dr.kahar tjandra,sp.pk
DESCRIPTION
Profil Medical EnterpreneurTRANSCRIPT
Nama : Istiqomah Katin
NPM : H1A013041
KAHAR TJANDRA
Biodata Singkat
Nama : dr.Kahar Tjandra ,Sp.PK
TTL : Padang, Sumatera Barat, 24 September 1929
Alamat : Simprug Garden
Nama Orang Tua : Hardi Sjarif dan Noviar Sjarif
Nama Istri : Evy Tjandra
Nama Anak : Nancy, Nanny, dan Lynda
Nama Perusahaan :
PT Mahakam Beta Farma yang memproduksi betadine
Hotel Gran Mahakam
Apotek Mahakam
Yayasan dr.Kahar Tjandra
Museum Graha Mahakam
Toko Kue Le Gourmet
Laboratorium Klinik Utama
Johar Exclusive Clinic
PT Daya Muda Agung yang bergerak di bidang distributor obat dan snack
PT Garis Kreasi Hijau yang mengerjakan percetakan kardus untuk toko
kuenya
Production house untuk mendokumentasikan acara-acara di Hotel Gran
Mahakam
PT Beta Gasindo Agung (BGA) yang memproduksi gas untuk kebutuhan
medis
PT Inkenas Agung yang meluncurkan saus, sirup, kecap, dan vetsin.
Kahar Tjandra lahir di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 24
September 1929. Dia merupakan seorang pengusaha dan dokter asal Indonesia.
Dia adalah anak dari pasangan Hardi Sjarif dan Noviar Sjarif.
Tjandra dibesarkan di Sawahlunto oleh kedua orangtuanya. Ia bersekolah
hingga kelas 7, sempat terhenti sebelum kemudian menamatkannya di sekolah
Jepang. Karena tidak ada SMP di kota kecil itu, ia pun bertani, memelihara ayam,
membuat tambak ikan, dan menjual hasilnya. ia juga sempat membantu
orangtuanya dengan mengumpulkan urine untuk pupuk sayur hingga berdagang es
keliling.
"Dulu saya sekolah nyolong-nyolong. Tidak pakai sandal, tidak pakai
sepatu. Belajar dengan lampu 15 watt. Saya nyolong beras di rumah untuk dijual
dan dipakai bayar sekolah," kata Kahar Tjandra.
Tahun 1948, ia diantarkan ayahnya ke Padang untuk melanjutkan sekolah
SMP dan dititipkan di rumah neneknya. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri
di tambang batu bara. Gajinya pas-pasan.
"Saya ditinggal ayah saya di Padang dan tidak pernah diberi uang. Baju
setahun cuma punya satu saja. Di Padang ini saya banyak belajar. Saya punya
dua nenek. Yang satu inovatif dan satunya lagi sangat hemat," tutur Kahar
Tjandra.
Di belakang rumah neneknya ada kebun sangat luas. Ada pohon pisang
dan kelapa di sana. Ia menjual buah pisang dan daunnya, juga buah kelapa,
dengan gerobak dorong. Kacang asin dan cuka juga ia jual.
Ketika masuk SMA, ia memilih sekolah di Jakarta. Ayahnya meminta
dipindahkan tugas ke Jakarta untuk menemaninya. Pada masa SMA pun, Tjandra
juga masih berjualan. Ia berjualan skuter.
"Waktu SMA saya nyatut-nyatut skuter. Saya pesan, beli tiga skuter. Uang
mukanya cuma 1/10. Enam bulan kemudian kalau pesanan sudah datang
harganya langsung naik. Lalu saya jual suratnya. Dua skuter saya jual, yang satu
saya dapat gratis. Saya pulang bawa skuter, orangtua tidak berani tanya dari
mana saya dapat motor," ujar Tjandra.
Waktu kuliah di FKUI, ia terus berdagang.
"Kami kompak lima orang. Kuliahnya cepat sekali, satu kuliah bisa satu
buku tulis. Catatan kami biasanya bolong-bolong. Tetapi, karena kami lima
orang, maka bisa saling melengkapi. Lalu saya buat diktatnya. Orang lain
belajar, saya jual diktat stensilan pakai kertas merang," ucap Tjandra yang juga
sempat menjual buku-buku kedokteran.
Sejak kecil cita-citanya menjadi arsitek. Namun, karena jurusan arsitektur
ada di ITB Bandung, ia batal kuliah arsitek. Karena di Jakarta yang paling top dan
bergengsi saat itu adalah kedokteran, maka masuklah Kahar Tjandra ke FKUI.
"Saya melakukan sesuatu itu harus jadi. Jadi, saya ngotot belajar untuk
jadi dokter meskipun belajarnya pengin nangis," kata Tjandra yang setelah lulus
kedokteran melanjutkan spesialisasi laboratorium.
Semangat juang sang dokter agaknya bolehlah kita istilahkan, ‘tak pernah
lekang dibakar panas situasi dan tak lapuk diguyur hujan kecewa’ inilah yang
akhirnya mengantar ia menjadi Dokter pada tahun 1960 dari Universitas
Indonesia.
Setelah lulus kedokteran, ia melanjutkan spesialisasi laboratorium yakni
spesialis patologi klinik. Dia sempat menjadi dokter Departemen Kesehatan, lalu
masuk wajib militer dan menjadi dokter berpangkat letnan satu di Resimen Para
Komando Angkatan Darat (RPKAD/sekarang Koppasus). Setelah itu, ia berkarya
di RSCM Cipto Mangunkusumo selama 20 tahun sembari mengajar di FKUI.
"Pagi jam enam saya praktik di rumah, jam tujuh ke RSCM. Siang kerja di
BNI. Sore buka praktik di Palmerah. Malam masih dapat panggilan ke rumah
pasien," kenang Tjandra.
KELUARGA
dr. Kahar Tjandra mempunyai seorang istri yang bernama eva, dan
mempunyai tiga orang anak yang bernama: Nancy, Nanny, dan Lynda. Dan sudah
memiliki tiga orang cucu.
“Saya ini royal pada orang lain, istri dan anak-anak, tapi sama diri
sendiri pelit banget,” ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Tak heran, ia sangat terkesan dengan hadiah dari istrinya pada hari ulang tahunnya
yang ke-75, sebuah Mercedes-Benz Sport untuk dua penumpang.
Semua barang yang melekat di tubuhnya, tutur Tjandra, adalah pemberian
istri dan anak-anaknya. Sebutlah, sepatu, kemeja, celana, kacamata, ponsel Nokia
Communicator 9300, sampai jam tangan warna abu-abu metalik merek A Lange
& Sohne seharga Rp 200 juta. “Kalau tidak, saya akan terus pakai baju atau
sepatu yang lama meskipun sudah bolong,” katanya. Diceritakan Tjandra, suatu
hari sang istri membuang sepatunya yang sudah bolong. Tak lama Tjandra
mengambilnya kembali, tapi begitu ketahuan, dibuang kembali oleh istrinya, Evy
Tjandra. Mengecat sepatu yang sudah pudar warnanya pun pernah dilakoni
Tjandra.
Tjandra menyadari regenerasi dan profesionalisme harus ia persiapkan dari
sekarang. Saat ini ketiga putrinya telah lulus dari University of Southern
California, Los Angeles, Amerika Serikat, masing-masing di bidang keuangan,
engineering dan pemasaran. “Lengkap deh penerus saya,” katanya sambil tertawa
bangga. Anak-anak rencananya hendak ditempatkan di grup controller dan hanya
bertugas memantau. Sementara jabatan presdir di masing-masing anak usaha
kemungkinan besar bakal diserahkan ke tangan profesional.
Dalam berbisnis, lanjut Tjandra, yang utama adalah kesuksesannya. Bukan
uangnya.
BISNIS
dr. Tjandra memulai menceritakan perjalanan awal bisnisnya dengan
menyebutkan beberapa keanehan yang terjadi. “Tidak ada bisnis yang saya cari,
semua orang atau kawan- kawan yang membawa bisnis itu untuk saya jalankan.
Aneh tapi nyata, semua lancar dan sukses.”, ujar beliau penuh semangat.
Karir saya di mulai dengan membuka praktek sebagai dokter
umum di
kawasan Palmerah, Jakarta Barat pada tahun 1967. Saya mencintai pekerjaan
ini dan pasien saya cukup banyak. Namun ada dua hal yang selalu mengusik
batin saya.
Pertama, bila saya mendengar keluhan pasien tentang betapa
sulitnya
mendapatkan obat di pasaran. Kedua, saya selalu mempertanyakan masa
depan seorang dokter. Saya beranggapan bahwa karir seorang dokter sangat
mudah ditebak. Sedang di sisi lain, saya merasa mempunyai cukup energi
untuk berbuat lebih banyak lagi.
Kedua hal ini saya ungkapkan pada istri saya. Sebagai orang yang
berlatar
belakang pendidikan farmasi, dia betul-betul memahami panggilan batin saya.
Akhirnya kami sepakat untuk mendirikan sebuah apotik yang menyediakan
obat-obatan yang lengkap. Dan untuk jangka panjang kami berencana kelak
memproduksi obat-obatan sendiri.
Usaha ini kami awali dengan mempekerjakan 10 orang karyawan
belum
terlatih dengan turnover 32 juta rupiah per tahun. Pada waktu itu kami tinggal
di Jalan Mahakam No.6 dan kami menyulap ruang tamu menjadi ruang
Apotik itu terjadi enam tahun setelah kami menikah. Kemudian kami beri nama
Apotik Mahakam pada apotik pertama kami ini, agar orang mudah
mengingatnya.
Enam tahun mengalami kesulitan hidup soal ekonomi, sejak adanya apotek
Tjandra dan istri tidak lagi kesulitan keuangan.”Saya sebutkan masa ini dengan
istilah habis gelap terbitlah terang dan angka 6 adalah angka keberuntungan
kami.”, sambungnya.
Sejak tahun 1967 sampai tahun 1990, rata- rata setiap satu setengah tahun
dr.Tjandra mendirikan perusahan baru dan selama 23 tahun tersebut telah lahir 15
perusahan. Bisnis utama dr.Tjandra adalah Betadine yang dirintisnya sejak 30
tahun yang lalu dengan kantor yang luasnya hanya 100 m persegi. Ruangan kecil
itu digunakan untuk dua perusahan, pembuat dan penyalur Betadine
dengan 4 karyawan dan 1 detailmen.
Awal keterlibatannya dalam memproduksi Betadine karena
ditodong teman wartawannya. Ketika itu si teman mengenalkan
Tjandra pada pemilik lisensi Betadine, Mundipharma AG-
Switzerland. Akhirnya Tjandra mau berkongsi dengan temannya itu.
Tepat pada 20 Desember 1977, ia mendirikan PT Mahakam Beta
Pharma yang mulai berproduksi tahun 1980.
Sayang, lantaran si teman tidak bisa berbisnis akhirnya ia menjual seluruh
sahamnya ke Tjandra. Begitu pula dengan bisnis kecap, saus dan sirupnya yang
berada di bawah payung PT Inkenas Agung. Ketika itu Tjandra ditawari temannya
untuk membuka pabrik kecap. Namun lantaran temannya tidak bisa mengelola,
akhirnya seluruh sahamnya dibeli Tjandra.
“Waktu itu, tidak ada penguasaha yang berani mengambil hak produksi
Betadine di Indonesia, tapi karena saya yakin karena pesawat Apollo saja
membawa Betadine ke luar angkasa, maka saya bertekad memasarkannya di
Indonesia.”, demikian beliau mengisahkan. Di tangan dr.Tjandra produk ini
mengalami kemajuan pesat. Saat ini Perusahaan pembuat Betadine ini sudah
berkembang dan mempekerjakan 1500 karyawan serta 450 detailman. Luas
pabrik, gudang dan kantor menjadi 20.000 meter persegi.
Di bisnis perhotelan, dr.Tjandra memulainya dari rumah pertamanya di
jalan Mahakam No. 6. Perlahan-lahan dr.Tjandra membeli rumah-rumah
tetangganya yang sederet. Strategi yang dilakukan dr.Tjandra dan istri adalah
dengan membangun rumah baru sebagai pengganti rumah tetangga yang hendak
dibeli. Proses ini memakan waktu 30 tahun sampai akhirnya dr.Tjandra memilki
delapan rumah berderet yang kemudian mereka jadikan hotel yang cukup terkenal,
Hotel Grand Mahakam. Pada tahun 2012 dr.Tjandra mendapatkan awards sebagai
pimpinan boutique hotel terbaik di Indonesia oleh Indonesia Travel Business
Awards 2012, kemudian pada Oktober-Desember 2013 hotel kami menjadi finalis
untuk dinobatkan sebagai bisnis hotel terbaik. “Finalisnya adalah hotel Ritz
Carlton di Devender Colorado dan Hotel Gran Mahakam di Indonesia milik
saya”, ungkapnya dengan penuh semangat.
Di luar bisnis itu, ia menggeluti berbagai bidang usaha lain. Sebutlah,
bisnis kue Le Gourmet;Laboratorium Klinik Utama; Johar Exclusive Clinic; PT
Daya Muda Agung yang bergerak di bidang distributor obat dan snack; PT Garis
Kreasi Hijau yang mengerjakan percetakan kardus untuk toko kuenya; production
house untuk mendokumentasikan acara-acara di Hotel Gran Mahakam; PT Beta
Gasindo Agung (BGA) yang memproduksi gas untuk kebutuhan medis; serta PT
Inkenas Agung yang meluncurkan saus, sirup, kecap, dan vetsin. Adapun total
karyawannya berkisar 2-3 ribu orang.
Tjandra tak bisa menutupi kebanggaannya. Gas-gas medis milik BGA,
lanjutnya, memiliki pangsa pasar hingga 80%.
Kue sus keju buatan Le Gourmet diklaim sangat digemari SBY dan
Megawati. Lalu, pabrik makanannya kini memiliki klien makloon seperti
Ajinomoto, Matahari dan CNI. Pabrik ini juga mengeluarkan merek kecap Maya,
sirup Teesy, dan cuka Prima. “Produksi sirup saja sudah mencapai 2 juta botol
per tiga bulan, belum yang lainnya,” ujar Tjandra seraya menerangkan bahwa ia
selalu memilih nama dan menggambar logo sendiri perusahaannya.
Kini diusianya yang sudah lebih dari empatperlima abad, beliau ingin
membaktikan diri untuk orang lain. Dari pabrik dan perusahaannya ia menghidupi
ratusan ribu orang (karyawan dan keluarga mereka). Baktinya pada sesama ia
wujudkan dengan mendirikan Yayasan dr. Kahar Tjandra pada tahun 1995.
Yayasan ini memberikan beasiswa kepada mahasiswa kedokteran kurang mampu
dalam ekonomi tapi memiliki kemampuan akademik yang baik. Sekarang sudah
130 anak asuh mahasiswa kedokteran yang mendapat beasiswa darinya. Dari
seluruhnya sudah 100 orang lulus menjadi dokter, dan puluhan lainnya sedang
mengikuti pendidikan dokter spesialis. “Saat ini sudah 25 orang telah menjadi
dokter spesialis dan sisanya sedang menempuh program doktoral kedokteran.”,
demikian dipaparkannya dengan penuh rasa puas dan bangga. Bakti pada sesama
yang dilakukan dr.tjandra sungguh luar biasa. Ia mengungkapkan, “Kebahagiaan
itu tak bisa diukur dengan uang atau membanding-bandingkan kekayaan kita
dengan orang lain, tapi bagaimana kita berusaha untuk membuat orang lain
berhasil karena bantuan kita.”
Disela-sela diskusi di museum pribadinya di Graha Mahakam beliau
berpesan, ”Adik-adik dapat melihat bahwa untuk mencapai keberhasilan ada
beberapa kriteria yaitu : Love God, bekerja keras dan konsisten, ulet, bila gagal
tetap diteruskan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan, banyak teman jadikan
sebagai networking, membuktikan kejujuran kita dan terus berinovasi.” Sambil
memamerkan obat malaria terbaru yang segera diluncurkannya ia berpesan, ”Kita
harus berani mengambil resiko bila sudah mempertimbangkan dengan baik,
jangan memikirkan untuk mencari uang tetapi berpikirlah untuk berhasil.
Kerjakan yang kita sukai agar kita tak bosan dan lelah. Anggaplah usaha kita
sebagai anak kecil yang asik bermain dengan mainannya. Jauhkan stress, karena
itu hanya akan mendatangkan penyakit.”
dr. Kahar Tjandra mengungkapkan rahasia pribadinya menjadi sukses
adalah berkat falsafah LUCKY yang diyakininya . Kata itu ia jabarkan dari LOVE
TO GOD yakni seseorang itu harus memiliki kecintaan terhadap Tuhan dan taat
kepada semua perintah-Nya. Kemudian, UNDERSTANDING yakni seseorang
harus memiliki pemahaman terhadap bisnis yang dijalankannya. Menyusul
selanjutnya, CONNECTION yaitu seseorang perlu memiliki hubungan yang baik
dengan kalangan pemerintah dan relasi bisnis. Lalu, KNOWLEDGE yakni dalam
menjalankan bisnis seseorang perlu memiliki pengetahuan yang mencukupi. Dan
hasil akhir dari kesemuanya itu berupa YIELD yakni keuntungan dari bisnis yang
dijalankannya.