dukungan keluarga miskin perkotaan pada pasien …digilib.unila.ac.id/55358/3/skripsi tanpa bab...

54
DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2: SEBUAH STUDI KUALITATIF (Skripsi) Oleh VERMITIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN

DIABETES MELITUS TIPE 2: SEBUAH STUDI KUALITATIF

(Skripsi)

Oleh

VERMITIA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN

DIABETES MELITUS TIPE 2: SEBUAH STUDI KUALITATIF

Oleh

VERMITIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 3: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Page 4: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Page 5: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Page 6: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Batam pada tanggal 15 September 1995 sebagai anak pertama dari

Bapak Abujani dan Ibu Nelly Siregar. Penulis memiliki tiga adik yaitu Aldenurria

Miladena, Farsya Harir, dan Nurfadhillah Ramadhani.

Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Al-Azhar 2

Kota Batam pada tahun 2000-2001, Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 006 Kota

Batam pada tahun 2001-2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri

3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA

Negeri 1 Kota Batam pada tahun 2010-2013.

Penulis diterima di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif

dalam organisasi Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina sebagai anggota (2014-2015)

dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung sebagai bendahara umum (2015-2017).

Page 7: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

Untuk semua doa dan ridho yang menemaniku dalam setiap langkah

Untuk kepercayaan yang membuatku tidak menyerah

Sebuah karya sederhana untuk keluarga terhebat,

kedua orang tua dan ketiga adik tercinta.

Semoga kalian selalu dilimpahi cinta dan perlindungan dari Allah

Page 8: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah,

rahmat, dan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,

teladan terbaik sepanjang masa.

Skripsi yang berjudul “Dukungan Keluarga Miskin Perkotaan pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2: Sebuah Studi Kualitatif” ini adalah salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di Universitas Lampung. Dalam

menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan,

kritik, dan saran dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

3. Dr. dr. TA Larasati, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang dengan

baik dan sabar bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

ilmu, kritik, dan saran selama proses penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Roro Rukmi Windi Perdani, S.Ked., M.Kes., Sp.A., selaku Pembimbing

Kedua yang dengan baik dan sabar bersedia meluangkan waktunya untuk

Page 9: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

memberikan bimbingan, ilmu, kritik, dan saran selama proses penyelesaian

skripsi ini;

5. dr. Diana Mayasari, M.K.K., selaku Penguji Utama yang bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, kritik, dan saran

untuk perbaikan skripsi ini;

6. dr. M. Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M., dan dr. Rika Lisiswanti, S.Ked.,

M.Med.Ed., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan saran yang

diberikan selama penulis menjalani proses perkuliahan;

7. Seluruh staf dosen dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung atas ilmu dan wawasan yang telah diberikan kepada penulis;

8. Orangtua tercinta, Abujani dan Nelly Siregar, yang tidak pernah berhenti

mendoakan, mendukung, dan menguatkan penulis selama ini;

9. Adik-adik tersayang, Aldenurria Miladena, Farsya Harir, dan Nurfadhillah

Ramadhani yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan menjadi

pelipur lara selama ini;

10. dr. Adriyanti, S.Ked., Sp.OG, atas semua dukungan dan doanya serta menjadi

panutan luar biasa untuk penulis.

11. Seluruh pengurus Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bandar Lampung, Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung, Puskesmas Gedong Air, Puskesmas,

Kemiling, dan Puskesmas Kedaton yang telah membantu dalam pelaksanaan

penelitian;

12. Seluruh informan dalam penelitian ini, atas kesediannya untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini;

Page 10: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

13. Sahabat-sahabat terbaik yang membersamai selama masa perkuliahan,

Natasya Hayatillah, Lulu Wilda Nurani, Leni Amelia, Vika Annisa Putri, Osy

Lu’lu Alfarossi, dan Ratu Faradhilla, yang selalu membantu, mendoakan,

mendengarkan cerita, dan memotivasi;

14. Semua murabbi dan teman-teman liqo yang saling mencintai karena Allah,

membersamai dalam doa, dan selalu menguatkan dalam setiap pertemuan;

15. Keluarga besar FSI Ibnu Sina dan DPM FK UNILA yang telah memberikan

pengalaman, pembelajaran, dan rasa kebersamaan dalam berorganisasi;

16. Teman-teman angkatan 2014 “CRAN14L” untuk semua kebaikan dan

pembelajaran dari masing-masing individunya;

17. Adik-adik angkatan 2015, 2016, dan 2017, atas dukungan dan doa selama ini;

18. Teman-teman KKN Wonosari-Gunung Sugih, Yecti, Syifa, Cindy, Bayu, Kak

Oki, dan Kak Yoga, untuk saling mendoakan dan menyemangati penulis

selama ini serta penulis bersyukur atas kesempatan dapat mengenal kalian;

19. Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

pihak demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penulis

Vermitia

Page 11: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

ABSTRACT

URBAN POOR FAMILY SUPPORT IN THE TYPE 2 DIABETES

MELLITUS: A QUALITATIVE STUDY

By

VERMITIA

Background: Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by

hyperglycemia caused by insulin secretion, insulin action, or both. The prevalence

of diabetes mellitus is found in urban areas and in the poor community.

Management of diabetes mellitus includes education, medical nutrition therapy,

pharmacological therapy, and monitoring. Family has an important role to support

the management of diabetes mellitus.

Objective: This study aims to describe the perceived support and received support

in the urban poor familiy support in patients with type 2 diabetes mellitus.

Method: This study used qualitative research design with phenomenology

approach. The informants in this study were patients with type 2 diabetes mellitus

who were the healthcare and social security agency (BPJS Kesehatan) participants

with poor (PBI) category who visited Gedong Air Community Health Centre,

Kemiling Community Health Centre, and Kedaton Community Health Centre

Bandar Lampung which amounts to six people.

Results: There are various types of family supports in the perceived support and

received support those are emotional support, appreciation or assessment support,

instrumental support, and information support by the informants.

Conclusion: Emotional support is the family support that plays a role for patients

with type 2 diabetes mellitus. While instrumental support is not the main thing

for the patients.

Keywords: family support, type 2 diabetes mellitus

Page 12: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

ABSTRAK

DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN

DIABETES MELITUS TIPE 2: SEBUAH STUDI KUALITATIF

Oleh

VERMITIA

Latar belakang: Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau keduanya. Prevalensi diabetes melitus banyak ditemukan di daerah

perkotaan dan pada masyarakat miskin. Penatalaksanaan pada diabetes melitus

meliputi edukasi, terapi nutrisi medis, olahraga, terapi farmakologis, dan

monitoring. Keluarga memiliki peran penting untuk mendukung penatalaksanaan

diabetes melitus.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan yang

diharapkan dan dukungan yang didapatkan dalam dukungan keluarga miskin

perkotaan pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Informan pada penelitian ini adalah pasien diabetes

melitus tipe 2 yang merupakan peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan (BPJS Kesehatan) kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang

berobat di Puskesmas Gedong Air, Puskesmas Kemiling, dan Puskesmas Kedaton

Bandar Lampung yang berjumlah enam orang. Teknik pengumpulan data dengan

menggunakan data primer melalui wawancara mendalam.

Hasil: Ditemukan variasi jenis dukungan keluarga pada dukungan yang

diharapkan dan dukungan yang didapatkan yaitu dukungan emosional, dukungan

penghargaan atau penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan informasi.

Simpulan:Dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling

berperan bagi pasien diabetes melitus tipe 2. Sedangkan dukungan instrumental

bukan merupakan hal yang utama bagi pasien.

Kata Kunci: diabetes melitus tipe 2, dukungan keluarga

Page 13: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dukungan Sosial .................................................................................. 8

2.1.1. Dukungan Keluarga .................................................................. 9

2.2 Diabetes Melitus ................................................................................. 12

2.2.1. Definisi ................................................................................... 12

2.2.2. Klasifikasi ............................................................................... 13

2.2.3. Manifestasi Klinis ................................................................... 13

2.2.4. Faktor Risiko .......................................................................... 14

2.2.5. Diagnosis ................................................................................ 14

2.2.6. Tatalaksana ............................................................................. 15

2.2.7. Komplikasi ............................................................................. 21

2.3. Kerangka Teori ................................................................................... 23

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ................................................................................ 25

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 25

3.2.1. Tempat Penelitian ................................................................... 25

3.2.2. Waktu Penelitian .................................................................... 26

3.3. Informan ............................................................................................. 26

3.4. Instrumen Penelitian ........................................................................... 27

3.5. Pengumpulan Data ............................................................................. 28

3.6. Analisis Data ...................................................................................... 28

3.7. Etika Penelitian .................................................................................. 32

Page 14: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ............................................................................... 33

4.2 Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 34

4.2.1 Dukungan yang Diharapkan ................................................... 34

4.2.2. Dukungan yang Didapatkan ................................................... 39

4.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan......................................................................................... 58

5.2 Saran ................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60

LAMPIRAN

ii

Page 15: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Faktor Risiko Diabetes Melitus . ...................................................................... 14

2. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus . .............................................................. 15

3. Tanda dan Gejala Hipoglikemia ....................................................................... 22

4. Karakteristik Informan ..................................................................................... 33

iii

Page 16: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent dan Lembar Persetujuan

Lampiran 4. Form Panduan Wawancara Mendalam Penelitian Kualitatif

Lampiran 5. Koding Hasil Wawancara

Lampiran 7. Triangulasi ke Anggota Keluarga Informan

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

iv

Page 17: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan gaya hidup di era globalisasi telah menyebabkan terjadinya

transisi demografi epidemiologis yang ditandai masih tingginya penyakit

menular diikuti meningkatnya penyakit tidak menular (Dinas Kesehatan

Provinsi Lampung, 2016). Penyakit tidak menular (PTM) merupakan

penyakit kronis dengan durasi yang lama dan umumnya berkembang

lambat. Empat jenis PTM yang sedang menjadi fokus utama yaitu penyakit

kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis (asma dan penyakit paru

obstruksi kronis), dan diabetes melitus (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2013; World Health Organization (WHO), 2016).

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua-duanya (Soelistijo, Novida, Rudijanto, et al.,

2015). International Diabetes Federation (IDF) membagi diabetes melitus

menjadi tiga tipe utama yaitu diabetes melitus tipe 1, tipe 2, dan tipe

gestasional (IDF, 2017). Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis paling umum

Page 18: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

2

yang biasanya terjadi pada orang dewasa tapi sekarang ini cukup banyak

ditemukan pada anak-anak dan remaja (WHO, 2016).

Prevalensi diabetes melitus di dunia terus meningkat selama 17 tahun

terakhir ini (IDF, 2017). Tahun 2015 tercatat sebanyak 415 juta penduduk

dunia menderita diabetes melitus (IDF, 2015). Sedangkan tahun 2017

jumlahnya meningkat menjadi 425 juta penduduk dunia. Jika peningkatan

tersebut terus berlanjut, IDF memprediksi prevalensi diabetes melitus akan

meningkat sebanyak 48% di tahun 2045 menjadi 629 juta penduduk (IDF,

2017).

Prevalensi diabetes melitus banyak ditemukan di daerah perkotaan dan pada

masyarakat berpenghasilan rendah atau miskin (IDF, 2017; Vest, Kahn,

Danzo et al, 2013). Prevalensi diabetes melitus yang lebih tinggi di

perkotaan disebabkan perubahan gaya hidup yaitu kurang melakukan

olahraga dan aktivitas fisik serta pola makan yang tinggi protein, lemak,

gula, garam, dan sedikit serat (Setiati, Alwi, Sudoyo et al., 2014).

Sedangkan beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya prevalensi

diabetes melitus pada masyarakat miskin yaitu terbatasnya akses layanan

kesehatan, food insecurity, dan lingkungan non walkability (Gaskin, Thorpe,

McGinty et al., 2014). Hal tersebut didukung oleh data bahwa 80% dari

jumlah pasien diabetes melitus di dunia ditemukan di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah termasuk negara Indonesia (IDF,

2017).

Page 19: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

3

Indonesia menempati peringkat tujuh dengan jumlah pasien diabetes melitus

terbanyak di dunia yaitu mencapai 10,3 juta penduduk (IDF, 2017). Hasil

riset kesehatan dasar (Riskesdas) menunjukkan kecenderungan prevalensi

diabetes melitus di sebagian besar provinsi Indonesia tahun 2013 lebih

tinggi dibanding tahun 2007 tidak terkecuali Provinsi Lampung

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Menurut laporan

Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2015, diabetes melitus

menempati urutan delapan dari sepuluh besar penyakit terbanyak (Dinas

Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).

Bandar Lampung merupakan daerah perkotaan yang memiliki pasien

diabetes melitus tipe 2 terbanyak di Provinsi Lampung. Puskesmas

Kedaton, Puskesmas Kemiling, dan Puskesmas Gedong Air merupakan lima

besar puskesmas dengan jumlah pasien diabetes melitus terbanyak di

Bandar Lampung. Selain itu ketiga puskesmas tersebut juga berada di

kecamatan yang termasuk sepuluh besar kecamatan dengan jumlah

masyarakat miskin terbanyak di Bandar Lampung (BPJS Kesehatan, 2017).

Diantara pasien diabetes tersebut terdapat pasien miskin yang ditandai

dengan keikutsertaan sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan (BPJS Kesehatan) kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI) (BPJS

Kesehatan, 2017).

Page 20: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

4

Diabetes melitus yang terlambat didiagnosis atau pengobatannya kurang

adekuat dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti penyakit

kardiovaskular, penyakit ginjal kronis, retinopati, neuropati, dan disabilitas

yang dapat berujung pada kematian (WHO, 2016). Diabetes melitus

merupakan penyakit menahun yang memerlukan penatalaksanaan dalam

waktu lama dan dapat menimbulkan kejenuhan pada pasien sehingga

kondisi psikologis pasien juga harus diperhatikan (Yusra, 2011). Dukungan

sosial dari orang terdekat contohnya keluarga memiliki efek positif pada

kesehatan psikologis, kesehatan fisik, dan kualitas hidup pasien (Ozbay,

Johnson, Dimoulas et al., 2007; Chung, Cho, Chung et al., 2013). Menurut

American Diabetes Association (ADA), perencanaan pengelolaan diabetes

harus dibicarakan antara pasien dan keluarga sehingga keluarga menyadari

pentingnya keikutsertaan mereka dalam penatalaksanaan diabetes melitus

(ADA, 2017).

Sebuah studi kualitatif menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang kurang

baik mengakibatkan rendahnya kepatuhan minum obat pada pasien diabetes

melitus tipe 2. Hal tersebut berkontribusi pada kontrol glikemik yang buruk

(Mayberry dan Osborn, 2012). Pada penelitian kualitatif lainnya,

didapatkan gambaran dukungan keluarga yang diterima oleh pasien diabetes

melitus tipe 2 berupa dukungan instrumental, dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan emosional, dukungan finansial, dan

dukungan spiritual (Wijayanti, 2015).

Page 21: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

5

Beberapa penelitian kuantitatif juga menunjukkan hubungan yang bermakna

antara dukungan keluarga dengan pengelolaan penyakit diabetes melitus.

Menurut penelitian, pasien yang menerima dukungan keluarga non suportif

lebih berisiko untuk memiliki kadar glukosa darah yang buruk dibandingkan

pasien yang menerima dukungan keluarga suportif (Isworo, 2008).

Pengetahuan dan dukungan keluarga juga berpengaruh pada kadar HbA1c

yang terkendali (Muhibuddin, Sugiarto dan Wujoso, 2016). Selain itu,

dukungan keluarga juga berpengaruh terhadap diet yang optimal bagi pasien

diabetes melitus (Rosland, Piette, Lyles et al., 2013; Badr, Elmabsout, dan

Denna, 2014).

Penelitian yang dilakukan pada remaja perkotaan di India menunjukkan

bahwa mereka merasa dukungan sosial yang diterima dari keluarganya lebih

sedikit dibandingkan dengan rekan-rekannya yang berasal dari pedesaan.

Hal ini disebabkan karena gaya hidup perkotaan yang sangat sibuk.

Dukungan sosial di pedesaan nilainya lebih tinggi dibandingkan perkotaan

disebabkan ikatan komunitas dan keakraban yang lebih kuat di pedesaan

(Nautiyal, Velayudhan, Gayatridevi, 2017). Sedangkan kemiskinan

merupakan faktor yang berperan negatif pada fungsi dan dukungan

keluarga. Hal-hal dalam fungsi keluarga yang dipengaruhinya diantaranya

yaitu komunikasi, kontrol perilaku, peran keluarga, dan penyelesaian

masalah (Banovcinova, Levicka, Veres, 2014).

Page 22: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

6

Keluarga merupakan kelompok sosial terdekat yang memiliki peran penting

terhadap perubahan perilaku pasien diabetes melitus (Astuti, 2013).

Dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial yang dibagi

menjadi dua jenis yaitu perceived support atau dukungan yang diharapkan

dan received support atau dukungan yang didapatkan (Thoits, 2010).

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

dukungan keluarga miskin perkotaan pada pasien diabetes melitus tipe 2.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian penulis pada latar belakang, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini, “Bagaimana dukungan yang diharapkan dan dukungan

yang didapatkan dalam dukungan keluarga miskin perkotaan pada pasien

diabetes melitus tipe 2?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran dukungan yang diharapkan dan dukungan

yang didapatkan dalam dukungan keluarga miskin perkotaan pada pasien

diabetes melitus tipe 2.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Peneliti

Penelitian ini dapat memberi pengalaman dan menambah wawasan

dalam penerapan ilmu yang didapatkan selama masa perkuliahan.

Page 23: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

7

b. Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang

memiliki tema serupa mengenai gambaran persepsi dukungan keluarga

menurut pasien diabetes melitus tipe 2.

c. Masyarakat

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai gambaran persepsi

dukungan keluarga menurut pasien diabetes melitus tipe 2.

Page 24: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dukungan Sosial

Dukungan sosial digambarkan sebagai dukungan yang dapat diakses oleh

seseorang melalui ikatan sosial dengan individu lain, kelompok, dan

komunitas yang lebih besar. Dukungan sosial adalah informasi verbal atau

nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh orang-orang yang

akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran

dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh

pada tingkah laku penerimanya (Ozbay, Johnson, Dimoulas et al., 2007).

Sumber dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman, tetangga, dan

anggota masyarakat lainnya (Ozbay, Johnson, Dimoulas et al., 2007).

Keluarga merupakan kelompok sosial terdekat yang berperan penting

terhadap perubahan perilaku kesehatan pasien diabetes melitus (Astuti, 2013).

Dukungan sosial dibagi menjadi dua kategori yaitu perceived support dan

received support. Perceived support adalah bantuan sebagaimana yang

sesuai dengan anggapan atau persepsi dari orang yang menerimanya.

Received support adalah bantuan yang benar-benar diterima dari orang lain

(Thoits, 2010). Dalam suatu penelitian, penilaian perceived support akan

Page 25: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

9

membantu peneliti untuk mengetahui penilaian responden tentang pada

situasi yang seperti apa ketika responden membutuhkan dan mengharapkan

bantuan dari orang lain. Sementara penilaian received support membantu

peneliti untuk mengetahui dukungan yang sudah didapatkan oleh responden

sebelumnya (Wethington dan Kessler, 1986).

2.1.1. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bantuan yang diberikan oleh anggota

keluarga yang lain sehingga dapat memberikan kenyamanan fisik

dan psikologis (Yusra, 2011). Keluarga merupakan penyedia

layanan kesehatan utama bagi pasien yang mengalami penyakit

kronis seperti diabetes melitus (Friedman, 2010).

2.1.1.1. Bentuk Dukungan Keluarga

Bentuk dukungan keluarga terdiri dari empat jenis yaitu

(Friedman, 2010):

1. Dukungan emosional

Dukungan emosional melibatkan ekspresi, rasa empati,

dan perhatian. Dukungan emosional yang didapatkan

seseorang dapat membuatnya merasa lebih baik,

memperoleh keyakinannya kembali, dan merasa

dicintai. Menurut Nugroho tahun 2014 bentuk

dukungan emosional berupa rasa aman, cinta kasih,

memberikan semangat, mengurangi putus asa, dan

Page 26: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

10

mengurangi rasa rendah diri dan keterbatasan akibat

masalah kesehatan yang dialami.

Dengan demikian seseorang yang memiliki masalah

kesehatan tersebut merasa dirinya tidak menanggung

beban sendiri tetapi ada orang lain yang

memperhatikan, mendengar keluhannya, dan membantu

memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dukungan

ini memperlihatkan adanya pengertian dari anggota

keluarga yang lain terhadap anggota keluarganya yang

mengalami diabetes melitus. Dukungan ini diperlukan

bagi pasien diabetes melitus agar dapat menjaga

kondisi psikologisnya dengan baik karena penyakit ini

merupakan penyakit kronis yang perlu perhatian untuk

waktu yang lama.

2. Dukungan penghargaan atau penilaian

Dukungan ini berupa umpan balik, dorongan, atau

penghargaan dengan menunjukkan respon positif

terhadap gagasan maupun perasaan individu.

Dukungan ini muncul dari penerimaan dan

penghargaan terhadap kondisi seseorang secara

keseluruhan meliputi kelebihan dan kekurangan yang

dimilikinya. Dukungan penghargaan yang diberikan

Page 27: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

11

oleh keluarga dapat membuat seseorang merasa

berkompeten dan dihargai, serta meningkatkan

semangat dan motivasi sehingga diharapkan

membentuk perilaku baik pada pola perawatan penyakit

diabetes melitus.

3. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental merupakan dukungan keluarga

dalam bentuk nyata seperti memberikan bantuan

tenaga, dana, maupun menyediakan waktu untuk

melayani dan mendengarkan anggota keluarga

menyampaikan perasaannya. Dukungan instrumental

merupakan bagian dari fungsi perawatan kesehatan

keluarga seperti menyediakan makanan, pakaian,

tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Dukungan

ini bertujuan untuk memudahkan pasien diabetes

melitus dalam melakukan aktivitas yang berkaitan

dengan penyakitnya contohnya dengan menyediakan

obat-obatan yang dibutuhkan.

4. Dukungan informasi

Dukungan informasi berupa pemberian saran, umpan

balik, dan informasi contohnya saat seseorang kesulitan

mengambil keputusan, keluarga akan memberikan ide,

Page 28: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

12

saran, atau umpan balik mengenai persoalan yang

dihadapi. Dukungan informasi yang diberikan kepada

pasien diabetes melitus dapat berupa pemberian segala

informasi yang terkait dengan kondisi penyakit dan

cara penanganannya sehingga dapat membantu

meningkatkan kondisi kesehatannya.

2.2 Diabetes Melitus

2.2.1. Definisi

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dimana terjadi kenaikan

kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang disebabkan pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang dihasilkan dengan efektif (WHO, 2016). Insulin

merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi

mengangkut glukosa dari aliran darah menuju sel-sel tubuh untuk

selanjutnya diubah menjadi energi. Kondisi hiperglikemia yang

terus berlanjut dalam waktu lama dapat menimbulkan kerusakan

serius pada organ tubuh lainnya seperti jantung, pembuluh darah,

mata, ginjal, dan saraf (IDF, 2017).

Page 29: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

13

2.2.2. Klasifikasi

Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat tipe yaitu (ADA,

2017):

1. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan kerusakan sel β autoimun

yang mengakibatkan defisiensi insulin absolut.

2. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan hilangnya sekresi insulin

secara progresif yang sering dilatarbelakangi oleh resistensi

insulin.

3. Diabetes gestasional merupakan diabetes melitus yang

didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga pada kehamilan.

4. Diabetes melitus tipe lain yang disebabkan oleh defek genetik

fungsi sel β, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin

pankreas, endokrinopati, disebabkan obat atau zat kimia, infeksi,

imunologi, dan sindrom genetik (Setiati, Alwi, Sudoyo et al.,

2014).

2.2.3. Manifestasi Klinis

Pada pasien diabetes melitus tipe 2 dapat ditemukan beberapa

keluhan. Kecurigaan adanya diabetes melitus perlu dipertimbangkan

apabila ditemukan keluhan seperti:

1. Keluhan klasik yaitu poliuria, polidipsia, polifagia, dan

penurunan berat badan.

2. Keluhan lain yaitu lemah, kesemutan pada ekstremitas, gatal,

penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulva

Page 30: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

14

pada wanita, luka sulit sembuh, dan penyakit kulit akibat jamur

di bawah lipatan kulit (Soelistijo, Novida, Rudijanto et al.,

2015).

2.2.4. Faktor Risiko

Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 dikelompokkan menjadi dua

yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat

dimodifikasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Tabel 1. Faktor Risiko Diabetes Melitus.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi Faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi

Berat badan lebih Ras dan etnik

Obesitas abdominal/sentral Usia

Kurangnya aktivitas fisik Jenis kelamin

Hipertensi Riwayat keluarga dengan diabetes

melitus

Dislipidemia Riwayat melahirkan bayi dengan berat

badan >4000 gram

Diet tidak sehat atau tidak seimbang Riwayat lahir dengan berat badan

lahir rendah <2500 gram

Riwayat toleransi glukosa terganggu

(TGT) atau glukosa darah puasa (GDP)

terganggu

Merokok

Sumber: (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

2.2.5. Diagnosis

Diagnosis diabetes melitus ditegakkan melalui pemeriksaan kadar

glukosa darah. Bahan yang dianjurkan untuk pemeriksaan glukosa

darah yaitu menggunakan plasma darah (WHO, 2006).

Page 31: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

15

Tabel 2. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus.

Pemeriksaan untuk penegakan diagnosis diabetes melitus

Pemeriksaan GDP ≥126 mg/dL, pasien sebelumnya berpuasa yaitu kondisi

dimana tidak ada asupan kalori minimal delapan jam.

Atau

Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dL 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa

Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

Atau

Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandardisasi

oleh National Glycohaemoglobin Standardization Program (NGSP).

Atau

Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) ≥200 mg/dL disertai keluhan klasik.

Sumber: (ADA, 2017)

2.2.6. Tatalaksana

1. Edukasi

Edukasi bertujuan sebagai promosi gaya hidup sehat agar pasien

dapat menerapkannya. Edukasi yang disampaikan meliputi

semua hal yang berkaitan dengan penyakit diabetes melitus

contohnya tentang pentingnya pengendalian dan pemantauan

penyakit secara berkala, penyulit dan risiko, intervensi

farmakologis dan non-farmakologis serta target terapi,

mengenali gejala dan penanganan awal hipoglikemia,

pentingnya olahraga yang teratur, perawatan kaki, dan lain-lain

(Soelistijo, Novida, Rudijanto et al., 2015). Edukasi harus

melibatkan keluarga pasien.

Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi yaitu:

a. Memberikan dukungan dan nasihat yang positif dan tidak

menimbulkan kecemasan.

Page 32: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

16

b. Memberikan informasi secara bertahap dari yang sederhana

dan mudah dimengerti.

c. Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan

melakukan simulasi.

d. Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka.

e. Melakukan kompromi dan negoisasi agar tujuan pengobatan

dapat diterima.

f. Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan.

g. Melibatkan keluarga atau pendamping dalam proses

edukasi.

h. Perhatikan kondisi jasmani, psikologi, dan tingkat

pendidikan pasien beserta keluarganya.

i. Dapat menggunakan alat bantu audio visual (Soelistijo,

Novida, Rudijanto et al., 2015).

2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan

kebutuhan masing-masing pasien diabetes melitus tipe 2. Hal-

hal yang perlu ditekankan kepada pasien diabetes melitus tipe 2

yaitu mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis, dan

jumlah kandungan kalori, terutama pada pasien yang

menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau

terapi insulin itu sendiri (Soelistijo, Novida, Rudijanto et al.,

2015).

Page 33: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

17

3. Olahraga

Olahraga merupakan aktivitas fisik yang menjadi salah satu

prinsip pengelolaan diabetes melitus tipe 2 apabila tidak disertai

dengan komplikasi nefropati. Olahraga dilakukan secara rutin

sebanyak 3-5 kali perminggu dengan durasi sekitar 30-45 menit.

Sebelum berolahraga sebaiknya dilakukan pemeriksaan kadar

glukosa darah. Apabila hasilnya <100 mg/dL pasien harus

mengonsumsi karbohidrat terlebih dahulu sedangkan apabila

>250 mg/dL sebaiknya pasien menunda untuk berolahraga

(Soelistijo, Novida, Rudijanto et al., 2015).

Kegiatan atau aktivitas sehari-hari tidak termasuk dalam

olahraga meskipun pasien tetap dianjurkan untuk selalu aktif

dalam kesehariannya. Olahraga bagi pasien diabetes melitus

bertujuan untuk menjaga kebugaran, menurunkan berta badan,

dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah. Olahraga yang dianjurkan

yaitu yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang contohnya

jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Olahraga

sebaiknya disesuaikan dengan usia dan status kebugaran jasmani

masing-masing pasien (Soelistijo, Novida, Rudijanto et al.,

2015).

Page 34: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

18

4. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis dapat dimulai secara bersamaan dengan

upaya modifikasi gaya hidup (Garber, Abrahmson, Barzilay et

al., 2018). Terapi farmakologis terdiri dari obat

antihiperglikemia oral dan suntikan. Obat antihiperglikemia oral

terbagi menjadi lima golongan berdasarkan cara kerjanya yaitu

pemacu sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid), pemacu

sensitivitas insulin (Metformin), penghambat absorpsi glukosa

di saluran pencernaan (Acarbose), penghambat Dipeptidyl

Peptidase-IV (Sitagliptin dan Linagliptin), dan penghambat

Sodium Glucose Co-transporter 2 (Dapagliflozin). Obat

antihiperglikemia suntik terdiri dari insulin, agonis Glucose Like

Peptide-1 (GLP-1), dan kombinasi keduanya (Soelistijo,

Novida, Rudijanto et al., 2015).

Metformin merupakan obat yang direkomendasikan sebagai

pilihan pertama untuk memulai terapi farmakologis diabetes

melitus tipe 2. Titrasi dosis dari 500-2000 mg/hari bersama

makanan atau setelahnya (IDF, 2017).

5. Monitoring

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah (Soelistijo, Novida,

Rudijanto et al., 2015):

a. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Page 35: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

19

Tujuan pemeriksaan kadar glukosa darah:

Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai.

Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum

tercapai sasaran terapi.

b. Pemeriksaan HbA1c

Pemeriksaan ini merupakan cara yang digunakan untuk

menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya.

Untuk melihat hasil terapi dan rencana perubahan terapi,

HbA1c diperiksa setiap 3 bulan atau tiap bulan pada keadaan

HbA1c yang sangat tinggi (>10%). Jika sasaran terapi telah

tercapai maka HbA1c dapat diperiksa paling sedikit 2 kali

dalam setahun. HbA1c tidak dapat dipergunakan sebagai

alat untuk evaluasi pada kondisi tertentu seperti anemia,

hemoglobinopati, riwayat tranfusi darah 2-3 bulan terakhir,

keadaan lain yang mempengaruhi umur eritrosit dan

gangguan fungsi ginjal.

c. Self monitoring of blood glucose (SMBG)

SMBG bertujuan untuk menilai kadar glukosa darah sebagai

acuan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan

diet, olahraga, dan obat-obatan (Hortensius, Slingerland,

Kleefstra et al., 2011). SMBG hanya boleh dilakukan oleh

pasien yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

Page 36: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

20

prosedur pemeriksaan sesuai standar. Intensitas dan

frekuensi SMBG harus bersifat individual disesuaikan

dengan kebutuhan masing-masing pasien diabetes melitus

tipe 2 sehingga harus didiskusikan terlebih dahulu dengan

dokter yang menanganinya (IDF, 2009).

Waktu yang dianjurkan untuk pemeriksaan ini yaitu pada

saat sebelum makan, 2 jam setelah makan, menjelang tidur

(untuk menilai risiko hipoglikemia), dan di antara siklus

tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia nokturnal yang

kadang tanpa gejala) (Soelistijo, Novida, Rudijanto et al.,

2015). Setiap hasil kadar glukosa darah yang didapat dari

SMBG sebaiknya didokumentasikan untuk selanjutnya

disampaikan kepada dokter untuk diobservasi (Kirk dan

Stegner, 2010).

d. Glycated Albumin (GA)

GA dapat digunakan untuk menilai indeks kontrol glikemik

yang tidak dipengaruhi oleh gangguan metabolisme

hemoglobin dan masa hidup eritrosit seperti pada

pemeriksaan HbA1c. Beberapa gangguan seperti sindrom

nefrotik, pengobatan steroid, severe obesitas, dan gangguan

fungsi tiroid dapat mempengaruhi nilai pengukuran GA

(Soelistijo Novida, Rudijanto et al., 2015).

Page 37: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

21

2.2.7. Komplikasi

Komplikasi diabetes melitus tipe 2 terbagi menjadi dua kelompok

besar yaitu komplikasi akut dan kronik/menahun (Soelistijo, Novida,

Rudijanto et al., 2015):

2.2.7.1. Komplikasi Akut

1. Krisis Hiperglikemia

Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan komplikasi

akut yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa

darah (300-600 mg/dL) disertai tanda dan gejala

asidosis dan plasma keton (+), osmolaritas plasma

meningkat (300-320 mOs/mL), dan terjadi peningkatan

anion gap. Status hiperglikemi hiperosmolar (SHH)

merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan

glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa

tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat

meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-), dan

anion gap normal atau sedikit meningkat (Soelistijo,

Novida, Rudijanto et al., 2015).

2. Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar

glukosa darah <70 mg/dL. Hipoglikemia merupakan

Page 38: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

22

kondisi dengan atau tanpa adanya gejala-gejala sistem

otonom (Soelistijo, Novida, Rudijanto et al., 2015).

Tabel 3. Tanda dan Gejala Hipoglikemia

Tanda Gejala

Autonomik Lapar, berkeringat,

gelisah, paresthesia,

palpitasi,

tremulousness.

Pucat, takikardia,

widened pulse

pressure.

Neuroglikopenik Lemah, lesu, dizziness,

pusing, confusion,

perubahan sikap,

gangguan kognitif,

pandangan kabur,

diplopia.

Cortical

blindness,

hipotermia,

kejang, koma.

Sumber: (Soelistijo Novida, Rudijanto et al., 2015)

2.2.7.2. Komplikasi Kronis

1. Makroangiopati

Pembuluh darah jantung: penyakit jantung

koroner.

Pembuluh darah perifer: penyakit arteri perifer

yang ditandai dengan nyeri pada saat beraktivitas

dan berkurang saat istirahat, ulkus iskemik pada

kaki.

Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke

hemoragik (Soelistijo, Novida, Rudijanto et al.,

2015).

Page 39: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

23

2. Mikroangiopati

Retinopati diabetikum

Nefropati

Neuropati (Soelistijo, Novida, Rudijanto et al.,

2015).

2.3. Kerangka Teori

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis akibat kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua-duanya. Penyakit ini diketahui banyak dialami oleh

masyarakat perkotaan akibat gaya hidup yang salah seperti kurang melakukan

olahraga dan aktivitas fisik serta pola makan yang tinggi protein, lemak, gula,

garam, dan sedikit serat. Selain itu banyak juga dialami oleh masyarakat

berpenghasilan rendah atau miskin yang dipengaruhi oleh keterbasan akses

layanan kesehatan, food insecurity, dan lingkungan non walkability. Diabetes

melitus tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol agar terhidar dari

komplikasinya sehingga memerlukan penanganan seumur hidup.

Tatalaksananya meliputi edukasi, olahraga, TNM, terapi farmakologi, dan

monitoring. Tatalaksana diabetes yang optimal ditandai dengan gula darah

pasien yang terkontrol, sedangkan tatalaksana yang tidak adekuat ditandai

dengan gula darah tidak terkontrol. Kondisi tersebut dapat menimbulkan

berbagai komplikasi yang bisa berujung pada kematian. Penanganan diabetes

melitus yang kompleks dan memerlukan waktu yang lama dapat

menimbulkan kejenuhan yang berdampak pada kesehatan psikologis pasien,

sehingga diperlukan dukungan keluarga pasien dalam prosesnya. Dukungan

Page 40: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

24

keluarga merupakan dibagi menjadi dua jenis yaitu perceived support yang

merupakan bantuan sebagaimana yang sesuai dengan anggapan atau persepsi

dari orang yang menerimanya dan received support yang merupakan bantuan

yang benar-benar diterima dari orang lain. Keberadaan dukungan keluarga

diketahui memengaruhi kepatuhan pasien dalam tatalaksana diabetes melitus

dan kesehatan psikologis pasien.

Page 41: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

25

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan

pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif bertujuan untuk

mengeksplorasi masalah dan memahami suatu fenomena sentral secara rinci

(Creswell, 2016). Sedangkan menurut Yusuf tahun 2014, penelitian

kualitatif melibatkan peneliti secara langsung dan/atau tidak langsung dalam

mencari makna, pemahaman, pengertian tentang sebuah fenomena,

kejadian, maupun kehidupan manusia dalam setting yang diteliti,

kontekstual, dan menyeluruh. Pendekatan fenomenologi dilakukan untuk

mendeskripsikan pengalaman kehidupan manusia tentang suatu fenomena

tertentu seperti yang dijelaskan oleh para informan (Creswell, 2016).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Lampung. Pemilihan para

calon informan dilakukan dengan menggunakan data pasien diabetes

melitus tipe 2 di beberapa puskesmas di Bandar Lampung yaitu

Puskesmas Kedaton, Puskesmas Kemiling, dan Puskesmas Gedong

Page 42: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

26

Air. Beberapa puskesmas tersebut dipilih berdasarkan jumlah pasien

diabetes melitus tipe 2 terbanyak di Bandar Lampung dan berada di

wilayah perkotaan yang merupakan 10 besar kecamatan dengan

angka kemiskinan tertinggi di kota Bandar Lampung. Setelah

informan setuju untuk mengikuti penelitian, selanjutnya informan

dan peneliti menentukan tempat untuk melakukan wawancara.

Tempat yang dipilih harus kondusif untuk dilakukannya wawancara

secara mendalam.

3.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus 2018 sampai

Januari 2019 yang mencakup tahap persiapan sampai pelaporan.

3.3. Informan

Dalam penelitian kualitatif, sampel disebut dengan istilah informan.

Informan dipilih dengan cara purposive sampling, yaitu memilih informan

dan lokasi penelitian dengan sengaja dan penuh perencanaan sehingga dapat

membantu peneliti memahami masalah yang diteliti (Creswell, 2016).

Informan dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang

merupakan peserta BPJS Kesehatan kategori PBI yang tinggal di Bandar

Lampung, telah menderita diabetes melitus tipe 2 selama minimal 1 tahun,

tidak disertai penyakit kronis lainnya, dan tidak mengalami komplikasi

diabetes melitus tipe 2.

Page 43: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

27

Proses pemilihan informan diawali dengan mengidentifikasi calon informan

yang sesuai dengan kriteria penelitian. Setelah informan teridetifikasi dan

sesuai dengan kriteria informan yang dicari, peneliti memperkenalkan diri

dan membina hubungan saling percaya dengan informan. Selanjutnya

peneliti menyampaikan maksud, tujuan, dan prosedur terkait penelitian dan

menanyakan kesediaan informan untuk mengikuti penelitian. Apabila calon

informan setuju maka informan diminta untuk menandatangani dan mengisi

lembar persetujuan sebagai informan penelitian (informed consent). Setelah

itu, peneliti dan informan menjadwalkan waktu untuk melakukan

wawancara. Tempat dan waktu wawancara ditentukan sesuai kesepakatan

yang dibuat oleh peneliti dan informan.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri sebagai instrumen

langsung. Peneliti berperan untuk menggali informasi dari informan dengan

sedalam-dalamnya untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan dari penelitian

ini. Peneliti menggunakan panduan wawancara yang didesain oleh peneliti.

Selama proses penelitian, peneliti membuat catatan lapangan (field notes)

mengenai proses wawancara dan hal-hal yang perlu dicatat selama proses

wawancara tersebut. Peneliti juga menyiapkan recorder untuk merekam

proses wawancara.

Page 44: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

28

3.5. Pengumpulan Data

Peneliti melakukan wawancara awal untuk melakukan pendekatan dan

memastikan bahwa informan menderita diabetes melitus tipe 2. Setelah

informan setuju untuk mengikuti penelitian ini, peneliti dan informan

menentukan waktu dan tempat untuk melakukan proses wawancara. Teknik

pengumpulan data dengan menggunakan proses wawancara mendalam (in

depth interview). Wawancara mendalam merupakan kegiatan untuk

mendapatkan informasi dari para informan dengan cara tatap muka atau

bertemu langsung. Saat wawancara peneliti menggunakan pertanyaan

terbuka yang dibuat untuk memunculkan pandangan dan opini dari informan

dan dilakukan dengan bertatap muka (face to face interview) (Creswell,

2016).

Proses wawancara dilakukan secara informal, meskipun peneliti memiliki

panduan wawancara. Proses wawancara sepenuhnya didasari pada

perkembangan pertanyaan secara spontan dan alami. Oleh karena itu,

suasana saat wawancara dibuat senyaman mungkin bagi peneliti dan

informan.

3.6. Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak awal penelitian (on

going). Sejak awal penelitian, peneliti membaca dan menganalisis data

yang terkumpul baik berupa transkrip, catatan lapangan, dokumen, atau

Page 45: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

29

material lainnya secara kritis analitis sembari melakukan uji kredibilitas

maupun pemeriksaan keabsahan data secara kontinu (Yusuf, 2014).

Tahapan analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari enam

langkah. Pertama yaitu mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.

Pada langkah ini melibatkan proses transcribing, wawancara, dan mengetik

data lapangan. Kedua, membaca keseluruhan data. Ketiga, memulai koding

semua data. Langkah ini melibatkan proses penulisan kategori untuk

mengorganisasikan data, kemudian memberi label pada kategori tersebut

dengan istilah khusus. Keempat, menerapkan proses coding untuk

mendeskripsikan setting (ranah), orang (informan), kategori, dan tema yang

akan dianalisis. Penerapan proses coding dilakukan untuk membuat

sejumlah kecil tema atau kategori. Kelima, menunjukkan bagaimana

deskripsi dan tema-tema tersebut akan disajikan kembali dalam

narasi/laporan kualitatif. Langkah terakhir yaitu pembuatan interpretasi

dalam penelitian kualitatif atau memaknai data (Creswell, 2016).

Setelah melakukan wawancara pada informan pertama, peneliti langsung

melakukan proses transkripsi dengan mendengarkan rekaman wawancara.

Peneliti tidak menunggu seluruh informan selesai diwawancara terlebih

dahulu lalu melakukan proses transkripsi. Setelah melakukan proses

transkripsi peneliti membaca dan mengamati hasilnya untuk mencari tahu

apakah ada informasi yang ingin ditanyakan lebih lanjut kepada informan

pada pertemuan selanjutnya. Pada proses koding peneliti memberi label

Page 46: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

30

pada setiap kutipan. Penulisan label yang penulis gunakan yaitu kode

informan yang terdiri dari simbol I yang artinya informan dan nomor

masing-masing informan lalu diikuti angka yang menunjukkan urutan

kalimat jawaban wawancara dari hasil transkripsi.

Terdapat empat uji data dalam penelitian kualitatif, yaitu uji kredibilitas, uji

transferabilitas, uji dependibilitas, dan uji konformitas (Yusuf, 2014).

Peneliti melakukan beberapa uji data untuk membuktikan bahwa data yang

didapatkan dapat dipercaya.

Peneliti melakukan uji keabsahan data atau uji kredibilitas dengan cara

member checking triangulasi untuk memeriksa akurasi hasil penelitian.

Member checking dilakukan dengan membawa hasil laporan akhir atau

deskripsi atau tema spesifik kepada informan untuk mengecek apakah hasil

tersebut sudah akurat sesuai dengan persepsi mereka. Peneliti juga

melakukan triangulasi sumber, yaitu sebuah proses untuk menguatkan data

dari individu yang berbeda (Creswell, 2016). Triangulasi sumber dilakukan

kepada salah satu anggota keluarga informan. Peneliti menanyakan kembali

hal-hal yang didapatkan dari hasil wawancara informan kepada anggota

keluarga. Tujuan dari member checking dan triangulasi yaitu untuk

mengurangi subyektivitas.

Untuk menentukan apakah hasil penelitian dapat ditransfer ke wilayah lain,

peneliti melakukan uji transferabilitas. Adapun uji transferabilitas tersebut

Page 47: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

31

berupa penguraian hasil penelitian secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat

dipercaya. Dengan demikian maka pembaca akan menjadi jelas dengan

hasil penelitian ini dan dapat memutuskan apakah penelitian ini dapat

diaplikasikan pada tempat lain atau tidak.

Dependibilitas dalam penelitian kualitatif sejalan dengan reliabilitas pada

penelitian kuantitatif. Untuk menentukan dependibilitas dilakukan dengan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Audit dilakukan oleh auditor

yang independen dalam melakukan penelitian, dalam hal ini adalah dosen

pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam

melakukan penelitian. Audit dilakukan dengan cara menunjukkan bukti

kerja yang dilakukan sejak menentukan masalah dan fokus penelitian,

memasuki lapangan, menentukan informasi/sumber data penelitian,

melakukan analisis data, menguji keabsahan data, dan membuat kesimpulan

(Yusuf, 2014).

Dalam penelitian kualitatif dilakukan uji konformitas untuk menentukan

obyektivitas penelitian. Sebuah penelitian dikatakan obyektif apabila hasil

penelitian disepakati banyak orang. Uji konformitas berarti menguji hasil

penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian

merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian

tersebut telah memenuhi standar konfirmitas. Dalam hal ini, peneliti

melibatkan peran dosen pembimbing untuk menguji konformitas hasil

penelitian.

Page 48: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

32

3.7. Etika Penelitian

Peneliti telah mendapatkan persetujuan etik dari komisi etik Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor

2225/UN26.18/PP.05.02.00/2018. Sebelum melakukan wawancara peneliti

meminta informan mengisi formulir informed consent sebagai tanda

persetujuan untuk mengikuti penelitian ini.

Page 49: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pada penelitian ini diperoleh dukungan yang diharapkan dan dukungan yang

didapatkan dalam dukungan keluarga miskin perkotaan pada pasien diabetes

melitus tipe 2 meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental,

dukungan penilaian atau penghargaan, dan dukungan informasi. Dukungan

emosional merupakan bentuk dukungan yang dianggap penting bagi

penyakitnya karena membuat mereka merasa senang dan bahagia.

Sedangkan dukungan instrumental bukan merupakan suatu hal yang utama

karena pasien berpendapat bahwa kebutuhan-kebutuhan pengobatan

diabetes melitus tipe 2 telah terpenuhi oleh fasilitas dari BPJS Kesehatan.

5.2 Saran

5.2.1. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain diharapkan dapat menggali lebih dalam mengenai

dukungan yang diharapkan dan dukungan yang didapatkan dalam

dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Page 50: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

59

5.2.2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat terutama yang memiliki anggota keluarga dengan

diabetes melitus tipe 2 dapat memberikan dukungan penuh untuk

pengobatan pasien.

Page 51: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

60

DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2010. Standards of medical care in diabetes. Diabetes Care. 33(1):512–61.

ADA. 2017. Standards of medical care in diabetes—2017 abridged for primary

care providers. Diabetes Care. 35(1):5–26.

Astuti CM. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar

glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di poliklinik penyakit

dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang tahun 2013 [tesis]. Depok: Universitas

Indonesia.

Badr SAEF, Elmabsout AA, Denna I. 2014. Family support, malnutrition and

barriers to optimal dietary intake among elderly diabetic patients in Benghazi,

Libya. Journal of Community Medicine & Health Education. 4(2):2–7.

Banovcinova A, Levicka J, Veres M. 2014. The impact of poverty on the family

system functioning. Procedia – Social and Behavioral Sciences. 132(2014):148-

53.

BPJS Kesehatan. 2017. Data peserta prolanis per September 2017. Bandar

Lampung: BPJS Kesehatan.

Budhisusetyo PY, Nur E. 2013. Hubungan antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso. Prosiding Seminar Nasional Food Habit and

Degenerative Disease; Surakarta. Indonesia.

Chung JO, Cho DH, Chung DJ, Chung MY. 2013. Assessment of factors

associated with the quality of life in Korean type 2 diabetic patients. Internal

Medicine. 52(2):179–85.

Page 52: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

61

Creswell JW. 2016. Research design pendekatan metode kualitatif, kuantitatif,

dan campuran. Edisi ke-4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2016. Profil kesehatan Provinsi Lampung

tahun 2015. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.

Friedman M. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, teori, dan praktik.

Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Garber AJ, Abrahamson MJ, Barzilay JI, Blonde L, Bloomgarden ZT, Bush MA,

et al. 2018. Consensus statement by the american association of clinical

endocrinologists and american college of endocrinology on the comprehensive

type 2 diabetes management algorithm – 2018 executive summary. Endocrine

Practice. 24(1):91-120.

Gaskin DJ, Thorpe RJ, McGinty EE, Bower K, Rohde C, Young JH, et al. 2014.

Disparities in diabetes: The nexus of race, poverty, and place. American Journal

of Public Health. 104(11):2147-55.

Hasbi M. 2012. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita

diabetes melitus dalam melakukan olahraga di wilayah kerja Puskesmas Praya

Lombok Tengah [tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Hortensius J, Slingerland RJ, Kleefstra N, Logtenberg SJJ, Groenier KH,

Houweling ST, et al. 2011. Self-monitoring of blood glucose: The use of the first

or the second drop of blood. Diabetes Care. 34(3):556–60.

IDF. 2009. Self-monitoring of blood glucose in non-insulin treated type 2

diabetes. Brussel: International Diabetes Federation.

IDF. 2015. IDF Diabetes Atlas. Edisi ke-7. Brussel: International Diabetes

Federation.

IDF. 2017. IDF clinical practice recommendations for managing type 2 diabetes

in primary care. Brussel: International Diabetes Federation.

IDF. 2017. IDF Diabetes Atlas. Edisi ke-8. Brussel: International Diabetes

Federation.

Page 53: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

62

Isworo, A. (2008) Hubungan depresi dan dukungan keluarga terhadap kadar gula

darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Sragen [tesis]. Depok:

Universitas Indonesia.

Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2014. Situasi dan analisis diabetes. Jakarta: Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kirk JK, Stegner J. 2010. Self-monitoring of blood glucose: Practical aspects.

Journal of Diabetes Science and Technology. 4(2):435–9.

Mayberry LS, Osborn CY. (2012). Family support, medication adherence, and

glycemic control among adults with type 2 diabetes. Diabetes Care. 35(6):1239–

45.

Muhibuddin N, Sugiarto, Wujoso H. 2016. Hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe

2 (studi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri ). Jurnal Sistem

Kesehatan. 2(1):1–7.

Nautiyal R, Velayudhan A, Gayatridevi S. 2017. Perceived Social Support of the

Adolescents from Rural and Urban Setting. International Journal of Indian

Psychology. 4(89):186-91.

Nugroho W. 2014. Keperawatan gerontik dan geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.

Nurullah AS. 2012. Received and provided social support: a review of current

evidence and future directions. American Journal of Health Studies. 27(3):173-88.

Ozbay F, Johnson DC, Dimoulas E, Morgan CA, Charney D, Southwick S. 2007.

Social support and resilience to stress : From neurobiology to clinical practice.

Psychiatry. 4(5):35–40.

Rosland AM, Piette JD, Lyles CR, Parker MM, Moffet HH, Adler NE, et al. 2013.

Page 54: DUKUNGAN KELUARGA MISKIN PERKOTAAN PADA PASIEN …digilib.unila.ac.id/55358/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3 Kota Batam pada tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) di

63

Social support and lifestyle vs. medical diabetes self management in the diabetes

study of Northern California (DISTANCE). Ann Behav Med. 48(3):438–47.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, et al.

2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing.

Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, Soewondo P, Suastika K, Manaf A, et al.

2015. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia

2015. Jakarta: PB PERKENI.

Thoits PA. 2010. Stress and health : major findings and policy implications.

Journal of Health and Social Behavior. 51(Special Issue):41-53.

Wethington E, Kessler RC. 1986. Perceived support, received support, and

adjustment to stressful life events. Journal of Health and Social Behavior.

27(1):78-89.

WHO. 2006. Definition and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate

hyperglycaemia. Jenewa: World Health Organization.

WHO. 2016. Global report on diabetes. Jenewa: World Health Organization.

Vest BM, Kahn LS, Danzo A, Berhalter LT, Schuster RC, Karl R, et al. 2013.

Diabetes self-management in a low-income population: impacts of social support

and relationships with the health care system. Chronic Illness. 9(2):145-55.

Wijayanti Y. 2015. Dukungan keluarga bagi penderita diabetes melitus tipe dua

[skripsi]. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Yusra A. 2011. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

diabetes melitus tipe 2 di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati Jakarta [tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Yusuf AM. 2014 Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan penelitian

gabungan. Padang: Prenadamedia Group.