Download - Target Sektor Utilitas Global - Jakarta
1
2
Target Sektor Utilitas Global
Menjamin ketersediaan dan
pengelolaan berkelanjutan untuk air
minum dan sanitasi bagi semua.
Mewujudkan perkotaan dan
kawasan permukiman yang inklusif,
aman, berketahanan, dan
berkelanjutan.
Akses Perumahan Layak Bagi Semua,
Aman Dan Terjangkau.
Akses Layanan Infrastruktur Dasar
Penanganan Kawasan Kumuh Yang
Berkelanjutan.
Layanan Ruang Publik Yang Memadai
Pengelolaan Urbanisasi Sebagai Bagian
Dari Perencanaan Permukiman
Perkotaan.
▪ Meningkatnya kebutuhan akan
permukiman layak dengan
akses pelayanan dasar yang
memadai;
▪ Masih terbatasnya penyediaan
ruang publik yang dapat
diakses oleh semua warga
kota;
▪ Belum meratanya kepedulian
stakeholders pada
pembangunan permukiman
yang layak bagi semua, aman
dan berkelanjutan
3
Tantangan Global: Indonesia New Urban Agenda (i)Agenda Kependudukan
▪ Perbaikan manajemen data kependudukan perkotaan yang lebih akurat;
▪ Keberadaan kaum muda perkotaan untuk mengembangkan potensi dalam era transisidemografi dan memanfaatkan “bonusdemografi”;
▪ Menerapkan kebijakan kependudukan secara terpadu dalam hubungan desa-kota;
▪ Urbanisasi sebagai proses pengkotaan yang menjadi bagian engine of growth suatu kota;
Agenda Pertanahan dan Perencanaan Kota
▪ Pengembangan paradigma baru dalam perencanaan kota dan desain lingkungan yang lebihinklusif dan ramah lingkungan;
▪ Peningkatan kualitas kawasan tidak hanya pada peningkatan kualitas lingkungan namun jugapenyediaan ruang untuk usaha ekonomi kecil dan mikro;
▪ Kawasan terpadu pelestarian dan budidaya untuk pengembangan produk kelautan, industrimaritim, dan ekowisata untuk memajukan kota-kota pesisir Indonesia;
Agenda Lingkungan dan Urbanisasi
▪ Membangun model-model kota baru dengan konsep “KotaHijau” yang berketahanan iklim danbencana;
▪ Kemampuan kawasan perkotaan untuk beradaptasi terhadap variasi perubahan iklim;
▪ Mengembangkan sistem infrastruktur yang dipadukan dengan pemanfaatan fungsi dan potensimaritim;
▪ Penambahan ruang terbuka hijau untuk penyerapan dan penampungan air serta pengendalianbanjir;
4
Tantangan Global: Indonesia New Urban Agenda (ii)
Agenda Tata Kelola Pemerintah dan Legislatif▪ Tata kelola perkotaan untuk pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) melalui keterpaduan
program;
▪ Meningkatkan kualitas partisipasi public melalui peningkatan pengetahuan masyarakat secara lebih luas;
▪ Pelibatan aktif praktisi, pakar, organisasi profesi untuk evaluasi pengelolaan dan pembangunan kota;
▪ Inovasi tata kelola model pembangunan “Kota Cerdas” dan berdaya saing;
▪ Peningkatan kapasitas kerjasama antar kota dan antar daerah;
Agenda Ekonomi Perkotaan▪ Pemahaman dan penataan keharmonisan dan keterkaitan antara ekonomi internasional, nasional,
lokalformal, dan local informal yang terjadi di wilayah urban;
▪ Keseimbangan pembangunan antar wilayah, perdesaan dan perkotaan, mendukung pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi nasional;
▪ Mendorong perkembangan industri pengolahan pertanian di daerah pinggiran kota;
Agenda Perumahan dan Infrastruktur Pelayanan Dasar
▪ Menciptakan keterpaduan pembangunan perumahan dengan kawasan permukiman;
▪ Memberikan prioritas utama untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapan Pemerintah Daerah dalampenanganan kawasan kumuh;
▪ Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur dan pengembangan mekanismealternative (creative financing scheme);
▪ Sistem pembiayaan pelayanan perkotaan dilakukan perhitungan tarif secara rasional;
5
Gerakan Nasional
Terdapat 38.431 Ha
Kumuh perkotaan;
Terbatasnya
kapasitas dan
pembiayaan
Pemerintah Daerah;
Tidak
terintegrasinya
penanganan kumuh
selama ini;
Tantangan215 T
Kebutuhan Dana
untuk mencapai
Target 0% Kumuh
46,4 TKemampuan APBN
(Renstra PUPR
2015-2019)
6
Strategi Pendanaan Pencapaian Target 2015-2019
Pusat67%
Daerah15%
Swasta 2% PHLN
16%
2010-2014
Pemerintah Pusat 35%
Pemerintah Daerah
25%
Sektor Swasta 15%
PHLN 10%
Masyarakat15%
2015-2019
Oleh karena masalah kapasitas fiskal
daerah yang terbatas, maka perlu peran
serta swasta dalam memainkan peran
pembangunan sektor utilitas.
7
Gambaran DKI Jakarta
5,92
6,586,06
5,445,856,03
5,58
5,024,79
5,02
2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta dan Nasional
DKI Jakarta Nasional
Sumber: BPS
18%
82%
Porsi PDRB DKI Jakarta terhadapNasional (Kuartal II 2017)
DKI Jakarta Daerah lain
Perekonomian DKI Jakarta memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada empat tahun terakhir
perekonomian DKI Jakarta selalu tumbuh di atas pertumbuhan nasional. Secara porsi kue ekonomi pun DKI
Jakarta memiliki porsi yang paling besar daripada Provinsi lain. Pada kuartal II tahun 2017 ini perekonomian
DKI Jakarta menyumbang sekitar 18% terhadap total PDB Indonesia secara nominal.
8
UMP dan Inflasi DKI Jakarta
Tahun
Upah Minimum Provinsi
(UMP)Inflasi (%)
RpKenaikan
UMP(%)
2002 591.266 37,71 9,08
2003 631.554 6,81 5,78
2004 671.550 6,33 5,87
2005 819.100 6,00 16,06
2006 900.560 15,07 6,03
2007 972.605 9,95 6,04
2008 972.605 8,00 11,11
2009 1.069.865 10,00 2,34
2010 1.188.010 11,04 5,95
2011 1.290.000 8,58 3,97
2012 1.529.150 18,54 4,52
2013 2.200.000 43,87 8,00
2014 2.441.000 10,96 8,95
2015 2.700.000 10,60 3,30
2016 3.100.000 14,80 2,37
2017* 3.355.750 8,25 3,94
UMP Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 sebesar
Rp 3.355.750/bulan, naik sebesar 8,25 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
sebesar Rp 3.100.000/bulan.
Kenaikan upah minimum ini juga sudah
didasarkan pada formulasi perhitungan
kenaikan UMP yaitu besaran UMP tahun berjalan
dikalikan dengan tingkat inflasi nasional ditambah
dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Tabel 1
Upah Minimum Provinsi dan Inflasi
DKI Jakarta 2002-2016
9
Jumlah Perusahaan dan Pekerja Asing DKI Jakarta
Pada tahun 2015, berdasarkan ilwayah, wilayah yang paling banyak perusahaan adalah wilayah Jakarta Utara yaitu
sebanyak 493 perusahaan dengan tenaga kerja sebanyak 148.940 orang dan output sebesar 200.717,87 milyar
rupiah. Sementara yang paling sedikit perusahaan adalah wilayah Jakarta Selatan sebanyak 57 perusahaan dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 3.845 dan output sebesar 1.180,33 miliar rupiah.
Tahun PerusahaanJumlah
Tenaga Kerja Asing2007 4.420 5.283
2008 4.770 5.173
2009 4.837 5.523
2010 4.704 5.321
2011 4.534 4.728
2012 4.695 5.475
2013 3.883 4.529
2014 4.695 5.475
2015 2.213 2.525
2016 1.769 2.675
Tabel 2
Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Asing
Tahun 2007-2016
Kota Perusahaan Tenaga KerjaOutput
(Milyar Rp)
Jakarta Selatan 57 3.845 1.180,33
Jakarta Timur 285 800.006 87.206,23
Jakarta Pusat 94 4.920 21.429,90
Jakarta Barat 394 40.391 30.312,78
Jakarta Utara 493 148.940 200.717,87
Total 1.323 998.102 340.847,11
Tabel 3
Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi
Pada Industri Besar, Sedang Tahun 2015
10
Investasi DKI Jakarta
81%
11%
8%
Sektor yang diminati Investor Asingpada TW II 2017
Transpotasi, gudang dan telekomunikasi
Perdagangan dan reparasi
perumahan, kawasan industri dan perkantoran
29%
15% 15%
Perumahan, kawasanindustri danperkantoran
Jasa lainnya Transpotasi, gudangdan telekomunikasi
Tiga Sektor yang diminati Investor Dalam NegeriPada TW II 2017
11
Definisi Kawasan Industri
Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2009
“Kawasan Industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan
Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha
Kawasan Industri”.
12
Regulasi Kawasan Industri
Industri di dalam Kawasan Industri wajib
mentaati Estate Regulation.
Luas minimal 50 hektar dan 5 hektar
untuk Kawasan Industri Tertentu;
Kawasan Industri sebagai Obyek Vital;
Industri wajib berlokasi di Kawasan Industri;
Industri di dalam Kawasan Industri,
dikecualikan dari :
- Izin Gangguan;
- Izin Lokasi;
- Pengesahan Rencana Tapak;
- AMDAL, RKL, RPL.
PP No.24 TAHUN 2009
Tentang
“KAWASAN INDUSTRI”
Dalam hal tertentu Pemerintah memprakarsai
(investasi) pembangunan Kawasan Industri (ps 63 ayat 4).
Industri wajib berlokasi di Kawasan Industri (ps 106);
Pemerintah dan Pemda menjamin
tersedianya infrastruktur industri:
- Fasilitas jaringan Energi dan Kelistrikan;
- Fasilitas jaringan Telekomunikasi;
- Fasilitas jaringan Sumber Daya Air;
- Fasilitas Sanitasi;
- Fasilitas jaringan Transportasi (ps 62 ayat 3).
PP No.24 TAHUN 2009
Tentang
“KAWASAN INDUSTRI”
13
Tujuan Pembangunan Kawasan Industri
PP 24/2009
Mengendalikan pemanfaatan ruang
Meningkatkan upaya pembangunan Industri berwawasan lingkungan
Mempercepat pertumbuhan Industri di daerah
Meningkatkan daya saing Industri
Meningkatkan daya saing investasi
Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan danpembangunan infrastruktur yang terkoordinasi antar sektor
terkait
14
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kawasan Industri
KesesuaianTata Ruang
KetersediaanPrasarana &
Sarana
Ramah Lingkungan
EfisiensiKeamanan & Kenyamanan
Berusaha
15
Kawasan Industri DKI Jakarta
Kawasan Industri di DKI Jakarta
Cakung Remaja
Development
Luas : 43,00 Hektar
Lokasi : Jakarta Utara
Kawasan Berikat
Nusantara (Persero)
Luas : 594,00 Hektar
Lokasi : Jakarta Utara
Jakarta Industrial Estate
Pulogadung
Luas : 608 Hektar
Lokasi : Jakarta Timur
Bhumyamca Sekawan
Luas : 11,30 Hektar
Lokasi : Jakarta Selatan
16
Bhumyamca Sekawan
Perusahaan-perusahaan yang ada dikawasan ini
bergerak dibidang pertambangan minyak bumi, gas,
oli dan konstruksi bangunan.
Bhumyamca Sekawan adalah kawasan perkantoran yang
terletak di daerah Cilandak Jakarta Selatan yang di kelola oleh
PT Bhumyamca Sekawan. Kawasan ini berada di kawasan
komplek mariner.
Bhumyamca Sekawan
Fasilitas bangunan di kawasan ini berdiri di lahan seluas 11.6
hektar dengan ruang penyewaan bangunan seluas 93.000 meter
persegi yang meliputi gedung perkantoran, pergudangan dan
bengkel atau lokakarya.
17
Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP)
Bidang usaha utama PT. JIEP:
▪ Perencanaan, pembangunan, pengembangan dan pengelolaan Kawasan Industri guna menyiapkan tanah,
prasarana serta fasilitas lainnya yang dibutuhkan bagi penanam modal.
▪ Pelayanan kepada penanam modal dalam rangka pendirian dan pengelolaan usahanya.
▪ Penjualan kavling tanah siap bangun untuk kegiatan usaha umumnya dan industri manufakturing khususnya.
▪ Penyediaan dan penyewaan Bangunan Pabrik Siap Pakai (BPSP) untuk keperluan industri skala menengah.
▪ Penyediaan dan penyewaan Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) untuk keperluan industri skala kecil.
▪ Penyediaan dan penyewaaan lahan pergudangan.
▪ Kawasan Berikat (Export Processing Zone / EPZ) untuk perusahaan-perusahaan industri yang berorientasi
ekspor.
Jakarta Industrial Estate Pulogadung merupakan kawasan industri yang berada
di wilayah Jakarta Timur dengan luas wilayah sebesar 500 Ha untuk industri,
bisnis, property, dan logistik.
18
Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP)
PT JIEP juga memiliki bidang usaha penunjang:
1. Penyediaan dan penyewaan ruang perkantoran, restoran / kafetaria, business center dan showroom.
2. Pengadaan, penyewaan dan penjualan fasilitas asrama / rumah susun bagi karyawan dan umum (real estate);
serta pembangunan dan pengelolaan bangunan perhotelan/kondominium.
3. Penyediaan, penyewaan dan pengelolaan fasilitas olah raga dan fasilitas rekreasi.
4. Penyediaan, penyewaan dan pengelolaan fasilitas Balai Latihan Kerja (BLK) dan unit poliklinik.
5. Penyediaan dan penyewaan fasilitas freight forwarding, terminal peti kemas dan dry port.
6. Penyediaan fasilitas Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU).
19
Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP)
Konektivitas Kawasan JIEP
Rencana Pengembangan
Jakarta Industrial Estate Pulogadung
20
Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP)
PT JIEP juga memiliki rencana untuk peningkatan pelayanan
dengan memberikan fokus pada peningkatan fasilitas dalam
kawasan.
Potensi penyediaan utilitas untuk
fasilitas energy dan listrik yang
hemat dan ramah lingkungan.
Melaksanakan program
paperless baik secara
internal maupun secara
eksternal.
Program penghematan energy dengan
membangun lampu-lampu penerangan
jalan bertenaga surya.
(PJUTS / Penerangan Jalan Umum
Tenaga Surya / Solar Cell).
Bertambahnya perluasan
kawasan juga menjadi
potensi penyediaan
fasilitas utilitas semakin
meningkat.
21
Kawasan Industri Pulogadung
LokasiKawasan Pulogadung - Jakarta Timur
PT. Jakarta Industrial Estate Pulogadung Persero (PT. JIEP)
Luas ArealBerdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1 b.3/2/35/69 pada 20 Mei 1969, maka batas-
batas Kawasan Industri Pulogadung mencakup total luas 425 hektar.
Melalui Keputusan Gubernur No. 424 pada 29 April1981 dan revisi Keputusan No. 519
pada 14 Maret 1988 dengan tambahan luas sebesar 183 hektar.
Batas LahanSebelah Utara : Jl. Perintis Kemerdekaan
Sebelah Selatan : Jl. Kol. I Gusti Ngurah Rai
SebelahTimur : PerumahanTarumah Indah
Sebelah Barat : Jl. Bekasi Barat
22
Kawasan Industri Pulogadung
Jarak Dari▪ Bandara Soekarno-Hatta : 35 Km
▪ Pelabuhan Tanjung Priok : 16 Km
▪ Stasiun Besar Gambir : 7 Km
▪ Terminal Bis Pulogadung : 1 Km
▪ Pintu Tol Rawamangun : 4 Km
Prasarana Keterangan
Jalan Raya Bulevar Hotmix ROW 12-30m
Suplai Listrik 136.114,60 KvA
Sambungan Telepon 6.000 Lines
Suplai Air Bersih PAM ± 40.000 m3
Sumur Artesis 14 Points
Suplai Gas ± 25.000 m3
Sumur Resapan 1.800 Points
Prasarana
Jaringan Fiber OpticBekerjasama dengan PT. Telkom, PT. JIEP segera mengakomodasi kebutuhan
investor dan tenant terkaitan dengan sambungan internet melalui penyediaan
jaringan fiber optik di wilayah Kawasan Industri Pulogadung
23
Kawasan Berikat Nusantara
Secara administrative kawasan Tanjung Priok terletak di
kecamatan Tanjung Priok. Kawasan Cakung terletak di
kecamatan Cilincing, dan Kawasan Marunda juga terletak di
kecamatan Cilincing.
Peruntukan tanah Kecamatan Cilincing lebih didominasi oleh
sektor karya industri/pergudangan dengan fasilitas seluas
1.664,93 Ha (39,13%) ditambah tanah reklamasi seluas 533,45
Ha. Sektor wisma dan fasilitasnya seluas 953,22 Ha (22,40%).
Karya pemerintah dengan fasilitasnya seluas 8,39 Ha (20%).
PT KBN terletak di pantai utara Jakarta yang terbagi dalam tiga
kawasan yaitu kawasan Tanjung Priok, kawasan Cakung, dan
Kawasan Marunda.
24
Kawasan Berikat Nusantara
▪ Aktivitas pergudangan berupa penyimpanan barang yang telah dikeluarkan dari container atau
pengepakan barang untuk dimasukan kedalam container.
▪ Aktivitas bongkar terdapat di area C1 berupa pengambilan atau peletakan container dari dan ke kapal
kargo.
▪ Aktivitas depo container berupa penumpukan container terdapat di depo impor maupun depo ekspor
dilahan C2 seluas 24.000 m2.
Aktivitas yang ada dikawasan berikat
meliputi aktivitas perkantoran,
pergudangan, bongkar muat barang,
depo container.
Aktivitas perkantoran dimiliki oleh
pengelola kawasan dan penyewa
yang ada dalam kawasan tersebut.
25
Kawasan Berikat Nusantara
PT KBN (Persero) berada di 3 (tiga) lokasi di wilayah Jakarta Utara, dengan rincian sebagai
berikut:
Kawasan CakungBerada di jalan raya Cakung-Cilincing (sekitar 5 KM dari pelabuhan Utama Tanjung Priok,
Jakarta Utara), kawasan ini memiliki luas 176,7 hektar. Sebagian besar atau mencapai 166,6
hektarnya berstatus kawasan berikat sedangkan sisanya berstatus non-berikat. Di lokasi ini
beroperasi 104 pelanggan pengolahan (produsen) yang 78 di antaranya pelanggan asing serta
15 perusahaan pergudangan dan 34 usaha jasa lainnya.
Kawasan Tanjung PriokMenempati areal seluas 8 hektar dan terletak di areal Pelabuhan Tanjung Priok yang seluruhnya
berstatus berikat. Di lokasi ini terdapat 9 pelanggan pengolahan (produsen) yang telah
beroperasi dan 5 di antaranya pelanggan asing serta 4 pelanggan non-pengolahan dan 3
perusahaan pergudangan.
Kawasan MarundaTerletak di tepi pantai utara Jakarta dan berjarak sekitar 3 Km dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Awalnya memiliki luas areal 413,35 hektar yang terdiri dari 103,6 hektar berstatus berikat,
297,80 hektar berstatus non-berikat, dan sisanya 11,95 hektar be¬rupa lahan Sarang Bango
dan eks Sudirja. Tetapi sejak tahun lalu menjadi 393,89 hektar karena dipergunakan
Pemerintah Propinsi DKI Jakarta untuk Proyek Banjir Kanal Timur. Di lokasi ini terdapat 12
pelanggan pengolahan (produsen) yang telah beroperasi, 11 diantaranya pelanggan asing.
Selain itu juga terdapat 32 perusahaan pergudangan, 7 perusahaan dermaga dan 19 usaha
pendukung jasa lainnya.
1.Pengelolaan Kebersihan
2.Pengelolaan Air Bersih
3.Manajemen Properti Non-Industri
4.Pelayanan Kesehatan
5.Komunikasi & Information Technology
6.Pengelolaan Bengkel
Unit-Unit Usaha Penunjang:
26
Kawasan Berikat Nusantara
Pengelolaan Air Bersih
SBU Pengelolaan Air Bersih adalah salah satu unit yang
bertanggung jawab untuk mengelola, mengoperasikan
dan memelihara sistem penyediaan air bersih di areal PT Kawasan
Berikat Nusantara (Persero) yang melayani khusus Investor/Tenan
dan Kapal serta kebutuhan sendiri yang berada dalam areal PT
Kawasan Berikat Nusantara (Persero).
Pelayanannya mencakup areal PT Kawasan Berikat Nusantara
(Persero) Cakung, Marunda (C.1, C.2, C.3, C.4) dan Tanjung priok.
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) memiliki pengolahan air
bersih yang berlokasi di Cakung dengan kapasitas 2 x 30 liter per
detik.
27
Kawasan Berikat Nusantara (Persero)
Lokasi berada di Jl Raya Marunda No. 1 Cilincing Jakarta.
Kegiatan terbanyak di kawasan ini adalah:
1. Pergudangan dan pelayaran
2. Industri berikat (Export Processing zone)
Didalam kawasan mengalir sungai Tiram, kali Blencong,
dan cakung Drain.
Dua pelabuhan yang digunakan:
1. Pelabuhan Tanjungpriok
2. Pelabuhan Marunda
UtilitasPrasarana wilayah disekitar lokasi KBN termasuk dalam pelayanan wilayah Kecamatan Cilincing. Prasarana wilayah
mencakup sistem jaringan jalan, air bersih, sumber energy, Sarana telekomunikasi, dan saluran limbah.
▪ Pasokan air bersih berasal dari PDAM, konsumsi air bersih sebanyak 23.000m3 perbulan Air ditampung di reservoir
sebelum didistribusikan ke unit property/pabrik ataupun untuk keperluan domestic dengan menggunakan pompa.
▪ Sumber energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kawasan ini berasal dari PLN sebesar 233KVA per unit
property/pabrik yang disalurkan melalui gardu induk Marunda. Selain itu setiap pabrik menyediakan genset untuk
mengantisipasi pemadaman listrik.
▪ Jaringan Telekomunikasi menggunakan jaringan PT Telkom Indonesia yang terdiri dari sambungan telex sebanyak
500 SST.
▪ Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan menyediakan septic tank untuk menampung limbah domestic dan oleh
masing-masing unit property sebelum dibuang ke saluran drainase dan kali blecong.
28
Bhumyamca Sekawan
Perusahaan-perusahaan yang ada dikawasan ini
bergerak dibidang pertambangan minyak bumi, gas, oli
dan konstruksi bangunan.
Bhumyamca Sekawan adalah kawasan perkantoran yang terletak di
daerah Cilandak Jakarta Selatan yang di kelola oleh PT Bhumyamca
Sekawan. Kawasan ini berada di kawasan komplek marinir.
Bhumyamca Sekawan
Fasilitas bangunan di kawasan ini berdiri di lahan seluas 11.6 hektar
dengan ruang penyewaan bangunan seluas 93.000 meter persegi
yang meliputi gedung perkantoran, pergudangan dan bengkel atau
lokakarya.
PT. Bhumyamca Sekawan memiliki sejumlah bangunan di
lingkungan kawasan yang disewakan dan dipelihara olehPT. Bhumyamca
29
Peraturan Investasi Sektor Utilitas
Kawasan industri memerlukan infrastruktur khususnya pelabuhan dan jalan, tenaga listrik, air dan akses ke
gas alam. Selama ini pengembangan kawasan industri terhambat dalam pengadaan/persiapan lahan dan
pasokan tenaga listrik.
Kerangka kerja hukum untuk pasokan listrik dijabarkan dalam
UU ketenagalistrikan tahun 2009 (UU No 30 Tahun 2009) yang memungkinkan
sektor swasta untuk memegang izin usaha penyediaan tenaga listrik (IUPTL).
Kerangka kerja ini kemudian dilengkapi dengan PP no.142/2015, yang
memberikan fasilitas bagi setiap pengembang Kawasan Industri diIndonesia
untuk mempermudah pengembangan dan pengelolaan pasokan listrik untuk
digunakan sendiri dan oleh penyewa.
Penyediaan dan penjualan tenaga listrik oleh sektor swasta yang terutama
digunakan untuk memperkuat jaringan listrik dimungkinkan melalui perjanjian
dengan IPP
Peraturan lainnya terkait penyediaan utilitas di kawasan industri adalah sebagai berikut,
1. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang kerjasama pemerintah dengan Badan Usaha dalam
penyediaan infrastruktur.
2. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
30
Kebutuhan Investasi Jaringan Listrik di Kawasan Industri
Sistem elektrifikasi kawasan industri dapat disiapkan dalam dua
sumber yaitu:
1. Sumber pembangkit dari luar yang berasal dari penyedia jasa
listrik atau individual power producer (IPP).
2. Sumber pembangkitan sendiri, yang mana pelaksanaan dari
pembangkitan dan pendisribusian listrik diatur oleh Peraturan
ketenagalistrikan.
Dalam memenuhi kebutuhan listrik kawasan
dan mengantisipasi masalah pemadaman
maka perlu untuk disediakan captive power.
Captive power unit adalah sebuah generator
atau pembangkit listrik yang didirikan oleh
perusahaan untuk menghasilkan listrik yang
dapat digunakan sendiri atau oleh pelanggan.
31
Kebutuhan Investasi Captive Power di Kawasan Industri
Adanya pemadaman / fluktuasi tegangan listrik
dapat berakibat pada:
1. Kerusakan mesin atau gedung.
2. Timbulnya biaya-biaya umum tambahan.
3. Kerusakan persediaan.
4. Biaya lembur untuk mengganti produksi yang
hilang.
5. Biaya bahan bakar generator.
Dengan adanya pemadaman potensi
kerugian atau biaya adanya
pemadaman yang ada di kawasan industri
berkisar antara 135 juta rupiah sampai
dengan 1,35 milyar rupiah untuk setiap
pemadaman.
Dengan menyediakan captive
power yang handal, pengembang
dapat terhindar biaya pemadaman.
Potensi Manfaat Bisnis
Captive Power
Biaya ekonomi ini dapat dinyatakan sebagai premi
harga (biaya ekstra yang bersedia dibayar oleh
pengguna) untuk tenaga listrik handal, seharga
rata-rata, IDR122 per kWh atas tagihan listrik
seluruhnya.
32
Kebutuhan Investasi Captive Power di Kawasan Industri
Uninterruptible Power Supply (UPS) dibawah aturan PPU
Tahapan Investasi Captive Power
33
Kebutuhan Investasi Jaringan Listrik di Kawasan Berikat Nusantara
▪ Kebutuhan listrik di Kawasan Berikat Nusantara sebesar 1x 100 MW.
▪ Di KBN ada rencana pengembangan kawasan baru yang akan membutuhkan penyambungan listrik baru sebesar 53 KVA.
▪ Penyediaan listrik sebesar 1x 100 MW tersebut ditawarkan dengan skema Indepent Power Producers (IPP) dengan
menggunakan bahan bakar gas yang sudah tersedia di kawasan.
▪ Investasi yang dibutuhkan untuk menyediakan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) sebesar 1x 100 MW diperkirakan
membutuhkan investasi sebesar 329 juta dollar AS.
▪ PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) sudah melalukan sinergi dengan PGN untuk pemenuhan kebutuhan listrik
dengan penyiapan bahan baku gas.
▪ Penyediaan listrik dengan menggunakan energy baru dan terbarukan sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomo 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk penyediaan tenaga
listrik.
Tahapan Bisnis Ketenagalistrikan Pola IPP
No Tahapan
1 Tahap Prakualifikasi
2 Tahap Permintaan Proposal
3 Tahap Pengajuan Surat Penawaran
4 Tahap Penandatanganan ontrak
5 Tahap Pembayaran sesuai tanggal yang disepakati
6 Tahap Pelaksanaan Komersil
34
Kebutuhan Investasi Jaringan Listrik di Kawasan Berikat Nusantara
Skema Perizinan untuk PLTG oleh IPP
35
Kebutuhan Investasi Jaringan Telekomunikasi di Kawasan Berikat Nusantara
Jaringan telekomunikasi seperti telepon dan internet menjadi kebutuhan dasar bagi pelaku
kegiatan industri untuk menjalankan kegiatannya. Sehingga ketersediaan jaringan
telekomunikasi tersebut menjadi syarat dalam penentuan lokasi
industri. Kebutuhan telekomunikasi untuk kawasan industri sekitar 20-40SST/Ha termasuk
faximile dan telepon umum 1 SST/10 Ha.
Investasi yang ditawarkan kepada investor untuk jaringan telekomunikasi dan internet di
Kawasan Berikat Nusantara adalah infrastruktur fiber optic dan membuat
jaringan ICT untuk Kawasan Marunda dan Cakung.
36
Kebutuhan Investasi Jaringan Air Bersih di Kawasan Berikat Nusantara
No WilayahJumlah
Investor
Pemakaian
(Meter3)
1 Cakung 107 75.500
2 Marunda 70 112.000
3 Air Tangki 2 192
Tabel 3
Rata-rata Penjualan Air Di Kawasan Berikat
UraianRKAP
2015
RKAP
2016
RKAP
2017
Pertumbuhan
2016 2017
Pendapatan Air 29.491,07 35.935,27 38.026,60 121,9 105,8
Beban Pokok 20.521,95 24.432,01 24.432,01 119,1 99,4
Laba Bruto 8.969,11 11.503,26 13.730,00 128,3 119,4
Beban Admin dan Umum 1.387,61 1.431,15 1.465,30 103,1 102,4
Laba Usaha 7.581,50 10,072,11 12.364,70 132,9 121,8
Laba Setelah Pajak 7.589,02 10.084,43 12.275,10 132,9 121,7
Tabel 4
RKAP SBU Pengelola Air Kawasan Berikat(dalam juta rupiah)
UraianRKAP
2015
RKAP
2016
Prognosa
2017
Pertumbuhan
2016 2017
Pendapatan Air 33.870,90 37.386,80 38.973,13 110,4 104,1
Beban Pokok 22.418,60 24.166,50 24.790,53 107,8 102,6
Laba Bruto 11.452,30 11.503,26 14.123,60 100,4 122,8
Beban Admin dan Umum 1.387,60 1.170,10 1.458,42 84,3 124,6
Laba Usaha 10.282,20 11.991,60 12.665,18 116,6 105,6
Laba Setelah Pajak 10.294,40 12.001,40 12.676,98 11,6 105,6
Tabel 4
Laporan Keuangan SBU Air Kawasan Berikat(dalam juta rupiah)
37
Kebutuhan Investasi Jaringan Air Bersih di Kawasan Berikat Nusantara
3. Pembuatan WWTP dengan kapasitas 50.000 m3.
4. Pada tahun 2018 dibutuhkan pengadaan air bersih di kawasan
Cakung sebesar 25.000 m3.
1. Penawaran kerjasama untuk penyediaan
air bersih untuk kebutuhan sebanyak 100
ribu m3 per bulan.
2. Di Kawasan Berikat Nusantara juga
dibutuhkan penyediaan bahan baku air
yang mandiri (alat bahan baku).
38
Rencana Tindak
Membuat regulasi untuk mewajibkan pengelola gedung untuk melakukan
penghematan energi dengan melengkapi kawasan dengan fasilitas/sarana
utilitas pipa gas.
Mendorong untuk melakukan penghematan energy dengan menggunakan
sarana utilitas yang hemat energy dan ramah lingkungan.
Melakukan kajian potensi bisnis pengelolaan sampah dan limbah
industri menjadi energi.
Melakukan kajian perencanaan penyediaan listrik kawasan dengan
menggunakan energi baru terbarukan dan bekerjasama dengan pihak
swasta.
39
Terima Kasih
40
Lampiran
41
Lampiran
Insentif di Thailand dikelompokkan ke dalam dua kategori (A dan B) dan masing-masing terbagi ke dalam sub kategori Kategori dalam
insentif ini disusun berdasarkan level pentingnya kegiatan tersebut (Kategori A = paling penting) dan kategori dengan level paling tinggi
memperoleh insentif yang lebih besar. Kategori tersebut adalah:
A1: kegiatan berbasis pengetahuan, fokus pada litbang dan rancangan untuk meningkatkan daya saing negar. Insentif yang diberikan
untuk kegiatan di kategori ini adalah pembebasan pajak penghasilan badan selama delapan tahun (no cap) + merit, pembebasan bea
masuk untuk mesin, pembebasa bea masuk untuk bahan baku mentah untuk tujuan produksi berorientasi ekspor, imsentif non pajak.
A2: Kegiatan terkait infrastruktur untuk pembangunan negara, kegiatan yang menggunakan teknologi termaju untuk menghasilkan produk
bernilai tambah, yang saat ini hanya terdapat sedikit atau tidak ada investasi di Thailand. Insentif yang diberikan untuk kategori ini
adalah pembebasan pajak penghasilan selama delapan tahun + merit, pembebasan pembebasan bea masuk untuk mesin,
pembebasa bea masuk untuk bahan baku mentah untuk tujuan produksi berorientasi ekspor, imsentif non pajak.
A3: Kegiatan berteknologi tinggi yang penting bagi pembangunan negara, yang saat ini hanya terdapat sedikit investasi di Thailand.
Insentif yang diberikan adalah pembebasan pajak penghasilan selama lima tahun + merit, pembebasan bea masuk untuk mesin,
pembebasa bea masuk untuk bahan baku mentah untuk tujuan produksi berorientasi ekspor, imsentif non pajak.
A4: Kegiatan yang menggunakan teknologi yang lebih rendah dari A1-A3 namun memberikan nilai tambah terhadap sumber daya dalam
negeri dan memperkuat rantai pasokan. Insentif yang diberikan adalah pembebasan pajak penghasilan badan selama tiga tahun +
merit, pembebasan bea masuk untuk mesin, pembebasa bea masuk untuk bahan baku mentah untuk tujuan produksi berorientasi
ekspor, imsentif non pajak.
B1-B2: Mendukung industri yang tidak berteknologi tinggi namun penting dalam rantai pasokan. Insentif untuk kategori B1 adalah merit
(untuk beberapa kegiatan), pembebasan bea masuk untuk mesin, pembebasa bea masuk untuk bahan baku mentah untuk tujuan
produksi berorientasi ekspor, imsentif non pajak. Insentif untuk kategori B2 adalah pembebasa bea masuk untuk bahan baku mentah
untuk tujuan produksi berorientasi ekspor, imsentif non pajak.