editan
DESCRIPTION
tumor payudaraTRANSCRIPT
![Page 1: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Definisi Tumor Payudara
Tumor atau dalam istilah medis disebut sebagai neoplasma, secara harfiah
berarti pertumbuhan baru. Neoplasma merupakan massa abnormal jaringan yang
pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi dengan pertumbuhan jaringan
normal serta terus demikian, walaupun rangsangan yang memicu perubahan
tersebut telah berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya
responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal (Kumar et al,
2007).
Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau lebih
sering dikenal dengan sebutan kanker. Suatu tumor dikatakan jinak apabila masih
berdiferensiasi baik (secara morfologis dan fungsional masih mirip dengan sel
asal), tumbuh perlahan, tidak menginfiltrasi jaringan sekitar serta tidak
bermetastasis ke organ lain. Dan hal yang berlawanan terdapat pada tumor ganas
atau kanker. Kanker cenderung lebih anaplastik, laju pertumbuhan lebih cepat
serta tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi, sampai metastasis ke
jaringan sekitar dan cukup potensial untuk menimbulkan kematian (Kumar et al,
2007).
1.2. Anatomi Payudara
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral
atas kelenjar mammae, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila,
disebut penonjolan Spence atau ekor mammae. Setiap mammae terdiri atas 15-20
lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamae, yang
disebut duktus lactiferous. Di antara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga di
antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara
lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk mammae (Brunicardi et al, 2006).
1
![Page 2: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/2.jpg)
Bagan 1 Anatomi Payudara
Blood Supply
Perdarahan mammae terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior
dari a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan
beberapa a.interkostalis.
Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sediri diurus oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan
2
![Page 3: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/3.jpg)
mati rasa pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis
yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada
diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati
rasa di daerah tersebut. (Brunicardi et al, 2006).
Nervus Otot yang dipersarafi Kelainan jika terjadi traumaLong thoracic nervus
m.serratus anterior Skapula terangkat
n.thoracodorsal m.latissimus dorsi Tidak dapat mengangkat badan dari posisi duduk
n. pectoralis medial dan lateral
m.pectoralis mayor dan minor
Kelemahan otot pectoralis
n.intercostobrachial
Melewati axilla menuju lengan
Baal pada area persarafan
Bagan 2 Aliran Lymphe Kelenjar Mammae
Aliran limfe dari mammae kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50
(berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri
dan vena brakialis (Brunicardi et al, 2006).
Ada enam kelompok kelenjar getah bening axillary yang diakui oleh para
ahli bedah. Yaitu axillary lateral lymphe nodes, mammaria eksterna lymphe nodes
(anterior dan pectoral), scapular lymphe nodes (posterior dan subscapular), central
lymphe nodes, subclavicular lymphe nodes, dan interpectoral lymphe nodes
3
![Page 4: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/4.jpg)
(Rotter’s group) Kelompok kelenjar getah bening ditugaskan sesuai dengan
tingkat hubungan mereka terhadap musculus pectoralis minor. Kelenjar getah
bening yang terletak lateral atau di bawah otot pectoralis minor yang disebut
sebagai lymphe nodes level I, yang meliputi vena aksilaris, mammaria eksterna,
dan scapula lymphe nodes. Kelenjar getah bening yang terletak superficial
terhadap otot pectoralis minor disebut sebagai lymphe nodes level II, yang
meliputi central dan interpectoral lymphe nodes. Kelenjar getah bening yang
terletak medial dengan atau di atas batas otot pectoralis minor yang disebut
sebagai lymphe nodes level III, yang terdiri dari subclavicula lymphe nodes
(Brunicardi et al, 2006).
1.3. Fisiologi Payudara
Perkembangan dan fungsi payudara tergantung dari beberapa rangsang
hormonal termasuk estrogen, progresteron, prolactin, hormon tiroid, kortisol dan
growth hormon. Estrogen, progresteron dan prolaktin memiliki efek yang sangat
penting untuk perkembangan dan fungsi mammae. Estrogen mengawali
perkembangan duktus sementara progresteron bertanggung jawab terhadap
diferensiasi epitel dan perkembangan lobus mammae. Prolactin adalah hormon
utama yang dapat merangsang lactogenesis pada kehamilan tua dan masa
menyusui. Hormon tersebut juga memperbaharui regulasi reseptor-reseptor
hormon dan merangsang perkembangan epitel mammae. (Brunicardi et al, 2010)
Mammae berkembang selama pubertas karena peran mammotrophic
hormon, ada lima fase perkembangan payudara menurut Tanner. Fase I (8-10
tahun) adalah penonjolan puting susu tanpa disertai perkembangan kelenjar susu.
Fase II (10-12 tahun) pembentukan gundukan kelenjar susu atau pembentukan
kelenjar subaerolar. Fase III (11-13 tahun) penambahan jumlah kelenjar dan
peningkatan pigmentasi daerah aerola. Fase IV (12-14 tahun) peningkatan
pigmentasi dan penambahan luas aerola. Fase V ( 13-17 tahun) merupakan fase
akhir dimana perkembangan dan pembentukan payudara menjadi sempurna.
(Pass, Helen 2001)
Peningkatan drastis estrogen dan progresteron pada siklus ovarium dan
placenta terjadi selama masa kehamilan, yang mengawali perubahan mencolok
4
![Page 5: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/5.jpg)
dari bentuk dan substansi mammae. Mammae membesar seiring dengan
proliferasi epitel, penggelapan areola dan tubulus Montgomery menjadi menonjol.
Pada masa awal kehamilan, duktus bercabang dan berkembang, selama trimester
tiga, lemak terakumulasi disekitar epitel dan colostrum mengisi sinus dan ductus
yang kosong. Pada akhir kehamilan, prolaktin merangsang pengeluaran lemak
susu dan protein. (Brunicardi et al, 2010)
Pada masa menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan progresteron
oleh ovarium dan involusi ductus pada mammae. Jaringan ikat sekitar meningkat
dan jaringan mammae (kelenjar mammae) digantikan oleh jaringan lemak.
Duktus – duktus akan berakhir pada duktus terminal yang disebut acini.
Pada acini terdapat kelenjar pembuat air susu yang bersama-sama dengan duktus-
duktus kecil lainnya yang disebut lobulus. Acini terbentuk dari jaringan ikat
longgar yang terdiri dari pembuluh darah, limfosit dan mononuklear sel.
1.4. Etiologi dan Patogenesis
Dasar patogenesis dari tumor adalah suatu proses yang dinamakan
karsinogenesis (Mitchel, 2007). Karsinogenesis terkait dalam proses-proses yang
meliputi :
a. Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan
b. Insensivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan
c. Menghindari apoptosis
d. Potensi replikasi tanpa batas
e. Angiogenesis berkelanjutan
f. Kemampuan menginvasi dan beranak sebar
Suatu pertumbuhan yang tak terkontrol dari organ mammae dipengaruhi
oleh faktor genetik dan hormonal. Berbagai faktor yang dapat mencetuskan
suatu pertumbuhan yang berlebihan bahkan yang ganas dari organ mammae
adalah:
Herediter
Ditemukan 13% tumor mammae terjadi secara herediter pada
garis pertama keturunan, hanya sekitar 1 % yang diakibatkan oleh
multifaktor dan mutasi germline.
5
![Page 6: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/6.jpg)
Sekitar 23 % kanker mammae terjadi secara familial (atau 3%
dari seluruh kanker mammae) hal ini diakibatkan dengan BRCA1 dan
BRCA2 probabilitas terjadinya kanker yang berhubungan dengan
mutasi gen ini meningkat jika terjadi pada garis pertama keturunan.
Secara herediter, penyebab terjadinya mutasi multifaktorial dan pada
umumnya antara faktor ini saling mempengaruhi. Perubahan terjadi
pada salah satu dari gen dan sekian banyak gen yang dapat
mencetuskan suatu transformasi maligna didukung oleh faktor lain.
Pada kanker mammae ditemukan dua gen yang bertanggung
jawab pada dua pertiga kasus kanker mammae familial atau 5 %
secara keseluruhan, yaitu gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom
17 (17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-
13. Adanya mutasi dan delesi BRCA1 yang bersifat herediter pada 85
% menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk terkena
mammae 10 % secara nonherediter dan kanker ovarium. Mutasi dari
BRCA1 menunjukkan perubahan ke arah karsinoma tipe medular,
cenderung ‘high grade’, mitotik sangat aktif, pola pertumbuhan dan
mempunyai prognosis yang buruk. Gen BRCA2 yang berlokasi pada
kromosom 13q melibatkan 70 % untuk terjadinya kanker mammae
secara herediter dan bukan merupakan mutasi sekunder dari BRCA1.
Seperti halnya BRCA1, BRCA2 juga dapat menyebabkan terjadinya
kanker ovarium dan pada pria dapat meningkat resiko terjadinya pada
kanker mammae (Tapia, 2007).
Mutasi Sporadik
Secara mayoritas keadaan mutasi sporadik berhubungan dengan
paparan hormon, jenis kelamin, usia menarche dan menopause, usia
reproduktif, riwayat menyusui dan estrogen eksogen. Keadaan kanker
seperti yang dijumpai pada wanita postmenopause dan overekspresi
estrogen reseptor. Estrogen sendiri mempunyai dua kemampuan untuk
berkembang menjadi kanker mammae. Metabolit estrogen pada
penyebab mutasi atau menyebabkan perusakan DNA-radikal bebas.
Melalui aktivitas hormonal, estrogen dapat menyebabkan proliferasi
6
![Page 7: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/7.jpg)
lesi premaligna menjadi suatu maligna. Sifat bergantung hormon ini
berkaitan dengan adanya estrogen, progesterone dan reseptor hormon
steroid lain ini di sel mammae. Pada neoplasma yang memiliki
reseptor ini terapi hormon (antiestrogen) dapat memperlambat
pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor.
Mutasi Germline
Faktor genetik ditunjukkan dengan kecendrungan familial yang
kuat. Tidak adanya pola pewarisan menunjukkan bahwa insiden
familial dapat disebabkan oleh kerja banyak gen atau oleh faktor
lingkungan serupa yang bekerja pada anggota keluarga yang sama.
Pada penderita sindroma Li-Fraumeni terjadi mutasi dari tumor
suppressor gen p53. Keadaan ini dapat menyebabkan keganasan pada
otak dan kelenjer adrenal pada anak-anak dan kanker mammae pada
orang dewasa. Ditemukan sekitar 1 % mutasi p53 pada penderita
kanker mammae yang dideteksi pada usia sebelum 40 tahun.
HER2/neu
HER2/neu (c-erbB-2) merupakan suatu onkogen yang meng-
encode glikoprotein transmembran melalui aktivitas tirosin kinase,
yaitu p185. Overekspresi HER2/neu dapat dideteksi melalui
pemeriksaaan imunohistokimia, FISH (‘Fluorencence In Situ
Hybridization’) dan CISH (‘Chromogenic In Situ Hybridization’).
Suatu kromosom penanda (1q+) telah dilaporkan dan peningkatan
ekspresi onkogen HER2/neu telah dideteksi pada beberapa kasus.
Adanya onkogen HER2/neu yang mengalami amplikasi pada sel-sel
mammae berhubungan dengan prognosis yang buruk (Moriki, 2006).
Virus
Diduga menyebabkan kanker mammae. Faktor susu Bittner
adalah suatu virus yang menyebabkan kanker mammae pada tikus
yang ditularkan melalui air susu. Antigen yang serupa dengan yang
7
![Page 8: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/8.jpg)
terdapat pada virus tumor mammae tikus telah ditemukan pada
beberapa kasus kanker mammae pada manusia tetapi maknanya tidak
jelas (Rubin, 2003).
1.5. Klasifikasi Tumor Payudara
Berdasarkan gambaran histologisnya, WHO tahun 2003 membagi tumor
pada mammae menjadi:
1.6. Prosedur Diagnostik
8
![Page 9: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/9.jpg)
A. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis :
a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya.
Benjolan
Kecepatan tumbuh
Rasa sakit
Nipple discharge
Nipple retraksi dan sejak kapan
Krusta pada areola
Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi
Perubahan warna kulit
Benjolan ketiak
Edema lengan
b. Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastasis, al :
Nyeri tulang (vertebra, femur)
Rasa penuh di ulu hati
Batuk
Sesak
9
![Page 10: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/10.jpg)
Sakit kepala hebat, dll
c. Faktor-faktor risiko
Usia penderita
Usia melahirkan anak pertama
Punya anak atau tidak
Riwayat menyusukan
Riwayat menstruasi
menstruasi pertama pada usia berapa
keteraturan siklus menstruasi
menopause pada usia berapa
Riwayat pemakaian obat hormonal
Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau
kanker lain.
Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik
Riwayat radiasi dinding dada
2. Pemeriksaan fisik
a. Status generalis, cantumkan performance status.
b. Status lokalis :
- Payudara kanan dan kiri harus diperiksa.
- Masa tumor :
lokasi
ukuran
konsistensi
permukaan
bentuk dan batas tumor
jumlah tumor
terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit,
m.pektoralis dan dinding dada
- perubahan kulit :
kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit
peau d’orange, ulserasi
10
![Page 11: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/11.jpg)
- nipple :
tertarik
erosi
krusta
discharge
- status kelenjar getah bening.
KGB aksila : Jumlah, ukuran, konsistensi,
terfiksir satu sama lain atau jaringan sekitar
KGB infra klavikula : idem
KGB supra klavikula : idem
- pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis :
Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)
B. Pemeriksaan Radiodiagnostik / Imaging :
1. Diharuskan (recommended)
USG payudara dan Mamografi untuk tumor ≤ 3 cm.
Foto Toraks.
USG Abdomen (hepar).
2. Optional (atas indikasi)
Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi + atau klinis
sangat mencurigai pada lesi > 5 cm).
CT scan
C. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy - sitologi
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas
Catatan : belum merupakan Gold Standard. Bila mampu, dianjurkan untuk
diperiksa TRIPLE DIAGNOSTIC
D. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic).
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau parafin.
11
![Page 12: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/12.jpg)
Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui :
Core Biopsy.
Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm.
Biopsi Insisional untuk tumor :
o operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
o inoperable
Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB
Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb B-2 (HER-2 neu),
cathepsin-D, p53. (situasional)
E. Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan
perkiraan metastasis
BAB II
TUMOR JINAK PAYUDARA
12
![Page 13: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/13.jpg)
2.1. Fibroadenoma
Fibroadenoma sejauh ini adalah tumor jinak tersering pada payudara
perempuan. Peningkatan aktivitas estrogen diperkirakan berperan dalam
pembentukannya, dan lesi serupa mungkin muncul bersama dengan perubahan
fibrokistik. Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda; insidensi
puncak adalah pada usia 30-an.
Fibroadenoma terjadi secara asimptomatik pada 25% wanita. Fibroadenoma
sering terjadi pada usia awal reproduktif dan waktu puncaknya adalah antara usia
15 dan 35 tahun. Dikatakan juga bahwa fibroadenoma ini lebih sering dan terjadi
lebih awal pada wanita kulit hitam berbanding wanita kulit putih. Insidens
fibroadenoma menurun apabila usia menghampiri menopause yakni ketika
involusi terjadi. Tumor multiple pada satu atau kedua mammae ditemukan pada
10-15% pasien.
Secara klinis fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter,
diskret, dan mudah digerakkan. Lesi mungkin membesar pada akhir daur haid dan
selama kehamilan. Pada pascamenopause, lesi ini mungkin mengecil dan
mengalami kalsifikasi.
Pemeriksaan sitogenetik memperlihatkan bahwa sel stroma bersifat
monoklonal sehingga mencerminkan elemen neoplastik dari tumor ini. Penyebab
proliferasi duktus tidak diketahui; mungkin sel stroma neoplastik mengeluarkan
faktor pertumbuhan yang mempengaruhi sel epitel. Fibroadenoma hampir tidak
pernah menjadi ganas.
Nodul Fibroadenoma sering soliter, mudah digerakkan dengan diameter 1
hingga 10 cm. Jarang terjadinya tumor yang multiple dan diameternya melebihi
10 cm (giant fibroadenoma). Walau apa pun ukurannya, fibroadenoma ini sering
“shelled out”. Gambaran makroskopik dari fibroadenoma yang telah dipotong
adalah padat dengan warna uniform tank-white disertai dengan tanda softer
yellow-pink yang menunjukkan area glandular. Gambaran histologi menunjukkan
stroma fibroblastik longgar yang terdiri dari ruang seperti saluran (ductlike)
dilapisi epithelium yang terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike atau
ruang glandular ini dilapisi dengan lapisan sel tunggal atau multiple yang regular
dan berbatas tegas serta membran basalis yang intak. Walaupun pada sebagian
13
![Page 14: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/14.jpg)
lesi, ruang duktal ini terbuka, bulat sampai oval dan regular (pericanaliculi
fibroadenoma), sebagian yang lain dikompresi dengan proliferasi ekstensif dari
stroma dan oleh karena itu, pada cross section Fibroadenoma terlihat seperti
irregular dengan struktur berbentuk bintang (intracanaluculi fibroadenoma).
(Kumar, et al, 2007)
Gambaran Mikroskopik Fibroadenoma Mammae
Diagnosis
Pada pasien dengan usia kurang dari 25 tahun, diagnosa bisa ditegakkan
melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk dilakukan aspirasi
sitologi. Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk menyingkirkan karsinoma
seperti kanker tubular karena sering dikelirukan dengan penyakit ini. Fine-needle
aspiration (FNA) sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat walaupun
gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa dikelirukan dengan neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada
pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien
yang berusia, fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan
densitas yang sama atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi.
Dengan pertambahan usia, gambaran stippled calcification terlihat lebih jelas.
Ultrasonografi mammae juga sering digunakan untuk mendiagnosa
penyakit ini. Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat memberikan
diagnosa yang akurat. Kriteria fibroadenoma yang dapat terlihat pada pemeriksaan
ultrasonografi adalah massa solid berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas dengan
internal echoes yang lemah, distribusinya secara uniform dan dengan intermediate
acoustic attenuation. Diameter massa hipoechoic yang homogenous ini adalah
antara 1 – 20 cm.
14
![Page 15: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/15.jpg)
Diagnosis Banding
1. Tumor Phylloides Benigna : Neoplasma yang dicirikan dengan dua lapisan
epitel yang terletak di dalam celah yang dikelilingi dengan komponen
hiperseluler mesenkima. Sebagian besar dari kasus adalah benigna.
2. Tubular Adenoma : Lesi proliferasi benigna yang terdiri dari tubulus kecil
yang uniform serta dilapisi sel epitel dan lapisan tipis dari sel mioepitel.
Penatalaksanaan
Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsy
Pengetahuan yang semakin meluas mengenai natural dari penyakit ini
menyebabkan prosedur untuk mengangkat semua fibroadenoma ditinggalkan.
Kebanyakkan dari fibroadenoma dapat sembuh sendiri (self-limiting) dan tidak
terdiagnosa dan karena itu, terapi konservatif dianjurkan. Sekiranya fibroadenoma
ini tidak diterapi, kebanyakannya akan berkembang secara perlahan dari 1 cm
menjadi 3 cm dalam jangka waktu 5 tahun. Fase aktif perkembangannya adalah
antara 6 sampai 12 bulan dimana ukurannya bisa berganda dari asal. Setelah itu,
massa ini akan menjadi statik dan pada hampir 1/3 kasus, massa ini akan menjadi
semakin kecil.
Pada wanita di bawah usia 25 tahun, pengangkatan rutin tidak diperlukan.
Terapi konservatif ini direkomendasikan untuk wanita di bawah usia 35 tahun dan
harus dilakukan pemeriksaan sitologi setelah 3 bulan untuk menyingkirkan
keganasan. Aturan ini membuatkan sebagian kecil dari kasus kanker tidak
terdeteksi dan beberapa menyarankan pengangkatan fibroadenoma pada wanita
yang berusia lebih dari 25 tahun.
Fibroadenoma residif setelah pengangkatan jarang terjadi. Sekiranya
berlaku rekurensi, terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh. Pertama,
pembentukan dari truly metachronous fibroadenoma. Kedua, asal dari tumor tidak
15
![Page 16: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/16.jpg)
diangkat secara menyeluruh sewaktu operasi dan mungkin karena presentasi dari
tumor phyllodes yang tidak terdiagnosa.
Prognosis
Melalui satu penelitian retrospektif, risiko terjadinya karsinoma mammae
pada wanita dengan fibroadenoma meningkat 1.3 sampai 2.1 kali berbanding
populasi umum.
2.2. Papiloma Intraduktus
Papiloma intraduktus adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu
duktus. Sebagian besar lesi bersifat soliter, ditemukan di dalam sinus atauduktus
laktiferosa utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa : (1) keluarnya
discharge serosa atau berdarah dari puting payudara; (2) adanya tumor subareola
kecil dengan garis tengah beberapa milimeter sehingga terlalu kecil untuk
dipalpasi; atau (3) retraksi puting payudara (jarang terjadi). (Kumar, et al, 2007)
Pada beberapa kasus, terbentuk banyak papiloma di beberapa duktus atau
papilometosis intraduktus. Lesi kadang-kadang menjadi ganas, sedangkan
papiloma soliter hampir selalu tetap jinak. Demikian juga karsinoma papilaris
perlu disingkirkan; tumor ini tidak memiliki komponen mioepitel dan
memperlihatkan atipia sel yang parah dengan gambaran mitotik abnormal.
Tumor biasanya tunggal dengan diameter kurang dari 1 cm, terdiri atas
pertumbuhan yang halus, bercabang-cabang di dalam suatu kista atau duktus yang
melebar. Secara histologis, tumor terdiri atas papila-papila, masing-masing
memiliki aksis jaringan ikat yang dibungkus oleh sel epitel silindris atau kuboid
yang sering terdiri atas dua lapis, dengan lapisan epitel luar terletak di atas lapisan
mioepitel.
Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita paramenopausal
atau postmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke enam. Hampir
90% dari Papilloma Intraduktus adalah dari tipe soliter. Papilloma Intraduktus
soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang
dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang
datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun massa ini lebih
16
![Page 17: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/17.jpg)
sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba sebenarnya adalah
duktus yang berdilatasi.
Pasien dengan Papilloma Intraduktus multiple biasanya tidak ada gejala
nipple discharge dan biasanya terjadi pada duktus yang kecil. Diperkirakan
hampir 25% dari Papilloma Intraduktus multiple adalah bilateral. Papilloma
Intraduktus ini bisa terjadi pada laki-laki. Kasus terbaru menunjukkan bahwa pada
laki-laki penyakit ini terkait dengan penggunaan phenothiazine.
Penatalaksanaan
Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan papilloma serta nipple
discharge dapat menghilang secara spontan dalam waktu beberapa minggu.
Apabila hal ini tidak berlaku, eksisi lokal duktus yang terkait bisa dilakukan.
Eksisi duktus terminal merupakan prosedur bedah pilihan sebagai penatalaksanan
nipple discharge. Pada prosedur ini, digunakan anestesi lokal dengan atau tanpa
sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang terkait dengan nipple
discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal mungkin. Apabila lesi
benigna ini dicurigai mengalami perubahan ke arah maligna, terapi yang diberikan
adalah eksisi luas disertai radiasi.
Prognosis
Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah benigna.
Namun, telah terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan prekursor bagi
karsinoma papillary atau merupakan predisposisi untuk meningkatkan resiko
terjadinya karsinoma. Menurut komuniti dari College of American Pathologist,
wanita dengan lesi ini mempunyai risiko 1,5 – 2 kali untuk terjadinya karsinoma
mammae.
2.3. Fibrokistik
Perubahan fibrokistik adalah ragam kelainan dimana terjadi akibat dari
peningkatan dan distorsi perubahan siklik payudara yang terjadi secara normal
selama daur haid. Perubahan fibrokistik dibagi menjadi perubahan nonproliferatif
dan perubahan proliferatif. Perubahan nonproliferatif mencakup kista dan fibrosis
tanpa hiperplasia sel epitel (perubahan fibrokistik sderhana). Perubahan
17
![Page 18: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/18.jpg)
proliferatif mencakup serangkaian hiperplasia sel epitel duktulus atau duktus
banal atau atipikal serta adenosis sklerotikans. (Kumar et al, 2007)
Perubahan nonproliferatif ditandai dengan peningkatan stroma fibrosa
disertai oleh dilatasi duktus dan pembentukan kista dengan berbagai ukuran.
Stroma mengelilingi semua bentuk kista biasanya terdiri atas jaringan fibrosa
yang kehilangan gambaran miksomatosa. Infiltrat limfositik stroma sering
ditemukan pada lesi ini dan varian lain perubahan fibrokistik. Perubahan
proliferatif meliputi hiperplasia epitel dan adenosis sklerotikans.
Istilah hiperplasia epitel dan perubahan fibrokistik proliferatif mencakup
serangkaian lesi proliferatif di dalam duktulus, duktus terminalis, dan kadang-
kadang lobulus payudara. Sebagian hiperplasia epitel ini bersifat ringan dan
teratur serta tidak membawa resiko karsinoma, tetapi di sisi lain hiperplasia
atipikal mamiliki resiko signifikan.
Adenosis sklerotikans memiliki gambaran klinis dan morfologi mirip
dengan karsinoma. Di lesi ini rampak mencolok fibrosis intralobularis serta
proliferasi duktulus kecil dan asinus. Pertumbuhan berlebihan jaringan fibrosa ini
mungkin menekan lumen asinus dan duktus sehingga keduanya tampak sebagai
genjel-genjel sel. Adanya lapisan ganda epitel dan identifikasi elemen mioepitel
menandakan bahwa kelainannya bersifat jinak. (Kumar et al, 2007)
Gejala-gejalanya berupa pembengkakan dan nyeri tekan pada payudara
menjelang periode menstruasi. Tanda-tandanya adalah teraba massa yang
bergerak bebas pada payudara, terasa granularitas pada jaringan payudara, dan
kadang-kadang keluar cairan yang tidak berdarah dari puting. Banyak perempuan
tidak mengeluhkan gejala dan baru mencari pemeriksaan kesehetan setelah
meraba adanya massa. (Price and Wilson, 2006)
2.4. Tumor Phylloides
Tumor phylloides adalah fibroadenoma besar di payudara, dengan stroma
serupa-sarkoma yang sangat selular. Tumor ini termasuk neoplasma jinak, namun
kadangkala dapat menjadi ganas. Tumor ini bersifat agresif lokal dan dapat
bermetastasis, dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Umumnya,
tumor ini berdiameter 3 hingga 4 cm, namun dapat tumbuh hingga berukuran
18
![Page 19: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/19.jpg)
besar, mungkin masif sehingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi
dan menjadi kistik. Karena pada potongan memperlihatkan celah yang mirip daun,
maka tumor ini disebut tumor filoides. Perubahan yang paling merugikan adalah
terjadinya peningkatan selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik
yang tinggi, selain itu peningkatan ukuran secara pesat, biasanya dengan invasi
jaringan payudara di sekitarnya oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini
tetap lokalisata dan disembuhkan dengan eksisi. Lesi maligna mungkin kambuh,
tetapi lesi ini juga cenderung terlokalisasikan. Hanya yang paling ganas, sekitar
15% kasus, menyebar ke tempat yang jauh.
Gambaran Mikroskopik Tumor Phyloides
DAFTAR PUSTAKA
19
![Page 20: editan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062322/55cf96d5550346d0338e17f9/html5/thumbnails/20.jpg)
Brunicardi, Charles et al. 2004. Schwartz's Principles of Surgery. 8th Edition:
Chapter 37. McGraw-Hill Professional.
Casciato, Dennis A, Barry Lowitz. 2000. Manual of Clinical Oncology. North
America: Lippincott Williams & Wilkins
Pass, Helen. A. Benign and Malignant Disease of The Breast at Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. Jeffrey A Norton Springer. New York.
2001
Robbins, Kumar, etc.2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume II.Jakarta : EGC
hal.782-783
Rubin, et all. 2003. Pathology Volume II. 3rd edition. North America: Lippincott
Williams & Wilkins
20