efektivitas pemberdayaan masyarakat dhuafa...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DHUAFA
DALAM PROGRAM RUMAH GEMILANG INDONESIA (STUDI
PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT AL-AZHAR PEDULI UMMAT)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Disusun Oleh
Muhammad Firdaus
1110046100103
Konsentrasi Perbankan Syariah
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1437 H/ 2016 M
ii
iii
iv
v
Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dhuafa dalam Program Rumah
Gemilang Indonesia ( Studi pada Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli
Ummat)
Oleh : Muhammad Firdaus
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pemberdayaan
masyarakat dhuafa dalam program Rumah Gemilang Indonesia. Selama ini
kemiskinan di Indonesia tercata masih sangat tinggi yang sebagian besar
dikarenakan karena rendahnya pendidikan rakyat Indonesia. Oleh karena itu LAZ
AL-Azhar Peduli Ummat membentuk program Rumah Gemilang Indonesia untuk
memberdayakan kaum dhuafa usia produktif dengan memberikan program-
program pelatihan keterampilan sebagai upaya meningkatkan taraf kehidupannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan data melalui observasi ke lapangan, wawancara dan studi
dokumentasi. Analisis Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk menganalisis
pengaruh program terhadap kondisi ekonomi peserta binaan rumah gemilang
Indonesia antara sebelum dan sesudah mengikuti program. Dan hasil dari
penelitian memperlihatkan bahwa upaya Rumah Gemilang Indonesia dalam
menyediakan program - program pelatihan keterampilan pada peserta binaan
melalui merupakan salah satu cara yang terbilang cukup efektif.
Kata Kunci : Efektivitas Pemberdayaan, Program Rumah Gemilang Indonesia,
Wilcoxon Signed Rank Test.
vi
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas diucapkan melainkan kalimat Tasbih, Tahmid dan
Takbir kehadirat Allah SWT yang telah mengkaruniakan limpahan rahmat dan
asih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “
Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dhuafa dalam Program Rumah Gemilang
Indonesia (Studi pada LAZ Al-Azhar Peduli Ummat). Shalawat serta salam
semoga senantiasa selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya serta seluruh umatnya hingga akhir zaman,
Sepanjang perjalanan membuat skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
pelajaran dari berbagai hal dalam upaya menyelesaikannya. Dimulai dari kesulitan
dalam menyusun kalimat, menempuh perjalanan dari Kebayoran Lama ke
Sawangan ,Pengasinan, membagi waktu mengerjakan skripsi dengan kerja
sampingan dan puncaknya ketika pembimbing sebelumnya yakni Prof Dr Nasrun
Harun wafat. Namun penulis yakin bahwa Allah SWT tidak diam dengan semua
kesulitan ini. Alhamdulillah dibalik kesulitan ternyata banyak kemudahan. Sekali
lagi penulis sangat bersyukur karena Allah SWT telah menghibur dengan
mengirim orang-orang yang tiada lelah memberkan motivasi dan dukungan dalam
berbagai hal sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan
skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berterimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan
vii
Hukum Universitas Islam Negeri ( UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A Sebagai ketua program studi Muamalat dan
Bapak Abdurrauf,Lc, M.A selaku sekretaris program studi Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Dr.Syahrul Adam,M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi penulis
yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan dan saran-saran
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah
Bapak ajarkan dan arahkan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin.
4. Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mentransfer ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus
perpustakaan yang telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh
penulis.
5. Terimaksihku terhadap Manajemen Rumah Gemilang Indonesia beserta
seluruh staffnya yang telah bersedia memberikan data kepada saya dan
ucapan terimakasihku kepada para alumni RGI yang turut berpartisipasi
mengisi data yang diperlukan selama penelitian.
6. Rasa ta’zim dan terimakasih yang mendalam kepada Ayahanda tercinta
Yahya dan Ibunda Mudzalifah atas dukungan moral dan materiil,
kesabarannya menunggu saya mengerjakan skripsi, keikhlasan perhatian
serta cinta kasih dan sayang yang tak pernah habis bahkan tiada berhenti
berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT untuk kesuksesan anak-
viii
anaknya
7. Teman teman seperjuanganku yang telah wisuda lebih dahulu Aji
Firmansyaf, Fadel , Abdul Hakim, Hesa yang menyemangati penulis dan
memberikan apa yang penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini
8. Guru dan teman ngajiku, Bang Hamzah, Akh Fajrul, Andri, Tovik, Hadi,
Naufal, Fikri, Bang Dandi dan Bang Hapis yang setiap minggu selalu
menayakan perkembangan skripsi ini dan mendoakan penulis.
9. Untuk teman - teman PS B angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
10. Dan semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan dukungan pula kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Akhir kata, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya
ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akdemisi.
Jazakumullah Ahsanul Jaza,
Jakarta, 24 November 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………… iii
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………. iv
ABSTRAK……………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………….... ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xiii
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ……………………………………… . xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………....... 7
D. Kerangka Teori dan Konseptual ……………………………. 8
E. Hipotesis ……………………………………………………. 10
x
F. Metode Penelitian ………………………………………….. 10
G. Sistematika Penulisan ……………………………………… 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori …………………………………………..... 18
1. Teori Efektivitas ……………………………………..... 18
a. Definisi Efektivitas ………………………………… 18
b. Tolak Ukur Efektivitas …………………………...... 19
c. Indikator Efektivitas ……………………………….. 20
2. Teori Pemberdayaan …………………………………… 21
a. Definisi Pemberdayaan …………………………….. 21
b. Tahapan Pemberdayaan …………………………… 24
c. Aras Pemberdayaan ………………………………… 27
d. Proses Pemberdayaan Masyarakat …………………. 30
e. Implementasi Pemberdayaan dalam Islam …………. 31
3. Teori Kaum Dhuafa ……………………………………. 35
B. STUDI REVIEW TERDAHULU ………………………...... 38
xi
BAB III PROGRAM PEMBERDAYAAN RUMAH GEMILANG
INDONESIA
A. Sejarah dan Perkembangan Rumah Gemilang Indonesia… 45
B. Tujuan dibentuknya Program Pemberdayaan Rumah Gemilang
Indonesia …………………………………………………… 48
C. Strktur Rumah Gemilang Indonesia ………………………... 51
D. Sumber Dana Program Rumah Gemilang Indonesia ………. 51
E. Program Rumah Gemilang Indonesia ……………………… 53
F. Mekanisme Program Pemberdayaan Rumah Gemilang
Indonesia…………………………………………………… 56.
BAB IV EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DHUAFA DALAM PROGRAM RUMAH GEMILANG
INDONESIA
A. Karakteristik Responden ………………………………….. 63
1. Karakteristik Peserta Binaan …………………………… 63
2. Pekerjaan Responden …………………………………. 66
B. Penerapan Model Pemberdayaan Rumah Gemilang
xii
Indonesia…………………………………………………… 68
C. Efektivitas Program Rumah Gemilang Indonesia Terhadap
Pemberdayaan Masyarakat Dhuafa ……………………….. 74
1. Analisis Perubahan Kondisi Ekonomi Peserta Binaan
Program Rumah Gemilang Indonesia …………………. 74
2. Analisa Dampak Program Terhadap Kondisi Ibadah Sosial
Peserta Binaan Program Rumah Gemilang Indonesia …. 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………… 85
B. Saran ………………………………………………………. 86
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 87
LAMPIRAN …………………………………………………………………… 89
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penyaluran dana ZIS LAZ Al Azhar Peduli Ummat ………….. 5
Tabel 2.1 Studi Review Terdahulu ……………………………………….. 38
Tabel 3.1 Penerimaan ZIS Al-Azhar Peduli Ummat Agustus ……………. 52
Tabel 4.1 Dasar Pengambilan Keputusan Uji T …………………………... 76
Tabel 4.2 Dasar Pengambilan Keputusan Uji Z ………………………....... 77
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………… 63
Grafik 4.2 Responden Berdasarkan Usia ………………………………… 64
Grafik 4.3 Responden Berdasarkan pendidikan terakhir ………………… 65
Grafik 4.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelum Mengikuti
Program ………………………………………………………. 66
Grafik 4.5. Responden Berdasarkan Pekerjaan Setelah Program ………… 67
Grafik 4.6. Responden Berdasarkan Kondisi Ibadah Wajib Sebelum dan
Setelah Mengikuti Program RGI ………………………………. 79
Grafik 4.7. Responden Berdasarkan Kondisi Ibadah Sunnah Sebelum dan
Setelah Mengikuti Program …………………………………… 80
Grafik 4.8 Responden Berdasarkan Kondisi Sosial di Lingkungan Tempat
Tinggal Setelah Mengikuti Program ………………………… . 81
Grafik 4.9. Responden Berdasarkan Kondisi Sosial di Lingkungan Kerja
Setelah Mengikuti Program …………………………………… 82
DATA GAMBAR
Gambar 2.1 Upaya Pemberdayaan Dalam Islam ………………………… 34
Gambar 3.1 Struktur Rumah Gemilang Indonesia ………………………. 51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Hasil Perhitungan SPSS …………………………………………………….. 89
Transkrip Wawancara ……………………………………………………….. 90
Pedoman Wawacara …………………………………………………………. 94
Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ……………………………… 97
Permohonan Data Observasi …………………………………………………. 98
Surat Keterangan dari Rumah Gemilang Indonesia ………………………….. 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah/negara indonesia
adalah kemiskinan. Dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau
menyelesaikan permasalahan tersebut, padahal setiap mereka yang memimpin
Negara Indonesia selalu membawa kemiskinan sebagai misi utama mereka
disamping misi-misi yang lain.
Pada awalnya kemiskinan selalu dikatikan dengan faktor ekonomis, yang
dinyatakan dalam ukuran tingkat pendapatan (income) atau tingkat konsumsi
individu atau komunitas. Ada beberapa kriteria penduduk miskin di Indonesia.
Sebelum tahun 1993, seseorang dikategorikan miskin apabila total
pengeluaran yang dibutuhkan untuk pembelian makanan senilai 2100 kalori
perkapita perhari.1 Lembaga donor internasional seperti Bank Dunia atau
Bank Pembangunan Asia (ADB), sebagai contoh, pada periode sebelumnya
menggunakan tingkat pendapatan $1,25 per hari sebagai batas proverty line2.
Remi dan Tjiptoherijanto, mengatakan bahwa upaya menurunkan tingkat
kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program
Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya
tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga
1Kriteria tersebut merupakan garis batas kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS (Badan
Pusat Statistik). Adapun Garis Kemiskinan pada 2012 adalah pendapatan Rp 248.707 perkapita
perbulan. 2http: // data.worldbank.org/topic/poverty diakses pada Kamis,10 April 2014 pukul 20.00
WIB.
2
berarti upaya penurunan kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal,
sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an kembali naik3. Disamping
itu kecenderungan ketidakmerataan pendapatan melebar yang mencakup antar
sektor, antar kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah.
Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi pada
tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun
akibat krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit
untuk ditanggulangi. Pada tahun 1999, 27% dari total penduduk Indonesia
berada dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4%
penduduk kota adalah orang miskin4.
Lalu semakin ke sini kemiskinan di Indonesia kian bertambah, salah satu
penyebabnya adalah kebijakan pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah
pada 21 Juni 2013 lalu. Kita ketahui bersama, bahwa BBM bersubsidi
memiliki porsi konsumsi paling tinggi dibandingkan bahan bakar lainnya.
Efek dari kenaikan BBM bersubsidi ini tentunya mengakibatkan kenaikan
pada banyak komoditas. Beberapa diantaranya adalah pada kenaikan harga
kebutuhan pokok, harga angkutan umum, harga obat generic dan lainnya5.
Alhasil, kenaikan ini menyumbang tambahan kenaikan inflasi di Indonesia
sebesar 3,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
3Robert Chambers, Pembangunan Desa; Mulai dari Belakang, (Jakarta : LP3ES,
1988),h.22. 4 www.bps.go.id/65tahun/datastrategis2012 diakses pada Kamis, 10 April 2014 pukul
20.16 WIB 5http://politik.kompasiana.com/2013/06/18/cerita-tragis-anggota-dpr-terlibat-
pembunuhan-massal-569844.html diakses pada Kamis, 10 April 2014 pukul 20.10 WIB.
3
Tahun 1990, Bank Dunia melalui laporannya World Development Report
on Proverty mendeklarasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan
kemisknan perlu dilakukan secara serentak pada tiga front: (1) pertumbuhan
ekonomi yang luas dan padat karya yang menciptkan kesempatan kerja dan
pendapatan bagi kelompok miskin, (2) pengembangan SDM (pendidikan,
kesehatan dan gizi), yang memberi mereka kemampuan lebih baik untuk
memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi, (3)
membuat suatu jaringan pengaman sosial untuk penduduk miskin yang sama
sekali tidak mampu untuk mendapatkan keuntungan-keuntugan dari
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik
dan mental, bencana alam, konflik sosial dan terisolasi secara fisik.
Ketiga front tersebut menjadikan manusia sebagai objek dan juga subjek
dari pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Konsep utama pembangunan terutama masyarakat miskin diletakan pada
strategi pemberdayaan masyarakat yang diarahkan langsung keakar persoalan,
yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang masih tertinggal harus
ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendinamiskan potensi
masyarakat, Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "people-entered,
participatory, empowering, and sustainable"6.
6 Robert Chambers, Pembangunan Desa: Mulai dari Belakang, (Jakarta : LP3ES, 1988),
h. 43.
4
Menurut Subianto, pengertian pemberdayaan masyarakat sebenarnya
mengacu pada kata “Empowerment”, yaitu sebagai upaya mengaktualisasikan
potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.7 Jadi pendekatan pemberdayaan
masyarakat dalam pengembangan masyarakat adalah penekanan pada
pentingya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu system yang
mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat
yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu
bukan sebagai obyek tetapi sebagai pelaku atau actor yang menentukan hidup
mereka sendiri.
Dan dengan adanya pemberdayaan ini diharapkan faktor internal yang
merupakan hambatan bagi UMKM dapat teratasi. Beberapa hambatan dari
internalnya seperti : (1) Belum bankable, (2) Pendidikan yang rendah, (3)
Akses pasar yang rendah, dan (4) Akses teknologi informasi yang rendah.8
Salah satu lembaga sosial yang turut serta membantu pemerintah dalam
proses pembangunan Indonesia adalah Al-Azhar peduli umat. Al-Azhar Peduli
Ummat adalah lembaga nirlaba yang dibentuk Yayasan Pesantren Islam Al-
Azhar yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dhuafa, berbasis
pendidikan dan dakwah dengan mendayagunakan sumber daya dan partisipasi
publik, dan bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi pengurus
organisasi.9
7Aritonang Esrom dkk, Pendampingan Komunitas Pedesaan, (Jakarta :Secretariat bina
desa,2001), h.33. 8 Efri S Bahri, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep dan Aplikasi, (Jakarta :FAM
Publishing, 2005) , h.20. 9http: //id.wikipedia.org/wiki/Al-Azhar Peduli Ummat diakses pada Kamis 10 April 2014
pada pukul 21.00 WIB.
5
Salah satu program dari Al-Azhar Peduli Ummat adalah Indonesia
gemilang.Rumah Gemilang Indonesia merupakan program sinergi
pembedayaan masyarakat yang komprehensif, terukur dan berkelanjutan
melalui program terintegrasi pemenuhan kebutuhan dasar, program menuju
kemandirian dan program menuju keberdayaan10
. Dalam aplikasinya program
Rumah Gemilang Indonesia mendapatkan porsi paling besar dalam
penyalurannya. Hal ini dapat terlihat dari laporan penyalurannya pada tahun
2008 dan 2009.
Tabel 1.1
Penyaluran dana ZIS LAZ Al Azhar Peduli Ummat
2009 2008
Penyaluran untul Fakir/Miskin
Layanan Mustahik 624.199.819 1.333.802.840
Bantuan Pendidikan 228.717.300 475.078.000
Bantuan Kesehatan 313.054.000 390.453.100
Penyaluran Fidyah 33.615.400 42.220.650
Penyaluran Zakat Fitrah 133.808.600 103.894.250
Pemberdayaan 72.256.200 -
Total (1) 1.405.651.200 2.345.448.840
Penyaluran untuk Fisabilillah
Bantuan Pendidikan 73.900.000 10.750.000
Bantuan Kesehatan 5.554.800 29.821.650
Rumah Gemilang Indonesia 1.434.976.265 1.698.680.500
Total (2) 1.514.431.065 1.739.252.150
Penyaluran untuk Muallaf (3) 2.000.000
Total (1) + Total (2) + (3) 2.922.082.384 4.084.700.900
10
http: //www.alazharpeduli.com/web/multiProfile.php?id=1 diakses pada Jumat, 11 April
2014 pada pukul 16.10 WIB.
6
Sumber : Annual repot lembaga amil zakat AL-Azhar Peduli Ummat tahun
2007.
Salah satu bentuk bantuan yang diberikan oleh Al-Azhar Peduli Ummat
melalui progam Rumah Gemilang Indonesia kepada masyarakat binaannya
adalah bantuan berupa pelatihan keterampilan kerja praktis yang marak
dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan besar, menengah maupun kecil.
Adapun bentuk pelatihan keterampilan yang diberikan adalah pelatihan desain
grafis, teknik komputer dan jaringan, fotografi dan videografi, menjahit dan
tatabusana, aplikasi perkantoran dan terkahir pelatihan otomotif. Output dari
pelatihan tersebut berupa sertifikat yang bisa digunakan untuk melamar
pekerjaan ataupun membuka usaha mandiri.
Selain itu, Rumah Gemilang Indonesia juga mengadakan seminar
seminar motivasi dan fasilitas pendamping. Pendamping disini mempunyai
fungsi untuk: (1) Menggali potensi dan kebutuhan, (2) Memecahkan masalah,
(3) Memposisi peran dan tindakan dan terkahir (4) Mengajak siswa binaan
untuk berfikir.
Peran Rumah Gemilang Indonesia ini diharapkan dapat berdampak pada
peningkatan kehidupan sosial agama dan ekonomi masyarakat binaan yang
mana dapat dikatakan masih berada dalam garis kemiskinan..
Melihat dari fenomena tersebut, karenanya penulis mencoba meneliti
tentang :
“Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dhuafa dalam Program
Rumah Gemilang Indonesia (Studi pada LAZ Al-Azhar Peduli
Ummat)”.
7
B. Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Pembatasan dalam penelitian ini terfokus kepada efektivitas
pemberdayaan masyarakat dhuafa dalam program Rumah Gemilang
Indonesia yang dilakukan oleh LAZ Al- Azhar Peduli Ummat.
2. Perumusan Masalah
Agar dapat memberi fokus terhadap masalah yang ada pokok
permasalahan maka pembahasan skripsi ini hanya membatasi kepada
efektivitas pelaksanaan program pemberdayaan Rumah Gemilang
Indonesia yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar Peduli Ummat. Dalam hal
ini penulis merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana model program pemberdayaan yang dilakukan Rumah
Gemilang Indonesia (RGI) ?
2. Bagaimana efektivitas pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
Rumah Gemilang Indonesia ?
C. Tujuan dan Kegunaa Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
a. Menganalisis penerapan model pemberdayaan masyarakat pada
program Rumah Gemilang Indonesia.
b. Menganalisis efektivitas program pemberdayaan Rumah Gemilang
Indonesia terhadap pemberdayaan masyarakat dhuafa.
8
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Yayasan Al-Azhar Peduli Ummat
Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi sumber informasi,
referensi dan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan selanjutnya
dalam program pemberdayaan masyarakat.
b. Dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan penyusun dan
dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama bangku kuliah ke
dalam praktek yang berlaku di dunia lembaga keuangan syariah.
c. Bagi perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan sebagai
bahan informasi bagi mahasiswa lainnya.
D. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Pengelolaan berasal dari kata kelola yang memiliki pengertian yaitu
kegiatan mengatur, menjalankan dan melasanakan.11
Pokok-pokok
pengelolaan secara umum dapat dilihat dalam tahapan-tahanpan : planning
(perencanaan), organising (pengaturan), action (tindakan) dan controlling
(pengawasan). Dalam pengertian lain, pengelolaan dapat diartikan dalam
tahap-tahap seperti perencanaan, konstruksi, operasional dan
pemeliharaan.
11
www.artikata.com/arti-333938-kelola.html diakses pada 12 April 2014 pukul 11.15
WIB.
9
Menurut pasal 1 UU No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,
yang dimaksud dengan pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan
dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
Sedangkan pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat
awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau
mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki
kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau
mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam Bahasa Indonesia merupakan
terjemahan dari kata Empowerment dalam Bahasa Inggris.12
2. Kerangka Konsep
Konsep penelitian ini menitikberatkan pada efektivitas pelaksanaan
program pemberdayaan Rumah Gemilang Indonesia terhadap
pemberdayaan masyarakat dhuafa. Konsep tersebut yaitu melihat
bagaimana proses pembedayaan tersebut dengan menerapkan model
pemberdayaan yang baik dan ampuh untuk dapat menarik minat
masyrakat/donatur dan meningkatkan pendapatan mitra binaan dalam
program pemberdayaan tersebut.
12
Hasan Ismail, “Hakekat Pemberdayaan”, artikel diakses pada tanggal 14 April 2014
dari http://hasanismailr.blogspot.com/2009/10/hakekat-pemberdayaan.html.
Efektivitas program
pemberdayaan Rumah
Gemilang Indonesia
1. Pendapatan
mitra binaan
2.Kondisi sosial
keagamaan
10
E. Hipotesis
H0 = Tidak ada perubahan pendapatan antara sebelum mengikuti program dan
sesudah mengikuti program.
H1 = Adanya perubahan pendapatan antara sebelum program dan sesudah
mengikuti program.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam
pengumpulan data dan menganalisis data yang diperlukan guna menjawab
permasalahan yang dihadapi, penggunaan metode ini dimaksudkan untuk
menemukan dan mengumpulkan data yang valid, akurat, serta signifikan
dengan masalah yang diangkat, sehingga diperlukan sebagai
pengungkapan masalah yang dipakai.
Penelitian ini termasuk kategori penelitian eksplanasi, yaitu
menjelaskan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi dengan
menghubungkan pola-pola yang berbeda namun memiliki keterkaitan.
Menurut pendekatannya, penelitian ini termasuk jenis kategori
penelitian kuantitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang bersifat
objektif, mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif, serta
menggunakan metode pengujian statistik.13
13
Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet-4, h,105.
11
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa
yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah
alumni Rumah Gemilang Indonesia yang terdiri dari dua belas
angkatan dengan jumlah 457 orang. Namun, dalam penelitian ini
jumlah alumni yang dijadikan responden penelitian hanya diambil dari
dua angkatan terakhir.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek
penelitian (sampel sendiri secara harfiah berarti contoh). Sampel dalam
penelitian ini adalah alumni Rumah Gemilang Indonesia dari dua
angkatan terakhir yaitu angkatan sebelas dan angkatan duabelas.
Teknik pegambilan sampel menggunakan Nonprobability Sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur anggota atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Dengan menggunakan purposive
sampling, dimana penetapan responden untuk dijadikan sampel
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.
Total jumlah sampel kedua angkatan ini adalah yang mana
ukuran sampel penelitian ini akan ditentukan menggunakan teknik
Slovin dengan rumus :
12
n =
Dimana :
n = sampel
N = jumlah populasi
e = perkiraan tingkat kesalahan yang digunakan sebesar 10%
(0,1)
Maka :
n =
n =
n = 54,54
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh sampel
penelitian sebanyak 54,54 yang dibulatkan menjadi 55 orang
responden.
3. Sumber Data
Untuk penelitian yang bersifat field research, data penelitian berupa
data primer dan sekunder. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
yang datanya diperoleh langsung dari lapangan, data dalam penelitian ini
adalah semua fakta dan angka yang dapat diunakan sebagai bahan
informasi yang dilakukan melalui observasi dan dokumentasi.
Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder, dimana :
13
a. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal langsung dari sumber data
yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan
permasalahan yang diteliti. Data ini diperoleh dari hasil wawancara
(interview) atau kuisioner penelitian. Adapun informasi dapat
diperoleh melalui indepth interview dengan mitra binaan Rumah
Gemilang Indonesia, pelaksana dan manajer program.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang tidak didapatkan secara
langsung oleh peneliti tetapi diperoleh dari orang atau pihak lain,
misalnya berupa dokumen laporan-laporan, buku-buku, jurnal
penelitian, artikel dan majalah ilmiah yang masih berkaitan dengan
materi penelitian. Untuk memperoleh data ini, peneliti menggali dari
sejumlah buku, brosur, artikel, blog, koran, majalah dan contoh
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa teknik atau metode diantaranya :
a. Metode Wawancara
Wawancara digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
14
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil14
. Alat ini akan digunakan untuk
mewancarai manajer program atau staff Rumah Gemilang Indonesia
yang bertanggung jawab terhadap program pemberdayaan masyarakat
agar diperoleh informasi yang akurat mengenai pelaksanaan
pemberdayaan. Wawancara ini akan dilakukan secara terarah dan
intensif. Meskipun tekhnik wawancara digulirkan namun subtansi
permasalahan tetap mengacu pada pedoman yang telah dirancang.
b. Metode Dokumentasi
Pengertian dari metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya15
.
Dalam hal ini dokumen yang digunakan adalah dokumen resmi yang
berupa dokumen internal maupun eksternal. Dalam hal ini peneliti
mengumpulkan dokumen yang ada pada LAZ Al-Azhar Peduli
Ummat. Selain itu juga peneliti akan mengamati perkembangan
kehidupan sosial agama dan ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah
pemberdayaan dilakukan.
5. Pengolahan dan Analisis Data
Untuk menganalisis efekstifitas model, data yang terkumpul akan
dinalisis melalui pendekatan kuantitatif.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), h.137. 15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rhineka
Cipta,2010), h.274
15
a. Analisa Kuantitatif
Pengujian melalui analisa kuantitatif digunakan untuk mengukur
dampak program terhadap ekonomi mitra binaan. Pengukuran terhadap
perubahan kondisi perkeonomian mitra binaan dan hubungannya
terhadap pelaksanaan program menggunakan tes statistik
nonparametric Wilcoxon Signed Rank Test (Uji dua Sampel
Berhubungan) dengan rumus sebagai berikut :
E(T) =
T
Keterangan
E = Mean (rataan hitungan)
= Simpangan baku
T = Jumlah jenjang/rangking
N = Jumlah Sampel
Untuk landasan pengujian dipergunakan nilai T. H0 diterima
apabila T ≥ Tα. H0 ditolak apabila T < Tα.16
Data mengenai kondisi ekonomi dimaksud meliputi kondisi
pendapatan mitra binaan. Kondisi ekonomi responden dibandingkan
anatara sebelum dan sesudah diberikan program, apakah terjadi
peningkatan ataukah penurunan. Dari hasil penghitungan tersebut,
16
Djawanto, Statistik Non Parametrik, (Yogyakarta: BPFE, 2003), h. 26.
16
dapat dilihat pengaruh antara variabel dependen (Kondisi ekonomi
binaan) dan independen (program pemberdayaan).17
Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan program SPSS, untuk efektivitas dan efisiensi serta
menghindari human error.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini penulis merasa perlu
menetapkan suatu kerangka dasar penulisan. Secara garis besar agar dapat
memberikan gambaran lebih jelas mengenai skripsi, setiap bab memberikan
gambaran sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan secar garis besar mengenai latar belakang
masalah, pembatasan dan rumusan massalah. Tujuan dan
manfaat penelitian, hipotesis, metode penelitian serta
sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori berdasarkan tinjauan
pustaka dan literature menegenai efektivitas, pemberdayaan dan
kaum Dhuafa.
17
Jogiyanti HM, Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman (Yogyakarta : BPFE,2004), h. 65.
17
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum tentang sejarah
singkat atau latar belakangnya berdirinya Rumah Gemilang
Indonesia, visi dan misi fungsi serta tujuan, struktur dan
penerapan program Rumah Gemilang Indonesia.
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA HASIL PENELITIAN
Bab ini merupakan inti pembahasan skripsi yang akan
membahas tentang masalah yang diteliti.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini mengemukakan kesimpulan yang diperoleh pada bab-
bab sebelumnya yang disertai dengan pemberian saran-saran
yang konstruktif sehubungan masalah yang ditemui sebagai
bahan pertimbangan bagi Manajemen Rumah Gemilang
Indonesia lebih lanjut.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Efektivitas
a. Definisi Efektivitas
Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu Effective yang
berarti berhasil, tepat atau manjur.18
Efektivitas menunjukkan tingkat
tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu
berhasil mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan
dengan ukuran ukuran yang agak pasti, misalnya usaha X adalah 60%
efektif dalam mencapai tujuan Y.19
Di dalam kamus bahasa Indonesia
efektivitas berasal dari kata efektiv yang berarti mempunyai efektif,
pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan
memberikan hasil yang memuaskan.20
Pengertian Efektivitas secara umum menunjukkan sampai
berapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan.
Dimana makin besar presentase target yang tercapai maka makin besar
efektivitasnya.
18
S. Wojowasito dkk. Kamus Lengkap, (Inggris- Indonesia, Indonesia-Inggris), (Bandung
: HASTA ,1980), h.49 19
Hasan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : PT Ikhtiar Baru Van Houve), Vol 2
h.83 20
DEDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), h.371.
19
b. Tolak Ukur Efektivitas
Sebuah strategi atau perencanaan dikatakan efektif jika
memenuhi persyaratan berikut ini :
1) Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan
adalah hal baik. Standar baik dalam agama Islam adalah yang
sesuai dengan ajaran Islam.
2) Dipastikan betul bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki
banyak manfaat. Manfaat ini bukan sekadar untuk orang yang
melakukan perencanaan tetapi juga untuk orang lain.
3) Didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa
yang akan dilakukan.
4) Dilakukan studi banding, yaitu melakukan studi terhadap praktik
terbaik dari perusahaan sejenis yang telah sukses menjalankan
hal serupa.
5) Dipikirkan prosesnya.
Maka dapat dikatakan bahwa sebuah strategi dikatakan efektif
jika strategi tersebut merupakan hal positif, dapat memberi manfaat,
serta melalui pemikiran proses.
Adapun maksud dari memikirkan proses yakni apabila strategi
dirasa kurang sesuai dengan perkembangan saat ini maka strategi
tersebut dapat ditinjau ulang dan diperbarui lagi untuk menyesuaikan
dengan keadaan agar hasil akhirnya lebih efektif. Karena kembali lagi
20
bahwa sesuatu dikatakan efektif apabila berhasil mencapai tujuan
yang diinginkan.
c. Indikator Efektivitas
Dalam buku Sujadi F.X disebutkan bahwa untuk mencapai
efektivitas dan efisiensi kerja haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun
unsur-unsur sebagai berikut :21
1) Berhasil guna yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
2) Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa didalam usaha
pencapaian efektivitas itu, maka biaya tenaga kerja, material,
peralatan, waktu, keuangan dan lain-lainnya telah dipergunakan
dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam perencanaan dan tidak adanya penerobosan dan
penyelewengan.
3) Pembagian kerja yang nyata yaitu pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, kemampuan dan waktunya yang
tersedia.
4) Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab artinya wewenang
haruslah seimbang dengan tanggung jawab dan harus dihindari
21
Sujadi,F.X O&M, Penunjang keberhasilan prossmanagement, (Jakarta: CV
Masagung,1990), h.36-39.
21
dengan adanya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak
yang lainnya.
5) Prosedur kerja yang praktis yaitu menegaskan bahwa kegiatan
kerja adalah kegiatan yang praktis ,maka target efektif dan
ekonomis, pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung
jawabkan memuaskan tersebut haruslah kegiatan yang
opersional dan dapat dilaksanakan dengan lancar.
Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha tersebut dapat
memberikan hasil terbaik. Artinya usaha tersebut mencapai hasil yang
diinginkan baik ditinjau dari aspek kualitas maupun kuantitas. Dengan
kata lain, pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target yang telah
ditentukan baik ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan
bahwa suatu perusahaan telah memperhatikan efektivitas
operasionalnya.22
2. Teori Pemberdayaan
a. Definisi Pemberdayaan
Pemberdayaan bisa diartikan sebagai perubahan kepada keadan
yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan
terkait dengan meningkatkan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik.
Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri
22
Stephen P. Obis, et.al, Management, (Jakarta : Prenhallindo,1999), h.9
22
untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan
tindakan kearah yang lebih baik lagi23
.
Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata
empowerement yang berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk
mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh
masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya
adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri
sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka
pendekatan pemberdayaan masyarakat diharapkan adalah yang dapat
memposisikan individu sebagai subjek bukan sebagai objek.
Menurut Suharto (2005) pemberdayaan menunjuk kepada
kemampuan orang, khusunya kelompok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kesakitan
(b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-
barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan (c) berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang menyangkut
kehidupan mereka.24
23
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogya : Gajah Mada University
Press, 1991), h.15. 24
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT.Refika
Aditama,2005), h.58.
23
Shardlow (1998) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada
mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu,
kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka
sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai
dengan keinginan mereka. Dalam kesimpulannya, Shardlow
menggambarkan bahwa pemberdayaan adalah sebagai suatu gagasan.25
Biestik (1961) berpendapat yang dimaksud dengan gagasan
yang dikenal dalam ilmu kesejahteraan sosial dengan nama Self-
Determination atau prinsip dasar dalam bidang pekerjaan sosial dan
kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada dasarnya mendorong klien untuk
menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam upaya mengatasi
permasalahan yang ia hadapi. Sehingga klien mempunyai kesadaran
dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya.26
Menurut Diana, pemberdayaan dapat diartikan sebagai
perubahan kearah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya.
Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan taraf hidup
ketingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang
dimiliki, tentunya dalam menetapkan tindakan yang lebih baik lagi.27
Menurut Adik Wibowo dalam buku Perempuan dan
Pemberdayaan mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat
dalam hal ini perempuan adalah “pemberian pembekalan, peningkatan
25
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pembangunan dan Intervensi Komunitas, (
Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 54-55. 26
Ibid h.55. 27
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta : Gajah Mada
University Press 1991), h. 15.
24
serta pembinaan potensi atau aktualisasi perempuan sehingga lebih
mampu menggunakan kesempatan yang ada, mampu berperan secara
aktif dan mampu menjadi mitra kaum laki-laki dalam mengisi
pembangunan.28
b. Tahapan Pemberdayaan
Menurut Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Syafe’i ada
tiga tahapan dalam pemberdayaan, yaitu :
a. Pemberdayaan pada mata ruhaniah, dalam hal ini terjadi
degradasi moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam yang
sangat mengguncang kesadaran Islam. Oleh Karena itu
pemberdayaan jiwa dan akhak haruslah ditingkatkan.
b. Pemberdayaan intelektual, pada saat ini seperti yang disaksikan
betapa umat Indonesia sudah jauh tertinggal dalam kemajuan
penguasaan teknologi, untuk itu diperlukan berbagai upaya
pemberdayaan intelektual sebagai pejuangan besar (jihad).
c. Pemberdayaan ekonomi, masalah kemiskinan menjadi semakin
identik dengan masyarakat Islam Indonesia adapun
pemecahannya adalah tanggung jawab masyarakat Islam
sendiri.29
Sedangkan menurut Adi (2003), tahapan pemberdayaan
adalah sebagai berikut :
1) Tahapan Persiapan ( Engagment)
28
Adik Wibowo, Memampukan Wanita Agar Menggunakan Hak Produksi, (Jakarta :
Obor dan HArian Kompas, 1997), h.163. 29
Syamsudin RS, Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam Dalam Dakwah Islam,
(Bandung : KP.HADID 1999), h.28.
25
Pada tahap ini ada dua tahap yang harus dikerjakan
yaitu, pertama penyiapan petugas atau tenaga pemberdaya
masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh Community
Worker hal ini untuk menyamakan persepsi antara anggota
tim mengenai pendekatan apa yang akan dipilih. Penyiapan
petugas lebih diperlukan lagi bila dalam proses
pemberdayaan masyarakat tenaga yang dipilih memiliki
latar belakang yang berbeda antara satu sama lain seperti :
pendidikan, agama, suku dan strata dan penyiapan lapangan
yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara non
direktif.
2) Tahapan Pengkajian (Asesment)
Proses pengkajian dapat dilakukan secara individual
melalui tokoh-tokoh masyarakat (Key Person), tetapi juga
dapat melalui kelompok-kelompok masyarakat. Dalam hal
ini petugas berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan
yang dirasakan dan juga sumberdaya yang dimiliki klien
atau lebih tepatnya jika menggunakan teori SWOT dengan
melihat kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
kesempatan (opportunities), dan ancaman ( threat).
3) Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Pada tahap ini petugas sebagai agen perubah secara
partisipastif mencoba melibatkan warga untuk berfikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara
26
mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat diharapkan
dapat memikirkan bebeapa alternatif program dan kegiatan
yang dilakukan.
4) Tahapan Pemformulasian rencana aksi
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing
kelompok untuk memformulasikan gagasan mereka
kedalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan
pembuatan proposal kepada penyandang dana.
5) Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan
Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat peran masyarakat sebagai kader diharapkan
dapat menjaga keberlangsungan program yang telah
dikembangkan. Kerja sama antara petugas dan masyarakat
merupakan hal penting dalam tahap ini karena terkadang
sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik acap kali
melenceng atau kembali pada tahap-tahap awal.
6) Tahapan Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan
petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang
sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan
dalam jangka waktu pendek bisa terbentuk suatu sistem
komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk
27
jangka panjang dapat membangun komunitas masyarakat
yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada.
7) Tahapan Terminasi
Tahapan Terminasi merupakan tahapan pemutusan
secara formal dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini
diharapkan petugas tidak meninggalkan komunitas secara
tiba-tiba walaupun proyek harus segera berhenti. Petugas
harus tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin.
Kemudian secara perlahan-perlahan mengurangi dengan
komunitas sasaran.30
c. Aras Pemberdayaan
Suharto menyatakan bahwa poses pemberdayaan umumnya
dilakukan secara kolektif. Namun demikian, tidak semua intervensi
pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa
situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual.
Meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan
dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau
system diluar dirinya.31
Dalam konteks pekerjaan sosial ,
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra
pemberdayaan (empowerment setting) :
30
Isbandi Rukminto Adi, ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Jakarta :
FISIP UI Pers,2004), h.56. 31
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT.Refika
Aditama,2005), h.88.
28
a. Aras Mikro (intervensi mikro), pemberdayaan dilakukan
terhadap klien secara individu melalui bimbingan konseling,
stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya
adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalan tugas-
tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).
b. Aras Mezzo (intervensi Mezzo), Pemberdayaan dilakukan
kepada sekelompok klien, pemberdayaan dilakukan dengan
menggunakan kelompok sebagai media intervensi, pendidikan
dan pelatihan, dan dinamika kelompok. Biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan
keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro (intervensi makro), pendekatan ini disebut juga
sebagai Strategi Sistem Besar. Karena sasaran perubahan
diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas, perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye aksi sosial, lobbying,
pengorganisasian masyarakat, dan manajemen konflik adalah
beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar
memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi
untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk
29
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk
bertindak.32
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan
diatas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat
di singkat menjadi 5 P, yaitu : Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan,
Penyokongan dan Pemeliharaan.
1. Pemungkinan : Menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara
optimal. Pembedayaan harus mampu membebaskan masyarakat
dari sekat-sekat kultural dan structural yang menghambat.
2. Penguatan : Memperkuat kemampuan dan pengetahuan yang
dimilik masyarakat dalam memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus
mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan
kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian
mereka.
3. Perlindungan : Melindungi masyarakat terutama kelompok-
kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat.
Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis
diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat
kecil.
32
Ibid, h.60.
30
4. Penyokongan : Memberikan bimbingan dan dukungan agar
masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas
kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong
masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi
yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan : Memelihara kondisi yag kondusif agar tetap
terjadi keseimbangan distribusi kekuasaaan antara berbagai
kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus menjamin
keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap
orang memperoleh kesempatan usaha.33
d. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang
berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin
melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada
satu program saja34
. Proses pembedayaan terdiri dari lima tahap :
1) Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya
guna dan tidak memberdayakan.
2) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak
pemberdayaan.
3) Mengidentifikasi masalah.
4) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.
33
Ibid, h. 67-68. 34
Isbandi Rukminto Adi , Pemikiran-Pemikiran dalam Kesejahteaan Sosial, (Jakarta :
Penerbit Fakultas Ekonomi UI 2002), seri II , h.173.
31
5) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan
mengimplementasikanya.35
Namun dalam proses pembedayaan bahwa peran serta
masyarakat merupakan tahapan yang penting dalam peningkatan
pembangunan. Mutu peran serta masyarakat dapat dibedakan dengan
memahami motivasi mereka. Dalam hal ini peran serta dibagi menjadi
lima yaitu :
1) Berperan serta karena mendapat perintah.
2) Berperan serta karena ingin mendapat imbalan.
3) Berperan serta secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan.
4) Berperan serta atas prakarsa atau inisiatif sendiri.
5) Berperan serta disertai dengan kreasi atau daya cipta.
Dari uraian tersebut diketahui bahwa proses pemberdayaan
yang terjadi pada masyarakat terjadi secara simulant sehingga upaya
yang dilakukan berkesinambungan guna meningkatkan daya yang ada.
e. Impelementasi Pemberdayaan dalam Islam
Secara garis besar ada dua pendekatan yang digunakan Islam
dalam pemberdayaan masyarakat dhuafa. Pertama, pendekatan parsial-
kontinu, yaitu pemberian bantuan kepada fakir miskin yang dilakukan
secara langsung. Hal ini diberikan terutama kepada orang yang tidak
sanggup untuk bekerja sendiri. Misalnya orang yang cacat abadi, orang
35
Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam,
(Bandung : Rosdakarya, 2001), Cet ke-1, h.25.
32
tua (lansia), orang buta, orang lumpuh, anak-anak, dan lain
sebagainya.36
Kedua, pendekatan struktural yaitu pemberian pertolongan
secara kontinu agar kaum dhuafa dapat mengatasi
kemiskinan/kelemahannya. Bahkan dari yang dibantu diharapkan pada
akhirnya menjadi orang yang turut membantu. Terutama diberikan
kepada mereka yang memiliki potensi skill untuk dikembangkan.
Dua pendekatan itu dapat dilihat sebagai upaya pemberdayaan
kaum dhuafa dalam tiga tahapan dengan action-action tertentu bagi
setiap tahapan.
Tahap Pertama adalah rekonstruksi tahap etika psikologis dari
nilai pasif ke nilai aktif terhadap masyarakat miskin dengan pola
pandangan tradisional mengenai kemiskinan. Jadi kaum dhuafa
diberikan penjelasan (awareness), menarik minat (interest), mencoba
(trial), dan mempertimbangkan (evaluation) bahwa kemiskinan itu
harus dientaskan. Jadi, tidak menerima begitu saja posisi kemiskinan
itu. Pendekatan ini dilakukan melalui penyuluhan-penyuluhan secara
teratur, melalui ceramah agama, khutbah, dan konsultasi-konsultasi
keagamaan.37
Usaha tahap pertama ini diharapkan akan melahirkan
perubahan sikap menjadi kaum dhuafa yang sadar dan bersemangat
memacu diri untuk tidak terbenam dalam kondisi kemiskinannnya.
36
Syhahrin Harahap, Islam : Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta :
Tiara Wacana Yogya : 1999), hal 91. 37
Ibid
33
Tahap kedua mengadakan upaya perubahan tingkah laku
melalui pendidikan keterampilan, stimulant, informasi, pengetahuan,
dan keteladanan terhadap kaum dhuafa yang sadar dan bersemangat
tadi.
Pendekatan pertama dan kedua ini jika dilihat dari pendekatan
pemberdayaan baru berada pada tahap inisial : Usaha itu dari orang
beriman, oleh orang beriman, untuk kaum dhuafa. Namun dua
pendekatan ini diharapkan dapat menjadikan kaum dhuafa menjadi
aktif dan terampil.
Pendekatan ketiga adalah mengupayakan perubahan status
melalui perwujudan komitmen kemitraan dan suntikan dana (zakat,
infaq dan sedeqah) secara struktural kepada kaum dhuafa yang aktif
dan terampil tersebut. Pemberdayaan pada level ini telah mecapai
tahap partisipatoris : Upaya pemberdayaan tumbuh dari orang beriman
bersama kaum dhuafa, oleh orang beriman, kaum dhuafa, serta untuk
kaum dhuafa.
Ketiga pendekatan ini diharapkan dapat mengantarkan kaum
dhuafa dan anak yatim menjadi muslim yang berkualitas dan
penyantun bagi sesama. Pada level ini pemberdayaan telah mecapai
tahap emansipatif : upaya pemberdayaan dari kaum dhuafa oleh kaum
dhuafa, untuk kaum dhuafa, serta didukung oleh segenap orang
beriman dan pemerintah. Pada tahap inilah orang beriman baru
dikatakan berhasil dalam menunaikan kewajibannya terhadap kaum
34
dhuafa. Untuk lebih jelasnya upaya pemberdayaan ini dapat dilihat
pada diagram berikut :
Gambar 2.1
Upaya Pemberdayaan Dalam Islam
III
Dari langkah-langkah pemberdayaan seperti disebut di atas
terlihat peluang kaum agamawan yang sangat signifikan. Sebab upaya
penyadaran memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai
tahapan pemberdayaan itu. Bahkan jika peran itu tidak dilaksanakan
bisa jadi para agamawan dipandang sebagai turut bertanggung jawab
terhadap penderitaan kaum dhuafa. Sebab, seperti dikemukakan dalam
Muslim
Rekonstruksi Tahap Etik
Perubahan Sikap
Perubahan Status Muslim berkualitas
penyantun
Dhuafa aktif, terampil
Dhuafa yang sadar
Kaum Dhuafa
Visi Tradisional Mengenai
Kemiskinan
35
berbagai ayat bahwa sangat tidak terpuji sikap kaum beriman yang
tidak mengajak orang lain untuk menyantuni fakir miskin dan anak
yatim. Untuk itu, para agamawan dimanapun mereka berada
tampaknya harus melancarkan upaya-upaya yang lebih sistematis (baik
melalui penyuluhan-penyuluhan, pelatihan-pelatihan) untuk :38
Pertama, menumbuhkan semangat memerangi kemiskinan di
kalangan fakir miskin, sehingga menjadi motivasi internal individu.
Selanjutnya mendorong mereka untuk bekerja keras dan berkualitas.
Kedua, mendorong kaum beriman untuk melakukan injeksi
dana bagi fakir miskin, sebagai aplikasi dari kepedulian mereka yang
memiliki kemampuan, terhadap mereka yang berkekurangan. ZIS pun
pada umumnya dipandang sebagai artikulasi Islam atas kemiskinan
melalui penginjeksian dari luar individu yang miskin.
Ketiga, mendorong masyarakat untuk menciptakan iklim yang
kondusif bagi kemungkinan fakir miskin dapat mengembangkan
dirinya, agar terbebas dari kemiskinan yang dideritanya.
3. Teori Kaum Dhuafa
a. Pengertian Dhuafa
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata Dhuafa adalah “orang-
orang lemah (ekonominya dan sebagainya).”39
Dalam literatur hukum,
istilah dhuafa dibedakan dengan fakir, dari telaah kitab fiqih, Ali Yafi
membuat rumusan definisi miskin ialah : ”yang memiliki harta benda
38
Ibid.,h. 94. 39
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 200.
36
atau mata pencaharian atau kedua-duanya hanya menutupi seperdua
atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan yang disebut fakir ialah
mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai
mata pencarian tetap, atau mempunyai harta benda tetapi hanya
menutupi kurang dari seperdua kebutuhan pokoknya.”40
b. Macam-Macam Dhuafa
Ada dua golongan dhuafa (orang-orang yang lemah
ekonominya) :
1) Orang fakir adalah “orang yang sama sekali tidak memiliki harta
dan pekerjaaan, atau memiliki harta namun hanya ada separuh
kebutuhannya dan keluarganya yang wajib dinafkahi. Seperti
tempat tinggal, pakaian dan makanan”.41
2) Orang miskin adalah sekelompok orang yang sedikit lebih baik
keadaannya dari fakir. Dimana menurut Imam Mahza Syafi’i
bahwa orang miskin itu memiliki harta atau usaha namun tidak
mencukupi kebutuhan sehari-harinya untuk orang yang ia
nafkahi, seperti hanya mencukupi separuh dari kebutuhannya.
c. Perintah Menyantuni Kaum Dhuafa
Perintah menyantuni kaum dhuafa sesuai dengan firman Allah
QS Al-Isra’ ayat 26-27
40
Ahmad Sanusi, Agama di Tengah Kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999), h.12-13. 41
Ansharu aslim, Fikih Imam Syafi’i, Puasa dan Zakat, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2004),
Cet Ke-1, h.189.
37
Artinya : (26) : dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. (27) : Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Q.S Al-Isra : 26-27)
Kandungan surah Al-Isra ayat 26-27 ini menyatakan bahwa
Allah SWT memerintahkan seorang muslim memberikan hak kepada
keluarga, orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan. Dan
hak yang harus dilakukan orang muslim tersebut adalah mempererat
tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang. Serta juga membantu
meringankan beban penderitaan yang mereka alami.
Hak keluarga dekat misalnya memperoleh penghormatan, kasih
sayang, mengunjungi apabila terkena musibah dan ikut bergembira
apabila memperoleh nikmat. Hak untuk fakir miskin misalnya
memperoleh sedekah, disayangi, dikasihani, serta membantu
meringankan beban penderitannya. Sedangkan hak ibnu sabil atau
orang yang sedang dalam perjalanan dalam rangka tujuan baik yaitu
agar diberikan bantuan dan pertolongan agar tujuan mereka dapat
tercapai.
Maksud dari menyantuni kaum dhuafa adalah memberikan harta
atau barang yang bermanfaat untuk para dhuafa. Kaum dhuafa yang
dimaksud disini adalah orang yang lemah atau orang yang tidak punya
38
apa-apa dan mereka ini harus disantuni karena merupakan kewajiban
bagi seorang muslim untuk saling memberi, yang demikian itu
merupakan bentuk Ibadan kepada Allah SWT.
Adapun memberi disini tidaklah harus dalam bentuk uang, akan
tetapi juga bisa diberikan dalam bentuk lain seperti makanan, pakaian,
keterampilan dan lainnya.
Saat ini masyarakat ingin menyalurkan bantuannya kepada
kaum dhuafa tidak hanya langsung diberikan kepada kaum dhuafa
tersebut, akan tetapi juga ada yang menyalurkannya melalui organisasi
atau ke lembaga seperti panti asuhan, yayasan, lembaga sosial dan
yang lainnya.
B. Review Studi Terdahulu
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka
diperlukan kajian terdahulu. Berdasarkan tinjauan dari beberapa kepustakaan
terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh praktisi maupun mahasiswa
mengenai fenomena yang erkaitan dengan penelitian, yaitu :
Tabel 2.1
Studi Review Terdahulu
1 Identitas Muhyil Qoyyim ( Skripsi Mahasiswa Muamalat, Fakultas
Syarah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2009)
Judul Efektivitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
39
Berbasis Masjid
Subtansi Skripsi ini menjelaskan tentang analisis efektivitas model
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang menjadikan
masjid sebagai basis pelaksanan program pemberdayaan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi dengan
objek penelitian adalah program pemberdyaan melalui
lembaga kegaamaan yang merupakan program dari
Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
yang bermitra dengan Perhimpunan Pengembangan
Pesantren dan Masyarakat (P3M).
Hasil penelitian ini mengatakan bahwa dengan
menjadikan masjid sebagai basis program pemberdayaan
masyarakat merupakan langkah yang efektif, mengingat
masjid sangat dekat dengan masyarakat/ummmat dan
memudahkan untuk merumuskan langkah-langkah
pemberdayaan apa yang harus dilakukan.
Pembeda Penelitian yang akan penulis lakukan fokusnya mengenai
efektvitas pemberdayaan masyarakat melalui program
Rumah Gemilang Indonesia. Penelitian yang penulis teliti
berupa program pemberdayaan pendidikan yang mana
pengaruhnya terhadap peningkatan kondisi ekonomi,
sosial dan gama peserta. Sedangkan Penelitian yang
Muhyil Qoyyim lakukan berupa pemberdayaan ekonomi
40
dengan basis masjid.
2 Identitas Siti Nur Mutia Andini (Skripsi Mahasiswa Muamalat,
Fakultas Syarah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2011).
Judul Pengelolaan Dana Qardul Hasan Terhadap Pemberdayaan
Masyarakat Kampung Sukamulya.
Subtansi Skripsi ini menjelaskan tentang analisis efektivitas model
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang yang
dilaksanakan BAZ Kota Bogor.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi dengan
objek penelitian adalah dana qardul hasan terhadap
pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh BAZ Kota
Bogor.
Hasil penelitian ini mengatakan bahwa pengelolan dana
qardul hasan terhadap pemberdayaan di kampung
Sukamulya memiliki dampak/pengaruh. Baik itu penaruh
terhadap kondisi ekonomi mitra binaan maupun kondisi
sosial agama mitra.
Pembeda Perbedaan ada pada objek penelitian yang diteliti meski
sama-sama pemberdayaan. Penelitian yang penulis
lakukan berupa program pemberdayaan pendidikan
Rumah Gemilag Indonesia sedangkan Nur Mutia Andini
meneliti efek dana qardul hasan yang dikelola terhadap
41
pemberdayaan masyarakat kampong Suka Mulya.
3 Identitas Indra Azhar Ahmad (Skripsi Mahasiswa Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2010).
Judul Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
PEdesaan Berbasis Peternakan dan Penggemukan Sapi (
Studi pada Program SABANSA Yayasan BIK desa
Mekarwangi, Sukawening, Garut, Jawa Barat).
Subtansi Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas
pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis
peternakan dan penggemukan sapi. Objek pada penelitian
ini adalah program SABANSA ( Satu Bantu SAtu) yang
dijalankan oleh Yayasan Bina Insan Kamil di Desa
Mekarwangi, Garut, Jawa Barat.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif
dengan jenis penelitian ekplasnasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model
pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaaan berbasis
peternakan dan penggemukan sapi mempunyai pengaruh
positif terhadap kondisi ekonomi dan keuangan peternak
binaan Yayasan BIK.
Pembeda Perbedaan penelitian penulis dengan skripsi ini adalah
pada objek yang diteliti. Skripsi ini objeknya adalah
42
Yayasan BIK pada program SABANSA sedangan penulis
pada LAZ Al-Azhar Peduli Ummat dengan program
Rumah Gemilang Indonesia. Teknik analisinya pun
berbeda, penulis menggunakan teknik analisis Wilcoxon
Signed Rank Test (uji dua sampel berhubungan).
4 Identitas Afrieda Marthatila ( Skripsi Mahasiswa Pengembangan
Masyarakat Islam, UIN Syarif Hidayatulah Jakarta Tahun
2010).
Judul Tahapan pelaksaan Pemberdayaan Masyarakat PT.
Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat Melalui
Program Pelatihan Keterampilan Otomotif.
Subtansi Tujuan dari skripsi ini adalah menyajikan gambaran
lengkap mengenai tahapan community relations
khususnya program pelatihan keterampilan otomotif yang
dijalankan oleh PT.Mercedes-Benz Distribution
Indonesia.
Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah kegiatan
pemberdayaan berjalan dengan baik dan sesuai prosedur
yang telah dibuat. Meski ada kekurangan dari sioswa
binaanya seperti rendahnya disiplin namun hal tersebut
dapat teratasi setelah program berjalan cukup lama.
43
Pembeda Adapun penelitian yang penulis lakukan mengenai
efektivitas pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan
oleh LAZ APU yang mana hasilnya dapat dilihat dari
peningkatan kualitas ekonomi, spiritual dan sosial mitra
binannya sedangkan skripsi ini membahas mengenai
tahapan pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh
PT Mercedes-Benz kepada binannya yang mana ouputnya
mereka akan mendapat kesempatan untuk bekerja di PT
tersebut maupun jaringannya.
5 Identitas Fery Firmanysah (Skripsi mahasiswa Studi Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Judul Strategi Pemberdayaan MAsyarakat oleh PNPM Mandiri
Perkotaan di Desa Sukmajaya Bogor
Subtansi Skripsi ini membahas mengenai strategi PNPM Mandiri
perkotaan dalam melakukan pemberdayaan di Desa
Sukmajaya Bogor dengan melakukan pendekatan Non-
Direktif, penelusuran sejarah desa dan teknik kajian
lembaga desa.
Metode peneltiannya adalah kualitatif dengan ekplanasi
dan eksploratif.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah strategi yang
dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan telah berhasil
dalam melakukan pemberdayaan. Dimana hal ini dapat
44
diketahui dari tingkat partisipasi masyarakat LKM (
Lembaga Keswadayaan Masyarakat).
Pembeda Perbedaanya penelitian penulis dengan skripsi ini terletak
pada objek penelitiannya dan teknik analisis data yang
digunakan.
Demikianlah penjelasan pada bab ini mengnai teori-teori yang terkait
dengan penelitian dan review studi terdahulu yang memaparkan mengenai
perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian seelumnya. Pada bab
selanjutnya akan dijelaskan secara lengkap mengenai objek penelitian, yakni
program pemberdayaan Rumah Gemilang Indonesia.
45
BAB III
PROGRAM PEMBERDAYAAN RUMAH GEMILANG INDONESIA
A. Sejarah dan Perkembangan Rumah Gemilang Indonesia
LAZ AL-Azhar sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana
Zakat, Infak, dan Shadaqah merupakan lembaga non-profit yang didirikan
dengan tujuan untuk menjembatani antara orang kaya dengan orang miskin.
Seiring berjalannya waktu, LAZ Al-Azhar mulai bertransformasi dari yang
semula hanya bergerak di bidang sosial, tetapi juga mulai merambah bidang
pemberdayaan. Salah satu program pemberdayaan yang dicetuskan oleh LAZ
Al-Azhar yaitu Rumah Gemilang Indonesia.
Sebelum dibentuknya program Rumah Gemilang Indonesia, LAZ Al-
Azhar Peduli Ummat mengawali kiprahnya dalam program beasiswa
pendidikan untuk kaum dhuafa. Beasiswa pendidikan ini diberikan berjenjang
dari pendidikan tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas hingga perguruan tinggi. Adapun jumlah donasi yang diberikan
adalah keseluruhan biaya yang diperlukan dalam proses pendidikan
berlangsung, dari mulai biaya pendaftaran, biaya beli seragam, biaya iuran
perbulan, dan uang transport setiap harinya.42
Kesemuanya itu ditanggung
oleh LAZ Al-Azhar Peduli Ummat yang mana tak jarang untuk satu anak
siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama bisa memerlukan dana
sepuluh juta rupiah dari mulai masuk hingga lulus. Lalu untuk satu siswa
42
Wawancara pribadi dengan Ahmad Ahidin selaku manger RGI, Jakarta 28 April 2015
46
sekolah menengah atas bisa mencapai diatas sepuluh juta rupiah.dan untuk
satu siswa perguruan tinggi bisa mencapai puluhan juta rupiah.43
Setelah para murid binaan yang mendapat beasiswa pendidikan lulus
dari institusi pendidikan terkait, mereka mulai masuk dalam persaingan
mendapatkan pekerjaan. Beberapa diantara mereka yang lulus dari tingkat
sekolah menengah atas ada yang tidak mendapat pekerjaan dan mengajukan
permohonan bantuan dana untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang
lebih tinggi. Begitu pula dengan mahasiswa yang diberikan beasiswa
pendidikan, setelah lulus dan mendapatkan gelar ternyata ada beberapa dari
mereka yang masih sulit bersaing mencari pekerjaan. Melihat dari kenyataan
tersebut, LAZ Al-Azhar Peduli Ummat menyimpulkan bahwa yang
dibutuhkan kaum dhuafa adalah keterampilan-keterampilan khusus yang
dibutuhkan dunia pekerjaan sehingga mereka bisa bersaing dalam mencari
pekerjaan.
Pada Tahun 2007 seorang donatur mewakafkan tanah seluas 1.600
meter persegi di Kampung Kebon Kopi , Kelurahan Pengasinan, Kecamatan
Sawangan, Kota Depok yang diperuntukkan bagi anak yatim. Namun setelah
bernegosiasi dengan donatur tersebut dapatlah persetejuan untuk dibangun
pusat pelatihan bagi masyarakat dhuafa usia produktif. Unit pemberdayaan
dari LAZ Al-Azhar Peduli Ummat dinamakan Rumah Gemilang Indonesia.
Rumah Gemilang Indonesia (RGI) , berdiri di lahan wakaf seorang
donatur seluas 1.600 meter persegi di Kampung Kebon Kopi, Kelurahan
43
Ibid
47
Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. RGI,sebuah unit program
pemberdayaan dan pusat pelatihan (empowering and training center) Al-
Azhar Peduli Ummat. Secara resmi, RGI mulai beroperasi sejak 1 juni 2009
dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat di wilayah Kecamatan
Sawangan Kota Depok.
Sebagai bagian dari program pemberdayaan Al-Azhar Peduli Ummat,
RGI mengadopsi platform pesantren , tapi fokus pada penyelenggaraan
pendidikan non formal dalam kemasan short course (kusus singkat).
Perpaduan ini bertujuan agar para peserta pelatihan RGI tidak hanya menyerap
pengetahuan dan keterampilan unggul yang menjadi pondasi masa depan
mereka, tapi juga memiliki pengetahuan dan dasar akidah iman yang baik.
Lalu dalam peran empowering, RGI disiapkan sebagai pusat
pemberdayaan dan entrepreneur. Seluruh produk yang dihasilkan oleh RGI
disiapkan sebagai produk bisnis yang akan menopang operasional RGI dan
menjadi wahana bagai para peserta RGI memasarkan hasil karyanya.
Tujuannya meningkatkan taraf ekonomi alumni RGI untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik, mandiri, berjiwa sosial, dan memiliki nilai-nilai
agama dengan baik.
Selama menjalankan program pemberdayaan sejak tahun 2009 hingga
sekarang, tentu ada saja kendala-kendala yang dihadapi. Namun bagi pihak
Rumah Gemilang Indonesia semua kendala yang ada cukup dijadikan sebagai
tantangan saja agar program pemberdayaan ini semakin baik kedepannya.
Tantangan yang paling terasa adalah bagaimana mengubah habits atau
48
kebiasaan murid binaan agar selalu melibatkan Allah dalam setiap
aktivitasnya. Karenanya, aktivitas ibadah sunnah selalu dianjurkan
dilaksanakan dalam setiap aktivitas pembelajaran di Rumah Gemilang
Indonesia dan menjadi point tersendiri bagi penilaian para pengajar.
Meskipun selama perjalanan dihadapkan dengan berbagai kendala
yang telah disebutkan, namun terbukti Rumah Gemilang Indonesia dapat
bertahan hinga sekarang dan terus mengembangkan program
pemberdayaannya agar mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
B. Tujuan Dibentuknya Program Pemberdayaan Rumah Gemilang
Indonesia
Ada empat tujuan awal dari dibentuknya program pemberdayaan
Rumah Gemilang Indonesia, adalah sebagai berikut44
:
1. Menjadikan Rumah Gemilang Indonesia (RGI) sebagai pusat
pengetahuan dan keterampilan bagi generasi produktif.
2. Membentuk sumber daya insani yang kreati, produktif, mandiri, dan
berakhlaq mulia.
3. Melahirkan para entrepreneur yang mandiri dan menjadi agent of
change di masyarakat.
4. Menjadikan Rumah Gemilang Indonesia (RGI) sebagai business
center bagi produk asli masyarakat.
44
Buku Panduan Pemberdayaan Pendidikan dan Keterampilan Rumah Gemilang Indonesia
49
Sedangkan tujuan yang utama yang hendak dicapai oleh Rumah
Gemilang Indoneisa (RGI) adalah mengurangi angka pengangguran di
Indonesia dengan memberikan berbagai macam pelatihan keterampilan di
bidang yang strategis yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan atau
masyarakat. Dengan begitu, murid binaan Rumah Gemilang Indonesia
mempunyai dua pilihan setelah diwisuda dari diklat Rumah Gemilang
Indonesia. Pilihan tersebut adalah untuk bekerja di perusahaan atau lembaga
yang sedang membutuhkan tenaganya atau berwirausaha sesuai dengan
keterampilannya.
Rumah Gemilang Indonesia berharap pelatihan-pelatihan berserta
bimbingan spiritual yang diberikan kepada murid binaanya membuat mereka
memiliki keahlian dan akhlaq yang baik dari sebelum mengikuti program ini.
Pelatihan pun dirancang agar para murid binaaan dapat mengetahui gambaran
keterampilan dari mulai teori dasar, praktek dan peluang bekerja dibidang
tersebut. Pelatihan ini juga didukung oleh para mentor yang merupakan
praktisi handal di bidangnya masing-masing. Pelatihan ini memadukan antara
kajian teoritis-ilmiah dengan praktik, juga ditambah dengan sharing cerita
sukses dari para pelaku yang telah sukses dibidangnya.
Segala upaya telah dilakukan oleh Rumah Gemilang Indonesia (RGI)
adalah semata-mata dilakukan untuk mencapai tujuan dan target yang telah
direncanakan sejak awal mula program ini diluncurkan.
Jika dikaitkan antara tujuan dengan manfaat dari program
pemberdayaan ini maka dapat terlihat bahwa manfaatnya sangatlah terasa,
50
tidak hanya bagi murid binaan namun juga bagi para donatur. Diantara
manfaat tersebut adalah :
1. Bagi murid binaan, mereka yang tadinya tidak memiliki keterampilan
kini telah miliki keterampilan sesuai bidang yang mereka ambil.
Adapula murid binaan yang hanya menguasai dasar dari keterampilan
tersebut kini telah menjadi mahir. Dengan demikian, mereka dapat
hidup mandiri dan lebih produktif.
2. Bagi donatur, mereka mendapatkan feedback terkait perkembangan
murid binaan Rumah Gemilang Indonesia dan mereka pula akan
diundang pada acara wisuda Rumah Gemilang Indonesia. Bagi
donatur yang memenangi lelang kelas dalam akad wakaf tunai sebesar
Rp 100 juta maka donatur berhak menamai kelas tersebut sesuai yang
dikehendaki. Manfaat yang bersifat materi memang tidak dirasakan
namun yang dirasakan adalah kepuasan menolong dan pahala amal
jariah.
Berdasarkan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat program
pemberdayaan Rumah Gemilang Indonesia di atas dapat disimpulkan bahwa
sasaran dari program pemberdayaan ini lebih diutamakan pada masyarakat
usia produktif yang sedang menganggur karena rendahnya tingkat pendidikan
mereka. Karena salah satu tujuan pemberdayaan ini adalah meningkatkan
kesejahteraan dan menjadikan mereka sebagai agent of change di masyarakat.
51
C. Struktur Rumah Gemilang Indonesia
Sumber : Rumah Gemilang Indonesia
D. Sumber Dana Program Rumah Gemilang Indonesia
Secara umum, Rumah Gemilang Indonesia memiliki satu sumber dana
untuk menjalankan program pemberdayaanya. Sumber dana tersebut berasal
dari dana zakat, infaq dan shadaqah dari para donatur dan CSR LAZ Al-Azhar
Peduli Ummat sebagai lembaga yang menaungi Rumah Gemilang Indonesia.
Dana zakat, infaq dan shadaqah ini kemudian disalurkan kepada Rumah
Gemilang Indonesia yang akan digunakan untuk membiayai operasional
Rumah Gemilang Indonesia.
52
Sehingga bagi donatur dan mustahiq sama-sama mendapat manfaat,
yaitu manfaat bagi donatur adalah zakat yang mereka berikan telah disalurkan
kepada orang yang membutuhkan dan manfaat bagi mustahiq adalah
mendapatkan penghasilan yang lebih baik dari adanya program Rumah
Gemilang Indonesia yang disponsori oleh dana zakat, infak dan shadaqah
tersebut.
Tabel 3.1
Penerimaan ZIS Al-Azhar Peduli Ummat Agustus 2015
Akad
Zakat
a. Zakat Maal 665.709.910
b. Zakat Fitrah -
Infak
a. Infak khusus 54.410.005
b. Infak umum 111.998.184
Khusus
a. Bagi Hasil Bank 1.487.582
b. Kemanusiaan 9.900.000
c. Wakaf 17.721.000
d. Akikah 4.000.000
e. CSR/Sponsorship -
f. Dana non Syar’i 462.006
g. Fidyah -
h. Lain-lain -
Total Penerimaan Januari 2015 865.688.687
Sumber : Majalah Care LAZ Al-Azhar Peduli
Ummat Bulan Agustus 2015
Berdasar tabel di atas, penghimpunan dana masyarakat kepada LAZ
Al-Azhar Peduli Ummat pada bulan Januari 2015 yang terbesar berasal dari
dana zakat khususnya zakat maal. Adapun jumlah dana yang disalurkan
khusus untuk program RGI pada bulan Januari sebesar Rp 204.196.000.45
45
Ibid
53
E. Program Rumah Gemilang Indonesia
Dalam program Rumah Gemilang Indonesia terdapat dua program,
yaitu46
:
1. Program Reguler
Program regular adalah pendidikan dan pelatihan keterampilan
untuk generasi usia produktif dari keluarga kurang mampu. Masa diklat
selama lima bulan setiap satu angkatan, terdiri dari :
a. 3 bulan pelatihan teori dan praktek
b. 1 bulan workshop terpadu
c. 1 bulan pemagangan
Jam pelatihan fullday setiap hari Senin sampai dengan Jum’at
mulai pukul 07.30 sampai 16.00 WIB. Sistem diklat shorcourse dan full
beasiswa bagi peserta yang lulus seleksi
Program studi keterampilan yang diselenggarakan adalah :
(1) Menjahit dan Tatabusana
(2) Fotografi dan Videografi
(3) Teknik Komputer dan Jaringan
(4) Desain Grafis
(5) Aplikasi Perkantoran
(6) Otomotif (roda dua)
46
Buku Panduan Pemberdayaan Pendidikan dan Keterampilan Rumah Gemilang Indonesia
54
2. Program Non Reguler
Program non regular merupakan pengembangan program regular
dengan mengoptimalkan sarana dan peralatan pelatihan keterampilan.
Waktu pelatihan setiap hari Sabtu dan Ahad mulai pukul 08.00 sampai
14.00 WIB. Program non regular terdiri dari :
a. Ibu Kreatif
Program khusus ibu-ibu rumah tangga dengan materi
pelatihan keterampilan handicrafts. Masa pelatihan adalah tiga
bulan teori dan praktek ditambah satu bulan workshop. Selain teori
dan praktek keterampilan, selama 6 kali pertemuan ibu-ibu peserta
program juga dibekali ilmu kewirausahaan oleh instruktur yang
kompeten. Materinya, mulai kewirausahaan dalam Islam, etika
berdagang. Analisis biaya produksi dan penjualan, strategi
marketing yang efektif, pembukuan sederhana sampai bagaimana
mendapatkan akses bantuan permodalan. Setelah diklat, peserta
didampingi dalam kewirausahaan dengan stimulus usaha
kelompok. Jumlah peserta setiap angkatan berjumlah 20 orang.
Seperti halnya program regular. Kurikulum ibu kreatif juga
memuat materi spiritual. Setiap pagi selama satu jam sebelum
amsuk kelas keterampilan, seluruh peserta wajib mengikuti taklim
didampingi ustadz khusus. Materi taklim tentang kajian al-Qur’an
dan agama Islam, belajar membaca al-Qur’an, dan motivasi
spiritual. Materi sangat strategis mengingat ibu-ibu memiliki peran
55
yang sangat penting dalam menentukan keharmonisan sebuah
keluarga. Jadi, selepas pelatihan RGI selain memiliki keterampilan
khusus handicraft, ibu-ibu juga diharapkan mampu menjadi ibu
dan istri idaman dalam rumah tangga.
Alumni ibu kreatif saat ini sedang mengembangkan usaha
produksi beragam handicrafts. RGI memfasilitasi ruangan khusus
produksi handicrafts. Modal usahapun disiapkan RGI sebagai
stimulus. Dalam beberapa event pameran produk dan bazar local
maupun nasional, karya ibu kreatif turut andil. Pembiayaan
pelatihan dan fasilitas modal usaha disipakan RGI dengan
bersinergi CSR perusahaan dan sumber donatur lainnya.
b. Santri Melek Teknologi (SMT)
Merupakan bentuk ikhtiar dalam memberikan modal
keterampilan ilmu komputer bagi para santri pondok pesantren
tradisional. Melek teknologi melalui ilmu komputer menjadi target
para santri setelah mengikuti program ini. Target penerima manfaat
program adalah pondok-pondok pesantren tradisional di wilayah
Depok, Bogor dan sekitarnya. Jadwal pelatihan setiap Sabtu dan
Ahad selama dua bulan.
c. Da’i Melek Teknologi (DMT)
Program khusus bagi da’i-da’i dengan memberikan
keterampilan teknik komputer, pengenalan teknologi komunikasi
& internet serta teknik dakwah efektif dengan menyesuaikan
56
perkembangan teknologi. Pelatihan selama satu bulan ini, peserta
ditargetkan mengenal dan menguasai teknologi komputer dan
internet yang akan dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah.
d. Mobile Training
Mobile training merupakan ikhtiar agar masyarakat luas
mampu menjangkau nilai manfaat RGI. Bentuk kegiatannya, RGI
secara aktif mendatangi kelompok-kelompok masyarakat yang
relativ jauh dari RGI untuk memberikan pelatihan keterampilan.
Varian keterampilan berdasarkan kebutuhan masyarakat lokal
tertentu, seperti keterampilan handicrafts yang unsur input sudah
disiapkan RGI. Program ini juga merupakan titik awal
pengembangan ekonomi dan spiritual masyarakat.
F. Mekanisme Program Pemberdayaan Rumah Gemilang Indonesia
Secara garis besar, mekanisme atau tahapan yang dilakukan oleh tim
Rumah Gemilang Indonesia dalam menjalankan program pemberdayaanya
adalah melakukan persiapan program, pelaksanaan program, dan selanjutnya
evaluasi dan laporan , serta pelepasan dan kemandirian.47
1. Persiapan Program
Berupa sosialisasi terkait dibukanya program pemberdayaan
Rumah Gemilang Indonesia. Sosialisasi dilakukan secara regular ke
wilayah Jabodetabek. Rumah Gemilang Indonesia juga menjalin
47
Ibid
57
kemitraan dengan lembaga-lembaga daerah dalam perekrutan peserta.
Hal ini dilakukan agar sebaran penerima manfaat Rumah Gemilang
Indonesia semakin luas dan merata untuk generasi produktif. Di awal
berjalannya diklat, pendekatan sosialisasi Rumah Gemilang Indonesia
melalui DKM masjid, pesantren, madrasah yang menjadi basis sasaran
pendayagunaan zakat, infak, shadaqah Al-Azhar Peduli Ummat.
Setelah sosialisasi dilakukan, para calon murid binaan diharuskan
mendaftar dengan mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan
oleh Rumah Gemilang Indonesia. Point dalam formulir ini adalah data
pribadi dan data keluarga, peminatan dan pemilihan program studi
keterampilan, dan motivasi mengikuti diklat.
Setelah seleksi administratif, pendaftar mengikuti pretest (tertulis)
yang hasilnya akan dapat mengukur kemampuan dasar keterampilan dan
tingkat kemauan serta motivasi peserta. Secara umum, pertanyaan dalam
pretest ini adalah pertanyaan minat dan motivasi dan pertanyaan
kemampuan dasar keterampilan.
Tahapan berikutnya adalah wawancara terhadap pendaftar. Point-
point yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah informasi langsung
dan detail dari pendaftar tentang latar belakang keluarga, latar belakang
pendidikan, motivasi dan kemauan, minat dan kecenderungan pemilihan
program studi keterampilan. Tim pewawancara terdiri dari instruktur
keterampilan, instruktur spiritual care community dan manajemen
Rumah Gemilang Indonesia.
58
Tahapan akhir dari proses rekrutment adalah survey langsung.
Surveyor dapat menggali data lapangan dari tempat tinggal pendaftar.
Survey mendapat porsi penilaian yang besar dalam menentukan
kelayakan pendaftar menjadi peserta diklat Rumah Gemilang Indonesia.
Setiap surveyor dibekali kamera foto dan form penilaian/skor dari Rumah
Gemilang Indonesia yang harus diisi sesuai petunjuk.
Seluruh peserta yang lulus seleksi berikutnya akan mengikuti
orientasi dan ta’aruf bersama para instruktur, manajemen Rumah
Gemilang Indonesia dan manajemen Al-Azhar Peduli Ummat. Materi
orientasi adalah pengenalan secara umum materi pelatihan, target atau
output diklat, dan penyamaan visi dan misi diklat. Dalam kegiatan ini
seluruh peserta menandatangani surat pernyataan dan komitmen yang
bermaterai. Tujuannya adalah sebagai bentuk keseriusan peserta dalam
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dan mentaati tata tertib selama
diklat.
2. Pelaksanaan Program
Yaitu berupa pendidikan dan pelatihan (diklat). Diklat ini
dilaksanakan selama lima bulan, dengan rangkaian tiga bulan teori &
praktek, satu bulan workshop terpadu dan satu bulan pemagangan
Adapun rangkaian diklat adalah sebagai berikut :
a. Teori & Praktek keterampilan
Tiga bulan pertama seluruh peserta mendapatkan materi
pelatihan baik teori dan praktek sesuai program studi masing-
59
masing. Muatan praktek lebih dominan dibanding teori. Materi
pelatihan mengacu pada kurikulum standar kompetensi dasar
(KSKD) yang disusun oleh tim instruktur.
b. Workshop Terpadu
Workshop dilaksanakan selama satu bulan setelah teori dan
praktek keterampilan. Kegiatan ini merupakan pematangan dan
wadah kreatifitas peserta untuk berkarya dan produktif dengan
modal ilmu keterampilan yang dimiliki selama pelatihan. Dalam
workshop peserta dipacu untuk dapat menelurkan karya kreatif
yang dapat dinikmati masyarakat. Workshop ini didampingi
langsung oleh seluruh instruktur keterampilan.
c. Ujian
Ada dua jenis ujian yang dilaksanakan. Yaitu ujian akhir di
masa berakhrinya penyampaian teori praktek dan workshop
terpadu, dan ujian berkala yang disesuaikan kebutuhan instruktur
keterampilan dalam rangka mengevaluasi perkembangan
kemampuan peserta dan mengukur keefektifan metode pengajaran
yang diterapkan instruktur.
d. Pemagangan
Bagi peserta terampil dan terpilih diberikan kesempatan
magang di instansi atau lembaga mitra. Pemagangan dilakukan
untuk memperluas ilmu dan wawasan peserta dalam dunia kerja
60
serta menjalin jaringan kerja bagi peserta diklat. Kegiatan ini
dilaksanakan selama satu bulan setelah tahap pelatihan dan
workshop.
3. Evaluasi dan laporan
Dalam upaya mengawal berjalannya diklat agar sesuai koridor dan
sistem yang disusun, RGI melakukan evaluasi berkala, yaitu :
a. Rapat evaluasi bulanan bersama seluruh instruktur dan manajemen
RGI. Rapat ini mengevaluasi secara umum proses berjalannya
diklat. Temuan kendala-kendala dalam kegiatan diklat dapat
disampaikan dan dipecahkan dalam forum ini. Instruktur juga
bebas memberikan ide, masukan bahkan kritik yang membangun
kepada instruktur lain dan manajemen RGI. Forum ini dibangun
dengan semangat kebersamaan dalam melakukan perbaikan-
perbaikan sistem RGI.
b. Evaluasi bulanan kepada instruktur. Evaluasi ini dilakukan dengan
metode bottom up, dari peserta diklat kepada instruktur.
c. Evalusi bulanan kepada peserta diklat. Metodenya top down, dari
instuktur kepada peserta diklat. Instruktur memberikan penilaian
prestasi dan perkembangan peserta diklat.
d. Evaluasi akhir. Evaluasi dilakukan setelah semua proses diklat
selesai. Hasil evaluasi ini menjadi bahan dalam pembahasan
persiapan diklat angkatan berikutnya.
61
4. Pelepasan dan Kemandirian
Berupa wisuda dan kreatif gemilang. Wisuda dan kreatif gemilang
adalah dua kegiatan yang dipadukan menjadi satu program yang attraktif.
Kegiatan dilaksanakan bersamaan pada hari yang sama di kampus RGI.
a. Wisuda
RGI menilai wisuda adalah momentum penting bagi setiap
peserta. Secara simbolis, kegiatan diklat selama 5 bulan telah
mereka lalui dengan beragam perasaan dan tantangannya. Momen
ini juga dapat membangkitkan motivasi dan kepercayaan diri
peserta karena mereka akan merasa dihargai. Hadir dalam wisuda,
orang tua pesera, keluarga besar YPI Al-Azhar, para donatur dan
tamu-tamu penting lainnya. Dalam beberapa kesempatan, wisuda
yang telah dilaksanakan RGI mampu mempertemukan anak dan
orang tua yang lama berpisah, bahkan mampu merukunkan
keluarga yang lama tidak akur.
Wisuda ini dilaksanakan setiap angkatan pada akhir masa
pendidikan dan pelatihan di RGI. Dalam wisuda ini pula
diumumkan peserta terampil dari setiap program studi satu orang.
Mereka yang terampil diberikan hadiah berupa barang atau
peralatan sesuai dengan keterampilannya yang dapat mendukung
mereka untuk terus berkarya dan berwirausaha. Hal ini juga
menjadi ajang fastabiqul khairat bagi peserta untuk berlomba-
lomba menjadi yang paling terampil.
62
Penilaian peserta terampil didasarkan pada beberapa aspek
yang dilaksanakan oleh para instruktur dan manajemen RGI, yaitu:
(1) Tingkat kehadiran dan kedisiplinan
(2) Tingkat semangat yang terus ditunjukkan peserta
(3) Perkembangan perilaku atau akhlaq peserta selama diklat
(4) Kualitas skill keterampilan dan pengetahuan peserta
(5) Mental pekerja keras dan pantang menyerah
(6) Kondisi ekonomi keluarga
(7) Dan aspek-aspek lainnya.
b. Kreatif Gemilang
Kreatif Gemilang menggelar pameran karya-karya peserta
diklat. Nilai strategis dan manfaatnya adalah peserta dengan
bangga mampu menghasilkan karya dan dapat dinikmati oleh
masyarakat. Peserta juga diajarkan bagaimana menjual diri mereka
dengan kemamuannya ke publik.
Demikianlah penjelasan mengenai program pemberdayaan
Rumah Gemilang Indonesia pada bab ini. Pada bab selanjutnya
akan dijelaskan mengenai analisis model pemberdayaan, serta
efektivitas program pemberdayaan terhadap tingkat ekonomi, sosial
dan agama peserta diklat RGI.
63
BAB IV
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DHUAFA DALAM
PROGRAM RUMAH GEMILANG INDONESIA
A. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Peserta Binaan
Secara umum, karakteritik responden dalam penelitian ini adalah
peserta Rumah Gemilang Indonesia angkatan sebelas dan dua belas. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan karakteristik
responden, yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir,
pekerjaan responden sebelum dan sesudah mengikuti program.
Grafik 4.1
Responden berdasarkan jenis kelamin
Grafik 4.1 menggambarkan bahwa 35 (tiga puluh lima) responden
berjenis kelamin laki-laki dan 22 (dua puluh dua) responden berjenis
kelamin perempuan. Recruitment peserta program Rumah Gemilang
Indonesia terbuka bebas bagi laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat
64
dilihat dari program studi yang ada. Ada enam program studi yaitu
program studi menjahit dan tata busana, program studi teknik komputer
dan jaringan, program studi fotografi dan videografi, program studi
desain grafis, program studi aplikasi perkantoran dan program studi
otomotif. Dari data yang penulis dapat program studi menjahit dan tata
busana didominasi oleh perempuan. Sedangkan program studi otomotif
didominasi oleh laki-laki.
Grafik 4.2
Responden berdasarkan usia
Grafik di atas memperlihatkan komposisi umur peserta program
Rumah Gemilang Indonesia. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa
sebagian besar usia peserta program RGI berada pada usia 19-24 tahun.
Hal ini mengindikasikan bahwa banyak perserta program yang berada
dalam usia produktif. Adapun dari pihak RGI sendiri memang membatasi
usia calon peserta program yakni dimulai dari 17 sampai usia 30 tahun.
Pihak RGI sendiri menilai bahwa di usia tersebut semangat para peserta
65
program dalam kondisi yang tinggi untuk melakukan transormasi di
kehidupannya.
Grafik 4.3
Responden berdasarkan pendidikan terakhir
(Sumber : data diolah, 2015)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa 96% peserta program
Rumah Gemilang Indonesia mengenyam pendidikan hingga tingkat SMA
dan sederajat. Sedangkan sisanya hanya menempuh pendidikan hingga
tingkat SMP atau dua peserta saja.
Dilihat dari besarnya responden yang berpendidikan tingkat
sekolah menengah atas (SMA) maka hal ini sangatlah berpengaruh
kedalam lingkup pekerjaan yang bisa responden lamar. Umumnya
pekerjaan bagi lulusan tingkat sekolah menengah atas (SMA) tidaklah
memerlukan pengetahuan dan pemikiran yang rumit, sehingga program
pemberdayaan ini sangat tepat diberikan kepada mereka. Karena dengan
memiliki dan menguasai keilmuan tertentu maka peserta mempunyai
nilai jual lebih tinggi terlebih keahlian yang diajarkan oleh pihak RGI
adalah keahlian yang dicari di pasar.
66
2. Pekerjaan Responden
Grafik 4.4
Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelum Mengikuti Program
(Sumber : data diolah, 2015)
Berdasarkan grafik dapat diamati bahwa 17 orang atau 33% peserta
RGI berprofesi sebagai pramuniaga sebelum mengikuti program
pemberdayaan Rumah Gemilang Indonesia. Pramuniaga disini bisa
bekerja di toko-toko modern seperti Alfamart, Indomart maupun
Carrefour atau bisa juga di toko milik orang lain. Karenanya range
pendapatan dari profesi ini antara Rp 700.000 – 1.800.000 itu pun belum
untuk potongan untuk setiap barang yang hilang.
Selain itu, 9 orang atau 16 % berprofesi sebagai pedagang. Lalu 8
orang berprofesi sebagai buruh pabrik. Dan 5 orang berprofesi sebagai
pramusaji. Sisanya berprofesi sebagai pengajar, montir, office boy,
tukang parkir, kurir dan tailor.
67
Jika diperhatikan hampir sebagian besar profesi yang ada di dalam
diagram merupakan pekerjaan yang tidak memerlukan pengetahuan dan
pemikiran yang rumit. Hal ini disebabkan karena 96% perserta
merupakan lulusan SMA dan sederajat.
Grafik 4.5.
Responden Berdasarkan Pekerjaan Setelah Program
Responden berupaya untuk meningkatkan kualias hidupnya dengan
mengikuti program Rumah Gemilang Indonesia meski belum seluruhnya
berhasil. Diagram di atas menunjukkan berbagai macam pekerjaan
responden setelah mengikuti program Rumah Gemilang Indonesia. 12
responden bekerja sebagai admin, umumnya yang penulis jumpai dalam
penelitian ini adalah responden wanita. 7 responden bekerja sebagai
editor, 9 responden sebagai wirausaha, 3 responden sebagai kameraman,
6 responden sebagai designer grafis, 4 responden sebagai. Lalu sisanya
12
7
93
6
3
2
12
13
42
Pekerjaan Responden Setelah Program
Admin
Editor
Wirausaha
Kameraman
Designer Grafis
Buruh Pabrik
Pengajar
Montir
Pramuniaga
Customer Service
Marketer
IT Support Officer
Tailor
68
bekerja sebagai buruh pabrik, pengajar, CS, montir, dan marketer.
Terdapat beberapa pekerjaan yang memerlukan kemampuan khusus yang
mana dalam hal ini diajarkan dalam short course Rumah Gemilang
Indonesia seperti editor, designer grafis, kameraman, IT support officer
dan tailor. Adapun profesi wirausaha ini selalu diajarkan dan digiatkan
oleh pendamping (mentor) peserta dan menjadi materi umum selama
diklat berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa peserta ada
yang berhasil bekerja sesuai dengan skill dan materi yang diajarkan
Rumah Gemilang Indonesia.
B. Penerapan Model Pemberdayaan Rumah Gemilang Indonesia
Awal mula sebelum dibentuknya program pemberdayaan Rumah
Gemilang Indonesia (RGI), LAZ Al-Azhar Peduli Ummat terlebih dahulu
meluncurkan program beasiswa pendidikan. Program beasiswa pendidikan ini
mengusung konsep full costs scholarship dimana dari mulai biaya
pendaftaran, SPP, instrument pembelajaran hingga uang jajan semuanya
ditanggung oleh LAZ Al-Azhar Peduli Ummat. Namun seiring dengan
berjalannya waktu, LAZ Al-Azhar menyadari bahwa program ini tidak terlalu
efektif dalam rangka mengurangi angka pengangguran. Ditambah adanya
dukungan dari donatur yang mewakafkan tanahnya seluas 1.600 meter
persegi untuk dibangunkan bangunan yang mempunyai manfaat bagi ummat.
Maka terpikirlah ide untuk membuat sebuah training center yang sekaranng
dikenal sebagai Rumah Gemilang Indonesia (RGI), yang merupakan sebuah
69
unit program pemberdayaan dan pusat pelatihan (empowering and training
center) Al-Azhar Peduli Ummat.
Berbeda dengan beasiswa pendidikan, konsep atau model
pemberdayaan yang digunakan Rumah Gemilang Indonesia adalah short
course (kursus singkat) pendidikan non formal dengan platform pesantren.
Konsep ini merupakan sistem pemberdayaan pendidikan dengan mengajarkan
keterampilan tertentu kepada para pesertanya selama enam bulan. Lalu
sebagaimana pesantren, para peserta disediakan fasilitas asrama, konsumsi,
dan bimbingan agama selama masa pelatihan. Perpaduan ini bertujuan agar
para peserta pelatihan Rumah Gemilang Indonesia tidak hanya menyerap
pengetahuan dan keterampilan unggul yang manjadi pondasi masa depan
mereka, tapi juga memiliki pengetahuan dan dasar akidah iman yang baik.
Adapun kurikulum yang disiapkan Rumah Gemilang Indonesia dalam
menerapkan konsep tersebut meliputi materi khusus, materi umum, materi
keahlian dan kegiatan-kegiatan peningkatan kualitas skill dan akhlaqul
karimah.
1. Materi Khusus
Materi khusus adalah materi keterampilan yang khusus berkaitan
dengan program studi keterampilan, yaitu :
a. Teori dan Praktek Keterampilan
Pelatihan keterampilan khusus sesuai program studi
keterampilan yang didampingi langsung oleh instruktur yang
kredibel. Teori dan praktek dalam satu angkatan selama 3 bulan
70
dengan kurikulum yang disusun khusus ole para instruktur.
Semua program studi, kegiatan prakteknya lebih dominan
dibanding teori kelas.
b. Factory Tour
Kunjungan dan studi banding ke instansi atau perusahaan
tertentu sesuai dengan bidang keterampilan menjadi kegiatan
penting. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperdalam materi
dan memperluas wawasan peserta diklat, mampu menginspirasi
dan memotivasinya untuk terus berkarya, kreatif, produktif dan
mandiri.
2. Materi Umum
Materi umum adalah materi untuk semua peserta program studi,
yaitu :
a. Spiritual Care Community (SCC)
SCC adalah pendampingan khusus spiritual kepada seluruh
peserta oleh instruktur pendamping. Materi ini menjadi salah satu
menu yang harus diikuti oleh semua peserta diklat sebagai ikhtiar
penguatan mental spiritual dan pembinaan akhlaq. Rutin setiap
pagi sebelun memasuki kelas semua peserta mengawalinya
dengan shalat dhuha, pembacaan surat al-Waqiah bersama, kajian
al-Qur’an dan hadits, motivasi dan capacity building.
Pendamping SCC juga membuka diri dan mengalokasikan waktu
khusus bagi peserta diklat yang ingin konsultasi dan mencari
71
pemecahan masalah yang dihadapi, baik masalah pribadi, masalah
keluarga bahkan masalah sosial.
Kegiatan rutin bulanan SCC diantaranya adalah mabit
bersama, yaitu penguatan spiritual, kajian al-Qur’an dan hadits,
qiyamullail. Sedangkan legiatan mingguan adalah shalat subuh
berjama’ah setiap hari Sabtu disambung dengan kajian hadits.
Kegiatan dilanjutkan dengan sarapan bersama dan olahraga futsal
dan bulu tangkis, dengan tujuan membangun kebersamaan antar
peserta diklat.
b. Menulis kreatif dan Pengenalan Internet
Semua peserta diberikan materi menulis kreatif dan
pengenalan internet. Dua keterampilan ini penting menjadi bekal
bagi setiap peserta. Dengan kemampuan tersebut, peserta pandai
dan mampu menuangkan ide-ide kreatifnya dalam bentuk tulisan
dam mempublikasikannya. Karya-karya kreatif peserta pun dapat
dikemas dan dijual melalui teknologi internet.
c. Leadership dan Kewirausahaan
Materi leadership dan kewirausahaan disampaikan sebagai
bekal pengetahuan dan pengalaman para peserta di tengan
masyarakat dan dunia usaha setelah mengikuti proses diklat.
Materi-materi tersebut menjadi pedoman bagi Rumah
Gemilang Indonesia dalam menjalankan model pemberdayaanya.
72
Adapun dalam hal penerapannya dapat dijelaskan melalui
serangkaian proses sebagai berikut.
Rumah Gemilang Indonesa melakukan sosialisasi agar
program ini dapat diakses dan dijangkau oleh masyarakat luas
seluruh Indonesia. Selain sosialisasi regular ke wilayah
Jabodetabek, RGI juga menjalin kemitraan dengan lembaga-
lembaga daerah dalam perekrutan peserta. Hal ini dilakukan agar
sebaran penerima manfaat Rumah Gemilang Indonesia semakin
meluas dan merata untuk generasi bangsa usia produktif.
Setelah calon peserta lulus tes administrasi maka ada dua
test lagi yang harus dilalui, yaitu pre test dan interview. Pre test
ini bertujuan untuk mengukur kemampuan basic keterampilan dan
tingkat motivasi peserta. Sedangkan interview merupakan
wawancara terhadap pendaftar mengenai informasi latar belakang
keluarga, latar belakang pendidikan, motivasi dan kemauan, minat
dan kecenderungan pemilihan program studi keterampilan. Lalu
tahapan akhir dari proses recruitment adalah survey langsung
yang bertujuan untuk menentukan kelayakan pendaftar menjadi
peserta diklat Rumah Gemilang Indonesia.
Setelah para pendaftar resmi menjadi peserta diklat Rumah
gemilang Indonesia maka kegiatan diklat (pendidikan dan
pelatihan) pun mulai dilaksanakan. Diklat dilaksanakan selama
73
lima bulan dengan rangkaian tiga bulan teori dan praktek, satu
bulan workshop terpadu, satu bulan pemagangan.
Dengan mengikuti rangkaian pelatihan ini, beberapa peserta
yang semula tidak mengetahui sama sekali atau memiliki sedikit
ilmu di keterampilan tertentu, kini menjadi lebih menguasai
keterampilan yang mereka geluti serta lebih percaya diri ketika
harus bersaing mencari pekerjaan terhadap lulusan S1.
Selain memberikan pelatihan kepada para peserta, pihak
Rumah Gemilang Indonesia juga menyediakan seorang
pendamping di setiap kelas. Pendampingan intensif terus
dilakukan selama masa pelatihan kurang lebih enam bulan.
Selama kurun waktu tersebut, peserta benar-benar dibimbing
dalam hal keterampilan dan juga spiritual.
Sebagai bentuk berakhirnya program dan bentuk
kemandirian para peserta maka Rumah Gemilang Indonesia
mengadakan Wisuda dan Kreatif Gemilang. Wisuda dan kreatif
gemilang adalah dua kegiatan yang dipadukan menjadi satu
program yang menarik. Wisuda sendiri adalah momen pelepasan
peserta sedangkan kreatif gemilang berupa pameran karya-karya
peserta diklat. Nilai stretegis dan manfaatnya adalah peserta
dengan bangga mampu menghasilkan karya dan dapat dinikmati
oleh masyarakat.
74
Demikianlah keseluruhan proses dari penerapan model
short course (kursus singkat) keterampilan berbasis pesantren,
dinamana para peserta binaaan yang telah mengikuti serangkaian
pelatihan kemudian dimandirikan dengan diserahkannya sertifikat
pelatihan dan sekaligus dibentuknya group angkatan untuk
silaturrahmi dan berbagi informasi. Berkat model yang diterapkan
tersebut, para peserta bisa merasakan manfaat mengikuti program
pemberdayaan. Faktanya, kepemilikan asset mereka bertambah
diikuti dengan meningkatnya taraf hidup mereka. Bahkan
beberapa dari mereka ada yang melanjutkan kuliah meski
mengambil kelas non-reguer (karyawan).
C. Efektivitas Program Rumah Gemilang Indonesia Terhadap
Pemberdayaan Masyarakat Dhuafa
1. Analisis perubahan kondisi ekonomi Peserta Binaan Program Rumah
Gemilang Indonesia
Efektivitas program pemberdayaan diukur berdasarkan perubahan
kondisi ekonomi peserta dengan indikator pendapatan peserta sebelum dan
sesudah mengikuti program. Pengukuran dilakukan menggunakan Uji
Statistik Wilcoxon Signed Rank Test.
Total populasi peserta binaan pada dua angkatan terakhir berjumlah
120 orang. Berdasarkan teknik penarikan sampel menurut rumus Slovin
dengan rumus sebagai berikut :
75
n =
Dimana :
n = sampel
N = jumlah populasi
e = perkiraan tingkat kesalahan yang digunakan sebesar 10%
(0,1)
Maka :
n =
n =
n = 54,54
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh sampel penelitian
sebanyak 54,54 yang dibulatkan menjadi 55 orang responden.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
H0 = Tidak ada perubahan antara sebelum mengikuti program
dan sesudah mengikuti program.
H1 = Adanya perubahan pendapatan antara sebelum program
dan sesudah mengikuti program.
Berikut ini adalah hasil pengolahan data melalui bantuan program
SPSS versi 16.00.
76
Tabel 4.1
Dasar Pengambilan Keputusan UJI T
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
PendapatanSetelahProg
ram –
PendapatanSebelumPro
gram
Negative Ranks 1a 4.00 4.00
Positive Ranks 53b 27.94 1481.00
Ties 1c
Total 55
a. PendapatanSetelahProgram < PendapatanSebelumProgram
b. PendapatanSetelahProgram > PendapatanSebelumProgram
c. PendapatanSetelahProgram = PendapatanSebelumProgram
Dengan membandingkan T hitung dengan T tabel.
(a) Apabila T hitung < T tabel, maka H0 ditolak.
(b) Apabila T hitung > T tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Dari tabel didapat negative ranks (nilai negative pada ranking) atau
selisih antara “sebelum” dan “sesudah” yang bernilai 1. Kemudian Sum of
Ranks (Jumlah/ hasil ranking) sebesar 4,00. Nilai positif ranks (nilai positif
pada ranking) atau selisih antara “sesudah dan “sebelum” yang bernilai
positif. Yang mengandung arti bahwa nilai “sesudah” lebih besar dari nilai
“S sebelum”. Dalam tabel di atas terdapat 53 angka positif, kemudian Sum
of Ranks 1481,00, angka ini didapat dari menjumlahkan semua ranking
yang bertanda positif. Sedangkan mean rank (nilai rata-rata rangking) yang
didapat sebesar 27,94, angka ini didapat dari angka Sum of Rank dibagi
jumlah sampel yang bertanda positif (N). Sedangkan Ties merupakan data
“sesudah” dan “sebelum” yang bernilai sama, yaitu sebesar 1.
77
Dalam Uji Wilcoxon, yang dipakai adalah jumlah ranking yang
paling kecil, karena itu dalam kasus ini diambil ranking yang negative,
yaitu 4,00 (sum of ranks). Maka dari angka ini didapat statistic Wilcoxon
(T) adalah 4,00.
Dengan melihat tabel Wilcoxon, untuk n (jumlah data) = 55, uji satu
sisi dan tingkat signifikansi (α) = 5%, maka didapat statistic T tabel
Wilcoxon = 571.
Dari hasil penjabaran Wilcoxon di atas , maka kesimpulan yang
didapat adalah karena T hitung < T tabel = 4,0 < 571 maka H0 ditolak,
yang berarti terdapat perubahan pendapatan peserta binaan setelah
mengikuti program pemberdayaan.
Tabel 4.2
Dasar pengambilan keputusan Uji Z
Test Statisticsb
PendapatanSetelahProgram –
PendapatanSebelumProgram
Z -6.366a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dengan membandingkan nilai Z hitung dengan Z tabel
(a) Z hitung < Z tabel, maka H0 ditolak
(b) Apabila Z hitung > Z tabel maka H0 diterima atau H1 ditolak.
Dari output terlihat nilai Z sebesar -6,366. Sedangkan hasil Z tabel
dapat dilihat pada table Z dengan α = 5%. Maka di dapat nilai Z tabel
sebesar -1,645 (tanda “-“ menyesuaikan dengan angka Z output). Maka
78
berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa : Z hitung < Z
table = -6,366 < -1,645 maka H0 ditolak.
Dengan Menggunakan Angka Signifikansi
(a) Jika angka signifkansi > 0,05 maka H0 diterima
(b) Jika angka signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Hasil yang didapat dari table menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig
(2-tailed) untuk uji dua sisi adalah 0,000. Oleh karena nilai Asymp.Sig < α
= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan uji T, uji Z dan uji signifikansi maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa program pendidikan Rumah Gemilang Indonesia
memang mempunyai efek yang nyata dan berpengaruh terhadap perubahan
kondisi ekonomi peserta binaan.
2. Analisa Dampak Program Terhadap Kondisi Ibadah dan Sosial
Peserta Binaan Program Rumah Gemilang Indonesia
Selain memiliki dampak secara ekonomi yang sudah dipaparkan
pada bagian sebelumnya, program yang dijalankan juga memiliki dampak
terhadap aktivitas ibadah dan sosial para peserta RGI. Hal ini terlihat pada
grafik di bawah ini.
79
Grafik 4.6.
Reponden Berdasarkan Kondisi Ibadah Wajib Sebelum
dan Setelah Mengikuti Program RGI
(Sumber : data diolah, 2015)
Pada grafik di atas tedapat dua grafik dengan warna yang berbeda.
Warna biru menunjukkan kondisi ibadah wajib peserta sebelum mengikuti
program sedangkan grafik warna merah menunjukkan kondisi ibadah
wajib peserta setelah mengikuti program. Sebelum mengikuti program,
kondisi ibadah wajib peserta yang ada pada kondisi buruk berjumlah 3
orang, biasa saja 47 orang dan kondisi baik 5 orang. Setelah mengikuti
program Rumah Gemilang Indonesia terjadi perbaikan terhadap kondisi
ibadah wajib peserta. Hal ini dapat dilihat di grafik berwana merah. 43
reponden menyatakan ibadah wajib mereka ada pada kondisi baik lalu 9
orang berada pada kondisi sangat baik. Sedangkan 3 reponden menyatakan
80
2
9
42
4
00 0
16
35
6
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Sangatburuk
Buruk Biasasaja
Baik Sangatbaik
Kondisi ibadah sunnahsebelum mengikuti
program
Kondisi ibadah sunnahsetelah mengikuti
program
bahwa kondisi ibadah mereka biasa saja (tidak ada perubahan) meski
sudah mengikuti program.
Grafik 4.7.
Responden Berdasarkan Kondisi Ibadah Sunnah Sebelum dan Setelah
Mengikuti Program
Selain ibadah wajib, pada grafik ini menunjukkan kondisi ibadah
sunnah peserta RGI sebelum dan sesudah mengikuti program RGI. Grafik
berwarna biru menunjukkan kondisi ibadah sunnah peserta sebelum
mengikuti program yakni 42 orang pada kondisi biasa saja ibadah
sunnahnya, 4 orang pada kondisi baik, 9 orang pada kondisi buruk dan 2
orang pada kondisi sangat buruk. Lalu setelah mengikuti program RGI,
terjadi perubahan yang dapat dilihat pada grafik berwarna merah yaitu 35
orang berada pada kondisi baik ibadah sunnahnya, 6 orang sangat baik dan
16 orang yang biasa saja.
Signifikansi perubahan kondisi ibadah wajib dan sunnah peserta
merupakan salah satu dari keberhasilan program dari RGI yang bernama
SCC ( Spiritual Care Community). SCC adalah pendampingan khusus
81
spiritual kepada seluruh peserta oleh instruktur pendamping. Materi ini
merupakan salah satu menu utama yang harus diikuti oleh semua peserta
diklat. Adapun waktunya dilakukan secara rutin setiap pagi sebelum
memasuki kelas dimana para peserta mengawalinya dengan shalat dhuha,
pembacaan surah al-Waqiah bersama, kajian al-Qur’an dan hadits,
motivasi dan capacity building.
Grafik 4.8
Responden Berdasarkan Kondisi Sosial di Lingkungan
Tempat Tinggal Setelah Mengikuti Program
(Sumber : data diolah, 2015)
Hasil survey terhadap 55 responden, 41 orang atau 75% menyatakan
bahwa terjadi peningkatan kualitas hubungan sosial peserta dilingkungan
tempat tinggal setelah mengikuti program RGI. Lalu 5 orang menyatakan
biasa saja dan sisanya 9 orang menyatakan sangat baik.
82
Grafik 4.9.
Responden Berdasarkan Kondisi Sosial di Lingkungan Kerja
Setelah Mengikuti Program
0% 0% 5%
75%
20%
Kondisi sosial di lingkungan kerja
Sangat buruk
Buruk
Biasa saja
(Sumber : data diolah, 2015)
Selain itu juga penelitian ini mencari tahu kondisi hubungan sosial
peserta di lingkungan kerja setelah mengikuti program RGI. Yang mana
hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 41 responden (75%)
menyatakan baik. Lalu 11 responden (20%) menyatakan sangat baik dan 3
responden menyatakan biasa saja (tidak terjadi perubahan).
Dari kedua tabel di atas mengenai perubahan kondisi sosial peserta
di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja dapat ditarik
kesimpulan bahwa lebih dari 90% peserta menyatakan positif adanya
perubahan yang lebih baik mengenai kondisi sosial mereka setelah
mengikuti program Rumah Gemilang Indonesia. Hal ini disebabkan
karena selain materi khusus, materi materi yang diberikan oleh RGI
bersifat membangun kapasitas diri dengan dilandaskan pada Al-Qur’an
dan Hadits, sesuai dengan misi Rumah Gemilang Indonesia yaitu
membentuk sumber daya insani yang kreatif, poduktif, mandiri dan
berakhlaq mulia.
83
Dilihat dari output yang dihasilkan dari program pemberdayaan
Rumah Gemilang Indonesia dalam pengaruhnya terhadap perubahan
peningkatan kondisi ekonomi, sosial agama siswa binaannya maka dapat
dikatakan program ini cukup efektif. Adapun jika dilihat dari
kelembagaannya itu sendiri selama penulis melakukan observasi, dengan
menggunakan indikator-indikator efektivitas maka :
Indikator Efektivitas
Penjelasan
Efektiv
Ya Tidak
Berhasil
Guna
Kesesuaian target
dengan deadline
Berakhirnya kurikulum pelatihan sesuai deadline
yang telah ditetapkan.
v
kesesuaian pekerjaan
responden dengan
keterampilan yang
diajarkan
Sebanyak 32 dari 55 responden bekerja sesuai
keterampilan yang diajarkan.
v
Pengaruh
kondisi
Ekonomi Sebanyak 53 responden mengalami peningkatan
pendapatan setelah mengikuti program.
v
Sosial Sebanyak 90% responden merasakan dampak
positif terhadap kehidupa sosial mereka.
v
Agama Sebanyak 85% responden merasakan
peningkatan pada kualitas ibadah wajib dan 67%
responden merasakan peningkatan ritual ibadah
sunnah.
v
84
Ekonomis Kesesuain dana
dengan biaya
operasional
Selama kegiatan berlangsung tidak ada gaji
karyawan yang telat dibayarkan maupun utang
utang kepada pihak lain.
v
Pembagian
Kerja
Kesesuaian tenaga
kerja dengan beban
kerja
Ada dua divisi utama dan 4 sub divisi yang
masing masing dihandle oleh orang yang
berpengalaman dibidangnya. Selain itu untuk
satu studi keterampilan mempunyai dua
instruktur sehingga total instruktur ada 12 orang.
v
Rasionalitas Kesesuaian wewenang
dengan tanggung
jawab
Tidak ada pembebanan beban kerja kepada divisi
lain yang bukan merupakan tanggung jawabnya.
v
Prosedur
kerja praktis
Ketaatan terhadap
SOP
Setiap jobdesk sudah ada SOP-nya sehingga
sistem kerja berjalan dengan lancar.
V
Demikianlah penjelasan mengenai model program pemberdayaan
Rumah Gemilang Indonesia dan efektivitasnya terhadap peningkatan
pendapatan, spiritual dan kondisi sosial peserta binaan pada bab ini. Pada
bab selanjutnya akan dipaparkan kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan penulis, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Program pemberdayaan Rumah Gemilang Indonesia menggunakan
sebuah model pemberdayaan pendidikan keterampilan short course
(kursus singkat) dengan mengadopsi platform pesantren. Adapun
program studi yang ada yaitu program studi menjahit dan tata busana,
pogram studi teknik computer dan jaringan, program studi fotografi dan
videografi, program studi desain grafis, program studi aplikasi
perkantoran dan program studi otomotif.
2. Program pemberdayaan Rumah Gemilang Indonesia dianggap efektif
dalam meningkatkan pendapatan peserta binaan. Hal ini didasarkan
pada hasil pengukuran dengan uji statistic Wilcoxon yang menujukkan
tingkat signifikansi lebih kecil dari α 5%, yang artinya program ini
mempunyai efek yang nyata dalam meningkatkan pendapatan peserta
binaan. Selain berdampak pada kondisi ekonomi, program Rumah
Gemilang Indonesia juga membawa dampak positif secara spiritual dan
kehidupan sosial para peserta.
86
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang telah penulis paparkan,
kiranya penulis dapat menyampaikan saran atas pelaksanaan program Rumah
Gemilang Indonesia sebagai perbaikan kedepannya, yaitu :
1. Rumah Gemilang Indonesia hendaknya memperluas lagi kawasan-
kawasan yang akan diberikan program pemberdayaan, agar mampu
menjangkau seluruh Indonesia dan tidak hanya terbatas di Jabodetabek
saja. Jika pun untuk saat ini belum bisa melakukan ekspansi maka
setidaknya jumlah kuota untuk calon peserta di tiap unit pelatihannya
ditambah agar semakin banyak dhuafa usia produktif yang bisa
merasakan dampak dari program ini.
2. Bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki
program CSR (Corporate Social Responsibility) untuk lebih
memperbanyak modal yang nantinya akan digunakan untuk
memperluas program pemberdayaan di daerah-daerah tertinggal.
3. Rumah Gemilang Indonesia hendaknya menambah jumlah afiliasi
dengan perusahaan – perusahaan yang mampu menampung
keterampilan dan kreativitas peserta ketika mereka wisuda. Sehingga
ketika para peserta diwisuda mereka sudah siap untuk mengaplikasikan
ilmu yang mereka dapat. Juga dari pihak manajemen perusahaan afiliasi
turut serta memberikan evaluasi kepada para peserta yang bekerja di
sana agar menjadi evaluasi juga bagi pihak RGI untuk upgrade
kurikulum pelatihan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta :
FISIP UI Pers, 2004.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pembangunan dan Intervensi Komunitas.
Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-Pemikiran dalam Kesejahteaan Sosial. Seri II.
Jakarta : Penerbit Fakultas Ekonomi UI 2002.
Al-AzharPeduli. “ Profile Al-Azhar Peduli Ummat”, artikel diakses pada Jumat,
11 April 2014 pada pukul 16.10 WIB dari http:
//www.alazharpeduli.com/web/multiProfile.php?id=1.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rhineka Cipta,2010.
Bahri, Efri S. Pemberdayaan Masyarakat : Konsep dan Aplikasi. Jakarta : FAM
Publishing,2005.
BPS. “Data Kemisikinan” , artikel diakses pada Kamis, 10 April 2014 pukul 20.16
WIB dari www.bps.go.id/65tahun/datastrategis2012.
Chambers, Robert. Pembangunan Desa : Mulai dari Belakang. Jakarta : LP3ES,
1988.
DEDIKBUD. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka, 1999.
Diana. Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogya : Gajah Mada University
Press, 1991.
Djawanto. Statistik Non Parametrik. Yogyakarta : BPFE, 2003.
Esrom, Aritonang dkk. Pendampingan Komunitas Pedesaan. Jakarta : Sekretariat
Bina Desa, 2001.
Hani, T Handoko. Manajemen Edisi Ke-2. Yogyakarta : BPFE, 1998.
Harahap, Syhahrin. Islam : Konsep dan Implementasi Pemberdayaan. Yogyakarta
: Tiara Wacana Yogya : 1999.
Machendra, Nanich, dkk. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung :
Rosdakarya, 2001.
Margono. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2004.
88
Sanusi, Ahmad. Agama di Tengah Kemiskinan. Jakarta : Logos, 1999.
Shadily, Hassan. Ensiklopedia Indonesia, Vol.2. Jakarta : PT. Ikhtiar Baru Van
Houve, 1999.
Silalahi, Ulber. Asas-Asas Manajemen. Yogyakarta : Adhitama, 2010.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES,
1989
Stephen P. Obis,et.al. Management. Jakarta : Prenhallindo,1999.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta,
2008.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekejaan Sosial. Bandung : PT.
Refika Aditama, 2003.
Sujadi, O&M. Penunjang Keberhasilan Prossmanagement. Jakarta: CV
Masagung,1990.
Syamsudin. Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam Dalam Dakwah
Islam. Bandung : KP.HADID 1999.
Wibowo, Adik. Memampukan Wanita Agar Menggunakan Hak Produksi. Jakarta
: Obor dan Harian Kompas, 1997.
Wojowasito,S, dkk. Kamus Lengkap (Inggris- Indonesia, Indonesia-Inggris).
Bandung : HASTA ,1980.
Worldbank, “Poverty”, artikel diakses pada Kamis,10 April 2014 pukul 20.00
WIB dari http: // data.worldbank.org/topic/poverty.
WAWANCARA
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Ahidin , Sawangan, 29 April 2015.
89
LAMPIRAN
Ranks
N Mean Rank Sum of
Ranks
PendapatanSetelahProgram
–
PendapatanSebelumProgra
m
Negative Ranks 1a 4.00 4.00
Positive Ranks 53b 27.94
1481.0
0
Ties 1c
Total 55
90
TRANSKRIP WAWANCARA
Berikut transkrip hasil wawancara dengan manajemen RGI Bapak Ahmad Ahidin.
Apa latar belakang dibentuknya program RGI
Pertamanya adalah al azhar peduli umat mempunyai program bantuan biaya
pendidikan untuk SD, beberapa anak SD kita biayai. Biayanya satu anak jutaan
tapi ternyata mereka gak kelar. Ketika lulus SD itu mereka minta (beasiswa) SMP,
karena lulusan SD kan mereka gak bisa ngapa-ngapain. SMP kita kasih bantuan
lag, kita biayai lagi, puluhan juta pernaknya untuk tiga tahun itu. Ada bimbingan
bimbel, buku. Udah lulus SMP, mereka minta lanjuut lagi SMA. SMA kita
biayain, satu anak belasan juta untuk tiga tahun. Belasan juta itu untuk bukunya,
bajunya , bimbelnya, pokoknya mereka kita bikin nyaman cuman inggal belajar
saja. Udah lulus SMA ternyata mereka tidak bisa kerja juga, inginnya kuliah. Lalu
kita bikin lagi bantuan sekitar belasan juta, bantuan untuk satu mahasiswa.
Bahkan ada untuk satu mahasiswan sampai dua puluh juta untuk 4 tahun. Setelah
lulus mereka juga bingung lagi, susah nyari kerja. Akhirnya bingunglah kita
ngabis ngabisin uang nih kalau begini, bantu orang tapi habis-habiskan uang dan
gak jadi-jadi. Lalu kebetulan ada orang yang inign mewakafkan tanah untuk
asrama yatim. Kita gak mau buat asrama yatim maunya kita buat pusat
pemberdayaan. Jadi sekarang kami sudah tidak memandang lagi ini anak lulusan
SD, SMP yang pnting mereka mempunyai keterampilan, mempunyai keahlian.
Kalau sudah punya keterampilan kan sudah lebih mudah cari kerja. Sekarang
terbukti, lulusan RGI ini saingannya dengan S1, ada yang di MNC TV, Koran top
91
skors itu yang design anak RGI, Daqu TV itu kameramennya anak RGI semua,
Net TV juga ada dua orang yang mana gajinya ada sampai lima juta. Selain itu
ada yang jadi entrepreneur, berbisnis, jualan bakso, ada yang jual jasa design
undangan, macam-macam.
Keterampilan apa saja yang diajakarkan RGI ?
Ada enam keterampilan, otomotif, aplikasi perkantoran, teknik computer jaringan,
design grafis, fotogravi dan videografi dan terakhir tata busana. Sebelumnya juga
kami sudah survey. Kan kalau dilihat, keterampilan yang dijarkan RGI ini sifatnya
yang mudah laku di pasaran. Contohnya tata busana ya. Anak kalau sudah tata
busana kalaupun mereka tidak kerja di butik, tapi rata-rata alumni kita kerja di
butik. Itu kalau mereka tidak kerja di butik kan mereka bisa buka sendiri. Jadi gak
ada kata nganggur, gak ada alasan untuk nganggur. Dan pakaian itu setiap orang
butuh kan makaya kita adakan disini kelas tata busana. Sekarang design grafis.
Katakanlah tujuannya mereka ingin bekerja di sebuah perusahaan tapi kalau
mereka tidak kterima atau masih tahap menunggu panggilan kan mereka bisa
entrepreneur sendiri. Mereka bisa kerja sama sama sekolah, bikin kartu osis, buku
kenangan dll. Sekarang lembaga mana sih yang gak butuh brosur, spanduk dan
alat advertising lainnya. Jadi mustahil jika anak RGI, ia pintar namun
menganggur. Mau daftar ke sekolah, sekolah butuh. Mau daftar ke pemerinttahan,
pemerintahan butuh. Mau daftar ke perusahaan, perusahaan butuh. Sekarang
otomotif, berapa juta perhari motor di jual di Jakarta ini, kan mustahil itu motor
gak ada yang rusak sedangkan pertumbuhan bengkel dengan pengeluaran motor
92
gak seimbang maka opportunitynya masih banyak. Lalu teknik computer jaringan,
sekarang hampir di stiap rumah ada computer, seluruh gedung pasti ada computer
masa iya dari sebanyak itu gak ada yang rusak. Semua orang butuh internet masa
iya gak ada orang yang butuh install jaringan. Fotografi sekarang, kebanyakan
mereka kerja di stasiun TV, jadi cameramen, video editor dll. Meskipun mentok
nih, ada berapa orang yang nikahan di sabtu minggu yang butuh foto editing.
Itulah jurusan yang kami sediakan di RGI.
Bagaimana konsep pemberdayaan yang dilakukan oleh RGI ?
Kita itu konsepnya program pengentasan pengangguran melalui pelatihan
keterampilan yang tadi. Kita itu simple ya, bagaimana yang tadinya nganggur,
tidak punya keahlian, tidak sekolah lalu kita didik sehingga mereka punya
keahlian. Lalu setelah mempunyai keahlian, mereka bisa bekera atau ber-
enterpreneur.
Lalu apa ada follow up yang dilakukan oleh RGI setelah siswa binaan
wisuda?
Ada, yang pertama kita ada magang. Kita tawarkan alumni kita ini ke perusahaan-
perusahaan kalau perusahaan itu tidak btuh karyawan maka kedua kita ada
komunitas namanya IARGI (Ikatan Alumni Rumah Gemilang Indonesia). Di situ
informasi lowongan di share di sana.
Apa RGI menjalin kerjasama dengan perusahan-perusahaan ?
Iya, kita kerja sama dengan perusahaan-perusahaan. Ini aja ada yang butuh 20
orang dari alumni RGI. Ya cuman gitu, tidak semua anak RGI ini bisa masuk.
93
Sama seperti belajar dikelas-kelas kan, ada anak yang pintar dan ada juga anak
yang biasa biasa saja.
Apa ada Kendala yang ditemukan ?
Sejauh ini tidak ada kendala.
Selain memperoleh keterampilan, apa saja yang RGI fasilitasi kepada murid
binaan ?
Ada kemampuan menulis kreatif, Kemudian spiritual keagamaan, spiritual care
community namanya. Kita inikan tujuannya selain memberikan keterampilan juga
tapi juga memberikan pemahaman agama jadi minimal anak ini bisa memimpin
doa di perusahaan. Selain itu juga mereka tinggal di asrama, handphone
dikumpulkan.
Dari mana sumber dana kegiatan RGI ?
Sumber dana dari LAZ AL-Azhar Peduli Ummat dan CSR perusahaan yang
digarap oleh Al-Azhar Peduli Ummat karena ini merupakan program zakat.
94
Pedoman Wawancara
Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dhuafa dalam Program Rumah
Gemilang Indonesia (Studi pada LAZ AL-Azhar Peduli Ummat)
Assalammualaikum Wr.Wb
Saudara/I almni RGI yang terhormat
Saya mahasiswa jurusan perbankan syariah UIN Syarif Hidayatullah. Dalam hal
ini saya sedang mengadakan penelitian tugas akhir yang berjudul “ Efektivitas
pemberdayaan yang dilakukan oleh Rumah Gemilang Indonesia terhadap kondisi
ekonomi, social dan agama siswa binaan. Kuisioner ini berhubungan dengan
kondisi Anda sebelum dan sesudah mengikuti program RGI. Hasil dari kuisioner
ini bukan untuk dipublikasikan melainkan untuk penelitian semata.
Atas bantuan, kesediaan waktu dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
A. Indormasi Individual
B. Ekonomi
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa pekerjaan Anda
sebelum mengikuti
program RGI
2 Sudah berapa lama Anda
menekuni pekerjaan
tersebut
3 Berapa rata-rata
pendapatan perbulan Anda
dari pekerjaan tersebut
4 Berapa rata-rata
pendapatan perbulan Anda
setelah mengikuti program
No Pertanyaan Jawaban
Nama (Boleh tidak dijawab)
Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
Umur
Pendidikan terakhir
Status Pernikahan 1. Belum pernah menikah
2. Menikah
3. Cerai (janda/duda)
Pekerjaan
95
RGI
5 Apakah pekerjaan Anda
yang sekarang sesuai
dengan pelatihan
keterampilan yang anda
ambil di RGI (jika 1, lanjut
ke nomor 6.)
A. Ya
B. Tidak
5a. Mengapa pekerjaan anda
yang sekarang tidak sesuai
dengan pelatihan
keterampilan yang anda
ambil di RGI
A. Jauh dari tempat tinggal
B. Pendapatan yang lebih
tinggi
C. Lainnya, …………..
6 Aset apa saja yang anda
miliki setelah mengikuti
program RGI
A. Handphone
B. Kendaraan
C. Rumah
D. Lainnya, …………………..
7 Berapa rata-rata ZIS
(Zakat, Infak, Sedekah)
yang anda keluarkan
perbulannya dari pekerjaan
anda sebelum mengikuti
program RGI
A. Rp 0 – 10.000
B. Rp 10.000 – 50.000
C. Rp 50.000 – 100.000
D. Rp ≥ 100.000
8 Berapa rata-rata ZIS
(Zakat, Infak, Sedekah)
yang anda keluarkan
perbulannya dari pekerjaan
anda yang sekarang setelah
mengikuti program RGI
A. Rp 0 – 10.000
B. Rp 10.000 – 50.000
C. Rp 50.000 – 100.000
D. Rp ≥ 100.000
C. Sosial Keagamaan
No Pertanyaan Jawaban
Bagaimana kondisi ibadah
wajib Anda sebelum
mengikuti program RGI
A. Sangat Buruk
B. Buruk
C. Biasa saja
D. Baik
E. Sangat baik
Bagaimana kondisi ibadah
wajib Anda setelah
mengikuti program RGI
A. Sangat Buruk
B. Buruk
C. Biasa saja
D. Baik
E. Sangat baik
Bagaimana kondisi ibadah
sunnah Anda sebelum
mengikuti program RGI
A. Sangat Buruk
B. Buruk
C. Biasa saja
D. Baik
96
E. Sangat baik
Bagaimana kondisi ibadah
sunnah Anda sebelum
mengikuti program RGI
A. Sangat Buruk
B. Buruk
C. Biasa saja
D. Baik
E. Sangat baik
Anda merasa ada perubahan
kearah yang lebih baik
setelah mengikuti program
RGI
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak setuju
E. Sangat tidak setuju
Apakah Anda mengikuti
organisasi di dalam maupun
di luar lingkungan tempat
tinggal anda ? Kalau iya,
sebutkan organisasinya dan
jabatan anda di organisasi
tersebut
Bagaimana kondisi
hubungan social Anda di
organisasi tersebut sesudah
mengikuti program RGI
A. Sangat Buruk
B. Buruk
C. Biasa saja
D. Baik
E. Sangat baik
Bagaimana kondisi
hubungan social Anda di
lingkungan tempat tinggal
anda sesudah mengikuti
program RGI
A. Sangat Buruk
B. Buruk
C. Biasa saja
D. Baik
E. Sangat baik
Bagaimana kondisi
hubungan social Anda di
lingkungan kerja sesudah
mengikuti program RGI
A. Sangat Buruk
B. Buruk
C. Biasa saja
D. Baik
E. Sangat baik
97
98
99