Download - TAHAP OVULASI HINGGA IMPLANTASI.doc
1. GAMETOGENESIS
Dalam persiapan untuk pembuahan, baik sel benih pria maupun wanita
mengalami sejumlah perubahan yang melibatkan kromosom maupun sitoplasma.
Sejumlah perubahan ini mempunyai tujuan, yaitu:
1. Mengurangi jumlah kromosom dari jumlah diploid 46, yang ditemukan pada
sel somatic, menjadi jumlah ha[loid 23 yang kita temukan pada gamet. Hal
ini terlaksana dari pembelahan meiosis atau pembelahan pematangan dan
pengurangan jumlah kromosom ini perlu, karena jika tidak demikian
penyatuan sel benih pria dan wanita akan menghasilkan individu jumlah
kromosom sebanyak dua kali dari sel induknya.
2. Mengubah bentuk sel benih sebagai persiapan untuk pembuahan. Sel benih
pria yang mula-mula besar dan bulat, praktis kehilangan semua
sitoplasmanya dan membentuk kepala, leher dan ekor. Sebaliknya, sel benih
wanita berangsur-angsur menjadi lebih besar akibat dari penambahan jumlah
sitoplasmaa Pada sat itumencapai kematangan, oosit memiliki garis tengah
kira-kira 120 µm.
Sel somatic pria mengandung 23 pasang atau jumlah kromosom yang
diploid. Ada 22 pasang kromosom yang tepat sama, autosom dan 1 pasang
kromosom seks. Kalau pasangan hormone seks tersebut adalah XX, individu itu
secara genetika adalah wanita; kalau pasangan tersebut adalah XY, individu itu
secara genetika adlah laki-laki. Salah satu pasangan pada setiap pasangan berasal
dari ibu da yang lain berasal dari ayah. Anggota dari sebuah pasangan kromosom
pada umumnya tidak terlalu rapat letaknya satu dengan yang lain baik pada sel
yang sedang istirahat maupun selama pembelahan mitosis. Satu-satunya saat
dimana mereka sangat rapat bersentuhan satu sama lain adalah pada saat
pembelahan meiosis atau pembelahan pematangan pembelahan sel benih.
Agar terjadinya peristiwa selama pembelahan meiosis lebih mudah
dipahami, cirri-ciri yang terpenting dalam pada pembelahan ini dibandingkan
dengan ciri-ciri yang terdapat pada pembelahan mitosis. Demikian pula halnya,
walaupun pengurangan jumlah kromosom dan perubahan pada sitoplasma
merupakan satu kesatuan dari pematangan sel benih, masing-masing proses
tersebut akan dibicarakan secara terpisah.
Gambar 1. Bentuk- bentuk sperma
1.1 Kromosom Selama Pembelahan Mitosis
Sebelum sebuah sel memasuki mitosis, masing-masing sel
melipatgandakan (replikasi) DNA-nya yang dengan demikian menjadi rangkap
dua. Selama fase replikasi DNA ini, kromosom menjadi sangat panjang,
menyebar secara difus ke seluruh inti sel, dan tidak dapat dikenali dengan
mikroskop cahaya. Dengan bermulanya mitosis, kromosom mulai bergelung,
memendek dan menebal, dan peristiwa ini menandai mulainya profase. Setiap
kromosom terdiri dari dua sub unit sejajar (kromatid) yang saling menyatu pada
sebuah daerah menyempit milik bersama, yang disebut sentromer. Sepanjang
masa profase, kromosom terus menebal, menjadi lebih pendek dan lebih tebal
tetapi baru pada tahap prometafase kromatid menjadi mudah dibedakan. Selama
metaphase, kromosom berderet pada bidang khatulistiwa dan bentuk rangkapnya
jelas terlihat. Masing-masing dihubungkan oleh mikrotubulus (gelendong mitosis)
yang keluar dari sentromer ke sentriol. Setelah itu sentromer pada setipa
kromosom membelah, yang menandai tahap anaphase, yang diikuti dengan
migrasi kromatid ke kutub-kutub gelendong. Akhirnya pada tahap telofase,
kromosom mengendorkan gelungannya dan menjadi panjang, selubung inti
terbentuk kembali dan terjadi pembagian sitoplasma. Setiap sel anak menerima
separuh dari semua materi kromosom yang telah berlipat dua tersebut dan dengan
demikian mempertahankan jumlah kromosom yang sama seperti sel induknya.
Gambar 2. Pembelahan Mitosis
1.2 Kromosom Selama Pembelahan Meiosis
Gambar 3. Pembelahan Meiosis
a. Pembelahan Meiosis Pertama
Sebagaimana pada pembelahan mitosis, sel-sel benih primitive wanita
maupun pria (oosit primer dan spermatosit primer) melipatgandakan DNA-nya
sesaat sebelum pembelahan meiosis pertama dimulai. Karena itu, pada permulaan
pembelahan pematangan, sel benih mengandung dua kali lipat dari jumlah DNA
yang normal, dan tiap-tiap dari 46 kromosomnya merupakan suatu bentuk
rangkap dua.
Sifat khas pertama pembelahan meiosis ini adalah berpasangannya
(sinapsis) kromosom-kromosom homolog, yang disebut sebagai bivalen.
Perpasangan ini tepat sekali titik per titik kecuali kombinasi X-Y. daerah-daerah
sentromer pada kromosom homolog tidak berpasangan. Oleh karena setipa
masing-masing kromosom memiliki susunan rangkap dan mengandung dua
kromatid, setiap pasangan homolog terdiri atas empat kromatid. Pada pembelahan
mitosis, kromosom-kromosom homolog tidak pernah berpasangan.
Sifat khas kedua pembelahan meiosis pertama disebut pertukaran silang
dan meliputi saling tukar menukar segmen-segmen kromatid diantara kedua
kromosom homolog yang berpasangan (bivalen) tersebut. Jika selanjutnya setiap
anggota (yang bersusun ganda) dari pasangan homolog membelah secara
memanjang, terjadilah satu atau lebih pemotongan kromatid melintang dan
terjadilah pertukaran segmen-segmen kromatid diantara kedua kromosom yang
homolog tersebut. Selama pemisahan kromosm homolog, titik-titik pertukaran
untuk sementara tetap menyatu dan susunan kromosom tersebut akan menyerupai
huruf X, yang dikenal sebagai kiasma. Selama tingkat kiasma ini, sekelompok gen
dipertukarkan diantara kromosom-kromosom homolog. Pada saat yang sama,
pemisahan terus berlangsung, dan kedua anggota dari setiap pasangan tersebut
mengarah ke kumparan. Pada tahap-tahap selanjutnya setiap anggota tersebut
bergerak menuju ke kutub sel yang berlawanan.
Setelah pembelahan meiosis pertama selesai, setiap sel anak mengandung
satu anggota dari tiap-tiap pasangan kromosom dan dengan demikian memiliki 23
kromosom bersusun ganda. Oleh karena setiap kromosom masih bersusun dua,
kecuali pada sentromer, jumlah DNA pada setiap sel anak sama dengan jumlah
DNA pada sel somatik normal.
b. Pembelahan Meiosis Kedua
Setelah pembelahan meiosis pertama selesai, sel mulai dengan pembelahan
pematangan kedua. Berbeda dengan pembelahan meiosis pertama, tidak terjadi
sinetsa DNA pada tahap pembelahan selanjutnya. Keduapuluh tiga kromosom
bersusun ganda tersebut membelah pada sentromer, dan masing-masing sel anak
yang baru terbentuk menerima 23 kromosom tunggal. Jumlah DNA pada sel yang
baru terbentukkini adalah setengah jumlah DNA sel somatic normal. Oleh karena
itu, tujuan kedua pembelahan meiosis atau pembelahan pematangan tersebut ada
dua :
a. Memungkinkan keanekaragaman (variabilitas) genetic melalui proses
tukar silang, yang menciptakan kromosom-kromosom baru, dan
melalui distribusi acak kromosom homolog ke sel-sel anak.
b. Memberikan pada setiap sel benih jumlah kromosom haploid dan
jumlah DNA separuh dari sel somatic normal (pembelahan meiosis
kedua)
Sebagai akibat pembelahan meiosis, sebuah oosit primer akan
menghasilkan empat sel anak, yang masing-masing mempunyai kromosom
22+1X. Hanya satu diantara keempat sel tersebut berkembang menjadi oosit
matang; ketiga sel lainnya, badan-badan kutub, hamper tidak mendapatkan
sitoplasma dan mengaami degenerasi dalam perkembangan selanjutnya.
Spermatosit primer menghasilkan empat sel anak; dua sel anak
mempunyai kromosom 22+1X dan dua mempunyai dengan kromosom 22+1Y.
Keempat sel anak ini berkembang menjadi gamet matang.
Gambar 4. Perbedaaan pembelahan mitosis dan meiosis
1.3 Perubahan Morfologi Selama Pematangan
1. Sel Benih Primordial
Sel benih pria dan wanita matang adalah turunan langsung dri sel benih
primordial, yang pada mudigah manusia mulai nampak di dinding kantung kuning
telur pada akhir minggu ketiga perkembangan. Sel-sel ini berpindah dengan
pergerakan menyerupai amuba dari kantung kuning telur menuju ke gonad yang
sedang berkembang (kelenjar kelamin primitif). Mereka tiba disana pada akhir
minggu keempat atau permulaan minggu kelima.
2. Oogenesis
a. Pematangan prenatal
Begitu sel benih primordial tiba dikelenjar kelamin yang secara genetic
wanita, mereka berdiferensiasi menjadi oogonia. Sel ini mengalami sejumlah
pembelahan mitosis dan menjelang akhir bulan ketiga, mereka tersusun dalam
kelompok-kelompok yang dikelilingi sel selapis epitel gepeng. Semua oogonia
didalam satu kelompok mungkin berasal dari satu sel benih primordial, sedangkan
sel epitel gepeng yang dikenal sebagai folikel, berasal dari epitel permukaan yang
membungkus ovarium.
Sebagian besar oogonia membelah terus dengan mitosis, tetapi beberapa
diantaranya berdiferensiasi menjadi oosit primer yang jauh lebih besar. Segera
setelah terbentuk, sel ini melipatgandakan DNA-nya dan memasuki tahap profase
pembelahan meiosis pertama. Dalam bulan-bulan berikutnya, jumlah oogonia
meningkat dengan cepat, dan pada bulan kelima perkembangan jumlah
keseluruhan sel benih didalam ovarium mencapai puncaknya, diperkirakan 7 juta.
Mulai saat ini, mulai terjadi kematian sel, dan benyak oogonia maupun oosit
primer menjadi atretik. Menjelang bulan ketujuh, sebagian besar oogonia
berdegenerasi, kecuali beberapa yang letaknya dekat dengan permukaan. Akan
tetapi, semua oosit primer yang masih bertahan hidup masih sudah memasuki
pembelahan meiosis pertama, dan kini sebagian besar diantaranya dikelilingi oleh
selapis sel epitel gepeng. Sebuah oosit primer, bersama dengan sel epitel gepeng
yang mengelilinya dikenala sebagai folikel primordial.
b. Pematangan pasca pranatal
Menjelang saat kelahiran, semua oosit primer telah memulai profase
pembelahan meiosis pertama, tetapi tidak memasuki metaphase melainkan beralih
ke tahap diploten, suatu masa istirahat selama profase yang ditandai oleh adanya
jalinan halus kromatin. Oosit primer tetap berada dalam tahap profase dan tidak
menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya sebelum mencapai masa
pubertas, rupanya disebabkan oleh penghambat pematangan oosit (PPO), suatu zat
yang dikeluarkan oleh folikuler. Jumlah seluruh oosit primer pada waktu lahir
diperkirakan berkisar antara 700.000 sampai 2 juta.
Memasuki pubertas, 5-15 folikel primordial mulai mencapai kematangan
pada setiap daur ovarium. Oosit primer mulia membesar, sementara sel folikuler
yang mengelilinginya berubah bentuk dari gepeng menjadi kubid dan
berproliferasi membentuk epitel bertingkat sel granulose. Folikel ini disebut
folikel primer. Sel granulose terletak diatas suatu membrane basalis yang
memisahkan mereka dari sle stroma di sekelilingnya yang membenntuk teka
folikuli. Disamping itu, sel-sel granulose dan oosit mengeluarkan suatu lapisan
pada permukaan oosit tersebut, sehingga membentuk zona pelusida. Karena
folikel terus berkembang, sel-sel teka folikuli tersusun menjadi satu lapisan dalam
sel sekretorik, teka interna dan satu lapisan luar jaringan inkat yang mengandung
sel-sel mirip fibroblast,teka eksterna. Juga tonjol-tonjol kecil sel folikuler yang
menyerupai jari-jari menjulur melintasi zona pelusida dan saling terjalin dengan
mikrovilli membrane plasma oosit tersebut. Tonjol-tonjol ini diperkirakan penting
untuk pengangkutan zat-zat dari sel folikuler menuju ke oosit.
Karena perkembangan berlanjut terus, ruang-ruang yang terisi cairan
tampak diantara sel-sel granulose, dan ruang-ruang ini saling bergabung,
terbentuklah antrum, dan folikel ini disebut folikel sekunder. Pada mulanya
antrum berbentuk bulan sabit, tetapi makin lama makin membesar. Sel granulose
di sekitar oosit tetap utuh dan membentuk kumulus oofurus. Sesuai dengan
pematangannya, folikel yang diameternya bisa 10 mm atau lebih, dikenal sebagai
folikel tersier, vesikuler, atau folikel de graaf. Folikel ini dikelilingi oleh teka
interna, yang disusun oleh sel-sel yang mempunyai ciri khas sekresi steroid, yang
kaya pembuluh darah dan teka eksterna, yang berangsur-angsur menyatu dengan
stroma ovarium.
Bersamaan dengan setiap daur ovarium, sejumlah folikel mulai
berkembang, tetapi biasanya hanya satu saja yang mencapai kematangan penuh.
Yang lainnya berdegenerasi. Setelah folikel tersebut matang, oosit primer
melanjutkan pembelahan meiosis pertamanya, dan menghasilkan dua sel anak
yang tidak sama besarnya, tetapi masing-masing membawa 23 kromosom
bersusun ganda. Satu sel oosit sekunder menerima seluruh sitoplasma dan yang
lain yaitu badan kutub pertama, praktis tidak memperoleh sitoplasma. Yang
terakhir ini terletak diantara zona pelusida dan selaput sel oosit sekunder di ruang
perivitelina. Pembelahan meiosis pertama berlangsung sesaat sebelum ovulasi.
Setelah pembelahan pematangan pertama selesai dan sebelum inti oosit
sekunder kembali dalam stadium istirahatnya, sel memasuki pembelahan
pematangan kedua tanpa replikasi DNA. Pada saat oosit sekunder memperlihatkan
pembentukan kumparan dengan kromosom berjajar lurus pada sediaan metaphase,
terjadilah ovulasi dan oosit dilontarkan dari ovarium. Pembelahan pematangan
kedua hanya akan diselesaikan apabila oosit dibuahi. Jika tidak, sel akan
berdegenerasi kurang lebih 24 jam setelah ovulasi. Tidak diketahui dengan pasti
apakah badan kutub pertama selalu mengalami pembelahan kedua atau tidak,
tetapi pernah ditemukan sel telur yang telah dibuahi disertai oleh tiga buah badan
kutub.
Gambar 5. Oogenesis
3. Spermatogenesis
Spermatogenesis mencakup semua peristiwa yang berlangsung pada saat
spermatogonia berubah menjadi spermatozoa. Pada pria, diferensiasi sel benih
primordial mulai pada masa pubertas. Tetapi pada wanita, proses ini mulai in
utero pada bualn ketiga perkembangan. Pada saat lahir, sel benih pada laki-laki
dapat dikenali di dalam tali benih testis sebagai sel yang besar, pucat, dikelilingi
sel penunjang. Sel penunjang ini berasal dari epitel permukaan kelenjar testis
seperti halnya sel folikuler dan menjadi sel sustentakuler atau sel sertoli.
Sesaat sebelum masa pubertas, tali benih menjadi berongga dan menjadi
tubuli seminiferi. Kira-kira pada saat yang sama sel benih primordial berkembang
menjadi spermatogonia, yang terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Spermatogonia jenis A, yang membelah secara mitosis untuk terus-
menerus menyediakan sel induk.
b. Spermatogonia jenis B, yang berkembang menjdi spermatosit primer.
Setelah pembelahan terakhir sel jenis A selesai, spermatogonia jenis B
terbentuk. Kalau sel-sel ini selanjutnya mengalami mitosis, terbentuklah
spermatosit primer. Spermatosit primer kemudian memasuki masa profase yang
panjang (22 hari), diikuti dengan selesainya meiosis I dengan cepat dan
pembentukan spermatosit sekunder. Sel-sel ini segera membentuk spermatid pada
pembelahan meiosis kedua, yang mengandung jumlah haploid 23 kromosom.
Sepanjang rangkaian peristiwa ini, dari saat sel jenis A meninggalkan populasi sel
induk sampai ke pembentukan spermatid, sitokenesis tidak selesai sehingga
generasi-generasi sel berikutnya saling dihubugkan leh jembatan-jembatan
sitoplasma. Dengan demikian, progeny dari satu spermatogenium jenis A
membentuk sebuah kelompok sel benih yang tetap saling menyatu disepanjang
diferensiasi. Selanjutnya, spermatogonia dan spermatid tetap tertanam di lekukan-
lekukan sel sertroli yang dalam disepanjang masa perkembangan mereka. Dengan
cara ini, sel sertroli memberikan sokongan dan perlindungan begi sel-sel benih
tersebut, ikut menunjang nutrisi mereka, dan membantu dalam pelepasan
spermatozoa matang.
Gambar 6. Spermatogenesis
4. Spermiogenesis
Serangkaian perubahan yang menimbulkan serangkaian spermatid
menjadi spermatozoa dikenal sebagai spermiogenesis. Perubahan ini adalah:
a. Pembentukan akrosom, yang menutupi lebih dari permukaan inti
b. Kondensasi inti
c. Pembentukan leher, bagian tengah dan ekor
d. Meluruhkan sebagian besar sitoplasma
Pada manusia, waktu yang diperlukan oleh spermatogonium untuk
berkembang menjadi spermatozoon matang adalah sekitar 64 hari. Setelah
terbentuk sempurna, spermatozoa memasuki lumen tubuli sseminiferi. Dari
sini, spermatozoa di dorong kearah epididimis ke bagian dinding tubuli
seminiferi yang berkontraksi. Walaupun pada mulanya gerakan lambat,
spermatozoa mendapatkan kemampuan gerak penuhnya di dalam epididimis.
2. DAUR OVARIUM
Pada masa pubertas, wanita mulai mengalami daur bulanan yang
teratur. Daur yang dikenal sebagai daur seksual, ini diatur oleh hipotalamus.
Hormone pelepas gonadrotopin (GnRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus
bekerja pada sel kelenjar hipofisis anterior, yang selanjutnya akan
mengeluarkan hormone gonadrotopin, hormone-hormon ini, hormone
perangsang folikel (FSH) dan hormone luteinisasi (LH) , merangsang dan
mengatur perubahan berkala dalam satu ovarium.
Pada awal setiap daur ovarium, 5-15 folikel primordial mulai tumbuh
dibawah pengaruh FSH.
Gambar 6. Folikel primordial.
Dalam keadaan normal, hanya satu dari folikel-folikel ini yang
mencapai kematangan sempurna dan hanya satu oosit saja yang dikeluarkan,
yang lainnya mengalami degenerasi dan menjadi atretik. Akibatnya, sebagian
besar folikel mengalami degenerasi tanpa pernah mencapai kematangan. Bila
sebuah folikel menjadi atretik, oosit dan sel folikuler disekelilingnya
berdegenerasi dan diganti oleh jaringan ikat, dan membentuk sebuah korpus
atretikum. Selama pertumbuhan folikel, banyak sel folikuler dan sel teka
terbentuk. Sel-sel ini saling bekerjasama menghasilkan esterogen yang
menyebabkan endometrium uteri masuk ke fase folikuler atau fase proliferatif
dan merangsang kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan LH. Lonjakan
hormone ini dibutuhklan untuk tahap-tahap terakhir pematangan folikel dan
untuk merangsang ovulasi.
2.1 Ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan telur yang telah matang tersebut
dari dalam rahim untuk kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk dibuahi.
Proses ini biasanya terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau
14 hari sebelum haid berikutnya.
Seorang wanita dikatakan sedang subur, jika ia melepaskan sel telur
yang telah matang agar dapat dibuahi oleh sperma. Masa subur wanita hanya
berlangsung selama 24 - 48 Jam, sedangkan kemampuan sperma untuk
membuahi sel telur diperkirakan sekitar 48 - 72 jam.. Kemampuan terbaik sel
telur untuk dibuahi oleh sperma adalah pada saat jam-jam pertama setelah
pelepasan, begitu pula sebaliknya.
Proses ovulasi dimulai dari dilepaskannya sebuah hormon dari dalam
otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Kadar hormon ini
meningkat secara drastic di dalam darah dan urin sesaat sebelum ovulasi.
Itulah sebabnya ovatel berperan penting dalam mendeteksi kenaikan LH untuk
menentukan kapan anda berovulasi.
LH memicu pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam
ovarium yang kemudian bergerak menuju tuba falopi untuk dibuahi. Jika sel
telur tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan mati dan luruh
bersama dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi.
Gambar 7. Ovulasi
Pada hari-hari terakhir menjelang ovulasi, folikel Graaf dengan cepat
bertambah besar dibawah FSH dan LH, dan membesar hingga mencapai garis
tengah 15 mm. Bertepatan dengan perkembangan terakhir folikel Graaf
tersebut, oosit primer yang hingga saat ini masih tetap dalam tahap diploten,
melanjutkan dan menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya. Sementara
itu, permukaan ovarium mulai menonjol setempat dan pada aspeknya tampak
suatu titik vaskuler, stigma. Sebagai akibat kelemahan setempat dan
degenerasi permukaan ovarium, meningkatnya tekanan intrafolikuler, dan
kontraksi otot di dinding ovarium, oosit didorong keluar. Dengan demikian,
oosit bersama dengan sel granulose disekelilingnya dari daerah cumulus
oofurus, terlepas dan hanyut meninggalkan ovarium. Beberapa sel cumulus
oofurus kemudian menyusun diri disekeliling zona pelusida dan membentuk
korona radiata. Pada saat oosit bersama sel komulus oofurusnya dari ovarium
(ovulasi), pembelahan meiosis pertama selesai dan oosit sekunder mulai
dengan pembelahan meiosis kedua.
Gambar 8. Folikel graaf.
2.2 Korpus Luteum
Setelah ovulasi, sel granulose yang tertinggal di dinding folikel yang
sudah pecah, bersama dengan sel-sel dari teka interna, mendapatkan
pendarahan (vaskularisasi) dari pembuluh-pembuluh darah disekitarnya dan
menjadi berbentuk polyhedral. Dibawah pengaruh LH, sel-sel ini
menghasilkan suatu pigmen berwarna kekuningan dan berubah menjadi sel
luteal, yang membentuk korpus luteum dan menghasilkan progesterone.
Hormone ini, bersama hormone-hormon esterogen, menyebabkan mukosa
uteri memasuki teha progestasi atau tahap sekretorik, sebagai persiapan untuk
implantasi mudigah.
Gambar 9. Sel granulose yang tertinggal di dinding folikel yang sudah
pecah, bersama dengan sel-sel dari teka interna, mendapatkan pendarahan.
2.3 Perjalanan Oosit
Sesaat menjelang ovulasi, fimbriae saluran telur (tuba falopi) mulai
menutupi permukaan ovarium, dan saluran telurnya sendiri mulai berkontraksi
secara ritmik. Diyakini bahwa oosit yang dikelilingi oleh beberapa sel
granulose. Dibawa masuk kedalam saluran telur oleh gerakan usapan fimbriae
saluran telur dan oleh pergerakan bulu-bulu getar pada lapisan epitel. Begitu
berada didalam saluran telur, sel-sel cumulus kehilangan hubungan dengan
oosit dengan menarik tonjol-tonjol sitoplasmanya dari zona pelusida.
Begitu oosit berada dalam saluran telur rahim, ia didorong kearah
rongga rahim oleh kontraksi dinding otot. Kecepatan pengangkutan ini sedikit
dipengaruhi oleh status endokrin pada saat dan setelah ovulasi, tetapi pada
manusia oosit yang sudah dibuahi mencapai rongga rahim dalam waktu kira-
kira 3-4 hari.
3. TAHAP-TAHAP FERTILISASI
3.1 Bertemunya ovum dan sperma (Pembuahan)
Pelepasan sel telur (ovum) hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar
hari ke 14 pada siklus menstruasi normal 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi
pada setiap orang. Bila pada masa subur terjadi hubungan seks, sperma akan
ditampung di liang senggama bagian dalam. Setiap milliliter sperma
mengandung 35-40 juta spermatozoa, sehingga setiap hubungan seks terdapat
sekitar 110-120 juta spermatozoa. Setiap spermatozoa membawa kromosom
pembawa tanda 22 buah kromosom seks Y untuk laki-laki dan kromosom seks
X untuk perempuan. Pada telur ovum yang dilepaskan selalu membawa 22
pasang pembawa tanda dan kromosom seks X. Pertemuan spermatozoa Y
dengan telur X menjadi zigot laki-laki, sedangkan bila spermatozoa X bertemu
X maka terbentuk zigot perempuan. Pertemuan terlaksana setelah telur lepas
sekitar 12 jam dan spermatozoa melalui kapasitasi disebut fertilisasi,
pembuahan konsepsi atau impregnancy.
Setelah masuknya spermatozoa ke dalam telur (ovum) dengan
kromosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadi pembelahan menjadi dua
dan seterusnya sehingga seluruh ruangan telur (ovum) penuh dengan hasil
pembelahan sel dan disebut morula. Pembelahan berlangsung terus sehingga
bagian dalam terbentuk ruangan yang mengandung cairan, disebut blastokist.
Sementara itu bagian luar dinding telur (ovum) timbul rumbai-rumbai yang
disebut vili yang akan berguna untuk menanamkan diri pada lapisan dalam
rahim yang telah siap menerima dalam bentuk reaksi desidua.
Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang mempunyai rumbai atau
vili korealis dapat menanamkan diri pada dinding rahim melalui proses
proteolitik-enzimatik dan disebut nidasi atau implantasi. Sejak saat terjadinya
konsepsi, fertilisasi, impregnancy, sampai mampu menanamkan diri
diperlukan waktu sekitar 6-7 hari.
Gambar 10. Pembuahan.
3.2. Ovum menjadi aktif dan berkembang
Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian
pembelahan mitosis, mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat.
Sel yang menjadi semakin kecil pada setiap pembelahan dikanal sebagai
blastomer. Dan sampai tingkat delapan sel, sel-selnya membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Tetapi setelah pembelahan ketiga, hubungan
antar blastomer semakin rapat, sehingga membentuk sebuah pola sel yang
padat yang disatukan oleh persambungan yang kuat. Proses ini dikenal sebagai
pemadatan, memisahkan sel-sel bagian dalam, yang saling berkomunikasi
secara ekstensif dengan gap junction, dari sel-sel bagian luar. Kira-kira 3 hari
setelah pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan tersebut membelah lagi
membentuk morula dengan 16 sel. Sel-sel bagian dalam morola merupakan
massa sel dalam, sedangkan sel-sel sekitar membentuk massa sel luar. Massa
sel dalam akan membentuk jaringan-jaringan embrio yang sebenarnya,
sementara massa sel luar membentuk trofoblas, yang kemudian ikut
membentuk plasenta.
Pembentukan Blastokista
Kira-kira pada waktu morula memasuki rongga rahim, cairan mulai
menembus zona pelusida masuk kedalam ruang antar sel yang ada di massa
sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu, dan akhirnya
terbentuklah sebuah rongga, blastokel. Pada saat ini mudigah dikenal sebagai
blastokista. Sel-sel didalam massa sel dalam, yang sekarang disebut
embrioblas, terletak pada salah satu kutub, sedangkan sel-sel di massa sel luar
atau trofoblas, menipis dan membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona
pelusida kini sekarang sudah menghilang sehingga implantasi bisa dimulai.
Pada manusia, sel trofoblas diatas kutub embrioblas mulai
menyusup diantara sel epitel mukosa rahim kira-kira pada hari keenam.
Penembusan dan selanjutnya pengikisan oleh sel epitel terhadap selaput lender
tersebut mungkin disebabkan oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh
trofoblas. Tetapi, selaput lender rahim menunjang kegiatan proteolitik
blastokista tersebut, sehingga implantasi merupakan hasil kerjasama trofoblas
dan endometrium. Dengan demikian menjelang akhir minggu pertama
perkembangan, zigot manusia telah melewati tingkat morula dan blastokista
dan sudah mulai berimplantasi di selaput lendir rahim.
Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil
konsepsi ke dalam endometrium. Berikut ini gambar proses perkembangan
dan perjalanan ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
Gambar 11. Proses Perjalanan dan Perkembangan Ovum
Keterangan :
A : Oosit tidak bersegmen
B : Fertilisasi
C : Terbentuk pro-nuklei
D : Pembelahan kumparan pertama
E : Stadium 2 sel (hari 2)
F : Stadium 4 sel (akhir hari 2)
G : Stadium 8 sel
H : Morula (hari 3-4)
I dan J : Pembentukan blastokista (hari 5)
K : Implantasi zigot dalam cavum uteri (hari 6-7)
(Lili, Yunita., 2009).
Rahim Pada Saat Implantasi
Dinding rahim terdiri atas tiga lapisan yaitu:
a. Endometrium atau selaput lendir yang melapisi dinding bagian
dalam.
b. Miometrium, lapisan tebal otot polos.
c. Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar.
Dari saat masa puberta (11-13 tahun) hingga menopause (45-50 tahun),
endometrium mengalami perubahan-perubahan berdaur yang berlangsung
kira-kira setiap 28 hari dan berada dibawah kendali hormonal ovarium.
Selama daur menstruasi ini, endometrium uteri melewati tiga tahap yaitu: fase
folikuler atau proliferative, fase sekretorik atau progestasional, dan fase
menstuasi. Fase proliferative mulai pada akhir fase menstruasi, dibawah
pengaruh esterogen dan sejalan dengan pertumbuhan folikel ovarium, fase
sekretorik mulai kira-kira 2-3 hari setelah ovulasi sebagai respon terhadap
progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum. Kalau pembuahan tidak
terjadi, endometrium mulai mengelupas dan menandai mulainya fase
menstruasi. Kalau terjadi pembuahan, endometrium mendukung implantasi
dan ikut serta membentuk plasenta.
Pada saat implantasi selaput lendir rahim sedang berada dalam fase
sekretorik. Pada saat ini, kelenjar rahim dan pembuluh nadi menjadi berkelok-
kelok dan jaringan ini mengandung banyak cairan. Sebagai akibatnya, dapat
dikenali tiga lapisan yang terpisah pada endometrium, yitu:
a. Lapisan kompakta pada ermukaan
b. Lapisan sponiosa di tengah
c. Lapisan dasar yang tipis