Download - SUPPOSITORIA

Transcript
Page 1: SUPPOSITORIA

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Suppositoria adalah sediaan padat berbentuk topedo yang digunakan melalui anus dan dapat larut

dalam suhu tubuh. Bahan dasar dari suppositoria adalan lemak cokelat, PEG, serta gelatin. Macam

Macam basis suppositoria berupa yaitu berupa lemak, basis yang larut dalam air, dan basis yang dapat

membenuk emulsi. Penggunaan suppositoria biasanya digunakan pada penderita wasir (ambeien)

maupun untuk penderita kondisi yang tidak sadar (non-kooperatif) yang membutuhkan pertolongan

segera.

Ovula atau vaginal suppositoria merupakan sediaan padat yang digunakan melalui vagina, umumnya

berbentuk telur dan dapat juga memiliki bentuk lonjong seperti kerucut, dapat melarut, melunak dan

meleleh pada suhu tubuh dengan berat umum sekitar 5 gram. Biasanya digunakan untuk pengobatan

infeksi jamur atau analgesik (penghilang rasa sakit).

2. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui tentang pengertia suppositoria,

jenis suppositoria, waktu dan cara pakai suppositoria, serta macam basis yang digunakan dalam

pembuatan suppositoria.

1

Page 2: SUPPOSITORIA

BAB II

ISI

1. PENGERTIAN

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal,

vagina, maupun uretra, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh,

dan efek yang ditambahkan adalan efek sistemik atau lokal. Bahan dasar yang digunakan harus

dapat larut dalam air, atau meleleh pada suhu tubuh. Semakin pendek waktu melarut/mencair

semakin baik karena efektivitas obat semakin baik.

Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk dewasa, dan 2 g untuk anak kecil.

Umunnya memiliki panjang 32 mm, berbentuk silinder, dam kedua ujungnya tajam. Sedangkan

untuk bayi dan anak-anak ukurannya ½ dari ukuran dan berat untuk orang dewasa. Penyimpanan

suppositoria dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk pada suhu 5-15oC agar

suppositoria tidak menjadi lembek dan tidak bias digunakan.

Keuntungan Sediaan obat dalam bentuk Suppositoria antara lain :

Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung

Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzimpencernaan

Langsung dapat masuk ke saluran pembuluh darah sehingga akan memberikan efek yang lebih

cepat dibandingkan efek per oral

Bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar

Menghindari biotransformasi hati/sirkulasi portal

Kerugian Sediaan obat dalam bentuk Suppositoria antara lain :

Cara pakai tidak menyenangkan

Absorbsi obat sering kali tidak teratur /sukar diramalkan

Tidak dapat disimpan dalam suhu ruangan

Tidak semua obat bisa dibuat suppositoria

2

Page 3: SUPPOSITORIA

2. JENIS SUPPOSITORIA

a. Suppositoria Rektal/Analia

Untuk dewasa kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 3 g, bentuk lonjong pada salah satu

atau kedua ujungnya, sedangkan untuk anak-anak beratnya adalah 2 g.

b. Suppositoria Vaginal/Ovula

Berbentuk bulat atau bulat telur, umumnya memiliki berat 5-15 g, sering disebut tablet vaginal.

c. Suppositoria Urethal

Ukuran untuk pria adalah panjang 125-140 mm, diameter 3-6 mm, massa 4 gram. Sedangkan

untuk wanita panjangnya 50-70 mm, massanya 2 gram (½ ukuran pria).

Jika diamati kondisi distribusi bahan obat dalam system, suppositoria dapat diklasifikasikan sebagai

suppositoria suspensi, suppositoria larutan, suppositoria emulsi.

a. Suppositoria suspensi

Bentuk ini memiliki kelarutan bahan obat yang rendah didalam basis sehingga bahan obat

berada dalam bentuk tersuspensi (suspense beku). Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan

hal-hal sebagai berikut :

Pengadukan yang intensif, agar distribusi obat tersebar secara merata diseluruh masa

suppositoria sehimgga memiliki ketepatan dosis yang tinggi

Mempertahankan viskositas bahan obat setinggi mungkin dengan cara menuang masa

suppositoria pada suhu tertentu, sedikit lebih tinggi daripada suhu titik bekunya.

Masa harus cepat membeku didalam cetakan agar tidak terjadi proses sedimentasi, yaitu

distribusi bahan obat tidak merata dan terakumulasi diujung suppositoria.

b. Suppositoria larutan

Suppositoria larutan akan terbentuk jika bahan obat benar-benar larut dalam basis. Kelarutan

bahan obat didalam suppositoria kecil, pada saat melebur kelarutan bahan obat akan meningkat

dan pada saat basis suppositoria membeku sejumlah senyawa akan kembali menghablur.

Resorpsi bahan obat suppositoria larutan lebih rendah daripada suppositoria suspensi

c. Suppositoria emulsi

Basis suppositoria lipofil mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sejumlah kecil cairan

tanpa penambahan emulgator. Namun kebanyakan basis yang digunakan saat ini mega dung

tambahan emulgator, maka pada saat meracik cairan (misalnya ekstrak sari tumbuhan dalam

bentuk cair pada suppositoria wasir) akan terbentuk emulsi sejati (emulsi beku). Basis penemulsi

3

Page 4: SUPPOSITORIA

mempunyai berbagai keuntungan dalam teknologi pembuatan dan biofarmasi. Sedangkan

kerugiannya adalah pengerasan akibat pengapan airnya, mudah mengering, mudah tercemari

mikroba, mempunyai stabilitas bahan obat dan masa lemak, serta dapat mengurangi resorpsi

bahan obat.

3. WAKTU DAN CARA PAKAI

Waktu pemakaian suppositoria adalah :

- sesudah defactio untuk suppositoria analia

- pada waktu malam hari

Cara pakai suppositoria adalah :

- Pertama-tama cucilah tangan terlebih dahulu

- Buka alumunium foil dan lunakan suppositoria dalam air

- Berbaring miring dengan tungkai yang dibawah lurus, dan yang diatas ditekuk

- Masukkan suppositoria kedalam anus dengan mnggunakan jari kira-kira 2 cm dan terus

berbaring selama 15 menit

- Cuci tangan setelah memasukkan suppositoria

Cara Pakai Ovula adalah :

- Cuci Tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator sesuai petunjuk penggunaan

dari industri penghasil sediaan ovula.

- Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat sebaiknya berkonsultasi terlebih

dahulu dengan profesional perawatan kesehatan.

- Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan, dengan menggunakan aplikator obat

dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan dan dibiarkan selama beberapa

waktu.

- Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan sabun dan air

hangat.

PENTING!Untuk Pasien, Mintalah petunjuk saat Anda menebus resep obat dalam bentuk Ovula ini.

4

Page 5: SUPPOSITORIA

Jika suppositoria terlalu lunak untuk dimasukkan, dindinkan obat dalam lemari pendingin selama 30

menit atau direndam dengan air dingin sebelum membuka pembungkus alu munium foil.

4. PEMBUATAN SUPPOSITORIA

a. Bahan obat yang akan dibuat suppositoria ditimbang sesuai jumlah yang dibutuhkan

b. Bahan obat yang telah ditimbang dicampur dengan sedikit bahan dasar yang telah dilelehkan.

Obat harus dapat larut dalam bahan dasar, bila perlu dilakukan pemanasan. Jika obat sukar

larut, maka obat harus dibuat menjadi serbuk yang halus

c. Setelah campuran bahan obat dan bahan dasar meleleh atau mencair dituang dalam cetakan

d. Sisa bahan dasar ditambahkan ke dalam cetakan sampai penuh setelah dilelehkan terlebih

dahulu

e. Cetakan yang berisi campuran tersebut didinginkan. Setelah dingin suppositoria dikeluarkan dari

cetakan dan ditimbang

f. Jumlah bahan dasar yang harus ditambahkan adalah berat suppositoria yang akan dibuat

dikurangi dengan berat bahan obatnya

g. Berat jenis obat dapat dihitung dan dibuat seragam

Untuk menghindari masa yang hilang pada saat pembuatan suppositoria penimbangan bahan

baik bahan dasar maupun bahan obat biasanya dilebihkan 10%.

Agar masa tidak melekat pada cetakan maka cetakan dibasahi dengan parafin, minyak lemak,

atau spiritus saponatus (soft soap liniment).

Untuk suppositoria yang mengandung garam logam jangan menggunakan spiritus saponatus

karena akan bereaksi dengan logamnya. Sebagai pengganti dapat digunakan larutan oleum ricini

dalam etanol.

Untuk suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak perlu bahan pelicin karena pada

proses pendinginan suppositoria akan mengkerut sehingga akan mudah lepas dari cetakan

5. TEKNOLOGI PEMBUATAN

Menurut teknik pembuatannya dapat dibedakan antara cara penuangan (cara lebur) dan cara

pencetakan. Yang terpenting dalam pembuatan suppositoria adalah teknologi pembuatannya

sekaligus pengemasannya yang optimal. Kadang-kadang supositoria juga ditambahkan dengan

bahan p ewarna.

5

Page 6: SUPPOSITORIA

a. Cara Penuangan

Cara ini yang paling sering digunakan. Setelah masa melebur dan disatukan dengan bahan

obat, dituang ke dalam cetakannya.

Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan suppositoria untuk menjamin pembekuan

obat dengan cepat dan proses sedimentasi bahan obat tidak terjadi antara lain :

Suhu pemanasan tidak naik terlalu tinggi

Memiliki viskositas setinggi mungkin dengan suhunya, hanya sedikit di atas titik

bekunya

Menggunakan pemanasan yang sangat hati-hati, misalnya dengan penyinar infra

merah

Masa diaduk secara intensif dan kontinyu

Metode ini sering juga disebut dengan cara leburan krim dan cara leburan jernih

yang hanya digunakan dalam skala besar. Dalam skala kecil pencetakan suppositoria

dilakukan dengan cara penuangan tunggal, yaitu setiap lubang dari suppositoria

diisikan secara berturut-turut satu demi satu. Jika pada pembuatan dalam skala

semi industri atau industri dilakukan dengan cara penuangan masal, yaitu setiap

lubang diisikan secara serempak dengan menggunakan alat berbentuk corong yang

cocok.

Pencetak suppositoria terbuat dari material yang berbeda-beda. Jika dahulu didominasi oleh

pencetak kuningan, kini di perdagangan tersedia pencetak dari logam ringan. Mereka memiliki

lubang

b. Cara Pencetakan

Pada cara pencetakan, parutan basis suppositoria dicampurkan dengan bahan obat yang

diserbuk halus, kemudian diisikan dalam sebuah pencetak suppositoria (misal pencetak

suppositoria universal) dan dengan sebuah torak yang digerakkan ke dalam melalui sebuah

kincir, ditekan ke dalam cetakan melalui lubang kecil. Dengan bantuan alat khusus,

suppositoria kemudian didorong keluar. Alat cetak dyang digunakan di industri bekerja

dengan tekanan 10 MPz (100 at). Semua basis suppositoria dapat digunakan dalam

pembuatan suppositoria dengan cara pencetakan. Untuk mengurangi kerapuhan

suppositoria dapat ditambahkan pelumas, seperti parafin liquidum atau adeps lanae.

Umumnya pemulasan dengan parafin atau talk wajib dilakukan di awal proses pencetakan.

6

Page 7: SUPPOSITORIA

Beberapa pencetak supositoria memiliki koneksi dengan air pendingin untuk meredam

panas yang timbul akibat tekanan pencetak. Mesin dalam skala besar mampu mencetak

beberapa suppositoria sekaligus.

Pada pembuatan suppositoria dengan cara penuangan dan cara pencetakan terdapat

perbedaan antara lain suppositoria pencetakan tidak memiliki homogenitas yang optimal,

tidak seperti hasil yang diperoleh dari suppositoria penuangan. Kekompakan bahan obat

juga lebih rendah. Untuk bahan obat yang berbentuk cair cara pencetakan kurang cocok

digunakan.

6. ALAT-ALAT PEMBUATAN SUPPOSITORIA

Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan suppositoria adalah :

a. Pot tuang suppositoria

Terdiri dari sebuah wadah dengan mantel ganda yang dilengkapi dengan termostat dan pengaduk

untuk menghindari sedimentasi, pengaduk dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada udara yang

masuk ke dalam masa dan menyebabkan porositas suppositoria yang tidak dikehendaki. Pot tuang

memiliki kapasitas 1,5 liter, 3 liter, dan 20 liter. Pada skala industri dapat dihasilkan 10000 sampai

12000 suppositoria dengan hanya diawasi oleh 2 orang saja.

b. Otomat tuang

Otomat tuang mampu memproduksi 20000 suppositoria dalam satu jam hanya dalam satu siklus

kerja. Fase kerja otomat tuang seperti itu tergantung pada jenis alatnya. Fase tersebut dapat

berlangsung secara linier atau rotasi. Operasi kerja berikut berlangsung secara penuh yaitu

penuangan masa, pendinginan cetakan, pengerokan masa membeku yang berlebih, pendesakan

suppositoria yang telah selesai keluar, serta pembersihan dan pemulasan cetakan.

7. METODE PENDOSISAN

a. Penentuan Faktor Tera Cetakan Secara Eksperimental

Daya tampung cetakan (faktor tera) ditentukan dengan mengisi cetakan dengan masa basis

murni, kemudian setelah beku dan kelebihan penuangan dihilangkan, suppositoria ditimbang

satu-satu dan dicari rata-ratanya tepat dua angka di belakang koma. Penyimpangan yang terjadi

dapat mencapai 5%.

7

Page 8: SUPPOSITORIA

b. Pendosisan Dengan Menggunakan Faktor Pengganti

Faktor pengganti (nilai tukar) menunjukkan berapa gram suatu basis suppositoria tertentu yang

digantikan oleh 1 g bahan obat.

Pembuatan suppositoria dalam skala kecil hendaknya dilebihkan 10% untuk mencegah

kehilangan basis akibat tertinggal pada pinggan penggerus, alu, dan kartu pengeroknya.

c. Pendosisan Berdasar Volume

Pada skala besar dilakukan dengan faktor pengganti, namun pada skala kecil, disarankan untuk

melakukan pendosisan dengan cara penuangan menurut muenzel atau dengan cara piala tuang

menurut koenig.

8. MACAM BASIS SUPPOSITORIA

Basis / bahan dasar untuk pembuatan suppositoria harus memenuhi syarat seperti berikut :

Dapat meleleh / melarut dalam suhu tubuh

Dapat melepaskan obatnya

Tidak toksik, tidak menyebabkan iritasi

Stabil dalam penyimpanan

Mudah dituang dan mudah membeku kembali

Tidak melekat pada alat cetakan dan mudah diambil

Dapat bercampur dengan semua obat dan bersifat netral

1. Basis berupa lemak (fatty / oleginous bases)

Contoh basis yang berupa lemak adalah lemak cokelat. Lemak cokelat merupakan trigliserida,

berwarna kekuningan, bau yang khas. Mencair pada suhu 30°C dan biasanya meleleh pada

suhu 34°-35°C, tetapi dibawah suhu 30°C merupakan masa semi padat.

Pemanasan lemak cokelat tidak boleh terlalu tinggi karena akan mencair sempurna dan

kehilangan semua inti kristal yang stabil yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan di

bawah 15°C kristal akan membentuk kristal metastabil. Maka pemanasan lemak cokelat

sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh yang dapat dituang dan tetap mengandung inti

kristal dari bentuk stabil.

Titik leleh lemak cokelat adalah sekitar 33°C sedangkan suhu tubuh adalah 37°C. Agar

suppositoria dengan basis lemak cokelat dapat meleleh pada suhu tubuh maka dapat

8

Page 9: SUPPOSITORIA

ditambahkan cera atau cetaceum untuk meninggikan titik lebur lemak cokelat. Penambahan

cera tidak boleh lebih dari 6% karena akan memperoleh campuran dengan titik leleh lebih dari

37°C dan tidak boleh kurang dari 4% karena akan memperoleh campuran dengan titik lebur

kurang dari titik lebur lemak cokelat (33°C). Selain itu cera juga dapat meningkatkan daya

adsorben lemak cokelat terhadap air.

Lemak cokelat cepat membeku dan pada pendinginan terjadi susut volume sehingga terjadi

lubang di atas masa. Oleh karena itu pada saat pengisian masa suppositoria ke dalam cetakan

harus dilebihkan terlebih dahulu baru setelah dingin kemudian kelebihannya dipotong.

Pembuatan suppositoria yang mengandung zat cair dengan basis lemak cokelat harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Penambahan minyak-minyak (dalam bentuk cair) dapat menurunkan titik lebur lemak

cokelat karena jumlah minyak yang banyak dapat mengakibatkan campuran menjadi

lunak. Umumnya kadar maksimalnya adalah 10-15 %. Jika kadarnya lebih dari ketentuan

tersebut maka harus ditambahkan cera sebanyak 4-6 %

Penambahan zat cair berair maupun beralkohol lebih dari 20% harus diuapkan sampai

kurang dari 20% karena akan membentuk emulsi

Keuntungan basis lemak cokelat :

Cepat larut dalam suhu tubuh

Onset cepat

Kerugian basis lemak cokelat :

Tidak dapat disimpan dalam suhu kamar

Mempunyai sifat polimorfi, dengan adanya panas tinggi akan rusak

9

Page 10: SUPPOSITORIA

Nilai Tukar

Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui berat lemak cokelat yang mempunyai besar

volume yang sama dengan 1 g obat bila suppositoria mengandung zat padat dalam jumlah

banyak (>10%). Karena zat padat dalam jumlah banyak akan menyebabkan jumlah obat

melebihi dosis dan massa suppositoria akan berkurang.

Daftar nilai tukar lemak cokelat untuk 1 g obat

Acidum boricum : 0,65

Aethylis aminobenzoas : 0,68

Garam alkaloid : 0,7

Aminophyllinum : 0,86

Bismuthi subgalas : 0,37

Bismuthi subnitras : 0,20

Ichtammolum : 0,72

Sulfonamidum : 0,60

Tanninum : 0,68

Zinci oxydum : 0,25

Nilai tukar beberapa obat adalah 0,7 kecuali untuk garam bismuth dan zinci oxydum. Untuk

larutan nilai tukarnya adalah satu. Untuk membuat suppositoria yang sesuai agar tidak jumlah

obat tidak melebihi dosis dilakukan perhitungan nilai tukar seperti berikut :

Contoh :

R/ Aminophylinum 0,5 g

m.f.suppos dtd No.XV

Hitungan :

Jumlah aminophylinum yang dibutuhkan : 0,5 g x 15 = 7,5 g

Berat suppositoria : 3 g x 15 = 45 g

Nilai tukar Aminophylin : 0,86 x 7,5 g = 6,45 g

Jumlah lemak cokelat yang diperlukan : 45 g – 6,45 g = 38,55 g

10

Page 11: SUPPOSITORIA

2. Basis yang larut air (water soluble bases)

Contoh basis yang larut dalam air adalah glycero gelatin (aqua & obat 10 g, glycerin 70 g,

gelatin 20 g) dan P.E.G. / carbowax. P.E.G. adalah Polyaethylenglycolum merupakan

polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 sampai 6000.

Terdapat berbagai macam jenis P.E.G. di dalam perdagangan yaitu :

P.E.G. 400 (Carbowax 400)

P.E.G. 1000 (Carbowax 1000)

P.E.G. 1500 (Carbowax 1500)

P.E.G. 4000 (Carbowax 4000)

P.E.G. 6000 (Carbowax 6000)

P.E.G. di bawah 1000 berbentuk cair, misalnya P.E.G. 400 sedangkan di atas 1000 berbentuk

padat lunak seperti malam, misalnya P.E.G. 4000 dan P.E.G. 6000. Formula suppositoria

dengan bahan dasar P.E.G. memiliki perbandingan antara P.E.G padat dan P.E.. cair yaitu 1 : 2

Pembuatan suppositoria dengan bahan dasar P.E.G. sama seperti pembuatan suppositoria

dengan bahan dasar lemak cokelat, yaitu dengan melelehkan bahan dasar lalu dituang dalam

cetakan.

Kentungan pemakaian P.E.G. mudah larut dalam cairan rektum dan tidak ada modifikasi titik

lebur, serta tidak mudah meleleh pada suhu kamar. Berdasarkan percobaan Hassler dan

sperandio bahan dasar lemak cokelat onset of action (mulai memberikan efek) lebih cepat,

sedangkan dengan bahan dasar P.E.G. menunjukkan duration of action (lama memberi efek)

lebih lama. Ini disebabkan karena lemak cokelat lebih cepat meleleh sehingga obat juga akan

cepat terlepas dan cepat diabsorpsi, sedangkan suppositoria dengan bahan dasar P.E.G. harus

menunggu basisnya larut terlebih dahulu baru kemudian obatnya dapat diabsorpsi.

Contoh :

R/ luminal 50 mg

PEG 4000 33 %

PEG 6000 47 %

Aq 20 %

m.f.suppos dtd No.V

11

Page 12: SUPPOSITORIA

perhitungan :

luminal : 50 mg x 5 = 250 mg = 0,25 g

berat suppos : 3 g x 5 = 15

massa suppos : 15 – 0,25 = 14,75

PEG 4000 : 33 % x 14,75 g = 4,867

PEG 6000 : 47 % x 14,75 g = 6,9

Aq : 20 % x 14,75 g = 2,95

Air untuk melarutkan luminal dikurangkan dari air yang tersedia misal untuk melarutkan

luminal 1 ml, maka sisa air 1,95.

Cara pembuatan : PEG 4000 + PEG 6000 + air dilelehkan di dalam cawan. Kemudian

ditambahkan luminal yang sudah dilarutkan, masukkan dalam cetakan.

3. Suppositoria Dengan Bahan Dasar Gelatin

Formula sesuai dengan Pharmacope Ned V yaitu 2 bagian gelatin + 4 bagian air + 5 bagian

gliserin untuk massa suppositoria 4 g. Obat yang akan ditambahkan dilarutkan atau digerus

dengan sedikit air atau gliserin yang disisakan dan dicampurkan pada masa yang sudah dingin.

Bila jumlah obat sedikit pengurangan dilakukan pada jumlah air pada basis, dan bila jumlah

obatnya banyak pengurangan dilakukan pada berat masa bahan dasar yang digunakan.

Contoh :

R/ Ichtyol 0,25

m.f. suppos gelatin dtd No.V

perhitungan :

Ichtyol : 0,25 x 5 = 1,25

Massa : 4 x 5 = 20

Gelatin : 2/11 x 20 = 3,6

Air : 4/11 x 20 = 7,3

Gliserin : 5/11 x 20 = 9,1

Air untuk melarutkan ichtyol dikurangkan dari basis. Cara pembuatan : gelatin + gliserin + air

12

Page 13: SUPPOSITORIA

dilelehkan, aduk sampai dingin, tambahkan air panas sampai massa suppositoria 20 g,

masukkan larutan ichtyol, aduk sampai homogen, masukkan dalam cetakan.

9. PENGUJIAN SUPPOSITORIA

a. Waktu lebur

Waktu pada saat suppositoria melebur dinyatakan sebagai waktu lebur. Waktu lewat

leburan dapat diperoleh dengan metode yang sederhana, misal dengan meletakkan sebuah

suppositoria dalam pinggan kristalisasi yang berisi air dengan suhu 37°C yang diatur melalui

sebuah penangas air. Macam-macam alat yang dapat digunakan untuk mengukur waktu

lebur adalah :

Penguji lebur suppositoria-erweka jenis SSP

Suppositoria diletakkan di dalam sebuah sangkar (spiral gelas), pada sebuah pipa penguji

berskala, yang ditempatkan dalam sebuah mantel gelas dan dialiri air hangat suhu 37°C.

Tetesan air akan ditampung sehingga waktu berlangsungnya proses melebur dapat

ditentukan. Waktu lebur dicatat dimana suppositoria telah melebur tanpa sisa sehingga

secara total telah meninggalkan sangkarnya

Alat penguji menurut Krowczynski

Suppositoria yang akan diuji diletakkan dalam pipa berisi 5 ml air yang berada di dalam

mantel yang dialiri dengan air suhu 36.5°C melalui termostat. Waktu lebur dihitung dari

lamanya waktu mulai meletakkan suppositoria sampai kepada melekatnya batang gelas

pada tambatan pipa.

Penguji penetrasi suppositoria-erweka jenis PM3

Alat ini digunakan untuk menguji waktu lebur dan waktu melunak atau waktu melarut.

Prinsip kerjanya sama dengan alat penguji Krowczynski hanya batang gelas diganti

dengan elemen penetrasi yang terbuat dari batang baja V-4A dengan masa sebesar 7,5 g.

b. Kekompakan dan kekerasan

Kekompakan dapat ditentukan dengan meletakkan anak timbangan di atas suppositoria

yang telah dipotong ujungnya agar dapat berdiri tegak. Tiap menit masa anak timbangan

dinaikkan 100 g. Jika suppositoria runtuh bersama, berarti beban maksimal telah dilampaui.

Alat yang dapat digunakan yaitu penguji kekerasan suppositoria-erweka jenis SBT.

Suppositoria diletakkan di dalam ruang penguji dan tiap menit ditambahkan anak timbangan

13

Page 14: SUPPOSITORIA

berbentuk lempengan bercelah masing-masingnya 200 g sampai akhirnya suppositoria

patah pada saat peletakan anak timbangan yang terakhir. Skala kekerasan dihitung dari

jumlah total anak timbangan yang mampu ditahan sampai suppositoria mencapai titik

patahnya (termasuk beban dasar dari penguntai).

c. Ukuran partikel atau penghabluran

Penghabluran dikhawatirkan terjadi jika bahan obat melarut dalam masa basis supositoria

yang dipanaskan atau dalam proses pendinginan dan penyimpanannya terjadi pengurangan

kelarutan. Dibuat penampang melintang tipis dari suppositoria dan ukuran partikelnya

diukur menggunakan mikroskop okuler yang telah ditera. Pada penyimpanan suppositoria

pengujian dilakukan dengan interval waktu yang teratur.

d. Distribusi bahan obat

Untuk menguji kandungan bahan obat dari suppositoria dalam satu batch (keseragaman

kandungan), diambil sejumlah suppositoria yang mewakili batch tersebut lalu ditimbang.

Kandungan bahan obatnya ditentukan dengan metode yang cocok dan ditentukan

persentase penyimpangan yang sesuai dengan literatur.

Dengan cara yang sama dapat diuji distribusi bahan aktif dalam suppositoria menurut

segmentasinya (melintang terhadap sumbu panjang). Hasil yang diperoleh

menginformasikan tentang sedimentasi dari bahan padat selama penuangan dan

pembekuan leburan.

14

Page 15: SUPPOSITORIA

BAB III

KESIMPULAN

Suppositoria merupakan sediaan obat padat yang mempunyai bentuk seperti torpedo, digunakan

melalui rektal, dan larut dalam suhu tubuh. Terdapat beberapa macam suppositoria antara lain

suppositoria rektal/analia, suppositoria vaginal, dan suppositoria uretral. Jika diamati kondisi distribusi

bahan obat di dalam sistem, suppositoria dapat diklasifikasikan sebagai suppositoria emulsi,

suppositoria larutan, dan suppositoria emulsi.

Bahan dasar untuk membuat suppositoria terdiri dari bahan dasar lemak cokelat, bahan dasar yang larut

dalam air, dan bahan dasar dari gelatin. Teknik pembuatan terdiri dari cara penuangan dan cara

pencetakan, kemudian dalam menentukan dosis yang tepat pada suppositoria dapat melalui Pendosisan

Berdasar Volume, Pendosisan Dengan Menggunakan Faktor Pengganti, dan Penentuan Faktor Tera

Cetakan Secara Eksperimental. Pengujian bagi suppositoria meliputi waktu lebur, kekompakan dan

kekerasan, ukuran partikel dan penghabluran, serta distribusi bahan obat.

15


Top Related