efektivitas pengawasan preventif komisi …digilib.unila.ac.id/23600/9/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PENGAWASAN PREVENTIF KOMISI PENGAWAS PUPUK
DAN PESTISIDA (KPPP) TERHADAP DISTRIBUSI PUPUK
BERSUBSIDI DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
IKA MEYTASARI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENGAWASAN PREVENTIF KOMISI PENGAWAS PUPUK
DAN PESTISIDA (KPPP) TERHADAP DISTRIBUSI PUPUK
BERSUBSIDI DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
IKA MEYTASARI
Penyaluran pupuk bersubsidi seharusnya dilaksanakan secara tepat dan efektif
sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan, tetapi masalah yang terjadi adalah
penyaluran pupuk dihadapkan pada kendala keterlambatan penerimaan oleh petani
dan harga pupuk yang tidak sesuai dengan harga eceran tertinggi. Oleh karena itu
diperlukan pengawasan preventif oleh Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida
(KPPP) Kabupaten Lampung Tengah.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Pengawasan Preventif KPPP
Terhadap Ditribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian
ini tipe deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas pengawasan preventif komisi
pengawas pupuk dan pestisida (KPPP) terhadap distribusi pupuk bersubsidi di
Kabupaten Lampung Tengah adalah masuk dalam efektivitas sedang. Hal ini
didasarkan pada hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa dari 32 orang
responden, terdapat sebanyak 24 (75,00%) responden yang menyatakan bahwa
efektivitas pengawasan preventif KPPP terhadap distribusi pupuk bersubsidi di
Kabupaten Lampung Tengah memiliki efektivitas sedang. Efektivitas pengawasan
preventif sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia No.21/M-DAG/PER/6/2008 Juncto No. 07/M-DAG/PER/2/2009
tentang Pengadaan dan penyaluran Pupuk bersubsidi dan pembagian tanggung
jawab antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, yaitu
perusahaan perorangan atau badan usaha, baik berbentuk badan hukum atau bukan
badan hukum yang ditunjuk oleh Produsen untuk melakukan pembelian,
penyimpanan, penyaluran, dan penjualan pupuk bersubsidi dalam partai besar di
wilayah tanggung jawabnya untuk dijual kepada Petani dan/Kelompok Tani
melalui pengecer yang ditunjuknya. Bahwa didapatkan hasil rata-rata secara
keseluruhan adalah masuk dalam kategori sedang atau cukup efektif.
Kata Kunci: Efektivitas, Pengawasan Preventif, Pupuk Bersubsidi
ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF PREVENTIVE CONTROL OF FERTILIZERS AND
PESTICIDES SUPERVISORY COMMISSION (KPPP) DISTRIBUTION
OF FERTILIZER SUBSIDIZED IN CENTRAL DISTRICT LAMPUNG
By
IKA MEYTASARI
Subsidized fertilizer distribution should be implemented promptly and effectively
in accordance with the provisions that have been determined, but the problem that
occurs is the fertilizer distribution constraints faced delays in the receipt by
farmers and fertilizer prices are not in accordance with the highest retail price. It is
therefore necessary preventive supervision by the Fertilizer and Pesticide Control
Commission Central Lampung regency.
The purpose of this study was to determine the effectiveness of the Preventive
Monitoring KPPP Against Subsidized Fertilizer Distribution in Central Lampung
regency. This study was descriptive, with quantitative approach.
The results of this study show that the effectiveness of preventive supervision of
the supervisory commission of fertilizers and pesticides (KPPP) on the
distribution of subsidized fertilizer in Central Lampung regency is included in the
effectiveness of the medium. It is based on calculations that show that of the 32
respondents, there were 24 (75.00%) of respondents stated that the effectiveness
of preventive supervision KPPP on the distribution of subsidized fertilizer in
Central Lampung regency had moderate effectiveness. The effectiveness of
preventive supervision as stipulated in the Minister of Trade of the Republic of
Indonesia Number 21 / M-DAG / PER / 6/2008 Juncto No. 07 / M-DAG / PER /
2/2009 concerning procurement and distribution of fertilizer subsidy and the
division of responsibilities between the Ministry of Commerce and Ministry of
Agriculture, which is an individual company or business entity, whether
incorporated or not a legal entity designated by the manufacturer to make a
purchase , storage, distribution, and sale of subsidized fertilizer in bulk in its area
of responsibility to be sold to farmers and / Farmer through designated retailers.
Showed that the overall average is in the category of moderate or effective
enough.
Keywords: Effectiveness, Preventive Monitoring, Subsidized Fertilizer
EFEKTIVITAS PENGAWASAN PREVENTIF KOMISI PENGAWAS PUPUK
DAN PESTISIDA (KPPP) TERHADAP DISTRIBUSI PUPUK
BERSUBSIDI DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
IKA MEYTASARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Ika Meytasari dilahirkan di Kota Metro, tanggal 01 Mei 1994,
Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara, buah
hati dari pasangan Bapak Misnan S.Sos dan Ibu Nursari.
Penulis menyelesaikan pendidikan TK Aisyiyah Busthanul
Atfal Metro pada tahun 2000, dilanjutkan di Sekolah Dasar
Pertiwi Teladan Metro pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 1 Metro pada tahun 2009 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1
Metro pada tahun 2012.
Selanjutnya pada tahun 2012 peneliti diterima di Universitas Lampung Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan Program Studi S1, dan
pada tahun 2016 peneliti menyelesaikan Program Studi S1 Jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Lampung.
MOTTO
Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit, karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah
dan jangan pernah menyerah untuk mencoba, maka jangan katakan pada Allah SWT aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah aku
punya Allah yang maha segalanya
(Imam Ali Bin Abi Tholib)
“Never Give Up, Because Great Things Take Time”
(Ika Meytasari)
PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT penguasa alam semesta, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani,
memberikan akal dan semangat untuk senantiasa bertawakal.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan Nabi Muhammad SAW.
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Papa dan Mama terhebat sebagai tanda bakti, hormat dan cintaku. Terimakasih atas doa dan restu
yang telah diberikan. Semoga karya sederhana ini, dapat membuat bangga dan memberikan kebahagiaan atas segala jerih dan payah yang
telah dikerjakan.
Wulan Dwi Aprilia dan Anand Faiza Berlian yang telah memberikan dukungan serta menyemangatiku
Seluruh keluarga besarku
Seluruh angkatan 2012 yang tidak dapat disebut satu persatu jangan pernah lupa akan perjuangan kita di mana tawa dan tangis
menjadi satu demi menggapai sebuah gelar “S.IP”
Almamaterku Tercinta “Universitas Lampung”
SANWACANA
Bismillahirahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW,
para sahabat, keluarga serta pengikutnya.
Penulisan skripsi berjudul “Efektivitas Pengawasan Preventif Komisi Pengawas
Pupuk dan Pestisida (KPPP) terhadap Distribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten
Lampung Tengah” ini merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap
skripsi yang sederhana ini guna lebih bermanfaat di kemudian hari.
Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan dan Selaku Pembahas yang telah memberikan kritik, saran dan
tambahan, serta arahan nya yang sangat membantu dalam penelitian skripsi.
3. Bapak Drs. Sigit Krisbintoro, M.IP. selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Pemerintahan dan Selaku Pembimbing Utama, yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan masukan, kritik, dan saran perbaikan yang
bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Darmawan Purba, S.IP., M.IP selaku Pembimbing Pembantu Skripsi,
yang telah banyak memberikan masukan, kritik-saran dan memotivasi serta
seringkali mengajak berdiskusi untuk membuka pikiran penulis sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
5. Ibu Tabah Maryanah S.IP., M.Si selaku Pembimbing Akademik
6. Seluruh Dosen Pengajar, Bapak Yana Ekana, Ibu Ari Darmastuti, Ibu Feni,
Ibu Dwi, Bapak Maulana, Bapak Pitojo, Bapak Ismono, Bapak Piping, Bapak
Syafarudin, Pak Suwondo, Pak Arizka, Pak Himawan, Pak Budi Hardjo dan
Pak Budi Kurniawan, serta dosen-dosen lain, terimakasih atas wawasan ilmu
yang diberikan, mohon maaf apabila banyak hal yang kurang berkenan.
7. Seluruh staf Jurusan Ilmu Pemerintahan, Ibu Rianti, Pak Maryanto, Kyai
Adnan serta Staf FISIP Universitas Lampung yang tak dapat ditulis satu per
satu, terima kasih telah banyak membantu Penulis selama menuntut ilmu di
Jurusan Ilmu Pemerintahan.
8. Para responden yang berbaik hati sudah meluangkan waktu dan tenaganya
untuk memberikan informasi dan data yang diperlukan untuk penelitian ini
terima kasih sudah ikut mendukung.
9. Kedua Orang tuaku, Papa Misnan dan Mama Sari terima kasih untuk semua
cinta dan kasih sayang yang selalu papa dan mama berikan. Terima kasih
untuk segala kerja keras, doa serta motivasi papa dan mama yang selalu
mengiringi perjuanganku selama ini. Terima kasih telah menjadi sahabat
terbaikku.
10. Adikku tercinta dan satu-satunya Wulan Dwi Aprilia yang selalu menjadi
pendengar yang baik. Terima kasih untuk doa serta dukungannya ya, semangat
untuk kerja cita-citamu semoga kelak kita bisa membahagiakan mama dan
papa bersama-sama;
11. Untuk Kakak ica, terima kasih untuk dukungannya dalam segala situasi dan
kondisi selama 7 tahun ini, dari mulai masuk SMA, Kuliah, sampai akhirnya
aku bisa menyelesaikan skripsi ini, semoga dukungan ini tidak hanya sampai 7
tahun ini, tapi sampai tahun tahun selanjutnya.
12. Lebih dari sahabatku Rizky Ayuningtyas, partner berbagi susah, senang,
sedih, pahit manis kehidupan, hujan, panas sudah kita lewati bersama terima
kasih untuk canda tawa dan air mata, semoga ini selamanya.
13. Sahabatku tercinta Ferdela, Nora, dan Chynthyallen terima kasih untuk setiap
semangat dan cerita yang kalian buat dari kita masih alay masih memakai
seragam putih biru. See You On Top Guys!
14. Untuk Defi Yunia Sari, Aidila Putri Yazir, Ananda Putri, Winda Dwi Astuti
Herman, Aulia Kartika Asih, Filza Arlisia, Marliyani, Adelita Rianti
M.Tsyaqib, terima kasih untuk 3.5 tahun ini, sudah menjadi sahabat yang baik
dan memberikan canda tawa di perkuliahan ini Tetap semangat ya untuk
semua perjuangan-perjuangan yang akan kita lalui di depan nanti.
15. Untuk keluarga KKN Desa Marga Jaya , Tulang Bawang 2015 terima kasih.
16. Keluarga Besar Ilmu Pemerintahan 2012 terima kasih telah menjadi bagian
keluarga yang dipertemukan melalui ilmu pendidikan jangan pernah lupa asal
usul dari mana kita berasal kawan, sahabat dan keluarga baru yang di mulai
dari sebuah rumah Ilmu Pemerintahan.
17. Terima Kasih Seluruh Keluarga Besar Ilmu Pemerintahan angkatan 2007,
2008, 2009, 2010 dan 2011 atas kebersamaan yang pernah terjalin selama
studi di kampus tercinta.
Allah Maha Melihat semua yang ada di dunia ini, semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan kalian, dan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Bandar Lampung, Agustus 2016
Penulis,
Ika Meytasari
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Efektivitas Pengawasan ......................................... 9
B. Tinjauan tentang Pengawasan ............................................................ 11
1. Pengertian Pengawasan ............................................................... 11
2. Macam-Macam Pengawasan ...................................................... 13
3. Pengawasan Preventif ................................................................. 14
4. Tujuan Pengawasan Preventif ..................................................... 15
5. Tim pengawas pupuk dan pestisida ............................................ 16
C. Tinjauan Tentang Distribusi Pupuk Bersubsidi ................................. 17
1. Pengertian Pupuk ........................................................................ 17
2. Alur Distribusi Pupuk Bersubsidi ............................................... 18
3. Tanggung jawab, Kewajiban dan Kewenangan Distributor ....... 20
4. Mekanisme Pengawasan Pupuk Bersubsidi ................................ 23
5. Dasar Hukum Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi ......... 26
6. Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida....................................... 29
7. Fungsi Pengawas Pupuk dan Pestisida kabupaten...................... 30
D. Kerangka Pikir ................................................................................... 31
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ................................................................................... 34
B. Definisi Konseptual ........................................................................... 35
C. Definisi Operasional .......................................................................... 35
D. Populasi dan Sampel .......................................................................... 37
E. Jenis Data ........................................................................................... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 38
G. Teknik Pengolahan Data .................................................................... 39
H. Teknik Analisis Data.......................................................................... 40
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kabupaten Lampung Tengah .................................... 41
B. Kondisi Geografi ................................................................................. 45
C. Administrasi Pemerintahan ................................................................. 45
D. Kependudukan .................................................................................... 47
E. Kondisi Ekonomi ................................................................................ 47
F. Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida (KPPP) ................................ 47
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden ............................................................................ 51
B. Efektivitas Pengawasan Preventif Komisi Pengawas Pupuk dan
Pestisida (KPPP) terhadap Distribusi Pupuk Bersubsidi
di Kabupaten Lampung Tengah .......................................................... 53
C. Analisis Data ....................................................................................... 84
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 88
B. Saran .................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Ketersediaan Produksi (Ton) Bahan Pangan Kabupaten
Lampung Tengah Tahun 2013 dan 2014 ................................................... 2
2. Perbandingan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi dengan
Harga Beli Masyarakat Petani di Pasaran .................................................. 4
3. Data Kebutuhan Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Lampung Tengah
Tahun 2015. (Ton) .................................................................................... 5
4. Nama, luas wilayah per Kecamatan dan jumlah kelurahan di Kabupaten
Lampung Tengah ....................................................................................... 46
5. Deskripsi Responden Menurut Umur......................................................... 51
6. Deskripsi Responden Menurut Pendidikan Terakhir ................................. 52
7. Deskripsi Responden Menurut Lama Menjadi Distributor ........................ 53
8. Menjamin Kelancaran Penyaluran Pupuk dalam Waktu Maksimal 3 Hari 54
9. Jika Terjadi Keterlambatan Segera Mengkonfimasi Pengecer .................. 55
10. Bertanggung Jawab Atas Kelancaran Penyaluran Pupuk Tanpa
Pengurangan Kuantitas Pupuk ................................................................... 56
11. Menyampaikan Laporan Penyaluran dan Persediaan Pupuk
Bersubsidi di Gudang yang Dikelola ......................................................... 57
12. Menunjuk Perusahaan Perseorangan Atau Badan Usaha
Sebagai Pengecer ....................................................................................... 58
13. Menjual Pupuk Bersubsidi Dengan Harga Pupuk Urea Rp.90.000 ........... 60
14. Menjual Pupuk Bersubsidi Dengan Harga Pupuk ZA
Sebesar Rp.70.000 ...................................................................................... 60
15. Menjual Pupuk Bersubsidi Dengan Harga Pupuk NPK Phonska Sebesar
Rp.115.000 ................................................................................................. 61
16. Menjual Pupuk Bersubsidi Dengan Harga Pupuk Organic
Sebesar Rp.25.000 ...................................................................................... 62
17. Memberitahukan Kepada Pengecer Mengenai Perubahan Harga .............. 63
18. Tidak Memperjualbelikan Pupuk Bersubsidi di Luar Peruntukannya ....... 64
19. Tidak Memperjualbelikan Pupuk Bersubsidi di Luar Wilayah Tanggung
Jawab .......................................................................................................... 65
20. Menetapkan Lingkup Wilayah Tanggung Jawab Penyaluran
Pupuk Bersubsidi Kepada Pengecer yang Ditunjuknya ............................ 66
21. Menyebutkan Jumlah dan Jenis Pupuk, Nama Serta Alamat,
dan Wilayah Tanggung Jawab Pengecer yang Ditunjuknya ..................... 67
22. Menyampaikan Daftar Pengecer di Wilayah Tanggung Jawabnya
Kepada Produsen ........................................................................................ 68
23. Menyampaikan Laporan Penyaluran, dan Persediaan Pupuk
Bersubsidi yang Dikuasainya Setiap Bulan Secara Berkala ..................... 69
24. Distributor Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Kinerja
Pengecer ..................................................................................................... 71
25. Distributor Melakukan Penilaian Terhadap Kinerja Pengecer................... 72
26. Distributor Wajib Memasang Papan Nama Dengan Ukuran
1 x 1,5 Meter .............................................................................................. 72
27. Melakukan Penyaluran Pupuk Secara Langsung dalam 3 Bulan Sekali .... 73
28. Jika Penyaluran Pupuk dalam 3 Bulan Sekali Terhambat,
Segera Memberikan Konfirmasi ................................................................ 74
29. Jika Terjadi Kekurangan Kuantitas Pupuk, Bersedia
Mengganti Kekurangan .............................................................................. 75
30. Menyalurkan Pupuk Bersubsidi Kepada Pengecer yang Ditunjuk ........... 77
31. Menyalurkan Pupuk Bersubsidi Sesuai Harga Ketetapan Produsen .......... 78
32. Tidak Menjual Kepada Pedagang dan/atau Pihak Lain
yang Tidak Ditunjuk .................................................................................. 78
33. Tidak Memberikan Kuasa Pembelian Kepada Pihak Lain ........................ 79
34. Bertanggung Jawab Atas Penyampaian Pupuk Bersubsidi ........................ 81
35. Bertanggung Jawab Atas Diterimanya Pupuk Bersubsidi ......................... 81
36. Berperan Aktif Membantu Produsen Melaksanakan Penyuluhan
dan Promosi ................................................................................................ 82
37. Melaksanakan Koordinasi Secara Periodik di Wilayah
Tanggung Jawabnya ................................................................................... 83
38. Efektivitas Pengawasan Preventif Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
(KPPP) Terhadap Distribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Lampung
Tengah ........................................................................................................ 86
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir ............................................................................... 1
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara agraris yang dikenal dengan sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian memang masih
mendapat perhatian besar dari pemerintah karena sektor ini memang menjadi
tumpuan utama dalam pembangunan. Pemerintah selalu berusaha untuk
meningkatkan hasil pertanian baik dengan cara intensifikasi maupun
ekstensifikasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tahun 2015 mencatat bahwa sekitar 35,05%
dari jumlah penduduk Indonesia adalah penduduk dengan mata pencaharian
sebagai petani (www.bps.go.id). Salah satunya yakni Provinsi Lampung. Di
provinsi yang terdiri dari 14 kabupaten/kota ini, terdapat salah satu lumbung
pangan terbesar yang dijadikan sebagai lahan produksi pertanian yakni
Kabupaten Lampung Tengah.
Lampung Tengah sebagai salah satu Kabupaten terluas di Provinsi Lampung,
memiliki jumlah penduduk mencapai 1.211.922 jiwa dengan luas wilayah
4.789,82 Km2
(BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2013). Berdasarkan besaran
luas wilayah tersebut, maka sekitar 85,99% dari total wilayah Lampung
Tengah tersebut dijadikan sebagai wilayah pemenuhan hasil produksi
2
pertanian (BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2013). Sehingga, tidaklah
mengherankan Kabupaten Lampung Tengah menjadi salah satu lumbung
pangan terbesar di Provinsi Lampung.
Petani di kabupaten Lampung Tengah dalam penggunaan lahan tersebut,
dihadapkan pada berbagai masalah pertanian. Hal ini dibuktikan dengan
pelaksanakan pembangunan di bidang ketahanan pangan yang dirasa kurang
serius di Bumi Beguwai Jejamo Wawai ini. Berdasarkan data ketersedian
produksi bahan pangan yang dikeluarkan oleh Badan Ketahanan Pangan
setempat, ketersediaan produksi bahan pangan nampak fluktuatif di tahun
2013 dan tahun 2014. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel.1 Ketersediaan Produksi (Ton) Bahan Pangan Kabupaten Lampung
Tengah Tahun 2013 dan 2014
No Kelompok Pgn
Ketersediaan produksi (ton)
Keterangan Th. 2013 Th. 2014
Selisih
Jumlah
1 Padi-padian
1. Beras 419.038 476.828 57.790 Ketersediaan naik
2. Jagung 332.216 167.200 -165.016 Ketersediaan turun
2 Umbi-umbian
1. Ubi Jalar 8.979 6.710 -2.269 Ketersediaan turun
2. Ubi Kayu 2.865.875 732.430 -2.133.445 Ketersediaan turun
3 Gula 9.851 9.754 -97 Ketersediaan turun
4 Biji Berminyak 1.733 1.159 -574 Ketersediaan turun
5 Buah-buahan 30.089 31.085 196 Ketersediaan naik
6 Sayur-sayuran 90.296 100.329 10.033 Ketersediaan naik
7 Daging 110.297 116.102 58.05 Ketersediaan naik
8 Telur 4.182 4.996 814 Ketersediaan naik
9 Ikan 61.280 30.092 -31.188 Ketersediaan turun
10 Minyak & Lemak 27.310 27.108 -202 Ketersediaan turun
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Tengah.2015
Berdasarkan data diatas, penulis dapat melihat bahwa ternyata masih ada
beberapa kelompok pangan yang mengalami penurunan dan kenaikan yang
3
fluktiatif. Terlihat pada kelompok pangan jagung terdapat penurunan produksi
yang cukup ekstrem sebesar 50% sejak tahun 2014 dan tahun 2014.
Sedangkan pada produksi kelompok pangan ubi kayu penurunan dari tahun
2013-2014 mencapai besaran 74% (Badan Ketahanan Pangan Kabupaten
Lampung Tengah, 2015).
Sederet data defisit ketersediaan produksi pangan di atas, menunjukkan bahwa
sebenarnya ada faktor penyebab yang signifikan yang mempengaruhi
lemahnya produksi pangan di Kabupaten Lampung Tengah. Penulis
menemukan bahwa masalah tersebut disebabkan karena adanya berbagai
masalah terkait dengan ketesediaan pupuk bersubsidi yang menyebabkan
aktivitas pertanian terhambat. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan sejumlah
kelompok tani di berbagai Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah yang
dilansir dari harian Tribun Lampung (Edisi 2 September 2015), yang
menyatakan bahwa ternyata banyak petani yang mengeluh sulitnya
mendapatkan pupuk di saat musim tanam, terlebih meningkatnya harga beli di
pasaran yang di atas rata-rata.
Guna melengkapi kebutuhan data, penulis telah melakukan wawancara kepada
ketua kelompok tani bernama bapak Basori di Desa Puja Asri, Kecamatan
Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah pada 21 Januari 2016 mengenai
perbandingan HET (Harga Eceran Tertinggi) pupuk dengan harga yang
beredar di pasaran. Diperoleh fakta bahwa, rentang harga beli pupuk bagi para
petani bisa mencapai dua kali lipat dari HET yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pertanian Nomor: 130/Permentan/SR.130/11/2014, Pasal 12 ayat 2,
4
tentang Pengawasan dan Pelaporan Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian.
Perbandingan harga tersebut penulis tampilkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.Perbandingan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi
dengan Harga Beli Masyarakat Petani di Pasaran.
No Jenis Pupuk Harga Eceran
Tertinggi (HET)
Harga jual di
pasaran
Kenaikan
harga
dalam %
(persen)
1 Urea Rp. 90.000 Rp. 135.000 30%
2 ZA Rp. 70.000 Rp. 140.000 100%
3 NPK Phonska Rp. 115.000 Rp. 220.000 95%
4 Organik Rp. 25.000 Rp. 50.000 100%
Sumber: Data diolah penulis, 2015
Berdasarkan data dan informasi awal di atas, penulis menilai bahwa tingginya
harga beli pupuk bersubsidi di pasaran yang semakin mencekik maka
menyebabkan produktivitas di bidang pangan di Kabupaten Lampung Tengah
menurun. Selain masalah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang tidak sesuai,
petani di Kabupaten Lampung Tengah juga mengeluhkan lambannya
pendistribusian pupuk bersubsidi. Bapak Basori mengungkapkan distribusi
pupuk bersubsidi yang disalurkan ke kelompok tani sering terlambat sehingga
banyak petani yang tidak mendapatkan jatah pupuk subsidi tepat waktu, dan
apabila pendistribusian pupuk bersubsidi tidak tepat waktu maka produksi
yang dihasilkan tidak akan maksimal.
Sesuai dengan uraian dari tabel diatas, dengan rentang harga pupuk yang
cukup jauh dibandingkan dengan harga eceran yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah, maka hal tersebut akan sangat menyulitkan para petani di
Kabupaten Lampung Tengah untuk bisa mendapatkan pupuk bersubsidi.
Terlebih kebutuhan pupuk bersubsidi di kabupaten Lampung Tengah yang
5
sangat besar dan belum bisa terpenuhi hingga saat ini. Hal tersebut dibuktikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. Data Kebutuhan Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Lampung Tengah
Tahun 2015. (Ton)
No Jenis Pupuk Jumlah alokasi Jumlah yang
dibutuhkan Defisit %
1 Urea 52.781 93.671 40.890 44%
2 Sp 36 8.292 36.484 28.192 77%
3 ZA 3.914 25.815 21.901 84%
4 Npk Phonska 31.014 80.605 49.591 61%
5 Organik 7.282 15.088 7.806 51%
Sumber: Haluanlampung.com, 2015
Berdasarkan tabel di atas, penulis dapat melihat bahwa jumlah alokasi pupuk
dengan jumlah kebutuhan pupuk yang di butuhkan para petani di Kabupaten
Lampung Tengah masih jauh dari cukup. Terlihat pada jenis pupuk ZA yang
masih mengalami kekurangan jumlah pupuk bersubsidi sebesar 84%. Selain
itu jumlah kekurangan pupuk yang sangat ekstrem juga terjadi pada pupuk
jenis Sp36 yaitu sebesar 77%.
Adapun urgensi penelitian ini terkait krusialitas keberadaan pupuk dalam
meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas pertanian dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan nasional. Penulis berasumsi bahwa sangat di
butuhkan pengawasaan secara efektif oleh pihak terkait yaitu Komisi
Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) Kabupaten Lampung Tengah
sebagai pihak yang paling berwenang dalam pengelolaan pupuk bersubsidi.
Hal tersebut diharapkan akan menjaga ketabilan harga dan ketersediaan pupuk
bersubsidi serta mencegah terjadinya penyimpangan dan peredaran pupuk
6
bersubsidi yang tidak terkendali dan pada akhirnya berdampak pada lemahnya
pertanian dan perekonomian Kabupaten Lampung Tengah.
Pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
(KPPP) sebenarnya pun telah tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 130/Permentan/SR.130/11/2014 tentang pengawasan dan Pelaporan
Pupuk bersubsidi untuk Sektor Pertanian dalam Pasal 14 ayat (1)
menyebutkan bahwa:
“Pelaksana Subsidi Pupuk wajib melakukan pemantauan dan
pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran Pupuk Bersubsidi
dari Lini I sampai Lini IV sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku serta melakukan
pengawalan terhadap penyaluran Pupuk Bersubsidi dari Lini IV ke
Petani/Petambak dan/atau Kelompok Tani.”.
Hal tersebut juga sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2011
tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang
Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang dalam Pengawasan.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan Adhiyatma
(2011), yang berjudul: Efektivitas Pengawasan Bidang Perdagangan dalam
Negeri Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Lampung Terhadap Peredaran Lpg 3kg Non SNI di Masyarakat Kota Bandar
Lampung Tahun 2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengawasan
oleh Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Koperasi, UMKM,
Perindustrian dan perdagangan Provinsi Lampung terhadap peredaran LPG
3kg Non SNI di masyarakat Kota Bandar Lampung pada Tahun 2011 telah
terlaksana secara efektif.
7
Pengawasan tersebut meliputi: (1) Teknis pengawasan, dilakukan oleh para
petugas pengawas UPTD Balai pengawasan dan Sertifikasi mutu Barang
sebagai pelaksana lapangan untuk mengawasi adanya LPG 3kg Non SNI yang
berpotensi membahayakan masyarakat yang dilakukan secara berkala dan
secara khusus. (2) Tata cara pengawasan, yaitu dilakukan dengan langkah-
langkah pembelian sampel, pengamatan kasat mata, pengkodean, pengiriman
sampel ke laboratorium yang telah terakreditasi, tabulasi dan analisa hasil uji,
pelaporan, evaluasi dan tindak lanjut atas hasil pengawasan yang dilakukan
petugas. (3) Hasil pengawasan, yaitu hasil pengawasan terhadap peredaran
LPG 3kg Non SNI di masyarakat oleh petugas pengawas UPTD Balai
pengawasan dan Sertifikasi mutu Barang.
Berdasarkan uraian permalahan di atas maka peneliti melaksanakan penelitian
dalam Skripsi yang berjudul “Pengawasan Preventif Komisi Pengawas Pupuk
dan Pestisida (KPPP) terhadap Distribusi Pupuk Bersubsidi untuk Mayarakat
di Kabupaten Lampung Tengah”
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalahan rumusan masalah penelitian ini adalah
“Bagaimana Efektivitas Pengawasan Preventif Komisi Pengawas Pupuk dan
Pestisida (KPPP) Terhadap Ditribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten
Lampung Tengah?.”
8
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengawasan Preventif Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
(KPPP) Terhadap Ditribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Lampung Tengah.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, informasi, dan pengetahuan dalam khasanah Ilmu Pemerintahan
khususnya yang berkaitan dengan Efektivitas Pengawasan Preventif
Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) Terhadap Distribusi Pupuk
Bersubsidi di Kabupaten Lampung Tengah.
2. Secara Praktis
Bagi instansi terkait, hasil penelitian ini diharapkan memberikan
sumbangan pemikiran, masukan-masukan bagi Aparatur Pemerintah
Kabupaten, khususnya Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP)
dalam memperbaiki proses Pengawasan terhadap Distribusi Pupuk
Bersubsidi di Kabupaten Lampung Tengah.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Efektivitas Pengawasan
Menurut Hasibuan (2002: 120):
”Efektivitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan-tujuan dari suatu
instansi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam efektivitas terkandung
makna berdaya tepat atau berhasil guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu
itu telah berhasil dilaksanakan secara sempurna, secara tepat dan target
telah tercapai. Selain itu terkandung makna efisiensi, yaitu berdaya guna
untuk menunjukkan bila suatu tindakan atau usaha sudah efektif dan
ekonomis, baru dikatakan efisisen”
Efektivitas merupakan suatu pencapaian hasil pekerjaan yang memiliki tujuan,
sumber daya manusia pelaksana dan pengawas, jangka waktu, sumber dana
dan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam artian bahwa hasil
pekerjaan yang diperoleh sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Efektivitas
berkaitan erat dalam kemampuan sumber daya manusia memanfaat potensi
yang ada. Efektivitas menunjukkan hasil pekerjaan yang diraih secara optimal
dengan ciri yaitu adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan hasil kerja
secara berkesinambungan.
Menurut Andrian (2001:12):
”Efektivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dan berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam pekerjaan tersebut, dengan
memberdayakan seluruh potensi sumberdaya manusia maupun
sumberdaya dana yang ada. Efektivitas merupaakn pencapaian tujuan atau
hasil yang dikehendaki dengan mempertimbangkan faktor-faktor tenaga,
waktu, pikiran dan alat-alat yang dikeluarkan”
10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 119), efektif didefinisikan
sebagai usaha atau tindakan yang ada efeknya, yaitu akibat, pengaruh, serta
dampaknya, serta dapat memberikan hasil dan berhasil guna.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pencapaian hasil
pekerjaan sesuai dengan ketentuan atau perencanaan yang telah ditetapkan
atau terwujudnya ketercapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Menurut Kusnadi (2002:265):
”Efektivitas pengawasan adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa
suatu pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan kegiatan bisa berdaya
guna dan berhasil guna, sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Semua aktifitas organisasi harus diawasi dengan pengawasan
yang baik, efektif dan efisien yang harus dilakukan secara sistematis.
Pengawasan yang sistematis akan memberikan hasil yang optimal”
Menurut Kusnadi dkk (2002:266), pengawasan yang efektif sangat bermanfaat
bagi suatu organisasi karena akan berdampak pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pengukuran kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, pengaturan
dan hukum yang berlaku.
b. Menjaga sumber daya yang dimiliki organisasi.
c. Pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi.
d. Dipercayainya informasi dan keterpaduan informasi dalam organisasi.
e. Kinerja yang sedang berlangsung dan kemudian membandingkan kinerja
aktual dengan standar serta meningkatkan tingkat penyimpangan dan
kemudian mencari solusi yang tepat.
Menurut Sondang P. Siagian (2005: 152), agar pengawasan terselenggara
dengan efektif dan berhasil maka diperlukan berbagai instrumen, seperti:
a. Standar hasil yang direncanakan untuk dicapai
Merupakan target-target yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan yang
harus dijadikan pegangan dalam seluruh kegiatan operasional.
11
b. Anggaran
Anggaran merupakan instrumen pengawasan karena dengan mudah
diketahui jumlah dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan tertentu
misalnya peralatan yang diperlukan dan pembayaran upah dan gaji.
c. Data-data statistik
Analisis statistik dari berbagai segi operasional satu oeganisasi merupakan
alat pengawasan yang sangat penting bagi manajemen.
d. Laporan
Laporan digunakan sebagai instrumen pengawasan jika pengawasan yang
dilakukan jarak jauh, laporan dapat berbentuk laporan tertulis dan dapat
juga laporan lisan.
e. Auditing
Auditing merupakan usaha verifikasi yang sistematis dan ditujukan pada
berbagai segi operasional dan organisasi, auditing dapat ditujukan pada
bidang kepegawaian, bidang logistik, dan bidang finansial
f. Observasi langsung
Penggunaan observasi langsung dapat dilaksanakan sebagai teknik
pengawasan yakni:
1) Para manajer melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan-kegiatan
operasional yang diselenggarakan oleh para bawahannya.
2) Bersifat psikologis dalam artian bawahan akan merasa diperhatikan
oleh atasannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa pengawasan
yang efektif merupakan fungsi yang harus dilakukan dalam suatu manajemen.
Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan,
penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak
sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Jadi maksud
pengawasan adalah untuk memastikan hal yang telah direncanakan dan
diorganisasikan berjalan sebagaimana mestinya atau tidak.
B. Tinjauan tentang Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Adanya berbagai jenis pembangunan di lingkungan pemerintah menuntut
penanganannya yang lebih serius agar tidak terjadi penyelewengan
wewenang yang dapat mengakibatkan kerugian baik bagi keuangan
12
pemerintah dan terhadap masyarakat. Pengawasan betujuan agar
pelaksanaannya berjalan dengan baik. Secara umum pengawasan diartikan
sebagai suatu kegiatan administrasi yang bertujuan mengadakan evaluasi
terhadap pekerjaan yang sudah diselesaikan, apakah sesuai dengan rencana
atau tidak.
Pengawasan lebih diarahkan kepada upaya untuk melakukan koreksi
terhadap penyimpangan dalam pelaksanaan rencana-rencana yang telah
ditetapkan. Suatu sistem pengawasan dalam penyelenggaraan
pemerintahan diperlukan guna memberikan perlindungan hukum baik bagi
warga, masyarakat, bagi badan atau pejabat tata usaha negara.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sondang P. Siagian (1980:135) bahwa
“Suatu proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang
sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya”.
Menurut W.H Newman dalam Handayaningrat (1994:21):
“Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil
pelaksanaan pekerjaan sedapat mungkin sesuai dengan rencana.Hal
ini menyangkut penentuan standar. Artinya memperbandingkan
antara kenyataan dengan standar dan bila perlu mengadakan
koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaannya menyimpang
daripada rencana”.
H. Bohari (1995:4) mengemukakan pengertian pengawasan yaitu:
“Suatu upaya agar apa yang telah direncanakan sebelumnya
diwujudkan dalam waktu yang telah ditentukan serta untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan dan kesulitan-kesulitan dalam
pelaksanaan tadi sehingga berdasarkan pengamatan-pengamatan
tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya demi
tercapainya wujud semula”.
13
Sarwoto (1991:94), mengemukakan pengertian pengawasan yakni
“kegiatan manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang
dikehendaki”. Sedangkan Terry dalam Sarwoto (1991:65) berpendapat
bahwa “Controlling” sebagai pengamatan agar tugas-tugas yang telah
direncanakan,dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan rencana dan bila
terdapat penyimpangan diadakan tindakan-tindakan perbaikan”.
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,
pengawasan adalah proses mengamati, membandingkan tugas pekerjaan
yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar yang ditentukan
atau ditetapkan dalam rencana yang sistematis dengan tindakan kooperatif
serta kolektif guna menghindari penyimpangan demi tujuan tertentu.
2. Macam-macam Pengawasan
Macam-macam pengawasan menurut Handayaningrat (1994:144) adalah
sebagai berikut:
a. Pengawasan dari dalam
Pengawasan dari dalam adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat/unit pengawasan yang dibentuk dalam organisasi itu sendiri.
Aparat/unit ini bertindak atas nama pimpinan organisasi. Aparat/unit ini
bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan
oleh pimpinan organisasi. Data dan informasi ini digunakan pimpinan
untuk menilai pelaksanaan pekerjaan dan menilai kebijaksanaan
pimpinan. Dengan demikian pimpinan dapat meninjau kembali
kebijaksanaan yang telah dikeluarkan dan melakukan tindakan-
tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan.
b. Pengawasan dari luar
Pengawasan dari luar adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat/unit pengawasan dari luar organisasi itu. Aparat atau unit
pengawasan dari luar organisasi itu adalah aparat pengawasan yang
bertindak atas nama atasan dari pimpinan organisasi itu, atau bertindak
atas nama pimpinan organisasi itu karena permintaannya.
14
c. Pengawasan Preventif
Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum
rencana itu dilaksanakan. Maksud daripada pengawasan preventif ini
adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan dalam
pelaksanaan. Pengawasan preventif dapat dilakukan dengan usaha-usaha
sebagai berikut:
1) Menentukan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan sistem
prosedur, hubungan dan tata kerja.
2) Membuat manual/pedoman sesuaidenganperaturan-peraturan yang
telah ditetapkan.
3) Menentukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawabnya.
4) Mengorganisasikan segala macam kegiatan, penempatan pegawai
dan pembagian pekerjaannya
5) Menentukan sistem pemeriksaan, koordinasi dan pelaporan.
6) Menetapkan sanksi-sanksi terhadap orang yang menyimpang dari
peraturan yang telah ditetapkan.
d. Pengawasan Represif
Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah adanya
pelaksanaan pekerjaan.Maksud diadakannya pengawasan represif ialah
untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Pengawasan Preventif
Porter (1992:177) mengatakan bahwa:
“tipe pengawasan preventif sangat diperlukan karena dapat
menghentikan timbulnya permasalahan. Para pendesain sistem harus
menekankan pengendalian mereka pada pengawasan preventif. Adalah
lebih ekonomis dan lebih baik bagi hubungan antara manusia untuk
mencegah suatu permasalahan sebelum timbul daripada mendeteksi
dan mengkoreksi permasalah setelah terjadi.Pengawasan preventif
meliputi standar, desain formulir, formulir-formulir yang dinomori
(dinomori terlebih dahulu secara tercetak ), dokumentasi, kata-kata
sandi, konsistensi operasi.”
Menurut Sopanah (2003) pengawasan dapat dilakukan pengawasan
langsung maupun tidak langsung serta preventif dan represif. Pengawasan
langsung dilakukan secara pribadi dengan cara mengamati, meneliti,
memeriksa, mengecek sendiri ditempat pekerjaan serta meminta langsung
dari pelaksana dengan cara inspeksi, sedangkan pengawasan tidak langsung
15
dilakukan dengan mempelajari laporan yang diterima dari pelaksana.
Pengawasan preventif dilakukan melalui preaudit yaitu sebelum pekerjaan
dimulai.
Menurut Refrisond (1999:120), pengawasan preventif adalah pengawasan
yang dilakukan sebelum dimulainya pelaksanaan suatu kegiatan, atau
sebelum terjadinya pengeluaran keuangan negara. Pengawasan preventif
pada dasarnya dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. Widjaja (2002:95) mengatakan
bahwa pengawasan preventif pada umumnya tidak dilakukan oleh unit-unit
pengawasan yang telah ditetapkan. Pengawasan preventif ini biasanya
berbentuk prosedur yang harus ditempuh dalam melaksanakan kegiatan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengawasan preventif merupakan suatu tindakan pengawasan yang untuk
mencegah permasalahan sebelum timbul. Pada dasarnya pengawasan
preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang
berkaitan dengan keuangan negara. Pengawasan preventif biasanya
berbentuk prosedur atau standar yang harus dilaksanakan dalam sebuah
kegiatan.
4. Tujuan Pengawasan Preventif
Suatu kegiatan pengawasan memiliki tujuan agar segala bentuk kegiatan
berjalan dan terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain dapat memberikan kepastian
apakah pekerjaan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana, instruksi,
16
ketentuan/aturan serta kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya
pengawasan preventif dilakukan agar pemerintah daerah tidak mengambil
kebijakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Refrisond (1999:123), mengungkapkan bahwa tujuan pengawasan preventif
secara terperinci adalah sebagai berikut:
a. Mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang dari dasar
yang telah ditentukan.
b. Memberi pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan yang
efisien dan efektif.
c. Menentukan sasaran dan tujuan yang akan dicapai.
d. Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai instansi
sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakan.
Tujuan pengawasan preventif terutama untuk mencegah terjadinya
penyimpangan pada pelaksanaan anggaran.
5. Tim Pengawas Pupuk dan Pestisida
Berdasarkan Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 08 Tahun 2014
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Bupati Lampung Tengah
Nomor 07 Tahun 2007 tentang Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
Kabupaten Lampung Tengah dan pedoman pembentukan Komisi Pengawas
Pupuk Dan Pestisida, Tim Pengawas Pupuk dan Pestisida adalah Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Pupuk dan Pestisida serta petugas Pengawas
Pupuk dan Pestisida yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan,
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Asisten Daerah, Kepolisian dan
Kejaksaan Negeri yang ditetapkan melalui Keputusan Sekda Selaku Ketua
17
Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida provinsi/kabupaten/kota. 6 Tim
pengawas Pupuk dan Pestisida dalam melaksanakan tugasnya mengacu
kepada Keputusan Menteri Pertanian tentang Pengawasan Pupuk dan
Keputusan Menteri Pertanian tentang Pengawasan Pestisida, dan
bertanggung jawab kepada Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP)
sesuai dengan wilayah tugasnya.
C. Tinjauan tentang Distribusi Pupuk
1. Pengertian Pupuk Bersubsidi
Pupuk bagi para petani menjadi jaminan untuk bisa mengasilkan tanaman
yang tumbuh subur dan hasilnya berlimpah.Salah satu penyebab kegagalan
dalam penyuburan tanah dengan menggunakan pupuk ialah salah
pupuk.Pupuk yang digunakan khususnya pupuk buatan adalah bahan-
bahan kimia yang diramu sedemikian rupa meniru zat yang dikandung
oleh tanah.
Menurut Lampiran II angka I, Keputusan Gubernur Lampung Nomor
G/056/B.IV/HK/2009 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk dan
Pestisida Provinsi Lampung, Pupuk adalah bahan kimia atau organisme
yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman
secara langsung atau tidak langsung.
Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik
maupun anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara
dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman
dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik.Pupuk adalah
18
material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Pupuk berbeda dari suplemen. Menurut Pasal 6
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya
Tanaman ditegaskan bahwa pupuk yang diproduksi dalam negeri atau
diimpor, sebelum diedarkan dan digunakan di Indonesia harus didaftarkan
kepada Menteri Pertanian untuk memperoleh nomor pendaftaran.
Cara pemakaian, dosis, dan khasiat pupuk bagi tanaman harus diketahui
sebelum digunakan untuk memupuk. Sesuai Pasal 37 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 12 tahun 1992, bahwa pupuk yang diedarkan di Indonesia
harus memenuhi ketentuan standar mutu dan terjamin efektivitasnya serta
harus diberi label. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti
hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
Dalam pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material
suplemen.Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan
tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat
makanan.Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya
bagi tumbuhan.
2. Alur Distribusi Pupuk Bersubsidi.
Alur distribusi pupuk bersubsidi didasarkan pada Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia No.21/M-DAG/PER/6/2008 Juncto No.
07/M-DAG/PER/2/2009 tentang Pengadaan dan penyaluran Pupuk
19
bersubsidi dan pembagian tanggung jawab antara Kementerian
Perdagangan dan Kementerian Pertanian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pupuk diproduksi oleh perusahaan di Lini I, yakni lokasi gudang
pupuk di wilayah pabrik dari masing-masing produsen atau di wilayah
pelabuhan tujuan untuk pupuk impor. Dari Lini I, pupuk dikirim ke
lokasi gudang produsen di wilayah ibukota provinsi dan atau Unit
Pengantongan Pupuk (UPP) atau di luar pelabuhan (Lini II).
2. Setelah pupuk di kemas dalam kantong, maka pupuk dikirim ke lokasi
gudang produsen dan/atau distributor wilayah kabupaten /kota yang
dirujuk atau ditetapkan oleh produsen (Lini III). Distributor adalah
perusahaan perorangan atau badan usaha, baik berbentuk badan hukum
atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh Produsen untuk
melakukan pembelian, penyimpanan, penyaluran, dan penjualan pupuk
bersubsidi dalam partai besar di wilayah tanggung jawabnya untuk
dijual kepada Petani dan/Kelompok Tani melalui pengecer yang
ditunjuknya.
3. Setelah dari distributor, pupuk kemudian dijual kepada petani dan/atau
kelompok tani melalui pengecer yang ditunjuk (Lini IV). Pengecer
Resmi yang selanjutnya disebut Pengecer adalah perseorangan,
kelompok tani, dan badan usaha baik yang berbentuk badan hukum
atau bukan berbadan hukum yang berkedudukan di kecamatan
dan/atau desa yang ditunjuk oleh distributor dengan kegiatan pokok
melakukan penjualan pupuk bersubsidi di wilayah tanggung jawabnya
sevara langsung kepada petani dan/atau kelompok tani.
20
3. Tanggung Jawab, Kewajiban, dan Kewenangan Distributor
Berdasarkan Pedoman Pengawasan Pupuk Bersubsidi Tahun 2012
dijelaskan bahwa tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan distributor
adalah sebagai berikut:
1. Distributor wajib menjamin kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi
berdasarkan prinsip 6 (enam) tepat yaitu tepat jenis, jumlah, harga,
tempat, waktu, dan mutu diwilayah tanggung jawabnya,
2. Distributor bertanggung jawab atas kelancaran penyaluran pupuk
bersubsidi dari Lini III sampai dengan Lini IV di wilayah tanggung
jawabnya sesuai dengan prinsip 6 (enam) tepat yaitu tepat jenis, jumlah,
harga, tempat, waktu, dan mutu;
3. Distributor wajib menjual pupuk bersubsidi kepada Pengecer dengan
harga tebus memperhitungkan HET dan melaksanakan pengangkutan
sampai dengan gudang Lini IV Pengecer;
4. Distributor dilarang memperjualbelikan pupuk bersubsidi di luar
peruntukannya dan/atau diluar wilayah tanggung jawabnya.
5. Distributor bertanggung jawab atas penyampaian dan diterimanya
pupuk bersubsidi oleh Pengecer yang ditunjukannya pada saat
pembelian sesuai dengan jumlah dan jenis serta nama dan alamat
Pengecer yang bersangkutan.
6. Distributor menyalurkan pupuk bersubsidi hanya kepada Pengecer yang
ditunjuk sesuai dengan harga yang ditetapkan Produsen;dan
7. Distributor dilarang melaksanakan penjualan pupuk bersubsidi kepada
pedagang dan/atau pihak lain yang tidak ditunjuk sebagai Pengecer.
21
8. Distributor dilarang memberikan kuasa untuk pembelian pupuk
bersubsidi kepada pihak lain, kecuali kepada petugas distributor yang
bersangkutan yang dibuktikan dengan surat kuasa dari pengurus/atau
Pimpinan Distributor yang bersanngkutan.
9. Distributor berperan aktif membantu Produsen melaksanakan
penyuluhan dan promosi.
10. Distributor melakukan pembinaan, pengawasan, dan penilaian terhadap
kinerja Pengecer dalam melaksanakan penjualan pupuk bersubsidi
kepada Petani dan/atau Kelompok Tani di wilayah tanggung jawabnya
serta melaporkan hasil pengawasan dan penilaiannya tersebut kepada
Produsen yang menunjuknya;
11. Distributor wajib memasang papan nama dengan ukuran 1 x 1,5 meter
sebagai Distributor pupuk oleh produsen diwilayah tanggung jawabnya;
12. Distributor melaksanakan koordinasi secara periodik dengan isntansi
terkait di wilayah tanggung jawabnya.
13. Distributor wajib menyampaikan laporan penyaluran dan persediaan
pupuk bersubsidi di gudang yang dikelolanya, secara periodik setiap
akhir bulan kepada Produsen dengan tembusan kepada instansi terkait
sesuai dengan laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
Perturan ini;
14. Dalam pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi distributor menunjuk
perusahaan perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum atau bukan badan hukum sebagai Pengecer setelah mendpaatkan
persetujuan dari Produsen dengan wilayah tanggung jawab penyaluran
22
pupuk bersubsidi di kecamatan /Desa tertentu berdasarkan kepada
SPJB.
15. Distributor menetapkan lingkup wilayah tanggung jawab penyaluran
pupuk bersubsidi kepada Pengecer yang ditunjuknya.
16. Dalam melakukan pembelian pupuk bersubsidi, Distributor harus
menyebutkan jumlah dan jenis pupuk, nam serta alamat, dan wilayah
tanggung jawab pengecer yang ditunjuknya.
17. Distributor harus menyampaikan daftar Pengecer di wilayah tanggung
jawabnya kepada Produsen yang merujuknya dengan tembusan kepada
Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida kabupaten/Kota setempat, Dinas
Pertanian, dan Dinas Perindagkop.
18. Distributor wajib menyampaikan laporan penyaluran, dan persediaan
Pupuk Bersubsidi yang dikuasainya setiap bulan secara berkala kepada
Produsen dengan tembusan kepada Dinas Provinsi dan Kabuptaen/Kota
setempat yang membidangi perdagangan dan membidangi Pertanian
dan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) Tingkat
Kabupaten/Kota setempat.
19. Dalam hal pengecer yang bersangkutan tidak dapat melalksanakan
penyaluran pupuk bersubsidi diwilayah tanggung jawabnya. Distributor
dapat melakukan penyaluran pupuk bersubsidi secara langsung untuk
jangka waktu tertentu kepada Petani dan/atau Kelompok Tani
berdasarkan RDKK dengan harga tidak melampui HET, setelah
berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat yang
membidangi pertanian.
23
4. Mekanisme Pengawasan Pupuk Bersubsidi.
Produsen wajib melakukan pemantaun dan pengawasan terhadap
penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai Lini IV
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang
Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang
berlaku. Sedangkan pengawasan terhadap penyaluran, penggunaan dan
harga pupuk bersubsidi dilakukan oleh Komisi Pengawas Pupuk dan
Pestisida (KPPP). KPPP Provinsi/Kabupaten adalah wadah koordinasi
instani lintas sektor yang dibentuk oleh Keputusan Gubernur/Bupati untuk
melakukan pengawasan terhadap penyaluran, penggunaan, dan harga
pupuk bersubsidi di wilayah Provinsi/Kabupaten. KPPP Kabupaten/kota
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh penyuluh.
Mekanisme penyampaian laporan pengawasan diatur dalam Permentan No.
06 Tahun 2011, yakni:
1. KPPP di Kabupaten/Kota wajib menyampaikan laporan pemantauan
dan pengawasan ppupuk bersubsidi di wilayah kerjanya kepada
Bupati/Walikota.
2. Bupati/Walikota menyampaikan laporan hasil pemantauan dan
pengawasan pupuk bersubsidi kepada Gubernur.
3. KPPP di Provinsi wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan dan
pengawasan pupuk bersubsidi kepada Gubernur.
4. Gubernur menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan
pupuk bersubsidi kepada Menteri Pertanian.
24
Permendag Nomor 21/M-DAG/PER/6/2008 Pasal 16 mengatur tentang
pengawasan distribusi pupuk sebagai berikut:
1. Pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi
meliputi jenis, jumlah, mutu, harga eceran tertinggi Pupuk Bersubsidi
serta waktu pengadaan dan penyaluran
2. Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sebagai berikut:
1. Produsen wajib melakukan pemantauan dan pengawasan
pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I
sampai dengan Lini IV sesuai dengan prinsip 6 (enam) tepat yaitu
tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan mutu di masing-
masing wilayah tanggung jawabnya;
2. Gubernur/Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam pengawasan
atas pelaksanaan pengadaan dan penyaluran Pupuk Bersubsidi di
wilayah administrasi pemerintahannya.
3. Komisi pengawas Pupuk dan Pestisida di tingkat Provinsi yang
ditetapkan oleh Gubernur, wajib melakukan pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan pengadaan, penyaluran dan penggunaan
Pupuk Bersubsidi di wilayah kerjanya serta melaporkannya kepada
Gubernur dengan tembusan kepada Produsen penanggung jawab
wilayah.
4. Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida di tingkat Kabupaten/Kota
yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota, wajib melakukan
pemantauan dan pengawasan pelaksanaan penyaluran dan
25
penggunaan Pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya serta melaporkan
kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Produsen
penanggung jawab wilayah;
5. Guna menghindari terjadinya kelangkaan pupuk, Gubernur dn
Bupati/Walikota melalui Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
berkewajiban membantu kelancaran pelaksanaan pengadaan dan
penyaluran pupuk bersubsidi di wilayah kejanya;
6. Tim Pengawas Pupuk Bersubsidi Tingkat Pusat wajib melakukan
pemantauan dan pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran
pupuk bersubsidi dari Lini I sampai dengan Lini IV serta
melapporkannya kepada Menteri Perdagangan, Menteri
Perindustrian, dan Menteri Pertanian; dan
7. Apabila dianggap perlu, direktur jenderal perdagangan dalam negeri
atau Pejabat yang ditunjuk dapat melakukan pengawasan langsung
atas pelaksanaan pengadaan dan penyaluran Pupuk Bersubsidi.
3. Kewenangan melakukan klarifikasi terhadap adanya indikasi
penyimpangan atas ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi oleh Produsen,
Distribusi, dan Pengecer Resmi dilakukan oleh Pejabat Departemen
Perdagangan, atau Tim Pengawas Pupuk Bersubsidi Tingkat Pusat atau
Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perdagangan
atau pejabat yang ditunjuk, atau Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
Provinsi/Kabupaten/Kota.
26
4. Dalam hal adanya bukti kuat mengarah pelanggaran yang dapat
dikenakan sanksi tindak pidana ekonomi, Pejabat sebagaimana di
maksud pada ayat (3) dapat menggunkan bantuan aparat penegak
hukum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Dasar Hukum Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi.
Ketentuan pupuk bersubsidi yang dilaksanakan dan Harga Ecer Tertinggi
(HET) setiap tahun diataur oleh Menteri Pertanian yang dituangkan dalam
Peraturan Menteri Pertanian. Subsidi pupuk dilakukan untuk membantu
meringankan beban petani dalam membiayai usaha taninya. Selain
persoalan biaya, petani juga memang menghadapi persoalan kemampuan
dalam mengadopsi teknologi pemupukan untuk peningkatan produktivitas.
Sehingga diperlukan terobosan program untuk mengatasi hal ini sebagai
upaya peningkatan komoditas pertanian untuk ketahanan pangan yang
berkelanjutan.
Upaya yang selama ini dilakukan pemerintah untuk mendukung
peningkatan produktivitas hasil pertanian melalui teknologi pemupukan
adalah program pupuk bersubsidi. Program ini secara filosofis menjadi
bagian upaya negara untuk pemenuhan hak atas pekerjaan warga yang
layak sebagaimana tertulis dalam Konstitusi maupun undang-undang. Ada
pun pengertian Pupuk Bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan
penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang
ditetapkan di penyalur resmi di Lini IV (lokasi gundang atau kios pengecer
27
di wilayah Kecamatan atau Desa yang ditunjuk atau ditetapkan oleh
Distributor).
Menurut Pasal 2 ayat (3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun
2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam
Pengawasan, dengan Peraturan Presiden ini, Pupuk Bersubsidi ditetapkan
sebagai barang dalam pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 8 Prp Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-Barang
dalam Pengawasan. Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari Urea, SP 36, ZA dan NPK.Pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mencakup pengadaan dan penyaluran, termasuk jenis, jumlah,
mutu, wilayah pemasaran dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk
bersubsidi, serta waktu pengadaan dan penyaluran.
Menurut pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 16/M-IND/PER/3/2013 pengertian pupuk bersubsidi
adalah barang dalam pengawasan yang pengadaann dan penyallurannya
mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan kelompok tani dan/atau
petani di sektor pertanian dan tataniagakan dengan harga sesuai Harga
Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah dibidang
pertanian yang meliputi pupuk Urea, SP-36, NPK Phonska, ZA, dan
organik.
28
Pupuk bersubsidi merupakan pupuk yang diproduksi dan/atau diimpor oleh
produsen dalam negeri dan/atau yang diimpor oleh produsen PT. Pupuk
Sriwijaya Palembang, PT. Pupuk Kalimantan Timur, PT. Pupuk Kujang,
PT. Pupuk Iskandar Muda yang memproduksi pupuk anorganik. Harga
Eceran Tertinngi selanjtnya disebut (HET) adalah harga tertinggi pupuk
bersubsidi dalam kemasan 50 kg, 40 kg atau 20 kg di Lini IV yang dibeli
secara tunai oleh kelompok tani dan/atau petani sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan
Pemerintahan di bidang Pertanian. Produksi pupuk bersubsidi wajib diberi
pewarnaan dengan spectrum warna sebagai berikut:
a. Jenis pupuk urea dengan warna merah muda.
b. Jenis pupuk Amonium Sulfat (ZA) dengan warna orange.
Pewarnaan pupk bersubsidi sebagaimana diatas tidak mengurangi mutu
sesuai dengan Standar Nasiona Indonesia yang diberlakukan secara wajib.
Guna menghindari dan mencegah distribusi pupuk bersubsidi diluar
peruntukannya, maka pada kemasan/kantong pupuk bersubsidi ditulis
“Pupuk Bersubsidi Pemerintah/Barang Dalam Pengawasan” dan untuk
pupuk urea bersubsidi di beri warna berbeda dengan pupuk non subsidi
yaitu warna merah muda sedangkan pupuk urea non subsidi warna putih.
Kemampuan penyerapan pupuk bersubsidi di masing-masing wilayah tidak
terlepas dari kondisi agroklimat dan musim yang terjadi, sehingga
penyerapan pupuk dapat diatas atau dibawah alokasi yang ditetapikan.
Apabila terjadi peningkatan kebutuhan pupuk bersubsidi di wilayah tertentu,
29
produsen dapat menambah alokasi kebutuhan sebesar maksimal 20% dari
alokasi wilayah dimaksud. Sebagai pengganti kebutuhan pupuk bersubsidi
di wilayah yang mengalami kekurangan, pasokan dapat dilakukan dengan
merelokasi pupuk dari wilayah lainnya yang penyerapannya kurang dari
alokasi yang sudah ditetapkan dengan ketetapan Pemerintah.
6. Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
Pengadaan dan penyaluran Pupuk dan Pestisida di wilayah provinsi hingga
kabupaten, agar pelaksanaannya dapat berjalan tertib dan lancar serta untuk
terjaminnya ketersediaan pupuk baik jumlah, mutu, jenis maupun harganya
perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian oleh Komisi Pengawasan
Pupuk dan Pestisida pada tingkat Provinsi dengan ditetetapkannya
Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/056/B.IV/Hk/ 2009 tentang
Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida Provinsi Lampung.
Pengaturan pada di tingkat Kabupaten berdasarkan Peraturan Bupati
Lampung Tengah Nomor 08 Tahun 2014 tentang Perubahan keempat atas
peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 07 tahun 2007 tentang Komisi
Pengawasan Pupuk dan Pestisida Kabupaten Lampung Tengah dan
keputusan ini berlaku pada tanggal 02 Januari 2014.
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan perizinan pertanian sebagai
pintu masuk dan keluarnya izin pendaftaran Pupuk dan Pestisida sesuai
dengan tupoksinya melakukan Koordinasi Perizinan Pupuk dan Pestisida
dengan Instansi terkait. Dua hal yaitu pada pupuk ada subsidi pemerintah
30
dan pestisida ada bahaya yang dapat timbul akibat peredaran, penyimpanan
dan penggunaan.Dalam Pengawasan Pupuk dan Pestisida dibentuk wadah
yang menghimpun seluruh stakeholder yang terlibat. Wadah tersebut
dinamakan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida.
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan No. 15/M-Dag/Per/4/2013 Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 huruf 22 yang dimaksud dengan Komisi
Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) baik provinsi maupun
kabupaten/kota adalah salah satu wadah koordinasi intansi terkait dalam
pengawasan Pupuk dan Pestisida yang dibentuk oleh gubernur untuk
tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari unsur-unsur pemerintah daerah
dan dinas terkait dengan ketua komisi ditetapkan adalah Sekretaris Daerah.
7. Fungsi Pengawas Pupuk dan Pestisida Kabupaten
Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida pada tingkat kabupaten mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan kegiatan masing-masing instansi/unit kerja terkait
yang melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap Pupuk dan
Pestisida yang meliputi pengadaan, peredaran, mutu, harga, jumlah,
penyimpangan, penyaluran, dan efek samping yang ditimbulkan
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya.
b. Mengadakan pembinaan terhadap usaha masyarakat dan stake holder di
bidang pupuk dan pestisida.
c. Melakukan pengawasan pembinaan terhadap kegiatan masyarakat yang
berhubungan dengan produksi, penyimpangan, peredaran,
31
pemanfaatan/penggunaan Pupuk dan Pestisida sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Mengidentifikasi, memantau jenis, mutu Pupuk dan Pestisida yang
beredar dipasaran serta dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap
tanaman, manusia, dan lingkungan hidup.
D. Kerangka Pikir
Pentingnya peranan pupuk dalam upaya peningkatan produktifitas dan mutu
hasil komoditas pertanian menjadikan pupuk sebagai sarana produksi yang
sangat strategis bagi petani. Kebijakan pemberian subsidi pupuk untuk sektor
pertanian dimaksudkan untuk membantu petani untuk membeli pupuk sesuai
dengan kebutuhannya dengan harga yang dapat terjangkau. Namun dalam
perjalananya, dalam hal pendistribusian dan Penetapan Harga Eceran
Tertinggi (HET) untuk penjualan pupuk yang disubsidi oleh pemerintah
kepada para penyalur dan pengecer masih saja “dipermainkan” oleh beberapa
pihak yang tidak bertanggung jawab.
Banyak para petani di Kabupaten Lampung Tengah pada saat musim tanam
yang mengeluhkan sulitnya untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, sulitya
mendapatkan pupuk bersubsidi, mengakibatkan melonjaknya Harga Eceran
Tertinggi (HET) Pupuk bersubsidi yang tidak sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor: 130/Permentan/SR.130/11/2014 tentang pengawasan dan
Pelaporan Pupuk bersubsidi untuk Sektor Pertanian. Jika hal ini terus terjadi
akan berdampak pada rendahnya produksi pertanian dan bukan tidak mungkin
para petani akan kehilangan mata pencariannya.
32
Untuk mengatasi hal tersebut maka di butuhkan controlling atau pengawasan
oleh pihak terkait yaitu Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP).
Pengawasan diartikan sebagai suatu kegiatan administrasi yang bertujuan
untuk mengandalkan evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan apakah
sesuai dengan rencana atau tidak.
Pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
(KPPP) dalam distribusi pupuk bersubsidi mengacu pada Pedoman
Pengawasan Pupuk Bersubsidi Tahun 2012 yang meliputi 19 aspek tanggung
jawab, kewajiban, dan kewenangan distributor. Pengawasan tersebut
dilakukan dalam mengawasi pelaksanaan distribusi pupuk bersubsidi. Apakah
pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
(KPPP) berjalan efektif dan atau tidak.
Sebanyak 19 aspek tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan distributor
tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam instrumen pengawasan menurut
Sondang P. Siagian (2005: 152), yaitu Standar Hasil yang direncanakan untuk
dicapai, anggaran, data statistik, Laporan, Auditing, Observasi langsung.
Untuk memudahkan penggambaran alur pikir peneliti, maka peneliti dapat
menggambarkan skema alur pikir penelitian ke dalam kerangka penelitian
secara gamblang, seperti di bawah ini:
33
Gambar.1 Kerangka Pikir Penelitian
Pengawasan Preventif Distribusi Pupuk
Bersubsidi oleh KPPP
Instrumen Pengawasan Distribusi Pupuk Bersubsidi
1. Standar Hasil yang direncanaka untuk dicapai
2. Anggaran
3. Data statistik
4. Laporan
5. Auditing
6. Observasi langsung
Efektif Tidak
Efektif
Efektivitas
Cukup
Efektif
34
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 5), penelitian
deskriftif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa-
apa yang saat ini berlaku, di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi.
Pendekatan kuantitatif adalah analisis data hasil penelitian yang dilakukan
dengan perhitungan rumus dan angka-angka atau analisis statistik.
Menurut Nazir (2003: 54), metode penelitian deskriptif merupakan suatu
metode penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat,
serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
pengaruh dari suatu fenomena, metode penelitian deskriptif juga ingin
mempelajari berbagai norma atau standar.
Berdasarkan pengertian di atas maka tipe penelitian deskriptif kuantitatif
digunakan dengan pertimbangan bahwa dengan tipe ini akan tergambar secara
jelas kategori atau tingkat efektivitas Pengawasan Preventif Komisi Pengawas
Pupuk dan Pestisida (KPPP) Terhadap Distribusi Pupuk Bersubsidi di
Kabupaten Lampung Tengah, berdasarkan data kuisioner penelitian yang
disebarkan kepada responden dan dihitung secara statistik.
35
B. Definisi Konseptual
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 66), definisi
konseptual adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga
memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan.
Definisi konseptual mengenai Efektivitas Pengawasan Preventif Komisi
Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) terhadap Distribusi Pupuk Bersubsidi
di Kabupaten Lampung Tengah adalah suatu upaya pengawasan yang bersifat
pencegahan oleh Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) dalam rangka
memastikan pelaksanaan distribusi berjalan secara berjalan efektif sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
C. Definisi Operasional
Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 68), definisi operasional atau
operasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur,
dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka akan diketahui
baik buruknya variabel. Berdasarkan pengertian ini maka definisi operasional
Efektivitas Pengawasan Preventif Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
terhadap Distribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Lampung Tengah adalah:
1. Menjamin kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi sampai kepada
pengecer dalam waktu maksimal 3 hari
2. Bertanggung jawab atas kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi kepada
pengecer tanpa pengurangan kuantitas pupuk
3. Menjual pupuk bersubsidi kepada Pengecer dengan harga tebus
memperhitungkan HET sesuai dengan jenisnya yaitu Urea Rp.90.000, ZA
36
sebesar Rp.70.000, NPK Phonska yaitu Rp.115.000 dan organic sebesar
Rp.25.000.
4. Tidak memperjualbelikan pupuk bersubsidi di luar peruntukannya
dan/atau diluar wilayah tanggung jawabnya.
5. Bertanggung jawab atas penyampaian dan diterimanya pupuk bersubsidi
oleh Pengecer
6. Menyalurkan pupuk bersubsidi hanya kepada Pengecer yang ditunjuk
sesuai dengan harga yang ditetapkan Produsen
7. Tidak melaksanakan penjualan pupuk bersubsidi kepada pedagang
dan/atau pihak lain yang tidak ditunjuk sebagai Pengecer.
8. Tidak memberikan kuasa untuk pembelian pupuk bersubsidi kepada pihak
lain
9. Berperan aktif membantu Produsen melaksanakan penyuluhan dan
promosi.
10. Melakukan pembinaan, pengawasan, dan penilaian pada kinerja Pengecer
11. Distributor wajib memasang papan nama dengan ukuran 1 x 1,5 meter
12. Melaksanakan koordinasi secara periodik dengan instansi terkait (Dinas
Pertanian, Perkebunan) di wilayah tanggung jawabnya.
13. Menyampaikan laporan penyaluran dan persediaan pupuk bersubsidi di
gudang yang dikelolanya
14. Menunjuk perusahaan perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum sebagai Pengecer
15. Menetapkan lingkup wilayah tanggung jawab penyaluran pupuk
bersubsidi kepada Pengecer yang ditunjuknya.
37
16. Menyebutkan jumlah dan jenis pupuk, nam serta alamat, dan wilayah
tanggung jawab pengecer yang ditunjuknya.
17. Menyampaikan daftar Pengecer di wilayah tanggung jawabnya kepada
Produsen
18. Menyampaikan laporan penyaluran, dan persediaan Pupuk Bersubsidi
yang dikuasainya setiap bulan secara berkala
19. Melakukan penyaluran pupuk bersubsidi secara langsung dalam jangka 3
bulan sekali kepada Petani dan/atau Kelompok Tani
Operasionalisasi variabel ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
menyusun kuisioner penelitian.
D. Populasi dan Sampel
Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 108), populasi adalah jumlah
keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Berdasarkan definisi
tersebut, maka populasi penelitian ini adalah 32 distributor pupuk bersubsidi
di Kabupaten Lampung Tengah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia No.21/M-DAG/PER/6/2008 Juncto No.
07/M-DAG/PER/2/2009 tentang Pengadaan dan penyaluran Pupuk bersubsidi
dan pembagian tanggung jawab antara Kementerian Perdagangan dan
Kementerian Pertanian, yaitu perusahaan perorangan atau badan usaha, baik
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh
Produsen untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penyaluran, dan
penjualan pupuk bersubsidi dalam partai besar di wilayah tanggung jawabnya
untuk dijual kepada Petani dan/Kelompok Tani melalui pengecer yang
ditunjuknya. Seluruh populasi dijadikan sampel penelitian (total sampling).
38
E. Jenis Data
Jenis data penelitian ini meliputi :
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian.
Kegiatan yang dilakukan adalah turun lapangan dan menyebarkan
kuisioner kepada 32 Distributor pupuk di Kabupaten Lampung Tengah.
2. Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber
atau referensi yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, atau
literatur lain. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan studi
dokumentasi tentang Kabupaten Lampung Tengah dan Komisi Pengawas
Pupuk dan Pestisida
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Kuisioner, dilakukan untuk mengumpulkan data primer, dengan cara
memberikan kuisioner kepada responden yang telah dilengkapi dengan
alternatif jawaban untuk memudahkan responden dalam menjawab dan
memudahkan pengolahan dan analisis data. Kegiatan yang penulis lakukan
selama penelitian adalah menyebarkan kuisioner kepada 32 Distributor
pupuk di Kabupaten Lampung Tengah dan selanjutnya menarik kembali
kuisioner tersebut untuk dilakukan tahap pengolahan data.
2. Dokumentasi, dilakukan untukmengumpulkan data sekunder dari berbagai
sumber, seperti buku atau literatur, arsip atau dokumen yang berkaitan
dengan permasalahan dalam penelitian ini. Kegiatan yang penulis lakukan
selama penelitian adalah mengambil data tentang Kabupaten Lampung
Tengah dan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida.
39
G. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperoleh dari lapangan terkumpul, maka tahap selanjutnya
adalah dengan mengolah data yang ada tersebut. Adapun teknik yang
digunakan dalam pengolahan data pada penelitian ini adalah:
1. Editing, adalah memeriksa kembali data yang telah diperoleh, mengenai
kesempurnaan jawaban atau kejelasan penulisan. Kegiatan yang penulis
lakukan selama penelitian adalah memeriksa jawaban responden pada
kuesioner untuk mengetahui kejelasan dan kelengkapan jawaban
responden pada pertanyaan yang diajukan.
2. Koding, adalah memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar
pertanyaan untuk memudahkan pengolahan data. Kegiatan yang penulis
lakukan selama penelitian adalah memberikan kode pada jawaban
responden dengan menggunakan Skala Interval. Menurut Singarimbun dan
Effendi (2002: 87), skala interval adalah skala data yang jarak antar
datanya bernilai sama. Dalam penelitian ini Jawaban A diberi kode 3,
Jawaban B diberi kode 2 dan Jawaban C diberi kode 1. Selanjutnya hasil
koding disajikan pada Lampiran 2 skripsi.
3. Tabulating, adalah merumuskan data dalam tabel setelah diklasifikasikan
berdasarkan kategori yang sama, lalu disederhanakan dalam tabel tunggal.
Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah menyajikan data
jawaban responden pada kuisioner ke dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi sebagaimana terdapat pada Bab V mengenai Hasil Penelitian dan
Pembahasan.
40
H. Teknik Analisis Data
Analisa data kuantitatif yang digunakan adalah dengan model tabulasi tunggal,
yaitu membagi kategori-kategori yang telah ditentukan pada tabel frekuensi,
untuk dihitung dengan membuat persentase, dengan rumus sebagai berikut:
100xN
FP
Keterangan:
P = Persentase jawaban
F = Frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item
N = Jumlah responden
(Suharsimi Arikunto, 2000: 123)
Untuk mengkategorikan efektivitas pengawasan preventif Komisi Pengawas
Pupuk dan Pestisida (KPPP) Terhadap Ditribusi Pupuk Bersubsidi di
Kabupaten Lampung Tengah, ke dalam kategori efektif, Cukup efektif dan
tidak efektif, digunakan rumus:
I = K
NRNT
Keterangan:
I = interval
NT = Nilai Tertinggi
NT = Nilai Terendah
K = Kategori Jawaban
(Suharsimi Arikunto, 2000: 126)
Kegiatan yang dilakukan adalah merekap jawaban responden dari kuisioner ke
dalam tabel jawaban, selanjutnya melakukan perhitungan dengan rumus di
atas dan menyajikan hasil perhitungan ke dalam tabel tunggal sebagaimana
disajikan pada Bab V dalam penelitian ini.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kabupaten Lampung Tengah
Uraian sejarah singkat Lampung Tengah terdiri dari beberapa waktu yakni:
1. Zaman Pemerintahan Belanda
Wilayah Kabupaten Lampung Tengah yang sekarang ini, pada zaman
pemerintahan Belanda merupakan Onder Afdeling Sukadana yang
dikepalai oleh Seorang Controleur berkebangsaan Belanda dan dalam
pelaksanaannya dibantu oleh seorang Demang Bangsa Pribumi/Indonesia,
yaitu:
a. Onder Distrik Sukadana
b. Onder Distrik Labuhan Maringgai
c. Onder Distrik Gunung Sugih
Masing-masing Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang
yang berkedudukan sebagai pembantu Demang untuk mengkoordinir
Pesirah. Masingmasing Onder Distrik terdiri dari marga-marga yaitu:
a. Onder Distrik Sukadana terdiri dari Marga Sukadana, Marga Tiga,
Marga Nuban, Marga Unyai Way Seputih.
b. Onder Distrik Labuhan Maringgai terdiri dari Marga Melinting, Marga
Sekampung Ilir, Marga Sekampung Udik, Marga Subing Labuhan.
42
c. Onder Distrik Gunung Sugih terdiri dari Marga Unyi, Marga Subing,
Marga Anak Tuha, Marga Pubian.
2. Zaman Jepang (1942-1945)
Wilayah Kabupaten Lampung Tengah pada waktu tata Pemerintahan
Jepang adalah Wilayah Bun Shu Metro dan Bun Shu Metro terbagi dalam
beberapa Gun Shu, Marga- Marga dan kampung-kampung. Bun Shu
dikepalai oleh seorang Bun Shu Cho dan Gun Shu dikepalai oleh Gun Shu
Cho, sedangkan Marga dikepalai oleh Marga Cho, dan kampong dikepalai
oleh seorang kepala kampung.
3. Zaman Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya peraturan peralihan
pasal 2 UUD 1945, maka Bun Shu Metro berubah menjadi Kabupaten
Lampung Tengah yang dikepalai oleh seorang Bupati. Bupati pertama
Kabupaten Lampung Tengah adalah Burharuddin dengan masa jabatan
tahun 1945-1948.
4. Masa Pemerintahan Negeri (1953-1975)
Dengan dibubarkannya Pemerintahan Marga sebagai gantinya dibentuk
Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala
Negeri dan Dewan Negeri.
43
Kepala Negeri dipilih oleh Dewan Negeri dan para Kepala Kampung. Pada
masa ini di Kabupaten Lampung Tengah terdapat Sembilan Negeri, yaitu:
1. Negeri Trimurjo dengan pusat pemerintahan di Simbarwaringin
2. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro
3. Negeri Pekalongan dengan pusat pemerintahan di Pekalongan
4. Negeri Tribawono dengan pusat pemerintahan di Banarjoyo
5. Negeri Sekampung dengan pusat pemerintahan di Sumbergede
6. Negeri Sukadan dengan pusat pemerintahan di Sukadana
7. Negeri Labuhan Maringgai dengan pusat pemerintahan di Labuhan
Maringgai
8. Negeri Way Seputih dengan pusat pemerintahan di Gunung Sugih
9. Negeri Seputih Barat dengan pusat pemerintahan di Padang Ratu.
Dalam praktek sistem Pemerintahan Negeri tersebut dirasakan adanya
kurang keserasian dengan Pemerintahan Kecamatan dan keadaan ini
menyulitkan tugas Pemerintah. Oleh karena itu Gubernur Kepala Daerah
Tingkat 1 Lampung mulai tahun 1972 mengambil kebijaksanaan secara
bertahap menghapus Pemerintahan Negeri dengan jalan tidak mengangkat
lagi Kepala Negeri yang telah habis masa jabatannya.
Secara bertahap Pemerintahan Negeri di Lampung Tengah dihapus,
sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan Negeri beralih kepada
Pemerintahan Kecamatan setempat. Menurut beberapa pengamat secara
yuridis hapusnya Pemerintahan Negeri setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1979 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Desa.
44
5. Pemekaran Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
Sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah Provinsi Lampung untuk
melaksanakan pemekaran wilayah/daerah sebagai bentuk tindak lanjut
dari:
a. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor:
G/340/B.I/HK/1993 tanggal 6 Agustus 1993, tentang Pembentukan
Panitia Pelaksana Rencana Pembentukan Daerah Tingkat II di Provinsi
Daerah Tingkat I Lampung.
b. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lampung Tengah Nomor
188.45/652/01/1993 tanggal 18 Agustus 1993 tentang Renstra Penataan
dan Pengembangan Pemerintahan di Daerah Kabupaten Daerah Tingkat
II Lampung Tengah.
c. Hasil rapat panitia pelaksana rencana pembentukan Kabupaten Daerah
Tingkat II di Provinsi daerah Tingkat I Lampung di Bandar Lampung
tanggal 31 Agustus 1993.
d. Surat Perintah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lampung Tengah
Nomor: B/Sprint-159/01/1994 tanggal 13 Desember 1994 tentang Tim
Pelaksana Teknis Penyiapan Rencana Pembentukan Daerah Tingkat II
dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Tengah.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tanggal 20 April
1999, maka Kabupaten Lampung Tengah secara resmi dimekarkan
menjadi 3 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Timur, Kota Metro
dan Kabupaten Lampung Tengah sendiri. Dampak dari pemekaran wilayah
45
tersebut maka Ibukota Kabupaten Lampung Tengah yang semula berpusat
di Metro dipindahkan di Gunung Sugih.
B. Kondisi Geografi
Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang ada di
Provinsi Lampung. Ibu Kota dari Kabupaten Lampung Tengah adalah
Gunung Sugih. Kabupaten Lampung Tengah meliputi areal daratan seluas
4789, 82 km2 , terletak dibagian tengah Provinsi Lampung yang berbatasan
dengan: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang dan
Lampung Utara; b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota
Metro d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus dan
Lampung Barat.
Secara geografis, Kabupaten Lampung Tengah terletak pada kedudukan 1040
35’ Bujur Timur sampai 1050 50” Bujur Timur dan 40 30’ Lintang Selatan
sampai 40 15’ Lintang Selatan.
C. Administrasi Pemerintahan
Secara administratif, Kabupaten Lampung Tengah dibagi menjadi 28
Kecamatan serta 307 kampung/kelurahan (termasuk UPT). Berikut adalah
nama-nama Kecamatan yang ada di Lampung Tengah disertai luas wilayah
dan jumlah kelurahan per Kecamatan.
46
Tabel 4. Nama, luas wilayah per Kecamatan dan jumlah kelurahan di
Kabupaten Lampung Tengah
Sumber: Data Dokumentasi Kabupaten Lampung Tengah, 2015
Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah adalah 4.789,82 km2. Kabupaten
Lampung Tengah merupakan Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di
Provinsi Lampung. Dari data diatas menunjukkan bahwa Kecamatan yang
memiliki wilayah yang paling luas adalah wilayah Kecamatan Bandar Mataram
dengan luas 1 055,28 km2. Sementara itu, Kecamatan Bumi Ratu Nuban
merupakan Kecamatan yang paling sempit wilayahnya hanya seluas 65,14 km2 .
47
D. Kependudukan
Penduduk Lampung Tengah berdasarkan sensus penduduk tahun1971, 1980,
1990, 200 dan 2010 masing-masing sebanyak 997. 349 jiwa, 1.690.947 jiwa,
1.901.630 jiwa, 1.059.795 jiwa dan 1.170.717 jiwa. Pertumbuhan penduduk
pada periode 1971-1980 sekitar 5,97 persen per tahun turun menjadi 1,18
persen per tahun pada periode 1980-1990. Pertumbuhan penduduk tersebut
kembali mengalami penurunan pada periode 1990-2000 dan 2000-2010
masing-masing sekitar 0,85 persen per tahun dan 1,05 persen per tahun. Pada
tahun 2012 jumlah penduduk Lampung Tengah berjumlah 1. 192 958 jiwa
sehingga laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2012 mencapai 1,14
persen.
E. Kondisi Ekonomi
Kondisi perekonomian Kabupaten Lampung Tengah cenderung mengalami
fluktuatif dari tahun 2012-2015. Pada tahun 2012 laju pertumbuhan PDRB
atas dasar harga konstan sebesar 5,10 persen. Angka ini menurun pada tahun
2013 menjadi 5,88 persen. Pada tahun 2014 kembali turun menjadi 5,75
persen. Tahun 2015 pertumbuhan PDRB Lampung Tengah naik menjadi 6,37
persen.
F. Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida (KPPP)
1. Profil Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida (KPPP)
Profil komisi pengawas pupuk dan pestisida (KPPP) merupakan
pengawasan pengadaan, peredaran, penggunaan pupuk dan pestisida
dilaksanakan secara terkordinasi antara pusat dan daerah, antar instansi
48
terkait dibidang pupuk dan pestisida. Komisi Pengawasan Pupuk dan
Pestisida (KPPP) baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota
merupakan wadah koordinasi pengawasan pupuk dan pestisida yang
dibentuk oleh Gubernur/Bupati/Walikota. Dengan keterlibatan instansi
terkait dibidang pupuk dan pestisida dalam komisi pengawasan tersebut
diharapkan permasalahan peredaran dan penggunaan pupuk dan pestisida
yang terjadi di daerah dapat diatasi secara cepat dan tepat.
Disamping melalui peran Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida baik
Provinsi maupun Kabupaten/Kota, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
akan sangat mendukung dalam mengatasi permasalahan pupuk dan
pestisida terutama dalam penyelesaian tindak kasus pidana dibidang pupuk
dan pestisida, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 59 ayat (1)
Undang-Undang No12 tahun 1992 tentang Sistem Budiadaya Tanaman.
Melalui Kegiatan Penguatan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida
(KPPP) baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, diharapkan kinerja KPPP
baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota tersebut dapat lebih optimal
sehingga pupuk dan pestisida yang beredar lebih terjamin ketersediaan dan
kualitasnya sehingga tidak merugikan pengguna dan kelestarian
lingkungan serta mendukung Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional.
2. Dasar Hukum
a. UU Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
b. PP Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
49
c. PP Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman
d. Perpres Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden No 77 tahun 2005 Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai
Barang Dalam Pengawasan.
e. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 237/Kpts/OT.210/4/ 2003 tentang
Pedoman Pengawasan Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Pupuk
An-Organik
f. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/ Permentan/ SR.130/ 5/2009
tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah
g. Kepmentan Nomor 238/Kpts/OT.210/4/2003 tentang Pedoman
Penggunaan Pupuk An-Organik
h. Kepmentan Nomor 239/Kpts/OT.210/4/2003 tentang Pengawasan
Formula Pupuk An-Organik.
i. MoU Depdag, Depperin, Deptan dan Kemeneg BUMN dengan
Kepolisian Negara dan Kejagung tentang Pelaksanaan Pengawasan
Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi.
j. Permentan Nomor 107/Permentan/SR.140/9/2014 tentang Pengawasan
Pestisida
k. Permentan Nomor 38/Permentan/SR.320/7/2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/SR.140/8/2011
tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik
l. Permentan Nomor 39/Permentan/SR.330/7/2015 tentang Pendaftaran
Pestisida
50
3. Maksud, Tujuan dan Sasaran
a. Maksud
Penyusunan Pedoman Peningkatan Kinerja Komisi Pengawasan Pupuk
dan Pestisida dimaksudkan menjadi acuan bagi tim Komisi
Pengawasan Pupuk dan Pestisida di daerah.
b. Tujuan
Tujuan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida adalah untuk
melakukan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan pupuk
dan pestisida secara terpadu antar instansi terkait dibidang pupuk dan
pestisida baik ditingkat Pusat, Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
c. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai adalah:
1) Terciptanya koordinasi pengawasan pupuk dan pestisida antar
instansi terkait
2) Tersedianya informasi jenis pupuk dan pestisida yang beredar di
masing-masing daerah
3) Tersedianya informasi mutu pupuk dan pestisida yang beredar di
seluruh Indonesia.
4) Terciptanya koordinasi penyelidikan kasus pupuk dan pestisida
antara PPNS Pupuk dan Pestisida dengan Korwas Polda
5) Tersosialisasikannya Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman baik dilingkungan aparat pengawas
pupuk dan pestisida maupun pelaku usaha dibidang pupuk dan
pestisida.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hasil
bahwa efektivitas pengawasan preventif Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida
(KPPP) terhadap distribusi pupuk bersubsidi di Kabupaten Lampung Tengah
adalah masuk dalam kategori cukup efektif atau efektivitas sedang. Hal ini
didasarkan pada hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa dari 32 orang
responden, terdapat sebanyak 24 (75,00%) responden yang menyatakan bahwa
efektivitas pengawasan preventif KPPP terhadap distribusi pupuk bersubsidi di
Kabupaten Lampung Tengah adalah cukup efektif.
Efektivitas pengawasan preventif sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia No.21/M-DAG/PER/6/2008 Juncto No. 07/M-
DAG/PER/2/2009 tentang Pengadaan dan penyaluran Pupuk bersubsidi dan
pembagian tanggung jawab antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian
Pertanian, yaitu perusahaan perorangan atau badan usaha, baik berbentuk badan
hukum atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh Produsen untuk melakukan
pembelian, penyimpanan, penyaluran, dan penjualan pupuk bersubsidi dalam
partai besar di wilayah tanggung jawabnya untuk dijual kepada Petani
dan/Kelompok Tani melalui pengecer yang ditunjuknya. Bahwa didapatkan hasil
rata-rata secara keseluruhan adalah masuk dalam kategori cukup efektif.
89
B. Saran
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) Kabupaten Lampung Tengah
hendaknya meningkatkan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi secara
lebih intensif dengan cara turun langsung ke lapangan guna memantau
pelaksanaan penyaluran pupuk, khususnya dalam hal ketepatan waktu
penyaluran dan kesesuaian harga sesuai harga eceran tertinggi bagi para
petani.
2. Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) Kabupaten Lampung Tengah
disarankan untuk membuat kesepakatan bersama (memorandum of
understanding) mengenai penyaluran pupuk bersubsidi dengan para
distributor, bersubsidi sehingga di masa yang akan datang penyaluran pupuk
menjadi lebih tepat waktu dan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah Maryati, Lukman Hakim. 2011. Laporan Penelitian Peta Masalah
Pupuk Bersubsidi Di Indonesia. Pattiro : Jakarta Selatan.
Andrian, Irianto. 2001. Panduan Pengembangan Organisasi. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Metode Penelitian, Sutau Pendekatan Praktek.
Tarsito. Bandung. Yogyakarta.
Bohari. H. 1995. Pengawasan Keuangan Negara. Rajawali press: Jakarta.
Hadari, Nawawi. 1994. Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur
Pemerintah. Erlangga.
Handayaningrat, Soewarno. 1994. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan
Manajemen. Haji masagung: Jakarta.
Hasibuan, Malayu.S.P. 2002. Organisasi dan Manajemen. Rajawali Press.
Jakarta
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Salemba Humanika: Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1996. Sistem Administrasi
Negara Republik Indonesia. PT. Toko Gunung Agung. Jakarta.
Lubis, Ibrahim. 1985. Pengawasan dan Pengawasan Proyek Dalam Manajemen.
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung: Bandar
Lampung.
Porter, Thomas. 1992. EDP pengendalian dan Auditing. Erlangga: Jakarta.
Revrisond, Baswir. 1999. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. BPFEE:
Yogyakarta.
Sarwoto. 1991. Dasar-Dasar Organisasi Manajemen. Galia: Jakarta.
Siagian, Sondang. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2002. Metode Penelitian Survey. LP3ES.
Jakarta.
Sopanah. 2003. Pengawasan Terhadap Keuangan Daerah. Rineka Cipta. Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit
Alfabeta: Bandung.
Sumarji Gatot Irianto. 2013. Pedoman Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk dan
Pestisida (KPPP). Direktur Jendral Prasarana Dan Sarana Pertanian.
Sondang P. Siagian. 1980. Administrasi Pembangunan. Gunung Agung: Jakarta
Widjaja, Gunawan. 2002. Pengelolaan Harta Kekayaan Negara. PT. Raja
Grafindo:Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 130/Permentan/SR.130/11/2014
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 08 Tahun 2014
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 Tentang perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 Tentang Penetapan Pupuk
Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan.
Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/056/B.IV/HK/2009 tentang
Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Provinsi Lampung
Media
Haluan lampung. 2015. Kuota pupuk bersubsidi jauh dari cukup. diakses dalam
http://haluanlampung.com/index.php/daerah/lampung-tengah/9815-kuota-
pupuk-subsidi-jauh-dari-cukup pada 2 Februari 2016 pukul 15.14 WIB
Tribun Lampung, 2 september 2015
Teras Lampung. 2015. Pembangunan Sektor Pertanian di Lampung Tengah:
Meningkatkan Produksi, Menjaga Ketahanan Pangan, diakses dalam
http://www.teraslampung.com/2015/08/pembangunan-sektor-pertanian-di-
lampung pada 7 November 2015 pukul 20.45 WIB.
Badan Pusat Statistik , 2013, Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis
Kelamin Tahun 2013, diakses dalam
http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php/site/tabel?tid=23&wid=0, pada
1 Februari 2016 Pukul 14.35 WIB
Data
BPS Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.
BPS Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.
Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Tengah 2015.