edisi_07

4
Weekly News Profesi Edisi 07/November/2011 Dua Mahasiswa Baru (Maba) kelas khusus Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) jurusan Pendidikan Teknik Elektro (PTE) Fakultas Teknik ”loncat” ke kelas reguler. Perpindahan kedua Maba tersebut disinyalir untuk menghindari pembayaran yang selangit. Diduga, pimpinan di fakultas itu turut berperan. Kedua Maba tersebut masing-masing atas nama Nur Wahyu dan Nursan. Sebel- umnya, mereka dinyatakan lulus melalui jalur Ujian Tulis Lokal (Utul) dengan menempati kelas khusus. Merekapun sempat menikmati perkuliahan sekitar empat pekan. Namun tanpa sebab yang jelas, nama keduanya tiba-tiba ditemu- kan berstatus sebagai mahasiswa reguler, dalam artian setara dengan lulusan jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Ting- gi Negeri (SNMPTN). Padahal, pembayaran kelas khusus untuk prodi PTIK sangat berbeda jauh dengan pembayaran kelas reguler. Untuk kelas khusus prodi PTIK jumlah pemba- yaran persemesternya sebesar Rp1,5juta, sementara untuk program kelas reguler bi- aya persemesternya sebesar Rp675 ribu. Tak ayal, sejumlah protes dialamat- kan ke pimpinan fakultas rajawali itu. Ketua Jurusan PTE, Alimuddin Sa’ban Miru mengaku sangat kecewa terhadap kebijakan atasannya tersebut. Ia menilai, kelas khusus hanya dimanfaatkan seba- gai tempat penampungan sementara dari kalangan mahasiswa yang tidak mampu. Alimuddin mensinyalir perpindahan ini dimanfaatkan untuk menghindari pem- bayaran di kelas khusus yang terlalu selangit. Parahnya, yang membuat pria berdarah Pinrang ini sangat kecewa, kar- ena salah satu mahasiswa yang pindah merupakan keluarga dari atasannya. “Ke- manakannya PD II Teknik salah satunya itu,” ungkapnya. Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Dekan FT Husain Syam, ia menepis jika kedua maba tersebut dipindahkan. Yang dia pahami, kedua maba lulus melalui dua jalur yaitu PMDK dan Utul. Ia menjelas- kan, yang dimaksud pindah adalah ketika mahasiswa bersangkutan sudah kuliah di kelas sebelumnya baru berada di kelas lain. “Yang saya pahami mereka itu tidak mendaftar ulang di Utul,” terangnya. Komdis Dianggap Melanggar Dengan terbongkarnya ihwal terse- but, tak ayal membuat sejumlah pihak menaruh ragu dengan kinerja Komisi Dis- iplin (Komdis) di FT. Alimuddin mengata- kan, regulasi perpindahan ini sangat tidak sesuai prosedur yang berlaku. Ia menilai perpindahan kelas tersebut merupakan sebuah pelanggaran. Menurutnya, kelas khusus yang dibuka untuk orang mampu tersebut disalahgunakan. “Kelas khusus itu diperuntukkan bagi orang mampu, bu- kan untuk yang tidak mampu,” tegasnya. Lanjut Alimuddin, perpindahan ini jelas melanggar. Pasalnya, yang boleh menempati kelas reguler adalah maha- siswa yang lulus lewat jalur SNM-PTN bukan jalur Utul. Sementara itu, ketua prodi PTIK, Harifuddin membenarkan jika kedua Maba tersebut “loncat” ke kelas reguler. Pasalnya, menurut Harifuddin karena tidak adanya prosedur yang jelas dalam mengatur ten- tang perpindahan kelas. Ia mengaku hanya mengikuti instruksi dari pimpinan fakultas. “Tidak ada mekanismenya untuk pindah kelas, perpindahan tersebut merupakan usulan dari atasan,” ungkapnya. Alimuddin pun menyesalkan sikap ketua prodi PTIK yang tidak mengonfir- masi terlebih dahulu perpindahan kelas tersebut kepadanya. “Kenapa dia tidak berlanjut ke halaman 2... Ada Praktik Nepotisme “Terselubung” di FT FOTO: IYAN - PROFESI KANTOR. Potret kantor program studi PTIK jurusan PTE FT. Maba dari prodi inilah yang diduga pindah kelas dari khusus ke reguler karena menghindari pembayaran yang terlalu tinggi.

Upload: lpm-profesi-unm

Post on 30-Mar-2016

220 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi_07

1

Weekly News Profesi Edisi 07/November/2011

Dua Mahasiswa Baru (Maba) kelas khusus Pendidikan Teknik

Informatika dan Komputer (PTIK) jurusan Pendidikan Teknik Elektro (PTE) Fakultas Teknik ”loncat” ke kelas reguler. Perpindahan kedua

Maba tersebut disinyalir untuk menghindari pembayaran yang selangit. Diduga, pimpinan di

fakultas itu turut berperan.

Kedua Maba tersebut masing-masing atas nama Nur Wahyu dan Nursan. Sebel-umnya, mereka dinyatakan lulus melalui jalur Ujian Tulis Lokal (Utul) dengan menempati kelas khusus. Merekapun sempat menikmati perkuliahan sekitar empat pekan. Namun tanpa sebab yang jelas, nama keduanya tiba-tiba ditemu-kan berstatus sebagai mahasiswa reguler, dalam artian setara dengan lulusan jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Ting-gi Negeri (SNMPTN).

Padahal, pembayaran kelas khusus untuk prodi PTIK sangat berbeda jauh dengan pembayaran kelas reguler. Untuk kelas khusus prodi PTIK jumlah pemba-yaran persemesternya sebesar Rp1,5juta, sementara untuk program kelas reguler bi-aya persemesternya sebesar Rp675 ribu.

Tak ayal, sejumlah protes dialamat-kan ke pimpinan fakultas rajawali itu. Ketua Jurusan PTE, Alimuddin Sa’ban Miru mengaku sangat kecewa terhadap kebijakan atasannya tersebut. Ia menilai, kelas khusus hanya dimanfaatkan seba-gai tempat penampungan sementara dari kalangan mahasiswa yang tidak mampu. Alimuddin mensinyalir perpindahan ini dimanfaatkan untuk menghindari pem-bayaran di kelas khusus yang terlalu selangit. Parahnya, yang membuat pria

berdarah Pinrang ini sangat kecewa, kar-ena salah satu mahasiswa yang pindah merupakan keluarga dari atasannya. “Ke-manakannya PD II Teknik salah satunya itu,” ungkapnya.

Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Dekan FT Husain Syam, ia menepis jika kedua maba tersebut dipindahkan. Yang dia pahami, kedua maba lulus melalui dua jalur yaitu PMDK dan Utul. Ia menjelas-kan, yang dimaksud pindah adalah ketika mahasiswa bersangkutan sudah kuliah di kelas sebelumnya baru berada di kelas lain. “Yang saya pahami mereka itu tidak mendaftar ulang di Utul,” terangnya.

Komdis Dianggap MelanggarDengan terbongkarnya ihwal terse-

but, tak ayal membuat sejumlah pihak menaruh ragu dengan kinerja Komisi Dis-iplin (Komdis) di FT. Alimuddin mengata-kan, regulasi perpindahan ini sangat tidak sesuai prosedur yang berlaku. Ia menilai perpindahan kelas tersebut merupakan

sebuah pelanggaran. Menurutnya, kelas khusus yang dibuka untuk orang mampu tersebut disalahgunakan. “Kelas khusus itu diperuntukkan bagi orang mampu, bu-kan untuk yang tidak mampu,” tegasnya.

Lanjut Alimuddin, perpindahan ini jelas melanggar. Pasalnya, yang boleh menempati kelas reguler adalah maha-siswa yang lulus lewat jalur SNM-PTN bukan jalur Utul.

Sementara itu, ketua prodi PTIK, Harifuddin membenarkan jika kedua Maba tersebut “loncat” ke kelas reguler. Pasalnya, menurut Harifuddin karena tidak adanya prosedur yang jelas dalam mengatur ten-tang perpindahan kelas. Ia mengaku hanya mengikuti instruksi dari pimpinan fakultas. “Tidak ada mekanismenya untuk pindah kelas, perpindahan tersebut merupakan usulan dari atasan,” ungkapnya.

Alimuddin pun menyesalkan sikap ketua prodi PTIK yang tidak mengonfir-masi terlebih dahulu perpindahan kelas tersebut kepadanya. “Kenapa dia tidak

berlanjut ke halaman 2...

Ada Praktik Nepotisme “Terselubung” di FT

FOTO: IYAN - PROFESIKANTOR. Potret kantor program studi PTIK jurusan PTE FT. Maba dari prodi inilah yang diduga pindah kelas dari khusus ke reguler karena menghindari pembayaran yang terlalu tinggi.

Page 2: Edisi_07

Weekly News Profesi Edisi 07/November/2011

2

lapor ke saya sebagai pimpinannya,” ujarnya. Alimuddin mengaku bingung kepada siapa kasus ini akan dilaporkan. Pasalnya yang melakukan pelanggaran adalah Dekan selaku pimpinan tertinggi. “Tidak mungkin saya mau melaporkan

kasus ini ke komdis karena ketua komdis, dalam hal ini PD III, tidak mungkin men-gundang dekan selaku pimpinan tertinggi. Padahal dia sendiri yang melakukan pe-langgaran,” sesalnya.

Sementara itu, Darmawang selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik FT menjelaskan, kasus perpindahan ini be-rawal dari keterlambatan keluarnya pen-gumuman Maba yang lulus bidik misi. Sehingga, mahasiswa tersebut mengikuti tes Utul. “Berhubung pengumuman bidik misi saat itu belum keluar. Jadi daripada tidak ada, maka yang tidak lulus tes reg-uler, diikutkan pada tes jalur Utul. Nah, ketika pengumuman bidik misinya keluar, maka yang lulus bidik misi tadi itu pindah ke kelas reguler,” tuturnya. Darmawang juga menambahkan, yang bisa pindah han-ya mahasiswa bidik misi saja dikarenakan prosesnya tidak gampang. (PR08/ PR09)

Kampusiana

+ Ada Praktik Nepotisme “Terse-lubung” di FT- Asal demi keluarga...

+ Geografi Siap “Cerai” dari FMIPA- Karena Bukan Keluarga lagi...

+ LK FIS Tuntut Transparansi DPP- Karena Masih Keluarga...

Sudut

SejumLah pengurus Unit Kegia-tan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Peduli HIV-AIDS dan NAPZA MAPHAN) kecewa dengan sikap birokrasi universitas. Para pengurus menilai birokrasi kurang memerha-tikan keberadaannya sebagai salah satu UKM di UNM. Buktinya, pada pembukaan kegiatan Pendidikan, Pelatihan, Pencegahan, dan Penan-ganan HIV-AIDS dan NAPZA atau disingkat PEN4 yang diselenggaran oleh MAPHAN, tak satupun dihadiri oleh petinggi UNM. Padahal, diakui Aswin selaku ketua panitia, Rektor UNM, Arismunandar berjanji akan membuka langsung kegiatan PEN4 ini.

Namun kenyataanya, orang no-mor satu di UNM ini malah lebih memilih menghadiri acara lain yang waktunya bertepatan dengan keg-iatan tersebut. Alhasil, Kepala Biro Kemahasiswaan Baliana, terpaksa harus menggatikannya untuk mem-buka acara tersebut.

Aswin berharap melalui keg-iatan ini, birokrasi dapat membuka matanya bahwa MAPHAN juga mampu membawa nama harum UNM sama halnya dengan UKM lainnya. “Semoga melalui PEN4 ini, birokrasi lebih memerhatikan kami. Pencitaraan UNM sedikitnya ada di MAPHAN,” ungkapnya.

Hal ini juga dianggap berimbas terhadap jumlah peserta yang mengi-kuti kegiatan ini. Meski awalnya ada 80 mahasiswa yang mendaftar namun saat hari H ternyata hanya di-hadiri sebanyak 53 peserta. Pernyatan tersebut diungkap oleh Widyastuti selaku pembina. “Karena kurangnya partisipasi dari mahasiswa UNM mencerminkan sikap birokrasi UNM itu sendiri,” terangnya

Lanjut Widyastuti, dosen psikologi ini berharap birokrasi da-pat membuka ruang yang lebih luas untuk MAPHAN. “Kami berharap tidak hanya membuka jaringan den-gan beberapa LSM tapi juga dengan UKM yang sejenis, apaling tidak di Sulsel,” tutupnya. (PR03)

Birokrasi Dinilai acuhkan maPhaN

UKM MAPHAN

sambungan dari halaman 1...

Geografi Siap “Cerai’ dari FmIPa

jIKa tak ada aral melintang, jurusan Geografi bakal memisahkan diri dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta-huan Alam (FMIPA) dan akan memben-tuk fakultas sendiri. Hal ini diungkapkan langsung oleh ketua jurusan Geografi M. Nur Zakaria Leo, Rabu (23/11). Menu-rut Leo, proposal pengajuan memben-tuk fakultas tersendiri telah diajukan ke pusat sejak Maret 2011 lalu dan sedang menunggu konfirmasi.

Dia mengungkapkan, jika proposal tersebut diterima, pihaknya telah men-gancang-ancang melakukan sejumlah terobosan baru sebagai fakultas baru di UNM. Lebih jauh, ketua jurusan yang baru terpilih ini mengungkapkan, secara umum jurusan geografi memang telah memenuhi kriteria untuk menjadi fakul-tas. Alasannya, Program Studi (Prodi) di Geografi baik pendidikan maupun non kependidikan memiliki akreditasi A dan B. Selain itu, kata dia, tenaga dosen dan mahasiswa di jurusan tersebut juga su-dah memenuhi kriteria.

Hal lainnya, lanjut Leo karena adanya kerancuan ilmu dalam jurusan Geografi, dimana prodi pendidikan Geografi yang bergerak di bidang human geographic yang seharusnya berada di bawah naun-

gan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) begitupun dengan prodi Geografi yang bergerak di bidang phisical geographic yang justru dibawah naungan FMIPA . “Kan rancu, pendidikan Geografi harusnya masuk FIS sedangkan Geografi masuk FMIPA,” terangnya.

Hanya saja, untuk mewujudkan rencana tersebut, Leo berencana akan melakukan penambahan prodi baru yakni Sistem Informasi Kewilayahan (SIK) dan perencanaan wilayah yang saat ini bera-da di Fakultas Teknik (FT). Untuk nama fakultasnya sendiri, Leo mengungkap-kan kemungkinan akan memilih nama Fakultas Ilmu Kebumian atau Fakultas Geografi dan Lingkungan Hidup.

Sementara itu, menanggapi niat juru-san Geografi membentuk fakultas send-iri, Pembantu Dekan I FMIPA, Muhar-ram mengatakan, secara umum FMIPA tidak melarang jurusan yang berada di bawah naungannya untuk memisahkan diri. “Sah-sah saja kalau Geografi mau mendirikan fakultas,” tuturnya.

Sementara itu, salah satu mahasiswa jurusan Geografi, Rahmat Aras mengaku senang dengan rencana tersebut. “Jelas kami sangat senang dan menyambut baik rencana ini,” ungkapnya. (PR20/ PR 21)

Praktik Nepotisme “Terselubung”di FT

Page 3: Edisi_07

3

Weekly News Profesi Edisi 07/November/2011

Kilas LK@ktivitas

uNTuK menyambut Olimpiade Pen-didikan Pancasila dan Kewarganega-raan (PPKn) yang rencana akan ber-langsung pada bulan Februari tahun depan, Himpunan Mahasiswa PPKn (HIMA PPKn) menggelar Bazaar buku di depan gedung Flamboyan Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk menggalang dana sebagai persiapan menghadapi Olimpiade PPKn nantinya.

Berbagai jenis buku yang disiap-kan untuk dijual. Mulai dari buku yang bergenre pendidikan hingga buku kea-gamaan. Bazaar buku ini, akan ber-langsung hingga 14 Desember.

Ketua umum HIMA PPKn Mu-sawir mengatakan, sejauh ini masih banyak buku yang belum terjual. Mes-ki demikian, pihaknya tetap optimis dengan bazaar buku yang diadakan akan sedikit membantu pendanaan kegiatan olimpiade nantinya. “Kami tetap optimis semua buku akan habis terjual,” kuncinya.

Kegiatan bazaar buku yang dige-lar oleh HIMA PPKn ini ternyata mendapat apresiasi positif dari se-jumlah mahasiswa FIS, salah satunya Darsi. Darsi mengaku senang dengan adanya Bazzar buku ini. (PR27)

HIMA PPKn

Galang Dana Sambut Olimpiade

Tak Dapat Restu Tempat, Gravitasi Tetap jalanmeSKI belum mendapat restu oleh pimpinan fakultas mengenai tempat yang digunakan. Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) tetap menggelar gebyar civi-tas fisika ( Gravitasi) yang berlangsung selama empat hari yakni tanggal 28 no-vember hingga 1 desember.

Pembantu Dekan II FMIPA, Hamka, mengatakan pelataran gedung FMIPA yang saat ini digunakan untuk kegiatan tersebut tidak disetujui oleh beberapa dosen. Hal ini, berdasarkan hasil rapat yang telah dilakukan. “Ada beberapa dosen yang tidak sepakat dengan hal ini dikarenakan acara tersebut ribut sehing-ga mengganggu perkuliahan dan tempat parkir dosen,” ungkapnya.

Lebih jauh, dosen biologi ini menu-

turkan perihal kegiatan yang telah di-lakukan oleh beberapa himpunan di FMIPA yang memiliki kasus yang sama. “Dulu Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) tidak saya kasih izin, ketika Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) meminta izin saya sudah lepas tangan,” paparnya. Namun, mengenai masalah ini Ia tetap menyerahkan kepada jurusan yang bersangkutan.

Hal ini diakui oleh Najib selaku ket-ua panitia. Menurutnya, awalnya kegia-tan ini akan dilaksanakan di Sao Panrita gedung Ikatan Alumni UNM tersebut. “Untuk tempat rencana awal kami adalah gedung Sao Panrita, dikarenakan temapt pelataran tersebut ternyata dilarang PD II,” ujarnya.

Namun, keberadaan kegiatan terse-but tetap mendapat dukungan penuh dari pihak jurusan. Ketua jurusan Fisika, Nurhayati mengaku sangat mendukung kegiatan yang tahunan yang diadakan oleh pengurus Himafi tersebut. “Saya selaku ketua jurusan sangat mendukung acara gravitasi ini baik secara moral maupun finansial,”ujarnya.

Senada dengan Nurhayati, Dosen pembina Himafi, A. Momang Yusuf juga turut memberikan support penuh terh-adap pelaksanaan kegiatan tahunan ini. “ Acara ini sangat bagus dan kami akan tetap memberikan dukungan, meskipun masalah dana kami tidak memberi secara langsung,” ujarnya. (PR12)

RaBu (23/11), Lembaga Kemaha-siswaan (LK) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNM kembali menuntut transparansi Dana Penunjang Pendidikan (DPP) di pelataran gedung FIS UNM. Aksi yang dikordinatori oleh LK Federasi Maha-siswa FIS itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap birokrasi FIS yang tak kunjung menjelaskan men-genai aliran dana tersebut.

Menurut Wakil presiden (Wapres) FEMA FIS, Budiman, birokrasi kampus seharusnya bisa mentransparansikan DPP ini. “Kami di sini ingin mempertanyakan di manakah DPP itu sekarang. Dari dulu sampai sekarang fasilitas yang diberikan tidak ada yang ditambah ataupun digan-ti,” ujarnya berapi-api.

Lanjutnya, pendidikan yang ada seka-rang bukanlah lagi untuk kelas menengah ke bawah melainkan untuk mereka yang berduit. Hal ini menurutnya, semacam bentuk komersialisasi pendidikan. “Jadi kami pengurus LK sangat menolak jika DPP ini masih diberadakan tahun 2012 nanti. Bagaimana mungkin DPP akan ter-us diberadakan sedangkan birokrasi kam-pus sendiri tak pernah mentransparansikan DPP yang sebelumnya,” tegas mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah ini.

Hal berbeda diungkapkan ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi

(HMPS) Pendididkan Sosiologi, Ibrahim Arifin. Ia berpendapat, DPP ini semesti-nya memang harus diperadakan. Apalagi DPP itu sendiri merupakan salah satu cara untuk menunjang kualitas pendidikan UNM. “Saya sepakat-sepakat saja den-gan DPP ini, mahasiswa tak usah banyak menuntut. Tugas mahasiswa adalah bela-jar dengan baik dan benar,” terangnya.

Menanggapi hal itu, Pembantu De-kan (PD) bidang Kemahasiswaan Has-nawi Haris menegaskan, persoalan trans-paransi DPP di FIS ini sebenarnya sudah dibahas oleh fakultas. “Persoalan ini sudah clear. Dulu kita telah mengada-kan dialog terkait DPP ini. Keputusan waktu itu, dekan akan memberikan pen-jelasan tentang transparansi DPP ini ke-pada mahasiswa,” jelasnya. Hanya saja, menurutnya, persoalan waktu belum me-mungkinkan untuk dipertemukannya ma-hasiswa dengan birokrasi.

Terkait dengan komersialisasi pen-didikan, Hasnawi meminta adanya pem-bicaraan secara seksama seperti apa yang dimaksud dengan komersialisasi itu sendiri. “Berikan bukti kepada saya jika memang ada komersialisasi di kampus kita, kalau misalnya kita ingin mengada-kan komersialisasi, mengapa tidak kita menerima saja mahasiswa dengan jumlah yang besar?” tegasnya. (PR22)

LK FIS Tuntut Transparansi DPP

Page 4: Edisi_07

Weekly News Profesi Edisi 07/November/2011

4 Lintas UNMEDITORIAL_

Weekly NewsPelindung: Arismunandar Penasehat: Sofyan Salam, Andi Ihsan, Hamsu Abd. Gani, Nurdin Noni, Kamaruddin, Yusuf Syam Dewan Pembina: Abdullah Dolla, Hazaerin Sitepu, Mukramal Aziz, Uslimin Pemimpin Umum: Rahmat Fadhli, Pemimpin Redaksi: Isnaeni Dahlan, Redaktur : Asri Ismail Reporter: Muhammad Darwin HS, Muhammad Yasir, Yeni Febrianti, Zaiful, Syamsul Alam, Soeparman Ismail, Utomo Permana Putra, Rizki Army Pratama, Azhar Fadhil, Wajtahida, Muhammad Ilham Nur, Khaerul Musta'an, Fatma Husni, Nur Lela, Nur Inayah, A. Ayu Lestari, Sugianto, Hesikumalasari, Susi Amriani, A. Angsih Cahyati Bastiar, Ary Utary Nur, Marwah Thalib, Musniah Juhanto, Dzurahmah Ibnu Hasan, A. Fauziah Mustafa, Triady Akbar Yusuf, Fitriani Rumbaru, Muhammad Jumardan, Fadilah Dwi Octaviani, Rosita, A. Ilah Nurul Falah, Muhammad Rusdi Natsir, Arief Maulana. Layouter dan Artistik: Imam Rahmanto.

Redaksi LPPM Profesi UNM : Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt.I, Kampus UNM Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp.(0411) 887964, e-mail: [email protected], Website: www.profesi-unm.org.

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

BEASISWA BIDIK MISI

uNTuK tetap mempertahankan status-nya sebagai penerima bidik misi, para mahasiswa diharapkan mampu mengukir prestasi dalam berbagai bidang. Baik bi-dang akademik maupun non akademik.

Hal ini diungkapkan Rektor UNM, Arismunandar saat memberi sambutan di acara penyerahan buku tabungan kepada penerima bidik misi (23/11). Dalam acara yang dihelat di Auditorium Amanaggappa UNM, Arismunandar menghimbau agar penerima bidik misi selalu membuka pe-luang untuk berprestasi. “Pada dasarnya tidak ada alasan bagi mahasiswa bidik misi untuk tidak berprestasi. Tidak hanya di lingkungan sesama penerima bidik misi, namun semangat untuk berprestasi juga dapat ditularkan kepada mahasiswa lain,” ujarnya.

Pembantu Rektor III, Hamsu A Gani mengatakan apabila ada mahasiswa yang memiliki IPK di bawah standar maka sta-tusnya sebagai penerima beasiswa akan

dihilangkan. Dosen Fakultas Teknik ini, mengaku saat ini sudah ada 10 maha-siswa angkatan 2010 penerima beasiswa tersebut direncanakan akan dicabut bea-siswanya. “Dari 350 mahasiswa bidik misi 2010 sudah ada 10 mahasiswa yang mau dicabut beasiswanya,” jelasnya. Lanjut Hamsu, mahasiswa yang memi-liki IPK di bawah standar dianggap ma-hasiswa bermalas-malasan sehinga akan digantikan oleh mahasiswa yang lebih berhak mendapatkannya.

Selain syarat tersebut, Hamsu juga megingatkan agar seluruh penerima beasiswa tersebut, tidak ikut dalam aksi demonstrasi yang anarkis. “Haram huku-mnya penerima beasiswa bidik misi turun ke jalan melempar batu pada saat demon-strasi,” tegasnya. Masih menurut Hamsu, jika ada yang ditemukan melanggar per-ingatan tersebut, maka hak beasiswanya langsung dicabut,” terangnya. (PR17/ PR18)

Mahasiswa Bidik Misi harus Berprestasi

SaLah satu Mitra kerjasama UNM, Bank Republik Indonesia (BRI) cabang Alauddin telah membuat sejumlah nasa-bah dari mahasiswa penerima bidik misi UNM kecewa. Salah satunya, Arman. Mahasiswa Fakultas Teknik ini mengaku telah dipersulit untuk mengambil kartu ATMnya. Padahal, ketika perwakilan pimpinan cabang BRI tersebut bertandang ke UNM, dengan lantang ia mengatakan bahwa seluruh penerima bidik misi bisa datang kapan saja ke kantornya untuk mengurus berkas-berkasnya (BRI Cabang Alaudin-red) kapan saja (23/11).

Lain halnya dengan Nur Syam, Ia mengaku identitas yang tertera pada-

kartu yang diberikan oleh pihak bank tersebut malah berbeda dengan identitas aslinya. “Saya bersyukur bisa mendapat kartu rekeningku, tapi namaku berbeda, ditambah lagi begitupun dengan jenis ke-laminku yang tertulis juga berbeda pada kartu,” ungkapnya.

Menanggapi masalah itu, Syamsiah salah satu pegawai Biro Akademik dan Administrasi Kemahasiswaan (BAAK) menyarankan agar mendapatkan pe-layanan yang baik. Menurutnya, sebai-knya mahasiswa diperintahkan langsung ke BAAK saja. “Kalau masalah seperti ini, lebih baik langsung ke BAAK su-paya lebih baik,” sarannya. (PR04)

BRI Kecewakan Mahasiswa

BuKAN rahasia lagi jika kebanyakan orang “mengincar” sebuah jabatan han-ya sekadar menjadi jembatan dalam mencapai tujuan dan prestise. Perun-tukannya pun beragam, pemanfaatan tahta kekuasaan yang digenggam oleh sang empunya dapat digunakan untuk kepentingan pribadi atau kerabat. Praktek tersebut juga dilakoni para pejabat di salah satu fakultas UNM. Masalahnya klasik, lagi-lagi karena faktor duit. Ironisnya, mahasiswa ber-sangkutan sudah menerima beasiswa namun masih saja menghindari pem-bayaran. Diperparah lagi, karena masih menginginkan status yang “lebih”, yakni pindah dari kelas khusus ke kelas reg-uler. Padahal mahasiswa bersangkutan lulus di institusi pencetak generasi Oe-mar Bakrie ini dengan jalur Ujian Tulis Lokal (Utul).

Dalam aturan akademik yang ber-laku di institusi ini, dijelaskan bahwa yang boleh menempati kelas reguler hanya bagi mahasiswa lulusan jalur Seleksi Mahasiswa Nasional Pergu-ruan Tinggi Negeri (SNM-PTN). Nam-paknya, hal ini diabaikan.

Potret penyalahgunaan jabatan di atas mudah kita jumpai. Tidak usah ter-lalu jauh. Di kampus orange ini, apabila anda memperhatikan para penerima beasiswa bidik misi, anda akan terke-jut. Pasalnya, beberapa diantaranya memiliki kendaraan pribadi (motor). Singkatnya, pemberian beasiswa yang notabenenya diperuntukkan bagi maha-siswa kurang mampu hanya dibagikan bagi keluarga pejabat di kampus ini.

Pemberian beasiswa bidik misi kepada keluarganya ini juga dilakoni pejabat di Fakultas Teknik. Meski be-lum ada keterangan jelas mengenai hal tersebut, namun jelas mahasiswa yang bersangkutan lulus lewat jalur utul. Tiba-tiba dinyatakan sebagai penerima bidik misi. Ingat, penerima beasiswa tersebut hanya yang lulus lewat jalur mandiri. (*)

Pejabat, Jembatan dan Jabatan