draft elemen perancangan kota
TRANSCRIPT
Perancangan KotaELEMEN PERANCANGAN KOTA
Shirvani (1985) mengartikan elemen perancangan kota sebagai elemen fisik.
Deskripsi ini muncul karena kata “elemen” menimbulkan berbagai argument di antara para
perancang kota. Di satu sisi, dimaknai sebagai beautifikasi pepohonan, perabot ruang luar,
perkerasan, penerangan, penanda dan semacamnya. Kemudian kelompok yang lain
memandangnya sebagai fokus perencanaan serta terdapat juga kelompok yang
berpandangan di antara keduanya. Shirvani menolak pandangan perancangan kota hanya
sebagai program beautifikasi saja, namun ia lebih melihatnya sebagai salah satu tugas
perencanaan kota.
Perancangan kota merupakan bagian dari proses perencanaan yang melibatkan kualitas
fisik lingkungan atau desain fisik dan spasial lingkungan. Dalam setiap perancangan kota
perlu memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada sehingga nantinya suatu kota
akan memiliki karakteristik yang jelas dilihat dari bentuk visualisasinya.
Urban Design Plan San Fransisco (Wilson,1979) membedakan elemen perancangan kota
menjadi empat kelompok yang saling berkaitan, yaitu :
1. Pola dan kesan internal, menjelaskan tujuan penataan ruang kota dalam lingkup
mikro, yaitu unsur-unsur fisik kota seperti :focal point, view poin, landmark dan pola
pergerakan.
2. Bentuk dan kesan eksternal, berfokus dari karakteristik jalan, kualitas, sifat meruang,
urutan, kejelasan rute orientasi tujuan, keamanan dan kemudahan pergerakan serta
kebutuhan lokasi dan parker.
3. Kualitas lingkungan mencakup factor kesesuaian penggunaan, elemen alami, jarak
terhadap ruang terbuka, visual interest terhadap wajah bangunan, kualitas view,
kualitas pemeliharaan, kebisingan dan iklim mikro.
Dari beberapa elemen perancangan kota yang telah disebutkan di atas terdapat beberapa
elemen fisik yang belum tercakup yaitu street furniture, plaza, mall dsb. Maka dari itu
terdapat pengelompokan elemen-elemen fisik yang lebih spesifik berdasarkan kebutuhan
masyarakat yang berbeda di setiap komunitasnya. Hamid Shirvani dalam bukunya “Urban
Design Process” membagi elemen perancangan kota menjadi delapan bagian yakni : tata
guna lahan (land use), bentuk dan masa bangunan (building form and massing), sirkulasi
dan parkir (sirculation and parking), ruang terbuka (open space), jalur pejalan kaki
(pedestrian ways), pendukung aktifitas (activity support), pertandaan (signage) serta
preservasi (preservation).
Untuk lebih jelasnya kedelapan elemen ini akan dijelaskan dengan mengambil studi
kasus koridor Jalan Pahlawan Surabaya.
1. Tata guna lahan (land use)
Penggunaan lahan merupakan salah satu elemen kunci di dalam perancangan
kota.penggunaan lahan merpakan rencana dua dimensi yang diwujudkan dalam
rencana tiga dimensi berupa denah peruntukkan lahan sebuah kota. Penggunaan
lahan membangkitkan hubungan antara sirkulasi dan parker dengan kegiatan pada
suatu wilayah perkotaan, yang berbeda intensitas, akses, parker, kemudahan system
transportasi serta kebutuhan penggunaannya.
Terdapat perbedaan kapasitas (besaran) dan pengaturan dalam penataan ruang
kota, termasuk di dalamnya aspek pencapaian, parker, system transportasi yang ada
dan kebutuhan untuk penggunaan individu. Namun pada prinsipnya, pengertian tata
guna lahan adalah pengaruran penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang
terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan
gambaran keseluruhan bagimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut
seharusnya berfungsi.
2. Bentuk dan masa bangunan (building form and massing)
Bentuk dan massa bangunan membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-
massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagimana hubungan
antar massa (banyak bangunan yang ada). Pada penataan suatu kota, bentuk dan
hubungan antar-massa seperti ketinggian bangunan, jarak antar bangunan, bentuk
bangunan, fasad bangunan dan sebagainya harus diperhatikan, hal ini dialakukan
agar terbentuk kesan ruang yang teratur, mempunyai garis langit-langit (skyline)
yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai) sehingga
tercipta harmoni.building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan
dengan penampilan bangunan, yakni :
a. Ketinggian bangunan
Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang manusia, yang berada
dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan kaki (luar bangunan).
Ketinggian bangunan pada suatu kawasan membentuk sebuah horizon (skyline).
Ketinggian bangunan di tiap ruang perkotaan akan berbeda, tergantung dari tata
guna lahan.
b. Kepejalan bangunan
Kepejalan merupakan penampilan gedung dalam konteks kota. Kepejalan suatu
gedung ditentukan oleh perbandingan tinggi: luas: lebar: panjang, olahan massa
(desain bentuk) dan variasi penggunaan material.
c. Koefisien lantai bangunan (KLB)
d. Koefisien dasar bangunan (Building Coverage)
e. Garis sempadan bangunan (GSB)
f. Langgam
Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik
bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam suatu
periode atau wilayah tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika
direncanakan dengan baik dapat menjadi guideline yang dapat menyatukan
fragmen-fragmen dan bentuk bangunan di kota.
g. Skala
Skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau bangunan dapat
memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang adapat
membangkitakn daya hidup dan kedinamisan.
h. Material
Peranan material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan.
Komposisi dapat diwujudkan oleh hubungan antar elemen visual.
i. Tekstrur
Sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat dari jarak
tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek tekstur.
j. Warna
Warna (kepadatan warna, kejernihan warna) memperluas kemungkinan ragam
komposisi yang dihasilkan.
3. Sirkulasi dan parkir (sirculation and parking)
a. Sirkulasi
Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat
membentuk dan mengontrol pola kegiatan kota, sebgaimana keberadaan system
transportasi dari jalan public, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang
saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di
dalam suatu kota merupakan salah satu instrument yang berperan dominan
dalam menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk,
mengarahkan dan mengendalikan pola aktifitas dalam suatu kota. Sirkulasi juga
dapat membuat struktur karakter suatu daerah.
(ini q jelasin pake peta aja ya,,,cz klo bilang kanan kiri tar mbingungi
nunggu peta so hari senin aja q kerjain dg cepat)
b. Parkir
Parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada
kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada
beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit
memberi efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam
perancangan kota.
Bangunan-bangunan di sepanjang koridor sudah memberikan ketersediaan
ruang parkir kendaraan yang cukup memadai, namun masih ditemui keberadaan
parkir on street akibat adanya aktifitas PKL (pedagang kaki lima) di jalur pejalan
kaki.
(gambar)
4. Ruang terbuka (open space)
Ruang terbuka didefinisikan sebagai semua lansekap,elemen lansekap ini
terdiri dari elemen keras (hardscape seperti : jalan, trotoar, patung, bebatuan dan
sebagainya) serta elemen lunak (softscape) berupa tanaman dan air. Ruang terbuka
biasa berupa lapangan, jalan, sempadan sungai, green belt, taman dan sebagainya.
Petak-petak lahan kosong di wilayah perkotaan, seperti “super hole” yang berasal
dari massa peremajaan kota tidak termasuk dalam ruang terbuka. Elemen ruang
terbuka meliputi taman dan square, ruang terbuka hijau dan juga perabot taman/jalan
(street furniture) berupa lampu, tempat sampah, papan nama, bangku taman,
skulptur, perkerasan, jam dan lain sebagainya.
Pada masa lalu ruang terbuka dilihat sebagai factor sekunder dalam
pembentukan wujud bangunan dan per-massa-an atau arsitektur. Perancangan
ruang terbuka dibuat setelah keputusan arsitektural dan lebih bersifat pelengkap
dibandingkan sebagai bagian integral suatu perancangan.
Ruang terbuka di koridor Jalan Pahlawan Surabaya yaitu pada kompleks
bangunan Tugu Pahlawan. Di kompleks ini terdiri atas taman, lapangan serta
bangunan pendukungnya yang mayoritas merupakan bangunan cagar budaya sperti
museum Perjuangan Sepuluh Nopember 1945, sehingga keberadaan serta
keasliannya tetap terjaga. Kompleks tugu pahlawan ini merupakan salah satu ikon
kota Surabaya yang memiliki nilai historis sebagai bangunan sejarah sekaligus
sebagai taman kota yang memiliki fungsi menjaga keseimbangan ekologis. Elemen
lansekap di kompleks bangunan ini terdiri atas :
Tabel: Elemen lansekap pada ruang terbuka Kompleks Bangunan Tugu Pahlawan.
Hardscape Softscape
Jenis Jumlah Gambar Jenis Keterangan Gambar
Patung 12 Tanaman Terdiri atas
pepohonan
seperti pohon
tanjang, sawo,
kupu-kupu,
akasia dsb.
Beberapa
tanaman hias
seperti
alamanda,
lavender, teratai
serta
rerumputan.
Bebatuan 1
(berbentuk
seperti
prasasti)
Air Berbentuk
kolam yang
mengelilingi
bangunan
museum
Perjuangan
Sepuluh
Nopember 1945.
Bangku
taman
11
Lampu 28
Tempat
sampah
22
Papan nama 3
Pot tanaman 64
Kanopi 28
Sumber : survey primer, 20 Maret 2011
Dalam perencanaan open space akan selalu terkait dengan perabot
taman/jalan (street furniture), signage/pertandaan, dan pedestrian ways. Pertandaan
(signage) dan jalur pejalan kaki (pedestrian ways) akan dibahas secara terpisah ke
dalam poin-poin elemen perancangan kota oleh Hamid Shirvani.
5. Jalur pejalan kaki (pedestrian ways)
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen
dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola
aktivitas serta sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di
masa mendatang.
Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi
dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-
aspek sebagai berikut :
Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial seperti
toko, restoran, café.
Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu, lampu, tempat duduk,
dan sebagainya.
Pedestrian ways di koridor Jalan Pahlawan Surabaya memiliki lebar ± 3
meter dengan beberapa sarana pendukung (street furniture). Street furniture yang
terdapat sepanjang jalur pedestrian ways ini diantaranya :
Tabel: Inventarisasi jumlah street furniture pada jalur pejalan kaki koridor Jalan
Pahlawan Surabaya.
Street Furniture
Jenis Jumlah Keterangan Gambar
Tempat sampah 19 Terbagi atas tempat
sampah kering dan
basah, ada yang
permanen maupun non
permanen. Berjarak ±10
meter.
Lampu penerangan jalan 35 Terletak di sepanjang
trotoar dengan jarak ±3-4
meter.
Telepon umum 2 Keadaannya kurang
terawatt dan kurang
difungsikan sesuai
dengan manfaatnya.
Pepohonan 41 Kurang begitu rimbun
utamanya di sisi jalur
trotoar bangunan Bank
Mandiri hingga kantor
Bappeprov.
Rambu-rambu (traffic
light dan traffic sign)
12 Rambu-rambu terbagi
atas traffic sign dan
traffic light.
Traffic sign yang
dominan yakni tanda
larangan parkir, larangan
berhenti (stop), penunjuk
arah, pejalan kaki dsb.
Zebra
cross/penyeberangan
1 Zebra cross ini terletak di
persimpangan jalan di
sekitar bangunan Tugu
Pahlawan dengan kantor
Bappeprov.
Tempat duduk - Tidak ditemukan
Kanopi - Tidak ditemukan
Halte/shelter - Tidak ditemukan,
sehingga tidak jarang
ditemui angkutan umum
yang berhenti
sembarangan untuk
mencari penumpang.
Sumber : survey primer, 20 Maret 2011
Jalur pejalan kaki di koridor ini kurang begitu termanfaatkan, karena mayorias
masyarakat masih menggunakan kendaraan. Kedaannya kurang begitu nyaman
akibat lalu lintas yang padat, polusi serta keberadaan pohon perdu yang kurang
memadai. Pendukung aktifitas utamanya sarana komersial cukup minim yakni hanya
sekelompok pedagang kaki lima (PKL), sedangkan bangunan sekitarnya mayoritas
merupakan gedung-gedung perkantoran serta jasa perbankan.
6. Pendukung aktifitas (activity support)
Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan
yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter
suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi,
penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya
menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi
utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas.
Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka publik,
karena aktivitas dan ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung
aktivitas tidak hanya berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga
pertimbangan guna dan fungsi elemen kota yang dapat membangkitkan aktivitas
seperti pusat perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebagainya.
Aktifitas pendukung di koridor jalan pahlawan ini berupa kegiatan perkantoran, jasa
perbankan, perdagangan, public facilities, ruang rekreasi serta kegiatan informal
yakni pedagang kaki lima.
Tabel: Aktifitas Pendukung pada koridor Jalan Pahlawan Surabaya.
Aktifitas Pendukung
Jenis kegiatan Keterangan
Perdagangan a. Kompleks pertokoan (di Jalan Pasar Besar,
belakang Kantor Bappeprov). Di kompleks ini
memiliki ukuran GSB yang minim sehingga
seringkali ditemui parking on the street, karena
tidak terdapat fasilitas parkir secara memadai.
Jasa a. Pelni
b. Bank Mandiri
c. Bank Indonesia
d. Kantor Penanaman Modal (gedung kuning)
Perkantoran a. Kantor Gubernur Jatim
b. Bappeprov Jatim
Public facilities a. Masjid
b. Sekolah Dasar
c. Pos Kamling
d. Tugu Pahlawan
Sektor kegiatan informal a. Pedagang kaki lima
Terdapat di dua titik yakni sepanjang trotoar pada
Bank Mandiri, gedung putih, gedung kuning hingga
kantor pelni lama. Pkl-pkl ini beroperasi setiap hari
menempati area trotoar.
Sedangkan titik berikutnya yaitu di pelataran parker
tugu pahlawan, pkl-pkl ini beroperasi hanya pada
hari-hari tertentu yakni sabtu dan minggu layaknya
pasar pagi (pasar tumpah).
Sumber : survey primer, 20 Maret 2011
Aktifitas pendukung yang cukup bervariasi menimbulkan tarikan
(membangkitkan pergerakan) menuju ke pusat-pusat aktifitas seperti perdagangan,
jasa, perkantoran, sarana rekreasi. Aktifitas-aktfitas pendukung ini didukung oleh
adanya jalur pedestrian yang cukup lebar yakni ±3 meter sehingga cukup
mempermudah pergerakan.
7. Pertandaan (signage)
Keberadaan penandaan akan sangat mempengaruhi visualisasi kota, baik
secara makro maupun mikro, jika jumlahnya cukup banyak dan memiliki karakter
yang berbeda. Sebagai contoh, jika banyak terdapat penandaan dan tidak diatur
perletakannya, maka akan dapat menutupi fasad bangunan di belakangnya. Dengan
begitu, visual bangunan tersebut akan terganggu. Namun, jika dilakukan penataan
dengan baik, ada kemungkinan penandaan tersebut dapat menambah keindahan
visual bangunan di belakangnya.
Kondisi penandaan (signage) di sepanjang koridor Jalan Pahlawan Surabaya
cukup rapi sehingga tidak terlalu mengganggu fasad bangunan di belakangnya.
Beberapa signage yang ditemui yakni berupa :
Tabel: Inventarisasi jenis dan jumlah signage di koridor Jalan Pahlawan
Pertandaan (Signage)
Jenis Jumlah Keterangan Gambar
Papan nama 8 Terdapat di muka
gedung-gedung
ex: Tugu
Pahlawan, kantor
Gubernur Jatim
dsb.
Reklame 32 Berupa reklame
kain yang
membentang di
perempatan
kompleks
Bangunan Tugu
Pahlawan. Serta
reklame pada
muka kompleks
pertokoan di jalan
Pasar Besar.
Traffic sign 10 Berupa
pertandaan
dilarang parkir,
dilarang berhenti
(stop), tanda
penyebrangan
dsb.
Traffic light 5 Di perempatan-
perempatan ex :
Bank Indonesia
(jalan kebon rojo),
tugu pahlawan
dsb.
Penunjuk arah 2 Lupa isinya…arah
kemana ???
Sumber : survey primer, 20 Maret 2011
8. Preservasi (preservation).
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap
lingkungan tempat tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area
perbelanjaan) yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan
terhadap bangunan bersejarah.
Manfaat dari adanya preservasi antara lain:
a. Peningkatan nilai lahan
b. Peningkatan nilai lingkungan
c. Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial
d. Menjaga identitas kawasan perkotaan
e. Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi
Bangunan preservasi di koridor ini cukup dominan seperti bangunan Bank
Mandiri, Gedung Putih, Gedung Kuning (Kantor Penanaman Modal), kompleks
bangunan Tugu Pahlawan serta kantor Gubernur Jawa Timur. Bangunan-bangunan
ini masih difungsikan sesuai dengan fungsinya yakni sarana jasa perbankan,
pemerintahan serta fungsi rekreasi. Bentuk asli bangunan yang kuno masih tetap
dipertahankan karena termasuk dalam bangunan cagar budaya. Keberadaan
bangunan ini cukup harmonis karena bangunan-bangunan di sekitarnya juga
memiliki gaya bangunan yang hampir mirip yakni.bergaya kuno (tempo dulu).
Gambar