downloadpidato menteri perdagangan di universitas negeri manado
TRANSCRIPT
1
PIDATO MENTERI PERDAGANGAN
“Revitalisasi Produk Dalam Negeri Dalam Perspektif
Kepemimpinan Tahun 2014”
(estimasi waktu: 30-40 menit)
Rektor Universitas Negeri Manado, Bapak Prof. Dr.
Philoteus EA. Tuerah, M.Si, DEA;
Rekan-rekan dari Provinsi Termasuk Asisten Setda,
Kepala Dinas Perindag;
Segenap Civitas Akademika UNIMA;
Rekan-rekan Media;
Yang saya cintai mahasiswa UNIMA
Para hadirin sekalian.
Saya senang sekali berada di Tondano, pertama kali di
tahun ini. Tahun 2011 lalu saya sudah menyempatkan
diri dua kali ke Manado. Pada saat itu saya datang selaku
Kepala BKPM dalam acara ASEAN Economic Ministers
Meeting dan memberikan Kuliah Umum di Universitas
Sam Ratulangi di Manado. Sekarang Alhamdulillah bisa
kembali dikelilingi alam Sulawesi yang indah dalam
kapasitas yang sedikit berbeda dibandingkan sebelumnya.
2
Pada intinya saya ingin berbicara tentang 2 hal, yang
pertama tentunya terkait dengan perdagangan luar
negeri dan yang kedua bagaimana membangun
perdagangan dalam negeri yang lebih kompetitif.
Di jaman yang serba digital ini kepentingan kita untuk
membangun bangsa dan negara yang bisa bersaing harus
dikedepankan. Jangan sampai kalah dengan Korea yang
sudah bisa membangun smartphone yang bermerek
Samsung. Jangan sampai kita mengkonsumsi TV yang
hanya bermerek Samsung, jangan sampai kita hanya
mengkonsumsi DVD player yang bermerek Samsung.
Mudah-mudahan hal seperti ini akan sangat bisa
menjadi inspirasi untuk kita membangun produk-produk
nasional yang sangat bisa dibanggakan kita semua.
Karena kalau tidak, kemungkinan besar dalam waktu
dekat kita akan masak bubur tinutuan dengan panci
mereknya Samsung. Kita akan bakar ikan nike dari Danau
Tondano pakai panggangan mereknya Samsung. Bahkan
sabun dan sikat gigipun bisa-bisa mereknya Samsung.
Alangkah indahnya kalau produk-produk yang kita
konsumsi semakin banyak itu bisa dibuat di Tondano,
semakin banyak bisa dibuat di Sulawesi Utara, semakin
banyak bisa dibuat di Pulau Sulawesi, semakin banyak bisa
dibuat di seluruh Kepulauan Indonesia.
3
Itulah cita-cita bangsa, itulah cita-cita saya dan mudah-
mudahan kita semua bisa merangkul paradigma visi dan
misi yang sama untuk membangun produk dalam negeri
yang kompetitif. Karena kalau tidak sangat akan
disayangkan dimana di abad ke-21 ini Indonesia memiliki
kesempatan yang luar biasa.
Kalau kita lihat dari perdagangan di luar negeri Indonesia
tahun 2012 itu total volume perdagangannya kurang lebih
380-390 milyar dolar. Ekspornya itu sedikit di atas 190
milyar dolar, impornya sedikit di bawah 200 milyar dolar.
Impornya lebih banyak daripada ekspor tahun lalu.
Jadinya yang kita beli dari luar negeri lebih banyak
daripada yang kita jual ke luar negeri.
Semestinya harus yang dijual ke luar negeri lebih banyak
daripada yang dibeli dari luar negeri. Bagaimana bisa
begitu?
Dan tahun lalu itu untuk pertama kalinya, setelah lebih
dari 10 tahun kita mengalami surplus. Tiba-tiba tahun
2012 kita mengalami defisit. Yang kita beli lebih banyak
daripada yang kita jual. Defisitnya kurang lebih 1,6 miliar
dolar - itu kurang lebih 16 triliun rupiah. Kalau dibeli TV
banyak sekali. Kalau mau beli ikan dari Bitung atau ikan
nike di Danau Tondano itu banyak sekali ikannya. Apalagi
tadi pagi kita makan bubur tinutuan - bisa beli bubur
banyak sekali dengan 16 triliun rupiah.
4
Itulah defisit perdagangan Indonesia tahun 2012. Tapi
kalau kita kupas lagi dari defisit itu sebetulnya kalau
produk-produk nonmigas kita mengalami surplus.
Surplusnya 4 miliar dolar, kurang lebih 40 triliun rupiah.
Bayangkan walau kita sebetulnya produsen migas kita
harus mengalami defisit tahun lalu. Defisit migas kita itu
5,6 miliar dolar. Lebih besar daripada surplus nonmigas
kita sebesar 4 miliar dolar sehingga defisit total kita
adalah 1,6 miliar dolar atau 1,16 triliun rupiah. Walau
sangat disayangkan mungkin ada hikmahnya juga
kenapa kita harus mengkonsumsi produk-produk migas
lebih banyak daripada sebelumnya karena pertumbuhan
ekonomi kita bisa dilihat sangat pesat.
Tahun lalu kita mencatat pertumbuhan ekonomi 6,2% -
nomor 2 tercepat di dunia khususnya di kalangan
negara-negara G-20. Banggalah adik-adik. Yang paling
cepat itu adalah pertumbuhan ekonomi Tiongkok, dimana
mereka mengalami pertumbuhan ekonomi kurang lebih
7,6-7,7%. India yang tadinya meroket di 9,10, 11%
terpuruk ke 5,3%. Brazil yang tadinya meroket ke 7-9%
terpuruk di bawah 3%.
Kita telah menikmati pertumbuhan ekonomi tidak kurang
dari 5 persen dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu,
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kita bahkan
mencapai 6.2%. Konsumsi domestik berperan penting dan
mendominasi komposisi PDB yaitu sebesar 54%.
5
Sementara itu, pertumbuhan kelas menengah yang dapat
meningkat pesat dari 74 juta orang sekarang, menjadi 141
juta orang di tahun 2020 menyediakan kesempatan unik
untuk tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang signifikan.
Karena itu pentingnya peran Indonesia telah diakui dunia.
Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah berbagai
konferensi internasional seperti APEC Summit dan WTO
Ministerial Conference tahun ini. Di tingkat ASEAN, peran
Indonesia juga penting dalam memprakarsai Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
Kita sudah hidup di dunia yang sangat interdependen,
jadi jangan berpikir apapun yang kita lakukan, apapun
yang kita capai di sini tidak berefek kepada titik-titik lain
di dunia. Nah inilah yang terjadi di tahun lalu, dimana
konsumsi kita meningkat pesat sekali sehingga kita harus
mengkonsumsi produk-produk migas, lebih daripada
sebelumnya. Namun di saat-saat yang sama kita juga
mengimpor bahan baku dan barang modal lebih dari
sebelum-sebelumnya - dan ini penting sekali adik-adik,
importasi barang baku dan barang modal lebih dari
sebelumnya itu penting karena itu akan membantu
menopang pembangunan di Indonesia.
Realisasi investasi juga sudah meningkat pesat sekali 25-
30% pertahun selama 3 tahun terakhir dan pembangunan
pabrik-pabrik yang terjadi di Indonesia selama ini terus
6
bergulir ke depan dimana akan memerlukan barang
modal dan bahan baku satu ciri yang menyebabkan
kenapa kita mengalami defisit. Itu adalah ketergantungan
kita terhadap komunitas atau produk-produk primer. 65%
dari total ekspor kita itu terkait dengan komoditas,
dimana 35% dari ekspor kita itu terkait dengan produk-
produk yang bernilai tambah. Kalau harga bauksit turun,
kalau harga kelapa sawit turun, kalau harga batubara
turun - karena kebutuhan dari Tiongkok turun, kebutuhan
dari Eropa turun, kebutuhan India turun, kebutuhan dari
Amerika turun, kebutuhan dari Timur Tengah turun,
kebutuhan di Amerika Selatan turun.
Tentunya kesejahteraan di Sulawesi Utara juga
terpengaruh karena ketergantungan kita terhadap
produk-produk primer yang selama ini menjadi bobot
besar dalam eksportasi kita keluar negeri. Ekspor
Sulawesi Utara adalah lemak dan minyak hewan, daging,
ikan, ikan olahan, dan udang sebesar 92.78% dari total
nilai ekspor provinsi sebesar 183 ribu dollar dari Januari
sampai April 2013. Sementara impornya adalah kapal
laut, mesin-mesin, pesawat mekanik, dan bahan bakar
mineral dimana jumlahnya 54% dari total nilai impor
sebesar 10 ribu dollar. Dilihat dari profil ini kinerja
perdagangan provinsi Sulawesi Utara cukup baik dan
sangat bisa dibanggakan.
7
Sikap kita ke depan adalah untuk meningkatkan porsi
yang 35% tadi - yaitu porsi yang mengandung nilai
tambah. Ini hanya bisa dilakukan kalau kita tekad, tegar,
teguh, untuk melakukan industrialisasi. Contoh sukses
telah dilakukan oleh bangsa Korea Selatan tahun 60-an
70-an dimana mereka tekad, tegas dan teguh, untuk
melakukan industrialisasi. Mereka sadar mereka tidak
punya sumber daya alam maka mereka harus melakukan
sesuatu yang dahsyat yang bisa mengandung nilai
tambah. Dilakukanlah penyikapan fiskal, penyikapan
moneter, penyikapan industri, penyikapan perbankan
yang berdasarkan tesis investasi, tesis industrialisasi, yang
setelah 3-4 dekade bisa membuahkan galaxy dan TV
Samsung.
Siapa yang berpikir 5 tahun yang lalu, siapa yang berpikir
10 tahun yang lalu, kita bisa kirim foto, dan berkomunikasi
lewat Blackberry. Kita bisa mendengarkan musik lewat
iphone. Siapa yang akan berpikir kita berkomunikasi lewat
iphone.
Satu iphone biaya produksinya itu cuma $10, seratus ribu
Rupiah. Dijual berapa di Jakarta, Solo, Tondano 6-8 juta
Rupiah. Kenapa? Karena inovasinya itu di $10.
Keringatnya itu yang keluar dari karyawan-karyawan yang
kerja di Tiongkok, Senchen, Guangzhou, Shanghai, di kota-
kota lain itu bekerja sama dengan perusahaan yang
berbasis di Taiwan tapi mereka mendirikan pabrik di 22
8
kota di Tiongkok dan masing-masing produk iphone itu
per unitnya hanya $10 dolar, dikirim ke seluruh dunia, ke
Manado sampai ke Tondano, ke Jakarta, ke Kalifornia,
London, dijual $400 ke atas. Karya inovasinya Steve Job itu
dinilai $390. Sedangkan buruh yang kerja di Tiongkok 19
jam sehari atau 15 jam sehari itu hanya dinilai 10 dolar.
Jadinya yang lebih penting ke depan, adik-adik, itu
adalah inovasi, kreasi, nilai tambah, hilirisasi,
industrialisasi.
Mulailah berpikir jangka panjang. Kalau kita berpikir
panjang 20 tahun ke depan PDB kita ini akan bergerak,
ada yang tahu PDB kita berapa tahun yang lalu. PDB
Indonesia tahun lalu 10.000 triliun rupiah, kurang lebih 1
triliun dolar, kalau dengan pertumbuhan ekonomi 5-6%
per tahun ditambah inflasi 5% per tahun itu akan bergeser
20 tahun di tahun 2032, mencapai 6-7 triliun dolar.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara 7.4%.
Bayangkan, di tahun 2032, lulusan Universitas Negeri
Manado yang akan berusia 40 - 42 tahun bisa menikmati
perekonomian Indonesia yang berada di posisi 6 atau 7
terbesar di dunia. Kalau kita ekstrapolasi secara linear PDB
kita akan menjadi PDB terbesar nomor 6 atau 7 di tahun
2032. Sekarang saja sudah nomor 15 terbesar di dunia.
Saya selalu bercanda dengan mahasiswa kenapa kok kita
takut atau minder sama orang Saudi Arabia? Kita selalu
9
berpikir mereka lebih kaya daripada kita padahal PDB
mereka itu cuma setengah PDB kita. Dan kalau saya bicara
dengan pemain bulutangkis, begitu mereka bertanding
dengan bule langsung minder. Padahal mereka dari
ekonomi yang setengah atau sepertiga ekonominya
Indonesia. Singapura hanya seperlima dari Indonesia,
Malaysia seperempat dari Indonesia, Thailand hanya
sepertiga dari Indonesia, Saudi Arabia hanya setengah
dari Indonesia. Kita sudah nomor 15. Kita sudah menjadi
anggoa G-20, sedangkan Singapura, Malaysia, Thailand,
Philipina, Vietnam, Brunei, tetangga kita di utara itu
bukan anggota G-20.
Kalau kita akumulasikan ekonomi kita dari satu triliun
dolar dari tahun lalu plus apapun yang kita alami tahun ini
dan kedepannya PDB kita di tahun 2032 itu akumulasinya
kurang lebih $60 triliun dolar atau 600.000 triliun rupiah.
Angka yang tidak kecil dan jangan sampai kita tidak
melakukan apa-apa untuk mengindustrialisasikan diri kita.
Kita tahu itu porsi ekonomi kan ada konsumsi, ada
Government Spending, ada Investasi, ada ekspor dikurangi
impor. 60% konsumsi domestik dari 60 triliun adalah 36
triliun dolar, dalam rupiahnya 360.000 triliun rupiah,
adalah nilai kumulatif yang akan dikonsumsi opleh adik-
adik kita dari Tondano dan seluruh 33 Propinsi di
Indonesia selama 20 tahun ke depan. Jangan sampai itu
semua mereknya Samsung.
10
Kita harus bisa, kita harus bangga berbangsa ini. Saatnya
ini 360.000 triliun rupiah supply setnya jangan hanya
produk dari luar negeri, apa lagi selundupan. Satu produk
yang bisa dibuat di dalam negeri adalah kesejahteraan
untuk 250 juta jiwa penduduk Indonesia.
Bulan lalu saya berkunjung di Roxy Jakarta, terkenal
sebagai tempat jualan handphone, tablet, dan segalanya.
Banyak sekali produk-produk selundupan. Peraturannya
sudah jelas harus menggunakan label bahasa Indonesia.
Harus menggunakan kartu garansi dalam bahasa
Indonesia. Harus meregistrasi nomor fakturnya. Tapi
banyak sekali dari setiap produk yang kita konsumsi yang
datang dari luar negeri yang melanggar peraturan itu.
Satu atau ratusan lapangan kerja hilang di Indonesia.
Kalau negara dirugikan, rakyat dirugikan. Ke depannya
kita harus bangkit. Siapa pun yang lulus dari Universitas
Negeri Manado harus bisa membangun apapun yang bisa
mengisi 360 triliun rupiah ini.
Apakah kita hanya mau menjadi pedagang atau kita mau
menjadi pedagang dan/atau produsen? Kalau saya lebih
berpikir kita harus jadi pedagang dan/atau produsen.
Lebih indah lagi kalau kita mendagangkan produk-produk
dalam negeri, produk-produk yang dibuat oleh adik-adik
kita semua. Ini resikonya besar, adik-adik. Tidak ada
alasan untuk kita tidak bisa membuat handphone. Untuk
buat kamera. Untuk buat TV. Untuk buat DVD player.
11
Ini bukan aspirasi membuat roket, ini bukan aspirasi hal-
hal yang di luar batas wajar. Ini adalah hal-hal yang
sangat di dalam batas wajar - yang sepadan dengan
aspirasi yang untuk memenuhi demand selama 20 tahun
ke depan.
Masa depan kita ini tergantung pada adik-adik semua.
Adik-adik lah yang bisa mengukir masa depan kita. Kenapa
terjadi asumsi linearitas dalam proyeksi pertumbuhan
ekonomi kita ke depan? Karena demografi kita kaya
sekali, dimana 60% populasi kita itu berusia 39 tahun atau
lebih muda. 50% dari populasi kita berusia 29 tahun atau
lebih muda dan dengan reproduksi yang terus terjadi di
Indonesia profil demografi kita 10-15 tahun dari hari ini
itu akan sama dengan profil demografi yang ada sekarang.
Insya Allah anak-anak muda kalau dipompa dengan
pendidikan, dipompa dengan apapun yang bisa
menghasilkan kapasitas bangsa berbangsa, kita benar-
benar bisa mengukir masa depan yang beda.
Kalau kita lihat sejarah di abad ke-7, kita telah mengukir
sejarah Dinasti Syailendra. Kita telah berhasil pula
membangun candi Borobudur, candi agama Budha yang
terbesar di dunia, tujuh abad berikutnya. Di abad ke-14
kita membuahkan kerajaan Majapahit yang sangat
diperkasai oleh seorang raja yang bernama Hayam Wuruk,
memprakarsai prakasa-prakasa yang indah dan
membanggakan kita semua. Bukan hanya dari Sabang
12
sampai Merauke tetapi juga sampai ke pelosok-pelosok di
Thailand, Myanmar, Filipina, dan segala-galanya. Di abad
berikutnya, siklus 7 abad, abad ke-21 lah yang merupakan
abad untuk kita mengukir masa depan kita. Tidak ada
alasan untuk kita tidak bisa menang Piala Uber. Nanti
siang saya akan membuka acara Kejuaraan Bulutangkis
Sulawesi Open. Kita coba kembangkan potensi lokal di
bidang olah raga. Tidak alasan untuk kita tidak bisa jadi
Tuan Rumah Piala Dunia. Bahkan Olimpiade.
Jangan lupa kalau PDB kita di tahun 2012 itu 0,7% dari
total PDB dunia. Tapi kalau kita tumbuh terus dan kita
lakukan industrialisasi, kita lakukan substitusi, kita lakukan
hilirisasi, di tahun 2032 PDB Indonesia sangat mungkin
menjadi 1,5% dari total PDB dunia. Relatif terhadap total
ekonomi dunia, ini motivasi untuk kita bisa mengukir.
Kita harus bisa berparadigma yang cangggih bukan hanya
kawan-kawan di ITB, UGM, UI saja, tapi Tondano juga
harus siap berparadigma canggih. Bagaimana kawan-
kawan di Propinsi Sulawesi Utara bisa menuju ke masa
depan dimana Kementerian Perdagangan tentunya
punya kepentingan yaitu untuk menjaga keseimbangan
antara ekspor dan impor, dan juga untuk menopang
sosialisasi industrialisasi.
Indonesia tengah berupaya mengurangi ketergantungan
kepada sumber daya alam dan ekspor bahan mentah
13
belaka. Sudah tiba saatnya ada nilai tambah. Kita
mungkin masih membutuhkan impor barang seperti
mesin untuk proses produksi yang belum dapat
dimanufaktur disini. Tapi, disaat yang sama, kapasitas kita
untuk melakukan proses industrialisasi semakin
meningkat.
Industri perakitan, blending, pembuatan suku cadang,
pengepakan, pengangkutan, penyimpanan, terus sampai
di tangan konsumen; semuanya sudah bisa kita lakukan.
Dari segi perangkat lunak, bahkan sudah ada tanda-tanda
bahwa kita mampu mengembangkan aplikasi perangkat
lunak yang dapat digunakan untuk melancarkan proses
industrialisasi. Sumber daya alam mungkin akan habis.
Ketika habis, negara-negara yang terjebak di rantai
terbawah tidak akan bisa maju. Tapi, negara-negara yang
memiliki sumber daya manusia yang kreatif, merekalah
yang akan bertahan. Itulah argumen perdagangan luar
negerinya yang sangat dekat dengan strategi perdagangan
dalam negeri.
Rekan-rekan mahasiswa, para hadirin yang saya hormati,
Jangan lupa bahwa Kawasan Timur Indonesia (KTI),
termasuk Sulawesi Utara sendiri, adalah kawasan dengan
potensi yang melimpah baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia. Bedanya dengan yang di barat,
potensi KTI masih banyak yang belum tergali dan
14
dimanfaatkan dengan baik. Setiap daerah, setiap
kecamatan, kabupaten dan provinsi memiliki
pengetahuan uniknya tersendiri. Ini adalah local wisdom
yang apabila dapat digunakan dengan efektif akan
menjadi kontribusi yang bernilai bagi pembangunan
daerah dan tentunya bangsa Indonesia. Kita juga harus
siap dalam berkompetisi sebagai bagian dari Masyarakat
Ekonomi ASEAN yang akan dimulai di tahun 2015.
Akhir kata, konsumsi oleh adik-adik kita semua selama 20
tahun itu sebesar 360 ribu triliun rupiah. Ayo semaksimal
mungkin diisi oleh produk-produk buatan Indonesia.
Terima kasih banyak.
___________