bernas edisi april 2015

34
Dari Nusa Tenggara Timur Untuk Nusantara Be rn as Edisi 02 Tahun IV,Nomor 14, April 2015 Pencanangan 5 Nilai Budaya Kerja Bagian Dari Revolusi Mental Upaya Kembalikan Citra Dengan Kinerja Yang Baik

Upload: kanwilagamantt

Post on 25-Jul-2016

244 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

5 Nilai Budaya Kerja, Bagian Dari Revolusi Mental

TRANSCRIPT

  • Dari Nusa Tenggara Timur Untuk Nusantara

    BernasEdisi 02 Tahun IV,Nomor 14, April 2

    015

    Pencanangan5 Nilai Budaya Kerja

    Bagian Dari Revolusi Mental

    Upaya Kembalikan Citra Dengan Kinerja Yang Baik

  • Http :// ntt.kemenag.go.id

    M I S I

    Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama Memantapkan Kerukunan Intra dan Antar Umat Beragama Menyediakan Pelayanan Kehidupan Beragama yang Merata dan Berkualitas Meningkatkan Pemanfaatan dan Kualitas Pengelolaan Potensi Ekonomi Ke-

    agamaan Mewujudkan Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang Berkualitas dan

    Akuntabel Meningkatkan Akses dan Kualitas Pendidikan Umum Berciri Agama, Pendidi-

    kan Agama pada Satuan Pendidikan Umum dan Pendidikan Keagamaan Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan yang Bersih, Akuntabel dan Terpercaya

    KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    V I S ITerwujudnya Masyarakat

    Nusa Tenggara Timur Yang Taat Beragama, Ru-

    kun, Cerdas, dan Sejahtera Lahir Batin dalam Rangka

    Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan

    Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    1

    Membangun Masyarakat Beragama NTT Beriman, Cerdas, Rukun, dan Sejahtera

    Pelindung :Kepala Kantor Wilayah

    Kementerian AgamaProvinsi Nusa Tenggara Timur

    (ex-officio)

    Penanggungjawab :Kepala Bagian Tata Usaha

    Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Nusa Tenggara Timur

    (ex-officio)

    Pemimpin Umum :Drs. Sarman Marselinus

    Wakil Pemimpin Umum:H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd

    Pemimpin Redaksi./Redaktur Pelaksana :

    John. B. Seja

    Dewan Redaksi :Yohanes F. G.M. Wassa

    Yos SudarsoBobby Babaputra

    Ivony BlegurGenoveva Menggol

    Robertus FidiantoPaskalis F. Gara

    Sirkulasi :Genoveva Menggol; Ivony Blegur

    Design Grafis/Layout/ Foto :Paskalis F. Gara

    Kontributor Daerah :Kantor Kementerian Agama Kabupaten/

    Kota dan Madrasah Negeri se-NTT

    ALAMAT REDAKSI/ SIRKULASI :Subbag Informasi dan Humas

    Kanwil Kementerian Agama NTTJl. Frans Seda Kupang,

    Telp/Fax [email protected]

    Diterbitkan sebagai Media Komunikasi dan Informasi

    Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur

    PERCETAKAN : CV. INARApublishing

    Redaksi menerima berita, opini, baik dari kalangan internal maupun dari penulis di luar lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan misi penerbitan majalah ini. Redaksi berhak melakukan editing tanpa mengubah isi dan struktur naskah. Naskah yang tidak dimuat tidak dikembalikan

    DITERBITKAN OLEH SUB BAGIAN INFORMASIDAH HUBUNGAN MASYARAKAT

    KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Salam Redaksi

    Salam Sejahtera.

    Pembaca nan budiman,Selamat bersua kembali dalam BERNAS edisi kedua. Kami menyajikan informasi seputar upaya membangun Zona Integritas di tingkat Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui implemen-tasi 5 Nilai Budaya Kerja. Dan ceritera tentang peristiwa menonjol sepanjang bulan April 2015.

    Tahun 2015 dapat disebut sebagai tahun perubahan atau lebih tepat tahun gagasan perubahan Kementerian Agama. Segenap insan ikhlas beramal bergandeng tangan meneguhkan niat untuk berubah. Kami mencoba melukiskan geliat membangun Zona Integritas di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT yang dinahkodai Drs. Sar-man Marselinus.

    Gaya penulisan belum banyak berubah karena terbitan edisi kedua dipublikasikan bersamaan dengan edisi perdana BERNAS. Karena itu, kami menghaturkan maaf sekaligus limpah terima kasih kepada Pimpinan Kanwil Kemenag Prov. NTT yang berkenan merestui pener-bitan BERNAS seperti ini.

    Sudah banyak publikasi tentang Zona Integritas sebagai sebuah gerakan revolusi mental, yang oleh Kementerian Agama dibahasakan sebagai revolusi moral. Walau demikian, bicara tentang Integritas adalah sebuah diskusi abadi. Dan kita pantas mengumumkan bahwa Kemenag NTT juga ikut dalam gerakan ini.

    Mengucapkan nazar adalah langkah awal mewujudkan mimpi untuk menjadi lebih baik. Ibarat janji-janji kampanye. Dengan sendirinya, secara sadar kita memberikan peran pengendalian (social-control) kepada masyarakat untuk mengawasi perwujudannya.

    Tugas berat berikutnya adalah mewujudkan ikhtiar ke dalam perbua-tan nyata. Semoga dengan membaca majalah BERNAS ini kita dibantu untuk mengingat kembali rangkaian janji dan menyadari beban sosial dari mengucapkan sebuah nazar. Selamat membaca.

    Redaksi

    1

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    2

    DAFTAR ISI

    Peluncuran Lima Nilai Budaya Kerja di lingkungan Kementerian Agama RI oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin sejalan dengan amanat Presiden dalam kabinet kerja terkait revolusi mental. Lima nilai budaya kerja Kementerian Agama yakni integritas, profe-sional, inovasi, tanggung jawab, dan keteladanan yang telah dilun-curkan berawal dari sebuah keinginan luhur sang Menteri untuk mengembalikan citra dan kepercayaan Kementerian Agama di mata publik.

    Salam Redaksi 1

    Daftar Isi 2

    Editorial 3

    Fokus Utama 4-8

    Ssst, Ini Bukan SARA 9

    Liputan Khusus 10-13

    Bidik Lensa 14-17

    Seputar Kanwil 18-21

    Lintas Flobamora 22-27

    Sahabat BERNAS 28-29

    Bianglala 30

    Fokus Utama Hal. 4 - 8

    Liputan Khusus Hal. 10 - 13

    5 Nilai Budaya KerjaUpaya Kembalikan Citra Dengan Kinerja Yang Baik

    Reformasi Birokrasi& Komitmen Wujudkan Zona Integritas

    Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur.

    Pembangunan zona integritas di lingkungan Kementerian Agama tidak bisa terlepas dari Lima Nilai Budaya Kerja. Agar dapat menin-gkatkan pelayanan dan integritas pegawai Kementerian Agama, perlu dibangun budaya kerja yang unggul.

    Sahabat BERNAS Hal. 28 - 29

    Sejenak Bersama Yorhans Lopis :

    Satu Contoh Mewakili Seribu Ucapan

    2

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    3

    Bermainlah dalam permainan, tetapi jangan main-main. Mainlah dengan sungguh-sungguh, tetapi permainan jangan dipersungguh. Kesungguhan permainan, terletak dalam ketidak-

    sungguhannya. sehingga permainan yang dipersungguh, tidaklah sungguh

    lagi. Mainlah dengan eros (cinta), tetapi janganlah mau dipermainkan

    eros. Mainlah dengan agon (perjuan-gan), tetapi janganlah mau diper-

    mainkan agon. Barang siapa mem-permainkan permainan, akan menjadi

    permainan permainan. Bermainlah untuk bahagia, tetapi janganlah mem-

    permainkan bahagia.(Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara SJ)

    Menempatkan SesuatuPada Posisinya

    Editorial

    KETIKA Suryadharma Ali, pada tanggal 18 Desember 2012 mencanangkan bahwa Kementerian Agama siap membangun zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi, terbersitlah asa akan adanya peruba-han menuju ke arah yang lebih baik. Publik melihat, me-nilai dan memutuskan apa dan bagaimana Kementerian Agama. Karenanya, semua orang berharap agar suara tabuhan gong zona integritas Kementerian Agama tetap bergema membahana dari tempat yang tinggi hingga ke sudut jalan kecil di desa. Harapan baik harus tetap dijaga, karena jika kita berhenti berharap, keadaan baik semakin sulit terjadi. Menteri Agama RI, Bapak Lukman Hakim Syaifuddin telah memelopori gerakan bersama membiasakan 5 Nilai Budaya Kerja. Dimulai dari pu-sat hingga ke daerah, yang kadang menimbulkan kebingungan di ten-gah euforia reformasi mental, apak-ah kita menggunakan pendekatan bottom-up ataukah top-down? Jika mengutip peribahasa lama, ikan busuk dimulai dari kepalanya maka gerakan ini sepantasnya bersifat top down. Sebaliknya bila mengikuti alur pikir demokratis, maka pendekatan bottom-up merupakan pilihan yang lebih populis. Terlepas dari apakah top-down atau bottom-up, yang ha-rus menjadi fokus sasar adalah hasil akhirnya, yang bukan sekedar melahirkan output dan out-come, tetapi terutama adalah memberikan benefict dan impact, dampak dalam kehidupan sosial. Drs. Sarman Marselinus, Kakanwil Kemenag Prov. NTT pada beberapa kesempatan berulang kali menegaskan bahwa saat ini, publik selalu memberi stigma negatif ter-hadap pelayanan Kementerian Agama. Kita tidak dapat memaksa publik untuk mengubah pandangannya atas pelayanan kita. Tetapi marilah kita bersama-sama berbe-nah dengan mengenakan lima nilai budaya kerja sebagai fundasi dan roh dalam bekerja. Pandangan buruk ma-syarakat akan dengan sendirinya hilang bila masyarakat sudah melihat adanya perubahan signifikan dari kinerja kita, ungkap Kakanwil. Kita sepakat bahwa kita adalah apa yang kita kerjakan, bu-kan apa yang kita katakan. Ibarat sebuah permainan yang

    hanya bisa dinikmati bila sedang dimainkan, bukan keti-ka sedang diperbincangkan atau dipercakapkan dengan bahasa indah penuh kiasan. Dalam sebuah permainan, setiap orang mendapatkan peran yang harus dilakonkan dengan benar. Demikian pula dalam sebuah institusi res-mi negara, setiap aparat mendapatkan tugas dan fungsi yang harus dijalankan dengan penuh tanggungjawab. Driyarkara, seorang filsuf Indonesia, melukiskan in-dahnya permainan dalam alunan kata berulang penuh

    makna, main. Esensi dari sebuah permainan adalah main. Main den-gan sungguh-sungguh, jangan main-main. Tetapi kalau sekedar main, jangan dibuat menjadi sungguh-sungguh. Karena ada aturan main yang harus dipatuhi. Ketika syarat dan ketentuan yang berlaku dilang-gar atau diabaikan, maka rusaklah permainan itu. Ada dua hal yang menjadi motor penggerak permainan itu yakni eros atau cinta dan agon atau perjuan-gan. Kedua energi ini sama-sama positif, juga sama-sama negatif bah-kan dapat menjadi destruktif, bila disalahgunakan. Cinta berlebihan pada sesuatu dapat menghangus-kan diri, demikian pun perjuangan berlebihan dapat meluluhlantakan

    diri. Yang sedang-sedang saja, sebagaimana pernah di-dendangkan pedangdut. Menempatkan sesuatu pada tempat yang pas, pada porsi yang sesuai, pada aras yang benar dan pada tatatan yang wajar. Kumandang syair indah Kementerian Agama dengan nada dasar membangun Zona Integritas sudah lama bergema. Sekarang masyarakat menunggu, apa dan bagaimana kata-kata itu membumi dalam perbuatan. Ketakutan ter-besar dalam sebuah gerakan perubahan adalah ketika rutinisme, verbalisme dan formalisme menjadi penentu kepuasan tercapainya visi. Pernah seseorang berujar ten-tang perubahan di Indonesia, Di Indonesia banyak sekali dicetuskan perubahan-perubahan, tetapi sayang sekali belum ada satu pun yang berubah. Jelas ini menjadi tu-gas yang tidak ringan bagi segenap insan Ikhlas Beramal. Sanggupkah kita menempatkan diri pada jalur yang benar menuju perubahan ini? (john seja)

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    4

    Fokus Utama

    Peluncuran Lima Nilai Budaya Kerja di ling-kungan Kementerian Agama RI oleh Men-teri Agama, Lukman Hakim Saefuddin seja-lan dengan amanat Presiden dalam kabinet kerja terkait revolusi mental. Lima nilai budaya kerja Kementerian Agama yakni integritas, profesion-al, inovasi, tanggung jawab, dan keteladanan yang telah diluncurkan berawal dari sebuah ke-inginan luhur sang Menteri untuk mengemba-likan citra dan kepercayaan Kementerian Agama di mata publik.

    Tidak main-main, pendiri training Emotional Spiritual Quotient (ESQ), Ary Ginanjar pun di-gandeng agar lima nilai budaya kerja yang telah dirumuskan dapat terinternalisasi dalam diri aparatur Kementerian Agama dengan harapan nilai-nilai tersebut dapat menjadi acuan ber-sama setiap aparatur Kementerian Agama mulai dari pusat sampai ke daerah.

    Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin men-gatakan untuk mengembalikan citra dan keper-

    5NilaiBudaya KerjaUpaya Kembalikan CitraDengan Kinerja Yang Baik

    Jika diibaratkan dengan sebuah kendaraan umum, maka Kement-

    erian Agama bisa dikatakan kini telah memasuki masa reparasi. Tujuannya

    agar mesin kendaraan dapat ber-fungsi menjadi lebih baik sehingga

    dapat melayani pengguna kendaraan sebagaimana mestinya.

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    5

    cayaan Kementerian Agama di mata publik ha-rus dibuktikan dengan kinerja yang baik. Maka, upaya pelayanan kepada publik berbasis akunt-abilitas dan transparansi harus didukung oleh pelayanan yang ikhlas dari seluruh pegawainya.

    Apalagi kita ini menyandang kata agama yang dalam persepsi publik, agama itu sangat baik dan semua pegawainya otomatis harus baik dan bermoral, tuturnya.

    Dijelaskan Menag, integritas dapat dimaknai se-buah sebuah konsep yang menunjukan konsis-tensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai keju-juran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Nilai integritas perlu ditanamkan bagi seluruh jajaran Kementerian Agama agar dapat men-jalankan tugas dan fungsinya dengan penuh ke-displinan. Sedangkan, profesionalitas mencer-minkan kompetensi dan keahlian. Artinya, pegawai yang professional harus dapat mengem-ban amanahnya dengan baik guna mem-

    peroleh proses dan hasil yang optimal. Aspek profesionalitas diperlukan agar pelaksanaan di berbagai fungsi di Kementerian Agama dapat di-jalankan dengan baik.

    Sementara inovasi, menurut Menag, sering-kali dalam bekerja pejabat terjebak pada rutini-tas. Akibatnya tidak produktif bahkan berjalan monoton. Padahal masyarakat telah mengalami perkembangan dan perubahan luar biasa se-hingga membutuhkan pelayanan yang lebih baik. Akan sangat naif sebagai pemberi layanan, kita

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    6

    justru tidak berubah, kata Menag.

    Kemudian tanggung jawab, aspek tanggung jawab dinilai sangat penting karena dapat men-jadi wadah dalam membentengi diri karena menanamkan perasaan bahwa apa pun yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban. Dengan pelaksanaan tugas yang penuh dengan tanggung jawab, seluruh elemen Kementerain Agama dapat menghindari diri dari perilaku yang menyimpang dapat meruntuhkan citra institusi. Dengan tanggung jawab, kita akan selalu on the track, ujarnya.

    Sedangkan aspek keteladanan dibutuhkan untuk dapat membimbing masyarakat karena unsur Kementerian Agama sudah terlanjur dianggap sebagai orang yang mengerti tentang agama. Jadi, kita akan dijadikan model dan teladan. Karena itu, jaga betul perilaku kita, kata Menag.

    Menurut Menag, kelima nilai tersebut sangat

    sesuai dengan tagline Kementeri-an Agama Ikhlas Beramal. Dengan

    demikian, beliau berharap nilai ini tidak menjadi slogan saja, namun

    bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam ling-

    kungan kerja dan dijadikan semacam pedoman, bahkan guideline yang menuntun kita semua ke arah mana akan menuju dan nilai apa yang akan kita tegakkan di Kementerian Agama ini.

    Kelima nilai ini juga harus bisa menjadi roh dan jiwa yang selalu menyemangati seluruh apara-tur ketika berkiprah di Kementerian Agama dan memberikan layanan kepada masyarakat. Un-tuk membumikannya, Menteri Agama mengaku akan membangun system yang disatupadukan dengan kepemimpinan yang baik, agar nilai-nilai tidak sekedar slogan, tapi aplikatif.

    Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin pun mengajak jajaran Kementerian Agama untuk mengedepankan lima nilai budaya kerja yang su-dah disosialisasikan yakni integritas, profesion-alitas, inovatif, bertanggung jawab, dan kete-ladanan. Budaya kerja, dinilainya, tak lepas dari sistem yang dibangun. Bila sistem yang dibangun baik dan dapat dijalankan sebagaimana mesti-

    Apalagi kita ini menyan-dang kata agama yang dalam persepsi publik, agama itu sangat baik dan semua pegawainya otomatis harus baik dan bermoral, tuturnya.

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    7

    nya, maka ia yakin akan membentuk karakter seseorang menjadi baik pula.Lukman memberi contoh, jika warga Indonesia bepergian ke Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dan kemudian menyeberang ke negara tetangga, Singapura, maka banyak orang ber-sangkutan ikut berdisiplin tidak membuang sam-pah dan mengindahkan aturan lainnya. Sistem yang dibangun di Singapura ikut membawa dan mendorong warga Indonesia ikut mengindahkan aturan di sana, tapi watak orang itu segera kem-bali ke aslinya saat pulang ke Indonesia.

    Dalam pengarahan nilai budaya kerja di Kemen-terian Agama, Jakarta, Kamis (11/12/2014), beliau menyatakan, seharusnya secara pribadi dirinya menjadi teladan bagi orang lain, baik saat bekerja maupun di hadapan publik. Tapi, ia dalam keadaan tertentu sebagai Menteri Agama (Menag) justru mendapat layanan tersendiri. Ia pun menyatakan, seharusnya ikut antri bersa-ma para tamu lainnya tatkala menghadiri pesta perkawinan, tetapi protokol justru mendahulu-kannya bersalaman dengan kedua mempelai dan

    orang tua mereka. Begitu juga ketika bertolak ke kantor atau ke tempat lain, Lukman sebagai Me-nag mendapat pengawalan di jalan raya sehing-ga saat macet, warga dan para pengemudi pun tak mustahil dalam hatinya banyak yang melon-tarkan sumpah serapah. Saya merasa sakit juga. Sakitnya di sini, ujar Lukman Hakim, yang dis-ambut tawa hadirin, termasuk Sekjen Kemenag Nur Syam, Irjen M. Jasin, dan Ary Ginanjar Agus-tian sebagai motivator pegiat transformasi bu-daya perusahaan.

    Sesungguhnya, menurut Lukman, dirinya tak ingin mendapat perlakukan dan diposisikan berlebihan karena seharusnya ikut antri ber-sama warga lainnya baik saat resepsi pesta perkawinan maupun melintas di jalan raya. Ia pun menyadari bahwa perlakuan dan pela-yanan seperti itu sudah diatur dengan undang-undang sebagai Menteri. Untuk itu, Lukman menekankan, lima nilai budaya kerja Kement-erian Agama dapat dipraktikkan semua pihak dalam kehidupan sehari-hari.

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    8

    Pencanangan Lima Nilai Budaya Kerja Adalah Bagian Dari Revolusi Moral

    Senada dengan apa yang ditegaskan oleh Menteri Agama, Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus mengungkapkan bahwa peluncuran Lima Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama ini meru-pakan bagian dari revolusi moral yakni mem-buang moralitas buruk dan menghadirkan kembali moralitas baik. Melalui revolusi moral inilah, Kementerian Agama melakukan revolu-si mental sebagaimana telah digariskan Pres-iden Joko Widodo dengan revolusi mental.

    Revolusi moral adalah membuang morali-tas buruk dan menghadirkan kembali mo-ralitas baik. Melalui revolusi moral inilah kita melakukan revolusi mental sebagaimana telah digariskan Presiden Joko Widodo, terang Ka-kanwil dengan nada yang serius.

    Kakanwil menambahkan, pencanangan 5 Nilai Budaya Kerja menandakan bahwa Kement-erian Agama memasuki era baru yang ditan-dai dengan perubahan paradigma perilaku kerja seluruh jajaran Kementerian Agama yang berintegritas, profesional, inovatif, bertanggungjawab dan dicontoh. Oleh karena itu, membangun Budaya Kerja Kementerian Agama harus men-jadi komitmen yang luas di setiap satuan kerja dalam upaya untuk membangun sumber daya manu-sia, proses kerja dan hasil kerja Ke-menag yang lebih baik.

    Dikatakan, nilai-nilai budaya kerja ini sesungguhnya bukan hal baru karena sudah hidup dalam setiap ajaran agama. Nilai-nilai Budaya kerja ini merupakan sistem nilai, persepsi, perilaku dan keyakinan yang dianut oleh setiap anggota

    Keluarga Besar Kementerian Agama yang menjadi tuntunan perilaku setiap insan Ke-menterian Agama. Namun demikian, reali-tasnya tidak jarang terkontaminasi oleh hawa nafsu internal (dari dalam diri) dan godaan-godaan eksternal (dari luar diri).

    Untuk itu, beliau mengajak seluruh jajaran Kementerian Agama Provinsi NTT untuk ber-sama-sama memiliki komitmen melakukan revolusi moral dengan membuang moralitas kerja buruk dan menghadirkan kembali moral-itas kerja yang baik yakni Integritas, Profesion-al, Inovasi, Tanggungjawab dan Keteladanan. Dengan demikian, diharapkan dapat mengem-balikan citra dan kepercayaan Kementerian Agama terutama pelayanan di bidang pem-bangunan agama pada Provinsi Nusa Teng-gara Timur di mata publik melalui kinerja yang baik. (joe)

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    9

    Sssttt...Ini Bukan SARA

    Tembok Yerikho

    Ibu Mince guru sekolah minggu, praktek mengajar di sekolah minggu di suatu daerah di pedalaman. Den-gan semangat ibu mince tanya di anak-anak,Anak-anak... siapa yang buat roboh tembok Yerikho? Anak-anak serempak jawab, Bukan kita ibu... Bukan kita.

    Ibu Mince pun sedih. Dia mengeluh pada guru-guru sekolah minggu disitu. Guru-guru disitu jawab Ibu Mince seperti ini, Ibu Mince... anak-anak memang biasa begitu, mereka biasa takut mengakui perbuatan mereka. Biar nanti baru kami tanya pelan-pelan, pasti ada yang mau mengaku.

    Mendapat jawaban tersebut, Ibu Mince makin sedih. Malamnya ada rapat majelis, Ibu Mince pun umumkan kejadian pagi dan siang tadi, Saya terlalu sedih karena anak-anak sekolah minggu disini, bahkan guru-guru sekolah minggu juga tidak ada yang tahu siapa yang merobohkan tembok Yer-ikho.

    Sidang majelis berembuk sejenak, tidak lama kemudian mereka panggil Ibu Mince. Dengan rendah hati ketua sidang bilang di Ibu Mince,Ibu Mince... Kami semua sudah ambil keputusan... Begini saja, IBU TOLONG HITUNG BERAPA SEMUA KERUGIANNYA, BIAR NANTI KAMI YANG BAYAR...

    Ibu Mince langsung pingsan..:/ =))

    Uang Sial

    Istri : Pa, kapan dapat remunerasi dari kantor?Suami : Kemarin khan udah papa kasih ke mama.Istri : Oh.yang kemarin itu?? Kalau uang yang di laci papa itu apa??Suami : Yang mana??Istri : Dalam amplop coklat yang diselipkan di buku, dalam laci paling bawah.Suami : Oh ituitu uang sial ma.Istri : Kok uang sial pa?Suami : Iya, memang uang sial. Sudah disembunyikan masih ketahuan juga!!

    (Gerald Wassa dari berbagai sumber).

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    10

    Liputan Khusus

    Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance. Reformasi birokrasi dilaksanakan sebagai lang-kah awal untuk mencapai kemajuan sebuah Negara melalui penataan sistem penyelenggaraan pemerin-tahan yang efektif dan efesien. Birokrasi merupakan faktor penentu dalam mencapai tujuan pembangu-nan nasional. Oleh sebab itu, cita-cita reformasi bi-rokrasi adalah terwujudnya penyelenggaraan pemer-intahan yang professional, memiliki kepastian hukum, transparan, partisipatif, akuntable dan memiliki kredi-bilitas serta berkembang-nya budaya d a n

    perilaku birokrasi yang didasari oleh etika, pelayanan dan pertanggungjawaban publik serta integritas pen-gabdian dalam mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.

    Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upa-ya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyeleng-garaan pemer- intahan teru-

    tama me-n y a n g -k u t a s p e k -a s p e k ke l e m -bagaan

    ( o r g a n -isasi), ket-

    atalaksanaan (business prosess)

    dan sumber daya ma-nusia aparatur.

    Reformasi birokrasi menem-patkan pentingnya rasional-

    isasi birokrasi yang men-ciptakan efesiensi,

    efektifitas, dan

    Reformasi Birokrasi & Komitmen Wujudkan Zona Integritas

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    11

    produktifitas melalui pembagian kerja hirar-kial dan horizontal yang seimbang, diukur dengan rasio anta-ra volume atau beban tugas dengan jumlah sumber daya disertai tata kerja formalistik dan pengawasan yang ketat.

    Penataan organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah didasarkan pada visi, misi dan sasaran starte-gis, agenda kebijakan, program dan kinerja kegiatan yang terencana dan diarahkan terbangunnya sosok birokrasi dengan tugas dan tanggungjawab yang ter-buka dan aksessif. Penyederhanaan tata kerja dalam hubungan intra dan antar aparatur serta antar apara-tur dengan masyarakat dan dunia usaha yang berori-entasi pada kriteria dan mekanisme yang impersonal terarah pada penerapan pelayanan prima.

    Reformasi birokrasi juga merupakan langkah strate-gis membangun sumber daya aparatur Negara yang professional, memiliki daya guna dan hasil guna yang professional dalam rangka menunjang jalannnya pemerintah dan pembangunan nasional.

    Pada akhirnya keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi akan sangat mendukung penciptaan good governance karena reformasi birokrasi merupakan inti dari upaya penciptaan good governance, sehing-ga akan dapat meningkatkan pelayanan kepada ma-syarakat dan meningkatkan investasi di Indonesia yang berujung pada peningkatan pertumbuhan per-ekonomian Indonesia yang membawa implikasi ter-hadap kesejahteraan rakyat.

    Mewujudkan reformasi birokrasi sebagaimana di-maksud, Jajaran Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur memasuki tahun 2015 dengan semangat baru. Di bawah kendali Kepala Kanwil, Drs. Sarman Marselinus, aparatur Kanwil Ke-menterian Agama Provinsi NTT bertekad untuk mewujudkan Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT sebagai zona integritas guna terwujudnya tata kelola pemerintahan bersih dan melayani serta be-bas dari korupsi.

    Komitmen itu mengemuka pada Pencanangan Lima Nilai Budaya Kerja dan Zona Integritas di aula utama Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Jumat, (20/01/2015) yang dihadiri oleh seluruh pimpinan satuan kerja Kementerian Agama dan Madrasah se Provinsi Nusa Tenggara Timur.

    Sekarang saatnya, seluruh jajaran Kanwil Kemente-rian Agama Provinsi NTT melakukan revolusi moral. Buang moralitas buruk dan hadirkan moralitas baik. Wujudkan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melay-ani pada masing-masing satuan kerja saudara den-gan mengimplementasikan lima nilai budaya kerja Kementerian Agama, tandas Kakanwil sesaat sebe-lum melakukan penabuhan gong tanda dicanangkan-nya implementasi Zona Integritas di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT.

    Revolusi ini penting, demikian Kakanwil, dalam rang-ka mengubah citra Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya dan Kemen-

    Sekarang saatnya, seluruh jajaran Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT melakukan revolusi moral. Buang moralitas buruk dan hadirkan morali-tas baik. Wujudkan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani pada masing-masing satuan kerja saudara dengan mengimplemen-tasikan lima nilai budaya kerja Kemen-terian Agama

    Drs. Sarman Marselinus - Kakanwil Kementerian Agama Provinsi NTT

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    12

    terian Agama pada umumnya di mata masyarakat. Dikatakannya, tidak jarang publik menjustifikasi Ke-menterian Agama dengan penilaian yang sangat mir-ing. Pandangan publik yang demikian tentu dengan sendirinya akan berubah jika secara ke dalam seluruh jajaran Kementerian Agama memiliki komitmen yak-ni janji pada diri sendiri atau pada orang lain untuk berubah.

    Zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi (ZI-WBK) di lingkungan Kementerian Agama, papar Kakanwil, sesungguhnya sudah dicanangkan sejak tanggal 18 Desember 2012 oleh Menteri Agama saat itu, Drs. H. Surya Dharma Ali. Dalam 2 tahun usia pelaksanaannya, capaian Kementerian Agama baru pada level 40 %. Oleh karena itu, butuh kerja keras dan komitmen bersama meningkatkan tingkat capa-ian hingga 75 % sebagaimana ditargetkan Inspektur Jendral kementerian Agama, M. Jasin.

    Mengenai implementasi komitmen tersebut, Sarman Marselinus mengungkapkan bahwa berdasarkan Per-aturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerin-tah, proses pembangunan zona integritas dilak-sanakan melalui penegakan pada 6 area perubahan yang mesti diemban dalam mewujudkan ZI yakni Manajemen Perubahan, Penataan Tata Laksana, Pe-nataan System Manajemen Kerja, Penguatan Akunt-abilitas dan Penguatan Pengawasan serta Peningka-tan Kualitas Layanan Publik Penerapan program pencegahan korupsi yang terdiri atas 26 (dua puluh enam) kegiatan yang bersifat konkret yang akan diu-kur melalui indikator proses.

    Kedua puluh kegiatan konkrit itu adalah : penan-datangan dokumen pakta integritas, pemenuhan ke-wajiban LHKPN, pemenuhan akuntabilitas kinerja, pemenuhan kewajiban pelaporan keuangan, penera-

    pan disiplin PNS, penerapan kode etik khusus, pener-apan kebijakan pelayanan publik, penerapan whistle blower system tindak pidana korupsi. Selanjutnya pengendalian gratifikasi, penanganan benturan ke-pentingan, kegiatan pendidikan/pembinaan dan pro-mosi anti korupsi, pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh BPK/KPK/APIP, penerapan kebijakan pembinaan purna tugas, penerapan kebijakan pel-aporan transaksi keuangan yang tidak sesuai dengan profil oleh PPATK, rekrutmen secara terbuka, promo-si jabatan secara terbuka, mekanisme pengaduan masyarakat, pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara elektronik, pengukuran kinerja individu sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan keterbukaan in-formasi publik.

    Di hadapan seluruh pimpinan satker, Kakanwil men-gungkapkan bahwa seluruh pelaksanaan Zona Integ-ritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani ini akan bermuara pada dua aspek yakni terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada satu sisi dan terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada ma-syarakat pada sisi yang lain. Pemerintah yang bebas KKN akan diindikasikan dengan rendahnya persepsi korupsi, dan tingginya presentase penyelesaian TLHP. Sedangkan tujuan kedua akan terlihat melalui nilai persepsi kualitas pelayanan (survei eksternal). Zona Integritas dan Lima Nilai Budaya Kerja

    Pembangunan zona integritas di lingkungan Kement-erian Agama tidak bisa terlepas dari Lima Nilai Buda-ya Kerja. Agar dapat meningkatkan pelayanan dan integritas pegawai Kementerian Agama, perlu diban-gun budaya kerja yang unggul.

    Sejak dicanangkan oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim Syaifudin pada 6 Nopember 2014, Kementeri-an Agama secara nasional memasuki era baru yang ditandai dengan perubahan paradigma budaya kerja. Perilaku kerja seluruh jajaran Kementerian Agama

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    13

    mesti bercorak integritas, profesional, inovatif, ber-tanggungjawab dan patut diteladani.

    Menteri Agama telah mencanangkan lima nilai bu-daya kerja sebagai ruh dari perubahan. Lebih dari itu, kita bisa katakan bahwa lima nilai budaya kerja itu merupakan fondasi dalam mengimplementasikan Zona Integritas menuju WBK dan WBBM, ungkap Kakanwil.

    Menurutnya, lima nilai budaya kerja Kementerian Agama, Integritas, Profesional, Inovasi, Tanggung Jawab dan Keteladanan adalah roh perubahan. Roh perubahan yang mestinya menjiwai semangat pelay-anan sekaligus mengubah pola pikir dan budaya kerja seluruh aparatur Kementerian Agama.

    Nilai Budaya Kerja, adalah roh yang memberi warna perubahan pada mind set dan cultural set seluruh ja-jaran Kementerian Agama, lanjutnya.Dikatakannya, perubahan mind set terkait dengan perubahan pola pikir masing-masing aparatur negara di Kementerian Agama. Sementara cultural set di-maksudkan untuk perubahan budaya kerja seluruh kementerian. Perubahan mind set dan cultural set sebagaimana dimaksud, lanjutnya, perlu dalam rang-ka mewujudkan Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT sebagai wilayah bebas dari korupsi

    Lebih jauh dikatakannya, lima nilai budaya kerja Ke-menterian Agama penting untuk mengubah stigma negatif publik atas pelayanan Kementerian Agama. Dikatakannya, saat ini, publik selalu memberi stigma negatif terhadap pelayanan Kementerian Agama. Un-tuk menghilangkan stigma buruk tersebut, menurut Kakanwil, seluruh jajaran Kementerian Agama harus segera berbenah dengan melakukan revolusi budaya kerja dengan menjadikan 5 nilai budaya kerja sebagai roh dan fundasi pelayanan.

    Kita tidak dapat memaksa publik untuk mengubah pandangannya atas pelayanan kita. Tetapi marilah

    kita bersama-sama berbenah dengan mengenakan lima nilai budaya kerja sebagai fundasi dan roh dalam bekerja, ungkap Kakanwil.

    Pandangan buruk masyarakat akan dengan sendir-inya hilang bila masyarakat sudah melihat adanya pe-rubahan signifikan dari kinerja kita, lanjutnya meya-kinkan.

    Kakanwil pada kesempatan yang sama juga mengin-gatkan seluruh jajaran Kementerian Agama di lingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur agar membuang jauh-jauh sindrom birokrasi yang lamban, malas berpikir dan tidak suka melakukan inovasi serta tercemar dari KKN.

    Mengakhiri sambutannya pada pencanangan Lima Nilai Budaya Kerja dan Zona Integritas itu, mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sum-ba Tengah itu mengharapkan agar pelaksanaan komitmen membangun Zona Integritas menuju WBK dan WBBM dengan landasan Lima Nilai Budaya Kerja itu didorong oleh cinta.

    Hasil Terbaik Selalu Lahir Dari Rasa Cinta. Karena itu, cintailah pekerjaan yang kita emban saat ini sebab pe-kerjaan adalah pengejawantahan cinta. Maka Lak-sanakan komitmen perubahan itu dengan penuh cinta,pungkasnya. (rf)

    Menteri Agama telah mencanangkan lima nilai budaya kerja sebagai ruh dari perubahan. Lebih dari itu, kita

    bisa katakan bahwa lima nilai budaya kerja itu merupakan fondasi dalam

    mengimplementasikan Zona Integri-tas menuju WBK dan WBBM, ungkap

    Kakanwil.

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    14

    Penyematan Pin 5 Nilai Budaya Kerja kepada para pimpinan satker di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus.

    Kakanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus turun dari perahu motor saat melakukan kunjungan ke MAS AlBaraah di pulau Adonara - Kab. Flores Timur

    Bidik LENSA

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    15

    Kakanwil bersama Ibu Ketua DWP Unit Kanwil Kemenag Provinsi NTT, Ny. Xaveria A. Ghunu Sarman diterima secara adat di Adonara - Flores Timur

    Kakanwil menunjukkan prasasti kantor kemenag kab. Nagekeo usai ditandatangani oleh Bupati Nagekeo, Drs. Elias Djo (kedua dari kanan) pada pengresmian gedung kantor tersebut.

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    16

    Kunjungan perdana ke Kantor Kementerian Agama Kab. Manggarai Barat sekaligus sosialisasi 5 Nilai Budaya Kerja dan Implementasi Zona Integritas.

    Bertempat di aula utama Kanwil Kemenag Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus sedang memberikan arahan terkait 5 Nilai Budaya Kerja kepada jajaran DWP Kanwil Kemenag Provinsi NTT

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    17

    Kakanwil kemenag Provinsi NTT dan ibu foto bersama Bupati Nagekeo, Drs. Elias Djo dan ibu, Kepala Kantor Kemenag Kab. Nagekeo, Drs. Ope Rafael, MM dan Ibu serta seluruh jajarannya usai pengresmian Kantor Kemenag Kab. Nagekeo

    Kakanwil Kemenag Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus sedang mendengarkan dengan seksama penjelasan kepala MTsN Nangalili, Dra. Hj. Misra tentang perkembangan pembangunan gedung MTsN Nangalili di lokasi yang baru.

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    18

    Seputar Kanwil

    Dharma Wanita Persatuan Unit Kanwil Ke-menterian Agama Provinsi NTT berhasil mengkreasikan senam 5 nilai budaya kerja Ke-menterian Agama. Kreasi senam ditampilkan pada kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kartini tahun 2015 di Aula Utama Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT dan disaksi-kan oleh segenap ASN di lingkungan Kanwil Ke-menag NTT (Jumat,24/04/2015).

    Gerakan senam 5 nilai budaya kerja Kement-erian Agama karya DWP unit Kanwil mampu menghipnotis para ASN yang hadir sehingga mengikuti gerakan senam tersebut diiringi oleh musik padang pasir yang rancak.

    Ketua Dharma Wanita Persatuan unit Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Ny. Xaveria Adelheid Ghunu Sarman yang ditemui di sela-sela kegiatan menceritakan hal ikhwal terben-tuknya gerakan senam 5 nilai budaya kerja Ke-menterian Agama.

    Dikisahkan, berawal dari kegiatan senam yang rutin diikuti oleh Ibu-Ibu DWP 25 orang setiap pekan, seorang anggota DWP, Ibu Salwa menceritakan pengalamannya menyaksikan goyang Jai tetapi dikreasikan dengan nilai budaya kerja Kementerian Keuangan. Mendengar hal tersebut, lan-jutnya, para ibu-ibu DWP yang tergabung dalam anggota senam pun merasa ter-panggil untuk kreasikan gerakan senam yang dipadukan dengan gerakan 5 nilai budaya kerja Kementerian Agama yakni In-tegritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab, dan Keteladanan.Kenapa tidak? Kita lantas berpikir untuk kreasikan gerakan senam yang kita ikuti

    dengan gerakan 5 nilai budaya kerja Kement-erian Agama sekaligus sebagai bentuk dukun-gan terhadap para suami untuk melaksanakan tugas sesuai 5 nilai budaya kerja Kementerian Agama, ungkap Ibu dari 4 orang anak ini.

    Selain meluncurkan Senam 5 Nilai Budaya Kerja dan diperlombakan, Dharma Wanita Persatuan unit Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT juga menggelar aneka lomba lain seperti per-tandingan volley, tarik tambang, dan lomba makan kerupuk.

    Keceriaan serta keriuhan suasana perlombaan penuh nuansa kekeluargaan pun berakhir seki-tar pada pukul 17.30 Wita. Tampak beragam hadiah yang sudah disiapkan dibawa pulang oleh masing-masing pemenang lomba dengan wajah berseri-seri. Proficiat buat Ibu-ibu DWP yang telah merancang dan menggelar kegiatan ini.(sumber: ntt.kemenag.go.id/JW/BB/YM)

    DWP Kanwil Kemenag NTTKreasikan Senam 5 Nilai Budaya Kerja Dalam rangka memperingati Hari Kartini

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    19

    Sejumlah pemuda Gereja di Kota Kupang ber-tindak sebagai penjaga keamanan dalam perhelatan Seleksi Tilawatil Quran (STQ) ke-23 tingkat Provinsi NTT. Demikian diungkapkan Ket-ua Panitia Pelaksana STQ XXIII Tingkat Provinsi NTT, Abdullah P. Ulumando, SE dalam laporan pembukaannya, Jumat (24/04/2015) di hadapan Wakil Gubernur NTT, Benny Litelnoni dan sejum-lah pejabat daerah, undangan dan peserta STQ.

    Bapak Wakil Gubernur yang kami hormati, un-tuk diketahui, ada sejumlah pemuda dari Gereja di Kota Kupang juga ikut ambil bagian dalam perhelatan akbar ini untuk menjaga ketertiban pelaksanaan STQ XXIII Tingkat Provinsi NTT, un-gkap Ulumando yang langsung disambut tepuk tangan meriah oleh segenap undangan yang ha-dir.

    Sementara itu Kepala Kantor Wilayah Kement-erian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marse-linus yang didaulat memberikan sekapur sirih mengajak seluruh umat muslim untuk berlomba menjadi yang terdepan dalam mengimplemen-tasikan isi dan kandungan Alquran.

    Menurut Kakanwil, Al-Quranul Karim, sebagai pedoman induk dari ke-hidupan manusia-khusus-nya umat islam-baik di dunia maupun pedoman untuk kehidupan di ahki-rat kelak. Alquran akan ke-hilangan makna hakikinya manakala isi daripada pedoman hidup tersebut hanya menjadi materi dari sebuah kompetisi. Ia akan kehilangan makna hakikin-ya apabila umat muslim

    hanya menyibukkan diri dalam aspek keindahan seni membacanya. Al-Quran, lanjutnya, akan ke-hilangan ruhnya, manakala umat muslim hanya menguras tenaga untuk menguasai bacaannya di luar kepala.

    Hal penting dan sangat mendasar dalam kaitan-nya dengan Alquran yang sementara kita lom-bakan, yaitu bagaimana kita semua mengimple-mentasikan isi dan kandungan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari, ungkap Kakanwil. Pelaksanaan STQ tingkat Provinsi NTT yang diiku-ti oleh 63 peserta dari 17 Kabupaten/Kota di NTT dibuka secara resmi ditandai dengan pemuku-lan Bedug oleh Wakil Gubernur NTT, Drs. Benny Litelnoni .

    Turut hadir dalam acara pembukaan, Ketua DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur, Anwar Pua Geno, SH, unsur Forum Pimpinan Perangkat Ker-ja Daerah Provinsi NTT. Walikota Kupang, Drs. Jo-nas Salean, beserta sejumlah pejabat di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT.(sum-ber: ntt.kemenag.go.id/RF/BB/YM)

    Pemuda Gereja Bantu Pengamanan STQ Tingkat Provinsi NTT

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    20

    Setelah 20 hari Tim Auditor Ins-pektorat Jenderal Kementerian Agama RI melakukan audit kinerja pada Kantor Wilayah Kementeri-an Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur akhirnya diperolah nilai ca-paian kinerja sebesar 66,55 dengan predikat cukup berhasil.

    Angka ini diperoleh dari hasil pe-nilaian terhadap 55 kegiatan dan program tahun anggaran 2014 yang dijadikan sampling dalam audit kin-erja tersebut. Kegiatan dan program yang dipilih ini adalah kegiatan atau program yang strategik dan berdam-pak langsung pada pelayanan publik di wilayah Nusa Tenggara Timur.

    Tujuan audit kinerja ini adalah menilai keber-hasilan pelaksanaan tugas dan fungsi kanwil kemenag provinsi NTT dengan membandingkan antara pencapaian di lapangan dengan target yang direncanakan semula, kata Yatty ketua tim auditor.

    Selain itu, lanjutnya, audit kinerja juga bertujuan

    untuk memberikan informasi kepada pihak-pi-hak yang berkepentingan untuk dijadikan seb-agai bahan dalam pengambilan keputusan dan bertujuan memberikan rekomendasi bagi per-baikan kinerja.

    Di samping pengukuran kinerja, tim auditor juga melakukan penilaian terhadap Sistem Pengen-dali Intern (SPI) yang meliputi lingkungan pen-gendalian, penilaian risiko, kegiatan pengenda-lian, informasi dan komunikasi dan pemantauan. (sumber: ntt.kemenag.go.id/PG/BB/YM)

    66,55 Nilai Capaian Kinerja Kanwil

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus saat memberi-kan sambutan pada acara pelantikan pejabat Ka-subag Inmas Kanwil Kemenag NTT, Johanes Bap-tiste Seja, S.Fil (Kamis, 23/04/2015), meminjam istilah yang digunakan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin dalam kaitan dengan Informasi dan Humas yaitu speak up.

    Menurutnya, Subbag Informasi dan Humas har-

    us berbicara atau bicarakan sesuatu kepada pub-lik tentang Kementerian Agama. Yang dibicara-kan adalah pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam melayani masyarakat.

    Kita perlu tahu apa yang kita perbuat dan kita bicarakan apa yang kita perbuat itu. Yang perlu kita refleksikan adalah ketika kita tidak bisa ber-bicara. Apakah karena belum kuasai TIK atau karena kurangnya hal-hal yang kita bisa bicara-

    Kakanwil Kemenag NTT : Inmas Harus Speak Up.

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    21

    kan dalam arti pekerjaan yang kita lakukan. Men-jawab hal ini tentu tidak mudah, ujar Kakanwil berefleksi.

    Kakanwil pun minta kepada semua lini unit pelayanan untuk merumuskan dengan baik pe-kerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam tahun ini.Rumuskan dalam rencana kinerja tahunan kita dan kita bicarakan hal itu. Speak up dan se-tiap unit sebenarnya bisa menjadi speaker itu, tuturnya.

    Subbag Inmas perlu mengenal dengan baik apa saja yang kita kerjakan di semua lini unit pelay-anan kita dan kita bicarakan itu sehingga public tahu apa yang kita lakukan untuk meyakinkan publik tentang relevansi, kualitas, komitmen, to-talitas, dan seluruh wujud pelayanan kita kepada masyarakat, pintanya.

    Mudah-mudahan semua personil di Inmas tidak ada yang gaptek (baca = gagap teknologi). Kalau ada Bapak/Ibu yang mengalami kendala dalam mengoperasikan benda-benda teknologi cang-gih bawa ke Subbag Inmas. Minta tolong mereka

    untuk atasi, imbuhnya.

    Lebih lanjut, Kakanwil mengingatkan, ke depan akan diadakan bentuk komunikasi jarak jauh yg disebut Teleconference. Dan tahun ini sudah harus terealisasi, maka mengantisipasi semua perkembangan itu, Kakanwil minta semua pihak untuk memiliki sensitifitas/ kepekaan dengan berbagai hal yang berbau IT/TIK.

    Lebih jauh, Kakanwil mengharapkan agar sege-nap ASN di lingkup Kanwil Kemenag Provinsi NTT populer dengan penggunaan whats app agar informasi dapat tersebar luaskan dengan lebih cepat dan irit biaya. Terkait hal tersebut, Kakan-wil berharap Subbag Informasi dan Humas sensi-tif dan cekatan menangkap moment dan segera dikirim ke nomor beliau sehingga bisa di unggah dan semua Indonesia bisa tahu apa yang terjadi di NTT saat ini.Diingatkannya juga agar foto foto yang diambil haruslah dari angle tertentu sehingga bisa ber-cerita dan memiliki makna ketika dilihat. (sum-ber: ntt.kemenag.go.id/JW/BB/YM)

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    22

    Lintas FLOBAMORA

    Puluhan Pemuda berasal dari Remaja Mas-jid dan Pemuda Kristen se - Kota Laran-tuka berpartisipasi langsung dalam pen-gamanan Prosesi Jumat Agung di Larantuka, Jumat, 03/04/2015.

    Bahkan pengamanan yang dilakukan oleh

    Pemuda Lintas Agama tersebut dilakukan di areal utama yakni jalur pertama keluar dari pintu Gereja Katedral Reinha Rosari Laran-tuka. Remaja Masjid, Pemuda Kristen, Orang Muda Katolik serta para petugas pengamanan lainnya membentuk pagar betis di depan Ge-reja. Para kelompok peziarah dan umat diberi kesempatan secara berurut untuk mengikuti prosesi dengan urutan yang sudah disiapkan.

    Tercatat ada 10 kelompok yang sudah diper-siapkan baik dari dalam Gereja maupun di luar

    Remas dan Pemuda Kristen BantuPengamanan Prosesi Jumat Agung

    Gereja, dengan jumlah peziarah masing-mas-ing kelompok tersebut mencapai ratusan umat.Selain mengamankan jalur dan lintasan terse-but, para pemuda juga turut serta dalam mem-bantu mengatur ketertiban bagi para peziarah dan memastikan setiap kelompok untuk mengi-kuti prosesi dengan khusuk dalam doa.

    Partisipasi para pemuda lintas agama tersebut sudah menjadi kewajiban tiap tahunnya dalam rangka membantu pengamanan prosesi yang telah menjadi ikon Kota Larantuka. Keberadaan mereka sangat membantu suasana nyaman dan damai bagi setiap peziarah. Pemuda lintas agama pun menjadi pusat perhatian bagi para peziarah dari luar, sehingga kesan hidup rukun dan damai di Larantuka dan Flores Timur pada umumnya menjadi contoh dan model keru-kunan umat beragama di NTT dan Indonesia. (Sumber : ntt.kemenag.go.id/PL/JW).

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    23

    SIMKAH Masih Sulit DiterapkanDi Seluruh KUA Manggarai Barat

    Labuan Bajo (Inmas) Sistem Informasi Manajemen Nikah atau disingkatSIM-KAH, sebuah software yang dibuat Kementerian Agama untuk menin-gkatkan kualitas pelayanan dan pencatatan nikah di KUA-KUA se- Indonesia hingga saat ini ma-sih sulit diterapkan di seluruh Kantor Urusan Agama (KUA) yang ada di Kabupaten Manggarai Barat.

    Menurut Kepala KUA Kecamatan Lembor, Abdurahman, S.Ag ketika ditemui di Ruang Rapat Kantor Kemenag, (Kamis, 9/4/2015) masih banyak kendala yang dialami KUA untuk menerapkan sistem SIMKAH ini dian-taranya jaringan internet yang belum sam-pai ke kecamatan-kecamatan, mesin atau softwarependukung juga belum ada serta tenaga untuk mengelola SIMKAH ini pun belum ada.

    Kita yang miliki jaringan listrik 24 jam saja masih sulit terapkan ini, entah bagaimana sistem penerapannya di beberapa KUA yang agak terpencil yang jaringan listrik juga be-lum ada, ungkapnya.

    Hal yang sama diakui oleh Kepala KUA Keca-matan Komodo, Sumanwah S.Ag meski KUA yang dipimpinnya terletak di pusat Kota Ka-

    bupaten Mang-garai Barat. Padahal menurutnya, di sebagian KUA di Jawa, SIMKAH ini sudah diterapkan karena peraturan tentang penerapan SIMKAH ini sudah ada sejak 2013 lalu.

    Abdurahman pun berharap Kemenag Pusat segera memikirkan kondisi ini agar pengelolaan nikah dan rujuk dengan sistemSIMKAH yang sifatnya online bisa segera diterapkan di seluruh KUA yang ada di Kabu-paten Manggarai Barat demi meningkatkan kualitas pelayanan dan pencatatan nikah.

    Apalagi tambahnya, Kabupaten Manggarai Barat khu-susnya Labuan Bajo saat ini telah menjadi destinasi wi-sata utama dimana masyarakat dari berbagai penjuru Indonesia dan dunia dengan berbagai latar belakang budaya dan Agama berkumpul dan melakukan aktivi-tasnya di Labuan Bajo. (Sumber : ntt.kemenag.go.id/YM/JW).

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    24

    Hal tersebut dikatakan oleh ibu Adriana Tafuli, seksi kesejahteraan Dharma Wanita unit Ke-menterian Agama Timor Tengah Utara, disela-sela pelayanan Posyandu, Senin, (13/4/2015).

    Ibu Adriana menjelaskan nama Posyandu menggunakan nama Kantor Agama. Alasan-nya Pertama; Lokasinya di Kantor Kementeri-an Agama. Kedua, Pengurusnya ialah Dharma Wanita Unit Persatuan Kantor Agama. Ketiga; semula, layanan Posyandu ini ditujukan kepada balita dan bayi PNS Kementerian Agama, ke-mudian terbuka melayani masyarakat di sekitar Naesleu, RT Gotong Royong dan Nekamese.

    Dikatakan, Posyandu ini berdiri tahun 1989. Ta-hun-tahun tersebut pelayanan berkisar antara 70 sampai 80 balita/bayi. Awal tahun 2015 ini,

    cuma melayani 15 sampai 20 balita/bayi.

    Kami ingin melayani para ibu dan balita/bayi mereka dengan hati. Karena dari sini muncul kegembiraan yang menyenangkan, ujar ibu Adriana Tafuli yang dibenarkan oleh ibu Adri-ana Taneo dan ibu Alda do Santos Concen-cao, yang bergerak pada seksi kesejahteraan Dharma Wanita.

    Posyandu Kantor Agama setiap tanggal 12 dalam bulan melayani penimbangan balita/bayi dan imunisasi berkala hingga sembilan kali. Posyandu ini mendapat dukungan/ban-tuan tenaga medis dari Puskemas Sasi Ke-camatan Kota Kefamenanu, yang dipimpin ibu Maria Mbopu. (Sumber : ntt.kemenag.go.id/HY/JW).

    Layanan Posyandu Kemenag TTUMenyenangkan

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    25

    Kementerian Agama Kabupaten Sumba Timur menggelar acara Serah Terima Jabatan dan Temu Pisah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Timur dari Saturlino Correia, S.Th kepada Maxy Lakapu, S.Pd.

    Kegiatan yang bertempat di aula Kemenag Sumba Timur dihadiri oleh Wakil Bupati Sumba Timur, dr. Matius Kitu, Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov.NTT, H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd, Kasubag Ortala dan Kepegawaian Kanwil Kemenag Prov. NTT, Seingo Billi, S.Pd, Anggota FORKOMP-INDA Kab. Sumba Timur, Tokoh Agama Kab. Sumba Timur, Kepala Instansi Terkait, Para Kepala Seksi/

    Sertijab dan Temu PisahKakankemenag Sumba Timur

    Penyelenggara, Guru agama serta seluruh karyawan/i lingkup Kantor Kementerian Agama Kab. Sumba Timur.

    Kata orang bijak pengalaman adalah guru yang terbaik karena itu saya akan jadikan pengalaman yang saya dapat disini menjadi guru saya di tempat yang baru di Soe, Ke-menag Kab. TTS, ungkap Saturlino selaku Kakankemenag Sumba Timur yang lama dalam sambutan.

    Dalam sambutan perdana Kakankemenag yang baru, Maxy Lakapu menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam atas penerimaannya dan juga memohon du-kungan dari Wakil Bupati Sumba Timur dan seluruh undangan yang hadir pada acara tersebut. (Sumber : ntt.kemenag.go.id/DN/PG).

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    26

    KEPALA Sekolah Menengah Theolo-gia Kristen (SMTK) Tarus, Amedniada D. Haekase, S.Pd mengaku optimis prosentase kelulusan siswanya tahun ini akan menembus level seratus persen. Optimisme sang srikandi yang mengawa-ngi sekolah ini didasari fakta bawah se-jak dilaksanakan ujian kali keenam saat berdirinya sekolah tahun 2007 silam se-lalu menorehkan raihan prosentase ke-lulusan seratus persen. Apalagi tahun ini penentuan kelulusan dikembalikan ke sekolah, hanya dikuatirkan hasil ujian na-sional murni yang di muat di Sertifikat Ha-sil Ujian Nasional (SHUN) kalau tidak me-menuhi standar, maka akan menyulitkan siswa tersebut saat mendaftar atau mau melanjutkan sekolah keperguruan tinggi dan mencari kerja.

    Hal ini diketengahkan Haekase, saat dikonfirmasi di sekolahnya terkait den-gan proses penyelenggaraan Ujian Akhir Nasional tingkat SMA/SMK yang baru usai dilaksanakan pekan kemarin (Sabtu, 18/04/2015).

    Dikatakan, untuk penyelenggaraan ujian tahun 2015, SMTK Tarus dipercayakan un-tuk menyelenggarakan UAN sendiri dan mendapat titipan peserta UAN tambahan dari SMK Reformasi karena SMTK Tarus sudah layak dan telah mendapatkan akre-ditasi dari BAN-S/M( Badan Akreditasi Na-sional Sekolah/Madrasah).

    SMTK Tarus untuk tahun ini sudah meny-elenggarakan ujian sendiri, dan salah satu persyaratan untuk menjadi penyeleng-gara ujian adalah jika sekolah tersebut sudah mendapatkan akreditasi dari BAN-

    Kepsek SMTK Tarus OptimisProsentase KelulusanTembus Angka Seratus

    S/M, dan kita bersyukur SMTK Tarus sudah mendapatkan akreditasi itu, sehingga oleh Diknas dan Kemenag. kita dipercayakan un-tuk menyelenggarakan UAN,katanya.

    Saat disinggung mengenai jumlah peserta ujian, menurutnya, jumlah keseluruhan peserta ujian sebanyak 65 orang, berasal dari sekolah induk dalam hal ini SMTK Ta-rus siswanya sebanyak 48 orang dan SMK Reformasi sebanyak 17 orang, dari total peserta ujian tersebut, satu orang siswa akan mengikuti ujian susulan karena saat ujian berjalan siswa tersebut sakit.

    Terdapat enam mata pelajaran yang diuji, masing-masing, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Pengetahuan Alkitab, Etika Kristen dan Sejarah Gereja.

    Tetapi secara keseluruhan, saya yakin ha-sil ujian nasional murni yang akan diraih oleh siswa tidak akan mengecewakan dan saya optimis peserta ujian kali ini akan lulus seratus persen walaupun kita belum men-gunakan CBT/ ujian online melalui komput-er, sambungnya.

    Haekase juga merasa bersyukur dan mendapat dukungan karena penyelengga-raan ujian tahun ini di monitoring langsung oleh Kakanwil Kemenag. Prov. NTT, Drs. Sarman Marselinus bersama rombongan yang terdiri dari Kabid. Bimas Kristen, Drs. Sem Saetban, Kepala Kantor Kemenag. Kab. Kupang, Drs. Yorhans S. Lopis, Kabid SMA/SMK Dinas Pendidikan Kabupaten Kupang, Kepala Seksi Pendidikan Kristen Kantor Ke-menag Kab. Kupang, Alexsander, SH yang sempat menyambangi sekolah dimaksud. (Sumber : ntt.kemenag.go.id/LA/JW).

    Tetapi secara ke-seluruhan, saya yakin hasil ujian

    nasional murni yang akan diraih oleh siswa tidak akan mengece-

    wakan dan saya optimis peserta ujian kali ini akan

    lulus se-ratus persen

    walaupun kita belum

    mengunakan CBT/ ujian online me-lalui kom-

    puter,

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    27

    KEPALA Kantor Kementerian Agama Kabu-paten Sumba Barat Daya melalui Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Katolik, Yosef Rangga Kapodo, SS menyerahkan sumban-gan sukarela berupa sarana ibadah bagi Stasi pemekaran baru, Stasi Santu Paulus Obawawi, Paroki Santu Arnoldus Janssen-Tambolaka, (Minggu, 19/04/2015).

    Sarana Ibadah yang diserahkan berupa pa-tung keluarga Kudus, Kitab Suci, dan buku Mazmur Tanggapan ini diterima langsung Ketua Dewan Stasi Santu Paulus Obawawi, Dominggus Ngongo Riti.

    Menurut Yosef Rangga Kapodo,SS, yang dite-mui usai penyerahan, sumbangan sarana iba-dah ini merupakan komitmen dan kepedulian bersama seluruh karyawan/i Kantor Kement-erian Agama Kab. Sumba Barat Daya yang be-ragama Katolik. Sumbangan ini dibelanjakan dari hasil kolekte doa mingguan setiap hari Senin dari semua Aparatur Sipil Negara (ASN) yang beragama Katolik.

    Lebih lanjut Bapa Vonso, demikian sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa pada minggu sebelumnya, Seksi Bimas Katolik juga memberikan sumbangan un-tuk mendukung pembangunan Gedung Gereja Stasi Santu Mikael Puu Tamme dari sumber yang sama. Tentu diharapkan agar sumbangan ini dapat berman-faat bagi aktivitas pengembangan kehidupan meng-gereja umat di Stasi.

    Ketua Dewan Stasi Santu Paulus Obawawi, Doming-gus Ngongo Riti menyatakan terima kasih atas dukun-gan yang sudah diberikan berbagai pihak, juga dari Kementerian Agama.

    Terima kasih atas dukungan bagi kami. Semoga ke depan, dukungan buat kami dalam berbagai bentuk, tetap ada, demi semakin bertumbuh suburnya ke-hidupan iman umat di Stasi kami. Sebab, untuk se-mentara waktu, mulai minggu depan dan selanjut-nya, kami masih akan melakukan ibadat mingguan di rumah penduduk, sambil berusaha mendirikan Ge-reja, katanya. (Sumber : ntt.kemenag.go.id/PK/JW).

    ASN KatolikKemenag SBDSumbangSaranaIbadah

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    28

    Kementerian Agama Kabupaten Kupang sudah dengar bahkan sudah paham tentang lima nilai budaya kerja Kemenag RI yang telah dicanangkan.

    Bagaimana Bapak menerapkan lima budaya ker-ja tersebut di lingkungan kerja Bapak?

    Penerapan lima nilai budaya kerja ini kami laku-kan secara bertahap antara lain secara lisan dis-ampaikan melalui Rapat, Pengarahan dalam ber-bagai kegiatan terutama saat apel, sedangkan secara tertulis melalui Spanduk, Pemakaian PIN dan Brosur. Namun penerapan yang lebih efektif dari itu antara lain melalui contoh dari Pimpinan baik ditingkat Satker maupun Unit Kerja masing-masing. Sebagai Pimpinan saya berusaha keras untuk memberi contoh tentang lima nilai ini dalam kata dan tindakan begitupun Para Kasi, Pe-nyelenggara, Kepala KUA, Pengawas & Penyuluh serta Penghulu. Kami percaya bahwa satu contoh yang baik mewakili seribu ucapan yang hanya sekedar retorika, verbalistis & membosankan. Apa kira-kira dampak langsung dari penerapan lima nilai budaya kerja? Dampak langsung dari penerapan lima nilai bu-daya kerja di Kemenag Kabupaten Kupang ini sebenarnya sudah bisa dilihat jauh sebelum pen-canangannya. Salah satu contoh kecil, walaupun tempat kerja kami jauh (36 Km) dari Kota Kupang tetapi setiap pagi tepat jam 7.30 semua pegawai Kemenag Kabupaten Kupang sudah lengkap ha-dir di kantor. Dalam pelaksanaan tugas kami ti-dak mengenal istirahat karena makan siang kami lakukan dalam ruangan kerja masing-masing. Selesai makan siang lima sampai sepuluh menit kemudian kami langsung bekerja lagi. Tidak ber-lebihan kalau saya menyatakan bahwa bukti dari penerapan 5 nilai budaya kerja Kemenag RI bagi kami yaitu saat audit kinerja oleh Tim Audit ITJEN

    Sahabat BERNAS

    Kementerian Agama (Ke-menag) memasuki babak baru dalam hal revolusi

    mental. Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saefuddin

    meluncurkan program budaya kerja yang me-

    liputi lima nilai yaitu integritas, profesion-

    al, inovasi, tang-gung jawab, dan

    keteladanan. Tujuannya,

    u n t u k

    mengembalikan citra dan kepercayaan publik terhadap kinerja Kemenag. Seperti apa implementasinya di lapangan, Bernas ber-kesempatan mewawancarai Kepala Kantor Kemenag Ka-bupaten Kupang, Drs. Yorhans S. Lopis, M.Si. Pria kelahi-ran Niki-niki, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dikenal sebagai sosok pekerja keras yang mengantarkan Kantor Kemenag Kabupaten Kupang sebagai salah satu dari 3 proyek percontohan kawasan Zona Integritas, Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melay-ani di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Apa tanggapan/komentar Bapak seputar lima nilai budaya kerja? Apakah semua ASN di lingkungan kerja Bapak sudah mendengar atau memahaminya?

    Kelima nilai budaya kerja tersebut pada dasarnya su-dah ada dalam ajaran semua agama, namun aplikasinya dalam hidup dan pelaksanaan tugas Kantor sering jauh berbeda bahkan apa yang dilakukan bertentangan den-gan lima nilai budaya kerja ini. Semua ASN dilingkungan

    Satu ContohMewakili Seribu UcapanSejenak Bersama Yorhan Lopis

    28

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    29

    BIODATA

    Nama : Drs. Yorhans S. Lopis, M.SiNIP : 19660725 199303 1 002Tempat/ Tanggal Lahir : Niki-Niki, 25 Juli 1966Pangkat/Gol.Ruang : Pembina, IV/aJabatan : Kepala KantorUnit Kerja : Kantor Kementerian Agama Kabupaten KupangPendidikan Terakhir : Magister Studi PembangunanPengalaman Jabatan : 1. Kasi Doktik pada Bidang Bimas Kristen 1995 s.d 2003 2. Kasi Lembaga & Sarana Keagamaan (2003-2005) 3. Kasi Keesaan Gereja (2005-2009) 4. Kasubbag Tata Usaha Kemenag Kota Kupang (Maret Desember 2009) 5. Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Kupang (2009 sekarang)Alamat Kantor : Jl. Timor Raya Km. 36 OelamasiIsteri : Lenny W. Kana Tiri, S.Pd., MM.Anak anak : 1. Glorya Jesica Lopis 2. Jeniver Theresa Lopis. 3. Gabriela Jocelin Lopis

    Kemenag RI nilai kami tidak buruk tetapi sedikit agak

    baik. Sebagai pimpinan, apa tantangan yang diha-dapi dalam upaya penerapan lima nilai bu-daya kerja di lingkungan kerja Bapak? Tantangan yang kami hadapi dalam upaya penerapan lima nilai budaya kerja yaitu persoalan pola pikir dan budaya kerja pegawai. Pola pikir yang lama serta bu-daya kerja lama seperti suka menunda pekerjaan, rendahnya kreatifitas dan inovasi kerja ini tantangan terberat. Tetapi saya optimis bahwa jika ada penyerahan diri secara total kepada Tuhan, ada kemauan kuat untuk berubah dari kami semua dan berupaya melihat kerja sebagai satu Iba-dah kepada yang Maha Kuasa maka tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Berhadapan dengan tantangan yang ada, kira kira apa jalan keluar yang diambil? Melakukan pembinaan secara rutin tentang pola kerja baru sesuai tuntutan manajemen moderen sekarang. Membia-sakan pegawai untuk selalu pedomani berbagai petujuk tek-nis yang diturunkan oleh Lembaga dan mematuhi berbagai regulasi yang berlaku dalam pelaksanaan tugas serta tidak melakukan kompromi dengan cara-cara kerja pegawai yang melawan aturan dan merugikan negara. Sebagai pimpinan

    berusaha untuk tidak membuat kebijakan aneh-aneh yang tidak sesuai aturan. Harapan harapan apa saja yang timbul setelah lima nilai budaya kerja ini dilaksanakan? Semoga Tuhan semesta alam menolong saya dan saudara-saudara saya semua ASN di Kemenag Kabu-paten Kupang sehingga kami tidak hanya mampu dan fasih menghafal lima nilai budaya kerja Kementerian Agama RI tetapi bisa mampu mengaplikasikan lima ni-lai ini dalam kehidupan kami masing-masing terutama dalam pelaksanaan tugas sebagai wujud reformasi bi-rokrasi dan reformasi mental. (yen)

    29

  • Edisi 02 Tahun IV, Nomor 14April 2015

    30

    Bianglala

    Perihal KeteladananYosep Sudarso, S.Fil

    Penyuluh Agama Muda Kemenag Kota Kupang

    karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak. Dan, keherannya mencapai puncak ketika ita men-dengarkan jawaban kakek mengapa semurah itu ia men-jual amplop. Kakek itu menunjukkan kepada saya lem-bar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. Kakek cuma ambil sedikit, lirih sang ka-kek. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp 250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si Kakek tua. Dalam refleksinya Munir menambahkan, jika peda-gang nakal menipu harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, kakek tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya ti-dak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Sambil berjalan pulang saya teringat status seorang te-man di facebook yang bunyinya begini: Kakek-Kakek tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap. Mari kita bersedekah lebih banyak kepada orang-orang yang diberikan kemampuan eko-nomi lemah. Allah akan membalas setiap sedekah kita, amin (disarikan dari http://iphincow.com) Salah satu dari lima nilai budaya kerja aparatur Ke-menterian Agama ialah keteladanan. Kita memahami dengan baik arti dan makna terminologi tersebut. Perso-alan kita barangkali pada implementasinya. Keteladanan mungkin masih menjadi barang mahal karena kecen-drungan kita yang suka manipulasi. Keteladanan mung-kin masih menjadi barang langka karena tak jemu-jemunya kita membenarkan hal-hal fiktif. Keteladanan mungkin masih menjadi momok karena mentalitas kita yang munafik pada atasan dan menyepelekan regulasi. Mari kita berlomba-lomba menjadi panutan. Jangan buang percuma seluruh daya kekuatan yang dianugerah-kan pada kita. Tak harus dengan melakukan hal-hal yang besar. Cukuplah dengan satu hal kecil. Bukankah dari hal-hal yang kecil itulah kita akan menggapai yang lebih be-sar. Wasallam.

    PRESIDEN pertama RI, Ir. Soekarno mengisahkan pengalamannya ketika diwisuda di Technische Hooge School Bandoeng (sekarang ITB) tahun 1926. Saat menerima ijazah, Sang Rektor, Prof G. Klooper berucap kepadanya, Ir Soekarno, ijazah ini dapat robek dan hancur menjadi abu di suatu saat. Dia tidak kekal. Ingatlah, satu-satunya kekuatan yang bisa hidup terus dan kekal adalah karakter dari seseorang Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat, sekalipun sesu-dah mati.(nayasa.tumbir.com). Lebih daripada sekadar mengenang, kata-kata itu telah menginspirasi Bung Karno. Dari sejarah bangsa ini kita tahu, the founding fathers akhirnya wewaris-kan harta pusaka nan abadi bagi generasi sesudahnya. Sifat-sifat pejuang, cinta tanah air, rela berkorban, ju-jur, sederhana, berani membela yang benar melebur dalam kepribadiannya. Kita yang lahir bahkan setelah kematiannya akan selalu mengenangnya sebagai anak bangsa terbaik. Teladan bangsa sepanjang hayat. Itu sekelumit kisah tentang Bung Karno yang pop-ularitasnya sudah mendunia. Namun cara hidup yang memberi inspirasi dan menjadi suri teladan ternyata bisa lahir dari rakyat jelata. Itu kalau kita peka den-gan pengalaman sekitar kita entah yang kita saksikan dan alami secara langsung maupun yang kita tahu dari pengalaman orang lain. Saya mengutip sharing pengalaman Rinaldi Mu-nir, seorang dosen ITB. Ia menulis pengalamannya ten-tang seorang kakek penjual amplop. Saban hari kakek tua itu menjual amplop yang sudah dibungkus dalam plastik di sekitar Masjid Salman ITB. Setiap menuju ke Masjid Salman untuk shalat Jumat, Munir selalu men-jumpai sang kakek yang tengah duduk terpekur di de-pan dagangannya. Barang dagangan itu terasa aneh di antara pedagang lain yang berjualan makanan, pak-aian dan barang-barang asesori lainnya. Kakek tua itu menjual amplop yang sebetulnya tidak terlalu dibu-tuhkan pada zaman yang serba elektronis. Rasa penasaran plus iba menuntun Munir untuk membeli beberapa amplop. Untuk sekadar basa basi, ia bertanya tentang harga amplop per bungkus den-gan isi 10 lembar. Di luar dugaannya, harga 10 amplop itu hanya seribu per bungkus. Itu artinya 100 rupiah per amplop. Munir menulis perasaannya, Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. Saya beli ya pak, sepu-luh bungkus, kata saya. Kakek itu terlihat gembira

  • KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Mengucapkan

    Selamat PaskahSemoga Cahaya Kebangkitan Kristus

    Senantiasa Menerangi dan Menuntun KitaDalam Membangun dan Mewujudkan

    Masyarakat yang BERNAS Beriman - Cerdas - Rukun dan Sejahtera

    Drs. Sarman MarselinusKakanwil