efektivitas penerapan quantum teacing dalam …
TRANSCRIPT
1
EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM MENGAPRESIASI
SAJAK KEPADA PEMINTA-MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR
SISWA KELAS X SMA NEGERI I TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
MUH. ILHAM SYAHRIL
10533 7003 12
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2016
2
Pertanyaan yang mungkin muncul
1. Apa masalahnya,? Bincang-bincang saat pelaksanaan P2K dengan guru bahasa
Indonesia tentang quantum teacing, ada empat guru bahasa, mereka tidak memahami
model tersebut. Hal itu menyebabkan saya berpikir mengadakan penelitian di sekolah
SMA Negei 1 Takalar dan menerapkan metode quantum teacing.
Di samping itu, bahwa problema pembelajaran apresiasi sastra khusunya puisi pada
sekolah tersebut bertumpu pada, guru, siswa, kurikulum, Sampai saat ini tidak ada guru
sastra yang hanya mengajarkan sastra, tetapi pada umumnya guru sastra dirangkap secara
eksofisio oleh guru bahasa. Penyatuan materi pembelajaran sastra dengan materi
pembelajaran bahasa pada kurikulum yang mengimperasi pengampuannya. Sehingga
guru-guru yang tidak meminati sastra (karena suatu alasan) melewati saja materi/pokok
bahasan sastra. Tentu saja sebaliknya, guru-guru yang berminat ke sastra
menganaktirikan pokok bahasan kebahasaan. Oleh karena itu, terjadi perbedaan guru
yang mengampu mata pelajaran bahasa pada kelas paralel akan ditemui perbedaan
pembelajaran.
2. Mengapa memilih quantum teacing,
Quantum teacing adalah salah satu model efektif dalam pembelajaran, karena sasaran/
saya ingin mengetahui kemampuan siswa dalam mengapresiasi sajak kepada peminta-
minta karya chairil anwar. Maka saya pilih model tersebut, karena model ini adalah
mengajar secara menyenangkan, sementara sastra pun menyenangkan.
3. Rumusan masalah, Apakah efektif penerapan quantum teacing dalam mengapresiasi
sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas XSMA Negeri 1
Takalar?”
4. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keefektivan penerapan quantum
teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa
kelas X SMA Negeri 1 Takalar.
3
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengembangan pengetahuan
tentang apresiasi sastra khusunya apresiasi puisi yang tepat dengan menggunakan
metode quantum teaching
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru sebagai bahan evaluasi diri tentang kelebihan dan kelemahan dari
pembelajaran yang dilakukan agar dalam pembelajaran selanjutnya tidak terulang hal
yang sama.
b. Bagi murid dapat meningkatkan hasil belajar mengapresiasi sastra khusunya apresiasi
puisi yang menyenangkan
c. Bagi peneliti diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
strategi belajar apresiasi sastra, khusunya apresiasi puisi melalui Quantum Teaching.
d. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam pengembangan
proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra dengan
menerapkan strategi belajar Quantum Teaching guna meningkatkan hasil belajar apresiasi
sastra siswa.
5. Pengertian puisi, secara etimologi dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis
’pembuatan’, dalam bahasa Inggris disebut poem atau poerty. Puisi diartikan ”membuat
atau pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia
tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun
batiniah (Wellek dan Warren, 1990: 90).
6. Apa bedanya puisi dan sajak?
Puisi maksudnya kumpulan atau antologi, sajak adalah individu dari antologi/kumpulan.
Jadi dapat dikatakan sajak kepada peminta-minta dalam puisi deru campur debu.
7. Hakikat puisi, adalah sebagai berikut
a. Fungsi estetik, mengapa karena puisi ditulis memperhatikan diksi yang cantik,
misalnya memilih kata angin, atau bayu; di samping itu puisi ditulis memperhatikan
irama, dan gaya bahasa.
4
b. Kepadatan, Dalam menulis puisi tidak semua perisiwa diceritakan. Yang
dikemukakan hanyalah inti masalah, peristiwa, atau inti cerita. Karena puisi itu
mampat, padat, maka penyair memilih kata yang akurat. Untuk pemadatan, kadang-
kadang kata hanya diambil inti dasarnya. Imbuhan, awalan, dan akhiran sering
dihilangkan.
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Misalnya, Siapa punya? Kata memunyai dihilangkang awalan dan akhirannya
menjadi punya. Kata -kata yang tak perlu dihilangkan hanya secara sugesti saja
dikemukakan. Misalnya kudengar seru menderu. Mestinya: kudengar suara seru
menderu. Bahkan kalimat sering dihilangkan (aku berkaca ini muka penuh luka
siapa punya?).
c. Eksperesi yang tidak Langsung
1) Penggantian arti, disebabkan oleh metafora dan metonimi yang adalah salah
satu bahasa kiasan. Akan tetapi, yang dimaksudkan metafora di sini adalah bahasa
kiasan pada umumnya. Bahasa kiasan itu merupakan ucapan yang tidak langsung.
Bahasa kiasan terdiri atas: perumpamaan, metafora, personifikasi, antonimi,
sinekdoki, perumpamaan, alegori.
2) Penyimpangan arti, biasa pula disebut pemoncongan arti yang disebabkan oleh
ambiguitas, paradoks, ironi, dan nonsense. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
uraian berikut ini.
Ambiguitas adalah ketaksaan, yaitu kata yang punya arti lebih dari satu atau dapat
ditafsirkan artinya lebih dari satu atau banyak arti. Ambigu dapat berupa kata,
frase.
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing (Chairil Anwar).
5
Hilang bentuk ini taksa (ambigu) berati banyak: sangat sedih, menderita, hidupnya tanpa
harapan, putus asa. Remuk hidup si aku hancur luluh, tidak tergambarkan lagi,
penderitaanya sampai ke puncak. Aku mengembara ke negeri asing artinya bingung
tidak tahu jalan. Paradoks, menyatakan sesuatu secara berlawanan, tampaknya
tidak benar tetapi bila dipikirkan sungguh-sungguh apa yang dinyatakan itu benar.
Misalnya awal dari akhir, akhir adalah awal .tampaknya mustahil bila dipikirkan memang
demikian; awal kehidupan yang baru itu merupakan akhir kehidupan lama.
3) Penciptaan Arti , . Penciptaan arti dalam puisi menimbulkan arti atau makna,
seperti: keindahan, penyangatan, pernyataan, atau makna yang lain.
8. Fungsi puisi, banyak terkait dengan isi kandungan puisi tersebut.
9. Pengertian quantum teacing, Quantum Teaching adalah metode pembelajaran yang
melibatkan seluruh unsur-unsur dalam tubuh siswa dalam pembelajaran yang meliputi
interaksi, antarasiswa dengan guru, menciptakan lingkungan yang efektif, merancang
kurikulum, penyampaian isi materi yang akan memudahkan proses pembelajaran, yang
melibatkan multi-sensori dan multi-kecerdasan sesuai dengan otak, sehingga
pelaksanaannya dapat melejitkan kecerdasan siswa, penggubah belajar yang meriah
dengan segala nuansanya, menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar.
10. Ada lima prinsip yang dimiliki oleh quantum teaching antaranya berikut ini.
a. Segalanya berbicara. Dimaksudkan, segalanya dari lingkungan kelas sampai bahasa
tubuh, dan dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran mengirim pesan
tentang belajar. Yakni segala sesuatu dalam lingkungan kelas sampai sikap guru
menyampaikan pesan atau materi yang memacu semangat belajar.
b. Segalanya bertujuan. Maksudnya, semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai
tujuan, yakni semua kegiatan dalam proses belajar-mengajar mempunyai tujuan.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama. Maksudnya, otak berkembang pesat dengan
adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan ingin tahu. Oleh karena itu,
proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi
sebelum mereka memperoleh nama untuk apa dipelajari. Dengan demikian,
6
pengalaman akan membangun keingintahuan siswa menciptakan pertanyaan dalam
benak mereka dan guru dapat memberi nama saat pelajaran berlangsung.
d. Akui setiap usaha. Maksudnya, belajar banyak mengandung resiko. Belajar berarti
keluar dari kenyamanan. Saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan dirinya. Artinya, setiap usaha belajar
siswa bagaimanapun hasilya harus diakui.
e. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Maksudnya, perayaan memberikan
umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
belajar, karena perayaan atau pujian akan mendapat dorongan siswa menuju
kesuksesan berikutnya.
11. Apa yang dimaksud apresiasi sajak.
Yang dimaksud apresiasi sajak kepada peminta-minta dalam penelitia ini, bahwa
diterapkannya model quantum teacing siswa SMA Negeri 1 Takalar, siswa tersebut
memahami unsure intrinsic sajak tersebut yang terdiri atas: makna, tema, persajakan,
tipografi, suasana, citraan, majas atau gaya bahasa, dan amanat
12. Hipotesis, adalah patokan duga, artinya kebenaran yang dirumuskan belum tentu benar,
karena memerlukan pembuktian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Efektif penerapan quantum teaching dalam
mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas X SMA
Negeri 1 Takalar”.
13. Jenis penelitian ini, adalah eksprimen. Mengapa? Karena menurut pendapat Ali
(1993:135, dalam bukunya Strategi Penelitian Pendidikan) menyatakan bahwa percobaan
ini merupakan modifikasi yang dilakukan secara sengaja dan terkontrol dan menentukan
peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap pembaharuan yang terjadi pada
peristiwa itu sendiri
14. Desain penelitian ini didasarkan atas hubungan kausal antara variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y). Situasi (variabel bebas: quantum teacing) diasumsikan sebagai
7
variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab munculnya gejala (variabel terikat:
sajak tersebut) sebagai variabel akibat.
Hal yang diperikan dalam penelitian ini meliputi (1) kemampuan menjawab soal-soal
apresiasi puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada tes awal; (2) kemampuan menjawab siswa kelompok eksperimen
setelah ada perlakuan dan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Untuk mencapai tujuan itu,
penelitian ini menggunakan desain atau rancangan yang polanya berbentuk:
O1---------- X --------- O2,
Simbol O1 merupakan observasi pertama berupa pretes dan O2 merupakan observasi
kedua berupa postes, sedangkan X merupakan simbol pengajaran.
15. Apa itu variable, adalah suatu yang bersikap berubah-ubah dan tidak tetap, atau nilai
yang memiliki banyak varian, intinya bernilai banyak.
16. Variable dalam penelitian ini ada dua, yaitu
a. Variabel bebas disebut variabel independen, (quantum teacing)
b. Variabe terikat disebut variabel dependen (kemapuan mengapresiasi sajak kepada
peminta-minta karya chairil anwar).
17. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah: arti operasional adalah
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan penelitian.
a. Keefektifan penempatan quantum teacing adalah ketercapaian suatu tujuan, suatu
usaha yang dapat dikatakan efektif bila mencapai tujuan. Kreteria keefektifan dalam
penelitian ini adalah hasil pengetahuan mengapresiasi puisi yang dicapai peserta didik
yang diterapkan berdasarkan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang
dianjurkan oleh guru.
b. Apresiasi sajak adalah kemampuan siswa mengapresiasi dan dapat menentukan
makna, tema, persajakan, tifografi, suasana, nada, citraan, majas/gaya bahasa, dan
amanat pada sajak kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar.
8
18. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dalam penelitian ini populasi ada 11 kelas
X SMA Negeri 1 Takalar berjumlah 377 siswa. (laki-laki 136, perempuan 241)
19. Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini sejumlah dua kelas
yaitu kelas X5 dan kelas X6, berjumlah 73 orang (laki-laki 23, perempuan 50).
Alasan pengambilan sampel mengacu pada pendapat, menurut Sudjana (2014:73)
dibedakan atas dua, yaitu cara peluang atau probability sampling di mana anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sedangkan non-
probability penarikan sampel dari populasi tidak menggunakan dasar peluang tetapi
ditentukan oleh peneliti berdasarkan kebutuhannya.
Berdasarkan pendapat Sudjana, maka pengambilan sampel yang tepat digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel peluang (probability sampling) karena anggota populasi
mempunyai peluang yang sama. Adapaun teknik pengambilan sampel adalah sampel
kelas (cluster sampling).
20. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menjaring data digunakan instrument berupa tes. Tes yang diberikan berbentuk
subjektif pilihan ganda sebanyak 25 nomor yang mengacu padasajak Kepada Peminta-
minta karya Chairil Anwar. Adapaun bentuk soal menguraikan antaranya: makna, tema,
persajakan, tipografi, suasana, nada, citraan, majas atau gaya bahsa, dan amanat.
Bobot satu nomor soal adalah empat (4), sehingga apabila siswa menjawab keseluruhan
soal dengan benar, berhak memperoleh skor 100. Dengan demikian, bobot tertinggi yang
diperoleh siswa yaitu 100.
Sebagai sarana pengumpulan data, tes tersebut diberikan kepada kedua kelompok tes
(kelas X5 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X6 sebagai kelompok kontrol).
9
21. Langkah –langkah atau proses pengumpulan data sebagai berikut:
a. Prestes diberikan pada kedua kelompok dengan tes yang sama untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta Karya
Chairil Anwar.
b. Postes diberikan setelah beberapa kali pertemuan. Postes diberikan kepada kedua
kelompok tes untuk melihat kemampuan akhir sajak Kepada Peminta-minta Karya
Chairil Anwar. setelah ada perlakuan kepada kelompok eksperimen dan tidak ada
perlakuan kepada kelompok kontrol.
22. Teknik Analisis Data, Berdasarkan karakteristik penelitian dan rumusan hipotesis, data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode statistik inferensial, untuk
menguji perbedaan dua rata-rata baik kelompok eksperemen maupun kelompok kontrol.
Untuk pengujian dua rata-rata digunakan uji-t untuk melihat efektif atau tidak efektif
penerapan quantum teacing (signifikan pada taraf 5% dan 1%) dari dua variabel
yang diteliti.
Rumusnya adalah
10
SDbM
MyMxtestt
Langkah-langkah
Mencari mean kelompok X dankelompok Y, denganrumus:
N
XM
a. Mencaristandardeviasidarikeduakelompok, denganrumus:
22 MN
XSD
b. Mencari standar deviasi mean kuadrat dari kedua kelompok, dengan rumus:
1
22
N
SDSD
c. Mencari nilai t, dengan rumus:
MySDMxSDSDbM
22
d. Mecari nilai “t” , dengan rumus:
bMSD
MyMxt
e. Menghitung derajat bebas, dengan rumus:
2 NyNxdb
Sujana (2014: 40)
11
Baca yang di bawah ini, anak ku
Terjemahnya: Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku.
Maksuda ayat tersebut: Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar dadanya
dilapangkan untuk menghadapi Fir'aun yang terkenal sebagai seorang raja yang kejam.
Terjemahannya: dan mudahkanlah untukku urusanku,
12
Terjemahan : dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
Terjemahannya : supaya mereka mengerti perkataanku,
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Skripsi : Efektivitas Penerapan Quantum Teacing dalam Mengapresiasi
Sajak Kepada Pminta-minta Karya Chairil Anwar Siswa
Kelas X SMA Negeri I Takalar
Nama : Muh. Ilham Syahril
NIM : 10533 7003 12
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Setelah diperiksa skripsi ini telah dinyatakan memenuhi persyaratan untuk
dipertahankan di depan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Oktober 2016
Disahkan oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sitti Aida Azis., M.Pd. Haslinda, S.Pd., M.Pd.
Mengetahui,
Dekan FKIP Ketua Jurusan
Unismuh Makassar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Dr.Munirah, M.Pd
NBM. 858 625 NBM. 951 576
iii
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin Tlp : (0411) 860132 Makassar 90221
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Ridha Tuljannah
NIM : 10533 6944 12
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Hipogram Novel dan Transformasi Film “Tenggelanya Kapal Van
Der Wijck” Karya Hamka
Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan
dan layak untuk diujikan.
Makassar, Agustus 2016
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd Haslinda, S.Pd., M.Pd
Mengetahui,
Dekan FKIP Ketua Jurusan
Unismuh Makassar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Dr.Munirah, M.Pd
NBM. 858 625 NBM. 951 576
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MUH. ILHAM SYAHRIL
NIM : 10533 700312
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Studi : Strata Satu
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul skripsi : Efektivitas Penerapan Quantum Teaching dalam
Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya Chairil
Anwar Siswa Kelas X SMA Negeri I Takalar
Dengan ini menyatakan bahwa :
Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah asli hasil karya saya
sendiri. Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya
bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
MUH. ILHAM SYAHRIL
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd Haslinda, S.Pd., M.Pd.
v
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MUH. ILHAM SYAHRIL
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai, saya akan menyusun skripsi
sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar pada perjanjian pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini kami buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Agustus 2016
Yang Membuat Pernyataan
MUH. ILHAM SYAHRIL
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Swt. Tuhan semesta alam yang telah
memberikan Hidayah, rahmat dan nikmat kepada penulis sehingga penyusunan
skripsi selesai, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Shalawat serta salam
penulis sampaikan ke hadirat Nabi Muhammad SAW., yang telah membawa umat
manusia ke jalan yang telah diridhai-Nya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin diwujudkan
tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak
terhingga terutama kepada Ayahanda tercinta Syahril Sunarkan dan Ibunda
tersayang Sitti Zaenab Abdi yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,
membesarkan, mendidik, serta nasehat yang tiada henti, ketulusan cinta, kasih
sayang dan didikan serta setia mengiringi Ananda dalam meniti jembatan
kehidupan sehingga dapat menyelesaikan studi.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan pula kepada,
Pembimbing I., Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd.,; Pembimbing II Haslinda, S.Pd.,
vii
M.Pd., yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal
penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang sama disampaikan pula kepada. H. Abd.
Rahman Rahim, S.E., M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
semoga Unismuh lebih jaya dan lebih bermartabat di tahun-tahun mendatang
dalam kepemimpinan Beliau; Kepada Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum.,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; Dr. Munirah, M.Pd., Ketua
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan kepada seluruh Dosen dan
Staf FKIP Unismuh, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis mulai pertama perkuliahan sampai terakhir penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada Pimpinan
SMA Negeri 1 Takalar, Guru-guru dan Staf Tata Usaha, serta Siswa- Siswa yang
telah menerima penulis mulai dari P2K, kemudian mengadakan penelitian.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapakan kepada teman
seperjuangan yang telah menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabat serta
seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan 2012
terlebih khusus kelas B atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuan
kepada penulis.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritik
tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa satu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
viii
bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin Ya
Rabbal Alamin….
.
Makassar, Agustus 2016
Penulis,
v
ABSTRAK
Muh. Ilham Syahril 2016. “Efektivitas Penerapan Quantum Teacing dalam
Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Takalar”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dibimbing Sitti Aida Azis., Haslinda.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk One Group
Pre Test Post Test Design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya
hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas
pembanding (kelas kontrol) untuk mengetahui ke-efektivitas penerapan quantum
teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar
siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar”.. tahun ajaran 2016. Satuan eksperimen
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X7 sebanyak 32 orang. Penelitian
dilaksanakan selama 3 kali pertemuan.
Hasil analisis data setelah pre-tes ada peningkatan mengapresiasi sajak
Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Takalar”. Hal ini terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas
setelah pre-tes ada 31 orang atau ketuntasan 96, 875 % (pos-tes). Sementara hasil
nilai rata-rata pre-tes sejumlah 26 orang dengan ketuntasan 81.25 %.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji t,
berdasarkan tabel distribusi t dengan taraf signifikan
= 32 – 1 = 31 maka diperoleh t 0,05 = 2,021. Setelah diperoleh t Hitung= 7,712dan
tTabel = 2,021 maka diperoleh tHitung > tTabel atau 7,712> 2,021. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa efektif model
quantum teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya
Chairil Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar.
Kata kunci: efektivitas, quantum, teaching, mengapresiasi
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN……………………………………..ii
HALAMAN KONTROL BIMBINGAN…………………………………………..iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
A. Latar Belakang……………………………………………………………..5
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………..5
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………....7
1. Penelitian yang Rlevan…………………………………………………7
2. Pengertian Puisi………………………………………………………...8
3. Hakikat Puisi…………………………………………………………...10
4. Fungsi Puisi…………………………………………………………….14
5. Pengertian Quantum Teacing…………………………………………..17
6. Pembelajaran Quantum………………………………………………...21
B. Kerangka Pikir……………………………………………………………...24
C. Hipotesis……………………………………………………………………26
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………28
A. Desain Penelitian…………………………………………………….……...28
B. Variabel Penelitian………………………………………………………….28
C. Definisi Operasional Variabel………………………………………………29
D. Populasi dan Sampel………………………………………………………..29
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………….31
F. Pengumpulan Anaisis Data…………………………………………………32
G. Teknik Analisis Data………………………………………………………..35
DAFTAR PUSTAKA 38
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Isi Halaman
1. Keadaan Populasi 47
2. Nilai Pre-tes Apesiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya
Chairil Anwar Siswa Kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar 51
3. Perhitungan untuk Mencari Mean (Rata – rata ) Nilai Pre-test 52
4. Tingkat Hasil Belajar Pre-test 53
5. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar SMA Negeri 1 Takalar 54
6. .Nilai Pre-tes Apesiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya
Chairil Anwar Siswa Kelas X7
SMA Negeri 1 Takalar 55
7. Perhitungan untuk Mencari Mean (Rata – rata )
Nilai Pre-test 55
8. Tingkat Hasil Belajar Pos-test 56
9. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar SMA Negeri 1 Takalar 57
10. Analisis Nilai Pre-tes dan Pos-tes 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai institusi formal merupakan lingkungan yang kondusif
dalam menumbuh-kembangkan potensi kreatif siswa. Agar dapat tercipta kondisi
yang demikian, pelaksanaan proses belajar-mengajar sedapat mungkin dipusatkan
pada aktivitas belajar siswa yang secara langsung mengalami keterlibatan internal
dan emosional dalam proses belajar-mengajar.
Pengajaran sastra berusaha mendekatkan siswa kepada sastra, berusaha
menumbuhkan rasa peka dan rasa cinta kepada sastra sebagai suatu cipta seni.
Dengan usaha ini, diharapkan pengajaran sastra dapat membantu menumbuhkan
keseimbangan antara perkembangan kejiwaan anak, sehingga terbentuk suatu
kebulatan pribadi yang utuh. Rahmanto yang dikutip oleh Azis, mengemukakan
bahwa “Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila
cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan membaca,
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta
menunjang pembentukan watak”. (2014:16).
Sastra Indonesia diciptakan oleh para intelektual yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda (plural), suku bangsa, agama, aliran, maupun
idiologi. Itulah sebabnya pembelajaran apresiasi sastra dapat dipandang sebagai
media pendidikan muti-culture yang berorentasi pada pengenalan berbagai budaya
yang ada di Nusantara (Sudikan, 2007:143).
2
Puisi, pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan sastra lainnya
yaitu untuk memberikan nilai keindahan dan nilai moral bagi kehidupan manusia.
Puisi lahir melalui renungan berdasarkan pengamatan terhadap realita kehidupan.
Sementara itu, puisi pun mengandung ketidakpastian. Oleh karena itu, pembaca
berada dalam tanggapan antara ketidakpastian dan kepastian, antara mengerti dan
tidak mengerti. Di sinilah letak seni suatu puisi, karena nilai suatu puisi terletak
pada maknanya, maka setiap kali dibaca mengandung pemikiran atau inspirasi
baru.
Untuk memahami puisi secara utuh perlu diketahui dan dimengerti bahwa
puisi itu adalah karya bernilai estetis yang punya arti, bukan hanya sesuatu yang
kosong tanpa makna. Dengan begitu, sebelum pengkajian aspek-aspek lain, perlu
puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna atau bernilai estetis. (Azis,
2013:1).
Chairil Anwar, salah satu penyair Angkatan 45, memiliki pengaruh besar
terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna
(2009:353) keberhasilan Chairil dipengaruhi oleh faktor (1) representasi visual
melalui komposisi susunan baris dan bait, (2) efesiensi bahasa, penggunaan kata-
kata secara singkat, sederhana, tetapi penuh energi, (3) pembawa aliran baru,
sebagai eksprisionisme, (4) kebaruan isi, yaitu nasionalisme, (5) keberhasilannya
dalam menggugah emosi pembaca. Dengan begitu, keindahan puisi pada dasarnya
membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan
karya sastra.
3
Salah satu sajak Chairil Anwar yang terkenal adalah Kepada Peminta-
Minta. Sajak tersebut mengisahkan seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si
pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku
terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh si pengemis. Sebenarnya
tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan
jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi. Pun tokoh aku selalu
kepikiran dengan sikap si pengemis. Membuatnya berpikir tentang kehidupan
yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu
mengganjal pikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik
daripada meminta-minta.
Memaknai uraian tersebut, bahwa dalam membelajarkan apresiasi sastra
khusunya apresiasi puisi perlu memperhatikan model yang inovatif. Karena
dipahami bahwa pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah merupakan
salah satu masalah yang cukup mendapat perhatian di antara para pakar
pendidikan. Sebab dalam proses belajar-mengajar, guru di samping sebagai
pengajar bahasa Indonesia, juga dituntut mampu mengajarkan sastra (puisi, prosa,
dan drama) seperti yang tercantum dalam kurikulum yaitu untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Di samping itu, tujuan
pembelajaran sastra untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
mengapresiasi karya sastra. Di dalamnya terkandung maksud agar peserta didik
dapat menghargai kesusatraan bangsa sendiri serta dapat menghayati sebagai
produk secara langsung terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra
yang dipilih. Dengan begitu, pembelajaran sastra harus diikuti dengan
4
mewajibkan peserta didik untuk membaca karya-karya sastra terpilih. Tambahan
lagi, sebaiknya peserta didik diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan
terhadap karya sastra yang dinikmati baik secara individu atau secara kelompok.
Berangkat dari uraian tersebut, penulis terpanggil untuk mengemukakan
bagaimana wujud pembelajaran apresiasi sastra (puisi/saja) dengan model
quantum teaching dalam roh TANDUR yang ditopang dengan pembelajaran
kontekstual diselaraskan dengan keberadaan pengarang sebagai stimulus untuk
memberikan motivasi kepada siswa. Untuk itulah, dalam penelitian, penulis
mengangkat tema kreativitas guru melalui model TANDUR yang disejajarkan
dengan pembelajaran kontekstual. Selain itu, kajian ini dimaksudkan untuk
menemukan formulasi pengajaran sastra khususnya reproduksi sastra secara
empiric dan menyenangkan. Sebagaimana yang diamanatkan dalam quantum
teaching bahwa siswa belajar tidak merasa terpaksa mengikuti pembelajaran dan
secara empatik terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran.
Model quantum teaching akan diterapkan pada siswa SMA Negeri 1
Takalar kelas X. Hal ini didasarkan pada refleksi pengamatan penulis bahwa
problema pembelajaran apresiasi sastra khusunya puisi pada sekolah tersebut
bertumpu pada, guru, siswa, kurikulum, Sampai saat ini tidak ada guru sastra yang
hanya mengajarkan sastra, tetapi pada umumnya guru sastra dirangkap secara
eksofisio oleh guru bahasa. Penyatuan materi pembelajaran sastra dengan materi
pembelajaran bahasa pada kurikulum yang mengimperasi pengampuannya.
Sehingga guru-guru yang tidak meminati sastra (karena suatu alasan) melewati
saja materi/pokok bahasan sastra. Tentu saja sebaliknya, guru-guru yang berminat
5
ke sastra menganaktirikan pokok bahasan kebahasaan. Oleh karena itu, terjadi
perbedaan guru yang mengampu mata pelajaran bahasa pada kelas paralel akan
ditemui perbedaan pembelajaran.
Di samping itu, problematika pembelajaran sastra yang bertumpu pada
siswa meliputi kebutuhan siswa, perkembangan peserta didik, kekurang-minatan,
karya sastra kurang dihargai oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini kurang
terpenuhi. Pemerintah pun berupaya untuk mengubah dan memperbaiki
kurikulum, tidak pernah tersusun kurikulum yang sempurna tampa masalah.
Kendatipun kurikulum dilakukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman.
Pemebelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan hidup masa kini dan
masa yang akan datang. Jika hal itu terabaikan bangsa ini akan terancam menjadi
bangsa yang terkebelakang di antara bangsa-bangsa lain.
Dengan demikian, ditetapkan judul dalam penelitian ini ”Penerapan
Quantum Teaching dalam Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-Minta Karya
Chairil Anwar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Takalar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini,
“Apakah efektif penerapan quantum teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada
Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas XSMA Negeri 1 Takalar?”
C. Tujuan Penelitian
6
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan keefektivan penerapan quantum teaching dalam mengapresiasi
sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas X SMA Negeri 1
Takalar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengembangan
pengetahuan tentang apresiasi sastra khusunya apresiasi puisi yang tepat dengan
menggunakan metode quantum teaching
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru sebagai bahan evaluasi diri tentang kelebihan dan kelemahan
dari pembelajaran yang dilakukan agar dalam pembelajaran selanjutnya
tidak terulang hal yang sama.
b. Bagi murid dapat meningkatkan hasil belajar mengapresiasi sastra
khusunya apresiasi puisi yang menyenangkan
c. Bagi peneliti diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan strategi belajar apresiasi sastra, khusunya apresiasi puisi
melalui quantum teaching.
d. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam
pengembangan proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran
Bahasa dan Sastra dengan menerapkan strategi belajar quantum teaching
guna meningkatkan hasil belajar apresiasi sastra siswa.
7
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Peneliti yang pernah melakukan penelitian dengan menerapkan quantum
teching, antara lain: pertama, Nurcahyo, Doni Eko (2014) dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Menggunakan Model Quantum
Teaching Siswa Kelas V SD Negeri Iroyudan Panjangan”. Hasil yang diperoleh
bahwa, “Pembelajaran menyimak cerita menggunakan model quantum teaching
dapat meningkatkan aktivitas dan perhatian siswa. Terbukti dari rerata partisipasi
siklus 147,33% meningkat 25,8 % menjadi 73, 13% pada siklus dua. Kedua,
Budiarti. 2012. “Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Menggunakan
Model Quantum Teaching Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Karangpawita
Kabupaten Garut”. Hasil yang diproleh Budiarti adalah terdapat perbedaan rata-
rata hasil pembelajaran membaca pemahaman sebelum dan sesudah menggunakan
model quantum teaching adalah 4,96 dan rata-rata pembelajaran membaca
pemahaman sesudah menggunakan quantum teaching adalah 7, 76. Pengujian
statiktik, membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil pembelajaran sebelum dan
sesudah menggunakan quantum teaching. Bukti tersebut adalah t.hitung (19, 928)
> t.tabel (1, 684). Ketiga, Kurnia, Dani. (2012). “Penerapan Model Tandur
Berbasis Inkuiri dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII
8
SMP Muhammadiyah Karangpawitan Kabupaten Garut”. Hasil yang diperoleh
Kurnia menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi
sebelum diberi perlakuan Tandur berbasis inkuiri, secara keseluruhan
dikategorikan baik. Hal ini berdasarkan perhitungan skor rata-rata postes yang
dihasilkan kelompok eksprimen sebesar 72, sedangkan kelompok perbandingan
sebesar 50,8 berdasarkan pengolahan data, pada uji signifikan diperoleh nilai
t.hitung = 4,39, dan t.tabel = 2,16 sehingga t.hitung = 4,39 > t.tabe = 2,16 pada
taraf kepercayaan 95% dengan dk = 38. Maka hipotesis kerja (H1), yaitu terdapat
perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis
karangan narasi sebelum dan sesudah diberi perlakuan model TANDUR berbasis
inkuiri, dapat diterima.
Dari beberapa penelitian menggunakan model quantum teaching, terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar. Maka dari itu, penulis bermaksud menggunakan
model tersebut dalam pembelajaran apresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya
Chairil Anwar siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar. Perbedaan yang dapat dilihat
secara langsung antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya terletak pada jenis
penelitian yang telah dikerjakan oleh Nurcahyo termasuk Penelitian Tindakan
Kelas, subjek yang diamati adalah kelas V SD dengan tema menyimak cerita.
Sementara Budiarta dan Kurnia mengerjakan penelitian yang bersifat eksprimen
dengan pengujian statiktik dari dua variabel. Dalam penelitian ini selain
menggunakan model dan musik serta metode pembelajaran yang dapat menarik
siswa untuk memperhatikan dan terlibat dalam segala kegiatan pembelajaran
apresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anawar.
9
2. Pengertian Puisi
Buku Apresiasi Puisi yang disusun oleh Azis (2013: 11-15)
menguraikan bahwa A. Teeuw dan Culler, banyak ahli sastra dan sastrawan,
khususnya penyair romantik Inggris, yang berusaha memberikan definisi. Berikut
ini adalah beberapa definisi atau pendapat.
Altenbernd (1970), mendefinisikan puisi sebagai the interpretive
dramatization of experience in metrical language (pendramaan pengalaman yang
bersifat penafsiran dalam bahasa bermetrum). Meskipun mengandung kebenaran,
namun definisi tersebut tak bisa sepenuhnya diterapkan di Indonesia karena pada
umumnya puisi Indonesia tidak memakai metrum sebagai dasar. Jika yang
dimaksud metrical adalah ‘berirama’, maka definisi Altenbernd memang bisa
diterima, tetapi memiliki kelemahan karena prosa pun ada yang berirama. Sebut
misalnya cerpen-cerpen Danarto yang menggunakan kekuatan irama untuk
menambah keindahan karyanya.
Samuel Taylor Coleridge berpendapat bahwa puisi adalah kata-kata
terindah dalam susunan yang terindah, sehingga tampak seimbang, simetris, dan
memiliki hubungan yang erat antara satu unsur dengan unsur lainnya. Carlyle
mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya
disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu
seperti musik.
Wordsworth memberi pernyataan bahwa puisi adalah ungkapan perasaan
yang imajinatif atau perasaan yang diangankan. Dunton berpendapat bahwa puisi
merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik (selaras, simetris,
10
pilihan kata tepat), bahasanya penuh perasaan dan berirama seperti musik
(pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur).
Shelley mengatakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang
paling indah dalam hidup manusia, misalnya hal-hal yang mengesankan dan
menimbulkan keharuan, kebahagiaan, kegembiraan, kesedihan dan lain-lain.
Di samping pengertian puisi di atas, secara etimologi istilah puisi berasal
dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ’pembuatan’, dalam bahasa
Inggris disebut poem atau poerty. Puisi diartikan ”membuat atau pembuatan”
karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia
tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik
maupun batiniah (Wellek dan Warren, 1990: 90)
Sudjiman (1986: 5), mengemukakan bahwa puisi adalah ragam sastra
yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Pradopo (1990:23) memadukan pendapat tersebut, sehingga tercipta pengertian
puisi yaitu emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra,
susunan kata, kata-kata kias, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka untuk menyampaikan gagasan
penyair menggunakan bahasa sebagai medium. Puisi adalah sistem tanda tingkat
kedua yang mempergunakan sistem tanda tingkat pertama yang berupa bahasa
tertentu. Sistem tanda tingkat pertama itu, diorganisasikan sesuai dengan
konvensi-konvensi tambahan yang memberi arti-arti dan efek-efek yang lain dari
yang dimiliki prosa biasa. Menurut Jakobson, studi terhadap seni dapat
digambarkan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan tanda dan informasi.
11
3. Hakikat Puisi
Hakikat puisi bukan terletak pada bentuk formalnya, meskipun itu
penting, tetapi hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu disebut
puisi. Hakikat puisi menurut Pradopo (2005) terdiri atas (a) fungsi estetis, (b)
kepadatan, dan (c) ekspresi tidak langsung. Berikut akan diuraikan masing-
masing hakikat tersebut
a. Fungsi Estetik
Puisi adalah karya seni sastra. Rene Wellek mengemukakan bahwa paling
baik kita memandang keseusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi
estetiknya dominan, tanpa fungsi itu karya tidak dapat disebut karya (seni) sastra.
Unsur keindahan itu merupakan unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi,
irama, dan gaya bahasa.
Gaya bahasa merupakan semua pengguna bahasa secara khusus untuk
mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetiknya atau aspek kepuitisannya. Jenis-
jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan
wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu.
Contoh fungsi estetik
Terima Salamku
Terima salammu, o tuan, yang mengeluh
Di bawah beban penderitaan
Yang dirawan percintaan
Tidak ‘da badai yang tidak akhirnya teduh
12
Terima cintaku, o tuan, yang mencari
Bahagian dengan mengembara
Di dunia sebatang kara
Tidak ‘da malam yang tidak diganti hari
(Sanusi Pane).
Fungsi estetik sajak di atas adalah aspek gaya bunyinya, yaitu kombinasi
aliterasi, asonansi, dan sajak akhir. Penggunaan aspek gaya bunyi menimbulkan
kemerduan dan irama, yang menyebabkan sajak liris, yaitu menimbulkan
ekspresivitas berupa cirahan perasaan.
Perhatikan bait pertama, baris kedua dan ketiga ada asonansi: a
dikombinasi aliterasi n (di bawah beban pendeeritaan/yang dirawan
percintaan,) pola sajak akhirnya: a-b-b-a: mengeluh-penderitaan-percintaan-teduh
dan c-d-d-c: mencari-mengembara- kara-hari
Perulangan kalimat, baris pertama dan keempat bait pertama yang
merupakan paralelisme dengan baris pertama dan keempat bait kedua, dengan arti
yang sama, bentuk bervariasi.
Terima salamku, o tuan, yang mengeluh
Tidak /da badai yang tidak akhirnya teduh
Terima cintaku o tuan, yang mencari
Tidak ‘da malam yang tidak diganti hari.
13
b. Kepadatan
Dalam menulis puisi tidak semua perisiwa diceritakan. Yang dikemukakan
hanyalah inti masalah, peristiwa, atau inti cerita. Karena puisi itu mampat, padat,
maka penyair memilih kata yang akurat. Untuk pemadatan, kadang-kadang kata
hanya diambil inti dasarnya. Imbuhan, awalan, dan akhiran sering dihilangkan.
Diperhatikan contoh berikut:
Selamat Tinggal
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
-dalam hatiku?-
Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah ….!!
Segala menebal segala mengental
Segala tak kukenal….!!
Selamat tinggal….!! (Chairil Anwar).
Sajak tersebut hanya dikemukakan inti masalahnya, hanya esensi
masalahnya. Dengan demikian hubungan antar-kalimatnya bersifat implisit, tidak
dinyatakan secara jelas dan merenik. Siapa punya? Kata memunyai
dihilangkang awalan dan akhirannya menjadi punya. Kata -kata yang tak perlu
dihilangkan hanya secara sugesti saja dikemukakan. Misalnya kudengar seru
menderu. Mestinya: kudengar suara seru menderu. Bahkan kalimat sering
dihilangkan (aku berkaca ini muka penuh luka siapa punya?)
14
Si aku yang tidak pernah berkaca, bercermin, ketika berkaca terkejut
melihat mukanya sendiri penuh luka. Hubungannya implisit dan ada kalimat yang
dihilangkan. Kalau puisi tersebut dieksplisitnya, akan tampak, Aku berkaca
(sesudah itu aku terkejut dan bertanya) siapakah yang mempunyai muka yang
penuh luka ini? Dengan ekplisitnya itu menjadi jelas tetapi hilang kepuitisannya,
hilang kepadatannya, hilang iramanya.
Berkaca arti kiasannya berintrospeksi, melihat keadaan dirinya sendiri.
Luka adalah kiasan untuk cacat. Kalau dieksplisitkan, sajak itu dapat
diparafrasekan akan tampak, aku berkaca (setelah itu aku terkejuit dan bertanya)
siapakah yang mempunyai muka yang penuh luka ini? (Kemudian) aku
mendengar (suara) yang seru menderu (apakah suara itu dari) dalam hatiku?
Apakah hanya (suara) angin lalu (saja)? (Kemudian aku mendengar) lagu lain
pula (yang) menggelepar (di) tengah malam buta (mendengar semua suara dan
lagu itu, aku hanya bisa mengeluh) ah ….!! (kemudian) segala (suara itu)
menebal, segala (lagu itu) mengental! Segala (nya) tak kukenal! (Oleh karena itu,
aku hanya bisa mengucap) selamat tinggal…..!
c. Eksperesi yang tidak Langsung
Ekspresi yang tidak langsun ditandai oleh penggantian arti, penyimpangan
atau pemencongan arti, dan penciptaan arti. Untuk lebih jelasnya uraian
diperhatikan berikut ini
1) Penggantian arti
15
Penggantian arti, disebabkan oleh metafora dan metonimi yang adalah
salah satu bahasa kiasan. Akan tetapi, yang dimaksudkan metafora di sini adalah
bahasa kiasan pada umumnya. Bahasa kiasan itu merupakan ucapan yang tidak
langsung. Bahasa kiasan terdiri atas: perumpamaan, metafora, personifikasi,
antonimi, sinekdoki, perumpamaan, alegori.
Perumpamaan mengiaskan sesuatu dengan kata pembanding, seperti
sebagai, bak, seumpama. Bahasa kias dipergunakan untuk membuat gambaran
menjadi jelas.
Contoh Perumpamaan
Betsyku bersih dan putih sekali
Lunak dan halus bagaikan karet busa
Rambutnya merah tergerai
Bagai berkas benang-benang rayon warna emas
Dan kakinya sempurna
Singsat dan licin
Bagaikan ikan salmon (Rendra, 1976).
Metafora, adalah bahasa kiasan yang menyamakan sesuatu dengan
sesuatu yang lain tanpa kata pembanding. Dengan demikian, yang dibandingkan
dengan pembandingnya sudah menjadi satu seperti dalam sajak berikut.
Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalang pengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selagu, sepanjang dendang
Golek gemilang ditukarnya pula
Aku engkau ditukarnya pula
16
Aku boneka engkau boneka
Penyenag dalang mengarah sajak (Amir Hamzah).
Boneka adalah betul-betul boneka untuk menghibur dalang, jadi mereka
tidak dipersamakan atau dibandingkan saja. Yang dimaksud dalang adalah Tuhan
yang mengatur hidup manusia. Aku boneka disebut metafora eksplisit sedangkan
dalang disebut implisit. Dalam metafora eskplisit pembanding dengan yang
dibandingkan disebutkan. Metafora implisit hanya membandingkan saja yang
disebutkan
Metonimi (kiasan pengganti nama) sebagaimana contoh puisi berikut ini.
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada suara sayup
Hanya kata merangkai hati (Amir Hamzah)
Aduh kekasihku
Padaku semua tiada berguna
Hanya satu kutunggu hasrat
Merasa dikau dekat rapat
Serupa musa di puncak tursina (Amir Hamzah).
Amir Hamzah menyebut Tuhan atau mengganti nama Tuhan dengan kekasih
untuk merasakan kedekatannya dengan Tuhan yang disamakan dengan manusia
(kekasih).
17
2) Penyimpangan Arti
Penyimpangan arti, biasa pula disebut pemoncongan arti yang disebabkan
oleh ambiguitas, paradoks, ironi, dan nonsense. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
uraian berikut ini.
Ambiguitas adalah ketaksaan, yaitu kata yang punya arti lebih dari satu
atau dapat ditafsirkan artinya lebih dari satu atau banyak arti. Ambigu dapat
berupa kata, frase, misalnya puisi berikut ini
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing (Chairil Anwar).
Hilang bentuk ini taksa (ambigu) berati banyak: sangat sedih, menderita,
hidupnya tanpa harapan, putus asa. Remuk hidup si aku hancur luluh, tidak
tergambarkan lagi, penderitaanya sampai ke puncak. Aku mengembara ke
negeri asing artinya bingung tidak tahu jalan.
18
Paradoks, menyatakan sesuatu secara berlawanan, tampaknya tidak benar
tetapi bila dipikirkan sungguh-sungguh apa yang dinyatakan itu benar. Misalnya
awal dari akhir, akhir adalah awal .tampaknya mustahil bila dipikirkan memang
demikian; awal kehidupan yang baru itu merupakan akhir kehidupan lama.
Diperhatikan berikut ini.
Pusat
Serasa apa hidup yang terbaring mati
Memandang musim yang mengandung luka
Serasa apa kisah sebuah dunia terhenti
Padaku tanpa bicara (Bactiar, 1962).
Hidup tetapi terbaring mati adalah paradoks. Tampaknya mustahil tetapi
bila dipikirkan memang benar, yaitu hidup yang tanpa ada kemajuan, penuh
pendereritaan penuh kekurangan, tanpa kemajuan, tanpa kebahagiaan dari dahulu
hingga sekarang itu adalah hidup yang terbaring mati. Paradoks gunanya untuk
membuat pembaca berpikir, supaya memikirirkan hidup yang berlawanan.
Ironi, adalah menyatakan sesuatu secara berbalikan artinya, gunanya untuk
menyindir, Sebuah Kamar
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
mau lebih banyak tahu
“Sudah lima anak bernyawa di sini,
aku salah satu”!
Ibuku tertidur dalam tersedu,
Keramaian penjara sepi selalu
Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang terselip di batu!
19
Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu bapakku, karena mereka berada di luar hitungan: kamar begini,
3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! (Chairil Anwar).
Sajak itu mnggambarkan keadaan yang ironis, yaitu keluarga si aku yang
hidup menderita, hidup dalam kamar sempit 3 x 4 m, hal ini menandakan
kemiskinan si aku. Kamar sempit dihuni oleh tujuh orang: ayah, ibu dan lima anak
(bait 1). Akan tetapi, dalam keadaan menderita itu si aku minta adik lagi karena
mereka tidak memerhitungkan kamar itu. Itulah keadaan ironis di Indonesia,
penduduknya sudah padat, tetapi penduduknya makin bertambah tanpa KB
(ditulis tahun 47 KB baru ada di Indonesia 70).
Kamar si aku dikiaskan sebagai penjara yang ramai banyak penghuninya,
tetapi sepi selalu karena tidak ada apa-apanya sebab terlalu miskinnya keluarga si
aku. Ayah si aku hanya bisa merenung nasibnya, tidak bisa berbuat apa-apa,
seperti orang yang terselip di batu.
Nonsense, adalah kata-lata yang tidak memiliki arti dalam kamus, tetapi
ada makna dalam puisi. Gunanya untuk menciptakan suasana yang magis, untuk
memengaruhi dunia gaib atau tujuan lain misalnya untuk humor.
Berikut penggalan sajak amuk nonsense dimaksudkan untuk mendekatkan
diri atau menyatakan diri dengan Tuhan.
pot pot pot
pot pot pot
kalu pot tak mau pot
biar pot semua pot
mencari pot
pot
20
hei Kau dengar manteraku
kau dengar kucing memanggilMu
izukalizu
mapakazaba itasatali
tutulita
papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu
tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco
zukusangga zegezegeze zukusang
ga zegezegeze zukusangga zegezegeze zu
kusangga zegezegeze aahh….!
nama nama kalian bebas
carilah tuhan semaumu (Bachri, 1981).
3) Penciptaan Arti
Penciptaan arti, adalah pengorganisasin ruang teks untuk menciptakan arti.
Secara linguitik itu tidak ada artinya, seperti: sajak akhir, enyambemen, tifografi
homologue. Penciptaan arti dalam puisi menimbulkan arti atau makna, seperti:
keindahan, penyangatan, pernyataan, atau makna yang lain.
Enyambemen itu perloncatan baris, baris kalimat yang belum selesai
diputus, gunanya untuk memberi perhatian atau ketegangan kata akhir dalam baris
itu atau kata pertama dalam baris berikutnya.
Tipografi, tata huruf dibuat berliku-liku, kelok-kelok jalan yang
berbahaya, seperti puisi Sutardji berikut ini
Tragedi Winka & Sihka
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka, . . . dst
21
Puisi di atas, pada dasarnya tidak memiliki makna, namun disugestikan
oleh tifografinya, Pradopo (2005: 67), misalnya menafsirkan makna puisi tersebut
sebagai gambaran sebuah kehidupan perkawinan (rumah tangga) yang mengalami
liku-liku, dan pada akhirnya berakhir tragis pada perpisahan.
Sajak tersebut hanya terdiri dari dua kata ‘kawin’ dan ‘kasih’ yang
dipotong-potong menjadi suku kata-suku kata, juga dibalik menjadi ‘winka’ dan
‘sihka’. Pada awalnya kata kawin masih penuh. Kawin memberi konotasi begitu
indahnya perkawinan. Orang yang hendak kawin pasti berangan-angan yang
indah bahwa sesudah kawin akan hidup bahagia, ada suami atau ada istri, dan
kemudian akan ada anak, hidup akan bahagia dengan kasih sayang, anak, istri,
suami. Tetapi, melalui perjalanan waktu kata kawin terpotong menjadi ka dan
win, artinya tidak penuh lagi.
Dalam perkawinan harus ada nafkah, ada kewajiban, ada anak yang harus
dibiayai, bahkan sering terjadi pertengkaran suami-istri, harus membiayai makan,
pakaian, dan sekolah anak- anak. Ternyata perkawinan itu tidak seperti yang
diharapkan penuh dengan kebahagiaan, segala berjalan lancar, tetapi penuh
kesukaran. Terbalik artinya, kawin jadi winka, kasih pun terpotong-potong
menjadi ka dan sih, yang kehilangan artinya menjadi ; sih- sih- sih- sih- sih saja,
bahkan mungkin istri atau suami menyeleweng, terjadilah tragedi winka & sihka,
pembalikan dari angan-angan kawin dan kasih, yang pada mulanya diangankan
akan penuh kebahagiaan.
22
Homologue , adakah persajakan baris-baris, mengisyaratkan arti yang
sejajar.
Contoh berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ke tepian
bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang ke tepian
Baris pertama berhomologue dengan baris ketiga baris kedua
berhomologue dengan baris keempat. Sampiran tersebut (1-2) menyatakan makna
isinya (3-4).
4. Fungsi Puisi
Fungsi yang dimaksud adalah fungsinya bagi kehidupan. Bukan fungsi
fraktis yang langsung dapat dipergunakan dalam kehidupan fisik atau material
meskipun puisi sebagai karya sastra dapat dijual (misalnya buku puisi dapat
dijual, deklamasi puisi dapat mendatangkan uang).
Puisi merupakan karya sastra yang bermakna. Makna yang terdapa dalam
puisi memiliki nilai dalam kehidupan manusia. Nilai merupakan konstruk yang
disimpulkan atau sesuatu yang dianut masyarakat secara kolektif dan pribadi-
pribadi. Menurut Berry (1999) yang dikutip oleh Azis (2013, 22-23) nilai
mengarah pada suatu konsep yang dikukuhkan individu atau anggota suatu
kelompok secara kolektif mengenai sesuatu yang diharapkan, dan berpengaruh
terhadap pemilihan cara maupun tujuan tindakan dari beberapa alternatif.
Selanjutnya, dikemukakan bahwa nilai melibatkan keyakinan umum tentang cara
23
bertingkah laku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan dan tujuan atau
keadaan akhir yang diinginkan atau yang tidak diinginkan
Nilai menduduki posisi di tengah-tengah, di antara kebudayaan sebagai
antenseden dan perilaku manusia sebagai konsekuensi. Karena posisinya yang
sentral, maka nilai dapat dilihat sebagai variabel bebas dan variabel terikat
(Hartoko, 2006: 1-2)). Sebagai variabel bebas terhadap perilaku manusia, nilai
sama fungsi psikisnya seperti sikap, kebutuhan-kebutuhan dan sebagainya yang
memiliki dampak luas terhadap hampir semua aspek perilaku manusia dalam
konteks sosial. Sebagai variabel terikat terhadap pengaruh-pengaruh sosial budaya
dari masyarakat yang dihuni merupakan hasil pembentukan dan faktor-faktor
kebudayaan, pranata, dan pribadi-pribadi dalam masyarakat tersebut selama
hidupnya.
Tarigan (1984) menguraikan bahwa karya sastra mengandung (1) nilai
hedonik, yakni sesuatu yang memberikan kesenagan secara langsung, (2) nilai
artistik, yakni suatu nilai keindahan sebagai manifestasi keterampilan sastra, (3)
nilai etis, moral-relegius, filosofis, yakni ajaran yang ada sangkut-pautnya dengan
etika, moral, agama, dan filsafat, dan (4) nilai praktis, yakni hal-hal praktis yang
dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai berfungsi sebagai standar, yaitu standar yang menunjukkan tingkah
laku dari berbagai cara, yaitu (1) membawa individu untuk mengambil posisi
khusus dalam masalah sosial, (2) mempengaruhi individu dalam memilih idiologi
politik atau agama, (3) menunjukkan gambaran-gambaran self terhadap orang lain,
(4) menilai dan menentukan kebenaran dan kesalahan atas diri sendiri atau orang
24
lain, (5) merupakan pusat pengkajian tentang proses-proses perbandingan untuk
menentukan individu bermoral atau tidak, (6) nilai digunakan untuk memengaruhi
orang lain atau mengubahnya, (7) nilai sebagai standar dalam proses rasionalisasi,
yang dapat terjadi pada setiap tindakan yang kurang dapat diterima oleh pribadi
atau masyarakat dan meningkatkan self-esteem (Dayakisni, 2004: 27).
Kebudayaan yang berupa nilai-nilai yang membimbing manusia untuk
mencapai kesempurnaan batin itu biasanya berupa pikiran dan budi manusia yang
baik. Pikiran dan budi manusia yang baik itu selanjutnya menjadi prinsip yang
melandasi tindak hidup manusia, sehingga manusia dewasa bersifat luhur. Nilai
yang berharga yang berkaitan dengan pikiran dan budi baik manusia menjadi
prinsip dan melandasi tindak hidup manusia sehingga menjadi manusia dewasa
dan bersifat luhur.disebut nilai kultur edukatif (Hartoko, 2006: 108).
Keberagaman nilai yang ada dalam budaya atau kultur manusia
berdasarkan arah tujuan dan fungsi nilai bagi kehidupan manusia terdiri atas tiga
jenis nialai, Yaitu: (1) nilai hidup ketuhanan manusia, (2) nilai kehidupan sosial
manusia, dan (3) nilai kehidupan pribadi manusia. Sementara itu, nilai-nilai
budaya itu secara konseptual dijadikan sebagai penggerak tindakan, perilaku, dan
perbuatan manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, dan hubungan dengan Tuhan.
Selain memiliki nilai keindahan, sastra juga memiliki nilai ajaran yang
bermanfaat bagi pembacanya. Terdapatnya keindahan, dalam karya sastra sebagai
kreasi seni akan memberi kesenangan kepada pembaca. Sementara nilai
kemanfaatan merujuk pada pemahaman ajaran nilai-nilai kehidupan. Kualitas nilai
25
kesenangan dan ajaran tersebut ditentukan oleh terdapatnya harmoni dari unsur-
unsur pembentuk karya sastra itu sendiri.
Kekuatan nilai ajaran dalam karya sastra ditentukan oleh (1) kedalaman
gagasan yang dikemukakan oleh penyairnya, (2) efeknya bagi pembaca dalam
membangkitkan daya inspirasi dan mendorong bangkitnya daya vitalitas, dan (3)
kekuatan bahasa yang digunakan sebagaimana tertampil lewat pilihan kata,
ungkapan, maupun penggunaan gaya bahasa pada umumnya. Sebagai karya
kreatif, kehadiran karya sastra akhirnya ditentukan bukan keterampilan teknis
semata-mata tetapi juga oleh terdapatnya pencerahan batin dan daya spiritual
pengarangnya.
Wellek dan Warren (1990: 105-107) menguraikan bahwa nilai yang
dibahas dalam sastra meliputi (1) masalah keagamaan, berupa interpretasi tentang
indah, dosa, dan keselamatan; (2) masalah nasib manusia yang berhubungan
dengan kebebasan, keterpaksaan, dan semangat manusia; (3) masalah alam, mitos
dan alam gaib; (4) masalah manusia yang berupa konsep manusia, hubungan
manusia dengan konsep kematian dan cinta; dan (5) masalah masyarakat,
keluarga, dan negara.
Lanjut, dikemukakan bahwa fungsi sastra termasuk puisi manis dan
berguna. Puisi itu menyenangkan karena pengekspresiannya yang indah dan
berguna karena isinya, apa yang diekspresikan itu berupa pikiran, ajaran, ataupun
gagasan yang bagus untuk kehidupan manusia. Sementara itu sastra merangsang
hati terhadap kemanusiaan, kehidupan bahkan terhadap alam sekeliling,
merangsang untuk lebih memahami dan menghayati kehidupan. Kemudian,
26
dikemukakan pula bahwa di tengah gemuruhnya teknologi, puisi berusaha
mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang terkikis habis oleh teknologi, puisi
berusaha mengembalikan stabilitas, mengembalikan keselarasan, dan keutuhan
dalam diri manusia.
Keagamaan memperlihatkan nafas intensitas jiwa, yaitu cita rasa yang
merupakan kesatuan rasio dan rasa manusiawi ke dalam pribadi manusia.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa nilai keagamaan adalah nilai
yang mendasari dan menuntun tindak hidup ke-Tuhanan manusia dengan cara
dan tujuan yang benar.
Kata berelegi, berarti menyerahkan diri, tunduk, taat. Pengertian itu
positif, karena penyerahan diri atau ketaatan dikaitkan dengan kebahagiaan
seseorang. Kebahagian itu merupakan dunia baru penuh kemuliaan yang
dirasakan seseorang, sehingga perasaan seseorang terhadap agamanya semakin
baik. Perasaan keagamaan sendiri adalah segala perasaan batin yang ada
hubungannya dengan Tuhan, misalnya perasaan dosa, perasaan takut, dan
kebesaran Tuhan
Menurut Mangunwijaya (1988: 87) relegius, realisasinya berupa
kekuasaan, daya kekuatan, sumber hidup dalam kesucian baik dalam realita hidup
maupun dalam alam pikiran manusia. Sedangkan agama lebih mengacu pada
pengertian yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya.
Cakupan pengertian agama biasanya mencakup juga segi kemasyarakatan.
Menurut Buseri (2004) ya g dikutip oleh Azis, (2013: 27-28) istilah nilai
relegius sama dengan istilah ’nilai ilahiah’. Nilai-nilai ilahia dalam Islam
27
ditawarkan secara terbuka dan bisa dicari hikmahnya yang tertinggi melalui
proses pemaknaan atau verstehen. Ada tiga jenis nilai ilahiah, yaitu: (a) nilai
imaniah, (b) nilai ubudiah, dan (c) nilai muamalah. Sementara itu, kaum Romantik
menganggap nilai relegius dalam sastra sama derajatnya dengan karya pendeta
atau nabi, dalam anggapan ini tercakup juga pendirian bahwa sastra harus
berfungsi sebagai pembaharu dan pemberontak.
Manusia sebagai makhluk Tuhan, baik secara sadar maupun tidak,
merasakan adanya getar-getar tertentu dalam qalbunya yang mengisyaratkan
adanya keinsyafan bahwa di luar diri manusia ada kekuatan dahsyat yang
berpengaruh terhadap kehidupannya. Kesadaran ini disebut kesadaran relegius
(Hartoko, 2006: 98).
Ekspansi getaran-getaran keagamaan, sejalan dengan pikiran masyarakat.
Kesadaran relegius ini mampu memberikan implikasi adanya perasaan khas
manusia yang mampu menggerakkan dan mengerahkan tingkah laku manusia.
Puisi yang mengandung nilai relegius dapat dilihat berikut ini.
Peraduan Menanti
Kubalut sepi ini
Kugenggam dengan tasbih
Kurajut dengan zikir
Kumunajab pada Illah ku
Perempatan malam menjemput
Perkutuk bertasbih
Dedaunan merunduk
Sahutan kokok ayam dengan tasbihnya
Ya Karimullah
28
Bayu semilir
Kubermunajab pada Illah ku
Takbir, tahmid, zikir enggang usai
Di perempatan malam kudendangkan
Asa ini setia menanti uluran
Karena ia kan ujud
Bagia...
Cinta…
Sayang...
Di peraduan . . . (Cici, 2010).
Gagasan yang ingin disampaikan penulis dalam puisi Peraduan Menanti,
seseorang yang bermunajab di pertengahan malam (shalat tahajut). Bagi si aku
menuju keperaduan yang membuahkan cinta, bahagia, dan sayang dilakukan
dengan munajab di setiap perempatan malam. sementara keheningan sepi, yang
terdengar hanya kokok ayam, semilir angin sepoi-sepoi, si aku melantunkan
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Yang seakan-akan berlanjut tiada
hentinya.
Puisi dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, Sang Pencipta, Yang Maha
Rahman seperti sajak relegius berikut ini.
Aku cukup dengan Engkau Saja
aku cukup dengan Engkau saja
dalam nikmat zikir dan sujud jiwa
aku cukup bersama-Mu saja
aku cukup dengan Engkau saja
walau orang-orang itu
mencari kesenangan di diskotik-diskotik
panti-panti pijat, hotel dan pelacuran
aku cukup di rumah-Mu saja
29
dalam nikmat zikir dan sujud jiwa
bukan lantaran takut aids dan raja singa
jika kujauhi pelacuran dan sauna
tetapi memang cukup bagiku
bahagia dalam cinta-Mu saja
aku cukup dengan Engkau saja
walau kursi dan mobil dinas menjauhiku
walau dasi dan gaji besar berpaling dariku
walau ormas dan orpol mencibir padaku
aku cukup didekat-Mu saja, bahagia
dalam nikmat zikir dan sujud jiwa (Herfanda, 1996).
Sajak tersebut membawa pembaca dekat kepada Tuhan. Untuk dekat
kepada Tuhan si aku menjauhi perbuatan maksiat yang dilarang oleh Tuhan. Si
aku cukup berbahagia dalam cinta Tuhan saja.
Puisi dapat pula berintrospeksi kepada diri sendiri. Dengan introspeksi
manusia dapat melihat kekurangan dirinya untuk memperbaiki dan menyadari
siapa diri sesungguhnya. Hal ini tampak dalam sajak M. Taslim apa hakikat
manusia sesungguhnya.
Aku dan Debu
Aku jelajah ini kota
Simpang siur jalannya
Tampak tangis darah dan daging
Mengeluh jatuh ke debu
Bertemu debu dan debu
Aku jelajah gunung dan lembah
30
Debu ngebul dari kakiku
Mulut bedil dan mortir
Rahang meriam, ngebulkan debu
Debu dan debu
Aku jelajah gelap dan caya
Aku debu
Seperti tangis darah dan daging
Seperti debu, keluh kakiku
Debu takdir, bedil, dan mortir
Pada akhir jalanku
Kembali pada debu
Dari Gelap dan Caya
Di mana aku lupakan debu (Taslim Ali, dalam Jassin).
Sajak tersebut si aku merenungin dirinya, diri manusia, pada hakikatnya
adalah debu atau tanah yang pada akhirnya kembali ke debu, tanah. Juga semua
yang di dunia akan kembali ke debu, dan tanah. Oleh sebab itu sosok manusia
harus menyadari dirinya senantiasa menyerahkan diri kepada Tuhan, mengabdi
kepada-Nya. Interokspeksi atau renungan itu menyadari siapa manusia
sesungguhnya yang tidak lain adalah debu. Dan yang kuasa menciptakan debu
adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Sajak juga dapat membangkitkan cinta tanah air dan perjuangan untuk
kemerdekaan. Dalam sajak Tanah Bahagia Sanusi Pane, si aku ingin menuju ke
tanah bahagia yaitu tanah Indonesia yang merdeka. Pada waktu itu Indonesia
masih dijajah oleh Belanda. Oleh karena itu si aku selalu bersedih hati sengsara
setiap hari. Si aku merindukan tanah bahagia yang bersinar emas permata. Secara
31
tidak langsung si aku mengiaskan bangsa Indonesia yang menginginkan
kemerdekaan seperti berikut ini.
Tanah Bahagia
Bawa aku ke negara sana tempat bah’gia
Ke tanah yang subur, dipanasi kasih cinta
Di langit biru yang suci, harapan cita
Dikelilingi pegunungan damai mulia
Bawa aku ke benua termenung berangan
Ke tanah tasik ke sucian memerak silau
Tersilang sungai kekuatan kilau kemilau
Dibujuk angin membisikkan kenang-kenangan
Ingin jiwa pergi ke sana tidak terkata
Hatiku dibelah sengsara setiap hari
Keluh kesah tidak berhenti sebentar jua
O, tanah bah’gia bersinar emas permata
Dalam duka-cita engkau mematahari
Pabila gerang tiba waktu bersua? (Sanusi Pane).
Puisi yang membangkitkan cinta kepada manusia kepada orang-orang
sebangsa yang menderita. Puisi mengajak mengentas kemiskinan orang-orang
yang lemah. Sajak Buat Saudara Kandung menyebut kaum sebangsa sebagai
saudara kandung. Mereka adalah rakyat kecil yang hidup menderita yang harus
dientas dari penderitaan dan kemiskinan. Meskipun sudah lama merdeka tetapi
masih hidup dalam penderitaan.
32
Buat Saudara Kandung
Ke manakah engkau saudara
Orang-orang lemah dan ladang-ladang tidak berbunga
Dan anjing, yang menangis siang hari
Malam-malam menangis panjang sekali
Lenguh lembu dikejauhan
Menyebar kabar kemuraman
Sebuah dusun yang tenggelam
Kampung merana kekeringan
Cinta. Wajah-wajah menadah rawan;
Kami kehilangan
Dan kota mengepul debu
Di dadanya oto dan radio menderu
Seperti biasa
Ke sana kita, saudara
Sudah sekian ketika
Ladang-ladang tidak berbunga
Orang-orang lemah dan mereka
Hanya bisa berkata lewat caya mata
Ke manakah engkau, saudara
Jalan sudah begini jauhnya (Andangdjaja, 1973).
Puisi merangsang untuk mencintai kebudayaan sendiri. Sering kita lupa
padahal bangsa asing sering dan ingin memelajarinya dan memiliki barang
kebudayaan. Ajip Rosadi berikut mengajak kita untuk memelihara kehidupan dan
kesenian kita seperti berikut ini.
Terkenang Topeng Cirebon
Di atas gunung batu manusia membangun tugu
Kota yang gelisah mencari, Seoul yang baru perkasa
Dengan etalase kaca, lampu-lampu berwarna, jiwanya ragu
33
Tak acuh tahu, menggapai-gapai dalam udara hampa
Kulihat bangsa yang terumbang-ambing antara dua dunia
Bagaikan cermin diriku sendiri di sana
Mengejar-ngejar gairah bayangan esok
Memimpikan masa silam yang terasa kian lama kian elok!
Waktu menonton tari topeng di Istana Musimpanas
Aku terkenang betapa indah topeng Cirebon dari Kalianyar!
Dan waktu kusimak. Tang’ak tubuhku tersandar lemas
Betapa indah gamelan Bali dan degung Sunda
Bagaikan terdengar
Kian jauh aku pergi, kian banyak yang kulihat
Kian tinggi kuhargai milik sendiri yang tersia-sia
Tak dirawat (Rosidi, 1993).
Sajak yang mengajak untuk mencari dan mengejar kemajuan seperti
seorang pencari kebenaran dan kemajuan harus berani menghadapi kesukaran
bukan berani menetang maut.
Menurut Teeuw (1980: 85-89), karya sasra lahir tidak dalam kekosongan
budaya, tetapi sastra lahir dalam konteks sejarah dan sosial budaya suatu bangsa,
di dalamnya sastrawan merupakan salah seorang anggota masyarakat bangsanya.
Sastra merupakan interaksi yang menjadi fakta mentalis, fakta sosial dari
masyarakat yang menghasilkannya. Keberadaan ini membuat tidak pernah
terlepas atau tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks dan proses dialektika
budaya. Misalnya saja puisi-puisi Chairil pada masa revolusi menanamkan
semangat patriotisme kepada pembacanya, sementara Taufik Ismail dan kawan-
34
kawan yang tergabung dalam Angkatan 66 dengan puisi demonstrasinya
membangkitkan semangat untuk berjuang membela kebenaran.
Fungsi membaca karya sastra khususnya puisi adalah: (a) memberikan
informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kependidikan dalam
kehidupan, (b) memerkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu
unsur yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai
kehidupan manusia itu sendiri, (c) pembaca dapat memeroleh dan memahami
nilai-nilai budaya dari setiap zaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri, (d)
mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembanban
zamannya (Wellk & Warren, 1990: 123; Sumardjo dan Saini, 1991: 57; Semi,
1988: 69).
Sastrawan menulis karyanya tidak asal menuangkan ide dan gagasannya.
Lingkungan sekitar sangat mempengaruhi dan menjadi objek tuangan gagasan
penyair.
5. Pengertian Quantum Teaching
De Porter (2001:5) mengemukakan bahwa quantum adalah interaksi
yang mengubah energe menjadi cahaya, semua kehidupan adalah energi, rumus
terkenal dalam fisika masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi.
Oleh karena itu, harus banyak menghasilkan cahaya dalam belajar dengan cara
mengadakan interaksi, hubungan, inspirasi antara guru dengan siswa. Teaching
adalah interaksi yang terjadi dalam proses belajar-mengajar antara siswa dan guru.
35
Quantum Teaching adalah metode pembelajaran yang melibatkan seluruh
unsur-unsur dalam tubuh siswa dalam pembelajaran yang meliputi interaksi,
antarasiswa dengan guru, menciptakan lingkungan yang efektif, merancang
kurikulum, penyampaian isi materi yang akan memudahkan proses pembelajaran,
yang melibatkan multi-sensori dan multi-kecerdasan sesuai dengan otak, sehingga
pelaksanaannya dapat melejitkan kecerdasan siswa, penggubah belajar yang
meriah dengan segala nuansanya, menyertakan segala kaitan, interaksi, dan
perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.
Menurut De Porter (2001: 6) quantum teaching memiliki asas utama iaitu
bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka. Asas
ini menekankan pada pentingnya memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama
dalam pembelajaran. Tindakan ini akan memberi kesempatan kepada guru untuk
memimpin, membimbing, dan memudahkan siswa menuju kesadaran dalam
memperoleh ilmu yang lebih luas.
Penerapan quantum teaching dilakukan dengan mengaitkan apa yang
diajrakan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari
kehidupan siswa ke dunia guru dan memberinya suatu pemahaman baru, yang
pada akhirnya siswa dapat membawa pemahaman baru tersebut ke dunia mereka
dan menerapkan pada situasi baru.
Ada lima prinsip yang dimiliki oleh quantum teaching antaranya berikut
ini.
1. Segalanya berbicara. Dimaksudkan, segalanya dari lingkungan kelas
sampai bahasa tubuh, dan dari kertas yang dibagikan hingga rancangan
36
pelajaran mengirim pesan tentang belajar. Yakni segala sesuatu dalam
lingkungan kelas sampai sikap guru menyampaikan pesan atau materi
yang memacu semangat belajar.
2. Segalanya bertujuan. Maksudnya, semua yang terjadi dalam pengubahan
mempunyai tujuan, yakni semua kegiatan dalam proses belajar-mengajar
mempunyai tujuan.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama. Maksudnya, otak berkembang
pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan ingin
tahu. Oleh karena itu, proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa
dipelajari. Dengan demikian, pengalaman akan membangun keingintahuan
siswa menciptakan pertanyaan dalam benak mereka dan guru dapat
memberi nama saat pelajaran berlangsung.
4. Akui setiap usaha. Maksudnya, belajar banyak mengandung resiko.
Belajar berarti keluar dari kenyamanan. Saat siswa mengambil langkah ini,
mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan
dirinya. Artinya, setiap usaha belajar siswa bagaimanapun hasilya harus
diakui.
5. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Maksudnya, perayaan
memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi
emosi positif dengan belajar, karena perayaan atau pujian akan mendapat
dorongan siswa menuju kesuksesan berikutnya.
37
Di samping itu, ada delapan prinsip keunggulan yang diyakini dalam
pembelajaran quantum iaitu:
a. Integritas
Dalam pembelajaran bersikaplah apa adanya, tulus dan menyeluruh yang
lahir ketika nilai-nilai dan perilaku menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi
belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain, integritas
dapat membuka pintu jalan menuju prestasi puncak.
b. Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
Dalam pembelajaran harus dimengerti dan diakui bahwa kesalahan atau
kegagalan dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut
sehingga berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus-menerus dan diberi
hukuman karena kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang telah belajar.
c. Berbicaralah dengan niat baik
Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam
arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat
baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar
pembelajar.
d. Hidup di saat ini
Pusatkan perhatian pada saat sekarang dan manfaatkan waktu yang sebaik-
baiknya, kerjakan tugas sebaik mungkin.
38
e. Tegaskanlah komitmen
Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti
visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka
perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Di sinilah perlu
dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang memang harus
saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.
f. Jadilah pemilik
Dalam pembelajaran, harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab
tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu,
pengajar dan pembelajar harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas
mereka. Mereka hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang
yang bertanggung jawab.
g. Tetaplah lentur
Dalam pembelajaran pertahankanlah kemampuan untuk mengubah yang
sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-
lebih pengajar, harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana bilamana
diperlukan. Misalnya, di kelas guru dapat saja mengubah rencana pembelajaran
bilama diperlukan demi keberhasilan siswanya, jangan mempertahankan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
h. Pertahankanlah keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahankanlah jiwa, tubuh, emosi, dan semangat
dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif
39
dan optimal. Tetap dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang
membutuhkan penyesuaian terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan
cermat dari pembelajar dan pengajar.
6. Pembelajaran Quantum
Pembelajaran quantum sesungguhnya merupakan rakitan dari berbagai
teori. Tetapi pada akhirnya DePorter (2001:4) menyimpulkan pembelajaran
quantum adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya,
menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar lewat pemanduan
unsur seni dan pencaian yang terarah. Intinya pembelajaran quantum harus
mampu membiasakan belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga siswa
berhasil dalam belajar dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Puncak dari keterampilan pengajaran yang menerapkan quantum teaching
adalah terciptanya keterampilan hidup siswa. Dan puncak quantum teaching
dengan model TANDUR sangat relevan dengan kurikulum berbasis kompetensi
yang sedang dicanangkan, karena kurikulum itu, juga menekankan pada basis
kemampuan hidup dalam proses pembelajaran di kelas. Sebuah keterampilan
hidup yang ditandai dengan (a) pentingnya hidup di atas garis tanggung jawab, (b)
adanya komunikasi yang jernih, baik eksplisit maupun implisit, dan adanya
hubungan pertalian yang baik.
Puncak quantum teaching yang diharapkan mampu melahirkan
keterampilan hidup yang ditandai dengan gaya hidup di atas garis tanggung
jawab; aktivitas hidip macam membiasakan diri untuk bertanggung jawab,
mencari pilihan, menentukan solusi hidup, berkebebasan, dan berkemauan untuk
40
melakukan sesuatu. Bukan sebaliknya, menyalahkan, menyerahkan,
membenarkan, berdalih, dan mengingkari sesuatu. Komunikasi yang jernih
mengedepankan pentingnya kekomunikasian antara guru dan siswa, dan siswa
dengan siswa di dalam kelas. Sedangkan hubungan pertalian mengedepankan
pentingnya ’kedekatan’ guru dengan siswa dalam pengajaran di kelas. Ujungnya,
pertalian ini akan dapat membuka pintu ke arah pengakuan yang akan
meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri siswa.
Selanjutnya, DePorte (2000:14) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip
penerapan model TANDUR dalam pembelajaran di kelas iaitu:
Pertama, Tumbuhkan, guru dalam mengawali kegiatan belajarnya harus
mampu (i) membangkitkan motivasi anak dalam belajar, (ii) menyertakan
keterlibatan emosi dan pikiran anak, (iii) memikat perhatian anak, dan (iv)
memuaskan kemanfaatan materi pelajaran bagi anak yang sering disingkat dengan
AMBAK (apa manfaat bagiku). Hal ini akan lebih baik jika guru juga menyimpan
berjuta-juta teknik untuk memancing siswa.
Strategi yang dapat dipergunakan dilakukan dengan jalan menyertakan
pertanyaan-pertanyaan perangsang (menarik) kemudian mengiringinya dengan
teknik pantomin, lakon pendek, dan lucu, drama, vidio, dan cerita.
Kedua, guru membimbing siswa agar mampu (i) memberikan kepada
mereka pengalaman belajar, dan (ii) menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui
terhadap materi pelajaran. Guru menunjukkan ’contoh’ materi sebagai ’data’ dan
melibatkan pada pembelajaran melalui pengalaman pada saat motivasi dan minat
anak memuncak.
41
Pada tahap ini, pengalaman menciptakan ikatan emosional yang
memberikan peluang untuk pemberian makna (penamaan) di satu sisi, dan dapat
menciptakan pertanyaan mental yang harus dijawab pada sisi yang lain.
Pertanytaan tersebut mencakup mengapa? Bagaimana? Apa?. Dengan kata lain,
pengalaman akan membangun keingintahuan siswa, menciptakan pertanyaan-
pertanyaan yang membangun tersebut ke dalam benak siswa, membuat mereka
penasaran, kemudian menganjurkan anak memberi nama.
Strategi yang dapat dipergunakan ialah permainan dan simulasi dalam
kelompok. Memerankan pelajaran unsur baru dalam permainan sandiwara.
Pemberian tugas kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka
miliki.
Ketiga, Namai, pada tahap ini, ketika konsentrasi dan minat memuncak,
penamaan dapat memusatkan hasrat alami otak untuk memberikan identitas,
mengurutkan, dan mendefinisikan. Di sinilah guru harus mampu membangun
penamaan yang dilakukan anak berdasarkan pengetahuan dan kingintahuan siswa
saat berlangsung pembelajaran tertentu. Penamaan ini, saatnya untuk mengajarkan
konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar.
Strategi yang digunakan dapat berupa susunan gambar, warna, alat bantu,
kertas tulis, dan poster dinding. Guru dapat menggunakan teknik metafor.
Keempat, Demonstrasikan. Pada tahap ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka
menghayati dan membuatnya menjadi pengalaman pribadi. Strategi yang dapat
42
dipergunakan mencakup: sandiwara, vidio, permainan, lagu, penjabaran dalam
grafik.
Pada saat pengalaman dan nama bersatu, belajar pun meledak dalam
peragaan asyik! Pengalaman dan penamaan itu terpatri dalam memori otok dan
perlu direkatkan ke dalam pembelajaran yang terjadi.
Kelima, Ulangi, tahap ini guru membimbing anak untuk merekatkan
gambaran secara keseluruhan. Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan
menumbuhkan rasa Aku tahu bahwa Aku tahu . Pengulangan dilakukan secara
multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda
dengan asalnya semisal permainan, pertunjukkan, drama, dan sebagainya.
Strategin yang dapat dilakukan mempergunakan daftar isian aku tahu
kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada
orang lain atau menirukan orang-orang lain yang terkenal seperti guru, ahli, dan
tokoh.
Keenam, Rayakan, tahap ini guru memotivasi siswa dengan memberikan
menuntun untuk melakukan perayaan. Bentuk-bentuk perayaan dapat bermacam-
macam, dari pemberian hadiah, tepuk tangan, bernyanyi bersama, pamer pada
pengunjung, ucapan selamat, dan memujinya.
B. Kerangka Pikir
Puisi adaah salah satu bentuk sastra, merupakan pancaran susila dan
gejolak kejiwaan yang timbul dalam batin penyair. Pancaran kehidupan tersebut
timbul akibat adanya interaksi langsung maupun tidak langsung, secara sadar
43
maupu tidak sadar, dalam suatu keadaan yang dialaminya yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan, ditata sedemikian rupa dengan menggunakan kata-kata
singkat dan padat.
Terkait dengan hal tersebut, dalam penelitian ini, akan diterapkan model
quantum teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya
Chairil Anwar siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar. Quantum teaching yang
diharapkan dalam peneitian ini mampu melahirkan keterampilan hidup yang
ditandai dengan gaya hidup di atas garis tanggung jawab; aktivitas hidup macam
membiasakan diri untuk bertanggung jawab, mencari pilihan, menentukan solusi
hidup, berkebebasan, dan berkemauan untuk melakukan sesuatu. Komunikasi
yang jernih mengedepankan pentingnya kekomunikasian antara guru dan siswa,
dan siswa dengan siswa di dalam kelas. Sedangkan hubungan pertalian
mengedepankan pentingnya ’kedekatan’ guru dengan siswa dalam pengajaran di
kelas. Ujungnya, pertalian ini akan dapat membuka pintu ke arah pengakuan yang
akan meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri siswa.
Setelah diterapkan quantum teaching dalam pembelajaran apresiasi puisi,
seanjutnya dilaksanakan pengumpulan data dengan membagikan soal/tes kepada
siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar sebagai data untuk menjawab apakah
dengan diterapkannya quantum teaching apresiasi puisi siswa meningkat?
Selanjutnya ditarik simpulan, dan untuk jelasnya alur penelitian ini dapat dilihat
kerangka pikir berikut ini.
44
Pembelajaran Apresiasi Puisi
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Takalar
Sajak Kepada Peminta-minta
Karya Chairl Anwar
Quantum Teacing
Makna
makna
tema
persajakan
tifografi
suasan
a
nada
makna
citraan
majas/
gaya
bahasa
amanat
makna
45
Gambar 1. Bagan Kerang Pikir
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Efektif penerapan quantum
teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar
siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar”.
Efektif Pembelajaran
Apresiasi Puisi
Tidak Efektif
Pembelajaran Apresiasi
Puisi
27
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian dan Paradigma Penelitian
1. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena data
berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu, karena metode yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) terhadap yang lain dalam kondisi yang
dikendalikan (Sugiyono, 2011:72). Perlakuan (treatment) yang dimaksud adalah mengukur
kemampuan siswa dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairl Anwar.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pretest posttest control group design
(Arikunto, 2006:86). Desain tersebut digambarkan sebagai berikut.
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Posttes
Eksprimen
(E)
Kontrol (K)
O1
O2
X
-
O2
O4
Keterangan: E : kelompok eksperimen
K : kelompok control
O1 : pretest kelompok eksperimen
O2 : posttest kelompok eksperimen
O3 : pretest kelompok kontrol
O4 : posttest kelompok kontrol
X : Penerapan quantum teacing
28
28
2. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel
yang akan diteliti (Sugiyono, 2008:42). Paradigma dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut.
a. Paradigma Kelompok Eksprimen
Gambar 2: Bagan Paradigma Kelompok Eksperimen
b. Paradigma Kelompok Kontrol
Gambar 3: Bagan Paradigma Kelompok Kontrol
Variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk dikenai prauji dengan pengukuran
penggunaan pretest. Manipulasi perlakuan eksperimen menggunakan quantum teacing dalam
mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar, dan tidak menggunakan
quantum teacing untuk kelompok kontrol. Kemudian, kedua kelompok tersebut dikenai
Kelompok
Eksprimen
Pembelajaran apresiasi
sajaki Kepada Peminta-
minta karya Chairil
Anwar
Treatment quantum
teacing
Mampu
Mengapresiasi
sajak
Kelompok
Eksprimen
Pembelajaran apresiasi
sajak Kepada Peminta-
minta karya Chairil
Anwar
Non -Treatment quantum
teacing
Mampu
Mengapresiasi
sajak
29
29
pengukuran dengan menggunakan posttest mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya
Chairil Anwar.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel dibedakan menjadi dua macam, yaitu variabel bebas
(independen variable) dan variabel terikat (dependen variable). Variabel independen merupakan
variabel yang bebas dari pengaruh variabel yang lain. Variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi oleh variabel yang lain.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (independen variable) dalam penelitian ini adalah model quantum teacing
Model ini akan dijadikan perlakuan (treatment) bagi kelompok eksperimen, sementara pada
kelompok kontrol pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan model quantum teacing.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependen variable) dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa
mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairi Anwar setelah diberi perlakuan yang
berupa penggunaan model quantum teacing.
C. Popuasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini seluruh kelas X SMA Negeri 1 Takalar yang berjumlah
377 orang terdiri atas 136 laki-laki dan 241 perempuan. Untuk lebih jelasnya diperhatikan
keadaan populasi berikut ini.
30
30
Tabel 2. Keadaan Populasi
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
16
14
11
10
8
15
14
15
13
11
9
20
21
20
21
29
21
18
20
21
23
27
36
35
31
31
37
36
32
36
34
33
36
Jumlah 136 241 377
Sumber Data: Tata Usaha SMA Negeri 1 Takalar Tahun Ajaran 2015-2016
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perporsif sampling, yaitu pengambilan sampel secara
sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan sebagai secara sengaja mengambil
sampel tertentu. Atau sesuai persyaratan sampel (mencerminkan popuasi). Dengan demikian,
sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 3. Keadaan Sampel
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1.
2. X 5
X 6
8
15
29
21
37
36
Jumla 23 50 73
31
31
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran Sebelum Eksperimen
Sebelum eksperimen, dilakukan pretest berupa tes mengapresiasi puisi Kepada Peminta-
minta karya Chairl Anwar baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tujuan
diadakannya pretest yaitu untuk mengetahui kemampuan mengapresiasi siswa di awal yang
dimiliki oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretest dilakukan untuk menyamakan kondisi
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian dianalisis menggunakan rumus
Uji-t. Uji-t data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan untuk mengetahui
berhasil tidaknya quantum teacing di awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dengan demikian, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari titik tolak
yang sama.
2. Pelaksanaan Eksperimen
Setelah kedua kelompok diberi pretest dan terbukti memiliki kemampuan yang sama,
sedangkan kepada kelas eksperimen diberikan treatment (perlakuan) untuk mengetahui
peningkatan kemampuan apresiasi sajak tersebut. Perlakuan melibatkan unsur pokok, yaitu
model quantum teacing, guru, peneliti, dan siswa. Peneliti bertindak sebagai manipulasi
proses belajar mengajar. Manipulasi yang dimaksud adalah memberikan perlakuan dengan
menggunakan model quantuk teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya
Chairil Anwar di kelas eksperimen. Siswa bertindak sebagai unsur yang menjadi sasaran
manipulasi. Perlakuan hanya diberikan pada kelas eksperimen, sedangkan pembelajaran apresiasi
32
32
di kelas kontrol dilaksanakan tanpa menggunakan quantum teacing. Adapun tahap pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut.
a. Kelompok Eksperimen
Langkah-langkah eksperimen quantum teacing mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta
karya Chairil Anwar dalam setiap perlakuan.
Kegiatan ini, yakni pembelajaran apresiasi puisi dengan memanfaatkan model TANDUR.
Sajak yang disuguhkan kepada siswa berjudul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar dari
Deru Campur Debu sebagaimana kegiatan berikut ini.
Tumbuhkan. Kegiatan ini, guru menggiring siswa keluar kelas untuk mengikuti pembelajaran
di taman dengan membentuk lingkaran besar, guru berada pada salah satu sisi. Kegiatan belajar-
mengajar yang terjadi adalah: Guru memberikan pertanyaan yang memancing minat, motivasi,
dan kejutan sehingga menarik minat siswa terhadap apresiasi sajak, seperti:
“Pernahkah kalian melihat peminta-minta? Bagaimana keadaannya? Anak-anak peminta-minta
yang ada dalam puisi tidak lain adalah ”si aku merasa terkejar-kejar oleh rasa dosa karena ada
seorang ‘peminta-minta’ yang selalu memandangnya, nah anak-anak siapakah itu si aku?
Mengapa si aku merasa terkejar-kejar? Apakah dosa si aku?
Selanjutnya, guru menyampaikan secara singkat apa isi puisi, sebagaimana berikut ini.
Si aku merasakan dosanya itu begitu mencekam. Maka dia memohon kepada peminta-
minta jangan bercerita tentang dosa-dosa manusia, rasanya dosa si aku itu sudah
tercermin dalam muka si peminta-minta seperti kena cacar dan bernanah, selalu meleleh,
dan selalu diusap oleh si peminta-minta sambil berjalan. Seolah-olah si peminta-minta itu
selalu mengingatkan rasa dosa si aku di mana pun ia berada.
Dalam hal ini guru tidak melupakan menyampaikan kepada siswa bagaimana keadaan
peminta-minta dalam puisi dengan peminta-minta yang sesungguhnya di alam nyata.
33
33
Alami. Siswa ditunjukkan sajak tersebut, siswa diminta untuk memperhatikan tema, pilihan kata
(diksi), penggunaan gaya bahasa, bait, irama, rima, dan pengimajian. Guru memutar VCD atau
rekaman keadaan peminta-minta .
Namai. Guru mempersilakan siswa memilih tempat belajar sesuai dengan keinginannya (taman,
perpustakaan, kafe, di kelas, dan sebagainya). Siswa diminta memperhatikan kembali sajak yang
disuguhkan,
Demonstrasikan. Setelah beberapa saat berada pada tempat belajarnya, siswa kembali ke kelas,
menyempurnakan jawabannya atas bantuan guru. Merefleksikan pengetahuan kreatif dan
mewujudkan jawabannya sesuai dengan pengalaman dan pemaknaannya saat membaca. Karena
itu, kemungkinan yang terjadi pemaknaan yang berbeda-beda dari sajak Kepada Peminta-minta,
ada siswamemaknakan berangkat dari pengalamannya, ada yang dilihat di jalan-jalan, toko-toko,
dan supermaket, dan mungkin ada yang memaknakan berangkat dari ilusi masa depannya.
Terakhir guru dapat mendemonstrasikan bagaimana membaca sajak berdasarkan pengalaman
rasa
Ulangi. Guru memberi kesempatan untuk mengulangi kegiatan sesuai dengan keberhasilan
kepengarangan, sehingga siswa memiliki pengalaman termasuk kesulitan yang berbeda-beda.
Dengan variasi konteks lingkungan siswa, pengalaman, peragaan, dan permaian yang berbeda,
siswa akan memperoleh pengulangan pemahaman atas pengetahuan dan pengalaman
mengapresiasi sastra (puisi) yang telah dipelajarinya
Rayakan. Pada tahap ini, guru diharapkan tidak hemat ujian, tidak pelik sanjungan, dan murah
pada hadiah atas prestasi belajar siswanya. Oleh karena itu, guru di akhir pelajaran diminta untuk
menyiapkan kejutan pada siswa yang akan mengabdikan pengalaman dan pengetahuan barunya.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru mencakup antara lain: mengucapkan selamat atas
34
34
jawaban siswa; memberikan pujian dan membenarkan; menyediakan hadiah gratis berupa buku
puisi dari karangan guru sendiri atau dari pengarang terkenal kepada siswa yang paling bagus
karyanya.
b. Kelompok Kontrol
Pada kelompok kontrol ini, tidak dikenai perlakuan dengan menggunakan model
pengalaman berbahasa terkonsentrasi. Berikut langkah-langkah kontrol tanpa menggunakan
quantum teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan tentang kompetensi dasar.
2) Guru mengawali pelajaran dengan memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab
dengan siswa.
3) Setelah guru selesai memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab, tiap siswa
diberi sebuah teks sajak.
4) Siswa diberi tugas untuk memahami sajak dengan memperhatikan unsur instrinsik
5) Guru dan siswa diskusi bersama terkait dengan hasil tugas dan analisisnya.
6) Guru melakukan evaluasi.
3. Pengukuran Sesudah Eksperimen
Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan, langkah selanjutnya yaitu memberikan
posttest yang bentuknya sama dengan pretest kepada kedua kelompok. Pemberian posttest
bertujuan untuk melihat pencapaian setelah diberi perlakuan. Setelah itu, posttest dibandingkan
skor yang ingin dicapai pada saat pretest dan posttest. Hasil posttest sebagai pembanding dengan
hasil yang dicapai saat pretest, apakah hasilnya meningkat, sama, atau justru menurun.
35
35
E. Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes mengapresiasi sajak Kepada
Peminta-minta karya Chair Anwar. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes objektif dengan
empat alternatif jawaban. Siswa yang menjawab benar mendapat skor 4, sedangkan siswa yang
menjawab salah mendapat skor 0.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Sebaran
Uji normalitas sebaran dilakukan untuk menguji normal atau tidaknya sebaran data
penelitian. Pengujian ini menggunakan teknik statistik Kolmogorov Smirnov. Pada penelitian ini,
uji normalitas sebaran dilakukan terhadap skor pretest dan post-test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Proses perhitungan dalam penelitian ini dibantu dengan komputer program
SPSS 15.00 (Statistical Product And Service Solution). Interpretasi hasil uji normalitas dengan
melihat nilai sig (2-tailed). Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut.
1) Jika nilai kesalahan atau nilai probabilitas > 0,05, dapat disimpulkan bahwa data
berasal dari populasi yang sebarannya berdistribusi normal.
2) Jika nilai kesalahan atau nilai probabilitas < 0,05, dapat disimpulkan bahwa data
berasal dari populasi yang sebarannya tidak normal atau menyimpang.
36
36
b. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dipakai pada
penelitian ini diperoleh dari populasi yang bervarian homogen atau tidak. Uji homogenitas yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS 15,00 (Statistical
Product And Service Solution) dengan uji statistik (test of varians) Test. Uji (test of varians) Test
digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (independent) mempunyai varians dengan
variabel terikat (dependent). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas, yaitu model pengalaman
berbahasa terkonsentrasi dan variabel terikat yaitu hasil tes membaca pemahaman karya prosa.
Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut.
1) Jika nilai kesalahan atau nilai probabilitas < 0,05 maka data berasal dari populasi-
populasi yang mempunyai varian tidak sama (tidak homogen).
2) Jika nilai kesalahan atau nilai probabilitas > 0,05 maka data berasal dari populasi-
populasi yang mempunyai varian yang sama (homogen).
2. Penerapan Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji-t. Penggunaaan teknik
analisis ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hitung yang ingin diuji, yaitu apakah
berbeda secara siginifikan atau tidak berasal dari distribusi sampel yang berbeda (sampel bebas).
Uji-t digunakan untuk menguji perbedaan mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya
Chairil Anwar antara kelompok.
Seluruh proses perhitungan selengkapnya dibantu dengan program SPSS 15,00
(Statistical Product And Service Solution). Hasil penghitungan dinyatakan signifikan atau dapat
membuktikan hipotesis alternatif, jika t hitung dengan sig (2-tailed) 0,000 lebih kecil dari taraf
37
37
kesalahan 0,05 (5%). Nilai t tabel dapat dicari dengan rumus interpolasi karena derajat
kebebasan dalam penelitian sebesar 72, di mana df tersebut tidak tertera dalam tabel.
Interpolasi merupakan sebuah cara menentukan nilai pada tabel (baik itu dalam tabel t, F atau
pun r) di mana nilai derajat kebebasan df (degree of freedom) tidak tertera secara tertulis dalam
tabel yang dimaksudkan.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Pre-tes Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-minta
Karya Chairil Anwar Kelas X 7 SMA Negeri 1 Takalar Sebelum
Diterapkan Model Quantum Teacing
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri
1 Takalar, maka diperoleh data melalui instrumen tes sehingga dapat diketahui
tingkat apresiasi siswa berupa nilai dari Kelas X 7. Untuk lebih jelasnya
diperhatikan table berikut ini.
Tabel 3. Nilai Pre-tes Apesiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya Chairil
Anwar
Siswa Kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar
No Kode Nilai No Kode Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
KS 1
KS 2
KS 3
KS 4
KS 5
KS 6
KS 7
KS 8
KS 9
90
87
75
72
82
72
67
90
60
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
KA 17
KS 18
KS 19
KS 20
KS 21
KS 22
KS 23
KS 24
KS 25
65
87
60
80
90
80
90
87
72
50
10.
.
KS 10
75
26.
.
KS 26
80
Sambungan tabel 3
No Kode Nilai No Kode Nilai
11.
12.
13.
14.
15.
16.
KS 11
KS 12
KS 13
KS 14
KS 15
KS 16
80
75
90
75
82
90
27
28
29
30
31
32
KS 27
KS 28
KS 29
KS 30
KS 31
KS 32
87
80
82
80
87
82
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pre-test dari siswa kelas X7 SMA
Negeri 1 Takalar dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 4. Perhitungan untuk Mencari Mean (Rata – rata )
Nilai Pre-test
No X F XF
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
6.0
65
67
72
7.5
80
82
87
90
2
1
1
2
5
6
4
5
6
120
6.5
6.7
144
375
480
328
435
540
Jumlah
-
32 2554
51
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 2554, sedangkan
nilai dari N sendiri adalah 32. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut:
=
= 79.81
Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari apresiasi
sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwa Siswa kelas X7 SMA Negeri 1
Takalar, yaitu 79.81. Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen
pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan siswa dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5. Tingkat Hasil Belajar Pre-test
No Interval Frekuensi Persentase
(%)
Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
0 –
34
35 -
54
55-
65
65-
0,00
0,00
3
0,00 %
0,00 %
10 %
56 %
34 %
Sangat
rendah
rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
52
84
85 – 100
18
11
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
apresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7
pada tahap pre-test dengan menggunakan instrumen test, kategori sangat rendah
tidak satu pun siswa yang memperoleh, sama halnya dengan kategori rendah.
Kategori sedang diperoleh tiga orang (10 %), kategori tinggi 18 orang (56 %),
dan sangat tingggi diperoleh 11 orang (34 %). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tingkat apresiasi siswa relatif tinggi atau baik. Dengan
demikian, hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa kemampuan
mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7
belum tuntas sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 6. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar SMA Negeri 1 Takalar
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ × < 75 Tidak tuntas 6 18,75 %
75 ≤ × ≤ 100 Tuntas 26 81.25 %
Jumlah 32 100 %
Tabel tersebut menjelaskan bahwa masih ada enam (6) orang atau 18, 75
% siswa yang belum tuntas, sehingga perlu diadakan remedial karena ketuntasan
menurut Kurikulum 2013 siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas adalah 100%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi sajak Kepada
Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar
53
belum memenuhi kreteria ketuntasan karena siswa yang memperoleh nilai 75 ke
atas 26 siswa atau 81, 25 %.
2. Deskripsi Hasil Pos-tes Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-minta
Karya Chairil Anwar Kelas X 7 SMA Negeri 1 Takalar Sesudah
Diterapkan Model Quantum Teacing
Selama penelitian berlangsung dan menggunakan model quantum
teacing, terlihat ada perubahan yang signifikan perolehan nilai siswa setelah
mengerjakan soal. Untuk lebih jelasnya diperhatikan tabel berikut.
Tabel 7. Nilai Pre-tes Apesiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya
Chairil Anwar
Siswa Kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar
No Kode Nilai No Kode Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
KS 1
KS 2
KS 3
KS 4
KS 5
KS 6
KS 7
KS 8
KS 9
KS 10
KS 11
KS 12
KS 13
KS 14
KS 15
KS 16
92
88
84
80
96
84
88
76
84
68
92
88
84
96
80
72
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
KA 17
KS 18
KS 19
KS 20
KS 21
KS 22
KS 23
KS 24
KS 25
KS 26
KS 27
KS 28
KS 29
KS 30
KS 31
KS 32
96
76
88
76
88
76
96
84
96
80
92
76
96
64
92
96
54
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pre-test dari siswa kelas X7 SMA
Negeri 1 Takalar dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 8. Perhitungan untuk Mencari Mean (Rata – rata )
Nilai Pre-test
No X F XF
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
64
68
72
76
80
84
88
92
97
1
1
1
5
3
5
5
4
7
64
68
72
380
240
420
440
368
679
Jumlah
32 2731
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 2731, sedangkan
nilai dari N sendiri adalah 32. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut:
=
= 85,344
Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari apresiasi
sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar Siswa kelas X7 SMA Negeri 1
55
Takalar, yaitu 85,344. Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen
pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan siswa dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 9. Tingkat Hasil Belajar Pos-test
No Interval Frekuensi Persentase
(%)
Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
0 –
34
35 -
54
55-
65
65-
84
85 – 100
0,00
0,00
1
15
16
0,00 %
0,00 %
3, 125 %
46, 875 %
50 %
Sangat
rendah
rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
apresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7
pada tahap pre-test dengan menggunakan instrumen test, kategori sangat rendah
tidak satu pun siswa yang memperoleh, sama halnya dengan kategori rendah.
Kategori sedang diperoleh satu (1) orang (3, 125 %), kategori tinggi 15 orang
(46, 875 %), dan sangat tingggi diperoleh 16 orang (50 %). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi siswa relatif sangat tinggi, tetapi
belum tuntas sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 10. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar SMA Negeri 1 Takalar
56
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ × < 75 Tidak tuntas 1 3, 125 %
75 ≤ × ≤ 100 tuntas 31 96, 875 %
Jumlah 32 100 %
Tabel tersebut menjelaskan bahwa masih ada satu (1) orang atau 3,125 %
siswa yang belum tuntas, sehingga perlu diadakan remedial karena ketuntasan
menurut Kurikulum 2013 siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas adalah 100%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi sajak Kepada
Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7 belum memenuhi kreteria
ketuntasan karena siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas 31 siswa atau 96, 825
%.
3. Efektivitas Penerapan Quantum Teacing dalam Mengapresiasi Sajak
Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Siswa Kelas X SMA Negeri
1 Takalar
Sesuai hipotesias dalam penelitian ini bahwa “Efektif penerapan quantum
teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar
siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar”, maka teknik yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji-t.
Tabel 11. Analisis Nilai Pre-tes dan Pos-tes
57
No X1 (Pre-tes) X2 (Pos-tes) d = X2-X1 d2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31
32.
90
87
75
72
82
72
67
90
60
75
80
75
90
75
82
90
65
87
60
80
90
80
90
87
72
80
87
80
82
80
87
82
92
88
84
80
96
84
88
76
84
68
92
88
84
96
80
72
96
6
88
76
88
76
96
84
96
80
92
76
96
64
92
96
2
1
9
8
14
12
21
-14
24
-7
12
13
-6
21
-2
-18
31
-11
20
-4
-2
-4
6
-3
24
0
5
-4
14
-16
5
14
4
1
81
64
96
144
441
196
576
49
144
169
36
441
4
324
961
121
400
16
4
16
36
9
576
0
25
16
196
256
25
196
Jumlah 347 5723
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:
58
Md =
= 10,844
2. Mencari harga “ ” dengan menggunakan rumus:
=
=
= 1960,1
3. Menentukan harga t Hitung
t =
t =
t =
t =
t =
t = 7,712
4. Menentukan harga t Tabel
59
Untuk mencari t Tabel. Peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan
taraf signifikan = 32 – 1 = 31 maka diperoleh t 0,05 =
2,021.
Setelah diperoleh tHitung= 7,712dan tTabel = 2,021 maka diperoleh tHitung
> tTabel atau 7,712> 2,021. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima. Ini berarti bahwa efektif model quantum tacing dalam mengapresiasi
sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1
Takalar
B. Pembahasan
Bagian ini akan diuraikan pembahasan setelah analisis data. Pembahasan
yang dimaksud adalah setelah data dianalisis tergambar hasil pre-tes
menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan mengapresiasi sajak Kepada Peminta-
minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar 79, 81. Dengan
rincian, tidak satu pun siswa yang memperoleh nilai dengan rentang 0 – 34
sebagai kategori sangat rendah, demikian pula rentang nilai 35 – 54 sebagai
kategori rendah. Sementara Kategori sedang diperoleh tiga orang (10 %),
kategori tinggi 18 orang (56 %), dan sangat tingggi diperoleh 11 orang (34 %).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi siswa relatif tinggi
atau baik. Dengan demikian, hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa
kemampuan mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar
siswa kelas X7 belum tuntas sebagaimana tabel berikut ini.
60
Walaupun simpulan apresiasi siswa adalah relatif tinggi atau baik karena
jumlah siswa yang tuntas mengerjakan tes instrument ada 26 orang atau 81, 25 %,
belum sesuai standar kategori yang diacu SMA Negeri 1 Takalar. Hal ini
disebabkan dikatakan tuntas apabila jumlah seluruh siswa memperoleh nilai 75
berjumlah 100 %, sementara siswa tersebut hanya 81, 25 %.
Demikian pula, setelah siswa mengerjakan tes instrument pada pos-tes,
terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sejumlah 85,344. Dengan
rincian kategori sangat rendah dan rendah tidak ada satu pun siswa yang
memperoleh. Kategori sedang diperoleh satu (1) orang (3, 125 %), kategori
tinggi 15 orang (46, 875 %), dan sangat tingggi diperoleh 16 orang (50 %).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi siswa relatif sangat
tinggi, tetapi belum tuntas, karena siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas elum
berjumlah 100, tetapi 96, 875 %. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
kemampuan mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwa
siswa kelas X7 SMA Negeri 1Takalar sesuai kreteria yang diacu Kurikulum 2013
yaitu dikatakan tuntas apabila jumlah kelasikal siswa memperoleh nilai 75 ke atas
sejumlah 100 %. Sementara hasil analisis belum menunjukkan 100 %, jadi
kemampuan siswa belum tuntas.
Hasil analisis data setelah siswa mengerjakan tes instrumental pada pre-tes
dan postes telah berada dalam kategori baik, karena siswa yang meperoleh nilai 75
ke atas pada pre-tes sejumlah 26 orang atau 81.25 %. Demikian pula hasi pos-tes
jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas sejumlah 31 orang atau 96, 875
61
%. Hal ini berarti baik hasil pre-tes maupun pos-tes belum mencapai 100 % siswa
yang memperoleh nilai 75 ke atas.
Memahami nilai tersebut, apabila ada siswa yang belum memperoleh nilai
75 itu artinya perlu pengayaan untuk mencapai target kurikulum bahwa dikatakan
tuntas apabila seluruh jumlah siswa memperoleh nilai 75 ke atas 100%.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji t,
berdasarkan tabel distribusi t dengan taraf signifikan
= 32 – 1 = 31 maka diperoleh t 0,05 = 2,021. Setelah diperoleh t Hitung= 7,712dan
tTabel = 2,021 maka diperoleh tHitung > tTabel atau 7,712> 2,021. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa efektif model
quantum tacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil
Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah adalah “Efektif
penerapan quantum teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta
karya Chairil Anwar siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar”. Diterima.
62
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
ASimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Hasil analisis pre-tes kemampuan siswa mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta
karya Chairil Anwar kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar menunjukkan nilai rata-rata
79.81, atau 26 orang siswa dengan ketuntasan 81.25 %.
2. Hasil analisis pos-tes kemampuan siswa mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta
karya Chairil Anwar kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar menunjukkan nilai rata-rata
85,344 , atau 31 orang siswa dengan ketuntasan 96, 875 %
3. Hipotesis dalam penelitian ini adalah“Efektif penerapan quantum teaching dalam
mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas X SMA
Negeri 1 Takalar”. Diterima.
B. Saran
Saran dalam peelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kepada para guru terkhusus guru Bahasa dan Sastra Indonesia sebaiknya menggunakan
model mengajar yang efektif, misalnya quantum teacing karena model ini dapat
membangkitkan dan memotivasi siswa untuk belajar karena dilaksanakan dengan
menyenangkan dan pun, tidak seharusnya di dalam kelas.
2. Kepada Peneliti, diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran efektif
khususnya quantum teacing dengan menerapkan pokok bahasan lain untuk mengetahui
apakah pada pokok bahasan tersebut cocok dengan strategi pembelajaran ini demi
tercapainya tujuan yang diharapkan.
3. Kepada calon Peneliti, diharapkan dapat mengembangkan dan memperkuat model
quantum teacing serta memperkuat hasil penelitian ini dengan cara mengkaji terlebih
dahulu dan mampu mengadakan penelitian yang lebih sukses.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Amaluddin. 2009. Bentuk, Fungsi, Nilai, dan Strategi Pemerintahan Tradisi Lisan
Nyanyian Rakyat Bugis. Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang
Program Pascasarjana.
Amirin, Tatang M. 2014. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azis, Sitti Aida. 2013. Apresiasi Puisi. Surabaya: Putra Media Nusantara.
Azis, Sitti Aida. 2014. Pembelajaran Sastra. Surabaya: Putra Media Nusantara.
Budiarti, Sri. 2012. “Mode Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan
Menggunakan Model Quantum Teaching Siswa Kelas VIII SMP
MUhammadiyah Karangpawita Kabupaten Garut”. Skripsi. Bandung:
STKIP Siliwangi Bandung.
Darma, Budi. 2011. Teori Kesusastraan. Surabaya: Unesa University Press.
Dayakisni, Tri dan Yuniardi, Salis. 2004. Psikologis Lintas-Buaya. Malang:
UMM Press.
De Potter, Bobbi & Mark Readon & Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum
Teaching :Memperaktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.
Bandung: Kaifa.
Depdiknas. (2002). Pendekatan Konstektual (Contextual Teaching and Learning).
Jakarta : Depdiknas.
De Potter, Bobbi & Mike Hernacki. 2001. Quantum Teaching :Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogjakarta:
Kanisius.
Kurnia, Dani. 2012. “Penerapan Model Tandur Berbasis Inkuiri dalam
PEmbelajaran Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP
Muhammadiyah Karangpawitan Kabupaten Garut”. Skripsi. Bandung:
STKIP Siliwangi Bandung.
Mangunwijaya. Y.B. 1988. Sastra dan Religuisitas. Yogyakarta: Kanisius.
62
Nadya, Nyalu Lulu.2012. “Pendekatan, Metode, Strategi, Model Pembelajaran
Sastra”. Selasa 2 Februari 2016 dalam
www.nyayululunadya.blogspot.co.id
Nurcahyo, Doni Eko (2014) “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita
Menggunakan Model Quantum Teaching Siswa Kelas V SD Negeri
Iroyudan Panjangan. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa dan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semi, M.A. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya Padang.
Somarjo, J. Dan Saini, K.M. 1986. Apresiasi Kusastraan. Jakarta: P.T. Gramedia.
Sudjana. 2014. Metode Statiktik. Bandung: Tarsito.
Sudjiman, P, Zoest. A. V. 1992. Serba-serbi Semiotik. Jakarta: Gramedia.
Sudikan, Setya Yuwana. 2007. Pendekatan Kontektual dalam Pembelajaran
Apresiasi Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama. Surabaya:
Lembaga Penerbit Fakultas Bahasa dan Seni Unesa.
Tarigan, H.G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Teeuw. A.G.1980. Tergantung pada Kata. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene and Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan
dalam Bahasa Indonesia oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
127
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Muh. Ilham Syahril, dilahirkan pada tanggal 24 Maret 1990
di Jl. Tentara Pelajar, Makassar, Sulawesi Selatan. Anak
kedua dari empat bersaudara, buah kasih sayang dari pasangan
Ayahanda Syahril Sunarkan dan Ibunda Sitti Zaenab Abdi.
Jenjang Pendidikan :
1. Tahun 2002 menamatkan pendidikan di SD Negeri IV Sungguminasa
2. Tahun 2005 menamatkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sungguminasa
3. Tahun 2008 menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bontomarannu
4. Tahun 2012 terdaftar sebagai Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur Regular
pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia S-1 dan menyelesaikan studi di
tahun 2016 dengan judul Skripsi : Efektivitas penerapan Quantum
Teaching mengapresiasi sajak kepada peminta-minta Karya Chairil Anwar
kelas X SMA Negeri 1 Takalar.
128
RIWAYAT HIDUP
Muh. Ilham Syahril, lahir di Ujung pandang, pada tanggal 24
Maret 1990, dari buah hati pasangan Ayahanda tercinta Syahril
Sunarkan dan ibunda tersayang Sitti Zaenab Abdi. Penulis
merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Penulis mulai memasuki pendidikan formal pada tahun 1996 di SD Negeri
IV Sungguminasa dan tamat pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sungguminasa dan tamat pada tahun
2005. Kemudian, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Bontomarannu dan tamat pada tahun 2008.
Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi
dengan memberanikan diri mendaftar di perguruan tinggi tepatnya di Universitas
Muhammadiyah Makassar pada Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia (S1). Pada
tahun 2016, penulis berhasil menyusun judul skripsi yaitu: “Efektivitas penerapan
Quantum Teaching mengapresiasi sajak kepada peminta-minta Karya Chairil
Anwar kelas X SMA Negeri 1 Takalar”.