efektivitas biaya operasional per siswa untuk …/efekti...program studi magister akuntansi fakultas...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEKTIVITAS BIAYA OPERASIONAL PER SISWA
UNTUK PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
STUDI DI SMP DAN SMA NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN DAN
WONOGIRI
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
Ratnaningrum
NIM: S 4307092
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS BIAYA OPERASIONAL PER SISWA
UNTUK PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
STUDI DI SMP DAN SMA NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN DAN
WONOGIRI
Disusun oleh:
Ratnaningrum
NIM: S4307092
Telah disetujui Pembimbing
Pada tanggal, 16 September 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Prof Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Ak. Dra. Yasmin Umar Assegaf, M Si., Ak NIP.195206101988031002 NIP. 195511261985032001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Doddy Setiawan, S.E., M Si., IMRI., Ak NIP. 197502182000121001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EFEKTIVITAS BIAYA OPERASIONAL PER SISWA
UNTUK PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
STUDI DI SMP DAN SMA NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN DAN
WONOGIRI
Disusun oleh:
Ratnaningrum
NIM: S4307092
Telah disetujui Pembimbing dan disahkan Tim Penguji
Pada tanggal, 2009
Ketua Tim Penguji : Dr. Payamta, M.Si., Ak. CPA ..........................
Sekretaris : Dr. Bandi, M.Si., Ak ..........................
Anggota : Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. ..........................
Anggota : Dra. Yasmin Umar Assegaf, MM., Ak ..........................
Mengetahui:
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Doddy Setiawan., S.E., M.Si., IMRI., Ak. NIP. 195708201985031004 NIP. 197502182000121001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Ratnaningrum
NIM : S4307092
Program Studi : Magister Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul ”Efektivitas Biaya
Operasional per Siswa Untuk Penilaian Kinerja Kepala Sekolah: Studi Di SMP
dan SMA Negeri Se-Kabupaten Sragen dan Wonogiri” adalah betul-betul karya
saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas
tesis tersebut.
Surakarta, 26 Agustus 2009
Yang menyatakan,
Ratnaningrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN MOTTO
(Hamba –hamba Allah yang bertaqwa ialah) orang-orang yang berdo’a,
”Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah
segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS: Ali Imran: 16 – 17)
Sedang kehidupan akhirat itu lebih bagus dan lebih kekal
(QS: Al-A’laa: 17)
Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan
yang baik. Dan orang – orang yang tidak memenuhi seruan-Nya, sekiranya
mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah)
sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya
dengan kekayaan itu. Bagi orang-orang itu disediakan hisab yang buruk dan
tempat tinggal mereka adalah jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal.
(QS: Ar Ro’du: 18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Untuk Suamiku
Abu Alfi, dan
Putraku yang cakep dan lucu,
Alfi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’aalamiin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis ini dengan lancar.
Pada kesempatan ini, dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan bantuan
kepada peneliti berupa beasiswa unggulan Diknas dalam menyelesaikan studi di
Program Studi Magister Akuntansi UNS.
2. Bapak Prof Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Ak selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, dan pengarahan yang penting untuk penyusunan
tesis ini.
3. Ibu Dra. Yasmin Umar Assegaf, MM., Ak, selaku pembimbing II atas segala
bimbingan, nasehat dan keseriusan dalam mengarahkan penulis supaya tesis ini
segera terselesaikan.
4. Bapak Doddy Setiawan, S.E., M Si., IMRI., Ak selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi beserta staf, serta semua dosen Program Studi Magister
Akuntansi
5. Bapak Drs. Darmawan, Kabag PEP Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri dan
Bapak Agung Widodo, SE., Kabag Keuangan yang telah sangat membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
penulis dalam pemerolehan data, hanya Allah SWT yang dapat membalas
kebaikan bapak berdua.
6. Semua teman Maksi angkatan IV dan jajaran pimpinan, staf serta teman dosen
STIE Trianandra Kartasura.
7. Bapak dan Ibu terutama Ibu yang telah memberikan do’a, semangat dan bantuan
moril demi selesainya studiku ini.
8. Suamiku yang sangat menjagai aku, Jazakumullaahu khoiron atas cinta, sayang
dan segala yang telah diberikan untukku dan menjadi abi yang baik buat Alfi.
Akhir kata, penulis mengharap saran dan koreksi untuk perbaikan tesis ini,
dan semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 26 Agustus 2009
Peneliti,
Ratnaningrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN TESIS .............................................................
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS ............................................
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI .................. ..................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
INTISARI ..........................................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Perumusan Masalah ..................................................................
C. Tujuan ......................................................................................
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Pendidikan di Indonesia ...........................................................
B. Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah .................
C. Renstra Depdiknas 2005-2009 .................................................
D. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Indonesia .................
E. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah ......................
F. Evaluasi Kinerja Institusi Pendidikan ..................................
G. Pengukuran Masukan dan Keluaran ..........................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
xiii
xiv
xv
1
5
6
6
8
9
13
14
15
17
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
H. Pengendalian Biaya dan Pengendalian Kualitas Pendidikan ...
I. Biaya Pendidikan ......................................................................
J. Pengembangan Hipotesis ........................................................
K. Kerangka Pemikiran .................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi, sampel dan data ........................................................
B. Definisi Operasional .................................................................
C. Pengukuran variabel .................................................................
D. Teknik Analisis Data .................................................................
1. Asumsi Klasik ....................................................................
2. Uji Hipotesis .......................................................................
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Biaya ......................................................................
B. Statistik Deskriptif ....................................................................
C. Tampilan Stem dan Leaf ..........................................................
D. Analisis Korelasi Pearson ...........................................................
E. Uji Asumsi Klasik ....................................................................
1. Uji Normalitas ....................................................................
2. Uji Autokorelasi .................................................................
3. Uji Heterokedastisitas .........................................................
F. Analisis Regresi Linier Sederhana ...........................................
G. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis .................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Keterbatasan .............................................................................
C. Saran dan implikasi ..................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
22
24
26
33
34
35
36
37
37
40
43
45
48
50
51
52
52
54
54
61
63
66
67
69
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Statistik Deskriptif ............................................................................ 47
2 Tampilan Steam dan Leaf ............................................................... 49
3 Matriks Korelasi Pearson ................................................................ 50
4 Hasil Analisis Uji Kologorov Smirnov .......................................... 52
5 Hasil Analisis Uji Autokorelasi ...................................................... 53
6 Hasil Analisis Uji Heterokedastisitas ............................................. 54
7 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Hipotesis 1 ....................... 55
8 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Hipotesis 2 ....................... 57
9 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Hipotesis 3 ...................... 58
10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Hipotesis 4 ...................... 59
11 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Hipotesis 5 ...................... 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 Skema Input-Proses-Output Manajemen Pendidikan ................. 21
Gambar 2 Kerangka Pemikiran .................................................................. 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Perbandingan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu ................. 72
2. Data Perhitungan Biaya Operasional Per Siswa .................................... 78
3. Data Perhitungan Rasio Biaya Langsung .............................................. 80
4. Contoh Perhitungan C Test ................................................................... 81
5. Data Perhitungan C Test Hasil Ujian Nasional SMP ............................ 82
6. Data Perhitungan C Test Hasil Ujian Nasional SMA ............................ 83
7. Biaya Langsung Per Sekolah .................................................................. 84
8. Hasil Uji Statistik ................................................................................... 124
8.1 Statistik Deskriptif .............................................................................. 124
8.2 Steam and Leaf Plot ............................................................................ 125
8.3 Hasil Uji Normalitas Data ................................................................. 127
8.4 Hasil Uji Korelasi, Regresi, Autokorelasi, Heterokedastisitas 1 ....... 128
8.5 Hasil Uji Korelasi, Regresi, Autokorelasi, Heterokedastisitas 2 ....... 131
8.6 Hasil Uji Korelasi, Regresi, Autokorelasi, Heterokedastisitas 3 ....... 134
8.7 Hasil Uji Korelasi, Regresi, Autokorelasi, Heterokedastisitas 4 ....... 137
8.8 Hasil Uji Korelasi, Regresi, Autokorelasi, Heterokedastisitas 5 ....... 140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
INTISARI
EFEKTIVITAS BIAYA OPERASIONAL PER SISWA UNTUK PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
STUDI DI SMP DAN SMA NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN DAN WONOGIRI
Paradigma baru pendidikan di Indonesia memberikan kewenangan luas kepada kepala sekolah dalam melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pendidikan di sekolah. Sebagai manajer, untuk dapat mempertanggungjawabkan kewenangannya dengan baik, kepala sekolah harus meningkatkan kemampuan manajerialnya. Sebuah metode sistematis yang menghubungkan input kepada output dapat membantu kepala sekolah dalam mengevaluasi kinerja manajerialnya.
Salah satu unsur input dalam analisis fungsi produksi pendidikan yaitu sumberdaya keuangan, diantaranya biaya operasional sekolah. Penelitian ini mencoba memberikan bukti empiris mengenai hubungan antara biaya operasional dengan prestasi siswa dan sejauhmana beberapa input yang mempengaruhi biaya operasional siswa juga mempengaruhi prestasi siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP dan SMA di Kabupaten Sragen dan Wonogiri Jawa Tengah., dengan jumlah sample 30 sekolah. Peneliti menggunakan Ordinary Least square untuk menguji hubungan antara variabel-variabel penelitian ini.
Studi ini telah menunjukkan bahwa rasio biaya langsung mempengaruhi biaya operasional per siswa dengan koefisien negatif seperti yang diperkirakan sebelumnya. Jumlah siswa terdaftar tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa dan biaya operasional per siswa. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak ada hubungan sistematis yang kuat antara prestasi siswa dengan pengeluaran sekolah.
Kata kunci: Analisis fungsi produksi, biaya operasional per siswa, jumlah siswa
terdaftar, rasio biaya langsung, prestasi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
THE EFFECTIVITY OF THE OPERATIONAL EXPENDITURES PER PUPIL FOR EVALUATING THE PERFORMANCE OF THE HEADMASTER
STUDY IN YUNIOR HIGH SCHOOL AND SENIOR HIGH SCHOOL IN SRAGEN DISTRICT AND WONOGIRI DISTRICT
New paradigm of education in Indonesia has given wide authority to the
headmaster for planning, organizing, actuating, and controlling the education process. As a manager, to assume responsibility his/ her authority well, the headmaster has to improve his/ her managerial capability. A systematic method of linking resources inputs to final output on which management performance can be evaluated is needed.
One of the input resources in educational production function analyze is the financial resource, such as the operational expenditures. This study try to give empirical evidence about the relationship between the operational expenditures and student’s achievement and how far some inputs which influence the operational expenditures will influence the student performance too. The population of this study are Yunior High School and Senior High School in Sragen district and Wonogiri district, and the sample of it are taken from 30 schools. The researcher use Ordinary Least Square to examine the relationship between the research variables.
The study shows that the direct cost ratio influences the operational expenditures per pupil with negative coefficient as expected. The student enrollment is not related to student performance and the operational expenditures. The result of the study is consistent with previous study that there was no strong systematic relationship between student performance and the school expenditures.
Keyword : Production function analyze, operational expenditures per pupil, student
enrollment, direct cost ratio, student performance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini, pengukuran kinerja dan pelaporan kondisi keuangan organisasi
sektor publik menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Ada usaha untuk beralih
dari anggaran tradisional kepada anggaran berbasis kinerja dengan tujuan supaya
organisasi sektor publik lebih efisien, efektif dan manajer organisasi sektor publik
dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang berpengaruh kepada outcome.
Seperti halnya apa yang dikemukakan oleh Gianakis (2002) bahwa anggaran
pengendalian berbasis input sebaiknya diganti supaya manajer organisasi sektor
publik menjadi lebih efektif dalam menggunakan kebijakan manajerial dalam
menyesuaikan dengan outcome yang diinginkan.
Pendekatan penganggaran di organisasi pemerintah di Indonesia diantaranya
menggunakan pendekatan kinerja atau prestasi kerja. Pendekatan penganggaran
berdasarkan prestasi kerja sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 91 Permendagri
13 tahun 2006 dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan
keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Pengukuran kinerja organisasi sektor publik merupakan suatu hal yang tidak
mudah dilakukan untuk saat ini disebabkan beberapa kendala yaitu: tujuan organisasi
bukan memaksimalkan laba, sifat output sulit diukur, antara input dan output tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempunyai hubungan langsung, organisasi tidak beroperasi dalam mekanisme pasar
dan berhubungan dengan kepuasan masyarakat (Bastian 2006).
Walaupun ada keuntungan komparatif dari peneliti yang berasal dari
akuntansi dalam pengetahuan dari proses pengukuran (Kinney 2001), tetapi kontribusi
penelitian akuntansi untuk meningkatkan efektivitas hasil organisasi sektor publik
masih jarang dilakukan, padahal organisasi sektor publik merupakan sektor yang
sangat penting dalam perekonomian nasional.
Dalam dunia pendidikan, manajer institusi pendidikan dapat menggunakan
pengetahuan mengenai fungsi produksi, biaya masing-masing input memungkinkan
solusi terbaik dari seperangkat input untuk menghasilkan output pada biaya minimum.
Konsep fungsi produksi pendidikan digunakan untuk memeriksa hubungan antara
input berbeda terhadap outcome (Hanushek 1986).
Pihak pemerintah dan lembaga legislatif pada umumnya mempunyai
kepentingan dalam bidang pendidikan dengan melihat pencapaian tingkat prestasi
dari hasil pendidikan dengan batasan keuangan/ sumberdaya yang ada. Berlainan
dengan eksternal stakeholder, internal stakeholder seperti orangtua lebih
memperhatikan kualitas hasil pendidikan dan lebih sedikit memfokuskan pada aspek
anggaran. Para guru di satu sisi mempunyai harapan sama dalam memperhatikan
kualitas siswa, sumberdaya instruksional yang disediakan, dan hasil pendidikan
akhir. Administrator sekolah dalam hal ini kepala sekolah harus menjaga
keseimbangan untuk pencapaian kinerja yang bisa diukur yang memenuhi
kepentingan eksternal dan internal stakeholder (Mensah et al. 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perubahan paradigma baru dalam dunia pendidikan di Indonesia ditandai
dengan penyempurnaan sistem pendidikan antara lain dengan dikeluarkannya
Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah serta diikuti
penyempurnaan Undang- Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pemerintah memberikan otonomi luas kepada sekolah disertai pemberian
tanggungjawab pengelolaan sumberdaya dan pengembangan strategi sesuai dengan
kondisi setempat. Hal tersebut diyakini dapat meningkatkan kualitas siswa. Untuk itu,
kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh terhadap perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan sekolah. Supaya dapat memikul tanggung
jawab tersebut, kepala sekolah dituntut untuk meningkatkan aspek manajerialnya,
termasuk dalam hal pengelolaan keuangan.
Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan sekolah, maka
yang sangat bertanggungjawab sebagai pelaksana adalah kepala sekolah. Kepala
sekolah harus mampu menterjemahkan program pendidikan ke dalam ekuivalensi
keuangan yang merupakan hal sangat penting dalam penyusunan anggaran belanja.
Kepala sekolah bertanggungjawab penuh atas pengendalian anggaran, sedangkan
pengawasan dari pihak berwenang melalui pemeriksaaan dari instansi vertikal seperti
Dinas Pendidikan dan Bawasda.
Untuk mengevaluasi kinerja manajerial kepala sekolah, sangat dibutuhkan
metode sistematis yang menghubungkan input dengan outcome, antara lain melalui
rata-rata statistik dengan asumsi kestabilan temporer dari hubungan input dengan
outcome sehingga manajer dapat mengembangkan dasar pengetahuan alat manajerial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengenai efektivitas biaya supaya dapat mencapai outcome yang diinginkan
(Mensah et al. 2007).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mensah et al. (2007),
dengan beberapa penyesuaian, antara lain jumlah variabel yang digunakan dan jenis
sekolah. Dalam penelitian terdahulu variabel independen sebanyak 18 yaitu variabel
yang dapat dikelompokkan dalam variabel yang berhubungan dengan siswa, variabel
yang berhubungan dengan sekolah, dan variabel yang berhubungan dengan bagian
administrasi, sedangkan jenis sekolah yang diteliti adalah sekolah setara SD, SMP dan
SMA. Hasil penelitian Mensah et al. (2007) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
diidentifikasi dalam penelitian dapat mempengaruhi biaya maupun outcome, hal ini
dapat diartikan bahwa sekolah dapat membuat perubahan untuk memperbaiki
kegiatan operasi mereka dan mencapai efisiensi biaya yang lebih tinggi.
Peneliti mengambil setting institusi pendidikan di kabupaten Sragen dan
kabupaten Wonogiri. Kepala sekolah sebagai manajer institusi pendidikan tersebut
memiliki wewenang atas beberapa pilihan kebijakan manajerial yang mengandung
konsekuensi dalam biaya maupun prestasi siswa dalam analisa input- output di
institusi pendidikan.
Dengan gambaran diatas, issue yang akan diselesaikan adalah bagaimana
manajer sector publik, dalam hal ini kepala sekolah dapat mengetahui sejauh mana
biaya operasional siswa dapat memberi kontribusi dalam pencapaian prestasi anak
didik. Hal ini sangat penting untuk tindak lanjut dalam pengalokasian belanja sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan adanya keterbatasan sumberdaya di satu sisi dan tuntutan pencapaian prestasi
siswa di sisi lain
B. Perumusan Masalah
Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada sekolah
dalam mengembangkan berbagai potensinya memerlukan peningkatan kemampuan
kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya agar dapat mencapai tujuan
sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolah. Salah satu aspek manajerial
sekolah yaitu aspek keuangan, oleh karena itu kepala sekolah dituntut untuk memiliki
kemampuan pengelolaan keuangan dengan baik. Pengelolaan dana yang baik
diharapkan dapat menunjang ke arah efektivitas pendidikan yang dapat dilihat dari
prestasi siswa. Untuk itu diperlukan metode sistematis untuk mengevaluasi kebijakan
input yang memiliki konsekuensi dalam biaya operasional maupun prestasi siswa.
Dari uraian di atas, maka pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara jumlah siswa yang terdaftar dengan biaya
operasional persiswa?
2. Apakah terdapat pengaruh antara rasio biaya langsung dengan biaya operasional
persiswa?
3. Apakah terdapat pengaruh antara jumlah siswa terdaftar dengan prestasi siswa?
4. Apakah terdapat pengaruh antara rasio biaya langsung dengan prestasi siswa?
5. Apakah terdapat pengaruh antara biaya operasional per siswa dengan prestasi
siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Memberikan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara jumlah siswa yang
terdaftar dengan biaya operasional persiswa.
2. Memberikan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara rasio biaya langsung
dengan biaya operasional persiswa.
3. Memberikan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara jumlah siswa terdaftar
dengan prestasi siswa.
4. Memberikan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara rasio biaya langsung
dengan prestasi siswa.
5. Memberikan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara biaya operasional
persiswa dengan prestasi siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk para praktisi
maupun akademisi. Kepala sekolah terutama, dapat memperoleh pemahaman lebih
jauh mengenai efektivitas biaya operasional per siswa sehingga bisa menjadi bahan
pertimbangan dalam kebijakan manajerial di sekolah. Setelah memperoleh
pemahaman mengenai pengaruh biaya operasional terhadap prestasi siswa, kepala
sekolah dapat mempertimbangkan pentingnya biaya operasional sekolah untuk
meningkatkan prestasi siswa dan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja manajerial
di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Sistematika Penulisan Tesis
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tesis.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang teori dan riset-riset terdahulu yang
menjadi acuan utama penelitian ini yaitu teori dan riset mengenai biaya
operasional per siswa dan faktor- faktor yang mempengaruhi biaya operasional
per siswa maupun prestasi siswa, dan teori serta riset mengenai evaluasi
kinerja intitusi pendidikan.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan penulisan penelitian, penentuan populasi dan
sampel, teknik pengukuran variabel, teknik analisis data, dan teknik pengujian
hipotesis.
BAB IV ANALISIS DATA
Dalam bab ini akan dijelaskan analisis data yang diperoleh meliputi
identifikasi biaya, statistik deskriptif, tampilan steam dan leaf, analisis korelasi
Pearson, uji asumsi klasik, analisis pengujian hipotesis dan rekapitulasi hasil
pengujian hipotesis.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang hasil akhir penelitian yang berupa
kesimpulan, saran, dan implikasi bagi penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Pendidikan di Indonesia
Institusi pendidikan, dalam hal ini sekolah negeri sebagaimana organisasi
sektor publik lainnya sedang menghadapi kendala dalam peningkatan kinerja.
Perubahan yang terjadi dalam lingkungan strategis pendidikan mempunyai implikasi
terhadap dunia pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan
tinggi. Implikasinya adalah adanya tuntutan sekaligus tantangan untuk meingkatkan
mutu pendidikan. Walaupun banyak usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan akan tetapi belum menunjukkan hasil yang nyata.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan antara lain
kurikulum, kemampuan profesionalisme guru, kemampuan sistem pendukung seperti
sarana dan prasarana pendidikan yang terkait dengan kemampuan keuangan lembaga
pendidikan maupun pemerintah. Berdasarkan hasil berbagai studi dan pengalaman
lapangan, hasil analisis menunjukkan bahwa paling tidak ada tiga faktor yang
menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata
(Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar 2009):
1. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berorientasi pada keluaran
(output), terlalu memusatkan pada masukan dan kurang memperhatikan proses
pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. Hal ini menyebabkan
tingginya ketergantungan kepada keputusan birokrasi. Seringkali kebijakan pusat
terlalu umum dan kurang menyentuh atau sesuai dengan situasi dan kondisi
sekolah setempat. Di samping itu sesuatu yag terlalu diatur menyebabkan
penyelenggara sekolah kehilangan kemandirian, inisiatif, kreatifitas dan
kemandirian.
3. Peran serta masyarakat terutama orangtua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini hanya terbatas dukungan. Padahal peran serta mereka
sangat penting dalam proses–proses antara lain pengambilan keputusan,
pemantauan, evaluasi dan akuntabilitas
Atas dasar pertimbangan tersebut, perlu dilakukan reorientasi
penyelenggaraan pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (School based
Management). MBS menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan
yang lebih baik dan lebih memadai bagi anak didik. Adanya otonomi dalam
pengelolaan pendidikan merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja,
menawarkan partisipasi langsung pihak-pihak terkait dan meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
B. Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah
Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya
prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubungan dengan pendidikan,
prinsip-prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada kandungan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
proses dan manajemen sistem pendidikan. Selain itu adanya era globalisasi
menimbulkan tuntutan pembaharuan dalam sistem pendidikan, diantaranya
pembaharuan kurikulum, penyusunan standar pendanaan pendidikan untuk setiap
satuan pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip pemerataan pemerataan dan keadilan
seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003.
Sejak tahun 2003, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya secara
penuh memasuki era AFTA (Asean Free Trade Area) dengan segala implikasi yang
harus dihadapi menyebutkan bahwa telah terjadi pertarungan diantara tiga kekuatan
yaitu Asia, Uni Eropa dan NAFTA. Artinya, ketiga kekuatan itu akan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi global, persaingan sumberdaya
manusia dan pengembangan pendidikan yang harus relevan dengan tuntutan
perkembangan itu [Rugman dalam (Bastian 2007)]
Pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui
visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Sesuai dengan UU No 20
tahun 2003, pendidikan mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dengan visi pendidikan
tersebut pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh
sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat
bermoral.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptinalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap dan nilai
berdasarkan standar nasional global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam peneyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan misi dan visi pendidikan nasional tersebut, pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
mengembangkan potensi peserta anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Perubahan paradigma pembangunan dari sentralisasi ke desentralisasi
melalui pelaksanaan otonomi daerah juga memasuki dunia pendidikan. Selain
menghadapi tantangan adanya globalisasi ekonomi, dunia pendidikan juga
menghadapi tantangan adanya ketidakpastian mutu dan bahkan meninmbulkan
kesenjangan mutu pendidikan antar daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendidikan merupakan kunci kemajuan semua bidang. Pendidikan menjadi
sangat penting bukan semata-mata untuk mencerdaskan diri dan masyarakat tetapi
juga untuk meningkatkan martabat, kesejahteraan, kemajuan ekonomi sehingga dapat
dikatakan bahwa pendidikan adalah alat pembangunan sosial dan ekonomi. Untuk
mencapai tujuannya, urusan pendidikan menjadi tanggungjawab bersama, ada bagian
yang dikerjakan oleh pusat dan ada yang harus didelegasikan. Lingkungan yang cepat
berubah seperti saat ini, adanya unsur ketidakpastian, dan sifat pekerjaan yang
semakin kompleks menuntut adanya desentralisasi di bidang pendidikan.
Mengacu pada prinsip-prinsip dasar dan dan kriteria pembagian urusan
dalam UU No. 32 tahun 2004, ”apa dan kepada siapa” desentralisasi urusan bidang
pendidikan dapat dijabarkan sebagai berikut (Bastian 2007):
1. Pusat: berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur, monitoring dan
evaluasi, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas
nasional atau antar provinsi dan antar negara.
2. Provinsi: berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan
eksternalitas regional (lintas kabupaten/kota).
3. Kabupaten/kota: berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan
dengan eksternalitas lokal.
C. Renstra DEPDIKNAS Tahun 2005-2009
Renstra Depdiknas tahun 2005-2009 merupakan suatu dokumen kebijakan
strategis Depdiknas yang mengacu pada RPJM Nasional, dan berfungsi sebagai acuan
bagi penyusunan Renstra Unit Utama, UPT Pusat yang ada di provinsi, Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan satuan unit pendidikan
teknis, termasuk Perguruan Tinggi (Bastian, 2007).
1. Renstra Depdiknas memuat beberapa landasan konseptual diantaranya adalah
a. Kebijakan jangka menengah yang menggariskan sebuah paradigma
pendidikan nasional yang berasaskan pada pembangunan manusia
seutuhnya dan bukan SDM. Perubahan mindset menuju proses
pembelajaran dan bukan pengajaran, desentralisasi dan otonomi
manajemen pada pengelolaan di daerah dan satuan pendidikan dan
menumbuhkan peran serta masyarakat.
b. Pembangunan pendidikan nasional berlandaskan pada tiga tema utama
kebijakan: perluasan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu
dan relevansi pendidikan, serta perwujudan governance dan akuntabilitas
yang sehat.
c. Strategi pendanaan yang adil dan berpihak kepada masyarakat miskin
melalui hibah kebutuhan (matching grants), hibah pengembangan fasilitas
(facility development grants) yang sesuai dengan skema-skema pembiayan
dalam rangka desentralisasi
2. Beberapa permasalahan yang mendesak seperti:
a. Pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum tersistematisasi
seperti guru bantu sementara (GBS) dan guru honorer, dikhawatirkan akan
menimbulkan berbagai implikasi sosial yang kurang menguntungkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Rehabilitasi sejumlah besar sarana-prasarana pendidikan, khususnya
geudng SD yang rusak berat dan perlu penanganan segera.
c. Penegakan good governance pendidikan agar semakin efisien, produktif
dan akuntabel melaui penyelesaian sejumlah indikasi penyalahgunaan
wewenang di lingkungan Depdiknas.
d. Perbaikan kualitas pelayanan publik melalui perubahan mindset dan
perilaku birokrat untuk mewujudkan eksekutif yang profesional.
e. Pembangunan sistem manajemen pendidikan di setiap pemerintahan dan
proses pembelajaran pada satuan pendidikan yang didukung oleh teknologi
informasi dan komunikasi yang tepat dan optimal.
D. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Indonesia
Upaya meningkatkan kualitas sekolah dengan manajemen sekolah yang
efektif dengan melibatkan partisipasi berbagai pihak menjadi wacana yang mengarah
pada desentralisasi pendidikan. Manajemen berbasis sekolah memberikan kesempatan
pengendalian lebih besar kepada kepala sekolah, guru, murid dan orangtua atas proses
pengambilan keputusan tertentu mengenai anggaran, kepegawaian dan kurikulum
ditempatkan di tingkat sekolah dan menciptakan keberimbangan yang pas antara
anggaran yang tersedia dan prioritas program pembelajaran.
Dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan perlu disertai seperangkat
kewajiban, monitoring dan tuntutan pertanggungjawaban (akuntabel) yang relatif
tinggi untuk menjamin bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga mempunyai
kewajiban melaksanakan kewajiban pemerintah (Mulyasa 2007). Dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sekolah dituntut mampu menampilkan pengelolaan sumberdaya secara transparan,
demokratis dan bertanggungjawab.
Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, sekolah memiliki
kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu
sekolah juga memiliki kewenangan untuk melakukan evaluasi secara internal untuk
memantau proses pelaksanaan dan hasil proram-program yang telah dilaksanakan.
Evaluasi semacam ini sering disebut evaluasi diri yang harus dilakukan secara jujur,
adil dan transparan agar dapat mengungkapkan informasi yang sebenarnya.
E. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah bertanggungjawab
atas penyelenggaraan atas manajemen pendidikan secara mikro yang secara langsung
berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam
Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa Kepala Sekolah bertanggungjawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya dan pendaya gunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Sejalan dengan semakin kompleknya tuntutan tugas kepala sekolah yang
menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien, setiap kepala
sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan
secara terarah, berencana, berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Oleh karena itu perlu peningkatan manajemen kepala sekolah secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
profesional yang kesemuanya menuntut peran aktif dan kinerja profesonal kepala
sekolah.
Dinas pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu
melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor.
Dalam perkembangannya, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader,
inovator, motivator, figur dan mediator.
Sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam penilaian kinerja kepala
sekolah, kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya dengan baik yang diwujudkan dalam kemampuan menyusun
program sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga kependidikan, dan
mendayagunakan sumberdaya sekolah secara optimal.
Salah satu wujud kemampuan kepala sekolah dalam menyusun program
sekolah antara lain pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah
(RAPBS) dan Anggaran Pendapatan dan belanja Sekolah (APBS). Untuk itu kepala
sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan program secara periodik, sistemik dan sistimatik.
Seluruh komponen pendidikan di sekolah erat kaitannya dengan komponen
keuangan sekolah. Banyak sekolah yang yang tidak dapat melakukan kegiatan
belajar mengajar secara optimal hanya karena masalah keuangan. Meskipun tidak
sepenuhnya masalah keuangan akan berkaitan langsung dengan kualitas sekolah, akan
tetapi dana merupakan kesempurnaan syarat yang harus dipenuhi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang menyerahkan masalah
pendidikan ke daerah dan setiap sekolah, maka masalah keuangan juga menjadi
wewenang yag diberikan secara langsung pengelolaannya kepada sekolah. Dalam hal
ini kepala sekolah memiliki tanggungjawab penuh terhadap perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.
F. Evaluasi Kinerja Sekolah Sebagai Organisasi Sektor Publik
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun et al.
2007) .
Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses
penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumberdaya dalam
menghasilkan barang dan jasa, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang
diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan [Robertson dalam
(Mahsun 2007)].
Kinerja organisasi sektor publik tidak hanya bersifat keuangan (input), tetapi
juga diukur dari outcome. Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program (Permendagri 13/
2006). Kriteria keberhasilan berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang
hendak dicapai. Berfungsinya keluaran keberhasilan sebuah sekolah bukan dilihat
dari sarana dan prasarana (output), tetapi lebih pada manfaat langsung keberadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sarana dan prasarana tersebut (outcome). Keberhasilan pembangunan gedung sekolah
lebih pada besarnya nilai strategis gedung tersebut bagi pemenuhan kebutuhan
masyarakat, daripada nilai gedung itu sendiri.
Indikator dan ukuran kinerja finansial dan non finansial untuk target
operasional tertentu memberikan garis pedoman bagi manajemen menengah dan
bawah. Hasil aktual yang dicapai untuk setiap indikator kinerja, menunjukkan tingkat
ketercapaian manajemen atas strategi yang telah dipilih. Review hasil aktual dengan
ukuran kinerja yang ditetapkan memberikan masukan untuk diambilnya tindakan
korektif untuk perbaikan dan peningkatan kinerja selanjutnya (feedback). Pengukuran
kinerja yang didasarkan atas karakteristik operasional antara lain bermanfaat untuk
mengkuantifikasi tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan. Karena tujuan
organisasi sektor publik adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat/
publik sebagai pengguna jasa layanan atau produk yang dihasilkan, maka fokus
pengukuran kinerja sektor publik justru terletak pada outcome (hasil) dan bukan pada
input dan proses (Bastian, 2007).
Alat utama untuk mengalokasikan sumberdaya dan memonitor organisasi
non profit oriented adalah anggaran dan laporan umpan balik yang berhubungan
dengannya. Anggaran seharusnya memberikan gambaran akan perhatian dan
komitmen manajer di tahun yang akan datang. Tipe informasi yang dibutuhkan untuk
memberi gambaran yang jelas tersebut diatur dalam persamaan dasar input/
proses/output (Gosling 1988).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Baber et al. (2002) memberikan dukungan pengukuran kinerja berdasarkan
akuntansi sebagai dasar pengukuran kompensasi kepada CEO dari organisasi nirlaba.
Karena output dari organisasi nirlaba tidak bisa dihargai secara konvensional, serta
tidak ada ukuran kinerja berdasar pasar, maka indikator akuntansi mungkin membantu
memonitor kinerja manajer. Di lain pihak, tujuan dari norganisasi nirlaba tidak
berorientasi pada laba sehingga sulit dikuantifikasi, maka penekanan pada pengukuran
kinerja akuntansi mungkin akan memperbaiki disfungsional tersebut.
Perilaku manajer organisasi sektor publik dalam mengoptimalkan biaya telah
dibuktikan dalam penelitian Mensah dan Hsing (1993). Penelitian tersebut dilakukan
pada para manajer dari 33 rumah tahanan di Tunisia. Hasil penelitian membawa
implikasi bahwa pada institusi rumah tahanan yang baik, pengukuran output
cenderung memfokuskan pada jumlah total dari penghuni tahanan dan jumlah hari
penahanan.
Kinerja relatif dari proses pendidikan secara potensial dapat dipengaruhi
oleh perbedaan dalam lingkungan operasi. Secara khusus, dapat diasumsikan bahwa
kualitas dan kuantitas dari lulusan sekolah dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi dan
sosial siswa. Contoh dari faktor sosial-ekonomi antara lain tingkat partisipasi dan
ketertarikan orang tua dalam pendidikan anak mereka, tingkat kenakalan remaja
dalam daerah sekitar sekolah, tingkat pendapatan atau kesejahteraan orangtua, standar
biaya hidup di lingkungan sekolah, dan stabilitas dari pekerjaan di lingkungan
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Relative Performance Evaluation (RPE) merupakan salah satu contoh
pengukuran kinerja relatif dari suatu organisasi dibandingkan dengan organisasi lain
yang dapat diterapkan dalam institusi pendidikan atau dengan kata lain merupakan
penggunaan informasi tentang kinerja dari pihak lain ketika mengevaluasi kinerja
dari individu atau tim khusus atau unit organisasi. Benchmarking seringkali
digunakan dalam praktek untuk menggambarkan penelitian yang dimotivasi untuk
menggambarkan RPE secara langsung. Penelitian Dopuch dan Gupta (1997)
menggunakan teknik Stochastic Frontier Estimation (SFE) untuk memperoleh
estimasi kinerja sekolah relatif berdasarkan standard benchmark. Dengan teknik
tersebut, ia mengestimasikan tingkat benchmark (minimum) dari belanja sekolah
yang dikeluarkan sekolah untuk memperoleh tingkat target tertentu dari output
sekolah publik.
G. Pengukuran Masukan Dan Keluaran
Untuk mencapai tujuannya, sekolah melakukan aktivitas yang
membutuhkan sumberdaya sebagai masukannnya dan menghasilkan output sebagai
keluarannya, seperti tergambar dalam skema berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1
Skema Input-Proses-Output Manajemen Pendidikan
INPUT PROSES OUTPUT
Untuk kepentingan anggaran kinerja, agen publik terbagi dalam empat
kategori. Kategori pertama, baik output dan outcome dapat diukur, mereka disebut
dengan organisasi produksi. Kategori kedua, output dapat diukur sedangkan outcome
tidak. Kategori ketiga, output tidak mudah diukur sedangkan outcome dapat diukur.
Kategori keempat, baik output dan outcome tidak mudah diukur. Sektor pendidikan
termasuk kedalam kategori keempat (Mascharenhas 1996).
Salah satu cakupan pengukuran kinerja organisasi publik adalah kualitas
dimana hal ini berguna untuk memajukan standarisasi jasa yang diberikan maupun
keefektifan organisasi. Pada institusi pendidikan, kualitas yang dimaksud adalah
adalah siswa serta proses pendidikan yang berupa suasana pendidikan. Prestasi dapat
dilihat dari masukan yang merata, jumlah lulusan banyak dan bermutu tinggi
(Mulyasa 2007).
• Perencanaan & evaluasi • Kurikulum • Pembelajaran • Ketenangan • Fasilitas • Keuangan • Kepesertadidikan • hubungan sekolah- masy • Iklim sekolah
Proses Belajar Mengajar
PRESTASI SISWA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Salah satu teknik pengukuran kinerja dengan penilaian 3 E (Ekonomi,
efisiensi, efektivitas). Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana
barang dan jasa yang dibeli organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu..
Efektivitas adalah hubungan antara output dengan tujuan, dimana efektivitas diukur
berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur organisasi mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input
dimana barang dan jasa dibeli pada kualitas yang diiinginkan dan pada harga terbaik
yang dimungkinkan (Bastian 2006).
H. Pengendalian Biaya dan Pengendalian Kualitas Pendidikan
Saat ini desentralisasi di bidang pendidikan menjadi salah satu agenda
utama pemerintah. Selama ini pemerintah telah berusaha menempatkan isu
peningkatan mutu pendidikan sebagai agenda srategis pembangunan, baik
pembangunan nasional maupun pembangunan daerah, dimana hal tersebut menjadi
keputusan politik pemerintah yang tercermin dalam rencana anggaran pendapatan dan
belanja negara/daerah.
Secara konstitusional, pemerintah diwajibkan mengalokasikan dana 20%
dari total APBN atau APBD yang membawa implikasi peningkatan dana sektor
pendidikan. Dana tersebut ditujukan untuk pengembangan sarana dan prasarana,
bahan dan peralatan, peningkatan kesejahteraan guru dan sistem promosi.
Implikasi penting sebagai konsekuensi dari otonomi daerah dan
desentralisasi di bidang pendidikan salah satunya adalah kapasitas pendanaan sekolah.
Sekolah ditantang untuk pandai mengelola, mengembangkan, dan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kapasitas pendanaannya sendiri. Di lain pihak, sekolah dihadapkan pada masalah
pendanaan itu sendiri. Dalam sudut pandang yang berbeda, sekolah merupakan
organisasi nirlaba yang tetap harus menjaga fungsi sosialnya berbeda dengan
organisasi lain yang berorientasi laba.
Aspek pembiayaan saling terkait dengan kualitas pendidikan. Dalam
prakteknya, pembiayaan harus didasarkan pada tingkat kualitas tertentu. Di Indonesia,
tingginya biaya pendidikan merupakan konsekuensi logis dari keinginan masyarakat
yang menginginkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Hal ini juga merupakan
persoalan tersendiri, dimana biaya pendidikan terutama di perguruan tinggi yang terus
melambung tinggi.
Berkembangnya konsep manajemen berbasis sekolah memberikan tanda
adanya pergeseran sumber pendanaan yang terjadi dari pemerintah kepada manajemen
yang membawa implikasi penting bahwa pengelolaan sumber-sumber pendanaan
harus didasarkan pada prinsip selektivitas, efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang
tinggi. Perubahan yang terjadi di lingkungan strategis pendidikan belum diiringi
dengan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah. Jadi diperlukan langkah-
lagkah konkrit dalam memperkuat mutu pendidikan dasar dan menengah, yaitu
(Bastian 2007):
1. Memperkuat kurikulum dalam arti revisi yang menjamin relevansi, efisiensi,
efektivitas dan produktivitas pembentukan kompetensi.
2. Memperkuat kapasitas manajemen sekolah melalui implementasi manajemen
berbasis sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Memperkuat sumberdaya tenaga kependidikan melalui penguatan sistem
pendidikan tenaga kependidikan, peningkatan inovasi guru-guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran, dan mengoptimalkan fungsi-fungsi tenaga
kependidikan.
4. Memperkuat kapasitas keuangan sekolah berbasis persaingan melalui
pengembangan kegiatan-kegiatan inovatif untuk peningkatan mutu sekolah dan
mutu pendidikan.
5. Perlu ada kemauan politik pemerintah dalam memberi prioritas dukungan
keuangan sekitar 20% dari anggaran untuk sektor pendidikan.
Sebenarnya, banyak faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Ada tiga hal penting selain biaya yang bisa dijadikan sebagai salah
satu cara dalam meningkatkan kualitas pendidikan yaitu cara penyampaian guru
dalam mengajar, kurikulum dan fasilitas..
Sekolah negeri sebagai institusi non profit mengemban amanat sebagai
institusi yang juga memiliki fungsi sosial, memiliki nilai-nilai idealisme, tidak
sepantasnya untuk menonjolkan biaya sebagai faktor penentu dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu sekolah harus bisa menunjukkan
langkah efisiensi dan akuntabilitas pengelolaan dana terlebih dahulu.
I. Biaya Pendidikan
Biaya Satuan Pendidikan (BSP) adalah besarnya biaya yang diperlukan rata-
rata tiap siswa tiap tahun, sehingga mampu menunjang proses belajar mengajar sesuai
dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan (Depdiknas, Buku Panduan BOS,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2007). Dari cara penggunaannya, BSP dibedakan menjadi BSP Investasi dan BSP
Operasional .
BSP Investasi adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa dalam satu tahun
untuk pembiayaan sumberdaya yang tidak habis pakai dalam waktu lebih dari satu
tahun, seperti pengadaan tanah, bangunan, buku, alat peraga, media, perabot dan alat
kantor. Sedangkan BSP Operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa
dalam satu tahun untuk pembiayaan sumberdaya pendidikan yang habis pakai dalam
satu tahun atau kurang. BSP Operasional mencakup biaya personil dan biaya
nonpersonil.
Biaya Personil meliputi biaya untuk kesejahteraan (Honor Kelebihan Jam
Mengajar, Guru Tidak tetap, Pegawai Tidak Tetap, Uang lembur, dan Pengembangan
Profesi guru, Kelompok Kerja Kepala Sekolah dan lain-lain. Biaya non Personil
adalah biaya untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), evaluasi,
perawatan, pembinaan kesiswaan, rumahtangga sekolah dan supervisi.
Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai proses
pencapaian tujuan dan hasil suatu organisasi. Di sekolah dasar dan menengah negeri,
biaya langsung adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian tujuan
utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa dan berdampak terhadap siswa
secara keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa biaya langsung merupakan komponen
utama dari biaya pendidikan (SPP), atau dapat dikatakan merupakan biaya
sesungguhnya dari pendidikan itu sendiri (Bastian, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
J. Pengembangan Hipotesis
Hasil penelitian Mensah et al. (2007) membuktikan bahwa total siswa
terdaftar mempunyai pengaruh yang paling besar pada biaya operasional per siswa
dengan koefisien negatif yang merefleksikan eksistensi skala ekonomis. Jika skala
disekonomis terjadi, maka kuadrat dari natural log dari ENROLL akan memiliki
tanda positif (Dopuch dan Gupta 1997).
Skala ekonomis dan skala diekonomis terjadi di perusahaan pada jangka
panjang. Skala ekonomis ditandai dengan penurunan biaya produksi per unit jika
skala operasinya meningkat. Skala disekonomis ditandai dengan kenaikan biaya
produksi per unit apabila skala operasinya naik. Penyebab skala disekonomis antara
lain kesukaran pengendalian sehingga manajer mulai meraih sasarannya sendiri
daripada berusaha untuk mencapai tujuan perusahaan, hal inilah yang dimaksud
dengan masalah prinsipal – agen atau masalah atasan-bawahan (Lipsey et al. 1995).
Dalam konteks penelitian ini, yang menjadi prinsipal adalah pemerintah,
sedangkan kepala sekolah sebagai agen. Agency theory mengasumsikan bahwa setiap
individu bertindak untuk kepentingan pribadi masing-masing (Anthony dan
Govindarajan 2006). Prinsipal mungkin tidak selalu mendapatkan hasil seperti yang
diinginkan disebabkan karena adanya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal
atau kemungkinan lain tindakan agen yang tidak dapat dimonitor. Tanpa monitoring,
hanya agen yang tahu apakah dia bekerja sesuai kepentingan prinsipal atau tidak,
sehingga prinsipal mempunyai informasi kurang mengenai kinerja agen. Situasi ini
dinamakan dengan information asymetry (Hendriksen 2000). Untuk memecahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masalah tersebut, agency theory menunjuk dua jalan keluar yaitu melalui monitoring
dan kontrak insentif. Monitoring agen dilakukan melalui audit laporan keuangan oleh
pihak independen (Hendriksen 2000), sedangkan kontrak insentif memungkinkan
perusahaan berbagi kemakmuran dengan agen jika nilai perusahaan meningkat
(Kaplan 1989)
Kondisi pengelolaan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia saat ini
menurut peneliti berpotensi menimbulkan masalah prinsipal – agen. Pihak pemerintah
sebagai prinsipal telah mendelegasikan wewenang kepada sekolah sebagai agen
dengan pemberian otonomi luas untuk melakukan pengelolaan sumberdaya, akan
tetapi belum ada monitoring yang efektif dan tidak adanya kontrak insentif.
Pendelegasian wewenang tanpa disertai monitoring dan kontrak insentif akan
menimbulkan masalah keagenen yang serius (Anthony dan Govindarajan 2006). Audit
sekolah sebagai alat monitoring saat ini adalah audit kinerja bukan audit atas laporan
keuangan dan baru beberapa tahun ini audit dilaksanakan.
Dari uraian di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H1: Jumlah siswa terdaftar berpengaruh positif terhadap biaya operasional per
siswa.
Dalam berbagai literatur, biaya langsung dalam biaya pendidikan lebih
dikenal dengan istilah biaya instruksional. Biaya instruksional mencakup biaya dari
semua kesempatan yang disediakan oleh institusi untuk kegiatan pengajaran itu
sendiri mencakup biaya pengajaran, perpustakaan, laboratorium, bangunan fisik, dan
jasa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Biaya langsung adalah biaya proses pencapaian tujuan utama sekolah yang
tidak terpisahkan dari diri siswa serta berdampak terhadap diri siswa secara
keseluruhan. Rasio biaya langsung merupakan rasio antara total biaya langsung
dibandingkan dengan total biaya operasional sekolah.
Hasil penelitian Mensah et al. (2007) menunjukkan bahwa rasio biaya
langsung berpengaruh negatif terhadap biaya operasional per siswa. Mensah et
al.(2007) menemukan bahwa efisiensi biaya berhubungan dengan tingkat belanja yang
lebih tinggi pada biaya instruksional dan biaya administrasi dibandingkan dengan
area yang lain (misalnya biaya pemeliharaan dan operasi dan biaya pendukung lain).
Dalam penelitian ini rasio biaya langsung diduga berpengaruh terhadap
biaya operasional persiswa dengan koefisien negatif karena untuk sekolah dengan
rasio biaya langsung kecil, jumlah siswa/peminat tinggi sehingga menyebabkan biaya
operasional per siswa tinggi. Tindakan sekolah untuk menetapkan biaya pendidikan
yang tinggi tidak akan menjadi masalah karena jumlah siswa yang benyak/ peminat
yang tinggi. Sedangkan bagi sekolah dengan rasio biaya langsung yang kecil
cenderung menetapkan biaya operasional per siswa rendah karena dikhawatirkan
peminat atau jumlah siswa akan turun.
Dari uraian di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H2: Rasio biaya langsung berpengaruh positif terhadap biaya operasional per
siswa
Rasio siswa dibandingkan guru mencerminkan jumlah siswa yang diajar
setiap guru di sekolah. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan ukuran kelas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
semakin besar. Dalam penelitian terdahulu, koefisien rasio ini diprekdisikan negatif
karena kelas dengan ukuran yang lebih kecil akan mendorong proses pembelajaran
menjadi lebih baik.
Hasil penelitian Mensah et al. (2007) menunjukkan hal yang mengejutkan
bahwa distrik sekolah dengan rasio siswa per kelas yang tinggi mendapatkan prestasi
yang lebih tinggi daripada rasio siswa per kelas yang rendah. Penelitian Hanushek
(1986); Jaggia dan Kelly (1999) menggunakan rasio guru-siswa untuk menguji
pengaruhnya terhadap prestasi siswa. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
rasio guru-siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa Sedangkan Bingley (2005)
menggunakan ukuran kelas (jumlah siswa dibagi dengan jumlah kelas) untuk menguji
pengaruhnya terhadap prestasi siswa, di mana hasilnya menunjukkan ada pengaruh
positif antara ukuran kelas dengan prestasi siswa.
Peneliti ingin menguji pengaruh jumlah siswa terdaftar terhadap prestasi
siswa karena dugaan adanya pengaruh langsung jumlah siswa terdaftar terhadap
prestasi siswa, di samping adanya pengaruh tidak langsung. Peneliti menduga jumlah
siswa terdaftar berpengaruh negatif terhadap prestasi siswa karena semakin besar
jumlah siswa terdaftar maka situasi pembelajaran menjadi kurang kondusif sehingga
bisa menurunkan prestasi siswa.
Dari uraian di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H3: Jumlah siswa terdaftar berpengaruh negatif terhadap prestasi siswa.
Dalam penelitian Mensah et al. (2007), variabel biaya instruksional
digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok pertama prosentase biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
instruksional dari proporsi paling rendah (47,04% sampai dengan 59,2%), kelompok
kedua (59,2% sampai dengan 62,2%) dan kelompok ketiga (62,2% sampai tingkat
maksimum / 73,2%). Hasilnya menunjukkan bahwa dari semua kelompok tersebut
semua berpengaruh signifikan baik terhadap biaya maupun prestasi siswa. Rasio biaya
instruksional dalam penelitian tersebut memiliki rating DB (Double Beneficial)
artinya rasio ini berpengaruh menguntungkan terhadap biaya (menurunkan biaya
operasional per siswa) dan berpengaruh menguntungkan terhadap prestasi siswa
(meningkatkan prestasi siswa). Dapat disimpulkan bahwa peningkatan kuantitas
dalam variabel ini akan membantu dalam pengidentifikasian tingkat yang optimal
dalam pengalokasian biaya instruksional
Walaupun hasil penelitian Mensah et al. (2007) menunjukkan bahwa
sedapat mungkin sumberdaya dialokasikan ke dalam kegiatan instruksional, tetapi ada
kemungkinan bahwa terlalu banyak sumberdaya yang dialokasikan dalam kegiatan
instruksional akan menyebabkan sumberdaya yang tidak memadai untuk area
fungsional yang lain.
Rasio biaya langsung yang digunakan dalam penelitian ini diduga
berpengaruh terhadap prestasi siswa dengan koefisien positif, karena diduga semakin
besar sumberdaya atau biaya operasional dialokasikan ke biaya langsung maka akan
menunjang kearah peningkatan kualitas siswa, begitu pula sebaliknya
Dari uraian di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H4: Rasio biaya langsung berpengaruh negatif terhadap prestasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian untuk mengetahui pengaruh peningkatan biaya operasional
persiswa terhadap prestasi siswa menjadi sangat penting, karena adanya pemberian
bantuan biaya opersional sekolah yang bervariasi merupakan kebijakan yang kurang
tepat jika memang peningkatan belanja sekolah tidak memiliki pengaruh terhadap
prestasi siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Coate dan Vanderhoff (1999) yang
mengevaluasi efek dari peningkatan belanja pendidikan untuk pencapaian prestasi
siswa. Coate dan Vanderhoff (1999) menyatakan jika peningkatan pendanaan
sekolah tidak memberikan efek pada peningkatan prestasi siswa, maka peningkatan
pendanaan secara besar-besaran pada daerah yang miskin merupakan kebijakan yang
kurang tepat.
Hasil penelitian Coate dan Vanderhoff (1999) menunjukkan bahwa biaya
operasional per siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa, hal ini konsisten
dengan penelitian dari Hanushek (1986). Hanushek (1986) melakukan survei terhadap
38 artikel berbeda yang menggunakan pendekatan fungsi produksi pendidikan.
Variabel peneltian terdiri rasio guru-siswa, pendidikan guru, pengalaman guru, gaji
guru dan biaya operasional siswa. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan signifikan antara biaya operasional per siswa disebabkan karena
memang tidak ada hubungan antara keduanya atau karena bermacam masalah
berkaitan dengan data, antara lain kualitas data, dan kemungkinan korelasi yang
tinggi antara variabel independen.
Penelitian Jaggia dan Kelly (1999) memberikan hasil yang konsisten dengan
Hanushek (1986) bahwa tidak ada hubungan sistematis antara biaya operasional per
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa dengan prestasi siswa dan menemukan bahwa faktor ekonomi sosial yang
memainkan peranan penting pada prestasi siswa. Sedangkan Mensah et al. (2007)
menemukan pengaruh yang lemah (0,6%) biaya operasional per siswa terhadap
prestasi siswa.
Penulis menduga ada pengaruh biaya operasional per siswa terhadap
prestasi siswa karena untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar dibutuhkan
biaya rutin yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi siswa. Diduga semakin
tinggi biaya operasional per siswa maka semakin bermutu kualitas sarana, prasarana
dan kegiatan pembelajaran sehingga akan menunjang ke arah peningkatan prestasi
siswa. Adanya kenyataan selama ini bahwa usaha keras dari sekolah dalam
mendongkrak prestasi siswa untuk menghadapi Ujian Nasional (UN) menghabiskan
biaya cukup besar. Timbulnya rasa kekhawatiran yang tinggi dari para kepala sekolah
akan hasil UN dan juga para orang tua dan siswa menjadikan mereka melakukan apa
saja yang membawa konsekuensi biaya tinggi.
Dari uraian di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H5 : Biaya operasional per siswa berpengaruh positif terhadap prestasi siswa.
K. Kerangka Pemikiran
Gambar 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H3
H1
H5
H2
H4
Biaya Operasional Per siswa
Prestasi Siswa
JUMLAH SISWA TERDAFTAR
RASIO BIAYA LANGSUNG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan applied research untuk memecahkan masalah
yang dihadapi para kepala sekolah dalam hal pengelolaan biaya operasional siswa
dalam pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi siswa.
A. Populasi dan Sampel
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal
minat yang ingin peneliti invetigasi. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel
terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP dan SMA Negeri di
Kabupaten Sragen dan Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Jumlah populasi sebanyak
152 SMP Negeri dan SMA negeri. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 34, terdiri
dari 22 sekolah dari kabupaten Wonogiri dan 12 sekolah dari kabupaten Sragen. Dari
jumlah tersebut 1 sampel tidak bisa digunakan karena data kurang lengkap, sedangkan
3 sekolah dikeluarkan dari sampel karena outlier, sehingga jumlah sampel terakhir 30
sampel. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Wonogiri untuk
tahun pelajaran 2008/2009 yang berasal dari Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS) yang sudah disahkan pihak yang berwenang atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Data yang diperlukan dari
RAPBS atau APBS adalah data mengenai biaya operasional dan biaya langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan data lain yang diperlukan adalah jumlah siswa per sekolah dan nilai hasil
ujian nasional.
B. Definisi Operasional
1. Biaya operasional
Biaya operasional merupakan biaya rutin untuk membiayai proses pencapaian
tujuan atau hasil pembelajaran. Biaya operasional merupakan biaya sekolah yang
ditanggung pemerintah baik secara total atau keseluruhan maupun dalam bentuk
subsidi. Subsidi dari pemerintah ini mengurangi biaya tidak langsung yang
ditanggung BP3.
2. Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian
tujuan utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa serta berdampak
terhadap siswa secara keseluruhan. Contoh biaya lansung adalah biaya praktikum,
biaya ujian, biaya pemakaian laboratorium dan sebagainya.
3. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah komponen biaya penunjang atau pelengkap dari
komponen biaya langsung. Contoh biaya tidak langsung adalah bantuan dana
kegiatan siswa, biaya keamanan, biaya kebersihan dan biaya kegiatan sosial.
4. Prestasi siswa
Prestasi siswa merupakan kualitas dari output sekolah. Output sekolah
didefinisikan sebagai produk dari kuantitas output (jumlah siswa) dan kualitas
output. Kualitas output sekolah dapat diukur dari hasil nilai ujian nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Pengukuran Variabel
1. Prestasi siswa
Untuk mengukur prestasi siswa, diperlukan pengukuran tunggal dari dua tipe
sekolah berbeda yaitu SMP dan SMA. Peneliti mengadopsi pengukuran prestasi
siswa berdasarkan penelitian Mensah et al. (2007) yaitu dengan menggunakan
Composite Test Score (CTest). C Test merupakan pengukuran tunggal prestasi
siswa dari tipe sekolah yang berbeda dengan menggunakan rumus skor prosentase
rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut:
CTEST = [ ]iMAXijijkc
iij
TESTTESTSS
/*1 ∑∑
ijS : jumlah siswa yang mengikuti test.
iTEST : hasil nilai Ujian Nasional.
iMAXTEST : maksimum nilai Ujian Nasional yang dicapai sekolah.
cK : 1 untuk jurusan IPA.
: 2 untukjurusan IPS, dan
: 3 untuk jurusan Bahasa.
2. Biaya operasional
Pos biaya diklasifikasikan menjadi tiga komponen, yaitu: 1) biaya operasional, 2)
biaya modal, dan 3) biaya tak terduga. Untuk memperoleh besarnya biaya
operasional yang ada dalam pengendalian kepala sekolah, maka biaya gaji PNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dikeluarkan dari model penelitian. Untuk itu perhitungan biaya operasional
ditentukan sebagai berikut:
Biaya Operasional = Total Biaya - Biaya Modal - Biaya Tak terduga - Gaji PNS
3. Teknik analisis data
Dalam uji statistik umumnya meliputi empat elemen: hipotesis nol, hipotesis
alternatif, tes statistik dan kesimpulan penolakan. Untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini, teknik-teknik statistik yang digunakan adalah uji
asumsi klasik dan Analisis Regresi Linear Sederhana.
4. Uji asumsi klasik
Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2006) asumsi utama yang mendasari
model regresi linear klasik dengan menggunakan model OLS adalah sebagai
berikut: (a) Model regresi linear artinya, linear dalam parameter, (b) Nilai X
diasumsikan non-stokastik, artinya nilai X dianggap tetap dalam sampel yang
berulang, (c) Nilai rata-rata kesalahan adalah nol, (d) Homokedastisitas , artinya
variane kesalahan sama untuk setiap periode, (e) Tidak ada autokorelasi antar
kesalahan, (f)Jumlah observasi harus lebih besar daripada jumlah parameter yang
diestimasi, (g) Adanya variabilitas dalam nilai X, (h) model regresi telah
dispesifikasi secara benar, (h)Tidak ada multikolonieraitas yang sempurna antar
variabel bebas.
a) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ataukah tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa niali
residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid (Ghozali 2006). Penelitian ini menggunakan uji
statistik non-parametrik Kolmogorov- Smirnov (K-S) dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih
besar daripada 5%.
b) Uji heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah model dalam regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau
tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali 2006). Suatu model tidak terjadi
heterokedastisitas apabila t hitung < t-tabel atau Sig. t > α. Apabila terjadi
heterokedastisitas dapat diperbaiki dengan cara (Sarwoko 2005):
1. Mentransformasikan data dengan suatu faktor yang tepat, kemudian baru
menggunakan prosedur OLS terhadap data yang telah ditransformasikan
itu.
2. Transformasi data dalam bentuk translog.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lain (Ghozali
2006). Penelitian ini menggunakan uji Durbin Watson (DW test) untuk
mendeteksi autokorelasi. Pengambilan keputusan pada asumsi ini berdasarkan
nilai dari tabel Durbin Watson yaitu nilai dl dan du untuk k = jumlah variabel
bebas dan n = jumlah sampel. Jika nilai dw berada diantara nilai du dan 4 – du
berarti asumsi tidak terjadi autokorelasi terpenuhi.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
DW Hipotesis nol Keputusan
0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif Tolak
dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan
4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif Tolak
4 – du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan
du < d < 4 - du Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif
Tidak ditolak
Jika terjadi autokorelasi, maka perlu ditinjau terlebih dahulu spesifikasi
persamaan regresi baru kemudian dilakukan langkah–langkah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memperbaiki autokorelasi (Sarwoko 2005). Untuk mengatasinya dapat
dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Melakukan transformasi data.
2. Menambah jumlah data observasi.
2. Uji hipotesis
Hipotesis pertama sampai dengan kelima dianalisis dengan menggunakan regresi
linier sederhana. Karena keterbatasan data, peneliti hanya bisa menguji hubungan
antar dua variabel dengan model sebagai berikut:
1. BOP = a1 + a2 JS + e
2. BOP = b1 + b2 RBL + e
3. PS = c1 + c2 JS + e
4. PS = d1 + d2 RBL + e
5. PS = e1 + e2 BOP + e
Keterangan:
BOP : Biaya operasional persiswa
JS : Jumlah siswa
RBL : Rasio biaya langsung (total biaya langsung dibagi dengan total
biaya operasional setahun)
PS : Prestasi siswa
a1 , b1 , c2, d1, e1 = konstanta
a2 , b2 , c2, d2, e2 = koefisien
e = error
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Koefisien determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi ádalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas.
b) Uji koefisien regresi sederhana (Uji t)
Penelitian ini tidak bisa menguji variabel secara bersamaan akan tetapi hanya
secara individu karena keterbatasan jumlah sampel yang diperoleh. Uji ini
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Rumus t hitung pada
analisis regresi adalah sebagai berikut:
t hitung = bS
b
Keterangan :
b = Koefisien regresi
S b = Standar error
atau dengan rumus sbb:
t hitung = 212
rnr−
−
Keterangan:
r = Koefisien korelasi sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
n = jumlah data
Kriteria Pengujian
H0 ditolak jika probabilitas < 0,05
H0 diterima jika probabilitas > 0,05
Atau
H0 diterima jika –T Tabel ≤ T Hitung ≤ T Tabel
H0 ditolak jika –T Hitung < -T Tabel atau T Hitung > T Tabel
Kesimpulan:
Atas dasar hipotesis alternatif dengan α sebagai tingkat keyakinan, maka
hipotesis alternatif akan diterima (Ho ditolak) apabila –T Hitung < -T Tabel
atau T Hitung > T Tabel dan sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Biaya
Komponen penyusun anggaran terdiri dari berbagai aktivitas yang terjadi
dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya
terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Peneliti manggunakan Activity
Costing System (ACS) Menurut pendekatan ACS, rincian biaya merupakan rincian
aktivitas dan prasarana pendukung aktivitas yang dibutuhkan. Identifikasi biaya yang
terjadi kemudian disesuaikan dengan APBS (Bastian 2007). Berikut ini penjabaran
jenis biaya langsung dan tidak langsung dari APBS:
1. Biaya langsung adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian
tujuan utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa dan berdampak
terhadap diri siswa secara keseluruhan, terdiri dari:
a. Belanja pegawai
1) Honorarium PNS
Gaji PNS dikeluarkan dari biaya langsung karena merupakan biaya yang
tidak dapat dikendalikan oleh Kepala sekolah.
2) Honorarium non PNS
3) Uang lembur PNS dan non PNS
b. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
1) Pengadaan buku, seragam, alat praktik, peraga siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Pelatihan penyusunan kurikulum.
3) Pengembangan materi pembelajaran.
4) Penyediaan buku pegangan guru.
5) Monitoring, evaluasi, pelaporan.
c. Program peningkatan mutu tenaga pendidik
1) Pelatihan pendidik, MGMP, LPMP, PPPG, dan sebagainya.
2) Monitoring, evaluasi, pelaporan.
3) Supervisi, workshop dan sebagainya.
d. Program peningkatan mutu anak didik
Ulangan, Ujian, Try Out, Pengembangan potensi, PKL, studi banding, dan
sebagainya.
e. Program peningkatan sumberdaya aparatur
Pendidikan, sosialisai peraturan, bimbingan teknis per –UU dan sebagainya.
f. Program kegiatan kesiswaan (yang bersifat langsung)
Pelaksanaan remedial, pengembangan potensi siswa dan sebagainya.
2. Biaya tidak langsung adalah komponen biaya penunjang atau pelengkap dari
komponen biaya langsung, jadi merupakan katalisator dalam proses belajar
mengajar yang terdiri dari:
a. Belanja barang/ pemeliharaan dan jasa
1) Penyediaan jasa surat menyurat, telepon, air dan sebagainya.
2) Penyediaan peralatan RT, kantor, belanja perjalanan dinas, bingkisan
lebaran dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Program peningkatan disiplin aparatur
Pengadaan pakaian dinas, pakaian KORPRI dan sebagainya.
c. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan pencapaian kerja dan
keuangan
Kegiatan pelaporan realisasi kinerja, pelaporan keuangan dan sebagainya.
d. Program manajemen pelayanan pendidikan
Kegiatan komite sekolah, lomba sekolah, diskusi isu pendidikan dan
sebagainya.
e. Program kegiatan kesiswaan
OSIS, UKS, Pramuka, peringatan hari besar keagamaan dan sebagainya.
B. Statistik Deskriptif
Dinas Pendidikan Wonogiri dan Sragen membawahi sejumlah sekolah dari
SD sampai dengan SMA baik negeri maupun swasta. Dalam lingkup Dinas
Pendidikan Sragen pada periode 2008/2009, jumlah SMP dan SMA Negeri dan yang
sederajat adalah: 52 SMP, 10 SMK dan 11 SMA/ MA. Dalam lingkup Dinas
Pendidikan Wonogiri, jumlah sekolah SMP dan SMA negeri dan yang sederajat
adalah: 73 SMP, 13 SMA/ MA dan 3 SMK. Penelitian ini mengeluarkan jenis
sekolah Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari model
penelitian karena pengukuran prestasi siswa dari Ujian Nasional mempunyai kriteria
yang sangat berbeda dengan SMA.
Kepala sekolah di Sragen dan Wonogiri dituntut untuk mampu menyusun
program sekolah diantaranya pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Belanja Sekolah (RAPBS). Pengesahan RAPBS melalui rapat pleno dewan pendidik,
komite sekolah, dan orangtua yang kemudian disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan.
Penyusunan realisasi APBS dilakukan setiap bulan dan Laporan APBS dilakukan
pada akhir tahun ajaran sekitar bulan Juli.
Dari RAPBS dapat diketahui bahwa untuk menunjang proses belajar
mengajar dikeluarkan biaya pendidikan yang meliputi biaya modal/ biaya investasi
dan biaya operasional. Biaya operasional diperoleh dari total biaya dikurangi dengan
biaya modal atau biaya investasi dan biaya tak terduga. Biaya gaji PNS dikeluarkan
dari model penelitian karena biaya tersebut di luar kendali kepala sekolah. Biaya
operasional tersebut ada yang sifatnya langsung (biaya langsung) dan bersifat tidak
langsung (biaya tidak langsung). Untuk memperoleh rasio biaya langsung, total biaya
langsung dibagi dengan total biaya operasional.
Untuk mengukur prestasi siswa dari dua tipe sekolah berbeda yaitu SMP dan
SMA maka diperlukan suatu pengukuran tunggal. Hasil Ujian Nasional dari siswa
kelas 3 SMP dan kelas 3 SMA negeri di Sragen dan Wonogiri terlebih dahulu diubah
melalui perhitungan C Test yang merupakan rumus skor prosentase rata-rata
tertimbang berdasarkan penelitian Mensah et al. (2007). Semua anggota sampel SMA
tidak ada yang memiliki jurusan bahasa jadi hanya jurusan IPA dan IPS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil pengolahan data statistik deskriptif untuk masing-masing variabel
disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Variabel SMP Rata-rata Deviasi
Standar Minimum Maksimum
Jumlah Siswa
Terdaftar
Biaya Operasional
Per siswa
Rasio Biaya
Langsung
Prestasi Siswa
563
Rp. 801.879
0,61
0,90
193
Rp. 326.824
0,09
0,027
219
Rp. 509.228
0,43
0,86
830
1.706.112
0,79
0,97
Variabel SMA Rata-rata Deviasi
Standar Minimum Maksimum
Jumlah Siswa
Terdaftar
Biaya Operasional
Persiswa
Rasio Biaya
Langsung
Prestasi Siswa
699
Rp. 1.122.445
0,62
0,90
172
Rp. 348.758
0,08
0,02
538
Rp. 781.569
0,53
0,88
991
Rp. 1.122.445
0,71
0,93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, untuk variabel jumlah siswa terdaftar
menunjukkan jumlah tertinggi sebesar 830 (SMP) dan 991 (SMA) dan jumlah
terendah sebesar 219 (SMP) dan 538 (SMA), dengan rata-rata 563 (SMP) dan 699
(SMA). Variabel biaya operasional per siswa menunjukkan jumlah tertinggi Rp.
1.706.712 (SMP) dan Rp. 1.122.445 (SMA) dan jumlah terendah sebesar Rp. 509.228
(SMP) dan Rp. 781.569 (SMA), dengan rata-rata Rp. 801.879 (SMP) dan Rp.
1.122.445 (SMA). Variabel rasio biaya langsung menunjukkan jumlah tertinggi 0,79
(SMP) dan 0,71 (SMA) dan jumlah terendah sebesar 0,43 (SMP) dan 0,53 (SMA),
dengan rata-rata sebesar Rp. 0,61 (SMP) dan 0,62 (SMA). Variabel prestasi siswa
menunjukkan jumlah tertinggi sebesar 0,97 (SMP) dan 0,93 (SMA), jumlah terendah
sebesar 0,86 (SMP) dan 0,88 (SMA), dengan rata-rata sebesar 0,90 (SMP dan SMA).
Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya rutin untuk pencapaian
tujuan atau hasil pembelajaran selama satu tahun untuk setiap siswa SMP Rp.
801.879,00, dan untuk setiap siswa SMA sebesar Rp. 1.122.445,00.
C. Tampilan Steam dan Leaf
Steam and Leaf plot berfungsi sama dengan histogram (Santoso 2009) yang
digunakan untuk membuktikan bahwa suatu data terdistribusi secara normal. Dengan
melihat leaf-nya maka bisa diketahui secara kasar bahwa data tersebut berpola
normal dengan kemencengan tertentu. Tampilan Steam & Leaf disajikan dalam tabel 2
berikut ini:
Tabel 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tampilan Steam dan Leaf
JML SISWA B OPRS RASIO BL PRESTASI
Steam Leaf Steam Leaf Steam Leaf Steam Leaf
2
3
4
5
6
7
8
9
159
08
3446669
379
346
01123669
023
9
5
6
7
8
9
10
11
12
4
0222678
345777
168
234567
2
6
5
2
Extreme
≥1.463.488
4
4
5
5
6
6
7
7
23
9
1223
557789
023344
66677889
12
8
8
8
8
9
9
9
9
5
6777
8888999
9
0000001
1
222233
44
6
Dari tampilan Steam & Leaf di atas terlihat bahwa konsentrasi jumlah
siswa terdaftar berkisar 430 sampai dengan 490 siswa dan 700 sampai dengan 790
siswa siswa. Konsentrasi biaya operasional per siswa berkisar Rp 500.000,000
sampai dengan Rp. 670.000,00 dan Rp. 820.000,00 sampai dengan Rp. 870.000,00.
Konsentrasi rasio biaya langsung berkisar antara 0,55 sampai dengan 0,69.
Konsentrasi prestasi siswa berkisar antara 0,88 sampai dengan 0,94. Konsentrasi nilai
tersebut menunjukkan bahwa data cenderung berkelompok ke dalam nilai-nilai
tersebut.
Dari tampilan Steam & Leaf di atas juga dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi secara normal karena dengan melihat leaf-nya, pola masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
variabel membentuk lonceng. Untuk melihat normalitas data secara lebih halus, maka
digunakan uji Kolmogorov- Smirnov.
D. Analisa Korelasi Pearson
Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien
korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi. Nilai
koefisien (r) berkisar antara1 sampai dengan -1. Nilai mendekati 1 atau -1
menunjukkan hubungan antara dua variabel semakin kuat sedangkan nilai mendekati
0 menunjukkan hubungan antar dua variabel semakin lemah. Berikut hasil analisis
korelasi Pearson.
Tabel 3
Matriks Korelasi Pearson
Jumlah Siswa B Operasional
Persiswa
Rasio Biaya
Langsung
Prestasi
Siswa
Jumlah Siswa
Nilai R Pearson
Signifikansi
Biaya Operasional
Per siswa
Nilai R Pearson
Signifikansi
Rasio Biaya
Langsung
Nilai R Pearson
Signifikansi
1
-0,034
0,429
0,04
0,491
-.034
0,429
1
-0,403*
0,014
0,04
0,491
-0,403*
0,014
1
-0,151
0,212
0,299
0,054
-0,202
0,142
Lanjutan Tabel 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Prestasi Siswa
Nilai R Pearson
Signifikansi
-0,151
0,212
0,299
0,054
-0,202
0,142
1
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara rasio biaya
langsung dengan biaya operasional per siswa (r) adalah -0,403. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi hubungan yang kuat antara biaya operasional persiswa dengan rasio
biaya langsung. Sedangkan arah hubungan negatif karena nilai r negatif, berarti
semakin tinggi rasio biaya langsung maka semakin rendah biaya operasional per
siswa.
E. Uji Asumsi Klasik
Mengingat penelitian ini menggunakan beberapa variabel maka terlebih
dahulu perlu diuji beberapa asumsi supaya uji hipotesis dapat menghasilkan model
regresi untuk memprediksi prestasi siswa berdasarkan variabel independennya
(jumlah siswa terdaftar, biaya operasional per siswa dan rasio biaya langsung) dan
memprediksi biaya operasional per siswa berdasarkan variabel jumlah siswa terdaftar
dan rasio biaya langsung).
1. Uji normalitas data
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak valid. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov untuk menguji
normalitas residual. Data terdistribusi normal jika tingkat signifikansi > 0,05.
Berikut ini hasil uji normalitas data dengan uji statistik Kolmogorov Smirnov.
Tabel 4
Hasil Analisis Uji Kolmogorov Smirnov
Model Regresi Nilai Kolmogorov Smirnov Signifikansi
Model 1
Model 2
Model 3
Model 4
Model 5
1,226
1,160
0,712
0,547
0,667
0,099
0,135
0,691
0,925
0,766
Berdasarkan nilai tabel diatas, probabilitas dari nilai Komogorov Smirnov masing-
masing model di atas 0,05, hal ini berarti hipotesis nol tidak dapat ditolak atau
semua model mempunyai data berdistribusi normal.
2. Uji autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali 2006). Untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Uji
Durbin –Watson hanya digunakan untuk mendeteksi autokorelasi tingkat satu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi. Pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi positif atau negatif jika du< d < 4 – du.
Berikut ini hasil uji autokorelasi masing-masing model regresi:
Tabel 5
Hasil Analisis Uji Autokorelasi
Model Regresi Nilai Durbin-Watson
1
2
3
4
5
2,048
2,376
1,655
1,755
2,010
Nilai D-W menurut tabel dengan n=30 dan k= 1 diperoleh angka dl = 1,352 dan
du= 1,489. D-W hitung dari kelima model tersebut berada di antara du dan 4-du
maka disimpulkan bahwa kelima model tersebut terbebas dari masalah
autokorelasi.
3. Uji heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual penmgamatan yang satu ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas (Ghozali 2006). Penelitian ini menggunakan Uji Park untuk
mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas. Heterokedastisistas dapat dilihat dari
koefisien parameter beta dari persamaan regresi. Apabila koefisien parameter beta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik maka dalam model
empiris yang diestimasi terdapat heterokedastisitas, begitu pula sebaliknya. Hasil
pengujian heterokedastisitas disajikan dalam tabel 6.
Tabel 6
Hasil Analisis Uji Heterokedastisitas
Model Regresi Signifikansi
1
2
3
4
5
0,755
0,062
0,344
0,928
0,137
Berdasarkan tabel 6 diatas terlihat bahwa koefisien parameter untuk variabel
independen dari kelima model regresi tidak ada yang signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa pada kelima model regresi tidak terdapat heterokedastisitas.
F. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antar dua
variabel atau lebih dan menunjukkan arah hubungan antar variabel dependen dangan
variabel independen.
Hasil analisis regresi linier sederhana dari masing-masing hipotesis dengan
bantuan program SPSS 13,00 dapat dilihat pada pembahasan berikut ini:
Hipotesis 1: Jumlah siswa terdaftar berpengaruh terhadap biaya operasional per
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 7
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Koefisien Beta
Perkiraan Tanda
Koefisien t- hitung Signifikansi
a2 + -61,210 -0,179 0,859
Dari hasil analisis di tabel 7 terlihat bahwa koefisien regresi -61,210 tidak
signifikan pada tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian H1 ditolak, yang berarti
bahwa jumlah siswa terdaftar tidak berpengaruh terhadap biaya operasional per siswa.
Hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian dari Mensah et al. (2007) dan
penelitian Dopuch and Gupta (1997).
Dopuch dan Gupta (1997) menyatakan bahwa asumsi yang mendasari
penggunaan OLS untuk mengestimasi persamaan biaya (salah satu variabel
independennya adalah jumlah siswa terdaftar) adalah sekolah beroperasi pada tingkat
biaya minimum atau tidak ada kelebihan pengeluaran. Kondisi tersebut ditunjukkan
dengan non-negative error component sama dengan nol. Non-negative error
component disebabkan dua hal, yang pertama kelebihan pengeluaran sekolah dan
yang kedua disebabkan karena symetric random error atau pengaruh sebab-sebab lain
di luar model. Dopuch dan Gupta (1997) menyatakan bahwa asumsi ini kurang
realistis karena sekolah tidak beroperasi dalam pasar yang kompetitif dan tidak ada
mekanisme kontrol untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasi. Untuk
mengatasi kelemaham teknik OLS tersebut, Dopuch dan Gupta (1997) menggunakan
teknik Stochastik Frontier untuk mengontrol non-negative error component.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil penelitian Mensah (2007) menunjukkan bahwa jumlah siswa
berpengaruh negatif terhadap biaya operasional per siswa yang menunjukkan
eksistensi skala ekonomis dan jumlah siswa berpengaruh positif pada biaya
operasional terjadi pada distrik sekolah berskala besar menunjukkan eksistensi skala
disekonomis. Hasil penelitian Mensah (2007) konsisten dengan hasil penelitian
Dopuch dan Gupta (1997).
Hasil penelitian ini tidak bisa membuktikan pengaruh jumlah siswa terhadap
biaya operasional per siswa disebabkan non-negative error component yang sangat
besar. Ada dua kemungkinan penyebab non-negative error component yang sangat
besar yaitu error karena kelebihan pengeluaran sekolah dan error karena sebab lain
di luar model. Peneliti menduga jenis pelayanan yang diberikan antara sekolah satu
dengan yang lain sangat beragam. menyebabkan error karena sebab lain di luar
model. Diduga semakin berkualitas layanan yang ditawarkan maka semakin tinggi
biaya operasional per siswa.
Hipotesis 2: Rasio biaya langsung berpengaruh terhadap biaya operasional per
siswa.
Tabel 8
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Variabel Koefisien Beta
Perkiraan Tanda
Koefisien Regresi
t-hitung Signifikansi
Konstanta Rasio Biaya Langsung
b1 b2
-
1.883.356,9 -1.666.855
4,271 -2,328
0,000 0,027
Dari hasil analisis di tabel 8 terlihat bahwa koefisien regresi -1.666.855
signifikan pada tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian H2 diterima, yang berarti
bahwa rasio biaya langsung berpengaruh terhadap biaya operasional per siswa. Hasil
ini konsisten dengan hasil penelitian dari Mensah et al. (2007). Dengan demikian
persamaan matematis dapat disusun sebagai berikut:
Y = 1.883.356,9 – 1.666.855 X + e atau
Biaya Operasional Persiswa = 1.883.356,9 – 1.666.855 Rasio Biaya Langsung + e
Angka-angka ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 1.883.356,9 menunjukkan bahwa jika rasio biaya langsung (X)
nilainya adalah 0 maka biaya operasional per siswa sebesar Rp. 1.883.356,9.
2. Koefisien regresi Rasio biaya langsung sebesar 1.666.855 menunjukkan bahwa
jika rasio biaya langsung mengalami kenaikan sebesar 1, maka biaya operasional
(Y) akan mengalami penurunan sebesar Rp. 1.666.855 Koefisien bernilai negatif
artinya terjadi hubungan negatif antara biaya operasional persiswa dengan rasio
biaya langsung. Semakin tinggi rasio biaya langsung maka biaya operasional per
siswa semakin kecil.
Hipotesis kedua ini terbukti karena sebagian besar sekolah yang mempunyai
rasio biaya langsung kecil, biaya operasional per siswa mereka tinggi karena jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa tinggi (peminat tinggi). Sedangkan bagi sekolah dengan rasio biaya langsung
yang rendah karena jumlah peminat rendah, cenderung tidak berani menaikkan biaya
operasional per siswa atau mematok biaya operasional rendah, karena dikhawatirkan
peminatnya atau jumlah siswa akan turun.
Hipotesis 3: Jumlah siswa terdaftar berpengaruh terhadap prestasi siswa.
Tabel 9
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Koefisien Beta Perkiraan Tanda
Koefisien Regresi
t-hitung Signifikansi
c2 - -0,0000201 -0,811 0,424
Dari hasil analisis di tabel 9 terlihat bahwa koefisien regresi -0,0000201
tidak signifikan pada tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian H3 ditolak, yang
berarti jumlah siswa terdaftar tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa. Hipotesis
ketiga ini tidak terbukti karena ada variabel pengganggu lain yakni jumlah siswa per
kelas. Jumlah siswa per kelas di sekolah negeri pada umumnya lebih dari jumlah batas
psikhologis bagi guru dan siswa dalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar
dengan baik (antara 20-30 siswa per kelas). Hipotesis ini tidak terbukti disebabkan
rata-rata jumlah siswa per kelas tidak dikontrol pada jumlah siswa kurang dari atau
sama dengan jumlah siswa per kelas yang merupakan ambang batas psikhologis
tersebut. Jumlah siswa perkelas inilah yang mungkin mengaburkan hubungan variabel
jumlah siswa dengan prestasi siswa.
Hipotesis 4: Rasio biaya langsung berpengaruh terhadap prestasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 10
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Koefisien Beta
Perkiraan Tanda
Koefisien Regresi
t-hitung Signifikansi
d2 + -0,061 -1,091 0,284
Dari hasil analisis di tabel 10 terlihat bahwa koefisien regresi sebesar
-0,061 tidak signifikan pada tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian H4 ditolak
yang berarti rasio biaya langsung tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Mensah et al. (2007). Peneliti
menduga bahwa hipotesa keempat ini tidak terbukti karena kenyataan bahwa
peningkatan input sekolah secara individual dalam hal ini peningkatan rasio biaya
langsung secara individual, tidak akan meningkatkan prestasi siswa, jadi harus
bersama-sama dengan input yang lain supaya memberikan pengaruh nyata pada
prestasi siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jaggia dan Kelly (1999) yang
menyatakan bahwa peningkatan input secara individual tidak akan memperbaiki
prestasi siswa.
Hipotesis 5: Biaya operasional per siswa berpengaruh terhadap prestasi siswa.
Tabel 11
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Koefisien Perkiraan Koefisien t-hitung Signifikansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Beta Tanda Regresi e5 + 0,000000022 1,659 0,108
Dari hasil analisis di tabel 11 terlihat bahwa koefisien regresi sebesar
0,000000022 tidak signifikan pada tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian H5
ditolak berarti biaya operasional per siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa.
Hal ini tidak konsisten dengan penelitian Mensah et al. (2007), akan tetapi konsisten
dengan penelitian Hanushek (1986). Hanushek (1986) membuktikan bahwa tingkat
pengeluaran sekolah sekolah tidak mempunyai hubungan konsisten atau sistematis
dengan prestasi siswa karena data yang tidak sempurna, adanya aplikasi kebijakan
politik di dunia pendidikan, ada beberapa input yang tidak bisa diubah oleh kepala
sekolah dan kemungkinan lain adalah memang faktor di luar biayalah yang
memainkan peranan penting dalam pencapaian prestasi siswa.
Peneliti menduga biaya operasional per siswa tidak berpengaruh terhadap
prestasi siswa sebab tidak ada standar dalam penentuan biaya operasional per siswa,
atau tidak ada aturan khusus dalam menentukan biaya operasional per siswa. Hal ini
menyebabkan data biaya operasional per sekolah menjadi terlalu menyebar atau tidak
berpola sehingga variabel biaya operasional per siswa tidak bisa untuk mengestimasi
prestasi siswa.
G. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 12
Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Koefisien Beta
Perkiraan tanda
Koefisien Regresi
t-hitung Sig. Kesimpulan
a2 + -61,210 -0,179 0,859 H1 ditolak b2 - -1.666.855 -2,328 0,027 H2 diterima c2 - 0,0000201 -0,811 0,424 H3 ditolak d2 + -0,061 -1,091 0,284 H4 ditolak e5 + 0,00000022 1,659 0,108 H5 ditolak
Hipotesis 1 menyebutkan bahwa jumlah siswa terdaftar berpengaruh
terhadap biaya operasional per siswa. Hasil analisis menolak hipotesis ini, artinya
jumlah siswa terdaftar tidak berpengaruh terhadap biaya operasional per siswa. Hal
ini menunjukkan bahwa non negative error cukup besar. Kemungkinan hal ini
disebabkan oleh kelebihan belanja dan/ atau sebab lain di luar model. Salah satu
kemungkinan faktor lain di luar model adalah tingkat kualitas yang ditawarkan
sekolah yang beragam.
Hipotesis 2 menyebutkan bahwa rasio biaya langsung berpengaruh negatif
terhadap biaya operasional per siswa, sepenuhnya didukung. Penetapan biaya
operasional per siswa tinggi pada sekolah dengan rasio biaya langsung yang kecil
diduga tidak akan menurunkan minat untuk masuk ke sekolah tersebut. Sebaliknya
untuk sekolah dengan rasio biaya langsung yang besar cenderung menetapkan biaya
operasional per siswa rendah karena penetapan biaya operasional per siswa yang
tinggi dikahawatirkan akan menurunkan minat siswa.
Hipotesis 3 menyebutkan bahwa jumlah siswa terdaftar berpengaruh negatif
terhadap prestasi siswa. Hasil analisis menolak hipotesis ini, berarti bahwa jumlah
siswa terdaftar tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa. Jumlah siswa per kelas di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sekolah negeri pada umumnya lebih dari jumlah batas psikhologis bagi guru dan siswa
dalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar dengan baik (antara 20-30 siswa
per kelas). Hipotesis ini tidak terbukti disebabkan rata-rata jumlah siswa per kelas
tidak dikontrol pada jumlah siswa kurang dari atau sama dengan jumlah siswa per
kelas yang merupakan ambang batas psikhologis tersebut.
Hipotesis 4 menyebutkan bahwa rasio biaya langsung berpengaruh posistif
terhadap prestasi siswa. Hasil analisis menolak hipotesis ini yang berarti bahwa rasio
biaya langsung tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa. Hipotesis ini tidak terbukti
karena kemungkinan bahwa dampak peningkatan rasio biaya langsung akan bekerja
dengan baik atau bisa meningkatkan prestasi siswa jika bersama-sama dengan input
biaya lain.
Hipotesis 5 menyebutkan bahwa biaya operasional per siswa berpengaruh
positif terhadap prestasi siswa. Hasil analisis menolak hipotesis ini yang berarti bahwa
biaya operasional per siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa.. Hipotesis ini
tidak terbukti diduga karena belum ada standar atau aturan khusus yang mengatur
mengenai penentuan atau pengelolaan biaya operasional per siswa sehingga data biaya
operasional per siswa terlalu menyebar atau tidak berpola. Hal ini menyebabkan
variabel biaya operasional per siswa tidak bisa untuk mengestimasi prestasi siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adanya perubahan paradigma baru dalam dunia pendidikan di Indonesia
ditandai dengan penyempurnaan sistem pendidikan antara lain dengan
dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
serta diikuti penyempurnaan Undang- Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diyakini dapat meningkatkan kualitas siswa. Untuk itu kepala
sekolah dituntut untuk mampu meningkatkan kemampuan manajerialnya termasuk
dalam pengelolaan keuangan antara lain pengelolaan biaya operasional sekolah.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa biaya operasional per siswa tidak
berpengaruh terhadap prestasi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa biaya operasional
per siswa kurang efektif untuk meningkatkan prestasi siswa. Oleh karena itu dalam
upaya untuk meningkatkan prestasi siswa, kepala sekolah dapat mengabaikan biaya
operasional per siswa, bahkan untuk sekolah dengan sumber daya keuangan yang
cukup, biaya operasional per siswa dapat dipertimbangkan untuk dikurangi.
Kesimpulan dari setiap hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil pengujian terhadap hipotesis 1 menunjukkan bahwa jumlah siswa terdaftar
tidak berpengaruh terhadap biaya operasional per siswa. Jumlah siswa terdaftar
diduga berpengaruh positif terhadap biaya operasional per siswa karena adanya
skala disekonomis. Skala disekonomis terjadi jika skala operasi naik (jumlah
siswa yang bertambah) maka biaya operasional per siswa meningkat. Adanya skala
disekonomis diduga karena adanya masalah prinsipal - agen yang timbul karena
tidak ada alat monitoring (audit laporan keuangan) dan kontrak insentif kepada
kepala sekolah. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah siswa terdaftar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa menunjukkan bahwa non negative error
besar. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kelebihan belanja dan sebab lain di
luar model. Salah satu kemungkinan faktor lain di luar model adalah tingkat
kualitas yang ditawarkan sekolah yang beragam.
2. Hasil pengujian terhadap hipotesis 2 menunjukkan bahwa rasio biaya langsung
terbukti secara empiris berpengaruh negatif terhadap biaya operasional per siswa.
Diduga sekolah dengan rasio biaya langsung yang kecil menetapkan kebijakan
biaya operasional per siswa yang tinggi karena peminat yang tinggi. Penetapan
biaya operasional per siswa tinggi diduga tidak akan menurunkan minat untuk
masuk ke sekolah tersebut. Sebaliknya untuk sekolah dengan rasio biaya langsung
yang besar cenderung menetapkan biaya operasional per siswa rendah karena
penetapan biaya operasional per siswa yang tinggi dikahawatirkan akan
menurunkan minat siswa.
3. Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa jumlah siswa terdaftar tidak
berpengaruh terhadap prestasi siswa. Diduga jumlah siswa berpengaruh negatif
terhadap prestasi siswa karena semakin tinggi jumlah siswa akan menyebabkan
jalannya kegiatan belajar mengajar menjadi kurang kondusif sehingga akan
menurunkan prestasi siswa. Jumlah siswa per kelas di sekolah negeri pada
umumnya lebih dari jumlah batas psikhologis bagi guru dan siswa dalam
melakukan proses kegiatan belajar mengajar dengan baik (antara 20-30 siswa per
kelas). Hipotesis ini tidak terbukti disebabkan rata-rata jumlah siswa per kelas tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dikontrol pada jumlah siswa kurang dari atau sama dengan jumlah siswa per kelas
yang merupakan ambang batas psikhologis tersebut.
4. Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa rasio biaya langsung tidak
berpengaruh terhadap prestasi siswa. Diduga rasio biaya langsung berpengaruh
positif terhadap prestasi siswa karena biaya langsung merupakan biaya yang
digunakan untuk pencapaian tujuan utama sekolah dan peningkatan kualitas
sekolah sehingga semakin banyak sumberdaya dialokasikan ke dalam biaya
operasional sekolah diduga akan menunjang ke arah peningkatan prestasi siswa.
Hipotesis ini tidak terbukti karena kemungkinan bahwa dampak peningkatan rasio
biaya langsung akan bekerja dengan baik atau bisa meningkatkan prestasi siswa
jika bersama-sama dengan input biaya lain.
5. Hasil pengujian hipotesis 5 menunjukkan bahwa biaya operasional per siswa tidak
berpengaruh terhadap prestasi siswa. Diduga biaya operasional per siswa
berpengaruh terhadap prestasi siswa karena semakin tinggi biaya operasional per
siswa maka semakin bermutu kualitas sarana, prasarana dan kegiatan pembelajaran
sehingga akan menunjang ke arah peningkatan prestasi siswa. Hipotesis ini tidak
terbukti diduga karena belum ada standar atau aturan khusus yang mengatur
mengenai penentuan atau pengelolaan biaya operasional per siswa sehingga data
biaya operasional per siswa terlalu menyebar atu tidak berpola. Hal ini
menyebabkan variabel biaya operasional per siswa tidak bisa untuk mengestimasi
prestasi siswa.
B. Keterbatasan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterbatasan penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian ini hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial
kepala sekolah untuk periode berikut setelah masa anggaran tahun 2008/ 2009.
2. Data biaya dalam penelitian ini diperoleh dari Anggaran Pendapatan Belanja
Sekolah (APBS) atau Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS)
yang sudah disahkan pada awal tahun akademik, tetapi bukan Laporan Realisasi
APBS, sehingga data biaya yang dianalisis adalah data perkiraan biaya dan bukan
realisasi biaya.
3. Karena satu dan lain hal, penulis tidak dapat melakukan wawancara dengan kepala
sekolah, sehingga kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan data yang
diperoleh.
4. Keterbatasan jumlah sampel yang diperoleh menyebabkan penulis tidak dapat
melakukan uji secara agregat tetapi hanya melakukan uji secara terpisah.
5. Kemungkinan kesalahan dalam pemisahan biaya ke dalam biaya langsung dan
tidak langsung karena human error.
6. Penelitian selanjutnya dapat menggolongkan rasio biaya langsung menjadi
kelompok rendah, sedang dan tinggi dan mengujinya untuk mengetahui perbedaan
pengaruh terhadap biaya operasional per siswa. Sedangkan untuk menguji
pengaruh jumlah siswa terhadap prestasi siswa jumlah siswa dikontrol pada
jumlah kurang dari atau sama dengan 30 siswa per kelas, biasanya kondisi tersebut
dapat ditemui di Sekolah Berbasis Internasional (SBI) atau Rintisan Sekolah
Berbasis Internasional (RSBI), atau Sekolah Akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Saran dan Implikasi
Saran yang dapat penulis berikan kepada kepala sekolah dan pemerintah
berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya pengaruh antara jumlah siswa
terdaftar terhadap biaya operasional per siswa membawa implikasi bahwa jika
pemerintah dan masyarakat menginginkan sekolah supaya lebih efisien maka
mekanisme kontrol untuk sekolah diupayakan untuk lebih efektif dalam
pelaksanaannya. Salah satu cara yang ideal sebenarnya adalah audit atas laporan
keuangan akan tetapi mengingat sulitnya pelaksanaan audit laporan keuangan
sekolah, maka paling tidak audit kinerja yang sudah dilaksanakan beberapa tahun
belakangan ini sebaiknya ditingkatkan kualitasnya.
2. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rasio biaya langsung berpengaruh
negatif terhadap biaya operasional per siswa membuktikan bahwa sebagian besar
sekolah negeri yang tergolong favorit cenderung menaikkan biaya operasional per
siswa karena jumlah peminat yang tinggi. Kebijakan tersebut sebaiknya dikaji
ulang, kecuali kalau memang diperlukan. Dikhawatirkan dengan adanya kebijakan
untuk menaikkan biaya operasional per siswa setiap tahun maka sekolah bermutu
hanya bisa dinikmati oleh siswa dari kalangan orang kaya saja.
3. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa biaya operasional per siswa tidak
berpengaruh pada prestasi siswa menunjukkan bahwa biaya bukanlah alasan yang
tepat sebagai jawaban yang ditentukan di awal untuk meningkatkan kualitas siswa.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan, antara lain kualitas guru, kurikulum dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
manajemen sekolah. Banyak hal yang bisa dilakukan antara lain meningkatkan
kualitas guru, perbaikan sistem belajar mengajar, monitoring proses belajar
mengajar, dan sebagainya. Menyimak persoalan ini, masalahnya memang tetap
berakhir pada pembiayaan yang pada akhirnya dibebankan kepada masyarakat,
akan tetapi pengelola sekolah harus bisa menunjukkan terlebih dahulu langkah
efisiensi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana. Tanpa langkah tersebut bisa
dimungkinkan dana digunakan tidak semestinya sehingga tidak menunjang kearah
peningkatan prestasi siswa. Jadi sekiranya kurang pantas jika pengelola sekolah
mematok biaya mahal sebagai jalan satu-satunya untuk meningkatkan prestasi
siswa.
4. Pemerintah perlu menetapkan range biaya operasional per siswa sebagai alat
untuk mengendalikan penetapan biaya operasional sekolah yang akan dibebankan
kepada siswa. Penetapan range bisa berdasarkan zonase (desa/kota) atau
berdasarkan tingkat akreditasi sekolah atau berdasarkan hal lain yang sekiranya
tepat sebagai dasar penetapan range tersebut.