinginkan sebagai hasil belajar.

Keberadaan profil model akan memudahkan remaja untuk membayangkan tujuan

yang ingin dicapai dari proses belajar. Jika guru atau fasilitator mampu

menampilkan diri sebagai sosok profil model ideal bagi warga belajar remaja,

maka proses belajar akan menjadi lebih mudah.

Perlunya profil model (contoh) pada pendidikan remaja didasari pada

perkembangan kondisi psikologis remaja. Khususnya pada semakin meningkatnya

ego-ideal pada usia remaja. Remaja akan mengidentifikasi siapa dirinya

berdasarkan sosok model yang diidolakannya. Proses belajar bisa dilakukan

Page 33: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

13

dengan terlebih dahulu menghadirkan persepsi visual tentang seperti apa profil

yang akan dicapai dari proses belajar yang dijalani. Setelah itu barulah materi-

materi belajar disampaikan. Gambar model ego-ideal dapat dilihat pada gambar

berikut :

Youth

Identifies with

Gambar 2 Model Ego-Ideal Bagi Pendidikan Remaja

Remaja mulai melepaskan ketergantungan kepada orang tua. Kedekatan

remaja akan beralih kepada teman sebaya ataupun orang dewasa yang berada di

lingkungan tempat dia berada. Teman sebaya bagi mahasiswa antara lain teman

mahasiswa di kampus, teman dalam organisasi, maupun teman di tempat tinggal

baik berupa asrama, kos, ataupun rumah sewa. Orang dewasa yang berada di

lingkungan kampus antara lain dosen, asisten dosen, petugas laboratorium, dan

petugas di layanan akademik.

Mahasiswa penerima beasiswa juga berinteraksi dengan teman sebaya.

Mahasiswa penerima beasiswa akan mengamati perilaku teman sebaya secara

langsung. Pengamatan akan diikuti dengan pemilahan, perilaku apa yang baik atau

buruk, cocok atau tidak cocok dengan dirinya. Pada akhirnya akan ada proses

peniruan terhadap perilaku yang sesuai dengan individu mahasiswa penerima

beasiswa.

Interaksi mahasiswa penerima beasiswa dengan orang dewasa di kampus

diantaranya dengan dosen, asisten dosen, ataupun petugas-petugas di lingkungan

kampus. Orang dewasa berperan penting dalam pengembangan keterampilan dan

pengembangan pengalaman belajar mahasiswa penerima beasiswa. Selain itu,

orang dewasa juga dapat melakukan kontrol terhadap perilaku mahasiswa

penerima beasiswa. Bentuk kontrol dapat melalui pendekatan persuasif ataupun

teguran apabila terjadi perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di

kampus.

Lembaga pemberi beasiswa merupakan salah satu lingkungan bagi

mahasiswa penerima beasiswa. Pemberian beasiswa dijalankan menurut prosedur

yang ditetapkan oleh lembaga pemberi beasiswa. Termasuk di dalamnya adalah

Subject matter a model provides

standar of performance

Teacher amploys and

encourages the use of model

Page 34: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

14

interaksi antara lembaga pemberi beasiswa dengan mahasiswa penerima beasiswa,

dan hak serta kewajiban penerima beasiswa.

Pada pengelolaan beasiswa Beastudi Etos, proses belajar disebut sebagai

pembinaan dan pendampingan. Pembinaan (coaching) merupakan proses

pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas seseorang (Thorne, 2005). Pada

sebuah organisasi, pengembangan individu memiliki arti yang sama penting

dengan mengembangkan organisasi itu sendiri. Pembinaan digunakan sebagai

langkah awal menularkan pengetahuan (berbagi pengetahuan), kearifan, dan

pengalaman untuk membantu mengembangkan perilaku, sikap, dan keterampilan

yang baru. Pengembangan pembinaan lebih lanjut akan menghasilkan kondisi

yang mana pembinaan dapat membantu proses perubahan, dapat diterima dan

dihargai (Thorne, 2005).

Pembinaan (coaching) tidak semata merupakan upaya pemecahan masalah.

Pembinaan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas. Pembinaan

juga mengandung upaya pencarian, kesadaran, dan pilihan-pilihan yang akan

diambil. Pembinaan menjadi salah satu upaya pemberdayaan yang efektif bagi

seseorang untuk menemukan sendiri jawaban-jawaban, membangkitkan

keingintahuan, dan mendorong mereka untuk memilih pilihan-pilihan penting

dalam hidupnya (Whitworth et al, 2007).

Pembinaan (coaching) merupakan suatu cara membangun hubungan.

Pembina (coach) adalah seseorang yang peduli yang kemudian mampu membuat

orang mengatakan apa yang dia inginkan, dan kemudian mampu menggerakkan

mereka untuk menempuh jalan seperti pilihan yang mereka buat (Whitworth et al,

2007). Pembina merupakan salah satu jenis agen perubahan yang mampu menjadi

katalis yang mempercepat proses perubahan yang terjadi.

Thorne (2005) mengungkapkan ada lima prinsip yang diperlukan untuk

mengubah performa seseorang yaitu : (1) menilai secara akurat kesiapan untuk

berubah; (2) menyatakan dengan jelas arah strategi keseluruhan; (3)

mengidentifikasi tahapan-tahapan kunci dari perjalanan yang akan dilalui dalam

melakukan perubahan; (4) mendapatkan komitmen terhadap tujuan umum; (5)

membangun proses untuk belajar dan berkembang.

Sebagaimana proses belajar, pembinaan juga memiliki kurikulum yang

disusun sebagai panduan pembelajaran. Kurikulum adalah suatu proses

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk membentuk beberapa jenis program

yang memiliki kesatuan sehingga menghasilkan efek perubahan pada orang yang

belajar (Tyler, 1949).

Tyler (1949) mengungkapkan tiga kriteria dalam membentuk bangunan

kurikulum yaitu keberlanjutan (continuity), urutan (sequence), dan integrasi.

Keberlanjutan menunjukkan adanya pengulangan elemen-elemen kurikulum pada

tingkatan yang semakin tinggi. Urutan adalah adanya pemecahan dari elemen-

elemen kurikulum utama tetapi masih pada tingkat yang sama sehingga bisa

mengembangkan pemahaman atau kemampuan atau sikap atau beberapa factor

lain. Integrasi menunjukkan adalah hubungan horizontal atau sejajar antara

berbagai pengalaman.

Mardikanto (2009) menyatakan bahwa kurikulum merupakan pernyataan

tertulis tentang perencanaan pendidikan yang memuat : (1) tujuan pendidikan; (2)

kegiatan yang akan dilakukan oleh pendidik dan peserta didik; (3) daftar mata

Page 35: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

15

pelajaran dan urutan pokok-pokok bahasan yang memuat isi dan prosesnya; dan

(4) rencana evaluasi.

Whitworth (2007) mengungkapkan bahwa terdapat empat pondasi dalam

membangun pembinaan adalah : (1) kelayan pada dasarnya kreatif, banyak akal;

(2) agenda datang dari kelayan; (3) pembina berdansa pada saat berlangsungnya

pembinaan (setiap respon dari kelayan mengandung informasi tentang kemana

arah pembinaan selanjutnya); (4) pembinaan ditujukan kepada kehidupan kelayan.

Proses belajar yang terjadi pada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi

Etos meliputi kegiatan pembinaan dan pendampingan yang dilakukan dengan cara

:

(1) Pembinaan merujuk pada kegiatan pertemuan berkala dengan materi yang

sudah ditentukan dan menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan

materi. Narasumber tersebut bisa berasal dari internal Beastudi Etos maupun

eksternal Beastudi Etos

(2) Pendampingan merujuk pada kegiatan rutin sehari-hari yang terorganisir dan

melibatkan pendamping asrama dan mahasiswa penerima beasiswa.

Kegiatan yang terorganisir memiliki arti bahwa kegiatan tersebut disusun

berdasarkan perencanaan, adanya pembagian tugas, adanya laporan

pelaksanaan, dan adanya monitoring dan evaluasi.

Perkembangan Remaja

Konopka (Yusuf 2001) membagi remaja menjadi tiga tahap yaitu remaja

awal (12-15 tahun), remaja madya (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-22 tahun).

Remaja mulai mengembangkan kebebasan dari orang tua dan orang dewasa

lainnya. Remaja mulai belajar untuk bekerja sama pada minat-minat tertentu, dan

menjaga jarak dengan orang yang berbeda (Havighurst 1974). Salzman (Yusuf

2001) mengemukakan bahwa remaja merupakan fase perkembangan sikap

tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence),

minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika

dan isu-isu moral.

Havighurst (1974) menjabarkan tugas-tugas perkembangan pada remaja

meliputi :

(1) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya

Keberhasilan remaja dalam tugas perkembangan ini akan mengantarkannya

ke dalam kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya.

Sebaliknya, jika gagal maka remaja akan mengalami ketidakbahagiaan atau

kesulitan dalam kehidupannya di masa dewasa. Indikator bahwa remaja

berhasil menjalankan tugas perkembangan ini diantaranya adalah : (1)

memiliki teman dekat dua orang atau lebih; (2) dipercaya oleh teman

sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu; (3) memiliki

penyesuaian sosial yang baik; (4) mau bekerjasama dengan orang lain

meskipun tidak disenanginya; (5) berpartisipasi dalam acara-acara teman

sebaya.

Page 36: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

16

(2) Menerima dan belajar memposisikan diri pada peran maskulin dan feminin;

Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita

dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Indikator bahwa remaja

berhasil menjalankan tugas perkembangan ini adalah : (1) remaja pria

matang seksualnya, menyenangi acara yang diadakan kelompok,

menyenangi lawan jenis, aktif berolah raga, memiliki minat untuk

mempersiapkan diri dalam pekerjaan, mencari pengalaman kerja, dan

menampilkan sisi maskulin; (2) remaja wanita memiliki fisik yang matang

dan bersifat feminin dalam penampilan, menunjukkan sikap mau menerima

pernikahan, menunjukkan minat dan sikap untuk memelihara bayi.

(3) Memberikan penilaian secara fisik

Pada tugas perkembangan ini remaja merasa bangga, atau bersikap toleran

terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif dan

merasa puas dengan fisiknya. Indikator remaja berhasil pada tugas

perkembangan ini adalah : (1) mampu mengarahkan diri dalam memelihara

kesehatan secara rutin; (2) memiliki keterampilan dalam berolahraga; (3)

merasa senang untuk menerima dan memanfaatkan fisiknya; (4) memiliki

pengetahuan tentang reproduksi; dan (5) memelihara dirinya secara hati-hati.

(4) Melepaskan ketergantungan emosional dari orang tua maupun orang dewasa

lainnya

Hakikat tugas remaja pada bidang ini adalah : (1) membebaskan diri dari

sikap dan perilaku kekanak-kanakan atau tergantung kepada orang tua; (2)

mengembangkan afeksi (cinta kasih) kepada orang tua dan tanpa bergantung

kepada orang tua; (3) mengembangkan sikap respek kepada orang dewasa

lainnya tanpa merasa bergantung kepadanya. Ketika remaja mampu

memenuhi tugas ini ditunjukkan dengan : (1) memiliki tujuan hidup yang

realistik; (2) mengembangkan persepsi positif kepada orang lain; (3)

mengembangkan kemampuan berpendapat dan mempertahankan pendapat;

(4) ikut berpartisipasi dengan orang dewasa dalam kegiatan kemasyarakatan;

(5) menerima konsekuensi dari perbuatan tanpa mengeluh; (6) berani

bepergian sendiri; (7) meminta nasehat dari orang tua/orang dewasa hanya

ketika mengalami masalah yang rumit.

(5) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi

Remaja mampu menciptakan suatu mata pencaharian. Tugas ini sangat

penting bagi remaja pria namun tidak begitu penting bagi remaja wanita.

(6) Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan keluarga

Remaja pada tugas ini mulai mengembangkan sikap positif terhadap

pernikahan serta mendapat pengetahuan tentang keluarga dan pemeliharaan

anak.

(7) Memilih dan mempersiapkan pekerjaan (karir)

Tugas perkembangan ini adalah bahwa remaja mulai memilih suatu

pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mempersiapkan diri

untuk memasuki pekerjaan tersebut. Hurlock (Yusuf 2001) mengemukakan

bahwa remaja laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal

pekerjaan. Sedangkan remaja perempuan memandang pekerjaan sebagai

pengisi waktu sebelum menikah.

Page 37: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

17

(8) Menunjukkan perilaku tanggung jawab sosial.

Hakikat tugas perkembangan ini adalah : (1) berpartisipasi sebagai orang

dewasa yang bertanggungjawab sebagai masyarakat, (2) memperhitungkan

nilai-nilai sosial dalam tingkah laku dirinya. Beberapa kegiatan sosial remaja

yang umum dilakukan adalah perkumpulan permainan olah raga,

perkumpulan sosial, dan perkumpulan sosial.

(9) Mengembangkan seperangkat nilai dan sistem etika sebagai

petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku

Hakikat tugas ini adalah : (1) membentuk seperangkat nilai yang mungkin

dapat direalisasikan; (2) mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan

nilai; (3) mengembangkan kesadaran akan hubungan dengan sesama

manusia, memiliki gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya

sehingga dapat hidup selaras dengan orang lain. Konopka (Yusuf 2001)

memandang masa remaja sebagai fase yang sangat penting bagi

pembentukan nilai karena pembentukan nilai ini merupakan suatu proses

emocional dan intelektual tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh interaksi

manusiawi. Nilai (value) pada diri individu berkembang dengan cara : (1)

kepuasan pemenuhan dorongan fisiologis; (2) kepuasan pengalaman

emosional; (3) pengalaman nyata dalam mendapatkan reward dan

punishment; (4) pemberian cinta kasih dan persetujuan terhadap perbuatan

yang diharapkan; (5) otoritas seseorang. (6) berpikir reflektif.

Prestasi Belajar

Proses belajar akan menghasilkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Opit 1996 dan Hawadi 2001

(Simanjuntak 2010) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan output sekolah

yang sangat penting dan merupakan alat pengukur kemampuan kognitif siswa.

Prestasi belajar menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi belajar yang

diberikan.

Menurut Hawadi (Simanjuntak 2010), faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar dapat berasal dari dalam dirinya (faktor internal) maupun dari

faktor eksternal. Faktor internal meliputi :

(1) Kemampuan intelektual, berdasarkan penelitian ditemukan adanya korelasi

positif dan cukup kuat antara taraf intelegensi dengan prestasi seseorang,

yaitu berkisar 0.70.

(2) Minat.

Seseorang akan merasa senang melakukan sesuatu jika sesuai dengan

minatnya.

(3) Bakat merupakan kapasitas untuk belajar dan karena itu baru terwujud jika

sudah mendapat latihan

(4) Sikap

Seseorang akan menerima atau menolak sesuatu berdasarkan penilaiannya

terhadap obyek yang dinilainya berguna atau tidak.

Page 38: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

18

(5) Motivasi berprestasi

Semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang, maka akan semakin baik

prestasi yang diraihnya.

(6) Konsep diri,

Konsep diri menunjukkan bagaimana seseorang memandang dirinya serta

kemampuan yang dimiliki.

(7) Sistem nilai.

Sistem nilai merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang tentang cara

bertingkah laku dan kondisi akhir yang diinginkannya. Sistem nilai yang

dianut dapat mempengaruhi dan menentukan motivasi, gaya hidup, dan

tindakan seseorang.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi :

(1) lingkungan sekolah, (2) lingkungan keluarga, (3) lingkungan masyarakat.

Lingkungan sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar adalah hubungan antara

siswa dengan guru, keadaan fisik sekolah, disiplin sekolah, dan metode belajar

mengajar. Lingkungan keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar adalah

hubungan dengan keluarga, besar keluarga, pendidikan orang tua, dan keadaan

ekonomi keluarga. Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi prestasi belajar

adalah kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh siswa.

Page 39: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

19

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran

Pemberian beasiswa bertujuan memberikan kesempatan pada mahasiswa

yang memiliki keterbatasan ekonomi agar bisa mendapatkan pendidikan.

Penerima beasiswa secara personal memiliki faktor internal berupa umur, kondisi

keluarga dan motivasi untuk kuliah.

Beasiswa melalui pemberian bantuan biaya, pembinaan, dan pendampingan

berupaya meningkatkan keberdayaan mahasiswa penerima beasiswa. Dukungan

kelembagaan beasiswa terhadap mahasiswa penerima beasiswa terlihat dari sistem

pengelolaan beasiswa. Pengelolaan beasiswa yang diukur dalam penelitian ini

meliputi : (1) kemudahan persyaratan; (2) ketercukupan beasiswa; (3) keteraturan

beasiswa; dan (4) kompetensi pendamping.

Keberadaan lingkungan eksternal penerima beasiswa juga memiliki peran

penting karena menjadi tempat interaksi penerima beasiswa. Lingkungan yang

tempat interaksi mahasiswa penerima beasiswa yang diukur dalam penelitian ini

adalah : (1) lingkungan akademik; (2) lingkungan kemahasiswaan; dan (3)

lingkungan asrama. Pengukuran efektivitas program beasiswa dilakukan pada dua

hal yaitu : (1) kepastian penyelesaian studi; dan (2) prestasi akademik. Kepastian

penyelesaian studi pada penelitian ini dikaitkan dengan ketersediaan dana untuk

membiayai pendidikan. Prestasi akademik merupakan gambaran capaian indeks

prestasi akademik dan prestasi mahasiswa penerima beasiswa dalam bidang karya

ilmiah.

Page 40: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

20

Kerangka pemikiran penelitian ini adalah :

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Hipotesis

Efektivitas program beasiswa dalam meningkatkan prestasi mahasiswa

dipengaruhi oleh karakteristik individu penerima beasiswa (X1), pengelolaan

program beasiswa (X2), dan karakteristik sosial penerima beasiswa (X3).

Pengelolaan Program Beasiswa

(X𝟐)

X2.1 Kemudahan persyaratan

beasiswa

X2.2 Ketercukupan beasiswa

X2.3 Keteraturan beasiswa

X2.4 Kompetensi pendamping

Efektivitas Program Beasiswa (Y)

Y1 Kepastian penyelesaian studi

Y2 Prestasi akademis

Karakteristik social penerima

beasiswa (X𝟑)

X3.1 Lingkungan akademik

X3.2 Lingkungan kemahasiswaan

X3.3 Lingkungan asrama

Karakteristik Mahasiswa

Penerima Beasiswa (X𝟏)

X1.1 Umur

X1.2 Kondisi keluarga

X1.3 Motivasi

Page 41: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

21

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan metode deskriptif.

Metode deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang

situasi sosial dan kemungkinan adanya pengaruh yang signifikan antar variabel

(Nasution, 2007).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan kepada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi

Etos Bogor dan Beastudi Etos Jakarta sebagai responden. Mahasiswa penerima

beasiswa Beastudi Etos Bogor berkuliah di Institut Pertanian Bogor, sedangkan

mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos Jakarta berkuliah di Universitas

Indonesia.

Pengambilan data dilakukan di asrama tempat tinggal penerima beasiswa

Beastudi Etos. Asrama mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos Bogor

beralamat Jl Babakan Raya, Dramaga. Asrama mahasiswa penerima beasiswa

Beastudi Etos Jakarta di Kukusan, dan Beji Depok.

Pengambilan data primer dilakukan selama bulan November – Desember

2013. Sedangkan pengambilan data sekunder dilakukan selama bulan Desember

2013 sampai dengan Januari 2014.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah unit tempat diperolehnya informasi. Populasi penelitian ini

adalah mahasiswa penerima Beastudi Etos di Jabodetabek yang meliputi

mahasiswa Universitas Indonesia (Depok), dan Institut Pertanian Bogor (Bogor).

Populasi penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria mahasiswa yang telah

menerima indeks prestasi (IP). Kriteria pemilihan tersebut dilakukan untuk

kebutuhan analisis data prestasi mahasiswa.

Mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos yang telah mendapatkan IP

adalah mahasiswa angkatan 2011 dan 2012 yang berjumlah 41 orang. Penentuan

sampel dilakukan dengan cara menjadikan seluruh mahasiswa yang telah

mendapatkan IP sebagai responden penelitian (sensus).

Page 42: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

22

Jenis Data

Jenis data adalah data primer dan sekunder. Data primer yang didapat berupa

data hasil kuesioner dan wawancara dengan pengelola beasiswa. Data primer

menjelaskan tentang karakteristik mahasiswa penerima beasiswa, karakteristik

keluarga mahasiswa penerima beasiswa, pengelolaan program beasiswa, dan

lingkungan sosial yang menjadi tempat interaksi mahasiswa penerima beasiswa.

Data sekunder berupa dokumen-dokumen pendukung yang memberikan

informasi terkait kurikulum belajar mahasiswa penerima beasiswa, pelaksanaan

proses belajar mahasiswa penerima beasiswa, dan gambaran kondisi asrama.

Definisi Operasional

Penelitian ini membatasi konsep peubah dan sub peubah sebagaimana di

bawah ini :

(1) Karakteristik mahasiswa penerima beasiswa adalah ciri yang melekat pada

responden yang menggambarkan kondisi responden pada saat penelitian

dilakukan.

(2) Umur adalah usia responden yang dihitung dari pertama responden

dilahirkan hingga penelitian ini dilakukan.

(3) Kondisi keluarga adalah gambaran kondisi keluarga responden saat

penelitian ini dilakukan. Kondisi keluarga meliputi : (1) jumlah pendapatan

keluarga; (2) jumlah anggota keluarga; (3) pekerjaan orang tua responden;

dan (4) kemampuan keluarga responden untuk memenuhi kebutuhan primer.

(4) Motivasi untuk kuliah merupakan alasan yang mendasari mahasiswa

penerima beasiswa untuk kuliah. Kuatnya motivasi dalam penelitian ini

dilihat dari berapa banyak alasan responden untuk kuliah.

(5) Kemudahan persyaratan beasiswa adalah persepsi responden tentang

persyaratan-persyaratan beasiswa Beastudi Etos yang dianggap mudah oleh

responden. Hal ini berkaitan dengan konsep kemudahan akses program

pemberdayaan bagi kelompok sasaran.

(6) Ketercukupan beasiswa adalah penilaian responden tentang jenis dan jumlah

beasiswa yang diberikan oleh beasiswa Beastudi Etos dalam memenuhi

kebutuhan penerima beasiswa.

(7) Keteraturan beasiswa adalah persepsi mahasiswa penerima beasiswa tentang

ketepatan waktu dan jumlah beasiswa yang diterima.

(8) Kompetensi pendamping adalah persepsi responden tentang sikap

pendamping dalam menjalankan fungsi dan peran pendampingan.

(9) Karakteristik sosial adalah kondisi eksternal di sekitar mahasiswa penerima

beasiswa yang menjadi tempat interaksi responden selama kuliah.

(10) Lingkungan akademik merupakan kondisi interaksi mahasiswa penerima

beasiswa dengan sivitas akademika kampus yang berorientasi pada kegiatan

akademik seperti interaksi dengan dosen, petugas akademik, dan kegiatan-

kegiatan pengembangan keilmuan.

Page 43: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

23

(11) Lingkungan kemahasiswaan adalah kondisi interaksi mahasiswa penerima

beasiswa dengan mahasiswa lain secara personal maupun dalam organisasi

kemahasiswaan.

(12) Lingkungan asrama adalah kondisi fisik asrama dan interaksi responden

dengan sesama mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos dan

pendamping

(13) Kepastian penyelesaian studi pada penelitian ini dilihat dari kemampuan

responden memenuhi kebutuhan biaya-biaya baik biaya pendidikan,

maupun biaya hidup selama menjalani perkuliahan. Dasar penentuan sub

peubah ini adalah karena beasiswa yang diterima responden adalah beasiswa

tidak penuh, sehingga ketersediaan biaya bisa menjadi indikator peluang

kepastian penyelesaian studi lebih besar.

(14) Prestasi akademik adalah capaian hasil belajar responden yang ditandai

dengan Indeks Prestasi dan prestasi di bidang karya ilmiah.

(15) Efektivitas program beasiswa merupakan tingkat kemampuan program

beasiswa membentuk penerima beasiswa yang berprestasi baik secara

akademik, dan kepastian penyelesaian studi.

Matriks Pengembangan Instrumen

Matriks pengembangan instrumen menjelaskan secara rinci mengenai

peubah, sub peubah, indikator, cara pengukuran, dan skala data. Matriks

pengembangan instrumen berdasarkan peubah pada penelitian ini sebagai berikut

:

Page 44: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

24

Tabel 2 Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah karakteristik individu

Sub peubah Indikator Pengukuran

Analisis Deskriptif Uji Regresi

Umur

(X1.1) Karakteristik

umur

Distribusi frekuensi

berdasarkan data usia

responden (tahun)

Tidak digunakan untuk

uji regresi karena usia

responden masih dalam

satu kelompok remaja

Kondisi

Keluarga

(X1.2)

1. Pendapatan

keluarga

Distribusi frekuensi

berdasarkan data jumlah

pendapatan total keluarga

responden (Rp)

Data jumlah pendapatan

total keluarga

responden (Rp)

2. Kemampuan

pemenuhan

kebutuhan

primer

1. Rendah (1-3)

2. Sedang (4-6)

3. Tinggi (7-9)

Skor yang didapat pada

analisis deskriptif

ditransformasi dari data

ordinal menjadi data

interval menggunakan

stat97.xla.

3. Jumlah

anggota

keluarga

reponden

Distribusi frekuensi

berdasarkan jumlah anggota

keluarga responden (orang)

Data jumlah anggota

keluarga responden

(orang).

4. Pekerjaan

Ayah

Jenis pekerjaan ayah

1. Sangat rendah (tidak

berpenghasilan)

2. Rendah (buruh :

berpenghasilan tidak

tetap dan tergantung

kepada orang lain),

3. Sedang (wiraswasta :

berpenghasilan tidak

tetap tapi tidak

tergantung kepada orang

lain)

4. Tinggi ( pegawai

berpenghasilan tetap

Skor yang didapat pada

analisis deskriptif

ditransformasi dari data

ordinal menjadi data

interval menggunakan

stat97.xla.

Motivasi

untuk

kuliah

(X1.3)

Alasan yang

mendasari

responden untuk

kuliah

Distribusi frekuensi

berdasarkan data total skor

alasan-alasan yang

mendasari responden untuk

kuliah (1 alasan dihitung 1

skor)

Total skor alasan-alasan

yang mendasari

responden untuk kuliah

(1 alasan dihitung 1

skor)

Page 45: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

25

Tabel 3 Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah pengelolaan beasiswa

Sub peubah Indikator Pengukuran

Analisis Deskriptif Uji Regresi

Kemudahan

persyaratan

beasiswa (X2.1)

Dukungan

kelembagaan

beasiswa

Distribusi frekuensi

berdasarkan data total skor

persyaratan beasiswa yang

dianggap mudah oleh

responden (1 persyaratan

dihitung 1 skor)

Total skor persyaratan-

persyaratan beasiswa

yang dianggap mudah

oleh responden untuk

kuliah (1 persyaratan

dihitung 1 skor)

Ketercukupan

beasiswa

(X2.2)

Dukungan

kelembagaan

beasiswa

Jenis bantuan beasiswa:

1. Rendah : 0 jenis

2. Sedang : 1 – 2 jenis

3. Tinggi : 3 – 4 jenis

4. Sangat Tinggi : > 4

jenis

Total skor yang didapat

dari penjumlahan skor

jenis bantuan beasiswa,

dan kesenjangan

beasiswa yang didapat

pada analisis deskriptif

ditransformasi dari data

ordinal menjadi data

interval menggunakan

stat97.xla.

Kesenjangan jumlah

beasiswa dengan kebutuhan

1. Rendah : kesenjangan

> Rp 250.000

2. Sedang : kesenjangan

Rp 1 – 249.900

3. Tinggi : tidak ada

kesenjangan

4. Sangat tinggi :

beasiswa berlebih

Keteraturan

penerimaan

beasiswa

(X2.3)

Dukungan

kelembagaan

beasiswa

Waktu penerimaaan

beasiswa

1. Tinggi : Tanggal 1 – 10

2. Sedang : Tanggal 11 –

20

3. Rendah : Tanggal > 20

Total skor yang didapat

dari penjumlahan skor

waktu penerimaan

beasiswa dan tingkat

pengurangan beasiswa

ditransformasi dari data

ordinal menjadi data

interval menggunakan

stat97.xla.

Tingkat pengurangan

beasiswa

1. Tinggi : Tidak pernah

2. Sedang : 1 – 5 kali

3. Rendah : > 5 kali

Kompetensi

Pendamping

(X2.4)

Sikap agen

perubahan

1. Iya : skor 1

2. Tidak : skor 0

Total skor didapat dengan

menjumlahkan seluruh skor

Total skor jawaban

responden tentang

kompetensi

pendamping

Page 46: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

26

Tabel 4 Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah karakteristik sosial

penerima beasiswa

Sub peubah Indikator Pengukuran

Analisis Deskriptif Uji Regresi

Lingkungan

akademik

(X3.1)

Hubungan sosial

responden

dengan

lingkungan

akademik

Jumlah dosen yang

dikenal baik

1. Rendah : 1 – 5

2. Sedang : 6 – 10

3. Tinggi : > 10

Total skor yang

didapat dari

penjumlahan skor-

skor jawaban pada

analisis deskriptif

ditransformasi dari

data ordinal menjadi

data interval

menggunakan

stat97.xla.

Jumlah tenaga

kependidikan yang

dikenal baik

1. Rendah : 1 – 5

2. Sedang : 6 – 10

3. Tinggi : > 10

Akses terhadap

kegiatan

pengembangan

kapasitas

Keikursertaan dalam

kegiatan

seminar/workshop/pel

atihan

1. Rendah : 1 – 2 kali

2. Sedang : 3 – 4 kali

3. Tinggi : > 4 kali

Keikursertaan dalam

kompetisi ilmiah

1. Rendah : 1 – 2 kali

2. Sedang : 3 – 4 kali

3. Tinggi : > 4 kali

Lingkungan

kemahasisw

aan (X3.2)

Hubungan

responden

dengan teman

sebaya

Keterlibatan dalam

organisasi

kemahasiswaan

1. Rendah : 1 – 2 kali

2. Sedang : 3 – 4 kali

3. Tinggi : > 4 kali

Total skor yang

didapat dari

penjumlahan skor-

skor pada analisis

deskriptif

ditransformasi dari

data ordinal menjadi

data interval

menggunakan

stat97.xla.

Jumlah teman dekat

1. Rendah : 1 –

2. Sedang : 6 – 10

3. Tinggi : > 10

Lingkungan

asrama

(X3.3)

Lingkungan

fisik asrama

yang

mempengaruhi

prestasi belajar

Jarak asrama ke

kampus

1. Rendah : > 2 km

2. Sedang : 1-2 km

3. Tinggi : < 1 km

Total skor yang

didapat dari

penjumlahan skor-

skor jawaban dalam

analisis deskriptif

ditransformasi dari

data ordinal menjadi

data interval dengan

stat97.xla.

Manfaat

pendampingan

Distribusi frekuensi

manfaat-manfaat

pendampingan (1

manfaat = 1 skor)

Page 47: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

27

Tabel 5 Sub peubah, indikator, pengukuran efektivitas program beasiswa

Sub peubah Indikator Pengukuran

Analisis Deskriptif Uji Regresi

Kepastian

Penyelesaian

Studi (Y1)

Efektivitas

beasiswa untuk

memenuhi

kebutuhan biaya

Sumber pendapatan

1. Rendah : 0

2. Sedang : 1-2

3. Tinggi : 3-4

4. Sangat Tinggi : >4

Total skor yang

didapat dari

penjumlahan

skor-skor jawaban

dalam analisis

deskriptif

ditransformasi

dari data ordinal

menjadi data

interval dengan

stat97.xla.

Frekuensi menabung

dalam satu semester

1. Rendah : < 2 kali

2. Sedang : 2 – 3 kali

3. Tinggi : > 3 kali

Prestasi

akademik

(Y2)

Efektivitas

beasiswa dilihat

dari kualitas hasil

belajar

Indeks prestasi akademik

1. Rendah : < 2.

2. Tinggi : 3.0-3.49

3. Sedang : 2.0-3.0

4. Sangat Tinggi :

3.5–4.0

Total skor yang

didapat dari

penjumlahan

skor-skor jawaban

dalam analisis

deskriptif

ditransformasi

dari data ordinal

menjadi data

interval dengan

stat97.xla.

Frekuensi kenaikan

Indek Prestasi

1. Tinggi : 3 – 4 kali

2. Sedang : 1 – 2 kali

3. Rendah : 0 kali

Prestasi di bidang karya

ilmiah

1. Tinggi : > 4 kali

2. Sedang : 3 – 4 kali

3. Rendah : 1 – 2

Uji Instrumen

Validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas sejalan

(concuren validity). Validitas sejalan mempertanyakan apakah kemampuan dan

atau karakteristik subjek penelitian dalam suatu bidang sesuai dengan kemampuan

dan atau karakteristiknya terhadap bidang-bidang lain yang sejenis (Nurgiantoro

et al 2004). Validitas sejalan dianalisis dengan teknik korelasi product moment.

N (∑XY) – (∑X ∑Y)

r =

√ [N∑X2 – (∑𝑋)2

] [N∑Y2 – (∑Y)

2]

Gambar 4 Rumus Korelasi Product Moment Sumber : Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1987

Page 48: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

28

Reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau

ketetapan dalam menjawab. Jika alat tes reliabel, maka hasil dari dua kali atau

lebih pengevaluasian dengan dua atau lebih alat evaluasi yang ekivalen pada

masing-masing pengetasan akan sama (Ruseffendi, 1994). Pengukuran reliabilitas

instrument menggunakan Alpha Cronbach. Reliabilitas Alpha Cronbach dapat

dipergunakan dapat dipergunakan baik untuk instrument yang jawabannya

berskala maupun yang bersifat dikotomis (Nurgiantoro et al 2004). Analisis

dengan Alpha Cronbach menggunakan program SPSS 16.

Pada penelitian ini, validitas diukur dengan cara melakukan uji kuesioner

terlebih dahulu terhadap 27 orang mahasiswa penerima Beastudi Etos daerah

Semarang. Angka kritis yang digunakan dalam uji reliabilitas instrumen ini adalah

angka kritis untuk taraf nyata sepuluh persen dan n = 27 yaitu sebesar 0.311.

Tabel 6 Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

No Peubah penelitian Validitas

(r-hitung)

Reliabilitas

(Cronbach alpha)

Karakteristik individu

1 Kondisi keluarga (X1.2) 0.390 0.505

2 Motivasi (X1.3) 0.457

Pengelolaan program beasiswa

1 Ketercukupan beasiswa (X2.2) 0.476

2 Keteraturan penerimaan beasiswa

(X2.3) 0.701 0.815

3 Kompetensi pendamping (X2.4) 0.236

Karakteristik sosial

1 Lingkungan akademik (X3.1) 0.639

2 Lingkungan kemahasiswaan

(X3.2) 0.391 0.220

3 Lingkungan asrama (X3.3) 0.946

Efektivitas program beasiswa

1 Kepastian penyelesaian studi (Y1) 0.897

2 Prestasi akademik (Y2) 0.638 0.466

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan tiga metode,

yaitu : (1) analisis deskriptif; (2) analisis pengaruh melalui uji regresi; dan (3)

analisis kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan peubah-

peubah yang digunakan dalam penelitian ini. Peubah-peubah pada penelitian ini

terdiri dari karakteristik individu responden, pengelolaan program beasiswa,

lingkungan sosial, kepastian penyelesaian studi, dan prestasi akademis.

Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hipotesis

penelitian ini menyatakan tentang adanya pengaruh peubah-peubah bebas

Page 49: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

29

terhadap peubah terikat. Penelitian ini menggunakan tiga peubah bebas dan satu

peubah terikat. Oleh karena itu analisis data menggunakan analisis regresi

berganda. Analisis regresi berganda digunakan jika peubah bebas yang digunakan

lebih dari satu. Analisis regresi berganda pada penelitian ini menggunakan tingkat

kepercayaan yang diharapkan sebesar 90 persen.

Analisis regresi mensyaratkan bahwa data harus berskala interval atau rasio.

Data-data penelitian yang masih berupa data ordinal ditransformasi terlebih

dahulu agar menjadi data interval dengan menggunakan method of successive

interval (MSI). Penghitungan MSI menggunakan program excel khususnya

program tambahan stat97.xla.

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis efektivitas program

beasiswa. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara melakukan sintesa

berdasarkan data-data kualitatif yang didapatkan pada penelitian ini.

Page 50: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

30

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Program Beastudi Etos Bogor dan Jakarta

Visi dan Misi Beastudi Etos

Beastudi Etos adalah lembaga pemberi beasiswa yang memfokuskan

pemberian beasiswanya kepada mahasiswa yang berprestasi, tapi memiliki

keterbatasan secara ekonomi. Beastudi Etos merupakan salah satu program di

bawah divisi pendidikan Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa adalah LSM yang

pengelola Zakat, Infak, Shodaqoh, dan Wakaf (ZISWAF).

Sumber dana pengelolaan beasiswa Beastudi Etos berasal dari dana zakat

masyarakat yang dikumpulkan oleh Dompet Dhuafa. Zakat merupakan sebagian

pendapatan yang wajib dikeluarkan apabila wajib zakat (muzaki) telah mencapai

batas wajib dikeluarkannya zakat. Salah satu golongan yang berhak menerima

zakat adalah golongan miskin. Seseorang disebut miskin jika memiliki

pendapatan, namun pendapatan tersebut tidak mencukupi kebutuhan hidup orang

tersebut.

Beastudi Etos berdiri sejak tahun 2003. Hingga saat ini total alumni

penerima beasiswa Beastudi Etos adalah 1.172 orang. Visi Beastudi Etos adalah

terdepan dalam membentuk generasi unggul dan mandiri. Penjelasan dari visi

tersebut adalah :

(1) Terdepan, artinya berada paling depan, menjadi pelopor program investasi

Sumber Daya Manusia (SDM) dan tidak tertinggal dalam penerapan sistem

pengelolaan program.

(2) Dalam membentuk, artinya dalam upaya untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan guna menghasilkan output yang sesuai dengan potensi per

individu, tidak harus seragam dalam pola dan output namun tetap ada

perencanaan yang jelas dan kultur kedisiplinan.

(3) SDM unggul, artinya SDM yang memiliki nilai lebih dalam hal kepedulian,

prestasi dan produktivitas dalam ruang lingkup agama, akademis,

kepribadian dan sosial.

(4) SDM mandiri, artinya SDM yang dapat berdiri sendiri, tidak tergantung

orang lain, baik secara finansial, pemikiran maupun sikap, serta berdaya dan

mampu memberdayakan.

Beastudi Etos menjabarkan visi ke dalam 4 misi yaitu : (1) menerapkan

manajemen mutu; (2) menerapkan kurikulum pembinaan Beastudi Etos yang

berbasis kompetensi; (3) membangun dan mengoptimalkan jaringan Beastudi

Etos; dan (4) mengoptimalkan peran sumber daya manusia (SDM) Beastudi Etos

dalam pemberdayaan masyarakat.

Page 51: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

31

Pengelola beasiswa

Pengelola Beastudi Etos terdiri dari pengelola pusat, dan pengelola daerah.

Pengelola pusat berlokasi di Bumi Pengembangan Insani, Jl Parung Bogor Km 42

Bogor. Pengelola daerah berlokasi di 12 kota tempat mahasiswa penerima

beasiswa tinggal. Pengelola pusat dipimpin oleh seorang supervisor Beastudi Etos

dan dibantu oleh koordinator pembinaan serta koordinator keuangan.

Pengelola daerah dipimpin oleh seorang koordinator daerah (korda).

Koordinator daerah membawahi pendamping-pendamping mahasiswa penerima

beasiswa Beastudi Etos. Persyaratan menjadi koordinator daerah Beastudi Etos

adalah : (1) muslim; (2) memiliki minat pada pengelolaan mahasiswa; (3)

memiliki kemampuan leadership, manajemen SDM strategis, dan komunikatif; (4)

lulusan dari perguruan tinggi yang terdapat mahasiswa penerima beasiswa

penerima Beastudi Etos; (5) memiliki jaringan dengan kampus yang menjadi

tempat kuliah mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos; (6) memiliki jaringan

eksternal yang luas; (7) bersedia mengembangkan kedermawanan dalam

mengelola Beastudi Etos; (8) masih berhubungan dengan/beraktifitas di kampus

yang sama dengan mahasiswa penerima Beastudi Etos yang akan didampingi

(sumber : Standar Operasional Prosedur Beastudi Etos, 2011)

Ruang lingkup pekerjaan koordinator daerah Beastudi Etos adalah :

(1) Mempelajari dan memahami tentang Dompet Dhuafa.

(2) Melakukan proses seleksi sesuai ketentuan Beastudi Etos dan membantu

proses advokasi peserta seleksi Beastudi Etos dalam hal : (1) bekerja sama

dengan pihak perguruan tinggi; (2) menyediakan sekretariat selama proses

seleksi; (3) bekerja sama dengan seluruh pihak yang menunjuang proses

seleksi; (4) melaporkan hasil proses seleksi.

(3) Mempersiapkan akomodasi awal peserta Beastudi Etos (rumah kontrakan,

dan papan nama).

(4) Mengajukan kelengkapan awal berdasarkan hasil inventaris.

(5) Melakukan kegiatan pengelolaan alumni beastudi Etos (berkoordinasi

dengan koordinator alumni).

(6) Mengkoordinasikan setiap kegiatan dengan Beastudi Etos pusat.

(7) Melakukan perluasan komunikasi eksternal melalui kerjasama dengan

berbagai pihak.

(8) Melakukan proses pembinaan sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan

Beastudi Etos.

(9) Membuat perencanaan pembinaan dan melaporkan pelaksanaannya.

(10) Berkoordinasi dengan pendamping untuk melakukan evaluasi berkala

terhadap mahasiswa penerima Beastudi Etos.

(11) Memonitor dan merespon perkembangan dan permasalahan mahasiswa

penerima Beastudi Etos.

(12) Melaporkan kegiatan khusus yang dilaksanakan daerah.

Pendamping beasiswa Beastudi Etos adalah fasilitator yang ditempatkan di

asrama. Pendamping putra akan ditempatkan di asrama Beastudi Etos putra,

sedangkan pendamping putri ditempatkan di asrama Beastudi Etos putri.

Pendamping Beastudi Etos diangkat dari mahasiswa dengan kriteria sebagai

berikut : (1) memiliki pengalaman membina atau mendampingi sumber daya

Page 52: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

32

manusia; (2) sehat fisik; (3) muslim; (4) bersedia tinggal di asrama; dan (5)

bersedia mematuhi aturan Beastudi Etos.

Beasiswa Beastudi Etos merumuskan profil pendamping beasiswa Beatudi

Etos adalah : (1) energik; (2) optimis; (3) spesialis dan berwawasan luas; (4)

pemimpin; (5) mandiri; (6) peduli; (7) Islami; (8) teladan; (9) bersih dan rapi; dan

(10) disiplin (sumber : dokumen revitalisasi pendamping Beastudi Etos, 2014).

Ruang lingkup pekerjaan pendamping, adalah :

(1) Mempelajari dan memahami tentang Dompet Dhuafa.

(2) Melakukan proses seleksi sesuai ketentuan Beastudi Etos dan membantu

proses advokasi peserta seleksi Beastudi Etos, diantaranya : (1) bekerja sama

dengan pihak perguruan tinggi; (2) bekerja sama dengan seluruh pihak yang

menunjang proses seleksi; (3) mempersiapkan perlengkapan seleksi,

spanduk, berkas-berkas seleksi; dan (4) membantu proses seleksi.

(3) Membantu koordinator daerah dalam menyusun laporan pembinaan.

(4) Mengkoordinir, memotivasi, membantu mahasiswa penerima Beastudi Etos

dalam membuat tulisan ke media.

(5) Membuat laporan pelaksanaan pembinaan (rutin dan asrama) secara tertulis

dan dokumentasi kegiatan pembinaan, berkoordinasi dengan koordinator

daerah.

(6) Membuat laporan pengelolaan dana dan berkoordinasi dengan koordinator

daerah.

(7) Melaporkan etos counter (daftar pemotongan beasiswa karena adanya

pelanggaran yang dilakukan oleh penerima beasiswa.

(8) Memeriksa tugas – tugas mahasiswa penerima Beastudi Etos.

(9) Membuat laporan perkembangan mahasiswa penerima Beastudi Etos kepada

koordinator wilayah.

(10) Mempersiapkan pembinaan rutin.

(11) Memantau dan merespon perkembangan mahasiswa penerima Beastudi Etos

dalam empat domain.

(12) Melaksanakan pembinaan asrama.

(13) Mendampingi dan merespon masalah setiap mahasiswa penerima Beastudi

Etos.

(14) Membantu koordinator wilayah dalam membuat laporan kegiatan khusus

yang dilaksanakan wilayah.

(Sumber : Standar Operasional Prosedur Beastudi Etos 2011)

Koordinator daerah Beastudi Etos disyaratkan memiliki pendidikan minimal

lulus strata satu dari perguruan tinggi yang sama dengan mahasiswa penerima

Beastudi Etos yang didampingi. Pertimbangan akan hal tersebut adalah agar

koordinator daerah paham tentang lingkungan akademik kampus tempat

mahasiswa penerima Beastudi Etos berada.

Pendamping juga disyaratkan berasal dari perguruan yang sama dengan

mahasiswa penerima Beastudi Etos. Pendamping tidak disyaratkan sudah lulus

strata satu. Mahasiswa tingkat akhir dimungkinkan untuk menjadi pendamping

mahasiswa penerima Beastudi Etos, tapi pendamping harus minimal satu angkatan

lebih tua dari penerima beasiswa.

Koordinator daerah dan pendamping mahasiswa penerima Beastudi Etos

merupakan profesi semi relawan, artinya profesi sebagai koordinator daerah

beasiswa Beastudi Etos bukan pekerjaan utama. Begitu pula dengan pendamping.

Page 53: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

33

Hal tersebut sebagai upaya Beastudi Etos membuka kesempatan kepada

masyarakat umum untuk melakukan kerelawanan. Tabel 7 di bawah ini

menggambarkan pendidikan dan profesi utama koordinator daerah dan

pendamping mahasiswa penerima Beastudi Etos daerah Bogor dan Jakarta.

Tabel 7 Pendidikan dan profesi utama korda dan pendamping Beastudi Etos

Bogor dan Jakarta

Pengelola Beastudi

Etos

Pendidikan Profesi utama

Pengelola Beastudi Etos Bogor

1. Koordinator daerah S1 Wiraswasta di bidang bimbingan

belajar

2. Pendamping Putra Mahasiswa IPB Mahasiswa IPB

3. Pendamping Putri 1 S1 Karyawan IPB

4. Pendamping Putri 2 S1 Mahasiswa Pascasarjana IPB

Pengelola Beastudi Etos Jakarta

1. Koordinator daerah S3 Dosen Universitas Indonesia(UI)

2. Pendamping putra 1 Mahasiswa UI Mahasiswa UI

3. Pendamping putra 2 Mahasiswa UI Mahasiswa UI

4. Pendamping putri 1 S1 Fresh Graduate UI

5. Pendamping putri 2 S1 Mahasiswa Pascasarjana UI

Bentuk-Bentuk Beasiswa yang Diberikan oleh Beasiswa Beastudi Etos

Beastudi Etos memberikan beasiswa kepada mahasiswa sejak pertama

masuk perguruan tinggi hingga tiga tahun kemudian. Periode pemberian beasiswa

dimulai sejak bulan Agustus pada tahun pertama mahasiswa masuk kuliah hingga

bulan Juli pada tiga tahun setelahnya. Beastudi Etos memberikan beasiswa dalam

bentuk :

(1) Biaya masuk perguruan tinggi

Biaya masuk perguruan tinggi merupakan biaya yang harus dibayarkan

oleh mahasiswa baru kepada perguruan tinggi pada saat registrasi setelah

dinyatakan lolos masuk perguruan tinggi tersebut. Jumlah dan komponen

biaya di tiap-tiap perguruan tinggi biasanya berbeda-beda.

Beastudi Etos tidak selalu membayarkan sejumlah tagihan yang

didapatkan oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos. Beastudi Etos

mendorong mahasiswa penerima Beastudi Etos untuk melakukan advokasi

keringanan biaya masuk perguruan tinggi. Pelaksanaan advokasi ini

dilakukan oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos dengan adanya

pendampingan dari pendamping Beastudi Etos, atau mahasiswa penerima

Beastudi Etos lain. Dasar pertimbangan Beastudi Etos mendorong

mahasiswa penerima Beastudi Etos melakukan advokasi keringan biaya

masuk perguruan tinggi adalah agar mahasiswa penerima beasiswa Beastudi

Etos memiliki keberanian memperjuangkan nasibnya sendiri. Proses

Page 54: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

34

advokasi keringanan biaya masuk perguruan tinggi tidak selalu berhasil.

Jika proses advokasi keringanan tersebut tidak berhasil, Beastudi Etos tetap

akan membayarkan biaya masuk sejumlah tagihan dari perguruan tinggi.

(2) SPP semester satu dan dua

Komponen beasiswa yang juga diberikan kepada mahasiswa penerima

beasiswa Beastudi Etos adalah bantuan SPP semester satu dan dua. Hasil

penelitian ini menemukan bahwa besaran biaya SPP yang harus dibayarkan

oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos di daerah Bogor dan Jakarta

berkisar antara Rp 0 Sampai Rp 7.500.000,00. Beberapa mahasiswa

penerima beasiswa Beastudi Etos jumlah biaya SPP Rp 0 atau dengan kata

lain tidak diwajibkan membayar SPP. Hal tersebut disebabkan adanya

keringanan biaya dari perguruan tinggi.

(3) Biaya hidup

Bantuan biaya hidup adalah komponen beasiswa yang dibayarkan

kepada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos secara rutin satu bulan

satu kali selama tiga tahun. Bantuan biaya hidup yang diberikan adalah

sebesar Rp 500.000,00. Prosedur pengiriman biaya hidup yang dijalankan

oleh beasiswa Beastudi Etos adalah : (1) biaya hidup dikirimkan maksimal

tanggal 10 setiap bulan ke masing-masing rekening penerima beasiswa, (2)

jika tanggal 10 jatuh pada hari Sabtu maka pengiriman maju satu hari yaitu

di hari Jum’at, namun jika tanggal 10 jatuh di hari Minggu maka pengiriman

mundur satu hari yaitu di hari Senin, (3) jumlah bantuan biaya hidup yang

diberikan dimungkinkan berkurang dari Rp 500.000,00 karena ada

pemotongan uang saku sebagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan

penerima beasiswa.

(4) Asrama

Asrama Beastudi Etos tersebar di setiap daerah dan terbagi menjadi

asrama putra dan putri. Fungsi asrama, selain sebagai tempat tinggal adalah

sebagai media pembinaan dan pendampingan. Beastudi Etos daerah Bogor

memiliki satu asrama putra dan satu asrama putri. Asrama putra Beastudi

Etos daerah Bogor beralamat di Jalan Babakan Tengah no 24 Dramaga.

Asrama putri Beastudi Etos daerah Bogor beralamat di Jalan Babakan Raya

gang Bara 4. Beastudi Etos daerah Jakarta memiliki satu asrama putra dan

satu asrama putri. Asrama putra Beastudi Etos daerah Jakarta beralamat di

Jalan Bambon Raya No 9 Beji Timur. Asrama putri Beastudi Etos daerah

Jakarta beralamat di Jl M Alif 3 no 2 Kukusan.

Asrama Beastudi Etos didapatkan dengan cara menyewa kepada

pemilik asrama dengan jangka waktu sewa tahunan, dan bisa diperpanjang

kembali bila diperlukan. Kriteria sebuah rumah bisa dijadikan asrama

Beastudi Etos adalah : (1) kondisi rumah permanen; (2) jumlah kamar

representatif untuk menampung etoser (minimal 1 angkatan), dan satu kamar

untuk pendamping asrama; (3) Setiap kamar berukuran sedang (3 x 4 m)

dapat digunakan oleh maksimal 2 orang mahasiswa penerima Beastudi Etos,

sedangkan kamar dengan ukuran kecil (kurang dari 3 x 4 m) hanya dapat

digunakan oleh satu orang mahasiswa penerima Beastudi Etos; (4) rumah

memiliki sarana penerangan listrik (minimal daya 900 watt), ketersediaan air

bersih, ventilasi udara yang cukup, dan sanitasi yang sehat; (5) rumah

memiliki satu ruangan besar yang memungkinkan untuk pelaksanaan

Page 55: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

35

pembinaan, dan atau digunakan sebagai mushala asrama; (6) memiliki

kamar mandi dengan jumlah yang memadai untuk digunakan (rasio 1 kamar

mandi maksimal digunakan oleh 6 orang mahasiswa penerima Beastudi

Etos); (7) diutamakan memiliki dapur, (8) diutamakan yang berada dekat

dengan jalan raya; (9) berada dekat dengan kampus tempat belajar

mahasiswa penerima Beastudi Etos, diutamakan yang dapat dicapai dengan

berjalan kaki; (10) berada dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar,

pengembangan potensi mahasiswa penerima Beastudi Etos, dan

pemberdayaan pengabdian masyarakat; (11) papan nama asrama dipasang

sebagai identitas sekaligus media publikasi Beastudi Etos.

Beastudi Etos memberikan sarana penunjang asrama yang meliputi (1)

alat-alat kebersihan; (2) alat penunjang kerapihan; dan (3) alat-alat untuk

fasilitas umum. Sarana penunjang asrama diberikan oleh Beastudi Etos

berdasarkan pengajuan kebutuhan dari pengelola daerah.

(5) Biaya pengembangan diri

Komponen biaya pengembangan diri merupakan komponen beasiswa

Beastudi Etos yang tidak diberikan kepada mahasiswa penerima Beastudi

Etos. Biaya pengembangan diri diberikan dalam bentuk pembiayaan untuk

pelaksanaan pembinaan setiap bulan. Biaya pengembangan diri terbagi

menjadi dua komponen yaitu biaya pembinaan, dan biaya operasional

asrama.

Biaya pembinaan meliputi (1) honor untuk narasumber pembinaan;

dan (2) biaya operasional pembinaan misal untuk konsumsi, sewa tempat,

perlengkapan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembinaan. Biaya

operasional asrama meliputi : (1) biaya untuk membayar listrik dan air; (2)

iuran kebersihan dari Rukun Tangga (RT) setempat.

Seleksi beasiswa Beastudi Etos

Proses pengelolaan Beastudi Etos dimulai sejak pelaksanaan seleksi calon

penerima Beastudi Etos. Seleksi dilaksanakan ketika pendaftar Beastudi Etos

masih duduk di kelas XII. Persyaratan umum bagi pendaftar Beastudi Etos adalah

lulusan SMA atau sederajat yang akan masuk Perguruan Tinggi melalui jalur

seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) jalur reguler dan lolos pada

jurusan-jurusan yang direkomendasikan Beastudi Etos (Standar Operasional

Prosedur Beastudi Etos, 2011).

Persyaratan khusus bagi calon pendaftar Beastudi Etos antara lain : (1)

berasal dari keluarga tidak mampu yang dibuktikan dengan melampirkan surat

keterangan tidak mampu dan slip gaji/surat keterangan penghasilan orang tua; (2)

mengisi daftar riwayat hidup; (3) menyerahkan fotokopi raport SMA sejak

semester 1 sampai dengan semester 5; (4) Fotokopi Kartu Keluarga; (5) Fotokopi

KTP atau kartu pelajar; (6) Fotokopi Ijazah dan STTB bagi yang telah lulus

SMA/sederajat; (7) melampirkan foto terbaru 4 x 6, 2 lembar; (8) melampirkan

foto rumah (tampak keseluruhan, ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur) ;

(9) membuat tulisan tentang kisah perjalanan hidup sepanjang minimal 2 halaman

folio (tulis tangan).

Page 56: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

36

Proses seleksi Beastudi Etos dijalankan berdasarkan Standar Operasional

Prosedur (SOP) seleksi Beastudi Etos. Proses seleksi dijalankan melalui beberapa

tahapan yaitu (1) seleksi administrasi; (2) tes tulis dan wawancara; (3) homevisit;

(4) ranking nasional. Pada setiap tahapan seleksi dilaksanakan dengan

menggunakan sistem gugur, sehingga pendaftar yang tidak lolos pada satu tahapan

seleksi tidak dimungkinkan untuk mengikuti seleksi tahap selanjutnya.

Seleksi administrasi dilakukan untuk menilai kelayakan finansial dan

kemampuan akademik pendaftar Beastudi Etos. Dokumen yang menjadi acuan

penilaian seleksi administrasi adalah biodata pendaftar, surat keterangan

penghasilan orang tua, fotokopi raport, dan dokumen pendukung lain seperti

sertifikat maupun piagam penghargaan.

Tes tulis dan wawancara adalah tahapan lanjutan setelah seleksi

administrasi. Pada tes tulis dan wawancara akan ada dua bentuk tes yaitu tes tulis

dan tes wawancara. Tes tulis bertujuan untuk menguji wawasan, kemampuan

analisis, dan kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) pendaftar

Beastudi Etos. Tes wawancara bertujuan untuk melakukan cek data pribadi

pendaftar serta untuk menggali motivasi pendaftar Beastudi Etos.

Tahap home visit dilakukan setelah tahap tes tulis dan wawancara. Home

visit dilakukan dengan cara panitia seleksi Beastud Etos melakukan kunjungan

langsung ke rumah pendaftar Beastudi Etos. Hal tersebut bertujuan untuk

melakukan pengecekan data langsung berdasarkan dokumen yang diserahkan

pendaftar Beastudi Etos. Home visit dilakukan oleh panitia seleksi daerah.

Setelah pengumuman SNMPTN, panitia pusat seleksi Beastudi Etos akan

melakukan ranking nasional. Ranking nasional ini bertujuan untuk memilih calon

pendaftar yang benar-benar memenuhi kualifikasi sesuai kriteria Beastudi Etos.

Ranking nasional dilakukan dengan cara mengurutkan nilai terbesar di setiap

daerah. Hasil ranking tersebut disesuaikan dengan kuota masing-masing daerah

sehingga didapatkan jumlah dan data calon penerima Beastudi Etos di setiap

daerah.

Pembinaan Beastudi Etos

Pembinaan Beastudi Etos dijalankan berdasarkan kurikulum pembinaan

Beastudi Etos. Kurikulum Beastudi Etos disusun sebagai kurikulum berbasis

kompetensi untuk mengembangkan prestasi. Kurikulum pembinaan Beastudi Etos

memiliki kandungan yaitu : (1) pemaparan profil yang diharapkan dari pembinaan

yang dijalankan; (2) aspek pada setiap profil yang diharapkan yang berisi tentang

perilaku yang diharapkan ada pada profil, metode pembinaan, indikator

keberhasilan, dan cara pengukuran; (3) materi pembinaan (Beastudi Etos 2013).

Pembinaan dilakukan dengan cara menghadirkan narasumber yang

memberikan materi pembinaan. Sosok narasumber bisa menjadi contoh bagi

mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos. Teori belajar sosial memandang

bahwa belajar bisa dilakukan dengan mengamati pengalaman perilaku orang lain

dan konsekuensi yang ditimbulkan kepada orang tersebut. Belajar dengan

pengamatan akan memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pengalaman yang

lebih banyak, menghubungkan pola perilaku tanpa perlu mencoba terlebih dahulu.

Pemilihan narasumber pembinaan menjadi penting untuk dilakukan. Narasumber

Page 57: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

37

yang sukses akan mampu menghadirkan contoh nyata kesuksesan dan dapat

membagi pengalaman kesuksesannya kepada penerima beasiswa.

Pembinaan dilakukan pada empat domain yaitu spiritual, akademik,

pengembangan diri, dan sosial. Pemilihan empat domain pembinaan tersebut

didasarkan pada kebutuhan sebagai mahasiswa. Pembinaan agama bertujuan

memberikan penguatan dari sisi ruhiyah. Pembinaan akademik bertujuan

membekali penerima beasiswa dengan kemampuan softskill yang menunjang

kegiatan perkuliahan. Pembinaan pengembangan diri bertujuan menanamkan

karakter-karakter positif yang bermanfaat untuk pengembangan diri setelah lulus

dari perkuliahan. Sedangkan pembinaan sosial dilakukan dengan cara memberikan

satu daerah binaan untuk menjadi tempat pengabdian penerima beasiswa kepada

masyarakat. Lokasi daerah binaan mahasiswa beasiswa Beastudi Etos Bogor

adalah di Galuga, sedangkan daerah binaan mahasiswa penerima beasiswa

Beastudi Etos Jakarta di Situ Pladen.

Pendampingan terhadap Mahasiswa Penerima Beastudi Etos

Pelaksanaan pendampingan dilakukan di asrama Beastudi Etos.

Pendampingan dijalankan oleh pendamping asrama. Kegiatan dalam

pendampingan dimulai di waktu pagi hari yaitu sejak waktu sholat Subuh hingga

jam 06.00. Kegiatan yang dilakukan pada pagi hari adalah sholat subuh berjamaah

(untuk penerima beasiswa laki-laki harus melaksanakan sholat subuh di masjid),

dzikir harian, nasihat pagi, dan bedah buku. Bentuk dan jadwal kegiatan

keagamaan pagi disusun bersama antara pendamping dan penerima beasiswa.

Setiap mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos akan mendapatkan jadwal

menjadi petugas yang dilakukan secara bergantian.

Kegiatan rutin pagi yang dilakukan di asrama beasiswa Beastudi Etos

adalah piket harian. Pada setiap hari ada 2-3 orang yang mendapat giliran piket

harian. Penerima beasiswa maupun pendamping sama-sama memiliki kewajiban

melaksanakan piket harian. Petugas piket harian harus menjalankan tugas

menyapu lantai, mengepel lantai, membuang sampah, dan membersihkan

halaman.

Kegiatan-kegiatan kebersamaan yang dikelola mandiri oleh penerima

beasiswa antara lain : piket menanak nasi, piket memasak, membeli beras, dan

membeli air minum. Mahasiswa penerima beasiswa khususnya yang berjenis

kelamin perempuan terbiasa untuk menanak nasi bersama-sama. Sistemnya adalah

iuran membeli beras, kemudian mengatur jadwal petugas piket menanak nasi.

Petugas piket penanak nasi biasanya menjalankan tugasnya di pagi hari agar

ketika nasi matang bisa untuk sarapan. Sedangkan lauk dan sayur biasanya

didapatkan dari membeli dari warung di sekitar kampus. Menurut penerima

beasiswa, dengan memasak nasi bersama bisa lebih berhemat. Apalagi jika

ditambah dengan memasak bersama. Memasak bersama jarang dilakukan.

Memasak hanya dilakukan jika ada waktu luang (sumber : observasi lapangan, 18

November 2013).

Asrama beasiswa Beastudi Etos memiliki peraturan-peraturan yang

mengikat pendamping dan penerima beasiswa. Aturan-aturan tersebut ada yang

berasal dari Beastudi Etos pusat dan ada juga yang dibuat berdasarkan

Page 58: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

38

kesepakatan antara pendamping dan penerima beasiswa. Aturan yang diterapkan

di asrama Beastudi Etos antara lain : (1) aturan tinggal di asrama; (2) aturan jam

malam bagi penerima beasiswa perempuan; (3) aturan 5R; dan (4) aturan

penggunaan barang-barang milik umum seperti televisi, setrika, dan kamar mandi.

Teori belajar sosial memandang perlunya pengembangan keterampilan yang

kondusif bagi perubahan tingkah laku yaitu dengan cara remaja diberi kesempatan

berperilaku, mengobservasi orang lain yang menampilkan perilaku yang layak

secara berhasil, atau diberikan pengalaman instruksi/mengajar sendiri. Asrama

beasiswa jika dikelola dengan baik memiliki potensi untuk pengembangan

keterampilan mahasiswa penerima beasiswa. Keterampilan-keterampilan yang

bisa didapatkan dari pendampingan di asrama antara lain : (1) keberanian dan

keterampilan mengelola suatu forum yang didapatkan ketika mahasiswa penerima

beasiswa menjadi petugas di kegiatan keagamaan pagi; (2) kedisiplinan

didapatkan dari pembiasaan untuk bangun pagi, dan menjalankan rangkaian

kegiatan keagamaan pagi; (3) tanggung jawab yang didapatkan ketika harus

menjadi petugas piket, dan menjalankan aturan-aturan asrama; (4) keterampilan

mengelola waktu agar bisa menyelaraskan kesibukan belajar di kampus dengan

mengerjakan tugas-tugas di asrama; (5) keterampilan sosialisasi melalui hubungan

interpersonal dengan sesama penerima beasiswa dan pendamping.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring pengelolaan beasiswa dilakukan melalui laporan bulanan

pengelola Beastudi Etos daerah kepada Beastudi Etos pusat. Laporan bulanan

meliputi: (1) laporan pelaksanaan pembinaan; (2) laporan keuangan; dan (3)

laporan perkembangan penerima beasiswa.

Monitoring dan evaluasi (monev) rutin beasiswa Beastudi Etos dilakukan

dua kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan April-Mei dan November-Desember.

Monev dilakukan dengan cara Beastudi Etos pusat akan berkunjung ke Beastudi

Etos daerah. Tujuan Agenda monev diantaranya : (1) laporan pengelola Beastudi

Etos daerah kepada Beastudi Etos pusat; (2) training value dan coaching yang

dilakukan Beastudi Etos pusat kepada penerima beasiswa; (3) evaluasi

pengelolaan Beastudi Etos daerah menurut penerima beasiswa.

Monitoring dan evaluasi beasiswa Beastudi Etos merupakan laporan

pengelola daerah kepada pengelola pusat Beastudi Etos. Laporan-laporan yang

diberikan berupa laporan administratif, termasuk laporan perkembangan masing-

masing penerima beasiswa. Hal yang dilaporkan pada laporan perkembangan

mahasiswa penerima beasiswa meliputi laporan capaian Indeks Prestasi, aktivitas

organisasi di kampus, aktivitas ekonomi mandiri yang dilakukan, dan prestasi

yang dicapai (jika ada).

Page 59: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

39

Karakteristik Individu Mahasiswa Penerima Beasiswa

Umur

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2011 dan 2012

dengan umur tersebar dari 18 – 22 tahun. Rata-rata usia responden adalah 19.7

tahun. Mengacu kepada Konopka (Yusuf, 2001), maka rata-rata responden berada

pada tingkat remaja akhir.

Tabel 8. Jumlah dan persentase responden menurut umur

No Umur (tahun) Jumlah (n) Persentase (%)

1 18 2 4.9

2 19 18 43.9

3 20 13 31.7

4 21 7 17.1

5 22 1 2.4

TOTAL 41 100.0

Rata-rata 19.7

Kisaran (min – max) 18 – 22

Masa remaja merupakan fase penting dalam tahapan hidup manusia.

Erickson dalam Boyd (tahun tidak diketahui) menyatakan bahwa hal itu

dikarenakan pada masa remaja terjadi krisis antara identity dan role confusion.

Woolfolk dalam Yusuf (2001) mengartikan identity sebagai suatu

pengorganisasian dorongan-dorongan (drives), kemampuan-kemampuan

(abilities), keyakinan-keyakinan (beliefs), dan pengalaman individu ke dalam citra

diri (image of self) yang konsisten. Kegagalan dalam menegaskan identity akan

mengakibatkan kerancuan peran (role confusion). Dampak dari role confusion

adalah berkembangnya perilaku menyimpang, melakukan kriminalitas atau

menutup diri dari masyarakat.

Keberhasilan remaja dalam memenuhi tugas perkembangannya juga akan

berhubungan dengan capaian prestasi belajar. Camp dan Vives (2013) dalam

penelitian terhadap 232 siswa berusia 14-19 tahun di Spanyol menemukan bahwa

kematangan psikologis remaja memiliki hubungan dengan capaian prestasi

akademik yang diraih. Kematangan psikologis yang mempengaruhi capaian

prestasi akademik adalah kemampuan orientasi pada tugas (work orientation).

Work orientation adalah kemauan dan kemampuan seseorang untuk memenuhi

tanggung jawab. Semakin baik tingkat kematangan siswa maka akan

menunjukkan performa akademik dan kognitif yang lebih baik. Hal itu karena

siswa yang bertanggungjawab akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk

kegiatan akademik dan tugas-tugas mandiri (homework).

Page 60: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

40

Jenis Kelamin

Responden berjenis kelamin perempuan dalam penelitian ini lebih banyak

jumlahnya dibanding responden laki-laki. Meskipun perbedaan jumlah tidak

terlalu mencolok. Hal tersebut berarti bahwa beasiswa Beastudi Etos memberikan

kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan

beasiswa.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin

No Jenis Kelamin

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Laki – Laki 20 48.8

2 Perempuan 21 51.2

TOTAL 41 100.0

Program Studi

Responden dalam penelitian ini kuliah di dua perguruan tinggi yaitu

Universitas Indonesia, dan Institut Pertanian Bogor. 21 orang responden kuliah di

Universitas Indonesia dan 20 responden kuliah di Institut Pertanian Bogor. 41

orang responden kuliah di 29 program studi. Data program studi responden

kemudian dikelompokkan berdasarkan tiga tipe keilmuan yaitu ilmu sosial (social

science), keteknikan (technical science), dan ilmu alam (natural science).

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut program studi

No Program studi berdasarkan

keilmuan

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Social Science 18 44.0

2 Technical Science 7 17.1

3 Natural science 15 36.5

TOTAL 41 100.0

Sebaran responden berdasarkan program studi berkaitan dengan sebaran

responden berdasarkan jenis kelamin. Responden penelitian ini mayoritas adalah

perempuan (51.2%), sehingga program studi terbanyak ada pada tipe keilmuan

sosial dan ilmu alam. Hasil penelitian Halpen (Linver et al 2002) menyatakan

bahwa laki-laki lebih menyukai bidang studi yang berkaitan dengan spasial

(perputaran atau ruang tiga dimensi), sedangkan perempuan lebih menyukai

bidang studi yang berhubungan dengan kemampuan verbal. Perbedaan jenis

kelamin bisa menjadi salah satu alasan pemilihan program studi yang disukai.

Page 61: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

41

Provinsi Asal

Responden berasal dari sembilan provinsi di Indonesia. Responden paling

banyak berasal dari Jawa Barat, karena lokasi Universitas Indonesia dan Institut

Pertanian Bogor berada di Jawa Barat. Sebagian besar responden berasal dari

provinsi-provinsi di pulau Jawa. Responden yang berasal dari luar pulau Jawa

yaitu berasal dari provinsi Sumatera Barat, Jambi, dan Sulawesi Selatan.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut provinsi asal

No Asal Provinsi Jumlah (n) Persentase (%)

1 DKI Jakarta 7 17.1

2 Jawa Barat 11 26.8

3 Banten 6 14.6

4 Jawa Tengah 7 17.1

5 DI Yogyakarta 1 24.4

6 Sumatera Barat 5 12.2

7 Jambi 1 2.4

8 Sulawesi Selatan 1 2.4

9 Jawa Timur 2 4.9

TOTAL 41 100.0

Soekanto sebagaimana diacu oleh Syahyuti (2003) menyatakan bahwa nilai

(value) merupakan konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa

yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Norma adalah aturan sosial,

patokan berperilaku yang pantas, atau tingkah laku rata-rata yang diabstraksikan.

Beragamnya asal provinsi responden menunjukkan beragam pula sistem

nilai (values) dan norma yang dianut. Peran pendamping menjadi penting untuk

menyelaraskan mahasiwa-mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos yang

berasal dari provinsi yang berbeda-beda tersebut agar bisa hidup bersama dalam

keharmonisan.

Urutan kelahiran

Responden berdasarkan urutan kelahiran dibagi menjadi tiga, yaitu : (1)

anak sulung, (2) anak tengah, (3) anak bungsu. Responden sebagai anak sulung

jika terlahir sebagai anak pertama. Responden sebagai anak tengah jika memiliki

kakak dan adik. Responden sebagai anak bungsu jika terlahir sebagai anak

terakhir dalam keluarga.

Page 62: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

42

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut urutan kelahiran

No Urutan kelahiran

responden

Jumlah (n) Persentase (%)

1 Sulung 18 43.9

2 Tengah 14 34.2

3 Bungsu 9 21.9

TOTAL 41 100.0

Karakteristik Keluarga Mahasiswa Penerima Beasiswa Beastudi Etos

Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga adalah jumlah anggota keluarga responden yang

terdiri dari ayah, ibu, kakak, adik dan responden sendiri. Sebaran jumlah anggota

keluarga responden memiliki kisaran antara 4 – 15 orang, dengan rata-rata jumlah

anggota keluarga responden adalah 6.1 orang.

Tabel 13 Jumlah dan persentaase responden menurut jumlah anggota keluarga

No Jumlah anggota keluarga

(orang)

Jumlah (n) Persentase (%)

1 4 4 9.6

2 5 16 39.0

3 6 11 26.8

4 7 4 9,6

5 8 1 2.4

6 9 3 7.3

7 10 1 2.4

8 15 1 2.4

TOTAL 41 100.0

Rata-rata ± standar deviasi 6.1 ± 1.9

Kisaran (min – max) 4 - 15

Besar keluarga pada beberapa kasus memiliki hubungan dengan capaian

hasil belajar anak. Puar (Widayati 2009) menyatakan bahwa salah satu faktor

yang menyebabkan anak mengalami kemerosotan prestasi adalah keluarga dengan

banyak anggota keluarga. Hal tersebut dikarenakan kegaduhan yang timbul oleh

anggota keluarga dalam satu rumah menyebabkan anak-anak yang akan

mengerjakan pekerjaan rumah atau mengulang pelajaran di rumah menjadi sulit

berkonsentrasi. Terlebih jika anak tidak memiliki kamar terpisah dan tidak ada

sarana pendukung belajar.

Page 63: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

43

Pendidikan Orang Tua

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan ayah

adalah SMA (42.1%). Tingkat pendidikan ayah dengan persentase bessar

selanjutnya adalah SD (28.9%), dan perguruan tinggi (15.8%). Rata-rata

pendidikan ayah responden adalah SMA.

Hampir sama dengan pendidikan ayah, data pendidikan ibu pada penelitian

ini juga mayoritas berada pada tingkat SMA (41.0%). Pendidikan ibu pada urutan

kedua dan ketiga adalah di tingkat SD (30.8%) dan SMP (20.5%). Rata-rata

pendidikan ibu responden adalah SMP. Kondisi tersebut menandakan bahwa rata-

rata pendidikan ibu responden lebih rendah dibandingkan rata-rata pendidikan

ayah responden.

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan orang tua

Gunarsa dan Gunarsa (2008) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang

tua baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi komunikasi

antara orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga. Alsa dan Bachroni (Nurani

2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua punya korelasi positif

dengan cara mendidik anak. Pendidikan orang tua yang tinggi akan lebih

memberikan stimulasi lingkungan (fisik, sosial, emosional, psikologis) bagi anak-

anaknya dibandingkan dengan orang tua yang pendidikannya lebih rendah.

Jenis Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua dalam penelitian ini meliputi pekerjaan ayah dan ibu

responden. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat 10 jenis pekerjaan ayah.

Penelitian ini mengelompokkan jenis pekerjaan ayah menjadi empat tingkatan

yaitu : (1) berpenghasilan tetap; (2) berpenghasilan tidak tetap namun tidak

bergantung kepada orang lain; (3) berpenghasilan tidak tetap dan bergantung

kepada orang lain; dan (4) tidak berpenghasilan.

No Jenjang

pendidikan

Ayah Ibu

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Tidak Sekolah 1 2.4 2 4.9

2 SD 11 26.8 12 39.3

3 SMP 5 12.2 8 19.5

4 SMA 17 41.5 16 39.0

5 Perguruan

Tinggi

7 17.1 3 7.3

TOTAL 41 100.0 41 100.0

Page 64: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

44

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan ayah

No Jenis pekerjaan ayah Jumlah (n) Persentase (%)

1 Berpenghasilan tetap 6 2.4

2 Berpenghasilan tidak tetap

tetapi tidak tergantung kepada

orang lain 19 14.6

3 Berpenghasilan tidak tetap dan

tergantung kepada orang lain 6 14.6

4 Tidak bekerja 10 14.6

TOTAL 41 100.0

Pekerjaan dengan penghasilan yang tetap akan mendatangkan perasaaan

tenang karena ada kepastian mendapat pendapatan. Pekerjaan dengan penghasilan

tetap juga akan memudahkan dalam pengelolaan keuangan keluarga. Berbeda

halnya dengan penghasilan tidak tetap. Ketidakpastian akan penghasilan yang

didapatkan membuat keluarga perlu membuat pengelolaan keuangan yang lebih

ketat untuk mengantisipasi kondisi pada saat tidak ada pendapatan atau

pendapatan menurun.

Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut pekerjaan ibu

No Pekerjaan Ibu Jumlah (n) Persentase (%)

1 Ibu Rumah Tangga 24 58.5

2 Buruh 4 9.8

3 Guru non PNS 3 7.3

4 Petani 1 2.4

5 Pedagang 5 12.2

6 Karyawan swasta 2 4.9

7 Pegawai negeri 2 4.9

TOTAL 41 100.0

Mayoritas pekerjaan ibu responden adalah ibu rumah tangga. Hal tersebut

memberikan informasi bahwa peran terbesar ibu adalah pada pengelolaan

keluarga. Hanya sebagian kecil ibu responden yang berperan membantu

pendapatan keluarga sehingga penelitian ini hanya menggunakan jenis pekerjaan

ayah yang digunakan sebagai sub peubah dalam uji regresi.

Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga dalam penelitian ini merupakan pendapatan total

keluarga. Hasil yang didapat adalah tersebar mulai terendah Rp 0, sampai dengan

tertinggi Rp 6.000.000. Pendapatan keluarga responden jika dikaitkan dengan

Page 65: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

45

jumlah anggota keluarga responden menunjukkan bahwa beban rumah tangga

keluarga responden cukup berat.

Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pendapatan keluarga

No Jumlah pendapatan

keluarga (Rp)

Jumlah (n) Persentase (%)

1 0 2 4.9

2 300.000 1 2.4

3 450.000 2 4.9

4 500.000 3 7.3

5 600.000 1 2.4

6 750.000 1 2.4

7 800.000 2 4.9

8 900.000 1 2.4

9 1.000.000 9 22.0

10 1.150.000 1 2.4

11 1.300.000 1 2.4

12 1.500.000 6 14.6

13 1.700.000 1 2.4

14 1.750.000 1 2.4

15 2.000.000 1 2.4

16 2.500.000 2 4.9

17 2.750.000 2 4.9

18 3.500.000 1 2.4

19 4.000.000 2 4.9

20 6.000.000 1 2.4

TOTAL 41 100.0

Rata-rata 1.474.000

Kisaran (min – max) 0 – 6.000.000

Nurani (2004) menyatakan bahwa pendapatan keluarga berhubungan

positif dengan prestasi belajar anak. Menurut Djamarah dalam Nurani (2004),

keluarga yang memiliki pendapatan tinggi akan dapat membantu menyediakan

fasilitas belajar untuk anak sehingga akan membantu prestasi belajar anak.

Jenis Pengeluaran Rumah Tangga

Jenis pengeluaran rumah tangga yang terbanyak dijawab adalah : (1) makan

(100%); (2) pendidikan (97.6%); dan (3) kesehatan (75.6%). Posisi pendidikan

dalam urutan ke-2 menunjukkan bahwa keluarga responden menjadikan

pendidikan sebagai salah satu prioritas pengeluaran rumah tangga. Winkel (1996)

menyatakan bahwa keadaan sosio kultural merupakan faktor yang mempengaruhi

Page 66: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

46

proses belajar siswa. Salah satu faktor sosio kultural adalah pandangan keluarga

mengenai pendidikan.

Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pengeluaran

keluarga

No Jenis pengeluaran keluarga

responden

Jumlah (n) Persentase

(%)

1 Makan 41 100.0

2 Pendidikan 40 97.6

3 Kesehatan 31 75.6

4 Sandang 26 63.4

5 Tabungan 20 48.8

6 Sewa Rumah 11 26.8

7 Bayar Hutang 5 12.2

8 Bayar listrik dan air 2 4.9

9 Perabotan rumah tangga 1 2.4

10 Perawatan motor 1 2.4

Kemampuan pemenuhan kebutuhan primer

Keluarga miskin menurut BKKBN adalah keluarga yang tidak dapat

memenuhi satu dari enam indicator penentu kemiskinan yaitu : (1) seluruh

anggota makan minimal 2 kali sehari; (2) anggota keluarga memiliki pakaian

berbeda untuk di rumah bekerja/sekolah dan bepergian; (3) bagian lantai yang

terluas bukan dari tanah; (4) paling kurang sekali seminggu keluarga makan

daging/ikan/telor; (5) setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh

paling kurang satu stell pakaian baru; dan (6) luas lantai rumah paling kurang

delapan meter persegi untuk tiap penghuni.

Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kemampuan

pemenuhan kebutuhan primer keluarga

No Tingkat kemampuan pemenuhan

kebutuhan primer (skor)

Jumlah (n) Persentase (%)

1 Tinggi (7-9) 22 53.7

2 Sedang (4-6) 17 43.9

3 Rendah (1-3) 1 2.4

Total 41 100.0

Pola makan memiliki hubungan dengan capaian prestasi mahasiswa. Thoha

(2006) berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa konsumsi protein

berpengaruh nyata terhadap prestasi mahasiswa di bidang kemampuan verbal,

kemampuan abstraksi, kemampuan kognitif, dan kemampuan keterampilan.

Page 67: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

47

Kebiasaan makan tiga kali sehari atau lebih juga merupakan kebiasaan makan

yang baik. Nasoetion dan Khomsan (Thoha 2006) menyatakan bahwa frekuensi

konsumsi yang makin sering diharapkan akan semakin besar kemungkinan untuk

dapat memenuhi kebutuhan gizinya.

.

Motivasi Untuk Kuliah

Motivasi untuk Kuliah

Motivasi berasal dari kata movere dan actions. Motivasi didefinisikan

sebagai usaha atau dorongan/kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong

untuk bertingkah laku dalam usaha pemenuhan kebutuhan (Sabri dalam Gunarsa,

2004). Motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam

belajar. Motivasi dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut motivasi untuk kuliah

No Motivasi untuk kuliah Jumlah (n) Persentase %)

1 Tidak puas dengan kondisi

keluarga

25 61.0

2 Ingin dihargai 25 61.0

3 Ingin menuntut ilmu 35 85.4

4 Ingin mendapatkan pekerjaan

yang lebih baik setelah lulus

33 80.5

5 Disuruh oleh orang lain 7 17.1

Rata-rata responden memiliki lebih dari satu motivasi untuk kuliah.

Penghitungan tingkat motivasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberi

skor satu pada tiap motivasi yang dimiliki responden. Semakin banyak skor

menunjukkan tingkat motivasi semakin tinggi. Lippit et al (1958) menyatakan

bahwa motivasi yang dimiliki kelayan bisa digunakan sebagai sumber informasi

tingkat kesiapan kelayan untuk melakukan perubahan berencana.

Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat motivasi

No Tingkat Motivasi (skor) Jumlah (n) Persentase (%)

1 1 4 9.8

2 2 5 12.2

3 3 11 26.8

4 4 11 26.8

5 5 10 24.4

Total 41 100.0

Kisaran (min – max) 1 - 5

Page 68: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

48

Winkel (1996) mengemukakan bahwa motivasi belajar merupakan

keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri seseorang yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah

pada kegiatan belajar untuk mencapai suatu tujuan. Bintarti (2003) menyatakan

bahwa besar kecil IPK dari sisi perilaku komunikasi belajar dipengaruhi oleh

perilaku mengerjakan tugas mandiri. Mahasiswa yang sering, jarang, dan tidak

pernah mengerjakan tugas mandiri cenderung memiliki IPK lebih rendah.

Sumber motivasi

Sedangkan sumber motivasi responden terbesar adalah orang tua (97.6%).

Sumber motivasi responden selanjutnya adalah diri sendiri (87.8%).

Ketergantungan responden pada sumber motivasi yang berada di luar diri

responden merupakan suatu kondisi yang wajar. Pada tahap remaja, selain

keluarga, peran teman sebaya juga memberikan pengaruh pada motivasi.

Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut sumber motivasi

No Sumber motivasi Jumlah (n) Frekuensi (%)

1 Diri sendiri 36 87.8

2 Orang tua 40 97.6

3 Teman 26 63.4

4 Lain-lain : 11 26.8

Pengelolaan Program Beasiswa

Kemudahan persyaratan beasiswa

Persyaratan beasiswa meliputi persyaratan akademik, persyaratan

administrasi, dan persyaratan kelolosan di tiap proses seleksi. Persyaratan

akademik berhubungan dengan nilai raport di tingkat sekolah menengah atas.

Nilai raport yang disyaratkan oleh Beastudi Etos adalah: (1) rata-rata raport adalah

7.0; (2) minimal nilai 7 di bidang studi agama, matematika, bahasa Indonesia, dan

bahasa Inggris; (3) tidak ada nilai di bawah 6.0 (Sumber : Standar Operasional

Prosedur Beastudi Etos 2011).

Persyaratan administrasi meliputi kelengkapan berkas-berkas pendaftaran

yaitu: (1) fotokopi kartu keluarga; (2) surat keterangan tidak mampu; (3) slip gaji

atau surat keterangan penghasilan orang tua; (4) fotokopi ktp/kartu pelajar

pendaftar; (5) foto rumah; (6) tulisan tentang perjalanan hidup pendaftar.

Persyaratan kelolosan proses meliputi: (1) lolos di tiap tahap seleksi Beastudi

Etos; (2) lolos di perguruan tinggi rekomendasi Beastudi Etos; (3) lolos di

perguruan tinggi rekomendasi Beastudi Etos melalui jalur regular.

Page 69: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

49

Penilaian kemudahan persyaratan beasiswa diberikan dengan cara

menghitung berapa banyak persyaratan yang dianggap mudah oleh responden.

Masing-masing persyaratan yang dipilih diberi skor satu. Semakin banyak

persyaratan yang dipilih maka menunjukkan semakin tinggi tingkat kemudahan

persyaratan beasiswa.

Tabel 23 Jumlah dan persentase responden menurut kemudahan

persyaratan beasiswa

No Kemudahan persyaratan

beasiswa (skor)

Jumlah (n) Persentase (%)

1 1 12 29.3

2 2 14 34.1

3 3 4 9.8

4 4 4 9.8

5 5 7 17.0

TOTAL 41 100.0

Kisaran (min – max) 1 - 5

Mayoritas responden menyatakan bahwa persyaratan seleksi Beastudi Etos

tergolong sulit karena hanya 1-2 persyaratan pendaftaran yang dianggap mudah.

Persyaratan yang dianggap mudah oleh responden adalah persyaratan akademik

yang ditunjukkan dengan nilai raport SMA (83%), dan persyaratan administrasi

(70.7%). Alasan responden memilih persyaratan akademik (nilai raport) dianggap

persyaratan yang paling mudah karena capaian nilai raport responden di tingkat

SMA memenuhi persyaratan Beastudi Etos. Persyaratan administrasi mudah

dipenuhi karena : (1) kondisi keluarga memenuhi persyaratan karena tergolong

tidak mampu, (2) berkas administrasi bisa difotokopi.

Persyaratan yang dianggap sulit karena : (1) untuk lolos di setiap tahap

seleksi Beastudi Etos harus bersaing dengan pendaftar lain yang jumlahnya

banyak, (2) untuk lolos di perguruan tinggi rekomendasi Beastudi Etos dan

melalui jalur regular juga harus bersaing melalui SNMPTN.

Ketercukupan beasiswa

Pada suatu program pemberdayaan, bantuan yang diberikan harus sejalan

dengan kebutuhan masyarakat sasaran. Ketercukupan jumlah beasiswa dalam

penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian beasiswa yang diterima dengan

kebutuhan penerima beasiswa. Ketercukupan beasiswa dilihat dari segi jenis

beasiswa yang diterima dan jumlah kebutuhan responden. Jenis bantuan beasiswa

yang diterima oleh sebagian besar respoden adalah biaya hidup (100%) dan biaya

masuk perguruan tinggi (85.4%). Tidak seluruh responden menerima komponen

biaya masuk perguruan tinggi. Hal itu sebagai hasil dari advokasi keringanan

biaya yang dilakukan responden kepada pihak kampus.

Page 70: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

50

Beastudi Etos memberikan beasiswa tidak hanya dalam bentuk dana, ada

beasiswa yang tidak diberikan dalam bentuk dana. Beasiswa yang diberikan dalam

bentuk bukan dana adalah asrama dan biaya pengembangan diri. Asrama adalah

fasilitas yang diberikan oleh Beastudi Etos sebagai tempat tinggal penerima

beasiswa Beastudi Etos. Biaya pengembangan diri diberikan dalam bentuk biaya

operasional asrama dan biaya pembinaan.

Tabel 24 Jenis dan persentase responden menurut jenis bantuan beasiswa

No Jenis bantuan beasiswa Jumlah (n) Persentase (%)

1 Biaya masuk PTN 35 85.4

2 SPP 22 53.7

3 Biaya hidup 41 100.0

4 Biaya Pengembangan Diri 26 63.4

5 Lain-Lain : 0 0.0

Jumlah kebutuhan biaya dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu

kebutuhan biaya pendidikan (SPP) dan biaya hidup. Biaya SPP responden tersebar

dari Rp 0 sampai dengan Rp 7.500.000,00 dengan rata-rata Rp 1.672.200.

Kebutuhan biaya SPP responden sebagian besar berkisar antara Rp 0 – kurang

dari Rp 2.500.000,00 (85.4%). Beastudi Etos memberikan bantuan SPP pada

semester 1 dan 2. Pada semester-semester berikutnya, mahasiswa penerima

Beastudi Etos membayar SPP dari dana pribadi.

Tabel 25 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pengeluaran

untuk biaya hidup per bulan No Jumlah pengeluaran (Rp) Jumlah (n) Persentase (%)

1 400.000 3 7.3

2 450.000 1 2.4

3 500.000 4 9.8

4 550.000 1 2.4

5 600.000 9 22.0

6 700.000 4 9.8

7 750.000 5 12.2

8 800.000 6 14.6

9 900.000 1 2.4

10 1.000.000 5 12.2

TOTAL 41 100.0

Rata-rata ± Standar Deviasi 686.600±170.700

Kisaran (min – max) 400.000 – 1.000.000

Kesenjangan terjadi pada bantuan uang saku untuk biaya hidup responden.

Pengeluaran hidup responden rata-rata adalah Rp 686.600,00 setiap bulan.

Beastudi Etos memberikan bantuan biaya hidup sebesar Rp 500.000,00 setiap

bulan, maka bantuan biaya hidup yang diberikan Beastudi Etos tidak mencukupi

Page 71: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

51

kebutuhan hidup sebagian besar responden karena hanya memenuhi sekitar 72.8

persen dari rata-rata kebutuhan hidup sebulan.

Jenis pengeluaran terbesar yang dijawab responden adalah konsumsi

(100%), kebutuhan akademik (100%), dan transportasi dan komunikasi (97.6%).

Selain pengeluaran untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, 70.7 persen responden

memiliki pengeluaran berupa tabungan, artinya ada kesadaran menabung pada

mahasiswa penerima Beastudi Etos.

Kesenjangan antara kebutuhan hidup dan bantuan biaya hidup yang

diberikan oleh Beastudi Etos membuat responden aktif melakukan kegiatan

ekonomi mandiri. 78.0 persen responden responden bekerja/berwirausaha dengan

bekerja pengajar bimbel, pengajar privat, berdagang, menjadi pelaksana event

organizer.

Keteraturan penerimaan beasiswa

Keteraturan penerimaan beasiswa dalam penelitian ini dilihat dari dua segi

yaitu dari segi waktu dan jumlah. Keteraturan dari segi waktu untuk melihat

apakah penerima beasiswa tepat waktu dalam menerima beasiswa. Keteraturan

dari segi jumlah untuk melihat apakah jumlah beasiswa yang diterima oleh

penerima beasiswa sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.

Tabel 26 Jumlah dan persentase responden menurut keteraturan penerimaan

beasiswa

No Keteraturan penerimaan beasiswa Jumlah (n) Persentase (%)

1 Tanggal penerimaan beasiswa

a. 1 s/d 10 27 65.9

b. 11 s/d 20 14 34.1

c. 21 s/d 31 0 0.0

Total 41 100 .0

2

Frekuensi terjadinya pengurangan

jumlah beasiswa (kali)

a. Tidak pernah 7 17.1

b. 1 - 5 31 75.6

c. > 5 3 7.3

Total 41 100.0

Sebanyak 65.9 persen responden menjawab menerima beasiswa di tanggal

1-10. Kondisi tersebut memberikan informasi bahwa pengelola beasiswa

menjalankan program berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Beastudi

Etos. SOP Beastudi Etos menyatakan bahwa uang saku dikirim maksimal tanggal

10 setiap bulan berjalan.

Sebanyak 75.6 persen responden menyatakan bahwa terjadi pengurangan

jumlah beasiswa antara 1 – 5 kali dalam satu tahun. Alasan pengurangan beasiswa

sebagian besar adalah karena adanya sanksi yang diberikan kepada mahasiswa.

Page 72: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

52

penerima Beastudi Etos. Sanksi pemotongan uang saku diberlakukan jika

penerima beasiswa Beastudi Etos melakukan pelanggaran kedisiplinan dalam

pembinaan dan pendampingan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas

responden pernah melakukan pelanggaran kedisiplinan dalam pembinaan maupun

pendampingan.

Manfaat terbesar dari pemberian beasiswa yang dirasakan responden adalah

memenuhi kebutuhan hidup selama kuliah (97.6%), bisa membeli sarana

penunjang kuliah (63.4%), menenangkan hati karena ada jaminan biaya kuliah

(53.7%), bisa membantu orang tua dengan mengirimkan sebagian dana beasiswa

(53.7%), dan membuat jadi tidak minder (36.6%).

Meskipun sebagian besar responden memiliki sumber pendapatan lain,

namun keterlambatan beasiswa tetap memberikan dampak negatif bagi responden.

Hal tersebut karena beasiswa menyumbang 72.8 persen dari rata-rata pengeluaran

bulanan. Keterlambatan beasiswa akan memberi dampak diantaranya : (1)

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok; (2) terlambat membayar iuran kelas;

(3) harus mencari pinjaman ke orang lain; (4) mengubah menu makan; (5) puasa;

(6) menghambat pembayaran akademik; (7) mobilitas menurun; (8) harus

membongkar tabungan; (9) tidak bisa menghubungi orang tua.

Kompetensi pendamping

Pendamping dalam penelitian ini adalah orang yang bertugas

mendampingi penerima beasiswa di asrama Beastudi Etos. Pendamping

merupakan agen perubahan. Keberadaan agen perubahan menurut kajian

penyuluhan memiliki peran yang penting. Rogers (2003) menyatakan bahwa arti

penting agen perubahan adalah bahwa agen perubahan sebagai penghubung yang

memfasilitasi inovasi perubahan dari lembaga yang ingin mengadakan perubahan

kepada kelayan.

Rogers (2003) menjabarkan bahwa keberhasilan agen perubahan ditentukan

oleh : (1) usaha yang sungguh-sungguh dari agen perubahan khususnya dalam

aktivitas komunikasi dengan kelayan; (2) berorientasi pada kelayan; (3) sesuai

dengan kebutuhan kelayan; (4) memiliki empati; (5) homophily atau kontak agen

perubahan yang menunjukkan kesetaraan dengan kelayan.

Havelock (1973) mengajukan empat hal yang harus dilakukan agen

perubahan untuk menjalin hubungan dengan kelayan yaitu : (1) memiliki sikap

bersahabat; (2) kesamaan dengan kelayan; (3) menciptakan manfaat bagi kelayan;

(4) responsif. Penelitian ini berusaha mengukur kompetensi pendamping dengan

mengacu kepada Havelock (1973). Alasan yang mendasari peneliti memilih

konsep Havelock adalah karena pendamping beasiswa Beastudi Etos tinggal

bersama mahasiswa penerima beasiswa, sehingga perilaku keseharian

pendamping menjadi penting karena bisa diamati langsung oleh mahasiswa

penerima beasiswa selaku kelayan.

Page 73: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

53

Tabel 27 Jumlah dan persentase responden menurut kompetensi pendamping

No Kompetensi Pendamping

(skor)

Jumlah (n) Persentase (%)

1 5 2 4.9

2 6 1 2.4

3 9 4 9.8

4 10 6 14.6

5 11 11 26.8

6 12 17 41.5

Total 41 100.0

Kisaran (min – max) 5 - 12

Pendamping beasiswa Beastudi Etos direkrut baik dari dalam maupun luar

sistem. Pendamping yang berasal dari dalam sistem artinya berasal dari

mahasiswa yang telah selesai menerima beasiswa Beastudi Etos. Pendamping

yang berasal dari luar sistem direkrut dari orang yang tidak pernah menerima

beasiswa Beastudi Etos. Pada Beastudi Etos Bogor terdapat satu pendamping dari

dalam sistem, dan dua pendamping dari luar sistem. Sedangkan pada Beastudi

Etos Jakarta, seluruh pendamping berasal dari luar sistem.

Havelock (1973) menjelaskan bahwa keuntungan agen perubahan dari dalam

sistem adalah : (1) memahami sistem sosial karena berasal dari sistem sosial yang

sama dengan kelayan; (2) mengerti norma-norma yang berlaku; (3) dapat

mengidentifikasi kebutuhan dan aspirasi dari sistem sosial kelayan; (4) telah

dikenal oleh kelayan; dan (5) dapat berbicara dengan bahasa yang sama baiknya

dengan kelayan. Kerugian agen perubahan dari dalam sistem adalah : (1) kurang

memiliki perspektif karena dia menjadi bagian dari sistem; (2) mungkin tidak

memiliki basis kekuasaan yang cukup (kecuali bila agen perubahan tersebut

berada di puncak kekuasaan dari sistem sosialnya).

Keuntungan agen perubahan dari luar sistem adalah : (1) tidak dibebani

dengan stereotype yang negatif; (2) memiliki perspektif lebih luas; (3)

independen. Kerugian agen perubahan dari luar sistem adalah: (1) dianggap orang

asing oleh kelayan; (2) kurang memahami keadaan kelayan; dan (3) kurang

mampu mengidentifikasi kebutuhan kelayan.

Hasil wawancara dengan pendamping, menunjukkan pendamping dari dalam

sistem merasa : (1) lebih menikmati tugasnya menjadi pendamping karena sejak

menjadi mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos sudah berinteraksi dengan

mahasiswa penerima beasiswa saat ini; (2) lebih memahami akan tugas

pendampingan. Pendamping dari luar sistem menyatakan kesulitan ketika awal

menjadi pendamping. Hal tersebut terjadi karena ketika terjadi pergantian

pendamping, orientasi bagi pendamping baru lebih menekankan pada tugas

administratif, teknis penyusunan kurikulum, dan teknis pelaksanaan pembinaan

(sumber : wawancara dengan pendamping, 20 Januari 2014)

Page 74: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

54

Karakteristik Sosial Responden

Bandura (Salkind 1981) mengemukakan bahwa individu merupakan

mediator yang aktif mengoperasikan lingkungan untuk suatu harapan tertentu.

Teori belajar sosial mengungkapkan konsep efikasi yang ada dalam diri manusia.

Efikasi merupakan kepercayaan akan kemampuan diri untuk melakukan sesuatu

dalam upaya mencapai tujuan. Efikasi tinggi jika bertemu dengan lingkungan

yang responsif akan membuat seseorang menjadi sukses dan mampu

melaksanakan tugas sesuai kemampuannya. Efikasi tinggi jika bertemu dengan

lingkungan yang tidak responsif maka akan menimbulkan keinginan untuk

mengubah lingkungan menjadi responsif. Efikasi rendah jika bertemu dengan

lingkungan yang responsif akan mencetak seseorang menjadi apatis dan merasa

tidak mampu. Efikasi rendah jika bertemu dengan lingkungan yang tidak responsif

dapat membuat seseorang menjadi depresi.

Lingkungan akademik

Lingkungan akademik dipilih untuk melihat interaksi responden dengan

dosen, tenaga kependidikan, dan keterlibatan mahasiswa penerima beasiswa

dalam kegiatan pengembangan keilmuan selain kuliah.

Tabel 28 Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan akademik

No Lingkungan akademik Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Jumlah dosen yang dikenal (orang)

> 10 13 31.7

6 - 10 14 34.1

< 6 14 34.1

Total 41 100.0

2 Jumlah tenaga kependidikan yang dikenal (orang)

> 10 9 22.0

6 - 10 13 31.7

< 6 19 46.3

Total 41 100.0

3 Frekuensi keikutsertaan dalam acara pengembangan

keilmuan

> 4 kali 27 65.9

3 - 4 kali 11 26.8

< 3 kali 3 7.3

Total 41 100.0

4 Frekuensi keikutsertaan dalam kompetisi ilmiah

> 4 kali 8 19.5

3 - 4 kali 10 43.5

< 3 kali 23 56.1

Total 41 100.0

Page 75: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

55

Tabel 28 memberikan informasi bahwa interaksi responden dengan

lingkungan akademik berada pada kategori sangat baik (26.8%), baik (46.4%),

kurang baik (26.8%), dan tidak baik (0.0%). Dosen dan tenaga kependidikan

merupakan orang dewasa yang bisa menjadi sumber belajar responden. Kegiatan

keilmuan bisa menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan responden selain

dari kegiatan perkuliahan.

Lingkungan kemahasiswaan

Lingkungan kemahasiswaan menggambarkan interaksi mahasiswa penerima

beasiswa Beastudi Etos dengan teman sebaya dan keterlibatan dalam organisasi

kemahasiswaan di kampus. Pada masa remaja, keberhasilan hubungan yang baik

dengan teman sebaya merupakan salah satu indikator ke arah pencapaian self

realization. Keberhasilan tersebut ditandai dengan : (1) memiliki satu atau lebih

sahabat dekat; (2) dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab

tertentu (Havigurst 1961).

Tabel 29 Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan kemahasiswaan

No Lingkungan kemahasiswaan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Jumlah organisasi kemahasiswaan

yang diikuti

> 4 14 34.1

3 s/d 4 16 39.0

< 3 11 26.8

Total 41 100.0

2 Jumlah teman dekat

> 10 orang 24 58.5

6 - 10 orang 9 22.0

1 - 5 orang 8 19.5

Total 41 100.0

Hasil kategorisasi dari tabel 29 mendapatkan hasil bahwa responden

memiliki hubungan dengan lingkungan kemahasiswaan pada kategori baik

(56.1%), sedang (31.7%), dan rendah (12.2%). Kondisi tersebut memperlihatkan

bahwa responden telah dapat memenuhi salah satu tugas perkembangan remaja

menurut Havigurst (1961).

Page 76: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

56

Lingkungan Asrama

Asrama beasiswa Beastudi Etos merupakan tempat tinggal mahasiswa

responden. Responden tinggal bersama pendamping di asrama. Lingkungan

asrama pada penelitian ini dilihat dari : (1) jarak asrama ke kampus; (2)

kemanfataan pendampingan di asrama. Aspek jarak merupakan aspek lingkungan

fisik yang bisa mempengaruhi proses belajar. Kemanfaatan pendampingan

mengukur manfaat yang dirasakan responden tentang pendampingan yang

dilakukan beasiswa.

Tabel 30 Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan

No Lingkungan Asrama Jumlah (n) Persentase (%)

1 Jarak asrama ke kampus

< 1 km 31 75.6

1 - 2 km 9 22.0

> 2 km 1 2.4

Total 41 100.0

2 Sarana transportasi untuk ke

kampus

Jalan kaki 24 58.5

Jalan kaki dan atau kendaraan lain 10 24.4

Kendaraan 7 17.1

Total 41 100.0

3 Manfaat Pendampingan (skor)

1 18 44.0

2 13 31.7

3 4 9.8

4 4 9.8

5 2 4.9

Total 41 100.0

Sebanyak 75.6 persen responden menyatakan bahwa jarak antara asrama

dengan kampus kurang dari 1 km. Jarak antara asrama dengan kampus yang dekat

membuat sebagian besar mahasiswa penerima beasiswa berjalan kaki untuk ke

kampus (58.5%). Hal tersebut membuat pengeluaran biaya untuk transportasi bisa

ditekan. Jarak yang dekat juga membuat responden tidak perlu mengeluarkan

tenaga berlebih untuk ke kampus, sehingga tidak menyebabkan kelelahan pada

fisik responden. Berjalan kaki ke kampus justru bisa menjadi cara responden

berolah raga sehingga bisa menyehatkan badan responden.

Sarana prasarana asrama dan jenis hal yang diatur di asrama beasiswa

Beastudi Etos Bogor dan Jakarta menunjukkan kesamaan di setiap asrama. Sarana

prasarana yang relatif sama terlihat pada : (1) satu kamar dihuni oleh 1-2 orang

mahasiswa penerima beasiswa; (2) fasilitas dalam kamar adalah tempat

tidur/kasur, lemari pakaian, dan meja belajar; (3) adanya ruangan yang cukup luas

Page 77: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

57

yang dijadikan tempat berkumpul; (4) kamar mandi 2; (5) adanya papan nama

yang menunjukkan identitas asrama.

Pada pengelolaan asrama, terdapat aturan-aturan yang disepakati bersama

antara pendamping dan mahasiswa penerima beasiswa. Berdasarkan

pengelompokan data dari kuesioner, secara garis besar ada lima peraturan utama

di asrama yaitu : (1) kebersihan dan kerapihan; (2) kesopanan; (3) saling

menghormati; (4) disiplin; (5) tanggung jawab. Peraturan tentang kebersihan dan

kerapihan berkaitan dengan jadwal piket asrama yang meliputi piket harian dan

piket pekanan. Kesopanan berkaitan dengan aturan jam malam, dan aturan

peminjaman barang antar sesama penghuni asrama. Saling menghormati

berhubungan dengan interaksi antar mahasiswa penerima beasiswa. Disiplin

berkaitan dengan adanya peraturan sanksi bagi yang melanggar. Tanggung jawab

berkaitan dengan peraturan pemakaian fasilitas umum di asrama seperti kamar

mandi, dapur, dan jemuran.

Analisis Efektivitas Program Beasiswa

Rogers (2003) menyatakan bahwa efektivitas adalah tingkat kemampuan

suatu program mencapai tujuannya. Boyle (1981) membagi ada tiga jenis program

yaitu developmental programs, institutional programs, dan informational

programs. Ciri utama developmental programs adalah ditandai dengan adanya

proses identifikasi permasalahan utama yang dihadapi kelayan dan kemudian

mengembangkan pendidikan untuk membantu individu atau masyarakat kelayan

menyelesaikan masalahnya. Institutional programs fokus pada pengembangan

kemampuan orang-orang di dalam program terkait dengan kemampuan

menyelesaikan tugas (kompetensi). Informational programs berkaitan dengan

mengidentifikasi informasi baru yang kemudian didistribusikan. Program

beasiswa memiliki ciri developmental programs, maka beasiswa termasuk

kategori developmental programs.

Analisis tentang efektivitas program beasiswa perlu memandang program

beasiswa sebagai suatu sistem yang holistik. Efektivitas tidak hanya diukur

melalui hasil dari program beasiswa. Efektivitas program beasiswa perlu

melibatkan analisis input dan proses yang mendasari tercapainya hasil yang

didapat. Input program beasiswa berkaitan dengan ketepatan pemilihan sasaran

penerima beasiswa. Proses beasiswa selain berupa pengelolaan beasiswa, juga

sinergisitas pengelolaan beasiswa dengan lingkungan sosial mahasiswa penerima

beasiswa.

Efektivitas adalah tingkat kemampuan suatu program memenuhi tujuannya

(Rogers, 2003). Dalam upaya mengukur efektivitas beasiswa sebagai program

pemberdayaan, Boyle (1981) telah menjabarkan beberapa standar efektivitas

berdasarkan jenis program. Beasiswa merupakan suatu program yang bertujuan

memberikan bantuan biaya bagi siswa/mahasiswa miskin agar dapat menikmati

pendidikan. pemberdayaan, sehingga analisis efektivitas program beasiswa pada

penelitian ini akan mengacu pada standar efektivitas program pembangunan.

Efektivitas program pembangunan (developmental) diukur dari : (1) kualitas

Page 78: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

58

solusi atas permasalahan yang dihadapi, dan (2) tingkat kemampuan individu,

kelompok atau masyarakat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah.

Tujuan utama pemberian beasiswa Beastudi Etos adalah agar mahasiswa

penerima beasiswa yang berasal dari kelompok tidak mampu bisa mendapatkan

pendidikan. Sehingga kualitas hasil kuliah diukur melalui capaian prestasi

akademis. Permasalahan utama yang dihadapi mahasiswa penerima beasiswa

Beastudi Etos adalah keterbatasan dana. Sehingga solusi dari permasalahan

tersebut adalah terpenuhinya kebutuhan dana. Sebagai program pemberdayaan

beasiswa Beastudi Etos juga bertujuan menumbuhkan kemandirian. Hal itu

tercermin pada beasiswa Beastudi Etos yang tidak memberikan bantuan penuh

dengan dasar pemikiran agar mahasiswa penerima beasiswa mampu

mengembangan potensi-potensi kemandirian. Sehingga pengukuran terhadap

tingkat kemampuan mengembangkan penyelesaian masalah pada penelitian ini

dilakukan dengan cara melihat kesiapan dana yang dimiliki oleh penerima

beasiswa untuk biaya menyelesaikan kuliah

Tabel 31 Jumlah dan persentase responden menurut efektivitas program beasiswa

No Efektivitas program beasiswa Jumlah

(n)

Persentasi

(%)

1 Kepastian penyelesaian studi (skor)

Baik (5-6) 23 56.1

Sedang (3-4) 18 43.9

Rendah (< 3) 0 0.0

Total 41 100.0

2 Prestasi akademik

Sangat baik (10-12) 2 4.9

Baik (7-9) 33 80.5

Kurang baik (4-6) 6 14.6

Tidak baik (< 4) 0 0.0

Total 41 100.0

Pada sub peubah kepastian penyelesaian studi, mahasiswa penerima

beasiswa Beastudi Etos berada pada kategori baik (56.1%) dan sedang (43.0%).

Kepastian penyelesaian studi merupakan sub peubah yang bertujuan melihat

kemampuan individu mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos dalam

menyiapkan dana untuk biaya kuliah.

Mayoritas responden (56.1%) memiliki kepastian penyelesaian studi yang

baik karena didasari oleh kondisi bahwa 78% mahasiswa penerima beasiswa

memiliki aktivitas ekonomi mandiri. Aktivitas ekonomi yang dilakukan antara

lain menjadi pengajar bimbel, mengajar privat, berdagang, dan menjadi pengelola

event organizer.

Selain menjalankan aktivitas ekonomi mandiri, mahasiswa penerima

beasiswa Beastudi Etos memiliki kesadaran menabung. Kesadaran menabung

mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos tercermin dalam hasil yang

menunjukkan bahwa : (1) sebanyak 51.2% responden menyatakan menabung

Page 79: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

59

lebih dari 3 kali dalam satu semester, (2) sebanyak 24.4% menabung 2-3 kali

dalam satu semester, dan (3) sebanyak 24.4% menabung kurang dari 2 kali dalam

satu semester.

Hasil prestasi akademik mayoritas mahasiswa penerima beasiswa

menunjukkan bahwa : (1) sebanyak 80.5 persen responden tergolong baik, (2)

sebanyak 14.6 persen responden memiliki prestasi akademik yang kurang baik,

dan (3) 4.9 persen responden memiliki prestasi yang sangat baik. Hasil prestasi

akademik mahasiswa penerima beasiswa dalam kategori baik terutama ditopang

oleh capaian indeks prestasi yang mana 73.2% mahasiswa penerima beasiswa

Beastudi Etos memiliki Indeks Prestasi 3.0 – 3.49. Sebanyak 22 persen responden

memiliki Indeks Prestasi 2.0 – 2.99, dan 4.8 persen memiliki Indeks Prestasi 3.5 –

4.0. Selain capaian Indeks Prestasi yang baik, prestasi akademik responden juga

terlihat dari adanya kenaikan Indeks Prestasi. Sebanyak 87.8 responden

responden mengalami kenaikan Indeksi Prestasi 1 – 2 kali.

Penelitian ini mengungkap data bahwa prestasi akademik responden yang

berada pada kategori baik diduga karena responden memiliki performa kuliah

yang baik. Kehadiran responden dalam perkuliahan sebagian besar (61.0%) lebih

dari 90%. Kondisi tersebut membuat responden berada pada standar aman untuk

kegiatan perkuliahan. Responden juga memiliki semangat belajar mandiri seperti

berkunjung ke perpustakaan, dan belajar mandiri di asrama. Hal tersebut

tergambar dari data sebagai berikut :

Tabel 32 Jumlah dan persentase responden menurut performa kuliah

No Tingkat partisipasi dalam perkuliahan Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Tingkat kehadiran dalam perkuliahan

> 90 % 25 61.0

80 - 90 % 15 36.6

< 80% 1 2.4

TOTAL 41 100.0

2 Rata-rata berkunjung ke perpustakaan

> 6 kali 30 73.2

4 - 6 kali 5 12.2

1 - 3 kali 6 14.6

TOTAL 41 100.0

3 Rata-rata lama belajar mandiri

> 4 jam 6 14.6

2 - 4 jam 18 43.9

< 2 jam 17 41.5

TOTAL 41 100.0

Page 80: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

60

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Efektivitas Beasiswa

Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas beasiswa

dilakukan dengan melalui uji regresi dengan delapan peubah bebas, dan dua

peubah terikat. Peubah bebas yang digunakan adalah : (1) pendapatan keluarga;

(2) besar keluarga; (3) pekerjaan ayah; (4) kemampuan pemenuhan kebutuhan

primer; (5) persepsi tentang pengelolaan beasiswa; (6) lingkungan akademi; (7)

lingkungan kemahasiswaan; (8) lingkungan asrama. Efektivitas beasiswa sebagai

peubah bebas diukur melalui : (1) kepastian penyelesaian studi; (2) prestasi

akademik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik

parametrik yaitu uji regresi linier berganda dengan tingkat akurasi hasil yang

diharapkan 90 persen.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepastian Penyelesaian Studi

Kepastian penyelesaian studi dalam penelitian ini dilihat dari kemampuan

responden memenuhi kebutuhan biaya pendidikan. Dasar pemikian pemilihan sub

peubah kepastian studi adalah karena beasiswa Beastudi Etos tidak memberikan

beasiswa secara penuh, sehingga responden perlu memiliki ketersediaan dana

untuk menjamin keberlangsungan kuliah.

Hipotesis : Kepastian penyelesaian studi (Y1) dipengaruhi oleh karakteristik

individu (X1), pengelolaan beasiswa (X2), dan karakteristik sosial (X3) responden.

Hasil uji regresi menunjukkan hasil :

Tabel 33 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepastian penyelesaian studi

No Sub peubah Koefisien Regresi α

1 Konstanta 4960 0.144

2 Pendapatan keluarga 4.490E-8 0.810

3 Jumlah anggota keluarga 0.000 0.998

4 Pekerjaan ayah -0.205 0.372

5 Pemenuhan kebutuhan primer 0.004 0.981

6 Motivasi untuk kuliah -0.508 0.070*

7 Pengelolaan beasiswa 0.035 0.720

8 Lingkungan akademik 0.066 0.537

9 Lingkungan kemahasiswaan -0.197 0.235

10 Lingkungan asrama 0.527 0.055*

Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian

penyelesaian studi karena nilai signifikansi 0.0810 > 0.10. Pada kasus mahasiswa

penerima beasiswa, kebutuhan biaya sebagian besar dipenuhi oleh beasiswa. Rata-

rata pengeluaran mahasiswa penerima beasiswa adalah Rp 686.000,00 per bulan.

Page 81: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

61

Beasiswa yang diterima sejumlah Rp 500.000,00 per bulan. Beasiswa mampu

memenuhi 73 persen dari kebutuhan biaya hidup responden selama sebulan.

Kondisi responen juga menunjukkan bahwa 78.0 persen responden sudah

memiliki penghasilan tambahan dari kegiatan ekonomi mandiri. Terpenuhinya

kebutuhan finansial dari beasiswa dan kegiatan ekonomi mandiri menyebabkan

berkurangnya ketergantungan mahasiswa penerima beasiswa kepada orang tua

dalam hal pengadaan biaya untuk pendidikan.

Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Nurhayati (2011). Faktor yang

mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri

Berprestasi (PBSB) Institut Pertanian Bogor adalah kecerdasan emosional dan

kematangan sosial. Faktor usia, kegiatan kemahasiswaan, pendapatan keluarga,

dan besar keluarga tidak berpengaruh.

Standar kemiskinan menurut Bank Dunia (World Bank 2011) adalah

berdasarkan pendapatan per kapita per hari. Ada dua ukuran yang digunakan,

yaitu : (1) US$ 1 per kapita per hari, dan (2) US$ 2 per kapita perhari.

Penghitungan dengan menggunakan nilai kurs dari Bank Indonesia pada tanggal

21 Januari 2014, yakni Rp 12.122, maka garis kemiskinan untuk US$ 1 per hari

yaitu sebesar Rp 363.660,00. Garis kemiskinan untuk standar pendapatan US$ 2

per hari yaitu sebesar Rp 727.320,00. Hasil yang didapat adalah bahwa

berdasarkan standar kemiskinan Bank Dunia untuk pendapatan US$ 2, maka ada

sembilan (22%) keluarga mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos yang

masuk kelompok miskin, sedangkan 78 persen tidak masuk kelompok miskin.

Beastudi Etos mengukur kemiskinan dari standar kedhuafaan yang

dirumuskan dan digunakan di Dompet Dhuafa. Prinsip dasar penentuan standar

kedhuafaan yang digunakan pada Dompet Dhuafa adalah berdasarkan golongan

yang berhak menerima zakat. Mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos masuk

kepada golongan miskin. Pengertian miskin dalam terminologi zakat adalah

memiliki pekerjaan namun tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Standar

kedhuafaan Dompet Dhuafa dilihat dari penghasilan, jumlah anggota keluarga,

Upah Minimum Kota/Kabupaten yang berlaku pada saat seleksi dilaksanakan

(Standar Operasional Prosedur Beastudi Etos 2011).

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian

penyelesaian studi karena nilai signifikansi 0.998 > 0.10. Puar dalam Widayati

(2009) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan anak mengalami

kemerosotan prestasi adalah keluarga dengan banyak anggota keluarga.

Kegaduhan yang timbul oleh anggota keluarga dalam satu rumah menyebabkan

anak-anak yang akan mengerjakan pekerjaan rumah atau mengulang pelajaran di

rumah menjadi sulit konsentrasi. Terlebih jika anak tidak memiliki kamar terpisah

dan tidak ada sarana pendukung sederhana apapun, seperti meja kecil untuk baca

tulis.

Responden tidak lagi tinggal bersama orang tua. Sarana kamar di asrama

beasiswa Beastudi Etos juga kondusif bagi proses belajar karena : (1) satu kamar

besar (lebih dari ukuran 3 x 3 m) dihuni oleh maksimal dua orang; (2) terdapat

fasilitas meja untuk masing-masing mahasiswa penerima Beastudi Etos; (3)

Page 82: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

62

beberapa penerima beasiswa sudah memiliki sarana penunjang seperti laptop yang

semakin mendukung proses belajar.

Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Nurhayati (2011). Faktor yang

mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri

Berprestasi (PBSB) Institut Pertanian Bogor adalah kecerdasan emosional dan

kematangan social. Faktor usia, kegiatan kemahasiswaan, pendapatan keluarga,

dan besar keluarga berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi akademik

penerima beasiswa PBSB.

Pekerjaan Ayah

Pekerjaan ayah berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian

penyelesaian studi (nilai signifikansi 0.372 > 0.10). Pekerjaan ayah memiliki

keterkaitan dengan dengan pendapatan. Pekerjaan yang semakin baik diharapkan

mampu memberikan pendapatan yang lebih baik pula. Hanum (Widayati 2009)

dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara statistik, semakin baik status

ekonomi keluarga tidak secara nyata diikuti dengan semakin baiknya prestasi

belajar anak. Kenyataan ini menunjukkan bahwa prestasi belajar juga tergantung

pada kemampuan intelektual anak dan kemampuan anak dalam memanfaatkan

fasilitas dan kesempatan yang ada.

Pemenuhan Kebutuhan Primer

Pemenuhan kebutuhan primer berdasarkan hasil uji regresi menunjukkan

pengaruh tidak signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi (nilai signifikansi

0.981 > 0.10). Pemenuhan kebutuhan primer tidak berpengaruh signifikan

terhadap kepastian penyelesaian studi diduga karena responden sudah tidak

tinggal bersama keluarga responden.

Motivasi untuk kuliah

Motivasi untuk kuliah pada penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap

kepastian penyelesaian studi dengan nilai signifikansi 0.07 < 0.10. Kepastian

penyelesaian studi menilai kesiapan mahasiswa penerima beasiswa dalam

memenuhi kebutuhan biaya untuk keberlanjutan kuliah.

D. Katz dalam Havelock (1973) membagi fungsi motivasi terhadap perilaku

yang ditampilkan menjadi empat tipe yaitu : (1) the adjusted-utilitarian function,

(2) ego defensive function, (3) the value expressive function, (4) knowledge

function. Tipe The adjusted-utilitarian function memandang bahwa perilaku yang

nampak adalah untuk memenuhi kebutuhan. Tipe ego defensive menunjuk pada

perilaku yang berusaha melindungi diri dari konflik internal dan bahaya dari

eksternal. Tipe the value expression menunjukkan perilaku sebagai alat untuk

menjaga identitas pribadi atau citra diri. Tipe knowledge function menunjuk pada

kebutuhan individu untuk memahami sesuatu.

Page 83: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

63

Motivasi responden adalah sesuai dengan tipe the adjusted-utilitarian

function yang memandang bahwa perilaku yang nampak adalah untuk memenuhi

kebutuhan. Motivasi terbesar responden untuk kuliah adalah keinginan untuk

menuntut ilmu (85.4%), dan ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setelah

lulus (80.5%). Kondisi yang terjadi adalah beasiswa yang diterima tidak

memberikan bantuan hingga lulus. Responden memerlukan sumber pendapatan

lain untuk memenuhi kekurangan dana dari beasiswa. Hal tersebut yang

mendorong responden untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi mandiri.

Winkel (1996) menyatakan bahwa kondisi sosio kultural dapat

mempengaruhi proses belajar. Sosio kultural merupakan pandangan keluarga

mengenai pendidikan. Penelitian ini menemukan bahwa menurut responden,

keluarga responden menempatkan pendidikan sebagai prioritas kedua dalam

pengeluaran keluarga. Prioritas pertama adalah makan. Berdasarkan pendapat

Winkel (1996) maka keluarga yang menempatkan pendidikan anak-anak sebagai

prioritas akan mampu memberikan dukungan terhadap perkembangan belajar

anak.

Lippit (1958) menambahkan perlunya memperhatikan motivasi kelayan

untuk menjalankan perubahan berencana. Terdapat empat motivasi yang

ditemukan pada kelayan, yaitu : (1) kelayan merasa tidak puas dengan situasi yang

terjadi, (2) kelayan merasa ada kesenjangan antara apa yang terjadi dengan apa

yang seharusnya terjadi, (3) ada tekanan dari luar, (4) kebutuhan internal. Menurut

Lippit (1958), adanya kebutuhan internal merupakan motivasi yang paling siap

untuk segera melakukan perubahan berencana.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa karakteristik individu yang

berpengaruh signifikan terhadap efektivitas program beasiswa adalah motivasi

untuk kuliah. Kondisi keluarga tidak berpengaruh terhadap efektivitas program

beasiswa kecuali jumlah anggota keluarga. Rata-rata jumlah anggota keluarga

responden adalah enam orang, dengan mayoritas responden adalah anak sulung.

(43.9%). Sumber motivasi responden yang sebagian besar berasal dari orang tua

(97.6%). Orang tua menjadi sumber motivasi karena mahasiswa penerima

beasiswa ingin membahagiakan orang tua.

Analisis terhadap beberapa temuan data dari hasil penelitian adalah bahwa

kondisi keluarga menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi

responden untuk kuliah. Hal tersebut tercermin pada adanya ketidakpuasan dalam

diri responden terhadap kondisi keluarga (61.0%) sehingga menimbulkan

keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setelah lulus (80.5%).

Tanggung jawab terhadap keluarga juga tercermin pada pilihan responden untuk

memilih bekerja/berwirausaha untuk mendapatkan pendapatan tambahan.

Penjabaran tersebut memberikan informasi bahwa untuk mencapai tingkat

efektivitas program yang baik, seleksi penerima beasiswa perlu

mempertimbangkan motivasi untuk kuliah calon penerima beasiswa sebagai

faktor penilaian utama. Faktor kondisi keluarga perlu menjadi pertimbangan,

namun penekanannya lebih pada keadaan sosio kultural keluarga mahasiswa

penerima beasiswa. Sosio kultural yang bisa dipertimbangkan adalah : (1) jumlah

anggota keluarga; (2) urutan kelahiran penerima beasiswa dalam keluarga; dan (3)

prioritas pendidikan dalam keluarga penerima beasiswa.

Page 84: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

64

Pengelolaan beasiswa

Persepsi tentang pengelolaan beasiswa menurut hasil uji regresi berpengaruh

tidak signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi (nilai signifikansi 0.720 >

0.10). Tipe motivasi yang menjadi alasan perilaku mahasiswa penerima beasiswa

Beastudi Etos untuk bekerja/berwirausaha adalah the adjusted-utilitarian function.

Hal yang mendasari mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos untuk

bekerja/berwirausaha adalah karena secara biaya beasiswa Beastudi Etos tidak

memberikan bantuan penuh.

Pemberian beasiswa yang tidak penuh pada Beastudi Etos menjadi penyebab

tumbuhnya the adjusted-utilitarian function pada diri responden. Motivasi untuk

memenuhi kebutuhan tersebut semakin didorong dengan pembinaan yang

dilakukan, khususnya pada domain pengembangan diri. Hal ini didukung dalam

temuan bahwa manfaat terbesar dari pembinaan pengembangan diri menurut

responden adalah : (1) menumbuhkan kemandirian (87.8%); dan (2) kepercayaan

diri meningkat (87.8%). Motivasi untuk memenuhi kebutuhan biaya, diperkuat

dengan pembinaan yang menumbuhkan sikap kemandirian dan kepercayaan diri

membuat mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos memilih

bekerja/berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan biaya kuliah.

Lingkungan akademik

Lingkungan akademik berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian

penyelesaian studi (nilai signifikansi 0.527 > 0.10). Lingkungan akademik

mengukur hubungan mahasiswa penerima beasiswa dengan dosen, tenaga

kependidikan, dan keikutserataan dalam kegiatan pengembangan keilmuan.

Lingkungan akademik lebih berkaitan dengan perkuliahan, sedangkan kepastian

penyelesaian studi tentang cara mahasiswa penerima beasiswa memenuhi

ketersediaan dana untuk biaya kuliah. Hal tersebutlah yang membuat lingkungan

akademik tidak berpengaruh terhadap kepastian penyelesaian studi. Aktivitas

ekonomi mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa penerima beasiswa Beastudi

Etos sebagian besar dilakukan di luar lingkungan kampus.

Lingkungan kemahasiswaan

Lingkungan kemahasiswaan berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian

penyelesaian studi (nilai signifikansi 0.235 > 0.10). Alasan yang mendasarinya

adalah karena lingkungan kemahasiswaan tidak berkontribusi dalam upaya

mahasiswa penerima beasiswa menyiapkan ketersediaan dana untuk penyelesaian

studi. Lingkungan kemahasiswaan yang ditandai dengan keterlibatan organisasi

justru bisa menambah pengeluaran responden, misal untuk mobilitas mengikuti

acara organisasi maupun iuran-iuran organisasi.

Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Nurhayati (2011). Faktor yang

mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri

Berprestasi (PBSB) Institut Pertanian Bogor adalah kecerdasan emosional dan

kematangan social. Faktor usia, kegiatan kemahasiswaan, pendapatan keluarga,

dan besar keluarga berpengaruh tidak signifikan.

Page 85: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

65

Lingkungan asrama

Lingkungan asrama berpengaruh signifikan terhadap kepastian penyelesaian

studi dengan nilai signifikansi 0.055 < 0.10. Dua hal yang mendasari lingkungan

asrama berpengaruh terhadap kepastian penyelesaian studi yaitu lokasi asrama,

dan interaksi di dalam asrama. Berdasarkan data deskriptif, lokasi asrama

mahasiswa penerima Beastudi Etos berjarak kurang dari 1 km dari kampus. Jarak

yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki bisa memperkecil pengeluaran dana

responden.

Interaksi remaja menurut Martin dan Stendler (1959) dalam Maryam

terdapat tiga bentuk kelompok teman sebaya, yaitu : (1) bentuk good kid atau

remaja kutu buku merupakan kelompok teman sebaya yang datang ke sekolah

hanya untuk belajar tanpa melakukan kegiatan lain, (2) bentuk elite yaitu

kelompok sebaya yang dipimpin dan dibimbing oleh orang dewasa. Kelompok ini

biasanya senang melakukan kegiatan sekolah dan juga senang melakukan kegiatan

di luar sekolah (3) bentuk gank yaitu remaja yang dibentuk dan dipimpin oleh

remaja sendiri tidak suka beraktivitas yang berhubungan dengan sekolah atau

melakukan aktivitas anti sosial.

Kehidupan responden di asrama menunjukkan interaksi bentuk elit.

Kehidupan responden di asrama didampingi oleh pendamping asrama. Selain itu

juga dipantau oleh korda yang rutin mengunjungi setiap satu pekan sekali.

Pendamping dan korda merupakan orang dewasa yang bertugas membimbing

mereka. Aktivitas yang dilakukan diarahkan menuju hal yang positif dalam rangka

peningkatan kemampuan agama, akademik, pengembangan diri, dan sosial

responden.

Aktivitas keagamaan yang dilakukan di asrama memberikan manfaat

diantaranya : (1) menambah pengetahuan keagamaan; (2) membuat lebih rajin

beribadah; (3) lebih menjaga hubungan baik dengan orang lan; (4) lebih menjaga

diri dari perbuatan tidak bermanfaat. Peraturan-peraturan di asrama membuat

mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos lebih disiplin dan bertanggung

jawab.

Penerima Beastudi Etos memiliki beberapa kegiatan sosial yang berorientasi

ke masyarakat. Aktivitas sosial yang dilakukan responden ada yang bersifat

berkesinambungan, tapi ada juga yang hanya berupa satu kali kegiatan selesai.

Kegiatan sosial berkesinambungan yang dikelola oleh mahasiswa penerima

Beastudi Etos adalah Sekolah Desa Produktif. Sekolah Desa Produktif merupakan

konsep desa binaan berbasis sekolah yang dikelola oleh mahasiswa penerima

Beastudi Etos (sumber : wawancara dengan direktur Beastudi Indonesi).

Kegiatan sosial berupa satu kali kegiatan selesai yang dilakukan oleh

mahasiswa penerima Beastudi Etos antara lain : (1) Festival Anak Sholeh; (3)

Tebar Hewan Kurban; (3) Etos Expo. Festival Anak Sholeh merupakan acara

perlombaan keagamaan untuk anak-anak tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), dan

Sekolah Dasar (SD). Tebar Hewan Kurban adalah kegiatan kepanitian yang

dibentuk oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos untuk membagikan hewan

kurban pada saat Idul Adha. Hewan kurban yang dibagikan berasal dari

masyarakat melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa. Etos

Page 86: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

66

Expo adalah kegiatan try out (percobaan tes masuk) Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri. Etos Expo dilaksanakan bersamaan dengan seleksi

penerimaan mahasiswa Beastudi Etos.

Pendampingan asrama berpengaruh signifikan terhadap efektivitas program

beasiswa. Pendampingan asrama yang dilakukan kepada responden secara harian

pada penelitian ini terbukti dirasakan bermanfaat oleh responden. Responden

terlibat secara aktif pada proses pendampingan, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, hingga evaluasi. Pendamping yang mampu menunjukkan sikap

bersahabat, menunjukkan kesamaan dengan responden, dirasakan kemanfaatannya

oleh responden, dan responsif menjadi faktor yang membuat responden merasa

nyaman menjalani pendampingan.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik

responden

Prestasi akademik dalam penelitian ini dilihat dari nilai indeks prestasi

responden serta keterlibatan dan prestasi responden dalam kompetisi ilmiah.

Hipotesis : prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa dipengaruhi oleh

karakteristik individu (X1), pengelolaan beasiswa (X2), dan karakteristik sosial

mahasiswa penerima beasiswa (X3).

Tabel 34 Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik No Sub peubah Koefisien Regresi α

1 Konstanta 4.446 0.224

2 Pendapatan -1.831E-7 0.368

3 Jumlah anggota keluarga 0.224 0.064*

4 Pekerjaan ayah 0.298 0.233

5 Pemenuhan kebutuhan primer -0.331 0.116

6 Motivasi untuk kuliah -0.159 0.637

7 Pengelolaan beasiswa 0.083 0.435

8 Lingkungan akademik 0.172 0.141

9 Lingkungan kemahasiswaan 0.105 0.556

10 Lingkungan asrama -0.095 0.742

Pendapatan

Pendapatan berpengaruh tidak signifikan dengan prestasi akademik karena

nilai signifikansi yang dihasilkan 0.368 > 0.10. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Widayati (2009) yang menyatakan bahwa pendapatan tidak

berhubungan dengan prestasi belajar. Pada penelitian ini, kondisi tersebut dapat

dipahami karena ketergantungan mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos

terhadap dukungan dana dari orang tua sudah mulai berkurang. Sumber

pendapatan mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos adalah dari beasiswa dan

kegiatan ekonomi mandiri yang dilakukan.

Page 87: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

67

Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap prestasi akademik. Hal

tersebut ditandai dengan nilai signifikansi 0.064 < 0.10. Hasil penelitian ini

menemukan bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga reponden adalah enam

orang.

Dugaan bahwa besar keluarga berpengaruh terhadap prestasi akademik

adalah karena rasa tanggung jawab dalam diri responden terhadap masa depan

keluarga. Rasa tanggung jawab tersebut membuat responden berusaha mencapai

prestasi akademik yang baik, agar bisa lulus dengan nilai yang baik. Lulus dengan

nilai yang baik akan membuka kesempatan yang lebih luas di dunia kerja. Dugaan

ini didasarkan pada salah satu motivasi untuk kuliah pada diri responden adalah

agar mendapatkan pekerjaan yang baik setelah lulus. Lepper et al (2005)

menyatakan bahwa capaian prestasi akademik dipengaruhi oleh jenis motivasi,

tingkat capaian prestasi akademik yang baik kemudian akan mampu

membangkitkan motivasi kembali, dan begitu seterusnya. Siswa yang berprestasi

akan menikmati proses belajar, merasa mampu untuk menghadapi tantangan, yang

pada akhirnya akan mendapat nilai yang baik dan mendapatkan respon yang

positif.

Pekerjaan ayah

Pekerjaan ayah berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi akademik

mahasiswa penerima beasiswa. Hal itu ditunjukkan dengan nilai signifikansi

0.233 > 0.10. Pekerjaan ayah berhubungan dengan jumlah pendapatan yang akan

didapatkan. Kemampuan mahasiswa penerima beasiswa untuk menjalankan

kegiatan ekonomi mandiri yang mampu menghasilkan menjadi faktor

berkurangnya ketergantungan kepada orang tua. Tempat tinggal yang terpisah

dengan orang tua semakin menjauhkan ketergantungan kepada orang tua. Segala

aktivitas belajar yang dilakukan lebih didominasi oleh kontrol diri responden.

Pemenuhan kebutuhan primer

Pemenuhan kebutuhan primer berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi

akademik karena nilai signifikansi 0.116 > 0.10. Hasil ini bertolakbelakang

dengan hasil penelitian Thoha (2006) yang menyatakan bahwa konsumsi protein

berpengaruh nyata terhadap prestasi mahasiswa di bidang kemampuan verbal,

kemampuan abstraksi, kemampuan kognitif, dan kemampuan keterampilan.

Tempat tinggal yang terpisah dengan orang tua semakin menjauhkan

ketergantungan kepada orang tua, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan primer.

Segala aktivitas belajar yang dilakukan lebih didominasi oleh kontrol diri

responden.

Page 88: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

68

Motivasi untuk kuliah

Motivasi untuk kuliah berhubungan tidak signifikan dengan prestasi

akademik responden (nilai signifikansi 0.637 > 0.10). Hal ini menjadi temuan

yang menarik karena mayoritas mahasiswa penerima beasiswa menyatakan

motivasi awal kuliah adalah ingin menuntut ilmu (85.4%). Jika motivasi adalah

menuntut ilmu, maka prestasi akademik yang baik seharusnya menjadi orientasi

utama. Tetapi karena mahasiswa penerima beasiswa membutuhkan dana untuk

biaya kuliah, maka motivasi the adjustment-utilitarian function lebih kuat

dibanding motivasi the knowledge function. Kondisi tersebut membuat mahasiswa

penerima beasiswa mahasiswa penerima beasiswa membagi fokus belajar

dengan bekerja mencari sumber pendapatan lain.

Pengelolaan beasiswa

Pengelolaan beasiswa berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi

akademik, karena nilai signifikansi 0.435. Hipotesis penelitian ini, pengelolaan

beasiswa dengan adanya pembinaan dan pendampingan berpengaruh terhadap

prestasi akademik. Hasil uji menunjukkan hipotesis tersebut ditolak.

Beastudi Etos memberikan pembinaan pada empat domain yaitu agama,

akademik, pengembangan diri, dan sosial. Dugaan penyebab pengelolaan

beasiswa Beastudi Etos tidak berpengaruh signifikan kepada prestasi akademik

responden adalah karena pembinaan yang dilakukan tidak fokus pada pencapaian

prestasi akademik. Pembinaan Beastudi Etos dilakukan pada empat domain.

Materi pembinaan yang diberikan setiap pekan berganti-ganti untuk memenuhi

profil yang diharapkan tercapai dari pembinaan. Dugaan kedua, beasiswa

tidak secara langsung berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Menurut Winkel

(1996), faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa diantaranya adalah

: (1) keadaan sosio ekonomis yang menunjuk pada kemampuan financial dan

perlengkapan material yang dimiliki sisiwa, (2) perasaan senang dalam belajar.

Tabel 35 Jumlah dan persentase responden menurut manfaat pemberian dana

beasiswa

No Manfaat pemberian dana beasiswa Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Membuat jadi tidak minder 15 36.6

2

Menenangkan hati karena ada jaminan

biaya kuliah 22 53.7

3

Bisa membantu orang tua dengan

mengirimkan sebagian dana beasiswa 22 53.7

4

Memenuhi kebutuhan hidup selama

kuliah 40 97.6

5

Bisa membeli sarana penunjang kuliah

seperti laptop, handphone 26 63.4

Page 89: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

69

Perasaan senang dalam belajar pada diri penerima beasiswa mampu

dibentuk dengan dukungan pengelolaan beasiswa. Misal : beasiswa yang selalu

tepat waktu akan mampu menenangkan hati penerima beasiswa karena tidak perlu

terlambat membayar iuran-iuran kelas. Keterlambatan membayar iuran kelas bisa

memberikan dampak negatif yaitu penerima beasiswa tidak bisa mendapatkan

fotokopi materi kuliah. Keterlambatan membayar iuran kelas juga berpotensi

membuat mahasiswa penerima beasiswa menjadi minder. Minder/tidak percaya

diri merupakan bentuk efikasi yang rendah yang jika tidak didukung dengan

lingkungan yang responsif bisa menumbuhkan depresi atau sikap apatis.

Hambatan besar bagi lulusan SMA/sederajat dari keluarga miskin yang telah

lolos seleksi penerimaan mahasiswa untuk masuk perguruan tinggi adalah ketika

harus membayar biaya masuk perguruan tinggi. Ketika calon mahasiswa tidak

sanggup membayar biaya masuk perguruan tinggi, maka akan hilang kesempatan

untuk kuliah. Ketika beasiswa mampu memberikan keterjaminan biaya sejak

calon mahasiswa dari keluarga miskin harus membayar biaya masuk perguruan

tinggi, maka itulah peran pertama program beasiswa yaitu menumbuhkan harapan

untuk kuliah.

Berdasarkan dari hasil uji statistik ditemukan fakta bahwa pengelolaan

beasiswa tidak menunjukkan pengaruh signifikan baik terhadap kepastian

penyelesaian studi maupun prestasi akademik. Pemberian beasiswa dalam bentuk

bantuan biaya berperan membangkitkan motivasi untuk kuliah. Peran tersebut

sebagaimana ditemukan dalam penelitian ini bahwa manfaat pemberian beasiswa

adalah : (1) memenuhi kebutuhan hidup selama kuliah; (2) bisa membeli saran

penunjang kuliah; (3) menenangkan hati karena ada jaminan biaya kuliah; (4) bisa

membantu orang tua; (5) membuat tidak minder. Manfaat yang dirasakan dengan

adanya bantuan besiswa berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis

dan psikologis yang secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar.

Hal yang menarik dari hasil penelitian tentang pengelolaan beasiswa adalah

terkait pembinaan. Pembinaan yang dilakuan oleh lembaga pemberi beasiswa

tidak berpengaruh terhadap efektivitas program beasiswa. Terdapat beberapa

temuan data lapangan yang bermanfaat untuk menjelaskan penyebab mengapa

pengelolaan beasiswa tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Pertama,

berdasarkan data tingkat keaktifan responden mengikuti pembinaan rutin

ditemukan data bahwa mayoritas responden (87.8%) tidak hadir dalam pembinaan

1-5 kali dalam satu semester. Tingkat keterlambatan mayoritas responden (80.5%)

pada kegiatan pembinaan adalah 1 – 5 kali dalam satu semester. Artinya dari

tingkat keaktifan, mayoritas responden hadir lebih dari 75 persen (satu semester =

24 pekan). Kedua adalah 87.8 persen responden menyatakan bahwa pengelola

beasiswa yang dominan menyusun rencana pembinaan. Ketiga, pembinaan rutin

yang dilakukan beasiswa Beastudi Etos dilakukan pada empat domain yaitu : (1)

agama, (2) akademik, (3) pengembangan diri, (4) sosial.

Hasil temuan pertama dan kedua jika dikaitkan dengan teori belajar orang

dewasa maka penyebab pengelolaan program beasiswa tidak efektif meningkatkan

prestasi mahasiswa adalah diduga karena pembinaan yang dirancang tidak sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa penerima beasiswa.

Bentuk ideal sebuah program pemberdayaan adalah tingginya tingkat

partisipasi masyarakat sasaran. Pretty dan Guijt (Mikkelsen 2011) menjelaskan

Page 90: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

70

bahwa pendekatan pembangunan partisipastif harus dimulai dengan orang-orang

yang paling mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri. Pendekatan ini

harus menilai dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka, dan

memberikan sarana yang perlu bagi mereka supaya dapat mengembangkan diri.

Kurangnya pelibatan mahasiswa penerima beasiswa pada perencanaan

pembinaan juga diakui oleh oleh pendamping. Pada wawancara, pendamping

menyatakan bahwa :

…Pernah kami coba untuk memberi kesempatan kepada etoser untuk

mengusulkan apa materi yang dibutuhkan dalam pembinaan. Namun hasilnya,

usulan terlalu banyak. Karena etoser mengusulkan apa yang mereka inginkan

bukan apa yang mereka butuhkan…(sumber : wawancara dengan pendamping, 20

Januari 2014)

Pendekatan ilmu penyuluhan memandang bahwa tahapan pertama proses

perubahan berencana adalah kebutuhan untuk berubah (Lippit et al, 1958). Pada

tahap ini masyarakat sasaran tidak secara otomatis menyadari masalah yang

dihadapinya. Seringkali masyarakat sasaran tidak bisa membedakan kebutuhan

dan keinginan.

Tiga hal yang bisa dilakukan agen perubahan adalah : (1) menganalisa

kesulitan yang dihadapi kelayan dan memberikan bantuan secara langsung atau

bertahap untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat sasaran (peran agen

perubahan lebih dominan; (2) menghubungi kembali kelayan dan merumuskan

bersama dengan kelayan, (3) jika masyarakat sasaran telah menyadari

kebutuhannya, maka proses perubahan berencana bisa dilakukan.

Perubahan berencana akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sasaran jika

agen perubahan memilih cara kedua dan dilanjutkan dengan cara ketiga.

Pendamping Beastudi Etos memilih opsi yang pertama, dengan memberikan peran

yang lebih dominan pada pendamping. Hal tersebut pada akhirnya mengurangi

peran responden untuk menentukan kebutuhannya. Mikkelsen(2011) menyatakan

bahwa partisipasi menghasilkan pemberdayaan yakni setiap orang berhak

menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut

kehidupannya.

Kesadaran masyarakat sasaran akan kebutuhannya untuk berubah

menandakan bahwa tahap pertama perubahan berencana sudah dilakukan.

Tahapan perubahan selanjutnya akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan agen

perubahan. Narasumber pembinaan sesungguhnya dapat berfungsi menjadi profil

yang memudahkan proses belajar dengan pengamatan pada responden. Pemilihan

narasumber pembinaan penting dilakukan. Narasumber pembinaan seharusnya

dipilih orang yang berpengalaman langsung terhadap materi yang disampaikan.

Lingkungan akademik

Nilai signifikansi lingkungan akademik adalah 0.141. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa lingkungan akademik tidak berpengaruh signifikan terhadap

efektivitas program beasiswa untuk meningkatkan prestasi mahasiswa. Hasil ini

sejalan dengan hasil penelitian Yusniati (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada

Page 91: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

71

hubungan antara lingkungan sosial (mahasiswa-dosen), (mahasiswa-teman),

mahasiswa-keluarga, mahasiswa-komunitas di asrama dengan prestasi akademik

mahasiswa.

Lingkungan kemahasiswaan

Lingkungan kemahasiswaan pada penelitian ini tidak berpengaruh signifikan

terhadap prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa (nilai signifikansi =

0.556 > 0.1). Soekanto (Widayati 2009) menyatakan model konseptual alokasi

waktu remaja meliputi kegiatan pribadi, kegiatan sekolah, kegiatan perjalanan,

dan kegiatan waktu luang. Hubungan responden dengan mahasiswa lain di

kampus lebih banyak berorientasi pada keterlibatan organisasi mahasiswa

dibandingkan dengan kegiatan akademik.

Lingkungan asrama

Lingkungan asrama tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi

akademik. Hal tersebut ditandai dengan nilai signifikansi 0.742 > 0.10. Kegiatan

di asrama Beastudi Etos yang dominan adalah pelaksanaan kegiatan keagamaan,

dan keterampilan hidup. Sejak bangun pagi, mahasiswa penerima beasiswa

Beastudi Etos melaksanakan kegiatan keagamaan pagi yaitu dimulai dari

menjalankan sholat subuh berjamah, dilanjutkan dengan tausiyah (nasihat) pagi,

dan dzikir harian. Petugas piket kebersihan akan menjalankan tugas piket setelah

aktivitas keagamaan pagi. Responden yang tidak bertugas piket akan menjalankan

aktivitas pribadi seperti mencuci, menyetrika, dan mandi.

Responden memiliki aktivitas masing-masing di siang dan sore hari.

Aktivitas yang dilakukan responden terutama kuliah, praktikum, aktivitas

organisasi, dan aktivitas ekonomi hingga sore hari. Responden akan kembali ke

asrama di sore hingga malam hari.

Aktivitas responden yang sudah pulang sebelum petang antara lain : (1)

menjalankan sholat Maghrib; (2) membaca Al Qur’an; (3) makan malam bersama

yang biasanya dilakukan di ruangan umum; (4) sholat Isya; (5) kadangkala ada

beberapa responden yang mengerjakan tugas atau belajar bersama sambil

menyaksikan televise, Batas jam malam masuk asrama adalah jam 21.00. Jika

responden pulang ke asrama lewat dari jam 21.00, harus mendapat ijin dari

pendamping untuk dapat masuk asrama. Pelanggaran jam malam akan masuk ke

dalam sanksi pemotongan uang saku (sumber : observasi lapangan di asrama

Beastudi Etos).

Aktivitas belajar responden lebih banyak dilakukan di kamar masing-masing

dan lebih bersifat pribadi . Sebaran program studi tempat responden berkuliah

juga diduga menjadi salah satu penyebab tidak optimalnya pendampingan di

bidang akademik. Responden berkuliah di 29 program studi. Keragaman program

studi responden yang tinggi membuat pendamping lebih menekankan pada

pendampingan yang bersifat dukungan psikologis, dan pendampingan teknis

belajar.

Page 92: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

72

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Karakteristik individu mahasiswa penerima beasiswa pada penelitian ini

ditandai dengan : (1) berusia antara 18 – 22 tahun; (2) mayoritas adalah

anak sulung; (3) berkuliah di Institut Pertanian Bogor dan Universitas

Indonesia; (4) berkuliah di 29 program studi dengan mayoritas berkuliah di

bidang ilmu sosial; (5) berasal dari sembilan provinsi di Indonesia; (6)

memiliki motivasi yang tinggi untuk kuliah; (7) memiliki interaksi yang baik

dengan lingkungan akademik, lingkungan kemahasiswaan, dan lingkungan

asrama.

2. Beasiswa efektif sebagai program pemberdayaan karena mampu

meningkatkan kepastian penyelesaian studi dan prestasi akademik penerima

beasiswa dengan cara menumbuhkan motivasi untuk kuliah, dan adanya

pendampingan harian yang dilakukan di asrama penerima beasiswa.

3. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap efektivitas program

beasiswa untuk meningkatkan prestasi mahasiswa adalah : (1) motivasi

untuk kuliah, (2) besaran keluarga, (3) lingkungan asrama.

Saran

Upaya untuk meningkatkan efektivitas program beasiswa dapat dilakukan

dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :

1. Pada proses seleksi penerima beasiswa, penilaian tentang motivasi untuk

kuliah dan kondisi sosio kultural keluarga perlu menjadi pertimbangan

utama karena motivasi yang tinggi pada calon penerima beasiswa akan

menjadi pendorong untuk mencapai prestasi tinggi.

2. Lembaga pemberi beasiswa perlu memberi perhatian pada kemudahan

persyaratan, ketercukupan beasiswa, keteraturan beasiswa dalam rangka

meningkatkan kondisi fisiologis dan psikologis yang menunjang mahasiswa

penerima beasiswa dalam mencapai prestasi akademik.

3. Lembaga pemberi beasiswa perlu meningkatkan pelibatan mahasiswa

penerima beasiswa dalam perencanaan pembinaan. Hal itu penting

dilakukan agar pembinaan yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan

mahasiswa penerima beasiswa.

4. Apabila skema pemberian beasiswa tidak memberikan bantuan secara

penuh, maka program beasiswa bisa memilih jenis pemberian bantuan non

tunai, seperti asrama yang dekat dengan kampus dan dilakukan

pendampingan terhadap penerima beasiswa.

Page 93: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

73

DAFTAR PUSTAKA

Abidin R, Andi. 2011. Analisis Gender Pada Gaya Pengasuhan, Proses

Pembelajaran di Kelas, Perilaku Sosial dan Prestasi Belajar Siswa SMA di

Kota Bogor [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Antoni, Ferry. 2012. Analisis IPK Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidik Misi

dengan Pendekatan Metode Chad [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Bandura, Albert. 1977. Social Learning Theory. New Jersey (US): Prentice Hall

[Beastudi Etos]. 2011. Standar Operasional Prosedur. Bogor (ID): Beastudi Etos

[Beastudi Indonesia]. 2014. Revitalisasi Pendamping. Bogor (ID): Beastudi

Indonesia

Bintarti, Arifah. 2003. Pola Komunikasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa

Universitas Terbuka di Unit Program Belajar Jarak Jauh Bogor [Tesis].

Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Boyle G, Patrick. 1981. Planning Better Programs. Wisconsin (US): Mc Graw

Hill Book Company

Boyd D, Robert. Tahun tidak diketahui. A Psychological Definitian of Adult

Education. Wisconsin (US): University of Wisconsin

Gunarsa S, Gunarsa Y. 2008. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga.

Jakarta (ID): BPK Gunung Mulia

Hariyanto, Bambang. 2004. Direktori Beasiswa Pendidikan Dasar, Menengah, dan

Tinggi Dalam dan Luar Negeri tahun 2004-2005. Jakarta (ID) :

www.rajaraja.com

Havelock G, Ronald. 1971. Planning for Innovation through Dissemination and

Utiization of Knowledge. Michigan (US): The University of Michigan

Havigurst, J Robert. 1974. Development Task and Education. New York (US):

David Mc Kay Company Inc

Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. 2006. Community Development. Volume ke-3.

Manullang S, Yakin N, Nursyahid M, penerjemah. Yogyakarta (ID):

Pustaka Pelajar. Terjemahan dari: Community Development: Community-

Based Alternatives in an Age of Globalisation

Page 94: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

74

Ife, Jim. 1995. Community Development Creating Community Alternatives-

Vision, Analysis dan Practice. Melbourne (AU): Longman

Lippit R, Watson J, Westley B. 1958. The Dinamic of Planned Change : a

Comparative Study of Principle and Techniques. New York (US) :

Hardcourt, Brace and World Inc

Mardikanto,Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta (ID) : UNS

Press

Mikkelsen, Britha. 2011. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya

Pemberdayaan: Panduan Bagi Praktisi Lapangan. Volume ke-5. Nalle M,

penerjemah. Jakarta (ID): Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia (ID).

Terjemahan dari: Methods for Development Work and Research: A Guide

for Practitioner

Nasution, S. 2007. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta (ID): Bumi Aksara

Nurani S. Atat. 2004. Pengaruh Kualitas Perkawinan, Pengasuhan Anak, dan

Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Anak [Tesis]. Bogor

(ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Nurgiantoro B, Gunawan, Marzuki. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian

Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press

Nurhayati, Suci. 2011. Analisis kecerdasan emosionel, kematangan social, self

esteem, dan prestasi akademik pada mahasiswa penerima program

beasiswa santri berprestasi (PBSB) Institut Pertanian Bogor [Skripsi].

Bogor (ID): Program Studi Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut

Pertanian Bogor

Prijono, S Onny dan Pranarka, AMW. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan

dan Implementasi. Jakarta (ID): Centre for Strategic and International

Studies

[Beastudi Etos]. Profil Beastudi Etos. 2011. Bogor (ID): Lembaga Pengembangan

Insani

Rogers M, Everett. 2003. Diffusion of Innovation Fifth Edition. New York (US):

Free Press

Rogers R, Carl. 1969. Freedom to Learn. Ohio (US) : Charles E Merrill

Publishing Company

Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta

Lainnya. Semarang (ID) : IKIP Semarang Press

Salkind J, Neil. 1985. Theories of Human Development. Kansas (US) : John

Wiley & Sons, Inc

Page 95: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

75

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta (ID): Graha Ilmu

Sarwono, Jonathan. 2009. Statistik Itu Mudah. Yogyakarta (ID) : Penerbit Andi

Simanjuntak, Megawati. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan

Keluarga dan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Penerima Program

Keluarga Harapan (PKH) [Tesis]. Bogor (ID) : Sekolah Pascsarjana

Institut Pertanian Bogor

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sopian. 1987. Metode Penelitian Survey, Jakarta

(ID): LP3ES

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung

(ID): Reflika Aditama

Syahyuti. 2003. Bedah Konsep Kelembagaan Strategi Pengembangan dan

Penerapannya dalam Penelitian Pertanian. Bogor (ID) : Pusat Penelitian

dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian

Thoha. 2006. Hubungan Pola Konsumsi Pangan, Pola Aktivitas, Status Gizi dan

Anemia Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Putri Diploma III

Kebidanan Yayasan Madani dan Asyifa di Kota Tangerang [Tesis]. Bogor

(ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Thorne, Kaye. 2005. The Art of Training: Coaching for Change. Jakarta (ID): PT

Gramedia Pustaka Utama

Tyler, W Ralp. 1949 .Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago

(US): The University of Chicago Press

Whitworth, Laura et al.2007. Co-active Coaching. California (US): Davies-Black

Publishing

Widayati, Wiwik. 2009. Analisis Pola Aktivitas, Tingkat Kelelahan dan Status

Anemia Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Siswa [Tesis].

Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta (ID) : Grasindo

Yusniati, Renny. 2008. Lingkungan Social dan Motivasi Belajar dalam

Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat

Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor TA 2007/2008 [Skripsi].

Bogor (ID) : Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Page 96: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

76

Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung (ID)

: PT Remaja Rosdakarya

Acuan Situs Website

[Bank Dunia]. 2006. Ikhtisar Laporan Bank Dunia tentang Kemiskinan di

Indonesia tahun 2006, [diunduh 2014 Feb 19] Tersedia di http://www.

sofian.staf.ugm.ac.id

[Beasiswa Djarum] Tentang Program Beasiswa Beswan Djarum. [diunduh 2014

Feb 20]. Tersedia di http://djarumbeasiswaplus.org/beswandjarum

Camps E, Vives MF. 2013. The Contribution of Psychological Maturity and

Personality in The Prediction of Adolescent Academic Achievement.

International Journal of Educational Psychology [Internet]. [diunduh 2014

Feb 8]; Vol 2 no 3. Tersedia pada: http://www.ijep.hipatiapress.com

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2013. Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara tahun 2013, [diunduh 2014 Feb 19]. Tersedia pada http://

www.anggaran.depkeu.go.id

[Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan]. 2011. Beasiswa dan Bantuan Pendidikan [diunduh 2014 Feb

21]. Tersedia di http://www.perpustakaan.kemdiknas.go.id

Hasan S, Hamid. Perkembangan Pendidikan Dasar dan Menengah (Naskah pada

buku Indonesia dalam Arus Sejarah [diunduh 2014 Feb 19]. Tersedia pada

http://www.file.upi.edu

[Karya Salemba Empat]. Program beasiswa. [diunduh dari 2014 Feb 20]. Tersedia

di http://www.karyasalemba4.org/node/74

Lepper, R.M. Iyengar, S.S. Corpus, H.J. 2005. Intrinsic and Extrinsic

Motivational Orientations in the Classroom: Age Differences and

Academic Correlates. Journal of Educational Psychology [Internet].

(diunduh 2014 Mar 1]; Vol 97 No 2. Tersedia pada academic.reed.edu

Linver, M.R., Davis-Kean, P., & Eccles, J.E. 2002. Influences of Gender on

Academic Achievement. Presented at the biennial meetings of the Society

for Research on Adolescence [internet]. New Orleans (US): ITWF Award.

[diunduh 2012 Mar 1]. Tersedia pada http://www.rcgd.isr.umich.edu

Lord J, Hutchison P. 1993. The Process of Empowerment: Implications for Theory

and Practice. Canadian Journal of Community Mental Health [Internet].

[diunduh 2014 Feb 21]: Volume 12:1 Spring 1993. Tersedia pada http://

www.education.miami.edu/isaac/public.../chapfive.ht

Page 97: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

77

Utomo P, Sudji M. 2010. Analisis Kontribusi Pemberian Beasiswa Terhadap

Peningkatan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta. [diunduh 2013 Feb 27]. Tersedia di http://

www.staff.uny.ac.id

[World Bank]. 2011. Poverty Line [diunduh 2014 Mar 3]. Tersedia di

http://www.worldbank.org

Page 98: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

78

L A M P I R A N

Page 99: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

79

Lampiran 1 Hasil uji regresi untuk peubah terikat kepastian penyelesaian studi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .491a .241 .021 1.23071 2.522

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 14.949 9 1.661 1.097 .394a

Residual 46.954 31 1.515

Total 61.902 40

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.960 3.305 1.501 .144

Pendapatan 4.490E-8 .000 .044 .242 .810

Jumlah anggota keluarga .000 .108 .000 .002 .998

Pekerjaan ayah -.205 .226 -.169 -.906 .372

Pemenuhaan kebutuhan primer

.004 .189 .004 .024 .981

Motivasi untuk kuliah -.580 .309 -.321 -1.880 .070

Pengelolaan beasiswa .035 .097 .064 .362 .720

Lingkungan akademik .066 .105 .110 .625 .537

Lingkungan kemahasiswaan -.197 .162 -.206 -1.212 .235

Lingkunganasrama .527 .264 .342 1.994 .055

a. Dependent Variable: kepastianpenyelesaianstudi

Page 100: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

80

Page 101: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

81

Lampiran 2 Hasil uji regresi untuk peubah terikat prestasi akademik

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .501a .251 .034 1.33319 1.929

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 18.462 9 2.051 1.154 .357a

Residual 55.099 31 1.777

Total 73.561 40

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.446 3.580 1.242 .224

Pendapatan -1.831E-7 .000 -.163 -.913 .368

Jumlah anggota keluarga .224 .117 .316 1.921 .064

Pekerjaanayah .298 .245 .225 1.217 .233

Pemenuhaan kebutuhan primer

-.331 .205 -.273 -1.615 .116

Motivasi untuk kuliah -.159 .334 -.081 -.477 .637

Pengelolaan beasiswa .083 .105 .139 .791 .435

Lingkungan akademik .172 .114 .264 1.510 .141

Lingkungan kemahasiswaan .105 .176 .101 .594 .556

Lingkungan asrama -.095 .286 -.057 -.332 .742

a. Dependent Variable: prestasiakademik

Page 102: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

82

Page 103: EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM … · swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Mardiyanti. Lahir di Kebumen Jawa Tengah, 18

Desember 1981 dari pasangan orang tua Sumardi dan Suwarti. Pendidikan

Sekolah Dasar dijalani di SDN 1 Jatiluhur. Pendidikan menengah ditempuh di

SMP Negeri 2 Gombong dan SMA Negeri 1 Gombong. Setelah lulus SMA,

penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas

Maret dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2007, penulis menikah dengan Ahmad Sumarta. Pernikahan

tersebut dikaruniai dua putra yaitu Muhammad Kamal Abdurrahman (5 tahun 9

bulan) dan Muhammad Bilal Abdullah (1.5 tahun). Saat ini penulis tinggal di kota

Bogor.

Riwayat pekerjaan penulis dimulai sejak menjadi staf administrasi di

Mathematic Study Club (MSC) di Dramaga, Bogor. Pada tahun 2006, penulis

bekerja di Beastudi Etos Dompet Dhuafa. Pilihan untuk melanjutkan studi ke

jenjang magister, membuat penulis memutuskan cuti dan akhirnya keluar dari

Beastudi Etos. Pekerjaan penulis saat ini adalah pengelola Koperasi Insan

Sejahtera di Bogor.