Download - TUGAS BARU (2).doc
KONSPIRASI HITAM DI BALIK KASUS HAMBALANG
MAKALAH
Disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Umum Pancasila 08
Oleh
1. Ririn Dwi Aprining Tiyas 130210204004
2. Arganata Adji Kusuma 130210102023
3. Ardian Maulana 130210204049
4. Ayu Alwarit S 130210401049
5. Mar’atus Sholehah 130710101047
6. Anindita R. C 130810101026
7. Khoironi Magfiroh 130810101165
8. Heru Destya Wardana 132110101188
9. Hema Paramashinta 131710101055
10. Alim Marta Dinata 120910201001
11. Widia Putri Handayani 120910201035
MATA KULIAH UMUM PANCASILA
UNIVERSITAS JEMBER
2013
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah populasi penduduk terbesar
di dunia. Besarnya populasi ini berdampak terhadap besarnya kebutuhan masyarakat
dalam berbagai sektor kehidupan. Salah satunya adalah sektor pendapatan dalam
rumah tangga. Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sektor ini mengakibatkan
banyaknya persoalan di berbagai sektor kehidupan. Pemerintahan dinilai memiliki
peran yang sangat penting dalam menghadapi berbagai persoalan yang terjadi.
Suatu negara dikatakan sukses jika pemimpinnya bisa memimpin dengan
bijaksana, memiliki lembaga kepemerintahan yang berdaulat dan masyarakat aktif
dalam berpartisipasi serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsanya. Namun
dalam kenyataannya para pejabat negara justru melalaikan tugasnya terhadap
masyarakat.Seperti kasus korupsi Hambalang yang melibatkan orang- orang penting
di negara ini, sekaligus kader partai berkuasa di negara ini. Adanya kasus ini
menjadikan indikasi kejujuran dalam badan kepemerintahan di pertanyakan.
Korupsi berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup bangsa karena tidak
berujung hingga sekarang dan secara otomatis merugikan Negara. Dalam kasus
Hambalang apa yang menjadi penyebabnyapun tidak jelas. Bagaimana pihak
pemerintah dengan sangat gampang mengucurkan dana triliunan rupiah menjadi
pertanyaan besar bagi negara. Yang lebih mengejutkan adalah keterlibatan oknum-
oknum pemerintahan yang terdapat dalam kader partai berkuasa di negara ini.
Persekongkolan para pelaku sangatlah tersembunyi, rapi dan terorganisir. Hambalang
dinilai sangat mudah di bongkar, tetapi sangat sulit terselesaikan. Keorganisasiannya
sangat kental dan sulit untuk di pecahkan. Berikut akan di bahas tentang Kasus
Hambalang.
I.2 Tujuan dan Masalah
I.2.1 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai wujud apresiasi kita sebagai
mahasiswa untuk membahas carut marut masalah yang tidak ada hentinya di Negara
kita tercinta ini, masalah ini tidak lain adalah dugaan adanya praktek Korupsi di
lingkungan Kementrian Pemuda dan Olahraga, atau yang sering kita kenal dengan
Kasus Hambalang. Masalah ini bermula atas penangkapan M. Nazaruddin atas
dugaan tindakan korupsi, dia beranggapan bahwa telah terjadi praktek korupsi di
Lingkungan KEMENPORA.
Juga agar Mahasiswa mengerti apa itu Korupsi dan dampak-dakpak yang
ditimbulkan darinya serta dapat mengetahui mengapa harus diperlukan banyak waktu
dalam penyelesaian Kasus Hambalang ini.
I.2.2 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yang menyangkut masalah dugaan
adanya praktek korupsi di lingkungan Kementrian Pemuda dan Olahraga yaitu dapat
menjadikan mahasiswa dapat berpikir kritis mengenai masalah-masalah yang terjadi
di Indonesia yang menyangkut tindakan Korupsi sehingga mahasiswa mempunyai
wawasan yang luas dan dapat menyampaikan aspirasinya mengenai masalah tersebut.
Selain itu mahasiswa juga dapat berpikir kritis mengenai masalah yang menyangkut
Moral ini, karena tindakan Korupsi adalah tindakan yang sangat dilarang baik di
Undang Undang ataupun di dalam ajaran Agama.
II. PERMASALAHAN
Terdapat beberapa pertanyaan menyangkut masalah Hambalang ini yang
dapat dijelaskan dalam bab pembahasan, antara lain :
1. Siapakah yang terlibat dalam kasus Hambalang?
2. Mengapa kasus Hambalang belum dapat terselesaikan?
3. Bagaimanakah Penyelesaian dari Kasus Hambalang?
III. PEMBAHASAN
III.1 Hambalang dan Pelaku yang terlibat didalamnya
Kasus Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan, adalah kasus
dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak terlibat, diantaranya
para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum,
komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi
Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya.
Mirwan Amir Rp1,5 miliar, Jafar Hafsah Rp1 miliar serta pimpinan Banggar,
Melchias Markus Mekeng Rp1,5 miliar, Tamsil Linrung Rp1 miliar dan Olly
Dondokambey Rp1 miliar. Angie sendiri memperoleh Rp1 miliar.
Masalah ini bermula atas penangkapan M. Nazaruddin Terdakwa kasus
dugaan suap wisma atlet SEAGames 2011, dirinya menuding petinggi Partai
Demokrat menerima uang hasil korupsi.Menurut Nazarudddin, Anas Urbaningrum
terlibat, antara lain di pengadaan sertifikat tanah Hambalang. Ketua Umum Partai
Demokrat Anas Urbaningrum kembali mendapat tudingan sebagai aktor dibalik
kasus dugaan korupsi proyek Hambalang. Kali ini tudingan tersebut dilontarkan Rizal
Mallarangeng. Adik kandung mantan Menpora Andi Alfian Mallarangeng ini
menuding Ketua Umum (Ketum) DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum berada di
balik kasus dugaan korupsi pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah
Olahraga Nasional (P3SON). Hal itu, menurutnya sesuai dengan audit investigatif
tahap pertama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dia menganjurkan supaya KPK memulai penyidikan Hambalang dari markup
(penggelembungan harga) yang dilakukan oleh PT Adhi Karya dan PT Dutasari
Citralaras selaku subkontraktor pelaksana dari proyek Hambalang.
Nazaruddin mengatakan bahwa Anas yang menentukan PT Adhi Karya
sebagai pelaksana proyek Hambalang karena mampu membayar Rp 100 miliar. Dan
uang itu, sebesar Rp 50 miliar digunakan Anas untuk pemenangan dalam kongres
Demokrat di Bandung pada Mei 2010. Sedangkan, Muchayat, menurut Nazaruddin
berperan mengamankan PT Adhi Karya sebagai pemenang lelang Hambalang.
Rizal mengatakan Muchayat, mantan Deputi BUMN Bidang Usaha Jasa
Lainnya juga diduga terlibat dalam konglalikong proyek pembangunan pusat olahraga
di Hambalang, Jawa Barat.
Menurut Rizal, Wakil Presiden Komisaris Utama Bank Mandiri tersebut
diduga ikut andil dalam mengatur perusahaan BUMN yang memenangkan proyek
Hambalang. Dugaan keterlibatan Muchayat, jelas Rizal, karena merupakan ayah
kandung dari Munadi Herlambang yang merupakan pimpinan PT Dutasari Citralaras
yang merupakan perusahaan subkontrak dengan nilai terbesar, yaitu lebih dari Rp 300
miliar. Di mana, lebih besar dibandingkan kontraktor utama.
Nazaruddin juga menyebut Menteri Pemuda dan Olahraga Andi
Mallarangeng menerima uang Rp 10 miliar dari proyek Hambalang.Selaku rekanan,
Teuku juga ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi Hambalang bersama mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi
Mallarangeng serta Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora Deddy
Kusdinar.
Dalam audit investigasi Hambalang tahap II disebutkan adanya pertemuan di
Hotel Grand Hyatt Jakarta yang dihadiri Choel, Teuku Bagus, Wafid Muharam selaki
Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga waktu itu, dan Deddy Kusdinar. Pertemuan
di rumah Andi ini terjadi sekitar tahun 2009 atau sebelum Andi menjabat Menpora.
Dalam kasus dugaan korupsi pengadaan sarana dan prasarana olahraga Hambalang,
KPK menetapkan Andi dan dua orang lainnya sebagai tersangka.KPK juga
menetapkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sebagai
tersangka. Namun, Anas dijerat dengan dugaan perbuatan korupsi yang berbeda,
yakni menerima pemberian hadiah atau gratifikasi terkait proyek Hambalang.
III.2 Alasan dibalik lamanya Klarifikasi Kasus Hambalang
Kasus dugaan korupsi proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang,
Bogor, Jawa Barat, dinilai menjadi medan pertempuran politik setelah kasus bailout
Bank Century. Berbeda dengan bailout Century yang menggunakan modus canggih,
modus dalam kasus Hambalang dinilai sangat kotor dan mudah diungkap.
Karena jauh lebih mudah diungkap, itu justru mempersulit posisi BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan) dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Kasus ini
memaksa politisi menekan langsung untuk menghapus jejak. Fahri Hamzah, anggota
Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR, menilai pernyataan yang sempat
dilontarkan anggota BPK, Taufiequrachman Ruki, telah menjelaskan adanya tarik-
menarik politis dalam kasus Hambalang. Fahri melihat tak hanya pihak Kementerian
Pemuda dan Olahraga yang terlibat. Pihak Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Keuangan, Badan Anggaran DPR, Pemda Bogor, dan pihak lain ikut
terlibat.
Dalam kasus Hambalang, bukan hanya penyuapan, tetapi juga ada
pelanggaran hukum sejak perencanaan dan pendaftaran proyek di dalam APBN.
Ketua Koalisi Untuk Akuntabilitas Keuangan Negara (KUAK) Roy Salam
menyayangkan tindakan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang justru
menyerahkan hasil laporan pemeriksaan (HLP) proyek Hambalang kepada ketua
DPR, barulah kemudian diserahkan kepada KPK sebagai lembaga penegak hukum.
Setelah menerima hasil audit investigatif dan jumlah kerugian negara oleh
BPK terkait kasus Hambalang, KPK terlihat lambat memeriksa para tersangka,
apalagi menahan.
Menurut pakar hukum Universitas Parahyangan Agustinus Pohan, ada dua
sudut analisa melihat penanganan kasus itu. Pertama, sebagai dinamika
pengembangan penyidikan untuk mengungkap lebih luas keterlibatan pihak lain.
Seperti pengeledahan yang dilakukan di rumah Ketua Komisi XI Olly Dondokambey
dan mengumpulkan bukti-bukti lainnya.
Yang kedua, karena KPK kekurangan bukti terkait keterlibatan para tersangka
sehingga terus melakukan pemeriksaan dan pengeledahan dan belum menahan para
tersangka.
KPK dalam menangani Hambalang harus diakui terlalu lama, khususnya
terhadap tersangka mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng dan
mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Akibatnya, muncul
pandangan bahwa KPK terlihat memaksakan penetapan tersangka karena faktor lain,
seperti politik.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menyebut lamanya
penanganan kasus Hambalang disebabkan kendala teknis. Kendala teknis itu
berhubungan dengan penghitungan kerugian negara berlangsung lama karena tidak
tidak dilakukan oleh KPK secara sepihak melainkan harus melibatkan Badan
Pengawas Keuangan. Untuk mempercepat penanganan kasus tersebut KPK akan tetap
terus menerus melakukan tindakan konkret sesuai standar KPK dengan
mengupayakan penahanan serta pemanggilan beberapa saksi dan tersangka.
Abraham menyebut dalam waktu dekat, kata dia, KPK akan memeriksa
mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng dan Anas
Urbaningrum.
Sementara itu, pengamat politik dan keamanan, Datuak Alat Tjumano menilai,
berlarut-larutnya penanganan kasus Hambalang secara tidak langsung menimbulkan
dua masalah yang pantulannya dapat mengakibatkan kerugian pada pemerintah.
Pertama, bisa muncul tuduhan terselubung seolah-olah pemerintah
berkepentingan dengan berlarut-larutnya penanganan kasus Hambalang. Tuduhan itu
antara lain seolah-olah pemerintah tidak membantu memecahkan kesulitan KPK,
misalnya dalam hal kurangnya penyidik, terbatasnya ruangan di gedung KPK dan
lainnya.
Kedua, berlarut-larutnya kasus Hambalang menyebabkan proyek pengerjaan
fisik stadion tersebut sebagai fasilitas yang dirancang untuk memajukan olahraga,
menjadi terhambat. Yang lebih dramatis dari kedua kerugian tersebut adalah hasil
kerja pemerintah selama hampir 10 tahun, yang menjadi sia-sia.
Senada dengan itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI,
Pramono Anung juga mendesak KPK untjuk segera menyelesaikan kasus
Hambalang.
Dari kasus ini kemudian muncul kerugian yang dialami oleh negara, Pada
tahun 2009 diajukan anggaran pembangunan dan mendapat alokasi sebesar Rp 125
miliar, tapi tidak dapat dicairkan (dibintangi) karena surat tanah Hambalang belum
selesai.
Pada 20 Januari 2010, sertifikat hak pakai nomor 60 terbit atas nama
Kemenpora dengan luas tanah 312.448 meter persegi. Pada 30 Desember 2010, terbit
Keputusan Bupati Bogor nomor 641/003.21/00910/BPT 2010 yang berisi Izin
Mendirikan Bangunan untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga
Nasional atas nama Kemenpora di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup- Bogor.
Lalu pada 2010 juga ada perubahan lagi yakni penambahan fasilitas sarana dan
prasarana antara lain bangunan sport sains, asrama atlet senior, lapangan menembak,
ekstrem sport, panggung terbuka dan volley pasir dengan dibutuhkan anggaran Rp
1,75 triliun.
Sejak 2009-2010 sudah dikeluarkan anggaran total Rp 675 miliar. Lalu 6
Desember 2010 keluar surat kontrak tahun jamak dari Kemenkeu untuk
pembangunan proyek sebesar Rp 1,75 triliun dan pengajuan pembelian alat- alat
membengkak menjadi Rp 2,5 Triliun.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada 2010, proyek
Hambalang ini mendapat alokasi dana Rp 125 miliar. Namun, pada Desember 2010,
konsep proyek berubah sehingga anggaran meningkat jadi Rp 1,175 triliun.
Menurut Hadi, berdasarkan hasil pemeriksaan, BPK menyimpulkan ada
indikasi kerugian negara sebesar Rp 463,67 miliar yang merupakan akibat dari
adanya indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang, yang mengandung
unsur pidana yang dilakukan pihak-pihak terkait dan pembangunan proyek
Hambalang.
Apalagi, ungkap Rizal, dalam hasil audit tahap pertama Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) terungkap bahwa kerugian negara dari proyek Hambalang sebesar
Rp 234,6 miliar. Di mana, terdiri dari Rp 116,930 miliar yang merupakan selisih
pembayaran uang muka yang telah dilaksanakan (Rp 189,450 miliar) dikurangi
dengan pengembalian uang muka pada saat pembayaran termin pada 2010 dan 2011
(Rp 72,520 miliar).Sedangkan, Rp 126,734 miliar yang merupakan pemahalan harga
pada pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari pemahalan mekanikal elektrikal sebesar
Rp 75,724 miliar dan pekerjaan struktur sebesar Rp 51,010 miliar. Seperti diketahui,
dalam proyek Hambalang, PT Dutasari Citralaras mendapatkan dua pekerjaan proyek
yang disubkontrak oleh KSO Adhi Karya dan Wijaya Karya. Pertama, pekerjaan
mekanikal elektrikal pada Desember 2010 senilai Rp 324,5 miliar. Kedua,
penyambungan daya listrik PLN pada Juni 2011 senilai Rp 3,5 miliar.
III.3 Penyelesaian Kasus Hambalang
Beberapa pihak menilai, penyelesaian dugaan kasus korupsi proyek
Hambalang, Bogor, Jawa Barat, berjalan lambat, bahkan sampai dikaitkan dengan
politik. Untuk meminimalisir opini dan dugaan yang justru menghambat penyelidikan
dan penyelesaian kasus Hambalang. KPK seharusnya dengan cepat menuntaskan
kasus tersebut.
Dalam kasus proyek Hambalang yang berlokasi di kawasan Sentul, Jawa
Barat itu, KPK juga telah menetapkan beberapa tersangka lainnya, yaitu Deddy
Kusdinar, dan Teuku Bagus. KPK juga menetapkan mantan Ketua Umum Partai
Demokrat Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus penerimaan hadiah terkait
proyek Hambalang dan proyek-proyek lain.
Sementara itu KPK memperpanjang masa penahanan tersangka kasus dugaan
korupsi Hambalang Deddy Kusdinar, selama 30 hari ke depan. Deddy adalah Kepala
Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga. Dia ditahan
di Rutan KPK sejak Juni 2013. Deddy adalah tersangka pertama Hambalang yang
ditahan KPK.
KPK juga menelusuri dugaan aliran dana sebanyak Rp7,3 miliar ke Dewan
Perwakilan Rakyat terkait proyek pembangunan pusat olahraga di Hambalang. Johan
menyebutkan, KPK akan mendalami informasi mengenai aliran dana ini yang
terungkap dalam laporan hasil pemeriksaan investigatif tahap II (LPH II) BPK.
DPR juga mengijinkan KPK untuk memeriksa anggota parlemen jika memang
terbukti terkait dalam kasus tersebut. Jadi, ketika hasil audit anggaran proyek itu
sudah didapat, dewan sudah memberikan sinyal agar anggota yang terlibat disidik,
maka saatnya masyarakat bisa melihat gebrakan yang dilakukan KPK dalam
penanganan kasus Hambalang.
IV. KESIMPULAN
Kasus Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan, adalah kasus
dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak terlibat, diantaranya
para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum ,
komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi
Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya.
Mirwan Amir Rp1,5 miliar, Jafar Hafsah Rp1 miliar serta pimpinan Banggar,
Melchias Markus Mekeng Rp1,5 miliar, Tamsil Linrung Rp1 miliar dan Olly
Dondokambey Rp1 miliar. Angie sendiri memperoleh Rp1 miliar.
Kasus dugaan korupsi proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang,
Bogor, Jawa Barat, dinilai menjadi medan pertempuran politik setelah kasus bailout
Bank Century. Berbeda dengan bailout Century yang menggunakan modus canggih,
modus dalam kasus Hambalang dinilai sarat akan muatan politik.
Dalam kasus Hambalang, bukan hanya penyuapan, tetapi juga ada
pelanggaran hukum sejak perencanaan dan pendaftaran proyek di dalam APBN.
Ketua Koalisi Untuk Akuntabilitas Keuangan Negara (KUAK) Roy Salam
menyayangkan tindakan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang justru
menyerahkan hasil laporan pemeriksaan (HLP) proyek Hambalang kepada ketua
DPR, barulah kemudian diserahkan kepada KPK sebagai lembaga penegak hukum.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menyebut lamanya
penanganan kasus Hambalang disebabkan kendala teknis. Kendala teknis itu
berhubungan dengan penghitungan kerugian negara berlangsung lama karena tidak
tidak dilakukan oleh KPK secara sepihak melainkan harus melibatkan Badan
Pengawas Keuangan. Untuk mempercepat penanganan kasus tersebut KPK akan tetap
terus menerus melakukan tindakan konkret sesuai standar KPK dengan
mengupayakan penahanan serta pemanggilan beberapa saksi dan tersangka.
Abraham menyebut dalam waktu dekat, kata dia, KPK akan memeriksa
mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng dan Anas
Urbaningrum.
DPR juga mengijinkan KPK untuk memeriksa anggota parlemen jika memang
terbukti terkait dalam kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
kompas.com
http://www.suarapembaruan.com/home/ada-kepentingan-politik-partai-
berkuasa/28524
http://m.merdeka.com/politik/demokrat-tuding-kasus-hambalang-ditunggangi-
partai-lain.html
http://www.majalahpotretindonesia.com/index.php/utama/politik/1982-kata-
rizal-anas-aktor-dibalik-kasus-hambalang
http://waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=282736:kepentingan-politik-dibalik-
kasus-ibas&catid=17:
http://www.antaranews.com/berita/395414/percepat-penanganan-kasus-
hambalanghttp://politik.kompasiana.com/2013/03/19/motif-politik-dibalik-
tudingan-yulianis 543696.html