efektivitas model problem based learning ditinjau …digilib.unila.ac.id/56424/3/skripsi tanpa bab...

61
EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gading Rejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019) (Skripsi) Oleh EVA MARIYATI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARIKEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gading RejoSemester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019)

(Skripsi)

Oleh

EVA MARIYATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARIKEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gading RejoSemester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019)

Oleh

EVA MARIYATI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas model

problem based learning ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1

Gading Rejo semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak 218 siswa yang

terdistribusi ke dalam tujuh kelas yaitu kelas VIII1 - VIII7. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling dan terpilihlah kelas VIII5 sebagai

kelas eksperimen dan kelas VIII3 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini

menggunakan the static-group pretest-posttest design. Analisis data yang

digunakan adalah uji Mann-Whitney U dan uji proporsi. Hasil uji proporsi

menunjukkan bahwa proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematis terkategori baik pada kelas yang mengikuti problem based learning

sama dengan 60%. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan

bahwa model problem based learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan

komunikasi matematis siswa namun dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa.

Kata kunci: efektivitas, komunikasi matematis, problem based learning

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARIKEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 1Gading Rejo Tahun Pelajaran 2018/2019)

Oleh

EVA MARIYATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gading Rejo, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten

Pringsewu, Provinsi Lampung pada tanggal 17 Maret 1997. Penulis merupakan

anak bungsu dari enam bersaudara pasangan Bapak Slamet Riyadi (Alm) dan Ibu

Era Wati. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2002 di SD Negeri 4

Gading Rejo dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 1 Gading Rejo dan lulus pada tahun 2011. Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Gading Rejo dan lulus pada

tahun 2014.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan pada tahun 2014.

Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan

Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Kebun Tebu, Lampung Barat dan melaksanakan

praktek mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1

Kebun Tebu, Lampung Barat.

MotoNo matter how many mistakes you have been made,

as long as you never stop learning to be better.

(Eva Mariyati)

i

Persembahan

Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha SempurnaSholawat serta salam selalu tercurah kepada uswatun hasanah

Rasulullah Muhammad SAW

Ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada:

Bapak (Alm. Slamet Riyadi) dan mamak (Era Wati), yang telah memberikan kasihsayang, semangat, doa dan cinta kepada anak bungsunya ini.

Kakak – kakakku tercinta (Mbak Tri, Mbak Minarti, Mbak Suparmi, Mas Edi danMbak Nur) serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa

kepadaku.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.

Semua sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku, dari kalianaku belajar memahami arti ukhuwah.

Almamater Universitas Lampung tercinta.

ii

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang

akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi

uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Problem Based Learning Ditinjau

dari Kemampuan Komunikasi Siswa” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Slamet Riyadi (Alm.) dan Mamak Era Wati, atas dukungan, doa, dan

juga kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus

Pembimbing Akademik dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

FKIP Unila yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing,

memberikan perhatian, dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga

iii

skripsi ini menjadi lebih baik serta telah memberikan kemudahan dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Agung Putra Wijaya, S.Pd. M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

sumbangan pemikiran, kritik, dan saran dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah

memberikan masukan dan saran-saran serta memberikan bantuan dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP

Unila yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Unila beserta jajaran

dan stafnya yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

8. Bapak Yudi Andrian, M. Kom.I, selaku Kepala SMP Muhammadiyah 1

Gading Rejo beserta wakil dan stafnya yang telah memberikan kemudahan

selama penelitian.

9. Bapak Ardiansyah, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu

dalam penelitian.

10. Siswa/siswi kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gading Rejo semester ganjil

tahun pelajaran 2018/2019, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

iv

11. Kakak–kakak tercintaku (Mbak Tri, Mbak Minarti, Mbak Suparmi, Mas Edi

dan Mbak Nur) serta keluarga besarku yang telah memberikan doa, semangat,

dan motivasi kepadaku.

12. Sahabatku yang kusayangi, Anggi, Asri, Bisri, Siska, Nova, Hesti, Dwi P,

Mbak Siwi, Gega, Hanggoro, Eka, Sri Wahyuningsih, Marta, Secy, Adina,

Azwan, Adel, Sandi, Restu yang telah banyak membantu dan selalu

memotivasiku selama ini.

13. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2014 Kelas A dan Kelas B

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, kakak-kakakku angkatan 2010, 2011, 2012, dan

2013, serta adik-adikku angkatan 2015, 2016, dan 2017 atas kebersamaannya.

14. Teman-teman KKN di Pekon Kebun Tebu dan PPL di SMKN 1 Kebun Tebu,

Lampung Barat (Elsa, Maya, Meta, Susanti, Septi, Winda, Ikhsan, Dirga dan

Pandu) atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan.

15. Pak Liyanto, Pak Mariman, dan Mbak Elin selaku penjaga Gedung G, atas

bantuannya selama ini.

16. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini

bermanfaat.

Bandar Lampung, Maret 2019Penulis,

Eva Mariyati

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian............................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka................................................................................. 10

1. Kemampuan Komunikasi Matematis ............................................ 10

2. Problem Based Learning (PBL).................................................... 12

3. Pembelajaran Konvensional .......................................................... 14

4. Efektivitas Pembelajaran ............................................................... 16

B. Definisi Operasional ........................................................................... 17

C. Kerangka Pikir .................................................................................... 18

D. Anggapan Dasar ................................................................................ 21

E. Hipotesis Penelitian............................................................................. 21

Halaman

vi

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel .......................................................................... 22

B. Desain Penelitian ............................................................................... 23

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................................. 23

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 24

E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 25

1. Validitas .......................................................................................... 27

2. Reliabilitas ..................................................................................... 27

3. Daya Pembeda ................................................................................ 28

4. Tingkat Kesukaran .......................................................................... 29

F. Teknik Analisis Data........................................................................... 31

1. Analisis Data Awal Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa .............................................................................................. 31

a. Uji Normalitas ........................................................................... 31

b. Uji Perbedaan ............................................................................. 32

2. Analisis Data Peningkatan (Gain) Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Uji Hipotesis ..................................................... 34

a. Uji Normalitas ........................................................................... 34

b. Uji Hipotesis Pertama................................................................. 35

c. Uji Hipotesis Kedua (Uji Proporsi) ............................................ 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian................................................................................... 38

1. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa .................... 38

a. Data Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa............ 38

b. Data Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa........... 39

vii

c. Data Peningkatan (Gain) Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa ........................................................................ 40

2. Hasil Uji Hipotesis Pertama......................................................... 41

3. Hasil Uji Hipotesis Kedua............................................................ 42

B. Pembahasan ........................................................................................ 43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan............................................................................................. 51

B. Saran ................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52

LAMPIRAN ................................................................................................. 56

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks dalam PBL........................................................................... 13

Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran dengan Metode Ceramah, Tanya Jawabdan Tugas ......................................................................................... 15

Tabel 3.1 Rata- Rata Nilai Ulangan Tengah Semester Ganjil SMP Muham-madiyah 1 Gading Rejo Kelas VIII Tahun Pelajaran 2018/2019 .... 22

Tabel 3.2 Desain Penelitian.............................................................................. 23

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis....... 26

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda .................................................................... 29

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran.............................................................. 30

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes ...................................................... 30

Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Awal Kemampuan KomunikasiMatematis......................................................................................... 33

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Gain Kemampuan KomunikasiMatematis......................................................................................... 33

Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ......... 38

Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa........ 40

Tabel 4.3 Data Skor Peningkatan (Gain) Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa .............................................................................. 41

Tabel 4.4 Hasil Uji Mann-Whitney U Komunikasi Matematis Siswa.............. 42

Tabel 4.5 Pencapaian Indikator Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa .............................................................................. 43

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Salah Satu Soal yang Diujikan pada TIMSS Tahun 2011 ............. 4

Gambar 1.2 Salah Satu Jawaban Siswa yang Belum Benar .............................. 6

Gambar 1.3 Salah Satu Jawaban Siswa yang Sudah BenarNamun Belum Tepat ...................................................................... 6

Gambar 4.1 Beberapa Siswa yang Tidak Mau Berdiskusi Kelompok............... 46

Gambar 4.2 Beberapa Siswa Sedang Berdiskusi Saat Mengerjakan LKPD...... 47

Gambar 4.3 Salah Satu Jawaban Siswa pada LKPD yang Masih Salah SaatMenggambarkan Grafik ................................................................. 48

Gambar 4.4 Salah Satu Jawaban Siswa yang Masih Salah SaatMenyelesaikan LKPD................................................................. 48

Gambar 4.5 Salah Satu Jawaban Siswa Pada LKPD yang Masih Salah SaatMenggunakan Operasi Aljabar ................................................... 50

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen ........................................ 56

A.2 Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol ............................................... 60

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ................ 64

A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ....................... 84

A.5 Lembar Kerja Peserta Didik Kelas Eksperimen............................... 99

B. INSTRUMEN PENILAIAN

B.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis. ..... 134

B.2 Pedoman Penskoran Instrumen Tes KemampuanKomunikasi Matematis.. .................................................................. 136

B.3 Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ..................... 137

B.4 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa.............................................................................. 138

B.5 Form Validasi Instrumen Tes KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 144

C. ANALISIS DATA

C.1 Analisis Reliabilitas Instrumen Tes KemampuanKomunikasi Matematis Siswa......................................................... 145

C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Butir Soal TesKemampuan Komunikasi Matematis Siswa.. ................................. 147

C.3 Skor Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Eksperimen............................................................................ 151

xi

C.4 Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol .... 155

C.5 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Eksperimen............................................................................. 159

C.6 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Kontrol.. ................................................................................ 160

C.7 Uji Normalitas ................................................................................. 161

C.8 Uji Hipotesis Pertama ...................................................................... 178

C.9 Uji Hipotesis Kedua......................................................................... 170

C.10 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. 183

D. TABEL-TABEL STATISTIK

D.1 Tabel Daftar Distribusi Liliefors...................................................... 198

D.2 Tabel Daftar Distribusi Normal ....................................................... 199

E. ADMINISTRASI PENELITIAN

E.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan .................................................. 200

E.2 Surat Izin Penelitian......................................................................... 201

E.3 Surat Keterangan Penelitian............................................................. 202

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator penting untuk mengukur

keberhasilan dalam upaya membangun kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan Laporan United Nations Development Programme (UNDP, 2016),

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia tahun 2015 berada pada peringkat 113

dari 188 negara. Pencapaian tersebut masih jauh tertinggal dibandingkan dengan

negara di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Brunei Darussalam,

Malaysia dan Thailand. Dengan demikian, kualitas sumber daya manusia

Indonesia perlu untuk ditingkatkan agar dapat bersaing di level internasional.

Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan

melalui pendidikan. Seperti yang dinyatakan oleh UNDP (2016) bahwa tiga

indikator utama untuk mengukur Indeks Pembangunan Manusia adalah

pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Lebih lanjut menurut Yudhoyono (2007),

suatu negara akan maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan

berkualitas, sebaliknya suatu negara akan tertinggal dari negara-negara lain

apabila pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Tanpa sumber daya

manusia yang berkualitas, suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa lain dalam

percaturan dan persaingan kehidupan global yang semakin kompetitif. Sejalan

2

dengan itu, tujuan pendidikan nasional Indonesia seperti yang tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Oleh karena itu, melalui pendidikan diharapkan akan terbentuk sumber

daya manusia berkualitas yang mampu membangun kehidupan masyarakat,

bangsa, dan negara menjadi lebih baik.

Berdasarkan Pasal 13 ayat 1, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan di Indonesia terdiri dari tiga

macam, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.

Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pada pendidikan formal

terdapat berbagai mata pelajaran yang diberikan. Salah satu mata pelajaran yang

diberikan di semua jenjang adalah matematika.

Matematika diberikan pada siswa sebagai bekal untuk melatih keterampilan

berpikir dan mengembangkan pengetahuan agar generasi-generasi penerus bangsa

akan lebih siap dan tidak tertinggal oleh negara-negara lain. Cockroft dalam

Abdurrahman (2003) menyatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada

siswa karena (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi

memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana

komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan

informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis,

3

ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap

usaha memecahkan masalah yang menantang. Pada hakikatnya, siswa perlu

menguasai matematika karena dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

NCTM (2000: 4) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus

dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection),

kemampuan penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), dan kemampuan

representasi (representation). Sementara itu, berdasarkan Permendikbud Nomor

58 Tahun 2014, mata pelajaran matematika di sekolah bertujuan agar siswa

mampu: (1) memahami konsep matematika, (2) memecahkan masalah, (3)

menggunakan penalaran matematis, (4) mengomunikasikan masalah secara

sistematis, dan (5) memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dalam

matematika. Berdasarkan uraian tersebut, salah satu tujuan pembelajaran

matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis.

Kemampuan komunikasi matematis diperlukan oleh siswa dalam membantu

membangun pengetahuan matematisnya untuk menyelesaikan masalah dengan

tepat. Sesuai dengan pendapat Gurreiro dalam Izzati dan Suryadi (2010),

komunikasi matematis merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan

matematika atau sebagai fondasi dalam membangun pengetahuan matematika.

Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik dapat mengungkapkan

ide atau gagasan matematisnya dengan tepat, singkat, dan logis serta dapat

mengembangkan pemahaman tentang matematika, dan mempertajam berpikir

matematisnya.

4

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan

salah satu studi komparatif internasional yang bertujuan untuk mengetahui

perkembangan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas IV SD

dan kelas VIII SMP. Berdasarkan hasil TIMSS tahun 2011, Indonesia mendapat

peringkat 38 dari 42 negara (TIMSS, 2011). Karakteristik soal dalam TIMSS

menuntut kemampuan komunikasi matematis siswa terutama pada soal uraian

(constructed response) yang melibatkan permodelan matematika, penggunaan simbol,

dan ekspresi matematis. Berikut ini salah satu soal yang diujikan pada TIMSS tahun

2011.

Gambar 1.1 Salah Satu Soal yang Diujikan pada TIMSS Tahun 2011

Soal tersebut menuntut siswa untuk mengkonstruksi diagram lingkaran dari

representasi dan situasi yang diberikan. Berdasarkan soal tersebut, hanya 28%

siswa Indonesia yang mampu menjawab dengan benar sedangkan rata-rata 47%

siswa peserta TIMSS menjawab benar (Sari, 2015). Sementara itu, hasil dari

Programme for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization

Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2015, Indonesia

berada pada peringkat 62 dari 70 negara dengan skor kemampuan matematika

adalah 386 sedangkan skor rata-rata kemampuan matematika dunia adalah 494

5

(OECD, 2016). PISA mengkaji tentang kemampuan membaca, matematika, dan

sains untuk siswa berusia 15 tahun. Kemampuan komunikasi matematis termasuk

salah satu aspek yang diamati dalam PISA. Berdasarkan hasil tersebut,

kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia masih tergolong rendah.

SMP Muhammadiyah 1 Gading Rejo merupakan salah satu sekolah menengah

pertama di Indonesia yang sebagian besar siswanya mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal yang menuntut kemampuan komunikasi matematis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru Matematika SMP

Muhammadiyah 1 Gading Rejo yang dilakukan pada 4 April 2018, diperoleh

informasi bahwa siswa mengalami kesulitan menyatakan ide-ide matematis

melalui tulisan, seperti menyatakan ke dalam bentuk variabel dan tidak dapat

menyajikan masalah menggunakan bahasa matematis dengan benar. Siswa

cenderung mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal cerita yang

berhubungan dengan masalah kontekstual yang membutuhkan permodelan

matematika. Selain itu, siswa kurang mahir dalam membuat diagram, tabel,

ataupun grafik dengan tepat sehingga tidak mampu menyelesaikan soal dengan

sempurna.

Berikut ini adalah salah satu soal yang diujikan pada ulangan harian kelas VII6

tahun pelajaran 2017/2018. “Seorang petani mempunyai persediaan makanan 75

ekor ayam selama 15 hari jika petani itu membeli 15 ekor ayam lagi. Berapa hari

persediaan makanan itu akan habis?”

6

Dari soal tersebut, hanya 14 dari 32 siswa yang berhasil menjawab dengan tepat.

Sementara sisanya masih belum bisa memberikan jawaban yang benar. Berikut ini

salah satu jawaban siswa yang belum benar.

Gambar 1.2 Salah Satu Jawaban Siswa yang Belum Benar

Masalah yang sama juga terjadi pada salah satu soal yang diujikan pada ulangan

harian kelas VIII3 tahun pelajaran 2017/2018. “Sebuah tangga bersandar pada

tembok yang tingginya 8 m. Jika kaki tangga terletak 15 m dari dinding,

tentukanlah panjang tangga yang bersandar pada tembok tersebut!”

Setelah soal tersebut diujikan, hanya 6 dari 36 siswa yang berhasil menjawab

dengan tepat. Sementara sisanya masih belum bisa memberikan jawaban yang

tepat. Berikut ini jawaban siswa yang sudah benar namun belum tepat.

Gambar 1.3 Salah Satu Jawaban Siswa yang Sudah Benar Namun Belum Tepat

7

Gambar 1.2 dan 1.3 menunjukkan bahwa siswa belum mampu menyatakan ide –

ide matematis dalam bentuk tulisan. Siswa juga belum mampu menggunakan

bahasa matematis dengan tepat, meskipun sudah dapat mengekspresikan konsep

matematika. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis

siswa perlu untuk ditingkatkan.

Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran di kelas, pembelajaran di SMP

Muhammadiyah 1 Gading Rejo masih didominasi oleh guru (teacher centered).

Guru mendominasi pembelajaran dari awal sampai akhir. Pembelajaran diawali

dengan pemberian materi oleh guru. Materi yang diberikan oleh guru berupa

pemberian konsep matematis secara langsung. Namun guru belum memberikan

suatu masalah kontekstual sehingga siswa belum mampu mengaitkan antara

konsep matematis dan situasi yang terjadi pada kehidupan nyata. Selanjutnya guru

memberikan contoh soal serta latihan berupa soal rutin. Setelah itu, pembelajaran

diakhiri dengan pemberian tugas. Menurut Herman (2006), kegiatan pembelajaran

seperti ini tidak mengakomodasi pengembangan kemampuan matematis siswa

termasuk kemampuan komunikasi matematis. Oleh karena itu, untuk dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis perlu diterapkan pembelajaran

yang berpusat pada siswa.

Salah satu model yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran sehingga

memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dan membantu siswa untuk

menyelesaikan masalah kontekstual sesuai dengan konsep matematis adalah

model Problem Based Learning (PBL). Rusman (2014) menyatakan bahwa dalam

PBL siswa dituntut terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran melalui

8

diskusi kelompok sehingga pembelajaran berpusat pada siswa. PBL memberikan

peluang untuk siswa agar dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam

hal ini, peran guru tidak terlalu mendominasi pembelajaran. Selain itu, Herman

(2007:48) menyatakan PBL merupakan suatu pembelajaran yang diawali dengan

menghadapkan siswa dengan masalah matematika. Dengan segenap pengetahuan

dan kemampuan yang telah dimilikinya, siswa dituntut untuk menyelesaikan

masalah yang kaya dengan konsep-konsep matematika. Siswa menjadi terbiasa

untuk mengomunikasikan suatu masalah ke dalam bahasa matematika

berdasarkan pengetahuan yang telah didapat sebelumnya. Hal tersebut akan

membuat siswa terlatih untuk menggunakan bahasa matematis dengan benar,

mengungkapkan ide-ide matematis berupa simbol matematis yang tepat, dan

membuat suatu permodelan matematis dengan langkah yang benar sehingga

mampu menyelesaikan masalah dengan strategi yang mereka yakini.

Berdasarkan uraian masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang mengkaji efektivitas model PBL ditinjau dari kemampuan komunikasi

matematis siswa di SMP Muhammadiyah 1 Gading Rejo karena model PBL

belum diterapkan dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah model PBL efektif ditinjau dari kemampuan

komunikasi matematis siswa?”.

9

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji efektivitas model PBL ditinjau dari

kemampuan komunikasi matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan informasi dalam

pendidikan berkaitan dengan model PBL dan hubungannya dengan

kemampuan komunikasi matematis.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi guru mengenai proses

pembelajaran terkait efektivitas model PBL ditinjau dari kemampuan

komunikasi matematis. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi

untuk penelitian lebih lanjut tentang model PBL dan kemampuan komunikasi

matematis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 143), komunikasi dapat diartikan sebagai

menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan

dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Selanjutnya, Hamzah dan Nurdin

(2012: 180) berpendapat bahwa kemampuan komunikasi tidak hanya diwujudkan

melalui penjelasan secara lisan, tetapi dapat juga diekspresikan dalam bentuk

tulisan maupun gambar. Oleh karena itu, komunikasi merupakan penyampaian

informasi yang dapat dilakukan secara lisan ataupun tulisan.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu aspek yang harus

dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika. Seperti yang tertuang dalam

Lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 bahwa mata pelajaran

matematika di sekolah bertujuan agar siswa mampu: (1) memahami konsep

matematika, (2) memecahkan masalah, (3) menggunakan penalaran matematis, (4)

mengomunikasikan masalah secara sistematis, dan (5) memiliki sikap dan

perilaku yang sesuai dengan nilai dalam matematika. Menurut Indarti (2014: 120),

kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang diperlukan

dalam belajar matematika dan memecahkan masalah-masalah matematis siswa.

11

Izzati (2010: 721) mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi matematis

merupakan kemampuan menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan

gagasan dan argumen dengan tepat, singkat, dan logis. Sejalan dengan itu,

Alawiyah (2014: 181) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis

adalah kemampuan untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan penggunaan

keahlian menulis, menyimak, menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi

ide, simbol, istilah, serta informasi matematika yang diamati melalui proses

mendengar, mempresentasi, dan diskusi. Kemudian Sumarmo (2015: 351)

menyatakan komunikasi matematis merupakan keterampilan menyampaikan ide

atau gagasan dalam bahasa sehari-hari atau dalam bahasa simbol matematika.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kemampuan komunikasi matematis adalah

kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasan-gagasan, ide-ide, dan

pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang dipelajari baik secara

lisan ataupun tulisan.

Adapun indikator komunikasi matematis menurut Satriawati, dkk (2018) yaitu:

a. Menulis (written texts) yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan

bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan lisan,

tulisan, konkrit, grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan

tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, dan

menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan

generalisasi.

b. Menggambar (drawing) yaitu merefleksikan benda nyata, gambar, dan diagram

dalam ide matematika.

12

c. Ekspresi matematis (mathematical expression), yaitu mengekspresikan konsep

matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika.

Dengan demikian, indikator kemampuan komunikasi matematis secara umum

terdiri dari kemampuan menulis (written texts), menggambar (drawing), dan

ekspresi matematis (mathematical expression).

Dalam penelitian ini, kemampuan komunikasi matematis yang diteliti adalah

kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi kemampuan menggambar

(drawing), menulis (written texts), dan ekspresi matematis (mathematical

expression).

2. Problem Based Learning (PBL)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menyatakan bahwa PBL adalah

pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa

untuk belajar. Lebih lanjut, menurut Raharjo (2014: 207), guru tidak

menyampaikan banyak informasi kepada siswa dalam PBL. Akan tetapi, siswa

diharapkan dapat mengembangkan pemikirannya dalam memecahkan masalah,

belajar berperan sebagai orang dewasa, dan menjadi pembelajar yang independen

dan mandiri. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai penyaji masalah,

fasilitator, dan mentor yang membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses

pembelajaran. Sejalan dengan itu, Aisah (2014: 358) menjelaskan bahwa PBL

merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan

kondisi belajar aktif kepada siswa.

13

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, PBL merupakan suatu model

pembelajaran inovatif yang menyajikan masalah kontekstual atau masalah dalam

kehidupan sehari-hari di awal pembelajaran sehingga merangsang siswa untuk

lebih aktif dalam belajar.

As’ari, dkk (2017) mengemukakan bahwa sintaks PBL terdiri dari lima fase

seperti yang tertera pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks dalam PBL

Fase Perilaku GuruFase 1: Orientasi siswa pada

masalahGuru menjelaskan tujuan pembelajaran dan logistikyang diperlukan serta memotivasi siswa terlibat aktifpada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2: Mengorganisasi siswauntuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungandengan masalah tersebut.

Fase 3: Membimbingpenyelidikan indi-vidual maupunkelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkaninformasi yang sesuai, melaksanakan eksperimenuntuk mendapatkan penjelasan dan pemecahanmasalah.

Fase 4: Mengembangkan danmenyajikan hasilkarya

Guru membantu siswa dalam merencanakan danmenyiapkan karya sesuai seperti laporan, danmembantu mereka untuk berbagi tugas dengantemannya.

Fase 5: Menganalisis danmengevaluasi prosespemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasihasil belajar tentang materi yang telah dipelajari danmeminta kelompok untuk mempresentasikan hasilkerja

Berdasarkan uraian di atas, model PBL adalah suatu model pembelajaran yang

menjadikan masalah kontekstual sebagai basis kegiatan pembelajaran. Adapun

langkah-langkah model PBL yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: (1) mengorientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk

belajar, (3) membimbing pengalaman individual/kelompok, (4) mengembangkan

14

dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Adapun karakteristik model PBL menurut Herman (2007: 49) yaitu: (1) siswa

bertindak sebagai self-directed problem solver, (2) siswa didorong untuk mampu

menemukan masalah dan merencanakan penyelesaian, (3) siswa difasilitasi untuk

menemukan alternatif penyelesaian dan mengumpulkan informasi, (4) siswa

dilatih untuk terampil menyajikan hasil temuan, dan (5) siswa dilatih untuk

melakukan refleksi tentang penyelesaian masalah yang mereka pilih. PBL

memfasilitasi siswa untuk menyampaikan gagasan, ide dan penyelesaian suatu

masalah yang dipilih oleh siswa berdasarkan masalah dan informasi yang

diperoleh.

3. Pembelajaran Konvensional

Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1997: 523), konvensional

artinya berdasarkan kebiasaan. Ruseffendi (2005: 17) menjelaskan pembelajaran

konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih

mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan

berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pada

guru. Lebih lanjut, Marnoko (2011: 620) mengemukakan bahwa model

pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang menganggap

guru sebagai pusat pembelajaran, sedangkan siswa hanya pasif menerimanya

tanpa berperan aktif mencari informasi. Dengan demikian, pembelajaran

15

konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah dan

memiliki ciri khas yaitu pembelajaran cenderung berpusat pada guru.

Pada pembelajaran konvensional, siswa cenderung pasif karena guru

mendominasi pembelajaran. Guru memonopoli kegiatan pembelajaran dengan

metode ceramah. Menurut Syah (2010: 200), metode ceramah adalah sebuah cara

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dengan menyampaikan informasi

dan pengetahuan secara lisan kepada siswa secara monolog dan hubungan satu

arah. Guru biasanya memberikan definisi dan rumus secara langsung. Selain

menggunakan metode ceramah, pembelajaran konvensional melibatkan metode

tanya jawab dan pemberian tugas.

Djamarah dan Zain (2002: 99) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran

yang melibatkan metode ceramah, tanya jawab, dan tugas seperti yang disajikan

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran dengan Metode Ceramah, Tanya Jawab,dan Tugas

No. LangkahPembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

1 Persiapan Menciptakan kondisi belajar siswa

2 Pelaksanaan Guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah)

Asosiasi/komparasi artinya memberi kesempatan pada siswauntuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramahyang telah diterimanya melalui tanya jawab. (metode tanyajawab)

Generalisasi/kesimpulan, memberikan tugas kepada siswauntuk membuat kesimpulan melalu hasil ceramah. (metodetugas)

3 Evaluasi Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenaibahan yang telah diterimanya, melalui tes atau tugas lain.

16

Berdasarkan pendapat–pendapat di atas, pembelajaran konvensional merupakan

pembelajaran yang selama ini digunakan yaitu pembelajaran yang berpusat pada

guru (teacher center) dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan

tugas.

4. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1997: 250), efektivitas

berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berhasil guna.

Sementara menurut Arikunto (2008: 51), efektivitas adalah taraf tercapainya suatu

tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, efektivitas merupakan taraf

keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Mulyasa (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika

mampu memberikan pengalaman baru, membantu kompetensi siswa, dan

mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Senada dengan

hal itu, Sinambela (2008) berpendapat bahwa pembelajaran dikatakan efektif

apabila mencapai sasaran yang diinginkan baik dari segi tujuan pembelajaran dan

prestasi siswa yang maksimal. Lebih lanjut, Wicaksono (2011) menyatakan

bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila mengacu pada ketuntasan belajar

yaitu apabila lebih dari 60% dari jumlah siswa memperoleh nilai ketuntasan

minimal 65 dalam peningkatan hasil belajar dan strategi pembelajaran. Dalam

penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila terdapat lebih dari 60% dari

jumlah siswa memperoleh sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang

tergolong memiliki kemampuan komunikasi matematis dalam kategori baik.

17

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, efektivitas pembelajaran merupakan

ukuran keberhasilan yang menunjukkan seberapa jauh tercapainya suatu tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, model PBL dikatakan

efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa apabila (1) pening-

katan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model PBL lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dan (2) pada model

PBL, proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan

kategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa.

B. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Efektivitas pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan yang menunjukkan

seberapa jauh tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Dalam penelitian ini, model PBL dikatakan efektif ditinjau dari kemampuan

komunikasi matematis siswa apabila peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa dengan PBL lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran konvensional dan pada

model PBL proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis

dengan kategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa.

2. Model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menjadikan masalah

kontekstual sebagai basis kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah model

PBL yaitu: (1) mengorientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa

untuk belajar, (3) membimbing pengalaman individual/kelompok,

18

(4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

3. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini

digunakan di sekolah yang diteliti yaitu pembelajaran yang berpusat pada

guru (teacher center). Langkah pembelajaran meliputi tahap persiapan,

pelaksanaan, dan evaluasi yang melibatkan metode ceramah, tanya jawab,

dan tugas.

4. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan dalam

mengekspresikan gagasan-gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang

konsep dan proses matematika yang dipelajari. Kemampuan komunikasi yang

diperhatikan pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi tertulis

dengan indikator yang digunakan yaitu kemampuan menulis matematis

(written texts), menggambar (drawing), dan ekspresi matematis

(mathematical expression.)

C. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model PBL ditinjau dari kemampuan komunikasi

matematis siswa ini terdiri atas satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran merupakan variabel bebas, sedangkan

kemampuan komunikasi matematis sebagai variabel terikat.

Model PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang merangsang siswa

dengan menyajikan masalah kontekstual di awal pembelajaran agar siswa mampu

mengembangkan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah. Selanjutnya,

19

dalam PBL terdapat kegiatan diskusi kelompok yang mendukung pencapaian

kemampuan berpikir dan juga kemampuan komunikasi siswa.

Fase pertama adalah orientasi siswa pada masalah. Pada fase ini, selain guru

menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan hal-hal yang diperlukan

selama pembelajaran serta memotivasi siswa, juga memberikan suatu pertanyaan

berupa suatu situasi yang membuat siswa menentukan ide dan menduga

penyelesaian masalah tersebut. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis terutama dalam menjelaskan ide atau situasi

menjadi model matematika secara tulisan.

Fase kedua adalah guru mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada fase ini,

guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang

berdasarkan data kemampuan matematis siswa yang telah dimiliki guru.

Kemudian, setiap kelompok diberikan LKPD. Siswa berdiskusi dengan anggota

kelompoknya untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada

LKPD tersebut. Pada kegiatan diskusi ini, diharapkan siswa dapat bertukar

informasi dan juga mengembangkan kemampuan komunikasi matematis terutama

dalam menyatakan solusi masalah melalui tulisan.

Fase ketiga adalah membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Pada

fase ini, guru mengawasi kegiatan diskusi dan memberikan bantuan kepada siswa

baik secara individual maupun kelompok untuk menyelesaikan masalah- masalah

yang terdapat pada LKPD. Fase ini mendorong siswa untuk mencari informasi

yang tepat, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi yang tepat

dari sumber yang dapat dipercaya serta berdasarkan pendapat dari semua anggota

20

kelompok yang kemudian akan dijadikan solusi permasalahan. Dalam fase ini,

setiap siswa dilatih untuk dapat mengembangkan kemampuan komunikasi

matematis khususnya mengubah suatu permasalahan nyata ke dalam bentuk

ekspresi matematika, menuliskan penyelesaiannya dalam model matematika, dan

menggunakan bahasa dan simbol matematika secara tepat.

Fase keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Setelah siswa

melakukan diskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada LKPD,

guru meminta beberapa perwakilan dari tiap kelompok untuk menyajikan hasil

diskusinya. Fase ini bertujuan untuk menarik kesimpulan yang tepat mengenai

permasalahan yang telah diberikan berdasarkan dugaan siswa. Pada tahap ini,

siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengekspresikan suatu

permasalahan ke dalam ekspresi matematika, serta menulis suatu penyelesaian

dari suatu permasalahan kemudian menuangkannya ke dalam tabel, grafik dan

lainnya sesuai dengan ide-ide matematika yang diperoleh siswa.

Fase terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa melakukan evaluasi dan mengklarifikasi hasil diskusi serta

bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi. Pada fase ini, siswa dibimbing untuk

dapat melakukan analisis terhadap penyelesaian permasalahan yang telah

ditemukan siswa dan diberikan evaluasi terkait materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, proses PBL memberikan peluang bagi siswa untuk

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Berbeda halnya

dengan pembelajaran konvensional dimana peluang-peluang tersebut tidak

didapatkan oleh siswa. Hal tersebut terlihat dalam proses pembelajaran

21

konvensional siswa hanya dijelaskan materi lalu guru memberikan contoh soal,

kemudian siswa diberikan latihan soal yang tidak jauh berbeda dengan contoh

soal tersebut sehingga siswa tidak dapat mengemukakan dan mengembangkan

ide-ide yang ia miliki karena siswa cenderung mengerjakan soal tersebut seperti

apa yang dikerjakan oleh guru. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi

matematis pada pembelajaran konvensional kurang berkembang.

D. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Muhammadiyah 1

Gading Rejo semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 memperoleh materi sesuai

dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir, hipotesis penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Umum

Model PBL efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Hipotesis Khusus

a. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam PBL lebih

tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

dalam pembelajaran konvensional.

b. Proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan

kategori baik (memperoleh nilai ≥ 75) lebih dari 60% dari jumlah siswa

yang mengikuti PBL.

22

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Gading Rejo. Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gading

Rejo tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak 218 siswa yang terdistribusi ke dalam

tujuh kelas yaitu kelas VIII1 - VIII7. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling yaitu dengan mengambil dua kelas dengan pertimbangan

bahwa sampel dipilih dari kelas yang diajar oleh guru bidang studi matematika

yang sama dan memiliki rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester Ganjil yang

relatif sama. Adapun data nilai rata-rata Ulangan Tengah Semester Ganjil tahun

pelajaran 2018/2019 dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rata–Rata Nilai Ulangan Tengah Semester Ganjil SMP Muham-madiyah 1 Gading Rejo Kelas VIII Tahun Pelajaran 2018/2019

No Kelas Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai UTS

1 VIII1 31 51,22 VIII2 32 52,93 VIII3 30 43,54 VIII4 31 50,35 VIII5 32 41,56 VIII6 31 44,77 VIII7 31 45,1

Rata-rata 47,2

23

Berdasarkan pertimbangan tersebut, terpilihlah dua kelas dengan Pak

Ardiansyah,S.Pd sebagai guru pengajarnya yaitu kelas VIII5 sebagai kelas

eksperimen yang menggunakan PBL dan kelas VIII3 sebagai kelas kontrol yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang terdiri dari satu

variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model

pembelajaran sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi

matematis. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah the static group

pretest-posttest design seperti yang disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Model PosttestEksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Diadaptasi dari Fraenkel dan Wallen (1993 : 270)

Keterangan:O1 = Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaO2 = Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaX1 = PBLX2 = Pembelajaran Konvensional

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kuantitatif yang didapat dari

hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa. Data ini berupa skor

peningkatan (gain) yang diperoleh dari pretest dan posttest. Teknik pengumpulan

24

data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes dilakukan sebelum (pretest) dan

sesudah (posttest) diberikan perlakuan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini ada tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap-tahap persiapan dalam penelitian ini adalah:

a. Melakukan observasi dan wawancara pada 4 April 2018 dengan Pak

Ardiansyah, S.Pd sebagai guru matematika kelas VIII untuk mengetahui

karakteristik populasi penelitian.

b. Menentukan sampel penelitian dengan teknik purposive sampling.

Terpilihlah kelas VIII5 sebagai kelas eskperimen yang menerapkan PBL

dan kelas VIII3 sebagai kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran

konvensional.

c. Menyusun perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran, dan Lembar Kerja Peserta Didik dengan materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

d. Membuat instrumen penelitian berupa soal uraian dengan menggunakan

indikator kemampuan komunikasi matematis.

e. Melaksanakan seminar proposal penelitian.

f. Melakukan uji coba instrumen tes.

Uji coba instrumen tes dilakukan pada 25 Oktober 2018 di kelas IX5. Uji

coba dilakukan untuk mengetahui instrumen yang dibuat telah memenuhi

kriteria tes yang baik atau belum.

25

g. Melakukan analisis uji reliabilitas instrumen, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran butir soal.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap-tahap pelaksanaan dalam penelitian ini adalah:

a. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum

mendapat perlakuan pada 2 November 2018.

b. Menerapkan PBL pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional

pada kelas kontrol sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) yang telah disusun dimulai pada 5 November 2018 dan

berakhir pada 23 November 2018.

c. Memberi posttest pada kelas eksperimen pada 26 November 2018 dan

kelas kontrol pada 30 November 2018.

3. Tahap pengolahan data

Tahap-tahap pengolahan data penelitian ini adalah:

a. Mengumpulkan data kuantitatif yang diperoleh dari data pretest dan

posttest.

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian agar dapat diperoleh

kesimpulan.

c. Membuat laporan hasil penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes kemampuan komunikasi

matematis. Bentuk tes yang digunakan adalah uraian. Tes yang diujikan pada

kedua kelas adalah sama. Materi yang diujikan adalah Sistem Persamaan Linear

26

Dua Variabel (SPLDV). Penyusunan tes kemampuan komunikasi matematis

disesuaikan dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan komunikasi

matematis dengan membuat kisi-kisinya. Adapun pedoman penskoran

kemampuan komunikasi matematis yang digunakan tertera pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Ekspresi Matematis(Mathematical Expression)

Menggambar(Drawing)

Menulis Matematis(Written text)

Skor

Jika siswa tidak memberikan jawaban apapun (dikosongkan) atau menulissesuatu yang tidak cukup memberikan detail jawaban yang diminta.

0

Tidak mampu menunjukkan pemahaman dengan lengkap dan benar baik ituisi tulisan atau grafik maupun penggunaan model dan perhitungan.

1

Menggunakan persamaan al-jabar atau model matematikadan melakukan perhitungannamun tidak benar.

Menggambarkangrafik denganlengkap namuntidak benar.

Mampu memberikanpenjelasan secaramatematika namuntidak benar.

2

Menggunakan persamaan al-jabar atau model matematikadan melakukan perhitungandengan benar namun tidaklengkap.

Menggambarkangrafik dengan benarnamun tidaklengkap.

Mampu memberikanpenjelasan secaramatematika denganbenar namun tidaklengkap.

3

Membentuk persamaan al-jabar atau model matemati-ka, kemudian melakukanperhitungan dengan lengkapdan benar.

Menggambarkangrafik denganlengkap dan benar.

Mampu memberikanpenjelasan secaramatematika denganlengkap dan benar.

4

Dimodifikasi dari Satriawati, dkk (2018: 47)

Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan uji coba pada

siswa di luar sampel untuk mengetahui validitas isi, reliabilitas, tingkat kesukaran,

dan daya pembeda. Instrumen tes yang digunakan harus memenuhi kriteria yang

valid, reliabel, memiliki butir soal dengan daya pembeda dan tingkat kesukaran

yang baik.

27

1. Validitas

Validitas instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada

validitas isi yaitu dengan melihat kesesuaian isi tes kemampuan komunikasi

matematis dengan indikator pencapaian kompetensi yang ingin dicapai dalam

pembelajaran. Penilaian kesesuaian isi tes terhadap kompetensi dan indikator ini

dilakukan oleh guru mitra tempat penelitian dilaksanakan, dengan asumsi bahwa

guru tersebut memahami kurikulum yang dipakai. Hal-hal yang dinilai adalah

mengenai kesesuaian instrumen tes dengan kisi-kisi. Selain itu, bahasa yang

digunakan juga harus sesuai dengan kemampuan bahasa siswa. Instrumen

penilaian yang digunakan berupa daftar check list (√).

Hasil penilaian terhadap tes kemampuan komunikasi matematis menunjukkan

bahwa tes yang digunakan telah memenuhi validitas isi. Hasil penilaian

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.5 halaman 144. Setelah instrumen tes

dinyatakan valid, uji coba dilakukan pada siswa di luar sampel yaitu kelas IX5 di

SMP Muhammadiyah 1 Gading Rejo. Data yang diperoleh kemudian diolah

dengan Software Microsoft Excel 2010 untuk menentukan koefisien reliabilitas,

indeks daya pembeda, dan tingkat kesukaran tiap butir soal.

2. Reliabilitas

Menurut Sudijono (2011), prinsip reliabilitas menghendaki adanya keajegan dari

hasil pengukuran yang berulang-ulang terhadap seorang subjek atau sekelompok

subjek yang sama, dengan catatan subjek-subjek yang diukur itu tidak mengalami

perubahan-perubahan. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas

28

(r11) soal tipe uraian yaitu rumus Alpha, menurut Sudijono (2011: 208) rumus

tersebut adalah:

= 1 − ∑Keterangan:

= koefisien reliabilitasn = banyak butir soal∑ = jumlah varians skor dari tiap butir soal

= varians total

Pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) suatu butir soal

menurut Sudijono (2011) adalah apabila r11 lebih besar atau sama dengan 0,70

berarti instrumen tes tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian,

instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memiliki

koefisien reliabilitas lebih dari atau sama dengan 0,70. Setelah dilakukan

perhitungan, didapatkan koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,73 sehingga

instrumen memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas

instrumen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 halaman 145.

3. Daya Pembeda

Menurut Arifin (2012), daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu butir

soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang

pandai (kurang/tidak menguasai materi). Setelah diperoleh data skor tersebut

diurutkan dari skor tertinggi ke terendah. Selanjutnya 27% siswa yang mendapat

skor tertinggi disebut kelompok atas dan 27% dari siswa yang mendapat skor

rendah disebut kelompok bawah. Daya pembeda dihitung menggunakan rumus:

= −Keterangan:DP = indeks daya pembeda satu butir soal

29

= rata-rata nilai kelompok atas= rata-rata nilai kelompok bawah

Adapun kriteria daya pembeda butir soal menurut Arifin (2012) tertera dalam

Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Interpretasi

0,40 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik

0,30 ≤ DP ≤ 0,39 Baik

0,20 ≤ DP ≤ 0,29 Cukup−1,00 ≤ DP ≤ 0,19 Kurang Baik

Berdasarkan kriteria tersebut, butir soal yang dapat digunakan adalah butir soal

yang memiliki indeks daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,20. Setelah

dilakukan perhitungan, didapatkan daya pembeda butir soal yang telah

diujicobakan yaitu cukup, baik, dan sangat baik. Hasil perhitungan daya pembeda

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 147.

4. Tingkat Kesukaran

Menurut Arifin (2012), tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar

suatu butir soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan

indeks. Indeks ini biasa dinyatakan dengan proporsi yang besarnya antara 0,00

sampai dengan 1,00. Semakin besar tingkat kesukaran berarti butir soal tersebut

semakin mudah. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat

kesukaran adalah:

TK =

30

Keterangan:TK = Tingkat kesukaran suatu butir soal

= Rata-rata skor siswa pada butir soal yang diolah= Skor maksimum pada butir soal yang diolah

Setelah indeks tingkat kesukaran diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada

kriteria menurut Arifin (2012) yang disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Interpretasi0,00 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang0,71 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah

Berdasarkan kriteria tersebut, butir soal yang digunakan adalah yang memiliki

kriteria sukar, sedang, atau mudah. Setelah dilakukan perhitungan pada data hasil

uji coba, didapat tingkat kesukaran butir soal yaitu mudah, sedang, dan sukar.

Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran C.2 halaman 147. Adapun Rekapitulasi hasil uji coba tes kemampuan

komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes

Berdasarkan Tabel 3.6, tes kemampuan komunikasi matematis pada penelitian ini

telah memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

No.Soal Validitas Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Kesimpulan

1

valid0,73

(tinggi)

0,22 (cukup) 0,82 (mudah)

layakdigunakan

2a 0,28 (cukup) 0,66 (sedang)2b 0,36 (baik) 0,61 (sedang)3a 0,69 (sangat baik) 0,41 (sedang)3b 0,39 (baik) 0,14 (sukar)3c 0,28 (cukup) 0,13 (sukar)

31

pembeda. Dengan demikian, tes kemampuan komunikasi matematis siswa sudah

layak digunakan untuk mengumpulkan data.

F. Teknik Analisis Data

Data dianalisis dengan tujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Data

yang dianalisis adalah data kuantitatif berupa skor peningkatan (gain) kemampuan

komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berasal dari

skor pretest dan posttest.

1. Analisis Data Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Data yang diperoleh dari hasil pretest selanjutnya dianalisis untuk mengetahui

apakah kemampuan awal komunikasi matematis kelas eksperimen sama dengan

kemampuan awal komunikasi matematis kelas kontrol dengan terlebih dahulu

melakukan uji normalitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data skor pretest berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan untuk menguji

normalitas adalah uji Lilieforse berdasarkan Sheskin (2000). Adapun hipotesis uji

adalah sebagai berikut.H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normalH : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Selanjutnya rumus statistik uji Lilieforse yang digunakan adalah:

M = maksimum (│S(xi) - F(xi)│; │S(xi-1) - F(xi)│)

32

Keterangan:

F(xi) = Peluang distribusi normal untuk x≤ xi

S(xi) = proporsi kumulatif untuk skor x terhadap seluruh xi

Adapun kriteria pengujian adalah terima H0 jika M < M0.05 dengan nilai M0.05

dapat dilihat pada tabel nilai Lillieforse, dan tolak H0 dalam hal lainnya. Setelah

dilakukan pengujian normalitas pada data pretest diperoleh hasil seperti yang

disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Awal Kemampuan KomunikasiMatematis

Kelompok M M0,05 Keputusan uji Keterangan

Eksperimen 0,88 0,16 Ho ditolakSampel berasal dari po-pulasi yang tidak ber-distribusi normal

Kontrol 0,76 0,16 Ho ditolakSampel berasal dari po-pulasi yang tidak ber-distribusi normal

Berdasarkan Tabel 3.7, kedua data berasal dari sampel dengan populasi yang tidak

berdistribusi normal sehingga selanjutnya tidak dilakukan uji homogenitas. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7 halaman 161 dan 163.

b. Uji Perbedaan

Karena kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal maka

akan digunakan uji non parametrik yaitu uji Mann- Whitney U atau uji-U menurut

Sheskin (2000). Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

Ho: θ = θ (tidak terdapat perbedaan antara median data awal kemampuan

komunikasi matematis siswa yang mengikuti PBL dengan median

33

data awal kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional)

H1: θ > (median data awal kemampuan komunikasi matematis siswa yang

mengikuti PBL lebih tinggi daripada median data awal kemampuan

komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional)

Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney U, rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut.

zhitung =.

. ( )dengan = + ( ) −∑ dan = + ( )− ∑ .

Keterangan:= jumlah peringkat 1= jumlah peringkat 2= jumlah sampel kelas eksperimen= jumlah sampel kelas kontrol

R1 = rangking pada sampel n1

R2 = rangking pada sampel n2

U = min(U1,U2)

Dalam penelitian ini, kriteria uji adalah terima H0 jika zhitung< ( ), sedangkan

tolak H0 jika zhitung > ( ) dengan nilai = 0.05. Berdasarkan hasil

perhitungan, diperoleh = 1,47 dan ztabel (0,45) = 1,64 sehingga zhitung < ztabel

maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan antara median data

awal kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti PBL dengan

median data awal kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

34

pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran C.8 halaman 178.

2. Analisis Data Peningkatan (Gain) Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa

Data yang dianalisis adalah data kuantitatif berupa skor peningkatan (gain)

kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Menurut Hake (1999) besarnya peningkatan (g) dihitung dengan rumus gain

ternormalisasi (normalized gain) yaitu:

g =

Hasil perhitungan skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 159 dan Lampiran C.6

pada halaman 160. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terhadap skor

peningkatan (gain), dilakukan uji prasyarat untuk mengetahui apakah data sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data skor peningkatan (gain) ini

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan

untuk menguji normalitas adalah uji Lilieforse berdasarkan Sheskin (2000).

Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut.H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normalH : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

35

Prosedur uji normalitas yang dilakukan sama dengan prosedur uji normalitas pada

data awal kemampuan komunikasi matematis. Setelah dilakukan pengujian

normalitas pada data gain kemampuan komunikasi matematis diperoleh hasil

seperti yang disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Gain Kemampuan KomunikasiMatematis

Kelas M M0,05 Keputusan uji Keterangan

Eksperimen 0,23 0,16 Ho ditolakSampel berasal dari po-pulasi yang tidak ber-distribusi normal

Kontrol 0,18 0,16 Ho ditolakSampel berasal dari po-pulasi yang tidak ber-distribusi normal

Berdasarkan Tabel 3.8, kedua data berasal dari sampel dengan populasi yang tidak

berdistribusi normal sehingga selanjutnya tidak dilakukan uji homogenitas. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7 halaman 165 dan 167.

2. Uji Hipotesis Pertama

Karena kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal maka

akan digunakan uji non parametrik yaitu uji Mann- Whitney U atau uji-U menurut

Sheskin (2000). Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

Ho: θ = θ (tidak terdapat perbedaan antara median skor peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti PBL

dengan median skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

H1: θ > (median skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang mengikuti PBL lebih tinggi daripada median skor peningkatan

36

kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional)

Prosedur uji Mann-Whitney U sama dengan prosedur uji Mann-Whitney U yang

dilakukan pada data awal kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8 halaman 178.

3. Uji Hipotesis Kedua (Uji Proporsi)

Uji proporsi digunakan untuk menguji hipotesis bahwa proporsi siswa yang

memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan nilai minimum 75 pada kelas

dengan model PBL lebih dari 60% dari jumlah siswa. Sebelum dilakukan uji

proporsi, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji Lilieforse.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh M = 0,97 sedangkan M0,05 = 0,16

sehingga M > M0,05 maka didapatkan kesimpulan bahwa data posttest pada kelas

eksperimen berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7 halaman 169. Oleh karena data

posttest berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka untuk uji

proporsi dilakukan uji non-parametrik yaitu uji Tanda Binomial (Binomial Sign

Test). Menurut Sheskin (2000), uji tersebut adalah sebagai berikut.

a. Hipotesis: ( +) = 0,6 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematis dengan kategori baik sama dengan 60%): ( +) > 0,6 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematis dengan kategori baik lebih dari 60%)

b. Taraf signifikansi (α) = 0,05.

37

c. Statistik yang digunakan

d. = ( )( )(( )Keterangan:n = banyak tanda (+) dan (-) yang digunakan dalam perhitungan( −) = nilai hipotesis untuk proporsi tanda (-)( +) = nilai hipotesis untuk proporsi tanda (+)x = jumlah tanda (+) yang diperoleh dari selisih nilai posttest

dan nilai KKM

e. Kriteria uji

Terima jika ≤ , dan tolak jika > ,

dengan = didapat dari daftar distribusi normal.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Uji Tanda Binomial sebagai

berikut:

1. Nilai posttest dari kelas eksperimen dilambangkan dengan X1 dan nilai KKM

dilambangkan dengan X2. Selanjutnya menentukan selisih antara nilai posttest

dan nilai KKM yaitu D = X1- X2.

2. Jika D bernilai positif maka diberikan tanda +, jika D bernilai negatif maka

diberikan tanda -, dan jika D bernilai 0 maka diberikan tanda 0. Dalam Uji

Tanda Binomial, tanda 0 tidak digunakan dalam perhitungan.

3. Menghitung jumlah tanda (+) dan tanda (–) pada nilai D.

4. Menentukan proporsi untuk jumlah tanda (+) dan tanda (-) karena dalam

penelitian ini akan dilihat apakah proporsi siswa yang memiliki kemampuan

komunikasi matematis siswa terkategori baik setelah mengikuti PBL lebih

dari 60% maka proporsi jumlah data yang mendapat tanda positif ( π+) adalah

sebesar 60% atau 0,6.

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.9 halaman 183.

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

penerapan model PBL tidak efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi

matematis siswa. Akan tetapi, penerapan PBL dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan

saran sebagai berikut.

1. Model PBL sebaiknya diterapkan pada siswa yang sudah memahami materi

prasyarat dengan baik.

2. Dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan

model PBL sebaiknya disiapkan LKPD sebanyak jumlah siswa agar siswa

tidak perlu bergantian untuk memahami LKPD sehingga pembelajaran dapat

berlangsung dengan efektif dan efisien.

3. Dalam penerapan model PBL, hendaknya guru dapat membuat siswa lebih

aktif dalam proses diskusi agar perkembangan kemampuan komunikasi

matematis siswa dapat diketahui dengan baik.

52

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mu1yono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Aisah, Iis. 2014. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MeningkatkanKemampuan Pemahaman Matematika Siswa SMP. Prosiding SeminarNasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP SiliwangiBandung Vol. I, 354-359.

Alawiyah, Tuti. 2014. Pembelajaran untuk Meningkatkan KemampuanKomunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika. Prosiding SeminarNasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP SiliwangiBandung Vol. I, 180-187.

Anggraini, Della. 2016. Efektivitas Problem Based Learning Ditinjau dariKemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung:Universitas Lampung.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendi-dikan Islam Kementerian Agama RI.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Artanto, Yuli. 2017. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau dariKemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung:Universitas Lampung.

As’ari, A., Imron, Z., Mohammad, T., Taufiq, I., Valentino, E., 2017. Buku GuruMatematika kelas VIII edisi revisi 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikandan Kebudayaan.

Daulae, Tatta Herawati. 2014. Menciptakan Pembelajaran yang Efektif. JurnalForum Paedagogik Vol. 06 No. 02 Juli 2014.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

53

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RinekaCipta.

Djamarah, S. B. dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.

Fraenkel dan Wallen. 1993. How to Design Evaluate Research in Education. NewYork: McGraw-Hill inc.

Hake, Richard R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. [online]. Tersedia :http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf. Diakses pada 27 Maret2018.

Hamzah B. Uno dan Nurdin, Mohamad. 2012. Belajar dengan PendekatanPAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara

Herman, Tatang. 2006. Membangun Pengetahuan Siswa Melalui PembelajaranBerbasis Masalah. Seminar Nasional MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta:39- 47.

________. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Kritis Matematis Tingkat Tinggi Siswa SekolahMenengah Pertama. Educationist Vol. I No. 1 Hlm. 47-56.

Indarti, Sri Mari. 2014. Peran Kemampuan Komunikasi dan Berpikir KritisMatematis Serta Kemandirian Belajar Siswa Sma Menggunakan PendekatanPembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional PendidikanMatematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm.119-124.

Izzati, Nur., dan Suryadi, Didi. 2010. Komunikasi Matematik dan PendidikanMatematika Realistik. Prosiding Seminar Nasional Matematika danPendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta Hlm. 721-729.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentangKurikulum 2013 SMP/MTs.Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan

________. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:Kementrian Pendidikan dan kebudayaan

Marnoko. 2011. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams GamesTournament dan Model Pembelajaran Konvensional pada Hasil BelajarEkonomi Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu Vol. 4, 2011.

Mawartika, Risda. 2017. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau dariKemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung:Universitas Lampung.

54

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya:Bandung.

NCTM. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. Reston, Virginia:The National Council of Teacher of Mathematics, Inc. Tersedia online di:http://www.nctm.org. (Diakses pada 3 maret 2017).

OECD. 2016. PISA 2015 Result (Volume I): Excellence and Equity in Education.Tersedia online di: http://www.oecd.org/education/pisa-2015-results-volume-i-97 89264266490-en.htm (Diakses pada 3 maret 2018)

Pansa, Hani Ervina. 2015. Efektivitas Problem Based Learning Ditinjau dariKemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung:Universitas Lampung.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar BahasaIndonesia Edisi 2 Cetakan 9. Jakarta : Balai Pustaka.

Raharjo, Hendrik. 2014. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MembangunKemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematik. ProsidingSeminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIPSiliwangi Bandung Vol. I Hlm. 204-207.

Rodhiyatun, Emi. 2016. Efektivitas Problem Based Learning Ditinjau dariKemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung:Universitas Lampung.

Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untukGuru Edisi 5. Bandung: Tarsito.

Rusman. 2014. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal EdutechVolume 1 No. 2. Hlm. 211-230.

Sari, Dwi Cahya. 2015. Karakteristik Soal TIMSS. Prosiding Seminar NasionalMatematika dan Pendidikan Matematika UNY 2015 Hlm. 303-308.

Satriawati, G. Musyrifah, E., Pranoto, S., 2018. Pengaruh Strategi PembelajaranActive Knowledge Sharing terhadap Kemampuan Komunikasi MatematikSiswa. Jurnal Riset Pendidikan Matematika Jakarta Vol. 1 no. 1 tahun2018.

Sheskin, David J. 2000. Handbook of Parametric And Non Parametric StatisticalProcedures, 2nd edition. Boca ranton: Chapman and Hall.

Sinambela, Pardomuan N.J.M. 2008. Faktor Faktor Penentu KeefektifanPembelajaran dalam Model Pembelajran Berdasarkan Masalah (ProblemBased Instruction). Jurnal Generasi Kampus Volume I No. 2. Hlm. 74 –85.

55

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada

Sumarmo, Utari. 2015. Analysis of Enhancement of Mathematical Communi-cation Competency Upon Student of Mathematics Education Study Pro-gram Through Metacognitive Learning. International Jurnal of Educationand Research Vol. 3 No. 9 September 2015.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda.

TIMSS. 2011. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. Tersedia onlinedi:http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_IR_Mathematics_FullBook.pdf (Diakses pada 2 April 2018)

UNDP. 2016. Human Development Report 2016. Tersedia online di:http://www.id.undp.org/content/dam/indonesia/2017/doc/INS-2016_human_development_report.pdf (Diakses pada 27 Maret 2018).

Wicaksono. 2011. Efektivitas Pembelajaran. Tersedia online di:http://agung.smkn1pml.sch.id. (Diakses pada 20 Mei 2018).

Yudhoyono, S. B. 2007. Pendidikan yang Berkualitas. Kabar Diknas Tahun ke- 2Februari 2007, Hal 11.

Zulfitriani. 2016. Efektivitas Problem Based Learning Ditinjau Dari KemampuanKomunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: UniversitasLampung.