efektifitas metode bercerita pada proses...

77
EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES PEMBELAJARAN BIDANG STUDI AQIDAH AKHLAK DI MTSN 13 ULUJAMI JAKARTA SELATAN OLEH : DELLA RAHMAH NIM : 102011023494 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H / 2006 M

Upload: truongdang

Post on 16-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES PEMBELAJARAN

BIDANG STUDI AQIDAH AKHLAK

DI MTSN 13 ULUJAMI JAKARTA SELATAN

OLEH :

DELLA RAHMAH NIM : 102011023494

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1427 H / 2006 M

Page 2: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA

PROSES PEMBELAJARAN BIDANG STUDI AQIDAH AKHLAK” telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 November 2006. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 15 November 2006

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan I/ Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Prof. Dr. Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 150 231 356 NIP. 150 202 343

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. H. Abdul Fatah Wibisono, MA Drs. H.M. Alisuf Sabri NIP. 150 236 009 NIP. 150 034 454

Page 3: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

EFEKTIVITAS METODE BERCERITA PADA PROSES PEMBELAJARAN

BIDANG STUDI AQIDAH AKHLAK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan PAI untuk Memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

DELLA RAHMAH Nim 102011023494

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 150 231 356

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN JAKARTA

1427 H / 2006 M

Page 4: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang tidak pernah berhenti

mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, yang telah menjadikan iman itu indah dalam

hati hamba-Nya serta menjadikan kecintaan kepada risalah-Nya lebih dicintai dari

segala apapun di dunia ini. Dengan curahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai syarat akhir dalam menyelesaikan

program (S1) Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat beriring salam senantiasa tercurahkan kepada insan mulia yang

menjadi tauladan agung sepanjang masa dan mashum akan dosa serta pemupuk

ukhuwah sesama manusia. Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat

dan pengikut sunnahnya yang selalu istiqomah menyeru dengan sruannya dan

berpedoman dengan petunjuknya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tidak sedikit tentunya kendala,

hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, baik yang menyangkut pengaturan

waktu pengumpulan bahan-bahan ataupun kondisi obyektif di lapangan dan

sebagainya. Namun dengan pertolongan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang serta berkat kesungguhan hati dan kerja keras penulis dapat melewati

kesulitan yang dihadapi dan semua ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan serta

bantuan dari berbagai pihak yang selalu menyertai penulis. Untuk itu penulis

sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 5: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

2. Bapak Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

4. Seluruh dosen serta asisten dosen yang telah memberikan ilmu serta bimbingan

kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Ayahanda dan ibunda tercinta atas segala kasih sayangnya telah memberikan

dorongan baik moril maupun materil.

6. Ibu pimpinan MTs.N 13 Jakarta Selatan.

7. Bapak/Ibu guru MTs.N 13 Jakarta Selatan.

8. Para Siswa/siswi MTs.N 13 Jakarta Selatan.

9. Pimpinan perpustakaan utama dan tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Kakak dan adik tercinta.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya

Mita Laraswati, Sulastri Herawati, Ery Syafaati, Tuningsih, Suminar dan rekan-

rekan kelas B angkatan 2002 yang tidak dapat disebutkan yang saling

memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi para pembaca, Amin. Dan semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta membalas budi semua pihak yang telah

membantu dan memberikan dorongan kepada penulis. Amin Yaa Rabbal A’lamin …

Jakarta, 8 November 2006

Della Rahmah

Page 6: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

D. Sistematika Penulisan ..................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis................................................................................. 9

1. Efektivitas Metode Bercerita .................................................... 9

a. Pengertian Efektifitas.......................................................... 9

b. Pengertian Metode, Strategi dalam Memilih Metode dan

Peranannya.......................................................................... 10

c. Pengertian Metode Bercerita, Aspek-aspek dalam Bercerita,

Tujuan dan Fungsi serta Penyampaian Isi Cerita................ 17

2. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ................................................. 29

a. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak......................... 29

b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Aqidah Akhlak .................. 30

c. Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlak ....................... 31

B. Skenario Gaya Metode Bercerita .................................................... 32

Page 7: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ............................................................................ 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 36

C. Variabel Penelitian.......................................................................... 36

D. Populasi dan Sampel ....................................................................... 37

E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 38

F. Teknik Analisa Data........................................................................ 38

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sejarah Berdirinya MTs.N 13 Ulujami Jakarta

Selatan dan Perkembangannya........................................................ 40

B. Analisis dan Interprestasi Data ....................................................... 46

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 64

B. Saran-saran...................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

DAFTAR TABEL

1. Tanggapan siswa mengenai pendapatan mereka mengikuti pelajaran bidang

studi aqidah akhlak........................................................................................... 46

2. Tanggapan siswa mengenai metode apakah yang sering digunakan oleh

guru bidang studi aqidah akhlak dan menyampaikan materi pelajaran ........... 48

3. Tanggapan siswa mengenai metode apakah yang tepat digunakan oleh guru

dalam mengajarkan materi tentang kitab suci al-Qur’an dan perilaku

sahabat.............................................................................................................. 49

4. Tanggapan siswa mengenai apakah guru aqidah akhlak sering menggunakan

materi tentang kitab suci al-Qur’an dan prilaku sahabat.................................. 50

5. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka senang mendengar cerita yang

disampaikan oleh guru aqidah akhlak dalam menyampaikan materi

pelajaran ........................................................................................................... 51

6. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka memperhatikan ketika guru sedang

mengajar dengan metode bercerita................................................................... 52

7. Tanggapan siswa mengenai berapa lama biasanya guru aqidah akhlak dalam

menyampaikan cerita ....................................................................................... 53

8. Tanggapan siswa mengenai apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam

bercerita dapat dipahami .................................................................................. 54

9. Tanggapan siswa mentgenai apakah cerita yang disampaikan oleh guru sesuai

dengan materi yang sedang dibahas................................................................. 55

Page 9: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

10. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat memahami tentang materi

kitab suci al-Qur’an dan prilaku yang disampaikan oleh guru dengan

menggunakan metode bercerita........................................................................ 56

11. Tanggapan siswa mengenai apakah guru mereka memberikan kesempatan

kepada mereka untuk bertanya usai menyampaikan cerita .............................. 57

12. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat mengingat kembali cerita

yang telah disampaikan oleh guru.................................................................... 58

13. Tanggapan siswa mengenai apakah usai menyampaikan cerita guru

menyimpulkan kembali cerita tersebut ............................................................ 59

14. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat mengambil pesan baik dan

mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari dari sebuah cerita yang

telah disampaikan oleh guru............................................................................. 60

15. Tanggapan siswa mengenai pelaksanaan metode bercerita pada pengajaran

mengenai kitab suci al-Qur’an dan prilaku sahabat ......................................... 61

Page 10: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna di

antara makluk ciptaanNya yang lain di alam semesta ini, karena manusia

dilengkapi dengan akal. Yang dengan akal itu manusia dapat mengembangkan

segala potensinya melalui bimbingan pengajaran dan latihan melalui suatu proses

pendidikan.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pendidikan adalah usaha sadar

untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Rama

Yulis pendidikan diartikan sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan

dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar menjadi dewasa.1

Dengan demikian pendidikan adalah proses yang terdiri dari usaha-usaha

yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap si terdidik, baik berupa bimbingan,

pengarahan, pembinaan ataupun latihan yang tujuannya adalah membawa si

terdidik ke arah terbentuknya kepribadian yang utama baik jasmani maupun

rohani bagi perjalanan hidupnya di masa yang akan datang.

Sedangkan arti dari pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap

pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah

mengarahkan, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.2

Dengan demikian pendidikan Islam merupakan pendidikan yang melatih

siswa sedemikian rupa, sehingga dalam prilaku mereka terhadap kehidupan,

langkah-langkah dan keputusan mereka diatur oleh nilai-nilai etika Islam. Dalam

hal ini dapat ditempuh melalui bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan

1 Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalm Mulia, 1994), h. 1 2 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. Ke-1, h. 10

Page 11: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran-ukuran Islam. Atau dengan kata lain pendidikan Islam merupakan

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari

pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran

agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran

agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan

kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Adapun tujuan dari pendidikan Islam yaitu mewujudkan insan kamil

dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat

hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena ketaqwaan kepada Allah

SWT. Dan ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu berguna bagi dirinya

dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan

ajaran Islam dalam hubungannya dengan Allah dan sesamanya, dapat mengambil

manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup

di dunia dan akhirat nanti.3

Berbudi pekerti luhur atau berakhlak mulia merupakan salah satu

komponen dari tujuan pendidikan Islam. Sedangkan pendidikan akhlak atau yang

lebih dikenal dengan pendidikan aqidah akhlak adalah salah satu mata pelajaran

yang merupakan rumpun dari pendidikan agama Islam. Akhak secara terminology

diartikan sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.4 Kalau

melihat definisi akhlak tersebut maka pendidikan akhlak perlu dilakukan sejak

dini karena kalau kita keliru dalam mendidik anak didik maka yang tertanam

dalam jiwa mereka pun perbuatan yang keliru pula. Aqidah akhlak adalah ilmu

yang membahas tentang bagaimana kita berprilaku yang sesuai dengan keyakinan

dan ajaran agama yang dianut atau norma dan etika yang berlaku dalam Islam.

3 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-3, h. 28 4 H. Abudin Nata, MA., Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), Cet. Ke-2,

h. 3

Page 12: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Oleh sebab itu, pendidikan aqidah akhlak sudah menjadi salah satu bagian

dari pendidikan Islam yang dierikan oleh lembaga-lembaga pendidikan kepada

peserta didik dimulai dari madrasah Ibtidaiyh, Tsanawiyah, Aliyah bahkan sampai

ke perguruan tinggi. Karena kebesaran agama Islam antara lain terletak pada

kaidah-kaidah moralitas atau akhlak yang diajarkannya, yang meliputi seluruh

aspek kehidupan manusia, dan di dalam ajaran agama Islam tidak ada aktivitas

manusia yang terlepas dari tuntunan akhlak seperti tata cara bergaul, tingkah laku,

perasaan atau aspek apapun dari aktivitas manusia, baik politik, sosial, ekonomi,

kesenian dan lain-lain. Semuanya harus selaras dengan akhlak islamiyah dan

berdasarkan kepada tuntunan ibadah kepada Allah SWT.

Adapun tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia

berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang

telah digariskan oleh Allah SWT.5

Untuk mencapai dari tujuan pendidikan akhlak tersebut yang juga

merupakan bagian dari tujuan pendidikan Islam maka seorang guru harus

memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien mengena

kepada tujuan yang diharapkan. Karena guru sebagai pendidik dan pengajar

dalam hal ini bertanggung jawab terhadap kesuksesan proses belajar mengajar.

Seorang guru pun juga harus bisa memilih dalam penggunaan metode yang

disesuaikan dengan materi situasi, kondisi serta pesan yang ingin disampaikan.

Karena penggunaan metode yang tidak tepat akan menjadi penghambat jalannya

proses belajar mengajar sehingga tenaga dan waktu akan terbuang sia-sia.

Metode yang merupakan salah satu pendukung dalam kesuksesan proses

belajar mengajar diartikan sebagai jalan atau cara yang harus dilalui untuk

mencapai suatu tujuan.6 Atau dapat juga diartikan sebagai suatu cara yang

5 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), Cet. Ke-1, h,

159 6 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. Ke-4, h. 61

Page 13: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa

sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah dan yang menjadi tujuan

dari pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.

Banyak sekali macam-macam metode yang dipergunakan guru dalam

menyampaikan materi pelajaran. Salah satu di antaranya adalah metode bercerita.

Metode bercerita adalah salah satu metode atau cara yang dilakukan oleh guru

dalam menyampaikan materi atau pesan yang disesuaikan dengan kondisi anak

didik. Guru yang mampu memberi informasi dalam penyampaian cerita akan

menimbulkan semangat dan minat belajar pada diri anak didik. Karena

penggunaan metode yang monoton akan menimbulkan kebosanan pada anak

didik. Karena anak didik itu akan selalu tertarik pada sesuatu yang baru, oleh

sebab itu metode bercerita salah satu variasi metode yang membantu guru dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis memilih judul skripsi

dengan judul EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

PEMBELAJARAN BIDANG STUDI AQIDAH AKHLAK DI MADRASAH

TSANAWIYAH NEGERI 13 ULUJAMI JAKARTA SELATAN.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dalam pembahasan pada penulisan skripsi ini,

maka penulis membatasi masalah yang dibahas, sebagai berikut:

Page 14: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

1.1.Yang akan dijadikan objek penulisan skripsi ini pada sekolah Madrasah

Tsanawiyah Negeri 13 (MTsN 13) Ulujami Jakarta Selatan adalah kelas 1

(satu) tahun pelajaran 2005/2006.

1.2.Karena ruang lingkup bidang studi Aqidah Akhlak itu cukup luas maka

penulis lebih mengarah kepada keberhasilan penggunaan metode bercerita

dalam kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak terutama pada materi kitab

suci Al-Qur’an dan prilaku kehidupan sahabat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

2.1.Apakah metode bercerita efektif digunakan dalam proses pembelajaran

Aqidah Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an dan prilaku kehidupan

sahabat di Madrasah Tsanawiyah Negeri 13 Jakarta Selatan.

2.2.Bagaimana pelaksanaan metode bercerita dalam pembelajaran Aqidah

Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an dan prilaku kehidupan sahabat di

Madrasah Tsanawiyah Negeri 13 Jakarta Selatan.

2.3.Sejauh mana keberhasilan metode bercerita dalam kegiatan pembelajaran

Aqidah Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an dan prilaku kehidupan

sahabat.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Page 15: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

a. Untuk mengetahui apakah metode bercerita efektif digunakan dalam proses

pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an

dan prilaku sahabat.

b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode bercerita dalam proses

pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an

dan prilaku sahabat.

c. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode bercerita yang

digunakan dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini tersusun dalam lima Bab yang berisi

serangkaian pembahasan yang saling berkaitan satu sama lain sebagai satu kesatuan.

Adapun urutannya sebagai berikut:

BAB PERTAMA: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB KEDUA: Kajian Teori, yang terdiri dari efektifitas metode bercerita yang

meliputi: pengertian efektifitas, pengertian metode, strategi dalam memilih metode dan

peranannya. pengertian metode bercerita, aspek-aspek yang terdapat dalam cerita, fungsi

dan tujuan bercerita serta pengertian tentang mata pelajaran aqidah akhlak dan fungsi

pendidikan aqidah akhlak, ruang lingkup, serta tujuan pendidikan aqidah akhlak.

Kemudian skenario gaya metode bercerita, kerangka berfikir dan hipotesis.

Page 16: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

BAB KETIGA: Metodologi Penelitian, terdiri dari tempat dan waktu

penelitian, variable penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, serta

teknik analisa data.

BAB KEEMPAT: hasil penelitian terdiri dari gambaran umum dan sejarah

berdirinya tempat penelitian (sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri 13

Ulujami Jakarta Selatan), dan analisa data.

BAB KELIMA: Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 17: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORITIS

1. Efektifitas Metode Bercerita

a. Pengertian Efektifitas

Kata “efektifitas” merupakan kata sifat dari kata efektif yang

berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat

membawa hasil, berhasil guna.7 Sedangkan kata efektifitas yang terdapat

dalam ensiklopedi Indonesia berarti tercapainya suatu tujuan, suatu usaha

dapat dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.8

Dalam bukunya, pengantar studi ilmu administrasi dan manajemen

Suwarno Handayaningrat sebagaimana ia mengutip dari pendapat A.

Emerson menjelaskan arti dari efektifitas (effectivenss) “sebagai berikut”:

effectiveness is measuring in term of attaining pres cribbed goals or

objective” (efektifitasi ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran

atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya). Jelasnya bila sasaran atau

tujuan telah tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya

7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet. ke-8, h. 961

8 Hasan Sadhili, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), jilid 2, h. 883

Page 18: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan, pekerjaan itu tidak efektif.9

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

efektifitas berarti tercapainya atau terlaksananya suatu tujuan apa yang

sudah direncanakan atau diinginkan sebelumnya sehingga membawa hasil

yang baik.

b. Pengertian Metode, Strategi dalam Memilih Metode dan Peranannya

1. Pengertian Metode

Metode merupakan salah satu faktor penduduk dalam proses

belajar mengajar. Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar mengajar

tidak terlepas dari sebuah metode.

Membahas tentang metode belajar, bisa ditinjau dari dua aspek,

etimologi dan terminologi. Secara etimologi, dalam buku yang ditulis

oleh Ramayulis menerangkan bahwa: “Metode berasal dari Bahasa

Yunani yaitu Metha yang berarti melalui hodos yang berarti jalan atau

cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai

tujuan tertentu. Atau secara sederhana dalam termonologi pendidikan

berarti, cara yang harus ditempuh untuk mengajar supaya dapat

mencapai tujuan belajar mengajar.10

9 Suwarno Handayani Ningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta:

PT. I Dayau Press dan Yayasan Masagung, 1990), cet. ke-10, hl. 16

10 Ramasulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. ke-2, h. 2

Page 19: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Sedangkan Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya metodik

khusus pengajaran Agama Islam, memberikan pengertian metode

sebagai suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara-cara

kerja ilmu pengetahuan.11 Sementara itu Dr. Ahmad tafsir mengartikan

metode sebagai cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan

sesuatu.12 Dan ada pula yang mengartikan metode merupakan bagian

dari didaktik yang membicarakan tentang pelaksanaan cara belajar

atau cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada murid.13

Dari beberapa pengertian metode di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa metode ialah suatu cara yang sistematik yang

digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar

tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut.

2. Strategi dalam memilih metode

Pemiilhan metode secara tepat menjadi keharusan, karena

mengingat metode banyak sekali ragamnya, mungkin suatu metode

sangat efektif digunakan untuk suatu mata pelajaran tertentu, tapi tidak

efektif untuk mata pelajaran yang lainnya. Atau suatu metode efisien

11 Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), h. 1

12 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), h. 1

13 H. Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 10

Page 20: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

untuk suatu kondisi tertentu, tapi tidak efisien untuk kondisi yang lain.

Bahkan metode yang cocok digunakan untuk menyajikan pokok

bahasan tertentu belum tentu sesuai untuk menyajikan pokok bahasa

yang lain dalam mata pelajaran yang sama.

Oleh sebab itu, agar memperoleh metode yang tepat diperlukan

strategi di dalam memilihnya. Dan dalam memilih metode ada

beberapa faktor yang harus diperhatikan, di antaranya.14

a. Tujuan yang akan dicapai

Setiap proses belajar mengajar tentu mempunyai tujuan. Dan

setiap pendidik harus mengerti dengan jelas tujuan pendidikan

yang akan menjadi sasaran dan menjadi pengarah daripada

tindakan-tindakannya dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.

Di samping itu, tujuan pendiidkan dan pengajaran juga berfungsi

sebagai kriteria bagi pemilihan dan penentuan alat dan sarana

(termasuk metode) yang akan digunakan dalam mengajar.

b. Siswa/Pelajar

Siswa yang akan mempelajari bahan pelajaran yang disajikan guru,

harus pula diperhatikan dalam memilih metode mengajar. Ini perlu

sebab metode mengajar itu ada yang menurut pengetahuan dan

kecekatan tertentu, misalnya metode diskusi menuntut

14 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. ke-2, h.

107-109

Page 21: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

pengetahuan yang cukup luas dan penguasaan bahasa serta

keterampilan mengemukakan pendapat. Demikian pula dengan

metode ceramah yang menuntut penguasaan bahasa pasif dan

siswa, sebab siswa harus dapat menangkap isi dari yang

dikemukakan guru melalui ceramah.

c. Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran yang menurut kegiatan penyelidikan oleh siswa

hendaknya disajikan melalui Metode Eksperimen. Sedangkan

bahan pelajaran yang terdiri dari latihan disajikan melalui Metode

Drill.

d. Guru/Pendidik

Seperti telah dikemukakan bahwa pendidik harus mengerti tentang

metode, baik ragamnya, efektifitasnya, kebaikan dan

kelemahannya serta terampil menggunakan metode itu. Guru yang

kurang berbahasa dengan baik dan tidak bersemangat dalam

berbicara kurang tepat apabila ia menggunakan Metode Ceramah.

Demikian juga guru yang kurang memahami tentang peran (action)

sebaiknya tidak menggunakan metode sosiodrama atau Bramain

Peran.

e. Srana/Fasilitas

Yang dalam factor fasilitas antara lain, alat peraga, ruang, waktu,

kesempatan, tempat, alat-alat praktikum, buku-buku perpustakaan

Page 22: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

dan lain sebagainya. Fasilitas ini turut menentukan metode

mengajar yang akan digunakan oleh guru. Misalnya metode

demonstrasi dan Eksperimen tidak dapat dipakai karena tidak

tersendirinya alat-alat dan bahan-bahan untuk mengadakan

demonstrasi dan percobaan. Apabila fasilitas kurang, maka guru

cenderung menggunakan metode ceramah karena metode ini tidak

menuntut adanya banyak fasilitas.

f. Situasi

Situasi adalah keadaan para pelajar menyangkut kelelahan dan

semangat mereka, keadaan guru, dan lingkungan kelas. Apabila

siswa dalam keadaan lelah atau jenuh maka sebaiknya tidak

menggunakan metode ceramah akan tetapi menggunakan metode

sisiodrama. Demikian pula sebaliknya.

g. Kebaikan dan Kelamahan Metode

Tidak ada suatu metode yang baik untuk setiap tujuan dalam

segala situasi. Setiap metode mempunyai kelebihan dan

kelemahan. Guru perlu mengetahui kapan sesuatu metode tepat

digunakan dan kapan harus digunakan kombinasi dari metode-

metode lain. Guru seharusnya memilih metode yang paling banyak

mendatangkan hasil.

Page 23: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

h. Waktu

Alokasi waktu yang tersedia untuk menyampaikan bahan pelajaran

juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode.

Seorang pendidikan tidak hanya harus pandai dalam

memilih metode tetapi perlu diperhatikan juga di dalam penerapan

metode. Karena meskipun metode belajar yang dipiilh telah sesuai,

namun apabila dalam penerapan kurang benar, maka tidak akan

didapatkan Efektifitas di dalam proses pembelajaran. Oleh sebab

itu hendaklah seorang pendidik di dalam menerapkan metode

mampu menciptakan suasana belajar menjadi suasana yang

menyenangkan karena dengan suasana tersebut belajar akan lebih

efektif.

3. Peranan Metode

Ada beberapa peranan metode menurut para pakar pendidikan

di antaranya:

a. Menurut H. M. Arifin, metode merupakan alat yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat itu mempunyai fungsi

ganda, yaitu yang bersifat polipragmatis dan monopragmatis.”15

b. Metode, sebagai strategi mengajar. Karena “di dalam proses

belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat

15 H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. ke-5, h. 97

Page 24: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang

diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah

harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut

metode mengajar.”16

c. Metode sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan

belajar. Dengan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan

siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata

lain tercipta interaksi edukatif dapat menumbuhkan kegiatan

belajar siswa.”17

d. Menurut Hadisusanto metode adalah seni mengajar. Sebagai suatu

seni, metode belajar harus menimbulkan kesenangan dan kepuasan

bagi anak didik. Kesenangan dan kepuasan merupakan salah satu

faktor yang dapat menimbulkan gairah semangat belajar bagi anak

didik.18

Dari pendapat para pakar pendidikan di atas jelaslah bahwa

peran metode itu sangat penting tidak hanya sebagai alat dan strategi

dalam pembelajaran tetapi juga metode berperan sebagai seni

16 Roestiyah NK, Strategi Beljar Mengajar, Salah Satu Unsur Pelaksanaan Belajar Mengajar;

Teknik Penyajian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. ke-4, h. 1

17 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), cet. ke-2, hl. 76

18 Dirto Hadisusanto, Kapita Selekta Pendiidkan, Pendidikan dan Masalah-masalah Pokoknya, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP, 1977), h. 92

Page 25: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

mengajar sehingga dapat menimbulkan kesenangan dan kepuasan serta

gairah semangat untuk belajar bagi anak didik.

c. Metode Bercerita

1. Pengertian Metode Bercerita

Metode bercerita terdiri dari dua kata, yaitu metode dan

bercerita. Sedangkan pengertian metode telah dibahas di atas yang

mana dapat disimpulkan pengertiannya yaitu suatu cara yang

digunakan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar

apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai.

Sementara itu kata bercerita berasal dari kata cerita dalam kamus

Sastra Indonesia dikatakan bahwa cerita adalah: “Karangan yang

mengisahkan terjadinya peristiwa, kejadian, perbuatan. Pengalaman

atau penderitaan seseorang baik yang benar-benar terjadi maupun

hanya bersifat khayalan belaka.19

Sedangkan menurut Soekamto, cerita adalah suatu kegiatan

yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya. Ayah kepada anak-

anaknya juru cerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat

seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada

kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.20

19 Syamsir Arifin, Kamus Sastra Indonesia, (Jakarta: Balai PUstaka, 1991), cet. ke-10, h. 26

20 Soekanto, Seni Bercerita Islami, (Jakarta: Bina Mitra Press, 2001), cet. ke-2, h. 9

Page 26: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Adapun pengertian cerita dalam kamus umum Bahasa

Indonesia adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengamalan,

atau penderitaan orang, baik yang sungguh-sungguh terjadi ataupun

yang hanya rekaan belaka. Sedangkan bercerita artinya menuturkan

suatu cerita.21

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan metode bercerita adalah suatu cara yang digunakan

oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik

dengan menuturkan cerita atau suatu peristiwa, kejadian atau

pengalamannya yang dengan cerita tersebut dapat disampaikan pelan-

pesan yang baik dan dapat dijadikan suatu pelajaran.

Jadi, metode bercerita merupakan salah satu metode yang

dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan atau materi pelajaran

kepada anak didik. Guru yang mampu memberikan informasi dalam

penyampaian cerita akan menimbulkan semangat dan pemahaman

anak terhadap pelajaran yang diterima dari cerita tersebut.

Oleh sebab itu, sebaiknya cerita diberikan secara menarik dan

membuka kesempatan kepada anak didik untuk bertanya dan

memberikan tanggapan setelah guru selesai bercerita. Jadi, dalam hal

ini metode juga harus bervariatif. Dan cerita juga harus disesuaikan

21 Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai PUstaka, 1976), h. 186

Page 27: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Sehingga akan

menimbulkan semnagat dan pemahaman anak didik terhadap pelajaran

tersebut.

Dan biasanya sumber-sumber cerita bisa di dapat dari Al-

Qur’an, hadits, buku-buku cerita keagamaan pengamatan dan

pengalaman guru. Buku-buku yang berisi cerita kisah, hikayat dan

sejarah sangat bermanfaat bagi anak didik karena dari kisah tersbut

mereka dapat mengambil pelajaran dan kesan yang baik. Sehingga

mereka dapat meniru dari apa yang baik yang terdapat dalam kisah

tersebut.

2. Aspek yang perlu diperhatikan dalam metode bercerita

Salah satu unsur yang terpenting dalam sebuah cerita adalah

tema. Oleh sebab itu seorang pendidik harus bisa memilih tema cerita

yang baik untuk disampaikan anak didik.

Tema adalah pokok, dasar cerita yang dipercakapkan, sebagai

dasar mengarang.22 Atau bisa juga diartikan sebagai ide yang

mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak

pengarang dalam memaparkan karya fisik yang diciptakannya23 dan

22 W.J.S. Poerwadarminta., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982)

23 Aminuddin, M.Pd, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Bandung: CV. Sinar Baru, Sinar Baru, 1987), cet. ke-1, h. 93

Page 28: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

adapula yang mengartikan tema sebagai gagasan, ide atau pokok

persoalan yang menjadi dasar cerita.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tema

adalah pokok/ide yang mendasari suatu cerita atau pokok persoalan

yang terdapat dalam sebuah cerita.

Tema-tema yang terdapat di dalam cerita banyak dikenal oleh

masyarakat dan tidak semuanya baik untuk diceritakan kepada anak

didik. Oleh karena itu pilihlah tema cerita yang senantiasa

mengandung nilai pendidikan, nilai-nilai dan tujuan lainnya yang

bermanfaat, di samping sebagai sarana hiburan.

Pada saat sekarang ini banyaksekali cerita yang diterbitkan dan

diantaranya yang banyak itu banyak pula tema cerita yang diterbitkan

yang tidak memiliki nilai pendidikan dan moral. Tema cerita yang

demikian patut disisihkan secara teoritis, ada beberapa aspek yang

harus diperhatikan dalam memilih tema cerita. Aspek-aspek tersebut

diantaranya adalah :

a. Aspek Religius (Agama)

Dalam memilih tema cerita yang baik, aspek agama ini

tidak dapat diabaikan mengingat tema cerita yang dipilih

merupakan sarana pembntukan moral.

Jika aspek agama ini kurang diperhatikan keberadaannya,

maka dikhawatirkan anak akan memperoleh informasi-informasi

Page 29: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

merusak yang terkandung di dalam cerita yang temanya tidak baik,

bahkan ada kemugkinan cerita yang demikian dapat merusak

moral anak yang sudah baik.

Bagi kalangan keluarga muslim tema cerita yang dipilih

tidak hanya karena daya tarik ceritanya saja, melainkan harus sarat

dengan nilai-nilai ajaran Islam. Kini memang tugas orang tua

untuk bisa menghidangkan cerita agamis pada anak dalam upaya

menenggelamkan pengaruh cerita yang ternyata tidak baik dan

dapat merusak aqidah dan akhlak anak.24

b. Aspek Paedagogis (Pendidikan)

Perhitungan aspek pendidikan dalam pemilihan tema cerita

juga penting, sehingga dari tema cerita diperoleh dua keuntungan,

yaitu menghibur dan mendidik anak dalam waktu yang bersamaan.

Di sinilah letak pencerita untuk dapat memilih tema cerita

dan menyampaikan pesan-pesan didaktis dalam cerita.

Pendapat ini didukung oleh ayat Al-Qur’an yang berbunyi

نحن نقص عليك أحسن القصص بما أوحينا إليك هذا لقرءان وإن آنت من قبله لمن الغافلينا

Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik

dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu. Dan sesungguhnya

24 J. Abdullah, Memilih Dongeng Islam Pada Anak, (Amanah: 1997), h. 2

Page 30: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

kamu sebelum (Aku Mewahyukan) adalah termasuk orang-orang

yang lalai” (Q.S. Yusuf [12] : 3).

أللباب ألولي القد آان في قصصهم عبرة Artinya: “Sesungguhnya di dalam kisah-kisah mereka terdapat

ibarat bagi orang-orang yang berakal” (Q.S. Yusuf [12] 111).

Kandungan ayat ini mencerminkan bahwa cerita yang ada

dalam Al-Qur’an merupakan cerita-cerita pilihan yang

mengandung nilai paedagogis.

c. Aspek Psikologis

Mempertimbangkan aspek psikologis dalam memilih tema

cerita sangat membantu perkembangan jiwa anak. Mengingat anak

adalah manusia yang sedang berkembang, maka secara kejiwaan

tema ceritapun disesuaikan dengan kemampuan berfikir, kestabilan

emosi, kemampuan berbahasa serta tahap perkembangan

pengetahuan anak dalam menghayati berita tersebut. Cerita yang

baik dapat mempnegaruhi perkembangan anak.

3. Tujuan Metode Bercerita

Dengan metode bercerita ini diharapkan siwa dapat megambil

pelajaran atau pesan-pesan baik dari sebuah cerita yang telah

disampaikan dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-

hari. Serta dapat membedakan antara perubahan baik dan buruk.

Page 31: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Menurut Abdul Aziz Abdul Madjid, tujuan metode bercerita

sebagai berikut :25

a. Menghibur anak dan menyenangkan mereka dengan bercerita yang

baik.

b. Menambah pengetahuan siswa secara umum.

c. Mengembangkan imajinasi.

d. Mendidik akhlak.

e. Mengasah rasa.

Menurt Hapidin dan Winda Gunarti, tujuan metode bercerita adalah

sebagai berikut :26

a. Melatih daya tangkap dan daya berfikir.

b. Melatih daya konsentrasi.

c. Membantu perkembangan fantasi.

d. Menciptakan suasana menyenangkan di kelas.

Sementara itu menurut Asnelli Ilyas, bahwa tujuan metode

bercerita dalam pendidikan anak adalah, “menanamkan akhlak

Islamiyah dan perasaan ketuhanan kepada anak dengan harapan

melalui pendidikan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung

dan berfikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.27

25 Abdul Aziz Abdul Madjid, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001),

cet. Ke-1, h. 64

26 Hapidin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan, Pengelolaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PGTK Darul Kalam, h. 62

27 Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Saleh, (Bandung: Al-Bayan, 1995), cet. Ke-2, h. 13

Page 32: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Jadi jelaslah metode bercerita disajikan kepada anak didik

bertujuan agar mereka memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dan

menambahkan rasa cinta anak-anak kepada Allah, Rasul dan Al-

Qur’an.

4. Fungsi Metode Bercerita

Metode tidak hanya berfungsi sebagai alat dalam mencapai

sesuai tujuan tetapi dalam penerapannya metode dapat disampaikan

dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan

motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat dengan

mudah diberikan. Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan

tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam

mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan.

Di bawah ini beberapa fungsi metode cerita yang juga

merupakan salah satu bentuk metode pendidikan yaitu :

a. Memahami konsep ajaran Islam secara emosional28

Cerita yang bersumber dari Al-Qur’an dankisah-kisah

keluarga muslim diperdengarkan melalui cerita, diharapkan anak

didik tergerak hatinya untuk mengetahui lebih banyak agamanya

dan pada akhirnya terdorong untuk beramal di jalan yang lurus.

28 Bahroni S., Mendidik Anak Saleh Melalui Metode Pendekatan Seni Bermain, Cerita dan

Menyanyi, (Jakarta: t.pn, 1995), h. 24

Page 33: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

b. Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik

Melalui metode bercerita ini dapat sedikit demi sedikit

ditanamkan hal-hal yang lebih baik kepada anak didik, yang

berupa cerita para Rasul atau umat yang terdahulu yang memiliki

kepatuhan dan keteladanan. Cerita hendaknya dipilih dan

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu

pengajaran.

c. Mempengaruhi perasaan sikap dan tingkah laku

Metode bercerita dapat mempengaruhi perasaan, sikap dan

tingkah laku anak, karena dengan secara tidak langsung cerita itu

menciptakan lahirnya keinginan berbuat sperti dalam cerita itu

menciptakan lahirnya keinginan berbuat seperti dalam cerita atas

dasar inisiatif sendiri tanpa paksaan orang lain.

d. Dapat mengembangkan imajinasi anak29

Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu

anak didik dalam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan hasil

imajinasinya diharapkan mampu bertindak seperti tokoh-tokoh

dalam cerita yang disajikan guru.

29 Diah Syukrisnawati, Seni Islam sebagai Media Pendidikan, (Jakarta: PGTK Darul Qalam, 1994), cet-1, j. 24

Page 34: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

e. Membangkitkan rasa ingin tahu30

Sikap ingin tahu hal-hal yang baik adalah harapan dari

sebuah cerita, sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak

berupaya memahami isi cerita. Isi cerita yang dipahami tentu saja

akan membawa pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan

sikap.

Dari penjelasan di atas semakin jelaslah bahwa bercerita

bukan hanya sebagai hiburan dan teman dikala tidur tetapi juga

memiliki fungsi yang sangat penting baik dalam pendidikan

maupun dalam pembentukan kepribadian anak.

5. Penyampaian Isi Cerita dan Menyimpulkan Pokok Isi Cerita

a. Penyampaian Isi Cerita

Setiap guru bisa bercerita, namun cerita yang mereka

sampaikan kepada anak didik akan semakin menarik kalau mereka

terampil, kreatif serta penuh penghayatan. Maka, sebaiknya dalam

membawakan/menyampaikan isi cerita perlu diperhatikan hal-hal

berikut:

1) Bayangkan setiap kejadian seolah-olah anda berada di tengah-

tengah peristiwa tersebut.

30 Ibid

Page 35: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

2) Jangan menggunakan kata sifat, melainkan gunakanlah kata kerja.

Untuk menerangkan sifat dan tokoh-tokoh yang terlibat di dalam

cerita hendaknya dijelaskan melalui segala perbuatannya, agar

anak-anak bisa mengambil kesimpulan sendiri.

3) Gunakanlah percakapan (dialog), agar cerita menjadi hidup.

4) Gunakanlah alat peraga untuk menunjang penyajian cerita.

5) Gunakanlah mimik dan peraga untuk menunjang penyajian cerita.

Jika cerita tersebut bersifat gembira, ungkapan kegembiraan

tersebut melalui wajah dan gerak-gerik yang tidak berlebihan,

sehingga anak bisa memahami melalu perasaannya.

6) Gunakanlah intonasi suara, tekanan kata, tinggi rendahnya nada

untuk menghidupkan cerita sesuai dengan karakteristik dari tokoh-

tokoh yang terlibat di dalam cerita.

7) Gunakanlah kata-kata yang dapat dipahami anak. Pakailah kalimat

pendek yang sederhana.

8) Jangan terlalu lama dalam bercerita, karena daya konsentrasi anak

sangat terbatas.

9) Perhatikan anak tatkala bercerita, agar fokus perhatian tidak

beralih, dan untuk mengetahui apakah cerita yang kita sajikan

menarik atau tidak.31

31 Diah Syukrisnawati, Seni Sebagai Media Pendidikan Islam, (Jakarta: Lembaga Pembinaan

dan Pembinaan Pengembangan TKKQ BKPMI, 1993), h. 27

Page 36: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

b. Menyimpulkan Pokok Isi Cerita

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan seorang guru atau

pencerita dalam menyampaikan cerita yaitu ia harus bisa

menyimpulkan cerita karena anak didik masih memerlukan bantuan

pencerita untuk menyimpulkan pokok isi cerita. Sehingga seorang guru

dalam menyampaikan cerita kepada anak didik tidak hanya

menggambarkan, menguraikan isi atau alur cerita tetapi harus

disertakan juga kesimpulan, agar anak memperoleh kesan/pesan yang

jelas diri isi cerita yang disampaikan, dan mampu memahami inti

cerita tersebut sesuai dengan harapan pencerita. Karena menurut

Wilson Nadeak dalam bukunya cara-cara bercerita menjelaskan bahwa

kesimpulan pokok isi cerita itu banyak memuat bagian-bagian

terpenting dari unsur cerita. Cara yang demikian akan memudahkan

anak memahami isi cerita secara utuh. Anak dapat mengenal tokoh

yang baik dan tokoh yang jahat. Pertentangan-pertentangan dan

ketegangan-ketegangan yang dihadapi tokoh dapat diselesaikan

dengan baik, menggerakkan pikiran dan hati sehingga mereka

memasuki dunia cerita itu seniri dan setelah puncak cerita dicapai

mereka merasa terhibut atau budi nurani mereka menjadi luhur.32

Dalam menyimpulkan isi cerita juga harus dikaitkan dengan

norma-norma ajaran Islam yang bertujuan agar dalam menyimpulkan

32 Wilson Nadeak, Cara-cara Bercerita, (Bandung: Bintang Cipta, 1987), cet. ke-1, h. 40

Page 37: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

pokok-pokok isi cerita, pencerita selalu berpedoman kepada norma

ajaran Islam yang telah digariskan oleh Al-Qur’an dan hadits, serta

dalam menyimpulkan cerita, pencerita juga menyertakan nasehat-

nasehat moral yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.

2. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

a. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Dalam pendidikan formal, aqidah akhlak menjadi salah satu mata

pelajaran yang meupakan rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam

yang secara etimologi kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu “ دقع “

yang berarti kepercayaan atau keyakinan.33

Sedangkan kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan berarti budi

pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah

menjadi tabiat.34

Sedangkan pengertian pendidikan Aqidah Akhlaq dalam buku

pedoman khusus aqidah dan akhlak adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati dan

mengimani Allah SWT. dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak

mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan,

33 Ahmad Warsain Munawwir, Kamus Al-Munawar Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya:

Pustaka Progresif, 1997), h. 1024

34 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), cet. ke-2, h. 3

Page 38: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan

pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang

keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah di

satusisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan

penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan

bangsa.35

b. Fungsi dan Tujuan

1. Fungsi

Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah berfungsi untuk:

(a) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; (b) Pengembangan keimanan

dan ketakwaan kepada Allah SWT. serta akhlaq mulia peserta didik

seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam

lingkungan keluarga; (c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap

lingkungan fisik dan sosial melalui Aqidah Akhlak; (d) Perbaikan

kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam

keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-

hari; (e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-

35 Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Aqidah dan Akhlak, (Jakarta, 2004), h. 21

Page 39: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

hari; (f) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan

akhlak, serta sistem dan funsionalnya; (g) Penyaluran peserta didik

untuk mendalami Aqidah Akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.36

2. Tujuan

Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan

dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam

akhlaknya yang terpuji, melalu pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta

didik tentang aqidah dan akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan

ketaqwaannya kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta

untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.37

c. Ruang Lingkup

Cakupan kurikulum Pendidikan Aqidah Akhlaq di Madrasah

Tsanawiyah meliputi:

36 Ibid., h. 22

37 Ibid.

Page 40: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

1. Aspek Aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan

jaiz Allah, keimanan kepada kita Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan

mu’jizatnya, dan hari akhir.

2. Apek akhlaq terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu, ikhlas,

bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf,

ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji, dan

bermusyawarah.

3. Aspek akhlaq tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dan

ghibah.38

B. Skenario Gaya Metode Bercerita

Langkah-langkah dalam metode bercerita meliputi perencanaan,

pelaksanaan, yang melibatkan guru dan murid yang kemudian evaluasi. Langkah

pertama adalah perencanaan, perencanaan metode bercerita yaitu :

1. Merupakan tujuan yang hendak dicapai dan materi yang akan disampaikan.

2. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah metode yang sesuai dengan

materi yang akan dibahas.

3. Memperhitungkan apakah kondisi siswa memungkinkan untuk diadakan

metode bercerita.

38 Ibid., h. 23

Page 41: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

4. Memperhitungkan waktu yang akan diperlukan, termasuk waktu siswa untuk

bertanya, berkomentar dan mencatat hal-hal yang penting.

5. Menetapakan rencana untuk mengadakan evaluasi.

Apabila perencanaan telah tersusun, maka langkah selanjutnya adalah

pelaksanaan atau penerapan metode bercerita, yaitu pertama-tama seperti biasa

seorang guru diawal memulai kegiatan belajar mengajar maka terlebih dahulu

melakukan apersepsi, memberikan motivasi dan baru kemudian kepada kegiatan

inti yaitu menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas dengan

menggunakan metode bercerita. Pertama guru menyuruh siswanya secara

bergantian untuk membaca materi yang akan dibahas point perpoint setelah

selesai membaca kemudian guru menjelaskan materi tersebut dengan diselangi

cerita-cerita menarik yang masih berhubungan dengan materi yang dibahas.

Setelah guru selesai menyampaikan materi dengan metode bercerita tadi lalu guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berkomentar berkaitan

dengan materi dan cerita yang telah disampaikan dan apabila waktunya masih

memungkinkan maka guru menyuruh satu/dua orang untuk menceritakan dan

menjelaskan kembali mengenai materi dan cerita yang telah disampaikan. Lalu

guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi dan cerita yang telah

disampaikan.

Langkah selanjutnya yaitu langkah terakhir adalah evaluasi. Evaluasi ini

dilakukan dengan tujuan mengetahui hasil yang telah dicapai siswa dari

penggunaan metode bercerita tersebut. Adapun pelaksanaan evaluasi ini dengan

Page 42: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

cara memberikan beberapa pertanyaan kepda siswa secara langsung dan dijawab

secara langsung satu persatu.

Pada saat melakukan evaluasi seorang guru harus benar-benar

memperhatikan dari seluruh siswa berapa persenkah siswa yang dapat menjawab

dan berapa persenkah tujuan yang telah tercapai.

C. Kerangka Berfikir

Efektifitas adalah tercapainya atau terlaksananya suatu tujuan apa yang

sudah direncanakan atau diinginkan sebelumnya.

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari yang

namanya metode. Metode diartikan sebagai suatu cara yang sistematik yang

digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar tercapainya

tujuan dari suatu pembelajaran.

Adapun peranan metode tidak hanya sebagai alat yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan pendidikan akan tetapi mempunyai peranan lain

diantaranya: metode berperan sebagai strategi mengajar, metode sebagai seni

dalam mengajar dan metode sebagai alat untuk menciptakan proses belajar

mengajar.

Karena metode merupakan salah satu faktor pendukung dalam

keberhasilan proses belajar mengajar maka pemilihan metode yang tepat menjadi

suatu keharusan mengingat metode banyak sekali ragamnya.

Page 43: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Metode bercerita merupakan salah satu bentuk dari macam-macam

metode yang digunakan oleh guru. Metode berceritaadalah suatu cara yang

digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik

dengan menuturkan cerita atau suatu peristiwa, kejadian atau pegalamannya yang

dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik dan dapat

dijadikan suatu pelajaran.

Metode bercerita memiliki fungsi diantaranya: agar dapat memahami

konsep ajaran Islam secara emosional, menanamkan nilai-nilai pendidikan yang

baik, dapat membangkitkan imajinasi anak membangkitkan rasa ingintahu dan

mempengaruhi perasaan sikap dan tingkah laku. Oleh sebab itu dalam memilih

tema cerita harus diperhatikan beberapa aspek berikut: aspek religius, aspek

paedagogis dan aspek psikologis.

Selain memiliki fungsi metode bercerita juga memiliki tujuan yaitu agar

anak didik memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an

dalam kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak kepada Allah,

Rasul, dan Al-Qur’an. Maka, sangat diperlukan metode bercerita ini pada proses

pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak terutama pada materi tentang kitab suci

Al-Qur’an dan prilaku sahabat yang dengan metode bercerita tersebut diharapkan

anak didik lebih dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran

Al-Qur’an serta berprilaku seperti prilaku sahabat Rasul di dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 44: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan hal yang umum dilakukan dalam

pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, yang berguna dalam menjawab

permasalahan yang dihadapi. Metodologi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data

yang kurat, valid dan signifikan dengan permasalahan.

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana efektifitas metode

bercerita dalam kegiatan pembelajaran aqidah akhlak pada materi kitab suci Al-

Qur’an dan perilaku sahabat, bagaimana pelaksanaannya, serta kendala – kendala

dan hal – hal apa sajakah yang menunjang pelaksanaan metode bercerita.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dan uji coba adalah sejak tanggal 6 Februari sampai

dengan 29 April 2006, dan tempat penelitian adalah di sekolah Madrasah

Tsanawiyah Negeri 13 Ulujami Jakarta Selatan.

C. Variable Penelitian

Variable adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai variasi.

Atau segala sesuatu yang dijadikan objek penelitian. Adapun variable pada judul

penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu:

Page 45: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Efektifitas metode bercerita pada proses pembelajaran bidang studi Aqidah

Akhlak.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Butir Soal Metode bercerita

Pelaksanaan metode bercerita

- Mengetahui tingkat kesenangan siswa dalam mengikuti pelajaran aqidah akhlak

- Mengetahui metode yang tepat dan sering digunakan guru akidah akhlak dalam menyampaikan materi pelajaran

- Respon sisiwa terhadap penggunaan metode bercerita

- Pelaksanaan metode bercerita yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar

- Tingkat pemahaman siswa setelah menggunakan metode bercerita

1

2-4

5-6

7, 8, 9, 11, 13

10, 14, 15

D. Populasi dan Sample

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Adapun pengertian

dari populasi itu adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan sample adalah

sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakterisik yang sama sehingga

betul-betul mewakili populasi.

Dan yang menjadi target dalam penelitian ini adalah keseluruhan

siswa/siswi kelas 1 Madrasan Tsanawiyah Negeri 13 Ulujami Jakarta Selatan

angkatan tahun 2005/2006. Jumlah keseluruhan siswa/siswi kelas 1 MTs. Negeri

13 adalah sebanyak 150 orang dari 4 kelas. Kemudian penulis hanya mengambil

Page 46: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

sample sebanyak 50 orang responding dari keseluruhan jumlah siswa yang

diambil secara acak (random sampling).

E. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data ini ditempuh melalui beberapa teknik antara lain:

1. Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan mengamati secara langsung

dan penulis mengadakan pencatatan bahan-bahan atau data-data yang

dibutuhkan dalam pembahasan ini.

2. Angket, yaitu berupa lembaran pernyataan mengenai sesuatu hal yang

berkaitan dengan penelitian yang harus dijawab dan diisi oleh responden.

3. Dokumentasi, yaitu doukmen-dokumen tentang sejarah berdirinya madrasah

tsanawiyah Ulujami Jakarta Selatan dan perkembangannya srta data-data

lainnya yang seusai dengn masalah yang diteliti.

F. Teknik Analisis Data

Beberapa tahapan yang dilalui penulis dalam pengolahan data, yaitu:

1. Editing atau ferifikasi

Setelah angket yang sudah diisi oleh responden dikembalikan oleh

penulis, penulis segera meneliti angket satu per satu mulai dari nomor pertama

sampai dengan nomor terakhir. Dan apabila ditemukan jawaban yang

Page 47: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

meragukan atau tidak dijawab, penulis menghubungi responden yang

bersangkutan untuk dibetulkan dan disempurnakan agar jawaban tersebut sah.

2. Tabulating

Langkah selanjutnya adalah pemindahan jawaban yang terdapat dalam

angket ke dalam tabulasi. Kemudian setelah data diolah, sehingga hasil angket

dinyatakan sah. Maka penulis selanjutnya melakukan analisa data dengan

menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan menggunakan rumus statistik

kai kuadrat sebagai berikut:

( )( ) ( ) ( )ft

ftfoft

ftfoft

ftfoΧ2

2 −+

−+= ∑

Keterangan:

fo = Frekuensi yang diobservasi = frekuensi yang diperoleh dalam

penelitian = frekuensi sebagaimana yang tampak di hadapan

kita.

ft = Frekuensi yang diharapkan jika seandainya tidak terdapat

perbedaan frekuensi = perbedaannya tidak ada atau sama

dengan no.

Kemudian setelah itu penulis memberikan interpretasi terhadap kai

kuadrat hasil perhitungan tersebut. Apakah terdapat signifikansi atau tidak

antara frekuensi yang diobservasi dan frekuensi teoritis. Dan setelah itu baru

penulis menarik sebuah kesimpulan.

Page 48: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum dan Sejarah Berdirinya MTs. N 13 Ulujami Jakarta

Selatan

Ditinjau dari periode kelahirannya MTs. N 13 Jakarta lahir satu periode

dengan lainnya beberapa MTs. N hasil pemekaran beberapa MTs. Negeri Filian dan

kelas-kelas di DKI Jakarta, di antaranya MTs. N Johar Baru, MTs. N Jelembar, MTs.

N 12 Kebon Jeruk. Pemekaran tersebut dalam rangka peningkatan kwalitas madrasah

menyongsong eraglobalisasi.

Kebijakan ke arah itu adalah menjadikan madrasah sebagai penyelenggara

pendidikan umum, walalu tetap di bawah naungan Depag. Madrasah dijadikan

sekolah umum bercirikan agama Islam, artinya kurikulum pengajaran di Madrasah

sama dengan kurikulum sekolah umum di bawah Depdiknas.

MTs. N 13 Jakarta lahir dan tumbuh di era globalisasi yang mau tidak mau

dituntut berperan ganda dalam menghadapi dampak modernisasi. Di satu sisi harus

dapat mencetak generasi yang memahami teknologi, namun di sisi lain tetap

menyandang nama madrasah yang tetap dianggap sebagai sekolah agama.

Embrio MTs. N 13 Jakarta adalah MTs. N KJ (kelas tujuh) petukangan yang

berlokasi di belakang komplek Pesanggrahan Mas dan di apit Komplek Tangkas

Permai, berdiri di tengah hamparah sawah dan tanah lapang di belakangnya.

Page 49: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Madrasah menempati gedung Pemda DKI yang sebenarnya gedung MI yang

dibangun dalam rangka wajib belajar 9 tahun. Bentuk fisik dan sarana madrasah

cukup memadai, terdiri dari ruang belajar, ruang serba guna, ruang kepala, guru

laboratorium IPA, perpustakaan, WC, gudang dan rumah dinas guru serta lapangan

olah raga yang cukup luas.

Dengan sarana yang cukup memadai sebenarnya sangat kondusif terjadinya

proses belajar mengajar yang maksimal, namun hambatan alam dan geografis

madrasah sering mengganggu situasi konduktif tersebut. Hambatan letak geografis

madrasah yang jauh dari pemukiman penduduk, sehingga rawan terjadinya tindak

kejahatan yang menimpa madrasah seperti hilangnya berbagai investasi madrasah.

Bahkan yang lebih menghawatirkan lokasi madrasah dijadikan markas para pelaku

tindak kriminal. Hambatan lain adalah posisi bangunan diapit dua anak sungai yang

bertempat sebelah kiri depan halaman madrasah, dan karena lokasi madrasah lebih

rendah, maka di musim hujan terjadi arus balik yang menggenangi madrasah dan

tidak jarang masuk ruang belajar. Hal ini menyebabkan rusaknya sarana fisik dan

sulitnya guru dan siswa memasuki lokasi madrasah, karena jauhnya jarak jalan

dengan lokasi madrasah yang harus melewati hamparan sawah yang licin akibat

genangan air hujan.

Namun demikian hambatan tersebut tidak pernah dan tidak akan menyerutkan

semangat pengabdian para pendidik dan siswa terdidik. Pimpinan madrasah terus

berusaha meminimalisir keadaan dengan perkerasan halaman madrasah dan jalan

secara gotong royong dengan melibatkan aparat madrasah dan para siswa dan yang

Page 50: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

lebih penting pimpinan madrasah terus memompa semangat guru, karyawan terlebih

para siswa agar tidak pernah menyerah, dengan terus belajar dan tetep percaya diri.

Upaya ini tidak sia-sia, sehingga proses belajar tetap berlangsung dengan lancar dan

kepercayaan masyarakat terus meningkat seiring makin eksisnya madrasah ini di hati

masyarakat.

Hal ini terbukti dari sumbangan masyarakat yang makin besar. Tahun

pelajaran pertama 1986/1987 terjaring 2 kelas, ini luar biasa untuk ukuran sekolah

yang masih baru. Bahkan pada tahun berikutnya rombongan belajar kelas satu

mencapai 4 kelas dan bahkan di akhiri menempati lokasi lama (KJ Petukangan)

rombongan belajar kelas satu baru mencapai 5 kelas.

Kepercayaan yang begitu besar tentunya berkat upaya madrasah menawarkan

program yang bersentuan langsung dengan masyarakat, misalnya di masukkannya

ketrampilan menjahit sebagai program pilihan samping ketrampilan lain, mengingat

mayoritas masyarakat sekitar bermata pencaharian usaha bidang konveksi. Program

lain adalah setiap tahun diadakan peringatan hari besar keagamaan yang mengambil

tempat di desa tertentu, tempat banyak siswa berdomisili dan tempat tersebut

memang membutuhkan sentuhan rohani seperti itu. Dalam ingatan penulis beberapa

kali diadakan program itu di antaranya di kampung Pabuaran Pondok Karya dan di

kampung Pondok Jengkol Pondok Aren.

Memang untuk semua itu diperlukan kesamaan visi dan pembuatan program

yang realistis, kreatif, dan inovatif berdasarkan masukan berbagai pihak, termasuk

guru, siswa dan orang tua serta yang lebih menentukan adalah jiwa kepemimpinan

Page 51: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

dari pimpinan Lokasi (Pinlok). Pimpinan madrasah pertama setelah MTs. N 3 KJ

dibuka adalah Bapak Drs. E. Komaruddin kepala MTs. N 3 Pondok Pinang dan

Pinloknya Bapak Drs. Asep Saefuddin. Duet keduanya terkenal disiplin yang

terkadang tanpa kompromi sehingga pada awalnya berat untuk diterima, namun

akhirnya menjadi ciri khas beliau dan itu dapat diterima pihak, terbukti tingkat

disiplin madrasah yang baru itu tidak kalah dengan sekolah negeri lainnya. Setahun

kemudian Drs. Komaruddin dimutasi ke MTs. N Jakarta Barat dan digantikan Bapak

Drs. Lukman Hakim dengan pimpinan lokasi tetap Bapak Drs. Asep Saefuddin.

Dalam menjalankan program madrasah beliau dibantu beberapa pembina di

antaranya Bapak Fakih Syukri sebagai guru Olah Raga dan Pembina Kesiswaan. Pada

tahun pelajaran 1990/1991 beliau diangkat menjadi Pinlok MTs. N 3 KJ petukangan

menggantikan Bapak Drs. Asep Saefuddin yang ditarik ke MTs. N 3 Pusat pembina

OSIS bersama beberapa pembina lainnya seperti Bapak Syarifuddin, Bapak Bahroji

dan penulis sendiri. Tidak kalah pentingnya peran wali kelas dan guru yang dapat

berperan aktif di samping mengajar juga menjadi pembina kegiatan di luar jam

belajar, misalnya olah raga, belajar tambahan, simulasi dan lain-lain.

Deretan guru di atas di topang petugas Administrasi ketatausahaan y aitu

Bapak M. Yusuf dan Ibu Resnawati (Alm) serta pembantu madrasah merangkap

penjaga malam Bapak Ade Rasyid Posisi TU sekolah sama pentingnya dengan guru

mengingat walaupun berbeda tugas namun sama tujuannya yaitu mendidik siswa di

sekolah. Siswa dan orang tua menganggap siapapun yang berada di madrasah mereka

Page 52: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

adalah guru layak disapa pak atau guru, sehingga dalam tindakan dan penampilan

keduanya harus memperhatikan aspek pendidikan ahlakuk karimah.

Dalam menjalankan tugasnya pimpinan madrasah dibimbing MTs. N 3 Pusat

Pondok Pinang dan Bapak Drs. H. Hizbullah yang membimbing MTs. N 3 KJ

petukangan. Beliau sangat disiplin dalam membimbing dan tentunya dengan gaya

masing-masing yang berbeda.

Dalam bidang kesiswaan, keterlibatan guru dan karyawan dalam membina

siswa tidak dapat dianggap kecil terutama bidang ekstra kurikuler. Sebagai contoh

pimpinan madrasah mewajibkan guru dan karyawan hadir di madrasah, bila ada

kegiatan ekstra kurikuler misalnya ada pelantikan, perkemahan, pertandingan olah

raga, dan kegiatan siswa lainnya.

Buah ini semua adalah kekompakan dan prestasi bidang kesiswaan utamanya

pramuka dan Volly yang selalu mendapat nomor pada Porseni tingkat DKI.

Menurut heman penulis paling tidak ada tiga faktor yang mendukung keadaan

di atas:

1. Visi dan Misi Madrasah

Pada saat itu visi dan misi madrasah baru diarahkan pada upaya secepat

mungkin madrasah ini dikenal masyarakat, melalui berbagai program yang

dibutuhkan dilihat langsung oleh masyarakat pada saat itu, melalui kegiatan

sosial, keagamaan, kepramukaan, olah raga dan lain-lain. Pelaksanaan visi dan

misi ini tentu juga bergantung pada faktor kebijakan pimpinan yang konsisten

sesuai dengan visi dan misi ditetapkan, misalnya dalam hal penetapan perlunya

fairah olah raga di madrasah dengan menetapkan hari Jum’at sebagai wajib

berolah raga bagi guru, karyawan, dan siswa.

Page 53: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

2. Partisipasi Guru dan Siswa

Semua guru utamanya wali kelas ditopang pembina OSIS bebas membuat

program di kelasnya, mulai dari paparan tugas sehari-hari wali kelas termasuk

“home visit” sampai harus menjadi manajer team olah raga di kelasnya. Semua

wali kelas bersaing untuk menjadi yang terbaik, baik bidang akademik terlebih

ekstrakurikulernya.

3. Kemandirian Siswa

Motivasi dan rasa percaya diri terhadap kemampuannya dapat memacu

kreatifitas dan kemandirian siswa dalam mengorganisir kegiatan. Tahun pelajaran

1992/1993 OSIS di bawah komando ketua OSIS Doni Romdoni berhasil

menampilkan sosok OSIS yang cukup mandiri, dengan bukti banyaknya prestasi

OSIS saat itu.

Pada awal tahun pelajaran 1992/1993, sudah mulai terdengar kabar bahwa

gedung yang ditempati MTs. N 3 KJ akan kembali difungsikan sebagai

penyelenggara MI yang memang tahun pelajaran itu sudah menerima siswa kelas

satu dengan pimpinan sementara Drs. Fakih Syukri, Pinlok MTs. N KJ

Petukangan. Sedang siswa MTs. N 3 KJ yang menurut kabar bakal dinegerikan

dipindahkan ke lokasi baru di daerah Ululami, tepatnya di Jalan H. Dilun kurang

lebih satu kilometer dari ja’an ulujami Raya depan Pesantren Darunnajah

Ulujami.

Page 54: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Akhirnya pada pertengahan tahun pelajaran itu madrasah dipindahkan ke

gedung baru di Ulujami tepat di belakang Komplek Ulujami Indah, di pinggir

sungai Pesanggrahan yang terkenal rawan banjir itu.

Namun pada saat sekarang ini setelah Dra. Hj. Farida Daulay, M.Pd.

menjadi kepala sekolah kendala banjir yang menjadi masalah sekolah sudah tidak

ada lagi karena setelah beliau diangkat menjadi kepala sekolah beliau melakukan

pembenahan terhadap sekolah termasuk masalah banjir yang disebabkan letak

sekolah yang dekat dengan sungai. Akan tetapi sungai itu sekarang sudah ditutup

dan sekolahpun dipagar sehingga tidak ada masalah lagi apabila musim hujan

tiba. Bahkan sekarang MTs. N 13 mempunyai 2 gedung karena semakin

banyaknya jumlah murid yang ada. Dan letak gedung 2 MTs. N 13 berlokasi di Jl.

H. Liun Joglo Jakarta Barat.

B. Analisis dan Interpretasi Data

Tabel 1 1. Tanggapan siswa dalam mengikuti pelajaran bidang Aqidah Akhlak

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Sangat Senang 17 12,5 b. Senang 28 12,5 c. Kurang Senang 5 12,5 d. Tidak Senang 0 12,5

Jumlah 50 50

Page 55: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

84,375,1250,422,1962,1

5,125,12

5,125,7

5,125,15

5,125,4

5,125,120

5,125,125

5,125,1228

5,125,1217

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−++=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Dengan menggunakan df sebesar 3, diperoleh X2, sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Maka dapat diperoleh hasil bahwa kai kuadrat observasi atau X2 jauh lebih besar

daripada Xt2 yaitu 7,815 < 37,84 > 11,345, dengan demikian hipotesis nihil ditolak.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan siswa memilih

jawaban senang dalam mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak yaitu sebanyak 28 orang

siswa dari 50 responden ini bertanda bahwa minat belajar siswa sudah cukup baik.

Walaupun ada beberapa siswa yang memilih jawaban kurang senang, mungkin

kekurang senangan mereka dalam mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak disebutkan

karena kesulitan mereka dalam memahaminya, oleh sebab itu sudah seharusnya

seorang guru sebelum memulai pelajaran memberikan motivasi kepada siswa-

siswanya agar mereka mempunyai minat yang tinggi dalam mengikuti pelajaran

Aqidah Akhlak dan seorang guru juga harus kreatif dalam memilih metode agar

mereka tertarik dalam mengikuti pelajaran dan mudah untuk memahaminya.

Page 56: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Tabel 2 2. Tanggapan siswa mengenai metode yang sering digunakan guru bidang studi

Aqidah Akhlak dalam menyampaikan materi pelajaran

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Metode ceramah dan cerita 43 12,5 b. Metode Tanya Jawab 5 12,5 c. Metode Diskusi - 12,5 d. Tidak Hafalan 2 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb24,100

82,85,125,442,745,125,10

5,125,12

5,125,7

5,125,30

5,125,122

5,125,120

5,125,125

5,125,1243

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−+

−+=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Dengan menggunakan df sebesar 3, maka diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2, yaitu: 7,815

< 100,24 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Dari hasil tersebut disimpulkan, meskipun jawaban terbanyak siswa-siswi adalah

metode ceramah dan cerita yang sering digunakan guru Aqidah Akhlak dalam

menyampaikan materi pelajaran. Tetapi perlu juga diperhatikan oleh seorang guru

Page 57: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

bahwa perlulah pengunaan metode yang bervariatif yang disesuaikan dengan materi

pelajaran dan kondisi siswa agar suasana belajar mengajar menjadi menyenangkan

dan tidak membosankan.

Tabel 3 3. Tanggapan siswa mengenai metode yang tepat digunakan guru bidang studi

Aqidah Akhlak mengenai materi kitab suci Al-Qur’an dan perilaku sahabat

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Metode Cerita 31 12,5 b. Metode Diskusi 1 12,5 c. Metode Ceramah 8 12,5 d. Tidak Tanya Jawab 11 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

76,3918,062,158,1038,27

5,125,1

5,125,4

5,125,11

5,125,18

5,125,1211

5,125,128

5,125,121

5,125,1231

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−+

−+=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 39,76 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Page 58: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari siswa menjawab

metode bercerita adalah metode yang tepat digunakan guru bidang studi Aqidah Akhlak

dalam menyampaikan materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat, dan

memang sudah semestinya seorang guru harus pandai dalam memilih metode.

Tabel 4 4. Tanggapan siswa mengenai apakah guru Aqidah Akhlak sering menggunakan

metode cerita ketika mengajarkan materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Sering 33 16,67 b. Kadang-kadang 17 16,67 c. Tidak Pernah - 16,67

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

2131-dfdb

68,3267,1601,016

5,1267,16

5,1233,0

5,1233,16

67,1667,160

67,1667,1617

67,1667,1633

ftftfo

ftftfo

ftftfo

222

222

2222

=−=

==

++=

−++=

−+

−+

−=

−+

−+

−=Χ

Dengan menggunakan df 2, maka diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 5,991

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 9,210

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 5,991

< 32,68 > 9,210, hipotesis nihil ditolak.

Page 59: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, kecenderungan siswa menjawab bahwa

guru Aqidah Akhlak sering menggunakan metode bercerita ketika menyampaikan materi

tentang kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat akan tetapi alangkah baiknya apabila

pengguna metode bercerita tersebut divariasi dengan metode lain seperti: metode tanya

jawab agar terjadi dialog antar siswa dan guru juga lebih menghidupkan suasana belajar.

Tabel 5 5. Tanggapam siswa mengenai apakah mereka senang mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru Aqidah Akhlak mengenai materi kitab suci Al-Qur’an dan

prilaku sahabat

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Sangat Senang 10 12,5 b. Senang 34 12,5 c. Kurang Senang 6 12,5 d. Tidak Senang - 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

36,535,1238,398,365,0

5,125,12

5,125,6

5,125,21

5,125,2

5,125,120

5,125,126

5,125,1234

5,1205,1210

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−++

−=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Page 60: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 53,36 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa 34 orang dari 50 responden menjawab senang

mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru Aqidah Akhlak akan tetapi ada pula

yang menjawab kurang senang mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru Aqidah

Akhlak. Hal ini mungkin disebabkan karena alur cerita yang disampaikan kurang

menarik atau juga dalam menyampaikan cerita guru kurang berekspresi.

Tabel 6 6. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka memperhatikan dengan baik ketika

guru sedang mengajar dengan menggunakan metode cerita

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Selalu Memperhatikan 38 12,5 b. Cukup Memperhatikan 10 12,5 c. Kurang Memperhatikan 2 12,5 d. Tidak Memperhatikan - 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

82,735,1282,85,052

5,125,12

5,125,10

5,125,2

5,125,25

5,125,120

5,125,122

5,125,1210

5,1205,1238

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−+

−+=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Page 61: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 73,82 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Dapat disimpulkan, mayoritas siswa menjawab selalu memperhatikan ketika guru

sedang mengajar dengan menggunakan metode bercerita. Hal ini menunjukkan bahwa

ada keterkaitan siswa terhadap metode tersebut.

Tabel 7 7. Tanggapan siswa mengenai berapa lamakah biasanya guru Aqidah Akhlak

dalam menyampaikan cerita

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. 15 menit 10 12,5 b. 20 menit 17 12,5 c. 35 menit 20 12,5 d. 40 menit 3 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

84,1322,75,462,15,0

5,125,9

5,125,7

5,125,4

5,125,2

5,125,123

5,125,1220

5,125,1217

5,1205,1210

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+++

−=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Page 62: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 13,84 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Mayoritas siswa menjawab bahwa lamanya guru bercerita 35 menit. Dan

sebaiknya bagi seorang guru dalam bercerita jangan terlalu lama, karena akan membuat

mereka bosan.

Tabel 8 8. Tanggapan siswa mengenai apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam

bercerita dapat dipahami

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Dapat Dipahami 32 12,5 b. Cukup Dipahami 16 12,5 c. Kurang Dipahami 2 12,5 d. Tidak Dapat Dipahami - 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

72,525,1282,898,042,30

5,125,12

5,125,10

5,125,3

5,125,19

5,125,120

5,125,122

5,125,1216

5,1205,1232

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−++=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Page 63: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 52,72 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Kesimpulannya bahwa bahasa yang digunakan guru Aqidah Akhlak dalam

menyampaikan cerita sudah baik dapat dipahami. Hal ini terlihat dari mayoritas jawaban

siswa sebanyak 32 orang dari 50 responden.

Tabel 9 9. Tanggapan siswa apakah cerita yang disampaikan oleh guru sesuai dengan

materi yang sedang dibahas dan menarik dari segi isi dan temanya

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Sesuai 34 12,5 b. Cukup Sesuai 14 12,5 c. Kurang Sesuai 2 12,5 d. Tidak Sesuai - 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

48,585,1282,818,098,36

5,125,12

5,125,10

5,125,1

5,125,21

5,125,120

5,125,122

5,125,1214

5,1205,1234

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−++=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Page 64: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 58,48 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Terlihat mayorita jawaban siswa (34) responden menjawab bahwa cerita yang

disampaikan oleh guru sesuai dengan materi yang sedang dibahas, dan memang sudah

seharusnya seperti itu agar apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Tabel 10 10. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat memahami materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat yang disampaikan oleh guru dengan

menggunakan metode cerita

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Paham 39 12,5 b. Cukup Paham 9 12,5 c. Kurang Paham 2 12,5 d. Tidak Paham - 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

48,785,1282,898,018,56

5,125,12

5,125,10

5,125,3

5,125,26

5,125,120

5,125,122

5,125,129

5,1205,1239

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−+

−+=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Page 65: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 78,48 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Kesimpulannya, mayoritas responden (39) menjawab bahwa mereka dapat

memahami materi mengenai kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat yang disampaikan

oleh guru dengan menggunakan metode bercerita. Hal ini menunjukkan bahwa metode

bercerita tepat digunakan pada materi tersebut.

Tabel 11 11. Tanggapan siswa mengenal apakah guru memberikan kesempatan kepada

mereka untuk bertanya usai menyampaikan cerita

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Sering 32 12,5 b. Cukup Sering 7 12,5 c. Kadang-kadang 11 12,5 d. Tidak Pernah - 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

52,455,1218,042,242,30

5,125,12

5,125,1

5,125,5

5,125,19

5,125,120

5,125,1211

5,125,127

5,1205,1232

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−+

−+=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Page 66: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 45,52 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Kesimpulannya, mayoritas siswa menjawab bahwa mereka diberikan kesempatan

untuk bertanya usai guru menyampaikan cerita. Dalam hal ini terlihat bahwa adanya

interaksi antar siswa dan guru dan hal ini bagus karena menghidupkan suasana belajar.

Tabel 12 12. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat mengingat kembali cerita

yangtelah disampaikan oleh guru

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Ya 41 25 b. Tidak 9 25

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( )

1121-dfdb

48,2024,1024,10

2516

2516

25259

252541

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

22

22

22222

=−=

==

+=

−+=

−+

−=

+−

+−

+−

Page 67: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 3,841

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 6,635

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 3,841

< 20,48 > 6,635, hipotesis nihil ditolak.

Kesimpulannya bahwa dengan metode bercerita dapat melatih daya tangkap

siswa dan melatih daya konsentrasi. Hal ini terlihat dari jawaban mayoritas siswa bahwa

mereka dapat mengingat kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru.

Tabel 13 13. Tanggapan siswa mengenai apakah usai menyampaikan ceritaguru sering

menyimpulkan kembali cerita yang telah disampaikan

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Sering 17 12,5 b. Cukup Sering 6 12,5 c. Kadang-kadang 27 12,5 d. Tidak Pernah - 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

76,395,1298,05,478,21

5,125,12

5,125,3

5,125,7

5,125,16

5,125,120

5,125,1216

5,125,125

5,1205,1229

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−++

−+=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Page 68: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 39,76 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Kesimpulannya, mayoritas siswa menjawab bahwa usai bercerita guru sering

menyimpulkan kembali cerita yang telah disampaikan. Hal ini perlu dilakukan agar

menambah pemahaman siswa mengenai cerita tersebut.

Tabel 14 14. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat mengambil pesan atau

hikmah dan mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari – hari dari sebuah cerita yang telah disampaikan oleh guru

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Ya 45 25 b. Tidak 5 25

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( )

1121-dfdb

321616

2520

2520

25255

252545

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

22

22

22222

=−=

==

+=

−+=

−+

−=

+−

+−

+−

Page 69: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 3,841

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 6,635

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 3,841

< 32 > 6,635, hipotesis nihil ditolak.

Kesimpulannya, mayoritas siswa menjawab bahwa mereka dapat mengambil

pesan dan mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-hari dari sebuah cerita yang

telah disampaikan. Hal inilah yang menjadi tujuan yang telah disampaikan. Hal inilah

yang menjadi tujuan dari sebuah pembelajaran tidak hanya memahami, menghayati tetapi

juga mengaplikasikannya.

Tabel 15 15. Tanggapan siswa mengenai bagaimana pelaksanaan metode cerita pada

pengajaran bidang studi Aqidah Akhlak pada materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan tentang prilaku sahabat

Jawaban Frekuensi yang

diobservasi (fo)

Frekuensi Teoritis (ft)

a. Sangat Baik 17 12,5 b. Baik 26 12,5 c. Cukup Baik 7 12,5 d. Kurang Baik - 12,5

Jumlah 50 50

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

3141-dfdb

12,315,1242,258,1462,1

5,125,12

5,125,5

5,125,13

5,125,4

5,125,120

5,125,127

5,125,1226

5,1205,1217

ftft-fo

ftftfo

ftftfo

ftftfo

2222

2222

22222

=−=

==

+++=

−+

−++=

−+

−+

−+

−=

+−

+−

+−

Page 70: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% : Xt2 = 7,815

- Pada taraf signifikansi 1% : Xt2 = 11,345

Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815

< 31,12 > 11,345, hipotesis nihil ditolak.

Kesimpulannya, bahwa pelaksanaan metode bercerita yang dilakukan oleh guru

Aqidah Akhlak sudah baik. Hal ini terlihat dari jawaban mayoritas responden sebanyak

26 orang dari 50 responden.

Dari hasil uji hipotesis di atas telah terlihat bahwa metode bercerita efektif

digunakan pada proses pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak khususnya pada materi

tentang kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat. Dan pelaksanaan metode bercerita

yang telah diujicobakan sudah cukup baik. Akan tetapi pada pelaksanaannya metode

bercerita juga mengalami kendala-kendala di antaranya; 1. Kurang tersedianya buku-

buku cerita di perpustakaan sekolah sehingga guru mengalami kesulitan dalam mencari

buku cerita dan harus mengeluarkan sedikit biaya untuk membelinya dan mencarinya

sendiri di toko-toko buku, 2. Seorang guru juga agak kesulitan dalam memilih cerita yang

disesuaikan dengan materi yang akan dibahas, karena apabila cerita yang disampaikan

tidak sesuai maka apa yang menjadi tujuan pembelajaran sulit tercapai, 3. Dan dari segi

waktu, metode bercerita itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga terkadang

waktu yang disediakan tidak cukup untuk melakukan evaluasi.

Page 71: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

Adapun hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan metode bercerita adalah:

1. Penggunaan metode bercerita harus disesuaikan dengan materi yang akan dibahas,

sehingga guru harus pandai dalam memilih metode.

2. Seorang guru harus mempersiapkan diri dengan cerita-cerita menarik yang

didapatnya dari buku-buku cerita, dan memilih cerita-cerita yang masih ada

kaitannya dengan materi yang akan dibahas.

3. Mengingat waktu yang dibutuhkan untuk penggunaan metode bercerita cukup

terbatas, maka hendaknya memberikan evaluasi kepada anak didik berupa tugas yang

dapat dikerjakan di rumah.

4. Kerjasama yang baik antara guru dan anak didik.

Page 72: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang efektifitas metode cerita pada

mata pelajaran Aqidah di atas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dalam pelaksanaannya, metode bercerita ternyata efektif digunakan dalam

pengajaran bidang studi Aqidah Akhlak terutama pada materi mengenai kitab suci

Al-Qur’an dan prilaku sahabat. Akan tetapi metode bercerita ini pun pada saat-

saat tertentu membutuhkan dukungan metode lainnya seperti tanya jawab,

ceramah, diskusi dan sebagainya. Dan pemilihan atau penempatan metode

tersebut juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan,

tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga kondisi siswa. Hal ini juga

dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh, karena penggunaan

variatif metode akan menimbulkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar.

Dan pada pelaksanaannya metode bercerita yang diterapkan ternyata sangat

mendapatkan perhatian baik dari peserta didik atau siswa-siswi. Hal ini terlihat

dari perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan

menggunakan metode bercerita tersebut.

Page 73: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

2. Dalam proses penerapannya metode bercerita meliputi perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi. Dan ternyata setelah diuji coba metode bercerita yang telah

dilakukan sudah cukup baik dan mendapat respon yang cukup baik pula dari

peserta didik.

3. Metode bercerita cukup membantu secara efektif, hal ini bisa dilihat dari hasil

nilai ulangan harian mereka yang menunjukkan cukup bagus. Dan dalam proses

pembelajaran pun metode bercerita mengaktifkan dan membangkitkan semangat

anak didik hal ini terlihat dari perhatian mereka mengikuti dan mendengarkan

cerita serta aktif dalam bertanya.

B. Saran

1. Kepada para guru hendaknya harus selalu aktif dan kreatif dalam menyampaikan

materi pelajaran sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran dapat

dicapai dan usahakan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga

tidak membosankan.

2. Seorang guru juga harus pandai dalam memilih metode yang disesuaikan dengan

materi pelajaran, tujuan pembelajaran dan kondisi siswa hal ini dimaksudkan agar

menimbulkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar. Karena metode

merupakan salah satu pendukung kesuksesan belajar-mengajar dan penggunaan

metode yang tidak tepat akan menghambat proses belajar mengajar.

3. Apabila seorang guru ingin menggunakan metode bercerita sebaiknya disesuaikan

dengan materi dan memilih tema cerita yang menarik dan mendidik dan usai

Page 74: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

bercerita sebaiknya diseling dengan penjelasan-penjelasan dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga mereka paham dan tidak bosan

serta menghidupkan suasana. Dan usahakan juga dalam bercerita jangan terlalu

lama dan berceritalah sesuatu yang baru yang belum pernah mereka dengar dan

juga cerita yang disampaikan harus disesuaikan dengan materi yang sedang

dibahas. Dalam bercerita juga seorang guru harus dapat mengekspresikan cerita

tersebut dengan gerakan misalnya mimik muka dan suara yang sesuaikan dengan

karakter fugure dalam cerita tersebut.

4. Kepada para guru hendaknya selalu memperhatikan mendidik siswa-siswinya

dengan baik. Dan memberikan perhatian yang lebih kepada siswa-siswi yang

mengalami kesulitan. Sharing kepada mereka kesulitan apa yang mereka dapati

dalam memahami pelajaran dan cari solusinya. Dan bagi para siswapun

hendaknya selalu memperhatikan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru

agar selalu dapat menangkap pelajaran dengan baik dan sempurna.

5. Pihak sekolah hendaknya menambah buku-buku cerita yang islami dan baru serta

menarik sehingga apabila ada waktu luang mereka dapat membacanya di

perpustakaan dan dapat menambah wawasan mereka serta guru pun lebih mudah

untuk mendapatkannya.

Page 75: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

ANGKET SISWA

Petunjuk pengisian: 1. Sebelum mengerjakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini hendaklah

membaca basmallah terlebih dahulu. 2. Bacalah terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan dengan seksama sebelum anda

menjawab. 3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan memberi tanda X pada pilihan

jawaban anda. 4. Apabila telah selesai mengerjakan, taruhlah angket ini di meja anda akhir

dengan membaca hamdallah selanjutnya anda dipersilahkan meninggalkan tempat.

Daftar Pertanyaan:

1. Bagaimana pendapat anda dalam mengikuti pelajaran bidang studi aqidah akhlak a. Sangat senang c. Kurang senang b. Senang d. Tidak senang

2. Metode apa yang sering dilakukan oleh guru bidang studi Aqidah Akhlak dalam menyampaikan materi pelajaran a. Metode ceramah dan cerita c. Metode Diskusi b. Metode tanya jawab d. Metode Hafalan

3. Menurut anda metode apa yang tepat digunakan guru dalam mengajarkan materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan Prilaku Sahabat a. Metode cerita c. Metode ceramah b. Metode diskusi d. Metode tanya jawab

4. Apakah guru Aqidah Akhlak sering menggunakan metode cerita ketika mengajarkan materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan Prilaku Sahabat a. Sering c. Tidak pernah b. Kadang-kadang d. Sangat sering

5. Apakah anda senang mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru Aqidah Akhlak dalam menyampaikan materi pelajaran a. Sangat senang c. Senang b. Kurang senang d. Tidak senang

6. Ketika guru sedang mengajar dengan metode bercerita, apakah anda memperhatikan a. Selalu memperhatikan c. Cukup memperhatikan b. Kurang memperhatikan d. Tidak memperhatikan

Page 76: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES

7. Berapa lama biasanya guru Aqidah Akhlak dalam menyampaikan cerita a. 15 menit c. 20 menit b. 35 menit d. 40 menit

8. Apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam bercerita dapat dipahami a. Dapat dipahami c. Cukup dipahami b. Kurang dipahami d. Tidak dapat dipahami

9. Apakah cerita yang disampaikan oleh guru sesuai dengan materi yang sedang dibahas dan menarik dari segi isi dan temanya a. Sesuai c. Cukup sesuai b. Kurang sesuai

10. Apakah anda dapat memahami materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan materi tentang prilaku sahabat yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode bercerita a. Paham c. Cukup paham b. Kurang paham d. Tidak paham

11. Apakah guru anda memberikan kesempatan kepada anda untuk bertanya usai menyampaikan cerita a. Sering c. Cukup sering b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Apakah anda dapat mengingat kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru a. Ya b. Tidak

13. Usai menyampaikan cerita apakah guru sering menyimpulkan kembali cerita yang telah disampaikan a. Sering c. Cukup sering b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

14. Apakah anda dapat mengambil pesan baik atau hikmah dan mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari dari sebuah cerita yang telah disampaikan oleh guru a. Ya b. Tidak

15. Bagaimana tanggapan anda dalam pelaksanaan metode cerita pada pengajaran mengenai kitab suci Al-Qur’an dan tentang prilaku sahabat a. Sangat baik c. Baik b. Cukup baik d. Tidak baik

Page 77: EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10758/1/77857... · Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE BERCERITA PADA PROSES