draft laporan magang obboy
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Asia Tenggara pada saat ini merupakan kawasan strategis yang mengalami
pertumbuhan signifikan dalam satu dekade ini.1 Oeh karena alasan inilah banyak
Negara-negara besar terstimulus untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara
ataupun organisasi ASEAN sendiri sebagai partner maupun tujuan pasar. Salah
satunya adalah China, China sejauh ini menjadi Negara yang sangat jelas
menunjukkan komitmennya terhadap ASEAN. Hal ini ditunjukkan dengan
aktifnya China di berbagai kerjasama yang sifatnya multilateral bahkan bilateral.
Hubungan diplomatik ASEAN – China telah dimulai secara informal pada
tahun 1991. China dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh ASEAN pada ASEAN
Ministerial Meeting ke-29 yang bertempat di Jakarta tahun 1996.2 Pada tanggal
26-28 Februari 1997 ASEAN pertama kalinya melakukan sebuah kerangka
kerjasama dengan China lewat ASEAN-China Joint Cooperation Committee
(ACJCC), yang mana pada waktu itu China diwakili oleh Kementerian Luar
Negeri, Komisi Perencanaan Negara, Komisi Nasional untuk Pengetahuan dan
Teknologi, Kementerian Perdagangan dan Kerjasama Ekonomi, Kementerian
Keuangan, Kementerian Pertanian, Agensi Perlindungan Lingkungan Nasional,
1 Potensi Strategis Hugungan China-ASEAN http://indonesianvoices.com/index.php/component/components/com_comment/components/components/com_fireboard/template/default_ex/images/components/com_comment/index.php?option=com_content&view=article&id=159:potensi-hubungan-china-asean&catid=43:isu-asean&Itemid=62. dikutip pada tangga 27 Juli 2010 pukul 19.14 Wib.
2 Kerjasama ASEAN-China dan Stabiitas Kawasana Asia Timur. http://tabloiddiplomasi.com/index.php/previous-isuue/36-juni-2009/106-kerjasama-asean-china-dan-stabilitas-kawasan-asia-timur.html dikutip pada tanggal 26 Jui 2010 puku 19.16 Wib.
1
Administrasi Pariwisata Nasional, Dewan Negara untuk Promosi Perdagangan
Internasional, dan 7 (tujuh) negara anggota ASEAN (Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam) serta ASEAN
Sekretariat menghadiri pertemuan tersebut.
Dalam pertemuan di atas membahas tentang ASEAN-China Cooperative
Relationship yang disetujui lewat perkembangan yang diciptakan kerjasama China
dengan Negara-negara anggota ASEAN. Untuk isu high level ditempatkanlah
ekonomi dan perdagangan dalam mengembangkan ke isu-isu selanjutnya. Dialog
politik juga berada di high level mengingat isu ekonomi dan perdagangan sama
pentingnya dengan mekanisme kerjasama teknologi yang berjalan secara perlahan.
Dalam pertemuan tersebut membahas tentang mekanisme dialog antara keduanya,
yaitu disepakatinya 5 (lima) mekanisme paralel yang menjadi keseluruhan dialog
kerjasama antara ASEAN dan China, antara lain: ASEAN-China Senior Officials
Political Consultations, ASEAN-China Joint Cooperation Committee (ACJCC),
ASEAN-China Joint Committee on Economic and Trade Cooperation, ASEAN-
China Joint Science and Technology. ASEAN-China Joint Cooperation
Committee (ACJCC) sendiri menjadi kordinator keseluruhan dari mekanisme
ASEAN dan China dan menjadi Manajemen China dalam menangani kerjasama
keuangan dalam kerangka kerja yang telah disepakati. ASEAN dan China saat ini
tengah melakukan finalisasi draft Memorandum of Understanding (MoU)
pendirian ASEAN-China Center, yang nantinya akan berperan untuk mendorong
kerjasama ASEAN-China dalam berbagai bidang.3
3 Ibid
2
Kerjasama kemitraan ASEAN dan China semakin meningkat ditandai
dengan diadopsinya beberapa dokumen penting, antara lain: the Joint Statement of
the Heads of State/Government of the Member Countries of ASEAN and the
President of the People’s Republic of China (1997), Joint Declarationof the
Heads of State/Government of the Association of Southeast Asian Nations and the
People’s Republic of China on Strategic Partnership for Peace and Prosperity
pada KTT ke-7 ASEAN-China di Bali tahun 2003, kemudian Plan of Action of the
ASEAN-China Joint Declaration on Strategic Partnership for Peace and
Prosperity di Vientiane tahun 2004 serta Joint Statement of ASEAN-China
Commemorative Summit di Nanning tahun 20064.
Plan of Action of the ASEAN-China Joint Declaration on Strategic
Partnership for Peace and Prosperity (PoA) yang ditandatangani di Vientiane
tahun 2004 akan segera berakhir masa berlakunya pada tahun 2010. Untuk itu,
ASEAN dan China saat ini tengah menyusun draft PoA periode 2011-2015 yang
diharapkan draft PoA tersebut baru dapat disahkan pada KTT ke-13 ASEAN-
China di Ha Noi, Vietnam pada bulan Oktober 2010.
Beberapa mekanisme kerjasama ASEAN-China adalah ASEAN-China
Summit, Post Ministerial Conference+1 Session with China, ASEAN-China Senior
Officials’ Consultations dan ASEAN-China Joint Cooperation Committee
(Committee of Permanent Representatives/ CPR). Selain itu, terdapat pula
berbagai konsultasi/pertemuan sektoral di bidang politik dan keamanan, ekonomi
dan sosial budaya.
4 Mitra Wicara Penuh ASEAN. http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=2&l=id. Dikutip pada tangga 26 Jui 2010 pukul 19.18 Wib.
3
Pada tahun 2010 ini ASEAN dan China menetapkan tahun 2010 sebagai
“Tahun Kerjasama Persahabatan Antara China dan ASEAN” di Nanning, China,
untuk memperingati 15 Tahun Kerjasama Dialog antara ASEAN dan China.
Dalam peringatan tahun ke-15 antara keduanya, ASEAN dan China percaya
bahwa hubungan kerjasama tersebut merupakan dasar kerjasama solid untuk
kerjasama yang akan datang.
Isu lingkungan saat ini tengah menjadi permasalahan kontemporer dan
menjadi perhatian dunia internasional. Pada dasarnya Negara-negara di dunia
saling terkait, karena adanya saling ketergantungan untuk mencapai kebutuhan
dan tujuan nasionalnya. Hubungan Internasional terjadi karena adanya saling
ketergantungan (interdepedensi) serta semakin kompleksnya kehidupan manusia
dalam masyarakat internasional sehingga tidak memungkinkan adanya suatu
Negara yang menutup diri terhadap dunia luar.5
Isu lingkungan masuk ke dalam daftar isu prioritas sejak
ditandatanganinya Joint Statement KTT ke-11 ASEAN-China Summit pada
tanggal 20 November 2007 yang mana para pemimpin ASEAN dan China
menyetujui bahwa diperlukannya isu lingkungan sebagai prioritas isu ke-11 dalam
kerangka kerjasama yang sudah dijalani.6 Para pemimpin ASEAN
mempersilahkan China untuk melanjutkan dukungannya terhadap proses
kerjasama regional ASEAN termasuk ASEAN Plus Three, East Asia Summit,
ASEAN Regional Forum dan lain sebagainya sebagai komitmen China yang
5 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hal : 2-3.
6 Hubungan ASEAN-China. http://oseafas.wordpress.com/2010/02/09/hubungan-asean-%E2%80%93-cina/. Dikutip pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 19.24 Wib.
4
terbuka dalam pembangunan komunitas regional. Pada isu lingkungan, di dalam
KTT tersebut terdapat rencana yang diagendakan bahwa para pemimpin ASEAN
dan China merumuskan program an ASEAN-China Environmental Protection
Cooperation Strategy dan juga menetapkan Pertemuan Menteri ASEAN-China
dalam Proses untuk mendiskusikan terkait dengan isu lingkungan dan Pusat
Perlindungan Lingkungan ASEAN-China.
Terkait isu lingkungan, ASEAN tidak hanya mengadakan kerjasama
dengan China semata. ASEAN masih memiliki Negara Mitra Wicara lain yang
mana tergabung di dalam kerangka ASEAN Plus Three, meliputi Jepang dan
Korea Selatan. Dalam permasalahan ini, Negara-negara ASEAN Plus Three
melakukan kerjasama yang hampir sama dengan kerjasama yang tengah
dilaksanakan oleh China. Pada KTT ke-11 November 2007 lalu, merupakan
momentum yang sangat penting bagi ASEAN dan Negara Plus Three sebab tahun
itulah mereka merayakan 10 tahun kerjasama ASEAN Plus Three berlangsung.
Ketiga Negara tersebut mengkaji kembali signifikansi yang telah
dilakukan selama ini pada dekade yang lalu dan membicarakan rencana akan
datang yang akan dilakukan. ASEAN Plus Three akan melanjutkan untuk tetap
mendukung pencapaian integrasi ASEAN dalam mewujudkan ASEAN
Community dan memainkan peran nya di dalam membangun komunitas regional.
Dalam kegiatan yang saling melengkapi dalam East Asia Summit (EAS), ASEAN
Regional Forum, Asia-Pacific Economic Cooperation dan forum regional lainnya,
negara Plus Three juga berusaha untuk membagikan sudut pandang tentang East
Asia Summit itu sendiri dan East Asia Study Group (EASG) dalam jangka panjang.
5
Negara Plus Three akan memasukkan isu-isu regional juga isu internasional yang
dapat dikonsentrasikan bersama dan menyetujui untuk dilakukan bersama seperti
isu climate change, terorisme, isu keamanan tradisional maupun non-tradisional,
penyakit menular dan bencana alam.
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT
Melalui kegiatan magang ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami,
mempelajari, menambah pengetahuan, serta mengimplementasikan pengetahuan
serta wawasan akademik maupun wawasan umum yang dimilikinya di dalam
dunia kerja. Sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Hubungan Internasional, penulis
memilih untuk melakukan magang di Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia karena secara garis besar sangat relevan dengan jurusan Ilmu Hubungan
Internasional dan mendukung ketersediaan data untuk penelitian serta tugas akhir
yang akan penulis kerjakan.
Dengan diadakannya kegiatan magang diharapkan agar para mahasiswa
dapat memahami dan mempelajari bagaimana suatu proses pelaksanaan kegiatan,
serta menambah kemampuan mahasiswa dalam menganalisa sebuah isu atau
permasalahan, menambah kemampuan mahasiswa dalam mengambil keputusan
dan penyusunan keputusan strategis, serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
teori yang di dapat di bangku perkuliahan ke dalam dunia kerja.
Magang ini juga bertujuan untuk menumbuhkan sikap professional,
memperkenalkan dunia kerja nyata kepada mahasiswa agar nantinya siap terjun ke
dunia kerja setelah menyelesaikan studinya. Selain itu, meningkatkan
6
kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja sesuai dengan program
studi yang dijalani agar nantinya terbiasa dalam menghadapi tantangan dunia
kerja. Melalui magang ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
pengetahuan, wawasan serta pengalaman bagi mahasiswa agar menjadi tenaga
kerja yang handal dan professional setelah menyelesaikan masa studi di jenjang
pendidikan Sarjana (S1).
1.3. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN MAGANG
Dalam pelaksanaan magang di Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia, penulis ditempatkan di Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN c.q
Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN.
Pelaksanaan kegiatan magang berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan
yang berlaku di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (KEMLU RI).
Penulis memulai kegiatan magang di Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia
terhitung selama kurang lebih tiga bulan dimana penulis mulai aktif hari Senin,
tangal 24 Mei 2010 dan berakhir pada hari Senin, tanggal 26 Juli 2010. Dalam
jangka waktu tersebut, penulis hadir sebanyak 32 kali pada setiap hari jam kerja.
Penulis hadir pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat, sesuai dengan jam
kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dalam satu kali pertemuan penulis hadir
sekitar 5 (lima) jam kerja yaitu terhitung dari pukul 10.00 sampai pukul 16:00
wib.
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN MAGANG
7
Untuk memberikan pemahaman mengenai isi dari laporan magang secara
menyeluruh, maka laporan magang dibagi dalam 4 (empat) bab yang terdiri dari
bab dan sub bab yang saling berkaitan satu sama lainnya. Bab-bab tersebut antara
lain:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang topik yang dibahas dan
kaitannya dengan lokasi magang. Dalam bab ini juga berisikan sub bab yang
menjelaskan tentang tujuan dan manfaat, beserta tempat dan waktu pelaksanaan
magang.
BAB II : PROFIL KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK
INDONESIA
Bab ini menjelaskan secara lengkap mengenai latar belakang sejarah
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, selain itu juga berisi struktur
organisasi dan uraian mengenai visi dan misi dari Kementerian Luar Negeri RI,
serta tujuan dan fungsi dari Kementerian Luar Negeri RI, dan satuan kerja
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia, dan juga berisi objek dari pelaksanaan magang.
BAB III : PEMBAHASAN PELAKSANAAN MAGANG
Bab ini membahas dan mendeskripsikan mengenai tugas dan kegiatan apa
saja yang penulis lakukan selama melakukan magang. Selain itu juga membahas
mengenai hambatan dan tantangan dalam proses magang di Kementrian Luar
8
Negeri Republik Indonesia, serta penyelesaian hambatan yang dihadapi penulis
dalam melaksanakan magang tersebut.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan akhir dari bab yang berisikan kesimpulan dan saran
dari laporan magang ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL KERJASAMA ASEAN
9
DIREKTORAT KERJASAMA FUNGSIONAL ASEAN
2.1 SEJARAH KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
1945-1950 :
Tugas utama Kementerian Luar Negeri melalui diplomasi :
1. Mengusahakan simpati dan dukungan masyarakat internasional,
menggalang solidaritas teman-teman di segala bidang dan dengan berbagai
macam upaya memperoleh dukungan dan pengakuan atas kemerdekaan
Indonesia.
2. Melakukan perundingan dan membuat persetujuan :
Persetujuan Linggarjati – pengakuan atas RI meliputi Jawa dan Madura;
1948 Perjanjian Renville – pengakuan atas RI meliputi Jawa dan Sumate-
ra;
1949 Perjanjian KMB – Indonesia dalam bentuk negara Federal pada
tahun 1950;
Diplomasi Indonesia berhasil mengembalikan keutuhan wilayah RI den-
gan membatalkan Perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB). Masa 5 (lima)
tahun pertama kemerdekaan Indonesia merupakan masa yang menentukan dalam
perjuangan penegakan kemerdekaan yang merupakan bagian sejarah yang
menentukan Karakter atau Watak politik luar negeri Indonesia. Semangat Diplo-
10
masi Perjuangan yang memungkinkan Indonesia pada akhirnya meraih dukungan
luas masyarakat internasional di PBB pada tahun 1950.
1966-1998 :
Tugas diplomasi Kementerian Luar Negeri yang menonjol antara lain :
1. Pengakuan Irian Barat;
2. Pengakuan terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan dalam perjuan-
gan hukum laut - UNCLOS (United Nation Convention on Law of the
Sea);
3. Meningkatkan Kerjasama ASEAN;
4. Mencari Pengakuan internasional terhadap Timor Timur;
5. Ketua Gerakan Non Blok untuk memperjuangkan kepentingan negara-
negara berkembang;
6. Ketua APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) dan G-15 (Group-15);
7. Meningkatkan kerjasama pembangunan.
1998 – Sekarang :
Tugas utama Kementerian Luar Negeri diarahkan untuk :
1. Memagari potensi disintegrasi bangsa;
2. Upaya membantu pemulihan ekonomi;
3. Upaya peningkatan citra Indonesia;
11
4. Meningkatkan kualitas pelayanan dan perlindungan WNI (Warga Negara
Indonesia).
2.2.1 PROFIL KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar
Negeri ditetapkan bahwa Menteri Luar Negeri menyelenggarakan sebagian tugas
umum pemerintah dan pembangunan dalam bidang Hubungan Luar Negeri dan
Politik Luar Negeri. Hal yang sama juga ditegaskan dalam Pasal 31 Peraturan
Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, bahwa
Departemen Luar Negeri mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang politik dan hubungan
luar negeri.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 31, dalam
Pasal 32 Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 ditetapkan bahwa
Departemen Luar Negeri menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan
teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri.
2. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya.
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya.
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya.
5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang
tugas dan fungsinya kepada Presiden.
12
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, Departemen Luar Negeri
mempunyai kewenangan:
1. Penetapan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro.
2. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.
3. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi
tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya.
4. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang
disahkan atas nama negara.
5. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidangnya.
6. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu:
a. Pengaturan dan pelaksanaan hubungan sosial, politik, ekonomi,
budaya dan penerangan luar negeri serta,
b. Pengaturan dan pelaksanaan protokol dan konsuler.
Berdasarkan telaah Rapat Keppri (Kepala Perwakilan RI) tahun 2004
tersebut, paling tidak terdapat 3 (tiga) arah kebijakan luar negeri yang penting
dijalankan Kementerian Luar Negeri saat ini yakni:
a. Meningkatkan kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional.
13
b. Melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan
pemantapan integrasi regional, serta
c. Melanjutkan komitmen Indonesia terhadap upaya-upaya pemantapan
perdamaian dunia.
Karena itu, dalam konteks yang lebih luas, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 meletakkannya ke dalam 3 (tiga)
program utama nasional kebijakan luar negeri yang harus segera dilakukan yaitu:
1. Pemantapan Politik Luar Negeri dan Optimalisasi Diplomasi Indonesia
dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar
negeri. Tujuan pokok dari upaya tersebut adalah meningkatkan kapasitas
dan kinerja politik luar negeri dan diplomasi dalam memberikan kontribusi
bagi proses demokratisasi, stabilitas politik dan persatuan nasional.
Langkah ini sejalan dengan pidato Bung Hatta pada tanggal 15 Desember
1945 yang menyatakan bahwa “Politik luar negeri yang dilakukan oleh
pemerintah mestilah sejalan dengan politik dalam negeri”. Seluruh rakyat
harus berdiri dengan tegaknya dan rapatnya di belakang pemerintah
Republik Indonesia. “Persatuan yang sekuat-kuatnya harus ada, barulah
pemerintah dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam diplomasi
yang dijalankan”.
2. Peningkatan kerjasama internasional yang bertujuan memanfaatkan secara
optimal berbagai peluang dalam diplomasi dan kerjasama internasional
terutama kerjasama ASEAN di samping negara-negara yang memiliki
14
kepentingan yang sejalan dengan Indonesia. Langkah mementingkan
kerjasama ASEAN dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan
pelaksanaan politik luar negeri merupakan aktualisasi dari pendekatan
ASEAN sebagai concentric circle utama politik luar negeri Indonesia.
3. Penegasan komitmen Perdamaian Dunia yang dilakukan dalam rangka
membangun dan mengembangkan semangat multilateralisme dalam
memecahkan berbagai persoalan keamanan internasional. Langkah
diplomatik dan multilateralisme yang dilandasi dengan penghormatan
terhadap hukum internasional dipandang sebagai cara yang lebih dapat
diterima oleh subjek hukum internasional dalam mengatasi masalah
keamanan internasional. Komitmen terhadap perdamaian internasional
relevan dengan tujuan hidup bernegara dan berbangsa sebagaimana
dituangkan dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
2.2.2 VISI DAN MISI KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK
INDONESIA
Visi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia sebagai berikut:
“Melalui diplomasi total, ikut mewujudkan Indonesia yang bersatu, lebih aman,
adil, demokratis dan sejahtera”. Diplomasi total adalah instrumen dan cara yang
digunakan dalam diplomasi dengan melibatkan seluruh komponen stakeholder,
memanfaatkan seluruh lini kekuatan (multi-track diplomacy). Mewujudkan adalah
keinginan untuk merealisasikan atau menuntaskan gagasan/ide dan sesuatu yang
belum ada atau masih tengah berjalan. Indonesia yang bersatu menggambarkan
15
keinginan kuat untuk tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Lebih aman, adil, demokratis dan sejahtera adalah konsep agenda
utama yang dituangkan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam masa 5
(lima) tahun mendatang.7
Adapun 7 (tujuh) pernyataan misi yang disebut “Sapta Dharma Caraka”
sebagai penjabaran dalam rangka mengemban visi tersebut di atas, adalah sebagai
berikut:
1. Memelihara dan meningkatkan dukungan internasional terhadap keutuhan
wilayah dan kedaulatan Indonesia.
2. Membantu pencapaian Indonesia sejahtera melalui kerjasama
pembangunan dan ekonomi, promosi dagang dan investasi, kesempatan
kerja dan alih teknologi.
3. Meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi
ASEAN, peran aktif di Asia Pasifik, membangun kemitraan strategis baru
Asia-Afrika serta hubungan antar sesama negara berkembang.
4. Memperkuat hubungan dan kerjasama bilateral, regional dan internasional
di segala bidang dan meningkatkan prakarsa dan kontribusi Indonesia
dalam pencapaian keamanan dan perdamaian internasional serta
memperkuat multilateralisme.
5. Meningkatkan citra Indonesia di masyarakat internasional sebagai negara
demokratis, pluralis, menghormati hak asasi manusia, dan memajukan
perdamaian dunia.
7 http://www.deplu.go.id/Pages/Polugri.aspx?IDP=20&l=id. Diakses pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 19.32 Wib
16
6. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan Warga Negara Indonesia di
luar negeri serta melancarkan diplomasi kemanusiaan guna mendukung
tanggap darurat dan rekonstruksi Aceh dan Nias dari bencana gempa dan
tsunami.
7. Melanjutkan benah diri untuk peningkatan kapasitas kelembagaan, budaya
kerja dan profesionalisme pelaku diplomasi serta peran utama dalam
koordinasi penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri.8
2.2.3 TUJUAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Dalam rangka mewujudkan pencapaian pengelolaan kebijakan politik luar
negeri secara efisien dan efektif, maka misi Departemen Luar Negeri Republik
dijabarkan dalam beberapa tujuan strategis sebagai berikut 9:
1. Mewujudkan dukungan masyarakat internasional terhadap keutuhan dan
kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Meningkatkan penyelesaian masalah perbatasan wilayah Indonesia dengan
negara tetangga secara diplomatis.
3. Mengembangkan kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi, alih
teknologi dan bantuan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
4. Meningkatkan fasilitasi bagi perluasan kesempatan kerja di luar negeri.
8 http://www.deplu.go.id/Pages/Polugri.aspx?IDP=18&l=id. Diakses pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 20.11 Wib.
9 http://www.deplu.go.id/Pages/Polugri.aspx?IDP=19&l=id. Diakses pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 20.19 Wib
17
5. Mewujudkan kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi ASEAN
Community dan penanganan kejahatan lintas negara di kawasan.
6. Memperkuat hubungan dan kerjasama Indonesia dengan negara-negara
kawasan Asia Pasifik.
7. Mewujudkan kemitraan strategis baru Asia-Afrika.
8. Memantapkan dan memperluas hubungan dan kerjasama bilateral.
9. Memperkuat kerjasama di forum regional dan multilateral.
10. Meningkatkan dukungan dan kepercayaan masyarakat internasional
terhadap Indonesia yang demokratis, aman, damai adil dan sejahtera.
11. Meningkatkan komitmen terhadap perdamaian dunia.
12. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan warga negara Indonesia dan
badan hukum Indonesia di luar negeri.
13. Meningkatkan upaya diplomasi kemanusiaan dalam menangani bencana
alam, khususnya rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Sumatera Utara.
14. Mewujudkan organisasi Kementerian Luar Negeri yang profesional,
efektif dan efisien.
15. Meningkatkan koordinasi dan sinergi dalam penyelenggaraan hubungan
luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri.
2.2.4 PROGRAM KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI
18
Berdasarkan visi dan misi dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Deplu
2004-2009 dan sebagai penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2006,
Deplu melaksanakan program operasional sebagai berikut:10
A. PEMANTAPAN KAPASITAS POLITIK LUAR NEGERI DAN
OPTIMALISASI DIPLOMASI INDONESIA
Dalam upaya menjamin pencapaian hasil dari pelaksanaan program pokok
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri
Republik Indonesia, maka dijabarkan program-program operasional Departemen
Luar Negeri dalam kategori sebagai berikut:
1. Penguatan dukungan terhadap kedaulatan dan keutuhan NKRI.
2. Penyelesaian masalah perbatasan melalui diplomasi.
3. Penggalangan dukungan bagi pencalonan Indonesia di berbagai
organisasi/badan internasional.
4. Peningkatan citra Indonesia.
5. Penguatan diplomasi dan politik luar negeri.
6. Peningkatan pelayanan dan perlindungan WNI/BHI di luar negeri.
7. Penguatan diplomasi kemanusiaan.
8. Pemantapan organisasi Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar
negeri.
9. Pemanfaatan perjanjian-perjanjian internasional dan hukum internasional
bagi kepentingan Indonesia.
10 http://www.deplu.go.id/Pages/Polugri.aspx?IDP=11&l=id diakses tanggal 26 Juli 2010 pukul 20.24 wib.
19
10. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana.
11. Peningkatan koordinasi antara Departemen Luar Negeri dan instansi pe-
merintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan politik luar negeri.
12. Penguatan sistem informasi dan diplomasi publik.
13. Peningkatan dukungan publik dalam penyelenggaraan hubungan luar
negeri dan pelaksanaan politik luar negeri.
14. Peningkatan peran serta masyarakat dalam proses perumusan kebijakan
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri;
15. Peningkatan kualitas diplomasi publik di Indonesia.
16. Peningkatan kualitas perumusan kebijakan penyelenggaraan hubungan
luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri.
17. Pemantapan keamanan diplomatic.
18. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.
19. Peningkatan pelayanan keprotokolan, fasilitas diplomatik dan
kekonsuleran.
B. PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
Dalam upaya menjamin pencapaian hasil dari pelaksanaan program pokok
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri
Republik Indonesia, maka dijabarkan program-program operasional Departemen
Luar Negeri dalam kategori ini sebagai berikut:
1. Peningkatan kerjasama perdagangan, ekonomi dan investasi.
20
2. Peningkatan kerjasama teknik dan alih teknologi.
3. Peningkatan fasilitasi kerjasama ketenagakerjaan.
4. Pengembangan kerjasama ASEAN.
5. Peningkatan kerjasama penanganan kejahatan lintas batas negara.
6. Peningkatan kerjasama ekstradisi negara-negara ASEAN.
7. Peningkatan hubungan dan kerjasama dengan negara-negara Asia Pasifik.
8. Peningkatan kerjasama strategis Indonesia dengan negara-negara Asia dan
Afrika.
9. Peningkatan kerjasama sosial budaya.
10. Pengamanan kepentingan Indonesia dan peningkatan kerjasama dalam
penanggulangan kejahatan internasional.
C. PENEGASAN TERHADAP KOMITMEN PERDAMAIAN
INTERNASIONAL
Dalam upaya menjamin pencapaian hasil dari pelaksanaan program pokok
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri
Republik Indonesia, maka dijabarkan program-program operasional Departemen
Luar Negeri dalam kategori ini sebagai berikut:
1. Penguatan multilateralisme dan demokratisasi PBB;
2. Pengembangan kerjasama regional dan multilateral dalam berbagai
bidang;
3. Peningkatan peran dan kontribusi Indonesia dalam memelihara keamanan
dan perdamaian dunia;
21
4. Pemantapan dan perluasan kerjasama politik;
5. Peningkatan peran dan kontribusi Indonesia dalam perumusan kebijakan
organisasi-organisasi internasional.
Penyelenggaraan hubungan luar negeri, pelaksanaan politik luar negeri
serta peranan diplomasi akan terlihat semakin mengemuka di masa depan. Oleh
karena itu dunia diplomasi Indonesia tidak hanya membutuhkan pengelolaan dan
koordinasi antar berbagai state actors melainkan juga dukungan dari semua pihak
pelaku hubungan internasional. Dalam hubungan ini, Undang-Undang Nomor 37
Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, telah menegaskan kedudukan De-
partemen Luar Negeri untuk memainkan peranan utama dalam membantu tugas-
tugas Presiden menyelenggarakan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik
luar negeri.
Kedudukan itu menjadi penting mengingat tantangan pelaksanaan politik
luar negeri dan diplomasi Indonesia saat ini sangat kompleks dengan segala varian
perubahan dinamis hubungan internasional. Karena itu, Departemen Luar Negeri
menyadari pentingnya memfokuskan kebijakan politik luar negeri pada langkah-
langkah yang mampu mewujudkan kepentingan nasional yang diperjuangkan
bersama. Upaya tersebut hanya dapat dilakukan optimal dan efektif jika didukung
oleh kemantapan dan kualifikasi sumber daya manusia yang dibutuhkan sesuai
dengan strategi kebijakan yang dilaksanakan. Saat ini, Departemen Luar Negeri
akan terus melanjutkan proses benah diri yang juga mencakup pengembangan
22
kualitas Sumber Daya Manusia sebagai penyelenggara diplomasi utama yang han-
dal dan professional. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan pembinaan karir
diplomat merupakan hal yang perlu memperoleh perhatian dan dukungan besar
serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Diperlukan langkah-langkah
pengembangan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia secara terus-
menerus dan komprehensif.
2.2.5 STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI
23
Sumber: www.deplu.go.id
2.2.6 STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL
KERJASAMA ASEAN
24DIREKTUR JENDERAL KERJASAMA ASEANDIREKTORAT
POLITIK DAN KEAMANAN
ASEAN
DIREKTORAT KERJASAMA
EKONOMI ASEAN
DIREKTORAT MITRA
WICARA DAN ANTAR
KAWASAN
DIREKTORAT KERJASAMA FUNGSIONAL
ASEAN
2.2.7 STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL
KERJASAMA FUNGSIONAL ASEAN
2.2.7 TUGAS POKOK DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL
KERJASAMA ASEAN
25
DIREKTUR KERJASAMA FUNGSIONAL ASEAN
SUBDIT KERJASAMA
SDM & YAYASAN
ASEAN
SUBDIT PENERANGAN KEBUDAYAAN & PENDIDIKAN
SUBDIT PEMBANGUNAN
SOSIAL
SUBDIT IPTEK &
LINGKUNGAN HIDUP
KEPALA SUB BAGIAN TU
SEKRETARIAT DIREKTORAT
JENDERAL KERJASAMA ASEAN
Adapun tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN adalah
sebagai berikut:
Tugas Pokok:
Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
bidang kerjasama ASEAN.
Fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan Kementerian Luar Negeri di bidang
kerjasama ASEAN;
b. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang
kerjasama ASEAN;
c. Pelaksanaan dan evaluasi kebijakan di bidang kerjasama ASEAN, baik
kerjasama ekonomi, kerjasama fungsional, politik dan keamanan, hingga
Mitra wicara ASEAN;
d. Pemberian bimbingan dan supervisi teknis serta perjanjian di bidang ker-
jasama ASEAN;
e. Administrasi dan manajemen Direktorat Jenderal.
2.2.8 TUGAS POKOK DAN FUNGSI DIREKTORAT KERJASAMA
FUNGSIONAL ASEAN
26
TUGAS DAN FUNGSI:
Dasar Hukum:
1. Undang-undang RI No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
(Lembaran Negara RI Tahun 1999 No. 156; Tambahan Lembaran Ne-
gara RI No. 3882).
2. Peraturan Presiden (Perpres) RI No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Nega-
ra RI, sebagaimana diubah dengan Perpres RI No. 62 Tahun 2005.
3. Peraturan Presiden (Perpres) RI No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Orga-
nisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara RI sebagaimana telah
keempat kali diubah terakhir dengan Perpres RI No. 66 Tahun 2006.
4. Keputusan Presiden RI No. 108 Tahun 2003 tentang Organisasi Per-
wakilan RI di Luar Negeri.
5. Kepmenlu No. SK.06/A/OT/VI/2004/01 tahun 2004 tentang Organ-
isasi dan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.
6. Peraturan Menteri Luar Negeri RI Nomor 02/A/OT/VIII/2005/01
Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Luar
Negeri, sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Luar Negeri RI
Nomor 01/A/OT/I/2006/01 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Luar Negeri.
7. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI No.
KP/46/M.Pan/4/2004 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pen-
27
gawasan Melekat (Waskat) dalam Penyelenggaraan Pemerintahan se-
bagai pengganti SK Menpan No. 30 tahun 1994.
Tugas:
Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
dalam melaksanakan visi dan misi berdasarkan Rencana Strategi (Renstra)
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN di bidang sumber daya manusia,
yayasan ASEAN, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan,
teknologi, lingkungan hidup dan pembangunan sosial.
Fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang
hubungan dan politik luar negeri RI dalam rangka kerja sama fung-
sional ASEAN mengenai sumberdaya manusia, yayasan ASEAN, pen-
erangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi,
lingkungan hidup dan pembangunan sosial;
b. Pengkoordinasian internal dan eksternal dan pelaksanaan kebijakan
dan standarisasi teknis di bidang hubungan dan politik luar negeri RI
dalam rangka kerja sama fungsional ASEAN mengenai sumber daya
manusia, yayasan ASEAN, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu
pengetahuan teknologi, lingkungan hidup dan pembangunan sosial;
28
c. Pelaksanaan persidangan dan pengkoordinasian serta pengevaluasian
tindak lanjut hasil sidang ASEAN dalam rangka kerja sama fungsional
ASEAN di bidang sumber daya manusia, yayasan ASEAN, peneran-
gan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, lingkun-
gan hidup dan pembangunan sosial;
d. Pengarahan dan penyiapan materi/bahan atau perumusan terkait den-
gan kebijakan atau posisi kerja sama fungsional dalam menghadapi
sidang-sidang tingkat Menteri dan Pejabat Tinggi, Senior Official
Meeting on Social Wealthfare Development (SOMSWD), Senior Offi-
cial Meeting on Rural Development and Poverty Eradication (SOM-
RDPE), Senior Official Meeting on Health Development (SOMHD),
Senior Labour Official Meeting (SLOM), Senior Official Ministry of
Youth (SOMY), ASEAN Committee on Culture and Information
(ASEAN COCI), ASEAN Committee on Education (ASCOE), ASEAN
Minister of Education (ASED), Senior Official Meeting on Education
(SOMED), Committee on Science and Technology (COST), ASEAN
Committee on Disaster Management (ACDM), ASEAN Meeting on
Drugs (ASOD), ASEAN Committee for Women and Child (ACW) dan
ASEAN Committee on Civil Service Matters (ACCSM);
e. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang
hubungan dan politik luar negeri RI dalam rangka kerja sama fung-
sional ASEAN mengenai sumber daya manusia, yayasan ASEAN,
penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi,
29
lingkunan hidup dan pembangunan sosial;
f. Pemberian pengawasan, pembimbingan dan pengevaluasian pelak-
sanaan kegiatan, program kerja sama maupun hasil-hasil kesepakatan
sidang ASEAN di bidang sumber daya manusia, yayasan ASEAN,
penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi,
lingkungan hidup dan pembangunan sosial;
g. Pemberian bimbingan teknis, informasi, eveluasi, dan pelaporan di
bidang hubungan dan politik luar negeri RI dalam rangka kerja sama
fungsional ASEAN mengenai sumber daya manusia, yayasan ASEAN,
penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi,
lingkunan hidup dan pembangunan sosial;
h. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan/tugas lain yang diberikan oleh
pimpinan;
i. Pelaksanaan administrasi Direktorat.
Struktur Direktorat Kerja sama Fungsional ASEAN:
a. Subdirektorat Kerja sama Sumber Daya Manusia dan Yayasan
ASEAN;
b. Subdirektorat Penerangan, Kebudayaan dan Pendidikan;
c. Subdirektorat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Lingkungan
Hidup;
30
d. Subdirektorat Pembangunan Sosial;
e. Sub Bagian Tata Usaha.
2.2.9 OBJEK PELAKSANAAN MAGANG
Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN (KFA) memiliki unsur-unsur
bidang kajian strategi yang bersifat komprehensif dalam semua aspek yang terkait
dengan hal politik, keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Direktorat Kerjasama
Fungsional ASEAN (KFA) berperan dalam hal pengaturan agenda menyeluruh
serta inisiasi politik ataupun kebijakan luar negeri Indonesia di kawasan Asia
Tenggara yang menjadi lingkar konsentris pertama Indonesia. Isu lingkungan
yang penulis angkat dalam laporan ini merupakan permasalahan yang fenomenal
dan menjadi perbincangan dunia internasional.
Sejauh ini, kerjasama fungsional sosial dan politik antar negara-negara
ASEAN telah menunjukkan peningkatan dengan adanya dialog secara reguler
baik di pertemuan tingkat tinggi, pejabat senior, maupun tingkat kelompok kerja
terkait implementasi dari tiga pilar yang menjadi acuan kerjasama ASEAN, yakni
pilar Keamanan, Ekonomi dan Sosial Budaya.
BAB III
PEMBAHASAN PELAKSANAAN MAGANG
3.1 DESKRIPSI PELAKSANAAN MAGANG
Dalam pelaksanaan magang di Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia, penulis ditempatkan di Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN
31
(KFA), Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia.
Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN secara garis besar menangani
dan mengagendakan kerjasama fungsional ASEAN secara komprehensif, baik
dalam hal kesehatan, pendidikan, kepemudaan, narkotika, IPTEK,
ketenagakerjaan, pengentasan kemiskinan, kebudayaan, human resources
development, lingkungan hidup dan bencana alam.
Di luar itu semua, agenda reguler Direktorat Kerjasama Fungsional
ASEAN adalah mempromosikan ASEAN melalui blueprint 3 pilar ASEAN ke
universitas-universitas yang ada di Indonesia melalui kegiatan seminar, pemilihan
Duta Muda ASEAN, English Speech Competition tingkat Sekolah Menengah
Atas, Public Speaking untuk tingkat Mahasiswa, ASEAN Goes to School di
Sekolah Menengah Atas di seluruh Indonesia, pertukaran siswa Sekolah
menengah Atas ke negara Mitra Wicara, seperti Jepang lewat JENESYS
Programme (Japan - East Asia Network of Exchange for Students and Youths).
Kembali ke dalam keseharian aktifitas penulis selama pelaksanaan
magang, penulis juga melakukan serta membantu staff Direktorat Kerjasama
Fungsional ASEAN yang bersifat teknis, seperti: mempersiapkan materi untuk
seminar Sosialisasi dan Tindak Lanjut Terbentuknya Komisi ASEAN untuk
Pemajuan dan Perlindungan Hak Wanita dan Anak ACWC (ASEAN Commission
on the Promotion and Protection on the Rights of Women and Children) yang
bertempat di Hotel Aryaduta Jakarta pada tanggal 2 Juni 2010. Kemudian
penyelenggaraan JENNESYS Programme yang diadakan oleh Kementerian Luar
32
Negeri, penulis membantu mendokumenkan segala administrasi peserta yang ikut
dalam kegiatan tersebut. Terkait dengan HUT ASEAN yang jatuh pada tanggal 8
Agustus 2010 mendatang, penulis membantu dalam pelaksanaan Car Free Day
lewat membagikan goody bag ASEAN di Bundaran Hotel Indonesia yang
direncanakan pada tanggal 8 Agustus 2010 bersama Duta Muda ASEAN 2009,
menghubungi kedutaan negara-negara Mitra Wicara ASEAN dan mitra ASEAN
untuk meminta konfirmasi kedatangan Duta Besar dan delegasi institusi
pemerintahan dalam acara Seminar Sehari dan Gala Dinner HUT ASEAN yang
diadakan oleh Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN bertempat di
Intercontinental Hotel pada tanggal 9 Agustus 2010.
Selama Pelaksanaan Magang di Direktorat Kerjasama Fungsional
ASEAN, Kementerian Luar Negeri RI, penulis sangat merasakan kemudahan
dalam hal mendapatkan data dan informasi yang penulis inginkan sebagai bahan
laporan dari beberapa Direktorat-Direktorat yang ada, mulai dari Subdit Sumber
Daya Manusia dan Yayasan ASEAN, Subdit Penerangan Kebudayaan dan
Pendidikan, Subdit IPTEK dan Lingkungan Hidup dan Subdit Pembangunan
Sosial serta Direktorat Mitra Wicara ASEAN.
Selama pelaksanaan magang, penulis tentunya juga prepare untuk
kebutuhan penelitian ataupun tugas akhir yang akan penulis tempuh di semester
berikutnya. Dalam hal ini, penulis lebih berkonsentrasi dalam perkembangan
kerjasama ASEAN-China, khususnya kerjasama lingkungan. Alasannya adalah
minat penulis sendiri yang ingin meneliti lebih jauh tentang China.
33
3.2 REVIEW KERJASAMA LINGKUNGAN ASEAN - CHINA
Dalam pelaksanaan magang, penulis dibimbing untuk mempelajari dan
mencari tau tentang mekanisme kerjasama lingkungan ASEAN. Dari semua isu
yang berkaitan dengan kerjasama fungsional ASEAN, penulis lebih fokus dalam
mencari tahu tentang peran dan upaya ASEAN pada kerjasama dalam proteksi
lingkungan ASEAN dan China yang mana permulaan kerjasama antara ASEAN-
China sudah dilakukan sejak tahun 1997.
Berdasarkan pada dasar kerjasama ASEAN dan China meliputi area
sumber daya alam, struktur industri dan teknologi, dan juga memfokuskan serta
memperluas area kerjasama yang meliputi kerjasama ekonomi, perdagangan,
pengetahuan alam dan teknologi, pariwisata dan kerjasama fungsional lainnya.
Perluasan kerjasama ASEAN-China dimulai dari 5 (lima) hingga 10 (sepuluh)
prioritas, antara lain: pertanian, informasi teknologi dan komunikasi,
pembangunan sumber daya manusia, investasi dua arah, pembangunan Sungai
Mekong, transportasi, energy, kebudayaan, pariwisata dan kesehatan publik, dan
yang terakhir adalah isu lingkungan menjadi pelengkap prioritas kerjasama antara
ASEAN dan China. Mekanisme kerjasama ASEAN-China memiliki 10+1
prioritas yang salah satunya adalah kerjasama di bidang proteksi lingkungan.
Kerjasama ASEAN-China di bidang lingkungan secara umum berlum
mencapai goal nya, karena kerjasama di bidang lingkungan itu sendiri baru saja
dirintis pada KTT ke-11 China-ASEAN Summit tahun 2007. Berikut adalah
program kerjasama antara ASEAN-China dalam 10 (sepuluh) prioritas meliputi:
1. Permasalahan Lingkungan Global.
34
2. Kebakaran hutan dan yang berkaitan dengan bumi serta kabut asap.
3. Lingkungan laut.
4. Manajemen tata kelola hutan.
5. Manajemen tata kelola taman natural dan cadangan oksigen.
6. Manajemen tata kelola penyediaan air bersih.
7. Kepedulian publik dan pendidikan lingkungan.
8. Mempromosikan lingkungan.
9. Manajemen dan improvisasi lingkungan urbanisasi.
10. Mengawasi, melaporkan dan koordinasi data yang berkelanjutan.
Dari perspektif regional Asia Tenggara sendiri, ASEAN sebagai organisasi
regional mengidentifikasikan 12 prioritas dalam pengelolaan lingkungan hidup
yang berkelanjutan dikawasan, yaitu:
1. Memperkuat kapasitas nasional dan regional dalam
menindaklanjuti kesepaktaan-kesepakatan di bidang lingkungan,
yang dicapai pada tingkat global seperti perubahan iklim (climate
change) serta penanganan produk kimia dan limbah kimia;
2. Memperkuat kerjasama dalam penanganan polusi dan lingkungan
lintas batas serta polusi limbah berbahaya lintas batas;
3. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan arti
pentingnya lingkungan;
4. Mempromosikan pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang
ramah lingkungan;
35
5. Memperbaiki pengelolaan lingkungan perkotaan sekaligus
memperkuat good governance di kawasan perkotaan;
6. Memperkuat upaya pengawasan, laporan, serta harmonisasi
kebijakan sehingga pembangunan dapat dilaksanakan secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
7. Meningkatkan pengelolaan kawasan pantai dan bahari yang ramah
lingkungan (coastal and marine environment);
8. Memperkuat konservasi alam dan keanekaragaman hayati;
9. Mempromosikan tersedianya sumber air bersih bagi semua
penduduk;
10. Memperkuat pemanfaatan lahan secara ramah lingkungan;
11. Mempromosikan pengelolaan hutan secara lestari dan melakukan
harmonisasi antara kebijakan ekonomi, sosial dan lingkungan;
12. Memperkuat kerjasama dalam pemanfaatan sumber daya mineral
secara lestari.11
Sejauh ini, isu lingkungan hidup masih berada di dalam kerangka ASEAN
Plus Three, yang artinya kontribusi China disini masih dalam kerjasama Plus
Three bersama dengan Jepang dan Korea Selatan. Kontribusi China terkait dalam
hal lingkungan belum berjalan sebagaimana mestinya karena masih dalam proyek
capacity building serta belum adanya pertemuan tingkat menteri lingkungan
Negara-negara ASEAN.
11 Lihat ASEAN Selayang Pandang, edisi 2008 . Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia 2008. Hal 93.
36
3.2.1 PROSPEK KERJASAMA ASEAN-CHINA DI BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP
Ada 4 (empat) prospek yang dapat diidentifikasi oleh ASEAN dalam
kerangka kerjasama bidang lingkungan hidup, antara lain:
1. Antara ASEAN dan China memiliki kesamaan permasalahan yang
dihadapi di bidang lingkungan.
2. Antara ASEAN dan China sedang giat melaksanakan pembangunan yang
berdampak pada lingkungan, misalnya industri dapat menyebabkan
degradasi lingkungan.
3. Antara ASEAN dan China sangat rentan terhadap bencana, yaitu banjir,
gempa bumi, dampak perubahan iklim dan angin topan.
4. Antara ASEAN dan China sama-sama berpenduduk besar.
Keempat variabel di ataslah yang mendorong ASEAN dan China
melalukan kerjasama di bidang lingkungan hidup. Peluang ASEAN dalam bidang
lingkungan adalah, pertama, karena ASEAN dan China memiliki tantangan yang
sama. Kedua, dari segi ekonomi, China jauh lebih maju dari ASEAN. Aspek
ekonomi inilah yang membuat China efektif dalam melaksanakan Clean
Development Mechanism (CDM), dari hal inilah ASEAN mencoba belajar melalui
bantuan China baik dalam bentuk dana maupun expertise (keahlian) untuk
menggolkan proyek-proyek dari CDM itu sendiri.
Isu lingkungan sangat sensitif, karena saat ini Negara maju cenderung
menggunakan isu lingkungan dalam upayanya untuk menekan negara-negara
berkembang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa China melakukan antisipasi
37
dengan komitmennya terhadap kerjasama lingkungan hidup agar tekanan negara-
negara maju dapat diredam. Pada saat UNFCCC (United Nations Framework
Conventionon Climate Change) dan COP (Conference of Parties), ASEAN dan
beberapa negara berkembang lain memiliki leverage (posisi tawar) lewat
kerjasama pada tingkat multilateral, untuk membangun posisi yang sama sesama
negara berkembang.
Negara-negara ASEAN berada di kelompok 77 plus China. Negara-negara
Barat saat ini menganggap bahwa China sudah tidak lagi bisa dianggap sebagai
Negara berkembang. Kita tahu, bahwa peningkatan industri China yang pesat
membuat China menjadi salah satu negara polutan yang menghasilkan polusi
dalam skala besar. Akan tetapi, China cenderung ingin tetap dekat dengan Negara-
negara berkembang agar posisinya sama dengan Negara berkembang tersebut
sebagai antisipasi serta demi menjaga kepentingan nasionalnya
Setiap Negara berkembang memiliki right development, yang artinya
setiap Negara memiliki hak untuk melakukan pembangunan. Apabila Negara
tersebut sudah maju, sebuah negara harus memperhatikan isu lingkungan.
Permasalahan dari Negara berkembang sendiri adalah tidak adanya dana untuk
mengimplementasikan proyek-proyek terkait isu lingkungan. Maka dari itu
diadakanlah CDM (Clean Development Mechanism) yaitu sebuah penghargaan
yang diberikan untuk industri-industri dalam melaksanakan aktifitas yang
memperhatikan lingkungan akan tetapi tetap ada mekanisme yang mengatur
permasalahan ini, misalnya carbon trading.
38
Dan jika kita melihat tantangan yang dihadapi adalah, posisi China
memang berada di atas ASEAN. Dari segi industry, hal ini terlihat nyata sekali.
Namun ASEAN selalu kalah karena mekanisme China lebih efektif dan efisien.
ASEAN mencoba untuk lesson and learn, artinya ASEAN mencoba mempelajari
kemajuan dari perekonomian China. Hambatan yang dirasakan selama ini tidak
terlalu berarti. Indonesia sebagai salah satu negara ASEAN memiliki hutan, dan
kontribusi inilah yang membuat Indonesia ikut berpartisipasi dalam memproduksi
oksigen dunia dengan kepemilikan hutan Indonesia yang dinilai terbesar setelah
Brazil. Saran ke depannya adalah, China merupakan negara yang maju tidak
hanya di satu sektor saja, namun China dalam hal lingkungan mulai menciptakan
teknologi yang ramah lingkungan. China sendiri memiliki national plan, yang
mana national plan tersebut digunakan untuk mengatasi climate change, polusi.
Untuk ASEAN, itulah yang dapat kita pelajari dari keberhasilan China.
3.3 HAMBATAN DAN TANTANGAN PELAKSANAAN MAGANG
Hambatan yang penulis hadapi selama pelaksanaan magang adalah di
Kementerian Luar Negeri RI, Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Direktorat
Kerjasama Fungsional ASEAN (KFA) adalah kesulitan penulis dalam beradaptasi
dengan para staff dan pegawai KFA di awal pelaksanaan magang. Hal ini
dikarenakan kesibukan para staff terkait dengan banyaknya agenda yang harus
39
diselesaikan Direktorat KFA. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi penulis
dalam melakukan interaksi dengan para pegawai di Direktorat KFA. Selain itu,
dokumen dan data-data yang tidak tersusun rapi juga menjadi salah satu hambatan
karena untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis cukup merasa kesulitan
untuk mencari file-file yang kiranya dibutuhkan sebagai referensi penulisan
laporan.
Hambatan lainnya adalah masalah waktu pelaksanaan magang. Penulis
mengalami keterlambatan di hari Rabu karena terkait dengan masih adanya
kegiatan perkuliahan di hari tersebut hingga pukul 10.30, sehingga waktu di hari
tersebut terbuang akibat jadwal kuliah serta perjalanan yang lumayan jauh dari
kampus UPN ”Veteran” Jakarta yang beralamat di Jl. RS Fatmawati Jakarta
Selatan menuju gedung Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang
beralamat di Jl. Taman Pejambon Jakarta Pusat.
3.4 PENYELESAIAN HAMBATAN PELAKSANAAN MAGANG
Hambatan yang penulis alami selama melakukan kegiatan magang di
Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN (KFA), Direktorat Jenderal Kerjasama
ASEAN, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia merupakan sebuah
tantangan serta motivasi tersendiri bagi penulis. Di samping melatih kemampuan
beradaptasi, hambatan-hambatan tersebut dapat menjadi pembelajaran dan
pengalaman baru bagi penulis. Dalam menyelesaikan hambatan tersebut penulis
harus aktif dalam interaksi serta tidak sungkan untuk bertanya dan meminta
bimbingan.
40
Tersedianya fasilitas yang sangat mencukupi seperti meja kerja dan
komputer yang terhubung langsung dengan sambungan internet memberikan
kenyamanan bagi penulis dalam melakukan kegiatan magang. Kenyamanan serta
kemudahan tersebut membuat kegiatan magang yang dilaksanakan penulis
menjadi ringan, efektif, dan berkualitas. Alasannya adalah penulis sama sekali
tidak merasa dibedakan dengan para staff atau pegawai negeri lainnya di
Direktorat KFA karena memperoleh fasilitas yang sama. Selain itu, keramahan
para staff dan pembimbing juga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
tugas-tugas kegiatan magang serta penyelesaian laporan magang.di Direktorat
Kerjasama Fungsional ASEAN.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan kegiatan magang, penulis menjalani aktifitas di
Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN, Direktorat Jenderal Kerjasama
41
ASEAN, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia selama kurang lebih tiga
bulan. Setelah menyelesaikan kegiatan magang, penulis dapat menyimpulkan
bahwa:
a. Selama pelaksanaan magang di Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN,
isu serta agenda yang di bahas bersifat spesifik dan komprehensif mulai
dari kerjasama Sumber Daya Manusia, penerangan, kebudayaan,
pendidikan, IPTEK dan lingkungan hidup, serta pembangunan sosial.
b. Isu politik, ekonomi, dan keamanan merupakan aspek-aspek yang saling
terkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Didasari bahwa hubungan antar negara yang dibangun atas dasar saling
percaya dan menghormati dapat meredam potensi konflik. Namun
lebarnya jurang antar negara maju dan negara berkembang terutama di
bidang ekonomi dapat menjadi satu kesenjangan antar negara dalam
menjalin hubungan antar bangsa.
c. Dalam menjalankan fungsinya, Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN
menyusun setiap agenda dalam koridor sosialisasi atas blueprint tiga pilar
ASEAN serta perumusan program kebijakan yang bersifat teknis dan non
teknis, rekomendasi, serta masukan terkait posisi Indonesia dalam setiap
kerjasama fungsional ASEAN.
d. Setiap Subdit di Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN memiliki mitra
wicaranya masing-masing dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.
e. Sistem birokrasi yang sangat teratur di Kemlu yang berawal dari Sub Dit
yang memberikan laporan kepada Direktorat, kemudian dilaporkan ke
42
Ditjen dan memberikan masukan kepada Menteri untuk menjadikan
laporan tersebut sebagai pertimbangan kebijakan.
4.2 SARAN
Dalam pelaksanaan magang, penulis mendapat beberapa hambatan.
Namun, hambatan tersebut juga ditutupi dengan kemudahan yang juga didapat
oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut:
Pertama, file-file serta dokumen-dokumen yang ada di Direktorat
Kerjasama Fungsional ASEAN (KFA), Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN,
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia seharusnya lebih tersusun rapi,
sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mencari dokumen yang
dibutuhkan.
Kedua, Direktorat KFA dalam menjalankan fungsinya sebaiknya
melakukan sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat umum. Khususnya
dalam mensosialisasikan Blueprint dari tiga pilar ASEAN (2009-2015).
Ketiga, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri
seharusnya mampu menjadi negara dominan di kawasan Asia Tenggara
mengingat orientasi politik luar negeri Indonesia lebih memprioritaskan peran di
ranah kawasan Asia Tenggara sebagai lingkar konsentris pertama Indonesia.
Tidak hanya itu, polugri tersebut tentunya dapat diefektifkan dan dimaksimalkan
karena kantor Sekretariat ASEAN yang bertempat di Jakarta, Indonesia.
Demikianlah saran yang dapat penulis sampaikan, semoga bisa bermanfaat
dalam perkembangan kajian hubungan internasional khususnya di kawasan Asia
43
Tenggara. Dapat menjadi sedikit masukan bagi peningkatan peran, fungsi, dan
mekanisme kerja di Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN, Direktorat
Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. 2008. ASEAN Selayang Pandang.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
44
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yayan Mochammad Yani. 2005. Pengantar
Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Internet
Hubungan Luar Negeri RI.
http://www.tempointeraktif.com/hg/luarnegeri/2006/11/14/brk,2006111487
701,id.html.
Isu-isu Khusus, Kejahatan Lintas Negara.
http://www.deplu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=20&l=id
Kementerian Luar Negeri: Tentang ASEAN
http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=6&l=id
Kenali ASEAN kita.
http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=6&l=id
Kerjasama ASEAN-China dan Stabiitas Kawasana Asia Timur.
http://tabloiddiplomasi.com/index.php/previous-issue/36-juni-2009/106-
kerjasama-asean-china-dan-stabilitas-kawasan-asia-timur.html
45
Misi Kementerian Luar Negeri.
http://www.deplu.go.id/Pages/Polugri.aspx?IDP=18&l=id
Potensi Strategis Hugungan China-ASEAN
http://indonesianvoices.com/index.php/component/components/
com_comment/components/components/com_fireboard/template/
default_ex/images/components/com_comment/index.php?
option=com_content&view=article&id=159:potensi-hubungan-china-
asean&catid=43:isu-asean&Itemid=62
Program Kementerian Luar Negeri. http://www.deplu.go.id/Pages/Polugri.aspx?
IDP=11&l=id
Tujuan Politik Luar Negeri.
http://www.deplu.go.id/Pages/Polugri.aspx?IDP=19&l=id
Visi Kementerian Luar Negeri. http://www.deplu.go.id/Pages/Polugri.aspx?
IDP=20&l=id
46