efektivitas kombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa ...madu untuk mengobati tenggorokan ini...

15
Efektivitas Kombinasi Kencur, Jeruk Nipis dan Asam Jawa untuk Mengatasi Suara Serak Andriani Yovi Permatasari, Retno Tri Hariyanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected], [email protected] Abstrak Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan flora. 7.000 diantara 30.000 jenis tanaman di hutan tropis Indonesia merupakan tanaman yang mempunyai khasiat sebagai obat. Tanaman obat kemudian digunakan sebagai obat tradisional atau biasa disebut jamu oleh orang Indonesia. Jawa adalah salah satu daerah yang terkenal akan masyarakat yang masih melestarikan jamu secara turun temurun. Racikan inovasi dengan mengkombinasi beberapa tanaman obat seperti kencur dan jeruk nipis yang sama-sama mengandung minyak asitiri dengan tambahan sari asam jawa dan madu untuk mengobati tenggorokan ini banyak berkembang di daerah Kediri, Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kualitas jamu di Indonesia agar lebih diminati oleh masyarakat luas sehingga keberadaan jamu akan tetap lestari hingga turun-temurun. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara wawancara dan observasi untuk menghasilkan informasi mengenai manfaat jamu tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa racikan jamu dari kombinasi tanaman obat yang memiliki beberapa khasiat sama dapat membantu mengatasi suara serak. Kata kunci: efektivitas, jamu, kencur, kombinasi, tenggorokan Abstract Indonesia is a tropical country that is rich of flora. 7,000 of 30,000 types of plants in Indonesia's tropical forests are plants that have medicinal properties. Medicinal plants are then used as traditional medicine or commonly called herbal medicine by Indonesian. Java is one of the regions known for its people who still preserve herbs for generations. Innovation concoction by combining several medicinal plants such as kencur and lime which both contain asitiri oil with additional tamarind juice and honey to treat this throat are widely developed in the area of Kediri, East Java. The purpose of this study is to develop the quality of herbal medicine in Indonesia so that it is more attractive to the wider community so that the presence of herbs will remain sustainable for generations. The method used is a qualitative method by means of

Upload: others

Post on 31-May-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Efektivitas Kombinasi Kencur, Jeruk Nipis dan Asam Jawa untuk

Mengatasi Suara Serak

Andriani Yovi Permatasari, Retno Tri Hariyanti

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Surabaya

Email: [email protected], [email protected]

Abstrak

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan flora. 7.000 diantara

30.000 jenis tanaman di hutan tropis Indonesia merupakan tanaman yang mempunyai

khasiat sebagai obat. Tanaman obat kemudian digunakan sebagai obat tradisional atau

biasa disebut jamu oleh orang Indonesia. Jawa adalah salah satu daerah yang terkenal

akan masyarakat yang masih melestarikan jamu secara turun temurun. Racikan

inovasi dengan mengkombinasi beberapa tanaman obat seperti kencur dan jeruk nipis

yang sama-sama mengandung minyak asitiri dengan tambahan sari asam jawa dan

madu untuk mengobati tenggorokan ini banyak berkembang di daerah Kediri, Jawa

Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kualitas jamu di

Indonesia agar lebih diminati oleh masyarakat luas sehingga keberadaan jamu akan

tetap lestari hingga turun-temurun. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif

dengan cara wawancara dan observasi untuk menghasilkan informasi mengenai

manfaat jamu tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa racikan jamu

dari kombinasi tanaman obat yang memiliki beberapa khasiat sama dapat membantu

mengatasi suara serak.

Kata kunci: efektivitas, jamu, kencur, kombinasi, tenggorokan

Abstract

Indonesia is a tropical country that is rich of flora. 7,000 of 30,000 types of plants in

Indonesia's tropical forests are plants that have medicinal properties. Medicinal plants

are then used as traditional medicine or commonly called herbal medicine by

Indonesian. Java is one of the regions known for its people who still preserve herbs

for generations. Innovation concoction by combining several medicinal plants such as

kencur and lime which both contain asitiri oil with additional tamarind juice and

honey to treat this throat are widely developed in the area of Kediri, East Java. The

purpose of this study is to develop the quality of herbal medicine in Indonesia so that

it is more attractive to the wider community so that the presence of herbs will remain

sustainable for generations. The method used is a qualitative method by means of

interviews and observations to produce information about the benefits of the herbal

medicine. The results of this study show that herbal concoctions from a combination

of medicinal plants that have the same properties can help overcome hoarseness.

Keywords: effectiveness, herbal medicine, kencur, combination, throat

Pendahuluan

Latar Belakang

Tanaman herbal banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman

herbal ini dipecaya memiliki kegunaan lebih untuk mengobati penyakit. Tanaman

herbal diproduksi sebagai obat tradisional yang kemudian disebut sebagai jamu oleh

masyarakat Indonesia. Jamu adalah obat tradisional yang banyak digunakan sebagai

altenatif pengobatan oleh masyarakat Indonesia. Dalam Undang-undang No 23 Tahun

1992 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan

yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenic) atau

campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman. Jawa adalah salah satu daerah yang terkenal

akan masyarakat yang masih melestarikan jamu secara turun temurun.

Khasiat dari tanaman herbal yang digunakan sebagai obat tradisional ini dapat

menyembuhkan berbagai penyakit atau keluhan tesendiri, salah satu diantaranya

adalah kencur. Selain digunakan untuk bahan masakan, kandungan senyawa yang ada

di dalam kencur seperti senyawa aromatic, monoterpena, dan seskuiterpena

mempunyai efek mengurangi rasa nyeri tenggorokan akibat batuk. Tanaman sejenis

yang digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan adalah jeruk nipis dan asam

jawa. Jeruk nipis dan kencur sama-sama memiliki kandungan minyak astiri yang

mampu mengendalikan otor-otot pernapasan sehingga batuk menjadi reda. Sedangkan

asam jawa sendiri mengandung acid yang dapat meredakan batuk.

Kencur adalah tanaman obat yang paling sering digunakan untuk meredakan

sakit tenggorokan oleh penyanyi atau penyiar dengan cara memakan langsung atau

mengambil sari-sariya, hal ini tentu saja terasa sangat getir di lidah. Untuk

mengurangi rasa getir pada kencur ditemukan inovaso baru dengan menambahkan

beberapa tanaman herbal lain yang khasiatnya sama, seperti jeruk nipis dan asem

jawa kemudan ditambahkan pula madu sebagai penetralisir rasa pahit. Racikan

inovasi dengan mengkombinasi beberapa tanaman obat yang memiliki khasiat sama

untuk mengobati tenggorkan ini berkembang di daerah Kediri, Jawa Timur.

Alasan masyarakat mengonsumsi jamu sebagai obat adalah karena harganya

ekonomis dan bahan-bahan pembuatan jamu juga dapat dibudidayakan sendiri.

Seperti masyarakat Kediri, Jawa Timur, mereka membudidayakan toga (Tanaman

Obat Keluarga) untuk mengobati keluarganya yang sakit. Budidaya toga oleh

masyarakat Kediri lebih banyak digunakan pribadi daripada dijual-belikan di pasar,

hal ini menjadi tradisi turun-temurun, sehingga tidak heran bila masyarakat Kediri

pandai meracik ramuan jamu. Selain itu, jamu juga tidak memliki efek samping yang

ditimbulkan.

Penelitian ini bertujuan untuk menyebarluaskan khasiat jamu dengan formula

inovatif racikan kombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa yang berguna untuk

mengatasi suara serak sekaligus mengembangkan kualitas jamu di Indonesia agar

lebih diminati oleh masyarakat luas sehingga keberadaan jamu akan tetap lestari

hingga turun-temurun.

Tinjauan Teoritis

Utami, P. dan Puspaningtyas. E. (2013, h. 2) mengatakan bahwa tanaman obat

merupakan spesies tanaman yang diketahui, dipercaya dan benar-benar berkhasiat

sebagai obat. Sedangkan menurut Zuhud, Ekarelawan dan Risman dalam Utami

(2013, h. 2), tanaman obat tradisional, merupakan spesies tumbuhan yang diketahui

atau dipercaya memiliki khasiat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat

tradisional. Obat tradisional sendiri adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,

turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat, kepercayaan atau

kebiasaan setempat baik bersifat gaib maupun pengetahuan tradisional (Indriati,

2014:52).

Obat tradisional sendiri biasa disebut jamu oleh orang Indonesia. Jamu

merupakan bagian peradaban Indonesia, dimana menunjukkan kekayaan alam,

kepandaian dalam meracik, serta kepedulian rakyat Indonesa terhadap kesehatan

(Beers, 2001 : 13-19, dalam bukunya Jamu the Ancient Indonesia Art of Herbal

Healing). Sedanngkan menurut Menkes RI, 2007 Dalam Undang-undang No 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang

berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenic) atau

campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa jamu adalah obat

tradisional berasal dari kekayaan alam yang diracik secara turun temurun dengan

status status keamanan dan khasiatnya dibuktikan secara empiris.

Penggunaan obat tradisional sebagai alternatif layanan kesehatan tentu sangat

tepat menimbang kenyataan semakin melambungnya biaya kesehatan seiring dengan

kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang hingga kini belum menentu

(Wijayakusuma, 2000). Hal ini akan menimbulkan kecenderungan hidup kembali ke

alam (Katno, et. al., 2004) dibuktikan dengan adanya produk herbal yang beredar di

pasar. Hasil Riskesdas 2010 presentase penduduk Indonesia yang pernah

mengonsumsi jamu sebanyak 59,12% yang tedapat pada semua kelompok umur,

baik laki-laki maupun perempuan, di pedesaan maupun di perkotaan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan pada

fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Bogdan dan Taylor

(1975) Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data

deskripsif berupa data tertulis/lisan dari subjek dan objek yang diamati/diteliti.

Data yang didapat berdasarkan hasil literasi bacaan dan wawancara dengan

informan, dan observasi cara pembuatan jamu di Kediri, Jawa Timur. Hasil literasi

berasal dari: 1) peraturan Menkes RI mengenai peraturan-peraturan obat tradisional

dan kandungan-kandung yang terdapat pada tanaman kencur, jeruk nipis dan asam

jawa; 2) artikel yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

mengenai data konsumen jamu di Indonesia; 3) Jurnal mengenai tanaman obat,

kandungan dan manfaat kencur, jeruk nipis dan asam jawa; 4) Buku tanman obat.

Hasil literasi kemudian dicek kebenarannya melalui wawancara dengan informan dan

observasi.

Hasil Penelitian

Berdasarkan literasi dari data hasil riset kesehatan dasar 2010, Indonesia

adalah salah satu konsumen obat tradisional cukup banyak. hampir setengah

(49,53%) penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas, mengonsumsi jamu. Sekitar

lima persen (4,36%) mengkonsumsi jamu setiap hari, sedangkan sisanya (45,17%)

mengkonsumsi jamu sesekali. Berdasarkan informan, masyarakat Kediri yang

mengonsumsi jamu kebanyakan dari kalangan dewasa dan lanjut usia. “Merga

rasane pait, dadi sing seneng paling mung pemuda utawa wong sepuh-sepuh”

‘karena rasanya yang pahit, jadi yang suka hanya pemuda dan orang tua’ (Markijan)

Masyarakat menyukai jamu dengan berbagai jenis berikut datanya menurut

riset Kemenkes RI:

Data dari Kementrian

Kesehatan RI dalam

artikel Integrasi

Pengobatan

Tradisional dalam

Sistem Kesehatan

Nasional Rabu, 02

November 2011

02:26:36 [Diakses 3

April 2019]

55,16%

43,99%

20,43%

11,58%

Data Proporsi Jenis Jamu yang Banyak dipilih

untuk dikonsumsi

55,16% cair 43,99% bubuk

20,43% seduh 11,58% Kapsul/pil/tablet

Berdasarkan data tersebut masyarakat Indonesia lebih senang mengonsumsi

jamu dalam proporsi cair dengan 55,16% dibandingkan dengan bubuk 43,99%, seduh

20,43%, dan/atau kapsul/pil/tablet 11,58%. Sama halnya dengan masyarakat Kediri,

konsumsi jamu dengan proporsi cari lebih diminati karena bisa dikombinasi dengan

tambahan-tambahan tertentu seperti madu, untuk menetralisir rasa pahit. “penak sing

langsung diombe, ora pait merga bisa dicampuri madu, praktis tur ora susah” ‘enak

yang langsung diminum, tidak pahit karena bisa dicampur madu, praktis dan tidak

susah’ (Markijan).

Masyarakat mengonsumsi jamu sebagai alternatif penyembuhan sebab

harganya ekonomis dan bisa dijangkau oleh semua kalangan ekonomi. Berikut

ditemukan data konsumen jamu pada masyarakat ekonomi rendah, menengah dan

atas:

Tingkat konsumsi jamu masyarakat ekonomi rendah-menengah dan atas

Tingkat ekonomi Pendapatan Jumlah Persen

Rendah <1jt/bulan 93 58%

Menengah 1,5-5jt/bulan 40 25%

Atas >5jt/bulan 27 17%

Data dari artikel oleh Andriati1 dan R.M. Teguh Wahyudi

2 .2016.Tingkat Penerimaan Penggunaan

Jamu Sebagai Alternatif Penggunaan Obat Modern pada Masyarakat Ekonomi Rendah-

Menengah.Surabaya:Universitas Airlangga.

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jamu banyak dikonsumsi oleh

kalangan ekonomi tingkat rendah sebanyak 58% persen, diikuti kalangan ekonomi

menengah sejumlah 25%, dan terakhir kalangan ekonomi atas hanya 17%. Hal ini

berlaku di berbagai daerah di Indonesia termasuk Kediri. Masyarakat ekonomi rendah

di Kediri bahkan memanfaatkan pekarangan rumah sendiri untuk membudidayakan

toga (Tanaman Obat Keluarga) agar lebih praktis, ekonomis dan higienis karena

diracik sendiri.

Dari artikel yang sama menyebutkan bahawa ada faktor lain yang mendukung

penyebab tingginya penggunaan jamu sebagai alternatif pengobatan pada masyarakat

ekonomi rendah-menengah dan atas adalah faktor pribadi, faktor pemasaran, faktor

sosial, faktor budaya, faktor psikologi, faktor harga, dan faktor legalitas lembaga

kesehatan (rumah sakit dan puskesmas).

Faktor pribadi konsumen jamu yang menganggap jamu adalah obat yang

cocok bagi dirinya menjadi salah satu alasan terbesar bagi masyarakat Indonesia

umumnya dan Kediri khususnya dalam mengonsumsi jamu, sebab setelah orang

meminum jamu maka akan timbul rasa candu karena khasiat yang dihasilkan oleh

jamu tersebut (Markijan). Kemudian ada faktor sosial dan budaya yang dibawa oleh

masyarakat dengan membudidayakan sendiri tanaman obat. Informan menjelaskan

bahwa hal ini juga terjadi di Kediri, Jawa Timur, yang mana penduduk lokal masih

melestarikan tradisi budidaya tanaman obat untuk mengobati keluarganya yang sakit.

Berdasarkan hasil literasi mengenai jumlah konsumen jamu di Indonesia

kandungan yang terdapat pada kencur, jeruk nipis dan asam jawa sebagai berikut:

No Nama Tanaman Obat Kandungan

1 Kencur (Kaempferia

galangal)

Rimpang Kencur mengandung pati (4,14 %),

mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %)

berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan,

asam sinnamat, etil aster, asam sinamik, borneol,

kamfen, paraeumarin, asam anisikα, alkaloid dan

gom. (Menkes RI : 2016, tentang Formularium

Obat Herbal Asli Indonesia)

2 Jeruk nipis (Citrus

aurantifolia Swingle)

Unsur-unsur senyawa kimia pada jeruk nipis yang

bermanfaat seperti asam sitrat, asam amino

(triftopan, lisisn), minyak astiri (sitral, limonene,

flandren, lemon kamfr, kadinen, gerani-asetat,

linali-asetat, aktiladehid, nonildehid), damar,

glikosida, asam situn, lemak, kalsium, fosfor,

besi, belerang, vitamin B1 dan C. (Alicce : 2010)

3 Asem Jawa (Tamarindus

indica)

Kulit biji asam jawa mengandung phlobatannin

sekitar 35%, bijinya mengandung pati dan

albuminoid, sedangkan buahnya mengandung

senyawa kimia antara lain: asam anggur, asam

apel, asam sitrat asam suksinat, asam tartrat dan

pectin, didapati pula adanya gula invert.

(ebookpangan.com : 2006, Kliping informasi

tanaman obat Indonesia)

Berdasarkan hasil literasi tersebut diatas mengenai kandungan pada tanaman

obat kencur, jeruk nipis dan asam jawa, didapatkan kandungan yang memiliki

kesamaan yakni minyak astiri pada kencur dan jeruk nipis. Kadar minyak astiri dari

kencur sekitar 0.02% dan kandungan minyak astiri pada jeruk nipis yang terdiri dari

(sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat,

aktilaldehid, nonildehid) , sedangkan jeruk nipis dan asam jawa sama-sama

mempunyai kandungan asams sitrat. Sehingga dapat dikombinasikan tanpa

mengurangi kandungan dari ketiga komponen bahan pembuatan jamu tesebut.

Berdasarkan kadungan dari kencur, jeruk nipis dan asam jawa tersebut di atas

didapatkan data bagian dari tumbuhan yang digunakan untuk obat dan khasiatnya

sebagai berikut:

Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Manfaatnya

No Nama Tanaman Obat Kandungan

1 Kencur (Kaempferia

galangal)

Ambil sepotong kencur kurang lebih sebesar ibu

jari lalu kunyah bersama-sama garam dapat

dipergunakan sebagai obat gatal-gatal pada

tenggorokan.

2 Jeruk nipis (Citrus

anurantifolia)

Air perasan dari buah jeruk nipis dapat

dipergunakan sebagai obat luar untuk pengobatan

batuk.

3 Asem Jawa (Tamarindus

indica)

Daging buah setelah dikupas diambil sari-sarinya,

ditambah gula aren kemudian direbus, airnya

diminum sebagai obat gatal-gatal pada

tenggorokan.

Data dari ebookpangan.com : 2006, Kliping informasi tanaman obat Indonesia

Berdasarkan literasi didapatkan kesamaan manfaat dari penggunaan masing-

masing tanaman obat yaitu untuk mengurangi batuk dan gatal pada tenggorokan.

Sehingga apabila dari ketiga komponen tumbuhan obat tersebut dikombinasi maka

tidak akan menghilangkan manfaat dari salah satu diantaranya. Masyarakat Kediri,

Jawa Timur sudah mencoba mengombinasi ketiga komponen ini sejak tahun 1997.

Alasan mereka menggabung ketiga komponen tersebut adalah: 1) mempunyai

beberapa kesamaan khasiat; 2) praktis karena bahan mudah didapat; 3) jeruk nipis

dan asam jawa bisa mengurangi rasa getir pada kencur.

Pembahasan

Pada bab pembahasan akan menjelaskan tentang bagian-bagian kencur, jeruk

nipis dan asam jawa sebagai kombinasi racikan jamu dan cara pembuatan jamu oleh

informan asal Kediri, Jawa Timur.

Penjelasan singkat tanaman obat kencur, jeruk nipis dan asam jawa:

1. KENCUR

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Viridiplantae

Infra Kingdom: Streptophyta

Super divisi : Embryophyta

Kelas : Magnoliopsida

Super ordo : Lilianae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

gambar: kencur

Genus : Kaempferia L

Spesies : Kaempferia galanga L

Ciri morfologi: memiliki batang semu yang sangat pendek. Batang tersebut

dari pelepah-pelepah daun yang menutupi. Daun-daunnya tumbuh tunggal, melebar,

dan mendatar atau menurun mendekati permukaan tanah. Bentuknya lonjong, lebar 3-

6cm, dan panjang 7-12cm. Tanaman ini bisa berbunga yang tumbuh di antara helaian

daun, warnya putih, bibur bunga berwarna ungu, dan baunya wangi. Akar kencur

merupakan akar tunggal yang bercabang dan menempel pada umbi akar atau yang

biasa disebut rimpang. Rimpang ini tumbuh memanjang ke bawah, berdiameter

sampai 1,5cm, dan tidak berserat. Aroma kencur sangat khas. (Menkes RI : 2016,

tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia).

Manfaat: rimpang kencur berkhasiat untuk obat batuk, gatal,gatal pada

tenggorokan, perut kembung, rasa mual, masuk angina, pegal-pegal, pengompresan

bengkak, tetanus, penambah napsu makan (Rahmat Rukamana, 1994:10)

Masyarakat Kediri, Jawa Timur menggunakan bagian rimpang kencur sebagai

obat untuk meredakan sakit tenggorokan, biasanya sering dikonsumsi oleh para

seniman untuk mengatasi suara serak, dengan cara mengupas kulit kemudian

dikunyah langsung. Rasanya tentu saja getir, oleh masyarakat setempat diparut dan

diperas menggunakan air hangat untuk menetralisir rasa getir.

2. JERUK NIPIS

Sarwono (2011) menglasifikasikan tamanan jeruk nipis sebagai berikut:

Regnum : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Sub Devisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Subclass : Dialypetalae

Ordo : Rutales gambar: jeruk nipis

Family : Rutacea

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia Swingle

Ciri Morfologi: Berakar tunggang, batang pohon berkayu, daunnya majemuk,

diameter buahnya sekitar 1,5-2,5 cm, mahkota bunganya berjumlah 4-5. Tanaman

jeruk nipis sudah mulai berbuah sekitar 2,5 tahun dengan ciri buahnya berdiameter

3,5-5 cm. Kulitnya berwarna hijau atau kekuning-kuningan dengan tebal 0,2-05 cm.

Daging buahnya berwarna kuning kehijauan (Rukmana, 1996 dan Steenis et al.,

2006). Ciri dari tanaman jeruk nipis ini sama dengan yang informan katakan bahwa

jeruk nipis yang dibudidayakan di pekarangan akan berbuah kurang lebih sekitar 2

tahun dengan ciri buah se-ukuran bola pingpong, dan kulit buahnya hijau.

Manfaat: Salah satu khasiat jeruk nipis adalah mengatasi batuk. Caranya

ambil satu buah jeruk nipis kemudian diperas dan dicampur dengan madu dan garam,

aduk hingga rata lalu saring air campuran jeruk nipis dan diminum 2-3 kali sehari.

Selain itu jeruk nipis digunakan untuk mengobati radang tenggorokan dan

menghilangkan lendir di tenggorokan, caranya potong 3 buah jeruk nipis lalu diperas,

diseduh dengan ½ cangkir air panas dan ditambah madu. Selagi hangat gunakan

untuk berkumur 2-3 menit dan lakukan 3 kali sehari. Masyarakat Kediri

menggunakan sari perasan jeruk nipis dicampur air hangat dan madu untuk

menyembuhkan batuk berdahak.

3. ASAM JAWA

Klasifikasi tanaman menurut Backer & van den Brink (1963) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Magniliophyta

Classis : Magnoliopsida

Sub classis : Risidae

Ordo : Fabales gambar: asam jawa

Familia : Fabaceae

Genus : Tamarindus

Species : Tamarindus indica L.

Ciri morfologi: merupakan tumbuhan tahunan yang tinggi dan berukuran

besar, tingginya dapat mencapai 25m (Heynee, 1987). Batangnya cukup keras,

daunnya rindang bertangkai sekitar 17cm dan bersirip genap. Bunganya berwarna

kuning kemerahan dan buahnya bertipe polomh berwarna cokelat dengan rasa khas

asam. Dalam buahnya terdapat kulit yang membungkus daging buah, bijinya

berjumlah 2-5 yang berbentuk pipih dengan warna cokelat agak kehitaman

(Yuniaarti, 2008, Backer & van den Brink, 1963)

Manfaat: umumnya asam jawa digunakan untuk menyembuhkan asma,

menyembuhan batuk, demam, reumatik (nyeri sendi), nyeri haid, alergi, sariawan dan

menurunkan berat badan. Masyarakat Kediri menggunakan daging asam jawa yang

telah direndam dengan air hangat dan sari-sariya diminum untuk menyembuhkan

batuk.

Cara mengombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa:

Kebiasan yang dilakukan oleh masyarakat Kediri khususnya keluarga seniman

adalah mengonsumsi kencur mentah-mentah tanpa campuran bahan lain untuk

mengatasi suara mereka yang mulai serak. Kebiasaan ini mulai berubah ketika salah

satu kelompok seniman mengombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa ditambah

sentuhan madu sebagai ramuan yang ampuh untuk mengatasi suara serak. beikut

prosesnya:

1. Siapkan 5 biji kencur berukuran sedang, lalu bersihkan

2. Parut hingga halus kencur yang sudah dibersihkan tadi

3. Tuangkan sedikit air panas pada parutan kencur .Fungsi menambahkan air

hangat pada perasan kencur adalah untuk mengurangi rasa getir pada kencur

saat sari-sarinya diperas.

4. Peras hingga seluruh sarinya keluar

5. Untuk mengatasi rasa getir dari kencur dapat pula ditambahkan perasan satu

buahjeruk nipis ukuran kecil, jangan terlalu banyak sebab bisa jadi pahit.

6. Tambahkan 3 buah asam jawa yang telah direndam di air hangat dan gunakan

air hangat bekas rendaman asam jawa tersebut sebagai campuran sari kencur

dan jeruk nipis sebelumnya.

7. Setelah dicampur, tambahkan madu secukupnya sekitar 3 sendok makan

untuk memberi sensai manis dan menetralisir rasa pahit, getir dan kurang

nyaman pada kombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa. Ahli Gizi

Dhavani Shah mengatakan, madu dapat digunakan sebagai bahan alami untuk

meringankan gejala batuk.

8. Terakhir tuangkan air panas sedikit, lalu jamu siap diseduh.

Alasan masyrakat Kediri mengonsumsi kombinasi racikan jamu tersebut

adalah selain praktis karena bahannya sudah tersedia dari ladang mereka, ekonomis

karena tidak perlu membeli bahan lain lagi dan jamu tersebut tidak memiliki efek

samping yang ditimbulkan.

Simpulan

Indonesia memiliki keragaman flora, salah satu jenisnya adalah tanaman

herbal. Tanaman herbal digunakan sebagai obat tradisional yang kemudian disebut

jamu oleh masyarakat Indonesia. Konsumen jamu di Indonesia mencapai 49,53%

diantaranya menyukai jamu dengan proporsi berbeda-beda: cair, bubuk, seduh,

kapsul. Berkembang kombinasi racikan jamu dengan bahan kencur, jeruk nipis dan

asam jawa yang masing-masing memiliki kesamaan kandungan seperti kencur dan

jeruk nipis yang sama-sama memiliki kandungan minyak astiri begitu pula jeruk nipis

dan asam jawa yang sama-sama mengandung asam sitrat yang dibuat untuk

mengatasi suara serak di Kediri, Jawa Timur. Kombinasi racikan ini bertujuan

menggabungkan ketiga unsur yang memiliki khasiat yang sama sebagai inovasi

sekaligus trobosan baru untuk konsumen jamu pereda sakit tenggorokan pada

masyarakat umum kalangan seniman khusunya. Alasan masyarakat mengonsumsi

jamu adalah praktis, ekonomis dan higienis serta tidak menimbulkan efek samping.

Saran

Berdasarkan kesimpulan, penelitian masih perlu penyempurnaan untuk

meningkatkan efektivitas dari bahan herbal tersebut mengingat metode penelitian

yang digunakan merupakan metode kualitatif. Penelitian yang akan datang

diharapkan dapat lebih maksimal baik dalam mencari data maupun mengumpulkan

informasi dari informan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan tujuan penelitian

tercapai yakni menyebarluaskan khasiat jamu dengan inovasi formula racikan

kombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa agar dapat dikenal oleh masyarakat luas

karena khasiatnya yang bagus serta bahan dan harganya yang sangat terjangkau baik

untuk kalangan menengah kebawah maupun kalangan menengah keatas. Banyaknya

kemudahan dalam proses pembuatan, diharapkan pula masyarakat dapat

menerapkannya di kehidupan sehari-hari agar tidak selalu bergantung pada obat-

obatan berbahan kimia.

Daftar Pustaka

Andriati1 dan R.M. Teguh Wahyudi

2 . (2016). Tingkat Penerimaan Penggunaan

Jamu Sebagai Alternatif Penggunaan Obat Modern pada Masyarakat

Ekonomi Rendah-Menengah.Surabaya:Universitas Airlangga. [Diakses 1

April 2019]

Badan Litbang Kesehatan. (2010). Laporan hasil riset kesehatan dasar tahun

2010. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan.

Penyusun Ebookpangan.com. (2006). Kliping informasi tanaman obat Indonesia

Kemenkes RI. (2011). Integrasi Pengobatan Tradisional dalam Sistem Kesehatan

Nasional.Surabaya:Pusat Komunikasi Publik, Sekertariat Jendral Kemenkes

RI. [Diakses 1 April 2019]

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Permenkes RI No 6 tahun 2016

tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia

Mentri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pemenkens RI No 007 tahun 2012

tentang Registrasi Obat Tradisional

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan

Pemerintah Republik Indonesia. (2007). Kementrian Kesehatan Republlik Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar.

Pemerinath Republik Indonesia. (2010). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar.

Rahmat Rukmana. 1994. Kencur. Yogyakarta:Kanisius