draft proposal _ nilai manfaat hasil hutan sebagai kompensasi terhadap penurunan karbon
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara beriklim tropis, memilki hutan yang luasannya
menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo (FWI 2001).
FWI (2001) juga menyatakan bahwa keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan
di Indonesia juga terbilang tinggi, meliputi 11 persen spesies tumbuhan dunia, 10
persen spesies mamalia, dan 16 persen spesies burung. Marispatin et al. (2010)
menyatakan bahwa hutan memiliki manfaat langsung berupa : kayu, hasil hutan non
kayu, dan satwa; serta manfaat tidak langsung berupa jasa lingkungan sebagai
pengatur tata air, fungsi estetika, juga penyedia oksigen dan penyerap karbon.
Melihat potensi manfaat yang begitu besar dari sumberdaya hutan di Indonesia,
maka sektor kehutanan menjadi salah satu sektor penghasil sumber devisa untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi regional (Saputro 2010). Hutan memiliki manfaat
nyata bagi kehidupan generasi sekarang dan mendatang, sehingga kesalahan dalam
pengelolaannya akan berdampak terhadap kehidupan generasi mendatang. Oleh
karena itu dalam pengelolaannya, hutan harus dilihat sebagai satu kesatuan dengan
lingkungannya dan didasarkan atas asas-asas ekologi, agar kelestarian, keserasian
dan keseimbangan lingkungan dapat terpelihara (Soerianegara 1996).
Pengelolaan hutan berdasarkan Undang-Undang (UU) No 41 Tahun 1999
tentang kehutanan, meliputi salah satunya adalah pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan (pasal 21). Adapun tujuan dari pemanfaatan hutan
tersebut adalah untuk memperoleh manfaat optimal bagi kesejahteraan seluruh
masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya. Arief (2001)
menyatakan, hutan di Indonesia berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK),
tersebar di berbagai pulau, secara nasional peruntukannya dibagi menjadi : hutan
lindung, hutan konservasi, dan hutan produksi.
Pemanfaatan kawasan hutan menurut UU No 41 Tahun 1999, dapat dilakukan
pada semua kawasan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba
pada taman nasional. Pada hutan lindung pemanfaatan yang dapat dilakukan adalah
pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan non kayu.
Sementara pada hutan produksi, pemanfaatan yang dapat dilakukan berupa
pemanfaatan hasil hutan kayu sebagai manfaat utama.
2
Menurut FWI (2001), hutan Indonesia memiliki simpanan karbon sangat besar
(+ 3,5 miliar ton), yang diprakirakan berasal dari jumlah total vegetasi hutan di
Indonesia yang berkisar lebih dari 14 miliar ton biomassa atau setara dengan + 20
persen biomassa di seluruh hutan tropis Afrika. Seiring dengan meningkatnya
perubahan penutupan hutan akibat dari adanya kegiatan pemanfaatan hutan,
Indonesia dikhawatirkan telah menghasilkan karbon lebih banyak dibanding
menyimpan karbon dan memberikan andil terhadap pemanasan global (FWI 2001).
Padahal perubahan penutupan hutan berupa pemanfaatan hasil hutan (kayu) atau
konversi hutan untuk hutan tanaman atau kebun tidak akan menghasilkan karbon,
selama tidak ada proses pembakaran dalam kegiatan pemanfaatan atau konversi
tersebut.
Negara maju sebagai penghasil emisi karbon terbesar, dalam kegiatan
penggundulan dan konversi hutannya selama ini tidak menghasilkan emisi CO2,
adapun emisi tersebut dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil (BBF)
untuk keperluan industri dan rumah tangga, serta asap kendaraan bermotor
(Soemarwoto 1991). Kalaupun terdapat emisi yang dihasilkan dari kegiatan
pemanfaatan hasil hutan atau konversi lahan, menurut Soemarwoto (1991) emisi
tersebut dapat diikat kembali oleh hutan yang tumbuh dan tataguna lahan yang baru.
Oleh karena itu adanya pernyataan “emisi CO2 yang bersumber dari konversi
hutan”, bersifat tidak adil dan dapat menimbulkan kesulitan pada negara berkembang
sehingga dapat mempengaruhi laju pembangunan di negara bersangkutan
(Soemarwoto 1991). Berdasarkan itu maka pembangunan hutan harus dilakukan
secara lestari dan berkelanjutan untuk mencapai satu atau lebih tujuan pengelolaan,
meliputi produksi dari hasil dan jasa hutan tanpa banyak menyebabkan penurunan nilai
dan produktivitas, serta pengaruh merugikan terhadap lingkungan fisik dan sosial
(Soerianegara 1996).
1.2. Kerangka Pemikiran
Hutan alam maupun hutan tanaman pada dasarnya sama-sama memberikan
manfaat secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat digunakan sebagai
modal pembangunan. Kegiatan pemanfaatan hutan secara langsung mengakibatkan
perubahan luas tutupan hutan. Pengelolaan yang kurang baik terhadap hutan,
membuat kegiatan pemanfaatan hutan seringkali mengarah pada degradasi yang
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan kemampuan penyerapan karbon pada
hutan.
3
Seiring dengan berkembangnya isu pemanasan global, perhatian terhadap
keberlanjutan hutan pun menjadi tinggi, sehingga muncullah skema-skema
internasional yang bermaksud untuk membatasi pemanfaatan guna melestarikan
manfaat hutan itu sendiri. Akan tetapi pada sisi lain sebagai modal pembangunan,
hutan memang harus dimanfaatkan. Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka
kerangka pemikiran dari penelitian ini secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
1.3. Perumusan Masalah
FWI (2001) menyatakan bahwa deforestasi telah menjadi masalah penting di
Indonesia sejak awal tahun 1970, yaitu ketika dimulainya penebangan hutan besar-
besaran secara komersial, yang mulanya bertujuan untuk mengembangkan sistem
produksi kayu jangka panjang namun ternyata mengarah pada degradasi hutan. Hasil
Hutan alam Hutan tanaman
Manfaat langsungHasil hutan
Manfaat tidak langsungPenyerapan karbon
Perubahan luas tutupan hutan
Perubahan kemampuan penyerapan karbon
Kontribusi terhadap perekonomian
1. Memantau perubahan luas tutupan hutan alam/konversi hutan tanaman2. Membandingkan kandungan karbon pada hutan alam dan tanaman3. Mengidentifikasi manfaat hutan tanaman terhadap perekonomian lokal
Alternatif kebijakanPembangunan hutan berkelanjutan
Penurunan kandungan karbon dibandingkan
hutan tanaman
4
pemetaan tutupan hutan pada tahun 1999 oleh Pemerintah Indonesia dengan bantuan
World Bank menyimpulkan laju deforestasi rata-rata hingga tahun 1997 mencapai 1,7
juta ha. Berdasarkan kecenderungan deforestasi tersebut, maka hutan-hutan di
Indonesia sempat dikhawatirkan akan lenyap pada tahun 2005-2010.
Namun pada kenyataannya berdasarkan statistik kehutanan (2010), tutupan
hutan di Indonesia meningkat dari 52.557.000 ha pada tahun 2000 menjadi 91.098.100
ha pada tahun 2010, bahkan laju deforestasi di Indonesia pun menurun dari 1.174.068
ha pada tahun 2006 menjadi 832.126,9 ha pada tahun 2009. Adapun yang menurun
dari hutan di Indonesia adalah luas kawasannya dari 133.453.366,98 ha pada tahun
2009 menjadi 130.609.014,98 ha pada tahun 2010, dengan penurunan luas kawasan
lebih rinci terjadi pada Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi untuk Konversi (HPK)
(Dephut 2010). Ini menunjukkan bahwa kekhawatiran global terhadap lenyapnya hutan
Indonesia tidak dapat dibuktikan.
Kekhawatiran lainnya yang muncul seiring dengan perubahan tutupan hutan
adalah terjadinya peningkatan emisi karbon di atmosfer, sehingga dapat mempercepat
terjadinya pemanasan global. Padahal seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
emisi karbon pada dasarnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil
(BBF) untuk keperluan rumah tangga dan industri, serta asap kendaraan bermotor.
Berdasarkan itu maka yang lebih tepat dikhawatirkan sebenarnya adalah kemungkinan
terjadinya penurunan kapasitas penyimpanan karbon, karena konsentrasi karbon di
atmosfer dapat berkurang melalui proses alami berupa fotosintesis. Sehingga semakin
banyak biomassa hijau, maka semakin banyak pula fotosintesis terjadi dan CO2 yang
terikat atau tersimpan juga semakin meningkat (Soemarwoto 1991).
Salah satu kegiatan yang seringkali dianggap menyebabkan terjadinya
perubahan tutupan hutan adalah pemanfaatan hutan alam dengan status Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) atau kegiatan konversi hutan menjadi Hutan Tanaman
Industri (HTI). Kegiatan pemanfaatan HPH dan HTI secara langsung mempengaruhi
kemampuan hutan dalam hal penyerapan karbon, seiring dengan adanya isu
pemanasan global maka kegiatan pemanfaatan tersebut dinilai sebagai penyebab
deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia yang meningkatkan emisi CO2. Satu sisi
perluasan HTI memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun
pada sisi lain juga menyebabkan degradasi terhadap lingkungan (Rochmayanto 2009).
Kontribusi sektor kehutanan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2009 meningkat
menjadi Rp 45.119,6 milyar dari sebelumnya Rp 40.375,1 milyar pada tahun 2008
5
(BPS 2012). Namun jika dilihat dari perkembangan ekspor hasil hutan, pulp sebagai
produk hasil dari HTI mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi senilai US$
867,24 juta dari sebelumnya US$ 1,42 milyar pada tahun 2008. Ini terjadi karena
adanya penurunan volume ekspor sebesar + 371,81 juta kg dari tahun 2008 – 2009,
sejalan dengan terjadinya penurunan produksi pulp dari 4,78 juta ton pada tahun 2008
menjadi 4,69 juta ton pada tahun 2009 (Kementerian Kehutanan 2010).
Ini juga sejalan dengan adanya penurunan pembangunan HTI, dimana pada
tahun 2008 luas tanaman yang dibangun seluas 305.465 ha menurun pada tahun 2009
menjadi 279.959 ha dari total luasan HTI yang telah ditetapkan seluas 8,67 juta ha
(Kementerian Kehutanan 2010). Ini menunjukkan pembangunan hutan (dalam hal ini
HTI) masih belum optimal, ditambah lagi dengan adanya isu pemanasan global
mempersulit HTI untuk dapat berkembang. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka
terdapat beberapa permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana kecenderungan luas tutupan hutan alam/konversi hutan tanaman
berubah? Berapa besar luasan yang dialokasikan dinas kehutanan setempat dan
yang terealisasi di lapangan, dengan mengambil studi kasus pada satu kawasan
hutan di Indonesia ?
2. Berapa besar karbon yang tersimpan pada hutan alam dan hutan tanaman,
apakah terdapat perbedaan atau selisih ?
3. Berdasarkan perbedaan atau selisih kandungan karbon pada hutan alam dan
hutan tanaman, maka apakah terdapat manfaat lain yang dihasilkan hutan
tanaman terhadap perekonomian lokal ?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melihat besar prosentase penurunan
kemampuan penyerapan karbon akibat kegiatan konversi hutan alam (HPH) menjadi
hutan tanaman (HTI), dimana untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa hal
yang perlu dikaji, antara lain :
1. Memantau perubahan luas tutupan hutan alam/konversi hutan tanaman
2. Mengestimasi dan membandingkan kandungan karbon yang tersimpan pada
hutan alam dan tanaman.
3. Mengidentifikasi manfaat yang dihasilkan hutan tanaman terhadap
perekonomian lokal, sebagai bentuk kompensasi dari penurunan kemampuan
penyerapan karbon.