ebook_media dan perubahan iklim
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
1/160
Media danPerubahan Iklim
Kerjasama
Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) - BAPPENAS
dengan
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Jakarta, Oktober 2014
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
2/160
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
3/160
i
Media danPerubahan Iklim
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
4/160
ii
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
5/160
iii
Kerjasama
IIndonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)
dengan
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta
Edisi cetak: Oktober 2014
Ilustrasi Cover: Yus Ardhiansyah
Layout:Kgs. M. Rdiuan
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
6/160
iv
Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
KETENTUAN PIDANA
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp l.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
7/160
v
Daftar Isi
Daftar Isi .....................................................................
Pengantar
Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasio-
nal/ Wakil Ketua BAPPENAS ............................................
Ketua AJI Jakarta .................................................................
Harian Jambi
Potret Desa Mandiri Energi : Warga Serampas yang
Makin Terampas ..................................................................
Berharap Jadi Lumbung Karbon ...................................
Lubuk Larangan di Lembah Masurai ..............................
Tempo Denpasar
Plesiran Saat Iklim Berubah .............................................
Saatnya Diet Energi ............................................................
Media Indonesia
Sepetak Lahan Menyelamatkan Hutan ........................
Menemukan Warisan yang Hilang ................................
Gerakan Antitesis Revolusi Hijau ...................................
Tempo Yogjakarta
Cerita Sejuk Hutan Rakyat Semoyo ...............................
Empon-empon yang Menggiurkan ...............................
Aneka Usaha Mengolah Ketela ......................................
Ekuatorial.com
Akibat Penyakit Bersekutu Iklim ....................................
Serbuan Senyap ke Dataran Tinggi ...............................
Siasat Jumantik dan Jurus Lainnya ...............................
Tempo Jambi
Selamatkan Hutan Ala Senamat ....................................
Biogas Solusi Menghemat dan Ramah Lingkungan
Diskusi Sebotol Minyak ....................................................
v
vii
ix
1
7
9
13
19
23
29
33
43
47
51
55
59
67
71
83
87
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
8/160
vi
91
97
99
107
115
117
121
123
125
141
145
Kontan
Dikecewakan, petani Nganjuk ogah ikut program
asuransi pertanian lagi .....................................................
Ujung tombak ada di penyuluh lapangan dan
dinas setempat ....................................................................
Jasindo: Memiliki resiko berbeda, premi tiap
daerah harus berbeda juga .............................................
Suarakendari.com
Menjadikan Sampah Sebagai Energi Kampung ......
Ancaman dari Gas Metan .................................................
Bappeda: Pemerintah Kota Harus Fokus ......................
Sinopsis Beritasatu TV Kami Mau Kalimantan Kembali .....................................
Sinopsis Aceh Video
Mikro Hidro di Kaki Ekosistem Ulu Masen ....................
Profil
Profil Penulis .........................................................................
Profil Mentor .........................................................................
Profil Lembaga .....................................................................
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
9/160
vii
P
emerintah telah berkomitmen untuk mengurangi emisi
gas rumah kaca pada 2020 dengan target sebesar 26%
dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan dan
kerjasama internasional. Terkait komitmen tersebut,pemerintah telah membentuk Indonesia Climate Change Trust
Fund(ICCTF) pada September 2009 untuk mengkoordinasikan
dana-dana internasional di bidang perubahan iklim.
ICCTF, sebagai satu-satunya Lembaga Wali Amanah (trust
fund) pendanaan perubahan iklim pendukung upaya adaptasi
dan mitigasi di Indonesia, telah melakukan berbagai aktivitas
penanganan perubahan iklim dengan mendanai berbagai
pilot project kepada Kementerian/Lembaga, serta Program
Hibah Skala Kecil kepada Lembaga Swadaya Masyarakat dan
Perguruan Tinggi.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah melalui ICCTF
perlu disebarkan kepada publik melalui media penyedia
informasi. Publikasi bermanfaat untuk mendidik masyarakat
memahami isu perubahan iklim, dan merupakan cermin
peran media dalam perubahan iklim.
Bagi Indonesia, perubahan iklim adalah tantangan pem-
bangunan yang nyata. Namun, karya jurnalistik yang bermutu ten-
tang isu perubahan iklim masih belum menempati posisi utama
dalam pemberitaan media. Sehubungan dengan itu, pada tahun
2014 ini ICCTF bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen
(AJI) menyelenggarakan program ICCTF Media Fellowship 2014
untuk meliput kegiatan penanganan perubahan iklim.
Fellowship ini diharapkan mampu membangkitkan
minat para jurnalis dalam meliput isu perubahan iklim,
Pengantar
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
10/160
viii
meningkatkan karya jurnalistik berkualitas mengenai isu
perubahan iklim, dan meningkatkan kapasitas para jurnalis
dalam mendokumentasikan kiprah ICCTF di masa depan.
Tahun 2014 ini, ICCTF Media Fellowshiptelah memilih 10
tim jurnalis, yang telah melakukan liputan mendalam serta
menghasilkan artikel/hasil liputan sebagaimana dihimpun
dalam Buku Media dan Perubahan Iklim ini. Fellowship
dan Buku tersebut diharapkan dapat menjadi pendorong
munculnya kegiatan serupa di masa depan untuk terus aktif
mempromosikan upaya menurunkan emisi gas rumah kaca
dan menciptakan kondisi iklim yang lebih baik.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepadasemua pihak yang telah membantu mensukseskan ICCTF
Media Fellowship 2014, khususnya kepada BMUB-GIZ yang
telah mendukung pemberangkatan peserta fellowship
terbaik ke UNFCCC di Lima, Peru.
Jakarta, September 2014
Lukita Dinarsyah Tuwo
Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Wakil Ketua BAPPENAS
(Selaku Ketua Majelis Wali Amanah ICCTF)
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
11/160
ix
Kata Pengantar
I
su perubahan iklim bagi jurnalis di Indonesia dapat
dikatakan kurang populer. Hanya sebagian kecil
jurnalis mendalami masalah ini. Ini bisa dilihat dari
jumlah jurnalis yang mendalami isu lingkungan.Jurnalis lingkungan di Indonesia relatif sedikit, diban-
dingkan misalnya dengan jurnalis yang meliput isu politik.
Padahal dampak yang ditimbulkan akibat peristiwa-peris-
tiwa perubahan iklim kepada masyarakat tidak dapat dise-
pelekan. Bahkan dampaknya langsung dirasakan oleh
masyarakat melalui bencana lingkungan, kegagalan panen,
hingga krisis pangan.
Sebab itu, semakin banyak jurnalis yang memahami
dan mendalami isu perubahan iklim akan semakin baik
bagi masyarakat maupun pembuat kebijakan. Masyarakat
akan lebih waspada dan melakukan berbagai antisipasi dan
mitigasi karena selalu diingatkan oleh media.
Kegiatan fellowship perubahan iklim ini merupakan
kerjasama tahun kedua antara AJI Jakarta dengan Indonesia
Climate Trust Fund (ICCTF). Di tahun pertama, AJI Jakarta dan
ICCTF menggelar ICCTF Media Award bagi para jurnalis di
jakarta dan daerah
Kegiatan ini bertujuannya, antara lain, untuk melahirkan
karya jurnalistik yang cukup bermutu di bidang perubahan.
Di sisi lain bagi para jurnalis, kegiatan ini memberikan
kesempatan untuk meningkatkan kemampuan jurnalistik
dari para mentor yang telah memiliki pengalaman cukup
mendalam di bidang liputan perubahan iklim dan isu
lingkungan secara umum.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
12/160
x
Dokumentasi ini merupakan kumpulan karya jurnalistik
para peserta fellowship. Kami berharap karya jurnalistik ini
memberikan dorongan bagi jurnalis lain untuk meningkatkan
perhatiannya di seputar isu perubahan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada para peserta
fellowship yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik
dan tepat waktu. Terimakasih yang sedalam-dalamnya juga
kami sampaikan kepada para mentor fellowship, Riza Primadi
(jurnalis senior televisi), Brigitta Isworo (Harian Kompas), dan
Untung (Koran Tempo) yang telah memberikan waktu dan
perhatiannya untuk menyeleksi peserta hingga memberikan
mentoring kepada setiap peserta fellowship.Para asisten mentor sekaligus penanggungjawab
kegiatan ini, Musdalifah Fakhri, Ratna Ariyanti dan Ruru
Nainggolan, yang telah banyak membantu para mentor
maupun AJI Jakarta untuk menjalankan kegiatan ini.
Terakhir kami mengucapkan selamat membaca karya
jurnalistik para peserta fellowship.
Jakarta, September 2014
Umar Idris
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
13/160
1
Di sore dingin berkabut, dengan mengenakan
jaket dan sarung yang tampak lusuh, Haripahni
menyusuri licinnya kaki Bukit Masurai usai terguyur
hujan. Meski terbiasa, pria 50 tahun ini tampak hati-
hati menapaki jalanan kecil menurun yang di sampingnya
menggeletak pipa biru kusam berukuran jumbo berdiameterkurang lebih 60 sentimeter dan panjang 50 meter.
Pipa itu berakhir di bangunan kecil berukuran 2x3 meter.
Air mengucur deras dari pipa. Haripahni menyalakan mesin
pembangkit listrik dengan cara memutar sebuah engkol.
Mesin langsung menderum diiringi terangnya sebuah
bohlam berukuran 5 watt.
Ini satu-satunya mesin pembangkit listrik tenaga mikro
hidro (PLTMH) di Desa Renah Alai. Kondisinya memang
Aksi perambah hutan dan perubahan cuaca meredupkan
kemilau pembangkit listrik mikro hidro warga Serampas
di Kabupaten Merangin, Jambi. Warga terapkan kembali
kearifan lokal.
Bangun SantosoHarian Jambi
Potret Desa Mandiri Energi
Warga Serampas yangMakin Terampas
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
14/160
2
sedikit usang, karena sudah lama beroperasi sejak 2002 lalu,
ujar Haripahni, pertengahan Juli lalu.
Dia memperlihatkan panel pengatur listrik untuk
dialirkan ke rumah-rumah warga. Haripahni yang sehari-hari
menjaga dan mengoperasikan mesin mulai menceritakan
bagaimana perjuangan warganya memperoleh listrik tanpa
bergantung pada listrik negara alias PLN.
Tahun 1998, Balai Taman Nasional Kerinci Seblat
(TNKS) memberikan dana Rp 200 juta untuk membangun
pembangkit listrik mikro hidro itu. Ini merupakan bagian
program Integrated Conservation Development Project (ICDP).
Dua tahun kemudian pembangkit itu mulai beroperasi.
Awalnya, listrik yang dipasok sebesar 10.000 watt. Kini
naik menjadi 90.000 watt dan menerangi semua rumah
tangga di Desa Renah Alai. Mereka membayar Rp 30.000 per
bulan.
Dari pengelolaan listrik ini, kas desa mem peroleh
rata-rata pendapatan Rp 6 juta per bulan. Dari jumlah itu,
kemudian dipotong Rp 2 juta untuk biaya operasi dan gaji
tiga orang pengelola.
Gunung Masurai setinggi 9.777 kaki tak hanya mem-
berikan limpahan tanah subur, namun juga sumber air yang
memasok pembangkit listrik. Alirannya mengular ke Sungai
Gedang di Desa Renah Alai. Selama 14 tahun beroperasi,
kini warga Serampas di Renah Alai mulai merasakan ada
perubahan, khususnya pasokan listrik yang dihasilkan.
Namun, sejak dua tahun terakhir ini, debit air di sungai
menurun, kata Haripahni yang biasa disapa dengan Pak
Pahni.
Kondisi ini jelas berpengaruh pada debit air di penam-
pungan yang disalurkan ke mesin pembangkit. Imbasnya,
pasokan listrik menjadi berkurang, karena aliran air tidak
deras lagi.
Jika dilihat secara kasat mata, menurunnya debit air
terlihat di penampungan air atau dam. Ini akibat pene-
bangan pohon oleh warga perambah di desa tetangga tepat-
nya di hulu sungai, katanya.
Pak Pahni sangat khawatir, debit air yang menurun tak
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
15/160
3
hanya berpengaruh pada pasokan listrik, namun juga kondisi
mesin dan dinamo pembangkit listrik. Sebab, jika debit air
tidak stabil, akan mempengaruhi daya putar mesin dan
dinamo.
Menurutnya, biaya perbaikan dan perawatan mesin
tiap tahunnya cukup besar dan bisa mencapai puluhan juta.
Bahkan, apabila dinamo rusak harus diganti yang besarnya
mencapai Rp 50 juta.
Dampaknya mulai dirasakan warga. Dalam sepekan ini,
empat kali listrik mati, kata Jamhuri, salah seorang penduduk.
Dia mencurigai pembangkit listrik keku rangan pasokan air
dari sungai yang menyusut. Dari bibir sungai, ujarnya, bisa satu
meter lebih menyusut, apalagi di saat kemarau.
Pelaksana Tugas (Plt) Kades Renah Alai, Hasan Muhammad
mengakui tindakan perambahan hutan di sejumlah desa
tetangga menjadi penyebab utama menurunnya debit air
Sungai Gedang. Ketinggian air sungai yang biasanya rata-
rata 10 meter, kini menyusut bahkan di bawah sembilan
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
16/160
4
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
17/160
5
meter. Kondisi ini berpengaruh pada debit air di dalam bak
penampungan atau dam dengan ketinggian lima meter.
Aksi perambahan terjadi di dua desa yakni Pulau Tengah
dan Danau Pauh. Kedua desa ini letaknya di hulu Sungai
Gedang, tepat di atas Desa Renah Alai.
Menurut Hasan, para perambah berasal dari luar Jambi,
seperti Jawa, Sumatera Utara, Lampung, Bengkulu dan
Sumatera Selatan. Jumlahnya mencapai ribuan orang, yang
kebanyakan membuka lahan untuk perkebunan kopi.
Kondisi ini tak hanya menimbulkan konflik dengan
warga sekitar, melainkan juga dengan Balai Taman Nasional
dan pemerintah daerah, ujarnya.
Menurut dia, pembukaan lahan ini juga menimbulkan
kecumburuan dari warga asli, karena para pendatang leluasa
membuka lahan. Sementara kami yang masyarakat asli,
katanya, dilarang.
Untuk melindungi kawasan desa agar tidak terjadi
perambahan, sejumlah tetua dan perangkat desa mulai
menggiatkan kembali hukum adat Marga Serampas yang
sebelumnya mulai ditinggalkan. Salah satunya larangan
menebang pohon di kawasan desa. Dalam aturan ini, warga
dilarang menebang pohon sembarangan.
Hasan menjelaskan, apabila ada warga luar yang masuk
harus menandatangani aturan desa ini, begitu juga warga
desa.
Apabila ada yang melanggar harus diusir dari desa,
katanya.
Bagaimana dengan faktor iklim? Badan Meteo-
rologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi
menggolongkan iklim di provinsi ini bertipe A dengan curah
hujan rata-rata 1.9003.200 mm/tahun dan rata-rata curah
hujan 116154 hari per tahun. Suhu maksimum sebesar 31
derajat Celcius.
Dari pantauan 10 tahun terakhir, kondisi iklim di Jambi
mulai menunjukkan perubahan, kata Kepala Seksi Data dan
Informasi, BMKG Jambi Kurnianingsih, Juli lalu.
Sebagaimana wilayah timur Sumatera lainnya, musim hujan
di Jambi terjadi pada Oktober sampai dengan April. Sedangkan
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
18/160
6
musim kemarau dari bulan Mei sampai September. Sejak lima
tahun terakhir kondisinya mulai berubah, seperti saat musim
kemarau dan penghujan.
Kemarau tahun 2013 lalu, kata Kurnianingsih,
berlangsung begitu panjang bahkan melewati batas wajar.
Hingga April masih terjadi kemarau, begitu juga dengan
cuaca yang kadang-kadang bisa berubah sewaktu waktu.
Menurut dia, yang paling merasakan perubahan iklim
adalah petani dan nelayan di pantai timur Jambi. Petani sulit
menentukan musim tanam, apalagi bagi petani tradisional
yang masih bergantung pada perhitungan hari. Begitu
juga dengan nelayan. Dalam satu musim bisa lebih dari
empat bulan tak melaut karena kondisi iklim menyebabkan
gelombang laut tinggi mencapai lebih empat meter.
Di samping terpengaruh iklim global, faktor wilayah atau
daerah juga berperan dalam pergeseran atau perubahan
iklim di Jambi. Satu paling utama adalah tutupan hutan
baik karena perambahan maupun pembukaan lahan untuk
perkebunan secara luas.
Kurnianingsih menjelaskan dengan tutupan hutan yang
makin berkurang karena aksi perambahan, lahan serapan
menjadi hilang. Kondisi ini berbahaya karena saat musim
hujan, dapat menimbulkan banjir atau air sungai meluap.
Belakangan ini, Sungai Batanghari sering meluap tinggi,
banjir hampir tiap tahun terjadi. Ironisnya bencana ini sudah
melanda bagian hulu sungai, katanya. Hal yang sebaliknya
terjadi di musim kemarau, air sungai mulai menyusut mem-
buat kusut pembangkit listrik mikro hidro di Desa Renah
Alai. Pak Pahni, Jamhuri dan warga Serampas lainnya sudah
terampas di tanah kelahirannya.l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
19/160
7
Perjuangan warga Renah Anai untuk memperoleh
status hutan desa sudah dimulai sejak tahun
2000. Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi
mendampingi keinginan masyarakat tersebut ke
Pemerintah Kabupaten Merangin hingga ke pemerintah
pusat.Dari sisi antropologi, masyarakat Serampas yang men-
diami kaki Gunung Masurai termasuk suku Melayu Kuno.
Sejak dahulu kala mereka sudah mengelola hutan adat, kata
Direktur Komunikasi KKI Warsi, Rudi Syaf.
Selama ini ada lima titik hutan desa di Jambi yang disahkan
pemerintah. Warsi masih memperjuangkan dua desa yakni
Rantau Kermas dan Renah Alai mendapat status dari hutan yang
turun temurun dikuasai nenek moyangnya.
Salah satu titik lahan lahan perkebunan kopi di kaki Gunung Masurai.
Bangun SantosoHarian Jambi
Berharap Jadi Lumbung Karbon
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
20/160
8
Hutan adat memang masuk dalam 10 skema Badan
(REDD+). Untuk mendorong skema itu menguntungkan
warga, Warsi melakukan uji penghitungan karbon di hutan
adat desa Rantau Kermas melalui metode Rapid Carbon Stock
Assesment (RACSA) atau disebut juga metode penghitungan
karbon secara cepat.
Hasilnya, mencapai 300-360 ton karbon per hektare
hutan adat. Artinya, kandungannya sama dengan hutan
primer lainnya. Ke depan akan diterapkan di seluruh hutan
adat di Jambi, kata Rudi.
Pelaksana Tugas Kepala Desa Kades Renah Alai, Hasan
Muhammad mengatakan, pihaknya bersama Warsi masih
memperjuangkan pengesahan surat keputusan (SK)
gubernur atas hutan adat di desanya.
Hasan menjelaskan belum seluruh warga mengetahui
skema REDD+ tersebut. Namun ia sangat yakin, dengan upaya
sosialisasi bersama Warsi melalui pelatihan perhitungan
karbon, masyarakat bakal memperoleh manfaat.
Beberapa perwakilan masyarakat desa secara berkala
melakukan pelatihan penghitungan karbon bersama Warsi.
Ini menjadi kabar baik bagi pengelolaan hutan adat, katanya.
Di Renah Alai, luasan hutan adat mencapai 250 hekare.l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
21/160
9
Aneka pohon menjulang di hulu Sungai Gedang,
Desa Renah Alai. Adat desa melarang penebangan
pohon dan pembukaan lahan untuk berladang
di wilayah ini. Warga percaya, jika melanggar
aturan adat bisa sakit-sakitan, bahkan meninggal, kata
Pelaksana Tugas Kepala Desa Renah Alai, Hasan Muhammad.Aturan adat tersebut merupakan bagian dari kearifan
lokal masyarakat Serampas. Nenek moyang mereka menga-
jarkan bahwa menebang kayu di hulu sungai dan di lembah
yang curam mengakibatkan erosi.
Tanah menjadi warisan leluhur yang harus dijaga. Oleh
karena itu mereka dilarang menjualnya kepada orang luar.
Aturan adat menegaskan, jika kedapatan menjual atau
membeli, orang tersebut akan diusir dari Serampas dan
Bangun SantosoHarian Jambi
Lubuk Larangan diLembah Masurai
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
22/160
10
tanahnya diambil alih untuk aset desa.
Kayu-kayu yang ditebang dari hutan juga tidak boleh
diperjualbelikan. Penebangan pohon hanya diperbolehkan
hanya untuk konsumsi sendiri atau kayu bakar, itupun tidak
semua jenis pohon bisa ditebang.
Jika ingin membuka ladang semua kayu boleh ditebang
kecuali cempedak, manggis, durian, petai dan pohon sri.
Alasannya, kata Hasan, pohon-pohon tersebut merupakan
tanaman peninggalan nenek moyang.
Soal kepemilikan tanah juga diatur dalam adat. Setiap
warga dibatasi maksimal memiliki dua hektare lahan. Dalam
kurun waktu satu tahun, tanah tersebut juga wajib ditanami.
Bagi yang berkecukupan, boleh memiliki lahan maksimal
empat hektare. Dengan catatan, lahan tersebut harus
ditanami. Setiap orang juga dilarang memiliki rumah lebih
dari satu unit.
Kearifan lokal ini sangat membantu upaya menahan
laju perambahan lahan di kawasan kaki Gunung Masurai,
kata Desrizal, fasilitator pengembangan ekonomi, Komunitas
Konservasi Indonesia (KKI) Warsi. Warga sudah melakukan
usaha-usaha konservasi seperti Rimbo Gano dan Lubuk
Larangan yang sama sekali tak boleh dikelola sebagai kebun.
Pemerintah perlu mempertimbangkan hutan adat
sebagai hak kelola masyarakat, katanya, sebab mereka
terbukti memiliki kemampuan melestarikannya. Hutan adat
Desa Renah Alai seluas 250 hektare kini tengah diajukan
pengesahannya melalui Gubernur Jambi.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
23/160
11
Hutan ini merupakan satu dari 25 titik hutan adat di
Jambi, Di provinsi ini, luas hutan adat merupakan yang terluas
di Indonesia, mencapai 45.000 hektare. Kondisi ini menarik
perhatian warga luar Jambi. Sejak 2009, sekitar 12 ribu
orang masuk ke kawasan lembah Masurai, kata Kepala Dinas
Kehutanan dan Perkebunan, Kabupaten Merangin Arwan.
Pihaknya tengah mencari jalan keluar terkait pengelolaan
lahan baik bagi warga pendatang dengan warga lokal.
Arwan mengakui kewalahan menanggulangi aksi peram-
bahan itu. Instansinya hanya memiliki 8 orang polisi hutan
(Polhut).
Hingga awal 2013, pemerintah Merangin mengupayakan
adanya perubahan status lahan hutan produksi menjadi
hutan tanaman rakyat (HTR) yang berada di tiga desa di
Kecamatan Jangkat. Di antaranya, Desa Nilo Dingin, Dusun
Tuo dan Durian Rambut. Kementrian Kehutanan, katanya,
memberi jatah Merangin seluas 7.998 hektare.
Dengan pengajuan hutan tanaman rakyat, kata dia,
bisa mengurangi kerusakan hutan di kawasan Merangin,
khususnya Jangkat. Warga yang sudah terdaftar akan
diberikan hak mengelola HTR selama 65 tahun.
Memang, saat ini masih tahap sosialisasi, targetnya tahun
depan bisa selesai. Setiap warga diberikan hak mengelola
maksimal 15 hektare. Namun melihat banyaknya warga,
katanya, saya kira tidak sampai seluas itu.l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
24/160
12
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
25/160
13
Joshua yang usianya sudah lebih dari 50 tahun
merasa tidak nyaman lagi tinggal di gedung-
gedung besar yang sudah pasti membutuhkan
banyak listrik. Belum lagi kebutuhan air dan
energi lainnya. Ia memilih tinggal pada sebuah hotel kecil
di Ubud, menyatu dengan alam dan lingkungan. Ini adalahlangkah kecil tapi nyata menghadapi perubahan iklim, ujar
pria pasangan asal Sydney, Australia itu.
Plesiran alias pariwisata memang makin sulit dipisahkan
dengan masalah itu. Data dari United Nation World Tourism
Organizatin (UNWTO) menunjukkan, industri ini berkontribusi
sebesar 5 % dari emisi karbonsioksida global. Adapun sektor
perhotelan menyumbang sekitar 21 % dari angka itu. Emisi
dihasilkan dari penggunaan bahan bakar minyak untuk
Setelah 20 tahun berlalu Joshua dan Linda Farkash
kembali berlibur ke Bali. Setahun terakhir mereka malah
sudah empat kali sudah bolak-balik mengunjungi Pulau
Dewata. Tapi pasangan asal Sydney, Australia ini enggan
kembali menginap pada hotel berbintang lima di sekitar
kawasan wisata Nusa Dua. Betapapun semua fasilitas
sudah tersedia engkap dengan pantai, restoran, kafe,
lapangan golf dan tempat belanjanya.
Rofiqi HasanTempo Denpasar
Plesiran Saat IklimBerubah
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
26/160
14
menghasilkan listrik dan keperluan lain.
Kalangan perhotelan sejatinya sudah mulai melakukan
perubahan. Dengarlah kisah Ketut Sukanaka, 45, karyawan di
bagian Laundry Hotel Grand Nikko. Bersama rekan-rekannya,
mereka mengorganisir secara ketat dan menyisir semua
potens menekan penggunaan listrik dan air. Saat tingkat
hunian hotel dibawah 50 % persen misalnya, jadwal kerja
diatur agar mesin-mesin boros listrik tak perlu lagi digunakan
pada saatpeak loadatau beban puncak sistim kelistrikan di
Bali.
Itu artinya semua pekerjaan harus sudah selesai sebelum
pukul 18.00 wita hingga pukul 20.00 wita. Ini juga menghemat
pengeluaran, karena harga listrik pada saat itu lebih mahal
dari jam biasa, katanya yang kini dipercaya menjadi asisten
Laundry Manager. Langkah lainnya, sebelum dimasukkan ke
mesin cuci semua kain juga ditimbang agar dapat mencapai
60 kg, kapasitas maksimal dari mesin itu.
Bukan hanya bagian Laundry yang melakukan langkah
itu. Komitmen manajemen dan karyawan malah sudah
menghasilkan kesepakatan dimana penghematan
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
27/160
15
energi dikompensasi dengan pemberian insentif. Setiap
bulannya, masing-masing unit kerja bisa melihat besaran
penghematan yang dipampang di kantin karyawan. Jadi
mereka bisa menghitung sendiri jumlah insentif yang
diperoleh.
Menurut Wayan Sudiarsa, Kepala Bagian Engineering,
sejak tahun 2009 , Grand Nikko mencanangkan diri sebagai
hotel yang ramah lingkungan dengan mengikuti program
Eco Hotel dari TUV Ireland. Saat itu pula audit energi yang
menghasilkan rekomendasi langkah-langkah efisiensi.
Penerapannya dimulai dengan tindakan tanpa biaya seperti
kampanye, training, dan peningkatanawareness. Langkah ini
diikuti monitor kebutuhan energi yang dipakai, air, gas, listrik
dengan memasang meteran pada setiap outlet dan menjadi
dasar pembuatan Key Performance Indicator(KPI) tiap unit.
Efisiensi berlanjut dengan penggantian peralatan.
Lampu koridor yang dulunya lampu biasa 40 watt sekarang
sudah jadi PLTE menjadi hanya 12 watt saja. Yang sudah
diganti ke LED adalah lampu Halogen yang hidup selama
24 jam sehingga daya sebesar 80 watt cukup dengan 6 watt
sajat. Untuk air panas, pihaknya merubah Set poin 75 derajat
menjadi 50 derajat. Belum ada tamu yang komplain sejak
diganti pada 2010. Langkah ini mengurangi penggunaan
solar, katanya . Padahal, semua langkah itu awalnya dianggap
main-main saja oleh karyawan dan hanya akan berlangsung
sesaat saja.
Selain Grand Nikko, contoh lain yang menarik dalam
penghematan energi adalah keputusan Hotel Melia Bali
menghilangkan fasilitas bath-up pada 120 kamar dari 404
kamarnya. Jadi kalau mandi tamu hanya menggunakan
shower saja, kata Chief Engineering Melia Bali di Nusa Dua,
Putu Asmaranata, Langkah ini menyesuaikan dengan trend
tamu Eropa tidak telalu menuntut penyediaan bath up
sehingga lebih hemat ait. Sejauh ini belum komplain dari
tamu. Meski untuk turis asal Jepang yang terbiasa dengan
bath up, kamar seperti itu tak ditawarkan bagi mereka.
Di hotel ini seluas 10,7 hektarini, air bersih diperoleh
dengan mengolah air laut melalui teknologi Sea Water
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
28/160
16
River Osmosis (SWRO). Penyediaan air ini dikerjasamakan
dengan pihak ketiga yang menyediakan peralatan dan listrik,adapun pihak Melia menyediakan lahan dan bangunan dan
membeli air hasil olahan. Sejak awal, jaringan hotel asal
Spanyol ini memang berkomitmen untuk menjadi eco hotel.
Itu sebabnya, berbagai investasi yang ramah lingkungan
berusaha dipenuhi dan setiap tahun dilakukan audit
lingkungan. Melia malah sudah mendapat sertifikat Platinum
dari standar Enviromental Management System (EMS) dari
EarthCheck
Ketua Divisi Lingkungan Bali Hotel Association (BHA)Clinton Lowell menyatakan, biaya energi sangat signifikan
dalam pengeluaran hotel. Apalagi selalu naik harganya dan
kadang tak terduga, kata GM Hotel Anantara, Seminyak
tiap hotel memiliki inisiatif tersendiri sesuai dengan kondisi
hotelnya masing-masing. Namun data penggunaan energi
akan dikumpulkan untuk melihat kecenderungan setiap
tahunnya dan sebagai perbandingan antar hotel. Mulai
tahun ini, BHA yang beranggotakan 116 hotel berbintang 3-5
di Bali itu juga akan membuat ranking 10 besar hotel terbaikdalam hal efisiensi energi.
Hambatan utama dalam peningkatan efisiensi energi
adalah soal kesediaan dari investor ketika harus dilakukan
penggantian dan peningkatan peralatan agar. Maklum
saja, harganya rata-rata masih lebih mahal dibanding
peralatan biasa. Hal itu tak perlu terjadi bila investor mau
melihat pengembalian keuntungan yang lebih besar dalam
jangka panjang. Apalagi hemat energi berarti lebih ramah
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
29/160
17
lingkungan dan bisa menjadi bagian dari promosi hotel,
ujarnya.Bila komitmen terhadap lingkungan terus berlanjut,
bisa jadi turis repeater (tamu yang datang berulang-ulang-
red) seperti Joshua dan Linda mau datang lagi ke Nusa Dua.
Linda pun berucap, mestinya pemerintah bisa mendorong
penggunaan pajak dari turis untuk membantu hotel-hotel
itu. Harus ada manfaatnya bagi Bali sendiri, ujarnya. Adapun
bagi karyawan seperti Sukanaka di Hotel Grand Nikko, ajakan
untuk berpartisipasi menghemat energi, membuatnya makin
merasa ikut memiliki hotel itu. Saya juga ikut bangga kalauhotel bisa terus bersaing.l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
30/160
18
Total emisi CO2 global
sebanyak 26.400 MT
(Milyar Ton). Sebanyak1.307 MT atau 4,95 %
berasal dari aktivitas
pariwisata.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
31/160
19
Gedung di Indonesia, termasuk hotel masih boros
energi. Dibanding Jepang misalnya, Studi Japan
International Cooperation Agency (JICA) 2010
menunjukkan, Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
kWh/m2/tahun sudah sekitar 180 Kwh sedang di Indonesia
masih di sekitar 270 kWh. Angka itu dipengaruhi oleh faktorarsitektur gedung hingga perilaku penggunanya.
Data terbaru yang dilansir USAID melalui program
Indonesia Clean Energy Development (ICED) pada 2014,
angkanya ternyata lebih tinggi, yakni mencapai 393 kWH/m2/
tahun. Angka ini diperoleh setelah ICED mengadakan audit
energi pada 30 hotel bintang 3-5 di tiga kota, yakni Jakarta,
Yogyakarta dan Bali. Konsumsi energi tertinggi adalah di
Rofiqi HasanTempo Denpasar
Saatnya Diet Energi
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
32/160
20
Bali dengan rata-rata 470 kWh, disusul Jakarta 382 Kwh dan
Jogyakarta 302 kWh
ICED juga menghitung, REI (Room Energy Intensity)
dengan membagi data total energy yang digunakan dalam
bangunan dengan total penjualan kamar permalam dalam
satu tahun. Hasilnya, rata-rata keseluruhan adalah 137 kWh/
kamar dengan rata-rata Bali 183 KWH, di Jakarta 131 KWH
dan Jogyakarta 85 kWH.
Penghitungan itu merupakan bagian dari langkah ICED
untuk mengembangkan benchmark score(standar penilaian)
tingkat penghematan energi sebuah hotel dibandingkan
dengan hotel lain yang serupa. Selain listrik, energi lain yang
menjadi komponen adalah penggunaan air, solar dan gas.
Perbandingan juga bisa dilakukan antara hotel di suatu
daerah dengan daerah lain yang telah dibuatkan rankingnya
antara 1-100, kata kata Imas Agustina dari ICED.
Untuk keperluan ini, ICED telah mengembangkan
software khusus dimana pihak hotel tinggal memasukkan
Emisi dari sektor perhotelan 274 MT atau 20 %dari total emsisi sektor pariwisata atau setara
dengan 1 % total emisi global
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
33/160
21
rekap konsumsi energi, occupancy rate dan biaya energi yang
menjadi dasar perbandingan untuk melihat skornya. Disitu
akan terlihat pula jumlah emisi yang dihasilkan. Adapun
dari hasil audit awal yang dilakukan ICED, rata-rata nasional
untuk penghematan energi adalah pada skor 48. Untuk per
daerah yang menjadi sample, penghematan energi tertinggi
di Yogyakarta dengan skor 54, Bali 51 dan di Jakarta 27.
Kondisi di Yogyakarta diduga terkait dengan peringkat
hotel yang sebagian besar berbintang 3. Survei ICED
menunjukkan, Semakin tinggi peringkat hotel maka
konsumsi energinya lebih besar karena disesuaikan dengan
kualitas pelayanannya. Rata-rata hotel bintang 3 hanya
mengkonsumsi 114 KWH/m2/tahun, konsumsi hotel bintang
4 mencapai 392 KWH sedangan bintang 5 memakai 431 KWH.
Adapun peringkat hotel di Jakarta paling rendah karena
kegiatan tamu hampir seluruhnya dilakukan di hotel.
Potensi penghematan energi sebenarnya masih cukup
besar. Menurut Penanggung Jawab program ICED Bill Meade,
perubahan perilaku dan pengaturan manajemen tanpa
investasi apapun, penghematan bisa mencapai 5 % hingga
10 % . Dengan tambahan investasi berupa penggantian
peralatan, penghematan bisa mencapai 20 % . Dalam jangka
panjang akan makin menekan biaya energi, ujarnya.
Adapun potensi penghematan itu makin besar karena
tingkat pertumbuhan hotel berbintang di Indonesia cukup
tinggi. Berdasar data tahun 200-2010, rata-rata mecapai
10 % pertahun, kata Kasubdit Bimbingan Tehnis Kerjasama
Konservasi Energy dan Investasi, Kementerian ESDM, Andriah
Feby Misna.l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
34/160
22
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
35/160
23
Padi menguning menghampar di sepetak sawah
milik Arifin. Tanaman itu kian merunduk digelayuti
bulir bernas dengan secuil gabah hijau. Daun
benderanya pun mulai mengering. Padi di lahan
seluas 0,5 hektare (ha) tersebut berumur sekitar empat bulan.
Sekitar dua minggu lagi bisa dipanen. Mudah-mudahanhasilnya juga bagus seperti sebelumnya, ujar Arifin, 47,
kepada Media Indonesia, pertengahan Juni lalu.
Ini merupakan panen keempat sejak dia bertanam padi
secara organik dua tahun lalu. Petani di Desa Pangkalan
Buton, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat itu cukup
puas dengan hasil pada tiga kali panen sebelumnya.
Panen serupa juga dinanti Muhammad Nur. Usia padinya
sekitar dua bulan namun dia optimistis hasilnya bakal
Pertanian diintensifkan untuk menekan penjarahan
hutan di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Pupuk dan pestisidanya diolah dari limbah dan
tetumbuhan.
Aries MunandarMedia Indonesia
Sepetak LahanMenyelamatkan Hutan
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
36/160
24
sebagus panen sebelumnya. Petani di Desa Benawai Agung
ini sudah empat tahun mempraktikan pertanian organik di
lahan seluas 0,5 ha. Hasilnya tidak berbeda jauh dengan padi
yang mengandalkan pupuk kimiawi.
Panennya sekitar 1,8 ton (gabah kering giling). Ini sawah
tadah hujan. Kalau dengan pengairan (irigasi), mungkin bisa
2,5 ton, jelas Ketua Kelompok Tani Harapan Baru tersebut.
Arifin dan Nur menggunakan kompos berbahan utama
kotoran sapi sebagai pupuk untuk padi mereka. Kotoran
ternak itu difermentasikan bersama sekam dan jerami padi,
dedak, batang pisang, serta kapur dolomit. Bakteri pengurai
dibiakan sendiri dari campuran bahan alami. Di antaranya,
busukan batang pisang, dedak, terasi, dan gula pasir.
Begitu pula pestisida, dan pupuk cair sebagai zat pengatur
tumbuh mengunakan bahan alami. Pestisida, antara lain
dibuat dari campuran buah maja, akar pohon tuba, bawang
putih, tembakau dan kulit jengkol. Adapun pupuk cair dari
larutan air kelapa muda, batang pisang dan gula pasir.
Itu pupuk untuk (merangsang) pembuahan. Untuk
(memperbanyak) anakan pakai air gula dan rebung, lanjut
Nur, 47, yang juga memasang perangkap hama di sawahnya.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
37/160
25
Pencarian alternatif
Pertanian organik di Kayong Utara dirintis pada 2008.
Praktik ini diprakarsai para petani dampingan Yayasan AlamSehat Lestari (Asri). Saat ini terdapat 250 petani dari 10
kelompok tani mempraktikan pertanian organik. Mereka
tersebar di tujuh desa di Kecamatan Sukadana, wilayah yang
berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).
Ada yang menerapkan di lahan kelompok, ada di lahan
pribadi, kata Koordinator Pertanian Berkelanjutan Yayasan
Asri Miftah Zam Achid.
Para petani sebelumnya dilatih bertani berbasis pe-
manfaatan sumber daya lokal. Mereka menggunakanserta memproduksi pupuk dan pestisida alami. Pola per-
tanian terpadu ini intensif dikembangkan setahun lalu.
Itu bersamaan bergulirnya mesin pertanian beserta sapi
bantuan pemerintah dan Yayasan Asri. Kotoran sapi tersebut
kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk.
Sebelumnya kotoran sapi saya beli. Sekarung (25
kilogram) harganya Rp15 ribu. Sekali mupuk bisa habis 30
hingga 40 karung, aku Abdul Hakim, 44, petani hortikultura
di Desa Riam Merasap Jaya.Pertanian diintensifkan kembali untuk memupus keter-
gantungan warga terhadap penjarahan hutan. Aktivitas
tersebut marak sekitar dua hingga satu dekade lalu. Para
pembalak menjarah di sekitar hingga dalam kawasan TNGP.
Ada yang bekerja dengan modal dari kocek pribadi, ada pula
didanai cukong dari luar.
Pembalakan meredup seiring menyusutnya areal te-
bangan dan gencarnya operasi dari aparat penegak hukum.
Warga yang kehilangan pencarian akhirnya mencoba kem-bali bertani. Mereka memanfaatkan lahan yang sempat
terbengkalai akibat bekerja kayu di hutan.
Hasrat untuk kembali ke hutan masih kuat, menebang
maupun berladang. Namun, sebagian besar kini cenderung
ke usaha lain, ungkap Ismail, staf Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kayong Utara.
Yayasan Asri kemudian menawarkan sistem organik
sebagai alternatif dalam bertani. Solusi ini awalnya untuk
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
38/160
26
mengatasi permasalahan pupuk yang mahal dan sulit
didapat. Kebutuhan itu, menurut mereka dapat disiasati
dengan memanfaatkan bahan alami yang jauh lebih murah
bahkan gratis.
Selain berbiaya produksi rendah, pertanian organik
ramah lingkungan. Aktivitas tersebut tidak memproduksi
limbah beracun akibat penggunaan pupuk kimiawi.
Sebaliknya, limbah tanaman dapat dimanfaatkan sebagai
bahan penyubur tanah. Produk yang dihasilkan pun lebih
sehat karena tidak terkontaminasi pestisida.
Ini sesuai misi kami, membuat petani sehat dan
sejahtera, serta tidak merusak hutan, ujar Miftah.
Kerusakan tanah
Sebelum mengenal pertanian organik, petani setempat
sangat bergantung dengan pupuk dan pestisida kimiawi.
Mereka tergiur mendapatkan hasil panen melimpah tanpa
memperhatikan dampak lingkungan dan kesehatan.
Kondisi itu tidak terlepas dari andil pemerintah. Target
produksi yang meningkat setiap tahun mendorong petani
mengeksploitasi lahan mereka. Jadwal tanam padi yang biasahanya sekali digenjot menjadi dua hingga tiga kali setahun.
Di sini bukan tiga kali setahun tapi tiga kali dalam 14
bulan. Lahan setelah panen, langsung diolah lagi, begitu
seterusnya tanpa sempat diistirahatkan (dijeda), kata
Mantri Tani dan Ternak Kecamatan Sukadana Fathul Bahri,
pertengahan Juni lalu.
Para distributor pun gencar mempromosikan pupuk
dan pestisida kimiawi. Mereka menjanjikan bonus penjualan
kepada agen atau kelompok tani. Fathul mengamatipenggunaan zat kimia yang tidak terkendali menimbulkan
persoalan serius terhadap kondisi fisik, biologi maupun kimia
tanah.
Tekstur tanah menurutnya, cenderung memadat dan
mengeras. Populasi organisme yang menjaga kegemburan
dan kesuburan tanah pun berkurang. Sementara itu, keasaman
tanah meningkat akibat meningkatnya kandungan nitrogen
dan fosfor. Akumulasi penggunaan zat kimia tersebut juga
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
39/160
27
berimbas terhadap pertumbuhan tanaman dan serangan
hama.
Pertumbuhan vegetatif memang bagus, tapi padi
mudah rebah. Ledakan hama seperti wereng dan ulat grayak
juga terjadi di sejumlah desa, jelas Fathul.
Pertanian organik perlahan mengurangi ketergantungan
pupuk dan pestisida kimiawi di Kayong Utara walaupun
pengaplikasiannya masih terbatas. Sistem pertanian tersebut
baru dipraktikan di tujuh hektare persawahan, atau rata-rata
1,5 ha per kelompok tani. Mereka yang bertani organik pun
masih menggunakan pupuk dan pestisida kimiawi di petakan
lain.
Menurut Miftah pengembangan pertanian organik di
Kayong Utara masih terkendala infrastruktur dasar. Irigasi
baru menjangkau sebagian kecil persawahan. Jaringan
pemasaran produk pertanian organik pun belum terbangun.
Di sisi lain sumber pupuk kandang masih sangat terbatas
karena populasi ternak minim.
Petani juga masih terbiasa bekerja instan. Kebiasaan ini
yang ingin diubah agar mereka lebih mandiri, ujar Miftah.
(AR)l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
40/160
28
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
41/160
29
Menemukan Warisanyang Hilang
Aries MunandarMedia Indonesia
Pembalak merupakan pekerjaan berisiko tinggi
karena kecelakaan kerja setiap saat mengintai.
Lengan tersabet gergaji mesin hingga ancaman
tertimpa kayu atau pohon yang ditebang.
Belum lagi ketakutan karena diburu dan ditangkap aparat
keamanan. Harjani tidak ingin bernasib seperti pembalak lainyang diciduk dan dipenjara.
Berdasarkan pertimbangan itu warga Desa Riam Merasap
Jaya ini memutuskan pensiun dari pekerjaan yang digelutinya
sejak remaja. Ia beralih profesi menjadi petani. Pendapatan
dari kerja kayu memang besar tapi pengeluaran pun banyak.
Di hutan bisa berminggu-minggu sehingga butuh biaya juga,
belum untuk keluarga di rumah, jelas lelaki berusia 51 tahun ini.
Cangkul lebih ringan daripada chainshaw. Begitu
Harjani membandingkan beban kerja saat ini dengan
sebelumnya. Ia dahulu bergabung dengan rombongan
pembalak, mengandalkan gergaji mesin (chainsaw)
sebagai alat kerja. Bobot peralatan tersebut memang
jauh lebih berat daripada cangkul, namun bukan itu
maksud Harjani.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
42/160
30
Harjani belakangan mengembangkan pertanian organikmengikuti jejak kedua adik sepupunya, Abdul Hakim, dan
Supardi. Mereka bergabung dalam Kelompok Tani Natai
Belian dan bertanam sayuran organik sejak dua tahun lalu.
Lahan ini dahulu juga tempat orang menebang kayu
belian (ulin). Makanya, kelompok tani kami dinamai Natai
Belian. Nataiartinya tanah tinggi atau bukit, kata Hakim, sang
ketua kelompok kepada Media Indonesia, pertengahan Juni.
Pembalakan di lokasi perbukitan tersebut kini
menyisakan tunggul. Beberapa di antaranya melapuk, dantumbang. Pohon besar meranggas dan mati serta lahan
gersang juga masih terlihat di beberapa titik.
Di antara monumen hidup itulah Harjani, Hakim, dan
Supardi menggantungkan hidupnya saat ini. Lahan seluas
empat hektare itu sebagiannya ditanami aneka sayuran.
Mereka memulai usaha tersebut sekitar 2008 saat belum
mengenal pertanian organik.
Beberapa ratus tanaman kami pernah mati akibat
(keracunan) pupuk urea dan NPK, kenang Supardi, 46.Supardi dan Hakim dahulu juga pembalak seperti
Harjani. Mereka bertugas mengeluarkan tebangan ke lokasi
penumpukan. Bekerja kayu di hutan menjadi primadona
warga di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara,
Kalimantan Barat saat era 1980 hingga 2000. Kayu yang
dihasilkan, di antaranya belian, bengkirai dan kayu kelas
wahid lainnya.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
43/160
31
Kalau dihitung dengan uang sekarang, dari kerja kayubisa dapat sekitar Rp90 juta sebulan. Tapi, hasilnya tidak jadi
apa-apa sekarang, ungkap Mat Ali Jafar, 54, bekas ketua
rombongan pembalak dari Desa Sedahan Jaya.
Dejavu
Setelah hutan tidak bisa lagi diandalkan sebagai sumber
nafkah, warga mulai melirik pertanian yang dahulu hanya
dijadikan pekerjaan sampingan. Sektor ini semakin intensif
dikembangkan setelah mereka mengenal pertanian organik.Mulanya susah juga bertani karena menunggu hasilnya
lumayan lama. Tapi sekarangAlhamdulillah, tidak pernah lagi
menyentuh (menebang) hutan, aku Sri Maryanto, 32, petani
sayur dan cabai di Desa Sedahan Jaya.
Beberapa petani kini mulai merasakan manfaat
pertanian organik. Produktivitas lahan meningkat begitu
pula pendapatan. Mereka bisa menekan biaya produksi
hingga lebih dari separuh setelah menggunakan pupuk dan
herbisida alami. Kualitas panen pun meningkat meskipunproduk tersebut dihargai sama dengan produk nonorganik.
Mentimun rasanya lebih manis. Kesegarannya juga bisa
bertahan hingga lima hari (setelah dipanen). Kalau kacang
panjang, bisa dua hari, lanjut Sri.
Kendati pengembangannya masih terbatas, pertanian
organik menjadi sebuah gerakan baru di Kayong Utara. Petani
semakin peduli terhadap pelestarian alam, dan memahami
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
44/160
32
prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan. Produk pertanian
yang dihasilkan pun mampu bersaingan di pasaran lokal.
Survei Yayasan Alam Sehat Lestari (Asri), menyebut
sebanyak 90% petani dampingan mereka kini memahami
prinsip pertanian berkelanjutan. Jumlah ini meningkat dari
7% sebelum pertanian organik diterapkan. Sementara itu,
petani yang mempraktikannya sebanyak 98%, dan 41% di
antaranya di lahan pribadi.
Produksi pertanian pun tercatat meningkat sekitar 40%.
Peningkatan produksi tersebut mendongkrak penghasilan
petani sebesar 64%. Roh pertanian berkelanjutan itu organik.
Ini menjadi sebuah gerakan menuju kedaulatan pangan,
kata Koordinator Pertanian Berkelanjutan Yayasan Asri Miftah
Zam Achid.
Pertanian organik sejatinya bukan hal baru bagi petani di
Kayong Utara. Pengunaan bahan alami sudah dipraktikan para
leluhur mereka walaupun praktik itu didasari keterbatasan
modal dan sarana produksi.
Orang-orang tua kami juga pakai kulit jengkol atau
(rendaman) kulit kayu mengkarak untuk mengusir walang
sangit. Itu memang ampuh, ucap Mat Ali. (Aries Munandar)
l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
45/160
33
Pertanian organik merupakan model pertanian
berkelanjutan. Ia tidak saja menguntungkan secara
ekonomis, juga ekologis. Model pertanian ini dinilai
ramah lingkungan karena tidak mengunakan zat
atau unsur kimiawi dalam pengolahan lahan maupun pera-
watan tanaman.Keuntungan ekologis tersebut pun tidak hanya ber-
dampak lokal tetapi global. Pertanian organik rendah emisi
sehingga dapat meminimalkan akumulasi gas rumah kaca
pemicu pemanasan global.
Irsal Las dan Elza Surmaini dalam Variabilitas dan Peru-
bahan Iklim dalam Sistem Produksi Pertanian Nasionalmenye-
but, sektor pertanian menyumbang sekitar 14% total emisi di
dunia pada 2000. Adapun di Indonesia sekitar 8%. Irsal dan
Aries MunandarMedia Indonesia
Gerakan AntitesisRevolusi Hijau
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
46/160
34
Elza ialah peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian.
Emisi di sektor pertanian tersebut berupa gas karbon-
dioksida, nitrousoksida, dan metana dari penggunaan pupuk
dan pestisida kimiawi. Gas-gas tersebut berakumulasi di
atmosfer dan bersifat seperti rumah kaca. Mereka meloloskan
gelombang pendek radiasi matahari namun menahan pan-
tulan radiasi matahari yang telah sampai ke permukaan bumi.
Karbondioksida dan gas lainnya menahan sebagian ra-
diasi infra merah (dari bumi) di bawah lapisan atmosfer, kata
Eko Kusratmoko dari Pusat Penelitian Geografi Terapan, Univer-
sitas Indonesia pada Pelatihan Jurnalistik, Perubahan Iklim dan
Kesejahteraan Rakyat, Pontianak, pertengahan Maret.
Pertanian organik kini menjadi satu di antara solusi untuk
mengatasi pemanasan global penyebab perubahan iklim.
Penggunaan pupuk organik bahkan menjadi agenda dalam
rencana aksi nasional penurunan efek gas rumah kaca di sektor
pertanian. Disamping introduksi varietas padi rendah emisi,
dan efisiensi irigasi.
Pertanian organik menjamin investasi unsur hara. Itu yang
akan menolong keberlanjutan pertanian, dan petani menjadi
yakin dengan kemandirian mereka, jelas Lorens, anggota Aliansi
Organis Indonesia.
Pertanian organik juga sering dianggap sebagai gerakan
perlawanan atau antitesis terhadap revolusi hijau. Revolusi
hijau merupakan sebutan untuk program modernisasi
pertanian di negara berkembang pada era 1950. Program ini
kemudian diadopsi oleh Pemerintah Indonesia pada era 1980
untuk mencapai swasembada beras.
Revolusi hijau mengandalkan empat komponen utama
penyokong produktivitas pertanian. Keeempat komponen
tersebut, yakni penyediaan irigasi, pemakaian pupuk kimia
secara optimal, penggunaan pestisida sesuai tingkat se-
rangan organisme pengganggu, dan varietas unggul.
Revolusi hijau gagal dalam membangun pertanian ber-
kelanjutan, kedaulatan pangan, dan kearifan lokal, tegas
Lorens, yang juga juru bicara Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan
Pangan (KRKP) Kalimantan Barat. (AR)l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
47/160
35
Kabupaten Kayong Utara
DATA WILAYAH DAN PETANI ORGANIK
Terbentuk :2007 (pemekaran Kabupaten Ketapang)
Ibukota :Sukadana
Luas Wilayah :4.568, 26 km2
Penduduk (2012) a: 99.495 jiwa
Iklim (2013)
Kecenderungan suhu maksimum dan minum bulanan diwilayah Ketapang sekitar 30 tahun terakhir
Rata-rataCurah Hujan:
251 mm(lebih tinggi
dari 2012)Tertinggi:
Desember (520 mm)
Terendah:Februari (110 mm)
Rata-rataHari Hujan/
Bulan:11, 50 hari
(lebih sedikitdari 2012)
Terbanyak:Desember (16 hari)
Tersedikit:September (4 hari)
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
48/160
36
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
49/160
37
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
50/160
38
Ekonomis
Ekologis
Hiegenis
n Komoditas yang dihasilkan bersih dan terjamin kesehatannyan Petani terhindar dari keracunan pupuk dan pestisidan Warga sekitar terhindar dari penyakit akibat limbah/residu zat kimiawi
n Mengurangi emisi dari aktivitas pertanian dan angkutann Menjaga keseimbangan ekosistem/rantai makanann Tidak memproduksi limbah beracunn Mencegah kerusakan tanah dan lingkungan sekitarn Mencegah resistensi dan ledakan hama dan penyakit tanamann Berkontribusi dalam mencegah pemanasan global (perubahan iklim)
n Menekan biaya produksi usaha tanin Meningkatkan keuntungann Memperpanjang masa kesuburan lahann Memudahkan pengolahan tanahn Mencegah kerusakan tanaman akibat keracunan pupuk dan pestisidan Potensi penghasilan sampingan dari memelihara ternak
Dirintis Yayasan Asri , 2008
Dipraktikan 250 petani dari
10 kelompok tani
Luas lahan garapan: 7 ha
atau rata-rata 1,5 ha/kelompok
Intensif setahun terakhir
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
51/160
39
BakteriPengurai/MikroorganismeLokal(Mol)
Fungsi:1. Menguraibahanorganikmenjadi nutrisiyangdapatdiserapdandimanfaatkantanaman2.Mengaktifkanbakteripositifuntukpengomposandanmendukungkesuburantanah
Bahan:Airbusukanbatangpisang,gulapasir/gulamerah,airtebu,terasi, danairpanas
Fungsi:1.SumberNitrogenuntukpertumbuhantanaman2.SumberFosforuntukpembungaandanpembuahan3.SumberKaliumuntukpenguatanakar,batang,danbuah
Bahan:Kotoranternak,hijauan,rumputdanjeramibesertasekampadi,dolomit,busukanbatangpisang,danmikroorganismelokal(mol)
PupukPadatOrganik (PupukDasar)
PupukNitrogenOrganik(PupukCair)
Fungsi:Merangsangpertumbuhanawaltanaman(daun)
Bahan:Kotoran sapi,daunsalam,daunsirsak,daunkacang-kacangan, airkelapa,gulapasir,airbersih,danmol
Fungsi:Merangsangpembungaandanpembentukanbuah
Bahan:abutkelapa,batangpisangsegar,gulapasir,air,danmol
PupukFosfatdanKaliumOrganik(PupukPadat)
Survei Dampak Pengembangan Pertanian OrganikDi Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara,
Kalimantan BaratYayasan Alam Sehat Lestari (Asri)
Persentase Petani Perambah Hutan
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
52/160
40
Kepemilikan Lahan dan Ternak sebelum dan setelah
Bertani organik
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
53/160
41
Keterangan:
Survei akhir dilaksanakan pada Desember 2013
Responden: 72 dari 128 sampling anggota kelompok tani
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
54/160
42
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
55/160
43
Mbok Cipto Raharjo mengayunkan gayung biru
di tangan kanannya ke belik. Perempuan 60
tahun ini mengenakan kain panjang. Ia sedikit
menjorokkan tubuh ke atas bibir mata air
di tengah hutan rakyat Desa Semoyo, Kecamatan Patuk,
Gunung Kidul, Yogyakarta. Mereka menyebut sumber air itubelik Karebet.
Setelah gayung penuh air, ia mengangkatnya lalu ia
guyurkan ke dada. Ia melakukan gerakan itu berulang
sehingga seluruh tubuh basah. Hari itu, perempuan bertubuh
ceking ini harus mandi di belik. Ini akibat air tidak mengalir
ke bak penampungan air di rumahnya. Biasanya, ia dapat
pasokan air dari bak komunal yang airnya berasal dari mata
air di Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul.
Penduduk Semoyo Gunung Kidul menjaga hutan
rakyat dengan baik. Mereka merintis lembaga
kredit mikro yang menjadikan pohon sebagai
agunan pinjaman.
SHINTA MAHARANI | SUNUDYANTORO
Tempo Yogjakarta
Cerita SejukHutan Rakyat Semoyo
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
56/160
44
Mbok Cipto adalah penduduk Srimulyo. Belik tempat dia
mandi berada di wilayah Semoyo. Ia tinggal persis di dekat
garis batas antara Desa Srimulyo dan Semoyo. Belik ini jadi
andalan kami, kata dia, Sabtu sore, 5 Juli 2014.
Bening air belik keluar dari pori-pori tanah. Ada juga yang
merembes dari bebatuan. Mata air ini menyebar di antara
rimbun pepohonan pada lahan hutan rakyat yang terjaga
milik Mbah Joyo, mantan lurah Semoyo. Pohon jati, mahoni,
dan bambu menaungi mata air. Sebanyak 20 kepala keluarga
memanfaatkan mata air ini.
Hutan di kawasan belik ini merupakan bagian dari 493
hektare hutan rakyat di Desa Semoyo yang berpenduduk
3.000 jiwa. Hutan rakyat Semoyo menjadi bagian dari 25 ribu
hektare hutan rakyat yang ada di Kabupaten Gunung Kidul.
Karena berada di lahan rakyat, maka kelestarian hutan sangat
berga ntung pada aktivitas masyarakatnya.
Pada umumnya, penduduk Semoyo merupakan
penggarap lahan hutan rakyat. Jika tidak kami kelola
dengan baik, hutan rakyat desa kami rusak, kata Suratimin,
penggagas kelompok tani Serikat Petani Pembaharu.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
57/160
45
Menurut Suratimin, Serikat Petani Pembaharu
merupakan kelompok tani yang bersungguh-sunguh
menjaga kelestarian hutan di Semoyo. Kelompok yang berdiri
pada 2007 ini beranggotakan 262 petani.
Mereka hanya akan menebang pohon yang telah cukup
umur dan lingkar batangnya. Misalnya, pohon jati baru bisa
ditebang setelah umur 15 tahun dan berlingkar batang
minimal 20 sentimeter. Ada pula pohon sengon yang baru
boleh ditebang setelah berumur 6- 7 tahun. Pohon sonokeling
baru diizinkan untuk dipotong setelah berusia 8 tahun.
Kelompok tani itu juga berinisiatif membangun
pembiayaan mikro melalui kredit lunak. Pemberian kredit
lunak ini bagian dari manajemen hutan. Penduduk bisa
menunda penebangan pohon yang belum cukup umur, kata
Ketua Serikat Petani Pembaharu, Mugi Riyanto. Sebelum dia,
ketua Serikat Petani Pembaharu dipegang oleh Suratimin.
Kelompok tani itu juga berusaha memberi nilai tambah
pada hasil hutan agar tidak dijual dalam bentuk kayu
gelondongan. Mereka berupaya menumbuhkan industri
mebel yang kayunya dipanen dari hutan sendiri. Kini, Serikat
Petani Pembaru mendorong bertambahnya jumlah bengkel
kerja dan volume produksi mebel. Kini , mereka baru punya
satu bengkel kerja. Volume produksinya juga belum seberapa,
hanya satu-dua produk mebel dalam sebulan.
Usaha keras kelompok tani melakukan manajemen hutan
juga berdampak pada konservasi mata air. Setidaknya ada 22
titik mata air di Desa Semoyo. Semua mata air ini terjaga baik
dan berdampak pada kebutuhan air masyarakat. Gunung
Kidul yang tandus identik dengan kekeringan. Setiap musim
kemarau daerah ini selalu membutuhkan kiriman air bersih.
Pada musim kemarau 2011 lalu, Desa Semoyo masih
dapat kiriman sepuluh tangki air. Pada tahun 2012, kiriman
air bersih menyusut tinggal tujuh tangki. Pada tahun 2013,
Semoyo tidak lagi membutuhkan kiriman air. Namun, karena
sudah dijatah dari tingkat provinsi, Semoyo tetap kebagian
dropping air. Sebenarnya kami sudah tidak kekurangan air,
kata Mugi Riyanto.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
58/160
46
Semoyo punya 22 titik mata air yang menyebar ke penjuru
desa . Usai gempa menghajar Yogyakarta pada 2006 lalu,
separuh dari total mata air di Semoyo mati. Warga Semoyo
memulihkan mata air dengan cara banyak menanam pohon.
Mereka juga membuat sumur resapan, biopori, galengan,
rolak (galian tanah sederhana), dan embung untuk menahan
air agar meresap ke tanah. Dua tahun setelah gempa, mata
air menyembul kembali hingga kini.
Semoyo pun sejuk kembali. Rimbun aneka pohon
tumbuh subur. Ada juga pohon mahoni, jati, sonokeling,
trembesi, sengon, dan jabon. Tanaman penghasil buah
seperti mangga, rambutan, duren, sawo, cokelat, dan kopi
melengkapi pepohonan di desa itu.
Ada pula tanaman untuk keperluan pakan ternak. Di
antaranya pohon tereside atau sakura Jawa, lamtoro, dan
kaliandra. Di bawah pohon berbatang itu penuh tanaman
untuk obat tradisional. Misalnya jahe, kencur, temulawak,
kunyit, lempuyang, laos, serai, dan temu ireng. Terpeliharanya
hutan rakat Semoyo membuyarkan bayangan orang tentang
Gunungkidul yang gersang. Semoyo membawa semilir
harapan.l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
59/160
47
Kunyit tumbuh di tegalan, 70 meter dari rumah
Muji Prihatin di Dusun Wonosari, Desa Semoyo,
Patuk Gunungkidul. Umbinya menyembul dari
dalam tanah. Muji menyambar ranting kering,
lalu menggangsir tanah di sekitar rimpang kunyit agar makin
kelihatan utuh.Pembuat jamu ini memanfaatkan lahan teduh di sela
pohon mahoni, jati, sengon, dan kelapa di hutan rakyat
miliknya untuk menanam tanaman obat. Selain kunyit, Muji
Prihatin juga menanam jahe, kencur, laos, dan temu ireng.
Saya menanam empon-empon untuk membuat jamu, kata
Muji Prihatin di Semoyo, Rabu, 16 Juli 2014.
Perempuan berusia 50 tahun ini meneruskan keterampilan
ibundanya , Mbah Prapto Wiyono, 75 tahun, dalam membuat
SHINTA MAHARANI | SUNUDYANTORO
Tempo Yogjakarta
Empon-empon yangMenggiurkan
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
60/160
48
jamu. Mbah Prapto dan Muji Prihatin mengolah empon-empon itu menjadi jamu tradisional, seperti kunyit asam,
beras kencur, jamu cekok, dan galian singset.
Untuk melengkapi racikan jamunya, dua perempuan ini
menggunakan bahan pelengkap seperti kedawung, cengkeh,
sambiloto, brotowali, dan kapulogo. Jamu buatan Mbah
Prapto dan Muji Prihatin diminum untuk menjaga kesehatan
dan kebugaran tubuh.
Ketika masih muda, Mbah Prapto menjajakan jamu
tradisional hingga alun-alun Yogyakarta, terutama jika adaperayaan misalnya upacara Sekaten. Ia juga melayani jamu
berdasarkan pesanan dari tetangga kiri-kanan, maupun
orang jauh yang menyukai jamunya . Kini, Mbah Prapto tidak
selincah dulu lagi. Kadang-kadang saja ia mengolah jamu.
Simbah wis sepuh (Nenek sudah tua), kata Mbah Prapto.
Muji Prihatin meneruskan usaha Mbah Prapto. Namun,
Muji hanya melayani pembuatan jamu jika ada yang pesan .
Biasanya, Muji dapat order dari kelompok arisan perempuan,
instansi pemerintah yang punya acara atau kedatangantamu, kelompok pengajian, dan sejenisnya.
Kepala Divisi Konservasi Serikat Petani Pembaharu
Suratimin mengatakan, selain untuk bahan jamu tradisional,
empon-empon dikeringkan untuk dijual ke pabrik jamu. Ia
mengatakan, perusahaan kosmetik Martha Tilaar pernah
menawarkan kerja sama dengan penduduk Desa Semoyo
pada tahun 2011.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
61/160
49
Martha Tilaar minta Semoyo untuk memasok kunir,jahe, dan kencur. Tapi, penduduk Semoyo belum mampu
memenuhinya. Martha Tilaar minta kami mengirim satu
truk setiap pekan. Ini berat buat kami, karena memasoknya
harus ajek, kata Suratimin.
Kekayaan hayati Semoyo berupa umbi suwek juga pernah
dilirik Cina, Jepang, dan Korea. Sejumlah negara Asia Timur
ini minta pasokan setidaknya rutin satu truk umbi suwek
kering per pekan untuk bahan kosmestik dan pembungkus
kapsul. Lagi-lagi, warga Semoyo tak mampu memenuhinya.Suratimin sedih melihat ini. Meski begitu, ia menyatakan tak
akan letih mengajak warga Semoyo untuk giat bekerja agar
bangkit ekonominya.l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
62/160
50
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
63/160
51
Potongan ketela pohon menghampar di atas terpal
putih. Ngatiyem, perempuan dengan rambut
tergelung mencuci satu per satu potongan ketela.
Ia memasukkan ketela pada keranjang anyaman
bambu, mengisi separuh wadah. Supaya lebih bersih, dia
mengguyurkan air bening berkali-kali pada potongan keteladi dalam wadah.
Potongan ketela itu akan Ngatiyem olah menjadi tape.
Makanan ini ia titipkan ke warung-warung di Semoyo. Ia
memanfaatkan air dari sumber air di pinggir persawahan
Dusun Pugeran, Kecamatan Semoyo, Gunung Kidul untuk
mencuci ketela. Ngatiyem berjalan, menggendong ketela
dalam keranjang menuju rumahnya. Hampir tiap hari saya
mencuci ketela di sini, kata dia di Semoyo, Rabu, 2 Juli 2014.
Aneka UsahaMengolah Ketela
SHINTA MAHARANI | SUNUDYANTORO
Tempo Yogjakarta
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
64/160
52
Mata air yang Ngatiyem gunakan berada di antara tanah
tegalan dan persawahan. Di titik ini terdapat empat mata air.
Limpahan air dari mata air membasahi tanah berkontur lebih
rendah. Karena debit air melimpah, warga Pugeran memasang
pipa untuk disalurkan ke rumah-rumah. Mereka menyedot air
dari dalam kolam mata air menggunakan pompa. Selanjutnya
air ditampung di dalam bak di rumah-rumah.
Di kawasan Semoyo tidak ada sistem irigasi pertanian
yang mengandalkan air dari waduk atau dam. Mata air itu
menjadi penggantinya untuk mengolah sawah. Saat ini
menjelang masa panen. Padi telah menguning keemasan.
Panenan kali ini adalah hasil olahan tanah gadu atau panenan
kedua setelah musim penghujan. Karena melimpahnya air,
ketika musim kemarau petani masih bisa bertanam padi .
Sebagian petani bisa panen tiga kali dalam setahun.
Anggota kelompok tani Serikat Petani Pembaharu,
Sukeni, mengatakan ketela pohon menjadi tanaman palawija
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
65/160
53
yang menguntungkan warga Semoyo ketika musim kemarau.
Ketela pohon tumbuh subur hampir di setiap tegalan dan
pekarangan penduduk.
Menurut dia, ketela pohon yang hidup di kawasan mata
air Pugeran adalah jenis ketela pohon kualitas baik . Daging
ketela ini berwarna kuning. Warga Semoyo mengolah ketela
menjadi beraneka makanan, seperti tape, tiwul, gatot,
ketela rebus. Ada pula yang mengolah untuk aneka jajanan
kampung, misalnya jemblem, lemet, dan cenil. Penduduk
di sana juga mengolah ketela menjadi gaplek. Mereka
mengkonsumsi dan menjualnya di pasar, kata Sukeni.
Kepala Divisi Konservasi Serikat Petani Pembaharu,
Suratimin, menyatakan warga Semoyo kebanyakan
menanam ketela pohon di sela tanaman berbatang keras.
Tak hanya ketela, mereka juga menanam aneka tanaman
pangan, seperti gembili, talas, dan ketela rambat. Penduduk
biasa menyuguhkan makanan ini ketika ada tamu maupun
saudara yang berkunjung.
Selain dikonsumsi sendiri, ketela pohon yang mentah
biasa mereka jual ke pasar. Sepanjang tahun kami tidak
pernah paceklik, kata Suratimin. Ketika ada tamu yang
datang, Suratimin menyuguh aneka makanan yang direbus.
Ada ketela pohon, ketela rambat, gembili, kacang tanah, dan
kimpul. Sepertinya, tak ada cerita orang Semoyo kekurangan
pangan.
Suratimin bercerita ketika masih bocah, Tiwul menjadi
makanan utama orang Gunung Kidul. Kejayaan tiwul
berangsur pudar sejak pemerintahan Orde Baru yang
menerapkan revolusi hijau dengan cara ekstensifikasi dan
intensifikasi lahan. Makan nasi tiwul dianggap tidak keren
ketimbang makan nasi berbahan beras.
Menurut dia, setelah masuk era reformasi, pemerintah
menggiatkan diversifikasi pangan. Ini kemudian mendorong
penduduk Semoyo untuk tidak semata-mata bergantung
pada beras. Makan tiwul bukan berarti miskin, kata Suratimin.
Melimpahnya panenan singkong di Gunung Kidul
menumbuhkan berbagai jenis usaha menggunakan bahan
ketela. Ada sejumlah pabrik pengolahan ketela menjadi
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
66/160
54
tiwul instan di Gunung Kidul. Ada pula jenis usaha mengirim
gaplek atau singkong yang dikeringkan untuk pakan ternak
untuk keperluan dalam negeri maupun luar negeri.
Di Gunung Kidul juga tumbuh warung-warung rakyat
yang menjual nasi tiwul dan gatot atau gaplek utuh yang
ditanak . Warung tiwul yang terkenal adalah warung Yu Jum
di dekat batas kota Wonosari. Makan tiwul parutan kelapa
terasa gurih dan perut menjadi adem. Semoyo merupakan
satu dari banyak desa yang memasok produk ketela Gunung
Kidul.l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
67/160
55
Perubahan tata guna lahan,
buruknya sanitasi, menyebabkan
malaria dan demam berdarah
menjadi epidemi. Perubahaniklim ikut memicu perubahan
pola penyebaran dan
mempercepat siklus kedua
penyakit ini.
Syahrul (11), Anak Ternate yang sudah tujuh kali
terkena Malaria. Foto Januar Hakam.
IGG Maha Adi |Januar Hakamwww.ekuatorial.com
Perubahan Iklim dan Kesehatan I
Akibat PenyakitBersekutu Iklim
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
68/160
56
A
nak itu tampak sehat saja, banyak senyumnya,
banyak juga geraknya, bermain di bawah
bayangan pohon menghindar dari siang yang
terik. Tetapi, Syahrul, bocah 11 tahun itu tak
boleh terlalu bersemangat, karena akan membuatnya lelah
lalu malaria dalam tubuhnya akan kambuh lagi. Anak kelas
empat sekolah dasar di Kota Ternate itu sudah tujuh kali
terkena malaria. Cukup sering kambuh kalau ia terlalu
lelah, kata Alim, ayahnya. Di kota itu cukup lumrah orang
seperti Syahrul yang mengidap malaria menahun di dalam
tubuhnya, karena sejak belasan tahun lalu Ternate di Maluku
Utara, dikenal sebagai salah satu daerah epidemi malaria.
Kebersihan rumah Alim yang terjaga dan air yang cukup
bersih, tak menghalangi nyamuk Anopheles sp. untuk
berkembang biak karena masih bisa menyelinap dan bertelur
di antara pepohonan yang banyak tumbuh di halaman rumah
itu. Bila nyamuk-nyamuk itu kembali menyerang, Saya hanya
memakai sapu lidi untuk mengusirnya, kata Alim.
Sikap tenang Alim menghadapi malaria, rupanya jadi
sikap orang banyak di Ternate. Tati Sumiati, Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Maluku
Utara mengatakan tingginya endemisitas malaria di kota itu,
disebabkan masyarakatnya masih menganggap penyakit itu
biasa saja dan tidak menakutkan. Malaria seperti warisan
nenek moyang, jadi ya mereka hadapi dengan sikap biasa
saja, ujarnya kepada Ekuatorial.
Nurbaya Sangadji, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit
Dinas Kesehatan Kota Ternate mengatakan secara geografis
kota Ternate berada pada posisi 0-2 derajat lintang
utara, yang merupakan daerah yang sangat cocok untuk
perkembangbiakan nyamuk malaria. Karena Kota Ternate
memiliki banyak lokasi perindukan vektor malaria yang
disebabkan banyaknya genangan air, baik selepas hujan atau
karena pasang air laut. Luas Pulau Ternate yaitu 111 kilometer
persegi yang dikelilingi tidak kurang dari sebelas tempat
perindukan vektor malaria. Tahun 2003 terjadi 17.625 kasus
malaria di kota itu walaupun terus menurun hingga tinggal
kurang dari dua ribu orang di tahun 2012.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
69/160
57
Mencari PemicuMohamad Riva Kepala Seksi Data dan Informasi Data
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ternate
mengatakan malaria di Ternate kemungkinan dipicu oleh
perubahan iklim. Catatan lembaga itu menunjukkan, suhu
rata-rata Ternate sepuluh tahun yang lalu ada pada rentang
22-29,6C, namun sejak 2012 rentang itu naik menjadi 23-
33C. Sepuluh tahun lalu suhu 23C masih sering terjadi,
namun sekarang rata-ratanya di atas itu katanya.
Riva menjelaskan, curah hujan juga sudah berubah dari
siklus normalnya sehingga sulit menentukan polanya. Data
satu tahun terakhir menunjukka, intensitas dan volume curah
hujan di Ternate mengalami perubahan dari normal. Curah
hujan sudah tidak mengalami siklus tahunan lagi, dan pola
yang lebih acak terjadi setiap bulan.
Kondisi cuaca yang tak menentu ini, ditambah laju
pembangunan rumah yang semakin naik ke pegunungan
dan pembabatan hutan pantai untuk permukiman, membuat
perindukan vektor malaria semakin banyak. Pasalnya,
kerusakan hutan yang menjadi habitat perindukan nyamuk
malaria akan menyebabkannya menyebar ke berbagai
tempat mencari perindukan baru, termasuk di permukiman.
Menurut Tati Sumiati, banyaknya barangka atau sungai mati
yang melintasi kota itu, juga menjadi tempat yang nyaman
untuk nyamuk malaria berkembangbiak.
Dampak Perubahan IklimPerubahan iklim berdampak sangat serius terhadap
kesehatan manusia, terutama bila terjadi pemanasan global.
Peneliti dari Puslitbang Kementerian Kesehatan SupratmanSukowati mengungkapkan, curah hujan yang ekstrim dan
tinggi sebagai salah satu dampak perubahan iklim, dapat
menimbulkan berbagai penyakit selain malaria dan DBD,
juga serangan gatal, diare, kolera, hingga filariaris atau kaki
gajah yang disebabkan cacing, penyakit leptospirosis yang
menyerang ginjal dan hati yang disebabkan oleh kencing
tikus, dan penyakit batuk, influenza, serta sesak napas karena
perubahan cuaca yang tak menentu.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
70/160
58
Peneliti dari Australian National University Anthony
Mc.Michael juga sampai pada kesimpulan serupa, bahwa
perubahan iklim telah menyebabkan berubahnya curah
hujan, suhu, kelembapan, dan arah angin, sehingga
berdampak terhadap ekosistem daratan dan lautan, serta
berpengaruh terhadap perkembangbiakan vektor penyakit
seperti nyamuk Aedes aegypti, dan Anopheles sp., yang
merupakan vektor demam berdarah dan malaria.
Selain dampak langsung berupa menyebarnya berbagai
penyakit, perubahan iklim juga dapat menyebabkan
kebakaran hutan yang menghabiskan plasma nuftah yang
banyak di antaranya merupakan bahan dasar obat-obatan,
termasuk malaria dan demam berdarah, kata Ketua RCCC UI
Jatna Supriatna.
Suhu udara erat kaitannya dengan tingkat produktivitas
seseorang dan secara nasional akan berhubungan pula
dengan kinerja perekonomian suatu negara. Penelitian John
Dunne, seorang oseanografer dari kantor National Oceanic
and Atmospheric Administration (NOAA) New Jersey Amerika
Serikat, membuktikan hubungan ini untuk orang Amerika.
Kesimpulannya, kenaikan suhu 2C akan menyebabkan
terjadinya serangan suhu panas yang ekstrim (heat stroke) yang
akan mengurangi produktivitas pekerja sampai 80 persen.
Dunne juga menyimpulkan bahwa dalam cuaca panas
yang ekstrim produktivitas mereka maksimal hanya 20 persen,
seperti yang ditulisnya dalam Jurnal Nature. Bahkan ketika
kenaikan suhu itu mencapai 3 derajat Celcius, dipastikan
produktivitas orang Amerika tinggal 10 persen saja.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun
2012 menyimpulkan, bila dunia mengalami pemanasan
global maka kenaikan suhu sebesar 2-3C akan menambah
3-5 persen penduduk dunia yang berisiko terkena penyakit
malaria atau setara dengan 210-350 juta orang dari 7 miliar
penduduk bumi. Sebagian besar dari mereka hidup di daerah
tropis di Asia, dan Indonesia adalah salah satu negara dengan
kematian akibat malaria tertinggi di kawasan ini.l
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
71/160
59
Sampai saat ini malaria dan demam berdarah
masih menjadi pandemi di berbagai negara tropis.
Kementerian Kesehatan Indonesia juga menyatakan
kasus malaria di Indonesia masih tinggi, 70 persen
diantaranya terjadi di wilayah timur terutama di Papua, Papua
Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.Menurut Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang Kementerian Kesehatan Andi Muhadir, sampai
pertengahan tahun 2013 kasus malaria masih tercatat di
31 provinsi dengan penderita 48.905 orang. Dari jumlah itu
376 orang diantaranya meninggal dunia, yang merupakan
angka kematian tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Wilayah
endemik malaria di Indonesia tersebar di 84 Kabupaten/Kota
dengan jumlah penduduk berisiko sebanyak 16 juta orang.
Nyamuk malaria dan demam berdarah merambat
dengan cepat ke dataran tinggi, dimana hampir tak
mungkin menemukannya beberapa puluh tahun lalu.
Pemanasan global ikut memicunya.
IGG Maha Adi |Januar Hakamwww.ekuatorial.com
Serbuan Senyapke Dataran Tinggi
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
72/160
60
Kawasan Rentan PenyakitKementerian Kesehatan Indonesia sejak awal 2013
bekerja sama dengan Pusat Penelitian Perubahan Iklim-
Universitas Indonesia (RCCC-UI), melakukan kajian pemetaan
dan model kerentanan kesehatan akibat perubahan iklim.
Hasil penelitian yang disampaikan April lalu di Jakarta
menyimpulkan, dari 21 Kabupaten/Kota yang diteliti,
semuanya memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap
berjangkitnya malaria dan demam berdarah, karena
ketidakmampuan mereka menghadapi dampak perubahan
iklim.
Penelitian itu juga menyimpulkan, jika terjadi kenaikan
suhu 2 2,5C pada tahun 2100 atau per dekade mencapai
0,2C dapat menyebabkan perubahan pula pada vektor
nyamuk demam berdarah dengue dan malaria. Ketua Bidang
Riset RCCC-UI Budi Haryanto menyimpulkan, Kenaikan
suhu dapat membuat rata-rata daur hidup nyamuk menjadi
lebih pendek, namun frekuensi makannya lebih sering.
Artinya, perubahan iklim telah menyebabkan naiknya suhu
permukaan bumi yang dapat memicu mengganasnya malaria
dan demam berdarah.
Rata-rata suhu optimum untuk perkembangbiakan
nyamuk malaria ada pada kisaran 25-27 derajat Celcius dan
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
73/160
61
waktu hidup 12 hari. Tapi karena pemanasan global, nyamuk
ternyata mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
lebih hangat, dan suhu optimum perkembangbiakannya
menjadi 32-35 derajat Celcius. Kondisi suhu yang lebih
hangat ini mempercepat metabolisme nyamuk, sehingga
cepat dewasa tetapi waktu hidupnya hanya tujuh hari saja.
Selama kurun waktu seminggu itulah, frekuensi makannya
juga menjadi lebih sering dan lebih cepat, sedangkan ukuran
badannya mengecil dan lebih gesit.
Apakah perubahan iklim juga menyebabkan banyaknya
kasus penyakit malaria di Kota Ternate? Iya, sangat terasa,
kata Iswahyudi, pengelola Malaria Center Provinsi Maluku
Utara, sembari memamparkan pengaruh perubahan iklim
dengan gambaran grafik naik turun puncak penyebaran
malaria di kota itu. Kota Ternate, katanya, sebelum tahun
2008 selalu mengalami puncak malaria pada periode bulan
Oktober dan April atau selama periode musim hujan, dengan
dua kali puncak epidemi. Tetapi, mulai 2009 puncaknya
menjadi empat kali setiap tahun. Hal itu disebabkan hujan
yang lebih banyak turun pada bulan yang seharusnya sudah
masuk musim panas.
Kenaikan frekuensi hujan juga menyebabkan tanah
cekung di sepanjang ekosistem bakau di pantai Ternate
dalam beberapa tahun terakhir terus tergenang air. Selain air
hujan, pasang air laut menyebabkan genangan itu tak pernah
mengering. Kawasan tergenang yang biasanya dikelilingi
tanaman bakau itulah yang kini menjadi lokasi ideal perindukan
nyamuk malaria dan ikut menyulitkan pemberantasannya.
Menyebar di KetinggianKasus malaria yang terjadi di Papua dan Papua Nugini
sangat populer di mata para peneliti dunia. Di kedua lokasi
itu, mereka sampai pada kesimpulan bahwa penyakit malaria
telah merambat ke daerah yang jauh lebih tinggi, dimana
beberapa puluh tahun sebelumnya hampir tak mungkin
menemukan nyamuk malaria karena suhu yang dingin. Suhu
dingin itulah yang membuat suku-suku dataran tinggi Papua
dikenal kebal-malaria sampai tahun awal tahun 1960-an.
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
74/160
62
Perubahan terjadi ketika terjadi industri kayu dan per-
kebunan masuk Papua dan membabat hutan atau membuka
lahan dalam skala besar. Hutan yang rusak berarti merusak
pula habitat spesies nyamuk malaria. Akibatnya, mereka
menyebar sampai ketinggian 3.600 m yang dulu suhunya
sering di bawah 16C, batas suhu minimum nyamuk malaria
untuk dapat hidup.
Tahun 2010 misalnya, Balai Penelitian dan Pengembangan
Biomedis Papua memastikan malaria telah menjalar ke Distrik
Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, Papua, tempat dengan
ketinggian 1.900 meter dari permukaan laut (mdpl) dan
bersuhu rata-rata 19-25C. Akibat serangan itu, 40 orang dari
4 kampung meninggal dunia.
Sementara itu di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat, di
ketinggian 1.075 mdpl sampai sekarang dikenal cukup
sejuk, dengan suhu udara rata-rata 18-22C, tapi kini mulai
merasakan sengatan senyap nyamuk malaria. Kepala Seksi
Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Cimahi Rina
Kuswidiati punya analisis kenapa kota ini terjangkit malaria. Ia
menyebut malaria di Cimahi itu kasus impor, pasalnya ribuan
tentara datang dan pergi ke kota itu, banyak diantaranya
hanya tinggal dalam waktu singkat tetapi sebagian yang lain
bertugas untuk waktu cukup lama di sana. Banyak anggota
tentara itu berasal atau bertugas cukup lama di Indonesia
Bagian Timur, yang mungkin saja sudah terinfeksi malaria dan
membawanya ke sini, ungkapnya.
Di Cimahi, malaria memang menyerbu dalam senyap
karena tanpa peringatan tiba-tiba saja menyerang, Walaupun
serangan itu datang setiap tahun, tetapi Rina yakin akan
segera berakhir. Di Kota Cimahi lokasi perindukan nyamuk
malaria tidak ada, karena tak ada ekosistem air payau, rawa-
rawa atau daerah pantai. Cimahi bukan daerah yang cocok
untuk Anopheles, katanya.
Demam Berdarah DengueNyamuk lain yang ikut menunjukkan sengatannya ber-
sama berubahnya iklim dan memanasnya suhu permukaan
bumi adalah Aedes aegypti sang vektor demam berdarah
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
75/160
63
dengue (DBD). Selama periode tahun 1968-2009 WHO
mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus demam
berdarah tertinggi di Asia Tenggara.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, tahun 2008
kasus DBD di Indonesia sebanyak 137.469 kasus, dengan
jumlah kematian mencapai 0,86 persen atau lebih dari 1.200
orang meninggal sia-sia. Tahun berikutnya tercatat 154.855
menderita demam berdarah, dengan jumlah kematian
mencapai 1.316 kasus, dan pada tahun 2010 Indonesia me-
nempati urutan tertinggi kasus di Asia Tenggara yaitu 156.086
kasus dengan kematian 1.358 orang.
Tahun 2011 kasus DBD turun menjadi 49.486 kasus
dengan kematian 403 orang. Hingga saat ini belum ditemukan
vaksin maupun obat yang efektif untuk menyembuhkan
penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini.
Serbuan demam berdarah boleh dibilang hampir merata
di seluruh Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, baik di
dataran rendah maupun tinggi. Sejak tahun 2013, laporan
DBD dari kota-kota dataran tinggi yang sebelumnya berudara
sejuk seperti Bandung, Lembang, dan Pangalengan mulai
tercatat di dinas kesehatan. Di antara kota-kota di Jawa Barat,
Kota Cimahi adalah salah satu yang paling parah terpapar
demam berdarah, setelah sebelumnya mereka juga diserbu
malaria.
Beraksi di Kota TentaraMenjadi hunian ribuan tentara yang gagah perkasa, tak
lantas membuat nyamuk-nyamuk kecut. Kota Cimahi yang
dijuluki Kota Tentara, karena di sana berdiri 31 pusat pelatihan
dan markas tentara dan polisi, malah seluruh kelurahannya
yang berjumlah 15 itu berstatus endemis demam berdarah.
Pada tahun 2013 kota ini ada di peringkat ke-13 nasional
jumlah penderita DBD dengan angka kesakitan atau angka
serangan mencapai 55 orang setiap 100 ribu penduduk.
Aktivitas nyamuk demam berdarah biasanya dua jam
setelah matahari terbit dan dua jam sebelum terbenam,
sekitar jam 9-10 pagi dan 4-5 sore. Namun, suhu yang
lebih panas telah memperpendek daur hidup dengue dan
-
7/25/2019 Ebook_Media Dan Perubahan Iklim
76/160
64
membuat mereka semakin aktif makan, seperti temuan
RCCC-UI, sehingga dapat menyerang dari pagi sampai sore
tanpa jeda.
Kota Tentara itu pernah pula mengalami kejadian luar
biasa DBD tahun 2007 dan terjadi kembali tahun 2012, jadi
semacam siklus lima tahun. Biasanya ledakan jumlah penderita
tertinggi terjadi sepanjang Januari dan Februari, lalu naik
lagi di bulan Juni-Juli. Namun pola itu kini berubah, karena
beberapa tahun belakangan hujan turun sepanjang tahun
sehingga puncak penyebarannya ikut berubah. Perubahan
pola hujan dan musim panas itulah yang me