Download - UNTUK SOCA SKE C BLOK 11
I. Identifikasi Masalah
1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari
yang lalu.
2. 3 hari sebelumnya Budi menderita batuk pilek disertai panas tinggi, dan belum diobati.
3. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara tinggal di daerah kumuh. Riwayat imunisasi tidak lengkap.
4. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
Tampak sakit berat, BB = 10 kg
Vital Sign : TD : 80/60 mmHg, HR : 140 x/menit, regular, RR : 59 x/menit,
Tinggal di daerah kumuh
Infeksi bakteri
Batuk pilek disertai panas tinggi
Sesak napas
Infeksi virus
Budi, 3 tahun Imunisasi tidak lengkap
bronchopneumonia
- gizi kurang
- tidak diobati
- imun turun
T : 39,60C
Kepala : sianosis circum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thorax : inspeksi : retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal
perkusi : pekak
auskultasi : suara nafas menurun, ronki basah halu nyaring pada kedua
lapangan paru
5. Laboratorium
Hb : 10,8 gr/dl, WBC : 30.000/mm3, Diff. Count : 1/1/8/68/20/2, LED : 20 mm/jam
Masalah utama: no.1 karena sesak napas dapat menyebabkan susah bernapas, dan dapat menyebabkan
gagal napas.
1. a) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem pernafasan?
Jawab:
Conducting System : cavum nasalis àParynxàLarynxàTracheaàBronchusàBronchiolusàBronchiolus
terminalis
Respiratory System : Bronchiolus respiratoriusàSaccus alveoli àDuctus AlveoliàAlveoli
Fisiologi utama paru yaitu sebagai tempat pertukaran gas (Oksigen dan Karbondioksida )
1. Mengapa Budi mengalami sesak nafas? (penyebab)
Jawab :
a. Penumpukan cairan dalam rongga paru
b. Penyakit obstruksi jalan nafas
c. Imobilisasi diafragma
d. Retriksi volume dada
e. Kelainan sistem cardiovaskuler
f. Gangguan fungsi pengangkutan oksigen
2. Bagaimana terjadinya sesak nafas yang dialami Budi?
Jawab :
Infeksi saluran nafas atas à respon imun turun à predisposisi berbagai infeksi à
peradangan parenkim paru à infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit à alveoli dipenuhi
cairan eksudat àkemampuan menyerap O2 turun à sesak
Obstruksi pada jalan pernapasan
↓
Aliran udara ke paru terganggu
↓
↓ ratio ventilasi-perfusi
↓
↓PO2 dan ↑PCO2 dalam darah
↓
Pernapasan cepat untuk suplai kebutuhan O2 tubuh
↓
Dyspnea
3. Bagaimana penanganan sesak yang dialami Budi?
Jawab :
a. Airway control
b. Breathing Support
c. Circulation Support
d. Drugs
4. Mengapa Budi menderita batuk pilek dan panas tinggi?
Jawab :
Karena adanya infeksi bakteri sehingga terjadinya peningkatan mukus, kemudian refleks
fisiologis tubuh berupa batuk untuk mengeluarkan mukus yang terlalu banyak
(mengakibatkan pilek) à untuk membunuh bakteri. Kemudian dengan tujuan yang sama
neutrofil darah melepas endogen pirogen (prostaglandin) ke hipotalamus terjadilah
peningkatan suhu tubuh à demam
5. Bagaimana mekanisme batuk pilek dan panas tinggi pada Budi?
Atau 2. Bagaimana hubungan batuk,pilek,demam, dengan sesak?
Jawab :
Zat iritan merangsang glotis, trakea, dan bronkus à memacu reseptor à kirim signal
melalui afferen ke medula spinalis à medula kirim respon melalui eferen ke otot pernafasan
dan pita suara à otot pernafasan kotraksi dengan kuat à menimbulkan efek inspirasi
maksimal à pita suara menutup à peningkatan tekanan intra torakal à mengurangi
volume cavum thorax à pita suara buka tiba-tiba à udara keluar cavum thorax à batuk.
Sedangkan Pilek disebabkan oleh banyaknya mucus pada saluran nafas.
Infeksi saluran nafas à respon imun turun à mengeluarkan prostaglandinà menuju
hipotalamus à demam
- Mekanisme sakit tenggorokan: infeksià inflamasià sakit
- Sakit kepala, nyeri otot, dingin, malaise : gejala gejala sistemik
6. Bagaimana hubungan lingkungan tempat tinggal dengan penyakit yang dialami Budi?
Jawab :
Lingkungan tempat tinggal merupakan factor resiko untuk terserang penyakit/ terinfeksi
virus atau bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada anak-anak.
Lingkungan kumuh + malnutrisi + imunisasi kurang lengkap à respon imun turun à
mudah terinfeksi penyakit.
7. Apa akibat jika imunisasi tidak lengkap diberikan?
Jawab :
a. Rentan terhadap penyakit infeksi
b. Respon imun tubuh turun
8. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan fisik:
a. KU = sakit berat, BB = 10kg (BMI)?
Jawab :
BB normal untuk anak-anak umur 1-6 tahun
INDONESIA EROPA
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
UMUR Berat(kg)
Panjang(cm)
Berat(kg)
Panjang(cm)
Berat(kg)
Panjang(cm)
Berat(kg)
Panjang(cm)
1 tahun 8,1 71,3 7,6 71,3 8,9 74,4 8,3 72,2
2 tahun 9,6 79,4 9,3 78,4 11,0 83,6 19,1 81,0
3 tahun 11,4 86,4 11,0 85,3 12,9 91,5 12,2 87,9
4 tahun 13,0 93,5 12,6 92,5 14,5 97,0 13,9 98,2
5 tahun 14,4 101,9 14,2 100,0 16,1 107,9 15,7 101,9
6 tahun 15,8 108,0 16,2 105,7 17,9 110,0 18,0 111,0
Nilai normal tekanan darah pada bayi dan anak (mmHg)
UMUR SISTOLIK DIASTOLIK
Neonatus 50-75 30-45
1-12 bulan 60-90 40-70
1-3 tahun 75-100 50-75
4-8 tahun 80-115 50-75
9-15 tahun 85-125 50-80
Frekuensi Normal Pernapasan per menit
UMUR RANGE RATA-RATA WAKTU TIDUR
Waktu lahir 30 – 60 35
1 bulan – 1 tahun 30 – 60 30
1 tahun – 2 tahun 25 – 50 25
3 tahun – 5 tahun 20 – 30 22
5 tahun – 9 tahun 15 – 30 18
10 tahun atau lebih 15 – 30 15
Frekuensi Nadi Normal menurut kelompok umur (Shinebourne & Anderson, 1980)
UMURDENYUT JANUTNG (NADI) PER MENIT
Min 5% Mean 95% Maks
0 – 24 jam 85 94 119 145 145
1 – 7 hari 100 100 133 175 175
8 – 30 hari 115 115 163 190 190
1 – 3 bulan 115 124 154 190 205
3 – 6 bulan 115 111 140 179 205
6 – 12 bulan 115 112 140 177 175
1 – 3 tahun 100 98 126 163 190
3 – 5 tahun 55 65 98 132 145
5 – 8 tahun 70 70 96 115 145
8 – 12 tahun 55 55 79 107 115
12 – 16 tahun 55 55 75 102 115
Data Normal Interpretasi
BB 10 kg 13 – 15 Kg Kurus
Tekanan darah 80/60 mmHg 90-105/65-70
mmHg
Hipotensi
HR 140 x/menit 70-110 x/menit Takikardi,
RR 59 x/menit 20-30 x/menit Takipneu,
Temperatur 39,6 °C 36,5-37,5 °C High Fever.
Sianosis circum oral + - Keadaan hipoksia mengakibatkan tubuh
lebih mengutamakan aliran darah ke organ-
organ vital dari pada ke perifer.
Napas cuping hidung + - Merupakan usaha untuk memaksimalkan
respirasi
Retraksi
intercostals,subcostal
, dan suprasternal
+ - Terjadinya tarikan abnormal pada saat
inspirasi yang biasanya disebakan karena
tersumbatnya jalan napas
Perkusi pekak sonor Normalnya suara perkusi paru adalah sonor,
bila berubah berarti telah terjadi
keabnormalitasan pada paru. Dalam hal ini
terjadi perubahan suara perkusi yaitu redup
yang menunjukkan adanya cairan di paru,
dalam hal ini adalah eksudat.
Breath Sound Vesikuler Vesicular sound Karena adanya cairan yang berada di jalan
napas
Ronchi halus
nyaring
- Bunyi yang tercipta pada saat udara
bergesekan dengan cairan
Menunjukkan kondisi pasien lemah dengan tingkat keseriusan penyakit berat.
BMI pada Budi dengan usia 3 tahun idealnya dengan persentil 95%, yaitu:
Tinggi badan : 102 cm
Berat badan : 18 kg.
Pada kasus, tidak diketahui tinggi badan Budi sehingga tidak dapat dilihat tingkat
idealnya tubuh Budi.
Namun dilihat dari persentil 95%, Budi tergolong kurang berat badan, sedangkan pada persentil
5%, BB budi yaitu 10 kg berada pada borderline.
b. Vital sign = TD 80/60 mmHg?
Jawab :
Normal
c. Vital sign = HR : 140 x/menit, reguler?
Jawab :
Usia HR
Usia 1-2 hari 123-159 kali/menit
Usia 3-6 hari 129-166 kali/menit
Usia 1-3 minggu 107-182 kali/menit
Usia 1-2 bulan 121-179 kali/menit
Usia 3-5 bulan 106-186 kali/menit
Usia 6-11 bulan 109-169 kali/menit
Usia 1-2 tahun 89-151 kali/menit
Usia 3-4 tahun 73-137 kali/menit
Usia 5-7 tahun 65-133 kali/menit
Usia 8-11 tahun 62-130 kali/menit
Usia 12-15 tahun 60-119 kali/menit
Pada Budi memiliki HR 140 x/menit, reguler dengan usianya 3 tahun mengalami
peningkatan denyut jantung.
Mekanisme :
Konsolidasi à penurunan luas permukaan membrane respirasi à menurunkan kapasitas
difusi à hipoksemia à mengalami peningkatan denyut jantung
d. Vital sign = RR : 59 x/menit?
Jawab :
UMUR NORMAL TAKIPNEA
0-2 Bulan 30-50 x/menit = 60 x/menit
2-12 Bulan 25-40 x/menit = 50 x/menit
1-5 Tahun 20-30 x/menit = 40 x/menit
5 Tahun 15-25 x/menit = 20 x/menit
Kriteria Takipnea Menurut WHO
Pada Budi yang memiliki RR 59x/menit dengan usia 3 tahun tergolong takipnea.
Mekanisme :
Konsolidasi à penurunan luas permukaan membrane respirasi à menurunkan kapasitas
difusi à hipoksemia à takipneu
e. Vital sign = T : 39,60C?
Jawab :
< 350C : hipotermia
350 – 37,80C : normal
37,90 – 38,20C : subpebris
38,30 – 41,50C : pebris
> 41,60C : hiperpireksia
Pada Budi, dengan T : 39,60C tergolong pebris.
f. Kepala = sianosis circum oral (+)?
Jawab :
Terjadinya hipoksemia.
g. Kepala = nafas cuping hidung (+)?
Jawab :
Peningkatan usaha respirasi keras (khas pada bronkopneumonia pada anak)
h. Thorax = inspeksi : retraksi intercostal, subcostal, dan suprasternal?
Jawab :
Pengoptimalan bantuan ventilasi.
i. Thorax = perkusi : pekak?
Jawab :
Adanya konsolidasi (pemadatan) pada daerah yang diperkusi sehingga berkurangnya
hantaran gelombang suara.
j. Thorax = auskultasi : suara nafas menurun, ronki basah halus nyaring pada kedua
lapangan paru?
Jawab :
Permukaan bronkus mempunyai banyak mukus.
9. Bagaimana interpretasi lab :
a. Hb 10,8 gr/dl?
Jawab :
Normal : ♂ : 13,5 – 17 g%
♀ : 12 – 15 g%
Anak-anak :
- Bayi baru lahir : 14 – 24 g%
- Bayi : 10 – 17 g%
- Anak : 11 – 16 g%
Pada Budi dengan Hb 10,8 gr/dl masih tergolong normal.
b. WBC 30.000/mm3?
Jawab :
Leukopenia : < 9.000/mm3
Normal : 9.000 – 12.000/mm3 (pada anak)
Leukositosis berat : 30.000/mm3
c. Diff. Count 1/1/8/68/20/2?
Jawab :
1 : basofil normal : rentang 0 – 1 %
1 : eusinofil normal : rentang 1 – 3 %
8 : neutrofil batang meningkat: rentang 2 – 6 %
68 : neutrofil segmen normal : rentang 50 -70 %
20 : limfosit normal : rentang 20 – 40 %
2 : monosit normal : rentang 2 -10 %
Pada Budi dengan Diff. Count 1/1/8/68/20/2 tergolong Shift to the Left yang
menunjukkan radang akut.
d. LED 20 mm/jam?
Jawab :
Normal = 0 – 10 mm/jam
Pada Budi dengan LED 20 mm/jam maka tergolong peningkatan kadar.
10. Bagaimana diagnosa bandingnya?
Jawab :
IndikatorBroncho
PneumoniaAstma
Bronkiolitis Akut
Bronkitis Akut
Case
Batuk + + + + +Kesulitan bernafas
+ + + + +
Takipneu + + +
Demam + --/+
(subpebris)+ +
DadaLower
indrawingHiperinflasi hiperinflasi hiperinflasi ?
Crackles + +Ronki basah
halusRonki basah
kasarRonki
basah halusWheezing +/- - - +/- -Predisposisi genetik
- + - - -
Nyeri dada + + - - -Kejang - - - - -Sianosis + - + - +Eosinofil darah tepi
- + - - +
Hiperinflasi - + - - +
11. Bagaimana pemeriksaan penunjangnya?
Jawab :
1. Darah perifer lengkap
Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umumnya ditemukan
leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada pneumonia
bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000 – 40.000/mm dengan
predominan PMN. Leukopenia (<5000/mm) menunjukkan prognosis buruk.
Leukositosis hebat (>30.000/mm) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri,
sering ditemukan pada keadaan bakteremi dan resiko terjadinya komplikasi tinggi.
2. CRP (C-Reactive Protein)
CRP adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respons
infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin,
terutama Interleukin 6, IL-1 dan TNF.
3. CXR
Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari :
- Infiltrate alveolar, merupakan konsolidasi paru. Konsolidasi dapat mengenai
1 lobus yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi tumor
- Bronkopneumonia, terdapat gambaran difus merata pada kedua paru, berupa
bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah perifer paru disertai
corakan peribronkial
- Lesi pneumonia pada anak banyak terdapat pada paru kanan, terutama di
lobus atas. Bila ditemukan di lobus kiri dan terbanyak dilobus bawah, maka
ini merupakan prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat
4.Analisis gas darah, untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen
5. Sputum Culture
- Merupakan faktor kunci untuk menentukan etiologi pneumonia
12. Bagaimana diagnosis kerjanya?
Jawab :
“ Budi, 3 tahun, mengalami sesak napas karena bronchopneumonia”
13. Bagaimana penegakan diagnosis?
Jawab :
Anamnesis :
a. Sesak nafas
b. Batuk pilek dan panas tinggi tidak diobati
c. Imunisasi tidak lengkap
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tampak sakit berat, BB = 10 kg
b. Vital Sign : TD : 80/60 mmHg, HR : 140 x/menit, regular, RR : 59 x/menit,
T : 39,60C
c. Kepala : sianosis circum oral (+), nafas cuping hidung (+)
d. Thorax : inspeksi : retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal
perkusi : pekak
auskultasi : suara nafas menurun, ronki basah halu nyaring pada
kedua lapangan paru
Pemeriksaan Lab
Hb : 10,8 gr/dl, WBC : 30.000/mm3, Diff. Count : 1/1/8/68/20/2, LED : 20 mm/jam
10. Bagaimana patofisiologi pada kasus ini?
Jawab:
Eksudat,bakteri, netrofil, makrofage berkumpul
Chest in drawing
Penggunaan otot bantu pernapasan
Kebutuhan O2 Tetap
Suplai O2
Gas exchange disturbance
Pergerakan paru asimetris
Terjadi konsolidasi pd jaringan paru
Nasal flare
Kompesasi tubuh
Torak yang sakit mempunyai gerakan yang
restriktif
Retraksi intercostal, subcostal & suprasternal
14. Bagaimana etiologinya (microbiologi)?
Jawab :
UMUR SERING JARANGBAKTERI VIRUS BAKTERI VIRUS
O-20 Hari
- Escherichia coli- Group B
streptococcus- Listeria
monocytogenes
- Anaerob organism.- Group D streptococcus- Haemophillus influenza- Streptococcus pneumoniae- Ureaplasma urealyticum
- Cytomegalovirus- Herpes simplex
virus
3 Minggu – 3 Bulan
- Clamydia trachomatis
- Streptococcus pneumoniae
- Respiratory synctial virus
- Influenza virus- Parainfluenza
virus 1, 2, dan 3- Adenovirus
- Bordetella pertussis- Haemophillua influenza
type B dan non typeable- Moxarella catarrhalis- Ureaplasma urealyticum
Cytomegalovirus
4 Bulan – 5 Tahun
- Streptococcus pneumoniae
- Clamydia
- Respiratory synctial virus
- Influenza virus
- Haemophillua influenza type B dan non typeable
- Moxarella catarrhalis
Varicella zoster virus
pneumoniae- Mycoplasma
pneumoniae
- Parainfluenza virus
- Rhinovirus- Adenovirus- Measles virus
- Neisseia meningitis- Staphylococcus aureus
5 Tahun – Remaja
- Clamydia pneumonia
- Mycoplasma pneumonia
- Streptococcus pneumoniae
- Haemophillua influenza type B dan non typeable
- Legionella species- Staphylococcus aureus
- Adenovirus- Epstein barr
virus- Influenza virus- Parainfluenza
virus- Rhinovirus- RSV - Varicella zoster
virus
15. Bagaimana epidemiologinya?
Jawab :
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) sejak 1986 sampai era 2000 an
hampir 80 sampai 90 persen kematian balita akibat serangan ISPA dan pnemonia.
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan
meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh Pneumococcus,
ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang, termasuk Indonesia hampir 30% pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi.
16. Bagaimana faktor risikonya?
Jawab :
Malnutrisi
Berat badan lahir rendah
Tidak mendapatkan ASI yang memadai
Kepadatan tempat tinggal
Imunisasi yang tidak lengkap
Aspirasi secret orofaringeal
Infeksi pernafasan oleh virus/bakteri
17. Bagaimana pemeriksaan lajutannya?
Jawab :
a. Uji Serologi
Untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri atipik mempunyai
sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Uji serologi tidak begitu bermanfaat dalam
diagnosis infeksi bakteri atipik. Namun untuk deteksi infeksi bakteri atipik Mikoplasma
dan Klamidia dan beberapa virus seperti RSV, Sitomegalo, campak, parainfluenza 1,2,3,
Influenza A dan B, dan Adeno, peningkatan antibodi IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi
diagnosis.
b. Pemeriksaan Microbiologi
Biakan darah merupakan cara spesifik untuk diagnostic tapi hanya positif pada 10-
15% kasus, terutama pada anak kecil. Kultur darah direkomendasikan pada kasus yang
berat dan pada bayi berusia kurang dari 3 bulan.
Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) bermanfaat untuk diagnostik
Streptococcus pneumonia dan infeksi karena mikoplasma, tetapi pemeriksaan ini mahal,
tidak tersedia secara luas serta tidak banyak berpengaruh terhadap penanganan awal,
sehingga tidak direkomendasikan.
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.
Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasive sehingga
tidak rutin dilakukan.
c. Pemeriksaan Rontgen Thorax
- Foto polos dada
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan
corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang
paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
- Bronkoskopi
Dilakukan untuk mengambil secret yang ada di bronkus, kemudian dilakukan kultur
dan test resistensi.
18. Bagaimana penatalaksanaannya?
Jawab :
Tanda dan gejala Klasifikasi tatalaksana
-Sianosis sentral-Severe respiratory distress-Tidak sanggup minum
Pneumonia sangat berat -Harus dirawat di RS-Beri antibiotik-Terapi oksigen-Turunkan panas
Chest Indawing Pneumonia berat -Harus dirawat di RS-Beri antibiotik-Terapi oksigen-Turunkan panas
Nafas Cepat>40x/menit (anak usia 1-5 tahun)Pada auskultasi terdapat crackles
Pneumonia -Tidak perlu dirawat-Berikan antibiotik-Follow up 2 hari
-Hanya batuk-Tidak terdapat tanda pneumonia
Bukan Pneumonia -Tidak perlu dirawat-Follow up 5 hari
1. Kausatif : antibiotic berdasarkan hasil biakan/etiologi
Ampicillin 50 mg/ kg BB i.m. setiap 6 jam dan gentamycin 7,5 mg/ kgBB i.m. 1x
sehari selama 5 hari. Jika anak berespon baik, beri amoxicillin oral 15 mg/ kgBB
3xsehari dan gentamycin i.m. 1xsehari selama 5 hari
Alt.ernatif : chloramphenicol 25mg/kgBB i.m. atau i.v. setiap 8 jam sampai
membaik. Kemudian lanjutkan secara oral 4xsehari selama 10 hari. Atau gunakan
ceftriaxone 80mg/kgBB i.m. atau i.v. 1xsehari
Jika anak tidak membaik dalam 48 jam, berikan gentamycin 7,5mg/kgBB i.m.
1xsehari dan cloxacillin 50mg/kgBB i.m atau i.v. setiap 6 jam untuk
staphylococcal pneumonia. Jika anak membaik, lanjutkan dengan cloxacillin atau
dicloxacillin secara oral 4xsehari selama 3 minggu
2. Simptomatik :
Paracetamol à untuk mengatasi demam yang tinggi
Oksigen à untuk mengatasi sesak nafas, retraksi, takipnea
3. Suportif :
Cukupi kebutuhan nutrisi dan cairan
IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9 % = 3:1 + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Hati-hati jangan
sampai overhidrasi.
Jika sesak nafas tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip, tetapi jika anak sudah dapat
minum per oral maka jangan menggunakan selang nasogastrik karena risiko tinggi
terjadi aspirasi pneumonia.
Jika sekresi lendir berlebihan, dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Monitoring :
Anak harus diawasi oleh perawat minimal 3 jam sekali dan oleh dokter minimal 2
kali sehari.
Jika tidak terjadi komplikasi, dalam waktu 2 hari, maka ini merupakan tanda
perbaikan ( nafas tidak terlalu cepat, indarwing pada bagian bawah dinding dada
berkurang, demam turun, kemampuan untuk makan dan minum membaik)
Antibiotik :
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)
menurut kelompok usia.
a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan):
Ampicillin + aminoglikosid
Amoksisillin-asam klavulanat
Amoksisillin + aminoglikosid
Sefalosporin generasi ke-3
b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn):
Beta laktam amoksisillin
Amoksisillin-amoksisillin klavulanat
Golongan sefalosporin
Kotrimoksazol
Makrolid (eritromisin)
c. Anak usia sekolah (> 5 thn)
Amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
Tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Terapi Rehabilitatif : Hindari udara dingin.
Kriteria pasien diindikasikan untuk rawat inap:
1. Penderita tampak toksik.
2. Umur kurang dari 6 bulan.
3. Distress pernapasan berat.
4. Hipoksemia (Saturasi oksigen 93-94% pada kondisi ruangan).
5. Dehidrasi atau muntah.
6. Terdapat efusi atau abses paru.
7. Kondisi imunokompromais.
8. Ketidakmampuan orangtua untuk merawat.
9. Didapatkan penyakit penyerta lain, misalnya Penyakit Jantung Bawaan.
10. Pasien membutuhkan antibiotika secara parenteral.
19. Bagaimana komplikasi?
Jawab :
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam rongga thorax
(seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran bakteremia dan hematologi.
Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang dari
penyebaran infeksi hematologi.
Empiema torasis
Perikarditis purulenta
Pneumotoraks, atau infeksi
Meningitis purulenta
Miokarditis
20. Bagaimana prognosisnya?
Jawab :
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
21. Bagaimana preventif & promotifnya?
Jawab :
Pencegahan bronchopneumonia pada anak dapat dilakukan dengan:
- Melengkapi status imunisasi anak.
- Vaksinasi influenza (rekomendasi AAP)
- Menghindari faktor paparan : asap rokok, polusi udara.
- Membatasi penularan terutam di rumah sakit: Mencuci tangan, menggunakan sarung
tangana dan masker, isolasi penderita.
- Menghindarkan bayi/anak kecil dari tempat keramaian umum.
- Pemberian ASI.
- Menghindari bayi/anak kecil dari kontak dengan penderita ISPA.
22. Bagaimana padangan islam mengenai penyakit?
Jawab :
Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyyah yang diciptakan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang ditetapkan
Allah Subhanahu wa Ta'ala atas hamba-hamba- Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu
terdapat kemanfaatan bagi kaum mukminin.
"Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya."
(HR. Al-Bukhari no. 5678)
23. Berapakah level of competence pada kasus ini?
Jawab :
Tingkat Kompetensi 3b.
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).