efektivitas modul ipa berbasis etnosains terhadap ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf ·...

41
i EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP KEMANDIRIAN DAN CINTA BUDAYA LOKAL PADA TEMA BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA oleh Ismul Aro 4001413008 JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: dangdang

Post on 05-Aug-2019

315 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

i

EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP

KEMANDIRIAN DAN CINTA BUDAYA LOKAL PADA

TEMA BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

oleh

Ismul Aro

4001413008

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

ii

Page 3: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

iii

Page 4: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Jangan jadikan masalah sebagai alasan untuk kamu tidak mau melangkah ke arah

yang lebih baik, buktikan bahwa kamu bisa dan mampu”

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyirah: 6)

“Bersabarlah, sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al Anfal: 46)

Persembahan :

1. Ibuku Robiah yang telah memberi motivasi dan doa;

2. Ayahku Saliri yang telah memberi semangat yang tak ada hentinya;

3. Mba Anis, Dek Nurul, Bagus, Putri, Aun, dan Daffa yang selalu menjadi

penyemangat;

4. Bikki Fajeri yang selalu mensupport;

5. Sahabat yang selalu peduli;

6. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPA 2013 yang memberikan

banyak kenangan;

7. Teman-teman PPL dan KKN tahun 2016 yang telah banyak membantu;

8. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Page 5: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat serta

hidayah-Nya dan tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada

Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Modul IPA Berbasis Etnosains Terhadap Kemandirian dan Cinta

Budaya Lokal pada Tema Bahan Kimia dalam Kehidupan”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Progam

Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari

berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, selaku rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk

menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang

2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E, M.Si,Akt, selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian

3. Novi Ratna Dewi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan

IPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan

dalam penyusunan skripsi

4. Parmin, M.Pd. dan Indah Urwatin Wusqo, M.Pd., selaku dosen

pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran,

memberikan dorongan dan saran-saran yang bermakna

5. Prof. Dr. Wiyanto, M. Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan- masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan maksimal

6. Drs. Sawukir, M. Pd., selaku Kepala Sekolah SMP N 22 Semarang yang

telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian

Page 6: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

vi

7. Catur Nanik, S. Pd., selaku guru IPA SMP N 22 Semarang yang telah

memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian dan

senantiasa memberikan dukungannya

8. Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran

2016/2017 yang senantiasa bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian

9. Bapak/Ibu dosen Jurusan IPA Terpadu yang telah memberikan bekal ilmu

selama menjalani studi

10. Bapak/Ibu guru dan karyawan SMP N 22 Semarang atas segala bantuan

yang telah diberikan

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya

dan kepada para pembaca pada umumnya, serta dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada perkembangan pendidikan.

Semarang,

Penulis

Page 7: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

vii

ABSTRAK

Aro, I. 2017. Efektivitas Modul IPA Berbasis Etnosains Terhadap Kemandirian dan Cinta Budaya Lokal pada Tema Bahan Kimia dalam Kehidupan. Skripsi,

Jurusan IPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Parmin, M.Pd. dan

Pembimbing Pendamping Indah Urwatin Wusqo, M.Pd.

Kata Kunci : Modul IPA, etnosains, kemandirian, dan budaya lokal.

Proses pembelajaran merupakan sarana untuk mengembangkan diri,

meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, dan

melestarikan lingkungan alam serta tradisi budaya yang ada untuk sumber belajar.

Hambatan dalam proses pembelajaran IPA adalah kemandirian belajar siswa dan

pelestarian budaya terhadap tradisi yang ada di lingkungan masyarakat sebagai

sumber belajar masih lemah. Upaya dalam mewujudkan pembelajaran yang

berkualitas perlu dirancang dengan mengoptimalkan potensi dan pengetahuan

awal yang dimiliki oleh siswa. Bahan ajar sebagai komponen penunjang dalam

pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Salah satunya yaitu modul

IPA berbasis etnosains yang mampu meningkatkan pengetahuan siswa karena

pembahasan modul diharapkan dapat mencari informasi serta menterjemahkan

sains asli masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk menguji efektivitas modul

pembelajaran IPA berbasis etnosains terhadap karakter cinta budaya lokal dan

kemandirian siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester

2 SMP N 22 Semarang dan sampel yang digunakan yaitu kelas VIII G sebagai

kelas eksperimen dan kelas VIII H sebagai kelas kontrol. Jenis desain penelitian

yang digunakan adalah quasi-experimental design dengan bentuk nonequivalent control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan modul

IPA berbasis etnosains efektif terhadap kemandirian dan cinta budaya lokal siswa.

Besar keefektifan modul dilihat dari hasil uji hipotesis yaitu uji perbedaan

menggunakan Mann-Whitney data kemandirian dan uji perbedaan cinta budaya

lokal. Hasil yang diperoleh dari data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil pretest-posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berdasarkan

data hasil Zhitung kemandirian sebesar 12,227 dan cinta budaya lokal sebesar

12,337. Penggunaan modul IPA berbasis etnosains efektif terhadap kemandirian

dan cinta budaya lokal siswa.

Page 8: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

viii

ABSTRACT

Aro, I. 2017. The Effectiveness of Ethnoscience Based Science Module Towards The Independence and Love of Local Culture on Chemical Materials in Life Theme. Final Project, Integrated Science Department Faculty of Mathematics and

Natural Science Semarang State University. Main Advisor Parmin, M.Pd. and

assistance advisor Indah Urwatin Wusqo, M.Pd.

Keyword: Science module, ethnoscience, independence, local culture.

The learning process is a means for self-development, raising awareness to

participate in nurturing, and preserving the natural environment and cultural

traditions that exist for learning resources. Obstacles in the process of science

learning is the independence of student learning and cultural preservation of the

traditions that exist in the community as a source of learning is still weak. Efforts

in realizing quality learning need to be designed by optimizing the potential and

initial knowledge possessed by students. Teaching materials as a supporting

component in learning must be in accordance with the needs of students. One of

them is the IPA module based on ethnosciences that is able to increase the

students' knowledge because the discussion of the module is expected to find

information and translate the original science of the community. The purpose of

this research is to test the effectiveness of science-based teaching module of

ethnosciences on the character of love of local culture and student independence.

The population in this research is the students of class VIII semester 2 of SMP N

22 Semarang and the sample used is class VIII G as experimental class and class

VIII H as control class. The type of research design used is quasi-experimental

design with nonequivalent control group design. The results show that the use of

science module based on ethnosains is effective towards the independence and

love of local culture of the students. The great effectiveness of the module is seen

from the result of hypothesis test that is difference test using Mann-Whitney

independence data and test the difference of love of local culture. The results

obtained from the data that there are significant differences between the results of

pretest-posttest experimental class and control class. Based on Zhitung

independence data of 12,227 and local culture love of 12,337. The use of

ethnoscience-based IPA module is effective against the independence and love of

the students' local culture.

Page 9: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

PRAKATA .............................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB

1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

1.5 Penegasan Istilah ........................................................................................... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 7

2.1 Modul ............................................................................................................ 7

2.2 Kemandirian ................................................................................................ 12

2.3 Cinta Budaya Lokal..................................................................................... 16

2.4 Tema Bahan Kimia dalam Kehidupan ........................................................ 18

2.4 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 20

2.4 Hipotesis ...................................................................................................... 21

3. METODE PENELITIAN .................................................................................. 22

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 22

3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................... 22

Page 10: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

x

3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................... 22

3.4 Desain Penelitian ......................................................................................... 23

3.5 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 24

3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................... 26

3.7 Analisis Instrumen ....................................................................................... 26

3.8 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 31

3.9 Metode Analisis Data .................................................................................. 32

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 41

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 41

4.2 Hasil Analisis Data Penelitian ..................................................................... 42

4.3 Pembahasan ................................................................................................. 55

5. PENUTUP ......................................................................................................... 69

5.1 Simpulan ..................................................................................................... 69

5.2 Saran ............................................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70

LAMPIRAN .......................................................................................................... 75

Page 11: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Pencapaian Karakter Mandriri ......................................................... 15

2.2 Indikator Pencapaian Karakter Cinta Budaya Lokal ....................................... 17

3.1 Hasil Validitas Soal ......................................................................................... 27

3.2 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ................................................................ 29

3.3 Kategori Tingkat Kesukaran Soal ................................................................... 29

3.4 Klasifikasi Daya Pembeda .............................................................................. 30

3.5 Kategori Daya Pembeda Soal ......................................................................... 30

3.6 Kategori Respon Siswa ................................................................................... 34

3.7 Kategori Kemandirian Siswa .......................................................................... 35

3.8 Pedoman Penskoran Angket Cinta Budaya Lokal Siswa ................................ 36

3.9 Kriteria Penilaian Angket Cinta Budaya Lokal Siswa .................................... 37

4.1 Rata-rata Persentase Kemandirian Siswa Tiap Indikator ................................ 43

4.2 Hasil Uji Mann-Whitney Perbedaan Tingkat Kemandirian Siwa ................... 46

4.3 Hasil Uji Mann-Whitney Pretest-Posttest Kemandirian Siswa ...................... 46

4.4 Hasil Uji Mann-Whitney Perbedaan Ketercapaian Cinta Budaya Lokal ........ 49

4.5 Hasil Uji Mann-Whitney Pretest-Posttest Cinta Budaya Lokal Siswa ........... 49

4.6 Data Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................... 50

4.7 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Hasil Belajar Kognitif .................. 50

4.8 Hasil Uji T-Dua Pihak Hasil Belajar Kognitif Siswa Data Posttest ............... 50

4.9 Hasil Uji T-Dua Pihak Pretest-Posttest Hasil Belajar Kognitif ...................... 52

4.6 Hasil Respon Siswa terhadap Modul IPA Berbasis Etnosains ....................... 60

Page 12: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Keterpaduan Connected ....................................................................... 18

2.2 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 20

3.1 Desain Nonequivalent Control Group Design ............................................... 23

4.1 Persentase Kemandirian untuk Indikator Tidak Tergantung Orang Lain ...... 43

4.2 Persentase Kemandirian untuk Indikator Percaya Diri .................................. 43

4.3 Persentase Kemandirian untuk Indikator Disiplin ......................................... 44

4.4 Persentase Kemandirian untuk Indikator Tanggung Jawab ........................... 44

4.5 Persentase Kemandirian untuk Indikator Inisiatif .......................................... 45

4.6 Persentase Kemandirian untuk Indikator Kontrol Diri .................................. 45

4.7 Tingkat Ketercapaian Cinta Budaya Lokal Siswa ......................................... 48

4.8 Persentase Ketercapaian Indikator Cinta Budaya Lokal ................................ 48

Page 13: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran IPA Kelas Eksperimen................................................... 76

2. Silabus Pembelajaran IPA Kelas Kontrol ......................................................... 79

3. RPP Kelas Eksperimen ..................................................................................... 82

4. RPP Kelas Kontrol ............................................................................................ 98

5. Daftar Nilai Murni UAS Semester Ganjil Kelas VIII G ................................. 114

6. Daftar Nilai Murni UAS Semester Ganjil Kelas VIII H ................................. 115

7. Uji Homogenitas Nilai UAS Semester Ganjil ................................................. 116

8. Kisi Kisi Soal Uji Coba .................................................................................. 117

9. Soal Uji Coba ...................................................................... ...........................120

10. Kisi Kisi Soal Evaluasi ................................................................................ 130

11. Soal Evaluasi ..................................................................... ...........................133

12. Contoh Analisis Soal Uji Coba ..................................................................... 142

13. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Soal.................................................... 143

14. Perhitungan Validitas Butir Soal ................................................................... 144

15. Perhitungan Realibilitas Butir Soal ............................................................... 145

16. Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal ......................................................... 146

17. Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal ...................................................... 147

18. Kisi-kisi, Butir Instrumen dan Rubrik Penilaian Validasi Modul ................. 148

19. Instrumen Validasi Modul ............................................................................ 152

20. Rekapitulasi Hasil Validasi Modul ............................................................... 154

21. Lembar Angket Respon Siswa terhadap Modul............................................ 158

22. Analisis Angket Respon Siswa terhadap Modul ........................................... 159

23. Lembar Observasi Kemandirian Siswa ......................................................... 160

24. Pedoman Penskoran Lembar Observasi Kemandirian .................................. 162

25. Rekapitulasi Data Observasi Kemandirian ................................................... 164

26. Uji Perbedaan Kemandirian Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................ 168

27. Uji Perbedaan Pretest-Posttest Kemandirian Kelas Eksperimen.................. 170

Page 14: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

xiv

28. Uji Perbedaan Pretest-Posttest Kemandirian Kelas Kontrol.........................172

29. Kisi-kisi Angket Cinta Budaya Lokal ........................................................... 174

30. Lembar Angket Cinta Budaya Lokal ............................................................ 176

31. Skor Penilaian Skala Angket Cinta Budaya Lokal ....................................... 178

32. Rekapitulasi Data Angket Cinta Budaya Lokal ............................................ 179

33. Uji Perbedaan Cinta Budaya Lokal Kelas Eksperimen dan Kontrol ............ 183

34. Uji Perbedaan Pretest-Posttest Cinta Budaya Lokal Kelas Eksperimen ...... 185

35. Uji Perbedaan Pretest-Posttest Cinta Budaya Lokal Kelas Kontrol..............187

36. Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif .......................................................... 189

37. Uji Perbedaan Posttest Hasil Belajar Kognitif .............................................. 193

38. Uji Perbedaan Pretest-Posttest Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ... 194

39. Uji Perbedaan Pretest-Posttest Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol.........195

40. Kegiatan Belajar 1 ......................................................................................... 196

41. Latihan 3 Observasi....................................................................................... 199

42. Validasi Lembar Observasi Kemandirian ..................................................... 203

43. Validasi Lembar Angket Cinta Budaya Lokal .............................................. 205

44. Surat Hasil Penelitian .................................................................................... 207

45. Contoh Hasil Posttest Kelas Eksperimen ...................................................... 208

46. Contoh Hasil Posttest Kelas Kontrol ............................................................ 209

47. Dokumentasi ................................................................................................. 210

Page 15: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang berorientasi aplikatif,

pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan

pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial

dan alam (Nisa et al., 2015). Menurut Parmin (2016) siswa didorong secara

individu maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan

konsep. Masalah proses pembelajaran di sekolah, siswa yang akan melakukan

dinaminasi, dalam arti proses pembelajaran tersebut merupakan sarana untuk

mengembangkan diri, ilmu pengetahuan, sikap ataupun perilaku, mengembangkan

keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah,

membuat keputusan, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam serta tradisi budaya

yang ada untuk sumber belajar. Hanya saja proses pembelajaran tersebut tidak

selamanya berjalan tanpa hambatan.

Berdasarkan hasil observasi di SMP N 22 Semarang, hambatan dalam

proses pembelajaran IPA adalah kemandirian belajar siswa dan pelestarian budaya

terhadap tradisi yang ada di lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar masih

lemah sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VIII cukup rendah.

Seperti yang dikemukakan Sugandi (2013) bahwa kemandirian belajar yang

rendah dapat dilihat dari inisiatif belajar pada persiapan pembelajaran yang

dilakukan oleh siswa. Kebanyakan siswa tidak memiliki inisiatif belajar sebelum

pembelajaran, tidak adanya persiapan siswa sebelum pembelajaran

mengakibatkan dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif. Upaya yang

dilakukan dalam proses pembelajaran, siswa selalu diarahkan agar menjadi siswa

yang mandiri, dan untuk mencapai kemandirian dalam belajar maka seorang siswa

harus memiliki inisiatif belajar dan persiapan yang baik serta dapat terlibat aktif

dalam proses pembelajaran.

1

Page 16: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

2

Selain daripada permasalahan kemandirian dalam belajar, permasalahan

lain yang saat ini berkembang yaitu nilai-nilai kearifan lokal atau tradisi budaya

lokal saat ini sudah mulai dilupakan oleh anak-anak khususnya pelajar. Siswa

sekarang lebih bangga terhadap budaya luar dan adanya sedikit pergeseran nilai

budaya yang dianut. Padahal nilai-nilai budaya lokal perlu dilestarikan karena

budaya lokal menjadi ciri khas sebuah kelompok masyarakat lokal. Dalam

permendikbud nomor 10 tahun 2014 yang dimaksud dengan pelestarian

budaya/tradisi adalah upaya perlindungan dan pemanfaatan suatu kebiasaan dari

kelompok masyarakat. Salah satu objek pelestarian tradisi budaya yaitu makanan

dan minuman tradisional yang merupakan jenis makanan dan minuman yang

berbahan baku alami dan proses pembuatannya masih menggunakan alat-alat

sederhana serta merupakan suatu hasil karya budaya masyarakat lokal tertentu.

Penggunaan zat aditif dalam bahan makanan yang digunakan dalam pembuatan

bahan makanan/jajanan tradisional merupakan salah satu bagian dari kebudayaan

(Siregar L., 2002).

Masyarakat yang memiliki beragam budaya, agar budaya yang berupa

kearifan terhadap alam tidak punah, nilai-nilai luhur perlu ditanamkan dan

disosialisasikan kepada siswa melalui proses pembelajaran. Etnosains adalah

pengetahuan asli yang diperoleh dengan bahasa dan budaya yang diperoleh

seseorang yang dapat diuji kebenarannya dan hal ini dapat di inovasikan dalam

pembelajaran berbasis sains di ruang kelas (Okechukwu et al., 2014).

Pembelajaran IPA berpendekatan etnosains dapat meningkatkan kecintaan

terhadap budaya lokal, menciptakan pembelajaran kontekstual dan bermakna. Hal

ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Atmojo (2012), bahwa

pembelajaran IPA berpendekatan etnosains yang mengaitkan pembelajaran

dengan budaya masyarakat akan meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya

masyarakat tersebut. Jarang sekali sekarang kita temui anak muda atau khususnya

siswa yang mau untuk memperhatikan kebudayaan tradisional yang ada. Siswa

maupun warga negara Indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan

seharusnya melestarikannya bukan malah mengesampingkannya dengan berbagai

Page 17: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

3

alasan seperti takut dibilang ketinggalan jaman. Upaya dalam mewujudkan

pembelajaran yang berkualitas perlu dirancang dengan mengoptimalkan potensi

dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa dengan harapan dapat membantu

mengkrontruksi pengetahuannya dan menjadikannya siswa yang aktif dan

mandiri. Pembelajaran yang bermakna harus dirancang sedemikian rupa untuk

dapat melestarikan kebudayaan dari suatu pembelajaran yang menekankan pada

budaya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat bahan ajar

sebagai komponen penunjang dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

siswa. Hal ini dijelaskan Nasir (2015) bahwa kecenderungan siswa yang tidak

memiliki inisiatif belajar sebelum proses pembelajaran berlangsung bergantung

pada bahan ajar yang digunakan sebagai komponen penunjang. Tetapi pada

kenyataannya bahan ajar yang digunakan di SMP N 22 Semarang dalam proses

pembelajaran masih menggunakan buku BSE (Buku Sekolah Elektronik). Bahan

ajar yang digunakan tersebut memiliki cakupan materi yang luas, tidak sesuai

dengan kebutuhan siswa dan menyebabkan siswa tidak memiliki inisiatif untuk

mempelajari materi. Siswa cenderung memiliki ketertarikan pada materi yang

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang mereka alami. Pembelajaran

berbasis sains dengan memanfaatkan konsep budaya yang ada di sekeliling siswa

menghasilkan pembelajaran yang bermakna dan berkualitas karena berkaitan

dengan lingkungan, alam, masyarakat. Pembelajaran yang menggunakan konsep

budaya sebagai sumber belajar, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menggunakan pengetahuan sains (Gunstone dalam Sudarmin, 2014).

Oleh karena itu dibutuhkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan

siswa sehingga mudah dipahami oleh siswa dan siswa dapat belajar secara

mandiri sehingga menumbuhkan karakter dalam diri siswa berupa kecintaan

terhadap budaya lokal. Bahan ajar yang dapat menunjang proses sains dalam

pembelajaran IPA salah satunya adalah bahan ajar berupa modul (Rahayu, 2015).

Modul dapat membantu siswa untuk dapat belajar secara mandiri. Modul harus

dirancang untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif dan berkualitas.

1

Page 18: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

4

Hasil penelitian Alias et Al., (2013) menunjukkan bahwa penggunaan modul dapat

membantu siswa belajar konsep yang abstrak. Salah satu modul yang dapat

membantu siswa belajar konsep yang abstrak yaitu dengan menggunakan modul

berbasis etnosains. Siswa akan lebih tertarik dan antusias terhadap pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan modul IPA berbasis etnosains bertujuan

untuk mengenalkan kepada siswa bahwa adanya fakta atau fenomena yang

bersifat abstrak yang berkembang di suatu masyarakat dapat kita kaitkan dengan

materi-materi sains ilmiah yang ada sebagai ilmu pengetahuan. Siswa akan

merasa bahwa pembelajaran dengan etnosains ini dilandaskan pada pengakuan

terhadap budaya masyarakat sebagai bagian yang fundamental (mendasar dan

penting) bagi pendidikan sebagai ekspresi dan komunikasi suatu gagasan dan

perkembangan pengetahuan (Atmojo, 2012).

Modul IPA berbasis etnosains mampu meningkatkan pengetahuan siswa

karena pembahasan modul diharapkan dapat mencari informasi serta

menterjemahkan sains asli masyarakat tentang bahan yang ditambahkan pada saat

proses pembuatan salah satu makanan tradisional ke sains ilmiah, sehingga siswa

dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan serta dapat memperoleh suatu

pengalaman belajar yang bermakna (Rosyidah et al., 2013). Berdasarkan uraian

tersebut, peneliti akan melakukan uji efektivitas modul pembelajaran IPA berbasis

etnosains terhadap karakter cinta budaya lokal dan kemandirian siswa pada materi

zat aditif dalam makanan di SMP N 22 Semarang.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan

masalah dalam penelitian ini yakni apakah modul IPA berbasis etnosains efektif

untuk meningkatkan kemandirian dan cinta budaya lokal siswa dalam

pembelajaran?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini yakni untuk mengetahui

efektivitas modul IPA berbasis etnosains untuk meningkatkan kemandirian dan

cinta budaya lokal siswa dalam pembelajaran

Page 19: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

5

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1.4.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian eksperimen ini dapat menjadi sumber referensi

mengenai efektivitas modul IPA berbasis etnosains untuk menanamkan

kemandirian dan cinta budaya lokal siswa.

1.4.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini antara lain:

(1) Bagi para guru, dapat memberikan informasi mengenai efektivitas modul

pada pembelajaran IPA berbasis etnosains pada tema bahan kimia dalam

kehidupan yang telah terintegrasi pendidikan karakter cinta budaya lokal di

dalamnya sehingga dapat menanamkan nilai pada siswa tentang cinta

terhadap budaya lokal Indonesia.

(2) Bagi siswa, tidak hanya akan lebih memahami konsep IPA, namun juga

melatih kemandirian melalui kegiatan dalam pembelajaran menggunakan

bahan belajar mandiri berbasis etnosains dan menumbuhkan karakter cinta

budaya lokal sehingga menjadikan sebagai salah satu referensi bahan bacaan

IPA dalam memahami kebudayaan setempat dengan menghubungkan

pembelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

(3) Bagi sekolah, melalui modul IPA berbasis etnosains maka sekolah

mempunyai bahan ajar baru yang dijadikan sebagai referensi bahan belajar

secara mandiri yang terintegrasi dengan pendidikan karakter cinta budaya

lokal sehingga dapat berkontribusi dalam melestarikan dan membudayakan

kebudayaan Indonesia.

(4) Bagi peneliti sendiri, melalui penelitian eksperimen mengenai modul IPA

berbasis etnosains ini dapat menambah pengetahuan pembelajaran yang tak

lepas dari nilai-nilai kebudayaan.

Page 20: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

6

1.5 Penegasan Istilah Kesalahan penafsiran perlu dihindari untuk dapat memahami penelitian ini

dengan baik, oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah dan penegasan

istilah dalam penelitian ini yang meliputi :

(1) Efektivitas pembelajaran pada penelitian ini adalah keberhasilan penggunaan

modul IPA berbasis etnosains sebagai salah satu bahan ajar cetak dimana

kemandirian dan cinta budaya lokal siswa SMP pada kelas eksperimen lebih

baik dari kelas kontrol.

(2) Modul merupakan sebuah bahan ajar cetak yang digunakan siswa untuk

sumber belajar agar siswa lebih tertarik dan antusias terhadap pembelajaran.

Modul IPA berbasis etnosains dibuat dengan menyajikan fakta atau fenomena

yang berkembang di masyarakat dikaitkan dengan materi-materi sains ilmiah

yang ada sebagai ilmu pengetahuan (Rosyidah, 2013).

(3) Kemandirian berasal dari kata mandiri. Mandiri dapat dikatakan sebagai

sikap atau suatu upaya untuk tidak menggantungkan keputusan kepada orang

lain. Indikator kemandirian menurut Pramana dan Khoerunnisa (2014) yang

diukur dalam penelitian ini meliputi: tidak tergantung orang lain, percaya diri,

tanggung jawab, disiplin, kontrol diri, dan inisiatif.

(4) Cinta budaya lokal merupakan karakter bangsa yang perlu dikembangkan

dalam diri siswa. Cinta budaya lokal adalah cara berfikir, bersikap, dan

berbuat yang menunjukkan ketertarikan, kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap budaya lokal (Cahyaningrum dan

Sukestiyarno, 2016). Indikator cinta budaya lokal yang diukur dalam

penelitian ini yaitu ketertarikan, kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan

terhadap budaya lokal.

(5) Bahan kimia dalam kehidupan merupakan suatu tema bab pelajaran yang

diajarkan pada kelas VIII SMP. Kajian ini terbatas pada materi zat aditif

dalam bahan makanan. Materi zat aditif ada pada KD (Kompetensi Dasar) 4.3

yaitu mendeskripsikan bahan kimia alami dan sistetis (buatan) dalam

kemasan yang terdapat dalam bahan makanan.

Page 21: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modul 2.1.1 Konsep Dasar Modul

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara

utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang

terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang

spesifik (Daryanto, 2013). Sedangkan menurut Prastowo (2011) menyatakan

modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar

mereka dapat belajar mandiri dengan bimbingan yang minimal dari pendidik.

Beberapa pandangan mengenai modul di atas, dapat kita pahami

bahwa modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara

sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat

pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan

bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Lalu dengan modul, siswa

juga dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi

yang dibahas pada setiap satu satuan modul, sehingga apabila telah menguasainya

maka mereka dapat melanjutkan pada satu satuan modul tingkat berikutnya.

Sebaliknya, apabila siswa belum mampu menguasai, maka mereka akan

diminta untuk mengulangi dan mempelajari kembali.

Penjelasan mengenai modul lebih lanjut dijelaskan oleh Parmin & Peniati

(2012) yang menyatakan bahwa modul merupakan suatu cara pengorganisasian

materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi

pengorganisasian materi pembelajaran tersebut mengandung squencing yang

mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pembelajaran, dan

synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada siswa

keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam

materi pembelajaran. Pengorganisasian materi pembelajaran dengan squencing

7

Page 22: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

8

dan synthesizing tersebut dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam

melakukan belajar mandiri dengan pola belajar pada modul. Fidiana et al., (2012)

menyatakan bahwa modul dapat berpengaruh terhadap kemandirian siswa.

Penggunaan modul yang dapat berpengaruh terhadap kemandirian siswa

kemudian diadopsi dalam penelitian ini.

Modul dalam pembelajaran berfungsi sebagai bahan ajar yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran agar siswa dapat belajar lebih terarah dan sistematis,

sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang diajarkan selama mengikuti

proses belajar mengajar (Purwanto, 2007).

2.1.2 Karakteristik Modul

Dalam pandangan Surahman sebagaimana dikutip oleh Prastowo (2011),

modul dapat disusun dalam struktur sebagai berikut:

1. Judul modul

Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu mata kuliah tertentu.

2. Petunjuk umum

Bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh

dalam perkuliahan meliputi:

a. Kompetensi dasar,

b. Pokok bahasan

c. Indikator pencapaian

d. Referensi (diisi petunjuk dosen tentang buku-buku referensi yang

dipergunakan),

e. Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang

dipergunakan dalam proses pembelajaran),

f. Lembar kegiatan pembelajaran,

g. Petunjuk bagi mahasiswa untuk memahami langkah-langkah dan materi,

dan

h. Evaluasi.

Page 23: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

9

3. Materi modul

Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang materi yang diajarkan

pada setiap pertemuan. Modul disusun untuk memudahkan siswa memahami

materi pembelajaran baik disekolah maupun dirumah untuk belajar mandiri

4. Evaluasi

Bagian evaluasi terdapat soal-soal untuk mengukur kompetensi yang harus

dicapai siswa sesuai materi yang diberikan

Pembelajaran dengan modul memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

a. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas

pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan

b. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada

modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang

mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka

belum berhasil

c. Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya

d. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester

e. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut

jenjang akademik

Pengorganisasian materi yang baik dalam modul diterapkan dengan

penulisan sistematika modul yang tepat. Menurut Prastowo (2011) sistematika

penulisan modul adalah sebagai berikut:

1. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik. Rumusan tujuan

pengajaran ini tercantum pada dua bagian, yaitu: lembar kegiatan peserta

didik dan petunjuk pendidik

2. Petunjuk untuk pendidik

3. Lembaran kegiatan siswa

4. Lembaran kerja bagi siswa

5. Kunci lembaran kerja

Page 24: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

10

6. Lembaran evaluasi

7. Kunci lembaran evaluasi

Penulisan modul dengan sistematis dimaksudkan untuk dapat

menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik serta dapat menciptakan modul

yang baik dan menarik.

2.1.3 Modul IPA Berbasis Etnosains

Istilah ethnoscience berasal dari kata ethnos dari bahasa Yunani yang

berarti bangsa dan kata scientia dari bahasa latin yang berarti pengetahuan.

Etnosains kurang lebih berarti pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau

lebih tepat lagi suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu. Mengacu pada

pengertian ilmu pengetahuan, etnosains dapat didefisikan sebagai perangkat ilmu

pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat/suku bangsa yang diperoleh

dengan menggunakan metode tertentu serta mengikuti prosedur tertentu yang

merupakan bagian tradisi masyarakat tertentu, dan kebenarannya dapat diuji

secara empiris (Sudarmin, 2014).

Menurut pandangan Okebula sebagaimana dikutip oleh Sudarmin (2014)

bahwa pembelajaran yang memadukan pengetahuan sains asli masyarakat

(indigenous knowledge) dan sains ilmiah mampu meningkatkan pemahaman siswa

terhadap konsep-konsep sains ilmiah dan pembelajaran lebih bermakna.

Pengetahuan sains asli masyarakat (indigenous knowledge) dari

suatu masyarakat dibutuhkan waktu yang panjang melalui interaksinya dengan

alam dimana mereka berada. Pengetahuan sains asli masyarakat dapat meliputi

pengetahuan tentang bahasa, system klasifikasi dan tata nama, penggunaan

sumber daya alam, ritual/upacara adat, spiritualitas, dan pandangan terhadap alam

semesta (Albaiti, 2015). Pengetahuan asli yang juga bisa berarti ilmu asli

mengacu cara yang berbeda dari proses suku mempersepsi, berpikir, bertindak dan

pemahaman sebagai hasil dari pengalaman manusia dengan alam (Ugwu, 2016).

Pembelajaran berpendekatan etnosains dilandaskan pada pengakuan

terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental (mendasar dan penting) bagi

Page 25: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

11

pendidikan sebagai ekspresi dan komunikasi suatu gagasan dan perkembangan

pengetahuan (Joseph, 2010). Pembelajaran sains yang akan datang perlu

diupayakan agar ada keseimbangan/keharmonisan antara pengetahuan sains itu

sendiri dengan penanaman sikap-sikap ilmiah, serta nilai-nilai kearifan local yang

ada dan berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, lingkungan sosial-budaya

siswa perlu mendapat perhatian serius dalam mengembangkan pendidikan sains di

sekolah karena di dalamnya terpendam sains asli yang dapat berguna bagi

kehidupannya (Suastra et al., 2011).

Pembelajaran IPA akan lebih bermakna apabila terdapat kesinambungan

antara materi dengan aktivitas kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat tinggal

siswa yang digunakan sebagai sumber belajar. Interaksi di kelas terjadi antara

siswa, guru, dan bahan ajar. Guru bertugas membuat bahan ajar untuk digunakan

oleh siswa untuk belajar mandiri. Menurut Suparwoto sebagaimana dikutip oleh

Nourma (2011), salah satu keberhasilan dalam pembelajaran sangat bergantung

pada penggunaan sumber belajar atau media yang digunakan selama proses

pembelajaran. Dengan demikian perlu adanya bahan ajar dalam bentuk modul

dalam proses pembelajaran.

Saat ini pembelajaran IPA sudah dikaitkan dengan aktivitas kehidupan

sehari- hari, namun belum ada yang mengaitkan dengan kearifan lokal (etnosains),

oleh sebab itu penelitian ini akan menerapkan pembelajaran menggunakan modul

IPA berbasis etnosains. Pembelajaran IPA dengan menggunakan modul berbasis

etnosains, siswa akan lebih tertarik dan antusias terhadap pembelajaran.

Pembelajaran ini bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa bahwa adanya fakta

atau fenomena yang berkembang di suatu masyarakat dapat kita kaitkan dengan

materi-materi sains ilmiah yang ada sebagai ilmu pengetahuan.

Modul IPA berbasis etnosains dibuat dengan menyajikan fakta atau

fenomena yang berkembang di masyarakat dikaitkan dengan materi-materi sains

ilmiah yang ada sebagai ilmu pengetahuan (Rosyidah, 2013). Berbeda dengan

modul yang beredar di kalangan sekolah dimana modul masih belum ada inovasi.

Modul dapat dikembangkan sesuai keinginan guru dengan menyesuaikan karakter

Page 26: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

12

siswanya. Modul IPA berbasis etnosains adalah modul yang dibuat dengan

mengaitkan suatu materi IPA dengan kebudayaan di sekitar tempat tinggal dan

tidak asing ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Materi zat aditif dalam bahan

makanan dapat dikaitkan dengan makanan tradisional maupun makanan khas

yang ada di sekitar tempat tinggal siswa. Pembelajaran IPA akan lebih mudah

diterima, dipahami siswa dan mudah untuk diingat. Modul IPA berbasis etnosains

dibuat dengan tujuan siswa dapat mencari informasi serta menterjemahkan sains

asli masyarakat tentang bahan/zat aditif makanan dalam proses pembuatan

makanan tradisional ke sains ilmiah. Sehingga siswa dapat mencapai kompetensi

yang ditetapkan serta dapat memperoleh suatu pengalaman belajar yang

bermakna.

2.2 Kemandirian Kemandirian diartikan sebagai sikap individu yang diperoleh secara

komulatif selama perkembangan sehingga individu tersebut memiliki kemampuan

untuk berfikir dan bertindak sesuai keinginannya sendiri untuk tujuan yang baik.

Kemandirian seseorang tidak akan pernah muncul tanpa latihan. Hal ini

dikarenakan kemandirian merupakan keterampilan bukan merupakan bakat

alamiah sehingga kemandirian perlu untuk diasah.

Kemandirian dalam belajar bukan berarti belajar secara individual, akan

tetapi kemampuan menumbuhkan kesadaran diri untuk belajar. Menurut Yasmin

(2007), kemandirian belajar adalah belajar yang dilakukan oleh siswa secara bebas

menentukan tujuan belajarnya, arah belajarnya, merencanakan proses belajarnya,

strategi belajarnya, menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilihnya,

membuat keputusan akademik, dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk

tercapainya tujuan belajarnya. Kemandirian untuk tidak bergantung pada orang

lain merupakan hal yang penting agar siswa dapat lebih mandiri dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif,

dengan ataupun tanpa bantuan orang lain dalam belajar. Belajar mandiri menurut

Candy dalam Nagpal et al., (2013), merupakan suatu proses, metode dan filsafat

pendidikan, dimana siswa memperoleh pengetahuannya dengan usahanya sendiri

Page 27: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

13

dan mengembangkan kemampuannya untuk memecahkan suatu masalah secara

kritis.

Ciri-ciri kemandirian belajar menurut Sari (2013) meliputi: (1) percaya

diri; (2) kemampuan belajar sendiri; (3) kemampuan mengambil keputusan; (4)

kemampuan mengatur waktu belajar; dan (5) kemampuan bertanggung jawab

dalam belajar. Sedangkan menurut Paris dan Winograd sebagaimana dikutip oleh

Sugandi (2013), merinci dua belas kemandirian belajar ke dalam empat kategori:

(1) Menilai diri mengarah pada pemahaman belajar yang lebih dalam. Menilai diri

secara periodik akan bermanfaat bagi guru dan siswa, karena merupakan refleksi

pada pembelajaran yang dinamik.

a. Menganalisis gaya dan strategi belajar, membandingkannya dengan yang lain,

meningkatkan kesadaran akan cara-cara belajar yang berbeda.

b. Mengevaluasi apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui, melihat

kedalaman pemahaman tentang pokok-pokok materi, mempromosikan upaya

yang efisien.

c. Penilaian diri dari proses belajar dan out-come secara periodik, adalah suatu

kebiasaan yang bermanfaat untuk dikembangkan, karena akan meningkatkan

pengendalian kemajuan, menstimulasi strategi yang diperbaiki, dan

meningkatkan perasaan self-efficacy.

(2) Mengatur diri dalam berpikir, berupaya, dan meningkatkan pendekatan yang

fleksibel pada pemecahan masalah yang adaptif (menyesuaikan diri), tekun,

pengendalian diri, strategis, dan berorientasi tujuan.

a. Mentargetkan tujuan yang sesuai dan dapat dicapai tetapi menantang, paling

efektif dipilih siswa.

b. Mengatur waktu dan sumber-sumber melalui perencanaan yang efektif dan

pengontrolan, merupakan faktor penting dalam mengatur prioritas, mengatasi

frustasi, dan dengan tekun menyelesaikan tugas.

c. Mereview belajar sendiri, merevisi pendekatan, atau bahkan memulai sesuatu

dari yang baru, memonitor diri dan komitmen pribadi untuk mencapai kinerja

standar tinggi.

Page 28: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

14

(3) Self-regulation dapat diajarkan dengan berbagai cara. Self-regulation dapat

diajarkan dengan pengajaran secara eksplisit, refleksi langsung, dan diskusi. Self-

regulation dapat ditingkatkan secara tidak langsung, dengan pemodelan dan

aktivitas yang memerlukan analisis reflektif dari belajar, mengevaluasi, membuat

peta, dan mendiskusikan bukti-bukti dari pertumbuhan seseorang.

(4) Belajar adalah bagian dari kehidupan seseorang, dan sebagai akibat dari

karakter seseorang. Pandangan ini mengartikan bahwa kemandirian belajar

dibangun oleh karakter dari kelompok yang diikutinya.

a. Bagaimana individu memilih untuk menilai dan memonitor perilaku mereka,

umumnya konsisten dengan identitas yang mereka pilih dan inginkan.

b. Memperoleh perspektif sendiri pada pendidikan dan belajar, menyediakan

suatu kerangka kerja naratif, yang akan memperdalam kesadaran pribadi dari

self-regulation.

c. Partisipasi dalam suatu komunitas yang reflektif akan meningkatkan banyak

dan kedalaman pengujian kebiasaan self-regulation seseorang.

Sugandi (2013) kemudian menyebutkan indikator yang dapat digunakan

untuk mengukur kemandirian belajar yakni inisiatif belajar; mendiagnosa

kebutuhan belajar; menetapkan target dan tujuan belajar; memonitor, mengatur

dan mengontrol; memandang kesulitan sebagai tantangan; memanfaatkan dan

mencari sumber yang relevan; memilih dan menerapkan strategi belajar;

mengevaluasi proses dan hasil belajar; dan self eficacy (konsep diri). Sedangkan

indikator-indikator kemandirian menurut Syam sebagaimana dikutip oleh

Pramana dan Dewi (2014), yaitu siswa memiliki kemandirian belajar apabila

memiliki sifat percaya diri, motivasi, inisiatif, disiplin, dan tanggung jawab.

Kemandirian untuk tidak bergantung pada orang lain merupakan hal yang

penting agar siswa dapat lebih mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan

orang lain dalam belajar. Indikator dari pencapaian karakter mandiri dalam proses

pembelajaran ini dapat dilihat pada tabel 2.1.

Page 29: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

15

Tabel 2.1 Indikator Pencapaian Karakter Mandiri

No Indikator kemandirian Penjelasan 1 Ketidak tergantungan

terhadap orang lain

Siswa memiliki inisiatif untuk belajar mandiri

saat proses pembelajaran berlangsung

2 Memiliki kepercayaan diri Siswa memiliki rasa percaya diri untuk

menyampaikan pendapatnya maupun merespon

pendapat orang lain dalam proses belajar

mengajar

3 Berperilaku disiplin Siswa memiliki rasa disiplin dalam

memanfaatkan waktu pada saat proses belajar

mengajar

4 Memiliki rasa tanggung

jawab

Siswa memiliki rasa tanggung jawab

memperhatikan penjelasan guru pada saat

proses belajar mengajar

5 Melakukan control diri Siswa mampu mengontrol diri untuk dapat

memanfaatkan waktu dan disiplin pada saat

proses belajar mengajar berl

Angsung

6 Inisiatif belajar Siswa memiliki kemauan untuk menyiapkan

kebutuhan yang diperlukan sebelum

mendapatkan pembelajaran

Pramana (2014) dan Khoerunnisa (2014)

Faktor – faktor yang mempengaruhi kemandirian seseorang dapat berasal

dari luar maupun dari dalam. Faktor dari dalam (internal) yang mempengaruhi

kemandirian meliputi kematangan usia, jenis kelamin, motivasi diri dan kesadaran

diri. Faktor dari luar (eksternal) yang mempengaruhi kemandirian seseorang

meliputi keluarga, sekolah, masyarakat sekitar dan adat istiadat.

Page 30: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

16

2.3 Cinta Budaya Lokal Salah satu karakter yang dapat dikembangkan di dalam pelajaran yaitu

karakter cinta budaya lokal pada siswa. Menurut Maharani (2015), ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan terdapat

fenomena yang ada di lingkungan maka ilmu pengetahuan dapat diintegrasikan ke

pendidikan karakter. Maka dari itu pembelajaran akan lebih bermakna apabila

terdapat keterhubungan antara pembelajaran dengan peningkatan atau

keberhasilan siswa yang ditandai dengan peningkatan karakter siswa yang lebih

baik. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), menyebutkan bahwa

budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedangkan kebudayaan adalah

hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan,

kesenian dan adat istiadat. Menurut Cahyaningrum dan Sukestiyarno (2016)

budaya lokal adalah ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal.

Sedangkan cinta budaya lokal adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

budaya. Karakter cinta budaya lokal merupakan karakter bangsa yang perlu

dikembangkan dalam diri siswa. Pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi

siswa terhadap budaya menekankan pembelajaran bermakna. Pembelajaran

bermakna yang dipelajari mempunyai potensi tinggi untuk dimanfaatkan dalam

kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun partisipasi dalam kehidupan

bermasyarakat.

Budaya merupakan aspek yang sudah mulai hilang, padahal budaya adalah

aspek yang penting untuk mengetahui identitas suatu individu atau masyarakat.

Kemajuan teknologi, komunikasi, informasi dan transportasi telah menyebabkan

masuknya pengaruh budaya asing dengan cepat ke Indonesia. Pada era globalisasi

ini mempunyai pengaruh yang negatif pada budaya lokal di Indonesia. Menurut

Siany dan Catur (2009), globalisasi mempunyai dampak negatif budaya bangsa.

Tanda-tanda kecintaan terhadap budaya lokal seperti ketertarikan, kesetiaan,

Page 31: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

17

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap budaya harus ditingkatkan

karena budaya merupakan aspek yang penting.

Setiap daerah mempunyai budaya yang berbeda-beda sehingga setiap

daerah mempunyai identitas dan karakteristik yang khas. Nilai-nilai budaya lokal

perlu dilestarikan karena budaya lokal menjadi ciri khas sebuah kelompok

masyarakat lokal. Dalam permendikbud nomor 10 tahun 2014 yang dimaksud

dengan pelestarian budaya/tradisi adalah upaya perlindungan dan pemanfaatan

suatu kebiasaan dari kelompok masyarakat. Salah satu objek pelestarian tradisi

budaya yaitu makanan dan minuman tradisional yang merupakan jenis makanan

dan minuman yang berbahan baku alami dan proses pembuatannya masih

menggunakan alat-alat sederhana serta merupakan suatu hasil karya budaya

masyarakat lokal tertentu. Penggunaan zat aditif dalam bahan makanan yang

digunakan dalam pembuatan bahan makanan/jajanan tradisional merupakan salah

satu bagian dari kebudayaan (Siregar L., 2002). Indikator dari pencapaian karakter

cinta budaya lokal dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Indikator Pencapaian Karakter Cinta Budaya Lokal

No Indikator Penjelasan

1. Ketertarikan Siswa memiliki ketertarikan dan mengagumi

budaya lokal, mencari tahu dan mengaitkan

budaya lokal dengan materi pembelajaran

2. Kesetiaan Siswa menggunakan produk lokal dalam

kehidupan sehari-hari dan lebih tertarik

dengan budaya lokal jika dibandingkan

dengan budaya asing

3. Kepeduliaan Siswa mencari informasi tentang budaya

lokal dan mengembangkan budaya lokal

4. Penghargaan terhadap

budaya lokal

Siswa mencari informasi tentang budaya

lokal dan mengembangkan budaya lokal

Cahyaningrum dan Sukestiyarno (2016)

Page 32: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

18

2.4 Tema Bahan Kimia dalam Kehidupan Standar Kompetensi yang harus dicapai siswa yaitu memahami kegunaan

bahan kimia dalam kehidupan. Kompetensi dasar dari materi ini 4.3

mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang

terdapat dalam bahan makanan. Materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari

mencakup bahan kimia yang ada di rumah, zat aditif dalam bahan makanan, serta

zat adiktif dan psikotropika. Akan tetapi, materi bahan kimia dalam kehidupan

sehari-hari yang akan digunakan pada penelitian ini mencakup zat aditif dalam

bahan makanan, namun dihuhungkan dengan Kompetensi Dasar 1.5 yaitu

mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan

kesehatan dimana KD ini lebih menekankan pada mengidentifikasi zat yang

terkandung pada suatu zat aditif makanan. Tema bahan kimia dalam kehidupan di

dalamnya berisi materi zat aditif dalam bahan makanan , dimana materi tersebut

terdiri atas sub bab materi pewarna, pemanis, pengawet dan penyedap makanan

baik yang berasal dari bahan alami maupun buatan. Tema bahan kimia dalam

kehidupan dipadukan dengan menggunakan model connected yang dilandasi oleh

anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata

pelajaran atau materi tertentu. Menurut Daryanto (2014) makna terpadu dalam

pembelajaran IPA adalah adanya keterkaitan antara berbagai aspek dan materi

yang tertuang dalam beberapa kompetensi dasar sehingga melahirkan satu atau

beberapa tema dalam pembelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran

terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari.

Keterpaduannya akan dijabarkan dalam Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Keterpaduan Connected Tema Bahan Kimia dalam Kehidupan

Efek samping

penggunaan zat

aditif

Zat Aditif dalam

Bahan Makanan

Senyawa/Zat lain

yang terkandung

dalam zat aditif

Makanan

Tradisional

Page 33: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

19

Setiap hari manusia memerlukan makanan untuk mendapatkan energi

(karbohidrat dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-

sel yang rusak (protein). Selain itu, makanan juga sebagai sumber zat penunjang

dan pengatur proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air. Zat aditif dalam

makanan adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki

tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga

agar makanan tidak cepat busuk, dan lain sebagainya. Menurut Widiyatmoko dan

Dewi (2013) bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat: (1)

memperbaiki kualitas atau gizi makanan, (2) membuat makanan tampak lebih

menarik, (3) meningkatkan cita rasa makanan, dan (4) membuat makanan menjadi

lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk. Zat aditif makanan

dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) zat aditif yang berasal dari sumber alami;

(2) zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan

alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/ fungsinya. Berdasarkan

fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat

pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa.

Manfaat penggunaan zat aditif pada makanan adalah sebagai berikut:

a. dapat mempertahankan dan meningkatkan nilai gizi suatu makanan atau

minuman.

b. dapat meningkatkan nilai ekonomis suatu produk makanan atau minuman.

c. dapat mengawetkan makanan atau minuman, sehingga dapat digunakan

dalam waktu yang relatif lama.

d. menambah cita rasa pada makanan atau minuman.

Kerugian penggunaan zat aditif pada makanan adalah sebagai berikut:

a. dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia, terutama bahan-bahan

tambahan buatan.

b. dapat menyebabkan terjadinya pengerasan otak dan sumsum tulang

belakang.

c. zat aditif pemanis buatan menghasilkan zat yang bersifat karsinogen

(dapat mmenyebabkan kanker)

Page 34: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

20

2.5 Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun

kerangka berpikir sebagai berikut:

Berdasarkan hasil observasi di SMP N

22 Semarang, bahan ajar yang digunakan

berupa buku paket BSE yang belum

mengaitkan budaya dengan

pembelajaran, belum mampu

menumbuhkan kemandirian dan hasil

belajar siswa.

Nisa et al., (2015) menyatakan bahwa

pembelajaran IPA merupakan

pembelajaran yang berorientasi

aplikatif, kemampuan belajar, sikap

peduli terhadap lingkungan masyakarat.

Pembelajaran dengan bantuan

modul IPA berbasis etnosains

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Modul IPA Berbasis Etnosains Efektif untuk Meningkatkan

kemandirian dan Cinta Budaya Lokal Siswa Pada Materi Zat Aditif

Kelas Eksperimen Penerapan pembelajaran berbasis etnosains

dengan menggunakan modul untuk

menumbuhkan kemandirian belajar dan cinta

Kelas Kontrol Menggunakan bahan ajar

buku BSE

Hasil

Pembelajaran IPA di SMP

Kenyataan/Fakta Teoritik

Page 35: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

21

2.6 Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ada dua, yakni :

Ha: modul IPA berbasis etnosains efektif terhadap kemandirian dan karakter cinta

budaya lokal siswa

H0: modul IPA berbasis etnosains tidak efektif terhadap kemandirian dan karakter

cinta budaya lokal siswa

Hipotesis ini akan diuji menggunakan uji perbedaan untuk mengetahui taraf

signifikansi hasil kemandirian dan cinta budaya lokal siswa dari hipotesis yang

diterima.

Page 36: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

69

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa modul IPA berbasis etnosains efektif untuk

meningkatkan kemandirian belajar dan cinta budaya lokal siswa kelas VIII di

SMP Negeri 22 Semarang yang dilihat dari perbedaan hasil kemandirian dan cinta

budaya lokal siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

ditandai dengan Zhitung lebih besar dari Ztabel dengan nilai Ztabel 1,960. Hasil Zhitung

kemandirian sebesar 12,227 dan cinta budaya lokal sebesar 12,337.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

menyarankan:

1. Modul IPA berbasis etnosains diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar

dalam pembelajaran IPA untuk mengenalkan kepada siswa bahwa adanya fakta

atau fenomena yang berkembang di masyarakat

2. Modul IPA berbasis etnosains dalam penelitian harus lebih menonjolkan

karakter cinta budaya lokal

3. Diakhir pelaksanaan pembelajaran perlu adanya konfirmasi agar tidak terjadi

miskonsepsi materi

4. Perlunya pengkajian terhadap budaya-budaya yang lain sehingga akan

memperkaya sains ilmiah yang direkontruksi dari sains asli.

69

Page 37: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

70

DAFTAR PUSTAKA

Albaiti. 2015. Kajian Kearifan Lokal Kelompok Budaya Dani Lembah Baliem

Wamena Papua. Jurnal Pendidikan Nusantara Indonesia, 1 (1): 15-34

Alias, N., Siraj, S., DeWitt, D., Attaran, M., & A. B. Nordin. 2013. Evaluation on

the Usability of Physics Module in a Secondary School in Malaysia:

Students' Retrospective. Malaysian Online Journal of Educational Technology, 1 (1): 44-53

Ariani, R.P., Ni M.S. 2013. Unit Usaha Boga Ganesha: Produk Makanan

Tradisional Bali dan Produk Makanan Inovatif dan Kreatif Khas

Universitas Pendidikan Ganesha. Majalah Aplikasi IPTEKS Ngayah, 4

(1): 73-83

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

__________. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Atmojo S.E. 2012. Profil Keterampilan Proses Sains dan Apresiasi Siswa

Terhadap Profesi Pengrajin Tempe Dalam Pembelajaran IPA

Berpendekatan Etnosains. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII), 1 (2):

115-122

Cahyaningrum N. & Y. L. Sukestiyarno. 2016. Pembelajaran React Berbantuan

Modul Etnomatematika Mengembangkan Karakter Cinta budaya lokal

Lokal dan Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. Unnes Journal of Mathematics Education Research (UJMER), 5 (1): 50-59

Danuri. 2014. Pengembangan Modul Matematika dengan Pendekatan

Kontekstual untuk Memfasilitasi Kemandirian Belajar Siswa SD/MI.

Jurnal Al Bidayah, 6 (1): 39-58

Daryanto. 2013. Menyusun Modul. Yogyakarta: Vega Media

_______. 2014. Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum 2013).

Yogyakarta: Gava Media

Eliazer S.L., Bahruddin M., & Aziz A. 2013. Pembuatan Buku Makanan

Tradisional Surabaya Sebagai Upaya Pelestarian Produk Lokal. Jurnal Desain Komunikasi Visual, 1 (1): 88-95

70

Page 38: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

71

Fahradina, N., Ansari, B.I., & Saiman. 2014. Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP dengan

Menggunakan Model Investigasi Kelompok. Jurnal Didaktik Matematika,

1 (1): 54-64

Fidiana, L., Bambang, S., & Pratiwi , D. 2012. Pembuatan dan Implementasi

Modul Praktikum Fisika Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI. Unnes Physics Education Journal, 1(2): 39-44

Hake, R. R. 1998. Interactive Engagement vs Tradisional Methods: a Six

Toushand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory

Physics Courses. American Journal of Physics, 661 (1): 1

Joseph, M.R. 2010. Ethnoscience and Problems of Method in the Social

Scientific Study of Religion. Oxford Journals, 39 (3): 241-249

Khaerun, I.R., Samsudi, & Murdani. 2010. Keefektifan Penggunaan Modul

Pembelajaran Interaktif Belajar Kompetensi Bahan Bakar Bensin. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 10 (1): 1

Khoerunnisa, R. F. 2014. Pengembangan Modul IPA Terpadu berbasis Etnosains

Tema Bahan Kimia terhadap Kemandirian Belajar dan Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Semarang : FMIPA Universitas Negeri

Semarang

Khusniati, M. 2014. Model Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal dalam

Menumbuhkan Karakter Konservasi. Indonesian Journal of Conservation,

3 (1): 67-74

Maharani, D.W., & N. R. Dewi. 2015. The Implementation of Science Inquiry-

Based Website Oriented by Culture Deviance Solution to Instill Students’

Character and Indepedence. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII), 4

(1): 25-30

Marlina. 2011. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

Perkuliahan Dasar Rias (Tata Kecantikan Wajah dan Rambut) untuk

Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa. Jurnal Penelitian Pendidikan 12

(1): 13-23

Nagpal, K., P, J. Leena, & Gyanprakash. 2013. Independent Learning and

Student Development. Internationl Journal of Social Science & Interdisciplinary Research, 2 (2): 27-33

Nahdliyati, R., Parmin & Taufiq M. 2016. Efektivitas Pendekatan Saintifik

Page 39: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

72

Model Project Based Leraning Tema Ekosistem untuk Menumbuhkan

Kemandirian Belajar Siswa SMP. Unnes Science Education Journal (USEJ), 5 (2): 1213-1220

Nasir, E. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan

Pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas V SDN Sabelak

Kecamatan Bulangi Selatan. Jurnal Kreatif Tadula ko Online, 5(9): 76-

89. tersedia di http://jurnal.untad.ac.id [diakses tanggal 10-03-2017]

Nisa A., Sudarmin & Samini. 2015. Efektivitas Penggunaan Modul Terintegrasi

Etnosains dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Literasi Sains Siswa. Unnes Science Education Journal (USEJ), 4 (3): 1049-1056

Nourma, A. 2011. Pengembangan Modul Fisika Berbasis Kearifan Lokal pada

Materi Hukum Newton untuk Siswa SMA N 1 Sentolo Kelas X Kulon Progo. Skripsi. Yogyakarta: UNY

Okechukwu, S., Abonyi., Lawrence, A., & Njoku. 2014. Innovations in Science

and Technology Education: A Case for Ethnoscience Based Science

Classrooms. International Journal of Scientific and Engineering Research, 5 (1): 52-56

Parmin & E. Peniati. 2012. Pengembangan Modul Mata Kuliah Strategi Belajar

Mengajar IPA Berbasis Hasil Penelitian Pembelajaran. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII), 1 (1): 8-15

Parmin, Sajidan, Ashadi, Sutikno & Y. Maretta. 2016. Preparing Prospective

Teachers in Integrating Science and Local Wisdom through Practicing

Open Inquiry. Journal of Turkish Science Education, 13 (2): 3-14

Purwanto, Rahardi, & Lasmono. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta:

Depdiknas

Puspita, M. 2014. Pengembangan Modul Bilingual bergambar terhadap minat

belajar siswa pada tema energi di alam sekitar. Unnes Science Education Journal (USEJ), 3 (2)

Pramana, W. D. & N. R. Dewi. 2014. Pengembangan E-Book IPA Terpadu Tema

Suhu dan Pengukuran untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar Siswa.

Unnes Science Education Journal, 3 (3): 602-605

Pratama, D.R., Widiyatmoko, A., & Wusqo I.U. (2016). Pengaruh Penggunaan

Modul Kontekstual Berpendekatan SETS terhadap Hasil Belajar dan

Page 40: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

73

Kemandirian Peserta Didik Kelas VII SMP. Unnes Science Education Journal (USEJ), 5 (3)

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:

Diva Press

Rahayu, W.K. & Sudarmin. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis

Etnosains Tema Energi dalam Kehidupan untuk Menanamkan Jiwa

Konservasi Siswa. Unnes Science Education Journal (USEJ), 4 (2): 920-

926

Rosyidah, A. N., Sudarmin, & K. K. Siadi. 2013. Pengembangan Modul IPA

Berbasis Etnosains Zat Aditif dalam Bahan Makanan untuk Kelas VIII

SMP Negeri 1 Pegandon Kendal. Unnes Science Education Journal (USEJ), 2 (1): 133-139

Sabana, S. 2007. Nilai Estetis pada Kemasan Tradisional Yogyakarta. Jurnal ITB Vis. Art., 1 (1): 10-25

Sari, K. T. 2013. Pengaruh Pembelajaran Model E-Learning terhadap Peningkatan Kemandirian Belajar siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas X MAN 1 Demak. Skripsi. Semarang : FPIPS IKIP PGRI Semarang

Setyowati, R. 2013. Pengembangan Modul IPA Berkarakter Peduli Lingkungan Tema Populasi Sebagai Bahan Ajar Siswa SMK N 11 Semarang. Skripsi.

Semarang: Universitas Negeri Semarang

Siany, L., & A. Catur. 2009. Khasanah Antropologi. Jakarta: Wangsa

Jatra Lestari

Sicat V.L., dan David, D.E. 2016. Performance in Basic Mathematics of

Indigenous Students. Universal Journal of Education Research, 4 (2):

320-325

Siregar, L. 2002. Antropologi dan Konsep Kebudayaan. Antropologi Papua, 1 (1)

Smith,B. 2010. Instructional Strategies in Family and Consumer Sciences:

Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model.

Journal of Family & Consumer Sciences Education, 28 (1) : 23-38

Suastra I.W. 2011. Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal untuk

Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di

SMP. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran 43 (2): 9-16

Page 41: EFEKTIVITAS MODUL IPA BERBASIS ETNOSAINS TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/31670/1/4001413008.pdf · Siswa kelas VIII G dan VIII H SMP N 22 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang senantiasa

74

Sudarmin, Subekti, Niken & A. Fibonacci. 2014. “Model Pembelajaran

Kimia berbasis Etnosains (MPKBE) untuk Mengembangkan Literasi

Sains Siswa”. Prosiding Semnas Pensa VI “Peran Literasi Sains”. Hal:83-

90

Sudarmin. 2014. Pendidikan Karakter, Etnosains dan Kearifan Lokal. Semarang:

CV. Swadaya Manunggal

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito

Sugandi, A.I. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Setting

Kooperatif Jigsaw terhadap Kemandirian Belajar Siswa SMA. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung,

2 (2) : 144-155

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Ugwu, A.N. 2016. Integration of Indigenous Knowledge and Practices into

Chemistry Teaching and Students’ Academic Achievement. International Journal of Academic Research and Reflection, 4 (4): 22-30

Wibawa, A.S., Saptorini & Retno S.I. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA

Terpadu Berbasis Pendidikan Karakter pada Tema Dampak Bahan Kimia

Rumah Tangga Terhadap Lingkungan. Unnes Science Education Journal (USEJ),2 (1): 126-132

Widiyatmoko, A. & N. R. Dewi. IPA Dasar. Semarang: CV Swadaya Manunggal

Yasmin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada

Yerita, H., Haviz M., & Rahmi E. 2014. Efektivitas Penggunaan Modul

Pembelajaran Biologi Berbasis Kontekstual Pada Pokok Bahasan

Ekosistem Siswa Kelas X Di Sman 1 Rambatan. Edusainstika Jurnal Pendidikan MIPA, 1 (1) : 8-10

Yuliati, U. 2011. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen dalam

Pembelian Makanan Jajan Tradisional Di Kota Malang. Jurnal Manajemen Bisnis, 1 (1): 7-20

Yuliawati, F., Rokhimawan, M. A., & J. Suprihatiningrum. 2013. Pengembangan

Modul Pembelajaran Sains Berbasis Integrasi Islam-Sains untuk Siswa

Difabel Netra MI/SD Kelas 5 Semester 2 Materi Pokok Bumi dan Alam

Semesta. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII), 2 (2): 170-177