draft limbah alumina
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH
PENGOLAHAN LIMBAH ALUMINA
Disusun Oleh :
Firman Ananda Dwiantara (14-2010-024)
Eggi Teguh Herdiana (14-2010-040)
Dosen:
Salafudin, ST., MT.
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2013
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah sering menjadi permasalahan bagi industri-industri yang dalam proses produksinya
menghasilkan limbah seperti limbah alumina yang termasuk kategori limbah padat. Limbah padat
adalah semua limbah yang dihasilkan dari aktifitas manusia dan binatang yang berbentuk padat, tidak
berguna dan tidak dimaanfaatkan atau tidak diinginkan atau dapat didefinisikan sebagai sesuatu massa
heterogen yang dibuang dari aktifitas penduduk, komersial dan industri. Limbah padat didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai dan berbentuk padatan atau semi padatan. Limbah padat
merupakan campuran dari berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sisa makanan maupun
yang berbahaya seperti limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berasal dari industri.
Selama ini penanganan limbah B3 membutuhkan biaya yang cukup besar.Untuk
meminimalisasi biaya yang disebabkan oleh penanganan limbah ini, alangkah lebih baik jika limbah
ini dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih berguna sehingga lebih efektif dan bernilai ekonomi.
Untuk membantu memecahkan persoalan dalam pengolahan limbah alumina tersebut
diperlukan suatu perusahaan yang bergerak dibidang manajemen pengolahan limbah alumina yang
professional yang memiliki ijin (layak secara teknis), ekonomis dan dapat memberikan jasa terpadu
dan terintegrasi dengan memenuhi persyaratan dan perundangan yang ada.
BAB IIDESKRIPSI PROSES
Alumina (Al2O3) tidak dapat larut dalam air dan organik cair dan sangat ringan, dapat larut
dalam asam kuat dan alkali. Alumina didistribusikan secara luas di alam. Dikombinasi dengan silika
dan mineral lain yang terjadi didalam tanah liat, feldspars, dan mika. Komponen utama dari alumina
bauxite dan sering terjadi dalam bentuk alami seperti corundum. Alumina alami digunakan dalam
pembuatan tempat meleburnya logam dan alat lain untuk dicairkan. Hydrate alumina digunakan
dalam cat mordant untuk membuat zat warna, juga digunakan dalam pembuatan kaca, kosmetik, dan
obat – obatan seperti antasit.
Limbah alumina umumnya berbentuk padatan dan termasuk dalam kategori limbah padat.
Alumina atau aluminium oksida tidak ditemukan dalam bentuk murni, tetapi dalam kombinasi kimia
dengan mineral-mineral lainnya. Salah satu bentuknya yang paling murni adalah bauxite.
Gambar 1 Alumina
2.1 Sifat Fisik
Alumina yang dipasarkan adalah berupa bubuk dengan berat jenis ±3,9 dibentuk dengan tekanan, slip
casting dan dekomposisi alektro. Setelah dibakar pada temperatur tinggi 1700ºC - 1900ºC alumina
memiliki kekuatan yang besar. Sifat-sifat alumina dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat-sifat Fisik Alumina
Sumber: Perry’s, 1984
Sifat-sifat Fisika Nilai Satuan
Berat Molekul 101,94
Densitas 3975 kg/m3
Grafiti Jenis 3,99
Titik Lebur 1999 – 2032 ºC
Tekanan 2977 mmHg
Panas Jenis 0,765 kg/kgºK
Panas Peleburan 11,9 x 10-6 m2/s
No ParameterHasil Analisa
(mg/l)
Baku Mutu TCLP
(mg/l) *Metode Uji
1 Arsen (As) < 0,005 5 EPA SW 846 1311.SM 3114 B
2 Barium (Ba) < 0,100 100 EPA SW 846 1311.SM 3111 D
3 Benzene < 0,005 0,5 EPA SW 846 8240
4 Boron (B) < 0,050 500 EPA SW 846 1311.SM 4500 BC
5 Cadmium (Cd) < 0,005 1 EPA SW 846 1311.SM 3111 B
6 Carbon tetrachloride < 0,005 0,5 EPA SW 846 8240
7 Chlorobenzene < 0,005 100 EPA SW 846 8240
8 Chloroform < 0,005 6 EPA SW 846 8240
9 Chlorophenol total < 0,010 1 EPA SW 846 8240
10 Chloronaptalene < 0,010 1 EPA SW 846 8240
11 Chromium (Cr) < 0,030 5 EPA SW 846 1311.SM 3111 B
12 Copper (Cu) < 0,005 10 EPA SW 846 1311.SM 3111 B
13 o – Cresol < 0,010 200 EPA SW 846 8270
14 m – Cresol < 0,010 200 EPA SW 846 8270
15 Total Cresol < 0,010 200 EPA SW 846 8270
16 Free Cyanide < 0,020 20 EPA 335.2
17 2.4-D (2.4- < 0,012 10 EPA SW 846 8150
2.2 Sifat Kimia
a) Umumnya tahan terhadap cairan asam dan alkali.
b) Untuk analisa digunakan boraks atau sodium peroksida, agar kecepatan dan dekomposisinya
lengkap (Fius dan Budiono, 2002).
Dari hasil analisa Balai Riset dan Standardisasi Industri dan Perdagangan Semarang melalui
pembuktian secara ilmiah dari hasil uji toksikologi TCLP ternyata limbah alumina mempunyai nilai
leachate dibawah ambang batas sehingga dapat dikategorikan sebagai limbah padat bukan B3, serta
dapat dimanfaatkan sebagai bahan hidrolis untuk bahan bangunan (pavling blok, keramik, genteng,
dan lain-lain), namun dalam penyimpanannya harus mengikuti aturan tertentu dan tidak
diperbolehkan dibuang sembarangan. Dengan adanya penelitian tersebut telah dicapai hasil bahwa
limbah padat alumina dapat dikelola atau dimanfaatkan sesuai Peraturan Pemerintah No.18 Tahun
1999 tentang pengelolaan limbah B3 yang diikuti penjelasannya pada Peraturan Pemerintah No.85
Tahun 1999.
Tabel 2.2 Hasil Analisa TCLP Limbah Activated Alumina PT.Pertamina UP IV Cilacap (Katalis Co/Mo, Alumina)
Dichlorophenoxyacetic
acid
18 1.4 Dichlorobenzene < 0,005 7,5 EPA SW 846 8270
19 1.2 Dicholoethane < 0,005 0,5 EPA SW 846 8240
20 1.1 Dichloroethylene < 0,010 0,7 EPA SW 846 8240
21 2.4 Dinitrotoluene < 0,010 0,13 EPA SW 846 8270
22 Flourides (F) < 0,100 150
23Heptachlor + Heptachlor
epoxide<0,0083 0,008 EPA SW 846 8080
24 Hexachlorobenzene < 0,010 0,13 EPA SW 846 8270
25 Hexachloroethane < 0,010 3 EPA SW 846 8270
26 Lead (Pb) < 0,030 5 EPA SW 846 1311.SM 3111 B
27 Mercury (Hg) 0,005 0,2 EPA SW 846 1311.SM 3111 B
28 Methocychlor <0,0018 10 EPA SW 846 8080
29 Methyl Parathion < 0,010 0,7 EPA SW 846 8140
30 Methyl ethyl ketone < 0,010 200 EPA SW 846 8240
31 Nitrobenzenene < 0,010 2 EPA SW 846 8270
32 Pentachlorophenol < 0,050 100 EPA SW 846 8270
33Polichlorinatedbiphenil
(PCB’s)<0,0007 0,3 EPA SW 846 8080
34 Selenium (Se) < 0,005 1 EPA SW 846 1311.SM 3114 C
35 Silver (Ag) 5 EPA SW 846 1311.SM 3111 B
36Tetrachloroethylene
(PCE)< 0,010 0,7 EPA SW 846 8240
37 Trihalomethanes < 0,010 35 EPA SW 846 8240
38 2.4-5-Trichlorophenol < 0,010 400 EPA SW 846 8270
39 2.4-6-Trichlorophenol < 0,010 2 EPA SW 846 8270
40 Vynil Chloride < 0,010 0,2 EPA SW 846 8240
41 Zinc (Zn) 1.055 50 EPA SW 846 1311.SM 3111 B
Sumber : PT. Pertamina UP IV Cilacap
Keterangan: * Peraturan Pemerintah No.85 tahun 1999
2.3 Pengolahan Limbah Padat
Proses pengolahan limbah padat industri dikelompokkan berdasarkan fungsinya yaitu
pengkonsentrasian, pengurangan kadar air, stabilisasi dan pembakaran dengan incenerator.
Pengolahan tersebut pada industri penghasil limbah dapat dilakukan sendiri-sendiri atau secara
berurutan tergantung dari jenis dan jumlah limbah padat yang dihasilkan.
Limbah Padat (sludge)
Pengkonsentrasian Lumpur
Pengurangan Kadar Air
Stabilisasi Lumpur
Pembakaran (incinerator)
Ditimbun/ dibuang TPA
Gambar 2 Skema Pengolahan Limbah Padat
BAB IIISTUDI/UNIT OPERASI YANG DAPAT DIGUNAKAN
3.1 Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah Alumina
Pemanfaatan limbah padat, yang mencakup kegiatan daur ulang (recycling), perolehan
kembali (recovery), dan penggunaan kembali (reuse) merupakan cara yang tepat dalam
penanganan limbah padat. Dengan teknologi pemanfaatan limbah maka dapat mengurangi
jumlah limbah sehingga biaya pengolahan limbah dapat ditekan selain itu dapat
meningkatkan kemanfaatan bahan baku dengan kata lain bahan baku disubtitusi dengan
limbah. Hal ini pada akhirnya akan dapat mengurangi eksploitasi sumber daya alam.
Pengolahan limbah padat alumina dapat menggunakan metode stabilisasi, fiksasi, dan solidifikasi.
3.1.1 Pengolahan Limbah Alumina Dengan Metode Stabilisasi
Stabilisasi adalah suatu proses menggunakan zat aditif (reagent) untuk mengurangi sifat alami
bahaya yang terdapat dalam limbah dengan mengkonversikan limbah dan konstituen bahayanya
dalam bentuk mengurangi tingkat perpindahan kontaminan kelingkungan dan mengurangi tingkat
toksisitas. Selama stabilisasi, kontaminan tertentu dihancurkan dengan klorinasi.
3.1.2 Pengolahan Limbah Alumina Dengan Metode Fiksasi
Fiksasi sering dianonimkan dengan stabilisasi yang disempurnakan dengan penambahan
reagent yang bertujuan untuk menurunkan luas permukaan yang dapat dilalui kontaminan, membatasi
kelarutan semua polutan yang ada dalam limbah, dan mengurangi toksisitas kontaminan. Pada teknik
fiksasi, partikel-partikel limbah diikat secara fisik dan kimia oleh bahan pengikat (binder) yang
mengeras.
3.1.3 Pengolahan Limbah Alumina Dengan Metode Solidifikasi
Solidifikasi adalah suatu metode untuk mengubah limbah yang berbentuk padatan halus
menjadi padat dengan menambahkan bahan pengikat kemudian dilanjutkan dengan penambahan
bahan pemadat (solidifying agent). Tujuannya adalah untuk mengubah limbah yang bersifat
berbahaya menjadi tidak berbahaya/kurang berbahaya dengan merubah karakteristik fisik dengan cara
merubah bentuk limbah cair atau limbah lumpur menjadi bentuk padat atau monolit untuk mengurangi
kemampuan atau penyebaran dari zat pencemar yang ada dalam limbah sehingga diperoleh produk
dalam bentuk matrik padat sehingga mudah diangkut dan disimpan.
Beberapa proses dari metode solidifikasi pada pengolahan limbah,antara lain:
a) Proses yang berbasis pada semen (sementasi)
Yaitu proses pemadatan limbah menggunakan matrik semen sehingga
akan menjadi padatan (monolit blok).
b) Proses dengan Pozzolan
Yaitu proses pemadatan limbah menggunakn tanah pozzolan (silikat dan aluminat) dimana
akan mengeras bila bercampur dengan kapur atau semen dan air.
c) Proses termoplastis
Yaitu proses pemadatan limbah dengan menggunakan binder sperti aspal atau polyetilene
yang dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampur dengan limbah.
d) Proses polimerisasi organik
Yaitu pencampuran limbah dengan matriz polimer yang berupa thermoplastik. Temperatur
pada proses ini berkisar 600C. Proses ini tergolong baru, belum digunakan secara luas karena
bahan polimer tidak tahan terhadap adiasi tinggi.
e) Proses vitrivikasi (glasifikasi)
Yaitu pemadatan limbah dengan bahan pembentuk gelas yang direaksikan pada suhu tinggi
sehingga terbentuk gelas atau keramik. Temperatur yang digunakan dalam proses ini adalah
10000C-15000C.
Kendala-kendala dalam proses solidifikasi terutama disebabkan oleh sifat-sifat limbah yang akan
diolah, antara lain:
a. Limbah mengandung senyawa yang mudah terbakar/meledak
b. Limbah mengandung volatile yang tinggi
c. Limbah mengandung bahan-bahan dengan biodegradabel yang tinggi
d. Limbah mengandung insektisida, fungisida, dan pestisida
e. Limbah mengandung borat (terlindikan), gula (melepaskan kapur)
f. Limbah mengandung kation atau anion yang mengganggu proses
3.1.3.1 Mekanisme Proses
Dalam stabilisasi dan solidifikasi yang sukses melalui mekanismemekanisme
seperti di bawah ini:
a. Makroencapsulation
Adalah suatu mekanisme dimana unsur pokok limbah B3 secara fisika diperangkap dalam
matriks padatan yang jauh lebih besar, sehingga limbah B3 berada dalam pori-pori yang tidak
terlewatkan pada bahan penstabil. Degradasi bahan yang telah terstabilkan meski dalam bentuk
partikel yang besar. Bahan yang terperangkap tersebut bebas untuk bergerak. Limbah yang telah
terstabilkan harus mengalami proses/siklus pembekuan dan peleburan atau pembasahan dan
pengeringan supaya dapat bebas untuk dilepaskan ke lingkungan.
b. Mikroencapsulation
Limbah B3 diperangkap dalam struktur kristal dari bahan padatan pada ukuran mikroskopik.
Akibatnya meskipun bahan yang terstabilkan terdegradasi dalam bentuk partikel yang lebih kecil,
namun sebagian besar tetap dihambat. Karena limbah tidak berubah secara kimia, tingkat
pelepasan kontaminan dari massa terstabilisasi akan meningkat, sejalan dengan penurunan ukuran
partikel.
c. Absorbsi
Adalah suatu proses yang memasukkan kontaminan ke dalam bahan penyerap (sorbent)
seperti layaknya sponge/busa menyerap air. Absorbsi membutuhkan tambahan bahan padat untuk
menyerap cairan bebas yang terkandung dalam limbah. Proses yang digunakan terutama untuk
mengeluarkan/menghilangkan cairan untuk meningkatkan pengolahan limbah, yaitu memadatkan
limbah. Cairan diperas dari tanah. Absorbsi digunakan hanya untuk menyempurnakan
perlakuan/pengolahan terhadap limbah.
Adsorbent yang umum digunakan adalah:
a) Tanah
b) Abu
c) Semen
d) Soda
e) Mineral tanah liat seperti : tentonite, haolinite, dan lain lain.
f) Serbuk gergaji
g) Jerami
d. Adsorbsi
Suatu fenomena kontaminan diikat secara elektronika untuk menstabilkan limbah dalam suatu
padatan. Adsorbsi merupakan fenomena permukaan dan ikatannya merupakam ikatan van der
waals hydrogen bending. Kontaminan diikat secara kimia dalam padatan yang stabil lebih aman
untuk dikeluarkan ke lingkungan.
e. Presipitasi
Proses stabilasasi tertentu akan mengendapakan kontaminan dari limbah yang menghasilkan
bentuk konstituent lebih stabil dalam limbah. Pengendap seperti hidroksida, sulfida, silika,
karbonat dan phosphate masuk dalam massa yang terstabilisasi sebagai bagian dari struktur
material. Fenomena ini bisa diaplikasikan untuk stabilisasi limbah anorganik seperti lumpur
logam hidroksida. Contohnya logam karbonat memiliki kelarutan yang lebih kecil daripada
hidrksida logam. Pada pH tinggi reaksi untuk membentuk karbonat metal dari karbonat
hidroksida:
Me(OH)2 + H2CO3 → MeCO3 (s) + 2H2O ………………(7)
Me = Metal
Pembentukan logam karbonat antara lain dengan pH. Karbonat logam lebih stabil pada pH
tinggi. Pada kondisi asam, logam akan kembali larut dan terbebas ke lingkungan sebagai suatu
larutan.
f. Detoxifikasi
Reaksi kimia tertentu yang terjadi selama proses stabilisasi akan menghasilkan limbah dengan
toksisitas yang rendah. Detoxifikasi adalah suatu mekanisme yang mengubah unsur kimia ke
bentuk lain yang tidak toxic.