A. Landasan konsep dan Filosofi dari pendekatan proses asuhan
keperawatan (NCP) di area KMB menurut 5 ( lima) pakar.
1. Martha Roger
Model konseptual keperawatan dari Martha E. Roger disebut sebagai ilmu tentang
kesatuan manusia sebagai makhuk hidup. Model konseptual ini pertama kali di
sajikan paada tahun 1970 mengenai “model proses hidup manusia“. Teori roger
yang berfokus pada kehidupan manusia bahwa kehidupan seseorang dipengaruhi
oleh alam sebagai lingkungan hidup manusia serta perilaku dan tumbuh kembang
seseorang.
2. Dorothea Orem
Dorothea E. Orem mengembangkan tiga konseptual model yaitu self care, self
care deficiency, nursing agency. Menurut Orem fokus keperawatan adalah the
individual need for self care action and the provision and mangement of it on
continues basis in order to sustain life and health recover from disease or injury
and cope with their effect
3. Betty Neuman
Model sistem Neuman pertama kali dikembangkan pada tahun 1970, suatu
pendekatan sistem komprehensif asuhan keperawatan berfokuskan kepada
kesejahteraan pasien. (Tomey & Alligood, 2006).
4. Imogene King
Imogene M. King pada tahun 1971 memperkenalkan human being dengan prinsip
Theory of Goal Attainment (pencapaian tujuan) yang berfokus pada sistem
interpersonal. Teori pencapaian tujuan merupakan teori yang bersifat terbuka dan
dinamis.
5. Calista RoyModel Adaptasi Roy menjelaskan bahwa manusia sebagai sistem holistik yang
bersifat adaptif dalam sebuah interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan, baik internal maupun eksternal.
B. Fokus dari urutan setiap langkah pendekatan proses keperawatan
menurut masing-masing pakar keperawatan.
1. Martha Roger
Menurut Roger terkait proses asuhan keperawatan adalah manusia merupakan
bagian integral dari alam sermesta sebagai satu kesatuan dan proses asuhan
1
keperawatan yang diberikan berfokus pada manifestasi yang muncul dari proses
yang berasal dari dalam diri manusia yang dalam interaksinya dengan lingkungan.
2. Dorothea Orem
Menurut Orem proses keperawatan adalah istilah yang digunakan oleh perawat
untuk menunjukkan proses profesional-teknologi dari tindakan keperawatan
beserta proses perencanaan dan evaluasi. Proses keperawatan menurut Orem
terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Diagnosa dan resep dokter (analisa dan intrepretasi membuat penilaian
berkenaan dengan keperawatan)
Perawat mengumpulkan data tentang: Status kesehatan klien, penilaian dokter
tentang kesehatan klien, penilaian klien tentang kesehatannya, tujuan
kesehatan didalam konteks riwayat hidup, kebiasaan dan status kesehatan,
kebutuhan klien untuk self care, kapasitas klien untuk melakukan self care.
b. Merancang sistem keperawatan dan perencanaan untuk melaksanakan self
care yaitu meliputi : Whooly compensatory sistem, partly Compensatory
Sistem, supportive-Educative Sistem
c. Produksi dan manajemen sistem keperawatan yaitu : perawat dan klien sama-
sama melakukan evaluasi.
3. Betty Neuman
Sistem model Neuman dapat diterapkan dalam berbagai latar praktek
keperawatan. Dalam setiap keadaan keperawatan, perawat harus melakukan
pengkajian menyeluruh dari stress aktual atau potensial, variabel yang dimiliki
klien, dan batasan pengaruh yang dimiliki klien. Perawat menentukan pandangan
klien sebelum melakukan analisis dan mensintesis pengumpulan data subjektif
dan objektif. Tambahan data tentang kekuatan, kelemahan dan sumber-sumber
lain yang dimiliki klien dapat dipertimbangkan. Setelah pengumpulan data selesai,
perawat menganalisis dan mensintesis data kemudian bersama dengan klien
menentukan diagnosa keperawatan, tujuan, hasil, dan intervensi (Tomey &
Alligood, 2006).
4. Imogene King
Menurut King terkait proses asuhan keperawatan yaitu memahami model konsep
dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam
hubungan interaksi dengan lingkungan, yang berfokus pada interaksi sosial
2
sehingga dari model konsep tersebut manusia dapat berinteraksi dengan
lingkungan social dan mempengaruhi perilaku dan sistem. Sehingga sebagai
individu mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar tercapai kesehatan secara
optimal.
5. Calista Roy
Proses keperawatan terdiri dari 6 langkah berurutan dan saling terkait dan 6 fase
ini mengikuti rangkaian yang logis.
a. Mengkaji perilaku yang dimanifestasikan dari empat model adaptasi
b. Mengkaji dan mengkategorikan rangsangan terhadap perilaku
c. Membuat diagnosis keperawatan berdasarkan kondisi adaptif seseorang
d. Menetapkan tujuan untuk meningkatkan adaptasi
e. Melaksanakan intervensi yang bertujuan mengatur rangsangan untuk
meningkatkan adaptasi
f. Mengevaluasi pencapaian tujuan kemampuan adaptasi klien
C. Konsep dan tindakan keperawatan yang terkandung dalam setiap
langkah pendekatan NCP
1. Martha Roger
Martha Roger, 1970, menyatakan bahwa proses keperawatan adalah bagaimana
perawat dalam memberikan asuhan keperawatannya melalui proses keperawatan
di dukung dengan pengetahuan yang baik ditujukan untuk dapat memberikan
bantuan dalam mengurangi kecemasan terhadap pemeliharaan, pencegahan
penyakit, perawatan rehabilitasi dan peningkatan kesehatan. Karena teori ini
berfokus pada proses kehidupan manusia .
2. Dorothea Orem
Orem dalam teori sistem keperawatannya menekankan tentang bagaimana
kebutuhan self-care klien dapat dipenuhi oleh klien, perawat atau kedua-duanya.
Sistem keperawatan dirancang oleh perawat berdasarkan kebutuhan self-care dan
kemampuan klien dalam menampilkan aktivitas self-care. Apabila ada self-care
deficit, yaitu defisit antara apa yang bisa dilakukan (self-care agency) dan apa
yang perlu dilakukan untuk mempertahankan fungsi optimum (self-care demand),
disinilah keperawatan diperlukan.
3
Unsur keperawatan (nursing agency) adalah suatu atribut yang kompleks dari
orang yang dididik dan dilatih sebagai perawat yang memungkinkan mereka
untuk bertindak , mengetahui dan membantu orang lain memenuhi kebutuhan self-
care yang terapeutik dengan melaksanakan dan mengembangkan self-care agency
mereka sendiri.
3. Betty Neuman
Neuman menggunakan “klien” untuk menggantikan “pasien” kepada individu,
kelompok, keluarga, atau sistem komunitas. Setiap klien memiliki 5 variabel yang
berinteraksi secara sinergis dalam berhubungan dengan lainnya dan memberikan
timbal balik secara internal dan eksternal, menciptakan sebuah lingkungan dimana
klien berada. Lima variabel penting dalam klien menurut model Neuman antara
lain; fisiologis, psikologis, perkembangan, sosial budaya, dan spiritual. Tekanan
Intrapersonal, interpersonal, atau lingkungan ekstrapersonal dapat memengaruhi
reaksi potensial atau aktual dari sistem klien (Tomay & Alligood, 2006). Tiga
stressor tersebut dapat dijelaskan; pertama, stressor internal yang terjadi dalam
sistem pribadi klien seperti penyakit atherosklerosis atau hipertensi sehingga di
klasifikasikan sebagai stressor intrapersonal. Kedua, stressor interpersonal yang
terjadi di lingkungan eksternal tubuh klien, namun memiliki ikatan erat dengan
sistem pribadi klien seperti bagaimana peran klien dalam keluarga dan hubungan
klien dengan kerabat. Ketiga, stressor extrapersonal, merupakan stressor yang
terjadi jauh di luar dari sistem tubuh klien misalnya status keuangan.
Tujuan utama dari model Neuman adalah tercapainya stabilitas sistem pada klien.
Lebih lanjut menurut Tomay & Alligood (2006) perawat dalam sistem ini adalah
sebagai seorang individu yang menciptakan hubungan antara klien, lingkungan,
kesehatan, dan pemeliharaan yang bertujuan kepada tercapainya stabilitas sistem.
4. Imogene King
King mengidentifikasi kerangka kerja konseptual (conceptual framework) sebagai
sebuah kerangka kerja sistem terbuka, dan teori ini berorientasi untuk pencapaian
tujuan. Kerangka kerja konseptual terdiri dari tiga sistem interaksi yang di kenal
dengan dynamic interacting sistem, yang meliputi personal sistem (individu),
interpersonal sistem (groups), dan sosial sistem (keluarga, sekolah, industry,
organisasi social, sistem pelayanan,dll)
4
King juga mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptual, bahwa
manusia seutuhnya (human being) sebagai sistem terbuka yang secara konsisten
berinteraksi dengan lingkungan. Asumsi yang lain bahwa keperawatan berfokus
pada interaksi manusia dengan lingkungannya dimana tujuan dari keperawatan itu
adalah membantu individu dan kelompok untuk memelihara kesehatannya.
5. Calista Roy
a. Pengkajian Perilaku
Konsep: manusia dipandang sebagai makhluk holistik (biopsikososial) dan
merupakan sistem yang memiliki kemampuan adaptasi. Salah satu indikator
adalah bagaimana seseorang menanggulangi atau beradaptasi dengan
perubahan stasus kesehatan adalah perilaku yang muncul. Respon perilaku ini
bisa bersifat adaptif atau tidak bermanfaat (inefektif).
Tindakan keperawatan: Perawat mengumpulkan data perilaku dengan cara
observasi, dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, sentuhan,
rasa, dan bau. Pengukuran data objektif, dengan menggunakan instrumen dan
ukuran parameter fisiologis (pemeriksaan fisik), dan wawancara.
b. Pengkajian Stimulus
Konsep: Perubahan status kesehatan akan memberikan perubahan dalam
stimulus internal dan eksternal yang menempatkan tekanan pada kemampuan
seseorang untuk mengatasi masalah (coping abilities). Perilaku individu
memanifestasikan apakah dia sedang menghadapi perubahan ini secara
efektif.
Tindakan keperawatan: Untuk menetapkan prioritas, perawat, bekerja sama
dengan pasien, mengidentifikasi rangsangan fokal, kontekstual, dan residual
yang mempengaruhi perilaku. Perawat harus memilki kemampuan
pengamatan yang tajam, intuisi sensitif, pengukuran akurat (pemeriksaan
fisik: pengukuran TTV; penilaian ketajaman penglihatan) dan wawancara
terstruktur. Perawat mengidentifikasi stimulus dengan cara observasi.
c. Diagnosa Keperawatan
Konsep: interpretasi dicapai dengan memperhatikan perilaku pasien (yang
dinilai dalam tingkat pertama pengkajian) bersama dengan faktor
5
(rangsangan) yang mempengaruhi perilaku (seperti yang dinilai dalam tingkat
kedua pengkajian) dalam menetapkan diagnosis keperawatan.
Tindakan: Perawat menentukan prioritas untuk setiap diagnosis keperawatan.
d. Penetapan tujuan
Konsep: Tujuan harus realistis dan dapat dicapai dan diatur dalam kolaborasi
dengan klien.
Tindakan: Perawat harus menjabarkan penjelasan tentang kriteria hasil
perilaku yang ingin dicapai sebagai respon terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan pada sistem adaptasi manusia. Perawat menjabarkan tujuan
secara spesifik.
e. Intervensi dan implementasi
Konsep: Intervensi keperawatan adalah manajemen stimulus. Perawat dapat
mengubah stimulus, meningkatkan stimulus, menurunkan stimulus,
menghilangkan stimulus, atau mempertahankan stimulus.
Tindakan: Identifikasi pendekatan yang mungkin untuk intervensi
keperawatan termasuk pemilihan stimulus yang menimbulkan perubahan.
Implementasi: perawat menentukan dan menerapkan langkah-langkah untuk
mengatur stimulus yang tepat.
f. Evaluasi
Konsep: efektivitas intervensi keperawatan dalam kaitannya dengan perilaku
seseorang. Perawat harus mengkaji kembali perilaku pasien setelah intervensi
telah diimplementasikan.
Tindakan: Perawat mengkaji perilaku dengan cara observasi. Perawat harus
memilki kemampuan pengamatan yang tajam, intuisi sensitif, pengukuran
akurat dan wawancara yang terstruktur. Perilaku tidak efektif akan ditinjau
kembali, dan intervensi akan direvisi.
D. Sebutkan kriteria pengukuran (measurement criteria) untuk setiap
langkah dari NCP tersebut menurut masing-masing pakar.
1. Martha Roger
Alat ukur menurut teori roger tidak menjadi focus dalam pemberian atau proses
praktek keperawatan, karena pengukuran proses keperawatan pada teori Roger
sangat dibatasi oleh waktu sehingga alat ukr menjadi hal yang dirasa kurang tepat
6
dan masih perlu dikembangkan. Menurut teori roger juga digunakan pengukuran
melalui : pengkajian, diagnosa, rencana tindakan keperawatan, implementasi dan
evaluasi, tetapi hanya berfokus pada integralitas implementasi saja.
2. Dorothea Orem
Kriteria pengukuran dalam setiap langkah proses keperawatan pada teori Orem:
(1) pengkajian pada data dasar, status kesehatan dan masalah fisiologi (oksigen,
cairan dan elektrolit, gangguan mengunyah, gangguan menelan, eliminasi
/pergerakan bowel, urinary, menstruasi, aktivitas dan istirahat); (2) berdasarkan
ketidakmampuan merawat diri sendiri; (3) evaluasi bersama klien dan keluarga.
3. Betty Neuman
Proses keperawatan Neuman, meliputi diagnosa keperawatan, tujuan keperawatan,
dan hasil keluaran keperawatan yang menghasilkan sebuah bentuk untuk
pemikiran kritis dan pemecahan masalah yang diubah menjadi tindakan. Sistem
model Neuman yang mendasarkan pada petunjuk praktik klinis sejalan dengan
praktik keperawatan, seperti yang disampaikan oleh American Nurse Association
(2004) dalam Tomay & Alligood (2006) yang mengidentifikasikan 6 fase proses
keperawatan: (1) Pengkajian, (2) diagnosa, (3) identifikasi hasil, (4) perencanaan,
(5) implementasi, dan (6) evaluasi.
4. Imogene King
Sistem model proses keperawatan King di turunkan dari “The Goal Oriented
Nursing Recoed (GONR)” didasarkan “L.L Weed’s Problem Oriented Medical
(POMR)” dari teori pencapaian tujuan. Metode pengumpulan data,
pengidentifikasian masalah, penerapan dan pengevaluasian perawatan digunakan
secara efektif dalam proses keperawatan. Teori ini berguna dalam praktek perawat
untuk memfasilitasi rencana-rencana individual dan perawatan dalam memberi
motivasi dan partisipasi aktif dari klien dalam membuat keputusan.
5. Calista Roy
a. Pengkajian Perilaku
Perawat secara sistematis mengumpulkan data tentang perilaku dari sistem
adaptasi manusia dan menilai status adaptasi di setiap model adaptasi pada saat
dilakukan pengkajian, dengan cara data objektif, dengan menggunakan instrumen
dan ukuran parameter fisiologis (pemeriksaan fisik), dan wawancara. Perawat
7
melibatkan pasien dan keluarga dalam mengumpulkan data. Kemudian data-data
yang kumpulkan disusun secara sistematis dan berkesinambungan.
b. Pengkajian stimulus
Perawat mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perilaku, yaitu stimulus
yang diklasifikasikan stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian (pengkajian perilaku dan
pengkajian stimulus). Perawat dapat menghubungkan diagnosis keperawatan
berdasarkan Model Adaptasi Roy dengan diagnosis yang relevan dari taksonomi
NANDA kemudian menetapkan prioritas diagnosa.
d. Penetapan tujuan
Tujuan ditetapkan dengan kriteria: (1) Parameter yang dapat diukur; (2) Hasil
kolaborasi dengan klien; (3) Nyata (realistis) sesuai dengan kemampuan/kapasitas
klien saat ini dan kemampuan potensial;(4) Sesuai dengan sumber-sumber yang
tersedia bagi klien; (5) Perkiraan waktu pencapaian; (6) memberi arah bagi
keanjutan perawatan
e. Intervensi
Nilai dari hasil pendekatan masing-masing ditetapkan sebagai diinginkan atau
tidak diinginkan. Intervensi keperawatan dengan probabilitas tertinggi unutk
mencapai tujuan yang dipilih. Perawat menentukan dan menerapkan langkah-
langkah untuk mengatur stimulus yang tepat.
f. Evaluasi
Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan,keefektifan intervensi
dievaluasi dalam kaitannya dengan hasil. Pengkajian terhadap data yang bersifat
kesinambungan digunakan untuk merevisi diagnosa, hasil-hasil dan rencana
perawatan untuk selanjutnya, revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan
didokumentasikan.
E. Jelaskan kekurangan susunan langkah (sekuens) NCP dari setiap pakar.
1. Martha Roger
Dalam penyusunan proses keperawatan menurut Roger hanya berfokus pada
integralitas implementasi keperawatan terkait dengan manusia interaksinya
8
dengan lingkungan. Roger mengatakan teori ini kompleks yang membutuhkan
pengetahuan untuk memamahi teori-teori yang terkait pada proses keperawatan,
teori ini bersifat deduktif dan tidak di dukung oleh buktu-bukti empiris. Untuk
aplikasi teori ini dalam praktik perlu didukung oleh pengetahuan disiplin ilmu
bidang lain.
2. Dorothea Orem
Dalam menyusun proses keperawatan Orem hanya berfokus pada tiga langkah.
Pada proses penetapan diagnosa keperawatan Orem masih berfokus pada masalah
fisiologis saja, sebaiknya masalah keperawatn harus menyangkut maslah bio-
psiko-sosio-kulural dan spiritual karena keperawatan itu holistik. Kelemahan lain
dari Orem adalah selalu memandang kesehatan sebagai suatu proses yang statis,
padahal kesehatan adalah suatu proses yang dinamis dan selalu berubah.
3. Betty Neuman
Stressor yang dimiliki setiap klien sebagai individu sangat kompleks baik stressor
intrapersonal, interpersonal atau ekstrapersonal. Stressor dapat berpengaruh
positif atau negatif yang semuanya seharusnya dapat dikaji oleh perawat untuk
mendukung stabilitas sistem klien.
4. Imogene King
Teori King memiliki keterbatasana dalam penerapannya didaerah keperawatan
dimana pasien-pasien yang tidak dapat berinterkasi secara kompeten dengan
perawat, seperti pada pasien koma, bayi baru lahir dan pasien- pasien psikiatrik.
Kemudian dalam proses keperawatan menurut King suatu teori bermanfaat dalam
praktek keperawatan harus mempunyai fokus minimal terhadap satu aspek proses
keperawatan, disini King memfokuskan pada fase-fase perencanaan dan
implementasi dalam proses keperawatan. Perawat dan pasien harus saling
memikirkan pencapaian tujuan, memikirkan sarana-sarana yang mendukung
pencapaian tujuan, bertransaksi dan mencapai tujuan.
5. Calista Roy
Kekurangan dari proses keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy adalah
masalah waktu. Jumlah waktu yang diperlukan untuk sepenuhnya melaksanakan
dua bidang pengkajian RAM dipandang tidak dapat diatasi, bila dihubungkan
dengan tugas dan tanggung jawab perawat yang begitu banyak. Perawat yang
sudah berpengalaman pun mengalami kesulitan dengan masalah waktu. Untuk
9
melakukan pengkajian ini pun, diperlukan kemampuan mengobsevasi,
pengkururan yang akurat.
F. Menurut kelompok, mana diantara pendapat pakar tersebut tentang
NCP yang paling komprehensif? Jelaskan alasannya?
Dari kelima pakar yang dibahas diatas, kelompok menyatakan bahwa konsep NCP
yang paling komprehensif adalah model konsep Calista Roy, hal ini dapat dilihat
dari analisa SWOT dibawah ini.
Strength Weakness Opportunity Threatened Calista roy
menyatakan bahwa manusia sebagai sistem yang holistik, bersifat adaptif dalam sebuah interaksi yang berkesinambungan dalam lingkungan baik eksternal maupun internal
Memiliki tiga konsep manusia, sistem adaptasi dan keperawatan, manusia dinilai sebagai bio-psiko-sosial-spiritual
Proses keperawatan terdiri dari 6 langkah berurutan dan saling terkait
Memerlukan waktu yang relatif panjang untuk melakukan pengkajian yang komprehensif (behavior dan stimulus)
Memerlukan keahlian khusus dalam melakukan pengkajian
Teorinya terus berkembang sehingga dalam aplikasi proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan bisa terus dikembangkan.
NCP yang terlalu detail mengakibatkan aplikasi teori ini di lapangan dikombinasikan dengan teori yang lainnya.
G. Cara menjamin kompetensi dan kinerja profesional dapat di
pertahankan melalui penerapan NCP tersebut
1. Perawat
Untuk mengaplikasikan proses keperawatan dalam pemberian asuhan
keperawatan, seorang perawat harus memiliki kemampuan intelektual
(pengetahuan tentang ilmu keperawatan dan ilmu yang berhubungan dengan
ilmu keperawatan), kemampuan afektif (membina hubungan yang baik dengan
10
orang lain, kemampuan komunikasi yang efektif, komunikasi terapeutik,
membangun hubungan interpersonal yang baik), kemampuan psikomotor
(keterampilan teknis keperawatan). Perawat harus mempertahankan
kompetensinya dengan cara:
Peningkatan Kompetensi (uji kompetensi berjenjang dan berkelanjutan):
setiap perawat wajib mengikuti uji kompetensi sebelum melakukan praktik
keperawatan terkait penerapan NCP, dengan uji kompetensi tersebut NCP
dapat dilakukan secara professional.
Re-edukasi: diperlukan adanya re-edukasi yang luas kepada perawat agar
dapat terus mengasah kemampuan untuk melakukan NCP secara
professional.
Pendidikan berkelanjutan: berdasarkan teori Roy bahwa untuk
melaksanakan proses keperawatan dibutuhkan pengetahuan tentang
pendidikan dasar tentang penyakit, komunikasi teraupetik, pemeriksaan
fisik, serta memiliki kepekaan dalam menegakkan diagnosa keperawatan
sehingga diperlukan pendidikan yang berkelanjutan untuk dapat
mengaplikasikan teori tersebut secara maksimal.
2. Proses Keperawatan Model Adaptasi Roy
Proses keperawatan dengan pendekatan Model Adaptasi Roy merupakan
system yang komprehensif. Membutuhkan pengetahuan yang komprehensif
(kombinasi dari pengetahuan ilmu keperawatan, komunikasi dan hubungan
interpersonal, dan kemampuan teknis keperawatan) dari seorang perawat
untuk mengaplikasikannya. Dengan mengaplikasikan konsep ini, perawat
dapat menggunakan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien. Kompetensi yang dimiliki dapat diaplikasikan secara
komprehensif. Perawat dapat mengembangkan keterampilan profesionalnya
dengan menggunakan pendekatan proses keperawtan berdasarkan Model
Adaptasi Roy di dalam berbagai situasi yang dihadapi klien.
Proses Keperawatan dengan menggunakan Model Adaptasi Roy dapat
dikembangkan di lahan praktik, dengan membuat model proses
keperawatan yang lebih spesifik sesuai lahan praktik perawat (contoh:
ruangan stroke, sesuai dengan pendekatan system neurologi dan yang
11
saling berkaitan). Dengan demikian, kompetensi perawat dapat terus
dipertahankan dan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Calista, R., & Andrews, H. A. (1991). The Roy adaptation model: the definitive statement. Connecticut: Appleton & Lange.
Fawcett, J. (2006). Contemporary nursing knowledge: analysis and evaluation of nursing models and theories (2nd Ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company.
Fitzpatrick. J and Whall A.L (1989), Conseptual model of nursing analisis and Application, California.
Marilyn E Parker : Nursing theoris and nursing Practice (2001) FA Davis Company. Philadelphia.
Masters, K. (2012). Nursing theories: a framework for professional practice. Sudbury, MA: Jones & Bartlett Learning.
Renpenning, K. M. , & Taylor, S. G. (2003). Self care theory in nursing: selected paper of Dorothea Orem. New York: Springer Publishing Company.
Tomey, M.A & Alligood, M.R. (2010). Nursing theorist and their work (7th Ed.). Toronto: CV. Mosby Company.
12
13