draf gabungan psiko lansia kelompok 4

14
 PSIKOLOGI DAN EDUKASI GIZI PADA KLIEN LANSIA DAN DEWASA Kelompok 4 Sofia Maharani Putri (1250703001 11010) Anastasia Billin (1250703001 11020) Afrielia Laily W. (1250703001 11032) Indah Izza M. (1250703001 11053) Hesti Retno Budi A. (1250703011 11006) Diesmaharani A. (1250703011 11013) Primalia Netta R. (1250703011 11023) Moniska Dwijanti L. (125070302111001) Apriliawan H. (1250703071 11005) Maulana Bahrian J. (1250703071 11016) JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: sofie-ayu-misrina

Post on 09-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PSIKOLOGI DAN EDUKASI GIZI PADA KLIEN LANSIA DAN DEWASA

Kelompok 4Sofia Maharani Putri(125070300111010)Anastasia Billin(125070300111020)Afrielia Laily W.(125070300111032)Indah Izza M.(125070300111053)Hesti Retno Budi A.(125070301111006)Diesmaharani A.(125070301111013)Primalia Netta R.(125070301111023)Moniska Dwijanti L.(125070302111001)Apriliawan H.(125070307111005)Maulana Bahrian J.(125070307111016)

JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangLanjut usia (lanisa) merupakan proses alamiah yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Dimana pada orang lansia terjadi kemunduran sel yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi pada lansia. Populasi lansia dan orang dewasa di dunia saat ini sudah semakin bertambah. Peningkatan jumlah populasi lansia memiliki dampak negatif maupun positif. Dampak positif dari peningkatan populasi lansia yaitu mengindikasikan adanya keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan, hal ini berarti akan meningkatkan angka harapan hidup (Depkes, Ri, 2003 dalam Oktariyani, 2012). Di sisi lain, dengan meningkatnya jumlah populasi lansia akan memberikan beberapa konsekuensi bagi kehidupanya seperti masalah kesehatan, ekonomi serta sosial budaya. Beberapa masalah kesehatan pada lansia dan orang dewasa yang sering terjadi sehubungan dengan proses penuanaan pada tubuh mereka yaitu penyakit infeksi, degeneratif, akut, maupun kronis yang menyerang kelompok usia tersebut (Kececi dan Burduk, 2012). Banyaknya masalah kesehatan yang terjadi pada lansia dan orang dewasa salah satunya disebabkan karena perubahan struktur dan fungsi tubuh. Menurut Herry (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perubahan pada sistem gastrointestinal dapat menyebabkan penurunan efektifitas penggunaan zat gizi sehingga dapat menyebabkan permasalahan gizi pada lansia. Menurut Darmojo (2009) dalam Oktariyani 2012 masalah gizi yang sering terjadi pada lansia yaitu gizi kurang atau gizi lebih. Faktor resiko terjadinya gizi kurang pada lansia disebabkan beberapa faktor, antara lain : selera makan rendah, gangguan gigi geligi, disfagia, gangguan fungsi pada indera penciuman dan pengecapan, pernafasan, saluran pencernaan. Selain itu kurangnya asupan yang dan adanya adanya faktor psikologi seperti depresi (Oktariyani, 2012). Meskipun banyak masalah kesehatan yang terjadi pada lansia sehubungan dengan penurunan fungsi tubuh, akan tetapi beberapa studi menunjukkan bahwa jika menerapkan gaya hidup yang sehat, maka dapat dicegah atau dikurangi sehingga meningkatkan kesehatan lansia dan orang dewasa. Selain itu perlu adanya program khusus untuk membantu meningkatkan kesehatan pada lansia. Promosi kesehatan atau peningkatan status kesehatan lansia dan orang dewasa adalah sebuah tanggung jawab besar khususnya bagi semua tenaga kesehatan, termasuk ahli gizi, yang bekerja dengan kelompok usia tersebut. Hal yang menjadi tantangan terbesar dalam menangani lansia dan orang dewasa adalah perubahan yang dialami oleh kelompok usia tersebut. Perubahan tersebut antara lain perubahan fisik, perubahan psikologis, dan perubahan sosial budaya. Sejalan dengan hasil studi terkait gaya hidup yang sehat, dari beberapa studi pencegahan penyakit disebutkan bahwa metode efektif pencegahan penyakit adalah perubahan tingkah laku atau gaya hidup, dan perubahan tersebut haruslah diawali dengan edukasi yang tepat oleh tenaga kesehatan (Kececi dan Burduk, 2012).Dalam memberikan edukasi kepada lansia terutama edukasi tentang gizi, ahli gizi sangat berperan penting. Hal-hal yang diperhatikan antara lain pengetahuan, tingkah laku, tujuan, persepsi, status sosial, struktur kekuatan, budaya, dan perspektif sosial lainnya. Edukasi gizi ini bukan hanya sebuah konsep melainkan harus dapat diterapkan dan ditingkatkan untuk mempertahankan status gizi baik pada lansia dan orang dewasa sehingga diperlukan cara-cara khusus dalam edukasi gizi terhadap lansia dan orang dewasa.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana keadaan umum dari lansia dan orang dewasa lanjut?2. Perubahan perubahan apa saja yang terjadi pada lansia dan orang dewasa lanjut?3. Apa tujuan dari dilakukannya edukasi gizi?4. Apa saja prinsip yang perlu diperhatikan dalam edukasi gizi?5. Apa saja komponen dari edukasi gizi?6. Bagaimana peranan ahli gizi dalam memberikan edukasi dan skrining pada lansia?

1.3 Tujuan1. Mengetahui keadaan umum dari lansia dan orang dewasa lanjut.2. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia3. Mengetahui tujuan dari dilakukannya edukasi gizi.4. Mengetahui prinsip yang perlu diperhatikan dalam edukasi gizi.5. Mengetahui komponen dari edukasi gizi.6. Mengetahui peranan ahli gizi dalam memberikan edukasi dan skrining pada lansia?

1.4 Manfaat1. Dapat memberikan gambaran edukasi dan intervensi gizi untuk lansia dan orang dewasa di negara lain sebagai acuan peningkatan edukasi dan intervensi gizi di Indonesia.2. Dapat memberikan cara-cara yang dapat diterapkan dalam edukasi gizi untuk lansia dan orang dewasa.3. Dapat menjadi acuan dalam pembuatan program gizi bagi lansia dan orang dewasa.

BAB 2ISI DAN PEMBAHASAN2.1 Keadaan LansiaLansia yaitu orang yang berusia >65 tahun berpotensi untuk mengalami malnutrisi ataupun terkena penyakit karena perubahan kondisi fisik, sosial dan psikologi mereka akibat penuaan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal misalnya : Tidak bisa menyediakan makanan sendiri Kurang support dari keluarga Tidak ada teman yang bisa diajak bersama Ketidakmampuan untuk pergi ke pasar Penyakit yang dideritaElderly atau lanjut usia (lansia) menurut Keller (2007) di atas, telah mengalami berbagai macam fungsi tubuh, sehingga lansia sangat rawan mengalami gangguan kesehatan. Salah satu fakta terkait lansia adalah menurut Beiranvand et al (2014), faktor yang mempengaruhi gaya hidup lansia adalah kebiasaan makan dan asupan gizi. Selain itu, menurut Kececi dan Burduk (2012) aspek psikologi pada lansia berhubungan dengan kapasitas adaptasi dari lansia tersebut. Karena itulah, meningkatkan status gizi lansia dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Berdasarkan fakta tersebut dan keadaan fisiologis dari lansia sendiri, upaya preventif seperti edukasi gizi sangat diperlukan.2.2 Perubahan pada LansiaProses menua pada lansia merupakan proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan memperhatahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo & Martono 1999 dalam Fatmah 2010 dalam Oktariyani 2012). Akibat dari menghilangnya kemampuan jaringan tersebut maka lansia akan mengalami beberapa perubahan-perubahan pada dirinya. Perubahan tersebut dapat mencakup perubahan struktur dan fungsi tubuh, kemampuan kognitif dan kesehatan mental. Perubahan ini hampir terjadi pada seluruh sistem tubuh pada lansia, salah satunya adalah sistem pencernaan pada lansia, sehingga akan mempengaruhi tubuh dalam menyerap zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. sehingga akan mempengaruhi status gizi pada lansia.Dalam Kececi dan Bulduk 2012, perubahan-perubahan umum yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut :a. Perubahan FisikPerubahan degeneratif yang mungkin terjadi adalah perubahan indra pendengaran, penglihatan, perasa, dan keterampilan dalam merespon. (Tabloski, 2010; Cornett, 2011)b. Perubahan PsikologiAspek psikologi berhubungan dengan kemampuan beradaptasi seseorang. Masalah yang umum terjadi pada lansia adalah berkaitan dengan memori (ingatan). Faktor lain yang mempengaruhi aspek ini adalah rasa kehilangan, yaitu hilangnya peran dan status sosial, pasangan hidup, teman, kemampuan ekonomi dan keluarga. Dari perubahan-perubahan tersebut, perhatian pada diri sendiri dan pemenuhan kebutuhan diri akan berkurang, bahkan hilang (Cornett,2011)c. Perubahan Sosial BudayaPerubahan ini disebabkan oleh menurunnya kekuatan fisik pada orang lansia. Orang lansia akan cenderung menjauhi aktifitas-aktifitas yang membutuhkan energi lebih dan mereka akan lebih memilih untuk menjalani cara hidup yang pasif. (Tabloski, 2010)

Beberapa faktor resiko dalam pemenuhan zat gizi pada lansia anatara lain :a. Usia Seiring dengan bertambahnya usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin dan mineral meningkat. Hal ini dikarenakan lansia membutuhkan antioksidan lebih untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas (Fatmah (2010) dalam Oktariyani (2012)).b. Jenis KelaminLansia laki-laki lebih banyak memerlukan kalori, protein dan lemak. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan aktifitas fisik pada laki-laki dan perempuan (Fatmah (2010) dalam Oktariyani (2012)).c. Perawatan mulut yang tidak adekuatPerawatan mulut yang tidak baik biasanya berpengaruh pada sistem pencernaan. (Miller (2004) dalam Oktariyani (2012)).d. Gangguan fungsional dan proses penyakitDalam hal ini gangguan fungsional erat kaitanya dengan kekurangan nutrisi dan kesulitan memperoleh makanan, khususnya pada lansia (Miiler 2004). Menurut Heimburger (2006) menjelaskan bahwa 85% dari Lansia memiliki penyakit kronis. Sehingga hal ini akan mengakibatkan keterbatasan dalam beraktifitas sehingga mempengaruhi lansia dalam memperoleh, mempersiapkan dan menikmati makanan. e. Efek pengobatanObat yang dikonsumsi oleh lansia dapat mnegubah nafsu makan, rasa atau bau yang mempengaruhi zat gizi ataupun memiliki efek samping seperti mual, muntah, atau diare (Heimburger (2006) dalam Oktariyani (2012)).f. Gaya hidupKonsumsi alkohol dan rokok dapat mempengaruhi status gizi pada lansia. Seperti contoh alkohol mempengaruhi absorbsi vitamin B kompleks dan vitamin C. merokok juga dapat mengurangi kemampuan mencium dan merasakan makanan serta turut campur dalam absorpsi vitamin C dan asam folat (Miller (2004) dalam Oktariyani (2012)).g. Faktor psikososialStres dan cemas yang dialami lansia dapat mempengaruhi proses sistem pencernaan melalui sistem saraf autonom (Miller (2004) dalam Oktariyani (2012)).h. Faktor sosial ekonomi dan budayaLatar belakang suku, kepercayaan religius dan faktor budaya yang kuat dapat mempengaruhi seseorang dalam mendefinisikan, memilih, menyiapkan dan memakan makanan serta minuman. Faktor budaya juga dapat mempengaruhi pola makan seseorang sehingga hal ini memiliki hubungan dengan status kesehatan seseorang (Miller (2004) dalam Oktariyani (2012)).i. Faktor lingkunganFaktor lingkungan mempengaruhi seseorang dalam menikmati makanan serta kemampuan untuk memperoleh dan mempersiapkan makanannya (Miller (2004) dalam Oktariyani (2012)).

2.3 Tujuan Edukasi GiziTujuan utama dari edukasi kesehatan adalah untuk menyediakan bantuan kepada individu dan masyarakat sehingga mereka mampu memiliki kehidupan yang sehat melalui upaya dan tindakan mereka sendiri (Tabak,2000 dalam Kececi dan Bulduk, 2012). Adapun tujuan dalam edukasi gizi atau edukasi kesehatan lainnya dikelompokkan dalam beberapa aspek yang perlu dikembangkan yaitu kognitif, afektik dan keterampilan psikomotorik (Kececi dan Burduk, 2012).

2.4 Prinsip dalam Edukasi GiziMenurut Kececi dan Burduk (2012), edukasi kesehatan harus direncanakan dan didesain berdasarkan beberapa prinsip, yaitu :1. Functionality : perencanaan harus berkualitas dan memiliki pencapaian atau tujuan. Tujuan tersebut harus bisa diukur, bermanfaat, bisa diaplikasikan dan berlaku di kehidupan nyata.2. Flexibility : perencanaan harus didesain sekreatif dan sefleksibel mungkin serta bisa menjawab kebutuhan individu dan menjadi pembuka untuk perkembangan baru.3. Realistic : edukasi kesehatan tidak boleh melebihi batas kewajaran.4. Practicability : tidak hanya dipelajari tapi juga bisa dengan mudah di waktu yang berbeda-beda.5. Being scientific : rencana edukasi kesehatan harus memiliki kualitas pengetahuan dan perilaku khususnya untuk lansia yang dijadikan sasaran edukasi.6. Suitability to the social values : tidak kontradiktif dengan filosofi, kepercayaan dan nilai-nilai sosial yang diimplementasikan masyarakat.7. Being economical : biaya implementasi tiap langkah dari perencanaan edukasi dan perilaku dapat dijangkau oleh masyarakat.

2.5 Komponen Edukasi GiziDalam melakukan edukasi gizi, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan terutama terkait dengan domain kognitif pada lansia yaitu menyiapkan program edukasi, trainer, grup target, tujuan edukasi, metodologi yang digunakan, menentukan tempat dan waktu edukasi, contohnya :1. Program edukasi merencakanan edukasi untuk orangtua yang tidak bisa makan sendiri 2. Target group para lansia yang tidak bisa makan sendiri dengan benar atau pusat rehabilitas lainnya 3. Trainer pelatih yang sudah ahli di bidangnya misal ahli gizi, dokter dan tim kesehatan lainnya4. Subject perilaku makan5. Tujuan untuk memberikan informasi perilaku makan yang benar6. Metodologi instruksi modeling cara melakukan diskusi 7. Tempat aula 8. Tanggal bulan, hari, jam pelaksanaan9. Durasi edukasi misalnya 2 kali sehari atau 3 kali seminggu

2.6 Peran Ahli Gizi dalam Edukasi dan Intervensi Gizi pada Lansia1. Edukasi tentang Pola Makan yang SehatDalam penelitian Beiranvand et al (2014), disebutkan bahwa kejadian penyakit kanker 35 % disebabkan karena makan makanan yang tidak sehat dan konsumsi sayuran serta buah dapat menurunkan resiko kanker dan penyakit kardiovaskular. Salah satu cara utama mengurangi resiko penyakit kronis dengan mengkonsumsi 5-9 unit buah atau sayuran per hari. Para ahli gizi menyarankan lansia mengkonsumsi sayur dan buah lebih banyak dari orang muda. Namun kenyataannya konsumsinya lebih rendah yaitu kurang dari 5 unit.Pada jurnal ini diberikan intervensi pada lansia berupa edukasi yang didasarkan pada pola perubahan proses yang mengambangkan dan mempromosi pola makan dan meningkatkan gaya hidup lansia. Intervensi edukasi berupa pengajaran, tanya-jawab, diskusi grup, pemecahan masalah, dan praktik langsung. Namun sebelum melakukan intervensi perlu diperhatikan faktor pemilihan makan seperti pengetahuan tentang gizi, perilaku dan kemampuan lansia.Outcome yang diharapkan dari intervensi yang terutama adalah penambahan pengetahuan terkait nutrisi dan pola makan. Kemudian dari intervensi tersebut, didapatkan perubahan sikap serta peningkatan stage dalam konsumsi buah, dan efek positif terhadap kesehatan. Namun dalam beberapa studi lanjutan mengenai perubahan sikap dari lansia yang didapat tidak bertahan lama setelah intervensi selesai.Dari contoh tersebut, dapat dilihat bahwa keefektifan pelatihan mengenai perubahan diet pada lansia dipengaruhi oleh pemilihan teori pengetahuan perilaku yang sesuai karena perubahan diet pada lansia dikenal sebagai proses mengidentifikasi perubahan pola makan. Setelah itu, suksesnya promosi kesehatan dalam hal ini edukasi gizi bisa dievaluasi melalui pengukuran seberapa jauh objek dapat memahami tujuan yang akan dicapai. Proses evaluasi biasanya dilakukan dengan penilaian kualitatif dan kuantitatif. Penilaian kualitatif dengan metode wawancara dan observasi sedangkan penilaian kuantitatif bisa menggunakan metode post training test.2. Skrining dan Edukasi GiziHasil penelitian di Kanada, terdapat banyak sekali instansi yang bergerak di bidang perbaikan gizi lansia. Instansi ini menyediakan jasa untuk lansia berupa identifikasi lansia yang malnutrisi atau berisiko malnutrisi, membuat program untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada lansia dan memberikan info-info terkait kesehatan kepada lansia. Selain itu juga instansi ini bergerak untuk menyukseskan pembuatan undang-undang terkait perlindungan lansia yang terlantar (Keller, 2007).Salah satu program untuk mencegah terjadinya malnutrisi yang digunakan oleh instansi tersebut yaitu skrining gizi. Alasannya, skrining gizi dinilai cepat, mudah dan mampu mengidentifikasi lansia yang malnutrisi ataupun berisiko malnutrisi. Setelah itu, instansi tersebut melakukan intervensi dengan memberikan makanan yang bergizi dan sesuai untuk kondisi lansia tersebut. Tak hanya itu, setiap instansi juga memiliki program berupa memasak bersama dengan sesama lansia, makan bersama, melakukan aktivitas fisik bersama dan bantuan berupa transportasi serta persiapan makanan agar lansia tidak perlu lagi kesulitan dalam keseharian mereka. Di samping itu, instansi ini juga memberikan edukasi dan demo makanan yang interaktif sehingga lansia juga diajak untuk berpartisipasi aktif dalam program tersebut. Untuk lansia yang memang malnutrisi ataupun berisiko malnutrisi dengan riwayat penyakit juga diberikan perlakuan khusus yaitu konseling pribadi kepada ahli gizi, program makan bersama, pemberian suplemen untuk membantu menjaga stamina lansia dan pemberian preskripsi diet sesuai kondisi lansia tersebut. Di bawah ini adalah kerangka yang menjelaskan secara garis besar program dari instansi tersebut.

Hal ini tentunya sangat membantu para lansia untuk memenuhi kebutuhan makan dan sosial mereka. Diharapkan di Indonesia, baik pemerintah maupun orang-orang yang tertarik bergerak di bidang lansia dapat mengadopsi ide dari instansi di Kanada ini untuk meningkatkan kualitas hidup lansia di Indonesia.

BAB 3PENUTUP3.1 KesimpulanElderly atau lanjut usia (lansia) telah mengalami berbagai macam fungsi tubuh sehingga lansia sangat rawan mengalami gangguan kesehatan. Seiring proses penuaan yang terjadi mengakibatkan terjadinya perubahan pada hampir seluruh sistem pada tubuh. salah satu perubahan sistem yang terjadi yaitu sistem pencernaan yang dapat berakibat pada status gizi lansia. Salah satu faktor resiko yang menyebabkan perubahan pada lansia yaitu, umur, jenis kelamin, gaya hidup, gangguan fungsional serta faktor psikososial, dll. Dalam mengatasi perubahan yang terjadi pada lansia diperlukan suatu edukasi gizi. Tujuan dalam edukasi gizi atau edukasi kesehatan lainnya dikelompokkan dalam beberapa aspek yang perlu dikembangkan yaitu kognitif, afektik dan keterampilan psikomotorik.Selain itu ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam edukasi gizi adalah functionality, flexibility, realistic, practicability, being scientific, suitability to the social values, dan being economical. Serta komponen-komponen yang harus dipersiapkan dalam edukasi gizi antara lain program edukasi, target group, trainer, subject, tujuan, metodologi, tempat, tanggal, dan durasi edukasi.Berdasarkan contoh edukasi gizi di luar negeri yang diperoleh, ahli gizi sangat berperan penting dalam meningkatkan status gizi lansia melalui edkasi dan skrining. Perencanaan yang baik dan edukasi yang konsisten dapat mempertahankan dan/atau meningkatkan status gizi lansia dan orang dewasa lanjut. Diharapkan dengan mengetahui keadaan lansia, prinsip, tujuan dan komponen serta contoh dari edukasi gizi, ahli gizi maupun lansia dapat bekerja sama dalam peningkatan asuhan gizi untuk lansia dan orang dewasa lanjut dapat dilakukan.

3.2 SaranPenjelasan terkait edukasi gizi untuk lansia dan orang dewasa ini hendaknya memacu ahli gizi maupun pihak lain yang berwenang untuk lebih memperhatikan status gizi lansia dan orang dewasa khususnya orang dewasa lanjut. Selain itu harapannya penjelasan ini memberikan gambaran, dasar, atau panduan dalam melakukan edukasi gizi yang efektif bagi lansia dan orang dewasa khususnya, dan semua kelompok umur pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Beiranvand, L., Eslami, AA., Hassanzadeh, AA., et al. 2014. Educational Intervention Regarding Fruits and Vegetables Consumption among Elderly: Examinations of the stages of change construct. Life Science Journal 2014;11(19s) diakses 14 Oktober 1994 22.21 WIB. Kececi, Ayla dan Bulduk, Serap. 2012. Health Education for the Elderly. Duzce University/ Vocational School of Health Services, Turkey diakses 14 Oktober 2014 21.52 WIB. Keller, Heather H. 2007. Promoting Food Intake in Older Adults Living in the Community: A Review. Appl. Physiol. Nutr. Metab. 32: 991-1000 (2007) diakses 14 Oktober 2014 22.21 WIB. Oktariyani. 2012. Gambaran Status Gizi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 01 Dan 03 Jakarta Timur. FIK, UI.