efektivitas kursus pra nikah sebagai upaya …
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS KURSUS PRA NIKAH SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN
ANGKA PERCERAIAN DI MASYARAKAT
(Studi di KUA Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar
sarjana pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar
Oleh
ANNA NURAULIAH
105431101317
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
2020/2021
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sertakan Allah SWT dalam setiap langkah yang kau tempuh.
Maka kemudahan akan kau raih
Kupersembahkan Karyaku ini buat:
Untuk kedua orang tuaku dan semua pihak dengan segala
keikhlasan dan doanya dalam dalam mewujudkan harapan dan
kenyataan
vii
ABSTRAK
Anna Nurauliah. 2021. Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai Upaya
Pengurangan Angka Perceraian di Masyarakat (Studi di KUA Kecamatan
Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep). Skripsi. Jurusan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiah Makassar. Pembimbing I Dr. Andi Sugiati, M.Pd dan Pembimbing
II Dra Jumiati Nur, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari kursus pra nikah
dalam pengurangan angka perceraian di masyarakat (Studi di KUA Kecamatan
Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep). Jenis penelitian ini yaitu penelitian
kualitatif dan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam
penelitian ini terdiri dari kepala dan staff KUA Tondong Tallasa, pasangan kursus
pra nikah, remaja usia nikah dan masyarakat setempat yang dimana berjumlah 18
informan yang dimana penentuan informan menggunakan tehknik purposive
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian menujukan bahwa efektivitas dari pelaksanaan
kursus pra nikah dapat mengurangi angka perceraian di masyrakat. Hal ini
terbukti berdasarkan data perceraian di pengadilan agama pangkajene yang
dimana menunjukkan tingkat perceraian di masyarakat itu mengalami penurunan.
Kata kunci: Kursus pra nikah, Pernikahan, Perceraian
ABSTRACT: Anna Nurauliah. 2021. Effectiveness of Pre-Marriage Courses as
an Effort to Reducing Divorce Rates in the Community (Study at KUA, Tondong
Tallasa District, Pangkep Regency). Thesis. Department of Pancasila and
Citizenship Education, Faculty of Teacher Training and Education,
Muhammadiah University Makassar. Advisor I Dr. Andi Sugiati, M.Pd and
Advisor II Dra Jumiati Nur, M.Pd.
This study aims to determine the effectiveness of premarital courses in
reducing divorce rates in the community (Study at KUA, Tondong Tallasa
District, Pangkep Regency). This type of research is qualitative research and
descriptive method with a case study approach. The informants in this study
consisted of the head and staff of KUA Tondong Tallasa, pre-marital course
couples, teenagers of marriageable age and the local community which amounted
to 18 informants where the determination of informants used purposive sampling
technique. Data was collected by means of interviews, observation and
documentation. The results of the study indicate that the effectiveness of the
implementation of pre-marital courses can reduce the divorce rate in the
community. This is proven based on divorce data at the Pangkajene religious court
which shows that the divorce rate in the community has decreased.
Keywords: Premarital course, Marriage, Divorce
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan judul: Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai
upaya pengurangan angka perceraian di masyarakat (Studi di KUA Kecamatan
Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep)
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis menyampaikan terima
kasih kepada orang tuaku, ayahanda Ansar dan Ibunda Nurmasiah serta saudara
saya Nurani Ahyalia yang selalu memberikan semangat sehingga saya dapat
berada pada titik sekarang ini. Ucapan terimakasih juga kepada Dr. Andi Sugiati,
M.Pd. sebagai pembimbing I dan Dra. Jumiati Nur, M.Pd. sebagai pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus dan ikhlas dalam
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah memberikan peluang untuk mengikuti proses perkuliahan
pada program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
2. Erwin Akib, S.Pd., M. Pd., sebagai Dekan; Dr. Baharullah, M.Pd sebagai
wakil dekan I; Andi Adam, S.Pd., M.Pd sebagai wakil dekan II; Dr. H.
Nursalam, M.Si sebagai wakil dekan III; Drs. Samsuriadi P. Salenda, M.Ag
sebagai wakil dekan IV Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan layanan akademik,
administrasi dan kemahasiswaan selama proses pendidikan dan penyelesaian
studi.
3. Dr. Muhajir, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang memberikan
bimbingan dan memfasiltasi penulis selama proses perkuliahan.
4. Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP
UNISMUH yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang tak ternilai
dibangku perkuliahan.
5. Kepada Staf Tata Usaha FKIP UNISMUH, atas segala layanan, administrasi,
dan kemahasiswaan sehingga proses perkuliahan dan penyusunan proposal ini
dapat berjalan sebagaimana mestinya.
6. Saudaraku Suryanita, Fitriani Rusli, Syamsul Fiqhi Adhar, Nurlina
Amiruddin, Rahma Aisyah, Septiany Putri Awalia Sachrul, Lis Majid,
Kurniawati G, ST. Hartina Amin, Nining Pasila, Nur Alisa dan semua pihak
yang tidak dapat saya sebut satu persatu terima kasih atas segala bantuan dan
doanya.
7. Teman-teman kelas PPKn 17 A yang setia menjadi keluarga, saling memberi
semangat dan motivasi dalam pembuatan proposal ini.
x
8. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak biasa disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak dan
Semoga Allah SWT memberikan balasan untuk semua bantuannya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa
tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh, karena itu,
peneliti menantikan kritik dan saran dari para pembaca agar peneliti dapat
membuat laporan dan karya ilmiah yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga
skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 05 Juli 2021
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................... 8
1. Pelaksanaan Kursus Pra Nikah ............................................ 8
2. Pernikahan ........................................................................ 22
3. Perceraian ......................................................................... 27
B. Penelitian Relevan .................................................................. 32
C. Kerangka Pikir........................................................................ 37
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan .............................................. 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 41
C. Sumber Data .......................................................................... 41
D. Informan Penelitian ................................................................ 41
E. Instrument Penelitian .............................................................. 43
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 44
G. Teknik Keabsahan Data ........................................................... 45
H. Teknik Analisis Data .............................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 49
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 56
1. Hasil Observasi dan Dokumentasi ........................................ 56
2. Hasil Wawancara ................................................................ 59
C. Pembahasan ............................................................................... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN......................................................................... 74
B. SARAN .................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Datajumlah Desa Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep ............50
4.2 Struktur KUA Kecamatan Tondong Tallasa ................................................51
4.3 Standar Operasiona; Pelayanan (SOP) KUA Tondong Tallasa ......................53
4.4 Sarana dan prasarana di Kantor Urusan Agama Tondong Tallasa ................55
4.5 Data nikah di KUA Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep ............................60
4.6 Data perceraian Pengadilan Agama Pangkajene ..........................................68
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara .....................................................................................80
2. Pedoman Observasi ........................................................................................88
3. Pedoman Dokumentasi ...................................................................................90
4. Hasil Wawancara ...........................................................................................91
5. Dokumentasi ..................................................................................................136
6. Surat-Surat .....................................................................................................147
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abdul Rahman Ghazali (2003:7) dalam bukunya menjelaskan bahwa
“Perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut Bahasa artinya membentuk
suatu keluarga yang terdiri atas suami dan istri, dengan melakukan segala bentuk
aktivitas sebagai suami dan istri di kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini
Perkawinan disebut juga “Pernikahan” berasal dari kata Nikah yang menurut
Bahasa artinya mengumpulkan, saling membutuhkan dan sebagai wadah dalam
mendapatkan keturunan demi melanjutkan sebuah generasi. Kata “Nikah” sendiri
sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus) juga untuk akad nikahatau
sebuah janji dalam pernikahan.
Pernikahan adalah impian semua manusia disamping sebagai Sunnah
dalam menyempurnakan imam sebagai ummat islam dengan tujuan ingin hidup
bersama dan beribadah bersama. Namun sebagian orang diluar orang-orang yang
menganggap bahwa pernikahan adalah sebuah wadah dalam melakukan hubungan
bersetubuh atau pengikat semata sehingga banyak dari mereka yang
mempermainkan sebuah pernikahan. Di Indonesia sendiri terkhusus pada
mayoritas agama islam sebuah pernikahan yang sering terjadi adalah pernikahan
siri yang dimana pernikahan ini sah di mata agama namun tidak sah dalam hukum
karena tidak tercatat oleh Negara.
2
Pernikahan adalah salah satu nikmat Allah SWT atas Hambanya pada
kehidupan di dunia ini yang dimana apabila kosong dari kesenangan maka terasa
hampa dalam kehidupan. Karena itulah hikmah Allah meluputi seluruh insangnya
memberikan kekelakan dengan sebab-sebab kesenangan. Merenungkan hikmah
ini akan menjadikan manusia berada pada sebuah tujuan yang jelas. Kesenangan
bukan merupakan tujuan sendiri- sendiri melainkan untuk bersama-sama menuju
pada tujuan kemuliaan di sisi Allah SWT (Mahmud Mahdi Al- Istanbuli, 2010 :
21). Tujuan dalam pernikahan adalah bersama-sama dalam mengejar ridoh dari
Allah SWT, maka dari itu sebuah pernikahan bukanlah hal yang dapat di anggap
biasa saja namun sebuah keputusan yang dimana akan di jalani bersama-sama
dengan pasang hidup kita.
Dalam kenyataannya ada berbagai permasalahan rumah tangga yang
terjadi di masyarakat dengan berbagai permasalahan yang berbeda yang berakibat
pada perceraian. Hal itu karena kuranganya pemahaman tentang bagaimana
pernikahan yang sebenrnya. Pengetahuan tentang pernikahan merupakan cabang
ilmu yang menarik sekaligus penting untuk para calon pengantin. Namun sayang,
tidak banyak orang yang memahami hal-hal seperti ini, sehingga tidak heran
apabila sering kita jumpai pertengkaran atau perselisihan suami istri akibat
kurangnya pengetahuan tentang hakekat pernikahan yang tidak hanya sebagai
ilmu tetapi juga beribadah. “Dari berbagai masalah itu mengantarkan sebuah
keluarga kedalam goncangan dahsyat, sehingga tidak jarang sebuah pernikahan
berakhir dengan perceraian” (Syaikh Mahmud Mahdi al- Istanbuli, 2012:3).
Sebelum membangun rumah tangga seorang calon pengantin harus lebih ekstra
3
dalam menjalani kehidupan setelah pernikahan. Sehingga persiapan di awal
menjadi hal yang sangat penting di perhatikan bukan hanya pada segi fisik tapi
juga harus memilki bekal agar nantinya bisa menjadi sebuah landasan awal
seseorang sebelum menjalani sebuah pernikahan.
Dalam mencari pendamping hidup untuk membangun rumah tangga
seseorang pasti memperhatikan banyak hal-hal yang menjadi tolak ukur seseorang
dalam memilih pasangan hidup. Tujuan sebuah pernikahan adalah hidup bersama-
sama baik di dunia maupun di akhirat kelak. Seorang laki-laki akan mencari
wanita yang baik dan akan menjadi ibu bagi keturunannya nanti begitu pula
sebaliknya wanita akan mencari laki-laki yang dapat membimbingnya menuju
pada kebaikan sesuai firman Allah SWT.
Q.S An-Nur ayat 26 yang berbunyi:
الخبيثبث للخبيثيه والخبيثىن للخبيثبث والطيببث للطيبيه
ب يقىلى ءون مم ئل مبش ن لهم مغفشة وسصق مشيم والطيبىن للطيببث أول
Artinya : “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
adalah untuk wanita yang keji ( pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
pula”
Dari arti ayat diatas kita dapat melihat bahwa di dunia ini semua orang di
ciptakan berpasang-pasangan dan memiliki jodohnya masing-masing yang dimana
telah Allah SWT tuliskan takdir seseorang bahkan sebelum dia lahir kedunia ini.
Pasangan kita adalah cerminan dari diri kita sendiri, apabila ingin mendapatkan
pasangan yang baik maka perbaikilah diri kita maka Allah SWT akan memberikan
sepan dengan apa yang kita harapkan, dan apa yang diberikan oleh Allah SWT
4
maka itulah yang terbaik. Maka dari itu hidup di dunia untuk senantiasa selalu taat
dan bersyukur kepada Allah SWT dan menjauhi segala larangnyaa.
Saat ini peningkatan angka perceraian yang terjadi di masyarakat baik
pada setiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil observasi awal di
Kecamatan Tondong Tallasa angka perceraian di masyarakat semakin bertambah
meningkat. Ditambah maraknya pernikahan dini dimasyarakat. Selain perselisihan
dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pernikahan dini menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan angka perceraian semakin meningkat. Berbagai
permasalahan yang timbul baik dari segi keterbatasan ekonomi atau kesiapan
dalam menjalani kehidupan rumah tangga juga menjadi salah satu pemicu
terjadinya perceraian yang terjadi. Di kabupaten Pangkep sendiri pada tahun 2019
berdasarkan data pengadilan agama pangkajene menunjukkan bahwa ada 244
kasus perceraian dengan berbagai alasan yang berbeda-beda. (Azman Arsyad.
2020: 89). Dari data yang ada maka upaya pemerintah dengan pengadaan kursus
pra nikah di kalangan masyarakat dapat dijadikan sebagai jalan dalam menekan
angka perceraian di masyarakat dengan pembekalan dan konseling mengenai
pernikahan. Berbagai faktor-faktor yang melandasi pelaksanaan kursus pra nikahn
ini tidak lain didasarkan pada tujuan pelaksanaannya sendiri yaitu untuk
menciptakan sebuah kualitas perkawinan demi mewujudkan keluarga yang
sakinah, mawaddah, dan warahmah demi mengurangi perselisihan, perceraian,
dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Untuk mencapai sebuah idealitas sebuah pernikahan maka pemerintah
membuat sebuah peraturan kebijakan dalam meningkatkan kualitas perkawinan di
5
masyarakat dengan pemberian kursus pra nikah, dimana dalam pelaksanaannya
calon pengantin diberikan pembekalan dan konseling mengenai kehidupan
sebelum dan sesudah pernikahan. Pengadaan kursus pra nikah ini di lakukan
sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat dari
berbagai hal-hal yang dapat yang memungkinkan terjadinya suatu permasalahan
rumah tangga. Untuk itu pengadaan kursus pra nikah ini diharapkan dapat menjadi
solusi dalam menekan angka perceraian di masyarakat. Hal ini didasarkan pada
dikeluarkannya peraturan Direktural Jendral Bimbingan Masyarakat Islam.
Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. Dalam pelaksanaannya kursus pra nikah ini
dilakukan oleh sebuah lembaga yang dimana berada pada luar instansi pemerintah
atau badan pemerintah umum dalam hal ini yaitu KUA (Kantor Urusan Agama)
Kecamatan masing-masing. Namun dalam hal pelaksanaan, kursus pra nikah ini
dilaksanakan oleh sebuah badan keagamaan islam yang telah memenuhi syarat
dan pengakuan oleh Kementrian Agama dan ditetapkan oleh pemerintah dalam
hal ini dilaksanakan oleh BP4 (Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan) yang meripakan sebuah organisasi islam yang bersifat social
keagaamaan dan merupakan mitra kerja Kementrian Agama.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini di angkat oleh
peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang bagaimana efektivitas pelaksanaan
kursus pra nikah sebagai upaya dalam mengurangi angka perceraian di
masyarakat di KUA Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraian, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
“Bagaimana efektivitas Kursus Pra-Nikah sebagai upaya pengurangan
angka perceraian di masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten
Pangkep.?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui bagaimana efektivitas Kursus Pra-Nikah sebagai upaya
pengurangan angka perceraian di masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa,
Kabupaten Pangkep”
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian kualitatif dengan
Kursus Pra-Nikah sebagai upaya pengurangan angka perceraian dimasyarakat
adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang akan melakukan
penelitian sejenis tentang Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai upaya
pengurangan angka perceraian di masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa,
Kabupaten Pangkep.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi peneliti
tentang kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan anagka perceraian di
masyarakat dan segala hal yang terkait dengan pernikahan
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan serta menambah wawasan masyarakat Kecamatan Tondong
Tallasa tentang Kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan angka
perceraian dimasyarakat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pelaksanaan Kursus Pra-Nikah
a. Kursus Pra-Nikah
Munurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Kursus berarti Pelajaran
tentang suatu pengetahuan atau keterampilan yang di berikan dalam waktu
singkat. Sedangkan kata Pra Nikah berarti sebelum menikah. Jadi dapat di
simpulkan bahwa Kursus Pra Nikah adalah suatu proses pembelajaran mengenai
suatu pengetahuan atau keterampilan sebelum menikah atau sebelum
melaksanakan sebuah pernikahan.
Berdasarkan pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman
penyelanggaraan Kursus Pra-Nikah pada Bab I Pasal 1 ayat (1) Kursus Pra -Nikah
adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan
kesadaran kepada remaja usai nikah tentang kehidupan rumah tangga dan
keluarga. Kursus Pra Nikah sendiri dijadikan sebagai pembekalan awal sebelum
melangsungkan sebuah pernikahan. Seorang calon pengantin diajarkan tentang
bagaiamana itu sebenarnya sebuah pernikahan dalam kehidupan sebagai suami
dan istri pada sebuah keluarga baik dalam pemenuhan hak dan kewajiban dari
masing-masing calon istri dan calon suami. Hal ini diperlukan mengingat ada
9
banyak kasus perceraian yang terjadi di masyarakat dengan berbagai macam
permasalahan baik dari segi ekonomi atau bahkan karena ketidaksiapan dalam
menjalani pernikahan itu sendiri.
Dalam sebuah pernikahan Seorang laki-laki akan mencari wanita baik-
baik dari segi akhlak maupun perbuatannya begitupun sebaliknya seorang wanita
akan mencari laki-laki yang yang baik dan dapat membimbing menuju pada
kebaikan dalam suatu rumah tangga. Jika seseorang menikah maka dia telah
menyempurnakan separuh dari agamanya sebagaiamana pada sabda Nabi
Muhammad SAW :
يه، فليخك الله في الىصف الخش ج العبذ فقذ ممل وصف الذ إرا حضوArtinya: “Jika seorang hamba menikah maka ia telah menyempurnakan
setengah dari agamanaya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah untuk
menyempurnakan setengah yang tersisa” (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman)
Dalam sebuah pernikahan di butuhkan suatu kesiapan dan kematangan
bagi calon pengantin, hal ini sangat penting untuk bagaimana seseorang dalam
menjalankan kehidupan setelah berkeluarga, akan banyak problema kehidupan
berumah tangga yang terjadi. Untuk itu Kursus Pra Nikah sangat di ajurkan untuk
di ikuti oleh setiap calon pengantin baik perempuan atau pun laki-laki sebagai
pendidikan awal seakaligus bekal bagi mereka sebelum pernikahan.
Menikah bukanlah sesuatu yang dapat di sepelekan melainkan sesuatu
yang sakral dan menyangku pada agama seseorang. Jika seorang menikah berarti
dia sudah berjanji bukan hanya di depan orang-orang melainkan juga pada sang
pencipta yaitu Allah SWT. Perkera menikah adalah menyatukan sebuah dua
keluarga yang berbeda, maka dari itu di butuhkan sebuah persiapan yang matang
agar kedepannya tercipta sebuah keluarga yang harmonis.
10
b. Tujuan Kursus Pra-Nikah
Pada Peraturan Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/542
Tahun 2013 tentang pedoman penyelanggaraan Kursus Pra Nikah pada Bab II
Pasal 2 Menyebutkan bahwa peraturan tentang kursus Pra Nikah di maksudkan
untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang bagaiaman kehidupan
rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah,mawadda, warahmah
serta mengurangi angka perselisishan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah
tangga.
Dari peraturan yang telah dibuat maka dapat diartikan bahwa pelakasanaan
kursus pra nikah di maksudkan dengan tujuan sebagai awal pembelajaran sebelum
memulai rumah tangga agar nantinya tercipta sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah, warahmah. Hal ini juga di kuatkan dengan maraknya perceraian,
hingga KDRT dalan sebuah rumah tangga sehingga dengan adanya Kursus Pra
Nikah ini di maksudkan sebagai sebuah upaya yang dapat dilakukan pemerintah
untuk mengurangi hal-hal yang sekirannya tidak diharapkan dalam suatu rumah
tangga. Pada sebuah pernikahan seseorang akan mengharapakan sebuah kelurga
yang harmonis dan bahagia bukan sebuah keluarga yang berantakan dengan
berbagai permasalahn yang terjadi sehingga memungkinkan sebuah hal yang
berujung pada sebuah perpisahan.
Dalam lampiran Peraturan Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor
DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman penyelanggaraan Kursus Pra-Nikah di
jelaskan bahwa ada 2 tujuan dari Kursus Pra-Nikah yaitu :
11
1. Tujuan Umum
Kursus pra nikah diperadakan dengan tujuan mewujudkan keluarga yang
sakinah, mawaddah, warahmah melalui pemberian bekal pengetahuan,
peningkatan pemahaman dan keterampilan tentang kehidupan rumah tangga
dan keluarga yang dapat di ikuti oleh peserta kursus pra nikah serta remaja
usia nikah.
2. Tujuan Khusus
a. Dalam pelaksanaan kursus pra nikah sendiri dilakukan dengan tujuan untuk
menyamakan persepsi badan/lembaga penyelanggaran tentang pelaksanaan
mekanisme penyelenggaraan kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan
calon pengantin yang mengikuti kursus pra nikah ini.
b. Kursus pra nikah dilaksanakan dengan tujuan demi terwujudnya pedoman
penyelenggraan kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan calon
pengantin sebagai pengetahuan awal tentang pembentukan rumah
tangga/keluarga demi terciptanya sebuah keluarga yang sakinah,mawaddah,
dan warahmah.
Dari tujuan yang ada dapat disimpulkan bahwa kursus pra nikah sangatlah
penting untuk di ikuti oleh para calon pengantin terkhusus pada mayoritas agama
islam. Membangun sebuah keluarga harus mempunyai kiat-kiat atau pondasi awal
sebelum melangsungkan pernikahan sehingga dapat tercipta rumah tangga yang di
impikan, maka dari itu sehingga kursus pra nikah di buat dengan harapan sebagai
bekal awal yang dapat di ikuti oleh para calon pengantin yang telah cukup umur
atau matang dari segi fisik. Namun tidak dapat di pungkiri bahwa saat sekarang
12
ini masih banyak pernikahan dibawah umur yang terjadi di kalangan masyarakat
dengan berbagai macam pokok permasalahn yang mengharuskan di
laksanakannya pernikahan dini.
c. Penyelenggaraan kursus Pra Nikah
Proses penyelenggaran Kursus Pra Nikah di dilakukan oleh organisasi
keagamaan Islam yang telah memiliki akreditasi dari Kementerian Agama yang
telah di akui dan sah dalam hukum. Sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1) Peraturan
Dirjen Masyarakat Islam Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah:
bahwa penyelenggara kursus pra nikah adalah Badan Penasihatan, Pembinaan,
dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau lembaga/organisasi keagamaan Islam
lainnya sebagai penyelenggara kursus pra nikah yang telah mendapat Akreditasi
dari Kementerian Agama. Akreditasi yang di maksud di sini adalah sebuah
pengakuan dari kementrian agama bagian Direktorat Jendral Masyarakat islam
terhadap oranisasi-organisasi islam yang sekiranya berhak dalam proses
pelaksanana kursus pra nikah untuk calon pengantin.
BP4 (Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) yang di
didirikan pada tahun 1961 merupakan sebuah organisasi perkumpulan islam yang
bersifat social keagamaan sebagai mitra kementrian agama terkait dalam upaya
peningkatan kualitas perkawinan ummat islam yang ada di Indonesia. Dalam
penyelenggaraan kursus pra nikah BP4 sebagai sebuah lembaga yang bertugas
membantu dalam meningkatkan kualitas pernikahan dalam mengembangkan
keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Dalam pelaksanaannya diharapkan
dapat mencegah terjadinya berbagai macam permasalahn rumah tangga seperti
13
perceraian, perselisihan, atau KDRT. Tujuan dari BP4 sendiri adalah memperbaiki
mutu perkawinan dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warahmah yang berlandaskan dalam islam sebagai agama dan berasaskan pada
Pancasila sebagai Dasar Negara.
Kamelia Sambas (2019) pada hasil penelitiannya menuliskan bahwa
dalam proses pelaksanaan Kursus Pra Nikah terdapat Visi dan Misi BP4
berdasarkan hasil Munas BP4 XV tahun 2014 yaitu sebagai berikut:
a. Visi
“Terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah warahmah”
Dari pelaksanaan kursus pra nikah ini di harapkan dapat menjadi sebuah
strategi atau agen perubahan demi terwujudnya suatu rumah tangga atau keluarga
yang sakinah, mawaddah, dan warahmah sebagaimana dengan apa yang
diharpakan oleh masing-masing orang dalam menjalankan kehidupan rumah
tangganya.
b. Misi
1. Meningkatkan kualitas konsuling perkawinan, mediasi, dan advokasi.
Dalam meningkatkan perkawinan pelaksanaan kursus pra nikah ini
dilaksanakan semaksimal mungkin demi melihat efektivitas atau wujud
dari apa yang ingin di capai dari pelaksanaannya.
2. Meningkatkan pelayanan terhadap keluarga yang bermasalah melalui
kegiatan konseling, mediasi, dan advokasi.
Dalam menjalani kehidupan berumah tangga suatu permasalahan rumah
tangga memang tidak dapat di hindari atau terelakkan oleh orang-orang
14
yang menjalani rumah tangga maka dari itu dari pelaksanaan kursus pra
nikah memberikan sebuah layanan berupa konseling, mediasi ataupun
advokasi.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia BP4
dalam rangka mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan.
Peningkatan kelembagaan dan sumber daya manusia di masyarakat
dibutuhkan demi meningkatkan produktifitas di masyarakat. Maka dari
pada penyelenggaran kursus pra nikah di BP4 diharapkan dapat
meningkatkan kualitas atau kelembagaan islam demi tercapainya sebuah
pernikahan yang ideal.
Dari visi dan misi yang ada di harapkan dengan adanya BP4 sebagai
wadah bagi masyarakat terkhusus pada bidang keagamaan dalam hal ini
pernikahan atau kekeluargaan. Dapat di jadikan sebagai langkah awal dalam
menuntaskan berbagai perkara yang merugikan dengan berbagai latar belakang
masalah yang berbeda demi terciptanya masyarakat yang sejahterah.
Dalam proses penyelenggaraan kursus pra nikah ini dananya bersumber
dari APBN dan APBD yang kemudian dilaksanakan oleh badan/lembaga di luar
instansi pemerintah dalam hal ini KUA kecamatan, tetapi pelaksanaannya
dilakukan oleh badan/lembaga/organisasi keagamaan Islam yang telah memenuhi
ketentuan yang di tetapkan oleh Pemerintah. Pemerintah dalam hal ini adalah
Kementerian Agama berfungsi sebagai regulator, pembina, dan pengawas. Dalam
proses pelakasanaanya Kementerian Agama menyediakan sarana pembelajaran
dalam bentuk silabus dan modul bagi peserta kursus pra nikah sebagai
15
pembelajaran awal sebelum masuk pada pemberian materi.kursus pra nikah.
Dalam pelaksanaannya kursus pra nikah di buka untuk seluruh masyarakat
terkhusus kepada calon pengantin atau yang sudah berkeluarga dalam hal ini
cukup umur untuk mengikutinya. Penyelengaraan kursus pra nikah ini di harapkan
mampu mengurani angka perceraian di masyarakat hal ini juga sebagai bentuk
tanggung jawab pemerintah dalam menangulangi berbagai masalah social yang
terjadi dimasyarakt dengan harapan dapat membangun dan menjadikan
masyarakat lebih sejahterah.
Dalam Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman
penyelanggaraan Kursus Pra-Nikah yang kemudian di jelaskan lebih detai pada
lampirannya. Dalam isinya menjelaskan mengenai pedoman penyelengaraan
Kursus Pra Nikah yang di ikuti oleh para calon pengantin yang di adakan oleh
Kementrian Agama Islam yang kemudian di lakasanakan oleh BP4 (Badan
Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan). Pada lampiran Bab V tentang
Penyelenggraan Kursus Pra Nikah terdapat lima unsur di dalamnya yaitu:
1. Sarana Pembelajaran
Sarana penyelenggara kursus pra nikah meliputi sarana belajar mengajar
terdiri dari silabus, modul, dan bahan ajar lainnya yang dibutuhkan untuk
pembelajaran. Silabus dan modul disiapkan oleh kementerian agama untuk
dijadikan acuan oleh penyelenggara kursus pra nikah. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah para narasumber atau pemeteri serta calon pengantin
16
yang mengikuti kursus pra nikah sehingga dalam pelaksanaannya berjalan
lebih efisien.
2. Materi dan Metode Pembelajaran
Materi kursus pra nikah terdiri dari kelompok dasar, kelompok inti dan
kelompok penunjang. Materi ini dapat diberikan dengan metode ceramah,
diskusi, tanyajawab, study kasus (simulasi) dan penugasan yang
pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di
lapangan. Pembagian materi di lakukan agar materi yang diberikan lebih
terarah dan di mengerti oleh para peserta untuk itu dilakukan pembagian
dengan cara pengelompokan dengan materi yang berbeda-beda pula. Selain
pemberian modul, dan silabus pemberian materi secara tatap muka atau
diskusi ini juga penting dalam menujang pemahaman peserta kusus pra
nikah.
3. Narasumber/pengajar
Narasumber/pengajar yang membawakan materi pada pelaksanaan kursus
pra nikah terdiri dari:
a. Konsultan keluarga,
b. Tokoh agama,
c. Psikolog, dan
d. Profesional dibidangnya.
Dari narasumber yang ada masing-masing telah di percaya dan
professional dalam bidangnnya agar peserta dapat lebih memahami dan
mengerti terhadap materi yang di bawakan.
17
4. Pembiayaan
Pembiayaan dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini bersumber dari APBN,
APBD, serta sumber pendapatan lain yang halal. APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) sedangkan APBD (Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah) bersama dengan sumber pendapatan lain yang halal dan
tidak mengikat. Dalam pelaksanaannya pembiyayaan kursus pra nikah ini
memang di biayai oleh pemerintah atau negara sebagai bentuk apresiasi
dalam upaya perkembangan masyarakat yang lebih sejahterah.
5. Sertifikat
Dalam pelaksanaan kursus pra nikah serifikat dijadikan sebagai tanda bukti
yang di berikan oleh pihak pelaksanaan sebagai tanda bukti bahwa telah
mengikuti segala rangkaian pelaksanaan kursus pra nikah yang selanjutnya
akan di serahkan pada KUA sebagai salah satu berkas atau syarat nikah
untuk calon pengantin. Sertifikat merupakan pernyataan resmi yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten yang telah diakreditasi oleh
Kementerian Agama.
Dalam proses penyelenggaraan kursus pra nikah ini waktu pelaksanaannya
dilakukan 10 hari setelah pendaftaran di KUA hal ini dilakukan untuk
memberikan banyak waktu dan kesempatan bagi calon pengantin untuk mengikuti
segala rangkaian kegiatan. Dalam proses pelakasanaan kursus pra nikah memilki
pembagian waktu tertentu yaitu selama 24 jam pelajaran (JPL) selama 3 (tiga) hari
atau dibuat beberapa kali pertemuan dengan JPL yang sama. Waktunya
pelaksanaan dapat disesuaikan dengan kesempatan yang dimiliki oleh peserta
18
mengingat para calon peserta yang ada berasal dari kalangan yang berbeda-beda
dengan segala aktivitas dan waktu senggang yang berbeda pula. Kursus pra nikah
ini hanya di ikuti oleh remaja usia nikah atau calon penganti yang telah cukup
umur dalam melangsungkan sebuah pernikahan sesuai atauran yang ada.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kursus Pra Nikah
Berbagai pokok permasalahan dalam rumah tangga sudah menjadi suatu
hal sering kita dengar di masyarakat. Suatu permasalahan yang terjadi
menyebabkan retaknya hubungan rumah tangga akibat tidak adanya saling
toleransi dan tingginya sikap egois masing-masing. Dari berbagi permasalahan
yang ada sehingga masing-masing pihak mengambil suatu jalan akhir yaitu
perceraian. Dari berbagai pokok masalah yang terjadi sehingga pemerintah
membuat sebuah kebijakan dengan tujuan menciptakan masyarakat yang
sejahterah terlebih pada menurunkan angka perceraian dimasyarakat. Seperti pada
tujuan pelaksanaan kursus pra nikah yang dimana di maksudkan untuk sebagai
wadah dalam pembekalan bagi calon pengantin sebelum mealangsungkan
pernikahan agar nantinya tercipta suatu rumah tangga yang sakinah, mawaddah,
dan warahma serta mengurangi perselisihan, perceraian dan KDRT. Berbagai
faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan kursus pra nikah dimasyarakat yaitu:
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kursus pra nikah di masyarakat
didasarkan pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman
penyelanggaraan Kursus Pra-Nikah dalam isinya termuat berbagai Dasar Hukum
yang melatarbelakanginya yaitu:
19
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2019);
2. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahterah ;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);
4. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4419);
5. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional;
6. Keputusan Presiden RI Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi
Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak;
7. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008 tentang Perubahan keempat
Atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia;
8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2006 tentang Kedudukan, Tugas
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
9. Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1999 tentang Gerakan
Keluarga Sakinah;
10. Keputusan Menteri Agama Nomor 480 Tahun 2008 tentang Perubahan
Atas Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota;
11. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Agama;
12. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 400/54/III/Bangda perihal
Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah.
Dari berbagai dasar hukum yang ada juga terdapat beberapa faktor lain
yang mempengaruhi pelaksanaan kursus pra nikah yang dimana sesuai dengan
tujuan awal pelaksanaannya yaitu mengurangi perselisihan, perceraian, dan tindak
KDRT. Namun pada kenyataannya bukan hanya hal itu saja tapi berbgaia factor
lain seperti perekonomian rendah (kemiskinan), orang ketiga dan berbagai
permasalahn lainnya. Untuk itu pelaksanaan kursus pra nikah dilakukan sebgaai
20
upaya dalam menimalisir angka perceraian dimasyarakat dengan pemerian bekal
pengetahuan dan konseling tentang kehidpan berumah tangga.
Menurut Halimah Dian Nastity & Heru Siswanto (2019: 7) terdapat dua
faktor yang mmepengaruhi pelaksanaan Kursus Pra nikah yaitu
1. Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan biaya. Dalam pelaksanaan kursus pra nikah
biaya adalah sebuah hal pokok yang harus ada demi berjalannya
sebuah kegiatan termasuk dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini.
pengadaan biaya untuk pelaksanaan kursus pra nikah ini berasal
dari APBN dan APBD serta adanya dukungan biaya dari Dirjen
Bimbingan serta sumbangan infaq dari para peserta kursus pra
nikah.
b. Waktu yang diberikan dari berbagai narasumber serta para peserta
yang ada mengingat masing-masing memiliki kesibukan sehingga
ketepatan waktu dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini sangalah
dibutuhkan demi tercapainya sebuah pencapaian yang ingin dicapai
dari pelksanaan kursus pra nikah ini.
c. Adanya support. Dalam hal ini sebuah penyemangat baik dari para
peserta atau masyarakat yang terkait pada pelaksanaan ini
diharapkan dapat menjadi dorongan sehingga kursus pra nikah ini
dapat berjalan sesuai pada harapan.
d. Diperkuat dengan adanya surat edaran dari Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
21
DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman penyelanggaraan Kursus
Pra-Nikah. Pengadaan kursus pra nikah ini juga dikuatkan dengan
adanya surat edaran ini sehingga dari pengadaan dan
pelaksanaannya dapat terarah sesuai pada pada tujuannya.
2. Faktor penghambat
a. Minimnya dana. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekurangan dana
menjadi sebuah penghambat dalam pelaksanaan kursus pra nikah.
Mengingat dalam pelaksanaannya tidak dipungut biaya dari para
peserta sehingga suntikan dana hanya berasal pada APBN dan
APBD atau sumbangan lainnya.
b. Kurangnya sarana dan prasarana. Dari terkendalan dana yang ada
tidak heran bila kekurangan sarana dan prasarana menjadi sebuah
faktor penghambat dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini.
c. Waktu pelaksanaan kursus pra nikah yang tidak tepat atau hari jam
kerja calon pengantin. Dalam pelaksanaan waktu merupakan
sebuah hal yang paling sulit untuk para narasumber atau peserta
kursus pra nikah karena bedanya jam kesibukan dari masing-
masing sehingga waktu pelaksanaan yang kerap kali tertunda.
Dari beberapa faktor yang ada sehingga pelaksanaan kursus pra nikah
diharapkan dapat berjalan dengan baik, dan untuk berbagai masalah yang muncul
atau penghambanya supaya bukan menjadi suatu masalah yang serius dalam
menyikapinya sehingga penyelenggaraan kursus pranikah dapat terlaksana dengan
semestinya. Saat ini kita ketahui bahwas kursus pra nikah sangat penting dalam
22
menunjang kualitas sebelum perkawinan. Namun tidak dapat dipungkiri seiring
dengan di edarkannya surat tentang peraturan kursus pra nikah banyak dari
kalangan masyarakat yang menggap hal ini bukan sesuatu yang penting dilakukan
sehingga banyak dari mereka yang mengacuhkannya dan menganggapnya tidak
penting. Bukan hanya pada masyarakat sendiri terkadang kita temui di Kantor
Urusan Agama (KUA) banyak yang tidak melaksanakan atau
mengimplementasikan peraturan yang ada.
2. Pernikahan
a. Pengertian pernikahan
Merujuk pada Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjelaskan bahawa
Perkawianan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami isri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Dari isi Undang-
Undang tersebut dijadikan sebagai pedoman bagi para calon pengantin yang
hendak melangsungkan pernikahan. Sebuah pernikahan adalah hal yang sakral
sehingga dibutuhkan sebuah kesiapan yang matang baik dari segi fisik maupun
materil mengingat bahwa pernikahan adalah sesuatu yang insyaAllah dijalani
sekali seumur hidup. Dalam pasal 7 Ayat 1 UU No. 16 Tahun 2019 dijelaskan
usia menikah untuk laki-laki dan perempuan harus mencapai usia 19 tahun. Syarat
ini sejalan dengan dengan berbagai realita kehidupan keluarga muda sehingga hal
ini dilakukan demi menekan resiko gangguan kesehatan, mental, putus sekolah,
serta kerusakan rumah tangga di usia dini.
23
Menurut Sanjaya U.H dan faqih A.R (2017:12) dalam bukunya
mengatakan “Nikah diartiakan lebih khusus dalam konteks syari’ah yang berarti
akad, yaitu sebuah perjanjian dalam mengikatkan atau mempersatukan pria dan
wanita dalam suatu ikatan perkawinan.” Menikah merupakan suatu hal yang di
dambakan oleh semua orang, menjalin sebuah hubungan dan membentuk suatu
keluarga kecil bersama dengan orang pilihan masing-masing.
Dasar hukum dalam islam berlandaskan pada Al-Quran dan hadis yang
dimana merupan sebuah kitab atau junjuan ummat islam, sebagai sebuah landasan
dalam hidup di dunia ini. “Pernikahan menurut islam adalah suatu perjanjian
(akad) untuk hudup bersama pria dan wanita sebagai seorang suami istri agar
mendapat ketentraman hidup dan kasih sayang” (Hasbin Indra, dkk, 2004: 76).
b. Hukum Nikah
Pernikahan adalah sebuah moment dimana dua orang insan melakukan
sebuah pengikatan janji dengan sebuah pernikahan yang resmi baik dalam
agama dan hukum negara. Menurut Jumhur (dalam Iffah Muzammil. 2019: 4)
terdapat 5 hukum nikah bagi masing-masing orang yaitu:
1. Wajib. Dalam hal menikah seseorang dikatan wajib menikah apabila dia
sudah mampu atau mapan dalam menghidupi baik diri ataupun
keluarganya nanti maka dia dia sudah dapat diwajibkan untuk menikah
karena sudah cukup dalam hal materi dan umur.
2. Sunnah. Menikah dapat dilaksanakan dengan suatu hukum Sunnah
dengan tujuan untuk menghindari sebuah hubungan yang terlarang, atau
24
menghibdari sebuah fitnah dan zinah maka menikah dianjurkan untuk
menghindari hal tersebut.
3. Makruh. Hukum makruh di berlakukan apabila mereka masih belum
yakin untuk menikah dalam hal ini belum siap dalam menjalani
kehidupan rumah tangga dengan berbagai fikiran negatif yang difikirkan
sedangkan belum pernah di jalaninnya.
4. Haram. Hukum menikah diharamkan bagi orang-orang yang masih
belum mapan baik dari segi umur atau materilnya.
5. Mubah, berlaku bagi mereka yang tidak ada faktor penghalang maupun
pendorong untuk menikah. Hukum ini berlaku bagi mereka yang tidak
memiliki suatu penghalang dalam menikah baik dari segi umur, mapan,
dan tanggung jawab dalam berumahtangga. Hal ini berlaku bagi laki-laki
maupun perempuan.
Hukum menikah dalam islam adalah Sunnah yang dimana apabila di
laksanakan akan mendapat pahala dan apabila tidak di kerjakan maka tidak apa-
apa. Menikah merarti menyempurnakan iman dan agama kita sebagai ummat
islam sebagaiamana yang telah di riwayatkan. Oleh Sabda Nabi Muhammad
SAW:
ى اك، والىنبح أسبع مه سـىه المشسليه: الحيـبء، والخعطش، والس Artinya: Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-
malu, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah (H.R At-Tirmidzi)
Dalam sebuah pernikahan seseorang pastinya akan memilih yang terbaik
menurutnya dalam membangun rumah tangga. Dalam islam sendiri seseorang di
anjurkan untuk pandai-pandai dalam memilih pasang hidup di tengah kalangan
25
orang-orang dengan memandang akhlak dan agamanya. Dalam mencari pasangan
hidup seorang laiki-laki dan perempuan akan mencari pasangan yang sesuai
dengan kriteria yang di inginkan. Namun tidak dapat di pungkiri dalam
memilihnya sendiri ada beberapa anjuran dalam menetapkan pilihan baik bagi
perempuan ataupun laki-laki. Seorang laki-laki juga akan mencari seorang wanita
yang akan mendampingi kehidupan rumah tangganya begitupun sebaliknya
seorang wanita juga akan mencari laki-laki yang dapat membimbing dalam
kebaikan dalam mengejar ridoh Allah SWT hidup di dunia hingga berkumpul
kembali di akhirat kelak.
Sabda Rasulullah SAW :
يه حىنخ المشأة لأسبع: لمـبلهب ولحسبهب ولجمبلهب ولذيىهب، فبظفش بزاث الذ
.حشبج يذاك
Artinya: “Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat
beragama, niscaya engkau beruntung”(H.R Al-Bukhari,)
Wanita memiliki kedudukan yang sangat mulia, penuh dengan
kehormatan, kelembutan dan juga kemuliaan. Maka dalam memilih wanita untuk
pasangan hidup hendaklah terdapat kriteria itu agar terjalin rumah tangga yang
harmonis baik antar suami dan istri ataumpun antar anak. Dalam hal memilih
pasangan hidup wanita juga harus memperhatikan berbagai hal-hal dalam memilih
laki-laki sebagai imam dalam keluarga.
Sabda Rasulullah SAW :
جىي، إلا حفعلىا حنه فخىت فى إرا أحب مم مه حشظىن ديى وخلق فضو
الأسض وفسبد عشيط
26
Artinya: “Jika (seorang lelaki) datang (untuk meminang anak perempuan
kamu) dan kamu berpuas hati dengan agamanya serta akhlaknya, nikahkanlah ia
(dengan anak perempuan kamu). Jika hal itu tidak kamu lakukan maka akan
terjadi fitnah di (muka) bumi.” (H.R Abu Hurairah RA)
Seorang laki-laki adalah sebagai pemimpin atau kepala keluarga pada
suatu pernikahan yang memilki kewajiban untuk membimbing dan menafkahi
kehidupan keluarga yang terdiri atas istri dan anak-anaknya dalam kehidupan
sehari-harinya. Laki-laki memiliki sebuah tanggung jawab yang besar dalam
keluarga maka dalam memilih sesorang yang akan di jadikan sebagai imam dalam
keluarga hendaklah yang baik akhlak dan dia yang bisa menafkahimu.
3. Perceraian
a. Pengertian perceraian
Umar Haris Sanjaya & Aunur Rahim Faqih (2017: 103) menuliskan
bahwa “Perceraian adalah putusnya hubungan pernikahan antara suami dan istri
dengan berbagai sebab-sebab terjadinya dimana tidak dapat di selesaiakan
sehingga perceraian menjadi dalan keluarnya”. Suatu pemutusan ikatan pada suatu
pernikahan hendaklah bukan dikarekan suatu perkara yang ringan atau sepele
melaiankan karena sudah merupakan jalan terakhir yaitu perceraian. Berdasarkan
Undang-Undang Perkawinan pemutusan hubungan pernikahan terdapat beberapa
sebab yang melatar belakanginnya yaitu:
1. Kematian
2. Perceraian
3. Atau putusan pengadilan
Dalam islam sebuah perceraian memang tidak di larang namun Allah SWT
membenci sebuah perceraian. Bercerai dilakukan sebagai jalan terakhir apabila
27
suatu permasalan dalam pernikahan itu tidaka dapat di pertahankan lagi. Asmuni,
dkk.(2017: 294) menyatakan bahwa “perceraian adalah putusan ikatan perkawinan
sebab dinyatakan talak oleh suami terhadap istrinya yang perkawinanya
dilangsungkan menurut agama islam, yang dapat juga di sebut sebagai cerai
talak”. Dalam islam talak berarti memutuskan sebuah hubungan antar suami dan
istri dalam suatu pernikahan yang sah menurut agama dan negara. Talak sendiri
terbagi atas talak satu, talak dua dan talak tiga. Pembagian yang ada merupakan
suatu pembeda dengan kondisi yang berbeda pula.
b. Penyebab perceraian
Berbagai macam pokok permasalahan yang terjadi sehingga
melatarbelakangi terjadinya suatu perceraian. Sudirman (2018:18) dalam bukunya
menjelaskan ada beberapa factor penyebab terjadinya perceraian diantaranya:
1. Ketidak harmonisan dalam rumah tangga
Ketidak harmonisan dalam rumah tangga sering kali di temui dengan
berbagai latar belakang masalah yang menyebabkan suatu ketidak
cocokan atau keharmonisan di dalam keluarga itu. Perbedaan pandangan
antara pihak suami dan istri dalam suatu masalah menyebabkan
kesalahpahaman sehingga terjadi suatu perceraian.
2. Krisis moral dan akhlak
Suatu sifat seseorang memang sesuatu yang paling sulit untuk di ubah
sehingga tidak jarang suatu krisis moral dan akhlak dalam suatu
permasalahan rumah tangga. Dalam menjalani kehidupan berumahtangga
suatu kewajiban dan hak sebagai suami dan istri harus terlaksana dengan
28
tujuan menciptakan suatu keluarga yang harmonis namun hal ini tidak
dapat dijadikan suatu patokan karena pada kenyataannya banyak dari
mereka yang hanya mementikan diri sendiri.
3. Perzinaan
Hal yang dapat menyebabkan suatu perceraian adalah timbulnya
perzinahan baik antara suami ataupun istri yang dilakukan dengan
sengaja.
4. Pernikahan tanpa cinta
Pernikahan tanpa cinta kerap kali ditemukan pada suatu perjodohan. Hal
ini kerap menjadi sebuah alasan suatu perceraian karena tidak adanya
rasa saling suka antara satu sama lain dari rentang waktu yang mereka
lewati sehingga jalan perceraian menjadi solusi untuk mencari kebaikan
antar kedua belah pihak.
5. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Berbagai masalah dalam menjalani suatu kehidupan rumah tangga
memang merupakan hal yang sudah biasa atau tidak dapat terhindari.
Perbedaan jalan fikir masing-masing menjadikannya sering menimbulkan
suatu masalah seperti perselisihan atau KDRT (Kekerasan Dalam Rumah
Tangga).
Dari apa tertulis diatas berbagai penyebab terjadinya perceraian juga bisa
dikarenakan oleh :
1. Status social ekonomi ( Kemiskinan)
2. Usia mereka saat menikah (Menikah Muda)
29
3. Tidak adanya keturunan
4. Perbedaan keyakinan
Berbagai macam pokok permasalahn yang terjadi pada suatu rumah tangga
masing-masing memilki jalan keluarnya, namun dikarenakan sikap egois yang
tinggi sehingga menyebabkan kesalahpahaman itu berkepanjangan sehingga baik
suami ataupun istri mengambil jalan keluar perceraian sebagai suatu solusi terbaik
dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi tanpa memikirkan beberapa akibat-
akit yang mungkin saja akan merugikan bukan hanya untuk keduannya tetapi pada
lingkungan keluarga ataupun sosialnya.
c. Macam-macam perceraian
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975 proses perceraian yang telah mengajukan gugatan
baik itu pihak suami atau istri. Dalam hal perceraian terdapat perbedaan antara
penganut Agama islam dan agama diluar islam sehingga dalam proses perceraian
di bedakan menjadi 2 bagian yaitu sebagai berikut:
1. Cerai talak
Cerai berdasarkan talak berarti putusnya suatu ikatan pernikahan akibat
jatuhnya talak yang di berikan oleh suami kepada istri, baik itu talak satu, dua,
ataupun tiga dengan berbagai alasan sehingga jatuhlah talak itu. Menurut
Muhammad Abdul Wahab, Lc (2019: 6) menjelaskan bahwa “talak adalah
renggangnya suatu ikatan perkawinan yang telah lama di jalani namun harus di
akhiri karena berbagai masalah yang timbul sehingga terjadi jatuhnya talak dari
suami kepada istrinya”
30
Dalam hal cerai talak Sudirman (2018: 14) dalam bukunya menjelaskan beberapa
jenis talak diantaranya adalah:
a. Talak Raj’i
Talak Raj’i berarti jatuhnya talak satu atau dua yang diberikan pihak suami
kepada istri sahnya. Dari jatuhnya talak ini seorang suami dapat meminta
rujuk kembali kepada istrinya dengan syarat belum melewati masa Iddah
nya.
b. Talak bain
Jatuhnya talak bain atau talak tiga dijatuhkan kepada istrinya. Dari
jatuhnya talak ini seorang suami tidak dapat meminta rujuk kecuali
masing-masing telah menikah satu kali baik pada pihak laki-laki atau
perempuan itu sendiri.
c. Talak sunni
Talak ini dijatuhkan oleh suami kepada istrinya yang masih gadis atau
belum menyetubuhinya setelah dari akad dilangsungkan. Hal ini kerap
terjadi pada suatu perjodohan.
d. Talak bid’i
Talak bid’i ini dijatuhkan suami pada istrinya pada saat keadaan sedang
datang bulan atau haid.
e. Talak taklik
Talak taklik atau suatu perceraian dimana dalam pernikahan itu terdapat
sebuah sebab atau syarat di dalamnya sehingga apabila dari syarat itu ada
terlanggar maka jatuhlah talak ini.
31
Dalam proses perceraian talak tentunya memilki suatu pokok permasalahn
yang berbeda pula sehingga jatuhnya talak itu jelas dengan berbagai alasan di
jatuhkannya. Kata talak tidak dapat di anggap sepele dalam pengucapannya
sehingga jatuhnya talak harus jelas sehingga jatuhnya talak itu sah dan selanjutnya
dapat dilakukan perceraian.
2. Cerai Gugat
Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 132 ayat (1) gugatan cerai adalah
sebuah gugatan yang di ajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan Agama
kecuali si istri meninggalkan tempat tinggal bersama tanpa izin suami.
Berdasarkan apa yang di jelaskan terdapat 2 macam cerai gugat yaitu:
a. Khulu’
Menurut Jamaluddin dan Nanda Amalia (2016: 95) dalam bukunya
menjelaskan “Khulu’ dalam Bahasa arab berarti menghilangkan atau
meninggalkan. Dalam makna syariat, khulu’ diartikan perpisahan wanita
dengan ganti dan dengan kata-kata khusus.” Khulu’ adalah suatu
kesepakan perceraian antara suami dan istri atas permintaan istri dengan
memberikan sejumlah harta pada suami. Penjelasan tentang khulu’ di
jelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 229.
b. Fasakh
Secara istilah fasakh berarti membatalkan akad nikah dengan melas atau
memutuskan hubungan yang terjalin sebagai suami dan istri. Sedangkan
dalam arti Bahasa kata Fasakh berarti batal atau rusak. Perceraian fasakh
terjadi dikarenakan sebuah perkawinan itu dilangsungkan tanpa
32
terpenuhinya rukun atau syarat perkawinan sehingga di lakukan
pembatalan atau pemrombakan oleh hakim. Dan ketikan suatu
perkawianan itu hendak di lanjutkan maka hendak dilakukan sebuah akad
nikah yang baru.
B. Penelitian Relevan
Hasil penelitian relevan yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Skripsi oleh Lukman Khakim (2014) “Tentang Peran BP4 terhadap
Efektivitas Kursus Pra Nikah dalam Mengurangi terjadinya Perceraian”
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dari pelaksanaan kursus pra nikah
yang diadakan hanya sekita 40% saja yang mengikuti pelaksanaan kursus pra
nikah ini. hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran pada masyarakat
setempat.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Lukman Khakim terdapat persamaan
topik yang dibahas oleh penulis yaitu berkenaan dengan kursus pra nikah
dalam mengurangi angka perceraian. Adapun dari segi perbedaannya pada
penelitian yang dilakukan oleh Lukman Khakim lebih berfokus pada
penyelenggaraan kursus pra nikah ini yaitu BP4 itu sendiri.
2. Nur Alimahmudrikah Rusydi (2017) “ Penerapan Kursus Calon Pengantin
dalam Menanggulangi Perceraian di Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros”
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan maka disimpulkan bawa pada
pelaksanaan kursus pra nikah dilakukan dengan metode ceramah, diskusi
dtudi kasu dan lainnya. Dalam pelaksanaannya kursus pra nikah dapat
33
dikatakan kurang efektif terlihat dari angka perceraian yang terjadi dari tahun
2010-2016 cukup tinggi di masyarakatnya.
Dari penelitan yang dilakukan oleh Nur Alimahmudrikah Rusydi terdapat
persamaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama
mengkaji tentang kursus pra nikah dalam hal perceraian dimasyarakat. Dan
untuk perbedaannya terdapat pada peraturan yang dikaji didalamnya masih
menggunakan peraturan lama yaitu Peraturan Direktur Jendral Bimas Islam
Nomor: DJ.II/491 Tahun 2009 Tentang kursus calon pengantin sedangkan
pada penelitian penulis lebih pada peraturan yang telah di sempurnakan yaitu
Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/542
Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
3. Pebriana Wulansari (2017) “Bimbingan Pranikah bagi Calon Pengantin
sebagai Upaya Pencegahan Perceraian (Studi Badan Penasehat Pembinaan
dan Pelestarian Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kedondongan
Pesawaran)” Dari hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bawa kursus
pra nikah dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pra pelaksanaan dan tahap
pelaksanaan dimana dalam pelaksanaannya dapat dikatan efektif. Sedangkan
dampak yang diperoleh dari kursus pra nikah ini adalah adanya kesiapan yang
di miliki oleh para calon pengantin.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Pebriana Wulansari terdapat
persamaan terhadap penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu pada
topik kajian mengenai bimbingan pra nikah dalam hal perceraian
dimasyarakat. Sedangkan perbedaannya terdapat pada informan penelitian
34
yang dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Pebriana Wulansari hanya
terdapat 2 informan penelitian yaitu pegawai dan honorer dari KUA
kecamatan Kadondong sedangkapan pada penelitian penulis terdapat 4
informan yang akan menjadi informan pada penelitian ini yang terdiri dari
kepala dan staff KUA Kecamatan Tondong Tallasa, peserta kursus pra nikah,
remaja usia nikah dan masyarakat setempat.
4. Siti Rolatun (2017) “Bimbingan Pra Nikah untuk mencegah Perceraian bagi
Calon Pengantin di BP4 KUA Kecamatan Japah, Kabupaten Blora” Dari hasil
penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa dari kursus pra nikah
dilakukan dengan efektif dengan dan berdasarkan pada peraturan yang ada
namun tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan
atau kelebihan yang ditemukan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Rolatun terdapat kesamaan
dari penelitian yang akan dilakukan penulis adalah pada pelaksanaan
bimbingan atau kursus pra nikah yang dilakukan di BP4 KUA kecamatan
setempat. Sedangkan perbedaannya terdapat pada
5. Viki Rahmat Illahi (2019) “Peran Badan Penasehat Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan dalam Mengurangi Tingkat Perceraian di Kecamatan
Kunto Darussalan, Kabupaten Rokan Hulu” Dari penelitian yang telah
dilakukan menyimpulkan bahwa pemberian kursus pra nikah dalam
penyelenggaraannya dilakukan oleh BP4 dengan metode penyampain dengan
ceramah atau diskusi atau pemberian sebuah nasehat-nasehat atau konseling
tentang rumah tangga/keluarga.
35
Pada penelitian yang dilakukan oleh Viki Rahmat Illahin terdapat
persamaan dari penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu pada
pengurangan tingkat perceraiannya. Sedangkan perbedaannya terdapat pada
dimana dalam penelitian Viki Rahmat Illahi fokus penelitian terdapat pada
peran Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan sedangkan
pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis berfokus pada efektivitas
kursus pra nikah sebagai upaya dalam mengurangi angka perceraian
dimasyarakat.
6. Umu Aminah (2016) “Analisis terhadap Program Kursus Calon Pengantin
(Suscatin) dalam Menekan Angka Perceraian (Studi Kasus di Kecamatan
Ciomas). Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dari pelaksanaan kursus
pra nikah ini efektif terbukti dengan rendahnya angka perceraian pada tahun
2015. Pada penelitian yang dilakukan oleh Umu Aminah terdapat persamaan
dari penelitian penulis yaitu pada pegadaan kursus calon pengantin dalam
menekan angka perceraian sedangkan perbedaannya terdapat pada landasan
dari pelaksanaan kursus calon pengantin pada penelitian Umu Aminah yaitu
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji
Departemen Agama RI, pedoman Konselor Keluarga sakinah. Sedangkan
pada penelitian yang dilakukan penulis pada pelaksanaan kursus pra nikah
dilandasi pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus
Pra Nikah.
36
7. Kimelia Sambas (2019) “Pola Bimbingan BP4 (Badan Penasehat, Pembinaan
dan Pelestarian Perkawinan) dalam Mencegah Perceraian di KUA Kecamatan
Medan Perjuangan” pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kursus pra
nikah yang dilaksanakan oleh BP4 berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan
dengan turunnya angka perceraian di masyarakat kecamatan medan
perjuangan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kimelia Sambas terdapat
kesamaan dengan topik penelitian penulis yaitu pada pencegahan perceraian
dalam masyarakat. Sedangkan perbedaannya adalah pada Kimelia Sambas
tidak menjelaskan mengenai kursus pra nikah tetapi hanya pada pola
bimbingan di BP4 semata.
8. Siti Nadirah Binti Mohd Nazri (2018) “Efektivitas Bimbingan Pra Nikah
dalam mengatasi Peningkatan Perceraian (Kajian di Jabatan Hal Ehwal
Agama Islam Pulau Pinang Malaysia). Dalam penelitian ini menyimpulkan
bahwa pasangan yang mengikuti kursus pra nikah ini di wajibkan untuk
mengikuti serangkaian kegiatan. Dimana dalam pelaksanaan kursus pra nikah
ini dilakukan sesuai prosedur pelaksanaan. Namun sayangnya dari
pelaksanaan ini tujuan yang ingin di capai dalam mengurangi angka
perceraian masih belum efektif khususnya pada pulau pinang.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadirah Binti Mohd Nazri
terdapat persamaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu
pada bimbingan pra nikah dalam mengatasi perceraian. Sedangkan perbedaan
dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadirah Binti Mohd Nazridan dan
37
penulis terdapat perbedaan pada penyelenggaraannya mengingat penelitian ini
dilakukan di luar Negara Indonesia maka peraturan yang dibuat serta
penerapannya akan berbeda dan disesuaikan oleh peraturan dinegaranya
sendiri.
C. Kerangka Pikir
Pelaksanaan Kursus Pra Nikah diatur dalam Peraturan Direktural Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam. Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelanggaraan Kursus Pra Nikah. Dimana Kursus Pra Nikah
ini merupakan sebuah peraturan yang dibuat pemerintah dalam meningkatkan
sebuah kualitas pernikahan dimana di dalamnya memuat tentang pedoman
penyelenggaraan kursus pra nikah. Dalam pelaksanaannya kursus pra nikah
dilaksanakan oleh BP4 (Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestrarian
Perkawinan) sebagai sebuah lembaga yang resmi dan di akui oleh Kementrian
Agama. Kursus pra nikah ini dilaksanakan dengan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan kursus pra nikah terlepas pada dasar hukum di
laksanakannya serta untuk mengurangi perselisihan, perceraian dan KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Adapun tujuan pelaksanaan kursus pra nikah
ini untuk meningkatkan kualitas pernikahan dalam mewujudkan
rumahtangga/keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Dari beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kursus pra nikah serta tujuan dari
pelaksanaan kursus pra nikah yang ada ini maka diharapkan dapat mengurangi
angka perceraian dimasyarakat demi terciptanya masyarakat yang lebih sejahterah
38
Skema Kerangka Pikir
Peraturan Direktural Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam. Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun
2013 Tentang Pedoman Penyelanggaraan Kursus
Pra Nikah
BP4 (Badan Penasehatan,
Pembinaan dan Pelestrarian
Perkawinan)
Pelaksanaan Kursus Pra Nikah
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pelaksanaan Kursus
Pra Nikah
Tujuan
Pelaksanaan
Kursus Pra Nikah
Mengurangi Angka
Perceraian di
Masyarakat
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Menurut Farida Nugrahani (2014: 4) dalam bukunya menjelaskan
bahwa “Penelitian kualitatif adalah sebuah jenis penelitian yang bersifat
deskriptif tanpa dengan data yang ada tanpa menggunakan angka atau
perhitungan yang ada seperti pada penelitian kuantitatif. Dimana dalam tujuan
penelitian ini dilakukan untuk memahami suatu topik penelitian dari apa yang
terjadi dari sebuah ekspektasi terhadap realita yang ada dilapangan.”
Penelitian kualititif bersifat deskriptif dimana menggambarkan subjek atau
objek dalam suatu penelitian baik berupa lembaga, orang atau masyarakat yang
didasarkan pada sebuah fakta yang ada sehingga penggunaan analisis dengan
pendekatan studi kasus diguanakan dalam penelitian ini.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena untuk mengkaji
efektivitas pelaksanaan kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan angka
perceraian di masyarakat (Studi di KUA kecamatan tondong tallasa Kabupaten
Pangkep). Dengan menggunakan metode deskriptif sebagai penggambaran subjek
atau objek pada suatu bentuk penelitian yang disusun berdasarkan fakta yang ada
dilapangan berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian.
41
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan di lakukan di KUA kecematan Tondong Tallasa,
Kabupaten Pangkep. Dengan waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan
mulai dari bulan April sampai Mei 2021.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah terdiri dari 2 yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan
yang telah ditentukan oleh penulis.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh penulis sebagai data
pendukun g dalam suatu penelitian seperti berupa buku, jurnal, dan data
lain yang secara tidak langsung sebagai sebuah referensi dalam suatu
penelitian.
D. Informan Penelitian
Informan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pelaksanaan
penelititian sebagai sumber data yang di butuhkan penulis. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan teknik purposive samping dalam menentukan
informan pada penelitian ini. Teknik purposive sampling adalah teknik
pengumpulan data dimana informan yang dipilih adalah informan yang
terlibat langsung dan memiliki pemahaman terkait dengan apa yang inin di
kaji. Menurut Sugioyono (2013: 216) bahwa “Purposive sampling adalah
42
tehnik pemilihan informan dengan pertimbangan atau tijian tertentu”. Adapun
yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
1. Kepala dan staff di KUA Kacamatan Tondong Tallasa
Dalam pengumpulan data yang menjadi informan penelitian ini adalah
kepala dan para staff di KUA Kacamatan Tondong Tallasa sebagai
informan utama dalam mendapat informasi yang lebih jelas tentang
efektivitas pelaksanaan kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan
angka perceraian dimasyarakat Kecamatan Tondong Talllsa, Kabupaten
Pangkep.
2. Pasangan Kursus Pra Nikah
Pasangan kursus pra nikah adalah calon pengantin pria dan wanita yang
mengikuti kursus pra nikah sebelum melangsungkan perkawinan melalui
pembekalan dan konseling mengenai pernikahan.
3. Remaja usia pra nikah
Remaja usia nikah adalah remaja yang telah cukup umur atau dewasa
dengan usia laki-laki muslim sekurang-kurangnya 19 tahun dan
perempuan muslimah 16 tahun.
4. Tokoh masyarakat di Kecamatan Tondong Tallasa
Dari penentuan informan yang telah di tentukan, maka penulis mengambil
18 orang sebagai informan pada penelitian ini dimana pada rinciannya terdiri atas
ketua dan staf KUA Kecamatan Tondong Tallasa, 12 pasangan kursus pra nikah, 2
remaja usia nikah dan 2 masyarakat setempat.
43
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data di lapangan. Instrument penelitian sangat penting di
miliki dalam melakukan suatu penelitian sehingga data yang di peroleh itu lebih
akurat dan relevan berdasarkan pada pokok permasalahan yang sedang dikaji.
Adapun yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah sebuah pedoman terperinci yang didalamnya
memuat tentang langkah-langkah yang dilakukan saat observasi
dilapangan mulai dari merumuskan masalah, kerangka teori untuk
menjabarkan perilaku yang akan diobservasi, prosedur dan teknik
perekaman, kriteria analisis hingga interpretasi.
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara adalah alat yang digunakan dalam melakukan
wawancara yang digunakan untuk bagaiamana dapat memperoleh
informasi dan informan yang berupada daftar pertanyaan sehingga alur
daripada wawancara yang dilakukan dapat terarah dan maksimal.
3. Alat/ bahan dokumentasi
Alat/bahan dokumentasi adalah benda yang dipakai dalam
mempermudah mengerjakan suatu penelitian. Penggunaan alat/ bahan
dokumntasi sangan penting dalam proses pengumpulan data di lapangan.
Dalam melakukan penelitian digunakan Handphone untuk merekam
wawancara, kamera yang berfungsi untuk mendokumentasikan proses
44
wawancara atau hal-hal yang di anggap penting serta alat tulis untuk
mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam proses wawancara.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan
metode sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah proses pengumpulan data dengan meminta
keterangan secara langsung kepada informan mengenai keterangan atau
pendapat yang di ketahuinya mengani suatu pokok permasalahan. Dalam
pengumpulan data dengan metode wawancara sebelumnya peneliti
membuatkan sebuah daftar pertanyaan yang berisi pokok-pokok
permasalahan yang akan dipertanyakan yang kemudian akan menjadi
data pendukung dalam proses penelitian
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara turun ke
lapangan demi memperoleh data secara langsung. Observasi dilakukan di
Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep. Dalam hal ini yang
diobservasi adalah Kepala dan Staff di Kantor Urusan Agama (KUA)
serta Masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa. Observasi di lakukan guna
membuktikan dari data yang telah diperoleh dari hasil wawancara. Hal ini
pennting dilakukan untuk bagaiamana peneliti dapat menilai secara
langsung tentang hal-hal yang dianggap penting.
45
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan informasi atau bukti
yang di ambil saat melakukan penelitian di lokasi. Dokumentasi sangat
penting di lakukan sebagai data penunjang dalam penelitian, adapaun
yang termasuk dalam dokumetasi adalah berupa gambar, dokumen-
dokumen penting serta hal-hal lain yang dapat menunjang proses
penelitian.
Dari data yang diperoleh secara keseluruhan kemudian disusun
secara deskriptif kualitatif, dalam proses penyususnanya dengan
menjelaskan, mengurai, dan menggambarkan sesuai dengan data yang ada
sesuai permasalahn mengenai efektivitas pelaksanaan kursus pra nikah
sebagai upaya pengurangan angka perceraian dimasyarakt Kecematan
Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep.
G. Teknik Keabsahan Data
Dari semua data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi maka diperlukan sebuah pengujian keabsahan data untuk melihat
keabsahan maka perlu diteliti kreadibilitasnya. Pengecekan keabsahan data dapat
dilakukan dengan teknik Triangulasi. Menurut Sugiono (2013: 274) dalam
bukunya menjelaskan bahwa triangulasi adalah sebuah proses pengecekan atau
pengujian kreadibulitas yang dilakukan terhadap data yang diperoleh. Triangulasi
terbagi atas triangulasi sumber, triangulasi tekhnik pengumpulan data dan waktu.
46
a. Triangulasi sumber
Pada tahap Tringulasi sumber berarti dilakukan untuk mengkaji
kreadibilitas dari data yang telah diperoleh untuk selanjutnya
mengecek sumber-sumber yang telah di akses dalam memperoleh data
tersebut.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik diartikan sebagai pengujian kreadibilitas dari data
yang telah diperoleh dari beberapa sumber yang ada dengan
menggunakan sebuah teknik yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan
untuk menguji keabsahan data lebih efisien.
c. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu dimana dalam pengumpulan data waktu juga
mempengaruhi dalam kreadibilitas dari data yang telah diperoleh.
Maka untuk itu dalam proses pengujian kreadibilitas data dari
wawancara,observasi dan dokumentasi maka diperlukan teknik dan
waktu yang berbeda untuk memperoleh data yang lebih valid.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit yang
simple,mendeskripsikan dan menyusunnya agar mudah dipahami oleh diri sendiri
ataupun orang lain.
47
Dalam peneitian ini teknik analisis data yang diguanakan adalah
menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan menggunakan data yang telah di
peroleh. Menurut Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Chori (2019: 42-46) dalam
bukunya menjelaskan tentang tahap analisis datanya adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai dengan menelaah seluruh data tersedia dari
berbagai sumber yang ada mengenai efektivitas kursus pra nikah sebagai
upaya pengurangan angka perceraian dimasyaakat Kecematan Tondong
Tallasa, Kabupaten pangkep yang di dapat melalui penumpulan data dari
wawancara, observasi dan dokumentasi yang disusun secara sistemetis
agar mudah di pahami.
2. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, ataau memilih data-data yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting serta dicari tema dan polanya
untuk selanjutnya di masukkan pada proses penyajian data. Reduksi data
adalah proses penyederhanaan, penggolongan serta memilah data yang
telah diperoleh dari informan melalui hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi di lokasi Kecamatan Tondong Tallasa sehingga
menghasilkan data yang bermakna dan memudahkan dalam penarikan
kesimpulan.
3. Penyajian Data
Proses penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk yang berbeda-beda
hal ini untuk dilakukan demi mempermudah peneliti dalam menyajikan
48
suatu data yang mudah dimengerti. Dalam penyajiannya dapat berupa
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya. Penyajian
data merupakan proses disaat semua data yang telah diperoleh di susun
dengan mendeskripsikannya yang di susun secara sistematis dari hasil
pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang
telah melalui tahap reduksi data sehingga data yang di susun mudah untuk
dipahami.
4. Verifikasi/Penarikan kesimpulan
Verivikasi/Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara yang dapat berubah sejalan dengan berjalannnya waktu
dengan temuan bukti-bukti yang lebih kuat. Penarikan kesimpulan adalah
tahap terakhir dari analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan dari hasil
reduksi data dan penyajian data yang disusun dari hasil penelitin yang
dilakukan.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten
Pangkep sudah berdiri sejak tahun 2011 dan telah melakukan pergantian kepala
beberapa kali. Keberadaan Kantor Urusan Agama (KUA) di Kecamatan Tondong
Tallasa ini sudah ada sejak lama namun berada satu atap dengan Kantor
Kecamatan Tondong Tallasa. Hingga pada tahun 2011 keluar dan di dirikan
kantor sendiri yang beralamat di Jalan Batu Bara, Dusun Parang Lombasa Desa
Bantimurung, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep.
Menurut hasil analisis penelitian keberadaan Kantor Urusan Agama
(KUA) sangat membantu masyarakat setempat. KUA Kecamatan Tondong
Tallasa merupakan salah satu instalasi dari Departemen Agama RI yang bertugas
mengurus berbagai urusan agama islam yang berkaitan urusan lingkup
kecamatan pada suatu kabupaten atau kota. Dalam pelaksanaan tugas di KUA
Kecamatan Tondong Tallasa membantu masyarakat dalam pelayanan urusan
nikah, rujuk, wakaf, dan berbagai layanan keagamaan lainnya dalam lingkup
keagamaan islam pada masyarakat Tondong Tallasa
50
Kecamatan Tondong Tallasa yang merupakan daerah pegunungan yang
terdiri atas 6 desa yang terdiri atas beberapa dusun yang merupakan satu kesatuan
dalam pelaksanaan pelayanan pemerintah di kecamatan Tondong Tallasa
Kabupaten Pangkep. Berikut ini data statistic Kantor Urusan Agama Kecamatan
Tondong Tallasa.
Tabel 4.1 Data Jumlah Desa Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
NO
DESA
PENDUDUK
Laki-laki Perempuan
1. Bonto Birao 720 775
2. Lanne 888 944
3. Tondong Kura 960 973
4. Bantimurung 978 977
5. Malaka 453 479
6. Bulu Tellue 1066 1123
JUMLAH 5065 5271
Sumber: Kantor Urusan Agama (KUA) Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Jumlah penduduk Kecamatan Tondong Tallasa yang terdiri dari laki-laki
5065 jiwa dan perempuan 5271 jiwa dan tersebar di 6 desa pada satu Kecamatan
Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep yang dimana merupakan mayoritas islam
dengan pemeluk agama Kristen protestan 12 jiwa dan 10.324 jiwa beragama islam
Dalam melakukan pelayanan di masyarakat saat ini berikut struktur organisasi
atau data pegawai di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tondong Tallasa
Kabupaten Pangkep
51
Tabel 4.2 Struktur KUA Kecamatan Tondong Tallasa
Sumber: Kantor Urusan Agama (KUA) Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
NO
NAMA/NIP
TEMPAT/ TANGGAL
LAHIR
JABATAN
PANGKAT/
GOLONGAN
PENDIDIKAN
TERAKHIR
1. Drs. Abdul Salam, MH
Nip: 19690311 200604 1 002
Pangkajene, 11 Maret 1969 Kepala KUA Penata TK. III/d S.2
2. Jumaena, S.Ag
Nip: 19700521 201412 2 001
Birao, 21 Mei 1970 Peyulu Agama
Islam
Penata Muda III/b S.1
3. Suherah
Nip: 19700808 201412 2 002
Elle, 8 Agustus 1970 Staf Administrasi Pengatur Muda TK.
II/b
SLTA
4. Pattola M
Nip: 19661001 201411 1 002
Bulu Tellue, 1 Oktober 1966 Staf Administrasi Pengatur Muda TK.
1 II/b
SLTA
5. Pahriana Bantimala, 1 Februari 1986 Staf Administrasi SLTA
6. Samanang Bantimurung, 27 Maret 1971 Tenaga Bakti SLTA
52
Dalam pelaksanaan tugas ditengah masyarakat Kantor Urusan Agama
Tondong Tallasa memiliki sebuah visi misi sebagai berikut:
Visi:
“Mewujudkan Masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa yang Taat, Beragama,
Rukun, Cerdas, Mandiri, dan Sejahtera Lahir Batin”
Misi:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan keagamaan pada masyarakat
2. Meningkatkan kualitas pelayanan nikah dan rujuk berbasis teknologi
informasi
3. Meningkatkan kualitas bimbingan keluarga sakinah
4. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi dan bimbingan haji, zakat, dan
wakaf
5. Meningkatkan peran dan kerja sama Lembaga Keagamaan
6. Memaksimalkan kemitraan umat dan Koordinasi Lintas Sektoral
Adapun dalam pelaksanaannya Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep memiliki motto “Melayani dengan
Profesional dan Amanah”. Segala bentuk pelayanan yang di lakukan pada
pelayanan KUA Tondong Tallasa dilandaskan pada visi misi dan motto yang ada .
Selain struktur dan visi misi yang ada terdapat pula Standar Operasional
Pelayanan (SOP) yang di berikan oleh pihak KUA dalam pelayanan di masyarakat
Tondong Tallasa terdiri atas:
53
Tabel 4.3 Standar Operasional Pelayanan (SOP) KUA Tondong Tallasa
NO JENIS PELAYANAN SATUAN
UKURAN
STANDAR/TARGET
A. Standar Pelayanan Operasional
Bidang Organisasi dan
Ketatalaksanaan
1. Pembinaan karyawan/karyawati
dalam hal pelayanan pada
Masyarakat
Bulan/kali 3/1
2. Pembinaan pembantu penghulu Triwulan/kali Bulan April, Juli,
Oktober
3. Penyampaian Laporan ke Kantor
Kementrian Agama Kabupaten
Pangkep yang meliputi Laporan
a. Bulanan
b. Triwulan
c. Semester
d. Tahunan
Tanggal/bulan
Bulan
Bulan
Tanggal/bulan
24/Bulan
5/Bulan April, Juli,
Oktober, Januari
Oktober, Januari
24/Desember
4. Pemberian informasi Data
Keagamaan
Menit 30
5. Pemberian surat/blangko
keterangan masuk islam
Jam 1
54
B Standar Pelayanan Teknis dan
Administrasi Nikah/Rujuk
1. Pemberitahuan Biaya Pencatatan
Nikah/Rujuk
Menit 5
2. Penyerahan Formulir Model N1,
N2, N3, N4, dan N7
Menit 5
3. Pencatatan dan penelitian
persyaratan nikah
Menit/pasang 30/1
4. Penasehatan calon pengantin/
kursus pra nikah
Menit/pasang 30/1
5. Konfirmasi waktu pelaksanaan
aqad nikah
Menit/pasang 5/1
6. Pengumuman kehendak
nilai/jadwal pernikahan
Menit/pasang 5/1
7. Cetak buku nikah Menit/pasang 5/1
8. Pemyerahan kutipan akta nikah
kepada pengantin (NA)
Menit/pasang 5/1
9. Pemberian rekomendasi nikah Menit/pasang 10/1
10. Pemberian surat keterangan Menit/pasang 20/1
11. Legalisir kutipan akta nikah (NA) Menit/pasang 5/1
12 Pemberian duplikat kutipan akta
nikah (NA)
Menit/pasang 20/1
13 Konsultasi rumah tangga (BP4) Menit 45
55
14 Akta ikrar wakaf Bulan 1
Sumber: Kantor Urusan Agama (KUA) Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Berdasarkan jenis pelayanan yang ada di atas terbagi atas 2 yaitu Standar
Pelayanan Operasional Bidang Organisasi dan Ketatalaksanaan serta Standar
Pelayanan Teknis dan Administrasi Nikah/Rujuk dimana di dalamya terdapat
berbagai layanan yang di berikan berdasarkan pada kebutuhan masyarakat di
KUA Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep dalam melayani
masyarakat. Adapun dalam pelaksanaannya berbagai fasilitas berupa sarana dan
prasarana yang tersedia dan digunakan dalam pemenuhan layanan masyarakat
setempat yaitu:
Tabel 4.4 Sarana dan prasarana di Kantor Urusan Agama Tondong Tallasa
Sumber: Kantor Urusan Agama (KUA) Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
SARANA DAN PRASARANA
Nama Barang JML Ruangan JML Peralatan dan
mesin
JM
L
Meja 8 Ruangan kepala 1 Printer 1
Kursi 15 Ruang penyuluh 1 Computer 1
Lemari 4 Ruang operator 1 Kipas angina 1
Papan informasi dan
data
6 Ruang balai
nikah
1 Tv 1
WC 1
Ruang Dapur 1
56
Dari table yang diatas Kantor Urusan Agama Tondong Tallasa belum
memenuhi kriteria sebagai kantor pelayanan publik, dilihat dari kurangnya sarana
dan prasarana yang ada menyebabkan kurang efektifnya pelayanan yang
diberikan. Terlebih lagi kurangnya personal atau staf yang ada menyebabkan
system pelayanan kurang memadai karena tugas-tugas dan personal tidak sejalan
sehingga tidak dapat memenuhi secara penuh pelayanannya. Namun dengan
berbagai kekurangan yang ada pihak dari KUA selalu memberikan pelayanan
sebaik mungkin dalam memnuhi kebutuhan masyarakat sekitar
B. Hasil Penelitian
1. Hasil observasi dan dokumentasi
Karakteristik Responden
1. Kepala KUA dan staf
NO
Responden
Umur
Jenis
kelamin
Pekerjaan
Ket
L P
1) AS 52
Kepala KUA
Tondong
Tallasa
-
2) P 53
Staff KUA
Tondong
Tallasa
-
57
2. Pasangan kursus pra nikah
NO
Responden
Umur
Pekerjaan
Alamat
Ket
1. Bapak S dan Ibu
R
29 dan 24 Staf kantor
Desa
Malaka
Desa Malaka Mengikuti
kursus pra
nikah
2. Bapak A dan Ibu
S
28 dan 24 Wiraswasta
dan IRT
Desa Malaka Mengikuti
kursus pra
nikah
3. Bapak MI dan
Ibu A
26 dan 24 Staf desa
Bulutellue
dan IRT
Desa
Bulutellue
Mengikuti
kursus pra
nikah
4. Bapak AW dan
Ibu
26 dan 24 Sopir dan
IRT
Desa Bulu
Tellue
Mengikuti
kursus pra
nikah
5. Bapak MR dan
Ibu DR
27 dan 27 Guru dan
IRT
Desa
Bantimurung
Mengikuti
kursus pra
nikah
6. Bapak F dan Ibu
S
24 dan 21 Pedagang
dan IRT
Desa
Bantimurung
Mengikuti
kursus pra
nikah
7. Bapak H dan Ibu
AA
24 dan 21 Sopir dan
IRT
Desa
Tondong
Kura
Mengikuti
kursus pra
nikah
8. Bapak J dan Ibu
A
25 dan 26 Pegawai Desa
Tondong
Mengikuti
kursus pra
nikah
58
Kura
9. Bapak MN dan
Ibu
26 dan 24 Wartawan
dan Perawat
Desa Lanne Mengikuti
kursus pra
nikah
10. Bapak OS dan
Ibu NI
31 dan 33 Pegawai Desa Lanne Mengikuti
kursus pra
nikah
11. Bapak AB dan
Ibu S
28 dan 26 Guru dan
Bidan
Desa Bonto Mengikuti
kursus pra
nikah
12. Bapak A dan Ibu
S
28 dan 27 Wiraswasta
dan IRT
Desa Bonto Mengikuti
kursus pra
nikah
3. Remaja usia nikah
NO
Responden
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Ket
L P
1.
SFA
22
Mahasiswa
Belum
mengikuti
kursus pra nikah
2.
I
24
Staf Desa
Malaka
Belum
mengikuti
kursus pra nikah
59
4. Masyarakat
NO
Responden
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Ket
L P
1.
MS
31
Wiraswasta
Belum
mengikuti
kursus pra
nikah
2.
A
27
IRT
Belum
mengikuti
kursus pra
nikah
2. Hasil Wawancara
a. Pelaksanaan kursus pra nikah di KUA Kecamatan Tondong
Tallasa, Kabupaten Pangkep.
Kursus pra nikah merupakan suatu hal yang oenting dilakukan oleh
para pasangan calon penganting sebelum naik pelaminan atau sebelum
akad nikah. Dimana pelaksanaannya dilakukan di KUA masing-masing
daerah dengan prosedurnya masing-masing. Kursus pra nikah ini
dilakukan sebagai upaya dalam pengurangan angka perceraian, KDRT,
ataupun perselisihan yang kerap terjadi di masyarakat. Pelaksanaan kursus
pra nikah ini didasarkan pada Peraturan Direktural Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam, Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013
60
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kursus Pra Nikah. Di Kecamatan Tondong
Tallasa sendiri dari tahun 2017 sampai tahun 2021 (sampai April) data
pendaftar calon pengantin itu mengalami peningkatan. Hal ini sesui
dengan data yang ada di KUA Tondong Tallasa, Kabupaten pangkep.
Table 4.5 Data nikah di KUA Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep
Bulan Angka Perceraian untuk 5 Tahun Terakhir
2017 2018 2019 2020 2021(sampai
April)
Januari 3 10 2 4 1
Februari 3 6 8 5 6
Maret 5 9 4 17 5
April 10 12 11 4 0
Mei 8 6 1 9
Juni 10 8 12 7
Juli 5 3 4 16
Agustus 10 5 17 5
September 6 9 6 11
Oktober 11 8 11 19
November 5 11 11 3
Desember 2 5 5 4
JUMLAH 78 95 99 104 12
Sumber: Kantor Urusan Agama (KUA) Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
61
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa pasangan calon pengantin
yang tercatat dan mengikuti kursus pra nikah setiap tahunnya mengalami
peningkatan dimana masing-masing status pernikahan yang berbeda yaitu
ada yang untuk pertama kali menikah atau bahkan sudah yang kedua atau
ketiga kalinya.
Berdasarkan wawancara dengan P (Wawancara, 08 April 2021)
menyatakan sebagai berikut:
“Pelaksanaan kursus pra nikah ini sudah lancar, kita kasi bimbingan,
pencerahan tentang bagaiamana berumah tangga, sehingga sangat
penting karena dapat mengurangi angka perceraian dan
permasalahan rumah tangga.”
Penuturan lain menurut AS (Wawancara 09 April 2021) yang menyatakan
sebagai berikut:
“Pelaksanaan kursus pra nikah sangat penting sekali yang pertama
dalam hukum syariat calon pengantin itu belum siap mentalnya maka
dalam segi hukum syariat, positif apalagi hukum adat. Karena
pencatatan nikah itu yang kita pake hukum syariat, hukum positif
dan hukum adat. Jadi kalau ada atau kebiasaan masyarakat dimana
sudah ada yang lamar terus umurnya belum sampai dilarang atau
tidak dilarang maka akan tetap di lakasanakan apalagi kalua bentuk
kecelakaan tapi pencatatanya tidak bisa kita lakukan. Kita dari pihak
KUA itu tidak memberikan izin tidak bisa juga melarang, jadi
terserah kita tidak terlibat karena ketika kita terlibat kita akan
melakukan pelanggaran sebenarnya kita terpidana kalau kita
melibatkan.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpukan bahwa
kursus pra nikah ini sangat penting di lakukan oleh para pasangan calon
pengantin untuk dimana mereka di bimbing dan diberikan arahan-arahan
sebelum akad nikah. Dalam pelaksanaannya kursus pra nikah ini di
harapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahun para pasangan calon
pengantin yang hendak melangsungkan pernikahan. Para calon pengantin
62
yang hendak menikah maka di wajibkan untuk mengikuti kursus pra nikah
ini. Seperti yang di kemukakan oleh informan menurut AS (Wawancara 09
April 2021) yang mengatakan:
“Wajib dilakukan, tapi kondisinya di KUA kita itu tidak
memungkinkan karena jaraknya kasian. Wajib hukumnya karena ada
aturannya. Apalagi kalau dia masih status perjaka dengan perawan.”
Hal yang hampir sama juga di kata oleh responden P (Wawancara
08 April 2021) yang mengatakan :
“Iya di wajibkan ikut pasangan yang mendaftar menikah di sini”
Kursus pra nikah ini tidak hanya di lakukan semata-mata demi
kepentingan satu pihak namun dampak positif dari apa yang di dapat ini
bisa menjadi bekal tersendiri bagi pasangan kursus pra nikah atau bahkan
remaja usia nikah. Dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini mengikuti
beberapa prosedur atau syarat yang di berikan oleh pihak KUA
Berdasarkan wawancara dengan pasangan A dan S (Wawancara 12
April 2021)dimana pihak A menuturkan:
“Kalau untuk syarat-syaratnya pada saat itu cuman bawa semacam
biodata seperti KTP kalau saya dulu”
Dan dari pihak S menuturkan
“Kalau saya kemarin itu harus lengkap surat pengantar dari laki-laki,
surat kesehatan, dan lainnya.”
Hal yang sama juga di kemukakan oleh pasangan MN dan RW
(Wawancara 20 April 2021 )yang dimana mengatakan:
“Pastinya ada syarat misalnya itu surat pengantar dari Desa sebagai
bentuk persyaratan bahwa setuju Pemerintah, ada KTP yah intinya di
tau dulu dari desa baru di bawa ke KUA. Kalau yang dari laku-laki
yah haruh bawa berkas calonnya”
63
Dari segi pelaksanaannya para pasangan calon pengantin akan di
berikan bimbingan mengenai tentang kehidupan berrumah tangga baik
sebelum atau sesudah menikah untuk lebih memberikan pemahaman yang
lebih kepada para calon pengantin maka dari itu kursus pra nikah ini wajib
di ikuti oleh seluruh pasangan kursus pra nikah selain sebagai penambahan
bekal juga sebagai salah satu kelengkapan berkas di KUA.
Untuk itu dalam suatu pelaksanaan kursus pra nikah di antaranya
mencakup beberapa komponen di bagai berikut:
1. Muatan materi
Pada muatan lampiran peraturan Direktural Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah yang terdiri dari UU
Perkawinan, UU KDRT, UU Perlindungan anak, fungsi agama,
reproduksi,ekonomi,social dan lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara oleh pasangan A dan S (Wawancara 12
April 2021) yang mengatakan bahwa :
Pihak A menyatakan:
“Sebelumnya di tanya-tanya tentang kesiapan, alasan mau nikah dan
ada semacam bercanda-canda dulu sama KUA nya pada saat itu,
dimana ketemu, sudah berapa lama kenalan, sudah mantap,
kemudian diberikan semacam nasehat-nasehat cara komunikasi
dengan istri, tanggung jawab dengan istri dan banyak juga
pertanyaan-pertanyaan dan nasehat-nasehat yang masuk. Kalau saya
dulu masalah pernikahan dalam ilmu agama da ilmu hukum itu
secara khususnya.”
64
Sedangkan pihak S menyatakan:
“Kalau saya langsung di beri nasehat kayak bagaimana cara bersikap
baik dengan suami, bagaimana menjadi istri yang baik begitu, yah
seperti uu pernikahan tapi sih sedikit ji saya kudapat.”
Hal yang hampir sama juga di kemukakan oleh pasangan MN dan
RW (Wawancara 20 April 2021) yang dimana pihak MN mengatakan
bahwa:
“Materia da beberapa sih yang ada di tes mengaji Triqul, terus ada
nasehat-nasehat terkait hak dan kewajiban sebagai suami dan istri.”
Dan pihak RW mengatakan:
“Materinya itu toh lebih banyak mempelajari tentang mengasuh anak
di ajarkan memang pada saat kursus ini”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan
bahwasannya dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini dapat menerima atau
memperoleh berbagai macam hal yang berguna sebagai awal pengetahun
sebelum menikah. Dimana dalam implementasinya diharapkan para
peserta kursus pra nikah ini dapat mengaplikasikannya ke kehidupan
sehari-hari guna terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warahmah.
2. Narasumber
Narasumber atau pembawa materi dalam kursus pra nikah ini juga di
atur dalam peraturan Direktural Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah dimana didalam nya terdiri dari
konsultal keluarga, tokoh agama, psikolog dan professional bidang.
Namun tidak dapat di pungkiri bahwasannya dalam pelaksanaan kursus
65
pra nikah di KUA Tondong Tallasa ini hanya terdiri dari tokoh agama atau
ketua dan staf yang ada saja.
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan oleh informan P
(Wawancara 08 April 2021) menyatakan bahwa:
“Kalau untuk narasumbernya sendiri kami dari pihak KUA itu
kadang dari kepala KUA, penyuluh konsional juga biasa juga staf.”
Hal yang sama juga di sampaikan oleh pasangan kursus pra nikah
yaitu J dan A (Wawancara 08 Mei 2021) yang menyatakan:
“Kalau untuk narasumbernya dari kepala KUA dan di damping juga
oleh stafnya”
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat di ketahui bahwa
narasumber yang di sediakan oleh pihak KUA Tondong Tallasa, itu
beragam dan sudah memenuhi peraturan yang ada.
3. Sarana dan prasarana pembelajaran
Dalam kursus pra nikah sarana merupakan penunjang dalam efektifnya
suatu kegiatan yang akan di laksanakan begitu pun dengan pelaksanaan
kursus pra nikah kursus pra nikah di KUA Tondong Tallasa dimana
pasangan akan diberikan sebuah bacaan berupa silabus atau modul yang
dimana merupakan acuan atau pegangan kepada pasangan kursus pra
nikah
Pada wawancara pada informan P (Wawancara 08 April 2021)
Menyatakan bahwa:
“Iya dikasi itu semacam silabus tentang tahara dan lainnya. Untuk
prasarananya sendiri yah kurang mendukung sebenarnya karena masih
banyak kekurangannya”
Sedangkan pada pasangan kursus pra nikah oleh A dan S (Wawancara 12
April 2021) menyatakan bahwa:
66
“Untuk sarana dan pra sarananya sendiri itu sudah bisa dibilang 60%
lah karena kurang lengkap”
Penuturan yang hampir sama juga dikemukan oleh pasangan J dan A
(Wawancara 08 Mei 2021) yang dimana pihak A mengatakan
“Dari segi sarana dan prasarana sepertinya masih perlu di tingkatkan
tapi yah sudah lumayan bagus, penyampaiannya lumayan bagus yah
itulah masih perlu di tingkatkan”
Dari hasil wawancara diatas maka dapat dikatakan bahwasa sarana
dan prasarana yang di berikan oleh pihak KUA Tondong Tallasa itu masih
kurang memadai atau kurang mendukung. Namun dalam pelaksanaan
tugas-tugas seperti salah satunya kursus pra nikah ini sudah dapat berjalan.
4. Sertifikat
Sertifikat sendiri atau tanda bukti yang diberikan oleh pihak KUA bagi
para peserta kursus pra nikah yang telah mengikutinya dimana seritifikat
ini disiapkan oleh organisasi atau lembaga atau badan yang
menyelenggarakan kursus pra nikah ini.
Berdasarkan wawancara dengan informan P (Wawancara 08 April
2021) yang menyatakan bahwa:
“Jadi bagi para pasangan calon pengantin yang telah mengikuti
kursus pra nikah ini, kita dari pihak KUA memberikan semacam
piagam atau sertifikat sebagai tanda bukti telah mengikuti kursus pra
nikah ini”
Hal yang hampir sama juga di kemukakan oleh pasangan J dan A
(Wawancara 08 Mei 2021) yang mengatakan:
“Iya ada, kemarin itu diberikan berupa sertifikat yang nantinya
digunakan untuk mengambil buku nikah”
Dari apa yang ada di atas ini maka pelaksanaan kursus pra nikah
ini bukan semata-mata demi kepentingan pihak KUA saja namun juga
pada pasangan kursus pra nikah ini terlebih mereka tidak hanya
67
mendapatkan ilmu-ilmu mengenai masalah rumah tangga tetapi juga
diberikan sebuah sertifikat atau tanda bukti telah mengikuti kursus pra
nikah. Yang dimana selanjutnya sertifikat itu akan masuk sebagai
pemberkasan di KUA.
b. Kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan angka perceraian
Tujuan pelaksanaan kursus pra nikah sendiri adalah untuk
mengurangi perceraia, perselisihan, KDRT dan lainnya. Hal ini sesuai
pada peraturan peraturan Direktural Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. Hal ini juga yang menjadi tujuan
utama di KUA Tondong Tallasa ini selain pada pelaksanaan kursus pra
nikah ada berbagai bentuk pelayanan islam lainnya seperti haji, zakat dan
lainnya.
Saat ini perceraian di masyarakat sudah menjadi sesuatu yang biasa
di dengar dengan latar belakang masalah yang berbeda-beda. Di
Kabupaten Pangkep sendiri angka perceraian sudah menurun dari 5 tahun
terakhir. Hal ini berdasarkan pada situs Sistem Informasi Penelususran
perkara (SIPP) Pengadilan Agama Pangkajene yang dimana menunjukan
angka perceraian sebagai berikut:
Tabel 4.6 Data perceraian Pengadilan Agama Pangkajene
NO. PERCERAIAN JUMLAH
1. 2017 558
2. 2018 548
3. 2019 523
4. 2020 518
5. 2021 ( Sampai April) 180
Sumber: Situs Sistem Informasi Penelususran Perkara (SIPP)
68
Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa angka perceraian
yang ada di masyarakat setiap tahunnya mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Untuk itu maka tujuan dari apa yang ingin di capai dari
pelaksanaan kursus pra nikah ini dapat di katakana berjalan dengan baik.
Dari hasil wawancara dengan informan AS (Wawancara 09 April 2021)
menyatakan bahwa:
“Angka perceraian itu tinggi karena yang pertama dari segi
pendidikan, desakan ekonomi, ketatnya persaingan sehingga banyak
yang suami selingkuh kalau bukan suami maka istrinya yang
selingkuh hal ini terjadi karena desakan ekonomi, bagaiamana lagi
kalau dia kawin muda, belum sampai umurnya baru nikah, ada
anaknya satu sudah bentrok dan faktor umur juga”
Hal lain juga di kemukan oleh remaja usia nikah I (Wawancara 15 Mei
2021) yang menyatakan:
“Itulah mengapa pengadaan kursus pra nikah untuk diberikan
penjelasan yang lebih kepada atau calon pengantin sebelum
melanjutkan kejenjang pernikahan yang lebih serius.mengingat
banyaknya pernikahan di bawah umur. Sehingga perceraian di
masyarakat mungkin ada tapi tidak signifikan”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa
perceraian yang terjadi di masyarakat itu diakibatkan oleh berbagai faktor-
faktor seperti kurangnya pemahaman, pendidikan, desakan ekonomi dan
adanya pernikahan dini dimana dari segi kesiapan baik dari pengetahuan
dan fisik belum siap sehingga suatu perceraian itu dapat terjadi.
Berdasarkan hasil observasi langsung di lapangan tidak jarang ditemui
ditengah-tengah masyarakat Tondong Tallasa ini mengenai pernikahan
dini dengan berbagai alasan yang melatar belakanginya seperti, hamil
duluan, keterbatasan ekonomi atau bahkan dari pihak orang tuanya sendiri
yang sudah ingin menikahkan anaknya. Hal ini merupakan di luar
69
tanggung jawab pihak KUA sebagai pencatatan kawin di masyarakat
Tondong Tallasa dimana yang kita ketahui bahwa usia nikah bagi laki-laki
dan perempuan itu sama-sama 19 tahun.
Dari pelaksanaan kursus pra nikah ini diharapakan dapat menjadi
jalan keluar dari berbagai permasalahan rumah tangga yang kerap terjadi
di masyarakat sekitar terlebih pada perceraian. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat informan A (Wawancara 23 Mei 2021)
mengenai kursus pra yang menyatakan bahwa:
“Bisa berkurang karena adanya kegiatan saling kenal sebelumnya
dan keterbukaan sikap pribadi masing-masing. Maka membangun
komunikasi yang baik, dan saling adanya keterbukan dalam rumah
tangga dapat menciptakan keluarga yang di inginkan”
Hal lain juga di kemukan oleh masyarakat inisial MS (Wawancara 20 Mei
2021) yang mengatakan bahwa:
“Saya pikir sangat baik itu makanya kalau di perbanyak kursus-
kursus seperti ini saya rasa pasangan suami istri akan lebih jelas,
bagaimana tujuannya berrumah tangga dimana dalam hal
berhubungan apapun itu pacaran, back streat atau suami istri lah
paling penting itu komunikasi, mau pahit atau manis harus selalu di
komunikasikan maka akan tercipta itu kelurga yang sakinah itu”
Dari hasil wawancara di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
suatu hubungan rumah tangga akan terjalin dengan baik apabila adanya
saling keterbukaan dan komunikasi yang baik sehingga hubungan itu akan
terjalin lebih erat. Serta dalam penyelesaian masalah-masalah rumah
tangga seorang suami atau istri tidak boleh mementingkan ego sendiri
karena dalam suatu keluarga itu di bangun bersama-sama dengan saling
percaya, keterbukaan komunikasi yang lancer sehingga berbagai
permasalahan rumah tangga yang dimana kita ketahui pasti di hindari oleh
setiap orang. Karena setiap orang yang berkeluarga pasti menginginkan
70
sebuah keluarga bahagia, sakinah, mawaddah, dan warahma terlebih
menghindari yang namanya perpisahan atau perceraian.
C. Pembahasan
1. Pelaksanaan kursus pra nikah di KUA Tondong Tallasa,
Kabupaten Pangkep
Kursus pra nikah adalah sebuah pemberian pemahaman bagi para
calon pengantin atau remaja usia nikah tentang bagaiamana kehidupan
sebelum dan sesudah menikah. Hal-hal yang harus dilakukan baik
suami ataupun istri dari segi hak dan kewajibannya dalam membangun
rumah tangga. Hal yang sama pada KUA Tondong Tallasa yang
dimana mewajibkan semua pasangan calon pengantin unruk mengikuti
kursus pra nikah ini demi mewujudkan keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan warahmah.
Dalam pelaksanaan kursus pra nikah yang di langsung di KUA
Tondong Tallasa ini sudah dapat dikatakan baik. Baik dari segi
pelaksanaan dan pelayanan yang ada menyebabkan kursus pra nikah di
KUA Tondong Tallasa dapat berjalan dengan baik. Hal ini sejalan
dengan penelitian dalam jurnal Halimah Dian Nastity & Heru
Siswanto (2019) yang berjudul “Penyelenggaraan “Kursus Pra Nikah”
dalam perspektif pendidikan luar sekolah di Badan Penasehat,
pembinaan, dan pelestarian Perkawinan” yang menyatakan bahwa
terdapat dua faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kursus pra nikah
yang terdiri atas faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan kursus pra nikah Dari keberadaan faktor-faktor yang ada
71
ini dimana terdapat faktor pendukung yang terdiri dari adanya
dukungan biaya, waktu yang di berikan serta diperkuatnya keberadaan
kursus pra nikah juga dengan adanya surat edaran dari Direktural
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan Kursus Pra
Nikah. Dalam pelaksanaan kursus pra nikah di KUA Tondong Tallasa
yang dimana dalam kelancaran pelaksanaan kursus pra nikah ini
didasarkan pada faktor pendukung yang ada.
Dalam faktor penghambat dalam pelaksanaan kursus pra nikah
ini terdapat pada keterbatasan dana, keterbatasan sarana dan pra sarana
memang sangat penting dalam suatu pelaksanaan kegiatan termasuk
pelaksanaan kursus pra nikah di KUA Tondong Tallasa sendiri
keterbatasan sarana dan pra sarana yang ada menjadi kendala tersendiri
bagi para peserta ataupun para staff yang dimana keterbatasan yang
ada kadang menghambat pelaksanaan tugas-tugas bahkan dalam
pelaksanaan kursus pra nikah. Waktu pelaksanaan kursus pra nikah
yang tidak tepat waktu atau hari jam kerja calon pengantin. Namun
dari berbagai keterbatasan yang ada ini bukan sebuah penghalang
dalam demi berjalanya kursus pra nikah ini. semua keterbatasan dan
kekurangan yang ada di jadikan sebuah pembelajan untuk kedepannya
dapat lebih baik lagi.
Pelaksanaan kursus pra nikah yang dilaksanakan di KUA
Tondong Tallasa sangat penting dilakukan demi terciptanya
masyarakat yang lebih sejahtera dengan upaya dalam mengurangi
72
angka percerain di masyarakat sekitar. Hal ini hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Darmawati, D., & Haddade, H. (2020)
dengan judul “Efektivitas Penyuluhan BP4 dalam Menekan Angka
perceraian di kota Makassar” yang dimana mengatakan bahwa
pengadaan kursus pra nikah dilakukan dengan upaya menumbuhkan
kesadaran kedua belah pihak terkait hak dan kewajiban serta tanggung
jawab kedua belah pihak yang bersangkutan. Maka itu pula yang
terjadi di KUA Tondong Tallasa dimana pelaksanaan kursus pra nikah
ini di berikan kepada calon pengantin yang hendak melangsungkan
pernikah sebagai sebuah syrat yang harus di ikuti di KUA. Dengan
tujuan yang ingin di capai yaitu untuk menciptakan keluarga yang
sakinah, mawaddah, dan warahmah.
2. Kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan angka perceraian di
masyaraka Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep.
Dalam suatu rumah tangga berbagai permasalahan yang muncul di
dalamnya sudah sering kita dengar tidak jarang dari berbagai
permasalahan yang ada itu terjadi perselisihan yang tidak dapat
terselesaikan sehingga menyebabkan perceraian antara keduanya
terjadi. Dari berbagai faktor penyebab perceraian yang ada pada setiap
rumah tangga itu memilki permasahan yang berbeda-beda. Dalam
masyarakat Tondong Tallasa berdasarkan observasi yang di lakukan
penyebab perceraian terjadi karena adanya krisis ekonomi atau
perselingkuhan yang terjadi baik istri ataupun suami, kurangntya
pendidikan serta adanya perbedaan agama. Hal ini juga di dasarkan
73
pada jurnal Desminar (2017) dengan judul “Peran BP4 lembaga
penyuluhan dalam mengendalikan perceraian (Studi kasus kecamatan
koto tengah) bahwasanya menjelaskan ada beberapa faktor penyebab
terjadinya perceraian di setujui dengan adanya perzinahan atau
ketidakharmonisan dalam rumah tangga KDRT atau adanya ketidak
cocokan antara suami ataupun istri. Begitupula yang terjadi di
masyarakat tondong tallasa berbagai permasalahan rumah tangga yang
terjadi sehingga menyebabkan terjadinya suatu perceraian yang di
ambil sebagai jalan keluar di keluarganya.
Dari berbagai permasalahn yang timbul dan berakhir pada suatu
perceraian maka dari itu pentingnya pelaksanaan kursus pra nikah yang
di lakukan di KUA Tondong Tallasa ini diharapkan bukan hanya untuk
saling menambah ilmu tapi sebagai wadah untuk lebih mempermantap
diri sebelum pernikahan. Sehingga hal-hal yang mungkin terjadi
dikemudian hari pada keluarga masing-masing dapat di selesaikan dan
dapat ditemukan solusi dari pokok permasalahan yang ada saat itu.
Maka dari itu sehingga tujuan dari pelaksanaan kursus pra nikah yang
di keluarkan oleh pemerintah ini dapat menjadi suatu hal yang
mensejahterakan masyarakat dalam menciptakan keluarga yang
sakinah, mawaddah, dan warahma serta terhindar dari suatu perceraian.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, maka peneliti berkesimpulan bahwa
pelaksanaan kursus pra nikah sangat penting di lakukan oleh para calon
pengantin atau remaja usia nikah untuk menambah bekal pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran bagi para peserta
tentang kehidupan berumah tangga dan berkeluarga. Di KUA Tondong
Tallasa sendiri pengadaan kursus pra nikah telah dilaksanakan dan
diperuntukan bagi para calon pengantin atau remaja usia menikah di
Kecamatan Tondong Tallasa. Dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini sudah
dapat di katakan efektif meskipun berbagai keterbatasan yang ada akan
tetapi dalam pelaksanaanya sudah memenuhi aturan yang ada berdasarkan
peraturan Direktural Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian
Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kursus Pra Nikah
Berdasarkan data perceraian dari situs Sistem Informasi
Penelususran perkara (SIPP) Pengadilan Agama Pangkajene yang
menunjukan bahwa angka perceraian yang ada di Kabupaten Pangkep
mengalami penurunan maka dari itu dapat dikatakan bahwa efektivitas dari
pelaksanaan kursus pra nikah ini sudah terimplementasi di masyarakat
terlebih pada tujuan dari pengadaan kursus pra nikah ini sendiri yaitu
mengurangi angka perceraian di masyarakat. Mengingat bahwa pengadaan
75
kursus pra nikah ini di wajibkan kepada seluruh KUA yang ada di
Kabupaten Pangkep.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasa, maka peneliti
memberikan saran kepada para masyarakat sekitar atau para pembaca
tentang pentingnya mengikuti kursus pra nikah sebelum melangsungkan
pernikahan karena dengan kursus pra nikah ini para calon pengantin diberi
bekal pengetahuan, keterampilan dalam mewujudkan keluarga yan sakinah,
mawaddah, dan warahma. Dan untuk pemerintah untuk lebih memperhatian
intansi pemerintah yang berada di daerah-daerah terpencil seperti di KUA
Tondong Tallasa agar segala tugas-tugas yang ada dapat berjalan dengan
efektif dalam melayani berbagai kebutuhan masyarakat.
76
. DAFTAR PUSTAKA
Al-Istanbul, M. M. (2010). Bekal Pengantin . Solo: Aqwam.
Al-Istanbul, S. M. (2012). Kado Pernikahan. Jakarta: Qisthi Press.
Arsyad, A. (2020). Tren Media Sosial terhadap Pengaruh tingginya perceraian di
Kabupaten Pangkep. journal Al-Qadau.
Asmuni, Khori, & Nispu, d. (2017). Hukum Kekeluargaan Islam. Medan: Wal
Ashri.
Desminar. (2017). PERAN PB4 SEBAGAI LEMBAGA PENYULUHAN
DALAM MENGENDALIKAN PERCERAIAN (STUDI KASUS
KECAMATAN KOTO TENGAH). Menara Ilmu, 11(78).
Ghazali, A. R. (2003). Fiqhi Munakat Cet-1. Bogor: Kencana .
H, D., & Hadde, H. (2020). Efektivitas penyuluhan BP4 dalam Menekan Angka
Perceraian di Kota Makassar. Harmoni.
Indar, H., Ahza, I., & Husnani, d. (2004). Potret Wanita Sholeha. Jakarta:
Penamadani.
Jamaluddin, & Amelia, N. (2016). Buku Ajar Hukum Perkawinan .
Lhokseumawe: Unimal Press.
Lampiran Peraturan Diretural Jendral Agama Nomor. DJ/II/542 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah
Muzammil, I. (2019). Fiqih Munakahat (Hukum Perkawinan dalam Islam).
Tangerang: Tira Smart.
Nastity, H. D., & Siswanto, H. (2019). Penyelenggaraan "Kursus Pra Nikah"
dalam Perspektif Pendidikan Luar Sekolah di Badan Penasehat,
Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan. Jurnal PLUS UNESA, 8(2).
Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa. Surakarta.
Peraturan Diretural Jendral Agama Nomor. DJ/II/542 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah
Sambas, K. (2019). Pola bimbingan BP4 (Badan Penasehat, Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan) dalam mencegah perceraian di KUA Kecamatan
Medan Perjuangan. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
77
Sanjaya, U. H., & Faqih, A. R. (2017). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia .
Yogyakarta: Gama Media .
Sidiq, U., & Choiri, M. M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang
Pendidikan . Ponogoro: CV Nata Karya .
Sudirman. (2018). Pisah demi Sakinah (Kajian Kasus Mediasi Perceraian di
Pengadilan Agama). Jember: Pustaka Radja.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Undang-Undang Nomor: 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan
Wafa, M. A. (2018). Hukum Pernikahan di Indonesia (Sebuah Kajian dalam
Hukum Islam dan Hukum Material). Bandar Baru: YASMI.
Wahab, M. A. (2019). Jatuhkah Talakku? Jakarta Selatan: Rumah Fiqih
Publishing.
78
L
A
M
P
I
R
A
N
79
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Anna Nurauliah
NIM : 105431101317
Judul Penelitian : Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai Upaya Pengurangan Angka Perceraian di Masyarakat (Studi di KUA
Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep)
Rumusan Masalah Informan Item Pertanyaan
“Bagaimana Efektivitas Kursus Pra Nikah
dalam Mengurangi Angka Perceraian di
Masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa,
Kabupaten Pangkep ?”
1. Ketua dan Staf di KUA Kacamatan
Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu dengan
pelaksanaan kursus pra nikah di KUA
Kecamatan Tondong Tallasa ?
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra
nikah bagi pasangan calon pengantin
ataupun remaja usia nikah yang mengikuti
kursus pra nikah ?
3. Apakah calon pengantin yang mendaftar di
80
KUA ini wajib mengikuti kegiatan kursus
pra nikah ?
4. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk
mengikuti kursus pra nikah ini
5. Apakah hanya pasangan calon pengantin
saja yang dapat mengikuti kursus pra nikah
ini?
6. Materi apa saja yang diberikan pada
pelaksanaan kursus pra nikah?
7. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam
pelaksanaan kursus pra nikah ?
8. Apakah sarana dan prasarana yang ada
mendukung dalam pelaksanaan kursus pra
nikah ini?
9. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh
81
pihak pelaksana dari mengikuti kursus pra
nikah ini?
10. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang
berbagai permasalahan rumah tangga yang
timbul di masyarakat?
11. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang
maraknya perceraian di masyarakat ?
12. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi
solusi dalam mengurangi angka perceraian
dimasyrakat?
13. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu
pernikahan itu bisa terhindar dari berbagai
permasalahan-permasalahan rumah tangga
sehingga dapat tercipta keluarga yang
sakinah,mawaddah dan warahmah?
82
2. Pasangan kursus pra nikah 1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus
pra nikah?
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra
nikah bagi pasangan calon pengantin
ataupun remaja usia nikah yang mengikuti
kursus pra nikah ?
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk
mengikuti kursus pra nikah ini
4. Materi apa saja yang diberikan pada
pelaksanaan kursus pra nikah?
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam
pelaksanaan kursus pra nikah ?
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada
mendukung dalam pelaksanaan kursus pra
nikah ini?
83
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh
pihak pelaksana dari mengikuti kursus pra
nikah ini?
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang
berbagai permasalahan rumah tangga yang
timbul di masyarakat?
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang
maraknya perceraian di masyarakat ?
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat
saat ini meningkat ?
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi
solusi dalam mengurangi angka perceraian
dimasyrakat?
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu
pernikahan itu bisa terhindar dari berbagai
84
permasalahan-permasalahan rumah tangga
sehingga dapat tercipta keluarga yang
sakinah,mawaddah dan warahmah?
3. Remaja usia nikah 1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus
pra nikah?
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra
nikah bagi pasangan calon pengantin
ataupun remaja usia nikah yang mengikuti
kursus pra nikah ?
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang
berbagai permasalahan rumah tangga yang
timbul di masyarakat?
4. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang
maraknya perceraian di masyarakat ?
5. Apakah tingkat perceraian di masyarakat
85
saat ini meningkat ?
6. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi
solusi dalam mengurangi angka perceraian
dimasyarakat?
7. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu
pernikahan itu bisa terhindar dari berbagai
permasalahan-permasalahan rumah tangga
sehingga dapat tercipta keluarga yang
sakinah,mawaddah dan warahmah?
4. Masyarakat sekitar 1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus
pra nikah?
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra
nikah bagi pasangan calon pengantin
ataupun remaja usia nikah yang mengikuti
kursus pra nikah ?
86
3. Bagaimana pandangan Bapak tentang
berbagai permasalahan rumah tangga yang
timbul di masyarakat?
4. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang
maraknya perceraian di masyarakat ?
5. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi
solusi dalam mengurangi angka perceraian
dimasyrakat?
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu
pernikahan itu bisa terhindar dari berbagai
permasalahan-permasalahan rumah tangga
sehingga dapat tercipta keluarga yang
sakinah,mawaddah dan warahmah?
87
Lampiran 2
PEDOMAN OBSERVASI
Nama : Anna Nurauliah
NIM : 105431101317
Judul Penelitian : Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai Upaya Pengurangan
Angka Perceraian di Masyarakat (Studi di KUA Kecamatan
Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep)
NO. Pernyataan YA TIDAK
1. Di KUA Tondong Tallasa
terdapat pelaksanaan kursus pra
nikah
2. Pelaksanaan kursus pra nikah
sudah berjalan berdasarkan surat
edaran dari Direktural Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama Nomor
DJ.II/542 Tahun 2013 tentang
pedoman penyelenggaraan
Kursus Pra Nikah.
3. Terdapat peserta kursus pra
nikah
4. Yang dapat mengikuti kursus pra
nikah hanya para calon
pengantin
5. Sarana dan pra sarana di KUA
88
Tondong Tallasa mendukung
dalam pelaksanaan kursus pra
nikah
6. Terdapat perceraian di
masyarakat Tondong Tallasa
7. Perceraian terjadi hanya pada
perkawinan yang sudah lama
8. Tidak mengikuti kursus pra
nikah menjadi penyebab
terjadinya perceraian
9. Perceraian terjadi karena
berbagai faktor permasalahan
yang berbeda-beda
10. Adanya penurunan angka
perceraian dari penerapan kursus
pra nikah
89
Lampiran 3
PEDOMAN DOKUMENTASI
Nama : Anna Nurauliah
NIM : 105431101317
Judul Penelitian : Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai Upaya Pengurangan
Angka Perceraian di Masyarakat (Studi di KUA Kecamatan
Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep)
Dokumen Keterangan
Silabus
Modul
Sertifikat
Data pendaftar calon pengantin
Data peserta kursus pra nikah
Data perceraian
Dokumentasi pelaksanaan kursus pra
nikah
Dokumentasi wawacara
Foto
Jurnal
Buku
90
Lampiran ke 4
Narasumber : Kepala KUA Tondong Tallasa
Nama : Drs. Abdul Salam,MH
Usia : 52
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Matahari
Wawancara : 09 April 2021
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu dengan pelaksanaan kursus pra nikah di
KUA Kecamatan Tondong Tallasa ?
Jawaban : Dalam pelaksanaan kursus pra nikah itu ada yang namanya
kurikulum, kursus itu ada beberapa materi-materi.
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : “Pelaksanaan kursus pra nikah sangat penting sekali yang
pertama dalam hukum syariat calon pengantin itu belum siap mentalnya
maka dalam segi hukum syariat, positif apalagi hukum adat. Karena
pencatatan nikah itu yang kita pake hukum syariat, hukum positif dan
hukum adat. Jadi kalau ada atau kebiasaan masyarakat dimana sudah ada
yang lamar terus umurnya belum sampai dilarang atau tidak dilarang
maka akan tetap di lakasanakan apalagi kalua bentuk kecelakaan tapi
pencatatanya tidak bisa kita lakukan. Kita dari pihak KUA itu tidak
memberikan izin tidak bisa juga melarang, jadi terserah kita tidak terlibat
karena ketika kita terlibat kita akan melakukan pelanggaran sebenarnya
kita terpidana kalau kita melibatkan.”
91
3. Apakah calon pengantin yang mendaftar di KUA ini wajib mengikut i
kegiatan kursus pra nikah ?
Jawaban: “Wajib dilakukan, tapi kondisinya di KUA kita itu tidak
memungkinkan karena jaraknya kasian. Wajib hukumnya karena ada
aturannya. Apalagi kalau dia masih status perjaka dengan perawan.”
4. Bagaimana langkah-langkah atau proses pelaksanaan kursus pra nikah
yang dilakukan pada KUA Kecamatan Tondong Tallasa ini?
Jawaban : Kalau pra nikah itu berarti belum. Kalau sudah calon
pengantin berarti sudah lengkap, karena sudah ada waktunya, dan
tempatnya dimana melaksanakan. Jadi harus di bedakan antara pra nikah
dan calon pengantin.
5. Apakah hanya pasangan calon pengantin saja yang dapat mengikuti kursus
pra nikah ini?
Jawaban : itu syaratnya calon pengantin, tapi banyak juga yang keciduk
itu yang kenna kecelakaan atau hamil di luar nikah
6. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban: Masalah perkawinan, reproduksi, manajemen keluarga,
munakaha, tahara, bagaiamana bersuci dan banyak lagi.
7. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Narasumbernya yah itu dari kepala dinas atau kepala KUA
atau siapapun yang di tunjuk
92
8. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : Pertama itu ada surat pengantar dari Desa, dilampirkan
semua berkas-berkas tentang orang tua, calon pengantin. Hal ini perlu di
lakukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan penulisan.
9. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Pertama ada sertifikat, ada selembaran doa-doa. Minimal
itulah yang dia dapat, biasa klau laki-laki saya kasi selembaran ijab
Kabul beserta doanya.
10. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Masalah pertama seorang suami kurang mengerti tugasnya
sebagai suami, tidak selalu berfungsi dimana terkadang istri lebih tinggi
pangkatnya daripada istri atau sebaliknya maka banyaknya cekcok
dengan adanya permasalahn tersebut.
11. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Angka perceraian itu tinggi, dimana permasalahannya itu
pertama pendidikan, desakan ekonomi, persaingan tidak sehat,
perselingkuhan. Itu yang menjadi penyebab perceraian
12. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyarakat?
93
Jawaban : Sangat bisa menjadi solusi karena kita ada lintas sektoral
yang dimana bekerja sama dengan kesehatan, kepolisian, dan pemerintah
kecamatan.
13. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Pertama lagi itu pemahaman-pemahaman tentang berumah
tangga tidak terlepas dari tingkat pendidikan, kearifan lokal, atau
permasalahn tentang orang tua.
94
Narasumber : Staff KUA Tondong Tallasa
Nama : Pattola M
Usia : 52
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bulu Tellue
Wawancara : 08 April 2021
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu dengan pelaksanaan kursus pra
nikah di KUA Kecamatan Tondong Tallasa ?
Jawaban: Selama ini pelaksanaannya sudah lancar. Pencerahan
tentang bagaimana berumah tangga
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan
calon pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra
nikah ?
Jawaban : Memang sangat penting Karena itu salah satu cara untuk
mengurangi angka perceraian dan permasalahan rumah tangga
3. Apakah calon pengantin yang mendaftar di KUA ini wajib mengikuti
kegiatan kursus pra nikah ?
Jawaban : Iya, di wajibkan tapi kadang dilaksanakan di kabupaten
juga.
4. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah
ini?
Jawaban : Syaratnya itu KK, KTP karena data yang mau di ambil.
5. Apakah hanya pasangan calon pengantin saja yang dapat mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Iya selama ini hanya calon pengantin tapi terkadang ada
yang menemani maka ikut mendengarkan.
95
6. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Salah satunya itu membentuk keluarga yang sakinah,
mawadda dan warahma, juga termasuk hak dan kewajiban suami dan
istri.
7. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra
nikah ?
Jawaban : Terkadang dari Kepala KUA, penyuluh konsional, atau
para staff
8. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Kalau sarana itu memang di kasi berupa silabus tentang
tahara. Untuk sarana dan pra sarananya ini kurang mendukung
karena banyak kekurangannya.
9. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari
mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : Ada semacam piagam atau sertifikat
10. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan
rumah tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Beraneka ragam karena orang-orang beda permasalahan.
Yang dimana memprihatian.
11. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
96
Jawaban : Yah, kebanyakan yang terjadi seperti itu salah satunya
karena tidak mengikuti kursus pra nikah ini baik di KUA atau
Kabupaten terlebih karena kurang kesiapan.
12. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi
angka perceraian dimasyrakat?
Jawaban: Yah bisa, karena mereka di berikan bimbingan
13. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga
dapat tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Apabila kita sudah memenuhi dan menjalankan tugas kita
sebagai seorang suami dan istri karena apabila tidak terlaksana ini
maka tidak akan tercipta keluarga yang sakinah dan mawadda dan
warahmah. Dan kita juga harus fahami apa tugas kita karena ada hak
dan kewajiban seorang suami dan istri sehingga barang kali kita bisa
menjalannyannya sehingga tercipta pernikahan yang sakinah,
mawaddah dan warahma.
97
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 1
Nama : Bapak Hasriadi dan Risdayanti
Usia : 29 dan 24
Alamat : Desa Malaka
Wawancara : 10 April 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Iya, sudah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Dari bapak Hasriadi “Pandangan saya sangat bagus, bisa
menambah pengetahuan kita tentang sebuah rumah tangga.” Dan ibu
Risdayanti “ Menurut saya sangat penting kita dapat pengetahuan tentang
UU Perkawinan, Reproduksi dan materi lainnya.
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : Ada seperti KK, KTP atau identitas lainnya.
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Materi yang di berikan dalam kursus pra nikah ini yaitu UU
Perkawinan, KDRT, UU perlindungan anak dan lainnya.
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Yang menjadi narasumber itu kepala KUA atau staf nya
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Sangat mendukung
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
98
Jawaban : Berupa sertifikat telah mengikuti kursus pra nikah
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Sangat memprihatinkan karena saat ini kebanyakan orang
sedikit-sedikit berkelahi, sehingga menguploednya di social media.
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Menurut saya perceraian di tondong talla itu sangat di
sayangkan karena melakukan pernikahan, banyak memerlukan seperti
biaya sehingga banyak mengorbankan hal-hal yang berharga.
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : Ada tambahan
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyrakat?
Jawaban : Iya sangat bisa karena menambah pengetahuan mengenai
hal-hal yang dapat dan tidak dapat di lakukan oleh pasangan suami istri.
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Menurut saya itu kita harus memiliki pemahaman, saling
pengertian tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing, juga
tentang pendidikan dan kearifan lokal.
99
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 2
Nama : Bapak Abdullah dan Ibu Sudarmi
Usia : 28 dan 24
Alamat : Desa Malaka
Wawancara : 12 April 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Iya sudah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Dari bapak Abdullah “ Kalau menurut saya pra nikah itu
sangat penting karena tidak semua orang yang mau menikah itu paham
tentang apa itu pernikahan apa yang harus kita lakukan setelah menikah
dank arena banyak perbedaan sikap dan perilaku sebelum dan setelah
menikah jadi saya anggap kursus pra nikah itu sangat penting karena
membantu orang-orang yang tidak paham tentang ilmu-ilmu pernikahan.
Sedangkan menurut Ibu Sudarmi “ Iya sangat penting, sesuai dengan apa
yang di katakana suami”
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : Dari bapak Abdullah “ Kalau saya pada saat itu Cuma bawa
semacam biodata seperti KTP. Sedangkan dari Ibu Sudarmi “ Kalau saya
harus lengkap, bawa surat pengantar dari laki-laki, surat kesehatan dan
lainnya”.
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Dari bapak Abdullah “ Kalau saya dulu tentang pernikahan
dalam agama dulu dan ilmu hukum “Sedangkan ibu Sudarmi “ kalau
100
saya langsung di beri nasehat. Dan materi seperti UU perkawinan dan
lainnya.”
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : kepala KUA nya
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : 60% lah. Kurang lengkap
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Semacam selembaran. Karena sekalian diberikan kayak
pengantar juga.
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Permasalahan rumah tangga yah memprihatinkan. Tapi ada
baik dan buruknya tergantung keadaan masing-masing, tergantung cara
mereka berkomunikasi
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Kalau tentang perceraian di usia muda yang banyak terjadi,
yah karena banyak juga orang yang kita kenal melakukan pernikahan
muda karena pacaran atau perjodohan.
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : Yah, meningkat
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyrakat?
101
Jawaban : Dari ibu Sudarmi “Kalau menurut saya tergantung pada
pribadi masing-masing” sedangkan dari Bapak Abdullah “ yah sama
yang di bilang oleh istri saya yaitu tergantung pada pribadi masing-
masing, kalau orang yang sadar dan mendengarkan nasehat pasti
berpengaruh”
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Dari Ibu Sudarmi “ kalau saya yang paling penting dalam
rumah tangga itu adalah kejujuran dan komunikasi itu yang paling
penting”. Sedangkan menurut bapak Abdullah “ yang paling inti itu di
komunikasi dimana sekecil apapun itu masalah, ketika di selesaikan
dengan komunikasi dan kela dingin pasti setiap masalah itu ada
solusinya”
102
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 3
Nama : Bapak Firdaus dan Ibu Sahrina
Usia : 24 dan 21
Alamat : Desa Bulu Tellue
Wawancara : 15 April 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : iya sudah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Dari bapak Firdaus “ Kalau menurut saya pra nikah itu
sebenarnya sangat penting karena di situ kita di ajarkan bahwa
bagaiamana cara-cara untuk menikah dengan masa depan kita sedangkan
menurut Ibu Sahrina “ Menurut saya itu sangat penting karena kita
belajar tentang bagaimana kehidupan setelah menikah”
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : kayak KTP persyaratanya
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Materi kayak nasehat-nasehat, hak dan kewajiban sebagai
seorang suami dan istri dan tentang materi-materi tentang pernikahan.
Sedangkan Dari ibu Sahrina “ Dulu saya di tanyakan tentang bagaiamana
tata cara bersuci, bagaiaman menjadi seorang istri dan bagaiamana
mengambil solusi ketika kita bertengkar dengan suami”
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Kepala KUA nya
103
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Menurut saya kurang memadai
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Yah semacam serifikat
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Yah pasti kalau dalam rumah tangga itu pasti ada
pertengkaran, kalau ada masalah ada yang bisa di bicarakan baik-baik.
Sedangkan dari ibu Sahrina “ permasalahannya itu yah tergantung dari
suami atau istrinya, kalau misalkan istrinya yang melakukan kesalahan
kita sebagai istri harus mengalah begitu”
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : itu tergantung dari suami istrinya, mungkin bisa saja
tergantung bagaimana suaminya menafkahi.
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : mungkin meningkat
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyrakat?
Jawaban : iya solusi, karena di sini kita belajar,
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
104
Jawaban : Dari bapak Firdaus “yah tergantung dari bagaimana cara
menghindari pertengkaran, percekcokan begitu.” Dari Ibu Sahrina
“Tergantung dari suami atau istrinya kalau kita sama-sama
mempertahankan komunikasi maka hubungannya akan baik juga”
105
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 4
Nama : Bapak Muhammad Nur dan Ibu Ridha Wardani
Usia : 26 dan 24
Alamat : Desa Bulu Tellue
Wawancara : 20 April 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : iya sudah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Bagus karena memberikan pembelajaran setelah menikah,
bisa langsung menjalankan ibadah.
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : Dari bapak Muhammad Nur “pasti ada karena ada yang
namnaya surat pengantar dari desa untuk persyarakatan bahwa setuju
pemerintah. Ada KTP.” Sedangkan dari ibu Ridha “ harus ada calonnya
yang mau menikah”
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Dari bapak Muhammad Nur “materinya ada beberapa,
pertama tes mengaji terus ada nasehat-nasehat terkait hak dan kewajiban
sebagai suami dan istri. Sedangkan dari Ibu Ridha “Materinya itu lebih
banyak mengajari tentang mengasuh anak itu d ajarkan memang”
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Dari ibu Ridha “biasanya itu di hadirkan ustad atau
departemen agama” sedangkan dari bapak Muhammad Nur “ kepala
KUA nya masing-masing”
106
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Dari bapak Muhammad Nur “ yah lumayan mendukung,
singkat padat, dan jelas dalam pelaksanaannya.” Sedangkan dari ibu
Ridha “Iya mendukung karena dari segi persiapannya ini sudah mantap
baik dari narasumber, konsumsi, calon dan lainnya.”
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Sertifikat, dan buku kursus
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Dari Bapak Muhammad Nur “ yah penting untuk dipelajari
karena agar nanti ketika sudah suami istri sudah tidak ada lagi pertikaian
antara suami dan istri”. Sedangkan dari Ibu Ridha “ memang di ajarkan
bagaimana menghadapai masalah yang ada jadi memang di ajarkan oleh
pematerinya tentang itu”
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : yah mungkin itu terjadi karena adanya mis komunikasi antara
suami dan istri, kurangnya perhatian, orang kedua, ego atau salah paham
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : Kalau untuk itu kita tidak bisa jelaskan karena kita ini bukan
pengamat untuk hal itu. Jadi untuk lebh jelasnya bisa ke pengadilan. Tapi
memang jika di lihat ini ada yang terjadi.
107
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyrakat?
Jawaban : Dari Ibu Ridha “mendukung sekali, ini dengan adanya kursus
banyak pembelajaran di ajarkan tentang pernikahan dini, bagaiamana
mengontrol emosi, tidak boleh ego satu sama lain.” Sedangkan dari
Bapak Muhammad Nur “Menurut saya mendukung tapi setiap KUA
kecamatan mencari solusi agar bagaiamna setiap pasangan bisa hadir
dan ikut kursus pra nikah.”
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Dari Ibu Ridha “Yang pertama itu komunikasi yang penting,
jika kurang komunikasi maka kadang timbul kesalah pahaman”
Sedangkan dari Bapak Muhammad Nur “ Tidak ada ego antara suami dan
istri dan saling mengerti”
108
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 5
Nama : Bapak Abd Wahid dan Ibu Rahma
Usia : 26 dan 24
Alamat : Desa Bantimurung
Wawancara : 23 April 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : iya sudah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Sangat penting karena memberikan pengetahun sebagai calon
pengantin
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : Syarat-syaratnya itu KTP, KK
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Materinya yah seperti reproduksi, KDRT, dan hak dan
kewajiban sebagai suami dan istri
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Pak iman dan pak KUA
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Sangat mendukung
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Sertifikat
109
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Dari bapak Abd. Wahid “Kalau permasalahan rumah tangga
itu sudah biasa terjadi dan tidak dapat di hindari bagi seorang suami dan
istri”
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Menurut saya sangat memprihatinkan.
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : tidak meningkat
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyrakat?
Jawaban : Menurut saya sangat bisa mengurangi angka perceraian
karena dengan kursus pra nikah ini memberikan bimbingan tentang
sebelum dan setelah menikah
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Saling menghargai, saling mencintai, saling mempercayai dan
komunikasi antara suami dan istri.
110
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 6
Nama : Bapak Muh. Irwansyah da Ibu Ayu
Usia : 26 dan 24
Alamat : Desa Bantimurung
Wawancara : 25 April 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Pernah saat itu saya ikuti di KUA
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Menurut saya kursus pra nikah ini sangat penting karena kita
sama-sama mengetahui antara apa arti sebenarnya memiliki suami dan
istri
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : Yang terpenting itu sama-sama mau. Seperti KTP, KK dan
Foto
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Hanya beberapa pertanyaan, kenalan diamna, sudah berapa
lama kenal serta hak dan kewajiban sebagai seorang suami dan istri
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Untuk narasumbernya pegai KUA
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Saya rasa mendukung karena sudah lengkap.
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
111
Jawaban : buku nikah, sertifikat
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Kalau menurut saya tentang permasalahan rumah tangga yah
memang ada beberapa faktor. Yah karena memang sebelumnya antara
pasangan itu di jodohkan atau tidak saling kenal, faktor ekonomi atau
kurangnya kepercayaan satu sama lain.
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : yah seperti yang saya ketahui, dimana mereka tidak mengikuti
kursus pra nikah ini untu mencegah atau meminimalisisrnya
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : Saya rasa untuk saat ini menurun, karena saya lihat tidak
seperti yang lalu-lalu karena banyaknya kawin muda
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyrakat?
Jawaban : Ini sudah dapat dikatakan solusi yang baik karena sudah
menekan terjadinya perceraian. Karena dengan adanya kursus pra nikah
dari suami dan istri ini sudah mengetahui hak dan kewajibannya
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Intinya saling pecaya, saling memahami, saling menutupi
kekurangan masing-masing.
112
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 7
Nama : Bapak Miswari Ruswandi dan Ibu Desi Ratna Sari
Usia : 27 dan 27
Alamat : Desa Tondong Kura
Wawancara : 28 April 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Iya telah mengikuti di kantor KUA
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Dari bapak Miswari Ruswandi ini mungin sangat penting
sekali karena kita banyak di ajarkan tentang ernikahan seperti harus
saling jujur dan lain. Sedangkan dari ibu Desi Ratna Sari “ Menurut saya
sangat penting karena diajarkan tentang kehidupan berumah tangga serta
cara-cara menghadapi masalah setelah berumah tangga”
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : KK, KTP Ijazah terakhir, Foto
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Seperti KDRT, Reproduksi, hak dan kewajiban suami dan istri
dan nasehat-nasehat lainnya
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Narasumbernya yaitu kepala KUA
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Alhamdulillah mendukung.
113
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Serifikat
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Tanggapan saya tentang perceraian ini sanagt miris, karena
secara agama itu kita dilarang bercerai maka kalau berkaitan dengan
perceraian itu sangat miris
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibutentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Sangat memprihatinkan
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : Kalau secara luas di sini, alhamdulillah sudah menurun
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyrakat?
Jawaban :Untuk solusi mungkin iya tapi tergantung bagaimana kita
menanggapai materi yang di berikan di KUA ini
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Kalau menutu saya sakinah, mawaddah dan warahma itu
tergantung masing-masing. Untuk menciptakannya yah itu saling terbuka,
jujur antara suami dan istri agar kuncinya itu jujur.
114
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 8
Nama : Bapak Herman dan Ibu Annisa Afsari
Usia : 24 dan 21
Alamat : Desa Tondong Kura
Wawancara : 05 Mei 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Iya telah sudah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Menurut saya sangat penting karena pada pelaksanaan kursus
pra nikah pasangan di beri materi-materi sebelum dan sesudah menikah
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : KK, KTP Ijazah terakhir, Foto
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Kemarin itu berupa nasehat-nasehat, hak dan kewajiban
sebagai suami dan istri serta materi-materi yang berkaitan dengan
pernikahan seperti reproduksi, bersuci dan lainnya.
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Pak KUA
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Kalau menurut saya kurang mendukung
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Serifikat
115
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Menurut saya kalau permasalahan dalam rumah tangga itu
sudah biasa terjadi dan tidak dapat di hindari menurut saya
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibutentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Menurut saya sangat memprihatinkan kerena semakin banyak
duda dan janda
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : Meningkat
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyarakat?
Jawaban : iya bisa menjadi solusi
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Harus ada kejujuran, komunikasi dan saling percaya.
116
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 9
Nama : Bapak Jhoni dan Ibu Armiana
Usia : 26 dan 25
Alamat : Desa Lanne
Wawancara : 08 Mei 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Iya sudah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Dari bapak Jhoni “iya sangat penting karena memberikan
pengetahuan bagaimana cara suami dan istri berumahtangga”
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : Berkasnya berupa surat pengantar KK, KTP Ijazah terakhir,
Foto
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Kalau materinya ada berbagai macam seperti nasehat
perkawinan, UU Perkawinan, hak dan kewajiban suami dan istri,
reproduksi dan KDRT.
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Kalau untuk narasumbernya ada dari kepala KUA yang di
damping oleh staf nya
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Masih perlu di tingkatkan tapi yah sudah lumayan bagus
mulai dari segi penyampaiannya.
117
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Serifikat perkawinan yang nantinya di gunakan untuk
mengambil buku nikah
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Dari Bapak Jhoni “kalau untuk permasalahannya sendiri,
setiap orang pasti mempunyai masalah terlebih yang berkeluarga. Maka
dari itu tentu untuk keluarga itu perlu ada komunikasi yang baik uuntuk
menciptakan keluarga yang harmonis.” Sedangkan dari Ibu Armiana
“Kalau menurut saya tentang permasalahan rumah tangga itu pasti ada
tapi untuk menyelesaikannya itu perlu komunikasi”
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibutentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : yah kalau mengenai perceraian itu biasanya mungkin karena
adanya tidak terpenuhinya amanah baik dari suami atau istri dan juga
salah satu di antaranya merasa terbebani. Sedangkan yang kita ketahui
dalam keluarga harus saling sama-sama dalam segala hal, saling
komunikasi antara suami dan istri. Maka untuk perceraian ini memang
diperbolehkan tapi di benci oleh ALLAH.
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : iya kalau di sekitar kita lumayan meningkat
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyarakat?
118
Jawaban : Iya cukup bisa. Tapi perlu di tambah jumlah bobotnya
mungkin dari segi ilmunya mengingat ilmunya ini di gunakan untuk
sepanjang berkeluarga. Jadi mungkin dari segi pendidikan sudah bagus
tapi terlebi dari waktunya yang mungkin sangat singkat
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Dari Ibu Armiana “kalau menurut saya itu intinya
komunikasi, sama-sama mengetahui hak dan kewajiban masing-masing”.
Sedangkan dari Bapak Jhoni “Keduanya harus saling mengerti satu sam
lain dan menambah ilmu pengetahuan tentang agama demi terciptanya
keluarga yang sakinah, mawadda dan warahma. Karena pasangan harus
mengerti fungsi dan tugasnya masing-masing”
119
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 10
Nama : Bapak Oge Sudarman dan Ibu Nur Hidayah Ilyas
Usia : 33 dan 31
Alamat : Desa Lanne
Wawancara : 10 Mei 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Iya sudah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Sangat penting karena mengetahui hak dan kewajiban
pasangan.
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : KK, KTP Ijazah terakhir, Foto latar biru
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Materinya itu berupa nasehat-nasehat, hak dan kewajiban
suami dan istri serta beberapa materi yang berkaitan dengan pernikahan
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Pak KUA
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Menurut saya fasilitasnya masih kurang memadai.
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Sertifikat pra nikah
120
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Dari ibu Nur Hidayah “kalau menurut saya permasalahn
yang timbul itu karena pribadi masing-masing yang tidak bisa menerima
kekurangan dan kelebihan masing-masing dimana saling egois. Makanya
timbul permasalahan” sedangkan dari bapak Oge Sudarman “Kalau
menurut saya itu paling banyak permasalahan timbul karena faktor
ekonomi dimana pengeluaran lebih besar dari pemasukan atau
pendapatan istri lebih banyak daripada suami.”
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibutentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Tanggapan saya itu tentang perceraian sebenarnya
seharusnya tidak terjadi apalagi sudah mengikuti kursus pra nikah ini,
selalu saling percaya.
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban :Sangat meningkat
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyarakat?
Jawaban : iya bisa menjadi solusi karena kan dalam kursus pra nikah ini
di bahas tentang berumah tangga, nasehat-nasehat pernikahan serta hak
dan kewajiban sebagai suami dan istri
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
121
Jawaban : Yah yang pertama saling mengerti, memahami, saling
menerima kekurangan dan kelebihan antara suami ataupun istri
122
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 11
Nama : Bapak Satrio dan Ibu Sastria
Usia : 28 dan 27
Alamat : Desa Bonto
Wawancara : 11 Mei 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Iya sudah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Sangat penting sebab membantu kami tentang hal-hal yang
membuat rumah tangga kami menjadi utuh, sakinah mawaddah,
warahmah
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : KK, KTP Ijazah terakhir, Foto latar biru
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Hak dan kewajiban suami istri, reproduksi, tatacara bersuci
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Pak KUA
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Untuk saat ini suah sangat memadai namun perlu di
kembangkan lagi baik itu untuk alat-alat untuk mempraktekkan
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Sertifikat dan buku
123
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Permasalahan itu biasa dalam rumah tangga namun kembali
pada diri kita untuk saling menghargai, menjaga sebab permasalahan
kecil saja itu bisa besar apabila tidak saling pengertian.
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibutentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Memprihatinkan
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : yah kalau di lihat dari masyarkat itu meningkat
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyarakat?
Jawaban : iya bisa
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Saling percaya, komunikasi dan saling jujur, saling menjaga
dan lainnya.
124
Narasumber : Pasangan Kursus Pra Nikah 12
Nama : Bapak Muh. Abdi Sabran dan Ibu Sutati
Usia : 28 dan 26
Alamat :Desa Bonto
Wawancara : 13 Mei 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Iya pernah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Kalau bagi saya itu sangat penting karena materi wawasan
yang sangat baru yang menjelang untuk pernikahan nantinya
3. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti kursus pra nikah ini?
Jawaban : Ketika mendaftar di KUA mengisi formulir, KK, KTP Ijazah
terakhir, Foto latar biru
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelaksanaan kursus pra nikah?
Jawaban : Yang pertama itu terkait dengan niat dlu, apakah betul-betul
ingin menikah berikutnya terkait dengan prosesi dan yang terakhir itu
tentang setelah pernikahan, bimbingan daam rumah tangga, kebanyakan
masalah itu
5. Siapa saja yang menjadi narasumber dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?
Jawaban : Pak KUA nya sendiri
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada mendukung dalam pelaksanaan
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Saya rasa mendukung karena di KUA nya sendiri
125
7. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh pihak pelaksana dari mengikuti
kursus pra nikah ini?
Jawaban : Sertifikat yang telah di TTD
8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Tanggapanya tergantung pasangan masing-masing dimana
sebelum menikah harus saling mengenal dulu agar nantinya tidak kaget
apabila terjadi sesuatu.
9. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibutentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Kembali karena tidak adanya saling mengenal
10. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : Menurut saya sih meningkat.
11. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyarakat?
Jawaban : iya bisa kalau orang yang di ajarkan ini mengerti dengan
materi yang ada
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : yah saling mengerti satu sama lain, saling percaya, saling
dukung
126
Narasumber : Remaja Usia Nikah 1
Nama : Ismawati
Usia : 24
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Malaka
Wawancara : 15 Mei 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Belum
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Mungkin untuk mengetahui bagaiamana kesiapan masyarakat
atau remaja-remaja bagaimana menghadapi pernikahan dan bagaiamna
setelah pernikahan kehidupan rumah tangga setelah pernikahan, karena
kan banyak kasus yang terjadi biasanya dalam pernikahan itu adanya
KDRT, atau pernikahan di bawah umur.
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Kalau seperti mungkin tergantung prinadi masing-masing
dimana bisa saling memahami dalam keluarga sehingga tidak berakibat
fatal contohnya perceraian
4. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Mungkin kalau seperti itu lah pentingnya di adakan kursus pra
nikah dimana di berikan penjelasan yang lebih kepada remaja-remaja
atau calon pengantin sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan
127
5. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : Tidak meningkat
6. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyrakat?
Jawaban : Bisa jadi tapi itu tergantung pribadi masing-masing
7. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Mungkin salah satunya membangun komunikasi yang baik
antara suami dan istri
128
Narasumber : Remaja Usia Nikah 2
Nama : Syamsul Fiqhi Adhar
Usia : 21
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Bantimurung
Wawancara : 17 Mei 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Belum
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Sangat penting karena menambah pengetahuan kita tentang
bagaiamana kehidupan sebelum dan setelah menikah.
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Menurut saya hal ini cukup memprihatinkan mengingat suatu
permasalahan itu memang tidak bisa kita hindari keberadaaannya.
Seringkali terjadi karena berbagai sebab.
4. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Kalau menurut saya sedikit mengalami penurunan
5. Apakah tingkat perceraian di masyarakat saat ini meningkat ?
Jawaban : Seperti yang saya bilang itu mengalami penurunan
6. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyarakat?
Jawaban : iya sangat bisa menurut saya
129
7. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Karena belum menjalaninya secara langsung tentang
bagaimana itu berumah tangga tapi kalau pemahaman saya untuk
menjaga sebuah keluarga itu yang pertama komunikasi, saling percaya
dan saling jujur antara satu sama lain
130
Narasumber : Masyarakat sekitar 1
Nama : Muh. Sahrul
Usia : 31
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Lanne
Wawancara : 20 Mei 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Belum pernah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Kalau menurut saya itu hal yang sangat bagus karena itu
menjadi pengutan-penguatan dasar untuk seorang pasangan suami istri
untuk kejenjang pernikahan
3. Bagaimana pandangan Bapak tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Kalau menurut saya itu tergantung pada pribadinya masing-
masing. Sebenarnya banyak faktor, bisa jadi karena suaminya, istrinya
atau anak-anaknya. Jadi saya kira kembali kepada pribadi masing-
masing.
4. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Saya rasa kurang bagus itu karena selain memperbanya
jumlah janda juga memperbanya jumlah duda
5. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyrakat?
131
Jawaban : Menurut saya sangat baik, dimana kalau di perbanyak kursus-
kursus seperti ini calon suami istri tujuannya lebih jelas bagaiamana
berumah tangga
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Wah saya rasa yang paling penting itu komunikasi dalam hal
berhubungan baik itu pacaran atau suami istri yang paling penting itu
komunikasi.
132
Narasumber : Masyarakat sekitar 2
Nama : Arna
Usia : 27
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Bulu Tellue
Wawancara : 23 Mei 2021
1. Apakah sebelumnya telah mengikuti kursus pra nikah?
Jawaban : Belum pernah
2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus pra nikah bagi pasangan calon
pengantin ataupun remaja usia nikah yang mengikuti kursus pra nikah ?
Jawaban : Agar para calon pengantin bisa saling mengenal satu sama
lain. Dimana sangat penting karena dapat meningkat kan pengetahuan si
calon pengantin
3. Bagaimana pandangan Bapak tentang berbagai permasalahan rumah
tangga yang timbul di masyarakat?
Jawaban : Tidak terlalu memprihatinkan karena permasalahan yang
terjadi itu di sebabkan karena ego masing-masing.
4. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang maraknya perceraian di
masyarakat ?
Jawaban : Mungkin karena sebelumnya belum ada kegiatan pra nikah
sehingga perceraian terjadi.
5. Apakah kursus pra nikah ini bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka
perceraian dimasyarakat?
Jawaban : iya bisa
133
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar suatu pernikahan itu bisa terhindar
dari berbagai permasalahan-permasalahan rumah tangga sehingga dapat
tercipta keluarga yang sakinah,mawaddah dan warahmah?
Jawaban : Membangun komunikasi yang baik antara satu sama lain.
134
Lampiran ke 5
Gambaran lokasi penelitian
135
136
Wawancara dengan Kepala dan Staf KUA Tondong Tallasa
137
Wawancara dengan Pasangan Kursus Pra Nikah
138
139
140
141
142
Wawancara dengan Remaja Usia Nikah
143
Wawancara dengan Masyarakat Setempat
144
Kegiatan Kursus Pra Nikah
145
146
147
148
149
150
151
RIWAYAT HIDUP
Anna Nurauliah dilahirkan di Malaka 08 September 1999
Desa Malaka, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten
Pangkep. Merupakan anak pertama dari pasangan
Ayahanda Ansar dan Ibunda Nurmasia. Penulis masuk
Taman Kanak-Kanak (TK) pada tahun 2004 di TK Pertiwi
Malaka dan melanjutkan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 12 Malaka dan
tamat pada tahun 2011, lalu pada tahun yang sama masuk Sekolah Menengah
Pertama di SMPN 1 Tondong Tallasa dan selesai pada tahun 2014, dan kemudian
melanjutkan sekolah di SMAN 1 Pangkep dan selesai pada tahun 2017. Di tahun
yang sama (2017), penulis melanjutkan pendidikan pada program Strata 1 (S1)
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai
pada tahun 2021.
152
153