draft promosi kesehatan

Upload: karkunrizal

Post on 11-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kumpulan promosi kesehatan

TRANSCRIPT

Zulazmi MAMDY(Makalah ini masih dalam proses editing, penambahan dan perombakan total, tidak boleh disitasi atau dijadikan referensi, kecuali oleh mahasiswa Urindo yang mengambil mata kuliah Pendidikan Kesehatan di Institusi)

Draft Makalah tentang KONSEP PROMOSI KESEHATAN.

PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN

Pengertian Promosi KesehatanPiagam Ottawa yang dihasilkan pada Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Canada tahun 1986, telah membawa perubahan dalam pengertian dan praktek health promotion atau promosi kesehatan. Piagam ini mendefinisikan Promosi Kesehatan sebagai Proses yang memungkinkan rakyat mengendalikan dan memperbaiki kesehatan mereka. Untuk mencapai kesehatan jasmani, rohani dan social yang sempurna, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan mewujujdkan aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan mampu mengubah atau beradaptasi dengan lingkungan. Pengertian ini kemudian diperbarui menjadi: Proses yang memungkinkan rakyat mengendalikan kesehatan dan determinan-determinannya. Inti dari definisi ini,baik yang berasal dari Ottawa Charter, maupun modifikasinya adalah masyarakat menjalankan perilaku yang menguntungkan kesehatan, baik berupa perilaku pencegahan dan pemeliharaan kesehatan, perilaku memilih dan memperbaiki lingkungan maupun perilaku penggunaan pelayanan kesehatan, bahkan perilaku yang berkenaan dengan aspek genetika dan kependudukan.Definisi Promosi Kesehatan yang dikemukakan oleh Green dan Kreuter (2005) dapat dilihat sebagai operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat konseptual: Promosi kesehatan adalah kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau komunitas Di dalam definisi ini terlihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam kerangka promosi kesehatan.

Pengertian lain yang sering menimbulkan kerancuan.Akan tetapi, walaupun sudah 25 tahun dicanangkan, pengertian yang baru itu belum sepenuhnya dipahami dan dijalankan antara lain seperti terlihat pada buku-buku promosi kesehatan yang ada di Indonesia. Bagi banyak orang, bila membicarakan promosi kesehatan, dalam pikiran mereka akan jatuh pada salah satu dari dua pengertian yang dikenal secara luas, yaitu (1) upaya promotif atau (2) promosi dalam konsep pemasaran. 1.Secara klasik, istilah promosi kesehatan sudah sejak lama digunakan dalam bidang kesehatan untuk merujuk pada upaya-upaya yang bersifat umum yang dilakukan secara individu ataupun secara publik untuk meningkatkan derajat kesehatan individu maupun lingkungan yang prima sehingga individu maupun komunitas tidak mudah masuk ke dalam keadaan sakit. Ini antara lain ditemukan dalam definisi Kesehatan Masyarakat dari Winslow, sebagai butir pertama dari 5 tingkat pencegahan (Leavell and Clarck, 1957) atau fungsi pertama kedokteran (Sigerist, 1945). Health promotion dalam pengertian ini sejak lama di Indonesiakan oleh kalangan akademisi menjadi peningkatan derajat kesehatan atau dilingkungan praktisi sebagai upaya promotif , bukan sebagai promosi kesehatan.

2.Diintroduksinya konsep pemasaran ke dalam bidang sosial, khususnya kesehatan (dikenal dengan istilah pemasaran sosial), bersamaan dengan digunakannya istilah promosi secara luas oleh media public dan massa untuk menggambarkan aktifitas kampanye komunikasi dalam memasarkan produk, menghasilkan pemahaman yang lain dari promosi kesehatan. Di dalam konsep pemasaran, dikenal istilah adonan pemasaran (marketing mix) yang disebut sebagai 4P, yaitu product (produk yang ditawarkan), prize (harga yang dipatok agar sesuai dengan konsumen sasaran), place (tempat barang dipasok dan dijual, serta tempat dimana aktivitas pengkomunikasian/kampanye produk dilakukan), dan Promotion (berbagai kegiatan untuk mengkampanyekan produk). Pengertian P yang keempat dari 4P ini merasuk amat luas ke dalam masyarakat, termasuk kalangan kesehatan, sehingga begitu membicarakan promosi kesehatan maka yang diingat adalah promosi dalam bentuk aktivitas kampanye komunikasi. Padahal aktivitas promosi dalam pemasaran merupakan (dan untuk selanjutnya kita sebut sebagai) promosi produk, BUKAN promosi kesehatan sebagai satu konsep yang utuh.

KEDUDUKAN DAN RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Subpokok bahasan: Kedudukan Promosi KesehatanLatar belakang dari lahirnya konsep baru promosi kesehatan adalah kenyataan bahwa upaya-upaya health education atau pendidikan (penyuluhan) kesehatan tidak dengan serta merta atau tidak dengan mudah membuat individu ataupun masyarakat berperilaku yang menguntungkan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk menghasilkan perilaku yang menguntungkan kesehatan, dan perilaku itu bersifat sukarela (Green, 1996, Green, 2000; Naidoo and Wills, 2000: 84), tidak memaksa (French di dalam Naidoo and Wills, 2000:84) Secara internasional disadari bahwa untuk melahirkan perilaku yang menguntungkan kesehatan atau mengubah perilaku yang tidak menguntungkan menjadi perilaku yang menguntungkan kesehatan, seringkali diperlukan cara-cara yang mungkin bersifat memaksa, seperti pembentukan norma atau peraturan, atau penciptaan lingkungan sosial dan fisik yang akan memaksa lahirnya perilaku yang diinginkan. Bunton (1992 di dalam Naidoo dan Wills, 2000:85) menyebutkan bahwa metode-metode baru yang diintroduksikan ke dalam promosi kesehatan adalah regulasi sosial, yang betul-betul bersifat menekan dan sungguh-sungguh mengendalikan.

Jadi di dalam Promosi Kesehatan, tercakup:1. upaya-upaya untuk melahirkan atau mengubah perilaku yang bersifat sukarela, yakni melalui pendidikan kesehatan dan2. Upaya-upaya yang bersifat memaksa melalui peraturan dan penciptaan lingkungan.Dari uraian ini dapat dilihat bahwa Promosi kesehatan merupakan salah satu bentuk intervensi di bidang kesehatan untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat. Dilihat dari keluasan dan keberagaman aktivitasnya, dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan adalah bentuk baru dari kesehatan masyarakat. (Tones and Green, 2004).

Sub pokok bahasan: Ruang lingkup promosi kesehatan Ruang lingkup sasaranSesungguhnya, ruang lingkup sasaran promosi kesehatan adalah keempat determinan kesehatan dan kesejahteran seperti terlihat dalam model klasik dari Blum (Forcefield Paradigm of Health and Wellbeing), yaitu:1. Lingkungan2. Perilaku3. Pelayanan kesehatan, dan4. Faktor genetik (atau diperluas menjadi faktor kependudukan.Dalam paradigma ini diungkapkan pula bahwa antara keempat faktor tadi terjadi saling pengaruh. Perilaku mempengaruhi lingkungan dan lingkungan memperngaruhi perilaku. Faktor pelayanan kesehatan, akan berperan dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat bila pelayanan yang disediakan digunakan (perilaku) oleh masyarakat. Faktor genetik yang tidak menguntungkan akan berkurang resikonya bila seseorang berada dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku sehat. Dengan demikian, perilaku memainkan peran yang penting bagi kesehatan.

Oleh karena itu, ruang lingkup utama sasaran promosi kesehatan adalah perilaku dan akar-akarnya serta lingkungan, khususnya lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku. Green mengkategorikan akar-akar perilaku ke dalam 3 kelompok factor, yaitu faktor-faktor predisposisi (yang merupakan prasyarat terjadinya perilaku secara sukarela), pemungkin (enabling, yang memungkinkan faktor predisposisi yang sudah kondusif menjelma menjadi perilaku), dan factor penguat (reinforcing, yang akan memperkuat perilaku atau mengurangi al hambatan psikologis dalam berperilaku yang diinginkan)

Kerangka Precede-Proceed (Green, 2000)

Goal dari promosi kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang tinggi. Namun tujuan langsung dari promosi kesehatan adalah dijalankannya perilaku yang menguntungkan kesehatan. Untuk itu upaya-upaya promosi kesehatan adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat berperilaku sehat dan membuat perilaku sehat sebagai pilihan yang mudah dijalankan.

Ruang lingkup berdasarkan area masalahDilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup berbagai ideologi dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit infeksi dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular, kecelakaan dan bencana, kesehatan manula.

Ruang lingkup berdasarkan tingkat pencegahanOleh karena masyarakat berada dalam berbagai status atau kondisi, maka promosi kesehatan harus bersifat komprehensif. Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat pencegahan dari Leavell and Clark (1967): a. Pencegahan primer, yang terdiri dari:1. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)2.Perlidungan khusus (specific protection)b. Pencegahan sekunder:3.Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment4.Pembatasan cacat (disability limitation)c.Pencegahan tertier:5.Rehabilitasi (rehabilitation)

Sigerist (1945) mengakategorikan upaya-upaya seperti di atas menjadi 4 tingkat dan menyebutnya sebagai fungsi kedokteran (Tones and Green, 2004: 14):1. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)2.Pencegahan penyakit3.Pemulihan dari sakit4.Rehabilitasi

Ruang lingkup promosi kesehatan yang bersifat komprehensif harus mencakup kelima tingkat pencegahan tersebut

Ruang lingkup aktivitasDiperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan oleh WHO menggambarkan juga luasnya ruang lingkup aktivitas promosi kesehatan. Ottawa Charter mengemukakan 5 cara untuk mempromosikan kesehatan (yang bunyi pernyataannya sesungguhnya bersifat perintah), yaitu:1. Buat kebijakan publik yang sehat2. Ciptakan lingkungan yang mendukung3. Perkuat kegiatan masyarakat4. Kembangkan (tumbuhkan) keterampilan pribadi5. Orientasi ulang pelayanan kesehatanRuang lingkup aktivitas yang lebih operasional dapat kita rujuk ke definisi yang dikemukakan Green dan Kreuter serta Kerangka Precede-Proceed, yang meliputi (1) aktivitas pendidikan kesehatan, (2) pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, peraturan serta upaya organisasi. Kedua aktivitas ini merupakan intervensi yang bersifat langsung terhadap perilaku, akar-akar perilaku atau lingkungan. Aktivitas lain yang sangat mutlak agar aktivitas yang disebut di atas (pendidikan kesehatan dan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, peraturan dan organisasi) dapat dihasilkan dan dijalankan adalah (3) advokasi.

Advokasi adalah upaya komunikasi persuasi yang dilakukan untuk memperoleh dukungan dari pihak lain, yang lebih tinggi, sederajat, atau bahkan yang lebih rendah. Kegiatan advocacy bukan semata-mata kegiatan dalam promosi kesehatan, ia memainkan peranan penting dalam semua aspek kesehatan.Advocacy dalam promosi kesehatan bukanlah kegiatan yang bersifat sekali, melainkan upaya yang berulang pada tingkat aktivitas yang berbeda. Kegiatan ini seringkali dibutuhkan pada awal inisiasi sebuah program promosi kesehatan untuk mendapat dukungan profesi. Setelah dukungan profesi diperoleh, maka diperlukan advokasi untuk memperoleh dukungan pembuat keputusan yang berkaitan dengan alokasi sumberdaya. Bersamaan dengan advokasi ke pihak pembuat keputusan, munkin diperlukan pula advokasi media untuk menggalang dukungan publik. Advokasi selanjutnya harus dilakukan untuk mendapat dukungan pihak-pijhak terkait dalam pelaksanaan program. Pada tahap untuk memperoleh dukungan sosial, diperlukan lagi upaya advokasi. Oleh karena itu, keterampilan advokasi merupakan keterampilan yang amat dibutuhkan dalam promosi kesehatan. (INSERT KIRA-KIRA DISINI ADVOKASI KEBIJAKAN dan ADVOKASI PROGRAM. SERTAKAN CONTOH ADVOLASI YANG KOINSIDEN DENGAN PENDIDIKAN KESEHATAN)

METODE-METODE PENDIDIKAN, KEBIJAKAN DAN LINGKUNGAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

Metode-metode Pendidikan kesehatanPromosi Kesehatan, merupakan perluasan dari pendidikan kesehatan sebagai salah satu upaya intervensi dalam bidang kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas yang selama ini merupakan metode-metode dalam pendidikan kesehatan akan tetap merupakan metode penting dalam promosi kesehatan. Di Indonesia, untuk keperluan penataan birokrasi, istilah pendidikan kesehatan (health education) tidak dapat digunakan oleh Departemen Kesehatan, sehingga unit yang tadinya bernama Pendidikan Kesehatan diubah menjadi Penyuluhan Kesehatan. (Walaupun di lapangan, seringkali arti istilah penyuluhan ini dipersempit menjadi ceramah) Secara komprehensif, Green dan Kreuter (2000) mendefinisikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan) sebagai kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk memudahkan terjadinya adaptasi secara sukarela perilaku yang menguntungkan kesehatan.Sebagian besar dari aktivitas promosi kesehatan yang kita jalankan termasuk kategori pendidikan kesehatan, seperti ceramah, diskusi dan dinamika kelompok, penggunaan media, pengorganisasian masyarakat, konseling dan sebagainya. Kegiatan yang dilakukan untuk memasyarakatkan ASI eksklusif, misalnya, baik melalui media massa, melalui penjelasan langsung petugas kesehatan kepada ibu hamil, melalui pendekatan dengan tokoh masyarakat, melalui kader, merupakan intervensi pendidikan kesehatan. Bahkan untuk sebuah kebijakan yang kita hasilkan sebagai bagian dari promosi kesehatan, seperti Jampersal (kebijakan tentang dukungan pembiayaan bagi ibu bersalin) memerlukan upaya sosialisasi kepada semua pihak; dan sosialisasi kepada sasaran primer kebijakan tersebut (dalam hal jampersal yaitu ibu hamil) adalah melalui pendidikan kesehatan.

Bentuk-bentuk upaya pendidikan kesehatan dapat dikategorikan menjadi (Green, 1980):(1) Kelompok metode-metode pendidikan yang mengutamakan komunikasi, antara lain berupa ceramah, konseling, pemberitaan melalui media massa, pengunaan folder, dan yang lebih komprehensif yaitu pemasaran sosial. Akar perilaku yang diintervensi dengan pendidikan kesehatan kategori ini terutama adalah faktor predisposisi, disamping faktor penguat (dengan terpersuasinya orang yang relevan dengan sasaran untuk memberi dukungan sosial).(2) Kelompok metode-metode pendidikan yang bersifat pelatihan, seperti pelatihan keterampilan, modifikasi perilaku. Akar perilaku yang diintervensi melalui kelompok metode ini terutama adalah faktor pemungkin (enabling) dan predisposisi dari perilaku.(3) Kelompok metode-metode pendidikan yang bersifat organisasi (pengorganisasian) seperti pengembangan masyarakat, aksi sosial, perencanaan social, dan pengembangan organisasi. Kelompok metode ini dapat mengintervensi faktor pemungkin, predisposisi dan penguat perilaku.Untuk memunculkan perilaku yang menguntungkan kesehatan seringkali diperlukan kombinasi berbagai metode dana teknik dari kelompok metode pendidikan yang berbeda, dan bahkan kombinasi dengan metode-metode yang termasuk intervensi kebijakan-peraturan.

Metode kebijakanKebijakan adalah hasil dari pembuatan keputusan. Di dalam Ottawa Charter digunakan istilah healthy public policy, atau kebijakan publik berwawasan kesehatan. Penggunaan kata publik didasarkan pada asumsi utama bahwa promosi kesehatan merupakan domain publik, menggunakan lembaga publik dan menggunakan dana publik, yang dikuasai oleh negara. Jika kebijakan yang sehat ini berasal dari institusi non publik, misalnya perusahaan partikelir atau LSM, maka disebut kebijakan yang berwawasan kesehatan.Kebijakan berwawasan kesehatan bukanlah hanya kebijakan dalam bidang kesehatan, melainkan kebijakan dalam bidang apapun, yang memberi perhatian yang mendalam pada aspek kesehatan. Kebijakan (publik) yang sehat ini sebagai hasil dari pembuatan keputusan dapat berbentuk (Buse, Mays & Walt,2005)1. program2. peraturan (perundang-undangan)Kebijakan dalam bentuk program dalam promosi kesehatan amat banyak dijumpai seperti program vaksinasi yang diperluas (terakhir, Hepatitis B sudah masuk dalam program), program Jampersal, garam beryodium. Program seperti ini berperan menciptakan faktor pemungkin (enabling) bagi perilaku (tersedianya vaksin, tersedianya biaya), atau lingkungan yang memaksa (hanya garam beryodium yang dijual sehingga tidak ada pilihan lain).

Kebijakan dalam bentuk peraturan atau peraturan perundangan-undangan dalam bidang promosi kesehatan akan menghasilkan perilaku yang tidak bersifat sukarela, melainkan terpaksa. Peraturan adalah bentuk kebijakan yang bersifat mengikat hanya bagi semua pihak yang terkait dengan insttitusi yang mengeluarkan peraturan. Sedangkan peraturan perundang-undangan adalah bentuk hukum yang berlaku dalam suatu wilayah hokum tertentu. Di Indonesia, yang termasuk peraturan perundang-undangan adalah UUD, UU, Peraturan Pemerintah, Perda Propinsi dan Kabupaten, dan Perdes. Sejumlah peraturan menter atau SK menteri menjadi mengkat secara menyeluruh bila merupakan amanat dari undang-undang yang dipakai sebagai pedoman peraturan pelaksanaan. Penggunaan peraturan sebagai bentuk promosi kesehatan, biasanya terkait dengan kondisi yang mempunyai efek berantai atau menular. Perda DKI No 75 tahun 2003 adalah contoh kebijakan publik tentang merokok, karena merokok tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang lain dan lingkungan.

Lingkungan yang mendukung perilaku kesehatan

Lingkungan dapat menjadi faktor pemungkin (enabling) atau merupakan factor pemaksa bagi terjadinya perilaku. Lingkungan dapat bersifat alamiah atau buatan. Lingkungan buatan sebagai bentuk promosi kesehatan merupakan hasil kebijakan berupa program atau kebijakan yang bersifat peraturan. Perda No 75 2003 DKI Jakarta adalah contoh Promkes menggunakan Kebijakan Peraturan yang menghasilkan lingkungan yang memaksa orang tidak bisa merokok di tempat-tempat umum.

PERAN PROMOSI KESEHATAN DALAM KIA

Kesehatan Ibu dan Anak merupakan indicator utama derajat kesehatan suuatu bangsa. Oleh karena itu, program-program bidang KIA menjadi program unggulan di Departemen Kesehatan dan mendapat dukungan penuh dari BKKBN dan Kementrian Pembedayaan Perempuan. Dengan demikian, bidang KIA merupakan salah satu ruang lingkup area masalah utama dalam promosi kesehatanProgram-program promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan sudah sejak lama dilaksanakan. Kampenye pemberian ASI eksklusif, imunisasi, dan bersalin dengan tenaga kesehatan adalah tema-tema kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan melalui berbagai media (televisi, radio, surat kabar, poster, folder/leaflet) dan saluran (seminar, organisasi keagamaan dsb.)

Program Jampersal misalnya memberi kontribusi pada dua variable faktor pemungkin, yaitu biaya dan lingkungan. Seorang ibu yang ingin (predisposisi) bersalin dengan tenaga kesehatan, tetapi tidak memiliki dana untuk bersalin dengan bidan swasta yang ada di dekat tempat ia tinggal, tetapi terlalu jauh untuk bersalin di pelayanan kesehatan publik yang gratis, dengan adanya Jampersal tertolong oleh ketersediaan biaya dan dapat bersalin dengan pertolongan bidan terdekat (lingkungan).

Salah satu contoh penggunaan peraturan dalam bidang KIA adalah PERDES BANGKOOR, TALIBURA No 1 2004 Tentang Kesehatan Ibu Hamil, Persalinan dan Nifas. Perdes ini mengatur tentang tempat bersalin, biaya bersalin, penolong persalinan, peran bidan, peran dukun dalam pemeriksaan kehamilan, persalinana dan nifas bagi masyarakat Desa Bangkoor, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT.

Daftar Pustaka 1. Bunton, R. (1992). More than a woolly jumper health promotion as social regulation. Critical Public Health 3: 4-112. Green, L & Kreuter, M.W, Health Promotion Planning, An Educational and Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company, 1980.3. Green, L & Kreuter, M.W, Health Promotion Planning, An Educational and Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company, 19914. Green, L & Kreuter, M.W, Health Program Planning, An Educational and Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company, 20055. Greene, W & Simon, M, Introdusction to Health Education, Waveland Press Inc, Prospect Height, Illinois, 19906. French, J. 1990. Boundaries and horizons, the role of health education within health promotion. Health Education Journal 49: 7-10.7. Naidoo, J & Wills, J, Health Promotion, Foundation for Practice, Second Edition, Bailliere Tindall, Elsevier Limited, 2000.8. Tones, K & Green, J, Health Promotion: Planning and Strategies, Sage Publications, 2004.

AbstrakPeraturan Desa Bankoor tentang Keharusan Bersalin di Polindes: Analisis terhadap Kemudahan dalam Penerimaan oleh Dukun dan Masyarakat

Zulazmi MAMDY1,2, Veronika RESO3, Ipik M. FIKRI21)Dept. PKIP FKMUI Jakarta, 2) FIKes UHAMKA, Jakarta, 3) Promkes Dinkes Kab. Sikka, NTT.

Versi awal dalam format presentasi computer makalah ini telah disajikan pada Konperensi Nasional Promosi Kesehatan IV di Ujung Pandang, Juli 2005.

Promosi kesehatan sudah diterima secara global sebagai strategi untuk menanggulangi masalah kesehatan. Secara konseptual, promosi kesehatan dapat dilihat pada lima aktivitas promosi kesehatan (kebijakan publik yang sehat, lingkungan yang mendukung, kegiatan masyarakat yang kuat, keterampilan pribadi yang memungkinkan berperilaku yang menguntungkan kesehatan dan reorientasi pelayanan kesehatan) seperti temaktub di dalam Ottawa Charter ataupun pada 4 komponen (intervensi) proceed (pendidikan kesehatan, kebijakan, peraturan dan organisasi) dari kerangka precede-proceed Green. Di dalam praktek, bentuk yang paling lazim adalah intervensi pendidikan yang menghasilkan perilaku sukarela dan intervensi perilaku melalui peraturan atau kebijakan yang melahirkan perilaku yang tidak sepenuhnya bersifat sukarela. Pada umumnya, sebuah peraturan akan lebih mudah dihasilkan bila menyangkut kepentingan orang banyak yang efeknya berantai, tidak pada perilaku yang efeknya sangat individual.Kesehatan dan keselamatan bayi dan ibu pada kehamilan dan persalinan termasuk perilaku yang efeknya individual, karena gangguan keselamatan pada seorang bayi atau seorang ibu tidak berdampak pada bayi dan ibu yang lain, kecuali pada status derajat kesehatan komunitas itu yang menjadi lebih rendah berdasarkan indikator-indikator epidemiologis. Karena itu, kasus keberhasilan Desan Bangkoor, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes) tentang Kesehatan Ibu Hamil, Persalinan dan Nifas dan Keputusan Kepala Desa sebagai petunjuk pelaksanaan dari Perdes tersebut menjadi menarik untuk ditelaah.Lahirnya Perdes tersebut merupakan ujung dari upaya penggalangan kemitraan bidan dan dukun bayi yang dilaksanakan Puskesmas Watubaing dengan dukungan LSM Plan Indonesia. Program ini dilaksanakan di seluruh wilayah kerja puskesmas ini yang terdiri dari 14 desa. Namun hanya Desa Bangkoor yang paling berhasil dan sampai pada lahirnya Perdes serta dilaksanakannya Perdes ini dengan penerimaan yang sangat tinggi oleh masyarakat. Hasil anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang dilakukan oleh UHAMKA atas kemudahan penerimaan rancangan Perdes oleh seluruh warga memperlihatkan adanya tiga komponen yang berperan, yaitu pemerintah desa, masyarakat pengguna jasa penolong persalinan, dan dukun. Perdes merupakan hasil penggodokan yang intensif dan terbuka oleh pemerintahan desa, yakni Kepala Desa dan perangkatnya serta Badan Perwakilan Desa dengan melibatkan masyarakat secara sepenuhnya, sehingga sosialisasi Perdes ini berlangsung secara alamiah disamping sosialisasi formal yang terjadwal.Sosialisasi alamiah seperti ini dapat berlangsung karena Desa Bangkoor tidak terlalu luas dan jumlah penduduknya juga sedikit. Bersamaan dengan itu, tenaga penolong persalinan terdidik, yakni bidan, sudah pula tersedia di desa tersebut. Bagi masyarakat, salah satu faktor yang memudahkan adalah biaya persalinan yang dapat dicicil setiap hari buka posyandu, sehingga, walaupun cukup tinggi untuk ukuran di desa, tetapi tidak terasa memberatkan. Dalam hal dukun bayi, ditemukan dua faktor predisposisi untuk tidak menolak Perdes ini, yakni (1) selama ini menjadi dukun bukan merupakan mata pencaharian, melainkan suatu pekerjaan sosial yang imbalannya berupa kain sarung tenun lokal yang diperoleh pada upacara hari keempat kelahiran bayi dan (2) 4 dari 6 dukun di desa ini menjadi dukun bukan karena keturunan melainkan karena pengalaman melahirkan anak sendiri tanpa pertolongan siapapun.