edisi akhir april 2013

16

Upload: identitas-unhas

Post on 08-Mar-2016

276 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Baca juga tabloid identitas versi E-Paper

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi Akhir April 2013
Page 2: Edisi Akhir April 2013

2 identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013 tajuk

karikatur

dari redaksi

twitter

sms inbox

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan kirim sms ke 082393645164

Kunjungi Grup‘Identitasonline’ dan Follow

Twitter @identitasonlineUntuk Berbagi Informasi, dan

Diskusi.

Penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) 2013 ini, nampaknya jadi cerminan pendidikan kita yang kacau. Dari awal pemberlakuaanya, kebijakan ini telah mendapat protes keras dari berbagai kalangan. Ada banyak pertimbangan utuk menerapkan UN lagi tahun depan. Selain beberapa kekacauan yang terjadi pada penyelenggaraan ujian barsama tahun ini.

Pertama, dalam praktik UN di tiap tahunnya, selalu dekat dengan kecurangan. Praktik ini merata di mana-mana. UN menciptakan sis-tem yang memaksa siswa, guru dan bahkan sekolah tuk melakukan kecurangan. Walau telah terbukti melahirkan bibit-bibit ketidakjujuran sistemik, pemerintah tetap ngotot melaksanakan UN. Dan menjadi-kan siswa dan guru yang ketahuan melakukan kecurangan sebagai tumbal. Padahal pemerintahlah yang paling bertanggungjawab telah menciptakan sistem ini.

Kecurangan ini sebab desakan politik pencitraan daerah dan sekolah. Belum lagi bagi para pemilik kepentingan yang posisinya dipertaruhkan dalam UN. Misalnya kepala sekolah, guru dan kepala dinas akan sangat kawatir pada keberlanjutan karirnya. Jika ternyata banyak murid yang tak lulus, jelas akan sulit mendapat promosi ke-naikan jabatan. Atau bahkan berpeluang tuk diturunkan pangkatnya.

Walau demikian pemerintah betul-betul sangat berani menerap-kan ujian bersama di semua tempat. Padahal negara belum mampu melakukan pemerataan kualitas pendidikan. Sekolah di desa tentu mendapat aksesibilas pendidikan yang kurang ketimbang di kota. Faktor trasportasi, komunikasi, dan ketersediaan guru berkualitas sangat mempengaruhi. Hingga jelaslah, siswa di daerah pinggiran akan lebih sulit menjawab soal yang sama dengan siswa di kota.

Dalam UN, kejujuran tidaklah penting. Kelulusan jadi segalanya buat siswa dan guru. Sikap tidak jujur itulah yang diajarkan sistem pendidikan kita pada penerus bangsa. Menjelang UN, siswa tak lagi dibimbing mengerjakan soal UN. Melainkan dilatih untuk kerja sama menyelesaikan semua soal. Bahkan guru membimbing siswanya tuk tahu cara membagi kertas jawaban kepada teman agar tak ketahuan.

Kedua, pelaksanaan UN telah jadi teror bagi mental peserta didik. Terlebih bagi mereka siswa sekolah daerah yang jauh dari akses pendidikan yang memadahi. Serta siswa dengan keterbatasan ekonomi yang sebab ketidakmampuannya, sehingga tak mampu mengikuti kelas-kelas tambahan layaknya siswa dengan kelebihan ekonomi. Teror ini makin terasa menyiksa siswa tiap kali mengikuti try out atau simulasi UN. Sejumlah siswa mengalami penurunan mental tiap mendapati hasil simulasi yang buruk.

Bahkan beberapa siswa yang tak mampu menahan beban mental, memilih mengakhiri hidup setelah menerima kabar ketidak lulusa. UN menjadi beban yang sangat berat bagi siswa, mereka terasa mengahadapi musuh berat dalam perang. Dan selalu ada resiko dalam perang. Jika tak lulus dalam ujian, maka siswa harus mengu-lang lagi di tahun berikut dan siap memikul rasa malu.

Ketiga, besarnya biaya yang harus dikeluarkan tuk penyeleng-garaan UN. Mengakhiri tahun 2012, DPR telah mengesahkan anggaran untuk ujian massal ini sebesar 600 miliar. Jumlah yang sangat besar, apalagi hanya untuk tujuan evaluasi tingkat pemaha-man siswa pada pelajaran yang harus mereka dapatkan. Jumlah itu jika digunakan untuk perbaikan gedung sekolah yang rusak dan pembangunan gedung baru, tentu dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan. Itu jika tak dikorup.

Dalam buku Manipulasi Kebijakan Pendidikan, “Bila tujuan evaluasi melalui UN adalah betul-betul untuk

pemetaan mutu pendidikan nasional, maka hal itu dapat dilakukan melalui model tes Diagnostik seperti yang pernah diperkenalkan oleh mentri pendidikan dan kebudayaan (1978-1983) Daoed Joesoep dulu.”

Dalam pembahasan ini, justru lebih baik jika menggunakan sistim diagnosis kemampuan murid menyerap pelajaran, ketimbang melalui UN. Tes Diagnostik ini tak berdampak pada kelulusan. Hasilnya lebih kongrit dan tetap memberi ruang bagi guru untuk meluluskan muridnya. Cara ini lebih hemat, sebab dapat dilakukan tiga tahun sekali. Tuk siswa atau sekolah dengan nilai tes terburuk justru harus mendapat perhatian lebih. Diberi tambahan fasilitas dan perbaikan kualitas guru. Bukan malah disoroti atau diberi sanksi dan teguran. Jika itu berjalan baik, perbaikan kualitas pendidikan kita akan merata dari desa hingga kota.n

Pembaca setia identitas, kem-bali lagi kami bersua dengan anda. “Terlahir kembali” yah, inilah ka-limat yang tepat untuk menggam-barkan keberadaan identitas saat ini. Tak terasa delapan edisi telah berlalu, tentunya evaluasi pertama pun telah usai, kini segenap ke-luarga kecil kembali akan menata identitas agar tetap eksis.

Evaluasi yang diadakan di Ta-man Wisata Alam Bantimurung pekan lalu tepatnya Sabtu-Minggu (20-21/4) ini, membahas tentang keredaksian, kekeluargaan dan bagaimana identitas kedepannya. Belajar dari kesalahan-kesalahan yang terungkap dalam evalu-asi inilah kami mencoba untuk mening katkan kualitas identitas kedepannya.

Silaturahmi dengan keluarga ke-cil, baik senior, kru, dan calon kru identitas terjalin layaknya sebuah

keluarga saat menikmati rangkaian dari evaluasi kinerja selama tiga bulan pertama ini. Tidak hanya itu, sekalipun kondisi alam dengan derai air terjun yang kurang men-dukung, namun keindahan dari ta-man wisata ini tetap terpancar dan memberi kesejukan.

Kerasnya kesibukan kampus dan redaksi, sejenak dapat terlupa-kan dengan menikmati keindahan alam dan suguhan ikan bakar saat itu. Kegiatan evaluasi yang terasa sangat singkat namun bergelimang kebahagiaan.

Pada edisi kali ini, kami hadir dengan menyuguhkan kepada pembaca setia identitas berita ten-tang Unhas memperketat aturan, mahasiswa dibawa bayang-bayang skorsing, B3M yang diterima gan-da, dan penipuan yang menimpa mahasiswa berprestasi. Selamat membaca!!n

Borok Ujian Nasional

Evaluasi

KariKatur/batara

08991781xxxxAssalamualaikum, saya mahasiswa fkm

2011 ingin bertanya kepada bapak WR III mengenai dana bidik misi. Apakah rincian dana yang dialokasikan untuk praktikum dan buku itu akan disalurkan kemaha-

siswa atau dikelola oleh PT?? dan untuk biaya softskill kenapa terdapat perbedaan antara exact (450 rb) dan non exact (600 rb)? Sedangkan jenis kegiatannya sama!!

Trimakasiih…

Rapat Evaluasi : beberapa Kru, Magang, dan senior identitas menghadiri rapat evalua si edisi pertama (Januari-april) di Perumahan bantimurung Maros dan salah satu senior identitas sedang memberikan masukan dan saran mengenai identitas ke depannya (21-22/4).

identitaS/Siti atirah

Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Opini dan Cerpen dapat

memenuhi syarat p enulisan:

Spasi satu

Panjang Naskah 2 Halaman

Ukuran Font 12

Font tipe: Times New Roman

Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas

Hasanuddin Email : [email protected]

Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Idrus A. Paturusi nAnggota Pengarah: Dadang Ahmad Suriamiharja, A. Wardihan Sinrang, Nasaruddin Salam, Dwia Aries Tina Pulubuhu n Penasehat Ahli : Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Husain Abdullah nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda

nPenyunting Pelaksana: Mustafa nKoordinator Liputan: Abdul Rahman, Ernawati nLitbang: A. Sulastri, Muh. Iswandi Baadillah, Khairil Anwar nStaf Penyun-ting: Rasdiana Sinala nReporter: Nur Alfianita N, Alfiah Alif, Akhmad Dani, Risky Wulandari, Ermi Ulia Utami, Cita Surya Elisa, Muammar Qhadafi nFotografer: Esa Ramadana (Koordinator), Muhammad Arafat, Siti Atirah nArtistik dan Tata Letak: Sita Nurazmi M (Koordinator), Novianto Dwiputra Addi nIklan/Promosi: Waode Asnini Rahayoe nTim Supervisor: Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Jupriadi, Dahlan, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: [email protected] nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Kabar Unhas @identitasonline Unhas punya 13 pasal buat Pete2 Kampus, sebut sja aturan kece-patan 25 km per jam yg tdk boleh dilanggar, Tanggapan Anda? #ta nya civitasdedy dermawan armadi @DedyArmadi @identitasonline klo 25 km/jam, butuh sparepart mbil tu pete2 nantinya + waktu tmpuh pete2 disekitaran kampus akan makin lama.....

Andi Ardi Mansyur @Ardimnsyr21 jam@identitasonline tp krna Un-has adlh kaw.pendidikan, sah-sah sj kalau ditetapkan

peraturan pete-pete tdk blh lbh dr 25km/jam #tanyacivitas

Sampul edisi akhir april 2013Foto: esa ramadhana

desain: novianto dP addi

Page 3: Edisi Akhir April 2013

3identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Fuad Nasir MeNurut saya, kalau

memang unhas mengatur masalah pete2 ini dengan alasan ingin menjadikan

unhas sebagai World Class University dgn sistem transport

yg Unhas mau, harusnya ditinjau dulu, mengapa tidak dimulai dengan membenahi fasilitas belajar terlebih dulu ? Ruangan di MKU sastra banyak yg ber-AC tapi tetap pengap, kursi yg rusak, serta toilet yg tidak layak. Selain itu keberadaan tempat sampah pun minim sehingga brpotensi membuat ma-hasiswa membuang sampah sembarangan, srta masalah2 lain yg lbh penting. Kalau kon-sisten mw mengatur2 pete2, tunjukkan dong mana bus yg siap mengakomodasi kami, mana sepeda yg katanya banyak dan layak, dan sebagainya.

Ahmad Masri INI sebenarnya per-

soalan teknis, dimana Pihak kampus mencoba meningkatkan sarana dan

prasana kampus. Terkait dgn alih trayek pete-pete yang oleh

sebagian mahasiswa/pihak dianggap sbg wujud diskriminasi dan berujung pada penu-runan pendapatan supir pete-pete, sy ingin mengajak untuk melihat kasus ini lebih luas. Bahwa siapa & kenapa kehidupan supir pete-pete (bahkan termasuk kita) semakin sempit, ini tidak lepas dari kehidupan sosial ekonomi dinegeri ini yang memang tidak manusiawi yg pd akhirnya menjadikan seperti ini. Hal ini diluar pembahasan tentang fasilitas halte & armada yg belum memadai, maka tugas kampuslah untuk menyegerakan itu.

dari pembaca

Bila Anda mempunyai pertanyaan yang

membutuhkan jawaban terkait Universitas Hasanuddin, silahkan ke sekretariat identitas di Gedung Lantai I Perpustakaan Unhas atau

hubungi 082393645164. email: [email protected]

Mempertanyakan Info Pendaftaran KKNTerima kasih identitas sudah memuat su-rat ini. Saya ingin mempertanyakan tentang KKN. Kapan pendaftarannya dan dimana lokasi penempatannya?

mahasiswa Fakultas TeknikJurusan arsitektur

angkatan 2009TanggapanUnTUk KKN Unhas gelombang 85 pen-daftarannya akan dimulai awal bulan depan, Mei. Pada gelombang ini ditarget-kan mahasiswa yang mengikuti KKN seki-tar tiga ribuan. Lokasinya akan berada di Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Luwu Utara dan Timur, kota Padang Su-matera Barat. Selain itu, adapula penempa-tan KKN di Miangas.

Hasrullahkepala Unit Pelaksana Teknis kkn

KKN di Luar Sulawesi, Bagaimana Caranya?

SebelUmnya, terima kasih kepada iden-titas yang telah memuat surat ini. Perta-nyaan saya, berapa kuota yang diberikan dan di mana lokasi untuk KKN Unhas luar Sulawesi? Apa-apa saja syaratnya?

mahasiswa Fakultas miPaangkatan 2010

TanggapanUnTUk lokasi penempatan KKN di luar Sulawesi ditempatkan di Padang, Sumatera Barat. Universitas Utara Malaysia dan Pulau Sebatik Kalimantan Timur. Adapun kuota yang diberikan untuk KKN luar sulawesi terbatas jumlahnya. Kouta untuk Padang dan Universitas Utara Malaysia sekira 50 orang. Sedangkan untuk Pulau Sebatik seki-ra 60 orang. Syarat yang harus dicapai yaitu Sistem Kredit Semester 110, mendapat reko-mendasi dari fakultas, sehat jasmani, rohani dan membayar biaya pendaftaran.

Hasrullahkepala Unit Pelaksana Teknis kkn

Upah Cleaning Service Menuai TanyaTerima kasih telah memuat surat saya. Saya mewakili teman-teman ingin memperta-nyakan mengenai kesejahteraan kami. Me-nganpa masih ada cleaning service di Unhas yang mendapatkan gaji 600? Gaji tersebut masih di bawah Upah Minimum Regional (UMP) Provinsi Sulawesi Selatan.

cleaning cervice UnhasTanggapanGaji yang diterima cleaning service tidak sesuai dengan upah minimum karena gaji itu bervariasi. Hal ini tergantung dari masa kerja cleaning service tersebut. Jika masih

baru, maka gaji yang diberikan rendah.Hamzah

koordinator cleaning Service

Air di Ramsis Tidak Mengalirassalamualaikum. Terima kasih telah me-muat. Saya mau bertanya mengenai air yang ada di Ramsis. Kadang di pagi hari, air di ramsis tidak mengalir dan itu membuat saya terlambat untuk ke kampus. Perta-nyaan saya mengapa air di Rasmsis kadang tidak mengalir?

mahasiswa Fakultas kehutananangkatan 2011

TanggapanTerkadang air di ramsis tidak mengalir karena pasokan air terbatas. Air di Ramsis berasal dari Workshop. Jika air disana tidak mengalir, secara otomatis air di Ramsis pun tidak mengalir.

yunusStaf Pengelolah ramsis

Pengumuman Beasiswa B3M dan PPAaSSalamUalaikUm. Terima kasih telah memuat. Saya mau bertanya menge-nai informasi beasiswa. Dimana informasi pengumuman kelulusan beasiswa PPA dan B3M dapat dilihat? Kapan akan cair?

mahasiswa Jurusan Sastra arab angkatan 2011

TanggapaninFormaSi pengumuman kelulusan bea-siswa PPA dan B3M dapat dilihat langsung di kemahasiswa lantai 1 perpustakaan. Bea-siswa ini belum pasti kapan akan cair. Sam-pai saat ini masih ada berkas yang belum dikumpul.

Dra Hj nur azzahkepala bagian kesejahteraan mahasiswa

Beasiswa Terlambat Cair Lagiassalamualaikum. Saya mau bertanya mengenai informasi keterlabatan pencairan beasiswa di Unhas. Tidak hanya beasiswa B3M dan PPA, beasiswa lainnya pun begi-tu. Ada apa dengan beasiswa? Kenapa pen-cairan dananya selalu tidak tepat waktu?

mahasiswa Fakultas Sastraangkatan 2011

TanggapanSeTiaP beasiswa yang lambat cair di-sebabkan mahasiswa tidak mengumpulkan berkasnya. Setiap mahasiswa harus me-ngumpulkan berkas. Karena setiap semes-ter data nilai-nilai mahasiswa yang baru harus ter-update. Ini digunakan untuk membandi ngkan nilai yang tinggi dan ren-dah pada setiap mahasiswa.

Dra. Hj. nur azzah

kepala bagian kesejahteraan

Mengurus KTM yang HilangSebelumnya, terima kasih kepada identitas yang telah memuat. Kartu mahasiswa saya hilang. Sekarang saya harus mengumpul-kan kopian KTM itu dan KTP dikemaha-siswaan. Pengumpulan ini saya maksud-kan untuk mengurus beasiswa. Pertanyaan saya, apakah bisa membuat KTM kembali dan bagaimana prosedur peembuatannya?

mahasiswa Jurusan kimiaangkatan 2010

TangggapanUntuk mahasiswa yang kehilangan kartu mahasiswaan dapat dibuatkan kembali. Caranya dapat langsung mengurus di Bank BTN Cabang Unhas, dengan menyetorkan buku tabungan, fotokopi KTP, foto 3x4 dan membayar biaya administrasi.

risnaTeller bTn cabang Unhas

Tindakan Pencurian Motor di UnhasaSSalamUalaikUm. Terima kasih telah memuat. Saya baru saja kehilangan motor di parkiran kampus. Bagaimana se-benarnya tindakan pihak Unhas dalam me-nanggapi kasus ini? Karena kehilangan mo-tor kerap kali terjadi dim Unhas.

mahasiswa Fkmangkatan 2011

TangggapanSebaiknya mahasiswa yang sering ber-malam di kampus, tidak memarkir motor-nya di area parkiran. Ada baiknya langsung saja memarkir di depan lembaganya sendi-ri. Jika terjadi kehilangan, segera melapor pada pihak security. Kami akan segera men-cari pencurinya. Jika tidak didapatkan, akan segera dilaporkan di Kapolsek terdekat.

mulyadianggota Security Unhas

wall facebookPete-pete kampus dan unhas tak kun-jung akur. Sudah soal aturan pengalihan rute di dalam kampus yang dibuatkan buat supir pete-pete, hingga 13 pasal untuk menertibkan pete-pete di dalam kampus, misalnya pasal ke 13 tiga yang menyatakan bahwa mobil yang tidak lengkap surat-surat dan pengemudi yang tidak memiliki Surat Izin Menge-mudi (SIM) lalu melakukan pelanggaran tata tertib kampus, maka stiker kam-pus di cabut dan mobil tersebut tidak diperkenankan lagi beroperasi di dalam kampus unhas. Lantas, bagaimana tang-gapan Anda?

Imam Ghazali M SeCArA niat memang baik, tapi solusi yang birokrasi tawarkan serba salah, mau menghentikan operasi pete2 di kampus. Namun prasarana yang lain belumlah tercukupi, (jalanan berlubang, stok speda dan bus kurang). Intinya, ballassi mahasiswa yg tak brkendara selain pete2.

Indrawirawan MursalinPENERTIPAN pete-pete me-mang langkah awal yang di-opinikan sebagai alasan me-menuhi standar World Class University, tetapi bagaimana pun juga rute baru yang dibuat pihak Unhas untuk sopir pete-pete menurut saya malah membuat semrawut akses trans-portasi. SIM yang dipermasalahkan, me-mang itu sudah ketentuan umum walaupun tanpa di atur lagi oleh pihak Unhas. World Class University hanya bisa diwujudkan jika kualitas pendidikan yang ditonjolkan dan tidak itu saja, tetapi pendidikan yang bisa mengjangkau dan merangkul bagi siapa saja tanpa kecuali apalagi dengan dalih latar belakang ekonomi. Dalam Islam, pendidi-kan termasuk kebutuhan masyarakat yang seyogyanya di gratiskan. Pendidikan gratis, berkarakter luhur (ISLAM), the real World Class University.

Tuntut Transparansi: Sejumlah lembaga kemahasiswaan Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan alam (FMiPa) unhas menggelar demostrasi menuntut transparasi kejelasan alokasi dana beasiswa bidik Misi unhas, Jumat (12/4). aksi bertempat di tugu 50 tahun unhas.

identitaS/eSa raMadana

Page 4: Edisi Akhir April 2013

4 identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013 opini

Tingkatkan Kualitas Pendidikan dengan Sister School

Oleh: Sujardin Syarifuddin

mereali-sasikannya.

Untuk memulai mem-perbaikinya, ditandai dengan hadir beragam pernyataan bersama (joint statement) dengan pemuda Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara). Misalnya, melalui kegiatan ASEAN Youth Forum and Festival 2011, 3 sampai 8 Mei 2011. Kemudian, dilanjutkan dengan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke 18 di Jakarta, yang menghasilkan joint statement dari 46 pemuda yang mewakili 10 anggota Perbara.

Isu yang dibahas dalam pernyataan bersama ini dibagi menjadi tiga unsur pokok. Joint statement tersebut berisikan ide, gagasan, atau impian yang ingin dicapai oleh ASEAN demi mewujudkan com-munity-nya pada 2015 mendatang. Yang dibagi atas education, leadership, dan entrepreneurship. Pen-didikan tampak berada di posisi pertama menyusul kepemimpinan dan kewirausahaan. Oleh sebab, a great leader dan successful entrepreneur berawal dari pendidikan yang baik dan benar.

Lalu mengapa Indonesia perlu menggali lebih dalam lagi dalam melakukan kerja sama di bidang pendidikan dengan negara anggota ASEAN lainnya? Dengan adanya komunitas ASEAN ini semakin mem-permudah pemuda-pemuda Indonesia untuk menun-tut ilmu di salah satu negara ASEAN. Seperti yang kita ketahui, Universitas Chulalongkorn Thailand, Universiti Kebangsaan Malaysia, Nanyang Techno-logical University Singapura, dan institusi terkenal

lainnya merupakan salah satu tujuan favorit siswa atau mahasiswa Indonesia un-tuk melanjutkan studi di jenjang yang lebih tinggi. Hal ini akan sangat mudah dicapai, sebab terdapat ber-bagai macam beasiswa yang bisa memberikan pe-luang yang lebih besar. Sebab, umumnya beasiswa diberikan kepada mereka yang tidak mampu secara fi nansial namun berprestasi secara akademik.

Kerjasama lain yang dapat dibentuk pun mi-salnya, dengan membuka cabang universitas atau yang le bih dikenal dengan sister school. Dari adanya cabang ini, bisa menjadi cara dalam memperkuat sisi pendidikan Indonesia. Sebab, ini didukung oleh adanya kolaborasi institusi pendidikan di Indonesia dengan negara ASEAN. Contohnya saja, Monash University Australia memiliki cabang di Malaysia dengan sertifi kasi yang setara dengan di Australia.n

Penulis adalah Alumni Sastra Inggris unhasDelegasi Indonesia untuk

ASeAN Youth Forum 2011

Oleh: SudarwinPasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Re-publik Indonesia (UUD NRI) 1945 dengan tegas me-nyebutkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Eksistensi sebuah negara hukum Indonesia mengharuskan setiap aspek tindakan baik peme-rintah ataupun warga negara harus berdasar pada hukum. Artinya, siapa saja tidak dapat melakukan sekehendaknya melawan hukum negara, mengede-pankan ego pribadi, ataupun kelompok hanya untuk mencapai tujuan-tujuannya, yang berimbas terhadap lahirnya pelanggaran. Bahkan, kejahatan di dalam masyarakat.

Beberapa tahun terakhir, hukum di negeri ini se-olah diuji. Satu persatu konfl ik horizontal lahir yang

berujung pada aksi main hakim sendiri. Belum tuntas kasus pe nyerangan je-maat Ahmadiyah di beberapa daerah dan penyerangan kelompok Syiah di Sampang. Kini, kasus main hakim sendi-ri (eigenrichting) kembali terjadi melalui penyerangan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Cebo ngan, oleh beberapa anggota Korps Pasukan Khusus (Kopas-sus). Empat tahanan tewas dalam penyerangan tersebut.

Terlibatnya, anggota Kopassus dalam kasus Cebongan disebabkan terbunuhnya bintara Kopassus yang di-

duga dilakukan oleh sekelompok preman yang kemudian ditahan

polisi di Lapas Cebongan. Penyerangan ke Lapas yang menewaskan keempat tahanan

itu, dilatarbelakangi semangat jiwa Korps Kesatuan (Korsa) yang salah diterapkan. Kesalahan penera-pan ini, ditunjukkan dari tidak ksatrianya cara-cara yang dilakukan Kopassus dengan menghukum pre-man dengan cara preman pula.

Korsa sendiri merupakan gerakan yang dilakukan korps Tentara Nasional Indonesia, untuk membela kehormatan kesatuannya. Apapun alasannya, Indo-nesia sebagai negara hukum sama sekali tidak dapat membenarkan tindakan anggota Kopassus tersebut.

Memalukan! kata yang tepat dalam merefl eksikan penegakan hukum di indonesia yang mudahnya di-lumpuhkan oleh aparat negara itu sendiri. Lapas yang merupakan tempat netral, tempat berlindung bagi warga negara yang terpaut masalah hukum, tiba-tiba berubah menjadi tempat yang berbahaya. Keempat tahanan tidak dapat melakukan apa-apa karena dibatasi tembok-tembok pengaman yang sempit. Bukan maksud memihak terhadap keempat tahanan tersebut, tetapi dalam hukum pidana Indo-nesia bukankah kita telah mengenal adanya asas praduga tak bersalah Presumption of Innocent yang tercantum dalam Penjelasan Umum Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana butir ke 3 huruf C. Bu-nyi asasnya ini bahwa;

“Setiap orang yang disangka, ditangkap, dita-han, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan ke-salahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.”

Tidak ada yang sungguh-sungguh menjamin bahwa keempat tahanan tersebut bersalah dan harus bertanggungjawab penuh atas meninggalnya bintara Kopassus. Hanya putusan pengadilanlah yang berhak memutuskan itu. Sehingga segala tin-

dakan main hakim, yang diterapkan kepada keempat tahanan tersebut sebelum adanya putusan pengadi-lan yang in kracht van gewijsde, adalah tidak benar bahkan tergolong kejahatan.

Melangkahi Pengadilan Seolah melangkahi kewenangan pengadilan, tin-

dakan beberapa anggota Kopassus menghukum mati keempat tahanan Lapas Cebongan, salah besar. Ang-gota Kopassus yang seyogyanya bertugas menyele-saikan permasalahan yang mengancam kedaulatan negara, kini turut dalam aksi main hakim sendiri.

Wibawa HukumTerjadinya kasus cebongan menambah deretan

panjang kasus main hakim sendiri di Indonesia, men-gakibatkan wibawa hukum di mata publik kini berada pada titik nadir. Asumsi penulis tersebut senada survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyebut bahwa 56,0 persen publik menyatakan tidak puas dengan penegakan hukum di Indonesia, hanya 29,8 persen menyatakan puas, sedangkan sisanya 14,2 persen tidak menjawab. Minimnya kepercayaan publik atas proses penegakkan hukum ini berkorelasi pada cukup tingginya masyarakat yang setuju main hakim sendiri. Hal ini juga dibuktikan oleh survei LSI lainnya yang menunjukkan ada sebanyak 30,6 persen responden setuju menghukum sendiri pelaku kejaha-tan karena tak percaya proses hukum yang adil.

Hukum kini tidak lagi dipandang sebagai a tool of social control yang dapat mengatur kehidupan masyarakat. Publik memilih menyelesaikan sendiri masalahnya. Indonesia sebagai negara hukum akan kehilangan wibawa hukumnya ketika penegakan hu-kum tidak berjalan secara sehat bahkan mengabaikan rasa keadilan.n

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum unhas Angkatan 2010

Main Hakim Sendiri, Ironi Sebuah Negara Hukum

SeBAGAI wadah dimana sepuluh negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), termasuk Indonesia. Komunitas ASEAN telah menjadi inovasi yang mempermudah setiap anggotanya untuk bekerja sama di berbagai bidang. Selain itu, menjadi solusi dalam menghilangkan jurang pemisah antara sesama anggota ASEAN.

Pendidikan sebagai pondasi utama regenerasi pemimpin muda telah menjadi aspek yang sangat penting. Elemen yang bisa dibuat sebagai titik kerja sama antara negara anggota ASEAN untuk meni-ngkatkan kualitas pemuda yang tentunya akan me-nangani keberlanjutan pengembangan negara di masa mendatang.

Mengapa pendidikan? Tanpa harus memperhati-kan data statistik nasional mengenai berapa banyak anak Indonesia yang bisa merasakan pendidikan di institusi dan sekolah berstandar internasional, berapa banyak anak Indonesia yang orang tuanya masih de-ngan susah payah menyekolahkan anak-anaknya, atau berapa banyak anak Indonesia yang tidak ke sekolah dan hanya bisa menengadahkan tangan di jalan-jalan kota besar demi sekeping koin.

Selain dari itu, pendidikan di Indonesia sudah di-landa berbagai kasus yang memperburuk citra pen-didikan negara kita. Sebut saja, pungutan liar oleh ok-num tenaga pengajar, sontek massal, hingga korupsi pun ikut andil dalam mencorengkan nama pendidikan kita. Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan ini, kerja sama negara Indonesia di bidang pendidikan sa-ngatlah krusial adanya. Meskipun, butuh waktu untuk

iLuStraSi/nOViantO dP addi

iLuStraSi/nOViantO dP addi

Page 5: Edisi Akhir April 2013

5identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013civitas

Penataan Kehidupan Kampus

Jumlah dosen Unhas “4 Digit”

n Edisi Kamis , 24 April 1986

n Edisi Akhir April 1978

bundel

SUaSana belajar mengajar di Unhas kini tidak kondusif. Bahkan dapat meng-hentikan kegiatan-kegiatan kampus. Keadaan ini pun mulai ditindaki serius. Pada 12 April 1978, Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (PangkopKamptib), Laksamana Sudomo menulis surat kepada Menteri Pendidi-kan dan Kebudayaan (P dan K). Isinya menyangkut Departemen P dan K akan menangani normalitas kampus. Lantas pada 14 hingga 15 April 1978, berlang-sunglah rapat kerja Rektor Perguruan Tinggi se Indonesia di Jakarta.

Wakil Dirjen Pendidikan Tinggi (Dik-ti), Prof Doddy Tisna Amiddjaja mem-bagi hasil dari rapat tersebut. Keadaan ini perlu dirisaukan dengan gejal-gejal sampai ke dasarnya. “Mengingat feno-mena yang timbul merupakan suatu proses psikologis yang terjadi pada anak didik kita dan tercetus oleh rangsangan yang datang dari dalam maupun luar kampus,” tuturnya.

Rapat yang diadakan di Hotel Syahid itu pun menyimpulkan pengarahan men-teri sebagai pokok “redefinisi” penataan kembali keadaan kampus. Lalu rektor di setiap universitas diberikan waktu se-bulan untuk membuat laporan. De ngan mencakupi periodik perkembangan per-siapan normalisasi kehidupan kampus kepada Dikti.n

Dalam acara apel pagi itu dilakukan penyerahan 90 surat keputusan (SK) pengangkatan dosen baru Unhas. SK di-serahakan oleh Rektor Unhas, Prof Dr Ir Fachrudin, Kamis lalu. A Rivai Muslang SH, Kepala Bagian Kepegawaian Unhas mengatakan, itu merupakan tahap perta-ma. Dari 130 orang formasi jatah Unhas tahun ini, 40 orang akan menyusul.

Seluruh dosen tersebut berasal dari Fakultas Sastra, Ekonomi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Pe-ternakan yang masing-masing 7 orang. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan Ke-dokteran masing-masing 6 orang. FKM 10 orang dan Pertanian memperoleh ja-tah dosen terbanyak yaitu 12 orang.

Bersamaan dengan penyerahan SK, Rektor juga menyerahkan SK Kenaikan Pangkat kepada enam orang staf admi-nistrasi Unhas. “Saya berharap ini sebagi panutan anak didik,” ungkap Fahrudin.

Jumlah dosen Unhas sekarang ini men-capai sekira 1.000 orang, hampir sama dengan jumlah staf administrasi dan mahasiswa yang berjumlah 15.000 orang lebih, tidak termasuk yang selesai pen-didikannya belum lama ini.

Selama menjadi rektor, setiap apel tu-juh belas bulan berjalan, Fachruddin me-nyerahkan SK bagi dosen dan karyawan administrasi yang naik pangkat. Terma-suk mereka yang baru diangkat menjadi dosen.n

Aksi sastra:dengan wajah ditutupi dengan topeng beberapa mahasiswa melakukan aksi tuntutan di depan gedung rektorat terkait masalah skorsing yang terjadi di Fakultas Sastra (22/4).

identitaS/eSa raMadana

Hari itu, semilir angin malam di Benteng Somba Opu menjadi saksi bisu berlangsungnya pengaderan mahasiswa baru,

sekaligus sebagai puncak perseteruan antara mahasiswa dan dekanat Fakultas Sastra, (1/12).

Kabarnya, masalah ini berawal dari Penerimaan dan Pembinaan Anggota Baru (P2MB). Mereka saling berebut simpati dari mahasiswa baru. Berlanjut, hingga pada kegiatan pengaderan yang dirangkaikan dengan acara “Tudang Sipulung”.

Ketika itu, tidak hanya mahasiswa saja yang hadir, Wakil Dekan III Bidang Ke-mahasiswaan, Prof Dr Noer Jihad Saleh MA pun Turut hadir dalam kegiatan itu. Namun, ketika acara “Tudang Sipu-lung” hendak dimulai, tiba-tiba terdeng-ar teriakan “Anjing” dari mulut sala satu mahasiswa.

Tak disangka, ternyata teriakan dari Muhammad Juzmail selaku Koordinator Lapangan Acara saat itu, menuai konflik yang berimbas skorsing untuk dirinya. Menurutnya, “Itu teriakan spontanitas dari kekecewaan kami selama ini terha-dap birokrasi kampus,” ungkapnya, Se-lasa (16/4).

Sama halnya dengan Muhammad Ar-syad Irawan selaku Ketua Majelis Per-musyawaratan Mahasiswa (Maperwa) ketika itu. Berselang beberapa lama, ketika tiba gilirannya berbicara dan ber-bagi pengalaman. Disela itu terselip kata ambigu yang cukup membuat Noer Ji-had Saleh tersinggung.

“Saya lebih sepakat disebut sebagai fungsionaris lembaga atau pengurus lembaga dari pada pejabat lembaga ka-rena saya ke sini dengan modal sendiri. Beda dengan yang di belakang sana. Mereka adalah pejabat Negara, yang dalam menghadiri undangan acara se-perti ini mereka ada SPPD-nya (Surat Perintah Perjalanan Dinas, red), jadi

Perseteruan yang Tak Kunjung Usai

Lembaga mahasiswa dan Birokrat Fakultas Sastra bagaikan dua kutub berse-berangan. Buntut komunikasi yang buntu.

kalau panitia kekurangan dana bisa me-minta sedikit racci-raccinya untuk menu-tupi kekurangan dana kegiatan”.

Namun, menurut Arsyad, pernyataan tersebut bukanlah ditujukan pada WD III yang hadir saat itu. Melainkan, un-tuk pejabat Negara secara keseluruhan. “saya hanya ingin memberitahukan ke-pada mahasiswa baru bahwa ada system seperti ini yang sedang berlaku,” ung-kapnya. Rabu (17/4).

Usai dari kegiatan itu, 14 Desember 2012. Jusmail dan Arsyad dipanggil oleh Komisi Disiplin (Komdis) Fakul-tas. Dalam pemanggilan itu dikatakan bahwa, mereka telah melanggar Surat Keputusan Rektor Unhas nomor 1128/J04/P/2006, pasal 6 ayat (5) yakni me-lakukan tindakan yang tidak sepantas-nya terhadap atribut universitas baik di dalam maupun diluar kampus.

Adanya tindakan komdis ini karena pengaduan dari Noer Jihad Saleh ke De-kan Fakultas Sastra Prof Drs Burhanud-din Arafah MHum PhD. Dalam laporan-nya, ia merasa tidak dihargai sedari awal kedatangannya. Sebab, tak diberi kesem-patan untuk berbicara hingga ia bersama enam dosen pemantau pulang dari acara itu.

“Laporan ini untuk memberikan efek jera, karena kata-kata seperti anjing, babi dan sebagainya sangat tidak pan-tas di ucapkan oleh anak kepada orang tuanya,” tutur Noer Jihad. Menurutnya, masalah malam itu tidak ingin diper-panjang ke Komdis andaikata ada ma-hasiswa pada saat itu juga yang datang meminta maaf. Namun, di sisi lain, ma-hasiswa merasa ia tidak melakukan ke-salahan, hingga permintaan maaf yang dinanti tak kunjung hadir.

Layaknya sebuah keluarga, lembaga kemahasiswaan adalah anak. Birokrasi dekanat diperumpamakan sebagai ba-pak. Walau, sapaan kekeluargaan ini kerap terdengar. Namun, realitanya, is-

tilah ini tak seharmoni dengan yang ter-dengar.

Anak yang meminta ketegasan kepada bapak soal kasus banding yang diajukan sejak tanggal 1 April. Namun, dekan yang tetap belum bisa mengeluarkan jawaban yang diminta. Alur komunikasi antara kedua belah pihak tidak mulus.

Resah akan hal itu, Mahasiswa-ma-hasiswa di kelembagaan sastra mulai membentuk solidaritas bernama Alinasi Mahasiswa Untuk Keadilan (AMUK). Hal ini dibentuk untuk menghambat laju skorsing yang dikeluarkan tertang-gal 27 dan 28 Maret. Dengan aksi duduki dekanat, ia menuntut dicabutnya segala sanksi skorsing tersebut. Selama sepekan aksi ini berlangsung hingga Wakil Rek-tor III Unhas Ir Nasaruddin Salam MT menengahi.

Menurut Muchlis Abduh, ketua BEM Sastra, “Seharusnya mereka turun dan melihat apa maunya mahasiwa,” Tu-turnya. Ia berharap Wakil Dekan III atau dari pihak birokrat turun ke mahasiswa menggelar dialog terbuka dan membuka ruang kritik dan refleksi sehingga akar-akar masalah diantaranya bisa tercabut.

Perjuangan aksi mereka mengklaim adanya kesalahan alur dalam proses pen-jatuhan skorsing. Sebab, dalam dua kali mengikuti persidangan tidak pernah di-berikan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Bahkan, dalam tenggat waktu 14 hari yang diberikan untuk menjawab surat banding telah melewati batas hari.

Menanggapi hal ini Ketua Kom-dis Fakultas Sastra Prof Dr Hamzah A Machmoed MA angkat bicara. Menu-rutnya, tidak ada aturan yang meng-haruskan pemberian BAP selama proses persidangan, Senin (15/4).

Walau demikian, AMUK tetap beraksi menunggu putusan akhir hasil ban ding. “Kami akan terus memperjuangkan keadilan untuk teman-teman,” tegas Muchlis Abduh.

nan/eha

Page 6: Edisi Akhir April 2013

6 identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

wansus

melihat begitu banyaknya slogan yang menolak narkoba, sebenarnya apa yang dimaksud dengan narkoba?

Narkoba adalah narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Narkoba selalu digunakan di dunia medis. Ini berbahaya apabila disalahgunakan. Dampaknya sa ngat besar, seperti pada kesehatan mi salnya nafsu makan menurun, tertular HIV/AIDS dan kematian. Ini juga sangat berurusan dengan ekonomi, karena apa-bila pengguna narkoba sudah sakit maka negara dan keluarga harus mengeluarkan uang yang banyak dan dalam tahap penyembuhan karena tidak murah.

menurut data bnnP Sulawesi Selatan, di kalangan pelajar paling banyak penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa, mengapa hal ini bisa terjadi?

Biasanya itu para mahasiswa mencari jati dirinya, dan tidak mau dikatakan ketinggalan atau kurang pergaulan apabila tidak mengonsumsi narkoba. Juga, banyaknya permasalahan yang mereka hadapi yang tidak mudah terselesaikan, bisa juga menyebabkan ma-hasiswa ini memilih jalan pintas dengan menggunakan narkoba. Mahasiswa ini pula merupakan modal yang bagus oleh pengedar narkoba untuk meraup keuntungan karena karakternya yang masih labil mencari jati dirinya.

Dari bnn sendiri upaya apa yang telah dilakukan dalam mengurangi penyalah-gunaan narkoba?

Penyuluhan untuk membentuk sikap memerangi dan menolak narkoba, dengan cara memberikan pemahaman bahaya dari narkoba. Pertama, kita nanti membuat kader anti narkoba agar kader memben-tuk organisasi di lingkungannya. Dalam Unhas sendiri dengan organisasi maha-siswa dapat membuat kegiatan

yang dapat menolak penyalahgunaan

narkoba. Tentu-nya didukung

oleh BNN termasuk pendanaan. Kedua, mem-perdayakan masyarakat misalnya LSM de-ngan cara mengak-tifkan

Mari Perangi Narkoba!Permasalahan narkoba selalu menjadi kasus yang istemewa dan unik. Sosialisasi ba-haya narkoba yang sudah sering dilakukan nampaknya tak terlalu berdampak dalam penurunan kasus narkoba di Indonesia terutama di Makassar. Keunikan kasus terle-tak pada jumlah pemakai yang semakin meningkat. Kalangan remaja dengan karakter khas ingin tahu serta sering mencoba-coba menjadikannya rentan terhadap godaan narkoba. Generasi muda terancam. Upaya penyadaran akan bahaya narkoba perlu te-rus dilakukan. Berikut wawancara khusus reporter identitas Novianto Dwi Putra dengan Drs Richard M Nainggolan MM MBA selaku Kepala Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) Sulawesi Selatan, usai memberikan materi pada penyuluhan narkoba di Ge-dung Rektorat Unhas Lantai I, Rabu (24/4).

Nama: Drs Richard M Nainggolan MM MBAPangkat: Komisaris Besar PolisiJabatan: Kepala BNN Provinsi Sulawesi SelatanPendidikan: S2Alamat : Jl Racing Center Perum Gardenia

Blok A No 2 MakassarRiwayat Jabatan:- Kasat Serse Poltabes Yogyakarta- Kasat Narkoba Polda DI Yogyakarta- Kasat Reskrim Polwiltabes Makassar- Kapolres Luwu Timur Polda Sulsel

Data diri:

dan zat adiktif lainnya. Narkoba selalu digunakan di dunia medis. Ini berbahaya apabila disalahgunakan. Dampaknya sa ngat besar, seperti pada kesehatan mi salnya nafsu makan menurun, tertular HIV/AIDS dan kematian. Ini juga sangat berurusan dengan ekonomi, karena apa-bila pengguna narkoba sudah sakit maka negara dan keluarga harus mengeluarkan uang yang banyak dan dalam tahap penyembuhan karena tidak murah.

menurut data bnnP Sulawesi Selatan, di kalangan pelajar paling banyak penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa, mengapa hal ini bisa terjadi?

Biasanya itu para mahasiswa mencari jati dirinya, dan tidak mau dikatakan ketinggalan atau kurang pergaulan apabila tidak mengonsumsi narkoba. Juga, banyaknya permasalahan yang mereka hadapi yang tidak mudah terselesaikan, bisa juga menyebabkan ma-hasiswa ini memilih jalan pintas dengan menggunakan narkoba. Mahasiswa ini pula merupakan modal yang bagus oleh pengedar narkoba untuk meraup keuntungan karena karakternya yang masih labil mencari jati dirinya.

memerangi dan menolak narkoba, dengan cara memberikan pemahaman bahaya dari narkoba. Pertama, kita nanti membuat kader anti narkoba agar kader memben-tuk organisasi di lingkungannya. Dalam Unhas sendiri dengan organisasi maha-siswa dapat membuat kegiatan

yang dapat menolak penyalahgunaan

narkoba. Tentu-nya didukung

oleh BNN termasuk pendanaan. Kedua, mem-perdayakan masyarakat misalnya LSM de-ngan cara mengak-tifkan

masyarakat menyediakan dan me-nyiapkan dirinya dengan cara merehabili-tasi pengguna narkoba, sehingga bukan hanya pemerintah, masyarakat pun ikut berpartisipasi. Ketiga, ada pasca reha-bilitasi, harapnya mereka siap kembali ke masyarakat dan produktif. Keempat, pengembangan program alternatif yang memperdayakan masyarakat untuk tidak mendapatkan uang dari narkoba. Ini di-lakukan dengan cara memberikan pembi-naan agar keluar dari pekerjaan pengedar. Terakhir, melakukan pemberian hukum dengan cara memberantas dan memotong tali rantai si pengedar narkoba. Kita akan bersinergi terus dengan bekerja sama de-ngan kampus-kampus untuk menyosiali-sasikan bahaya narkoba.

apabila ada yang tertangkap sebagai pecandu misalnya pelajar, bagaimana bnn mengatasi itu?

Mereka akan ditangani polisi terus ke Polda, kemudian diproses ke pengadilan. Dan kita tahu orang yang tertangkap. Dari pihak kami pun, ketika ada yang kami da-pati, akan kami tangkap dan rehabilitasi.

apakah ada perbedaan perlakuan bagi mereka yang tertangkap menggunakan narkoba dengan yang melaporkan dirinya sendiri?

Ada perbedaan perlakuan, dalam arti berbeda tempat dalam persidangan. Sehingga mereka yang tertangkap harus dijaga lebih ketat. Tetapi tahapan-tahapan penanganan itu berbeda dan hanya peneta-pan yang berbeda. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35, kalau wajib lapor itu orang tua wajib melaporkan anaknya yang menggunakan narkoba dan sebe-narnya semua itu wajib lapor bagi yang

menggunakan narkoba.

Upaya-upaya apa saja yang bisa di-lakukan mahasiswa agar terhindar dari narkoba?

Paling baik adalah meningkatkan iman, memperbanyak kegiatan-kegiatan positif, ada harmonis di keluarga dan teman serta lingkungannya, ada rasa peduli dan menge tahui dampak narkoba.

apa yang seharusnya dilakukan pihak kampus agar mahasiswa terjaga dari penggunaan narkoba ?

Pihak kampus itu harus peduli. Seperti di Unhas yang sudah membuka diri dengan cara memberikan kuliah- kuliah umum mengenai bahaya narkoba. Hal ini tidak bisa terhenti, jadi harus ada sosialisasi bahaya narkoba secara terus-menerus.

bagaimana dengan dosen, apakah mere-ka juga turut berperan dalam mencegah penggunaan narkoba di kalangan maha-siswa?

Dosen yang jelas berperan dan harus jadi panutan. Dengan cara tidak menggunakan narkoba dan memberikan pengetahuan dan pemahaman yg baik serta mendorong mahasiswa dan berupaya peduli tentang bahaya narkoba.

menurut anda, program apa yang bisa dilakukan Unhas untuk menekan peng-gunaan narkoba di kalangan mahasiswa ?

Kegiatan rutin misalnya penyuluhan mengenai bahaya narkoba dan tes urin secara berkala, misalnya sekali dalam dua bulan dengan secara acak. Selalu memberi-kan peringatan kepada mahasiswa sebagai antisipasi.

bagaimana harapan anda sendiri terhadap mahasiswa untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba?

Mari kita sama-sama merapatkan barisan untuk memerangi narkoba, dengan cara membentuk organisasi untuk memerangi narkoba. Ikut dalam organisasi yang berge-lut dalam penyalahgunaan narkoba. Jadi pemikiran untuk menggunakan narkoba tidak ada dipikirannya.n

Page 7: Edisi Akhir April 2013

7identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

lipsuskronik

Hati-Hati Hipnotis

Si Panjang Tangan Terus Beraksi

HIPNOtIS, Mendengar kata ini mengingatkan kita pada salah satu acara yang ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta dengan judul yang sama. Dalam acara tersebut seseorang dibuat dalam keadaan tidak sadar dan diperintah semau orang yang menghipnotisnya.

Siapa sangka, hal ini juga terjadi pada bebera-pa orang di Unhas. salah satu korbannya adalah Wati, bendahara Fakultas ekonomi ini mengaku telah terhipnotis lewat telephone yang meng-hubungi ponselnya, Maret lalu. Saat itulah ia me-rasa tak sadar dan mengikuti perintah orang terse-but. Ia baru sadar setelah dirinya sudah berdiri di depan ATM hendak mentransfer uangnya.

Tak hanya Wati, Hendri pun mengalami hal yang sama. Menurut penuturan Agus, pengelola Ramsis, Hendri diajak berbincang-bincang de-ngan seseorang. Sesaat kemudian mereka lalu pergi. Tujuannya ke Pengayoman. Hendri baru sadar setelah ponsel dan dompetnya raib dibawa kabur pelaku. “saya lihat hendri bicara-bicara baru pergi sama orang itu, ternyata orang itu tukang hipnotis,” Tuturnya, Senin (15/4).n

PeNCurIAN kembali terjadi di Unhas. Kali ini menimpa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pan-tun. Sabtu dini hari, sekitar pukul 01.30 Wita, pintu sekretariat UKM Pantun dibuka paksa saat semua penghuninya sedang pergi. Empat buah komputer jinjing, satu tablet dan dua dompet raib dicuri.

Para pencuri tampaknya sudah lama menga-mati kegiatan para penghuni sekretariat. Sebab selang waktu pencurian hanya sekitar 30 menit. Dengan kata lain si pencuri sudah tahu kapan para anggota pantun itu pergi. Dugaan ini diperkuat dengan keterangan Satpam Unhas yang berjaga tak jauh dari lokasi kejadian. “Memang ada orang yang mencurigakan memakai tas hitam tadi lewat di sekitar sini,” kata seorang Satpam.

Pencurian ini tercatat yang ketiga kalinya pada bulan April. Di awal bulan, sekretariat Radio Kam-pus EBS FM juga mengalami hal yang serupa, satu buah laptop yang diletakkan di dalam sekre-tariat lenyap digondol maling. Sehari sebelumnya Penerbitan Kampus identitas juga mengalami hal yang sama, sebuah Blackberry Gemini milik se-orang kru juga raib.n

Aturan Keluar, Pete-Pete Perlu Berbenah

Sosialisasi tata tertib mobil angkutan mahasiswa dan umum (Kakmu) dalam lingkungan kampus UH telah diberlakukan. Tingkat kecelakaan

yang sering terjadi menjadi salah satu penyebab.

bentrok: Satuan Pengamanan (Satpam) Unhas bentrok dengan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Untuk Keadilan (AMUK) di Gedung De-kanat Fakultas Sastra, Selasa (23/4). Tiga hari berlalu, satpam dan massa AMUK kembali bentrok di Gedung Rektorat Unhas.

Siang itu, lalu lintas kampus Universi-tas Hasanuddin (UH) yang biasanya lancar dijeboli kemacetan. Beberapa angkutan umum melanggar rambu

jalan kampus. Satuan Pengaman (Sat-pam) UH pun mengamankan surat-surat kendaraan se perti Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) para pengemudi ini. kabarnya, banyak supir pete-pete kampus merah ini kerap melanggar peraturan dasar lalu lin-tas tersebut.

Angkutan umum kampus yang biasa disebut pete-pete kampus merupakan ang-kutan yang memiliki akses untuk keluar masuk kampus merah. Demi menjaga ke-amanan kampus, keluarlah aturan lalu lintas pete-pete kampus dengan nomor SK 5529/UN4/UM.08/2013 yang tertanggal dikeluarkan 26 Februari 2013.

Pengeluaran aturan yang memuat 13 pasal ini pun bukan menjadi tahun perta-ma. Kepala Satpam, Said mengatakan “Ini aturan 2012 yang sudah diberlakukan dan tahun ini kembali direvisi.” Aturan ini me-rupakan hasil dari diskusi bersama Kepala Biro Umum, Kepala Bagian Hukum dan Tata Laksana UH serta Satpam. Dari dis-kusi tersebut Lahirlah dua poin baru yaitu, aturan tanda pengenal dan jumlah penge-mudi yang harus dua orang saja.

Menurut Kepala Biro dan Administrasi Umum UH (Kabiro Umum) Halim Doko, pengeluaran aturan lalu lintas pete-pete ini didasarkan pada alasan penertiban. Seperti kasus yang sebelumnya terjadi, tindakan pelecehan yang dilakukan pengemudi terhadap mahasiswa kampus, tabrakan antara pete-pete dengan kendaraan sivi-tas akademika Unhas. “sebenarnya inilah salah satu upaya pencegahan bagaimana menghindari hal-hal yang kita tidak ingin-kan,” tuturnya.

Senada dengan Kabiro Umum, menu-rut Kepala Satpam UH dengan hadirnya aturan ini, kecelakaan lalu lintas dan pe-negasan sanksi yang selama menemui ja-lan buntu sudah menemukan titik terang, “Pernah ketika pete-pete menabrak maha-siswa di pintu satu seharusnya sudah harus dicabut izin trayeknya, namun karena be-lum ada aturan jadi kita tidak bisa men-cabut stikernya.” Tuturnya.

Abdul Gaffar selaku salah satu supir pe-te-pete kampus mengakui, bahwa aturan yang disosialisasikan ini serupa sudah ada sejak lama. Supir yang selalu bergantian mengemudikan pete-pete miliknya de ngan anaknya ini menganggap aturan yang dikeluarkan tahun ini tidak ada bedanya

“percuma ji, tidak ada realisasinya seperti sebelumnya”.

Mahasiswa selaku salah satu pihak yang sering bersentuhan dengan pete-pete ini juga mengangap pentingnya aturan dan penegakan aturan terhadap pete-pete yang biasa membawa mobil dengan kondisi ugal-ugalan. Mahasiswa angkatan 2012 ju-rusan Sastra Inggris ini mengatakan supir pete-pete.. “Supaya ada peraturan yang di-taati supaya penumpang juga merasa nya-man kalau naik pete-pete,” imbuh Indriani Aswan, Rabu ( 18/4).

Satpam berharap “dengan adanya atu-ran ini supaya para sopir itu sadar betul dan mematuhi aturan yang kita buat, su-paya tercipta keamanan dan ketertiban didalam kampus,” seringnya terjadi kasus kecelakaan, diakibatkan pengemudi yang tidak terdaftar di unhas. Biasanya satu mobil itu ada empat, bahkan sampai lima orang itu. “ hal inilah yang kita mau ter-tibkan, nah itulah yang kita mau pertegas dalam aturan ini, kalo dalam satu mobil cukup dua saja yang mengemudi, juga menggunakan id card, dan poin ke terakhir ini. Lalu sewaktu-waktu pihak kakmu dan pihak kepolisian yang melakukan pemerik-sanaan untuk izin trayek,” tambahnya.n

Tim lipsus

Koord. Lipsus:Waode Asnini Rahayoe

Anggota:Novianto Dwiputra Addi

Risky Wulandari

Tim Lipsus

identitaS/eSa raMadana

identitaS/eSa raMadana

identitaS/eSa raMadana

Page 8: Edisi Akhir April 2013

8 NO 791 | TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013 lipsusidentitas

Tiga belas pasal termuat dalam aturan tata tertib angkutan umum kampus. Be-berapa pasal diantaranya menuai tanya.

Sebuah kebijakan dibuat selalu ber-dasarkan landasan. Dengan menim-bang beberapa dampak positif dan negatif yang akan diakibatkan oleh

kebijakan baru tersebut. Termasuk dengan tata tertib angkutan umum dalam lingku-ngan kampus Unhas ini. Pihak Kepala Biro Administrasi Umum, Satpam, Kakmu be-serta Hukum Tata Laksana Unhas berem-buk bersama menciptakan beberapa pasal yang dimuat dalam aturan. Walaupun alasan revisi aturan sebelumnya yang me-nandakan keberadaan aturan ini sebelum Tahun 2013. Namun, beberapa pasal tetap menuai tanya.

Seperti pada pasal yang memuat atu-ran kecepatan pete-pete maksimal 25 km per jam. Pertimbangan yang diberikan su-paya supir tidak balap-balap di kampus. Namun, dengan kecepatan sebesar itu, bagaimana dengan mahasiswa atau dosen yang menjadi penumpang dalam kondisi terburu-buru mengejar waktu perkulia-han. Ini seperti buah simalakama bagi sang supir. Pada kondisi-kondisi seperti apa mereka dibolehkan melebihi kecepa-tan yang sudah ditentukan tidak diatur dalam pasal yang menyangkut kecepatan jalan mobil tersebut.

Pasal yang berikutnya yakni pete-pete harus mengutamakan memuat penum-pang mahasiswa dari pada masyarakat

umum. Menurut pihak Kabiro Umum “Ideal begitu, kan awal keberadaan mere-ka itu untuk kepentingan kampus.” Na-mun, dalam perjalanan kampus mulai berkembang ada rumah sakit, yang di be-lakang ada banyak penduduk. Hal itu ada-lah fakta yang tidak bisa dipungkiri.

Kemudian untuk aturan berikutnya de ngan melibatkan satpam. Kabiro me-nanggapi fungsi seharusnya Kakmu dan Satpam itu bersinergi. Karena bila diba-yangkan Kakmu mengurus 300 pete-pete. Minimal tiga saja berarti harus diken-dalikan tiga kali tiga, pada supir pertama mungkin dia bisa kendalikan. Namun, pada supir berikutnya itu tidak. Boleh jadi pesan supir ke supir selanjutnya mungkin terputus sehingga apa yang disampaikan juga tidak diperhatikan.

Pelibatan satpam membuat tugasnya menumpuk. Belum menjaga sepeda, men-jaga keamanan dan ketertiban, menjaga danau Unhas, dan sekarang dibebankan dengan juga menjaga pete-pete.

Aturan lain adalah pembatasan supir. Pertimbangannya penetapan aturan ingin menekan tingkat kejahatan yang selama ini terjadi diakibatkan banyaknya jumlah supir. Kalau banyak supir, itu susah ditin-dak, dan susah dilacak. Tetapi bila dibata-si, itu akan mudah dikendalikan.

Aturan berikutnya yakni rencana pe-masangan tanda pe ngenal dan pemakaian se-ragam bagi supir. Penerapan aturan ini tidak diberikan deadline karena

menurut Halim Doko ini sebatas pemakai an. Tanggapan berbeda datang dari Kakmu

menurutnya, penyelenggaraannya ter-halang karena dana. Ini lah yang biasa membuat sebuah kebijakan dikeluarkan tetapi kurang diimplementasikan. Namun, sebenarnya ini harus tetap ada. Jadi peng-hargaan tersendiri bagi ketua Kakmu yang sudah berusaha menggodok proporsal ke rektor, untuk pengadaan baju seragam.

Apalagi jumlah pete-pete di Unhas se-banyak 420 pete-pete. Belum lagi adanya aturan jumlah supir untuk satu pete-pete adalah dua orang jadi keseluruhan jum-lah supir 420 dikali dua sama dengan 840 orang. Bayangkan bila mereka semua harus dibuatkan seragam. Dana yang dibutuhkan juga lebih besar. Namun Wa-kil Rek tor II UH terdengar sudah berjanji

Dalam hal ini, Kakmu melayani anggota dalam pengurusan su-rat-suratnya bila sudah tidak ber-laku lagi. Menurut Arifuddin, Ketua Kakmu periode 2013 bahwa dulu ada unit pertokoan dan ganti oli, teta-pi ke kedepannya Kakmu mencari orang-orang yang bisa membantu ka-rena tidak pernah mendapat bantuan dana.

Dalam men-jalankan fungsi unit tranportasin-

ya, Kakmu juga sudah berusaha memberi-kan beberapa ketentuan. Ketentuan-keten-tuan yang diberikan pada Kakmu sendiri terlihat hanya bersifat layaknya himbauan. Dengan sifat, dapat atau tidak dapat di-ikuti tergantung yang bersangkutan.

Ini terlihat dari banyaknya kejadian yang berkaitan dengan pete-pete kampus. Ke-

Kakmu menjadi bagian dari Unhas yang sebelumnya diberikan wewenang untuk mengatur angkutan umum kampus. Tata tertib lalu lintas kampus tahun ini juga turut melibatkan Satpam UH.

celakaan bahkan pelecehan seksual yang terjadi. Akhirnya Universitas Hasanud-din pun harus turun tangan dengan ikut mengeluarkan peraturan tata tertib angku-tan umum di lingkungan kampus UH.

Kontribusi Unhas dalam aturan ini lagi-lagi terlihat dengan salah satu pasal yakni pelibatan satpam untuk melakukan pemeriksaan surat-surat dan kelengkapan-nya seperti yang dilakukan polisi sesekali yang dikenal dengan sweeping. Satpam berharap, “dengan adanya aturan ini su-paya para sopir itu sadar betul dan mema-tuhi aturan yang kita buat, supaya tercipta keamanan dan ketertiban di dalam kam-pus,”

Menanggapi keterlibatan UH dengan pengadaan aturan ini, Arifuddin me-nganggap bahwa rektor sudah betul-betul ingin menertibkan kampus dan mencipta-kan keamanan di kampus. “dalam rangka pemberlakuan aturan, yang pertama mau dibenahi adalah kelengkapannya, seperti nomor urut, pencabutan stiker yang tidak ada hubungannya dengan Unhas,” tam-bahnya.

Arifuddin juga ikut memberikan gam-baran mengenai karakteristik dari para su-pir pete-pete kampus. Menurutnya, seka-rang supir itu mulai dari yang tidak ada

pensilnya (sekolahnya rendah, red) sampai yang bagus pensilnya (pendidikannya ba-gus). Penanaman nilai-nilai saling meng-hargai sesama dan cara berpakain yang baik dalam lingkungan kampus sudah juga dilakukan ketua Kakmu yang men-jabat dua periode ini.

Sejak peraturan tata tertib yang diter-bitkan 26 Februari 2013 pihak Kakmu me-ngakui hingga saat ini belum ada koor-dinasi lebih lanjut tentang keamanan. Arifuddin menganggap lebih baik me-lakukan pembenahan dulu sendiri lalu bila sudah bagus baru turun. “Logikanya kan sekarang mau sweeping, tapi keleng-kapannya belum ada jadi belum mungkin. Jadi sekarang sebenarnya belum ada koor-dinasi lebih lanjut”.

Menurut Kabiro Umum, mengenai peli-batan Unhas dengan kerjasama Satpam dan Kakmu dalam pengaturan pete-pete ini merupakan sebuah fungsi yang siner-gis dan saling mendukung. “Makanya kan kita bahasakan kemarin untuk urusan pe-te-pete mestinya kan Kakmu, tapi Kakmu-nya kan tidak berdaya juga dengan jumlah pete-pete yang begitu banyak,” tambah Halim.n

Tim lipsus

Pasalnya Masih Menuai Tanya

untuk menyediakan. Pasal berikutnya adalah mengenai Pen-

cabutan Izin Trayek bila melanggar. Alasan dari pihak birokrat sendiri sudah merupa-kan bentuk teguran terberat dalam pelang-garan yang mereka lakukan. Namun, yang perlu diketahui juga sebenarnya kenapa mereka melakukan pelanggaran. Karena izin trayek ini ibarat kesempatan bagi pe-milik pete-pete untuk medapatkan peng-hidupan melalui kampus.

Pasal-pasal tersebut adalah pasal-pasal yang masih mengundang tanya mengenai pengaplikasiannya di lapangan nantinya. Namun, terlepas dari itu, keinginan UH untuk menciptakan keamanan dan keterti-ban kampus juga perlu mendapat dukun-gan dari segenap sivitas akademika UH.n

Tim lipsus

identitaS/eSa raMadana

Kakmu Kekurangan, Satpam Menambal

Peredaraan pete-pete di kampus me-rah selama ini dikelola oleh Kope-rasi Angkutan Mahasiswa dan Umum (Kakmu). Bentuk koperasi

dengan anggota yang sudah jelas. Kakmu mempunyai dua fungsi, yakni fungsi unit transportasi dan unit simpan pinjam.

identitaS/eSa raMadana

Page 9: Edisi Akhir April 2013

NO 791 | TAHUN XXXIX| EDISI AKHIR APRIL 2013 potret identitas 9

Menulis Impian

Setiap tahunnya kita memeringati hari pendidikan nasional. Hal yang menunjukkan bahwa betapa pentingnya pendidi-

kan itu di Indonesia. Bahkan, untuk mendukung keberlang-sungannya, Presiden Republik INdonesia Susilo Bambang Yudhoyono tahun ini merencanakan anggaran pendidikan di Indonesia sebesar Rp331,8 triliun.

Nominal yang cukup besar.Untuk pencapaian peningkatan kualitas sumber daya manusia dan jangkauan pemerataan pendidikan di seluruh kawasan Indonesia.Selain itu,dalam ru-nutan anggaran dinas pendidikan Kota Makassar 2013 yang dianalisa oleh Komite Pemantau Legislatif Indonesia dinya-takan bahwa dana yang dialokasikan untuk pendidikan gratis sebesar Rp 92,8 miliar.

Tak hanya itu, bahkan pemerintah kota Makassar di tahun 2012 melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah me-ngalokasikan anggaran pendidikan bersubsidi sebesar 52,7 miliar.

Jumlah yang fantastis untuk alokasi anggaran pendidikan. Ironisnya, dana yang sedianya sebagian besar dipakai untuk merehabilitasi ruang-ruang kelas. Tampaknya, belum mampu mengatasi permasalahan pendidikan. Khususnya, di kota Makassar. Masih ada saja beberapa gedung sekolah yang luput dari pengalokasi dana ini. Dengan fasilitas seadanya, mereka yang tergolong rakyat menengah ke bawah atau mis-kin tetap terus bersemangat dan berjuangan melawan keter-batasan tanpa perlu menunggu bantuan pendidikan itu untuk akhirnya ada di sekolah mereka.Sebab, pendidikan mereka bisa dilakukan dimanapun, kapanpun dan dengan cara apa-pun. Kelak, mereka tetap berharap akan ada uluran bantuan dari siapapun.Demi terwujudnya pemerataan pendidikan di kota Makassar.n

Wajah Pendidikan Makassar

Saling Berbagi di Bawah Tol

Tanpa Atap Permanen

Foto: Esa RamadanaNaskah: Esa Ramadana

Page 10: Edisi Akhir April 2013

10 identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013 civitas

kolomNegeri yang Selalu

RibutOleh: Kaila ilona Meira

NeGerI ini, yang milik diri sendiri , selalu saja ribut. Ribut dalam banyak perkara. Mulai dari perkara korupsi, penyelewengan, politik, kekerasan bersenjata hingga pendidikan. Ribut-ribut seperti ini berlangsung secara musiman, dari awal tahun hingga ujung tahun. Saking ributnya, bangsa yang besar ini, dalam hal jumlah penduduk dan keanekaragaman, mirip bangsa yang mengalami krisis utopia. Atau, kalau mau pakai bahasa Orwell, penulis novel Animal Farm, masyarakat seperti ini dibilangkan sebagai masyarakat distopia.

Utopia serupa tapi tak sama dengan ideologi. Uto-pia dibilangkan sebagai cita-cita tentang masa depan tapi tidak didasarkan pada pengalaman. Sementara ideologi disebutkan sebagai cita-cita tentang masa depan berdasarkan pada pengalaman. Masyarakat tanpa utopia atau tanpa ideologi adalah masyarakat yang terhambur, tak terikat oleh cita-cita kolektif sebagai bangsa, dan berkecenderungan kuat saling memangsa. Kisah Bugis masa lalu membilangkannya sebagai sianrebalé.

Siapakah sekarang memangsa siapa? Tak usah mencari jawabannya secara spesifik. Gejalanya dapat terlihat dengan benderang. Ketidakpuasan masyarakat terhadap praktik-praktik penyeleng-garaan kepentingan publik oleh negara semakin meluas. Masyarakat tampak geram dan tersengat, meminjam istilah Anthony Giddens, menyaksikan terjadinya moral hazard di hampir semua lingkaran kekuasaan.

Tapi perkaranya tidak sampai di situ. Moral hazard menimbulkan efek berantai terhadap bangunan moral sosial. Masyarakat tak lagi paham mana yang utopis dan mana yang ideologis. Hampir semua aspek kehidupan, proses transaksi yang begitu keras semakin menjadi-jadi. Tak bisa selalu disalahkan, jika masyarakat mulai terjerumus pada cara mengguna-kan kekerasan di dalam menyelesaikan masalah.

Dalam perkara pendidikan, bangsa ini memang belum berpengalaman mengelola utopia. Tapi jangan tanya soal ideologi pendidikan. Sejak awal, para pemula dan perintis pendidikan dalam bangsa ini telah meletakkan ideologi yang jelas. Praktik pendidikan pun, pada mulanya, dijalankan dengan mengutamakan kebajikan sosial. Ideologi ini telah dicantumkan dalam konstitusi. Pesan ideologinya gampang dihafal, salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Membaca laporan media, dua minggu terakhir, sungguh mencemaskan. Modus ujian nasional, mi-salnya, menjadi muara dari segenap terjadinya sua-sana kegelapan. Manajemen penyelenggaraan yang berantakan, kebocoran soal, bisnis kunci jawaban, adalah sedikit contoh betapa pendidikan memang semestinya dipersoalkan dengan seksama.

Perkara pendidikan memang perkara mematikan. Pasalnya, pendidikan menyangkut generasi muda yang di manapun diyakini sebagai bagian dari masa depan bangsa. Menyimpan dan mengukur manusia di depan alat-alat ukur yang seragam, rasanya tak bijak. Manusia, dalam takdirnya, dilengkapi talenta yang berbeda. Pun, manusia adalah makhluk yang rajin berimajinasi melalui batin yang telah terbawa secara imanen.

Semestinya, pendidikan mengajarkan “dunia yang senyap” dan “dunia yang reflektif”. Dunia yang senyap dan reflektif akan menuntun manusia untuk paham bahwa ia hadir untuk menjalankan sebuah risalah peradaban yang di dalamnya sarat moral dan kaya etika. Agak muskil rasanya mengharapkan datangnya generasi baru yang senyap dan reflektif, jika cara-cara mempersiapkannya penuh dengan keributan serta kekacauan dalam hal pengaturan.

Manusia memang makhluk ideologis dan utopis. Ideologis dalam pengertian kemampuan mengelola masa lalu yang direfleksikan ke masa depan. Se-mentara, utopis adalah kemampuan mengelola masa depan yang bukan bagian dari pengalaman. Dunia pendidikan hampir tak bisa mengelak dari dua cita-cita ini. Jika ingin mengelak, dunia pendidikan tidak lebih dari berhala.n

Pahlawan Kebersihan

Walau mendapat upah tak seberapa, cleaning cervice tetap bekerja demi kebersi-han bersama.

Saat itu menjelang senja. Lantai I gedung perpustakaan pusat Unhas tampak puluhan cleaning service se-dang mengantre untuk absen. Tepat

di bawah tangga, terlihat sesosok paruh baya yang sedang bersandar. Sembari menunggu namanya disebut ia berbin-cang bersama rekannya.

Sosoknya terlihat sangat tua. Kulitnya keriput, dipenuhi bintik-bintik merah, be-berapa giginya telah tanggal. Ia memakai baju batik dan celana panjang, lengkap dengan kopiah di kepalanya. Kegigihan-nya untuk menjadi cleaning service de ngan usia setua itu membuat orang yang meli-hat merinding. Ia berumur 61 tahun, biasa dipanggil Daeng Sangkala.

Menurut beberapa rekannya, Daeng Sangkala tidak pernah terlambat masuk kerja. Sosoknya yang ramah dan sangat giat bekerja membuatnya disenangi. Be-gitu pula dengan mahasiswa yang ting-gal di ramsis, tempatnya bekerja. Pria asli Makassar ini sebenarnya telah dipensiun-kan. Namun, karena kerja keras dan ke-gigihannya ia tetap dipertahankan untuk dipekerjakan.

Pria yang tinggal di Pampang ini harus membiayai kebutuhan hidup lima orang anak dan seorang istri. Setiap hari ia selalu terbangun pukul 04.00 dini hari, kemu-dian bergegas kemesjid yang tak jauh dari rumahnya, untuk menjalankan kewajiban-nya sebagai seorang muslim. Setelah salat subuh biasanya ia langsung bersiap untuk bekerja. Rutinitas inilah yang ia lakukan tiap harinya.

Ketika hendak berangkat ketempat ker-janya, Daeng Sangkala harus berjalanan kaki dari lorong rumah sekira setengah kilometer menuju jalan poros jalur ang-kutan umum. Agar ia mendapatkan ken-daraan yang mengantarkannya ke tempat kerja, pete-pete 05. Baginya, jalan kaki dipagi hari tersebut merupakan olahra-ganya. Menurut pria yang bertubuh tinggi ini hal itulah yang membuatnya tetap kuat bekerja hingga diusia saat ini.

Setelah melakukan perjalanan sekira satu jam, pria berkulit sawo matang ini tiba di kampus, pukul 06.30. Segera ia me-nyetor absen di lantai I perpustakaan pu-sat. Absen yang dimiliki dimasukkan ke dalam mesin yang bernama mesin absen ceklok. Saat itu, ditandai pula jam keda-tangan oleh koordinator cleaning service, Hamzah.

Setiap kali berangkat kerja, sang istri pun tak lupa membuat bekal untuknya. Bekal tersebut untuk makan siangnya. Agar pada siang hari suaminya tidak lagi mengeluarkan biaya untuk membeli makan. Kebutuhan hidup yang banyak membuatnya tidak ingin mengurangi penghasilannya sedikit pun meski untuk makan siang. “Biaya makan di Unhas sa-ngat mahal, uangnya sayang, masih ba-nyak keperluan lain yang lebih penting,” ungkapnya.

Ketakutannya akan terlambat, membuat ia harus berangkat bekerja pukul 05.30. Pria berwajah tirus ini mulai bekerja pukul 07.00 tepat. Namun, sebelum pukul 07.00 ia sudah harus mengisi absen. Jika tidak, maka ia akan dikenakan denda sebesar 15 ribu tiap kali terlambat.

Setelah itu, segera ia malakukan tugas-nya hingga pukul 11.30. kemudian beristirahat hingga pukul 13.00 lalu me-lanjutkan kembali pekerjaannya. Pekerjaan yang tadinya telah diselesaikan, terkadang harus dikerjakan kembali karena beberapa mahasiswa tidak menjaga kebersihan. Setiap kali telah dibersihkan, selalu saja ada mahasiswa yang kembali mengotori. Namun, itu tidak menjadi masalah bagi Daeng Sangkala. Karena membersihkan telah menjadi tugasnya. Lagi pula jam ker-janya baru akan berakhir pukul 16.00.

Setelah pekerjaannya berakhir, pria yang gemar merokok ini bergegas ke lan-tai I perpustakaan untuk mengabsen. Se-belum pulang, absen merupakan rutinitas yang harus dilakukan para cleaning service. Setelah mengabsen, suami dari Hasnah ini biasanya bergegas pulang. Namun, disore

hari ketika ia pulang, biasanya ia tak sang-gup lagi berjalan kaki seperti dipagi hari akibat kelelahan bekerja. Oleh karena itu, pria berhidung mancung ini harus mem-bayar becak untuk mengantar menyu-suri lorong hingga sampai di rumahnya. “Kalau sudah sore saya kecapean, tidak kuat jalan lagi, jadi naik becak,” tukasnya.

Sebelum menjadi cleaning cervice, pria yang sering menderita sakit perut ini be-kerja sebagai kuli bangunan. Sejak lima tahun terakhir, pria tamatan SD ini beralih pekerjaan. Kondisinya semakin tua dan renta. Hal itu menuntutnya untuk ber-henti dari pekerjaan yang telah digeluti-nya puluhan tahun itu. “Saya sudah tidak kuat lagi menjadi buruh karena sudah tua, saya lebih nyaman jadi cleaning service,” tuturnya.

Tuntutan sebagai satu-satunya tulang punggung dalam keluarga membuatnya kekeh mempertahankan pekerjaan seba-gai cleaning service. Meskipun semua orang pesimis akan dirinya yang semakin tua dan renta. Gaji yang diterimanya sebagai cleaning service sebanyak 655 ribu per bu-lan. Itu lebih baik daripada menjadi kuli. Namun, tak jarang gaji tersebut tidak da-pat memenuhi segala kebutuhannya.

Bukan hanya sosok Daeng Sangkala yang membanting tulang untuk mencari sesuap nasi sebagai cleaning cervice. HS dan AR (inisial) pun menjadikan peker-jaan cleaning service sebagai pengharapan-nya. Namun, gaji yang ia terima belum cukup memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Belum lagi terkadang mereka harus menerima potongan gaji sebesar 15 ribu, karena menghadiri acara keluarga. “Mudah-mudahan gaji dapat naik,” harap AR.

Hamzah, selaku koordinator mengaku gaji yang diterima oleh cleaning service bearasal dari tender PT Lindar Mutiara. Gaji mereka bervariasi. Mulai dari 600 ribu hingga 800 ribu. Penentuan gaji ber-gantung dari masa kerja mereka. Clea ning service tidak diberikan asuransi. Hal ini ka-rena penawaran tendernya sangat rendah. “Sejak awal tidak ada asuransi yang di-berikan oleh cleaning service,” tuturnya.n

(Hya/ian)

Perjuangan Cleaning Servis: salah satu cleaning servis sedang menyapu dan mengumpulkan sampah di depan halte Fakultas ekonomi unhas (22/4).beberapa cleaning servis dengan umur yang begitu tua terpaksa bekerja untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya.

identitaS/Siti atirah

Page 11: Edisi Akhir April 2013

11identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Yang Berprestasi yang Ditipu

Nama Dekan dan Rektor menjadi modus penipuan via SMS dengan motif mengi-kuti seminar bagi yang berprestasi.

civitas

GeOtHerMAL merupakan salah satu energi alami di dalam bumi, hasil interaksi antara panas batuan dan air yang mengalir di sekitarnya. Energi yang diekstrak dari panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi. Energi dari fluida yang terkandung di dalamnya ini sangat berpotensi me-nunjang sumber energi listrik dunia.

Dalam sejarah, geothermal telah di manfaatkan sejak dulu oleh bangsa Romawi untuk pemanas ru-angan dan keperluan mandi. Di Italia tahun 1904, terkenal salah satu kawasan yang memproduksi panas bumi. Sebut saja kawanan itu bernama Lan-derello. Dusun kota Pomarance di Italia tengah ini, untuk pertama kalinya menghasilkan listrik melalui sumur uap.

Selang sembilan tahun, listrik dari geothermal pun mulai di pasarkan di dunia. Energi yang telah diproduksi dan dimanfaatkan secara langsung oleh sekitar 72 Negara dan secara tidak langsung oleh 27 Negara.

Indonesia penting untuk mengembangkan energi panas bumi ini, seperti di beberapa negara tersebut khususnya dalam ketenagalistrikan di Indonesia. Ene rgi ini termasuk salah satu energi terbarukan yang ramah lingkungan. Sebab, memiliki emisi kabon dioksida yang paling rendah dibanding dengan energi pembangkit listrik yang memerlukan gas, minyak dan batu bara. Selain itu, panas bumi juga lebih unggul karena termasuk energi lokal yang potensial untuk pemenuhan tambahan energi di Indonesia.

Tingkat Energi Panas Bumi Indonesia sekitar 29.000 Mega Watt (MW) atau 40 persen dari cada-ngan pasokan di dunia. Namun, yang dimanfaatkan Indonesia baru sekitar 1.281 MW untuk membang-kitkan listrik. Tak sebanding dengan Amerika Serikat yang memiliki tingkat energi panas bumi yang lebih rendah dari Indonesia yaitu pemakaiannya sekitar 3093 MW. Begitupun Filipina sekitar 1094 MW

Di lain sisi, hasil studi analisa substitusip Pem-bangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) oleh Badan Penerapan dan Pengkajian dan Teknologi (BPPT) dan Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) tahun 2009 menyatakan potensi sumber energi pa-nas bumi banyak tersebar di Indonesia bagian Timur seperti Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi. Namun, di daerah tersebut jenis pembangkit listriknya masih didominasi dan masih sangat bergantung dengan PLTD seperti turbin, generator, condenser, cooling tower, gas ekstractor, transformer dan electrical, ins-trumentation dan control system, dan civil dan struc-ture yang semuanya berasal dari teknologi asing. Alat yang mengkomsumsi bahan bakar minyak yang boros dan tidak ramah lingkungan.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014, BPPT mendapat tugas dari pemerintah untuk mengembangkan teknologi Pem-bangkit Listrik Teknologi Panas Bumi (PLTP) skala kecil dengan bantuan engineering design. Darinya, nantinya akan memberikan pembinaan. Selain itu, tentunya perlu ada kerjasama dengan industri dalam negeri untuk memanufaktur peralatan- peralatan dalam memuluskan rencana-rencana strategi ke-mandirian nasional di bidang industri ketenagalistri-kan dengan energi panas bumi.

Pengembangan PLTP yang dikuasai oleh Sumber Daya Manusia (SDM) dalam negeri saat ini telah dibuktikan. Sebab, akan meningkatkan Tingkat Kom-ponen Dalam Negeri (TKDN) PLTD dari 40,5 persen menjadi 63,8 persen. Selain itu, mensubstitusi PLTD menjadi PLTP yang akan berkontribusi dalam peng-hematan BBM.n

Sitti Atirah

Catatan Seminar Nasional Geothermal Mechani-cal expo 2013, “Potensi energi Panas Bumi Seba-gai energi Alternatif di Indonesia”. Yang digelar Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas teknik un-has. Hadir sebagai pemateri, Direktur Panas Bumi Ditjen eBtKe Kementerian eSDM rI trisnaldi, Manajer Geofisika PT. Pertamina Geothermal energy Imam B. raharjo PhD, Kepala BPPt Dr Ir Marzan A Iskandar, dan Manager Senior energi Panas Bumi Pt. PLN Ir Anang Yahmadi MeNG Sc. Di Gedung Ipteks unhas, (17/4).

Atasi Ketenagalistrikan dengan Geothermal

koridor

Sore itu, Jumat,(5/4), Fadilah Ayu Hapsari, mahasiswi Fakultas Kehutanan (FHut) tengah sibuk mengikuti rapat organisasinya di

Mall Ratu Indah. Tiba-tiba sebuah SMS mencengangkan masuk ke dalam pon-selnya.

“Saya Prof Moh Restu (Dekan FHut). Yang terhormat Fadila Ayu Hapsari, di-minta segera menghubungi sekarang Ba-pak Prof Dr Idrus A Paturusi dengan no-mor 08161492274. Anda ditunjuk hadir dalam seminar nasional pengembangan karakter dan kewirausahaan dari pen-didikan tinggi tanggal 13April di Hotel Nusa Dua Bali.Terimakasih”. Inilah isi SMS membanggakan hati itu.

Mahasiswi yang pernah menjadi “In-donesian Delegates of Short Film” di Jer-man ini pun mengecek kebenarannya.Ia menghubungi nomor ponsel dekan yang tertera pada SMS. Dengan lihai, penipu meyakinkan. “Ia, tadi ada undanganmu masuk ke fakultas, cuma kamu tidak ke kampus jadi kami tidak berikan.Besok pagi bisa kamu ambil di fakultas,” tutur Dila saat mempraktekkan perkataan pe-nipu itu.

Dila pun percaya karena seharian itu ia memang tak ke kampus. Ponselnya pun tidak aktif. Tak puas, finalis Bayer Young Environmental Envoy 2012 ini meng-hubungi nomor rektor yang juga tertera pada SMS.

Setelah memberitahu dan memasti-kan kelulusan Dila, penipu itu pun me-mintanya mengirimkan nomor rekening milik Dila yang diturutinya. Selanjutnya ia disuruh pergi ke ATM. Tanpa mem-beritahukan temannya yang ada saat itu, ia pun menuju ATM.

Sesampainya, rektor gadungan me-mastikan berapa uang yang ada di reke-ning Dila. Pasca mendapatkan jawaban, penipu itu pun menyuruh Dila menekan nomor rekening yang disebutkan. Tahu uang akan ditransfer, Dila pun memper-tanyakan. Namun penipu tetap meyakin-kannya dengan alasan meka nisme. Dana kemahasiswaan belum turun menjadi

alasan. Katanya nanti juga akan dikem-balikan setelah ikuti seminar.

“Entah kenapa tangan saya memencet transfer dan saya mentrasfer 4,05 juta rupiah. Padahal uang itu adalah milik organisasi,” akunya. Setelah itu keluar-lah bukti transfer, penipu menyuruhnya untuk merobeknya. Kecurigaannya pun membesar sehingga ia tidak menyobek-nya namun mengatakan telah melaku-kannya. Terakhir penipu pun menutup perbincangan dengan mengatakan, “Be-lajar yang lebih baik lagi”. “Saya harap data pribadi kita itu dapat lebih disembu-nyikan lagi dan tidak mudah diakses oleh orang lain,” harap Dila, Sabtu (13/4).

Kejadian serupa dialami mahasiswi Fakultas Pertanian, sebut saja Rita (sama-ran). Saat itu, Kamis (4/4). Ia tengah asyik bersantai di rumahnya ketika mendapat-kan SMS yang serupa yang diterima Dila. Tanpa berfikir panjang ia segera menuju ATM mengikuti kemauan penipu.

Namun karena dalam rekeningnya hanya terdapat 28 ribu rupiah, ia pun menabung dahulu sebesar 200 ribu. Setelahnya ia pun mentransfernya ke re-kening sesuai dengan perintah penipu. “Setelah uang saya tertransfer, saya baru sadar bahwa saya ketipu,” tuturnya, Se-lasa (16/4).

Keesokannya di kampus ia melapor ke bagian tata usaha karena dekan sedang keluar. Ternyata ini sudah diketahui pihak birokrat sebelumnya. Pencega-han pun dilakukan dengan penempelan pamflet di fakultas. Juga surat pem-beritahuan ke himpunan-himpunan. “Bagaimana tidak percaya kalau ia (pe-nipu, red) tahu identitas kita secara detail dan tahu nama rektor dan dekan secara lengkap,” keluhnya.

SMS penipuan yang sama diterima pula oleh Musawwir, mahasiswa Fakul-tas Peternakan angkatan 2010. Untungn-ya mahasiswa yang memiliki banyak prestasi ini seperti menjadi Indonesian Delegate of Make a Difference, tidak mempercayainya. Ia telah mengetahui cara pe nyam paian seharusnya dan juga ia

mengetahui nomor rektor dan dekannya. Tajrim, mahasiswa Fakultas Ekonomi

dan Bisnis (FEB) mendapatkan SMS yang sama. Awalnya ia percaya karena merasa baru-baru mendaftar sebagai ma-hasiswa berprestasi. Tapi setelah menel-fon temannya, ia pun dapat mengetahui ternyata ini adalah penipuan.

Dekan FEB, Prof Dr Muhammad Ali SE MS pun telah mengetahui kejadian ini. “Saya harap mahasiswa lebih berhati-hati dan peka dalam melihat sesuatu,” tutur nya, Kamis (18/4). Ia memperte-gas bahwa pihak birokratnya tak pernah menyampaikan sesuatu melalui SMS maupun telpon. “Saat mengajar pun kami menyampaikan pada mahasiswa agar berhati-hati menegenai hal tersebut,” lan-jutnya. Ia juga menuturkan, tidak hanya mahasiswa, penipuam modus lama ini juga dialami pula para dosen.

Senada, dekan FHut juga berusaha melakukan pencegahan kasus penipuan yang kerap terjadi ini. Ia akan memasuk-kan pemberitahuan ini ke website FHuta dan menekankan bahwa pemberitahuan seputar lomba, kita itu umumkan di website atau di papan pengumuman.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan (WR III), Ir Nasaruddin Salam MT ang-kat bicara mengenai permasalahan ini. Prosedur dari rektorat untuk meminta mahasiswa mengikuti kegiatan atau lom-ba dari Dikti itu yaitu WR III mendespo-sisi terlebih dahulu ke Kepala Biro Ke-mahasiswaan Unhas. Lalu disampaikan ke pihak yang bersangkutan atau mela-lui surat formal. Tidak melalui SMS atau telpon. “Dihimbau agar yang menerima SMS seperti ini jangan cepat percaya. Se-belum mengirim, cek dulu ke pihak yang disebutkan dalam SMS tersebut,” harap Nas, Kamis (18/4).n

eta/ amm

SMS penipuan: Seorang mahasiswa menerima sms penipuan untuk menghadiri seminar nasional yang mengatas namakan dekan Fakultas kehutanan dan rektor. Saat ini marak terjadi modus penipuan lewat sms yang mengatas namakan pejabat birokrasi tapi yang menjadi korban adalah mahasiswa yang ber-prestasi yang kurang berhati-hati.

identitaS/eSa raMadana

“Dihimbau agar yang menerima SMS seperti ini jangan cepat percaya. Se-belum mengirim, cek dulu ke pihak yang disebutkan

dalam SMS tersebut.Ir Nasaruddin Salam MT

(Wakil Rektor III)

Page 12: Edisi Akhir April 2013

12 identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013 civitas

SeteLAH selesai salat magrib di sudut Baruga, Sari serta merta menelepon Rian. Agaknya dia galau dengan semua yang dikatakan Arman padanya. Dia terdorong untuk menyelesaikannya segera. Rian menyambut suara di telepon tersebut dengan suara selembut sutera.

“Rian, ada yang penting untuk kita bicarakan!”“Apa lagi Sari. Bukankah semua persoalan kita

sudah selesai? Maaf Sari, saya masih dalam tekanan berat setelah kamu memutuskan cinta kita. Baik, kita bicarakan besok, saya ada operasi mendadak malam ini.”

“Tidak Rian, malam ini juga masalah ini harus diselesaikan. Besok aku tidak punya waktu lagi. Saya harus menyelesaikan laporan penelitian saya, apalagi sudah tertunda selama satu semester akibat aksi.”

“Baik, saya ada waktu satu jam dari sekarang. Saya tunggu kamu di kantin rumah sakit lantai de-lapan, sekalian kita makan malam. Kalau boleh aku pilihkan menu kesukaanmu.”

“Terserah kamu sajalah.”“Saya berangkat sekarang.”“Baik, saya tunggu.”

BarugaNo. 17

Sari segera mencari Arman untuk memintanya mengantar kerumah sakit. Arman meminjam motor salah seorang kawan yang parkirnya dekat Baruga.

“Secepat ini Sari. Apa tidak bisa besok-besok saja? Tidak terlalu mendesak kok, apa lagi koas bedah baru mulai awal bulan depan dan tergantung hasil penilaian Rian.”

“Lebih cepat lebih baik. Bukannya kamu yang mendesak saya.” Arman memacu motornya dengan cepat ke arah rumah sakit pendidikan universitas.

“Saya tunggu Sari?”“Tidak usah. Kembalilah, kawan-kawan menung-

gumu. Saya bisa pulang sendiri nanti. Apalagi nanti diketahui Rian, bahwa kamu yang membuat laporan hitam ini atas dirinya.”

“Baik Sari. Atas nama kawan-kawan saya ber-

terima kasih sebelumnya. Selamat berjuang.”Segera Sari menyelinap masuk ke rumah sakit

yang masih tampak ramai pada awal malam-malam begini. Dia menuju lantai operasi bedah yang terletak di lantai delapan rumah sakit besar ini. Rumah sakit universitas ini sesungguhnya bukan saja merupakan rumah sakit klinik, tetapi juga merupakan rumah sakit riset, dan satu-satunya pusat riset yang ada di Indo-nesia Timur. Berbagai macam riset dikembangkan di sini, mulai dari seluruh jenis penyakit, eksperi-men laboratorium tentang pentelian dan pendidikan patologis sampai pada percobaan bayi tabung. Dengan cepatnya Sari sudah berada di lantai de-lapan. Segera dia menuju ke kantin rumah sakit yang tidak sulit mencarinya. Kantin di lantai delapan ini cukup romantis karena berada di dekat taman yang dapat jadi tempat melempar pandangan ke seputar kota. Kebanyakan yang berada di kantin ini adalah petugas-petugas rumah sakit. Para dokter dan para medis lainnya berbaur di dalam kantin rumah sakit ini. Serta merta Sari menemukan Rian sedang duduk di bawah gasebo taman sendirian. Sari menuju ke dekatnya dan duduk. Tampaknya Rian sudah meme-san berbagai macam menu kesukaan Sari.

“Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam.” Rian menyambut Sari dengan

berjabat tangan sambil senyum.“Tumben Sari ingin menemui saya. Biasanya saya

yang memelas-melas meminta ketemu tetapi ditolak. Termasuk cinta saya diputus tengah jalan. Mau rujuk kembali?” canda Rian dengan senyumnya yang

masih mengambang.“Bukan soal cinta picisan kita berdua. Yang ingin

aku bicarakan dengan kamu sekarang ini adalah soal akademik!” kata Sari bernada tegas dan serius.

“Akademik? Serius amat Sari. Kok, soal akademik dibawa-bawa dalam pembicaraan kita berdua yang kiranya cukup romantik malam ini?”

“Rian, saya serius!”“Maaf. Kamu mematikan nilai-nilai teman seper-

juangan akademik saya. Kamu menahan mereka sehingga mereka tidak memenuhi segala persyara-tan untuk ikut sebagai peserta koas bedah.”

“Maksudmu, saya ini killer buat mereka?”“Iya, kamu pembunuh!” tegas kata-kata Sari

sambil memandang tajam Rian.“Sari. Jangan memandangku dengan melotot

seperti itu. Saya tidak sanggup!”“Aku akan melototimu sampai kamu berubah.

Kenapa sih kewibawaanmu kamu tegakkan dengan cara-cara menjadi pembunuh seperti itu? Kamu kira kamu akan mendapatkan kehormatan dengan cara itu dikalangan mahasiswa? Ingat kalau kamu menonjolkan kehormatan seperti cara-cara fasis seperti ini sebentar lagi rumah sakit ini akan diserbu para demonstran mahasiswa.”

Mata Rian tiba-tiba menyala. Dia menatap Sari dalam-dalam. Guyonannya menghilang seketika.

“Sari. Kamu mengancam!?”“Ya. Atas nama mahasiswa kedokteran

yang masih punya integritas sosial, saya mengancam!”n

cerbung

Oleh: SM NOOR

Terima Ganda Namun Tak MujurSejumlah maha-siswa penerima

beasiswa PPA dan B3M terima uang

dua kali lipat. Bukti carut marut masalah adminis-

trasikah?

iLuStraSi/nOViantO dP addi

Alangkah terkejutnya Nurzidah Natsir, Mahasiswa Fakultas Ke-sehatan Masyarakat (FKM) tat-kala mendapat pesan singkat

berupa sms-banking di ponselnya. Pesan dari Bank BNI itu memberitahukan bahwa uang beasiswa yang masuk ke rekeningnya lebih dari seharusnya.

Sebelumnya ia telah mengetahui bahwa Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBBM) yang sebelumnya sangat ia harap-kan telah terkabul. Tak ketinggalan, ia pun telah mendapat informasi akan menerima uang beasiswa sebesar 1,05 juta rupiah se-tiap tiga bulannya. Namun saat mengecek rekeningnya pada Maret 2012 ternyata ia menerima dua kali lipat dari informasi yang ia ketahui. Uang sebesar 2,1 juta rupiah yang tak jelas sumbernya itupun tak berani ia gunakan.

Sayangnya antisipasi ini tak mengura-ngi keterkejutannya mendapatkan pesan singkat yang baru diterimanya. Maha-

siswa yang akrab disapa Cida tersebut pun mendapatkan info dari Kepala Bagian Ke-sejahteraan Mahasiswa, Dra Nur Azzah bahwa telah ter-

jadi kesalahan. Uang sebesar 1,05 juta yang diterima harus

segera dikembalikan. “Setelah itu saya bertemu langsung de-

ngan Azzah dan mengemba-likan uang tersebut secara

tunai,” Ungkapnya, Rabu (3/4).

Berbagai perbincangan sebab terjadinya kesalahan ini membuat Cida juga mengingat awal ia me ngurus beasiswa B3M tersebut. Setahun yang lalu, ia mengurus berkas un-tuk keper luan agar memperoleh beasiswa. Setelah rampung memasukkan seluruh berkas ke bagian kemahasiswaan FKM, salah seorang senior nya memberinya saran lebih. Ia disarankan dan dibantu memasukkan lagi berkasnya ke bagian kemahasiswaan univer-sitas. Alasan sebagai antisipasi jika berkas di fakultas tidak diterima membuat Cida mengikutinya. Mahasiswa Jurusan Keseha-tan Lingkungan ini tak tahu menahu kalau jadinya akan ma suk uang dua kali lipat.

Kekeliruan penerimaan dana beasiswa yang masuk di rekening mahasiswa dibe-narkan Bagian Kemahasiswaan Unhas. Dua kali memasukkan berkas ditengarai menjadi salah satu penyebab penerimaan beasiswa dobel tersebut. Perihal tersebut juga dibe-narkan oleh Kepala Biro Kemahasiswaan Unhas, Ali Mantung. Mahasiswa yang kha-watir berkasnya tidak diterima di fakul-tas, acap kali mengirim berkas beasiswa di fakultas. Sehingga pemasukan uang bea-siswa pun jadi dua kali lipat.

Tak sepaham, Hasan Bakaring, Staf Kepa-la Bagian Kesejahteraan Mahasiswa me-nampik alasan tersebut. Menurutnya jika ada mahasiswa yang mengirim berkas di kemahasiswaan universitas, maka berkas-nya akan dikirim ke fakultas yang bersang-kutan. Sesuai dengan alur kepengurusan beasiswa untuk menghindari berkas do-bel. Namun ada pula jenis beasiswa yang berkasnya bisa dibawa lansung ke kemaha-siswaan universitas.

Pernyataan Hasan pun didukung dengan kejadian yang dialami Ayu Musfi rah, ma-hasiswa Jurusan Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi (FE). Awalnya, setelah beasiswa dari Diknas yang sebelumnya ia terima telah jatuh tempo, segera ia mendaftar untuk me-nerima beasiswa lainnya. Dengan menye-rahkan berkas di bagian kemahasiswaan fakultas, ia pun berharap dapat memeroleh salah satu jenis beasiswa. Harapannya pun disambut, ia dinyatakan sebagai penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik

(PPA). “Saya hanya mengajukan berkas beasiswa di fakultas, tidak pernah sekalipun saya mendaftar di bagian kemahasiswaan universitas,” tegasnya.

Namun kebahagiannya harus dicoreng, namanya tercantum sebagai penerima bea-siswa PPA yang double pada sesuai yang tercantum pada informasi yang tersebar di Facebook.Mahasiswa angkatan 2009 ini mengungkapkan bahwa dirinya tidak per-nah mengetahui di rekeningnya masuk beasiswa dobel. Pasalnya jumlah dana yang masuk di rekeningnya tergabung dengan dana yang ditransfer dari orang tuanya. “Saya tidak pernah mengecek jumlah dana yang masuk di rekening,” tuturnya saat ditemui didepan halte FE, Rabu (3/4).

Mahasiswa yang tengah menyusun skripsi ini pun mengaku tak pernah mengetahui namanya terdaftar pada penerima beasiswa dobel. Menurutnya ini menjadi salah satu hal yang keliru. Baginya tidak adil bila ma-hasiswa dituntut untuk mengembalikan dana tersebut. “Biasanya kan orang tidak mengecek jumlah uang yang masuk di reke-ning, ini bukan kesalahan kita,” anggapnya.

Bagian Kemahasiswaan Unhas pun telah berusaha memberitahukan kepada ma-hasiswa penerima beasiswa dobel untuk menghadap. Seperti dengan cara penye-baran informasi melalui media social dan menghubungi mahasiswa bersangkutan via telvon. Namun usaha ini tak menyentuh se-luruh mahasiswa yang bersangkutan. Tak heran bila hingga saat ini masih ada saja ma-hasiswa belum menyetorkan dana beasiswa dobel tersebut. Mahasiswa yang mengeta-huinya pun masih saja ada yang menunda untuk menyetorkannya kembali.

Kesalahan dana yang masuk di rekening penerima beasiswa itu menjadi salah satu pembahasan Badan Pemeriksa Keuangan saat mendatangi Unhas. Olehnya, untuk mengatasi segala kekeliruan tersebut tidak terulang kembali, saat ini ditetapkan sistem pendaftaran beasiswa secara online. Hal ini sebagai jalan untuk memperbaiki sistem manejemen beasiswa di Unhas.n

(Sun,nan/amm)

Page 13: Edisi Akhir April 2013

13identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

LILIN-LILIN kecil itu diam dalam gelap di sebuah penginapan di kota Bunga, Malino. Apinya meliuk-me-liuk mengikuti arah angin saat itu. Dingin, semua bisa merasakannya. Malam itu kami membentuk sebuah lingkaran. Memainkan permainan yang sering kami mainkan saat bisa berkumpul seperti ini. Jumlah kami tak begitu banyak, tapi cukup untuk memainkannya. Jujur berani, kami menamakannya. Tidak ada yang tahu bagaimana asal mula permainan ini. Sebuah botol diputarkan, dan ketika botol itu berhenti berpu-tar, seseorang yang berada tepat di depan tutup botol harus rela menerima tantangan. Pertanyaan apapun itu. Pilihannya hanya dua, apakah dia ingin jujur, atau memilih untuk berani. Tidak banyak yang memilih un-tuk berani. Lagi pula, siapa yang berani menginap di luar penginapan saat tengah malam seperti ini? Se-mua memilih untuk jujur. Dan malam itu terjadi. Malam dimana aku pun berani mengungkapkan tentang sesuatu yang selama ini ku pilih untuk menyimpannya pada diri sendiri.

“Putarkan botolnya,” kata Vivi sambil terus terse-nyum. Penasaran, siapa kira-kira yang akan naik arisan. Istilah kami seperti itu. Dandy memutar botol itu. Kira-kira 20 detik saja botol itu terputar, kemudian terhenti dengan sendirinya.

“Sarah…!” Dug, dadaku seketika terhenti beberapa saat. Kenapa harus aku? Apa yang akan ditanyakan jika aku memilih jujur saat itu? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus saja membuatku tak bisa berkata apa-apa selain diam.

“Jujur atau berani?” Fira tiba-tiba mengagetkanku. Sekarang apa? Kenapa aku takut? Bukankah hal ini biasa terjadi? Kualihkan pandangan ke luar jendela. Gelap. Aku tentu tidak memilih untuk berani. Mana berani aku?

“Oke, aku jujur.” jawabku pasrah. Yah, apalagi yang mesti ku katakan. Hanya itu. Dan selebihnya ada yang harus ku pikirkan lagi setelah ini.

“Aku yang bertanya!” Fahri menatapku. “Ya?” tam-bahnya lagi. Aku menatapnya sambil mengangguk-kan kepala, tampaknya orang ini akan menanyakan sesuatu hal yang akan memperburuk suasana saja. Ya, dia memang selalu penasaran dengan banyak hal. Dan tebakanku benar.

Fahri tersenyum. “Begini, seperti yang kita ketahui bersama bahwa semenjak kamu masuk kuliah sampai sekarang, belum pernah aku ngeliat kamu pacaran atau dekat sama cowok manapun. Sebenarnya, kamu itu punya pacar apa ngga sih? Kamu tertutup banget sama kita-kita.” pertanyaan yang sangat panjang. Aku

cerpenpuisiPayung Merah Jambu

Oleh : Nur Ainun Bahrikembali berpikir.

Aku membuka mulut, bermaksud mengatakan sesuatu. Namun, tak satu pun kata keluar dari mu-lutku. Aku menunduk. Apa ada yang salah dari diriku? Ya, aku memang tidak pernah dekat sama siapapun. Menutup hati? Mungkin itu. Akhirnya ingatanku kem-bali ke dua tahun yang lalu.

Sore itu hujan mengguyur SMA Bakti pada jam pulang sekolah. Ketika semua orang memilih untuk berteduh di koridor kelas, aku memilih untuk pulang. Tidak, aku tidak mungkin berbasah-basahan. Aku membawa payung. Payung merah jambu yang ku bawa tiap hari. Aku ingin melangkah keluar ketika tiba-tiba.

“Sarah !” suara itu, sepertinya aku mengenalnya. Aku menoleh dan mendapati kak Izul sudah berdiri tepat di sampingku. Aku sedikit terkejut. Detik beri-kutnya kami telah berjalan bersama-sama. Rumah kak Izul memang searah denganku. Saat itu di tengah hujan, di bawah payung merah jambu, aku merasa telah jatuh cinta.

Kak Izul, dia seniorku. Aku mengenalnya setelah masuk Organisasi Paskibraka di sekolahku. Awalnya aku kagum, tapi ku pikir bukan itu. Ini bukan perasaan yang terbangun begitu saja, tapi sesuatu yang tum-buh sedikit demi sedikit dan ini yang disebut cinta. Kurasa aku telah jatuh cinta. Senyumnya, tawanya, semua hal tentang dirinya. Tidak ada alasan khusus. Haruskah punya alasan untuk menyukai seseorang? Ku pikir tidak.

Aku suka ketika hari Senin saat melipat ben-dera sehabis pengibaran, topiku jatuh. Saat hendak mengambil topi itu, sebuah tangan lembut menyentuh tanganku mengambil topi itu. “Kak Izul,” batinku. Dia bukan hanya mengambilkannya, dia juga memakai-kan topi itu kembali ke kepalaku sambil tersenyum. Aku tersenyum malu.

Aku ingat ketika acara pengukuhan pemuda Indo-nesia di Balai Kota. Saat itu sudah jam satu malam, aku menunggu jemputan. Tak tampak apa-apa. Aku mendengar langkah kaki ke arahku.

“Sarah belum pulang? Penjemputmu mana? Lama amat.” Suara itu, berat tapi lembut. Kak Izul tiba-tiba muncul di belakangku dan langsung mengambil po-sisi duduk di sebelahku. “Belum datang Kak, ngga tau nih,” jawabku sedikit gugup. “Ya udah, aku anterin kamu pulang ya,” tambahnya lagi. Aku langsung saja mengiyakan ajakannya. Kapan lagi ku dapat kesem-patan seperti ini. Aku senyum-senyum dalam hati. Perasaan ini. Aku seperti ingin memiliki laki-laki di ha-

dapanku ini. Satu yang aku tanamkan, aku tidak ingin kehilangan dia. Sepanjang perjalanan pulang kami hanya diam. Tapi aku suka saat seperti ini. Berbicara dalam diam.

Sejak saat itu, aku sering membuntutinya. Aku mengikutinya ketika dia berjalan ke kantin, aku se ring melihatnya saat dia melatih anggota paskibraka, aku menunggunya depan sekolah ketika hujan turun, agar setiap kali aku bisa pulang bareng dengannya. De-ngan payung merah jambu, aku jadi sering membawa payung itu. Aku sering memikirkannya. Dengan me-mikirkannya saja aku merasa kuat. Hari-hariku lebih berwarna.

Akhirnya tiba saat itu. Saat dimana dia harus berpi-sah denganku. Ya, mau tidak mau dia pasti tidak se-lamanya akan di sini. Dia punya masa depan. Mungkin kisahku sad ending. Semenjak dia lulus, tidak pernah lagi ku mendengar kabarnya. Malam itu, se perti tam-paran angin. Aku hilang kontak. Rasanya sakit jika harus mengingatnya lagi. Kenangan-kenangan itu, rasanya mataku mulai memanas. Tidak terasa, air mataku mulai menggenang di bawah pelupuk mata. Kemudian tertumpah.

Tanpa sadar tanganku mulai menuliskan sesuatu.“apabila ada suatu hari dimana ku menangis, itu

karena kau. Saat ini gerimis dan tubuhku kaku. Bagai-kan hujan saat malam, hari ini tumpah bersama gelap. Malam yang tak sempurna. Mungkin hari itu tak bersa-habat, seperti hati ini. Kau tahu apa yang ku inginkan? Dirimu. Haruskah aku menantimu?”

Aku kehabisan kata-kata. Tiba-tiba tersungging se-nyuman dari wajahku. Ya, aku akan menantinya. Ini alasanku menutup hati sampai saat ini. Karena ada kamu, karena masih ada hari esok, karena payung merah jambuku masih ada. Hanya itu.

***“Sarah? Kamu kenapa?” suara itu menyadarkanku.

Apa yang terjadi? Aku melihat lilin masih menyala dan teman-temanku masih membentuk lingkaran. Apa tadi aku masuk ke alam mimpiku?

“Sarah, kenapa kamu menangis? Kamu belum sempat cerita apa-apa Sarah.” Fahri berkata dengan panik melihatku yang masih berlinang air mata. Aku diam, bibirku kaku. Aku merasa penglihatanku kabur, tiba-tiba suasana menjadi gelap.n

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra

Angkatan 2011

Aku NamaAkulah sebuah namayang mewakilimu dari sebuah tanda tanyadan aku berkutat pada ujung kepalamumeski kamu sebenarnya tak pernah paham seutuhnya tentang keberadaanku.

Akulah sebuah namayang dicipta untuk menciptakandan aku membuatmu tercengang terkagummeski kamu sebenarnya tak paham mengapa keberadaanku adalah sebuah keutuhan.

Akulah sebuah namayang berhamburan dari sepasang bibir cerdas sesamamudan aku menjadi dasar kesempurnaanmumeski kamu sebenarnya tak paham bah-wasanya aku sebenarnya keutuhan dari sebuah keberadaan

Akulah sebuah namayang tertanda untuk menggerakkanmudan aku berniat sebagai aktor hidupmumeski kamu sebenarnya tak paham bilamana keberadaanku ialah keutuhanmu

Aku adalah namadari sebuah awaluntuk awal lainnyaDitempatmu membaca kinidipagi bertengger angka enambelaspiscestahun tigabelas millenium kedua masehi

n Kamaluddin Khaedar

SiuLan Fajar Jingga Seru menggema memecah langit. Suara lantang lagu kemerdekaan menggema seantero negeri, memberi kabar suka cita penuh gembira, bahwa hari lalu telah berlalu.

Dialektika sejarah mengantar pada lembaran baru dengan lakon berbeda namun dengan jiwa dan watak sama. Lagu kemerdekaan tak lebih dari nyanyian kemenangan borjuasi dalam negeri yang merdeka. Menjilatkan diri kepada pantat-pantat setan sejarah yang hanya pergi karena yakin telah memiliki anak dalam negeri yang siap berkhianat, dari darah dan sejarah negerinya demi kemewahan dan perhiasan. Tak ubahnya kolonial yang tak jua henti menghisab setiap darah dan keringat rakyat. Sementara hasil keringat rakyat digunakan mengin-fus kemajuan bangsa penjajah, lalu membeli peluru untuk memberedel, menembaki dan membunuh insan maju yang meluncur ke medan laga karena isi perutnya terampas.

Cerita tentang kemerdekaan tak ubahnya sebuah lelucon di panggung komedi. Sebab, kemerdekaan hanya untuk segelintir orang saja. Merdeka dengan melakukan segalanya, merampas tanah, memangkas upah, mengorup uang rakyat yang dititip padanya, memecat dan mem-PHK, menjual aset dan kekayaan negara. Bahkan merdeka untuk menghakimi, menembak, dan membunuh mereka yang melawan.

Bagi Pembaca identitas yang ingin memasukkan cerpen dan puisi,

tulisan anda bisa dikirim melalui e-mail resmi identitas,

[email protected] atau di antar langsung ke Sekretariat PK

identitas LT 1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin

bias

Senandung lagu kemerdekaan pagi ini ibarat nada tak berjiwa, hanya baitan lagu yang membual pada lembaran sejarah. Sinaran mentari indah namun faktanya dunia tetap menulis sebuah cerita yang sama pada fajar jingga. Semua cerita tentang narasi kemerdekaan masih menjadi buritan mimpi di bawah sinaran mentari.

Serupa terlihat dalam harian Universitas Ayam Jantan yang elegan dengan serangkai nama besar dan prestasinya. Membuat mereka menjadi angkuh ternyata bukan sebuah jaminan akan lahirnya perbedaan. Faktanya, kampus yang sede-mikian megah ini tak ubahnya sebuah pabrik yang memerah sekian puluh ribu orang yang menjadi keluarga besarnya. Seru kebanggaan diri dengan slogan “kampus dunia” membuat mereka merasa agung dalam keberadaannya. Namun, lembaga ini tak lebih dari organisasi yang carut marut dengan administrasi yang bobrok. Walau hanya sekedar mengurus WC saja tak becus.

Dharma perguruan tinggi hanya menjadi sebuah cerita kumal di lembaran narasi yang siap tampil di panggung komedi. Kampus sepatutnya menjadi ruang proses dialektika pengetahuan, malah men-jadi sebuah penjara, pusat doktrinasi kolonialisme, harus patuh pada sabda pengajar. Tak ada kritik bagi “tuhan” kelas tersebut, sebab penanya mampu lebih tajam dari belati. Goresannya memang tidak mengalirkan darah, namun mampu memporanda-kan sejuta impian pemuda dan orang tuanya

(membanting tulang demi memanusiakan anaknya, bukan menjadikan budak) dengan nilai E dan intimidasi lainnya.

Subjektifitas mereka mampu melebihi kuasa Sang Absolut. “Tuhan tak akan memberi cobaan yang melebihi kekampuan hamba-Nya”, petikan dari kitab suci peninggalan para Nabi, namun dosen mampu membuat kesusahan hingga mahasiswanya frustasi bahkan gila.

Ringisan tangis para intelekual muda semakin menjadi di fajar jingga ini. Kemerdekaan organisasi mereka dipermak tak bersisa. Mereka diintimi-dasi, direpresif. Watak anti kritik kampus mereka merupakan ruang doktrinasi untuk menciptakan budak-budak baru bagi kepentingan kolonial. Organisasi harus mampu ditundukkan oleh birokrat kampus, yang tak henti berfikir untuk mencari cara menghancurkan penghambat. Ancaman skorsing, pemecatan, intimidasi di kelas, pencemaran nama baik organisasi, dan lainnya menjadi praktek peng-hancuran spirit berorganisasi. Menjadi sebuah fakta bahwa kampus dan negara ini tak membutuhkan orang cerdas, mereka hanya membutuhkan budak!

Dunia bergejolak, siulan fajar jingga hanya ber-cerita kisah duka pilu sebab semua hanya balutan mimpi semalam. Ketika bangun kembali masuk ke dalam sebuah realitas dimana kemerdekaan adalah hukum haram bagi rakyat. Negara telah menjadi alat penguasa menghisab dan memenjarahkan. Merah putih berkibar megah di atas tanah yang

bau amis darah rakyatnya yang mati tertembak. Berjuang demi hidup layak di tanah sendiri. Mimpi hidup layak berbalas moncong senjata. Namun kata mereka, “lebih baik saya mati berjuang untuk mendapat hak saya, daripada mati kelaparan dan terhisab.”

Akhirnya, bagi para intelektual, jika ketakutan masih menjadi raja bagimu, ketakutan terhadap skorsing, pemecatan, intimidasi, maka terbukti-lah kalian tak layak mengaku agen perubahan. Itu bukan hak kalian, sebab kalian tak lebih dari manusia bimbang sok tahu, sok keren, sok berani, sementara menuntut isi perut kalian saja kalian takut! Bergurulah pada rakyat, pada kaum tani, klas buruh, miskin kota, si pemilik keteguhan sejati yang urung mundur walau senjata melolong di kening. Keluarlah dari rumah nyamanmu. Tak ada keme-nangan bagi yang takut dan enggan berkorban. Tak kasihan kah kau pada dirimu yang kehilangan masa depan? Pada ayah bundamu yang memeras keringat untuk tak mejadikanmu manusia terjajah dengan mentalitas budak?

Pada akhirnya fajar jingga akan memerah dan melahirkan dunia baru. Kemenangan bagi yang memiliki keteguhan hati. Kekalahan bagi yang serakah dan tak tahu diri. Kemaluan bagi yang bimbang dan tak percaya kekuatan rakyat. Hukum alam memutlakkan perubahan. Sekarang silahkan kalian pilih, hendak menjadi pelaku perubahan atau penonton perubahan?n

Oleh: Surachman B

Page 14: Edisi Akhir April 2013

14 identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013 kampusiana

Ramah Tamah UKMPA EquilibriumDenGan mengangkat tema “Berkarya, Berprestasi Untuk Sebuah Identitas”, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pecinta Alam Equilibrium Fakultas Ekonomi dan Bisnis UH menyelenggarakan ramah tamah per-ayaan Ulang Tahun Equilibrium yang ke-8, Selasa (16/4).

Kegiatan ini dihadiri oleh UKM Pecinta Alam se-Unhas dan se-Sulsel, UKM se-Unhas. Beberapa rangkaian kegiatan juga mengisi perayaan ulang tahun equilibrium ini, seperti diskusi publik dengan tema “Ak-tivitas Sosial Ekonomi”, pameran foto, bazar buku, lomba karya tulis lingkungan hidup dan Economic Team Building. “Semoga Equilibrium tetap menjadi organisasi yang mewadahi teman-teman di Fakultas Ekono-mi dalam bidang kepetualangan dan tetap membentuk generasi yang punya jiwa kepemimpinan dan kepribadian Equilibri-umers,” tutur Salman Samir selaku Ketua UKMPA Equilibrium. (ant, cita)

Confucius Institute in UnhasberTemPaT di Gedung Baruga Andi Pangeran Pettarani, Senin,( 15/4). Pusat Ba-hasa Mandarin Unhas menggelar Confucius Institute Permormance Tour antara Univer-sitas Hasanuddin dengan Universitas Nan-chang China. Kegiatan yang dimulai pukul 13.30 hingga 17.00 Wita ini dihadiri oleh Rektor Unhas Prof. DR. Dr Andi Paturusi SpB SpBo, Wakil Rektor III Ir Nasaruddin Salam MT, Wakil Rektor IV Dr Dwia A, dan segenap civitas akademika Unhas. Kegiatan ini bertujuan untuk saling memperkenalkan kebudayaan antara China dan Indonesia serta memperkenalkan beasiswa Kong Zi Xue Yuan ke China. Turut ditampilkan per-

tunjukan-pertunjukan seni yang ada di In-donesia dan di China diantaranya Kungfu, Tari Asal China, Tari Paduppa dan Chong Yang, Be ngawan Solo dan masih banyak lagi.’’Semoga dengan adanya kegiatan ini Indonesia dan China dapat saling beker-jasama baik dalam pertukaran pelajar mau-pun dalam saling memperkenalkan kebu-dayaan,’’ harap Fang Qiang selaku direktur Pusat Bahasa Mandarin. (ant)

Gema Gelar Dialog Balada Krisis PanganGema Pembebasan Komisariat Universitas Hasanuddin melangsungkan dialog, Rabu (17/4). Bertempat di pelataran Baruga AP Pettarani, kegiatan dihadiri sekira 20 maha-siswa UH. Mengusung tema “Balada Krisis Pangan di Negeri Mapan”, bentuk dialog seperti ini merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh gema pembebasan setiap bulannya. Hadir sebagai pemateri David Syamjaya dari BEM Pertanian, Irfan dari BEM Perikanan dan Indra Wirawan aktivis dari Gema Pembebasan. “Semoga dengan kegiatan ini teman-teman bisa mengetahui bahwa masalah Indonesia bukan hanya masalah pangan namun sistem pemerinta-han Indonesia adalah penyebabnya,” tutur Ahmad Masri selaku ketua GEMA Pembe-basan Komisariat Unhas. (ant)

Anniversary UKM KPIUnit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pena-laran dan Penulisan Ilmiah (KPI) menggelar kegiatan Anniversary, Kamis dan Minggu (18/4 dan 20/4). Tema yang diusung yakni “Eksistensi 4 tahun UKM KPI UH Sebagai Rumah bagi Generasi Ilmiah.”

Ada tiga rangkaian kegiatan yang di-selenggarakan, yakni Pengibaran Bendera Bawah Laut di Pulau Badi’ Sulawesi Sela-tan, Kamis(18 /4). Sekaligus sebagai acara pembukaan. Kemudian, dilanjutkan dengan Temu Akademisi Nasional dan KPI Award, yang berlangsung di Aula Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran UH, Minggu (20/4). Rangkaian kegiatan tersebut merupakan forum silaturahmi bagi seluruh sivitas aka-demika, baik dekan dan wakil dekan, guru besar, dosen, asisten laboratorium dan ma-hasiswa. Terakhir, akan disusul dengan acara penganugrahan bagi seluruh alumni, pengurus dan anggota UKM ini dengan ber-bagai kategori. (riry, ara)

Inagurasi FMIPAFakUlTaS Matematika dan Ilmu Penge-tahuan Alam (FMIPA) menggelar kegiatan Inagurasi bagi mahasiswa baru yang akan

menjadi keluarga mahasiswa, (17/4). Acara yang berlangsung di Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas ini, dibuka secara resmi oleh Drs Muhammad Zakir Msi selaku Wakil Dekan III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Bertemakan “Eksistensi Berlembaga Me-nuju Mahasiswa Berkapasitas dalam Bing-kai KeMIPAan”, Inagurasi ini mengukuh-kan sebanyak 223 orang mahasiswa. Prosesi ini merupakan proses akhir setelah mengi-kuti prosesi pembinaan secara formal dari Lembaga Kemahasiswaan FMIPA UH dan bertujuan sebagai langkah awal bagi ang-katan 2012 FMIPA untuk menjadi penerus lembaga. ’’Semoga ke depannya kegiatan ini tidak hanya sebagai euforia saja, namun bisa membangun komunikasi seluruh civi-tas akademika FMIPA,’’ harap Muhammad Maknum, Ketua BEM FMIPA.

Dialog Hukum Sprindik Anas UrbaningrumDUGaan pembocoran Surat Perintah Pe-nyidikan (Sprindik) atas nama Anas Ur-baningrum yang diperlihatkan oleh Sekre-taris Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Wiwin Suwandi dibahas di Fakultas Hukum Unhas. Acara yang digelar oleh Lembaga Pers Mahasiswa Hukum (LPMH) ini mempersoalkan landasan dokumen apa-kah Sprindik termasuk pelanggaran pidana atau bukan. Hadir Pakar Hukum Pidana dan Kriminologi Fakultas Hukum UH Prof Dr A Sofyan SH MH, Sekretaris Anti Corruption Committee Nursyam SH MH. Ke giatan di-laksanakan di Ruangan Moot Court Harifi n A Tumpa, Selasa (16/4).

Dalam akhir pembahasan, pemateri sepa-kat bahwa Sprindik yang diperlihatkan Wiwin kepada wartawan adalah surat yang bukan dokumen rahasia negara. “Sprindik bukan rahasia negara sehingga dapat di-akses siapa saja. Namun, tidak boleh diberi-kan lembarannya kepada khalayak sebab merupakan surat kewenangan penyidikan bagi penyidik terhadap suatu kasus yang ditangani,” kata Nursyam yang juga Pe-nasehat Hukum Wiwin. (ahd, Hya)

Peduli Lingkungan Melalui Ajang DebatUniT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Hasa-nuddin English Debating of Society (HEDS) menyelenggarakan Hasanuddin School De-bating Campionship di ruang Multimedia Perpustakaan Pusat UH, Jumat-Sabtu (12-13/4).

Dengan mengusung tema The Spirit of Generation, kegiatan ini diselenggarakan se-bagai wadah untuk menyalurkan minat dan meningkatkan kepedulian siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) tentang lingkungan hidup dalam konteks yang lebih edukatif.

Salah satu program kerja tahunan UKM ini, diikuti sekira 16 tim yang merupakan perwakilan dari sembilan SMA se-Sulawesi Selatan. “Kami berharap kegiatan menjadi bentuk kontribusi para generasi penerus untuk lebih mencintai lingkungan ataupun bahkan ke depannya sebagai awal dalam menyelamatkan bumi,” harap Zhafran, salah satu panitia. (Sun)

Dialog Interaktif pecinta alambaDan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum mengadakan dialog inter-aktif sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Hasanuddin Law Fair yang berlangsung se-lama tiga hari . “Pertanggungjawaban Hu-kum Terhadap Kecelakaan dalam Kegiatan Ke pecintaalaman” menjadi tema dialog, Ju-mat (5/4).

Kegiatan diadakan di Laboratorium Moot Court Harifi n A Tumpa dmulai pukul 14.30 Wita hingga 16.45 WITA, dengan mengha-dirkan pemateri Abdul Azis SH MH, Sirul Haq SH dan Nevy James. “Semoga teman-teman pecinta alam bisa menggagas terben-tuknya sebuah himpunan pencinta alam terkhusus di Sul-Sel dan Indonesia pada umum nya,” harap Muh Ansyar S selaku ketua panitia. (nan)

agendaFestival Sastra Indonesia III

Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia dan IMSI KMFS Universitas Hasanuddin“ Sastra Hegemoni dan Mentalitas”

Lombah tingkat SMP/ sederajat dan SMA / sederajat

Cipta Puisi, Baca Puisi, Visualisasi Puisi, Pidato, Olimpiade Bahasa

Item acara lainnya seminar Satra dan bu-daya (Rabu, 8 Mei 2013), Pameran budaya

(selama kegiatan berlangsung), teropong (Kamis,9 Mei 2013)

cermin

BeLANJA kain, telah menjadi hal biasa buat anak seorang pedagang pakaian sepertiku. Bahkan, ham-pir tiap bulan kudapati perintah tuk belanja sejumlah gulung kain via telpon genggam. Walau biasanya bapakku atau ibukku datang sendiri ke Makassar tuk berbelanja. Namun, itu jika lagi banyak modal.

Pesanan tak selalu banyak, dan kehadiranku di kota jadi solusi tepat. Ketimbang harus mengeluar-kan duit lebih untuk trasportasi yang bisa mencapai tiga ratus ribu rupiah. Saya telah ada langganan tuk belanja kain, cukup membawa catatan yang menjelaskan jenis kain pesanan.

Toko kain itu berada di kompleks Pasar Butung. Khusus menjual segala jenis kain. Pemiliknya seorang tionghoa yang ramah. Bahkan, walau tak se ring bertemu, Tauke Cina yang tak ku tahu namanya itu dapat mengenaliku dan langsung menyebut nama bapakku tiap kali berkunjung di tokonya. “Haji Layong, mau pesan apa?” cepat ia menyapa sebelum sempat kukeluarkan satu kata pun dari mulutku. Saat kuberi daftar pesanan, dengan cepat ia instruksikan anak buahnya menyiapkan barang yang kucari.

Namun, bukan tentang Tauke Cina itu yang ini kucerita. Tulisan ini tentang rasa penasaranku terhadap dua foto ukuran sepuluh R yang terpasang pada dinding ruang depan. Yang menarik, pada foto pertama, gambar laki-laki gagah berseragam anggota TNI dengan beberapa aksesoris di bagian dada tak kuhitung jumlahnya. Laki-laki itu nampak telah berumur, beberapa garis kerutan di wajahnya. Matanya bulat. Dan foto kedua terlihat sorang laki-laki yang sama. Namun, kali ini didampingi seorang perempuan. Mereka berpose layaknya suami dan istri. Laki-laki berdiri dengan tegap dan si perem-puan agak bersandar pada pasangannya.

Awalnya ku aganggap kehadiran kedua foto itu biasa saja. Namun, tiap kali belanja di sana, benda itu selalu menarik pandangku. Pikiranku kadang menerawang. Alasan apa yang menjadikan foto itu dipasang di dinding toko kain? Mungkin sebagai wujud kebanggaan semata.

Di kesempatan lain, saya pernah melihat satu perkelahian. Terlihat dua orang dengan jaket kulit berwarna hitam memukuli seorang laki-laki yang disertai makian. Korbanya, belakangan kutahu merupakan petugas parkir di salah satu tempat penyewaan lapangan futsal. Pelaku pemukulan itu nampaknya anggota tentara, itu terlihat dari baju kemeja loreng yang kulihat dari sela-sela jaket yang tersingkap. Tak hanya puas memukuli, bahkan se-orang pelaku juga sempat melepas baju korbannya dengan paksa. Kedua pelaku pun terus memaki, tanpa dapat dibalas.

Kejadian itu berlangsung kurang dari sepuluh menit. Namun, tak satu pun orang yang mau ambil risiko dalam konfl ik itu. semua memilih jadi penonton yang baik. Setelah kedua pelaku pergi, orang-orang pun kemudian ramai melihat korban dengan makin dekat. Termasuk saya. Tak ada luka serius pada korban.

Ternyata, penyebab pertikaian itu berawal saat si juru parkir tak membanyar setelah makan di sebuah warung. Dan pemilik warung tak terima, kemudian melapor ke kerabatnya, seorang tentara. Berdasarkan pengakuan si tukang parkir, ia tak tahu telah bikin masalah dengan kerabat tentara. Perta-nyaanya kemudian, jika tak ada kedekatan dengan militer, apakah perbuatan tukang parkir itu dapat dibenarkan? Tentu jawabannya tidak.

Terlepas dari itu semua, hampir semua aspek kehidupan kita ada militerisme. Pendidikan pun tak lepas dari itu, sejak memasuki sekolah dasar, siswa langsung diajarkan kebiasaan militer. Harus melakukan upacara bendera ala militer. Seragam sekolah pun diatur. Parahnya lagi, hingga potongan rambut pun diatur seperti tentara.

Bisa jadi itu pula alasan pemilik toko mengang-gap penting memasang foto laki-laki dengan pakaian militer di dinding tokonya. Semacam azimat yang terbukti ampuh menangkal niat jahat preman atau siapa saja yang dapat mengganggu keberadaan usahanya. Azimat yang menjadikan toko manapun kebal dari ganguan penjahat atau bahkan ganguan petugas. Dalam negara hukum seharusnya semua orang berhak merasa aman, bukan saja bagi mereka yang memiliki kedekatan militer. Tak perlu dengan memasang azimat berupa foto sebagai bentuk peringatan bagi siapa saja.n

Azimat Foto

identitaS/eSa raMadana

Penulis adalah Redaktur Pelaksana PK identitas 2013

Diskusi UU PT: Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi memberi respon terhadap berba-gai pertanyaan dari mahasiswanya terkait Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU-PT) di Gedung Pusat Kegiatan Penelitian Unhas, Kamis (18/4). Hadir mendampangi sebagai pe-materi dari Sekjen Dikti Kemendikbud Patdono Suwigmjo. Diskusi ini digelar oleh Kantor Berita Radio 68 H bekerjasama dengan lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas se-Unhas.

Oleh : Mustafa

Page 15: Edisi Akhir April 2013

15identitasNO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013iptek

Menulis dengan InframerahKapur dan spidol yang kerap digunakan pada papan tulis kini dapat digantikan dengan inframerah .

Sujiwo Tejo, Presiden dalam Buku

resensi

“Jika dengan Jancuk pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu”. Begitulah kalimat yang tercantum pada halaman per-tama buku berjudul Republik #Jancukers.

Sesuai dengan namanya, Republik #Jan-cukers merupakan imajinasi tata pergaulan yang dibangun oleh kehendak dasar un-tuk berakrab ria satu sama lain. Laki-pe-rempuan, tua-muda, terdidik secara formal maupun tidak. Diceritakan pula sebuah negeri yang setiap rakyatnya tampil apa adanya. Tanpa ada sopan santun, bahkan sedikit urakan serta tak butuh pencitraan. Namun keadaan negeri Jancukers itu selalu aman dan tentram.

Buku yang merupakan hasil pemikiran Sujiwo Tejo, penulis sekaligus budayawan ini menulisnya dalam bentuk komedi dan serba campur sari. Buku ini mempertahan-kan karakterisitik Tejo yang memberikan pemahaman lain kepada pembaca, bahwa urakan bukan yang lebih buruk daripada kesantunan. Buku ini merupakan buku ke enam penulis yang dikenal sebagai dalang edan. Tejo pun menjadikan dirinya sebagai presiden di Republik #Jancukers.

Jancuk sendiri merupakan kata yang be-rasal dari bahasa Jawa. Sebanarnya Jancuk mengandung arti yang sangat kasar. Na-mun dalam buku ini, Jancuk menandakan

keakraban, kebersamaan, dan dapat memu-lai serta mengakhiri percakapan.

Diterangkan pula bahwa Jancuk yang biasa disingkat “Cuk” seperti pisau yang serba guna. Tergantung pada penggunanya. Dengan niat tak tulus, ia dapat menyakiti. Tapi dengan kehendak untuk akrab, hangat sekaligus cair dalam menggalang per-gaulan, Jancuk menjadi laksana pisau bagi orang yang sedang memasak, dapat mengo-lah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar perbincangan dan tawa-tiwi dimeja makan.

Diciptakan pula sebuah miniatur negara yaitu Jancukers. Di dalamnya tidak menge-nal kesantunan, karena ideologi dari negeri Jancukers ini adalah “ngawurisme” dengan gaya urakan. Menurut buku, urakan ber-beda dengan kurang ajar. Urakan adalah pelanggaran peraturan termasuk dalam pikiran karena tidak sesuai dengan hati nu-rani. Sedangkan kurang ajar dilakukan de-ngan dorongan nafsu sesaat.

Diceritakan Negeri Jancukers mampu mendapat banyak apresiasi dari masyarakat. Pasalnya selama ini masyarakat lebih ba-nyak terkekang oleh kesantunan. Mereka tidak bebas mengekspresikan jiwanya ka-rena takut melanggar tata nilai yang ada. Presidennya, Tejo pun yang merupakan budayawan mampu hadir sebagai presiden yang sanggup memberikan pemahaman

berbeda tersebut bagi masyarakat. Pada buku yang terdiri dari 85 tulisan

pendek ini tanpa disadari real terjadi di sekitar kita. Misalnya, dari dulu selalu di-berantas buta huruf, sedangkan buta cinta tidak. Contoh lain setiap makan ikan, kita selalu disarankan memakan kepalanya agar bisa jadi raja. Tapi dalam biologi pembusu-kan pertama pada ikan itu di kepalanya. Se-hingga sekarang banyak pemimpin korupsi dikarenkan isi kepalanya sudah busuk.

Pada beberapa bagian, buku ini mam-pu membuat pembaca tertawa, bingung, mengernyitkan dahi, dan juga akan berkata ‘oh benar juga ya’. Contohnya pada hala-man 13 bab III, Jomblo. Di negeri #Jancuke-rs setiap jomblo diberi pasangan part-timer, Negara ini tak hanya memelihara fakir mis-kin dan anak-anak terlantar. Kaum jomblo pun dimasukkan pada golongan yang pa-ling sah untuk diperhatikan.

Kelebihan buku ini juga terdapat pada penyajiannya. Seperti percakapan melalui akun Twitter dari Presiden Republik #Jan-cukers yang merupakan diskusi keseha-riannya. Akun @sudjiwotedjo mampu me-narik simpatik pengguna Twitter lain untuk membalas postingan yang ia update. Pem-baca buku pun mudah memahami maksud persoalan yang disampaikan. Selain itu, di-lampirkan tujuh lirik lagu dari penulis.

Namun terkadang maksud dari buku setebal 400 halaman ini sulit dipahami. Misalnya pada halaman 262 bab LIV yang menyatakan menteri dilantik oleh presiden. Tapi wakil menteri tidak dilantik oleh wakil presiden.n

Alfiah Alif

Judul: Republik JancukersNo. ISBN: 9789797096779

Penulis: Sujiwo TedjoPenerbit: Kompas

Jumlah Halaman: 400Dimensi (mm): 14 cm x 21 cm

nya. Sayangnya komputer tidak mampu memberikan kebebasan menulis seperti saat menggunakan tangan pada papan tulis. Sehingga di ruang belajar mengajar masih ditemukan penggunaan dua komponen ini secara bersamaan.

Kekurangan kedua alat tersebut pun mampu dihapuskan papan tulis interak-tif. Papan tersebut merupakan papan tulis digital yang memiliki layar sensitif bila di-sentuh. Sistem kerja papan ini mirip de ngan komputer, yaitu menyimpan informasi yang pernah ditulis di atasnya. Alat ini ba-nyak digunakan sebagai media presentasi. Perekaman presentasi dan pengoreksian apabila terjadi kesalahan juga dapat dilaku-kan. Presentasi pun dapat berlangsung ber-samaan di dua lokasi atau lebih.

Namun, di pasaran harga sebuah papan tulis interaktif tidaklah murah. Berkisar antara belasan sampai puluhan juta rupiah hanya untuk sebuah papan tulis. Sehingga papan tulis interaktif masih menjadi barang “mewah” bagi dunia pendidikan

Melihat dan mengalami keadaan ini, Nur Rezha R dan rekannya dari Fakultas Teknik Jurusan Elektro konsentrasi Teknik Ken-dali, Komputar dan Elektronika melakukan terobosan. Sejak tiga bulan terakhir, mereka melakukan penelitian berjudul “Desain dan Implemtasi Papan Tulis Interaktif Menggu-nakan Sensor Optik Inframerah Via Blue-tooth”.

Mahasiswa yang akrab disapa Eca itu membuat aplikasi agar pengguna seolah-olah dapat menggambar pada layar proyek-tor atau monitor. Didukung dengan peng-gunaan pena inframerah dan sensor optik inframerah. Aplikasi ini juga mampu meng-gambar grafik-grafik yang sederhana, ru-mus dan gambar sederhana lainnya.

Penelitian ini dibagi atas dua pembua-tan komponen yaitu perangkat keras dan lunak. Sensor optik inframerah monokrom resolusi 1024x768 piksel dengan built-in ima ge processing digunakan pada perang-kat keras. Sensor ini mampu mendeteksi empat titik inframerah secara bersamaan. Lalu dihubungkan dengan komputer via bluetooth. Pada perangkat keras digunakan pula pena inframerah yang memancarkan sinar. Pantulan sinarnya itu dapat dideteksi oleh sensor.

Sedangkan pada perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak penghubung dan pa-pan tulis. Perangkat lunak penghubung ber-fungsi layaknya “driver” untuk mengatur kondisi sensor. Mulai dari titik kalibrasi, tingkat kehalusan, sampai kondisi daya pada sensor. Pada papan tulis, programnya berfungsi menulis pada papan tulis virtual. Seperti fungsi tulis, hapus, bersih, dan me-

Pada zaman modern ini, penggunaan papan tulis mulai ditinggalkan. Ini terjadi tentunya karena metode ini masih memiliki banyak kekurangan.

Seperti kebersihan yang tak terjaga akibat penggunaan kapur atau spidol pada papan tulis. Para peserta didik pun terkadang ke-tinggalan mencatat pelajaran yang ditulis di papan, ditambah ketika pengajar aktif menghapus materi yang baru diajarkan. Se-lain itu, karena memiliki ukuran yang besar, papan tulis umumnya dipasang permanen di dinding kelas sehingga tak fleksibel.

Karena kekurangan-kekurangan terse-but, fungsi komputer pun mulai mengambil peran papan tulis. Komputer dan proyektor menjadi alat pengganti persentasi atau se-bagai sarana metode belajar mengajar lain-

nyimpan tulisan. Seluruhnya dibuat de ngan pemrograman berbasis objek Microsoft Vi-sual Studio.

Selain itu dalam penelitian ini juga di-lakukan penghitungan jarak optimal sen-sor pada sistem. Jarak optimal didapatkan dari perbandingan antara teori atau rumus dan akusisi data pengujian. Hasilnya sen-sor bekerja optimal pada sudut 45 derajat dari garis tengah papan dan diletakkan satu hingga dua meter dari lapisan padat, seperti dinding, lantai, dan papan kayu.

Yang perlu diperhatikan, alat ini hanya boleh digunakan dalam ruangan saja. Tu-juannya agar sensor tidak mendeteksi ter-lalu banyak inframerah, seperti yang ada pada cahaya matahari. Karena ini dapat mengganggu proses deteksi inframerah dari laptop.

Tidak semulus yang dibayangkan, pada pembuatan alatnya, Eca kesulitan menda-patkan buku literatur khusus membahas sensor yang digunakan. Walau ada, sebagi-an besar menggunakan bahasa asing. Selain itu Eca juga sulit mendapatkan komponen data sheet dan Led inframerah Vishay TSAL 6400. Kedua barang itu terbatas karena menjadi salah satu andalan Nintendo dan harus dipesan di luar negeri.

“Sampai saat ini alat yang saya pesan tersebut belum sampai, jadi terpaksa kami menggunakan alat lain yang kualitasnya lebih rendah,” tutur Eca saat diwawancarai Rabu (17/4).

Kekecewaan tersebut pun terobati dengan dihasilkannya papan tulis interaktif yang murah. Biaya produksinya hanya mema-kan biaya sekitar seratus ribu rupiah. Jauh di bawah harga papan tulis interaktif yang harganya belasan sampai puluhan juta ru-piah. Kualitasnya pun tidak kalah dengan yang asli.n

cita Surya elisa

Page 16: Edisi Akhir April 2013

SeteLAH dinyatakan lulus menjadi peserta KKN Inter-nasional II Jepang pada 4 April 2012, saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) dan juga dua kawan lain yakni, Fridollyn Hendriyani Suardi dari Fakultas Kehutanan, dan Irda Yusnidar dari jurusan Agribisnis Sosial Ekonomi Pertanian menemani ma-hasiswa Jepang KKN di Makassar.

Kabupaten Takalar, Bantaeng, Kepulauan Sper-monde dan Kabupaten Palopo menjadi pilhan tem-pat KKN Internasional II Universitas Hasanuddin de-ngan mahasiswa Universitas Ehime Jepang. Sembari menemani para mahasiswa ini, kami juga belajar bahasa Jepang selama tiga bulan. Hingga pada ke-berangkatan kami menuju negeri Sakura pada bulan Oktober-Desember 2012.

Penerbangan tiba di Kansai, Osaka. Bandara be-sar yang dibangun di pulau buatan. Lalu menuju kota Matsuyama dimana Universitas Ehime terletak disana. Kedatangan kami pertama kali memberikan kesan be-gitu mendalam bagi saya dan teman-teman. Jepang, yang terkenal sebagai Kota Sakura menyangkut ba-ngunan raksasa, teknologi, disiplin, bersih dan teratur.

Welcoming Party dengan masakan makan khas Jepang, tinggal di share house dekat kampus dan ber-baur dengan mahasiswa Jepang juga sensei (dosen) yang selalu menemani selaku supervisor. Ke kampus dengan bersepeda dan selama dua minggu kuliah mengenai bahasa dan budaya Jepang. Suhu yang sangat berbeda dengan Indonesia, pada awal musim dingin memaksa kami untuk selalu mengenakan jaket walaupun dingin itu tetap terasa. Kunjungan ke tem-pat ibadah Shinto, museum arkeologi, Dogo Park dan Tobe Zoo juga termasuk dalam agenda kami.

Pelajaran paling awal adalah bagaimana membuang sampah. Bila di Indonesia kita mengenal dua jenis sampah yakni organik dan anorganik, di Jepang kita harus mempelajari sebelas jenis sampah. Jadi terka-dang bingung membagi dalam sebelas kotak sampah. Selain itu, kami juga belajar mengenai kondisi jepang yang memiliki jumlah generasi muda yang kurang dan tingkat bunuh diri yang tinggi.

Peserta KKN Internasional ini berjumlah sekira de-lapan orang yakni, Unhas, IPB, UGM. Di sana saya menemui Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam atau Adventure Club. Alhamdulillah saya sangat dekat de ngan mereka. Waktu luang yang saya miliki diisi dengan diskusi, memanjat tebing buatan dan jog-ging bersama. Tak hanya itu dengan izin sensei, saya berkesempatan mendaki gunung bersama mereka. Kami senang menjalin persahabatan dengan orang Jepang.

Kebun bambu menjadi lokasi kegiatan. Di sana kami sebagai relawan karena bambu dianggap sebagai hama. Olehnya, bambu dikelola sebagai perabot tradi-sional dan arang. Selain itu, kami bersama mahasiswa Universitas Ehime juga melaksanakan KKN dalam bentuk student service di desa Zenitsubo Jepang se-perti yang kami lakukan sebelumnya di Indonesia.

Di desa ini, rombongan KKN dipanggil oleh pe-ngusaha besar, yang terlahir di desa, yang sekarang memiliki perusahaan besar di kota Osaka. Kami ter-motivasi oleh beliau yang tetap kembali ke desanya untuk membangun. Pengelolaan lahan di sini me-makai peralatan serba mesin canggih seperti bulldo­

Melalui KKN Internasional UH, Jelajahi Negeri Sakura

zer dan gerobak mesin, sangat berbeda dengan Indo-nesia yang masih manual.

Berikutnya adalah kota Uwajima. Sebuah kota ke-cil yang memiliki komoditas utama hasil laut seperti berlian, ikan, garam, rumput laut, kerang dan masih banyak lainnya. Tempat ini terkenal dengan berlian-nya yang memiliki kualitas tinggi. Kunjungan ke pe-rusahaan pakan ikan Dainichi juga tak terlewatkan, melihat secara langsung proses mereka membudi-dayakan ikan tuna di laut.

Kegiatan KKN selanjutnya di Ikata Peninsula. Tem-pat ini merupakan pusat jeruk terbaik di Jepang. Ber-beda dengan di Indonesia, rata-rata semua petani adalah orang tua. Ini akibat angka kelahiran di Jepang sangatlah kurang dengan rata umur di usia yang tua. Akhirnya para orang tua ini harus bekerja di kebun. Bahkan sangat sulit untuk menemukan pemuda seu-sia kami.

Kondisi geografis yang curam membuat kami sem-pat berdecak akan proses pemetikannya. Karena ini Jepang, untuk mengakses kebun tidak perlu berjalan kaki, namun menaiki semacam Roller Coaster Mini, tentunya cukup memacu adrenalin dengan kemiri-ngan yang sangat curam. Kami juga belajar membuat kue-kue berbahan dasar jeruk dan membuat jus jeruk dan berkunjung ke sekolah SMP untuk bersosialisasi me ngenai jeruk, generasi muda dan tentunya juga Bu-daya Indonesia.

Selain itu kami juga pergi ke beberapa universitas lainnya seperti Universitas Kochi, yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik. Juga ke Universi-tas Kagawa di bagian Utara Pulau Shikoku. Di univer-sitas tersebut kami mengunjungi Marine Station, pusat pembuatan udon (masakan khas Jepang), kebun hid-roponik, mengikuti penelitian di laut.

KKN International di Jepang sangat terasa manfaat dan pengalamannya. Saya sangat berterima kasih kepada sensei yang tergabung dalam Six University Inisiative Japan–Indonesia (SUIJI) terutama pihak Universitas Hasanuddin yang telah membukakan pintu ilmu ini.n

Baso HamdaniMahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

16identitasNO 791 | TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013lintas