efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan...
TRANSCRIPT
1
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF DALAM PENCAIRAN
TUNGGAKAN PAJAK PADA KPP PASAR MINGGU
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
PITNAWATI
NIM: 204082002365
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM. Rahmawati, S. E., MM.
NIP: 130 676 334 NIP: 150 377 441
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
2
Hari ini Rabu Tanggal dua puluh Sembilan Bulan April Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Pitnawati:104082002780 dengan Judul Skripsi
“EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF, DAM PENCAIRAN
TUNGGAKAN PAJAK”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat unruk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatulllah Jakarta.
Jakarta,29 April 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs. Abdul Hamid Cebba. Ak., MBA Yesi Fitri, SE., AK., M.Si
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.
Penguji Ahli,
3
Hari ini Senin Tanggal dua puluh Dua Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Sekripsi atas nama Pitnawati:104082002780 dengan Judul Skripsi “EFEKTIVITAS
PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF, DAM PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat unruk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulllah Jakarta.
Jakarta,22 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
DR. Yahya Hamja, MM Rahmawati, SE,MM
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.
Penguji Ahli,
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Pitnawati
Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 14 Juli 1986
Alamat : KP. Lemahduhur, RT/RW 03/06 Kel/Ds Sukajembar, Kecamatan
Sukanagara, Kabupaten Cianjur, 43264.
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Nama Orang Tua
Ayah : M. Mahpudin
Ibu : Zubaedah
Motto Hidup : Hidup adalah perjuangan tanpa henti untuk meraih prestasi
dijalan Illahi.
Pendidikan:
1. SD Negeri III Sukajembar 1992/1998.
2. SMP Negeri II Sukanagara 1998/2001.
3. MAK Miftahul Huda Sukabumi 2001/2004.
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akuntansi Tahun
2004/2009.
Pengalaman Organisasi:
1. Divisi Kerohanian BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta, Tahun
2004/2006
2. Divisi Kerohanian BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta, Tahun
2006/2007
3. Anggota,Komite Mahasiswa Anti Kekerasan (KOMPAK)
4. Anggota, Porum Persatuan Olahraga Mahasiswa (PORSA)
5
ABSTRAK The purpose of the research is to analyze effeetiveness laf luence recovery Aktif interior
liquidity unpaid tax and see pactor the influence liquidity arrears tax service office
pratama, north pasar minggu.
This research used qualitative descriptive metodwith “Importance and performance
analiysis”. It’s analized the level of performance and importance that world be resulting
the kartesius diagram data about the factor liquidity unpaid tax the data resulted by sprea
ding questioner toward tax employee, of tax service office prtama, north pasar minggu.
The result of questioner shows that the answer with level of appropriateness between
performance and importance is 97,74% tax revenues is very high. It means that revenue
tax in tax service office pratam pasarminggu. Offective because it appropriate with tax
service office pratam, pasar minggu. Lafluence recovery aktif tax show that 87%modern
tax which offer to tax payer effective.
Keyword: Recovery Aktif, Liqudity Unpaid tax.
6
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam
pencairan tunggakan pajak dan mengetahui faktor yang mempengaruhi pencairan tunggakan
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar minggu Jakarta Selatan. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan “Importance and performance analysis” yaitu
analisis tingkat kepentingan dan kinerja, yang akan menghasilkan data dalam diagram kartesius
tentang faktor yang mempengaruhi Pencairan Tunggakan Pajak. Data diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner terhadap 50 Pegawai Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Pasar minggu Jakarta selatan.
Hasil kuesioner menunjukan jawaban dengan tingkat kesesuaian antara kinerja dengan
kepentingan sebesar 97.74% penerimaan pajak sangat tinggi. Hal ini berarti penerimaan pajak
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar minggu Jakarta Selatan. Pelaksanaan
Penagihan Aktif telah berjalan dengan baik yaitu sebesar 87% responden telah menyatakan telah
efektif.
Kata Kunci: Penagihan Aktif, Pencairan Tunggakan Pajak.
7
KATA PENGANTAR
Subhanallah, walham dulillah, wa laillahaillahu Allahu Akbar.
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT. Kepada-nya kita memohon
pertolongan dan pengampunan. Kepada-nya kita berlindung dari kejahatan diri kita dan
keburukan perilaku kita. Kepada-nya pula kita wajib bersyukur atas rahmat dan karunianya,
semoga kita senantiasa mendapatkan hidayah-nya, sehingga kita tertolong orang-orang yang
berada pada jalan yang benar.
Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya.
Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salahsatu dari banyaknya nikmat
yang telah Allah SWT berikan. Skripsi ini di susun dalam rangka melengkapi tugas dan
memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana Ekonomi jengjang pendidikan Strata satu program
studi Akuntansi pada fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran, materi, hingga penulis skripsi ini
dapat terselesaikan. Oleh karma itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepad:
1. Orangtua tercinta. Makasih, limpah kasih _arma_, motivasi moril dan materilnya,
jerihpayahnya untuk kelangsungan studi penulis, cucuran air matanya yang menjadi
penyejuk hati penulis untuk senantiasa bangkit berjuang dalam belajar. Dan yang
terpenting adalah do”anya. Semoga alunan doa dan jerih payah itu menjadi saksi bahwa
emah dan bapa telah berjuang membingbing dan melaksanakan amanah dari Allah SWT.
Makasi atas warisan Ilmu yang tak ternilai oleh apapun, dan motivasinya selama penulis
8
menyelesaikan studi di UIN. Semoga lelah dan letih dengan bercucuran keringat
memperoleh Rizki demi keberlangsungan studi penulis. Semoga Allah SWT. Mencatat
pengorbanan itu sebagai ibadah dan penembus dosa.
2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku Dosen pembingbing 1 yang telah memberikan
kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak masukan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Rahmawati SE., MM, selaku dosen pembimbing II terima kasih atas segala motovasi
dan perbaikan demi kelancaran skripsi ini semoga ilmu yang telah ibu berikan menjadi
ilmu yang bermanfaat.
4. Bapak Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
5. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA selaku ketu jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
6. Bapak Amilin SE., AK., M. Si selaku sekertaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan segenap
Ilmunya.
8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9. Sahabat-sahabat terbaiku angkatan 2004 Akuntansi B dan A yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
10. Kantor pelayanan pajak pratama Jakarta pasar minggu terutama kepada Drs, Musindra
wijaya. Yang telah memberikan kesempatan untuk menyebarkan kuesoner.
9
11. Aa tercinta (Arif). Tak terasa separuh waktu dari perjalanan penulis menyelesaikan studi,
aa dengan setia ada disamping pennulis, baik suka maupun duka. Kehadiran aa menjadi
bukti betapa Allah SWT. Sangat menyayangi penulis. Aa menjadi sarana motivator terbesar
dari Allah SWT sehingga penulis bangkit untuk menyelesaikan studi. Makasi hari-harinya
dari detik, menit, jam, hari, minggu, bahkan berbulan-bula, aa telah membuka senyum di
hati penulis untuk senantiasa tegar dan kuat dalam menghadapi hidup. Kasih sayang aa
telah mengisi kekosongan hati. Afwan jiddan…..ya…..aa jika dihadapan Allah SWT. Tidak
bisa membalas kebaikan yang telah aa berikan. Hanya doa yang bisa penulis panjatkan
kepada Allah SWT. Yang maha besar, maha melihat, maha mendengar, dan maha
berkuasa. Semoga waktu, tenaga, pikiran, serta alunan roda motornya, menjadi saksi bahwa
aa telah membantu penulis dan semoga Allah SWT. Mencatat semua pengorbanan itu
sebagai amal sholeh dan menjadikannya sebagai ibadah yang di lakukan semata-mata karna
Allah SWT. Amiien…..
Meskipun peneliti telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk
menyempurnakan skripsi ini, namun peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karna itu, saran dan keritik untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, peneliti ingin mempersembahkan
skripsi ini bagi semua pihak yang menaruh perhatian di Indonesia dengan harapan akan
bermanfaat bagi kita semua Amin.
Jakarta, Juli 2009
Pitnawati
10
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBINGBING SKRIPSI .................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI…. ................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. iv
ABSTRACT.......................................................................................................... v
ABSTRAK............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar belakang penelitian......................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 5 A. Efektivitas................................................................................ 5
1. Pengertian Efektivitas.................................................... 5
B. Pengertian Pajak.. ..................................................................... 5
C. Pengertian Utang Pajak ............................................................ 6
D. Pengertian Tunggakan .............................................................. 6
E. Pengertian Penagihan Pajak, Penagihan Aktif dan
Penagihan Pasif ........................................................................ 6
F. Pengertian pejabat .................................................................... 7
G. Pengertian Juru Sita Pajak......................................................... 8
H. Pengertian Wajib Pajak ............................................................ 8
I. Pengertian Penanggung Pajak .................................................. 9
J. Dasar Hukum Penagihan pajak .................................................10
K. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak ............................10
L. Daluwarsa Penagihan Pajak ....................................................11
M. Beberapa Aspek Penting Tindakan Penagihan Aktif ..............12
1. Surat teguran ................................................................12
2. Surat Paksa ...................................................................13
3. Penagihan Seketika dan Sekaligus .................................14
4. Penyitaan .....................................................................15
5. Lelang...........................................................................17
N. Standar Pelaksanaan Kegiatan Penagihan Pajak .......................18
O. Penelitian Sebelumnya..............................................................19
P. Kerangka Berfikir ....................................................................22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................23
11
A. Rancangan Penelitian ...............................................................23
B. Metode Pemilihan Sampel .......................................................23
C. Metode Pengumpulan Data.......................................................23
1. Penelitian Pustaka ........................................................23
2. Penelitian Lapangan .....................................................24
D. Metode Analisis dan Pengolahan Data .....................................24
1. Metode Analisis ...........................................................24
2. Teknik Pengolahan Data Penelitian ..............................25
3. Analisis Data Hasil Penelitian ......................................26
E. Penilaian Tingkat Penerimaan Pajak ........................................31
F. Penilaian Efektivitas Modernisasi Perpajakan ..........................32
G. Variabel dan Pengukurannya ...................................................32
BAB 1V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...............................................37
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..........................................37
1. Sejarah KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu .................37
2. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi .....................................37
3. Kedudukan dan Tugas Pokok .......................................38
4. Struktur Organisas ........................................................40
5. Kegiatan .......................................................................43
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .................................................46
1. Uji Validitas ................................................................45
2. Uji Reabilitas ...............................................................49
3. Analisis Importance and Performance Scale .................49
C. Hasil Analisis ..........................................................................50
D. Diagram Kartesius ...................................................................66
E. Penilaian Tingkat Penerimaan Pajak ........................................72
F. Penilaian Efektivitas pelaksanaan penagihan aktif ...................72
BAB V PENUTUP ......................................................................................74
A. Kesimpulan…...........................................................................74
B. Implikasi...................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ………………………………………..……..22
Gambar 3.1 Diagram Kartesius……………………………………………….…30
Gambar 4.1 Stuktur Organisasi KPP Pasar Minggu……………………………..43
Gambar 4.2 Diagram Kartesius…………………………………………………..66
Gambar 4.3 Tingkat Penerimaan Pajak……………………………………..……72
Gambar 4.4 Tingkat Evektifitas Pelaksanaan Penagihan Aktif…………………..73
13
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Korelasi 26
Tabel 3.2 Pengukuran Tingkat Kinerja Pelaksanaan Penagihan Aktif 27
Tabel 3.3 Pengukuran Tingkat Kepentingan Pencairan Tunggakan Pajak 27
Tabel 3.4 Pengukuran Tingkat Kesesuaian 28
Tabel 3.5 Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak 31
Tabel 3.6 Tingkat Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif 32
Tabel 3.7 Operasional Variabel 33
Tabel 4.1 Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif 47
Tabel 4.2 Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pencairan Tunggakan Pajak 48
Tabel 4.3 Hasil Reabilitas Instrumen Efektivitas Penagiahn Aktif 49
Tabel 4.4 Hasil Reabilitas Instrumen Pencairan Tunggakan Pajak 49
Tabel 4.5 Penilaian Tingkat Kepentingan Terhadap Faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Penagihan Aktif 51
Tabel 4.6 Penilaian Tingkat Kepentingan Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Pencairan Tunggakan
Pajak 56
Tabel 4.7 Perhitungan Rata-Rata dari Penilaian Efektivitas dan Penilaian Kepentingan Pada Faktor-
Faktof yang Mempengaruhi Pelaksanaan Penagihan Aktif 61
14
DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Tingkat Kinerja Pelaksanaan Penagihan Aktif.
2. Uji Validitas dan Reabilitas Tingkat Kentingan Pencairan Tunggakan Pajak
15
BAB I
PENDAHULUAN
D. Latar belakang penelitian
Sebagai sebuah Negara yang sedang berkembang, Indonesia terus melakukan
pembangunaan diberbagai bidang. Seiring dengan gerak cepat arus globalisasi yang
terjadi dewasa ini, diperlukan pembangunaan berbagai sarana dan prasarana guna
mendukung peningkatan aktivitas perekonomian dan investasi, pengembangan
sumberdaya manusia yang handal, dan kemajuan teknologi yang kompetitif.
Dalam rangka membiayai penyelenggaraan pembangunaan nasional sebagai mana
tersebut diatas, dibutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang tidak sedikit, dengan
semakin berkurangnya peranaan penerimaan dari sektor minyak dan gas bumi, diperlukan
sumber pembiayaan lain yang secara dinamis mampu mendukung pembiayaan nasional,
baik dalam jangka pendek, maupun dalam jangka panjang. Dari waktu kewaktu
Penerimaan Negara disektor pajak dari waktu-kewaktu menujukan peranaan yang
semakin dominaan dalam upaya mendukung pembayaaran pembangunaan nasional.
Pajak merupakan bentuk pembayaran mandiri suatu bangsa, sehingga diperlukan
peranaan serta secara aktif setiap lapisan warga Negara dalam upaya melaksanakan
pembangunaan nasional. Berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaraan masyarakat
wajib pajak telah dilaksanakan, tetapi masi dijumpai wajib pajak yang tidak atau belum
sepenuhnya melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar dan tepat waktu.
Jumlah tunggakan pajak senantiasa bertambah dari waktu kewaktu merupakan indikator
16
utama ketidak patuhan wajib pajak. Untuk itu diperlukan suatu tindakan dari aparatur
perpajakan untuk melakukan pencairan tunggakan yang terjadi.
Tindakan yang dimakasud adalah penagihan pajak yang terdiri dari serangkaiaan
tindakasn yang dilaksanakan oleh aparatur perpajakan dalam rangka mencairkan
tunggakan pajak yang terjadi. Tindakan penagihan ini dimulai dengan penerbitan surat
teguran yang berfungsi untuk memperingatkan wajib pajak agar segera melunasi utang
pajaknya yang telah lewat jatuh tempo. Apabila pernyataan ini tidak juga diindahkan oleh
wajib pajak, pajak yang terutang ditagih dengan surat paksa dan dapat dilanjutkan
dengan tindakan penyitaan barang-barang untuk wajib pajak atau penanggung pajak.
Penagihan pajak dengan surat paksa sesuai UUD Nomor 19 tahun 1997 tentang
penagihan pajak dengan surat paksa, sebagai ujud dari penagihan Aktif dapat digunakan
sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan PBB. Hal ini dimaksudkan sebagai ujud
pengenaan sanksi secara tegas kepada penanggung pajak yang dari tahun ketahun selalu
meningkat baik jumlah nominal tunggakan maupun jumlah wajib pajak.
Apabila masyarakat dalam hal ini wajib pajak melakukan kesalahan dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya, maka direktorat jendral pajak dapat melakukan
law Enforcement yang pada peraktek awalnya dilaksanakan dengan tindakan penagihan.
Namun dalam pelaksanaannya mungkin timbul masalah-masalah yang menyebabkan
ketentuan tindakan penagihan terhambat sehingga tidak sesuai lagi dengan yang diatur,
melihat salah satu ciri pajak yang tidak memberi suatu imbalan pajak maka kemungkinan
dapat terjadi tunggakan-tunggakan pajak. Untuk menjaga agar tunggakan-tunggakan
tersebut tidak semakin bertambah besar, maka diperlukan suatu tindakan penagihan yang
efektif dan efesien guna mencairkan tunggakan pajak yang terutang, dengan demikin
17
dapat disimpulkan bahwa tindakan penagihan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini direktorat jendral pajak untuk melakukan law Enforcement
terhadap wajib pajak yang lalai untuk memenuhi semua kewajiban perpajakannya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan uraian diatas penulis
menuangkan masalah tersebut didalam bentuk skripsi dengan judul”Efektivitas
Pelaksanaan Penagihan Aktif dalam Pencairan Tunggakan Pajak
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Seberapa besar efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan
tunggakan pajak, pada kantor pelayanaan pajak pasar minggu?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak dalam
pelaksanaan penagihan aktif pada kantor pelayanaan pajak pasar minggu.
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas pelaksanaan
penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor pelayanan pajak
pasar minggu.
b. untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak
dalam pelakasanaan penagihan aktif pada kantor pelayanan pajak pasar munggu.
18
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman yang
memadai mengenai efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan
tunggakan pajak.
b. Bagi Kantor Pelayanaan Pajak Pasar Minggu, hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat berguna untuk mengetahui seberapa besar pelaksanaan penagihan aktif
terhadap pencairan tunggakan pajak.
c. Bagi Penulis, untuk memperluas wawasan berfikir dan untuk memperdalam
pengetahuan penulis, serta merupakan sarana penerapan teori yang diperoleh
dibangku kuliah khususnya perpajakan, dengan kenyataan yang ada di
masyarakat.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
Q. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Menurut (Mardiasmo,2004:132) medefinisikan efektivitas adalah:
“pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau
target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai kegiatan operasional dikatakan efektif
apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan ( Spending
wisely) Indikator efektivitas menggambarkan jangkauana akibata dan dampak
(outcome) dari keliaran (output) program dalam mencapai tujuan program semakian
besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang
ditentukan, maka semakin efevektif proses kerja suatu organisasi”.
Menurut (N. Anthony, 2004:14) mendefinisikan efektivitas:
“Efektivitas adalah hubungan antar output yang dihasilkan oleh pusat pertanggung
jawaban dengan tujuan jangka pendek (objektivitas), semakin besar output yang
dikontribusikan terhadap jangka pendek perusahaan, maka semakin efektiflah unit
tersebut “.
Dengan demikian efektivitas adalah kemampuan suatu unit kerja untuk mencapai
tujuan perusahaa.
R. Pengertian Pajak
Definisi atau pengertian pajak sangat beragam, salahsatunya adalah pengertian pajak
menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam Wirawan B ILys.dan Richard Burton.
“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif
dalam mencapai kesejahteraan umum.”
Sedangkan pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Siti Resmi,
2005: 1).”
20
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Djaja Diningrat sebagai berkut:
"Pajak adalah sebagai suatu kewajiban penyerahaan sebagian dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagian hukum, menurut peraturan yang ditetapkan
pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa tmbal balik dari Negara secara
langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. (Siti Resmi 2008:1)
S. Pengertian Utang Pajak
Sebagaimana dimaksud dalam UUD Nomor. 19 tahun 2000 tentang perubahan atas
UUD Nomor 19 tahun 1997 tentang penagihan pajak Dengan surat paksa disebutkan
bahwa:
“Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi
berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau
surat ketetapan surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan”
T. Pengertian Tunggakan
Istilah tunggakan seringkali digunakan dalam bidang perpajakan untuk
mendefinisikan jumlah utang pajak yang belum atau tidak dilunasi sampai dengan
tanggal jatuh tempo sebagai mana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak
(SKP).Sedangkan pengertian secara istilah dapat dijumpai dalam kamus besar bahasa
Indonesia, terbitan Balai pustaka tahun 20002 tunggakan didefinisikan sebagai “angsuran
(pajak) yang belum dibayar.
U. Pengertian Penagihan Pajak, Penagihan Aktif dan Penagihan Pasif.
Pengertian penagihan pajak dapat kita lihat pada pasal 1 UUD Nomor 19 tahun
2000 tentang perubahan atas UUD Nomor 19 tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan
surat paksa.
21
“penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyan deraan,
menjuwal barang yang telah disita”
Sementara itu menurut Dra. Erly Suwandy. Dalam bukunya “ILmu Hukum pajak”
Pengertian penagihan sebagai dimaksud diatas merupakan pengertian penagihan aktif.
Dalam bukunya ia membedakan penagihan menjadi 2. Kelompok: penagihan aktif dan
penagihan pasif. Pengertian penagihan pasif adalah.
“dilakukan dengan menggunakan surat tagihan pajak (STP), surat ketetapan pajak
kurang Bayar (SKPKB) surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, surat
keputusan banding yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang menjadi lebih besar.
Ditambahkannya pula bahwa tindakan penagihan aktif merupakan tindakan lanjut
dari pelaksanaan tindakan lanjut dari pelaksanaan tindakan penagihan pasif. Surat teguran
sebagi awal tindakan penagihan aktif diterbitkan apabila jumlah utang pajak yang
terutang dalam ketetapan pajak diatas tidak dilunasi sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran.
V. Pengertian pejabat
Dalam pelaksanaan penagihan pajak sering dijumpai istilah pejabat yang
dimaksud dengan pejabat disini adalah orang yang bertugas dan memiliki wewenang
tertentu dalam pelaksanaan penagihan pajak.
22
Pengertian pejabat sebagai mana dimaksud dalam pasal 1 UUD Nomor 19 tahun
2000 tentang perubahan atas UUD nomor 19 tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan
surat paksa adalah:
Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan jurusita
pajak, menerbitan surat perintah seketika dan sekaligus, surat paksa surat perintah
melaksanakan penyitaan, surat penjabutan sita, pengumuman lelang, surat penentuan
limit, pembuwatan lelang, surat perintah penyanderaan dan surat lain yang diperlukan
untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak tidak melunasi sebagai
atau seluruh utang pajak menurut UUD dan peraturan daerah.
W. Pengertian Juru Sita Pajak
Berbeda dengan pejabat. Jurusita pajak adalah pelaksanaan lapangan tindakan
penagihan pajak, UUD No. 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa
memberikan pengertian jurusita pajak sebagai berikut: juru sita pajak adalah pelaksanaan
tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus,
pemberitahuwan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.
Menurut pasal 5 ayat 1 UUD No. 19 tahun 2000. juru sita pajak bertugas:
a. Melakukan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus
b. Memberitahukan surat paksa
c. Melaksanakan penyitaan barang penanggung pajak berdasarksn surat perintah
melaksanakan penyitaan
d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan
X. Pengertian Wajib Pajak
23
Pasal 1 UUD Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan keduwa atas UUD Nomor
6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan memberikan definisi
wajib pajak sebagi berikut: “wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peratran perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
Y. Pengertian Penanggung Pajak
Pasal 1 UUD Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan tentang kedua atas UUD
Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan memberikan
definisi penanggung pajak sebagai berikut:
“penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggunga jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalan kan hak dan memenuhi kewajiban
wajib pajak menurut ketentuan peraturan per Undang-undangan perpajakan.
Berikut ini termasuk dalam katagori penanggung pajak. Kepada pihak-pihak di bawah
ini tindakan penagihan pajak dapat dilaksanakan.
a. Orang Pribadi
1) Para ahli waris, adalah hal wajib pajak telah meninggal dunia dan warisan belum
dibagi
2) Wali atau pengampu, dalam ahli waris belum dewasa
b. Badan
1) perseroan terbatas: Direksi, komisaris, pemegang saham tertentu, dan orang yang
nyata-nyata mempunyai wewenang menentukan kebijaksanaan dan atau
mengambil keputusan dalam menjalankan perseroan.
2) Bentuk usaha tetap kepala perwakilan, kepala cabang atau penanggung jawab
24
3) U ntuk badan usaha lainya seperti firma perseroan komonditer: direktur, pemilik
modal atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan serta
bertanggung jawab atas perusaan dimaksud
4) Untuk yayasan: ketua, atau orang yang melaksanakan dan mengendalikan serta
bertanggung jawab atas yayasan dimaksud
Z. Dasar Hukum Penagihan pajak
1. UUD Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan ketiga Atas UUD Nomor 6 tahun
1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
2. UUD Nomor 19 tahun 2000 tentang perubahan atas UUD Nomor 19 tahun 1997
tentang penagihan pajak dengan surat paksa
3. Keputusan Menteri keuangan No 562/KMK. 04/2000 ditetapkan tanggal 26
Desember 2000 tentang syarat-syarat tata cara pengangkatan dan pemberhentian juru
sita pajak
4. Keputusan Menteri keuangan nomor: 561/KMK. 04/2000 tentang tata cara
pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus dan pelaksanaan surat paksa
5. Keputusan Menteri keuangan nomor:147/KMK. 04/1998 sebagai mana telah diubah
dengan keputusan Mentri keuangan 21/KMK. 01/1999 tentang menunjukan pejabat
untuk penagihan pajak pusat, tata cara dan jadwal waktu pelaksanaan penagihan pajak
6. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 135 tahun 2000 tentang tata cara
penyitaan dalam rangka penagihan pajak dengan surat pak
AA. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak
25
Ketentuan mengenai jadwal waktu pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam
keputusan Menteri keuangan No: 147/KMK. 04/1998 tentang menujukan pejabaat untuk
penagihan pajak pusat, tata cara dan jadwal waktu pelaksanaan penagihan pajak.
Ketentuan ini mengenai hal yang sama juga diatur dalam surat edaran dirjen pajak No.
SE-13/ PJ.75/1998. tanggal 20-11-1998.
Secara garis besar pelaksanaan penagihan pajak diatur sebagai berikut
1) Tindakan pelaksanaan penagihan diawali dengan penerbitan surat teguran,
surat peringatan atau surat lain yang sejenis oleh pejabat atau kuasa yang ditujukan
oleh pejabat tersebut setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran
2) Surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah
disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya
3) Apabila jumlah utang pajak yang masih harus di bayar tidak dilunasi oleh
penanggung pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak di terbitkannya surat teguran
pejabat segera menerbitkan surat paksa.
4) Apabila jumlah utang pajak yang masi harus dibayar tidak dilunasi oleh
penanggung pajak setelah lewat waktu 2 kali 24 jam sejak surat paksa
diberitahukan kepadanya pejabat segera menerbitkan surat perintah
melaksanakan penyitaan.
5) Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masi harus dibayar,
tidak dilunasi oleh penanggung jawab setelah lewat waktu 14 hari sejak
tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang.
6) Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masi harus dibayar,
tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 14 hari sejak
26
tanggal pengumuman leag, pejabat segera melakukan penjuwalan
barang sitaan milik penanggung pajak melalui kantor lelang.
BB. Daluwarsa Penagihan Pajak
Sebagai mana dijelaskan diatas tindakan penagihan pajak merupakan serangkaian
tindakan yang dilaksanakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Namun demikian, hak untuk melakukan penagihan pajak ini dibatasi
sampai 10 tahun. Hal ini sesuai dengan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 22
nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan ketiga Atas UUD nomor 6 tahun 1983 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Ketentuan mengenai daluwarsa penagihan
pajak ini dimaksud kan untuk memberikan kepastian hukum kapan suatu utang pajak
tidak dapat ditagih lagi.
Namun demikian, menurut ketentuan sebagai dimaksud dalam pasal 22 ayat 2
UUD Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atsa UUD Nomor 6 tahun 1983
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, daluwarsa penagihan pajak
sebagaimana dimaksud diatas tertangguh dalam hal-hal sebagai berikut: kepada wajib
pajak diterbitkan surat teguran dan surat paksa, adanya pengakuan utang pajak dari wajib
pajak baik langsung maupun tidak langsung diterbitkan surat ketetapan pajak kurang
bayar (SKPKB) dan surata ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT). Dengan
demikian pelaksanaan penerbitan surat teguran dan surat paksa merupakan upaya piskus
dalam mencegah daluwarsa penagihan. Oleh karna itu pengawasan terhadap tunggakan
pajak mutlak diperlukan dengan tujuan untuk mengetahui utang pajak yang akan segera
daluwarsa. Dengan demikian potensi kerugian Negara dari hilangnya hak menagih utang
pajak karna daluwarsa masa penagihannya dapat dihindarkan.
27
CC. Beberapa Aspek Penting Tindakan Penagihan Aktif
6. Surat teguran
a. Surat teguran, surat peringatan atau surat lainnya sejenis adalah surat yang
diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak
untuk melunasi utang pajaknya.
b. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan apabila
penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh
tempo pembayaran.
c. Pengertian surat lain yang sejenis, meliputi surat atau bentuk lain yang fungsinya
sama dengan surat teguran atau surat peringatan dalam upaya penaguhan pajak
sebelum surat paksa diterbitkan.
d. Surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetuju
untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.
7. Surat Paksa
a. Penerbitan surat paksa
Surat paksa diterbitkan apabila:
1) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah
diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis
2) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus
3) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagai mana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak
b. Pemberitahuan Surat Paksa
28
1) Surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak dengan pernyataan dan
penyerahan salinan surat paksa kepada penanggung pajak.
2) Mengingat surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan
hukum yang sama dengan grosse akte, yaitu putusan pengadilan perdata yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka pemberitahuan kepada
penanggung pajak dilaksanakan dengan cara membacakan isi surat paksa dan
keduwa belah pihak mendatangi berita acara sebagai pernyataan bahwa surat
paksa telah diberitahukan.
8. Penagihan Seketika dan Sekaligus
Pengertian penagihan seketika dan sekaligus adalah penagihan pajak tampa
menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran terhadap seluruh utang pajak dan
semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak. Jurusita pajak melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus tampa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran berdasarkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus yang
diterbitkan oleh pejabat apabila:
a. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya atau
berniat untuk itu.
b. Penanggung pajak memindah tangankan barang yang dimiliki atau dikuwasai
dalam rangka memberhentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau
pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia.
c. Terhadap tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan
usahanya, atau penggabungan badan usahanya, atau memindah tangan kan
29
perusahaan yang dimiliki atau dikuwasainya, atau melakukan perubahan
bentuk lainya
d. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara atau
e. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan. Penyampean surat perintah penagihan
seketika dan sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh juru sita pajak
kepada penanggung pajak.
9. Penyitaan
a. Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak dilaksanakanoleh juru sita
pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan yang diterbitkan
oleh pejabat
b. Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik penanggung pajak yang berada
ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditempat lain
termasuk yang termasuk penguasanya berada ditangan pihak lain atau yang
dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu.
c. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap barang-barang milik penanggung pajak
yang dapat berupa:
1) Barang bergerak, termasuk mobil, perusaan, uang tunai dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk yang
disamakan dengan itu, obligasi saham atau surat berharga lainya, piutang
dan penyerahan modal pada perusaan lain, dan atau
2) Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
kantor tertentu
30
d. Barang yang dikecuwalikan dari penyitaan:
1) Pakean dan tempat tidur berserta perlengkapannya yang digunaka oleh
penanggung pajak dan keliwarga yang menjadi tunggakannya.
2) Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralatan memasak yang berada dirumah.
3) Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari
Negara.
4) Buku-buku yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung
pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan
keilmuan.
5) Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari
Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
6) Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya.
e. Ukuran penyitaan barang
1) Pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang
bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan
langsung terhadap barang tidak bergerak tanpa melaksanakan penyitaan
terhadap barang bergerak.
2) Dalam keadaan tertentu, misalnya juru sita pajak tidak menjumpai barang
bergerak yang dapat dijadikan obyek sita, atau barang bergerak yang
31
dijumpainya tidak mempunyai nilai, atau harganya tidak memadai jika
dibandingkan dengan utang pajaknya.
f. Penyitaan tambahan
1) Barang yang disita nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan
pajak dan utang pajak.
2) Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak.
g. Pencabutan sita
Pencabutan sita dilaksanakan apbila penanggung pajak telah melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau
putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan keputusan Menteri
atau Keputusan Kepala Daerah.
10. Lelang
a. Apabila lelang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah
dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara
lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang.
b. Sekalipun penanggung pajak telah melunasi utang pajak tetapi belum
melunasi biaya penagihan pajak, penjualan secara lelang terhadap barang yang
telah disita tetap dapat dilaksanakan.
c. Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang dilakukan wajib
pajak belum memperoleh keputusan keberatan, lelang juga tetap dapat
dilaksanakan tanpa dihadiri oleh wajib pajak.
32
d. Pejabat juru sita pajak tidak diperbolehkan untuk membeli barang sitaan yang
dilelang. Larangan ini berlaku juga terhadap isteri, keluarga sedarah dan
semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat.
e. Barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa:
1) Uang tunai dan surat-surat berharga (deposito, tabungan, saldo rekening
Koran, giro atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu, obligasi,
saham, piutang, penyertaan modal dan surat berharga lainnya.
2) Barang yang mudah rusak atau cepat busuk.
f. Pelunasan dari barang yang dijual tidak secara langsung
Apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan
pajak setelah 14 (empat belas) hari sejak penyitaan barang yang penjualannya
dikecualikan dari penjualan secara lelang,: pejabat segera menggunakan,
menjual, dan atau memindah bukukan barang sitaan untuk pelunasan biaya
penagihan pajak dan utang pajak. Yang dimaksud lelang “menggunakan” adalah
menyetor ke kas Negara atau ke kas daerah.
DD. Standar Pelaksanaan Kegiatan Penagihan Pajak
Selain pencapaian target, pencairan tunggakan pajak yang telah ditentukan pada
setiap awal tahun, keberhasilan pelaksanaan tindakan penagihan ditentukan pula oleh
seberapa besar penycapaian terhadap standar prestasi yang telah ditetapkan. Standar
prestasi ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman secara
kuwantitas, jumlah minimal pelaksanaan serangkaian tindakan penagihan yang harus
dilaksanakan, hususnya pemberitahuan surat paksa, pelaksanaan penyitaan dan
pelaksanaan lelang.
33
Standar prestasi pelaksanaan kegiatan penagihan pajak tahun 2004 sebagsi mana
dimaksud dalam surat edaran direktur jendral pajak No: SE-02/PJ.75/2004 tentang
kebijakan penagihan pajak tahun 2004 adalah sebagai berikut:
1) Penyampean surat paksa: 12 SP per juru sita per bulan SPMP
2) Penyampean SPMP: 3 SPMP per juru sita per bulan.
3) pelaksanaan lelang:1 lelang per tri wulan per tri wulan per KPP.
EE. Penelitian Sebelumnya
a. Analisis Efektivitas Modernisasi Perpajakan dalam Penerimaan Pajak Pada KPP
Bekasi Utara.
Eka Putri Rahmawati dalam skripsinya untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, malakukan penelitian
pada tahun 2008 mengenai Analisis Efektivitas Modernisasi Perpajakan dalam
Penerimaan Pajak. Penelitian dilakukan dengan metode survey, yaitu mengambil
sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.
Dari 39 responden yang menggunakan pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan
Pajak Bekasi Utara , berkesimpulan bahwa efektifitas menujukan modernisasi
perpajakan dalam penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak bekasi utara efektif.
Hasil diagram kartesius menunjukkan indikator kualitas pelayanan yang berada pada
kuadran A ada 5 faktor, Kuadran B ada 16 faktor, kuadran C ada 13 faktor, kuadran
D ada 1 faktor.
� Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objek
serta tahun penelitian, penelitian sebelumnya meneliti analisis efektivitas
modernisasi perpajakan dalam penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak
34
pratama bekasi utara. tahun 2008 sedangkan penelitian ini meneliti efektivitas
pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor
pelayanan Pajak pratama Jakarta pasar minggu selatan pada tahun 2009
b. Reformasi Perpajakan: Menuju Sistem Administrasi Perpajakan yang Menopang
Penerimaan Pajak
Penelitian Tedy Iswahyudi yang ada pada jurnal perpajakan Indonesia Vol.4
No.8, Mei 2005 hal 24-28, berkesimpulan bahwa langkah reformasi terhadap sistem
administrasi perpajakan layak disebut sebagai langkah strategis. Karena langkah ini
diharapkan mampu menjawab tuntutan perkembangan di era teknologi informasi
dalam jangka menengah dan mampu menjembatani kesenjangan antara pemenuhan
kewajiban perpajakan para Wajib Pajak dengan realisasi penerimaan pajak yang
diharapkan.
� Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
sebelumnya hanya membahas masalah sistem administrasi perpajakan untuk
menopang penerimaan pajak dalam kajian teori, sedangkan penelitian ini
mencari seberapa efektifnya Pelaksanaan penagihan aktif untuk
meningkatkan pencairan tunggakan pajak dengan menggunakan analisa
kuadran.
c. Analisis Efektivitas Kinerja Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepuasan
Wajib Pajak pada KPP Madya Jakarta Pusat
Nurliana Aisyah Dewi dalam skripsinya untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, malakukan penelitian
pada tahun 2007 mengenai kinerja pelayanan Sistem Administrasi Perpajakan
35
Modern terhadap kepuasan Wajib Pajak. Penelitian dilakukan dengan metode survey,
yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
instrumen penelitian. Dari 67 responden yang menggunakan pelayanan yang
diberikan Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat, berkesimpulan bahwa kinerja
untuk pelayanan sesuai dengan tingkat kepentingan Wajib Pajak sehingga
menimbulkan kepuasan Wajib Pajak. Hasil diagram kartesius menunjukkan indikator
kualitas pelayanan yang berada pada kuadran A ada 11 faktor, Kuadran B ada 11
faktor, kuadran C ada 4 faktor, kuadran D ada 1 faktor.
� Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objek
serta tahun penelitian, penelitian sebelumnya meneliti efektivitas kinerja
pelayanan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepuasan Wajib
Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat pada tahun 2007
sedangkan penelitian ini meneliti efektivitas pelaksanaan penagihan aktif
dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor pelayanan Pajak pratama
Jakarta pasar minggu selatan pada tahun 2009.
CC. Kerangka Berfikir
Pajak merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan negara. Untuk
mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak ini tidak mudah, dikarenakan wajib
pajak akan selalu melihat bagaimana pelayanan yang dilakukan pemerintah khususnya
kantor pajak ini dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Kinerja pelaksanaan surat paksa sangat berperan penting untuk menentukan tingkat
motivasi wajib pajak dalam mencairkan tunggakan pajak. Hal ini dapat diukur melalui
36
analisis pengaruh penagihan aktif dalam pelaksanaan surat paksa terhadap pencairan
tunggakan pajak.
Kerangka berfikir ini dapat dituangkan dalam suatu bentuk model penelitian sebagai b
Gambar 2.I Kerangka Pemikiran
KPP Pasar Minggu
Tingkat Kinerja (X)
Tingkat Kepentingan (Y)
Penagihan Aktif
Anlisis Kuadran
Efektivitas Pelaksanaan Penagihan
Aktif(Sangat Efektif, Efektif, Cukup
Efektif,Tidak Efektif
Tingkat Pencairan Tunggakan Pajk
(Sanat Tinggi, Tinggi,Cukup
Tinggi,Tidak Tinggi)
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
H. Rancangan Penelitian
Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Pasar minggu yang berlokasi di Jl. TB.Simatupang No. 39 Jakarta Selatan 12510.
Telp.: 021-78842674, 7816131-34, Fax.: 021-78842440. Untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui
efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pada kantor pelayanaan
Pajak (KPP) Pasar Minggu.
I. Metode Pemilihan Sampel
Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi (population
element),. Masalah populasi timbul terutama pada penelitian opini yang menggunakan
metode survei sebagai teknik pengumpulan data (Indriantoro,Nur dan Bambang,
2002:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pajak yang terdaftar pada
KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Penelitian Pustaka
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder.
Penelusuran data sekunder memerlukan cara agar penelitian data sekunder dapat
dilakukan lebih cepat dan efisien. Penelusuran data sekunder dilakukan dengan dua
cara yaitu penelusuran secara manual dan penelusuran dengan komputer (Indriantoro,
Nur dan Bambang, 2002: 150). Penulis memperoleh informasi yang berkaitan dengan
38
masalah yang sedang diteliti yang berasal dari buku, jurnal, internet dan perangkat lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan
a. Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Pasar minggu untuk mengadakan pengamatan dan pengambilan data
objek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian (Indriantoro, Nur dan
Bambang, 2002: 152). Penulis melakukan wawancara dengan petugas yang terkait
secara langsung. Penulis mewawancarai pegawai pajak dengan tujuan untuk
menyaring dan menggali informasi yang diperlukan dalam penelitian.
c. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan peneliti yaitu untuk mendapatkan data yang
diperlukan yang berasal dari pegawai pajak pada KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu.
D. Metode Analisis dan Pengolahan Data
1. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
kualitatif yaitu mempelajari dan menguji apakah teori yang berhubungan dengan masalah
penelitian telah diterapkan pada KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu dalam hal ini
menggunakan metode deskriptif yang menjelaskan konsep pajak, karakteristik
Pelaksanaan penagihan Aktif, dalam pencairan tunggakan Pajak.
39
2. Teknik Pengolahan Data Penelitian
Dalam melakukan pengujian pada penelitian ini. Ada beberapa tahapan yang
dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Untuk tahap awal terlebih dahulu dilakukan
pengujian instrumen penelitian yaitu angket (kuesioner) yang akan disebarkan kepada
responden. Tujuannya agar angket tersebut dapat dijadikan instrumen yang akan tepat
atau layak untuk pengukuran dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan:
a. Uji Validitas
Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat.
Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dengan kata lain instrumen tersebut dapat mengukur construct
sesuai dengan yang diharapakan oleh peneliti. Pendeketan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah construct validity yaitu untuk mengukur construct tertentu, yang
artinya apakah suatu instrumen mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan
(Indriantoro, Nur dan Bambang, 2002: 183). Pendekatan ini bertujuan menghindari
adanya judgment subyektif dari seseorang dan pernyataan yang ada di dalam
instrumen penelitian diketahui benar konsisten internal. Suatu instrumen (setiap butir
pernyataan) dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan
lebih besar atau sama dengan r kritis. Untuk menentukan r hitung didapatkan dari
perhitungan dengan rumus teknik korelasi Produck Moment dengan menggunakan
SPSS 12, dan menentukan r tabel dengan menggunakan tabel angka kritis nilai r.
b. Uji Reabilitas
Reabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat
mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Nurgiyantoro,
40
2004:339). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alpha Cronbach
karena menggunakan jenis data likert/essay. Teknik ini dapat menafsirkan korelasi
antara skala diukur dengan variabel yang ada.
Peneliti menggunakan bantuan SPSS 12 dalam menghitung Alpha Cornbach,
untuk menginterpretasikan nilai Alpha yang diperoleh, digunakan kriteria korelasi
yaitu :
Tabel.3.1.
Kriteria Korelasi
< 0,200 = Tidak ada korelasi
0,200 – 0,399 = Korelasi rendah
0,400 – 0,599 = Korelasi cukup
0,600 – 0,799 = Korelasi tinggi
0,800 – 1, 00 = Korelasi sangat tinggi
Sumber: Nurgiyantoro (2004:339)
4. Analisis Data Hasil Penelitian
Teknis pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik
deskriptif, karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Untuk mengetahui tingkat
kesesuaian antara modernisasi perpajakan dengan penerimaan pajak, dengan
menggunakan metode “importance performance analisis” berdasarkan rumus John A.
Martilla dan Jhon C. James dari Philip Kotler 1997:481 (Supranto, 2001:239-240).
Dalam hal ini digunakan skala 5 tingkat yang terdiri dari sangat baik, baik, cukup
baik, kurang baik, dan tidak baik. Kelima penilaian kinerja yang diharapkan oleh Kantor
Pelayanan Pajak diberikan bobot sebagai berikut:
41
Tabel.3.2.
Pengukuran Tingkat Kinerja Modernisasi Perpajakan Kriteria Bobot
Sangat Baik (SB) 5
Baik (B) 4
Cukup Baik (CB) 3
Kurang Baik (KB) 2
Tidak Baik (TB) 1 Sumber: Supranto (2001:239-240)
Sedangkan untuk tingkat kepentingan dari penerimaan pajak dengan bobot
sebagai berikut:
Tabel.3.3.
Pengukuran Tingkat Kepentingan Penerimaan Pajak
Kriteria Bobot
Sangat Penting (SP) 5
Penting (P) 4
Cukup Penting (CP) 3
Kurang Penting (KP) 2
Tidak Penting (TP) 1 Sumber: Supranto (2001:239-240)
Berdasarkan hasil penilaian tingkat kinerja dan hasil penilaian kepentingan, maka
akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kinerja dan
tingkat kepentingan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara.
Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja dengan skor
kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang kan menentukan urutan prioritas
peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi modernisasi perpajakan dalam
penerimaan pajak.
Dalam penelitian ini terdapat 2 buah variabel yaitu variabel X dan Y. Variabel X
merupakan tingkat kinerja Kantor Pelayanan Pajak yang menggunakan modernisasi
perpajakan, sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan penerimaan pajak.
Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesesuian menurut (Supranto,
2001:241-243):
42
Keterangan:
Tki = Tingkat modernisasi perpajakan
Xi = Skor penilaian kinerja kantor pelayanan pajak
Yi = Skor penilaian kepentingan penerimaan pajak
Untuk mengukur tingkat kesesuaian dinilai menurut persentase yang dibagi
menjadi lima tingkat sebagai berikut:
Tabel.3.4.
Pengukuran Tingkat Kesesuaian
Kriteria Bobot
Tidak Sesuai 55,00% -< 69,00%
Kurang Sesuai 70,00% - < 84,00%
Cukup Sesuai 85,00% - < 89,00%
Sesuai 90,00% - < 94,00%
Sangat Sesuai 95,00 - < 100% Sumber: Supranto (2001:241-243)
Jika digambarkan dalam suatu grafik, maka sumbu mendatar (X) akan diisi oleh
skor tingkat kinerja Kantor Pelayanan Pajak, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh
skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, maka untuk setiap faktor yang
mempengaruhi modernisasi perpajakan dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
X = Skor rata-rata tingkat kinerja
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan
n = Jumlah responden
Xi
Tki = x 100% Yi
∑Xi
X =
n
∑Yi
Y =
n
43
Dengan menggunakan diagram kartesius, yaitu suatu bangun yang dibagi oleh
atas empat bagian yang dibatasi oleh buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-
titik (X,Y) dimana X merupakan rata-rata dari skor tingkat kinerja atau modernisasi
perpajakan seluruh faktor. Y merupakan rata-rata dari skor tingkat kepentingan seluruh
faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak. Seluruhnya ada 36 faktor .
Keterangan:
K = Banyaknya atribut atau fakta yang dapat mempengaruhi tingkat penerimaan pajak
(dalam penelitian ini K= 36)
i = 1, 2, 3 ...N
Selanjutnya tingkat unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat
bagian kedalam diagram kartesius seperti pada gambar dibawah ini:
∑i = N
X = 1 Xi
K
∑i =
N
Y = 1 Yi
K
44
Gambar.3.1
Gambar diagram kartesius
Sumber: Hartono, Jurnal Kipas (Oktober 1999)
Keterangan:
1. Kuadran A, menunjukkan faktor yang dianggap mempengaruhi modernisasi
perpajakan, termasuk unsur penerimaan pajak yang dianggap sangat penting,
namun modernisasi perpajakan belum terlaksana sesuai dengan keinginan atau
harapan, sehingga mengecewakan / tidak puas.
2. Kuadran B, menunjukkan unsur modernisasi perpajakan yang telah berhasil
dilaksanakan untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan
memuaskan.
3. Kuadran C, menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi
penerimaan pajak, sehingga pelaksanaannya dianggap biasa saja. Dianggap
kurang penting dan kurang memuaskan.
Diagram Kartesius
Y (Tingkat Kepentingan)
Prioritas Utama Pertahankan prestasi
A B
Prioritas Rendah Berlebihan
C D
X ( Tingkat Kinerja)
45
4. Kuadran D, menunjukkan faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak kurang
penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi
sangat memuaskan.
5. Penilaian Tingkat Penerimaan Pajak
Tingkat pencairan tunggakan pajak dengan hasil maksimal merupakan keinginan
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu. Untuk mengetahui seberapa besar
pencairan tunggakan pajak dapat dilihat pada rumus dibawah ini:
Keterangan:
X = Jumlah rata-rata keseluruhan tingkat kinerja
Y = Jumlah rata-rata keseluruhan tingkat kepentingan
Tabel.3.5.
Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak
Kategori Persentase
Sangat Tinggi 80% - 100%
Tinggi 60% - 79%
Cukup Tinggi 40% - 59%
Tidak Tinggi <40% Sumber: Sugiyono ( 2005:2)
Tingkat penerimaan pajak %100×Υ
Χ=
∑∑
46
6. Penilaian Efektivitas Modernisasi Perpajakan
Perhitungan rata-rata digunakan untuk memperoleh tingkat efektifitas secara
keseluruhan digunakan analisis statistik rata-rata adalah nilai yang mewakili himpunan
atau sekelompok data (Supranto, 2006: 49). Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas
modernisasi perpajakan dalam penerimaan pajak dapat dilihat pada rumus di bawah ini:
Keterangan:
ai = Total skor ke-i
bi = Jumlah skor kriterium ke-i
Tabel.3.6.
Tingkat Efektivitas Modernisasi Perpajakan (%)
Kategori Persentase
Sangat Efektif 80 % – 100%
Efektif 60% -79%
Cukup Efektif 40% – 59%
Tidak Efektif < 40% Sumber: Sugiyono ( 2005:2)
G. Variabel dan Pengukurannya
Variabel penelitian adalah atribut dari sekelompok orang atau objek penelitian
yang mempunyai kriteria yang sama. Penelitian yang dilakukan penulis merupakan
penelitian deskriptif, variabel pada penelitian ini adalah efektivitas pelaksanaan
penagihan aktif dan pencairan tunggakan pajak yang dijabarkan dengan indikator pada
tabel 3.2 (Sugiyono, 2005:2
Tingkat persentase efektivitas %100xb
a
i
i=
Jumlah Skor Kriterium = Skor tertinggi x jumlah pertanyaan x
jumlah responden.
47
Tabel 3.7
Operasional Variabel
Variabel Sub variabel Indikator Sekal
Pengukuran
Evektivitas
pelaksanaan
penagihan
aktif
1. System Surat
teguran
a. Surat teguran dilayangkan pada
wajib pajak sampai tanggal jatuh
tempo
b. Pengertian surat lain yang sejenis,
meliputi surat atau bentuk lain
yang fungsinya sama dengan
surat teguran atau surat
peringatan dalam upaya
penagihan pajak sebelum surat
pakasa ditrbitkan
c. Surat teguran tidak perlu di terbitkan bila wajib pajak
menyetujui pembayaran secara
angsuran
d. Penerbitan surat paksa diterbitkan
apabila penanggung pajak tidak
melunasi utang pajak
2. Surat Paksa
c. Surat paksa diterbitkan apabila
penanggung pajak tidak bisa
melaksanakan kewajiban
olehkarna itu perlu penagihan
seketika dan sekaligus
d. Pemberi tahuan surat paksa
diterbitkan apabila penanggung
pajak tidak memenuhi ketentuan
sebagai mana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran
atau penundaan pembayaran pajak
e. Mengingat surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial
dan kedudukan hukum yang sama
dengan grosse akte, yaitu putusan
pengadilan perdata yang telah
mempunyai kekuatan hukum
tetap.
f. Pemberitahuan surat paksa kepads
penanggung pajak dilaksanakan
dengan cara membacakan isi surat
paksa dan kedua belah pihak
mendatangi berita acara sebagai pernyataan bahwa surat paksa
telah diterbitkan
3. Penagihan
seketika dan
sekaligus
a. Penagihan seketika dan sekaligus
penagihan pajak tampa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran
48
terhadap seluruh utang pajak dan
semua jenis pajak, masa pajak dan
tahun pajak
4. Penyitaan
a. Penyitaan barang milik wajib
pajak sesuai dengan peraturan
penyitaan yang diterbitkan oleh
pejabat setempat
b. Penyitaan dilaksanakan terhadap
barang milik penanggung pajak
yang berada ditempat tinggal,
tempat usaha, tempat kedudukan,
atau ditempat lain
c. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap barang-barang milik
penanggung pajak yang dapat
berupa Barang bergerak dan
barang tidak bergerak
d. Barang sitaan yang dikecualikan
dari penjualan secara lelang
berupa: pakean dan tempat tidur
berserta perlengkapannya yang
digunakan oleh penangung pajak
dan keluarga yang menjadi
tunggakannya e. Barang yang dikecualikan dari
penyitaan persediaan makanaan
dan minuman untuk keperluan
satu bulan beserta perlengkapan
memasak yang berada dirumah
f. Barang yang dikecualikan dari
penyitaan perlengkapan
penanggung pajak yang bersifat
dinas yang diperoleh dari Negara
g. Pengecualiaan barang sitaan
adalah buku, jabatan atau
pekerjaan wajib pajak. termasuk peralatan yang digunakan,
pendidikan kebudayaan dan
menuntut ilmu
h. Barang yang dikecualikan dari
penyitaan peralatan dalam
keadaan jalan yang masi
digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan atau usaha sehari-hari
dengan jumlah seluruhnya tidak
lebih dari Rp. 20.000.000.(dua
puluh juta rupiah) i. Barang yang dikecualikan dari
penyitaan peralatan penyandang
cacat yang digunakan oleh
penanggung pajak dan keluarga
yang menjadi tanggungannya
j. Ukuran penyitaan barang pada
dasarnya penyitaan dilaksanakan
dengan mendahulukan barang
49
bergerak, namun dalam keadaan
tertentu penyitaan dapat
dilaksanakan langsung terhadap
barang tidak bergerak tampa
melaksanakan penyitaan terhadap
barang bergerak k. Ukuran penyitaan dalam keadaan
tertentu, misalnya juru sita pajak
tidak menjumpai barang bergerak
yang dapat dijadikan obyek sita,
atau barang bergerak yang
dijumpainya tidak mempunyai
nilai, atau harganya tidak
memadai jika dibandingkan
dengan utang pajaknya
l. Penyitaan tambahan barang yang
telah disita tidak cukup untuk
melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak
m. Penjabutan sita dilaksanakan
apabila penanggung pajak telah
melunasi biaya penagihan pajak
dan utang pajak
5. Lelang
g. Apabila lelang pajak dan biaya
penagihan pajak tidak dilunasi
setelah dilaksanakan penyitaan,
pejabat berwenang melaksanakan
penjualan secara lelang terhadap
barang yang disita melalui kantor
lelang. h. Penjualan secara lelang yang telah
disita dari wajib pajak tetap
dilaksanakan bila belum melunasi
biaya penagihan pajak
i. Lelang tetap dapat dilaksanakan
walaupun keberatan yang
dilakukan wajib pajak belum
memperoleh keputusan keberatan,
lelang juga tetap dapat
dilaksanakan tanpa dihadiri oleh
wajib pajak. j. Pejabat juru sita pajak tidak
diperbolehkan untuk membeli
barang sitaan yang dilelang.
Larangan ini berlaku juga
terhadap isteri, keluarga sedarah
dan semenda dalam keturunan
garis lurus, serta anak angkat.
k. Barang sitaan yang dikecualikan
dari penjualan secara lelang
berupa: uang tunai dan surat-surat
berharga (deposito, tabungan,
saldo rekening Koran, giro atau bentuk lain yang dipersamakan
denga itu, obligasi, saham, pitang,
penyertaan modal dan surat
50
berharga lainnya
l. Pengecualian barang sitaan
adalah yang mudah rusak dan
cepat busuk
Pencairan Tunggakan
Pajak
a. Tarif yang ditetapkan tidak menyimpang dari penentuan pajak
yang berlaku
b. Dengan adanya penagihan aktif
kepatuhan WP semakin
meningkatkan kewajiban
pajaknya dan kesadarannya.
c. Wajib pajak sudah mengetahui
sejak awal seberapa besar wajib
pajak membayar pajak.
d. Prosedur pembayaran pajak
menjadi lebih mudah dari
sebelumnya karna mekanisme dan peraturannya.
e. Pegawai pajak mengetahui secara
pasti jumlah wajib pajak setiap
rentan waktu satu tahun.
Sumber: Sugiyono ( 2005:2)
51
BAB 1V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
G. Gambaran Umum Objek Penelitian
6. Sejarah KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu
KPP Jakarta Pasar Minggu mulai beroperasi sejak 29 Maret 1994 di bawah
Kantor Wilayah Jakarta IV yang berlokasi di Komplek Pajak Kalibata Jl. Taman
Makam Pahlawan Kalibata. Seiring deng reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak,
keberadaan KPP Jakarta Pasar Minggu saat ini dibawah Kantor Wilayah DJP Jakarta
III. Sejak 14 September 2004, KPP Jakarta Pasar Minggu menempati sebuah gedung
di JL. TB Simatupang Kav. 32 Jakarta Selatan bersama dengan KPP Jakarta
Cilandak. Setelah itu pada tanggal 09 Juni 2005 KPP Jakarta Pasar Minggu
menempati gedung baru bersama Karikpa 7 di Jl. TB Simatupang Kav. 39 Jati Padang
Poncol, Jakarta Selatan. Pada saat ini sehubungan dengan reorganisasi dilingkungan
Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
55/PMK.01/2007 tentang Tahapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern DJP di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta selain Kantor Wilayah DJP
Jakarta Pusat, pada tanggal 12 Juni 2007 KPP Jakarta Pasar Minggu menerapkan
Sistem administrasi Perpajakan Modern dan berubah nama menjadi KPP Pratama
Jakarta Pasar Minggu.
7. Kedudukan dan Tugas Pokok
KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu merupakan instansi vertikal Direktorat
Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
52
Kantor Wilayah DJP Jakarta III. Tugas pokok KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu
adalah melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan pemeriksaan
sederhana terhadap wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
dan pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Pasar
Minggu menyelenggarakan fungsi antara lain:
a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,
penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian
objek Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan
Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
d. Penyuluhan perpajakan
e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak.
f. Pelaksanaan ekstensifikasi.
g. Penatausahan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
k. Pelaksanaan intensifikasi.
l. Pelaksanaan administrasi KPP Pratama.
9. Wilayah Kerja
Wilayah kerja serta wewenang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar
Minggu meliputi sebagian wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, terdiri dari 2
53
Kecamatan yaitu Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa dan 13
Kelurahan sebagai berikut:
1. Kecamatan Pasar Minggu, terdiri dari 7 Kelurahan Yaitu:
a. Kelurahan Cilandak timur
b. Kelurahan Pejaten Timur
c. Kelurahan Pejaten Barat
d. Kelurahan Pasar Minggu
e. Kelurahan Ragunan
f. Kelurahan Jati Padang
g. Kelurahan Kebagusan
2. Kecamatan Jagakarsa, terdiri dari 6 Kelurahan yaitu:
a. Kelurahan Tanjung Barat
b. Kelurahan Lenteng Agung
c. Kelurahan Jagakarsa
d. Kelurahan Ciganjur
e. Kelurahan Cipedak
f. Kelurahan Srengseng Sawah
Struktur Organisasi
Dalam penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, terdapat perubahan yang
mendasar, diantaranya perubahan struktur organisasi di KPP Pratama Jakarta Pasar
Minggu yaitu:
3. Bagian Umum
Mempunyai tugas melakukan urusan:
a. Kepegawaian
b. Keuangan
c. Tata Usaha Rumah Tangga
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Mempunyai tugas melakukan urusan:
a. Penatausahaan
b. Pemeliharaan dan Pengawasan Data
c. Pemeliharaan Bank Data
54
d. Pengelolaan akses dan keamanan sistem komputer
e. Pelayanan dukungan teknis komputer
f. Penyiapan pencetakan dan pengiriman laporan kerja
5. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan urusan:
a. Layanan Terpadu (pelaporan surat masuk dsb)
b. Pendaftaran Wajib Pajak (WP), Objek Pajak (OP) dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (PKP)
c. Pengajuan usul penghapusan NPWP, NPPKP, dan NOP PBB
d. Perubahan identitas WP dan OP PBB
e. Perpindahan WP, Mutasi dan Balik Nama OP PBB
f. Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
6. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan:
a. Penata usahan piutang pajak
b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak
c. Penerbitan dan penyampaian surat teguran, surat paksa dan surat perintah
melakukan penyitaan
d. Pembuatan usulan pelelangan dan penghapusan piutang pajak
e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan
7. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan urusan:
a. Penyusunan rencana pemeriksaan, penerimaan dan perekaman serta penyaluran
data/alat keterangan.
b. Pengawasan pelaksanaan jadwal pemeriksaan.
c. Penerbitan dan penyaluran surat perintah melakukan pemeriksaan pajak.
8. Seksi Ekstensifikasi
Mempunyai tugas melakukan urusan:
a. Pelaksanaan penilaian individual objek pajak PBB
b. Pelaksanaan penilaian massal penyusunan ZNT dan NIR
c. Pembuatan daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB)
55
d. Pendataan dan penatusahaan hasil pendataan
e. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka intensifikasi dan ekstensifikasi
f. Pencairan data pihak ketiga
g. Penyusuna monografi perpajakan
h. Penelitian oleh pejabat fungsional penilaian PBB dalam rangka penyelesaian
keberatan atau pengurangan PBB
i. Penerbitan surat teguran pengembalian SPOP
j. Penerbitan surat penundaan pengembalian SPOP
k. Penyelesaian mutasi objek dan subjek pajak
l. Pendaftaran objek pajak baru
m. Permohonan surat keterangan NJOP
n. Pembatalan SPPT/SKP/STP
o. Penerbitan Daftar Nominatif untuk usulan
p. Tata cara penerbitan himbauan untuk ber-NPWP
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Mempunyai tugas melakukan urusan:
a. Pengawasan kepatuhan WP
b. Pemantaun proses administrasi perpajakan
c. Bimbingan atau himbauan kepada WP dan konsultasi teknis perpajakan bagi WP
d. Melakukan penerbitan, pembetulan dan penyimpangan produk-produk hukum
e. Rekonsiliasi data WP
Pada seksi ini terbagi dalam 4 wilayah berdasarkann kelurahan yaitu:
1) Waskon I, terdiri dari 2 Kelurahan :
a) Kelurahan Cilandak Timur
b) Kelurahan Ragunan
2) Waskon II, terdiri dari 4 Kelurahan :
a) Kelurahan Pasar Minggu
b) Kelurahan Jati Padang
c) Kelurahan Pejaten Barat
d) Kelurahan Pejaten Timur
3) Waskon III, terdiri dari 3 Kelurahan:
56
a) Kelurahan Kebagusan
b) Kelurahan Tanjung Barat
c) Kelurahan Lenteng Agung
4) Waskon IV, terdiri dari 4 Kelurahan
a) Kelurahan Jagakarsa
b) Kelurahan Srengseng Sawah
c) Kelurahan Ciganjur
d) Kelurahan Cipedak
Gambar. 4.1
Stuktur Organisasi KPP Pasar Minggu
10. Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya antara lain:
KEPALA KANTOR
Seksi Ekstensifikasi
Perpajakan
Seksi Pelayanan Seksi Pengawasan Dan Konsultasi
Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan
Kelompok Jabatan Fungsional
Subbagian Umum
Kantor Pelayanan Pajak
KPP PRATAMA
Seksi Pengolahan Data dan Informasi
57
No Kegiatan
1 Penataan Outlet Ruang
2 Pengadaan Komputer
3 Pemeliharaan
4 Mengusulkan Diklat
5 Melaksanakan In-House Training
6 Melaksanakan Rotasi Intern
7 Melaksanakan Administrasi Kepegawaian
8 Melaksanakan Pengelolaan Keuangan
9 Memberikan Pelayanan NPWP dan NPPKP
10 Memberikan Pelayanan Restitusi
11 Meneruskan Permohonan Keberatan
12 Menyelesaikan Permohonan Mengangsur atau Menunda
Pembayaran Pajak.
13 Menyelesaikan Seluruh Pengajuan Permohonan WP PBB
14 Menyelesaikan Seluruh Pengajuan Permohonan WP BPHTB
15 Melaksanakan Penyuluhan
16 Mengawasi SPT Masa PPh OP
17 Mengawasi SPT Masa PPh Badan
18 Mengawasi SPT Masa Potput PPh
19 Mengawasi SPT Tahunan PPH OP
20 Mengawasi SPT Tahunan PPH Badan
21 Mengawasi SPT Tahunan PPh Potput
22 Menyusun Rekapitulasi Penerimaan PPN
Pelaksanaan kegiatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya antara lain: (Lanjutan)
No Kegiatan
23 Mengawasi SPT Masa PPN
24 Mengawasi SPPT PBB
25 Menerbitkan Ketetapan PBB
26 Menyampaikan Ketetapan PBB, Penyuluhn Sosialisasi dan
Monitoring
27 Melaksanakan Konfirmasi SSB yang Masuk
28 Menyusun Rekapitulasi Penerimaan PBB
29 Menerbitkan Surat Teguran
30 Menerbitkan Surat Paksa
31 Melaksanakan Penyitaan
32 Membuat Pengumuman Lelang
33 Melaksanakan Pemeriksaan Rutin
34 Melaksanakan Pemeriksaan Tujuan Lain
35 Melaksanakan Pemeriksaan Rutin
36 Mengusulkan Penyidikan Pajak
37 Melaksanakan Penyisiran Wilayah
38 Melakukan Kerjasama dengan Instansi Lain
58
39 Melaksanakan Pemeriksaan Sederhana Pengukuhan PKP
40 Melaksanakan Pemutakhiran NIR dan ZNT
41 Melaksanakan Pemutakhiran DBKB
42 Melaksanakan Penilaian Objek PBB Non Standar
43 Melaksanakan Perekaman Data ZNT dan DBKB baru
44 Mengusulkan SK Kakanwil Tentang Klasifikasi NJOP Bumi
dan Bangunan.
45 Membuat Monografi
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
59
Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran kuesioner kepada
pegawai pajak KPP Pratama pasar minggu sebanyak 50 Responden, berdasarkan rumus
slovin yang penulis gunakan. Sebelum kuesioner disebar ke 39 Responden, peneliti
melakukan try out terhadap 10 Responden dengan memberikan 34 Pertanyaan yang
berasal dari 4 dimensi modernisasi perpajakan dan 1 dimensi pencairan tunggakan pajak.
4. Uji Validitas
Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka
korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir
pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel 0,2387 didapat dari
jumlah kasus – 2, atau 34 – 2 = 32, dengan taraf signifikan 5 %, maka r tabel 0,2387.
Suatu instrumen (setiap butir pertanyaan) dikatakan valid bila angka korelasional
yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dengan r tabel.
Berdasarkan hasil uji dimensi modernisasi perpajakan dan tingkat penerimaan
pajak yang dilihat pada tabel tingkat kinerja diperoleh data bahwa, sebanyak dua
belas pertanyaan tidak valid karena r hitung < r tabel yaitu pada pernyataan 2, 7, 8,
11, 12, 13, 22, 23, 24, 29, 30, 34. dengan r hitung-.106,224,191, 225, 200, 054, 230,
020, 085, 142, 055, 184. Sedangkan berdasarkan tabel tingkat kepentingan diperoleh
data bahwa, terdapat tujuh pernyataan yang tidak valid karena nilai r hitung < r tabel,
yaitu pada nomor 9, 13, 14, 19, 29, 30, 33, dengan r hitung < -.005, 234, 216, 227,
055, 219, 155.
Tabel.4.1.
Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif
Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel kriteria
1 0.293 0.2387 VALID
60
2 0.462 0.2387 VALID
3 0.259 0.2387 VALID
4 0.498 0.2387 VALID
5 0.275 0.2387 VALID
6 0.332 0.2387 VALID
7 0.399 0.2387 VALID
8 0.496 0.2387 VALID
9 -005 0.2387 TIDAK VALID
10 0.320 0.2387 VALID
11 0.454 0.2387 VALID
12 0.506 0.2387 VALID
13 0.234 0.2387 TIDAK VALID
14 0.216 0.2387 TIDAK VALID
15 0.238 0.2387 VALID
16 0.390 0.2387 VALID
17 0.269 0.2387 VALID
18 0.502 0.2387 VALID
19 0.227 0.2387 TIDAK VALID
20 0.352 0.2387 VALID
21 0.570 0.2387 VALID
22 0.278 0.2387 VALID
23 0.017 0.2387 VALID
24 0.282 0.2387 VALID
25 0.267 0.2387 VALID
26 0.346 0.2387 VALID
27 0.291 0.2387 VALID
28 0.264 0.2387 VALID
29 0.055 0.2387 TIDAK VALID
30 0.219 0.2387 TIDAK VALID
31 0.382 0.2387 VALID
32 0.238 0.2387 VALID
33 0.155 0.2387 TIDAK VALID
34 0.259 0.2387 VALID
61
Tabel.4.2.
Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pencairan Tunggakan Pajak
Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel kriteria
1 0.309 0.2387 VALID
2 0.106 0.2387 TIDAK VALID
3 0.270 0.2387 VALID
4 0.232 0.2387 VALID
5 0.412 0.2387 VALID
6 0.576 0.2387 VALID
7 0.224 0.2387 TIDAKVALID
8 0.356 0.2387 VALID
9 191 0.2387 TIDAK VALID
10 0.233 0.2387 VALID
11 0.225 0.2387 TIDAK VALID
12 0.200 0.2387 TIDAK VALID
13 0.054 0.2387 TIDAK VALID
14 0.498 0.2387 VALID
15 0.366 0.2387 VALID
16 0.394 0.2387 VALID
17 0.419 0.2387 VALID
18 0.365 0.2387 VALID
19 0.294 0.2387 VALID
20 0.384 0.2387 VALID
21 0.342 0.2387 VALID
22 0.230 0.2387 TIDAK VALID
23 0.-020 0.2387 TIDAK VALID
24 0.-085 0.2387 TIDAK VALID
25 0.330 0.2387 VALID
26 0.420 0.2387 VALID
27 0.420 0.2387 VALID
28 0.335 0.2387 VALID
29 0.142 0.2387 TIDAK VALID
30 0.055 0.2387 TIDAK VALID
31 0.358 0.2387 VALID
32 0.310 0.2387 VALID
33 0.337 0.2387 VALID
34 0.184 0.2387 TIDAK VALID
62
5. Uji Reabilitas
Uji reabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan
validitasnya. Pengujian reabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan tingkat
reabilitas konsistensi internal teknik yang digunakan adalah dengan mengukur
koefisiensi Cronbach’s alpha dengan bantuan program SPSS versi 12. nilai alpha
bervariasi dari 0 – 1, suatu pernyataan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha
lebih besar dari 0,6 (Yarnest 2004:68).
Tabel.4.3.
Hasil Reabilitas Instrumen Efektivitas Penagiahn Aktif
Reliability Statistics
,775 34
Cronbach's
Alpha N of Items
Tabel.4.4.
Hasil Reabilitas Instrumen Pencairan Tunggakan Pajak
Reliability Statistics
,747 34
Cronbach's
Alpha N of Items
Terlihat dari uji validitas dan reabilitas, meskipun ada pernyataan yang hasilnya
menunjukkan tidak valid, tetapi memiliki reabilitas yang cukup tinggi yaitu > 0,6,
sehingga peneliti masih tetap menggunakan pernyataan yang hasilnya menunjukkan
tidak valid dengan memperbaiki kalimat kuesioner tersebut.
6. Analisis Importance and Performance Scale
63
Dalam penelitian ini, pegawai pajak diberikan 34 pernyataan yang terdiri dari dua
dimensi yaitu: Pelaksanaan penagihan aktif dan tingkat pencairan tunggakan pajak.
Pernyataan tersebut diisi dengan 2 kolom, yang pertama kolom yang berkaitan
dengan tingkat efektivitas dan kedua berkaitan dengan tingkat kepentingan.
Setiap unsur pelaksanaan penagihan aktif dinilai berdasarkan tingkat kinerja dan
tingkat kepentingan yang diberi bobot nilai sehingga diperoleh angka yang
menggambarkan pencairan tunggakan pajak, yaitu dengan menggunakan tingkat
kesesuaian antara kedua variabel yang menjadi penentu urutan prioritas faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan penagihan aktif. Hasil dari pernyataan tersebut akan
digambarkan dalam diagram kartesius. Penulis akan menganalisis tanggapan dari 50
pegawai pajak yang menjadi responden pada KPP Pratama Bekasi Utara untuk
masing-masing dimensi pelaksanaan penagihan aktif dan pencairan tunggakan pajak.
C. Hasil Analisis
Analisis Tingkat efektivitas dan kepentingan berdasarkan hal penelitian terdapat 50
responden secara sampling, dihasilkan jawaban yang terangkum yang menujukan
perpandingan antara efektivitas menurut pegawai pajak dengan tingkat kepentingan yang
telah ditujukan oleh aparat pajak selama ini. Variable dimensi serta indikator yang aka
digunakan untuk analisis ini, nampak dalam Tabel 4-3.
Secara keseluruhan hasil kuesioner dari wajib pajak KPP pasar minggu nampak
sebagai berikut:
Tabel.4.5.
Penilaian Tingkat Kepentingan Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Penagihan
Aktif
No Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Sangat
Efektif
Efektif Cukup
Efektif
Kurang
Efektif
Tidak
Efektif
Nilai
64
Penagihan Aktif
1
Surat teguran dilayangkan pada wajib
pajak sampai tanggal
jatuh tempo
27 14 9 0 0 218
2
Pengertian surat lain
yang sejenis, meliputi
surat atau bentuk lain
yang fungsinya sama
dengan surat teguran
atau surat peringatan
dalam upaya penagihan
pajak sebelum surat
pakasa ditrbitkan
7 17 26 0 0 181
3
Surat teguran tidak
perlu di terbitkan bila wajib pajak menyetujui
pembayaran secara
angsuran
38 10 2 0 0 236
4
Penerbitan surat paksa
diterbitkan apabila
penanggung pajak tidak
melunasi utang pajak
32 12 6 0 0 226
5
Surat paksa diterbitkan
bila penanggung pajak
tidak bisa
melaksanakan
kewajiban olehkarna itu
perlu penagihan seketika dan sekaligus
34 13 3 0 0 228
6
Surat paksa diterbitkan
apabila penanggung
pajak tidak memenuhi
ketentuan sebagai mana
tercantum dalam
keputusan persetujuan
angsuran atau
penundaan pembayaran
pajak
25 16 9 0 0 216
7
Pemberitahuan Surat
paksa diterbitkan oleh
juru sita pajak dengan pernyataan dan
penyerahan salinan
surat paksa kepada
penanggung pajak
8 28 14 0 0 194
8
Pemberitahuan surat
paksa mempunyai
kekuatan eksekutorial
dan kedudukan hukum
yang sama dengan
grosse akte, yaitu
putusan pengadilan
perdata yang telah
mempunyai kekuatan
22 18 0 0 192
65
hukum tetap. 10
9 Pemberitahuan surat
paksa kepa penanggung
pajak dilaksanakan
dengan cara
membacakan isi surat
paksa dan kedua belah pihak mendatangi berita
acara sebagai
pernyataan bahwa surat
paksa telah diterbitkan
14 19 17 0 0 197
10 Penagihan seketika dan
sekaligus penagihan
pajak tampa menunggu
tanggal jatuh tempo
pembayaran terhadap
seluruh utang pajak dan
semua jenis pajak, masa
pajak dan tahun pajak
14 19 17 0 0 197
11 Penyitaan barang milik
wajib sesuai dengan peraturan penyitaan
yang diterbitkan oleh
pejabat setempat
37 11 2 0 0 235
12 Penyitaan dilaksanakan
terhadap barang milik
penanggung pajak
yang berada ditempat
tingggal, tempat
usaha,tempat
kedudukan atau
ditempat lain
37 11 2 0 0 235
13 Penyitaan dapat
dilaksanakan terhadap barang-barang milk
penanggung pajak yang
dapat berupa barang
bergerak dan barang
tidak bergerak
40 7 3 0 0 237
14 Barang sitaan yang
dikecualikan dari
penjualan secara lelang
berupa: pakean dan
tempat tidur berserta
perlengkapannya yang
digunakan oleh penangung pajak dan
keluarga yang menjadi
tunggakannya
22 17 11 0 0 211
15 Barang yang
dikecualikan dari
penyitaan persediaan
makanan dan minuman
untuk keperluan satu
bulan berserta peralatan
23 12 0 0 203
66
memasak yang berada
dirumah 15
16 Barang yang
dikecualikan dari
penyitaan perlengkapan
penanggung pajak yang
bersifat dinas yang
diperoleh dari Negara
18 17 15 0 0 203
17 Pengecualiaan barang
sitaan adalah buku,
jabatan atau pekerjaan
wajib pajak. termasuk
peralatan yang digunakan, pendidikan
kebudayaan dan
menuntut ilmu
14 21 15 0 0 199
18 Barang yang
dikecualikan dari
penyitaan peralatan
dalam keadaan jalan
yang masi digunakan
untuk melaksanakan
pekerjaan atau usaha
sehari-hari dengan
jumlah seluruhnya tidak
lebih dari Rp. 20.000.000.(dua puluh
juta rupiah)
8 26 16 0 0 192
19 Barang yang
dikecualikan dari
penyitaan peralatan
penyandang cacat yang
digunakan oleh
penanggung pajak dan
keluarga yang menjadi
tanggungannya
13
22 15 0 0 198
20 Ukuran penyitaan
barang pada dasarnya penyitaan dilaksanakan
dengan mendahulukan
barang bergerak, namun
dalam keadaan tertentu
penyitaan dapat
dilaksanakan langsung
terhadap barang tidak
bergerak tampa
melaksanakan
penyitaan terhadap
barang bergerak
29 15 6 0 0 223
21 Ukuran penyitaan
dalam keadaan tertentu, 18 13 0 0 206
67
misalnya juru sita pajak
tidak menjumpai barang
bergerak yang dapat
dijadikan obyek sita,
atau barang bergerak
yang dijumpainya tidak mempunyai nilai, atau
harganya tidak
memadai jika
dibandingkan dengan
utang pajaknya
19
22 Penyitaan tambahan
barang yang telah disita
tidak cukup untuk
melunasi biaya
penagihan pajak dan
utang pajak
40 8 2 0 0 238
23 Penjabutan sita
dilaksanakan apabila
penanggung pajak telah melunasi biaya
penagihan pajak dan
utang pajak
44 5 1 0 0 243
24 lelang pajak dan biaya
penagihan pajak tidak
dilunasi setelah
dilaksanakan penyitaan,
pejabat berwenang
melaksanakan
penjualan secara lelang
terhadap barang
yangdisita melalui kantor lelang.
39 11 0 0 0 239
25 Penjualan secara lelang
yang telah disita dari
wajib pajak tetap
dilaksanakan bila belum
melunasi biaya
penagihan pajak
33
10 7 0 0 226
26 Lelang tetap dapat
dilaksanakan walaupun
keberatan yang
dilakukan wajib pajak
belum memperoleh
keputusan keberatan, lelang juga tetap dapat
dilaksanakan tanpa
dihadiri oleh wajib
pajak.
20 21 8 1 0 218
27 Pejabat juru sita pajak
tidak diperbolehkan
untuk membeli barang
sitaan yang dilelang.
Larangan ini berlaku
juga terhadap isteri,
keluarga sedarah dan
25 18 1 0 186
68
semenda dalam
keturunan garis lurus,
serta anak angkat.
6
28 Barang sitaan yang
dikecualikan dari
penjualan secara lelang
berupa: uang tunai dan surat-surat berharga
(deposito, tabungan,
saldo rekening Koran,
giro atau bentuk lain
yang dipersamakan
denga itu, obligasi,
saham, pitang,
penyertaan modal dan
surat berharga lainnya
15 21 14 0 0 201
29 Pengecualian barang
sitaan adalah yang
mudah rusak dan cepat
busuk
24 17 9 0 0 215
30 Tarif yang ditetapkan tidak menyimpang dari
penentuan pajak yang
berlaku
34 16 0 0 0 234
31 Dengan adanya
penagihan aktif
kepatuhan WP semakin
meningkatkan
kewajiban pajaknya dan
kesadarannya.
45 5 0 0 0 245
32 Wajib pajak sudah
mengetahui sejak awal
seberapa besar wajib
pajak membayar pajak.
33 17 0 0 0 233
33 Prosedur pembayaran pajak menjadi lebih
mudah dari sebelumnya
karna mekanisme dan
peraturannya.
37 12 1 0 0 236
34 Pegawai pajak
mengetahui secara pasti
jumlah wajib pajak
setiap rentan waktu satu
tahun.
30
18 2 0 0 228
Tabel.4.6.
69
Penilaian Tingkat Kepentingan Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Pencairan Tunggakan
Pajak
No Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Penagihan Aktif
Sangat
Pentin
g
Pentin
g
Cukup
Pentin
g
Kurang
Penting
Tidak
Penting
Nilai
1
Surat teguran dilayangkan
pada wajib pajak sampai
tanggal jatuh tempo 29 19 2 0 0 277
2
Pengertian surat lain yang
sejenis, meliputi surat atau
bentuk lain yang fungsinya sama dengan surat teguran
atau surat peringatan dalam
upaya penagihan pajak
sebelum surat pakasa
ditrbitkan 11 25 14 0 0 197
3
Surat teguran tidak perlu di
terbitkan bila wajib pajak
menyetujui pembayaran
secara angsuran 36 9 5 0 0 231
4
Penerbitan surat paksa
diterbitkan apabila
penanggung pajak tidak
melunasi utang pajak 35 13 2 0 0 233
5
Surat paksa diterbitkan bila penanggung pajak tidak bisa
melaksanakan kewajiban
olehkarna itu perlu
penagihan seketika dan
sekaligus 39 9 1 1 1 236
6
Surat paksa diterbitkan
apabila penanggung pajak
tidak memenuhi ketentuan
sebagai mana tercantum
dalam keputusan
persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak 27 18 5 0 0 222
7
Pemberitahuan Surat paksa
diterbitkan oleh juru sita
pajak dengan pernyataan
dan penyerahan salinan
surat paksa kepada
penanggung pajak 16 22 12 0 0 204
8
Pemberitahuan surat paksa
mempunyai kekuatan
eksekutorial dan kedudukan
hukum yang sama dengan
grosse akte, yaitu putusan
pengadilan perdata yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 11 27 12 0 0 199
Pemberitahuan surat paksa
kepa penanggung pajak 11 30 9 0 0 202
70
9 dilaksanakan dengan cara
membacakan isi surat paksa
dan kedua belah pihak
mendatangi berita acara
sebagai pernyataan bahwa
surat paksa telah diterbitkan
10
Penagihan seketika dan sekaligus penagihan pajak
tampa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran
terhadap seluruh utang pajak
dan semua jenis pajak, masa
pajak dan tahun pajak 22 19 7 2 2 211
11
Penyitaan barang milik
wajib sesuai dengan
peraturan penyitaan yang
diterbitkan oleh pejabat
setempat 36 9 5 0 0 231
12
Penyitaan dilaksanakan
terhadap barang milik
penanggung pajak yang berada ditempat tingggal,
tempat usaha,tempat
kedudukan atau ditempat
lain 31 17 2 0 0 229
13
Penyitaan dapat
dilaksanakan terhadap
barang-barang milk
penanggung pajak yang
dapat berupa barang
bergerak dan barang tidak
bergerak 35 14 1 0 0 234
14
Barang sitaan yang
dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa: pakean
dan tempat tidur berserta
perlengkapannya yang
digunakan oleh penangung
pajak dan keluarga yang
menjadi tunggakannya 14 29 7 0 0 207
15
Barang yang dikecualikan
dari penyitaan persediaan
makanan dan minuman
untuk keperluan satu bulan
berserta peralatan memasak
yang berada dirumah 15 28 7 0 0 208
16 Barang yang dikecualikan dari penyitaan perlengkapan
penanggung pajak yang
bersifat dinas yang
diperoleh dari Negara 18 21 11 0 0 207
17
Pengecualiaan barang sitaan
adalah buku, jabatan atau
pekerjaan wajib pajak.
termasuk peralatan yang 17 22 11 0 0 206
71
digunakan, pendidikan
kebudayaan dan menuntut
ilmu
18
Barang yang dikecualikan
dari penyitaan peralatan
dalam keadaan jalan yang
masi digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
atau usaha sehari-hari
dengan jumlah seluruhnya
tidak lebih dari Rp.
20.000.000.(dua puluh juta
rupiah) 10 33 7 0 0 203
19
Barang yang dikecualikan
dari penyitaan peralatan
penyandang cacat yang
digunakan oleh penanggung
pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungannya 14 27 9 0 0 205
20
Ukuran penyitaan barang
pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan
mendahulukan barang
bergerak, namun dalam
keadaan tertentu penyitaan
dapat dilaksanakan langsung
terhadap barang tidak
bergerak tampa
melaksanakan penyitaan
terhadap barang bergerak 30 14 6 0 0 224
21
Ukuran penyitaan dalam
keadaan tertentu, misalnya
juru sita pajak tidak menjumpai barang bergerak
yang dapat dijadikan obyek
sita, atau barang bergerak
yang dijumpainya tidak
mempunyai nilai, atau
harganya tidak memadai
jika dibandingkan dengan
utang pajaknya 23 13 14 0 0 209
22
Penyitaan tambahan barang
yang telah disita tidak cukup
untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak 39 8 3 0 0 236
23
Penjabutan sita dilaksanakan
apabila penanggung pajak
telah melunasi biaya
penagihan pajak dan utang
pajak 41 8 1 0 0 240
24
lelang pajak dan biaya
penagihan pajak tidak
dilunasi setelah
dilaksanakan penyitaan, 37 12 1 0 0 236
72
pejabat berwenang
melaksanakan penjualan
secara lelang terhadap
barang yangdisita melalui
kantor lelang.
25
Penjualan secara lelang
yang telah disita dari wajib pajak tetap dilaksanakan
bila belum melunasi biaya
penagihan pajak 31 13 6 0 0 225
26
Lelang tetap dapat
dilaksanakan walaupun
keberatan yang dilakukan
wajib pajak belum
memperoleh keputusan
keberatan, lelang juga tetap
dapat dilaksanakan tanpa
dihadiri oleh wajib pajak. 25 13 12 0 0 213
27
Pejabat juru sita pajak tidak
diperbolehkan untuk
membeli barang sitaan yang dilelang. Larangan ini
berlaku juga terhadap isteri,
keluarga sedarah dan
semenda dalam keturunan
garis lurus, serta anak
angkat. 10 15 24 1 1 182
28
Barang sitaan yang
dikecualikan dari penjualan
secara lelang berupa: uang
tunai dan surat-surat
berharga (deposito,
tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lain
yang dipersamakan denga
itu, obligasi, saham, pitang,
penyertaan modal dan surat
berharga lainnya 17 26 7 0 0 210
29
Pengecualian barang sitaan
adalah yang mudah rusak
dan cepat busuk 28 17 5 0 0 240
30
Tarif yang ditetapkan tidak
menyimpang dari penentuan
pajak yang berlaku 40 19 1 0 0 239
31
Dengan adanya penagihan
aktif kepatuhan WP semakin
meningkatkan kewajiban pajaknya dan kesadarannya. 42 5 3 0 0 239
32
Wajib pajak sudah
mengetahui sejak awal
seberapa besar wajib pajak
membayar pajak. 38 9 3 0 0 235
73
33
Prosedur pembayaran pajak
menjadi lebih mudah dari
sebelumnya karna
mekanisme dan
peraturannya.
41
9
0
0
0
241
34
Pegawai pajak mengetahui secara pasti jumlah wajib
pajak setiap rentan waktu
satu tahun. 34 15 1 0 0 233
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan tingkat evektivitas menujukan pelaksanaan penagihan aktif
dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Pasar Minggu efektif yaitu sebesar 87%.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak terhadap
pelaksanaa penagihan aktif pada KPP Pasar Minggu adalah:
a. Fktor Sistem Dengan adanya penagihan aktif kepatuhan WP semakin
meningkatkan kewajiban pajaknya dan kesadarannya, responden merasa
sangat sesuai Tarif yang ditetapkan tidak menyimpang dari penentuan pajak
yang berlaku.
B. Implikasi
1. Efektivitas pelaksanaan penagihan aktif pada Kantor Pelayanan Pajak Pasar Minggu
efektif sebesar 87%. Hal ini dikarnaka Kantor Pelayanan Pajak Pasar Minggu selalu
mengevaluasi terhadap semua faktor-faktor pelaksanaan penagihan aktif secara
berkala dengan pengawasan yang baik dan pelatihan.
2. Faktor-faktor dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pasar
Minggu yang telah sesuai dengan harapan pegawai pajak:
a.
75
Tabel.4.7
Perhitungan Rata-Rata dari Penilaian Efektivitas dan Penilaian Kepentingan Pada Faktor-Faktof
yang Mempengaruhi Pelaksanaan Penagihan Aktif
N0
Faktor-Faktor yang
Meempengaruhi
Pelaksanaan Penagihan
Aktif
Penilaian
Efektifitas
Penilaian
Kepentingan
X
Y
1
Surat teguran dilayangkan pada wajib pajak sampai
tanggal jatuh tempo 218 277 2,18 2,77
2
Pengertian surat lain yang
sejenis, meliputi surat atau
bentuk lain yang fungsinya
sama dengan surat teguran
atau surat peringatan dalam
upaya penagihan pajak
sebelum surat pakasa
ditrbitkan 181 197 1,81 1,97
3
Surat teguran tidak perlu di
terbitkan bila wajib pajak
menyetujui pembayaran secara angsuran 236 231 2,36 2,31
4
Penerbitan surat paksa
diterbitkan apabila
penanggung pajak tidak
melunasi utang pajak 226 233 2,26 2,33
5
Surat paksa diterbitkan bila
penanggung pajak tidak bisa
melaksanakan kewajiban
olehkarna itu perlu
penagihan seketika dan
sekaligus 228 236 2,28 2,36
6
Surat paksa diterbitkan
apabila penanggung pajak
tidak memenuhi ketentuan sebagai mana tercantum
dalam keputusan
persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran
pajak 216 222 2,16 2,22
7
Pemberitahuan Surat paksa
diterbitkan oleh juru sita
pajak dengan pernyataan
dan penyerahan salinan
surat paksa kepada
penanggung pajak 194 204 1,94 2,04
Pemberitahuan surat paksa
76
8
mempunyai kekuatan
eksekutorial dan kedudukan
hukum yang sama dengan
grosse akte, yaitu putusan
pengadilan perdata yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
192
199
1,92
1,99
9
Pemberitahuan surat paksa
kepa penanggung pajak
dilaksanakan dengan cara
membacakan isi surat paksa
dan kedua belah pihak
mendatangi berita acara
sebagai pernyataan bahwa
surat paksa telah diterbitkan 197 202 1,97 2,02
10
Penagihan seketika dan
sekaligus penagihan pajak
tampa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran
terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa
pajak dan tahun pajak 197 211 1,97 2,11
11
Penyitaan barang milik
wajib sesuai dengan
peraturan penyitaan yang
diterbitkan oleh pejabat
setempat 235 231 2,35 2,31
12
Penyitaan dilaksanakan
terhadap barang milik
penanggung pajak yang
berada ditempat tingggal,
tempat usaha,tempat
kedudukan atau ditempat lain 235 229 2,35 2,29
13
Penyitaan dapat
dilaksanakan terhadap
barang-barang milk
penanggung pajak yang
dapat berupa barang
bergerak dan barang tidak
bergerak 237 234 2,37 2,34
14
Barang sitaan yang
dikecualikan dari penjualan
secara lelang berupa: pakean
dan tempat tidur berserta
perlengkapannya yang digunakan oleh penangung
pajak dan keluarga yang
menjadi tunggakannya 211 207 2,11 2,07
77
15
Barang yang dikecualikan
dari penyitaan persediaan
makanan dan minuman
untuk keperluan satu bulan
berserta peralatan memasak
yang berada dirumah
203
208
2,03
2,08
16
Barang yang dikecualikan
dari penyitaan perlengkapan
penanggung pajak yang
bersifat dinas yang
diperoleh dari Negara 203 207 2,03 2,07
17
Pengecualiaan barang sitaan
adalah buku, jabatan atau
pekerjaan wajib pajak.
termasuk peralatan yang digunakan, pendidikan
kebudayaan dan menuntut
ilmu 199 206 1,99 2,06
18
Barang yang dikecualikan
dari penyitaan peralatan
dalam keadaan jalan yang
masi digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan
atau usaha sehari-hari
dengan jumlah seluruhnya
tidak lebih dari Rp.
20.000.000.(dua puluh juta rupiah) 192 203 1,92 2,03
19 Barang yang dikecualikan
dari penyitaan peralatan
penyandang cacat yang
digunakan oleh penanggung
pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungannya 198 205 1,98 2,05
20
Ukuran penyitaan barang
pada dasarnya penyitaan
dilaksanakan dengan
mendahulukan barang
bergerak, namun dalam
keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung
terhadap barang tidak
bergerak tampa
melaksanakan penyitaan
terhadap barang bergerak 223 224 2,23 2,24
21
Ukuran penyitaan dalam
keadaan tertentu, misalnya
juru sita pajak tidak
menjumpai barang bergerak
yang dapat dijadikan obyek
sita, atau barang bergerak 206 209 2,06
78
yang dijumpainya tidak
mempunyai nilai, atau
harganya tidak memadai
jika dibandingkan dengan
utang pajaknya
2,09
22
Penyitaan tambahan barang
yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang
pajak 238 236 2,38 2,36
23
Penjabutan sita
dilaksanakan apabila
penanggung pajak telah
melunasi biaya penagihan
pajak dan utang pajak 243 240 2,43 2,40
24
lelang pajak dan biaya
penagihan pajak tidak
dilunasi setelah
dilaksanakan penyitaan,
pejabat berwenang
melaksanakan penjualan secara lelang terhadap
barang yangdisita melalui
kantor lelang. 239 236 2,39 2,36
25
Penjualan secara lelang
yang telah disita dari wajib
pajak tetap dilaksanakan
bila belum melunasi biaya
penagihan pajak 226 225 2,26 2,25
26
Lelang tetap dapat
dilaksanakan walaupun
keberatan yang dilakukan
wajib pajak belum
memperoleh keputusan keberatan, lelang juga tetap
dapat dilaksanakan tanpa
dihadiri oleh wajib pajak. 218 213 2,18 2,13
27
Pejabat juru sita pajak tidak
diperbolehkan untuk
membeli barang sitaan yang
dilelang. Larangan ini
berlaku juga terhadap isteri,
keluarga sedarah dan
semenda dalam keturunan
garis lurus, serta anak
angkat. 186 182 1,86 1,82
28
Barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan
secara lelang berupa: uang
tunai dan surat-surat
berharga (deposito,
tabungan, saldo rekening
Koran, giro atau bentuk lain
yang dipersamakan denga
itu, obligasi, saham, pitang, 201 210 2,01 2,10
79
penyertaan modal dan surat
berharga lainnya
29
Pengecualian barang sitaan
adalah yang mudah rusak
dan cepat busuk 215 240 2,15 2,40
30
Tarif yang ditetapkan tidak
menyimpang dari penentuan
pajak yang berlaku 234 234 2,34 2,34
31
Dengan adanya penagihan
aktif kepatuhan WP semakin
meningkatkan kewajiban
pajaknya dan kesadarannya. 245 239 2,45 2,39
32
Wajib pajak sudah
mengetahui sejak awal
seberapa besar wajib pajak
membayar pajak. 233 235 2,33 2,35
33
Prosedur pembayaran pajak
menjadi lebih mudah dari
sebelumnya karna
mekanisme dan
peraturannya. 236 241 2,36 2,41
34
Pegawai pajak mengetahui secara pasti jumlah wajib
pajak setiap rentan waktu
satu tahun. 228 233 2,28 2,33
Rata-Rata X Y 2,17 2,22
X dan Y = nilai rata-rata dari 50 Wajib Pajak responden.
Sumber: Hasil Perhitungan Kuesioner.
80
D. Diagram Kartesius
Nilai Rata-Rata yang telah diperoleh dengan perhitungan factor tersebut,
ditempatkan pada diagram kartesius secara berurutan dari nilai tertinggi samapai nilai
terendah
Gambar.4.2.
Diagram Kartesius
1.8 1,85 1.9 1.95 2 2.05 2.1 2.15 2,2 2.25
2.17
2.3 2.35 24 2.45
1.8
1.85
1.9
1.95
2
2.05
2.1
2.22
2.2
2.25
2.3
2.35
2.4
2.45
1
2.5
3
2
3
6
7
8
9
10
1113
141516
17
18
19
20
21
24
25
27
2826
29
34
A B
CD
Y
X
0
12
3022
23
24
31
33
32
5
43
13
81
Keterangan:
Berdasarkan hasil pengukuran yang terlihat pada gambar di atas, dapat terlihat jenis-jenis
pelayanan mana yang seharusnya lebuh ditingkatkan, dipertahankan, serta usaha-usaha
perbaiakan pada atribut-atribut yang benar-benar dianggap penting oleh Wajib pajak.
Pada gambar diagram kartesius di atas, terlihat bahwa letak unsure-unsur pelaksanaan
faktor-faktor atau atribut-atribut yang mempengaruhi tingkat kepuasan Wajib pajak dari
kantor pelayanan pajak Jakarta pasar minggu, terbagi menjadi empat bagian. Adapun
interprestasi dari diagram kartesius tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kuadran A.
Pada kuadran ini, keberadaan faktor-faktor atau atribut yang diteliti dianggap sangat
penting oleh Wajib pajak, karna sangat mempengaruhi tingkat kepuasan Wajib pajak.
sedangkan kinerja aparat kantor pelayanan pajak selama ini belum dapat memuaskan
Wajib pajak. Untuk itu kantor pelayanan pajak harus lebih memperioritaskan untuk
menangani faktor-faktor atau atribut yang masuk pada kuadran ini.
Adapun faktor-faktor yang masuk pada Kuadran A ini adalah:
1) Surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan,
sebagai mana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak.
2) Pengecualian barang sitaan adalah yang mudah rusak dan cepat busuk
b. Kuadran B
Pada kuadran ini, menujukan unsur pelaksanaan penagihan aktif yang telah berhasil
dilaksanakan untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan memuaskan
82
karna tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan kepentingan dan harapan KPP pasar
minggu.
Adapun faktor-faktor yang termasuk dalam kuadran B ini adalah:
1) Surat teguran dilayangkan pada wajib pajak sampai tanggal jatuh tempo
2) Surat teguran tidak perlu di terbitkan bila wajib pajak menyetujui pembayaran
secara angsuran.
3) Penerbitan surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang
pajak.
4) Surat paksa diterbitkan bila penanggung pajak tidak bisa melaksanakan kewajiban
olehkarna itu perlu penagihan seketika dan sekaligus.
5) Penyitaan barang milik wajib sesuai dengan peraturan penyitaan yang diterbitkan
oleh pejabat setempat.
6) Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap barang milk penanggung pajak yang berada
ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain.
7) Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap barang-barang milk penanggung pajak yang
dapat berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak
8) kuran penyitaan barang pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan
mendahulukan barang bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat
dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak tampa melaksanakan
penyitaan terhadap barang bergerak.
9) Penyitaan tambahan barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak.
83
10) Penjabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak.
11) Lelang apabila pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah
dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang
terhadap barang yangdisita melalui kantor lelang.
12) Penjualan secara lelang yang telah disita dari wajib pajak tetap dilaksanakan bila
belum melunasi biaya penagihan pajak.
13) Tarif yang ditetapkan tidak menyimpang dari penentuan pajak yang berlaku
14) Dengan adanya penagihan aktif kepatuhan WP semakin meningkatkan kewajiban
pajaknya dan kesadarannya.
15) Wajib pajak sudah mengetahui sejak awal seberapa besar wajib pajak membayar
pajak.
16) Prosedur pembayaran pajak menjadi lebih mudah dari sebelumnya karna
mekanisme dan peraturannya.
17) Pegawai pajak mengetahui secara pasti jumlah wajib pajak setiap rentan waktu satu
tahun.
c. Kuadran C
Menunjukkan faktor yang kurang penting dan tidak terlalu mempengaruhi penerimaan
pajak, sehingga pelaksanaannya dianggap biasa saja.
Adapun Faktor-faktor yang termasuk pada kuadran C ini adalah:
1) Pengertian surat lain yang sejenis, meliputi surat atau bentuk lain yang
fungsinya sama dengan surat teguran atau surat peringatan dalam upaya
penagihan pajak sebelum surat pakasa ditrbitkan.
84
2) Pemberitahuan Surat paksa diterbitkan oleh juru sita pajak dengan pernyataan
dan penyerahan salinan surat paksa kepada penanggung pajak.
3) Pemberitahuan surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan
hukum yang sama dengan grosse akte, yaitu putusan pengadilan perdata yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
4) Pemberitahuan surat paksa kepa penanggung pajak dilaksanakan dengan cara
membacakan isi surat paksa dan kedua belah pihak mendatangi berita acara
sebagai pernyataan bahwa surat paksa telah diterbitkan.
5) Penagihan seketika dan sekaligus penagihan pajak tampa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak,
masa pajak dan tahun pajak.
6) Barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa: pakean
dan tempat tidur berserta perlengkapannya yang digunakan oleh penangung
pajak dan keluarga yang menjadi tunggakannya.
7) Barang yang dikecualikan dari penyitaan persediaan makanan dan minuman
untuk keperluan satu bulan berserta peralatan memasak yang berada dirumah.
8) Barang yang dikecualikan dari penyitaan perlengkapan penanggung pajak yang
bersifat dinas yang diperoleh dari Negara.
9) Pengecualiaan barang sitaan adalah buku, jabatan atau pekerjaan wajib pajak.
termasuk peralatan yang digunakan, pendidikan kebudayaan dan menuntut ilmu.
10) Barang yang dikecualikan dari penyitaan peralatan dalam keadaan jalan yang
masi digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan
jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000.(dua puluh juta rupiah).
85
11) Barang yang dikecualikan dari penyitaan peralatan penyandang cacat yang
digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
12) Ukuran penyitaan dalam keadaan tertentu, misalnya juru sita pajak tidak
menjumpai barang bergerak yang dapat dijadikan obyek sita, atau barang
bergerak yang dijumpainya tidak mempunyai nilai, atau harganya tidak
memadai jika dibandingkan dengan utang pajaknya.
13) Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang dilakukan wajib
pajak belum memperoleh keputusan keberatan, lelang juga tetap dapat
dilaksanakan tanpa dihadiri oleh wajib pajak.
14) Barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa: uang tunai
dan surat-surat berharga (deposito, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau
bentuk lain yang dipersamakan denga itu, obligasi, saham, pitang, penyertaan
modal dan surat berharga lainnya.
d. Kuadran D
Menujukan factor yang mempengaruhi Pelaksanaan penagihan aktif kurang penting dan
tidak mempengaruhi penerimaan pajak, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan, factor ini
dianggap kurang penting, hal ini dapat menyebabkan
inefisiensi dan pemborosan. Adapun faktor/indikator yang masuk pada Kuadran D ini
adalah:
1) Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang dilakukan wajib pajak
belum memperoleh keputusan keberatan, lelang juga tetap dapat dilaksanakan tanpa
dihadiri oleh wajib pajak.
86
E. Penilaian Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak
Adapun hasil perhitungan Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak, adalah:
Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak %10022.2
17.2x=
= 97.74 %
Hal ini berarti, tingkat pencairan tunggakan pajak adalah sebesar 97.74 %. Jika
disesuaikan dengan kriteria tingkat pencairan tunggakan pajak berada pada kuadran I
(lihat gambar 4.3).
Gambar.4.3.
Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak
F. Penilaian Efektivitas pelaksanaan penagihan aktif
Adapun hasil perhitungan efektivitas pelaksanaan penagihan aktif, adalah:
Jumlah skor kriterium = 5 x 34 x 50
= 8.500
Tingkat persentase efektivitas %1008500
7369x=
= 87 %
Hal ini berarti, tingkat efektivitas pelaksanaan penagihan aktif adalah sebesar
87% . Jika disesuaikan dengan kriteria efektivitas modernisasi perpajakan berada pada
kuadran II (lihat gambar 4.5).
Sangat Tinggi Tinggi 80 % – 100% 60% -79%
Cukup Tinggi Kurang Tinggi 40% – 59% < 40%
87
Gambar.4.4.
Tingkat Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif
Berdasarkan Penelitian gambar di atas dapat dijelaskan bahwa yang berpengaruh
adalah Surat Paksa, dengan adanya surat paksa kepatuhan wajib pajak semakin besar dalam
membayar pajak, itu bisa diketahui dari hasil nilai persentase tingkat pencairan tunggakan
pajak sebesar 97.74 % dan hasil nilai persentase dari penagihan aktif sebesar 87 % yang
menunjukkan bahwa penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak di KPP Pasar
Minggu dengan menggunakan surat paksa sangat efektif. Hal ini berarti Pelaksanaan
Penagihan Aktif telah berjalan dengan baik. Sehingga untuk pelaksanaan penagihan aktif
dalam pencairan tunggakan pajak harus lebih ditingkatkan dan dipertahankan apa yang
sudah dilaksanakan, agar WP mejadi sadar kewajiban membayar pajak dengan tepat waktu.
Sangat Efektif Efektif 80 % – 100% 60% -79%
Cukup Efektif Kurang Efektif 40% – 59% < 40%
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan tingkat evektivitas menujukan pelaksanaan penagihan aktif
dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Pasar Minggu efektif yaitu sebesar 87%.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak terhadap
pelaksanaa penagihan aktif pada KPP Pasar Minggu adalah:
a. Faktor system surat teguran: Dengan surat teguran yang tidak perlu di
terbitkan bila wajib pajak menyetujui pembayaran secara angsuran 100%
dari responden merasa sangat sesuai. Sedangkan dengan surat teguran
dilayangkan pada wajib pajak sampai tanggal jatuh tempo, 78,7%
responden merasa sesuai.
b. Faktor system surat paksa: Sebesar 97,2% dari responden merasa sangat
sesuai dengan surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak
memenuhi ketentuan sebagai mana tercantum dalam keputusan persetujuan
angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Sedangkan dengan
pemberitahuan surat paksa diterbitkan oleh juru sita pajak dengan
pernyataan dan penyerahaan salinan surat paksa kepada penanggung pajak,
95,1% responden merasa sesuai.
89
c. Faktor penagihan seketika dan sekaligus: Dengan penagihan seketika dan
sekaligus penagihan pajak tampa menunggu tanggal jatuh tempo
B. Implikasi
1. Efektivitas pelaksanaan penagihan aktif pada Kantor Pelayanan Pajak Pasar Minggu
efektif sebesar 87%. Hal ini dikarnaka Kantor Pelayanan Pajak Pasar Minggu selalu
mengevaluasi terhadap semua faktor-faktor pelaksanaan penagihan aktif secara
berkala dengan pengawasan yang baik dan pelatihan.
2. Faktor-faktor dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pasar
Minggu yang telah sesuai dengan harapan pegawai pajak:
a.
90
DAFTAR PUSTAKA
Burton, Richard. “Memahami Masalah Penagihan Pajak” Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume
1, Nomor 1, Agustua 2001:20-24.
Diningrat, S.I., Djaja. " Perpajakan Teori dan Kasus." Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Ghozali, Imam. “ Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS ”, Badan Penerbitan
universitas Dipenogoro, 2001.
Gunandi, Djoned M. “Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.” Jakarta: Pusdiklat Perpajakan
Departemen Keuangan Ri, 2002.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulis Skripsi.” Fakultas Ekonomi dan ILmu sosial. 2007.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
ILyas, B wirawan. dan Burton Richard. “Hukum Pajak.” Jakarta: Salemba Empat, 2004.
Iswahyudi, Tedi “Seputar Penagihan dan Pembayaran Utang Pajak.” Jurnal Pepajakan
Indonesia, Volume 5, Nomor 3, Oktober 2005: 12-18.
Mardiasmo, “Akuntansi Sektor Publik.” Andi Publisher, yogyakarta, 2004.
N. Antony, Rober dan Vijay Govindarajan. “Sistem Pengendalian Manajemen”. Salemba Empat,
Jakarta, 2002.
Nurgiyantoro, Burhan. “Statistik Terapan” Gajah Mada University Press”. Yogyakarta, 2004.
Siti Resmi, “Perpajakan Teori dan Kasus.” Salemba Empat (PT. Salemba Empat Patria), Jakarta,
2003.
Suwandy, Erly, “Ilmu Hukum Pajak”. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Empat. 2002.
Supranto, J. “Pengukuran Tingkat kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa
Pasar”. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2001.
Sugiono. “Metodologi Penelitian Bisnis” . CV Alfabeta, Bandung, 2005.
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Jakarta: Direktorat Jendral Pajak, 2000
Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Jakarta: Direktorat Jendral Pajak, 2000
91
UUD Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas UUD Nomor 19 Tahun 1997
UUD Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas UUD Nomor 6 Tahun 1983
Wawancara Pribadi dengan Drs. Musindra Wijaya. Pasar minggu Tanggal 10 Maret 2009.
92
93
Uji validitas dan Reabilitas Tingkat Kinerja Pelaksanaan Penagihan Aktif
Reliability
Case Processing Summary
50 100,0
0 ,0
50 100,0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,775 34
Cronbach's
Alpha N of Items
94
Item Statistics
4,54 ,579 50
3,94 ,712 50
4,62 ,667 50
4,66 ,557 50
4,72 ,607 50
4,44 ,675 50
4,08 ,752 50
3,98 ,685 50
4,04 ,638 50
4,22 ,840 50
4,62 ,667 50
4,58 ,575 50
4,68 ,513 50
4,14 ,639 50
4,16 ,650 50
4,14 ,756 50
4,12 ,746 50
4,06 ,586 50
4,10 ,678 50
4,48 ,707 50
4,18 ,850 50
4,72 ,573 50
4,78 ,465 50
4,72 ,497 50
4,50 ,707 50
4,26 ,828 50
3,68 ,819 50
4,20 ,670 50
4,46 ,676 50
4,78 ,465 50
4,78 ,545 50
4,70 ,580 50
4,82 ,388 50
4,66 ,519 50
TE1
TE2
TE3
TE4
TE5
TE6
TE7
TE8
TE9
TE10
TE11
TE12
TE13
TE14
TE15
TE16
TE17
TE18
TE19
TE20
TE21
TE22
TE23
TE24
TE25
TE26
TE27
TE28
TE29
TE30
TE31
TE32
TE33
TE34
Mean Std. Deviation N
95
Item-Total Statistics
145,02 55,693 ,257 ,771
145,62 53,342 ,423 ,762
144,94 55,649 ,217 ,772
144,90 54,092 ,470 ,762
144,84 55,729 ,237 ,771
145,12 54,883 ,291 ,769
145,48 53,765 ,356 ,766
145,58 53,187 ,460 ,761
145,52 58,296 -,046 ,783
145,34 54,229 ,268 ,771
144,94 53,731 ,417 ,763
144,98 53,898 ,477 ,762
144,88 56,434 ,202 ,773
145,42 56,167 ,175 ,774
145,40 55,918 ,196 ,773
145,42 53,840 ,346 ,766
145,44 55,231 ,222 ,773
145,50 53,847 ,472 ,762
145,46 55,927 ,184 ,774
145,08 54,524 ,309 ,768
145,38 51,098 ,529 ,755
144,84 55,851 ,242 ,771
144,78 58,134 -,014 ,779
144,84 56,137 ,251 ,771
145,06 55,404 ,223 ,772
145,30 53,969 ,295 ,769
145,88 54,679 ,239 ,772
145,36 55,582 ,222 ,772
145,10 57,684 ,011 ,782
144,78 56,706 ,190 ,773
144,78 55,114 ,351 ,767
144,86 56,164 ,201 ,773
144,74 57,339 ,130 ,775
144,90 56,214 ,227 ,772
TE1
TE2
TE3
TE4
TE5
TE6
TE7
TE8
TE9
TE10
TE11
TE12
TE13
TE14
TE15
TE16
TE17
TE18
TE19
TE20
TE21
TE22
TE23
TE24
TE25
TE26
TE27
TE28
TE29
TE30
TE31
TE32
TE33
TE34
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Scale Statistics
149,56 58,251 7,632 34
Mean Variance Std. Deviation N of Items
96
Uji Validitas dan Reabilitas Tingkat Kepentingan
Pencairan Tunggakan Pajak
Reliability
Case Processing Summary
50 100,0
0 ,0
50 100,0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,775 34
Cronbach's
Alpha N of Items
97
Item Statistics
4,54 ,579 50
3,94 ,712 50
4,62 ,667 50
4,66 ,557 50
4,72 ,607 50
4,44 ,675 50
4,08 ,752 50
3,98 ,685 50
4,04 ,638 50
4,22 ,840 50
4,62 ,667 50
4,58 ,575 50
4,68 ,513 50
4,14 ,639 50
4,16 ,650 50
4,14 ,756 50
4,12 ,746 50
4,06 ,586 50
4,10 ,678 50
4,48 ,707 50
4,18 ,850 50
4,72 ,573 50
4,78 ,465 50
4,72 ,497 50
4,50 ,707 50
4,26 ,828 50
3,68 ,819 50
4,20 ,670 50
4,46 ,676 50
4,78 ,465 50
4,78 ,545 50
4,70 ,580 50
4,82 ,388 50
4,66 ,519 50
TE1
TE2
TE3
TE4
TE5
TE6
TE7
TE8
TE9
TE10
TE11
TE12
TE13
TE14
TE15
TE16
TE17
TE18
TE19
TE20
TE21
TE22
TE23
TE24
TE25
TE26
TE27
TE28
TE29
TE30
TE31
TE32
TE33
TE34
Mean Std. Deviation N
98
Item-Total Statistics
145,02 55,693 ,257 ,771
145,62 53,342 ,423 ,762
144,94 55,649 ,217 ,772
144,90 54,092 ,470 ,762
144,84 55,729 ,237 ,771
145,12 54,883 ,291 ,769
145,48 53,765 ,356 ,766
145,58 53,187 ,460 ,761
145,52 58,296 -,046 ,783
145,34 54,229 ,268 ,771
144,94 53,731 ,417 ,763
144,98 53,898 ,477 ,762
144,88 56,434 ,202 ,773
145,42 56,167 ,175 ,774
145,40 55,918 ,196 ,773
145,42 53,840 ,346 ,766
145,44 55,231 ,222 ,773
145,50 53,847 ,472 ,762
145,46 55,927 ,184 ,774
145,08 54,524 ,309 ,768
145,38 51,098 ,529 ,755
144,84 55,851 ,242 ,771
144,78 58,134 -,014 ,779
144,84 56,137 ,251 ,771
145,06 55,404 ,223 ,772
145,30 53,969 ,295 ,769
145,88 54,679 ,239 ,772
145,36 55,582 ,222 ,772
145,10 57,684 ,011 ,782
144,78 56,706 ,190 ,773
144,78 55,114 ,351 ,767
144,86 56,164 ,201 ,773
144,74 57,339 ,130 ,775
144,90 56,214 ,227 ,772
TE1
TE2
TE3
TE4
TE5
TE6
TE7
TE8
TE9
TE10
TE11
TE12
TE13
TE14
TE15
TE16
TE17
TE18
TE19
TE20
TE21
TE22
TE23
TE24
TE25
TE26
TE27
TE28
TE29
TE30
TE31
TE32
TE33
TE34
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Scale Statistics
149,56 58,251 7,632 34
Mean Variance Std. Deviation N of Items
99
Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Penagihan Aktif Dengan Kepentingan
Pencairan Tunggakan Pajak Tabel.4.5
Penilaian Tingkat Kesesuan Terhdapap Faktoe-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Penagihan Aktif
N0
Pernyataan
Tingkat
Kinerja
(X)
Tingkat
Kepentingan
(Y)
Tingkat
Kesesuanan
1
Surat teguran dilayangkan
pada wajib pajak sampai
tanggal jatuh tempo 2,18 2,77 78.7%
2
Pengertian surat lain yang
sejenis, meliputi surat atau
bentuk lain yang fungsinya
sama dengan surat teguran atau surat peringatan dalam
upaya penagihan pajak
sebelum surat pakasa
ditrbitkan 1,81 1,97 91.8%
3
Surat teguran tidak perlu di
terbitkan bila wajib pajak
menyetujui pembayaran
secara angsuran 2,36 2,31 100%
4
Penerbitan surat paksa
diterbitkan apabila
penanggung pajak tidak
melunasi utang pajak 2,26 2,33 96.9%
5
Surat paksa diterbitkan bila
penanggung pajak tidak bisa melaksanakan kewajiban
olehkarna itu perlu
penagihan seketika dan
sekaligus 2,28 2,36 96.6%
6
Surat paksa diterbitkan
apabila penanggung pajak
tidak memenuhi ketentuan
sebagai mana tercantum
dalam keputusan
persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran 2,16 2,22 97.2%
100
pajak
7
Pemberitahuan Surat paksa diterbitkan oleh juru sita
pajak dengan pernyataan
dan penyerahan salinan
surat paksa kepada
penanggung pajak
1,94 2,04 95.1%
8
Pemberitahuan surat paksa
mempunyai kekuatan
eksekutorial dan kedudukan
hukum yang sama dengan
grosse akte, yaitu putusan
pengadilan perdata yang
telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
1,92
1,99
96.4%
9
Pemberitahuan surat paksa kepa penanggung pajak
dilaksanakan dengan cara
membacakan isi surat paksa
dan kedua belah pihak
mendatangi berita acara
sebagai pernyataan bahwa
surat paksa telah diterbitkan 1,97 2,02 97.5%
10
Penagihan seketika dan
sekaligus penagihan pajak
tampa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran
terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa
pajak dan tahun pajak 1,97 2,11 93.3%
11
Penyitaan barang milik
wajib sesuai dengan
peraturan penyitaan yang
diterbitkan oleh pejabat
setempat 2,35 2,31 100%
12
Penyitaan dilaksanakan
terhadap barang milik
penanggung pajak yang
berada ditempat tingggal,
tempat usaha,tempat
kedudukan atau ditempat lain 2,35 2,29 100%
13
Penyitaan dapat
dilaksanakan terhadap
barang-barang milk
penanggung pajak yang
dapat berupa barang
bergerak dan barang tidak
bergerak 2,37 2,34 100%
14
Barang sitaan yang
dikecualikan dari penjualan
secara lelang berupa: pakean
dan tempat tidur berserta
2,11 2,07 100%
101
perlengkapannya yang
digunakan oleh penangung
pajak dan keluarga yang
menjadi tunggakannya
15
Barang yang dikecualikan
dari penyitaan persediaan
makanan dan minuman
untuk keperluan satu bulan
berserta peralatan memasak
yang berada dirumah
2,03
2,08
97.5%
16
Barang yang dikecualikan dari penyitaan perlengkapan
penanggung pajak yang
bersifat dinas yang
diperoleh dari Negara 2,03 2,07 98.1%
17
Pengecualiaan barang sitaan
adalah buku, jabatan atau
pekerjaan wajib pajak.
termasuk peralatan yang
digunakan, pendidikan
kebudayaan dan menuntut
ilmu 1,99 2,06 96.6%
18
Barang yang dikecualikan
dari penyitaan peralatan dalam keadaan jalan yang
masi digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan
atau usaha sehari-hari
dengan jumlah seluruhnya
tidak lebih dari Rp.
20.000.000.(dua puluh juta
rupiah) 1,92 2,03 94.5%
19 Barang yang dikecualikan
dari penyitaan peralatan
penyandang cacat yang
digunakan oleh penanggung
pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya 1,98 2,05 96.5%
20
Ukuran penyitaan barang
pada dasarnya penyitaan
dilaksanakan dengan
mendahulukan barang
bergerak, namun dalam
keadaan tertentu penyitaan
dapat dilaksanakan langsung
terhadap barang tidak
bergerak tampa
melaksanakan penyitaan
terhadap barang bergerak 2,23 2,24 99.5%
102
21
Ukuran penyitaan dalam
keadaan tertentu, misalnya
juru sita pajak tidak
menjumpai barang bergerak
yang dapat dijadikan obyek
sita, atau barang bergerak yang dijumpainya tidak
mempunyai nilai, atau
harganya tidak memadai
jika dibandingkan dengan
utang pajaknya
2,06
2,09
98.5%
22
Penyitaan tambahan barang
yang telah disita tidak cukup
untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang
pajak 2,38 2,36 100.%
23
Penjabutan sita
dilaksanakan apabila
penanggung pajak telah
melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak 2,43 2,40 100%
24
lelang pajak dan biaya
penagihan pajak tidak
dilunasi setelah
dilaksanakan penyitaan,
pejabat berwenang
melaksanakan penjualan
secara lelang terhadap
barang yangdisita melalui
kantor lelang. 2,39 2,36 100.%
25
Penjualan secara lelang
yang telah disita dari wajib
pajak tetap dilaksanakan bila belum melunasi biaya
penagihan pajak 2,26 2,25 100.%
26
Lelang tetap dapat
dilaksanakan walaupun
keberatan yang dilakukan
wajib pajak belum
memperoleh keputusan
keberatan, lelang juga tetap
dapat dilaksanakan tanpa
dihadiri oleh wajib pajak. 2,18 2,13 100.%
27
Pejabat juru sita pajak tidak
diperbolehkan untuk
membeli barang sitaan yang dilelang. Larangan ini
berlaku juga terhadap isteri,
keluarga sedarah dan
semenda dalam keturunan
garis lurus, serta anak
angkat. 1,86 1,82 100.%
28
Barang sitaan yang
dikecualikan dari penjualan
secara lelang berupa: uang 2,01 2,10 95.7%
103
tunai dan surat-surat
berharga (deposito,
tabungan, saldo rekening
Koran, giro atau bentuk lain
yang dipersamakan denga
itu, obligasi, saham, pitang, penyertaan modal dan surat
berharga lainnya
29
Pengecualian barang sitaan
adalah yang mudah rusak
dan cepat busuk 2,15 2,40 89.5%
30
Tarif yang ditetapkan tidak
menyimpang dari penentuan
pajak yang berlaku 2,34 2,34 100%
31
Dengan adanya penagihan
aktif kepatuhan WP semakin
meningkatkan kewajiban
pajaknya dan kesadarannya. 2,45 2,39 100%
32
Wajib pajak sudah
mengetahui sejak awal
seberapa besar wajib pajak membayar pajak. 2,33 2,35 99.1%
33
Prosedur pembayaran pajak
menjadi lebih mudah dari
sebelumnya karna
mekanisme dan
peraturannya. 2,36 2,41 97.9%
34
Pegawai pajak mengetahui
secara pasti jumlah wajib
pajak setiap rentan waktu
satu tahun. 2,28 2,33 97.8%
Rata-Rata 2,17 2.22 97,75%
104