BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
setelah dilakukan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran
quantum teaching. Namun demikian sebelum menelaah hasil tersebut, terlebih dahulu
akan disajikan prestasi belajar siswa dari hasil pre tes yang akan dijadikan acuan untuk
pembagian kelompok. Sebelum membagi kelompok data hasil pre tes tersebut diuji
dulu, apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak, jika berdistribusi normal,
maka dilanjutkan dengan uji homogenitas, untuk melihat apakah mempunyai varians
yang sama, setelah itu uji anova satu faktor yang bertujuan untuk melihat apa ada
perbedaan rata-rata yang signifikan. Untuk melakukan analisis hasil baik pre test
ataupun post tes menggunakan program SPSS 16.
1. Hasil Test
1.1 Analisis Hasil Pre Tes
Terlebih dahulu nilai pre tes kita uji normalitas dan uji homogenitasnya.
Untuk menguji nya kita menggunakan program SPSS dan hasilnya sebagai berikut:
102
Tabel 10Hasil Pre Test
Descriptives KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMENStatistic Std. Error Statistic Std. Error
Mean 33.3750 1.46790 36.1500 1.5683495% Confidence Interval for Mean Lower Bound 30.4059 32.9777Upper Bound 36.3441 39.32235% Trimmed Mean 33.1944 36.0833Median 33.0000 35.0000Variance 86.189 98.387Std. Deviation 9.28381 9.91903Minimum 20.00 17.00Maximum 50.00 55.00Range 30.00 38.00Interquartile Range 14.50 13.00Skewness .174 .374 .193 .374Kurtosis -.851 .733 -.574 .733
a. Uji Normalitas Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Uji normalitas data dan homogenitas data ini, merupakan langkah awal
untuk melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata pada sampel tersebut
Kelas kontrol
Rata – rata nilai pre tes kelas kontrol adalah 33,3750 dengan range berkisar
antara 30,4059 sampai dengan 36,3441. Dan Standard eror of mean data tersebut
adalah 1,46790.
5% trimmed mean (tingkat kesalahan) ukuran ini didapat dengan
mengurutkan data nilai pretes kelas eksperimen dari yang terkecil sampai dengan
yang terbesar, kemudian memotong 5% dari data terkecil dan 5% dari data yang
terbesar. hal ini bertujuan untuk membuang (trimming) nilai data yang unsual
’menyimpang’ (karena jauh dari rata-rata). Kemudian pada hasil yang ada
dilakukan perhitungan Mean seperti biasa
103
Terlihat hasil 33,1944 yang berarti rata-rata nilai pretes kelas kontrol dengan
proses trimming menjadi 33,1944. Median atau titik tengah data jika semua data
diurutkan dan dibagi dua sama besar. Angka median 33,000 menunjukan bahwa
50% sampel mempunyai nilai 33,00 ke atas dan 50% nya lagi mempunyai nilai
33,0000 ke bawah.
Standard deviasi adalah 9,28381 dan varians 86,189. makin besar standard
deviasi menunjukan data semakin bervariasi, jika standard deviasi dibagi dengan
akar jumlah sampel, maka hasilnya adalah standard error of mean (SE Mean). Nilai
minimum data adalah 20 dan nilai maksimum nya adalah 50 sehingga range = nilai
maksimum – nilai minimum = 50 – 20 = 30
Interquartile range. Ukuran ini menunjukan selisih antara nilai persentil
yang ke 25 dan persentil yang ke 75. seperti diketahui, secara teoritis, 50% dari data
terletak antara persentil ke 25 dan persentil ke 75. dari output didapat nilai 14,50,
yang berarti pada 50% data nilai pre tes kelas kontrol, selisih antara yang terbesar
dan terkecil adalah 14,50.
Ukuran skewness adalah 0,174 untuk penilaian, nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio skweness = skweness : s.e skweness = 0,174 : 0,374 = 0,465.
Bila rasio skweness terletak antar -2 dan 2 maka data berdistribusi normal. 0,465
terletak antara -2 dan 2 maka data nilai pre tes ini berdistribusi normal.
Ukuran kurtosis adalah - 0,626. Untuk penilaian , nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio kurtosis = kurtosis : s.e kurtosis = -0,851: 0,733 = - 1,161. Bila
rasio kurtosis terletak antar -2 dan 2 maka data berdistribusi norma l - 1,161
terletak antara -2 dan 2 maka data nilai pre tes ini berdistribusi normal.
104
Kelas eksperimen :
Rata – rata nilai pre tes kelas eksperimen adalah 36,1500 dengan range
berkisar antara 32,9777 sampai dengan 39,3223. Standard eror of mean data
tersebut adalah 1,56834 . penggunaan standard error of mean untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi.
5% trimmed mean (tingkat kesalahan) ukuran ini didapat dengan
mengurutkan data nilai pretes kelas eksperimen dari yang terkecil sampai dengan
yang terbesar, kemudian memotong 5% dari data terkecil dan 5% dari data yang
terbesar . hal ini bertujuan untuk membuang (trimming) nilai data yang unsual
’menyimpang’ (karena jauh dari rata-rata). Kemudian pada hasil yang ada
dilakukan perhitungan Mean seperti biasa. Terlihat hasil 36,0833 , yang berarti rata-
rata nilai pretes kelas eksperimen dengan proses trimming menjadi 36,0833.
Median atau titik tengah data jika semua data diurutkan dan dibagi dua sama
besar. Angka median 35,0 menunjukan bahwa 50% sampel mempunyai nilai 35,0
ke atas dan 50% nya lagi mempunyai nilai 35,0 ke bawah.
Standard deviasi adalah 9,91903 dan varians adalah 98,387. makin besar
standard deviasi menunjukan data semakin bervariasi, jika standard deviasi dibagi
dengan akar jumlah sampel, maka hasilnya adalah standard error of mean ( SE
Mean). Nilai minimum data adalah 17 dan nilai maksimum nya adalah 55 sehingga
range = nilai maksimum – nilai minimum = 55 – 17= 38,00
Interquartile range. Ukuran ini menunjukan selisih antara nilai persentil
yang ke 25 dan persentil yang ke 75. seperti diketahui , secara teoritis , 50 % dari
data terletak antara persentil ke 25 dan persentil ke 75. dari output didapat nilai 13
yang berarti pada 50% data nilai pre tes kelas eksperimen , selisih antara yang
terbesar dan terkecil adalah 13,00.
105
Ukuran skewness adalah 0,193 untuk penilaian, nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio skweness = skweness : s.e skweness = 0,193 : 0,374 = 0,516.
Bila rasio skweness terletak antar -2 dan 2 maka data berdistribusi normal. 0,516
terletak antara -2 dan 2 maka data nilai pre tes ini berdistribusi normal.
Ukuran kurtosis adalah - 0,574. Untuk penilaian , nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio kurtosis = kurtosis : s.e kurtosis = - 0,574 : 0,733 = - 0,783. Bila
rasio kurtosis terletak antar -2 dan 2 maka data berdistribusi normal - 0,783 terletak
antara -2 dan 2 maka data nilai pre tes ini berdistribusi normal.
Tabel 11Uji Normalitas nilai Pre Tes
kelas Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-WilkStatistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai pre tes
kontrol ,104 40 ,200(*) ,938 40 ,030
eksperimen ,096 40 ,200(*) ,971 40 ,375* This is a lower bound of the true significance.a Lilliefors Significance Correction
Keterangan :
Output ini menjelaskan hasil uji apakah sebuah distribusi data bias dikatakan
normal ataukah tidak.
1. ) Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak
normal
2. ) Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal
Dapat dilihat nilai sig. Untuk kelas kontrol adalah 0,200 > 0,05 maka data
berdistribusi normal, begitupun dengan kelas eksperimen nilai sig. 0,200 > 0,05
maka data berdistribusi normal
106
Bagan 3Normalitas Nilai Pre Test
107
Tabel 12Uji Homogenitas nilai Pre Tes
nilai pre tesLevene Statistic df1 df2 Sig.
,109 1 78 ,742
Output ini untuk menguji apakah dua sampel yang diambil mempunyai varians
yang sama.
Pedoman pengambilan keputusan :
1. ) nilai sig. atau nilai probabilitas < 0,05 , data berasal dari populasi – populasi
yang mempunyai varians tidak sama ;
2. ) nilai sig. atau nilai probabilitas > 0,05 , data berasal dari populasi – populasi
yang mempunyai varians sama
Terlihat dari tabel sig. 0,742 > 0,05 maka data mempunyai varians yang sama
Bagan 4Homogenitas Nilai Pre Tes
108
b. Uji Anova Kelas Eksperimen Dengan Kelas Kontrol
Pada bagian ini kita akan melihat apakah ada perbedaan rata-rata dari nilai pre
tes kelas eksperimen dengan nilai pre tes kelas kontrol. Dengan menggunakan
SPSS. 16 maka uji perbedaan rata-rata dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 13Uji Anova Satu faktor
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between Groups 154,012 1 154,012 1,669 ,200
Within Groups 7198,475 78 92,288Total 7352,487 79
Jika probabilitas > 0,05 , maka kedua rata-rata populasi adalah identik ( rata-rata
populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda )
Jika probabilitas < 0,05 , maka kedua rata-rata populasi adalah tidak identik ( rata-
rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama )
109
Keputusan :
Dapat juga dilihat dari output di atas bahwa sig = 0.200 > 0,05, maka kedua
rata-rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol sama/identik.
Nilai pre tes kelas eksperimen dengan nilai pre test kelas kontrol telah kita
uji normalitas yang hasilnya data kedua kelas tersebut berdistribusi normal,
kemudian uji homogenitas yang hasilnya kedua populasi mempunyai varians yang
sama, dan uji anova yang hasilnya kedua rata-rata populasi adalah identik.
1.2 Analisis Hasil Post Tes
Post tes adalah tes kemampuan akhir yang diberikan untuk mengetahui
apakah materi yang diajarkan dapat diterima dengan baik oleh siswa, sehingga
siswa mendapatkan nilai yang bagus. Analisis hasil post tes ini menggunakan
program SPSS.16 yang bertujuan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
Tabel 14Hasil Post Test
Descriptives KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMENStatistic Std. Error Statistic Std. Error
Mean 56.1000 1.92514 65.5000 2.3737395% Confidence Interval for MeanLower Bound 52.2060 60.6987Upper Bound 59.9940 70.30135% Trimmed Mean 56.1389 65.8333Median 55.0000 67.5000Variance 148.246 225.385
110
Std. Deviation 1.21756E1 1.50128E1Minimum 30.00 25.00Maximum 80.00 100.00Range 50.00 75.00Interquartile Range 15.00 20.00Skewness -.018 .374 -.245 .374Kurtosis -.499 .733 .224 .733
a. Uji normalitas dan homogenitas data
Kelas kontrol
Rata – rata nilai post tes kelas kontrol adalah 56,1000 dengan range berkisar
antara 52,2060 sampai dengan 59,9940. Standard eror of mean data tersebut
adalah 1,92514.
5% trimmed mean . ukuran ini didapat dengan mengurutkan data nilai pretes
kelas eksperimen dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar, kemudian
memotong 5% dari data terkecil dan 5% dari data yang terbesar . hal ini bertujuan
untuk membuang (trimming) nilai data yang unsual ’menyimpang’ (karena jauh
dari rata-rata). Kemudian pada hasil yang ada dilakukan perhitungan Mean seperti
biasa. Terlihat hasil 56,1389 yang berarti rata-rata nilai pretes kelas kontrol dengan
proses trimming menjadi 56,1389.
Median atau titik tengah data jika semua data diurutkan dan dibagi dua sama
besar. Angka median 55,000 menunjukan bahwa 50% sampel mempunyai nilai
55,000 ke atas dan 50% nya lagi mempunyai nilai 55,000 ke bawah.
Standard deviasi adalah 12,17564 dan varians 148,246. makin besar
standard deviasi menunjukan data semakin bervariasi, jika standard deviasi dibagi
dengan akar jumlah sampel, maka hasilnya adalah standard error of mean ( SE
Mean).
111
Nilai minimum data adalah 30 dan nilai maksimum nya adalah 80 sehingga
range = nilai maksimum – nilai minimum = 80 – 30 = 50
Interquartile range. Ukuran ini menunjukan selisih antara nilai persentil
yang ke 25 dan persentil yang ke 75. seperti diketahui , secara teoritis , 50% dari
data terletak antara persentil ke 25 dan persentil ke 75. dari output didapat nilai
15,00, yang berarti pada 50% data nilai pre tes kelas kontrol , selisih antara yang
terbesar dan terkecil adalah 15,00.
Ukuran skewness adalah - 0,018 untuk penilaian, nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio skweness = skweness : s.e skweness = - 0,018 : 0,374 = - 0,048.
Bila rasio skweness terletak antar -2 dan 2 maka data berdistribusi normal. - 0,048
terletak antara -2 dan 2 maka data nilai post tes ini berdistribusi normal.
Ukuran kurtosis adalah -0,499. Untuk penilaian , nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio kurtosis = kurtosis : s.e kurtosis = - 0,499 : 0,733 = - 0,681. Bila
rasio kurtosis terletak antar - 2 dan 2 maka data berdistribusi normal - 0,681 terletak
antara - 2 dan 2 maka data nilai post tes ini berdistribusi normal.
Kelas eksperimen :
Rata–rata nilai post tes kelas eksperimen adalah 65,500 dengan range
berkisar antara 60,6987 sampai dengan 70,3013. Standard eror of mean data
tersebut adalah 2,37373. penggunaan standard error of mean untuk memperkirakan
besar rata-rata populasi.
5% trimmed mean . ukuran ini didapat dengan mengurutkan data nilai pretes
kelas eksperimen dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar, kemudian
memotong 5% dari data terkecil dan 5% dari data yang terbesar . hal ini bertujuan
untuk membuang (trimming) nilai data yang unsual ’menyimpang’ (karena jauh
dari rata-rata). Kemudian pada hasil yang ada dilakukan perhitungan Mean seperti
112
biasa. Terlihat hasil 65,8333 , yang berarti rata-rata nilai post tes kelas eksperimen
dengan proses trimming menjadi 65,8333.
Median atau titik tengah data jika semua data diurutkan dan dibagi dua sama
besar. Angka median 67,5 menunjukan bahwa 50% sampel mempunyai nilai 35,0
ke atas dan 50% nya lagi mempunyai nilai 67,5 ke bawah.
Standard deviasi adalah 15,01282 dan varians adalah 225,385. makin besar
standard deviasi menunjukan data semakin bervariasi, jika standard deviasi dibagi
dengan akar jumlah sampel, maka hasilnya adalah standard error of mean ( SE
Mean).
Nilai minimum data adalah 25 dan nilai maksimum nya adalah 100 sehingga
range = nilai maksimum – nilai minimum = 100 – 25 = 75,00.
Interquartile range. Ukuran ini menunjukan selisih antara nilai persentil
yang ke 25 dan persentil yang ke 75. seperti diketahui , secara teoritis , 50% dari
data terletak antara persentil ke 25 dan persentil ke 75. dari output didapat nilai 20
yang berarti pada 50% data nilai pre tes kelas eksperimen , selisih antara yang
terbesar dan terkecil adalah 20,00.
Ukuran skewness adalah - 0,245 untuk penilaian, nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio skweness = skweness : s.e skweness = - 0,245 : 0,374 = - 0,6551.
Bila rasio skweness terletak antar - 2 dan 2 maka data berdistribusi normal. - 0,6551
terletak antara -2 dan 2 maka data nilai post tes ini berdistribusi normal.
Ukuran kurtosis adalah 0,224. Untuk penilaian , nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio kurtosis = kurtosis : s.e kurtosis = 0,224: 0,733 = 0,3056. Bila
rasio kurtosis terletak antar -2 dan 2 maka data berdistribusi normal 0,3056 terletak
antara -2 dan 2 maka data nilai post tes ini berdistribusi normal.
113
Tabel 15Uji Normalitas nilai Post Tes
kelas
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-WilkStatisti
c df Sig.Statisti
c df Sig.Nilai Post tes
kontrol ,099 40 ,200(*) ,976 40 ,541eksperimen ,118 40 ,172 ,974 40 ,487
* This is a lower bound of the true significance.a Lilliefors Significance Correction
Output ini menjelaskan hasil uji apakah sebuah distribusi data bias dikatakan
normal ataukah tidak.
1. ) Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak normal
2. ) Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal
Dapat dilihat nilai sig. Untuk kelas kontrol adalah 0,200 > 0,05 maka data
berdistribusi normal, begitupun dengan kelas eksperimen nilai sig. 0,172 > 0,05
maka data berdistribusi normal.
Bagan 5Normalitas Hasil Post Test
114
Tabel 16Uji Homogenitas Nilai Post Tes
115
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,164 1 78 ,145
Output ini untuk menguji apakah dua sampel yang diambil mempunyai varians
yang sama.
Pedoman pengambilan keputusan :
1. ) nilai sig. atau nilai probabilitas < 0,05 , data berasal dari populasi – populasi
yang mempunyai varians tidak sama ;
2. ) nilai sig. atau nilai probabilitas > 0,05 , data berasal dari populasi – populasi
yang mempunyai varians sama
terlihat dari tabel sig. 0,145 > 0,05 maka data mempunyai varians yang sama
Bagan 6Homogenitas Hasil Post Test
b. Uji anova Kelas Eksperimen Dengan Kelas Kontrol data post tes
116
Pada bagian ini kita akan melihat apakah ada perbedaan rata-rata dari nilai
post tes kelas eksperimen dengan nilai pre tes kelas kontrol. Dengan menggunakan
SPSS. maka uji perbedaan rata-rata dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 17Uji Anova Satu faktor
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between Groups 1767,200 1 1767,200 9,460 ,003
Within Groups 14571,600 78 186,815
Total 16338,800 79
Hipotesis :
Jika probabilitas > 0,05 , maka kedua rata-rata populasi adalah identik ( rata-rata
populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama )
Jika probabilitas < 0,05 , maka kedua rata-rata populasi adalah tidak identik ( rata-
rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda )
Keputusan :
Dapat juga dilihat dari output di atas bahwa sig = 0.003 < 0,05, maka kedua
rata-rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda.
Nilai post tes kelas eksperimen dengan nilai post test kelas kontrol telah kita
uji normalitas yang hasilnya data kedua kelas tersebut berdistribusi normal,
kemudian uji homogenitas yang hasilnya kedua populasi mempunyai varians yang
sama, dan uji anova yang hasilnya kedua rata-rata populasi adalah berbeda.
Tabel 18Tabel correlations
117
Nilai Post
tes kelasNilai Post tes Pearson
Correlation 1 ,329(**)
Sig. (2-tailed) . ,003N 80 80
kelas Pearson Correlation ,329(**) 1
Sig. (2-tailed) ,003 .N 80 80
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel pearson correlations menggambarkan nilai korelasi sebesar 0,329 antar nilai
dan kelas. Nilai sig. 0,003 < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan.
2. Hasil Angket Guru
Angket guru ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat guru IPS SMP N 42
Bandung tentang pembelajaran IPS dengan menggunakan metode quantum teaching.
Guru IPS SMP N 42 Bandung sebanyak 4 orang guru terlibat dalam penelitian ini dan
mengisi angket yang diberikan oleh penulis. Pengisian angket dilakukan setelah
pembelajaran IPS dengan metode quantum teaching pada kelas eksperimen dilakukan.
Tabel 19Hasil Angket Guru
118
NO PERNYATAAN S R TS1 Pembelajaran dengan menggunakan metode quantum
teaching lebih terarah dan sistematis50% - 50%
2Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. 100% - -
3Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching menuntut kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.
100% - -
4Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
100% - -
5Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa dalam proses belajar.
50% 50% -
6
Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching secara langsung mengidentifikasi kegiatan sehari-hari yang terjadi di lingkungan siswa akan bermakna dalam membantu siswa dalam memahami materi pelajaran IPS.
75% 25% -
7Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat menumbuhkan interaksi dari siswa dengan siswa dan dari siswa dengan guru
100% - -
8Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching membuat siswa dan guru saling menghargai satu sama lain.
100% - -
9 Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching cocok dalam pembelajaran IPS
75% 25% -
Keterangan :S = SetujuR = Ragu-RaguTS = Tidak Setuju
Hasil angket guru tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan quantum teaching lebih terarah dan sistematis diperoleh setengahnya
menyatakan setuju dan setengahnya lagi menyatakan tidak setuju. Dilakukan diskusi
dengan guru-guru IPS tersebut dengan membahas topik tersebut. Didapatkan hasil
diskusi ternyata yang tidak setuju menyatakan bahwa pembelajaran dengan quantum
teaching justru lebih banyak mengarahkan aktivitas siswa belajar dari pada mengacu
arahan pada perencanaan pembelajaran yang sebelumnya dibuat. Selain itu
119
pembelajaran quantum tersebut lebih cenderung tidak sistematis, karena siswa lebih
banyak berperan dalam pembelajaran. Sementara guru berperan sebagai fasilitator,
yang mengarahkan langkah-langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan kemauan
siswa dalam belajar. Maka lebih bersifat situsional dari pada sistematis, namun lebih
efektif dan pada akhirnya tercapai tujuan pembelajaran.
Pernyataan pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat
menumbuhkan kepercayaan diri siswa dalam proses belajar, setengahnya setuju dan
setengahnya lagi ragu-ragu.
Pernyataan diperoleh lebih banyak setuju dan lebih sedikit ragu-ragu, bahwa
pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching : a). secara langsung
mengidentifikasi kegiatan sehari-hari yang terjadi di lingkungan siswa akan bermakna
dalam membantu siswa dalam memahami materi pelajaran IPS, b). cocok dalam
pembelajaran IPS.
Pernyataan semuanya setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan
quantum teaching : a). lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran, b). menuntut
kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan, c). dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, d). dapat
menumbuhkan interaksi dari siswa dengan siswa dan dari siswa dengan guru, e).
membuat siswa dan guru saling menghargai satu sama lain.
3. Analisis Hasil Wawancara Siswa
Wawancara dengan siswa dilakukan guna mengetahui tanggapan siswa tentang
pembelajaran IPS dengan menggunkan metode quantum teaching. Penulis terlebih
dahulu menerangkan kepada siswa bahwa pembelajarn tadi merupakan pembelajarn
120
dengan metode quantum teaching. Maka penulis mewawancara siswa di kelas
eksperimen setelah pembelajaran IPS dengan menggunakan metode quantum teaching.
Tabel 20Hasil Wawancara Siswa
NO. 1 Bagaimana selama ini kegiatan belajar pada mata pelajaran IPS %Data yang diperoleh
Membosankan 55Menjenuhkan 25Sulit, karena banyak hapalan 20Sama saja degan mata pelajaran yang lain 5
N0. 2 Bagaimana pengalamanmu dalam kegiatan belajar pada mata pelajaran IPS selama ini ?
%
Data yang diperoleh
Lebih suka studi literatur ketimbang guru berceramah, karena itu membuat saya bosan
5
Guru perlu melakukan variasi kegiatan belajar mengajarnya dalam pelajaran IPS agar saya lebih tertantang untuk berprestasi
25
Lebih suka merumuskan sendiri konsep-konsep materi yang dipelajari.
5
Merasa bosan dan jenuh bila sedang mengikuti pelajaran IPS 45
Tidak ingin mempelajari pelajaran IPS, karena pelajaran itu sulit dipahami dan banyak hapalan
10
Mengerjakan tugas lembar kegiatan dan berdiskusi sangat bermanfaat.
5
Sama saja degan mata pelajaran yang lain 5N0. 3 Bagaimana tanggapanmu setelah belajar pelajaran IPS dengan metode
quantum teaching ?%
Data yang diperoleh
Senang senang terhadap pembelajaran dengan metode quantum teaching karena materi pelajaran menyangkut masalah saya sehari-hari.
10
Penerapan metode quantum teaching ini membuat saya merasa bebas untuk bertindak dan berbicara sesuai dengan keinginan hati dengan memperhatikan aturan yang telah disepakati bersama. 25Berminat belajar pelajaran IPS karena saya suka cara gurunya mengajar 20senang jika dalam menjawab atau memberikan pendapat, sebab guru memberi tahu letak kesalahan saya.
5
Penerapan metode quantum teaching membuat saya lebih tertarik pada pelajaran IPS.
25
Motivasi dan bimbingan guru IPS kepada saya membuat saya merasa berhasil dan mampu menjadi orang yang sukses
5
Merasa keberhasilan orang lain dalam kegiatan belajar itu mendorong saya untuk belajar lebih giat lagi
10
N0. 4 Bagaimana pengalamanmu dengan kegiatan belajar dengan menggunakan metode quantum teaching ?
%
Data yang
Kehidupan keseharian yang saya alami mendorong saya untuk mengetahui lebih jauh tentang pelajaran IPS
48
Berusaha mempraktekkan materi pelajaran yang telah saya dapatkan ke dalam kehidupan keseharian saya
10
121
diperoleh Yakin bahwa materi pelajaran IPS ini sangat berguna untuk menghadapi kehidupan saya di kemudian hari
5
Sangat menghargai guru IPS, karena beliau sangat menghargai saya walaupun saya berbuat salah.
15
Motivasi dan bimbingan guru IPS kepada saya membuat saya merasa berhasil dan mampu menjadi orang yang sukses.
22
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPS selama ini adalah lebih dari
setengahnya menyatakan membosankan, seperempat menyatakan menjenuhkan, selain
itu juga sulit karena banyak hapalan.
Tanggapan siswa terhadap pengalaman dalam kegiatan belajar pada mata
pelajaran IPS selama ini adalah hampir setengahnya menyatakan Merasa bosan dan
jenuh bila sedang mengikuti pelajaran IPS, seperempatnya menyatakan Guru perlu
melakukan variasi kegiatan belajar mengajarnya dalam pelajaran IPS agar saya lebih
tertantang untuk berprestasi. Sebagian kecil menyatakan Tidak ingin mempelajari
pelajaran IPS, karena pelajaran itu sulit dipahami dan banyak hapalan, sebagian kecil
lainnya menyatakan mengerjakan tugas lembar kegiatan dan berdiskusi sangat
bermanfaat, sebagian kecil lainnya menyatakan Lebih suka merumuskan sendiri
konsep-konsep materi yang dipelajari, sebagian kecil lainnya menyatakan lebih suka
studi literatur ketimbang guru berceramah, karena itu membuat saya bosan, Sama saja
degan mata pelajaran yang lain.
Tanggapan siswa terhadap setelah belajar pelajaran IPS dengan metode
quantum teaching adalah seperempatnya menyatakan penerapan metode quantum
teaching ini membuat saya merasa bebas untuk bertindak dan berbicara sesuai dengan
keinginan hati dengan memperhatikan aturan yang telah disepakati bersama,
seperempat lainnya menyatakan penerapan metode quantum teaching membuat saya
lebih tertarik pada pelajaran IPS, hampir seperempatnya menyatakan Berminat belajar
pelajaran IPS karena saya suka cara gurunya mengajar. Sebagian kecil menyatakan
122
senang senang terhadap pembelajaran dengan metode quantum teaching karena materi
pelajaran menyangkut masalah saya sehari-hari, sebagian kecil lain menyatakan merasa
keberhasilan orang lain dalam kegiatan belajar itu mendorong saya untuk belajar lebih
giat lagi, sebagian kecil lainnya menyatakan senang jika dalam menjawab atau
memberikan pendapat, sebab guru memberi tahu letak kesalahan saya. Sebagian kecil
lainnya motivasi dan bimbingan guru IPS kepada saya membuat saya merasa berhasil
dan mampu menjadi orang yang sukses.
Tanggapan siswa terhadap pengalaman dengan kegiatan belajar dengan
menggunakan metode quantum teaching adalah hampir setengahnya menyatakan
kehidupan keseharian yang saya alami mendorong saya untuk mengetahui lebih jauh
tentang pelajaran IPS. Hampir seperempat menyatakan motivasi dan bimbingan guru
IPS kepada saya membuat saya merasa berhasil dan mampu menjadi orang yang
sukses. Sebagian kecil menyatakan sangat menghargai guru IPS, karena beliau sangat
menghargai saya walaupun saya berbuat salah, sebagian kecil lainnya menyatakan
berusaha mempraktekkan materi pelajaran yang telah saya dapatkan ke dalam
kehidupan keseharian saya, sebagian kecil lainnya menyatakan yakin bahwa materi
pelajaran IPS ini sangat berguna untuk menghadapi kehidupan saya di kemudian hari.
B. Pembahasan Hasil Penelitian.
123
Hasil perhitungan tersebut di atas untuk mengetahui hipotesis pertama
”Terdapat persamaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran
awal (pre test).” adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 , maka kedua rata-rata populasi adalah identik ( rata-rata
populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama )
Jika probabilitas < 0,05 , maka kedua rata-rata populasi adalah tidak identik ( rata-
rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda )
Keputusan :
Dapat juga dilihat dari output di atas bahwa sig = 0.200 > 0,05, maka kedua
rata-rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol sama/identik. Nilai pre tes kelas
eksperimen dengan nilai pre test kelas kontrol telah di uji normalitas yang hasilnya data
kedua kelas tersebut berdistribusi normal, kemudian uji homogenitas yang hasilnya
kedua populasi mempunyai varians yang sama, dan uji anova yang hasilnya kedua
rata-rata populasi adalah identik.
Hasil perhitungan tersebut di atas untuk hipotesis kedua ”Terdapat perbedaan
hasil belajar siswa kelas kontrol antara pre test dengan post test.” adalah sebagai
berikut Rata–rata nilai pre tes kelas kontrol adalah 33,3750 dengan range berkisar
antara 30,4059 sampai dengan 36,3441. Dan Standard eror of mean data tersebut
adalah 1,46790. Rata–rata nilai post tes kelas kontrol adalah 56,1000 dengan range
berkisar antara 52,2060 sampai dengan 59,9940. Standard eror of mean data tersebut
adalah 1,92514.
Jadi pada kelas kontrol nilai rata-rata post test (56,1000) lebih besar dari nilai
rata-rata nilai pre test (33,3750) dengan nilai standar deviasi post test (1,92514) lebih
besar dari nilai standar deviasi pre test (1,46790).
124
Hasil perhitungan tersebut di atas untuk hipotesis ketiga ”Terdapat perbedaan
hasil belajar siswa kelas eksperimen antara pre test dengan post test.” adalah sebagai
berikut : Rata – rata nilai pre tes kelas eksperimen adalah 36,1500 dengan range
berkisar antara 32,9777 sampai dengan 39,3223. Standard eror of mean data tersebut
adalah 1,56834. Rata – rata nilai post tes kelas eksperimen adalah 65,500 dengan range
berkisar antara 60,6987 sampai dengan 70,3013. Standard eror of mean data tersebut
adalah 2,37373.
Jadi pada kelas eksperimen nilai rata-rata post test (65,500) lebih tinggi dari
nilai rata-rata pre test (36,1500) dengan nilai standar deviasi post test (2,37373) lebih
besar dari nilai standar deviasi pre test (1,56834).
Hasil perhitungan tersebut di atas untuk hipotesis keempat ”Terdapat
perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada
pengukuran akhir (post test)” adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 , maka kedua rata-rata populasi adalah identik ( rata-rata
populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama )
Jika probabilitas < 0,05 , maka kedua rata-rata populasi adalah tidak identik ( rata-
rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda )
Dapat juga dilihat dari output di atas bahwa sig = 0.003 < 0,05, maka kedua rata-
rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Nilai post tes kelas
eksperimen dengan nilai post test kelas kontrol telah kita uji normalitas yang hasilnya
data kedua kelas tersebut berdistribusi normal, kemudian uji homogenitas yang
hasilnya kedua populasi mempunyai varians yang sama, dan uji anova yang hasilnya
kedua rata-rata populasi adalah berbeda.
Tabel pearson correlations menggambarkan nilai korelasi sebesar 0,329 antar
nilai dan kelas. Nilai sig. 0,003 < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan.
125
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode quantum teaching
dalam pembelajaran IPS berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa di SMPN
42 Bandung.
Wawancara dengan siswa dilakukan guna mengetahui tanggapan siswa tentang
pembelajaran IPS dengan menggunkan metode quantum teaching. Penulis terlebih
dahulu menerangkan kepada siswa bahwa pembelajaran tadi merupakan pembelajarn
dengan metode quantum teaching. Maka penulis mewawancara siswa di kelas
eksperimen setelah pembelajaran IPS dengan menggunakan metode quantum teaching.
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPS selama ini adalah lebih dari
setengahnya menyatakan membosankan, seperempat menyatakan menjenuhkan, selain
itu juga sulit karena banyak hapalan.
Tanggapan siswa terhadap pengalaman dalam kegiatan belajar pada mata
pelajaran IPS selama ini adalah hampir setengahnya menyatakan Merasa bosan dan
jenuh bila sedang mengikuti pelajaran IPS, seperempatnya menyatakan Guru perlu
melakukan variasi kegiatan belajar mengajarnya dalam pelajaran IPS agar siswa lebih
tertantang untuk berprestasi. Sebagian kecil menyatakan Tidak ingin mempelajari
pelajaran IPS, karena pelajaran itu sulit dipahami dan banyak hapalan, sebagian kecil
lainnya menyatakan mengerjakan tugas lembar kegiatan dan berdiskusi sangat
bermanfaat, sebagian kecil lainnya menyatakan Lebih suka merumuskan sendiri
konsep-konsep materi yang dipelajari, sebagian kecil lainnya menyatakan lebih suka
studi literatur ketimbang guru berceramah, karena itu membuat siswa bosan, dan
menyatakan Sama saja dengan mata pelajaran yang lain.
Tanggapan siswa terhadap setelah belajar pelajaran IPS dengan metode
quantum teaching adalah seperempatnya menyatakan penerapan metode quantum
teaching ini membuat siswa merasa bebas untuk bertindak dan berbicara sesuai dengan
126
keinginan hati dengan memperhatikan aturan yang telah disepakati bersama,
seperempat lainnya menyatakan penerapan metode quantum teaching membuat siswa
lebih tertarik pada pelajaran IPS, hampir seperempatnya menyatakan Berminat belajar
pelajaran IPS karena siswa suka cara gurunya mengajar. Sebagian kecil menyatakan
senang senang terhadap pembelajaran dengan metode quantum teaching karena materi
pelajaran menyangkut masalah siswa sehari-hari, sebagian kecil lain menyatakan
merasa keberhasilan orang lain dalam kegiatan belajar itu mendorong siswa untuk
belajar lebih giat lagi, sebagian kecil lainnya menyatakan senang jika dalam menjawab
atau memberikan pendapat, sebab guru memberi tahu letak kesalahan siswa. Sebagian
kecil lainnya motivasi dan bimbingan guru IPS kepada siswa membuat siswa merasa
berhasil dan mampu menjadi orang yang sukses.
Maka jelaslah, bahwa yang dimaksud oleh DePorter sesuai dengan hasil yang
didapat dari penelitian ini dengan pendapatnya sebagai berikut :
Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment dan reward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki oleh pembelajar, kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi. Dikatakan demikian sebab “Nilai-nilai ini menjadi kacamata yang dengannya kita memandang dunia. Kita mengevaluasi, menetapkan prioritas, menilai, dan bertingkah laku berdasarkan cara kita memandang kehidupan melalui kacamata ini”, (DePorter, 2000:54).
Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan
keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata
kunci selain interaksi. Karena itu, dalam pembelajaran kuantum berkembang ucapan:
Selamat datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggal keseragaman dan
ketertiban!. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar,
dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya
bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan
127
penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan
penggunaan kiat dan metode pembelajaran. selain itu pembelajaran kuantum
mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total
antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan
hasilnya lebih optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Win Wenger :
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam ruang kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti (Win Wenger dalam Alwiyah Abdurrahman 2005:14).
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek
yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjukkan apa yang
harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Dua konsep ini menjadi padu dalam suatu
kegiatan manakala terjadi interaksi antara guru dan siswa pada saat pembelajaran
berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagi suatu proses. Pembelajaran
memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.
Mengingat kedudukan siswa sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam
pembelajaran, maka inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa
dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang terdiri atas komponen-
komponen yang bersifat sistemik. Artinya komponen-komponen dalam proses
pembelajaran itu saling berkaitan secara fungsional dan secara bersama-sama
menentukan optimalisasi proses dan hasil pembelajaran. Komponen-komponen
128
pembelajaran tersebut menurut Mudhoffir (1999:42) dijabarkan atas pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Sejalan dengan itu menurut Winkel sebagai berikut
Komponen pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, kondisi awal, prosedur didaktik, pengelompokan siswa, materi, media, dan penilaian. Selanjutnya menegaskan bahwa tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai : (1) organisator, (2) fasilitator, (3) dinamisator, dan (4) evaluator. (Winkel, 199:61)
Tanggapan siswa terhadap pengalaman dengan kegiatan belajar dengan
menggunakan metode quantum teaching adalah hampir setengahnya menyatakan
kehidupan keseharian yang siswa alami mendorong siswa untuk mengetahui lebih jauh
tentang pelajaran IPS. Hampir seperempat menyatakan motivasi dan bimbingan guru
IPS kepada siswa membuat siswa merasa berhasil dan mampu menjadi orang yang
sukses. Sebagian kecil menyatakan sangat menghargai guru IPS, karena beliau sangat
menghargai siswa walaupun siswa berbuat salah, sebagian kecil lainnya menyatakan
berusaha mempraktekkan materi pelajaran yang telah siswa dapatkan ke dalam
kehidupan keseharian siswa, sebagian kecil lainnya menyatakan yakin bahwa materi
pelajaran IPS ini sangat berguna untuk menghadapi kehidupan siswa di kemudian hari.
Secara operasional, tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran meliputi
seluruh penanganan komponen pembelajaran yang meliputi proses pembuatan rencana
pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan,
dan penilaian, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan membuahkan
hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Guru dituntut untuk
memiliki kompetensi terhadap materi yang diajarkan dan kompetensi dalam hal
memberdayakan semua komponen pembelajaran, sehingga seluruh elemen
pembelajaran dapat bersinergi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud.
Pengalaman belajar hendaknya menggunakan sebanyak mungkin indera untuk
berinteraksi dengan isi pembelajaran. a). Terdapat kegiatan membaca, menjelaskan,
129
demonstrasi, praktek, diskusi, kerja kelompok, pengulangan kembali dalam
menjelaskan dan cara lain yang bisa ditemukan oleh guru. b). Gunakan spidol warna-
warni dalam membantu menjelaskan di papan tulis. c). Disarankan menggunakan
media pendidikan seperti projector, bagan, dan sebagainya. d). Diperbolehkan belajar
di luar kelas seperti di bawah pohon, dipinggir jalan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Vernon A Magnessen :
Siswa belajar : 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang di lihat dan dengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan lakukan (Vernon A. Magnessen, 1983).
Pembelajaran sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa
(Learning is something students do, not something that is done to student) (Johnson &
Johnson, 1994:4). Sejalan dengan itu juga Piaget berpendapat bahwa :
Pembelajaran merupakan interaksi terus menerus yang dilakukan oleh individu dengan lingkungan, dimana lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswa secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. (Piaget dalam Dimyati dan Mulyana 2002:13)
Proses pembelajaran tidak selalu efektif dan efisien dan hasil proses belajar
tidak selalu optimal, karena ada sejumlah hambatan. Karena itu , guru dalam
memberikan materi pelajaran hanya yang berguna dan bermanfaat bagi para siswa.
Materi sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan mereka dalam belajar. Pembelajaran
akan lebih bermakna dimana guru mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat
membangun kreatifitas siswa dalam menguasai ilmu pengetahuan. Cara belajar yang
baik tentu harus mampu mengatasi kesulitan belajar . hal ini sesuai dengan pendapat
Johnson & Johnson :
130
Untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar, dibutuhkan suatu prosedur yang sistematis dan terencana. Artinya membantu mengatasi kesulitan belajar siswa dikerjakan secara sungguh-sungguh, bukan setengah hati. Cara mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa antara lain: (1) menetapkan target dan tujuan belajar yang jelas; (2) menghindari saran dan kritik yang negatif; (3) menciptakan situasi belajar yang sehat dan kompetetif; (4) menyelenggarakan remedial program; dan (5) memberi kesempatan agar siswa memeperoleh pengalaman yang sukses. (Johnson & Johnson, 1994:9).
Dengan demikian, pada masa mendatang dalam upaya meningkatkan kualitas
lulusan, guru perlu melakukan perubahan wawasan yang selanjutnya berimplikasi pada
perubahan perlakukan guru ke siswa, dari peran siswa sebagai konsumen ke peran
siswa sebagai produsen.
Guru harus selalu menghargai setiap usaha dan hasil kerja siswa serta
memberikan stimulus yang mendorong siswa untuk bernuat dan berpikir sambil
menghasilkan karya dan pikiran kreatif. Ini memungkinkan siswa menjadi pembelajar
seumur hidup. Untuk itu guru bisa menggunakan berbagai metoda dan pengalaman
belajar melalui contoh yang konstekstual. Setiap kesuksesan dalam belajar siswa layak
untuk dirayakan.
Suasana belajar siswa, guru dapat mengarahkan kearah ke ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Suasana belajar juga melibatkan mental-fisik-emosi-sosial siswa
secara aktif supaya memberi peluang siswa untuk mengamati dan merekam data hasil
pengamatan, menjawab pertanyaan dan mempertanyakan jawaban, menjelaskan sambil
memberikan argumentasi, dan sejumlah penalaran.
Dari pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran selain dari dilihat dari hasil belajar dalam bentuk test, ternyata diikuti
dengan sikap sikap positif dari siswa dalam proses belajar.
Sejalan dengan pendapat kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif
siswa dalam mengkonstruksi arti, baik itu berupa teks, dialog, maupun pengalaman.
131
Bisa dikatakan juga sebagai proses menghubungkan pengalaman atau materi yang
dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya
dikembangkan. Hasil dan bukti belajar dari siswa ialah adanya perubahan tingkah laku.
Selain itu, Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti.
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun
yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Hal ini sesuai dengan pernyataan Dick dan
Reiser :
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran mereka membedakan hasil belajar atas empat macam, yaitu pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, dan sikap. (Dick dan Reiser dalam Hasanah, 2007:28)
Peneliti melakukan penyerahan angket kepada Guru mata pelajaran IPS yang
terlibat dalam peneltian ini terhadap pembelajaran IPS dengan metode quantum
teaching. Diperoleh hasil sebagai berikut : Pembelajaran dengan menggunakan
quantum teaching lebih terarah dan sistematis diperoleh setengahnya menyatakan
setuju dan setengahnya lagi menyatakan tidak setuju. Guru yang menyatakan tidak
setuju beralasan bahwa metode quantum teaching ini justru tidak sistematis, karena
metode ini menunjukkan proses pembelajaran sangat situsional. Artinya guru yang
mengajar mengikuti situasi dan kondisi pembelajaran dan paling menentukan proses
pembelajaran datangnya justru dari siswa.
Pernyataan berikutnya adalah : Pembelajaran dengan menggunakan quantum
teaching dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa dalam proses belajar,
setengahnya setuju dan setengahnya lagi ragu-ragu.
132
Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching diperoleh lebih banyak
setuju dan lebih sedikit ragu-ragu, bahwa : a). secara langsung mengidentifikasi
kegiatan sehari-hari yang terjadi di lingkungan siswa akan bermakna dalam membantu
siswa dalam memahami materi pelajaran IPS, b). cocok dalam pembelajaran IPS.
Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching semuanya setuju bahwa
a). lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran, b). menuntut kemampuan guru
dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan, c). dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, d). dapat menumbuhkan interaksi
dari siswa dengan siswa dan dari siswa dengan guru, e). membuat siswa dan guru
saling menghargai satu sama lain.
Dalam proses belajar mengajar, aktivitas memegang peranan penting dalam
pencapaian tujuan dan hasil belajar yang memadai. Aktivitas belajar merupakan prinsip
atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Pengajaran modern menitikberatkan pada aktivitas atau
keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Agar kegiatan belajar mengajar lebih
berhasil maka aktivitas belajar harus dipengaruhi dengan memberikan dorongan
sehingga diharapkan siswa akan merasa tertarik, senang dan tidak bosan untuk belajar.
Proses pembelajaran memerlukan keterampilan guru dalam mengelola kelas,
menyampaikan bahan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
tertentu yang melibatkan sebanyak mungkin kemampuan peserta didik selama
berlangsungnya proses pembelajaran (student centered) dan pembelajaran tuntas
(mastery learning).
Pengelolaan kelas yang dinamis haruslah menghadirkan kegembiraan peserta
didik. Kegembiraan di sini, sebagaimana dikemukakan Dave Meier sebagai berikut :
133
“Haruslah bisa membangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh peserta didik, serta
terciptanya makna, pemahaman, dan nilai yang membahagiakan peserta didik.” (Meier,
2002:41).
Pendekatan pembelajaran adalah cara untuk melaksanakan pembelajaran
dengan metode dan teknik yang tepat sehingga diperoleh hasil belajar yang akurat dan
dipercaya. Dengan demikian, dapat dipilih metode dan pendekatan yang tepat demi
tercapainya hasil melalui proses sesuai dengan tujuan atau standar kompetensi. Sejalan
itu DePorter (1999:24) menyatakan bahwa salah satu metode yang digunakan adalah
Quantum Learning dan contoh pendekatan yang dapat digunakan adalah : Pendekatan
TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan)
merupakan kerangka perancangan pengajaran quantum teaching. Unsur-unsur ini
membentuk basis struktural keseluruhan yang melandasi quantum teaching.
Jika strategi TANDUR ini digunakan dengan baik maka akan diperoleh Pembelajaran yang membuat siswa (dan guru) aktif, dengan begitu berkembanglah, inovatif, dengan inovatif, siswa terdorong termotivasi berbuat, dan bertindak ke hal-hal yang belum dilakukan oleh temannya, kreativitas baik siswa maupun guru, sehingga proses situ berjalan dengan Efektif, dan akhirnya menyenangkan bagi semua (Pakem). Saat ini, PAKEM dikenal sebagai pendekatan pembelajaran yang paling dianjurkan. PAKEM ini mempunyai padanan dalam bahasa Inggris active joyful effective learning (AJEL). (DePorter dalam Sutrisno, 2007:37).
Quantum teaching ditulis dari hasil penelitian ini untuk menjadikan referensi
yang siap membantu karena didalamnya memuat prinsip dan komunikasi ampuh yang
diperkuat dengan pendekatan multi sensasi. Multi kecerdasan dan berdasarkan
kerangka rancangan belajar quantum teaching yang dikenal sebagai TANDUR. Hal ini
sesuai dengan pendapat Albert Bandura :
Kesuksesan melalui konteks dalam pembelajaran quantum teaching diperoleh dengan menciptakan suasana yang menggairahkan yaitu sebagai berikut : Kekuatan – terpendam – niat, Libatkan emosi siswa, Ciptakan kesenangan dalam belajar, Singkirkan semua ancaman. Keyakinan seseorang mengenai
134
kemampuan dirinya sangat berpengaruh pada kemampaun itu sendiri : ( Albert Bandura, 1988:22)
Tubuh manusia secara fisik adalah materi, sebagai pelajar, tujuannya adalah
untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar
menghasilkan energi cahaya. Quantum Learning menggabungkan sugestology, teknik
pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri.
Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar lain,
seperti : (1) teori otak kanan/kiri, (2) teori otak triune (3 in 1), (3) pilihan modalitas
(visual, Audotorial, kinestetik), (4) teori kecerdasan ganda, (5) pendidikan holistic
(menyeluruh), (6) belajar berdasarkan pengalaman, (7) belajar dengan symbol
(Metaphoric learning), (8) simulasi/permainan.
Seperti disebutkan di atas, bahwa untuk melaksanakan/praktek pembelajaran
Metode Quantum Learning menggunakan Model Quantum Teaching. Quantum
Teaching merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di
sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi itu mencakup unsur-unsur untuk belajar
efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah
kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi
mereka sendiri dan bagi orang lain. (De Porter, 1999 : 5).
Sejalan dengan itu menurut Ausubel menyatakan bahwa :
Belajar menjadi bermakna (meaningful) jika informasi yang hendak dipelajari disusun sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa, dengan informasi yang telah dimilikinya, dengan demikian anak akan menghubungkan informasi baru tersebut dengan informasi yang telah dimilikinya. (Ausubel dalam Ismail, 1998 : 4-17)
Dengan menerapkan model pembelajaran partisipatif, siswa akan merasa
diperhatikan dan dihargai sebagai individu yang sedang belajar. Siswa tentu akan
merasa senang, dan kondisi ini akan sangat mendukung tumbuhnya kesadaran,
135
GuruSkill
WawasanFasilitatorMotivator
KomunikatorMitra Belajar
SiswaMengetahui TujuanSemangat & Aktif
Gaya BelajarMembaca-Menulis
KerjasamaKreatifitas
LingkunganKondusifAmannyamanSantai
SuasanaMenyenangkanCukup peneranganEnak dipandangAda musik
keinginan, dan kemauan pada diri siswa untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat
J Drost :
’Membuat siswa mau belajar’, inilah tujuan utama kegiatan pembelajaran di sekolah. Sebab, ’kemauan belajar’ merupakan kondisi yang harus ada jika guru menginginkan siswa dapat menyerap dan menguasai materi pelajaran yang dipelajari. (J Drost 2005:41)
Barangkali itu sebabnya J Drost (2005:42) lebih memilih istilah mengajar-
belajar untuk pembelajaran di sekolah, bukan belajar-mengajar seperti yang selama ini
populer. Di dalam istilah "mengajar belajar" tersirat adanya upaya guru untuk
menjadikan orang lain (mau) belajar karena guru (sekolah) tidak bisa membuat siswa
menjadi pandai, siswa sendirilah yang dapat membuat dirinya menjadi pandai.
Menurut DePorter dalam Ary Nilandari (2000:6) Quantum teaching bersandar
pada “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia
Mereka”. Ini adalah Asas Utama sebagai alasan dasar di balik strategi, model, dan
keyakinan Quantum Teaching. Maksudnya untuk mendapatkan hak mengajar, seorang
guru harus membuat jembatan autentik memasuki kehidupan murid sebagai langkah
pertama. Setelah kaitan itu terbentuk bawalah mereka ke dunia kita sehingga siswa
dapat membawa apa yang dipelajari ke dalam dunianya dan menerapkannya pada
situasi baru.
Bagan 7Metode Quantum Teaching
136
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya
berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita
menggubah lingkungan, presentasi dan sistem pengajaran, sejauh itu pula proses belajar
berlangsung. Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan
segala nuansanya. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.
Hasil penelitian ini menumbuhkan keyakinan bahwa landasan teori metode ini
sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di persekolahan. Lingkungan
yang mendukung dan proses pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan
dapat menciptakan serta meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Sehingga
keluhan-keluhan seperti bosan, jenuh, kurang bergairah dan tidak menarik yang selama
137
ini sering didengungkan dari siswa dalam proses pembelajaran IPS di sekolah dapat
teratasi melalui metode ini.
138