efektifitas peraturan menteri perdagangan …

60
Bidang Unggulan : Sosial, Ekonomi Dan Bahasa Kode/Bidang Ilmu : 596/Ilmu Hukum LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN UNGGULAN PROGRAM STUDI UDAYANA EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2015 TENTANG LARANGAN IMPOR PAKAIAN BEKAS DI PASAR KODOK KABUPATEN TABANAN Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Ketua/Anggota Tim A.A. GEDE AGUNG DHARMAKUSUMA, SH.MH; NIDN: 0011025607 (KETUA) IDA BAGUS PUTU SUTAMA, SH., M.Si; NIDN : 0013065706I (ANGGOTA) Dibiayai oleh DIPA PNBP Universitas Udayana TA-2017 Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian Nomor: 3019/UN14.2.4/PP/2017, tanggal 4 September 2017 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA NOVEMBER 2017

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

Bidang Unggulan : Sosial, Ekonomi Dan Bahasa

Kode/Bidang Ilmu : 596/Ilmu Hukum

LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN UNGGULAN PROGRAM STUDI UDAYANA

EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2015 TENTANG LARANGAN

IMPOR PAKAIAN BEKAS DI PASAR KODOK KABUPATEN TABANAN

Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

Ketua/Anggota Tim

A.A. GEDE AGUNG DHARMAKUSUMA, SH.MH; NIDN: 0011025607 (KETUA)

IDA BAGUS PUTU SUTAMA, SH., M.Si; NIDN : 0013065706I (ANGGOTA)

Dibiayai oleh

DIPA PNBP Universitas Udayana TA-2017

Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian

Nomor: 3019/UN14.2.4/PP/2017, tanggal 4 September 2017

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

NOVEMBER 2017

Page 2: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …
Page 3: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

RINGKASAN PENELITIAN

EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2015

TENTANG LARANGAN IMPOR PAKAIAN BEKAS DI PASAR

KODOK KABUPATEN TABANAN

Target dari penelitian ini adalah untuk menemukan Efektifitas Peraturan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang

Larangan Impor Pakaian Bekas yang mengambil sampel di Pasar Kodok Kabupaten

Tabanan karena merupakan tempat terbesar di Provinsi Bali terjadinya jual-beli

pakaian bekas impor yang masih terjadi sampai sekarang sehingga sangat urgen untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut. Permasalahan yang diangkat diantaranya:

1. Bagaimanakah Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar

Kodok Kabupaten Tabanan?

2. Bagaimanakah penyelesaian yang tepat apabila peraturan terkait pakaian bekas

impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak efektif?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris, dengan jenis

pendekatan perundang-undangan, dan pendekatan fakta. Penelitian ini bersifat

deskriptif dengan menggunakan data primer (diperoleh langsung dari lokasi

penelitian dengan teknik wawancara), dan data sekunder yaitu sumber-sumber bahan

hukum, diantaranya bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan terkait

larangan penjualan pakaian bekas impor di Indonesia), bahan hukum sekunder (buku-

buku hukum, jurnal-jurnal hukum, karya tulis di bidang hukum yang dimuat di media

cetak maupun online), serta bahan hukum tersier yang bersifat penunjang (kamus, dan

ensiklopedia). Teknik penentuan sampel menggunakan non probability sampling

(purposive sampling). Dengan demikian pengolahan dan analisis datanya

menggunakan deskriptif kualitatif.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-

Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten

Tabanan tidak efektif. Penyelesaian yang tepat apabila peraturan terkait pakaian

bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak efektif adalah dengan

mengembalikan makna filosofis dari aturan tersebut yaitu dengan meletakkan

efisiensi terhadap hak pilih konsumen sehingga terkait dengan pakaian bekas dapat

dilegalkan perdagangannya, hal ini sesuai dengan pengaturan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang pada kenyataannya

lebih efektif.

Page 4: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

PRAKATA

Puji syukur yang tak terkira penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi

Wasa, karena berkatnyalah akhirnya penelitian yang berjudul Efektifitas Peraturan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015

Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas Di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan

ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan

Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan serta penyelesaian yang

tepat apabila peraturan terkait pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten

Tabanan tidak efektif.

Akhir kata dalam penelitian ini tentu ada kekurangan atau kesalahan, karena

itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya dan semoga

penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum

Univesitas Udayana.

Denpasar, 20 November 2017

Penulis

A.A. Gede Agung Dharma Kusuma, SH.MH

Page 5: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

RINGKASAN

PRAKATA

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 7

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ……………………………… .............. 14

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................................ 16

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 20

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………...……………………… ........... 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakaian/sandang telah menjadi kebutuhan primer yang wajib dipenuhi oleh

setiap manusia dalam semua golongan usia disamping pangan dan papan/tempat

tinggal. Dengan menggunakan pakaian yang nyaman, modis, dan sesuai dengan

keinginan sangat diperlukan untuk menambah kepercayaan diri, serta secara tidak

langsung merupakan sarana untuk berkomunikasi non verbal yang dapat disampaikan

melalui pakaian. Perilaku konsumtif/berlebihan terhadap kebutuhan gaya hidup

berpakaian dalam kalangan ekonomi menengah kebawah dapat menimbulkan

persoalan keuangan/pengeluaran yang berlebihan dengan budget yang terbatas.

Dalam hal ini pakaian bekas impor yang jauh lebih murah dari produk baru

merupakan salah satu solusi bagi konsumen yang ingin tetap nyaman dengan gaya

hidupnya dalam pergaulan hidup dimasyarakat.

Perkembangan perdagangan pakaian bekas tidak hanya di Indonesia namun

juga di beberapa Negara maju seperti: Australia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia,

Singapura dan bahkan Amerika Serikat mendatangkan pakaian bekas impor.

Eksistensi usaha perdagangan pakaian bekas dapat dikatakan telah membantu

Page 7: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

2

pemerintah mengurangi pengangguran, dan menciptakan lapangan kerja baru bagi

masyarakat menengah kebawah.1

Sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-

DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas (tanggal 9 Juli 2015)

maka pakaian bekas impor dilarang untuk diperdagangkan di Indonesia, eksistensinya

wajib dimusnahkan. Terhadap pelarangan ini Wakil Ketua Kadin DKI Jakarta,

Sarman‎ Simanjorang berkomentar “khawatir pelarangan impor baju bekas tersebut

akan mematikan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berbisnis baju bekas. Sehingga

secara tidak langsung akan meningkatkan angka pengangguran Indonesia.” 2

Larangan penjualan pakaian bekas di Indonesia dilatarbelakangi oleh tiga hal,

yaitu: ditemukannya bakteri yang dapat menyebabkan penyakit menular, kalahnya

pemerintah di Pengadilan terkait kasus pakain bekas impor yang disita pemerintah,

serta dinilai melemahkan pasaran produk lokal. Ada lima jenis bakteri yang melekat

dalam dalam pakaian bekas impor, yaitu :

1. Bakteri Salmonella Typhosa yang menyebabkan penyakit tifus.

2. Bakteri Shingella Dysenteriae yang menyebabkan penyakit disentri basiler.

3. Vibrio Comma yang menyebabkan penyakit kolera.

4. Haemophilus Influenza yang menyebabkan penyakit Influensa.

1 Toar‎ S.‎ Purukan,‎ 2015,‎ “Pedagang‎ Siap‎ Tanggung‎ BM‎ Impor‎ Pakaian‎ Bekas”,‎ Sinar

Harapan, http://www.sinarharapan.co/news/read/150813010/pedagang-siap-tanggung-bm-impor-

pakaian-bekas, diakses tanggal 9-5-2016, Pukul 05:42 WITA. 2 Ilyas‎ Istianur‎ Praditya,‎ 2015,‎ “Pengusaha‎ :‎ RI‎ Tak‎ Perlu‎ Stop‎ Ipor‎ Baju‎ Bekas”,‎

http://bisnis.liputan6.com/read/2172819/pengusaha-ri-tak-perlu-stop-impor-baju-bekas, diakses

tanggal 9-5-2016, Pukul 05:48 WITA.

Page 8: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

3

5. Diplococcus Pneumoniae yang menyebabkan penyakit pneumonia.3

Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan

Direktorat Jenderal Standarisasi Dan Perlindungan Konsumen menemukan bakteri

dan jamur yang dapat menyebabkan penyakit kulit, kelamin, gangguan pencernaan

dan berbagai penyakit menular lainnya, kandungan mikroba tertinggi dari satu sampel

ditemukan 216.000 koloni bakteri per gram dan ditemukan bakteri kapang 36.000

koloni per gram terhadap dua puluh lima sampel dari Pasar Senen, Jakarta, sampel

yang diuji diantaranya pakaian wanita dewasa, pakaian anak, dan juga pakaian pria

dewasa. Kualitas pakain bekas impor yang tidak layak pakai juga banyak ditemukan

pada saat pengujian.4

Salah satu kasus terkait pakaian bekas impor terjadi di kota Surabaya, petugas

Bea Cukai menyita 17 kontainer berisi 4.422 ball pakaian bekas impor di Pelabuhan

Tanjung Perak Surabaya, penyitaan dilakukan terhadap 6 kontainer yang berasal dari

Sulawesi Tenggara. Bea Cukai juga melakukan penyegelan terhadap pakaian bekaas

impor milik pemohon 750 ball yang tersimpan di pergudangan Suri Mulya Permai di

Margomulyo Surabaya. Kasus ini dimenangkan pemohon dengan pertimbangan

Hakim tidak ada dasar hukum yang jelas dan tegas melarang penjualan pakaian

bekas, yang dilarang adalah impor (kegiatan perdagangan dari luar negeri ke dalam

3 Eko‎ Priliawito,‎ 2015,‎ “Kenali‎ Lima‎ Bakteri‎ Jahat‎ Pada‎ Pakaian‎ Bekas‎ Impor”,‎

http://metro.news.viva.co.id/news/read/585864-kenali-lima-bakteri-jahat-pada-pakaian-bekas-impor/1,

diakses tanggal 9-5-2016, Pukul 06:08 WITA.

4 Vicki‎ Febrianto,‎ 2015,‎ “Pakaian‎ impor‎ bekas‎ terbukti‎ mengandung‎ bakteri”,‎

http://www.antaranews.com/berita/478146/pakaian-impor-bekas-terbukti-mengandung-bakteri, diakses

tanggal 7-5-2016 Pukul 7:51 WITA.

Page 9: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

4

negeri), sedangkan perdagangan pakaian bekas impor di dalam negeri belum

dilarang/belum ada dasar hukum yang kuat untuk menyita/menangkap pakaian bekas

dari Sulawesi Tenggara ke Jawa Timur tersebut.5

Kesamaan persepsi antara pemerintah dan beberapa penjual pakaian “jika

konsumen tertarik dengan baju bekas impor maka akan mematikan industri lokal”6

ditentang oleh sebagian besar pembeli dan penjual pakaian bekas impor yang

tergabung dalam Perhimpunan Pedagang Pakaian Bekas Seluruh Indonesia (P3BSI)

yang tidak sepakat karena pakaian bekas impor memiliki pasaran yang berbeda,

sehingga dinilai tidak terkait dengan pasaran produk lokal, pakaian yang disita

pemerintah yang kemudian ditemukan bakteri tersebut merupakan pakaian yang

belum siap jual, masih dalam proses pemilihan, dan sebelum dijual dilakukan

perendaman dengan air panas serta pencucian terlebih dahulu, hal ini dibuktikan

dengan belum pernah ada pembeli yang protes, terkena penyakit, atau bahka

meniggal dunia karena menggunakan pakaian bekas impor. P3BSI menyatakan siap

menanggung bea masuk (BM) impor pakaian bekas sebesar 35 persen yang

ditetapkan Menteri Keuangan. P3BSI juga tidak keberatan apabila pemerintah

memberlakukan sistem kuota impor melalui tata niaga impor pakaian bekas. Namun

apabila pemerintah melarang perdagangan pakaian bekas impor, maka dipastikan

5 Estu‎ Suryowati,‎ 2015,‎ “Pemerintah‎ Siapkan‎ Perpres‎ Pelarangan‎ Impor‎ Pakaian‎ Bekas”,‎

http://www.kemendag.go.id/id/news/2015/07/14/pemerintah-siapkan-perpres-pelarangan-impor-

pakaian-bekas, diakses tanggal 7-5-2016 Pukul 10:54 WITA. 6 Fathi‎ Mahmud,‎ 2015,‎ “Disperidagkop‎ Yogyakarta‎ Larang‎ Penjualan‎ Baju‎ Bekas‎ Impor”,‎

http://bisnis.liputan6.com/read/2171471/disperindagkop-yogyakarta-larang-penjualan-baju-bekas-

impor, diakses tanggal 9-5-2016 Pukul 06:46 WITA.

Page 10: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

5

akan ada dua juta pedagang kehilangan pekerjaannya, hal ini akan menimbulkan

keresahan pedagang maupun seluruh anggota keluarganya.7

Pro dan kontra larangan penjualan pakaian bekas di Indonesia teryata tidak

berpengaruh terhadap penjual-penjual pakaia bekas impor di Bali, khususnya di Pasar

Kodok Kabupaten Tabanan yang sampai saat ini (berdasarkan pengamatan pra

pelitian) terdapat seratus lebih lapak penjualan pakaian bekas impor. Jumlah ini

meningkat apabila dibandingkan dengan jumlah penjual pakaian bekas impor pada

tahun 2015 yang hanya puluhan lapak saja. Dengan meningkatnya penjualan pakaian

bekas impor khususnya di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan, menjadikan sangat

penting dan urgen untuk diteliti lebih mendalam terkait Efektifitas Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan

Impor Pakaian Bekas Di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Dipilihnya Kabupaten

Tabanan tidak terlepas dari keberadaan Pasar Kodok yang merupakan tempat khusus

terbesar di Provinsi Bali yang digunakan untuk kegiatan jual-beli pakaian bekas

impor. Urgensi dari diadakannya penelitian ini juga tidak terlepas dari keresahan

penjual pakaian bekas impor yang berdasarkan hasil pra penelitian, diketahui bahwa

aturan terkait larangan penjualan pakaian bekas impor tidak jelas dalam

pelaksanaannya, seluruh responden bahkan meminta agar penelitian terkait Efektifitas

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015

Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas Di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan segera

dilakukan.

7 Toar S. Purukan, Loc.Cit.

Page 11: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

6

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya:

1. Bagaimanakah Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar

Kodok Kabupaten Tabanan?

2. Bagaimanakah penyelesaian yang tepat apabila peraturan terkait pakaian bekas

impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak efektif?

1.3. Luaran Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya akan dipublikasikan di dalam Seminar Nasional

Sains dan Teknologi (SENASTEK) Universitas Udayana, sehingga dapat diketahui

oleh khalayak luas karena dipublikasikan secara cetak maupun online.

Page 12: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN PAKAIAN BEKAS IMPOR

Pasal 1 Angka 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang

Perdagangan memberikan pengertian resmi/otentik Impor “adalah kegiatan

memasukkan Barang ke dalam Daerah Pabean.” Daerah Pabean dijelaskan dalam

pasal 1 angka 15 Undang-Undang ini yaitu “wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, ruang udara di atasnya, serta tempat

tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku

Undang-Undang Kepabeanan.” Selanjutnya Pasal 1 Angka 18 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan memberikan pengertian otentik Importir

adalah “orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk

badan hukum maupun bukan badan hukum, yang melakukan Impor”. Di berbagai

peraturan perundang-undangan setelah ditelusuri tidak ditemukan perbedaan

pengertian terkait impor maupun importir, sehingga tidak diperlukan uraian atau

komentar terkait pengertian impor maupun importir.

Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-

DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas, pakaian bekas “adalah

produk tekstil yang digunakan sebagai penutup tubuh manusia, yang termasuk dalam

Pos Tarif/HS 6309.00.00.00.” Terkait dengan Pos Tarif/HS 6309.00.00.00. tidak

ditemukan penjelasannya dalam peraturan ini, selanjutnya dilakukan pendekatan

Page 13: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

8

peraturan perundang-undangan yaitu dengan menelusuri makna Pos Tarif/HS

6309.00.00.00. pada peraturan perundang-undangan lain, sehingga ditemukan

penjelasan pada Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

132/PMK.010/2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 213/PMK.011/2011 Tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan

Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Ketentuan Lampiran Nomor 5255 Pos Tarif

6309.00.00.00. yaitu “Pakaian bekas dan barang bekas lainnya yang dikenakan tarif

bea masuk sebesar 35%”.

Penelusuran dalam kamus umum bahasa Indonesia ditemukan pengertian

bekas adalah “tanda-tanda yang ketinggalan (sesudah dipegang, diinjak, dilalui,

dsb)….”, “pakaian‎ yang‎ telah‎ dipakai‎ ….”, “barang-barang bekas adalah barang-

barang‎lama‎(sudah‎dipakai)….”, “sesuatu‎yang‎ketinggalan‎sebagai‎sisa‎ (….‎rusak,‎

terbakar,‎ tidak‎ terpakai‎ lagi,‎ dsb)….”.8 Apabila dipadu-padankan dengan makna

pakaian yang merupakan produk tekstil penutup tubuh manusia, dapat dikatakan

bahwa ruang lingkup pakaian bekas diantaranya:

1. Produk tekstil yang sudah pernah digunakan sebelumnya sebagai penutup tubuh

manusia;

2. Produk tekstil yang ketinggalan masanya sehingga menjadi produk sisa karena

tidak laku dipasarkan; dan

8 W.J.S. Poerwadarminta, 2007, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, H.

118.

Page 14: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

9

3. Produk tekstil yang dinilai telah rusak atau tidak (layak) dipakai lagi oleh

pemiliknya terdahulu.

Kebalikan dari bekas adalah baru, seperti yang diatur dalam pasal 47 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan yaitu mewajibkan

setiap importir untuk mengimpor barang (termasuk pakaian bekas) dalam keadaan

baru, sehingga pengertian baru adalah tidak bekas, dalam artian tidak pernah

digunakan sebelumnya, tidak kadaluarsa, tidak mengalami lampau waktu (sisa), tidak

mengalami kerusakan/tidak layak pakai.

2.2. EFEKTIFITAS NORMA HUKUM

Efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti “ada efeknya (pengaruhnya,

akibatya, kesannya)”.9 Efektifitas norma hukum dalam penelitian ini dianalisis

berdasarkan pandangan Gustav Radbruch tentang ajaran keberlakuan hukum yang

disebut dengan geldingstheorie, yang mengemukakan bahwa berlakunya hukum

harus memenuhi tiga nilai dasar yang meliputi :

(1) Juridical doctrine, nilai kepastian hukum, di mana kekuatan mengikatnya

didasarkan pada aturan hukum yang lebih tinggi.

(2) Sociological doctrine, nilai sosiologis artinya aturan hukum mengikat

karena diakui dan diterima dalam masyarakat (teori pengakuan).

(3) Philosophical doctrine, nilai filosofis artinya aturan hukum mengikat

karena sesuai dengan cita hukum, keadilan sebagai nilai positif yang

tertinggi. 10

9 Ibid, H.311.

10 Atmadja,‎ “Manfaat‎ Filsafat‎ Hukum‎ dalam‎ Studi‎ Ilmu‎ Hukum“‎ dalam‎ Kertha Patrika,

Nomor 62-63 Tahun XIX Maret-Juni 1993, H. 68, dikutip dari buku Kurt Wilk, 1950, The Legal

Philosophies Of Lask, Radbruch, And Dabin, Harvard University Press, Cambridge, Massachusetts,

H.112.

Page 15: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

10

Efektifitas norma hukum tidak terlepas dari kepastian norma hukum itu

sendiri, yang apabila norma hukumya tidak pasti maka dapat mengakibatkan

efektifitas terhadap norma hukum tersebut terganggu. Berdasarkan penelitian

kepustakaan yang telah dilakukan ditemukan bahwa :

Teori Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama adanya

aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang

boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi

individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum

yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh

dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum

bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya

konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan

putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah di putuskan.11

Hukum yang baik adalah “hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di

dalam masyarakat”.12

Aturan hukum seperti ini dapat dikatakan mempunyai daya

berlaku yang efektif. Sehubungan dengan ini Eugen Ehrlich mengemukakan bahwa

“Terdapat perbedaan antara hukum positif di satu pihak dengan hukum yang hidup

dalam masyarakat/ living law di lain pihak”.13

Selanjutnya Eugen Ehrlich

berpendapat bahwa hukum positif akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila:

”Berisikan, atau selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat tadi. Dan di

samping itu, pusat perkembangan hukum pada waktu sekarang dan juga pada waktu

11

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group,

Jakarta, H. 158. 12

Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, 1994, Filsafat Hukum : Mashab dan Refleksinya, Remaja

Rosdakarya, Bandung, H. 83. 13

H Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2002, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju,

Bandung, H. 66.

Page 16: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

11

yang lain, tidak terletak pada perundang-undangan, tidak pada ilmu hukum, ataupun

pada keputusan hakim tetapi pada masyarakat itu sendiri”.14

Roscoe Pound berpendapat bahwa “Hukum harus dilihat sebagai suatu

lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

sosial”.15

Dengan demikian, pengkajian terhadap efektifitas hukum dalam masyarakat

berarti membicarakan daya kerja hukum dalam mengatur dan/atau memaksa warga

masyarakat untuk taat terhadap hukum. ”Efektivitas hukum berarti mengkaji kaidah

hukum yang harus memenuhi syarat, yaitu berlaku secara yuridis, sosiologis dan

filosofis”.16

Ketiga syarat ini diuraikan sebagai berikut:

a. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan

pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang

telah ditetapkan.

b. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif

Artinya, kaidah itu dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun

tidak diterima oleh warga masyarakat (teori kekuasaan), atau kaidah itu

berlaku karena adanya pengakuan dan masyanakat.

c. Kaidah hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita hukum

sebagai nilai positif yang tertinggi. 17

Setiap norma hukum harus memenuhi ketiga unsur efektifitas norma hukum,

sebab:

(1) apabila kaidah hukum hanya berlaku secara yuridis, ada kemungkinan

kaidah hukum itu merupakan kaidah yang mati;

(2) kalau hanya berlaku secara sosiologis dalam arti teori kekuasaan, kaidah

itu menjadi aturan pemaksa;

14

Ibid. 15

H. Zainuddin, 2006, Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 94. 16

Ibid. 17

Ibid.

Page 17: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

12

(3) apabila hanya berlaku filosofis, kemungkinannya kaidah itu hanya

merupakan hukum yang dicita-citakan (ius constituendum). 18

Sehingga dengan adanya kesesuaian antara aturan-aturan terkait larangan penjualan

pakaian bekas impor yang ditetapkan pemerintah menunjukkan bahwa secara yuridis

aturan hukum itu sah berlaku. Secara sosiologis, aturan hukum itu telah sesuai dengan

hukum yang hidup dalam masyarakat, maksudnya aturan hukum itu telah mendapat

pengakuan dari warga masyarakat. Secara filosofis, aturan hukum itu sesuai dengan

cita hukum yang ada dalam pikiran warga masyarakat.

Diperlukannya teori efektivitas hukum ini didalam masyarakat, karena

efektivitas hukum adalah daya kerja hukum dalam mengatur dan memaksa

masyarakat (law as social control). Dalam bukunya Soerjono Soekanto dikemukakan

bahwa untuk berlakunya suatu aturan hukum harus memenuhi 3 (tiga) syarat yaitu :

1. Kaedah hukum berlaku secara filosofis

2. Kaedah hukum berlaku secara yuridis

3. Kaedah hukum berlaku secara sosiologis”.19

Berlakunya kaedah hukum secara yuridis, mengandung pengertian bahwa

aturan hukum yang ada harus didasarkan pada kaedah hukum yang lebih tinggi20

.

Berlakunya kaedah hukum secara sosiologis artinya kaedah hukum tersebut berlaku

dalam masyarakat sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana

kaedah hukum tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa (teori kekuasaan)

18

Ibid. 19

Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali Press, Jakarta,

h. 72 20

Ibid, h. 78

Page 18: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

13

ataupun karena adanya pengakuan dan penerimaan oleh masyarakat kepada siapa

kaidah hukum tersebut diberlakukan (teori pengakuan). Pada dasarnya adanya suatu

kaedah hukum tersebut “diakui dan diterima oleh masyarakat dengan tanpa perlu

dipaksakan oleh penguasa apabila memang sudah dirasakan sesuai dengan nilai-nilai

dan norma-norma hidup dan kehidupan dari masyarakat yang bersangkutan”21.

Sedangkan berlakunya kaedah hukum secara filosofis artinya suatu kaedah hukum

harus berdasarkan pada cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi22

. Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat yaitu :

1. Kaidah hukum atau peraturan hukum itu sendiri

2. Petugas atau penegak hukumnya

3. Sarana dan fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum

4. Kesadaran masyarakat”.23

Maka sangat penting Menurut Ravianto bahwa pengertian efektivitas itu

adalah “Seberapa baik orang melakukan pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana

orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa

apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu,

biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif”24.

21

Ibid 22

Ibid, h. 79 23

Zainudin Ali, 2009, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 62 24

Raviyanto, J, 1989, Produktivitas dan Manajemen, Lembaga Sarana Informasi Usaha dan

Productivitas, Jakarta, h. 72

Page 19: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

14

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dapat dipersamakan dengan sasaran yang ingin dituju oleh

peneliti, sehingga tujuan dari penelitian ini diantaranya:

1. Dapat mengetahui dan memahami permasalahan terkait Efektifitas Peraturan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang

Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan.

2. Dapat menemukan penyelesaian yang tepat apabila peraturan terkait pakaian

bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak efektif.

3. Dapat melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dibidang

penelitian.

3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, masyarakat, maupun pemerintah,

yaitu:

1. Mengembangkan pemikiran-pemikiran dibidang hukum, khususnya terkait

dengan Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor

51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok

Kabupaten Tabanan.

2. Sebagai dasar/pedoman untuk meyelesaikan permasalahan terkait dengan

Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-

Page 20: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

15

Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok

Kabupaten Tabanan dan di Indonesia pada umumnya.

Page 21: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

16

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis peneitian hukum empiris karena mengkaji

fenomena peristiwa/fakta hukum yang terjadi di masyarakat khususnya terkait dengan

efektifitas norma hukum terkait larangan penjualan pakaian bekas impor di Kelurahan

Padangsambian Tabanan. Dikatakan fenomena hukum karena norma hukumnya ada

yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang

Larangan Impor Pakaian Bekas yang ditetapkan sejak tanggal 9 Juli 2015, namun

dalam pelaksanaan norma hukum tersebut masih dipertanyakan masyarakat

khususnya penjual pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Para

pedagang pada kenyataannya tidak mengindahkan norma hukum ini sehingga

efektifitasnyapun mengalami gangguan.

4.2. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: jenis pendekatan

perundang-undangan, dan pendekatan fakta. Pendekatan perundang-undangan, yaitu

dilakukan analisis terhadap norma hukum terkait penjualan pakaian bekas impor di

Indonesia dengan menelusuri sebanyak-banyaknya data sekunder yaitu: bahan hukum

primer (aturan-aturan dan penjelasannya) terkait dengan objek penelitian yang dapat

menjelaskan secara pasti makna dari aturan yang dikaji, sehingga dapat memberikan

kepastian hukumnya. Sedangkan pada pendekatan fakta dilakukan dengan menelusuri

Page 22: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

17

data primer yang didapatkan langsung dari lokasi penelitian (Pasar Kodok Kabupaten

Tabanan) terkait penjualan pakaian bekas impor dalam bidang efektifitas dan

penyelesaiannya.

4.3. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan/menjelaskan apa

adanya fakta-fakta hukum yang ditemukan terkait dengan efektifitas serta

penyelesaian efektifitas larangan penjualan pakaian bekas impor di Pasar Kodok

Kabupaten Tabanan, kemudian dilakukan pengkajian mendalam terhadap fakta-fakta

tersebut dengan mengkaitkan peraturan perundang-undangan, teori-teori hukum, serta

bahan-bahan hukum lain terkait yang dapat meggambarkan serta dapat menganalisis

permasalahan hukum yang ingin diselesaikan.

4.4. Data Dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu : hasil wancara dengan

responden (penjual pakaian bekas impor, dan pemerintah), serta wawancara dengan

informan yaitu: para ahli Hukum Dan Masyarakat, Hukum Perdata, Hukum Dagang,

Hukum Administrasi Negara, dan Hukum Internasional dilingkungan Fakultas

Hukum Udayana sebagai informan yang dilengkapi dengan surat persetujuan sebagai

informan (sebagaimana ditentukan dalam Buku Pedoman Pendidikan Fakultas

Hukum Universitas Udayana Tahun 2013, halaman 76).

Demi kesempurnaan temuan dan rekomendasi penelitian ini, maka digunakan

data penunjang/sekunder yang didapatkan dengan pelusuran kepustakaan sumber

bahan hukum diantaranya : bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan

Page 23: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

18

terkait larangan penjualan pakaian bekas impor di Indonesia), bahan hukum sekunder

(buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, karya tulis di bidang hukum yang dimuat di

media cetak maupun online), serta bahan hukum tersier yang bersifat penunjang

(kamus, dan ensiklopedia).

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi dokumen

dan wawancara. Berangkat dari studi dokumen yaitu dengan mengumpulkan data-

data sekunder terkait larangan penjualan pakaian bekas impor, sumber-sumber bahan

hukum penelitian ini dipilah-pilih hanya yang terkait dengan permasalahan.

Kemudian dilakukan penelusuran data-data primer yang dikumpulkan dengan

mewawancarai narasumber (responden dan informan).

Data dikumpulkan dengan sistem pencatatan, dan sistem download data. Pada

sistem pencatatan dilakukan dengan mencatat secara manual pada kertas (seperti

sistem kartu, namun menggunakan kertas, bukan kartu) dan/atau langsung pada file

komputer yang disediakan untuk pengumpulan bahan hukum yang berasal dari

penelusuran kepustakaan bahan hukum primer, sekunder, tersier, serta data

penunjang. Sedangkan pada sistem download data dilakukan pengambilan bahan-

bahan hukum dengan download bahan-bahan hukum yang ditelusuri dari media

online. Kedua sistem ini kemudian disatukan dalam satu file data pada komputer

yang kemudian dipilah-pilah, dan diklasifikasikan berdasarkan pokok-pokok bahasan,

sehingga memudahkan peneliti untuk menggunakan bahan hukum tersebut dalam

menganalisis objek penelitian.

Page 24: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

19

4.6. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik non probalitity sampling karena jumlah

pasti populasi pedagang pakaian bekas impor sangat susah diketahui secara pasti

keberadaannya, beberapa pedagang hanya berjualan di malam hari, dan beberapa

diantaranya menggunakan fasilitas umum/trotoar jalan atau lahan kosong, ditambah

dengan keberadaan beberapa populasi yang susah dipastikan karena seringkali

berpidah-pindah lokasi.

Jenis non probability sampling yang digunakan yaitu purposive sampling,

karena penetuan sampel penelitian ditentukan sendiri oleh peneliti berdasarkan

pemahaman serta kemampuan pedagang untuk menjawab seluruh pertanyaan

wawancara terkait dengan larangan penjualan pakaian bekas di Pasar Kodok

Kabupaten Tabanan. Sehingga sampel yang dipilih hanyalah pedagang yang mudah

ditemui, serta mampu memahami serta menjawab pertanyaan-pertanyaan wawancara

yang diajukan.

4.7. Pengolahan Dan Analisis Data

Data-data yang terkumpul setelah dipilah-pilah dan diklasifikasikan, maka

dilakukan teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif, yaitu menggambarkan data-data dengan apa adanya, kemudian dianalisis,

serta disusun secara sistematis berdasarkan urutan permasalahan yang diselesaikan.

Teknik ini dilakukan untuk tercapainya analisis yang valid, sehingga kutipan-kutipan

langsung (tidak dipenggal-penggal) akan diuraikan sama persis dengan sumbernya

(dengan menyebutkan sumbernya penelitipun terhindar dari plagiarisme).

Page 25: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

20

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor

51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar

Kodok Kabupaten Tabanan

Pengertian importir, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia importir adalah

orang atau serikat dagang (perusahaan) yang memasukkan barang-barang dari luar

negeri. Roselyne Hutabarat juga berpendapat bahwa importir dapat diartikan sebagai

perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memasukkan barang

dari luar negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan

yang berlaku.25

Pengertian importir juga terdapat dalam ketentuan Peraturan Direktur Jenderal

Bea dan Cukai Nomor : P- 42/Bc/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran

Barang Impor untuk Dipakai, bahwa “Importir adalah orang perseorangan atau badan

hukum yang melakukan Impor.” Selain itu ketentuan Pasal 1 angka 19 Undang-

Undang Perdagangan juga menyatakan bahwa “Importir adalah orang perseorangan

atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan

badan hukum, yang melakukan Impor.”

Jadi berdasarkan beberapa pengertian mengenai importir tersebut, dapat

dimaknai bahwa importir adalah orang perseorangan atau badan usaha yang

25

Roselyne Hutabarat, 1992, Transaksi Ekspor Impor, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, h. 403.

Page 26: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

21

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang melakukan kegiatan

memasukkan barang dari luar negeri kedalam wilayah pabean Indonesia dengan

memenuhi ketentuan yang berlaku. Di samping dituntut memahami prosedur

perdagangan internasional, importir juga harus memahami ketentuan yang berlaku

lainnya dan mempunyai akses yang baik dengan pasar internasional terutama yang

berkaitan dengan usahanya serta mampu berkomunikasi dalam bahasa asing dengan

baik.26

Importir memiliki tanggung jawab kontraktual atas terlaksananya dengan baik

barang yang diimpor. Dalam hal ini berarti importir memikul resiko atas segala

sesuatu mengenai barang yang diimpor baik resiko kerugian, kerusakan,

keterlambatan dari barang yang dipesan, termasuk resiko penipuan dan manipulasi.27

Selanjutnya adalah pengertian penjual pakaian bekas impor yang dapat

diartikan sebagai seseorang yang melakukan kegiatan perdagangan berupa pakaian-

pakaian yang didatangkan dari luar negeri kedalam wilayah Indonesia yang mana

barang tersebut merupakan pakaian-pakaian bekas pakai atau pakaian-pakaian sisa

yang tidak terjual di luar negeri yang kemudian dijual kembali oleh pihak-pihak

tertentu ke Indonesia

Penjual pakaian bekas impor tersebut rata-rata membeli barang dagangan atau

membeli pakaian bekas impor dari distributor ataupun suplier, sebagaimana dapat

dilihat dalam pernyataan dari penjual yang dikutip dari beberapa media online

26

Eddie Rinaldy, 2000, Kamus Istilah Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, h.112. 27

Andri Feriyanto, 2015, Perdagangan Internasional “Kupas Tuntas Prosedur Ekspor Impor”,

Mediatera, Kebumen, h.23.

Page 27: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

22

berikut: “….pedagang‎mengaku‎ada‎yang‎dicuci‎dan‎ada‎yang‎langsung‎dijual‎setelah‎

diambil dari distributor”28 dan hal serupa juga dinyatakan oleh penjual yaitu “….‎

pedagang baju bekas asal Sampang, Madura, itu mengatakan, dia hanya membeli baju

bekas dari supplier”29

Berdasarkan pernyataan di atas, mengenai distributor ataupun suplier, dimana

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia distributor diartikan sebagai orang atau badan

yang bertugas mendistribusikan sesuatu; penyalur. Sedangkan suplier dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai orang (badan) yang mengirimkan

barang pesanan. Oleh karena itu distributor ataupun suplier dapat dimaknai sama

yaitu sebagai perorangan atau badan usaha yang bertugas untuk mendistribusikan

atau mengirimkan suatu barang.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa posisi distributor atau suplier berada

diantara importir dan penjual pakaian bekas impor. Dalam hal membeli barang

berupa pakaian bekas impor tersebut, importir tidak langsung berhubungan dengan

para penjual pakaian bekas, karena terdapat pihak lain diantara importir dengan

penjual pakaian bekas tersebut yang menjadi perantara atau pihak penghubung yaitu

distributor atau suplier.

28Natalia‎ Indah‎ Kartikaningrum,‎ 2015,‎ “Pemkot Denpasar Temukan Modus Pedagang Jual

Pakaian Bekas”, Industri Bisnis, URL : http://industri.bisnis.com/read/20150211/12/401569/pemkot-

denpasar-temukan-modus-pedagang-jual-pakaian-bekas.html, diakses tanggal 31 Januari 2016

29

Karta Raharja Ucu, 2015, “Bisnis Baju Bekas tak Terpengaruh Larangan Impor “, Republika,

URL : http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/05/njav3v-bisnis-baju-bekas-tak-

terpengaruh-larangan-impor.html, diakses tanggal 31 Januari 2016

Page 28: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

23

Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan hukum antara importir

dengan penjual pakaian bekas impor adalah hubungan hukum yang sifatnya secara

tidak langsung, dimana antara importir dengan penjual pakaian bekas impor ini

terdapat adanya peranan pihak lain yaitu distributor atau suplier sebagai perantara

yang bertindak dalam hal membantu menyalurkan atau memasarkan produk pakaian

bekas impor tersebut dari importir kepada si penjual pakaian bekas impor tersebut.

Batasan mengenai impor barang dapat dikelompokkan menjadi barang yang diatur

tata niaga impornya, barang yang dilarang impornya, dan barang yang bebas

impornya.

1. Barang yang Diatur Tata Niaga Impornya

Barang yang diatur tata niaga impornya dalam hal ini adalah barang-barang

atau komoditas tertentu yang sistem impornya diatur melalui beberapa mekanisme

perdagangan. Mekanisme impor dapat berupa pengakuan sebagai importir barang

tertentu yang melakukan kegiatan impor untuk keperluan sendiri, penetapan sebagai

importir barang tertentu yang melakukan kegiatan impor untuk keperluan

diperdagangkan dan/atau dipindahtangankan kepada pihak lain, persetujuan impor,

dan/atau verifikasi atau penelusuran teknis impor.30

Adapun macam-macam barang

yang diatur tata niaga impornya adalah:

1) gula

30

Hamdani dan Pebriana Arimbhi, 2014, Manajemen Perdagagan Impor (Level Dua), In Media,

Jakarata, h.100.

Page 29: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

24

2) beras

3) garam

4) cengkeh

5) nitro cellulose (nc)

6) prekursor

7) pelumas

8) cakram optik

9) tekstil dan produk tekstil

10) badan perusak lapisan ozon

11) intan kasar

12) mesin multifungsi berwarna, mesin fotocopy berwarna, dan mesin printer

berwarna

13) limbah ipl non b3

14) tabung gas lpg 3kg

15) impor barang modal bukan baru

16) bahan berbahaya

17) minyak dan gas bumi

18) minuman beralkohol

19) plastik

20) mutiara

21) hortikultura

22) hewan dan produk hewan

Page 30: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

25

23) etilena. 31

2. Barang yang Dilarang Impornya

Barang yang dilarang impornya adalah barang –barang yang tidak memiliki

ijin impor dari instansi yang berwenang, dalam hal ini berupa :

1) udang

2) gombal baru dan bekas

3) limbah bahan berbahaya dan beracun (b3)

4) sisa reja dan skrap dari plastik

5) produksi industri percetakan

6) estisida etilin bromida

7) barang bukan baru (bekas) termasuk pakaian bekas

8) turunan halogenisasi, sulfonasi, nitrasi atau nitrosisasi dari fenol atau

fenol alkohol yang mengandung halogen dan garamnya

9) psikotropika

10) narkotika

11) bahan senjata kimia32

3. Barang yang Bebas Impornya

Barang yang bebas impornya adalah semua jenis barang yang tidak termasuk

kelompok diatur, diawasi, dilarang, dan impor dapat dilakukan pada setiap

31

Ibid, h.100.

32

Ibid, h.131-132.

Page 31: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

26

perusahaan yang memiliki Angka Pengenal Impor (API). Berdasarkan uraian

tersebut, dapat maknai bahwa barang gombal baru dan bekas termasuk dalam

katagori barang yang dilarang impornya. Oleh karena itu pakaian bekas impor

termasuk golongan barang yang ilegal keberadaannya di Indonesia.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi evektif dalam

masyarakat yaitu:

1. Kaidah hukum atau peraturan hukum itu sendiri

Pengujian terhadap faktor kaidah hukum ini mengarah pada Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian

Bekas yang ternyata konflik dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen yang menetapkan pada pasal 8 ayat (2) bahwa “Pelaku

usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar

tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud”.

Apabila diperhatikan ketentuan pasal tersebut dan menganalisisnya dengan

argumentum a contrario maka akan mengakibatkan diperbolehkannya pelaku usaha

untuk memperdagangkan barang bekas (termasuk pakaian bekas impor) dengan

syarat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya kepada

konsumen terkait keadaan dan kualitas barang bekas (pakaian bekas) tersebut. Oleh

karena ketentuan pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen ini belum dihapuskan, maka tetap dapat dijadikan dasar

hukum bagi pelaku usaha maupun konsumen dalam perdagangan pakaian bekas

impor di seluruh Indonesia khususnya di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Sehingga

Page 32: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

27

terjadinya konflik norma hukum ini menyebabkan ketidakevektifan Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor

Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan.

2. Petugas atau penegak hukumnya

Disperindag Kabupaten Tabanan hanya berwenang sebagai petugas pengawas

sesuai dengan ketentuan Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang Perdagangan, yang

melakukan pengawasan serta pembinaan di bidang perindustrian dan perdagangan

terhadap perdagangan barang yang dilarang termasuk perdagangan pakaian bekas

impor yang telah beredar di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Namun demikian,

walaupun telah dilakukan pembinaan dan pengawasan perdagangan pakaian bekas

impor, dapat dilihat bahwa hingga saat ini masih ditemukan keberadaan penjualan

pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan, sehingga dapat diketahui

bahwa Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang

Larangan Impor Pakaian Bekas tidak berjalan dengan efektif, hal ini menurut

Disperindag Kabupaten Tabanan terjadi karena pengawasan hanya terbatas pada

pedagang pakaian bekas impor yang bukan merupakan pihak importir.

Disperindag Kabupaten Tabanan, dalam kapasitasnya sebagai petugas

pengawas sebagaimana ditentukan dalam Pasal 100 ayat (4) Undang-Undang

Perdagangan apabila menemukan dugaan pelanggaran kegiatan di bidang

Perdagangan, maka “Petugas Pengawas dapat:

a) merekomendasikan penarikan Barang dari Distribusi dan/atau pemusnahan

Barang;

Page 33: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

28

b) merekomendasikan penghentian kegiatan usaha Perdagangan; atau

c) merekomendasikan pencabutan perizinan di bidang Perdagangan.”

Terkait dengan hal tersebut, menurut Kepala Seksi Ekspor Impor Disperindag

Kabupaten Tabanan kewenangan ini tidak termasuk melakukan penindakan untuk

menyita maupun menutup usaha karena menjadi kewenangan penyidik yaitu Satuan

Polisi Pamong Praja.

Pengawasan yang dilakukan oleh Disperindag selama ini adalah dengan

melakukan inspeksi mendadak di Pasar Kodok yang dibantu oleh Satuan Polisi

Pamong Praja, Trantib, dan Dinas Kesehatan, namun hanya sebatas pembinaan dan

pendataan saja, belum sampai pada penyitaan pakaian bekas impor, hal ini

dikarenakan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen yang masih memperbolehkan pelaku usaha

memperdagangkan pakaian bekas selama memberikan informasi kepada konsumen,

padahal disisi lain ketika Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-

DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas melarang perdagangan

pakaian bekas impor maka pakaian itu menjadi barang yang illegal karena

kegiatannya dilarang.

3. Sarana dan fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum

Terbatasnya sarana dan prasarana disebabkan oleh kewenangan yang dimiliki

Disperindag yang juga terbatas, namun hal ini telah dintisipasi dengan bekerjasama

dalam setiap inspeksi yang dilakukan. Kerjasama dilakukan dengan Satuan Polisi

Page 34: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

29

Pamong Praja, Trantib, dan Dinas Kesehatan sehingga pengujian terkait sarana dan

fasilitas tidak lagi ditelusuri lebih dalam.

4. Kesadaran masyarakat

Penjualan pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan menurut

keterangan pelaku usaha, mereka membuka kios sekitar Pkl. 10.00 sampai Pkl. 20.00

Wita. Terkait dengan pengujian faktor kesadaran masyarakat, menurut para penjual

bahwa pembeli yang datang karena tertarik dengan harga yang murah dan kualitas

pakaian yang bagus dan sangat layak untuk dikenakan, konsumen yang banyak

datang terutama dari konsumen usia muda yang mencari pakaian-pakaian dengan

model-model baru ataupun lama/vintage dan lebih tertarik dengan barang-barang

yang bermerek luar negeri.

Berdasarkan hal tersebut membuktikan bahwa sampai saat ini Peraturan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang

Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak berjalan

secara efektif. Hal tersebut disebabkan karena para importir masih mengimpor

pakaian bekas, dapat dilihat dari masih banyaknya ditemukan keberadaan pedagang-

pedagang yang menjual pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan.

Apabila dilihat dari faktor masyarakat/konsumen dimana menurut pihak

konsumen sendiri masih merasa sangat membutuhkan pakaian dengan kualitas baik

dengan harga yang murah, hal inilah yang menyebabkan permintaan pasar terhadap

pakaian bekas impor. Disisi lain permintaan pasar merupakan suatu peluang bagi

pelaku usaha untuk melakukan usaha bisnis perdagangan pakaian bekas impor karena

Page 35: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

30

konsumennya memang masih ada/eksis. Selanjutnya dari segi keuntungan yang

didapat oleh pihak pelaku usaha terhadap pakaian bekas impor tersebut juga

menjanjikan. Kemudian apabila dilihat dari faktor kebudayaan konsumen lebih

tertarik pada merek terkenal (branded) yang melekat pada pakaian bekas impor

karena bagi konsumen dengan menggunakan merek terkenal akan mampu

meningkatkan status sosial pada diri konsumen itu sendiri, lebih meningkatkan

kepercayaan diri dan beranggapan tidak ada yang salah dengan hal ini karena

merupakan hak dari konsumen untuk memilih pakaian/mode yang digunakan.

5.2 Penyelesaian Peraturan Terkait Pakaian Bekas Impor Di Pasar Kodok

Kabupaten Tabanan Yang Tidak Efektif

Pengujian terhadap Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di

Pasar Kodok Kabupaten Tabanan berarti menguji Peraturan Menteri ini dalam

pemenuhan syarat, yaitu berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis berdasarkan

teori Roscoe Pound mengenai efektifitas norma seperti yang telah dijelaskan dalam

landasan teori. Ketiga syarat ini diuraikan sebagai berikut:

a. Kaidah hukum berlaku secara yuridis

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-

Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten

Tabanan dikatakan berlaku secara yuridis apabila penentuannya didasarkan pada

kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan.

Terkait hal ini, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-

Page 36: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

31

Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten

Tabanan telah sesuai dengan Undang-Undang Perdagangan karena merupakan aturan

pelaksananya. Namun apabila dikaji berdasarkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

undang-undang.

Khususnya pada ayat (4) dengan meletakkan efisiensi berkeadilan sebagai fokus

pengujian, maka Peraturan Menteri ini tidak dapat diberlakukan karena dinilai tidak

memenuhi unsur keadilan. Keadilan sebagaimana dikemukakan oleh Ulpianus

"Justitia est perpetua et constants voluntas Jus suum cuique tribuendi" dalam

terjemahan bebasnya yaitu keadilan adalah suatu keinginan yang terus menerus dan

tetap untuk memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya.33

Maksudnya, bagi

masyarakat diberikan perlindungan hukum sebesar hak-hak yang diberikan hukum.

Pengaturan terkait hak-hak konsumen diatur dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen adalah:

33

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, h. 59.

Page 37: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

32

a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan

atau jasa.

b. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang dan atau

jasa tersebut dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi jaminan

barang dan atau jasa.

d. Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa

yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi atau penggantian, apabila

barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya.

i. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Sedangkan kewajiban pelaku usaha sebagai hal yang yang wajib didapatkan

konsumen diatur dalam pasal 7 Udang-Undang Perlindungan Konsumen:

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas

barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

pengguunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

g. memberi konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

Page 38: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

33

Hak konsumen untuk memilih barang yang akan dikonsumsi menjadi terbatas

dengan pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor

51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas sehingga peraturan ini

dapat dikatakan tidak memenuhi unsur keadilan bagi konsumen. Upaya yang dapat

dilakukan terkait hal ini adalah dengan uji materiil ke Mahkamah Konstitusi Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan yaitu pasal 47 ayat (1) yang

menentukan bahwa setiap Importir wajib mengimpor barang dalam keadaan baru,

sehingga nantinya dapat berimplikasi pada pembatalan Peraturan Menteri ini sebagai

aturan pelaksananya.

b. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis

Kaidah hukum haruslah berlaku secara sosiologis sehingga dapat diterima

pemberlakuannya karena adanya pengakuan dari masyanakat. Terkait dengan hal ini,

maka seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Peraturan Menteri Perdagangan

Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian

Bekas tidak efektif khususnya di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Untuk itu

penyelesaian yang dapat dilakukan adalah dengan berpedoman pada hukum yang

hidup dimasyarakat. Terkait hal ini Eugen Ehrlich mengemukakan bahwa “Terdapat

perbedaan antara hukum positif di satu pihak dengan hukum yang hidup dalam

masyarakat/ living law di lain pihak”.34

Selanjutnya Eugen Ehrlich berpendapat

bahwa hukum positif akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila:

34

H Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, op.cit, h. 66.

Page 39: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

34

Berisikan, atau selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat tadi. Dan

di samping itu, pusat perkembangan hukum pada waktu sekarang dan juga

pada waktu yang lain, tidak terletak pada perundang-undangan, tidak pada

ilmu hukum, ataupun pada keputusan hakim tetapi pada masyarakat itu

sendiri”.35

Eugen Ehrlich menamakan hukum yang hidup ini sebagai Rechtsnormen (norma-

norma hukum)”.36

Selanjutnya Eugen Ehrlich mengemukakan bahwa:

Hukum adalah hukum sosial. Ia lahir dalam dunia pengalaman manusia yang

bergumul dengan kehidupan sehari-hari. Ia terbentuk lewat kebiasaan.

Kebiasaan itu lambat laun mengikat dan menjadi tatanan yang efektif. Lalu

kehidupan berjalan dalam tatanan itu. Kekuatan mengikat hukum yang hidup

itu tidak ditentukan oleh kewibawaan negara. Ia tidak tergantung pada

kompetensi penguasa dalam negara. Memang semua hukum dalam segi

eksternnya dapat diatur oleh instansi-instansi negara, tetapi menurut segi

internnya hubungan-hubungan dalam kelompok kelompok sosial tergantung

dari anggota-anggota kelompok itu. Inilah living law itu. Hukum sebagai

norma-norma hukum (Rechtsnormen).37

Roscoe Pound berpendapat bahwa “Hukum harus dilihat sebagai suatu

lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

sosial”.38

Dengan demikian, pengkajian terhadap efektivitas hukum dalam

masyarakat berarti membicarakan daya kerja hukum dalam mengatur dan/atau

memaksa warga masyarakat untuk taat terhadap hukum. Sehingga penyelesaian

terkait ketidakefektifan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor

51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas ini adalah dengan

35

Ibid. 36

Bernard L. Tanya, et al., Teori Hukum : Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan

Generasi, CV. Kita, Surabaya, h. 117. 37

Ibid, h. 118, dikutip dari buku Wolfgang Friedman, 1975, Legal Theory. 38

H. Zainuddin, op.cit, h. 94.

Page 40: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

35

melaksanakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang seperti pada pengujian

sebelumnya diketahui lebih efektif pemberlakuannya.

c. Kaidah hukum berlaku secara filosofis

Manusia menurut teori paling dasar ilmu ekonomi adalah mahluk rasional dan

memandang kedepan yang terus melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya

demi meningkatkan kesejahteraannya.39

Sedangkan hukum mengatur perilaku yang

membatasi kegiatan manusia tersebut. Kaitan antara ilmu hukum dan ilmu ekonomi

sangatlah erat karena fakta-fakta ekonomi sangat diperlukan dalam penyusunan

norma hukum. Nilai-nilai keadilan tentunya sangat penting bagi penyusunan aturan

hukum, demikian juga dalam kegiatan ekonomi yang sangat menjunjung tinggi nilai-

nilai keadilan dalam setiap kegiatannya.

Keadilan ekonomi didefinisikan sebagai ”aturan main tentang hubungan-

hubungan ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip etik, prinsip-prinsip mana

yang pada gilirannya bersumber pada hukum-hukum alam, hukum tuhan, dan sifat-

sifat sosial manusia” sedangkan konsep keadilan yang menjadi standar ekonomi

didasari oleh: nilai, kegunaan, efisiensi sehingga aturan hukum dapat meningkatkan

kepentingan umum seluas-luasnya.40

Bentham berpendapat bahwa pembentuk undang-undang hendaknya dapat

melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi semua individu.

Dengan berpegang pada prinsip tersebut di atas, perundangan itu hendaknya dapat

memberikan kebahagiaan yang terbesar bagi sebagian besar masyarakat. John Stuart

Mill memiliki pendapat yang sejalan dengan Jeremy Bentham. Kesamaan pendapat

itu terletak bahwa suatu perbuatan itu hendaknya bertujuan untuk mencapai

sebanyak mungkin kebahagiaan. Hal ini selajan dengan inti dari ajaran kefilsafatan

Utilitarianisme yang meletakkan kemanfaatan dan kebahagiaan sebagai tujuan

39

Fajar Sugianto, 2014, Economic Analysis Of Law, Kencana, Jakarta h.49. 40

Ibid, h. 52., dikutip dari Indra Darmawan, 2006, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer,

Pustaka Widyatama, Yogyakarta, h. 204.

Page 41: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

36

perbuatan manusia.41

Aliran Utilitarianisme memandang “ hakekat hukum adalah

norma-norma positif yang diimplementasikan ke dalam peraturan perundang-

undangan”.42

Posner memberikan pengertian dasar bahwa pada dasarnya manusia sebagai

makhluk hidup adalah homo economicus, artinya dalam mengambil tindakan untuk

pemenuhan kebutuhan ekonomisnya, mereka mengedepankan nilai ekonomis

dengan alasan-alasan dan pertimbangan ekonomis. Dalam melakukan semuanya itu,

manusia selalu diberi pilihan untuk mendapatkan kepuasan atau kebahagiaan

ekonomis yang pada akhirnya ditujukan kepada peningkatan kemakmuran, sehingga

dapat dikatakan manusia merupakan makhluk yang memiliki rasionalitas baik dari

segi moneter atau non moneter untuk meningkatkan taraf hidup mereka.43

Jimly Asshiddiqie berpandangan bahwa Pancasila adalah cita hukum sebagai

yardstick dalam menafsirkan konstitusi dan sebagai panduan dalam menata

kehidupan berbangsa dan bernegara.44

Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 dimana

Pancasila termaktub didalamnya adalah modus vivendi (kesepakatan luhur) Bangsa

Indonesia untuk hidup bersama dalam ikatan satu bangsa yang majemuk. Sehingga

apabila dilihat dari sudut hukum, pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila

merupakan falsafah Negara yang melahirkan system hukum dan dasar system hukum

tersendiri. Dengan demikian Pancasila menjadi dasar Negara sekaligus sebagai

sumber dari segala sumber hukum yang memberi sumber hukum (berada paling atas)

serta sebagai penuntun hukum bagi peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia

termasuk UUD 1945. 45

41

H. Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi, 1988, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju,

Bandung., h. 60-61. 42

I Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis Dan Historis, Setara Press,

Malang, h. 13. 43

Fajar Sugianto, op.cit., h. 44. 44

Fajlurrahman Jurdi, 2016, Teori Negara Hukum, Setara Press, Malang, h. 77., dikutip dari

Jimly Asshiddiqie, 2007, Ideologi, Pancasila, Dan Konstitusi, Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan

MKRI. 45

Fajlurrahman Jurdi, lock.cit.

Page 42: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

37

Permasalahan filosofis terkait pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan

Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian

Bekas ini terletak pada ketidakharmonisannya dengan pasal 33 ayat (4) UUD 1945

seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya sehingga penyelesaian

yang tepat terkait pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan yang

tidak efektif adalah dengan mengembalikan makna filosofis dari aturan tersebut yaitu

dengan meletakkan efisiensi keadilan terhadap hak pilih konsumen sehingga terkait

dengan pakaian bekas dapat dilegalkan perdagangannya, hal ini sesuai dengan

pengaturan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

yang pada kenyataannya lebih efektif karena disediakan pilihan terkait hak konsumen

untuk dilindungi ataupun tidak dilindungi oleh hukum dalam artian konsumen

menerima barang bekas dengan informasi yang jelas dari pelaku usaha terkait kondisi

barang bekas tersebut. Hal ini menjadi penting karena obyek perlindungan hukum

oleh Negara yang termaktub dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945 tidaklah

berarti membatasi hak memilih konsumen namun terletak pada kebebasan

(kemerdekaan) seluruh bangsa (konsumen maupun pelaku usaha) untuk memajukan

kesejahteraannya baik secara materiil maupun secara bathin. Kesejahteraan inilah

yang kemudian dapat dikaitkan dengan kebolehan melakukan usaha/perdagangan

pakaian bekas impor karena tidak hanya terkait dengan nilai materinya namun juga

nilai kepuasan batin yang dapat diperoleh dari pemilihan (hak pilih) konsumen ini.

Page 43: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

38

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015

Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak

efektif pada pelaksanaannya berdasarkan pengujian teori efektifitas dan

keberlakuan norma hukum.

2. Penyelesaian yang tepat terkait peraturan pakaian bekas impor di Pasar Kodok

Kabupaten Tabanan yang tidak efektif adalah dengan mengembalikan makna

filosofis dari aturan tersebut yaitu dengan meletakkan efisiensi keadilan terhadap

hak pilih konsumen sehingga terkait dengan pakaian bekas dapat dilegalkan

perdagangannya, hal ini sesuai dengan pengaturan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang pada kenyataannya lebih

efektif.

6.2 Saran

1. Agar Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-

Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok

Kabupaten Tabanan dapat berlaku efektif, maka disarankan untuk

menyesuaikan/mengharmoniskan norma hukum ini dengan dengan hukum yang

diterima dan hidup dimasyarakat yang dalam hal ini Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

Page 44: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

39

2. Pembatalan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-

Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas dapat dilakukan dengan

pengajuan uji materi ke Mahkamah Konstitusi pasal 47 ayat (1) Undang-Undang

Perdagangan sehingga dimasa depan perdagangan pakaian bekas impor dapat

dilegalkan.

Page 45: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

40

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, Zainudin, 2009, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta

Atmadja, I Dewa Gede, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis Dan Historis, Setara

Press, Malang.

Feriyanto, Andri, 2015, Perdagangan Internasional “Kupas Tuntas Prosedur Ekspor

Impor”, Mediatera, Kebumen.

Hamdani dan Pebriana Arimbhi, 2014, Manajemen Perdagagan Impor (Level Dua),

In Media, Jakarata.

Hutabarat, Roselyne, 1992, Transaksi Ekspor Impor, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.

Jurdi, Fajlurrahman, 2016, Teori Negara Hukum, Setara Press, Malang.

Marzuki, Peter Mahmud, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta.

_______, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta.

Poerwadarminta, W.J.S., 2007, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta.

Rasjidi, H. Lili, Ira Thania Rasjidi, 1988, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju,

Bandung.

Rasjidi, Lili dan B. Arief Sidharta, 1994, Filsafat Hukum: Mashab dan Refleksinya,

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Raviyanto, J, 1989, Produktivitas dan Manajemen, Lembaga Sarana Informasi Usaha

dan Productivitas, Jakarta

Rinaldy, Eddie, 2000, Kamus Istilah Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali

Press, Jakarta

Page 46: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

41

Sugianto, Fajar, 2014, Economic Analysis Of Law, Kencana, Jakarta.

Tanya, Bernard L., et al., Teori Hukum : Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan

Generasi, CV. Kita, Surabaya.

Zainuddin, H., 2006, Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Artikel

Atmadja, “Manfaat Filsafat Hukum dalam Studi Ilmu Hukum“ dalam Kertha Patrika,

Nomor 62-63 Tahun XIX Maret-Juni 1993

Febrianto, Vicki, 2015, “Pakaian impor bekas terbukti mengandung bakteri”,

http://www.antaranews.com/berita/478146/pakaian-impor-bekas-terbukti-

mengandung-bakteri, diakses tanggal 7-5-2016 Pukul 7:51 WITA.

Kartikaningrum, Natalia Indah, 2015, “Pemkot Denpasar Temukan Modus Pedagang

Jual Pakaian Bekas”, Industri Bisnis, URL :

http://industri.bisnis.com/read/20150211/12/401569/pemkot-denpasar-

temukan-modus-pedagang-jual-pakaian-bekas.html, diakses tanggal 31

Januari 2016

Mahmud, Fathi, 2015, “Disperidagkop Yogyakarta Larang Penjualan Baju Bekas

Impor”, http://bisnis.liputan6.com/read/2171471/disperindagkop-yogyakarta-

larang-penjualan-baju-bekas-impor, diakses tanggal 9-5-2016 Pukul 06:46

WITA.

Praditya, Ilyas Istianur, 2015, “Pengusaha : RI Tak Perlu Stop Ipor Baju Bekas”,

http://bisnis.liputan6.com/read/2172819/pengusaha-ri-tak-perlu-stop-impor-

baju-bekas, diakses tanggal 9-5-2016, Pukul 05:48 WITA.

Priliawito, Eko, 2015, “Kenali Lima Bakteri Jahat Pada Pakaian Bekas Impor”,

http://metro.news.viva.co.id/news/read/585864-kenali-lima-bakteri-jahat-

pada-pakaian-bekas-impor/1, diakses tanggal 9-5-2016, Pukul 06:08 WITA.

Purukan, Toar S., 2015, “Pedagang Siap Tanggung BM Impor Pakaian Bekas”, Sinar

Harapan, http://www.sinarharapan.co/news/read/150813010/pedagang-siap-

tanggung-bm-impor-pakaian-bekas, diakses tanggal 9-5-2016, Pukul 05:42

WITA.

Suryowati, Estu, 2015, “Pemerintah Siapkan Perpres Pelarangan Impor Pakaian

Bekas”, http://www.kemendag.go.id/id/news/2015/07/14/pemerintah-siapkan-

Page 47: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

42

perpres-pelarangan-impor-pakaian-bekas, diakses tanggal 7-5-2016 Pukul

10:54 WITA.

Ucu, Karta Raharja, 2015, “Bisnis Baju Bekas tak Terpengaruh Larangan Impor “,

Republika, URL :

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/05/njav3v-bisnis-

baju-bekas-tak-terpengaruh-larangan-impor.html, diakses tanggal 31 Januari

2016

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan

Impor Pakaian Bekas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.010/2015 Tentang Perubahan Ketiga

Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.011/2011 Tentang

Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas

Barang Impor.

Page 48: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

Lampiran 1. Dukungan sarana dan prasarana penelitian Sarana dan prasarana yang telah tersedia diantaranya : 1. Kendaraan, yang berfungsi digunakan oleh peneliti untuk kegiatan pengambilan bahan,

wawancara (penelusuran data). 2. Ruang LKBH FH UNUD, yang akan dijadikan ruangan rapat kerja tim peneliti dalam berbagai

kegiatan seperti : penyusunan proposal penelitian, pengumpulan bahan, penyusunan laporan enelitian, penyusunan draft luaran hasil penelitian.

Page 49: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

LAMPIRAN 2. FORMAT BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI/ TIM

PELAKSANA (Wajib ditandatangani asli dengan tinta WARNA BIRU)

KETUA TIM PENELITI: A. Identitas Diri

1.

Nama Lengkap (dengan gelar) A.A. GEDE AGUNG DHARMAKUSUMA, SH.MH.

L

2.

Jabatan Fungsional LEKTOR KEPALA 3.

Jabatan Struktural IV.a/PEMBINA 4.

NIP 19561115 198602 1 001 5.

NIDN 0011025607 6.

Tempat dan Tanggal Lahir DENPASAR, 15 NOPEMBER 1956 7 Alamat Rumah PERUM BUMI DALUNG PERMAI BLOK

MM 2 NO. 53, DALUNG.

8.

Nomor Telepon/Faks /HP 081337167769 9.

Alamat Kantor JL. PULAU BALI NO.1 DENPASAR 10 Nomor Telepon/Faks 0361222666 11 Alamat e-mail [email protected]

12 Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 900 orang 13 Mata Kuliah yg diampu 1. HUKUM JAMINAN

2. HUKUM PERUSAHAAN

3. HUKUM PERDATA

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi UNIVERSITAS

GADJAHMADA

UNIVERSITAS

UDAYANA

-

Bidang Ilmu HUKUM HUKUM -

Tahun Masuk 1979 2007 -

Tahun Lulus 1985 2009 -

Judul Skripsi/ Tesis Pengaruh Peraturan Pemerintah

No. 25 Tahun 1976 Dalam

Memasyarakatkan Saham

Perusahaan-Perusahaan Yang

Go Publik.

Penjaminan Kredit Bagi

Usaha Mikro Kecil Dan

Menengah (UMKM) Oleh

Pemerintah Daerah

Nama Pembimbing Amin Nugroho Dan

Nindyo Pramono

I Gst. Ayu Puspawati Dan

Dewa Gde Rudy

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No.

Tahun

Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp.)

1. 2016 PENGATURAN PERLINDUNGAN

HUKUM DAN KEAMANAN

TERHADAP WISATAWAN

MANDIRI -

Page 50: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

2. 2015 PANDANGAN YANG MENDUKUNG

DAN MENENTANG KEBERADAAN

TANGGUNGJAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN (CSR)

MANDIRI -

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Tahun Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp.)

1. 2016 MEMBERIKAN DISKUSI DAN

BANTUAN HUKUM TENTANG

PENDAFTARAN PERUSAHAAN

MANDIRI -

2. 2015 MEMBIRIKAN KONSULTASI DAN

BANTUAN HUKUM TENTANG TEKNIS

PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA

MANDIRI -

E. Pengalaman Penulisan Blok Book dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman Penerbit

1. HUKUM JAMINAN 2015 65 FH. UNUD

2. HUKUM PERUSAHAAN 2014 47 FH. UNUD

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-

sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI UNIVERSITAS UDAYANA.

Denpasar, 8 Februari 2017

Pengusul,

Tanda tangan & materai

(A.A. GEDE AGUNG DHARMAKUSUMA, SH.MH)

NIP : 19561115 198602 1 001

Page 51: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

ANGGOTA TIM PENELITI : A. Identitas Diri

1.

Nama Lengkap (dengan gelar) IDA BAGUS PUTU SUTAMA,SH.,M.Si L 2.

Jabatan Fungsional LEKTOR KEPALA 3.

Jabatan Struktural IV.a/PEMBINA 4.

NIP 195707131986011002 5.

NIDN 0013065706 6.

Tempat dan Tanggal Lahir DENPASAR 13 JULI 1957 7 Alamat Rumah JL.TANDAKAN NO.10 SANUR,

DENPASAR

8.

Nomor Telepon/Faks /HP 081936012646 9.

Alamat Kantor JL. PULAU BALI NO.1 DENPASAR 10 Nomor Telepon/Faks 0361222666 11 Alamat e-mail [email protected]

12 Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 1008 orang 13 Mata Kuliah yg diampu 1. HUKUM PERBANKAN

2. HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi UNIVERSITAS UDAYANA UNIVERSITAS HINDU

INDONESIA

-

Bidang Ilmu HUKUM KAJIAN BUDAYA DAN

AGAMA

-

Tahun Masuk 1977 2006 -

Tahun Lulus 1983 2008 -

Judul Skripsi PERTANGGUNGANJAWAB

PIHAK KE III DALAM

PERJANJIAN JAMINAN

PEMBIMBING

PERLINDUNGAN SENI

PATUNG TRADISIONAL

BALI KAJIAN

ESTETIKA HINDU DAN

UNDANG-UDANG HAK

CIPTA

-

Nama Pembimbing DEWA MADE SUKAWATI,

SH

IDA BAGUS RAI DJAJA, SH

PROF.DR. I PUTU

GELGEL, SH.,M.HUM

IB. RADENDRA

SUASTAMA,

SH.,M.HUM

-

Page 52: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No.

Tahun

Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp.)

1. 2016 PENCANTUMAN LABEL

BERBAHASA INDONESIA OLEH

PELAKU USAHA PADA PRODUK

PANGAN OLAHAN IMPOR YANG

MERUGIKAN KONSUMEN DALAM

PEMBANGUNAN ELEKTRONIK (E-

COMMERCE)

MANDIRI -

2. 2015 PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP NASABAH DALAM

TRANSAKSI PERBANKAN MELALUI

M-BANKING PADA BANK MANDIRI

KANTOR CABANG GAJAH MADA

DENPASAR

MANDIRI -

3. 2014 PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP NASABAH AKIBAT

PERUBAHAN MELAWAN HUKUM

OLEH BANK BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 8

TAHUN 1999

MANDIRI -

4. 2013 TANGGUNG JAWAB PELAKU

USAHA ATAS KERUGIAN

KONSUMEN BERDASARKAN UU

PERLINDUNGAN KONSUMEN

MANDIRI -

5. 2012 PELAKSANAAN GADAI POLIS

ASURANSI JIWA SEBAGAI JAMINAN

PINJAMAN PADA PERUSAHAAN

ASURANSI DI DENPASAR

MANDIRI -

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Tahun Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp.)

1. 2016 MEMBERIKAN DISKUSI DAN

BANTUAN HUKUM PADA IDA BAGUS

RAI JANADAW TENTANG HAK- HAK

KONSUMEN

MANDIRI -

2. 2015 MEMBIRIKAN KONSULTASI DAN

BANTUAN HUKUM TENTANG TEKNIS

RUMUSAN TUNTUTAN PERCERAIAN

MANDIRI -

3. 2014 PENYULUHAN HUKUM

IMPLEMENTASI HAK-HAK NORMATIF

TENAGA KERJA

MANDIRI -

Page 53: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

4. 2013 PENYULUHAN TENTANG SYARAT-

SYARAT SAHNYA PERKAWINAN DAN

PERCERAIAN SERTA AKIBAT

HUKUMNYA TERHADAP HAK

MEWARIS DI DESA PEGUYANGAN

KANGIN, DENPASAR.

MANDIRI -

5. 2012 SOSIALISASI PERANAN JAMINAN

DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL

KERJA OLEH KOPERASI KEPADA

WANITA YANG BERDAGANG DI

PASAR KABUPATEN BADUNG.

MANDIRI -

E. Pengalaman Penulisan Blok Book dalam 5 Tahun Terakhir No. Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman Penerbit

1. HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN 2015 64 FH. UNUD

2. HUKUM PERBANKAN 2014 48 FH. UNUD

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-

sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : HIBAH DOSEN MUDA FH UNUD Denpasar, 18 Mei 2016

Pengusul,

materai Rp.6000

(IDA BAGUS PUTU SUTAMA, SH., M.Si)

NIP : 195707131986011002

Page 54: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

1

EFEKTIFITAS PELARANGAN IMPOR PAKAIAN BEKAS DI PASAR

KODOK KABUPATEN TABANAN

A.A. Gede Agung Dharmakusuma, SH.MH.1)

Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Udayana, Jalan Pulau Bali No.1, Denpasar, 80114 Telpn/Fax : (0361) 222666, E-mail : [email protected]

Abstract

Purpose of this research is to find the Effectiveness of Minister Trade Indonesia Republic Regulation Number 51 /

M-Dag / Per / 7/2015 on Prohibition of Imported Used Clothes taking samples in the Tabanan Tabernacle Market

because it is the largest place in Bali Province for the sale and purchase of clothing the former imports that are still

occurring until now so it is very urgent to do further research. This research uses empirical juridical research

methods, with types of legislation approaches, and factual approaches. This research is descriptive by using

primary data (obtained directly from research location by interviewing technique), and secondary data that is source of legal material, such as primary law material (legislation related to ban of import used clothing in

Indonesia), legal material secondary (law books, legal journals, legal papers published in print and online), as well

as tertiary tertiary legal materials (dictionaries and encyclopedias). The technique of determining the sample using

non probability sampling (purposive sampling). Thus the processing and data analysis using qualitative descriptive.

Regulation of the Minister of Trade Number 51 / M-Dag / Per / 7/2015 on the Prohibition on the Import of Used

Clothes at Tabanan Tabernacle Market is ineffective. The right settlement if the regulation concerning imported

used clothing in Tabanan Tabernacle Market is not effective is to restore the philosophical meaning of the rule by

putting justice efficiency to the right of consumer so that related to used clothing can be legalized its trade, this is in

accordance with the regulation of the Law Number 8 of 1999 on Consumer Protection is in fact more effective.

Key words: effectiveness, prohibition, import, clothing, used.

Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas yang mengambil sampel di Pasar Kodok

Kabupaten Tabanan karena merupakan tempat terbesar di Provinsi Bali terjadinya jual-beli pakaian bekas impor

yang masih terjadi sampai sekarang sehingga sangat urgen untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini

menggunakan cara kerja/metode penelitian yuridis empiris, dengan jenis pendekatan perundang-undangan, dan

pendekatan fakta. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer (diperoleh langsung dari lokasi

penelitian dengan teknik wawancara), dan data sekunder yaitu sumber-sumber bahan hukum, diantaranya bahan

hukum primer (peraturan perundang-undangan terkait larangan penjualan pakaian bekas impor di Indonesia), bahan

hukum sekunder (buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, karya tulis di bidang hukum yang dimuat di media cetak

maupun online), serta bahan hukum tersier yang bersifat penunjang (kamus, dan ensiklopedia). Teknik penentuan

sampel menggunakan non probability sampling (purposive sampling). Dengan demikian pengolahan dan analisis

datanya menggunakan deskriptif kualitatif. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-

Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak efektif.

Penyelesaian yang tepat apabila peraturan terkait pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak

efektif adalah dengan mengembalikan makna filosofis dari aturan tersebut yaitu dengan meletakkan efisiensi

keadilan terhadap hak pilih konsumen sehingga terkait dengan pakaian bekas dapat dilegalkan perdagangannya, hal

ini sesuai dengan pengaturan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang pada

kenyataannya lebih efektif.

Kata kunci: efektifitas, pelarangan, impor, pakaian, bekas.

1. PENDAHULUAN

Sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas “ t

Page 55: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

2

akan mematikan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berbisnis baju bekas. Sehingga secara tidak ”1. Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Standarisasi Dan Perlindungan Konsumen menemukan bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan penyakit kulit, kelamin, gangguan pencernaan

dan berbagai penyakit menular lainnya, kandungan mikroba tertinggi dari satu sampel ditemukan 216.000 koloni bakteri per gram dan ditemukan bakteri kapang 36.000 koloni per gram terhadap dua puluh lima sampel dari Pasar Senen, Jakarta, sampel yang diuji diantaranya pakaian wanita dewasa, pakaian anak, dan juga pakaian pria dewasa.2

Kesamaan persepsi antara pemerintah dan beb “ ”3 ditentang oleh sebagian besar pembeli dan penjual pakaian bekas impor yang tergabung dalam Perhimpunan Pedagang Pakaian Bekas Seluruh Indonesia (P3BSI) yang tidak sepakat karena pakaian bekas impor memiliki pasaran yang berbeda,

sehingga dinilai tidak terkait dengan pasaran produk lokal, pakaian yang disita pemerintah yang kemudian ditemukan bakteri tersebut merupakan pakaian yang belum siap jual, masih dalam proses pemilihan, dan sebelum dijual dilakukan perendaman dengan air panas serta pencucian terlebih dahulu, hal ini dibuktikan dengan belum pernah ada pembeli yang protes, terkena penyakit, atau bahka meniggal dunia karena menggunakan pakaian bekas impor. P3BSI menyatakan siap menanggung bea masuk (BM) impor pakaian bekas sebesar 35 persen yang ditetapkan Menteri Keuangan. P3BSI juga tidak keberatan apabila pemerintah memberlakukan sistem kuota impor melalui tata niaga impor pakaian bekas. Namun apabila

pemerintah melarang perdagangan pakaian bekas impor, maka dipastikan akan ada dua juta pedagang kehilangan pekerjaannya, hal ini akan menimbulkan keresahan pedagang maupun seluruh anggota keluarganya.4 Pro dan kontra larangan penjualan pakaian bekas di Indonesia teryata tidak berpengaruh terhadap penjual-penjual pakaia bekas impor di Bali, khususnya di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Dengan meningkatnya penjualan pakaian bekas impor khususnya di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan, menjadikan sangat penting dan urgen untuk diteliti lebih mendalam terkait Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas

Di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Dipilihnya Kabupaten Tabanan tidak terlepas dari keberadaan Pasar Kodok yang merupakan tempat khusus terbesar di Provinsi Bali yang digunakan untuk kegiatan jual-beli pakaian bekas impor. Urgensi dari diadakannya penelitian ini juga tidak terlepas dari keresahan penjual pakaian bekas impor yang berdasarkan hasil pra penelitian, diketahui bahwa aturan terkait larangan penjualan pakaian bekas impor tidak jelas dalam pelaksanaannya, seluruh responden bahkan meminta agar penelitian terkait Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas Di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan segera dilakukan.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis peneitian hukum empiris karena mengkaji fenomena peristiwa/fakta hukum yang terjadi di masyarakat khususnya terkait dengan efektifitas norma hukum terkait larangan penjualan pakaian bekas impor di Kelurahan Padangsambian Tabanan. Dikatakan fenomena hukum karena norma hukumnya ada yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas yang ditetapkan sejak tanggal 9 Juli 2015,

1 Ilyas Isti P “P : R P B B ”

http://bisnis.liputan6.com/read/2172819/pengusaha-ri-tak-perlu-stop-impor-baju-bekas, diakses tanggal 9-5-2016, Pukul 05:48 WITA.

2 V c F “P ”

http://www.antaranews.com/berita/478146/pakaian-impor-bekas-terbukti-mengandung-bakteri, diakses tanggal 7-5-

2016 Pukul 7:51 WITA. 3 F M “ Y L P B B ”

http://bisnis.liputan6.com/read/2171471/disperindagkop-yogyakarta-larang-penjualan-baju-bekas-impor, diakses

tanggal 9-5-2016 Pukul 06:46 WITA. 4 Ibid.

Page 56: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

3

namun dalam pelaksanaan norma hukum tersebut masih dipertanyakan masyarakat khususnya penjual pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Para pedagang pada kenyataannya tidak mengindahkan norma hukum ini sehingga efektifitasnyapun mengalami gangguan. Jenis pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: jenis pendekatan perundang-undangan, dan pendekatan fakta.

Pendekatan perundang-undangan, yaitu dilakukan analisis terhadap norma hukum terkait penjualan pakaian bekas impor di Indonesia dengan menelusuri sebanyak-banyaknya data sekunder yaitu: bahan hukum primer (aturan-aturan dan penjelasannya) terkait dengan objek penelitian yang dapat menjelaskan secara pasti makna dari aturan yang dikaji, sehingga dapat memberikan kepastian hukumnya. Sedangkan pada pendekatan fakta dilakukan dengan menelusuri data primer yang didapatkan langsung dari lokasi penelitian (Pasar Kodok Kabupaten Tabanan) terkait penjualan pakaian bekas impor dalam bidang efektifitas dan penyelesaiannya.

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan/menjelaskan apa adanya fakta-fakta hukum

yang ditemukan terkait dengan efektifitas serta penyelesaian efektifitas larangan penjualan pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan, kemudian dilakukan pengkajian mendalam terhadap fakta-fakta tersebut dengan mengkaitkan peraturan perundang-undangan, teori-teori hukum, serta bahan-bahan hukum lain terkait yang dapat meggambarkan serta dapat menganalisis permasalahan hukum yang ingin diselesaikan. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu : hasil wancara dengan responden (penjual pakaian bekas impor, dan pemerintah), serta wawancara dengan informan yaitu: para ahli Hukum Dan Masyarakat, Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Administrasi Negara, dan Hukum Internasional

dilingkungan Fakultas Hukum Udayana sebagai informan yang dilengkapi dengan surat persetujuan sebagai informan (sebagaimana ditentukan dalam Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013, halaman 76). Demi kesempurnaan temuan dan rekomendasi penelitian ini, maka digunakan data penunjang/sekunder yang didapatkan dengan pelusuran kepustakaan sumber bahan hukum diantaranya: bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan terkait larangan penjualan pakaian bekas impor di Indonesia), bahan hukum sekunder (buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, karya tulis di bidang hukum yang dimuat di media cetak maupun online), serta bahan hukum

tersier yang bersifat penunjang (kamus, dan ensiklopedia). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi dokumen dan wawancara.

Berangkat dari studi dokumen yaitu dengan mengumpulkan data-data sekunder terkait larangan penjualan pakaian bekas impor, sumber-sumber bahan hukum penelitian ini dipilah-pilih hanya yang terkait dengan permasalahan. Kemudian dilakukan penelusuran data-data primer yang dikumpulkan dengan mewawancarai narasumber (responden dan informan). Data dikumpulkan dengan sistem pencatatan, dan sistem download data. Pada sistem pencatatan dilakukan dengan mencatat secara manual pada kertas (seperti sistem kartu, namun menggunakan kertas, bukan kartu) dan/atau langsung pada file komputer

yang disediakan untuk pengumpulan bahan hukum yang berasal dari penelusuran kepustakaan bahan hukum primer, sekunder, tersier, serta data penunjang. Sedangkan pada sistem download data dilakukan pengambilan bahan-bahan hukum dengan download bahan-bahan hukum yang ditelusuri dari media online. Kedua sistem ini kemudian disatukan dalam satu file data pada komputer yang kemudian dipilah-pilah, dan diklasifikasikan berdasarkan pokok-pokok bahasan, sehingga memudahkan peneliti untuk menggunakan bahan hukum tersebut dalam menganalisis objek penelitian. Data-data yang terkumpul setelah dipilah-pilah dan diklasifikasikan, maka dilakukan teknik analisis data dengan menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan data-data dengan apa adanya, kemudian dianalisis, serta disusun secara sistematis berdasarkan urutan permasalahan yang diselesaikan. Teknik ini dilakukan untuk tercapainya analisis yang valid, sehingga kutipan-kutipan langsung (tidak dipenggal-penggal) akan diuraikan sama persis dengan sumbernya (dengan menyebutkan sumbernya penelitipun terhindar dari plagiarisme).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi efektif dalam masyarakat yaitu: 1. Kaidah hukum atau peraturan hukum itu sendiri

Page 57: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

4

Pengujian terhadap faktor kaidah hukum ini mengarah pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas yang ternyata konflik dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang menetapkan pada pasal 8 ayat (2) “P c c c f c ” A ketentuan pasal tersebut dan menganalisisnya dengan argumentum a contrario maka akan mengakibatkan diperbolehkannya pelaku usaha untuk memperdagangkan barang bekas (termasuk pakaian bekas impor) dengan syarat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya kepada konsumen terkait keadaan dan kualitas barang bekas (pakaian bekas) tersebut. Oleh karena ketentuan pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ini belum dihapuskan, maka tetap dapat dijadikan dasar hukum bagi pelaku usaha maupun konsumen dalam perdagangan pakaian bekas impor di seluruh Indonesia khususnya di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Sehingga terjadinya

konflik norma hukum ini menyebabkan ketidakefektifan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. 2. Petugas atau penegak hukumnya

Disperindag Kabupaten Tabanan hanya berwenang sebagai petugas pengawas sesuai dengan ketentuan Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang Perdagangan, yang melakukan pengawasan serta pembinaan di bidang perindustrian dan perdagangan terhadap perdagangan barang yang dilarang termasuk perdagangan pakaian bekas impor yang telah beredar di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Namun

demikian, walaupun telah dilakukan pembinaan dan pengawasan perdagangan pakaian bekas impor, dapat dilihat bahwa hingga saat ini masih ditemukan keberadaan penjualan pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan, sehingga dapat diketahui bahwa Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas tidak berjalan dengan efektif, hal ini menurut Disperindag Kabupaten Tabanan terjadi karena pengawasan hanya terbatas pada pedagang pakaian bekas impor yang bukan merupakan pihak importir. Pengawasan yang dilakukan oleh Disperindag selama ini adalah dengan melakukan inspeksi mendadak di Pasar Kodok yang dibantu oleh Satuan Polisi Pamong

Praja, Trantib, dan Dinas Kesehatan, namun hanya sebatas pembinaan dan pendataan saja, belum sampai pada penyitaan pakaian bekas impor, hal ini dikarenakan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang masih memperbolehkan pelaku usaha memperdagangkan pakaian bekas selama memberikan informasi kepada konsumen, padahal disisi lain ketika Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas melarang perdagangan pakaian bekas impor maka pakaian itu menjadi barang yang illegal karena kegiatannya dilarang. 3. Kesadaran hukum masyarakat

Penjualan pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan menurut keterangan pelaku usaha, mereka membuka kios sekitar Pkl. 10.00 sampai Pkl. 20.00 Wita. Terkait dengan pengujian faktor kesadaran masyarakat, menurut para penjual bahwa pembeli yang datang karena tertarik dengan harga yang murah dan kualitas pakaian yang bagus dan sangat layak untuk dikenakan, konsumen yang banyak datang terutama dari konsumen usia muda yang mencari pakaian-pakaian dengan model-model baru ataupun lama/vintage dan lebih tertarik dengan barang-barang yang bermerek luar negeri. Berdasarkan hal tersebut membuktikan bahwa sampai saat ini Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak berjalan secara efektif. Apabila dilihat dari faktor masyarakat/konsumen dimana menurut pihak konsumen sendiri masih merasa sangat membutuhkan pakaian dengan kualitas baik dengan harga yang murah, hal inilah yang menyebabkan permintaan pasar terhadap pakaian bekas impor. Disisi lain permintaan pasar merupakan suatu peluang bagi pelaku usaha untuk melakukan usaha bisnis perdagangan pakaian bekas impor karena konsumennya memang masih ada/eksis. Selanjutnya dari segi keuntungan yang didapat oleh pihak pelaku usaha terhadap pakaian bekas impor tersebut juga menjanjikan. Kemudian

apabila dilihat dari faktor kebudayaan konsumen lebih tertarik pada merek terkenal (branded) yang melekat pada pakaian bekas impor karena bagi konsumen dengan menggunakan merek terkenal akan mampu meningkatkan status sosial pada diri konsumen itu sendiri, lebih meningkatkan kepercayaan diri

Page 58: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

5

dan beranggapan tidak ada yang salah dengan hal ini karena merupakan hak dari konsumen untuk memilih pakaian/mode yang digunakan. 3.2. Pembahasan

Pengujian terhadap Efektifitas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-

Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan berarti menguji Peraturan Menteri ini dalam pemenuhan syarat, yaitu berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis berdasarkan teori Roscoe Pound mengenai efektifitas norma ketiga syarat ini diuraikan sebagai berikut: a. Kaidah hukum berlaku secara yuridis

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan dikatakan berlaku secara yuridis apabila penentuannya didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar

yang telah ditetapkan. Terkait hal ini, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan telah sesuai dengan Undang-Undang Perdagangan karena merupakan aturan pelaksananya. Namun apabila dikaji berdasarkan Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan meletakkan efisiensi berkeadilan sebagai fokus pengujian, maka Peraturan Menteri ini tidak dapat diberlakukan karena dinilai tidak memenuhi unsur keadilan. Keadilan sebagaimana dikemukakan oleh Ulpianus "Justitia est perpetua et constants voluntas Jus suum cuique tribuendi" dalam terjemahan

bebasnya yaitu keadilan adalah suatu keinginan yang terus menerus dan tetap untuk memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya.5 Maksudnya, bagi masyarakat diberikan perlindungan hukum sebesar hak-hak yang diberikan hukum. Pengaturan terkait hak-hak konsumen diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sedangkan kewajiban pelaku usaha sebagai hal yang yang wajib didapatkan konsumen diatur dalam pasal 7 Udang-Undang Perlindungan Konsumen. Upaya yang dapat dilakukan terkait hal ini adalah dengan uji materiil ke Mahkamah Konstitusi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang

Perdagangan yaitu pasal 47 ayat (1) yang menentukan bahwa setiap Importir wajib mengimpor barang dalam keadaan baru, sehingga nantinya dapat berimplikasi pada pembatalan Peraturan Menteri ini sebagai aturan pelaksananya. b. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis

Kaidah hukum haruslah berlaku secara sosiologis sehingga dapat diterima pemberlakuannya karena adanya pengakuan dari masyanakat. Terkait dengan hal ini, maka seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas tidak efektif khususnya di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan. Untuk itu

penyelesaian yang dapat dilakukan adalah dengan berpedoman pada hukum yang hidup dimasyarakat. Terkait hal ini Eugen Ehrlich menge “ f pihak dengan hukum yang hidup dalam masyarakat/ living la ” 6 Selanjutnya Eugen Ehrlich berpendapat bahwa hukum positif akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila: Berisikan, atau selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat tadi. Dan di samping itu, pusat perkembangan hukum pada waktu sekarang dan juga pada waktu yang lain, tidak terletak pada perundang-undangan, tidak pada ilmu hukum, ataupun pada keputusan hakim tetapi ” 7 Dengan

demikian, penyelesaian terkait ketidakefektifan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas ini adalah dengan melaksanakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang seperti pada pengujian sebelumnya diketahui lebih efektif pemberlakuannya. c. Kaidah hukum berlaku secara filosofis

5Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum Prenada, Media, Jakarta, h. 59.

6 H Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2002, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, h. 66.

7 Ibid.

Page 59: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

6

Jimly Asshiddiqie berpandangan bahwa Pancasila adalah cita hukum sebagai yardstick dalam menafsirkan konstitusi dan sebagai panduan dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara.8 Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 dimana Pancasila termaktub didalamnya adalah modus vivendi (kesepakatan luhur) Bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam ikatan satu bangsa yang majemuk.

Sehingga apabila dilihat dari sudut hukum, pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila merupakan falsafah Negara yang melahirkan sistem hukum dan dasar sistem hukum tersendiri. Dengan demikian Pancasila menjadi dasar Negara sekaligus sebagai sumber dari segala sumber hukum yang memberi sumber hukum (berada paling atas) serta sebagai penuntun hukum bagi peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia termasuk UUD 1945. 9

Permasalahan terkait pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas ini terletak pada ketidakharmonisannya dengan pasal 33 ayat (4) UUD 1945 seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya sehingga

penyelesaian yang tepat terkait pakaian bekas impor di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan yang tidak efektif adalah dengan mengembalikan makna dari aturan tersebut yaitu dengan meletakkan efisiensi keadilan terhadap hak pilih konsumen sehingga terkait dengan pakaian bekas dapat dilegalkan perdagangannya, hal ini sesuai dengan pengaturan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang pada kenyataannya lebih efektif karena disediakan pilihan terkait hak konsumen untuk dilindungi ataupun tidak dilindungi oleh hukum dalam artian konsumen menerima barang bekas dengan informasi yang jelas dari pelaku usaha terkait kondisi barang bekas tersebut. Hal ini

menjadi penting karena obyek perlindungan hukum oleh Negara yang termaktub dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945 tidaklah berarti membatasi hak memilih konsumen namun terletak pada kebebasan (kemerdekaan) seluruh bangsa (konsumen maupun pelaku usaha) untuk memajukan kesejahteraannya baik secara materiil maupun secara bathin. Kesejahteraan inilah yang kemudian dapat dikaitkan dengan kebolehan melakukan usaha/perdagangan pakaian bekas impor karena tidak hanya terkait dengan nilai materinya namun juga nilai kepuasan batin yang dapat diperoleh dari pemilihan (hak pilih) konsumen ini.

4. KESIMPULAN

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Kodok Kabupaten Tabanan tidak efektif pada pelaksanaannya berdasarkan pengujian teori efektifitas dan keberlakuan norma hukum sehingga diperlukan harmonisasi norma hukum ini dengan dengan hukum yang diterima dan hidup dimasyarakat yang dalam hal ini Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih disampaikan pada pihak-pihak yang mendukung penulisan makalah: 1. Rektor Universitas Udayana. 2. Ketua LPPM Universitas Udayana. 3. Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana. 4. Ketua UPPM Fakultas Hukum Universitas Udayana. 5. Bagian Keuangan FH Universitas Udayana.

6. Seluruh sivitas akademika Fakultas Hukum Universitas Udayana, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

5. DAFTAR PUSTAKA

8 Fajlurrahman Jurdi, 2016, Teori Negara Hukum, Setara Press, Malang, h. 77., dikutip dari Jimly

Asshiddiqie, 2007, Ideologi, Pancasila, Dan Konstitusi, Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan MKRI. 9 Ibid.

Page 60: EFEKTIFITAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN …

7

Febrianto, Vicki. “P ” http://www.antaranews.com/berita/478146/pakaian-impor-bekas-terbukti-mengandung-bakteri, diakses

tanggal 7-5-2016 Pukul 7:51 WITA.

Jurdi, Fajlurrahman., 2016, Teori Negara Hukum, Setara Press, Malang, h. 77., dikutip dari Jimly Asshiddiqie, 2007,

Ideologi, Pancasila, Dan Konstitusi, Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan MKRI.

Mahmud, Fathi. “ Y L P B B ” http://bisnis.liputan6.com/read/2171471/disperindagkop-yogyakarta-larang-penjualan-baju-bekas-impor, diakses tanggal 9-5-2016 Pukul 06:46 WITA.

Marzuki, Peter Mahmud., 2005, Penelitian Hukum Prenada, Media, Jakarta.

Praditya, Ilyas Istianur. “P : R P B B ” http://bisnis.liputan6.com/read/2172819/pengusaha-ri-tak-perlu-stop-impor-baju-bekas, diakses tanggal 9-

5-2016, Pukul 05:48 WITA.

Rasjidi, H Lili dan Ira Thania Rasjidi., 2002, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung.