efektivitas pasal 6 ayat (1) peraturan daerah …repository.ub.ac.id/1581/1/bagian depan.pdf ·...

99
EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA TEMPAT HIBURAN DALAM PENDAFTARAN CAFE (Studi di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan dalam Ilmu Hukum Oleh : REDYANA LUTFIANIDHA NIM: 135010100111078 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2017

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA TEMPAT HIBURAN

DALAM PENDAFTARAN CAFE

(Studi di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh

Gelar Kesarjanaan dalam Ilmu Hukum

Oleh :

REDYANA LUTFIANIDHA

NIM: 135010100111078

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2017

Page 2: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

i

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH

KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2014

TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA TEMPAT HIBURAN

DALAM PENDAFTARAN CAFE

Identitas Penulis :

Nama : Redyana Lutfianidha

NIM : 135010100111078

Konsentrasi : Hukum Administrasi Negara

JangkaWaktu Penelitian : 5 (lima) Bulan

Disetujui Pada Tanggal :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Agus Yulianto, SH.MH Herlin Wijayati, SH.MH.

NIP. 19590717 198601 1 001 NIP. 19601020 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Lutfi Effendi, SH.M.Hum.

NIP. 19600810 198601 1 002

Page 3: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

ii

HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH KABUPATEN

BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA

TEMPAT HIBURAN DALAM PENDAFTARAN CAFÉ

Oleh:

Redyana Lutfianidha

135010100111078

Skripsi ini telah disahkan pada tanggal :

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

Agus Yulianto, SH.,MH Herlin Wijayati, SH.,MH

NIP. 19590717 198601 1 001 NIP. 19601020 198601 2 001

Ketua Bagian Dekan

Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Lutfi Effendi, SH.,M.Hum Dr. Rachmad Safa’at, SH.,M.Si

NIP. 19600810 198601 1 002 NIP. 19620805 198802 1 001

Page 4: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar Nabi

Muhammad saw, yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada kita yang tiada tara hingga

penukis dapat sampai pada tahp ini, khususnya dengan selesainya skripsi ini yang berjudul,

“EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH KABUPATEN

BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA

TEMPAT HIBURAN DALAM PENDAFTARAN CAFE.” Penulisan skripsi ini sebagai salah

satu persyaratan penulis untuk memperoleh gelar sarjana hukum.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mngucapkan terimakasih kepada para pihak yang

telah memberikan semangat, motivasi dan bantuan hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena

tanpa mereka skripsi ini tidak akan dapat terwujud seperti saat ini. Terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Allah SWT, kerena telah memberikan rahmat dan berkahnya sampai saat ini

2. Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, M.S selaku Rektor Universitas Brawijaya

3. Dr. Rachmad Syafaat, S.H.,M.Si selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

4. Lutfi Efendi, S.H.,M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

5. Agus Yulianto, S.H.,M.H selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan banyak

waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis dengan kesabaran

selama penulisan skripsi

6. Herlin Wijayati, S.H.,M.H selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

menyempatkan waktu dan tenaganya untuk penulis dalam menyusun skripsi ini dan dalam

memberikan bimbingan berupa masukan, kritik, dan saran secara mendalam dan penuh

dengan kesabaran

7. Seluruh dosen pengajar Fakultas hukum universitas Brawijaya dan staff Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya

8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Dwi Haryono dan Ibu Kuswahyuni yang telah memberikan

kasih sayang, nasehat, dukungan, motivasi dan materi bagi penulis selaku anaknya, yang

Page 5: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

iv

setia memanjatkan doa-doa terbaiknya disetiap waktu agar anaknya selalu diberikan

kemudahan, kelancaran dan kekuatan oleh Allah SWT

9. Aldila Lutfianidha dan Dadang Setyawan, selaku kakak yang menjadi motivasi bagi penulis

serta dukungan dan doa yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini

10. Keluarga besar penulis, terimakasih telah memberikan doa, dukungan dan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini

11. Sahabat yang saya anggap sebagai saudara perempuan saya Yuni Aprilia, Putriana

Kumaladewi, Pindy Jayati, Putri widyawati, Okky Savitri, Vivin Apria Yesi, Lintang Novi

Untari, Aini Meitanti, Vika Susanti, Purbowatiningtyas yang telah memberikan dukungan,

doa, pengalaman, dan juga waktunya untuk penulis selama penulisan skripsi ini

12. Dwi Hardianto yang telah memberikan sakit hati, dukungan, doa dan tenaganya sebagai

motivasi bagi penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini

13. Terimakasih teman-teman Rumah Bukit Cemara Tidar Blok C5 Nomor 28 yang telah

membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

14. Teman-teman Angkatan 2013 Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan

membantu penulis dalam skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada

semua pihak yang membacanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,

oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna membangun dan

lebih menyempurnakan lagi skripsi ini.

Malang,

Penulis

Page 6: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

v

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan .................................................................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................................................................ ii

Daftar Isi ..................................................................................................................................................... iv

Daftar Gambar ........................................................................................................................................... vi

Daftar Tabel .............................................................................................................................................. vii

Daftar Bagan ............................................................................................................................................... viii

Abstrak ........................................................................................................................................................ ix

Abstract ........................................................................................................................................................ x

BAB. I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................................... 6

E. Orisinalitas ....................................................................................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan ...................................................................................................................... 8

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................... 10

A. Tinjauan Tentang Efektivitas ......................................................................................................... 10

B. Tinjauan Tentang Peraturan Daerah .............................................................................................. 17

C. Tinjauan Tentang Perizinan............................................................................................................ 18

1. Elemen Pokok Izin ............................................................................................................ 19

2. Fungsi Izin ........................................................................................................................ 36

D. Tinjauan Tentang Pengawasan ...................................................................................................... 40

1. Pengertian Pengawasan ..................................................................................................... 40

2. Bentuk Pengawasan .......................................................................................................... 41

BAB. III METODE PENELITIAN ......................................................................................................... 45

A. Jenis Penelitian ............................................................................................................................ 45

B. Metode Pendekatan ........................................................................................................................ 45

C. Lokasi Penelitian ......................................................................................................................... 46

D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................................................... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................................... 49

F. Populasi dan Sampel ................................................................................................................... 50

Page 7: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

vi

G. Teknik Analisis Data ....................................................................................................................... 51

H. Definisi Operasional ....................................................................................................................... 52

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................. 53

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................................................... 53

1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Banyuwangi.................................................... 53

2. Visi dan Misi ..................................................................................................................... 55

3. Gambaran Umum Dinas Kubudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi............... 59

4. Gambaran Umum Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banyuwangi .. 67

B. Efektivitas Pasal 6 Ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan Operasional................................... 68

C. Hambatan Yang Dialami dalam Memberlakukan Pasal 6 Ayat (1) Peraturan Daerah

Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan Dalam Pendaftaran Cafe ............................................................................................. 79

1. Hambatan Internal .......................................................................................................... 82

2. Hambatan Eksternal .......................................................................................................... 82

D. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten

Banyuwangi dalam Memberlakukan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan

dalam Pendaftaran Cafe .............................................................................................................. 83

1. Upaya Internal ................................................................................................................ 83

2. Upaya Eksternal ............................................................................................................. 84

BAB V. PENUTUP....................................................................................................................... 85

A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 85

B. Saran ............................................................................................................................................. 87

Page 8: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

vii

DAFTAR GAMBAR

A. Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Banyuwangi ........................................................ 53

Page 9: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Orisinalitas ..................................................................................................................................... 7

Tabel 1.4 Daftar Café di Kabupaten Banyuwangi ............................................................................... 70

Page 10: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Teori Efektivitas Hukum Lawrence M. Friedman ....................................................................... 81

Page 11: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

x

EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH KABUPATEN

BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA

TEMPAT HIBURAN DALAM PENDAFTARAN CAFE

REDYANA LUTFIANIDHA

Agus Yulianto, SH.,MH, Herlin Wijayati, SH.,MH.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Ringkasan

Penulisan artikel ilmiah ini membahas tentang Efektivitas Pasal 6 ayat (1) Peraturan

Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan dalam Pendaftaran Cafe. Dalam peraturan tersebut berisi tentang kewajiban pendaftaran

usaha tempat hiburan, tujuan dan fungsi suatu usaha harus melakukan pendaftaran pada

pemerintah daerah. Ketidakefektivan suatu peraturan daerah disebabkan oleh berbagai faktor.

Dengan mengetahui kendala dan melakukan upaya untuk menyelesaikan kendala tersebut,

pemerintah daerah dan pengusaha cafe khususnya dapat mengembangakn usahanya dan memiliki

perlindungan dan kepstian hukum.

Oleh karena itu Peraturan hakekatnya dibuat untuk dijalankan dan diterapkan. Sama

halnya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi dibuat juga untu dilaksanakan sesuai Peraturan

yang ada agar terlaksananya Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi.

(kata kunci : penyelenggaraan usaha hiburan, pendaftaran, cafe)

Page 12: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

xi

THE EFFECTIVENESS OF ARTICLE 6 PARAGRAPH (1) OF BANYUWANGI

REGIONAL REGULATION NUMBER 10 YEAR 2014 CONCERING THE

ARRANGEMENT OF ENTERTAINMENT BUSINESS ON CAFÉ REGISTRATION

REDYANA LUTFIANIDHA

Agus Yulianto, SH.,MH, Herlin Wijayati, SH.,MH.

Faculty of Law Universitas Brawijaya

Summary

Writing a scientific article is abot the effectiveness of Efektivitas Pasal 6 ayat (1) Peraturan

Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan dalam Pendaftaran Cafe. The regulation contains the obligation of business registration

entertainment venues, the purpose and function of a business mest register with the local

authorities. A regulation ineffectiveness caused by varous factors. By knowing the obstacles and

make efforts to resolve these constains, local goverments and businesses in particular can make

cafe businesses and protection and legal.

Therefore, the Regulation essentially made to run and applied. Similarly Banyuwangi made also

implemented according to existing regulations so that implementation of the Government of

Banyuwangi.

(Keyword : organization of the entertainment business, registration, cafe)

Page 13: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepariwisataan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

pengembangan suatu daerah. Dengan memanfaatkan kekayaan alam dan keindahan

alam, kepariwisataan dapat meningkatkan kepribadian dan pengembangan suatu

bangsa. Pemanfaatan yang dimaksud disini dengan cara pelestarian dan pemanfaatan

potensi yang telah ada. Masing-masing daerah berkewajiban untuk mengelola dan

mengembangkan setiap pariwisata yang ada di daerahnya. Begitu pula Kabupaten

Banyuwangi yang saat ini merupakan salah satu kabupaten yang berkermbang, yang

sedang banyak-banyaknya pendirian tempat hiburan, salah satunya adalah cafe.

Banyuwangi saat ini sedang gencar dalam pembangunan dan pengembangan

sektor pariwisata dan usaha tempat hiburan. Sektor pariwisata dan usaha tempat

hiburan ini merupakan dua hal yang tidak pernah ada matinya dalam suatu negara.

Pemerintah daerah berhak dan berkewajiban penuh dalam pembangunan dan

pengembangannya.

Banyaknya tempat wisata di Banyuwangi mendorong para warga Banyuwangi

untuk memulai usaha dibidang kuliner. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh beberapa

pengusaha untuk memulai mendirikan tempat usaha berupa cafe. Peraturan Bupati

Kabupaten Banyuwangi Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi pasal 1 ayat (18) menyebutkan bahwa,

Page 14: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

2

cafe adalah penyediaan makanan ringan dan minuman ringan dilengkapi dengan

peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan / atau

penyajiannya, didalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.

Munculnya kesempatan untuk melalukan usaha ini, membuat banyak sekali

cafe yang berdiri di Banyuwangi. Namun dengan adanya kesempatan ini tidak sedikit

dari beberapa pengusaha cafe melakukan kecurangan dan melanggar peraturan

dengan tidak adanya pemberitahuan dan pendaftaran tempat usaha mereka kepada

pemerintah daerah. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor

10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan Peraturan Bupati

Kabupaten menyebutkan bahwa, penyelenggara usaha tempat hiburan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 5 sebelum melakukan kegiatan usahanya wajib mengajukan

pemberitahuan dan pendaftran kepada Kepala Daerah.

Cafe memang saat ini menjadi tempat yang selalu dipilih kalangan remaja

untuk bersosialisasi atau sekedar menghabiskan waktu luang. Banyaknya cafe yang

ada di Banyuwangi membuat penulis ingin meneliti apakah cafe tersebut telah

mengantongi izin dari pemerintah daerah. Sesuai dengan informasi yang didapat,

bahwa ada beberapa cafe yang sampai saat ini belum mengajukan pemberitahuan dan

pendaftaran kepada Pemerintah Daerah.

Awalnya hanya ada beberapa saja cafe di Banyuwangi. Namun seiring

berkembangnya jaman dan dirasa usaha ini lebih menguntungkan, banyak sekali para

pengusaha baru yang mencoba untuk mencari keuntungan dengan membuka usaha

cafe. Fakta yang didapat dari beberapa narasumber yaitu pemilik cafe, mereka enggan

Page 15: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

3

mendaftarkan tempat usahanya karena sulitnya proses pendaftaran tersebut 1. Hal ini

dapat terlihat dari banyaknya jumlah cafe yang ada di Kabupaten Banyuwangi, dan

hanya beberapa saja yang telah terdaftar dalam daftar usaha pariwisata.

Usaha yang ada di Kabupaten Banyuwangi tentunya tidak dapat dipisahkan dari

campur tangan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Kedua pemerintah ini memiliki kewajiban untuk mengawasi berjalannya suatu usaha

yang dikelola oleh masyarakat. Tujuannya agar usaha ini tidak keluar dari tujuan awal

berdirinya dan tidak melanggar peraturan atau norma-norma yang ada. Hubungan

yang tercipta antara pemerintah dengan masyarakat bertujuan untuk mengontrol

setiap perilaku masyarakat.

Usaha cafe merupakan usaha yang mungkin menimbulkan banyak problematik

dalam perjalannya, oleh karena itu pemerintah daerah telah membuat peraturan

tertulis yang berguna untuk mengatur usaha yang dijalankan oleh para pengusaha ini.

Segala peraturan yang dibuat oleh pemerintah inilah yang menjadi salah satu

peraturan Hukum Administrasi Negara (HAN). Adanya wewenang yang ada pada

HAN, pejabat administrasi negara dapat melakukan tindakan operasional yang

bertujuan untuk mengatur masyrakat.

Beberapa izin yang dikeluarkan untuk berjalannya atau berdirinya suatu usaha

oleh pemerintah merupakan salah satu bentuk dari peraturan yang dibuat yang

1 Wawancara dengan pemilik Cafe Gis n Gas, pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 20.00 WIB, di

Banyuwangi.

Page 16: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

4

bertujuan untuk mengatur adanya usaha tersebut. Pemerintah Daerah memiliki

wewenang untuk mengawasi, mengatur dan menyelenggarakan suatu peraturan.

Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi adalah pemerintah yang penulis

maksud dalam pembahasan ini, dimana Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memiliki

wewenang untuk mengatur, mengawasi dan menyelenggarakan pemerintahan yang

baik dan benar di Banyuwangi.

Pengusaha cafe sebelum memulai usahanya memiliki kewajiban untuk

melakukan pendaftaran usaha pariwisata yang ditujukan kepada Bupati Kabupaten

Banyuwangi hal ini telah dijelaskan dalam pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah

Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha

Tempat Hiburan yang berbunyi bahwa penyelenggara usaha tempat hiburan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 sebelum melakukan kegiatan usahanya wajib

mengajukan pemberitahuan dan pendaftaran kepada Kepala Daerah. Pendaftaran

usaha ini ditujukan kepada Bupati Kabupaten Banyuwangi melalui Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Hal ini dijelaskan dalam pasal 3

ayat (1) Peraturan Bupati Kabupaten Banyuwangi Nomor 14 Tahun 2014 Tentang

Cara Pendaftaran Usaha Pariwisata Di Kabupaten Banyuwangi yang berbunyi,

pendaftaran usaha pariwisata ditujukan kepada Bupati Banyuwangi melalui Dinas.

Ada beberapa izin yang harus dipenuhi oleh calon pengusaha cafe sebelum

memulai usahanya. Pertama, izin rekomendasi yang merupakan rekomendasi Tanda

Daftar Usaha Pariwisata (yang selanjutnya disebut TDUP) dimana Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata (yang selanjutnya disebut Disbudpar) yang akan mengeluarkan izin

Page 17: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

5

tersebut. Izin yang lainnya yang terkait, akan dikeluarkan oleh Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Banyuwangi setelah adanya rekomendasi dari

Disbudpar. Beberapa izin terkait tersebut yaitu : Izin Gangguan, Izin Mendirikan

Bangunan (IMB), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Izin Usaha Perdagangan

(SIUP), Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP). Apabila segala persyaratan yang

diajukan telah terpenuhi, keluarlah izin yang telah diajukan dan izin tersebut

merupakan suatu instrumen yang dapat melindungi suatu kepantingan. Apabila semua

izin yang terkait sudah lengkap, maka pengusaha-pengusaha yang melakukan

pemberitahuan dan pendaftaran usahanya dapat melakukan kegiatan usahanya sesuai

dengan peraturan dan sesuai dengan izin yang dimilki.

Banyak cafe yang ada di Banyuwangi, namun tidak sedikit pula yang sampai

saat ini belum mengantongi Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) dari pemerintah

daerah. Dari data yang penulis dapat, maka penulis ingin melakukan sebuah

penelitian mengenai faktor apa sajakah yang menyebabkan pengusaha cafe yang ada

di Kabupaten Banyuwangi enggan untuk melakukan pendafaran dan pemberitahuan

kepada pemerintah daerah atas usaha hiburannya, dan bagaimanakah upaya yang

dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan sedikitnya jumlah cafe yang telah

terdaftar sebagai tempat usaha pariwisata dan memiliki Tanda Daftar Usaha

Pariwisata.

Page 18: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektivitas pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Nomor 10 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat hiburan dalam

Pendirian Cafe?

2. Apa hambatan dan upaya yang diberikan pemerintah daerah terkait adanya

cafe yang berdiri dan beroperasi tanpa Tanda Daftar Usaha Pariwisata?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka penelitian yang dilakukan ini

memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

1. Memahami dan menganalisis bagaimana peran pemerintah daerah terkait

adanya cafe yang berdiri tanpa adanya Tanda Daftar Usaha Pariwisata

2. Memahami dan menganalisis faktor apa yang menjadi hambatan serta solusi

yang diberikan pemerintah daerah atau dinas terkait terhadap cafe yang tidak

memiliki Tanda Daftar Usaha Pariwisata

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun praktis :

1. Kegunaan Praktis :

Page 19: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

7

a. Sebagai dasar atau salah satu rujukan bagi Pemerintah Kabupaten

Banyuwangi guna mengawasi cafe-cafe yang berdiri di Kabupaten

Banyuwangi

b. Sebagai suatu informasi atau referensi bagi tempat hiburan yaitu cafe,

bahwa suatu pengawasan itu penting

c. Sebagai informasi bagi instansi yang terkait, agar dapat segera melakukan

suatu pengawasan di cafe yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

2. Kegunaan Teoritis:

Untuk perkembangan ilmu hukum khususnya Efektivitas Pasal 6 ayat (1)

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan dalam Pendaftaran Cafe.

E. Orisinalitas

Tabel 1.1 Orisinalitas

Nama dan

Instansi

Judul Penelitian Judul Penelitian

Penulis

Keterangan

Chandra

Putra

Kurniawan

Universitas

Brawijaya

Efektivitas Pasal

21 Ayat (2)

Peraturan Daerah

Kota Malang

Nomor 11 tahun

Efektivitas Pasal

6 ayat (1)

Peraturan Daerah

Kabupaten

Banyuwangi

Pada penelitian yang

dilakukan oleh Chandra

Putra Kurniawan hanya

membahas larangan

terkait dengan usia

Page 20: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

8

2013 Terkait

Dengan Larangan

Memasuki Pub,

Bar, Klub Malam,

Diskotik Bagi

Yang Belum

Memiliki KTP

Atau Berusia

Dibawah 17

Tahun di Kota

Malang

Nomor 10 Tahun

2014 Tentang

Penyelenggaraan

Usaha Tempat

Hiburan dalam

Pendirian Cafe

minimal seseprang dapat

memasuki diskotik, dan

tidak membahas izin dan

prosedur suatu bar,klub

dan pub itu dapat berdiri.

Sedangkan persamaannya

yaitu sama-sama

membahas tentang tempat

hiburan dan berkaitan

dengan izin.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman keseluruhan hasil penelitian ini,makaskripsi ini

disusun secara sistematis yang secara garis besar diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Sebagai pendahuluan diuraikan mengenai latar belakang masalah kemudian

dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Page 21: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

9

Bab ini membahas mengenai argumentasi ilmiah yang dipakai sebagai refrensi

dalam mempertajam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini di uraikan tentang Jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi

penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data,populasi dan

sampel,teknik analisis data,dan definisi operasional.

BAB IV : PEMBAHASAN

Dalam bab empat ini membahas tentang hasil analisis pembahasan dari rumusan

masalah yang telah dirumuskan sesuai dengan yang telah ditulis dengan

menggunakan tekhnik yang telah dijabarkan dalam metode analisis mengenai,

Efektivitas Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10

Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan dalam Pendirian

Cafe

BAB V : PENUTUP

Sebagai penutup dalam bab ini diuraikan tentang hasil akhir penulisan skripsi

yang terdiri dari kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

Page 22: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Efektivitas

Efektif adalah sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik atau memiliki hasil.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa efektifitas adalah hasil tepat

guna, hasil guna, atau hasil yang menunjang tujuan yang diharapkan. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, kata efektif berarti dapat membuahkan hasil, mulai berlaku,

ada pengaruh/akibat/efeknya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran

keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan.2

Menurut Harbani Pasalong efektifitas pada dasrnya berasal dari kata ―efek‖ dan

digunakan istilah ini sebagi hubungan sebab akibat. Efektifitas dapat dipandang

sebagai suatu sebab dari variable lain. Efektifitas berarti bahwa tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata lain sasaran tercapai karena

adanya suatu kegiatan.3 Adapun pengertian lain dari efektifitas adalah tingkat tujuan

yang diwujudkan suatu organisasi.4

Apabila kita hendak melihat suatu efektivitas dari segi hukum, Achmad Ali

berpendapat, ―bahwa ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektivitas dari

hukum, maka pertama-tama kita harusa dapat mengukur sejauh mana aturan hukum

2 Sulkan Yasin dan Sunarto Hapsoyo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Praktis, Populer, dan Kosa

Kata Baru, Surabaya: Mekar, 2008, hlm. 132. 3 Harbani Pasalong, Teori Administrasi Publik, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 4.

4 Richard H. Hall, Implementasi Manajemen Stratejik Kebijakan dan Proses, terjemahan

Nganam Maksensius, Yogyakarta: Amara Books, 2006, hlm. 270.

Page 23: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

11

itu ditaati atau tidak ditaati.‖5 Achmad Ali juga mengemukakan pada umumnya

faktor yang mempengaruhi suatu efektivitas hukum adalah professional dan optimal

pelaksanaan suatu peran, wewenang dan fungsi dari para penegak hukum baik dalam

menjalankan tugas yang dibebankan pada mereka maupun dalam usaha penegakkan

suatu peraturan perundang-undangan.

Soerjono Soekanto6 mengemukakan tentang teori efektivitas hukum dapat dilihat

dari 5 (lima) faktor, faktor-faktor tersebebut adalah :

1. Faktor hukumnya (undang-undang)

2. Faktor penegak hukum, faktor yang dimaksud ialah pihak yang memiliki

wewenang dalam membentuk hukum maupun menerapkan hukum

3. Faktor sarana yang merupakan fasilitas yang digunakan dalam penegakan

hukum

4. Faktor masyarakat, merupakan tempat dimana hukum itu berlaku atau

diterapkan

5. Faktor kebudayaan, merupakan suatu hasil karya, cipta rasa yang berdasar

pada karsa tiap manusia di lingkungan dan pergaulannya.

Faktor-faktor itulah yang menjadi esensi dari penegakan hukum, sehingga saling

berkaitan satu dengan yang lainnya. Selain itu, kelima faktor ini merupakan tolak

5 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Vol.1, Jakarta: Kencana, 2010, hlm.

375. 6 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008, hlm. 8.

Page 24: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

12

ukur dari penegakan hukum. Faktor pertama ini dapat dikatakan berfungsi atau tidak

dapat dilihat dari aturan hukum itu sendiri.

Menurut Soerjono Soekanto7 faktor pertama dapat diukur dari:

1. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah

cukup sistematis

2. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang tertentu sudah cukup sinkron,

secara hierarki dan horizontal tidak ada pertentangan

3. Secara kualitatif dan kuantitatif peraturan-peraturan yang mengatur

bidang-bidang kehidupan tertentu sudah mencukupi

4. Penerbitan peraturan-peraturan tertentu sudah sesuai peraturan yuridis

yang ada.

Faktor yang kedua menentukan efektif atau tidaknya peraturan hukum tertulis itu

tergantung pada aparat penegak hukum. Dalam hal ini hendaknya aparat merupakan

seseorang yang handal, meliputi keterampilan professional dan memiliki mental yang

baik agar tugas yang dilaksanakannya juga memberikan hasil yang baik.

Menurut Soerjono Soekanto faktor yang kedua dapat diditinjau dari segi aparat

akan tergantung pada hal berikut:

1. Sampai sejauh mana petugas terikat dengan peraturan-peraturan yang ada

2. Sampai batas mana petugas diperkenankan memberikan kebijaksanaan

3. Teladan macam apa yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada

masyarakat

7 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Bandung: Bina Cipta, 1983, hlm. 80.

Page 25: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

13

4. Sampai sejauh mana derajat sinkronisasi penugasan-penugasan yang

diberikan kepada petugas sehingga memberikan batas-batas yang tegas pada

wewenangnya.

Faktor ketiga berhubungan dengan adanya sarana dan prasarana bagi aparat pelaksana

untuk melakukan tugasnya. Sarana dan prasarana yang dimaksud merupakan suatu

fasilitas yang digunakan sebagai alas untuk mencapai efektivitas hukum. Soerjono

Soekanto8 telah memprediksi patokan efektivitas elemen-elemen tertentu dari

prasarana, dimana prasarana itu dapat memberikan kejelasan dan kepastian bahwa

merupakan sesuatu yang dapat menunjang kelanccaran aparat-aparat dalam

melaksanakan tugasnya. Adapun faktor yang ketiga adalah sebagai berikut:

1. Prasarana yang telah ada apakah telah terpelihara dengan baik

2. Prasarana yang telah ada perlu diadakan dengan memperhitungkan waktu

pengadaannya

3. Prasarana yang kurang perlu dilengkapi

4. Prasarana yang rusak perlu segera diperbaiki

5. Prasarana yang macet perlu dilancarkan fungsinya

6. Prasarana yang mengalami kemundurun fungsi perlu ditingkatkan lagi

fungsinya

Ada pula faktor pengukur efektivitas yang berasal dari kondisi masyarakat, yaitu:

1. Faktor yang menyebabkan masyarakat mengabaikan suatu aturan, meskipun

peraturan yang dibuat sudah baik

8 Soerjono Soekkanto, Penegakan Hukum, Bandung: Bina Cipta, 1983, hlm. 82

Page 26: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

14

2. Faktor yang menyebabkan masyarakat mengabaikan peraturan meskipun

peraturan itu sangat baik dan aparat-aparatnya berwibawa

3. Faktor yang menyebabkan masyarakat mengabaikan peraturan baik, petugas

berwibawa serta fasilitas mencukupi.

Teori yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto relevan dengan teori yang

dikemukakan oleh Romli Atmasasmita9 yaitu, ―bahwa faktor-faktor yang

menghambat efektivitas penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikap mental

aparatur penegak hukum (hakim, jaksa, polisi dan penasihat hukum) akan tetapi juga

terletak pada sosialisasi hukum yang sering diabaikan.‖

Menurut Soerjono Soekanto10

efektif adalah ―taraf sejauh mana suatu kelompok

dapat mencapai tujuannya. Hukum dapat dikatakan efektif apabila terdapat dampak

hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai sasarannya dalam membimbing

atau merubah perilaku manusia sehingga menjadi suatu perilaku hukum.‖

Efektivitas hukum juga dapat dikaitkan dengan adanya penyelewengan-

penyelewengan yang terjadi di masyarakat. Berlakunya sebuah produk hukum dapat

dilihat dari berbagai perspektif, seperti perspektif yuridis normatif, sosiologis dan

filosofis. Teori Stufenbau dari Hans Kelsen menyebutkan bahwa perspektif yuridis

normatif merupakan ketentuan hukum yang berlaku apabila telah sesuai dengan

9 Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum, Bandung:

Mandar Maju, 2001, hlm. 55 10

Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, Bandung: CV. Ramadja Karya, 1988, hlm. 80

Page 27: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

15

kaedah atau aturan yang lebih tinggi dan terbentuknya sesuai dengan cara-cara yang

telah ditetapkan.

Teori efektivitas menurut Lawrence M. Friedman bahwa efektif dan berhasil atau

tidaknya suatu penegakan hukum atau peraturan hukum tergantung pada 3 (tiga)

unsur sistem hukum, dimana ketiga unsur tersebut adalah struktur hukum, subtansi

hukum, dan budaya hukum. Struktur hukum berkaitan dengan aparat penegak hukum,

substansi hukum berkaitan dengan substansi hukum yang meliputi perangkat dan

peraturan perundang-undangan dan budaya hukum meliputi hukum yang hidup

(living law) yang dianut dalam kehidupan masyarakat.

Struktur hukum adalah pola yang menunjukkan bagaimana suatu aturan hukum

dilaksanakan dan dijalankan sesuai dengan ketentuan atau aturan formal. Struktur

hukum juga menunjukkan pengadilan, pembuat hukum, badan dan segala bentuk

proses yang berjalan atau dijalankan dalam hukum. Di Indonesia misalnya apabila

kita berbicara tentang struktur atau sistem hukum Indonesia, berarti termasuk struktur

institusi-institusi penegak hukum yang ada didalamnya seperti kepolisian, kejaksaan

dan pengadilan.

Aspek yang lain dari sistem hukum adalah tentang substansi hukumnya. Substansi

yang dimaksud adalah suatu aturan, norma serta pola manusia dalam berperilaku. Jadi

substansi hukum menyangkut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

memiliki kekuatan yang mengikat dan dapat menjadi pedoman bagi aparat penegak

hukum.

Page 28: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

16

Kultur hukum atau budaya hukum Friedman berpendapat, bahwa budaya hukum

yang merupakan sikap manusia (termasuk budaya hukum aparat penegak hukumnya)

terhadap hukum dan sistem hukum. Sebaik-baiknya penataan struktur hukum yang

digunakan untuk menjalankan aturan hukum yang telah ditetapkan dan sebaik-

baiknya kualitas substansi hukum yang telah dibuat tidak akan bisa berjalan efektif

tanpa adanya suatu dukungan budaya hukum oleh orang yang terlibat dalam sistem

dam masyarakat.

Efektivitas hukum menjadi relevan dengan adanya teori aksi (action teori). Max

Weber memperkenalkan sebuah teori yang disebut teori aksi dan dikembangkan oleh

Talcot Parson. Teori aksi dari Max Weber dan Parson, relevan dengan pendapat

Soerjono Soekanto tentang efektivitas hukum, beliau menyatakan ada empat faktor

yang menyebabkan seseorang berprilaku tertentu yaitu :

1. Memperhatikan untung rugi

2. Menjaga hubungan baik dengan sesamanya atau penguasa

3. Sesuai dengan hati nuraninya dan

4. Ada tekanan – tekanan tertentu.11

11 Lili Rasjidi, dan Ira Rasjidi, 2001, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung. hlm. 78

Page 29: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

17

B. Tinjauan Tentang Peraturan Daerah

Pengertian Peraturan Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

ialah12

: Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut dengan

nama lain adalah Perda provinsi dan Perda Kabupaten/Kota. Pengertian lain

berdasarkan Undang-Undang republic Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 ialah13

:

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah peraturan Perundang-Undangan yang

dibentuk oleh Dewan Perwakilan rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan

bersama Bupati/Walikota. Yang melaksanakan peraturan Daerah adalah Pemerintah

Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

pasal 1 ayat (2) dan (3) menyebutkan bahwa14

:

Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintah oleh pemerintah

daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asa otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemerintah Daerah ialah kepala daerah sebagai unsurpenyelenggara Pemerintahan

Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah otonom. Pemerintah Daerah memiliki peran dalam pembuatan kebijakan di

daerah yang disebut peraturan daerah.

12

UU RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah 13

UU RI Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan 14

UU RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Page 30: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

18

C. Tinjauan Tentang Perizinan

Tidak mudah memberikan definisi apa itu izin. Seperti halnya pendapat dari

Sjachran Basah. 15

pendapat yang dikatakan beliau sepertinya sama dengan yang

berlaku di Belanda, seperti apa yang dikemukakan oleh van der Pot, ―Het is uiterst

moelijk voor begrip vergunning een definitie te vinden (sangat sukar membuat

definisi untuk menyatakan pemgertian izin itu).‖16

Utrecht memberikan pengertian vergunning sebagai berikut:

Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi

masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan

untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang

memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning)

Izin (vergunning) merupakan suatu kesepakatan atau persetujuan yang diberikan

oleh penguasa dan didasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah yang

digunakan dalam keadaan tertentu dan menyimpang dari ketentuan larangan

peraturan perundang-undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau

pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.

Perizinan adalah salah satu bentuk dilaksanakannya suatu fungsi pengaturan yang

bersifat pengendalian pemerintah dan digunakan untuk pelaksanaan fungsi

pengaturan yang bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk

15

Sjach Basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada Penataran Hukum Administrasi dan Lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995, hlm. 1-2.

16 E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ichtiar 1957), hlm. 187.

Page 31: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

19

pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan

suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan

atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau

tindakan.

Hal pokok pada suatu izin, bahwa suatu tindakan dilarang kecuali diperbolehkan

dan tentu dengan tujuan supaya tetap dalam ketentuan yang bersangkutan dilakukan

dengan cara-cara tertentu. Penolakan izin terjadi apabila ada kriteria-kriteria yang

telah ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi. Misalnya tentang ini adalah, dilarang

mendirikan suatu cafe, kecuali ada izin tertulis dan pejabat yang berwenang dengan

ketentuan mematuhi persyaratan-persyaratan.

Dengan demikian, perizinan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengatur

kegiatan yang dapat menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum. Mekanisme

perizinan melalui penerapan prosedur yang ketat dan ketentuan yang harus dipenuhi

untuk melakukan suatu pemanfaatan lahan. Perizinan merupakan salah satu bentuk

pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki pemerintah,

merupakan mekanisme pengendalian administratif terhadap kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat.

1. Elemen Pokok Izin

Izin merupakan suatu tindakan atau perbuatan pemerintah yang

bersegi satu berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang

diterapkan dalam peristiwa konkret sesuai dengan prosedur dan persyaratan

Page 32: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

20

tertentu. Dari pengertian ini ada bebrapa unsur dalam perizinan, yaitu sebagai

berikut:17

a. Wewenang

Wetmatigheid van bestuur yaitu pemerintahan yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan merupakan salah satu prinsip dalam Negara hukum. Artinya

setiap tindakan hokum pemerintah, baik dalam menjalankan fungsi pengaturan

dan juga fungsi pelayanan, harus berdasar pada wewenang yang telah diberikan

oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Om positief recht ten kunnen

vasstellen en handhaven is een bevoegdheid noozakelijk. Zonder bevoegdheid

kennen geen juridisch concrete besluiten genomen worden,18

(untuk dapat

melaksanakan dan menegakkan ketentuan hukum positif perlu wewenang. Tanpa

wewenang tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang bersifat konkret).

b. Izin sebagai Bentuk Ketetapan

Di Negara hukum yang modern ini, tugas dan kewenangan pemerintah yang

ada bukan hanya menjaga ketertiban dan keamanan saja, namun juga melakukan

suatu uapaya bagi kesejahteraan umum (bestuurszorg). Menjaga ketertiban dan

kemanan merupakan tugas pemerintah yang terlalu klasik dan sampai kini masih

tetap dipertahankan. Pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan,

17

Ridwan, H.R., Hukum Administrasi Negara, ( Jakarta: Rajagrafindo, 2006), hlm. 210-217. 18

F.A.M. Stroink en J.G. Steenbeek, Inleiding in het Staats-en Administratief Recht. (Alphen aan den Rijn: Samson H.D. Tjeenk Willink, 1985), hlm. 26.

Page 33: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

21

yang berasal dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrument yuridis yang

digunakan untuk menghadapi peristiwa individual yang konkret dalam bentuk

ketetapan dalam rangka melaksanakan tugasnya. Berdasarkan sifatnya yang

individual dan konkret, ketetapan yangada ini adalah sebagai ujung tombak dari

suatu instrument hukum penyelenggaraan pemerintahan,19

juga sebagai suatu

norma yang berfungsi sebagai norma penutup dalam rangkaian norma hukum.20

Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah izin.

Dari beberapa jenis ketetapan, izin termasuk sebagai ketetapan yang bersifat

konstitutif, yaitu menjadi ketetapan yang menimbulkan hak baru yang

sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam

ketetapan itu, atau beschikkingen welke iets toestaan wat tevoren niet geoorloofd

was,21

(ketetapan yang memperkenankan sesuatu yang sebelumnya tidak

dibolehkan). Dengan demikian, izin merupakan instrument yuridis dalam bentuk

ketetapan yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk

menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret. Sebagai ketetapan, izin itu dibuat

dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku pada ketetapan pada umumnya,

sebagaimana yang telah disebutkan diatas.22

19

Opcit., Sjahran Basah, hlm. 2. 20

Philipus M. Hadjon et. Al., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998, hlm. 125).

21 C.J.N. Versteden, Inleiding Algemeen Bestuursrecht, Samson H.D. Tjeenk Willink, Alphen aan

den Rij, 1984, hlm. 69. 22

Ridwan, H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajagrafindo, 2006), hlm. 211-212.

Page 34: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

22

Beberapa aspek dalam regulasi perizinan akan selalu memuat dari berbagai

pendapat pakar, dapat disarikan sebagai berikut: (1) persyaratan, (2) hak dan

kewajiban, (3) tata cara, (4) jangka waktu keberlakuan, (5) waktu pelayanan, (6)

biaya, (7) mekanisme complain dan penyelesaian sengketa, dan (8) sanksi

c. Lembaga Pemerintahan

Lembaga secara teoritis merupakan suatu rule of the game yang berfungsi

untuk mengatur perbuatan dan menentukan apakah organisasi dapat berjalan

dengan baik dan efektif.23

Dengan demikian, tata kelembagaan dapat menjadi pendorong (enabling)

pencapaian keberhasilan dan sekaligus juga bila tidak tepat dalam menata, maka

dapat menjadi penghambat (constraint) tugas-tugas termasuk tugas

menyelenggarakan izin.

Lembaga pemerintah ialah lembaga yang mengururs urusan pemerintahan,

baik ditingkat pusat maupun tingkat daerah. Menurut Sjachran Basah, dari

berbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintahan, dapat diketahui bahwa dari

administrasi negara yang paling tinggi (presiden) sampai administrasi paling

rendah (lurah) memeliki kewenangan untuk memberi izin. Artinya terdapat

banyak ragam dari administrasi negara (termasuk instansinya) yang berhak

23

North, 1990, dalam Lembaga Administrasi Negara, Standar Pelayanan Publik, Cetakan Pertama, Juli 2009, hlm. 49.

Page 35: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

23

memberikan izin, dan berdasarkan pada jabatan yang dijabatnya ditingkat pusat

maupun daerah.24

Pemerintah dan masyarakat memiliki suatu hubungan timbal balik, yaitu pada

satu masyarakat memberikan pengaruh pada pemerintah dalam menjalankan

tugasnya, dan disisi lainnya pemerintah memberikan pengaruh tertentu pada

masyarakat melalui tugas mengurus dan mengatur.

Melalui tugas mengurusnya, pemerintah memberikan pengaruh pada

masyarakat dalam bidang kesejahteraan sosial dan ekonomi, dan juga

pemeliharaan kesehatan secara aktif menyediakan sarana, prasarana, finansial dan

juga personal. Adapaun pengaruh pemerintah terhadap masyarakat melalui tugas

mengatur memiliki makna bahwa pemerintah terlibat dalam penertiban dan

pelaksanaan peraturan perundang-undangan termasuk melahirkan sistem-sistem

perizinan. Melalui instrument pengaturan tersebut, pemerintah melakukan

pengendalian pada masyarakat dalam bentuk peraturan termasuk izin, dimana izin

tersebut mengandung larangan dan kewajiban.

Izin merupakan salah satu instrument yang mengatur paling banyak

digunakan oleh pemerintah dalam melakukan pengendalian pada masyarakat.

Maka, izin sebagai salah satu instrument pemerintahan memiliki fungsi

24

Sjachran Basah, “Sistem Perizinan Sebagai Instrumen Pengendali Lingkungan”. Makalah pada Seminar Hukum Lingkungan, diselenggarakan oleh KLH bekerja sama dengan Legal Mandate Compliance end Enforcement Program dari BAPEDAL 2-3 Mei 1996, Jakarta, hlm. 3.

Page 36: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

24

mengendalikan tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan.25

Terlepas dari beragamnya lembaga pemerintahan atau administrasi yang

mengeluarkan izin, yang pasti adalah bahwa izin hanya boleh dikeluarkan oleh

lembaga pemerintahan. Menurut N.M. Spelt dan J.B.M. ten Berge, keputusan

yang memberikan izin harus diambil oleh lembaga yang berwenang, dan hampir

selalu yang terkait adalah lembaga-lembaga pemerintahan atau administrasi

negara. Dalam hal ini lembaga-lembaga pada tingkat penguasa nasional (seorang

menteri) atau tingkat penguasa-penguasa daerah.26

Banyaknya lembaga pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk memberi

izin dapat menimbulkan tujuan dari kegiatan yang membutuhkan suatu izin

tertentu dapat menjasi terhambat, bahkan bisa jadi tidak mencapai sasaran. Ini

berarti bahwa campur tangan pemerintah dalam regulasi perizinan memberikan

kejenuhan bagi pelaku kegiatan yang perlu adanya izin, apalagi bagi kegiatan

usaha yang memerlukan pelayanan yang cepat dan efisien.

Menurut Soehardjo, pada tingkat tertentu regulasi ini menimbulkan kejenuhan

dan timbul gagasan yang mendorong untuk menyederhanakan pengaturan,

prosedur, dan birokrasi. Keputusan pejabat biasanya membutuhkan waktu lama,

misalnya penerbitan izin membutuhkan waktu lebih dari satu bulan, sedangkan

dalam dunia usaha membutuhkan waktu yang cepat, dan terlalu banyaknya mata

25

Ridwan, H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajagrafindo, 2006), hlm. 213-215. 26

Op. cit., N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge.

Page 37: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

25

rantai dalam prosedur perizinan banyak membuang waktu dan biaya.27

Oleh

karena itu dalam perizinan biasanya dilakukan deregulasi, yang memiliki arti

peniadaan berbagai peraturan perundang-undangan yang dipandang berlebihan.

Hal ini disebabkan karena peraturan yang berlebihan biasanya berkenaan dengan

adanya campur tangan pemerintah atau negara dalam bermasyarakat tertutama

dalam bidang ekonomi, jadi deregulasi itu ujungnya memiliki makna

debirikratisasi.28

Walau deregulasi dan debirokratisasi ini biasa digunakan dalam

bidang perizinan dan hampir selalu dipraktikkan dalam pemerintahan tapi dalam

suatu negara hukum harus ada batasan atau rambu-rambu yang ditentukan oleh

hukum.

d. Peristiwa Konkret

Izin merupakan instrument yuridis yang memiliki bentuk ketetapan, dimana

pemerintah menggunakannya dalam peristiwa konkret dan individual. Yang

dimaksud dengann peristiwa konkret disini ialah suatu peristiwa yang terjadi pada

suatu waktu tertentu dan terdapat fakta hukum dalam peristiwa tersebut.

Beragamnya peristiwa ini juga sejalan dengan keberagaman yang ada pada

masyarakat, begitu pula dengan izin juga memiliki keberagaman. Izin yang

jenisnya beragam itu dibuat dalam proses yang cara prosedurnya tergantung dan

27

Soehardjo, Hukum Administrasi Negara Pokok-Pokok Pengertian serta Perkembangannya di Indonesia, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1991), hlm. 25.

28 Bagir Manan, Bentuk-Bentuk Perbuatan Keperdataan yang Dapat Dilakukan oleh

Pemerintah Daerah, majalah Ilmiah Universitas Padjadjaran, No. 3 Volume 14, 1996, hlm. 33.

Page 38: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

26

kewenangan pemberi izin, macam izin, dan struktur organisasi instansi yang

menerbitkannya. Banyaknya jenis izin yang dikeluarkann oleh instansi pembei

izin juga dapat berubah dengan adanya perubahan kebijakan peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan izin tersebut. Walaupun begit, izin akan tetap

digunakan dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan.29

e. Proses dan Prosedur

Proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan,

proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang dilakukan

oleh aparat/petugas.dalam setiap tahapan pekerjaan tersebut, masing-masing

pegawai dapat mengetahui peran masing-masing dalam proses penyelesaian

perizinan.

Suatu permohonan izin harus menempuh beberapa prosedur tertentu yang

ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus menempuh

prosedur tertentu, pemohon izin juga wajib untuk memenuhi syarat-syarat yang

telah ditentukan oleh pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu

berbeda-beda tergantung pada jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin.

Dalam hal pelaksanaan perizinan, lack of competencies sangat mudah untuk

dijelaskan. Pertama, dalam proses perizinan dibutuhkan adanya pengetahuan,

bukan hanya sebatas pada aspek legal dari proses perizinan saja, tetapi lebih jauh

dari aspek tersebut. Misalnya, untuk memberikan izin pihak pelaksana juga harus

29

Ridwan, H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajagrafindo, 2006), hlm. 215-216

Page 39: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

27

mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan dari izin tersebut baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang. Seseorang yang dapat memperkirakan

dampak yang bersifat multidimensi memerlukan pengetahuan yang luas baik dari

segi konsepsional maupun hal-hal teknis. Dalam beberapa kasus, sangat sering

ditemui aparatur pelaksana yang tidak memiliki syarat pengetahuan yang

dimaksud. Alhasil, izin yang diberikan bisa jadi akan menimbulkan dampak yang

buruk dimasa depan.

Kedua, perlunya dukungan keahlian dari aparatur yang bukan hanya dalam

mengikuti tata urutan prosedurnya, tapi hal lain yang juga dapat mendukung

kelancaran proses perizinan. Pengoptimalan penggunaan teknologi informasi,

misalnya dianggap menjadi solusi yang sangat tepat untuk mengefisienkan

prosedur perizinan. Dengan demikian, hampir disemua sector perizinan dituntut

untuk menggunakan sistem komputerisasi dan aparat yang tidak memiliki

keahlian untuk mengoperasikan teknologi tersebut akan menjadi ganjalan. Aparat

yang demikian masih sangat banyak ditemui di lapangan.

Ketiga, proses perizinan tidak terlapas dari interaksi antara pemohon dengan

pemberi izin. Dalam interaksi tersebut terkadang muncul perilaku yang

menyimpang baik yang dilakukan oleh aparatur maupun yang dipicu oleh

kepentingan bisnis pelaku usaha, sehingga aparatur pelaksana perizinan dituntut

untuk memiliki perilaku yang positif dengan tidak memanfaatkan situasi demi

kepntingan pribadi. Masih sangat sering dijumpai praktik-praktik yang tercela

dalam proses perizinan seperti suap dan sebagainya. Di samping itu, masalah

Page 40: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

28

perilaku juga menjadi persoalan manakala prinsip good governance dituntut

untuk dilakukan dalam pelayanan perizinan. Sebab masih jarang ditemukan

aparatur pelayanan yang memiliki sikap professionalism dan mengedepankan

prinsip customer relationship manakala berhubungan dengan pihak yang diberi

layanan.

f. Persyaratan

Persyaratan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk

memperoleh izin yang dimohonkan. Persyaratan perizinan tersebut berupa

dokumen kelengkapan atau surat-surat.

Menurut Soehino, ―syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan

kondisional. Bersifat konstitutif, karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah

laku tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi, artinya dalam hal pemberian

izin itu ditentukan suatu perbuatan konkret, dan bila tidak dipenuhi dapat dikenai

sanksi. Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat

serta dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi.‖30

Penentuan prosedur dan persyaratan perizinan dilakukan secara sepihak oleh

pemerintah. Namun pemerintah tidak dapat membuat ataupun menentukan

prosedur dan persyaratan menurut kehendaknya sendiri secara arbiter (sewenang-

wenang), tapi juga harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang

telah menjadi dasar dari perizinan itu. Dengan kata lain, pemerintah tidak boleh

30

Soehino, Asas-Asas Hukum Tata Pemerintahan, (Yogyakarta: Liberty, 1984), hlm. 97.

Page 41: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

29

menentukan syarat yang melampaui batas tujuan yang hendak dicapai oleh

peraturan hukum yang menjadi dasar perizinan bersangkutan.31

g. Waktu Penyelesaian Izin

Waktu penyelesaian izin ditentukan oleh instansi yang bersangkutan. Waktu

penyelesaian ditentukan sejak saat permohonan diajukan sampai dengan

penyelesaian pelayanan. Dimensi waktu selalu melekat pada proses perizinan

karena adanya tata cara dan prosedur yang harus ditempuh seseorang dalam

mengurus perizinan tersebut. Dengan demikian regulasi dan deregulasi harus

memenuhi kriteria berikut:

1) Disebutkan dengan jelas

2) Waktu yang ditetapkan sesingkat mungkin

3) Diinformasikan secara luas bersama-sama dengan prosedur dan

persyaratan

h. Biaya Perizinan

Biaya/tariff pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses

pemberian izin. Penetapan besaran biaya pelayanan perizinan perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Rincian biaya harus jelas dalam tiap perizinan, khususnya yang memerlukan

tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan

31

Ridwan, H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajagrafindo, 2006), hlm. 217.

Page 42: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

30

2) Ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan atau dan memperhatikan

prosedur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Pembiayaan menjadi hal mendasar dari pengurusan perizinan. Namun,

perizinan sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk mengatur aktivitas

masyarakat sudah seharusnya memenuhi sifat-sifat sebagai public goods.32

Dengan demikian, meskipun terdapat pembiayaan sesungguhnya bukan untuk

sebagai alat budgetaire negara. Oleh karena itu, harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

1) Disebutkan dengan jelas

2) Terdapat (mengikuti) standar nasional

3) Tidak ada pengenaan biaya lebih dari sekali untuk setiap objek (syarat)

tertentu

4) Perhitungan didasarkan pada tingkat real coast (biaya yang sebenarnya)

5) Besarnya biaya diinformasikan secara luas

i. Pengawasan Penyelenggaraan Izin

Saat sekarang kinerja pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh pemerintah

dituntut untuk lebih baik. Dalam banyak hal memang harus diakui bahwa kinerja

pelayanan perizinan pemerintah masih buruk. Hal ini disebabkan oleh: Pertama,

tidak ada sistem isentif untuk melakukan perbaikan. Kedua, buruknya tingkat

pengambilan inisiatif dalam pelayanan perizinan, yang ditandai dengan tingkat

32

Adrian Sutedi, Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 87

Page 43: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

31

ketergantungan yang tinggi pada aturan formal (rule driven) dan petunjuk

pimpinan dalam melakukan tugas pelayanan.

Pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah digerakkan

oleh peraturan dan anggaran bukan digerakkan oleh misi. Dampaknya adalah

pelayanan menjadi kaku, tidak kreatif dan tidak inovatif, sehingga tidak dapat

mengakomodasi kepantingan masyarakat yang selalu berkembang. Ketiga, budaya

aparatur yang masih kurang disiplin dan sering melanggar aturan. Keempat,

budaya paternalistic yang tinggi, artinya aparat menempatkan pimpinan sebagai

prioritas utama, bukan kepentingan masyarakat.

Masalah pelayanan masyarakat yang diberikan oleh aparat birokrasi

pemerintah merupakan satu masalah penting bahkan seringkali variable ini

dijadikan alat ukur menilai keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas pokok

pemerintah. Begitu juga halnya di daerah masalah pelayanan peizinan sudah

menjadi program pemerintah yang harus secara terus-menerus ditingkatkan

pelaksanaannya.

Adanya pembuatan metode atau sistem pelayanan perizinan ternyata tidak

otomatis mengatasi masalah yang terjadi, sebab dari hari ke hari keluhan

masyarakat bukannya berkurang bahkan semakin sumbang terdengar. Hal ini

menunjukkan bahwa misi pemerintah, yaitu sebagai public services33

masih belum

memenuhi harapan masyarakat. Sudah mulei sekaranglah seharusnya pemerintah

33

Ibid, hlm. 89.

Page 44: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

32

memberikan perhatian yang serius dalam uapaya peningkatan dan perbaikan mutu

pelayanan.

Antisipasi terhadap tuntutan pelayanan yang baik membawa suatu konsekuensi

logis bagi pemerintah untuk memberikan perubahan-perubahan terhadap pola

budaya kerja aparatur pemerintah. Sebagai upaya melakukan perubahan tersebut

telah lahir Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik yang

dalam pasal 39 ayat (3) yang berbunyi, masyarakat dapat membentuk lembaga

pengawasan pelayanan publik. Ini berarti bahwa pemerintah mengamanatkan agar

masyarakat dilibatkan dalam pengawasan pelayanan publik. Namun, tata cara

pengikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik diatur lebih

lanjut dalam peraturan pemerintah, hal ini disebutkan dalam pasal 39 ayat (4) yang

berbunyi, tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Dalam Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik dikemukakan bahwa pengawasan pelayanan

publik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan

perizinan oleh aparatur pemerintah diberikan arahan mengenai prinsip-prinsip

pelayanan perizinan yaitu antar lain prinsip kesederhanaan, kejelasan, kepastian

waktu, akurasi, keamanan, dan tanggung jawab serta kedisiplinan.

Namun, suatu kebijakan tidak begitu saja dapat diimplementasikan dengan

baik. Di sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap

kualitas pelayanan perizinan terus meningkat seiring dengan meningkatnya

Page 45: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

33

dinamika masyarakat itu sendiri. Apabila tidak diimbangi dengan konsistensi

pelaksanaan kebijakan atau berapa banyak kebijakan yang telah diambil oleh

pemerintah, maka hasilnya tetap saja dirasakan kurang memuaskan.

j. Penyelesaian Pengaduan dan Sengketa

1) Pengaduan

Setiap pimpinan unit penyelenggara pelayanan perizinan wajib menyelesaikan

setiap pengaduan masyarakat mengenai ketidak puasan dalam pemberian

pelayanan izin sesuai kewenangannya. Untuk menampung pengaduan masyarakat

tersebut, unit pelayanan perizinan harus menyediakan loket/kotak pengaduan dan

berbagai sarana pengaduan lainnya dalam menyelesaikan pengaduan masyarakat.

Dalam hal pengaduan tidak dapat diselesaikan oleh unit pemberi izin yang

bersangkutan dan terjadi sengketa, maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui

mekanisme penanganan pengaduan oleh instansi atau unit kerja yang memberikan

pelayanan perizinan.

Mekanisme pengaduan merupakan mekanisme yang dapat ditemouh oleh

pemohon izin atau pihak yang dirugikan akibat dikeluarkannya izin. Mekanisme

pengaduan merupakan hal yang sangat penting untuk memperbaiki kualitas

pelayanan terus-menerus.

Untuk dapat menjadikan pengaduan sebagai sumber perbaikan pelayanan

perizinan, meka pengaduan itu sendiri harus dikelola dengan baim dan benar.

Mekanisme penanganan pengaduan yang baik dan benar harus memenuhi unsur-

Page 46: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

34

unsur antara lain: 1) penentuan prioritas pengaduan yang masuk ke loket atau

kotak pengaduan dan berbagai sarana pengaduan lainnya, 2) adanya prosedur

penyelesaian pengaduan, 3) adanya pejabat/petugas yang secara khusus

bertanggung jawab atas pengaduan, 4) adanya standar waktu penyelesaian

pengaduan.

2) Sengketa

Apabila penyelesaian pengaduan tersebut oleh pemohon atau pihak yang

dirugikan akibat dikeluarkannya izin, maka dapat menyelesaikan melalui jalur

hukum, yakni melalui mediasi, Obsman, atau ke pengadilan untuk menyelesaikan

sengketa hukum penyelesaian tersebut.

Regulasi dan deregulasi perizinan di Indonesia kedepan yang menjunjung

tinggi good governance, harus diwujudkan dengan adanya mekanisme complain

dan penyelesaian sengketa karena adanya berbagai pihak yang terlibat. Berikut ini

yang harus diperhatikan dalam hal tersebut:

a) Prosedur sederhana dibuka (dapat diakses) secara luas

b) Menjagga kerahasiaan pihak yang melakukan complain

c) Menggunakan berbagai media

d) Dilakukan penyelesaian sesegera mungkin

e) Membuka akses penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan atau

nonpengadilan.

Page 47: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

35

k. Sanksi

Sebagai produk kebijakan publik, regulasi dan deregulasi perizinan di

Indonesia kedepan perlu memperhatikan materi sanksi dengan kriteris berikut:

a) Disebutkan secara jelas terkait dengan unsur-unsur yang dapat diberi sanksi

dan sanksi apa yang akan diberikan

b) Jangka waktu pengenaan sanksi disebutkan

c) Mekanisme pengguguran sanksi

l. Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban antara pemohon dan instansi pemberi izin harus tertuang

dalam regulasi dan deregulasi perizinan di Indonesia. Dalam hal ini juga harus

diperhatikan hal-hal berikut:

1) Tertulis dengan jelas

2) Seimbang antara para pihak

3) Wajib dipenuhi oleh para pihak

Di dalam undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

juga dikemukakan hak dan kewajiban masyarakat (yang memohon izin) dan

instansi pemberi layanan perizinan. Hak-hak masyarakat yaitu:

1) Mendapatkan pelayanan perizinan yang berkualitas sesuai dengan asas dan

tujuan pelayanan

2) Mengetahui sistem, mekanisme, dan prosedur pelayanan

3) Mendapat tanggapan atas keluhan yang diajukan secara layak

Page 48: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

36

4) Mendapatkan advokasi, perlindungan, dan pemenuhan pelayanan

Adapun kewajiban masyarakat adalah:

1) Mengawasi dan memberitahukan kepada instansi pemberi layanan perizinan

untuk memperbaiki pelayanannya apabila pelayanan yang diberikan tidak

sesuai dengan standar peelayanan yang berlaku

2) Melaporkan penyimpangan pelaksanaan pelayanan kepada Ombudsman

apabila penyelenggara tidak memperbaiki pelayanan seperti dalam angka 1

diatas

3) Mematuhi dan memenuhi persyaratan, sistem, dan mekanisme prosedur

pelayanan perizinan

4) Menjaga dan turut memelihara berbagai sarana dan prasaranan pelayanan

umum

5) Berpartisipasi aktif dan mematuhi segala keputusan Penyelenggara.

2. Fungsi Izin

Segala ketentuan dalam perizinan mempunyai fungsi yaitu sebagi funfsi

penertib dan pengatur. Sebagai fungsi penertib, diharap setiap izin atau tempat-

tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak

bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dari setiap segi masyarakat dapat

terwujud.

Page 49: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

37

Sebagai fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat

dilaksanakan sesuai dengan peruntukkannya sehingga tidak terdapat

penyalahgunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain, fungsi pengaturan ini

dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah. Dalam hal Izin

Mendirikan Bangunan, fungsi dari izin bangunan dapat dilihat dalam beberapa hal.

a. Segi Teknis Perkotaan

Pemberian izin mendirikan bangunan sangat penting artinya bagi pemerintah

daerah guna mengatur, menetapkan, dan merencanakan pembangunan perumahan

wilayahnya sesuai dengan potensial dan prioritas kota yang dituangkan dalam

Master Plan Kota. Untuk mendapatkan pola pembangunan kota yang terencana

dan terkontrol tersebut, pelaksanaan pembangunan di atas wilayah suatu kota

diwajibkan memeliki izin mendirikan bangunan dan penggunaannya sesuai

dengan yang disetuji oleh Dinas Perizinan dan Pengawasan Pembangunan Kota

(DP3K).

Dengan adanya pengaturan pembangunan perumahan melalui izin ini,

pemerintah di daerah dapat merencanakan pelaksanaan pembangunan berbagai

sarana serta unsur kota dengan berbagai instansi yang berkepentingan. Hal ini

penting artinya agar wajah perkotaan dapat ditata dengan rapi serta menjamin

keterpaduan pelaksanaan pekerjaan pembangunan perkotaan. Penyesuainan

pemberian izin mendirikan bangunan dengan Master Plan Kota akan

Page 50: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

38

memungkinkan adanya koordinasi antara berbagai departemen teknis dalam

melaksanakan pembangunan kota.

b. Segi Kepastian Hukum

Izin Mendirikan Bangunan penting artinya sebagi pengawasan dan

pengendalian. Mendirikan bangunan dapat menjadi acuan atau titik tolak dalam

pengaturan suatu bangunan. Bagi masyarakat, pentinga izin mendirikan bangunan

ini adalah untuk mendapatkan kepastian hukum terdapat hak bangunan yang

dilakukan, sehingga tidak ada gangguan atau hal-hal yang merugikan pihak lain

dan akan merugikan keamanan dan ketentraman dalam melakukan usaha atau

pekerjaan.

Selain itu, izin mendirikan bangunan tersebut bagi pemiliknya dapat berfungsi

antara lain sebagi berikut:

1) Bukti milik bangunan yang sah

2) Kekuatan hukum terhadap tuntutan ganti rugi dalam hal berikut:

a) Terjadinya hak milik untuk keperluan pembangunan yang bersifat untuk

kepentingan hukum

b) Bentuk-bentuk kerugian yang diderita pemilik bangunan lainnya yang

berasal dari kebijaksanaan dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah

c) Segi pendapatan daerah, dalam hal ini pendapatan daerah, maka izin

mendirikan bangunan merupakan salah satu sektor pemasukan yang tidak

Page 51: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

39

dapat diabaikan begitu saja. Memalui pemberian izin ini dapat dipungut

retribusi izin mendirikan bangunan. Retribusi atas izin mendirikan

bangunan itu ditetapkan berdasarkan presentase dari taksiran biaya

bangunan yang dibedakan menurut fungsi bangunan tersebut. retribusi izin

mendirikan dibebankan kepada setian orang atau badan hukum yang

namanya tercantum dalam surat izin yang dikeluarkan itu.

Hukum perizinan adalah bagian dari Hukum Administrasi Negara.

Adapun yang dimaksud dengan perizinan adalah melakukan perbuatan atau

usaha yang sifatnya sepihak yang berda di bidang Hukum Publik yang

berdasarkan wewenang tertentu yang berupa penetan dari permohonan

seseorang maupun Badan Hukum terhadap masalah yang dimohonkan.

Sebagai suatu instrument, izin berfungsi selaku ujung tombak instrument

hukum sebagai suatu pengarah, perekayasa, dan peranncang masyarakat yang

adil dan makmur. Hal ini berarti lewat izin dapat diketahui bagaimana

gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud. Ini bararti persyaratan-

persyaratan yang terkandung dalam izin merupakan pengendali dalam

memfungsikan izin itu sendiri.34

apabila dikatakan bahwa suatu izin itu dapat

difungsikan sebagai instrument pengendali dan instrument untuk mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimna yang diamantkan dalam alinea

keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945, penataan dan

34

Opcit., Sjachran Basah, hlm. 2.

Page 52: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

40

pengaturan izin sudah semstinya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Menurut Prajudi Atmosudirdjo,35

berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum

modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat.

D. Tinjauan Tentang Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

Pengawasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata ―awas‖

yang artinya melihat atau memperhatikan dengan seksama atau dengan baik-baik.

Pengawasan juga sering disebut dengan control.36

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia menjelaskan arti control sendiri adalah pengawasan, pemeriksaan,

mengontrol adalah memeriksa dan mengawasi. Soekarno K mendefinidikan

tentang pengawasan yaitu, suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus

dikerjakan, agar apa yang dilaksanakan sejalan dengan rencana‖.37

Beberapa ahli

lain memiliki pendapat tentang apa yang dimaksud dengan pengawasan, pendapat

tersebut antara lain :

Prayudi : Pengawasan merupakan suatu proses untuk menetapkan pekerjaan

apa yang dilaksanakan, di jalankan atau diselenggarakan itu dengan apa yang

dikehendaki, direncanakan dan diperhatikan.38

35

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981) hlm. 23. 36

Hadari Nawawi, Pengawasan Melekat Di Lingkungan Aparatur Pemerintah, Erlangga, Jakarta, 1989, hlm. 4.

37 Sujamto, beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm.

17. 38

Prayudi, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hlm. 80.

Page 53: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

41

Saiful Anwar : pengawasan atau control terhadap tindakan aparatue

pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat

mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan.39

Harold Koonz,dkk yang dikutip oleh John Salinderho : pengawasan adalah

pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin

bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan rencana. Sehingga apa yang

dimaksud pengawasan itu merupakan kegiatan mengukur pelaksanaan

dibandingkan dengan cita-cita dan rencana, memperlihatkan dimana ada

penyimpangan yang negative dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk

memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, dan membantu tercapainya suatu

rencana.40

2. Bentuk Pengawasan

Bentuk pengawasan dibagi menjadi 4 (empat) yaitu :

a. Pengawasan ditinjau dari kedudukan organ/badan yang melaksanakan

pengawasan :

Pengawasan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu :

1) Pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah yang ada dalam bidang

pengawasan membantu Presiden sebagai Administrator Pemerintahan yang

tertinggi dalam mengendalikan administrasi negara. Fungsi pengawasan ini

39

Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Glora Madani Press, 2004, hlm. 127. 40

John Salindeho, Tata Laksana Dalam Manajemen, Sinar Grafika, Jakarta, 1998, hlm. 39.

Page 54: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

42

dilaksanakan oleh organisasi/badan/unit kerja yang beban kerja dan volume

atau tugas pokok dibidang pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh

organisasi/badan/unit kerja terhadap aparatur pemerintah dalam melaksanakan

tugas-tugas pemerintahan dan tugas pembangunan, disebut sebagai

pengawasan dari luar (ekstern).

2) Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh setiap atasan langsung kepada

bawahannya dalam mewujudkan manajemen yang sehat dan baik

dilingkungan organisasi/badan/unit kerja masing-masing. Pengawasan yang

ini disebut dengan pengawasan atasan langsung sebagai pelaksanaan fungsi

yang melekat (pengawasan intern).41

Pengawasan ini dapat menjadi efektif

untuk mengendalikan pemerintah, jadi akan menciptakan aparatur pemerintah

yang sehat, bersih dan berwibawa.

Pengawasan melekat ini memiliki tiga sifat yaitu bersifat tepat, bersifat cepat

dan bersifat murah. Bersifat tepat, karena aparat pengawas mengetahui benar

lingkup tugas dan kewajiban aparat yang diawasi. Bersifat cepat karena

pengawasan melekat ini tidak perlu adanya procedural. Bersifat murah, karena

pengawasan ini merupakan ―built in control”, jadi tidak memerlukan

anggaran biaya sendiri.42

41

Hadari Nawawi, Pengawasan Melekat Di Lingkungan Aparatur Pemerintah, Erlangga, Jakarta, 1989, hlm. 4.

42 Muchsan, sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata

Usaha Negara di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm 41.

Page 55: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

43

b. Pengawasan dari segi waktu dilaksankannya

1) Pengawasan Preventif

Pengawasan preventif ialah pengawasan yang dilakukannya sebelum

dikeluarkannya suatu keputusan/ketentuan/ketetapan pemerintah. Pengawasan

ini disebut juga dengan pengawasan dalam hal pencegahan atau pengawasan

priori.

2) Pengawasan Represif

Pengawasan represif ialah pengawasan yang dilakukan sesudah

dikeluarkannya suatu keputusan/ketentuan/ketetapan pemerintah. Pengawasan

represif memiliki fungsi sebagai pengoreksi atau pemulihan jika terjadi suatu

tindakan yang dianggap salah.

c. Pengawasan ditinjau dari aspek yang diawasi

1) Pengawasan Segi Hukum

Pengawasan segi hukum yaitu pengawasan yang dimaksudkan untuk menilai

segi-segi hukum saja (rechtmatigheid).

2) Pengawasan Segi Kemanfaatan

Pengawasan segi kemanfaatan yaitu pengawasan yang dilakukan bertujuan

untuk menilai dari sisikemanfaatannya dalam kehidupan bermasyarakat.

d. Pengawasan Lintas Sektoral

Pengawasan lintas setoral ialah pengawasan yang dilakukan secara bersama

oleh dua atau lebih perangkat pengawasan terhadap program-program dan

kegiatan pembangunan yang bersifat multi sektoral yang menjadi

Page 56: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

44

tanggungjawab semua lembaga yang terlibat dalam program atau kegiatan

tersebut. contoh dari pengawasan ini adalah program bimas, program impress

bantuan daerah, impress sarana kesehatan, proyek perizinan.

Page 57: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

45

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Efektivitas Pasal 6

ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan dalam Pendirian Cafe adalah :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian hukum empiris (yuridis

empiris), yang merupakan suatu penelitian hukum mengenai berlakunya atau

implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum

tertentu yang terjadi di masyarakat. 43

Penelitian ini dilakukan dengan menginventarisir hukum positif yang berkaitan

dengan hukum administrasi negara mengenai Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan dalam Pendirian Cafe.

2. Metode Pendekatan

Pejeninelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis-sosiologis, yang

bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang berusaha untuk mengidentifikasikan

43

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum , Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 134.

Page 58: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

46

hukum dan melihat efektivitas hukum yang terdapat di dalam masyarakat44

.

Pendekatan yuridis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyelesaian

permasalahan yang berdasarkan pada pengawasan, hukum administrasi negara dan

pendapat para ahli yang didapatkan dari berbagai literature baik artikel, jurnal, buku

atau tulisan lainnya yang berkaitan dengan pendirian cafe dan pada akhirnya akan

ditarik kesimpulan agar menjawab permasalahan tersebut.

Penelitian hukum sosiologis mengungkapkan hukum yang hidup (living law)

dalam masyarakat melalui perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat. Empirical law

research, yaitu penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai perilaku anggota

masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat45

. Penelitian hukum secara empiris

ini dimulai dengan pengamatan dan wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Alasannya karena, mengetahui permasalahan

yang tidak ditaati terkait dengan pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten

BanyuwanLokasi gi Nomor 10 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa, penyelenggara

cafe harus melakukan pemberitahuan dan pendaftaran sebelum melakukan usahanya.

44

Ronny Hanitijo Soemitro. 2000. Metodologi Peneltian Hukum, Cetakan 4.Jakarta :Ghalia

Indonesia .hlm 58 45

M. Iqbal Hasan. 2009. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bandung : Remaja Karya.

Hlm 63

Page 59: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

47

Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten yang besar dan sedang berkembang

dalam hal pariwisata. Cafe merupakan salah satu tujuan yang paling diminati oleh

berbagai kalangan. Namun dari hasil pra-survey yang telah peneliti lakukan, banyak

sekali pengusaha cafe yang mengabaikan peraturan tersebut. 46

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dimaksud adalah segala hal yang dapat memberikan

dan menyediakan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Jenis dan sumber

data tersebut adalah :

a. Data Primer

Data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama.47

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian

yang dilakukan di lapangan secara langsung dengan cara wawancara kepada

Pegawai Negeri Sipil yang bertugas melakukan pengawasan terhadap

pemberitahuan dan pendaftaran cafe yang ada di Kabupaten Banyuwangi,

terkait dengan permasalahan :

1) efektivitas Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan dalam Pendaftaran Cafe

46

Hasil pra-survey di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 17 Oktober 2016

47 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009,

hlm. 93.

Page 60: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

48

2) hambatan dan upaya yang dilakukan Pemerintah atau Dinas terkait

dalam memberlakukan pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, pada waktu

penelitian dimulai data tersebut telah tersedia. Data ini merupakan data pendukung

yang bersifat memperkuat dan menjelaskan data primer dan juga diperoleh dari

studi pustaka, penelusuran literatur yang diperoleh di luar penelitian berlangsung.

Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk menjawab permasalahan pada

penelitian ini melalui studi kepustakaan.

Data tersebut terdiri dari:

1) Data Primer

Data hukum primer adalah data hukum yang diperoleh dari wawancara dan

survey kepada narasumber yang dapat memberikan informasi mengenai

penelitian yang penulis lakukan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan

wawancara dan survey kepada beberapa narasumber, yaitu : Kasi Penyidik

dan Penindakan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banyuwangi Bapak

Ripai, S.H, kepada Lugas dan Yogis (pemilik café Gis n Gas), Fitri (pemilik

Queen café), Ari (pemilik 3NG café), dan Darmanto (staff Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata )

Page 61: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

49

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer.48

Bahan hukum sekunder diperoleh dengan cara studi

dokumen, mempelajari buku-buku, literatur, makalah dan bahan-bahan

lainnya yang berkaitan dengan materi dan ditambah dengan pencarian melalui

internet. Buku yang digunakan peneliti seperti :

a) Buku tentang teori-teori efektivitas hukum

b) Buku yang terkait dengan Pemerintahan Daerah

c) Buku yang terkait dengan Pengawasan Pemerintah

d) Buku yang terkait dengan Perizinan

e) Buku yang terkait dengan kebijakan pemerintah

f) Undang-Undang yang terkait dengan penelitian ini

3) Data Tersier

Data hukum tersier ini Teadalah bersumber dari bahan-bahan hukum yang

dapat membantu pemahan dalam menganalisa serta memahami permasalahan,

seperti literature hukum, dan sumber lain yang sesuai.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan sumber atau data yang

berkaitan dengan penelitian yang diangkat adalah :

48

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengamat Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo, hlm. 119

Page 62: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

50

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data hukum primer adalah data hukum yang diperoleh dari

wawancara dan survey kepada Kasi Penyidik dan Penindakan Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Banyuwangi Bapak Ripai, S.H, kepada Lugas dan

Yogis (pemilik café Gis n Gas), Fitri (pemilik Queen café), Ari (pemilik 3NG

café), dan Darmanto (staff Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ).

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer.49

Bahan hukum sekunder

diperoleh dengan cara studi dokumen, mempelajari buku-buku, literatur,

makalah dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan materi dan ditambah

dengan pencarian melalui internet.

b. Teknik Pengumpulan Data Tersier

Data hukum tersier ini adalah bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat

membantu pemahan dalam menganalisa serta memahami permasalahan,

seperti literature hukum, dan sumber lain yang sesuai.

6. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri-ciri yang sama.

Obyek yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebagian Pegawai Negeri

49

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengamat Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo, hlm. 119

Page 63: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

51

Sipil di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (faktor penegak

hukum dan faktor sarana dan fasilitas) dan sebagian pemilik cafe yang ada di

Kabupaten Banyuwangi.

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang diteliti dan dianggap dapat

menggambarkan populasinya. Tekpopulasinik pengambilan sampel yang digunakan

adalah “purposive sampling” atau sampel yang bertujuan, menentukan responden

yang diteliti berdasarkan tujuan tertentu, untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini adalah 1 (satu) Pegawai Negeri Sipil

sebagai penegak hukum yaitu Bapak Ripai, S.H., sebagai Kasi Penyidik dan

Penindakan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banyuwangi dan 1 (satu)

karyawan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi yaitu Bapak

Darmanto serta 3 (tiga) pemilik café yaitu Lugas dan Yogis, Fitri serta Ari.

7. Teknik Analisis Data

Proses analisa data merupakan suatu proses penelaahan data secara mendalam.

Proses analisa dapat dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan

pengumpulan data meskipun pada umumnya dilakukan setelah data terkumpul. Guna

memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan, dan

menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini digunakan metode analisa deskriptif

kualitatif, yakni suatu analisa penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan

suatu situasi tertentu yang bersifat factual secara sistematis dan akurat.

Page 64: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

52

Penggunaan metode manggambarkan pada adanya usaha untuk menganalisa

seluruh data ( sesuai dengan pedoman rumTeusan masalah) sebagai satu kesatuan dan

tidak dianalisa secara terpisah terhadap Efektivitas Pasal 6 ayat (1) Peraturan daerah

Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha

Tempat Hiburan dalam Pendaftaran Cafe.

8. Definisi Operasional

a. Efektif adalah sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik atau memiliki

hasil. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa efektifitas

adalah hasil tepat guna, hasil guna, atau hasil yang menunjang tujuan yang

diharapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif berarti

dapat membuahkan hasil, mulai berlaku, ada pengaruh/akibat/efeknya.

b. Perizinan adalah salah satu bentuk suatu pelaksanaan fungsi pengaturan dan

bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.

c. Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan

perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut

prosedur dan persyaratan tertentu.

d. Pengawasan merupakan suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang

dilaksanakan, di jalankan atau diselenggarakan itu dengan apa yang

dikehendaki, direncanakan dan diperhatikan.

Page 65: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

85

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Banyuwangi

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi secara geografis terletak pada koordinat 7º 45’ 15‖ –

80 43’ 2‖ Lintang Selatan dan 113 º 38’ 10‖ Bujur Timur. Kabupaten

Banyuwangi berbatasan langsung dengan Kabupaten Bondowoso. Wilayah

Kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dataran rendah hingga dataran tinggi.

Page 66: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

54

Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung 3.344m dan Gunung

Merapi 2.799 m, dimana dibalik gunung merapi terdapat Gunung Ijen yang

sangan terkenal dengan keindahan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen

merupakan gunung api aktif yang ada di kabupaten Banyuwangi.

Pegunungan di Kabupaten Banyuwangi pada umumnya terletak dibagian barat

dan utara, sedangkan pada bagian selatan sebagian besar merupakan dataran

rendah. Bagian barat dan utara memiliki tingkat kemiringan rata-rata 40°, dengan

curah hujan rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang lainnya.

Daratan datar yang ada di Kabupaten Banyuwangi rata-rata memiliki kemiringan

kurang dari 15° dan curah hujan rata-rata cukup memadai sehingga dapat

menambah tingkat kesuburan tanah. Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi

yang sangat tinggi dibidang pertanian. Selain potensi pertanian, Kabupaten

Banyuwangi juga merupakan daerah produksi tanaman perkebunan dan

kehutanan, dan saat ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan yaitu dibidang

peternakan yang dapat menjadi sumber pertumbuhan baru perekonomian rakyat.

Batas wilayah Kabupaten Banyuwangi didasarkan atas beberapa dokumen

penting yaitu :

a. Java resn Besoeki 1924 Blad : XCIII C Topografische Inrinchiting, Batavia

1924, Pengukuran tahun 1917 — 1918 dan 1922 Penggambaran tahun 1922

Skala 1:50.000;

Page 67: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

55

b. Java resn Besoeki 1924 Blad : XCIV A Topografische Inrinchiting, Batavia

1925, Pengukuran tahun 1920 dan 1922, Penggambaran tahun 1922-1923,

Skala 1:50.000;

c. Java resn Besoeki 1924 Blad : LXXXVIII B (Alg. No.XLIII-

58B) Topografische Inrinchiting, Batavia 1925, Pengukuran tahun 1917 —

1918, Penggambaran tahun 1922, Skala 1:50.000;

d. Lambang Resmi Kabupaten Banyuwangi.

Batas wilayah Kabupaten Banyuwangi yaitu :

a) Sebelah utara adalah Kabupaten Situbondo

b) Sebelah timur adalah Selat Bali

c) Sebelah selatan adalah Samudera Indonesia dan

d) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Kabupaten

Bondowoso.

2. Visi dan Misi

VISI

1. Kemandirian Daerah adalah kemampuan riil atau nyata pemerintah

daerah dan masyarakatnya dalam mengatur dan mengurus kepentingan

daerah/rumah tangganya sendiri menurut prakarsa dan aspirasi

masyarakatnya, termasuk di dalamnya upaya yang sungguh-sungguh

Page 68: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

56

agar secara setahap demi setahap misa mengurangi ketergantungan

terhadap pihak-pihak lain (luar) tanpa kehilangan adanya kerjasama

dengan daerahdaerah lain yang saling menguntungkan.

2. Kesejahteraan Masyarakat yang Berakhlaq Mulia, ditandai oleh

semakin meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan

bermartabat, dan adanya perhatian utama pada tercukupinya

kebutuhan dasar pokok manusia, seperti pangan, papan, sandang,

kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja, yang didukung oleh

infrastruktur fisik, sosial budaya ekonomi yang memadai. Peningkatan

kualitas kehidupan ini akan lebih difokuskan pada upaya pengentasan

masyarakat miskin sehingga secara simultan dapat

meningkatkankesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, serta

adanya iklim berusaha dan berkegiatan yang sehat untuk kelompok-

kelompok masyarakat lainnya. Perlu ditekankan di sini bahwa

kemajuan-kemajuan yang ingin kita raih, tidak hanya sekedar

kemajuan di bidang fisik dan ekonomi saja, akan tetapi kita berupaya

keras pula untuk dapat meraih kemajuan-kemajuan pada dimensi

mental – spiritual, keagamaan, kebudayaan dan non fisik, agar

kehidupan masyarakat benar-benar sejahtera lahir dan batin serta

berakhlaqul mulia.

3. Kesejahteraan Masyarakat yang Berakhlaq Mulia, ditandai oleh

semakin meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan

Page 69: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

57

bermartabat, dan adanya perhatian utama pada tercukupinya

kebutuhan dasar pokok manusia, seperti pangan, papan, sandang,

kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja, yang didukung oleh

infrastruktur fisik, sosial budaya ekonomi yang memadai. Peningkatan

kualitas kehidupan ini akan lebih difokuskan pada upaya pengentasan

masyarakat miskin sehingga secara simultan dapat

meningkatkankesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, serta

adanya iklim berusaha dan berkegiatan yang sehat untuk kelompok-

kelompok masyarakat lainnya. Perlu ditekankan di sini bahwa

kemajuan-kemajuan yang ingin kita raih, tidak hanya sekedar

kemajuan di bidang fisik dan ekonomi saja, akan tetapi kita berupaya

keras pula untuk dapat meraih kemajuan-kemajuan pada dimensi

mental – spiritual, keagamaan, kebudayaan dan non fisik, agar

kehidupan masyarakat benar-benar sejahtera lahir dan batin serta

berakhlaqul mulia.

4. Untuk mempercepat program-program tersebut perlu ditingkatkan

pelayanan publik melalui optimalisasi kinerja instansi Pemerintah

Daerah yang efektif, terpadu dan berkesinambungan.

Page 70: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

58

MISI

1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih dan demokratis

melalui penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, aspiratif,

partisipatif dan transparan.

2. Meningkatkan kebersamaan dan kerjasama antara pemerintah, pelaku

usaha dan kelompok-kelompok masyarakat untuk mempercapat

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Membangun kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

dengan mengoptimalkan sumberdaya daerah yang berpijak pada

pemberdayaan masyarakat, berkelanjutan, dan aspek kelestarian

lingkungan.

4. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan ketepatan alokasi

investasi pembangunan melalui penciptaan iklim yang kondusif untuk

pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja.

5. Mengoptimalkan ketepatan alokasi dan distribusi sumber-sumber

daerah, khususnya APBD, untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.

6. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia (SDM)

yang beriman dan bertaqwa kehadhirat Tuhan Yang Maha Kuasa.

7. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan

sosial dasar lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta kearifan lokal.

Page 71: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

59

8. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik

dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

9. Mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan

bernegara, berbangsa dan bermasyarakat melalui pembuatan peraturan

daerah, penegakan peraturan dan pelaksanaan hukum yang

berkeadilan.

3. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Banyuwangi

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas yaitu melaksanakan

urusan pemerintahan dalam bidang kebudayaan dan pariwisata. Dalam

melaksanakan tugas tersebut, Dinas memeliki fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan (teknis) yang ada dalam bidang kebudayaan dan

pariwisata

b. Penyelenggaraan urusan pelayanan umum dan pemrintahan di bidang

kebudayaan dan pariwisata

c. Pelaksanaan dan pembinaan tugas di bidang kebudayaan dan

pariwisata

d. Pelaksanaan tugas dan urusan lain yang merupakan perintah dari

bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya

Agar dapat mencapai tugas pokok dan fungsinya, maka Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi memberikan beberapa pelayanan, yaitu :

Page 72: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

60

a. Pelayanan dalam bidang umum dan kepegawaian

b. Pelayanan dalam bidang keuangan dan perlengkapan

c. Pelayanan dalam bidang penyusunan program

d. Pelayanan dalam bidang adat budaya

e. Pelayanan dalam bidang daya alam

f. Pelayanan dalam bidang budaya wisata

g. Pelayanan dalam bidang pemberdayaan seni dan budaya

h. Pelayanan dalam bidang pemberdayaan sarana wisata

i. Pelayanan dalam bidang promosi budaya dan wisata

Sesuai dengan Peraturan Bupati Kabupaten banyuwangi nomor 52 Tahun

2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata kerja Organisasi Perangkat Daerah

Nomor 6 Tahun 2011, dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepala Dinas. Tugas dari kepala dinas yaitu :

a. Menyusun program kegiatan dan juga rencana dalam bidang

kebudayaan dan pariwisata

b. Melaksanakan program yang telah disusun

c. Mengkoordinasikan program yang akan dilaksanakan dalam

bidang kebudayaan dan pariwisata

d. Mengendalikan pelaksanaan program kegiatan di bidang

kebudayaan dan pariwisata

e. Melakukan pembinaan pegawai di lingkungan Dinas

Page 73: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

61

f. Memonitar dan mengevaluasi pelaksanaan tugas yang dilakukan

oleh bawahan agar dapat mencapai sasaran yang sesuai dengan

program kerja dan ketentuan yang berlaku

g. Menilai prestasi bawahan sebaggai suatu pertimbangan dalam

perkembangan karir

h. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya sebagai kepala dinas kebudayaan dan

pariwisata

i. Menyampaikan laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di

bidang tugas dan fungsinya sebagai kepala dinas kepada bupati

melalui Sekretaris Daerah.

2. Sekretaris, memiliki tugas pokok yaitu menyusun rencana kegiatan

tahunan, pengendalian serta pengelolaan keuangan dan urusan umum

lainnya yang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Untuk melaksanakan

tugas pokoknya, secretariat memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan administrasi untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

b. Pengkoordinasiian kegiatan dilingkungan Dinas

c. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya

d. Penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi dengan

satuan kerja dan perangkat terkait lainnya

Page 74: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

62

Sekretaris sendiri memiliki tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rencana secretariat yang menjadi Rencana Kerja Dinas

b. Menyelenggarakan administrasi umum yang dapat mendukung

kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas

c. Menyelenggarakan hubungan kerja yang ada dalam bidang

administrasi dengan satuan perangkat kerja

d. Mengkoordinasikan kegiatan di lingkungan Dinas

e. Mengkoordinasikan bawahan atau satuan kerja terkait agar terjalin

kerjasama yang baik dan saling mendukung

f. Meneilai hasil kerja bawahannya

g. Melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsi sekretaris

h. Melaporkan tugas atau hasil pelaksanaan pada atasan atau Kepala

Dinas

3. Kepala Bidang Kebudayaan mempunyai tugas pokok untuk

menyelenggarakan pembinaa, pengembangan dan pelestarian di

bidang kebudayaan. Fungsi darii kepala bidang kebudayaan adalah :

a. Pembinaan, pengembangan dan pelestarian kebudayaan

b. Fasilitasi pagelaran budaya sebagai objek wisata

c. Pemprosesan pemberian rekomendasi izin untuk mendirikan

pendidikan seni/sanggar seni

d. Fasilitasi penyusunan paket wisata budaya

Page 75: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

63

e. Peningkatan kemitraan penelitian dan juga pengkajian

pengembangan budaya

f. Pengembangan dan pengelolaan seni budaya, arkeologi serta

museum

g. Peningkatan pemahaman dan pengembangan nilai adat dan tradisi

local

h. Database kebudayaan

i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya

Kepala Bidang Kebudayaan sendiri memiliki tugas sebai berikut :

a. Menyusun rencana bidang kebudayaab sesuai dengan rencana

Kerja Dinas

b. Membina, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan

c. Memfasilitasi pagelaran budaya sebagai objek wisata

d. Memproses pemberian izin pendirian sanggar seni budaya

e. Memfasilitisai penyusunan kemasan paket wisata

f. Meningkatkan kemitraan penelitian dan pengkajian pengembangan

kebudayaan dan arkeologi

g. Mengembangkan seni budaya arkeologi, dan museum

h. Meningkatkan pengembangan dan pengetahuan seni dan tradisi

local

i. Memfasilitasi penyusunan data base

Page 76: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

64

j. Meningkatkan pemahaman dan juga pengetahun nilai sejarah dan

tradisi

k. Mengkoordinasikan bawahan agar terjalin kerjasama yang baik

dan juga saling mendukung satu sama lain

l. Menilai hasil kerja bawahan

m. Melaksanakan tugas yang menjadi tugas dinas yang diberikan oleh

atasan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.

4. Kepala Bidang Pariwisata, mempunyai tugas pokok yaitu

menyelenggarakan pengembangan, pembinaan dan pemanfaatan objek

wisata, ketenagakerjaan kepariwisataan sarana dan sumber daya alam

wisata. Dalam menyelenggarakan tugas yang dimaksud, kepala

Bidang Pariwisata memiliiki fungsi :

a. Pembinaan dan pengembbangan objek wisata, ketenaga kerjaan

kepariwisataan, sarana dan sumber daya alam wisata

b. Pemberian pertimbangan teknis pemmrosesan perizinan di bidang

usaha Objek Wisata, Akomodasi, Rumah Makan, Bar, Biro

perjalanan wisata, Cafe, dan Taman rekreasi

c. Evaluasi kegiatan pengembangan objek wisata, ketenagakerjaan

wisata, sarana dan sumber daya wisata

d. Pembinaan dan pengembangan lembaga-lembaga masyarakat di

bidang pariwisata

Page 77: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

65

e. Penyusunan bahan laporan dan pelaksanaan serta evaluasi kegiatan

pembinaan dan pengembangan objek wista

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya

Kepala Bidang Pariwisata meliki tugas yaitu :

a. Menyusun rencana di bidang Pariwisata sesuai dengan rencana

dinas

b. Membina dan mengembangkan objek wisata, tenaga kerja wista,

dan sarana

c. Memberikan pertimbangan teknis dalam pemberian izin di bidang

pariwisata

d. Memantau dan mengevaluasi kegiatan pembinaan, dan

pengembangan wisata

e. Membina dam mengembangkan usaha lembaga dan masyarakat

wisata

f. Menyusun bahan laporan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan

pembinaan dan pengembangan objek wisata, sarana wista dan jasa

kepariwisataan

g. Mengkoordinasikan bawahan agar menjalankan tugas dengan baik

dan saling mendukung

h. Menilai hasil kerja bawahan

Page 78: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

66

i. Melaksanakan tugas dinas yang diberikan atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya

j. Melaporkan hasil kegiatan dan tugas

5. Kepala Bidang Pemasaran mempunyai tugas pokok melaksanakan

pembinaan dan pemantauan dalam rangka pengembangan jaringan.

Kepala Bidang Pemasaran memiliki fungsi yaitu :

a. Pelaksanaan uapaya pengembangan pariwisata

b. Peningkatan kerjasama baik dengan pihak luar negeri atau dalam

negeri dengan menonjolkan keunggulan daerah

c. Peningkatan koordinasi pengembangan jaringan aksesbilitas

d. Pelaksanaan promosi baik di dalam ataupun luar negeri

e. Perancangan dan mensinergikan pembuatan even-even untuuk

menarik wisatawan

f. Peningkatan kemitraan untuk mengembangkan produk dan

promosi

g. Peningkatan pembangan sistem informasi tentang pariwisata

h. Pelaksanaan tigas lain yang diberikan atasan

Kepala Bidang Pemasaran memiliki fungsi yaitu :

a. Menyusun rencana Bidang Pemassaran sesuai dengan rencana

dinas

b. Melaksanakan upaya pengembangan wista

Page 79: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

67

c. Meningkatkan kerjasama pemasaran wista bbaik dengan pihak luar

atau dalam negeri

d. Meningkatkan koordinasi pengembangan jaringan aksesbilitas

e. Melaksanakan promosi intensif di luar dan di dalam negeri

f. Merancang dan mensinergikan pembuatan even-even pariwista

untuk meningkatkan kunjungan

g. Meningkatkan kemitraan pengembangan produk dan promosi

h. Meningkatkan pembangunan sistem informasi kepariwistaan

i. Mengkoordinasikan bawahan agar terjalin kerjasama yang baik

dan saling mendukung satu sama lain

j. Mmenilai hasil kerja bawahan

k. Melaksanakan tugas kedinasan yang diberikan atasan

l. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan50

4. Gambaran Umum Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Banyuwangi

Satuan Polisi Pamong Praja atau biasa disebut dengan Satpol PP merupakan

perangkat daerah yang merpakan perangkat daerah di bidang ketentraman dan

ketertiban umum untuk megakkan Peraturan daerah, Peraturan Bupati dan juga

Keputusan Bupati. Satuan Polisi Pamong Praja memiliki fungsi :

50

Perturan Bupati Banyuwangi Nomor 52 tahun 2011 tentang rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Nomor 6 Tahun 2011

Page 80: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

68

a. Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan kettertiban umum,

Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati

b. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umu di daerahefektivitas

B. Efektivitas Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Nomor 10 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan

Pemerintahan suatu negara membagi dan memisahkan kekuasaan menjadi dua

bagian yaitu secara horizontal dan secara vertikal. Indonesia sendiri membagi dan

memisahkan kekuasaan horizontal yang meliputi ekskutif, yudikatif, dan

legislatif. Sedangkan secara vertikal dibagi atas pemerintah pusat dan pemerintah

daerah yang ada di bawahnya.

Dalam pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Negara Kesatuan Republik

Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa, ― Pemerintah Daerah menjalankan

otonomi yang seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintah yang menurut Undang-

Undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.‖ Dalam hal ini yang

dimaksud dengan otonomi daerah merupakan kewenangan yang dimiliki oleh

pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya

masing-masing atau yang dapat disebut dengan asas desentralisasi.

Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan ini

dimaksudkan agar hukum yang berlaku dapat disesuaikan dengan perkembangan

Page 81: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

69

zaman dan juga perkembangan masyarakat, khususnya masyarakat Banyuwangi.

Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014

menyebutkan bahwa tujuan dari peraturan daerah tersebut adalah untuk mengatur

penyelenggaraan usaha tempat hiburan di Kabupaten Banyuwangi. Cafe

merupakan bagian dari usaha tempat hiburan permanen, hal ini sesuai dengan

Pasal 4 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014.

Dalam Peraturan tersebut dijelaskan bahwa cafe adalah penyediaan makanan

ringan dan minuman ringan dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk

proses pembuatan, penyimpanan, dan/atau penyajian didalam 1 (satu) tempat

tetap yang tidak berpindah-pindah.

Cafe merupakan tempat hiburan yang dewasa ini mulai menjamur di beberapa

daerah, termasuk Kabupaten Banyuwangi. Banyaknya tempat hiburan yang ada

di Kabupaten Banyuwangi ini tidak dapat terlepas dari tren yaitu suatu kegiatan

yang dilakukan oleh orang banyak pada suatu masa yang sedang berlaku di

masyarakat modern di Kabupaten Banyuwangi yang menjadikan cafe sebagai

tempat untuk berkumpul. Bagi para penikmatnya, cafe dapat menjadi ajang untuk

bersosialisasi dalam rangka memperluas pergaulan dan wawasan.51

Berikut

merupakan daftar café yang ada di Kabupaten Banyuwangi :

51

Ahmadi, Abu. 2001. Psikologi Sosial. Jakarta. Rineka Cipta, hlm. 36.

Page 82: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

70

Tabel 1.4 Daftar Nama Café Di Kabupaten Banyuwangi

No. Nama Cafe No. Nama Cafe

1. Cafe Zera 16. Ngoboskopay

2. Gaul Café 17. Gis n Gas Café

3. Chill n Break Café 18. Queen Café

4. Lina Café 19. G-Jack Café

5. Mocenk Café 20. 3NG Café

6. Kemunir Coffee Shop 21. Coffee House

7. Nomaden Café 22. Coffee Zone

8. Coffee Break Sraten 23. Mr. Mario Café

9. Cafe Java Sunrise 24. D’cinnamon Café

10. Milktime Café 25. Xena Café

11. Supermilk 99 26. Kafe27

12 Kedai Roekinroll 27. Cherry House

13. Pizza de Java Café 28. Arbellestudio Café

14. Eyangkakung Café 29. Heroes Café

15. NH Fresh Drink 30. Cafe Moxie

Sumber : plesir.wordpress.com tahun 2015-2016

Dari data yang didapat diatas ada 30 (tiga puluh) cafe yang ada di Kabupaten

Banyuwangi. Dari data tersebut, faktanya hanya ada 2 (dua) cafe saja yaitu Gis n

Gas Cafe dan Queen Cafe yang telah terdaftar di Dinas Kebudayaan dan

Page 83: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

71

Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.52

Maka hanya ada 6,6% cafe dari 30 jumlah

cafe yang ada di Kabupaten Banyuwangi yang telah terdaftar di Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Untuk menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana yang ada, baik

sarana pidana atau non pidana yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya

dibutuhkan suatu penegakan hukum. Penegakan hukum itu sendiri adalah suatu

usaha untuk menanggulangi suatu kejahatan yang rasional, untuk memenuhi rasa

keadilan dam memiliki suatu daya guna. Penegakan hukum sendiri diharapkan

dapat menegakkan dan menjamin kepastian hukum, ketertiban umum, dan

perlindungan hukum pada era globalisasi saat ini. Hal ini hanya dapat terlaksana

apabila semua dimensi kehidupan dapat menjaga keselarasan, keserasian dan

keseimbangan antara moralitas sipil yang berdasar pada nilai aktual di dalam

masyarakat yang beradab. Sebagai suatu proses yang melibatkan berbagai pihak

termasuk masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan hal ini merupakan

keharusan untuk melihat penegakan hukum itu sendiri.53

Dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan dimaksud dengan

pertimbangan dalam rangka menjamin terselenggaranya pengendalian usaha

52

Hasil wawancara dengan Bapak Darmanto, Karyawan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, tanggal 5 Desember 2016

53 Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT remaja Rosdakarya, hlm.

48.

Page 84: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

72

tenpat hiburan di Kabupaten Banyuwangi, ini dibutuhkan suatu pencegahan akan

terjadinya suatu gangguan yang diakibatkan dari penyelenggara usaha.

Pendaftaraan dan pemberitahuan harus diajukan oleh penyelenggara tempat

usaha kepada Kepala Daerah Kabupaten Banyuwangi. Masa berlaku tersebut

berdasarkan pada pasal 17 Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10

Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan dikatakan bahwa

masa berlakunya sampai berakhirnya izin yang dimaksud. Berdasarkan hal

tersebut, maka yang harus dianilisis adalah berkaitan dengan efektivitas

pengawasan dan evaluasi pengawasan yang telah diterbitkan untuk

penyelenggaraan tempat hiburan yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

Penulis hendak menganalisis apakah Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah

Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 sudah efektif dalam

pelaksanaannya atau belum dalam penerapannya di masyarakat. Lawrence Meir

Friedman mengatakan bahwa berhasil atau tidaknya suatu peraturan atau

penegakkan hukum itu bergantung pada 3 (tiga) hal, yaitu substansi hukum,

struktur hukum, dan kultur.

1. Substansi Hukum

Substansi hukum yang dimaksud disini ialah norma, aturan dan pola perilaku

yang berbeda dengan sistem, jadi substansi hukum itu adalah produk hukum

materiil atau isi undang-undang yang mewajibkan agar warga masyarakat

melakukan atau melaksanakan aturan tersebut. substansi hukum ini juga

Page 85: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

73

mencakup hukum yang hidup dalam masyarakat (living law), bukan hanya aturan

atau hukum yang mengacu pada kitab undang-undang (law books) saja. Indonesia

menganut Civil Law System dimana peraturan hukum yang dianut adalah

peraturan-peraturan yang tertulis, sedangkan yang tidak tertulis bukan dinyatakan

hukum. Sistem yang dianut ini membawa dampak atau mempengaruhi sistem

hukum yang ada di Indonesia. Salah satu contohnya uyaitu adanya asas Legalitas

yang ada pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam pasal 1

KUHP yang berbunyi, tidak ada suatau perbuatan pidana yang dapat di hukum

jika tidak ada aturan yang menganutnya‖. Hal ini mengakibatkan suatu perbuatan

tidak dapat dikenakan sanki hukum apabila perbuatan itu tidak ada peraturannya

atau tidak ada dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mengacu pada apa yang hendak dianalisis oleh penulis dengan judul yang

telah dipilih yaitu efektivitas pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan dalam Pendaftaran Cafe, dari peraturan daerah yang digunakan dapat

dilihat bahwa peraturan ini mengatur dam memberikan suuatu perintah pada

masyarakat khususnya pengusaha atau pemilik cafe agar melakukan

pemberitrahuan atau pendaftaran dalam penyelenggaraan tempat usaha hiburan

yaitu cafe.

Dalam Pasal 22 Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 14 Tahun 2014

Tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi

disebutkan bahwa, bupati melalui dinas melakukan pengawasan dalam rangka

Page 86: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

74

pendaftaran usaha pariwisata. Dinas yang dimaksud disini adalah Dinas

Kebudayaan dan Parisata Kabupaten Banyuwangi. Namun apakah peraturan

tersebut telah dilakukan secara baik oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi

maupun pelaku usaha cafe. Sesuai dengan pasal 6 ayat (1) Peraturan daerah

Kabupaten Banyuwangi Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan

penyelenggara tempat usaha wajib mengajukan pemberitahuan dan pendaftran

kepada pemerintah daerah.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, bahwa banyak dari usaha cafe yang

belum memiliki Tanda daftar Usaha. Hanya ada 2 (dua) cafe yang telah memiliki

tanda Daftar Usaha yaitu Gis n Gas cafe dan Quuen cafe.54

Alasan yang

diungkapkan oleh pemilik cafe karena mereka hanyalah pengusaha yang memiliki

usaha dengan skala yang kecil, dan jika mereka mendaftarkan usahanya dan

mengurus perijinan nanti mereka akan dikenakan pajak dari usahanya, dan karena

skala usahanya kecil maka hasil dari usahanya akan terpotong pajak dan tidak

cukup untuk biaya operasional cafe mereka.55

Disamping itu juga karena

ketidaktahuan mereka terhadap peraturan hukum yang ada.

Dengan adanya data bahwa hanya ada 2 (dua) cafe yang telah melakukan

pendaftaran kepada Dinas,56

pada kenyataannya Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelengaraan Usaha Tempat

54

Hasil wawancara dengan Bapak Darmanto, karyawan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, tanggal 5 Desember 2016

55 Wawancara dengan Fitri, pemilik cafe Quuen Cafe pada tanggal 13 Oktober 2016

56 Hasil wawancara dengan Bapak Ripai, Kasi Penindakan dan Penyidikan Satpol PP

Banyuwangi, tanggal 5 Desember 2016

Page 87: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

75

Hiburan tersebut belum terlaksana dengan baik. Dengan begitu dari segi

substansinya peraturan daerah tersebut belum bisa dikatan efektif dalam

penerapannya.

2. Struktur Hukum

Struktur hukum merupakan institusionalisasi ke dalam entitas-entitas hukum,

yaitu seperti struktur pangadilan tingkat pertama, pengadilan tingkat banding, dan

pengadilan tingkat kasasi. Friedman menjelaskan bahwa hukum mempunyai

elemen pertama dari sistem hukum sendiri yaitu struktur hukum, tatanan

kelembagaan dan kinerja lembaga. Friedman juga menegaskan bahwa sistem

struktural yang menentukan suatu hukum bisa atau tidak hukum itu dapat

dilaksanakan dengan baik. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 menyebutkan,

struktur hukum meliputi pihak Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Badan

Pelaksana Pidana ( Lapas). Kewenangan lembaga penegak hukum tersebut juga

juga dijamin oleh adanya Undang-Undang yang mengaturnya. Dimana ini

dimaksudkan agar dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari kekuasaan

pemerintah dan dari pengaruh-pengaruh lainnya. Ada adigum yang mengatakan

―fiat justitia et pereat mundus‖ yang artinya ―meskipun dunia ini runtuh hukum

harus ditegakkan‖. Hukum tidak dapat berjalan tegak atau tegak apabila aparat

hukumnya tidak memiliki kredibilitas, kompeten, dan independen. Walaupun

hukum itu telah dibuat seadil dan sebaik mungkin, apabila aparat penegak

Page 88: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

76

hukumnya tidak baik maka hukum dengan keadilan hanyalah sebuah angan-angan

saja.

Aparat penegak hukum yang terkait dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan adalah Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Kabupaten

Banyuwangi. Dimana para anggota Satpol PP memiliki kewenangan untuk

menindak tegas para pengusaha cafe yang dalam penyelenggaraan usahanya tidak

melakukan pemberitahuan atau pendaftaran kepada Kepala Daerah atau tidak

memiliki Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) yang digunakan sebagai bukti

bahwa cafe tersebut telah terdaftar di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Tugas penegak hukum tersebut belum terlaksana dengan baik atau belum

efektif sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini dapat dibuktikan dengan

adanya hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan penyidik kantoe Satuan

Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Kabupaten Banyuwangi. Beliau menyebutkan

bahwa pihak Satpol PP belum dapat melakukan penindakan lebih lanjut terhadap

pengusaha café yang tidak mendaftarkan usahanya. Hal ini karena belum adanya

perintah atau instruksi lebih lanjut dari Dinas terkait dan dari pemerintah daerah

sendiri.57

Sehingga jika penulis melakukan suatu analisis teori efektivitas berdasarkan

pada sisi struktur hukumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan pasal 6 ayat (1)

57

Wawancara dengan Bapak Ripai, Kasi Penindakan dan Penyidikan Satpol PP Banyuwangi, tanggal 5 Desember 2016

Page 89: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

77

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan dalam dalam hal struktur organisasi

Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banyuwangi belum berjalan dengan

efektif dalam hal menjalan tuganya sebagai aparat penegak hukum.

3. Kultur Masyarakat

Kultur adalah sikap atau nilai yang berhubungan dengan hukum bersama-

sama yang terkait dengan tingkah laku dari lembaga-lembaga hukum, baik secara

positif atau negatif. Kultur sendiri sangatlah erat hubungannya dengan kesadaran

hukum dari masyarakat. Apabila semakin tinggi kesadaran hukum yang ada di

masyarakat, maka akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola

piker dari masyarakat itu sendiri mengenai hukum.

Faktor ini merupakan faktor utama yang menyebabkan setiap peraturan yang

telah ada dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan dari peraturan

tersebut. kurangnya kesadaran dari tiap masyarakat atau khususnya kesadran dari

pengusaha café membuat Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan ini tidak berjalan secara efektif.

Selain dari pengusaha cafe itu sendiri, suatu efektivitas pelaksanaan dapat

dilihat dari faktor masyarakat sebagai faktor utama yang dapat menilai apakah

suatu peraturan berjalan dengan efektif atau tidak. Reaksi masyarakat dapat

dilihat dari reaksinya terhadap tempat hiburan atau cafe yang ada, tujuan

Page 90: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

78

berdirinya café, dan pengusaha mendirikan café ditujukan untuk menghibur

masyarakat sekitar tempat usaha, sehingga selama ini ada gejolak yang muncul

dari masyarakat.

Pemilik cafe yang telah diwawancarai menyampaikan bahwa pemerintah

kabupatten Banyuwangi tidak baik dalam memberikan fasilitas bagi pengusaha

cafe dalam skala kecil. Proses yang dirasa sangat sulit itu membuat pengusaha

enggan untuk mendaftarkan tempat usahanya. Lagipula pengusaha juga kurang

paham akan kewajiban mendaftarkan tempat usahanya.

Karena tidak adanya pengawasan yang sampai pada pengusaha tersebut, maka

tidak ada juga pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan

kewajiban pemberitahuan dan pendaftran tempat usaha hiburan. Dengan begitu

maka tidak ada pula perlindungan hukum bagi usaha tempat hiburan.

Menurut pengusaha cafe, masyarakat sekitar tempat usahanya sejauh ini tidak

ada gejolak atau reakksi yang negatif muncul karena berdirinya cafenya. Hal ini

karena pemilik café juga tidak pernah berhenti melakukan komunikasi yang baik

terhadap masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di sekitar cafe.

Pemilik cafe kebannyakan juga telah meminta izin kepada pejabat desa terdekat

sebelum menyelenggarakan usahanya. Mereka juga mematuhi norma-norma yang

ada di masyarakat dan berusaha mengkondisikan pengunjungnya agar juga

senantiasa menaati peraturan yang telah diberikan pemilik cafe. Kuncinya adalah

menjaga komunikasi yang baik dengan tokoh-tokoh masyarakat yang ada

Page 91: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

79

disekitar cafe dan menjaga ketenangan serta keharmonisan dengan lingkungan

sekitar serta membuat aturan baik tertulis ataupun tidak tertulis bagi pengunjung.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada salah satu pemilik café

yang ada di Kabupaten Banyuwangi, dapat disimpilkan bahwa Pasal 6 ayat (1)

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Tempat Usaha Hiburan dari sudut pandang kultur dapat

disimpulkan belum efektif.

C. Hambatan Yang Dialami dalam memberlakukan Pasal 6 ayat (1)

Peraturan Daerah kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan Dalam Pendaftaran

Cafe

Masih ada banyak hambatan yang terkait dengan efektivitas Pasal 6 ayat (1)

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan dalam Pendirian Cafe. Semua aturan

yang ada tidak semuanya dapat berjalan dengan lanccar. Pasti pada tiap aturan

tersebut memiliki hambatan masing-masing dalam setiap penerapannya.

Peraturan hukum yang tertulis pada dasarnya dibuat agar dapat mempermudah

kehidupan manusia di masyarakat. Peraturan ini dibentuk agara dapat menjadi

pengawas sekaligus penjaga bagi setiap kegiatan yang ada di masyarakat. Karena

pada dasarnya setiap masyarakat melakukan interaksi sosial setiap harinya,

Peraturan disini dibuat agar dapat melindungi hak dan kewajiban setiap orang

Page 92: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

80

tanpa terkecuali yang disertai dengan sanksi yang tegas bagi pihak yang

melanggar aturan tersebut.

Salah satu hal menarik yang dapat dianalisis disini adalah, walaupun telah

dibentuk suatu peraturan perundang-undangan dalam bentuk tertulis, dan

dinyatakan telah berlaku di masyarakat, namun terdapat suatu tendensi atau

kecenderungan bahwa peraturan tersebut tidak akan dapat diterima oleh

masyarakat secara utuh. Sejauh ini, bahwa walaupun suatu peraturan suadah

dibuat, tidak ada jaminan bahwa peraturan tersebut akan dipatuhi oleh

masyarakat. Hal ini banyak terjadi di masyarakat, dan dapat dilihat secara

langsung contoh nya banyak café yang berdiri tanpa melakukan pemberitahuan

dan pendaftaran pada pemerintah daerah.

Agar dapat mengkaji hambatan dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah

daerah dalam pengefektivan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan, penulis menggunakan teori efektivitas menurut Lawrence M. Friedman.

Bagan dibawah ini sebagai gambaran singkat mengenai teori efektivitas hukum.

Page 93: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

81

Bagan 4.1

Teori Efektivitas Hukum Menurut Lawrence M. Friedman

Lawrence telah mengemukakan 3 (tiga) faktor hukum yang juga

mempengaruhi suatu efektivitas hukum itu sendiri. Tiga faktor tersebut adalah

Substansi, Struktur, dan Kultur. Dalam sub bab ini akan diteliti terkait dengan

faktor apa sajakah yang kurang efektif dalam Pasal 6 ayat (1) Peraturan

Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Tempat Usaha Hiburan.

Target

Kebijakan

Target

Kebijakan Target

Kebijakan

Target

Kebijakan

Page 94: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

82

1. Hambatan Internal

Selama ini, hambatan yang dialami oleh pihak Dinas Kebudayaan Dan

Pariwisata Kabupaten Banyuwangi yaitu kurang melakukan pembinaan

dan juga controlling terhadap pengusaha cafe. Kurangnya pengawasan dan

pembinaan ini membuat para pengusaha cafe juga enggan untuk

melakukan pemberitahuan dan juga pendaftaran akan usaha yang

dimilikinya.

2. Hambatan Eksternal

a. Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya pemiliki cafe untuk

melakukan pemberitahuan dan pendaftaran tempat usahanya

b. Tidak semua pengusaha cafe yang ada di Kabupaten Banyuwangi

tahu akan pentingnya pemberitahuan dan pendaftaran tempat usaha

hiburan

c. Pengusaha tidak mengetahui bagaimana proses yang harus dilakukan

dalam mengurus pemberitahuan dan pendaftaran cafenya

d. Hambatan juga dialami oleh Kantor SATPOL PP Kabupaten

Banyuwangi. Menurut penyidik SATPOL PP mengatakan bahwa

hambatan yang dialami dalam upaya pengefektivan pasal 6 ayat (1)

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Tempat Usaha Hiburan yaitu tidak adanya

Page 95: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

83

perintah dari Dinas ataupun Pemerintah Daerah untuk melakukan

penertiban pengusaha cafe yang belum mengantongi izin dan Tanda

Daftar Usaha Pariwisata sehingga sampai saat ini SATPOL PP belum

dapat melakukan penertiban.

D. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi dalam Memberlakukan Pasal 6 ayat (1)

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi nomor 10 Tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan dalam Pendaftaran

Cafe

Pada sub bab sebelumnya telah dijelaskan terkait dengan hambatan-hambatan

yang dihadapi dalam pelaksanaan peraturan pendaftaran dan pemberitahuan

penyelengaraan tempat usaha hiburan. Maka pada sub bab ini akan dibahas

mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dalam rangka mengatasi hambatan-

hambatan tersebut. Upaya yang dilakukan dibedakan menjadi 2 (dua) uapaya,

yaitu :

1. Upaya Internal

Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dalam

mengatasi kurang efektifnya Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Tempat

Hiburan telah melakukan koordinasi dengan lembaga yang terkait lainnya.

Page 96: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

84

Yaitu dengan Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Banyuwangi terkait

dengan pemberian izin yang harus dilampirkan dalam pendaftaran dan

pemberitahuan penyelengaraan cafe, Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL

PP) Kabupaten Banyuwangi, terkait dengan penegakkan hukum.

2. Upaya Eksternal

Dalam mengatasi hambatan yang muncul dari faktor eksternal yaitu

masyarakat dan khususnya pemilik cafe yang berdasarkan hasil wawancara

mengatakan alasannya tidak mau mendaftarkan usahanya karena malas,

berbelit-belit, tidak tahu akan peraturan yang ada, takut menghabiskan biaya,

maka Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi melakukan

upaya diantaranya dengan menyebarluaskan informasi, sosialisasi tentang

pasal dan perda terkait. Salah satu contoh yang dilakukan oleh Dinas yaitu

dengan mendatangi beberapa cafe yang belum lama berdiri, dan

mensosialisasikan tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata sebagai tanda

bahwa cafe tersebut telah terdaftar dalam tempat usaha hiburan yang ada di

Kabupaten Banyuwangi.

Page 97: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah penulis jelaskan pada Bab IV yang

terdiri dari 2 (dua) rumusan masalah maka dapat ditarik suatu kesimpulan

sebagai berikut :

1. Efektivitas

Dari data dan hasil wawancara yang telah penulis dapatkan, ada 30 jumlah

cafe di Kabupaten Banyuwangi namun hanya 6,6% saja yang telah melakukan

pemberitahuan dan pendaftaran di pemerintah daerah dan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Dengan presentase yang hanya sekian

itu maka Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10

Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Tempat Usaha Hiburan ini belum dapat

dikatakan efektif.

2. Kendala dan Upaya

a. Kendala

Kendala internal yang dialami yaitu kurang melakukan pembinaan dan

juga controlling terhadap pengusaha cafe, selain itu kurangnya kesadaran

masyarakat khususnya pemiliki cafe untuk melakukan pemberitahuan dan

pendaftaran tempat usahanya ini juga menjadi salah satu kendalanya. Hal

Page 98: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

86

ini menyebabkan pengusaha cafe enggan untuk melakukan pemberitahuan

dan pendaftaran usahanya.

Kendala eksternal yang dialami dalam pelaksanaan Pasal 6 ayat (1)

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Tempat Hiburan dalam pendaftaran cafe yaitu,

kurangnya kesadaran pemiliki cafe untuk melakukan pemberitahuan dan

pendaftaran tempat usahanya, tidak semua pengusaha cafe yang ada di

Kabupaten Banyuwangi tahu akan pentingnya pemberitahuan dan

pendaftaran tempat usaha hiburan, pengusaha tidak mengetahui bagaimana

proses yang harus dilakukan dalam mengurus pemberitahuan dan

pendaftaran cafenya.

b. Upaya

Upaya internal yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan juga Dinas

Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dalam mengatasi

kurang efektifnya Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha

Tempat Hiburan yaitu dengan melakukan koordinasi terkait dengan masih

banyaknya cafe yang berdiri tanpa melakukan pemberitahuan dan

pendaftaran. Pemerintah Daerah juga telah mengagendakan bahwa akan

ada larangan sementara untuk mendirikan cafe, dan juga akan melakukan

sosialisasi melalui media cetak, dan juga elektronik tentang kewajiban dan

juga prosedur pemberitahuan dan pendaftaran usaha hiburan.

Page 99: EFEKTIVITAS PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN DAERAH …repository.ub.ac.id/1581/1/Bagian Depan.pdf · KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar

87

Upaya eksternal yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan juga

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi yaitu

memanggil para pengusaha cafe dan memberikan himbauan kepada

merekan agar segera melakukan pemberitahuan dan pendaftaran usaha

cafenya.

B. Saran

1. Untuk Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

Diharapkan agar Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melakukan

pembinaan dan juga penertiban secara berkala terhadap cafe-cafe yang sampai

saat ini belum melakukan pemberitahuan dan juga pendaftaran kepada Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Penertiban yang

dilakukan juga harus dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja sebagai

penegak hukum yang dharapkan dapat membuat jera para pengusaha yang

belum melakukan pemberitahuan dan pendaftaran usaha cafenya.

2. Untuk Pengusaha Cafe

Bagi pelaku usaha cafe yang belum melakukan pemberitahuan dan

pendaftaran harus segera mendaftarkan usahanya. Pengusaha cafe juga harus

mengikuti segala proses pembinaan, pemeriksaan dan pengawasan yang

dilakukan oleh pemerintah daerah.