draft proposal _ nilai manfaat hasil hutan sebagai kompensasi terhadap penurunan karbon

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis, memilki hutan yang luasannya menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo (FWI 2001). FWI (2001) juga menyatakan bahwa keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan di Indonesia juga terbilang tinggi, meliputi 11 persen spesies tumbuhan dunia, 10 persen spesies mamalia, dan 16 persen spesies burung. Marispatin et al. (2010) menyatakan bahwa hutan memiliki manfaat langsung berupa : kayu, hasil hutan non kayu, dan satwa; serta manfaat tidak langsung berupa jasa lingkungan sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, juga penyedia oksigen dan penyerap karbon. Melihat potensi manfaat yang begitu besar dari sumberdaya hutan di Indonesia, maka sektor kehutanan menjadi salah satu sektor penghasil sumber devisa untuk menunjang pertumbuhan ekonomi regional (Saputro 2010). Hutan memiliki manfaat nyata bagi kehidupan generasi sekarang dan mendatang, sehingga kesalahan dalam pengelolaannya akan berdampak terhadap kehidupan generasi mendatang. Oleh karena itu dalam pengelolaannya, hutan harus dilihat sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya dan didasarkan atas asas-asas ekologi, agar kelestarian, keserasian dan keseimbangan lingkungan dapat terpelihara (Soerianegara 1996). Pengelolaan hutan berdasarkan Undang-Undang (UU) No 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, meliputi salah satunya adalah pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan (pasal 21). Adapun tujuan dari pemanfaatan hutan tersebut adalah untuk

Upload: andini-tribuana-tunggadewi

Post on 02-Aug-2015

116 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DRAFT PROPOSAL _ Nilai Manfaat Hasil Hutan sebagai Kompensasi Terhadap Penurunan Karbon

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara beriklim tropis, memilki hutan yang luasannya

menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo (FWI 2001).

FWI (2001) juga menyatakan bahwa keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan

di Indonesia juga terbilang tinggi, meliputi 11 persen spesies tumbuhan dunia, 10

persen spesies mamalia, dan 16 persen spesies burung. Marispatin et al. (2010)

menyatakan bahwa hutan memiliki manfaat langsung berupa : kayu, hasil hutan non

kayu, dan satwa; serta manfaat tidak langsung berupa jasa lingkungan sebagai

pengatur tata air, fungsi estetika, juga penyedia oksigen dan penyerap karbon.

Melihat potensi manfaat yang begitu besar dari sumberdaya hutan di Indonesia,

maka sektor kehutanan menjadi salah satu sektor penghasil sumber devisa untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi regional (Saputro 2010). Hutan memiliki manfaat

nyata bagi kehidupan generasi sekarang dan mendatang, sehingga kesalahan dalam

pengelolaannya akan berdampak terhadap kehidupan generasi mendatang. Oleh

karena itu dalam pengelolaannya, hutan harus dilihat sebagai satu kesatuan dengan

lingkungannya dan didasarkan atas asas-asas ekologi, agar kelestarian, keserasian

dan keseimbangan lingkungan dapat terpelihara (Soerianegara 1996).

Pengelolaan hutan berdasarkan Undang-Undang (UU) No 41 Tahun 1999

tentang kehutanan, meliputi salah satunya adalah pemanfaatan hutan dan

penggunaan kawasan hutan (pasal 21). Adapun tujuan dari pemanfaatan hutan

tersebut adalah untuk memperoleh manfaat optimal bagi kesejahteraan seluruh

masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya. Arief (2001)

menyatakan, hutan di Indonesia berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK),

tersebar di berbagai pulau, secara nasional peruntukannya dibagi menjadi : hutan

lindung, hutan konservasi, dan hutan produksi.

Pemanfaatan kawasan hutan menurut UU No 41 Tahun 1999, dapat dilakukan

pada semua kawasan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba

pada taman nasional. Pada hutan lindung pemanfaatan yang dapat dilakukan adalah

pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan non kayu.

Sementara pada hutan produksi, pemanfaatan yang dapat dilakukan berupa

pemanfaatan hasil hutan kayu sebagai manfaat utama.

Page 2: DRAFT PROPOSAL _ Nilai Manfaat Hasil Hutan sebagai Kompensasi Terhadap Penurunan Karbon

2

Menurut FWI (2001), hutan Indonesia memiliki simpanan karbon sangat besar

(+ 3,5 miliar ton), yang diprakirakan berasal dari jumlah total vegetasi hutan di

Indonesia yang berkisar lebih dari 14 miliar ton biomassa atau setara dengan + 20

persen biomassa di seluruh hutan tropis Afrika. Seiring dengan meningkatnya

perubahan penutupan hutan akibat dari adanya kegiatan pemanfaatan hutan,

Indonesia dikhawatirkan telah menghasilkan karbon lebih banyak dibanding

menyimpan karbon dan memberikan andil terhadap pemanasan global (FWI 2001).

Padahal perubahan penutupan hutan berupa pemanfaatan hasil hutan (kayu) atau

konversi hutan untuk hutan tanaman atau kebun tidak akan menghasilkan karbon,

selama tidak ada proses pembakaran dalam kegiatan pemanfaatan atau konversi

tersebut.

Negara maju sebagai penghasil emisi karbon terbesar, dalam kegiatan

penggundulan dan konversi hutannya selama ini tidak menghasilkan emisi CO2,

adapun emisi tersebut dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil (BBF)

untuk keperluan industri dan rumah tangga, serta asap kendaraan bermotor

(Soemarwoto 1991). Kalaupun terdapat emisi yang dihasilkan dari kegiatan

pemanfaatan hasil hutan atau konversi lahan, menurut Soemarwoto (1991) emisi

tersebut dapat diikat kembali oleh hutan yang tumbuh dan tataguna lahan yang baru.

Oleh karena itu adanya pernyataan “emisi CO2 yang bersumber dari konversi

hutan”, bersifat tidak adil dan dapat menimbulkan kesulitan pada negara berkembang

sehingga dapat mempengaruhi laju pembangunan di negara bersangkutan

(Soemarwoto 1991). Berdasarkan itu maka pembangunan hutan harus dilakukan

secara lestari dan berkelanjutan untuk mencapai satu atau lebih tujuan pengelolaan,

meliputi produksi dari hasil dan jasa hutan tanpa banyak menyebabkan penurunan nilai

dan produktivitas, serta pengaruh merugikan terhadap lingkungan fisik dan sosial

(Soerianegara 1996).

1.2. Kerangka Pemikiran

Hutan alam maupun hutan tanaman pada dasarnya sama-sama memberikan

manfaat secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat digunakan sebagai

modal pembangunan. Kegiatan pemanfaatan hutan secara langsung mengakibatkan

perubahan luas tutupan hutan. Pengelolaan yang kurang baik terhadap hutan,

membuat kegiatan pemanfaatan hutan seringkali mengarah pada degradasi yang

kemudian menyebabkan terjadinya perubahan kemampuan penyerapan karbon pada

hutan.

Page 3: DRAFT PROPOSAL _ Nilai Manfaat Hasil Hutan sebagai Kompensasi Terhadap Penurunan Karbon

3

Seiring dengan berkembangnya isu pemanasan global, perhatian terhadap

keberlanjutan hutan pun menjadi tinggi, sehingga muncullah skema-skema

internasional yang bermaksud untuk membatasi pemanfaatan guna melestarikan

manfaat hutan itu sendiri. Akan tetapi pada sisi lain sebagai modal pembangunan,

hutan memang harus dimanfaatkan. Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka

kerangka pemikiran dari penelitian ini secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

1.3. Perumusan Masalah

FWI (2001) menyatakan bahwa deforestasi telah menjadi masalah penting di

Indonesia sejak awal tahun 1970, yaitu ketika dimulainya penebangan hutan besar-

besaran secara komersial, yang mulanya bertujuan untuk mengembangkan sistem

produksi kayu jangka panjang namun ternyata mengarah pada degradasi hutan. Hasil

Hutan alam Hutan tanaman

Manfaat langsungHasil hutan

Manfaat tidak langsungPenyerapan karbon

Perubahan luas tutupan hutan

Perubahan kemampuan penyerapan karbon

Kontribusi terhadap perekonomian

1. Memantau perubahan luas tutupan hutan alam/konversi hutan tanaman2. Membandingkan kandungan karbon pada hutan alam dan tanaman3. Mengidentifikasi manfaat hutan tanaman terhadap perekonomian lokal

Alternatif kebijakanPembangunan hutan berkelanjutan

Penurunan kandungan karbon dibandingkan

hutan tanaman

Page 4: DRAFT PROPOSAL _ Nilai Manfaat Hasil Hutan sebagai Kompensasi Terhadap Penurunan Karbon

4

pemetaan tutupan hutan pada tahun 1999 oleh Pemerintah Indonesia dengan bantuan

World Bank menyimpulkan laju deforestasi rata-rata hingga tahun 1997 mencapai 1,7

juta ha. Berdasarkan kecenderungan deforestasi tersebut, maka hutan-hutan di

Indonesia sempat dikhawatirkan akan lenyap pada tahun 2005-2010.

Namun pada kenyataannya berdasarkan statistik kehutanan (2010), tutupan

hutan di Indonesia meningkat dari 52.557.000 ha pada tahun 2000 menjadi 91.098.100

ha pada tahun 2010, bahkan laju deforestasi di Indonesia pun menurun dari 1.174.068

ha pada tahun 2006 menjadi 832.126,9 ha pada tahun 2009. Adapun yang menurun

dari hutan di Indonesia adalah luas kawasannya dari 133.453.366,98 ha pada tahun

2009 menjadi 130.609.014,98 ha pada tahun 2010, dengan penurunan luas kawasan

lebih rinci terjadi pada Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi untuk Konversi (HPK)

(Dephut 2010). Ini menunjukkan bahwa kekhawatiran global terhadap lenyapnya hutan

Indonesia tidak dapat dibuktikan.

Kekhawatiran lainnya yang muncul seiring dengan perubahan tutupan hutan

adalah terjadinya peningkatan emisi karbon di atmosfer, sehingga dapat mempercepat

terjadinya pemanasan global. Padahal seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,

emisi karbon pada dasarnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil

(BBF) untuk keperluan rumah tangga dan industri, serta asap kendaraan bermotor.

Berdasarkan itu maka yang lebih tepat dikhawatirkan sebenarnya adalah kemungkinan

terjadinya penurunan kapasitas penyimpanan karbon, karena konsentrasi karbon di

atmosfer dapat berkurang melalui proses alami berupa fotosintesis. Sehingga semakin

banyak biomassa hijau, maka semakin banyak pula fotosintesis terjadi dan CO2 yang

terikat atau tersimpan juga semakin meningkat (Soemarwoto 1991).

Salah satu kegiatan yang seringkali dianggap menyebabkan terjadinya

perubahan tutupan hutan adalah pemanfaatan hutan alam dengan status Hak

Pengusahaan Hutan (HPH) atau kegiatan konversi hutan menjadi Hutan Tanaman

Industri (HTI). Kegiatan pemanfaatan HPH dan HTI secara langsung mempengaruhi

kemampuan hutan dalam hal penyerapan karbon, seiring dengan adanya isu

pemanasan global maka kegiatan pemanfaatan tersebut dinilai sebagai penyebab

deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia yang meningkatkan emisi CO2. Satu sisi

perluasan HTI memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun

pada sisi lain juga menyebabkan degradasi terhadap lingkungan (Rochmayanto 2009).

Kontribusi sektor kehutanan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2009 meningkat

menjadi Rp 45.119,6 milyar dari sebelumnya Rp 40.375,1 milyar pada tahun 2008

Page 5: DRAFT PROPOSAL _ Nilai Manfaat Hasil Hutan sebagai Kompensasi Terhadap Penurunan Karbon

5

(BPS 2012). Namun jika dilihat dari perkembangan ekspor hasil hutan, pulp sebagai

produk hasil dari HTI mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi senilai US$

867,24 juta dari sebelumnya US$ 1,42 milyar pada tahun 2008. Ini terjadi karena

adanya penurunan volume ekspor sebesar + 371,81 juta kg dari tahun 2008 – 2009,

sejalan dengan terjadinya penurunan produksi pulp dari 4,78 juta ton pada tahun 2008

menjadi 4,69 juta ton pada tahun 2009 (Kementerian Kehutanan 2010).

Ini juga sejalan dengan adanya penurunan pembangunan HTI, dimana pada

tahun 2008 luas tanaman yang dibangun seluas 305.465 ha menurun pada tahun 2009

menjadi 279.959 ha dari total luasan HTI yang telah ditetapkan seluas 8,67 juta ha

(Kementerian Kehutanan 2010). Ini menunjukkan pembangunan hutan (dalam hal ini

HTI) masih belum optimal, ditambah lagi dengan adanya isu pemanasan global

mempersulit HTI untuk dapat berkembang. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka

terdapat beberapa permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana kecenderungan luas tutupan hutan alam/konversi hutan tanaman

berubah? Berapa besar luasan yang dialokasikan dinas kehutanan setempat dan

yang terealisasi di lapangan, dengan mengambil studi kasus pada satu kawasan

hutan di Indonesia ?

2. Berapa besar karbon yang tersimpan pada hutan alam dan hutan tanaman,

apakah terdapat perbedaan atau selisih ?

3. Berdasarkan perbedaan atau selisih kandungan karbon pada hutan alam dan

hutan tanaman, maka apakah terdapat manfaat lain yang dihasilkan hutan

tanaman terhadap perekonomian lokal ?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melihat besar prosentase penurunan

kemampuan penyerapan karbon akibat kegiatan konversi hutan alam (HPH) menjadi

hutan tanaman (HTI), dimana untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa hal

yang perlu dikaji, antara lain :

1. Memantau perubahan luas tutupan hutan alam/konversi hutan tanaman

2. Mengestimasi dan membandingkan kandungan karbon yang tersimpan pada

hutan alam dan tanaman.

3. Mengidentifikasi manfaat yang dihasilkan hutan tanaman terhadap

perekonomian lokal, sebagai bentuk kompensasi dari penurunan kemampuan

penyerapan karbon.